PERTEMUAN MINGGU I (SATU) 1. Pokok Bahasan
: Pendahuluan/Ruang lingkup
2. Sub pokok bahasan
:
Ruang lingkup mata kuliah Dasar-dasar Akuakultur, aturan kuliah dan ujian serta kontrak pembelajaran
I. PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Aquaculture secara harfiah (asal kata) terdiri atas dua kata, yakni aqua berarti air dan culture berarti budidaya atau pemeliharaan. Maka pengertian Aquaculture secara harfiah adalah budidaya atau pemeliharaan air, yaitu memelihara semua biota yang hidup dalam air, baik sebagian maupun seluruh masa hidupnya. Pemeliharaan meliputi kegiatan memproduksi dan menebar benih, memupuk dan memberi pakan, mengendalikan hama dan penyakit, dan memanen serta memasarkan hasil ikan. Menurut Bardach et al. (1972) Aquaculture adalah pemeliharaan atau budidaya biota (organisme) air dalam perairan yang terkontrol. Lingkungan perairan yang dimaksud meliputi air tawar, air asin (air laut) maupun air payau (campuran air tawar dan air laut), sedangkan terkontrol artinya lingkungannya dibatasi sehingga biota yang diplihara tidak keluar dan pengelolaannya bias diatur. Biota air yang dipelihara meliputi hewan maupun tumbuhan air yang secara alami hidup dalam masing-masing tipe perairan tersebut. Stickney (1979) Aquaculture adalah seni dan teknologi pemeliharaan atau budidaya biota (organisme) air dalam perairan yang terkontrol maupun semi-terkontrol. Hal tersebut tidak terlepas dari kenyataan bahwa tidak seluruh kegiatan budidaya dapat dikontrol manusia tetapi tergantung pada alam, seperti budidaya rumput laut, budidaya kerang mutiara, budidaya ranching, budidaya penangkaran dan sebagainya. Pengertian lain yang lebih pada budidaya ikan dikemukakan oleh Berkoff dan Huet. Berkoff dalam Hickling (1971) menyatakan bahwa budidaya adalah usaha menaikan hasil ikan di atas hasil yang diberikan alam dengan segala cara yang dapat dilakukan. Sementara Huet (1972) Aquaculture: usaha memelihara ikan secara rasional termasuk mengontrol pertumbuhan dan perkembangbiakannya (produksi dan kualitas). Pembudidayaan “ikan” adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan, dan/atau membiakkan ikan dan memanen hasilnya (UU Perikanan No. 9. Tahun 1985) diganti dengan UU No. 31 Tahun 2004. UU No. P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
1
45 tahun 2009 tentang perubahan Undang-Undang Perikanan No. 31 tahun 2004 Budidaya ikan (Aquaculture) adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan, dan/atau membiakkan ikan dan memanen hasilnya dalam lingkungan terkontrol, termasuk kegiatan menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah dan/atau mengawetkan. Jenis ikan berdasarkan undang-undang adalah sebagai komoditas (bukan berdasarkan sistetematika biologi). UU PERIKANAN N0. 9 TAHUN 1985, diperbaiki dengan UU No. 31 Tahun 2004 dan UU No., pengertian biota (organisme) air adalah: 1. PISCES: ikan bersirip 2. CRUSTACEA: udang-udangan, rajungan, kepiting dan sebagainya 3. MOLLUSCA : kerang-kerangan, tiram, cumi-cumi, gurita, siput dan sebagainya 4. COELENTERATA: ubur-ubur dan sebagainya 5. ECHINODERMATA: tripang, bulu babi dan sebagainya 6. AMPHIBIA: kodok dan sebagainya 7. REPTILIA: buaya, penyu, kura-kura, biawak, ular dan sebagainya 8. MAMMALIA: paus, lumba-lumba, pesut, duyung dan sebagainya 9. ALGAE: rumput laut dan tumbuhan lainnya yang hidup dalam air 10. BIOTA AIR LAINNYA: yang ada kaitannya dengan jenis-jenis tersebut di atas; seperti cacing Lumbricus sp., Artemia salina, Daphnia sp., Chlorella sp., Skeletonema sp., Tetracelmis sp.) Pemeliharaan baik pembesaran maupun pembenihan di dalam lingkungan perairan terbatas/ tertutup maupun semi tertutup untuk meningkatkan produktivitas atau kualitas di atas kemampuan alami dengan berbagai manipulasi (SDA = sumber daya alam meliputi lahan, air, ikan dan sarana/prasarana. Pada kuliah minggu pertama disampaikan juga tentang aturan perkuliahan, ujian dan penilaian. Dosen dan mahasiswa berusaha memulai kuliah tepat waktu, mahasiswa masih boleh masuk apabila terlambat kurang 15 menit dari jam mulai kuliah. Disepakati pula agar mahasiswa mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku, misal tentang pakaian dan sepatu yang dipakai, sopan santun dan etika dalam berbicara dan beraktivitas di kampus. Sistem pembelajaran yang diterapkan adalah SCL (Student Centered Learning) plus atau STAR (Student Teacher Aesthetic Role-sharing). P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
2
Rangkuman Akuakultur dapat diartikan secara harfiah, menurut pakar dan cabang ilmu pengetahuan dan seni. Akuakultur adalah pemeliharaan organism air, meliputi hewan maupun tumbuhan dalam lingkungan perairan terkontrol maupun semi-terkontrol.
Perairan yang dimaksud
meliputi perairan tawar, payau dan laut (asin). Selain pengertian akuakultur yang luas, juga pengertian yang lebih spesfik pada jenis ikan dan kegiatannya (memelihara, membiakkan dan membesarkan) ikan. Pengertian ikan dalam kuliah ini adalah pengertian secara luas sesuai dengan Undangundang tentang Perikanan, disamping pengertian sempit sebagai fin fish sesuai ilmu sistematika hewan. Pada kuliah awal juga disampaikan tentang aturan-aturan tentang perkulihan, ujian dan penilaian. Kuliah diakhiri dengan penyampaian rencana materi yang akan diberikan minggu berikutnya, yaitu konsep, strategi dan paradigma akuakultur. Mahasiswa diminta menyiapkan diri dengan mendownload dan membaca materi kuliah.
Bahan Latihan 1. Apa yang dimaksud dengan pengertian akuakultur secara harfiah dan menurut ahli akuakultur?. 2. Sebutkan jenis-jenis ikan menurut Undang-undang Perikanan!.
PERTEMUAN MINGGU II (DUA) 1. Pokok Bahasan
: Melanjutkan Pendahuluan/Ruang lingkup mata kuliah
2. Sub pokok bahasan
: Konsep, strategi dan paradigma akuakultur
1.2. Prinsip dan Konsep Produksi Akuakultur
Prinsip Akuakultur Prinsip adalah kebenaran yang menjadi dasar/kaidah bagi seseorang atau institusi/lembaga
(pemerintah/swasta) untuk melaksanakan tindakan. Prinsip-Prinsip
Akuakultur: P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
3
a. Produktif. Produksi/hasil ikan budidaya dapat diperoleh tidak hanya dihitung berdasarkan luas, tetapi juga volume (panjang, lebar dan dalam/jeluk) karena ikan dapat menempati seluruh kolom air, sehingga dalam luasan yang sempit dapat dihasilkan produksi ikan yang tinggi. Pengembangan budidaya ikan juga harus berkelanjutan, yaitu harus dilakukan secara berkesinambungan dan terakselerasi sehingga dapat meningkatkan produksi yang telah ada. b. Berkualitas: kualitas disamping secara fisik (kenampakan), juga kandungan gizi serta aman untuk dikonsumsi manusia. c. Efisien: Efisien tidak berarti biayanya murah tetapi bagaimana biaya itu digunakan secara tepat dan efektif sehingga didapatkan keuntungan. d. Dapat diterima masyarakat. Produk budidaya secara umum diterima masyarakat. Namun ada beberapa praktek budidaya yang bisa menyebabkan tidak diterima produk oleh masyarakat misalnya penggunaan bahan pakan atau pupuk yang tidak diterima masyarakat (berupa kotoran), dan karena merusak lingkungan hutan bakau (udang). e. Resiko rendah. Mulai dari pemilihan lahan, spesies ikan yang akan diusahakan teknologi budidaya sampai panen betul-betul dapat dikuasai dan dikendalikan, maka peluang berhasilnya lebih besar, sehingga resiko gagal menjadi kecil. Untuk menekan resiko kegagalan usaha, maka perlu memperhatikan isu-isu penting dan terbaru yang muncul. Isu-isu budidaya ikan, antara lain: 1. Pencemaran lingkungan, terutama pencemaran air yang bisa berasal dari aktivitas luar (eksternal) industri, transportasi, pertambangan, pemukiman, pertanian, dsb.nya, dan dari aktivitas budidaya ikannya sendiri. 2. Wabah penyakit: wabah penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri phatogen, jamur dan parasit. 3. Kesenjangan sosial; Usaha budidaya ikan dipraktekkan untuk dapat mendekatkan dan kerjasama sinergi antara pemilik modal dengan pemilik tenaga kerja sehingga kesenjangan sosial bisa ditekan. 4. Gangguan keamanan; Gangguan keamanan diantaranya disebabkan karena adanya kesenjangan sosial dan tidak adanya kepedulian terhadap lingkungannya.
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
4
5. Keamanan konsumen: Produk hasil budidaya ikan hampir seluruhnya adalah untuk dikonsumsi, maka harus ada jaminan aman tidak ada residu dan obat-obatan yang membahayakan manusia. Paradigma Akuakultur Paradigma atau pola pikir pengelolaan akuakultur dilakukan dengan komprehensif terpadu, yang mempertimbangkan aspek-aspek pertumbuhan (growth), social dan konservasi secara seimbang. Untuk meningkatkan pertumbuhan produksi akuakultur yang cepat hanya dapat dilakukan secara rasional, dikembangkan dengan industri kawasan, melibatkan semua stakeholder yang ada. Akuakultur merupakan kegiatan produksi yang terbarukan (renewable) namun semakin terasa sda lahan dan air makin terbatas maka harus diusahakan secara konserv/efisien dan merusak/mencemari lingkungannya. Paradigma atau pola pikir pengelolaan akuakultur
Konsep (paham/bagan) Akuakultur 1. Daya dukung (carrying capacity): Akuakultur dikembangkan sesuai daya dukung (fisio-kimia, teknik produksi, social-ekonomi dan lingkungan). 2. Sustainable Equilibrium Aquaculture: Akuakultur yang berkelanjutan harus dapat diperhitungkan seimbang antara input dan output. Sebagai contoh dalam penggunaan air, kuantitas dan kualitas harus dikeluarkan sama dengan ketika air masuk.
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
5
3. Aquaculture Engineering; Penerapan rekayasa teknologi akuakultur harus dilakukan meliputi aspek perancangan tempat budidaya, penggunaan benih dan pakan, pengelolaan kualitas air sampai pemanenan. 4. Tata ruang yang baik; tata ruang dirancang dengan baik dalam skala usaha akuakultur maupun dalam kawasan dengan kegiatan usaha terkait.
RANGKUMAN Prinsip kegiatan akuakultur adalah produktif, produknya berkualitas, efisien dan resiko rendah. Untuk menjaga atau mencegah terjadinya resiko kegagalan maka perlu memperhatikan isu-isu penting yang meliputi: pencemaran lingkungan, wabah penyakit, kesenjangan sosial, gangguan keamanan dan keamanan konsumen. Oleh karena itu maka paradigma atau pola pikir pengembangan akuakultur dilakukan secara komprehensif terpadu dan seimbang antara aspek-aspek rasionalisasi (secara industri untuk mencapai pertumbuhan), aspek social/kemiskinan dan aspek konservasi, sedangkan konsep pelaksanaannya adalah sesuai daya dukung (carrying capacity), keseimbangan yang berkelanjutan (Sustainable Equilibrium Aquaculture), pemanfaatan rekayasa akuakultur dan penerapan tata ruang yang baik. LATIHAN SOAL 1. Apa yang dimaksud dengan daya dukung dan apa saja macamnya? 2. Bagaimana konsep pengembangan akuakultur di Indonesia?
PUSTAKA Bardach,
J.E. J.H. Ryther and W.O. McLarney. 1972. Aquaculture: The Farming and
Husbandry of Freshwater and Marine Organisms. 1972. John Wiley and Sons Inc. Toronto. 868 p. Hickling, C.F. 1971. Fish Culture. Faber and Faber. London. 303 p. Huet, M. 1972. Textbook of Fish Culture, Breeding and Cultivation of Fish. Fishing News Books, Ltd. Surrey. 436 p. Stickney, R. R., 1979. Principles of Warmwater Aquaculture. A Wiley Interscience Publication, John Wiley & Sons. New York. 371 p.
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
6
PERTEMUAN MINGGU III (TIGA) 1. Pokok Bahasan
: Perkembangan akuakultur, keunggulan dan kelemahannya.
2. Sub pokok bahasan
: a. Perkembangan akuakultur: lokal dan dunia b. Keunggulan dan kelemahan akuakultur, peluang dan tantangannya
II. Perkembangan, Keunggulan dan Kelemahan Akuakultur 2.1. Perkembangan Nasional Undang-undang “Kutara Manawa” yang dibuat kira-kira tahun 1400, berisi tentang larangan menangkap ikan alias mencuri ikan di kolam atau tambak (Schuster 1950). Ini menunjukan bahwa budidaya ikan air tawar di kolam dan budidaya air payau (tambak) sudah menjadi kegiatan usaha yang sudah dapat ditarik pajaknya dan apabila terjadi pencurian akan berkurang pemasukan pajaknya. Di pedesaan kolam taman di pekarangan halaman rumah biasanya digunakan untuk pemeliharaan ikan di panen pada hari-hari seperti Hari Raya Idul Fitri atau Acara Perkawinan. Kolam-kolam taman juga sudah dilakukan di lingkungan keraton. Budidaya keramba bambu, ikan Leptobarbus hoeveni dari penangkapan dipelihara di danau Mundung Jambi awal tahun 1920an, jenis karper dilakukan di Bandung sejak 1940 (Vass dan Sachlan 1957). Dunia Budidaya air tawar dimulai di China. Hickling (1971) dan Bardach dkk. (1972) mengutip berbagai informasi bahwa pemijahan ikan karper sudah dilakukan di China sejak tahun 2000 SM. Buku pertama yang terbit tentang pembenihan ikan karper diusahakan dan pertama ditulis oleh Li pada tahun 475 SM dan diterjemaahkan pada tahun 1940. Selain itu, di Mesir berdasarkan relief kuburan kuno yang dibangun tahun 2000 SM, telah digambarkan ada kolam taman dan ikan nila yang sedang ditangkap.
Perkembangan Budidaya Ikan
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
7
Informasi tentang budidaya ikan secara otentik tercatat pada buku yang paling pertama terbit tentang budidaya karper di China yang ditulis oleh Fan Lai tahun 475. Ikan karper kemudian diintroduksi ke Eropa sekitar tahun 1150, budidaya karper di Austria tercatat (1227) dan tahun 1860 ke seluruh Eropa serta ke USA pada pertengahan abad 19 untuk penebaran di sungai-sungai kecil, kolam bekas tambang dan danau. Budidaya ikan karper sendiri di USA kurang berkembang. Di Asia Tenggara ikan cyprinid lokal, sebagai contoh di Indonesia ikan tawes Puntius javanicus telah dibudidayakan di kolam, sendangkan introduksi karper antara tahun 1914-1957.
Tilapia diteliti untuk budidaya di Kenya tahun 1920 an, di Indonesia ditemukannnya ikan Tilapia mossambica (Java tilapia) oleh Pak Mujair tahun 1939. Ternyata ikan mujair ini bukan asli Jawa, meskipun beberapa Negara Asia Tenggara Filipina, Malaysia dan Thailand, ikan mujair disebut sebagai Java tilapia.
Budidaya terpadu diperkenalkan John Taverner (1600) mengenai hasil percobaannya pemeliharaan karper di kolam dan buah-buahan.
Budidaya ikan dengan pendekatan ilmiah tidak sekedar seni, dimulai di AS dalam abad 19, jenis ikan catfish dan salmon.
Perkembangan perbaikan genetik dan teknik pemeliharaan: Genetik karper sudah sejak lama dilakukan, ini terbukti dari jumlah varietas yang dihasilkan dari usaha pemuliaan, paling menonjol ikan salmon Norwegia sejak 1940 dan tahun 1990 dihasilkan pertumbuhan 100%, tilapia baru diteliti dapat mencapai pertumbuhan 23% dari hasil perbaikan genetik
2.2. Kelemahan dan Keunggulan Akuakultur Analisi SWOT Budidaya KEKUATAN (Strength) 1. Potensi dan ketersediaan lahan luas 2. Jenis komoditas banyak dan beberapa ekonomis penting 3. Ikan berdarah dingin, efisien energi produksi protein lebih tinggi (20-40%), berdarah panas (5-15%) 4. Produksi tidak tergantung musim P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
8
5. Jenis komoditas, ukuran dan bentuk produk dapat disesuaikan permintaan pasar 6. Efisiensi usaha tinggi (ICOR budidaya udang 2,75, pembenihan ikan laut 3,05, rumput laut 3,55, budidaya air tawar 3,55, hortikultura 3,60, tanaman pangan 3,90, perkebunan 3,95) 7. Usaha masa depan karena lestari dan renewable, produktivitas intensif mencapai 200-3.000 ton/ha/tahun 8. Dapat memanfaatkan lahan margin 9. Dapat terpadu 10. Mengatasi kejenuhan pasar dan masalah dengan jenis baru, seleksi (breeding) dan impor 11. Mempunyai multiplier effect sangat besar 12. Dapat merintis pengembangan wilayah 13. Mampu menunjang otonomi daerah KELEMAHAN (Weakness) 1. Merubah/mengkonversi lahan, fungsi alami berubah dan timbulkan konflik kepentingan 2. Kebutuhan air relatif besar 3. Mencemari melaui eutrofikasi akibat utama penggunaan pakan 4. Rentan penyakit dan penyebab penyebaran penyakit 5. Rentan terhadap pencemaran lingkungan 6. Kemajuan cenderung over produksi, akibatnya penurunan harga dan keuntungan 7. Beberapa teknologi mempunyai tingkat resiko, tradisional produksi tdk pasti, intensif wabah penyakit dan penurunan daya dukung 8. Ketersediaan IPTEK dasar dan terapan terbatas PELUANG (Opportunity) 1. Peluang dan pangsa pasar besar, jenis komoditas, ukuran dan kualitas (hidup, segar dan olahan) 2. Peluang pengembangan besar, ketersediaan lahan, air dan jenis ikan 3. Dapat dilakukan oleh berbagai tingkat masyarakat/pelaku, teknologi berbeda dan modal ANCAMAN (Threat) P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
9
1. Konflik kepentingan utama antar sektor 2. Persaingan pasar tinggi antar pengusaha dalam dan luar negeri 3. Ancaman wabah dan pencemaran plasma nutfah akibat distribusi berbagai benih, induk dan ikan hias 4. Daya dukung lahan dan air seluruh kawasan turun bila tidak dikelola dengan baik, menjadi tidak produktif dan resiko wabah penyakit tinggi akibatnya tidak bisa digunakan lagi. RANGKUMAN Perkembangan akuakultur di Indonesia diperkirakan sudah lama dipraktekkan, namun tidak/belum ditemukan bukti yang otentik. Bukti yang tertulis berupa Undang-undang “Kutara Manawa” yang dibuat kira-kira tahun 1400. Perkembangan akuakultur dunia diperkirakan dimulai di China sejak tahun 2000 SM. Sementara bukti tertulis berupa buku tentang pembenihan ikan karper diusahakan dan pertama ditulis oleh Li pada tahun 475 SM. Selanjutnya akuakultur baik nasional maupun dunia berkembang dari satu negara ke negara lain dan pada speies lain, selain karper. Perkembangan tersebut lebih pada praktek dan seni, sedangkan perkembangan akuakultur sebagai ilmu dan teknologi dimulai di Amerika (USA) pada abad 19. Indonesia sebagai negara yang memiliki perairan laut dan darat yang lebih luas daripada daratannya memiliki potensi pengembangan akuakultur yang sangat besar. Disamping memiliki keunggulan, pengembangan akuakultur di Indonesia juga mempunyai kelemahan, maka perlu dinilai dengan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat). CONTOH PERTANYAAN 1. Dari negara/benua manakah akuakultur dan kapan dimulai?. 2. Ceritakan jenis ikan apa yang pertama dipelihara dan bagaimana dengan jenis lain serta perkembangannya masing-masing? 3. Sebutkan secara ringkas analisis SWOT terhadap pengembangan akuakultur!
