Serat Acitya-Jurnal Ilmiah UNTAG SEMARANG
Strategi Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial Masyarakat Kota Semarang Charis Christiani Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
[email protected]
Abstrak
Permasalahan kesejahteraan social di kota Semarang dikategorikan ke dalam 7 (Tujuh) isu strategis yaitu i). fakir miskin, (ii). Lanjut usia terlantar, (iii). Penyandang cacat, (iv). Anak terlantar, (v). anak jalanan, (vi). Anak balita terlantar, (vii). Gelandangan dan pengemis atau tunawisma. Dari ketujuh isu tersebut jumlah masyarakat penyandang masalah social di kota Semarang sebanyak 45.183 orang. Jumlah ini termasuk besar bila dibandingkan dengan jumlah penduduk kota Semarang sebanyak 29.769.676 jiwa. Langkah yang harus dilakukan oleh Pemerintah Daerah adalah Sosialisasi, koordinasi program kegiatan yang ditujukan untuk penanganan Masalah Kesejahteraan Sosisl kepada satuan kerja perangkat daerah, sesuai tugas pokok dan fungsinya secara tegas dan terbuka dengan mengedepankan sinergisitas kegiatan. Lembaga swasta bersama pemerintah dan masyarakat membantu menangani penyandang masalah dengan menyelenggarakan pantipanti atau tempat latihan ketrampilan bagi mereka sampai pada penyediaan lapangan pekerjaan sehingga mereka dapat hidup mandiri. Kata kunci : farkir miskin, lanjut usia terlantar, penyandang cacat, anak terlantar,anak jalanan,anak balita terlantar, gelandangan Abstract Social welfare issues in the city of Semarang categorized into 7 (Seven) strategic issues, namely i). the poor, (ii). Neglected elderly, (iii). With disabilities, (iv). Abandoned children, (v). street children, (vi). Displaced children under five, (vii). Vagrants and beggars or homeless. The seventh issue of the number of people with social problems in the city of Semarang as many as 45 183 people. This includes a large number compared to the population of the city of Semarang as much as 29,769,676 inhabitants. Steps to be taken by the local government is socialization, coordination of program activities aimed at handling problems Sosisl Welfare to work unit, corresponding duties and functions expressly and openly by promoting synergy in the activities. Private institutions with government and communities to help deal with the problem by organizing asylums or places for them to practice skills on job creation so that they can live independently. Keywords: farkir poor, neglected elderly, disabled, abandoned children, street children, abandoned infants, bum
151
Serat Acitya-Jurnal Ilmiah UNTAG SEMARANG
Kompleksnya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meskipun
pembangunan
permasalahan
kesejahteraan
sosial,
Sosial
berhasil
telah
Kementrian melakukan
kesejahteraan sosial bagi kelompok
identifikasi terhadap PMKS ke dalam 7
miskin dan rentan dianggap berhasil,
(Tujuh) isu strategis yaitu i). fakir
namun ada sejumlah permasalahan
miskin, (ii). Lanjut usia terlantar, (iii).
mendasar yang dihadapi antara lain:
Penyandang cacat, (iv). Anak terlantar,
(i). Cakupan atau jangkauan pelayanan
(v). anak jalanan, (vi). Anak balita
program
terlantar,
dibagi
kesejahteraan sosial yang kedalam
4
(empat)
pilar
(vii).
Gelandangan
dan
pengemis atau tunawisma.
intervensi masih sangat terbatas, (ii).
Kota
Semarang
sebagai
kota
Kegiatan bantuan dan jaminan sosial
metropolitan memiliki persoalan serius
bagi PMKS masih tumpang tindih satu
dengan pembangunan kesejahteraan
sama lain,
(iii). Pemerintah daerah
sosial ini. Jumlah fakir miskin kota
belum optimal dalam memberikan
Semarang sebanyak 41.527 orang. Di
pelayanan
sisi
kelembagaan
yang
lain,
keadaan
PMKS
kota
disediakan dan penyedian anggaran,
Semarang
(iv). Peran pemerintah yang masih
Tahun 2011 jumlah lanjut usia terlantar
dominan dalam pelayanan program
sejumlah 446 jiwa, penyandang cacat
pemberdayaan
PSKS
2.508 orang, anak terlantar 357 anak,
sehingga mengurangi esensi dari upaya
anak jalanan 179 orang, anak balita
pemberdayaan sosial itu sendiri, (v).
terlantar
Peran masyarakat melalui organisasi
gelandangan dan pengemis sebanyak
nirlaba
61 orang
dan
PMKS
dunia
dan
usaha
dalam
pelayanan kesejahteraan sosial belum
cukup
105
memprihatinkan.
