BioSMART Volume 6, Nomor 2 Halaman: 130-134
ISSN: 1411-321X Oktober 2004
Pertumbuhan dan Kandungan Nitrogen Daun Tanaman Kimpul (Xanthosoma sagittifolium Schott.) dengan Variasi Pemberian Air dan Pupuk ZA Growth and content of leaves nitrogen on new cocoyam (Xanthosoma sagittifolium Schott.) with variation of water and ZA fertilizer application MAYA IRAWATI, SUGIYARTO♥, WIDYA MUDYANTINI Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta 57126 Diterima: 1 Agustus 2003. Disetujui: 5 Desember 2003.
ABSTRACT The mains of this research were to study the effect of water and ZA fertilizer application and their interaction to growth and content of leaves nitrogen (N) of new cocoyam (Xanthosoma sagittifolium Schott.). Water and nitrogen are two limited factors for plant growth. Generally, soil gets loose N easily, so the soil needs the match fertilizer. Available water soil is the important factor to plant physiology process, and it helps N absorption. The factorial experiment was arranged on randomized completely design. First factor was water application (25%, 50%, and 75% of maximum soil water content). Second factor was ZA fertilizer dosage (0, 0,32, 0,64, and 0,96 g/polybag). The measured variables were plant height, total leaf, leaf area index, wet weight of plant, dry weight of plant, root shoot dry weight ratio, wet weight of tuber, dry weight of tuber, total leaves nitrogen, and environmental factors. The result showed that the increasing of water application until 75% of maximum soil water content and ZA fertilizer application until 0,96 g/polybag increased growth and leaves N content of new cocoyam. Interaction of optimal water and ZA fertilizer to the growth was water application 75% and ZA fertilizer dosage 0,96 g/polybag. The nitrogen content of leaves optimum in water application 50%, and ZA fertilizer dosage 0,96 g/polybag. Keywords: growth, nitrogen, Xanthosoma sagittifolium Schott., water, ZA fertilizer
PENDAHULUAN Tanaman kimpul (Xanthosoma sagittifolim Schott.) pada umumnya ditanam di pedesaan yaitu di pekarangan rumah, tegalan, atau sawah sebagai tanaman sela diantara tanaman palawija lain. Bagian tanaman ini yang dimanfaatkan adalah daun, pelepah, serta umbinya. Daun dan pelepah kimpul dapat dimanfaatkan sebagai sayuran dan makanan ternak. Umbi kimpul merupakan sumber karbohidrat nonberas yang umumnya dimakan dalam bentuk makanan yang diolah secara sederhana tanpa teknologi yang sulit, misalnya diolah sebagai kimpul rebus atau kukus, getuk kimpul, keripik, perkedel, dan lain-lain (Lingga, 1989). Menurut Tindall (1992) X. sagittifolium juga dikenal sebagai tannia, yautia, tanier, new cocoyam, beleme, maduma, dan gualasa. Rubatzky dan Yamaguchi (1998) menyebutkan bahwa di Afrika dikenal adanya fufu yaitu kimpul yang dibuat dalam bentuk pasta dan kadang-kadang dimakan setelah peragian. Harijono dkk., (1994) melaporkan bahwa umbi kimpul dapat dimanfaatkan untuk pembuatan chip dan tepung, bahkan kadar oksalat pada umbi kimpul dapat dikurangi dengan cara penggaraman ♥ Alamat korespondensi: Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta 57126 Tel. & Fax.: +62-271-663375. e-mail:
[email protected]
kering dan basah serta pemberian abu sekam cara kering. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1998) tanaman kimpul merupakan tanaman yang lebih toleran terhadap naungan sehingga cocok untuk ditanam dalam sistem tumpang sari. Tanaman ini tumbuh paling produktif pada tanah lempung yang dalam, subur dan berdrainase baik serta tidak toleran terhadap genangan. Tetapi pengairan yang cukup sangat diperlukan agar produksinya baik. Menurut Loomis (1953) dalam Gardner dkk., (1992) kekurangan air pada tanaman akan menghambat pertumbuhan pucuk dan akar, dan mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap