PERSEPSI PEDAGANG BUAH – BUAHAN IMPOR DAN LOKAL DI KOTA PADANG JURNAL
Disusun oleh:
ROVITA YANI NIM.10030087
Pembimbing I
Yeni Erita, M.Pd
Pembimbing II
Rozana Eka Putri, S.Pd, M,Si
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2011
Perception Fruits Traders Import And Local In Padang By: Rovita Yani, *Yeni Erita, **Rozana Eka Putri** * the geography education student of STKIP PGRI Sumatera Barat ** the lecturer at geography department of STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRACT Fruit vendors are people who conduct trading activities in the field of fruit. Usually In traditional market traders to trade on the patio fruit shops with them this or using tables. The fruit vendors usually sell a variety of fruits, of different types, shapes, names, and quality. This research aimed to obtain information, analyze, discuss, and to menggetahui perception traders imported fruits and locally in the city of Padang seen: the perception of the quality of the fruit, the fruit price, and location of the merchant. This research is qualitative. Informants in the study took the snowball sampling technique where the snowball sampling is a technique penetuan sample numbers are small at first, then enlarged (Sugiyono, 2013). Key informants Kingdom Office Market. Data were collected through observation and structured interviews and documentation. Data were collected on perceptions traders imported fruits and locally. The results of this study concluded that the perception Fruits Traders Import And Local In Padang. First, the perception of the quality of imported fruits and local fruits are very different because of imported fruit has the buyers demand quality than local fruit. Second, the perception of the price of imported fruits and local fruits are also different, more expensive imported fruit from the local fruit, but fruit imports remain attractive to buyers. Third, the perception of the location of fruit traders in Pasar Raya is still less convenient for fruit vendors, when viewed from the weather conditions were not good.
Keywords : Perception Fruits Traders Import And Local
Persepsi Pedagang Buah-Buahan Impor Dan Lokal Di Kota Padang
Oleh: Rovita Yani* Yeni Erita ** Rozana Eka Putri** * Mahasiswa pendidikan geografi STKIP PGRI Sumatera Barat ** Dosen departemen geografi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK Pedagang buah merupakan orang yang melakukan kegiatan perdagangan dibidang buah-buahan. Biasanya Pada pasar tradisional pedagang buah berdagang di emperan toko-toko dengan menggelarnya atau menggunakan meja-meja. Para pedagang buah biasanya menjual bermacam-macam buah-buahan, dari berbagai jenis, bentuk, nama, dan kualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi, menganalisis, membahas, dan untuk menggetahui persepsi pedagang buah-buahan impor dan lokal di kota Padang dilihat dari: persepsi kualitas buah, harga buah, dan lokasi pedagang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Informan Penelitian di ambil dengan teknik snowball sampling dimana snowball sampling ini adalah teknik penetuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar (Sugiyono, 2013). Informan kunci Dinas Pasar Raya. Data yang dikumpulkan melalui observasi dan wawancara terstruktur dan dokumentasi. Data yang dikumpulkan mengenai mengenai persepsi pedagang buah-buahan impor dan lokal. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Persepsi Pedagang BuahBuahan Impor Dan Lokal Di Kota Padang. Pertama, persepsi tentang kualitas buah impor dan buah lokal sangat berbeda karena buah impor memiliki kualitas yang diminati pembeli dibandingkan buah lokal. Kedua, persepsi tentang harga buah impor dan buah lokal juga berbeda, buah impor lebih mahal dari pada buah lokal namun buah impor tetap diminati oleh pembeli. Ketiga, persepsi tentang lokasi pedagang buah-buahan di Pasar Raya masih kurang nyaman bagi pedagang buah, bila dilihat dari kondisi saat cuaca yang tidak baik.
