Siaran Pers
PERTUMBUHAN SEKTOR INDUSTRI 2010 MELAMPAUI TARGET A.
Pendahuluan Sektor industri merupakan soko guru dalam perekonomian nasional, karena perannya
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penyerapan tenaga kerja, investasi, dan ekspor. Dalam rangka meningkatkan daya saing industri nasional, Kementerian Perindustrian telah menetapkan sasaran strategis 2010-2014, yaitu : (1) Meningkatnya nilai tambah industri; (2) Meningkatnya penguasaan pasar domestik dan internasional; (3) Meningkatnya kemampuan SDM industri, R & D dan kewirausahaan; (4) Meningkatkan penguasaan teknologi industri; (5) Lengkap dan kuatnya struktur industri; (6) Tersebarnya industri keluar pulau Jawa; dan (7) Meningkatkan peran IKM terhadap PDB. Pada tahun 2010-2014 Kementerian Perindustrian akan memfokuskan 6 kelompok industri yang mempunyai peluang yang baik untuk dikembangkan yaitu: (1) Industri Padat Karya, (2) Industri Kecil Menengah, (3) Industri Barang Modal, (4) Industri Berbasis Sumber Daya Alam, (5) Industri Pertumbuhan Tinggi, dan (6) Industri Prioritas Khusus. Sesuai dengan Inpres No. 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010, Kementerian Perindustrian ditugaskan untuk melakukan revitalisasi industri pupuk, revitalisasi industri gula, pengembangan klaster industri pertanian oleokimia dan pengembangan klaster industri berbasis migas kondensat. Selain itu, Kementerian Perindustrian juga mendapat tugas untuk merevitalisasi industri tekstil dan industri semen, mempertahankan opini WTP yang telah dicapai pada tahun 2008 serta melakukan perbaikan peraturan-peraturan yang mendukung investasi dan melaksanakan reformasi di bidang pelayanan umum.
B. Kinerja Sektor Industri 2010 Pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai dengan Triwulan III tumbuh sebesar 5,82 persen (y-o-y), dimana sektor industri pengolahan non migas tumbuh sebesar 4,69 persen (y-o-y), dan diproyeksikan selama 2010 akan melampaui target semula yaitu 4,65 persen. Pertumbuhan sektor industri pengolahan non migas pada akhir 2010 tersebut menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan periode yang sama tahun 2009 yang hanya mencapai 1,54 persen. Hal ini menggambarkan sektor industri telah menjadi sumber pertumbuhan yang cukup tinggi pada pertumbuhan PDB secara keseluruhan. Dengan kecenderungan yang semakin membaik pada
triwulan IV tahun 2010, maka target pertumbuhan industri pengolahan non migas pada tahun 2010 tersebut akan terlampaui. Industri yang mengalami kenaikan tertinggi adalah kelompok industri alat angkut, mesin dan peralatannya sebesar 8,47 persen dan industri pupuk, kimia dan barang dari karet tumbuh sebesar 4,82 persen, dan industri barang lainnya sebesar 3,83 persen. Cabang industri yang menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan industri nasional adalah industri makanan, minuman dan tembakau (34,35 persen), industri alat angkut, mesin dan peralatan (28,13 persen), industri pupuk, kimia dan barang dari karet (12,44 persen) dan tekstil, barang kulit dan alas kaki (8,81 persen), serta barang kayu dan hasil hutan (5,75 persen). Kinerja ekspor komoditi industri manufaktur hingga bulan September 2010 mencapai USD 68,8 miliar atau sebesar 62,07 persen dari total ekspor. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2009 mengalami peningkatan 34,10 persen. Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di sektor industri selama bulan Januari – September 2010 mencapai Rp. 17,03 trilyun. Sedangkan untuk Investasi Penanaman Modal Asing (PMA) di sektor industri selama bulan Januari – September 2010 mencapai USD 2,5 milyar. Selama tahun 2010, beberapa investasi baru maupun perluasan di sektor industri yang peresmiannya secara langsung dilakukan oleh Menteri Perindustrian dan para pejabat terkait antara lain: -
