PERSEPSI PEGAWAI TERHADAP DISIPLIN KERJA PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH (UPTD) BALAI TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA Oleh: La Ode Asfahyadin Aliddin (Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Haluoleo) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi pegawai tentang penerapan disiplin kerja pada Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Teknologi Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara. Variabel disiplin kerja diukur dengan tujuh indikator yaitu: Pemberian kompensasi; Keteladanan pimpinan dalam instansi; Aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan; Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan; Pengawasan pimpinan; Perhatian kepada para pegawai; dan Kebiasaankebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin kerja. Data dikumpulkan dari keseluruhan pegawai yang ada pada Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Teknologi Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara sebanyak 24 orang termasuk pimpinan. Untuk mengetahui disiplin kerja pada Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Teknologi Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara data dianalsisi secara deskriptif menggunakan daftar pertanyaan (kusioner) yang dinyatakan dalam skor. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari beberapa persepsi mengenai disiplin kerja pada Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Teknologi Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara berada dalam kategori baik (pemberian kompensai, keteladanan pimpinan, keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan, pengawasan, perhatian serta kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin) dan hanya satu persepsi yang berada dalam kategori cukup dalam pelaksanaannya yaitu aturan pasti yang dijadikan pegangan. Sehingga dapat dikatakan persepsi tersebut dapat meningkatkan disiplin kerja pegawai. Kata Kunci: Displin Kerja
I.
PENDAHULUAN
Disiplin merupakan fungsi operatif terpenting dalam organisasi dimana semakin baik disiplin pegawai, berdampak pada peningkatan kinerja suatu organisasi. Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab terhadap tugas-tugas yang dibebankan. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja dan terwujudnya segala tujuan. Oleh karena itu pe3mimpin harus selalu berusaha agar bawahannya mempunyai disiplin yang baik sebagai salah satu kriteria efektif dalam kepemimpinannya. Kehadiran Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Teknologi Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara sebagai unit kerja lapangan yang membantu dalam pengadaan serta pemberian pelatihan bagi tenaga pengajar khususnya dalam pengenalan dan penguasaan
Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Edisi Khusus, Maret 2011
teknologi komputer dan jaringan internet guna memajukan serta meningkatkan kualitas kerja mengajar. Manajemen sumber daya manusia sangat penting tidak hanya untuk perusahaan tetapi juga untuk unit kerja dalam mendukung pencapaian tujuannya, hal ini dikarenakan berbicara sumberdaya manusia berarti kita berbicara tentang orang-orang yang ada dalam suatu organisasi dengan kata lain orang yang menjalankan organisasi tersebut. Oleh karena itu, tanpa didukung oleh sumber daya manusia yang baik maka suatu organisasi tidak dapat berkembang dengan baik pula. Untuk itu diperlukan suatu strategi yang mantap untuk bisa memperoleh dan menciptakan sumber daya manusia yang betul-betul mampu berkompetisi dibidanganya masing-masing sehingga unit kerja tersebut dapat menjadi lembaga pendidikan yang
1
kuat dan mampu meningkatkan pengetahuan dan penguasaan teknologi disektor pendidikan. Untuk itu, pihak pimpinan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Teknologi Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara mengadakan pelatihan terhadap pegawai balai dalam hal kemampuan penguasaan teknologi komputer, dimana pada kenyataannya mayoritas pegawai belum memahami penggunaan komputer. Pelatihan tersebut menjadi salah satu prioritas bagi pihak pimpinan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Teknologi Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara karena pimpinan beranggapan dari program pelatihan terhadap pegawai tersebut mampu meningkatkan kemampuan pegawai yang akan berimplikasi pada perilaku kerja yang sesuai dengan normanorma kerja yang ada. Berdasarkan informasi pra penelitian diperoleh bahwa masih terdapat tugas-tugas pelaksanan pembangunan pendidikan khususnya dilingkungan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Teknologi Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara masih adanya pegawai yang kurang disiplin sesuai dengan jadwal dan sehingga program kerja yang ditargetkan belum terpenuhi. Hal tersebut disebabkan karena sebagian pegawai kurang mentaati peraturan yang telah ditetapkan sebagai acuan dalam menjalankan program kerja yang efektif dan efisien, serta adanya aktifitas lain pegawai pada jam kerja kantor sehingga secara obyektif tidak semua pegawai berada dikantor. Informasi lain diperoleh terdapat beberapa faktor tingkat disiplin kerja yang mempengaruhi pencapaian tujuan program kerja pegawai di lingkungan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Teknologi Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara kurangnya ketegasan pimpinan, kurangnya pengawasan sampai pada masalah sanksi hukum. Dampaknya terjadi kesimpangsiuran penyelesaian pelaksanaan pekerjaan yang berakibat tidak tercapainya target, meskipun persentasenya tidak terlalu besar tetapi jika berlangsung setiap tahun dapat mempengaruhi instansi secara keseluruhan. Berdasarkan fenomena yang diuraikan sebelumnya, maka permasalahan dari penelitian ini adalah “Apakah Persepsi Pegawai Terhadap disiplin kerja Pada Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Teknologi Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara”.
