Persepsi, Peran, dan Perhatian Wali Murid Terhadap Pelaksanaan Pendidikan Seni Di SDN Clarak Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo. Oleh Fajar Mahbub Ubaidillah Nim: 108251416400 Kata kunci: persepsi, peran, perhatian wali murid SD, pendidikan seni, Desa Clarak ABSTRAK: Seni memiliki potensi penting untuk mengembangkan kepribadian anak, kepekaan rasa, kemampuan kreatif, kerja sama dan perkembangan intelektual. Bagi anak, seni adalah bagian yang melekat pada kehidupan mereka. Akan tetapi fenomena yang terjadi di sekolah (lembaga–lembaga sekolah dasar, menengah, dan masyarakat), pendidikan seni seolah - olah merupakan pendidikan yang tidak begitu penting bagi siswa maupun guru. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendeskripsikan persepsi wali murid terhadap pelaksanaan pendidikan seni, mendeskripsikan bagaimana peran serta wali murid dalam mengembangkan seni pada anak, dan mendeskripsikan perhatian wali murid pada kegiatan seni anaknya. Key Word: Perceptions, role, attention of student parent, art education, Elementary school Clarak ABSTRACT: Art has significant potential to develop the child's personality, taste sensitivity, creative skills, teamwork and intellectual development. For children, the arts are an inherent part of their lives. But the phenomena occurring in the fact(primary institutions, secondary, and community), as an art education - an education if that is not so important for students and teachers. The study was conducted with the aim to describe the views of parents toward arts education, and to find out how the implementation of the lessons and learned the parents’support for students of SDN Clarak. Other than that public education is low even of Clarak villager still pretty much a no school education. This study used a quantitative approach. Data collection using interviewing techniques, questionnaires, and observation. Research instruments used were questionnaires and structured interviews. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Lokasi penelitian berada di Desa Clarak Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo, penelitian dilakukan di desa Clarak karena pendidikan masyarakat Desa Clarak tergolong rendah bahkan masih cukup banyak yang tidak mengenyam pendidikan sekolah. Pengumpulan data menggunakan teknik angket dan wawancara sebagai pendukung. Instrument penelitian yang digunakan berupa angket skala Linkerd dan wawancara terstruktur. Analisis data menggunakan analisis prosentase.
1
2
Hakekat dari pendidikan seni sebenarnya ialah, pendidikan seni sebagai sarana bagi siswa untuk mengembangkan kepekaan estetik dalam kaitannya disini dengan pembelajaran seni budaya di sekolah diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan dalam berkesenian khususnya untuk yang berada dalam tingkatan sekolah dasar, disini siswa diperkenalkan apakah seni itu sebenarnya dalam tahap ini ialah tahapan yang sangat penting bagi siswa untuk dapat mengenali dan mengetahui definisi dan macam-macam dari seni itu sendiri, selain fungsi dari pelajaran seni budaya ini sebagai sarana penyegaran atau refreshing bagi siswa setelah siswa jenuh, seni disini memiliki fungsi sebagai penyeimbang otak kiri dan otak kanan siswa hal tersebut erat kaitannya dengan perkembangan dari aspek psikomotorik dan merangsang kreatifitas siswa. Idealnya seni di sekolah dasar ini terdapat dua aspek penting yaitu ekspresi dan apresiasi, seni sebagai ekspresi disini diharapkan siswa dapat berekspresi dan mengungkapkan apa yang dirasakan melalui bentuk-bentuk visual yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Sedangkan seni sebagai apresiasi disini fungsinya ialah agar siswa dapat melatih kepekaan estetiknya saat melihat benda . benda yang ada di sekitar mereka. Dua aspek ini tidak dapat dipisahkan karena keduanya memiliki peranan yang sangat penting bagi perkembangan siswa, akan tetapi yang terjadi di sekolah dasar yang berada di desa Clarak khususnya seni hanya sebagai ekspresi saja