Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
PENGARUH MUSIM TERHADAP PERTUMBUHAN KAMBING KACANG PRASAPIH DI STASIUN PERCOBAAN LOKA PENELITIAN KAMBING POTONG SEI PUTIH (The Influence of Season on Pre-weaning Growth of Kacang Kids at the Sei Putih Goat Research Station) SADDAT NASUTION, F. MAHMILIA dan M. DOLOKSARIBU Loka Penelitian Kambing Potong, Po. Box 1 Sungei Putih, Galang, 20585 Sumatera Utara
ABSTRACT Preweaning growth is one of the criteria used as a maintenance guide for goat production efficiency which is influenced by many factors, one of which is seasonal. The purpose of this study is to investigate the influence of rainy and dry season on the growth preweaning kid in nuts (cempe). The materials used as many as 223 goats nuts preweaning pups born during the years 2005 to 2009. Observations were birth weight, weaning weight and daily weight gain (ADG). Data grouped by season of birth that is divided into four parts, namely the end of the rainy season, kemaru early season, late dry season and early rainy season. Then analyzed using the SAS with an average difference test. Results showed that the rate of daily weight gain was influenced by seasonand, lowest at the end of the dry season. Thus it can be used as consideration in increasing the growth rate cempe, especially during the dry season. Key Words: Peanut Preweaning Goats, Season, Growth ABSTRAK Pertumbuhan prasapih merupakan salah satu kriteria yang digunakan sebagai petunjuk efesiensi produksi pemeliharaan ternak kambing yang dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah musim. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh musim penghujan dan kemarau terhadap pertumbuhan prasapih anak kambing kacang (cempe). Materi yang digunakan sebanyak 223 ekor anak kambing kacang prasapih kelahiran selama tahun 2005 – 2009. Parameter yang diamati adalah bobot lahir, bobot sapih serta pertambahan bobot hidup harian (PBHH). Data dikelompokkan berdasarkan kejadian kelahiran pada musim yang berbeda, yang terbagi menjadi 4 bagian yaitu akhir musim hujan, awal musim kemaru, akhir musim kemarau serta awal musim hujan. Kemudian dianalisis menggunakan SAS dengan uji beda rata - rata. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa laju pertambahan bobot hidup harian (PBHH) sangat dipengaruhi oleh musim (P < 0,05), dimana PBHH tertinggi didapatkan pada awal musim penghujan dan terendah pada akhir musim kemarau. Dengan demikian hal ini bisa digunakan sebagai pertimbangan dalam meningkatkan laju pertumbuhan cempe terutama pada musim kemarau. Kata Kunci: Kambing Kacang Prasapih, Musim, Laju Pertumbuhan
PENDAHULUAN Indonesia sebagai Negara tropis yang secara geografis memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Keadaan musim ini sangat berpengaruh terhadap fluktuasi temperatur udara dan juga terhadap potensi ketersediaan hijauan pakan yang secara lansung juga mempengaruhi perkembangan ternak pada status fisiologis yang berbeda - beda. Kondisi lingkungan yang
ekstrim akan sangat terasa bagi ternak dalam keadaan bunting dan menyusui diantaranya akibat cekaman panas dan kekurangan pakan. Pengaruh lingkungan terhadap ternak dapat secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh lingkungan secara langsung adalah terhadap tingkat produksi melalui metabolisme basal, konsumsi makanan, gerak laju makanan, kebutuhan pemeliharaan, reproduksi pertumbuhan dan produksi susu, sedangkan pengaruh tidak langsung berhubungan dengan
621
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
kualitas dan ketersediaan makanan (ANDERSON et al. 1985). Faktor lingkungan adalah faktor yang memberikan pengaruh cukup besar terhadap tingkat produksi. Di antara sekian banyak komponen faktor lingkungan yang paling nyata pengaruhnya terhadap ternak, terutama pada masa laktasi (produksi susu) adalah temperatur yang selalu berkaitan erat dengan kelembaban. Kondisi fisik ternak, merupakan cerminan kondisi sebenarnnya dari kemampuan ternak dalam menanggapi kondisi lingkungannya, baik berupa kemampuan biologis dalam hal aktivitas reproduksi dan juga kemampuan produksi berupa laju pertumbuhan yang ditampilkan dalam tampilan bobot badan. Dari pengamatan di Loka Penelitian Kambing Potong terhadap kondisi sebagian ternak terlihat bahwa pada musim kemarau ternak lebih kurus dibandingkan dengan pada musim penghujan. Pada temperatur udara panas terlihat adanya kecenderungan penurunan nafsu makan, ternak terlihat akan lebih banyak minum dan menjauhi pakan rumput. Pertumbuhan merupakan salah satu kriteria yang digunakan sebagai petunjuk keberhasilan pemeliharaan kambing potong. Pertumbuhan prasapih dimulai dari bobot lahir sampai dengan sapih. Bobot lahir merupakan faktor penting yang mempengaruhi produktivitas ternak (DEVENDRA dan BURN, 1994). Bobot lahir yang tinggi di atas rataan, umumnya akan memiliki kemampuan hidup lebih tinggi dalam melewati masa kritis, pertumbuhannya cepat dan akan memiliki bobot sapih yang lebih tinggi. Menurut HARDJOSUBROTO (1984), bobot sapih diartikan sebagai bobot anak saat mulai dipisahkan dari induknya. Bobot sapih mempunyai korelasi positif dengan bobot lahir, artinya bobot lahir yang lebih tinggi akan menentukan bobot sapih yang tinggi pula. Jadi, jika seleksi dilakukan terhadap bobot sapih akan meningkatkan bobot lahir pada generasi berikutnya (TRIWULANINGSIH, 1986). Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah perubahan musim. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh musim penghujan dan kemarau terhadap pertumbuhan prasapih kambing Kacang di Stasiun Percobaan Loka Penelitian Kambing Potong.