PERTEMUAN MINGGU IV (EMPAT)
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
10
1. Pokok Bahasan
: Manfaat, peranan, potensi dan pemanfaatan sumberdaya serta jenis budidaya perairan
2. Sub pokok bahasan
: a. Manfaat dan peranan budidaya perairan b. Potensi sumberdaya budidaya perairan
III. MANFAAT, PERANAN DAN POTENSI 3.1. Manfaat Manfaat Budidaya 1. Kecukupan dan keamanan pangan 2. Peningkatan gizi dan kesehatan 3. Penyediaan bahan baku industri 4. Menunjang usaha terkait 5. Membuka lapangan kerja 6. Pemanfaatan sumber daya perikanan 7. Meningkatkan pendapatan masyarakat, PDA, devisa. 8. Konservasi sumber daya biota air 9. Pengembangan wilayah 10. Mendukung OTDA 11. Estetika dan rekreasi 12. Kontrol polusi/re-sekling limbah
Manfaat Produk Perikanan 1. Sumber protein hewani utama 2. Industri pangan 3. Industri kesehatan (minyak, Omega-3) 4. Industri bioteknologi (farmasi dan kosmetik)
PENDAPATAN USAHA PERIKANAN Incremental Capital Output Ratio (ICOR) 1. Perikanan
: 3,55
2. Holtikultura
: 3,60
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
11
3. Tanaman pangan
: 3,90
4. Perkebunan
: 3,95
ICOR PERIKANAN lainnya: 1. Perikanan laut : tuna/cakalang
= 2,80
2. Perikanan laut lain
= 3,50
3. Budidaya ikan laut
= 3,95
4. Budidaya rumput laut
= 3,85
5. Pembenihan ikan laut
= 3,05
6. Penangkapan lobster
= 3,25
7. Budidaya air tawar
= 3,55
8. Budidaya air payau
= 3,15
9. Budidaya udang
= 2,75
10. Pembenihan udang
= 2,95
Manfaat dan Peranan Budidaya Perikanan (Sumber Pidato Pengukuhan Guru Besar UGM, Rustadi 2011) Secara historis budidaya ikan di Indonesia sudah lama dipraktekkan sebagai tradisi (seni) yang tidak diketahui sejak kapan dimulai. Namun budidaya ikan di tambak dan kolam telah tersirat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun menambah penghasilan keluarga sejak abad ke-14. Arsip tua berupa surat dari Residen Surabaya kepada Dewan Keuangan menunjukkan bahwa dalam tahun 1821 di Surabaya dan Gresik telah terdapat usaha tambak yang harus membayar pajak (Schuster, 1950). Selain itu Schuster menyatakan bahwa dalam “History of Java” yang ditulis Raffles pada tahun 1817 menyebutkan bahwa perempangan (kolam/tambak) pertama kali dibuat di Jawa Timur. Namun dalam kitab udangundang yang lebih tua, “Kutara Manawa” yang dibuat tahun 1400 telah mencantumkan pelarangan mencuri ikan dan telah dibedakan dengan jelas antara empang air tawar (siwakan) dan air laut (tambak). Sebagai pembanding di China yang merupakan negara penghasil ikan budidaya terbesar, kolam budidaya ikan dibuat pertama pada awal 1100 SM dan buku pertama, Fish Culture Classic berisi tentang budidaya ikan karper (common carp) untuk bahan makanan ditulis oleh Fen Li pada tahun 460 SM (Bardach et al., 1972). Perkembangan P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
12
budidaya perikanan di Indonesia secara signifikan produksinya dimulai tahun 1970an dengan adanya teknologi pembenihan dan pembuatan pakan buatan. Budidaya tambak lebih cepat berkembang karena daya tarik udang sebagai komoditas ekspor dan keberhasilan pemijahan induk udang matang telur dari laut dan pendederan larvanya di bak-bak budidaya (Poernomo, 2004). Budidaya perikanan semakin penting peranannya secara nasional maupun global. Kegiatan ini merupakan suatu cara untuk memproduksi bahan makanan yang mengandung protein tinggi dalam usaha ketahanan pangan (food security), membuka lapangan kerja, meningkatkan pendapatan dan penerimaan devisa (FAO, 2010a). Bagi negara-negara berkembang, budidaya ikan dengan biaya rendah dapat mengentaskan kemiskinan melalui penyediaan bahan makanan, membuka lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan sehingga kemampuan membeli bahan makanan lebih besar. Sementara di negara-negara maju, pemeliharaan jenis ikan mahal (salmon dan udang) secara intensif dilakukan dengan skala komersial untuk memenuhi permintaan dalam negeri dan ekspor sehingga lebih mementingkan keuntungan daripada sebagai sumber pendapatan dan lapangan kerja. Berdasarkan laporan The State of World Fisheries and Aquaculture (FAO, 2010b), produksi bahan makanan ikan dunia dari budidaya dalam periode 1970-2008 mengalami kenaikan rata-rata 8,3% per tahun. Sementara pertambahan penduduk dunia rata-rata 1,6 %/tahun sehingga potensi konsumsi ikan penduduk naik 10 kali, yaitu dari 0,7 kg tahun 1970 menjadi 7,8 kg pada tahun 2008. Selama periode tersebut kenaikan produksi ikan rata-rata 51,24%/tahun dari 2,56 juta ton (1970) menjadi 52,5 juta ton (2008). China merupakan negara produsen ikan budidaya tertinggi, produksinya mencapai 32,7 juta ton (62,29%) dari produksi total dunia dan telah menggeser hasil penangkapan (14,8 juta ton). Produksi ikan dari budidaya sebagian besar adalah untuk konsumsi manusia, secara global tercatat 45,7% (tahun 2008), sedangkan di China mencapai 80,2%. Saat ini Indonesia menjadi negara penyumbang bahan makanan dari budidaya perikanan terbesar ke-4 di dunia, sesudah China, India, Viet Nam, dan sedang mencapai peringkat ke-3. Pada tahun 2008 Indonesia menyumbang 1,69 juta ton atau 3,22% dari perikanan budidaya total (52,5 juta ton), dengan pertumbuhan per tahun 7% dalam kurun waktu 1990–2008. Penyediaan ikan untuk konsumsi domestik meningkat sebesar 8,74% per tahun yakni dari 4,9 juta ton pada tahun 2004 menjadi 6,85 juta ton pada tahun 2008. Dengan P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
13
meningkatnya ketersediaan ikan, konsumsi ikan penduduk per kapita meningkat 7,35% per tahun, yaitu dari 22,58 kg/kapita menjadi 29,98 kg/kapita pada tahun 2008. Sampai dengan tahun 2009 konsumsi ikan telah mencapai 30,17 kg/kapita (KKP, 2010). Namun konsumsi ikan di Indonesia tidak merata, di luar Jawa pada umumnya lebih tinggi dari rata-rata, sedangkan di Jawa lebih rendah bahkan kurang dari 20 kg/kapita. Dari segi penyediaan lapangan kerja, kegiatan budidaya perikanan dapat menyerap tenaga yang cukup banyak, baik secara langsung maupun tidak langsung seperti perdagangan benih dan sarana produksi berupa pakan, pupuk dan obat-obatan. Budidaya perikanan menyerap tenaga kerja lebih banyak daripada penangkapan ikan, namun lebih rendah daripada pengolahan, pemasaran ikan dan jasa penunjangnya. Jumlah tenaga kerja di bidang budidaya perikanan selama 2005-2009 mengalami peningkatan sebesar 3,49% dari 2,51 juta orang menjadi 2,83 juta orang. Komoditas ekspor hasil budidaya perikanan terdiri atas: udang, ikan nila, paha kodok, ikan laut, rumput laut, ikan hias dan mutiara. Selama periode 5 tahun terakhir (2005-2009), volume ekspor hasil perikanan budidaya mengalami penurunan rata-rata sebesar 1,42% per tahun, sedangkan nilainya hanya mengalami kenaikan yang cukup signifikan sebesar 6,17% per tahun, yakni dari US$1,92 miliar pada tahun 2005 menjadi US$2,37 miliar pada tahun 2009. (KKP, 2010). Turunnya volume rata-rata komoditas ekspor hasil perikanan, terutama udang disebabkan adanya RAS (Rapid Alert System) yaitu larangan produk perikanan Indonesia di luar negeri (Eropa) sebagai dampak isu lingkungan, embargo perikanan produk perikanan di China serta sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan yang semakin ketat. Hambatan-hambatan perdagangan tersebut sekarang sudah diperbaiki. Besarnya kontribusi nilai ekspor kegiatan budidaya telah dapat meningkatkan surplus neraca eksporimpor produk perikanan. Neraca perdagangan komoditas perikanan masih mengalami surplus yang cukup tinggi dengan pertumbuhan rata-rata 5,54% per tahun dalam periode 2005-2009. Hal ini membuktikan bahwa sektor perikanan tidak membebani neraca pembayaran perdagangan Indonesia, justru sebaliknya merupakan andalan untuk memperoleh devisa. Pada gilirannya para pembudidaya juga meningkat pendapatannya, menarik lebih banyak investor dan membuka lapangan kerja baru lebih banyak. Budidaya perikanan juga digunakan sebagai cara domestikasi untuk menyelamatkan sumberdaya ikan asli (FAO, 2010b) dan plasma nutfah khususnya spesies ikan yang P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
14
dikhawatirkan bisa punah (endanger species). Dalam hal ini budidaya pembenihan dapat juga memproduksi benih untuk keperluan: penebaran kembali (restocking) di perairan alami (sungai, danau, waduk, dsb.). Disamping itu, ikan hasil pemeliharaan dapat digunakan untuk umpan dalam penangkapan ikan di laut dan untuk pemancingan dalam kegiatan rekreasi dan olah raga, sedangkan hasil budidaya ikan hias digunakan untuk keindahan. Adanya air di dalam kolam, juga dapat memperbaiki kondisi lingkungan (micro climate) setempat. Ikan mengandung asam lemak tidak jenuh, long-chain polyunsaturated fatty acids (LCPUFAs), docosahexaenoic acid (DHA) dan eicosapentaenoic acid (EPA), protein yang tinggi (17-20%) dengan kandungan asam amino esensial yang lengkap, mikronutrien (vitamin, mineral), hormon dan nutrien lain (contoh taurin), yang tinggi sehingga berperan penting untuk mencegah penyakit pada manusia (Williams & Poh-Sze, 2003). Ikan bersirip disebut white meat mengandung kholestrol yang rendah sehingga dapat mencegah penyakit tekanan darah tinggi dan jantung koroner (coronary heart disease=CHD). DHA dan iodine dari organisme akuatik adalah nutrien esensial untuk perkembangan otak dan sistem syaraf serta untuk menanggulangi depresi dan
demensia. Manfaat lain adalah meningkatkan
kecerdasan, vitalitas dan produktivitas serta memperlambat penuaan jaringan, menekan reumatik, anti kanker, anti AIDS, anti bakteri, anti diabetes (insulin dari minyak ikan paus dan tuna), penurunan lemak dan cholesterol (Kamiso, 2000). Berbagai jenis organisme laut seperti mikrobia, plankton dan rumput laut menghasilkan bahan aktif dan bahan alami yang digunakan untuk industri farmasi (obat anti tumor, anti kanker, anti biotik), untuk bidang pertanian dan sumber makanan sehat. Dengan alasan-alasan tersebut di atas, maka Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi V menentukan konsumsi ikan setiap orang Indonesia sebanyak 9 g dari ikan untuk memenuhi kecukupan konsumsi protein rata-rata per kapita per hari 15 g, sisanya 6 g dari protein ternak (LIPI, 1994). Di Jepang, Korea dan Taiwan, ikan dianggap sebagai Sumber Protein Bangsa. Oleh sebab itu tingkat konsumsi ikan di tiga negara tersebut sangat tinggi dibanding negara lain, di Jepang rata-rata 60 kg/kapita/tahun, Korea dan Taiwan 40 kg/kapita/tahun (Kamiso, 2000), sedangkan Indonesia baru 30,17 kg/kapita (KKP, 2010). Selain itu, Expert Consultation on the Risk and Benefits of Fish Consumption PBB yang terdiri atas ahli nutrisi, toxikolog dan ahli asesmen pada 25-29 Januari 2010 di Roma merekomendasikan agar mengkonsumsi ikan karena bermanfaat untuk: 1) mengurangi kematian CHD pada penduduk dewasa, 2) meningkatkan P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
15
perkembangan syaraf janin dan bayi sehingga ikan sangat penting bagi wanita subur, hamil dan wanita menyusui (FAO, 2010a). 3.2. Peranan 3.2.1. Produksi bahan makanan a. Nasional Budidaya perikanan (Akuakultur) mempunyai peranan yang penting dalam ketahanan pangan baik secara nasional maupun global, khususnya dalam penyediaan bahan makanan berprotein. Secara Nasional produksi total ikan dari akuakultur pada tahun 2002 mencapai 1,14 juta ton (20,56% produksi perikanan total), yang dihasilkan dari usaha budidaya secara berurutan dari budidaya payau 41,1%, budidaya tawar 35,6% dan budidaya laut 22,8%. Produksi perikanan total di Indonesia tahun 2003 adalah 5.308.680 ton, konsumsi per kapita per tahun rata-rata 24,67 kg (Dahuri 2004). Standar kebutuhan protein hewani asal ikan yang direkomendasikan oleh Widya Karya Pangan dan Gizi yaitu sebesar 26,55 kg/kapita/tahun. DIY pada tahun 2001 baru mencapai 8,6 kg/kapita/tahun. b. Global/Dunia Akuakultur secara global dalam penyediaan bahan makanan berprotein sangat penting peranannya dan khususnya bagi Negara-negara miskin karena dengan usaha yang murah dan teknologi yang sederhana dapat menghasilkan ikan.
Budidaya menyumbang produksi ikan
global tahun 1996, nasional sekitar 16%. Sebagian besar produksi budidaya dunia berasal dari budidaya tawar, sisanya dari budidaya laut dan budidaya air payau, Produksi budidaya tawar didominasi oleh China dengan jenis ikan cyprinidae dan Indonesia di urutan 3 (FAO 1999). 2. Penyediaan lapangan kerja 3. Perlindungan sumberdaya ikan, yaitu dengan melakukan pembenihan dan benihnaya dapat ditebar kembali sehingga populasi tetap terjaga. 4. Kontrol lingkungan, yaitu sebagai salah satu cara untuk mengolah limbah buangan, misalnya kotoran ternak.
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
16
Perkembangan Konsumsi Ikan Nasional Tahun 1999-2003 di Indonesia Tahun Rincian Konsumsi Total (1000 ton)
1999
2000
2001
2002
2003
4.352,93
4.506,93
4.687,64
4.841,55
5.308,68
21,22
21,57
22,47
22,84
24,67
4.728
4.888
5.062
5.243
5.774
(1000 Ton) Konsumsi Perkapita (Kg/Kap/Thn) Produksi Total
Produksi Perikanan Dunia (juta ton) 1998
1999
2000
2001
2002
2003
Tangkap darat
8,1
8,5
8,7
8,7
8,7
9,0
Budidaya darat
18,5
20,2
21,3
22,5
23,9
25,2
Total darat
26,6
28,7
30,0
31,2
32,6
34,2
Tangkap laut
79,6
85,2
86,8
84,2
84,5
81,3
Budidaya laut
12,0
13,3
14,2
15,2
15,9
16,7
Total laut
91,6
98,5
101,0
99,4
100,4
98,0
Total tangkap
87,7
93,8
95,5
92,9
93,2
90,3
Total budidaya
30,6
33,4
35,5
37,8
39,8
41,9
118,2
127,2
131,0
130,7
133,0
132,2
Total dunia Akuakultur
Akuakultur terus berkembang, lebih cepat daripada produksi bahan makanan hewani Sektor ini tumbuh rata-2 8,9%/thn sejak 1970, dibanding perikanan tangkap 1,2% dan 2,8% produksi bhn makanan hewani terestrial
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
17
Produksi Perikanan Budidaya Tahun 1980-2000 Ribu Ton 900 800 700 600 500 400 300 200 100
01
02 20
99
00
20
20
98
19
97
19
95
96
19
19
93
92
94
19
19
19
91
19
90
19
88
87
86
89
19
19
19
19
84
83
82
81
85
19
19
19
19
19
19
19
80
0
Tahun
Total Produksi Budidaya
Perikanan Tambak
Kolam
Karamba
Sawah
Sepuluh Negara Produser Akuakultur Tertinggi Negara
2000
2002
Pertumbuhan/th (%) 27 767,3 6,3
China
24 580,7
India
1 942,2
2 191,7
6,2
Indonesia
788,5
914,1
7,7
Jepang
762,8
828,4
4,2
Bangladesh
657,1
786,6
9,4
Thailand
738,2
644,9
-6,5
Norwegia
491,2
553,9
6,2
Chile
391,6
545,7
18,0
Viet Nam
510,6
518,5
0,8
Amerika Serikat
456,0
497,3
4,4
Subtotal 10 negara
31 318,8
35 248,4
6,1
Sisa Negara dunia
4 177,5
4 550,2
4,4
35 496,3
39 798,6
5,9
Total
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
18
RANGKUMAN Akuakultur memiliki manfaat yang sangat besar dan luas, dari tingkat individu, masyarakat, pembangunan daerah, Negara dan dunia. Pada individu, akuakultur menyediakan pangan bergizi, lapangan kerja dan pendapatan bagi seseorang yang mengusahakan. Akuakultur sebagai penghasil pangan yang unggul karena kandungan protein dengan asam amino dan vitamin yang lengkap, serta cholesterol rendah. Disamping itu, dapat dihasilkan bahan aktif untuk farmasi/obat, penyehat dan kosmetik. CONTOH PERTANYAAN 1. Apa manfaat akuakultur bagi manusia secara individu dan masyarakat?. 2. Jelaskan apa peranan akuakultur bagi pembangunan daerah dan Negara?