Kata kunci: Persepsi Pedagang Buah-Buahan Impor Dan Lokal
PENDAHULUAN Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Pembangunan ekonomi nasional abad ke-21 masih akan tetap berbasis pertanian secara luas. Tahapan - tahapan yang sejalan dengan perkembangan ekonomi, maka kegiatan jasa-jasa dan bisnis yang berbasis pertanian akan semakin meningkat, yaitu kegiatan agribisnis akan menjadi salah satu kegiatan unggulan pembangunan ekonomi nasional dalam berbagai aspek yang luas. Kegiatan ekonomi yang berbasis pada tanaman pangan dan hortikultura merupakan kegiatan yang sangat penting (strategis) di Indonesia (Mbem, 2013).
Pada umumnya, isi kebun Indonesia adalah berupa tanaman buah-buahan, tanaman sayuran, tanaman hias dan wangiwangian, tanaman bumbu masak, tanaman obat-obatan, dan tanaman penghasil rempahrempah. Seperti salah satunya kehadiran buah-buahan di dalam menu sehari-hari bangsa kita sudah dikenal sejak zaman dahulu. Pada awalnya, buah-buahan hanya tumbuh liar tanpa adanya campur tangan manusia (Zulkarnain, 2010) Menurut Saragih (2001), komoditas hortikultura, khususnya buah-buahan memiliki prospek dalam sektor pertanian. Pengembangan buah-buahan berpola agribisnis dan agroindustri sangat cerah
karena permintaan terhadap komoditas tersebut cenderung naik, baik di pasar dalam maupun luar negeri. Pengembangan komoditas hortikultura, buah-buahan dapat dirancang sebagai salah satu sumber pertumbuhan baru dalam perekonomian nasional. Perkembangan agribisnis buahbuahan akan memberi nilai tambah bagi produsen (petani) dan industri pengguna serta dapat memperbaiki keseimbangan gizi bagi konsumen (Mbem, 2013). Menurut Rukmana (2003), Indonesia memiliki kondisi agroekologi yang dapat menghasilkan hampir semua jenis buah, termasuk jenis buah yang berasal dari daerah subtropis. Meskipun hampir semua jenis buah-buahan dapat dihasilkan di Indonesia, namun produktivitas hasil buah-buahan nasional masih rendah rata-rata 7,5 ton/ha. Peningkatan produksi buah-buahan nasional masih sangat dimungkinkan, dengan penggunaan bibit (varietas unggul) dan penerapan teknologi modern. Di negaranegara maju, penggunaan varietas unggul dan penerapan teknologi modern dapat menghasilkan produksi buah-buahan sebesar 10ton/ha (Mbem, 2013). Seiring dengan pertumbuhan zaman produk holtikultura khususnya jenis buahbuahan impor dapat masuk dengan mudah ke Indonesia. Yang menarik dalam kasus perdagangan internasional adalah naiknya impor holtikultura. Akibat liberalisasi perdagangan maka tarif impor hanya berkisar antara 0,5%. Hal itu mengakibatkan produk holtikultura, terutama buah-buahan, mengalir deras ke Indonesia ( Anindita, 2008). Tujuan utama dari pemasokan buah impor awalnya adalah untuk memenuhi permintaan konsumen akan kebutuhan buah dalam negeri mengingat berkurangnya pasokan buah lokal yang diakibatkan oleh faktor musiman. Akan tetapi hal ini berdampak buruk bagi perkembangan kemajuan buah dalam negeri sendiri karena masyarakat telah terbiasa dengan buah impor yang selalu ada, membuat perdagangan buah impor berkembang demikian pesatnya. Yang terjadi dipasaran khususnya pasar tradisional, buah impor yang masuk telah mencuri perhatian pembeli terhadap buahbuahan impor dibanding buah lokal. Sementara itu bila kita melihat tingkat
kesuburan alam Indonesia sendiri sangat cocok tumbuh berbagai tumbuhan, tidak terkecuali buah-buahan. Bentang alam dan tingkat cuaca yang teratur juga merupakan penunjang untuk pertumbuhan berbagai macam buah-buahan. Berdasarkan data yang di dapatkan dari Dinas Pasar kota Padang, jumlah pedagang buah-buahan yang terdaftar yaitu 120 pedagang buah dari 9 pasar tradisional seperti dijelaskan dalam tabel dibawah ini: Tabel I.1. Daftar Pedagang Buah-Buahan Yang Ada Pada Pasar Raya Kota Padang Dan Pasar Pembantu N 0 1 . 2 .
