Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
POLA PENDISTRIBUSIAN BUAH LOKAL HASIL PRODUKSI DI KOTA SEMARANG DISTRIBUTION MODEL OF LOCAL FRUIT PRODUCTION RESULTS IN THE CITY OF SEMARANG Hikmah1, Nurchayati2, Andalan Tri Ratnawati3 1,2
Program studi Manajemen Fakultas Ekonomika Dan Bisnis UNTAG Semarang Jl. Pawiyatan luhur No. 1 Bendan Dhuwur Semarang 3 Program studi Akuntansi Fakultas Ekonomika Dan Bisnis UNTAG Semarang Jl. Pawiyatan luhur No. 1 Bendan Dhuwur Semarang 1 Email :
[email protected] ABSTRAK
Pada awal 2014, impor buah menurun dari sebelumnya mencapai USD653 juta menjadi USD450 juta. ( Srie Agustina, 2015). Hal ini menjadi kesempatan emas bagi pemain buah lokal untuk memasarkan produknya di pasar Indonesia. Distribusi buah lokal harus langsung menuju konsumen. Strategi pendistribusian yang tepat akan memperpendek sistem atau mata rantai perdagangan, sehingga lost of benefit atau keuntungan yang hilang akibat panjangnya tataniaga perdagangan bisa dihindari. Dalam agribisnis pertanian, aspek agrobisnis, aspek hukum, dan aspek manajemen harus diperhatikan, agar tingkat keberhasilan agribisnis lebih tinggi sehingga keuntungan yang diperoleh akan lebih besar. Penelitian ini bertujuan menerapkan model pendistribusian buah lokal hasil produksi Kota Semarang. Jenis penelitian yaitu penelitian deskriptif analisis. Responden penelitian adalah petani jambu kristal, durian dan srikaya berjumlah 60 orang yang dipilih secara purposive sampling dan lembaga perantara, ketua kelompok tani dipilih secara snowball sampling. Hasil penelitian menunjukkan secara umum pendistribusian buah lokal hasil produksi Kota Semarang dari petani langsung ke konsumen, hal ini disebabkan karena hasil produksinya baru bisa mencukupi konsumen lokal. Dalam pendistribusiannya petani sudah melakukan shortage atau pemisahan buah berdasarkan kualitas. Petani yang menjadi anggota kelompok tani secara keseluruhan mendapat pelatihan baik dari Pemkot Semarang melalui Dinas Pertanian, konsultan Obor Tani dan BUMN. Kata kunci : pendistribusian, buah lokal, , pelaku bisnis buah lokal, ABSTRACT At the beginning of 2014, imports of fruits decreased from previously reached USD653 million to USD450 million. (Srie Agustina, 2015). This is a golden opportunity for local fruit businesses to market their products in the Indonesian market Keywords: distribution, local fruit,, businesses local fruit,. The right distribution strategy will shorten the system or the supply chain, so that the lost of benefits or profits lost due to the length of trading system can be avoided. In agriculture agribusiness, agribusiness aspects, legal aspects, and management aspects must be considered, so that the success rate is higher agribusiness so that the benefits will be greater. This research aims to apply the model of the distribution of local fruit production yield of Semarang. This type of research is descriptive analysis. Respondents are farmers crystal guava, durian and srikaya of 60 people chosen by purposive sampling and intermediaries, farmer group chairman selected by snowball sampling. The results showed in general of the local fruit production Semarang from farmers directly to consumers, it is because their production can only meet local consumers. In the distribution of farmers already do shortage or separation based on quality fruit. Farmers who are members of farmer groups as a 17
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
