Khairatun N dan Rismarini Zuraida: Upaya Peningkatan Produktivitas ….
UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS UNGGUL BARU MENUNJANG PENDAPATAN PETANI DI KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN Khairatun N dan Rismarini Zuraida Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan
ABSTRAK Beras sebagai komoditas strategis yang memegang peranan penting dalam stabilitas Nasional. Meningkatnya jumlah penduduk yang tidak seimbang dengan peningkatan produksi beras sehingga pemerintah membuat program P2BN (Peningkatan Produksi Beras Nasional). Varietas unggul merupakan kewajiban dalam program P2BN. Salah satu upaya meningkatkan produksi beras adalah penggunaan varietas unggul yang berproduksi tinggi. Banyak varietas unggul yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian tapi tidak semua varietas adaptif disatu lokasi dan disukai petani. Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui varietas unggul yang berproduksi tinggi dan adaptif di Kabupaten Banjar. Pengkajian dilaksanakan pada Nopember sampai Desember 2012. Penelitian dilakukan dengan observasi dilapangan yang difokuskan pada permasalahan, hambatan dan peluang pengembangan usahatani padi. Yang meliputi di Penggalaman, Sungai batang Ilir (Kecamatan Martapura Barat), Munggu Raya (Kecamatan Astambul) dan Penyambaran (Kecamatan Karang Intan) Kabupaten Banjar. Ada 3 varietas yang digunakan yaitu Inpari 8, Inpari 12 dan Inpari 20. Budidaya tanaman menggunakan sistem PTT. Hasil pengamatan menunjukkan: Lahan sawah di Kabupaten Banjar sangat sesuai atau berpotensi untuk pengembangan padi varietas unggul baru (VUB) seperti Inpari 8 dan Inpari 20. Hasil produktivitas tertinggi adalah varietas Inpari 8 yaitu 6,16 t /ha GKG, di ikuti varietas Inpari 20 yaitu 5,64 t/ha GKG. Sedangkan yang terendah adalah varietas Inpari 12 yaitu 3,69 t/ha GKG. Dengan melaksanakan teknologi PTT yang dianjurkan berpeluang meningkat produktivitas dan menguntungkan bagi petani dilihat dari nilai R/C Ratio masing-masing 2,9 dan 2,69 ( R/C Ratio >1). Kata kunci: varietas unggul baru, produktivitas
PENDAHULUAN Kalimantan Selatan memiliki luas panen sekitar 490.069 ha (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Kalimantan Selatan, Laporan Tahunan 2009). Kontribusi lahan tadah hujan mencapai 150.253 ha (Zauhari 2000), dari luasan tersebut 13.998 ha berada di Kabupaten Banjar (Yunus 2003). Penerapan teknologi tepat guna dan spesifik lokasi merupakan salah satu komponen penting untuk meningkatkan hasil yang berkualitas suatu komoditas yang diusahakan di suatu daerah. Akan tetapi dampak dari penerapan teknologi harus juga dapat menjaga kelestarian lingkungan. Pengelolaan tanaman dan
332
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
sumber daya terpadu (PTT) merupakan suatu usaha untuk meningkatkan hasil dan efesiensi masukan produksi secara bijak dalam setrategi penerapannya anjuran teknologi didasarkan pada bobot sumbangan teknologi terhadap peningkatan produktivitas tanaman baik terpisah maupun terintegrasi. Dari beberapa komponen teknologi yang dianjurkan tidak seluruhnya bisa diterapkan di lahan petani ini semua tergantung karakteristik biofisik lingkungan, tanaman, kondisi sosial ekonomi dan budaya
petani sehingga diharapkan ada efek
sinergisme terhadap pertumbuhan tanaman spesifik lokasi serta dinamis dalam susunan
teknologinya
karena
adanya
system
intoduksi
inovasi
secara
