Yulimasni dan Hayani
PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS TUJUH VARIETAS UNGGUL KENTANG DI BATAGAK, KABUPATEN AGAM The Growth and Productivity of Seven Potato Varieties at Batagak, Agam Regency Yulimasni dan Hayani Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat Jalan Raya Padang – Solok Km. 40 Sukarami E-mail:
[email protected]
ABSTRACT West Sumatera province is one of the potato producing centers in Indonesia. The potato varieties commonly grown are Granola and Cipanas varieties (in Solok and Solok Selatan Regencies) and local varietiy Cingkariang (in Agam and Tanah Datar Regencies) with average productivity of the last five years ranging from 15.36 to 17.59 tons/ha.This productivity is still relatively low compared to its potential yield of 30.0 tons/ha.To increase productivity the farmers have to improve cultivation techniques and to use adaptive, highyielding varieties. More than 20 varieties of potatoes released by Ministry of Agriculture are adaptive in the highland agro-ecosystems in Indonesian. However, these varieties are not well known and adopted by the farmers in the producing centers including in West Sumatera. This study aims to observe growth and productivity of seven potato varieties in Batagak, Agam Regency. This study observed farmers' practices at Batagak (Agam Regency) 1,250 meters asl from March to August 2012. The varieties adopted by the farmers are Merbabu , Cipanas, Margahayu , Pink - 06 , GM - 05 , Granola and Cingkariang. The seeds applied are seed tubers (G1) propagated in 2011 season at the BPTP screen house West Sumateraat Sukarami . Results of the study indicates that all verieties showing good growth. Out of the seven varieties adopted which has highest productivity is Merbabu variety (41.58 tons/ha) and the lowest productivity is GM-08 variety (3.96 tons/ha). Granola variety’s yield is 19.16 tons/ha, while that of Cingkariang variety is 8.58 tons/ha. The disease attacking potato plants is late blight disease (Phytopthora sp) with attack intensity ranging from 4.61 percent to 35.60 percent. The lowest attack intensity is found at Merbabu variety and the highest attack is at at GM-08 variety. Keywords : growth, productivity, variety, potatoes
ABSTRAK Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu pusat produksi kentang di Indonesia. Varietas kentang yang biasa ditanam adalah Granola dan Cipanas (Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok Selatan) dan varietas lokal Cingkariang (Kabupaten Agam and Kabupaten Tanah Datar) dengan rata-rata produktivitas selama lima thaun terakhir berkisar antara 15,36 hingga 17,59 ton/ha. Produktivitas tersebut masih relatif rendah dibanding potensi hasilnya sebesar 30,0 ton/ha.Untuk meningkatkan produktivitas dapat dietmpuh melalui perbaikan tehnik budidaya maupun penggunaan varietas yang adaptif dan berdaya hasil tinggi. Lebih dari 20 varietas telah dilepas oleh Menteri Pertanian dan merupakan varietas adapatif agoekosistem dataran tinggi di Indonesia. Walaupun dmeikian varietas-varieta
638
Pertumbuhan dan Produktivitas Tujuh Varietas Unggul Kentang di Batagak, Kabupaten Agam
stersebut belum banyak dikenal dan ditanam oleh petani kentang termasuk di pusat produksi di Sumatra Barat. Penelitian ini bertujuan mengamati pertumbuhan dan produktivitas tujuh varietas kentang di Batagak, Kabupaten Agam. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengamatan lahan petani di Batagak (Kabupaten Agam) dengan ketinggian 1.250 meter dpl dari Maret hingga Agustus 2012. Varietas yang ditanam petani meliputi Merbabu, Cipanas, Margahayu, Pink - 06, GM - 05, Granola, dan Cingkariang. Bibit yang digunakan berupa umbi bibit (G1) yang diperbanyak pada tahun 2011 di rumah jarring BPTP Sumatera Barat di Sukarami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua varietas menunjukkan pertumbuhan yang baik. Varietas dengan produktivitas tertinggi adalah Merbabu (41,58 ton/ha) dan terendah at GM-08 (3,96 ton/ha). Produktivitas varietas Granola adalah 19,16 ton/ha, sedangkan varietas Cingkariang 8,58 ton/ha. Penyakit yang sering menyerang tanaman kentang adalah bercak daun (Phytopthora sp) dengan intensitas serangan berkisar dari 4,61 persen hingga 35,60 persen. Intensitas serangan terendah dijumpai pada varietas Merbabu dan intensitas tertinggi pada varietas GM-08. Kata kunci: pertumbuhan, produktivitas, varietas, kentang