Nama pasar Pasar Raya
Jumlah pedagang 59 Pedagang
Pasar Satelit /Pasar Pembantu: a.Pasar Alai 11 Pedagang b.Pasar Belimbing 7 Pedagang c.Pasar Bandar Buat 7 Pedagang d.Pasar Lubuk Buaya 5 Pedagang e.Pasar Nanggalo 9 Pedagang f.Pasar Ulak Karang 7 Pedagang g.Pasar Tanah Kongsi 7 Pedagang h.Pasar Simpang 8 Pedagang Haru Jumlah 120 pedagang Sumber: Dinas Pasar Kota Padang, 2014 Dari tabel di atas maka penulis tertarik melakukan observasi penelitian dan akan dijadikan lokasi daerah penelitian di Pasar Raya karena selain merupakan pasar sentral juga pasar yang sering dikunjungi pembeli dan banyak terdapat pedagang buah-buahan. Dari hasil observasi yang penulis lakukan pada 25 Juni 2014 di salah satu pasar tradisional yaitu Pasar Raya kota Padang, ditemukan bahwa banyak pembeli yang membeli buah impor dibandingkan buah lokal, untuk keperluan yang berbedabeda, seperti keperluan rumah tangga, dan sebagai oleh-oleh maupun buah tangan untuk melihat/ membezuk orang sakit. Dilihat dari segi kualitas dan kuantitas, buah impor dan buah lokal memiliki kualitas yang relative berbeda. Buah impor memiliki tampilan dengan bentuk yang dapat menarik pembeli seperti dilihat dari tekstur buah yang bersih, warna merata dan ukuran relative besar yang dapat menarik pembeli , sedangkan buah lokal dilihat dari tekstur,
warna dan ukuran tidak sama seperti buah impor . Berdasarkan kuantitas atau jumlah buah yang dijual, buah impor mampu membanjiri pasar-pasar tradisional di kota Padang yang dapat ditemukan setiap harinya dibandingkan buah lokal yang dijual oleh pedagang buah hanya disaat buah-buahan musiman saja. Buah impor yang sering ditemukan di pasar tradisional kota Padang yaitu seperti dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel I.2. Macam-macam buah impor dan buah lokal No 1.
Buah Impor Apel Amerika
2.
Jeruk Mandarin Buah Apir Yeli (Thailand) Buah Lengkeng (Cina)
3.
4.
Buah Lokal Apel Malang dan Apel Manalagi Limau Manis Buah Apir Hijau (Jawa) Lengkeng (Muaro Bungo)
Dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti permasalahan ini, kenapa pedagang buah-buahan lebih mengutamakan menjual buah impor dari pada buah lokal dan pembeli yang cenderung memilih buah impor sebagai kebutuhan dibandingkan buah lokal yang berasal dari kebun sendiri dibandingkan buah impor yang sudah berhari -hari dalam proses pengiriman, sehingga penulis ingin mengetahui penyebabnya, untuk itu peneliti mengangkat penelitian ini dengan judul “Persepsi Pedagang Buah – Buahan Impor Dan Lokal Di Kota Padang”. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu berusaha mengungkapkan bagaiamana persepsi pedagang buah – buahan impor dan lokal di kota Padang. Daerah penelitian diambil dengan teknik purposive sampling yaitu pedagang buah di Pasar Raya Padang sebanyak 59 orang pedagang buah. Informan kunci dalam penelitian ini adalah Dinas Pasar kota Padang serta yang menjadi informan adalah pedagang buahbuahan Pasar Raya kota Padang dan
informan penelitian diambil secara snowball sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2010). b. Observasi Teknik yang digunakan untuk melihat dan mengamati tata cara pedagang buahbuahan, maka diperlukan observasi lapangan sebelum melakukan perencanaan penelitian selanjutnya. c. Dokumentasi Dokumentasi dilakukan untuk memperkuat dan mendukung data yang diperoleh, hasil dokumentasi berupa fotofoto dan dilampirkan sesuai dengna data dan persoalan penelitian, dokumentasi ini dapat men jadikan bukti nyata kita dilapangan terhadap apa yang kita teliti saat kita mempertahankan bagaimana hasil penelitian kita nantinya diterima, tanpa pengadaan, dokumentasi ini bisa juga berupa video dan rekaman kita dilapangan untuk lebih memperkuat hasil penelitian kita. HASIL PENELITIAN 1.
