Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008
PERTUMBUHAN ANAK KAMBING KOSTA SELAMA PERIODE PRASAPIH PADA INDUK YANG BERUMUR LEBIH DARI 4 TAHUN (The Growth Performance of Kosta Kids During Preweaning Period from Does of Above 4 Years Old) FITRA AJI PAMUNGKAS Loka Penelitian Kambing Potong, PO Box 1, Sei Putih, Galang 20585, Sumatera Utara
ABSTRACT A study to evaluate the growth performance of Kosta kids during preweaning period from does of more than 4 years old was undertaken at Research Station for Goats Production, Sei Putih, North Sumatera. Fifteen late pregnant and naturally mated Kosta goats were intensively raised in a closed animal pens. Biological observation was conducted for the does during preweaning period to weaning period at the age of 90 days old. Parameters included does weight after delivered, birth weight, litter size and preweaning mortality rate. The data were analysed by linear method of SPSS version 1.0. The results showed weight of does after twin bearing (27.17 ± 4.37 kg) were higher than singular bearing (22.43 ± 2.41 kg). The average birth weight of single bearing (1.72 ± 0.17 kg) was higher than twin bearing (1.48 ± 0.19 kg). The weaning weight of single bearing (6.69 ± 0.61 kg) is also higher than twin bearing (6.27 ± 0.81 kg). Mortality rate of preweaning was 31.6% with an average of litter size 1.27. Key Words: Goat, Kosta, Growth, Preweaning ABSTRAK Penelitian untuk mengetahui pertumbuhan anak kambing Kosta selama periode prasapih yang berasal dari induk yang berumur lebih dari 4 tahun telah dilakukan di Stasiun Percobaan Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih, Sumatera Utara. Sebanyak 15 ekor induk kambing Kosta yang sebelumnya telah menjalani program perkawinan secara alami dan sudah bunting tua dipelihara secara intensif dalam kandang. Pengamatan biologik dilakukan dari induk melahirkan sampai anak disapih umur 90 hari. Parameter yang diamati meliputi bobot induk setelah beranak, bobot lahir, bobot sapih, litter size dan mortalitas prasapih. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode linear dari paket SPSS versi 10. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa Bobot induk kambing Kosta setelah beranak pada tipe kelahiran kembar (27,17 ± 4,37 kg) lebih tinggi dibandingkan dengan tipe kelahiran tunggal (22,43 ± 2,41 kg). Rataan bobot lahir pada tipe kelahiran tunggal adalah 1,72 ± 0,17 kg lebih tinggi dibanding tipe kelahiran kembar (1,48 ± 0,19 kg). Begitu pula rataan bobot sapih pada tipe kelahiran tunggal sebesar 6,69±0,61 kg lebih tinggi dibanding tipe kelahiran kembar (6,27 ± 0,81 kg). Mortalitas prasapih kambing Kosta sebesar 31,6 % dengan rataan jumlah anak sekelahiran (litter size) kambing Kosta sebesar 1,27. Kata Kunci: Kambing, Kosta, Pertumbuhan, Prasapih
PENDAHULUAN Dari populasi kambing di Indonesia sekitar 14,8 juta ekor (DITJENNAK, 2007), masih dijumpai kelompok kambing yang endemik di beberapa lokasi namun informasi yang akurat mengenai populasi dan karakteristiknya masih sangat terbatas, diantaranya kambing Kosta. Bahkan jika dilihat dari ukuran efektif
378
populasi, kambing Kosta termasuk dalam kategori terancam kritis (SETIADI et al., 2002). Kambing Kosta adalah salah satu plasma nutfah yang dimiliki Propinsi Banten, dimana lokasi penyebarannya terdapat di Kabupaten Serang, Pandeglang, serta ditemukan pula dalam populasi kecil di wilayah Tangerang dan DKI Jakarta. Salah satu ciri khas kambing Kosta adalah terdapatnya motif garis yang
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009
