Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
EFISIENSI NUTRISI PADA KAMBING KOSTA, GEMBRONG DAN KACANG (Efficiency Nutrition for Goats Costa, Gembrong and Kacang) JUNJUNGAN SIANIPAR, ARON BATUBARA, SETEL KAROKARO dan SIMON P.GINTING Loka Penelitian Kambing Potong, PO Box 1 Galang Sungei Putih, Deli Serdang 20585
ABSTRACT This study was conducted were used three local genotype of goats 16 costa, 4 Gembrong and 16 Kacang were divided into 4 level feed supplement, i. e 0; 0,5; 1 and 1,5% dry matter basis of body weigh (Each animal received diet; grass + supplement in 3,5% dry matter bases of body weigh). The trial was design bay latin square for Gembrong because prepaired animal was limited and Complecated randomized for Costa and Kacang. Each trial need 7days adaptation and 7 days collecting data. Results showed that the efficiency nutrition for Costa and Gembrong were highest (P<0.05) than Kacang goats. Each requirement of dry matter diet for Costa, Gembrong and Kacang respectively were 3,25, 3,14 and 3,31% of body wigh. Crude Potein 75,36 g/tail/day for Costa, 68 g for Gembrong and 43 gram per tail per days for Kacang goats. Requirement digestible Energy per tail per days for Costa 2, 6 Mcal/kg, Gembrong 2,3 Mcal/kg and Kacang 2,0 M.cal/kg. As higher used supplement were highly nutrition efficient. Retention nitrogen (protein) were 0,8-1,2% or 3040% of intake protein and digestible energy retention 1,4 M.cal. The loss of that nutrition content of the supplement because animal used were olds (non productive status). Key Words: Metabolism, Feed Supplement, Goats Genotype, Effisiency ABSTRAK Penelitian ini menggunakan tiga genotip ternak kambing Lokal yaitu Kosta, Gembrong dan Kacang jantan masing-masing sebanyak 16 ekor kambing Kosta, 16 ekor kambing Kacang dan 4 ekor kambing Gembrong yang diberi 4 (empat) tingkatan pemberian pakan tampahan (0; 0,5; 1 dan 1,5% dari bobot hidup) dengan tingkat kebutuhan bahan kering sebanyak 3,5% dai bobot hidup. Pakan penelitian mengandung protein kasar 16% dan energi sebesar 2,6 Mcal. Tiap pakan diberikan pada 4 ekor ternak sebagai ulangan. Pemberian pakan pada kambing Kosta dan Kacang dilakukan menurut Rancangan Acak Lengkap dan untuk kambing Gembrong sistim pemberian pakan dilakukan menurut rancangan bujur sangkar Latin, mengingat ketersediaan materi ternak terbatas. Waktu penelitian terdiri atas 7 hari pendahuluan dan 7 hari pengumpulan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kambing Kosta dan Gembrong lebih efisien (P<0,05) dalam pemanfaatan nutrisi pakan dibanding kambing Kacang, Berturut-turut kebutuhan nutrisi untuk kambing Kosta, Gembrond dan Kacang terhadap bahan kering adalah 3,25; 3,14 dan 3,31% dari bobot hidup. Kebutuhan Protein kasar per hari per ekor masing-masing 75,36 g untuk Kosta; 68 g untuk Gembrong dan 43 gram untuk Kacang. Kebutuhan energi tercerna per hari masing-masing untuk Kosta sebesar 2,6 M.cal/kg; Gembrong 2,3 M.cal/kg dan Kacang 2,0 Mcal/kg. Secara umum tingkat pemberian pakan tambahan sangat mempengaruhi efisiensi nutrisi pakan, dimana semakin tinggi pemberian pakan tam,bahan maka pemanfaatan ransum semakin efisien. Jumlah nitrogen (protein ) yang tertahan sebesar 0,8–1,2% atau 30–40% disebabkan ternak yang digunakan sudah dewasa (tidak fase produktif), dan energi yang tertahan sebesar 1,4 Mcal. Kata Kunci: Metabolisme, Pakan, Genotipe Kambing, Efisiensi
PENDAHULUAN Kambing Gembrong dan Kosta merupakan aset ternak lokal Indonesia yang populasinya sangat sedikit (langka) dan penyebarannya yang terbatas dibeberapa daerah di Indonesia.
