BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan frekuensi buang air besar
yang lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada dewasa, konsistensi feces encer, dapat berwarna hijau, atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau hanya lendir saja (FK UI,1997). Menurut Suharyono diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah dalam tinja (Suharyono,1999:51). Penyakit diare juga didefinisikan sebagai keadaan dimana bertambahnya jumlah atau berkurangnya konsistensi feces yang dikeluarkan (Soepartono Pitono,dkk,1999). Diare dapat menyerang semua kelompok umur dan berbagai golongan sosial, baik di negara maju maupun di negara berkembang, dan erat hubungannya dengan kemiskinan serta lingkungan yang tidak higienis.Banyak faktor yang menjadi penyebab seseorang mengalami diare, diantaranya yaitu terinfeksi sejumlah organisme bakteri dan virus. Virus yang sering menyebabkan diare yaitu rotavirus, sedangkan
bakteri pathogen E.coli, Shigella, Campylobacter,
Salmonella dan Vibrio cholera merupakan beberapa contoh bakteri yang dapat menyebabkan diare pada anak (Sri Suparyati S, 2011: 33-37). Faktor lain yang dapat menyebabkan seorang anak terinfeksi diare yaitu malabsorbsi, keracunan dan sebab-sebab lainya.
1
Pola hidup yang tidak higienis erat kaitannya dengan penyebaran penyakit diare di masyarakat.Pola hidup yang tidak higienis contohnya penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar. Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih. Tidak mencuci tangan dengan bersih dan tidak memakai sabun setelah selesai buang air besar atau membersihkan feces anak yang terinfeksi sehingga mengontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang.Selain pola hidup yang tidak higienis, penularan diare dapat melalui berbagai media diantaranya makanan dan minuman yang terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau terkontaminasi oleh tangan yang kotor kemudian masuk ke tubuh penderita. Seseorang yang mengalami diare akan mengalami perubahan dalam kebiasaan BAB yang normal, ditandai dengan seringnya kehilangan cairan dan feces yang tidak berbentuk (Susan Martin T,1998:8). Diare juga dapat menyebabkan seseorang mengalami dehidrasi atau kehilangan cairan dalam tubuh.Keadaan dehidrasi berat pada anak inilah yang seringkali tidak disadari oleh orang tua dan tiba-tiba mendapati anaknya sudah dalam kondisi kritis. Diare hingga kini masih menjadi salah satu penyakit penyumbang kematian balita tertinggi di negara miskin dan berkembang. Menurut WHO (World Health Organisation) penyakit diare menjadi penyebab kematian kedua pada anak-anak dibawah lima tahunyang menyebabkan 760.000 anak di bawah lima tahun di dunia meninggal setiap tahunnya.Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2007) Kementrian Kesehatan Republik Indonesia mengungkapkan bahwa diare
2
merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi dan balita (Profil Kesehatan Indonesia, 2013:103). Di Indonesia, diare merupakan penyakit endemis yang terjadi disepanjang tahun, dan puncak tertinggi pada peralihan musim penghujan dan kemarau. Angka prevalensi (jumlah keseluruhan kasus penyakit pada suaru waktu) diare di Indonesia saat ini masih berfluktuasi. Berdasarkan hasil Riskesdas 2007 yang dilakukan oleh Kemenkes dan Badan Litbangkes pada tahun 2007, penyakit diare menjadi penyebab utama kematian anak balita (25,2%).Prevalensi nasional diare klinis adalah 9,0% sedangkan beberapa provinsi yang mempunyai prevalensi diare kinis lebih dari 9,0% adalah Jawa tengah, Papua, dan Jawa Barat. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas 2013) insiden diare balita di Indonesia adalah 6,7 %. Lima provinsi dengan insiden diare tertinggi adalah Aceh (10,2%), Papua (9,6%), DKI Jakarta (8,9%), Sulawesi Selatan (8,1%), dan Banten (8,0%). Berdasarkan karakteristik penduduk kelompok umur balita adalah kelompok yang paling tinggi menderita diare, tercatat sebanyak 5,1 % balita terserang diare (Riskesdas,2013). Jumlah penderita penyakit diare di Indonesia dapat disajikan dalam Gambar 1.1.