orang
kemudian
Untuk itu, penanganan masalah
terarah dan terdayagunakan secara
kesejahteraan
optimal, (vi). Kapasitas sumber daya
pembangunan
manusia
pelayanan
melalui perlu terus ditingkatkan dan
kesejahteraan sosial dalam hal subtansi
jangkauan pelayanan dapat diperluas.
teknik dan praktis masih terbatas, dan
Hal ini sesuai dengan Undang-Undang
(viii). Koordinasi dan komunikasi pada
Nomor
berbagai sektor dan level masih belum
Kesejahteraan
optimal.
mengamanatkan
pelaksana
11
sosial
melalui
kesejahteraan
Tahun
1999
Sosial agar
sosial
tentang yang
pemerintah,
152
Serat Acitya-Jurnal Ilmiah UNTAG SEMARANG
pemerintah daerah dan masyarakat
Kemiskinan bukan hanya diukur dari
menyelenggarakan kesejahteraan sosial
pendapatan
bagi warga masyarakat yang kurang
kerentanan dan kerawanan orang atau
beruntung dan rentan, serta melakukan
sekelompok
penanggulangan kemiskinan.
maupun perempuan untuk menjadi
B. Fokus Penelitian
miskin, dan keterbatasan akses warga
Bagaimana strategi, program dan kegiatan
yang
tercapainya
mengarah
pada
kesejahteran
sosial
masyarakat di Kota Semarang serta formula
model
jaminan
penyelenggaraan
kesejahteraan
sosial
bagi
tetapi
juga
orang
mencakup
baik
laki-laki
miskin dalam penentuan kebijakan publik
yang
berdampak
pada
kehidupan mereka. Anak balita terlantar adalah anak berusia 0 – 4 tahun yang karena sebab tertentu,
orangtuanya
tidak
PMKS yang berdasarkan pada kondisi
melakukan
PMKS di Kota Semarang .
beberapa kemungkinan : miskin/tidak
C. Tujuan Penelitian
mampu, salah seorang sakit, salah
Tujuan dan Kajian ini dalah
kewajibannya
dapat
seorang/kedua-duanya
(karena
meninggal,
anak balita sakit) sehingga terganggu
sebagai berikut: PMKS,
kelangsungan hidup, pertumbuhan dan
potensi dan permasalahan sehingga
perkembangannya baik secara jasmani,
dapat terpetakan keadaan PMKS
rohani maupun sosial.
1. Indentifikasi
kondisi
Kota Semarang yang sesuai kondisi
13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan
di lapangan. 2. Merumuskan strategi, program dan kegiatan
Menurut Undang-undang Nomor
yang
mengarah
tercapainya kesejahteraan
pada sosial
Lanjut Usia yang diundangkan pada tanggal 30 Nopember 1998 merupakan suatu bersama
masyarakat di Kota Semarang.
bentuk
upaya
masyarakat
pemerintah untuk
memberdayakan lanjut usia melalui
D. Kerangka Teori Kemiskinan adalah suatu kondisi
upaya peningkatan kesejahteraan sosial
atau
lanjut usia di segala aspek kehidupan
sekelompok orang yang tidak terpenuhi
dan penghidupan guna mewujudkan
hak-hak
kesamaan kedudukan, hak, kewajiban
sosial
ekonomi
seseorang
dasarnya
untuk
mempertahankan dan mengembangkan kehidupan
yang
dan peran lanjut usia
bermartabat.
153
Serat Acitya-Jurnal Ilmiah UNTAG SEMARANG
Istilah
“gepeng”
merupakan
dan solusi (analisis terhadap Strenght,
singkatan dari kata gelandangan dan
Weakness,
Opportunity,
pengemis. Menurut Departemen Sosial
(SWOT)
R.I (1992), gelandangan adalah orang-
kesejahteraan sosial. Sumber data yang
orang yang hidup dalam keadaan tidak
digunakan
sesuai dengan norma-norma kehidupan
sekunder
yang layak dalam masyarakat setempat
/Satuan
serta tidak mempunyai tempat tinggal
(SKPD) yang terkait serta dokumentasi
dan pekerjaan yang tetap di wilayah
dari lembaga lembaga lainnya.
terhadap
7
adalah
Threat
(tujuh)
sumber
isu
data
yaitu data dari instansi Kerja
Pemerintah
Daerah
tertentu dan hidup mengembara di tempat umum. “Pengemis” adalah orang-orang
yang
mendapat
II. G AMBARAN UMUM A. Gambaran
penghasilan dari meminta-minta di
Umum
Kota
Semarang
muka umum dengan berbagai alasan
Luas dan batas wilayah, Kota
untuk mengharapkan belas kasihan dari
Semarang dengan luas wilayah 373,70
orang.
