Prosiding Seminar Nasional Florikultura 2011
Produktivitas dan Kualitas Mawar Bunga Potong Varietas Unggul Balithi pada Teknologi Budidaya di Lahan Terbuka Rahayu Tejasarwana, Darliah dan Muchdar Soedarjo Balai Penelitian Tanaman Hias, Jl. Raya Ciherang, Pacet PO Box 08 SDl Cianjur 43253 Email
[email protected]
ABSTRAK. Mawar bunga potong di Indonesia memilki produktivitas dan kualitas yang masih rendah. Produktivitas dan kualitas mawar bunga potong perlu ditingkatkan dengan menggunakan kultivar mawar rakitan dalam negeri dan teknologi budidaya di lahan terbuka. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan kultivar mawar yang produktivitas dan kualitasnya tinggi. Penelitian diselenggarakan di lahan terbuka petani desa Poncokusumo, kec. Poncokusumo, kab. Malang Jawa Timur, 900 m di apl pada bulan Juni-Oktober tahun 2010. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok pola faktorial terdiri dari dua faktor dan diulang tiga kali. Faktor pertama yaitu kultivar Megaputih, Clarissa, Putri, dan Megawati. Faktor kedua adalah teknologi budidaya mawar bunga potong yang diadopsi dari 3 sumber teknologi yaitu 1. Teknologi Budidaya Balithi, 2. Teknologi Budidaya PT Adi yang dimodifikasi, dan 3. Teknologi Budidaya Petani Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kultivar Putri memberikan pertumbuhan tangkai bunga terbaik dengan panjang 32,97 cm, diameter tangkai bunga 3,83 mm, dan produksi bunga tertinggi 12,7 tangkai/petak/4 bulan. Kombinasi perlakuan kultivar Megaputih dan teknik budidaya PT Adi memberikan jumlah lembar mahkota bunga/kuntum yang tertinggi (87,44 lembar). Kombinasi perlakuan kultivar Putri dan teknik budidaya Balithi memberikan jumlah lembar bunga/kuntum tertinggi (22,10 lembar) dibandingkan teknik budidaya lainnya. Implikasinya adalah beberapa kultivar mawar dan teknologi budidaya mawar bunga potong Balithi dapat digunakan di lahan terbuka. Kata Kunci : Rosa hybrida L., kultivar, produktivitas, kualitas, teknologi budidaya. ABSTRACT. Tejasarwana, R., Darliah, and M. Soedardjo. Productivity and Quality of IOCRIs rose cut flower cultivar on open land. Rose cut flowers in Indonesia have lower productivity and quality. The productivity and quality of the rose cut flower needed to be increased by using qualified-rose cultivar and suitable cultivation technique. The aim of this study was to evaluate rose cut flower cultivars that produce higher quality and productivity in opened-area. The experiment was conducted at farmer land in Poncokusumo village, Poncokusumo district, Malang, East Java around 900 m asl from June to October 2010. The factorial experiment was arranged by a Randomized Complete Block Design three replications. First factor were rose varieties i.e. Rosa hybrida cv. Megaputih, Clarissa, Putri, and
132
Prosiding Seminar Nasional Florikultura 2011 Megawati. Second factor were cut flowers technology cultivation adopted from (1) IOCRI, (2) modified PT. Adi, and (3) Malang rose farmer. Results of the experiment indicated that R. hybrida cv. Putri gave the best flower stem length (32,97 cm), stem diameter (3,83 mm), and the highest flower production (12,7 stem/plot/4 months). Treatment combination of R. hybrida cv. Megaputih and PT Adi technology gave the highest petals/flower (87,44 petals); R. hybrida cv. Putri and IOCRI technology on the highest petals number/flower (22,10 petals) compared to others. Implication of this experiment indicated that R. hybrida and IOCRI technology can be used in opened land. Key Words : Rosa hybrida L., cultivar, productivity, quality, technology cultivation.
