KODE JUDUL: 1.03
EXECUTIVE SUMMARY
INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA
DISEMINASI VARIETAS KENTANG UNGGUL RESISTEN Phytophthora infestans (Mont.) de Bary
KEMENTRIAN/LEMBAGA: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
Peneliti/Perekayasa: 1. Dr. Ahsol Hasyim, MS 2. Dr. Eri Sofiari 3. Kusmana SP 4. Ir. Yenni Kusadriani. 5. Drs. Lutfi
INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA 0
KEMENTRIAN RISET DAN TEKNOLOGI 2012
EXECUTIVE SUMMARY Balai Penelitian Tanaman Sayuran telah melepas beberapa varietas kentang unggul baru, namun adopsi dari varietas-varoietas tersebut masih sangat kecil sekali. Hal ini diantaranya terkendala oleh beberapa masalah yaitu kurangya promosi, sehingga keberadaanya kurang dikenal oleh pengguna. Kalaupun ada promosi ternyata sewaktu benihnya diminta pengguna benihnya tidak siap, karena untuk mendapatkan benih stake holder harus memesan terlebih dahulu, kemudian benih yang ditawarkan dalam keadaan planlet atau GO (benih penjenis) yang kebanyakan petani kita belum bisa mengelola kelas benih tersebut. Untuk lebih memperkenalkan varietas-varietas hasil rakitan Balitsa kepada stake holder maka salah satunya yang cukup efektif untuk mempromosikannya adalah melalui kegiatan pengenalan varietas atau demplot varietas. Dengan dilakukannya demplot maka petani dapat langsung mengamati varietas-varietas baru tersebut pada masa tanaman tumbuh sampai dengan tanaman dipanen. Penelitian ini bertujuan untuk memperkenalkan beberapa varietas kentang unggul baru yang telah dilepas oleh Balai Penelitian Tanaman Sayuran termasuk varietas yang toleran terhadap serangan penyakit busuk daun. Sasarannya adalah petani dapat mengadopsi dan memilih varietas yang sesuai dan cocok untuk dikembangkannya didaerah masing-masing terutama didaerah yang endemik terserang Phytophthora infestan sehingga penggunaan pestisida dapat dikurangi. Diharapkan minimal satu varietas kentang yang didesiminasikan disukai oleh petani sebagai pengguna. Lokus kegiatan dilaksanakan di Sulawesi Selatan dilaksanakan di desa Pattapang, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Goa, Propinsi Sulawesi Selatan. Areal lokasi kegiatan merupakan sentra produksi sayuran dan ditanami oleh sayuran kol, kentang, bawang daun. Fokus kegiatan adalah Pertanian Tanaman Pangan. Benih sumber Generasi awal (G0) diperbanyak di Balitsa sebagai bahan untuk demplot akselerasi dan adopsi varietas baru kentang unggul hasil Balitsa. Jumlah umbi Generasi awal (G0) yang dibutuhkan untuk Demplot varietas berkisar antara 300-400 umbi per varietas. Varietas yang ditanam sebanyak 8 varietas yaitu Granola G 0, GM 08, Repita, GM 05, Merbabu 17, Margahayu, Kikondo, Cipanas, 1
dan ditambah satu varietas Granola Generasi ke tiga. Kegitan lapang berupa demplot varietas kentang dilaksanakan dengan menanam 8 varietas kentang Generasi awal (G0) ditambah 1 varietas Granola Generasi ketiga (G3) di lahan petani desa Pittapang, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Goa. Tahapan kegiatan meliputi konsultasi dan koordinasi dengan para pihak (petaani, kelompok tani, BPTP dan Dinas Pertanian) kemudian dilanjutkan dengan orientasi lapangan. Pelaksanaan kegiatan berupa demplot varietas dimulai dengan persiapan benih, pengolahan tanah, pembuatan guludan, pemasangan mulsa plastik hitam, penanaman kentang, pemeliharaan, panen, pengumpulan data dan pembuatan laporan. Kendala dan hambatan dalam pelaksanaan kegiatan. Hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegitan adalah tidak adanya irigasi teknis. Pengairan dilaksanakan dengan mengambil air dari dalam tanah dengan pompa kemudian ditampung dalam bak penampungan. Namun pada saat tanaman berumur >60 hari air dalam tanah terbatas jumlahnya hal ini disebabkan karena musim kemarau yang panjang Rencana penggunaan anggaran ( RAB) telah disusun sebelumnya sesuai dengankebutuhan kegiatan penelitian serta kegiatan lainya yang mendukung penelitian ini, dan diharapkan RAB tersebut dijadikan acuan dalam rangka mencapai output yang telah ditetapkan. Perencanaan anggaran sudah disusun berdasarkan panduan insentif PKPP 2012 yang meliputi tiga tahapan pencairan (termin) yaitu Termin 1 ( 30%), termin ke dua (50%), dan termin ketiga (20%). Jumlah biaya penelitian seluruhnya adalah Rp.250.000.000,- dengan rencana alokasi untuk gaji dan upah Rp 96.560.000, perjalanan dinas Rp 87.880.000, bahan 55.460.000 dan biaya lain-lain Rp 10,100.000. Realisasi SPJ termin ke I sebanyak Rp.74.013.920, SPJ termin ke II Rp.124.841.658 dan SPJ termin ke III Rp. 51.142.422. Kendala dalam administrasi adalah jadwal kegiatan yang telah disusun matang tidak dibarengi dengan turunnya anggaran yang tepat pada waktunya. Kendala dalam administrasi adalah jadwal kegiatan yang telah disusun matang tidak dibarengi dengan turunnya anggaran yang tepat pada waktunya. Demplot penelitian akan dilakukan di Provinsi Sulawesi Selatan sedangkan perbanyak benihnya dilakukan di Skreen house Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang.
Lahan untuk
demplot pengujian varietas diolah
secara baik dengan dicangkul, diratakan, dan kotoran atau gulma dibersihkan. 2
Kemudian dibuatkan larikan untuk meletakan pupuk kandang, pupuk buatan dan benih kentang. Jarak tanam yang digunakan 70 x 20 cm, Pupuk kandang yang digunkan pupuk ayam yang sudah matang dengan dosis 15 ton/ha diberikan seminggu sebelum tanam. Pupuk dasar diberikan NPK 16 : 16: 16 sebanyak 500 kg /ha
diberikan pada saat tanam. Nematisida diberikan untuk
mengendalikan
nematoda dengan dosis 40 kg /ha diberikan saat tanam. Pemeliharaan tanaman meliputi pengairan, dilakukan seminggu dua kali apabila tidak kena hujan, pendangiran dilakukan umur 3 minggu setelah tanaman diikuti pemberian pupuk susulan dengan menggunakan NPK 16 : 16: 16 sebanyak 700 kg /ha diberikan disekitar perakaran tanaman sebelum tanaman di bumbun. Pembumbunan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 50 hari setelah tanam. Aplikasi pestisida dilakukan secukupnya untuk mengendalikan hama dan penyakit utama kentang. Pada saat tanaman berumur antara 50-60 hari setelah tanam direncanakan akan mengundang beberapa penangkar benih,
petani, pedagang bibit, pedagang
kentang konsumsi, penyuluh, konsumen rumah tangga, BPTP dan Dinas Pertanian Setempat (stakeholder). Pengujian partisipatif dilakukan pada demlot kegiatan di Sulawesi selatan responden yang diundang adalah responden yang berdomisili disektar lahan percobaan. Jumlah responden sebanyak 40 orang yang mewakili sebagai petani, penangkar benih, pedagang dan penyuluh. Tujuan mengundang stake holder adalah untuk memberikan informasi tentang beberapa varietas kentang unggul baru toleran busuk daun, diharapkan setelah diketahui oleh stakeholder mereka tertarik dengan varietas Balitsa. Dengan melihat tanaman tersebut stakeholder dapat mengamati varietas baru kentang yang ditampilkan di demplot. Dari pengamatan tipe pertumbuhan tanaman tersebut mereka dapat menilai tinggi tanamannya, pola pertumbuhannya, vigor tanamannya serta resistensinya terhadap hama dan penyakit. Responden yang diundang pada pertemuan pertama atau saat pertumbuhan akan diundang juga pada saat panen. Pada waktu panen responden dapat menilai varietas mana yang paling disukainya berdasarkan tampilan hasil umbinya maupun berdasarkan hasil tonasenya. Jumlah stakeholder yang diundang pada setiap pertemuan antara 30-40 orang.
Sesui dengan metode yang dilakukan
oleh Basuki et al (2001) Pada saat panen responden diberikan quisionair untuk mengevaluasi varietas yang diuji kemudian diminta untuk memilih varietas kentang yang mana yang paling disukainya. Responden akan mendapat sampel umbi bibit 3
kentang sesuai dengan yang mereka pilih. Varietas yang diberikan ke responden dicatat, penerimanya siapa, jenis varietasnya apa dan berapa kilogram. Dengan kegiatan seperti ini kedepan kita dapat memonitoring sebaran varietas yang didistribusikan.Peubah yang diamati, Tinggi tanaman umur 60 hari, Intensitas serangan penyakit Phytophthora, Intensitas serangan penyakit lainnya, preferensi kesukaan petani pada saat fase vegetatif, Preferensi kesukaan petani pada saat panen (fase generatif), komponen hasil (jumlah umbi, berat umbi). Penelitian bertujuan untuk; (a) memperkenalkan keberadaan varietas unggul kentang hasil Balitsa kepada pengguna dalam hal ini petani, pedagang, penangkar benih dan konsumen, (b) Menyediakan benih untuk digunakan sebagai bahan pengkajian lebih lanjut
atau sebagai bahan
diseminasi untuk mendukung
pengembangan kentang di kawasan hortikultura Demplot penelitian dilaksanakan di Provinsi Sulawesi Selatan sedangkan perbanyak benihnya dilakukan di Skreen house Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang.
Lahan untuk
demplot pengujian varietas diolah
secara baik dengan dicangkul, diratakan, dan kotoran atau gulma dibersihkan. Kemudian dibuatkan larikan untuk meletakan pupuk kandang, pupuk buatan dan benih kentang. Jarak tanam yang digunakan 80 x 30 cm, Pupuk kandang yang digunkan pupuk ayam yang sudah matang dengan dosis 15 ton/ha diberikan seminggu sebelum tanam. Pupuk dasar diberikan NPK 16 : 16: 16 sebanyak 500 kg /ha
diberikan pada saat tanam. Nematisida diberikan untuk
mengendalikan
nematoda dengan dosis 40 kg /ha diberikan saat tanam. Pemeliharaan tanaman meliputi pengairan, dilakukan seminggu dua kali apabila tidak kena hujan, pendangiran dilakukan umur 3 minggu setelah tanaman diikuti pemberian pupuk susulan dengan menggunakan NPK 16 : 16: 16 sebanyak 700 kg /ha diberikan disekitar perakaran tanaman sebelum tanaman di bumbun. Pembumbunan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 50 hari setelah tanam. Aplikasi pestisida dilakukan secukupnya untuk mengendalikan hama dan penyakit utama kentang. Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 100 hari dimana 10 hari sebelum panen dilakukan pemotongan batang tanaman. Pada saat tanaman berumur antara 50-60 hari setelah tanam direncanakan akan mengundang beberapa penangkar benih, petani, pedagang bibit, pedagang kentang konsumsi, penyuluh, konsumen rumah tangga, BPTP dan Dinas Pertanian 4
Setempat (stakeholder). Pengujian partisipatif dilakukan pada demlot kegiatan di Sulawesi selatan responden yang diundang adalah responden yang berdomisili disektar lahan percobaan. Jumlah responden sebanyak 40 orang yang mewakili sebagai petani, penangkar benih, pedagang dan penyuluh. Tujuan mengundang stake holder adalah untuk memberikan informasi tentang beberapa varietas kentang unggul baru toleran busuk daun, diharapkan setelah diketahui oleh stakeholder mereka tertarik dengan varietas Balitsa. Dengan melihat tanaman tersebut stakeholder dapat mengamati varietas baru kentang yang ditampilkan di demplot. Dari pengamatan tipe pertumbuhan tanaman tersebut mereka dapat menilai tinggi tanamannya, pola pertumbuhannya, vigor tanamannya serta resistensinya terhadap hama dan penyakit. Responden yang diundang pada pertemuan pertama atau saat pertumbuhan akan diundang juga pada saat panen. Pada waktu panen responden dapat menilai varietas mana yang paling disukainya berdasarkan tampilan hasil umbinya maupun berdasarkan hasil tonasenya. Jumlah stakeholder yang diundang pada setiap pertemuan antara 30-40 orang.