berkelanjutan (Makarim et al. 2003). Salah satu inovasi teknologi yang cepat berkembang, namun lambat sampai dilahan petani adalah penerapan varietas unggul baru (VUB). Hingga saat ini sudah banyak varietas unggul baru padi yang sudah dirakit dan dilepas oleh Badan Litbang Pertanian, tetapi yang digunakan dan dikembangkan petani masih terbatas (Badan Litbang Pertanian 2007). Oleh karena itu, perlu upaya intensif untuk mensosialisasikan varietas- varietas unggul baru tersebut secara lebih luas kepada pengguna seperti pada lokasi SLPTT. Menurut Baehaki (1996), varietas unggul yang dilepas saat ini baru sekitar 10% dari kebutuhan nasional. Disamping itu, pelepasan varietas unggul masih bersifat nasional dan belum mempertimbangkan kesesuaian lingkungan dan agroekologi spesifik sehingga menyebabkan
rendahnya
produktivitas beberapa komoditas
pertanian unggulan. Hal ini sangat dirasakan oleh petani dan konsumen. Varietas unggul memberikan manfaat teknis dan ekonomis yang banyak bagi perkembangan suatu usaha pertanian, diantaranya pertumbuhan tanaman menjadi seragam sehingga panen menjadi serempak, rendemen lebih tinggi, mutu hasil lebih tinggi dan sesuai dengan selera konsumen, dan tanaman mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap gangguan hama dan penyakit dan beradaptasi yang tinggi terhadap lingkungan sehingga dapat memperkecil penggunaan input seperti pupuk
dan
pestisida (Suryana dan Prajogo 1997). Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui varietas unggul yang berproduksi tinggi dan adaptif dan secara finansial menguntungkan petani di Kabupaten Banjar..
333
Khairatun N dan Rismarini Zuraida: Upaya Peningkatan Produktivitas ….
METODOLOGI Penelitian dilaksanakan di tiga (3) Desa yakni: Desa Penggalaman, Munggu Raya, dan Penyambaran di
Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan pada
bulan Nopember dan Desember 2012. Penelitian dilakukan dengan observasi dilapangan
yang
difokuskan
pada
permasalahan,
hambatan
dan
peluang
pengembangan usahatani padi. Metode pengumpulan data yaitu pengamatan pada demplot pada lahan petani 1 ha yang menanam padi varietas unggul baru yaitu Inpari 8, Inpari 20, Inpari 12. Sedangkan untuk pembanding tahan diambil petani di luar demplot secara acak sederhana. Sebanyak 30 responden sebagai sampel dan diwawancarai dengan mengggunakan daftar pertanyaan terstruktur
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Lahan Lokasi Pengkajian Berdasarkan letak geografisnya Kabupaten Banjar terletak diantara 20.49’43”30.43’38” Lintang Selatan dan 114030’20’’-115035’37’’ Bujur Timur. Batas Kabupaten Banjar adalah sebelah utara : Kabupaten Tapin dan Kabupaten Hulu Sungai Selatan, sebelah selatan : Kota Banjarbaru dan Kabupaten Banjarbaru, sebelah barat : Kabupaten Barito Kuala dan Kota Banjarmasin, sebelah timur : Kabupaten Kotabaru dan Kabupaten Balangan. Luas daerah Kabupaten Banjar adalah 4.688,50 km2. Secara umum, para petani di lokasi pengkajian masih banyak menggunakan cara bertani tradisonal yang mengacu
kepada kondisi dan perubahan alam dan
topografinya atau kondisi fisik lahan dengan kendala utama kekeringan, kebanjiran dan kesuburan tanah yang cukup bervariasi dari rendah sampai dengan sedang. Varietas yang biasa digunakan oleh petani sekitar adalah varietas lokal, Ciherang dan IR 42. Untuk menentukan dosis pemupukan spesifik lokasi digunakan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS). Dari hasil analisa tanah dengan PUTS terlihat bahwa kesuburan tanah disemua lokasi berbeda.
Hasil analisa tanah dan dosis pemupukan yang
direkomendasikan dapat dilihat pada Tabel 1.
