Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 5., September 2012
ISSN : 2086-7719
POTENSI KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium) SIAP TANAK SEBAGAI PANGAN ALTERNATIF BERKALSIUM
Chatarina Wariyah Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Agroindustri, Universitas Mercu Buana Yogyakarta,Jl. Wates Km 10 Yogyakarta 55753 E-mail :
[email protected] ABSTACT Kimpul (Xanthosoma sagittifolium) included in tubers that potential as carbohydrate source. The problems in using kimpul as an alternative staple food are impractical, less favored and their acrid taste. However, the calcium content ( Ca2+ ) of kimpul is low, while the phosphorus (P) is quite high, the ideal ratio of Ca2+/P in food to maintain of bone is 2/1. The purpose of this research was to produce quick-cooking of calcium-fortified kimpul with high acceptability. The research consists of 5 steps e.i. 1) processing of calcium-fortified quick cooking kimpul with variations of slice size and heating time, 2) to evaluate the physical properties (texture, color) of calcium-fortified quick cooking kimpul, 3) to determine the optimum processing conditions based on the acceptability before and after cooking, and 4) to evaluate the chemical properties (Ca2+ content, starch, moisture and ash) of calcium-fortified quick cooking kimpul with high acceptability. The results showed that the processing of kimpul into calcium-fortified quick cooking kimpul could produce high acceptability product. Specifically, the larger slice size, the harder texture of the product. The preferred kimpul texture was that sliced with size of 1.00 and 2.00 mm with heating time of 20 and 25 minutes. The colour of calciumfortified quick cooking kimpul was not significantly differences. The acceptable calcium-fortified quick cooking kimpul was that processed with slice size of 1.00 - 2.00 mm and heating time of 20 minutes. PENDAHULUAN
dengan
cara
memanfaatkan Latar Belakang
yang
Saat ini ketahanan pangan nasional masih
kurang
tangguh,
karena
masih
mengembangkan keanekaragaman
ada.
Kimpul
dan hayati
(Xanthosoma
sagittifolium) adalah sejenis umbi–umbian sumber karbohidrat yang sangat potensial.
mengandalkan beras dan terigu sebagai
Menurut
makanan pokok. Beras masih menjadi
kandungan karbohidrat kimpul utamanya
komoditi
utama
pangan
Sefa-Dedeh
et
al.
(2004),
penopang
ketahanan
adalah pati yaitu sekitar 36%. Kimpul
karena
merupakan
merupakan tanaman yang mudah ditanam,
nasional,
makanan pokok bagi mayoritas (95 persen)
sehingga
penduduk
sehingga
dikembangkan. Umumnya kimpul ditanam
ketergantungan pada negara lain masih
sebagai tanaman sela diantara tanaman
cukup
mengurangi
palawija lain atau di pekarangan. Umbi
ketergantungan pada negara lain, perlu
kimpul biasanya diolah secara sederhana
dilakukan diversifikasi makanan pokok dan
dengan
upaya
sedikit
Indonesia,
besar.
peningkatan
Untuk
produksi
pangan
sangat
dikukus, variasi
layak
direbus
dibuat
untuk
atau
dengan
berbagai
produk 17
Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 5., September 2012
ISSN : 2086-7719
olahan antara lain getuk, keripik, perkedel
(Linder,1991).
dan sebagainya (Anggarwulan et al., 2008).
jumlah penderita osteoporosis di Indonesia
Sebagai
karbohidrat,
saat ini sudah mencapai 19,7%. Dengan
produksi kimpul dapat mencapai 4-5 ton/Ha
bertambahnya usia harapan hidup dan
(Anonim, 2010), sehingga berpotensi untuk
jumlah wanita pramenopause, diperkirakan
dikembangkan menjadi pangan alternatif
jumlah tersebut akan semakin bertambah.
pengganti beras, mengingat produksi beras
Di Indonesia, usia harapan hidup meningkat
saat ini 62,56 ton GKG (Gabah Kering
dari 64,71 tahun menjadi 67,68 tahun pada
Giling)
dengan
tahun 1995-2005, sehingga diperkirakan
jumlah tersebut Indonesia masih harus
proporsi penduduk lanjut usia mencapai
mengimpor
8,4% atau 18,4 juta jiwa (Anonim, 2005).
pangan
sumber
(Anonim,
2009a),
beras
dan
sebagai
cadangan
Menurut
Anonim
sebanyak 0,8 juta ton atau dalam bentuk
Sebagai
GKG sebanyak 1,3 juta ton (Anonim,
menghadapi
2009b). Kebutuhan beras akan semakin
yang ditimbulkan akibat lanjut usia antara
bertambah dengan meningkatnya jumlah
lain osteoporosis. Selain itu jumlah wanita
penduduk
menjelang menopause (pada usia sekitar
dan
berkurangnya
lahan
penanaman padi.
50
Selain sumber karbohidrat, kimpul juga
konsekuensinya,
(2005)
negara
masalah-masalah
tahun)
yang
kita
penyakit
riskan
terhadap
osteoporosis sebanyak 11% dari populasi,
banyak mengandung mineral seperti K, Zn,
jumlah tersebut
Mg, P dan Ca. Menurut Sefa-Dedeh (2004),
menjadi 14% pada tahun 2015 (Anonim,
kadar
berturut-turut
2006). Di Indonesia konsumsi kalsium rata-
sebanyak 763-1451; 17-51,9; 46,7-85,0;
rata baru mencapai 254 mg/ hari-orang
41,6-63,1 dan 4,68-24,3
g/100g. Kalsium
(Anonim, 2004). Padahal angka anjuran
(Ca2+) termasuk mineral dengan jumlah
kecukupan asupan kalsium sebesar 800-
yang paling rendah, sedangkan fosfor (P)
1200 mg/hari-orang dewasa. Menurut hasil
cukup tinggi. Padahal dalam bahan pangan,
Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi
rasio ideal Ca2+/P agar dapat digunakan
(WKNPG) tahun 2004, dianjurkan asupan
untuk
kalsium
mineral
tersebut
pemeliharaan tulang
adalah 2/1
sebesar
diperkirakan meningkat
800
mg
/hari-orang
(Brody (1994). Kalsium merupakan zat gizi
(Kartono dan Soekarti, 2004). Mengingat
mikro yang termasuk dalam kelompok
dampak defisiensi kalsium yang nyata,
makro
tubuh.
maka perlu segera dikembangkan produk
Walaupun belum merupakan masalah gizi
pangan alternatif berkalsium yang dapat
utama, namun kekurangan kalsium dapat
menjangkau masyarakat luas, sehingga
menyebabkan timbulnya beberapa penyakit
asupan rata-rata kalsium dapat tercukupi.