622
MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Stasiun Percobaan Loka Penelitian Kambing Potong, Sei Putih. Data yang digunakan adalah data pengamatan dari awal 2005 sampai akhir 2009. Materi yang diamati pada awal kegiatan adalah sebanyak 223 ekor anak kambing Kacang prasapih (cempe). Variabel yang diamati adalah bobot lahir, bobot sapih (90 hari) serta pertambahan bobot badan harian (PBHH). Untuk manajemen perkawinan, dilakukan deteksi birahi setiap pagi (jam 8.00 WIB) dengan cara memasukkan pejantan vasektomi ke dalam kandang kelompok betina. Betina yang terdeteksi menunjukkan gejala birahi akan dikawinkan dengan pejantan yang telah ditentukan. Sumber makanan pokok bagi kambing induk adalah hijauan pakan ternak yang diambil dari lapangan dalam bentuk cut and carry (+ 10% dari bobot badan). Pakan tambahan berupa konsentrat (+ 1,25% bobot badan) yang diberikan pada waktu pagi hari, sedangkan hijauan diberikan siang dan sore hari. Dan air minum disediakan ad libitum. Pengolahan data dilakukan dengan pengelompokan berdasarkan kejadian kelahiran yaitu. Kejadian kelahiran pada: 1) akhir musim hujan (Januari – Maret), 2) awal musim kemarau (April - Juni), 3) akhir musim kemarau dan 4) awal musim hujan (Oktober – Desember). Bobot sapih di koreksi pada umur penyapihan 90 hari. Data yang terkumpul ditabulasi dan dianalisis menggunakan SAS. HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot lahir dan bobot sapih Data hasil pengamatan terhadap bobot lahir dan bobot sapih kambing kacang dikelompokkan berdasarkan musim saat bulan kelahiran pada musim penghujan dan musim kemarau, kemudian untuk melihat lebih jelas perbedaan pada masing-masing musim dibagi lagi menjadi empat periode yaitu akhir musim hujan, awal musim kemarau, akhir musim kemarau serta awal musim hujan, yang
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
disajikan pada Tabel 1. Data dari bobot lahir perbedaan bobot lahir yang signifikan (P < 0,05) dibandingkan dengan awal musim hujan. Perbedaan bobot lahir kambing kacang ini kemungkinan disebabkan faktor tipe lahir (litter size) bukan pengaruh langsung dari musim (Tabel 1). Cempe yang dilahirkan pada akhir musim kemarau memiliki rataan tipe lahir yang lebih rendah dibandingkan dengan cempe lainnya pada musim yang berbeda. Adanya pemberian konsentrat ternyata mampu untuk mengurangi dampak buruk dari kekurangan hijauan selama akhir musim kemarau sehingga fetus dapat berkembang dengan baik. Sebagaimana hasil penelitian ZAKELE (2007), dimana Ia menyatakan bahwa musim kelahiran tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap bobot lahir kambing somalia disebabkan adanya ketersediaan jerami dan konsentrat selama masa kebuntingan, namun dipengaruhi oleh sex, tipe lahir dan paritas. Sama dengan hasil pengamatan AFZAL et al. (2004), bahwa bobot lahir anak kambing beetal tidak dipengaruhi oleh musim (spring dan autumn), namun dipengaruhi oleh breed, sex dan tipe lahir. ALABAMA COOPERATIVE EXTENSION SYSTEM (2007) di akhir kebuntingan domba (50 hari terakhir masa kebuntingan) gizi sangat penting karena 70% dari pertumbuhan janin terjadi pada masa ini. Kekurangan gizi pada masa ini akan sangat berpengaruh pada bobot lahir, produksi susu, bobot sapih, daya tahan tubuh serta kelangsungan hidup. Begitu juga menurut BARKER dan CLARK (1997) yang mengatakan fetus Malnutrisi akan mempengaruhi perkembangan setelah kelahiran.