Mawar merupakan komoditas tanaman hias yang penting. Berdasarkan pengamatan di pedagang pengumpul, produsen kecil, produsen besar, dan florist di Cipanas, Lembang, Bandung, dan Jakarta diketahui bahwa mawar bunga potong menduduki peringkat ke 2 sesudah anggrek yang banyak diperdagangkan (Dwiatmini et al. 1994). Produksi mawar bunga potong di Indonesia pada tahun 2007 mencapai 59.492.699 tangkai dengan luas panen 1.690.659 m2, sekitar 35 tangkai/m2/tahun (Direktorat Jenderal Hortikultura 2008). Produktivitas mawar bunga potong tersebut masih rendah. Potensi produksi mawar bunga potong kultivar Clarissa (klon no. 41) ialah 1,0 tangkai/tanaman/bulan atau 12 tangkai/tanaman/tahun atau 180 tangkai/m2/tahun (Darliah et al. 2010). Di samping itu kualitas mawar bunga potong juga masih rendah. Teknik budidaya mawar bunga potong yang berkembang di petani dan pengusaha mawar perlu diperbandingkan dengan teknik budidaya yang diperoleh Balithi. Alasan yang kuat untuk menyelenggarakan penelitian mawar bunga potong di Poncokusumo adalah iklim yang sesuai untuk pertumbuhan mawar bunga potong. Sekalian mengikuti berbagai kegiatan ekspose, dan mempromosikan kultivar-kultivar Balithi yang baru untuk masyarakat petani tanaman hias dan konsumen di Poncokusumo dan sekitarnya. Untuk mengatasi masalah tersebut Balai Penelitian Tanaman Hias semenjak tahun 2000 telah melepas kultivar mawar bunga potong Pertiwi yang memiliki bunga berukuran besar dan bertangkai panjang. Kultivarkultivar Megawati, Putri, Megaputih, Clarissa Talitha, Melia, Fortuna, 133
Prosiding Seminar Nasional Florikultura 2011
Shananda, dan Kania merupakan kultivar unggul rakitan para pemulia Balithi. Menurut Darliah et al. (2005), kultivar Megaputih mempunyai karakter dapat memproduksi 1,4 tangkai bunga/tanaman/bulan dan kultivar Megawati 1,5 tangkai bunga/tanaman/bulan. Sedangkan karakter kultivar Putri dapat memproduksi 1,2 tangkai bunga/tanaman/bulan (Darliah et al. 2010). Purbiati et al. (2004) melaporkan bahwa di Jawa Timur telah berkembang kultivar lokal Pergiwa dan Pergiwati sebagai tanaman mawar bunga potong yang dapat ditanam tanpa naungan rumah plastik. Dengan telah dirakitnya berbagai kultivar mawar bunga potong, maka perlu diperkenalkan kepada petani bunga dan konsumen. Kualitas bunga juga lebih baik seperti panjang tangkai bunga, diameter tangkai bunga, diameter bunga kuncup, dan diameter bunga mekar, bila diberi pupuk cair 2 kali/minggu (Tejasarwana et al. 2004b). Hasil penelitian Tejasarwana dan Winarto (2001) menunjukkan bahwa panjang tangkai bunga tertinggi (51,7 cm), diameter bunga mekar tertinggi (18,4 mm), bobot bunga tertinggi (16,1 g/tangkai) diperoleh dari sistim arsitektur tanaman Jepang. Sistim arsitektur tanaman Jepang memperoleh hasil bunga dengan kualitas AA dan A terbaik (16,5 dan 16,5 %), diikuti sistim arsitektur tanaman ”hard pinching” Belanda. Sistim arsitektur tanaman ”soft pinching” Belanda dengan pemberian pupuk cair DHL 1,40-1,60 dS/m2 menghasilkan tangkai bunga yang cenderung lebih besar diameternya. Pada taraf DHL lebih tinggi justru diameter tangkai bunganya cenderung lebih kecil (Andyantoro et al. 2004). Selain melepas kultivar mawar bunga potong, serangkaian penelitian teknologi budidaya telah dilakukan peneliti-peneliti Balai Penelitian Tanaman Hias. Media tanam nyata mempengaruhi produksi bunga per petak. Produksi bunga tertinggi diperoleh media tanam rockwool sebesar 15,9 tangkai per petak atau sekitar 8,4 tangkai bunga per m 2 yang setara media tanah plus serbuk sabut kelapa kasar (1:1). Menurut Wuryaningsih et al. (2003) komposisi media serbuk sabut kelapa + zeolit 100 dan 200 g memenuhi syarat sebagai media tanam bagi budidaya mawar dan dapat digunakan sebagai media pengganti tanah. Tejasarwana et al. (2004c) melaporkan bahwa serat sabut kelapa dapat menjadi media tanam yang baik dengan memperbaiki karakter fisik dan kimianya sehingga menjadi 134
Prosiding Seminar Nasional Florikultura 2011