PERTEMUAN MINGGU V (LIMA) 1. Pokok Bahasan
: Melanjutkan potensi dan pemanfaatan sumberdaya serta jenis akuakultur
2. Sub pokok bahasan
: a. Pemanfaatan potensi sumberdaya budidaya perairan b. Jenis/macam akuakultur
Potensi dan pemanfaatan POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA BUDIDAYA
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
19
No
Aquaculture Areas
Total Potential Areas (Ha)
1 Mariculture 2 Brackishwater culture 3 Freshwater culture Ponds Open water Rice - Fish culture Total
Total Used Net Probability for Percentage Areas (Ha) Areas Development areas in used (Ha)
8,363,501 1,224,076 2,218,815 541,100 139,336 1,538,379 11,806,392
84,481 452,901 224,938 105,127 1,491 118,320 762,320
8,279,020 771,175 1,993,877 435,973 137,845 1,420,059 11,044,072
1% 37% 10% 19% 1% 8% 6%
POTENSI & PEMANFAATAN SUMBERDAYA BUDIDAYA DI INDONESIA 1. Budidaya Air Payau Budidaya Tambak Luas hutan bakau
: 4,3 juta ha
Potensi lahan (tdk lebih 20%)
: 420.000 – 840.000 ha (10-20% luas)
Potensi produksi
: 1.101.900 – 1.495.500 ton/tahun (produktivitas: 500-5.000 kg/ha/tahun monokultur udang (30% luas potensi) 300-750 kg/ha.tahun udang dan 200-600 kg/ha.thn bandeng polikultur (30% luas potensi) 800-4.000 kg/ha/tahun bandeng monokultur (40% luas potensi)
JENIS:
Udang
: - Udang Windu (Penaeus monodon) - Udang Putih/Jerbung (P. indicus P. merguensis) - U. Api-api (Metapenaeus monoceros) - Udang cendana (M. brevicornis)
Ikan
: - Bandeng (Chanos-chanos) - Beronang/Samadar (Siganus spp.) - Belanak (Mugil spp.) - Kakap (Lates calcarifer)
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
20
- Nila (Oreochromis/Tilapia niloticus) Tambak yang ada
: 54.084 (31-45,5% LUAS
2. Budidaya Air Tawar 2.1. Kolam Luas sawah irigasi teknis
: 4.196.582 ha
Potensi pengembangan kolam
: 180.000 ha (10% luas)
Potensi produksi
: 881.300 ton (60% luas untuk polikultur, produksi. 750-5.000 kg/ha/tahun, 40% untuk monokultur, produksi 500-10.000kg/ha/tahun.)
Kolam yang ada
: 54.084 (30%)
2.2. Mina padi Potensi lahan irigasi teknis
: 1.571.136 HA
Potensi pengembangan
: 157.000 ha
potensi produksi
: 140.900 TON (Produktivitas mina-padi 300-500 ton/ha/thn)
Jenis ikan budidaya
: 20 Jenis (pasar lokal dan ekspor)
Sawah yang diusahakan
: 99.870 HA (62%)
2.3. Budidaya Perairan Umum Luas lahan perairan umum
: 135.794.929 ha
Potensi pengembangan
: 135.700 ha
potensi produksi
: 676.000 ton (Produktivitas 3-10 ton/ha/thn)
Jenis ikan budidaya
: 7 Jenis (pasar lokal dan ekspor)
Perairan yang diusahakan
: 30%)
3. BUDIDAYA LAUT Potensi Lahan Perairan
: 18.700 ha
Potensi Produksi
: 14.664.500 ton
- Ikan
: 570.000 ton/tahun
- Kerang
: 14.087.500 ton/tahun
- Rumput Laut
: 7.000 ton/tahun
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
21
a. Ikan
: - Siganus/Samadar: Siganus javus, S. puntatus, S. canaliculatus, S. vermiculatus); - Kerapu (Plextropoma maculata, Epinephelus spp.) - Tambangan (Lutjanus johni); - Kakap (Lates calcalifer)
b. Kerang-kerangan : - Tiram (Cassostrea cuculata) - Kerang darah (Anadara granosa) - Kerang hijau (Perna viridis)
c. Rumput laut : - Ramukasang (Euchema spinosum) - Agar-agar mayang (Gacillaria conformoides) - Ganggang coklat (Sargassum sp.)
Potensi dan Pemanfaatan Budidaya Perikanan di Indonesia (Sumber Pidato Pengukuhan Guru Besar UGM, Rustadi 2011) Indonesia sebagai negara kepulauan dengan jumlah 17.508 pulau dan garis pantai sepanjang 81.000 km tidak hanya menyimpan kekayaan sumber daya ikan, tetapi juga memiliki potensi budidaya perikanan yang luas. Potensi luas perairan dan lahan untuk budidaya perikanan di Indonesia diperkirakan 7.231.039 ha terdiri atas: 3.775.539 ha untuk budidaya laut, 1.225.000 ha untuk budidaya air payau (tambak), dan 2.230.500 ha untuk budidaya air tawar (Ditjen Budidaya, 2004a). Untuk meningkatkan produksi budidaya perikanan, Indonesia mempunyai peluang yang besar karena pemanfaatan potensi yang ada masih kecil. Pemanfaatan lahan budidaya laut baru 0,03% (1.333 ha), budidaya air payau 39,25% (480.813 ha) dan budidaya air tawar 11,22% (250.262 ha) (KKP, 2010). Budidaya perikanan air tawar terdiri atas: budidaya kolam, keramba (kurungan) dan KJA di perairan umum, dan budidaya ikan di sawah yang masing-masing baru dimanfaatkan 18,32%, 0,0093% dan 58,86%. Pengembangan budidaya perikanan dapat dilakukan melalui usaha ekstensifikasi (perluasan lahan) dan melalui intensifikasi.
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
22
Pengembangan budidaya perikanan di laut memiliki peluang yang sangat besar karena pemanfaatan potensinya masih sangat rendah, teknologinya tersedia dan menguntungkan karena produknya diminati pasar baik lokal maupun ekspor. Ada dua tipe budidaya laut yang dapat dilakukan, yaitu pertama budidaya ekstensif untuk rumput laut, terutama Euchema spp., Gracillaria spp., dan Gelidium spp., dan tiram (Crassostra spp.), abalon (Haliotis spp.) dan kerang (Pinctada maxima), dan kedua budidaya intensif untuk ikan. Budidaya rumput laut, tiram dan abalone hanya membutuhkan sarana dan tenaga pemeliharaan, tidak membutuhkan pakan dari luar tetapi lebih memanfaatkan sepenuhnya pada kesuburan perairan laut, sedangkan benihnya dari alam atau hasil pembenihan. Budidaya tiram dan abalon belum dilakukan secara luas karena produksi benihnya masih terbatas dan nelayan lebih suka mengumpulkan hasil perikanan dari perairan laut. Budidaya tiram di Jepang menggunakan rakit ukuran 16x25 m, benih (spat) digantung sedalam kolom air 10 m, setelah pemeliharaan 18 bulan dapat menghasilkan ukuran 5-10 g daging (30-60 g dengan kulit) dengan produksi 53 ton daging/ha. Budidaya kerang (Mytilus sp.) secara intensif menggunakan 10 rakit/ha dapat menghasilkan 6000 ton/ha/tahun kerang berkulit atau 3000 ton daging/ha/tahun. Di USA, pemeliharaan kerang dengan menebar di dasar perairan laut kedalaman 1-12 m, arus air sedang dan dilakukan pembersihan lumpur, predator dan penjarangan, setelah pemeliharaan selama 3 tahun dapat menghasilkan rata-rata 1000 kg/ha/tahun pada lahan privat, sedangkan lahan publik 10-100 kg/ha/tahun. Budidaya jenis kerang mutiara (Pinctada maxima) diusahakan sebagai industri yang eksklusif, meskipun menggantungkan pada kesuburan perairan tetapi diperlukan pemilihan lokasi yang spesifik dan bersih, pemeliharaan yang intensif dan teliti. Demikian pula dengan rumput laut, benihnya dapat diperoleh dari hasil panen atau dipetik dari habitat alami. Pemeliharaan rumput laut dilakukan secara ekstensif di perairan pantai menggunakan rakit bambu atau tali panjang (long line) di bawah permukaan laut atau dengan tali pancang di dasar perairan. Budidaya rumput laut, Euchema spp. dengan sistem tali panjang sebagai tempat mengikat tali ris, tempat menggantungkan rumput laut sebanyak 30-40 rumpun, panjang masing-masing 25 m dapat menghasilkan 10-16,5 ton/ha (70-114 ton/ha/tahun) rumput laut basah hanya dalam waktu 45-50 hari (6-8 kali/tahun) (Rustadi dkk., 2004). Tiap hektar lahan perairan laut terdiri atas 4-5 unit sistem budidaya dan produksinya tergantung kesuburan perairan dan musim. Bibit diambil dari hasil setiap panen P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
23
rumput laut yang muda, biasanya 1/7 dari hasil panen dan hanya dilakukan selama setahun atau 7 kali berturut-turut karena kualitasnya akan menurun. Untuk memperbaiki kualitas benih pada periode berikutnya dilakukan persemaian dengan benih dari alam atau dari balai perbenihan. Sampai saat ini rumput laut kebanyakan dijual atau diekspor dalam bentuk kering dengan harga Rp 10.000-12.000/kg, padahal apabila diolah menjadi bentuk chips (kepingan) bisa dijual sampai Rp 60.000 per kg sehingga didapatkan nilai tambah. Pemanfaatan perairan pantai dan selat di pulau-pulau perbatasan untuk budidaya perikanan ekstensif, disamping membuka lapangan kerja dan peningkatan pendapatan penduduk, juga sebagai bukti pemilikan pulau dan perairannya oleh Negara Indonesia. Berbeda dengan budidaya rumput laut dan tiram, budidaya ikan membutuhkan sarana keramba jaring apung, benih ikan, pakan, obat-obatan dan tenaga pemeliharaan, serta investasi yang besar. Ikan yang dipelihara bersifat karnifor, yaitu jenis kerapu (Cromileptes spp.) dan kakap (Lutjanus spp.) dengan benih dari hasil pembenihan atau tangkapan. Ada beberapa jenis kerapu yang sudah dibudidayakan secara komersial, yaitu kerapu tikus/bebek (C. activelis), kerapu sunu (C. fuscoguttaus), kerapu macan (Epinephelus fuscoguthatus). Jenis pakan yang digunakan bisa berupa pakan buatan (pelet) komersial atau ikan rucah, yaitu ikan segar hasil penangkapan dan harganya murah. Budidaya spesies ikan laut ini berkembang relatif cepat karena permintaannya tinggi dan harganya mahal baik di pasar lokal maupun ekspor. Harga ekspor ikan kerapu hidup ukuran 0,5-1,0 kg/ekor mencapai US$ 47-50/kg. Budidaya ikan kerapu di Lampung menggunakan KJA ukuran 3x3x3m ditebari benih 250 ekor ukuran 10 cm (harga Rp 9.000/ekor) dapat menghasilkan jumlah ikan yang hidup (SR=survival rate) 70% dan berat 87,5 kg. Selama pemeliharaan diberi pakan, vitamin dan probiotik. Apabila menggunakan pakan pelet komersial (harga Rp 16.000,-/kg) setiap kg ikan membutuhkan 3 kg, sedangkan bila ikan rucah memerlukan 7 kg (harga Rp 6.000/kg), Pendapatan bersih untuk 1 siklus dengan jumlah benih 10.000 ekor (jumlah yang hidup 70 %) sebesar Rp 80.015.980 (Bangun Sitepu, 2009). Selain potensi perikanan budidaya laut, Indonesia juga memiliki potensi pengembangan budidaya berbasis darat yang cukup besar, terdiri atas budidaya air payau (tambak), budidaya air tawar di kolam dan di sawah, serta budidaya di perairan umum dengan menggunakan keramba dan keramba jaring apung (KJA). Lahan utama potensial untuk pengembangan usaha tambak adalah di daerah hutan bakau (mangrove), meskipun P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
24
lahan pasir dan lahan marginal lainnya di pantai juga dapat digunakan. Dengan memperhatikan ketentuan agar keseimbangan ekologi hutan mangrove tidak terganggu, hanya 20% dari luas total yang dapat digunakan (KKP, 2010). Pemanfaatan lahan untuk budidaya tambak baru 39,25% sehingga potensi pengembangannya masih cukup besar. Jenis organisme yang dibudidayakan di tambak terutama jenis ikan: ikan bandeng (Chanos chanos), dan berbagai jenis udang seperti udang windu (Penaeus monodon), udang putih (P. merguensis), udang rostris (Liptopenaeus rostris) dan udang vaname (L. vannamei) yang benihnya sudah dapat diproduksi secara massal. Sementara organisme yang hidup dan berkembang dalam air payau (eurihayaline) lainnya seperti ikan belanak (Mugil spp.), baronang (Siganus spp.), kepiting bakau (Scilla spp.) dan rajungan (Portunnus pelagicus) masih sedang diusahakan secara komersial karena benihnya belum diproduksi secara massal. Budidaya tambak diawali dengan pemeliharaan bandeng yang dilakukan secara ekstensif sampai semi-intensif. Pemeliharaan bandeng sebanyak 1500 benih tokolan/ha dipupuk dengan pupuk organik, setelah dipelihara selama 4-6 bulan dapat menghasilkan 3001.000 kg/ha/tahun, sedang dengan pemberian pakan tambahan menghasilkan 2.168 kg/ha/tahun (Chong et al., 1984). Ikan bandeng juga dapat dipelihara bersama dengan udang windu, masing-masing dapat menghasilkan 600 kg dan 100-300 kg/ha/tahun. Sebenarnya budidaya bandeng sangat produktif karena bandeng memiliki rantai makanan yang pendek sehingga dengan pengelolaan yang semi-intensif dapat lebih menguntungkan. Akan tetapi karena pembudidaya lebih tertarik pada budidaya udang dengan harapan mendapatkan keuntungan yang lebih besar namun investasinya tinggi dan bila mengalami kegagalan panen akibat serangan penyakit, mereka enggan kembali mengusahakan bandeng. Berbeda dengan bandeng, pengelolaan budidaya udang bervariasi dari ekstensif sampai super-intensif. Teknologi budidaya tersebut membutuhkan persyaratan khusus dalam hal: desain tambak (luas dan bentuk), jumlah dan kualitas benih, pakan, pengendalian hama dan penyakit, penggunaan obat-obatan, kuantitas dan kualitas air, dan penanganan hasilnya. Hasil panen udang windu tiap ha per musim tanam di tambak berdasarkan pengelolaannya adalah sebagai berikut: ekstensif 0,6-1,0 ton (kepadatan benih 3-4 PL (post larva)/m2, SR 65%); semi-intensif 2,5-6,0 ton (kepadatan 10-25 PL/m2, SR 70%) dan intensif 6,5-10,0 ton (kepadatan 30->40 PL/m2, SR 70%), hasil yang jauh lebih tinggi dicapai udang vanamae dengan pengelolaan super –intensif berkisar 24-37 ton/ha/musim tanam (kepadatan 170-244 P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
25
PL/m2) (Poernomo, 2004). Harga udang windu pada saat ini cenderung naik, yang biasanya berkisar Rp 35.000-Rp 40.000 per kg menjadi Rp 60.000-Rp 65.000 per kg, padahal biaya produkasi tiap kgnya berkisar Rp 25.000-Rp30.000 sehingga lebih menguntungkan daripada budidaya ikan. Budidaya udang di tambak juga dapat dipelihara bersama dengan rumput laut dan bandeng. Budidaya polikultur rumput laut (jenis Euchema spp. dan Gracillaria spp.) dengan udang dan bandeng cukup berhasil karena setiap hektar tambak dapat menghasilkan rumput laut kering 2-5 ton/tahun, udang 1-2 kwintal/siklus dan bandeng 1 kwintal/siklus (Poernomo, 2004). Budidaya ikan yang telah lama berperan dalam meningkatkan konsumsi ikan penduduk dan membuka lapangan usaha khususnya di daerah pedalaman adalah budidaya air tawar. Budidaya air tawar dilaksanakan di kolam, perairan umum (danau, waduk, sungai dan rawa), dan di sawah (mina padi, penyelang dan palawija). Pemanfaatannya budidaya air tawar masih rendah (11,22%). Semua jenis ikan air tawar dapat dibudidayakan, yakni: gurami (Osphronemus gouramy), nila (Oreochromis spp.), lele (Claris spp.), ikan mas/karper (Cyprinus carpio), tawes (Puntius javanicus), nilem (Osteochilus hasselti), tambakan (Helostoma temincki), kowan (Ctenopharyngodon idellus), mola (Hypothalmichthys molitrix), sepat siam (Trichogaster pectoralis), jambal/patin (Pangasius spp.), bawal air tawar, sidat (Anguilla spp.), udang galah (Macrobrachium rosenbergii), lobster ( kodok (Rana spp.) dan jenis-jenis kerang air tawar. Nila warna hitam dan merah (pemakan plankton) tumbuh cepat dan mudah berkembangbiak dipelihara untuk lokal dan ekspor, ikan mas (omnifor) tumbuh cepat dan tahan pada kepadatan tinggi. Udang galah dan kodok harganya mahal dan diekspor. Jenis tawes dan kowan (herbifor); nilem, tambakan, mola dan sepat siam (pemakan plankton), jambal dan sidat dapat dipelihara di kolam. Jenis-jenis kerang air tawar memiliki potensi sebagai filter untuk perbaikan kualitas air. Disamping itu, berbagai jenis ikan hias air tawar dipelihara dan diperdagangkan di pasar lokal dan internasional antara lain: arwana (Scleropages formosus), koi (C. carpio), mas koki (Carrasius auratus), cupang (Beta splendens), oskar (Astonotus ocellatus) dan sebaginya. Ikan gurami (herbifor) meskipun pertumbuhannya lambat tetapi harganya mahal, dagingnya lezat dan tahan dipelihara dalam air stagnan karena memiliki labyrinth, sehingga dapat menyerap oksigen langsung dari udara. Demikian pula jenis ikan lele (karnifor) memiliki florescent sehingg tahan pada kepadatan tinggi dalam air stagnan dan P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