Sesui dengan metode yang dilakukan oleh Basuki
et al (2001) Pada saat panen responden diberikan quisionair untuk mengevaluasi varietas yang diuji kemudian diminta untuk memilih varietas kentang yang mana yang paling disukainya. Responden akan mendapat sampel umbi bibit kentang sesuai dengan yang mereka pilih. Varietas yang diberikan ke responden dicatat, penerimanya siapa, jenis varietasnya apa dan berapa kilogram. Dengan kegiatan seperti
ini
kedepan
kita
dapat
memonitoring
sebaran
varietas
yang
didistribusikan.Peubah yang diamati, Tinggi tanaman umur 60 hari, Intensitas serangan penyakit Phytophthora, Intensitas serangan penyakit lainnya, preferensi kesukaan petani pada saat fase vegetatif, Preferensi kesukaan petani pada saat panen (fase generatif), komponen hasil (jumlah umbi, berat umbi). Penggunaan varietas yang sangat terbatas yang hanya bertumpu pada varietas Granola atau varietas Atlantik saja dapat menyebabkan terjadinya erosi genetik, sehingga kalau terjadi ledakan hama atau penyakit pada kedua varietas tersebut akan berdampak sangat buruk pada mata rantai produksi kentang di Indonesia. Balai Penelitian Tanaman Sayuran telah melepas beberapa varietas kentang unggul baru, namun adopsi dari varietas-varoietas tersebut masih sangat kecil sekali. Hal ini diantaranya terkendala oleh beberapa masalah yaitu kurangya 5
promosi, sehingga keberadaanya kurang dikenal oleh pengguna. Untuk lebih memperkenalkan varietas-varietas hasil rakitan Balitsa kepada stake holder maka salah satunya yang cukup efektif untuk mempromosikannya adalah melalui kegiatan diseminasi pengenalan varietas atau demplot varietas. Dengan dilakukannya demplot maka petani dapat langsung mengamati varietas-varietas baru tersebut dari masa pertumbuhan hingga tanaman tersebut dipanen. Strategi pengembangan diseminasi inovasi teknologi varietas kentang kedepan perlu dipertajam dengan pola/model SDMC (Sistem Diseminasi Multi Chanel) yang diawali dengan advokasi, pelatihan, penerbitan dan penyebarluasan media cetak serta pelaksanaan peragaan (demplot) dari inovasi teknologi varietas kentang yang disukai petani. Petani diharapkan berpartisipasi aktif mulai dari awal sampai akhir kegiatan. Kerjasama untuk benih kentang bebas patogen perlu dilanjutkan lagi dengan dengan mengirimkan planlet hasil perbanyakan laboratorium Balitsa dan kemudian akan diperbanyak oleh penangkar setempat. Lahan petani yang terinfeksi oleh penyakit tular tanah perlu diberakan atau dilakukan pergiliran tanaman dengan menanam lahan selain tanaman kentang. Koordinasi antar lembaga terkait, yaitu: BPTP Sulawesi Selatan, Balitbangda Sulawesi Selatan, perguruan Tinggi dan Dinas Pertanian perlu ditingkatkan lagi. Kerjasama untuk benih kentang bebas patogen perlu dilanjutkan lagi dengan dengan mengirimkan planlet hasil perbanyakan laboratorium Balitsa dan kemudian akan diperbanyak oleh penangkar setempat. Lahan petani yang terinfeksi oleh penyakit tular tanah perlu diberakan atau dilakukan pergiliran tanaman dengan menanam lahan selain tanaman kentang. Sedangkan anggota
Kelompok Tani
Hikmah Bersama yang ingin mencoba menanam varietas kentang yang telah dipanen perlu menyeleksi benih yang baik dari hasil panen yang bebas patogen. Sedangkan koordinasi antar
lembaga terkait, yaitu: BPTP Sulawesi Selatan,
Balitbangda Sulawesi Selatan, perguruan Tinggi dan Dinas Pertanian perlu ditingkatkan lagi. Beberapa kegiatan yang dilakukan untuk diseminasi varietas kentang yang telah dilepas Balitsa harus dilakukan secara masiv dengan melibatkan langsung para petani kentang melalui Kelompok Tani Hikmah Bersama dan kelompok petani lainnya, dan para penangkar benih sudah mulai terbentuk di daerah-daerah sentral 6
produksi kentang. Diharapkan kedepan akan terbentuk
kerjasama formal antar
pihak terkait, yaitu: Dinas Pertanian, BPTP, Balitbangda, dan Perguruan Tinggi yang ada di daerah Propinsi Sulawesi Selatan serta terlaksananya penyebarluasan benih varietas kentang unggul
Balitsa oleh petani kentang di lokasi kegiatan secara
mandiri. Kelompok Tani dan BPTP Sulawesi Selatan telah bersedia dan sepakat untuk penyebarluasan varietas kentang Balitsa.
Perguruan tinggi (Universitas
Hasanuddin juga akan mencoba beberapa varietas kentang yang sudah dilepas Balitsa dengan memperbanyak benih kentang bebas patogen melalui kegiatan aeroponik. Telah dilakukan advokasi untuk para petani kentang dan anggota kelompok tani Hikmah Bersama tentang perlunya digunakan benih sehat dan bebas patogen sehingga produksi kentang yang dihasilkan tinggi. Anggota kelompok tani yang melihat sendiri umbi kentang yang besar-besar pada saat panen tertarik untuk mencoba menanam dilahan kentang mereka masing-masing. Perguruan tinggi juga ingin memperbanyak benih kentang melalui sistem aeroponik dan akan memesan langsung planletnya ke Balitsa. Beberapa kegiatan yang dilakukan untuk diseminasi varietas kentang yang telah dilepas Balitsa harus dilakukan secara masiv dengan melibatkan langsung para petani kentang melalui Kelompok Tani Hikmah Bersama dan kelompok petani lainnya, dan para penangkar benih sudah mulai terbentuk di daerah-daerah sentral produksi kentang.
7
LAPORAN AKHIR INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA
DISEMINASI VARIETAS KENTANG UNGGUL RESISTEN Phytophthora infestans (Mont.) de Bary KEMENTRIAN/LEMBAGA: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
Kode Produk Target: 1.03. Kode Kegiatan: 1.03.1
Peneliti/Perekayasa: 1. Dr. Ahsol Hasyim, MS 2. Dr. Eri Sofiari 3. Kusmana SP 4. Ir. Yenni Kusadriani. 5. Drs. Lutfi
INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KEMENTRIAN RISET DAN TEKNOLOGI 2012 8
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN Judul Kegiatan
:
Fokus Bidang Prioritas Kode Produk Target Kode Kegiatan Lokasi Penelitian Penelitian Tahun ke
: : : : :
DISEMINASI VARIETAS KENTANG UNGGUL RESISTEN Phytophthora infestans Ketahanan Pangan 1.03 1.03.01 Malino, Sulawesi Selatan satu
Keterangan Lembaga Pelaksana/Pengelola Penelitian A. Lembaga Pelaksana Penelitian Dr. Ahsol Hasyim, MS Nama Koordinator/Peneliti Utama Nama Lembaga/Institusi Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Litbang Pertanian. Unit Organisasi Balai Penelitian Tanaman Sayuran Alamat Jl. Tangkuban Perahu 517, Lembang Telepon/HP/Faksimil/E-mail Telp. 62-22-2786246; Fax. 62-22-2786416;
[email protected] B. Lembaga lain yang terlibat (dapat lebih dari satu) Dr. Ir. Fajri Djufri M.Si Nama Pimpinan Nama Lembaga BPTP Sulawesi Selatan Alamat Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5, Sudiang PO Box 1234. Makassar 90242 – Sulsel Telepon/HP/Faksimil/E-mail Telp: 0411 - 556449; 554522 Fax: 0411 - 554522 C. Lembaga lain yang terlibat (dapat lebih dari satu) Nama Pimpinan Nama Lembaga Alamat Telepon/HP/Faksimil/E-mail D. Lembaga lain yang terlibat (dapat lebih dari satu) Nama Pimpinan Nama Lembaga Alamat Telepon/HP/Faksimil/E-mail
Jangka Waktu Kegiatan
:
Pebruari-September 2012 (8 bulan)
Biaya
:
Rp.250.000.000,- (Duaratus juta rupiah)
Menyetujui: Pj. Kepala Balai Penelitian Tanaman Sayuran
Peneliti Utama,
Dr. Liferdi, M.Si. NIP.19701007 199803 1 001
Dr. Ahsol Hasyim, MS NIP. 19551212 198503 1 001 9
PRAKATA
Puji syukur dipersembahkan kepada Allah atas segala rahmat dan
limpahan
karunianya sehingga peneiltian yang berjudul “Diseminasi varietas kentang unggul resisten
Phytophthora infestans (Mont.) de Bary. Penelitian ini bertujuan untuk
memperkenalkan beberapa varietas kentang unggul baru yang telah dilepas oleh Balai Penelitian Tanaman Sayuran termasuk varietas yang toleran terhadap serangan penyakit busuk daun. Sasarannya adalah petani agar dapat mengadopsi dan memilih varietas yang sesuai dan cocok untuk dikembangkannya didaerah masing-masing terutama didaerah yang endemik terserang Phytophthora infestan sehingga penggunaan pestisida dapat dikurangi. Diharapkan minimal satu varietas kentang yang didesiminasikan disukai oleh petani sebagai pengguna. Lokus kegiatan dilaksanakan di Sulawesi Selatan dilaksanakan di desa Pattapang, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Goa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pada saat tanaman berumur antara 50-60 hari setelah tanam dan pada saat panen di undang beberapa penangkar benih, petani, pedagang bibit, pedagang kentang konsumsi, penyuluh, konsumen rumah tangga,
BPTP dan Dinas Pertanian Setempat
(stakeholder). Responden diberikan quisionair untuk mengevaluasi varietas yang diuji
kemudian diminta untuk memilih varietas kentang yang mana yang paling
disukainya. Responden akan mendapat sampel umbi bibit kentang sesuai dengan yang mereka pilih. Pada kesempatan ini Tim Peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini. Semoga Allah SWT membalas dengan kebaikan yang berlipat, serta kami berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan keilmuan dan produksi kentang dimasa mendatang.