media yang lebih layak. Tejasarwana dan Ginting (2002) juga memberikan laporan bahwa produksi bunga tertinggi yaitu 17,9 tangkai bunga per petak atau 9,5 tangkai bunga per m2 diperoleh dari formula hara Joro yang setara perlakuan 300 kg NPK/ha/2 minggu dan 200 mg N-urea plus 33 mg P, 196 mg K, 40 mg S, 140 mg Ca, 18 Mg, 1,4 mg Fe, 0,3 mg Mn, 0,2 mg Zn, 0,2 mg B, 0,05 mg Cu dan 0,05 mg Mo per l. Formula nutrisi Cipanas A 1 memiliki keunggulan diameter bunga mekar terlebar, sedangkan Cipanas A 2 memiliki keunggulan diameter bunga kuncup dan jumlah petal/kuntum terbesar. Oleh karena itu formula Cipanas A1 dan Cipanas A2 dapat digunakan sebagai alternatif pengganti formula komersial (Tejasarwana et al. 2004a). Frekuensi pemberian nutrisi cair dua kali/minggu lebih baik daripada hanya satu kali/minggu karena cenderung memberikan produksi bunga dan bobot bunga segar lebih tinggi (Tejasarwana et al. 2004b). Memperkuat penelitian sebelumnya Tejasarwana dan Rahardjo (2009) melaporkan bahwa menggunakan kultivar Grand Gala, formula pupuk komersial, Cipanas A 1 dan Cipanas A2 yang diuji menunjukkan hasil bunga dan kualitas yang sama, sehingga formula pupuk Cipanas A1 dan Cipanas A2 dapat digunakan sebagai pengganti formula pupuk komersial. Dari serangkaian penelitian mawar bunga potong tersebut maka didapat satu teknologi budidaya mawar unggulan dengan campuran media tanam, tanah plus pupuk kandang yang bervariasi takarannya. Bedengan tanaman yang baik dibuat selebar 60 cm, panjang 200 cm (tergantung luas lahan), dan tinggi 40 cm. Jarak tanam yang memberikan produksi bunga tinggi adalah yang cukup rapat 30 cm x 20 cm atau 15 cm (Tejasarwana dan Rahardjo, 2009). Pupuk 300 kg NPK/ha diberikan ke tanaman mawar. Arsitektur tanaman yang digunakan mengikuti model Jepang dengan bending dan pinching. Seluruh penelitian tersebut di atas dilakukan di lahan yang dinaungi rumah plastik. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan satu teknologi budidaya mawar bunga potong di lahan terbuka yang tepat agar memperoleh produksi bunga tinggi dan kualitas yang baik. Sedangkan luaran yang diharapkan adalah mendapatkan 1 teknologi budidaya mawar bunga potong, dan 1 kultivar mawar yang sesuai diterapkan di desa Poncokusumo, Malang. 135
Prosiding Seminar Nasional Florikultura 2011
Hipotesis: varietas yang diberi perlakuan pupuk yang tepat di lokasi penelitian dapat memberikan pertumbuhan tanaman mawar yang terbaik dan produksi bunga yang tinggi.
BAHAN DAN METODE Penelitian budidaya mawar dilakukan di lokasi lahan terbuka desa Poncokusumo, kec. Poncokusumo, kab. Malang Jawa Timur pada ketinggian sekitar 900 m di atas permukaan laut, suhu udara pada siang hari sekitar 23-280C. Penelitian dilakukan dari bulan April sampai Desember 2010. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap pekerjaan, yaitu: persiapan media tanam dan pemberian perlakuan, persiapan benih, tanam benih, pemeliharaan, dan pengamatan tanaman dengan rincian sebagai berikut: Media tanam berupa campuran tanah:kompos daun bambu (4:1), pupuk kandang ayam yang sudah difermentasikan setara 30 t/ha. Setelah diolah/dicangkul lahan kemudian dibuat bedengan 60 cm x 120 cm bagian atas dengan jarak antar bedengan 40 cm. Jarak antar ulangan 100 cm. Luas bedengan dan jarak tanam disesuaikan dengan teknologi budidaya yang digunakan. Membuat lubang tanam di bedengan media tanam dengan menyesuaikan bentuk dan ukuran perakaran tanaman. Kemudian benih .ditanam dengan posisi tegak, ditutup kembali dengan media sebatas leher akar dengan sedikit ditekan supaya tanaman berdiri kuat. Pemberian pupuk sesuai dengan berat dan waktu yang telah ditentukan. Pupuk P dan K diberikan sebagai pupuk dasar, ditabur di sekeliling tanaman dan ditutup tanah. Pupuk N diberikan sesuai dengan teknologinya, dan saat pemberiannya. Petak-petak percobaan disusun menurut rancangan acak kelompok pola faktorial dengan 2 faktor perlakuan yang diulang 3 kali. Faktor perlakuan pertama yaitu kultivar Megaputih, Clarissa, Putri, Megawati. Faktor perlakuan kedua adalah teknologi budidaya mawar bunga potong yang diadopsi dari 3 sumber teknologi yang digambarkan dalam Tabel 1.
136
Prosiding Seminar Nasional Florikultura 2011 Tabel 1.