26
pertumbuhannnya cepat. Beberapa contoh budidaya air ikan tawar memberikan keuntungan bagi pembudidaya. Budidaya pembesaran gurami dengan kolam 350 m2 ditebari benih gurame 20 ekor/m2 ukuran 7-15 g/ekor dipelihara selama 120 hari diberi pakan pellet kandungan protein 28% dengan ransum 1-3% per hari dan ditambah daun talas atau kangkung. Hasil panen 1.995 kg, SR 95%. Dengan harga Rp 15.000,-/kg mendapatkan keuntungan Rp 2.467.000,-/perode. Bila benih yang ditebar ukuran 200-300 g/ekor dipelihara dalam waktu dan pakan yang sama menghasilkan panenan 1.247 kg, SR 95%. Dengan harga Rp 20.000,-/kg mendapatkan keuntungan Rp 6.367.000,-/perode (Dirjen Perikanan Budidaya, 2010). Pembesaran lele Sangkuriang di kolam terpal plastik 6x9m2 sebanyak 3 buah ditebari benih ukuran 5-8 cm sebanyak 25.263 ekor (kepadatan 150-160 ekor/m2) diberi pakan pellet komersial kandungan protein 28-32%, sebanyak 3% bobot ikan/hari, menggunakan obat-obatan probiotik dan garam. Dipelihara selama 3-4 bulan menghasilkan 4800 kg, konversi pakan 1 dan keuntungan Rp 2.418.947 (Ditjen Budidaya, 2010). Pembesaran nila (hitam/merah) dalam kolam air deras (8x2x2m), ditebari benih 20 g/ekor sebanyak 2500 ekor (156 ekor/m2, diberi pakan pelet mengandung protein 26-28% ransum 3-4% bobot ikan/hari diberikan 3-4 kali/hari, menghasilkan ukuran 400 g/ekor dengan SR 90%, produksi 900 kg/kolam/musim dan FCR 1,3 dipelihara selama 4 bulan (3 kali/tahun) (Dirjen Perikanan Budidaya, 2010). Nila juga sangat cocok dipelihara di perairan umum (waduk, danau) menggunakan KJA. Setiap petak KJA ukuran 7x7x2 m ditebari 200300 kg diberi pakan komersial dapat menghasilkan 1-1,5 ton setelah 3 bulan (Effendi, 1992). bahkan bisa mencapai produksi 10 ton/tahun/KJA dengan teknik kantong jaring ganda. Di Waduk Sermo dan Kedungombo dengan jenis nila merah berat 200-300 kg/petak diberi pakan komersial produksinya sampai 1,3-1,5 ton/periode dan konversi pakan 1,3 (Rustadi et al., 2001). Selain potensi sumber daya alam yang besar, juga tersedia sumber daya manusia yang banyak, tersedia kelembagaan (pemerintah, swasta dan masyarakat), sarana dan prasarana (unit pelaksanan teknis budidaya, pusat/balai pembenihan dan riset), teknologi serta modal yang besar, memberikan peluang untuk meningkatkan produksi ikan. Pada tingkat pelaku usaha, pengembangan budidaya perikanan dilakukan melalui penerapan manajemen kawasan yang dikenal sebagai Mina-politan. Kawasan Mina-politan budidaya sebagai unit usaha yang P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
27
dikelola secara professional, berkembang dalam suatu kemitraan; sebagai sentra produksi menerapkan teknologi inovatif dengan
kemasan dan mutu terjamin; sebagai kawasan
ekonomi unggulan dengan komoditas bernilai ekonomi tinggi, permintaannya besar, dilakukan secara missal dan teknologi produksinya tersedia. Tiap kawasan terbagi atas kelompok usaha bersama (KUB), kemudian KUB terbagi menjadi kelompok usaha budidaya yang didukung dengan modal melalui kredit ataupun program pembinaan. Skala usahanya dibagi menjadi skala usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah (UMKM) dan usaha industri. Teknologi produksi budidaya ikan telah tersedia dari tingkat yang sederhana (ekstensif), semi-intensif dan intensif) dan terus dikembangkan untuk menemukan teknologi baru guna meningkatkan pemanfaatan sumber daya secara lestari dan berkelanjutan. Dalam penerapan teknologi dan pelaksanaan budidaya perikanan dilakukan melalui penyuluhan dan pendampingan. Dari segi kelembagaan, di tingkat pusat telah dibentuk Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), di tingkat provinsi dan kabupaten ada yang memiliki dan ada pula yang digabung dengan dinas lain tergantung pada potensi sumber daya kelautan dan perikanan yang ada. Sayangnya dari segi kualitas sumberdaya manusia dari tingkat pusat sampai daerah sebagian besar masih rendah, memiliki kompetensi yang tidak sesuai dengan bidang kelautan atau perikanan.
Tujuan Budidaya Perairan a. Menghasilkan produk konsumsi b. Benih atau induk c. Bahan pakan ikan d. Bahan baku industri (pangan, farmasi/kesehatan/kosmetik/perhiasan) e. Peningkatan kualitas produk (rasa, bau, tekstur) f. Ikan hias g. Konservasi lingkungan perairan h. Pengendalian kesehatan i. Ranching
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
28
PELUANG USAHA (AGRIBISNIS) PERIKANAN (Peluang Besar, Menguntungkan, Berkelanjutan) I. Menunjang Proses Produksi (Prasarana dan Sarana):
PENANGKAPAN •
Kapal
•
Alat tangkap
•
Bengkel/Dok
•
Sarana produksi (BBM, es, umpan, pangan, perlengkapan, alat bantu,dll.)
•
Modal, asuransi, jasa, dll,
•
Biro konsultasi, LPK dan SDM
Kegiatan Proses Produksi (Pemanfaatan SDA/SDI/SDP, SDM, IPTEK) o Untuk penangkapan di berbagai daerah, pantai, lepas pantai, ZEE, Samudra, Jenis ikan, alat tangkap dan kapal (dimana saja, berbagai tingkat usaha), Ransing, Wisata / sport fishing Pemanfaatan Hasil Perikanan: o Prasarana/ sarana penunjang Penanganan, pengawetan, pengolahan Distribusi dan pemasaran Dll yang terkait, o Dapat terpadu dengan operasi penangkapan dan budidaya
Perlu diperhatikan : - mengikutsertakan masyarakat - isu lingkungan - proses produksi dan mutu hasil
Potensi dan Peluang Budidaya Perairan a. Lahan cukup tersedia b. Jenis komoditas sangat banyak c. Kebutuhan dalam dan luar negeri meningkat
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
29
d. Penangkapan over fishing, isu lingkungan, pencemaran, naiknya biaya, turunnya produktivitas dan efisiensi, konflik serta persaingan
Peluang Pasar a. Pasar dalam dan luar negeri sangat besar b. Sumber protein (20% berat kering) hewani murah c. Konsumsi ikan/kapita/tahun masih rendah (19,3 kg/kapita/tahun, target 26,6 kg/kapita/tahun) d. Kebutuhan dalam negeri 5,3 juta ton/tahun (200 juta jiwa), produksi total baru 4,8 juta ton e. Asam amino esensial, vitamin (A,D,E,K), mineral, omega-3 tinggi, mineral (Ca dan P) f. Tidak mengandung kolestrol atau rendah g. Meningkatkan kecerdasan, vitalitas dan produktivitas h. Memperlambat penuaan jaringan/mempercepat regenerasi Kebutuhan konsumsi dunia dari budidaya 19,6 juta ton tahun 2000 dan 62,4 ton tahun 2025.
Ketersediaan Lahan a. Panjang pantai 81.000 km untuk budidaya laut b. Lahan tambak 900.000 ha (bandeng dan udang) c. Perairan umum 13,8 juta ha (danau dan waduk) d. Irigasi teknis 1,5 juta ha (kolam, mina padi) e. Tingkat produktivitas sangat rendah Iklim sangat baik (daerah tropis), dapat berproduksi sepanjang tahun
Jenis dan Keragaman Komoditas Perikanan a. Tingkat keragaman (biodiversitas) sangat besar b. Mempunyai 37 % spesies dunia
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
30
c. Bakteri perairan 300 dari 4.700 spesies, rumput laut 1.800 dari 21.000 spesies, mollusca 20.000 dari 50.000 spesies, ikan 8.500 dari 19.000 spesies, amphibia 1.000 dari 4.200 spesies. d. Jenis yang dibudidayakan masih sedikit e. Produksi budidaya dunia : ikan bersirip (50 %), rumput laut (25 %), mollusca (21 %), lain-lain (0,003 %) f. Benua penghasil : Asia (81 %), Eropa (10 %), Amerika Serikat dan Karibia (5 %), Amerika Selatan (1 %), Afrika (1 %).
Jenis Usaha a. Berupa kegiatan produksi atau mata rantai agribisnisnya b. Mata rantai budidaya : menyediakan prasarana/sarana produksi, menggunakan produk budidaya/paska panen (penyediaan benih, pakan, alat-alat, perdagangan benih, pupuk, tenaga kerja, pengolahan, perdagangan produk budidaya atau olahannya dll) c. Salah satu mengalami kendala, semua terpengaruh d. Mata rantai budidaya perikanan :
Sifat Usaha Budidaya Perikanan a. Ikan (poikiloterm) : lebih efisien dalam konversi energi pakan jadi protein (Tiap 1 M.cal : ikan = 30-40 g protein, ayam = 15 g protein, lembu = 2-40 g protein, babi = 6 g protein. Tiap 100 kg pakan = 65 kg daging salmon, 20 kg ayam, 13 kg babi) b. Tidak tergantung musim c. Menyesuaikan kebutuhan pasar (jenis, ukuran dan kualitas/hidup, segar, olahan) d. Produktivitas sangat tinggi (budidaya intensif : 200.000-300.000 ton/ha/th)
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
31
e. Memanfaatkan limbah rumah tangga, industri dan pertanian dll (terpadu) f. Menggunakan lahan yang tidak dapat dipakai usaha lain (pasang-surut, pantai, rawa/paya-paya, laguna dll) g. Tingkat efisiensi investasi lebih tinggi (ICOR budidaya = 2,75-3,55, penangkapan 2,80-3,85, hortikultura = 3,60, tanaman pangan = 3,95) h. Multiplayer effect besar Permasalahan Pengembangan Perikanan Budidaya Peta permasalahan budidaya ikan dapat diklasifikasi menjadi permasalahan kebijakan, teknis, social ekonomi, sumberdaya, finasial, financial, institusional. Secara rinci masing-masing permasalahan sebagai berikut:
1. Permasalahan kebijakan
Kebijakan riset belum kondusif
Implementasi tata ruang lemah
Pengertian “Product safety” lemah
Orientasi riset jangka pendek
2. Permasalahan teknis
Pasok benih kualitas & kuantitas
Penyakit
Pakan, bhn baku masih impor
Data statistik kuarang akurat
Infrastuktur hatchery, pabrik pakan, Cold Storage
Sumber Daya Manusia (SDM)
3. Permasalahan sosek
Perlu modal besar
Keamanan investasi blm kondusif
Konflik pemanfaatan lahan
Insentif berusaha blm mendukung
Pungutan terlalu banyak jenisnya
Pasar masih terbatas
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
32
4. Permasalahan sumber daya
SD air terbatas
Peruntukan lahan dan air sering menjadi sumber sengketa
Polusi semakin meningkat baik eksternal maupun internal
5. Pemasalahan finansial
Kredit lunak belum tersedia
Tersedia kridit komersil, syarat memberatkan
Protokol pengajuan kridit dirasa rumit
Adanya Persepsi usaha BD tidak bankable
6. Permasalahan institusional
Kerjasama R&D belum solid
Fasilitas Riset belum memadai
Penyebaran instansi R & D blm merata
Orientasi riset komersil rendah
Sistem budidaya dan air budidaya Klasifikasi aquakultur 1. Tujuan budidaya: - bahan makanan manusia - peningkatan stok alami: benih - olah raga dan rekreasi: kolam pemancingan - estetika: ikan hias - umpan: komersial & sport: bandeng - produksi industri: mutiara 2. Tempat pengurung
:
- kolam & tambak - pagar (pen) & keramba (cage) - budidaya rakit (raft culture) - sea ranching & culture based fisheries - tangki/bak: closed high-density culture (recycling) 3. Sumber benih: - benih alam P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
33
- induk dara penangkapan di alam - pembenihan (hatchery) 4. Tingkat pengelolaan : - ekstensif - semi intensif - intensif 5. Jumlah spesies ikan : - monoculture: satu food & feeding habit - polyculture :lebih satu satu food & feeding habit 6. Salinitas air: - air tawar: kurang 0,5 - 5 0/00 - air payau : 5 – 25 0/00 - air laut
: > 25 0/00
7. Gerakan air: - air tenang (static): mengganti air menguap dan rembes - air mengalir (running water): air berganti lebih dari 1 kali dari volume 8. Suhu air : - air dingin (cold): 15 – 25 oc - air hangat (warm): 25 -30 (35) 9. Kebiasaan makanan (food habit): - herbivora: - omnovora - carnivora 10. Kombinasi usaha lain: - mina padi (agric-aquac, Systems) - mina ternak - mina-hutan (silvo-aquac, Systems) 11. Landasan lahan: - lahan tanah (land based systems) P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
34
- lahan perairan (water based systems)
RANGKUMAN Potensi sumberdaya budidaya perikanan di Indonesia sangat besar, sementara pemanfaatannya masih kecil. Potensi akuakultur meliputi: budidaya laut (mariculture), budidaya air payau (brackishwater culture), budidaya air tawar (freshwater culture) yang terdiri atas budidaya kolam dan budidaya di perairan terbuka (contoh keramba jaring apung) serta budidaya mina padi (rice-fishculture). Jenis ikan/udang budidaya dan produksinya berbeda-beda pada setiap jenis budidaya. Demikian pula tujuan akuakultur juga bervatiasi.
CONTOH PERTANYAAN 1. Berapa potensi dan pemanfaatan sumberdaya perikanan budidaya di Indonesia? 2. Apa tujuan usaha akuakultur dilakukan?
PUSTAKA Bangun Sitepu, 2009. Industri Budidaya Ikan Kerapu Terpadu; Pasar, Kendala dan Solusi. Balai Budidaya Laut. Lampung. 43 hal. Bardach J.E., J.H. Ryther & W.O. McLarney, 1972. Aquaculture: The Farming and Husbandry of Freshwater and Marine Organisms, John Wiley and Sons Inc.Toronto. 868 p. Chong, K.C., A. Poernomo & F. Kasryno, 1984. Economic and Technological Aspects of the Indonesia Milkfish Industry. In: Advances in Milkfish Biology by J.V. Juario, R.P. Ferraris and L.V. Benitz (Eds.). Island Pub.House, Inc., Manila. 199–213 pp. Direktorat Jenderal Budidaya, 2004a. Statistik Produksi Budidaya Perikanan (Akuakultur) 2003. Jakarta, Indonesia.121 hal. FAO (Food and Agricultural Organization), 2010a. Assessing the Contribution Aquaculture to Food Security. FAO, Rome, 2010). FAO (Food and Agricultural Organization), 2010b. The State of World Fisheries and Aquaculture 2010. FAO, Rome.
KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan), 2010. Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan 2010-2014. KKP Jakarta.
