Ening Ariningsih
KONSUMSI, PRODUKSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN BUAH-BUAHAN LOKAL INDONESIA Consumption, Production and Development Strategy of Local Fruits Ening Ariningsih Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jl. A. Yani No. 70, Bogor 16161 Email:
[email protected]
ABSTRACT The objective of this study was to analyze of fruits consumption and production and its implication for the development of local fruits. A quantitative-descriptive analysis was employed in this paper, using consumption and export-import data from Statistics-Indonesia and production data from Ministry of Agriculture. Even though fruit consumption in adequate quantity is very important for human health, data show that consumption level of fruits in Indonesia was very low; far below the adequacy level recommended by WHO/FAO. Moreover, in spite of the high potentials that Indonesia has to produce various fruits, until recently Indonesia is a net importer of fruits. Quality, taste, appearance, standardization, continuity, and shelf-life are among the major constraints of Indonesian local fruits to be able to compete with import fruits. Aside from that, consuming import fruits is often considered as a high prestige for many Indonesian people. Therefore, in addition to promoting education of the importance of consuming fruits in adequate quantity, “Love Indonesian Fruits” campaign should also be carried out to encourage consumption of local fruits. These efforts should also be accompanied by the efforts to develop local fruits in a holistic manner, which includes the overall planning, zoning direction, businesses and products, information, research and development, empowerment, financing, monitoring and community participation. Keywords : fruits, local, consumption, production, development strategy ABSTRAK Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis konsumsi dan produksi buah-buahan dan implikasinya bagi pengembangan buah-buahan lokal. Analisis dilakukan secara kuantitatifdeskriptif menggunakan data konsumsi dan ekspor-impor yang bersumber dari Badan Pusat Statistik dan data produksi buah-buahan yang bersumber dari Kementerian Pertanian. Walaupun konsumsi buah-buahan dalam jumlah yang cukup sangat penting bagi kesehatan tubuh manusia, data menunjukkan bahwa tingkat konsumsi buah-buahan di Indonesia sangat rendah, jauh di bawah tingkat kecukupan konsumsi buah-buahan yang direkomendasikan oleh WHO/FAO. Demikian pula, walaupun Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk menghasilkan beraneka jenis buah-buahan, sampai saat ini Indonesia masih merupakan net importer buah-buahan. Masalah kualitas, rasa, tampilan, standardisasi, kontinyuitas ketersediaan dan daya tahan simpan menjadi kendala utama kemampuan buah-buahan lokal Indonesia untuk bisa bersaing dengan buah-buahan impor. Di samping itu, mengkonsumsi buah-buahan impor merupakan prestise tersendiri bagi kalangan masyarakat umum. Oleh karena itu, di samping menggalakkan edukasi akan pentingnya mengkonsumsi buah, juga perlu dilakukan kampanye kecintaan terhadap buah-
392
Konsumsi, Produksi dan Strategi Pengembangan Buah-buahan Lokal Indonesia
buahan lokal yang dibarengi dengan upaya pengembangan buah-buahan lokal secara holistik, yang mencakup keseluruhan kegiatan perencanaan, arahan kawasan, usaha dan produk, informasi, penelitian dan pengembangan, pemberdayaan, pembiayaan, pengawasan dan peran serta masyarakat. Kata kunci : buah-buahan, lokal, konsumsi, produksi, strategi pengembangan
PENDAHULUAN