terkait
mineral
dengan
esensial
fungsi
dalam
kalsium
seperti
Permasalahan
terkait
dengan
kimpul
sebagai
pangan
pengganti
beras
adalah
osteoporosis, kekakuan otot (tetani), kram
pemanfaatan
dan
alternatif
gangguan
pembekuan
darah
lain
18
Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 5., September 2012
ISSN : 2086-7719
penggunaan dalam bentuk umbi sangatlah
titrasi (Watson ,1996) dan amilosa dengan
tidak praktis, kurang disukai serta adanya
metode pengikatan iod (Juliano, 1971).
acrid
pokok
Bahan kimia untuk analisis kimia semuanya
pengganti beras, maka setidaknya bentuk
dengan kualifikasi pro analysis (p.a) dari
dan citarasa kimpul hendaknya setara
Merck. Garam kalsium yang digunakan
dengan beras. Menurut Sefa-Dedeh et al.
untuk
(2004), acrid taste (pedas, tajam) pada
(Brataco Chemika).
taste.
Sebagai
makanan
fortifikasi
adalah
Ca-glukonat
kimpul terutama disebabkan karena adanya senyawa oksalat. Senyawa tersebut dapat dihilangkan
dengan
proses
Jalannya Penelitian
pengirisan
Penelitian
bertujuan
untuk
selanjutnya dikeringkan. Oleh karena perlu
menghasilkan kimpul-siap tanak berkalsium
dilakukan
dengan
penelitian
pembuatan
kimpul
akseptabilitas
tinggi.
Penelitian
dalam bentuk siap tanak dengan ukuran
terdiri dari 5 tahap yaitu: 1) pengolahan
mirip beras agar disukai, sekaligus upaya
kimpul-siap
menghilangkan
tidak
variasi ukuran irisan umbi kimpul, lama
dikehendaki. Tujuan penelitian ini adalah
pemanasan, 2) mengevaluasi sifat fisik
menghasilkan kimpul siap tanak berkalsium
(tekstur,
yang disukai. Dengan demikian apabila
berkalsium, 3) menentukan kondisi optimum
penelitian ini dilakukan akan memberikan
pengolahan
manfaat
alternatif
kimpul-siap tanak berkalsium sebelum dan
dengan
setelah penanakan, 4) mengevaluasi sifat
tanak
kimia (kadar Ca2+, pati, air dan abu) kimpul-
dapat
siap
acrid
sebagai
pengganti
taste
pangan
beras
mengkonsumsi berkalsium,
yang
dan
kimpul-siap asupan
kalsium
terpenuhi, terjangkau masyarakat luas dan
tanak
berkalsium,
warna)
kimpul-siap
berdasarkan
tanak
dengan
tanak
akseptabilitas
berkalsium
dengan
akseptabilitas tinggi (hasil Tahap 2).
bermanfaat bagi kesehatan. 1. Pengolahan METODE PENELITIAN
kimpul-siap
tanak
berkalsium
Bahan
Proses pembuatan kimpul-siap tanak
Umbi kimpul yang akan digunakan
berkalsium
(KSTB)
mengacu
pada
untuk penelitian adalah kimpul dengan
penelitian sebelumnya (Wariyah et al.,
daging berwarna putih
dengan tingkat
2008b) yang dimodifikasi dengan perlakuan
kematangan optimum yang akan dibeli di
pendahuluan. Tahapnya meliputi: perlakuan
pasar
kota
pendahuluan, perendaman dalam larutan
Yogyakarta. Sebelum digunakan kimpul
Ca-glukonat pada suhu 80oC pada rasio
dianalisis kadar
air, dan pati dengan
kimpul/larutan Ca2+ 1/1,5; penirisan dan
metode Direct Acid Hydrolysis (AOAC,
pengeringan cabinet drier pada suhu 50oC
1990), analisis kadar Ca2+ dengan metode
sampai
tradisional
di
wilayah
kadar
air
10-11%.
Perlakuan 19
Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 5., September 2012
pendahuluan yang dilakukan pada kimpul adalah
pengupasan,
blansing
dan
ISSN : 2086-7719
Kondisi optimum fortifikasi ditentukan berdasarkan
akseptabilitas
kimpul-siap
pengecilan menggunakan parutan keju dan
tanak berkalsium dan cooking qualitynya
kelapa. Ukuran bergradasi dengan variasi
(sifat inderawi setelah ditanak). Pengujian
pada kecil (parutan keju), kecil,
sedang,
inderawi dilakukan dengan metode Hedonic
besar
kelapa).
Test
(ukuran
parutan
(Krammer
dan
Twigg,
1970)
Perendaman irisan kimpul dalam larutan
berdasarkan tingkat kesukaan terhadap
Ca-glukonat sampai mencapai kadar Ca2+
bau,
kimpul-siap tanak sekitar 100 mg/100g bk
keseluruhan kimpul-siap tanak berkalsium.
2+
warna,
tekstur,
dan
kesukaan
(berdasarkan perhitungan AKG Ca ). Lama
Sedangkan cooking quality diuji
perendaman bervariasi (20, 25 dan 30
kimpul-siap
menit)
mencapai
menggunakan rice cooker atau penanak
akseptabel.
nasi biasa. Sifat inderawi yang diuji meliputi
atau
pragelatinisasi
sampai yang
masih
tanak
warna,
yang
tekstur
telah
pada ditanak
KSTB dari seluruh variasi perlakuan, diuji
bau,
sifat fisik (tekstur, warna) pada Tahap 2 dan
kelengketan), rasa dan citarasa. Data yang
akseptabilitasnya pada Tahap 3 untuk
diperoleh
menentukan kondisi optimum pengolahan
mendapatkan kimpul-siap tanak berkalsium
kimpul-siap tanak berkalsium.
dengan akseptabilitas tinggi dari proses
secara
(kelunakan
statistik
dan
untuk
pengolahan yang telah dilakukan. 2. Pengujian sifat fisik (tekstur dan warna) kimpul-siap tanak berkalsium Dari sampel
penelitian
Tahap
kimpul-siap
tanak
4. Evaluasi sifat kimia kimpul-siap tanak
1
diperoleh
berkalsium
berkalsium
Analisis
kimia
terhadap
kimpul-siap
dengan variasi: lama perendaman, ukuran
tanak berkalsium dengan akseptabilitas
irisan kimpul dan konsentrasi Ca-glukonat.
tinggi meliputi kadar Ca2+, air. Analisis Ca2+
Semua sampel dievaluasi sifat fisik tekstur
menggunakan
dan
1996), amilosa (Juliano dan pati dengan
warna
sebagai
dasar
penetapan
akseptabilitas kimpul-siap tanak yang diuji
metode
titrasi
(Watson,
metode hidrolisis asam (AOAC, 1990).
pada Tahap 2. Tekstur dengan Hardness Tester,
warna
dengan
Color
Reader
Rancangan Percobaan
Lavibond Tintometer Model F. Pada uji
Rancangan percobaan yang digunakan
tekstur dilakukan pada KSTB sebelum dan
pada penelitian ini adalah Rancangan Acak
setelah tanak.