Km2. Secara administratif
Penyandang cacat adalah setiap
Semarang
terbagi
Kota
menjadi
16
orang yang mempunyai kelainan fisik
Kecamatan dan 177 kelurahan. Dari
dan/atau
dapat
16 Kecamatan yang ada, terdapat 2
mengganggu atau merupakan rintangan
Kecamatan yang mempunyai wilayah
dan
terluas
mental,
hambatan
yang
baginya
untuk
yaitu
Kecamatan Mijen,
melakukan secara selayaknya, yang
dengan luas wilayah 57,55 Km2 dan
terdiri dari :
Kecamatan Gunungpati, dengan luas
a. penyandang cacat fisik;
wilayah 54,11 Km2. Kedua Kecamatan
b. penyandang cacat mental;
tersebut terletak di bagian
c. penyandang cacat fisik dan mental
yang merupakan wilayah perbukitan yang masih
E. Metodologi Metodologi
yang
digunakan
dan
sebagian memiliki
besar potensi
perkebunan.
selatan
wilayahnya pertanian Sedangkan
dalam penelitian ini adalah kualitatif
kecamatan yang mempunyai
dengan menggunakan analisis SWOT
terkecil adalah Kecamatan Semarang
yaitu
Selatan, dengan
analisis
terhadap
potensi,
kelemahan / permasalahan, peluang
luas
luas wilayah 5,93
Km2 diikuti oleh Kecamatan Semarang
154
Serat Acitya-Jurnal Ilmiah UNTAG SEMARANG
Tengah, dengan luas wilayah 6,14 Km2.
Tabel 1 Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Kota Semarang
Secara demografi, berdasarkan data
statistik
Kota
Semarang
penduduk Kota Semarang tahun 2011 adalah 29.769.676 jiwa, yang terdiri dari 17.403.522 penduduk laki-laki
No Kecam Fakir Lanjut Penyan Anak Anak Anak atan Miskin Usia dang Cacat Terlanta Jalanan Balita Terlanta r terlantar r 1
Smg 11.206 Utara
48
318
103
50
18
5
11.748
2
Smg Timur
8.387
12
76
13
4
4
1
8.497
3
Smg Barat Smg Selatan Smg Tengah Ngalian Tugu Banyum anik Genuk Pedurun gan Mijen Tembal ang Gunung Pati Gajahm ungkur Candisa ri Gayams ari Jumlah
-
-
-
56
-
25
-
81
802
17
135
8
36
1
-
999
4
dan 12.366.154 penduduk perempuan. Berikut adalah tabelnya:
B. Penyandang
5 6 7 8
Masalah
Kesejahteraan Sosial ( PMKS )
9 10 11 12 13
Kota Semarang Pembangunan
14
Kesejahteraan
sosial di Kota Semarang ditandai dengan
fenomena
Gelan- Jumlah dangan dan pengemis
15 16
541
16
164
9
1
6
5
742
2.103 1.013 1.503
4 4 20
134 60 205
2 1 3
20 1 -
1 -
-
2.264 1.079 1.731
4.483 2.819
78 33
182 115
28 5
4 13
4 -
2 -
4.781 2.985
556 3.621
27 109
175 406
7 22
39
1 22
13
766 4.232
-
-
-
5
-
2
-
7
-
-
95
-
3
-
-
98
2.277
49
233
21
-
-
32
2.612
2.216
29
210
74
8
21
3
2.561
41.527
446
2.508
357
179
105
61
45.183
munculnya
Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sumber data : Disospora th 2012
Sosial (PMKS). Perkembangan jumlah PMKS selama kurun waktu 10 tahun terakhir menunjukkan kencenderungan meningkat, keadaan ini dipacu oleh semakin sulitnya masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan
hidup.
Data
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Kota Semarang sampai dengan tahun 2011 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel di atas menunjukkan bahwa kondisi penyandang masalah sosial di kota Semarang masih sangat tinggi dan kecamatan yang mempunyai paling
PMKS
banyak adalah kecamatan
Semarang Utara yaitu sebanyak 11.748 orang. Angka-angka ini menunjukkan semakin kompleksnya permasalahan kesejahteraan sosial dan masih banyak permasalahan
sosial
yang
belum
sepenuhnya terselesaikan.
155
Serat Acitya-Jurnal Ilmiah UNTAG SEMARANG
III. ANALISA
KEKUATAN/
KELEMAHAN,
POTENSI
PELUANG
DAN
WARGA
PENYANDANG
MASALAH
KESEJAHTERAAN
SOSIAL
c. Menjangkau sosial
sumber dan
d. Menentukan sendiri
nasibnya
serta
mendapat
A. Potensi, Kelemahan dan Kendala
diskriminatif,
diri
senantiasa perlakuan
perasaan
mempunyai ketakutan
dan
kecurigaan, serta sikap apatis
1. Fakir Miskin Faktor-faktor
ekonomi
(inacceribility).