sedangkan untuk apresiasi masih belum terlaksana secara maksimal. Seperti fenomena yang terjadi di lapangan (lembaga–lembaga sekolah dasar, menengah, dan masyarakat), pendidikan seni seolah - olah merupakan pendidikan yang tidak begitu penting bagi siswa maupun guru. Hal ini terbukti bahwa sebagian besar masyarakat masih menilai pelajaran seni merupakan selingan saja. Beberapa faktor yang juga berpengaruh dalam perkembangan seni di sini ialah persepsi, peran, dan perhatian wali murid terhadap perkembangan siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah. Persepsi wali murid terhadap pendidikan seni sangat mempengaruhi kegiatan berkesenian karena persepsi dari setiap individu di pengaruhi oleh pengalaman dan pengetahuan dari individu itu sendiri, setiap individu khususnya wali murid disini memiliki pandangan atau persepsi yang berbeda apabila wali murid memiliki pandangan yang positif terhadap pendidikan seni maka siswa dapat lebih leluasa dalam mengembangkan bakat seninya. Peranan wali murid disini ialah sebagai orang yang memiliki tanggungjawab penuh terhadap siswa atau anaknya selain itu peran wali murid di sini sebagai pemantau bagi siswa apakah siswa sudah melakukan kegiatan belajarnya dengan baik disini wali murid juga berfungsi sebagai pemberi motivasi dan dukungan bagi anak, dukungan dari wali murid disini bisa berupa materi maupun non materi seperti dukungan berupa dorongan secara langsung ataupun fasilitas yang disediakan oleh wali murid untuk mendukung kegiatan siswa. Perhatian ialah salah satu aspek pendukung dalam proses belajar dari siswa, siswa yang mendapat perhatian lebih dari orang tuanya cenderung akan lebih semangat dalam melakukan kegiatan belajarnya. Fenomena yang ada pada saat ini banyak diantaranya orangtua yang lebih mementingkan pekerjaan dari pada memperhatikan kegiatan anaknya khususnya pada masyarakat kota yang waktunya lebih banyak dihabiskan di luar rumah. Peneliti memilih Desa Clarak sebagai lokasi penelitian karena melihat dari kultur masyarakat Desa Clarak yang cukup unik, yaitu masyarakatnya berasal dari
3
suku Jawa, tetapi berdasarkan letak geografis yang berada di daerah pesisir sehingga watak dari masyarakat Desa Clarak cenderung keras dan hal ini merupakan tantangan bagi peneliti. Selain itu kesamaan bahasa dimana masyarakat Desa Clarak yang berasal dari suku Jawa namun mereka menggunakan bahasa Madura dalam kesehariannya. Anggapan yang terjadi di masyarakat, bahwa pendidikan seni hanya diartikan sebagai belajar menggambar. Pendidikan seni disama artikan dengan kerajinan tangan dan ketrampilan, yang pada akhirnya menimbulkan kerancuan antara pendidikan seni dengan ketrampilan. Dari latar belakang tersebut, maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Persepsi, Peran, dan Perhatian Wali Murid terhadap Pendidikan Seni di SDN Clarak Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo”. Penelitian ini dilakukan di SDN Clarak dengan pertimbangan lokasi dari sekolah yang cukup jauh dari kota selain itu kondisi dari sekolah yang fasilitasnya masih belum tercukupi, selain itu masih jarangnya guru seni di kota probolinggo. Melalui penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran tentang bagaimana persepsi masyarakat terhadap pendidikan seni dan untuk mengetahui peran walimurid dalam kaitanya perhatian wali murid untuk kegiatan seni siswa selain itu untuk mengetahui perhatian walimurid pada saat siswa melakukan kegiatan seni di sekolah maupun di rumah. Selain itu hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi segala pihak yang terkait terutama untuk pertimbangan bagi guru di SDN Clarak agar pendidikan seni dapat berkembang sesuai dengan fungsinya. A. Rancangan Penelitian Penelitian ini berusaha mendiskripsikan tentang persepsi, peran, dan perhatian wali murid terhadap pelaksanaan pendidikan seni di SDN Clarak kecamatan Leces kabupaten Probolinggo dengan menggunakan pendekatan diskriptif kuantitatif. Pendekatan ini dipilih karena dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memotret persepsi, peran, dan perhatian wali murid tentang pelaksanaan pendidikan seni yang ada khususnya di SDN Clarak. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi penelitian Populasi atau universum bisa juga diartikan sebagai jumlah keseluruhan unit yang analisanya akan diduga. Populasi pada penelitian ini adalah wali murid dari siswa SDN Clarak yang di ambil secara acak dimulai dari siswa kelas satu hingga kelas enam. Siswa yang bersekolah di SDN Clarak ialah berjumlah 120 siswa, Jadi pada penelitian ini populasinya adalah 120 wali murid dari siswa SDN Clarak. 2. Sampel penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010:174). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik random sampling. Random sampling menurut Arikunto (1998:120):
4
Teknik sampling yang pengambilan sampelnya peneliti mencampur subyek-subyek didalam populasi sehingga semua subyek dianggap sama. Dengan demikian maka peneliti member hak yang sama kepada setiap subyek untuk memperoleh kesempatan (chance) dipilih menjadi sampel. Oleh karena hak setiap subyek sama, maka penelitian ini terlepas dari perasaan ingin mengistimewakan satu atau beberapa subyek untuk dijadikan sampel.Sebagai sampel dalam penelitian ini adalah 50 wali murid yang dipilih secara acak dari 118 walimurid yang ada. C. Instrumen Penelitian Pada penelitian ini instrument yang digunakan berupa angket atau kuisioner. Angket merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang yang diberikan tersebut bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna. Menurut Arikunto (1993:229) kuisioner atau angket yang baik ialah angket yang cara dan pengadaannya mengikuti persyaratan yang telah digariskan dalam penelitian. Sebelum kuisioner disusun maka harus dilalui prosedur: 1. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuisioner. 2. Mengidentifikasi variabel yang akan dijadikan sasaran kuisioner. 3. Menjabarkan setiap variabel menjadi sub variabel yang lebih spesifik dan tunggal. 4. Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus untuk menentukan teknik analisanya. Dalam penelitian ini angket yang digunakan ialah angket tertutup namun sebagai pendukung atau penjelas dari jawaban angket tertutup di gunakan metode Tanya jawab angket secara terbuka, hal ini dilakukan untuk memperoleh sebab yang jelas dari responden dalam memilih jawaban yang ada pada angket. D. Strategi pengumpulan data Menurut Dakir (1999:211) “pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan”. kegiatan pengumpulan data didukung oleh beberapa faktor, antara lain kesiapan instrument pengumpulan data (angket) dan subyek yang menjadi sasaran pengumpulan data yaitu siswa. E.Analisis Data Setelah data di lapangan terkumpul, kemudian dilakukan serangkaian kegiatan yaitu; (a) pentabulasian dan pengklarifikasian data. (b) penganalisaan data dan; (c) mengumpulkan berdasarkan analisis. Tekhnik analisa data yang digunakan adalah prosentase. Data yang bersifat kuantitatif deskriptif yaitu yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat dipisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.Penghitungan data terbagi menjadi dua tahap yang pertama penghitungan hasil analisa angket dari tiap nomor item angket untuk mengetahui jawaban dari responden pada setiap pertanyaan sesuai dengan subvariabel, kemudian pengelompokan sesuai variabel di hitung secara keseluruhan. A. Persepsi Walimurid tentang Pendidikan Seni
5