Paket teknologi budidaya yang dicoba
Komponen
Balithi
PT Adi
Bedengan
Tinggi bedengan Pupuk/pemupukan Pupuk kandang
Campuran tanah, kompos daun Bambu (4:1) 40 cm 20 t pupuk kandang ayam/ha
N P K
300 kg NPK/ha (2020-20) 2 minggu sekali
Mulsa Arsitektur tanaman
Plastik hitam Bending dan pinching model Jepang
Jarak tanam
30 cm x 20 cm
Campuran tanah, sekam segar (1 karung/ bedengan) 20 cm 1 karung pupuk kandang kambing/bedengan Dasar 300 kg urea/ha, 300 kg SP-36/ha, 300 kg KCl/ha; 300 kg NPK 2 mg 1 kali Tanpa mulsa Bedengan diberi dinding batako Bending dan pinching model Jepang 20 cm x 20 cm
Petani Poncokusumo Tanah dicangkul 30 cm -
5 butir urea/tanaman, 2 minggu 1 kali Tanpa mulsa Tradisional, pemangkasan tunas saat panen 20 cm x 20 cm
Pemeliharaan tanaman secara umum meliputi penyiraman setiap hari sekali dengan air pengairan sambil melihat kondisi kelembaban media tanam. Pengendalian hama dan penyakit untuk pencegahan dilakukan seminggu 2 kali dengan insektisida, fungisida, dan pestisida lainnya dengan berselang-seling bahan aktifnya. Pembersihan gulma di media tanam dalam bedengan dilakukan setiap 3 minggu sekali serta melihat kondisi pertumbuhan gulma lainnya di sekitar area pertanaman mawar. Bentuk tanaman teknologi 1 dan 2 dibuat mengikuti arsitektur tanaman Jepang, yaitu tunas pertama yang tumbuh dirundukkan/dilakukan bending ke arah dalam agar tumbuh horizontal dengan cabang-cabangnya. Begitu juga kelak bila tumbuh tunas/cabang yang tidak produktif selalu dilakukan bending. Sedangkan tunas yang tumbuh di ketiak daun tunas produktif (bottom break) dilakukan pinching atau pemetikan agar tumbuh bunga tunggal sebagai bunga potong standar. Teknologi 3 juga dilakukan pinching, tetapi tidak bending. Seluruh teknologi budidaya disesuaikan dengan perkembangan dan cara-cara yang dilakukan masing-masing petani/pengusaha budidaya mawar bunga potong. 137
Prosiding Seminar Nasional Florikultura 2011
Peubah mawar yang diamati meliputi: produksi bunga/petak, panjang tangkai bunga, diameter tangkai bunga, umur pertumbuhan tangkai bunga, panjang neck bunga, diameter neck bunga, diameter bunga kuncup, diameter bunga mekar, dan jumlah lembar mahkota bunga/kuntum perlakuan. Pengamatan dilakukan setiap kali panen bunga yang sewaktuwaktu terjadi. Cara pengamatan tergantung peubah yang diamati. Produksi bunga/petak dihitung dengan menjumlah tangkai bunga seluruhnya yang dipanen setiap kali (tangkai). Tangkai bunga dipanen dengan cara memotong tangkai bunga 2 ruas di atas pangkal tunas. Panjang tangkai bunga diukur dari tempat luka pemotongan hingga bagian bawah neck bunga (cm). Diameter tangkai bunga diukur di tengah-tengah tangkai atau batang bunga dengan jangka sorong (mm). Umur pertumbuhan tangkai bunga dihitung mulai dari ujung tunas muncul hingga panen bunga (hari). Panjang neck bunga diukur dari bagian bawah neck bunga hingga bawah calyx (cm). Diameter neck bunga diukur di tengah-tengah neck bunga dengan jangka sorong (mm). Diameter bunga kuncup diukur di tengahtengah bidang perut kuncup bunga dengan jangka sorong (cm). Diameter bunga mekar diukur setelah bunga mekar 80% (kepala sari belum kelihatan) dari ujung petal ke petal lain yang terluar dengan jangka sorong (cm). Jumlah lembar mahkota bunga (petal)/kuntum dihitung setiap kali panen contoh (lembar/kuntum). Data dikumpulkan, ditabulasi, dirata-ratakan, dan dianalisis statistik menurut program Irristat. Perbedaan perlakuan diuji lanjut dengan Uji Kisaran Berganda Duncan pada taraf 0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN Dari seluruh peubah pengamatan dalam Tabel 1, 2, dan 3 yang dilakukan, analisis ragam menunjukkan tidak terjadi interaksi yang berbeda nyata antara perlakuan kultivar dan teknologi budidaya terhadap seluruh peubah kecuali jumlah lembar mahkota bunga/kuntum. Oleh karena itu data diuraikan dan dibahas setiap perlakuan secara mandiri menurut faktor perlakuan masing-masing, kecuali jumlah lembar/kuntum yang diuraikan sebagai kombinasi perlakuan. 138