Telah diakui secara luas bahwa buah-buahan dan sayuran merupakan komponen penting dalam diet sehat, dan mengkonsumsi buah-buahan dan sayursayuran dapat mencegah berbagai penyakit (Agudo, 2005). Serat dalam buahbuahan dan sayuran bermanfaat untuk membantu menjaga kadar gula darah, menjaga kadar lemak darah, menyehatkan saluran cerna dan membantu membuat rasa kenyang bagi yang sedang diet. Selain itu, buah dan sayuran juga bermanfaat mencegah kerusakan sel dalam tubuh akibat proses oksidasi dari polusi dan metabolisme tubuh (Witjaksono, 2013) Ruel et al. (2005) menyatakan bahwa rendahnya konsumsi buah-buahan dan sayuran merupakan penyebab utama defisiensi mikronutrien di negara-negara berkembang, terutama pada populasi dimana konsumsi pangan hewani sarat gizi seperti daging dan produk-produk susu rendah. World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa rendahnya konsumsi buah dan sayuran berperan dalam 2,7 juta kematian dari penyakit-penyakit kronis per tahun dan menyebabkan sekitar 31 persen penyakit jantung iskemik dan 11 persen stroke di seluruh dunia (Ruel et al., 2005) Oleh karena itu, WHO/FAO merekomendasikan setiap orang mengonsumsi buah dan sayuran minimum 400 gram/kap/hari (di luar kentang dan umbi-umbian berpati lainnya) atau sekitar 146 kg/kap/tahun (WHO, 2003; Ruel et al., 2005; Witjaksono, 2013) untuk mencegah penyakit-penyakit kronis seperti jantung, kanker, diabetes dan kegemukan serta mencegah dan mengurangi beberapa defisiensi mineral (WHO, 2003). Sementara itu, UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 menganjurkan untuk mengonsumsi 3-5 porsi sayuran dan 2-3 porsi buah dalam Tumpeng Gizi Seimbang (Witjaksono, 2013). Khusus untuk buah, Pusat Kajian Buah Tropis Institut Pertanian Bogor (PKBT-IPB) menyebutkan bahwa standar konsumsi yang ditetapkan oleh WHO/FAO adalah sebesar 200 gram kg/kap/tahun (Antaranews, 29 Juni 2013) atau setara dengan 73 kg/kap/tahun. Walaupun konsumsi buah-buahan dan sayuran dalam jumlah yang cukup sangat penting bagi kesehatan tubuh manusia, data dari berbagai sumber menunjukkan bahwa tingkat konsumsi buah-buahan dan sayuran penduduk Indonesia masih jauh di bawah tingkat kecukupan konsumsi buah-buahan dan sayuran yang direkomendasikan oleh FAO/WHO. Rendahnya konsumsi buah dan sayuran penduduk Indonesia ini sangat disayangkan mengingat potensi produksi buah dan sayuran di Indonesia sangat besar, baik dari sisi potensi plasma nutfah, iklim, lahan maupun agroklimat. Demikian pula, sampai saat ini Indonesia masih menjadi net importer buah dan sayuran. Tulisan ini secara khusus bertujuan untuk
393
Ening Ariningsih
mengkaji tingkat konsumsi dan produksi buah-buahan dan bagaimana implikasinya bagi strategi pengembangan buah-buahan di Indonesia.
METODOLOGI PENELITIAN
Studi ini menggunakan analisis deskriptif-kuantitatif dengan menggunakan data konsumsi, produksi dan ekspor-impor dengan diperkaya oleh berbagai literatur. Data konsumsi dan ekspor-impor untuk kurun waktu 2007-2003 diperoleh dari Badan Pusat Statistik, sedangkan data produksi buah-buahan untuk kurun waktu 2007-2012 diperoleh dari Kementerian Pertanian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi Buah-Buahan di Indonesia Data Susenas menunjukkan bahwa tingkat konsumsi buah-buahan masyarakat Indonesia sangat rendah dengan tren yang menurun dalam kurun waktu 2007-2011, seperti disajikan pada Gambar 1. Data tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2007 tingkat konsumsi buah adalah sebesar 49,17 kg/kap/tahun yang kemudian terus menurun sepanjang periode 2007-2013, sehingga hanya mencapai 24,04 pada tahun 2013.