630
Kambing Gembrong merupakan ternak lokal daerah Banten dan Kosta berasal dari daerah Bali. Bentuk tubuh kambing Gembrong dan Kosta relatif kecil dengan bobot hidup sekitar 25 kg untuk kambing jantan dewasa dan sekitar 20 kg untuk kambing betina dewasa
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
(CAHYONO, 1998; WIDODO, 1998). Kambing lokal ini dapat beradaptasi dengan baik pada kondisi pakan setempat. Efisiensi ransum sangat dipengaruhi oleh sifat ransum itu sendiri serta potensi produksi ternaknya. Ransum yang mudah larut dalam rumen akan semakin tidak efisien sebab akan mudah dihidrolisis oleh cairan mikroba rumen. Protein akan dirombak menjadi oligopeptida dan energi menjadi gas dan asam lemak atsiri yang tidak semuanya dapat bermanfaat bagi mikroba tetapi akan dibuang melalui urine (MATHIUS et al., 1996; LENG, 1970). Sebaliknya bila pakan tidak mudah larut dalam cairan rumen atau dapat lolos (by pass) ke alat pencernaan pasca rumen (abomasom dan usus) maka pakan tersebut akan semakin efisien sebab protein dan energi akan dicerna oleh enzym tubuh dan dapat dimanfaatkan untuk produksi ternak. Pakan yang lolos dari hidrolisis dalam rumen memainkan peranan untuk produksi ternak terutama ternak-ternak yang memiliki potensi produksi yang tinggi. Kebutuhan nutrisi bagi kambing di Indonesia secara umum tidak sama atau berbeda antar bangsa namun implementasinya selalu mengacu kepada daftar tabel yang sudah tersedia untuk kondisi ternak di daerah Asia, meskipun agroklimatnya sama-sama tropis dengan Indonesia. Karena kondisi ternak kambing di Indonesia relatif lebih kecil dibandingkan dengan ternak daerah Asia maka kebutuhan nutrisinyapun akan lebih rendah pula. Sebagai contoh untuk kambing sedang tumbuh di Asia kebutuhan protein kasar ransum sebesar 14–19%, DE =3,0 Mcal dan kebutuhan bahan kering hampir sama yaitu 3,5% dari bobot hidup (NRC, 1981). Namun menurut HARYANTO dan DJAJANEGARA (1993) kambing sedang tumbuh di Indonesia kebutuhan protein ransum 12–14% dan DE = 2,8 Mcal. Pada kondisi peternakan rakyat produktivitas ternak relatif rendah. Hal ini disebabkan kualitas pakan yang diberikan kepada ternak relatif rendah dan umumnya jarang diberikan pakan tambahan. Untuk mengetahui potensi bionutrisi pada kambing Gembrong dan Kosta perlu diberikan pakan dengan kandungan nutrisi yang sesuai dengan potensi produksi yang optimal.