sejajar pada bagian kiri dan kanan muka, selain itu tubuhnya berbentuk besar ke bagian belakang, hidung rata dan kadang ada juga yang melengkung, tanduk pendek, bulu pendek dan kebanyakan berwarna coklat tua sampai hitam. Populasi Kambing Kosta terus menyusut, walaupun data yang pasti untuk populasi Kambing Kosta tidak diketemukan, namun perkiraan populasinya di Propinsi Banten hanya sekitar 500 – 700 ekor (NURMEDIANSYAH dan HERIYADI, 2007). Dengan semakin terbatasnya populasi kambing Kosta maka Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih yang berada di Propinsi Sumatera Utara melakukan kegiatan koleksi kambing Kosta secara ex situ untuk menjaga kelestariannya dari kepunahan disamping mempelajari potensi produksi dan karakteristik biologisnya. Salah satu kriteria untuk mengukur tingkat produktivitas pada ternak kambing adalah mampu menghasilkan anak yang mempunyai pertambahan berat badan yang tinggi dimana biasanya sangat dipengaruhi oleh umur induk dan berat lahir. Umur induk berpengaruh terhadap berat lahir dan produksi susu serta pertumbuhan selanjutnya sampai ternak disapih (GARANTJANG, 2004). Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan anak kambing Kosta selama periode prasapih yang berasal dari induk yang berumur lebih dari 4 tahun. MATERI DAN METODE Penelitian dilakukan di Stasiun Percobaan Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih, Sumatera Utara. Materi ternak yang digunakan adalah 15 ekor induk kambing Kosta berumur ≥ 4 tahun (gigi seri tetap 4 pasang atau mulai aus) yang sebelumnya telah menjalani program perkawinan secara alami dengan pejantan Kosta dan sudah bunting tua. Ternak dipelihara secara intensif dalam kandang kelompok dengan daya tampung 7-10 ekor, dilengkapi bak pakan dan tempat minum. Pemberian sumber bahan makanan dalam
bentuk konsentrat dan hijauan pakan ternak. Pemberian konsentrat sebanyak 400 – 500 gram per ekor per hari diberikan pada waktu pagi hari. Sedangkan hijauan pakan berupa rumput dalam bentuk potong angkut dengan jumlah pemberian berkisar antara 4-5 kg segar per ekor per hari diberikan pada waktu siang dan sore hari. Pemberian air minum diberikan secara ad libitum. Pengamatan biologik dilakukan dari induk melahirkan sampai anak disapih umur 90 hari. Parameter yang diamati meliputi bobot induk setelah beranak, bobot lahir, bobot sapih, litter size dan mortalitas prasapih. Pencatatan bobot induk setelah beranak, bobot lahir dan litter size dilaksanakan sesaat setelah induk kambing melahirkan. Setelah itu penimbangan induk dan anak kambing dilakukan setiap bulan sampai anak disapih (umur 90 hari). Semua kematian anak dicatat, dan kematian sebelum anak disapih disebut sebagai mortalitas prasapih. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode linear dari paket SPSS versi 10 (SANTOSO, 2002). HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot induk setelah beranak Hasil penelitian dari 15 ekor induk kambing Kosta diperoleh bahwa bobot induk kambing Kosta setelah beranak pada tipe kelahiran kembar (27,17 ± 4,37 Kg) lebih tinggi dibanding tipe kelahiran tunggal (22,43 ± 2,41 Kg) dan secara statistik menunjukkan perbedaan yang nyata (P < 0,05). Kecenderungan tipe kelahiran kembar terjadi pada bobot induk yang tinggi dikarenakan pada bobot badan yang tinggi dengan kondisi tubuh yang baik pada saat perkawinan mengakibatkan tingginya tingkat ovulasi yang berkaitan erat dengan peningkatan jumlah anak (KOSTAMAN dan SUTAMA, 2006). INOUNU et al. (2002) melaporkan bahwa jumlah anak sekelahiran sangat dipengaruhi oleh rumpun/bangsa, tahun beranak, paritas dan bobot induk saat beranak.
379
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009
Tabel 1. Rataan bobot induk setelah beranak, bobot lahir dan bobot sapih kambing Kosta berdasarkan tipe lahir Tipe lahir
Bobot induk (kg)
Tunggal
22,43 ± 2,41
a
b
Kembar
27,17 ± 4,37
Rataan
23,44 ± 3,39
N
Bobot lahir (kg)
11
1,72 ± 0,17
a
b
4
1,48 ± 0,19
15
1,62 ± 0,21
N
Bobot sapih (kg)
11
6,69 ± 0,61
a
b
8
6,27 ± 0,81
19
6,59 ± 0,65
N 10 3 13
N = jumlah pengamatan
menghasilkan laju pertumbuhan yang tinggi pula (SETIADI et al., 2002).