Sumber: BPS (2007-2013), diolah
Gambar 1. Tingkat Konsumsi Buah-buahan di Indonesia, 2007-2013
394
Konsumsi, Produksi dan Strategi Pengembangan Buah-buahan Lokal Indonesia
Satu hal yang penting untuk dicatat adalah data konsumsi buah-buahan yang direkam dalam data Susenas hanya menggambarkan konsumsi buahbuahan yang disiapkan rumah tangga, tidak termasuk konsumsi buah-buahan yang dilakukan anggota keluarga di luar rumah, sehingga data ini belum menggambarkan besarnya tingkat konsumsi buah-buahan yang sesungguhnya. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa tingkat konsumsi buah-buahan masyarakat Indonesia lebih tinggi dari pada yang tercatat pada data Susenas. Data Kementerian Pertanian yang dikutip Sinar Tani (Edisi 3-9 Juli 2013a) menyebutkan bahwa penduduk Indonesia mengkonsumsi buah hanya sebanyak 32,67 kg/kap/tahun, sementara berdasarkan hasil kajian Litbang Kementerian Pertanian Maret 2013 yang dikutip oleh Witjaksono (2013), tingkat konsumsi buah penduduk Indonesia adalah sekitar 34,55 kg/kap/tahun. Data lain yang dirilis Pusat Kajian Buah Tropika Institut Pertanian Bogor (PKBT-IPB) menyebutkan bahwa tingkat konsumsi buah di Indonesia sekitar 35,8 kg/kap/tahun (Antaranews, 29 Juni 2013). Perbedaan ini bisa jadi karena masalah pembulatan angka ataupun perbedaan cara konversi dari konsumsi per minggu ke konsumsi per tahun ataupun perbedaan dalam cara menjustifikasi konsumsi buah-buahan di luar yang disiapkan rumah tangga. Walaupun terdapat perbedaan angka, data dari berbagai sumber tersebut menunjukkan bahwa tingkat konsumsi buah-buahan penduduk Indonesia masih sangat rendah, jauh dari standar kecukupan yang direkomendasikan oleh WHO/FAO. Rendahnya tingkat konsumsi buah di Indonesia disebabkan karena budaya penduduk Indonesia dimana buah belum menjadi konsumsi harian masyarakat Indonesia, di samping tingkat ekonomi yang masih rendah, sehingga lebih banyak mengalokasikan pendapatannya untuk konsumsi pangan-karbohidrat (Sinar Tani, Edisi 3-9 Juli 2013a). Sementara itu, trend konsumsi buah-buahan yang menurun bisa dijelaskan oleh meningkatnya kecenderungan masyarakat untuk membeli makanan jadi di luar rumah, yang ditunjukkan oleh meningkatnya pangsa pengeluaran makanan jadi (Gambar 2), bersamaan dengan menurunnya pangsa pengeluaran buah-buahan selama kurun waktu tersebut. Sumber data yang sama menunjukkan bahwa tingkat konsumsi buahbuahan meningkat seiring dengan meningkatnya pendapatan. Meningkatnya daya beli seiring dengan meningkatnya pendidikan dan kesadaran akan pentingnya mengkonsumsi buah-buahan menyebabkan tingkat konsumsi buah-buahan meningkat pada masyarakat dengan golongan pengeluaran yang lebih tinggi (Gambar 3). Data menunjukkan bahwa hampir untuk semua jenis buah tingkat konsumsinya semakin tinggi pada masyarakat golongan pengeluaran yang lebih tinggi.
395
Ening Ariningsih
Sumber: BPS (2007-2013), diolah
Gambar 2. Persentase Pengeluaran Rumah Tangga untuk Buah-buahan dan Makanan Jadi, 2007-2013
Sumber: BPS, 2013, diolah Keterangan: I =
Rp1000000
Gambar 3. Tingkat Konsumsi Buah-buahan menurut Golongan Pengeluaran, Maret 2013
396
Konsumsi, Produksi dan Strategi Pengembangan Buah-buahan Lokal Indonesia
Jenis buah-buahan yang paling banyak dikonsumsi rumah tangga adalah pisang, rambutan, jeruk, duku, papaya, durian, salak, dan semangka (Gambar 4). Satu hal yang penting untuk dicatat adalah sifat produksi buah-buahan yang umumnya bersifat musiman, sehingga waktu pengambilan data sangat berpengaruh. Hasil pengambilan data bulan Maret sangat mungkin akan berbeda dengan hasil pengambilan data bulan September atau bulan lainnya karena konsumen akan memilih buah-buahan yang produksinya melimpah karena harganya akan relatif lebih murah. Mangga, rambutan, kedondong, durian, dan duku adalah beberapa contoh jenis buah-buahan yang bersifat musiman, sementara pisang, papaya, semangka, dan tomat buah adalah beberapa contoh buah-buahan yang produksinya relatif tetap dari waktu ke waktu.