Lembang , 1 Oktober 2012
Tim Peneliti
10
RINGKASAN Balai Penelitian Tanaman Sayuran telah melepas beberapa varietas kentang unggul baru, namun adopsi dari varietas-varietas tersebut masih sangat kecil sekali. Hal ini diantaranya terkendala oleh beberapa masalah yaitu kurangya promosi, sehingga keberadaanya kurang dikenal oleh pengguna. Penelitian yang akan dilaksanakan terdiri dari tiga kegiatan yaitu : Persiapan benih untuk demplot, Akselerasi Varietas Unggul Hasil Balitsa dan Perbanyakan Benih, serta Kegiatan Partisipatif dengan stakeholder. Penelitian dilaksanakan sentra produksi kentang di desa Pattapang, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Goa, Propinsi Sulawesi Selatan. Tujuan penelitian adalah untuk memperkenalkan keberadaan varietas unggul kentang hasil Balitsa kepada pengguna dalam hal ini petani, pedagang, penangkar benih dan konsumen. Preferensi petani terhadap varietas kentang dilakukan dengan mengundang 40 petani pada dua fase yaitu fase vegetatif dan saat panen. Selain itu, menyediakan benih varietas kentang hasil Balitsa untuk digunakan sebagai bahan pengkajian lebih lanjut atau sebagai bahan diseminasi untuk mendukung pengembangan kentang di kawasan hortikultura. Hasil umbi kentang tertinggi diperoleh dari varietas Cipanas dan Granola Garut, sedangkan hasil umbi kentang terendah diperoleh dari varietas GM 08. Kata kunci : adopsi, produksi benih, demonstrasi plot, partisipatif
SUMMARY Indonesia Vegetable Research Institute (IVEGRI) has been released some promising potato varieties, however the adoption of those varieties still weak. Less of promotion activity may cause the IVEGRI potato varieties unknown by user. There are three activities would be conducted on this proposal namely preparation potato seed production for field demonstration, promotion and acceleration IVEGRI varieties and participative activity with the stake holder. This study was conducted on potatoes production center at Pattapang village, Tinggimoncong regency, Goa District, South Celebes. The objectives of this study to dessiminate the pototoes variaties to stake holder or farmers as user. Farmers preference were counted of 40 farmers for varieties were recorded two times i.e. vegetative stages and harvest stages. In other hand to known the pototoes of Ivegri varieties by stake holder (farmers, vendors, seed extensions, consumers) on the same time. IVEGRI will be provide enough quantity of pre-basic and basic seed as use for further assessment or even for support program of development of horticulture regions. The highest total tuber yield per ha were obtained on Cipanas and Granola garut and while the lowest tuber yield were found on GM 08.
Key note: adoption, seed production, field demonstration, participatory.
11
DAFTAR ISI Lembar identitas--------------------------------------------------------------------------
1
Prakata......................................................................................................
2
RINGKASAN............................................................................................
3
SUMMARY..............................................................................................
3
DAFTAR ISI............................................................................................
4
DAFTAR GAMBAR................................................................................
5
DAFTAR TABEL.....................................................................................
6
I.
PENDAHULUAN....................................................................................
7
II.
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................
9
III.
TUJUAN DAN MANFAAT...................................................................
10
IV.
METODOLOGI ......................................................................................
11
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................
14
VI.
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................
19
VII.
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................
19
LAMPIRAN 1. PERSONIL PELAKSANA KEGIATAN..........................
21
LAMPIRAN 2. JADWAL PALANG........................................................
22
LAMPIRAN 3. BERITA ACARA HASIL PANEN..................................
23
LAMPIRAN 4. GAMBAR.....................................................................
24
12
DAFTAR GAMBAR No. No.
Judul Gambar
Halaman
1.
Preferensi petani terhadap pertumbuhan vegetatif varietas kentang
13
2.
Penampilan
15
Vegetatif
Vrietas
Cipanas
(kiri)
dan
Varietas
Margahayu (kanan) 3.
Produksi Umbi kentang varietas Cipanas per rumrun (A) dan Benih
17
kentang yang dipanen disimpan di gudang Ketua Kelompok Tani Hikmah bersama 4.
Intensitas serangan penyakit Phytophthora infestan pada berbagai
17
varietas kentang umur 32 hari setelah tanam 5.
Gejala tanaman kentang yang terserang oleh penyakit Rhizoctonia solani
13
18
DAFTAR TABEL
No.
1.
Judul Tabel
Tinggi
Tanaman,
lebar
kanopi
Halaman
dan
Jumlah
Utama/Rumpunvarietas kentang pada Umur 60 hari
Cabang
15
setelah
Tanam
2
Berat umbi/plot, berat umbi/10 tanaman sampel dan produksi
16
kentang per ha dari beberapa varietas kentang yang diuji varietas kentang umur 32 hari stelah tanam
3
Intensitas serangan penyakit Rhizoctonia solani dan Phytophthora infestan umur >50 hst
14
18
BAB I. PENDAHULUAN Latar belakang Kentang merupakan tanaman sumber makanan terbesar ke empat di dunia setelah padi, gandum, dan
barley (Fernie dan Willmitzer, 2001). Di Indonesia,
kentang merupakan komoditas yang mendapat prioritas tinggi di bidang penelitian dan pengembangan sayuran. Hal ini disebabkan kandungan kalori dan gizi kentang yang sangat berimbang yaitu terdiri dari karbohidrat, protein, mineral, dan vitamin C (Rukmana, 1997). Selain itu, kentang juga merupakan komoditas ekspor (Subijanto dan Isbagyo, 1988). Produksi kentang di Indonesia telah berkembang dengan pesat dan menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil terbesar di Asia tenggara. Dari tahun ke tahun luas areal, hasil produksi, dan produktivitas kentang berfluktuasi. Pada tahun 2003 luas panen kentang di Indonesia 65 923 ha dengan produksi 1.009.979 ton atau rata-rata produktivitas 15.32 ton/ha. Produksi kentang menurun menjadi 1.003.732 ton dengan luas panen 62.375 pada tahun 2007, produktivitas naik lagi menjadi 16.09 ton/ha pada tahun 2008 dengan luas panen 64.151 ha sedangkan pada tahun 2010
luas panennya meningkat lagi menjadi 66.531 ha
(BPS 2010). Dibandingkan dengan produktivitas kentang di Eropa yang rata-rata mencapai 25.5 ton per hektar, produktivitas kentang di Indonesia masih cukup rendah. Rendahnya hasil tersebut terkait dengan pemakaian bibit yang rendah mutunya. Penggunaan benih secara turun temurun dan mutunya rendah merupakan salah satu sebab merosotnya produksi dan tingginya intensitas serangan penyakit tertentu, terutama jenis penyakit yang terbawa benih. Selain keadaan iklim suatu daerah dan sistem budidaya yang tidak optimal mempengaruhi perkembangan dan penyebaran suatu penyakit. Granola merupakan varietas favorit di Indonesia yang mencakup 80% dari total areal penanaman dan merupakan satu satunya varietas yang ditanam di Bali. Hal tersebut merupakan alasan utama pemilihan varietas dalam penelitian ini. Alasan konsumen memilih Granola karena hasil panennya tinggi, mudah dibudidayakan, dapat digunakan untuk bermacam macam keperluan misalnya untuk sup, perkedel, dan keripik. Granola juga resisten terhadap beberapa hama dan penyakit (Rhoades et al., 2001).
Benih sehat merupakan benih yang dihasilkan 15
melalui teknik kultur jaringan yang Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang. Toleransi tentang adanya serangan pada benih kentang oleh badan ini adalah: a) benih generasi 0 (G0) toleransi penyakit virus adalah 0% dan penyakit layu bakteri 0%,
b)
benih
generasi
satu
(G1)
toleransi
virus
0,01%
dan
penyakit
bakteri/nematoda 0%, c) benih generasi dua (G2) toleransi virus 0,1% dan penyakit bakteri/nematoda 0,5%, d) benih generasi tiga (G3) toleransi virus 0,5% dan penyakit bakteri/nematoda 0,5%, e) benih generasi empat (G4) toleransi virus 2% dan penyakit bakteri 1%. Beberapa sentra produksi kentang di Indonesia yaitu 5 provinsi dan 10 Kabupaten dijadikan sebagai bagian dari kawasan pengembangan hortikultura khusus untuk kentang. Kelima provinsi tersebut diatas adalah Provinsi Jawa Timur, Jambi, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan.
Dengan
dibentuknya kawasan pengembangan hortikultura khusunya untuk tanaman kentang, maka kegiatan penelitian nasional kentang dapat lebih terkonsentrasi dan lebih efisien. Untuk memberi dukungan terhadap pengembangan kawasan tersebut maka dibutuhkan ketersediaan varietas unggul dan benih kentang yang bermutu dalam jumlah yang memadai. Varietas kentang yang banyak beredar dipetani saat ini sangat terbatas sekali yaitu hanya Granola dan Atlantic (Ashandi dkk. 1989). Granola ditanam petani sebagai kentang sayur sementara Atlantic dibudidayakan sebagai bahan baku industri kripik. Penggunaan varietas yang sangat terbatas dapat menyebabkan terjadinya erosi genetik, sehingga kalau terjadi ledakan hama atau penyakit pada kedua varietas tersebut akan berdampak sangat buruk pada mata rantai produksi kentang di Indonesia. Pokok permasalahan Balai Penelitian Tanaman Sayuran telah melepas beberapa varietas kentang unggul baru termasuk toleran terhadap serangan penyakit busuk daun. Varietas kentang yang telah dihasilkan Balitsa belum banyak yang diadopsi oleh pengguna
Hal ini diantaranya terkendala oleh beberapa masalah yaitu kurang
promosi, sehingga keberadaanya kurang dikenal oleh pengguna. Kalaupun dilakukan promosi biasanya tidak diikuti dengan penyediaan benihnya sehingga pada waktu stake holder berkeinginan untuk mencoba ketersediaan benihnya tidak siap. Selain itu
benih yang diadakan oleh Balitsa mekanisme pengadaannya 16
dengan cara klien harus order terlebih dahulu, keaadaan seperti ini tidak disukai klien, mereka lebih menyukainya ready stock. Kemudian benih yang ditawarkan Balitsa diterima konsumen dalam bentuk planlet atau GO (benih penjenis) yang kebanyakan petani kita belum bisa mengelola kelas benih tersebut. Melalui kegiatan demplot pengenalan
varietas hasil Balitsa, akan
memberikan peluang bagi varietas baru tersebut untuk dikenal keberadaannya oleh pengguna. Setelah itu diharapkan petani mulai tertarik untuk mencoba dan membudidayakannya. Secara parelel pada waktu yang bersamaan yaitu saat demplot berlangsung kegiatan perbanyakan benih sumber dilakukan secara massal, sehingga apabila petani sudah menentukan pilihan varietas yang disukainya, benih sudah siap didesiminasakan juga disiapkan baik itu benih berupa planlet, G0 dan benih turunan lainnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA Varietas kentang yang telah dihasilkan Balitsa belum banyak yang diadopsi oleh pengguna Hal ini diantaranya terkendala oleh beberapa masalah yaitu kurang promosi, sehingga keberadaanya kurang dikenal oleh pengguna. Kalaupun dilakukan promosi biasanya tidak diikuti dengan penyediaan benihnya sehingga pada waktu stake holder berkeinginan untuk mencoba ketersediaan benihnya tidak siap. Selain itu
benih yang diadakan oleh Balitsa mekanisme pengadaannya
dengan cara klien harus order terlebih dahulu, keaadaan seperti ini tidak disukai klien, mereka lebih menyukainya ready stock. Kemudian benih yang ditawarkan Balitsa diterima konsumen dalam bentuk planlet atau GO (benih penjenis) yang kebanyakan petani kita belum bisa mengelola kelas benih tersebut. Melalui kegiatan demplot pengenalan
varietas hasil Balitsa, akan
memberikan peluang bagi varietas baru tersebut untuk dikenal keberadaannya oleh pengguna. Setelah itu diharapkan petani mulai tertarik untuk mencoba dan membudidayakannya. Secara parelel pada waktu yang bersamaan yaitu saat demplot berlangsung kegiatan perbanyakan benih sumber dilakukan secara massal, sehingga apabila petani sudah menentukan pilihan varietas yang disukainya, benih sudah siap didesiminasakan juga disiapkan baik itu benih berupa planlet, G0 dan benih turunan lainnya. 17
Untuk memperkenalkan keberadaan varietas unggul kentang hasil Balitsa kepada pengguna dalam hal ini petani, pedagang, penangkar benih dan konsumen beberapa langkah yang perlu dilakukan adalah; a.