Persepsi pedagang buah-buahan tentang kualitas buah impor dan buah lokal Pasar Raya kota Padang Persepsi pedagang buah dalam segi kualitas telihat saat wawancara dengan salah seorang pedagang buah “Kualitas buah impor dan buah lokal itu segar-segar, kalau buah lokal sekitar 40%, kalau buah impor sekitar 60%. Bentuk yang menarik dilihat dari ukuran buah impor lebih besar dibandingkan buah lokal, juga warna yang merata merupakan keunggulan dari buah impor”. 2.
Persepsi pedagang buah-buahan tentang harga buah impor dan buah lokal Pasar Raya kota Padang Persepsi pedagang buah dalam segi harga terlihat saat wawancara dengan salah seorang pedagang buah “Harga buah ini memang berbeda, kalau buah impor memang agak mahal dari pada buah lokal. Tapi orang
lebih memilih buah impor, soalnya rasanya manis, ukurannya besar-besar dari pada buah kita ini. Kalau harga buah Apel Amerika sekilo Rp 30.000/kg, kalau Apel Malang setinggi-tingginya Rp 20.000/kg, kalau Jeruk Mandarin Rp 35.000/kg, kalau Limau Manis paling tinggi harga nya Rp 15.000/kg , kalau buah Lengkeng impor dari Cina Rp 30.000/kg, kalau Lengkeng dari Muaro Bungo Rp 25.000/kg”. 3.
Persepsi pedagang buah-buahan tentang lokasi pedagang buah impor dan lokal Pasar Raya kota Padang Persepsi pedagang buah tentang lokasi pedagang terlihat saat wawancara dengan salah seorang pedagang buah “Penjualan buah disini biasa-biasa aja tergantung dari pembeli. Kadang kalau lokasi saya bagus, pembeli pun ramai belanja, apalagi kalau hari cerah jadi buah yang saya jual gak terganggu karena cuaca. Kualitas dan harga buah memang berpengaruh dengan tempat saya berjualan, Alhamdulillah tempat yang saya huni sekarang nyaman karena orang yang belanja ramai”. PEMBAHASAN Pembahasan yang dilakukan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui persepsi pedagang buah-buahan impor dan lokal di kota Padang, sebagaimana pada pembahasan berikut ini: Pertama, persepsi pedagang buahbuahan impor dan lokal dilihat dari kualitas buah. Dari temuan yang dilakukan dilapangan, peneliti menemukan bahwa pada umumnya pedagang berusaha memberikan kualitas buah yang terbaik kepada konsumennya. Dilihat dari minat pembeli buah impor lebih sering dikonsumsi daripada buah lokal sendiri karena dari segi kualitas buah impor dilihat dari bentuk yang mulus, ukuran yang relative besar, kesegaran yang tahan lama dan mampu bertahan sekitar 4 hari atau 5 hari. Sedangkan buah lokal, mempunyai kualitas yang kurang dari bentuk dan warna yang tidak sama rata, ukuran yang relative kecil-kecil, bahkan ketahanan terhadap cuaca yang hanya bertahan sekitar hanya 2 hari. Sehingga buah impor lebih unggul dari pada buah lokal. Karena pengaruh
inilah maka pedagang buah-buahan mengikuti arah pemasaran buah lebih cenderung memilih buah impor dari pada buah lokal, agar konsumen nya merasa nyaman dengan pelayanan buah tersebut. Kualitas yang bagus akan berpengaruh kepada harga yang menguntungkan pedagang karena minat pembeli pun akan bertambah jika kualitas buah yang diperoleh sesuai dengan harapan pembeli. Selain itu bertujuan juga untuk mendapakan pelanggan yang tetap sehingga terjadi nya hubungan yang saling menguntungkan bagi pedagang buah dan pembeli buah. Apalagi dengan banyaknya pesaing antar pedagang buah-buahan, pencarian pelanggan juga