whole received good training from Semarang City Government through the Department of Agriculture, Farmers, Obor Tani Consultant and BUMN. Keywords: distribution, local fruit,, businesses local fruit, PENDAHULUAN ACFTA atau ASEAN-China Free Trade Area. mulai berlaku pada 1 Januari 2010 dengan menggunakan prinsip perdagangan bebas. Perdagangan bebas tersebut didefinisikan sebagai tidak adanya hambatan buatan, yakni hambatan yang diterapkan pemerintah dalam perdagangan antar individualindividual dan perusahaan-perusahaan yang berada di negara yang berbeda. Penerapan ACFTA menyebabkan berubahnya peta perdagangan antara Indonesia, negara-negara ASEAN, dan China. Hal ini juga berdampak pada sektor pertanian termasuk sektor hortikultura. Pada tahun 2010 Impor terbesar terjadi pada subsektor hortikultura, seperti bawang putih segar, buah apel, pir, serta kiwi Mandarin segar, dan komoditas buah lainnya sebesar US$ 434,4 juta; www.setneg.go.id. Fenomena ini, bisa kita lihat dengan adanya peredaran buah-buahan impor kian menjamur di pasar dalam negeri karena para distributor dan pedagang eceren lebih tertarik menjualnya. Para pedagang sudah mengemas penjualan buah impor dengan menggunakan kendaraan pick-up (mobil bak terbuka), tersebar banyak di pinggir-pinggir jalan. Bukan hanya itu, peredaran buah impor kini sudah menyebar ke banyak pelosok di Indonesia. Menurut Hasan Johnny Widjaja (2011) Ia mengestimasi saat ini perederan buah impor seperti jeruk, apel, pear, anggur, duren monthong sudah menguasai pasar lebih dari 80%, di pasar moderen maupun tradisional. Distribusi buah-buah ini sangat sistematis oleh para importir maupun pemasok, sehingga suplainya tak pernah kurang. Pada awal tahun 2014, impor buah mengalami penurunan dari sebelumnya mencapai US$ 653 juta menjadi US$ 450 juta.( Srie Agustina, 2015). Hal tersebut menunjukkan bahwa potensi pemasaran buah lokal di Indonesia masih terbuka lebar, Hasil penelitian Popy Anggasari (2013) menyatakan bahwa responden yang membeli buah lokal lebih banyak daripada buah impor, yaitu sebesar 62%. Pakar Agribisnis Universitas Padjadjaran Tommy Perdana (2015) mengatakan, pamor buah lokal di negeri sendiri sebenarnya tidak pernah kalah dari buah impor. Dari hasil survey, Lemlit Unpad juga mendapati bahwa konsumen sebenarnya lebih memilih buah lokal ketimbang impor. Sedikitnya 59 persen responden lebih menyukai buah lokal karena rasa dan kandungan gizinya lebih unggul. "Potensi pasar dan harga di dalam negeri pun lebih baik dibandingkan dengan ekspor. Di kota Semarang peluang pasar bagi buah lokal juga sangat besar, Hasil penelitian hikmah (2014) menunjukkan bahwa pasar Johar sebagai pasar buah terbesar di kota Semarang tidak hanya memenuhi permintaan buah di kota Semarang, tetapi juga seluruh karisidenan Semarang, pasar Johar tersebut mendapat pasokan buah lokal dari kota/kabupaten sekarisidenan Semarang, Jawa Timur, Bali dan luar jawa. Dengan mata rantai yang cukup panjang ini berpengaruh terhadap pendapatan petani. Masih terbukanya peluang buah lokal yang cukup besar merupakan tantangan bagi pengusaha buah lokal, bagaimana supaya buah lokal bisa bersaing dengan buah impor. Dalam agribisnis pertanian, aspek agrobisnis, aspek hukum, dan aspek manajemen harus diperhatikan, agar tingkat keberhasilan agribisnis lebih tinggi sehingga keuntungan yang diperoleh akan lebih besar. Strategi pendistribusian yang tepat akan memperpendek sistem atau mata rantai perdagangan, sehingga lost of benefit atau keuntungan yang hilang akibat panjangnya tataniaga perdagangan bisa dihindari Menurut Philip Kotler (2008) saluran distribusi atau saluran pemasaran adalah organisasi-organisasi yang saling tergantung yang tercakup dalam proses yang membuat produk atau jasa menjadi tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi. Philip Kotler (1993) juga mengatakan bahwa, agar suatu kegiatan penyaluran barang dapat berjalan dengan baik (efektif dan efisien) maka para pemakai saluran pemasaran harus mampu melakukan sejumlah tugas penting, yaitu : 1.
Penelitian, yaitu melakukan pengumpulan informasi penting untuk perencanaan dan melancarkan pertukaran.
2.
Promosi, yaitu pengembangan dan penyebaran informasi yang persuasive mengenai penawaran.
3.
Kontak, yaitu melakukan pencarian dan menjalin hubungan dengan pembeli.
18
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 4.
Penyelarasan, yaitu mempertemukan penawaran yang sesuai dengan permintaan pembeli termasuk kegiatan seperti pengolahan, penilaian dan pengemasan.
5.