Prosiding Seminar Nasional Florikultura 2011
Produksi bunga/petak Data yang disajikan dalam Tabel 2 menunjukkan bahwa kultivar mawar bunga potong yang diuji memproduksi bunga/petak yang berbeda nyata. Produksi bunga/petak tertinggi diperoleh tanaman kultivar Putri (12,7 tangkai/petak) yang tidak berbeda nyata dibandingkan kultivar Clarissa. Sedangkan produksi bunga/petak terendah diperoleh kultivar Megawati (9,2 tangkai). Kultivar Megaputih memperoleh produksi bunga di antara ke dua kultivar mawar tersebut. Jika dibandingkan dengan karakter mawar menurut Darliah et al. (2005) dan Darliah et al. (2010) hasil bunga di Poncokusumo masih rendah. Hal ini disebabkan karena teknologi budidaya yang digunakan di lahan terbuka Poncokusumo belum sebaik yang dilakukan pada budidaya mawar bunga potong standar di Balithi dalam naungan rumah plastik. Dalam Tabel 2 ditunjukkan pula bahwa perlakuan teknologi budidaya tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap produksi bunga yang berkisar 9,8-11,8 tangkai/petak. Pada penelitian ini perbandingan pupuk dalam bentuk ion tidak dihitung. Selama musim dingin hasil bunga mawar seluruhnya dan tangkai lebih dari 40 cm maksimal pada perlakuan NH4:NO3:urea ialah 25:75:0 (Bar-Yosef et al. 2009). Berbeda dengan laporan Kim dan Lieth (2004) bahwa kanopi yang dilakukan bending menghasilkan bunga yang tangkainya panjang dan biomassnya lebih berat. Ini berarti mengakibatkan secara nyata tunas-tunas yang berbunga akan berkurang. Tetapi pengurangan jumlah tangkai bunga per m 2 secara ekonomi tidak mengurangi hasil, karena ada peningkatan kualitas bunga dengan meningkatnya panjang tangkai bunga.
139
Prosiding Seminar Nasional Florikultura 2011 Tabel 2.
Rata-rata produksi bunga, panjang tangkai bunga, diameter tangkai bunga, umur tangkai bunga pada percobaan budidaya mawar di Desa Poncokusumo, Kecamatan Poncokusumo, Malang Jawa Timur, tahun 2010 (Mean growth of flower production, flower stem length, flower stem diameter, and age of stem flower, on rose cultivation trial at Poncokusumo village, Poncokusumo district, Malang, East Java, 2010 year season).
Perlakuan (Treatment)
Kultivar (Cultivar) Megaputih Clarissa Putri Megawati Teknologi budidaya (Cultivation Technology) Balithi (IOCRI) PT. Adi (Adi C.V.) Petani (Farmer) KK (cv) (%)
Produksi bunga/petak (Flower production/plot) (tangkai)
Panjang tangkai bunga (Flower stem length)
9,4 b 10,7 ab 12,7 a 9,2 b
20,07 25,42 32,97 18,08
9,8 a 11,8 a
24,47 a 23,88 a
3,52 a 3,38 a
42,1 a 39,9 a
9,9 a 29,2
24,06 a 21,5
3,45 a 18,0
38,4 a 12,4
(cm)
b ab a b
Diameter tangkai bunga (Flower stem diameter) (mm)
Umur tangkai bunga ( Age of stem flower) (hari)
3,36 3,70 3,83 2,90
39,8 41,5 39,1 40,0
b a a c
a a a a
Panjang tangkai bunga Data yang disajikan dalam Tabel 2 menunjukkan bahwa kultivar mawar bunga yang diuji menumbuhkan panjang tangkai yang berbeda nyata. Panjang tangkai bunga tertinggi diperoleh tanaman kultivar Putri (32,97 cm), sedangkan terendah diperoleh kultivar Megawati (18,08 cm). Kultivar Clarissa dan Megaputih memperoleh panjang tangkai bunga di antara ke dua kultivar mawar tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di lahan terbuka tangkai bunga yang panjang menjadi pendek. Tangkai bunga mawar yang lebih panjang dari 45 cm masuk dalam kategori panjang (Darliah et al. 2010). Dalam rumah naungan plastik tersebut kultivar Putri sebagai pembanding memiliki panjang tangkai bunga rata-rata
140
Prosiding Seminar Nasional Florikultura 2011
