Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
BUAH-BUAHAN LOKAL BALI:
JENIS, PEMANFAATAN DAN POTENSI PENGEMBANGANNYA
i
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal 1 1. Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ketentuan Pidana Pasal 113 1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf I untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan / atau pidana denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). 2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan / atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan / atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan / atau pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Hak Cipta pada Penulis. Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang : Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.
ii
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
BUAH-BUAHAN LOKAL BALI:
JENIS, PEMANFAATAN DAN POTENSI PENGEMBANGANNYA
I N. Rai Gede Wijana I Putu Sudana I W. Wiraatmaja Cok. G. A. Semarajaya
iii
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
BUAH-BUAHAN LOKAL BALI:
JENIS, PEMANFAATAN DAN POTENSI PENGEMBANGANNYA Penulis: I N. Rai Gede Wijana I Putu Sudana I W. Wiraatmaja Cok. G. A. Semarajaya Cetakan Pertama: 2016, xiv + 280 hlm, 15,5 x 23 cm Penerbit:
Percetakan Pelawa Sari ISBN: 978-602-8409-46-9
iv
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
PRAKATA
P
rovinsi Bali dengan kondisi geografis yang khas, memiliki berbagai jenis buah lokal yang khas pula. Buah-buahan di Bali tidak hanya bernilai ekonomi untuk pemenuhan kebutuhan pangan, tetapi juga bernilai sosial budaya untuk kegiatan ritual keagamaan, perdagangan antar pulau, komoditas ekspor, konsumsi pariwisata dan bahan Spa (massage). Pesatnya perkembangan pariwisata di Bali memunculkan masalah baru yaitu semakin terdesaknya sektor pertanian. Untuk menghindari semakin tidak seimbangnya perkembangan pariwisata dan pertanian maka dikembangkan model pembangunan pertanian terintegrasi dengan pariwisata. Sumberdaya genetik buah-buahan lokal merupakan salah satu potensi besar yang perlu diberdayakan dalam rangka mewujudkan integrasi pertanian dengan pariwisata. Upaya tersebut sangat penting karena buah lokal belum digarap secara optimal sehingga pamornya kalah jauh dibandingkan buah luar daerah atau buah impor.
v
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Buku ini ditulis berdasarkan hasil eksplorasi dan identifikasi jenis-jenis dan sub-jenis buah-buahan lokal Bali dari kegiatan riset MP3EI (Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia). Disamping itu, bahan bacaan buku ini juga diambil dari berbagai sumber, seperti data yang diperoleh dari instansi pemerintah, penelusuran kepustakaan hasil penelitian dan pemikiran para ahli di bidang buah-buahan, serta pengalaman penulis meneliti buahbuahan, memberi kuliah Pengembangan Produksi Tanaman Hortikultura dan Tanaman Buah-Buahan, memberikan pelatihan, membawakan makalah dan penulisan jurnal tentang berbagai aspek tanaman buah-buahan baik pada tingkat lokal maupun nasional dan internasional. Buku ini mengupas tentang jenis dan sub-jenis buahbuahan lokal Bali, kegunaannya untuk berbagai aspek kehidupan, komoditas buah unggulan, kalender musim panen, potensi pengembangan, dan perlindungannya. Buku ini sangat bermanfaat bagi siswa SD, SMP, SMA, mahasiswa yang mengambil Program Studi Hortikultura, Program Studi Agronomi, Program Studi Biologi, dan para mahasiswa yang mengambil kekhususan di bidang buah-buahan. Bagi mahasiswa Pascasarjana, buku ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi guna pembahasan penelitian yang berkaitan dengan tugas akhir mereka. Buku ini juga akan sangat membantu bagi para pebisnis buah-buahan, hobiis, para pegawai Dinas Pertanian, dan masyarakat umum yang ingin mengetahui tentang buahbuahan lokal Bali. Penulis menyampaikan terima kasih kepada teman sejawat dan berbagai pihak yang ikut mendorong terwujudnya tulisan ini. Terima kasih khusus disampaikan kepada Ni Luh Martini, Ni Wayan Peni Yuliawati, I Ketut Ade Sujana, I Putu Dian Pratama, I Gede Sudarmika, Anelia Rezkina Br. S., I Gusti
vi
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Agung Bagus Suradarma, dan I Made Ananta Suryawan atas bantuannya melakukan survey dan pengambilan foto berbagai jenis tanaman buah lokal. Mudah-mudahan buku ini bermanfaat bagi para pembaca budiman, khususnya bagi pembaca yang tertarik pada pengembangan dan pelestarian buah-buahan lokal.
Denpasar, Januari 2016 Penulis
vii
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
viii
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
DAFTAR ISI
PRAKATA .......................................................................................... v BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1 BAB II KERAGAMAN BUAH-BUAHAN LOKAL ................................. 6 2.1 Keanekaragaman Hayati Buah-Buahan Lokal .................... 6 2.2 Sumberdaya Genetik Buah-Buahan Lokal ......................... 19 2.3 Jenis-Jenis Buah-Buahan di Indonesia ................................ 23 BAB III JENIS-JENIS BUAH-BUAHAN LOKAL DAN PEMANFAATANNYA ........................................................ 27 3.1 Anggur .................................................................................... 32 3.2 Avokad .................................................................................... 36 3.3 Belimbing ................................................................................ 40 3.4 Bidara ...................................................................................... 44
ix
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
3.5 3.6 3.7 3.8 3.9 3.10 3.11 3.12 3.13 3.14 3.15 3.16 3.17 3.18 3.19 3.20 3.21 3.22 3.23 3.24 3.25 3.26 3.27 3.28 3.29 3.30 3.31 3.32 3.33 3.34 3.35 3.36 3.37 3.38
x
Buni.......................................................................................... 47 Ceremai ................................................................................... 50 Delima ..................................................................................... 53 Dewandaru ............................................................................. 57 Duku ........................................................................................ 61 Durian ..................................................................................... 65 Gowok ..................................................................................... 70 Jambu Air ................................................................................ 73 Jambu Biji ................................................................................ 76 Jambu Bol ................................................................................ 81 Jamblang ................................................................................. 84 Jeruk......................................................................................... 88 Jeruk Besar .............................................................................. 96 Kawista.................................................................................. 101 Kecapi .................................................................................... 104 Kedondong ........................................................................... 107 Kesemek ................................................................................ 110 Leci ......................................................................................... 112 Mangga ................................................................................ 116 Manggis................................................................................. 125 Markisa.................................................................................. 130 Melon..................................................................................... 135 Menteng ................................................................................ 139 Mundu................................................................................... 141 Nangka .................................................................................. 143 Nenas ..................................................................................... 147 Pepaya ................................................................................... 151 Pisang .................................................................................... 157 Rambutan.............................................................................. 170 Salak ...................................................................................... 174 Sawo ...................................................................................... 181 Semangka .............................................................................. 186 Sirsak ..................................................................................... 189 Srikaya ................................................................................... 193
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
3.39 Stroberi .................................................................................. 196 3.40 Terung Belanda .................................................................... 200 3.41 Wani ....................................................................................... 203 BAB IV POTENSI PENGEMBANGAN DAN PERLINDUNGAN BUAH-BUAHAN LOKAL .......................................................... 215 4.1 Potensi Pengembangan Buah-Buahan Lokal ................... 215 4.2 Buah-Buahan Unggulan dan Andalan ............................ 225 4.3 Kalender Musim Panen Buah ........................................... 231 4.4 Potensi Pengembangan Buah Lokal untuk Pasar Pariwisata ....................................................... 234 4.5 Potensi Pengembangan Buah Lokal untuk Kegiatan Ritual Adat dan Keagamaan .............................................. 238 4.6 Perlindungan Buah Lokal................................................... 245 4.7 Strategi Pengembangan Buah-Buahan Lokal .................. 251 DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 254 BIODATA PENULIS I ................................................................. 268
xi
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
xii
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
BAB I PENDAHULUAN
I
ndonesia yang secara geografis terletak di daerah katulistiwa, memiliki keanekaragaman hayati tergolong tertinggi di dunia. Kekayaan jenis tumbuhan Indonesia sampai sekarang belum didapat angka yang pasti, tetapi menurut Sastrapradja dan Rifai (1989), paling tidak terdapat 30.000 jenis tumbuhan berbunga yang sebagian besar masih tumbuh liar di hutan-hutan di berbagai kawasan di Indonesia, diantaranya baru sekitar 4.000 jenis saja yang diketahui telah dimanfaatkan langsung oleh penduduk dan hanya sekitar seperempatnya yang telah dibudidayakan. Dengan kata lain masih banyak jenisjenis tumbuhan yang belum diketahui pemanfaatannya, belum tereksploarsi, dan teridentifikasi. Kekayaan keanekaragaman jenis buah-buahan asli Indonesia juga cukup tinggi dan masih banyak yang belum dikenal atau dimanfaatkan secara baik. Kekayaan plasma nutfah buah-buahan asli Indonesia yang cukup besar tersebut sangat penting terutama sebagai modal dasar untuk pemuliaan tanaman
1
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
buah-buahan. Inventarisasi kekayaan jenis buah-buahan asli Indonesia perlu dilakukan agar dapat dimanfaatkan terutama dalam usaha meningkatkan kualitas dan kuantitas buah yang dihasilkan, sekaligus menambah dan meningkatkan usaha penganekaragaman jenis buah-buahan yang dapat dimakan. Disamping itu, potensi sumberdaya genetik buah-buahan Indonesia yang beragam didukung oleh potensi sumberdaya manusia yang besar merupakan potensi besar untuk dapat membangun industri buah nusantara yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Dalam konteks membangun industri buah nusantara, dari sekitar 60 jenis buah yang selama ini dikembangkan dan dibina oleh Kementerian Pertanian Republik Indonesia, IHIBF (2015) merekomendasikan 12 jenis buah nusantara sebagai buah utama industri buah nasional dan 5 (lima) jenis buah nusantara sebagai buah potensial industri buah nasional. Ke-12 jenis buah utama tersebut terdiri atas 6 (enam) jenis buah dikembangkan dengan tujuan utama untuk memenuhi kebutuhan domestik dan substritusi impor, yaitu jeruk, durian, pisang, papaya, dan semangka, dan 6 (enam) jenis buah dikembangkan dengan tujuan utama untuk mencukupi kebutuhan domestik dan ekspor, yaitu manggis, mangga, rambutan, avokad, salak, dan nenas. Selanjutnya ke-5 jenis buah potensial industri buah nasional dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis buah yang dikembangkan dengan tujuan utama memenuhi konsumsi domestik dan substitusi impor, yaitu jambu biji, buah naga dan klengkeng, dan 2 (dua) jenis buah dikembangkan dengan tujuan utama untuk memenuhi komsumsi domestik dan ekspor, yaitu markisa dan asam Jawa. Tujuan jangka panjang pengembangan buah nusantara melalui Revolusi Oranye adalah untuk mewujudkan 13 jenis buah nusantara selain untuk memenuhi kebutuhan domestiik juga menjadi andalan utama komoditas ekspor buah Indonesia, yaitu (1) nenas, (2) manggis, (3) mangga, (4) avokad, (5) durian, (6) rambutan, (7) salak, (8) melon, (9) semangka, (10)
2
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
pisang, (11) asam jawa, (12) buah naga, dan (13) jambu biji, serta mewujudkan 4 jenis buah nusantara untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan atau substitusi impor, yaitu (1) jeruk, (2) kelngkeng, (3) papaya, dan (4) markisa. Menurut IHIBF (2015), sebagai bangsa yang besar dan kaya dengan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia, Indonesia harus segera melakukan industrialisasi buah nusantara agar mampu meningkatkan nilai tambah dan daya saing buah nusantara untuk menghadapi persaingan global yang tidak bisa dihindari. Industrialisasi buah nusantara harus dimulai dengan melakukan “transformasi budaya subsisten ke budaya industri”, dimana dalam transformasi tersebut mengharuskan terjadinya perubahan sikap dan prilaku dari “sikap dan prilaku subsisten”, yang lebih mengandalkan produksi dan tenaga kerja tidak trampil menuju “sikap dan prilaku industri”, yang harus mengandalkan persaingan, kedisiplinan, kreativitas, dan inovasi serta pengelolaan dan pemasaran. IHIBF (2015) juga menyebutkan bahwa dalam melaksanakan revolusi pengembangan buah nusantara skala usaha kecil dan menengah untuk kesejahteraan bangsa Indonesia, diperlukan strategi perencanaan dan strategi eksekusi 6 aspek penting industrialisasi buah nusantara, yaitu (1) kelembagaan buah nusantara yang kuat, (2) peningkatan menajemen kepemimpinan dan sumberdaya manusia buah nusantara, (3) inovasi dan teknologi buah nusantara, (4) pengembangan sistem dan manajemen rantai pasokan buah nusantara, (5) pengadaan dan peningkatan infrastruktur buah nusantara, dan (6) kebijakan buah nusntara yang mendukung. Di Bali, perhatian terhadap buah-buahan tidak hanya terhadap jenis buah-buahan yang dapat dimakan (edible fruits) yaitu semua jenis tumbuhan yang menghasilkan buah dan dapat dimakan segar, baik berupa buah masak ataupun masih mentah dengan fungsi sebagai fungsi utama (major functions) ataupun sampingan (minor functions), tetapi juga terhadap buah-buahan yang bernilai sosial budaya dan ritual keagaamaan. Menurut
3
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Rivai (1986), tidak kurang dari 329 jenis buah-buahan (terdiri dari 61 suku dan 148 marga) baik yang merupakan jenis asli Indonesia maupun pendatang (introduksi) yang telah ditemukan di Indonesia, sementara menurut Verheij dan Coronel (1992) di kawasan Asia Tenggara terdapat sekitar 400 jenis buah-buahan yang dapat dimakan. Dengan demikian lebih dari tiga perempat jenis-jenis buah-buahan yang dilaporkan terdapat di kawasan Asia Tenggara tersebut telah ditemukan di Indonesia. Selanjutnya menurut Uji (2007), telah ditemukan 266 jenis buah-buahan asli Indonesia, yaitu jenis buah-buahan lokal yang tumbuh secara alami ataupun yang berasal dari kawasan Indonesia, yang sebagian besar masih tumbuh liar di hutan-hutan dan hanya sebagian kecil yang telah dibudidayakan. Dari 266 jenis buahbuahan tersebut dilaporkan bahwa sebagian besar berupa pohon (203 jenis), liana (26 jenis), perdu (17 jenis), herba (14 jenis) dan semak (4 jenis). Diantara 226 jenis di atas, tercatat 62 jenis telah dibudidayakan, 18 jenis merupakan jenis endemik dan 4 jenis termasuk tumbuhan langka. Menurut Mogea et al. (2001) keempat jenis tumbuhan langka adalah kerantungan (Durio oxleyanus), lahong (Durio dulcis), lai (Durio kutejensis) dan burahol (Stelechocarpus burahol). Kekayaan keanekaragaman jenis buah-buahan asli Indonesia yang melimpah sampai sekarang belum dimanfaatkan secara optimal, bahkan ada kecendrungan keberadaanya semakin terdesak oleh banyaknya buah-buahan import yang beredar di berbagai kota di Indonesia. Komoditas buah-buahan Indonesia berada pada situasi yang sulit karena harus bersaing dengan buah impor yang keberadaannya begitu menjamur terutama di kota-kota besar. Meskipun volume buah impor hanya sekitar 5% dari total produksi nasional, namun terdapat kecenderungan meningkat setiap tahun. Disamping itu, adanya perubahan iklim, intensitas serangan hama dan penyakit, pembukaan hutan, perubahan perilaku masyarakat yang cenderung berorientasi komersial dan berlakunya perdagangan bebas,
4
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
menyebabkan kelestarian keragaman buah-buahan lokal makin mengkhawatirkan. Beberapa jenis buah yang dulu sangat populer di masyarakat, saat ini sudah mulai jarang ditemukan. Generasi sekarang lebih mengenal berbagai buah impor daripada buah lokal atau buah nusantara. Kita semua tahu bahwa mengkonsumsi buah-buahan secara teratur sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Banyak penelitian ilmiah yang melaporkan khasiat nyata dari buahbuahan yang banyak mengandung vitamin A (beta-karoten), C dan E, magnesium, seng, fosfor, dan asam folat, diantaranya dapat mengurangi resiko penyakit jantung koroner, merangsang kemampuan otak dan mencegah serta dapat mengobati penyakit kanker. Buah-buahan dipercaya berpengaruh bagi kesehatan tubuh, bahkan buah pun sangat besar peranannya bagi mereka yang sedang diet, sebab buah bisa menjadi cemilan sehat yang kaya akan vitamin dan mineral. Oleh karena itu, kekayaan sumber daya hayati yang melimpah ini perlu digali potensinya, didayagunakan, dan disosialisasikan kepada masyarakat, antara lain melalui memperkenalkannya melalui buku sumberdaya genetik buah-buahan lokal ini. Buku ini diharapkan dapat meningkatkan pengenalan, pemahaman dan apresiasi masyarakat terhadap keberadaan dan potensi buahbuahan lokal, dapat membangkitkan minat pelestarian, serta promosi dan pengembangannya, mengingat minat masyarakat terhadap buah tropika juga makin meningkat. Disamping itu, penerbitan buku ini juga bertujuan untuk mendokumentasikan dan mengundang perhatian semua pihak untuk melakukan penelitian, pengembangan dan pemanfaatan buah-buahan lokal secara lebih luas.
5
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
BAB II KERAGAMAN BUAH-BUAHAN LOKAL
2.1.
KEANEKARAGAMAN LOKAL
K
HAYATI
BUAH-BUAHAN
eanekaragaman hayati adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan berbagai kehidupan yang ditemukan di bumi dan semua proses alam. Konsep keanekaragaman menggambarkan keadaan bermacam-macam yang terjadi akibat adanya perbedaan dalam hal ukuran, bentuk, tekstur ataupun jumlah, sedangkan kata hayati menunjukan sesuatu yang hidup. Jadi, keanekaragaman hayati merupakan keanekaragaman atau keberagaman dari mahluk hidup yang dapat terjadi karena akibat adanya perbedaan warna, ukuran, bentuk, jumlah tekstur, penampilan, dan sifat-sifatnya. Keanekaragaman hayati yang sering dikenal dengan istilah biodiversitas (biodiversity) adalah suatu istilah pembahasan yang mencakup semua bentuk kehidupan yang secara ilmiah dapat dikelompokkan menurut skala organisasi biologisnya, yaitu
6
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan dan mikroorganisme serta ekosistem dan proses-proses ekologi yang merupakan bagian dari bentuk kehidupan. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29 tahun 2009, keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman mahluk hidup di muka bumi dan peranan-peranan ekologisnya yang meliputi keanekaragaman ekosistem, keanekaragaman spesies, dan keanekaragaman genetik. Keanekaragaman ekosistem merupakan variasi tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan satu-kesatuan utuh dan saling mempengaruhi dalam bentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup, datanya menggambarkan keberadaan berbagai tipe ekosistem di daerah, baik pada ekosistem alami maupun ekosistem buatan. Keanekaragaman spesies merupakan variasi kumpulan individu mahluk hidup yang mempunyai ciri-ciri genetik yang sama sehingga satu dengan yang lain dapat melakukan reproduksi, dapat dikelompokkan menurut tempat hidup dan pengelolaannya, persebaran ekologi atau habitatnya, spesies liar atau buddiaya, serta fungsi dan nilai ekonominya. Sedangkan keanekaragaman genetik merupakan variasi sumber daya genetik atau plasma nutfah berupa bahan tanaman, hewan dan jasad renik, yang mempunyai kemampuan untuk menurunkan sifat dari generasi ke generasi berikutnya. Sumber daya genetik pada tanaman umumnya terdapat dalam biji, organ dan/atau jaringan. Pada hewan atau ternak sumber daya genetik terdapat dalam jaringan, atau pada bagian-bagian lainnya, seperti semen, telur, embrio, hewan hidup, baik yang muda maupun yang dewasa. Sumber daya genetik dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pemuliaan dalam mengambangkan varietas baru tanaman atau menghasilkan rumpun baru ternak. Keanekaragaman hayati meliputi beberapa tingkatan, yaitu ekosistem, spesies, dan di dalam spesies atau genetik. Spesies tumbuhan atau tanaman dan spesies hewan atau binatang secara bersama-sama membentuk suatu masyarakat. Kumpulan makhluk hidup ini bersama lingkungan fisiknya secara menyatu
7
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
membentuk ekosistem. Ekosistem dapat berbentuk alami, dapat juga buatan/binaan manusia. Di dalam ekosistem alami dan ekosistem buatan/binaan terdapat juga keanekaragaman. Keanekaragaman ekosistem, baik yang alami maupun yang binaan/buatan diidentifikasi telah memberikan berbagai manfaat. Bila di suatu daerah terdapat lebih banyak ragam ekosistem, lebih besar pula peluang bagi daerah pemiliknya untuk memanfaatkan keanekaragaman ekosistem ini. Ekosistem pun dapat memberikan kontribusi manfaatnya dalam bentuk barang dan jasa (Permen Lingkungan Hidup Nomor 29 tahun 2009). Menurut UU Nomor 5 tahun 1994, keanekaragaman hayati merupakan keanekaragaman diantara makhluk hidup dari semua sumber, termasuk diantaranya daratan, lautan, dan ekosistem akuatik (perairan) lainnya, serta komplek-komplek ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya, mencakup keanekaragaman dalam spesies dan antara spesies dengan ekosistem. Berdasarkan definisi dari undang-undang tersebut, keanekaragaman hayati terdiri atas tiga tingkatan, yaitu keanekaragaman gen, keanekaragaman jenis, dan keanekaragaman ekosistem. Ekosistem merupakan suatu kesatuan yang dibentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup (komponen biotik) dan lingkungannya (komponen abiotik). Setiap ekosistem memiliki ciri-ciri lingkungan fisik, lingkungan kimia, tipe vegetasi/tumbuhan, dan tipe hewan yang spesifik. Kondisi lingkungan makhluk hidup ini sangat beragam. Kondisi lingkungan yang beragam tersebut menyebabkan jenis makhluk hidup yang menempatinya beragam pula, dan keanekaragaman seperti ini disebut sebagai keanekaragaman tingkat ekosistem. Faktor abiotik yang mempengaruhi faktor biotik di antaranya adalah iklim, tanah, air, udara, suhu, angin, kelembaban, cahaya, mineral, dan tingkat keasaman. Variasi faktor abiotik menimbulkan kondisi berbeda pada setiap ekosistem. Untuk mengetahui adanya keanekaragaman hayati pada tingkat
8
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
ekosistem, dapat dilihat dari satuan atau tingkatan organisasi kehidupan di tempat tersebut, misalnya ekosistem perairan dapat dibagi menjadi ekosistem air tawar, ekosistem laut, ekosistem pantai, ekosistem hutan bakau, dan ekosistem terumbu karang. Keanekaragaman ekosistem terbentuk dari keanekaragaman gen dan jenis, sehingga dapat digambarkan suatu urutan bahwa gen menentukan keanekaragaman gen, keanekaragaman gen menentukan keanekaragaman jenis dan keanekaragaman jenis menentukan keanekaragaman ekosistem. Dua makhluk hidup mampu melakukan perkawinan dan menghasilkan keturunan yang fertil (mampu melakukan perkawinan dan menghasilkan keturunan) maka kedua makhluk hidup tersebut merupakan satu spesies. Keanekaragaman hayati tingkat jenis menunjukkan keanekaragaman atau variasi yang terdapat pada berbagai jenis atau spesies makhluk hidup dalam genus yang sama atau familia yang sama. Pada berbagai spesies tersebut terdapat perbedaan-perbedaan sifat. Keanekaragaman tingkat genetik (gen) dipengaruhi oleh gen sebagai faktor pembawa sifat keturunan yang terdapat dalam kromosom. Setiap susunan gen akan memberikan penampakan (fenotipe), baik anatomi maupun fisiologi pada setiap organisme. Perbedaan susunan gen akan menyebabkan perbedaan penampakan baik satu sifat atau secara keseluruhan. Perbedaan tersebut akan menghasilkan variasi pada suatu spesies. Hal ini disebabkan adanya keanekaragaman gen atau struktur gen pada setiap organisme. Keanekaragaman tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya variasi dalam satu jenis (spesies). Misalnya variasi jenis kelapa seperti kelapa gading, kelapa hijau, dan kelapa kopyor, dan variasi jenis padi seperti IR, PB, Rojolele, Sedani, Barito, Delangu, Bumiayu, dan sebagainya. Yang menyebabkan terjadinya variasi dalam satu jenis (fenotive) adalah faktor gen (genotive) dan faktor lingkungan (environment), sehingga dapat ditulis: F = G + L, dimana F = fenotipe (sifat yang tampak), G = genotive (sifat yang tidak tampak – dalam gen), dan
9
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
L = lingkungan. Jika genotipe berubah karena suatu hal (misalnya mutasi) atau lingkungan berubah maka akan terjadi perubahan di fenotipe. Keanekaragaman gen adalah keanekaragaman individu dalam satu jenis mahluk hidup. Setiap organisme dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan (gen). Keanekaragaman tingkat ini dapat ditunjukan dengan adanya variasi dalam satu jenis. Variasi mahluk hidup dapat terjadi akibat perkawinan sehingga susunan gen keturunannya berbeda dari susunan gen induknya. selain itu, variasi mahluk hidup dapat pula terjadi karena interaksi gen dengan lingkungan. Sebagai contoh, keanekaragaman warna pada bunga tanaman mawar. Tanaman ini memiliki warna bunga yang bermacam-macam, misalnya berwarna merah, putih, kuning dan sebagainya. Keanekaragam jenis menunjukkan seluruh variasi yang terjadi antar spesies yang masih dalam satu familia. Keanekaragaman hayati tingkat jenis (antar spesies) lebih mudah diamati daripada keanekaragaman tingkat gen karena perbedaannya mencolok. Keanekaragaman atau kekayaan jenis dapat diukur dengan berbagai cara, misalnya dengan indeks keanekaragaman. Satu tempat dikatakan memiliki keanekaragaman jenis tinggi bila memiliki kekayaan jenis yang merata, misalnya satu tempat terdapat 3 jenis burung dan satu jenis ular, dianggap secara taksonomi lebih beranekaragam dibanding dengan tempat lain yang mempunyai 4 jenis burung saja. Keanekaragaman pada tingkat ekosistem terjadi akibat interaksi yang kompleks antara komponen biotik dengan abiotik. Interaksi biotik terjadi antara mahluk hidup yang satu dengan yang lain (baik di dalam jenis atau antar jenis) yang membentuk suatu komunitas, sedangkan interaksi biotik-abiotik terjadi antara mahluk hidup dengan lingkungan fisik, yaitu suhu, cahaya dan lingkungan kimiawi, antara lain, air, mineral dan keasaman. Dengan beranekaragamnya kondisi lingkungan
10
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
dan keanekaragaman hayati, terbentuklah keanekaragaman ekosistem. Tiap-tiap ekosistem memiliki keanekaragaman makhluk hidup tertentu pula. Misalnya, ekosistem padang rumput, ekosistem pantai, ekosistem hutan hujan trofik, dan ekosistem air laut. Tiap-tiap ekosistem mempunyai ciri fisik, kimiawi, dan biologis tersendiri. Flora dan fauna yang terdapat dalam ekosistem tertentu berbeda dengan flora dan fauna yang terdapat di dalam ekosistem yang lain. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama yang berhubungan dengan genom, bioinformatika, dan biologi molekuler, sangat berguna dalam pemanfaatan keanekaragaman hayati dalam kaitannya dengan kecukupan pangan, pakan, papan, dan sandang. Keadaan ini dapat memacu kegiatan eksplorasi dan pemanfaatan sumber daya genetik. Di lain pihak, dengan meningkatnya pengembangan plasma nutfah yang mempunyai nilai ekonomis dapat mengancam keanekaragaman plasma nutfah yang relatif kurang produktif. Ancaman tersebut dapat disebabkan karena kalah bersaing atau pemanfaatan yang kurang. Punahnya plasma nutfah berpengaruh negatif terhadap kesejahteraan manusia generasi mendatang (Krismawati dan Sabran, 2004). Keanekaragaman hayati bervariasi menurut masing-masing daerah. Di samping itu, dalam batas tertentu, masing-masing daerah menunjukkan kekhasan, baik tumbuhan, tanaman maupun satwa/hewannya. Secara alami komponen keanekaragaman makhluk hidup mempunyai keterbatasan persebaran, sehingga tiap daerah pun menunjukkan kekhasan dalam menampilkan keanekaragaman hayatinya. Tingginya tingkat keanekaragaman hayati suatu daerah memberikan peluang pemanfaatan yang lebih tinggi, karena semakin banyaknya pilihan dan cadangan (dalam bentuk barang dan jasa) yang dapat dimanfaatkan. Dengan demikian, daerah yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi mempunyai peluang besar pula untuk memperoleh keuntungan dari pemanfaatan keanekaragaman hayati dan
11
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
bagian-bagiannya. Jelaslah bahwa keanekaragaman hayati dapat memberikan manfaat bagi pemerintah daerah, masyarakat dan lingkungannya, baik dalam bentuk moneter maupun non moneter. Untuk mewujudkan manfaat keanekaragaman hayati secara nyata, penguasaan pengetahuan dan tersedianya dokumen mengenai keanekaragaman hayati merupakan syarat penting yang harus dipenuhi oleh daerah. Provinsi Bali dengan kondisi geografis yang khas, memiliki keanekaragaman hayati yang besar. Keanekaragaman hayati tersebut merupakan aset bagi pembangunan daerah sehinggga diperlukan pengelolaan dan pelestarian secara terpadu, baik antar sektor maupun antar tingkatan pemerintahan, dengan melibatkan seluruh stakeholders terkait. Pemanfaatan keanekaragaman hayati harus dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya, dengan cara yang tidak menyebabkan kerusakan keanekaragaman hayati yang bersangkutan sehingga potensinya dapat terjaga untuk pemenuhan kebutuhan generasi kini dan generasi yang akan datang. Upaya tersebut perlu dilakukan mengingat sedikit demi sedikit kekayaan alam yang dimiliki mengalami penurunan, baik mutu maupun jumlahnya, akibat eksploitasi yang tidak bertanggung jawab ataupun punah karena tidak dilestarikan. Oleh karena itu keberadaannya harus kita pertahankan dan lestarikan demi untuk kesejahteraan umat manusia dan kelestarian lingkungan secara berkelanjutan. Bali sudah melakukan perlindungan atas sumberdaya genetik yang dimiliki sejak ratusan tahun silam, melalui pemanfaatan untuk kepentingan ekonomi, lingkungan, sosial dan budaya, termasuk didalamnya sebagai sarana kelengkapan pelaksanaan upacara adat dan agama. Hal yang telah dilakukan tersebut sesungguhnya merupakan salah satu kewajiban untuk menjaga keseimbangan dan kesejahteraan alam, karena alam merupakan tempat dan sumber hidup dan kehidupan manusia
12
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
di dunia ini. Oleh karena itu, segala jenis keanekaragaman hayati yang dimiliki, baik dari jenis tanaman, hewan dan minanya harus tetap dijaga kelestariannya agar multi fungsi kekayaan sumber daya genetik yang dimiliki tetap lestari dari generasi ke generasi. Menyejahterakan dan menjaga keseimbangan alam dalam Kitab Suci Sarasamuscaya 135 dinyatakan dengan istilah Bhuta Hita. Kata Bhuta artinya alam yang dibangun oleh lima unsur yang disebut Panca Maha Buta. Sedangkan kata Hita artinya “sejahtera atau bahagia”. Bhuta Hita dilakukan untuk menegakkan tercapainya tujuan hidup yaitu Dharma, Artha, Kama dan Moksha. Tujuan hidup tidak akan tercapai kalau alam ini dalam keadaan rusak. Oleh karena itu secara sekala flora dan fauna yang tumbuh dan hidup di lingkungan kita harus kita jaga keseimbangan hidupnya dangan upaya-upaya yang nyata. Jangan sampai ada tumbuhan atau binatang yang musnah dari proses kehidupan di bumi ini karena kesalahan umat manusia, apalagi kesalahan itu dilakukan dengan sengaja. Secara niskala upaya menjaga Bhuta Hita dilaksanakan dengan cara melakukan yadnya. Untuk itu beberapa jenis tumbuhan dan hewan digunakan untuk sarana upacara yadnya. Upacara yadnya sesungguhnya merupakan perwujudan doa yang divisualkan dalam berbagai simbol yang disebut dengan upakara atau banten. Dalam kaitan tersebut eksistensi berbagai flora dan fauna yang dibutuhkan untuk kegiatan upacara yadnya juga harus tetap dilestarikan. Upaya pelestarian keanekaragaman hayati sebagai sumber daya genetik yang berkelanjutan ini akan dapat diwujudkan
rumpun hewan/ternak sudah dilaksanakan terhadap beberapa sumberdaya genetik seperti salak gula pasir, mangga legong, pisang sari, wani ngumpen, durian bestala, jeruk Bali Putih, sapi bali, kelapa dalam forma, dan lain-lain. Untuk mendukung pengembangan sumberdaya genetik tersebut maka pemetaan
13
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
geografis tentang keberadaan sumber daya genetik untuk masing-masing wilayah di Pulau Bali sangat diperlukan sebagai dasar untuk perlindungan, pelestarian, dan pengembangannya, sekaliguas dapat digunakan untuk memudahkan dalam pengaturan, pengawasan dan distribusinya. Seluruh dunia mengakui bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki mega diversity dengan status nomor dua terbesar di dunia setelah Brazil. Kekayaan hayati nusantara yang tersebar dari puncak gunung hingga dasar lautan mengandung potensi tak terbatas untuk dinikmati dan dikagumi. Sementara itu, sedikit demi sedikit kekayaan alam tersebut mengalami penurunan baik mutu maupun jumlahnya akibat eksploitasi yang tidak bertanggung jawab ataupun punah karena tidak dilestarikan. Kekayaan plasma nutfah, baik flora maupun fauna banyak tidak dikenali baik rupa maupun manfaatnya oleh sebagian besar generasi. Indonesia merupakan negara hotspot biodiversity yang kaya akan keanekaragaman hayati. Salah satu potensi pengembangan keanekaragaman hayati adalah melalui bioteknologi modern, termasuk rekayasa genetik yang mempunyai potensi besar untuk meningkatkan produksi pangan, pengembangan obat, serta memajukan kesehatan manusia. Di lain pihak, masih terdapat kontroversi mengenai aspek keamanan bioteknologi modern ini, dan memilih untuk mengambil pendekatan kehati-hatian (precautionary approach) untuk menghindari dampak buruk teknologi ini pada keamanan pangan, lingkungan dan kesehatan manusia. Tetapi laju kemerosotannya kian memprihatinkan sejalan dengan menipisnya cadangan migas. Padahal, keanekaragaman hayati merupakan pemegang tongkat estafet pembangunan nasional Indonesia pada masa mendatang. Namun keanekaragaman hayati Indonesia tersebut terancam punah akibat kerusakan habitat, jenis asing invasif, serta pencurian sumber daya genetik Indonesia (biopiracy). Salah satu contoh jenis tumbuhan yang bersifat invasif dan saat ini banyak dijumpai di
14
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
berbagai daerah adalah eceng gondok (Eichhornia crassipes) yang telah menjadi jenis pengganggu dan menimbulkan permasalahan karena sifatnya yang invasif dan mendominasi permukaan air serta mempercepat terjadinya pendangkalan waduk, sungai, danau dan badan-badan air yang ditumbuhinya. Contoh lain dari jenis satwa invasif adalah keong mas (Pomocea canaliculata) yang diintroduksi pada tahun 1980-an dari Amerika Selatan dan saat ini telah merupakan hama di hampir semua negara tropis dan subtropis. Indonesia dikenal sebagai negara megabiodiversitas selain Brazil dan Zaire, karena memiliki kekayaan flora, fauna, dan mikroorganisme yang sangat banyak. Menurut Indonesian Center for Biodiversity and Biotechnology (ICBB), meskipun luas daratan Indonesia hanya 1,3% dari total luas daratan di dunia, tetapi banyak spesies di dunia yang hidup di Indonesia. Indonesia menempati rangking pertama di dunia dalam kekayaan spesies mamalia (646 spesies, 36% endemik). Rangking pertama untuk kupu-kupu besar dan berwarna-warni , total 121 spesies yang sudah teridentifikasi, 44% endemik. Rangking ketiga reptilia (lebih dari 600 spesies), rangking keempat untuk burung (1603 spesies, 28% endemik), rangking kelima amfibia (270 spesies), dan rangking ketujuh untuk tumbuhan berbunga (sekitar 25.000 spesies). Di hutan-hutan Indonesia ditemukan 400 spesies pohon yang bernilai ekonomis tinggi. Indonesia memiliki sejumlah spesies endemik tertinggi di dunia. Hal ini disebabkan oleh banyaknya pulau yang terisolir dalam waktu yang cukup lama, sehingga perlahan-lahan muncul spesies lokal yang unik, dan dikenal sebagai endemik. Namun saat ini sudah banyak spesies endemik yang berhasil dipelihara dan dikembangbiakkan di luar daerah asalnya. Spesies endemik terbanyak terdapat di Sulawesi, Papua, dan kepulauan Mentawai di pantai barat Sumatera. Keanekaragaman hayati tertinggi terdapat di Papua, kemudian Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Maluku. Contoh hewan endemik antara lain Barbourula
15
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
borneoensis (katak tanpa paru-paru) yang endemik di Kalimantan dan Eos cyanogenia (nuri sayap hitam) yang endemik di Teluk Cendrawasih, Papua. Menghilangnya keanekaragaman hayati (biodiversity lost) di suatu wilayah dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti hilangnya habitat, pencemaran tanah, udara, dan air, perubahan iklim, eksploitasi tanaman dan hewan secara berlebihan, adanya spesies pendatang, dan faktor industrialisasi pertanian dan hutan. Menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN) hilangnya keanekaragaman hayati di suatu wilayah dapat disebabkan oleh manajemen pertanian dan hutan yang tidak berkelanjutan. Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan semakin bertambah pula kebutuhan yang harus dipenuhi. Lahan yang tersedia untuk kehidupan tumbuhan dan hewan semakin sempit karena digunakan untuk tempat tinggal penduduk, dibabat untuk digunakan sebagai lahan pertanian atau dijadikan lahan industri. Zat pencemar (polutan) seperti nitrogen oksida dan sulfur oksida adalah produk buangan yang dihasilkan dari aktivitas manusia, jika bereaksi dengan air akan membentuk hujan asam yang merusak ekosistem. Penggunaan chlorofluorocarbon (CFC) yang berlebihan menyebabkan lapisan ozon di atmosfer berlubang. Akibatnya intensitas sinar ultraviolet yang masuk ke bumi meningkat dan menyebabkan banyak masalah, seperti perubahan iklim global yang berdampak pada kepunahan keanekaragaman hayati. Eksploitasi hewan dan tumbuhan secara besar-besaran biasanya dilakukan terhadap komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi, misalnya kayu hutan yang digunakan untuk bahan bangunan. Eksploitasi yang berlebihan dapat menyebabkan kepunahan spesies-spesies tertentu, apalagi bila tidak diimbangi dengan usaha pengembangbiakannya. Sebaliknya, masuknya spesies dari luar ke suatu daerah seringkali mendesak spesies lokal yang sebenarnya merupakan spesies penting dan langka di daerah tersebut. Para petani cenderung menanam tumbuhan atau memelihara hewan yang bersifat unggul
16
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
dan menguntungkan sedangkan tumbuhan dan hewan yang kurang unggul dan kurang menguntungkan akan disingkirkan. Selain itu, suatu lahan pertanian atau hutan industri umumnya hanya ditanami satu jenis tanaman (monokultur), misalnya teh, karet, dan kopi. Hal ini dapat menurunkan keanekaragaman hayati tingkat spesies. Agama Hindu merupakan kekuatan yang menjiwai hampir semua aspek kehidupan sosial budaya masyarakat Hindu di Bali. Eksistensi kebudayaan masyarakat Hindu di Bali masih tetap terpelihara berkat dukungan sistem sosial yang terealisasi dalam bentuk lembaga-lembaga sosial tradisional, seperti desa adat, banjar, subak, sekaa, dll. Adanya ikatan masyarakat baik secara sosial, budaya, maupun emosional menyebabkan lembagalembaga sosial tradisional memiliki peran strategis dalam upaya pembinaan dan transformasi nilai-nilai. Dalam hal ini, konsep “Tri Hita Karana” merupakan landasan bagi lembaga-lembaga sosial baik formal maupun tradisional dalam melakukan perannya. Konsep tersebut merefleksikan filosofi kedamaian/keharmonisan yaitu hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, hubungan harmonis antara sesama manusia, dan hubungan harmonis antara manusia dengan lingkungan alamnya. Terkait dengan keanekaragaman plasma nutfah, pelaksanaan kegiatan-kegiatan sosial budaya di Bali banyak sekali memanfaatkan/melibatkan peran berbagai jenis tanaman dan hewan dengan spesifikasi kegunaannya masing-masing. Spesifikasi kegunaannya tersebut memberikan kesan sangat khas bagi jenis tanaman dan hewan. Kekhasan jenis tanaman dan hewan tersebut ikut mewarnai kebudayaan yang dijiwai agama Hindu di Bali. Pengenalan jenis-jenis tanaman dan hewan yang diperlukan sebagai sarana kegiatan sosial budaya kepada segenap generasi perlu diupayakan secara berkelanjutan. Segenap generasi perlu dimotivasi untuk memahami budaya beserta segala aspeknya. Pemahaman yang baik akan mendorong kesadaran positif bagi
17
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
upaya pelestarian budaya termasuk jenis-jenis tanaman dan hewan yang diperlukannya. Pemanfaatan jenis-jenis tanaman dan hewan dalam kegiatan sosial budaya secara implisit juga bermakna pelestarian lingkungan alam. Upaya-upaya pelestarian lingkungan alam memiliki peran strategis untuk mengantisipasi perubahanperubahan sosial budaya dalam era globalisasi. Dalam hal ini, kebudayaan Hindu khususnya dengan konsep “Tri Hita Karana” yang sudah mengakar di masyarakat dapat diposisikan sebagai pondasi utama baik secara normatif maupun secara operasional. Secara normatif kebudayaan Hindu berperan sebagai pemberi identitas, pedoman, prinsip, pola pengawasan, dan motivasi kepada masyarakat. Sedangkan secara operasional dapat menjadi jiwa penerapan konsep nilai-nilai sosial budaya. Terkait dengan upaya pelestarian jenis-jenis tanaman dan hewan yang bernilai sosial budaya, langkah awal yang sangat mendesak adalah perlu dilakukan inventarisasi dan identifikasi jenis. Inventarisasi dan identifikasi mencakup pengenalan nama, ciri dan kegunaannya. Di samping itu, kegiatan inventarisasi dan identifikasi diperlukan dalam rangka memperjelas keberadaan flora fauna khas Bali, flora fauna yang dilindungi/langka di Bali, dan flora fauna langka untuk kegiatan upacara agama Hindu di Bali. Hasil kegiatan inventarisasi dan identifikasi dapat dimanfaatkan sebagai ajang penyediaan sarana pendidikan dalam berbagai aspeknya. Muatan penting yang perlu ditanamkan kepada masyarakat adalah dalam rangka menggugah nalurinya untuk melakukan tindakan pelestarian dan pengembangan. Naluri harus ditumbuhkan untuk senantiasa berada dekat dengan alam lingkungan melalui pengenalan berbagai bentuk yang ada di sekitar kita termasuk flora fauna. Tradisi yang bersendikan adat dan budaya merupakan modal dasar bagi pengembangan peradaban untuk mempertahankan lingkungan beserta sumberdaya yang ada. Semua ini akan menghasilkan ketahanan lingkungan yang menjamin tumbuhnya kesejahteraan
18
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
masyarakat serta dalam jangka panjang memapankan kemajuan budaya. Pengetahuan lokal telah terbukti melahirkan kearifan yang menjadi landasan kebudayaan dengan nilai-nilai luhur yang dapat dibanggakan. Dengan demikian kearifan lokal tradisional patut dikembangkan lebih lanjut sebagai landasan pengembangan kearifan global. Dari sana ada slogan yang terkenal “pikirkan secara global untuk berbuat secara lokal”. 2.2. SUMBERDAYA GENETIK BUAH-BUAHAN LOKAL Pengertian buah lokal berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perlindungan Buah Lokal adalah semua jenis buah-buahan yang dikembangkan dan dibudidayakan di Bali, sedangkan produk buah lokal adalah semua hasil dan turunan hasil yang berasal dari tanaman buah lokal yang masih segar atau yang telah diolah. Sedangkan sumberdaya genetik mencakup keanekaragaman bahan genetik yang terdapat dalam varietas/galur tradisional maupun varietas/ galur unggul yang dibudidayakan petani serta kerabat liar tanaman/hewan budidaya dan spesies tanaman/hewan liar yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti pangan, pakan, pakaian, bangunan, energi, dan sebagainya (Sayaka, 2014). Menurut Wardana (2002), keanekaragaman genetik merupakan sumber daya perekonomian, pariwisata, kesehatan, dan budaya yang keberadaannya tidak merata di setiap wilayah karena bergantung pada ekosistem wilayahnya. Sumberdaya genetik tanaman merupakan kekayaan alam yang sangat bermanfaat untuk pembangunan pertanian, khususnya untuk meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat jika dikelola secara optimal. Sumberdaya genetik dapat digunakan sebagai bahan untuk merakit varietas/ galur unggul baru melalui kegiatan pemuliaan konvensional maupun modern melalui penerapan bioteknologi dan rekayasa
19
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
genetika. Pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya genetik harus ditujukan untuk kepentingan kesejahtaraan masyarakat, sehingga arah pengembangan, pemanfaatan dan pelestariannya wajib mengakomodasi kepentingan masyarakat luas, sekaligua agar masing-masing pihak dapat menjalankan peran, fungsi, tugas dan tanggung-jawabnya secara benar dan efisien. Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 37 Tahun 2011 tentang Pelestarian dan Pemanfaatan Sumberdaya Genetik Tanaman pada pasal 1 disebutkan bahwa Plasma Nutfah Tanaman yang selanjutnya disebut Sumber Daya Genetik Tanaman (SDG) adalah materi genetik dari tanaman yang mempunyai nilai nyata atau potensial. Pelestarian SDG merupakan serangkaian kegiatan untuk mempertahankan keberadaan dan keanekaragaman SDG dalam kondisi dan potensi yang memungkinkannya untuk dimanfaatkan secara berkelanjutan. Sedangkan pemanfaatan SDG adalah serangkaian kegiatan pemasukan dan pengeluaran untuk penelitian dan koleksi. Pelestarian dapat dilakukan melalui kegiatan eksplorasi, kebun koleksi, dan tempat penyimpanan SDG. Pemanfaatan SDG melalui pemasukan dapat digunakan untuk penelitian dan koleksi yang dilakukan oleh perorangan, pemrintah, atau badan hukum. SDG dapat dikeluarkan dari wilayah Repbublik Indonesia untuk kerjasama penelitian, dan kerjasama pengeluaran SD dilakukan dengan Negara-negara yang tergabung dalam Intenational Trathy on Plant Genetic Resources for Food and Agriculture (ITPGRFA). Keragaman sumberdaya genetik buah-buahan lokal di Bali sangat banyak, terdiri atas tanaman buah pohon, tanaman buah terna, tanaman buah perdu, serta tanaman buah merambat dan semusim. Tanaman buah pohon adalah tanaman buah tahunan berbentuk pohon, contohnya wani, avokad, durian, duku, jambu biji, jeruk besar, nangka, mangga, manggis, rambutan, dan sukun. Tanaman buah terna merupakan tanaman buah yang memiliki batang lunak, contohnya papaya, nenas dan pisang. Tanaman buah perdu adalah tanaman buah yang tumbuhnya berbentuk
20
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
perdu seperti salak, jerukdan sirsak. Sedangkan tanaman buah merambat dan semusim adalah tanaman buah musiman yang berumur di bawah satu tahun atau tanaman yang tumbuh merambat, contohnya markisa, melon, dan semangka. Masing-masing jenis buah mempunyai aroma dan rasa yang spesifik. Hal itu merupakan kekuatan yang dapat mengundang selera dan menimbulkan tingkat kesukaan tersendiri bagi konsumen. Aroma yang spesifik dan rasa yang khas juga menyebabkan harga masing-masing jenis buah-buahan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Buah-buahan dikonsumsi disamping karena aroma dan rasanya khas, juga karena enak dan menyehatkan. Manfaat buah-buahan yang utama adalah sebagai sumber vitamin dan mineral yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan jasmani sekaligus kesehatan. Disamping itu, buah-buahan juga berfungsi sebagai sumber serat untuk menyeimbangkan menu makanan, mengandung bahan antioksidan yang mampu menunda atau mencegah sel dan jaringan dari proses penuaan dan serangan kanker dan dapat pula digunakan sebagai bahan dasar kosmetik. Keragaman sumberdaya genetik buah-buahan lokal yang dimiliki tersebut perlu dilestarikan agar masyarakat bisa terus membudidayakan varietas/galur yang unggul dalam produktivitas, kualitas, tahan cekaman lingkungan dan hama penyakit. Upaya tersebut penting dilakukan karena sebagian besar sumberdaya genetik buah sudah mengalami resiko kepunahan karena terbatasnya agggaran konservasi. Pemanfaatan sumberdaya genetik dapat dilakukan jika sumberdaya genetik yang ada dilestarikan. Menurut Rubenstein et al. (2005), secara umum ada dua jenis pelestarian sumberdaya genetik, yaitu secara in-situ dilaksanakan pada habitat aslinya dan pelestarian ex-situ dilaksanakan di luar habitat aslinya dalam bentuk kebun koleksi dan/atau tempat penyimpanan seperti di lahan percobaan dan laboratorium. Keuntungan pelestarian in-situ antara lain sumberdaya genetik digunakan untuk
21
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
menghasilkan produk bermanfaat dengan biaya ditanggung oleh petani khususnya untuk varietas/galur yang secara turun-temurun sudah biasa dibudidayakan petani, sedangkan pelestarian exsitu membutuhkna uluran biaya dari pelaku pelestarian dan kelemahannya beberapa plasma nutfah tidak serta merta bisa dilestarikan. Peningkatan pemanfaatan dan pendayagunaan sumberdaya genetik buah-buahan lokal dapat dilakukan melalui upaya eksplorasi, koleksi, dan pemuliaan berbasis pada kearifan lokal. Eksplorasi yang dimaksud adalah kegiatan pencarian dan pengumpulan, yang kemudian diikuti dengan identifikasi, karakterisasi, dokumentasi, dan evaluasi. Sedangkan koleksi sumberdaya genetik adalah kegiatan pengumpulan yang diikuti dengan penyimpanan dan pemeliharaan SDG hasil eksplorasi, baik dalam bentuk materi maupun informasi SDG. Materi genetik yang dimaksud dapat berupa bahan dari tanaman, termasuk materi proporsi reproduktif dan vegetatif, yang mengandung unit-unit fungsional pewarisan sifat (hereditas), dapat berwujud DNA, serbuk sari, jaringan tanaman, stek, bagian tanaman, biji dan/atau tanaman utuh. Upaya berikutnya adalah melakukan pemuliaan yaitu rangkaian kegiatan penelitian dan pengujian atau kegiatan penemuan dan pengembangan suatu varietas, sesuai dengan metode baku untuk menghasilkan varietas baru dan mempertahankan kemurnian benih varietas yang dihasilkan. Penelitian yang dilakukan tentunya menurut kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk menghasilkan varietas baru berdasarkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kaerifan lokal yang berkembang, yaitu nilai-nilai yang dikembangkan dan digunakan oleh masyarakat Bali dalam kehidupan dan lingkungannya yang menyatu dengan sistem kepercayaan, adat istiadat, norma, dan budaya, diekspresikan di dalam tradisi yang dianut dalam jangka waktu yang lama.
22
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
2.3.
JENIS-JENIS BUAH-BUAHAN DI INDONESIA
Jenis buah-buahan di Indonesia sangat banyak, masingmasing mempunyai aroma dan rasa yang spesifik. Hal itu merupakan kekuatan yang dapat mengundang selera dan menimbulkan kesukaan tersendiri bagi konsumen. Aroma yang spesifik dan rasa yang khas juga menyebabkan harga masingmasing jenis buah berbeda antara yang satu dengan yang lain. Dalam keadaan normal, misalnya harga buah durian lebih mahal dibanding harga buah sukun atau papaya, harga manggis lebih mahal dari kedondong, dan seterusnya. Jenis yang banyak juga merupakan sumber plasma nutfah penting untuk bahan pemuliaan dan perbaikan varietas, namun sayangnya hal ini berlum dimanfaatkan dengan optimal. Dari ratusan buah-buahan yang ada di indonesia, 60 jenis diantaranya tergolong tanaman buah binaan Direktorat Jenderal Hortikultura, ditetapkan berdasarkan Kepmentan RI No: 511/ kpts/pd.310/9/2006 tanggal 12-11-2006. Diantara buah binaan tersebut, beberapa diantaranya sudah tergolong hampir punah yaitu gandaria, kecapi, lobi-lobi, rukem, sawo durian, sawo kecik, dan menteng. Di Thailand, jenis tanaman lain yang di Indonesia digolongkan tanaman industri juga dimasukkan sebagai tanaman buah seperti kelapa muda, buah enau (kolang-kaling), jambu mete/cashew (Anacardium occidentale), buah lontar/sea apple (Borassus flabellifer), dan buah asem (Tamarindus indica) (Tate, 2000). Dua diantaranya di Indonesia sudah diperdagangkan secara komersial sebagai buah-buahan (dimakan segar) yaitu kelapa muda (young coconut), dan buah enau (kolang-kaling). Berdasarkan daerah penyebarannya tanaman buah-buhan dapat dibedakan menjadi buah-buahan sub tropis (daerah dengan 4 iklim) dan buah-buahan tropis (di wilayah katulistiwa umumnya dengan 2 iklim). Baik buah sub tropis maupun buah tropis, dapat dibedakan menjadi: (1) tanaman buah pohon, (2) tanaman buah terna, (3) tanaman buah perdu, dan (4) tanaman
23
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
buah meramb semusim. Tanaman buah pohon adalah tanaman buah tahunan berbentuk pohon atau berkayu, seperti avokad, durian, duku, jambu biji, jeruk besar, nangka, mangga, manggis, rambutan, dan sukun. Tanaman buah terna atau merupakan tanaman buah yang memiliki batang basah/lunak atau disebut herbaceous/succulent, seperti papaya, nenas, dan pisang. Tanaman buah perdu adalah tanaman buah yang tumbuhnya berbentuk perdu, seperti jeruk, salak, dan sirsak. Sedangkan tanaman buah merambat dan semusim adalah tanaman buah musiman yang berumur dibawah satu tahun atau tumbuh merambat seperti markisa, melon, semangka dan stroberi. Berdasarkan tipe pertumbuhannya buah-buahan dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu: 1) pohon berbatang tunggal (single stem) yang memiliki pertumbuhan vegetatif dan generatif bersama-sama secara terus-menerus (seperti pepaya dan kelapa) atau mempunyai pertumbuhan vegetatif pada awal fase kemudian diikuti fase generatif (seperti pisang, nenas dan sagu), dan 2) pohon bercabang (branched), dibagi lagi menjadi 2 jenis yaitu: a) pohon buah-buahan yang memiliki pola pertumbuhan syncrone yaitu periode pertumbuhan vegetatif dan generatif masing-masing terjadi secara serentak (seperti mangga, jeruk, rambutan, durian), dan b) pohon buah-buahan yang memiliki pola pertumbuhan a-syncrone yaitu fase vegetatif dan generatif terjadi bersamaan, atau sebagian tumbuh vegetatif dan sebagian lagi generatif pada periode yang sama (seperti jambu biji dan sirsak). Bali dengan topografi bervariasi dengan kisaran ketinggian tempat dari dataran rendah sampai dataran tinggi dengan suhu dari suhu tropika sampai menyerupai sub-tropika, memberikan kondisi lingkungan yang baik sehingga berbagai macam spesies buah-buahan dapat tumbuh dengan baik. Hasilnya tidak hanya penting untuk pasar domestik, tetapi berpotensi sebagai komoditas ekspor. Di samping itu, Bali sebagai daerah pariwisata memberikan peluang pasar cukup tinggi karena produk buah-
24
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
buahan segar maupun olahan sangat dibutuhkan oleh hotelhotel berbintang, restoran, pelayanan catering dan juga super market yang bekembang sangat pesat di Bali. Bali juga memiliki pelabuhan internasional yang dapat dijadikan sebagai pintu gerbang ekspor untuk komoditas buah-buahan bernilai tinggi yang dibutuhkan oleh pasar internasional. Tabel 2.1 Nama-nama buah binaan Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian No.
Nama Buah
No.
Nama Buah
1
Avokad (Persea Americana mill)
31
Kesemek (Diospyros kaki L F)
2
Anggur (vitis vinivera L)
32
Kurma (Phoenix dactylifera Friff)
3
Apel (Malus sylvestris Mill)
33
Lechi (Litchi chinensis Sonn)
4
Belimbing (Averrhoa carambola L)
34
Lengkeng (Nephelium longata L)
5
Biwa (Eriobotrya japonica Lindl)
35
Lobi-lobi (Flacaurita inermis Roxb)
6
Blewah (Cucumis sp)
36
Mangga (Mangifera sp)
7
Bidara (Zyzyphus jujuba)
37
Manggis (Garcinia mangostana L)
8
Buah Naga (Hylocerous undartus SP)
38
Markisa (Passiflora edulis)
9
Buah Negeri (Diospyiros discolor W.)
39
Melon (Cucumis sp)
10
Buah Nona (Annona reticulate L)
40
Menteng (Baccaurea recemosa muelarg)
11
Buni (Antidesma nunius)
41
Mundu (Garcinia dulcis (Roxb) kurz)
12
Cempedak (Artocarpus Champeden)
42
Nam-nam (Cynometra cauliflora)
13
Ceremai (Phyllantus acidus (L) Skeels)
43
Nangka (artocarpus intregra Merr)
14
Delima (Punica granatum L.)
44
Nenas (Ananas commosus (L) Merr)
15
Duku (Lancium domesticum Corr)
45
Pepaya (Carica papaya L)
16
Durian (Durio zibhetinus Murr)
46
Pisang (Musa parasidiaca)
17
Gandaria (Bouea macrophyla Griff)
47
Rambai/Menteng (Baccaurea sp)
18
Gowok (Eugenia polycephala Mig)
48
Rambutan (Nephelium lappacceum L)
19
Jambu air (Syzygium aqueum Merr)
49
Rukem (Flacaurtia rukam zoll & mor)
20
Jambu Biji (Psidium guavana L)
50
Salak (Salaca edulis Reinw)
21
Jambu Bol (Syzygium malaccensis L)
51
Sawo (Achras zapola L)
22
Jeruk (Citrus sp)
52
Semangka (Citrullus vulagris Schrad)
23
Jeruk besar (Citrus grandis (L) Osbeck)
53
Sirsak (Annoma muricata L)
24
Juwet (Eugenia cumini merr)
54
Stroberi (Fragaria sp)
25
Kapulasan (Nephelium mutabile BL)
55
Sukun (Artocarpus altiliss fosberg)
26
Kawista (Feronia limonia (L)
56
Terong Brastagi (Czphomandra betaceae)
27
Kebembem (Mangifera odorata griff)
57
Mentimun Suri (Cucumis Sativus L)
28
Kecapi (Sandoricum koetjape Merr)
58
Matoa (Pometia pinnata)
29
Kedondong (Spondias pinnata)
59
Kepel (Stelechocarpus sp)
30
Kemang (Mangifera caesia jack)
60
Duwet/Jamblang (Syzygium cumini)
25
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Namun demikian, agribisnis buah-buahan di Bali belum mampu dikembangkan dengan baik karena beberapa kendala seperti kurang terorganisasinya petani-petani produsen yang mana sekitar 85% adalah petani kecil dengan pemilikan lahan rata-rata kurang dari 0,5 ha, lemahnya sistem produksi dan penerapan teknologi untuk menunjang kebutuhan pasar, kurangnya dukungan insfratruktur dan logistik yang memadai, rantai suplai yang panjang dan kurang terintegasi dari sistem produksi sampai ke sistem pemasaran, kurangnya informasi pasar, dan belum berperannya institusi-institusi pendukung secara optimal.
26
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
BAB III JENIS-JENIS BUAH-BUAHAN LOKAL DAN PEMANFAATANNYA
B
ali memiliki sumberdaya genetik buah lokal yang beragam, diataranya telah ditemukan sebanyak 41 jenis dan 149 sub-jenis buah. Dari 41 jenis yang diidentifikasi, sebanyak 31 jenis merupakan buah yang dibudidayakan dan 10 jenis lainnya tumbuh liar (tidak/belum dibudidayakan). Ironisnya, dari 10 jenis buah lokal Bali yang tumbuh liar, 7 jenis diantaranya sudah tergolong langka, yaitu bidara/ bekul (Zyzyphus jujuba), dewandaru/buah dewa (Eugenia uniflora L.), gowok/kaliasem (Syzygium polycephalum Mig.), jamblang/ juwet (Eugenia cumini merr), kawista/kwista (Feronia acidissima (L), kecapi/sentul (Sandoricum koetjape Merr), dan mundu/ badung (Garcinia dulcis (Roxb) kurz) (Tabel 3.1). Pada jenis buah lokal yang dibudidayakan juga terdapat beberapa sub-jenis yang sudah tergolong langka, yaitu pada jenis mangga subjenis yang tergolong langka ialah mangga eni/poh eni (Mangifera odorata Griffith) dan mangga pakel/poh pakel (Mangifera foetida Lour.), pada jenis markisa sub-jenis yang sudah tergolong langka markisa besar/melisah (Passiflora quadrangularis), pada jenis pisang
27
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
sub-jenis yang tergolong langka pisang seribu/biu siu (Musa chiliocarpa), dan pisang gunting/biu gunting (Musa sp.), dan pada jenis salak sub-jenis yang tergolong langka yaitu salak mangku/ salak turis (Salacca Zalacca var. Mangku), salak getih/salak barak (Salacca Zalacca var. Getih), salak beringin/salak bingin (Salacca Zalacca var. Beringin), dan salak sudamala/salak sudemale (Salacca Zalacca var. Sudamala). Menurut Milner-Gulland (1992) dan Gardenfors et al. (2001), bahwa suatu organisme dapat ditetapkan sebagai katagori langka (endangered) apabila populasinya kurang dari 10.000 karena sempitnya area endemik dan/atau habitat yang terfragmentasi, atau secara kualitatif jumlah populasinya terus berkurang dengan cepat sehingga sulit mengembalikan secara alami ke jumlah semula. Olah karena itu, beberapa jenis dan sub-jenis buah-buahan lokal Bali perlu segera dikonservasi untuk menghindari dari ancaman kepunahan. Hasil wawancara dengan para serati, yaitu orang yang ahli dalam membuat sarana upacara (bahasa Bali: banten) untuk kegiatan ritual adat dan budaya, seluruh buah-buahan lokal yang tergolong langka di atas walaupun dari segi ekonomi tidak diperdagangkan secara komersial, tetapi sangat dibutuhkan untuk kelengkapan upacara adat Panca Yadnya, yaitu Dewa Yadnya, Rsi Yadnya, Manusa Yadnya, Pitra Yadnya, dan Butha Yadnya (data tidak dipublikasikan). Menurut Mace & Lande (1991), upaya konservasi perlu segera diberikan kepada spesies yang mungkin berada dalam keadaan terancam atau mendekati terancam kepunahan, meski tidak masuk ke dalam status terancam. Upaya ini penting agar jangan sampai terjadi kepunahan sehingga menyulitkan untuk mendapatkan bahan sarana upacara adat dan budaya. Buah-buahan lokal Bali dimanfaatkan/digunakan untuk berbagai kepentingan, yaitu untuk konsumsi lokal, perdagangan antar pulau, komoditas ekspor, memenuhi keperluan ritual adat dan budaya, dan pasar pariwisata. Pemanfaatan untuk kegiatan pariwisata masih relatif terbatas, yaitu dalam bentuk: (1) hasil buah untuk konsumsi segar (fresh fruit) seperti salak, wani, pisang,
28
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
mangga, jeruk, papaya, melon, semangka dan manggis; (2) hasil buah untuk bahan juice (markisa, mangga, melon, semangka, jambu biji, strowberi, wani); (3) hasil buah untuk bahan wine (salak, anggur), (4) bagian buah, daun, atau bagian lainnya untuk massage/Spa (jeruk lemon, nenas, alpokat, papaya, strowberi, belimbing wuluh); dan (5) kebun buah-buahan untuk agrowisata (strowberi, salak, jeruk, dan manggis). Lokasi tumbuh berbagai jenis buah-buahan lokal Bali sebagian besar tersebar hampir di seluruh kabupaten/kota di Bali karena tidak menuntut syarat tumbuh (tanah dan iklim) yang spesifik seperti jeruk Bali, salak Bali, salak Gula Pasir, pisang, wani, mangga, manggis, durian, jambu biji, dan nangka, tetapi banyak pula yang hanya dibudidayakan atau tumbuh pada lokasi spesifik tertentu karena membutuhkan syarat tumbuh yang khas seperti strowberi, kawista, jeruk Kintamani, anggur, dan leci. Kondisi tersebut dimungkinkan karena walaupun secara geografis pulau Bali relatif kecil, tetapi kondisi lingkungan yang sangat bervariasi dalam jarak ekologi yang pendek dan topografi yang juga bervariasi dengan kisaran ketinggian tempat dari dataran rendah sampai dataran tinggi, suhu dari suhu tropika sampai menyerupai sub-tropika, memberikan kondisi lingkungan yang baik sehingga berbagai jenis tanaman buah dapat tumbuah dan berproduksi dengan baik di Bali.