KOTA SEMARANG
dari Isu Strategis PMKS
daya
yang
menjadi
kekuatan dan kelemahan dari fakir
dan fatalistik (vulnerability); e. Membebaskan diri dari mental
miskin adalah :
budaya miskin serta senantiasa
1) Potensi (strength)
merasa mempunyai martabat
a. Memiliki
solidaritas
sosial
freedom for poor).
yang tinggi b.
Memiliki
mobilitas
yang
tinggi
2. Anak Balita Terlantar Faktor-faktor
c. Memiliki keuletan d. Memiliki orientasi masa depan
yang
menjadi
kekuatan dan kelemahan dari anak balita terlantar adalah :
yang cukup kuat.
1) Potensi (strength) :
2) Kelemahan (weaknessess) Orang
dan harga diri yang rendah (no
miskin
memiliki
ketidakberdayaan
atau
ketidakmampuan
(powerlessness)
a. Anak
lebih
mudah
dikelola secara psikis pada usia dini. b. Banyak
dalam hal:
balita
hal
yang
bisa
kebutuhan-
diharapkan dari seorang anak
kebutuhan dasar seperti pangan
jika mereka dididk sejak awal
dan gizi, sandang,
karena
a. Memenuhi
pendidikan
dan
papan, kesehatan
kegiatan
lebih
mudah
dikontrol jika mereka sudah masuk ke panti.
(basic need deprivation). b. Melakukan
bisa
usaha
produktif (unproductiveness).
156
Serat Acitya-Jurnal Ilmiah UNTAG SEMARANG
f. Kelalaian
2) Kelemahan (weaknessess) : a. Secara
sosial
bayi
tidak
dan
ketidakmampuan orang tua /
mampu untuk menolong diri
keluarga
sendiri
kewajibannya
b. Bayi
memiliki
rentan
pada
fisik saat
menyesuaikan
melaksanakan sehingga
yang
kebutuhan jasmaniah, rohaniah
harus
maupun sosial mereka tidak
dengan
terpenuhi secara wajar.
lingkungannya. 3) Kendala :
3. Anak Terlantar
a. Tingginya jumlah balita yang
Faktor-faktor
yang
menjadi
belum terjangkau oleh sistem
kekuatan dan kelemahan dari anak
pelayanan sosial anak.
terlantar adalah :
b. Terbatasnya campur cakupan program
untuk
menjangkau
anak-anak dari keluarga miskin
1) Potensi (strength) a. Anak lebih mudah diarahkan pada usia dini. b. Secara emosional, anak berada
yang jumlahnya besar. c. Belum optimalnya kerjasama
dalam tahap belajar mengelola
antara lembaga-lembaga yang
emosi agar tidak mudah marah,
menangani
belajar untuk berpisah dari
anak
balita
orang tua ataupun lingkungan
terlantar. d. Belum adanya program yang terrencana,
terpadu
berkelanjutan
dan yang
rumah. 2) Kelemahan (weaknessess) a. Memiliki perilaku yang dinilai
menjangkau sasaran dengan
menyimpang
lebih adil dan merata melalui
umum
Program Kesejahteraan Sosial
masyarakat.
pemerintah
mendapatkan
data
yang
norma
berlaku
di
b. Baik secara pribadi maupun
Anak Balita (PKSAB) e. Kesulitan
dari
untuk dan
kelompok
mereka berupaya
mengembangkan
sub
kultur
informasi yang akurat dan
dengan norma dan nilai yang
terkini tentang jumlah anak,
berbeda dari
lokasi
secara umum.
dan
karakteristik
yang berlaku
penyandang masalah.
157
Serat Acitya-Jurnal Ilmiah UNTAG SEMARANG
c. Berperilaku
yang
d. Anak rentan terhadap segala
acuh,
bentuk eksploitasi kekerasan,
sosial
anormatif,
acuh
tak
curiga pada orang lain yang bukan dari kelompoknya,
diskriminasi dan penelantaran e. Anak
sebagai
lemah
dan
sosok
yang
merupakan
susah
kelompok yang paling rentan
diatur, liar, reaktif, sensitif dan
dalam situasi maupun dalam
bebas
saja
keluarga,
dan
negara
d. Memiliki
sifat-sifat
melakukan
seperti
apa
seksualitas
masyarakat
dan
f. Anak sebagai individu yang
sebagainya.