Menyediakan benih sumber untuk varietas kentang hasil Balitsa untuk digunakan sebagai bahan pengkajian lebih lanjut diseminasi
untuk
mendukung
pengembangan
atau sebagai bahan kentang
di
kawasan
hortikultura b.
Sasaran kegiatan ini adalah calon pengguna varietas yaitu : petani, penangkar benih, BPTP, pedagang dan konsumen.
Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut : a) Dengan diketahuinya varietas baru balitsa, petani dapat memilih varietas yang sesuai dan cocok untuk dikembangkannya didaerah masing-masing b) Dengan dikembangkan varietas toleran terhadap penyakit Phytophthora infestan produksi kentang akan meningkat dan penggunaan insektisida dapat dikurangi c) Akibat biaya produksi berkurang maka pendapatan petani akan lebih meningkat. d) Adopsi varietas baru hasil Balitsa akan lebih cepat sampai ke pengguna Dihasilkan minimal satu varietas kentang yang disukai oleh pengguna
III. TUJUAN DAN MANFAAT
Penelitian ini bertujuan untuk memperkenalkan beberapa varietas kentang unggul baru termasuk varietas yang toleran terhadap serangan penyakit busuk daun. Sasarannya adalah petani dapat mengadopsi dan memilih varietas yang sesuai dan cocok untuk dikembangkannya didaerah masing-masing terutama didaerah yang endemik terserang Phytophthora infestan sehingga penggunaan pestisida dapat dikurangi. Diharapkan minimal satu varietas kentang yang didesiminasikan disukai oleh petani sebagai pengguna.
18
IV. METODOLOGI
- Persiapan benih untuk demplot Benih sumber yang digunakan benih kelas GO dihasilkan dari perbanyakan benih di rumah kasa dengan metode perbanyakan pre-basic seed (Struik and Wiersema, 1999).
Benih sumber tersebut diperbanyak di Balitsa sebagai bahan
untuk demplot akselerasi dan adopsi varietas baru kentang unggul hasil Balitsa. Benih turunan GO ditanam dilahan yang sebelumnya telah dirotasikan dengan tanaman yang bukan tanaman dari golongan solanaceae minamal dua musim. Jarak tanam yang digunakan adalah 75 cm x 20 cm Lahan diolah secara baik dengan dicangkul, diratakan, dan kotoran atau gulma dibersihkan. Kemudian dibuatkan larikan untuk meletakan pupuk kandang, pupuk buatan dan benih kentang. Pupuk kandang yang digunakan pupuk kandang ayam yang sudah matang dengan dosis 10 ton/ha diberikan seminggu sebelum tanam. Pupuk dasar diberikan NPK 16 : 16: 16 sebanyak 500 kg /ha diberikan pada saat tanam. Nematisida diberikan untuk mengendalikan nematoda dengan dosis 40 kg /ha diberikan saat tanam. Pemeliharaan tanaman meliputi pengairan, dilakukan seminggu dua kali apabila tidak kena hujan, pendangiran dilakukan umur 3 minggu setelah tanaman diikuti pemberian pupuk susulan dengan menggunakan NPK 16 : 16: 16 sebanyak 500 kg /ha diberikan disekitar perakaran tanaman sebelum tanaman di bumbun. Pembumbunan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 50 hari setelah tanam. Aplikasi pestisida dilakukan secukupnya untuk mengendalikan hama dan penyakit utama kentang. Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 90 hari dimana 10 hari sebelum panen dilakukan pemotongan batang tanaman.
Jumlah umbi per
varietas yang diperbanyak antara 200 – 300 umbi per varietas dan jumlah varietas yang ditanam sebanyak 8 varietas yaitu yairu
GM05, GM 08, Granola, Kikondo,
Margahayu, Merbabu, Repita, dan Ping 06. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di sentra produksi kentang di daerah dataran tinggi Desa Pattapang, Malino, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Goa, Sulawesi Selatan dari bulan Maret sampai dengan Oktober 2012. 19
Metode Penelitian - Prosedur Pelaksanaan Demplot Varietas Demplot penelitian akan dilakukan di Provinsi Sulawesi Selatan sedangkan perbanyak benihnya dilakukan di Skreen house Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang.
Lahan untuk
demplot pengujian varietas diolah
secara baik dengan dicangkul, diratakan, dan kotoran atau gulma dibersihkan. Kemudian dibuatkan larikan untuk meletakan pupuk kandang, pupuk buatan dan benih kentang. Jarak tanam yang digunakan 80 x 30 cm, Pupuk kandang yang digunkan pupuk ayam yang sudah matang dengan dosis 15 ton/ha diberikan seminggu sebelum tanam. Pupuk dasar diberikan NPK 16 : 16: 16 sebanyak 500 kg /ha
diberikan pada saat tanam. Nematisida diberikan untuk
mengendalikan
nematoda dengan dosis 40 kg /ha diberikan saat tanam. Pemeliharaan tanaman meliputi pengairan, dilakukan seminggu dua kali apabila tidak kena hujan, pendangiran dilakukan umur 3 minggu setelah tanaman diikuti pemberian pupuk susulan dengan menggunakan NPK 16 : 16: 16 sebanyak 700 kg /ha diberikan disekitar perakaran tanaman sebelum tanaman di bumbun. Pembumbunan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 50 hari setelah tanam. Aplikasi pestisida dilakukan secukupnya untuk mengendalikan hama dan penyakit utama kentang. Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 100 hari dimana 10 hari sebelum panen dilakukan pemotongan batang tanaman. - Kegiatan Partisipatif dengan stakeholder Pada saat tanaman berumur antara 50-60 hari setelah tanam direncanakan akan mengundang beberapa penangkar benih, petani, pedagang bibit, pedagang kentang konsumsi, penyuluh, konsumen rumah tangga, BPTP dan Dinas Pertanian Setempat (stakeholder). Pengujian partisipatif dilakukan pada demlot kegiatan di Sulawesi selatan responden yang diundang adalah responden yang berdomisili disektar lahan percobaan. Jumlah responden sebanyak 40 orang yang mewakili sebagai petani, penangkar benih, pedagang dan penyuluh. Tujuan mengundang stake holder adalah untuk memberikan informasi tentang beberapa varietas kentang unggul baru toleran busuk daun, diharapkan setelah diketahui oleh stakeholder mereka tertarik dengan varietas Balitsa. Dengan melihat tanaman tersebut stakeholder dapat mengamati varietas baru kentang yang ditampilkan di demplot. 20
Dari pengamatan tipe pertumbuhan tanaman tersebut mereka dapat menilai tinggi tanamannya, pola pertumbuhannya, vigor tanamannya serta resistensinya terhadap hama dan penyakit. Responden yang diundang pada pertemuan pertama atau saat pertumbuhan akan diundang juga pada saat panen. Pada waktu panen responden dapat menilai varietas mana yang paling disukainya berdasarkan tampilan hasil umbinya maupun berdasarkan hasil tonasenya. Jumlah stakeholder yang diundang pada setiap pertemuan antara 30-40 orang.
Sesui dengan metode yang dilakukan oleh Basuki
et al (2001) Pada saat panen responden diberikan quisionair untuk mengevaluasi varietas yang diuji kemudian diminta untuk memilih varietas kentang yang mana yang paling disukainya. Responden akan mendapat sampel umbi bibit kentang sesuai dengan yang mereka pilih. Varietas yang diberikan ke responden dicatat, penerimanya siapa, jenis varietasnya apa dan berapa kilogram. Dengan kegiatan seperti
ini
kedepan
kita
dapat
memonitoring
sebaran
varietas
yang
didistribusikan.Peubah yang diamati, Tinggi tanaman umur 60 hari, Intensitas serangan penyakit Phytophthora, Intensitas serangan penyakit lainnya, preferensi kesukaan petani pada saat fase vegetatif, Preferensi kesukaan petani pada saat panen (fase generatif), komponen hasil (jumlah umbi, berat umbi). Presentasi kerusakan yang disebabkan oleh penyakit (Phytophthora dihitung dengan menggunakan rumus: P
= a/a+b
x 100 %
P= Intensitas serangan a= jumlah daun yang terserang b= jumlah daun sehat/tanaman contoh
21
V. HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk mengetahui preferensi petani terhadap penampilan varietas kentang yang telah diuji dilakukan dengan mengundang petani dan memberikan kuesionir. Ada 30 petani memberikan penilaian terhadap penampilan varietas yang diuji (1. Granola G 0. 2) Granola G3 (Garut), 3). GM 08, 4.) Repita, 5.) GM 05, 6.) Merbabu 17, 7.) Margahayu, 8.) Kikondo, 9.) Cipanas). Hasil penilaian petani terhadap penampilan varietas pada fase vegetatif dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Preferensi petani terhadap pertumbuhan vegetatif varietas kentang Varietas yang sangat disukai oleh petani pada saat melihat pertumbuhan 9 varietas kentang adalah varietas Granola G0 dan varietas Cipanas (Gambar 1) dan yang disukai oleh petani ada 4 varietas yaitu varietas Granola Garut, varietas repita dan Merbabu 17 dan Varietas kikondo, sedangkan yang tidak disukai adalah Gm 05 dan GM 08. Penampilan GM05 dan GM 08 kurang disukai hal ini disebabkan karena benih yang digunakan kurang baik pertumbuhannya dan tidak tumbuh serentak, sedangkan varietas Margahayu kurang disukai karena relatif rentan terhadap serangan ulat poenggorok daun Liriomyza spp (Gambar 2).
22
Gambar 2. Penampilan Vegetatif Vrietas Cipanas (kiri) dan Varietas Margahayu (kanan)
Alasan mereka memilih varietas yang paling disukai yaitu Cipanas diantaranya karena toleran terhadap penyakit busuk daun, batang dan daun kuat, tahan cuaca ekstrim curah hujan tinggi, daun lebar, bentuk daun bulat, serta batang tidak mudah rebah. Sementara alasan memilih Granola karena sudah terbiasa menanamnya sehingga ada jaminan pasar . Tabel 1. Tinggi Tanaman, lebar kanopi dan Jumlah Cabang varietas kentang pada Umur 60 hari setelah Tanam
Perlakuan/Parameter pengamatan
Tinggi tanaman (cm)
Lebar kanopi (cm)
Utama/Rumpun
Jml. cabang utama/ rumpun
Granola
49.40 c
51,78 ab
2.3 a
Granola Graut
58.40 e
48,60 ab
2.7 a
GM-08
42.83 b
56,48 a
2.5 a
Repita
58.13 d
40,05 b
2.3 a
GM 05
40.20 a
54,40 ab
2.7 a
Merbabu
51.40 d
55,48 a
2.0 a
Margahayu
50.53 cd
40,05 b
2.2 a
Kikondo
60.40 e
54,40 ab
2.4 a
Cipanas
60.60 e
56.70 a
3.3 a
Keterangan : Angka yang didampingi oleh huruf yang sama pada setiap kolom menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata menurut Uji Duncan 23
Tinggi tanaman masing-masing varietas bebeda-beda (Tabel 1).
Varietas
yang tingginya lebih dari 60 cm adalah varietas Kikondo dan Cipanas, sedangkan varietas yang paling rendah adalah varietas GM 05 dimana tinggi tanaman >40 cm. Kemampuan tanaman untuk berkembang secara optimal saat fase pertumbuhan vegetatif tentunya menjadi salah satu indikator keberhasilan dalam menunnjukkan potensi produksinya yang merupakan hasil interaksi antara faktor genetis dan faktor lingkungan dimana tanaman tersebut tumbuh.