hingga 60,67 cm, sedangkan klon no. 41 (C.00.421-01) bahkan memiliki panjang bunga hingga sebesar 63 cm. Menurut Al-Menaie et al. (2008) semua kultivar mawar bunga potong yang dicoba dalam rumah kaca di Kuwait menampilkan produksi bunga yang menarik, tangkai bunga panjang, aromanya harum, dan warna bunga beraneka, ukuran bunga besar sesuai untuk rangkaian bunga di buket, kecuali kultivar Elfe penampilannya buruk. Setiap kultivar memiliki karakter dan penampilan panjang tangkai bunga yang spesifik. Dalam Tabel 2 ditunjukkan pula bahwa perlakuan teknologi budidaya tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap panjang tangkai bunga yang berkisar 23,88-24,47 cm. Diameter tangkai bunga Data yang disajikan dalam Tabel 2 menunjukkan bahwa kultivar mawar bunga yang diuji menumbuhkan diameter tangkai bunga yang berbeda nyata. Diameter tangkai bunga tertinggi diperoleh tanaman kultivar Putri (3,83 mm) yang tidak berbeda nyata dibandingkan kultivar Clarissa, sedangkan terendah diperoleh kultivar Megawati (2,90 mm). Kultivar Megaputih memperoleh diameter tangkai bunga di antara ke dua kultivar mawar tersebut. Hal ini disebabkan oleh perbedaan karakter kultivar mawar. Dalam Tabel 2 ditunjukkan pula bahwa perlakuan teknologi budidaya tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap diameter tangkai bunga yang berkisar 3,38-3,52 mm. Umur tangkai bunga Data yang disajikan dalam Tabel 2 menunjukkan bahwa kultivar mawar bunga yang diuji menumbuhkan tangkai bunga yang umurnya tidak berbeda nyata. Umur tangkai bunga yang diperoleh tanaman kultivar Megaputih, Clarissa, Putri, dan Megawati berkisar 39,1-41,5 hari dari kuncup sepanjang 1 cm hingga bunga dipanen. Tabassum et al. (2002) melaporkan bahwa semua kultivar yang dicobanya memproduksi bunga dalam waktu yang berkisar dari 41,83-54,67 hari. Hal ini berarti mawar bunga potong yang dicoba di lahan petani di Poncokusumo dalam keadaan terbuka memiliki kisaran waktu yang lebih pendek.
141
Prosiding Seminar Nasional Florikultura 2011
Dalam Tabel 3 ditunjukkan pula bahwa perlakuan teknologi budidaya tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap umur pertumbuhan tangkai bunga yang berkisar 38,4-42,1 hari. Panjang neck bunga Data yang disajikan dalam Tabel 3 menunjukkan bahwa kultivar mawar bunga yang diuji menumbuhkan panjang neck bunga yang tidak berbeda nyata. Panjang neck bunga yang diperoleh tanaman kultivar Megaputih, Clarissa, Putri, dan Megawati berkisar 5,70-6,55 cm. Dalam Tabel 3 ditunjukkan pula bahwa perlakuan teknologi budidaya tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap panjang neck bunga yang berkisar 6,00-6,60 cm. Diameter neck bunga Data yang disajikan dalam Tabel 3 menunjukkan bahwa kultivar mawar bunga yang diuji menumbuhkan diameter neck bunga yang tidak berbeda nyata. Diameter neck bunga yang diperoleh tanaman kultivar Megaputih, Clarissa, Putri, dan Megawati berkisar 2,16-2,95 mm. Dalam Tabel 3 ditunjukkan pula bahwa perlakuan teknologi budidaya tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap diameter neck bunga yang berkisar 2,64-2,76 mm. Diameter bunga kuncup Data yang disajikan dalam Tabel 3 menunjukkan bahwa kultivar mawar bunga yang diuji menumbuhkan diameter bunga kuncup yang tidak berbeda nyata. Diameter bunga kuncup yang diperoleh tanaman kultivar Megaputih, Clarissa, Putri, dan Megawati berkisar 1,97-2,45 cm. Darliah et al. (2010) melaporkan bahwa diameter bunga kuncup pada penelitiannya berkisar 1,80-3,01 cm dari berbagai kultivar mawar bunga potong. Dalam Tabel 3 ditunjukkan pula bahwa perlakuan teknologi budidaya tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap diameter bunga kuncup yang berkisar 2,00-2,25 cm.
142
Prosiding Seminar Nasional Florikultura 2011 Tabel 3.
Rata-rata panjang neck bunga, diameter neck bunga, diameter bunga kuncup, diameter bunga mekar, percobaan budidaya mawar di Desa Poncokusumo, Kecamatan Poncokusumo, Malang Jawa Timur, tahun 2010 (Mean of flower neck length, flower neck diameter, young flower diameter, and open flower diameter on rose cultivation trial at Poncokusumo village, Poncokusumo district, Malang, East Java, 2010 year season).
