Persepsi Kepala Sekolah, Guru Bidang Studi, dan Siswa Terhadap Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling Solikin (09220270-TR) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Latar belakang, sekolah memiliki tanggung jawab yang besar untuk membantu siswa agar berhasil dalam belajar, untuk itu sekolah hendaknya memberikan bantuan kepada siswa untuk mengatasi masalah - masalah yang timbul dalam diri siswa. Dalam kondisi seperti ini, layanan bimbingan dan konseling di sekolah sangat penting untuk dilaksanakan guna membantu siswa dalam mengatasi masalah yang dihadapinya. Meskipun keberadaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah sudah lebih diakui sebagai profesi, namun belum semua komponen sekolah memahami betul pentingnya bimbingan dan konseling di sekolah. Permasalahan, dalam rangka pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah, terkait beberapa kendala yang perlu mendapat perhatian untuk segera ditangani dan diatasi. Diantaranya adalah menyangkut persepsi siswa, guru, dan kepala sekolah terhadap layanan bimbingan dan konseling. Dalam hal ini, guru pembimbing hendaknya berusaha menelaah persepsi warga sekolah terhadap diri mereka, karena mereka juga memiliki sikap dan persepsi yang berbeda pula. Tujuan penelitian, dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dan persepsi kepala sekolah, guru bidang studi, dan siswa terhadap layanan bimbingan dan konseling. Metode Penelitian, dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian ini mengambil tempat di SMP PGRI 07 Gemuh Kendal di Jalan Sigembok Gemuh Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal. Data yang dikumpulkan melalui penelitian ini adalah data yang sesuai dengan fokus penelitian yaitu data tentang persepsi kepala sekolah, guru bidang studi, dan siswa dalam pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan bimbingan dan konseling. Analisis data, dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan metode pengamatan berpartisipasi, wawancara mendalam dan menganalisis dokumen. Keabsahan data dilakukan sejak awal pengambilan data, yaitu sejak melakukan reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling pada SMP PGRI 07 Gemuh Kendal secara keseluruhan telah berjalan dengan baik. Adapun persepsi terhadap kegiatan pelaksanaan layanan bimgingan dan konseling adalah sebagai berikut: a) Kepala Sekolah memnyai persepsi yang baik, hal ini dikarenakan kepala sekolah sangat memahami betul apa yang ada pada layanan bimbingan dan konseling dan apa yang telah dilakukan oleh konselor atau guru BK sudah sesuai dengan program dan standar yang ada; b) Guru bidang studi, secara umum mempunyai persepsi yang baik, hanya pada penggunaan media IT untuk layanan bimbingan dan konseling masih lemah; c) Siswa, terdapat dua pendapat, pendapat yang pertama mengatakan bahwa layanan bimbingan dan konseling sudah sesuai dengan harapan, yaitu melayani siswa baik mempunyai masalah atau tidak mempunyai masalah untuk memaksimalkan perkembangan dirinya, pendapat yang kedua, bahwa layanan bimbingan dan konseling hanya mengurusi siswa yang mempunyai masalah terkait dengan pelanggaran tata tertib dan kedisiplinan sekolah. Kesimpulan, berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi mahasiswa, para tenaga pengajar, para peneliti dan semua pihak yang membutuhkan di lingkungan Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Veteran Semarang. Saran, Hubungan timbal balik pada pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling akan terbentuk suatu penafsiran terhadap konselor pada warga sekolah. Untuk itu diperlukan usaha dari guru BK untuk lebih meningkatkan komunikasi dan peran di kalangan guru bidang studi lain, dan diperlukan metode dan cara-cara yang tepat dalam menyampaikan materi dan layanan kepada siswa. Dalam hal penguasaan penggunaan media IT, guru BK perlu meningkatkan pengetahuannya agar dalam pengelolaan bimbingan dan konseling menjadi lebih akurat. Kata Kunci : layanan bimbingan dan konseling, kepala sekolah, guru bidang studi 87
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Setiap bentuk aspek kehidupan manusia baik pribadi, keluarga, kelompok maupun dalam berbangsa dan bernegara yang sedang membangun, banyak ditentukan oleh kemajuan pendidikan. Pada dasarnya pendidikan
merupakan
proses
untuk membantu
manusia
dalam mengembangkan dirinya
sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Dalam rangka membangun manusia Indonesia yang seutuhnya pembangunan di bidang pendidikan merupakan sarana dan wahana yang sangat baik untuk pembinaan sumber daya manusia. Oleh karena itu bidang pendidikan perlu mendapat perhatian dan penanganan serta prioritas secara intensif oleh pemerintah dan pengelola pendidikan pada khususnya. Sekolah memiliki tanggung jawab yang besar untuk membantu siswa agar berhasil dalam belajar, untuk itu sekolah hendaknya memberikan bantuan kepada siswa untuk mengatasi masalah - masalah yang timbul dalam diri siswa. Dalam kondisi seperti ini, layanan bimbingan dan konseling di sekolah sangat penting untuk dilaksanakan guna membantu siswa dalam mengatasi masalah yang dihadapinya. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menyatakan bahwa: “Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan mejadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab”. Prinsip-prinsip bimbingan harus diterjemahkan ke dalam program- program sebagai pedoman pelaksanaan di sekolah. Di dalam menerjemahkan prinsip ke dalam program peranan guru sangat penting karena guru merupakan sumber yang sangat menguasai informasi tentang keadaan siswa. Di dalam membuat program tersebut, kerja sama konselor dengan personel lain di sekolah merupakan suatu syarat yang tidak boleh ditinggalkan. Kerja sama ini akan menjamin tersusunnya program bimbingan dan konseling yang komprehensif, memenuhi sasaran, serta realistik. Meskipun keberadaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah sudah lebih diakui sebagai profesi, namun belum semua komponen sekolah memahami betul pentingnya bimbingan dan konseling di sekolah. S e b a ga ima n a d i ke t a hu i b a hw a gu r u p emb im b ing adalah salah satu tenga pendidik yang
bertugas
menyelenggarakan
bimbingan
terhadap anak-anak didik baik yang bersifat
preventif, persevarif, maupun yang bersifat kuratif atau korekftif. Hal ini mencakup segala aspek dalam memberikan bantuan terhadap anak didik. Bantuan yang lebih spesifik dan merupakan salah satu jenis layanan bimbingan di sekolah. Dalam rangka pelaksanaan
bimbingan dan konseling di sekolah,
terkait
beberapa
kendala
yang
perlu
mendapat perhatian untuk segera ditangani dan diatasi. Diantaranya adalah menyangkut persepsi siswa, guru, dan kepala sekolah terhadap layanan bimbingan dan konseling. Dalam hal ini, guru 88
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
pembimbing hendaknya berusaha menelaah persepsi warga sekolah terhadap diri mereka, karena mereka juga memiliki sikap dan persepsi yang berbeda pula. Bertolak dari latar belakang di atas, peneliti ingin meneliti bagaimana persepsi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dengan mengambil judul, “Persepsi Kepala Sekolah, Guru Bidang
Studi, Dan Siswa Terhadap Pelaksanaan Layanan Bimbingan Dan Konseling Di
SMP PGRI 07 Gemuh Kabupaten Kendal”.
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Persepsi Persepsi merupakan proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh individu sehingga merupakan sesuai yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu karena merupakan
aktivitas
yang integrated
maka seluruh
pribadi, seluruh apa yang ada dalam diri individu ikut aktif berperan dalam persepsi itu. Terjadinya perbedaan bagi tiap individu dengan persepsi suatu obyek tergantung
pada
pengalaman dan pengamatan individu itu sendiri terhadap obyek yang sama apabila antara mereka ada yang sebelumnya telah mempunyai pengalaman tentang obyek tersebut dan yang lainnya belum / tidak memiliki pengalaman obyek itu. Kepala Sekolah Kepala sekolah adalah sorang guru yang mempunyai kemampuan untuk memimpin segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan bersama. Jadi profesionalisme kepemimpinan kepala sekolah berarti suatu bentuk komitmen para anggota suatu profesi untuk selalu meningkatkan dan mengembangkan
kompetensinya
yang
bertujuan agar kualitas keprofesionalannya dalam menjalankan dan memimpin segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah untuk mau bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Guru Bidang Studi Guru adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang pendidikan dan pengajaran kepada orang lain. Dan kata guru secara fungsional menunjukkan
kepada seseorang yang
melakukan kegiatan dalam memberikan pengetahuan, ketrampilan, pendidikan, pengalaman, dan sebagainya. Orang yang melakukan kegiatan ini bisa siapa saja dan dimana saja. Siswa Siswa adalah orang yang datang ke suatu lembaga untuk memperoleh atau mempelajari beberapa tipe pendidikan. Seorang pelajar adalah orang yang mempelajari ilmu pengetahuan berapa pun usianya, dari mana pun, siapa pun, dalam bentuk apa pun, dengan biaya apa pun untuk meningkatkan intelek dan moralnya dalam rangka mengembangkan dan membersihkan jiwanya dan mengikuti jalan kebaikan.