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
35
Poernomo A., 2004. Sejarah Perkembangan dan Pilihan Teknologi Budidaya Udang di Tambak. Paper the Nat. Symp. on Dev. and Scient.and Techn. Innovatiom in Aquaculture, Semarang. January 27-29, 2004. 15 hal. Rustadi, Kamiso H.N., Supardjo S.D. dan Slamet Hartono, 2004. Budidaya Rumput Laut; Adaptive Research untuk Aktivitas Mata Pencaharian Alternatif. Lap.Akhir. Kerjasama PUSTEK Kelautan UGM dengan BAPEDA Kab. Sumbawa. Rustadi, Kamiso H.N, dan Kuwabara. 2001, Water Quality and Planktological Approach to Monitor Eutrophication by Cage Culture of Red nile (Oreochromis sp.) in Sermo Reservoir, Yogyakarta, Indonesia. Asian Fisheries Sciences Journal (15):135-144. Schuster W.H., 1950. Fish-culture in Salt Water Ponds in Jawa. Diterjemahkan oleh R. Rustami Djajadiredja. Kementerian Pertanian No.2,d ari Urusan Perikanan Darat. 245 hal. PERTEMUAN MINGGU VI (ENAM) 1. Pokok Bahasan
: Persyaratan pengembangan akuakultur
2. Sub pokok bahasan
: a. Persyaratan fisik lahan dan air serta aspek biologi b. Persyaratan sosial dan ekonomi dan peraturan dan undang-undang
IV. PERSYARATAN BUDIDAYA 4.1. FISIK 1. Tersedia lahan ataupun perairan 2. Tinggi tempat: topografi (kemiringan) 3. Suplai air: kuantitas dan kualitas serta tidak terpolusi Kuantitas air untuk kolam: Tradisional 5-15 l/dtk/ha, Sawah 2 l/dtk/ha Semi deras 15-50 l/dtk/ha, Deras > 50 l/dtk/ha 4. Sifat tanah: fisik dan kimia
Pemilihan Lokasi
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
36
Lokasi pengembangan budidaya sering tidak sesuai dengan peruntukan dan atau melebihi daya dukungnya. Pengembangan budidaya (akuakultur) pada sepuluh tahun yang lalu (1990 – 2000), khususnya budidaya tambak udang dan ikan dalam jaring apung di waduk lebih berorientasi pada komoditas, bukan pada lokasi. Lokasi pengembangan sering melanggar peruntukannya atau belum ada zonasi, merubah fungsi dan melebihi daya dukungnya. Hal tersebut didorong oleh permintaan pasar dan harga komoditas udang dan ikan yang tinggi. Sehingga memacu pembudidaya (rakyat/investor) membuka hutan bakau tanpa memperhatikan fungsi ekologis dan biologis, tidak melakukan evaluasi kesesuaian dan daya dukungnya. Selain itu, pemerintah daerah (propinsi/kabupaten) belum seluruhnya memiliki tata ruang dan zonasi perwilayahan pengembangan budidaya dan sub sektor yang lain. Pemerintah dalam menunjang keberhasilan pembangunan budidaya harus menetapkan tara ruang (RUTR/RUTRW), baik kawasan darat maupun perairan sesuai dengan UndangUndang No. 24 Tahun 1992. Hal ini untuk menjamin pemanfaatan sumberdaya lahan dan air untuk pembangunan akukultur yang tepatguna dan bertanggunjawab. Pemerintah (Dinas Perikanan dan Kelautan), pembudidaya (penduduk) dan pengusaha harus menjamin bahwa kegiatan budidaya ditempatkan pada lokasi yang cocok untuk poses produksi yang berkelanjutan (sustainble), layak secara ekonomi dan sosial, minimum konflik dengan pengguna sumberdaya lainnya, menghormati/melindungi suaka alam, kawasan lindung dan habitat yang kritis. Penetapan ini mengatur pembukaan dan perluasan areal untuk pengembangan budidaya (budidaya tambak, kolam, jaring apung, keramba, rumput laut dan kerang) harus sesuai dengan daya dukung lahan/perairan dan dinamika lingkungannya. Demikian pula penerapan teknologinya: sederhana, madya (semi-intensif) atau maju (intensif) harus disesuaikan dengan kondisi lahan/perairan, sarana yang tersedia, sosial dan ekonomi masyarakat setempat. Penetapan kebijakan pembukaan dan perluasan peruntukan budidaya yang ramah lingkungan: seperti pengembangan jaring apung waduk tidak melebihi 1-2% luas total dan lahan budidaya tambak tidak melebihi dari 20% total area sehingga fungsi ekologisnya tetap terjamin, Pada daerah manggrove, perluasan dan pembukaan tambak harus sesuai dengan status rasio tambak dengan manggrovenya. Daerah yang kondisi rasio tambak dengan manggrovenya kritis ditetapkan kewajiban bagi pembudidaya (penduduk/pengusaha) P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
37
melakukan penghijauan. Pembudidaya melakukan pemilihan dan penetapan lokasi yang cocok dari segi teknis, lingkungan dan sosial-ekonomi. Selanjutnya pemerintah harus pula menjamin dan mengakui hak-hak dan kebutuhan sub sektor budidaya: untuk mendapatkan air dan prasarana irigasinya
serta perlindungan dari ancaman lingkungan eksternal seperti
pengurangan kuantitas dan kualitas air yang dibutuhkan. Monitoring dan evaluasi secara teratur pelaksanaan peraturan dan perudangan-undangan di lapangan oleh Pemda melalui dinas teknis dan terkait. Faktor tanah Variabel tanah meliputi sifat fisik (tekstur dan struktur), kimia (pH dan kandungan unsur hara) serta biologi (cacing dan larva insekta). Tekstur dan struktur tanah menentukan kemampuan pematang menahan air dan beban bangunan serta tingkat rembesan air. Faktor kimia dan biologi akan berpengaruh terhadap kesuburan air kolam. Meskipun demikian, lahan marjinal atau bermasalah seperti lahan gambut, lahan pasir dan lahan berpadas kapur (karst) dapat digunakan untuk lokasi kolam budidaya menggunakan plastik atau terpal, lahan berbatu kerikil dan lahan kapur (kars) dibangun dengan konstruksi permanen. Faktor Iklim Iklim memegang peranan yang penting dalam kolam budidaya ikan. Iklim bervariasi dari satu daerah ke daerah lain, dan bahkan dalam satu daerahpun berbeda tiap hari ke hari. Faktor iklim menentukan jumlah curah hujan, radiasi matahari, evaporasi/penguapan, angin humiditas dan kisaran suhu dalam suatu daerah. Perbedaan iklim diantara daerah disebabkan karena 1) kedudukan bumi dari porosnya yang menyebabkan perubahan musim; 2) rotasi bumi yang menyebabkan siang dan malam; 3) kondisi atmosfer, terutama adanya kabut/mendung, yang dapat merefleksikan jumlah radiasi sinar yang diterima bumi; dan 4) bentuk bumi yang bulat sehingga jumlah radiasi matahari yang mencapai bumi pada daerah yang terletak di garis lintang. Radiasi matahari diserap dan disebarkan dalam jumlah yang sama oleh bumi dan air, tetapi karena perbedaan fisik antara kedua permukaan, respon penyerapannya menjadi berbeda. Air dan bumi berbeda dalam hal panas (spesific heat), translucency, evaporasi dan mobilitas (Akin, 1991). Specific heat adalah jumlah enerji yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 oC suatu bahan berat 1 g. Iklim berpengaruh pada ketersediaan air, kualitas air, neraca air kolam (air masuk dan air menguap), iklim mikro di sekitar perkolaman. Daerah yang beriklim basah P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
38
memiliki ketersediaan air: air tanah, air permukaan dan air hujan yang melimpah, sebaliknya di daerah kering ketersediaan airnya terbatas. Kelimpahan terjadi selama musim penghujan, sedangkan air terbatas ketika musim kemarau. Tiap-tiap sumber air mempunyai kualitas air yang berbeda-beda. Radiasi matahari secara langsung berpengaruh terhadap suhu air, sedangkan penguapan, humiditas dan gerakan angin mempengaruhi pengurangan air kolam dan iklim mikro di sekitar kolam.
4.2. Biologi 1. Adaptasi dengan lingkungan 2. Kecepatan tumbuh dan ukuran tubuh 3. Kemudahan berkembangbiak 4. Respon terhadap pakan dan efisien 5. Ketahanan dalam kepadatan tinggi 6. Disukai konsumen: dagingnya lezat, duri sedikit 7. Tahan terhadap hama dan penyakit
4. 3. Sosio, ekonomi dan budaya 1. Adanya kebutuhan protein di masyarakat 2. Sumber perikanan terbatas 3. Kemudahan mendapat saprodi dan pemasaran hasil 4. Adanya keterpaduan dengan usaha lain 5. Tidak ada persaingan kepentingan lahan dan air 6. Tidak bertentangan dengan norma agama 7. Keamanan terjamin: pencuri, hama dan banjir dsb. 8. Legalitas terjamin
4.4. FAKTOR TEKNIK DAN MAMAJEMEN AKUAKULTUR 1. Lahan Air (volume, debit, kualitas) Tanah (jenis, tekstur, struktur)
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
39
2. Komoditas Sifat biologi Kualitas produksi 3. Teknologi Tradisional Semi Intensif Intensif 4. Penanganan dan Pengolahan 5. Pemasaran Harga Daya serap Cara (rantai-mekanisme) 6. Sarana dan Prasarana Pengairan Benih Pakan Transportasi & komunikasi Energi 7. SDM Pengusaha/petani ikan Tenaga ahli/ pekerja 8. Kelembagaan Pengusaha/petani ikan Pembina Modal Pemasaran IPTEK 9. Skala usaha dan skala produksi
4.5. Persyaratan Perundang-undangan •
UU No. 9/1985 tentang Perikanan disempurnakan UU No. 31/2004
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
40
•
UU No. 22/1999 tentang Otonomi Daerah
•
UU No. 6/1968 jo No. 12 1970 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri
•
UU No. 1/1967 jo No. 11/1970 tentang Penanaman Modal Asing
•
PP No. 54/2002 tentang Usaha Perikanan
•
UU No. 23/1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
•
PP No. 19 Tahun 1999, Pengend Pencemaran & Perusakana Laut
•
PERDA (Kabupaten/Kota) tentang Tata Ruang
RANGKUMAN Persyaratan yang perlu dipertimbangkan atau dipenuhi dalam pengembangan akuakultur meliputi faktor fisik, biologi, sosio-ekonomi budaya serta legalitas/perundangundangan yang berlaku. Kemudian secara rinci faktor-faktor teknik dan pengelolaan yang perlu diperhatikan adalah: lahan, komoditas (sifat biologi dan kualitasnya), teknologi akuakultur, penanganan dan pengolahan, pemasaran, sarana dan prasarana, sumberdaya manusia, kelembagaan, skala usaha dan skala produksi.
CONTOH PERTANYAAN 1. Sebutkan faktor-faktor fisik yang perlu diperhatikan dalam pengembangan akuakultur! 2. Apa yang dimaksud dengan pertimbangan mudah berkembangbiak, respon dan efisien terhadap pakan? 3. Sebutkan faktor-faktor sosio-ekonomi dan budaya yang perlu diperhatikan dalam pengembangan akuakultur!
PERTEMUAN MINGGU VII (TUJUH) 1. Pokok Bahasan
: Teknologi akuakultur dan rekayasa
2. Sub pokok bahasan
: a. Teknologi tradisional (sederhana) dan semi-intensif b. Teknologi
intensif
dan
rekayasa
teknologi
akuakultur
V. TEKNOLOGI BUDIDAYA PERIKANAN
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
41
1. Tradisional / ekstensif a. Padat penebaran rendah (di bawah 10 ekor/m², benih berukuran kecil) b. Pakan alami c. Manipulasi lingkungan sedikit d. Produktivitas rendah (< 1 ton/ha/th) e. Hasil tidak menentu 2. Semi intensif a. Padat penebaran sedang (10-20 ekor/m²) b. Pakan alami + tambahan c. Manipulasi lingkungan: pemupukan, ganti air, pengapuran d. Pencegahan penyakit e. Produktivitas sedang (sekitar 2 ton/ha/th) f. Hasil belum menentu 3. Intensif a. Padat penebaran tinggi (> 30 ekor atau 5 kg/m²) ukuran benih besar b. Pakan buatan/pelet c. Manipulasi lingkungan intensif (desain dan konstruksi tempat, pengairan, alat tambahan) d. Penanggulangan pnyakit e. Produksi tinggi (> 4 ton/ha/th- > 20 ton/ha per panen) f. Hasil lebih pasti (predictable) g. Padat teknologi dan modal serta resiko tinggi (penurunan lingkungan-penyakit) 10. Kelemahan Budidaya Perikanan
Pencemaran : sangat tinggi pada budidaya intensif (sisa pakan dan hasil metabolisme)
Menurunkan kualitas air dan lingkungan sekitar, wabah penyakit
Kebutuhan air relatif besar
Konflik kepentingan dan keamanan
Tingkat Teknologi a. Tergantung penguasaan teknologi, modal, kondisi lahan, dan kondisi ekonomi b. Secara umum : tradisional/ ekstensif, semi intensif, dan intensif P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
42
CONTOH: PERSYARATAN TEKNIS BUDIDAYA TAMBAK UDANG No
Keterangan
Ekstensif
Semi Intensif
Intensif
1.
Luas petak (Ha)
1-3
0,5-1
0,4-0,5
2.
Bentuk petakan
Segi panjang
Bujur sangkar/persegi panjang
Bujur sangkar
3.
Tanah dasar
Sedikit lembek
Tanah keras/pasir
Tanah keras/ pasir/kerikil
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
43
4.
Caren
5.
Tanggul - Bahan - Lereng
Caren keliling
Tanpa caren
Tanpa caren
Tanah
Tanah
Tanah/tembok
1 : (1-1,5)
1 : (1-1,5)
1:1 s.d. tegak
6.
Pintu air
Satu
Dua, terpisah pintu buang di tengah/ di pematang
Dua, terpisah pintu buang di tengah dan di pematang
7.
Kedalaman air
40-60
100-150
150- >150
8.
Penggantian air (% / hr)
<3
5-20
5-30
9.
Aerasi (kincir/ ha)
0
4-6
8- >8
10.
P om pa
Stand by
Mutlak
Mutlak
11.
Padat penebaran (PL20 / m²)
3-4
10- 25
30-40
12.
Kelulushidupan (%)
65
70
70
13.
Produktivitas
0,6-1,0
2,5-6,0
6,5-10
Alami + pakan tambahan
Pakan buatan
Pakan buatan + tambahan
(Ton/Ha/MT) 14.
Makanan
+ tambahan
15.
Dampak Lingkungan
kecil
Kecil -sedang
besar - sangat besar
16.
Resiko penyakit
Kecil
Kecil -sedang
Besar – sangat besar
17.
Tanah
25
15
10
35 15 20 - lempung /clay (%) 40 30 70 - debu/silt (%) - Pasir/sand (%) Variabel-variabel yang berpengaruh terhadap pertumbuah dan produkasi ikan
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
44
No
Jenis ikan
Perairan
Teknik budidaya
Jenis usaha
Pasar
Skala usaha
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
45
1. 2. 3.
Ikan mas Nila Gurami
Air tawar Air tawar Air tawar
Kolam, karamba, jaka, mina padi
Pembenihan L, P, DP
Kolam. karamba, jaka, mina padi
Pembenihan DN, LN
Kolam, mina padi
Pembenihan L, P, DP
K, S
Pembesaran K, S, B
Pembesaran K, S
Pembesaran 4.
Ikan patin
Air tawar
Kolam, karamba
Pembenihan L, P, DP
K, B
Pembesaran 5. 6.
Udang galah
Air tawar
Udang laut
Air payau
Kolam
Pembenihan DN, LN
S, B
Pembesaran Tambak
Pembenihan LN
S, B
Pembesaran 7. 8.
Kerapu Ikan hias
Air laut Air tawar, laut
Keterangan : L : Lokal P : Propinsi LN : Luar Negeri
Jaring karamba apung
Pembenihan LN
Kolam
Pembenihan DN, LN
S, B
Pembesaran K, S, B
Pembesaran
DP : Dalam Pulau DN : Dalam Negeri
K : Kecil S : Sedang B : Besar
Sistem Manajemen Agribisnis Perikanan Budidaya
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
46
Lokasi: 1. Ekosistem: laut, payau, tawar 2. Potensi (luas, produksi) 3. Tata ruang 4. Prasarana & sarana pendukung 5. Peraturan perundangan 6. Program pembangunan 7. Kendala Sarana produksi 1. Benih: a. Jumlah, b. Kualitas (Genetik dan Fenotipik), c. Waktu, d. Harga e. Sumber & ketersediaan 2. Pakan: a. Jenis, b. Kualitas, c. Harga, d. Sumber & ketersediaan 3. Alat & bahan 4. Kendala Proses produksi IPTEK
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
47
1. Cara budidaya (kolam, tambak, jaka, dll.) 2. Teknologi a. intensif b. Semi intensif c. Tradisional 3. Komoditas a. Monokultur b. Polikultur 4. Terpadu 5. Jadwal budidaya (musim tanam) 6. Kapasitas produksi 7. Kendala
Penanganan dan Pengolahan 1. Ikan hidup 2. Ikan segar a. Utuh b. Fillet 3. Ikan olahan a. Tradisional b. Modern 4. Rantai dingin 5. Kendala Distribusi dan Pemasaran 1. Orientasi pasar 2. Kreasi pasar 3. Kebutuhan pasar 4. Harga 5. Mekanisme & sistem pemasaran 6. Sarana transportasi/ distribusi 7. Jadwal panen & produksi P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
48
8. Kendala
REKAYASA BUDIDAYA 1. Desain dan konstruksi 2. Pembenihan (seleksi/breeding/hormon/ rekayasa genetik) 3. Pengembangan pakan 4. Peningkatan kualitas air 5. Pengendalian penyakit 6. Penggunaan mineral dan hormon 7. Manajemen budidaya Diawali : Studi potensi, kelayakan, master plan lokasi budidaya PERBEDAAN TEKNOLOGI EKSTENSIF DAN INTENSIF KETERANGAN
EKSTENSIF
INTENSIF
luas
sempit
Kepadatan benih
rendah
tinggi
Debit air
rendah
tinggi
Alami dan pupuk
pakan buatan, komplit
Produktivitas
rendah
tinggi
Keterlibatan manusia
rendah
tinggi
Investasi
rendah
tinggi
Lahan/perairan
Pakan
Keunggulan dan Kelemahan Ekstensif Keunggulan
Kelemahan
Kebutuhan air lebih sedikit
Lahan yang diperlukan luas
Kebutuhan tenaga lebih banyak
Kontrol hama dan penyakit sulit dan biaya tinggi
Limbah terasimilasi, bahaya penurunan oksigen dan wabah penyakit lebih kecil
Kontrol ukuran ikan yang dipanen sulit
Investasi rendah
Panenan bertahap kurang efektif
Keunggulan dan Kelemahan Ekstensif Keunggulan
Kelemahan
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
49
Terkontrol dan manipulasi tinggi
Kebutuhan air dan pakan lebih banyak
Kebutuhan lahan lebih sempit
Kebutuhan tenaga lebih banyak
Kontrol hama dan penyakit mudah
Bahaya penurunan oksigen lebih besar
Pemanenan praktis dan bisa bertahap
Wabah parasit dan penyakit lebih besar
STRATEGY R&D •
Menciptakan tek BD SD Lahan air efisien
•
Produksi, benih kualitas baik & kuantitas unggul
•
Pencegahan Penaggulangan
•
Ciptakan SDM unggul
•
Ciptakan mekanisme aliran teknologi pengguna
•
Mengikut sertakan semua stakeholder
•
Orientasi keuntungan & berkelanjutan
RANGKUMAN Teknologi akuakultur pada dasarnya terdiri atas sederhana (ekstensif) dan intensif. Masing-masing teknologi ekstensif dan intensif memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing, maka berkembang teknologi yang medium sebagai alternative, yaitu semiintensif. Dalam proses manajemen agribisnis akuakultur banyak variabel yang berpengaruh dan perlu dikendalikan. Rekayasa akuakultur merupakan salah satu cara untuk diterapkan.
CONTOH SOAL 1. Apa kelemahan dan kelebihan teknologi ekstensif dan intensif dalam akuakultur? 2. Variabel-variabel apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi akuakultur? 3. Apa yang dimaksud rekayasa akuakultur dan dalam aspek apa saja dapat diterapkan?