PENDAHULUAN
Di Indonesia tanaman kentang merupakan salah satu komoditas yang mendapat prioritas pengembangan karena tanaman ini dapat dipakai sebagai sumber karbohidrat dan mempunyai potensi dalam program diversifikasi pangan. Kebutuhan akan kentang cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, meningkatnya pendapatan, berkembangnya industri pengolahan makanan sehingga bertambah luasnya pertanaman kentang dan meningkatnya permintaan bibit kentang bermutu (Karyadi, 2000) Tanaman kentang memiliki manfaat dan bernilai ekonomis tinggi serta mempunyai prospek pasar yang menarik (Litbanghorti, 2004; Sumarni dan Hidayat, 2005). Umbi kentang merupakan sumber karbohidrat yang mengandung vitamin dan mineral yang cukup tinggi. Berdasarkan kandungan nutrisinya, umbi kentang merupakan bahan makanan yang paling seimbang dalam menyediakan kalori dan protein bagi kehidupan manusia dibanding bahan pangan lainnya (Pitojo, 2004). Secara umum umbi kentang di Indonesia, diperdagangkan dalam bentuk kentang segar dan beberapa jenis olahan seperti keripik kentang, french fries dan aneka macam makanan ringan. Dalam menu sehari-hari kentang dapat dibuat menjadi berbagai jenis makanan diantaranya kroket, pencampur sambal udang, ayam kentang, pastel kentang, perkedel dan lain-lain (Pitojo, 2004) Sumatera Barat termasuk salah satu provinsi sentra produksi kentang di Indonesia. Di Sumatera Barat sentra produksi komoditas tersebut antara lain Kabupaten Solok, Tanah Datar, Solok Selatan dan Kabupaten Agam. Varietas kentang yang digunakan secara umum adalah varietas Granola dan sebagian kecil varietas Cipanas (Kab. Solok dan Solok Selatan) serta varietas unggul lokal Cingkariang (Kab. Agam dan Tanah Datar) dengan rata-rata produktivitas lima tahun terakhir berkisar antara 15,36–17,59 ton/ha (Tabel 1). Produktivitas ini masih rendah dibandingkan potensinya sebesar 30,0 ton/ha (Direktorat Perbenihan Hortikultura, 2007). Menurut Nurdin et al. (1997) rendahnya produktivitas sayur639
Yulimasni dan Hayani
sayuran Sumatera Barat disebabkan oleh penggunaan bibit bermutu rendah, pemupukan yang tidak tepat takaran dan waktu pemberian serta tingginya serangan hama penyakit. Peningkatan produktivitas dapat dilakukan melalui perbaikan teknik budidaya (termasuk pengendalian organisme pengganggu tanaman) maupun penggunaan varietas unggul yang adaptif dan produktivitas tinggi. Peningkatan produktivitas melalui perbaikan teknik budidaya saja membutuhkan biaya yang tinggi untuk kebutuhan input dan tenaga. Penggunaan varietas unggul yang adaptif dan berproduktivitas tinggi di samping dapat meningkatkan produktivitas tanpa meningkatkan biaya produksi, juga merupakan teknologi yang relatif mudah diaplikasikan petani, sehingga peluang untuk diadopsi lebih besar dibanding teknologi budidaya lainnya. Lebih dari 20 varietas kentang hasil BALITSA telah dilepas Mentan adalah adaptif untuk pengembangan agroekosistem kentang DT di Indonesia (BALITSA, 2006). Namun demikian, varietas-varietas tersebut belum banyak diketahui dan digunakan petani di daerah sentra produksi. Varietas-varietas tersebut merupakan hasil seleksi dari varietas introduksi dan memiliki keunggulan berupa produktivitas tinggi dan ketahanan terhadap penyakit (terutama penyakit busuk daun), diantaranya adalah Cipanas, Margahayu, Merbabu, Krespo, dan Tengo dengan produktivitas di atas 30 ton/ha (Puslitbanghorti, 2006). Beberapa varietas kentang yang berpotensi hasil tinggi tersebut perlu diuji adaptasinya di beberapa sentra produksi kentang. Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Kentang di Sumatera Barat dari Tahun 2006-2010. No. 1. 2. 3. 4. 5.