1. Persepsi Walimurid tentang pentingnya pendidikan seni Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa persepsi walimurid tentang pendidikan seni penting hal tersebut di tunjukan dengan hasil dari angket bahwa 100% walimurid setuju dengan pernyataan bahwa pendidikan seni itu penting anggapan walimurid tentang pendidikan seni penting hanya sebatas pada pentingnya pendidikan seni sebagai pelajaran tambahan yang ada di sekolah. 86% responden menyatakan bahwa pendidikan seni adalah pelajaran wajib di sekolah dari hasil tersebut didukung hasil wawancara yang menyatakan bahwa pendidikan seni wajib karena fungsi pendidikan seni sebagai hiburan bagi siswa agar siswa tidak jenuh , 62% responden menganggap bahwa pendidikan seni sama pentingnya dengan pelajaran lain responden menyatakan bahwa pendidikan seni selain sebagai hiburan pelajaran seni sebagai penyeimbang, penyeimbang yang di maksud oleh responden ialah pelajaran seni sebagai refreshing untuk siswa, 76% responden kurang setuju pendidikan seni berpengaruh pada perkembangan siswa, responden berpendapat bahwa pendidikan seni hanyalah untuk hiburan dan tidak memiliki pengaruh untuk perkembangan siswa, dari hasil tersebut setelah dilakukan analisis dan hasilnya menyatakan bahwa persepsi walimurid tentang pendidikan seni tinggi. Menurut hasil wawancara, walimurid berpendapat bahwa pendidikan seni itu penting yaitu sebatas hiburan bagi siswa dan walimurid beranggapan bahwa semua pelajaran yang diajarkan di sekolah penting bagi siswa. kesadaran walimurid terhadap pendidikan seni tinggi, walimurid menyatakan pendidikan seni adalah salah satu pelajaran yang wajib diberikan disekolah, namun walimurid memandang pelajaran seni hanya sebatas pelajaran selingan atau muatan lokal. Dalam hal ini yang mempengaruhi persepsi individu adalah kebutuhan dari individu tersebut dimana individu itu tinggal, masyarakat di Desa Clarak menganggap bahwa kesenian hanyalah sebagai kebutuhan sekunder sehingga walimurid menganggap bahwa pendidikan seni hanyalah kebutuhan tambahan. Hal tersebut di dukung oleh Rahmat (dalam Sugiarto:84) mengemukakan bahwa persepsi juga ditentukan oleh faktor fungsional atau faktor yang bersifat personal antara kebutuhan individu, pengalaman, usia, masa lalu, kepribadian , dan lain-lain yang bersifat subyektif i.
Persepsi Walimurid tentang fungsi pendidikan seni Berdasarkan hasil penelitian tentang persepsi walimurid tentang fungsi pendidikan seni 92% responden menyatakan setuju bahwa pelajaran seni sebagai pelajaran selingan atau muatan lokal karena menurut responden pendidikan seni berfungsi sebagai hiburan saja selain itu tidak adanya pendidikan seni sebagai salah satu pelajaran yang diujikan dalam ujian Nasional menunjukan bahwa pelajaran seni bukan pelajaran pokok seperti matematika dan bahasa Indonesia, Selain itu 72% responden setuju bahwa pelajaran seni dapat menumbuhkan daya kreatifitas siswa menurut para responden, siswa dapat melakukan kegiatan yang baru dan membuat sesuatu karya di pelajaran seni sehingga dapat merangsang kreatifitas siswa, 64% responden setuju jika siswa menyalurkan bakatnya lewat pelajaran seni, responden berpendapat siswa dapat melakukan kegiatan yang di sukai atau menyalurkan bakatnya seperti menggambar dan bernyanyi di pelajaran seni karena kegiatan menggambar dan bernyanyi hanya ada di pelajaran seni, 84% responden setuju pelajaran seni hanya sebagai hiburan responden berpendapat bahwa pelajaran seni sebagai tambahan
6
dan selingan saja, 66% responden setuju bahwa pendidikan seni kurang bermanfaat untuk siswa nantinya, responden berpendapat bahwa kesenian hanyalah untuk orang orang yang memiliki bakat saja sedangkan yang tidak berbakat tidak dapat menerapkan pelajaran seni yang sudah di dapat setelah siswa lulus, Dari hasil angket menyatakan bahwa 74% responden setuju bahwa pelajaran seni hanyalah untuk mengisi waktu luang siswa responden berpendapat bahwa pelajaran seni sebagai selingan saja dan tidak termasuk dalam pelajaran pokok, dari hasil tersebut setelah dilakukan analisis dan hasilnya menyatakan bahwa persepsi walimurid tentang fungsi pendidikan seni cukup. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa walimurid belum mengetahui sepenuhnya tentang fungsi dari pendidikan seni, dari hasil yang diperoleh walimurid hanya menganggap pelajaran seni hanyalah sebagai pelajaran selingan bagi siswa dan berfungsi hanyalah sebagai hiburan saja tanpa mempunyai fungsi lain. Walimurid memandang fungsi pelajaran seni hanyalah sebagai hiburan bagi siswa, walimurid melihat pelajaran seni tidak dapat mempengaruhi perkembangan anak hal tersebut di sebabkan kurangnya pengetahuan walimurid terhadap fungsi sebenarnya pendidikan seni. Pada faktanya bahwa pendidikan seni memiliki banyak fungsi lain selain sebagai hiburan salah satunya dalah sebagai penyeimbang dari kegiatan dan sebagai kegiatan yang dapat merangsang kreatifitas siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Wickiser (1974:7) bahwa pendidikan seni memegang peranan besar dalam perkembangan anak fungsi seni antara lain sebagai berikut: - Seni meningkatkan pertumbuhan fisis, mental, dan estetis. - Seni memberikan sumbangan ke arah sadar diri (self-realization). - Seni mengembangkan imajinasi kreatif. Hal tersebut didukung oleh pendapat Ross dalam Soehardjo (2005:158) bahwa inti pendidikan seni adalah impuls estetik. Dominasi kajian rasa ini menunjukan karakteristik yang tidak dimiliki oleh pelajaran lain. Karena itu mata pelajaran seni dapat dipandang sebagai faktor penyeimbang dalam proses pembelajaran, sehingga membuat lebih utuhnya peserta didik sebagai seorang individu. B. Peran serta wali murid dalam mengembangkan seni pada anak 1. Dukungan Walimurid terhadap siswa untuk pendidikan seni Berdasarkan hasil penelitian tentang dukungan wali murid terhadap siswa untuk pendidikan seni Hasil angket menunjukkan 78% responden setuju pelaksanaan pelajaran seni cukup di sekolah saja responden berpendapat bahwa dua jam dalam satu minggu untuk belajar seni sudah cukup dan tidak perlu di adakan ekstrakurikuler maupun kursus pelajaran seni di dukung juga keadaan yang ada di lapangan bahwa ekonomi dari masyarakat yang menengah kebawah membuat wali murid kesulitan dalam biaya untuk membiayai siswa dalam mengikuti les atau kursus seni. Hasil angket menunjukan bahwa 94% responden setuju, responden berpendapat bahwa dua jam pelajaran untuk pelajaran seni sudah memenuhi kebutuhan siswa untuk belajar seni. Hasil angket menunjukan bahwa 88% responden setuju fasilitas yang di berikan sekolah untuk pelajaran seni sudah cukup responden berpendapat fasilitas dari sekolah seperti kelas dan papan sudah
7
cukup dan tidak diperlukan tempat khusus untuk belajar seni. Hasil angket menunjukan 62% responden kurang setuju dan 8% tidak setuju jika siswa mengikuti kursus responden berpendapat apabila siswa mengikuti kursus akan menghabiskan biaya lebih. Hasil angket menunjukan 80% responden tidak pernah mengajak siswa melihat pameran seni responden beralasan apabila siswa melihat pameran seni wali murid tidak memiliki biaya karena pameran seni hanya ada di kota dan di probolinggo jarang diadakan pameran seni. Dukungan wali murid kepada siswa tinggi hal tersebut disebabkan kesadaran wali murid untuk mendukung kegiatan belajar siswa cukup tinggi. Wali murid mendukung segala kegiatan siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah, asalkan kegiatan tersebut positif atau baik untuk siswa wali murid akan mendukung. Hal tersebut nampak ketika siswa mendapat tugas rumah wali murid membantu kegiatan siswa dirumah. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pentingnya dukungan atau motivasi bagi siswa dalam proses belajar siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Hamalik (2001:50-51) “motivasi adalah dorongan yang menyebabkan terjadinya suatu perbuatan atau tindakan tertentu. Perbuatan belajar terjadi karena adanya motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan belajar. Dorongan itu dapat timbul dari dalam diri subjek yang belajar yang bersumber dari kebutuhan tertentu yang ingin mendapat pemuasan atau dorongan yang timbul karena rangsangan dari luar sehingga subjek melakukan perbuatan belajar. Dapat di simpulkan bahwa dukungan atau motivasi dalam konteks ini dorongan dari walimurid penting bagi proses belajar siswa, dari proses tersebut dibutuhkan sosok walimurid sebagai motivator bagi siswa di kegiatan belajarnya sehingga siswa dapat melakukan kegiatan sebagaimana yang di perintahkan oleh pengajar di sekolah selain itu dengan adanya walimurid hasil pekerjaan siswa di rumah akan lebih maksimal. 