Negoisasi, yaitu melakukan usaha untuk mencapai persetujuan akhir mengenai harga dan lain-lain sehubungan dengan penawaran sehingga pemindahan pemilikan atau penguasaan bias dilaksanakan. 6. Disrtibusi fisik, yaitu penyediaan sarana transportasi dan penyimpanan barang. 7. Pembiayaan, yaitu penyediaan permintaan dan pembiayaan dana untuk menutup biaya dari saluran pemasaran tersebut. 8. Pengambilan resiko, yaitu melakukan perkiraan mengenai resiko sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan saluran tersebut. Kelima tugas pertama membantu pelaksanaan transaksi dan tiga yang terakhir membantu penyelesaian transaksi. Semua tugas diatas mempunyai tiga persamaan, yaitu menggunakan sumber daya yang langka, dilaksanakan dengan menggunakan keahlian yang khusus, dan bisa dialih-alihkan diantara penyalur. Strategi distribusi adalah hal yang perlu dipikirkan secara tepat sesuai dengan tujuan perushaan mengenai produknya. Apakah akan dijual eksklusif atau dijual masal dengan harga rendah. Berikut tiga strategi distribusi yang sering digunakan perusahaan dalam mendistribusikan produknya (Indriyo 1994) : 1. Distribusi Eksklusif Strategi distribusi ini merupakan bentuk penyaluran yang hanya menggunakan penyalur yang sangat terbatas jumlahnya. Dengan distribusi ini maka dapat menjaga harga produk agar tetap tinggi. Biasanya ada perjanjian eksklusif antara produsen dan perantara utama sebagai pemegang lisensi. Sistem penjualan nya pun sangat menjaga citra produk agar harga produk tidak turun. 2. Distribusi Selektif Strategi ini merupakan cara distribusi dimana barang-barang hanya disalurkan oleh beberapa penyalur yang terpilih. Dengan menggunakan beberapa perantara yang mempunyai jangkauan pemasaran luas sehingga perusahaan tidak perlu mendirikan gerai dimana mana karena akan berakibat tidak efisien dan akan menurunkan harga 3. Distribusi Intensif Strategi ini merupakan cara distribusi dimana barang yang dipasarkan diusahakan agar dapat menyebar seluas mungkin sehingga dapat secara intensif menjangkau semua lokasi dimana calon konsumen itu berada. Pendirian banyak gerai menjadi strategi utama dalam meningkatkan penjualan produk. Konsekuensi bagi perusahaan yang memakai strategi ini harus menerima resiko perang harga antar gerai karena tiap gerai saling berkompetisi mendapatkan pelanggan dengan produk yang sama. Pasar dapat diartikan sebagai suatu organisasi tempat para penjual dan pembeli dapat dengan mudah saling berhubungan. Bagi pengusaha agribisnis pertanian, pasar merupakan tempat melempar hasil produksinya. Dalam agribisnis pertanian dikenal ada beberapa macam pasar (saluran distribusi) yaitu : (www.bibitbuah.net) 1. Saluran distribusi langsung Saluran distribusi yang langsung ke tangan konsumen, seperti hotel, restauran, rumah sakit dan rumah tangga. Saluran distribusi langsung ini biasanya dilakukan oleh pengusaha agribisnis pertanian dalam skala kecil atau pengusaha agribisnis pertanian yang sudah besar tetapi secara khusus mengadakan kerjasama dengan pihak konsumen dengan kriteria dan kualitas hasil peroduksi yang sudah disepakati. Dalam hal ini misalnya seorang pengusaha agribisnis pertanian mengadakan kerjasama dengan pihak industri pengolahan yang berbasis pertanian. Keuntungan dari saluran distribusi langsung ini dari segi harga, produsen akan mendapatkan harga yang wajar. Di lain pihak konsumen juga merasa untung karena mendapat produk yang lebih segar. Meskipun demikian, jalur tata niaga ini mempunyai beberapa kelemahan seperti lingkup atau kapasitas pasar atau konsumen yang tidak begitu luas, produsen tidak tertarik untuk meningkatkan pendapatan dengan mengolah produk menjadi bentuk lain dan dengan harga yang lebih baik, serta produsen tidak dapat meluaskan jaringan pemasaran karena dengan meluaskan jaringan pemasaran, berarti terlepas dari profesinya sebagai petani atau produsen. 2. Saluran distribusi tidak langsung,