II.
METODOLOGI DAN KERANGKA KONSEP
2
Jurnal Manajemen & Kewirausahaan,Edisi Khusus, Maret 2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Persepsi Pegawai Terhadap disiplin kerja pada Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Teknologi Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara. Populasi dalam penelitian adalah keseluruhan pegawai yang ada pada Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Teknologi Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara sebanyak 24 orang termasuk pimpinan. Namun, didalam proses pemberian kuisioner pimpinan tidak dilibatkan. Jumlah populasi tersebut sekaligus dijadikan sebagai unit responden. Dalam penelitian ini, disiplin kerja pada Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Teknologi Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara dianalsisi secara deskriptif menggunakan daftar pertanyaan (kusioner) yang dinyatakan dalam skor. Teknik analisis data pada penelitian ini dilakukan dalam beberapa langkah sebagai berikut, ( Ridwan, 2002 ): a. Menghitung total skor jawaban responden b. Menghitung indeks maksimal dan minimal dengan rumus : - Indeks maksimal = Bb x P x n - Indeks minimal = Bt x p x n Dimana: Bb = bobot atau skor tertinggi Bt = bobot atau skor terendah P = variable yang diteliti N = jumlah responden c. Menghitung interval dengan rumus Imax Imin Interval = Jumlah Kelas d.
Menentukan interval kelas dan menentukan kategori indeks
Lingkup kajian penelitian ini adalah untuk mengetahui Persepsi Pegawai Terhadap disiplin kerja pada Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Teknologi Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara. Variabel disiplin kerja dalam penelitian ini dilihat dari sudut pandang bahwa disiplin kerja merupakan perilaku yang sudah harus dimiliki oleh pegawai, maka persepsi pegawai terhadap disiplin kerja, meliputi: a. Pemberian kompensasi b. Keteladanan pimpinan dalam instansi c. Aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan
d. Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan e. Pengawasan pimpinan f. Perhatian kepada para pegawai g. Kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin kerja. Untuk memberikan batasan pemahaman terhadap varibel-variabel yang dibahas sehingga memudahkan peneliti dalam membahas variabelvariabel dalam penelitian ini, maka berikut ini dikemukakan beberap konsep tentang disiplin kerja. Disiplin sangat penting baik bagi individu (tenaga kerja) yang bersangkutan maupun organisasi atau instansi tersebut. Karena disiplin pribadi mempengaruhi kinerja pribadi seseorang. Hal ini disebabkan manusia merupakan motor penggerak utama dalam organisasi atau instansi. Untuk itu sangat logis apabila peningkatan disiplin sumber daya manusia harus selalu diupayakan untuk mencapai produktivitas organisasi sesuai yang diharapkan. Dalam kaitan ini disiplin sangat penting dalam upaya meningkatkan kinerja pegawai. Dengan kata lain bahwa dengan ketidak disiplinan akan dapat merusak kinerja pegawai, Tohardi (2002:43) Bejo siswanto (1997:85) menjelaskan bahwa disiplin merupakan sikap yang menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku baik tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankan dan tidak mengelak dalam arti menerima sanksi-sanksi jika ia melanggar atas tugas dan wewenang yang diberikan. Lebih singkat dikatakan bahwa disiplin merupakan peraturan yang ditetepkan dengan tegas dan ketat (Surono, 1987:285). Menurut Paramita (1992:27) menjelaskan bahwa selain melalui berbagai bentuk program penegakkan disiplin, maka dapat pula ditumbuhkan dan dikembangan dengan menerapkan “pendekatan persuasive informal” melalui kemampuan pimpinan memberikan contoh teladan kepada bawahannya. Sedangkan “pendekatan edukatif formal” adalah uapaya untuk peningkatan disiplin melalui bimibingan, latihan dan penyuluhan. Rumusan lain menyatakan bahwa disiplin merupakan tindakan manajemen mendorong para anggota organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan
Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Edisi Khusus, Maret 2011
tersebut. Dengan perkataan lain, pendisiplinan pegawai adalah suatu bentuk pelatihan yang berusaha memperbaiki dan membentuk pengetahuan, sikap dan perilaku pegawai sehingga para pegawai tersebut secara sukarela berusaha bekerja secara kooperatif dengan para pegawai yang lain serta meningkatkan prestasi kerjanya (Sondang P. Siagian, 2000:305). Sedangkan pendapat Siswanto Sastrohadiwiryo (2003:291) disiplin kerja dapat didefinisikan sabagai suatu sikap menghormati, menghargai, patuh, dan taat terhadap peraturanperaturan yang berlaku baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksisanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya. Disiplin kerja juga diartikan sebagai sikap ketatan seseorang terhadap suatu aturan / ketentuan yang berlaku dalam organisasi yaitu menggabungkan diri dalam organisasi itu atas daar adanya kesadaran dan keinsyafan bukan karena adanya unsur paksaan. (Warsono, 1997:147) Disiplin kerja adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan organisasi dan norma-norma sosial yang berlaku. Kesadaran disini merupakan sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Jadi, dia akan mematuhi atau mengerjakan semua tugasnya dengan baik, bukan atas paksaan. Sedangkan kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan seseorang yang sesuai dengan peraturan perusahaan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis (Malayu S.P Hasibuan, 2003:193-194). Masalah disiplin, khususnya disiplin pegawai merupakan suatu permasalahan yang berdimensi luas dan kompleks karena menyangkut segenap tatanan nilai dan norma – norma peraturan dan keputusan. Kesemuanya itu mulak untuk ditaati, serta dijadikan panduan acuan dalam gerak dinamika baik secara individual maupun secara kolektif sebagai upaya peningkatan kinerja pegawai sesuai beban tugas yang diemban. Susilo Martojo (1998:96) mengemukakan bahwa disiplin asal kata dari “discipline” (latin) yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan atau kerohanian serta pengembangan tabiat. Sedangkan berdasarkan hakekat kata disiplin 3
tersebut, bahwa arah dan tujuan disiplinpada dasarnya adalah adanya “keharmonisan” dan “kewajaran” dalam suatu kelompok atau organisasi. Selanjutnya The Liang Gie (1981:96) mengemukakan bahwa disiplin adalah suatu keadaan tertib dimana orang-orang organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang hati. Maka esensi yang terkandung dalam pengertian disiplin pegawai adalah mencakup adanya sikap mental, kesadaran diri untuk mematuhi segenap norma, peraturan dan keputusan yang berlaku dalam lingkungan kerja serta bertujuan untuk menciptakan suasana lebih tertib dalam rangka upaya pencapaian efektifitas pekerjaan. Disiplin kerja yaitu sikap pegawai yang mematuhi semua peraturan perusahaan, datang dan pulang tepat waktu, mengerjakan semua pekerjaan dengan baik (Fathoni, 2006:130) III.