PT Nestle Indonesia di Pasuruan (pengolahan susu)
-
PT Panasonic Manufacturing di Jawa Timur (elektronik konsumsi)
-
PT Gobel Panasonic Battery di Cikarang Barat (baterai)
-
PT Sanyo Jaya Komponen (Komponen optik)
-
PT Holcim Indonesia di Tuban (semen)
-
PT Lafarge di Aceh (semen)
-
PT KS-Posco di Banten (besi baja)
-
PT Merindo Era sakti di Bekasi Jawa Barat (Komponen Otomotif)
-
PT Uni-Charm Indonesia di Karawang, Jawa Barat (perlengkapan bayi)
-
PT Arwana Citramulia di Gresik. Penyerapan tenaga kerja pada sektor industri manufaktur pada tahun 2010 diproyeksikan
mampu menyerap 14,4 juta orang atau bertambah 386.640 orang dibanding tahun 2009. Penambahan penyerapan tenaga kerja terjadi diperkirakan terjadi pada cabang industri industri makanan, minuman dan tembakau yang bertambah 171.185 orang; industri tekstil, barang kulit dan
alas kaki bertambah 48.910 orang; industri barang kayu dan hasil hutan lainnya bertambah 20.734 orang; industri kertas dan barang cetakan bertambah 23.923 orang; industri pupuk, kimia dan barang dari karet bertambah 64.327 orang; industri semen dan bahan galian non logam bertambah 15.417 orang; industri logam dasar, besi & baja bertambah 7.443 orang; industri alat angkut, mesin dan peralatan 174.906 orang, serta industri barang lainnya yang bertambah 4.253 orang. Berdasarkan Instruksi Presiden RI Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010, telah dicapai hasil-hasil sebagai berikut: 1. Revitalisasi Industri Pupuk (1)
Penandatanganan Head of Agreement pasokan gas dari East Kal untuk pabrik pupuk urea Kaltim-5 sebesar 80 MMSCFD.
(2)
Penandatanganan MOU antara PT Petrokimia Gresik dengan Exxon Mobil untuk alokasi pasokan gas bumi sebesar 85 MMSCFD dari lapangan gas Cepu.
(3)
Penandatanganan MOU antara PT Pusri dengan Jordan Phosphate Mines Company (JPMC) mengenai pembangunan pabrik pupuk NPK berkapasitas 200.000 s.d. 300.000 ton/tahun.
(4)
Penandatanganan joint venture company antara PT Petrokimia Gresik dengan Jordan Phosphate Mines Company (JPMC) mengenai pembangunan pabrik asam fosfat dengan kapasitas produksi 200.000 ton per tahun di Gresik, Jawa Timur.
(5)
Penandatanganan MOA antara PT Pupuk Kaltim dengan Jordan Phosphate Mines Company (JPMC) mengenai pembangunan pabrik asam fosfat dengan kapasitas 200.000 metrik ton per tahun di Bontang, Kaltim.
2. Revitalisasi Industri Gula (1)
Revitalisasi PT Barata dan PT Boma Bisma Indra untuk meningkatkan kemampuannya dalam memproduksi mesin peralatan pabrik gula di bidang foundry, metal working dan boiler.
(2)
Revitalisasi delapan pabrik gula (PG Merican, PG Semboro, PG Jatiroto, PG Takalar, PG Krebet baru I, PG Krebet baru II, dan PG Candi baru melalui penyertaan modal negara (PMN) dan revitalisasi 46 pabrik gula melalui program subsidi bunga.
3. Pengembangan Klaster Industri Berbasis Pertanian, Oleochemical (1)
Tersusunnya Business Plan Nasional Industri Hilir Kelapa Sawit.
(2)
Tersusunnya AMDAL, FS dan Business Plan Industri Hilir Kelapa Sawit di Sei Mangke (Sumut), Kuala Enok dan Dumai (Riau), Maloy (Kaltim).