334
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
Tabel 1. Kesuburan tanah lokasi Pengkajian dan Rekomendasi Pemupukan Lokasi Sungai Batang Ilir
Penggalaman
Munggu Raya
Karang Intan
N
Kriteria kandungan hara tanah tinggi
Rekomendasi dosis pupuk (kg/ha) 200 Urea
P
Unsur
Rendah
100 SP-36
K
Tinggi
50 KCl
pH
Agak masam
N
sangat tinggi
200 Urea
P
rendah
100 SP-36
K
tinggi
50 KCl
pH
masam
N
Sangat tinggi
200 Urea
P
rendah
100 SP-36
K
sedang
50 KCl
pH
masam Sangat Tinggi Tinggi Sedang Agak masam
200 Urea 50 SP-36 50 KCl
N P K pH
Penerapan Komponen Teknologi di Lahan Petani Pengamatan jumlah rata-rata anakan produktif tertinggi dihasilkan oleh varietas Inpari 12 yaitu 13.97 btg/rpn. Banyaknya jumlah anakan yang produktif selain ditentukan oleh suatu varietas juga dipengaruhi oleh jarak tanam atau ruang lingkup tempat tumbuh suatu tanaman. Secara agronomis, dengan jumlah anakan yang lebih sedikit, tanaman lebih efisien dalam menyerap unsur hara, karena tingkat persaingan antar individu tanaman relatif lebih rendah. Jumlah anakan yang lebih sedikit juga memberikan keuntungan lain, karena kondisi iklim mikro di sekitar tanaman akan lebih baik dan hasil tanaman menjadi lebih tinggi (Guswara 2010).
Tabel 2. Rata-rata panjang malai, jumlah gabah hampa, jumlah gabah isi, berat 1000 biji dan hasil beberapa varietas unggul baru di Kabupaten Banjar pada MK. 2012
Perlakuan Inpari 8 Inpari 12 Inpari 20
Panjang malai (cm)
Jumlah gabah isi/malai
Gabah hampa (%)
Bobot 1000 butir (gr)
Hasil t/ha (GKG)
24,66 22,84 22,04
103,27 108,30 85,10
15,07 18,00 15,04
27,82 26,42 26,26
6,16 3,69 5,64
.
335
Khairatun N dan Rismarini Zuraida: Upaya Peningkatan Produktivitas ….
Secara deskreptif panjang malai menunjukkan bahwa varietas Inpari 8 yang memiliki panjang malai terpanjang yaitu rata-rata 24,66 cm yang berbeda nyata dengan Inpari 20 yang memiliki panjang malai terendah yaitu 22,04 cm Panjang malai merupakan salah satu indikator jumlah gabah yang dimiliki oleh suatu varietas. Jumlah gabah isi permalai berbeda sangat nyata. Jumlah gabah isi permalai tertinggi adalah pada varietas Inpari 12 yaitu 108,30 butir per malai, sedangkan jumlah gabah isi per malai terendah adalah Inpari 20 yaitu 85,10 butir per malai. Banyaknya jumlah gabah isi selain ditentukan oleh suatu varietas juga dipengaruhi oleh lingkungan tumbuh seperti ketersediaan hara dalam tanah dan juga dipengaruhi oleh serangan hama dan penyakit tanaman. Sedangkan persentase gabah hampa antara varietas tidak berbeda nyata. Persentase gabah hampa pada varietas Inpari 20 lebih sedikit yaitu sebesar 15,04%, sedangkan yang tertinggi pada varietas Inpari 12 yaitu sebesar 18,00%. Bobot seribu butir dari 3 varietas yang diuji berkisar antara 26,26 gr sampai 27,82 gr. Adapun produktivitas tertinggi adalah varietas Inpari 8 yaitu 6,16 t /ha GKG, di ikuti varietas Inpari 20 yaitu 5,64 t/ha GKG, dan yang terendah adalah varietas Inpari 12 yaitu 3,69 t/ha GKG. Menurut Satari (1988) bahwa peningkatan produksi pada lahan
spesifik
lokasi
dapat membantu pengembangan suatu varietas sekaligus
mendukung swasembada beras.