-
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pegawai Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Teknologi Pendidikan Provinsi Sulawesi masih dalam kategori usia muda, ini dapat diartikan bahwa pada usia muda tingkat mobilitas kerja pegawai cukup baik sehingga disiplin kerja dapat tercapai. Sehingga dapat dikatakan bahwa rata-rata pegawai Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Teknologi Pendidikan Provinsi Sulawesi memiliki pendidikan yang sudah cukup baik. Dari segi tingkat pendidikan tidak begitu mempengaruhi kebijakan pimpinan dalam pemberian tugas kepada pegawai. Pegawai yang berpendidikan tinggi misalnya S-1 rata-rata kurang menguasai teknologi dibandingkan dengan pegawai yang berpendidikan SMA. Dalam hal disiplin kerja pegawai dengan tingkat pendidikan tinggi misalnya S-1 pada dasarnya mempunyai tingkat disiplin yang kurang baik dimana tingkat ketepatan waktu bekerja yang selalu dilanggar. Sedangkan berdasarkan jawaban responden dapat dideskripsikan sebagai berikut: Pemberian kompensasi berimplikasi langsung pada peningkatan disiplin kerja pegawai. Responden yang menjawab tidak setuju beranggapan bahwa ada tidaknya pemberian kompensasi terhadap pegawai
4
-
-
-
tidak berpengaruh pada tingkat disiplin kerja mereka. Sikap bijaksana yang ditunjukkan pimpinan sebagai bagian dari hubungan kerja yang baik antara pimpinan dan pegawainya dan antara sesama pegawai dapat berdampak pada sikap pegawai yang berani mengambil resiko dengan penuh rasa tanggung jawab dalam menyelesaikan pekerjaannya tanpa ragu akan kesalahan yang dapat sewaktuwaktu terjadi. Alasan responden yang memilih kriteria tidak setuju dan sangat tidak setuju dikarenakan pegawai tersebut beranggapan bahwa disiplin kerja tidak berpengaruh secara langsung terhadap sikap bijak dari pimpinan. Sikap pegawai dalam menaati peraturan yang ditetapkan didasari atas komitmen dan pengetahuan dari pegawai akan hak dan kewajibannya sebagai bagian dari instansi. Hal ini dapat diartikan sebagai sikap loyalitas terhadap instansi dengan menaati peraturan sehingga secara langsung berimplikasi pada peningkatan disiplin kerja pegawai. Sebagian atau mayoritas responden pada Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Teknologi Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara setuju dengan pernyataan bahwa sansksi yang diberikan kepada pegawai karena kesalahan dalam bekerja. Sanksi yang diberikan pimpinan kepada bawahannya dapat dijadikan suatu hal yang positif dari pegawai sebagai suatu motivasi untuk lebih teliti dan cermat dalam melaksanakan tugas serta untuk lebih giat dalam menyelesaikan tugas yang diemban, di mana secara tidak langsung hal tersebut dapat meningkatkan kinerja kerja pegawai serta dapat pula meningkatkan disiplin kerja pegawai. Mayoritas responden pada Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Teknologi Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara setuju dengan pernyataan bahwa pengawasan kerja pimpinan terhadap pegawai secara cermat oleh pimpinan dapat meningkatkan disiplin kerja pegawai. Tindak lanjut dari pengawasan yang dilakukan pimpinan menjadi faktor penting dari peningkatan sumber daya suatu instansi,
Jurnal Manajemen & Kewirausahaan,Edisi Khusus, Maret 2011
-
-
untuk itu dibutuhkan kecermatan pimpinan dalam melakukan proses pengawasan untuk dapat mengetahui unit kerja mana yang belum memenuhi standar kerja yang diterapkan. Dampak positif dari pengawasan yang cermat dari pimpinan adalah kebijakan yang dilakukan oleh pimpinan untuk perbaikan sistem kerja pada unit kerja yang dianggap kurang dalam menyelesaikan tugasnya. Dampak positif dari pegawai adalah pegawai didorong untuk bekerja sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, dorongan tersebut diharapkan mampu meningkatkan efektivitas kerja pegawa yang secara langsung berimplikasi pada peningkatan disiplin kerja. Alasan responden yang menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan pengawasan pimpinan secara cermat dapat meningkatkan disiplin kerja dikarenakan disiplin kerja merupakan sikap yang timbul dari dalam diri pegawai tersebut, sadar akan aturan yang telah ditetapkan. Pemberian motivasi bekerja oleh pimpinan kepada pegawai mampu memacu pegawai untuk lebih giat dalam bekerja, pemberian motivasi kepada pegawai diartikan sebagai suatu tindakan positif yang mampu menumbuhkan rasa percaya diri pegawai dalam bekerja sesuai dengan kewajiban yang diemban, hal tersebut dapat berimplikasi pada peningkatan disiplin kerja. Mayoritas responden pada Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Teknologi Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara setuju dengan pernyataan bahwa kebiasaan yang menyimpang yang dilakukan pegawai dalam hal keterlambatan menyelesaikan tugas akan berdampak menurunnya tingkat disiplin kerja pegawai. Alasan responden yang menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan tersebut dikarenakan responden berpendapat keterlambatan tersebut bukan semata-mata menyangkut disiplin kerja melainkan dapat disebabkan faktor lain antara lain kesehatan yang kurang baik sewaktu bekerja, tekanan/stres yang dihadapi dalam bekerja.
