Strategi Pendistribusian Buah Lokal di Kota Semarang
Strategi Pendistribusian Buah Lokal di Kota Semarang JAM 13, 2 Diterima, Nopember 2014 Direvisi, Januari 2015 Maret 2015 Disetujui, April 2015
Hikmah Andalan Tri Ratnawati Fakultas Ekonomi UNTAG Semarang
Abstract: Market opportunities for local fruits are still very widely as the growth of public awareness on fruits consumption. According to the poll Compass (October 16, 2011), the community is still fond of local fruit, from the 446 respondents, 74.9% of respondents prefer consuming local fruit to the fruit imports. Fruits shipped from farmers to retailers, estimated reach 30% damaged before it reaches to the consumer. This is in contrast to the fruits imported by traveling are still in a good condition. This study aims to make local fruits distribution strategy at Semarang. The population in this study are farmers, retailers, wholesalers, middlemen. The research methods use quantitative and qualitative descriptive analysis. The pattern of fruits local distribution at Semarang is most farmers sell to middlemen, proceed to wholesalers, retail traders, and then forwarded to the consumer. Model local fruits distribution strategy in this study is the farmers forwarded to farmers’ coordinator, continued to the outlets, then forwarded to consumer, or from the farmers’ coordinator, continued to outlets, then forwarded to the consumers. Keywords: distribution strategy, local fruit, fruit businesses, consumers Abstrak: Peluang pasar bagi buah lokal masih amat luas seiring tumbuhnya kesadaran masyarakat mengonsumsi buah. Menurut jejak pendapat Kompas (16 Oktober 2011) masyarakat sebenarnya masih menggemari buah lokal, dari 446 responden 74,9% responden lebih memilih buah lokal dari pada buah impor. Buah yang dikirim dari petani hingga pedagang pengecer, diperkirakan mencapai 30% rusak sebelum sampai ke tangan konsumen. Hal ini berbeda dengan buah hasil impor dengan menempuh perjalanan yang jauh kondisinya masih bagus. Penelitian ini bertujuan membuat strategi pendistribusian buah lokal di Kota Semarang. Populasi dalam penelitian ini adalah petani, pedagang eceran, pengepul, tengkulak. Metode penelitian menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Pola distribusi buah lokal di Kota Semarang sebagian besar petani menjual ke tengkulak, dilanjutkan ke pengepul, baru ke pedagang eceran yang kemudian diteruskan ke konsumen. Strategi distribusi buah lokal model penelitian ini adalah petani diteruskan ke koordinator petani buah terus outlet diteruskan ke konsumen , atau dari koordinator petani kemudian ke outlet baru kepada konsumen.
Jurnal Aplikasi Manajemen (JAM) Vol 13 No 2, 2015 Terindeks dalam Google Scholar
Alamat Korespondensi: Hikmah, Program Studi Manajemen FEB UNTAG Semarang, email: Hikmah. 1967@ yahoo.com
Kata Kunci: strategi pendistribusian, buah lokal, pelaku bisnis buah, konsumen akhir
Keterkaitan antara produsen dan konsumen tidaklah terlepas dari kegiatan distribusi. Barang yang dihasilkan oleh produsen akan bermanfaat dan mempunyai nilai ekonomis
apabila dapat sampai ke konsumen untuk pemenuhan kebutuhannya. Peran distribusi barang dalam arti kata cukup, tepat waktu dan terjangkau atau sesuai dari segi harga merupakan faktor-faktor penentu terhadap keberhasilan fungsi distribusi barang dari produsen ke konsumen. Kenyataannya di Indonesia sistem