Dari pengamatan memperlihatkan bahwa bobot cempe yang disapih pada empat periode musim tersebut tidak berbeda nyata (P > 0,05). Namun ada kecenderungan bahwa anak yang lahir pada awal musim hujan memiliki bobot sapih yang lebih tinggi walaupun secara statistik tidak signifikan. Penelitian pada domba memperlihatkan bahwa pengaruh musim tidak terlalu signifikan terhadap bobot sapih, sebagaimana dilaporkan oleh NOOR (2006), bahwa keragaman bobot sapih sebagian besar dipengaruhi oleh ragam gen aditif dan hanya sebagian kecil yang dipengaruhi ragam lingkungan. Selain itu juga dikarenakan produksi susu induk sudah mampu untuk memenuhi kebutuhan cempe pada musim yang berbeda selama masa prasapih. Bobot sapih banyak dipengaruhi oleh bobot lahir, banyaknya susu induk, jenis kelamin, dan banyaknya anak dalam satu kelahiran (LASLEY, 1978). Laju pertumbuhan anak yang cepat mempunyai peranan yang penting pada pencapaian bobot sapih yang tinggi (SPEEDY, 1982). Laju pertumbuhan Data hasil pengamatan terhadap laju pertumbuhan anak kambing kacang (cempe) disajikan pada Tabel 2. Laju pertumbuhan cempe yang dilahirkan pada akhir musim kemarau dan awal musim penghujan menunjukkan perbedaan pertambahan bobot hidup harian (PBHH) yang signifikan (P < 0,05) sampai masa penyapihan dengan umur 90 hari. Laju pertumbuhan cempe yang paling
Tabel 1. Rataan dan standar deviasi bobot lahir dan bobot sapih kambing Kacang berdasarkan triwulanan per priode musim Kejadian kelahiran
Litter size a
Bobot (kg) Bobot lahir
Bobot sapih
b
6,19 ±1,34a
Akhir musim hujan
1,46
Awal musim kemarau
1,47a
Akhir musim kemarau
1,23
b
Awal musim hujan
1,31ab
1,72 ± 0,40ab
6,89 ± 1,93a
Rataan
1,37
1,71 ± 0,40
6,44 ± 1,75
a, b
1,59 ± 0,34
1,74 ± 0,37ab 1,77 ± 0,41
a
6,47 ± 1,47a 6,09 ± 2,08a
Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan perbedaan nyata (P < 0,05)
623
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
Tabel 2. Rataan dan standar deviasi pertambahan bobot hidup harian prasapih kambing Kacang berdasarkan triwulanan per priode musim Kejadian kelahiran
PBHH (g/ekor/hari)
Akhir musim hujan
49,23 ± 15,82ab
Awal musim kemarau
51,91 ± 12,99ab
Akhir musim kemarau
46,85 ± 23,39b
Awal musim hujan
59,55 ± 20,35a
Rataan
52,33 ± 18,97
a, b
Superskrip berbeda pada kolom yang sama menunjukan perbedaan nyata (P < 0,05)
tinggi adalah cempe yang lahir pada awal musim penghujan dan yang paling rendah cempe yang lahir pada akhir musim kemarau. Tingginya pertambahan bobot hidup harian (PBHH) pada awal musim hujan merupakan pengaruh langsung dari ketersediaan hijuan pakan yang cukup serta temperatur udara yang yang nyaman. Cempe sangat tergantung pada susu induk, karena pada saat ini susu merupakan sumber makan utama sebelum sapih. Produksi susu induk sangat tergantung dengan kondisi pakan terutama hijauan. Hijauan yang berkualitas baik dan kuantitasnya cukup dapat meningkatkan produksi susu induk. Produksi hijauan pada musim kemarau sangat sedikit sehingga hal ini akan berdampak terhadap pemenuhan kebutuhan pakan ternak. Induk menyusui yang kekurangan pakan akan menghasilkan produksi susu yang sedikit, hal ini menyebabkan pertumbuhan cempe rendah dan ini terlihat dari rataan bobot badan pada akhir musim kemarau yang disajikan pada Tabel 2. Pada musim kemarau dengan temperatur suhu yang tinggi apabila dihadapkan pada cekaman panas, prioritas tingkah laku kambing akan berubah dari kegiatan merumput dan mengkonsumsi pakan, hal ini dilakukan untuk menghindari kondisi yang tidak menyenangkan. Konsekuensi yang cepat untuk menghindari hal ini adalah dengan mengurangi konsumsi pakan dan energi metabolis yang tersedia. Gangguan lain terhadap keseimbangan energi berasal dari perubahan fisiologis, endokrin dan pencernaan yang selanjutnya menurunkan energi yang tersedia, dan sebagai konsekuensinya menurunkan produksi ternak (WODZICKA et al., 1993).