29
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Tabel 3.1. Jenis-jenis sumberdaya genetik buah-buahan lokal dan pemanfaatannya Jumlah subjenis
A
B
Anggur/Anggur/Vitis vinivera L./Grape
2
√
√
2.
Avokad/Apokat/Persea Americana Mill./ Avocado
3
√
√
3.
Belimbing/Blimbing/Averrhoa carambola L./ Starfruit
2
√
4.
Bidara/Bekul/Zyzyphus jujube/ Indian plum
2
√
5.
Buni/Boni/Antidesma bunius/ Currant tree
2
√
√
6.
Ceremai/Cereme/Phyllantus acidus L./ Malay gooseberry
1
√
√
√
7.
Delima/Dlemo/Punica granatum L./ Pomegranate
3
√
√
√
8.
Dewandaru/Buah Dewa/Eugenia uniflora L./ Suriname cherry
1
√
9.
Duku/Ceroring/Lancium domesticum Corr./Duku
2
√
10.
Durian/Duren/Durio zibhetinus Murr/ Durian
4
√
11.
Gowok/Kaliasem/Syzygium polycephalum Mig./Kaliasem
1
√
12.
Jamblang/Juwet/Eugenia cumini Merr/ Java plum
2
√
√
13.
Jambu Air/Nyamber/Syzygium aqueum/ Water apple
2
√
√
√
√
14.
Jambu Biji/Sotong/Psidium guajava L./Guava
9
√
√
√
√
15.
Jambu Bol/Nyambu Rata/Syzygium malaccensis L./ Malay Apple
2
√
16.
Jeruk/Juuk/Citrus sp./Orange
7
√
√
√
√
√
17.
Jeruk Besar/Jeruti/Citrus grandis (L.) Osbeck/Pomelo
3
√
√
√
√
√
18.
Kawista/Kwista/Feronia acidissima L./Java cola
2
√
19.
Kecapi/Sentul/Sandoricum koetjape Merr/Sentol
1
√
20.
Kedondong/Kdondong/Spondias pinnata/ Ambarella
2
√
21.
Kesemek/Semek/Diospyros kaki L./ Persimon
1
√
22.
Lechi/Lici/Litchi chinensis Sonn/Lichee
1
√
No.
Nama Buah (Nama Indonesia/Bali/Latin/ Inggris)
1.
30
Pemanfaatan1 C
Keterangan2
D
E
F
√
√
√
√
√
√
√
√
G
H
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√ √
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√ √ √
√
√
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
-
23.
Mangga/Poh/Mangifera sp./Manggo
8
√
√
√
√
√
24.
Manggis/Manggis/Garcinia mangostana L./Mangosteen
1
√
√
√
√
√
25.
Markisa/Anggur Markisa/Passiflora edulis/Passion fruit
3
√
√
√
26.
Melon/Melon/Cucumis melo/Melon
27.
Menteng/Kepundung/Baccaurea recemosa/Menteng
3
√
√
√
1
√
√
28.
Mundu/Badung/Garcinia dulcis (Roxb) kurz/Moendoe
1
√
√
29.
Nangka/Nangke/Artocarpus heterophyllus Lamk./Jack fruit
2
√
√
√
√
30.
Nenas/Manas/Ananas commosus (L.) Merr./Pineapple
2
√
√
√
√
31.
Pepaya/Gedang/Carica papaya L./Papaya
5
√
√
√
√
32.
Pisang/Biu/Musa sp./Banana
23
√
√
√
√
33.
Rambutan/Rambutan/Nephelium lappacceum L./Rambutan
5
√
√
√
√
34.
Salak/Salak/Salaca edulis Reinw/Snake fruit
8
√
√
√
√
√
35.
Sawo/Sabo/Manilkara achras Mill./ Sapodilla
3
√
√
√
√
36.
Semangka/Semangke/Citrullus lanatus Thunb./Water melon
2
√
√
√
37.
Sirsak/Srikaya Jawa/Annoma muricata L./ Soursop
1
√
√
√
38.
Srikaya/Silik/Annona squamosa/ Sugar apple
2
√
√
√
39.
Stroberi/Stroberi /Fragaria sp./ Strawberry
1
√
√
√
40.
Terong Belanda/Tuung Belanda/(Solanum betaceum/Tamarilla
1
√
41.
Wani/Wani/Mangifera caesia Jack/White manggo
22
√
√
√
√*
√*
√
√ √
√
√*
√*
√ √
√
√
√
√
Pemanfaatan1: A= konsumsi lokal, B= Perdagangan antar pulau, C= Ekspor, D= Ritual Adat dan Budaya, E= pariwisata Keterangan2: F= dibudidayakan, G = liar, H = langka (√*= ada sub jenis dalam jenis tersebut yang tergolong langka)
31
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
3.1.
ANGGUR Famili Genus Spesies Nama latin Nama Indonesia Nama Lokal Bali Nama Inggris
: Vitaceae : Vitis : Vitis vinifera : Vitis vinifera Alphonso : Anggur : Anggur : Grape
Tanaman anggur yang buahnya dapat dimakan (edible fruit) terdiri atas dua genera, yaitu genus Vitis dan Muscadiana. Perbedaannya, genus Vitis memiliki alat pemanjat (tendril) yang kuat dan panjang, kulit kayu mengelupas, ukuran klaster/ dompolan buah panjang dan besar, dan daya lekat buah pada tangkai kuat, sedangkan genus Muscadiana memiliki alat pemanjat kurang kuat dan lebih pendek, kulit kayu melekat erat, ukuran klaster/dompolan kecil dan pendek, dan daya lekat buah pada tangkai mudah lepas. Berdasarkan keunggulan dari genus Vitis, semua jenis anggur yang dibudidayakan di Bali hanya satu spesies dari genus Vitis yaitu Vitis vinifera (Ashari, 2004). Anggur tergolong tanaman buah-buahan merambat tahunan (perenial), berbentuk semak dengan batang beruas-ruas/ berbuku-buku dan berkayu. Batang berbentuk silindris dengan permukaan halus. Setiap buku batang mempunyai mata tunas. Struktur batang dan percabangannya terdiri atas batang utama, cabang primer, cabang sekunder, dan cabang tersier yang akan menghasilkan bunga dan buah. Cabang sudah tumbuh dekat dengan permukaan tanah. Kulit batang dan cabang yang masih muda berwarna hijau tetapi setelah tua berubah hijau kecoklatcoklatan sampai coklat. Cabang bermata tunas dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara vegetatif. Batang tanaman anggur tumbuh memanjat (scadens), yaitu batang tumbuh ke atas dengan menggunakan penunjang (Sunaryono,
32
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
2013). Penunjang dapat berupa benda mati atau hidup (tumbuhan lain), dan pada waktu naik ke atas atau memanjat, batang tanaman anggur memerlukan alat khusus untuk berpegangan pada penunjang. Alat khusus tersebut adalah cabang pembelit atau disebut juga dengan sulur dahan, dan fungsi dari sulur (sirrus) adalah sebagai alat pemanjat. Sulur letaknya berhadap-hadapan atau berseling dengan daun dan bersifat terputus, artinya dua helai daun yang letaknya berdekatan masing-masing bersulur, sedangkan daun yang berikutnya tidak bersulur (Setiadi, 2004). Anggur merupakan tanaman berdaun tunggal, yaitu satu helai daun pada satu tangkai daun. Struktur daun tanaman anggur terdiri atas helaian daun, tangkai daun, dan sepasang daun penumpu. Posisi daun tersusun berseling (alternate), bentuk bangun daun bulat atau bundar (orbicularis) hingga jorong, daun-daun bertulang menjari (palminervis), panjang 10 - 16 cm, lebar 8 - 14 cm, helaian daun tipis berwarna hijau, permukaan berbulu (pilosus), pangkal berlekuk (emerginatus), ujung daun meruncing (acuminatus), tepi bergigi runcing (dentatus) dan berlekuk berdasarkan dalamnya torehan dan umumnya memiliki 5 lekukan. Tanaman anggur berbunga majemuk dan berbentuk dompolan atau klaster, bunga umumnya muncul dari ruas ke3 sampai dengan ruas ke-5 dari tunas yang baru tumbuh dari cabang tersier. Perbedaan verietas ditunjukkan dari perbedaan susunan/struktur bunga serta ukuran dan bentuk bunganya. Ukuran bunga anggur kecil, panjangnya antara 2-4 cm, umumnya berwarna hijau, mempunyai 5 daun kelopak (sepal) dan 5 daun mahkota (petal). Ruas di atas buah umumnya menghasilkan tendril atau semacam sulur untuk berpegangan (Ashari, 2004). Sejauh ini buah anggur umumnya dimanfaatkan sebagai buah segar/buah meja dan juga untuk minuman (anggur/wine), jeli, bahan juice, anggur kering (raisin) sebagai bahan kue, minyak biji anggur, kismis, sarana upakara ritual adat, budaya dan agama, serta bahan untuk berbagai produk olahan lainnya. Menurut Prihatman (2000a), buah anggur mengandung banyak
33
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
senyawa polifenol dan resveratol yang berperan aktif dalam berbagai metabolisme tubuh, mampu mencegah terbentuknya sel kanker, dan berbagai penyakit lainnya. Aktivitas tersebut berkaitan dengan adanya senyawa metabolit sekunder pada buah anggur yang berperan sebagai senyawa antioksidan yang mampu menangkal radikal bebas. Buah anggur berperan meningkatkan kadar air di dalam paru-paru sehingga baik untuk penderita asma karena bisa mengurangi sesak nafas yang dideritanya. Buah anggur juga bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan otak manusia dan menghindari penyakit alzheimer (penyakit otak mengerut dan mengecil seperti pada orang tua), karena buah anggur mengandung resveratol. Disebutkan pula bahwa juice anggur bermanfaat untuk mencegah kanker payudara, mengurangi kelelahan karena mengandung zat besi, dan menyembuhkan sakit kepala (migraine). Tingkat oksida nitrat di darah akan meningkat jika mengonsumsi buah anggur, sehingga bermanfaat untuk mencegah pembekuan dan risiko penyakit jantung. Disamping itu, buah anggur mengandung asam organik, gula, dan selulosa yang bermanfaat sebagai pencahar sehingga dapat mengobati sembelit (susah buang air besar). Anggur diusahakan sebagai tanaman lahan kering, di tegalan/ kebun, pekarangan, atau pada lahan sawah yang dikeringkan. Jenis anggur yang dibudidayakan di Bali, yaitu anggur Bali dan Prabu Bestari (Red Prince). Sentra produksi anggur di Bali adalah di Kabupaten Buleleng, yaitu di Kecamatam Gerokgak, Seririt, dan Banjar. Di Kecamatan Gerokgak anggur dibudidayakan di Desa Banyupoh, Desa Musi, Desa Penyabangan, Desa Patas, dan Desa Sanggalangit, sedangkan di Kecamatan Seririt terdapat di Desa Kalisada, Desa Banjarasem, Desa Seririt, dan Desa Lokapaksa. Selanjutnya di Kecamatan Banjar terdapat di Desa Banjar, Desa Dencarik, dan DesaTemukus. Lokasi penanaman anggur tersebut berada di daerah pesisir dengan ketinggian 0-300 meter di atas permukaan laut, suhu rata-rata 25-31°C, kelembaban udara 4080%, curah hujan rata-rata 800 mm/tahun, musim kemarau relatif
34
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
panjang 6 - 7 bulan, dan tanah liat berpasir dengan pH 6,5 – 7,0. Panen buah sepanjang tahun dan tidak tergantung musim. Varietas yang dominan diusahakan di Bali adalah anggur Bali (Vitis vinifera L. var. Alphonso Lavalle). Bentuk buah anggur Bali bulat sampai bulat telur, warna kulit buah muda hijau tua sedangkan warna kulit buah matang hitam atau coklat tua kehitaman, warna daging buah ungu, rasa buah matang manis asam dan berair/segar. Umur panen 105-110 hari (matang di pohon) setelah pemangkasan, panen buah sepanjang tahun dan tidak tergantung musim. Untuk menghasilkan buah yang baik perlu dilakukan penjarangan dengan menyisakan 80-90% buah yang terbentuk.
a
d
b
c
e
f
Gambar 3.1. Bibit anggur baru ditanam (a) daun anggur (b), buah anggur dalam para-para (c), tandan buah muda anggur Bali (d), tandan buah anggur Bali siap panen (e), dan tandan buah anggur prabu bestari siap panen (f).
Anggur Prabu Bestari awal mulanya merupakan anggur introduksi dari Australia yang aslinya bernama Red Prince, kemudian setelah lama ditanam di Probolinggo dan beradaptasi baik akhirnya dilepas sebagai varietas unggul dengan nama Prabu
35
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Bestari. Anggur Prabu Bestari dicirikan dengan batang tegak berbentuk lingkaran, warna batang coklat, dan merambat pada tiang rambatan. Daun berbentuk pentagonal, warna dominan hijau dengan pangkal tulang daun berwarna kemerahan. Warna bunga putih kehijauan, bentuk buah bundar agak lonjong, warna kulit buah muda hijau dan bila sudah tua berwarna merah gelap dengan daging buah krem transparan. Tiap buah berisi 1-3 biji dengan warna coklat kehitaman. 3.2.
AVOKAD Famili Genus Spesies Nama latin Nama Indonesia Nama Lokal Bali Nama Inggris
: Lauraceae : Persea : Persea americana : Persea americana Mill. : Avokad : Apokat : Avokado
Nama buah ini dalam bahasa Indonesia sendiri sering berubah-ubah, ada yang menamai avokad, tetapi kadang-kadang juga disebut dengan nama avokad atau apokat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, buah yang dalam Bahasa Inggris diberi nama avocado ini disebut tanaman avokad. Beberapa daerah di Indonesia juga memberi nama berbeda seperti alpuket (Jawa Barat), alpokat (Jawa Timur/Jawa Tengah), boah pokat, jamboo pokat (Batak), pookat (Lampung), apokat (Bali), dan lain-lain. Tanaman avokad merupakan tanaman buah berupa pohon yang diduga berasal dari dataran tinggi Amerika Tengah yaitu Guatemala dan Honduras, diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad ke18. Negara penghasil avokad terbesar di dunia adalah Meksiko, sedangkan Indonesia merupakan negara penghasil Avokad yang terbesar di Asia Tenggara, walaupun sebagian besar buahnya dikonsumsi sendiri (Ashari, 2004).
36
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
c
b
a
d
e
f
Gambar 3.2. Daun avokad (a), bunga avokad (b), buah avokad dengan kulit luar saat matang hijau tua (c) tampilan daging buah avokad dengan kulit luar saat matang hijau tua (d), buah avokad dengan kulit luar saat matang hijau kekuningan (e), dan buah avokad dengan kulit luar saat matang ungu kemerahan (f).
Tanaman avokad memiliki batang berkayu bulat, bisa mencapai tinggi 20 m, berakar tunggang, bercabang banyak, dan rantingnya berambut halus. Daun tunggal, letaknya berdesakan di ujung ranting, bentuk jorong sampai bulat telur memanjang, bertulang menyirip dan helaian daun tebal. Daun muda berwarna kemerahan dan berambut rapat sedangkan daun tua warnaya hijau dan gundul. Bunganya majemuk, letaknya tersembunyi dengan warna hijau kekuningan. Buahnya buah buni, bentuk bervariasi tergantung varietas, tetapi umumnya berbetuk bulat lonjong atau bulat telur dengan lekukan di dekat pangkal buah (Ochse, 1961). Daging buah apokat saat matang lunak, berwarna hijau muda dekat kulit dan kuning muda dekat biji, dengan tekstur lembut. Kulit buah licin dan lembut, tidak rata, warnanya
37
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
bervarasi tergantung varietas, tetapi umumnya berwarna hijau muda saat buah muda dan hijau tua hingga ungu kecoklatan saat sudah matang. Biji berbentuk bulat seperti bola, ukurannya bervarisi ada yang berukuran besar memenuhi rongga tetapi ada juga yang berukuran relatif kecil, biji ada menempel erat dalam rongga dengan kulit biji yang melekat tetapi ada juga yang tidak menempel dalam rongga sehingga mudah dipisahkan dari daging buahnya (Indriani et al., 1997). Tanaman avokad seperti kebanyakan jenis tanaman buahbuahan lainnya, karena sudah sangat lama dibudidayakan masyarakat, asal-usul bibit tidak dicatat secara cermat, dan karena terjadinya kawin silang (crossing) serta mutasi maka sangat sulit ditentukan darimana asalnya (Ashari, 2004). Di Bali tanaman avokad masih merupakan tanaman pekarangan atau ditanam di kebun sebagai tanaman campuran, belum dibudidayakan dalam skala usaha komersial, dapat ditemukan mulai dari dataran rendah dekat pantai sampai di dataran tinggi pada ketinggian lebih dari 1.000 m dpl. Berdasarkan bentuk dan warna kulit buah saat matang, jenis avokad yang ditemukan di Bali dapat dibedakan menjadi 3 tipe, yaitu: 1. Avokad yang warna kulit buahnya saat matang berwarna hijau tua, bentuk buah bulat panjang, ujung buah rata, memiliki lekukan seperti leher dekat pangkal buah. Permukaan kulit buah licin dengan tekstur lunak, dan lapisan daging buah tebal. Warna daging buah bagian dalam (dekat biji) kuning sedangkan warna daging buah di bagian luar (dekat kulit) kuning kehijauan. Bijinya berbentuk lonjong dengan ukuran relatif kecil. 2. Avokad dengan warna kulit buah saat matang hijau kekuningan dengan permukaan licin berbintik kuning. Bentuk buah seperti botol (Bahasa Bali: pucung), ujung buah tumpul, antara ujung dan pangkal buah terdapat lekukan/leher seperti botol, dan pangkal agak meruncing. Daging buah tebal, bertekstur lunak, berwarna kuning. Biji
38
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
3.
berbentuk jorong dan mudah lepas dari daging buah. Avokad dengan warna kulit buah saat matang sangat khas yaitu ungu kemerahan dan bentuk buahnya bundar. Ujung buah tumpul, sedangkan pangkalnya meruncing. Daging buah agak tebal, warna daging buah kuning. Bijinya berbentuk lonjong dan mudah dipisahkan dari daging buah.
Avokad merupakan tanaman buah yang memiliki kadar lemak tinggi, karena sekitar 75% dari kalori buah avokad berupa lemak, yang sebagian besar adalah lemak tak jenuh. Menurut USDA (2013), nilai kandungan gizi avokad per 100 g buah adalah energi 670 kJ (160 kcal), karbohidrat 8,53 g, gula 0,66 g, diet serat 6,7 g, lemak 14,66 g, lemak tak jenuh tunggal (monounsaturated) 9,80 g, polyunsaturated 1,82 g, protein 2 g, thiamine (Vit. B1) 0,067 mg (5%), riboflavin (Vit. B2) 0,130 mg (9%), niacin (Vit. B3) 1.738 mg (12%), asam pantotenat (B5) 1,389 mg (28%), vitamin B6 0,257 mg (20%), folat (Vit. B9) 81 mg (20%), vitamin C 10 mg (17%), kalsium 12 mg (1%), besi 0,55 mg (4%), magnesium 29 mg (8%), fosfor 52 mg (7%), kalium 485 mg (10%), dan seng 0,64 mg (6%). Berdasarkan data kandungan gizi tersebut, avokad memiliki banyak manfaat. Daging buah avokad dapat dimanfaatkan dan dimakan sebagai buah segar, untuk bahan dasar kosmetik, untuk mengobati sariawan dan melembabkan kulit yang kering, dan dipakai sebagai bahan pangan yang diolah dalam berbagai masakan. Daunnya yang muda sebagai obat tradisional (obat batu ginjal, rematik, mengobati kencing batu, darah tinggi, sakit kepala, nyeri saraf, nyeri lambung, saluran napas membengkak dan menstruasi), bijinya digunakan dalam industri pakaian sebagai pewarna yang tidak mudah luntur . Batang pohonnya dapat digunakan sebagai bahan bakar. Kulit pohonnya digunakan sebagai pewarna warna cokelat pada produk dari bahan kulit (Sunaryono, 2013; Ashari, 2004; Ochse, 1961).
39
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
3.3.
BELIMBING Famili Genus Spesies Nama latin
: : : :
Nama Indonesia :
Nama Lokal Bali : Nama Inggris :
Oxalidaceae Averrhoa Averrhoa sp Averrhoa carambola L. (Belimbing Manis) Averrhoa blimbi L. (Belimbing Wuluh) Belimbing manis (Averrhoa carambola L.), Belimbing wuluh/Asem (Averrhoa blimbi L.) Blimbing, Blimbing buluh Star Fruit (Belimbing manis), Cucumber Tree (Belimbing wuluh)
Belimbing termasuk salah satu jenis buah tropis yang sudah lama dikenal dan ditanam di Indonesia dan di Bali diberi nama blimbing. Berdasarkan penelusuran dari literatur, ditemukan bahwa tanaman belimbing diduga berasal dari kawasan Asia, terutama Malaysia (Rukmana, 1996). Jenis belimbing ada dua macam yaitu belimbing manis (Averrhoa carambola L.) dan belimbing wuluh atau belimbing asam atau belimbing sayur (Averrhoa blimbi L.). Buah belimbing manis memiliki bentuk yang unik dan menarik, terdiri atas segi lima menyerupai bintang sehingga dalam bahasa inggris disebut Star Fruit karena bila diiris melintang bentuknya mirip seperti bintang. Belimbing manis merupakan tanaman berbentuk pohon, tinggi mencapai 12 m. Percabangan banyak yang arahnya agak mendatar sehingga pohon ini tampak menjadi rindang. Berbunga sepanjang tahun sehingga buahnya tidak mengenal musim. Daun majemuk menyirip, anak daun berbentuk bulat telur, ujung runcing, tepi rata, permukaan atas mengkilap, dan permukaan bawah buram. Bunga majemuk tersusun dengan baik, warnanya merah keunguan, keluar dari
40
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
ketiak daun dan di ujung cabang, ada juga yang keluar dari dahannya. Buahnya merupakan buah buni, berusuk lima, bila dipotong melintang berbentuk bintang. Panjang buah 4-12,5 cm, berdaging, dan banyak mengandung air. Rasanya manis sampai asam. Biji berwarna putih kotor kecoklatan, pipih, berbentuk elips dengan kedua ujung lancip (Hermanto et al., 2013). Jenis-jenis belimbung manis yang ditemukan di Bali sebagai berikut. 1. Belimbing Bangkok, berasal dari Thailand, dengan ciri warna buah kuning kemerahan pada waktu matang, bentuk buah agak melebar, pipih, dan bagian pinggir tetap berwarna hijau meskipun buah sudah masak, rasa buah manis, dan kandungan airnya banyak. 2. Belimbing Madu, berasal dari Malaysia, dengan ciri warna buah saat matang oranye cerah, daging buah renyah tidak berserat, rasa manis sekali, dan bentuk buah agak meruncing di bagian ujung. 3. Belimbing Demak, berasal dari Kabupaten Demak, dengan ciri buah berwarna putih kekuningan saat matang, rasa manis dengan sedikit asam menyegarkan, dan mengandung banyak air. 4. Belimbing Sembiring, berasal dari Medan, Sumatera Utara, dengan ciri warna buah matang kuning menyala, rasa buah manis dan menyegarkan. 5. Belimbing Daun, asalnya lokal Bali, dengan ciri dedaunan lebat berwarna hijau, diambil sebagai hasil utama untuk kebutuhan bahan lawar (masakan tradisional Bali), warna buah kuning kehijauan saat matang, umumnya ukuran buahnya kecil, dan rasanya masam. Belimbing wuluh merupakan tanaman asli Indonesia (Dalimartha, 2007). Di Bali hanya ditemukan satu jenis belimbing wuluh yaitu belimbing wuluh lokal, umumnya diusahakan sebagai tanaman sampingan di pekarangan rumah atau tegalan.
41
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Belimbing wuluh buahnya berbentuk elips, panjang berkisar 4 - 10 cm, berwarna hijau ketika muda dan kuning sampai kuning pucat pada waktu matang, kandungan air banyak, dan rasanya asam sampai sangat asam sehingga disebut juga sebagai belimbing asam. Dalam setiap buah terdapat biji kecil seukuran 6 mm berbentuk pipih dan memiliki warna coklat. Tinggi pohon belimbing wuluh bisa mencapai 5-10 m dan memiliki batang utama yang pendek, bentuk batang bergelombang/tidak rata, dan cabang yang rendah. Pada setiap ujung batang tumbuh daun. Daun belimbing wuluh merupakan daun majemuk dengan anak daun tersusun secara berselang-seling. Anak daun berbentuk bulat telur hingga jorong dengan ujung agak runcing, pangkal membulat, tepi rata, berwarna hijau, dan bertangkai pendek. Daunnya tipis dan tumbuh secara berkelompok pada ujung batang. Bunganya majemuk tersusun dalam malai dan masingmasing bunga berukuran kecil. Bunga tumbuh dari batang, cabang atau ranting dengan tangkai bunga berambut. Bunga terdiri dari mahkota yang berwarna putih sampai kuning. Usaha budidaya secara komersial belimbing manis dan belimbing buluh secara monokultur dengan pemeliharaan intensif belum banyak dilakukan di Bali. Tanaman tersebut ditanam secara sporadis di pekarangan, di tegalan, atau dalam pot hanya sebagai usaha sampingan atau mememuhi hobi. Belimbing Manis ditanam untuk diambil buahnya. Buah belimbing manis sangat lezat jika dimakan dalam keadaan segar, tetapi juga nikmat untuk dikonsumsi dalam bentuk juice maupun dalam bentuk olahan lainnya seperti asinan, salad, dan rujak. Selain untuk konsumsi segar, buah belimbing manis dapat berkhasiat sebagai antiinflamasi, analgesik dan diuretik, digunakan untuk obat batuk, sariawan, demam, kencing manis, kolesterol tinggi dan sakit tenggorokan (Sukadana, 2009). Buah dan daun belimbing manis mengandung kristal asam oksalat sehingga air perasan belimbing dapat dipakai untuk menghilangkan karat pada logam (Wiryowidagdo dan Sitanggang, 2002). Dalam 100 g buah
42
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
belimbing manis terdapat energi 36 klori, protein 0,40 g, lemak 0,40 g, karbohidrat 8,80 g, Kalsium 4,00 mg, Fosfor 12,00 mg, Zat besi 1,6 mg, vitamib A 170,00 Si, vitamin B1 0,03 mg, vitamin C 35,00 mg, air 90,00 g, serat 0,90 g, dan bagian yang dapat dimakan 86% (Rukmana, 1996).
a
b
e
f
c
g
d
h
Gambar 3.3. Pohon blimbing manis (a), bunga blimbing manis (b), daun dan buah blimbing daun (c) buah blimbing bangkok (d), buah blimbing Demak (e), buah blimbing madu, (f) bunga blimbing buluh, dan (g) buah blimbing buluh (h).
Berbeda dengan belimbing manis yang buahnya utamanya digunakan untuk konsumsi segar, buah belimbing wuluh utamanya dimanfaatkan sebagai bumbu masakan atau sayur. Buah belimbing wuluh juga dapat digunakan untuk membersihkan noda pakaian, mengkilatkan barang-barang dari kuningan, dan sebagai bahan obat tradisional seperti menurunkan tekanan darah tinggi, obat jerawat, panu, obat sakit gigi dan gusi berdarah, melancarkan percernaan, peluruh kencing, dan obat batuk rejan. Disamping buahnya, daun dan batang belimbing wuluh juga dapat dijadikan sebagai campuran
43
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
obat. Bunga belimbing wuluh dapat digunakan sebagai obat sariawan dan batuk, sedangkan daunnya dapat mengobati sakit perut, gondong (parotitis), tekanan darah tinggi, dan rematik. Kemampuan berfungsi sebagai obat disebabkan karena dalam belimbing wuluh terutama pada bagian buahnya, terkandung beberapa senyawa kimia antara lain glukosid, tanin, asam format, peroksida, saponin, kalsium oksalat, sulfur, dan kalium sitrat yang dapat berkhasiat sebagai analgesik, dan diuretic (Wiryowidagdo dan Sitanggang, 2002). 3.4.
BIDARA Famili Genus Spesies Nama latin Nama Indonesia Nama Lokal Bali Nama Inggris
: : : : : : :
Rhamnaceae Ziziphus Ziziphus mauritiana Ziziphus mauritiana Lam. Bidara Bekul Indian plum, Indian jujupe, Chinese apple
Bidara (Ziziphus mauritiana Lam.) yang dalam bahasa Bali disebut dengan nama bekul adalah sejenis pohon kecil penghasil buah yang habitat tumbuhnya terutama di daerah kering dengan curah hujan terbatas. Tanaman ini dikenal pula dengan berbagai nama daerah seperti widara (Sunda dan Jawa), bukol (Madura); kok (Rote); kom, kon (Timor), bedara (Alor), bidara (Bugis); rangga (Bima); dan kalangga (Sumba) (Verheij dan Coronel, 1987). Sebutan di negara-negara lain di antaranya: epal siam (Malaysia); manzanitas (Tagalog) zeepen (Burma); putrea (Kamboja); than (Laos); phutsaa, ma tan (Thailand); tao nhuc (Vietnam) serta indian jujube, indian plum, atau chinese apple (inggris) (Morton, 1987). Bidara diduga berasal dari Asia Tengah dan kini telah ditanam di banyak negara,
44
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
tetapi yang mengembangkannya secara komersial hanyalah India, Cina, dan Thailand, bahkan buah bekul sudah ada yang dikeringkan dan dijual ke negara lain (Latiff, 1991). Bidara termasuk tanaman perdu atau pohon kecil, batangnya biasanya bengkok, tingginya dapat mencapai hingga 15 m. Cabang-cabang menyebar dan seringkali menjuntai dengan ranting-ranting tumbuh simpang siur dan berambut pendek. Selalu hijau atau semi menggugurkan daun. Daun tunggal terletak berseling dan lurus atau berbentuk pasangan dimorfis, di mana yang kedua lebih pendek dan melengkung, kadangkadang tanpa duri. Helai daun bulat telur menjorong atau jorong lonjong, panjang 2-9 cm dan lebar 1,5-5 cm, bertepi rata atau sedikit meringgit, gundul dan mengkilap di sisi atas, dan rapat berambut keputihan di sisi bawahnya, dengan tiga tulang daun utama yang nampak jelas membujur sejajar; bertangkai pendek. Bunga tumbuh di ketiak daun, bertandan, berbentuk payung menggarpu. Bunga berukuran kecil, berwarna kekuningan dan bau sedikit harum. Buah batu berbentuk bulat hingga bulat telur, berukuran kecil, berkulit tipis halus tetapi liat, berwarna kekuningan ketika masih muda dan kemerahan hingga kehitaman jika sudah matang. Daging buah berwarna putih dengan banyak sari buah yang rasanya agak masam hingga manis dan menjadi menepung pada buah yang matang penuh. Biji terlindung dalam tempurung dan beralur tidak teratur, berbentuk jorong, berisi 1-2 inti biji dengan warna coklat. Terkait dengan tanaman bidara atau bekul ini, di Bali telah sangat terkenal sebuah pepapath “pilih-pilih bekul, patuh dogen ane bakat” yang dalam bahasa Indonesia artinya “seperti memilih buah bekul, akhirnya yang didapat sama saja”. Pepatah tersebut sebetulnya menunjukkan bahwa buah bekul yang ada kurang lebih sama saja antara yang satu dengan yang lain, kualitasnya sama saja. Sejalan dengan pepatah tersebut, di Bali bidara merupakan tumbuhan liar yang banyak dijumpai di daerah kering dataran rendah/dekat pantai dengan suhu panas 30-35 oC
45
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
seperti di Desa Pecatu, Kabupaten Badung, dan di daerah pesisir pantai di Bali Barat dan Bali Utara. Tidak ditemukan buah Bidara yang memiliki kualitas baik. Rasa buahnya asam kecut dengan sensasi sedikit manis. Berbunga pada akhir musim panas, bulan September sampai Nopember dan panen pada bulan PebruariMei. Populasinya sudah semakin sedikit, disamping karena tidak dibudidayakan, burung pemakan buah jarang memakan buah bidara karena rasanya yang asam, akibatnya bidara yang berkembang biak dengan biji sulit menyebar. Makin langkanya buah ini membuat bidara tidak banyak dikenal orang. Namun demikian, di beberapa pedagang tanaman hias ada yang menjual bibit bidara unggul dalam jumlah terbatas. Daunnya lebih lebarlebar dari bidara lokal Bali, buahnya jauh lebih besar, dan sudah berbuah walaupun pohonnya masih kecil, Sekilas tampak bidara unggul tersebut seperti tanaman “apel mini”.
a
b
c
Gambar 3.4. Daun dan bunga bidara (a), buah bidara matang di pohon (b), dan bidara unggul buahnya mirip “mini apel” (c).
Buah bidara yang sudah matang dapat dimakan langsung sebagai buah segar, juice dan dibuat rujak, atau diolah menjadi produk olahan seperti selai, manisan, buah kalengan, dan dimasak dengan gula untuk diminum sebagai sirup. Disamping untuk makanan, buah bidara dapat digunakan sebagai obat bisul, datang bulan tidak teratur, diare, jerawat, dan tekanan
46
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
darah tinggi, sedangkan daunnya berguna sebagai obat diare dan datang bulan tidak teratur (Heyne, 1987). Daun bidara muda dapat dijadikan sayuran sedangkan daunnya yang tua untuk pakan ternak. Rebusan daun bidara dapat diminum sebagai jamu, sedangkan busa hasil remasan daun bidara yang direndam dengan air dapat digunakan sebagai penurun deman dengan cara memandikan orang yang sakit demam (Latiff, 1991). Kayu pohon bidara berwarna kemerahan, bertekstur halus, keras, dan tahan lama sehingga sangat baik untuk dijadikan barang bubutan, perkakas rumah tangga, dan peralatan lain. Di Bali, kayu bidara juga dimanfaatkan untuk gagang kapak, pisau, pahat, dan perkakas tukang kayu lainnya. 3.5.
BUNI Famili Genus Spesies Nama latin Nama Indonesia Nama Lokal Bali Nama Inggris
: Phyllanthaceae : Antidesma : Antidesma bunius : Antidesma bunius (L.) Spreng : Buni : Boni : Currant tree
Buni merupakan flora yang telah ditetapkan sebagai identitas Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali. Dahulu tanaman buni banyak tumbuh di pinggir kali, sempadan sungai, tanah pelaba pura, penggiran kebun/tegalan, hutan, dan semak belukar, di dataran rendah hingga dataran tinggi dengan ketinggian ini tumbuhan yang masih dominan sebagai buah-buahan liar tersebut populasinya sudah semakin jarang. Di Bali tanaman buni tumbuh liar atau dibudidayakan secara sporadis dan hampir di setiap desa masih dapat ditemui pohon buni dalam jumlah yang terbatas. Catatan resmi maupun web-site resmi
47
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Pemerintah Kabupaten Klungkung belum/tidak memberikan informasi mengenai identitas, kekhasan, dan alasan mengapa jenis tumbuhan buni dipilih sebagai flora identitas Kabupaten Klungkung. Buni adalah pohon penghasil buah yang dapat dimakan. Buah buni ukurannya kecil-kecil, tersusun dalam satu tangkai panjang, menyerupai rantai. Dalam bahasa Bali tanaman buah ini diberi nama boni, sedangkan nama lainnya yaitu huni (Sunda) dan wuni (Jawa). Di Bali ditemukan 2 jenis tanaman buni, yaitu buni hitam dan buni putih. Secara morfologi kedua jenis buni tersebut hanya berbeda dari warna buah yang dihasilkan, sedangkan karakter morfologi daun, batang, dan bunganya sama. Buni hitam dicirikan oleh warna buah saat matang berwarna hitam, sedangkan buni putih warna buahnya saat matang hijau muda keputihan, Buni merupakan pohon yang dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 15 - 30 m. Batang utama bercabang banyak sehingga membentuk tajuk yang rindang. Daun merupakan daun tunggal berbentuk seperti telur yang lonjong, bagian tepiannya agak bergelombang, ujungnya meruncing, duduk berselang-seling, panjang 10 - 22 cm, lebar 5 - 7 cm, dan memiliki tangkai yang pendek. Daun mudanya berwarna hijau muda dan ketika sudah tua berubah menjadi hijau tua. Tanaman ini berbunga dalam tandan, keluar dari ketiak atau pada bagian ujung percabangannya. Bunga berukuran kecil, tersusun dalam tandan, berbau menyengat, berwarna mula-mula hijau terang dan menjadi kemerah-merahan pada saat mekar, bunga jantan dan bunga betina terletak pada pohon yang berlainan (berumah dua). Bunga betina berukuran lebih besar dari pada ukuran bunga jantan. Buah tersusun dalam tandan, berbentuk bulat atau bulat telur, berwarna hijau pada saat masih muda dan menjadi ungu kehitaman dengan rasa yang manis dan sedikit asam pada saat masak. Warna ungu kehitaman pada buah buni yang sudah matang menunjukkan tingginya kadar antosianin dalam buah
48
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
ini. Keberadaan senyawa aktif ini dinilai penting dalam tubuh, terutama untuk kesehatan dimana antosianin bekerja dengan cara mengoksidasi kadar LDL (lemak jahat) dalam tubuh (Coronel, 1983). Di Indonesia, tanaman ini berbunga pada bulan September dan Oktober, dan buah akan matang pada bulan Februari dan Maret.
a
b
c
d
Gambar 3.5. Bunga tanaman buni (a) buah muda (b), buah hampir matang (c), dan buah masak siap konsumsi
Buni memiliki berbagai macam manfaat. Buahnya dapat dimakan sebagai buah meja, dibuat selai, untuk rujak, difermentasi menjadi minuman beralkohol, atau campuran minuman buah-buahan. Daun muda dapat dikonsumsi untuk lalapan. Buah buni yang matang dapat dimakan segar, dari cairan buahnya meninggalkan bekas warna di jari dan mulut. Buah ini juga berpotensi dijadikan minuman yang segar (Puspitasari dan Ulfa, 2009). Daun mudanya juga dapat dimakan dengan nasi, baik mentah atau dimasak terlebih dahulu. Kulit batang dan daun mengandung alkaloid yang berkhasiat obat, walaupun menurut beberapa laporan juga dapat beracun (Coronel, 1983). Di Filipina, tumbuhan ini biasa ditanam di tempat-tempat terbuka atau di hutan-hutan sekunder. Daun, kulit batang, dan akar tanaman buni mengandung saponin dan tanin, disamping itu kulit batangnya juga mengandung flavonoid, dapat digunakan untuk tekanan darah tinggi. Daun dan buah dapat digunakan sebagai obat kurang darah, darah kotor, raja singa, dan kencing nanah.
49
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Daunnya berkhasiat sebagai obat penutup luka dan buahnya yang telah matang berkhasiat untuk manambah air susu ibu. Alkaloid yang dihasilkan buah buni dapat digunakan untuk campuran obat (Orwa et al., 2009). 3.6.
CEREMAI Famili Genus Spesies Nama latin Nama Indonesia Nama Lokal Bali Nama Inggris
: : : : : : :
Phyllanthaceae Phyllanthus Phyllanthus acidus Phyllanthus acidus (L.) Skeels. Ceremai Cereme Malay gooseberry/Otaheite gooseberry
Ceremai (Phyllanthus acidus (L.) Skeels) merupakan tanaman buah tahunan dengan bentuk buah bulat berlekuk unik dan rasanya masam. Di Bali buah ini diberi nama cereme, sedangkan di daerah lain dikenal dengan beberapa nama lain seperti creme (Jawa, Gayo), cerme (Sunda, Batak, Sasak), ceremoi (Aceh), camin-camin (Minangkabau), careme (Madura), carmen, saruma (Bima), caramele (Makasar), tili (Gorontalo), cara mele (Bugis) ceremin (Ternate) (Utami, 2008). Dalam bahasa Inggris ceremai disebut otaheite gooseberry atau malay gooseberry dan di beberapa negara lain, ceremai dikenal sebagai chemai (Malaysia), karmay (Filipina), dan Mayon (Thailand) (Verheij dan Coronel, 1997). Ceremai tergolong buah perdu, berumur panjang (perennial), berbatang kecil, tegak, bulat berkayu, kulit tebal, kasar, dan mudah patah. Ceremai umumnya bercabang rendah dan renggang, percabangan monopodial dengan ketinggian sampai 10 m. Sepintas habitus ceremai mirip dengan pohon belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi). Pohon ceremei dapat tumbuh di daerah tropik dan subtropik. Pohon yang memiliki aneka manfaat ini
50
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
menyukai tempat yang lembab sampai ketinggian sekitar 1.000 m dpl. Akarnya berupa akar tunggang dan berwarna coklat muda. Daun berupa daun majemuk, lonjong, berseling, panjang 5-6 cm, lebar 2-3 cm, tepi rata, ujung runcing, pangkal tumpul (obtusus), pertualangan menyirip (pinnate), tidak memiliki daun penumpu, permukaan halus, tangkai silindris, panjang ± 2 cm, dan berwarna hijau tua. Perbungaan ceremei berupa tandan yang keluar pada batang, cabang atau ranting dengan kelopak berbentuk bintang. Bunga-bunganya berkelamin tunggal atau ganda, berarwarna merah, berbilangan 4, tersusun dalam malai hingga 12 cm. Buah berbentuk bulat, permukaannya berlekuk khas, besar buah seukuran bola bekel dengan pinggiran berlekuk, bergantungan sendiri atau dalam untaian, diameter buah hingga 2,5 cm, berwarna hijau saat muda dan berangsur kekuningan ketika matang. Biji berbentuk bulat pipih dan berwarna coklat muda (Utami, 2008). Daging buah keputihan, masam dan banyak berair, di tengahnya terdapat inti yang keras dengan 4-6 butir biji (Hutapea, 1991). Di Bali cermai dapat ditemui disembarang tempat di pekarangan rumah, halaman belakang rumah (bahasa Bali: tebe), di tegalan, kebun, bahkan sampai dipinggir kali/sungai atau jurang di dataran tinggi atau dataran rendah. Persebaran ceremai yang luas disebabkan karena tanaman ini tidak memerlukan persyaratan khusus untuk pertumbuhannya, sehingga dapat tumbuh subur pada tempat yang lembab hingga ketinggian sekitar 1.000 m dpl. Walaupun demikian ceremai yang tumbuh atau ditanam di dataran rendah hasilnya lebih baik dibandingkan di dataran tinggi (Dalimartha, 2008). Di Bali hanya ditemukan satu jenis buah cermai, yaitu jenis lokal dengan karekter khas buahnya berlekuk, berukuran kecil-kecil dan berwarna kuning keputih-putihan saat matang. Umumnya pohon cermai yang ada saat ini ditanam dengan cara stek, cangkok atau dengan biji. Pohon cermai dapat berbuah setiap saat (sepanjang tahun), tetapi musim panen besar (berbuah
51
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
banyak) berasal dari pembungaan pada musim kemarau (Juli dan Agustus), kemudian buahnya matang sekitar bulan September sampai Oktober.
a
b
c
d
Gambar 3.6. Pohon cermai (a), bunga dan buah dalam waktu bersamaan tumbuh pada ranting yang sama (b), buah dewasa pada pohon (c), dan buah panen siap konsumsi (d).
Buah ceremei dapat dimakan segar dengan dicampur gula, garam atau dirujak, dijadikan bahan asinan, atau digunakan untuk bahan minuman penyegar. Kandungan gizi buah ceremai (per 100 gram bagian yang adapat dimakan ) adalah 28 kkal energi, 91,7 g air, 0,7 g protein, 6,4 g karbohidrat, 0,52 g lemak, 0,80 g serat kasar, 0,51 g abu, kalsium 5,4 mg, 17,9 mg fosfor, 0,4 mg besi, 0,025 mg thiamin, riboflavin 0,013 mg, 0,292 mg niasin, dan 4,6 mg vitamin C ( gooseberry.php#Nutritional-Value, diakses pada 26 September 2015). Daun mudanya dapat digunakan sebagai lalapan. Selain itu ceremei memiliki aneka manfaat sebagai tanaman herbal (obat tradisional). Ceremai sudah biasa digunakan sebagai bahan obat tradisional untuk urus-urus dan obat mual, bagian akar berkhasiat untuk asma, dan bagian daun mudanya berkhasiat untuk sariawan. Bagian tanaman yang digunakan sebagai obat yaitu daun, daun muda, dan akar. Menurut Dalimartha (1999), buah dan daun cermai mengandungi banyak air, karbohidrat, saponin, flavonoida, tanin, polifenol, protein, lemak, serat, mineral dan vitamin C, sehingga tanaman ceremai memiliki khasiat antara
52
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
lain untuk mengobati kanker, melangsingkan tubuh, mengobati asma, dan mengobati sembelit. Disebutkan bahwa sifat dari pada tanaman ceremai ini adalah sebagai anti inflamasi, anti radang, dan mencegah muntah. Selanjutnya Hutapea (1991) menyebutkan bahwa kandungan kimia daun, kulit batang dan kayu pohon cermai adalah polifenol, saponin, flavonoid, tanin, dan alkaloid. Oleh karena itu bagian-bagian tersebut dapat berkhasiat untuk pelansing badan, obat mual-mual, dan sariawan. 3.7.
DELIMA Famili Genus Spesies Nama latin Nama Indonesia Nama Lokal Bali Nama Inggris
: Lythraceae : Punica : Punica granatum : Punica granatum L. atau Punica malus L. : Delima : Delemo : Pomegranate
Tanaman delima (Punicia granatum L.) yang dalam bahasa Inggris disebut pomegranate atau wild pomegranate diduga berasal dari daerah Asia Tengah (Iran), Afganistan, dan wilayah pegunungan Himalaya, kemudian dari daerah tersebut menyebar ke wilayah Mediterania dan sekarang telah menyebar ke seluruh daerah tropik dan subtropik, termasuk Indonesia. Nama delima bermacam-macam seperti delima (Indonesia dan Malaysia), granada (Philiphina), salebin/talibin (Myanmar), tortim (Kamboja), ph’ulaa (Laos), thaptim (Thailand), dan lu’u/thap lu’u (Vietnam) (Verheij dan Coronel, 1997). Di Indonesia sendiri nama delima dapat berbeda tergantung daerahnya, seperti dlemo (Bali), dlima (Jawa Tengah), dhalima (Madura), glima (aceh), dalimo (Batak), jeliman (Sasak), talima (Bima), lekokase (Timor) (Astawan, 2008).
53
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Tanaman delima berbentuk pohon perdu meranggas, batangnya umumnya tidak lurus/berbelok-belok dapat mencapai tinggi 5 - 8 m, bercabang banyak, cabang dan ranting berduri. Memiliki daun tunggal, bertangkai pendek, letaknya berkelompok, helaian daun kecil-kecil berwarna hijau, berbentuk lonjong dengan pangkal lancip, ujung tumpul, tepi rata, tulang menyirip, ukuran daun panjang 3-7 cm dan lebar 0,5-2,5 cm. Bunga tunggal bertangkai pendek, keluar dari ujung ranting atau diketiak daun paling atas. Biasanya bunga tunggal bergabung dalam satu kuntum dan tiap kuntum terdapat satu sampai lima bunga, warnanya merah, putih, atau ungu, berdaun mahkota 3–7 helai, benangsarinya banyak, dan tangkai putik lebih panjang dari benangsari. Delima dapat berbunga sepanjang tahun, pada umumnya penyerbukan bunga secara alami dibantu oleh serangga. Buahnya bertipe buni, berbentuk bulat dengan diameter 5-12 cm, bermahkotakan kelopak daun yang tidak rontok pada bagian bawah. Adanya Calyx atau mahkota yang tidak rontok tersebut merupakan salah satu ciri khas dari buah delima. Warna kulit buah saat matang kuning, merah atau ungu kehitaman tergantung varitasnya. Bagian dalam buah terdapat kulit tipis putih, buah terbagi menjadi beberapa ruangan yang penuh dengan butir-butir daging buah tersesusun secara tidak beraturan dan idalamnya berisi biji. Warna daging buah berbeda tergantung varietas, yaitu putih, merah jambu, dan hitam keungunan. Satu buah delima memiliki sekitar 700-800 benih biji padat yang disebut aril yang berwarna merah, dan bijinya berbentuk segi empat tumpul (Sudjijo, 2014). Di dalam buah sudah matang, terdapat butiran-butiran biji berwarna putih yang terbungkus oleh daging buah. Daging buah delima memiliki warna sesuai dengan jenis warna buahnya. Bijinya banyak, kecilkecil, bentuknya bulat panjang bersegi dan agak pipih, keras, serta tersusun secara tidak beraturan. Daging buah delima mengandung banyak air, serta memiliki rasa manis keasaman dan manis yang menyegarkan. Selain bisa dimakan langsung,
54
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
buah delima juga sangat enak untuk dijadikan jus atau ekstrak ata sari buah. Delima di Bali tersebar secara luas dan mampu tumbuh dengan baik dari dataran rendah sampai pada ketinggian 1.600 m di atas permukaan laut pada berbagai jenis tanah. Tanaman ini pada umumnya ditanam di pekarangan rumah sebagai tanaman hias, tanaman obat, atau tanaman buah karena buahnya yang dapat dimakan langsung yang mempunyai rasa asam manis. Perbanyakannya dilakukan dengan stek, tunas akar, atau cangkok.
Gambar 3.7. Pohon delima (a), bunga delima putih (b), benga delima merah (c), buah delima putih (d), buah demila merah (f), dan buanh delima ungu (hitam)
Manfaat tanaman delima sangat luas, hampir semua bagian tanaman bermanfaat untuk kesehatan, mulai daun, bunga, buah, dan kulit akar. Menurut Astawan (2008), manfaat dari delima antara lain buahnya dapat dimakan langsung atau dibuat juice, sebagai antioksidan karena banyak mengandung flavonoid yang kaya dengan anti karsinogenik, yaitu senyawa antioksidan yang mampu mencegah radikal bebas di dalam tubuh sekaligus memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak. Menurut Sudjijo (2014)
55
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
buah delima dapat berfungsi sebagai anti bakteri dan virus dan dapat menambah kekebalan tubuh seseorang, kulit buah delima dapat dimanfaatkan untuk kesehatan kulit, seperti bedak, daunnya bermanfaat untuk peluruh haid wanita, mengatasi masalah sakit perut kembung dan perih, sedangkan kulit akar delima dapat mengatasi sakit perut akibat disentri, cacingan, muntah darah peradangan rahim, radang tenggorokan, radang telinga, dan keputihan. Manfaat buah delima yang sangat luas karena kandungan nutrisinya sangat tinggi (Kurniawi, 2006; Syafirudin, 2012). Menurut USDA (2007: gov/ndb/foods/ show/2007? qlookup= 09286&format, diakses 26 September 2015), dalam 100 g bagian buah yang dapat dimakan buah delima mengandung tiga hal penting, yaitu: (1) proksimat (proximates), terdiri atas air 77,93 g, energi 83 kcal, protein 1,67 g, lemak total 1,17 g, abu 0,53 g, karbohidrat 18,70 g, dan serat (total dietary) 4,0 g; (2) mineral, terdiri atas kalsium 10 mg, besi 0,30 mg, magnesium 12 mg, fospor 36 mg, natrium 3 mg, kalium 236 mg, seng 0,35 mg, Cu 0,158 mg; mangan 0,119 mg, selenium 0,5 mg; dan (3) vitamin, terdiri atas vitamin C 10,20 mg, thiamin 0,067 mg, riboflavin 0,053 mg, niasin 0,293 mg, vitamin B6 0,075 mg, asam folat 38 µg, total choline 7,6 mg, Vitamin E (alphatocopherol) 0,60 mg, dan Vitamin K (phylloquinone) 16,4 µg.
56
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
3.8.
DEWANDARU Famili Genus Spesies Nama latin Nama Indonesia Nama Lokal Bali Nama Inggris
: : : : : : :
Myrtaceae Eugenia Eugenia uniflora Eugenia uniora L. Dewandaru, Belimbing londo Buah dewa Suriname cherry, Brazil cherry, Cayenne cherry.
Berdasarkan hasil penelusuran pustaka, tanaman dewandaru yang buahnya enak dimakan diartikan sebagai pohon ‘Pembawa Wahyu Dewa’. Tanaman yang dalam bahasa Bali disebut buah dewa, merupakan salah satu pohon buah yang tergolong langka. Kata dewandaru banyak dijumpai dalam kisah pewayangan, baik dalam khasanah bahasa Jawa Kuno maupun Sansakerta, yang menunjukkan bahwa tanaman buah ini sudah popular sejak jaman dahulu kala. Keberadaan tanaman Dewandaru sering dikaitkan dengan mitos, mulai dari mitos soal asal-usulnya hingga berbagai khasiat magis sebagai kayu sakti dan bertuah. Karenanya, kayu dewandaru kerap kali dimanfaatkan untuk membuat aksesoris benda-benda yang dianggap bertuah, seperti tasbih, gelang, keris, akik (batu cincin), dan kalung (Hutapea, 1994). Pohon Dewandaru dikenal juga sebagai asem Selong, belimbing Londo, ceremai Londo, atau ceremai asam (karena bentuk buahnya mirip dengan buah ceremai tetapi ukurannya lebih besar), sangat popular di kalangan penghobi bonsai karena bentuk bonsai yang dihasilkan sangat artistik. Dalam bahasa Inggris pohon yang dipercaya mempunyai kekuatan magis ini disebut dengan Suriname Cherry, Brazilian Cherry, atau Cayenne Cherry. Sedangkan nama ilmiah tumbuhan ini adalah Eugenia uniflora L., yang mempunyai beberapa sinonim
57
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
diantaranya Eugenia michelii Lam., Eugenia oblongifolia, dan Eugenia zeylanica Willd. (Hutapea, 1994). Buah dewandaru dapat dimakan segar, daging buahnya bertekstur lembut dan terasa manis saat matang. Selain mengandung air buah, dewandaru juga mengandung protein, karbohidrat, dan vitamin C (Nonci, 2009). Berbeda dengan ceremai yang berwarna kuning saat matang, buah ini saat matang berwarna merah cerah. Tanaman Eugenia uniflora berbentuk perdu dengan tinggi lebih dari 5 meter dan hidup menahun. Batang pohon Dewandaru tegak, berkayu, berbentuk bulat dengan kulit kayu berwarna coklat. Daun berwarna hijau dan merupakan daun tunggal, tersebar, berbentuk lonjong, ujung runcing, dan pangkal meruncing. Tepi daun rata, pertulangan menyirip dengan panjang 5-6 cm dan lebar 3-4 cm. Tanaman ini memiliki bunga berbetuk tunggal, berkelamin dua, dengan daun pelindung yang kecil berwarna hijau. Kelopak bunga bertajuk tiga sampai lima, benangsari banyak berwarna putih. Putik berbentuk slindris, makota bunga berbentuk kuku, dan berwarna kuning. Buah Eugenia uniflora berupa buah buni, bulat, diameter 1-2 cm, dan berwarna merah. Warna buah berubah secara bertingkat dari hijau saat masih muda menjadi kuning, oranye dan merah sesuai dengan tingkat kematangan buahnya. Bagian luar buah terdapat tonjolan-tonjolan yang mempermudah orang untuk membedakan dengan buah tanaman lain. Bijinya keras, berwarna coklat, dan kecil. Akar yang dimiliki berwarna coklat dan merupakan akar tunggang. Lee et al. (2000) menyebutkan bahwa tumbuhan dewandaru tersebar di daerah Amerika Selatan seperti Suriname, Brazil, Argentina, Urugay, dan Paraguay, sedangkan menurut Hutapea (1994) di Indonesia Dewandaru ini dapat ditemukan di beberapa tempat di pulau Jawa, Sumatera, dan pulau-pulau kecil sekitarnya. Salah satu daerah yang dikenal sebagai habitat Dewandaru adalah kepulauan Karimunjawa. Dari survey, dewandaru di Bali
58
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
ditemukan di beberapa tempat di Kabupeten Gianyar yaitu di Kecamatan Payangan, Kecamatan Tegallalang, dan Kecamatan Tampak Siring. Di balik khasiat mistis yang dipercayai oleh sebagian masyarakat, pohon dewandaru ternyata memiliki berbagai manfaat yang teruji secara klinis. Buah Dewandaru selain mengandung air juga mengandung protein, karbohidrat, dan vitamin C. Kulit kayunya mengandung tanin. Sedangkan daunnya banyak mengandung minyak atsiri, saponin, flavonoid (Hutapea, 1994). Dengan berbagai kandungan yang dipunyainya, dewandaru dapat dimanfaatkan sebagai peningkat kualitas astringent, mengurangi tekanan darah tinggi, penurun kolestrol, penurun metabolisme lipid, dan antioksidan. Dewandaru, khususnya buah dan daunnya, sudah dimanfaatkan warga Brazil untuk mengobati gangguan kesehatan secara turun temurun. Daun dan buah tanaman ini digunakan untuk mengatasi diare, rematik, antidiabetes dan antikolesterol.Khasiatnya yang sudah terkenal itu telah mencuri perhatian ilmuwan untuk melakukan penelitian. Tujuannya untuk memberikan landasan ilmiah pemakaiannya. Bahkan, saat ini sudah mulai dibicarakan khasiat dewandaru sebagai antikanker (Schmeda-Hirschmann et al., 1987; Feroo et al., 1988; Matsumura et al., 2000); Daun tanaman Eugenia uniflora mengandung flavonoid, saponin, dan tanin (Hutapea, 1994).Flavonoid dari ekstrak daun berupa myricetrin, myrcitrin, gallocatechin, quercetin, dan quercitrin (Schmeda-Hirschmann et al., 1987). Senyawa tannin yang diisolasi dari fraksi aktif Eugenia uniflora antara lain gallocatechin, oenothein B, dan eugeniflorins (Lee et al., 2000). Buah dan daun Eugenia uniflora digunakan sebagai peningkat kualitas astringent, mengurangi tekanan darah tinggi, menurunkan kolesterol, dan menurunkan metabolisme lipid (Ferro et al, 1988). Daun Eugenia uniflora sebagai obat tradisional berkhasiat sebagai obat mencret (Hutapea, 1994). Aksi anti infamasi yang tinggi juga ditemukan pada daun Eugenia uniflora
59
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
sehingga dapat digunakan sebagai antidiare, diuretik, antirematik, anti-febrile, dan antidiabetik (Matsumura et al, 2000).
a
d
b
c
e
Gambar 3.8. Batang pohon Dewandaru (a), susunan daun (b), bunga (c), buah matang di pohon, (d), buah siap konsumsi (e)
Dewandaru mempunyai antioksidan yang lebih atraktif dibanding dengan buah ataupun sayuran lainnya, karena tumbuhan tersebut mengandung sebagian besar flavonoid antioksigen dengan aktivitas lebih besar dari tokoferol (vitamin E), yang berperan pada efek anti oksidan yang dihasilkan. Tanaman Dewandaru memiliki kandungan polifenol maupun komponen flavonoid yang cukup tinggi. Ekstrak metanol buah dewandaru mengandung cynadin-3-O-&-glucopyranoside dan delphinidin-3-O-&-glucopyranoside, suatu antosianantioksidan. Sedangkan pada ekstrak daunnya mengandung myricetin, myricitrin, gallocatechin, quercetin, dan quercitrin
60
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
yang merupakan flavonoid antioksidan (Hutapea, 1994; Lee et al. 2000). Namun demikian dianjurkan untuk tidak boleh terlalu terlena dengan berbagai khasiat mistis atau kimia yang dipunyai pohon dewandaru, tanpa melalui pembuktian ilmiah kandungan dan khasiatnya secara klinis dan ilmiah (Hutapea, 1994). 3.9.
DUKU Famili Genus Spesies Nama Indonesia Nama Lokal Bali Nama Inggris
: Meliaceae : Lansium : Lansium domesticum Corr : Duku : Ceroring/Langsat : Duku/Langsat
Tanaman duku (Lansium domesticum var. duku) yang dalam Bahasa Bali dinamai ceroring, menurut catatan sejarah merupakan tanaman yang diduga berasal dari Semananjung Malaysia, termasuk Kalimantan Timur dan Filipina. Duku yang dikelompokkan sebagai salah satu buah-buahan unggulan daerah (Departemen Pertanian, 2014), di Indonesia terdapat banyak kultivar, salah satu yang paling terkenal adalah duku Palembang karena rasanya yang sangat manis tanpa rasa asam, buahnya tidak bergetah, berkulit tipis, dan mudah dibuka. Tanaman duku merupakan tanaman dikotil atau tanaman berkeping dua, batangnya berkayu keras, dan bercabang. Batang berwarna abu-abu, berbentuk silindris dengan percabangan monopodial yaitu antara batang induk dengan cabang terlihat jelas dari perbedaan ukurannya. Arah tumbuh batang tegak lurus ke atas, demikian juga arah tumbuh cabang condong ke atas. Pada permukaan batang duku terdapat bintik bintik berwarna coklat. Daunnya merupakan daun majemuk, tangkai daun bercabangcabang dan helaian daun terdapat pada cabang tangkai daun. Tulang daun menyirip, permukaan atas daun mengkilat, ujung
61
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
daun meruncing pendek, tepi daun rata, dan merupakan daun tidak lengkap karena hanya memiliki helaian daun (lamina) dan tangkai daun (petiolus). Bunga terletak dalam tandan yang muncul pada batang atau cabang yang besar, menggantung, sendiri atau dalam rangkaian 2-5 tandan atau lebih, kerap bercabang pada pangkalnya. Bunga-bunga berukuran kecil, duduk atau bertangkai pendek, menyendiri, dan berkelamin dua (terdiri dari putik dan benang sari). Buah duku rasanya manis atau masam, tergantung varietas, pemeliharan dan lokasi tumbuhnya. Bentuknya bulat atau bulat memanjang (bulat buni), kulit buah muda berwarna hijau dan berubah menjadi kuning kepuithan setelah masak. Daging buah tebal, berair, kenyal, dan daging buah melapisi bijinya dengan bentuk biji lonjong. Di Bali, duku (Lansium domesticum var. duku) dibedakan dengan langsat (Lansium domesticum var. domesticum), padahal meskipun namanya berbeda, sebetulnya duku dan langsat berada dalam satu jenis buah yang sama. Tanaman duku memiliki keragaman yang besar dalam sifat-sifat pohon dan buahnya, sehingga masyarakat memisahkan duku dan langsat kedalam jenis atau spesies yang berlainan. Padahal sesungguhnya langsat adalah bagian dari duku yang sama-sama termasuk dalam spesies Lansium domesticum (Morton, 1987). Perbedaan duku dan langsat adalah duku umumnya memiliki pohon yang besar, kanopinya rimbun dengan dedaunan berwarna hijau cerah. Tandan buahnya pendek dan berisi sedikit buah. Butiran buahnya besar dengan bentuk cenderung bulat, berkulit agak tebal, tetapi tidak bergetah atau bergetah sedikit bila masak. Buahnya berdaging tebal tetapi umumnya berbiji kecil, rasanya manis atau masam dan berbau harum. Sementara langsat memiliki pohon yang lebih kurus dibandingkan duku, percabangan tegak, dan berdaun kurang lebat dengan warna hijau tua. Tandan buahnya panjang, berisi 1525 butir buah, bentuknya agak lonjong mirip buah kemiri. Buah langsat berkulit tipis dan selalu bergetah dengan warna putih sekalipun telah masak. Daging buahnya banyak berair, rasanya
62
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
asam manis dan menyegarkan. Berbeda dengan buah duku, buah langsat tidak bisa bertahan lama setelah dipetik. Apabila tidak dilakukan penyimpanan dengan baik, kulit buah langsat sudah menghitam tiga hari sejak dipetik sehingga tampilannya menjadi tidak menarik. Hal tersebut merupakan salah satu faktor penyebab langsat umumnya dikenal secara lebih terbatas dan lokal dibandingkan dengan duku.
a
d
b
e
c
f
Gambar 3.9. Struktur daun duku (a, pentil buah duku (b), pohon duku dengan buah pada ranting dan cabang (c), buah duku dalam tandan (d), tampilan buah duku matang siap dimakan segar (e), dan buah langsat dengan kulit lebih tebal dari kulit buah duku (f).