Potensi produksi dari varietas
kentang yang diuji disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Berat umbi/plot, berat umbi/10 tanaman sampel dan produksi kentang per ha dari beberapa varietas kentang yang diuji Varietas kentang Granola G 0 Granola Garut GM-08 Repita GM-05 Merbabu Margahayu Kikondo Cipanas
Berat Umbi/10 tan sampel (kg ) 4.66 a 9.05 c 4.47 a 6.91 bc 4.69 a 6.61 ab 4.39 a 6.95 bc 9.0 c
Berat Umbi/Plot (kg) 40.08 a 70.56 bc 32.84 a 68.26 bc 37.64 a 64.28 bc 36.46 a 59.64 b 75.37 c
Produksi kentang ((ton/ha) 16.12 a 28.21 cd 13.13 a 24.37 bc 15.05 a 25.71 bc 14.58 a 23.85 b 30.14 d
Dari Tabel 2 terlihat bahwa hasil panen varietas cipanas dan Granola Garut menghasilkan jumlah umbi per rumpun tertinggi dan tidak berbeda nyata dengan varietas repita dan kikondo, namun berbeda nyata dengan varietas Granola G0, Gm 05, GM 08, Margahayu, dan Merbabu 17. Berat umbi per rumpun tampak bahwa Cipanas dan Granola Garut
mampu menghasilkan berat umbi 9 kg/10
tanaman.(Gambar 3a). Demikian juga produksi kentang/plot yang teringgi diperoleh dari varietas Cipanas dan Granola Garut.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh
bahwa produksi kentang/ha yang tertinggi diperoleh dari varietas cipanas yaitu 30.14 ton kemudian diikuti oleh Granola Garut yaitu 28.21 ton, Merbabu 25.71 ton, Repita 24.37 ton, dan Kikondo 23.85 ton. Sedangkan GM 08 Margahayu, GM 08 dan Granola G 0 menghasilkan umbi terendah dengan produksi masing-masing berturutturut 13.13 ton, 14.58 ton, 15.5 ton dan 16.12 ton/ha. Hasil panen benih kentang tersebut di gudang Ketua Kelompok Tani Hikmah Bersama (Gambar 3 b).
24
A
B
Gambar 3. Produksi Umbi kentang varietas Cipanas per rumrun (A) dan Benih kentang yang dipanen disimpan di gudang Ketua Kelompok Tani Hikmah Bersama.
OPT tanaman kentang Intensitas serangan Phytophthora infestans
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
Varietas kentang
Gambar 4. Intensitas serangan penyakit Phytophthora infestan pada berbagai varietas kentang umur 32 hari setelah tanam
25
Tabel 3. Intensitas serangan penyakit Rhizoctonia solani dan Phytophthora infestan umur >50 hst Varietas Granola Granola Garut GM-08 Repita GM-05 Merbabu 17 Margahayu Kikondo Cipanas
Rhizoctonia solani 13.00 ab 30,00 c 24.33 bc 30.66 c 23.33 bc 5.66 a 6.33 a 23.66 bc 6.33 a
Phytopthora infestan 10.20 d 9.86 cd 9.93 cd 4,30 a 9.80 cd 8.93 c 20.60 e 7.53 b 7.83 b
Secara umum semua varietas kentang yang diuji relatif toleran terhadap penyakit Phytophthora infestan kecuali varietas margahayu dimana intensitas serangan sudah paling tinggi 17% pada saat tanaman berumur 32 hari dan pada saat tanaman berumur > 50 hst intensitas serangan mencapai 20.60%, sedangkan varietas kentang lainnya intensitas serangan penyakit Phytophthora infestan berkisar antara 7.53 sampai 10.20%. Varietas kentang Repita sangat tahan dan intensitas serangan penyakit Phytophthora infestan baik pada saat tanaman berumur 32 hst maupun >50 hst kurang dari 5 %. Semua varietas yang diuji dikendalikan dengan fungisida apabila sudah melewati ambang kendali.
Gambar 5. Gejala tanaman kentang yang terserang oleh penyakit Rhizoctonia solani 26
Pada saat tanaman memasuki fase generatif beberapa varietas kentang mulai diserang oleh penyakit Rhizoctonia solani (Gambar 6). Varietas yang rentan terhadap penyakit Rhizoktonia solani adalah Granola Garut, Repita, GM-08, Kikondo dan GM 05, sedangkan varietas cipanas, Margahayu, Merbabu dan Granola relatif agak tahan terhadap penyakit Rhizoctonia solani. Diduga penyakit Rhizoctonia solani berasal dari lahan petani bukan berasal dari benih karena fase penyerangannya baru terlihat setelah kentang memasuki fase generatif. Hal ini terbukti juga bahwa disamping lahan pengujian lahan petani disekitar pertanaman juga terserang Rhizoctonia solani dengan intensitas serangan bervariasi dari 5- 15 %. Hasil komunikasi pribadi dengan petani kentang H. ucung menyatakan serangan penyakit Rhizoktonia kadang-kadang muncul sejak 5 tahun yang lalu dengan intensitas relatif rendah. Agak tingginya serangan Rhizoktonia solani di lahan pengujian diduga disebabkan karena lahan pengujian menggunakan mulsa plastik hitam sedangkan lahan petani tidak menggunakan mulsa plastik hitam.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Preferensi petani memilih varietas Cipanas adalah karena toleran terhadap penampilan bagus, batang dan daun kuat, tahan cuaca ekstrim curah hujan tinggi, daun lebar, bentuk daun bulat, serta batang tidak mudah rebah. Sementara alasan memilih Granola karena sudah terbiasa menanamnya sehingga ada jaminan pasar 2. Semua varietas kentang yang diuji relatif toleran terhadap penyakit Phytophthora infestan kecuali varietas margahayu dimana intensitas serangan > 20%.
27
VII. DAFTAR PUSTAKA
Basuki, R.S., Kusmana, E. Sofiari, A. Dimyati, A. Asgar, N. Hartuti dan U. Jayasinghe.
2001.
Seleksi
Varietas
Kentang
Processing
menunjang
Pengembangan Agroindustri. Laporan Kegiatan Penelitian. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. P85pp. Biro Pusat Statistik 2006. Statistik Hortikultura Tahun 2005. (BPS, 2006). Fernie, A.R. and L. Willmitzer. 2001. Molecular and biochemical triggers of potato tuber development. Plant Physiology 127: 1459-1465. Fugly. K.O., W. Adiyoga, R. Asmunati, S. Mahalaya and R. Suherman. 2005. Supply and Demand for Quality Potato Seed in Indonesia. Farmers Perspectives and Policy Option. UPWARD Working Paper Series No.8. CIP ESEAP Bogor.p153. Kusmana, E. Sofiari, H. Kurniawan, M. Ameriana, F. Kasim, Tri Handayani. 2008. Makalah Usulan Pelepasan Varitas Unggul GM 05, GM08 dan Ping 06. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Rhoades, R.E., R.J. Hijmans and L. Huaccho. 2001. 'World potato atlas Indonesia'. [Online],
International
Potato
Center
(CIP),
Available
from
http://gis.cip.cgiar.org/gis/PotatoAtlas/asia/Indonesia.htm [30 April 2002]. Sengooba, T. and J.J. Hakiza. 1999. The current status of late blight caused by Phytophthora infestans in Africa with empasis on Eastern and Southern Africa. In Late Blight a Threat to Global Food Initiative on Late Blight Conference, March 16-19, 1999. Quito Equador. Smoot, J.J., F.J. Gough, H.A. Lamney, J.J. Eichenmuller, and M.E. Gallegly. 1958. Production and germination of oospores of Phytophthora infestans. Phytopathology 48:165-171. Schober, B. and G. Rullich. 1986. Oosporenbilding von (Mont.) de Bary. Potato Research 29:395-398.
Phytophthora infestans
Struik, P.C., and S.G. Wiersema. 1999. Seed Potato Tecnology. Wageningen Pers. Wageningen. Netherlands. 382 hal. Subijanto and P. Isbagyo. 1988. Vegetable production and policy in Indonesia. In 'Vegetable research in south east Asia. AVRDS-ADB workshop on collaborative vegetable research in South East Asia'. (Asian Vegetable Research and Development Centre, Taiwan). pp.87-104. 28
LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. PERSONIL PELAKSANA KEGIATAN Nama lengkap dan Gelar
Instansi/Unit Kerja
Jabatan Fungsional
Bidang Keakhlian
Balitsa
Entomologi Pemulian
15
Dr. Eri Sofiari
Anggota
Balitsa
Pemulian
15
Ir. Yeni Kusadriani Ir. Lutfi
Anggota
Balitsa
Pemulian
15
Anggota
Balitsa
Peneliti Utama Peneliti Madya Peneliti Madya Peneliti Madya Peneliti Muda
Alokasi Waktu (Jam/minggu) 15
Kusmana SP
Posisi dalam Kegiatan Peneliti Utama Anggota
Ekofisiologi
15
Dr. Ahsol Hasyim
Balitsa
2.JADWAL KEGIATAN No
Kegiatan 1 Persiapan Koleksi dan Isolasi mikroba endofit Formulasi pupuk majemuk hayati Persiapan lahan Ploting dan pemupukan dasar Perlakuan umbi dan tanam Pemeliharaan tanaman Pengamatan Diskusi lapang Panen Analisis data Pembuatan laporan
2 x
3
4
5
Tahun 2011 6 7 8 9
x x
x x x x
x x x
29
x x
x x x x
x x
10
11
12
30
Tabel 1. Alasan petani memilih varietas sangat disukai dan disukai
No.