3
Distribusi Frekuensi Penderita Diare di Indonesia
jumlah penedrita
6,000,000 5,000,000
5,090,212
4,844,230
4,182,416
4,261,493
4,000,000
4,128,256
4,422,427
3,000,000
3,456,123 2,843,801
2,000,000 1,000,000 0
Th 2006
Th 2007
Th 2008
Th 2009
Th 2010
Th 2011
Th 2012
Th 2013
Jumlah Penderita 4,261, 3,456, 4,844, 4,422, 5,090, 4,182, 2,843, 4,128,
Gambar 1.1. Jumlah Kasus Diare di Indonesia, Tahun 2006 Sampai 2013 Berdasarkan Gambar 1.1, kasus diare di Indonesia masih relatif tinggi. Jumlah penderita dari tahun ke tahun selalu mengalami perubahan. Seperti terlihat pada Gambar 1.1 pada tahun 2007 jumlah penderita mengalami penurunan, kemudian meningkat pada tahun 2008. Penurunan signifikan terjadi pada peralihan tahun 2010 ke tahun 2012. Namun, kembali mengalami lonjakan pada tahun 2013. Kasus terbanyak terjadi pada tahun 2010 yaitu sebanyak 5.090.212 penderita. Penyakit diare saat ini masih dianggap remeh oleh masyarakat. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan serta kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit diare menyebabkan penyakit diare dari tahun ke tahun selalu ada dan tak jarang memakan korban jiwa. Mengingat kasus diare masih sering terjadi, dan dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode untuk mengetahui karakteristik penyebaran penyakit diare agar penyebaran penyakit 4
diare dapat dikendalikan. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mempermudah dalam menyelesaikan permasalahan didalam dunia nyata adalah model
matematika.
Model
matematika
adalah
hasil
perumusan
yang
menggambarkan masalah dalam dunia nyata yang kemudian dicari solusi. Dari model matematika tersebut akan terbentuk suatu persamaan diferensial yang dapat diketahui titik kesetimbangannya dan dianalisis kestabilan di titik kesetimbangan. Model matematika yang digunakan untuk melihat tingkat penyebaran suatu penyakit menular disebut dengan model epidemi. Salah satu model matematika epidemi adalah model epidemi SIS (Susceptibel-Infected-Susceptibel). Penelitian mengenai model penyebaran penyakit menular telah banyak dilakukan. Adapun penelitian yang berkaitan dengan pemodelan penyebaran penyakit diare yaitu penelitian yang dilakukan Ojaswita Chaturvedi dan kawankawan pada tahun 2014 yang berjudul “A Continuous Mathematical Modle for Shigella Outbreaks” dalam penelitian tersebut dibentuk model matematika SIR dengan studi kasus penyakit diare dengan satu populasi. Didapatkan model untuk ketiga kelas yaitu Susceptible (S) merupakan kelompok individu rentan terhadap penyakit, Infected (I) yaitu kelompok individu terinfeksi penyakit, dan Recovered (R) yaitu kelompok individu yang sembuh dari penyakit diare dan tidak memiliki kekebalan permanen sehingga dapat tertular penyakit yang sama. Berdasarkan kajian dari penelitian-penelitian sebelumnya mengenai penyakit diare serta masih banyaknya kasus penderita penyakit diare. Tugas akhir skripi mengambil topik tentang menganalisis pemodelan penyebaran penyakit diare dengan dua populasi untuk mengetahui model penyebaran penyakit diare 5
serta dapat menganalisa mengenai karakteristik penyebaran penyakit diare. Dengan demikian interpretasi tersebut dapat dijadikan suatu pertimbangan untuk dilakukan tindakan yang tepat untuk menangani masalah yang ditimbulkan oleh penyebaran penyakit tersebut. B.
Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, pembatasan pada tugas akhir ini yaitu:
1. Keadaan lingkungan dianggap bersih atau tidak berpengaruh signifikan terhadap model matematika SIS. 2. Analisis penyebaran penyakit diare hanya untuk kasus bebas penyakit yaitu saat penyakit tidak menyebar dalam populasi. C.
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diperoleh rumusan
masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana model penyebaran penyakit diare? 2. Bagaimana karakteristik penyebaran penyakit diare? D.
Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penulisan tugas akhir ini
adalah : 1. Mendeskripsikan model penyebaran penyakit diare. 2. Mendeskripsikan karakteristik penyebaran penyakit diare.
6
E. Manfaat Manfaat dari penulisan tugas akhir ini yaitu : 1. Memberikan kesadaran masyarakat untuk lebih menjaga kebersihan diri dan lingkungan guna mencegah penyebaran penyakit diare. 2. Memberikan masukan bagi institusi pelayanan kesehatan agar tetap mempertahankan usaha-usaha yang diperlukan seperti penyuluhan-penyuluhan tentang diare sehingga terciptanya masyarakat yang sehat secara optimal, dan sebagai upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.
7