Duku terutama ditanam untuk dipanen buahnya, dimakan dalam keadaan segar atau dibuat sirup. Kayunya yang keras, padat, berat dan awet, seringkali digunakan sebagai bahan d perkakas rumah tangga, konstruksi rumah, dan kayu bangunan tempat suci/sanggah. Biji duku yang rasanya pahit dapat a digunakan sebagai obat cacing dan juga obat demam dengan cara
63
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
ditumbuk dan dicampur air (Suparwoto dan Hutapea, 2005). Kulit kayunya dimanfaatkan sebagai obat disentri dan malaria (Morton, 1987). Kulit buahnya juga digunakan sebagai obat diare dan kulit buah yang dikeringkan biasa dibakar sebagai pengusir nyamuk. Kulit buah duku dan langsat yang dikeringkan dapat diolah untuk campuran membuat dupa (Garhan, 2013). Duku dan langsat di Bali merupakan tanaman buah yang diusahakan sebagai tanaman sampingan, ditanam atau dibudidayakan dengan pemeliharaan seadanya/tidak intensif, bahkan lebih banyak buah duku dan langsat dipanen dari tanaman yang tumbuh liar. Duku dan langsat tumbuh baik pada kebun campuran, menyukai tempat-tempat yang ternaung dan lembab, dan ditanam bercampur dengan aneka tanaman buah dan kayu-kayuan lainnya. Oleh karena itu, sentra produksi duku dan langsat di Bali adalah pada daerah penghasil kopi dan salak seperti di Kecamatan Pupuan, Tabanan, Kecamatan Busungbiu, Sukasada, dan Banyuatis, Kabupaten Buleleng, dan Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem. Namun demikian, populasi tanaman duku dan langsat di Bali belakangan ini sudah semakin menurun sehingga diidentifikasi kedua tanaman tersebut sudah semakin langka. Karena produksi duku lokal Bali yang terbatas dan kualitasnya juga rendah, buah duku yang mengisi pasar di Bali, baik pasar tradisional maupun pasar modern, didominasi oleh duku Palembang dan duku dari Jawa, sedangkan buah langsat sebagian besar diisi dari produksi lokal Bali.
64
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
3.10. DURIAN Famili Genus Spesies Nama Latin Nama Indonesia Nama Lokal Bali Nama Inggris
: : : :
: Bombacaceae : Durio : Durio zibethinus Durio zibethinus L. Durian Duren Durian
Nama buah durian diambil dari ciri khas kulit buahnya yang keras dan berlekuk-lekuk tajam menyerupai duri, sehingga dengan buah yang berduri tajam tersebut durian mendapat julukan sebagai “raja dari segala buah” (king of fruit). Durian yang merupakan salah satu buah favorit masyarakat Indonesia, merupakan buah tropika yang diduga berasal dari kawasan Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Malaysia, dan Thailand (Ashari, 2004). Di Indonesia sendiri, selain durian Monthong yang berasal dari Thailand, ada beberapa durian lokal asli Indonesia yang sudah sangat terkenal yaitu, durian Petruk (Jepara, Jawa tengah), durian Sukun (Karang Anyar, Jawa Tengah), durian Lai (Kalimnatan Timur), durian Bestala (Buleleng, Bali), durian Matahari (Cimanggu, Bogor), durian Otong (Parung, Bogor), durian Gundul (Lombak, NTB), durian Bokor (Majalengka, Jawa Barat), dan durian Tembaga (Kampar, Riau). Bau buah durian yang sangat keras dan tajam menyebabkan tidak semua orang menyukainya, terutama turis manca negara dari luar kawasan asia. Bahkan beberapa hotel di luar negeri seperti di Australia melarang pengunjung hotel membawa buah durian masuk kedalam hotel tersebut. Durian tergolong tanaman buah pohon dengan tinggi mencapai 10-30 m, bentuk penampang batang bulat dengan ujung meruncing, warna batang coklat keabuan, bentuk tajuk tanaman seperti payung, percabangan tegak, dan ujung rantingya bersisik.
65
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Daun bertangkai, helaian daun memanjang dengan pangkal membulat dan ujung meruncing, tepi daun rata, warna daun bagian atas hijau tua dan bagian bawah coklat kekuningan, dan permukaan daun halus. Tanaman durian berbunga sempurna, bunga muncul bergelantung dan bergerombol di cabang utama atau cabang sekunder dan tersier, satu gerombol bisa menghasilkan 3-30 bunga. Panjang bunga 5-6 cm dengan panjang tangkai bunga 5-7 cm, dan diameter bunga rata-rata 2 cm. Bentuk bunga seperti lonceng, warna kelopak bunga hijau muda, warna mahkota bunga putih sampai kerem, benang sari banyak tersusun dalam lima berkas berbentuk kipas, kepala sari beruang satu bentuknya membengkok. Bunga durian menghasilkan nektar sehingga memmpunyai daya tarik yang kuat bagi serangga penyerbuk. Bakal buah beruang 5, bakal biji banyak, bentuk buah bulat lonjong tertutup rapat oleh duri tempel yang kasar, membuka dari ujung dengan lima katup, berbau tajam. Biji jumlahnya 2-6 buah per ruang, biji diselubungi oleh selubung putih sampai kuning pucat. Proporsi bagian buah durian yang dapat dimakan (edible portion) tergolong rendah, yaitu berkisar antara 20-35% dari berat total buah, sedangkan proporsi bijinya antara 5-15%. Buah durian memiliki kandungan nutrisi tinggi, kaya akan vitamin B dan E dengan kandungan unsur Fe tinggi (Tate, 2000). Menurut Ashari (1995), setiap 100 g bahan yang dapat dimakan buah durian mengandung protein2,5 g, lemak 2,5 g, karbohidrat 28,3 g, serat 1, g, abu 0,4 g, kalsium 20 mg, fosfor 63 mg, potassium 601 mg, thiamin 0,27 mg, riboflavin 0,29 g, vitamin C 57 mg, dan air 67 g. Energi yang terkandung 520 kJ/100 g. Bau dan rasa khas durian disebabkan oleh kandungan senyawa thiols, thioester, ester, dan sulfida. Hasil utama yang dimanfaatkan adalah buahnya, dikonsumsi sebagai buah segar, biasanya menunggu matang di pohon dan dibiarkan jatuh ke tanah. Saat ini petani telah menerapkan penggunaan jaring sehingga buah yang jatuh terperangkap di
66
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
jaring, buah tidak membentur tanah sehingga secara fisik buah tidak mengalami kerusakan. Panen buah hanya sekali dalam setahun, yaitu pada Desember – Maret, atau bulan lainnya tergantung lokasi tumbuhnya. Selain dikonsumsi sebagai buah segar, buahnya dapat digunakan untuk permen, juice, es krim, dodol, kolak durian, kripik biji durian, bubur saos durian, sambal durian, surabi durian, daging buah durian kering, cokelat durian, dan pancake durian. Manfaat lainnya adalah digunakan sebagai buah untuk keperluan ritual keagamaan/bahan gebogan. Buah durian tergolong buah yang kontroversial, meskipun banyak yang menyukainya tetapi sebagian yang lain muak bahkan bisa muntah dengan aromanya. Menurut Simaremare et al. (2013), khasiat yang dimiliki buah durian untuk kesehatan adalah: (1) mencegah sembelit karena durian mengandung banyak serat sehingga bisa membantu memperlancar pencernaan dengan menyerap air dan membuat buang air besar lebih mudah dan lancer; (2) mencegah anemia karena kandungan folat yang ada di dalam durian ini dapat membantu meningkatkan produksi sel darah merah sehingga dapat secara otomatis mencegah anemia; (3) meningkatkan kesehatan kulit karena kandungan vitamin C yang tinggi dapat meningkatkan produksi kolagen, yaitu zat yang tugasnya membantu regenerasi kulit serta membuat kulit lebih kenyal dan segar; (4) menjaga kesehatan tulang melalui kandungan potasium yang tinggi; (5) menjaga gula darah karena mengandung mangan yang membantu menjaga gula darah agar tetap stabil, (6) membantu menghilangkan migrain karena durian mengandung vitamin B yang dibutuhkan untuk meringankan rasa sakit yang diakibatkan oleh migrain, dan (7) Membantu terbentuknya formasi tulang dan gigi karena durian mengandung cukup forsfor yang berperan dalam pembentukan tulang dan gigi dan mensuport kepadatan tulang. Namun demikian, efek samping makan buah durian yang terlalu banyak adalah bisa menimbulkan efek yang sangat fatal yaitu bisa menimbulkan stroke karena kandungan kolersterol buah durian yang tinggi,
67
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
disamping juga karena kandungan kalsium dan zat besi yang tinggi meyebabkan tidak terkontrolnya pergerakan usus besar ( m, 2015). Durian di Bali ditanam sebagai pohon buah di kebun/ tegalan atau di sempadan kali/sungai dan pembatas kebun pada ketinggiaan tempat 1-800 m di atas permukaan laut. Durian umumnya ditaman sebagai tanaman campuran tetapi ada juga yang mengusahakannya sebagai tanaman monokultur. Perbanyakan durian dilakukan secara vegetatif dengan sambungan/tempelan atau dengan biji. Cara perbanyakan yang sifatnya komersial dan telah dilakukan oleh para penangkar bibit di Kabupaten Buleleng adalah dengan sambungan/tempelan. Jenis-jenis durian yang dibudidayakan di Bali, yaitu durian Bestala, durian Monthong, durian Kane, dan durian Emas. Sentra produksi durian di Bali adalah di Kabupaten Buleleng, yaitu di Kecamatan Seririt meliputi Desa Munduk Bestala, Desa Bestala, Desa Gunungsari, dan Desa Mayong, dan di Kecamatan Banjar meliputi Desa Gobleg, Desa Kayu Putih, dan Desa Munduk. Namun demikian, beberapa kabupaten lainnya di Bali juga memiliki sentra produksi durian, seperti Kabupaten Karangasem di Kecamatan Sidemen, Kabupaten Tabanan di Kecamatan Selemadeg, dan Kabupaten Jembrana di Kecamatan Pakutatan. Durian Bestala merupakan durian lokal Bali yang telah dilepas sebagai durian unggul nasional berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 178/Kpts/SR.120/3/2007, Tanggal 5 Maret 2007. Keunggulan durian Bestala yaitu rasanya manis dan legit, daging buah tebal, aroma buah tidak menyengat, tekstur daging buah lembut tidak berserat, bijinya kecil gepeng, dan warna daging buah kuning muda menarik. Durian Monthong adalah jenis durian yang paling popular di Indonesia, termasuk di Bali. Durian ini berasal dari Thailand. Keunggulannya adalah berumur genjah, mampu berproduksi pada umur 4 tahun sejak ditanam dengan bibit asal sambung pucuk, produkisi buahnya banyak, dapat beradaptasi pada
68
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
berbagai tempat, ukuran buah besar, daging buah tebal dengan rasa manis legit dan aroma harum.
Gambar 3.10. Batang pohon durian bestala (a), tampilan daun pada pohon durian bestala muda (b), buah durian bestala masak siap konsumsi (c), bibit durian monthong (d), buah durian monthong di pohon (e), buah durian monthong siap konsumsi dipasarkan di pinggir jalan (f), bunga durian kane (g), buah durian kane di pohon, (h) pohon durian emas (i), dan warna daging buah durian emas (i).
Durian Kane (Chanee) yang dibudidayakan di Bali sesungguhnya juga seperti durian Monthong, yaitu berasal dari Thailand. Buahnya bulat dengan kulit kuning kecokelatan, durinya berbentuk kerucut, tajam, dan agak sukar dibelah. Rasanya tidak terlalu manis, tekstur buahnya tidak terlalu lembut
69
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
dan aromanya sedang. Keunggulan durian Kane adalah dapat dibudidayakan dan masih mampu berproduksi dengan baik walaupun ditanam pada daerah dataran tinggi, lebih dari 700 m dpl, ukuran buahnya besar, bersifat genjah dan produktivitasnya tinggi. Durian Emas ditemukan di Desa Tajun, Kecamatan Kubu Tambahan, Kabupaten Buleleng. Disebut durian Emas karena warna daging buahnya yang unik yaitu kuning tua seperti emas, sangat cerah dengan tekstur daging buah yang kenyal dan sedikit berserat, hampir tidak memiliki aroma sehingga sangat cocok bagi mereka yang kurang suka dengan bau buah durian yang menyengat. 3.11. GOWOK : Myrtaceae : Syzygium : Syzygium polycephalum (Mig.) Merr & Perry Nama Indonesia : Gowok atau Kupa Nama Lokal Bali : Kaliasem Nama Inggris : Kaliasem Famili Genus Spesies
Gowok atau Kupa yang dalam bahasa latin dinamaiSyzygium polycephalum (Mig.) Merr & Perry adalah pohon buah anggota suku jambu-jambuan atau Myrtaceae yang berasal dari Indonesia, khususnya Jawa dan Kalimantan. Gowok masih berkerabat dekat dengan jamblang (Syzygium cumini) dan jambu Semarang (Syzygium samarangense) (Heyne, 1987). Di Bali tanaman buah ini dikenal dengan nama kaliasem. Sesuai dengan namanya, buah kaliasem rasanya masam atau asam manis agak sepat tetapi segar karena mangandung banyak air. Pohon gowok berukuran kecil sampai sedang, tingginya mencapai 8-20 m. Daun tunggal berhadapan, bentuk lonjong
70
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
dengan panjang 17-25 cm dan lebar 6-7 cm. Buah bertipe buah buni berbentuk bulat agak lonjong dengan garis tengah 2-3 cm. Buahnya menempel pada tangkai persis sama dengan juwet, tersusun dalam rangkaian. Kulit buah kaku, warnanya saat muda merah tetapi setelah matang warnanya ungu tua hingga kehitaman mengkilap. Daging buah berwarna putih atau agak merah keunguan, banyak mengandung sari buah. Bijinya kecil dan gepeng dengan kulit putih atau merah ungu.
Gambar 3.11. Pohon gowok (a), tampilan duan gowok dewasa (b) dan daun gowok muda (c), buah gowok muda pada ranting atau cabang (d) dan buah siap panen (c), tampilan daging buah gowok dipotong secara horizontal (f) dan dipotong secara vertical (g).
Tanaman gowok umumnya tumbuh liar di kawasan pinggiran hutan antara ketinggian 200-1.800 m dpl. Selain itu gowok juga ditanam di kebun campuran, pekarangan, dan lahan-lahan wanatani yang lain dengan pemeliharaan kurang memadai (Anon, 2014). Tanaman gowok banyak ditemukan di Bali Timur khsususnya di sentra penghasil salak yaitu di
71
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Kecamatan Bebandem, Kecamatan Selat, dan Kecamatan Sidemen. Bentuk pohonnya yang rindang dan tidak menggugurkan daun menyebabkan pohon gowok cocok digunakan sebagai peneduh tanaman salak. Disamping itu, gowok saat ini masih dapat ditemukan di kebun-kebun pekarangan rumah dan lahanlahan wanatani yang lain. Dengan dimanfaatkan sebagai pohon peneduh, gowok dapat dikatakan berfungsi ganda karena hasil buahnya dapat dijual. Namun demikian, gowok di Bali dapat digolongkan sebagai salah satu buah yang langka karena keberadaannya tidak sebanyak buah-buahan yang lainya. Pemanfaatan gowok yang paling umum adalah untuk diambil buahnya. Buah gowok dapat dimakan segar, sebagai bahan rujak, asinan, juice, atau bahan pembuatan sirup. Dahulu buah gowok masih sering dijumpai dijual di pasarpasar tradisional, namun seiring dengan membanjirnya buah impor dan meningkatnya kualitas buah lokal yang lebih bernilai ekonomis, kini buah ini sudah sulit ditemui di pasar. Pemanfaatan lainnya adalah kayunya yang berwarna kemerahan, baik digunakan sebagai bahan bangunan maupun perabot rumah tangga. Menurut Verheij dan Coronel (1997), tanaman gowok mengandung saponin dan flafonoida (pada daun dan kulit buah) serta polifenol pada kulit batangnya. Dengan kandungan tersebut, gowok bisa dimanfaatkan sebagai obat herbal untuk mengobati sakit maag, kudis, dan gatal-gatal, serta menetralkan pengaruh mabuk karena alkohol.
72
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
3.12. JAMBU AIR Famili Genus Spesies Nama Latin Nama Indonesia Nama Lokal Bali Nama Inggris
: : : : : : :
Myrtaceae Syzygium Syzygium sp Syzygium sp Jambu air Nyamber, Nyambu Water Aplle
Jambu air merupakan tanaman asli Indonesia, diduga berasal dari kawasan Asia Tenggara, yaitu Malaysia dan Indonesia (Ashari, 2004). Menurut Verheij (1997), jenis jambu air yang enak dimakan ada dua yaitu Syzygium samarangense dan Syzygium aqueum. JambuSyzygium samarangense di Indonesia dikenal dengan nama jambu Semarang atau jambu air besar, sedangkan Syzygium aqueum disebut juga jambu aair kecil atau jambu mawar, berbiji cukup banyak dengan daging biji tipis dan kandungan airnya hanya sedikit. Kadang-kadang jambu bol (Syzygium mallacense) dengan daging buah tebal, berair, rasa daging buah manis, dan daunnya lebih lebar dibandingkan dengan jambu semarang dan jambu mawar juga dimasukkan kedalam kelompok jambu air. Jambu air berbentuk pohon, batang berkayu (lignosis) berbentuk silindris, tegak, berkulit kasar, dan berwarna coklat kehitaman. Percabangan simpodial, arah tumbuh cabang condong ke atas dan ada pula yang mendatar. Daun jambu air merupakan daun tunggal tidak lengkap, hanya memiliki tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina), lazimnya disebut daun bertangkai. Daun tunggal terletak berhadapan, bertangkai 0,51,5 cm. Helaian daun berbentuk jorong, bertulang menyirip, ibu tulang daun (costa), tulang-tulang cabang (nervus lateralis), dan urat-urat daun (vena) terlihat jelas. Tepi daun rata, ujung daun membentuk sudut tumpul (obtusus), sedangkan pangkal daun berlekuk. Bunga tumbuh dari ujung ranting atau ketiak daun
73
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
yang telah gugur, berbentuk karangan bunga dalam malai. Tiap malai berisi 3-7 kuntum bunga, warna bunga kuning keputihan. Buah jambu air tergolong tipe buah buni, berbentuk gasing dengan pangkal kecil dan ujung melebar, umumnya terdapat lekukan yang memisahkan antara bagian pangkal dengan ujung. Warna buah tergantung jenisnya, umumnya berwarna merah dan putih, tetapi ada juga berwarna putih atau kehijauan. Daging buah putih, banyak berair, hampir tidak beraroma, berasa asam atau asam manis, kadang-kadang agak sepat, tergantung varietasnya. Biji berukuran kecil jumlahnya 1-12 butir, kecuali jambu air yang tanpa biji. Kandungan kimia yang penting dari jambu air adalah gula dan vitamin C. Buah jambu air masak yang manis rasanya, selain disajikan sebagai buah meja juga untuk rujak dan asinan. Kadang-kadang kulit batangnya dapat digunakan sebagai obat (Ashari, 2004). Dalam 100 g jambu air terkandung air 93 g, protein 0,6 g, ,4 g, karbohidrat 5,7 g, kalsium 29 mg, besi 0,07 mg, magnesium 5 mg, fosfor 8 mg, potassium 123 mg, seng 0,06 mg, mangan 0,029 mg, vitamin C 22,3 mg, thiamin 0,02 mg, riboflavin 0,03 mg, niacin 0,8 mg, vitamin A 17 mcg RAE, dan energi 25 kcal ( m). Jambu air umumnya disajikan sebagai buah meja dimakan segar, atau dijadikan sebagai salah satu bahan rujak. Jambu air juga dapat dibuat menjadi salad, puree, fruit cocktail, sirop, jeli, jam, dan berbagai olahan dalam bentuk awetan lainnya. Menurut Prihatman (2000b), bunga jambu air sering dipakai sebagai obat demam serta diare, karena memiliki kandungan tanin, serta zat-zat fitokimia berbentuk asam oleanik, B-sitosterol, dan sebagai pemicu penyakit, diantaranya Staphylococcus aureus, Mycobacterium smegmatis, serta Candida albicans. Daun jambu air dapat dipakai untuk obat penurun panas dan menetralkan bau keringat, dan secara tradisional daun jambu air digunakan sebagai pembungkus tape ketan. Kayunya baik sebagai bahan
74
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
bangunan. Disamping itu, di Bali buah dan daun jambu air digunakan sebagai bahan sesajen untuk kegiatan ritual adat dan Budaya.
Gambar 3.12. Pohon jambu air (a), morfologi daun jambu air (b), buah jambu air besar (S. samarangense) warna merah (c), warna hijau (d) dan warna putih (e), serta buah jambu air kecil (S.aqueum) warna merah (f) dan warna putih (g).
Jambu air dapat ditemui di berbagai tempat di Bali, umumnya ditanam sebagai tanaman pekarangan atau sebagai tanaman campuran di kebun atau tegalan. Jenis jambu air yang banyak dibudidayakan adalah jambu air besar (S. samarangense) dengan variasi warna buah ada yang merah, hijau, dan putih dan jambu air kecil (S.aqueum) dengan warna buah merah dan putih.
75
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
3.13. JAMBU BIJI Famili Genus Spesies Nama Indonesia Nama Lokal Bali Nama Inggris
: : : : : :
Myrtaceae Psidium Psidium guajava Jambu Biji Sotong Common guava, Apple guava
Tanaman jambu biji yang di Bali dinamai sotong, diduga berasal dari Meksiko dan Peru, Amerika Tengah, menyebar ke Thailand kemudian ke negara Asia lainnya seperti Indonesia dan sekarang telah menyebar ke seluruh dunia (Prihatman, 2000c). Seperti namanya, jambu biji pada awalnya mempunyai biji yang banyak di dalam daging buahnya, tetapi dengan kemajuan teknologi saat ini sudah berhasil diciptakan jambu biji tanpa biji, atau bijinya sedikit. Jambu biji adalah salah satu tanaman buah jenis perdu, sering disebut juga jambu klutuk atau jambu batu. Jambu tersebut kemudian dilakukan persilangan melalui stek atau okulasi dengan jenis yang lain, sehingga akhirnya mendapatkan buah yang lebih besar dan berkualitas baik dengan keadaan biji yang lebih sedikit, bahkan tidak berbiji, yang diberi nama jambu bangkok, karena proses perakitannya pertama kali dilakukan di Bangkok, Thailand (Ashari, 2004). Jambu biji dapat tumbuh pada daerah dataran rendah sampai dataran tinggi pada ketinggian 1-1.200 m dari permukaan laut. Batangnya berkayu keras, bercabang dengan ruas-ruas pendek, tumbuh tegak lurus (erectus), kulit batang licin, berwarna coklat kehijauan, dan sering terlihat kerak yaitu lepasnya bagian kulit yang mati. Daun jambu biji adalah daun tunggal, tergolong daun tidak lengkap karena hanya terdiri dari tangkai dan helaian saja. Daun bertangkai pendek, letak berhadapan, daun muda berambut halus dan daun tua permukaan
76
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
atasnya licin. Helaian daun berbentuk bulat telur agak jorong, ujung tumpul, pangkal membulat, tepi rata agak melekuk ke atas, pertulangan menyirip, panjang 6-12 cm, lebar 3-6 cm. Bunga tunggal, bertangkai, keluar dari ketiak daun, berkumpul 1 sampai 3 bunga, berwarna putih. Bunga jambu biji kecil-kecil berwana putih terdiri atas 4-5 daun kelopak dan sejumlah daun mahkota, memiliki benang sari yang banyak tetapi hanya memiliki satu tangkai putik. Buahnya buah buni, berbentuk bulat sampai bulat telur, warna buah matang bervariasi ada yang hijau kekuningan, hijau kemerahan, dan merah jambu, tergantung jenisnya. Jika berbiji maka bijinya terdapat pada daging buah (Dalimartha, 2008). Beberapa jenis jambu biji yang dibudidayakan atau tumbuh liar yang ditemukan di Bali, yaitu: 1. Jambu Kristal. Jambu ini introduksi dari Taiwan, buah berukuran besar, permukaan buah bergelombang, daging buah bersih dan putih, berbiji sedikit atau tidak berbiji, terksturnya renyah, dan rasanya agak manis (Abdurahman, 2013). 2. Jambu Susu. Jambu ini tergolong varietas lokal, buahnya bertekstur lembut, kulit buah tipis dan berwarna hijau kekuningan bila masak. Bentuk buah agak lonjong dengan bagian ujung membulat, sedangkan bagian pangkal dekat tangkai buah meruncing (Parimin 2005). Dari pengamatan di Bali, ditemukan dua varian jambu susu yaitu jambu Susu Putih daging buahnya berwarna putih, dan jambu Susu Merah daging buahnya merah, sering disebut dengan nama jambu Dadu. Jambu Susu Merah rasanya kurang manis dan buahnya cepat lembek dan membusuk. 3. Jambu Bangkok. Seperti namanya jenis jambu ini berasal dari Bangkok, Thailand, memiliki ukuran buah besar, daging tebal dan sedikit biji (Soedarya, 2010). Buah muda berwarna hijau kekuningan, sedangkan yang tua merah bergaris hijau kekuningan. Rasanya manis asam dengan
77
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
4.
5.
6.
7.
78
kandungan air sedikit sehingga teksturnya agak keras dan renyah (Parimin, 2005). Jambu Sukun. Jambu Sukun adalah jambu asli Indonesia yang tidak berbiji (triploid) atau bijinya sangat sedikit hanya 2-3 biji, daging buah berwarna putih, tebal, padat, serta bertesktur keras. Bagian luar buah terasa renyah dan semakin kedalam teksturnya semakin empuk (Soedarya, 2010). Bentuk buahnya mirip apel, tetapi kelemahannya bentuk buah tersebut dapat berubah menjadi bundar atau bulat dan rongga bakal biji dari berongga menjadi padat dan berisi biji. Kulit buahnya bila matang berwarna hijau keputihan. Jambu Sukun dapat berproduksi sepanjang tahun, meskipun relatif sedikit ( jatger.net/2013/01/jenis-jenis-jambu-biji.html, diaskes 12 September 2015). Jambu Pir/Pear. Kekhasannya jambu ini adalah bentuk buahnya menyerupai buah pir, kulit buahnya berwarna hijau muda saat buah masih muda dan akan berganti warna menjadi kuning muda saat sudah masak. Daging buah saat masih muda berwarnah merah muda dan akan semakin merah jika dewasa atau sudah dapat di panen. Jambu Merah Getas. Jambu ini adalah hasil silangan jambu Bangkok dengan jambu Susu Merah. Buahnya berukuran besar, bijinya sedikit, daging tebal berwarna merah menyala atau merah cerah, tebal, teksturnya lunak, rasa manis, dan aromanya harum (Parimin, 2005). Jambu Australia. Jambu ini diintroduksi dari Australia, memiliki tajuk dan bentuk yang hampir sama dengan jambu biji pada umumnya, kekhasannya adalah batang, daun, maupun buahnya berwarna merah keunguan atau merah tua (Parimin, 2005). Karena warnanya yang menarik, berbeda dari jambu jenis lainnya, jambu ini juga juga difungsikan sebagai tanaman hias. Buahnya manis bila sudah masak, tetapi tawar bila belum matang.
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
8.
9.
Jambu Varigata. Jambu ini memiliki kekhasan dalam satu tanaman ada tiga jenis warna daun yang berbeda, yaitu hijau tua polos tanpa belang-belang, hijau belang-belang putih dan hijau belang-belang merah. Buah berbentuk bulat simetris, warna kulit buah hijau belang-belang kekuningan setelah matang, daging buah berwarna putih, berbiji, dan rasanya tidak terlalu manis (Parimin, 2005). Jambu biji lokal. Jambu biji ini tumbuh liar, buah kecilkecil, bentuk buah lancip di ujung, kulitnya tebal, daging buah keras dan banyak biji (daging buah dominan diisi oleh biji).
Jambu biji dulu sering disebut sebagai poor man’s apple oleh penulis asing (Ashari, 1997), karena bijinya yang banyak dan harganya yang relatif murah dibandingkan dengan buahbuahan lain. Namun kini dengan ditemukannya berbagai jenis jambu biji berkualitas baik, bahkan tanpa biji (seedless) dengan rasa yang enak, manis, dan renyah, masyarakat dan investor banyak yang tertarik berinvestasi untuk mengembangkan jambu biji, menyebabkan harga dan gengsi dari buah ini tidak kalah dibandingkan dengan buah-buahan lainnya. Tanaman jambu biji sangat mudah dibudidayakan di berbagai jenis lahan, dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Selain itu, perawatannya juga cukup mudah sehingga siapa saja bisa menanamnya sendiri. Oleh karena itu, jambu biji dapat ditemukan secara sporadis di berbagai tempat di Bali, diusahakan sebagai tanaman pekarangan, tumbuh liar di kebun atau tegalan, dibudidayakan dalam pot sebagai hobi, atau diusahakan secara komersial dengan pemeliharaan intensif. Saat ini di beberapa tempat di Bali sudah mengembangkan jambu biji secara komersial sehingga telah ada beberapa sentra produksi jambu biji, yaitu di Kecematan Petang, Badung Utara, dengan sentra produksi jambu Kristal di Desa Plaga, Semanik, Belok, Lawak, Jempanang dan Sekarmukti; dan di Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng,
79
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
dengan sentra produksi jambu Kristal di Desa Tinga-Tinga, Sanggalangit, dan Gerokgak.
Gambar 3.13. Kebun jambu kristal (a), bunga jambu biji kristal (b), buah muda jambu biji kristal (c), daging buah jambu biji kristal dengan biji sedikit (d), jambu susu merah (e), jambu Bangkok (f), jambu sukun (g), jambu pir di pohon (h) dan perbedaan antara jambu pir muda dan matang (i), jambu merah getas (j), jambu Australia (k), daun dan bunga jambu biji varigata (l), buah muda jambu biji varigata (m), jambu biji lokal di pohon (n), dan perkembangan buah jambu biji lokal dari muda sampai matang (o).
80
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Jambu Biji tergolong tanaman kaya manfaat. Buahnya yang matang biasanya dimakan segar sebagai buah meja atau dipakai juice. Disamping itu, daging buah jambu biji yang sudah matang dapat diproses menjadi produk olahan seperti jeli, selai, tepung jambu biji, salad buah, sop buah, keripik, sari buah, dan minuman segar. Menurut Prihatman (200c), buah muda jambu biji dan daunnya dapat digunakan untuk mengobati diare, sedangkan kayu pohon jambu biji yang cukup keras dapat digunakan untuk perabot rumah tangga. Kandungan buah jambu biji (dalam 100 gr), yaitu kalori 49 kcal; vitamin A 25 SI; vitamin B1 0,02 mg; vitamin C 87 mg; kalsium 14 mg; hidrat arang 12,2 gr; fosfor 28 mg; besi 1,1 mg; protein 0,9 mg; lemak 0,3 gr; dan air 86 gr. Daun tanin dan zat lain kecuali tannin, yaitu minyak atsiri, asam ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat, asam oleanolat, asam guajaverin, dan vitamin C. 3.14. JAMBU BOL Famili Genus Spesies Nama Indonesia Nama Lokal Bali Nama Inggris
: : : : : :
Myrtaceae Syzygium Syzygium malaccensis L. Jambu bol Nyambu bol, Nyambu rata Malay apple
Jambu bol yang dalam Bali dinamai nyambu bol atau nyambu rata adalah pohon buah kerabat jambu-jambuan yang sering disebut dengan jambu Jamaika, dapat hidup sampai puluhan tahun. Buah jambu ini memiliki tekstur daging yang lebih lembut dan lebih padat dibandingkan dengan jambu air. Jambu bol sebenarnya merupakan jambu lokal Indonesia dan harganya yang cukup mahal karena rasanya yang enak dan khas dibanding jambu lainnya. Disebut sebagai jambu Jamaika karena warnanya yang merah agak kehitaman ketika matang seperti kulit orang Jamaika (Sastrapraja et al., 1980).
81
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Tanaman jambu bol mempunyai daya adaptasi yang besar di lingkungan tropis dari dataran rendah sampai dataran tinggi hingga ketinggian 1.200 m dpl. Di Bali tanaman ini belum ada yang mengusahakan secara komersial dalam skala luas, tetapi dapat ditemukan secara sporadis dan ditanam sebagai usaha sampingan di pekarangan, tegalan atau kebun, dan dalam pot dalam jumlah yang terbatas. Jambu bol diperbanyak dengan biji, bisa juga dengan cangkokan. Tanaman ini berbuah musiman, panen sekali dalam setahun, musim panen di Bali umumnya jatuh pada September – Desember, atau bulan lain tergantung lokasi tumbuhnya. Di Bali ditemukan dua jenis jambu bol, yaitu jambu bol merah memiliki buah warna merah gelap saat matang dan jambu bol putih dengan buah saat matang berwarna putih bergaris merah. Secara morfologi tinggi pohon jambu bol dapat mencapai sekitar 15 m. Batang lurus, bercabang rendah dan bertajuk rimbun membulat, susunan daun rapat dan padat, sehingga memberikan naungan yang berat. Kulit batang berwarna kelabu tua. Daun tunggal, tebal, dan agak kaku, terletak berhadapan dengan tangkai pendek 1-1,5 cm, bentuk daun segi panjang elips, ujung runcing atau tumpul, warna daun waktu muda hijau kemerahan, saat tua permukaan atas hijau tua dan bawah hijau kekuningan kusam tidak berbulu, banyak bintik-bintik kecil. Karangan bunga tumbuh pada bagian ranting yang tak berdaun (sering pula pada cabang dekat batang utama), bertangkai pendek dan menggerombol, berwarna merah atau kemerahan sangat menarik, berbau haurum dengan mahkota bunga dan benang sari yang cepat rontok. Buah buni, berbentuk bulat panjang sampai menjorong, ujung datar dan sedikit cekung, bagian pangkal bulat, bergaris merah tua, merah muda, kuning pucat dan putih kekuningan tergantung jenis jambu bol. Daging buah padat, tebal, berwarna putih dengan banyak sari buah dan wangi yang khas, rasanya asam manis sampai manis, tetapi ada yang manis asam dan ada juga yang sepat. Bijinya sebutir, bulat
82
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
kecoklatan, berukuran besar, dan berdiamater 2,5-3,5 cm (Steenis, 1981; Verheij dan Cronel, 1987).
Gambar 3.14. Pohon jambu bol (a), bunga jambu bol (b), buah jambu bol merah matang di pohon (c), jambu bol di took buah (d), buah jambu bol putih di pohon (e), dan buah jambu bol putih matang (f).
Karena rasa dan aromanya yang khas, Jambu bol pada umumnya banyak disukai orang. Buah ini umumnya dimakan segar, atau dijadikan sebagai salah satu bahan rujak, asinan, dan kripik. Selain itu, jambu bol ternyata juga memilki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh. Hal itu disebabkan karena kandungan nutrisi dan senyawa kimia yang terdapat di dalamnya, yakni vitamin C, vitamin A, air, thiamin, riboflavin, serat, karbohidrat, kalsium, dan masih banyak lagi yang lainnya. Jambu bol dipercaya dapat mengatasi sembelit, diabetes, sakit kepala, batuk dan radang selaput lendir pada saluran napas. Sedangkan biji, kulit kayu dan daunnya memilki sifat antibiotika dan memiliki efek terhadap tekanan darah dan pernapasan. Kayunya dapat dimanfaatkan untuk bahan bangunan (Sastrapraja et al., 1980). Menurut Rukmana (1998), manfaat jambu bol bagi kesehatan
83
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
adalah: (1) meredakan sariawan dengan menggunakan air seduhan kulit kayu jambu bol atau air seduhan bubuk dari daun kering; (2) meredakan disentri, mengatasi bengkak dan dan mengobati gatal-gatal dengan menggunakan air seduhan akar jambu bol, (3) mengobati infeksi mulut dan gangguan tenggorokan dengan menggunakan juice daun dan ekstrak kulit kayu; (4) sebagai antibiotic yaitu biji, kulit kayu dan daun jambu bol menunjukkan aktivitas antibiotika dan memiliki efek terhadap tekanan darah dan pernapasan, dan (5) mengatasi demam dan pelembab kulit dengan menggunakan air seduhan daun, buah dan biji, serta juice daun muda. 3.15. JAMBLANG Famili Genus Spesies Nama Indonesia Nama Lokal Bali Nama Inggris
: : : : : :
Myrtaceae Syzygium Syzygium cumini Jamblang atau Duwet Juwet Java plum
Jamblang atau duwet (Syzygium cumini) yang di Bali disebut juwet adalah sejenis pohon buah dari suku jambujambuan (Myrtaceae) yang kini termasuk salah satu tanaman tergolong langka dan jarang dibudidayakan. Di beberapa daerah di Indonesia jamblang dikenal dengan nama yang berbedabeda, seperti jambe kleng (Aceh), jambu kling (Gayo), jambu kalang (Minangkabau), jamblang (Betawi dan Sunda), juwet, duwet, duwet manting (Jawa), dhuwak (Madura), klayu (Sasak), jambula (Flores), atau jambula (Ternate) (Dalimartha, 2007). Jamblang tergolong tanaman pohon yang kokoh dan berkayu, tingginya hingga 20 m, warna batang putih kotor, tidak menggugurkan daun, bercabang rendah, dan bertajuk bulat, tapi kadang tidak beraturan. Daun tunggal, tebal, daun-daun
84
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
terletak berhadapan, bertangkai 1-3,5 cm. Helaian daun bulat telur terbalik, agak jorong sampai jorong lonjong, pangkalnya lebar berbentuk pasak atau membundar, ujung tumpul atau agak melancip, bertepi rata. Pertulangan daun menyirip, daun yang muda berwarna merah jambu sedangkan daun dewasa berwarna hijau tua. Daunnya apabila diremas berbau terpentin (Heyne, 1987). Bunga tumbuh di ketiak daun dan di ujung percabangan. Kelopak bunga Jamblang berbentuk lonceng, berwarna hijau muda. Mahkota bunga berbentuk bulat telur dengan banyak benang sari yang berwarna putih dan berbau harum. Buahnya buah buni berbentuk lonjong sampai bulat telur, sering agak bengkok, kulit tipis licin mengkilap, warna merah tua sampai ungu kehitaman. Daging buah putih, kuning kelabu sampai agak merah ungu, hampir tak berbau, dengan banyak sari buah. Rasanya sepat masam sampai masam manis. Biji lonjong dengan panjang mencapai 2-3,5 cm (Dalimartha, 2008). Sebaran alami tanaman jamblang sangat luas mulai dari daerah tropis sampai subtropis, baik dibudidayakan atau liar, dari dataran rendah hingga dataran tinggi pada ketinggian 1800 m dpl. Umumnya, jamblang diperbanyak dengan biji atau secara vegetatif dengan cangkok. Di Bali jamblang dibudidayakan di pekarangan dan tegalan atau tumbuh secara liar di pinggiran kali, sempadan sungai, semak belukar, dan hutan. Budidaya jamblang di Bali belum ada, tidak seperti di Filipina dimana jamblang diusahakan secara komersial untuk dijadikan anggur jamblang (Heyne, 1987). Di Bali ditemukan dua jenis jamblang, yaitu jambang merah dan jamblang putih. Selain warna buahnya saat matang, kedua jenis jamblang tersebut memiliki ciri-ciri yang sama. Yang membedakan adalah jamblang merah memiliki buah saat matang berwarna merah keunguan sedangkan jamblang puith buahnya saat matang berwarna putih. Walaupun hampir di setiap desa di Bali masih bisa dijumpai jamblang, tetapi populasinya semakin menurun sehingga menjadi tanaman buah yang semakin langka, terutama jamblang yang buahnya berwarna
85
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
putih. Jamblang putih antara lain ditemukan di Bukit Abah, Desa Dawan, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung. Pohon jamblang putih tersebut diperkirakan sudah berumur ratusan tahun, dan oleh masyarakat sekitar dipercaya memiliki manfaat dapat menyebuhkan berbagai macam penyakit.
Gambar 3.15. Pohon jamblang putih di Bukit Abah, Kecamatan Besan, Kabupaten Klungkung (a), batang pohon jamblang putih telah berumur ratusan tahun dikeramatkan dengan diberi “saput poleng” (b) dan diberikan plakat nama (c), daun jambang putih (d) serta bunga dan buah jamblang putih (e), bunga dan buah muda jamblang merah (f), dan buah jamblang merah matang di pohon (g).
Buah jamblang dapat dimakan segar, atau dibuat rujak kocok yaitu buah yang masak dicampur dengan sedikit garam dan gula, lalu dikocok di dalam wadah tertutup sampai lunak dan berkurang sepatnya. Buah jamblang kaya vitamin A dan C, dapat dijadikan sari buah, jeli atau anggur. Jamblang mengandung minyak atsiri, jambosin, asam organik, triterpenoid, dan resin yang
86
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
mengandung asam elagat, dan tanin (Dalimartha, 1999). Menurut situs iptek.net.id, daging buah jamblang yang rasanya asam manis berkhasiat melumas organ paru, mengurangi noda gigi, menghentikan batuk, peluruh kencing (diuretik), peluruh kentut (karminatif), memperbaiki gangguan pencernaan, berkasiat sebagai alat kontrasepsi untuk laki-laki, dan menurunkan kadar glukosa darah (hipoglikemik). Biji, daun, dan kulit kayu jamblang mempunyai khasiat menurunkan kadar glukosa darah (efek hipoglikemik) pada penderita diabetes mellitus, mencegah timbulnya katarak akibat diabetes, dan menurunkan risiko timbulnya atherosklerosis sampai 60–90% pada penderita diabetes, karena kandungan oleanolic acid pada jamblang dapat menekan peran radikal bebas dalam pembentukan atherosklerosis. Kayu pohon jamblang dapat digunakan sebagai kayu bakar dan untuk bahan bangunan, meskipun tidak istimewa dan agak mudah pecah. Kayu ini cukup kuat, tahan air dan serangan serangga, sekalipun agak sukar dikerjakan. Kulit kayunya menghasilkan zat penyamak (tanin) dan dimanfaatkan untuk bahan pewarna alami. Kepingan kecil kayu jamblang segar juga kadang-kadang dibubuhkan untuk menghambat keasaman tuak. Daunnya kerap digunakan sebagai pakan ternak. Pohon jamblang juga ditanam sebagai pohon peneduh di pekarangan dan perkebunan (misalnya untuk meneduhi tanaman kopi), atau sebagai penahan angin (wind break). Bunga-bunganya juga baik sebagai pakan lebah madu.
87
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
3.16. JERUK Famili Genus Spesies Nama Indonesia Nama Lokal Bali Nama Inggris
: : : : : :
Rutaceae Citrus Citrus sp Jeruk Juuk Orange
Jeruk adalah tumbuhan berbunga anggota dari marga/ genus Citrus dari suku/famili Rutaceae (jeruk-jerukan). Marga dari jeruk-jerukan berbentuk pohon dengan buah berdaging, rasanya bervariasi dari masam sampai manis segar. Rasa masam berasal dari kandungan asam sitrat yang memang terkandung pada semua jenis jeruk (Ashari, 2004). Keanekaragaman jeruk sangat tinggi sehingga seringkali menyulitkan dalam melakukan klasifikasi, penamaan, dan pengenalan terhadap anggotaanggotanya. Jeruk dapat berupa pohon kecil, perdu atau semak besar dengan ketinggian dapat mencapai 15 m. Batang muda, cabang, dan rantingnya berduri cukup panjang, tergantung jenisnya, tetapi tidak rapat. Daun tunggal dengan tepi rata, berwarna hijau, permukaan licin dan berminyak. Bunga tunggal atau dalam kelompok, berwarna putih atau kuning pucat, stamennya banyak, dan barbau harum. Buah membulat dengan ukuran bervariasi tergantung jenisnya. Kulit buah biasanya berdaging dengan minyak atsiri yang banyak. Marga jeruk-jerukan dapat tumbuh dengan baik mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi lebih dari 700 m dpl. Keadaan iklim yang baik bagi tanaman jeruk tergantung jenisnya. Umumnya jenis jeruk keprok cocok di dataran rendah sedangkan jeruk siam di dataran tinggi. Tetapi, apapun jenisnya jeruk harus ditanam di tempat terbuka atau mendapat cukup sinar matahari langsung karena tergolong tanaman yang tidak
88
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
suka naungan. Keadaan tanah yang baik untuk ditanami jeruk adalah tanah yang gembur, memiliki kandungan bahan organik yang tinggi, memiliki aerasi dan drainase yang baik, dengan nilai kemasaman (pH) 6-7. Menurut Ashari (2004), jeruk sebagai genus Citrus terdiri atas dua subgenus, yaitu Eucitrus sebagai kelompok jeruk yang buahnya dimakan segar dan Papeda sebagai kelompok jeruk yang buahnya tidak untuk dimakan langsung atau dimakan segar karena rasanya asam, seperti jeruk nipis, jeruk lemon atau jeruk sitrun, dan jeruk purut. Di Indonesia, sedikitnya ada 160 varietas jeruk yang dibudidayakan dan beberapa spesies bisa saling bersilangan dan menghasilkan spesies baru dengan karakter khas. Jeruk subgenus Eucitrus yang dibudidayakan di Indonesia dapat diklasifikasikan menjadi empat golongan, yaitu: 1. Jeruk Keprok, yaitu jeruk yang dalam perdagangan internasional disebut jeruk Mandarin. Jenis jeruk ini mengandung banyak air, berkulit tebal, tetapi mudah dikupas langsung. Contohnya jeruk Keprok Tejakula, Keprok Garut, dan Keprok Soe dari NTT. Jenis jeruk keprok impor yang terkenal antara lain adalah Lokam dan Ponkam. 2. Jeruk Siam atau disebut juga jeruk Tangerine, yaitu jeruk berkulit tipis, banyak mengandung air dan mudah dikupas langsung. Contohnya Jeruk Siam Kintamani, Jeruk Pontianak, dan Jeruk Medan. 3. Jeruk Manis atau Jeruk Potong, yaitu jeruk berkulit agak tebal dan harus dipotong dengan pisau saat akan dikonsumsi. Contohnya Jeruk Brastagi dan Jeruk Pacitan. Jenis jeruk manis/potong impor yang terkenal adalah Jeruk Navel dan Jeruk Valensia. 4. Jeruk Besar atau Jeruk Bali, yaitu jeruk yang buahnya berukuran besar, kulit buah tebal, daging buah memilik rasa getir, dan pohonnya besar. Contohnya Jeruk Bali dan jeruk Magetan. Belakangan ini Jeruk Besar sering diubah namanya menjadi Pamelo.
89
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Jenis-jenis jeruk yang ditemukan di Bali, baik yang dibudidayakan maupun yang tumbuh liar, yaitu: 1. Jeruk Keprok (Citrus reticulate Blanco) Jeruk ini dalam bahasa Bali disebut Juuk Semaga. Jenis jeruk keprok yang ada di Bali ada beberapa varian, tetapi yang paling terkenal adalah jeruk keprok Tejakula yang banyak ditemukan di Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, dan di daerah Bukit Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung. Varian jeruk keprok lainnya adalah keprok Slayer, keprok Brastagi, dan keprok Batu, yang ditanam diberbagai tempat seperti di Kintamani, Bangli; di Kecamatan Payangan dan Tegalalang, Gianyar, di Kecamatan Petang, Badung Utara, dan di Kecamatan Rendang, Karangasem. Buah berbentuk bulat pendek, kulit buah permukaannya halus licin dengan ketebalan sekitar 2 mm. Ujung buah tumpul dan tidak berpusar buah. Daging buah bertekstur lunak dan mengandung banyak air. Kematangan buah tampak dari perubahan warna kulit buah pada bagian pangkal dari hijau menjadi kekuningan. Bentuk bijinya oval dengan permukaan halus dan berurat sangat nyata. Jeruk keprok tumbuh berupa pohon berbatang rendah dengan tinggi antara 2-8 m. Umumnya tanaman ini tidak berduri. Batangnya bulat atau setengah bulat dan memiliki percabangan yang banyak dengan tajuk rindang. Dahannya kecil dan letaknya berpencar tidak beraturan. Daun berbentuk bulat telur memanjang, elips, atau lanset dengan pangkal tumpul dan ujung meruncing seperti tombak. Permukaan atas daun berwarna hijau tua mengkilat, sedangkan permukaan bawah hijau muda. 2.
Jeruk Siam (Citrus sinensis L.) Sama halnya seperti jeruk Keprok, jenis jeruk Siam (dalam Bahasa Bali disebut Juuk Siem) yang ditemukan di Bali terdiri atas beberapa varian. Varian yang paling popular adalah jeruk Siam yang dibudidayakan di Kintamani, Bangli, yang sering disebut jeruk Siam Kintamani. Varian-varian lain jeruk siam ditanam
90
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
diberbagai tempat seperti di Kecamatan Petang, Badung Utara, Kecamatan Payangan dan Tegalalang, Gianyar, Kecamatan Sukasada, Buleleng, dan Kecamatan Rendang, Karangasem. Pohon jeruk Siem dapat tumbuh baik pada ketinggian tempat 1.100-1.500 m dpl. Tinggi tanaman dapat mencapai 5 m, tajuk berbentuk kubah, batang tegak, silindris, berduri, percabangan simpodial, dan rantingnya tidak berduri. Bentuk daun bulat telur memanjang dengan ujung tumpul, melekuk ke dalam sedikit, tepinya bergerigi atau beringgit kecil. Buah berbentuk bulat agak gepeng dengan panjang 5-8 cm, tebal kulitnya 0,2-0,3 cm dan daging buah berwarna oranye. Kulit buah tipis dan mudah dikupas, daging buah halus, dan air buah banyak. Sifat berbuah musiman, dapat berbuah 2 kali dalam setahun dengan musim panen raya umumnya bulan September sampai Oktober, tetapi tergantung lokasi tumbuhnya. 3.
Jeruk Manis (Citrus sinensis Osbeck) Jeruk Manis (Citrus sinensis Osbeck) di Bali tidak sepopuler jeruk keprok Tejakula atau jeruk Siam Kintamani. Jeruk tersebut yang dalam Bahasa Bali disebut Juuk Peres diusahakan secara sporadis dan tidak/belum ada sentra produksi yang menonjol di Bali, ditanam di pekarangan, tegalan/kebun atau dalam pot. Buah matang berwarna hijau, hijau kekuningan atau jingga, berkulit agak tebal, dan daging buahnya mengandung banyak air. Pemanfaatan yang paling popular adalah airnya diperas untuk air jeruk panas atau dingin. Jeruk Manis memiliki tajuk bulat dengan kerimbunan sedang. Batangnya mempunyai duri yang kuat dengan percabangannya tegak. Bentuk daun elips atau bulat telur, ujung daun meruncing atau tumpul dan umumnya sedikit berlekuk ke dalam. Tepi daun bergerigi halus, permukaan daun bagian atas tidak berbulu, berwarna hijau tua mengkilat, dan bersemburat titik-titik kuning muda. Tangkai daun pendek dan berbentuk setengah bulat dengan warna hijau muda pada bagian bawah dan hijau tua pada bagian atas. Daun memiliki sayap
91
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
berbentuk bulat telur terbalik. Bentuk buah bulat lonjong dengan ujung buah bundar. Daging buah bertekstur lunak dan banyak mengandung air. Rasanya manis, segar, dan berbau harum. 4.
Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle) Jeruk Nipis yang dalam Bahasa Bali disebut Juuk Nipis merupakan jeruk yang kulit buahnya berwarna hijau mengkilap atau hijau kekuningan setelah matang. Buahnya kecil berbentuk bulat lonjong, tekstur kulitnya licin dan halus. Cita rasa buahnya sangat asam, sedikit pahit, dan mempunyai sensasi rasa dingin. Menurut Ferguson (2002), jeruk nipis umumnya digunakan untuk penyedap masakan, tetapi sering juga dimanfaatkan untuk mengempukkan dan mengurai serat daging, menghilangkan bau amis pada ikan dan daging, memberikan rasa segar dan dingin alami, bahan obat-obatan tradisional, membersihkan karat pada logam, atau dijadikan sebagai bahan membuat aroma terapi. 5.
Jeruk Lemon (Citrus lemon L.) Berbeda dengan jeruk nipis yang saat matang berwarna hijau sampai hijau kekuningan, warna kulit buah matang dari jeruk lemon adalah kuning cerah mengkilap dan licin. Pohon jeruk lemon dapat tumbuh mencapai 30 m sedangkan jeruk nipis hanya mencapai 15 m. Buah jeruk lemon rasanya asam dengan aroma khas. Ferguson (2002) menyatakan bahwa manfaat jeruk lemon relatif berbeda dengan jeruk nipis, yaitu jeruk nipis berkhasiat sebagai zat pendingin sedangkan jeruk lemon lebih berkhasiat sebagai aromatik, anti inflamasi, dan diuretik. Walaupun tidak dapat dimakan langsung, manfaat jeruk lemon sangat luas yaitu sebagai penambah rasa pada minuman segar, digunakan untuk hiasan aneka minuman, punch dan salad di hotel atau restoran dengan dipotong tipis melintang, buah berikut kulitnya bisa dibuat menjadi selai jeruk (selai marmalade), memutihkan pakaian sekaligus menghilangkan noda, juga bermanfaat bagi kesehatan, kecantikan kulit, wajah dan rambut. Sebelum digunakan secara
92
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
luas dalam dunia pengobatan modern, nenek moyang kita sejak zaman dahulu kala sudah memanfaatkan jeruk lemon sebagai bahan untuk membuat ramuan tradisional guna menyembuhkan berbagai penyakit dan gangguan kesehatan, seperti menurunkan berat badan, menjaga kesehatan gigi, melancarkan pencernaan dan pernafasan, mengobati radang tenggorokan, menurunkan tekanan darah tinggi, mengobati cacingan, mengatasi jerawat, menghilangkan ketombe, menghilangkan kerutan dan keriput pada kulit, membantu mencerahkan kulit, dan mengatasi kulit berminyak. 6.
Jeruk Purut (Citrus hystrix Blanco) Jeruk purut tergolong varietas lokal yang perasan airnya hanya sedikit sehingga yang dimanfaatkan disamping daging buahnya, juga bagian kulit buah dan daunnya sebagai bumbu penyedap masakan. Jeruk rempah ini termasuk ke dalam subgenus Papeda. Habitus berbentuk pohon kecil (perdu) dengan tinggi pohon kurang lebih 3-5 meter, rantingnya berduri tajam, dan mempunyai banyak cabang. Nama latin jeruk purut citrus hystrix ini berarti Jeruk Landak, merujuk dari duri-duri yang ada pada batangnya mirip seperti landak. Daun berbentuk khas seperti dua helai yang tersusun vertikal akibat pelekukan tepinya yang ekstrem membentuk angka 8. Daun berwarna hijau tua, tebal, permukaannya halus dan licin. Buahnya kecil, membulat, berdiameter 1-2 cm, warna hijau tua, berkulit tebal, berkerut dengan permukaan kulit kasar ditandai dengan tonjolan-tonjolan pada permukaan kulit sehingga penampilannya mudah dikenali. Jeruk ini ditanam sebagai usaha sampingan di pekerangan atau dalam pot. Menurut l (diunduh 21 Juli 2015), daun jeruk purut mengandung zat tanin, steroid triterpenoid dan minyak asiri. Kulit buahnya mengandung zat saponin, tanin, steroid triterpenoid dan minyak asiri yang mengandung sitrat. Buah jeruk purut tidak untuk dimakan, tetapi untuk pengharum dan penyedap aroma masakan, penetral bau amis daging atau ikan, atau untuk obat tradisional.
93
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
7.
Jeruk Limau (Citrus amblycarpa) Jeruk limau yang dalam Bahasa Bali dinamai Lemo, disebut juga sebagai jeruk sambal karena fungsi utamanya sebagai bahan bumbu masakan. Makanan yang diberikan jeruk limau akan menambah harum aroma masakan tersebut. Banyak orang yang salah mengenai jeruk ini yang menganggap jeruk limau atau jeruk sambal sama dengan jeruk nipis. Jeruk ini hampir mirip dengan jeruk purut, namun bentuknya lebih kecil. Jeruk Limau memiliki pohon berbentuk perdu kecil dengan tinggi 1-2 m. Buah kecilkecil, berdiameter 2-3 cm. Daun majemuk, tipis, berwarna hijau tua, dan beraroma wangi. Bunga bewarna putih dan beraroma wangi. Ukuran buah lebih kecil dari pada jeruk lemon dan jeruk nipis, berkulit tebal dengan tekstur kulit kasar dan berkerutkerut, tidak halus seperti jeruk lemon dan jeruk nipis, warna kulit buah matang hijau tua. Daging buah bewarna putih, cita rasa cenderung lebih asam dan kecut dari jeruk nipis atau jeruk lemon tetapi mempunyai aroma yang segar. Manfaat jeruk sambal yaitu daun dan buahnya dipakai untuk campuran bumbu masak, campuran sambal, bahan penyedap masakan, dan mencerahkan kulit wajah.
94
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
a
e
i
m
b
c
d
g
f
h
k
j
n
l
o
Gambar 3.16. Pohon jeruk keprok (a), buah jeruk keprok (b), buah jeruk siam di pohon (c), tampilan daging buah jeruk siam (d), buah jeruk manis di pohon (e), tampilan daging buah jeruk manis (f), percabangan dan daun jeruk nipis (g), tampilan daging buah jeruk nipis (h), buah jeruk lemon di pohon (i), tampilan daging buah jeruk lemon (j), buah muda jeruk purut pada ranting pohon (k), kerutan kulit buah dan tampilan daging buah buah jeruk purut (l), tampilan daun jeruk limau (m), buah jeruk limau muda di pohon (n), dan buah jeruk limau matang (o).
95
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
3.17. JERUK BESAR Famili Genus Spesies Nama Indonesia Nama Lokal Bali Nama Inggris
: : : : : :
Rutaceae Citrus Citrus maxima (Burm.) Merr Jeruk Besar, Pamelo Jeruti, Jerungga Pommelo, Pummelo
Jeruk Besar yang di Bali lazim disebut dengan jeruti atau jerungga merupakan komoditas buah yang dikenal oleh hampir seluruh kalangan masyarakat lokal Bali. Bahkan, jeruk besar bagi sebagian masyarakat Indoensia lebih familiar disebut dengan nama jeruk Bali, tetapi akhir-akhir ini nama jeruk besar atau jeruk Bali tersebut oleh Depatemen Pertanian Republik Indonesia disebut dengan nama baru yaitu pamelo. Nama latin jeruk ini Citrus maxima (Burm.) Merr., sering disinonimkan dengan Citrus aurantium var. Grandis L. atau Citrus grandis L. Osbeck atau Citrus decumana L. (Verhij dan Coronel, 1997). Tanaman jeruk besar di Bali tersebar secara luas di seluruh kabupaten/kota di Bali. Bahkan menurut Dalimartha (2007), sentra produksi jeruk besar di Indonesia adalah di Provinsi Bali dan Jawa Timur. Pada tahun enam puluhan, jeruk besar dapat dijumpai hampir di setiap pekarangan di Bali yang ditanam bersama dengan tanaman lainnya, tetapi sekarang populasi jeruk besar telah mengalami penurunan drastis. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh banyak tanaman jeruk besar yang ditebang, karena terjadi alih fungsi lahan pekarangan dijadikan lahan untuk perumahan atau diganti dengan tanaman lain. Selain itu, faktor yang turut mempercepat terjadinya penurunan populasi jeruk nesar di Bali adalah serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) yang tidak dapat diatasi, terutama yaitu penyakit blendok (Diplodia sp.).
96
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Bagi daerah Bali, Jeruk besar tidak saja mempunyai nilai ekonomis penting tetapi juga tergolong tanaman yang bernilai budaya tinggi. Buah jeruk besar merupakan salah satu jenis buah yang selalu dicari oleh ibu rumah tangga untuk kepentingan upacara agama, dipakai sebagai bahan sesajen untuk membuat Gebogan (sesajen yang tersusun dari berbagai jenis buah-buahan tertentu dengan hiasan janur dihaturkan saat upacara agama). Di samping itu, kayunya digunakan untuk perlengkapan peralatan membajak, gagang perkakas, bahan bangunan serta untuk bingkai lukisan. Jeruk besar tergolong tanaman yang berperawakan pohon, kedudukan batang tegak, penampang batang berbentuk lingkaran dan warna kulit batang coklat muda keabu-abuan. Tingginya mencapai lebih dari 15 m, bercabang rendah, tersebar, percabangan melengkung ke bawah, bertajuk rimbun dan berbentuk seperti payung. Daunnya berbentuk bulat telur (ovate) hingga jorong (elliptical). Bagian atas berwarna hijau tua sedangkan bagian bawah berwarna hijau muda. Permukaan daun bagian atas halus agak mengkilap sedang bagian bawah agak kusam. Ukuran daun panjang 15- 20 cm, lebar 8,5-12,0 cm, pangkal daun meruncing, ujung daun runcing, sedangkan tepi daun rata. Bunga jeruk besar tumbuh di ketiak daun, berisi rangkaian beberapa kuntum bunga (bertandan) atau hanya sekuntum bunga. Bunga berukuran besar, selagi kuncup panjangnya 2-3 cm, setelah mekar penuh 3-5 cm. Jumlah bunga per tandan 6-11 kuntum. Bagian-bagian bunga berkelipatan lima, jumlah daun kelopak 5 helai berwarna hijau, jumlah daun mahkotanya lima helai berwarna putih susu sampai krem. Pohon jeruk besar berbunga 2-4 kali setahun. Buah menjadi matang setelah 7-10 bulan dari munculnya bunga. Buah Jeruk Besar bertipe buah buni, bentuk buah bulat lonjong, bagian atasnya agak meruncing dan bawahnya mendatar. Buah muda kulitnya berwarna hijau sedangkan buah yang sudah masak warna kulitnya kuning kehijau-hijauan, berbintik kelenjar banyak sekali. Ketebalan kulit 1,0 – 1,4 cm, segmennya berisi daging buah
97
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
yang besar-besar berwarna merah, putih, atau putih kemerahan tergantung varietasnya. Panjang tangkai buah 3-5 cm. Musim panen buah berlangsung sepanjang tahun, dengan panen raya pada Desember sampai Pebruari. Daya simpan buah jeruk besar cukup baik, dapat disimpan pada suhu kamar selama 3-4 minggu tanpa mengurangi kualitas buah secara berarti, bahkan buah masih layak dimakan dengan penyimpanan yang baik sampai 2 bulan setelah panen (Rai et al., 2009). Daging buah jeruk besar teksturnya lembut, rasanya manis segar, tetapi sering disertai ada rasa asam dan getir. Jumlah juring per buah 12-16 juring. Biji berbentuk oval gepeng berwarna krem, jumlah biji per buah bervariasi tergantung varietasnya. Keanekaragaman varietas jeruk besar di Indonesia cukup tinggi, menurut Rukmana (2005) terdapat beberapa macam varietas jeruk besar di Indonesia yang sudah dilepas sebagai varietas unggul nasional yaitu Nambangan, Srinyonya, Bali Merah, Bali Putih, dan Magetan. Namun di Bali, ditemukan tiga jenis jeruk besar yang banyak dibudidayakan, yaitu jeruk besar dengan warna daging buah saat matang merah (Bali Merah), warna daging buah saat matang putih (Bali Putih), dan warna daging buah saat matang putih kemerahan. Jeruk besar Bali merah sudah dilepas sebagai varietas unggul nasional pada tahun 2000 berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 94/ Kpts /TP.240/3/2000, sedangkan Jeruk besar Bali putih dilepas pada tahun 2010 berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 2041/Kpts/ SR.120/5/2010. Jeruk besar memiliki nilai nutrisi yang cukup baik, daging buah segar, dan kandungan vitamin C tinggi. Oleh karena itu, jeruk besar merupakan salah satu jenis buah yang memiliki prospek yang baik untuk membantu upaya peningkatan gizi masyarakat. Hasil analisis kandungan gizi buah jeruk Bali Merah dan Bali Putih dibandingkan dengan Jeruk Besar Magetan seperti pada Tabel 3.2 berikut.
98
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Tabel 3.2. Hasil analisis kandungan nutrisi buah jeruk Bali Merah, Bali Putih dan magetan Jeruk Besar Bali Merah
Jeruk Besar Bali Putih
Jeruk Besar Magetan
Total Gula (% bb)
4,59
8.31
6,52
Kemasaman (pH)
3,87
3.71
4,12
3.
Vitamin C (mg/100 g)
75,94
44.60
58,58
4.
Total Asam (% bb)
0,49
2.62
0,96
5.
Kadar air (% bb)
91,94
90.50
88,55
6.
Total Padatan Terlarut (% Brix)
7,80
11.97
8,60
7.
Kalsium (mg/100 g)
26,43
151.58
32,50
8.
Bagian Buah Yang dapat dimakan (% bb)
43,45
59.09
68,85
9.
Bagian Buah yang tak Dapat Dimakan (%bb)
56,55
40.58
30,71
10.
RasioTPT/Total Asam (%)
19,099
4.56
11,10
No
Jenis Analisis
1. 2.