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011 229
ISSN: 1693-5241
229
Hikmah, Andalan Tri Ratnawati
distribusi merupakan bagian yang masih sangat lemah dalam mata rantai perekonomian nasional. Dengan kata lain efesiensi di bidang sistem distribusi masih rendah. Kondisi ini juga terjadi pada penjualan buah, dimana komoditas ini secara intrinsik memiliki sifat cepat busuk, rusak, dan susut besar, hal ini merupakan masalah yang dapat menimbulkan resiko fisik dan harga. Sim (2013) menyatakan bahwa kendala yang sering ditemui dalam distribusi buah lokal adalah permasalahan teknologi, inkonsistensi standar mutu buah yang dihasilkan serta teknologi pengemasan yang kurang baik, sehingga menurunkan daya saing buah lokal. Buah yang dikirim dari petani hingga pedagang pengecer, diperkirakan mencapai 30% rusak sebelum sampai ke tangan konsumen. Jalur pemasaran komoditas buah lokal ini memiliki mata rantai yang cukup panjang sehingga menjadikan harga buah menjadi mahal dan kualitas buah yang diterima konsumen berkurang. Keterlambatan pengiriman dan penjualan bisa mengakibatkan komoditas ini tidak lagi mempuyai nilai ekonomis. Hal ini berbeda dengan buah hasil impor dengan menempuh perjalanan yang jauh kondisinya masih bagus. Menurut Menteri Pertanian (Mentan) Suswono (2011) ke depan ada suatu upaya memperpendek rantai panahnya ini agar petani bisa langsung ke konsumen akhir, sehingga petani bisa menikmati harga yang bagus, kalau ini terjadi, petani bisa bergairah lagi. Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian Haryuningtyas HK (2013) menemukan bahwa saluran pemasaran buah apel di kota Malang dari departemen trading langsung ke konsumen merupakan saluran yang paling efisien secara teknis maupun ekonomis, dibandingkan dengan saluran pemasaran lainnya karena memiliki nilai indeks efisiensi teknis terkecil dan indeks efisiensi ekonomis terbesar. Keberadaan SCM (Supply Chain Management) dalam pengembangan agroindustri sangatlah diperlukan, karena memegang peranan yang sangat penting terhadap penentuan harga jual yang diterima konsumen. Utama (2011) faktor keberhasilan dari supply chain management berpengaruh signifikan paling besar terhadap proses produksi dan saluran distribusi dan saluran distribusi berpengaruh signifikan terhadap agroindustri mangga arumanis.
230
Fenomena yang terjadi saat ini, adalah adanya peredaran buah-buahan impor kian menjamur di pasar dalam negeri karena para distributor dan pedagang eceren lebih tertarik menjualnya. Hal ini menurut Utama (2011) dikarenakan mutu penampilan dan kesegaran buah impor merupakan salah satu daya tarik bagi konsumen dalam negeri. Ukuran besar, warna relative seragam, dipercantik dengan lapisan lilin dan dikemas dalam wadah protektif dan menarik sehingga mudah dan menarik dipajang di pasar-pasar ritel, berbeda dengan buah lokal yang di pajang di tempat ritel modern penampilan permukaan yang kurang/tidak menarik karena adanya getah, memar atau cacat fisik lainnya, serta kurang cerah dan segar, yang pada intinya kurang memberikan impulse daya tarik bagi konsumen. Smith dan Dawson 2004 dalam Utama (2011) mengindikasikan bahwa buah impor yang dijual di pasar ritel sebesar 80%, di samping itu kontribusi penjualan produk hortikultura oleh pasar ritel modern kepada masyarakat terus meningkat dari 21% tahun 2000 menjadi 31% tahun 2004. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa potensi pemasaran buah di Indonesia masih terbuka lebar. Azwawie (2013) mengungkapan peluang pasar bagi buah lokal masih amat luas seiring tumbuhnya kesadaran masyarakat mengonsumsi buah. Menurut jejak pendapat Kompas (16 Oktober 2011) masyarakat sebenarnya masih menggemari buah lokal, dari 446 responden 74,9% responden lebih memilih buah lokal dari pada buah impor. Dari pengamatan di Semarang peluang pasar bagi buah lokal juga sangat besar, hal ini bisa dilihat dari kegiatan pasar buah terbesar di Semarang yaitu Pasar Johar selama 24 jam. Selain itu hampir seluruh supermarket yang ada di kota Semarang sudah menjual buah lokal ini berarti buah lokal sudah mulai diminati masyarakat kalangan menengah ke atas. Menurut Sim (2013) masyarakat akan lebih melirik buah lokal kalau packaging buahnya bagus, dan diharapkan juga bisa jadi nilai tambah sehingga suatu hari nanti bisa mengurangi impor. Menurut Kotler (2008) saluran distribusi atau saluran pemasaran adalah organisasi-organisasi yang saling tergantung yang tercakup dalam proses yang membuat produk atau jasa menjadi tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi. Kotler (1993) juga
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 13 | NOMOR 2 | JUNI 2015
Strategi Pendistribusian Buah Lokal di Kota Semarang
mengatakan bahwa, agar suatu kegiatan penyaluran barang dapat berjalan dengan baik (efektif dan efisien) maka para pemakai saluran pemasaran harus mampu melakukan sejumlah tugas penting, yaitu: (1) Penelitian, yaitu melakukan pengumpulan informasi penting untuk perencanaan dan melancarkan pertukaran. (2) Promosi, yaitu pengembangan dan penyebaran informasi yang persuasive mengenai penawaran. (3) Kontak, yaitu melakukan pencarian dan menjalin hubungan dengan pembeli. (4) Penyelarasan, yaitu mempertemukan penawaran yang sesuai dengan permintaan pembeli termasuk kegiatan seperti pengolahan, penilaian dan pengemasan. (5) Negoisasi, yaitu melakukan usaha untuk mencapai persetujuan akhir mengenai harga dan lain-lain sehubungan dengan penawaran sehingga pemindahan pemilikan atau penguasaan bisa dilaksanakan. (6) Disrtibusi fisik, yaitu penyediaan sarana transportasi dan penyimpanan barang. (7) Pembiayaan, yaitu penyediaan permintaan dan pembiayaan dana untuk menutup biaya dari saluran pemasaran tersebut. (8) Pengambilan resiko, yaitu melakukan perkiraan mengenai resiko sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan saluran tersebut. Kelima tugas pertama membantu pelaksanaan transaksi dan tiga yang terakhir membantu penyelesaian transaksi. Semua tugas di atas mempunyai tiga persamaan, yaitu menggunakan sumber daya yang langka, dilaksanakan dengan menggunakan keahlian yang khusus, dan bisa dialih-alihkan diantara penyalur. Apabila perusahaan/produsen menjalankan seluruh tugas di atas, maka biaya akan membengkak dan akibatnya harga akan menjadi lebih tinggi. Barang konsumsi adalah barang-barang yang dibeli untuk dikonsumsikan. Pembeliannya didasarkan atas kebiasaan membeli dari konsumen. Jadi, pembelinya adalah pembeli/konsumen akhir, bukan pemakai industri karena barang-barang tersebut tidak diproses lagi, melainkan dipakai sendiri. Barang industri adalah barang-barang yang dibeli untuk diproses lagi atau untuk kepentingan dalam industri. Jadi, pembeli barang industri ini adalah perusahaan, lembaga, atau organisasi, termasuk non laba. Faktor yang menyebabkan sistem distribusi di Indonesia kurang efisien adalah belum memadainya