pertumbuhan pucuk. Kimpul merupakan tanaman yang tanggap terhadap penambahan pupuk nitrogen (N). Kadar nitrogen yang tinggi dapat merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman, tetapi jika kelebihan dapat menunda kematangan tanaman (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Nitrogen merupakan unsur penting untuk proses kehidupan tumbuhan. Jumlah nitrogen yang terdapat di dalam tanah relatif sedikit, karena nitrogen mudah hilang dari tanah. Kehilangan nitrogen tanah disebabkan antara lain karena pencucian (leaching), penguapan (volatilisasi) amoniak, denitrifikasi, erosi, dan hilang bersama hasil panen. Penambahan pupuk N dapat menjadi sumber nitrogen bagi tanah (Laegreid dkk., 1999). Menurut Sutejo dan Kartasapoetra (1990) pupuk amonium sulfat atau disebut juga pupuk ZA (Zwavelzure Amonia) merupakan salah satu pupuk nitrogen yang menyediakan nitrogen sekitar 20 %. Pupuk ZA larut dalam 2004 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta
IRAWATI dkk. – Pemberian Air dan Pupuk ZA pada Xanthosoma sagittifolium
air, selanjutnya di dalam tanah pupuk ini akan terurai menjadi ion-ion amonium dan sulfat. Robinson dkk., (1968) dalam Engelstad (1997) menyatakan bahwa dalam aplikasinya, pupuk amonium sulfat ditambahkan pada tanah-tanah lahan kering. Sebagai tanaman yang mudah ditanam dan cukup potensial, tanaman kimpul sudah sepatutnya untuk dikembangkan. Dalam pengembangannya, pertumbuhan kimpul menjadi perhatian penting agar hasilnya bisa lebih baik. Pertumbuhan kimpul ini dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya ketersediaan air dan nutrisi pada media tempat tumbuhnya, sehingga perlu adanya penelitian untuk mendapatkan keefektivan perlakuan pada pemberian air dan pupuk ZA dalam media penanaman kimpul, supaya pertumbuhan tanaman ini dapat optimal. Penelitian ini bertujuan mengkaji pengaruh pemberian air dan pupuk ZA terhadap pertumbuhan dan kandungan N daun pada tanaman kimpul, serta mengkaji interaksi antara kedua perlakuan tersebut. BAHAN DAN METODE Bahan dan alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi kimpul, media tanah, pupuk ZA, air sumur, dan bahan untuk analisis N dengan metode Kjeldahl. Alat yang digunakan meliputi: polibag ukuran 30x40 cm2, timbangan analitik, timbangan O Hauss, gelas ukur, cangkul, ayakan ukuran 2x2 mm2, cethok, plastik, oven, kertas, label, seperangkat alat untuk analisis N dengan metode Kjeldahl, lux-meter, higrometer, termometer, termometer tanah dan pH meter. Cara kerja Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola faktorial 3X4. Faktor pertama ketersediaan air terdiri atas tiga taraf, yaitu: pemberian air 25%, 50%, dan 75% dari air maksimum. Faktor kedua konsentrasi pupuk ZA terdiri dari empat taraf, meliputi: tanpa pupuk (kontrol), dosis 0,32 g/polibag (125 kg/hektar), dosis 0,64 g/polibag (250 kg/hektar), dan dosis 0,96 g/polibag (375 kg/hektar). Masing-masing perlakuan dilakukan dengan 5 ulangan. Penelitian menggunakan media berupa tanah jenis regosol sebanyak 7 kg. Air maksimum ditentukan dengan menentukan kapasitas lapang dari media yang disiapkan, dan membiarkannya agar terjadi evaporasi selama 3 hari, air yang hilang diukur sebagai air maksimum. Pembibitan dilakukan dengan memotong umbi induk seberat 200 gram lalu disemaikan, baru ditanam di polibag, sebelum perlakuan diaklimatisasi selama 2 minggu. Pemupukan dilakukan menggunakan pupuk ZA dengan dosis seperti di atas, dan ditambah pupuk KCL (0,26 g/polibag) serta pupuk TSP (0,27 g/polibag). Pemupukan diberikan 2 kali, masing-masing setengah dosis pada saat 15 dan 75 hari setelah tanam. Penyiraman dilakukan setiap 3 hari sekali sampai tanaman berumur 1 bulan, lalu 2 hari sekali sampai tanaman berumur 4 bulan (panen). Pemberantasan hama dilakukan bila tanaman terserang penyakit.