Lengkap (Gacula dan Singh, 1984) dengan faktor ukuran irisan umbi kimpul, lama
3. Penentuan kondisi optimum pengolahan
pemanasan. Selanjutnya dilakukan analisis
berdasarkan akseptabilitas kimpul-siap
varian dan apabila terdapat perbedaan
tanak berkalsium 20
Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 5., September 2012
ISSN : 2086-7719
yang nyata dilanjutkan dengan uji beda
Varietas umbi Xanthosoma saggitifolium,
nyata terkecil pada p< 5%.
Colocassiaesculenta
dan
Ipomoea
batataare yang merupakan umbi tropis yang HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
dapat berpotensi diubah menjadi tepung
Bahan Dasar
atau pati karena umbi tersebut menyimpan
Berdasarkan hasil analisis umbi
kandungan pati yang tinggi. Berdasarkan
kimpul meliputi kadar pati, kadar amilosa
Tabel 1 dapat diketahui bahwa kandungan
dan kadar kalsium didapatkan hasil seperti
amilosa dan kandungan kalsium
yang disajikan pada Tabel 1.
kimpul yaitu untuk kandungan amilosa
umbi
menunjukkan nilai 10,39 % (wb) dan 28,34 Tabel 1. Kadar pati, amilosa dan kalsium
mg/100g bahan. Menurut Tutut (2005),
oksalat umbi kimpul
kadar amilosa kimpul yaitu sebesar 7,86 %
Bahan
Umbi
Kadar Kadar amilosa pati (%wb) (% wb)
10,39
Kadar air (%wb)
25,50
84,87
Kadar Ca mg/ 100g bahan
(wb) atau 21,92 % db, dan kandungan
28,34
dan Nwigwe (1987) yaitu kadar kalsium
kimpul
kalsium
oksalat
menunjukkan
56,68
mgCa/100 g bahan (%wb). Hasil analisis kadar kalsium oksalat menurut Onayemi
oksalat sebesar 443-842 mg/100 g bahan. Coursey
(1968),
menyatakan
bahwa
Hasil didapatkan dari 2 kali ulangan
komposisi komponen makanan tergantung
percobaan dan 2 ulangan analisis.
pada
varietas,
lokasi,
musim,
metode
pengolahan dan penyimpanan. Tabel 1 menunjukkan kandungan pati yang hampir sama dengan Elevina (2000)
Kimpul Siap Tanak Berkalsium
yaitu
Kadar air
Xanthosoma
Colocassiaesculenta,
saggitifolium, dan
Ipomoea
batataare memiliki kandungan pati antara 23,8-30,0%,
22,0-40,3%,
dan
Hasil analisis kadar air kimpul siap tanak berkalsium disajikan pada Tabel 2.
22-28%.
21
Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 5., September 2012
ISSN : 2086-7719
Tabel 2. Kadar air kimpul siap tanak berkalsium Ukuran irisan
Lama perebusan (menit)
Kadar air (%wb)
Ukuran irisan I ±
20
8,74
1 mm
25
8,53
30
8,65
Ukuran irisan II ±
20
8,88
2 mm
25
8,48
30
8,71
Ukuran irisan III ±
20
8,84
2,75 mm
25
9,37
30
8,52
Ukuran irisan IV
20
8,59
± 22,25 mm
25
8,55
30
8,72
* Angka tersebut merupakan hasil rerata dari 2 ulangan analisis dan 2 ulangan percobaan.
Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui
kadar air kimpul siap tanak berkalsium
bahwa tidak ada interaksi yang nyata antara
antara 8,48 -9,37 %. Pada penelitian ini
ukuran
digunakan
terhadap
pengeringan
bahan
untuk
irisan
dan
tekstur
lama kimpul
pemanasan siap
tanak
mencapai kadar air ± 9 % (Syarief dkk,
beraklsium. Pemanasan tidaj berpengaruh
1987) oleh karena itu rata-rata kadar air
nyata, akan tetapi ukuran irisan kimpul pada
kimpul siap tanak semuanya mendekati
berpengaruh terhadap tekstur kimpul siap
kadar air 9 %.
tanak berkalsium yang dihasilkan. Secara
Tekstur
semakin
besar
ukuran irisan tekstur kimpul siap tanak
Pengujian tekstur kimpul siap tanak berkalsium
umum,
dilakukan
secara
obyektif
berkalsium semakin keras. Hal ini mungkin dikarenakan
ketebalan struktur
ukuran
digunakan alat Hardness Tester, yang
menghasilkan
dinyatakan dalam kg yaitu beban maksimal
sehingga menyebabkan tekstur kimpul siap
yang dibutuhkan untuk menekan bahan
tanak menjadi keras. Tekstur kimpul siap
sampai pecah. Hasil analisis pengujian
tanak berkalsium semakin keras dapat juga
tekstur dengan Hardness Tester disajikan
disebabkan
dalam Tabel 3.
retrogradasi pati.
karena
bahan
irisan
terjadinya
kompak
proses
22
Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 5., September 2012
ISSN : 2086-7719
Tabel 3. Tekstur kimpul siap tanak berkalsium (kg) Ukuran irisan
Lama perebusan (menit)
Tekstur (gaya yang dapat ditahan) (kg)
Ukuran irisan I ±
20
0,67
1,00 mm
25
0,96
30
0,88
Ukuran irisan II ±
20
1,63
2,00 mm
25
1,55
30
2,04
Ukuran irisan III ±
20
1,30
2,75 mm
25
1,25
30
1,76
Ukuran irisan IV ±
20
2,59
22,25 mm
25
2,55
30
2,21
* Angka tersebut merupakan hasil rerata dari 6 ulangan pengukuran dan 2 ulangan percobaan.