Nama Petani
Alasan memilih varietas
1
Nurman
Batang bagus, tahan busuk daun, daya tahan penyakit bagus
2
Acak
Penampilan tanaman bagus, daun tidak mudah rebah
3
Ani
Agak tahan penyakit, biasa menanamnya, pertumbuhan bagus
4
Idris
Agak tahan cuaca, batang bagus dan kuat, daun bagus
5
Syamsudin
Batang dan daun kuat tahan penyakit
6
Ancu
Batang kokoh daun tahan pada musim hujan
7
Udding
Tahan busuk daun daun kuat, daun bulat batang panjang
8
Nur Siah
Daun lebar, batang tidak banyak busuk, daun hijau
9
Ardim
Daun tidak mudah terserang busuk daun, daun lebar dan tebal
10
Tatang Rohmat
Agak tahan hujan, daun hijau, batang kokoh
11
Asdirman
Tahan penyakit, tahan layu, pertumbuhan bagus
12
Bahar
Batang dan daun bagus, tahan penyakit
13
Syamsu
Daun utuh batang cukup besar, daun bulat
14
Satar
Batang dan daun bagus tahan penyakit
15
Malla
Batang dan daun bagus tahan penyakit
16
Upping
Batang kokoh dan daun hijau
17
Basi
Tahan busuk daun, batang bagus tidak mudah rebah
18
Kamaruddin
Tahan penyakit, biasa tanam, daun hijau
19
Umar
Daun hijau, , batang bagus dan kuat, daun bagus
20
Sudding
Batang dan daun kuat tahan penyakit
21
Syukur
Batang kokoh daun banyak tahan pada musim hujan
22
Arman
Tahan busuk daun daun kuat, daun bulat batang panjang
23
Umar
Daun lebar, batang tidak banyak tahan busuk daun
24
Samsir
Daun tidak mudah terserang busuk daun, daun lebar dan tebal
25
Lapan
Tahan pada cuaca yang sangat ekstrim banyak hujan
26
Kutar
Tahan penyakit, tahan layu, pertumbuhan bagus
27
Sidin
Daun utuh batang cukup besar, daun bulat
28
Somad
Batang dan daun bagus, biasa menanamnya
29
Artis
Batang kokok dan tahan penyakit
30
Harman
Batang dan daun bagus tahan penyakit
31
Gambar 5. Penampilan fase vegetatif varietas Kikondo
Gambar 6. Penampilan fase vegetatif varietas Merbabu 17
32
Gambar 7. Penampilan fase vegetatif varietas Repita
Gambar 8. Penampilan fase vegetatif varietas Cipanas
33
Gambar 9. Penampilan vegetatif varietas Granola G3 (Garut)
Gambar 10. Penampilan fase vegetatif varietas Margahayu (saat terserang Liriomyza spp
34
Gambar 11. Penampilan vegetatif varietas Granola G0
Gambar 12. Penampilan fase vegetatif varietas GM 05
35
Gambar 13. Penampilan fase vegetatif varietas GM 08
36
KODE JUDUL: 1.03
LAPORAN AKHIR
INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA (PKPP 2012)
DISEMINASI VARIETAS KENTANG UNGGUL RESISTEN Phytophthora infestans (Mont.) de Bary
KEMENTRIAN/LEMBAGA: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
Peneliti/Perekayasa: 1. Dr. Ahsol Hasyim, MS 2. Dr. Eri Sofiari 3. Kusmana SP 4. Ir. Yenni Kusadriani. 5. Drs. Lutfi
INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KEMENTRIAN RISET DAN TEKNOLOGI 2012 37
BAB I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tanaman Kentang merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak diusahakan petani di dataran tinggi di Indonesia. Produksi kentang di Indonesia telah berkembang dengan pesat dan menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil terbesar di Asia tenggara. Dari tahun ke tahun luas areal, hasil produksi, dan produktivitas kentang berfluktuasi. Pada tahun 2003 luas panen kentang di Indonesia 65 923 ha dengan produksi 1.009.979 ton atau rata-rata produktivitas 15.32 ton/ha. Produksi kentang menurun menjadi 1.003.732 ton dengan luas panen 62.375 pada tahun 2007, produktivitas naik lagi menjadi 16.09 ton/ha pada tahun 2008 dengan luas panen 64.151 ha sedangkan pada tahun 2010
luas panennya
meningkat lagi menjadi 66.531 ha (BPS 2010). Dibandingkan dengan produktivitas kentang di Eropa yang rata-rata mencapai 25.5 ton per hektar, produktivitas kentang di Indonesia masih cukup rendah. Rendahnya hasil tersebut terkait dengan pemakaian bibit yang rendah mutunya. Penggunaan benih secara turun temurun dan mutunya rendah merupakan salah satu sebab merosotnya produksi dan tingginya intensitas serangan penyakit tertentu, terutama jenis penyakit yang terbawa benih. Selain keadaan iklim suatu daerah dan sistem budidaya yang tidak optimal mempengaruhi perkembangan dan penyebaran suatu penyakit. Benih sehat merupakan benih yang dihasilkan melalui teknik kultur jaringan yang Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang. Toleransi tentang adanya serangan pada benih kentang oleh badan ini adalah: a) benih generasi 0 (G0) toleransi penyakit virus adalah 0% dan penyakit layu bakteri 0%, b) benih generasi satu (G1) toleransi virus 0,01% dan penyakit bakteri/nematoda 0%, c) benih generasi dua (G2) toleransi virus 0,1% dan penyakit bakteri/nematoda 0,5%, d) benih generasi tiga (G3) toleransi virus 0,5% dan penyakit bakteri/nematoda 0,5%, e) benih generasi empat (G4) toleransi virus 2% dan penyakit bakteri 1%. Beberapa sentra produksi kentang di Indonesia yaitu 5 provinsi dan 10 Kabupaten dijadikan sebagai bagian dari kawasan pengembangan hortikultura khusus untuk kentang. Kelima provinsi tersebut diatas adalah Provinsi Jawa Timur, Jambi, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan.
Dengan
dibentuknya kawasan pengembangan hortikultura khusunya untuk tanaman kentang, 38
maka kegiatan penelitian nasional kentang dapat lebih terkonsentrasi dan lebih efisien. Untuk memberi dukungan terhadap pengembangan kawasan tersebut maka dibutuhkan ketersediaan varietas unggul dan benih kentang yang bermutu dalam jumlah yang memadai. Varietas kentang yang banyak beredar dipetani saat ini sangat terbatas sekali yaitu hanya Granola dan Atlantic (Ashandi dkk. 1989). Granola ditanam petani sebagai kentang sayur sementara Atlantic dibudidayakan sebagai bahan baku industri kripik. Penggunaan varietas yang sangat terbatas dapat menyebabkan terjadinya erosi genetik, sehingga kalau terjadi ledakan hama atau penyakit pada kedua varietas tersebut akan berdampak sangat buruk pada mata rantai produksi kentang di Indonesia. 2. Pokok permasalahan Balai Penelitian Tanaman Sayuran telah melepas beberapa varietas kentang unggul baru termasuk toleran terhadap serangan penyakit busuk daun. Varietas kentang yang telah dihasilkan Balitsa belum banyak yang diadopsi oleh pengguna
Hal ini diantaranya terkendala oleh beberapa masalah yaitu kurang
promosi, sehingga keberadaanya kurang dikenal oleh pengguna. Kalaupun dilakukan promosi biasanya tidak diikuti dengan penyediaan benihnya sehingga pada waktu stake holder berkeinginan untuk mencoba ketersediaan benihnya tidak siap. Selain itu
benih yang diadakan oleh Balitsa mekanisme pengadaannya
dengan cara klien harus order terlebih dahulu, keaadaan seperti ini tidak disukai klien, mereka lebih menyukainya ready stock. Kemudian benih yang ditawarkan Balitsa diterima konsumen dalam bentuk planlet atau GO (benih penjenis) yang kebanyakan petani kita belum bisa mengelola kelas benih tersebut. Melalui kegiatan demplot pengenalan
varietas hasil Balitsa, akan
memberikan peluang bagi varietas baru tersebut untuk dikenal keberadaannya oleh pengguna. Setelah itu diharapkan petani mulai tertarik untuk mencoba dan membudidayakannya. Secara parelel pada waktu yang bersamaan yaitu saat demplot berlangsung kegiatan perbanyakan benih sumber dilakukan secara massal, sehingga apabila petani sudah menentukan pilihan varietas yang disukainya, benih sudah siap didesiminasakan juga disiapkan baik itu benih berupa planlet, G0 dan benih turunan lainnya.
39
3. Maksud dan Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk memperkenalkan beberapa varietas kentang unggul baru termasuk varietas yang toleran terhadap serangan penyakit busuk daun. Sasarannya adalah petani dapat mengadopsi dan memilih varietas yang sesuai dan cocok untuk dikembangkannya didaerah masing-masing terutama didaerah yang endemik terserang Phytophthora infestan sehingga penggunaan pestisida dapat dikurangi. Diharapkan
minimal satu varietas kentang yang
didesiminasikan disukai oleh petani sebagai pengguna. 4. Metodologi Pelaksanaan a. Lokus Kegiatan : Kegiatan lapang di Sulawesi Selatan dilaksanakan di desa Pattapang, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Goa, Propinsi Sulawesi Selatan. Areal lokasi kegiatan merupakan sentra produksi sayuran dan ditanami oleh sayuran kol, kentang, bawang daun. b. Fokus Kegiatan : Pertanian Pangan Serangan hama/penyakit utama pada kentang seperti Phytophthora infestan, layu bakteri, Lyriomyza spp. merupakan kendala kendala penyebab rendahnya produksi kentang di Indonesia. Produksi kentang sangat erat kaitannya dengan keragaan varietas seperti produktifitas tinggi dan tahan terhadap hama/penyakit utama. Sampai saat ini sebagian besar petani kentang masih terfokus menanam kentang varietas Granola, padahal Balai Penelitian Tanaman Sayuran sudah melepas lebih kurang 20 varietas kentang baik untuk kentang sayur maupun kentang olahan untuk keripik. Tersedianya varietas kentang dengan produktifitas tinggi, tahan terhadaphama/penyakit utama merupakan upaya teknologi untuk mendukung
peningkatan
produksi
kentang.
Oleh
karena
itu
diperlukan
pengenalan varietas kentang selain varietas granola sehingga petani dapat memilih varietas yang sesuai untuk dikembangkan didaerahnya masing-masing. c. Bentuk Kegiatan 1. Kegiatan di rumah kasa. Benih sumber Generasi awal (G0) diperbanyak di Balitsa sebagai bahan untuk demplot akselerasi dan adopsi varietas baru kentang unggul hasil Balitsa. Jumlah umbi Generasi awal (G0) yang dibutuhkan untuk Demplot 40
varietas berkisar antara
300-400
umbi per varietas. Varietas yang ditanam
sebanyak 8 varietas yaitu Granola G 0, GM 08, Repita, GM 05, Merbabu 17, Margahayu, Kikondo, Cipanas, dan ditambah satu varietas Granola Generasi ke tiga. 2. Kegitan lapang: Demplot varietas kentang dilaksanakan dengan menanam 8 varietas kentang Generasi awal (G0) ditambah 1 varietas Granola Generasi ketiga (G3) di lahan petani desa Pittapang, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Goa.
BAB II. PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN 1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan a. Perkembangan kegiatan Tahapan pelaksanaan kegiatan tertera pada Tabel 1di bawah ini. Tabel 1. Tahapan Kelaksanaan Kegiatan No. 1. 2.
Jenis kegiatan Persiapan kegiatan Perbanyakan benih G0
3.
Pengolahan tanah
4.
Pemupukan
5.
Penanaman
6.
Pemeliharaan
Uraian Kegiatan Mempersiapkan pelaksanaan kegiatan Benih G0 untuk ditanam di demplot varietas dilahan petani Pattapang, Kecamatan Tinggi Moncong dipersiapkan di Balitsa Lembang. Tanah diolah dengan dicangkul, diratakan, dan kotoran atau gulma dibersihkan kemudian dibuat guludan. Masing-masing guludan berukuran 1 x 10 meter, kemudian diberi mulsa plastik hitam. Pupuk kandang yang digunakan adalah pupuk ayam yang sudah matang dengan dosis 15 ton/ha diberikan seminggu sebelum tanam. Pupuk dasar diberikan saat tanah yaitu NPK 16 : 16: 16 sebanyak 500 kg /ha. Nematisida diberikan untuk mengendalikan nematoda dengan dosis 40 kg /ha diberikan saat tanam. Bibit kentang yang sudah bertunas ditanam dengan jarak tanam 70 x 20 cm. Masing-masing lobang tanaman ditanam 1 umbi. Pemeliharaan tanaman meliputi pengairan, dilakukan seminggu dua kali apabila tidak kena hujan, 41
7.
Panen
8.
Pelaporan
pemberian pupuk susulan dengan menggunakan NPK 16 : 16: 16 sebanyak 700 kg /ha dicairakan dengan air dan diberikan disekitar perakaran tanaman masing-masing 250 ml/tanaman. Pengendalian hama penyakit dilakukan dengan pestisida bila telah melewati ambang kendali. Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 100 hari dimana 10 hari sebelum panen dilakukan pemotongan batang tanaman. Pelaporan akhir kegiatan
b. Hambatan; Hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegitan adalah tidak adanya irigasi teknis. Pengairan dilaksanakan dengan mengambil air dari dalam tanah dengan pompa kemudian ditampung dalam bak penampungan. Namun pada saat tanaman berumur >60 hari air dalam tanah terbatas jumlahnya hal ini disebabkan karena musim kemarau yang panjang 2. Pengelolaan Administrasi Manajerial a. Perencanaan Anggaran Rencana penggunaan anggaran ( RAB) telah disusun sebelumnya sesuai dengankebutuhan kegiatan penelitian serta kegiatan lainya yang mendukung penelitian ini, dan diharapkan RAB tersebut dijadikan acuan dalam rangka mencapai output yang telah ditetapkan. Perencanaan anggaran sudah disusun berdasarkan panduan insentif PKPP 2012 yang meliputi tiga tahapan pencairan (termin) yaitu Termin 1 ( 30%), termin ke dua (50%), dan termin ketiga (20%). Tabel 2. Uraian Penggunaan dana insentif PKPP. No.
Uraian
Pagu
Tahap I
Tahap 2
Tahap 3
Saldo
1.