tidak mampu membela dan
3) Kendala : a. Kurangnya kesempatan bagi
melindungi dirinya sendiri.
anak-anak miskin dan terlantar dari
panti
mencapai
asuhan
untuk
pendidikan
yang
Faktor-faktor
b. Kurangnya
bangunan
yang
potensial pada anak-anak panti sehingga
menghasilkan
menjadi
kesulitan
sumber
daya
lanjut terlantar adalah : 1) Potensi (strength) a. Bagi usia lanjut yang masih potensial, mereka masih dapat
manusia yang independen dan
diberi
efektif untuk tenaga kerja.
bekerja
c. Kebiasaan panti asuhan untuk hanya
yang
kekuatan dan kelemahan dari usia
berkualitas.
asuhan,
4. Usia Lanjut Terlantar
menerima
dan
bergantung pada sumbangan
kesempatan
untuk
dengan
diberi
ketrampilan. b. Memiliki banyak waktu luang c. Secara medis apabila mereka
ada
diberi ketrampilan / kegiatan
pengembalian atau keuntungan
akan menghambat masa usia
untuk donor mereka dalam
pikun
proses yang berdasarkan hak,
sebagai aktivitas berolahraga.
dengan
tidak
harus timbal balik di alam. Kelemahan anak secara umum :
dan
dapat
dijadikan
2) Kelemahan (weaknessess) : a. Keterbatasan secara mental, sosial dan psikologis.
158
Serat Acitya-Jurnal Ilmiah UNTAG SEMARANG
b. Karena kelemahannya secara
dan
memenuhi
kebutuhan
fisik, maka usia lanjut tidak
keluarganya.
potensial dan menjadi beban
2) Kelemahan (weaknessess)
bagi keluarga atau masyarakat.
a. Gelandangan
dan
pengemis
dipersepsikan sebagai orang
3) Kendala : a. Sedikitnya lapangan pekerjaan
yang merusak pemandangan
dengan
dan ketertiban umum seperti :
kemampuan fisik usia lanjut
kotor, sumber kriminal, tanpa
yang masih potensial.
norma, tidak dapat dipercaya,
yang
sesuai
b. Terbatasnya panti-panti tempat penampungan
warga
usia
tidak teratur, penipu, pencuri kecil-kecilan,
malas,
apatis,
bahkan disebut sebagai sampah
lanjut yang potensial.
masyarakat. 5. Gelandangan dan Pengemis Faktor-faktor kekuatan
dan
yang
menjadi
kelemahan
dari
b. Gelandangan dianggap
dan
sulit
sumbangsih
pengemis
memberikan
yang
berarti
gelandangan dan pengemis adalah :
terhadap pembangunan kota
1) Kekuatan (strength)
karena
a. Adanya
keinginan
untuk
mengganggu
keharmonisan,
keberlanjutan,
berhenti melakukan kegiatan
penampilan,
dan
‘gepeng’ bila ada alternatif
masyarakat kota.
konstruksi
c. Gelandangan dan pengemis,
pekerjaan di desa. b. Gepeng memiliki etos kerja
tidak
hanya
menghadapi
yang tinggi untuk memperbaiki
kesulitan hidup dalam konteks
kualitas hidupnya (tidak pasrah
ekonomi, tetapi juga dalam
menghadapi kenyataan hidup
konteks
yang sulit akibat kondisi alam
budaya
kering dan tandus
kota.
c. Memiliki rasa malu dan harga diri
akan
pekerjaan
yang
dilakukan. d. Memiliki kemampuan untuk tetap mempertahankan hidup
hubungan dengan
sosial
masyarakat
d. Komunitas gelandangan dan pengemis menghadapi
harus
berjuang kesulitan
ekonomi, sosial psikologis dan budaya.
159
Serat Acitya-Jurnal Ilmiah UNTAG SEMARANG
khusus dibandingkan dengan
3) Kendala-kendala a. Di desa asal ‘gepeng’ sulit untuk
mencari
penghasilan
(kondisi
alam
mendukung
dan
pekerjaan
lain
tidak lapangan
tidak
ada)
orang normal pada umumnya. c. Karena
keterbatasannya,
penyandang
cacat
memfungsikan
bisa anggota
tubuhnya yang normal untuk
sehingga mereka harus pergi
menjalankan
ke
sebaliknya juga mereka bisa
kota
untuk
mencari
b. Ada orang yang turut memberi
warga
dan
tetap melanjutkan fungsi dari
pekerjaan.
peluang
aktivitas,
dan
dorongan
lain
untuk
ke
meng
c. Sikap dari masyarakat kota yang suka memberi bila ada ‘gepeng’ datang mengunjungi atau
2) Kelemahan (weaknesses) a. Pandangan masyarakat yang menganggap penyandang cacat
’gepeng’ di kota.
rumahnya
anggota tubuhnya yang cacat.
di
tempat-
sebagai
orang
yang
tidak
potensial dan menjadi beban b. Sebagian
penyandang
cacat
yang memiliki sifat kurang percaya diri dan menarik diri
tempat umum.
dari pergaulan masyarakat c. Akses terhadap penyandang
6. Penyandang Cacat menjadi
cacat yang sulit dijangkau
kekuatan dan kelemahan serta peluang
karena kediaman, kemiskinan
dan
dan ketrampilan.