Menurut Kadan dkk, (2001) dan Yu dkk, (2010),
retrogradasi
pati
mungkin
Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa ukuran irisan tidak berpengaruh nyata dan
menyebabkan tekstur produk keras, yang
lama
tidak
selama
terhadap warna merah (red) pada pengujian
retrogradasi gelatinisasi pati rantai polimer
warna kimpul siap tanak yang dihasilkan.
yang reassociated menjadi struktur yang
Nilai red menunjukkan tingkat kegelapan
lebih teratur atau lebih kristal, dan keras.
produk, semakin tinggi nilai red, maka
Semakin
lama
bahan akan semakin tampak lebih gelap.
semakin
tinggi,
diinginkan.
Namun,
pemanasan, sehingga
gelatinisasi tekstur
juga
perebusan
berpengaruh
nyata
Warna yang gelap bisa disebabkan karena
semakin keras.
suhu
Warna
pengeringan pada bahan menyebabkan
Pengukuran
warna
dilakukan dengan
secara
menggunakan
yang
digunakan
pada
proses
objektif
terjadinya reaksi pencoklatan, karena umbi
alat
kimpul sendiri terdapat gula reduksi dan
Lovibond tintometer diamati berdasarkan
protein.
parameter merah (red), kuning (yellow), biru (blue),
kecerahan
pengukuran
(brightness).
Hasil
warna kimpul siap tanak
disajikan pada Tabel 4.
23
Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 5., September 2012
ISSN : 2086-7719
Tabel 4. Pengujian warna kimpul siap tanak berkalsium Ukuran Irisan
Lama
Red
Yellow
Blue
Brightness
perebusan (menit) Ukuran irisan I
20
1,35
1,90
0,95
0,56
± 1,00 mm
25
1,35
1,85
0,95
0,50
30
1,30
1,93
0,95
0,93
Ukuran irisan II
20
1,35
1,90
0,95
0,62
± 2,00 mm
25
1,30
1,90
0,95
0,60
30
1,30
1,95
0,95
0,52
Ukuran irisan
20
1,35
1,90
0,95
0,49
III ± 2,75 mm
25
1,30
1,88
0,95
0,65
30
1,30
1,90
0,95
0,50
Ukuran irisan
20
1,40
1,85
0,95
0,70
IV ± 22,25 mm
25
1,30
1,90
0,95
0,65
30
1,30
1,90
0,95
0,63
* Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukan tidak beda nyata berdasarkan uji DMRT pada α 5%. * Angka tersebut merupakan hasil rerata dari 2 ulangan analisis dan 2 ulangan percobaan. Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui
tanak yang dihasilkan semuanya berwarna
bahwa ukuran irisan dan lama perebusan
kuning kecoklatan, jadi untuk pengujian
tidak berpengaruh nyata terhadap warna
warna untuk parameter kuning (yellow) tidak
biru (blue) pada pengujian warna kimpul
berpengaruh nyata terhadap warna kimpul
siap tanak yang dihasilkan. Secara umum,
siap tanak. Hal ini karena suhu yang
warna blue menunjukkan nilai yang rendah.
digunakan untuk setiap perlakuan sama
Nilai blue menunjukkan tingkat kepekatan
yaitu
produk, semakin tinggi nilai blue maka
menunjukkan warna produk semakin kuning
bahan akan semakin tampak lebih pekat.
atau coklat. Proses pengeringan pada
Kepekatan
bahan
produk
disebabkan
karena
terjadinya reaksi pencoklatan.
900C.
Nilai
yellow
menyebabkan
yang
terjadinya
tinggi
reaksi
pencoklatan secara non enzimatis yaitu
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui
reaksi Millard karena adanya kenaikan suhu
bahwa ukuran irisan tidak berpengaruh
pada proses pengeringan. Reaksi Millard
nyata terhadap warna kuning (yellow) pada
terjadi karena adanya gula reduksi yang
pengujian warna kimpul siap tanak yang
bereaksi
dihasilkan, namun pemanasan berpengaruh
(Sirkorski, 2007).
dengan
gugus
amina
primer
nyata. Secara umum, warna kimpul siap 24
Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 5., September 2012
Dari Tabel 4 diketahui bahwa ukuran irisan berpengaruh nyata terhadap warna
ISSN : 2086-7719
Tingkat kesukaan beras siap tanak berkalsium
kecerahan (Brightness) pada pengujian
Uji kesukaan merupakan respon dari
warna kimpul siap tanak yang dihasilkan.
panelis yang berupa penilaian terhadap
Semakin besar ukuran irisan warna kimpul
produk yang disukai atau tidak disukai. Uji
siap tanak berwarna putih, hal ini karena
kesukaan
luas permukaan bahan kecil sehingga
tingkat kesukaan panelis terhadap kimpul
gelatinisasi lebih lambat. Mackenney dan
siap tanak berkalsium. Pengujian tingkat
Little (1962) menyatakan bahwa nilai dari
kesukaan ini dilakukan pada beras kimpul
pengukuran warna terhadap Brightness
siap tanak dan nasi kimpul siap tanak. Uji
yang paling rendah menunjukkan ketidak
kesukaan ini menggunakan Hedonic Scale
cerahan atau suram.
Scoring Test yang disajikan dalam Tabel 5
dilakukan
untuk
mengetahui
dan 6.
Tabel 5. Tingkat kesukaan beras kimpul siap tanak berkalsium Sampel
Lama
Bau
Warna
Tekstur
Pemanasan
Keseluruhan
(menit) Ukuran irisan I
20
2,60a
3,00ab
3,05a
3,15 ab
± 1,00 mm
25
4,25c
3,95bcd
4,35bc
4,00bc
30
3,25ab
2,80ab
3,35ab
3,35 ab
Ukuran irisan II
20
3,00ab
3,05ab
3,25 ab
3,00a
± 2,00 mm
25
4,20c
4,65d
4,15abc
4,40c
30
2,90ab
3,65abc
3,55 abc
3,45 ab
Ukuran irisan
20
3,35bc
2,90a
3,40 ab
3,40 ab
III ± 2,75 mm
25
3,20ab
3,78abc
3,90 abc
3,80 abc
30
3,25ab
2,85a
4,55c
3,70 abc
Ukuran irisan
20
3,15ab
4,05cd
3,35 ab
4,00bc
IV ± 22,25 mm
25
3,40b
2,85a
3,35 ab
3,20 ab
30
3,35bc
2,85a
3,25 ab
3,35 ab
* Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom menunjukkan tidak berbeda nyata. * Nilai semakin kecil menunjukkan semakin disukai. Pengujian kimpul
siap
tingkat tanak
menggunakan tekstur,
dan
kesukaan dilakukan
beras
menggunakan
skala
penilaian
dengan
dengan
menggunakan angka 1 sampai 7. Angka 1
bau,
warna,
menunjukkan sangat suka dan angka 7
keseluruhan
serta
menunjukkan nilai sangat tidak suka. Hasil 25
parameter
Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 5., September 2012
ISSN : 2086-7719
uji kesukaan beras kimpul siap tanak
lebih dahulu dan kadang-kadang sangat
disajikan pada Tabel 5.