Bobot lahir dan bobot sapih Rataan bobot lahir dan sapih kambing Kosta berdasarkan tipe lahir ditunjukkan pada Tabel 1. Rataan bobot lahir kambing Kosta pada tipe kelahiran tunggal adalah 1,72 ± 0,17 Kg lebih tinggi dibanding pada tipe kelahiran kembar (1,48 ± 0,19 Kg). Begitu pula rataan bobot sapih pada tipe kelahiran tunggal sebesar 6,69 ± 0,61 Kg lebih tinggi dibanding pada tipe kelahiran kembar (6,27 ± 0,81 Kg). Rataan bobot lahir dan sapih dari tipe kelahiran tunggal dibandingkan kembar ada kaitannya dengan konsumsi gizi selama dalam kandungan dan produksi susu induk setelah melahirkan lebih banyak untuk anak pada tipe kelahiran tunggal dan tidak ada faktor persaingan dibandingkan pada tipe kelahiran kembar. Bobot sapih dapat dijadikan kriteria dalam seleksi ternak dimana dengan bobot sapih yang tinggi diharapkan akan
Fluktuasi bobot hidup induk menyusui dan anak selama periode prasapih Selama menyusui terjadi fluktuasi bobot hidup pada induk kambing Kosta yang diimbangi oleh peningkatan bobot hidup anak (seperti terlihat pada Gambar 1), dimana terdapat adanya perubahan bobot hidup yang sangat mencolok apalagi pada umur 1 bulan setelah kelahiran dimana pada anak terjadi peningkatan bobot hidup sedangkan pada induk terjadi penurunan bobot hidup. Penurunan bobot hidup induk selama bulan pertama setelah melahirkan mencapai 9,43 persen lebih rendah dibandingkan yang dilaporkan ATABANY (2002) dimana penurunan bobot hidup induk yang mencapai 15 – 16 persen.
Bobot hidup (kg)
30 25
23.44
23.97
22.85
21.23
20
Induk
15
Anak
10 5 1.62
0 0
1
6.56
4.8
3.05 2
3
Umur (bulan)
Gambar 1. Fluktuasi bobot hidup induk menyusui dan anak selama periode prasapih
380
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009
Penurunan bobot tubuh selama bulan pertama setelah melahirkan sebagai akibat produksi susu yang tinggi pada induk sedang laktasi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak. WIJONO et al. (2005) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang erat antara bobot hidup induk dengan produksi susu dimana semakin besar bobot hidup maka produksi susu semakin tinggi dan kebutuhan nutrisi anak akan terpenuhi ditandai dengan kenaikan bobot hidup anak. Dengan demikian perubahan maupun perbaikan kondisi tubuh melalui perbaikan tata laksana pemberian pakan yang baik pada saat bunting dan laktasi agar tersedia cadangan yang cukup pada waktu beranak dan mencegah kehilangan bobot tubuh yang berlebihan selama laktasi diperlukan dan mempunyai pengaruh positif terhadap perkembangan anak. Mortalitas dan litter size Mortalitas prasapih kambing Kosta selama penelitian sebesar 31,6% lebih rendah dibandingkan hasil penelitian SETIADI et al. (2002) yang melaporkan bahwa mortalitas prasapih sebesar 50 persen. Hal ini kemungkinan disebabkan induk yang digunakan dalam penelitian baru berasal dari peternak sehingga belum beradaptasi dengan kondisi pemeliharaan secara intensif, disamping tingginya litter size yang biasanya diikuti dengan tingginya laju mortalitas prasapih. Tingginya tingkat mortalitas kambing Kosta disebabkan pula oleh bobot lahir kambing yang relatif kecil, umur induk yang sudah tua dengan kemungkinan produksi susu induk yang kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan anak apalagi pada kelahiran anak kembar. SETIADI et al. (2001) menyatakan daya hidup prasapih tergantung pada litter size, produksi susu induk serta kemampuan induk dalam merawat anaknya selama periode menyusui. Rataan jumlah anak sekelahiran (litter size) kambing Kosta sebesar 1,27. Hasil ini lebih rendah dari yang diperoleh SETIADI et al. (2002) dan MAHMILIA et al. (2004) dimana jumlah anak sekelahiran kambing Kosta berturut-turut sebesar 2,1 dan 1,73. Hal tersebut kemungkinan dikarenakan umur induk