2. Fasilitas yang Diberikan Walimurid kepada siswa untuk pendidikan seni Berdasarkan hasil penelitian tentang Fasilitas yang diberikan wali murid kepada siswa untuk pendidikan seni, Hasil angket menunjukan bahwa 80% responden setuju apabila pelajaran seni sebaiknya diberikan pada saat ekstrakurikuler di luar jam sekolah responden berpendapat bahwa apabila pelajaran seni diberikan pada saat ekstrakurikuler, intensitas siswa belajar seni akan lebih sering, namun kebanyakan walimurid setuju apabila ekstrakurikuler tidak dipungut biaya hal tersebut dikarenakan faktor ekonomi. Selain itu sebagian responden berpendapat bahwa pelajaran seni di berikan diluar jam sekolah agar tidak mengganggu pelaksanaan dari pelajaran pokok, waktu pelajaran seni digantikan dengan pelajaran lain dan pelaksanaan pelajaran seni diberikan pada saat ekstrakurikuler, hasil angket menunjukan bahwa 62% responden setuju apabila pelajaran seni menghabiskan biaya lebih daripada matapelajaran lain, responden berpendapat bahwa kebutuhan siswa untuk pelajaran seni lebih banyak daripada pelajaran lain kebutuhan seperti peralatan mewarnai dan bahan-bahan keterampilan yang tidak disediakan oleh sekolah siswa harus membeli dengan biaya pribadi. Hasil angket menunjukan bahwa 96% responden menyatakan bahwa guru di sekolah sudah mampu mengajarkan pelajaran seni dengan baik responden berpendapat bahwa guru sudah mengajarkan dengan baik dapat dilihat dari kegiatan siswa siswa sudah mampu mengerjakan tugas rumah dengan baik.
8
Hasil angket menunjukan bahwa 34% responden menyatakan bahwa siswa jarang melakukan kegiatan kesenian di luar jam sekolah, responden berpendapat bahwa siswa kurang berbakat di bidang seni kebanyakan dari siswa lebih sering melakukan kegiatan lain seperti olahraga daripada mengikuti kegiatan seni. Hasil angket menunjukan bahwa 48% responden sering mengajak siswa melihat kesenian tradisional karena selain walimurid tertarik dengan kegiatan tradisional seperti ludruk, walimurid menanamkan kepada siswa agar dapat melestarikan kesenian daerah, selain itu untuk menyaksikan ludruk tidak menghabiskan biaya yang banyak. Dalam hal ini wali murid akan memberikan segala kebutuhan yang dibutuhkan oleh siswa di sekolah, fasilitas yang dibutuhkan oleh siswa seperti peralatan menggambar dan mewarnai terpenuhi akan tetapi hal tersebut terkadang terbatasi oleh keterbatasan ekonomi dari wali murid, wali murid hanya dapat membiayai peralatan yang dibutuhkan di sekolah untuk kegiatan siswa di luar sekolah kurang terpenuhi hal ini disebabkan ekonomi dari masyarakat yang menengah kebawah. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa fasilitas atau alat bantu belajar penting dalam proses belajar siswa hal tersebut juga didukung oleh pernyataan Hamalik (2001:51) ” alat bantu belajar merupakan semua alat yang dapat digunakan untuk membantu siswa melakukan perbuatan belajar, sehingga kegiatan belajar menjadi lebih efisien dan efektif. Dengan bantuan berbagai alat maka, pelajaran akan akan lebih menarik, menjadi konkrit, mudah dipahami, hemat waktu dan tenaga, dan hasil belajar akan lebih bermakna.” Dari pernyataan tersebut alat bantu belajar dalam hal ini fasilitas siswa untuk belajar seni penting adanya untuk membantu proses belajar siswa. C. Perhatian walimurid pada kegiatan seni anaknya Berdasarkan hasil penelitian tentang waktu dan perhatian walimurid pada kegiatan seni anaknya, Hasil angket menunjukan 82% responden setuju bahwa walimurid selalu memberi dukungan kepada siswa untuk berkegiatan seni responden berpendapat bahwa setiap kegiatan dari siswa selama kegiatan tersebut positif bagi siswa walimurid selalu memberikan dukungan baik dukungan secara materi dan moriil. Hasil angket menunjukan bahwa 84% responden setuju walimurid selalu member fasilitas kebutuhan siswa dalam pelajaran seni responden berpendapat bahwa segala kebutuhan siswa yang berkaitan dengan sekolah akan selalu di penuhi oleh walimurid agar siswa dapat belajar dengan maksimal. Dari hasil angket menunjukan bahwa 50% wali murid jarang membantu siswa ketika siswa mendapat pekerjaan rumah kesenian walimurid beralasan bahwa walimurid sendiri kurang berbakat di bidang seni dan membiarkan siswa untuk mengembangkan kreatifitasnya sendiri. Hasil angket menunjukan bahwa responden kadang kadang dan jarang masing masing dengan persentase 36% dan 30% dimintai bantuan oleh siswa pada saat siswa sudah merasa tidak mampu untuk mengerjakan sendiri. 