BAB I: PENDAHULUAN
Pertumbuhan penduduk Indonesia pada abad 21 terus menurun, seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam bidang keluarga berencana dan meningkatnya kualitas pendidikan masyarakatnya. Walaupun angka pertumbuhan menurun namun jumlah penduduk tetap akan bertambah. Bertolak dari pola pertumbuhan penduduk yang demikian, komposisi penduduk yang demikian akan bergeser dari dominasi umur yang muda keumur yang lebih tua, artinya pergeseran komposisi usia/ umur penduduk akan mendorong penyesuaian strategi dalam bidang pendidikan. Penduduk usia 13-18 th akan terus bertambah, maka arah pembangunan pendidikan akan segera bergeser dari perluasan pendidikan dasar menjadi perluasan pendidikan menengah dan lanjutan. Penyelenggaraan pendidikan dasar yang dimaksudkan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa dalam mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warganegara sehingga lebih siap dalam menuju pendidikan selanjutnya. Pendidikan dasar 9 tahun merupakan program wajib belajar yang telah ditetapkan oleh undang-undang. Pendidikan dasar mencakup pendidikan Sekolah Dasar (SD) 6 Tahun dan Pendidikan Lanjutan Pertama (SLTP) selama 3 Tahun. Berbagai masalah dan tantangan masih dihadapi penyelenggara pendidikan dasar, ada permasalahan yang masih dihadapi di Sekolah Dasar pada saat ini, antara lain dalam menunjang program pemerataan pendidikan 9 tahun, biaya yang diperlukan juga belum mampu memenuhinya secara tuntas sebagai amanat untuk memenuhi tuntutan UU Sisdiknas yaitu Pemerataan dan perluasan akses pendidikan. 1
Permasalahan sekolah rusak terutama pada level tingkat dasar (SD) yang telah banyak dibangun pada masa pemerintahan yang lalu melalui program INPRES ternyata membawa permasalah pada pemeliharaannya yang sampai saat ini belum juga tuntas, hal ini diperparah lagi dengan peristiwa bencana alam gempa yang melanda daerah ini. Bencana alam gempa bumi pada tanggal 27 Mei 2006 yang melanda DIY dan Jateng menurut informasi dari posko gempa Dinas Pendidikan Prop.DIY, telah menghancurkan sekitar 1470 bangunan sekolah diantaranya ada 662 sekolah terletak di Kabupaten Bantul dengan 472 SD. Ini memaksa pemerintah untuk melakukan efisiensi pada proses rekonstruksi dan rehabilitasi. Optimalisasi penggunaan ruang kelas dalam sebuah sekolah adalah salah satu diantara efisiensi yang disarankan oleh pemerintah kepada Dinas pendidikan di daerah Jumlah sekolah dasar yang relatif lebih banyak serta kondisi awal sebelum bencana yang memperihatinkan menjadikan sekolah pada tingkat dasar ini membutuhkan prioritas dalam penanganannya. Salah satu jalan yang sudah dirintis oleh pemerintah Propinsi DIY melalui dinas pendidikan pada tahun 1999 adalah meluncurkan program penggabungan sekolah guna mengimbangi program wajib belajar dengan penyedian fasilitas fisik maupun tenaga pengajarnya. Program ini disambut baik oleh pemerintah Kabupaten Bantul dengan melaksanankan regrouping sejak tahun 2002/2003 yaitu sebanyak 75 sekolah, dan dipacu lagi dengan peristiwa bencana alam pada 27 Mei 2006 menjadi 200 sekolah. Program penggabungan (regrouping) sekolah yang pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan pelayanan pemerintah dalam hal pemerataandan pelayanan akses pendidikan ternyata ditanggapi beragam di tingkat masyarakat. Adanya
2
penolakan pada sebagian anggota masyarakat dari orang tua siswa mengindikasikan adanya hal yang dirasakan oleh masyarakat tidak sesuai dengan keinginan mereka, hal ini tentunya sudah ditanggapi pemerintah melalui jajaran dinas pendidikan sehingga keinginan masyarakat tersebut dapat terakomodasi. Bertitik tolak dari hal tersebut kegiatan/program dari pemerintah yang baik dan sudah berjalan cukup lama perlu dilakukan evaluasi terhadap program regrouping sekolah yang selama ini belum dilakukan. Penulis ingin melakukan evaluasi terhadap efektifitas program regrouping sekolah di Kabupaten Bantul.