menentukan (Winarno, 1993) Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui
a. Bau
bahwa ukuran irisan berpengaruh nyata
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui
pada tingkat kesukaan panelis terhadap
bahwa ukuran irisan berpengaruh nyata
warna kimpul siap tanak berkalsium yang
pada tingkat kesukaan panelis terhadap
dihasilkan. Semakin kecil ukuran irisan
bau kimpul siap tanak yang dihasilkan.
warna kimpul siap tanak semakin berwarna
Ukuran sedang kimpul siap tanak semakin
opak atau transparan, hal ini karena luas
disukai panelis. Hal ini mungkin karena
permukaan
ukuran irisan kimpul yang masih berukuran
semakin cepat terjadi gelatinisasi pati.
agak besar jadi tidak banyak senyawa yang
Sebaliknya semakin besar ukuran irisan
hilang pada saat proses pengolahan. Dari
warna kimpul siap tanak berwarna putih, hal
Tabel 5 diketahui bahwa lama perebusan
ini karena luas permukaan bahan kecil
berpengaruh
sehingga gelatinisasi lebih lambat.
nyata
terhadap
tingkat
kesukaan panelis pada bau kimpul siap tanak.
Secara
jadi
Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa lama
tanak
terhadap tingkat kesukaan panelis pada
semakin disukai panelis. Hal ini mungkin
warna kimpul siap tanak yang dihasilkan.
disebabkan
lama
Secara umum, semakin lama perebusan
perebusan zat-zat yang terkandung dalam
warna kimpul siap tanak semakin cerah. Hal
bahan akan menguap.
ini disebabkan karena terjadinya proses
aroma
semakin
besar
lama
perebusan
umum,
bahan semakin
kimpul
karena
siap
semakin
perebusan
pra-gelatinisasi b. Warna
berpengaruh
sehingga
nyata
menyebabkan
kimpul siap tanak berwarna cerah. Hasil ini
Warna
merupakan
faktor
yang
juga sama pada pengukuran warna kimpul
penting dalam menilai mutu bahan pangan.
siap
Warna biasanya tampil lebih dahulu dalam
Tintometer yang ditunjukkan pada Tabel 4,
menilai mutu bahan pangan dan kadang
dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa semakin
sangat menentukan sebelum faktor-faktor
lama perebusan, kecerahan (Brightness)
yang lain seperti rasa, tekstur, dan nilai gizi.
nilainya semakin tinggi yang menunjukkan
Warna
warna kimpul siap tanak lebih cerah.
bahan
kenampakan
dan
makanan
tergantung
kemampuan
lain
misalnya
Lovibond
c. Tekstur
meneruskan sinar tampak. Disamping itu faktor-faktor
menggunakan
bahan
pangan untuk memantulkan menyerap atau
ada
tanak
sifat
Tekstur suatu produk pangan sangat berhubungan dengan kenampakannya dan
fisiologis, tetapi sebelum faktor-faktor lain
juga
dapat
dievaluasi
dengan
gigitan
dipertimbangkan, secara visual faktor warna
didalam mulut, dan juga sentuhan tangan 26
Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 5., September 2012
ISSN : 2086-7719
(Mo William, 1997). Menurut Matz (1962) pada
Tingkat kesukaan nasi kimpul siap tanak
kekompakan partikel-partikel penyusunnya,
Pengujian tingkat kesukaan nasi kimpul
tekstur
bentuk,
produk
tergantung
kekukuhan,
keseragaman
siap tanak dilakukan dengan menggunakan
partikel-partikel penyusunnya. Berdasarkan
parameter bau, warna, kelengketan, rasa
Tabel 5 dapat diketahui bahwa ukuran
dan keseluruhan serta menggunakan skala
irisan
pada
penilaian dengan angka 1 sampai 7,
tidak
dimana nilai 1 menunjukan sangat suka dan
berpengaruh nyata terhadap tekstur kimpul
nilai 7 menunjukan nilai sangat tidak suka.
siap tanak yang dihasilkan. Hal ini mungkin
Hasil uji kesukaan nasi kimpul siap tanak
karena secara visual, panelis menganggap
disajikan pada Tabel 6.
dan
dan
lama
pengolahan
perebusan
kimpul
siap
tanak
sama tekstur kimpul siap tanak yang disajikan. Walaupun semakin besar ukuran
a. Bau
irisan dan semakin sebentar perebusan
Aroma dapat didefinisikan sebagai
tekstur kimpul siap tanak tidak disukai
sesuatu
yang
diamati
dengan
indera
panelis, tetapi seluruh sempel masih berada
pembau, untuk dapat menghasilkan bau
dalam skala agak suka disukai.
zat-zat harus dapat menguap, sedikit larut dalam air dan lemak. Pengujian terhadap
d. Kesukaan keseluruhan Kesukaan
bau atau aroma dianggap penting karena
keseluruhan
merupakan
cepat memberikan hasil penilaian terhadap
penilaian yang didasarkan pada gabungan
produk diterima atau ditidaknya produk
penilaian terhadap bau, warna, tekstur dari
tersebut, selain itu juga dapat dipakai
kimpul
sebagai indikator terjadinya kerusakan pada
siap
tanak
yang
dihasilkan.
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa ukuran
irisan
dan
berpengaruh
nyata
keseluruhan
kimpul
produk.
lama
perebusan
Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui
terhadap
kesukaan
bahwa ukuran irisan dan lama perebusan
siap
yang
berpengaruh nyata pada tingkat kesukaan
dihasilkan. Semakin besar ukuran irisan dan
panelis terhadap bau nasi kimpul siap
semakin lama perebusan dihasilkan kimpul
tanak. Secara umum, semakin kecil ukuran
siap tanak yang semakin disukai panelis.
irisan dan semakin sebentar perebusan,
Hal ini mungkin karena kimpul siap tanak
aromanya semakin disukai, tetapi tidak
yang dihasilkan memiliki warna yang cerah,
beda nyata. Hal ini berarti perlakuan ukuran
teksturnya
tidak
keras
(rapuh)
dan
irisan dan perebusan dengan waktu yang
aromanya
masih
khas
umbi
kimpul
beda tidak mempengaruhi nasi kimpul siap
sehingga disukai panelis.
tanak
tanak yang dihasilkan.