sangat mendukung bila ditunjang dengan memberikan kualitas buah-buahan yang baik untuk dikonsumsi pembeli. Kualitas yang didapatkan pembeli sesuai dengan jurnal Henggar (2010), penjual dapat dikatakan memberikan kualitas apabila produk dan pelayanan yang diberikan kepada konsumen dapat memenuhi atau melebihi harapan konsumen. Berdasarkan definisi tersebut, suatu produk dapat dikatakan berkualitas apabila produk tersebut sesuai dengan harapan konsumen atau bahkan melebihi harapan konsumen. Kedua, persepsi pedagang buah-buahan impor dan lokal dilihat dari harga buah. Menurut Mowen dan Minor dalam Bekti Setiawati (dikutip oleh Antyadika, 2012) menyatakan bahwa harga adalah atribut paling penting yang dievaluasi oleh konsumen sehingga manajer perusahaan perlu benar-benar menyadari peran tersebut dalam menentukan sikap konsumen. Dari permasalahan yang ditemukan dilapangan tentang perbandingan antara buah impor dan buah lokal didapatkan kesenjangan sebagaimana kenyataan yang diperoleh bahwa harga dari buah impor seperti buah Apel Merah dari Amerika Rp30.000/kg atau Rp35.000/kg, Pir Yeli dari Thailand Rp30.000/kg, Lengkeng dari Cina Rp30.000/kg, dan Jeruk Mandarin Rp35.000/kg. Sedangkan buah lokal seperti Apel Malang Hijau dan Apel Manalagi Rp20.000/kg, Apir Hijau dari Jawa Rp20.000/kg, buah Lengkeng dari Muaro Bungo Rp25.000/kg dan Limau Manih Rp15.000/kg.
Ketiga, persepsi pedagang buah-buahan tentang lokasi pedagang. Lokasi pedagang buah-buahan juga mempengaruhi persepsi pedagang buah-buahan impor dan lokal. Lokasi pedagang buah-buahan impor dan lokal di Pasar Raya setelah diteliti umumnya merasa baik bila dilihat dari hasil penjualan buah karena pembeli yang datang sangat ramai sehingga memberikan keuntungan yang maksimal bagi pedagang buah-buahan. Namun bila dilihat dari pengaruh cuaca yang terkadang panas atau pun hujan, pedagang buah-buahan yang berada di Pasar Raya sering mengeluh karena kondisi yang hanya beratapkan payung-payung besar atau pun terpal dan bertempatkan meja-meja kecil terkadang memberi dampak yang dapat merugikan pedagang, misalnya jika hari hujan buah impor maupun buah lokal cenderung membusuk sedangkan jika dalam kedaan panas buah impor maupun lokal cenderung mengerut, sehingga bukan hanya minat pembeli saja yang sepi, pedagang buah juga berada dalam kerugian meskipun harga buah telah diturunkan untuk menyesuaikannya namun tetap saja pedagang merasa tidak nyaman dengan keadaan tersebut. Sesuai dengan pendapat August Losch dalam Madenyoung (2012), mengatakan bahwa lokasi pedagang sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang dapat digarapnya. Makin jauh dari tempat penjual, konsumen makin enggan membeli karena biaya transportasi untuk mendatangi tempat penjual semakin mahal. Losch cenderung menyarankan agar lokasi produksi berada di pasar atau di dekat pasar. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Kualitas buah impor dan buah lokal sangat berbeda ,buah impor memiliki kualitas yang diminati pembeli mulai dari bentuk yang mulus dan warna yang merata, ukurannya yang besar-besar, kesegaran dan ketahanan terhadap lamanya penyimpanan yang bertahan sampai 1 minggu. Buah lokal kurang diminati pembeli karena bentuk dengan warna yang tidak merata, ukurannya yang kecil-kecil, kesegaran dan
2.