89
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Murid atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar. Di dalam proses belajar-mengajar, murid sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Murid akan menjadi faktor penentu, sehingga dapat mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya. Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling Bimbingan dan konseling adalah proses pemberian bantuan kepada individu atau siswa agar ia dapat mengenal dirinya dan memecahkan masalah atau kesulitan yang dihadapinya dengan caracara yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi sehingga dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.
METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Metode penelitian yang digunakan metode pendekatan penelitian kualitatif. metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai
lawannya
adalah
eksperimen)
peneliti sebagai instrumen kunci. Pengambilan sampel sumber data dilakukan secara
dimana Purposive
dan Snowball, teknik pengumpulan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP PGRI 07 Gemuh yang terletak di desa Gemuhblanten Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal. Tahun Pelajaran 2011/2012. Adapun dasar pemilihan tempat yang akan diteliti adalah SMP PGRI 07 Gemuh merupakan sekolah swasta favorit di kecamatan Gemuh yang mempunyai siswa cukup banyak. Untuk waktu penelitian, penulis merencanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2012. Sumber Data Yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana data diperoleh. sumber data yang utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumentasi dan lain-lain. Sumber data menjelaskan tentang dari mana diperolehnya data sifat dan yang dikumpulkan serta orang-orang yang dimintai keterangan sehubungan dengan penelitian yang dilakukan. Orangorang yang dimintai keterangan tersebut adalah subyek atau responden yaitu kepala sekolah, guru, dan siswa SMP PGRI 07 Gemuh.
90
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Teknik Pengumpulan Data Dalam Penelitian ini, peneliti menggunakan metode pengumpulan data berupa a) Metode Dokumentasi Dokumentasi adalah penelitian dengan menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, catatan harian, dan sebagainya. Dalam
penelitian
ini
digunakan
untuk
mengumpulkan
data
dengan meneliti
dokumen-dokumen baik yang resmi atau tidak resmi berupa data tentang sejarah sekolah, keadaan sekolah, keadaan guru dan peserta didik, keadaan karyawan sekolah, dan lingkungan sekitar sekolah, serta data-data lain yang relevan. b) Metode Observasi Observasi
disini
diartikan
dengan
pengamatan
dengan
menggunakan indera
penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Berdasarkan keterlibatan pengamatan dalam kegiatan-kegiatan orang yang diamati, peneliti menggunakan metode observasi partisipasi (participant observation). Irwan Suhartono (2002) menjelaskan bahwa dalam observasi partisipasi, pengamat ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subyek yang diteliti atau diamati, seolah-olah merupakan bagian dari mereka. c) Metode Wawancara (interview) Wawancara
adalah
langsung oleh pewawancara
pengumpulan
data
dengan
mengajukan
(pengumpul data) kepada responden, dan
pertanyaan secara jawaban-jawaban
responden dicatat dalam jurnal harian peneliti. Dalam wawancara ini tidak keseluruhan populasi diambil secara keseluruhan. Menurut Suharsimi Arikunto (2002), besar kecilnya sampel yang baik adalah untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya, jika subyeknya lebih besar dari 100, dapat diambil dengan cara acak. Wawancara ini ditujukan kepada kepala sekolah sebanyak 1 (satu) orang, guru bidang studi sebanyak 12 (dua belas), dan siswa sebanyak 12 (dua belas) siswa yaitu kelas IX A.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di SMP PGRI 07 Gemuh Kendal a. Persiapan Guru BK dalam pemberian layanan Dari hasil observasi yang peneliti lakukan di ruangan BK, peneliti menemukan beberapa informasi penting berupa dokumen- dokumen yang dimiliki oleh guru BK sebelum memberikan layanan seperti rencana pengajaran bimbingan dan konseling, satuan layanan, program tahunan, program semester, program bulanan, agenda kegiatan. Selain itu peneliti menemukan catatan kejadian siswa, catatan kunjungan rumah, buku sumber materi bimbingan dan konseling, laporan tindakan penyelesaian masalah, dan dokumen pendukung lainnya. 91