Keterangan : * Hasil Analisis di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, FTP Unud (Rai et al, 2009)
Selain kandungan vitamin C, jeruk besar juga mengandung banyak pektin sebagaimana yang terdapat dalam jeruk lainnya. Pektin bermanfaat untuk meghindari kolesterol darah dan pengapuran dalam pembuluh darah. Selain itu, dalam buah jeruk besar juga mengandung zat-zat lain seperti zat pembersih darah, pigmen bioflavanoid, likopen, Vitamin A, B, B1 dan juga B2 (Verheij dan Coronel, 1997). Jadi mengkonsumsi buah ini bisa membersihkan racun dalam darah, apalagi kalau dikonsumsi secara teratur. Asam folat juga membuat buah pembersih darah ini semakin diminati didunia kesehatan. Buah jeruk besar dapat dikonsumsi secara langsung dalam keadaan segar sebagai kudapan atau sebagai snack harian yang sehat, dibuat sari jeruk, atau bisa digunakan untuk campuran rujak dan salad. Selain buahnya yang segar, kulit jeruk besar yang selalu dianggap sebagai limbah ternyata juga memiliki nilai ekonomis yang cukup baik. Kulit buah jeruk besar yang tebal sudah biasa dimanfaatkan untuk membuat mainan oleh anak-anak, dan sekarang sudah bisa dioleh menjadi selai, jeli,
99
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
dan permen. Juga bermanfaat sebagai tanaman penyejuk di pekarangan dan buahnya juga bermanfaat sebagai pelengkap upakara umat Hindu di Bali.
a
d
g
b
c
f
e
h
i
Gambar 3.17. Pohon jeruk besar (a), dompolan bunga pada ranting muda (b), pentil buah (c), buah muda di pohon (d), tampilan juring buah tanpa kulit buah (e), jeruk besar kultivar rengked, Bali putih dan Bali merah dengan warna daging buah masing-masing putih kemerahan, putih dan merah (f), tampilan potongan melintang daging buah jeruk Bali putih (g), potongan horizontal jeruk Bali Putih (h), perbedaan warna daging buah Merah (kiri), putih kemerahan (tengah), dan putih (kiri) (i).
100
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
3.18. KAWISTA Famili Genus Spesies Nama Indonesia Nama Lokal Bali Nama Inggris
: : : : : :
Rutaceae Limonia Limonia acidissima L. Kawista Kwista Java Cola
Kawista adalah tanaman buah yang telah ditetapkan sebagai jenis tumbuhan identitas Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali, dalam Bahasa Bali disebut kwista. Di Indonesia, kawista tergolong sebagai buah eksotik dengan bentuk bulat dan warnanya putih bintik-bintik dengan sedikit coklat kehijauan menarik. Walaupun laporan atau website resmi Pemerintah Kabupaten Jembrana tidak menjelaskan alasan mengapa kawista dipilih sebagai flora identitas, tetapi di Bali sentra produksi kawista adalah di wilayah Bali Barat, khususnya di Kabupaten Jembrana pada daerah dekat pantai dengan kondisi kering. Bisa jadi karena sosok tanaman kawista mulai dari bentuk batang, tajuk, tekstur dan warna kulit batang, bantuk daun, dan susunan ranting, dan morfologi buah yang kesemuanya menghadirkan keindahan yang sangat khas, serta populasinya terbanyak di Kabupaten Jembrana, menjadi pertimbangan dipilihnya kawista sebagai flora identitas Kabupaten Jembrana. Pohon kawista dahulu dapat dengan mudah dijumpai di pinggir jalan dekat pantai di wilayah Bali Barat, tetapi saat ini pohon ini sudah sulit ditemukan atau sudah semakin langka. Mencari informasi mengenai tumbuhan ini dalam bentuk catatan tertukis juga tidak mudah sehingga dikhawatirkan generasi muda di Kabupeten Jembrana lama kelamaan akan melupakan jenis tumbuhan identitas kabupatennya sendiri. Kawista tergolong kerabat dekat tanaman maja (Aegle marmelos L.) dan merupakan suku jeruk-jerukan. Tanaman ini
101
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
tumbuh di dataran rendah pada ketinggian 0-300 m dpl dan sangat toleran terhadap kekeringan. Menurut Anon. (2011), sentra produksi kawista di Indonesia adalah di Rembang, Jawa Tengah, tetapi di Rembang sendiri hampir tidak pernah ada orang yang sengaja membudidayakan buah ini, melainkan tumbuh liar di kebun-kebun penduduk, di halaman rumah atau di pinggir jalan desa. Di Bali terdapat dua jenis/varietas kawista, yaitu kawista yang ukuran buahnya besar dengan rasa daging buah agak manis asam dan berbau harum, dan kawista yang buahnya kecil-kecil rasa daging buahnya sangat sepet dan masam. Kawista yang buahnya besar dimanfaatkan buahnya sedangkan kawista yang buahnya kecil-kecil dimanfaatkan untuk bahan bonsai dengan kualitas tinggi. Kawista merupakan pohon berukuran besar dengan tinggi 10-15 m, bercabang banyak dan berduri dengan panjang duri 11,5 cm. Pertumbuhannya sangat lamban, umur 5 tahun tinggi tanaman baru sekitar 2 meter dan baru mulai berbuah pada umur 15 tahun. Pohon kawista bisa mencapai umur ratusan tahun, seperti halnya pohon asam (Anon., 2011). Tajuknya rindang, dengan dahan dan ranting menjuntai. Daun majemuk dengan 5-7 helai anak daun, letak daun berselang-seling, berwarna hijau gelap, berbau seperti bau daun jeruk bila dihancurkan. Bunga tumbuh bergerombol pada ketiak daun atau ujung ranting dalam rangkaian bulir kecil, berwarna merah pucat atau kehijauan, berkelamin ganda, dan berbau wangi. Buah merupakan buah beri yang bentuknya bulat menyerupai bentuk buah maja, berisi daging buah menyerupai bubur lengket berwarna cokelat kehitaman dengan bau khas, rasa daging buah agak masam dan sedikit manis, buah memiliki banyak biji berukuran kecil dan berwarna putih yang bercampur dengan daging buah. Tekstur kulit buah keras dan kasar sangat mirip tempurung. Kalau tempurung buah kawista dipecah, maka di bagian dalamnya akan tampak daging buah berupa pasta bercampur dengan biji dan serat serta batas
102
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
segmen buah. Warna pasta daging buah cokelat gelap, sepintas seperti daging buah yang sudah busuk. Buah kawista yang telah cukup masak akan jatuh dengan sendirinya. Karena kulit buahnya yang keras, meskipun jatuh buah ini tidak akan rusak. Buah kawista yang jatuh dan pecah, harus segera dikonsumsi, karena akan cepat rusak. Buah yang utuh bisa tahan sampai lebih dari 1 minggu dalam suhu kamar. Panen buah kawista di Bali pada Juli-September. Kawista memiliki nilai ekonomis yang baik apabila dikembangkan dan dipromosikan dengan serius, terlebih oleh Pemerintah Kabupaten Jembrana yang sudah menjadikannnya sebagai flora identitas. Proporsi daging buah kawista sekitar sepertiga dari volume buah. Setiap 100 g daging buah kawsita mengandung 74 g air, 8 g protein, 1,5 g lemak, 7,5 g karbohidrat, dan 5 g abu. Sedangkan dalam 100 g bagian biji terkandung 4 g air, 26 g protein, 27 g lemak, 35 g karbohidrat, dan 5 g abu. Daging buah yang kering mengandung 15% asam sitrat, kalium, kalsium, dan besi (Anon., 2011).
a
e
c
b
f
d
g
Gambar 3.18. Pohon kawista di tegalan (a) struktur daun kawista (b), tampilan kulit batang kawista (c), bonsai dari kawista (d), buah kawista di pohon (e), buah matang (f0, tampilan daging buah dan biji buah kawista saat matang (g).
103
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Daging buah yang telah masak dapat dimakan langsung atau diolah menjadi selai, sirup, dodol, bahan campuran bumbu rujak, atau minuman segar. Menurut Anon. (2011), kulit buah kawista dapat dijadikan bahan membuat kerajinan, diambil minyaknya untuk bahan kosmetik, dan menghasilkan bahan pewarna sutera. Lapisan lengket yang menyelaputi biji pada buah yang belum masak dapat dijadikan lem. Batangnya yang memiliki kayu keras dapat digunakan untuk bahan bangunan. Selain itu buah kawista yang matang dipercaya mampu menjadi obat menurunkan panas dan sakit perut, serta dimanfaatkan sebagai tonikum. Kulit batang pohon kawista dipercaya juga dapat menjadi campuran jamu untuk mengatasi haid yang berlebihan, gangguan hati, mengatasi mual-mual, bahkan untuk mengobati luka akibat gigitan serangga. Karena kawista sangat tahan kekeringan, maka tanaman ini juga potensial digunakan untuk menghijaukan lahan-lahan kritis di pantai dan dataran rendah. Dseibutkan juga bahwa kawista di Galis, Madura, digunakan sebagai batang bawah jeruk dalam teknik sambung pucuk untuk menghasilkan buah jeruk yang disebut kajer (kawista jeruk). 3.19. KECAPI Famili Genus Spesies Nama Indonesia Nama Lokal Bali Nama Inggris
: : : : : :
Meliaceae Sandoricum Sandoricum koetjape (Burm.f.) Merr. Kecapi Sentul Sentol, Wild mangosteen
Kecapi yang dalam bahasa Bali disebut sentul adalah pohon penghasil buah, berperawakan besar dan rimbun, dapat mencapai tinggi 20-30 m, diameter batang mencapai 90 cm, dan memiliki getah seperti susu. Nama-nama lain dari kecapi adalah ketuat (Sunda), sentol (Madura), setulu (Nusa Tenggara),
104
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
terapu (Kalimantan), kechapi (Malaysia.), santol atau wild mangosteen (Inggris). Pohon yang telah ditetapkan sebagai flora identitas (maskot) Kota Bekasi ini, menurut (Verheij dan Coronel, 1997) dikatakan sebagai tanaman asli Indonesia, namun sumber lain menyebutkan bahwa kecapi diduga berasal dari Indocina dan Semenanjung Malaya yang kemudian mengalami naturalisai ke India, Indonesia, dan Filipina. Pohon ini ditanam terutama karena diharapkan buahnya yang berasa manis agak masam. Kulit buahnya yang berdaging tebal kerap dimakan dalam keadaan segar atau dimasak lebih dulu, dijadikan manisan, bahan rujak, atau jeli marmalade. Buah kecapi dapat diolah menjadi manisan, selai, jeli, atau dapat juga diawetkan dan sebagai pengharum alami. Kayunya digunakan untuk konstruksi bangunan, kerajinan kayu, dan membuat perabotan rumah tangga (Anon., 2009). Tanaman sentul berdaun majemuk berselang-seling, beranak daun tiga, tangkai daun panjang dapat mencapai 18 cm, tulang daun menyirip, bentuk jorong sampai bulat telur, pangkal daun membulat atau agak runcing, ujung daun meruncing, warna hijau berkilat di sebelah atas tetapi hijau kusam di sebelah bawah. Anak daun ujung bertangkai panjang, jauh lebih panjang dari tangkai anak daun sampingnya. Bunga tumbuh dalam malai di ketiak daun, posisi menggantung, dan berambut. Bunga berkelamin dua, bertangkai pendek, warnya kuning kehijauan dan berbau harum. Buahnya buah buni berbentuk bulat agak gepeng, warna kemerahan jika masak, dan berbulu halus seperti beludru yang merupakan ciri khas dari buah kecapi. Daging buah bagian luar tebal dan keras, menyatu dengan kulit, warna putih kemerahan, dan rasanya agak masam, sedangkan daging buah bagian dalam lunak dan berair, melekat pada biji, berwarna putih, rasanya masam sampai manis. Biji jumlahnya 2-5 butir, berukuran besar, bentuk bulat telur agak pipih, berwarna coklat kemerahan berkilat. Kulit buahnya yang berdaging tebal umumnya dimakan dalam keadaan segar atau dimasak dulu, dijadikan manisan atau
105
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
asinan. Karena adanya daging buah bagian luar yang liat dan kuat, sering kali saat menikmati segarnya daging buah bagian dalam menjadi agak rumit yaitu membutuhkan usaha keras untuk membuka daging buah bagian luar (Andriyanto, 2001). Kecapi ada dua macam, yaitu varietas dengan daun tua sebelum gugur berwarna kuning dan yang satunya lagi varietas yang daun tuanya sebelum gugur berwarna merah (Steenis, 1981). Dahulu kedua varietas ini dianggap sebagai spesies berbeda, yaitu Sandoricum indicum yang berdaun kuning dan Sandoricum nervosum yang berdaun merah, tetapi saat ini keduanya dimasukkan dalam spesies yang sama dengan nama Sandoricum koetjape (Burm.f.) Merr. Di Bali, kecapi yang ditemukan adalah yang berdaun kuning, antara lain di Kecamatan Kuta Utara, Kecamatan Mengwi, dan Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung. Meskipun di beberapa tempat mulai sulit menemukan buah dan pohon kecapi, tetapi tanaman ini belum termasuk tumbuhan langka.
a
b
d
c
e
Gambar 3.19. Ranting pohon sentul (a), buah sentul di pohon (b), daging buah dan biji pada potongan melintang buah sentul muda (c), buah sentul hampir matang (d), dan daging buah sentul saat matang (e).
106
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Buah kecapi memiliki kandungan nutrisi khususnya serat dan vitamin C yang cukup tinggi. Dalam setiap 100 gram buah kecapi yang bisa dimakan terdapat 247 kJ, air 83.9 g, protein 0.7 g, lemak 1 g, karbohidrat 13.7 g, serat 1.1 g, abu 0.7 g, kalsium 11 mg, fosfor 20 mg, besi 1.2 mg, kalium 328 mg dan vitamin C 14 mg (Andriyanto, 2001). Bagian-bagian tanaman kecapi yang dapat dimanfaatkan sebagai obat herbal antara lain sebuk kulit batangnya dapat digunakan untuk membasmi cacing gelang, akarnya untuk mengobati diare, sakit perut dan juga sebagai tonik bagi ibu-ibu setelah melahirkan,daunnya yang segar jika digosokkan pada kulit dapat berguna sebagai peluruh keringat, dan rebusannya dapat digunakan untuk obat demam (Rasadah et al., 2004). 3.20. KEDONDONG Familia Genus Spesies Nama latin Nama Inodnesia Nama Lokal Bali Nama Inggris
: Anacardiaceae : Spondias : Spondias dulcis : Spondias dulcis Forst : Kedondong : Kedondong : Ambarella
Tumbuhan ini mempunyai batang yang berkayu (lignosus), bentuk batang bulat (teres) dan tumbuh tegak. Permukaan batang halus dan berwarna putih kehijauan. Percabangannya simpodial yaitu batang pokok sukar ditemukan karena dalam perkembangannya kalah cepat dibandingkan dengan pertumbuhan cabang. Tumbuhan ini termasuk ke dalam tanaman berdaun majemuk, bagian yang terlebar berada di tengah-tengah helaian daun (ovalis), pangkal daun runcing (acutus), ujung daun meruncing (acuminatus), warna daun hijau. Daun bertulang menyirip dengan jumlah anak daun yang gasal
107
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
(imparipinnatus), anak daun berpasang-pasangan, tepi daun rata (integer), tata letak daun tersebar (folia sparsa), permukaan daun licin (laevis) dan mengkilat (nitidus). Berbunga majemuk (inflorescentia), berbentuk malai (panicula), dan warna bunga putih kekuningan. Berbuah buni (bacca) dengan dinding lapisan luar tipis tetapi kaku seperti kulit, lapisan dalamnya tebal, lunak, berair, dan bagian ini merupakan bagian yang dapat dimakan. Buah berbentuk lonjong, berserat, warna buah hijau kekuningan, biasanya buahnya tumbuh dalam jumlah yang banyak. Bijinya bulat dan berserat kasar, warna biji putih kekuningan. Jenis-jenis kedondong unggul yang potensial dikembangkan adalah kedondong Karimunjawa dan kedondong Bangkok. Kedondong Karimunjawa (berasal dari Jepara, Jawa Tengah) disebut kedondong raksasa karena buahnya berukuran raksasa/ super, bentuknya lonjong dengan berat 0,7-1,0 kg/buah, dan dapat berproduksi sepanjang tahun atau tidak mengenal musim. Sedangkan kedondong Bangkok buahnya kecil-kecil, tapi kelebihan kedondong Bangkok adalah cepat berbuah meskipun ditanam dari biji, buahnya lebat dan rasanya yang asam manis lebih manis dari kedondong Karimunjawa, serta mudah dibudidayakan dalam pot (Prihatman, 200c). Jenis kedondong yang ditemukan di Bali hanya kedondong Bangkok dan kedondong lokal. Kedondong lokal pohonnya lebih tinggi dan lebih kekar diandingkan kedondong Bangkok dapat mencapai hingga tinggi 20 m, demikian juga buahnya lebih besar dari kedondong Bangkok, tetapi rasanya lebih masam. Sampai saat ini belum ada sentra produksi kedondong di Bali. Kedondong ditanam secara sporadis dalam populasi terbatas, umumnya di tanam pekarangan, tegalan, kebun cmpuran, dan dalam pot. Buah kedondong dimanfaatkan dengan dimakan dalam keadaan segar, tetapi buah matang dapat diolah menjadi manisan, selai, jeli, odol, dan sari buah. Buah yang direbus dan dikeringkan dapat disimpan untuk beberapa bulan. Buah mentahnya banyak digunakan untuk rujak dan sayur, serta untuk dibuat acar (sambal
108
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
kedondong). Daun mudanya dapat dikukus dijadikan lalapan. Buah dan daunnya juga dijadikan pakan ternak. Kedodndong juga dapat digunakan untuk pengobatan borok, kulit perih, dan luka bakar. Tiap 100 gram bagian buah yang dapat dimakan mengandung 60-85 gram air, 0,5-0,8 gram protein, 0,3-1,8 gram lemak, 8-10,5 gram sukrosa, 0,85- 3,60 gram serat, kalsium 15 mg, fosfor 22 mg, besi 3 mg, vitamin A 233 IU, vitamin B1 0,08 mg dan vitamin C 30 mg. Jadi daging buahnya merupakan sumber vitamin C dan besi (Zetra, 2003). Kandungan utama yang terdapat dalam buah kedondong adalah unsur gula dalam bentuk sukrosa yang penting sebagai penambah energi dan vitalitas tubuh. Begitu juga dengan kandungan serat dan airnya yang cukup tinggi bermanfaat dalam melancarkan pencernaan serta mencegah dehidrasi. Selain itu, manfaat buah kedondong lainnya adalah rendahnya kandungan lemak, sehingga buah ini cocok sebagai makanan cemilan diet yang menyegarkan (Prihatman, 2000c).
Gambar 3.20. Pohon kedondong di pekarangan (a), struktur daun kedondong (b), bunga kedondong (c), buah muda kedondong di ujung ranting (d), buah kedondong matang (e), tampilan daging buah pada potongan longitudinal (f), dan tampilan daging buah pada potongan melintang (g).
109
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
3.21. KESEMEK Famili Genus Spesies Nama Latin Nama Indonesia Nama Lokal Bali Nama Inggris
: Ebenaceae : Diospyros : Diospyros kaki : Diospyros kaki L. : Kesemek : Kesemek : Persimon
Kesemek diduga oleh para ahli botani bukan merupakan tanaman asli Indonesia, tetapi berasal dari Republik Rakyat Tiongkok, yang kemudian menyebar ke Jepang dan disana tanaman ini dikenal dengan sebutan Buah Kaki. Kata Kaki dalam bahasa Jepang merujuk pada nama zat tanin yang dihasilkan oleh buah kesemek yang di Jepang disebut Kaki, sedangkan dalam bahasa Yunani buah kesemek diartikan sebagai Food of the God alias makanan para dewa (Kitagawa dan Glucina, 1984). Buah kesemek mempunyai peran yang cukup penting dalam tradisi Tiongkok dan Jepang, sehingga di kedua Negara tersebut nilai komersialnya tinggi. Kini komersialisasi buah kesemek telah merembet dan meluas ke Selandia Baru, Australia dan Israel. Ekspor buah kesemek dari Israel dinamai sebagai Sharon Fruit (Verheij dan Corronel, 1997). Kesemek merupakan tanaman buah pohon yang hidupnya tahunan, dapat mencapai tinggi 6-8 m, dan berakar tunggang. Batang tegak, berkayu, bentuknya bulat, permukaan kulit batang kasar, dan berwarna hijau kotor. Daun tumbuhan kesemek merupakan daun tunggal, berseling, berbentuk lonjong, tepi rata, ujung runcing, bertangkai pendek, dan berwarna hijau. Bunganya tunggal, tumbuh di ketiak daun, kelopak berbentuk bintang dan berwarna hijau. Benang sari berwarna hijau pucat, kepala putik bulat, dan mahkota bunga berbulu. Buah kesemek berbentuk bulat, ketika masih muda berwarna hijau dan setelah tua berwarna
110
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
kuning, jingga kekuningan sampai kemerahan. Pada pangkal buah terdapat kelopak bunga yang terdiri atas 4 kelopak. Pangkal buah agak cekung kedalam dan ditutupi dengan kelopak bunga berwarna hijau kecoklatan (Hutapea,1994; Baswarsiati, 2009). Didaerah tropik, kesemek umumnya dijumpai pada ketinggian 1000 m dpl. Di Indonesia, sentra produksi kesemek adalah di daerah Berastagi Sumatera Utara, Garut dan Ciloto Jawa Barat, Magetan, Malang dan Batu, Jawa Timur (Baswarsiati, 2009) Buah kesemek dapat diklasifikasikan ke dalam dua tipe, yaitu tipe astrinjen (astringent variety) dan nonastrinjen (nonastringent variety). Tipe astrinjen adalah tipe buah yang tidak dapat langsung dikonsumsi karena terdapat kandungan tanin yang tinggi yang dicirikan dengan rasa kesat. Untuk dapat dikonsumsi langsung dalam bentuk buah segar, buah tipe astrinjen ini memerlukan perlakuan pemeraman dengan air kapur atau perlakuan lainnya. Kandungan tannin yang memberi rasa sepat akan berkurang dengan pencelupan buah dalam larutan kapur (Ishaq dan Sutrisna, 2003). Di Bali, tipe tanaman kesemek yang ditemukan adalah tipe astrinjen, buahnya perlu diperam, setelah lunak dan masak serta sifat kekesatannya hilang akibat kandungan zat taninnya turun baru dapat dimakan sebagai buah segar. Di pasaran, baik pasar tradisional maupun pasar modern, buah kesemek selalu berpenampilan kulit buahnya dilumuri bedak sehingga sering dijuluki si buah “genit”. Walaupun tampilan buah menjadi kurang menarik bagi konsumen karena permukaan kulit buah berbedak kapur dalam lapisan yang cukup tebal, tetapi pemberian kapur masih menjadi teknologi pemeraman yang paling mudah dan murah. Tanpa pemeraman buah ini tidak atau kurang laku karena rasanya sepat dan kulitnya keras (Pecis et al., 1986). Buah kesemek dapat dimakan langsung setelah masak dari peraman, rasanya manis dengan tekstur cukup keras tetapi renyah. Buah kesemek juga dapat dikeringkan atau diolah menjadi selai, jeli, agar-agar, es krim, atau menjadi bentuk olahan
111
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
kering, seperti sale atau manisan. Hampir seluruh bagian buah kesemek dapat dimakan, kecuali kulit buahnya. Dari 100 g bagian buah yang dapat dimakan, terkandung 80 g air, 0,7 g protein, 0,4 g lemak, dan 19,6 g karbohidrat, terutama fruktosa dan glukosa. Selain itu, buah kesemek juga kaya akan kandungan kalium dan vitamin A. Nilai energi 320 kJ per 100 g (CRFG, 1996). Daun kesemek dapat digunakan sebagai obat sakit perut (buang-buang air) sedangkan bagian tangkai buah dipercaya dapat digunakan sebagai obat penurun panas dan meredakan demam.
b
a
c
d
Gambar 3.21. Bunga tanaman kesemek (a), buah muda kesemek (b), buah panen (c), dan buah kesemek berbedak kapur dijual di pasar tradisional maupun modern (d).
3.22. LECI Famili Genus Spesies Nama Latin Nama Indonesia Nama Lokal Bali Nama Inggris
: Sapindaceae : Litchi : Litchi chinensis : Litchi chinensis Sonn. : Leci : Lici/Leci : Lychee
Leci yang ada di Bali menurut sejarahnya adalah tumbuhan yang berasal dari Cina, yaitu dari wilayah Guangdong dan Fujian. Walupun leci bukan sebagai tanaman asli Indonesia, tetapi tanaman ini telah ditetapkan sebagai flora identitas Kabupaten Gianyar. Menurut , tanaman leci yang dulu banyak tumbuh di Kabupaten Gianyar, khususnys di
112
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Kecamatan Payangan, kini populasinya sudah semakin menurun sehingga diidentifikasikan sebagai flora langka. Penetapannya sebagai flora identitas Kabupaten Gianyar dimaksudkan untuk menampilkannya sebagai ciri khas daerah sekaligus dijadikan promosi demi pembangunan sehingga bermanfaat dalam pelestarian keanekaragaman hayati, mendukung program pariwisata, menumbuh-kembangkan rasa cinta alam, dan sekaligus sebagai pencerminan cinta lingkungan. Leci merupakan pohon yang tumbuh lambat, bentuk tajuk tanaman bundar melebar seperti payung dengan tinggi 9-30 m. Daunnya majemuk menyirip, terdiri atas 4-8 helai anak daun berhadapan, berbentuk elips sampai melanset dan berujung meruncing dengan ukuran panjang 10-20 cm dan lebar 3,5-5 cm. Daun muda berwarna kemerahan kemudian setelah dewasa hijau gelap mengkilap dengan panjang tangkai daun 0,40-0,60 cm. Bunga berupa rangkaian tegak pada ujung ranting (terminalis), warna hijau kekuningan, warna kelopak bunga kuning, mahkota berwarna putih kehijauan atau kekuningan, kepala putik kuning tua, benang sari kuning keemasan, dan tangkai sari hijau kekuningan. Penyerbukan berlangsung dengan bantuan serangga. Buah matang berwarna merah stroberi sampai merah muda berupa rangkaian menggantung. Buah berbentuk oval, berkulit tipis dengan pemukaan kasar atau berbintil dan mudah dikupas. Di bawah kulit terdapat daging buah berwarna putih bersemu hijau atau pink yang dapat dipisahkan dengan mudah dari biji. Rasa daging buah manis khas dan berkecap sedikit asam. Bijinya dapat dimakan, bentuk dan ukuran biji beragam, pada umumnya bundar memanjang. Warna lapisan luar biji coklat gelap mengkilap dan bagian dalam putih. Beberapa buah yang gagal membentuk biji terdiri atas hanya aril dengan biji kisut. Di Bali, leci ditanam di pekarangan, kebun/tegalan, pinggir jalan, atau di sempadan kali/jurang, ditemukan dibeberapa tempat, yaitu di Kabupeten Gianyar meliputi Desa Buahan, Buahan Kaja, Bukian, Kelusa, Kerta, Melinggih, Melinggih Kelod,
113
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Puhu dan Bresela, Kecamatan Payangan; Desa Ubud dan Desa Peliatan, Kecamatan Ubud; dan Desa Manukaya, Kecamatan Tampaksiring. Di Kabupaten Tabanan leci ditemukan di Desa Gadungan dan Desa Mundeh Kangin, Kecamatan Selemadeg Barat; Desa Luwus, Desa Baturiti, dan Desa Perean, Kecamatan Baturiiti; Desa Peken, Desa Marga, dan Desa Tua, Kecamatan Marga; Desa Penebel, Desa Jatiluwih, dan Desa Wongaya Gede, Kecamatan Penebel. Di Kabupapaten Karangasem tanaman ini ditemukan Desa Selat dan Desa Muncan, Kecamatan Selat, Desa Ababi, Desa Kesimpar, dan Desa Abang, Kecamatan Abang, dan di Puri Karangasem, Kecamatan Karangasem. Disamping itu, leci juga ditemukan di Desa Guliang, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli; Desa Belok, Carangasari, Getasan, Pangsan, Pelaga, Petang dan Sulangai, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung; Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng; Desa Baler Bale Agung, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, dan Desa Dangin Puri Kelod, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Madya Denpasar. Panen leci di Bali hanya sekali dalam setahun (bersifat musiman) pada Bulan Desember-Januari. Cara perbanyakan yang umum dilakukan adalah dengan mencangkok, tapi ada juga yang memperbanyak dengan okulasi. Cangkok dilakukan dengan memilih ranting yang sehat pada tanaman induk yang produksi dan kualitas buahnya baik. Sampai saat ini buah leci di Bali umumnya digunakan sebagai buah untuk dimakan segar, bahan upacara keagamaan, dan sebagai tanaman penyejuk di pekarangan dan pinggir jalan. Selain itu buah leci dapat diolah menjadi asinan, es buah, dan buah dalam kaleng. Biji, kulit buah, serta kulit batang dan kulit akar leci dapat digunakan sebagai bahan obat tradisional. Menurut .html (diakases 28 September, 2015), manfaat dari buah leci yang kaya akan mineral dan nutrisi adalah untuk mencegah kanker karena leci mengandung flavanoid, quercitin dan kaempferol yang dapat membantu dalam mengurangi penyebaran sel-sel kanker,
114
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
menjaga kesehatan jantung karena leci kaya akan polyphenol yang dapat meningkatkan kesehatan jantung. Kandungan nutrisi pada leci juga akan membantu menstabilkan tekanan darah dan detak jantung sehingga dapat terhindar dari stroke dan penyakit jantung koroner lainnya. Leci dapat memperbaiki pencernaan karena leci memiliki sifat astringent yang dapat membersihkan pencernaan racun-racun dan bakteri penyebab sakit perut. Leci dapat menguatkan tulang karena leci merupakan sumber fosfor dan magnesium yang membantu untuk mempertahankan kekuatan tulang. Disebutkan juga bahwa leci dapat mencerahkan kulit, menghilangkan jerawat dan memperlancar aliran darah di kulit sehingga kulit nampak lebih muda. Buah leci dapat meningkatkan imunitas karena leci juga mengandung vitamin c yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan menangkal penyakit menular seperti demam dan flu. Disamping itu, leci dapat memperlancar sistem metabolism karena mengandung vitamin b yang mampu memperlancar sistem metabolisme tubuh dalam mencerna karbohidrat, protein dan lemak.
a
e
b
c
f
d
g
Gambar 3.22. Pohon leci di pinggir jalan (a), percabangan leci (b), bentuk daun leci (c), bunga leci tumbuh pada ujung ranting/terminalis (d), pentil buah leci (e), buah leci muda (f), dan tampilan buah leci matang (g).
115
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
3.23 Mangga Famili Genus Spesies Nama Indonesia Nama Lokal Bali Nama Inggris
: Anacardiaceae : Mangifera : Mangifera sp. : Mangga : Poh : Manggo
Mangga merupakan salah satu jenis buah topika yang sudah lama dikenal dan sangat digemari masyarakat Indonesia. Tanaman mangga sebagai famili Anacardiaceae masih satu famili dengan jambu mete (Anacardium occidentale L.) dan pistachio (Pistacia vera). Sebagian besar tanaman mangga yang ditanam di dunia termasuk Mangifera indica L., yang di Bali disebut dinamai poh. Di dunia genus Mangifera diperkirakan mempunyai 41 spesies dan dari sejumlah spesies tersebut lebih dari separuhnya atau 26 spesies buahnya enak dimakan (edible), baik dimakan segar maupun sesudah diolah menjadi produk lain, dan sisanya atau 15 spesies buahnya tidak enak dimakan. Kebanyakan spesies mangga yang buahnya kurang baik (inferior) mempunyai rasio antara bagian yang dapat dimakan (edible part) dengan yang tidak dapat dimakan (non edible) rendah, ukuran biji besar, daging buah banyak mengandung serat, dan rasa daging buah kurang manis (Verheij, 1997). Namun demikian, menurut Ashari (2004), jenis mangga inferior merupakan sumber genetik yang sangat penting dalam upaya penciptaan varietas-varietas mangga unggul dalam program pemuliaan tanaman serta sebagai batang bawah dalam perbanyakan tanaman secara vegetatif, seperti dengan cara okulsi dan sambung. Secara alami pohon mangga berperawakan besar, dapat mencapai tinggi mencapai 20 m atau lebih, tetapi kebanyakan mangga peliharaan hanya dibiarkan tumbuh sampai ketinggian
116
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
sekitar 10 m atau kurang. Batang mangga tegak, bercabang kuat dengan dedaunan lebat membentuk tajuk yang indah berbentuk kubah, oval atau memanjang. Kulit batangnya tebal dan kasar, banyak celah-celah kecil dan sisik-sisik bekas tangkai daun. Warna kulit batang yang sudah tua biasanya coklat keabuan, kelabu tua sampai hampir hitam. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, sangat panjang hingga bisa mencapai 6 m. Dari cabang akar tumbuh cabang-cabang kecil dan cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar cabang makin ke bawah semakin sedikit, proporsi akar cabang paling banyak pada kedalaman lebih kurang 30–60 cm. Daunnya tunggal dengan letak tersebar, tanpa daun penumpu, terdiri atas dua bagian yaitu tangkai daun dan helaian daun. Daun makin mendekati ujung letaknya makin berdekatan sehingga nampaknya seperti dalam lingkaran (roset). Helai daun bervariasi namun kebanyakan berbentuk jorong sampai lanset, agak liat seperti kulit, berpangkal melancip dengan tepi daun bergelombang dan ujung meluncip. Daun yang masih muda biasanya bewarna kemerahan, keunguan atau kekuningan kemudian setelah dewasa berubah pada permukaan atas menjadi hijau tua mengkilat sedangkan permukaan bawah hijau muda. Tanaman mangga tergolong berumah satu (monoecious), bunganya majemuk tersusun dalam malai, bercabang banyak, dan biasanya tumbuh dari ujung ranting. Karangan bunga umumnya berbulu tetapi sebagian ada juga yang tidak berbulu. Bunga majemuk ini terdiri dari sumbu utama yang mempunyai banyak cabang utama. Setiap cabang utama mempunyai banyak cabang-cabang, yakni cabang kedua. Ada kemungkinan cabang bunga kedua mempunyai suatu kelompok yang terdiri dari 3 bunga atau mempunyai cabang tiga. Setiap kelompok tiga bunga terdiri dari tiga kuntum bunga dan setiap kuntum bertangkai pendek dengan daun kecil. Bunga-bunga dalam karangan berkelamin campuran, ada yang jantan dan ada pula yang hermafrodit (berkelamin dua). Bunga jantan lebih banyak daripada bunga hermafrodit, dan
117
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
jumlah bunga hermafrodit inilah yang menentukan terbentuknya buah. Bunga mangga biasanya bertangkai pendek, jarang sekali yang bertangkai panjang, dan berbau harum. Kelopak bunga berwarna kuning pucat dan pada waktu akan layu warnanya menjadi kemerahan. Buah mangga termasuk kelompok buah batu (drupa) yang berdaging, dengan ukuran dan bentuk yang sangat berubah-ubah bergantung pada macamnya, mulai dari bulat, bulat telur, hingga lonjong memanjang dan pipih. Kulit buah agak tebal, warnanya bermacam-macam ada yang hijau, kuning, merah atau campuran tergantung jenisnya. Daging buah jika masak berwarna merah jingga, kuning atau krem, berserabut atau tidak, manis sampai masam dengan banyak air dan berbau kuat sampai lemah. Biji berwarna putih, gepeng memanjang tertutup endokarp yang tebal, mengayu dan berserat. Biji ini terdiri dari dua keeping, ada yang monoembrional dan ada pula yang poliembrional. Keanekaragaman jenis mangga di Bali cukup tinggi, dapat ditemukan mulai dari dataran rendah hingga ke dataran tinggi pada ketinggian lebih dari 1.200 m dpl. Beberapa jenis mangga telah diusahakan secara komersial, mengisi perdagangan ekspor, pasar antar pulau, dan pasar pariwisata, contohnya mangga Legong dan mangga Depeha, tetapi ada juga yang ditanam sebagai usaha sampingan, di pot, pekarangan rumah atau di kebun campuran, bahkan ada yang masih tumbuh liar. Jenis-jenis mangga yang ditemukan di Bali, yaitu: 1. Mangga Arum Manis/Harum Manis. Mangga ini tergolong paling banyak ditanam dan dijumpai di pasaran di Bali, malah boleh dikatakan merupakan gambaran buah mangga yang paling dekat yang ada dibenak setiap orang. Mangga ini disebut Arum Manis atau Harum Manis karena baunya yang harum dan rasanya yang manis segar bercampur sensasi asam sehingga menggugah selera untuk memakannya. Daging buahnya tebal, warna kulit buah bervariasi dari tetap hijau saat matang sampai
118
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
2.
3.
hijau kekuningan, dan ada kekhasan transisi rasa buah dari waktu masih muda, setengah matang, dan matang. Mangga ini sering juga disebut dengan nama mangga Gadung. Salah satu sentra produksi mangga Arum Manis yang paling terkenal di Bali adalah di Desa Depehe, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng. Mangga Arum Manis yang dihasilkan di desa tersebut lebih dikenal dengan nama mangga Depehe. Mangga Golek. Mangga Golek mudah dikenali karena memiliki bentuk buah yang khas yaitu memanjang dan bagian ujungnya sedikit meruncing, tidak berparuh seperti jenis mangga lainnya. Warna buah mangga ini hijau saat muda, kemudian saat matang berwarna kuning pada pangkalnya dan kehijauan pada ujungnya. Kulitnya tipis dan halus, daging buah tebal dan berwarna kuning oranye saat matang. Daging buah lunak, tidak berserat, jika diiris tidak banyak mengeluarkan air, dan saat matang sempurna rasanya sangat manis bercampur asam, aromanya harum tajam. Mangga ini sering juga dijuluki sebagai mangga Pepaya karena warna daging buah dan bentuknya lonjong runcing mirip sepeti pepaya. Di Bali mangga ini diusahakan secara sporadis di pekarangan rumah, tegalan/kebun atau ditumpangsarikan dengan tanaman tahunan lainnya, dan belum ada sentra produksi mangga Golek di Bali. Tanaman ini termasuk tanaman dataran rendah, dapat tumbuh dan berkembang baik di daerah dengan ketinggian antara 0 - 300 m dpl, tetapi dapat tumbuh sampai ketinggian 1.300 m dpl. Di Indonesia, sentra budidaya mangga Golek yang paling terkenal adalah Probolinggo, Indramayu dan Pasuruan. Mangga Manalagi. Mangga Manalagi rasa daging buahnya seperti perpaduan rasa mangga Golek dan mangga Arumanis. Ukuran buah beser tetapi lebih kecil dari mangga Golek, bentuk panjang bulat sedikit berlekuk dan berparuh, sepintas bentuk buah mangga Manalagi
119
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
4.
5.
lebih mirip mangga Golek, tetapi lebih gemuk dan lebih pendek jika dibandingkan dengan mangga Golek. Kulit buah berwarna hijau ketika masih muda dan apabila matang juga masih tetap hijau tetapi agak keabuan dengan semburat burik putih. Daging buahnya padat, berserat, dan berwarna kuning keemasan. Kulit buah tebal dan berlilin. Mangga manalagi ini termasuk mangga yang tidak mudah busuk setelah di petik. Mangga Madu/Poh Madu. Mangga ini paling umum ditanam di pekarangan rumah karena arsitektur pohonnya menarik, percabangan simetris, dan tidak telalu besar. Di sebut mangga Madu, karena rasa buahnya sangat manis berkecap seperti madu. Buahnya bulat sedikit memanjang, kulit buah relatif tebal, bila dibuka terdapat bagian daging buah yang mirip seperti warna madu terutama daging buah yang menempel pada biji. Daging buah yang seperti madu tersebut sudah mulai terbentuk ketika buah mulai dewasa, sehingga rasa buah mangga Madu sudah sangat manis walaupun belum matang benar. Namun demikian, ada sebagain orang yang tidak tertarik karena bagian buah yang seperti madu dimaksud tampilannya seakan-akan seperti buah lewat masak atau rusak. Mangga Lalijiwa/Poh Lalujiwa. Mangga yang nama latinnya Mangifera lalijiwa Kosterm. ini diduga sebagai varietas lokal Bali asli dan juga Jawa yang saat ini sudah tergolong keanekaragaman hayati yang terancam punah, Deficient”/kurang tata) (World Conservation Monitoring Centre, 1998). Rasa daging buahnya sudah manis dan enak meskipun masih mentah. Kalau sudah matang rasanya akan lebih manis, gurih dan harum sehingga ditengarai dapat membuat ketagihan. Itulah sebabnya mangga ini disebut Lalijiwo yang artinya lupa diri. Buahnya bulat pajang, sedikit berlekuk, kulit tebal berwarna hijau tua ditutupi lapiasan
120
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
6.
7.
lilin, warna daging buah putih kekuningan saat masak prima, rasa manis, enak dan lezat, dan aromanya tidak kuat. Mangga Lalijiwa cocok tumbuh dan berproduksi baik di dataran rendah dan mudah dibudidayakan, meskipun masih dapat tumbuh sampai ketinggian 1300 m di atas permukaan laut. Mangga Pakel/Poh Pakel. Mangga Pakel (Mangifera foetida Lour) yang dalam bahasa Inggris disebut Horse Manggo atau Bachang adalah nama sejenis pohon buah yang masih sekerabat dengan mangga. Mangga Pakel juga disebut Bacang, sedangkan dalam bahasa daerah namanya poh Pakel (Bali), Ambacang (Minangkabau), Limus (Sunda), Asam hambawang (Banjar), Macang atau Machang (Malaysia), Ma mut (Thailand), atau La mot (Myanmar) (Verheij, 1997). Pohonnya besar berbatang lurus, tinggi dapat mencapai 3035 m. Kulit kayunya bila dilukai mengeluarkan getah bening kelabu keputihan, yang lama-lama menjadi kemerahan dan menghitam. Getah tersebut tajam, gatal, dan dapat melukai kulit. Bentuk buah bulat lonjong atau hampir bulat, berkulit tebal warnanya setelah matang hijau kusam kekuning-kuningan dengan bintik-bintik lentisel berwarna kecoklatan. Daging buah jika masak berwarna kuningjingga pucat sampai kuning, berserat banyak, rasanya asam manis dan baunya sangat menyengat. Mangga pakel tergolong sudah langka, umumnya pohon yang ditemukan adalah hasil perbanyakan dengan biji. Mangga pakel baik digunakan sebagai batang bawah untuk memperbanyak tanaman mangga (Ashari, 2004). Musim berbunga pakel pada bulan Mei-Juni, buahnya masak pada SeptemberNovember. Wanginya yang khas menjadikan buah ini digemari sebagai campuran minuman atau es campur. Mangga Eni/Poh Eni. Mangga eni (Mangifera odorata Griffith) merupakan buah yang popular secara lokal, memiliki keuinikan buahnya berkuruan kecil,
121
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
8.
122
berbentuk lonjong miring. Buah berkulit tebal, saat matang prima berwarna hijau kebiruan sedangkan daging buahnya berwarna kuning-jingga, keras, berserat, rasa manis asam, mengandung banyak sari buah, berbau sengak dan berasa seperti terpentin. Kualitas buah bervariasi bergantung pada lokasi tumbuh dan kultivar sehingga mangga eni dapat dikelompokkan sebagai jenis yang bersifat polimorfik. Mangga ini sebagian besar tumbuh liar di pinggiran kali/ sungai/jurang atau pada perbatasan kepemilikan lahan, tetapi ada juga yang dibudidayakan di pekarangan dan tegalan dengan pemeliharaan seadanya. Diduga mangga ini merupakan hasil silangan alami antara mangga (Mangifera indica L.) dengan mangga Pakel (Mangifera foetida Lour.). Di beberapa wilayah lain mangga eni disebut bembem, kaweni (Sunda), gandarasa (Banten), kweni (Jawa), Kuini (Malaysia), atau kwini (Inggris). Mangga Amplemsari/Legong. Mangga Amplemsari merupakan tanaman mangga asli Bali, asalnya dari Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, dan telah dilepas menjadi mangga unggul nasional dengan nama mangga Legong berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor:595/Kpts/TP.240/9/95 . Dalam surat keputusan tersebut disebutkan bahwa mangga Legong mempunyai nilai ekonomi tinggi, berkualitas buah baik, berpenampilan menarik, warna kulit buah matang kuning cerah menyeluruh, rasa manis segar sedikit asam, teksturnya cukup padat sehingga daya simpan tahan lama, sedikit berserat, nilai gizi tinggi, kulit dan buah berkhasiat obat, dan cocok untuk daerah yang curah hujannnya rendah. Secara morfologi bentuk tajuk pohon bulat tinggi, percabangan sedang dan tidak begitu rimbun, bentuk batang bulat, warna batang coklat keabuan, tekstur kulit batang agak kasar, warna daun hijau, bentuk daun jorong, kedudukan/ letak daun mendatar, ukuran daun 16,5 cm x
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
5,7 cm, bentuk bunga piramida runcing, dan warna bunga kekuningan. Saat ini mangga Legong telah diusahakan di beberapa tempat di Kabupaten Buleleng, yaitu: Desa Bondalem dan Desa Tejakula, Kecamatan Tejakula; Desa Sukasada dan Desa Pegadungan, Kecamatan Sukasada; Desa Bulian, Kecamatan Kubutambahan; Desa Menyali, Kecamatan Sawan; Desa Bestala dan Desa Loka Paksa, Kecamatan Seririt; Desa Tigawasa dan Munduk Bestala, Kecamatan Banjar; Desa Anturan dan Desa Kalibukbuk, Kecamatan Bulelelng; Desa Kedis, Kecamatan Busungbiu, dan Desa Patas, Kecamatan Grokgak. Mangga ditanam terutama untuk diambil buahnya. Buah yang matang umumnya dimakan dalam keadaan segar, sebagai buah meja atau campuran es, dalam bentuk irisan atau diblender. Buah yang muda kerap kali dirujak, atau dijajakan di tepi jalan setelah dikupas, dibelah-belah dan dilengkapi bumbu garam dengan cabai. Buah mangga juga diolah sebagai manisan, irisan buah kering, dikalengkan, dan lain-lain. Di Bali buah mangga sangat popular dipakai sebagai bahan banten untuk upacara adat dan budaya. Disamping itu buah mangga (tua atau muda) yang masam kerap dijadikan campuran sambal atau masakan ikan dan daging. Biji mangga dapat dijadikan pakan ternak atau unggas; daun mudanya dilalap atau dijadikan sayuran. Kayu mangga cukup kuat, keras dan mudah dikerjakan untuk bahan bangunan dan dapat juga dapat dijadikan arang. Daun mangga mengandung senyawa organik tarakserol-3-beta dan ekstrak etil asetat yang bersinergis dengan insulin mengaktivasi GLUT4, dan menstimulasi sintesis glikogen, sehingga dapat menurunkan gejala hiperglisemia Wikipedia.org, 2013). Menurut USDA (2013), nilai kandungan gizi mangga per 100 g (energi 272 kJ atau 65 kcal), karbohidrat 17,00 g, gula 14,8 g, diet serat 1,8 g, lemak 0,27 g, protein 0,51 g, vitamin A equiv. (38 mg), beta-karoten 445 mg,
123
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
thiamine (vit. B1) 0.058 mg, riboflavin (Vit. B2) 0,057 mg, niacin (vit. B3) 0,584 mg, asam pantotenat (B5) 0,160 mg, vitamin B6 0,134 mg, folat (Vit. B9) 14 mg, vitamin C 27,7 mg, kalsium 10 mg, besi 0,13 mg, magnesium 9 mg, fosfor 11 mg, kalium 156 mg, dan seng 0,04 mg. c
b
a
h
g
f
e
d
k
j
i
l
m
n
Gambar 3.23. Mangga arum manis Depeha di pasar tradisional (a), tampilan buah arums manis menjelang matang (b), buah mangga golek muda di pohon (c), mangga golek matang (d), buah mangga manalagi menjelang panen (e), buah mangga madu muda (f), buah mangga lali jiwa (g), bunga mangga pakel (h), daging buah mangga pakel (i), serat daging buah mangga pakel (i), mangga eni (k), tandan bunga mangga Legong (l), buah mangga Legong di toko buah (m), dan tampilan fisik buah Mangga Legong saat masak (n).
124
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
3.24 Manggis Familia Genus Spesies Nama latin Nama Inodnesia Nama Lokal Bali Nama Inggris
: Clusiaceae : Garcinia : Garcinia mangostana : Garcinia mangostana L. : Manggis : Manggis : Manggosteen
Manggis (Garcinia mangostana L.) mendapat julukan Queen of Tropical Fruits (ratunya buah) atau The Finest Fruit of Tropis (Hume 1947), karena perpaduan bentuk dan warn buah yang unik serta rasanya yang manis asam menyegarkan sangat khas. Buah manggis merupakan buah segar terbanyak yang diekspor Indonesia, sehingga termasuk komoditas ekspor unggulan. Tanaman ini didugai berasal dari daerah tropis di kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan belantara Malaysia atau Indonesia. Dari Asia Tenggara, tanaman ini menyebar ke daerah Amerika Tengah dan daerah tropis lainnya seperti Srilanka, Malagasi, Karibia, Hawaii dan Australia Utara (Verheij dan Coronel, 1997). Di Indonesia manggis disebut dengan berbagai macam nama lokal seperti manggu (Jawa Barat), manggus (Lampung), manggusto (Sulawesi Utara), manggista (Sumatera Barat). Manggis termasuk tanaman tahunan yang masa hidupnya dapat mencapai puluhan tahun dan kanopinya bersifat hijau abadi, tidak menggugurkan daun. Batang tanaman manggis berbentuk pohon berkayu, tumbuh tegak ke atas hingga mencapai 25 meter atau lebih. Kulit batangnya tidak rata dan berwarna kecoklatan. Percabangan manggis simetris membentuk tajuk yang rimbun dan rindang. Daun manggis tunggal, berbentuk bulat telur sampai bulat panjang, bertangkai pendek, tanpa daun penumpu. Struktur helai daun tebal dengan permukaan sebelah atas berwarna hijau mengkilap sedangkan permukaan bawah
125
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
warnanya hijau kekuningan. Bunga muncul dari ujung ranting, berpasangan, dengan tangkai pendek, tebal dan teratur. Struktur bunga manggis memiliki empat kelopak yang tersusun dalam dua pasang. Mahkota bunga terdapat empat helai, berwarna hijau kekuningan dengan warna merah pada pinggirnya. Benang sarinya banyak dan bakal buahnya mempunyai 4-8 ruang dengan 4-8 kuping kepala putik yang tidak pernah rontok sampai stadium buahnya matang. Bakal buah manggis berbentuk bulat, mengandung 1-3 bakal biji yang mampu tumbuh berkembang menjadi biji normal. Bunga manggis mempunyai alat kelamin jantan dan betina atau disebut bunga sempurna, namun benang sarinya berukuran kecil dan mengering (rudimenter), hingga tidak mampu membuahi sel telur. Oleh sebab itu, meskipun manggis berbunga sempurna sering disebut hanya berbunga betina saja. Buah manggis berbentuk bulat dan berjuring, sewaktu masih muda permukaan kulit buah berwarna hijau, namun setelah matang berubah menjadi ungu kemerah-merahan. Pada bagian ujung buah terdapat juring berbentuk bintang sekaligus menunjukkan ciri dari jumlah segmen daging buah. Kulit buah manggis ukurannya tebal mencapai proposi sepertiga bagian dari buahnya. Kulit buahnya mengandung getah yang warnanya kuning dan cita rasanya pahit. Warna daging buah putih bersih dan cita rasanya manis sedikit asam sehingga digemari masyarakat luas. Biji manggis berbentuk bulat agak pipih dan berkeping dua (Hermanto et al., 2013). Tanaanam manggis secara genetis memiliki sifat yang sangat spesifik yaitu apomiksis obligat, yaitu biji tidak berasal dari fertilisasi, sehingga mempunyai keanekaragaman genetik yang sempit, bahkan sampai saat ini para ahli berpendapat bahwa diperkirakan manggis di alam/di dunia hanya satu klon dan sifatnya sama dengan induknya. Namun, kenyataan di lapang menunjukkan adanya keanekaragaman tanaman manggis, tetapi keragaman tersebut lebih dominan disebabkan oleh faktor lingkungan, atau faktor genetik akibat mutasi alami
126
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
sejalan dengan sejarah tanaman manggis yang telah berumur ribuan tahun. Buah manggis di Bali sudah menjadi komoditas ekspor dan perdagangan antar pulau. Tanaman manggis dapat ditemukan dengan mudah hampir di seluruh pelosok di Bali, di tanam di pot, pekarangan, kebun campuran (bercampur dengan tanaman buah-buahan lain seperti durian, rambutan, salak, dan mangga, atau dengan tanaman industri seperti kopi, kakao, kelapa, dan vanili), atau dengan sistem tumpangsari “modifikasi” dengan pemeliharaan yang intensif. Sistem tumpangsari “modifikasi” yang dimaksud adalah tanaman manggis yang masa jevenilnya panjang (waktu manghasilkan buah dari sejak tanam sangat lama, bisa mencapai 5 – 6 tahun), diatasi dengan menanam manggis muda ditumpangsarikan dengan pepaya dan pisang sebagai tanaman sela (cash crop) yang cepat menghasilkan. Melalui cara tersebut: (1) masa juvenil tanaman manggis yang lama; dengan tumpangsari sebelum manggis berproduksi akan diperoleh hasil penjualan dari pepaya dan pisang; (2) tanaman manggis muda memerlukan naungan; pisang dan pepaya dapat menjadi tanaman penaung; dan (3) pepaya dan pisang dipilih sebagai tanaman cepat menghasilkan (cash crop) karena memiliki keuntungan secara teknis dan ekonomis. Keuntungan secara teknis adalah pertumbuhan vegetatifnya cepat sehingga dapat segera menaungi manggis, apabila fungsinya sebagai tanaman penaung tidak diperlukan lagi, tanaman tersebut dapat dibongkar dengan mudah dan cepat tanpa mengganggu tanaman utama, dan syarat tumbuh kedua komoditas tersebut sesuai dengan manggis. Sedangkan keuntungan secara ekonomis adalah cepat berproduksi dan memiliki nilai pasar yang cukup tinggi sehingga pengendalian investasi (investment payback period) dari penanaman manggis yang mahal dapat menjadi lebih pendek (Poerwanto, 2003). Perbanyakan manggis dilakukan secara vegetatif dengan
127
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
yang sifatnya komersial dan telah dilakukan oleh para penangkar dilakukan untuk pengembangan manggis dengan tujuan agrowisata petik buah, karena habitus yang dihasilkan pendek sehingga pemetikan buah mudah dilakukan. Namun untuk tujuan produksi komersial tidak disarankan, karena dengan habitus pendek perkembangan tanaman tidak sempurna dan hasil buah yang dihasilkan sangat sedikit. Sentra produksi manggis berdasarkan data statistik adalah di Kecamatan Pupuan dan Selemadeg Barat, Kabupaten Tabanan; Kecamatan Banyuatis, Sawan, Busungbiu, dan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Kecamatan Pekutatan dan Mendoyo, Kabupaten Jembrana, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, Kecamatan Tampaksiring dan tegalalang, Kabupaten Gianyar, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, kecamatan Rendang, Sidemen, dan Manggis, Kabupaten Karangasem. Salah satu varian lokal manggis Bali telah dilepas menjadi varietas unggul nasional pada tahun 2013 dengan nama manggis Palasari Serasi, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesua Nomor : 26/PVL/2013. Sentra produksi manggis Palasari Serasi adalah di Kecamatan Pupuan dan Selemadeg Barat Kabupaten Tabanan. Panen manggis di Bali hanya sekali dalam setahun, yaitu pada bulan Nopember – Januari. Di luar musim panen tersebut, harga buha manggis menjadi sangat mahal. Di tingkat petani, manggis saat ini baru dimanfaatkan untuk konsumsi segar, persembahan untuk ritual keagamaan, dan sebagai buah komoditas ekspor, perdagangan antar pulau dan konsumsi pasar pariwisata. Padahal buah manggis memendam potensi yang jauh lebih luas, karena mengandung nilai gizi tinggi dan kaya jenis nutrisi. Menurut USDA (2013), setiap 100 gram buah manggis mengandung tiga hal penting, yaitu: (1) proksimat (proximates), terdiri atas air 80,94 g, energy 73 kcal, protein 0,41 g, lemak total 0,58 g, karbohidrat 17,91 g, dan serat (total dietary) 1,8 g; (2) mineral, terdiri atas kalsium 12 mg, besi 0,3 mg, magnesium
128
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
13 mg, fospor 8 mg, natrium 7 mg, kalium 48 mg, dan seng 0,21 mg; dan (3) vitamin, terdiri atas vitamin C 2,9 mg, thiamin 0,054 mg, riboflavin 0,054 mg, niasin 0,286 mg, vitamin B6 0,018 mg, folat 31 µg, dan vitamin A 35 IU. Selain dikonsumsi dalam bentuk buah segar, buah manggis dapat diolah menjadi buah kaleng, dibuat sirup, dan sari buah. Secara tradisional buah manggis adalah obat sariawan, wasir dan luka. Kulit buah manggis dengan kandungan anti oksidan yang tinggi dimanfaatkan sebagai bahan obat, bahan kosmetik, bahan Spa/massage, dan lain sebagainya. Daun manggis yang baru gugur dicampur dengan kulit buah setelah dikeringkan telah dikembangkan menjadi the manggis. Kulit buah manggis juga dapat dimanfaatkan sebagai pewarna termasuk untuk tekstil dan air rebusannya dimanfaatkan sebagai obat tradisional (Weecharangsan et al., 2006). Batang pohon dipakai sebagai bahan bangunan, kayu bakar/kerajinan. Disamping itu, buah muda yang gugur dipohon dapat dipungut dan telah dikembangkan diberbagai Negara lain seperti di Thailand dan Malaysia untuk pembuatan arang aktif. Di Bali, nilai ritual buah manggis digunakan untuk bagian pajegan, pula kerti, dan tetukon. Gencarnya promosi penggunaan produk dari tanaman manggis untuk berbagai tujuan memberikan dampak positif semakin meningkatnya usaha budidaya manggis. Namun demikian menurut Pebriyanthi (2010), perlu diwaspadai efek samping dari konsumsi produk terrsebut secara berlebihan, karena beberapa hasil penelitian mengindikasikan bahwa zat xanthones yang terkandung pada tanaman manggis dapat mengganggu pembekuan darah yang normal. Belum dapat dijelaskan mengenai zat xanthones pada manggis apakah dapat berinteraksi dengan obat pengencer darah (seperti warfarin) atau tidak, Mungkin juga dapat menyebabkan perdarahan. Beberapa hasil studi juga mempublikasikan bahwa penggunaan xanthones dalam dosis tinggi dapat menekan sistem saraf pusat pada hewan dan menyebabkan sedasi. Xanthone dapat menyebabkan
129
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
kelebihan sedasi bila dikombinasikan dengan herbal atau obat-obatan lainnya. Selain itu hasil pada hewan coba (belum dilakukan pada manusia), terdapat potensi keracunan dalam dosis yang lebih tinggi.
Gambar 3.24. Pohon manggis (a), perbedaan antara manggis umur 10 tahun asal biji (kiri) dan asal sambungan (kanan) (b), percabangan tanaman manggis (c), bunga manggis saat mekar (d), pentil buah manggis (e), buah manggis muda (f), dan buah manggis matang siap konsumsi (g).
3.25. Markisa Familia Genus Spesies Nama latin Nama Inodnesia Nama Lokal Bali Nama Inggris
: Passifloraceae : Passiflora : Passiflora edulis : Passiflora edulis Sims. : Markisa : Anggur markisa : Passion fruit
Markisa (Passion fruit) tergolong dalam filum spermatopyhta, kelas angiospermae, sub kelas monocotyledone dan famili passifloraceae, yang dalam bahasa Bali disebut anggur markisa. Markisa merupakan tanaman buah yang hidup
130
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
menahun (perennial) dan bersifat merambat atau menjalar hingga sepanjang 20 meter atau lebih. Menurut sejarah, tanaman markisa berasal dari daerah tropis Amerika Selatan yaitu Brazil, Venezuela, Kolumbia, Peru, Ekuador, dan Bolivia (Hermanto et al., 2013). Batang tanaman markisa berkayu tipis, bersulur, dan memiliki banyak percabangan. Cabang muda berwarna hijau dan setelah tua berubah menjadi hijau kecoklatan.Daun tumbuh berseling pada batang, cabang, atau ranting, yang secara keseluruhan membentuk kanopi yang sangat rimbun sehingga sinar matahari tidak dapat menerobos ke tanah di bawahnya. Tiap helai daun bercaping tiga dan bergerigi, berwarna hijau sampai hijau mengkilap. Bunganya tunggal berukuran besar, memiliki bentuk yang unik dan khas, dan warna yang menarik kombinasi hijau, kuning, ungu, atau merah. Bunga mengandung sari madu yang menyebarkan bau harum. Penyerbukan bunga bisa menyerbuk sendiri atau dengan bantuan serangga. Mulai berbuah pada umur satu tahun dan masa produksi dapat berlangsung selama 5-6 tahun. Buah muncul dari ketiak daun dan berdompol, setiap dompol terdiri atas sembilan butir atau lebih. Ukuran buah, warna kulit buah, dan warna daging buah bervariasi tergantung jenis markisa. Biji buah markisa berbentuk gepeng, berwarna hitam. Masing-masing biji terbungkus oleh selaput lendir yang mengandung cairan yang berasa asam. Jaringan biji mempunyai aroma khas markisa, berwarna kuning, dan berlendir. Di dunia telah diketahui ada sekitar 400 jenis markisa dan 50-60 jenis diantaranya dapat dimakan. Tanaman markisa dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian antara 700-1500 m dpl, pada berbagai jenis tanah, terutama pada tanah gembur yang mempunyai cukup bahan organik, tingkat kemasaman tanah (pH) antara 6,5 - 7,5 dan berdrainase baik (Sunaryono, 2013). Di Bali, markisa banyak ditemukan di dataran tinggi dengan sentra produksi yaitu di Kecamatan Baturiti, Tabanan, Kecamatan Sukasada, Buleleng, dan Kecamatan Kintamani, Bangli, ditanam
131
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
di Kebun Campuran atau tumbuh liar di pinggiran kali/sungai/ jurang dan semak belukar. Jenis markisa yang terdapat di Bali, baik yang dibudidayakan maupun tumbuh liar, ada tiga macam, yaitu markisa kuning, markisa ungu, dan markisa besar. 1. Markisa Kuning (Passiflora edulis var. flavicarpa). Markisa kuning di Bali telah mengisi pasar swalayan/super market, kios dan gerai buah, serta pasar tradisional terutama di sentra kegiatan pariwisata daerah dataran tinggi seperti Budugul dan Kintamani. Buah markisa kuning berbentuk bulat agak lonjong atau oval, berukuran sebesar bola tenis. Permukaan kulit buah halus, buah muda berwarna hijau sedangkan buah masak berwarna kuning atau oranye kekuningan dengan kulit yang tebal dan agak keras. Daging buah berwarna putih, oranye, atau hijau dengan tekstur yang lembut, rasanya manis menyegarkan dan berair. Ruas batang lebih panjang dari pada markisa ungu dengan sulur muda berwarna kecoklatan. Bentuk daun menjari dengan ukuran daun lebih besar dan lebih tebal dari pada markisa ungu, berwarna hijau dan tangkai daun berwarna hijau kecoklatan. Ukuran bunga besar dengan mahkota tambahan berbentuk benang, berwarna ungu, memencar, dengan ujung putih. 2.
132
Markisa Ungu (Passiflora edulis var. edulis). Markisa ungu relatif jarang ditemukan di pasaran karena kalau dimakan segar rasanya jauh lebih masam dibandingkan markisa kuning, sehingga sering disebut dengan nama markisa asam. Bentuk buah markisa ungu lebih bulat dan lebih kecil dibandingkan dengan markisa kuning. Buah muda berwarna hijau sedangkan buah masak berwarna ungu tua atau coklat ungu dengan kulit yang agak tipis dan keras. Bentuk buah bulat sampai lonjong dengan sari buah berwarna kuning oranye. Ruas batang lebih pendek dari pada markisa kuning, panjang ruas 5-7 cm, permukaan
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
licin, dan memiliki sulur berwarna hijau muda. Bentuk daun menjari dengan ukuran daun lebih kecil dan lebih tipis dari pada markisa kuning. Ukuran bunga lebih kecil dengan tambahan mahkota yang bergelombang dan memencar berwarna campuran putih dan ungu. Buah markisa ungu umumnya dijadikan bahan baku sirup, dikarenakan rasa dan aromanya yang khas. 3.
Markisa Besar (Passiflora quadrangularis). Markisa besar yang dalam Bahasa Bali disebut Melisah hampir tidak pernah ditemukan di pasar, karena populasinya sengat langka, buah hasil panen umumnya hanya cukup dikonsumsi segar oleh pemiliknya. Jenis markisa ini cocok ditanam di dataran rendah hingga dataran sedang, buahnya berbentuk bulat lonjong, ukuran buah besar dengan panjang 18 - 20 cm, diameter 10 - 15 cm berat 3-5 kg. Warna kulit buah muda hijau ke putih-putihan, setelah matang /masak berwarna putih kekuningan. Kulit buah sangat tebal dan relatif keras, daging buah rasanya kurang enak karena rasa buahnya relatif tawar dengan aroma yang tidak kuat. Markisa besar termasuk tanaman semak, hidupnya menjalar dengan panjang mencapai lebih dari 10 m. Batangnya kecil, langsing, bentuk persegi, warna hijau kecoklatan, dengan bantuan sulur berbentuk pilin (spiral) memanjat tiang penyangga kemudian menjalar di atas parapara. Daunnya besar-besar jauh lebih besar dari markisa kuning atau markisa ungu. Daun tunggal, lonjong, dan berwarna hijau. Bunga tunggal, bulat berbentuk mangkok, berkelamin dua (hermafrodit) dan menempel di ketiak daun. Semua jenis markisa termasuk tanaman menyerbuk silang dengan bantuan lebah madu.