Tabel 3. Analisis Finansial Beberapa Varietas Unggul baru per ha di Kabupaten Banjar pada MK. 2012 Uraian Penerimaan (Rp) Benih (Kg) Pupuk:( Kg) Urea NPK(Phonska) Obat-obatan Tenaga Kerja Total Biaya Pendapatan R/C Ratio
Melihat
tabel
Inpari 8
Inpari 12
18.480.000 175.000
11.070.000 175.000
16.920.000 200.000
Ciherang (Petani) 9.600.000 125.000
262.500 675.000 150.000 5.000.000 6.262.500 12.217.500 2,9
262.500 675.000 150.000 5.000.000 6.262.500 4.807.500 1,76
262.500 675.000 150.000 5.000.000 6.287.500 10.632500 2,69
200.000 500.000 100.000 4.200.000 5.125.000 4.475.000 1,8
diatas
terlihat
bahwa
Inpari 20
vaeritas
unggul
baru
memang
menguntungkan untuk diusahakan, dengan in put (Sarana produksi) yang rendah dapat meningkatkan produktivitas yang sangat nyata untuk varietas Inpari 8 dengan
336
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
pendapatan bersih mencapai Rp 12.217.500,- , Varietas Inpari 12
Rp 4.807.500,-
dan Varietas Inpari 20 Rp 10.632500,- dengan nilai R/C ratio masing-masing 2,9 ; 1,76 dan 2,69 ( R/C > 1) Ini berarti sangat menguntungkan petani. Kalau dibandingkan dengan varietas ciherang yang berkembang di lahan petani produktivitasnya hanya mencapai 3,84
ton/ hektar dengan pendapatan
bersih
hanya
mencapai Rp
4.475.000,- Jadi apabila petani melaksanakan sesuai dengan teknologi yang dianjurkan
maka
berpeluang
besar
produktivitasnya
meningkat
sekaligus
meningkatkan pendapatan.
KESIMPULAN 1.
Lahan sawah di Kabupaten Banjar sangat sesuai dan berpotensi untuk pengembangan padi varietas unggul baru (VUB) seperti Inpari 8 dan Inpari 20.
2.
Hasil produktivitas tertinggi adalah varietas Inpari 8 yaitu 6,16 t /ha GKG, di ikuti varietas Inpari 20 yaitu 5,64 t/ha GKG. Sedangkan yang terendah adalah varietas Inpari 12 yaitu 3,69 t/ha GKG. Dan apabila dilaksanakan sesuai dengan teknologi yang dianjurkan akan meguntungkan bagi petani dilihat dari nilai R/C Ratio masing-masing 2,9 dan 2,69 ( R/C Ratio > 1)
DAFTAR PUSTAKA Balai Penelitian Tanah. 2007. Teknologi pemupukan spesifik lokasi dan konservasi tanah di desa dua limpoe, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Baehaki, A. 1996. Prospek Penerapan “Breeder Right” di Indonesia. Hal30-35. dalam Yuniarti, A. Djauhari, M.A. Yusran, Baswarsiati dan Rosmahani (ed.). Gomez and Gomez. 1984. Statistical Procedures for Agricultural Research. Second Edition. An International Rice Research Instute Book. A Wiley Interscience Publ. John Wiley and Sons. New York. 680 p Guswara, G. 2010. Penampilan pertumbuhan dan hasil genotipe padi tipe baru pada dua sistim tanam di lahan sawah irigasi. hal. 467-477. Dalam S. Abdulrachman, H.M. Toha, A. Gani (Eds.) Buku 2 Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Padi 2009. Balai Besar Penelitian Padi, Sukamandi. Huang, M., Z. Ying-bin, J. Peng, X. Bing, M. Ibrahim, A. He-jun. 2011. Relationship between grain yield components in super hybrid rice. Agric. Sci. China 10:1537-1544.
337
Khairatun N dan Rismarini Zuraida: Upaya Peningkatan Produktivitas ….
Munarso, Y.P., Y. Nugraha. 2006. Stabilitas hasil dan adaptabilitas galur-galur padi hibrida. hal. 648-654. Dalam K. Diwyanto, T. Agung, Muladno, S. Sujiprihati, Polung, Siagian, Fatichin (Eds.) Prosiding Kongres V dan Simposium Nasional PERIPI. Purwokerto, 25-26 Agustus 2006. Makarim,A,K,D.Pasaribu,Z.Zaeni,dan I.Las. 2003. Analisis dan sintesis hasil penggelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT) dalam Program P3T IAARD. Dep. of Agriculture Satari, G. 1988. Strategi penelitian dalam pencapaian dan pelestarian swasembada beras. Risalah Simposium II Penelitian tanaman Ciloto 21-23 Maret 1998. Suyana dan U.H. Prajogo. 1997. Subsidi Benih dan Dampaknya Tehadap Peningkatan Produksi Pangan. Kebijakan Pembangunan Pertanian. Analisis Kebijaksanaan Antisipatif dan Responsif. Pusat Penelitian Sosial ekonomi Pertanian. Badan Litbang Pertanian.
338