PERTEMUAN MINGGU VIII (DELAPAN) 1. Estimasi waktu
: 2x50 menit
2. Pokok Bahasan
: Ujian sisipan (Mid-term)
3. Sub pokok bahasan
: Evaluasi materi minggu ke-I sampai ke VII
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
50
PERTEMUAN MINGGU IX (SEMBILAN) 1. Pokok Bahasan
: Jenis ikan budidaya dan teknik produksi benihnya
2. Sub pokok bahasan
: a. Pemilihan spesies dan produksi benih ikan budidaya b. Pemuliaan dan rekayasa genetik ikan budidaya
Sumber benih ikan budidaya
KEBIASAAN MAKANAN IKAN -
HERBIVOR: pemakan tumbuhan Plankton feeder: pemakan plankton
-
OMNIVOR: pemakan segala
- CARNIVOR: pemakan daging
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
51
JENIS IKAN BUDIDAYA
Jenis Ikan Air Tawar Berdasarkan kriteria pemilihan ternyata banyak jenis ikan (finfish) baik jenis ikan asli maupun ikan introduksi memenuhi syarat sebagai ikan budidaya. Namun belum seluruh ikan asli Indonesia yang dibudidayakan. Pemeliharaan ikan dalam wadah apapun, kolam atau jaring apung sudah menyangkut pengelolaan
atau manajemen yang menyangkut
perencanaan, pelaksanaan atau proses dan evaluasi pada hasil panenan. Perencanaan meliputi perencanaan waktu, dana, tenaga kerja, proses dan sarana produksi yaitu benih, pakan, pupuk dan sebagainya. Pelaksanaan pemeli-haraan mulai dari persiapan kolam atau jaring apung sampai dengan pemanenan dan penanganan hasil. Sering kali para pembudaya melupakan pelaksanaan pemanenan dan penangan yang harus dilakukan agar kualitas memenuhi syarat permintaan pasar. Untuk mendapatkan produksi yang baik diperlukan pengelolaan yang baik pula.
Jenis dan Sifat 1. Jenis ikan P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
52
Di Indonesia terdapat berbagai jenis-jenis ikan air tawar karena terletak di antara benua Asia dan Australia sehingga menerima jenis-jenis ikan dari kedua benua tersebut. Jenis-jenis ikan air tawar di kepulaun Indonesia secara umum terbagi menjadi tiga daerah penyebaran sesuai dengan pembagian oleh garis Wallace, yakni daerah Sunda (barat), Sahul (timur) dan Sulawesi, Maluku dan NTB (tengah). Jenis ikan air tawar asli paling banyak terdapat di daerah Sunda kurang lebih 500 jenis ikan, diikuti daerah Sahul 93 jenis dan daerah Sulawesi sekitar 46 jenis (Schuster 1950 dalam Ondara 1981) seperti terlihat pada tabel 2. Belum seluruhnya ikan asli Indonesia yang dibudidayakan, jenis terbanyak yang telah dibudidayakan adalah Mas-masan, lele-lelean dan labyrinth. Tabel : Jenis ikan air tawar asli Indonesia Jenis Mas-masan Lele-lelean Labyrin Kakap-kakapan Bersirip lunak Mua-muaan Belut-belutan Pisau-pisauan Cendro-cendroan Belanak-belanakan Seribu-seribuan Sebelah Puntang-puntangan
Cyprinoidea Siluroidea Labyrinthici Percoformes Isospondyli/Malacopterygii Apodes Synbranchoidea Solenichthyes Synenthognathi Percesoces Microcyprini Heterosomata Gobiodea
Sunda 196 125 36 12 22 11 2 9 7 11 3 6 65
Jumlah jenis Sahul Sulawesi 8 29 8 21 2 12 2 6 7 6 8 12 26 2 -
Oleh karena alasan sifat baik atau unggul dalam segi budidaya, banyak jenis ikan introduksi dari luar negeri dan telah dikembangkan sebagai ikan budidaya. Ikan mas (Cyprinus carpio) didatangkan dari China dan telah mengalami persilangan diantaranya menghasilkan varietas: si Nyonya, flavipinnia, karper punten dan lain-lain. Jenis lainnya koki atau gold fish (Carrasius auratus) dan koan (Ctenopharyngodon idellus) dari China ikan, ikan seribu (1927), varietas karper kaca dari Eropa (1927 dan 1930), ikan forel (Trutta iridea dan T. fario) dari Zelandia Baru dan Denmark (1929, 1937 dan 1939), sepat siam (Trichogaster pectoralis) dari Thailand, famili Cichlidae (Percomorphi), berbagai genus Tilapia/Oreochromis asli dari Afrika seperti nila hitam (Oreochromis niloticus) dan berbagai P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
53
hibridanya termasuk nila merah (Oreochromis sp.) seperti hibrida nila merah Singapura, Taiwan, Citralada (Tailand), nila hitam GIFT. Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) dan jambal siam dari Thailand (Pangasius sutchi) 2. Sifat ikan Dari segi budidaya sifat ikan dapat digolongkan berdasarkan jenis makanannya, yaitu herbivora, karnivora dan omnivora. Herbivora adalah jenis ikan pemakan tumbuhan, untuk ikan budidaya asli antara lain: gurami (Osphronemus goramy), tawes (Puntius javanicus), koan (Ctenopharyngodon idellus), karnivora: pemakan daging seperti lele (Clarias batrachus), gabus (Ophiocephalus sp.), sedangkan omnivora: pemakan segala contohnya karper (Cyprinus carpio). Jenis ikan herbivora paling efisien dari segi energi dibanding jenis karnivora maupun omnivora. Sering pula dicantumkan jenis ikan yang suka makan plankton (plankton feeder) seperti nila, nilem, silver carp. Disamping itu, sifat ikan untuk budidaya dapat dilihat atas dasar ketahanannya pada lingkungan geografis, lingkungan air dan kepadatan, ketahanan pada penyakit, pertumbuhan dan ukuran. Ikan karper, nila dan udang galah untuk saat ini termasuk jenis ikan yang memiliki kelebihan-kelebihan sifat unggul dibanding jenis lain, meskipun mungkin ada kekurangannya.
Pemuliaan dan Rekayasa Genetik
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
54
DAERAH PELAKSANA PROGRAM INTENSIFIKASI BUDIDAYA IKAN NAD
Sumut
Riau
B. Belitung
DKI Jakarta
Kalbar
Kalteng
Kaltim
Kalsel
Gorontalo
Sulut
Maluku Utara
Papua
Udang Kerapu Nila
Udang Kerapu Nila
Udang Kerapu Rumput laut Nila
Udang Kerapu
Kerapu Rumput laut
Udang Nila
Udang Nila
Udang Nila
Udang Rumput laut Nila
Udang Kerapu Rumput laut Nila
Kerapu Rumput laut Nila
Kerapu Rumput laut
Kerapu Rumput laut Nila
Sumbar Kerapu Nila
Jambi Udang Nila
Sumsel
Maluku
Udang Nila
Udang Kerapu Rumput laut
Bengkulu
Lampung
Banten
Jabar
Jateng
D.I. Yogya
Jatim
Bali
NTB
NTT
Sulsel
Sultera
Sulteng
Udang Nila
Udang Kerapu Rumput laut Nila
Udang Kerapu Rumput laut Nila
Udang Nila
Udang Kerapu Rumput laut Nila
Nila
Udang Kerapu Rumput laut Nila
Udang Kerapu Rumput laut
Udang Kerapu Rumput laut Nila
Udang Kerapu Rumput laut
Udang Rumput laut Nila
Udang Kerapu Rumput laut Nila
Udang Kerapu Rumput laut Nila
INBUD Udang :
24 provinsi
Dibuat Oleh :
INBUD Kerapu :
20 provinsi
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
INBUD R. laut :
18 provinsi
INBUD Nila
24 provinsi
:
Departemen Kelautan dan Perikanan Tahun 2004
RANGKUMAN Jenis/spesies ikan budidaya terdiri atas jenis ikan air tawar dan air asin. Jenis ikan air payau mempunyai daya tahan pada air tawar maupun asin. Ditinjau dari asalnya jenis ikan di Indonesia, ada yang merupakan ikan asli (indigeneous), contoh ikan air tawar: gurami (Osphronemus gouramy), ikan tawes (Puntius javanicus), dan ikan air laut: ikan kerapu (Epinephelus spp.), Kakap (Lates calcalifer, Tiram (Cassostrea cuculata), Rumput laut agar (Euchema spinosum), udang windu (Penaeus monodon), ada pula ikan introduksi dari luar negeri, contoh ikan nila (Oreochromis sp.). Sebagian besar benih ikan budidaya diperoleh dari hasil pembenihan, meskipun ada beberapa ikan masih menggantungkan dari alam terutama ikan-ikan yang belum dikuasai teknik pembenihannya. Melalui usaha pemuliaan induk dan rekayasa genetik diperoleh benih unggul, baik dari segi pertumbuhan, efisiensi pakan, daya tahan terhadap lingkungan dan penyakit.
CONTOH COAL
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
55
1. Sebutkan jenis-jenis ikan air tawar dan air laut, masing-masing 5 jenis dengan nama ilmiahnya!. 2. Apa yang saudara ketahui tentang jenis ikan berdasrkan jenis makanannya; herbivor, omnivor dan karnivor? 3. Bagaimana cara mendapatkan benih ikan nila dan ikan sidat?
PERTEMUAN MINGGU X (SEPULUH) 1. Pokok Bahasan
: Wadah dan pengairan akuakultur
2. Sub pokok bahasan
: a. Wadah
budidaya
dasar
tanah
(land-base
aquaculture) dan dasar air (water-base aquaculture) b. Sumber air, sistem pengairan dan pengelolaan kualitas air
Klasifikasi perairan berdasarkan kadar garam Hedgpeth (1957): Freshwater (air tawar) :kurang 0,5 0/00 Oligohaline
: 0,5 – 3,0 0/00
Mesohaline
: 3,0 – 16,5 0/00
Polyhaline
: 16,5 – 30,0 0/00
Marine
: lebih besar 30,0 0/00
Pembagian Umum 0 – 5 permil : tawar 5 – 15 permil : payau 15 – 35 permil : asin
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
56
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
57
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
58
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
59
SUMBER AIR 1. AIR TANAH: a. Mata air b. Depresi di bawah muka air tanah c. Sumur 2. AIR PERMUKAAN a. Aliran air : sungai, anak sungai, saluran b. Telaga, danau, waduk, dam, rawa c. Laguna dan laut
Sistem pengairan kolam dan tambak ada 2: 1. Sistem pengairan paralel: setiap petak kolam mempunyai mendapatkan air dari saluran air masuk dan membuang ke saluran pengeluaran sendiri-sendiri. Kebutuhan air sistem ini besar, kualitas air lebih baik, mudah dikelola waktu panen dan ada wabah penyakit bisa dikendalikan. 2. Sistem pengairan seri: kolam pertma mendapatkan air masuk dari kolam yang lain,. Kebutuhan air sistem ini sedikit, kualitas air makin jelek, sulit dikelola waktu panen dan bila ada wabah penyakit bisa sulit dikendalikan dan menjalar.
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
60
VARIABEL AIR 1. Kuantitas: - awal (pengisian) - mengganti air rembes dan menguap (5 – 10 l/dtk/ha) - mengalir (50 – 400 l/detik) 2. Kualitas atau mutu air
Keunggulan Dan Kelemahan Sumber Air Tanah dan Air Permukaan KETERANGAN
AIR TANAH
AIR PERMUKAAN
1. P ol us i
bebas
terpolusi
2. S uhu
stabil
berfluktuasi
3. Oksigen
rendah
tinggi
4. Mineral
rendah
tinggi
5. C O 2
tinggi
berfluktuasi
6. H S & C H 2 4
tinggi
berfluktuasi
7. Kandungan Fe
tinggi
berfluktuasi
2
2
4
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
61
PERSYARATAN KUALITAS AIR VARIABEL
IKAN AIR TAWAR*)
UDANG AIR LAUT**)
25 – 35
26 – 30
2. Kecerahan (cm)
10 - 30 cm
30 – 40
3. O terlarut (mg/l)
>3
5–6
4. CO bebas (mg/l)
< 5
< 10
5. pH
6 ,5 – 8 ,5
7 ,5 – 8 ,5
6. Alkalinitas (mg/l)
20 – 150
> 80
7. Kesadahan (mg/l)
20 – 150
> 80
8. H S (mg/l)
< 0 ,0 3
< 0 ,0 3
9. NH (mg/l)
< 0 ,1
< 0 ,1
o
1. S uhu ( C )
2
2
2
3
10. Salinitas (ppt) 10 - 30 *) Boyd dan Lichkoppler, 1979: Fish Pond Management **) Chanratchakool et al., 1993: Healt Management in Shrimp Ponds RANGKUMAN Akuakultur secara umum dapat digolongkan menjadi dua sistem, yakni land-based aquaculture dan water-based aquaculture. Sumber air untuk akuakultur dapat berasal air tanah (mata air, air sumur), air permukaan (sungai, saluran, danau, waduk, laut) dan air hujan. Berdasarkan kadar kadar garam/salinitas air dapat dibagi menjadi air tawar, air payau dan air laut. Disamping secara kuantitas air, persyaratan air secara kualitas juga diperlukan untuk akuakultur.
CONTOH SOAL 1. Sebutkan contoh akuakultur yang termasuk land-based aquaculture dan water-based aquaculture!, Apa kelebihan dan kelemahan masing-masing sistem?. 2. Parameter kualitas air apa saja dan berapa standar kualitas air yang baik untuk kehidupan ikan?.
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
62
PERTEMUAN MINGGU XI (SEBELAS) 1. Pokok Bahasan
: Pengelolaan budidaya
2. Sub pokok bahasan
: a. Persiapan lahan, pengisian air b. Penebaran benih, pemberian pakan dan pupuk
Pengelolaan Akuakultur Pengelolaan Akuakultur (Sumber Rustadi, 2012) 1. Kolam a. Persiapan kolam Kolam yang baru digunakan pematangnya sering berlubang, kemiringannya longsor dan ditumbuhi rumput yang lebat. Oleh karena itu diperlukan perbaikan pematang termasuk pengecekan pintu air dan kelengkapan saringan sebelum digunakan untuk pemeliharaan berikutnya. Perbaikan dimulai dengan pembersihan rumput dan akarnya pada sisi miring pematang. Rumput tersebut harus dikumpulkan dan dikeringkan di atas pematang kolam, apabila sudah kering dapat dimasukkan ke dalam kolam sebagai pupuk. Bila ada lubang pada pematang harus dilakukan penggalian, kemudian ditutup dengan tanah yang padat. Setelah pematang bersih dari rumput dan akarnya serta lubang sudah ditutup, menimbun pematang dengan tanah liat yang basah dan padat. Penimbunan pematang harus memperhatikan kemiringan yang diinginkan. Pekerjaan selanjutnya adalah memperbaiki dasar kolam. Apabila terdapat endapan lumpur organik maupun anorganik yang banyak, harus diangkat untuk ke atas pematang. Kemudian tanah dasar kolam diolah dengan mencangkul dan membalik tanah. Apabila kolamnya luas, pengolahan dapat dilakukan dengan menggaru menggunakan tenaga ternak sapi. Dasar kolam dibuat miring dan caren atau saluran dalam kolam diperdalam. Setelah selesai perbaikan dan pengolahan dasar, kolam dikapur dengan menebar kapur pertanian (CaCO3) atau limestone) secara merata di atas permukaan dasar sebanyak 0,1-0,15 kg/m2. Pengapuran disamping untuk memberantas organisme parasit dan penyakit. Selain itu penga-puran berfungsi untuk meningkatkan alkalinitas dan kesadahan sehingga pH air naik dan stabil, mendorong reaksi kimia lebih cepat dan unsur hara lebih tersedia. Selanjutnya dasar kolam diberi pupuk organik berupa kotoran ayam kering sebanyak 5.000-7.500 kg/ha. Pupuk Urea dan TSP (triple super phosphat) juga diberikan dengan P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
63
dosis masing-masing 4 kg/ha dan 10 kg/ha. Pupuk urea mengan-dung unsur N = 42-45%, sedangkan TSP mengandung unsur P = 32-64%. Kedua pupuk anorganik tersebut dicampur terlebih dahulu, kemudian ditebar merata pada dasar kolam untuk menumbuhkan sejumlah makanan alami ikan. Pakan alami ini sangat diperlukan benih ikan karena mempunyai nilai gizi (protein) yang tinggi dan mudah dicerna. Kolam kemudian dikeringkan selama 3-5 hari. Pengeringan dan pengolahan tanah tersebut bertujuan untuk memperbaiki aerasi tanah, sehingga proses pembongkaran bahan organik bisa berjalan cepat dan gas-gas beracun lepas, serta mematikan organisme penyebab penyakit, organisme perantara, larva dan insekta air yang merupakan hama dan parasit ikan. Setelah dipupuk, kolam diisi air sedalam 10 cm dan dibiarkan selama 3-5 hari agar proses dekomposisi pupuk organik berjalan secara aerob, pengisian pori tanah oleh air dan jasad renik tumbuh. Kemudian air ditambah menjadi sedalam 50 cm dan ditumbuhi fitoplankton yang
ditandai
air
mulai
dengan warna air kolam menjadi kuning hijau.
Disamping itu, di dasar kolam banyak terdapat jasad renik seperti: kutu air, udang renik, larva insekta, cacing dan sebagainya. b. Pengairan kolam Pengairan kolam pada dasarnya terdiri atas dua tahap, yaitu pertama pengi-sian dan yang kedua adalah menambah air untuk menjaga level air ataupun untuk mengganti guna perbaikan kualitas air. Kebutuhan air secara kuantitas tergantung pada sistem budidaya yang diterapkan, yaitu sistem semi- intensif atau intensif. 1). Sistem semi-intensif Pada sistem semi-intensif biasanya gerakan air statis (stagnant). Air disamping sebagai media hidup bagi ikan juga media pertumbuhan bagi pakan alami ikan, dan jumlah ikan yang dipelihara sedikit sehingga kebutuhan akan oksigen dapat tercukupi dan limbah yang terbuang tidak berpengaruh menurunkan kualitas
air atau air secara alami dapat
menjernihkan sendiri. Pergantian air tidak harus terus menerus, cukup mengganti air yang hilang karena merembes (horizontal) dan menguap. Pada kolam berkonstruksi permanen atau dasarnya dilengkapi bahan kedap air (bentonit atau plastik), pengisian kembali hanya untuk mengganti air yang menguap.