133
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Markisa ditanam terutama untuk dipanen buahnya, baik untuk dimakan segar dan dibuat juice, maupun untuk sari buah atau sebagai bahan baku minuman dan sirup. Daun markisa berkhasiat untuk peluruh air seni, kencing nanah, sedangkan buahnya selain untuk sari buah segar (dicampur dengan sirup), dimanfaatkan untuk obat penenang dan berkhasiat menghilangkan rasa nyeri (analgesik), dan memperkuat paru (Karsinah et al., 2010). Buah markisa ungu yang sebenarnya lebih terasa asam ketimbang manis sangat cocok jika dibuat minuman maupun sirup. Walaupun ada sebagian orang yang tidak suka dengan rasa dan aroma buah markisa ungu, karena memiliki rasa dan aroma yang tajam seperti halnya buah durian dan buahbuahan yang beraroma tajam lain, dilain pihak banyak pula yang sangat menygukai rasa dan aromanya yang kuat, bahkan tidak sedikit produk minuman ringan yang bercita rasa buah markisa. Nilai kandungan gizi markisa per 100 g menurut USDA (2013) adalah energi 97 kcal (5%), karbohidrat 23,38 g (18%), protein 2,20 g (4%), total lemak 0,70 g (3%), serat diet 10,40 g (27%), folates 14 mcg (3%), niacin 1,500 mg (9%), 0,100 mg pyridoxine (8%), riboflavin 0,130 mg (10%), vitamin A 1274 (iu 43%), vitamin c 30 mg (50%), vitamin e 0,02 mcg (1%)), vitamin k 0,7 mg 0,5%, (elektroli)t, kalium 348 mg (7%, mineral), kalsium 12 mg (1,2%), tembaga 0,086 mg (9,5%), besi 1,60 mg (20%), magnesium 29 mg (7%), fosfor 68 mg (10%), selenium 0.6 mcg 1%, seng (0,10 mcg), phyto-nutrisi ß-karoten (743 mcg), dan crypto-xanthin-ß markisa juga dapat digunakan sebagai bahan obat. Penyakit yang bisa diobati diantaranya memperkuat kekebalan tubuh terhadap penyakit kanker, batuk karena paru-paru panas, radang kelenjar getah bening leher (servikal limfadenitis), sulit tidur (insomnia), sering gelisah dan bermimpi buruk, Kelelahan kronis yang abnormal (neurasthenia), hipertensi, bengkak (edema), kencing berlemak (chyluria). Beberapa herbalis memanfaatkan seluruh bagian markisa untuk digunakan sebagai obat dan berkhasiat
134
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
sebagai anti radang, penenang (sedatif), peluruh kencing (diuretik), serta bersifat membersihkan panas dan racun.
Gambar 3.25. Daun tanaman markisa kuning (a), bunga tanaman markisa kuning (b), buah muda tanaman markisa kuning (c), tampilan daging buah markisa kuning (d), buah muda markisa ungu (e), tampilan daging buah markisa ungu saat matang (f), bunga markisa besar (g), dan buah markisa besar (h).
3.26. MELON Familia Genus Spesies Nama latin Nama Inodnesia Nama Lokal Bali Nama Inggris
: Cucurbitaceae : Cucumis : Cucumis melo : Cucumis melo : Melon : Melon : Melon
Melon (Cucumis melo L.) yang termasuk dalam suku labulabuan atau cucurbitaceae, merupakan tanaman buah semusim dan diduga berasal dari lembah Persia, Meditranea. Melon masuk ke Indonesia dan mulai dibudidayakan pada tahun 1970, sedangkan dikembangkan di Bali baru pada tahun 1990-an. Pada
135
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
awal perkembangannya, melon menjadi buah yang bergengsi tinggi, harganya sangat mahal, dan konsumennya terbatas hanya kalangan yang tergolong ekonomi tinggi. Namun saat ini buah yang mengandung banyak air tersebut sudah sangat memasyarakat dan bisa dinikmati oleh semua kalangan. Melon di Bali tidak saja ditanam secara konvensional di lahan sawah setelah tanaman padi, tetapi juga telah dikembangkan di rumah kaca dengan sistem hidroponik atau dalam pot dengan media tanam buatan. Melon termasuk tanaman semusim yang bersifat merambat. Batang tanaman melon berwarna hijau muda, bentuk batang agak bersegi lima berlekuk dengan 3 - 7 lekukan, menjalar di atas tanah atau merambat pada turus dengan menggunakan sulusulur atau alat pembelit. Sulur-sulur pembelit ini terdapat pada setiap ketiak daun. Batangnya berbulu dan terdapat buku atau ruas-ruas tempat melekatnya tangkai daun. Apabila dibiarkan tumbuh liar tanaman melon akan memiliki percabangan yang banyak dan biasanya percabangan utamanya terletak paling tengah dan memiliki pertumbuhan paling kuat. Namun pada sistem budidaya, cabang-cabang tersebut diapngkas sehingga tinggal 1-2 cabang induk yang dipelihara. Panjang cabang dapat mencapai 3-5 m apabila tidak dipotong. Dari satu cabang utama yang dipelihara akan muncul cabang-cabang sekunder pada ketiak-ketiak daun. Cabang-cabang sekunder ini sebagai tempat keluarnya bunga-bunga tanaman melon. Apabila cabang-cabang ini dibiarkan tanpa dipangkas akan menyebabkan percabangan tumbuh liar. Perakarannya adalah akar tunggang yang terdiri dari akar utama (primer) dan akar lateral (sekunder). Dari akar lateral keluar serabut-serabut akar (akar tersier). Daun melon berwarna hijau dengan bentuk daun menjari bersudut lima, berlekuk 3-7 lekukan. Daun ditopang oleh tangkai daun yang perpanjangannya merupakan induk tulang daun. Permukaan daun berbulu kasar. Susunan daun berselang-seling. Bunga melon tumbuh di ketiak daun dan hampir selalu berkelamin tunggal,
136
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
berumah satu (monoceous). Bunga betina terbentuk secara tunggal, tinggal berkelompok. Bunga betina pada umumnya terdapat pada ketiak daun ke-1 atau ke-2 pada setiap ruas percabangan, sedangkan bunga jantan terbentuk berkelompok 3-5 buah dan terdapat pada setiap ketiak daun. Jumlah bunga jantan jauh lebih banyak daripada bunga betina. Buah melon sangat bervariasi, baik bentuk, warna kulit, warna daging buah maupun bobotnya. Bentuk buah melon antara bulat, bulat oval sampai lonjong atau selindris. Warna kulit buah antara, putih krem, hijau krem, hijau kekuning-kuningan, hijau muda, kuning, kuning muda, hingga kombinasi dari warna lainnya. Bahkan ada yang bergaris-garis, totol-totol, dan juga struktur kulit antara berjala (berjaring), semi berjala hingga tipis dan halus (Prihatman, 2000d). Kulit buah melon meskipun tidak terlalu tebal (1-2 mm), tetapi keras dan liat. Di antara rongga buah terdapat sekumpulan biji melon yang terbalut dalam plasenta berwarna putih. Plasenta ini berlendir dan apabila termakan menyebabkan rasa gatal ditenggorokan. Dalam satu buah melon terdapat sekitar 500-600 biji (Prajnanta, 1998). Jenis melon yang umum dibudidayakan di Bali ada tiga macam, yaitu melon hijau, melon jingga dan melon madu. Melon hijau yang umum disebut melon lokal, memiliki ciri fisik kulit buahnya keras, kasar, dan berurat seperti jala, daging buah berwarna hijau pucat dan aromanya harum. Melon jingga atau disebut melon cantaloupe memiliki ciri khas yaitu daging buahnya berwarna jingga, sedangkan ciri-ciri fisik kulit buahnya ada yang hampir sama dengan melon hijau yaitu keras, tebal dan berurat seperti jala, tetapi warna kulit melon jingga ada yang hijau seperti melon hijau, tetapi ada juga yang kulit luarnya berwarna kuning. Sedangkan melon madu atau disebut honeydew melon memiliki ciri khas yaitu rasa daging buahnya yang manis seperti rasa madu. Kulit luar buah berwarna hijau keputihan dengan tekstur halus dan mengkilat, daging buah berwarna hijau pucat seperti melon hijau. Buah melon biasanya dimakan segar sebagai buah
137
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
meja, dibuat es krim, atau diiris-iris sebagai campuran es buah. Buah melon mengandung zat gizi yang cukup beragam. Menurut Prajnanta (2003), kandungan gizi buah melon per 100 g bahan yang dapat dimakan yaitu energi 21,00 kal, protein 0,60 g, lemak 0,10 g, karbohidrat 5,10 g, kalsium 15,00 mg, fosfor 25,00 mg, serat 0,30 g, besi 0,50 mg, vitamin A 640,00 SI, vitamin B1 0,03 cg, vitamin B2 0,02 mg, vitamin C 34,00 mg, niacin 0,80 g. Kandungan vitamin C pada melon akan mencegah terjadinya sariawan dan meningkatkan ketahanan tubuh terhadap penyakit.
Gambar 3.26. Bunga tanaman melon (a), buah muda melon lokal/melon hijau (b), buah melon lokal siap panen kulitnya bersisik (c), daging buah melon lokal (d), buah melon jingga bersisik seperti melon lokal (e), daging buah melon jingga (f), melon jingga dengan kulit luar kuning (g), dan daging buah melon madu (h).
138
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
3.27. MENTENG Famili Genus Spesies Nama Indonesia Nama Lokal Bali Nama Inggris
: : : : : :
Phyllanthaceae Baccaurea Baccaurea racemosa (Reinw.) Muell. Arg. Menteng, Kepundung Kepundung Menteng, Kepundung
Menteng yang dalam bahasa Bali dan bahasa Inggris disebut kepundung diduga merupakan tanaman buah asli Asia Tenggara, tersebar dari Thailand, dan Semenanjung Malaysia kemudian ke Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan pulau-pulau lainnya di Indonesia. Tumbuhan ini tumbuh liar sebagai flora lapis bawah pada hutan tropika basah, tetapi juga dibudidayakan sebagai tanaman pekarangan (Anon., 2013). Kepundung berperawakan pohon dengan batang tegak dan berkayu keras, cabang simpodial, tinggi dapat mencapai 15-25 m, tajuk padat dan tidak beraturan. Daunnya tunggal berselang-seling, berbentuk bulat telur atau bulat lonjong, tepinya bergerigi dengan ujung daun runcing. Tangkai daun silinder dengan panjang kurang lebih 2 cm, berwarna hijau cerah saat muda dan hijau tua setelah daun agak tua. Perbungaan dioesis, bunga tumbuh pada batang atau cabang yang sudah cukup tua. Perbungaan jantan bertipe thyrsiform, tersusun atas bunga berkelompok tiga-tiga, berbentuk payung menggarpu, berbulu lebat, berukuran kecil, dan memiliki daun kelopak 4-5 helai, sedangkan perbungaan betina bertipe tandan, panjang tandan 10-20 cm, kuntum bunga sendiri-sendiri atau mengelompok, berukuran agak besar, daun kelopak 5 helai, bakal buah beruang 3- 4. Buah menteng berbentuk bulat kecil dengan diameter 1-2 cm, berwarna hijau saat masih muda dan berubah menjadi hijau kekuningan atau kuning jika sudah matang. Rasa buahnya asam agak manis, segar, dan berair.
139
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
a
f
c
b
g
e
d
h
i
j
Gambar 3.27. Kepundung merah: pohon (a), batang pohon (b), buah muda (c), buah penen (d), dan daging buah berwarna merah (e). Kepundung putih: pohon (f), batang pohon (g), susunan daun (h), buah muda di pohon (i), dan daging buah berwarna putih (j).
Pohon menteng dimanfaatkan buahnya untuk dimakan langsung sebagai buah segar. Selain dimakan langsung buah menteng juga dapat diolah menjadi sirup, asinan, atau difermentasi menjadi minuman. Kayu pohon menteng memiliki kualitas yang baik dan dapat digunakan untuk bangunan rumah, perahu, dan mebel. Selain itu, kulit dan daun pohon menteng ini mempunyai khasiat sebagai tanaman obat. Salah satunya adalah sebagai obat mencret dan untuk pelancar haid. Sayangnya keberadaan pohon maupun buah menteng semakin langka, dapat dikatakan buah lokal ini tergolong hampir punah. Di Bali ditemukan dua jenis menteng, yaitu menteng dengan daging buah berwarna merah dan menteng dengan daging buah warna putih. Pohon menteng berdaging merah dapat ditemukan di Banjar Anyar, Desa Sambangan, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng pada titik ordinat 8º 11 ’ 18.3804” LS dan 115º 6’ 14.1552” BT pada ketinggian 502 m dpl, di Desa Tenganan, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem, dan di Desa Gunaksa Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung. Sedangkan
140
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Mneng berdaging putih ditemukan di dibeberapa kecamatan di Kabupaten Tabanan. Menteng dulu biasa ditanam di pekarangan namun sekarang sudah sulit ditemui akibat desakan penduduk dan penanaman tanaman buah lain yang lebih disukai. Pohon menteng merupakan tanaman buah musiman. Musim berbunganya berlangsung pada bulan Oktober hingga Desember, sedangkan musim panen buah terjadi antara bulan Januari hingga Maret. Buah menteng biasanya dimakan langung sebagai buah segar, tetapi bisa juga dioleh sebagai asinan atau manisan. Jika difermentasi sari buah menteng dapat dijadikan anggur. Buah menteng dapat digunakan untuk peluruh haid, obat mencret, pewarna kain sutra dengan warna yang dihasilkan adalah merah, kuning, dan lembayung muda. Dalam 100 g buah menteng mengandung energy 65 kkal, 1,7 g protein, 0,2 g lemak, 16,1 g karbohidrat, 13 mg kalsium, 20 mg fopor, 1 mg besi, dam 3 mg vitamin C (Anon., 2013). 3.28. MUNDU Familia Genus Spesies Nama latin Nama Inodnesia Nama Lokal Bali Nama Inggris
: Clusiaseae : Garcinia : Garcinia dulcis : Garcinia dulcis (Roxb.) Kurz : Mundu : Badung : Moendoe
Mundu yang dalam bahasa Bali disebut badung dan dalam bahasa Inggris disebut moendoe adalah tanaman buah kerabat dekat manggis (Garcinia mangostana) yang dahulu mudah ditemukan sebagai tanaman belakang rumah (teba) di Bali, tetapi kini sudah sangat jarang dan telah dikelompokkan sebagai tanaman buah langka. Hal tersebut terjadi karena mutu buah ini kurang baik, sehingga banyak ditebang dan kurang
141
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
dibudidayakan atau diremajakan. Mundu atau badung oleh Pemerintah Kabupaten Badung telah ditetapkan sebagai flora identitas kabupaten. Badung adalah tumbuhan pohon yang ukurannya sedang, hijau abadi, dan tajuknya mengerucut ke atas. Batangnya tegak, mudah patah dan berbulu halus, ditumbuhi banyak ranting berbentuk hampir persegi empat. Tingginya dapat mencapai lebih dari 20 m. Kulit batang berwarna coklat, bila dilukai mengeluarkan getah putih secara lambat dan sedikit demi sedikit menumpuk menghasilkan lapisan yang akan berubah menjadi coklat pucat saat kering. Daun berbentuk bulat memanjang, mengkilat, warna hijau pucat bila muda dan hijau tua setelah dewasa. Permukaan atas daun hijau gelap dan mengkilat, uraturat daun banyak dan paralel, panjang tangkai daun sampai 2 cm. Tangkai daun dan helai daun bergetah, helai daun mempunyai dua pasang tulang daun samping yang tampak jelas pada permukaan bawah helai, tulang yang lebih halus sebenarnya merupakan saluran getah, tangkai daun beralur memanjang pada bagian atas. Bunganya tersusun dalam untaian berwarna putih atau hijau kekuning-kuningan. Bunga terdiri atas bunga jantan dan bunga betina. Buahnya bulat seperti bola pingpong, berwarna hijau muda saat masih mentah dan berubah menjadi kuning cerah (mengkilat) ketika masak. Kulit buah halus dan tipis. Daging buahnya berwarna kuning mengandung banyak air dan rasanya manis agak masam. Tumbuhan ini berbunga pada bulan April - September dan masa panen buah masak pada Juli - November. Buah mundu di Bali terutama banyak tumbuh liar di Taman Nasional Bali Barat, namun demikian habitat tumbuhnya sangat luas mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi pada ketinggian lebih dari 1200 m dpl. Mundu tergolong tanaman lahan kering, umumnya dibudidayakan di tegalan, halaman belakang rumah (“teba”), atau tumbuh liar di sempadan kali/ jurang dan pinggiran hutan.
142
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
b
a
c
d
Gambar 3.28. Pohon mundu (a), percabangan tanaman mundu (b), helaian daun (c), buah mudu matang siap konsumsi (d).
Buah mundu dapat dimakan langsung dan diolah menjadi selai, sebagai campuran jamu tradisional, atau dibuat asinan. Hal yang perlu diperhatikan ketika memakan buah mundu secara langsung adalah getahnya. Buah yang banyak mengandung vitamin C ini memiliki getah yang kuat yang dapat membuat iritasi ringan di bibir bagi yang tidak terbiasa. Karena itu, jika hendak memakannya lebih baik mengupas dan mencucinya terlebih dahulu sehingga getah buah langka ini hilang dulu. Buah masih muda dan atau yang sudah matang bisa dijadikan sebagai pengganti cuka atau belimbing buluh dalam memasak. Kayu dan kulitnya dahulu sering dipakai sebagai campuran pembuat warna hijau alami (Lim, 2012). 3.29. NANGKA Famili Genus Spesies Nama Latin Nama Indonesia Nama Lokal Bali Nama Inggris
: Moraceae : Artocarpus : Artocarpus heterophyllus : Artocarpus heterophyllus Lamk. : Nangka : Nangka : Jack fruit
Nangka (Artocarpus heterophyllus Lampk.) yang dalam bahasa Bali juga dinamai nangke dan dalam bahasa Inggris
143
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
disebut jack fruit adalah tanaman buah tropis yang sudah lama dibudidayakan, terutama untuk dipanen buahnya. Jenis tanaman yang masih sejenis dengan nangka adalah cempedak dan sukun. Nangka tumbuh dengan baik dari dataran rendah sampai dataran tinggi, daunnya selalu ada pada setiap musim (evergreen), dan dapat berbuah setiap saat tanpa mengenal musim. Ciri yang paling khas dari tanaman nangka adalah seluruh bagian tanaman apabila terluka akan mengeluarkan getah berwarna putih, yang di Bali disebut engket. Pada buah nangka yang masih muda atau sudah matang, getah putih/engket tersebut terakumulasi lebih banyak dibandingkan dengan di bagian yang lain. Batang pohon nangka bulat silindris, tingginya dapat mencapai 20-30 meter, seluruh bagian tumbuhan mengeluarkan getah putih pekat apabila dilukai. Daun tunggal, tersebar, bertangkai 1-4 cm, helaian daun agak tebal seperti kulit, kaku, bertepi rata, bulat telur terbalik sampai jorong (memanjang), dengan pangkal menyempit sedikit demi sedikit, dan ujung pendek runcing atau agak runcing. Daun mudah rontok dan meninggalkan bekas seperti cincin. Tumbuhan nangka berumah satu (monoecious), bunga muncul pada ketiak daun atau batang dan cabang tua. Buah majemuk (syncarp) berbentuk gelendong memanjang, seringkali tidak merata, pada sisi luar membentuk duri pendek lunak. Daging buah dari buah nangka sesungguhnya adalah perkembangan dari tenda bunga, berwarna kuning keemasan apabila masak, berbau harum-manis yang keras, berdaging, kadang-kadang berisi cairan (nektar) yang manis. Biji berbentuk bulat lonjong sampai jorong agak gepeng, berturut-turut tertutup oleh kulit biji yang tipis coklat seperti kulit, endokarp yang liat keras keputihan, dan eksokarp yang lunak. Nangka terutama dipanen buahnya. Buah nangka muda digunakan untuk sayur seperti sayur lodeh, sayur asam, gudeg, bahan masakan tradisional Bali (lawar), dan lain-lain. Daging buah yang matang seringkali dimakan dalam keadaan segar,
144
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
dicampur dalam es, dihaluskan menjadi minuman (juice), atau diolah menjadi aneka jenis makanan seperti dodol nangka, kolak nangka, selai nangka, nangka goreng tepung, keripik nangka, dan lain-lain. Nangka juga digunakan sebagai pengharum es krim dan minuman, dijadikan konsentrat atau tepung nangka. Biji nangka dapat direbus dan dimakan sebagai sumber karbohidrat tambahan atau diiris-iris kecil kemudian digoreng sebagai camilan kering. Daun nangka merupakan pakan ternak yang disukai kambing, domba, maupun sapi. Getahnya dapat digunakan untuk memerangkap burung, menambal perahu, dan lain-lain. Kayu nangka merupakan kayu berkualitas baik, kuat, awet dan tahan terhadap serangan rayap atau jamur, memiliki pola yang menarik, gampang mengkilap apabila diserut halus dan digosok sehinnga di Bali sangat popular digunakan untuk bahan bangunan tempat suci (sanggah atau pura). Disamping itu, kayu nangka kerap dijadikan perkakas rumah tangga, mebel, konstruksi bangunan, konstruksi kapal sampai ke alat musik. Dari kayunya juga dihasilkan bahan pewarna kuning untuk mewarnai jubah para pendeta Buddha (Suharti dan Alrasyid, 1993). Hasil survey menunjukkan, nangka dapat dibedakan menjadi nangka buah besar dan nangka buah kecil. Nangka buah besar yaitu nangka lokal yang sudah lama atau turun-temurun ditanam di Bali, dengan karakteristik buahnya besar dan panjang, bentuk buah sering tidak beraturan/bengkok (bahasa bali: berengkotan), berbatang besar dengan tinggi pohon mencapai 20-30 m, percabangan banyak dan besar-besar, dan umur mulai berbuah membutuhkan waktu lama (lebih dari 5 tahun). Nangka ini umumnya ditanam ditegalan atau di sempadan kali/sungai atau jurang. Berdasarkan daging buahnya, nangka buah besar dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu nangka bubur atau dalam bahasa Bali disebut nangke buug atau nangke lolos dan nangka salak atau dalam bahasa beli disebut nangke keted. Nangke buug dicirikan oleh daging buahnya tipis, saat masak daging buah lunak, berair, agak berserat, beraroma keras, dan
145
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
daging buah mudah lepas. Nangke keted dicirikan oleh daging buah tebal, agak kering, dan aromanya kurang keras. Umumnya nangka keted lebih disukai dibandingkan nangka buug. Sedangkan nangka buah kecil yaitu nangka unggul hasil dari pemuliaan tanaman yang mulai berbuahnya cepat (kurang dari 4 tahun), batangnya tidak terlalu besar, tinggi hanya sekitar 6-9 m, bentuk buah bulat panjang , lurus, umumnya ditanam di pekarangan rumah, bibitnya diperjualbelikan dalam perdagangan bibit.
a
e
c
b
f
g
d
h
Gambar 3.29. Pohon nangka lokal (a) bunga nangka (b), buah muda (c), buah muda bahan sayur/“lawar” (d), buah menjelang matang (e), daging buah (f), bibit nangka unggul/genjah (g), budidaya nangka unggul dalam pot (h).
146
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
3.30 NENAS Famili : Bromeliaceae Genus : Ananas Spesies : Ananas comosus Nama Latin : Ananas comosus L. Merr Nama Indonesia : Nenas Nama Lokal Bali : Manas Nama Inggris : Pineapple Nenas merupakan tanaman buah terna tahunan atau dua tahunan, berupa semak, diduga berasal dari Amerika Selatan, yaitu Brasilia, Bolivia, dan Paraguay, kemudian bangsa Spanyol membawanya ke Filipina, Semenanjung Malaysia, dan Indonesia, dan saat ini tanaman tersebut dapat diproduksi dengan baik di daerah tropis maupun subtropics (Prihatman, 2000f). Buahnya dalam bahasa Inggris disebut sebagai pineapple karena bentuknya yang seperti pohon pinus. Tanaman nenas awalnya dibudiayakan dengan tujuan untuk diambil buahnya, tetapi kemudian berkembang kecendrungan disamping untuk produksi buah, pemanfaatan nenas dan karabat dekatnya, termasuk nenas liar, untuk tanaman hias. Berdasarkan karakteristik khas bentuk daun dan buahnya, tanaman nenas yang dibudidayakan dan ditanam di Bali dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu: 1. Nenas tipe cayene (contohnya varietas smooth cayene), memiliki ciri-ciri daunnya panjang, pinggiran daun halus, tidak berduri, buah besar, dan bentuk buah bundar lonjong. Rasa nanas cayenne agak asam dengan kandungan air banyak dan serat buah agak kasar. Itulah sebabnya nenas ini lebih cocok jika dipasarkan dalam bentuk kalengan. Nenas cayenne bukan asli nenas Indonesia, melainkan hasil introduksi dari cayenne di Eropa.
147
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
2.
Tipe nenas queen (misalnya varietas Subang dan Blitar), dengan ciri-ciri daun pendek, tepian daun berduri tajam, bentuk buah bundar lonjong mirip kerucut, warna daging buah kuning, rasanya manis dan kurang berair dibandingkan tipe Cayene. Nenas Subang diunggulkan karena buahnya yang berukuran besar dengan berat rata-rata 3 kg/ buah bahkan ada yang mencapai 5 kg/ buah, rasanya manis berkecap asam, berair, sangat cocok digunakan untuk bahan olahan yang dikemas dalam kaleng. Sedangkan nenas Blitar ukuran buahnya kecil dengan beratnya sekitar 1 kg, cocok dijadikan sebagai buah meja, diunggulkan karena rasa buahnya enak dan aroma yang harum, seratnya halus dan kadar airnya sedikit.
Selain tipe Cayene dan Queen, sebetulnya ada dua tipe nenas lain, yaitu nenas Spanyol dan nenas Abacaxi. Nenas Spanyol memiliki ciri daun panjang tetapi kecil, pinggiran daun berduri halus sampai kasar, buah bulat lonjong dengan mata datar. Sedangkan nenas abacaxi daunnya panjang, tepian daun berduri kasar, buah silindris atau seperti piramida. Tetapi kedua jenis nenas ini tidak dibudidayakan di Indonesia, termasuk di Bali. Nenas Spanyol dikembangkan di kepulauan India Barat, Puerte Rico, Mexico dan Malaysia, sedangkan nenas abacaxi banyak ditanam di Brazilia (Nusmawarhaeni et al., 1999; Apriyanty, 2009). Berbagai varietas nenas tipe cayene dan queen di Bali diusahakan di pekarangan, ditumpangsarikan dengan tanaman lain, atau ditanam monokultur dengan pemeliharaan intensif pada tempat yang mendapat penyinaran langsung di dataran rendah sampai dataran tinggi pada ketinggian 1.300 m dpl. Di Indonesia nenas pada mulanya hanya ditanam sebagai tanaman pekarangan, dan meluas dikebunkan di lahan kering (tegalan) di seluruh wilayah nusantara. Perbanyakan dilakukan secara vegetatif menggunakan bagian mahkota buah.
148
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Berbeda dengan kebanyakan jenis tanaman buah-buahan pada umumnya, tanaman nenas merupakan tanaman yang memiliki jalur fotosintesis seperti kaktus, dengan sebutan jalur metabolisme fotosintesis CAM (Crassulacean Acid Metabolisme). Dalam metabolisme fotosintesis CAM, stomata membuka pada malam hari dan menutup siang hari. Nenas tergolong tanaman monokotil (tidak bercabang), tingginya hanya sekitar 50-100 cm. Bentuk batang tanaman nanas mirip gada, beruas atau berbuku-buku pendek. Batang berfungsi sebagai tempat melekat akar, daun, bunga, tunas, dam buah, sehingga secara visual batang tersebut tidak nampak karena di sekelilingnya tertutup oleh daun. Tangkai bunga atau buah merupakan perpanjangan batang. Daun nanas merupakan daun majemuk, tersusun secara spiral melingkari batang, helaian daun berbentuk runcing menyerupai pedang dengan ujung lancip, tebal, dan sukulen (berair), sisi atas berwarna hijau, sisi bawah bersisik putih, berwarna hijau atau hijau kemerahan. Ukuran daun ada yang panjang atau pendek, ada yang lebar atau sempit, dan pinggiran daun ada yang berduri atau tidak berduri tergantung pada kultivar atau jenisnya. Bunga tumbuh dari ujung tanaman, bertangkai, dalam satu tangkai terdapat banyak bunga, melekat saling berhimpitan (berdempetan, dan berwarna kemerahan. Nenas termasuk tanaman menyerbuk silang, tanpa melalui penyerbukan silang, buah nanas tidak menghasilkan biji (partenocarpi). Buah nanas muda mempunyai mata berwarna kelabu atau hijau muda, kelopak kecil-kecil yang menutupi separuh dari mata dan berwarna kelabu keputihputihan sehingga buah tampak kelabu. Buah nanas yang biasa dijual bukanlah buah sejati, melainkan gabungan buah-buah semu (bekasnya terlihat dari setiap sisik pada kulit buah) yang dalam perkembangannya tergabung bersama-sama dengan tongkol (spadix) bunga majemuk menjadi satu buah besar. Apabila buah telah tumbuh maksimal (matang), warna mata tersebut berubah sejalan dengan perubahan warna kulit buah. Daging buah buah
149
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
berwarna kuning pucat hingga kuning keemasan saat matang dan tak berbiji. Memiliki mahkota yang merupakan batang dengan beberapa daun yang terletak di bagian atas puncak buah. Tunas batang (slip) adalah tunas yang tumbuh di bawah daun. Nanas mempunyai nilai ekonomi penting, selain dapat dikonsumsi sebagai buah segar juga dapat diolah menjadi berbagai macam makanan dan minuman, seperti rujak, es buah, sari buah, selai, buah dalam sirup, buah kalengan, dan sebagainya. Menurut USDA National Nutrient Database for Standard Reference (2008, http://www.nal.usda.gov/fnic/foodcomp/cgi-bin/list_nut_edit. pl, 11 Agustus 2015), setiap 100 g buah nenas terkandung: (1) proksimat (proximate) teridir atas air 87,24 g, energy 45 kcal atau 190 kJ, protein 0,55 g, lemak total 0,13 g, abu 0,27 g, karbohidrat 11,82 g, total gula 8,29 g, sukrosa 4,59 g, glukosa/dekstrosa 1,76 g; (2) mineral terdiri atas kalsium 13 mg, besi 0,25 mg, magnesium 12 mg, fospor 9 mg, kalium 125 mg, natrium 1 mg, seng 0,08 mg, Cu 0,081 mg, dan mangan 1,593 mg; dan (3) vitamin terdiri atas vitamin C 16,9 mg, thiamine 0,078 mg, riboflavin 0,029 mg, niasin 0,47 mg, vitamin B6 0,106 mg, total folat 11 mcg, total choline 5,6 mg, betaine 0,1 mg, vitamin A 52 IU, beta carotene 31 mcg, dan vitamin K (phylloquinone) 0,7 mcg. Buah nanas yang baik dan siap disantap segar adalah yang sudah tua tetapi tidak terlalu matang, keras (tidak lunak apabila ditekan dengan jari), bersih, kering, matanya telah tumbuh penuh (menumpul dan melebar), serta aromanya mulai harum. Bagian ujung buah telah menunjukkan warna kuning kehijauan. Buah nanas mengandung enzim bromelin, yaitu suatu enzim protease yang dapat menghidrolisa protein, protease, atau peptide, sehingga dapat digunakan untuk melunakkan daging. Nanas juga bermanfaat bagi kesehatan tubuh dan berkhasiat sebagai obat penyembuh berbagai penyakit. Kandungan serat dan Kalium dalam buah nanas dapat digunakan sebagai obat sembelit dan gangguan pada saluran air kencing. Kulit buah nanas dapat diolah menjadi sirop atau diekstraksi cairannya untuk pakan
150
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
ternak. Batang nanas dapat diambil tepungnya. Kadar tepung batang nanas yang tua berkisar antara 10% - 15% dari berat segar. Serat pada bagian tanaman nanas, terutama serat daun, dapat dimanfaatkan sebagai bahan kertas dan tekstil (Anon. 2012).
a
b
c
e
d
f
Gambar 3.30. Nenas cayene mahkota Bogor daunnya tanpa duri (a), nenas queen delika Subak daunnya beduri (b), kebun nenas (c), buah nenas mahkota Bogor, delika Subang dan Blitar (d), nenas lokal (e), tumpukan buah nenas di pasar (f).
3.31. PEPAYA Famili Genus Spesies Nama Latin Nama Indonesia Nama Lokal Bali Nama Inggris
: Caricaceae : Carica : Carica papaya : Carica papaya L. : Pepaya : Gedang : Papaya
Pepaya (Carica papaya L.) yang di Bali dinamai gedang adalah salah satu tanaman buah yang telah memasyarakat, tersebar luas di seluruh pelosok nusantara, dan banyak ditanam di seluruh daerah tropis untuk diambil buahnya. Di daerah Jawa
151
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Barat (Sunda) papaya juga dinamai gedang sama seperti di Bali, sedangkan dalam bahasa Jawa disebut kates. Hasil survey menunjukkan papaya yang ditanam di Bali dapat dibedakan menjadi dua macam berdasarkan warna daging buahnya, yaitu papaya merah dan papaya kunig. Pepaya merah memiliki daging buah berwarna merah, mirip seperti warna daging buah semangka, dan rasanya manis sehingga sering disebut dengan nama papaya semangka, sedangkan papaya kuning daging buahnya berwarna kuning, rasanya manis asam, baunya harum, dan umumnya digunakan untuk mekanan burung sehingga disebut papaya burung. Disamping itu, pengelompokkan papaya juga dapat dilakukan menurut jenis bunganya. Menurut Hermanto et al. (2013), berdasarkan jenis bunga yang dihasilkan papaya dapat diberdakan menjadi tiga tipe, yaitu papaya jantan, papaya betina dan papaya sempurna. Pepaya jantan adalah pohon papaya yang hanya menghasilkan bunga jantan, bunganya berupa bunga majemuk yang bertangkai panjang ada kalanya dapat mencapai 200 cm dan bercabang-cabang. Ciri-ciri bunga papaya jantan yaitu putik atau bakal buahnya rundimeter, tidak berkepala dan benang sari tersusun dengan sempurna. Dalam bahasa Bali tipe papaya jantan ini disebut gedang renteng, sedangkan dalam bahasa Jawa dinamai kates gantung. Pepaya betina adalah pepaya yang hanya menghasilkan bunga betina, bunganya juga bunga majemuk artinya pada satu tangkai bunga terdapat beberapa bunga. Tangkai bunganya sangat pendek, panjangnya antara 2,5 hingga 10 cm, dalam rangkaian bunga terdapat bunga betina besar dan kecil, dan dalam satu tangkai bunga hanya menghasilkan 1-6 kuntum bunga. Bunga yang besar memiliki bakal buah yang sempurna tetapi tidak mempunyai benang sari dan bunga ini akan menjadi buah. Tipe papaya ini menurut Ashari (1995) bersifat partenokarpi sehingga sekalipun bunga betina tersebut tidak diserbuki tetapi masih dapat menghasilkan buah. Jenis papaya ini biasanya dapat berbunga
152
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
terus sepanjang tahun. Sedangkan pepaya sempurna atau disebut juga papaya hermaprodit atau biseksual adalah papaya yang menghasilkan bunga jantan dan bunga betina, susunan bunga sempurna, bakal buah dan benang sari dapat melakukan penyerbukan sendiri, sehingga dapat ditanam sendirian tanpa perlu ada perkawinan silang untuk menghasilkan buah. Pepaya merupakan tanaman herba. Batangnya berongga, umumnya tidak bercabang, dan tingginya dapat mencapai 10 m atau lebih. Bentuk batang bulat dengan permukaan batang yang memperlihatkan berkas-berkas daun. Arah tumbuh batang tegak lurus (lurus keatas). Daun pepaya merupakan daun tunggal, berukuran besar, dan bercangap, juga mempunyai bagianbagian daun lengkap (falicum completum) beruapa pelepah atau upih daun (vagina), tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina). Bentuk daun bulat (orbicularis), ujung daun meruncing, tangkai daun panjang dan berongga. Dilihat dari sususnan tulang daunnya, daun pepaya termasuk daun yang bertulang menjari (palmineruis). Pepaya adalah monodioecious (berumah tunggal sekaligus berumah dua) dengan tiga kelamin: tumbuhan jantan, betina, dan banci (hermafrodit). Bunga pepaya memiliki mahkota bunga berwarna kuning pucat dengan tangkai atau duduk pada batang. Bunga jantan pada tumbuhan jantan tumbuh pada tangkai panjang. Bunga biasanya ditemukan pada daerah sekitar pucuk. Bentuk buah bulat memanjang, dengan ujung biasanya meruncing. Warna buah ketika muda hijau gelap, dan setelah masak hijau muda hingga kuning tergantung varietas. Bentuk buah membulat bila berasal dari tanaman betina dan memanjang (oval) bila dihasilkan dari tanaman banci. Tanaman banci lebih disukai dalam budidaya karena dapat menghasilkan buah lebih banyak dan buahnya lebih besar. Daging buah berasal dari karpela yang menebal, berwarna kuning hingga merah, tergantung varietasnya. Pepaya termasuk dalam golongan buah sungguh (buah sejati) tunggal. Buah sejati tunggal yaitu buah sejati yang terdiri dari bunga dengan satu bakal buah saja. Buah terjadi
153
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
dari beberapa daun buah dengan satu ruang dan didalamnya berisi banyak biji atau sedikit. Pepaya juga termasuk buah buni yang berdinding tebal, yaitu buah yang dagingnya mempunyai dua lapisan, lapisan luar yang tipis agak menjangat atau kaku seperti kulit dan lapisan dalam yang tebal, lunak dan berair, dan dapat dimakan. Buah papaya bentuknya bulat lonjong. Bijibijinya berwarna hitam atau kehitaman dan terbungkus semacam lapisan berlendir (pulp) untuk mencegahnya dari kekeringan. Dalam budidaya, biji-biji untuk ditanam kembali diambil dari bagian tengah buah. Pepaya dapat ditanam di dataran rendah hingga di dataran tinggi sampai ketinggian 1000 m dpl, pada daerah yang memilki curah hujan 1000-2000 mm/tahun, suhu udara optimum 22-26 oC, dan kelembaban udara sekitar 40%. Bila ketinggian tempat lebih tinggi dari 1000 m maka rasa buahnya kurang manis.
a
e
b
d
c
f
g
Gambar 3.31. Pepaya Bangkok (a), papaya California (b), red lady (c), varietas Callina/IPB-9 (d). varietas Carlia/IPB-4 (e), papaya lanang (bahas Bali: gedang renteng) (f), dan kebun papaya Hawai (g).
154
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Agribisnis papaya di Bali sangat menjanjikan karena saat ini berton-ton pepaya masih didatangkan dari luar daerah, bahkan impor. Jenis-jenis papaya yang berkembang di Bali sangat banyak , diantaranya pepaya Bangkok, papaya California, red lady, papaya Carina (IPB 9), papaya Cibinong, dan papaya lokal atau sering disebut papaya gunung, ditanam di pekarangan hanya satu atau beberapa pohon sampai pada penanaman dalam skala luas dengan investasi besar diusahakan secara komersial dengan pemeliharaan yang intensif di kebun/tegalan, lahan kering atau lahan basah/sawah. Pepaya Bangkok adalah jenis pepaya yang didatangkan dari Thailand, banyak dibudiayakan dan disukai masyarakat karena ukuran buahnya yang besar di banding jenis pepaya yang lain, beratnya bisa mencapai 3,5 kg per buah, daging buah tebal warnya jingga kemerahan, rongga buahnya kecil, terasa manis dan segar, dan teksturnya agak keras sehingga tahan dalam pengangkutan. Pepaya Hawai seperti namanya bukan papaya asli Indonesia, tetapi didatangkan dari kepulauan Hawaii. Papaya ini disukai karena ukuran buahnya kecil yang habis dimakan cuma untuk satu orang, sehingga sering disebut jenis pepaya solo. Bobot buahnya hanya lebih kurang 0,5 kg, bentuk buah agak bulat atau bulat panjang, kulit buah matang berwarna kuning cerah, daging buah agak tebal berwarna kuning, dan rasanya manis segar. Pepaya Cibinong mempunyai ciri tersendiri, yaitu saat matang warna kulit buah bagian ujung buah umumnya kuning namun bagian yang lain masih hijau. Bentuk buahnya panjang dengan ukuran besar, bobot tiap-tiap buah rata-rata 2,5 kg. Pangkal buah kecil lalu membesar di bagian tengah serta melancip di bagian ujungnya. Permukaan kulit buah agak halus namun tidak rata, daging buah berwarna merah kekuningan. Kelebihan yang lain adalah terasa manis dan segar, teksturnya agaj keras sehingga tahan dalam pengangkutan. Pepaya California mempunyai wujud buah lebih kecil serta lebih lonjong dari papaya Bangkok atau Cibinong, aslinya berasal dari Amerika serta Karibia. Pohon pepaya California lebih pendek
155
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
di banding jenis pepaya lain, biasanya hanya tumbuh kurang lebih 2 meter. Buahnya berkulit tebal serta permukaannya rata, dagingnya kenyal, tebal, serta manis. Bobotnya berkisar antara 0,6-2 kg. Pepaya gunung yang di Bali disebut gedang memedi adalah papaya lokal dengan ukuran tinggi pohon serupa dengan papaya Bangkok atau Hawaii, tetapi batang pohonnya lebih kecil. Perbedaan mendasar dengan jenis lainnya, pohon pepaya gunung memiliki cabang dan umumnya cabang tersebut bertingkat. Bentuk buah pepaya gunung bulat telur, terdapat lekuk buah yang jelas seperti lekukan buah belimbing, dagingnya keras, berwarna kuning-jingga, terasa agak asam namun harum, pada rongga buah terdapat banyak biji yang terbungkus oleh sarkotesta yang putih serta berair. Buah pepaya tergolong buah yang sangat populer karena mudah didapat setiap saat dan harganya yang relatif terjangkau, memiliki nilai gizi yang cukup tinggi karena banyak mengandung provitamin A, vitamin C, mineral kalsium, dan lain-lain, umumnya digunakan untuk dimakan segar. Disamping itu, pemanfaatan tanaman pepaya cukup beragam. Daun, bunga, dan buahnya yang masih mentah dapat digunakan sebagai bahan untuk berbagai macam sayuran. Di beberapa tempat buah pepaya setengah matang dijadikan bahan rujak. Batang, daun dan buah pepaya muda bila mengandung getah berwarna putih, berfungsi sebagai enzim pemecah protein atu enzim proteolitik yang disebut papain. Papain tergolong produk dari tanaman papaya dengan harga mahal karena dapat digunakan untuk berbagai hal seperti melunakan daging, bahan kosmetik, bahan penjernih pada industri minuman, dan berguna juga dalam industri farmasi dan textil. Buah pepaya baik yang masih bagus maupun yang sudah hampir rusak bisa diolah dijadikan makanan seperti sari pepaya, dodol papaya, dan kripik pepaya. Dalam industri makanan buah pepaya sering dijadikan bahan baku pembuatan (pencampur) saus tomat untuk penambah cita rasa, warna dan kadar vitamin. Daun papaya dipercaya sebagai
156
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
obat penyembuh penyakit malaria, kejang perut dan sakit panas dapat dibuat menjadi sayur urap atau dapat dirangkai untuk digunakan sebagai “bunga kalung” pengganti bunga melati. Batangnya dapat dijadikan pencampur makanan ternak atau sebagai bahan pencampur dalam menyusun ransum ayam melalui proses pengirisan dan pengeringan. Di Bali buah papaya sangat dibutuhkan untuk bahan banten dalam kegiatan ritual, adat, dan budaya serta untuk konsumsi pariwisata. 3.32. PISANG Famili Genus Spesies Nama Indonesia Nama Lokal Bali Nama Inggris
: Musaceae : Musa : Musa sp. : Pisang : Biu : Banana
Pisang yang dalam bahasa Bali disebut biu, adalah jenis tanaman yang mempunyai arti sangat penting dalam kehidupan orang Bali, terutama untuk kegiatan upacara agama dan pemanfaatan lain dalam kaitan dengan tradisi masyarakat Bali, disamping juga untuk mememuhi kebutuhan sebagai bahan pangan (Lugrayasa, 2004). Oleh karena itu, tidak mengherankan jika pisang dibudidayakan secara luas di Bali, baik sebagai tanaman pekarangan dan tanaman sela di perkebunan, maupun sebagai tanaman campuran atau disuahakan secara monokultur di lahan tegalan/lahan kering. Pisang yang dimanfaatkan buahnya sekarang diduga merupakan hasil persilangan alami dari pisang liar, kemudian dilakukan seleksi dan domestikasi yang akhirnya menjadi tanaman budidaya (Ashari, 2004). Para ahli botani menyebutkan bahwa daerah asal tanaman pisang adalah India, jazirah Malaya,
157
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
dan Filipina. Dalam perkembangan peradaban manusia, istilah nama pisang juga dipakai untuk sejumlah jenis tumbuhan yang tidak menghasilkan buah konsumsi, seperti pisang abaka untuk industri tekstil serta pisang hias dan pisang kipas untuk tanaman hias. Pisang merupakan tanaman buah terna monokotil tahunan menyerupai pohon, tinggi 2-9 m, dengan batang yang terletak di bawah tanah (bonggol) bermata tunas dan mata tunas tersebut membentuk rhizoma yang akhirnya menghasilkan anakan (cormel), sehingga pisang tumbuh merumpun. Batang di atas permukaan tanah merupakan batang semu, terdiri atas upih daun yang tersusun rapat. Daun baru tumbuh dari ujung batang di dalam tanah melalui batang semu dengan helaian daun tergulung rapat, muncul dalam keadaan mula-mula menggulung dan tegak, kemudian semakin membuka dan menyamping. Helaian daunnya lebar memanjang dengan tangkai pendek. Tangkai dan helaian daun membentuk pelepah, panjang 1,53 m, lebar 30-70 cm, permukaan bawah berlilin, tulang tengah penopang menonjol pada permukaan daun bawah tetapi lekuk pada permukaan daun atas, disertai tulang daun yang nyata, tersusun sejajar dan menyirip, dan mudah koyak bila diterpa angin. Warna daun hijau sampai hijau tua tergantung jenisnya. Perbungaan tandan majemuk, bersifat terminal, bertangkai panjang menembus batang semu, umumnya melengkung ke bawah setelah melewati batang semu. Bunga tersusun dalam dua baris di setiap buku, ditutupi oleh daun seludang, bentuknya bulat telur menjantung dengan ujung lancip dan berwarna merah tua kehitaman. Seludang membuka ketika bunga mulai mekar san luruh ketika bunga mulai membentuk buah. Bunga betina akan berkembang secara normal, sedangkan bunga jantan yang berada di ujung tandan tidak berkembang tetapi tetap tertutup oleh seludang, disebut sebagai jantung pisang. Tiap kelompok bunga disebut sisir, jumlah sisir betina antara 5-15 buah. Buah pisang tersusun dalam tandan, tiap tandan terdiri atas beberapa
158
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
sisir, dan jumlah buah tiap sisir tergantung varietas. Di bagian pangkal terdapat buah dalam kelompok dua baris yang disebut sisir, poros tandan di bagian tengah biasanya kosong, dan bunga jantan yang masih menutup terdapat di bagian ujung (jantung pisang). Buah pisang pada umumnya tidak berbiji (partenokarpi) atau disebut 3n (triploid), kecuali pada pisang batu (klutuk) buahnya berbiji dan bersifat diploid (2n) (Rukmana, 1999). Ukuran buah pisang bervariasi, panjangnya berkisar antara 1018 cm dengan diameter sekitar 2,5-4,5 cm. Buah pisang termasuk buah buni, bulat memanjang, membengkok, tersusun seperti sisir dua baris, dengan kulit berwarna hijau, kuning, ungu, atau coklat tergantung varietas. Tiap kelompok buah atau sisir terdiri dari beberapa buah pisang. Daging buah (mesokarp) tebal dan lunak, kulit buah (epikarp) yang masih muda umumnya berwarna hijau dan setelah tua (matang) umumnya berubah menjadi kuning atau waran lain tergantung varietas. Buah pisang yang berbiji, bijinya kecil, bulat, dan warna hitam. Setelah berbuah, batang semu pisang akan mati dan digantikan oleh anakan yang tumbuh dari batang dalam tanah. Berdasarkan atas perbedaan pemanfaatannya, tanaman pisang dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu: (1) pisang yang buahnya enak dimakan (Musa paradisiaca Linn), (2) pisang hutan atau pisang liar umumnya dijadikan sebagai pisang pisangan (Heliconia indica Lamk), dan (3) pisang yang diambil pelepahnya sebagai bahan serat seperti pisang manila atau disebut pisang abaka (M. textilis Nee). Sedangkan menurut jenisnya, tanaman pisang dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu Musa Acuminatae, Musa Balbisiana, dan Musa Paradisiaca (Mudita, 2012), dengan ciri-ciri seperti berikut. 1. Musa Acuminatae. Jenis tanaman pisang kelompok ini memiliki ciri umum yang mudah dikenali yaitu buanya tidak berbiji, batang semunya memiliki banyak bercak melebar kecoklatan atau kehitaman, saluran pelepah
159
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
2.
3.
daunnya membuka, tangkai daun ditutupi lapisan lilin, tangkai buah pendek, kelopak bunga melengkung ke arah bahu setelah membuka, bentuk daun bunga meruncing seperti tombak, warna bunga jantan ptih krem. Contoh kultivar pisang yang termasuk dalam kelompok pisang ini adalah pisang Ambon dan pisang Mas. Musa Balbisiana. Pisang jenis ini mengandung banyak biji dalm buahnya. Ciri umum lainnya yang mudah dikenali yaitu pada batang semu bercak melebar sangat jarang dan tidak tampak jelas, saluran pelepah daunnya menutup, tankai buah panjang, bentuk daun bunga membulat agak meruncing, ujung daun bunga membulat, kelopak bunga tidak melengkung ke arah punggung setelah membuka, warna bunga jantan bersemu pink bervariasi, tangkai buah tidak berbulu. Contoh dari jenis ini adalah pisang Klutuk/ pisang Batu. Musa Paradisiaca. Pisang jenis ini merupakan hasil persilangan alami maupun buatan antara Musa Acuminatae dan Musa Balbisiana. Oleh karena merupakan pisang hasil persilangan, ciri dari pisang jenis ini juga merupakan perpaduan yang mudah dikenali dari ciri yang terdapat pada Musa acuminata dan Musa balbisiana. Jenis pisang ini biasanya dimanfaatkan sebagai pisang yang dikonsumsi segar dan pisang olahan. Kultivar pisang yang dapat langsung dikonsumsi segar misalnya pisang Raja Sereh, sedangkan yang termasuk pisang olahan misalnya pisang Kepok dan pisang Tanduk.
Menurut Rukmana (1999), penggolongan varietas atau kultivar pisang berdasarkan sifat buah dan pemanfaatannya dibedakan menjadi tujuh kelompok sebagai berikut. 1. Kelompok Pisang Ambon. Karakteristik morfologi kelompok pisang Ambon adalah tinggi pohon 2,5-3 m, kulit pohon berwarna hijau dengan bercak kehitaman.
160
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
2.
3.
Panjang daun 2,1-3 m dengan lebar 40-65 cm dan kadangkadang berlapis lilin tipis. Panjang tandan buah 40-60 cm, merunduk, dan berbulu halus. Jantung berbentuk bulat telur, kelopak berwarna ungu sebelah luar dan merah jambu sebelah dalam. Sisir buah berjumlah 7-10 sisir dan tiap sisir terdiri dari 10-16 buah. Buah tidak berbiji, panjang, berbentuk silinder sedikit melengkung, dan kulit buah agak tebal (2,4-3 mm). Warna daging buah putih atau putih kekuning-kuningan, rasanya manis, lunak sampai agak keras dan beraroma. Berbunga pada umur 11-12 bulan dan masak 4-5 bulan setelah berbunga. Contoh dari pisang Ambon antara lain Ambon Hijau, Ambon Lumut, dan Ambon Cavendish. Kelompok Pisang Raja. Kelompok pisang ini umumnya dikonsumsi segar, dengan karakteristik morfologi buah mirip dengan pisang Ambon tetapi kulit lebih tebal. Warna buah beraneka ada yang kuning muda, kuning tua dan merah daging. Tinggi pohon 2,6-3 m, kulit pohon berwarna hijau dengan bercak coklat kehitaman. Panjang daun 2,4-2,8 m, lebar 40-60 cm berwarna hijau. Tandan buah mencapai panjang 40-60 cm, merunduk, berbulu halus. Jantung berbentuk telur, kelopak luar berwarna ungu dan merah sebelah dalam. Sisir buah berjumlah 6-8 sisir dan tiap sisir berjumlah 12-13 buah. Buah berbentuk silinder, berkulit agak tebal (3 mm) dengan ujung runcing bulat atau bersegi empat. Daging buah berwarna putih kekuningan, kuning muda atau kemerah-merahan, tidak berbiji, rasa agak manis sampai manis, agak keras, kurang beraroma. Berbunga pada umur 14 bulan dan masak sekitar 150-160 hari setelah berbunga. Contoh dari kelompok pisang Raja adalah pisang Raja Bulu dan Raja Sereh. Kelompok Pisang Mas. Karakteristik morfologi kelompok pisang Mas adalah tinggi pohon lebih kurang 2 m, warna kulit pohon hijau dengan bercak coklat tua kemerah-
161
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
4.
5.
162
merahan. Panjang daun 90-110 cm, lebar 20-27 cm, berwarna hijau. Tandan buah mencapai panjang 20-30 cm, merunduk, berbulu halus. Jantung berbentuk bulat telur, kelopak luar berwarna ungu dan sebelah dalam berwarna merah. Sisir buah berjumlah 4-6 sisir dan tiap sisir berjumlah 6-8 buah. Buah berbentuk silinder, ujung runcing dengan panjang 910 cm dan tidak berbiji, kulit buah tipis (1 mm) berwarna kuning keemasan. Daging buah krem, rasa manis sampai agak kesat, kurang beraroma. Berbunga pada umur 12 bulan dan masak sekitar 3,5 bulan setelah berbunga. Contoh kelompok pisang Mas adalah pisang Susu, psang Mas, dan pisang Seribu. Kelompok Pisang Kepok. Karakteristik morfologi pisang Kepok adalah tinggi pohon 3 m, kulit pohon berwarna hijau dengan sedikit atau tanpa coklat kehitaman. Panjang daun 170-180 cm, lebar 50-60 cm, berlapis lilin pada permukaan sebelah bawah. Tandan buah mencapai panjang 30-60 cm, merunduk, tidak berbulu halus. Jantung berbentuk bulat telur, agak melebar, kelopak luar berwarna ungu dan sebelah dalam berwarna merah. Sisir buah berjumlah 5-9 sisir dan tiap sisir berjumlah 10-14 buah berpenampang segi tiga atau segi empat atau bulat. Daging buah putih kekuning-kuningan, puting keungu-unguan, rasa kurang lunak dengan tekstur yang agak berkapur. Contoh dari kelompok pisang kepok adalah pisang Kepok Kuning, pisang Saba, pisang Siem, dan pisang Kates. Kelompok Pisang Tanduk. Karakteristik morfologi pisang Tanduk yaitu tinggi pohon 3 m, warna kulit pohon coklat muda dengan bagian atas berwarna merah jambu. Panjang daun 190-210 cm, lebar 70-85 cm dengan tangkai daun berwarna merah muda. Tandan buah mencapai panjang 5060 cm, merunduk. Jantung berbentuk bulat telur, kelopak luar berwarna ungu dan sebelah dalam berwarna merah. Sisir buah berjumlah 1-5 sisir dan tiap sisir berjumlah 10-12
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
6.
7.
buah berpenampang segi tiga atau segi empat atau bulat, berbentuk silinder panjang 23-28 cm berkulit tebal. Daging buah putih atau kekuning-kuningan, rasa tidak manis sampai agak masam. Contoh dari kelompok pisang Tanduk adalah pisang Agung, pisang Kapas dan pisang Nangka. Kelompok Pisang Uli. Karakteristik morfologi pisang Uli adalah tinggi pohon 2-2,5 m dengan, warna pohon hijau pucat atau kemerah-merahan. Panjang daun 180-200 cm, berwarna hijau dengan tangkai daun kadang-kadang merah muda. Tandan buah mencapai panjang 1,5-1,7 m, merunduk, berbulu halus. Jantung berbentuk bulat telur, kelopak luar berwarna ungu dan sebelah dalam berwarna merah. Sisir buah berjumlah 4-8 sisir. Buah kecil dan langsing, panjang 10 cm, berkulit tipis, warna daging putih atau kekuning-kuningan, kurang manis dan agak lembek. Daging buah krem, rasa manis sampai agak kesat, kurang beraroma. Contoh dari kelompok pisang Uli adalah pisang Kayu dan pisang Uli. Kelompok Pisang Klutuk. Karakteristik morfologi pisang Kluthuk adalah tinggi pohon 3 m, kulit pohon berwarna hijau dengan atau tanpa bercak coklat kehitaman. Panjang daun 60-200 cm, kadang-kadang berlapis lilin dan sulit sobek. Tandan buah mencapai panjang 80-100 cm. Jantung berbentuk bulat telur, kelopak luar berwarna ungu dan sebelah dalam berwarna merah. Sisir buah berjumlah 57 sisir dan tiap sisir berjumlah 12-18 buah yang tersusun rapat, berpenampang segi tiga atau segi empat, berkulit tebal. Daging buah putih atau kekuning-kuningan, berbiji banyak, rasa kurang manis, tekstur agak kasar. Contoh dari kelompok pisang Klutuk adalah pisang Batu, Klutuk Wulung dan pisang Menggala.
163
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Jenis-jenis pisang yang ditemukan di Bali adalah sebagai berikut: 1. Pisang Ambon Hijau/Biu Gadang. Buah bulat panjang mencapai 15 cm, kulit buah berwarna hijau saat muda dan tetap berwarna hijau walaupun sudah matang. Daging buah berwarna putih kekuningan, rasa manis dan pulen. 2. Pisang Ambon Kuning/Biu Buluh. Buah bulat panjang, ukuran buah lebih panjang dan lebih besar dari Ambon Hijau. Kulit buah saat muda hijau kemudian berubah menjadi hijau muda kekuningan mengkilap saat matang. Daging buah yang sudah matang berwarna putih kekuningan, hanya sedikit lebih kuning dari Ambin Hijau. Rasa daging buah pulen, manis, dan aromanya harum. 3. Pisang Raja/Biu Raja. Buah berukuran sedang sampai besar, kulit buah tebal dan kasar, berwarna jingga setelah masak. Daging buah berwarna kuning kemerahan/jingga saat matang, bertekstur kasar, dan berasa manis. 4. Pisang Saba/Biu Dang Saba. Buahnya berbentuk persegi panjang, lurus, pendek, berukuran sedang sampai besar, dan berkulit tebal. Kulit buah berwarna kuning setelah matang, daging buah berwarna putih-krem, bertekstur halus, rasa daging buah manis sedikit asam. 5. Pisang Kayu/Biu Kayu. Buah berukuran sedang sampai besar, kulit buah warna hijau tua saat muda dan tetap hijau sampai hijau kekuning-kuningan setelah matang. Daging buah berwarna putih sampai krem, bertekstur halus dan memiliki rasa manis sampai sangat manis. 6. Pisang Kepok/Biu Kapuk. Buah berukuran sedang sampai besar, berbentuk lurus pendek dan bersegi empat. Kulit tebal dan kasar dan berwarna kuning kecoklatan setelah matang. Daging buah berwarna jingga krem, mengandung banyak pati, rasa daging buah sepat ketika belum matang dan manis setelah matang.
164
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Pisang Ketip/Biu Ketip. Buah kecil, agak lurus, baik untuk kolak karena daging buahnya terasa kaku, kenyal seperti tulang rawan dan tidak mudah hancur. Pisang ketip ada dua macam, yaitu Ketip Tulang dan Ketip Nasi. Ketip Tulang daging buahnya lebih kaku dan lebih kenyal, kulit buah saat muda hijau berbintik hitam sedangkan setelah masak kuning dan bintik hitam tetap. Ketip Nasi ukuran buah sedikit lebih besar dari Ketip Tulang, kulit buahnya saat muda hijau mulus dan setelah masak kuning. Pisang Raja Sereh/Biu Lumut. Buah berukuran kecil sampai sedang, kulit berwarna hijau lumut ketika masih mentah dan kuning setelah masak. Daging buah berwarna putih, bertekstur halus, rasa manis agak masam, dan mudah lembek. Pisang Susu/Biu Susu. Buah kecil sampai sedang, kulit buah tipis, berwarna kuning berbintik hitam saat matang. Daging buah putih kekuningan. Rasa buah manis, lunak dan berarom harum. Pisang Tanduk/Biu Tanduk. Buah berukuran besar, kulit buah seteleh masak berwarna kuning, daging buah berwarna jingga-krem, bertekstur keras, banyak mengandung pati, jumlah sisir per tandan sedikit hanya sekitar 1-3 sisir. Pisang Gancan/Biu Gancan. Buah berukuran kecil memanjang seperti jari tangan, agak melengkung keluar tandan. Kulit buah berwarna hijau keputihan mengkilap saat muda dan hijau kekuningan setelah masak. Sisirnya padat, daging buah manis hambar sampai agak masam, penting sebagai sarana upacara. Pisang Kapal/Biu Kapal. Buah berukuran besar dan panjang, bentuknya menyerupai perahu (kapal) sehingga disebut pisang kapal. Warna kulit buah muda hijau sedangkan buah matang berwarna kuning. Karena ukuran buahnya relatif besar, jumlah sisir dan jumlah buah per tandan relatif sedikit.
165
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
13.
14.
15.
16.
17.
18.
166
Pisang Mas/Biu Mas. Ukuran bulir buah kecil-kecil, berujung tumpul, kulit buah hijau kekuningan saat muda dan kuning setelah masak. Kulit buah tipis dan sering pecah bila sudah masak. Daging buah bertekstur keras, berwarna jingga muda, berbau tajam, dan berasa manis sampai sangat manis. Pisang Mas Gading/Biu Mas Gading. Perawakan pohon kecil, ukuran bulir buah kecil-kecil, kulit buah muda maupun matang sama yaitu kuning muda keputih-putihan, berasa hambar, dan buahnya penting sebagai sarana upacara agama. Pisang Buah/Biu Buah. Buah kecil dan pendek, buah muda berwarna hijau mengkilat kemudian setelah tua hijau kekuningan mengkilat, sisirnya rapat dan daging buah berasa manis hambar. Pisang Lilit/Biu lilit. Buah muda berwarna hijau muda mengkilat, buah masak berukuran kecil dengan diameter 10 cm, terasa hambar dan berwarna hijau kekuningan setelah masak. Buah tersusun dalam sisir yang melingkari poros tandan seperti spiral sehingga disebut pisang lilit. Pisang Berlin/Biu Marlin. Pisang berlin merupakan jenis pisang meja berukuran kecil, mirip pisang mas. Perbedaannya, pisang berlin kulitnya hijau kekuningan dan ujungnya lebih lancip sedangkan pisang emas kulitnya cenderung hijau dan ujungnya lebih bulat. Rasa pisang berlin manis asam, sedangkan pisang emas manis legit. Pisang Sasih/Biu Sasih. Pohon berperawakan agak kecil, ukuran bulir kecil-kecil, tersusun rapat, berwarna hijau mengkilat kerika muda dan kuning setelah matang, berasa kurang manis. Sejak bunga mekar sampai buah siap panen hanya membutuhkan waktu satu bulan (sasih) sehingga disebut pisang sasih.
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
19.
20.
21.
22.
23.