MATERI DAN METODE Penelitian dilakukan di kandang percobaan Loka Penelitian Kambing Potong Sungai Putih. Kambing yang diamati dalam penelitian ini adalah kambing jantan dewasa terdiri dari tiga genotipe yaitu kambing Kosta, Gembrong dan Kacang sebagai kontrol berjumlah masingmasing sebanyak 12 ekor kecuali untuk kambing Gembrong yang tersedia dan memenuhi persyaratan hanya 4 ekor (4 ekor ini diperlakukan dengan rancangan RBSL = rancangan bujur sangkar latin, agar tiap ekor ternak mendapat semua jenis perlakuan pakan secara bergilir 2 x 2 minggu tiap perlakuan). Ternak ditempatkan dalam kandang metabolisme yang dilengkapi tempat pakan (rumput/penguat), penampung urine dan feses, serta tempat air minum. Selanjutnya tiap genotipe ternak dibagi menjadi tiga faktor pemberian pakan penguat yaitu 0,5; 1 dan 1,5% dari bobot hidup. Pakan penguat disusun dari bahan pakan konvensional (ada dipasar) mengandung protein kasar 16% dan energi Dapat dicerna atau DE= 2,6 M.cal/kg tertera pada Tabel 1. Sementara itu, pemberian rumput lapangan tersedia setiap saat. Setiap hari pakan yang diberi dan sisa ditimbang, demikian pula bobot feses dan volume urine tiap ekor ternak di ukur serta dilakukan pengambilan sampel analisis kimia masing-masing sebanyak 10% dari bobot sisa pakan, feses dan urine. Agar kandungan kimia urine tidak rusak maka kedalam tempat penampungan urine pada kandang metabolisme dimasukkan larutan HCl 10% sebanyak 5 ml/ekor. Untuk mengetahui kandungan bahan kering pakan dan feses, maka semua sampel dikeringkan dalam lemari pemanas atau oven dengan temperatur 100oC/24 jam dan untuk analisis proksimat dikeringkan dengan temperatur 70oC/48 jam. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 minggu masa adaptasi dan pengumpulan data selama 2 minggu dan selanjutnya dilakukan analisis efisiensi antar pakan dan genotip ternak kambing melalui parameter kecernaan pakan.
631
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
Tabel 1. Susunan ransum penelitian kambing Kosta dan Gembrong Bahan Rumput lapang Dedak padi
DM (%) 30 25
CP (%) DE M.Cal/kg InCon DM (%) 2,7 0,75
Asped
in-100 %
Rp
3,25
0,7
35,71
42,02
36,92
36917
Jagung giling
12
1,08
0,444
17,14
19,05
16,74
21756
Tepung gaplek
9,5
0,3325
0,304
13,57
15,97
14,03
14028
Bungkil kedelai
5
1,8
0,175
7,14
7,94
6,97
41839
Bungkil kelapa
15
3,15
0,525
21,43
23,81
20,92
41839
Urea
1,5
3,84
0
2,14
2,16
1,90
3042
1
0
0
1,43
1,44
1,27
1267
Garam dapur Ultramineral Jumlah
1
0
0
1,43
1,43
1,26
3765
100
16,15
2,60
100,00
113,81
100
164459
Rp/kg
1645
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi dan kecernaan bahan kering ransum Secara genotip terlihat bahwa konsumsi bahan kering ransum tidak berbeda nyata, dan jika dihitung besarnya konsumsi ini dengan bobot hidup maka masing-masing kebutuhan bahan kering ransum untuk kambing Costa, Gembrong dan Kacang berturut-turut yaitu 3,25%; 3,14 dan 3,31% per kg bobot hidup. Walaupun DCBK (Daya Cerna Bahan Kering) ransum.secara statistik terlihat konsumsi ransum secara kumulatif berbeda nyata tertera pada Tabel 2. Hal ini disebabkan adanya tingkat perbedaan bobot hidup kambing yang digunakan dalam penelitian sehingga ada kecenderungan bahwa semakin besar tubuh ternaknya maka konsumsi bahan kering ransum akan semakin besar. Konsumsi ransum yang tertinggi terdapat pada kambing Gembrong, dan terendah pada kambing Kacang. Sementara itu, pada kambing Gembrong dan Kosta tidak berbeda nyata (P>0,05). Meskipun secara kumulatif terdapat perbedaan tingkat konsumsi ransum, namun