27
Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 5., September 2012
ISSN : 2086-7719
Tabel 6. Tingkat kesukaan nasi kimpul siap tanak
Sampel
Lama pemanasan (menit)
Bau
Warna
Kelengketan
Rasa
Keseluruhan
Ukuran irisan I ± 1 mm
20
3,18bc
3,00
3,06
3,00
2,82
Ukuran irisan II ± 2 mm
25
2,41a
2,53
2,88
3,00
2,71
Ukuran irisan
20
3,24c
3,00
2,88
3,12
3,29
III ± 2,75 mm
30
2,59ab
2,76
3,47
3,00
3,00
* Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom menunjukan tidak berbeda nyata. * Nilai semakin kecil menunjukan semakin disukai. tanak yang dihasilkan. Jika dilihat dari Tabel b. Warna
5 pada pengukuran warna menggunakan
Warna adalah parameter pertama yang
lovibond tintometer, warna kimpul siap
dinilai dalam uji kesukaan sebab konsumen
tanak dengan perlakuan ukuran irisan dan
pertama kali melihat produk dari warnanya
lama
sehingga warna dianggap kesan pertama
parameter
dalam penilaian. Proses pengeringan dalam
warna yang beda, hal ini ternyata tidak
pengolahan kimpul siap tanak ternyata
mempengaruhi warna kimpul siap tanak
berpengaruh terhadap perubahan warna
berkalsium secara inderawi yang dihasilkan.
perebusan warna
untuk
pengukuran
kuning
menunjukkan
karena adanya proses pra-gelatinisasi. Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa ukuran irisan dan lama perebusan tidak
berpengaruh
nyata
pada
tingkat
c. Kelengketan Pengukuran kelengketan didasarkan gaya yang diperlukan untuk mengatasi gaya
kesukaan panelis terhadap warna nasi
tarik-menarik
kimpul siap tanak. Hal ini mungkin karena
dengan permukaan lain yang bersentuhan
secara visual, panelis menganggap sama
dengan bahan tersebut (gigi, langit-langit
warna
yang
mulut, lidah, pembungkus). Dari Tabel 6
disajikan. Walaupun semakin besar ukuran
dapat diketahui bahwa ukuran irisan dan
irisan dan semakin sebentar perebusan,
lama perebusan pada pengolahan kimpul
warnanya semakin disukai panelis, tetapi
siap tanak berpengaruh nyata pada tingkat
ukuran irisan dan lama perebusan tidak
kesukaan panelis terhadap kelengketan
mempengaruhi warna nasi kimpul siap
nasi kimpul siap tanak yang dihasilkan.
nasi
kimpul
siap
tanak
antara
permukaan
bahan
28
Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 5., September 2012
ISSN : 2086-7719
Semakin kecil ukuran irisan dan lama
Dari sifat sensoris secara keseluruhan
perebusan, kelengketan nasi kimpul siap
dilakukan untuk mengetahui respon panelis
tanak semakin disukai. Hal ini disebabkan
terhadap sifat nasi kimpul siap tanak secara
karena suhu yang tinggi pada saat terjadi
keseluruhan.
gelatinisasi
merupakan
pati,
granula
pati
akan
Kesukaan penilaian
keseluruhan
gabungan
yang
mengalami pembengkakan kemudian akan
didasarkan pada penilaian terhadap bau,
membentuk
struktur
warna, kelengketan, dan rasa kimpul yang
Kelengketan
atau
yang
kompak. nasi
dihasilkan. Dari Tabel 6 dapat diketahui
dipengaruhi oleh kandungan amilosa pada
bahwa ukuran irisan dan lama perebusan
bahan.
pada
Menurut
kepulenan
Damarjati
(1983)
pengolahan
kimpul
siap
tanak
kepulenan nasi memiliki kolerasi negatif
berkalsium tidak berpengaruh nyata pada
dengan
tingkat
kadar
amilosa,
nasi
dengan
kesukaan
panelis
terhadap
kepulenan rendah selalu memiliki kadar
kesukaan keseluruhan nasi kimpul siap
amilosa tinggi.
tanak yang dihasilkan. Hal ini mungkin karena nasi kimpul siap tanak masih berbau
d. Rasa
khas kimpul, warna nasi kimpul siap tanak
Parameter warna merupakan atribut
yang cerah, nasi tidak terlalu lengket karena
mutu yang didapat dari sensasi yang dapat
kimpul siap tanak memiliki kadar amilosa
dirasakan didalam mulut. Rasa dipengaruhi
setara dengan kelompok beras beramilosa
oleh senyawa kimia, suhu, konsentrasi dan
rendah dan rasanya agak manis serta rasa
interaksi komponen rasa yang lain (Karel
acrid
dan Lund, 2003). Pada dasarnya indera
berkurang.
pada
nasi
kimpul
siap
tanak
perasa manusia hanya dapat merasakan empat dasar rasa yaitu manis, asin, pahit,
Kadar pati, amilosa dan kalsium kimpul
asam (deMan, 1999). Dari Tabel 6 dapat
siap tanak berkalsium
diketahui bahwa ukuran irisan dan lama
a. Kadar pati
perebusan pada pengolahan kimpul siap
Pati merupakan zat hidrat arang yang
tanak berpengaruh nyata pada tingkat
tersusun dari unit-unit glukosa. Kandungan
kesukaan panelis terhadap rasa nasi kimpul
terbesar dari butir beras adalah pati.
siap tanak yang dihasilkan. Secara umum,
Dimana pati tersusun oleh 2 komponen
disebabkan karena pengecilan ukuran irisan
utama yaitu amilosa dan amilopektin. Rasio
dan
perebusan
perbandingan
kandungan
amilopektin
semakin
menyebabkan
lama
berkurangnya
jumlah dalam
amilosa
beras
dan
menentukan
kalsium oksalat sehingga rasa acrid pada
tingkat kepulenan nasi yang dihasilkan.
nasi kimpul siap tanak berkurang.