Sumber: BPS, 2013, diolah
Gambar 4. Tingkat Konsumsi Buah-buahan menurut Jenis Buah-buahan, Maret 2013
Sayangnya, data konsumsi buah-buahan yang dicatat pada Susenas tidak dibedakan antara konsumsi buah-buahan lokal atau impor. Hal tersebut menyulitkan untuk melihat seberapa jauh masyarakat Indonesia mengkonsumsi buah-buahan impor. Namun, melihat maraknya penjualan buah-buahan impor, baik di supermarket, pasar tradisional, hingga di kios-kios buah di pinggir jalan, dan bahkan hingga ke desa-desa, dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat konsumsi buah-buahan impor relatif tinggi. Penampilan buah-buahan impor yang menarik dari segi warna dan kemasan, rasa yang enak serta kualitas yang baik dan seragam menjadi daya tarik masyarakat untuk mengkonsumsi buah-buahan impor. Selain itu, mengkonsumsi buah-buahan impor di masyarakat juga dikaitkan
397
Ening Ariningsih
dengan prestise, bahkan di Bali, penggunaan buah-buahan impor dalam pembuatan “gebogan” dirasakan menaikkan gengsi pemilik “gebogan” tersebut. Di sisi lain, buah-buahan lokal juga mempunyai keunggulan dibandingkan buah-buahan impor, yaitu (1) harga buah lokal lebih murah; (2) buah lokal mudah diperoleh; (3) buah lokal lebih segar dibandingkan buah impor, sehingga dari sisi nutrisi buah-buahan lokal lebih baik; dan (4) keragaman jenis buah-buahan lokal yang jauh lebih tinggi daripada buah-buahan impor, sehingga terdapat banyak pilihan bagi konsumen.
Produksi Buah-Buahan Data produksi buah-buahan dalam kurun waktu 2008-2012 yang diperoleh dari Kementerian Pertanian (2013) dengan cakupan sebanyak 22 jenis buahbuahan menunjukkan sifat yang fluktuatif dengan penurunan tajam pada tahun 2010 hingga hanya sebesar 15,26 juta ton dari 17,66 juta ton pada tahun 2008. Namun kemudian, produksi buah-buahan kembali meningkat hingga mencapai 18,49 juta ton pada tahun 2012 (Gambar 5). Dengan asumsi bahwa jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2012 adalah sebesar 243,56 juta jiwa, maka ketersediaan buah-buahan pada tahun 2012 adalah 75,91 kg/kap/tahun. Angka tersebut sudah melampaui standar kecukupan konsumsi buah-buahan yang direkomendasikan FAO/WHO. Dengan asumsi bahwa data produksi tersebut benar, maka tingkat konsumsi buah-buahan yang rendah dari masyarakat Indonesia menunjukkan adanya masalah dalam hal aksesibilitas maupun pemanfaatan buah-buahan tersebut.
Sumber: Kementrerian Pertanian (2013), diolah
Gambar 5. Produksi Buah-buahan di Indonesia, 2008-2012
398
Konsumsi, Produksi dan Strategi Pengembangan Buah-buahan Lokal Indonesia
Diantara berbagai jenis buah-buahan yang tercatat produksinya, pisang, mangga, jeruk dan nenas merupakan komoditas buah-buahan dengan tingkat produksi tertinggi, hingga di atas 1 juta ton (Gambar 6). Tingginya tingkat produksi pisang selaras dengan tingkat konsumsi pisang yang juga paling tinggi. Demikian juga halnya dengan komoditas jeruk. Akan tetapi, untuk komoditas mangga dan nenas tingkat produksinya yang tinggi tidak sejalan dengan tingkat konsumsinya. Untuk mangga hal tersebut dapat dijelaskan oleh sifat produksinya yang musiman, sehingga terdapat kemungkinan bahwa waktu pendataan tidak bersamaan dengan musim panen mangga sehingga tingkat konsumsi yang tercatat relatif sangat rendah. Untuk komoditas nenas, terdapat kemungkinan bahwa produksi nenas banyak digunakan untuk bahan baku industri olahan, seperti misalnya nenas kaleng, dan relatif sedikit digunakan untuk konsumsi langsung.