632
kecernaan bahan kering ransum secara genotip tidak berbeda nyata baik pada kambing Kacang, Gembrong dan Kosta tertera pada Tabel 2. Perbedaan konsumsi ransum terjadi pada kambing yang diberi pakan tambahan yang tidak sama jumlahnya, dimana semakin tinggi pemberian pakan tambahan maka konsumsi bahan kering ransum akan semakin tinggi, yang disertai semakin berkurangnya konsumsi pakan rumput tertera pada Tabel 3. Konsumsi bahan kering pada kambing hasil penelitian ini bervariasi 2,6–3,3% dari bobot hidup, dan hasil ini lebih rendah dibanding standar kebutuhan bahan kering sebesar 3,5% untuk kambing menurut NRC (1981). Perbedaan kecernaan terjadi terutama karena pengaruh kondisi ransum yang dikonsumsi kambing, terutama kandungan nutrisinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat konsumsi konsentrat maka tingkat kecernaan bahan kering ransum akan semakin tinggi (Ro
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
Tabel 2. Rataan konsumsi dan kecernaan bahan kering ransum pada tiga bangsa kambing dengan pemberian pakan tambahan pada pakan rumput lapangan. Bangsa Costa
Gembrong
Kacang
Ransum
Bobot hidup (kg/ekor)
Ro
Konsumsi BK (g/ekor/hari) Total
DCBK(%)
0,00
553,29
60,33a
427,41
131,79
559,20
63,43ab
17,70
310,29
252,86
563,15
70,08bc
27,55
324,79
590,36
915,15
73,90cd
Rumput
Konsentrat
21,23
553,29
R1
18,45
R2 R3
647,70
bc
66,95 a
Rataan
21,23
403,95
243,75
Ro
20,40
569,65
0,00
569,65
57,99a
R1
20,40
386,77
145,71
532,48
68,17bc
R2
20,40
320,76
291,43
612,18
72,48cd
R3
20,40
222,45
437,14
659,59
73,70cd
Rataan
20,40
374,91
218,57
593,48b
68,09b
Ro
12,80
465,46
0,00
465,46
60,52a
R1
12,80
263,16
91,43
354,58
65,17ab
R2
12,80
248,30
182,86
431,16
69,04bc
R3
12,80
218,55
224,29
442,84
70,88bc
Rataan
12,80
258,87
124,64
383,51a
66,41a
Superskrip yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata (P>0,05) Tabel 3. Rataan konsumsi ransum per kg bobot hidup ambing dan rasio konsumsi bahan kering rumput dan pakan penguat (%) Ransum
Rasio kebutuhan ransum
Total ransum
Konsumsi BK per kg BH
Kecernaan ransum
Ro
2,6
59,62a
100
0
R1
3,0
65,60b
82
18
100
R2
3,2
70,54c
68
32
100
R3
3,3
72,84d
54
46
100
Rumput
Konsentrat 100
Superskrip yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata (P>∝ 0,05) BK per kg BH (Bahan kering per kg bobot hidup).
Konsumsi dan kecernaan protein Secara genotip terlihat bahwa kebutuhan protein pada kambing Kacang lebih rendah (P<0,05) dibandingkan dengan kambing Gembrong dan Kosta, (Tabel 4), meskipun demikian secara metabolis terlihat kempuan mencerna protein pakan yang dikonsumsi pada ketiga bangsa kambing lokal tersebut tidak berbeda nyata. Kebutuhan protein pada kambing Kosta pada penelitian ini cenderung lebih tinggi (51,80 g/hari) meskipun tidak
berbeda nyata dibandingkan dengan kebutuhan protein pada kambing Gembrong (68,71 g/hari). Hal ini disebabkan adanya pengaruh perbedaan umur ternak, yaitu kambing Gembrong yang digunakan dalam penelitian ini kebanyakan sudah dewasa (tidak dalam pertumbuhan), sedang kambing Kosta banyak dalam status sedang tumbuh. Sementara keadaan kambing Kacang akibat faktor tubuh yang relatif kecil meyebabkan kebutuhan pakan dan nutrisi juga relatif lebih rendah.