3.
ketahanan lamanya penyimpanan yang bertahan sampai 4 atau 3 hari. Harga buah impor dan buah lokal juga berbeda, buah impor lebih mahal dari pada buah lokal. Buah impor dijual oleh pedagang buah seperti buah Apel Merah dari Amerika Rp 30.000/kg, Pir Yeli dari Thailand Rp 30.000/kg, buah Lengkeng dari Cina Rp 30.000/kg, dan Jeruk Mandarin Rp 35.000/kg. Sedangkan buah lokal seperti Apel Malang Hijau dan Apel Manalagi Rp 20.000/kg, Apir Hijau dari Jawa Rp 20.000/kg, buah Lengkeng dari Muaro Bungo Rp 25.000/kg dan Limau Manih Rp 15.000/kg. Lokasi pedagang buah-buahan di Pasar Raya masih kurang nyaman bagi pedagang buah, kondisi saat cuaca yang tidak baik sehingga kualitas buah menjadi turun dan berdampak bagi hasil penjualan buah.
SARAN Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka ada beberapa saran yang dapat dipertimbangkan, yaitu: 1. Dari segi kualitas sebaiknya kualitas buah di Indonesia ini ditingkatkan lagi, misalnya dari segi hasil penanamannya kalau bisa sama dengan buah impor sehingga buah lokal pun dapat menyaingi buah impor itu sendiri dan dapat menghambat masuknya buah impor yang deras ke Indonesia. 2. Sebaiknya petani-petani buah di Indonesia lebih melihat hasil dalam proses penanaman buah, karena alam Indonesia yang subur akan memberikan hasil buah yang berkualitas dan bisa menjadi salah satu mata pencarian bagi masyarakat dengan harga yang ditingkatkan dari kualitas tersebut. 3. Sebaiknya Pasar Raya yang menjadi pusat pasar tradisonal di kota Padang lebih diperhatikan oleh pemerintah, misalnya di bangun los-los atau kioskios agar disaat hari hujan pedagangpedagang kaki lima seperti pedagang buah tidak mengalami kerugian, dan juga berfungsi untuk penertiban di Pasar Raya.
DAFTAR PUSTAKA Anindita, Ratya Dan Reed Michael R, 2008. Bisnis Dan Perdagangan Internasional. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Antyadika, Bonaventura E. 2012. Analisis Pengaruh Lokasi,Harga,Dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Dipenogoro Semarang: Jurnal. http://madenyoung.blogspot.com/2012/04/no rmal-0-false-false-false-in-x-nonex.html. Diakses 24 agustus 2014. Mbem25.blogspot.com/2013/05/permasalah an-agribisnis-pada-komoditashtml. (Diakses 10 maret 2014) Para, Masiwi Henggar. 2010. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Kualitas Produk Dengan Interasi Membeli Laptop Merek Lokal Pada Mahasiswa. Fakulas Teknik. Dipenogoro: Semarang. Jurnal. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif. Bandung: Alfabeta. Zulkarnain. 2010. Dasar-Dasar Holtikultura. Jakarta: Bumi Aksara.