Sumber: Kementerian Pertanian (2013)
Gambar 6. Produksi Beberapa Jenis Buah-buahan Utama di Indonesia, 2008-2012
Walaupun Indonesia mempunyai potensi produksi yang sangat besar, terdapat berbagai kendala dalam pengembangannya. Skala pengusahaan buahbuahan lokal yang masih kecil, menjadikan sulit untuk menjamin kuantitas, kualitas, standarisasi, dan kontinyuitas buah lokal tersebut, padahal faktor-faktor tersebut sangat menentukan daya saing buah lokal. Di samping itu, buah lokal menghadapi masalah penanganan pascapanen dan daya simpan yang menyebabkan tingginya tingkat kerusakan dan susut. Harga buah lokal yang relatif rendah juga tidak memberikan insentif kepada petani untuk mengembangkan produksi buah lokal.
399
Ening Ariningsih
Ekspor dan Impor Buah-Buahan Gambar 7 menunjukkan bahwa pada kurun waktu 2008-2012 baik volume maupun nilai impor buah-buahan Indonesia menunjukkan trend yang meningkat. Pada tahun 2008 volume impor buah-buahan adalah sebesar 482,03 ribu ton dengan total nilai sebesar US$ 445,68 juta, sementara tahun 2012 impor buahbuahan meningkat menjadi hampir dua kali lipatnya, yaitu sebesar 785,56 ribu ton dengan nilai US$ 836,04 juta. Pada tahun 2013, walaupun dengan adanya pengaturan impor buah-buahan (RIPH), data menunjukkan bahwa baik volume maupun impor buah-buahan Indonesia masih tetap relatif tinggi. Dengan asumsi bahwa jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2012 adalah sebesar 243,56 juta jiwa, maka volume impor buah-buahan Indonesia mencapai sekitar 3,23 kg/kap/tahun. Di sisi lain, Gambar 7 juga dengan jelas menunjukkan bahwa baik volume maupun nilai ekspor buah-buahan Indonesia jauh lebih kecil dibandingkan volume maupun nilai impornya, bahkan volumenya cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2012 volume ekspor Indonesia hanya sebesar 39,55 ribu ton dengan nilai sebesar US$30,22. Fakta tersebut dengan jelas menunjukkan bahwa Indonesia kalah bersaing di pasar buah-buahan dunia, sehingga hanya berperan sebagai net importer, di mana Indonesia lebih berperan sebagai pasar bagi buahbuahan negara lain, terutama Cina, USA, Thailand, dan Australia.
A
B
Sumber: BPS (2013), diolah Catatan: Untuk tahun 2013 hanya sampai bulan Juli
Gambar 7. Volume (A) dan Nilai (B) Ekspor-Impor Buah-buahan Indonesia, 20082013
Dari beberapa jenis buah-buahan yang merupakan komoditas ekspor Indonesia, seperti manggis, asam, mangga, pisang, salak, dan jeruk, komoditas manggis merupakan primadona ekspor buah-buahan Indonesia dengan trend
400
Konsumsi, Produksi dan Strategi Pengembangan Buah-buahan Lokal Indonesia
meningkat dalam kurun waktu 2008-2011 (Gambar 8). Namun, pada tahun 2012 dan 2013 volume ekspornya menurun drastis karena adanya Cina yang merupakan negara tujuan impor manggis Indonesia melarang impor manggis dari Indonesia dengan berbagai alasan yang kurang jelas. Pola serupa juga ditunjukkan oleh volume ekspor asam. Sementara itu, meskipun polanya tidak beraturan, komoditas pisang pada tahun 2012 dan 2013 merupakan komoditas buah-buahan primadona ekspor Indonesia.
Sumber: BPS (2013), diolah Catatan: Untuk tahun 2013 hanya sampai bulan Juli
Gambar 8. Beberapa Komoditas Buah-buahan Ekspor Utama Indonesia, 20082013
Di sisi lain, jeruk, apel, pir, lengkeng, anggur, kurma, dan durian merupakan jenis buah-buahan impor utama Indonesia. Kecuali durian yang mengalami penurunan volume impor pada kurun waktu 2008-2012, bahkan 2013, keenam jenis buah-buahan impor lainnya menunjukkan trend yang meningkat dalam kurun waktu yang sama (Gambar 9).