Pisang Sari/Biu Sari. Pisang Sari telah dilepas sebagai varietas unggul dengan Kepmentan Nomor:193/Kpts/ SR.120/3/2006. Dalam Kepmentan tersebut dinyatakan bahwa pisang ini asalnya dari Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana. Pisang Sari memiliki keunggulan produktivitas tinggi, bentuk buah silindris agak melengkung dengan ujung tumpul, warna buah matang kuning mulus,warna daging buah kuning, rasa buah manis, cocok untuk dikonsumsi sebagai buah segar dan sebagai pisang rebus, dan beradaptasi baik di dataran rendah sampai sedang. Pisang Seribu/Biu Siu. Buah berukuran sangat kecil-kecil, bulir buah tersusun sangat rapat, jarak antar sisir juga rapat. Ciri khas dari pisang Seribu adalah tandan buah sangat panjang dengan jumlah buah sangat banyak dan menjuntai hampir menyentuh tanah. Pisang Tembaga/Biu Temaga. Pohon berwarna tembaga, demikian pula buahnya berwarna merah kecoklatan mendekati warna tembaga, ukuran buah sedang, daging buah berasa kurang manis, penting dalam upacara agama. Pisang Klutuk/Biu Batu. Ciri khas dari pisang klutuk adalah daging buahnya berbiji atau berbatu banyak. Daun tebal, kaku, dan tahan sobek sehingga sangat baik digunakan sebagai pembungkus alami. Kulit buah berwarna hijau ketika masih muda dan kuning atau coklat setelah matang, daging buah putih atau kekuning-kuningan, rasa kurang manis, dan tekstur agak kasar. Pisang Gunting/Biu Gunting. Pisang ini memiliki ciri khas dalam satu sisir hanya terdapat dua bulir buah sehingga sisir-sisir tersebut layaknya seperti gunting. Selain itu jumlah sisir dalam tandan sedikit sehingga jumlah buah per tandan juga sedikit.
167
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Tanaman pisang memiliki banyak kegunaan bagi manusia, mulai dari rhizoma sampai kulit buahnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan. Daging buah pisang digunakan sebagai makanan, kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk membuat cuka pisang dengan proses fermentasi, dan bonggol pisang dapat dijadikan soda sebagai bahan baku sabun dan pupuk kalium. Batangnya dapat digunakan sebagai penghasil serat bahan baku kain dan makanan ternak, daun pisang digunakan sebagai pembungkus makanan tradisional. Air batang pisang dipercaya dapat digunakan sebagai obat disentri, obat sakit kencing, dan pendarahan usus besar. Berdasarkan cara konsumsi buahnya, pisang dibedakan dalam dua kelompok, yaitu pisang meja (dessert banana) dan pisang olah (plantain, cooking banana). Pisang meja buahnya dikonsumsi dalam keadaan segar (fresh fruit) setelah buah matang. Contohnya pisang ambon, susu, raja, dan saba. Pisang olahan buahnya dikonsumsi setelah digoreng, direbus, dibakar, dikolak, atau diolah menjadi produk olahan lainnya. Contohnya pisang kepok, kapas, tanduk, ketip, dan uli. Beragam jenis makanan ringan dari pisang yang relatif populer antara lain kripik pisang, sale pisang, pisang molen, kue pisang, arak pisang, dan lain-lain. Selain memiliki nilai gizi tinggi, pisang juga dapat menyediakan cadangan energi dengan cepat bila dibutuhkan.
168
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Gambar 3.32. Buah pisang Ambon hijau (a), Ambon kuning (b), raja (c), saba (d), kayu (e), kapok (f), ketip (g), raja sereh (h), susu (i), tanduk (j), gancan (k), kapal (l), mas (m), mas gading (n), buah (o), lilit (p), berlin (q), sasih (r), sari (s), seribu (t), tembaga (u), klutuk (v), dan gunting (w).
169
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
3.33. RAMBUTAN Familia Genus Spesies Nama latin Nama Inodnesia Nama Lokal Bali Nama Inggris
: Spindaceae : Nephelium : Nephelium lappacum : Nephelium lappacum L. : Rambutan : Rambutan : Hairy fruit
Rambutan tergolong tanaman buah pohon tahunan yang hijau abadi, dipercaya sebagai tanaman asli Indonesia dan Malaysia. Nama rambutan untuk buah ini diberikan karena kulit luar buahnya mempunyai tonjolan-tonjolan menyerupai rambut. Menurut Siebert (1997), penyebaran rambutan di Indonesia terutama terdapat pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Indonesia memiliki 16 spesies dalam genus Nephelium dan sembilan spesies di antaranya dapat dimakan. Keragaman genetik rambutan tertinggi dapat ditemukan di Kalimantan. Hingga saat ini rambutan telah menyebar luas di daerah yang beriklim tropis seperti Filipina dan negara-negara Amerika Latin dan ditemukan pula di daratan yang mempunyai iklim sub-tropis. Tanaman rambutan berbentuk pohon, hidup tahunan, dengan tinggi mencapai 15-25 m. Daun majemuk, berwarna hijau sampai hijau tua dengan susunan daun berselang-seling (alternate). Bentuk daun lonjong, tepi daun rata, dan ujung meruncing. Malai bunga muncul pada ujung daun (terminalis), tapi pada beberapa kultivar ada yang bunganya tumbuh di ketiak daun (axilaris). Bunga majemuk, tersusun dalam karangan, ukuran bunga kecil. Rambutan memiliki tiga jenis bunga, yaitu bunga jantan, bunga hermafrodit berfungsi sebagai jantan, dan bunga hermafrodit berfungsi sebagai betina. Tumbuhan yang baru mulai berbunga biasanya menghasilkan bunga hermafrodit berfungsi sebagai jantan, baru kemudian diikuti dengan bunga hermafrodit berfungsi sebagai betina. Bunga banci (hermafrodit)
170
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
memiliki benang sari yang fungsional dan memiliki dua bakal buah, meskipun jika terjadi pembuahan hanya satu yang biasanya berkembang hingga matang, sementara yang lainnya tereduksi. Penyerbukan dilakukan oleh berbagai jenis lebah, sehingga kebun rambutan dapat menjadi sumber utama nektar bagi lebah peliharaan. Buah rambutan terbungkus oleh kulit yang memiliki rambut di bagian luarnya (eksokarp), warna kulit buah hijau ketika masih muda, lalu berangsur kuning hingga merah atau merah tua ketika masak/ranum. Endokarp berwarna putih, menutupi daging buah. Bagian buah yang dimakan (daging buah), sebenarnya adalah salut biji atau aril yang bisa melekat kuat pada kulit terluar biji atau bisa juga mudah lepas (ngelotok). Daging buah (aril) berwarna bening atau putih, berair, rasanya manis segar atau manis masam tergantung varietas. Aril menyelaputi biji yang berbentuk pipih, berwarna putih sampai coklat. Rambutan di Bali umumnya ditanam di pekarangan dan kebun campuran, tetapi telah berkembang juga penanaman secara monokultur dengan pemeliharaan intensif. Jenis-jenis rambutan yang ditanam bermacam-macam, tapi hampir semuanya tergolong varietas unggul. Ketersediaan buah bersifat musiman dengan musim panen pada bulan Desember hingga Maret yang dikenal sebagai musim rambutan. Periode musim panen raya rambutan biasanya bersamaan dengan buah musiman lain, seperti durian, manggis, wani, dan mangga. Berdasarkan sifat daging buah, kandungan air, warna kulit buah, dan karakteritisk rambut buah, jenis-jenis rambutan yang dapat ditemukan ditanam di Bali seperti berikut. 1. Rambutan Binjai, merupakan salah satu rambutan yang terbaik di Indonesia dengan buah cukup besar, daging buah mudah dipisahkan dari biji (ngelotok), kulit buah berwarna merah darah sampai merah tua, rambut buah agak kasar dan jarang, rasanya manis dengan sedikit asam segar. 2. Rambutan Aceh, daging buah mudah dipisahkan dari biji (ngelotok), kulit buah berwarna kuning kemerahan, rambutnya relatif pendek, rasa buah manis asam segar
171
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
3.
4.
5.
mengandung banyak air, pohonnya tinggi, daya simpan buah sampai empat hari setelah dipetik dan tahan dalam pengangkutan. Rambutan Rapiah, daging buah mudah dipisahkan dari biji (ngelotok), daging buah tebal, rasa manis dan kenyal, agak kering (tidak berair), kulit berwarna hijau-kuning-merah tidak merata dengan beramut agak jarang, pohonnya tinggi, daya simpan buah sampai enam hari setelah dipetik, dan buahnya tahan dalam pengangkutan. Rambutan Cimacan, kulit buah berwarna merah kekuningan sampai merah tua, rambut kasar dan agak jarang, rasa manis, sedikit berair, kurang tahan dalam pengangkutan. Rambutan Sinyonya, daging buah melekat pada biji (tidak ngelotok), warna kulit buah merah tua sampai merah anggur, rambutnya halus dan rapat, rasa buah manis asam, banyak berair, dan agak lembek. Rambutan ini umumnya berbuah lebat dengan batang yang kekar dan kuat.
Karakter kualitatif penting yang harus dipenuhi agar buah rambutan dapat mengisi pasar ekspor atau pasar pariwisata, yaitu warna buah merah seragam, bebas dari serangga dan penyakit, kulit buah bersih dan tidak cacat, berat per buah lebih besar dari 30 g, panjang rambut buah (spintern) kurang dari 1 cm, aril tebal dan mudah dipisahkan dari biji (ngelotok), dan total padatan terlarut berkisar antara 16-18 °brix (Wills et al., 1981; Kader, 2001). Rambutan dibudidayakan utamanya dimanfaatkan buahnya untuk konsumsi segar, dijadikan produk olahan seperti kripik, asinan, manisan, sirup rambutan, buah rambutan dalam kaleng, aneka kue rambutan, dan bahan obat. Sebagai bahan obat, rambutan dapat digunakan untuk mengencangkan otot, obat sakit perut, dan obat cacingan. Akar dan daunnya dapat dijadikan sebagai obat demam. Kulit buahnya dapat digunakan sebagai pestisida nabati karena mengandung saponin. Biji
172
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
rambutan yang dibakar dapat dimakan dan menimbulkan efek halusinasi (Verheij, 1997). Buah rambutan disamping rasanya enak, juga mengandung nilai gizi, mineral, dan vitamin yang tinggi. Menurut USDA (2013), dalam 100 g buah rambutan terdapat energi 343 kJ (82 kcal), karbohidrat 20.87 g, serat 0.9 g, lemak 0.21 g, protein 0.65 g, thiamine (vit. B1) 0.013 mg (1%), riboflavin (vit. B2) 0.022 mg (2%), niacin (vit. B3) 1.352 mg (9%), vitamin B6 0.02 mg (2%), folate (vit. B9) 8 μg (2%), vitamin C 4.9 mg (6%), kalsium 22 mg (2%), besi 0.35 mg (3%), magnesium 7 mg (2%), mangan 0.343 mg (16%), dan fospor 9 mg (1%), kalium 42 mg (1%), natrium 11 mg (1%), seng 0.08 mg (1%).
Gambar 3.33. Pohon rambutan (a), buah rambutan Binjai matang di pohon (b), tampilan daging buah rambutan Binjai (c), buah rambutan Aceh dengan kulit buah saat matang kuning kemerahan (d), buah rambutan Rapiah di pohon (e), rambutan rapiah di pasar (f), buah rambutan Cimacan (g), Rambutan si Nyonya (h), dan tampilan daging buah rambutan si Nyonya yang berair (i).
173
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
3.34. SALAK Familia Genus Spesies Nama latin Nama Inodnesia Nama Lokal Bali Nama Inggris
: Palmae : Salacca : Salacca edulis Reinw. : Salacca Zalaca : Salak : Salak : Snake fruit
Nama snake fruit dalam bahasa inggris sangat cocok untuk menggambarkan tampilan kulit buah dari salak yang bersisik seperti kulit ular. Salak sebagai tanaman yang tergolong famili palmae secara umum memiliki sifat-sifat seperti halnya tanaman monokotil, yaitu tumbuhnya tegak dengan batang pohon pendek, daunnya berpelepah, bertulang sejajar, pada pelepah daun terdapat anak daun (leaflets), bentuk daunnya seperti kipas. Asal-usul tanaman salak di Bali belum ada catatan secara jelas, tetapi menurut Ashari (2004), tanaman salak berasal dari daerah di kawasan Asia Tenggara, dan umumnya dibudidayakan secara komersial di Indonesia, di samping juga di Malaysia dan Thailand. Karangasem, merupakan buah salak yang paling digemari oleh konsumen dibandingkan dengan salak produksi lainnya di Asia. Tanaman salak oleh Pemerintah Kabupaten Karangasem ditetapkan sebagai flora identitas Kabupaten Karangasem Salak yang tumbuh di Bali tergolong tanaman yang berumah satu (monoecious), dimana dalam satu bunga mengandung dua jenis bunga yaitu jantan dan betina, sehingga tanpa perlu disilangkan sudah dapat menghasilkan buah dengan baik. Sifat tersebut berbeda dengan salak yang pada umumnya ditanam di Indonesia yang berumah dua (dioecious), yaitu bunga jantan dan betina terpisah dalam pohon yang berbeda, sehingga agar diperoleh hasil buah yang memuaskan maka perlu disilangkan atau dikawinkan
174
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
dalam waktu yang tepat (Moncur dan Watson, 1987; Mogea, 1990; Hartana et al., 2002). Keunggulan dari salak yang tumbuh di Bali dengan kemampuan menyerbuk sendiri (kleistogamy) atau buah dihasilkan dengan penyerbukan alami, memberikan kemudahan yang luar biasa dalam membudidayakan, yaitu tidak memerlukan curahan tenaga kerja untuk mengawinkan dan dapat dengan mudah dikembangkan dengan menggunakan biji, karena biji yang dihasilkan sama dengan induknya. Dengan sifat seperti itu, biaya produksi dalam membudidayakan salak Bali jauh lebih murah dibandingkan biaya produksi dalam budidaya salak lainnya sehingga daya saing pasarnya akan lebih tinggi dan kompetitif. Tinggi tanaman salak dapat mencapai 4-6 m, bentuk tanaman tegak ketika masih muda dan setelah umurnya di atas 10 tahun batangnya miring/merunduk tetapi ujungnya membengkok sehingga ujung pohon tetap tumbuh tegak ke atas. Batangnya bulat, helaian pelepah daun panjangnya bisa mencapai 3,5 m, kedudukan daun majemuk menyirip berseling, warna permukaan daun bagian atas hijau tua sedangkan bagian bawah hijau keabuan. Bunga salak berbentuk majemuk atau malai/ dompolan (inflorescense) tergabung dalam tandan dan terlindung dalam mancung (spathe), dengan panjang tandan antara 20 – 30 cm. Bunga tumbuh dari pangkal pelepah daun dan bunga salak di Bali tergolong hermaprodit yaitu bunga betina dan bunga jantan terletak pada satu tongkol yang sama. Jumlah tandan bunga per pohon pada tanaman dewasa 10-20 buah per tahun, sedangkan jumlah buah per pohon 30-300 buah per tahun. Bentuk buah bulat sampai bulat lonjong, ujung buah membulat, panjang buah 5-7,5 cm, dan dalam satu buah bisa terdapat satu, dua atau tiga juring buah. Kulit buah bersisik tersusun seperti genteng, berwarna coklat sampai coklat kehitaman, dinding buah bagian dalam putih berserat. Jumlah biji salak Bali kebanyakan satu per buah, juring buah yang mengandung biji ukurannya lebih besar, sedangkan juring buah yang tidak mengandung biji berukuran jauh lebih
175
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
kecil (juring rudimenter) dibandingkan dengan juring buah yang berbiji. Menurut Ashari (2006) hal tersebut terjadi karena tanaman salak Bali tidak disilangkan sehingga penyerbukan tidak berjalan dengan sempurna, yaitu ada satu atau dua kepala putik yang tidak diserbuki yang nantinya berkembang menjadi juring buah yang tidak berbiji. Selain itu disebutkan juga bahwa penyerbukan sendiri (selfing) pada salak Bali memungkinkan terjadinya segregasi kromosom atau rekombinasi kromosom. Persistiwa tersebut dapat menyebabkan terjadinya jenis-jenis salak baru yang mempunyai karakter yang lebih baik dari tetuanya seperti salak Gula Pasir dengan rasa buah manis sejak masih kecil dan salak Nyuh yang pelepah daunnya tidak berduri. Secara umum salak yang dibudidayakan di Bali adalah dari perbanyakan secara generatif dengan biji, tetapi ada pula yang diperbanyak secara vegetatif dengan anakan. Tanaman yang berasal dari biji mulai berbunga pada umur 3-4 tahun, sedangkan yang berasal dari anakan sudah dapat berbunga pada umur 2-3 tahun sejak tanam di lapangan. Rai et al. (2010) mendapatkan bahwa, secara alami salak yang dibudidayakan di Bali berbunga setiap 3 bulan sekali atau 4 kali berbunga dalam setahun, yaitu pada bulan Januari (musim pembungaan Raya), April (musim pembungaan Sela I), Juli (musim pembungaan Gadu), dan Oktober (musim pembungaan Sela II). Dari 4 musim pembungaan tersebut, panen buah atau produksi yang baik hanya sekali dalam setahun yaitu pada panen Raya (DesemberPebruari) yang buahnya berkembang dari musim pembungaan Oktober (musim pembungaan Sela II). Tiga musim pembungaan yang lain (pembungaan Raya, Sela I, dan Gadu) bunganya gagal berkembang menghasilkan buah atau disebut dengan kegagalan fruit-set. Kalaupun ada yang berhasil menjadi buah, persentasenya sangat kecil sehingga jumlah buah panen sangat sedikit. Keadaan terebut menyebabkan panen buah bersifat musiman dengan panen raya pada bulan Desember sampai Januari.
176
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Salak umumnya dikonsumsi sebagai buah segar, tetapi di Bali buah salak juga dipergunakan untuk melengkapi sesajen, seperti membuat “banten Gebogan”, tegen-teganan, dan lain-lain. Daunnya digunakan sebagai bahan dalam pembuatan banten “daksina”. Buah masak dapat diolah dnegan cara diawetkan dalam larutan gula, dibuat sirup, dibuat dodol, bahkan juga dibuat anggur dan arak salak. Salak di Bali diperdagangkan sebagai komoditas ekspor, pasar antar pulau, mengisi pasar super market, swalayan, gerai buah, dan toko buah-buahan. Salak di Bali diusahakan sebagai tanaman lahan kering, di tegalan/kebun, atau di pekarangan. Terdapat beberapa jenis salak yang ditemukan di Bali, yaitu salak gula pasir, salak Bali, salak nangka, salak mangku/salak toris, salak barak/salak getih, salak penyalin/nyuh, salak beringin/bingin, dan salak Sudamala. Salak Bali dan salak Gula Pasir merupakan dua varietas yang sudah umum diusahakan di berbagai tempat, tidak hanya di berbagai kabupaten/kota di Bali, tetapi juga telah menyebar ke berbagai provinsi di Indonesia, bahkan sampai ke luar negeri. Sedangkan salak Mangku, salak Barak, salak Bingin, dan salak Sudamala merupakan varietas yang tergolong langka dan umumnya hanya ditemukan di Kecamatan Bebandem, Kecamatan Sidemen, dan Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem. Secara morfologi tampilan pohon salak salak Gula Pasir sama persis dengan salak Bali. Kedua varietas tersebut dibudidayakan secara intensif di beberapa lokasi sebagai berikut: a. Di Kabupaten Karangasem, diusahakan di Kecamatan Bebandem yaitu di Desa Sibetan, Desa Bebandem, Desa Bungaya, Desa Bungaya Kangin, Desa Budakeling, Desa Bhuana Giri, Desa Jungutan, dan Desa Macang; di Kecamatan Sidemen yaitu di Desa Tangkup, Desa Tallibeng, Desa Telaga Tawang, Desa Sidemen, Desa Sinduwati, Desa Sangkan Gunung, Desa Loka Sari, Desa Tri Eka Buana, dan Desa Wisma Kerta; di Kecamatan Selat yaitu di Desa Muncan, Desa Peringsari, Desa Selat, Desa Duda, Desa
177
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
b.
c.
Duda Timur, Desa Duda Utara, Desa Sebudi, dan Desa Amertha Bhuana; di Kecamatan Rendang yaitu di Desa Pesaban, Desa Nongan, Desa Rendang, Desa Menanga, Desa Besakih, dan Desa Pempatan. Di Kabupaten Tabanan, diusahakan di Kecamatan Pupuan yaitu di Desa Batungsel, Desa Pujungan, Desa Padangan, Desa Kebon Padangan, Desa Jelijih Punggang, Desa Munduk Temu, dan Desa Padangan; di Kecamatan Selemadeg Barat yaitu di Desa Mundeh Kangin; di Kecamatan Selemadeg Timur yaitu di Desa Gadungan; dan di Kecamatan Selemadeg yaitu di Desa Wanasari. Di Kabupaten Jembrana, diusahakan di Kecamatan Pekutatan yaitu di Desa Pengeragoan dan Desa Asahduren. Varietas salak Bali merupakan jenis salak yang pertama dikembangkan di Bali, pernah menjadi buah primadona Provinsi Bali pada dua dawa warsa yang lalu. Daging buahnya berwarna putih kekuningan dan kulit buah setalah matang sempurna berwarna kuning gading mengkilap, rasa buah manis asam menyegarkan.
Salak Gula Pasir memiliki ciri khas warna daging buahnya putih, rasa buahnya manis walaupun umur buah masih muda, tidak ada rasa asam dan sepet, tidak masir, daging buahnya tebal, dan tidak melekat pada biji. Sifat buah salak seperti itu tergolong ideal untuk memenuhi tuntutan pasar komoditas salak, baik untuk pasar domestik maupun ekspor (Bank Indonesia, 2004). Salak Gula Pasir telah dilepas sebagai varietas unggul nasional berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 584/Kpts/ TP.240/7/94, Tanggal 23 Juli 1994. Salak Nangka yang sering juga disebut dengan nama salak Gondok memiliki ciri khas tandan buahnya bercabang dua (Bahasa Bali: duang rence), tidak seperti jenis salak Bali yang lain dimana tandan buahnya tunggal atau tidak bercabang (Bahasa Bali: a rence), kulit buahnya pada saat matang agak kehitaman,
178
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
bentuk buah pendek bundar (bahasa Bali: bontok), warna daging buah kekuningan seperti warna daging buah nangka matang, dan selaput tipis daging buah juga ada bintik-bintik kekuningan.
Gambar 3.34. Kebun salak gula pasir (a), bunga salak gula pasir berwarna pink, berbeda dengan bunga salak lainnya yang saat mekar berwarna putih (b), salak Bali (c), salak mangku/toris (d), salak Nangka (e), salak barak/getih (f), salak penyalin/nyuh dengan cirri khas pelapah tidak berduri (g), salak beringin/bingin (h), dan salak sudamala dengan cirri khas daun stri-strip hijau dan kuning secara bergantian kea rah memanjang (i).
179
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Gambar 3.35. Perbedaan tampilan kulit dan daging buah jenis-jenis salak di Bali: kulit buah salak bali (kiri atas), salak gula pasir (kiri bawah) dan salak mangku/toris (kanan) (a), daging buah salak Bali (kiri), salak mangku (tengah) dan salak gula pasir (kanan) (b), salak nangka (c), salak getih, ada warna merah seperti bercak darah (d), salak nyuh (e), dan salak penyalin (f).
Salak Mangku atau disebut juga dengan nama salak Turis memiliki ciri khas sesuai dengan namanya, yaitu kulit buahnya sejak masih muda sampai tua berwarna putih seperti warna pakaian pemangku atau mirip seperti warna kulit wisatawan asing (turis). Sedangkan salak Barak atau disebut juga dengan nama salak Getih ciri khasnya terlatak pada daging buahnya yang sebagian besar berwarna merah mirip warna darah (Bahasa Bali: getih). Selain ciri spesifik pada warna kulit buah, ciri-ciri yang lain dari salak Mangku seperti bentuk pohon, daun, bunga, daging buah, dan lain-lain sama seperti halnya salak Bali, sebaliknya pada salak Barak selain ciri spesifik pada warna daging buahnya, ciri-ciri yang lain seperti bentuk pohon, daun, bunga, kulit buah, dan lain-lain juga sama seperti halnya salak Bali. Salak Nyuh yang sering juga disebut dengan nama salak Penyalin atau salak Jaka memiliki cirri khas duri pelapah daunnya jarang atau tidak berduri. Kalaupun ada durinya, maka duri tersebut pendek-pendek dan tidak tajam. Sedangkan salak Sudamala memiliki ciri spesifik yaitu anak daunnya bergarisgaris kuning sejajar kearah memanjang daun.
180
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
3.35. SAWO Famili Genus Spesies Nama latin Nama Inodnesia Nama Lokal Bali Nama Inggris
: Sapotaceae : Manilkara : Manilkara achras (Mill.) Fesberg : Manilkara achras (Mill.) Fesberg : Sawo : Sabo : Sapodilla, Neesbery
Sawo yang dalam bahasa Bali dinamai sabo dan dalam bahasa Inggris disebut sapodilla atau neesbery adalah tanaman buah pohon yang diduga berasal dari Guatemala (Amerika Tengah), Mexico dan Hindia Barat. Di Indonesia, tanaman sawo telah lama dikenal dan banyak ditanam mulai dari dataran rendah sampai tempat dengan ketinggian 1200 m dpl, namun daerahdaerah yang cocok sehingga tanaman sawo dapat berkembang dan berproduksi dengan baik adalah dari dataran rendah sampai dengan ketinggian 700 m dpl (Ashari, 2006). Di Bali sentra produksi sawo adalah di daerah dataran rendah, terutama di Kabupaten Klungkung, mencakup beberapa desa di Kecamatan Dawan, yaitu di Desa Dawan, Desa Dawan Kelod, Dawan Kaler, Desa Gunaksa, Desa Besan, Desa Pesinggahan, Desa Pikat, dan Desa Sulang. Provinsi yang termasuk kategori lima besar sentra produsen sawo di Indonesia adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, D.I. Yogyakarta, dan Kalimantan Barat. Tanaman sawo merupakan tanaman berkayu, tumbuh menahun dengan pohon yang besar dan rindang, dapat tumbuh hingga setinggi 30-40 m. Bercabang rendah, batang berkulit kasar abu-abu kehitaman sampai coklat tua. Pada pohon yang sudah tua terdapat banyak lentisel dan seluruh bagian tanaman mengandung lateks yaitu getah berwarna putih susu yang kental. Daun tunggal, terletak berseling, sering mengumpul pada ujung ranting. Helaian daun bertepi rata, sedikit berbulu, warna hijau
181
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
tua mengkilap, bentuk bulat telur jorong sampai agak lanset, pangkal dan ujungnya bentuk baji, panjang tangkai daun 1 3,5 cm, tulang daun utama menonjol di sisi sebelah bawah. Bunga majemuk, tumbuh di ketiak daun, menggantung, berkelamin dua, bertangkai panjangnya 1-2 cm, karangan bunga tiga sampai delapan, daun kelopak bulat, benang sari enam, putik menjulang ke luar, mahkota bentuk tabung warna kuning muda. Buah buni, bertangkai pendek, berbentuk lonjong atau bulat telur dengan diameter sekitar 6-7 cm dan panjang 10 cm. Kulit buah yang masih muda berwarna cokelat tua, kasar dan tipis, sedangkan yang tua berubah menjadi cokelat muda keputihan dan halus. Daging buah tebal, berair, berwarna cokelat muda atau cokelat kemerahan. Buah yang masih muda bergetah dan rasanya sepat, sedangkan buah yang matang rasanya manis dan masir, tidak sepat dan tidak bergetah. Dalam satu buah terdapat 3-5 biji. Biasanya biji-biji ini berwarna hitam. Dinding buah (pericarpium) tebal berdaging dan dapat dibedakan terdiri atas kulit luar (epicarpium) merupakan lapisan luar berwarna coklat, tipis, kasar, kaku seperti kulit; dan kulit tengah (mesocarpium) tebal berdaging, bisa dimakan, berair, berwarna coklat muda sampai coklat kemerahan. Biji-biji terletak bebas dalam mesocarpium. Tumbuhan ini umumnya diperbanyak dengan biji ataupun cangkok. Panen buah umumnya tidak mengenal musim, dapat dilakukan setiap saat, tergantung kondisi tanaman dan pemeliharaan. Buah sawo memerlukan pemeraman agar dapat masak dan dikonsumsi. Berdasarkan karakter pohon dan buahnya terdapat tiga jenis tanaman sawo di Bali yang dibudidayakan atau tumbuh liar, yaitu: 1. Sawo Manila (Manilkara zapota L). Buah berbentuk lonjong, daging buah tebal, banyak mengandung air dan rasanya manis. Buah sawo manila tergolong buah yang diperdagangkan secara komersial, dan jenis sawo inilah yang dibudidayakan di sentra produksi sawo di Bali yaitu di Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung.
182
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
2.
3.
Sawo Duren (Chrysophyllum cainito L.). Sawo ini dicirikan oleh buahnya yang berbentuk bulat atau bulat telur mirip buah apel, berukuran kecil sampai agak besar, dan bergetah banyak. Sawo Duren juga dibudidayakan dan buahnya dapat dimakan segar atau diolah menjadi produk olahan. Sawo Kecik (Manilkara kauki). Sawo Kecik dicirikan oleh pohonnya rimbun, tinggi bisa mencapai 15-20 m, tahan kekeringan, buahnya kecil-kecil berwarna kuning keunguan dan jarang dimakan karena rasanya kurang enak. Sawo ini tidak dibudidayakan atau sering disebut sawo liar atau sawo hutan, dimanfaatkan sebagai tanaman peneduh halaman, tanaman peneduh di pinggir jalan, dan sebagai tanaman hias.
Cita rasa manis dan masirnya buah sawo menjadikan buah ini banyak yang menyukai dan sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia. Manfaat utama buah sawo saat ini adalah sebagai buah dimakan segar. Dalam skala terbatas buah sawo juga diolah menjadi bahan olahan seperti es krim, selai, sirup atau difermentasi menjadi anggur atau cuka. Sari buah sawo dapat dipekatkan menjadi sirup, atau difermentasi menjadi anggur atau cuka. Getah sawo dapat dijadikan lem ataupun pernis. Buah sawo memiliki kandungan mineral cukup baik. Kandungan kaliumnya,193 mg/100 g. Sawo juga memiliki kadar natrium, 12 mg/100 g. Perbandingan kandungan kalium dan natrium yang mencapai 16:1 menjadikan sawo sangat baik untuk jantung dan pembuluh darah. Selain kaya akan kalium, sawo juga mengandung sejumlah mineral penting lainnya. Dalam mineral per 100 gram buah sawo terdapat kalsium 21 mg, magnesium 12 mg, fosfor 12 mg, selenium 0,6 mg, seng 0,1 mg, tembaga 0,09 mg, dan vitamin C 14,7 mg. Konsumsi 100 gram sawo dapat memenuhi 24,5 persen kebutuhan tubuh akan vitamin C setiap hari (Dalimartha, 1999). Buah sawo juga mengandung asam folat, 14 mkg/100 g. Asam folat diperlukan tubuh untuk pembentukan
183
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
sel darah merah. Asam folat juga dapat membantu pencegahan terbentuknya homosistein yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Vitamin lain yang terkandung dalam buah sawo yakni riboflavin, niasin, B6, dan vitamin A. Meskipun dapat digunakan sebagai sumber vitamin dan mineral, sawo sebaiknya tidak diberikan kepada bayi karena getahnya dikhawatirkan akan mengganggu saluran pencernaan. Buah sawo juga mengandung banyak gula sehingga baik untuk digunakan sebagai sumber energi. Namun, buah sawo tidak dianjurkan bagi penderita diabetes melitus karena bisa meningkatkan kadar gula darah dengan cepat ( wartabepe.staff.ub.ac.id/files/2013/01/; diakses 18 Agustus 2015). Selain itu, manfaat lain tanaman sawo dalam kehidupan manusia adalah sebagai tanaman penghijauan di lahan-lahan kering dan kritis, tanaman hias dalam pot, sebagai tanaman penghasil getah untuk bahan baku industri permen karet, dan sebagai penghasil kayu yang sangat bagus untuk pembuatan perabotan rumah tangga dan bahan ukiran, termasuk untuk pembuatan patung. Di Bali buah sawo merupakan salah satu buah yang sangat umum digunakan sebagai bahan banten dalam kegiatan ritual, adat, dan budaya.
184
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Gambar 3.36. Pohon sawo manila (a), bunga sawo manila (b), buah muda sawo manila di pohon (c), buah swao manila hasil panen (d), buah sawo kecik di pohon (e), bah sawo kecil hasil panen (f), pohon sawo duren (g), buah sawo manila matang (h), tampilan daging buah dan biji swo duren (i).
185
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
3.36. SEMANGKA Famili Genus Spesies Nama latin Nama Inodnesia Nama Lokal Bali Nama Inggris
: Cucurbitaceae : Citrullus : Citrullus lanatus : Citrullus lanatus Thunb. : Semangka : Semangke : Water Melon
Semangka adalah salah satu jenis tanaman buah merambat termasuk kedalam suku ketimun-ketimunan atau cucurbitaceae, dan masih sekerabat dengan labu-labuan melon (Cucumis melo) dan ketimun (Cucumis sativus). Dalam bahasa Bali semangka disebut semangke, sedangkan dalam bahasa Jawa disebut semongko, dan dalam bahasa Inggris diberi nama water melon. Buah ini termasuk salah satu buah primadona masyarakat, disamping karena harganya yang relatif murah, mudah dibudidayakan dan umurnya pendek, juga rasanya enak dan berair sehingga cepat menghilangkan dahaga. Berdasarkan catatan sejarah, semangka diperkirakan berasal dari daerah kering tropis dan sub tropis Afrika. Karena termasuk tanaman tropis, sinar matahari mutlak diperlukan dalam budidaya semangka agar dapat berproduksi optimal. Sebagaimana halnya anggota suku cucurbitaceae, habitus tanaman semangka merambat tetapi tidak dapat membentuk akar adventif dan tidak dapat memanjat. Semangka merupakan tanaman semusim, jangkauan rambatannya hingga mencapai 3-5 meter (Syukur, 2008). Batangnya membulat, kecil, panjang, dan seluruh permukaan tubuhnya tertutup bulu-bulu halus. Daunnya berlekuk-lekuk di tepinya. Bunganya sempurna, berwarna kuning, kecil (diameter 3 cm). Semangka adalah andromonoecious monoklin, yaitu memiliki dua jenis bunga pada satu tumbuhan: bunga jantan, yang hanya
186
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
memiliki benang sari (stamen), dan bunga banci/hermafrodit, yang memiliki benang sari dan putik (pistillum). Bunga banci dapat dikenali dari adanya bakal buah (ovarium) di bagian pangkal bunga berupa pembesaran berbentuk oval. Penyerbukan bunga alami terjadi secara silang (crossing) oleh lebah madu, lalat hijau, atau serangga perantara lainnya. Biasanya berbunga 45-60 hari setelah tanam. Bentuk buah semangka berkisar dari bulat, oblong, dan oval tergantung varietas. Ukuran buah didasarkan kepada beratnya, buah berukuran besar bila beratnya lebih dari 4 kg, buah berukuran sedang bila beratnya antara 2-4 kg, dan buah dikatakan kecil bila beratnya kurang dari 2 kg. Buah semangka memiliki kulit yang keras, berwarna hijau pekat atau hijau muda dengan larik-larik hijau tua, bahkan ada yang kuning atau kuning kehijauan. Daging buah berair banyak, berwarna merah, kuning, atau merah keputihan tergantung varietas. Warna daging yang merah disebabkan oleh pigmen likopen, kuning terutama dari karoten dan xantofil (Mohr, 1986). Jenis semangka yang diperjualbelikan di pasaran di Bali terdiri atas semangka varietas lokal dan hibrida (impor). Sentra produksi semangka di Bali adalah di daerah pesisir pantai wilayah Bali Selatan, yaitu Kecamatan Pekutatan dan Mendoyo, Kabupaten Jembrana, Kecamatan Selemadeg Barat, Selemadeg, dan Kediri, Kabupaten Tabanan, serta Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar. Jenis yang ditanam sebagaian besar jenis semangka hibrida, baik hibrida haploid (berbiji) seperti New Dragon, Farmer Giant, dan South Crimson, maupun hibrida triloid (tanpa biji) seperti Quality, Sky Bell, Orchid Sweet, dan Farmers wonderful. Benih-benih semangka hibrida tersebut masih impor dari Jepang, Taiwan, dan Amerika. Namun demikian, beberapa petani ada yang masih menanam semangka lokal yang ukuran buahnya lebih kecil dibandingkan semangka impor, rasanya kurang manis, dan banyak mengandung biji.
187
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Buah semangka merupakan buah yang digemari segala lapisan masyarakat karena rasanya yang segar. Apalagi semangka tanpa biji, buah ini lebih disukai karena kenyamanan menyantapnya tidak terganggu oleh adanya biji. Semangka yang matang biasanya langsung dimakan segar sebagai buah meja atau makanan pencuci mulut, dibuat juice, pencampur es buah, dan lain-lain. Buah yang masih muda dapat dibuat sayur, sedangkan kulit buahnya dapat dibuat acar. Bijinya mengandung protein dan lemak cukup tinggi sekitar 30-40%, dapat dijadikan kuaci sebagai makanan kecil yang rasanya gurih dan asin. Menurut USDA (2013), nilai nutrisi yang terkandung per 100 g buah semangka adalah energi 127 kJ (30 kcal), karbohidrat 7,55 g, gula 6,2 g, serat pangan 0,4 g, lemak 0,62 g, air, 91,45 g, vitamin A equivalent 28 µg (3%), thiamin (vit. B1) 0.033 mg (3%), riboflavin (vit. B2) 0.021 mg (1%), niasin (vit. B3) 0.178 mg (1%), asam pantotenat (B5) 0.221 mg (4%), vitamin B6 0.045 mg (3%), folat (vit. B9) 3 µg (1%), vitamin C 8.1 mg (14%), kalsium 7 mg (1%), besi 0.24 mg (2%), magnesium 10 mg (3%), fosfor 11 mg (2%), kalium 112 mg (2%), dan seng 0.10 mg (1%). Karena memiliki kandungan nutrisi dan mineral yang tinggi, mengkonsumsi semangka diberitakan dapat mematikan sel-sel penyebab penyakit kanker, dapat berfungsi sebagai diuretik karena kandungan kalori semangka yang sangat rendah. Disamping itu, semangka juga berperan sebagai anti alergi karena mengandung pigmen karotenoid jenis flavonoid (Prajanta, 2003).
188
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
a
b
d
e
c
f
Gambar 3.37. Kebun semangka (a), bunga semangka (b), pentil buah semangka (c), buah semangka siap panen (d), daging buah semangka berwarna merah tanpa biji (e), daging buah semangka berwarna kuning (f).
3.37. SIRSAK Famili Genus Spesies Nama Inodnesia Nama Lokal Bali Nama Inggris
: Annonaceae : Annona : Annona muricata L. : Sirsak : Srikaya Jawa /Nangke Belanda : Soursop
Sirsak (Annona muricata L.) yang dalam bahasa Bali disebut srikaya Jawa atau nangke Belanda, adalah tanaman buah berguna yang menurut sejarah diduga berasal dari Karibia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Sirsak di berbagai daerah
189
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Indonesia dikenal dengan nama nangka landa (Jawa), nangka walanda, sirsak (Sunda), nangka buris, nangkelan (Madura), durian Betawi (Minangkabau), jambu landa (Di Lampung), atau nangko belando (Palembang). Penyebutan “belanda” dan variasinya menunjukkan bahwa sirsak (dari bahasa Belanda: zuurzak, berarti kantung asam) didatangkan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda ke nusantara, meskipun bukan berasal dari Eropa (Wikipidia.org). Sirsak (Annona muricata L) berupa tumbuhan yang batang utamanya berukuran kecil dan rendah. Daun berbentuk bulat telur agak tebal, permukaan bagian atas halus berwarna hijau tua sedangkan permukaan bawah berwarna hijau muda. Sirsak ditanam secara komersial atau sambilan untuk diambil daging buahnya. Tanaman ini dapat tumbuh dan berdproduksi dengan baik kalau ditanam pada ketinggian antara 500 sampai 1.200 meter di atas permukaan laut. Pada dasarnya sirsak merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh dan berbuah sepanjang tahun pada kondisi tanah dengan kandungan air yang cukup. Pohon sirsak tumbuh dan berkembang pada iklim bertemperatur antara 22 – 28 celcius, kelembaban sekitar 60-80%, dengan curah hujan antara 1.500-2.500 mm per tahun. Pohon ini dapat beradaptasi di daerah beriklim tropis. Jika tanah kekurangan air, seperti pada musim kemarau, tanaman sirsak mampu beradaptasi untuk mempertahankan pertumbuhannya dengan merontokkan sebagian daun-daunnya. Tanaman sirsak memiliki batang utama yang kecil dan pendek, tetapi ketinggian tanaman dapat mencapai 8-10 meter. Daun berbentuk bulat telur terbalik, berwarna hijau muda sampai hijau tua, ujung daun meruncing, pinggiran rata dan permukaan daun mengkilap. Bunganya tunggal (flos simplex) dalam satu bunga terdapat banyak putik sehingga dinamakan bunga berpistil majemuk. Bunganya berbau wangi, keluar dari ketiak daun, cabang, ranting, atau pohon. Bunga sirsak umumnya berupa bunga sempurna, tetapi terkadang hanya bunga jantan
190
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
dan bunga betina saja dalam satu pohon. Sirsak dapat berbuah sepanjang tahun. Buah sirsak tergolong sejati berganda (agregat fruit), yaitu buah yang berasal dari satu bunga dengan banyak bakal buah tetapi membentuk satu buah. Buah memiliki duri sisik halus, apabila sudah tua daging buah berwarna putih, lembek, dan berserat dengan banyak biji berwarna coklat kehitaman. Buah yang sudah tua perlu di petik dan diperam beberapa hari agar matang. Buahnya berkulit hijau dengan duri pendek dan lunak, jika matang ditandai dengan tekstur buah empuk dan lunak. Daging buah berwarna putih dan berbiji banyak. Biji Berwarna coklat agak kehitaman dan keras, berujung tumpul, dan permukaan halus mengkilat. Jumlah biji dalam satu buah bervariasi, berkisar antara 20-70 butir biji normal, sedangkan yang tidak normal berwarna putih kecoklatan dan tidak berisi. Sebagian orang mengkonsumsi sirsak sebagai buah meja. Cita rasa buah ini asam, manis dan segar, cocok untuk dibuat juice, puding, sirup atau campuran minuman. Buah sirsak dicari orang karena kandungan nutrisi dan manfaatnya bagi kesehatan. Buah sirsak terdiri atas 67,5% daging buah, 20% kulit buah, 8,5% biji, dan 4% inti buah. Setelah air, kandungan zat gizi yang terbanyak dalam sirsak adalah karbohidrat. Salah satu jenis karbohidrat pada buah sirsak adalah gula pereduksi (glukosa dan fruktosa) dengar kadar 81,9 - 93,6% dari kandungan gula total. Vitamin yang paling dominan pada buah sirsak adalah vitamin C, yaitu sekitar 20 mg per 100 gram daging buah. Kebutuhan vitamin C per orang per hari (yaitu 60 mg) telah dapat dipenuhi hanya dengan mengonsumsi 300 gram daging buah sirsak. Mineral yang cukup dominan adalah fosfor dan kalsium, masing-masing sebesar 27 dan 14 mg per 100 g. Kedua mineral tersebut penting untuk pembentukan massa tulang sehingga berguna untuk membentuk tulang yang kuat serta menghambat osteoporosis. Keunggulan sirsak terletak pada kadar sodium (natrium) yang rendah (14 mg per 100 g), tetapi tinggi potasium (kalium), yaitu 278 mg per 100 g. Perbandingan kalium dan natrium yang tinggi
191
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
sangat menguntungkan dalam rangka pencegahan penyakit hipertensi. Selain komponen gizi, buah sirsak juga sangat kaya akan komponen nongizi. Salah satu di antaranya adalah mengandung banyak serat pangan (dietary fiber), yaitu mencapai 3,3 g per 100 g daging buah (Khalid, 2002). Dari komposisi gizi yang terdapat dalam buah sirsak, tidak salah bila sirsak banyak dicari untuk dijadikan sebagai salah satu obat tradisional karena memberikan manfaat sangat baik untuk kesehatan tubuh.
a
c
b
d
e
Gambar 3.38. Pohon sirsak (a), bunga sirsak (b), buah muda sirsak (c), buah sirsak siap panen (d), tampilan daging buah sirsak matang (d)
Buah sirsak mudah dijumpai, baik di pasar tradisional maupun di pasar swalayan/modern, tetapi buah sirsak lebih dikenal oleh kalangan masyarakat golongan ekonomi kelas menengah ke bawah. Harganya juga tidak sebaik buah durian atau buah lain yang relatif mahal untuk satu kilogramnya. Diduga karena kondisi tersebut belum banyak masyarakat yang
192
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
tertarik untuk mengusahakan sirak secara komersial, sehngga jenis buah sirsak yang diperjualbelikan di pasar tradisonal atau pasar modern di Bali hanya satu jenis yaitu sirsak lokal Bali. Sirsak lokal tersebut ditanam sacara sporadis, satu atau dua pohon dalam satu tempat, umumnya ditanam di pekarangan dan tegalan dengan pemeliharaan seadanya. Ciri-ciri sirsak lokal Bali adalah buahnya licin, tidak berduri atau berduri pendek dan tumpul, dagingnya manis, dan sangat cocok dikonsumsi dalam keadaan segar atau dibuat jus. 3.38. SRIKAYA Famili Genus Spesies Nama Inodnesia Nama Lokal Bali Nama Inggris
: Annonaceae : Annona : Annona squamosa : Srikaya : Silik/Mone : Sugar apple
Srikaya yang nama ilmiahnya adalah Annona squamosa L. adalah tanaman buah yang sudah dibudidayakan di daerah Bali sejak dulu, ditanam di pekarangan, tegalan, atau tumbuh liar, dengan sentra produksi di daerah Bukit, Jimbaran, Kuta Selatan, Kabupaten Badung, dan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung. Srikaya dalam bahasa Bali disebut silik atau mone di Nusa Penida, sedangkan di daerah lain srikaya diberi nama delima bintang, serikaya (Sumatera), sarikaya, srikaya, serkaya (Jawa), sarikaya (Kalimantan), sirikaya, delima srikaya (Sulawesi), atau atisi (Maluku) (Welly et al., 2013). Srikaya tergolong pohon buah kecil yang dapat tumbuh dengan baik di tanah kering berbatu dengan suhu dan intensitas sinar tinggi. Tajuknya dipengaruhi kondisi lingkungan dari hijau sampai meranggas, dapat mencapai tinggi 6-8 m. Batangnya berkulit tipis berwarna keabu-abuan, getah kulitnya beracun, dan
193
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
agak pahit. Daun tunggal, bertangkai, kaku, letaknya berseling. Helaian daun berbentuk lonjong hingga jorong menyempit, ujung dan pangkal runcing, dasar lengkung, dan tepi rata. Permukaan daun berwarna hijau, rasanya pahit, sedikit berambut atau gundul. Bunganya bergerombol berisi 2-4 kuntum bunga dengan warna bunga kuning kehijauan. Bunga tumbuh pada ujung tangkai atau ketiak daun. Buahnya buah semu, berbentuk bola atau kerucut atau menyerupai jantung, permukaan kulit berbenjol-benjol/ bermata banyak, warna hijau berbintik putih, menggantung pada tangkai pendek yang cukup besar. Daging buah berwarna putih kekuningan, berasa manis khas dan segar. Biji membujur di setiap karpel, bentuknya gepeng dank eras, warna biji masak hitam mengkilap (Syamsuhidayat, 1991). Jenis srikaya yang ditemukan di Bali ada dua macam, yaitu srikaya lokal dan srikaya unggul. Srikaya lokal adalah srikaya yang sudah dibudidayakan atau tumbuh liar di Bali sejak dulu dengan ciri spesifik buah matang berwarna hijau bersemu kuning, ukuran buah kecil sampai sedang, jumlah biji banyak, dan bentuk buah seringkali tidak beraturan seperti bengkok, membesar, atau cembung disalah satu bagian sisi buah, bentuknya bulat pendek, dan sisik buah terlalu rapat atau terlalu jarang. Sentra produksi srikaya lokal ini adalah di Bukit Jimbaran Badung Selatan dan Nusa Penida Klungkung. Namun demikian juga dapat ditemukan secara sporadis diberbagai tempat, baik ditanam sebagai tanaman pekarangan dan dibudidayakan di tegalan maupun tumbuh liar. Srikaya unggul adalah srikaya yang kualitas buahnya lebih bagus dari srikaya lokal yang ditunjukkan dari ukuran buahnya lebih besar, bentuk buah seragam, jumlah biji sedikit, bahkan ada yang tidak berbiji (seedless), rasa buah lebih manis dan lebih berair, warna kulit buah lebih menarik, dan sisik buah lebih jarang. Kultivar srikaya unggul yang ditemukan antara lain srikaya Australia Jumbo (warna kulit buah hijau kekuningan seragam dengan jumlah biji per buah sedikit), srikaya Tanpa Biji (warna kuning kehijuan dan tidak mengandung biji), dan srikaya
194
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Pan Pablo (warna kulit buah ungu mengkilap, daging buah putih keunguan, dan jumlah biji sedikit). Manfaat dari tanaman srikaya sangat banyak, tidak hanya diambil buahnya tetapi juga daun, kulit batang, dan akar. Buah sarikaya masak pada umumnya dimakan dalam keadaan segar, juga dapat digunakan sebagai penyedap es krim, bahan baku pembuatan selai, sirup serta makanan olahan lainnya. Pada buah srikaya terdapat kandungan flavonoid, borneol, kamphor, terpene, dan alkaloid anonain, akarnya juga mengandung saponin, tanin, dan polifenol (Yang at al., 2009). Biji mengandung minyak, resin, dan bahan beracun yang bersifat iritan. Buah mengandung asam amino, gula buah, dan mucilago. Buah muda mengandung tannin, yang kesemuanya dapat berguna bagi manusia (Kaleem, 2006; Harborne, 1999). Ekstrak biji srikaya dapat digunakan sebagai pestisida nabati digunakan untuk mengendalikan serangan hama ulat Spodoptera litura, Plutella xylostella, dan Rayap tanah karena berfungsi sebagai racun perut pada serangga hama tersebut (Jaswanth, 2002).
Gambar 3.39. Buah srikaya lokal (a), buah srikaya unggul Australia kuning (b), buah srikaya unggul Pan Pablo (c), buah srikaya unggul Australia merah (d), daging buah srikaya unggul Australia kuning (e), dan daging buah buah srikaya unggul Pan Pablo (f).
195
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
3.39. STROBERI Famili Genus Spesies Nama Inodnesia Nama Lokal Bali Nama Inggris
: Rosaseae : Fragaria : Fragaria xananssa : Stroberi, Arbei : Stoberi : Strawberry
Stroberi yang dulu pernah terkenal dengan nama arbei (dari bahasa Belanda aardbei) bukanlah tanaman asli Indonesia, tetapi merupakan buah-buahan subtropika yang didomestikasi di daerah tropika. Stroberi yang dibudidayakan di Indonesia saat ini merupakan jenis introduksi, umumnya hanya cocok dibudidayakan di daerah dataran tinggi atau di daerah pegunungan dengan suhu udara yang dingin dan penyinaran rendah. Stroberi termasuk tanaman buah herba tahunan dengan habitus pendek. Walaupun habitusnya pendek dengan daun dan buah menyentuh tanah, tetapi tanaman stroberi berakar tunggang, akar serabutnya tumbuh dangkal, menyebar secara horisontal dan vertikal hanya sejauh sekitar 30-40 cm. Akar muncul dari batang yang pendek dan tebal. Batang utamanya sangat pendek dan berbuku-buku. Daun tumbuh pada buku dan di ketiak setiap daun terdapat pucuk aksilar. Internode sangat pendek sehingga jarak daun yang satu dengan yang lainnya sangat pendek dan memberi kesan penampakan pohon stroberi seperti rumpun tanpa batang, atau tanaman berbentuk rumpun. Batang utama dan daun yang tersusun rapat tersebut disebut crown. Dari rumpun crown dapat muncul tunas yang akan menjadi anakan atau stolon. Stolon biasanya tumbuh memanjang dan menghasilkan beberapa calon tanaman baru. Secara botani stolon merupakan batang ramping yang tumbuh keluar dari ketiak daun pada dasar rumpun dan menjalar di atas permukaan tanah. Stolon dapat digunakan
196
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
sebagai bahan perbanyakan untuk menghasilkan tanaman baru. Penampakan stolon secara visual mirip dengan sulur. Tunas dan akar stolon tumbuh membentuk generasi tanaman baru. Stolon yang tumbuh segera dipotong atau dipisahkan dari rumpun induk sebagai bahan tanaman (bibit). Bibit yang berasal dari stolon disebut geragih atau runners. Bila menyentuh tanah, ruas sulur akan membentuk akar serabut dan tumbuh menjadi tanaman baru. Daun tanaman stoberi adalah daun majemuk, terdiri atas tiga anakan daun dengan tepi bergerigi. Daun disangga oleh tangkai yang panjang. Bunga berbentuk tandan yang terdiri atas beberapa tangkai utama yang masing-masing ujungnya terdapat satu bunga yang disebut bunga primer, dan dua tangkai serta bunga-bunga di bawahnya yang disebut bunga sekunder. Di bawah bunga sekunder terdapat bunga tersier dan kuartener. Ukuran tangkai bunga selalu lebih panjang dari pada daun. Buah stroberi yang dikenal masyarakat sebenarnya adalah buah semu, bukan buah yang sebenarnya, yaitu reseptakel atau jaringan dasar bunga yang membesar. Buah yang sebenarnya adalah biji-biji kecil berwarna putih yang disebut dengan achen. Achen berasal dari sel kelamin betina yang telah diserbuki dan kemudian berkembang menjadi buah kerdil. Achen menempel pada permukaan reseptakel yang membesar. Buah stroberi berwarna hijau keputihan ketika sedang berkembang, kemudian berubah menjadi merah mengkilap ketika masak. Biji stroberi berukuran kecil, pada setiap buah menghasilkan banyak biji. Biji berukuran kecil terletak di antara daging buah. Biji tersebt dapat dimanfaatkan sebagai alat perbanyakan tanaman stroberi secara generatif. Sentra produksi stroberi di Bali berada di kawasan pariwisata Bedugul, yaitu di Desa Pancasari Kecamatan Sukasada dan Desa Candikuning Kecamatan Tabanan yang letaknya berdampingan. Tetapi belakangan ini penanaman stroberi sudah merambah ke daerah lain yang memiliki hawa sejuk seperti di Kecamatan Petang, Badung, dan Kecamatan Kintamani, Bangli. Budidaya stoberi
197
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
di Bedugul dilakukan secara intensif, penanaman tidak hanya dilakukan secara konvensioanl pada hamparan tanah, tetapi juga di rumah kaca atau rumah plastik dengan sistem bertanam secara hidroponik dan penempatan secara bertingkat (vertikultur) untuk menghemat penggunaan lahan. Varietas yang ditanam oleh sebagain besar petani namanya varietas Rosalinda dan Sweet Charlie. Rosalinda warna buahnya lebih pucat tetapi lebih rajin berbuah dibandingkan dengan Sweet Charlie. Sistem hidroponik vertikultur dilakukan di dalam rumah plastik sedangkan sistem kompensional di atas bedengan dengan penutup plastik. Media hidroponik bermacam-masam ada yang menggunakan arang sekam atau bahan lain yang dimasukkan dalam kantong plastik hitam memanjang, ditempatkan diatas rak yang tersusun bertingkat (verikultur). Untuk mengairi digunakan sistem tetes pada setiap tanaman (drip irigation), yang berfungsi juga untuk pemberian nurtrisi tanaman (fertigasi) pada setiap polybag yang memanjang tersebut. Disamping media dimasukkan pula pipa yang saling berhubungan dilengkapi nozel pada setiap titik tanaman. Sebagai penggerak air digunakan pompa air, sistem diatas guludan dengan penutup plastik diatas kanopi. Kebun stroberi tidak hanya ditujukan untuk produksi buah, tetapi kebanyakan juga digunakan untuk wisata petik buah yang sudah menjadi trend intergrasi pertanian dengan pariwisata di kawasan Bedugul. Pada wisata petik buah stoberi, wisatawan yang datang dapat menyaksikan pemandangan yang indah dari kebun stroberi (something to see), kemudian mereka diberikan memetik langsung atau mengerjakan tahapan-tahapan kegiatan on-farm dalam budidaya stroberi (something to do). Buah stroberi yang mereka petik dapat dinikmati lansung di kebun atau dibeli untuk dibawa pulang (something to buy), dan pengunjung juga diberikan penjelasan tentang cara budidaya, cara panen, varietas yang ditanam, dan lain-lain, sehingga dalam wisata petik buah tersebut ada sesuatu yang dapat dipelajari oleh pengunjung (something to learn). Model agribisnis tanaman stroberi dengan
198
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
mengintgrasikan dan pariwisata perlu dkembangkan di daerah tujuan wisata lainnya, agar petani dapat langsung merasakan kemajuan sektor pariwisata. Hasil stroberi dari kawasan sentra produksi Bedugul mengisi pasar tradisional, toko dan gerai buah, super market, hotel dan restoran, dan pasar antar pulau. Bahkan, di Kawasan Bedugul telah berdiri Rumah Makan stroberi yang seluruh menu makanan yang ditawarkan divariasikan dengan menggunakan buah stroberi. Di rumah makan tersebut penggunaan buah stroberi sangat bervariasi, disamping dimakan sebagai buah segar, juga untuk juice, selai, sari buah, nasi goreng stroberi, pitza hut stroberi, dan berbagai sajian lainnya yang dikemas terasa stroberi.
Gambar 3.40. Budidaya stroberi dengan guludan model konvensional a), budidaya stroberi dalam rumah plastik dengan system bertingkat (vertikultur) agar hemat lahan (b), budidaya stroberi dalam polibag tinggi ketinggia 75 cm (c), bunga strobery mekar (d), dalam satu rumpun terdapat bunga, buah muda, buah dewasa dan buah matang dalam waktu bersamaan (d), aneka kuliner dari buah stroberi (e), dan nasi goring stroberi (f).
Buah stroberi tergolong buah yang sangat popular, dapat tersedia setiap saat karena produksinya sudah tidak tergantung musim. Saat ini trend pengembangan dan berbisnis stroberi di Bali semakin meningkat karena harganya yang cukup tinggi dan
199
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
semakin meningkatnya permintaan konsumen. Buah stroberi disenangi karena memiliki rasa yang lezat, manis menyegarkan, dan tampilan yang menawan. Disamping itu, buah stroberi banyak mengandung vitamin dan anti oksidan yang berguna bagi kesehatan tubuh. Dalam 100 g buah stroberi terkandung 37,00 kal, protein 0,80 g, lemak 0,50 g, karbohidrat 8,30 g, kalsium 28,00 mg, fosfor 27,00 g, zat besi 0,80mg, vitamin A 60,00 SI, vitamin B1 0,03 mg, vitamin C 60,00 mg, air 89,90 g, dan bagian yang dapat dimakan sangat tinggi mencapai 96,00% (USDA, 2013). 3.40. TERUNG BELANDA Famili Genus Spesies Nama Inodnesia Nama Lokal Bali Nama Inggris
: Solanaceae : Solanum : Solanum betaceum : Terung Belanda, Tamarilo : Tuung Belanda : Tamarilla, Tree Tomato
Terung Belanda atau sering disebut terong Belanda diduga berasal dari daerah Amazon di Amerika Latin, tetapi dibawa dan dikembangkan ke Indonesia pertama kali oleh orang Belanda pada jaman penjajahan sehingga tanaman suku terung-terungan ini dikenal dengan nama terung Belanda (Kumalaningsih, 2006). Terong belanda berupa perdu yang mudah patah (rapuh), tinggi pohon mencapai 2-3 m, pangkal batang pendek, dan percabangannya lebat. Daunnya tunggal, berselang-seling, umumnya mengumpul di ujung pucuk, bentuknya bulat telur sampai bentuk jantung, tepi daun rata, berbulu halus, peruratannya menonjol, berujung lancip dan pendek. Helaian daun berwarna hijau dan memiliki bau khas. Bunga berada dalam rangkaian kecil di ketiak daun, dekat ujung cabang, berwarna merah jambu sampai biru muda, dan berbau harum. Buahnya berupa buah buni yang berbentuk bulat telur sungsang
200
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
atau bulat telur, meruncing di ke dua ujungnya, bergelantungan, bertangkai panjang, daun kelopaknya tidak rontok. Kulit buah tipis, licin, buah muda berwarna hijau agak abu-abu kemudian terjadi perubahan warna setelah matang menjadi lembayung kemerah-merahan, atau merah jingga semburat kuning. Daging buah mengandung banyak sari buah, rasanya agak asam berkecap manis seperti rasa tomat, berwarna kehitam-hitaman sampai kekuning-kuningan. Kulit buah terong belanda mengandung suatu zat yang rasanya pahit, tetapi zat ini dapat dibuang dengan cara mengupas kulitnya dan menyeduhnya dengan air panas. Bijinya bulat pipih, tipis, dan keras.
Gambar 3.41. Pohon terung belanda pada perkebunan kopi (a), bunga terong belanda (b), buah muda (c), perkembangan buah sampai matang (d), tampilan daging buah dan biji pada potongan memanjang (d), dan tampilan daging buah dan biji pada potongan melintang (e).
Terung Belanda ada dua jenis, yaitu jenis yang saat buahnya matang berwarna merah/kemerahan dan jenis yang saat buahnya matang berwarna kuning. Jenis terong Belanda
201
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
yang dibudidayakan di Bali adalah terung Belanda yang buahnya saat matang berwarna merah (lembayung kemerahan atau merah jingga dan bergaris-garis memanjang semburat kuning). Sentra produksinya di Bali berada di dataran tinggi, pada tempat atau daerah penghasil kopi seperti di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Kecamatan Sukasada dan Banyuatis di Kabupaten Buleleng, dan Kecamatan Pupuan di Kabupaten Tabanan. Di dataran rendah atau dekat pantai, terong belanda tidak mampu berbunga dan berbuah sehingga tidak cocok dikembangkan di bawah ketinggian 400 m dpl. Perbanyakannya dilakukan melalui biji, setek, atau penempelan Buah terung belanda matang dapat dimanfaatkan dengan cara dimakan langsung sebagai buah segar, atau untuk juice, rujak, bumbu masak, sayuran dan minuman. Dapat pula diolah menjadi asinan, sirop, selai, jeli, dan sari buah. Buah mentah dapat dimanfaatkan untuk masakan kari dan sambal, dibakar atau dipanggang uuntuk sayuran. Dalam 100 g terung Belanda mengandung 82,7- 87,8 g air; protein 1,5 g; lemak 0,06-1,28 g; karbohidrat 10,3 g; serat 1,4-4,29 g; abu 0,66-0,94 mg; β-karoten 50 mg; vitamin A 540 µg; dan vitamin C 23,3-44,9 mg. Jika buah ini dimasak, maka sebagian besar vitamin C akan hilang (Asmaria, 2008). Kandungan vitamin A terung Belanda yang tinggi dipercaya sangat baik untuk kesehatan mata dan vitamin C untuk mengobati sariawan, panas dalam dan meningkatkan daya tahan tubuh. Menurut Sastrapraja et al. (1980), terung Belanda memiliki kandungan senyawa kimia yaitu karotenoid, flavonida dan sebagainya yang berperan sebagai antioksidan.