sarana dan prasarana transportasi. Jaringan distribusi yang belum mapan selama ini menyebabkan tersendatnya aliran produk, sehingga sering terjadi kelangkaan penyediaan barang di beberapa pasar. Pada umumnya alasan utama dalam penggunaan perantara karena perantara dapat membantu meningkatkan efisiensi distribusi (Swastha, 2005). Menurut Hasan (2013) ada lima saluran pemasaran barang konsumsi yang dapat digunakan untuk mencapai konsumen yaitu: (1) Produsen – Agen – Pengecer – konsumen. (2) Produsen – Agen – Pedagang Besar – Pengecer – konsumen (3) Produsen – Pedagang Besar – Pengecer – konsumen (4) Produsen – Pengecer – konsumen (5) Produsen – konsumen. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan saluran pemasaran adalah: (1) Tidak terdapat masalah permanen menyangkut lembaga-lembaga yang ada dalam system saluran yang akan menjalankan pembelian, penjualan, penyimpanan, pengangkutan, dan sebagainya yang beroperasi pada tingkat efektivitas dan efisiensi biaya tertentu. (2) Saluran pemasaran tidak selalu dikoordinasi oleh perusahaan atau pabriknya. Pada suatu saat pedagang besar dapat mendominasi saluran pemasaran atau masing-masing lembaga saluran memiliki kekuatan saluran pemasaran sendiri. (3) Perusahaan tidak selalu memasarkan produk-produknya langsung ke pasar. (4) Perantara dapat bertindak sebagai unit usaha yang mencari keuntungan sendiri. Dengan demikian ada kemungkinan bahwa tidak melaksanakan cara-cara seperti yang diharapkan produsennya. (5) Penjual bebas memilih saluran pemasarannya, yang dalam jangka panjang akan mempengaruhi pengembangan barang, strategi komunikasi, daerah penjualan, kebijakan harga, dan seterusnya. (6) Mempertimbangkan factor berbagai yang berpengaruh dalam pilihan saluran pemasaran; pertimbangan pasar, pertimbangan produk, pertimbangan perusahaan dan pertimbangan perantara. Tujuan dari penelitian ini adalah Mengidentifikasi pola pendistribusian buah lokal di Kota Semarang dan merumuskan model pendistribusian buah lokal untuk mengantisipasi serbuan buah import di Kota Semarang.
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
231
Hikmah, Andalan Tri Ratnawati
METODE Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif - kuantitatif, yaitu jenis penelitian yang menggabungkan antara penelitian kuantitatif dengan kualitatif (Bungin, 2007). Analisis kuantitatif dalam penelitian ini untuk mendukung analisis kualitatif.
Lokasi dan Subyek Penelitian Lokasi penelitian ini di Kota Semarang, dan subyek penelitiannya adalah Pelaku bisnis buah di Kota Semarang (Petani buah, tengkulak, pengepul, pedagang pengecer buah, dan pengusaha buah).
Metode Pengumpulan Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data subyek yaitu jenis data penelitian yang berupa opini, sikap, pengalaman atau karateristik dari seseorang atau sekelompok orang yang menjadi subyek penelitian (Indriantoro, 1999). Data Kuantitatif diperoleh dengan menyebarkan kuesioner ke pedagang pengecer di masing-masing Kec. di Kota Semarang dengan metode convenience sampling. Data kualitatif dilakukan dengan metode wawancara langsung secara mendalam dengan informan (Petani buah, tengkulak, pengepul, pengusaha buah).
Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini digunakan alat analisis data statistik deskriptif dan kualitatif. Statistik deskriptif yaitu statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum, (Sugiyono, 2010). Analisis data kualitatif menurut Miles dan Hubermen dalam Satori (2009) dengan 3 komponen yaitu reduksi data, sajian data, penarikan kesimpulan atau verifikasi. Reduksi data adalah suatu proses memilah memusatkan perhatian pada penyederhanaan, pengabsahan, dan transformasi data mentah yang diperoleh di lapangan dalam bentuk catatan-catatan, kemudian membuat ringkasan data lapangan, melakukan kodifikasi dan memformulasikannya. Hasil yang diperoleh
232
diinterpretasikan, dan selanjutnya disajikan dalam bentuk naratif.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kota Semarang bukan merupakan kota penghasil buah yang dapat memenuhi kebutuhan pasar, oleh karena itu kota Semarang dibanjiri buah lokal maupun buah import, di kota Semarang hanya ada bebarapa kecamatan sebagai penghasil buah yaitu Kecamatan Gunung Pati dan Kecamatan Mijen sebagian besar buah musiman seperti durian, rambutan. Jumlah yang besar dan sebagai ibu kota propinsi maka kota Semarang menjadi salah satu kota tujuan untuk memasarkan buah. Untuk sampai ketangan konsumen buah lokal di kota Semarang banyak melibatkan lembaga pemasaran. Adapun lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran buah lokal di kota Semarang adalah tengkulak, pedagang pengepul dan pedagang pengecer. Saluran distribusi dalam pemasaran buah lokal musiman di kota Semarang dikatagorikan tanaman tidak keras dan tanaman keras. Buah lokal musiman tanaman tidak keras sebagian besar menggunakan pola distribusi 5 yaitu melalui petani menjual pada tengkulak terus tengkulak menjual pada pengepul, dari pengepul ke pedagang eceran baru kemudian ke konsumen akhir. Khusus buah apel dan anggur pola distribusinya pola distribusi 5, hal ini dikarenakan semua buah apel lokal yang ada di Semarang berasal dari kota Malang, dan begitu juga buah anggur berasal dari Bali. Untuk buah naga, srikaya, sirsat dan jeruk besar selain dari luar kota Semarang juga berasal dari kota Semarang sendiri tapi jumlahnya sangat kecil sekali bila dibandingkan dengan kebutuhan pasar. Buah lokal musiman katagori tanaman keras jumlah yang paling besar saluran distribusinya pola 5 yaitu melalui petani menjual pada tengkulak terus tengkulak menjual pada pengepul, dari pengepul ke pedagang eceran baru kemudian ke konsumen akhir. Hal ini dikarenakan sebagian besar kebutuhan pasar terhadap buah lokal katagori musiman tanaman keras didatangkan dari luar kota Semarang. Dari ke tuju jenis buah lokal tersebut yang banyak dihasilkan oleh petani buah kota Semarang adalah buah rambutan yaitu dari kecamatan Gunung Pati dan Mijen.
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 13 | NOMOR 2 | JUNI 2015
Strategi Pendistribusian Buah Lokal di Kota Semarang
Kecamatan tersebut juga penghasil buah durian terbesar di kota Semarang, namun dari hasil tersebut belum bisa memenuhi kebutuhan pasar, sehingga masih harus mendatangkan buah lokal durian dari luar kota Semarang contohnya dari Jepara, Kabupaten Semarang dan lain-lain. Buah lokal multi musim jumlah yang paling besar saluran distribusinya pola 5 yaitu melalui petani menjual pada tengkulak terus tengkulak menjual pada pengepul, dari pengepul ke pedagang eceran baru kemudian ke konsumen akhir. Buah pisang, papaya, jambu air dan jambu biji dalam pendistribusiannya ke konsumen menggunakan ke lima pola saluran distribusi buah tersebut. Dari ke 10 jenis buah multi musim yang