401
Ening Ariningsih
Sumber: BPS (2013), diolah Catatan: Untuk tahun 2013 hanya sampai bulan Juli
Gambar 9. Volume Impor Beberapa Jenis Buah-buahan Utama Indonesia, 20082013
Menurut Hermanto (Sinar Tani, Edisi 3-9 Juli 2013a), buah-buahan Indonesia memiliki potensi besar untuk bersaing di pasar internasional. Selain memiliki keragaman genetik, bentangan wilayah yang sangat luas dan potensi pasar tropika juga membuat buah-buahan Indonesia menjadi sangat diminati. Menurut Hermanto, buah-buahan unggulan Indonesia yang mampu bersaing dengan buah-buahan impor adalah manggis, salak, durian, mangga, jambu biji, belimbing dan buah naga.
Strategi Pengembangan Buah-Buahan Indonesia Upaya pengembangan buah-buahan lokal Indonesia memerlukan perhatian dan keseriusan dari berbagai pihak pemangku kepentingan, mulai dari pihak perencana dan pembuat kebijakan hingga pelaksana di lapangan, juga menyangkut peran serta masyarakat sebagai konsumen buah-buahan, juga menyangkut berbagai aspek, mulai dari produksi (on-farm dan off-farm), distribusi, hingga konsumsi, antara lain sebagai berikut: (1) program-program pemerintah yang terkait dengan pengembangan buah-buahan hendaknya dilaksanakan secara holistik, mulai dari hulu hingga ke hilir. Demikian pula, program-program tersebut hendaknya dilakukan sampai tuntas, tidak dipotong-potong; (2) perlu dikembangkan varietas buah yang memiliki rasa enak, dengan bentuk, dan warna seragam untuk dijadikan buah-buahan unggulan yang dikembangkan secara nasional; (3) terkait dengan skala teknis, diperlukan komitmen pemerintah untuk membangun kawasan hortikultura yang bisa dijadikan andalan, yaitu sesuai dengan agroekologinya, sehingga terbentuk zonasi-zonasi. Skala pengusahaan yang luas akan lebih bisa menjamin kuantitas, kualitas, standarisasi, dan kontinyuitas buah lokal; (4) pengembangan teknologi budidaya yang disertai
402
Konsumsi, Produksi dan Strategi Pengembangan Buah-buahan Lokal Indonesia
dengan standarisasi budidaya sehingga dihasilkan buah lokal yang tidak hanya berkualitas baik, namun juga mempunyai rasa, bentuk, dan warna buah yang konsisten. Selain itu, diperlukan teknologi pascapanen yang baik, yang bisa memperpanjang daya simpan buah-buahan sehingga memperkecil tingkat kerusakan/susut buah, terutama selama dalam perjalanan; dan (5) pemerintah perlu lebih memberikan dukungan dan pembinaan kepada petani untuk meningkatkan produksi buah lokal. Dalam hal ini, meningkatnya harga jual yang diterima petani sehingga petani menerima keuntungan yang layak akan menjadi insentif bagi petani untuk meningkatkan produksinya. Fasilitas pemerintah dalam menyederhanakan saluran pemasaran, diantaranya dengan cara pemasaran dari petani langsung kepada pedagang besar, adalah salah satu cara yang dapat meningkatkan harga buah yang diterima petani. Di pihak konsumen, khususnya konsumen rumah tangga, diperlukan edukasi tentang pentingnya konsumsi buah-buahan bagi kesehatan. Karena pendapatan merupakan faktor determinan dalam konsumsi buah-buahan, maka upaya ini juga harus disertai dengan upaya peningkatan peningkatan pendapatan masyarakat. Di samping itu, perlu digalakkan kampanye kecintaan akan buahbuahan yang diproduksi secara lokal. Kampanye ini juga disertai dengan dukungan dan contoh nyata dari pemerintah, sebagai contoh, penyajian buah-buahan lokal pada kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah. Dalam hal ini, contoh nyata dari dukungan pemerintah adalah kepedulian Pemerintah Daerah Bali akan buah-buhan lokal dengan keluarnya Perda No. 3 Tahun 2013 tentang Perlindungan Buah Lokal. Dalam Perda ini yang dimaksud perlindungan buah lokal adalah keseluruhan kegiatan perencanaan, arahan kawasan, usaha dan produk, informasi, penelitian dan pengembangan, pemberdayaan, pembiayaan, pengawasan dan peran serta masyarakat. Perwujudan dari Perda tersebut diantaranya adalah mewajibkan supermarket untuk menjual buah lokal dan hotel/restoran untuk menggunakan buah lokal dalam sajian menunya. Bagi supermarket dan hotel yang tidak melaksanakan kewajiban tersebut akan dipersulit perijinannya. Demikian juga petani buah difasilitasi untuk memasarkan produknya pada Pasar Lelang/Tani maupun Sub Terminal Agribisnis, serta fasilitasi/promosi ekspor buah lokal, khususnya manggis.