30 % wali murid yang tidak pernah dimintai bantuan siswa karena siswa memiliki percaya diri yang tinggi dalam mengerjakan tugasnya dan tidak perlu bantuan orang tua. Hasil angket menunjukan bahwa 74%
9
responden setuju apabila siswa berbakat di bidang seni responden berpendapat dalam kegiatan sehari hari siswa dan nilai siswa untuk pelajaran seni cukup baik, angket menunjukan bahwa 74% responden tidak pernah membelikan buku pelajaran seni untuk siswa responden berpendapat bahwa pelajaran seni tidak memerlukan buku seperti pelajaran yang lain selain itu kendala biaya membuat wali murid tidak pernah membelikan buku untuk siswa, responden yang menjawab jarang dan kadang-kadang masing-masing dengan persentase 16% dan 10% berpendapat bahwa jika dari sekolah mewajibkan untuk membeli maka wali murid akan memenuhi kebutuhan siswa. Hasil angket menunjukan bahwa 82% setuju dan 6% sangat setuju apabila kelak siswa akan meneruskan di sekolah seni tergantung pada kemauan siswa, akan meneruskan sekolah atau bekerja. Responden yang kurang setuju dan tidak setuju masing-masing dengan persentase 10% dan 2% berpendapat bahwa responden tidak memiliki biaya untuk menyekolahkan siswa setelah lulus dari sekolah menengah lebih baik siswa membantu orangtua bekerja. Hasil angket menunjukan bahwa 66% responden setuju apabila siswa berprofesi sebagai seniman responden berpendapat bahwa segala profesi yang nanti akan di jalani oleh siswa selama hal tersebut tidak bertentangan wali murid selalu setuju tergantung siswa memilih profesi yang di senangi. 32% responden yang kurang setuju berpendapat bahwa siswa kelak lebih baik meneruskan profesi dari orangtuanya yaitu sebagai petani agar warisan berupa sawah dapat di manfaatkan. Hasil angket menyatakan bahwa responden akan memenuhi kebutuhan siswa meskipun peralatan yang dibutuhkan di luar kebutuhan sekolah responden yang setuju dan sangat setuju masing masing dengan persentase 40% dan 8% berpendapat bahwa wali murid akan memberi segala kebutuhan siswa untuk mengembangkan bakat siswa, dan responden yang menyatakan kurang setuju dan tidak setuju masing masing dengan persentase 36% dan 16% berpendapat bahwa peralatan yang digunakan seperlunya saja untuk peralatan yang di luar kebutuhan sekolah tidak perlu, karena ekonomi yang minim lebih baik dana digunakan untuk kebutuhan sekolah. Dari hasil yang diperoleh diketahui bahwa dukungan dan perhatian wali murid akan pendidikan seni tinggi, walimurid bersedia membiayai segala kegiatan dari siswa namun dukungan tersebut terbatas di sekolah, untuk kebutuhan dari siswa di luar sekolah yang berkaitan dengan pelajaran seni belum terpenuhi, apabila terdapat siswa yang berbakat di bidang seni orangtua hanya memberikan dukungan untuk fasilitas siswa dan kegiatan di luar sekolah seperti kursusu melukis dan tari belum terpenuhi karena keterbatasan biaya wali murid dalam membiayai siswa. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa perhatian wali murid tinggi, akan tetapi permasalahan ekonomi menjadi kendala utama dalam pelaksanaan pembelajaran seni, selain itu kurangnya kegiatan pameran seni di Probolinggo sehingga pelaksanaan pembelajaran seperti apresiasi siswa belum dapat terlaksana dengan maksimal. 1. Persepsi Wali Murid tentang Pendidikan Seni Menurut hasil angket wali murid berpendapat bahwa pendidikan seni itu penting yaitu sebatas hiburan bagi siswa dan wali murid beranggapan bahwa semua pelajaran yang diajarkan di sekolah penting bagi siswa. kesadaran wali murid terhadap pendidikan seni tinggi terbukti dengan hasil angket, wali murid