Perlakuan (Treatment)
Kultivar (Cultivar) Mega putih Clarissa Putri Megawati Teknologi Budidaya (Cultivation Technology) Balithi (IOCRI) PT. Adi (Adi C.V.) Petani (Farmer) KK (cv) (%)
Panjang neck bunga (Flower neck length) (cm)
Diameter neck bunga (Flower neck diameter) (mm)
Diameter bunga kuncup (Young flower diameter) (cm)
Diameter bunga mekar (Open flower diameter) (cm)
5,70 a 6,20 a 6,52 a 6,55 a
2,89 a 2,95 a 2,75 a 2,16 a
2,45 a 2,01 a 2,08 a 1,97 a
7,29 a 6,91 a 7,57 a 8,21 a
6,60 a 6,13 a 6,00 a 10,9
2,76 a 2,64 a 2,66 a 21,4
2,13 a 2,25 a 2,00 a 30,5
7,39 a 8,09 a 7,00 a 27,7
Diameter bunga mekar Data yang disajikan dalam Tabel 3 menunjukkan bahwa kultivar mawar bunga yang diuji menumbuhkan diameter bunga mekar yang tidak berbeda nyata. Diameter bunga mekar yang diperoleh tanaman kultivar Megaputih, Clarissa, Putri, dan Megawati berkisar 7,29-8,21 cm. Dalam Tabel 3 ditunjukkan pula bahwa perlakuan teknologi budidaya tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap diameter bunga mekar yang berkisar 7,00-8,09 cm.
143
Prosiding Seminar Nasional Florikultura 2011
Jumlah lembar bunga/kuntum Data yang disajikan dalam Tabel 4 menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara perlakuan kultivar dan teknologi budidaya yang berbeda nyata terhadap pertumbuhan jumlah lembar bunga/kuntum. Kombinasi perlakuan kultivar Megaputih dan teknologi PT Adi memberikan pertumbuhan jumlah lembar mahkota bunga tertinggi (87,43 lembar/kuntum). Sedangkan terendah diperoleh kombinasi perlakuan kultivar Putri dan PT Adi (17,48 lembar/kuntum). Tabel 4.
Pengaruh interaksi perlakuan terhadap pertumbuhan jumlah lembar mahkota bunga/kuntum mawar bunga potong pada percobaan budidaya mawar di Desa Poncokusumo, Kecamatan Poncokusumo, Malang Jawa Timur, tahun 2010 (Effect of treatment interaction to petals number/flower of cut flower on rose cultivation trial at Poncokusumo village, Poncokusumo district, Malang, East Java, 2010 year season). Teknologi Budidaya (Cultivation Technology)
Kultivar (Cultivar) Mega putih Clarissa Putri Megawati
Balithi (IOCRI)
PT. Adi (Adi C.V.)
Petani (Farmer)
84,93 a B 23,33 b B 22,10 b A 22,40 b B
87,43 a A 25,43 b A 17,48 b C 23,07 b A
61,57 a C 25,00 b A 21,22 b B 22,78 b AB
KK (cv) (%) : 17,9
Perlakuan lainnya berada di antara kedua kombinasi perlakuan tersebut. Sedangkan kombinasi perlakuan kultivar Putri dan teknik budidaya Balithi memberikan jumlah lembar bunga/kuntum tertinggi dibandingkan teknik budidaya lainnya dengan kultivar yang sama. Sedangkan Darliah et al. (2010) melaporkan penelitiannya bahwa jumlah lembar mahkota bunga yang diamati berkisar 21-54 lembar/kuntum. Dengan demikian dalam penelitian yang dilakukan ini kultivar Megaputih
144
Prosiding Seminar Nasional Florikultura 2011
yang memiliki 87,43 lembar mahkota bunga adalah lebih tinggi dibandingkan penelitian Darliah et al. (2010).
KESIMPULAN 1. Kultivar Putri memberikan pertumbuhan tangkai bunga terbaik dengan panjang tangkai (32,97 cm), diameter tangkai (3,83 mm), dan produksi bunga tertinggi 12,7 tangkai/petak/4 bulan). 2. Kombinasi perlakuan kultivar Megaputih dan teknik budidaya PT Adi memberikan jumlah lembar mahkota bunga/kuntum yang tertinggi (87,43 lembar/kuntum). 3. Kombinasi perlakuan kultivar Putri dan teknik budidaya Balithi memberikan jumlah lembar bunga/kuntum tertinggi (22,10 lembar/kuntum) dibandingkan teknik budidaya lainnya dengan kultivar yang sama.