131
Teknik pengambilan data Parameter pertumbuhan seperti tinggi tanaman, jumlah daun, dan luas daun diukur setiap 2 minggu sekali, sedang berat basah tanaman, berat kering tanaman, rasio berat kering akar dan pucuk, berat basah umbi dan berat kering umbi diukur setelah panen. Analisis kandungan N daun dilakukan dengan metode Kjeldahl, dengan mengambil daun kedua dari pucuk. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis varian (ANAVA) dilanjutkan dengan uji DMRT 5% untuk mengetahui beda nyata antar perlakuan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa pemberian air dan pupuk ZA berpengaruh nyata pada parameter pertumbuhan seperti: tinggi tanaman, luas daun, berat basah tanaman, berat kering tanaman, dan rasio berat kering akar dan pucuk. Jumlah daun, berat basah umbi, dan berat kering umbi tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata (Tabel 1. s.d. 8.). Islami dan Utomo (1995) menjelaskan bahwa pembesaran sel sangat sensitif terhadap cekaman air. Penghambatan pembesaran sel terjadi karena penurunan turgor sel dan akibatnya bagian tanaman yang terbentuk berukuran kecil. Menurut Gardner dkk (1991) defisiensi N membatasi perbesaran sel dan pembelahan sel, akibatnya dapat mengganggu proses pertumbuhan dan menyebabkan tanaman terbantut (kerdil).
Tabel 1. Tinggi tanaman kimpul (X. sagittifolium) selama 16 minggu dengan perlakuan pemberian air dan pupuk ZA pada konsentrasi yang bervariasi (cm). Pupuk ZA Air
P0
P1
P2
P3
Rerata tinggi (cm) 56,376rs 63,492qr 66,793pq
A1 56,787cdrs 56,882cdrs 57,740cdrs 54,093ds cd A2 56,973 rs 63,073bcqr 67,096abpq 66,824abpq A3 63,744abcpqr 63,849abcpqr 68,689abpq 70,889ap Rerata 58,270cd 61,236c 64,222ab 65,151ab Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.
Tabel 2. Jumlah daun tanaman kimpul (X. sagittifolium) selama 16 minggu dengan perlakuan pemberian air dan pupuk ZA pada konsentrasi yang bervariasi. Pupuk ZA Air
P0 2,800abpq 2,956abpq 2,756abpq ab
P1 2,756abpq 2,711abpq 3,089ap ab
P2 2,889abpq 2,644abpq 2,911abpq ab
P3
Rerata jumlah daun 2,739pq 2,794pq 2,950pq
A1 2,511abpq A2 2,867abpq A3 3,044a p Rerata 2,837 2,852 2,815 2,807 ab Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.
B i o S M A R T Vol. 6, No. 2, Oktober 2004, hal. 130-134
132
Tabel 3. Rerata luas daun tanaman kimpul (X. sagittifolium) selama 16 minggu dengan perlakuan pemberian air dan pupuk ZA pada konsentrasi yang bervariasi (cm2). Pupuk ZA Air A1 A2 A3 Rerata
P0
P1
P2
P3
775,81et 1051,93ds 1216,02cr 1014,58d
882,94dest 1261,31cr 1495,59bq 1213,28c
902,33dest 1303,42cr 1567,41bq 1257,69c
970,51ds 1512,06br 1731,34ap 1404,63b
Rerata luas daun (cm2) 882,87st 1282,18r 1502,59q
Tabel 7. Rerata berat basah umbi tanaman kimpul (X. sagittifolium) selama 16 minggu dengan perlakuan pemberian air dan pupuk ZA pada konsentrasi yang bervariasi (g). Pupuk ZA Air A1 A2 A3 Rerata
P0 216,59ap 203,34ap 211,90ap 210,61a
P1 197,64ap 173,80ap 211,91ap 194,45a
P2 219,98ap 175,49ap 201,05ap 198,84a
P3 231, 19ap 206,31ap 205,25ap 214,25a
Rerata berat basah umbi (g) 216,35p 189,74p 207,53p
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.
Tabel 4. Rerata berat basah tanaman kimpul (X. sagittifolium) selama 16 minggu dengan perlakuan pemberian air dan pupuk ZA pada konsentrasi yang bervariasi (g).
Tabel 8. Rerata berat kering umbi tanaman kimpul (X. sagittifolium) selama 16 minggu dengan perlakuan pemberian air dan pupuk ZA pada konsentrasi yang bervariasi (g).