633
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
Tabel 4. Rataan konsumsi dan kecernaan Protein ransum pada kambing Kacang, Gembrong dan Kosta Total
Prdd
Prdd
Konsentrat
(g e-1h-1)
(g e-1h-1)
(%)
49,80
0,00
49,80
30,05
60,34
38,47
21,09
59,55
37,78
63,43
17,70
27,93
40,46
68,38
47,93
70,08
27,55
29,23
94,46
123,69
91,46
73,94
Rataan
21,23
36,36
39,00
75,36c
Ro
20,40
51,27
0,00
51,27
29,73
58,00
R1
20,40
34,81
23,31
58,12
39,62
68,17
R2
20,40
28,87
46,63
75,50
54,72
72,48
R3
20,40
20,02
69,94
89,96
66,30
73,70
Rataan
20,40
33,74
34,97
68,71b
47,60b
69,27a
Konsumsi Protein (g) Bangsa Kosta
Gembrong
Kacang
Ransum
BB(kg)
Ro
21,23
R1
18,45
R2 R3
Rumput
51,80
bc
68,74a
Ro
12,80
27,49
0,00
27,49
16,64
60,53
R1
12,80
23,68
14,63
38,31
24,97
65,18
R2
12,80
22,35
29,26
51,60
35,63
69,04
R3
12,80
19,67
35,89
55,56
39,38
70,89
Rataan
12,80
23,30
19,94
43,24a
29,16a
67,43a
Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama secara statistik berbeda nyata (P<0,05) Prdd = Protein dapat dicerna
Dari semua protein pakan yang dikonsumsi dan dicerna, hanya sebahagian kecil (0,8–1,2% nitrogen atau 3,5–6,5% protein) yang dapat tertahan dalam tubuh untuk digunakan sebagai produksi atau untuk mengganti sel jaringan tubuh yang rusak. Sebahagian besar protein (50-70%) terbuang dalam feses dan sebahagian kecil (10-20%) terbuang melalui urine (Tabel 5). Kondisi ini menunjukkan bahwa pada status ternak dewasa yang tidak produktif relatif sedikit membutuhkan protein tercerna untuk kebutuhan perawatan jaringan tubuh. Kebutuhan energi tercerna bagi kambing hasil penelitian ini berkisar 2000–2600 (±2300) Mcal/kg dari bahan kering pakan. Kambing Kosta pada penelitian ini terlihat lebih efisien atau lebih banyak memanfaatkan energi tercerna dibandingkan dengan kambing Gembrong dan Kacang (Tabel 6). Hanya saja dalam pemanfaatan energi tercerna tersebut dalam bentuk energi produksi yang terlihat dari energi tertahan masih relatif masih rendah (±1400 Mcal/kg) bila dibandingkan dengan
634
hasil rekomendasi kebutuhan energi metabolisme pada kambing menurut HARYANTO dan DJAJANEGARA (1998) yaitu sebesar 2,8 M.cal/kg bahan kering ransum. Hal ini dapat terjadi karena, kebanyakan energi tercerna yang diserap jaringan dimanfaatkan untuk keperluan aktifitas gerak, energi panas dan energi untuk keperluan perawatan jaringan tubuh yang rusak. Keseimbangan antara protein dan energi pakan yang dapat dicerna, yang terbaik adalah terdapat pada kambing Kosta (1 : 51), Gembrong (1:57) dan Kacang (1 : 91). Artinya yaitu setiap ketersediaan protein tercerna sebanyak 1 g maka dibutuhkan sejumlah energi (51, 57 atau 91 M.Cal) untuk pemanfaatannya untuk kebutuhan hidup pokok dan sumber produksi. Keseimbangan ini pada status ternak dewasa kemungkinan besar tidak sama atau iklim (panas dingin), perbeda karena perbedaan status ternak sedang tumbuh, laktasi dan karena adanya perbedaan jenis kelamin jantan dan betina.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