Faktor-faktor
ancaman
yang
warga
Penyandang
Cacat, dapat diidentifikasi sebagai berikut :
7. Anak Jalanan Faktor-faktor
1) Kekuatan (strenght) a. Penyandang memiliki
yang
menjadi
cacat
masih
kekuatan dan kelemahan serta peluang
motivasi
untuk
dan ancaman anak jalanan, dapat
secara
diidentifikasi sebagai berikut :
bertanggungjawab mandiri.
1) Kekuatan (strenght)
b. Banyak dijumpai penyandang
a. merupakan aset bangsa yang
cacat yang memiliki kelebihan
memiliki hak untuk tumbuh
160
Serat Acitya-Jurnal Ilmiah UNTAG SEMARANG
dan
berkembang
dengan
f. Banyak
lembaga/organisasi
masyarakat yang bergerak /
optimal. b. mempunyai
potensi
bertahan
hidup
untuk dengan
memiliki perhatian di bidang penanganan masalah sosial.
melakukan aktivitas di sektor informal.
C. Ancaman (Threats) PMKS a. Tingginya
2) Kelemahan (weaknessess) a. Berpendidikan
rendah
atau
terhadap
ekonomi,
eksploitasi
kekerasan
serta
fisik,
dan
kompleksitas
Penyandang
bahkan tidak sekolah b. Rentan
mobilitas
dinamika
Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS) seiring dengan perkembangan permasalahan sosial sehingga
sosial dan seks. c. Tidak memiliki orang dewasa /
pencapaian kinerja penanganan
keluarga yang bisa merawat
sosial seringkali tidak tampak /
dan mendidik mereka.
kelihatan. b. Adanya anggapan dari sebagian
B. Peluang (Opportunities) PMKS a. Adanya seluruh peraturan yang mengatur tentang keberadaan
b. Adanya
kepedulian
masyarakat
dari terhadap
permasalahan
kesejahteraan
merupakan
tanggungjawab pemerintah.
lembaga / organisasi masyarakat bahwa
c. Masih banyak warga PMKS yang memiliki potensi untuk
d. Dukungan dari donatur sebagai untuk
terselesaikan
dengan
sendirinya dan kurang populer. d. Anggaran
pemerintah
yang
tidak sebanding dengan jumlah penyandang masalah sosial. e. Belum
kesejahteraan sosial. e. Banyak perguruan tinggi yang dilibatkan
sosial
diperuntukkan program PMKS
dikembangkan
potensial
permasalahan
merupakan isu sekunder yang dapat
sosial
bisa
sosial
c. Adanya anggapan dari sebagian
PMKS
sumber
masyarakat bahwa permaslahan
dalam
adanya
sarana
dan
fasilitas umum bagi kelancaran mobilitas
(khususnya
bagi
penanganan PMKS
161
Serat Acitya-Jurnal Ilmiah UNTAG SEMARANG
penyandang
cacat)
yang
disediakan oleh pemerintah.
2. Anak Balita Terlantar. 1) Bentuk Kegiatan :
kerja
a. Reunifikasi Bayi terlantar
bagi PMKS (terlebih khususnya
b. Bantuan Kesehatan Bayi
f. Kurangnya
kesempatan
penyandang cacat).
dan
Lingkungan c. Konseling bagi Keluarga d. Pelayanan Administrasi.
IV. Strategi Penanganan PMKS 1. Fakir Miskin 1) Bentuk Kegiatan :
2) Indikator keberhasilan :
a. bantuan pangan;
a. Meningkatnya
b. pembentukan Kelompok Usaha
terlantar
c. bantuan perumahan;
pelayanan
kebutuhan esensial,
pendidikan
dan
b. Meningkatnya
aksesibilitas
anak balita memperoleh akte
peningkatan ketrampilan;
kelahiran, orang tua asuh atau
e. bantuan modal usaha; f. penyiapan kembali ke
daerah
alternatif
pengasuhan
dan
akses terhadap sistem sumber
asal.