yang sudah terlalu tua dan tidak produktif lagi untuk menghasilkan anak. Jumlah anak yang dilahirkan merupakan potensi reproduksi kambing betina dan tergantung pada jumlah sel telur yang diovulasikan, jumlah sel telur yang dapat dibuahi dan laju mortalitas embrional. Tabel 5. Mortalitas prasapih dan Litter size selama penelitian dibandingkan dengan beberapa penelitian pada kambing Kosta Kambing
Uraian
*)
Kosta
Kosta*)
Kosta**)
Mortalitas (%)
31,6
50
21,1
Litter size
1,27
2,1
1,73
Hasil penelitian SETIADI et al. (2002) Hasil penelitian MAHMILIA et al. (2004)
**)
KESIMPULAN Bobot induk kambing Kosta yang berumur ≥ 4 tahun setelah beranak pada tipe kelahiran kembar (27,17 ± 4,37 Kg) lebih tinggi dibanding tipe kelahiran tunggal (22,43 ± 2,41 kg). Rataan bobot lahir pada tipe kelahiran tunggal adalah 1,72 ± 0,17 Kg lebih tinggi dibanding tipe kelahiran kembar (1,48 ± 0,19 kg). Begitu pula rataan bobot sapih pada tipe kelahiran tunggal sebesar 6,69 ± 0,61 Kg lebih tinggi dibandingkan dengan tipe kelahiran kembar (6,27 ± 0,81 kg). Mortalitas prasapih kambing Kosta sebesar 31,6% disebabkan oleh bobot lahir yang relatif kecil, umur induk yang sudah tua dengan kemungkinan produksi susu induk yang kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan anak apalagi pada kelahiran anak kembar. Rataan jumlah anak sekelahiran (litter size) kambing Kosta sebesar 1,27 kemungkinan dikarenakan umur induk yang sudah terlalu tua dan tidak produktif lagi untuk menghasilkan anak. DAFTAR PUSTAKA ATABANY, A. 2002. Strategi pemberian pakan induk kambing perah sedang laktasi dari sudut neraca energi. Makalah Pengantar Falsafah Sains. Program Pascasarjana. Institut Petanian Bogor, Bogor.
381
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009
DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN. 2007. Statistik Peternakan. Direktorat Bina Produksi, Direktorat Jenderal Peternakan, Jakarta
SANTOSO, S. 2002. SPSS versi 10 Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Edisi ketiga. Gramedia, Jakarta.
GARANTJANG, S. 2004. Pertumbuhan anak kambing kacang pada berbagai umur induk yang dipelihara secara tradisional. J. Sains Teknol. 2004. 4(1): 40 – 45. INOUNU, I., N. HIDAYATI, A. PRIYANTI dan B. TIESNAMURTI. 2002. Peningkatan produktivitas domba melalui pembentukan rumpun komposit. TA 2001. Buku I. Ternak Ruminansia. Balai Penelitian Ternak, Bogor.
SETIADI, B., SUBANDRIYO, M. MARTAWIDJAJA, D. PRIYANTO, D. YULISTIANI, T. SARTIKA, B.TIESNAMURTI, K. DIWYANTO dan L. PRAHARANI. 2001. Karakterisasi kambing lokal dan upaya mempertahankan keanekaragaman sumberdaya genetik. Kumpulan Hasil-Hasil Penelitian Peternakan APBN Tahun Anggaran 1999/2000. Balai Penelitian Ternak, Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 188 – 214.
KOSTAMAN, T. dan I-K. SUTAMA. 2006. Korelasi bobot badan induk dengan lama bunting, litter size dan bobot lahir anak kambing peranakan etawah. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 5 – 6 September 2006. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 522 – 527.
SETIADI. B., B. TIESNAMURTI, SUBANDRYO, T. SARTIKA, U. ADIATI, D.YULISTIANI dan I. SENDOW. 2002. Koleksi dan Evaluasi Karakteristik Kambing Kosta dan Gembrong Secara Ex-situ. Laporan Hasil Penelitian APBN 2001. Balai Penelitian Ternak, Ciawi, Bogor.
MAHMILIA, F., S.P. GINTING, A. BATUBARA, M. DOLOKSARIBU dan A. TARIGAN. 2004. Karakteristik morfologi dan performans kambing gembrong dan kosta. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 4 – 5 Agustus 2004. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 375 – 380.
WIJONO, D.B., MARIYONO dan HARTATI. 2005. Korelasi bobot hidup induk menyusui dengan pertambahan bobot hidup pedet sapi Peranakan Ongole. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 12 – 13 September 2005. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 201 – 205.
NURMEDIANSYAH, A.A. dan D. HERIYADI. 2007. Mengenal kambing kosta. http://blogs.unpad. ac.id/domba_kambing/?p=10 (18 Mei 2009).
382