UCAPAN TERIMA KASIH Disampaikan ucapan terima kasih kepada para teknisi dan teknisi litkayasa yang banyak membantu di dalam persiapan penelitian, pelaksanaan, pasca panen, hingga pengolahan data statistik ialah sdr. Abdul Muhit, AMd, Hendra Suparna, dan Irwan.
DAFTAR PUSTAKA Al-Menaie, H.S., A.A. Al-Shatti, D.Prathish, N. Suresh, M. Mathew. 2008. Evaluating the Suitability of Different Rose Varieties (Rosa indica) Under Greenhouse Conditions in Kuwait. European J. of Sci. Res. 19(4):728-732. Andyantoro, S., R. Tejasarwana dan B. Ginting. 2004. Hara dan Arsitektur Tanaman pada Budidaya Mawar Potong dalam Prosiding Seminar Nasional Florikulturura. Bogor, 4-5 Agustus 2004. Bar-Yosef, B., N.S. Mattson, and H.J. Lieth. 2009. Effects of NH 4:NO3:Urea Ratio on Cut Roses Yield, Leaf Nutrients Content and Proton Efflux by Roots in Closed Hydroponik System. Sci.Hort.122(4):610-619. 145
Prosiding Seminar Nasional Florikultura 2011 Darliah, D. Kurniasih, dan W. Handayati. 2010. Persilangan dan Seleksi untuk Mendapatkan Varietas Unggul Baru Mawar Potong Berwarna Merah. J.Hort. 20(2):103-110. Darliah, D.P. de Vries, Maryam ABN, dan W. Handayati. 2005. Bunga Potong Varietas Mega Putih. J.Hort. 15(2):77-82. Direktorat Jenderal Hortikultura. 2008. Statistika Produksi Hortikultura Tahun 2007. Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian. 209 Hlm. Dwiatmini, K., D. Herlina, dan S. Wuryaningsih. 1994. Inventarisasi dan karakterisasi beberapa jenis bunga potong komersial di pasaran bunga Cipanas, Lembang, Bandung, dan Jakarta. Bul.Penel. Tan. Hias. 2(1):7-18. Kim, S.H. and J.H. Lieth. 2004. Effect of Shoot-bending on Productivity and Economic Value Estimation of Cut-flower Roses Grown in Coir and UC Mix. Sci.Hort. 99(3-4):331-343. Purbiati, T., Yuniarti, Darliah, N.S. Samayanti, D. Sulistyowati. 2004. Karakterisasi Varietas Unggul Bunga Mawar Potong Pergiwo dan Pergiwati. 2004. Agrosains 6(2):64-69. Tabassum, R., A. Ghaffoor, K. Waseem, and M.A. Nadeem. 2002. Evaluation of Rose Cultivars as Cut Flower Production. Asian J.of Plant Sci. 1(6):668-669. Tejasarwana, R., dan B. Ginting. 2002. Pengaruh Formulasi Hara dan Media Tanam pada Budidaya Mawar. Agrin 5 (11b) (Ed. Khusus): 15-22. Tejasarwana, R. dan B. Winarto. 2001. Peningkatan Produktivitas dan Kualitas Bunga Mawar Melalui Sistim Arsitektur Tanaman. H. 439-446 dalam Prosiding Semnas Pengelolaan Sumberdaya Alam Untuk Mencapai Produktivitas Optimum Berkelanjutan. Bandar Lampung, 26-27 Juni 2001. Tejasarwana, R., dan I.B. Rahardjo. 2009. Pengaruh Formula Pupuk dan Jarak Tanam terhadap Hasil dan Kualitas Bunga Mawar Potong. J.Hort. 19(3):287293. Tejasarwana, R., P.K. Utami dan B. Ginting. 2004a. Hasil Bunga Mawar Potong pada Tiga Formula Nutrisi Cair yang Berbeda. J.Hort 14(Ed. Khusus):334-342. Tejasarwana, R., S. Andyantoro dan P.K. Utami. 2004b. Hasil dan Kualitas Mawar pada Dua Formula Nutrisi Cair dan Frekuensi Pemberiannya. J.Hort 14(Ed. Khusus):351-358. Tejasarwana, R., S. Wuryaningsih., J. Prasetya dan P.K. Utami. 2004c. Penampilan Empat Kultivar Mawar Potong pada Media Tanam Organik dalam Kultur Agregat Hidroponik. J.Hort. 14(Ed. Khusus):343-350. Wuryaningsih, S., A. Muharam, dan I. Rusyadi. 2003. Tanggapan Tiga Kultivar terhadap Media Tumbuh Tanpa Tanah. J.Hort 13(1):28-40.
146