Tahun 2006 2007 2008 2009 2010
Luas Panen (ha) 1863 1783 1869 1661 1816
Produksi (ton) 32379 27381 32263 28820 31948
Produktivitas (ton/ha) 17,38 15,36 17,26 17,35 17,59
Sumber : BPS, Sumatera Barat, 2010/2011.
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bersifat observasi dilakukan di lahan petani kenegarian Batagak (Kab. Agam) dengan ketinggian tempat 1.250 meter dari permukaan laut ( m dpl) dari bulan Maret sampai Agustus 2012. Varietas yang digunakan antara lain ; Merbabu, Cipanas, Margahayu, Pink06, GM-05, Granola dan Cingkariang, Bibit yang digunakan merupakan umbi bibit (G1) hasil perbanyakan pada MT. 2011 di rumah kasa BPTP-Sumatera Barat di Sukarami. 640
Pertumbuhan dan Produktivitas Tujuh Varietas Unggul Kentang di Batagak, Kabupaten Agam
Pengolahan tanah dilakukan dengan cangkul/bajak sebanyak 2 kali kemudian dibuat bedengan dengan ukuran lebar 2 meter dan panjang tergantung lahan. Penanaman dilakukan secara tunggal dengan jarak tanam 25 X 80 cm. Pemupukan diberikan sebanyak 200 kg Urea, 200 kg ZA, 200 kg SP – 36, dan 150 kg KCl serta 20 ton pukan per ha. Pemberian pukan dilakukan sebelum tanam, sedangkan SP-36 dan setengah Urea, ZA, serta KCl diberikan pada saat tanam, setengah lainnya dari Urea, ZA, dan KCl diberikan pada umur 30 hari setelah tanam (HST). Pemberian pupuk dilakukan secara larikan. Pemeliharaan tanaman berupa pembumbunan dan penyiangan dilakukan pada umur 30 dan 42 HST. Pada kegiatan ini dilakukan proteksi penuh karena hasil akan dijadikan benih untuk turunan berikutnya. Panen dilakukan setelah tanaman berumur lebih dari 3 bulan dengan tanda tanaman sudah mati. Untuk keperluan sertifikasi benih, dilakukan kerjasama dengan BPSB. Selama pertanaman, pengamatan oleh petugas BPSB dilakukan sebanyak empat kali yaitu sebelum tanam, umur 40 dan 50 HST dan saat panen. Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan tanaman (vigor tanaman, tampilan tanaman), jenis dan serangan hama dan penyakit serta produksi. Pengamatan pertumbuhan tanaman dilakukan berdasarkan skor sebagai berikut ; * Vigor tanaman
: 1 = Pertumbuhan jelek, 3 = Tan kerdil (tdk sempurna), 5 = Sedang, 7 = Baik dan 9 = Sangat baik.
* Tampilan Tanaman : 1= Kurang bagus, 3 = Biasa, 5 = Bagus/menarik
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan Tanaman Secara umum pertumbuhan tanaman bagus (Tabel 2). Hal ini diduga karena di dukung oleh faktor iklim terutama curah hujan yang cukup di awal pertumbuhan, sehingga pertumbuhan merata. Dari pengamatan vigor dan tampilan tanaman yang dilakukan umur 30 hari setelah tanam (HST) nilai vigor tanaman berkisar antara skor 7 sampai skor 9 (baik sampai sangat baik) dengan skor 9 (sangat baik) diperlihatkan oleh varietas Merbabu, Margahayu dan Pink-06. Varietas Merbabu juga memperlihatkan tampilan tanaman yang bagus (skor 5) demikian juga dengan varietas Cipanas. Sedangkan varietas Cingkariang (varietas unggul lokal) hanya memperlihatkan nilai vigor skor 7 dan tampilan tanaman skor 3. Dari hasil penelitian Rusli et al. (2009) yang juga dilakukan di Alahan Panjang dan Padang Lawas (Kab. Agam) varietas Merbabu juga memberikan pertumbuhan yang lebih bagus dibandingkan varietas Granola, Margahayu dan Cingkariang. Dari hasil pengamatan terhadap tinggi tanaman dan jumlah tunas yang dilakukan pada umur 60 hst, tinggi tanaman berkisar antara 50,76 -62,50 cm dengan tanaman tertinggi di temui pada varietas Merbabu dan Pink-06, sedangkan jumlah tunas berkisar antara 2,6 -5,6 batang per rumpun dengan jumlah tunas terbanyak pada varietas Cingkariang. Jumlah tunas yang dihasilkan masing641
Yulimasni dan Hayani
masing varietas diduga lebih dipengaruhi oleh besar kecilnya ukuran umbi bibit, semakin besar ukuran umbi bibit jumlah tunas yang dihasilkan semakin banyak. Tabel 2. Nilai Vigor, Tampilan Tanaman, Tinggi Tanaman dan Jumlah Tunas Tujuh Varietas Unggul Kentang di Batagak. MT. 2012. No.