Hasil analisis kadar pati, kadar amilosa dan
e. Keseluruhan
kadar kalsium kimpul siap tanak berkalsium adalah kadar pati pada kimpul siap tanak 29
Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 5., September 2012
yang disukai panelis yaitu 67,64 (% wb) atau 182,81 (% db), hasil ini lebih tinggi
ISSN : 2086-7719
b. Kadar kalsium Kadar kalsium pada kimpul siap tanak
umbi
berkalsium antara 90 – 130 mg/100g
kimpul yaitu sebesar 25,50 (% wb) atau
bahan. Hasil ini lebih tinggi dibandingkan
68,91 (% db). Perbedaan ini disebabkan
dengan umbi kimpul yaitu sebesar 28,53 mg
karena adanya proses gelatinisasi pada
Ca/100gr bahan. Artinya bahwa fortifikasi
proses perebusan, suhu dan waktu yang
pada kimpul mampu meningkatnkan kadar
digunakan pada perebusan menyebabkan
Ca dalam kimpul sipa tanak berkalsium.
pati tergelatinisasi menjadi lebih lengkap.
Hasil
dibandingkan
dengan kadar
pati
0
Suhu yang digunakan yaitu 90 C.
asupan
Kadar amilosa memiliki hubungan erat terhadap tekstur nasi. Beras
diharapkan
berkadar
kalsium
digunakan
dapat
meningkatkan
pengkonsumsi
sebagai
pangan
apabila alternatif
pengganti beras.
amilosa sedang menghasilkan nasi yang KESIMPULAN
lunak, sedangkan beras berkadar amilosa tinggi menghasilkan nasi yang pera dan tidak lengket (Juliano 1979). Kadar amilosa beras
dikelompokkan
yaitu
dilakukan, secara umum dapat disimpulkan
(<10-<20%),
bahwa pengolahan umbi menjadi kimpul
sedang (20-25%) dan tinggi (>25%) (Juliano
siap tanak berkalsium dapat menghasilkan
1972). Kadar amilosa kimpul siap tanak
pangan alternatif yang disukai. Secara
sebesar 13,10 % wb atau 34,96 % db.
khusus kesimpulannya adalah :
Kadar amilosa dalam penelitian ini hampir
1. Semakin besar ukuran irisan, tekstur
sama yang disampaikan oleh Louis, dkk
kimpul siap tanak berkalsium semakin
(2008)
keras.
kelompok
amilosa
menjadi
rendah
kandungan
3
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
amilosa
kimpul
Tekstur
yang
paling
disukai
(Xanthosoma sagittifolium) sebesar 33.30
adalah yang diolah dengan ukuran irisan
%.
I dan 2 dengan lama pemanasan 20 dan Kadar
amilosa
kimpul
siap
tanak
berkalsium setara dengan kelompok beras
25 menit. 2. Warna kimpul siap tanak berkalsium
beramilosa rendah, semakin tinggi kadar
tidak
amilosa yang terkandung dalam bahan
nyata pada variasi ukuran irisan dan
menyebabkan nasi akan semakin keras
lama
karena
berkalsium cerah dan disukai panelis.
nasi
penanakan
yang
dihasilkan
perbedaan
pemanasan.
Warna
yang
kimpul
mengalami
3. Kimpul siap tanak dengan ukuran irisan
pengembangan volume yang besar dan
II ± 2,00 mm dan lama perebusan 20
nasi
menit
tidak
akan
dalam
menunjukkan
mudah
pecah
serta
didinginkan nasi akan mengeras.
bila
dan
perebusan
ukuran 20
menit
I
denganlama menghasilkan 30
Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 5., September 2012
kimpul
siap
tanak
berkalsium
yang
ISSN : 2086-7719
Anonim.
disukai.
2010.
Umbi-umbian
(Talas).www.deptan.go/ditjentan/a dmin/rb/ talas.pdf DAFTAR PUSTAKA AOAC. 1990. Officials Methods of Analysis
Anggarwulan,
E.,
Solichatun,
Mudyantini. Fisiologi
2008. Kimpul
sagittifolium
(L)
W.
Association
Karakter
Official
Agricultural
Chemistry. Washington D.C.
(Xanthosoma Schott)
Pada
Brody, T. 1994. Nutritional Biochemistry.
Variasi Naungan dan Ketersediaan
Academic
Press.
Air. Biodiversitas. Volume 9. 4 :
New York.
San
Diego.
264-268. Bauernfeind J.C. and P.A. Lachance. 1991. Anonim.
2004.
Osteoporosis
Keropos
Nutrient
Additions
to
Food
:
Tulang yang makin Populer. IDI
Nutritional,
Technological
and
Online.Org.
Regulatory
Aspect.
and
file://A:\Osteoporosis%20I.htm.
Nutrition
Anonim. 2005. 1 Dari 3 Wanita dan 1 Dari 3 Pria
Memiliki
Menderita
Press,
Food
Inc.
Trumbull,
Connecticut, USA.
Kecenderungan
deMan, J.M., 1999. Principles of Food
Osteoporosis.
Chemistry. Aspen Publisher, Inc.,
http://www.depkes.go.id/index.
Anonim. 2006. Menkes Canangkan Bulan
Gaithersburg, Maryland.
Eledah,
J.I.
2005.
Calcium
Chloride-
Osteoporosis. Gizi.net. Nutrition
Fortified Beverage : Threshold,
Network.
Consumer
File://Bulan%20Osteoporosis.htm.
Calcium Bioavailability. A thesis
Acceptability
and
submitted to the Graduate Faculty Anonim,
2009a.
Angka
Tetap
Produksi
Padi
Tahun
(ATAP) 2008.
www.bps.go.id. Diakses 4 April
of North Carolina State University, Deparment
of
Food
Science,
Raleigh.
2010. Elevina, E.P.S., 2000. Determination of the Anonim. 2009b. Indonesia Impor Beras.
correlation between amylase and
www.matanews.com. Diakses 4
phosphorus
content
and
April 2010.
gelatinization profile of starches and flours obtained from edible tropical tubers using Differential 31
Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 5., September 2012
Scanning Calorimetry and Atomic Absorption
Spectroscopy.
ISSN : 2086-7719
Iwuoha, C.I. and F.A. Kalu. 1995. Calcium
The
Oxalate
and
Physico-Chemical
Graduate College University of
Properties of Cocoyam (Colocasia
Wisconsin-Stout Menomonie. WI
esculenta
54751.
sagittifolium)
Tuber
Affected
Processing.
Fennema, O.R. 1996. Principles of Food
and
by
Xanthosoma Flours
as
Food
Chemistry. 54 : 61-66.
Science. Marcell Dekker Inc. New York.
Juliano, B.O. 1971. A Simplified Assay for Milled
Rice
Amylose.
Cereal
Science Today. 16: 334 – 340.
Fujita,T., M. Fukase, H. Miyamoto, T. Matsumoto and T. Ohue. 1990. Increase of Bone Mineral Density by
Calcium
Supplement
Kadan, R.S., Robinson, M.G., Thibodeaux,
with
D.P., Pepperman Jr., A.B., 2001.