4. Pengembangan Klaster Industri Berbasis Migas Kondensat (1)
Penandatanganan kerjasama (MoU) pada tanggal 19 Agustus 2010 antara Kuwait Petroleum International dengan PT. Pertamina untuk menyusun Kajian Kelayakan
Pembangunan Kilang Minyak di Balongan yang direncanakan akan selesai pada akhir Januari tahun 2011; (2)
Koordinasi dengan Kementerian ESDM, BP Migas, Pemerintah Daerah dan Industri dalam rangka pengadaan bahan baku: - Kondensat untuk Klaster Industri Aromatik dan gas blok Cepu di Jawa Timur, - Gas untuk Industri Petrokimia di Kalimantan Timur : Kaltim Pasifik Amoniak (2019), Kaltim Parna Industri (2022), Kaltim Metanol Industri (2017), Pupuk Kaltim (PKT-1, 2,3 dan 4) berakhir pada tahun 2018 dan 2022, dan akan dilakukan perpanjangan kontrak existing.
5. Revitalisasi Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) (1)
Melaksanakan restrukturisasi permesinan ITPT sebanyak 151 perusahaan dengan bantuan Rp. 144,37 milyar. Nilai Investasi tahun 2010 mencapai Rp. 1,54 triliun.
(2)
Peningkatan kesempatan tenaga kerja sebesar 13 ribu orang, peningkatan kapasitas produksi sebesar 17 – 28 %, peningkatan produktivitas sebesar 7 – 17 % dan peningkatan efisiensi dalam penggunaan energi sebesar 6 – 18 %;
6. Restrukturisasi Permesinan Industri Alas Kaki dan Penyamakan Kulit (1) Melaksanakan restrukturisasi permesinan Industri Alas Kaki sebanyak 24 perusahaan dengan bantuan sebesar Rp. 18,3 milyar. Nilai Investasi tahun 2010 mencapai Rp. 183 miliar.
C. Kebijakan Pendukung Pengembangan Industri Nasional 1. Reformasi Bidang Pelayanan Umum: a. Kementerian Perindustrian telah melaksanakan e-government, e-procurement, e-lisensing di dalam membantu pelaksanaan tugas sehari-hari; b. Rekruitmen pegawai baru dilaksanakan dengan sistem online; c. Di dalam penerbitan ijin impor bahan baku telah dilaksanakan melalui sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP); d. Penerapan National Single Window (NSW); e.
Telah dilakukan penyempurnaan struktur organisasi dan tata kerja disesuaikan dengan kebutuhan Dunia Industri dan telah dilakukan pengisian pejabat-pejabatnya.
2. Perbaikan Peraturan yang Mendukung Investasi: a. Telah diusulkan perubahan/review PP 62/2008 baik menyangkut bidang usaha tertentu dan perubahan kriteria fasilitas pembebasan pajak penghasilan (PPh Badan) untuk beberapa industri guna dapat menjawab kebutuhan dunia usaha;
b. Sedang dibahas antara Kementerian Perindustrian dengan instansi terkait (BKF, Ditjen Pajak, Kemenkeu Dan BKPM) mengenai pemberian insentif tax holiday untuk perusahaan tertentu yang berinvestasi di bidang tertentu dan wilayah tertentu ; c. Pengenaan bea keluar untuk bahan baku industri tertentu (biji kakao, wet blue) dalam rangka meningkatkan bahan baku dalam negeri guna meningkatkan utilisasi kapasitas industri dalam negeri. Disamping itu sedang disiapkan usulan restrukturisasi bea keluar minyak sawit dan turunannya untuk mendorong industri hilir kelapa sawit (oleokimia, biodiesel, speciality fat).