1.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini mempertanyakan dan berusaha mencari tahu sejauh mana persepsi pengguna terhadap program penggabungan sekolah.
1.2 Tujuan Penelitian
Atas dasar uraian latar belakang dan beberapa rumusan masalah yang telah disampaikan diatas maka tujuan penelitian adalah mengetahui persepsi warga 3
masyarakat sekitar sekolah, orang tua siswa, dan aparatur sekolah tentang pelaksanaan program penggabungan sekolah di Kabupaten Bantul. Idealnya progam penggabungan sekolah berada dalam kerangka konsolidasi manajemen pendidikan1, tetapi program ini dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Bantul dalam rangka merespon kesinambungan kebutuhan pendidikan paska wilayah Bantul dilanda gempa sehingga aspek rehabilitasinya lebih menonjol ketimbang tujuan konsolidasi. Pertanyaan di sekitar tujuan penghematan (efisiensi) biaya operasional pendidikan dalam perbandingannya dengan manfaat penggabungan sekolah diukur melalui capaian prestasi menjadi penting karena mencerminkan aspek mana yang lebih diprioritaskan. Dalam kenyataannya, ada atau tidaknya tujuan konsolidatif dalam kegiatan penggabungan sekolah tidak begitu mudah dibedakan, baik dalam proses maupun hasil akhirnya 2 . Dalam konsep manajemen pendidikan, penggabungan (merger) adalah semata-mata menjadikan satu dua atau lebih entitas sekolah; jika itu bertujuan konsolidasi harus mengandung upaya untuk mengeliminir sejumlah elemen yang dipandang tidak diperlukan lagi sehingga tidak terjadi tumpang tindih.
1.3 Manfaat Penelitian Dari pelaksanaan penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut :
1
Merger/Consolidation of School Districts: Does it save money and improve student achievement? by Dr. David Davare, Pennsylvania School Boards Association (PSBA) - Education Research and Policy Center (2009) 2 The Right Size School: For some rural communities, small schools might be the right answer – especially if they take steps to provide an enriched curriculum, by Susan Black, American School Boards Journal, April 2006: Vol. 193, No. 04.
4
a. Manfaat Praktis. Dengan penggabungan sekolah berguna bagi pemerintah selaku perancang program dalam mencermati dan mengevaluasi pelaksanaan program sejenis di tempat lain.
b. Manfaat Teoritis. Manfaat penelitian ini adalah akan memperkaya khasanah dan pembelajaran pelaksanaan program terutama pada aspek perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program.
1.4 Ruang Lingkup Masalah Penelitian ini dilakukan dalam rangka melihat proses pelaksanaan program regrouping sekolah di Kabupaten Bantul, batasan ini dibuat karena faktor luasnya cakupan wilayah Kabupaten Bantul dan sebagai pertimbangan lainnya adalah besarnya jumlah sekolah dasar yang diregroup di daerah ini. Serta untuk fokusnya penelitian serta terbatasnya dana maka peneliti mengambil satu kecamatan yang terbanyak dalam menerima program ini.
1.5 Keaslian Penelitian Pada saat proposal penelitian ini disusun, penulis menemukan penelitian yang dilakukan oleh Siti Zulaikah (2003) dengan judul ” Dampak penggabungan sekolah dasar terhadap peningkatan mutu pendidikan dasar di Kecamatan pandak 5
Kabupaten
Bantul”.
Penelitian
tentang
evalusasi
pelaksanaan
program
pembangunan dalam masyarakat sudah banyak dilakukan namun yang berkitan dengan pendidikan khususnya dalam hal penggabungan/ regroup sekolah belum pernah dilakukan. Namun demikian peneliti dalam proses ini menemukan beberapa penelitian yang berkaitan dan menjadikan inspirasi lebih jauh peneliti adalah sbb :
Evaluasi pemberdayaan masyarakat dalam program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP) di kab.gununkidul, oleh Ika Warakasih dari tesis MPKD UGM (2002)
Evaluasi efektivitas pelaksanaan program ekonomi kerakyatan (PEK) dari bidang industri dan perdagangan oleh Agung Parian Mandahu MPKD UGM
Dampak pelaksanaan regrouping SD terhadap peningkatan mutu pendidikan dasar oleh Siti Zulaikah dari tesis pasca sarjana UNY (2003).
6