Varietas
Vigor tanaman (skor)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Cingkariang Cipanas Merbabu Margahayu Pink-06 GM-08 Granola
7 7 9 9 9 7 7
Keterangan : Vigor
Parameter Pengamatan Tampilan Tinggi tanaman tanaman (skor) (cm) 3 5 5 3 3 3 5
Jumlah tunas (batang)
53,50 50,76 62,5 51,00 61,9 51,8 46,2
5,6 4,4 4,6 3,4 4,6 2,6 5,2
: 1 = Pertumbuhan jelek, 3 = Tan. Kerdil (tidak sempurna) 5 = Sedang 7 = Baik dan 9 = Sangat baik.
Tampilan Tanaman : 1 = Kurang bagus, 3 = Biasa, 5 = Bagus/menarik
Hama dan Penyakit Jenis hama dan penyakit yang dijumpai selama pengkajian yaitu hama Epilachna dan penyakit busuk daun Phitopthora sp. dengan intensitas serangan relatif rendah, kecuali pada varietas GM-08 serangan busuk daun mencapai 35 persen (Tabel 3). Serangan penyakit busuk daun terendah dijumpai pada varietas Merbabu yaitu 4,61 persen. Hasil Penelitian Rusli et al. (2009) juga memperlihatkan bahwa varietas Merbabu cukup tahan terhadap serangan penyakit busuk daun phitopthora. Tabel 3. Serangan Hama Epilachna dan Penyakit Busuk Daun pada Pengamatan Umur 60 Hst di Batagak. MT. 2012. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
642
Varietas Cingkariang Cipanas Merbabu Margahayu Pink-06 GM-08 Granola
Persentase serangan hama dan penyakit Epilachna sp Busuk daun Phitopthora (ekor/rumpun) ( %) 7 5 5 9 7 7 8
25,62 14,40 4,61 14,60 13,45 35,60 20,50
Pertumbuhan dan Produktivitas Tujuh Varietas Unggul Kentang di Batagak, Kabupaten Agam
Produksi Produksi umbi yang diperoleh dari tujuh varietas yang digunakan disajikan pada Tabel 4. Potensi hasil tertinggi di peroleh padavarietas Merbabu yaitu 1 : 1,26 (artinya satu rumpun panen mampu menghasilkan rata-rata 1,26 kg umbi atau setara dengan 41,58 ton/ha), kemudian diikuti oleh varietas Granola (1 : 0,58 atau setara dengan 19,16 ton/ha). Pink-06 (1 : 0,40) dan Cipanas (1 : 0,37). Potensi hasil terendah di Batagak diperoleh pada varietas GM-08 dan Margahayu. Varietas Cingkariang yang merupakan varietas unggul lokal potensi hasilnya hanya 1 : 0,26. Tinggi rendahnya hasil/produksi yang diperoleh, disamping dipengaruhi jumlah umbi/tanaman dan bobot umbi diduga juga erat kaitannya dengan tingkat serangan penyakit busuk daun pitoptora, dimana semakin tinggi serangan penyakit busuk daun makin rendah hasil yang diperoleh. Thiele et al., (1988) dalam Ortiz et al., (1999) menyatakan bahwa setiap kenaikan serangan penyakit busuk daun sebesar 20 persen dapat mengurangi hasil panen sebesar 6,0 - 6,5 ton/ha. Tabel 4. Hasil Panen Tujuh Varietas Unggul Kentang di Batagak (Kab. Agam). MT. 2012
*)
No.