D. Industrial Outlook 2011 Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah pada tahun-tahun sebelumnya diharapkan akan mendorong pertumbuhan sektor industri demikian pula kecenderungan yang semakin membaik pada ekonomi nasional, regional dan global, maka sasaran pertumbuhan sektor industri tahun 2011 ditargetkan sebesar 5,2 - 6,1 persen. Kebutuhan investasi industri pengolahan non migas pada tahun 2011 diproyeksikan mencapai 124,6 triliun rupiah, sedangkan penyerapan tenaga kerja secara kumulatif pada tahun 2011 adalah 14.905.019 orang. Ekspor industri manufaktur untuk tahun 2011 diproyeksikan sebesar USD 92,26 milyar. Untuk mencapai target pertumbuhan sebagaimana dijelaskan di atas, pemerintah akan memfokuskan pengembangan 6 (enam) kelompok industri prioritas yaitu (1) Industri Padat Karya, (2) Industri Kecil Menengah, (3) Industri Barang Modal, (4) Industri Berbasis Sumber Daya Alam, (5) Industri Pertumbuhan Tinggi, dan (6) Industri prioritas khusus. Peningkatan daya saing 6 kelompok industri tersebut dilaksanakan dengan memanfaatkan 4 instrumen yang dimiliki oleh Pemerintah, yaitu APBN, insentif fiskal, penyediaan infrastruktur kawasan industri, dan dukungan administratif, disamping juga mengundang peran swasta dalam pembangunan infrastruktur dengan skema Public Private Patnership (PPP). Upaya-upaya yang akan dilakukan dalam rangka peningkatan daya saing industri tersebut di atas antara lain : 1.
Untuk pengembangan industri padat karya, pemerintah akan melaksanakan program restrukturisasi permesinan untuk industri tekstil dan Produk tekstil serta alas kaki, pemberian insentif fiskal, seperti fasilitas tax allowance, BMDTP termasuk pemberlakuan bea keluar untuk pengamanan bahan baku di dalam negeri, serta pemberlakuan tata niaga impor untuk pengamanan industri dalam negeri.
2.
Untuk meningkatkan daya saing IKM pemerintah akan menumbuhkan IKM melalui modernisasi peralatan, pendidikan dan pelatihan, promosi serta fasilitasi kredit usaha rakyat (KUR).
3.
Untuk mendorong tumbuhnya industri barang modal dalam negeri, pemerintah akan memberikan fasilitas dan insentif berupa tax allowance, pembebasan bea masuk, tax holiday, serta dukungan kemudahan kredit perbankan.
4.
Untuk mendorong tumbuhnya industri berbasis Sumber Daya Alam, pemerintah akan mengupayakan memberikan fasilitas dan insentif berupa tax allowance, tax holiday, fasilitasi pembangunan infrastruktur, dan mengenakan bea keluar untuk CPO dan kakao.
5.
Untuk meningkatkan daya saing industri pertumbuhan tinggi seperti industri kendaraan bermotor, pemerintah akan mendorong tumbuhnya industri komponen dalam negeri, memfasilitasi pengembangan desain kendaraan bermotor buatan Indonesia, memfasilitasi pengembangan kendaraan dan peralatan yang hemat energi dan ramah lingkungan serta harga terjangkau. Selain itu pemerintah akan memfasilitasi pemberian insentif fiskal, pembebasan PPnBM dan pembebasan bea masuk barang modal, bahan baku dan komponen yang dibutuhkan untuk industri dalam negeri.
6. Dalam pengembangan industri prioritas khusus, pemerintah akan melaksanakan revitalisasi pabrik-pabrik yang sudah ada dan mendorong pembangunan pabrik-pabrik baru serta memfasilitasi jaminan penyediaan gas dan bahan baku yang bersumber dari dalam negeri maupun impor, memberikan subsidi bunga untuk industri-industri yang melakukan modernisasi permesinan. Demikian siaran pers ini untuk disebarluaskan.
Jakarta, 22 Desember 2010 PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK
Jl. Gatot Subroto Kav. 52-53 Jakarta Telp. 021 5255509 ext. 4074 Fax. 021 5255609
[email protected]