19
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 Saluran distribusi tidak langsung melibatkan pedagang perantara sehingga produsen tidak dapat langsung berhubungan dengan konsumen. Yang dimaksud dengan pedagang perantara yaitu pedagang yang memiliki dan menguasai barang serta menyalurkan dengan tujuan mendapat keuntungan. Macam pedagang perantara yang biasa dijumpai dalam usaha agribisnis pertanian adalah pedagang eceran, pedagang besar, dan pedagang pengumpul. Pedagang eceran merupakan perantara yang menjual barang dagangannya langsung kepada konsumen akhir. Sementar pedagang besar adalah pedagang yang menerima produk agribisnis pertanian dari petani atau pedagang pengumpul dan menyalurkan kepada pedagang kecil atau eceran. Sedangkan pedagang pengumpul merupakan pedagang yang mengumpulkan sejumlah kecil produk dan beberapa produsen dan menjualnya dalam jumlah besar pada langganannya. Banyaknya pedagang perantara membuat mata rantai tata niaga menjadi semakin panjang. Akibatnya tingkat harga yang diterima petani relatif sangat rendah dibanding dengan harga yang harus dibayar oleh konsumen. Untuk mengatasi hal ini, perlu adanya upaya memperpendek jalur tata niaga, disamping upaya peningkatan efisiensi peranan lembaga tata niaga serta perbaikan sarana transportasi. 3. Saluran distribusi eksportir. Eksportir inilah yang menjangkau konsumen luar negeri. Untuk melakukan ekspor hasil produksi agribisnis pertanian, biasanya ditetapkan standar mutu yang dikeluarkan oleh negara tujuan terhadap kualitas produk agribisnis pertanian. Dalam melakukan ekspor perlu memperhatikan keadaan dan kebutuhan pasar negara yang akan dituju. Saluran distribusi sebaiknya dengan mempertimbangkan jarak antara sentral produksi dengan pasar atau konsumen tujuan. Pertimbangan ini didasarkan pada sifat dari produk agribisnis pertanian yang secara umum bukan merupakan komoditas yang tahan lama. Karena sifat inilah maka pasar relatif tidak boleh terlalu jauh dengan sentral produksi. Kalaupun terpaksa memperoleh pasar yang jauh, maka harus diimbangi dengan kelancaran lancar transportasi dan sistem pengemasan yang aman. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Trisnasari (2012) Hasil Analisis Hirarki Proses (AHP) didapatkan alternatif strategi dengan urutan (1) perbaikan kelembagaan dan sarana pendukung sektor pertanian, (2) perbaikan kebijakan pemerintah yang mendukung pelaku agribisnis, (3) perbaikan teknologi produksi tepat guna, dan (4) perbaikan promosi buah lokal oleh semua pihak terkait.
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif – kuantitatif, yaitu jenis penelitian yang menggabungkan antara penelitian kuantitatif dengan kualitatif (Burhan Bungin; 2007). Analisis kuantitatif dalam penelitian ini untuk mendukung analisis kualitatif. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah petani buah lokal yaitu petani jambu kristal, durian dan srikaya, ketua kelompok tani dan pedagang eceran. Sampel petani berjumlah 60 orang yang dipilih secara purposive sampling dan pedagang eceran, ketua kelompok tani dipilih secara snowball sampling. Metode Pengumpulan Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer yaitu jenis data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (Nur Indriantoro, 1999). Data ini diperoleh dengan kuesioner dan wawancara langsung ke petani buah, pedagang eceran, dan ketua kelompok tani.