Selanjutnya ditentukan skala/kategori yang diukur berdasarkan perhitungan indeks masingmasing variabel sebagai berikut:
Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Edisi Khusus, Maret 2011
Tabel 4.1. Hasil perhitungan masing variabel
skala
masing-
No
Variabel
Skala
Kategori
1
175
Baik
176
Baik
139
Cukup
5
Pemberian kompensasi Keteladanan pimpinan dalam instansi Aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan Pengawasan pimpinan
6
Perhatian kepada pegawai
205
7
Kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin
180
2 3 4
197 185
Sangat Baik Baik Sangat Baik Baik
Sumber : Data Primer (diolah) Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan beberapa hal sebagai berikut: Disiplin kerja pegawai pada Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Teknologi Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan variabel pemberian kompensasi berada dalam kategori baik. Selain itu berdasarkan informasi yang diperoleh melalui wawancara mendalam dan pengamatan langsung yang dilakukan peneliti, diketahui bahwa pemberian kompensasi kepada pegawai pada Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Teknologi Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari mayoritas pegawai merespon pemberian kompensasi oleh instansi dengan meningkatkan disiplin. Total indeks keteladanan pimpinan dalam intansi adalah 176, jika dimasukkan dalam skala maka terletak diantara 156,4 - 193,2. Hal ini menunjukkan bahwa Disiplin kerja pegawai pada Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Teknologi Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan variabel keteladanan pimpinan dalam instansi berada dalam kategori baik. Selain itu berdasarkan informasi yang diperoleh melalui wawancara mendalam dan pengamatan langsung yang dilakukan peneliti, diketahui bahwa pemberian kompensasi kepada pegawai pada Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Teknologi Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara sudah baik. Keteladanan pimpinan dalam bekerja mampu menjadi contoh yang baik bagi pegawai, sehingga pegawai
5
mampu mengimplementasikan dalam peningkatan kinerja dan disiplin kerja. Disiplin kerja yang dilihat dari faktor pelaksanaan aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan pada Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Teknologi Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan variabel aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan berada dalam kategori cukup. Selain itu berdasarkan informasi yang diperoleh melalui wawancara mendalam dan pengamatan langsung yang dilakukan peneliti, diketahui bahwa pemberian kompensasi kepada pegawai pada Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Teknologi Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara sudah cukup baik. Pelaksanaan aturan yang baik menjadi faktor penting dari proses administrasi suatu lembaga, untuk itu diharapkan pimpinan mampu meningkatkan kesadaran pegawai mengenai kepatuhan terhadap aturan yang berlaku yang dapat meningkatkan disiplin kerja pegawai. Disiplin kerja pegawai pada Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Teknologi Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan variabel keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan berada dalam kategori sangat baik. Selain itu berdasarkan informasi yang diperoleh melalui wawancara mendalam dan pengamatan langsung yang dilakukan peneliti, diketahui bahwa keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan kepada pegawai pada Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Teknologi Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara sangat baik. Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan berupa teguran dan kebijakan mengenai system kerja diharapkan mampu mendorong pegawai untuk lebih baik dalam bekerja sehingga meningkatkan disiplin kerja. Disiplin kerja pegawai pada Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Teknologi Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan variabel pengawasan pimpinan berada dalam kategori baik. Selain itu berdasarkan informasi yang diperoleh melalui wawancara mendalam dan pengamatan langsung yang dilakukan peneliti, diketahui bahwa pengawasan pimpinan kepada pegawai pada Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Teknologi Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari 6