pelayanan 2) Indikator keberhasilan : a. Terpenuhinya kebutuhan
kebutuhandasar
pangan dan
seperti
gizi, sandang,
papan. b. Terlaksananya kegiatan usaha produktif
(kesehatan,
pendidikan, sanitasi). c. Menurunnya balita
jumlah
yang
anak
mengalami
keterlantaran,
kekerasan,
perlakuan
eksploitasi
salah,
dan diskriminasi. d. Meningkatnya kapasitas orang
c. Terjangkaunya sumber daya sosial dan ekonomi d. Terbebas
anak untuk
memperoleh
Bersama
d. bantuan
balita
jumlah
diri
dari
tua/keluarga
dalam
menjalankan tanggung jawab mental
budaya miskin serta senantiasa merasa mempunyai martabat dan harga diri yang sama.
dalam
pengasuhan
dan
perlindungan anak. e. Meningkatnya
kemampuan
organisasi/lembaga kesejahteraan
sosial
anak
162
Serat Acitya-Jurnal Ilmiah UNTAG SEMARANG
dalam
memberikan
layanan
pada anak balita,.
1) Bentuk Kegiatan :
f. Meningkatnya
peran
masyarakat
(Dunia
usaha,
Perguruan
tinggi)
dalam
mendukung
keberlanjutan
g. Meningkatnya
Peran
Pemerintah Daerah (Dinsos, Dukcapil,
a. Pelayanan
Sosial
dalam
panti b. Pelayanan Sosial Luar Panti c. Pelayanan
Sosial
Perlindungan
layanan pada anak balita.
Dinkes,
4. Usia Lanjut Terlantar
Kanwil
Kumham) dalam mendukung keberhasilan penyelenggaraan
dan
Aksesibilitas d. Pelayanan
Sosial
Kelembagaan 2) Indikator keberhasilan : a. Lanjut
usia
terlantar
mempunyai
layanan pada anak balita.
tempat
berlindung yang aman b. Lanjut usia terlantar yang
3. Anak Terlantar
potensial
1) Bentuk Kegiatan : a. Pembinaan Kelompok
dan
b. Pembentukan
sendiri.
Forum/Wadah
Tempat Beraktivitas
dapat
mengurusi
menghidupi
dirinya
5. Gelandangan dan Pengemis
c. Pembentukan Pusat Informasi
1) Bentuk Kegiatan :
d. Pembinaan Mental
a. Panti
e. Bimbingan Keluarga
b. Liposos c. Transit home d. Pemukiman
2) Indikator keberhasilan a. orang
tua/
menelantarkan
keluarga
tidak anak
e. Transmigrasi 2) Indikator keberhasilan
perawatan,
a. Makin banyaknya LKS yang
pengasuhan dan perlindungan
terlibat dalam rehabilitasi
bagi anak) sehingga hak-hak
sosial
dasarnya semakin terpenuhi,
pengemis
(memberikan
minta.
dan
berbasis
masyarakat
b. anak tidak dieksploitasi untuk tujuan mengemis/ meminta-
gelandangan
b.
Makin
banyaknya
para
pemangku kepentingan yang
163
Serat Acitya-Jurnal Ilmiah UNTAG SEMARANG
turut berperan serta aktif dalam
rehabilitasi
sosial
gelandangan dan pengemis
a. Penyandang
cacat
mempunyai ketrampilan
berbasis masyarakat c. Makin banyaknya dukungan anggaran dari berbagai pihak dalam
2) Indikator keberhasilan
penanganan
gelandangan dan pengemis
b. Penyandang cacat mampu mengurusi dirinya sendiri. c. Penyandang
cacat
dapat
menghidupi dirinya sendiri
berbasis masyarakat d.
Ada
kesediaan
dari
gelandangan dan pengemis untuk mengikuti secara aktif dan tuntas rehabilitasi sosial
1) Bentuk Kegiatan : a. Pendirian
Pusat
Aktivitas
Anak ”Children’s Center” b.Memasukkan Anak Jalanan
berbasis masyarakat e. Ada perubahan sikap dan perilaku dari gelandangan dan pengemisan dari yang
Ke Lembaga Pendidikan c. Peningkatan
Pendapatan
Keluarga Anak Jalanan d.Peningkatan
negatif ke positif. f. Makin berkurangnya stigma masyarakat
7. Anak Jalanan
terhadap
gelandangan dan pengemis g. Makin berkurangnya jumlah
Kualitas
Perlindungan dan Pengasuhan Anak Jalanan 2) Indikator keberhasilan : a. orang tua/ keluarga tidak
gelandangan dan pengemis
menelantarkan
secara bertahap.