202
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
3.41. WANI Famili Genus Spesies Nama Inodnesia Nama Lokal Bali Nama Inggris
: Anacardiaceae : Mangifera : Mangifera caesia Jack. : Kemang : Wani : White Manggo
Tanaman wani (Mangifera caesia Jack.) merupakan salah satu tanaman buah-buahan tropika tergolong kerabat mangga. Di dearah lain tanaman tersebut dinamai kemang (Sunda), binjai (Kalimantan Selatan) (Bompard, 1985), binje (Aceh), bienglu (Lampung) (Mukherji, 1985), palung-wanyi (Kalimantan) (Purnomo, 1987). Dibandingkan dengan kemang yang banyak dipasarkan di wilayah Bogor dan wilayah lainnya di Jawa Barat, buah wani memiliki keunggulan daging buahnya tebal dengan aroma menarik, rasa buah manis, dan sudah dapat dikonsumsi malaupun buah belum matang. Bahkan, untuk wani jenis tertentu seperti wani Ngumpen harganya bisa lebih mahal dari harga mangga, sehingga sangat cocok dikembangkan dan dipromosikan agar dapat bersaing dengan buah-buahan lainnya. Citarasa wani disukai konsumen karena daging buahnya memiliki aroma khas, rasanya manis, dan enak. Disamping itu, wani mempunyai banyak kultivar dengan sifat khas masing-masing sehingga tersedia berbagai alternatif pilihan bagi konsumen (Rai dkk., 2008). Buah wani masih dihasilkan dari tanaman yang tumbuh secara alami di pekarangan atau halaman rumah, kebun campuran atau di sekitar hutan. Tanaman tersebut tumbuh bersama tanaman lainnya tanpa mendapatkan pemeliharaan yang baik. Sampai saat ini tanaman wani belum mendapat perhatian secara memadai. Salah satu hambatan dalam usaha pengembangan wani adalah kurangnya minat masyarakat untuk
203
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
membudidayakannya, bahkan terdapat kecenderungan pohon wani sudah banyak ditebang untuk kayu bakar dan bahan bangunan atau diganti dengan tanaman lain. Kurangnya minat masyarakat untuk mengembangkan wani ditunjukkan pula oleh belum adanya kebun wani yang dikelola secara intensif. Hal tersebut disebabkan oleh masa juvenil tanaman wani yang sangat lama berkisar antara 10 – 12 tahun, sehingga masa pengembalian investasi budidayanya panjang (Rai dkk., 2000). Hasil survey menunjukkan keragaman wani di Bali cukup tinggi, yaitu ditemukan 22 kultivar dengan ciri khas masing-masing. Ke 22 kultivar tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan warna kulit buah, rasa daging buah, bentuk buah, berat buah, ketebalan daging buah, dan ada tidaknya biji pada buah seperti pada Tabel 3.3. Kultivar-kultivar yang ditemukan tersebut tersebar hampir di seluruh wilayah di Bali, namun sentra produksinya adalah di Kabupaten Tabanan, Karangasem, Buleleng, dan Klungkung. Khusus untuk wani Ngumpen (wani tanpa biji), hanya ditemukan di beberapa tempat, yaitu: di Desa Bebetin dan Desa Sudaji, Kecamatan Dawan, Kabupaten Buleleng, Desa Sepang Kelod dan Desa Tista, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng; Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan; Desa Antosari, Kecamatan Selemadeg Barat, Kabupaten Tabanan, dan Desa Besan, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung (Rai dkk., 2004). Secara morfologi, daun wani mirip daun mangga dan berbentuk memanjang dengan tulang daun menyirip. Berdasarkan karakter daun dan bunga, dari ke dua puluh dua kultivar wani yang ditemukan ternyata menunjukkan ciri-ciri yang sama. Tipe daunnya tunggal, kedudukan daun tersebar, tulang daun menyirip, bentuk daun jorong, dan warna daun hijau tua. Perbungaan tersusun malai, tumbuh di ujung-ujung ranting, berumah satu. Bunga berkelamin dua (hermafrodit), kelopak bunga 5 buah, daun mahkota 5 buah, benang sari 5 buah yang terdiri dari 1 fertil dan 4 staminodium, tangkai sari berwarna ungu tua
204
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
kehitaman, bakal buah membulat dan berwarna coklat. Panjang daunnya berkisar antara 22 - 31 cm dengan lebar sekitar 7 - 10 cm. Ujung daun meruncing dengan tepi yang rata. Tangkai daun berwarna coklat, bulat dan tebal, panjang 1 - 5 cm. Tulang daun terdiri dari 18 - 20 pasang. Bagian atas permukaan daun berwarna hijau tua, ada yang mengkilat dan ada yang tidak mengkilat. Bagian bawah daun berwarna hijau muda. Setiap tandan bunga mempunyai kurang lebih 1.000 kuntum bunga. Musim berbunga biasanya jatuh pada bulan Juni hingga Desember. Sel kelamin betina (sel telur) dari bunga sempurna biasanya tidak subur. Sel kelamin betina yang subur (fertil) hanya berkisar antara 5 - 10 %. Sel kelamin jantan dari bunga sempurna dan bunga jantan adalah lemah. Kemampuan tumbuh tepung sari tersebut hanya 12 %. Hal inilah yang menyebabkan hasil buahnya sedikit.
205
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
206
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
207
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Berdasarkan karakter buah, ciri-ciri kultivar yang ditemukan bervariasi tergantung pada warna kulit buah, rasa daging buah, bentuk buah, ukuran berat buah, ada tidaknya biji pada buah dan ketebalan daging buah. Sifat-sifat menonjol dari kultivar berdasarkan warna kulit buah, rasa daging buah, bentuk buah, ukuran berat buah, ketebalan daging buah, dan ada tidaknya biji pada buah dapat dikatagorikan sebagai sifat spesifik dari kultivar yang bersangkutan. Sifat-sifat spesifik tersebut sekaligus dapat digunakan sebagai penciri dari masingmasing kultivar. Berdasarkan bentuk buah, kultivar yang memiliki ciri spesifik adalah wani Pucung. Bentuk buah wani Pucung menyerupai botol (pucung) sehingga disebut wani Pucung, sedangkan kultivar-kultivar yang lain memiliki bentuk buah lonjong (oblong) atau bulat telur (oval). Adanya bentuk buah wani seperti pucung yang ditemukan melalui penelitian ini dapat menambah informasi pernyataan Mukherji (1985) bahwa buah Mangifera caesia Jack berbentuk lonjong atau bulat telur. Ditinjau dari rasa daging buah, kultivar-kultivar wani yang memiliki ciriciri spesifik dan mudah dikenali, antara lain adalah wani Gula dengan rasa daging buah manis seperti madu sehingga sering disebut wani Madu, wani Cuka dengan rasa daging buah asam seperti cuka, wani Dodol dengan rasa daging buah manis seperti dodol, wani Tembaga rasa daging buahnya manis sejak buah masih muda, dan wani Santan memiliki rasa daging buah seperti santan kelapa. Berdasarkan ukuran buah dan berat per buah, kultivar-kultivar wani di Bali dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu kultivar dengan ukuran buah besar (berat per buah > 450 g), kultivar dengan ukuran buah sedang (berat per buah 300 – 450 g), dan kultivar dengan ukuran buah kecil (berat per buah < 300 g). Pada kelompok ukuran buah besar, kultivar yang memiliki ukuran buah paling seragam adalah wani Gadang (513 ± 33 g) (angka 513 menunjukkan rata-rata berat per buah, sedangkan angka 33 menunjukkan nilai standar deviasi). Pada kelompok ukuran buah sedang, kultivar yang memiliki
208
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
ukuran buah paling seragam adalah wani Ngumpen (327 ± 14 g), sedangkan pada kelompok ukuran buah kecil, kultivar yang memiliki ukuran buah paling seragam adalah wani Taluh (216 ± 18 g). Dalam perdagangan buah, makin seragam ukuran buah makin sedikit usaha yang diperlukan untuk menyortir (grading) kelas buah. Tabel 3.4. Karakter buah wani di Bali berdasarkan variabel ketebalan daging buah, berat biji dan panjang biji
1
Ngumpen
Ketebalan daging buah (cm) 2,78 ± 0,29
27,00 ± 5,00**
2,54 ± 0,13**
2
Tembaga
2,48 ± 0,35
103,30± 5,78
4,93 ± 0,92
3
Gadang
2,45 ± 0,30
73,33 ± 15,28
9,61± 0,98
4
Gula
2,29 ± 0,37
86,67 ± 15,28
5,57 ± 1,04
5
Bawang
2,32 ± 0,65
81,67 ± 10,41
6,47 ± 3,26
6
Tombong
1,56 ± 0,34
109,00±10,20
8,90 ± 1,21
7
Pucung
2,21 ± 0,88
87,32±20,00
8,76 ± 1,27
8
Santan
2,39 ± 0,30
133,33± 15,28
7,15 ± 1,51
No
Nama Kultivar
Berat biji (g)
Panjang biji (cm)
9
Cuka
1,64 ± 0,35
95,00 ± 13,22
7,07 ± 0,57
10
Taluh
1,84 ± 0,47
61,16 ± 7,64
2,95 ± 0,27
11
Dodol
2,19 ± 0,97
61,67 ± 10,41
6,47 ± 3,26
12
Dongkang
2,36 ± 0,73
76,28 ± 7,64
6,83 ± 0,68
13
Beligo
1,35±0,38
104,12±13,87
8,22±0,66
14
Bila
1,29±0,12
55,71±14,97
7,73±0,47
15
Sembung
1,36±0,16
80,35±13,33
9,23±0,82
16
Idur Paluh
1,37±0,09
59,36±12,72
8,71±0,35
17
Wakul
1,37±0,11
119,27±18,69
8,19±0,79
18
Siburik
1,38±0,18
95,83±17,20
9,42±0,50
19
Bluluk
1,36±0,12
84,85±12,15
7,31±0,51
20
Gatep/ Gancan
1,43±0,24
144,57±13,84
8,12±0,74
21
Kijang
1,27±0,13
104,72±11,18
8,39±0,44
22
Kuning
1,20±0,12
127,30±21,10
7,19±0,17
** Berat biji dan panjang biji buah wani Ngumpen yang ada bijinya. Nilai rata-rata diperoleh dari 6 sampel buah diambil secara acak. Angka didepan tanda ± menunjukkan nilai rata-rata sedangkan angka dibelakang tanda ± menunjukkan nilai standar deviasi.
209
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Pengamatan terhadap warna kulit buahnya, hampir semua kultivar memiliki ciri spesifik masing-masing, antara lain wani Ngumpen yang memiliki kulit buah berwarna hijau kekuningan mengkilap, wani Tembaga warna kulit buahnya merah muda kehijauan, wani Gadang warna kulit buahnya hijau tua mengkilap dan wani Bawang warna kulit buahnya hijau kemerahan seperti kulit bawang merah. Wani Dongkang kulit buahnya hijau kusam kasar seperti kulit kodok (dongkang), dan wani Siburik kulit buahnya hijau burik. Kultivar-kultivar wani yang lain walaupun memiliki warna kulit buah spesifik, tetapi untuk mengenalinya perlu dikombinasikan dengan karakter buah yang lain seperti bentuk buah, ukuran buah, rasa daging buah atau ada tidaknya biji pada buah. Berdasarkan ada tidaknya biji pada buah, terdapat satu kultivar yang buahnya tidak berbiji yaitu wani Ngumpen, sedangkan kultivar yang lain buahnya berbiji. Disebut wani Ngumpen atau wani tanpa biji (seedless) karena 90% dari jumlah total buahnya tidak berbiji. Hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa buah-buah yang berbiji, posisi tempat tumbuhnya selalu pada ujung malai buah. Namun apabila bunga yang tumbuh pada ujung malai tidak berhasil berkembang menjadi buah, maka seluruh buah pada malai tersebut menghasilkan buah tanpa biji. Uniknya, bunga yang tumbuh pada ujung malai sangat sedikit yang berhasil menjadi buah sehingga kultivar tersebut menghasilkan proporsi buah tanpa biji jauh lebih banyak dibandingkan dengan buah berbiji (90%:10%). Bila dilihat berdasarkan bentuk buah, pada buah yang berbiji, semua bagian sisi buah membengkak keluar sehingga tidak ada salah satu sisi yang lebih menonjol dibandingkan dengan sisi yang lain. Sedangkan pada buah yang tidak berbiji, pembengkakan hanya tejadi pada sebagian atau setengah sisi buah sedangkan setengah bagian sisi buah lainnya rata seperti irisan memanjang. Mekanisme pembentukan buah seperti itu belum diketahui, sehingga perlu dilakukan studi menyangkut biologi
210
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
reproduksinya. Seedley dan Griffin (1989) menyatakan bahwa terbentuknya buah tanpa biji (seedless fruit) pada berbagai tanaman pohon (tree crops) merupakan salah satu gejala variasi alami yang kemungkinan disebabkan oleh adanya penyimpangan proses penyerbukan (pollination) dan/atau pembuahan (fertilization) yang mekanismenya belum diketahui secara pasti. Seperti halnya buah-buahan lain yang tergolong marga Mangifera, buah wani yang berkualitas baik adalah yang rasanya enak sehingga disukai konsumen, tampilan fisik (bentuk dan warna kulitnya) menarik, serta daging buah tebal dan ukuran biji kecil. Data hasil pengamatan menunjukkan ketebalan daging buah paling tebal diperoleh pada wani Ngumpen yaitu 2,78 ± 0,29 cm. Hal tersebut berkaitan dengan tidak adanya biji pada wani Ngumpen. Buah wani Ngumpen yang berbiji, ukuran bijinya ternyata sangat kecil dengan berat biji 27,00 ± 5,00 g dan panjang biji 2,54 ± 0,13 cm. Selain wani Ngumpen, kulivar lain yang tergolong memiliki daging buah tebal dengan ketebalan lebih dari 2 cm adalah wani Tembaga (2,48 ± 0,35 cm), wani Gadang (2,45 ± 0,30 cm), wani Gula (2,29 ± 0,37 cm), wani Bawang (2,32 ± 0,65 cm), wani Pucung (2,21 ± 0,88 cm), wani Santan (2,39 ± 0,30 cm), wani Dodol (2,19 ± 0,97 cm), dan wani Dongkang (2,36 ± 0,73 cm). Walaupun ketebalan daging buahnya lebih dari 2 cm, namun ukuran biji (berat biji dan panjang biji) kultivar-kultivar tersebut jauh lebih besar dari ukuran biji wani Ngumpen, salah satu contohnya buah wani Gadang. Perbanyakan wani dapat dilakukan secara generatif dengan biji, dan secara vegetatif dengan sambung pucuk dan cangkok. Perbanyakan dengan biji dilakukan dengan menanam biji dari buah yang telah masak fisiologis (buahnya telah matang optimal). Untuk wani Ngumpen, walaupun disebut wani Tanpa Biji, tetapi 10% buah dari total jumlah buah yang dihasilkan memiliki biji. Buah berbiji tersebut selalu berkembang dari bunga yang berlokasi pada ujung tandan. Turunan yang dihasilkan dari perbanyakan
211
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
dengan biji adalah sama dengan induknya, karena berdasarkan hasil uji kesemaan genetik dengan teknik RAPD, induk wani Tanpa Biji dan anakannya asal biji memiliki genotipe yang sama (Rai et al., 2008). Permasalahnnya adalah jumlah biji yang dapat digunakan sebagai sumber perbanyakan sangat sedikit karena hanya 10% dari jumlah total buah yang dihasilkan mengandung biji. Disamping itu, cara ini belum memasyarakat di kalangan penangkar bibit wani, karena mereka belum tahu dan khawatir kalau bibit asal biji yang dihasilkan sifatnya berbeda dengan induknya. Perbanyakan dengan sambung pucuk dilakukan dengan menyambung batang bawah/root stock (umurnya lebih kurang 1 tahun sejak biji ditanam) dengan entres tua. Batang bawah yang digunakan adalah wani jenis lain (misalnya wani Gadang, wani Pucung, dan lain-lain) yang memiliki perakaran kuat, dalam dan akarnya cepat berkembang. Biji ditanam dalam polibag, setelah berumur sekitar 1 tahun, tinggi sekitar 75 cm, disambung dengan menggunakan entres tua wani yag akan diperbanyak. Penggunaan entres muda dapat dilakukan, tetapi keberhasilannya sangat kecil. Perbanyakan wani dengan cara mencangkok juga dapat dilakukan, tetapi mengalami kesulitan secara teknis karena habitus pohon tinggi sehingga sulit dalam melaksanakan pencangkokan dan pemeliharaan. Buah wani dapat dikonsumsi sebelum masak (masih mentah) atau setelah masak. Selain dikonsumsi sebagai buah segar, buahnya dapat digunakan untuk bahan rujak, asinan, dan juice. Batang wani bisa dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dan kerajinan (bahan dulang). Habitus pohon yang besar, batang menjulang tinggi dan canopy yang rapat membuat tanaman wani Ngumpen Bali cocok digunakan untuk tanaman konservasi di sempadan sungai/kali/jurang, atau pinggiran kebun. Potensi pengembangannya cukup menjanjikan karena nilai jual dari buah wani sangat tinggi, baik untuk konsumsi segar, maupun sebagai bahan banten dan bahan olahan, terlebih untuk wani tanpa biji yang sangat digamari oleh masyarakat.
212
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Gambar 3.42. Pohon wani (a), susunan daun wani (b), tandan bunga wani (c), daun tua dan tunas apikal wani (d) dan bagian-bagian bunga tanaman wani (e).
213
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
c
b
a
f
g
k
l
p
q
u
h
d
i
m
j
n
r
v
e
s
o
t
w
Gambar 3.43. Buah wani Ngumpen (a), wani Gadang (b), perbedaan potongan melintang wani Ngumpen dan wani Gadang (c), wani Tembaga (d), wani Gula (e), wani Bawang (f), wani Tombong (g), wani Pucung (h), wani Santan (i), wani Cuka (j), wani Taluh (k), wani Dodol (l), wani Dongkang (m), wani Beligo (n), wani Bila (o), wani Sembung (p), wani Idur Paluh (q), wani Wakul (r), wani Siburik (s), wani Bluluk (t), wani Gatep/Gancan (u), wani KIjang (v), dan wani Kuning (w).
214
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
BAB IV POTENSI PENGEMBANGAN DAN PERLINDUNGAN BUAH-BUAHAN LOKAL 4.1.
POTENSI PENGEMBANGAN BUAH-BUAHAN LOKAL
B
uah-buahan merupakan sub sektor hortikultura yang sangat prospektif dikembangkan di Bali. Posisi Provinsi Bali dengan letak yang strategis serta mempunyai kekayaan alam dan budaya yang unik, menjadi daya tarik yang besar bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Kebutuhan buah untuk konsumsi sektor pariwisata, pemenuhan kebutuhan penduduk dan untuk kegiatan ritual keagamaan di Bali cukup tinggi, tetapi sejak satu dekade terakhir sebagian besar konsumsi buah yang dibutuhkan mengesampingkan penggunaan buah lokal dalam arti lebih mengutamakan buah impor. Bila kondisi seperti ini dibiarkan terus tanpa ada penguatan, permberdayaan dan perlindungan terhadap produk buah lokal maka dikhawatirkan kekayaan plasma nutfah buah lokal Bali yang unggul dan unik, baik untuk konsumsi maupun untuk kegiatan ritual keagamaan, akan musnah sehingga mengancam kelestariannya. Sehubungan
215
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
dengan hal tersebut agar buah lokal yang dihasilkan di daerah Bali khususnya dan di Indonesia umumnya, dapat bersaing dalam perkembangan ekonomi nasional perlu mendapat proteksi/ perlindungan. Proteksi/perlindungan khususnya dilakukan terhadap plasma nutfah buah lokal Bali, pelaku dan dunia usaha yang bergerak dibidang buah-buahan, serta stakeholders sektor pariwisata yang memerlukan konsumsi buah. Kegiatan ini sangat diperlukan agar buah lokal tetap lestari, semakin tangguh dan semakin kompetitif di era globalisasi, dan dapat bersaing dengan buah impor sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Prospek pasar produk buah lokal sangat menjanjikan, tetapi pada era glopbalisasi saat ini, masuknya buah impor, menjadikan buah lokal bergeser/menurun daya saingnya, dimana masyarakat dan dunia usaha yang membutuhkan buah lebih megutamakan penggunaan buah impor. Di pasar swalayan, toko buah, bahkan di pasar-pasar tradisional, buah-buahan impor seperti anggur, jeruk manis, apel merah, dan lain-lain, menggeser buah-buahan dalam negeri seperti salak, pisang, mangga, jeruk, dan-lainlain. Padahal dari sisi tampilan, rasa dan harga beberapa jenis produk buah lokal tidak kalah bila dibandingkan dengan produk impor atau produk dari luar Bali. Namun, tingginya harga buah impor akibat kecendrungan melemahnya rupiah dan tuntutan masyarakat terhadap buah lokal yang berkualitas masih tetap tinggi, dapat dimanfaatkan sebagai momentum yang baik untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas buah-buahan lokal Indonesia. Indonesia berpeluang untuk berperan di pasar dunia, dan di sisi lain pasar dalam negeri Indonesia juga menjadi semakin terbuka untuk pasaran komoditas buah-buahan dari luar negeri. Kondisi tersebut dapat dianggap sebagai tantangan dan sekaligus ancaman. Faktor ancaman antara lain terkait dengan ketertinggalan teknologi pengembangan buah-buahan
216
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
di Indonesia dan membanjirnya produk buah-buahan asal impor baik segar maupun olahan. Secara tradisi, buah-buahan di Indonesia diusahakan sebagai tanaman pekarangan (karang kitri) yang berisi campuran berbagai tanaman tahunan. Karena diusahakan di pekarangan secara sambilan, dapat dimaklumi jika kualitas buah yang dihasilkan sangat beragam, penampilan visual jelek, mudah membusuk dan kualitasnya rendah. Dengan meningkatnya tuntutan kualitas oleh konsumen, para pengusaha dan investor merintis pengembangan perkebunan buah dengan skala komersial, yakni menanam pohon buah secara monokultur dengan teknologi budidaya intensif. Komoditas buah-buahan produksi petani lokal merupakan komoditas yang mempunyai potensi ekonomi bagi petani Bali, sehingga kegiatan produksi, penyediaan, pengadaan, distribusi dan pemanfaatannya menjadi sangat penting. Produk buah lokal adalah semua produk buah-buahan yang dihasilkan petani Bali, baik segar atau yang diolah. Untuk mengoptimalkan potensi dan prospek buah lokal diperlukan arah dan kebijakan pengembangan secara holistik dan terpadu mulai dari sektor hulu, penyediaan sarana/prasarana pendukung, benih, modal, dan SDM yang memadai, diikuti dengan pembenahan sistem produksi, distribusi, pemasaran, dan peningkatan konsumsi produk buah lokal; dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders), yang terdiri atas petani/produsen (besar, menengah dan kecil), pedagang dalam negeri, eksportir dan importir, penyedia jasa, konsumen produk buah lokal (penduduk domestik, pariwisata), kebijakan pemerintah dan lembaga layanan lain. Kebijakan pemasaran produk buah-buahan lokal pada dasarnya tidak bermasalah, karena peluang pasarnya masih terbuka luas. Strategi dan kebijakan yang dibutuhkan adalah pengembangan dan penguatan pasar (create demand), peningkatan keunggulan kompetitif terutama dalam hal mutu (quality and safety food), harga yang kompetetif dan suplai yang
217
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
berkelanjutan, pembinaan tekonologi pengolahan dan introduksi teknologi yang sesuai, pengembangan sarana pengolahan sesuai dengan kemampuan pelaku agribisinis buah-buahan lokal (tepat guna, efisien, murah, mudah diperoleh dan diaplikasikan), dan pengembangan promosi buah lokal melalui promosi yang efektif dan peningkatan frekuensi promosi. Peran utama pemerintah adalah membangun iklim usaha, sebagai fasilitator, regulator, dinamisator, dan pemantauan serta pengawasan, sehingga masingmasing pelaku dapat bekerja dan berinteraksi secara maksimal berdasarkan prinsip-prinsip keadilan dan pemerataan. Permasalahaan yang dihadapi dalam pengembangan agribisnis buah-buahan lokal secara kait-mengait dan sangat kompleks menyebabkan tidak kontinyunya suplai buah, rendahnya kualitas buah lokal, sedikitnya suplai buah berkualitas, serta sulitnya pemasaran dan rendahnya produk buah-buahan lokal yang terserap pasar pariwisata. Selama ini upaya pemecahan yang dilakukan bersifat parsial dan tidak meyentuh akar masalah, sehingga permasalahan serupa muncul kembali dengan intensitas yang lebih kompleks pada masa mendatang. Untuk meningkatkan potensi dan prospek pengembangan produk buah-buahan lokal sekaligus sebagai upaya mengatasi permasalahan secara sistemik, diperlukan dukungan semua pihak dan komitmen poliitik yang dapat menciptakan iklim usaha yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, membuka lapangan kerja dan meningkatkan devisa melalui ekspor. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) mengamanatkan pemanfaatan dan pengelolaan berbagai potensi yang ada untuk sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Buah-buahan sudah menjadi komoditas perdagangan internasional, konsekuensinya impor produk buah-buahan tidak dapat dihindari. Namun sayangnya, neraca perdagangan komoditas buah-buahan Indonesia masih belum memuaskan,
218
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
karena total volume dan nilai ekspor jauh lebih rendah dibandingkan dengan volume dan nilai impor. Konsumen buah-buahan impor adalah golongan masyarakat menengah ke atas yang rata-tata berpenghasilan cukup tinggi. Dengan meningkatnya pendapatan dan taraf hidup masyarakat, maka jumlah impor akan terus meningkat, terlebih-lebih bila produktivitas, kualitas dan kontinyuitas ketersediaan produk buah-buahan nasional tidak diperbaiki keadaannya. Dengan dibukanya lalulintas impor, saat ini perdagangan buah-buahan di dalam negeri juga disemarakkan oleh buah-buahan subtropika. Beraneka ragam buah yang tersedia di pasar memberikan banyak pilihan bagi konsumen, disesuaikan dengan daya beli dan selera masing-masing. Sebagian besar jenis buah-buahan lokal tumbuh berbentuk pohon. Selain buah yang dihasilkannya, pohon buah-buahan memiliki fungsi hidrologis yang cukup baik. Sebagai tanaman tahunan yang ukurannya besar, pohon buah memegang peranan penting dalam memelihara kelestarian lingkungan. Pepohonan dapat memperbaiki iklim mikro dan memberikan naungan bagi lingkungan sekitarnya. Pohon memiliki nilai konservasi, mengurangi bahaya erosi, mendaur ulang air dan hara yang tidak mampu dicapai oleh perakaran tumbuhan semusim. Fungsi pohon buah seperti itu sangat cocok mendukung program Bali Clean adn Green dan sangat baik digunakan untuk tanaman penghijauan dengan konsep hutan-buah (fruit forestry), baik pada hutan masyarakat maupun hutan negara yang rusak akibat penebangan liar. Penanaman pohon buah-buahan dengan nilai komersial tinggi sebagai tanaman penghijauan seperti duku, manggis, mangga, durian, dan nangka dapat berfungsi ganda, dipetik buahnya sekaligus berfungsi untuk konservasi dan kelestarian lingkungan. Konsep fruit forestry akan dapat mengurangi penebangan hutan liar. Disatu sisi masyarakat di sekitar hutan dialihkan perhatiannya untuk tidak menebang pohon, dan disisi lain nilai ekonomis batang kayu tanaman
219
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
buah yang cenderung rendah membuat masyarakat tidak terlalu berminat untuk menebangnya Secara tidak langsung, konsep fruit forestry dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekaligus mencegah terjadinya penebangan liar dan bencana alam. Meningkatkanya kesadaran untuk hidup sehat telah mendorong konsumen untuk meningkatkan konsumsi buahbuahan, sebagai suatu bagian dari pola makan yang berdasarkan pada prinsip back to nature, yaitu gaya hidup yang sedapat mungkin memanfaatkan bahan-bahan segar alami dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa keluarga bahkan telah menerapkan pola makan ”tiada hari tanpa buah-buahan” atau menggunakan buah sebagai pencuci mulut setelah makan. Dengan cara ini, anjuran pola konsumsi sehat dengan target sumbangan energi berasal dari buah dan sayuran sebesar 5 persen dari total konsumsi energi akan dapat tercapai. Buah-buahan dapat dinikmati sebagai makanan dalam bentuk segar maupun hasil olahan, seperti buah dalam kaleng, sari buah, minuman ringan, konsentrat, jeli, campuran es buah, campuran asinan, manisan, dan rujak. Sebagai bahan pangan, buah-buahan mempunyai keunggulan tersendiri dibandingkan bahan pangan lainnya, yaitu dalam hal: (1) setiap buah mempunyai rasa yang segar dan khas, yaitu merupakan perpaduan dari berbagai macam rasa dengan komposisi yang tepat. Buah juga memiliki aroma dan warna spesifik, yang merupakan ciri menonjol bagi setiap jenis buah. Hal-hal tersebut menjadikan buah mempunyai daya tarik tersendiri, sehingga digunakan sebagai pemicu seleara makan (appetizer) dan sebagai juice; (2) buah-buahan mempunyai kadar air, vitamin, mineral dan serat yang tinggi tetapi rendah dalam hal energi, lemak dan karbohidrat. Komposisi gizi tersebut menyebabkan buah sangat baik digunakan sebagai pilihan makanan sehat yang dapat dikonsumsi dalam jumlah banyak tanpa perlu khawatir mengalami kegemukan dan penyakit yang umumnya menyertai kegemukan; dan (3) buah-buahan merupakan sumber zat gizi dan
220
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
non-gizi yang keduanya berperan penting bagi kesehatan tubuh. Sebagai sumber zat gizi, buah-buahan berperan dalam mengatur pertumbuhan, pemeliharaaan dan penggantian sel-sel pada tubuh manusia. Belakangan ini peran zat-zat nongizi pada buah-buahan menjadi semakin penting dalam pencegahan dan pengobatan berbagai macam penyakit. Termasuk ke dalam kategori nongizi adalah dietary fiber (serat pangan), enzim, pigmen, dan zat minor lainnya. Buah-buahan merupakan sumber deitary fiber yang baik. Kandungan dietary fiber pada buah-buahan berkisar antara 0,5-5 gram dalam 100 gram berat buah (Anon, 2007). Buah dikonsumsi juga untuk memenuhi kebutuhan rasa senang. Karena sifat konsumsi komoditas buah-buahan untuk memenuhi kebutuhan rasa senang, maka pola konsumsi buahbuahan berbeda dengan konsumsi beras atau makanan pokok lainnya. Konsumsi komoditas buah-buahan memerlukan adanya variasi dan keragaman jenis. Tidak seperti makan nasi, buah yang dimakan hari ini akan berbeda dengan besok atau lusa misalnya. Sifat konsumsi seperti itu menjadikan komoditas buahbuahan sebagai produk fancy yaitu pada saat tertentu suatu jenis buah sangat popular dan banyak dikonsumsi dan pada saat lain konsumsinya berkurang. Sebagai produk fancy, produsen dapat mendorong konsumen untuk mengkonsumsi suatu jenis buah tertentu (Poerwanto, 2003). Dengan demikian untuk mempopulerkan suatu jenis buah tertentu sangat diperlukan promosi. Mengingat potensi dan manfaat dari tanaman buahbuahan yang sedemikian banyak dan beragam, pemanfaatan dan pengelolaannya harus dilakukan secara terencana, rasional, dan bertanggung jawab sesuai dengan kemampuan daya dukungnya serta dengan memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup. Dengan demikian potensi dan prospek tanaman buah-buahan yang besar tersebut dapat dimanfaatkan untuk memacu kehidupan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat melalui industrialisasi dan penyediaan
221
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
lapangan pekerjaan serta memperoleh pendapatan yang tinggi guna meningkatkan penghidupan yang layak bagi pelaku usaha, maupun pendapatan bagi negara. Pengembangan tanaman buah-buahan hendaknya dilakukan dengan mengelola dan mengembangkan sumberdaya buah-buahan lokal secara optimal, bertanggungjawab dan lestari serta meningkatkan produksi, produktivitas, kualitas, nilai tambah, daya saing dan pangsa pasar. Dengan demikian pengembangan buah-buahan lokal harus didasarkan pada asas kedaulatan, kemandirian, kebermanfaatan, keterpaduan, kebersamaan, keterbukaan, keberlanjutan, keadilan, kelestarian fungsi lingkungan dan kearifan lokal dengan mempertimbangkan karakteristik budaya serta nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat setempat. Oleh karena itu, dalam konteks perumusan Rancangan Peraturan Daerah tentang Perlindungan Buah Lokal, hendaknya kegiatan pengembangan sistem dan usaha buah-buahan lokal serta aspek penunjangnya dapat diarahkan pada pencapaian tujuan nasional seperti melindungi kepentingan nasional dalam dan/atau dari kegiatan pengembangan buah-buahan yang dilakukan oleh negara lain, meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia, meningkatkan kemandirian bangsa melalui pemanfaatan sumberdaya nasional, penciptaan nilai tambah dan penguatan daya saing dan mendorong dan memajukan ekonomi berbasis komoditas buahbuahan lokal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Besarnya potensi pengembangan buah lokal ditunjang oleh semakin meningkatnya kesejahteraan, kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi buah, pemenuhan kebutuhan wisata, budaya dan estetika serta tingginya permintaan buah di pasar domestik maupun ekspor. Buah lokal mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan seeiring dengan kebutuhan ritual keagamaan khususnya di Bali, usaha peningkatan konsumsi di dalam negeri; proteksi/perlindungan untuk konsumsi dalam
222
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
negeri, khsususnya untuk dunia usaha yang menggunakan konsumsi buah; mempermudah akses produk nasional dan lokal ke pasar modern serta membangun kapasitas ekspor. Pengembangan buah lokal sebagai bagian dari subsektor hortikultura berperan sebagai penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan masyarakat. Berdasarkan Bali dalam Angka (2012), dalam 5 (lima) tahun terakhir jumlah produksi buah mencapai 1.848.924 ton, merupakan jumlah yang perlu diperhitungkan selain tanaman pangan. Besarnya jumlah produksi buah menunjukkan bahwa subsektor ini berperan strategis dalam mensejahterakan masyarakat. Produksi buah lokal umumnya merupakan komoditas bernilai ekonomi tinggi, sehingga pengembangan usaha buah berpotensi besar dan berperan strategis dalam percepatan peningkatan pendapatan masyarakat atau percepatan penurunan angka kemiskinan di dalam negeri. Selain itu produksi buah lokal mempunyai potensi ekspor yang sangat besar khususnya produk-produk tropis yang bersifat eksotik, misalnya manggis, salak, mangga, pisang, dan lain-lain. Selain memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian nasional, buah berperan dalam penyediaan gizi yang bermanfaat bagi kesehatan masyarakat. Peningkatan konsumsi buah diharapkan berdampak positif terhadap meningkatnya pertumbuhan usaha budidaya buah di dalam negeri. Pengelolaan buah lokal sebagai sumberdaya yang unik dan memiliki potensi bagi segenap aspek; ekonomis, kesehatan, lingkungan, budaya, perlu diatur sedemikian rupa agar dapat tergali dan terberdayakan secara optimal dan berkelanjutan. Pengaturan dan pengelolaan yang tidak terintegrasi bukan saja menurunkan potensi buah lokal, tetapi berdampak pada ketergantungan terhadap buah impor dan punahnya sumberdaa genetik buahbuahan lokal. Dalam pengembangan dan pengelolaan buah lokal setidaknya terdapat 3 (tiga) fungsi yang harus diperhatikan yakni fungsi ekonomi, ekologi dan sosial. Fungsi ekonomi, yaitu
223
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat serta penguatan perekonomian nasional. Fungsi ekologi, yakni ikut membantu kelestarian lingkungan hidup dan meminimalkan pemanasan global dan meningkatkan kualitas kehidupan. Terakhir fungsi sosial, yaitu meningkatkan interaksi masyarakat, memelihara kearifan lokal, mengembangkan budaya adiluhung, pemahaman dan penghayatan tentang pentingnya buah untuk estetika, kesehatan jasmani dan rohani. Aspek penting yang mempengaruhi kinerja agribisnis buahbuahan saat ini, antara lain: (1) kualitas buah lokal dibandingkan dengan buah import, (2) ketersediaan buah lokal yang tidak berkesinambungan, dan (3) belum tersedianya peraturan perundangan yang mengatur perlindungan buah-buahan lokal. Pelaku agribisnis buah lokal mengeluhkan, bahwa peraturanperundangan yang ada belum berpihak pada pembangunan subsektor buah-buahan dalam menghadapi kondisi pasar bebas yang serba kompetitif. Rendahnya kulitas buah lokal dibandingkan buah import, diperlukan penelitian yang komprehensif untuk meningkatkan kualitas buah lokal. Ketersediaan buah lokal yang berkesinambungan memerlukan dunia usaha untuk pengadaannya secara kontinyu serta penggunaan teknologi untuk menyerap penen yang melimpah pada saat musimnya. Pemberdayaan buah lokal memerlukan peraturan dan perundangan yang berpihak pada proteksi/perlindungan buah lokal untuk menghadapi kondisi pasar globalisasi yang semakin kompetitif. Berdasarkan hal tersebut, untuk mengoptimalkan potensi buah lokal secara nasional diperlukan arah dan kebijakan pengembangan buah lokal secara holistik dan terpadu, dengan melibatkan pemerintah dan pemerintah daerah, pelaku usaha, akademisi, peneliti, dan masyarakat umum. Oleh karena itu, pengembangan sistem dan usaha buah lokal dari hulu sampai hilir memerlukan pengaturan yang komprehensif dan sistematis
224
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
untuk menciptakan peraturan yang kondusif bagi pengembangan buah lokal yang berdaya saing serta mampu memberi kontribusi lebih bagi pendapatan masyarakat secara keseluruhan. Kebijakan pengembangan buah lokal sangat dipengaruhi oleh dinamika lingkungan daerah, nasional dan internasional. Di lingkup daerah dan nasional terdapat beberapa peraturan daerah dan peraturan perundang-undangan terkait dengan usaha buah lokal, namun belum mampu memayungi dan mengayomi keunikan dan kebutuhan produk buah lokal. Di lingkup internasional, banyak peraturan dalam bentuk kesepakatan internasional yang juga berpengaruh terhadap arah pengembangan buah lokal, seperti kesepakataan WTO di bidang pertanian, United Nations Convention on Biological Diversity, International Code of Conduct for Plant Germplasm Collecting and Tranfers, dan CITES (Convention on International Trade in Endagered Species Wildlife Flora and Fauna).Selain sesuai amanat UUD 1945 untuk memanfaatkan potensi dan kekayaan alam Indonesia secara bijaksana guna sebesar-besar kemakmuran rakyat dengan berlandaskan pada prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi daerah disebabkan karena beberapa peraturan daerah dan peraturan perundang-undangan terkait belum mampu menjadi solusi atas permasalahan dan kekhasan dari pengembangan sistem dan usaha buah lokal. 4.2. BUAH-BUAHAN UNGGULAN DAN ANDALAN Secara terminologi komoditas andalan adalah suatu komoditas yang telah berkembang atau dikembangkan di suatu wilayah/kabupaten sesuai dengan agroekosistemnya, dan komoditas tersebut menjadi tumpuan penghidupan/ penghasilan bagi petani di daerah tersebut. Sedangkan komoditas unggulan adalah komoditas andalan yang menguntungkan untuk dikembangkan di suatu wilayah atau kabupaten, mempunyai
225
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
prospek pasar yang baik, dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, dan mempunyai potensi sumberdaya lahan yang cukup besar. Disamping itu, terdapat istilah komoditas rintisan yaitu komoditas yang belum berkembang di suatu daerah kemudian dirintis untuk dikembangkan, bisa juga komoditas tersebut telah berkembang di suatu wilayah, lalu aspek spesifiknya dikembangkan melalui upaya rintisan tertentu. Komoditas unggulan yang berorientasi sumberdaya lokal ditetapkan berdasarkan kriteria agronomis, potensi pasar dan konsumen, sosial dan budaya, serta infrastruktur dan kebijakan pemerintah. Kriteria agronomis meliputi potensi produksi dari komoditas, ketersediaan benih, kesesuaian agroekosistem dan biofisik wilayah, sistem pertanian yang dilakukan oleh masyarakat, potensi penguasaan teknologi oleh petani, serta dukungan teknologi produksi dan pasca panen. Dari sisi potensi produksi, komoditas unggulan dicirikan oleh tingginya produktivitas dan kualitas hasil disamping pula potensinya untuk dapat ditanam dengan tanaman lain dalam bentuk intercropping atau mixed-cropping. Kesesuaian agroekosistem dan biofisik wilayah ditentukan berdasarkan hasil evaluasi kesesuaian lahan, iklim, dan ketersediaan air, sedangkan sistem pertanian dan potensi penguasaan teknologi oleh petani ditentukan oleh sejauh mana pengusahaan komoditas tersebut telah dikenal masyarakat dan tingkat penguasaan teknologi oleh petani. Adanya lembaga penyuluhan yang profesional didukung informasi teknologi dan kelompok tani yang termotivasi untuk maju akan mendorong penguasaan teknologi. Teknologi yang mudah dikuasai oleh petani adalah teknologi yang partisipatif, yaitu yang dikembangkan berdasarkan kebutuhan petani atau yang dikembangkan dengan mandapatkan masukan dari petani. Terkait dengan itu, dukungan teknologi produksi dan pasca panen yang menentukan keunggulan suatu komoditas adalah ketersediaan teknologi unggul untuk penyuluhan serta ketersediaan teknologi unggul hasil penelitian dan pengembangan di wilayah tersebut atau
226
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
ditempat lain sehingga tinggal dilakukan uji adaptasi. Kriteria pasar dan konsumen ditentukan oleh potensi ekonomi komoditas yang bersangkutan, karakteristik pasar dan permintaan pasar, kemampuan promosi, ada tidaknya pesaing dari daerah lain, kepercayaan pembeli, daya tahan produk, potensi untuk penggunaan lain seperti bahan pangan, bahan baku industri, produk olahan, dan perlindungan lingkungan. Kriteria sosial budaya ditentukan oleh ketersediaan tenaga kerja, organisasi/ kelembagaan petani, dan tingkat partisipasi petani. Sedangkan, kriteria kebijakan pemerintah dan infrastruktur ditentukan oleh keseriusan pemerintah dalam melaksanakan kebijakan, proteksi dan subsidi, dukungan investasi berupa ketersedian kredit, dan kondisi infrastruktur seperti sarana irigasi dan transportasi. Penetapan komoditas unggulan di suatu wilayah sangat penting dengan pertimbangan bahwa komoditas-komoditas yang mampu bersaing secara berkelanjutan dengan komoditas yang sama di wilayah lain adalah komoditas yang diusahakan secara efisien dari sisi teknologi dan sosial ekonomi serta memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif. Selain itu, kemampuan suatu wilayah untuk memproduksi dan memasarkan komoditas yang sesuai dengan kondisi lahan dan iklim di wilayah tertentu juga sangat terbatas. Berbagai metode telah dikembangkan dan digunakan dalam menentukan komoditas unggulan daerah. Metode yang paling umum digunakan yaitu metode Location Quatient (LQ) menurut Isserman (1977) dan Miller et al. (1991) dengan formula:
Xikj / Xkj
LQi = kj
LQikj Xikj Xkj
Xip / Xp = = =
LQ komoditas i di wilayah kabupaten Output komoditas i di wilayah kabupaten Total output/agregat komoditas sejenis di wilayah kabupaten
227
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Xi p Xp
= =
LQ > 1 =
Output komoditas i di wilayah provinsi Total output/agregat komoditas sejenis di wilayah provinsi tergolong komoditas unggulan dan LQ ≤ 1 tergolong non-unggulan.
Suatu komoditas tergolong sebagai komoditas unggulan apabila memiliki nilai LQ ≥ 1. Komoditas unggulan kabupaten adalah komoditas bersangkutan memiliki nilai LQ ≥ 1 dibandingkan dengan produksi propinsi secara keseluruhan, sedangkan komoditas unggulan provinsi adalah komoditas bersangkutan memiliki nilai LQ ≥ 1 dibandingkan dengan produksi nasional. Berdasarkan metode nilai LQ tersebut, suatu komoditas termasuk sebagai suatu komoditas unggulan bila produksi suatu komoditas yang dihasilkan oleh suatu wilayah/ masyarakat jumlahnya banyak dan telah biasa dibudidayakan (membudaya) serta tidak terpisahkan dari kehidupan dan kesejahteraan masyarakat pada suatu daerah yang definitif, melebihi kebutuhan masyarakat di daerah yang bersangkutan dan tidak saja meningkatkan pendapatan masyarakat luas tetapi juga pemerintah daerah. Dengan perkataan lain, suatu komoditas unggulan merupakan komoditas yang dikirim suatu daerah ke daerah yang lain termasuk ke pasar internasional. Selain hal tersebut di atas, komoditas unggulan dapat juga tidak melibatkan masyarakat banyak tetapi mempunyai kelebihan dalam menghasilkan devisa yang banyak dan juga keuntungan yang tinggi bagi pelaku agribisnis (petani dan pengusaha) serta tidak tergantung pada input impor. Berdasarkan data produksi buah-buahan selama 5 tahun terakhir yang diperoleh dari Bali dalam Angka tahun 2010-2014 dan kabupaten dalam angka tahun 2010-2014, hasil analisis LQ menunjukkan masing-maisng kabupaten di Bali memiliki komoditas unggulan buah yang relatif berbeda (Tabel 4.1). Kabupaten Jembrana yang terkenal sebagai salah satu kabupaten
228
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
sentra produksi pisang memiliki 4 jenis buah unggulan, yaitu pisang, semangka, melon, dan nenas), buah unggulan Kabupaten Tabanan teridri atas 6 jenis, yaitu rambutan, durian, semangka, sawo, papaya, dan pisang, sedangkan buah unggulan kabupeten Badung terdiri atas 5 jenis, yaitu avokad, nangka, jambu biji, semangka, dan papaya. Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Klungkung yang oleh masyarakat tidak dikenal sebagai penghasil buah spesifik di Bali tenyata tergolong kabupaten yang memiliki buah unggulan paling banyak di Bali, yaitu masing-masing sebanyak 8 jenis buah. Buah unggulan di Kabupaten Gianyar yaitu avokad, rambutan, jeruk, durian, jambu biji, semangka, melon, dan papaya, sedangkan buang unggulan kabupaten Klungkung yaitu avokad, mangga, durian, jambu biji, sawo, papaya, pisang, dan nenas. Kabupaten Bangli yang terkenal sebagai sentra penghasil jeruk di Bali hanya memiliki 2 jenis buah unggulan yaitu jeruk dan pisang, sementara Kabupaten Karangasem yang terkenal sebagai sentra produksi salak memiliki 7 jenis buah unggulan, yaitu mangga, nangka, jambu biji, sawo, papaya, nenas, dan salak. Selanjutnya Kabupaten Buleleng yang terkenal dengan buah anggur dan durian, memiliki 6 jenis buah unggulan yaitu avokad, mangga, rambutan, durian, sawo, dan anggur. Menurut Hendayana (2003), penentuan komoditas unggulan merupakan langkah awal yang sangat penting menuju pembangunan pertanian yang berpijak pada efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif dan kompetetif agar bisa memenuhi permintaan pasar. Dalam upaya meningkatkan pemanfaatan buah-buahan lokal untuk pasar pariwisata, penetapan buah unggulan kabupaten atau bahkan kecamatan dan desa menjadi sangat penting untuk memudahkan pembinaan bagi produsen buah agar dapat menghasilkan produk berkualitas sacara berkesinambungan sesuai tuntutan pasar pariwisata, dan disisi lain pasar pariwisata lebih mudah mendapatkan buah dengan terkonsentrasinya pengembangan buah sesuai potensi wilayah. Adanya penetapan wilayah dengan komoditas buah unggulan
229
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
juga memudahkan terciptanya hubungan produsen-konsumen antara petani buah-buahan lokal dengan pasar pariwisata (hotel, restoran) melalui foreward contract farming (kontrak perjanjian di depan), pola bapak asuh, pola pendampngan, atau cara-cara lainnya yang saling menguntungkan. Tabel 4.1 Komoditas buah unggulan di masing-masing Kabupaten di Bali No
Nama Buah
Jembrana
Tabanan
Badung
Gianyar
Klungkung
Bangli
Karangasem
Buleleng
1.
Alpukat
0,03
0,73
2,11**
2,66**
2,81**
0,60
0,81
1,80**
2.
Mangga
0,90
0,38
0,50
0,64
2,73**
0,08
1,35**
3,23**
3.
Rambutan
0,59
1,80**
0,27
1,12**
0,87
0,04
0,23
4,66**
4.
Nangka
0,09
0,68
4,69
0,71
0,63
0,44
2,15
0,55
5.
Jeruk
0,03
0,06
0,67
1,39**
0,05
1,71**
0,01
0,16
6.
Durian
0,21
7,29**
3,04
2,29**
1,95**
0,22
0,76
1,49**
7.
Jambu Biji
0,25
0,96
1,69**
4,88**
4,85**
0,36
5,02**
0,55
8.
Semangka
7,09**
2,24**
2,79**
1,57**
0,08
0,00
0,02
0,16
9.
Melon
6,53**
0,00
0,16
3,58**
0,00
0,00
0,24
0,74
10.
Sawo
0,54
2,34**
0,63
0,70
3,64**
0,04
2,60**
1,42**
11.
Pepaya
0,38
1,62**
1,07**
2,88**
2,82**
0,72
1,43**
0,77
12.
Pisang
1,73**
1,41**
0,77
0,79
1,40**
1,30**
0,50
0,82
13.
Nenas
2,81**
0,96
0,95
0,80
3,31**
0,74
1,80**
0,13
14.
Salak
0,01
0,29
0,03
0,06
0,07
0,22
5,97**
0,05
15.
Anggur
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
6,06**
**
**
Keterangan: tanda ** menunjukkan komoditas unggulan dengan nilai LQ > 1,0
Selain metode LQ, beberapa ahli berpendapat bahwa perlu analisis lanjutan untuk mendapatkan komoditas unggulan daerah yaitu analisis supply, analisis keunggulan kompetitif, analisis kualitatif keunikan komoditas, dan analisis kawasan unggulan (Siagian et al., 2007). Analisis supply bertujuan untuk melihat kemampuan suatu wilayah dalam menyediakan berbagai komoditas yang dihasilkan berdasarkan trend produksi dan luas panen, analisis keunggulan kompetitif untuk semua komoditas yang diunggulkan dilakukan dengan perhitungan rasio penerimaaan/biaya (revenue cost ratio), sedangkan analisis
230
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
kualitatif keunikan komoditas dilakukan dengan memperhatikan orientasi pasar, daya saing, serta tingkat komersialisasi komoditas. Sedangkan analisis kawasan unggulan dimaksudkan untuk mendapatkan kawasan-kawasan yang dipilih dari kawasan budidaya yang dapat berperan mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan tersebut dan kawasan disekitarnya, serta dapat mewujudkan pemerataan pemanfaatan ruang. Penilaian kelayakan ekonomi bagi pengembangan kawasan unggulan adalah upaya untuk menemukenali potensi dan sektor-sektor yang dapat dipacu, khususnya untuk penilaian kemungkinan aktivitas ekonomi yang dapat dikembangkan pada kawasan tersebut. Hal yang mendasar dalam analisis kelayakan ekonomi pengembangan kawasan yaitu perlunya mengenali potensi lokasi, potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan; sehingga akan terjadi efisiensi tindakan. Dengan usaha yang minimum akan diperoleh hasil yang optimum yang bertujuan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran bagi seluruh masyarakat, serta terjadinya investasi dan mobilisasi dana. 4.3.
KALENDER MUSIM PANEN BUAH
Walaupun secara geografis pulau Bali relatif kecil, tetapi kondisi lingkungan yang sangat bervariasi dalam jarak ekologi yang pendek dan topografi yang juga bervariasi dengan kisaran ketinggian tempat dari dataran rendah sampai dataran tinggi dengan suhu dari suhu tropika sampai menyerupai subtropika, memberikan kondisi lingkungan yang baik sehingga menyebabkan jenis tanaman buah yang ada di Bali sangat banyak. Dengan beranekaragamnya jenis, ketersediaan buah di pasaran terjadi sepanjang tahun (all year round) karena musim panen masing-masing buah bebeda waktu (Rai dan Poerwanto, 2008). Sebaran musim panen buah-buahan komersial di Bali dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut.
231
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Tabel 4.2. Kalender musim panen buah di Provinsi Bali No.
Jenis Tanaman
Bulan panen/ketersediaan buah Jan
Peb
Mar
Apr
Mei
Jun
Juli
Ags
Sep
Okt
Nop
Des
1.
Alpukat
*
***
***
***
***
*
*
*
*
*
*
*
2.
Anggur
***
***
***
***
***
***
***
***
***
***
***
***
3.
Belimbing
***
***
***
***
***
***
***
***
*
*
*
*
4.
Duku
***
***
***
***
*
*
5.
Durian
***
***
***
*
*
*
*
***
***
6.
Jambu air
***
***
***
***
*
*
*
***
***
***
***
***
7.
Jambu biji
***
***
***
***
***
***
*
*
*
***
***
***
8.
Papaya
***
***
***
***
***
***
***
***
***
***
***
***
9.
Pisang
***
***
***
***
***
***
***
***
***
***
***
***
10.
Nenas
***
***
***
***
***
***
***
***
***
***
***
***
11.
Nangka
*
*
***
***
***
***
***
***
***
***
*
*
12.
Jeruk
***
***
***
*
*
*
***
***
***
*
*
*
13.
Jeruk Bali
***
***
***
*
*
*
*
*
*
***
***
***
14.
Leci
***
***
***
*
15.
Mangga
***
***
***
*
16.
Manggis
***
***
***
*
17.
Markisa
***
***
***
*
*
*
*
*
*
18.
Melon
***
***
***
***
***
***
***
***
***
19.
Rambutan
***
***
***
*
*
*
20.
Salak
***
***
***
*
*
*
*
*
*
21.
Semangka
***
***
***
***
***
***
***
***
***
22.
Sirsak
***
***
***
*
*
*
*
*
*
***
23.
Srikaya
***
***
***
*
24.
Stroberi
***
***
***
***
***
***
***
***
***
25.
Sawo
***
***
***
***
*
*
*
***
***
26.
Wani
***
***
***
*
27.
Terung Tamarila
***
***
***
*
* *
Keterangan: ***) panen raya, *) panen kecil
232
*
*
***
***
***
***
***
*
*
*
***
***
***
***
***
*
***
*
***
***
***
***
***
***
***
*
*
***
***
***
***
***
*** *
*
*
*
*
*
*
***
***
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Berdasarkan Tabel 4.2, musim panen buah dapat dikatagorikan menjadi tiga kelompok berbeda, yaitu kelompok buah yang musim panennya bisa sepanjang tahun seperti anggur, papaya, pisang, melon, semangka, dan stoberi; kelompok buah yang panennya ada panen raya pada bulan tertentu dan panen kecil pada bulan lainnya seperti avokad, belimbing, jambu air, jeruk, mangga, markisa, salak, nangka dan lain-lain; dan kelompok buah yang panennya ada panen raya dan panen kecil pada bulan tertentu kemudian sama sekali tidak ada penen buah pada bulan lainnya seperti duku, durian, leci, manggis, srikaya, dan wani. Kelompok buah yang musim panennya bisa sepanjang tahun menggambarkan pada suplai buah bisa dilakukan setiap saat karena tanaman buah yang bersangkutan berbuahnya tidak mengenal musim atau karena musim panen buahnya bisa diatur dengan mengatur saat tanam berhubung tanaman buah yang bersangkutan merupakan tanaman buah semusim. Kelompok buah yang panennya ada panen raya pada bulan tertentu dan panen kecil pada bulan lainnya menggambarkan pada ketersediaannya yang melimpah pada bulan-bulan tertentu tetapi suplainya sangat sedikit di bulan yang lain, sedangkan kelompok buah yang panennya ada panen raya dan panen kecil pada bulan tertentu kemudian sama sekali tidak ada penen buah pada bulan lainnya menggambarkan bahwa jenis buah tersebut pada bulan tertentu sama sekali tidak ada suplai karena memang tidak ada panen sama sekali. Beragamnya musim panen buah dan ketersediaan buah yang hampir dapat disuplai sepanjang tahun untuk sebagian besar jenis buah merupakan potensi besar untuk dapat mengisi pasar buah secara kontinyu sesuai tuntutan pasar, sedangkan untuk beberapa buah tertentu yang pada bulan-bulan tertentu sama sekali tidak ada suplai buah perlu dikembangkan teknologi produksi di luar musim.
233
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
4.4.
POTENSI PENGEMBANGAN BUAH LOKAL UNTUK PASAR PARIWISATA
Pesatnya perkembangan pariwisata di Bali memunculkan masalah baru yaitu semakin terdesaknya sektor pertanian. Untuk menghindari semakin tidak seimbangnya perkembangan pariwisata dan pertanian dikembangkanlah model pembangunan pertanian terintegrasi dengan pariwisata agar ada dampak langsung/aliran dana dari pariwisata kepada petani di pedesaan melalui adanya transaksi ekonomi antara masyarakat petani sebagai komunitas desa adat/komunitas Subak Sawah atau Subak Abian dengan para wisatawan. Dengan demikian, kedepan sektor primer (pertanian) tidak semakin terpinggirkan akibat perkembangan kegiatan di sektor pariwisata, tetapi sebaliknya dapat semakin berkembang karena mendapatkan nilai tambah dari sentuhannya dengan sektor pariwisata. Menurun drastisnya geliat pertanian Bali menjadi issue yang sangat penting karena berkembang pesatnya sektor pariwisata di satu sisi memberikan kontribusi yang sangat signifikan bagi perekonomian, tetapi di sisi lain komersialisme Bali yang menonjolkan pariwisata secara berlebihan berdampak pada tidak berkembangnya pilar-pilar ekonomi Bali yang lain secara seimbang, terutama sektor pertanian. Pariwisata yang semula merupakan sektor pendukung, karena alasan pertumbuhan ekonomi intensitas pengembangannya digenjot sedemikian rupa secara ekslusif, sementara sektor pertanian yang merupakan sektor andalan terpinggirkan, malah seringkali ”dikorbankan” demi pariwisata. Lahan-lahan pertanian produktif banyak beralih fungsi, air untuk pertanian dijual ke sektor pariwisata, dan daya saing pertanian tidak sebanding dengan sektor jasa yang ditawarkan pariwisata. Konsekuensinya, ketertarikan sumber daya manusia untuk bergerak di bidang pertanian semakin menurun.
234
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Untuk mengantisipasi semakin tajamnya jarak antara pertanian dan pariwisata, sejak beberapa tahun terakhir di Bali telah dikembangkan integrasi pertanian dengan pariwisata dalam berbagai bentuk, seperti pengembangan pariwisata pada sistem subak, pemanfaatan view dan aktivitas pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, dan perikanan) untuk agrowisata atau agro-ekowisata, dan lain-lain. Kegiatan tersebut telah memberikan dampak positif terhadap pendapatan ekonomi petani sekaligus tumbuhnya persespi positif terhadap pariwisata dikalangan masyarakat pedesaan (Windia at al., 2008; Sumiyati, 2011). Oleh karena itu, model pembangunan pertanian terintegrasi dengan pariwisata perlu didorong terus implementasinya melalui pendekatan sinergis-komplementaris agar terjadi hubungan saling menguntungkan (simbisosis mutualistik). Dengan semakin meningkatnya integrasi pertanian dengan pariwisata, dalam jangka panjang diharapkan pariwisata Bali berfungsi sebagai pendorong pertanian untuk meningkatkan kuantitas, kualitas dan kontinyuitas produk, sekaligus mendorong pertanian untuk melestarikan lingkungan. Menurut Insani (2012), pariwisata dan pertanian di Bali harus diciptakan untuk saling mendukung, yaitu pertanian dikembangkan sebagai atraksi wisata, sebaliknya pariwisata berfungsi sebagai pasar produk pertanian (buah-buahan, sayuran, tanaman hias, biji-bijian, dan lain-lain), pariwisata sebagai pemberi dorongan terhadap meningkatnya kualitas dan diversifikasi produk pertanian, dan pariwisata sebagai pendorong pertanian untuk melastarikan lingkungan sehingga tercipta sistem pertanian yang ramah lingkungan untuk menudkung green tourism dan sustainable touirism trend. Goodwin (2000) mengemukakan beberapa alasan pentingnya mengembangkan sinergi pembangunan pertanian dengan pariwisata, yaitu: (1) bentang alam pertanian dan rural landscape (pemandangan alam pedesaan) adalah aset pariwisata yang sangat nyata; (2) agrowisata berdampak sangat nyata
235
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
pada ekonomi pedesaan; (3) agrowisata sebagai pasar produk pertanian yang dapat memberikan harga lebih tinggi, membuka peluang kerja atau usaha baru, meningkatkan infrastruktur pedesaan, meningkatkan pendapatan masyarakat dan daerah serta meningkatkan kualitas pemukiman jika rumah tempat tinggal petani juga sekaligus sebagai sarana akomodasi wisata; (4) agrowisata menjadi sarana yang tepat dalam mengedukasi masyarakat tentang nilai tambah pertanian khususnya ketika perubahan sosial dialami penduduk pedesaan, yakni keinginan meninggalkan sektor pertanian untuk mengadu nasib ke sektor lain (urbanisasi), dan (5) integrasi pertanian dengan pariwisata adalah alat untuk meminimalkan gap antara desa dan kota disamping untuk menjaga kelestarian lahan pertanian (lingkungan). Sumberdaya genetik buah-buahan lokal merupakan salah satu potensi besar yang belum digarap dalam rangka mewujudkan integrasi pertanian dengan pariwisata. Bali kaya akan sumberdaya genetik buah lokal, tersebar di seluruh kabupaten/ kota, dan musim panennya beragam sehingga berbagai jenis buah bisa tersedia sepanjang tahun, namun kekayaan tersebut belum diberdayakan secara optimal. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali Tahun 2009-2029 mengatur bahwa ruang di wilayah Provinsi Bali dalam rangka pelaksanaan pembangunan perlu dikelola, dimanfaatkan, dan dilindungi untuk sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Pasal 60 ayat 2 Perda tersebut secara tegas mencantumkan bahwa rencana kawasan peruntukan pertanian ditetapkan seluas 298.214 ha atau 52,9% dari luas Daerah Provinsi Bali. Kemudian dalam pasal 62 ayat 1 dan Lampiran XIV Perda tersebut disebutkan bahwa kawasan peruntukan pertanian budidaya hortikultura seluas 108.510,66 ha atau 19,25% dari luas wilayah provinsi Bali. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemanfaatan ruang untuk kepentingan budidaya pertanian pada umumnya dan budidaya hortikultura
236
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
termasuk buah-buahan pada khsususnya mendapat prioritas dari segi alokasi pemanfaatan ruangnya. Kepariwisataan menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha. Penggunaan buah lokal bagi kegiatan pariwisata sangat luas seperti untuk kebutuhan konsumsi hotel dan restoran untuk juice sebagai well come drink (mangga, manggis, jeruk, melon, salak, dan lain-lain), sebagai well come fruit dimakan segar (salak Gula Pasir, wani, jeruk Bali, jeruk, pisang, dan lain-lain), dan salad buah. Disamping itu, buah lokal juga dapat digunakan sebagai bahan Spa (jeruk nipis, lemon, manggis, nenas, dan lainlain), obyek agrowisata dan sarana edukasi bagi wisatawan. Buah juga bisa untuk hiasan atau pajangan yang ditata cantik sehingga menarik untuk dilihat wisatawan. Begitu banyak hal yang bisa ditampilkan dan digunakan dengan buah yang ada hubungannya dengan kepariwisataan. Dengan jumlah wisatawan yang datang ke Bali setiap tahun mecapai sekitar 10 juta orang lebih dimana berdasarkan data tahun 2014 jumlah wisatawan ke Bali terdiri atas 3.766.638 orang wisatawan manca negara dan 6.392.460 orang wisatawan nusantara/domestik ( www.disparda.baliprov.go.id/id/Statistik2, diunduh pada 30 September 2015), maka potensi pengembangan buah lokal untuk kepentingan pariwisata sangat besar. Selain itu, pengembangan buah lokal didukung oleh Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya Bali bahwa penyelenggaraan Pariwisata Budaya Bali dilaksanakan berdasarkan pada asas manfaat, kekeluargaan, kemandirian, keseimbangan, kelestarian, partisipatif, berkelanjutan, adil dan merata, demokratis, kesetaraan dan kesatuan yang dijiwai oleh nlai agama Hindu dengan menerapkan falsafah Tri Hita Karana.
237
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Kaitan antara pembangunan pariwisata Bali dengan pertanian antara lain disebutkan pada Pasal 11 butir c, bahwa pembangunan destinasi pariwisata harus dilakukan dengan memperhatikan potensi ekonomi masyarakat sepeti memberikan kesempatan pada usaha-usaha lokal baik dibidang kerajinan maupun produk-produk pertanian untuk memamerkan karya-karyanya pada hotel-hotel, restauran maupun tempat wisata lainnya. Lebih tegas lagi dicantumkan pada pasal 27 ayat 3 butir h bahwa setiap pengusaha pariwisata wajib mengutamakan penggunaan produk masyarakat setempat terutama hasil komoditas pertanian dan produk dalam negeri. Ketentuan tersebut harus ditangkap oleh produsen pertanian Bali, termasuk produsen buah-buahan lokal, agar memanfaatkan peluang yang sudah diatur dalam Perda Nomor 2 tersebut sehingga produknya dapat diserap pasar pariwisata yang selama ini dikeluhkan banyak pihak bahwa pelaku pariwisata lebih mementingkan produk pertanian impor atau luar daerah. 4.5.
POTENSI PENGEMBANGAN BUAH LOKAL UNTUK KEGIATAN RITUAL ADAT DAN KEAGAMAAN
Kehidupan masyarakat Bali yang unik tidak terlepas dari kegiatan adat istiadat dan budaya, yang dalam kesehariannya didasari atas konsep Tri Hita Karana yaitu keharmonisan hidup yang berbahagia (hita) dengan tiga (tri) sumber penyebab (karana) yaitu hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam sekitarnya. Keharmonisan hubungan tersebut oleh masyarakat Hindu di Bali diwujudkan dengan pelaksanaan korban suci yang didasari atas ketulusan (yadnya) yang disebut dengan Panca Yadnya (lima yadnya), yaitu Dewa Yadnya (persembahan kepada Ida ang Hyang Widhi Waca), Pitra Yadnya (persembahan kepada leluhur), Rsi Yadnya (persembahan sebagai balas jasa kepada para pendeta atas bimbingannya, Manusia Yadnya (korban suci untuk keselamatan umat manusia), dan Butha
238
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Yadnya (persambahan kepada Bhuta Kala) (Wiana, 2002). Terkait dengan pelaksanaan Panca Yadnya tersebut, tumbuhan termasuk tanaman buah-buahan mempunyai arti yang sangat penting, karena banyak jenis tanaman buah-buahan yang dipergunakan dalam berbagai kegiatan upacara adat dan keagamaan. Tanaman yang digunakan sebagai perlengkapan bahan upacara, biasanya diambil dari bagian tertentu dari tanaman tsersebut dapat berupa daun, buah, bunga, atau bagian lainnya. Tanaman yang dapat digunakan sebagai kelengkapan upacara adat dan keagamaan tersebut disebut dengan tanaman upakara. Berdasarkan atas penelusuran berbagai literatur serta wawancara dengan para pinanditha (pemangku Pura dan orang lain yang menjalankan fungsi pemangku) dan beberapa tukang banten (orang yang memiliki ketreampilan dalam membuat sesajen), diperoleh informasi berbagai jenis buah yang biasa digunakan untuk kegiatan ritual adat dan keagamaan seperti Tabel 4.3 berikut.