dipasarkan di kota Semarang hanya buah blimbing saja yang paling jarang di jual oleh pedagang eceran, hal ini dikarenakan berkurangnya petani yang menanam buah belimbing. Kota Demak yang dulu terkenal dengan kota penghasil buah belimbing akhir-akhir ini produksiya semakin berkurang karena banyak petani benlimbing yang beralih ke jambu air. Dari kelima saluran distribusi buah yang ada di kota Semarang dapat dilihat bahwa yang mempunyai peranan besar dalam mendistribusikan buah ketangan konsumen adalah pengepul, di mana pedagang pengepul ini biasanya didukung oleh pemodalan yang cukup besar memiliki gudang dan ada yang sudah melakukan fungsi-fungsi pemasaran selain pembelian dan penjualan seperti sortasi dan pengepakan. Dari hasil penelitian dan pengamatan di lapangan kota Semarang bukan merupakan kota penghasil buah yang dapat memenuhi kebutuhkan pasar, maka kebutuhan pasar akan buah sebagian besar di penuhi dari luar kota Semarang. Sebagian besar pendistribusian buah di kota Semarang melalui pengepul. Pengepul terbesar di kota Semarang berada di pasar Johar, di pasar tersebut terdapat 73 pengepul dari berbagai jenis buah. Pemasok buah lokal musiman dan multi musim sebagian besar dari pasar Johar Semarang. Selain dari pasar Johar para pedagang pengecer juga mengambil dari Pasar lain yang ada di Kota Semarang yaitu pasar Karangayu. Pedagang pengecer buah juga mengambil dari tengkulak dan dari petani yang berasal dari Bandungan, Boja, Gunung Pati, dan PT. Ibana Berdasarkan saluran distribusi baik buah lokal musiman maupun multi musim yang dijelaskan di atas,
maka saluran distribusi buah lokal yang yang ada dikota Semarang dapat digambarkan sebagai berikut: PET ANI
TE NG K UL AK
PE NG UMP UL
PE DAG ANG ECE RAN
K O NSU ME N
Hasil penelitian diatas sesuai dengan pendapat Bapak Ir Budi Darmawan, sebagai petani dan sekaligus pendistribusi buah terbesar di Kota Semarang, Menurut beliau pola distribusi buah di Kota Semarang sebagian besar didistribusikan melaui pedagang pengumpul, di mana Pedagang pengumpul melakukan shortage atau pemisahan buah menjadi Grade A, B, dan C untuk dijual ke outlet-outlet sesuai dengan grade-nya. Buah dengan grade A dijual ke Modern market dan toko buah modern seperti ’ADA’ Swalayan, Istana Buah, Grade B dijual ke toko buah sederhana dan buah dengan grade B dijual di pasar tradisional dan non outlet, seperti penjualan buah di pinggir jalan, di becak, dan sebagainya. Di PT Sansibar Devisi buah (PT Ibana) terdapat 3 (tiga) pola pendistribusian buah, yaitu:
Perkebunan buah Konsumen Akhir Buah yang hasilkan di Perkebunan buah Ngepbruk dan hortimart, seperti buah kelengkeng, buah naga, jambu air, durian , dan srikaya. Buah dari perkebunan langsung dijual ke konsumen akhir dengan membuka resto buah ”Green Resto” dan ”Hortimart Resto” dengan buah yang di jual memiliki grade A dan B.
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
233
Hikmah, Andalan Tri Ratnawati
Perkebunan PT Sansibar Devisi Buah Outlet Konsumen akhir PT Sansibar devisi buah melakukan penjualan sesuai dengan segmennya berdasarkan tampilan buah untuk di jual ke outlet-outlet di Kota Semarang. PT Sansibar Devisi buah melakukan shortage atau pemisahan buah menjadi Grade A, B, dan C untuk dijual ke outlet-outlet sesuai dengan gradenya. Grade A dijual ke dijual ke Modern market dan toko buah modern seperti ’ADA’ Swalayan, Istana Buah, dengan diberi label ”Ibana” . Grade B dijual ke toko buah sederhana, dengan diberi label ”pelangi”, Grade C dijual ke pasar tradisional dan non outlet, seperti penjualan buah di pinggir jalan, di becak, dan sebagainya, tampa merek .