Anggaran
250.000.000
74.000.000
124.841.658
0
51.144.422
2.
Honor/upah
96.560.000
16.500.000
60.930.000
19.130.000
3.
Perjalanan
87.880.000
17.642.920
42.361.658
27.875.422
4.
Bahan
55.460.000
36.871.000
18.550.000
39.000
5.
Ops. lainnya
10.100.000
3.000.000
3.000.000
4.100.000
b. Mekanisme Pengelolaan Anggaran Pengelolaan anggaran dilaksanakan dengan mekanisme sebagai berikut: - Dana yang diterima dari program PKPP dikelola oleh bendahara Balitsa. 42
- Dari bendahara akan diserahkan kepada Pemegang Uang Muka Kegiatan (PUMK) masing-masing kegiatan. - Peneliti mengajukan setiap kebutuhan biaya kegiatan kepada PUMK. c. Rancangan dan Perkembangan Pengelolaan Aset Aset berupa benih varietas unggul kentang tahan penyakit Phytophthora infestan diserahkan kepada Ketua Kelompok Tani Hikmah Bersama, Desa Pattapang, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Goa, Propinsi Sulawesi Selatan untuk dibagikan kepada anggota kelompok tani (Lampiran: Berita acara hasil panen). BPTP Sulawesi Selatan juga mengambil contoh benih masing-masing sebanyak 5 -10 kg untuk dikembangkan di Kabupaten Enrekang. Diharapkan beberapa varietas kentang yang sudah dibagikan dapat beradaptasi dengan baik dan tersebar di Sulawesi selatan. d. Kendala-hambatan Pengelolaan Administrasi Manajerial Tidak ditemukan kendala dan hambatan administrasi manajerial yang secara faktual mengganggu kelancaran proses kegiatan program. BAB III METODE PENCAPAIAN TARGET KINERJA 1. Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja a. Kerangka Metode-Proses Demplot penelitian akan dilakukan di Provinsi Sulawesi Selatan sedangkan perbanyak benihnya dilakukan di Skreen house Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang.
Lahan untuk
demplot pengujian varietas diolah
secara baik dengan dicangkul, diratakan, dan kotoran atau gulma dibersihkan. Kemudian dibuatkan larikan untuk meletakan pupuk kandang, pupuk buatan dan benih kentang. Jarak tanam yang digunakan 70 x 20 cm, Pupuk kandang yang digunkan pupuk ayam yang sudah matang dengan dosis 15 ton/ha diberikan seminggu sebelum tanam. Pupuk dasar diberikan NPK 16 : 16: 16 sebanyak 500 kg /ha
diberikan pada saat tanam. Nematisida diberikan untuk
mengendalikan
nematoda dengan dosis 40 kg /ha diberikan saat tanam. Pemeliharaan tanaman meliputi pengairan, dilakukan seminggu dua kali apabila tidak kena hujan, pendangiran dilakukan umur 3 minggu setelah tanaman diikuti pemberian pupuk susulan dengan menggunakan NPK 16 : 16: 16 sebanyak 700 kg /ha diberikan disekitar perakaran tanaman sebelum tanaman di bumbun. Pembumbunan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 50 hari setelah tanam. Aplikasi pestisida 43
dilakukan secukupnya untuk mengendalikan hama dan penyakit utama kentang. Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 100 hari dimana 10 hari sebelum panen dilakukan pemotongan batang tanaman. - Kegiatan Partisipatif dengan stakeholder Pada saat tanaman berumur antara 50-60 hari setelah tanam direncanakan akan mengundang beberapa penangkar benih, petani, pedagang bibit, pedagang kentang konsumsi, penyuluh, konsumen rumah tangga, BPTP dan Dinas Pertanian Setempat (stakeholder). Pengujian partisipatif dilakukan pada demlot kegiatan di Sulawesi selatan responden yang diundang adalah responden yang berdomisili disektar lahan percobaan. Jumlah responden sebanyak 40 orang yang mewakili sebagai petani, penangkar benih, pedagang dan penyuluh. Tujuan mengundang stake holder adalah untuk memberikan informasi tentang beberapa varietas kentang unggul baru toleran busuk daun, diharapkan setelah diketahui oleh stakeholder mereka tertarik dengan varietas Balitsa. Dengan melihat tanaman tersebut stakeholder dapat mengamati varietas baru kentang yang ditampilkan di demplot. Dari pengamatan tipe pertumbuhan tanaman tersebut mereka dapat menilai tinggi tanamannya, pola pertumbuhannya, vigor tanamannya serta resistensinya terhadap hama dan penyakit. Responden yang diundang pada pertemuan pertama atau saat pertumbuhan akan diundang juga pada saat panen. Pada waktu panen responden dapat menilai varietas mana yang paling disukainya berdasarkan tampilan hasil umbinya maupun berdasarkan hasil tonasenya. Jumlah stakeholder yang diundang pada setiap pertemuan antara 30-40 orang.
Sesui dengan metode yang dilakukan oleh Basuki
et al (2001) Pada saat panen responden diberikan quisionair untuk mengevaluasi varietas yang diuji kemudian diminta untuk memilih varietas kentang yang mana yang paling disukainya. Responden akan mendapat sampel umbi bibit kentang sesuai dengan yang mereka pilih. Varietas yang diberikan ke responden dicatat, penerimanya siapa, jenis varietasnya apa dan berapa kilogram. Dengan kegiatan seperti
ini
kedepan
kita
dapat
memonitoring
sebaran
varietas
yang
didistribusikan.Peubah yang diamati, Tinggi tanaman umur 60 hari, Intensitas serangan penyakit Phytophthora, Intensitas serangan penyakit lainnya, preferensi kesukaan petani pada saat fase vegetatif, Preferensi kesukaan petani pada saat panen (fase generatif), komponen hasil (jumlah umbi, berat umbi). 44
Presentasi kerusakan yang disebabkan oleh penyakit (Phytophthora dihitung dengan menggunakan rumus: P
= a/a+b
x 100 %
P= Intensitas serangan a= jumlah daun yang terserang b= jumlah daun sehat/tanaman contoh 2. Indikator Keberhasilan Pencapaian Beberapa indikator yang menjadi tolak ukur keberhasilan pencapaian target kegiatan adalah: a) Diperolehnya minimal 2 varietas kentang yang tahan penyakit Phytophthora infestan,
produksi
tinggi
dan
sesuai
dengan
preferensi
petani
untuk
dikembangkan di lahan petani, Kabupaten Goa dan Kabupaten lainnya yang berada di sulawesi selatan. c) Diperoleh data intensitas serangan dan tingkat kerusakan yang disebabkan oleh penyakit Phytophthora infestan. d) Diperoleh data potensi hasil dari masing-masing varietas yang di tanam di desa Pattapang, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Goa. e. Tersebarnya varietas benih kentang unggul hasil pemulian Balai Penelitian Tanaman Sayuran. 3. Perkembangan dan Hasil Pelaksanaan Penelitian Untuk mengetahui preferensi petani terhadap penampilan varietas kentang yang telah diuji dilakukan dengan mengundang petani dan memberikan kuesionir. Ada 30 petani memberikan penilaian terhadap penampilan varietas yang diuji (1. Granola G 0. 2) Granola G3 (Garut), 3). GM 08, 4.) Repita, 5.) GM 05, 6.) Merbabu 17, 7.) Margahayu, 8.) Kikondo, 9.) Cipanas). Hasil penilaian petani terhadap penampilan varietas pada fase vegetatif dapat dilihat pada Gambar 1.
45
Gambar 1. Preferensi petani terhadap pertumbuhan vegetatif varietas kentang Varietas yang sangat disukai oleh petani pada saat melihat pertumbuhan 9 varietas kentang adalah varietas Granola G0 dan varietas Cipanas (Gambar 1) dan yang disukai oleh petani ada 4 varietas yaitu varietas Granola Garut, varietas repita dan Merbabu 17 dan Varietas kikondo, sedangkan yang tidak disukai adalah Gm 05 dan GM 08. Penampilan GM05 dan GM 08 kurang disukai hal ini disebabkan karena benih yang digunakan kurang baik pertumbuhannya dan tidak tumbuh serentak, sedangkan varietas Margahayu kurang disukai karena relatif rentan terhadap serangan ulat poenggorok daun Liriomyza spp (Gambar 2).
Gambar 2. Penampilan Vegetatif Vrietas Cipanas (kiri) dan Varietas Margahayau (kanan)
Alasan mereka memilih varietas yang paling disukai yaitu Cipanas diantaranya karena toleran terhadap penyakit busuk daun, batang dan daun kuat, tahan cuaca ekstrim curah hujan tinggi, daun lebar, bentuk daun bulat, serta batang tidak mudah rebah. Sementara alasan memilih Granola karena sudah terbiasa menanamnya sehingga ada jaminan pasar (Lampiran 1) Tabel 1. Tinggi Tanaman, lebar kanopi dan Jumlah Cabang varietas kentang pada Umur 60 hari setelah Tanam 46
Utama/Rumpun
Perlakuan/Parameter pengamatan
Tinggi tanaman (cm)
Lebar kanopi (cm)
Jml. cabang utama/ rumpun
Granola
49.40 c
51,78 ab
2.3 a
Granola Graut
58.40 e
48,60 ab
2.7 a
GM-08
42.83 b
56,48 a
2.5 a
Repita
58.13 d
40,05 b
2.3 a
GM 05
40.20 a
54,40 ab
2.7 a
Merbabu
51.40 d
55,48 a
2.0 a
Margahayu
50.53 cd
40,05 b
2.2 a
Kikondo
60.40 e
54,40 ab
2.4 a
Cipanas
60.60 e
56.70 a
3.3 a
Keterangan : Angka yang didampingi oleh huruf yang sama pada setiap kolom menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata menurut Uji Duncan Tinggi tanaman masing-masing varietas bebeda-beda (Tabel 1).
Varietas
yang tingginya lebih dari 60 cm adalah varietas Kikondo dan Cipanas, sedangkan varietas yang paling rendah adalah varietas GM 05 dimana tinggi tanaman >40 cm. Kemampuan tanaman untuk berkembang secara optimal saat fase pertumbuhan vegetatif tentunya menjadi salah satu indikator keberhasilan dalam menunnjukkan potensi produksinya yang merupakan hasil interaksi antara faktor genetis dan faktor lingkungan dimana tanaman tersebut tumbuh.
Potensi produksi dari varietas
kentang yang diuji disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Berat umbi/plot, berat umbi/10 tanaman sampel dan produksi kentang per ha dari beberapa varietas kentang yang diuji Varietas kentang Granola G 0 Granola Garut GM-08 Repita GM-05 Merbabu Margahayu Kikondo
Berat Umbi/10 tan sampel (kg ) 4.66 a 9.05 c 4.47 a 6.91 bc 4.69 a 6.61 ab 4.39 a 6.95 bc 47
Berat Umbi/Plot (kg) 40.08 a 70.56 bc 32.84 a 68.26 bc 37.64 a 64.28 bc 36.46 a 59.64 b
Produksi kentang ((ton/ha) 16.12 a 28.21 cd 13.13 a 24.37 bc 15.05 a 25.71 bc 14.58 a 23.85 b
Cipanas
9.0 c
75.37 c
30.14 d
Dari Tabel 2 terlihat bahwa hasil panen varietas cipanas dan Granola Garut menghasilkan jumlah umbi per rumpun tertinggi dan tidak berbeda nyata dengan varietas repita dan kikondo, namun berbeda nyata dengan varietas Granola G0, Gm 05, GM 08, Margahayu, dan Merbabu 17. Berat umbi per rumpun tampak bahwa Cipanas dan Granola Garut
mampu menghasilkan berat umbi 9 kg/10
tanaman.(Gambar 3a). Demikian juga produksi kentang/plot yang teringgi diperoleh dari varietas Cipanas dan Granola Garut.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh
bahwa produksi kentang/ha yang tertinggi diperoleh dari varietas cipanas yaitu 30.14 ton kemudian diikuti oleh Granola Garut yaitu 28.21 ton, Merbabu 25.71 ton, Repita 24.37 ton, dan Kikondo 23.85 ton. Sedangkan GM 08 Margahayu, GM 08 dan Granola G 0 menghasilkan umbi terendah dengan produksi masing-masing berturutturut 13.13 ton, 14.58 ton, 15.5 ton dan 16.12 ton/ha. Hasil panen benih kentang tersebut di gudang Ketua Kelompok Tani Hikmah Bersama (Gambar 3 b).