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
64
Sebelum air dialirkan ke kolam, monik (pintu air keluar) ditutup rapat dengan lapisan plastik dan diisi tanah yang padat sehingga tidak akan bocor. Isikan air ke dalam kolam dengan penyaringan sampai kedalaman 30-50 cm dan biarkan selama 5-7 hari sehingga ditumbuhi plankton yang ditandai dengan warna air kolam menjadi coklat-hijau atau sudah timbul lubang cacing pada tanah dasar kolam. Setelah plankton mulai tumbuh, tambahhkan air untuk meningkatkan level air seperti yang dikehendaki (80-120 cm). Penambahan air selanjutnya dilakukan apa-bila level air turun atau pertumbuhan plankton terlalu melimpah sehingga perlu pengenceran. 2). Sistem intensif Pada budidaya sistem intensif, air selalu mengalir (running water) sejak pengisisan dengan debit tertentu. Dalam sistem budidaya air mengalir, air berfungsi disamping sebagai media hidup, juga untuk perbaikan kualitas air yaitu penyedia oksigen dan membuang limbah, sehingga kualitas air menjadi lebih baik. Oleh karena itu air harus tersedia terus menerus. Pergantian air dipengaruhi oleh kepa-datan dan spesies organisme yang dipelihara serta frekuensi penggantiannya. Untuk kolam berkapasitas 100 m 3 dan aliran rendah sampai sedang diperlukan debit air 10-50 1iter/detik, sedangkan bila aliran cepat debit airnya lebih dari 100 liter/ detik. Keadaan kualitas air selama pemeliharaan harus diperhatikan oleh seorang pembudidaya, yaitu dengan melakukan mimonitoring. c. Benih ikan dan penebaran Ukuran dan umur benih merupakan varibel-variabel pertama yang perlu diperhatikan dalam budidaya ikan. Keduanya penting mengingat bahwa beberapa ikan memijah pada umur muda. Masa untuk pertumbuhan somatik hanya pendek, sedang masa lainnya banyak untuk pertumbuhan gonade. Umur dan ukuran ikan harus diketahui, sebagai contoh nila merah dalam kondisi kolam yang baik, benih umur 1 bulan sudah dapat mencapai ukuran 10 gram, sedangkan umur 1,5-2 bulan beratnya sekitar 25 gram. Baiknya, permintaan pasar ikan konsumsi nila merah di dalam negeri adalah 150-300 gram per ekor, yang dapat dicapai dalam pembe-saran selama 4-6 bulan, sedangkan ukuran 500 umurnya berkisar 68 bulan dan ukuran 800 gram umurnya berkisar 9-12 bulan. Dalam populasi yang tinggi dan suplai makanan terbatas, benih umur tua dengan ukuran yang masih kecil (kerdil) hanya 30 gram sudah dapat berkembangbiak.
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
65
Benih yang dipilih harus sehat, seragam ukuran dan warnanya. Tanda-tanda benih yang sehat adalah bersifat responsif terhadap ransangan, tidak cacat fisik dan tidak membawa bibit penyakit dan parasit. Apabila benih berasal dari tempat lain dan jaraknya jauh, benih harus diadaptasikan terhadap lingkungan selama 2-3 hari. Jumlah ikan yang dipelihara tiap satuan luas atau kepadatan ikan tergantung pada daya dukung (carrying capacity) kolam, kecepatan tumbuh benih dan pengelo-laannya. Untuk menjamin pertumbuhan ikan cepat dan mencapai ukuran berat yang diminta pasar dalam waktu 3-6 bulan yang tersedia haruslah
dipilih
kepadatan yang rendah dan
pengelolaan yang tepat, apakah dengan input pupuk anorganik, pupuk organik ataupun pakan buatan. Apabila jumlah benih yang ditebarkan lebih besar dari daya dukung, akan dihasilkan ikan yang ukuran kecil atau kerdil, sedangkan apabila penebaran di bawah daya dukung akan menghasilkan ikan ukuran besar tetapi tidak efisien karena sumber pakan tidak dapat digunakan secara maksimum. Oleh karena itu perlu dicari penebaran secara optimum, yaitu yang sesuai dengan daya dukungnya. Kecepatan tumbuh relatif adalah relatif terhadap berat tubuh ikan, pada ikan muda (ukuran kecil) lebih cepat daripada ikan tua (ukuran besar). Dalam praktek biasanya untuk berat biomas tertentu, makin besar kepadatan
ikan
yang dipelihara makin besar hasil
panennya asal pakan dicukupi. Namun penebaran berdasarkan berat sering ikan menjadi kerdil apabila ukuran individu ikan yang ditebar kecil, karena jumlah benih tiap berat yang ditebar banyak dan tercapai pada daya dukungnya ketika ukuran individu masih kecil. Secara teknis jumlah benih yang ditebarkan tergantung pada luas kolam, perkiraan berat panen, ukuran ikan saat ditebar dan ukuran ikan saat panen serta keluluhidupan ikan. Kepadatan (stocking density = SD) benih yang ditebarkan menurut rumus Shang (1980) adalah sebagai berikut:
AQ SD = --------- : H W2 - W1 Keterangan: SD = kepadatan (ekor) A = luas kolam (m2) P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
66
Q = perkiraan berat panen (kg) (CC = carring capacity atau daya dukung) W1 = ukuran benih ditebar (g) W2 = ukuran ikan dipanen (g) H = jumlah ikan hidup (%) d. Pemupukan Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan ketersedian unsur hara, sumber enersi dan subtrat bagi pertumbuhan jasad renik dalam air yang langsung atau tidak lansung menjadi makanan alami ikan di kolam. Jenis pupuk yang biasanya digunakan dalam pertanian dapat digunakan pula dalam budidaya ikan di kolam. Jenis pupuk yang biasa digunakan dalam budidaya ikan di kolam ada 2 (dua) jenis, yakni pupuk anorganik atau pupuk kimia dan pupuk organik. Pupuk anorganik merupakan buatan pabrik bisa mengandung unsur tersedia tunggal: Nitrogen, Fosfor atau Kalium ataupun majemuk mengandung lebih dari satunsur hara tersebut. Pupuk organik terdiri atas kotoran ternak (pupuk kandang) dan tumbuhan (pupuk hijau). Pupuk organik digunakan sebagai subtrat hidup organisme heterotrop (bakteri) untuk mengambil energi dan nutrisi, yang kemudian menjadi pakan untuk organime bentik, protozoa, larva
insekta,
cacing-cacingan. Melepas unsur hara secara bertahap, yang
digunakan untuk pertumbuhan fitoplankton. Pupuk organik memperbaiki struktur tanah dan menutup pori-pori tanah. Kelemahan pupuk organik antara lain: kandungan unsur hara rendah, menurunkan kualitas air dan kandungan oksigen dan menaikkan populasi jasad patogen. Oleh karena unsur hara terkandung dalam pupuk
anorganik lebih tersedia, maka
pertumbuhan jenis tumbuhan seperti fitoplankton dan tumbuhan air lainnya lebih cepat. Pupuk
organik
membutuhkan
waktu
dan
oksigen
untuk
perombakannya,
maka
penggunaannya harus sudah kering dengan rasio C:N kurang dari 10. Dalam budidaya ikan pemakan plankton seperti Oreochromis, kedua jenis pupuk tersebut digunakan secara bersama-sama agar jenis makanan alami, terutama plankton yang tumbuh lebih cepat, jenisnya bervariasi dan keberadaannya lebih tahan lama. Pemupukan dilakukan sebagai pupuk dasar dan susulan. Sebelum dipupuk seyogyanya dasar kolam ditaburi kapur merata. Pengapuran berfungsi untuk menaikkan pH air kolam bersifat netral, berkisar 7.0-8.0 sehingga proses pembong-karan cepat dan unsur hara lebih P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
67
tersedia, terutama P serta mencegah serangan penyakit. Penggunaan pupuk harus dilakukan secara rutin untuk menjamin keterse-diaan plankton, yaitu dengan frekuensi tiap 2 minggu sekali atau kurang tergantung pada nilai kecerahan air menggunakan Sechii disk Apabila kecerahan berkisar 10-15 cm menunjukkan pertumbuhan plankton cukup memadai untuk kehidupan ikan,
tetapi bila lebih dari 15 cm berarti keberadaan plankton jarang dan
diperlukan pemupukan susulan. e. Pemberian pakan Ada 3 (tiga) alasan mengapa budidaya ikan memerlukan pakan: 1. Luasan kolam sempit maka untuk memperoleh produksi yang tinggi ditebari benih ikan yang padat dan memerlukan pakan. 2. Air kolam yang digunakan tidak subur sehingga tidak tersedia makanan alami, 3. Usaha
budidaya ikan bisa dilaksanakan
secara
komersial dengan skala besar
sehingga untuk mendapatkan keuntungan diperlukan produktivitas tinggi, waktu yang cepat dan kontinyu. Dalam pemberian pakan harus diusahakan agar pakan dapat dikonsumsi oleh ikan secara utuh. Hal ini penting diperhatikan untuk mengurangi polusi air ling-kungan dan untuk menjamin bahwa ikan memperoleh pakan yang sesuai dengan kebutuhan gizi dan kuantitasnya. Pakan kering buatan pabrik yang berbentuk pelet, baik yang tenggelam maupun terapung, keduanya dapat digunakan untuk pakan ikan. Untuk menyatukan bahan baku dan menjaga keutuhan dalam air diberi penambahan bahan pengikat (binder) dalam proses pembuatannya.
Jenis pakan
tenggelam
pada umumnya dibuat dengan sistem
kompresor, sedangkan jenis pakan terapung dengan sistem extruder. Dengan kualitas bahan baku yang sama, proses pembuatan extruder
(penambahan uap dan suhu tinggi)
menghasilkan jenis pakan yang lebih baik daripada proses non-extruder, karena kecernaan dan daya rekat pakan lebih sempurna. Namun akibat biaya pembuatan yang lebih mahal pada proses extruder, maka harga jenis pakan terapung lebih mahal daripada pakan tenggelam. Ikan cenderung memakan pakan dengan memamah daripada menelan. Pakan yang tidak disukai biasanya dimasukkan ke dalam mulut, kemudian dikeluarkan beberapa kali sebelum dimakan atau dibuang. Ukuran pakan pelet yang diberikan pada ikan tergantung
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
68
pada ukuran ikan. Untuk ikan sampai ukuran konsumsi 300-500 gram per ekor, ukuran diameter pelet berkisar 3-4 mm, sedangkan panjangnya 10 mm. Jenis pakan berbentuk tepung atau remah digunakan untuk benih ikan ukuran 3-5 cm (fry), sampai ukuran 8-12 cm (yuwana). Pakan untuk budidaya pembesaran ikan secara intensif mengandung protein 24-28%, lemak 8-13%, dan karbohidrat 49-50% dengan kadar air 10-13%. Pakan yang diberikan jenis tenggelam ataupun terapung dapat diberikan, yang penting cara pemberiannya harus diperhatikan. Untuk jenis ikan surface feeder (makan di permukaaan), maka jenis pakan terapung lebih cocok daripada jenis tenggelam. Pemberiannya harus dilakukan sedikit demi sedikit dan merata untuk menghindari kelebihan pakan dan ikan tidak saling berebut. Oleh karena pakan terapung lebih mudah diketahui habis atau tidaknya pakan yang diberikan. Pada kolam deras, hendaknya dipasang tempat pakan untuk menghindari pakan terbawa oleh arus air. Apabila pakan yang diberikan jenis tenggelam, jumlah tiap hari sebanyak atau ransum 3-5% berat ikan, frekuensi pemberiannya 3 kali, yaitu sekitar pukul 08.00, 12.00 dan 16.00 dan cara pemberiannya harus ditabur merata. Perubahan ransum pakan dilakukan tiap 10 – 14 hari dengan cara pengambilan contoh ikan 3-5 kali, yang masing-masing ditimbang beratnya dan dihitung jumlahnya sehingga dapat dihitung rata-rata berat individu ikan. Dengan diketahuinya jumlah total ikan yang ditebarkan dan jumlah ikan yang mati, maka dapat diketahui jumlah total yang masih hidup. Perkalian antara jumlah ikan yang hidup dengan berat rata-rata individu ikan pada waktu tertentu menghasilkan berat ikan total. RANGKUMAN Apapun wadah budidaya yang digunakan, wadah harus disiapkan dengan kegiatan berbeda-beda. Kegiatan dilakukan secara berurutan agar tujuan dan manfaatnya dapat dicapai. Kegiatan meliputi: persiapan wadah (pengeringan), pengolahan, pengapuran dan pemupukan (kolam dan tambak tanah), pengisian air, penebaran benih, pemupukan susulan, pemberian pakan, pengendalian hama dan penyakit serta pemanenan.
CONTOH SOAL
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
69
1. Apa tujuan pengeringan, pengolahan, pengapuran dan pemberian pupuk dasar pada kolam dan tambak tanah?. 2. Bagaimana cara menentukan padat tebar ikan/udang pada kolam ataupun tambak?. 3. Apa tujuan pemberian pakan dan pemberian pukuk susulan?
PERTEMUAN MINGGU XII (DUA BELAS) 1. Pokok Bahasan
: Melanjutkan pengelolaan budidaya
2. Sub pokok bahasan
: a. Pengendalian pertumbuhan plankton, tumbuhan dan binatang air b. Pengendalian hama dan penyakit c. Pemanenan dan pasca panen
f. Pengendalian hama, penyakit ikan dan gulma air Persiapan kolam yang baik, pemilihan benih yang sehat dan pengelolaan yang teratur akan menjamin kesehatan ikan selama pemeliharaan. Kematian ikan karena perubahan lingkungan yang
baru,
terjadi pada awal pemeliharaan. Biasa-nya karena penanganan
selama pengangkutan atau penyiapan sebelum-nya kurang baik menyebabkan ikan luka dan dengan mudah terserang jamur atau parasit. Kehilangan ikan juga bisa terjadi karena dimangsa oleh hama atau predator. Pengendalian predator seperti: ikan gabus, ular hendaknya langsung ditangkap dan dimatikan. Seperti telah diuraikan dalam pemupukan, bahwa penambahan unsur hara dari pupuk dapat meningkatkan pertubuhan phytoplankton dan tanaman air tingkat tinggi. Pertumbuhan yang melimpah berakibat jelek terhadap kualitas air, khusus tanaman tingkat tinggi akan mengurangi volume air dan ruang gerak ikan serta dapat menjerat ikan. Oleh karena itu diperlukan tindakan
pengendalian, salah satu indi-kator untuk
melihat pertumbuhan
plankton adalah dengan pengamatan kece-rahan air menggunakan Sechii disk. g. Pemanenan Ikan yang sudah besar, yaitu yang sudah mencapai ukuran pasar dapat diseleksi untuk ditangkap terlebih dahulu. Hal ini dimaksud agar ikan yang lebih kecil mempunyai kesempatan tumbuh lebih besar. Cara panen ini disebut sebagai panen
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
70
sebagian/selektif.
Pada akhirnya panenan dilakukan dengan menguras air kolam untuk
memanen sisa ikan seluruhnya. Sebaliknya bila ukuran ikan seragam petumbuhannya dan mencapai ukuran pasar yang sama, maka pemanennya sebaiknya dilakukan secara total. Paling sedikit empat jam sebelum panen, ikan tidak diberi pakan agar perut ikan sudah kosong. Sementara untuk ikan yang dipeli-hara di bawah pemupukan berat, jarak waktu antara penghentian pemupukan dengan waktu panen harus cukup lama (5-7 hari) agar ikan sudah bersih.
KEGIATAN
KOLAM /TAMBAK TANAH
1. PERSIAPAN 1. Pengeringan 2. Perbaikan pematang, pintu air & saringan 3. Pengol. tanah 4. Pengapuran 5. Pemupukan 6. Pengisian air 1. Jenis, sumber 2 . B E NI H 2. Jumlah, umur, ukuran 3. Angkut, adaptasi, kesehatan 4. Tebar: waktu 3. PENGAIRAN
1. Mempertahankan kedalaman air
4. PUPUK &
1. Pupuk susulan dan pakan tambahan 2. Sampling & SR pertumbuhan
PAKAN 5. HAMA & PENYAKIT
1. Ular, belut, burung, lingsang 2. Plankton & tumbuhan air
KOLAM/ TAMBAK PERMANEN 1. Pengeringan 2. Perbaikan pematang, pintu air & saringan 3. Pencucian-hama & Pengapuran 4. Pengisian air 1. Jenis, sumber 2. Jumlah, umur, ukuran 3. Angkut, adaptasi, kesehatan 4. Tebar: waktu 1. Tetap/Ganti air 2. Kualitas air 1. Pakan buatan: ransum & frekuensi 2. Sampling & SR pertumbuhan 1. Pencegahan: obat-obatan 2. Cek dini penyakit bakteri, virus
1. Total 2. Grading
1. Pakan buatan: ransum & frekuensi 2. Sampling SR & pertumbuhan 1. Burung 2. Cek dini penyakit bakteri, virus 3. Pencuri 1. Pembersihan sampah dan “fouling” 2. Aerasi 1. Total/Parsial 2. Grading
1. 2. 3. 4.
1. 2. 3. 4.
1. 2.
6. TINDAKAN LAIN 7. PANEN
8. KINERJA
1. Total/parsial 2. Grading 3. Pemberokan 1. SR, 2. Pertumbuhan 3. Konversi pkn 4. Produksi
JARING APUNG LAUT DAN DARAT 1. Perbaikan kerangka & titian 2. Perbaikan jaring, ceking lubang & rentangan 3. Pengeringan untuk pembersihan “fouling” 1. Jenis, sumber 2. Jumlah, umur, ukuran 3. Angkut, adaptasi, kesehatan 4. Tebar: waktu 1. Cek lubang 2. Kualitas air
Aaerasi Bioremedasi
SR, Pertumbuhan Konversi pkn Produksi
SR, Pertumbuhan Konversi pkn Produksi
Probiotik: Probiotik (Pro #14), larutan yang berwarna coklat yang mengandung bakteri jenis Bacillus sp yang diproduksi oleh Laboratorium Lapangan yang berfungsi sebagai
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
71
kompetitor bakteri jenis Vibrio sp. Larutan Probiotik ditebar secara merata kedalam tambak pada pagi hari sekitar jam 08.00 sampai 10.00 WIB. Super PS, larutan berwarna coklat merah yang mengandung bakteri sulphur yang berfungsi untuk mempercepat proses dekomposisi bahan-bahan organik dalam tambak. Larutan Super PS ditebar secara merata ke dalam tambak dicampur dengan Zeolit agar bakteri dapat lebih cepat berada di dasar tambak. Super PS ditebarkan pada pagi hari sekitar jam 08.00 sampai 100.00 wib. Probiotik dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas air (disebar di permukaan air) atau mempercepat pencernaan, dicampur pakan
Kesehatan ikan dan lingkungan Tindakan pencegahan (preventif) pada wadah Penggunaan bibit tahan penyakit Pemilihan benih yang sehat Manajemen kualitas air Pengendalian plankton dan gulma air Pengendalian organisme parasit dan patogen
Pengelolaan dan pengolahan limbah
RANGKUMAN Pengelolaan akuakultur berikutnya adalah untuk menjaga agar ikan/udang pemeliharaan tetap sehat, tidak ada hama, tidak terjadi wabah parasit dan penyakit serta menjaga kualitas air khususnya pertumbuhan plankton, tumbuhan dan binatang air. Pencegahan telah dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit, diantaranya adalah ketika persiapan wadah. Pengendalian penyakit juga dilakukan dengan penggunaan probiotik untuk menyempurnakan pencernaan dan pembongkaran limbah kotoran ikan di kolam.