HASIL DAN PEMBAHASAN Di kota Semarang terdapat 6 Kelompok Tani Buah yang merupakan binaan Pemkot Semarang melalui Dinas Pertaninan. Kelima kelompok tersebut adalah : 1. Kelompok Tani Barokah (Kelurahan Polaman, Kec. Mijen) 2. Kelompok Tani Karya Makmur (Kelurahan Bubakan, Kec, Mijen) 3. Kelompok Tani Sido Mukti (Kelurahan Polaman, Kec. Mijen0
20
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 4. Kelompok Tani Rejo Mulyo (Kelurahan Purwosari Kec. Mijen) 5. Kelompok Tani Mekar (Kelurahan Wonolopo, Kec. Mijen) 6. Kelompok Tani Mulyo Sejahtera (Kel. Plalangan, Kec. Gunungpati) Pelatihan/Peningkatan Ketrampilan Pemerintah Kota Semarang semakin serius mengembangkan kawasan agro wisata yang mengedepankan hasil-hasil pertanian buah lokal. Dalam mewujudkan kawasan agrowisata tersebut Pemerintah Kota Semarang melalui Dinas Pertanian dengan melibatkan yayasan obor tani memberikan pelatihan peningkatan ketrampilan kepada petani buah yang menjadi anggota kelompok tani. Pelatihan yang diberikan meliputi aspek agrobisnis, aspek manajemen dan aspek hukum. Petani melalui kelompok tani Karya Makmur pada tahun 2014 mendapat bantuan dari Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian dalam hal konservasi air (Anomali Iklim) dan pengembangan Optimalisasi lahan tanaman pangan. Selain itu diberikan pula bansos dana tugas pembantuan Provinsi Jateng (Dinas Pertanian TPH Prop Jateng) dari Ditjen Pengolahan dan Pemasaran hasil produksi pertanian tahun 2014 kepada Kelompok Tani Sido Mukti. Selain dari Pemkot Semarang kelompok tani juga mendapat bantuan dari Bank Jateng berupa Embung Kuncen dan Embung Batok. Bantuan ini sangat bermanfaat sekali untuk mengairi areal pertanian yang berada didaerah sekitarnya. Hasil penyebaran kuesioner dari 60 responden yang pernah mengikuti pelatihan sebanyak 51 responden atau 85%, hal ini menunjukkan bahwa para petani mempunyai kesadaran untuk menambah ilmu pengetahuan sehingga dapat meningkatkan hasil pertaniannya. Pendidikan non formal sangat penting misalnya kursus, penyuluhan, studi banding, karena akan dapat membuka cakrawala petani, menambah ketrampilan dan pengalaman petani dalam mengelola usahatani. Berdasarkan wawancara dengan ketua kelompok tani ada 3 ketua kelompok tani yang pernah melakukan studi banding ke Cina yang dibiayai oleh Dinas Pertanian dan Yayasan Obor Tani, bahkan ada satu ketua kelompok tani yang melakukan studi banding dengan biaya sendiri ke Thailand. Mereka mengatakan bahwa dengan studi banding mendatangkan banyak manfaat untuk pengembangan usaha tani, walaupun pengelolaan pertanian khususnya di Kota Semarang masih jauh dibandingkan dengan Negara Cina dan Thailand. Pendistribusian Buah Kecamatan Mijen dan Gunung Pati merupakan sentra produksi buah di Kota Semarang.dimana sebagian besar petani di dua kecamatan tersebut memproduksi durian, jambu Kristal dan srikaya yang nantinya diharapkan menjadi buah unggulan Kota Semarang. Buah durian, jambu Kristal, dan srikaya yang diproduksi petani Kec. Mijen dan Kec. Gunung Pati dipasarkan dalam bentuk segar. Daerah pemasarannya baru mencukupi konsumen lokal. Untuk sampai ketangan konsumen, durian, jambu Kristal dan srikaya tidak banyak melibatakan lembaga pemasaran. Dalam rangka memperlancar arus barang maka petani sebagai produsen bisa memilih saluran pemasaran yang paling pendek dengan harapan harga yang diterima lebih tinggi, karena biaya operasional pemasaran dan tingkat laba yang diambil semakin kecil. Lembaga pemasaran yang terlibat dalam pendistribusian buah durian, jambu Kristal dan srikaya adalah kelompok tani dan pedagang pengecer. Distribusi buah durian, jambu Kristal dan srikaya dari pusat produksi hingga ke konsumen akhir, berdasarkan wawancara dan pengamatan di lapangan terhadap 60 responden petani buah durian, jambu Kristal dan srikaya diketahui bahwa konsumen buah tersebut adalah konsumen lokal. Dari 28 petani yang memproduksi buah durian ada 22 petani yang mendistribusikan langsung ke konsumen, dan 6 petani yang melalui kelompok tani dan pedagang eceran. Petani durian sebagian besar dalam mendistribusikan buah tersebut sudah sorting/grading sesuai dengan kualitas. Dengan demikian pendapatan