Varietas
Jumlah rumpun panen (rumpun)
Hasil (kg)
Perbandingan (rpn panen : hasil)
Hasil per *) hektar (ton)
1.
Cingkariang
110
28,60
1: 0,26
8,58
2.
Cipanas
900
329,67
1 : 0,37
12,21
3.
Merbabu
164
207,28
1 : 1,26
41,58
4.
Margahayu
780
109,62
1 : 0,14
4,62
5.
Pink-06
348
137,83
1 : 0,40
13,20
6.
GM - 08
240
28,47
1 : 0,12
3,96
7.
Granola
738
428,50
1 : 0,58
19,16
Asumsi populasi tanaman per hektar ± 33.000 rumpun
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semua verietas yang digunakan mampu memperlihatkan pertumbuhan yang baik dengan nilai skor berkisar antara 7-9. Produktivitas tertinggi di peroleh pada varietas Merbabu yaitu setara dengan 41,58 ton/ha dan terendah pada varietas GM-08 yaitu 3,96 ton/ha. Varietas Granola produktivitasnya sebesar 19,16 ton/ha sedangkan varietas Cingkariang hanya 8,58 ton/ha. Hama penyakit yang dijumpai menyerang tanaman kentang di Batagak antara lain hama Epilachna dan penyakit busuk daun Phytopthora spp. Intensitas serangan penyakit busuk daun berkisar antara 4,61 persen - 35,60 persen dengan intensitas serangan terendah pada varietas Merbabu dan tertinggi pada varietas GM-08.
643
Yulimasni dan Hayani
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Barat, 2007/2008. Sumatera Barat dalam angka 2007. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Propinsi Sumatera Barat. BALITSA, 2006. Ketersediaan Inovasi Teknologi Sayuran Mendukung Prima Tani. Balai Penelitian Sayuran (monograraf). Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi. 2007. Daftar Varietas yang Sudah Dilepas. Dirjen Hort. Deptan. 60 hal. Karyadi, A.K. 2000. Produksi Bibit Kentang (Solanum tuberosum L) Bebas Patogen. Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang. 9 hal. Kusmana. 2003. Evaluasi Beberapa Klon Kentang Asal Stek Batang untuk Uji Ketahanan terhadap Phytopthora infestans. Jur. Hort. 13, 4. hal. 220-228. Nurdin, F., K. Zen dan Yulimasni. 1997. Serangan Hama Korok Daun pada Tanaman Sayuran di Alahan Panjang, Sumatera Barat. Seminar Tantangan Entomologi Abad XXI. Bogor, 8 Januari 1997. 6 hal. Ortiz, O., P. Winter, H. Pano, G. Thiele, S. Guaman, R. Torres, V. Barera, J. Unda, and J. Hakiza. 1999. Understanding Farmer’s Responses to Late Blight : Evident from Peru, Bolivia, Ecuador, and Uganda. Program Report 1997-1998. Pitojo, S. 2004. Benih Kentang. Seri Penangkaan. Kanisius, Yogyakarta. Puslitbanghorti. 2006. Katalog Teknologi Unggulan Hortikultura. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Hortikultura. Departemen Pertanian. Rusli, I., Khairul Zen, Atman Roja, Abdul Aziz, Djanifah Djamaan, Ade Subarna, Ramailis dan Arifnawati. 2009. Uji adaptasi untuk percepatan penyebaran VUB Cabai (15 ton/ha) dan Kentang (25 ton/ha) di Sumatera Barat. (Laporan pengkajian Sinta 2009). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat.
644
Pertumbuhan dan Produktivitas Tujuh Varietas Unggul Kentang di Batagak, Kabupaten Agam
Gambar 1. Penanaman benih G1tujuh varietas kentang di lahan petani Batagak (Kab. Agam) di dampingi petugas PPL. MT. 2012.
Gambar 2. Tampilan pertumbuhan tanaman kentang di Batagak umur 40 hst. MT. 2012.
645