Petani buah Kortan PT Sansibar Devisi Buah Outlet Konsumen akhir Bapak Ir Budi Darmawan, juga membeli buah ke petani plasma, yang di kumpulkan melalui koortan (koordinasi Tani). Dengan adanya kemitraan petani buah dengan pengusaha diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani. Hal ini sesuai dengan kajian saptana dkk dalam Sudiyarti (2011) yang menjelaskan pola kemitraan rantai pasok melalui Pola Kelompok Tani Assosiasi Melon terdapat beberapa keuntungan yang diperoleh yaitu harga melon stabil sehingga harga
tidak dipermainkan pedagang, adanya jaminan pemasaran, mendapatkan informasi teknologi baru tentang pembudidayaan melon, tidak akan terjadi booming akibat pengaturan luas tanam, waktu tanam, dan varietas yang diminta pasar, dan adanya aprisiasi terhadap komoditas melon dan semangka dengan trade mark daerah sentra produksi tertentu. Menurut pendapat Bapak Ir Budi Darmawan sebagai petani dan sekaligus pendistribusi buah terbesar di Kota Semarang yang memiliki PT Sansibar Devisi buah (PT Ibana), Model distribusi buah PT Sansibar Devisi buah dapat dilihat pada gambar 1. Salah satu kesulitan petani di Indonesia tidak ada yang mengajari standarisasi, bahkan di Indonesia juga belum ada standarisasi , selama ini hanya berdasarkan tampilan fisik, juga belum adanya penanganan pascapanen dan store coverage sehingga bisa menyuplai sepanjang tahun. Padahal dalam pendistribusian buah sangat tergantung pada produksi dan segmen pasar, lebih tepatnya target pasar yang di pilih. Oleh sebab itu maka petani sebagai produsen harus mengetahui bagaimana bertanam buah yang baik, kualitas yang dikehendaki pasar, waktu panen yang tepat sehingga harga tidak anjlok dan penanganan pasca panen supaya buah tetap terjaga kualitasnya dan tetap mempunyai daya saing yang tinggi di pasar. Untuk itu diperlukan adanya pendidikan dan latihan baik dari aspek agrobisnis, aspek manajemen, maupun aspek hukum pada petani, Berdasarkan hal tersebut di atas maka Toko Buah /Resto
(1)
Perkebunan Buah Ngebruk
(2) Outlet A PT. Sansibar Devisi Buah “IBANA” (Shortage)
Outlet B Outlet C
(3) Petani Plasma (Un shorted)
KORTAN
Gambar 2. Saluran Distribusi Buah PT Sansibar Devisi Buah 234
Konsumen A
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 13 | NOMOR 2 | JUNI 2015
Konsumen B Konsumen B
Strategi Pendistribusian Buah Lokal di Kota Semarang
model strategi distribusi buah buah lokal adalah sebagai berikut:
1. 2. 3.
Pelatihan & Pendidikan : Aspek Agrobisnis Aspek Manajemen Aspek hukum
Petani
Pedagang Pengecer Konsumen, Petani Pengepul Pedagang Pengecer Konsumen,
Koortan
Outlet
Konsumen
Pengepul Gambar 3. Model Strategi Pendistribusian Buah Lokal di Kota Semarang
Dari model strategi pendistribusian buah lokal tersebut bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani buah yang selama ini paling dirugikan terutama oleh tengkulak karena pembelian dilakukan dengan system tebasan. Dengan adanya koordinator tani (koortan) yang bekerjasama dengan petani maka petani tidak lagi dirugikan. Koortan disini fungsinya sebagai patner bagi petani karena kegiatan sortasi yaitu memisahkan buah yang berkualitas baik sesuai dengan gradenya yaitu grade A, grade B, dan grade C dilakukan bersama dengan petani, sehingga harga ditentukan oleh dua pihak petani tidak hanya sebagai price taker. Selain sortasi koortan juga melakukan packing atau pengepakan, dengan adanya packing ini akan menaikkan harga buah. Dari koortan langsung di jual ke outlet atau pedagang eceran dan diteruskan ke konsumen dengan model distribusi ini akan memperpendek saluran pemasaran. Selain itu apabila koortan kesulitan didalam memasarkan ke outlet atau pedagang pengecer maka dilakukan melalui pengepul baru ke outlet atau pedagang pengecer kemudian dijual ke konsumen.