10
menyatakan pendidikan seni adalah salah satu pelajaran yang wajib diberikan disekolah, namun wali murid memandang pelajaran seni hanya sebatas pelajaran selingan atau muatan lokal. dalam hal ini yang mempengaruhi persepsi individu adalah kebutuhan dari individu tersebut dimana individu itu tinggal, masyarakat di Desa Clarak menganggap bahwa kesenian hanyalah sebagai kebutuhan sekunder sehingga wali murid menganggap bahwa pendidikan seni hanyalah kebutuhan tambahan 2. Peran Wali Murid terhadap siswa untuk pendidikan seni Dukungan wali murid kepada siswa tinggi hal tersebut disebabkan kesadaran wali murid untuk mendukung kegiatan belajar siswa cukup tinggi wali murid mendukung segala kegiatan siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah, asalkan kegiatan tersebut positif atau baik untuk siswa wali murid akan mendukung. Hal tersebut nampak ketika siswa mendapat tugas rumah wali murid membantu kegiatan siswa dirumah, dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pentingnya dukungan atau motivasi bagi siswa dalam proses belajar siswa. 3. Perhatian wali murid pada pendidikan seni yang sudah dilaksanakan di sekolah Dari hasil yang diperoleh diketahui bahwa dukungan dan perhatian wali murid akan pendidikan seni tinggi, wali murid bersedia membiayai segala kegiatan dari siswa namun dukungan tersebut terbatas di sekolah, untuk kebutuhan dari siswa di luar sekolah yang berkaitan dengan pelajaran seni belum terpenuhi, apabila terdapat siswa yang berbakat di bidang seni orangtua hanya memberikan dukungan untuk fasilitas siswa dan kegiatan di luar sekolah seperti kursus melukis dan tari belum terpenuhi karena keterbatasan biaya wali murid dalam membiayai siswa. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa perhatian walimurid tinggi, akan tetapi permasalahan ekonomi menjadi kendala utama dalam pelaksanaan pembelajaran seni, selain itu kurangnya kegiatan pameran seni di Probolinggo sehingga pelaksanaan pembelajaran seperti apresiasi siswa belum dapat terlaksana dengan maksimal. Saran Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas, dan pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan pada Bab IV, maka dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut: 1. Bahwa perlu disarankan agar fasilitas pendidikan yang disediakan oleh pemerintah lebih ditingkatkan agar pembelajaran seni terlaksana dengan baik. 2. Dalam penelitian ini tentunya masih banyak kekurangan, maka peneliti yang akan datang disarankan mengadakan penelitian lebih lanjut khususnya tentang persepsi masyarakat tentang pendidikan seni 3. Pelaksanaan Pendidikan seni di sekolah dasar yang khususnya berada di kabupaten,dengan latar ekonomi dan pendidikan yang rendah perlu adanya pemberian pengetahuan pentingnya pendidikan seni.
11
DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta:Rineka Cipta Dakir. 1999. Dasar-dasar Psikologi. Jakarta:Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2001, Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:Bumi Aksara Mistaram. Pendidikan Seni 1995, Malang: Balai Kajian Seni dan Desain Jurusan Seni dan Desain Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Rahmat, Jalaluddin 2005, Psikologi sistem dalam komunikasi interpersonal Bandung PT Remaja Rosdakarya. Shaleh, Rahman dan Wahab, Abdul. 2005. Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam. Jakarta: Prenada Media Soehardjo, A.J.2005. Pendidikan Seni(dari Konsep sampai Program). Malang: Balai Kajian Seni dan Desain Jurusan Seni dan Desain Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Surakhmad, Winarno. 1980. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar metode, Metode, Teknik, Bandung:Tarsito. Suryahadi, Agung. 2002. Perkembangan Seni Rupa Anak. Yogyakarta: Artista, Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya Dalam Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press.