Pupuk ZA Air A1 A2 A3 Rerata
P0
P1
P2
P3
398,12et 398,68et 466,25cderst 421,02e
403,58 et 466,57cderst 535,02bcdqrs 468,39cde
434,21e t 552,47abcrst 575,64abpq 520,78cd
442,56dest 556,81abcpqr 635,82ap 545,06bc
Rerata berat basah (g) 419,62 t 493,63 rs 553,18pqr
Pupuk ZA Air A1 A2 A3 Rerata
P0
P1
P2
P3
35,845abpq 38,579abpq 41,898abpq 38,774ab
36,454abpq 31,821bq 45,003ap 37,759ab
37,355abpq 31,007bq 40,453abpq 36,272ab
39,082abpq 38,436abpq 40,614abpq 39,377ab
Rerata berat kering umbi (g) 37,184pq 34,961q 41,992p
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.
Tabel 5. Rerata berat kering tanaman kimpul (X. sagittifolium) selama 16 minggu dengan perlakuan pemberian air dan pupuk ZA pada konsentrasi yang bervariasi (g).
Interaksi pemberian air dan pupuk ZA yang semakin meningkat mengakibatkan tinggi tanaman semakin meningkat. Menurut Gardner dkk (1991) pertumbuhan ujung cenderung menghasilkan pertambahan tinggi tanaman. Berlangsungnya pertumbuhan itu terutama dipengaruhi oleh ketersediaan air dan nitrogen. Peningkatan kadar N dapat mengakibatkan pertumbuhan pucuk yng lebih besar daripada pertumbuhan akar, sehingga ketersediaan air dan N yang meningkat dapat meningkatkan tinggi tanaman. Berdasarkan hasil penelitian ini pemberian air dan pupuk ZA pada konsentrasi yang bervariasi tidak berpengaruh nyata pada jumlah daun. Hal ini disebabkan karena adanya faktor genetik yang berperan dalam menentukan jumlah daun, dimana susunan daun pada tanaman kimpul ini berbentuk roset akar. Gardner dkk (1991) menyebutkan bahwa jumlah dan ukuran daun dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Posisi daun pada tanaman dikendalikan oleh faktor genetik, posisi daun ini mempengaruhi laju pertumbuhan daun. Cekaman air menurut Islami dan Utomo (1995) menyebabkan adanya hambatan pembesaran sel, daun tanaman yang mengalami cekaman kekurangan air mempunyai ukuran yang lebih kecil dibandingkan daun tanaman yang tumbuh normal. Humpries dan Wheeler (1963) dalam Gardner dkk (1991) menyatakan bahwa pemupukan nitrogen mempunyai pengaruh nyata terhadap perluasan daun, terutama pada lebar dan luas daun. Peningkatan pupuk N yang diberikan akan meningkatkan luas daun sampai pada batas optimum.
Pupuk ZA Air A1 A2 A3 Rerata
P0
P1
P2
P3
49,705cr 53,956bcqr 65,119abpq 56,260bc
53,149bcqr 55,089bcqr 74,651ap 60,963b
53,617bcqr 56,461bcqr 74,943ap 61,674b
57,475bcqr 66,809abpq 77,962a p 67,415ab
Rerata berat kering (g) 53,486qr 58,079qr 73,169p
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%. Tabel 6. Rerata rasio berat kering akar dan pucuk tanaman kimpul (X. sagittifolium) selama 16 minggu dengan perlakuan pemberian air dan pupuk ZA pada konsentrasi yang bervariasi. Pupuk ZA Air A1 A2 A3 Rerata
P0 4,276ap 3,247bq 2,414c r 3,312b
P1 3,530abpq 2,172cr 2,035c r 2,579c
P2 3,318bq 2,035cr 1,778c r 2,377c
P3 3,272bq 2,008cr 1,690c r 2,323c
Rerata rasio berat kering akar dan pucuk 3,599pq 2,365r 1,980r
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.