petani meningkat. Durian yang berkualitas dibawah standart dan tidak laku di jual ke konsumen, sebagian dijual lewat kelompok tani karya makmur dengan dibekukan terlebih dahulu, baru kemudian di jual ke pedagang makanan. Buah durian merupakan buah musiman tahunan, dan petani belum bisa untuk mengatur waktu panen, sehingga kebutuhan konsumen akan buah tersebut masih dipenuhi oleh buah impor. Upaya Pemerintah Kota Semarang untuk mengatasi hal tersebut dengan mengirimkan ketua kelompok tani untuk melakukan studi banding ke Cina, juga diadakan festival buah durian setiap tahun sekali. Disamping itu menurut Direktur eksekutif Yayasan Obor Tani (Yabortan) Semarang Pratomo saat ini sedang dikembangkan durian lokal unggulan di Kelurahan Bubakan,
21
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 Kecamatan Mijen. Hal ini salah satunya untuk memberi kekuatan kepada petani lokal agar tingkat kesejahteraannya meningkat. Dari 38 petani jambu Kristal ada 31 petani yang mendistribusikan langsung kekonsumen dan 7 petani pendistribusiannya melalui pedagang eceran. Petani jambu Kristal dalam pendistribusiannya sudah melakukan sorting/grading sesuai dengan kualitas besar kecilnya buah. Dari 14 petani srikaya 9 mendistribusikan hasil produksinya langsung kekonsumen dan 5 petani melalui pedagang eceran. Pendistribusiannya petani sudah melakukan sorting/grading sesuai dengan kualitas besar kecilnya buah. Ke tiga buah lokal tersebut dalam pendistribusiannya sudah melakukan sorting/grading, hal ini sesuai dengan rekomendasi Popy Anggasari (2013) strategi dibuat berdasarkan temuan pada hasil penelitian, yaitu perlu dilakukan pembagian grade buah-buahan, buah yang memiliki kualitas yang bagus dan tampilan yang menarik dihargai mahal dan buah yamg memiliki kualitas kurang bagus diberi harga yang sesuai. belum ada pengemasan. Dari hasil wawancara dengan petani, tidak dilakukan pengemasan dikarenakan tanpa pengemasan produk tersebut langsung terjual habis ke konsumen, Berdasarkan penjelasan diatas tersebut maka penerapan model pendistribusian buah lokal hasil produksi Kota Semarang dapat di gambarkan Sebagai berikut:
Pelatihan & Pendidikan : 1. Aspek Agrobisnis 2. Aspek Manajemen 3. Aspek hukum
Pendistribusian Buah Lokal
Petani
Kelompok Tani
Konsumen
Pedagang
Gambar 1. Model Pendistribusian Buah Lokal Hasil Produksi Kota Semarang KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pemerintah Kota Semarang melalui Dinas Pertanian sudah melakukan binaan kepada petani buah lokal untuk meningkatkan hasil usaha taninya 2. Pendistribusian buah lokal hasil produksi Kota Semarang sebagian besar langsung kekonsumen 3. Pendistribusian buah lokal hasil produksi Kota Semarang sebagian besar sudah melakukan sorting/grading sesuai dengan kualitas 4. Hasil Produksi buah lokal Kota Semarang belum bisa memenuhi kebutuhan konsumen di Kota Semarang.
DAFTAR PUSTAKA Ali Hasan, (2013), Marketing dan kasus-Kasus Pilihan, Cetakan Pertama, Center for Academic Publicing Service (caps) Aspek Pemasaran Agribisnis Pertanian, www.bibitbuah.net, diakses 20 Oktober 2014 Burhan Bungin, (2011) Penelitian Kualitatif, Kencana Prenada Media Group, edisi kedua
22
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
Hayuningtyas HK (2013), Efisiensi Pemasaran Buah Apel (Kasus Pemasaran Buah Apel di Kusuma Agrowisata Kota Batu, Malang, Jawa Timur, http://faperta.unsoed.ac.id., diakses 17 Agustus 2014 Hikmah (2014), Strategi Pendistribusian Buah Lokal Di Kota Semarang, Hasil Penelitian Nur Indriantoro, (1999), Metodologi Penelitian Bisnis, Edisi 1, BPFE, Yogyakarta. Philip Kotler & Kevin Lane Keller (2008), Manajemen Pemasaran jilid 2, Edisi 12 Bahasa Indonesia, PT. Macanan Jaya Cemerlang. Philip Kotler & Gary Amstrong (1993), Dasar-dasar Pemasaran, Intermedia, Jakarta. Popy Anggasari, (2013), Pengaruh Ethnosentrisme Terhadap Sikap, Preferensi Dan Perilaku Pembelian Buah Lokal Dan Impor, JMA_Vol._10_No._2_Juli...2013 Srie
Agustina, (2015), Impor www.News.okezone.com
Buah
Turun,
Buah
Lokal
Berpeluang
Kuasai
Pasar,
Wahyu Trisnasari, (2012), Analisis Efisiensi dan Strategi Pemasaran Komoditas Buah Lokal di Kabupaten Bogor. Tesis, www.pasca.uns.ac.id/
23