Tabel 5. Neraca Nitogen pakan yang dikonsumsi pada kambing Kacang, Gembrong dan Kosta (%) Bangsa Costa
Gembrong
Ransum
N Feses
N Urine
N Tertahan
3,09
1,86
0,39
0,83
R1
3,69
2,34
0,40
0,95
R2
4,24
2,97
0,36
0,91
R3
7,67
5,67
0,59
bc
bc
1,40 a
1,02bc
Rataan
4,67
R0
3,18
1,84
0,46
0,88
R1
3,60
2,46
0,39
0,75
R2
4,68
3,39
0,35
0,93
R3
5,58
4,11
0,499
0,98
Rataan Kacang
N Konsumsi
R0
3,21
4,26b
0,439
2,95b
0,39a
0,88ab
R0
1,70
1,03
0,28
0,39
R1
2,38
1,55
0,28
0,55
R2
3,20
2,21
0,27
0,72
R3
3,44
2,44
0,338
0,67
Rataan
2,68a
1,81a
0,261a
0,58a
Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama secara statistik berbeda nyata (P<0,05) Tabel 6. Neraca Energi pakan yang dikonsumsi pada kambing Kacang, Gembrong dan Kosta (%) Bangsa Costa
Ro
Energi (MCal/Dmi) 2213,16
Energi (MCal/kg) 4426,31
DE (Mcl/kg) 2655,79
ME (Mcl/kg) 1335,40
R1
2236,78
4473,57
2684,14
1418,90
R2
2252,60
4505,20
2703,12
1578,72
R3
3660,59
4575,74
2745,45
2706,71
a
a
a
Ransum
Rataan Gembrong
Kacang
2590,78
4495,21
2697,12
1759,94ab
Ro
2278,58
3797,64
2278,58
1321,53
R1
2129,93
3549,88
2129,93
1452,05
R2
2448,74
4081,23
2448,74
1774,86
R3
2638,38
4397,30
2638,38
1944,50
Rataan
2373,91
b
3956,51
b
b
1623,23b
Ro
1221,85
2443,70
1612,84
739,54
R1
1418,34
2836,68
1872,21
924,46
R2
1724,63
3449,26
2276,51
1190,75
R3
1771,35
3542,70
2338,18
1255,69
c
c
c
1027,61c
Rataan
1534,04
3068,08
2373,91
2024,93
Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama secara statistik berbeda nyata (P<0,05) Mcal/Dmi = Energi dari bahan kering yang dikonsumsi
635
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
KESIMPULAN Kebutuhan nutrisi sangat dipengaruhi oleh kualitas pakan yang diberikan, semakin tinggi kualitas pakan (R0
636
LENG, R.A. 1970. Formation and production of volatile fatty acids in the rumen. In: Physiology of digestion and metabolism in the ruminant. PHILLIPSHON, A.T. (Ed.). Oriel Press Limited; New Castle–Upon–Tyne, London, UK. MATHIUS, I.W., M. MARTAWIDJAJA, A. WILSON dan T. MANURUNG. 1996. Studi Strategi kebutuhan energi–protein untuk domba lokal fase pertumbuhan. JITV 2(3): 84–91. NATIONAL RESEARCH COUNCIL. 1981. Nutrient Requirements of Domestic Animal; Nutrient Requirements of Goats. Phisiology of Digestion No. 15. National Academy of Sciences. Washington DC, USA. STELL, R.G.D and J.H.TORRIE, 1980. Principles and Procedure of statistics. A. Biometrical Aproach. 2nd.Ed. Mic Graw Hill Book Company. New York. WIDODO., S. 1998. Technical Efficiency Rating and Measurement Method for Agriculture. Bull. No. 3 Ed. September 2000, UGM. Yogyakarta