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
Tingkat konsumsi buah-buahan di Indonesia masih rendah, jauh di bawah tingkat kecukupan konsumsi buah-buahan yang direkomendasikan oleh FAO/WHO. Di sisi lain, Indonesia mempunyai potensi yang besar untuk pengembangan buah-buahan lokal, namun terdapat berbagai kendala dalam pengembangannya, sehingga sampai saat ini Indonesia masih berstatus sebagai net importer buah-buahan. Untuk meningkatkan daya saing buah-buahan lokal sekaligus meningkatkan konsumsi buah-buahan di masyarakat, di samping menggalakkan edukasi akan pentingnya mengkonsumsi buah, juga perlu dilakukan kampanye kecintaan
403
Ening Ariningsih
terhadap buah-buahan lokal yang dibarengi dengan upaya pengembangan buahbuahan lokal secara holistik, yang mencakup keseluruhan kegiatan perencanaan, arahan kawasan, usaha dan produk, informasi, penelitian dan pengembangan, pemberdayaan, pembiayaan, pengawasan, dan peran serta masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA Aguido, A. 2005. Measuring Intake of Fruit and Vegetables. Background paper for the Joint FAO/WHO Workshop on Fruit and Vegetables for Health, 1-3 September, Kobe, Japan. Antaranews. 29 Juni 2013. Konsumsi Buah di Indonesia Masih Rendah. http://www.antaranews.com/berita/382714/konsumsi-buah-di-indonesia-masihrendah. Diakses tanggal 23 September 2013. BPS, 2007-2013. Survei Sosial Ekonomi Nasional: Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia 2007-2013. BPS, 2013. Data Ekspor-Impor. http://bps.go.id/exim-frame.php?kat=2. Diakses tanggal 5 Oktober 2013. Kementerian Pertanian. 2013. Produksi Hortikultura Nasional. http://aplikasi.pertanian.go.id/bdsp/hasil_kom.asp. Diakses tanggal 23 September 2013. Ruel, M.T., N. Minot dan L. Smith, 2005. Patterns and determinants of fruits and vegetable consumption in sub-Saharan Africa. Background paper for the Joint FAO/WHO Workshop on Fruit and Vegetables for Health, 1-3 September, Kobe, Japan. Sinar Tani, Edisi 3-9 Juli 2013a. Memperingati Hari Buah Internasional: “Kami Cinta Buah Nusantara”. Sinar Tani, Edisi 3-9 Juli 2013b. Mentan Menyapa: Buah Nusantara di Pasar Internasional. Witjaksono, F. 2013 dalam M.N. Abdurrahman. 2013. Konsumsi Buah dan Sayur di Indonesia Ketinggalan dari Negara Tetangga. DetikHealth. http://health.detik.com/read/2013/06/28/190119/2287595/763/konsumsi-buah-dansayur-di-indonesia-ketinggalan-dari-negara-tetangga. Diakses tanggal 23 September 2013. World Health Organization. 2003. Promoting Fruit and Vegetable Consumptiona round the World. http://www.who.int/dietphysicalactivity/fruit/en/. Diakses tanggal 1 Juli 2013.
404