IRAWATI dkk. – Pemberian Air dan Pupuk ZA pada Xanthosoma sagittifolium
Menurut Foth (1994) kelembaban tanah penting dalam mempengaruhi laju pergerakan dan fungsi ion ke dalam sel-sel akar, hal ini terkait dengan kelarutan hara di dalam tanah. Ketersediaan air yang meningkat dapat meningkatkan kelarutan N di dalam tanah, sehingga tanaman mendapat pasokan N yang cukup, akibatnya pertumbuhan vegetatif akan semakin lebat dan berat basah tanaman semakin meningkat. Engelstad (1997) menyatakan bahwa tanggapan tanaman terhadap N tanah ditentukan oleh banyak faktor diantaranya adalah ketersediaan air. Menurut Sutejo dan Kartasapoetra (1990) air diperlukan untuk melarutkan unsur hara tersebut, sehingga cairannya dapat diserap dengan mudah dan lancar guna pembangun pertumbuhan dan perkembangan tanaman, akibatnya pada pemberian air dan pupuk ZA sebagai pemasok unsur N pada tanah yang semakin meningkat, dapat meningkatkan pertumbuhan dan berat kering tanaman. Tanah yang mengandung air yang banyak seperti di daerah lembab (humid) menjadikan tanaman tidak membutuhkan sistem perakaran yang dalam dan yang tersebar luas untuk pengambilan air, sebab air tanah berlimpah. Kondisi yang demikian menyebabkan air yang dibutuhkan untuk transpirasi dapat disuplai dalam volume tanah yang relatif kecil. Akibatnya rasio akar pucuknya rendah (Fitter dan Hay, 1998). Murata (1969) dalam Gardner dkk (1991) menunjukkan pemupukan N mempunyai pengaruh yang nyata terhadap rasio akar pucuk tanaman. Pertumbuhan pucuk yang baru dirangsang oleh N, sehingga pucuk menjadi tempat pemanfaatan hasil asimilasi yang lebih kuat dibandingkan akar, akibatnya pertumbuhan pucuk lebih besar daripada pertumbuhan akar, hal ini menyebabkan rasio berat kering akar dan pucuk akan semakin kecil. Pemberian air dan pupuk ZA yang berbeda tidak berpengaruh nyata pada berat basah umbi, tetapi dari hasil penelitian ini rata-rata berat basah umbi yang terbesar pada pemberian air terkecil yaitu 25% dari air maksimum. Kondisi kekurangan air dapat meningkatkan produksi umbi. Ketersediaan air yang tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan pucuk tetapi menghambat pertumbuhan umbi, hal ini disebabkan karena pada kondisi air yang tinggi menyebabkan aerasi tanah rendah. Berat basah umbi terbesar yaitu pada pemberian pupuk ZA dengan dosis terbesar. Interaksi pemberian air dan pupuk ZA yang berbeda juga memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap berat basah umbi. Penelitian Sen et al., (1996) menunjukkan bahwa peningkatan pemberian pupuk N sampai pada batas optimum dapat meningkatkan berat umbi, tetapi apabila berlebihan justru menurunkan produksi umbi. Interaksi pemberian air dan pupuk ZA yang berbeda juga memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap berat kering umbi. Hal ini disebabkan karena masa 4 bulan merupakan masa pertumbuhan vegetatif tanaman kimpul dan umbi belum mencapai masa panen, sehingga pada pemberian pupuk ZA maupun interaksi antara air dan pupuk ZA tidak menghasilkan berat kering umbi yang berbeda nyata.
133
Kandungan N daun Pemberian air yang berbeda berpengaruh nyata terhadap kandungan N total pada daun tanaman kimpul. Kandungan N total yang tertinggi yaitu pada pemberian air 50% dari air maksimum dan yang terendah pada pemberian air 25% dari air maksimum(Tabel 9). Menurut Islami dan Utomo (1995) secara umum cekaman air menurunkan sintesis protein, hal ini disebabkan karena terjadinya dispersi bahan penyusun protein. Penurunan sintesis protein tersebut berakibat pada menurunnya kandungan N total pada jaringan tanaman. Hasil penelitian ini menunjukkan pemberian pupuk ZA yang berbeda berpengaruh nyata terhadap kandungan N total jaringan tanaman. Pemberian pupuk ZA yang tinggi mengakibatkan kandungan N total pada jaringan daun menjadi tinggi. Penelitian Abdullah (1995) menunjukkan bahwa peningkatan pemupukan N pada tanaman padi nyata meningkatkan kadar N total padi. Tabel 9. Rata-rata kandungan N total daun tanaman kimpul (X. sagittifolium) dengan perlakuan pemberian air dan pupuk ZA pada konsentrasi yang bervariasi (%). Pupuk ZA Air A1 A2 A3 Rerata
P0
P1
P2
P3
2,1880hw 2,5080fu 2,5460eftu 2,4140fg
2,3520gv 2,6140eftu 2,6820dest 2,5493ef
2,4640fguv 2,8240cdrs 2,8920bcqr 2,7267de
2,8540bcqr 3,1760ap 2,9920bq 3,0073a
Rata-rata kandungan N total daun 2,4645uv 2,7805s 2,7780s
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.