A
B
Gambar 3. Produksi Umbi kentang varietas Cipanas per rumrun (A) dan Benih kentang yang dipanen disimpan di gudang Ketua Kelompok Tani Hikmah Bersama. OPT tanaman kentang
48
Intensitas serangan Phytophthora infestans
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
Varietas kentang
Gambar 5. Intensitas serangan penyakit Phytophthora infestan pada berbagai varietas kentang umur 32 hari setelah tanam Tabel 3. Intensitas serangan penyakit Rhizoctonia solani dan Phytophthora infestan umur >50 hst Varietas Granola Granola Garut GM-08 Repita GM-05 Merbabu 17 Margahayu Kikondo Cipanas
Rhizoctonia solani 13.00 ab 30,00 c 24.33 bc 30.66 c 23.33 bc 5.66 a 6.33 a 23.66 bc 6.33 a
Phytopthora infestan 10.20 d 9.86 cd 9.93 cd 4,30 a 9.80 cd 8.93 c 20.60 e 7.53 b 7.83 b
Secara umum semua varietas kentang yang diuji relatif toleran terhadap penyakit Phytophthora infestan kecuali varietas margahayu dimana intensitas serangan sudah paling tinggi 17% pada saat tanaman berumur 32 hari dan pada saat tanaman berumur > 50 hst intensitas serangan mencapai 20.60%, sedangkan varietas kentang lainnya intensitas serangan penyakit Phytophthora infestan berkisar antara 7.53 sampai 10.20%. Varietas kentang Repita sangat tahan dan intensitas serangan penyakit Phytophthora infestan baik pada saat tanaman berumur 32 hst maupun >50 hst kurang dari 5 %. Semua varietas yang diuji dikendalikan dengan fungisida apabila sudah melewati ambang kendali.
49
Gambar 6. Gejala tanaman kentang yang terserang oleh penyakit Rhizoctonia solani
Pada saat tanaman memasuki fase generatif beberapa varietas kentang mulai diserang oleh penyakit Rhizoctonia solani (Gambar 6). Varietas yang rentan terhadap penyakit Rhizoktonia solani adalah Granola Garut, Repita, GM-08, Kikondo dan GM 05, sedangkan varietas cipanas, Margahayu, Merbabu dan Granola relatif agak tahan terhadap penyakit Rhizoctonia solani. Diduga penyakit Rhizoctonia solani berasal dari lahan petani bukan berasal dari benih karena fase penyerangannya baru terlihat setelah kentang memasuki fase generatif. Hal ini terbukti juga bahwa disamping lahan pengujian lahan petani disekitar pertanaman juga terserang Rhizoctonia solani dengan intensitas serangan bervariasi dari 5- 15 %. Hasil komunikasi pribadi dengan petani kentang H. ucung menyatakan serangan penyakit Rhizoktonia kadang-kadang muncul sejak 5 tahun yang lalu dengan intensitas relatif rendah. Agak tingginya serangan Rhizoktonia solani di lahan pengujian diduga disebabkan karena lahan pengujian menggunakan mulsa plastik hitam sedangkan lahan petani tidak menggunakan mulsa plastik hitam. 2. Potensi Pengembangan Ke Depan a. Kerangka Pengembangan Ke Depan Penggunaan varietas yang sangat terbatas yang hanya bertumpu pada varietas Granola atau varietas Atlantik saja dapat menyebabkan terjadinya erosi genetik, sehingga kalau terjadi ledakan hama atau penyakit pada kedua varietas tersebut akan berdampak sangat buruk pada mata rantai produksi kentang di Indonesia. Balai Penelitian Tanaman Sayuran telah melepas beberapa varietas 50
kentang unggul baru, namun adopsi dari varietas-varoietas tersebut masih sangat kecil sekali. Hal ini diantaranya terkendala oleh beberapa masalah yaitu kurangya promosi, sehingga keberadaanya kurang dikenal oleh pengguna. Untuk lebih memperkenalkan varietas-varietas hasil rakitan Balitsa kepada stake holder maka salah satunya yang cukup efektif untuk mempromosikannya adalah melalui kegiatan diseminasi pengenalan varietas atau demplot varietas. Dengan dilakukannya demplot maka petani dapat langsung mengamati varietas-varietas baru tersebut dari masa pertumbuhan
hingga
tanaman tersebut dipanen. Demplot varietas
diusahakan ditanam dilahan petani kentang dan lahan bebas dari penyakit Rhizoctonia solani.
b. Strategi Pengembangan Ke Depan Strategi pengembangan diseminasi inovasi teknologi kedepan perlu dipertajam dengan pola/model SDMC (Sistem Diseminasi Multi Chanel) yang diawali dengan advokasi, pelatihan, penerbitan dan penyebarluasan media cetak serta pelaksanaan peragaan (demplot) dari inovasi teknologi varietas kentang yang disukai petani. Petani diharapkan berpartisipasi aktif mulai dari awal sampai akhir kegiatan.
BAB IV SINERGI PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Sinergi Koordinasi Kelembagaan Program a. Kerangka Sinergi Koordinasi Kerjasama untuk benih kentang bebas patogen perlu dilanjutkan lagi dengan dengan mengirimkan planlet hasil perbanyakan laboratorium Balitsa dan kemudian akan diperbanyak oleh penangkar setempat. Lahan petani yang terinfeksi oleh penyakit tular tanah perlu diberakan atau dilakukan pergiliran tanaman dengan menanam lahan selain tanaman kentang. Sedangkan anggota
Kelompok Tani
Hikmah Bersama yang ingin mencoba menanam varietas kentang yang telah dipanen perlu menyeleksi benih yang baik dari hasil panen yang bebas patogen. Sedangkan koordinasi antar
lembaga terkait, yaitu: BPTP Sulawesi Selatan, 51
Balitbangda Sulawesi Selatan, perguruan Tinggi dan Dinas Pertanian perlu ditingkatkan lagi. b. Indikator Keberhasilan Sinergi Koordinasi - Terbentuknya kerjasama formal dengan pihak terkait, yaitu: Dinas Pertanian, BPTP, Balitbangda, dan Perguruan Tinggi yang ada di daerah Propinsi Sulawesi Selatan. - Terlaksananya penyebarluasan benih
varietas kentang unggul Balitsa oleh
petani kentang di lokasi kegiatan secara mandiri. c. Perkembangan Sinergi Koordinasi Kelompok Tani dan BPTP Sulawesi Selatan telah bersedia dan sepakat i untuk penyebarluasan varietas kentang Balitsa.
Perguruan tinggi (Universitas
Hasanuddin juga akan mencoba beberapa varietas kentang yang sudah dilepas Balitsa dengan memperbanyak benih kentang bebas patogen melalui kegiatan aeroponik. 2. Pemanfaatan Hasil Litbangyasa a. Kerangka dan Strategi Pemanfaatan Hasil Beberapa kegiatan yang dilakukan untuk diseminasi varietas kentang yang telah dilepas Balitsa harus dilakukan secara masiv denganmelibatkan langsung para petani kentang
melalui Kelompok Tani Hikmah Bersama
dan kelompok petani
lainnya, dan para penangkar benih sudah mulai terbentuk di daerah-daerah sentral produksi kentang. b. Indikator Keberhasilan Pemanfaatan Petani kakao di lokasi penelitian dapat mengadopsi teknologi varietas kentang tahan Phytophthora infestan dan produksi tinggi. c. Perkembangan Pemanfaatan Telah dilakukan advokasi
untuk para petani kentang
anggota kelompok tani
Hikmah Bersama tentang perlunya digunakan benih sehat dan bebas patogen sehingga produksi kentang yang dihasilkan tinggi. Anggota kelompok tani yang melihat sendiri umbi kentang yang besar-besar mereka tertarik untuk mencoba menanam dilahan kentang mereka masing-masing. Perguruan tinggi juga ingin memperbanyak benih kentang melalui sistem aeroponik dan akan memesan langsung planletnya ke Balitsa.
52
BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan Tahapan pelaksanaan kegiatan penelitian dalam upaya meningkatkan kinerja diseminasi varietas kentang tahan Phytophthora adalah perbanyakan massal benih kentang mulai dari perbanyakan planlet bebas patogen di laboratorium, benih kentang generasi awal (G0), benih kentang generasi ke satu (G1) dan benih kentang ke genrasi ke 2 (G2) dilaksanakan di Screen House dengan media steril berupa arang sekam. Benih generasi awal G0 bisa diperbanyak di lapangan dan akan menjadi benih generasi ke dua (G2). Kegiatan ini menggunakan anggaran dari program PKPP Kemenristek RI sebesar Rp. 250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah) yang dicairkan secara bertahap dalam 3 termin, yaitu: termin pertama 30%, termin kedua 50% dan termin ketiga 20%. Metode proses pencapaian target dilaksanakan sesuai dengan yang tertuang dalam proposal, dengan sedikit perubahan teknis untuk menyesuaikan dengan kondisi riil di lapang. Strategi untuk pengembangan pemanfaatan benih kentang yang sudah dihasilkan akan ditanam dan dicoba anggota kelompok tani dan akan dilakukan kerjasama Perguruan Tinggi Unhas untuk meneliti epidemiologi tentang perkembangan penyakit Rhizoctonia solani. Beberapa kegiatan yang akan dilakukan untuk pengembangan pemanfaatan varietas kentang yang sudah dihasilkan secara masiv dengan melibatkan langsung para petani kentang melalui Kelompok Tani Hikmah Bersama atau dengan Kelompok tani kentang lain yang sudah mulai terbentuk di daerah-daerah sentral produksi kentang. 2. Saran a. Keberlanjutan Pemanfaatan Hasil Kegiatan Dalam upaya untuk mempertahankan keberlanjutan pemanfaatan hasil penelitian Diseminasi varietas kentang tahan Phytophthora infestan yang didanai oleh PKPP ini maka diperlukan adanya
sinergitas kegiatan antara program penelitian yang
dibiayai ristek dengan penelitian dan pengembangan yang dibiayai oleh instansi pemerintah daerah dan pihak swasta. b Keberlanjutan Dukungan Program Ristek
53
Penelitian pemanfaatan kentang tahan Phytophthora infestan perlu diperbanyak dan ditanaman terutama didaerah yang endemik. Dari hasil penelitian terlihat bahwa kentang varietas repita merupakan kentang yang sesuai untuk ditanam dit=daerah endemik penyakit Phytophthora infestan namun bentik umbinya kurang disukai oleh para petani. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan terhadap varietas Repita ini sehingga disukai oleh petani kentang.
54
55
Gambar 5. Penampilan fase vegetatif varietas Kikondo
Gambar 6. Penampilan fase vegetatif varietas Merbabu 17
56
Gambar 7. Penampilan fase vegetatif varietas Repita
Gambar 8. Penampilan fase vegetatif varietas Cipanas
57
Gambar 9. Penampilan vegetatif varietas Granola G3 (Garut)
Gambar 10. Penampilan fase vegetatif varietas Margahayu (saat terserang Liriomyza spp
58
Gambar 11. Penampilan vegetatif varietas Granola G0
Gambar 12. Penampilan fase vegetatif varietas GM 05
59
Gambar 13. Penampilan fase vegetatif varietas GM 08
60
61