624
Demikian juga pendapat dari MCDOWELL (1972) yang menyatakan bahwa ternak yang mengalami stres panas akibat meningkatnya temperatur lingkungan, fungsi kelenjar tiroidnya akan terganggu. Hal ini akan mempengaruhi selera makan dan penampilan. Adanya perbedaan laju pbhh awal musim penghujan dan akhir musim kemarau menunjukkan perlu adanya antisipasi untuk menanggulangi permasalahan ini. Pakan alternatif sebagai cadangan pakan pada masamasa paceklik di perlukan agar pengaruh musim ini tidak berdampak serius dalam menghambat laju pertumbuhan ternak. Pemberian suplemen berdampak positif terhadap pertumbuhan kambing pada musim kemarau, Dari hasil penelitian MARSETYO (2006) memperlihatkan bahwa penambahan daun lamtoro atau bungkil kelapa pada kambing betina lokal yang mendapatkan pakan dasar jerami jagung dapat meningkatkan konsumsi pakan, kecernaan pakan dan pertambahan bobot badan harian. KESIMPULAN Laju pertambahan bobot hidup harian (PBHH) sangat dipengaruhi oleh musim, dimana PBHH tertinggi didapatkan pada awal musim penghujan dan terendah pada akhir musim kemarau. Adanya pakan alternatif sebagai cadangan pakan pada musim paceklik perlu dipertimbangkan agar pertumbuhan ternak dapat tercapai dengan optimal. DAFTAR PUSTAKA AFZAL, K., K JAVED and M. SYAFIQ. 2004. Enveronmental effect on birt weight in beetal goat kids. Livestock Production Research Institute, Bahadurnagar, Okar. University of Veterinary and Animal Sciences, Lahore, Pakistan. Vet. J. 24(2). ALABAMA COOPERATIVE EXTENSION SYSTEM. 2007. Reproductive management of sheep and goats. Alabama A & M and Auburn Universities. ANR-1316.www.aces.edu.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
ANDERSON R.R., R.J. COLLIER, A.J. GUIDRY, C.W HEALD, R. JENNESS, B.L. LARSON and H.A. TUCKER. 1985. Lactation. The Iowa University Press, Ames, Iowa. BARKER, D.J. and P.M. CLARK. 1997. Fetal undernutrition and disease in later life. Rev. Reprod., 2: 105 – 112. DEVENDRA, C. dan M. BURNS. 1994. Prodiksi Kambing di Daerah Tropis. Terjemahan IDK Harya Putra. Penerbit Institut Teknologi Bandung, Bandung. HARDJOSUBROTO, W. 1984. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. Grasindo, Jakarta. LASLEY, J. 1978. Genetics of Livestock Improvement. 3rd Ed., Prentice-Hall Inc., Englewood Cliffs, New 244 J. Indon. Trop. Anim. Agric. 32(4) Dec 2007 Jersey MARSETYO. 2006. Pengaruh penambahan daun lamtoro atau bungkil kelapa terhadap konsumsi, kecernaan pakan dan pertambahan bobot kambing betina lokal yang mendapatkan pakan dasar jerami jagung. Ejournal.umm.ac. id/ index.php/ protein/article view/19. J. Protein 13(1).
MCDOWELL, R.E. 1972. Improvement of Livestock Production in Warm Climates. W.H. Freeman and Company, San Fransisco. TRIWULANINGSIH, E.J. 1986. Beberapa Parameter Genetik Sifat Kuantitatif Kambing Peranakan Etawah. Tesis. Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. SPEEDY, A.W. 1982. Sheep Production Science Into Practical. Longman Group Ltd, London. WODZICA M.T., A. DJAJANEGARA, S. GARDINER, T.R WIRADARYA and I.M. MASTIKA. 1993. Produksi Ruminansia Kecil pada Lingkungan Tropis. Terjemahan: Universitas Sebelas Maret Press, Surakarta, Indonesia. ZAKELE, ZM. 2007. Environmental influence on pre -weaning growth performances and mortality rates of exstensively managed Somali goats in eastern Ethiopia. Livestock Research of Rural Development. 19(12).
625