239
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
240
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
241
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
242
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
243
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Pada Tabel 4.3 dapat dilihat terdapat 49 sub-jenis buahbuahan lokal yang digunakan untuk kegiatan ritual adat dan keagamaan di Bali. Diantara berbagai jenis tersebut beberapa diantaranya masih mudah dicari dan dapat ditemukan dengan relatif mudah dibeberapa tempat, seperti belimbing, pisang batum nenas, nangka, manggis, jambu biji, dan lain-lain, tetapi banyak pula yang sudah sangat sulit ditemukan karena keberadaannya sudah sangat jarang, bahkan sudah tergolong langka, seperti pisang gunting, pisang agung, mundu/badung, duku, kecapi/sentul, kawista, dan lain-lain. Bila hal ini dibiarkan terus tanpa ada kepedulian untuk melakukan pelestarian dan konservasi maka bisa terjadi berbagai jenis buah-buahan lokal bahan upakara tersebut tidak bisa didapatkan lagi. Untuk itu, pengembangan buah-buahan lokal tidak hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, tetapi sangat penting juga untuk pemenuhan kebutuhan kegiatan ritual adat dan keagamaan sebagai kelengkapan upakara agar budaya Bali tetap ajeg. Menurut Windia (2004), selama ini banyak orang yang tampak bersemangat dan bersuara lantang “menyuruh” orang lain melestarikan Bali dan lingkungannya, tetapi yang benar-benar berani mencoba mewujudkan semangat tersebut dalam langkah nyata tidaklah banyak. Misalnya mengenai usaha membudidayakan berbagai jenis tanaman upakara terutama yang sudah tergolong langka di suatu tempat atau menyebarluaskan bibit tanaman tersebut. Dalam kaitannya dengan pelestarian tanaman buah-buahan langka yang berfungsi sebagai tanaman upakara, salah satu hal konkrit yang perlu dilakukan adalah membangun kebun botani plasma nutfah atau disebut dengan Arboretum tanaman upakara, atau mewujudkan Taman Gumi Banten dalam satu lokasi khusus, sehingga keperluan berbagai jenis tanaman upakara termasuk didalamnya buah-buahan lokal dapat dengan mudah didapatkan. Disamping itu, keberadaan arboretum atau Taman Gumi Banten tersebut bisa dijadikan obyek ekowisata sekaligus sebagai tempat edukasi bagi masyarakat dan pengunjung, utamanya
244
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
bagi generasi muda. Hal ini perlu didukung dengan kebijakan pemerintah dan partisipasi masyarakat dalam mengkonservasi tanaman upakara di Bali. 4.6.
PERLINDUNGAN BUAH LOKAL
Dalam ketentuan menimbang pada Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2013 menyebutkan bahwa, buah lokal merupakan sumber daya produktif unggulan daerah, sumber pangan bergizi, bahan kesehatan nabati, komoditas perdagangan, dan sumber pendapatan masyarakat petani yang perlu dipelihara dan dikembangkan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mewajibkan Pemerintah Provinsi untuk mengembangkan sumber daya produktif daerah. Berdasarkan kenyataan tersebut, pemerintah Provinsi Bali memandang sangat urgen untuk membentuk Peraturan Daerah tentang Perlindungan Buah Lokal, dengan melakukan pengaturan penyelenggaraan perlindungan mencakup perencanaan, arahan kawasan, usaha dan produk, informasi, penelitian dan pengembangan, pemberdayaan, pembiayaan, pengawasan, dan peran serta masyarakat. Perencanaan perlindungan buah lokal dilakukan untuk membangun sistem perlindungan buah lokal secara berkelanjutan, dengan memperhatikan pertumbuhan penduduk dan kebutuhan konsumsi masyarakat, pertumbuhan usaha pariwisata dan kebutuhan konsumsi pariwisata, daya dukung sumber daya alam dan lingkungan Bali, rencana tata ruang wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota, kebutuhan prasarana dan sarana buah lokal, kebutuhan teknis, ekonomis, dan kelembagaan, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam pasal 10 Perda Perlindungan Buah Lokal disebutkan bahwa pelaku usaha mengutamakan pemanfaatan sumber daya manusia lokal, sedangkan pada pasal 18 diatur bahwa setiap orang dilarang
245
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
mengeluarkan varietas dari sumber daya genetik buah lokal yang langka dan terancam punah dan/atau yang dapat merugikan kepentingan daerah; dan/atau menebang pohon induk yang mengandung bahan sumber daya genetik yang dapat diperbanyak yang terancam punah. Sumber daya genetik yang menghasilkan produk yang memiliki ciri khas terkait wilayah geografis tertentu dilindungi kelestarian dan pemanfaatannya dengan hak indikasi geografis. Ketentuan diatas sangat jelas mencerminkan bahwa keberadaan sumberdaya genetik buah lokal disamping diperluas jangkauan pemasarannya, juga dilindungi dari ancaman dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung-jawab. Perlindungan buah lokal dilakukan dengan pemberdayaan usaha buah lokal meliputi penguatan kelembagaan pelaku usaha dan peningkatan kualitas sumber daya manusia, pemberian bantuan teknik penerapan teknologi dan pengembangan usaha, fasilitasi akses kepada lembaga pembiayaan ataupermodalan, penyediaan data dan informasi, fasilitasi pelaksanaan promosi dan pemasaran, bantuan sarana dan prasarana buah lokal, sertifikasi kompetensi bagi perseorangan yang memiliki keahlian usaha buah lokal, dan pengembangan kemitraan. Perlindungan buah lokal juga dapat dilakukan dengan meningkatkan usaha buah lokal melalui pola kemitraan melibatkan pelaku usaha buah lokal mikro, kecil, menengah, dan besar, dilaksanakan dengan pola inti-plasma, subkontrak, waralaba, perdagangan umum, distribusi dan keagenan; dan bentuk-bentuk kemitraan lain. Lebih jauh, perlindungan buah lokal juga menuntut peran serta masyarkat dalam hal penyusunan perencanaan, pengembangan kawasan, penelitian, pembiayaan, pemberdayaan, pengawasan, pembentukan asosiasi pelaku usaha, pengembangan sistem informasi, pengembangan kelembagaan;dan/atau pembentukan pedoman tata cara usaha buah lokal untuk kepentingan usaha yang tidak bertentangan dengan kepentingan daerah dan peraturan perundang-undangan.
246
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Upaya perlindungan terhadap buah lokal akan berhasil apabila produk buah lokal yang dihasilkan petani laku dipasaran melalui usaha peningkatan konsumsi buah lokal oleh masyarakat. Pasal 56 Perda perlindungan buah lokal menyebutkan bahwa, Gubernur meningkatkan konsumsi buah lokal masyarakat melalui penetapan dan sosialisasi buah sebagai produk pangan pokok, penetapan target pencapaian angka konsumsi buah per kapita per tahun sesuai dengan standar kesehatan, memberikan penghargaan dalam bentuk insentif kepada desa pakraman yang memasukkan buah lokal dalam awig-awignya sebagai sarana upacara keagamaan, mewajibkan pelaku usaha pariwisata menyajikan/menggunakan buah yang bersertifikat untuk konsumsi pariwisata, dan mewajibkan pedagang retail untuk memperjual belikan buah buah yang bersertifikat. Pasal tersebut sangat penting artinya agar masyarakat lebih mencintai produk buah lokal dan secara bertahap bisa mengurangi ketergantungan menggunakan atau mengkonsumsi buah impor. Namun tantangannya tidak ringan, karena petani dituntut untuk mampu berproduksi secara lebih baik dengan menerapkan budidaya buah yang baik dan benar berbasis good agriculture practices (GAP) dengan menghasikan buah yang bersertifikat yaitu buah yang memiliki registrasi kebun, sertifikasi prima, dan sertifikasi packing house. Dari aspek kewenangan, Peraturan Daerah Provinsi Bali tentang Perlindungan Buah Lokal telah sesuai dan mengacu pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Dalam ketentuan Pasal 13 ayat (2) UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, disebutkan bahwa urusan pemerintahan provinsi yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai
247
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
dengan kondisi, kekhasan, dan potensi keunggulan daerah yang bersangkutan. Memperhatikan ketentuan tersebut, buah lokal merupakan urusan dibidang pertanian dan menjadi urusan pilihan serta menjadi kewenangan Provinsi. Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, pada lampiran Pembagian Urusan Pemerintahan Provinsi bidang Pertanian Tanaman dan Ketahanan Pangan, sub bidang Tanaman Pangan dan Holtikultura meliputi lahan pertanian, air irigasi, pupuk, pestisida, alat dan mesin pertanian, benih tanaman, pembiayaan, perlindungan tanaman, perizinan usaha, teknis budidaya, pembinaan usaha, panen-pasca-pengolahan hasil, pemasaran, sarana usaha, pengembangan statistik dan sistem informasi serta pengawasan dan evaluasi. Berdasarkan ketentuan tersebut buah lokal termasuk hortikultura sehingga perlindungan buah lokal bagi pemerintah provinsi merupakan urusan pilihan di bidang pertanian. Upaya perlindungan dimaksudkan secara produktif melakukan kreatifitas dan inovasi untuk merencanakan, mengembangkan dan memberdayakan segenap potensi buah local yang dimiliki oleh daerah, sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat Bali yang aman, damai dan sejahtera. Selanjutnya dari aspek substansi, pengaturan dalam peraturan daerah tentang Perlindungan Buah Lokal sejalan dengan pengaturan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Holtikultura. Peraturan Daerah tentang Perlindungan Buah Lokal disusun salah satunya adalah mengacu UU Nomor 13 tahun 2010 tentang Holtikultura, disamping peraturan perundangundangan lainnya yang terkait. Secara umum cara perlindungan dapat dilihat dari 2 (dua) jenis/macam perlindungan yaitu perlindungan internal dan eksternal. Ruang lingkup pengaturan dalam peraturan daerah tersebut hanya perlindungan internal dalam hal pemberdayaan, peningkatan kapasitas, penguatan kuantitas, kualitas dan kontinuitas buah lokal, dasarnya yaitu
248
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
buah lokal adalah semua produk buah-buahan baik segar atau yang diolah, yang dihasilkan atau dibudidayakan didaerah Bali. Oleh karenanya yang dilindungi adalah petani dan/atau buah lokalnya. Perlindungan eksternal seperti pembatasan import yang kecenderungannya berhadapan/bertentangan dengan UU Nomor 7 tahun 1994 tentang pengesahan Agrement Establising The Word Trade Organication (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia), dalam peraturan daerah tersebut secara jelas tidak dilakukan. Tidak diatur hal-hal yang terkait dengan perlindungan eksternal, karena pemerintah daerah Provinsi Bali tidak mempunyai kewenangan seperti melakukan pembatasan impor dan lain-lain. Beberapa alasan yang mendasari perlunya Perarutan Daerah tentang Perlindungan Buah Lokal, yaitu (1) Indonesia pada umumnya dan Bali pada khususnya memiliki keanekaragaman hayati buah-buahan sangat tinggi, dapat dikembangkan dan diberdayakan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat; (2) terbukanya perdagangan komoditas antar negara, termasuk buahbuahan, menyebabkan membanjirnya produk buah-buahan impor sehingga mengancam keberadaan dan agribisnis buah-buahan local; (3) kebijakan pengembangan buah-buahan lokal masih belum memadai serta ketertinggalan teknologi pengembangan buah-buahan di Indonesia menyebabkan rendahnya suplai, tidak kontinyunya suplai buah, rendahnya kualitas buah lokal, dan sulitnya pemasaran; (4) komoditas buah-buahan termasuk dalam kelompok tanaman yang pengembangannya dapat mendukung pertumbuhan ekonomi daerah, pembangunan ekonomi kerakyatan, program pengentasan kemiskinan, dan secara ekologis dapat meningkatkan kelestarian lingkungan (5) pesatnya pertumbuhan sektor pariwisata Bali di satu pihak dan dipihak lain masih rendahnya penggunaan produk buah-buahan lokal oleh pasar pariwisata dapat digunakan sebagai momentum untuk meningkatkan pengembangan buah-buahan local; (6) komoditas buah-buahan lokal sangat potensial dikembangkan
249
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
sebagai komoditas ekspor. Berbagai negara, seperti Belanda, Thailand, dan Taiwan mampu menjadikan komoditas hortikultura sebagai penghasil devisa terbesar yang memberi kontribusi nyata terhadap Pendapatan Domestik Bruto; (7) peran subsektor hortikultura, khussusnya produk buah-buahanlokal dalam perekonomian daerah belum cukup signifikan seperti yang diharapkan, karena terkendala oleh berbagai faktor di antaranya: (a) belum mendapat prioritas pengembangan yang memadai, (b) belum tersedianya infrastruktur dan sarana/prasarana yang memadai, (c) belum tertariknya pelaku usaha untuk menanamkan modalnya untuk usaha buah-vuahan, (d) belum tersedianya skema pembiayaan yang kompetitif bagi pelaku usaha, (e) belum tersedianya sistem informasi dan data base yang dapat diakses dengan cepat, (f) belum berkembangnya tata niaga produk buah-buahan lokal yang berkeadilan, (g) belum berkembangnya industri pendukung (agroinput, industri olahan, industri hilir, jasa transportasi dan perdagangan), serta (i) belum tersedianya lembaga pembiayaan; dan (8) tersusunnya Perda Pelindungan Buah Lokal diharapkan dapat menjadi pemicu meningkatkan support politik dan anggaran dalam hal dana penelitian, dana program dan dana promosi. Disamping juga sebagai langkah strategis dalam melakukan tindakan bersama oleh semua lapisan masyarakat, pemerintah (pusat, daerah), dan pelaku bisnis buahbuahan (grower, pedagang, industriawan). Adanya Perda Perlindungan Buah Lokal diharapkan dapat memberikan spririt terbangunnya prinsip-prinsip dasar pengembangan buah lokal yang terintegrasi, terpadu, efisien, efektif dan komprehensif dengan memanfaatkan keunggulan komparatif dan kompetitif untuk meningkatkan daya saing; serta memberi kepastian hukum bagi pengembangan usaha buah-buahan local, sekaligus .dapat memberikan landasan yuridis untuk meningkatkan daya saing buah lokal dalam era globalisasi; meningkatkan pendapatan masyarakat khususnya petani dan pedagang buah, dan meningkatkan dan
250
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
mendorong pertumbuhan perekonomian daerah/nasional untuk meningkatkan kesejahteraan para pelaku agribisnis buahbuahan. 4.7.
STRATEGI LOKAL
PENGEMBANGAN
BUAH-BUAHAN
Buah-buahan lokal memiliki potensi yang sangat tinggi untuk dikembangkan, dengan kekuatan yaitu permintaan pasar tinggi, wilayah yang sesuai untuk pengembangan buah-buahan lokal masih cukup luas, motivasi petani untuk menanam buahbuahan lokal tinggi, kontinyuitas penyediaan buah-buahan lokal dapat dilakukan, dan telah tersedia varietas yang sesuai secara agroklimat. Peluang dari pengembangan buha-buahan lokal adalah produksi buah-buahan local di Bali belum mampu memenuhi kebutuhan lokal, sehingga terbuka peluang untuk dapat merebut pasar antar pulau dan ekspor, dan petani sangat antusias apabila ada investor yang berminat untuk berinvestasi pada agribisnis buah-buahan. Namun demikian, dibalik dari kekuatan dan peluang di atas, terdapat kelemahan dan ancaman yang sukup serius. Kelemahan pengembangan buah-buahan lokal yaitu mutu buah yang diproduksi saat ini masih rendah, teknologi produksi yang tersedia terbatas, dan kalaupun teknologinya sudah ada tetapi belum diterapkan petani, Sifat berbuah musiman sehingga tidak bisa memenuhi kontinyuitas permintaan pasar atau ekspor, kesadaran para pelaku agribisnis buah-buahan terhadap mutu masih rendah, penyuluh pertanian yang profesional di bidang buah-buahan terbatas, dan lokasi produksi tersebar dengan luasan sempit. Sedangkan ancaman yang menghadang yaitu meningkatnya selera masyarakat terhadap mutu buah-buahan, sementara mutu buah yang dihasilkan oleh petani masih rendah, dan persaingan bisnis buah-buahan di pasar lokal, antar pulau, dan dipasar ekspor sangat tinggi.
251
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Berdasarkan atas kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman seperti di atas strategi pengembangan buah-buahan lokal di Provinsi Bali ditempuh melalui penyusunan kebijakan yang mendukung, peningkatan kapasistas produksi dan efesiensi produksi, peningkatan kapasitas penanganan produk (pasca panen dan pengolahan hasil) untuk meningkatkan nilai tambah, dan pengembangan pemasaran dan akses pasar serta peningkatan keamanan produk buah-buahan. Pada aspek kebijakan, untuk mendukung tercapainya target diperlukan beberapa rencana kebijakan yang strategis antara lain penentuan kawasan sentra komoditas unggulan, pengembangan infrastruktur maupun sarana produksi, pengembangan sdm dan kelembagaan hortikultura mengingat kondisi saat ini masih rendah, dukungan pemerintah daerah dalam penyediaan regulasi, pembinaan, pengawasan, infrastruktur, kemudahan mendapatkan kredit dengan bunga rendah/lunak, hingga pengadaan sarana produksi dan promosi produk hortikultura daerah. Untuk meningkatkan kapasitas produksi dan efisiensi poduksi diperlukan pembinaan dan pelatihan penguasaan teknologi produksi pada tingkat petani serta pembinaan champion farmer sebagai penghela peningkatan kapasitas kelompok usahatani atau koperasi usahatani sehingga mampu merapkan teknik budidaya yang benar (GAP), pengelompokan hamparan (untuk mengatasi pemilikan lahan yang sempit-sempit) dan penerapan konsep “one area one/two variety” sehingga memudahkan pemibinaan penerapan teknologi produksi, pembinaan mutu hasil dan pemasaran, diversifikasi komoditas untuk mencegah terjadinya over produksi maupun ledakan hama dan penyakit, penerapan budidaya berbasis pht kemudian dikembangkan menjadi penerapan budidaya dan pasca panen berbasis GAP dan GHP melalui penerapan standar prosedur operasional, pengembangan penyediaan saprodi berbasis kapasitas lokal, untuk meningkatkan nilai tambah dan efisiensi usaha tani, dan penyusunan peta pewilayahan komoditas hortikultura sesuai dengan biofisik wilayah, agroekosistem,
252
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
potensi pengembangan, dan prospek pasarnya. Sedangkan peningkatan kapasitas penanganan produk (pasca panen dan pengolahan hasil) untuk meningkatkan nilai tambah dilakukan melalui pembinaan perilaku petani dan pedagang supaya pemanenan dilakukan sesuai dengan kriteria panen, penerapan pasca panen berdasarkan standar prosedur operasional disertai dengan pengembangan packing house yang dapat menangani produk buah sehingga dapat mendukung kelompok usahatani, program bantuan untuk pengembangan sarana dan prasarana penanganan pasca panen dan pengolahan hasil, penggalakan pongolahan hasil produk hortikultura dan mendorong investasi untuk berkembangnya industri pengolahan hasil berbahan baku buah-buahan sehingga produk buah-buahan yang dihasilkan oleh petani tidak hanya dipasarkan dalam bentuk segar (fresh fruit), tetapi juga dalam bentuk bahan olahan seperti juice, sari buah, manisan buah, wine, dan lain-lain. Selanjutnta pengembangan pemasaran dan akses pasar serta peningkatan keamanan produk buah-buahan dilakukan melalui membentuk atau mengadakan pusat-pusat informasi pasar dan harga disertai dengan perangkat teknologi informasi sehingga dapat menjangkau pedesaan atau sentra-sentra wilayah komoditas, membangun kemitraan pemasaran yang saling menguntungkan dan berkeadilan antara petani produsen dengan user/inverstor dan mengembangkan model pemasaran dengan pola “foreward contract farming” sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, dan program peningkatan keamanan produk buah-buahan melalui studi penentuan batas maksimum residu (BMR), pembinaan terhadap bahaya residu pestisida, pengembangan infrastruktur dan fasilitas sanitasi dan hygiene yang memadai untuk mendukung pengembangan mutu dan keamanan pada setiap rantai suplai, serta penerapan protocol karantina secara optimal untuk melindungi produsen dan konsumen dalam negeri.
253
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, N. 2013. Peluang Bisnis Hortikultura: Agrobisnis Kebun Jambu Kristal. co.id/ (Diakses 9 Agustus, 2015) Andriyanto, F. 2001. Kajian Aktivitas Antimikroba Ekstrak Buah Sentul (Sandoricum koetjape (Burm. f.) Merr.) terhadap Bakteri Patogen dan Perusak Makanan. Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor. net.id. (Diakses 28 Mei 2015). Anonimous. 2011. Potensi Agroindustri Buah Kawista. foragri.wordpress.com/2011/01/21/ potensi-agroindustribuah-kawista/ (Diakses 21 Juli 2015) petani.blogspot.co.id/2013/03/jenis-tanaman-nanas.html. (Diakses 7 Agustus 2015). Anonimous. 2013. Kepundung. com/2013/02/kepundung.html. (Diakses 25 Pebruari 2015).
254
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Anonimous. 2014. Gowok atau Kupa, Tanaman Asli Indonesia yang Dilupa. /html. (Diaskes 2 September 2015). Apriyanty, I. 2009. Seluk Beluk Nanas dan Penanamannya. Penerbit :Jasa Grafika Bandung. Ashari, S. 1995. Hirtikultura. Aspek Budidaya. Penerbit: UI Press, Jakarta. 485p. Ashari, S. 2004. Biologi Reproduksi Tanaman Buah-Buahan Komersial. Penerbit: Bayumedia Publishing, Malang. 201p. Ashari, S. 2006. Meningkatkan Keunggulan Bebuahan Tropis Indonesia. Penerbit: Andi Offset Yogyakarta. 144pp. Asmaria. 2008. Pemanfaatan Tepung Kulit Buah Terong Belanda Fermentasi ’’Aspergilus Niger’’ terhadap Kinerja Reproduksi Burung Puyuh (Cutornix Japonica). Universitas Sumatera Utara. id/ (Diakses 7 Agustus 20150). Bank Indonesia. 2004. Aspek Pemasaran Salak. Model Kelayakan Program Kemitraan Terpadu (PKT) “Budidaya Tanaman Salak Unggul”. p. (Rabu, 26 maret 2008). Bank Indonesia, Jl. MH. Thamrin 2 Jakarta. Hak Cipta Bank Indonesia. Baswarsiati. 2009. Kesemek. Penerbit: Rajawali Press, Jakarta dan Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB, Bogor. Bompard, J.M., A.J.G.H. Kostermans. 1985. Wild Mangifera Species in Kalimantan, Indonesia. In Mehra, K.L. and S. Sastrapadja (Eds.). Proceedings of the International Symposium on South East Asian Plant Genetic Resources. Lembaga Biologi Nasional, Bogor. p.172-174. Coronel, R.E. 1983. Promising Fruits of the Philippines. Collage of Agricultural University of the Philippines at Los Banos. Philippines. p.478-480. CRFG (California Rare Fruit Growers). 1996. Persimmon (Diospyros kaki L ff/ persimmon.html. CRFG.Inc. Diakses, 9 Agustus 2015.
255
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Dalimartha, S. 1999. Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Diabetes Mellitus. Cetakan ke-4. Penerbit: Penebar Swadaya. Jakarta. Dalimartha, S. 2007. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia 4. Penerbit: Puspa Swara, Jakarta. Dalimartha, S. 2008. Ensiklopedia Tanaman Obat Indonesia. Penerbit: Dinamika Media, Jakarta. Ferguson, A. 2002. Medicinal Use of Citrus. Scienses Department. Cooperative extension Services Instituse of Food Agricultural Science. University of Florida, Gainesville. edu/body. Diakses 28 Agustus 2015. Ferro, E., A. Schinini, M. Maldonado, J. Rosner, G.S. Hirschman, 1988, Eugenia Uiflora Laf Extract and Lipid Metabolism in Cebus Apella Monkeys. Journal of Ethnopharmacology 24:321-325. Gardenfors, U., C. Hilton-Taylor, G. Mace, J. P. Rodríguez. 2001. The Application of IUCN Red List Criteria at Regional Levels. Conservation Biology 15:1206-1212. Garhan, D.A. 2003. Duku Woro Diakui sebagai Duku Palembang, Artikel pada Harian Umum Suara Merdeka, 14 April 2003. Diakses 27 Agustus 2015. Goodwin, H. 1998. Sustainable Tourism and Poperty Elimination. Peper on Workshop on Sustainable Tourism and Poperty. United Kingdom. Hartana, A., J.P. Mogea, A.A.K. Darmadi. 2002. Pembungaan Salak Bali. Hayati Journal of Bioscienses 9(2):59-61. Hendayana, R. 2003. Aplikasi Metode Location Quotient (LQ) dalam Penentuan Komoditas Unggulan Nasional. Informatika Pertanian 12(1):1-13. Hermanto, C., N L.P. Indriani, S. Hadiati. 2013. Keragaman dan Kekayaan Buah Tropika Nusantara. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian. 164p. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid 3. Penerbit: Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta.
256
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Hume, E. P. 1947. Difficulties in Mangosteen Culture. Tropical Agriculture 24:1-3. Hutapea, J.R. 1991. Aneka Tanaman Obat. Penerbit: Penebar Swadaya, Jakarta. Hutapea, J.R.1994, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Jilid 3, Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Singapore. 62p. IHIBF (Indonesia Horticulture Investemnt and Business Forum). 2015. Revolusi Pengembangan Buah Nusantara Skala Kecil dan Menengah untuk Kesejahteraan Bangsa Indonesia. Bogor, 16 Oktober 2015. Diorganisasikan oleh Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB dan Himpunan Alumni Agronomi IPB. 17p. Indriani, Y. H.; E. Suminarsih.1997. Alpukat. Penerbit: Penebar Swadaya, Jakarta. Insani, A. 2012. Pertanian dan Pariwisata Sebagai Sektor Unggulan di Bali: Membangun Kreativitas dan Kewirausahaan Petani dalam Menjawab Peluang Pasar Pariwisata. Badan Pengembangan Sumberdaya Pariwisata, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Makalah Disampaikan pada Lokakarya Revitalisasi Subak Menjadi Lembaga Usaha Ekonomi dan Agribisnis Untuk Peningkatan Kesejahteraan Petani, Kerjasama Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Fakultas Pertanian Unud dan Forum Komunikasi Pemberdayaan Pertanian Bali. Denpasar, 11 April 2011. Isserman, A. M. 1977. The Location Quotient Approach to Estimating Regional Economic Impacts. Journal of the American Planning Association 43(1):33 - 41. Ishaq, I., N. Sutrisna. 2003. Identifikasi Sifat Morfologi dan Sistem Budidaya Buah Kesemek (Diospyros Kaki L.F) di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Buletin Ristek Balitbangda 2(1):38-46.
257
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Jaswanth, A., 2002, Evaluation of Mosquitocidal Activity of Annona Squamosa Leaves Against Filarial Vector Mosquito, Culex Quinquefasciatus Say., Department of Pharmacology, Periyar College of Pharmaceutical Sciences for Girls, Tiruchirappalli, India. Kader, A. 2001. Quality Assurance of Harvested Horticultural Perishables. Acta Hort. 553:51-55. Kaleem, M. 2006. Antidiabetic and Antioxidant Activity of Annona Squamosa Extract in Streptozotocin-Induced Diabetic Rats, Department of Biochemistry, Faculty of Life Sciences, Aligarh Muslim University, Aligarh, India. Karsinah, R., C. Hutabarat, Manshur. 2010. Markisa Asam (Passiflora Edulis Sims.), Buah Eksotik Kaya Manfaat. IPTEK Hortikultura Nomor 6 Agustus 2010. Balai Penelitian Tanaman Buah Solok,Sumatera Barat. Khalid, M. M. Z. 2002. Hybridizations Between Selected Annonaceae Species. Acta Hort. 575:367–369. Kitagawa, H.,P.G., Glucina. 1984. Persimmon Culture in New Zealand. Information Series No 159. 77p. Krismawati, A., M. Sabran. 2004. Pengelolaan Sumber Daya Genetik Tanaman Obat Spesifik Kalimantan Tengah. Buletin Plasma Nutfah 12(1):16:23. Kumalaningsih, S., Suprayogi. 2006. Tamarillo (Terung Belanda). Penerbit: Trubus Agrisarana, SUrabaya. Blogspot.Com /2007/05/Html (Diaskes 28 Juli 2015). Latiff, A.M. 1991. Ziziphus Mauritiana Lamk. In: Verheij, E.W.M. And Coronel, R.E. (Editors). Plant Resources of South-East Asia No. 2: Edible Fruits and Nuts. Pudoc, Wageningen, The Netherlands, p.310-312. Lee, M., J. Chiou, K. Yen, L. Yang, 2000, DNA Polymerase Inhibition of Tannins from Eugenia Uniflora, Cancer Letters 154:31-136.
258
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Lim, T.K. (2012). Edible Medicinal and Non-Medicinal Plants: Fruits (Tumbuhan Non-Obat dan Obat yang dapat Dimakan: Buah-Buahan) (Dalam Bahasa Inggris). http//books. google.co.id/books (Diakses 28 Agustus 2015). Lugrayasa, I.N. 2004. Pelestarian Pisang dan Manfaat Dalam Upacara Adat Hindu Bali. Prosiding Seminar Konservasi Tumbuhan Upacara Agama Hindu. Mace, G.M., R. Lande. 1991. Assessing Extinction Threats: Toward a Re-evaluation of IUCN Threatened Species Categories. Conservation Biology 5: 148-157. Matsumura, T., M. Kasai, T. Hayashi, M. Arisawa, Y. Momose, I. Arai. 2000. A Glucosidase Inhibitors Fromparaguay an Natural Medicine, Nangapiry, The Leaves of Eugenia Uniflora, Pharmaceutical Biology 38:302-307. Miller, M. M., J. L. Gibson, G. N. Wright. 1991. Location Quotient: Basic Tools for Economic Development Studies. Economic Development Review 9(2):65-68.Mogea, J.P. 1990. Pollination in Salacca Edulis. Principles 22(2):56-63. Milner-Gulland, E. J. 1992. The Development of New Criteria for Listing Species on the IUCN (International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources) Red List. Species 19: 16-22. Mogea, J.P., D. Gandawidjaja, H. Wiriadinata, R.E.Nasution, Irawati. 2001. Tumbuhan Langka Indonesia. LIPI-Seri Panduan Lapangan. Bogor. Balai Penelitian Botani, Puslitbang Biologi, LIPI. Breeding Vegetable Crops. Avi Publishing Company, Inc. Westport, Connecticut. Amerika. Moncur, M.W., B.J. Watson. 1987. Observations on The Floral Biology of The Monoecious Form of Salacca Zalacca 31 (1):20-22. Morton, J. 1987. Indian Jujube. p.272–275. In: Fruits of Warm Climates. Julia F. Morton, Miami.Department of Horticulture
259
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
and Landscape Architecture at Purdue University (Diakses 7 September 2015). Mudita, I. W. 2012. Mengenal Morfologi Tanaman dan Sistem Pemberian Skor Simmonds-Shepherd untuk Menentukan Berbagai Kultivar Pisang Turunan Musa Acuminata dan Musa Balbisiana. Mukherji, S.K. 1985. Systematic aand Ecogeographic Studies of Crop Genepools: Mangifera L. International Board for Plant Genetic Resources. IBPGR Secretariat, Rome. p.13-70. Nonci, Y.N. 2009. Formulasi Tablet Kunyah Ekstrak Daun Dewandaru (Eugenia Uniflora L) dengan Kombinasi Bahan Pengisi Sorbitol-Laktosa. Jurnal Kesehatan 2(4):12-16. Nusmawarhaeni, Saptarini, D. Prihatini, Pohan, E. Puspita. 1999. Mengenal Buah Unggul Indonesia. Cetakan Ke-9. Penerbit: Penebar Swadaya, Jakarta. Ochse, J.J. 1961. Tropical and Subtropicak Agriculture. Vol. I. The Mac Millan Company, New York. 617p. Orwa, C., A. Mutua, R. Kindt, R. Jamnadass, A. Simons. 2009. Agroforestreedatabase: A Tree Reference and Selection Guide Version 4.0. ICRAF. Bogor. d Agro Forestry. Org/ (Diakses 14 Agustus 2014. Parimin, S. P. 2005. Jambu Biji. Budidaya dan Ragam Pemanfaatannya. Penerbit: Penebar Swadaya, Depok. Pebriyanthi, N. E. 2010. Ekstraksi Xanthone dari Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.) dan Aplikasinya dalam Bentuk Sirup. Skripsi. Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Bogor. Pecis, E., A. Levi, R. Ben-Arie. 1986. Deastringency of Persimmon Fruit by Creating a Modified Atmosphere in Polyethylene Bags. Journal of Food Science 51(4):1283-1288. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29 Tahun 2009 Tentang Pedoman Konservasi Keanekaragaman Hayati di Daerah.
260
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 37/Permentan/Ot.140/7/2011 tentang Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik Tanaman. Prihatman, K. 2000a. Anggur (Vitis Vinifera L.). Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Jakarta. Prihatman, K. 2000b. Jambu Air (Eugenia Aquea Burm). Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Jakarta. Prihatman, K. 2000c. Jambu Biji/Jambu Batu (Psidium Guajava L.) . Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Jakarta. Pihatman, K. 2000d. Kedondong (Spondias Dulcis Forst.). Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Jakarta. Pihatman, K. 2000e. Melon (Cucumis Melo L.). Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Jakarta. Pihatman, K. 2000f. Nanas (Ananas Comosus). Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Jakarta. Poerwanto, R. 2003. Peran Manajemen Budidaya Tanaman dalam Peningkatan Ketersediaan dan Mutu Buah-Buahan. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor: 13 September 2003. 86p Prajnanta, F..2003. Melon Pemeliharaan Secara Intensif Kiat Sukses Beragribisnis. Penerbit: Penebar Swadaya, Jakarta. Purbiati, T., R. Triatminingsih. 1992. Pengaruh Penambahan beberapa Zat Pengatur Tumbuh terhadap Eksplan Kesemek (Diospyros Kaki L.F) In Vitro. Jurnal Hortikultura 2(3):34-36.
261
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Purnomo, S. 1987. Eksplorasi Mangga Liar di Kalimantan. Kerjasama International Board of Plant Genetic Resources FAO dengan Sub Balai Penelitian Hortikultura Malang. 42p. Puspitasari, E., E.U. Ulfa. 2009. Uji Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Buah Buni (Antidesma Bunius (L) Spreng) terhadap Sel Hela. Jurnal Ilmu Dasar 10(2):181-185. Rasadah, M. A. 2004. Anti-Inflammatory Agents from Sandoricum Koetjape Merr. Phytomedicine. 11:2 261-265. Rai, I. N., R. Poerwanto, L. K. Darusman, B.S. Purwoko. 2004. Pengaturan Pembungaan Tanaman Manggis (Garcinia Mangostana L.) di Luar Musim dengan Strangulasi, serta Aplikasi Paklobutrazol dan Etepon. Buletin Agronomi 32(2):12-20. Rai, I. N., Partamawati, I. N. G. Astawa. 2005. Potensi dan Pengembangan Buah-Buahan Lokal Sebagai BuahBuahan Unggulan Indonesia. Makalah Disampaikan pada International Seminar on Investigate the Potential and Problems of Developing the Tropical Fruits of Indonesia. 31th August 2000, Denpasar. Rai, I. N., R. Poerwanto. 2008. Memproduksi Buah Di Luar Musim. Pernerbit: Andi, Yogyakarta. Rai, I. N., G Wijana, C.G.A. Semarajaya. 2008. Identifikasi Variabilitas Genetik ”Wani Bali” (Mangifera Caesia Jack) dengan Penanda Rapd. Jurnal Hortikultura (Journal of Horticulture) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Puslitbang Hortikultura Jakarta 18(2):101-111. Rai, I. N. 2009. Naskah Akademik Usulan Pelepasan Jeruk Bali Putih Menjadi Jeruk Bali Unggul Nasional. Kerjasama Fakultas Pertanian Universitas Udayana dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Bali. Rai, I. N., C. G.A Semarajaya, I W. Wiraatmaja. 2010. A Study on The Flowering Phenophysiology of Gula Pasir Snake Fruit to Prevent Failure of Fruit-Set. Jurnal of Horticulture 22(2):77-101.
262
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Rivai, M.A. 1986. Flora Buah-Buahan Indonesia. Bogor. Lembaga Biologi Nasional-LIPI. Rubenstein, K. D., P. Heisey, R. Shoemaker, J. Sullivan, G. Frisvold. 2005. Crop Genetic Resources: An Economic Appraisal. A Report From The Economic Research Service. Economic Information Bulletin Number 2 May 2005. 47p. Rukmana, R. 1996. Budidaya Belimbing. Penerbit: Kanisius Jakarta Rukmana, R. 1998. Budidaya Jambu Bol. Penerbit Kanisius. Yogyakarta Rukmana, R. 1999. Usaha Tani Pisang. Penerbit Kanisius Yogyakarta. Rukmana, R. 2005. Jeruk Besar, Potensi dan Prospeknya. Penerbit: Kanisius, Yogyakarta. Sastrapradja, S. D. M.A. Rifa’i. 1972. Exploration and Conservation of The Undeveloped Genetic Resources in Indonesia Forests. In Report on the LIPIi-MAB Workshop on Natural Resources IIIi-B, Jakarta. Sastrapradja, S.; Panggabean, Gillmour; Mogea, J. Palar; Sukardjo, Sukristijono; Sunarto, A. Tri. 1981. Proyek Penelitian Potensi Sumber Daya Ekonomi: Buah-Buahan 8.Jakarta: LIPI Bekerja Sama dengan Balai Pustaka. Sastrapradja, S.D.,M. A. Rifa’i. 1989. Mengenal Sumber Pangan Nabati dan Sumber Plasma Nutfahnya. Komisi Pelestarian Plasma Nutfah Nasional dan Pulitbang Bioteknologi, LIPI, Bogor. Sastrapradja, S., U. Soetisna, Panggabean, Gilmour; Mogea, P. Johanis, Sukardjo, Sukristijono; Sunarto, Aloysius (1980). BuahBuahan 8:44-45. Jakarta:LBN-LIPI berjasama dengan Balai Pustaka. Sayaka, B. 2014. Valuasi Ekonomi Sumberdaya Genetik. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian.
263
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Schmeda-Hirschmann, G., C. Theoduloz, L. Franco, E. Ferro, R. D. Arias, 1987, Preliminary Pharmacological Studies on Eugenia Uniflora Leaves: Xanthine Oxidase Inhibitory Activity, Journal of Ethnopharmacology 21:183-186. Sedley, M., A. R. Griffin. 1989. Sexual Reproduction of Tree Crops. Toronto: Academic Press. Setiadi. 2004. Bertanam Anggur. Penerbit: Penebar Swadaya, Jakarta. Siebert, B. 1997. Nephelium sp. di Dalam:Verheij, EWM, Coronel RE, Editor. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2 (BuahBuahan yang Dapat Dimakan), Penerbit: PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Bekerja Sama dengan Prosea Indonesia dan European Commission. Simaremare, P., M. Andrie, B. Wijianto. 2013. Pengaruh Jus Buah Durian (Durio Zibethinus Murr.) terhadap Profil Farmakokinetik Parasetamol pada Tikus Putih ( Norvegicus L.) Jantan Galur Wistar. Traditional Medicine Journal 18(3):178-186. Siregar, M., N.K.E. Undaharta, I W. Sumantera, D. Mudiana, I D.P. Darma, D. Meiningsasi, I G.W. Setiadi. 2004. Konservasi Tumbuhan Upacara Agama Hindu Di Kebun Raya Eka Karya Bali. p. 51-80. Dalam: M. Siregar, H.M. Siregar, I W. Sumantera, I G.N.A. Wiswasta, P.K. Sutara, W.S. Lestari (Editor). Prosiding Seminar Konservasi Tumbuhan Upacara Agama Hindu. Bali, 7 Oktober 2004. Soedarya, A. P. 2010. Agribisnis Guava (Jambu Batu). BudidayaUsaha-Pengolahan. Penerbit: CV. Pustaka Graka, Bandung. Steenis, C.G.G.J. V. 1981. Flora, untuk Sekolah di Indonesia. Penerbit: PT Pradnya Paramita, Jakarta. Sudjijo.2014. Sekilas Tanaman Delima dan Manfaatnya. IPTEK Hortikultura No. 10 Agustus 2014. Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika,Solok Sumatera Barat. Suharti, S., H. Alrasyid, 1993. Pedoman Teknis Tanaman Buah Nangka (Artocarpus Heterophyllus Lamk). Informasi Teknis
264
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
No. 41. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Konservasi Alam, Bogor Sumiyati. 2011. Kompatibilitas Transformasi Sistem Subak dan Agroekowisata untuk Mendukung Pengembangan Kawasan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Suparwoto, Y. Hutapea. 2005. Keragaan Buah Duku dan Pemasarannya di Sumatera Selatan. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian 8(3):24-31. Syafirudin, M. 2012. Manfaat Buah Delima Untuk Kesehatan. Syamsuhidayat, S. Sugati, J. R. Hutapea, 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I), Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Sukadana, I M. 2009. Senyawa Antibakteri Golongan Flavonoid dari Buah Belimbing Manis (Averrhoa Carambola Linn.L). Jurnal Kimia 3 (2): 109-116. Sunaryono, H. 2013. Berkebun 26 Jenis Tanaman Buah. Penerbit: Penebar Swadaya, Jakarta. Syukur. 2008. Varietas dan Syarat Tumbuh Semangka. Pelatihan Budidaya Semangka Sistem Turus. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Tate, D. 2000. Tropical Fruit of Thailand. Asia Book. Tien Wah Press, Singapore. 96p. Uji, T. 2007. Keragaman Jenis Buah-Buhan Asli Indonesia dan Potensinya. Biodiversitas 8(2):157-167. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1994 Tentang Pengesahan United Nations Convention on Biological Diversity (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati). Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 41. USDA (United States Departement Of Agriculture). 2013. Food and Nutrition Information Center. USDA Nutrient Data Laboratory. National Agriculture Laboratory. Diunduh 29 Juli 2015.
265
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Utami, P.. 2008. Buku Pinter Tanaman Obat. Penerbit: Agromedia Pustaka, Jakarta. Verheij, E.W.M., R.E. Coronel. 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-Buahan yang Dapat Dimakan. Prosea Foundation. Pernebit: Gramedia,Jakarta. Wardana, H.D. 2002. Pemanfaatan Plasma Nutfah dalam Industri Jamu dan Kosmetika Alami. Buletin Plasma Nutfah 8(2):8485. Weecharangsan, W., P. Opanasopit, M. Sukma, T. Ngawhirunpat, U. Sotanaphun, P. Siripong. 2006, Antioxidative and Neuroprotective Activities of Extracts From the Fruit Hull of Mangosteen (Garcinia Mangostana Linn.), Med Princ Pract., 15(4):281-287. Welly,Y. B. Arifin, Afrizal. 2013. Aktivitas Antioksidan dan Isolasi Senyawa Metabolit Sekunder dari Kulit Batang Srikaya. Jurnal Penelitian pada Jurusan Kimia FMIPA Universitas Andalas. Wiana, I.K., 2002. Makna Upacara Yadnya dalam Agama Hindu. Cetakan Pertama. Penerbit: Paramita Surabaya. Widodo, F. 2010. Karakterisasi Morfologi Beberapa Aksesi Tanaman Srikaya di daerah Sukolili, Pati, Jawa Tengah, Skripsi Fakultas Pertanian Uniersitas Sebelas. Wills, R.A.H,, T.H. Lee, D. Graham, W.B. Mcglasson, E.G. Hall. 198l. Postharvest an Introduction to the Physiology and Handling of Fruit and Vegetables. New South Wales University Press, Sydney. Windia, W.P. 2004. Kebijakan Pemerintah dan Partisipasi Masyarakat dalam Upaya Mengkonservasi Tanaman Upakara di Bali. P.1-8. Dalam: M. Siregar, H.M. Siregar, I W. Sumantera, I G.N.A. Wiswasta, P.K. Sutara, W.S. Lestari (Editor). Prosiding Seminar Konservasi Tumbuhan Upacara Agama Hindu. Bali, 7 Oktober 2004. Wiryowidagdo, S., M. Sitanggang. 2002. Tanaman Obat Untuk Penyakit Jantung, Darah Tinggi, Dan Kolesterol. Jakarta (Id): Agromedia Pustaka.
266
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
World Conservation Monitoring Centre 1998. Mangifera Lalijiwa. The Iucn Red List Of Threatened Species. Version 2015.2. <Www.Iucnredlist.Org>. Downloaded On 30 July 2015. Yang H.J., X. Li, N. Zhang, J.W. Chen, M.Y. Wang, 2009, Two New Cytotoxic Acetogenins from Annona Squamosa., J. Asian Nat. Prod. Res. 11(3):250-6. Zetra, Y. 2003. Komponen Volatil dari Buah Kedondong (Spondios Pinnutu) . Majalah Iptek Hortikultura 14 (1):14-22.
267
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
GLOSARIUM
ISTILAH
PENGERTIAN
Adaptasi
Agroklimat All year round Buah (botanis)
Buah (hortikulturis)
Buah batu
268
Cara menyesuaikan diri dengan lingkungan hidup dimana tanaman itu berada. Lingkungan tumbuh yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman Berbuah sepanjang tahun, tidak bermusim Hasil pertumbuhan bunga atau rangkaian bunga Angisopermae atau merupakan perkembangan lanjutan dari bakal buah (ovarium). Sesuatu yang berkembang dari ovary dan atau jaringan lunak di sekitarnya dan dimakan segar tanpa diolah. Buah yang mempunyai kulit buah terdiri atas tiga lapisan yaitu kulit luar licin dan
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Buah buni
Buah endemik
Cash crop Dataran rendah Dataran sedang
Dataran tinggi
Dioceous
Diversifikasi Edible portion Famili/keluarga
GAP
mengkilat, kulit tengah tebal, berdaging atau serabut, dan kulit dalam tebal, keras dan berkayu. Buah yang dindingnya mempunyai dua lapisan yaotu lapisan luar yang tipis dan kaku seperti kulit dan lapisan dalam yang tebal, lunak dan berair. Buah yang hanya ditemukan di satu tempat saja dan tidak ditemukan ditempat lainnya. Penanaman tanaman yang cepat menghasilkan Lokasi suatu hamparan lahan pada 0 – 400 meter di atas permukaan laut. Lokasi suatu hamparan lahan pada pada ketinggian antara 400 – 700 meter di atas permukaan laut. Lokasi suatu hamparan lahan pada pada ketinggian lebih dari 700 meter di atas permukaan laut. Berumah dua; satu tanaman hanya mempunyai bunga jantan saja dan tanaman lain mempunyai bunga betina saja. Untuk pangan, penganekaragaman jenis tanaman Porsi atau bagian yang dapat dimakan Suatu takson yang berada antara ordo dan genus, merupakan taksonomi pengelompokan makhluk hidup yang mempunyai sifat atau ciri-ciri yang bersamaan. Good Agriculture Practices, norma budidaya yang baik dan benar
269
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Genus/genera
Habitat Investment payback Jenis buah
Juvenil Kebun campuran Konservasi Langka
Monoceous
Monokultur
Monopodial
270
Nama takson suatu tumbuhan yang berada satu tingkat dibawah family dan satu tingkat diatas spesies; ditulis dengan nama latin secara binomial (dengan dua kata) sebagai kata pertama dari nama spesies. Lingkungan untuk tumbuh dan berkembang biak Lama waktu pengembalian investasi Satuan dasar klasifikasi biologi buah, terdiri atas gabungan populasi yg diperkirakan dapat saling membuahi/ kawin dengan bebas dan dapat dikenal cirinya secara morfologi. Masa sebelum menjadi dewasa atau masa sebelum tanaman menghasilkan buah Lahan pertanian yang ditanami dengan berbagai macam tanaman. Kegiatan atau aktivitas untuk melestarikan dan mengelola. Buah jumlah populasinya terus berkurang dengan cepat sehingga sulit mengembalikan secara alami ke jumlah semula, atau populasinya kurang dari 10.000 pohon. Berumah satu; organ (bunga) jantan dan betina terdapat pada satu tanaman yang sama, tetapi terpisah letaknya. Cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman tertentu saja pada satu area. Percabangan tanaman buah yang batang pokoknya selalu tampak jelas karena ukurannya lebih besar dan lebih panjang
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
serta pertumbuhannya lebih cepat dari cabang-cabangnya. Off season Berbuah di luar musim, di luar masa berbuah normal On season Berbuah pada saat musimnya Perennial Buah yang dapat meneruskan kehidupannya setelah bereproduksi atau menyelesaikan siklus hidupnya dalam jangka waktu lebih dari dua tahun di dalam siklus hidupnya. Pembuahan/ fertilisasi Bersatunya inti sel sperma dan ovum (sel telur). Penyerbukan/ polinasi Proses bersatunya polen dengan kepala putik Perdu Tanaman buah berkayu yang memiliki ketinggian di bawah 6 m. Pistil Alat kelamin bunga betina Plasma nutfah Substansi pembawa sifat keturunan dapat berupa organ utuh atau bagian dari tumbuhan yang ada atau dimiliki oleh suatu daerah, disebut juga sumberdaya hayati. Simpodial Percabangan tanaman buah yang antara batang pokok dan cabangnya sulit dibedakan karena perkembangan batang kalah cepat pertumbuhannya dibandingkan pertumbuhan cabang. Spa(salus per aquam) Perawatan tubuh berupa pijat atau massage untuk mengembalikan kesegaran dan membangkitkan suasana hati, dapat berupa creambath, facial, manicure-pedicure, lulur, scrub, foot spa, dan body treatment. Spesies Nama takson suatu tumbuhan pada tingkatan dibawah genus, ditulis dengan
271
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Stamen Subtropika Tanah pelaba pura
Tropika Tumpangsari
Yadnya
272
nama latin secara binomial (dengan dua kata), biasanya diikuti oleh singkatan nama orang yang menemukan spesies tersebut. Alat kelamin jantan Kawasan yang terletak antara 231/2 0 hingga 661/2 0 LU-LS Tanah milik kelompok warga yang memiliki pura (tempat suci) yang mendukung kebutuhan pura. Kawasan yang terletak antara 231/2 0 LU dan LS Penanaman beberapa jenis tanaman berbeda dalam satu tempat yang sama dalam waktu bersamaan. Korban suci yang dilaksanakan dengan tulus ikhlas dalam ajaran Agama Hindu.
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
BIODATA PENULIS I
P
rof. Dr. Ir. I Nyoman Rai, M.S. dilahirkan di Karangasem, Bali, 15 Mei 1963. Menamatkan Sarjana (S1) di Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana pada tahun 1987. Meneruskan pendidikan Pascasarjana (S2) di Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun 1991 dan memperoleh gelar Magister Sains (MS) dalam bidang Agronomi tahun 1993. Gelar Doktor dalam bidang yang sama juga diraih di IPB, masuk tahun 2000 dan tamat tahun 2004. Penulis selanjutnya memperdalam bidang agronomi, khususnya menyangkut hortikultura/buah-buahan ke beberapa negara lain seperti Thailand, Jepang, dan Rusia. Penulis yang merupakan dosen Tetap di Fakultas Pertanian Universitas Udayana pernah ditugasi sebagai Tim Badan Pengembangan Unud (Bapenud), Tim Penjaminan Mutu Unud,
273
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Wakil Ketua Persiapan Unud menjadi Badan Layanan Umum (BLU), Sekretaris Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika (PKBT) Lembaga Penelitian Unud, Sekretaris Pusat Penelitan dan Pengembangan Hortikultura (Puslitbanghort) LPPM Unud, Ketua Laboratorium Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Unud, dan Ketua Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Unud. Guru besar Bidang Agronomi diraih penulis pada tahun 2008. Saat ini penulis menjadi Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana periode ke-2 tahun 2015-2019. Penulis pernah dipercaya ikut menyusun Roadmap pengembangan buah-buahan Indonesia, Roadmap pengembangan hortikultura Provinsi Bali, Roadmap pengembangan berbagai komoditas pertanian di kabupaten/kota di Bali, dan menyusun puluhan Buku Pedoman Budidaya yang baik dan (Good Agriculture Practices/GAP) untuk tanaman hortikultura. Penulis juga aktif dalam organisasi profesi, menjadi anggota Perhimpunan Hortikultura Indonesia (Perhorti), Anggota International Society for Horticultural Science (ISHS), Ketua Officer Perhorti Provinsi Bali (2010-sekarang), Pengurus Forum Komunikasi Pemerhati Pertanian Bali, dan Wakil Ketua Dewan Pimpinan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Provinsi Bali periode 20122017. Dalam pengembangan keilmuan, penulis menekuni komoditas buah-buahan tropika mulai dari perbaikan dan pelepasan varietas, penerapan dan pengembangan GAP, teknologi budidaya, fisiologi pembungaan dan pembuahan, dan produksi buah di luar musim. Berbagai hibah dan kerjasama penelitian nasional dan internasional telah diterimanya dan menghasilkan masing-masing 41 dan 6 karya ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal nasional dan internasional terindeks, 2 naskah diantaranya terindeks dalam Scopus. Penghargaan sebagai peneliti terbaik penulis terima dari Rektor Unud pada tahun 2013 karena keaktifan penulis dalam melakukan penelitian dan penerbitan di jurnal nasional dan internasional. Penulis juga dipercaya sebagai
274
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
reviewer proposal penelitian dan reviewer artikel ilmiah yang akan diterbitkan di beberapa jurnal internasional maupun yang akan dipresentasikan dalam seminar/workshop internasional. Penulis yang juga sebagai dosen Pascasarjana Unud pada Prodi Magister Agrotekonologi, Magister Ilmu Lingkungan, dan Prodi Doktor Ilmu Pertanian, terlibat dalam berbagai kegiatan pendampingan dan konsultan pada pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan pembangunan pertanian daerah, nasional dan internasional. Kegiatan dimaksud antara lain Agricultural Expert on Study of Agroinstitutional Profile Integrated Irrigation Sector Project, Bali Irrigation Project-ADB Loan, Agricultural expert on Survey Investigation Design-Turn Over Irrigation Scheme in Bali Province-ADB Loan, Agricultural expert on Survey Detail Design of Irrigation Scheme in Bali Province-ADB Loan, Agronomist on Irrigation Water Management Study for Unda and Saba Rivers Scheme-Decentralized Irrigation System Improvement Sub-Project (DISIMP), Japan Bank International Corporation (JBIC) Loan, Ketua Tim Penyusun Naskah dan Kajian Akademis Perlindungan Buah Lokal Provinsi Bali, Koordinator Tim Ahli DPRD Provinsi Bali dalam Pansus Pembahasan Rancangan Peraturan daerah Provinsi Bali tentang Perlindungan Buah Lokal, Tim Ahli Pertanian Bappeda Provinsi Bali dalam Penyusunan Peraturan Daerah tentang Arahan Praturan Zonasi Sistem Provinsi, Tim Ahli Pertanian Pemerintah Kabupaten Karangasem, Counterpart for Yamaguchi University Japan, dan expert in collaboration of Chiba University and Udayana University on the Center of Food Availability and Sustainable Improvement (CFASI).
275
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Dr. Ir. Gede Wijana, M.S dilahirkan di Singaraja, Bali pada 7 Juli 1961. Seluruh pendidikan dasar dan menengah ditempuh di Singaraja. Pada tahun 1980 penulis meneruskan pendidikan ke Fakultas Pertanian Universitas Udayana, lulus Sarjana di Bidang Budidaya Tanaman pada tahun 1985. Tahun 1986 penulis diterima sebagai dosen di Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Pada tahun 1988 melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor pada Prodi Teknologi Pascapanen dan memperoleh gelar M.S tahun 1990. Pada tahun 1997 menempuh pendidikan doktoral di Institut Pertanian Bogor pada Prodi Agronomi dan memperoleh gelar Dr tahun 2001. Penulis pernah terlibat dalam bebagai penelitian buahbuahn seperti pengembangan dan pelestarian salak gulapasir, pasca panen salak, pelepasan salak gulapasir dan salak Bali lainnya sebagai plasma nutfah khas atau asli dari Bali dan memperoleh surat keputusan Menteri Pertaniaan, pengembangan agrowisata salak dengan berbagai kultivar sekaligus upaya pelestariannya melalui hibah dari Yayasan Kehati, perbanyakan tanaman pisang dengan teknik kultur jaringan, identifikasi karakter morfologi, agronomi dan genetik tanaman wani Bali, dan juga sebagai Tim Peneliti sumberdaya genetik Buah Lokal Bali melalui hibah MP3EI. Disamping itu, penulis pernah dipercaya menyusun Roadmap pengembangan tanaman unggulan kota Denpasar dan menyusun kebutuhan dan pengembangan pertanian organik. Disamping aktif meneliti dan menulis artikel ilmiah, penulis pernah ditugasi sebagai Ketua Prodi Agronomi pada Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Unud, Ketua Laboratorium Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih, Sekretaris Prodi Magister Pertanian Lahan Kering Program
276
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Pascasarjana Unud, dan saat ini menjabat Ketua Prodi Magister Agroteknologi (sebelumnya bernama Magister Pertanian Lahan Kering). Penulis juga aktif sebagai Ketua Dewan Redaksi Jurnal Agrotrop Fakultas Pertanian Unud dan Pemimpin Redaksi Tabloid Suara Udayana.
I Putu Sudana, A. Par, M. Par, lahir di Tabanan pada tanggal 6 Maret 1972. Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan di Desa Perean, Tabanan. Pendidikan menengah pertama diselesaikan di SMPN 1 Mengwi, pendidikan menengah atas diselesaikan di SMAN 2 Denpasar. Pada tahun 1991 penulis melanjutkan studi di Prodi D4 Pariwisata, Universitas Udayana. Setelah menyelesaikan pendidikan D4 pada tahun 1996, penulis bekerja sebagai Pemandu Wisata dan Biro Perjalanan Wisata selama 10 tahun. Setelah menyelesaikan S2 pada Prodi Kajian Pariwisata Program Pscasarjana Unud dari tahun 2002 - 2005, penulis diangkat menjadi staf pengajar di Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana. Sekarang penulis sedang menempuh Program Doktoral (S3 Pariwisata) di Program Pasca Sarjana Universitas Udayana. Selain sebagai staf pengajar, penulis aktif sebagai peneliti bidang Pariwisata dan agrowisata berbasis buah-buahan. Penulis sempat bergabung dengan BPPD Kabupaten Klungkung untuk menyusun kajian jalur wisata Klungkung daratan, menyusun kajian Biro Perjalanan Wisata di Bali bekerjasama dengan ASITA Bali, menyusun Rencana Tindakan Pengembangan Agrowisata Payangan, Tegalalang dan Tampak Siring, pegembangan agrowisata Desa Kertha berbasis Jeruk dan Salak Gula Pasir berbuah di luar musim, dan sebagai Tim Peneliti sumberdaya
277
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
genetik Buah Lokal Bali melalui hibah MP3EI. Saat ini penulis bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Provinsi Bali sebagai anggota tim dalam membuat kajian tentang Wisatawan Nusantara yang bukunya diterbitkan setiap tahun. Selain sebagai pengajar dan peneliti, penulis juga aktif menulis paper, baik untuk seminar dan lokakarya maupun untuk publikasi.
Ir. I Wayan Wiraatmaja, MP. lahir di Tabanan pada 18 April 1959. Pendidikan SD, SMP, dan SMA diselesaikan di Tabanan, yaitu di SD 2 Pujungan, Kecamatan Pupuan, SMP 1 Pupuan, dan SMA 1 Tabanan. Pada Tahun Ajaran 1979/1980 penulis melanjutkan studi di Fakultas Pertanian dan menyelesaikan pendidikan S1 Bidang Budidaya Pertanian tahun 1984. Pada tahun 1986, penulis kembali ke almamater menjadi staf pengajar di Fakultas Pertanian Unud. Pada tahun 1992, penulis mendapat kesempatan melanjutkan pendidikan Pascasarjana di Universitas Padjadjaran Bandung, dan gelar S2 bidang Ilmu Tanaman diperoleh pada tahun 1994. Selain sebagai staf pengajar, penulis ikut aktif sebagai peneliti bidang hortikultura, diantaranya menyusun Rencana Tindakan Pengembangan Agrowisata Payangan, Tegalalang dan Tampak Siring, pengembangan agrowisata Desa Kertha berbasis Jeruk dan Salak Gula Pasir berbuah di luar musim, meneliti Karakterisasi Sifat Unggul “Wani Bali” (Mangifera caesia Jack.), Pengembangan Teknik Perbanyakan, dan Memacu Pertumbuhannya sumber dana dari Dikti, terlibat kegiatan pembuatan Road Map Pengembangan Komoditas Hortikultura Provinsi Bali bekerjasama dengan Dinas Pertanian Provinsi Bali,
278
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
peneliti Pengembangan Obyek Wisata dengan Konsep Ekowisata di Bukit Abah Kabupaten Klungkung bekerjasama dengan Bappeda Kabupaten Klungkung, Tim Penyusunan Master Plan Pengembangan Agrowisata di Kecamatan Payangan, bekerjasama dengan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan, Gianyar, Tim Penyusun Naskah Akademik Perlindungan Buah Lokal bekerjasama dengan Biro Ekonomi dan Pembangunan Provinsi Bali, dan sebagai Tim Peneliti sumberdaya genetik Buah Lokal Bali melalui hibah MP3EI. Penulis yang saat ini sebagai Ketua Laboratorium Ekofisiologi Fakultas Pertanian Unud juga aktif dalam menulis karya ilmiah baik pada jurnal nasional maupun internasional.
Ir. Cokorda Gede Alit Semarajaya, M.S. dilahirkan di Klungkung, Bali pada 17 Desember 1957. Menyelesaikan pendidikan SD dan SMP di Kabupaten Klungkung, sedangkan pendidikan SMA di Denpasar tahun 1976. Pendidikan S1 ditempuh di Universirtas Udayana dan tamat tahun 1984. Pernah menjadi tenaga honor di Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali sejak tahun 1984 dan diangkat menjadi dosen di Fakultas Peranian Universitas Udayana sejak tahun 1986. Menyelesaikan pendidikan S2 di UGM Yogyakarta dengan penelitian Pengaruh Komposisi Gas Oksigen dan Karbon Dioksida terhadap Umur Simpan beberapa Kultivar Salak Bali. Pengalaman pelatihan, seminar, dan penulisan artikel yang pernah penulis lakukan antara lain Pelatihan Pengendalian Mutu dan Keamanan Pangan di Institut Pertanian Bogor, pemberi materi Perbaikan Mutu Buah-buahan di Kecamatan Dawan, Kulungkung, pemateri pada Apresiasi Teknologi Pascapanen dan Pengelolaan
279
Buah-Buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan dan Potensi Pengembangannya
Hasil Hortikultura di Denpasar, terlibat sebagai panitia pelaksana the 21st ASEAN/3rd APEC Seminar on Postharvest Technology, Nusa Dua, Bali, peserta Pelatihan Rancang Bangun Infrastruktur Perkebunan dan Hortikultura di IPB Bogor, sebagai peneliti Upaya Pelestarian, Pengembangan, dan Peningkatan Produksi Salak Kultivar Salak Gulapasir dengan dana hibah Dikti, tim peneliti pengembangan Objek Pariwisata Budaya dengan Konsep Ekowisata di Bukit Bangli kerjasama dengan Kabupaten Bangli, peneliti Karakterisasi Sifat Unggul “Wani Bali” (Mangifera caesia Jack.), Pengembangan Teknik Perbanyakan, dan Memacu Pertumbuhannya sumber dana dari Dikti, terlibat kegiatan pembuatan Road Map Pengembangan Komoditas Hortikultura Provinsi Bali bekerjasama dengan Dinas Pertanian Provinsi Bali, peneliti Pengembangan Obyek Wisata dengan Konsep Ekowisata di Bukit Abah Kabupaten Klungkung bekerjasama dengan Bappeda Kabupaten Klungkung, Tim Penyusunan Master Plan Pengembangan Agrowisata di Kecamatan Payangan, bekerjasama dengan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan, Gianyar dan Tim Penyusunan Naskah Akademik Perlindungan Buah Lokal bekerjasama dengan Biro Ekonomi dan Pembangunan Provinsi Bali. Penulis yang saat ini sebagai Ketua Program Studi Arsitektur Pertanaman Fakultas Pertanian Unud, pernah ditugasi sebagai Sekretaris Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Unud, sekretaris Laboratorium Hortikultura Fakultas Pertanian Unud, tim penyusun dokumen persiapan Universitas Udayana menjadi Badan Layanan Umum, dan pelaksana kegiatan Agricultural Landscape of Asia (ACLA) International Symposium pada 2015.
280