Oyster Shell Electrolysate. Bone
Texture and other physicochemical
Mineral.11 : 85-91.
properties of whole rice bread. Journal of Food Science 66, 940–
Gacula, M.C. dan J. Singh, 1984. Statistical
944.
Methods in Food and Consumer Research. Academic Press, Inc.
Kartono,D dan M. Soekarti. 2004. Angka
Orlando. San Diego. New York.
Kecukupan Gizi Mineral : Kalsium,
London.
fosfor, magnesium, Besi, Yodium,
Haines, C.J., T.K.H. Chung, P.C. Leung, S.Y.C.
Hsu
D.H.Y.Leung.1995. Supplementation Mineral
Selenium,
Flour.
Widya
and
Pangan
Calcium
Jakarta.
and
Women
dan
mangan
Karya Gizi
dan
Nasional VIII.
LIPI.
Bone
Density
Postmenopausal
Seng,
in
Krammer, A.A. and B.A. Twigg. 1970.
Using
Fundamental of Quality Control for
Estrogen Replacement Therapy.
the
Food
Bone. Volume 16. 5 : 529-531.
Publishing
Industry.
The
Company,
AVI Inc.
Westport, Connecticut. Hettiarachchy, N.S., R. Gnanasambandam dan M.H. Lee. 1996. Calcium
Lee,
M.H.,
Hettiarachchy,
N.S., and
R.
Fortification of Rice : Distribution
Gnanasambandam,
R.W.
and Retention. J. Food Science. 1.
McNew. 1995. Physicochemical
61 : 195-197. 32
Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 5., September 2012
Properties
of
Calcium-Fortified
Rice. Cereal Chem. 72 : 352-355.
ISSN : 2086-7719
Umbi-umbian Lokal. FKIP. UNS. Surakarta.
Martin, B.R., C.M. Weaver, R.P. Heaney,
Sefa-Dedeh,S., E.K. Agyir-Sackey. 2004.
P.T. Packard and D.L. Smith.
Chemical Composition and the
2002. Calcium Absorption from
Effect of Processing on Oxalate
Three Salt and Ca SO4-Fortified
Content of Cocoyam Xanthosoma
Bread in Premenopausal Women.
sagittifolium
J. Agric. Food Chem. -. 50 : 3874-
esculenta
3876.
Chemistry. 85 : 479-487.
Matz, S.A., 1962. Food Tekstur. The A VI
Sirkorski,
and
Colocasia
Cormes.
Z.E.J.,
Pokorny
Food
dan
S.
Publishing Comapany, Inc. West
Damodaran, 2007. Fenema’s Food
Port, Connectitut.
Chemistry 4th Edition : Physical and Chemycal Interactin of Component
McCarthy,
J.T.
and R.
Divalent
Cation
Kumar.
2004.
Metabolism
:
In Food System. CRC Press. Boca Raton. London. New York.
Calcium. www.kidneyatlas.org. Smith, T. 1995. Complete Family Health Mo William, M., 1997. Food Experimental
Encyclopedia. Dorling Kindersley,
Prespective. Prentie-Hall, Inc. New
London.
Jersey, U.S.A.
Moscow.
New
York,
Stuttgard,
Nwokocha,L.M., N.A. Aviara, C. Senan and
Suitor, C.J. dan M.F. Crowley, 1984.
P.A. William. 2009. A Comparative
Nutrition Principles and Application
Study
in
of
Cassava
Some
Properties
(Manihot
of
esculenta,
Health
Promotion.
J.B.
Lippincott Company. Philadelphia.
Crantz) and Cocoyam (Colocasia esculenta,
Linn)
Starches.
Suyitno dan Ch. Wariyah. 2004. Metode
Carbohydrate Polymers. 76 : 362-
Pengolahan Beras Siap Tanak
367.
Berkalsium
Tinggi
untuk
Nasi
Putih, Nasi Gurih dan Nasi Kuning. Octavianti, S dan M. Solikhah. 2009.
Program Oleh paten. Kementerian
Pemenuhan Ketahanan Pangan
Riset
Melalui
Indonesia.
Dalam
Termodifikasi dan Berkonsentrat
pendaftaran
ke
Protein Secara Enzimatis Berbasis
Kehakiman Republik Indonesia.
Pengembangan
Pati
dan
Teknologi
Republik proses
Departemen 33
Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 5., September 2012
ISSN : 2086-7719
Suyitno dan Ch. Wariyah, 2005. Optimasi
Widowati. S. 2010. Karakteristik Beras
Pengeringan Beras Siap Tanak.
Instan Fungsional dan Peranannya
Laporan Penelitian. Pusat Studi
dalam
Pangan
Pankreas. www.bulog.go.id. Diakses
dan
Gizi.
UGM.
Yogyakarta.
Menghambat
Kerusakan
4 April 2010.
Walker, A.F. and B.A. Rolls. 1992. Nutrition
William,P.A., N.A. Aviara, L.M. Nowkocha,
and The Consumer : Issues in
C. Senan. 2008. A Comparative
Nutrition
Study
and
Toxicology
1.
of
Some
Properties
(Manihot
of
Elsevier Applied Science, London
Cassava
esculenta,
and New York.
Crantz) and Cocoyam (Colocasia esculenta, Linn) Starches. Material
Wariyah, Ch., C. Anwar, M. Astuti dan Supriyadi.
2008a.
Calcium
Science Research Centre. Centre for
Water
Soluble
Polymer.
Absorption Kinetic on Indonesian
http://epubs.glyndwr.ac.uk/ewsp/1.
Rice.
diakses 25 Januari 2010.
Indonesian
Journal
of
Chemistry. 8 : 252-257. Wariyah, Ch., C. Anwar, M. Astuti dan Supriyadi. 2008b. Sifat Fisik dan
Winarno, F.G., 1983. Kimia Pangan Dan Gizi. PT. Gramedia. Jakarta.
Akseptabilitas Beras Berkalsium. Agritech, 28:34-42.
Yu, S., Ma, Y., Liu, T., Menager, L., Sun, D.W., 2010. Impact of cooling rates
Wariyah, Ch. 2009. Bioavailabilitas Kalsium
on the staling behavior of cooked
dalam Beras Berkalsium. Laporan
rice during storage. Journal of
Penelitian.
Food Engineering 96, 416–420.
Universitas
Mercu
Buana. Yogyakarta.
Watson,
C.A.
1996.
Official
and
Standardized Methods of Analysis, 3rd edn. The Royal Society of Chemistry, Thomas Graham House, Science Park, Cambridge.
34