KESIMPULAN DAN SARAN
Petani Tengkulak Pedagang Pengecer Konsumen, Petani Tengkulak Pengepul Pedagang Pengecer Konsumen. Pemasok terbesar pedagang eceran buah lokal di kota Semarang adalah pengepul yang ada pasar Johar Semarang. Model strategi pendistribusian buah lokal di kota Semarang petani bekerja sama dengan koordinator tani untuk penjualan kemudian dijual ke outlet atau pedagang pengecer baru ke konsumen, selain itu koordinator tani melalui pengepul untuk menjual ke outlet.
Saran Penelitian ini tidak fokus pada jenis buah tertentu, miskipun setiap jenis buah mempunyai pola pendistribusian yang hampir sama, maka untuk penelitian yang akan datang sebaiknya terfokus pada buah tertentu supaya bisa menghitung margin pemasaran setiap saluran distribusi, dan efisiensi pendistribusian buah. Kota Semarang bukan kota penghasil buah multi musim, untuk penelitian yang akan datang sebaiknya obyek penelitiannya diperluas se Karesidenan Semarang.
Kesimpulan
DAFTAR RUJUKAN
Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: Pola distribusi buah local di kota Semarang ada 5 macam yaitu: Petani Konsumen, Petani
Ali, H. 2013. Marketing dan kasus-Kasus Pilihan, Cetakan Pertama, Center for Academic Publicing Service (caps). Basu, S. 2005. Manajemen Penjualan. Jakarta: BPFE.
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
235
Hikmah, Andalan Tri Ratnawati
________. 1984. Azas Azas Marketing, edisi 3. Yogyakarta: Liberty. Burhan, B. 2011. Penelitian Kualitatif, edisi kedua. Kencana Prenada Media Group. Denny, U. 2011. Strategi Pendekatan Supply Chain Management Pada Proses Produksi dan Saluran Distribusi terhadap Agroindustri Mangga (Mangifera Indica) di Kabupaten Probolinggo, http://www.academia. edu/2372966 Hayuningtyas, H.K. 2013. Efisiensi Pemasaran Buah Apel (Kasus Pemasaran Buah Apel di Kusuma Agrowisata Kota Batu, Malang, Jawa Timur, http:// faperta. unsoed. ac.id. Kotler, P., & Kevin, L.K. 2008. Manajemen Pemasaran jilid 2, Edisi 12 Bahasa Indonesia, PT Macanan Jaya Cemerlang. Kotler, P., & Gary, A. 1993 Dasar-Dasar Pemasaran. Jakarta: Intermedia. Nurchayati dan Hikmah. 2012. Pola Distribusi Buah Local
236
dan Buah Import (Studi Kasus Pedagang Buah di Kota Semarang), Hasil Penelitian. Nur, I. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis, Edisi 1, Yogyakarta: BPFE. Pasar dan Perdagangan: Peluang Pasar Buah Lokal, 2011/ 07/05 http:// ekonomi.kompasiana.com, diakses 19 Januari 2013 Suswono, M. 2013. Ini yang membuat buah local ungguli buah impor, 29 September 2009 http://www.pontianak. tribunnews.com Sim, E.S. 2013. KORPUS IPB.COM, www.korpusipb.com. Sentra Buah-buah http://hortikultura.deptan.go.id/? q = node/328/diakses 20 Pebruari 2013. Sudiyarto. 2011. Strategi pemasaran buah lokal Jawa Timur, Journal- SEP Vol 5 No. 1 Maret 2011. Utama, I.M.S. 2011. Menjaga Mutu Buah Tropika dalam Rantai Distribusi, http://www.Staff.unud.ac.id Viva news, Mengapa Buah Impor Murah, Buah Lokal Mahal, Minggu, 10 Juli 2011. William, J.S. 2003. Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga.
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 13 | NOMOR 2 | JUNI 2015