CONTOH SOAL 1. Kegiatan persiapan apakah yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit? 2. Bagaimana cara mengendalian hama dan parasit selama pemeliharaan ikan/udang? 3. Bagaimana proses probiotik membersihkan kualitas air budidaya ikan/udang? P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
72
PERTEMUAN MINGGU XII (DUA BELAS) 3. Pokok Bahasan
: Melanjutkan pengelolaan budidaya
4. Sub pokok bahasan
: a. Pengendalian pertumbuhan plankton, tumbuhan dan binatang air b. Pengendalian hama dan penyakit c. Pemanenan dan pasca panen
f. Pengendalian hama, penyakit ikan dan gulma air Persiapan kolam yang baik, pemilihan benih yang sehat dan pengelolaan yang teratur akan menjamin kesehatan ikan selama pemeliharaan. Kematian ikan karena perubahan lingkungan yang
baru,
terjadi pada awal pemeliharaan. Biasa-nya karena penanganan
selama pengangkutan atau penyiapan sebelum-nya kurang baik menyebabkan ikan luka dan dengan mudah terserang jamur atau parasit. Kehilangan ikan juga bisa terjadi karena dimangsa oleh hama atau predator. Pengendalian predator seperti: ikan gabus, ular hendaknya langsung ditangkap dan dimatikan. Seperti telah diuraikan dalam pemupukan, bahwa penambahan unsur hara dari pupuk dapat meningkatkan pertubuhan phytoplankton dan tanaman air tingkat tinggi. Pertumbuhan yang melimpah berakibat jelek terhadap kualitas air, khusus tanaman tingkat tinggi akan mengurangi volume air dan ruang gerak ikan serta dapat menjerat ikan. Oleh karena itu diperlukan tindakan
pengendalian, salah satu indi-kator untuk
melihat pertumbuhan
plankton adalah dengan pengamatan kece-rahan air menggunakan Sechii disk. g. Pemanenan Ikan yang sudah besar, yaitu yang sudah mencapai ukuran pasar dapat diseleksi untuk ditangkap terlebih dahulu. Hal ini dimaksud agar ikan yang lebih kecil mempunyai kesempatan tumbuh lebih besar. Cara panen ini disebut sebagai panen sebagian/selektif.
Pada akhirnya panenan dilakukan dengan menguras air kolam untuk
memanen sisa ikan seluruhnya. Sebaliknya bila ukuran ikan seragam petumbuhannya dan mencapai ukuran pasar yang sama, maka pemanennya sebaiknya dilakukan secara total. Paling sedikit empat jam sebelum panen, ikan tidak diberi pakan agar perut ikan sudah kosong. Sementara untuk ikan yang dipeli-hara di bawah pemupukan berat, jarak waktu
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
73
antara penghentian pemupukan dengan waktu panen harus cukup lama (5-7 hari) agar ikan sudah bersih.
KEGIATAN
KOLAM /TAMBAK TANAH
1. PERSIAPAN 7. Pengeringan 8. Perbaikan pematang, pintu air & saringan 9. Pengol. tanah 10. Pengapuran 11. Pemupukan 12. Pengisian air 5. J e n i s , s umber 2 . B E NI H 6. Jumlah, umur, ukuran 7. Angkut, adaptasi, kesehatan 8. Tebar: waktu 3. PENGAIRAN
2. Mempertahankan kedalaman air
4. PUPUK &
3. Pupuk susulan dan pakan tambahan 4. Sampling & SR pertumbuhan
PAKAN 5. HAMA & PENYAKIT
3. Ular, belut, burung, lingsang 4. Plankton & tumbuhan air
KOLAM/ TAMBAK PERMANEN 5. Pengeringan 6. Perbaikan pematang, pintu air & saringan 7. Pencucian-hama & Pengapuran 8. Pengisian air 5. Jenis, sumber 6. Jumlah, umur, ukuran 7. Angkut, adaptasi, kesehatan 8. Tebar: waktu 3. Tetap/Ganti air 4. Kualitas air 3. Pakan buatan: ransum & frekuensi 4. Sampling & SR pertumbuhan 3. Pencegahan: obat-obatan 4. Cek dini penyakit bakteri, virus
3. Total 4. Grading
3. Pakan buatan: ransum & frekuensi 4. Sampling SR & pertumbuhan 4. Burung 5. Cek dini penyakit bakteri, virus 6. Pencuri 3. Pembersihan sampah dan “fouling” 4. Aerasi 3. Total/Parsial 4. Grading
5. 6. 7. 8.
5. 6. 7. 8.
3. 4.
6. TINDAKAN LAIN 7. PANEN
8. KINERJA
4. Total/parsial 5. Grading 6. Pemberokan 5. SR, 6. Pertumbuhan 7. Konversi pkn 8. Produksi
JARING APUNG LAUT DAN DARAT 4. Perbaikan kerangka & titian 5. Perbaikan jaring, ceking lubang & rentangan 6. Pengeringan untuk pembersihan “fouling” 5. Jenis, sumber 6. Jumlah, umur, ukuran 7. Angkut, adaptasi, kesehatan 8. Tebar: waktu 3. Cek lubang 4. Kualitas air
Aaerasi Bioremedasi
SR, Pertumbuhan Konversi pkn Produksi
SR, Pertumbuhan Konversi pkn Produksi
Probiotik: Probiotik (Pro #14), larutan yang berwarna coklat yang mengandung bakteri jenis Bacillus sp yang diproduksi oleh Laboratorium Lapangan yang berfungsi sebagai kompetitor bakteri jenis Vibrio sp. Larutan Probiotik ditebar secara merata kedalam tambak pada pagi hari sekitar jam 08.00 sampai 10.00 WIB. Super PS, larutan berwarna coklat merah yang mengandung bakteri sulphur yang berfungsi untuk mempercepat proses dekomposisi bahan-bahan organik dalam tambak. Larutan Super PS ditebar secara merata ke dalam tambak dicampur dengan
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
74
Zeolit agar bakteri dapat lebih cepat berada di dasar tambak. Super PS ditebarkan pada pagi hari sekitar jam 08.00 sampai 100.00 wib. Probiotik dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas air (disebar di permukaan air) atau mempercepat pencernaan, dicampur pakan
Kesehatan ikan dan lingkungan Tindakan pencegahan (preventif) pada wadah Penggunaan bibit tahan penyakit Pemilihan benih yang sehat Manajemen kualitas air Pengendalian plankton dan gulma air Pengendalian organisme parasit dan patogen
Pengelolaan dan pengolahan limbah
RANGKUMAN Pengelolaan akuakultur berikutnya adalah untuk menjaga agar ikan/udang pemeliharaan tetap sehat, tidak ada hama, tidak terjadi wabah parasit dan penyakit serta menjaga kualitas air khususnya pertumbuhan plankton, tumbuhan dan binatang air. Pencegahan telah dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit, diantaranya adalah ketika persiapan wadah. Pengendalian penyakit juga dilakukan dengan penggunaan probiotik untuk menyempurnakan pencernaan dan pembongkaran limbah kotoran ikan di kolam.
CONTOH SOAL 1. Kegiatan persiapan apakah yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit? 2. Bagaimana cara mengendalian hama dan parasit selama pemeliharaan ikan/udang? 3. Bagaimana proses probiotik membersihkan kualitas air budidaya ikan/udang?
PERTEMUAN MINGGU XIII (TIGA BELAS) 1. Pokok Bahasan
: Budidaya ikan terpadu
2. Sub pokok bahasan
: a. Keuntungan dan kelemahan budidaya terpadu
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
75
b. Teknik budidaya terpadu mina-ternak, mina-padi, silvo-budidaya ikan dan budidaya ikan-wisata A. Mina-ternak 1. Konsep 1.1. Budidaya sebagai cara procesing: limbah terkontrol 1.2. Keterpanduan: kotoran + sisa pakan sebagai pakan ikan dan pupuk
2. Keuntungan: 2.1. Maksimalisasi: pemanfaatan ruang 2.2. Efisiensi: modal, tenaga dan waktu 2.3. Substitusi: pakan dan pupuk 2.4. Efisiensi penggunaan air 2.5. Efisiensi transportasi pupuk 2.6. Pengendalian polusi
3. Jenis ternak: ayam, itik, kelinci, kambing, sapi, kerbau dan kuda 4. Contoh: ikan-ayam idealnya: jumlah kotoran yang keluar sesuai dengan pertumbuhan ikan Ikan-Ayam
Kolam
Kandang ayam di air kolam
Ikan 20.000 ek/Ha, ukuran 3-5 cm (Nila 85%, Karper 14% Gabus 1%)
Ayam 1.000-3.000 ek/Ha
Pemeliharaan intensif (terpadu, penyesuaian)
Produksi 3.500-5.000 kg/ha/th (Produksi 2.300 kg/ha/th dg ppk kering 8.000 kg/bln/ha)
Ikan-Itik
Kolam
Kandang ayam di air kolam
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
76
Ikan 20.000 ek/Ha, ukuran 3-5 cm (Nila 85%, Karper 14% Gabus 1%)
Itik 750-1.250 ek/Ha
Pemeliharaan intensif (terpadu, penyesuaian)
Produksi 2.579 kg/ha/th (Produksi 2.300 kg/ha/th dg ppk kering 8.000 kg/bln/ha)
Mina-Padi Budidaya ikan di sawah: 1. Penyelang: antar tanaman padi 2. Palawija: pengganti tanaman padi 3. Mina padi: bersama tanaman padi Keuntungan: 1. Maksimalisasi pemanfaatan sumberdaya lahan & air 2. Diversifikasi hasil, padi dan ikan 3. Produksi padi naik 5-10%, karena: * kotoran dan sisa pakan: pupuk * perbaikan struktur tanah dan aerasi * kontrol gulma dan hama Permasalahan: 1. Air keruh, dangkal dan suhu tinggi 2. Umur tanaman padi pendek 3. Penggunaan insektisida dan pestisida 4. Hama ikan
1. Sawah * pematang: tinggi 50-70 cm, lebar 40-50 cm * caren lebar 40-50 cm, dalam 40-60 cm /kolam kecil 1x2x1 m * pipa air dan saringan * pengolahan: luku, garu * padi: umur panjang 90-120 hari 2. Pemeliharaan: sesuai rekomendasi: ppk, penyiangan, hama: PHT 3. Ikan P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
77
* spesies: Tawes, Karper, Gurameh, Nila, Lele dsb. * sistem: polikultur atau monokultur * pembesaran: 5.000-7.000 ek/ha, 25-30 g/ek tanpa pakan 2-3 ek/m2 dengan pakan * pendederan: 25-30 ribu/ha ukuran 1 cm, 1-1,5 bulan 12-15 ribu/ha ukuran 3-5 cm, SR 50% * Tebar ikan sesudah padi tumbuh/lilir 4. Pengairan: tergantung pertumbuhan padi 10-15 cm di plataran dan caren 50-65 cm pada awal dan saat padi menguning air rendah 5. Panen ikan lebih dulu, kemudian padi
RANGKUMAN Budidaya terpadu ikan dengan pertanian ataupun ternak merupakan usaha pemanfaatan sumberdaya lahan, air dan sumberdaya manusia secara maksimal. Keuntungannya lebih banyak, meskipun ada kelemahannya. Namun demikian, usaha budidaya terpadu ini adalah proses produksi bahan makanan yang komplek yang membutuhkan penyesuaian antara kebutuhan ikan dengan komoditas lainnya.
CONTOH SOAL 1. Apa keuntungan dan manfaat usaha budidaya terpadu ikan dengan tanaman padi atau ternak bagi petani? 2. Bagaimana petani mengatur pengendalian/pengobatan hama tanaman padi atau ternak agar supaya ikannya tidak terganggu?
PERTEMUAN MINGGU XIV (EMPAT BELAS) 3. Pokok Bahasan
: Sosio-Ekonomi Akuakultur
4. Sub pokok bahasan
: a. Keadaan sosial-ekonomi pembudidaya b. Analisa biaya dan pendapatan usaha akuakultur c. Upaya peningkatan produksi dan keuntungan
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
78
Analisa ekononomi akuakultur (sederhana) Y (Keuntungan) = Q X P – C (lanjutan) Q (Quantity = Produksi ikan) 2. Laju sintasan (survival rate): a. Padat tebar benih yang tepat b. Penggunaan pupuk dan pakan yg tepat c. Kualitas air sesuai d. Mencegah serangan parasit dan penyakit e. Mengendalikan predator dan kompetitor 3. Laju pertumbuhan (growth rate)
P (Price = Harga): 1. Kualitas 2. Musim dan kebiasaan 3. Pemasaran kelompok 4. Pasar dan produk berbeda
C (Cost = Biaya): 1. Sewa lahan, air dan biaya konstruksi 2. Benih, pupuk, pakan dan obat-obatan 3. Biaya pemasaran 4. Bunga pinjaman
Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Keuntungan Usaha Budidaya Karamba Jaring Apung (JAKA)
U = H - (K + B + P + T + L) U = keuntungan (19 - 48 %) H = pendapatan kotor (100 %) K = konstruksi penyusutan (1,7 - 8,8 %) B = benih (17,5 - 23,5 %) P = pakan (27,7 - 41,2 %) P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
79
T = tenaga kerja (1,6 - 4,4 %) L = lain-lain + bunga (3,5 - 12,5 %) B/C rasio 1,19 -1,48 (berbeda sangat nyata)
Contoh Analisa Biaya dan Pendapatan Usaha Budidaya Nila merah Usaha Pendederan Benih (Nila) A. Investasi 1. Sewa lahan 500 m2 (1.000m2, Rp1juta,-/th)
Rp 2.500.000,-
2. Pembuatan kolam 500 m2 (pematang, plastik, pipa)
Rp 650.000,-
3. Alat-alat
Rp 100.000,-
----------------------------------------------------------------------------------------------Jumlah
Rp 3.250.000,-
B. Biaya operasional per siklus (60 hari) 1. Biaya tetap
a. Sewa lahan
Rp
83.334,-
b. Penyusutan kolam (2 th)
Rp
54.166,-
Rp
16.666,-
C. Penyusutan alat
----------------------------------------------------------------------------------------------Jumlah
Rp 154.666,-
2. Biaya tidak tetap a. Kapur 1 zak x Rp 4.000,-/zak
Rp
4.000,-
c. Pupuk kandang 10 zak x Rp 3.000,-
Rp
30.000,-
d. Benih 20.000 ekor x Rp 10,-/ekor
Rp 200.000,-
e. Pakan 10 zak x Rp 126.000,-/zak
Rp 1.260.000,-
f. Tenaga (persiapan, pemb pakan & panen
Rp 300.000,-
---------------------------------------------------------------------------------------------- Jumlah Total biaya (tetap + tidak tetap)
Rp 1.794.000,Rp 1.948.666,-
B. Penerimaan Benih (10-12 g/ekor) 310 kg x Rp 9.000, C. Keuntungan bersih sebelum pajak
Rp 2.790.000,Rp 841.334,-
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
80
D. Keuntungan dalam 1 tahun 4 kali x Rp 841.334,-
Rp 3.365.336,-
E. B/C ratio
1,8
Usaha Pembesaran Ikan (Nila konsumsi) A. Investasi 1. Sewa lahan 500 m2 (1.000m2, Rp1juta,-/th)
Rp 2.500.000,-
2. Pembuatan kolam 500 m2 (pematang, plastik, pipa)
Rp 650.000,-
3. Alat-alat
Rp 100.000,-
---------------------------------------------------------------------------------------------- Jumlah
Rp 3.250.000,-
B. Biaya operasional per siklus (60 hari) 1. Biaya tetap
a. Sewa lahan
Rp
83.334,-
b. Penyusutan kolam (2 th)
Rp
54.166,-
c. Penyusutan alat
Rp
16.666,-
----------------------------------------------------------------------------------------------Jumlah
Rp 154.666,-
2. Biaya tidak tetap a. Kapur 1 zak x Rp 4.000,-/zak
Rp
c. Pupuk kandang 38 zak x Rp 3.000,-
Rp 114.000,-
d. Benih 25.000 ekor x Rp 10,-/ekor
Rp 250.000,-
e. Pakan 12 zak x Rp 126.000,-/zak
Rp 1.512.000,-
f. Tenaga (persiapan, pemb pakan & panen
Rp 600.000,-
4.000,-
---------------------------------------------------------------------------------------------- Jumlah Total biaya (tetap + tidak tetap)
Rp 2.280.000,Rp 2.434.666,-
B. Pendapatan Ikan konsumsi (250 g/ekor) 450 kg x Rp 8.000,-
Rp 3.600.000,-
C. Keuntungan bersih sebelum pajak
Rp 1.165.334,-
D. Keuntungan dalam 1 tahun 3 kali
Rp 3.496.002,-
E. B/C Ratio
1,4
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
81
RANGKUMAN Budidaya ikan atau udang merupakan usaha yang dapat menghasilkan produksi ikan/udang, pendapatan dan keuntungan bagi pembudidaya. Seperti halnya pada usaha pertanian pada umumnya secara sosial ada pembudidaya pemilik/juragan dan pekerja (tidak memiliki lahan budidaya). Ini tampak sekali terutama pada budidaya tambak. Dilihat dari skalanya ada skala industri/perusahaan dan skala kecil/rumah tangga. Usaha untuk memperoleh keuntungan bisa dilakukan melalui menaikan produksi, perbaikan pemasaran dan menekan biaya.
CONTOH SOAL UJIAN 1. Bagaimana cara pembudidaya ikan menaikan produksi? 2. Dengan cara bagaimana pembudidaya memperbaiki harga pemasaran ikannya? 3. Variabel biaya apakah yang paling besar dalam usaha budidaya ikan/udang dan bagaimana cara menekannya?
PERTEMUAN MINGGU XV (LIMA BELAS) A. Pokok bahasan Bahan
: Ujian Akhir : Pertemuan Minggu ke IX sampai dengan ke XIV
P3-UGM 2012, BAHAN AJAR: DASAR-DASAR AKUAKULTUR (BUDIDAYA PERAIRAN)
82