(memberikan
anak perawatan,
pengasuhan dan perlindungan bagi anak) sehingga hak-hak
6. Penyandang Cacat
dasarnya semakin terpenuhi;
1) Bentuk Kegiatan :
b. anak tidak dieksploitasi untuk
a. Panti rehabilitasi b. Peningkatan ketrampilan
tujuan mengemis/ meminta-
c. Bantuan Modal
minta;
d. Bantuan Pendidikan e. Pemberian pekerjaan.
lapangan
c. anak
jalanan
tidak
lagi
melakukan aktivitas ekonomi di
jalanan,
anak
kembali
164
Serat Acitya-Jurnal Ilmiah UNTAG SEMARANG
sekolah, kembali ke keluarga
melakukan Sosialisasi, koordinasi
(bagi anak yang terpisah),
program kegiatan yang ditujukan
mengikuti
untuk
kegiatan
peningkatan
potensi
diri/
d. anak terlantar berada dalam
Masalah
Kesejahteraan Sosisl kepada satuan kerja
keterampilan;
penanganan
perangkat
daerah,
sesuai
tugas pokok dan fungsinya secara
asuhan orang tua/ keluarga
tegas
dan
terbuka
atau pengasuhan alternatif.
mengedepankan
dengan sinergisitas
kegiatan. Lembaga swasta bersama pemerintah
V. PENUTUP A. Kesimpulan
masyarakat
membantu menangani penyandang
Permasalahan kesejahteraan social
dan
di
kota
Semarang
dikategorikan ke dalam 7 (Tujuh)
masalah dengan menyelenggarakan panti-panti atau tempat latihan ketrampilan bagi mereka,
isu strategis yaitu i). fakir miskin, (ii). Lanjut usia terlantar, (iii). Penyandang
cacat,
(iv).
Anak
B. Rekomendasi 1. Pembinaan
tetap
dilakukan
berusaha
menyentuh
terlantar, (v). anak jalanan, (vi).
dengan
Anak
keserasian
balita
terlantar,
(vii).
pemenuhan
Gelandangan dan pengemis atau
kebutuhan material dan spiritual
tunawisma.
serta
tersebut
Dari jumlah
ketujuh
isu
masyarakat
penyandang masalah social di kota
keserasian
pemenuhan
kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang.
Semarang sebanyak 45.183 orang.
2. Pemerintah, lembaga swasta dan
Jumlah ini termasuk besar bila
masyarakat harus menyediakan
dibandingkan
tempat bagi proses rehabilitasi
dengan
jumlah
penduduk kota Semarang sebanyak
sampai
29.769.676 jiwa.
pentandang masalah social dapat
Kondisi seperti ini perlu mendapatkan perhatian yang serius baik dari pemerintah, lembaga swasta Pemerintah
maupun
masyarakat.
Daerah
harus
mandiri
tuntas
dalam
sehingga
memenuhi
kebutuhan hidupnya. 3. Pemerintah,
lembaga
swasta
serta masyarakat menyediakan lapangan
pekerjaaan
bagi
165
Serat Acitya-Jurnal Ilmiah UNTAG SEMARANG
penyandang masalah social yang telah menyelesaikan rehabilitasi. DAFTAR PUSTAKA Adi, Isbandi Rukminto. (2005), Ilmu Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial,Depok: FISIPUI __________________. (2003), Pemberdayaan, pengembangan masyarakat dan Intervensi Komunitas, Depok: FE-UI Bappenas, (2004). Indonesia Progress Report on the Millennium Development Goals,Jakarta. Bina Desa. (1991), Pendampingan Bagi Masyarakat pedesaan, Jakarta: Depsos RI Departemen Sosial RI. (2007), Pendoman Pendamping Pada Rumah Perlindungan Dan Trauma Center, Jakarta: Depsos RI __________________I. (2005), Pedoman Umum Pendampingan Masyarakat Miskin,Jakarta: DepSos RI. Moeliono, Laurike. & Adi D. (2004), Pendampingan bagi Anak
Jalanan Menurut Pendamping Anak Jalanan, Jakarta: Save The Children Nanawi Hadari. (2005), Metode Penelitian Bidang Ilmu-ilmu Sosial. Yogyakarta : Gaja Mada Univarsity. Primahendra, R. (2002) Pedoman Pendampingan Untuk pemberdayaan Masyarakat, Jakarta. Pusat Pengembangan Ketahanan Sosial Masyarakat (PPKSM). (2004) Bimbingan Sosial TKSM Model Peningkatan Ketahanan Sosial Masyarakat (Replikasi),Jakarta: Depsos RI. Poewardani, E.K. & Agustine R.Basri. (1993). Laporan Penelitian. Depok: Bag, Psikologis Klinis F. Psikologi - UI Suharto, Edi. (2005), Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, Bandung: Rafika Persada UU Republik Undonesia Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
166