Ketersediaan unsur N tanah yang lebih banyak dapat menghasilkan protein yang lebih banyak, semakin tinggi pemberian nitrogen semakin cepat pula sintesis karbohidrat yang diubah menjadi protein dan protoplasma. Peningkatan kadar protein dalam tubuh tanaman akan meningkatkan kadar N dalam jaringan tanaman (Sutejo dan Kartasapoetra, 1990). Interaksi pemberian air dan pupuk ZA yang berbeda berpengaruh nyata pada kandungan N total jaringan tanaman. Perlakuan pemberian air 25% dari air maksimum dan tanpa pupuk ZA menunjukkan N total yang paling kecil. Kandungan N total jaringan daun yang terbesar pada ketersediaan air 50% dari air maksimum dan pemberian pupuk dengan dosis 0,96 g/polibag, sehingga perlakuan ini merupakan perlakuan yang optimum untuk meningkatkan kandungan N total pada jaringan tanaman. KESIMPULAN Pemberian air yang meningkat sampai 75% dari air maksimum mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman kimpul (X. sagittifolium), dan kandungan N total daun optimum pada pemberian air 50% dari air maksimum. Pemberian pupuk ZA yang meningkat sampai 0,96 g/polibag dapat meningkatkan pertumbuhan dan kandungan N total daun tanaman kimpul (X. sagittifolium
134
B i o S M A R T Vol. 6, No. 2, Oktober 2004, hal. 130-134
Schott). Terdapat interaksi pemberian air dan pupuk ZA, semua parameter pertumbuhan kecuali jumlah daun, berat basah umbi dan berat kering umbi optimum pada perlakuan pemberian air 75% dari air maksimum dan pupuk ZA dengan dosis 0,96 g/polibag, sedang kandungan N total daun yang optimum pada perlakuan pemberian air 50% dari air maksimum dan pupuk ZA dengan dosis 0,96 g/polibag. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, S. 1995. Pengaruh cekaman kekeringan pada tiga tingkat pemupukan terhadap kadar hara dan hasil padi gogo di tanah masam. Risalah Seminar Balittan Sukarami Vol VIII: 25-34. Engelstad, O.P. 1997. Teknologi dan Penggunaan Pupuk. Penerjemah: Goenadi, D.H.. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Fitter, A.H. dan R.K.M. Hay. 1998. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Penerjemah: Andani, S. dan E.D. Purbayanti. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Foth, H.D. 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Penerjemah: Soemarto, S.A. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Gardner, F.P., R.B. Pearce, dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerjemah: Susilo, H.. Jakarta: UI Press. Harijono, S. Wijana, N.H. Pulungan, dan S.S. Yuwono. 1994. Pemanfaatan umbi kimpul (Xanthosoma sagittifolium Schott.) untuk pembuatan chip dan tepung. Jurnal Universitas Brawijaya 6 (2): 4758. Islami dan Utomo, 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. Semarang: IKIP Semarang Press. Laegreid, M., O.C. Bockman, dan O. Kaarstad. 1999. Agriculture, Fertilizerz, and the Environment. Norwegia: CABI Publishing & Norsk Hydro ASA. Lingga, P. 1989. Bertanam Ubi-ubian. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Rubatzky, V.E. dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia I Prinsip, Produksi dan Gizi. Herison, C. Bandung: Penerbit ITB. Sen, H., D.K. Das, and D.B. Goswani.1996. Growth and corm production of elephant foot yam as affected by seed corm size, type, NK nutrition and harvesting date and evaluation of the low cost storage methods. In Kurup, G.T., M.S. Palaniswami, V.P. Potty, G. Padmaja, S. Kabeerathumma, and S.V. Pillai (eds.). Tropical Tuber Crops, Problems, and Future Strategies. New Hampshire: Science Publisher, Inc. Sutejo, M.M. dan A.G. Kartasapoetra. 1990. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Tindall, H.D. 1992. Vegetables in The Tropics. London: The Macmillan Press.