pelaksanaan tugas yang dilakukan pegawai secara tepat waktu dan hasil yang maksimal. Disiplin kerja pegawai pada Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Teknologi Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan variabel perhatian kepada pegawai berada dalam kategori sangat baik. Selain itu berdasarkan informasi yang diperoleh melalui wawancara mendalam dan pengamatan langsung yang dilakukan peneliti, diketahui bahwa perhatian kepada pegawai pada Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Teknologi Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara ssangat baik. Hal ini dapat dilihat dari pemberian perhatian berupa dorongan dan motivasi mampu menggerakkan pegawai untuk bekerja lebih baik. Disiplin kerja pegawai pada Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Teknologi Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan variabel kebiasaan–kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin kerja berada dalam kategori baik. Selain itu berdasarkan informasi yang diperoleh melalui wawancara mendalam dan pengamatan langsung yang dilakukan peneliti, diketahui bahwa kebiasaan – kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin kerja pada Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Teknologi Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara baik. Hal ini dapat dilihat dari penyelesaian tugas secara tepat dan cermat yang ditunjukkan oleh pegawai. IV.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa dari beberapa persepsi mengenai disiplin kerja pada Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Teknologi Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara berada dalam kategori baik (pemberian kompensai, keteladanan pimpinan, keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan, pengawasan, perhatian serta kebiasaankebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin) dan hanya satu persepsi yang berada dalam kategori cukup dalam pelaksanaannya yaitu aturan pasti yang dijadikan pegangan. Sehingga dapat dikatakan persepsi tersebut dapat meningkatkan disiplin kerja pegawai. Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan, maka disarankan agar pihak instansi/pimpinan
Jurnal Manajemen & Kewirausahaan,Edisi Khusus, Maret 2011
berupaya mempertahankan dan meningkatkan persepsi pegawai dalam mendukung peningkatan disiplin kerja, pimpinan juga perlu lebih meningkatkan kesadaran pegawai akan aturan yang berlaku dalam instansi untuk lebih dapat dilaksanakan dengan baik. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan objek dan sampel yang lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA Alfred, R. Lateiner. 1983. Teknik Memimpin Pegawai dan Pekerja. Terjemahan Imam Soedjono. Aksara Baru, Jakarta. Alex S. Nitisemito, 1998, Manajemen Personalia, Cetakan ke-7, Ghalia Indonesia, Jakarta. Burhanuddin, 1995. Tinjauan Disiplin Kepegawaian, Praduya Paramitha, Jakarta. Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia. Rineka Cipta, Jakarta. Guntur, Ietje S. 1996. Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Airlangga, Jakarta. Hasibuan, Malayu, S.P. 2003. Manajemen Personalia, BPFE, Yogyakarta. Keith Davis, 1985. Perilaku Organisasi, Rajawali, Jakarta. Mangkunegara, Anwar, Prabu, 2001. Manajemen Sumberdaya Manusia Perusahaan. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Edisi Khusus, Maret 2011
Martojo, Susilo, 1998, MSDM, BPFE, UGM, Yogakarta. Moekijat. 1989. Manajemen Kepegawaian. Mandar Maju, Bandung. Paramitha, 1992. Pendekatan Disiplin Dalam Meningkatkan Produktivitas, Aksara Baru, Jakarta Saydam, Gozali, 1996, Manajemen Sumber Daya Manusia, Binarupa, Jakarta. Siswanto, Bejo. 1997. Meningkatkan Produktivitas Kerja Karyawan Melalui Penerapan Disiplin, PT. Gramedia, Jakarta Surono, 1987. Manajemen Sumberdaya Manusia, LPFE-UI, Jakarta Siagian, Sondang, P., 2000. Analisis serta Perumusan Kebijakansanaan dan Strategi Organisasi. Gunung Agung, Jakarta. Sastrohadiwiryo, B. Siswanto. 2003. Manajemen tenaga Kerja Indonesia Pendekatan Administratif dan Operasional. Bumi Aksara, Jakarta. The Liang Gie, 1981. Asas-Asas Disiplin, Yayasan Obor, Jakarta. Tohardi Ahmad, 2002. Pemahaman Praktis Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi I, Cv. Mandar Maju, Bandung.
7
8
Jurnal Manajemen & Kewirausahaan,Edisi Khusus, Maret 2011