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan bahwa persiapan guru BK sebelum memberikan layanan menurut kepala sekolah sudah baik dan sesuai dengan standar layanan, menurut guru bidang studi sudah mempersiapkan dengan baik karena itu kewajiban semua guru, dan menurut siswa sudah membuat persiapan tapi hanya sebatas pada berkas program, soal kelengkapan dokumen lainnnya para siswa tidak tahu. b. Performance guru BK Dari hasil observasi yang peneliti lakukan di kelas, di kantor guru, dan di lingkungan sekolah, peneliti menemukan bahwa performance guru tentang cara berpakaian, cara berbicara, cara menyampaikan materi, cara memberikan motivasi dan jalan keluar pada siswa yang bermasalah cukup baik. Hubungan inter personal dengan guru bidang studi lain di kantor guru tidak mempunyai masalah, komunikasi dengan guru bidang studi yang lain lancar. Guru BK mempunyai kedekatan yang harmonis dengan siswa dan guru bidang studi, mereka sangat akrab dan ramah kepada siswa ataupun kepada guru yang lain serta kepada warga sekolah lain. Hasil wawancara yang dilakukan tentang performance guru BK, menurut kepala sekolah, guru BK mempunyai sifat ramah, terbuka, cara berbicaranya santun, hubungan dengan guru lain dan siswa berjalan harmonis. Sedangkan menurut guru bidang studi, guru BK mempunyai sifat ramah, terbuka, cara berbicaranya santun, hubungan dengan guru lain berjalan harmonis dan mempunyai kedekatan yang baik dengan siswa. Adapun menurut siswa, guru BK mempunyai sifat ramah, terbuka, cara berbicaranya santun, hubungan dengan guru lain berjalan harmonis dan mempunyai kedekatan yang baik dengan siswa. c. Kinerja dan profesionalitas guru BK Dari hasil observasi yang peneliti lakukan, peneliti melihat guru BK cukup profesional dalam melakukan tugasnya, baik itu di dalam kelas, dalam pemberian layanan sudah sesuai dengan prinsip layanan BK walaupun ada beberapa yang belum sesuai, penggunaan media juga cukup baik, akan tetapi penggunan media IT masih belum baik. Guru BK masih perlu banyak belajar dalam penggunaan media IT untuk pelaksanaan layanan BK. Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, menurut kepala sekolah, secara akademis sesuai dengan ijasah yang dimiliki yaitu jurusan bimbingan dan konseling, penguasaan materi sangat baik, dan penguasaan masalah sudah berjalan baik, begitu juga dengan pemanfaatan media IT, beliau menyatakan semua guru BK sudah mampu menggunakan media IT untuk menunjang pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Sedangkan menurut guru bidang studi, secara akademis, semua guru mengatakan sudah sesuai dengan ijasah yang dimiliki, secara penguasaan materi semua guru bidang studi juga mengatakan baik, begitu juga pada penguasaan masalah sudah berjalan baik, hanya ada perbedaan pendapat pada penggunaan media IT, sebagian besar guru mengatakan sudah baik 92
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
karena sudah mampu mengoperasikan komputer atau laptop, namun menurut guru TIK, guru BK belum maksimal dalam penggunaan media IT, menurut guru TIK, guru BK harus mempunyai program aplikasi yang khusus digunakan untuk kebutuhan BK. Sedangkan siswa mempunyai pendapat, guru BK sudah sarjana dan penguasaan materi yang disampaikan di kelas mudah dipahami oleh semua siswa bahkan siswa yang lambat pola pikirnya. Mengenai penggunaan media IT, para siswa mengatakan kurang mengetahui hal itu, namun yang mereka tahu guru BK yang ada mampu menggunakan komputer. d. Ketuntasan Penyelesaian Masalah Selama peneliti melakukan pengamatan, sering menjumpai siswa-siswa yang mempunyai masalah seperti terlambat datang, tidak memakai dasi, tidak memakai sabuk, tidak memakai sepatu hitam, siswa membolos, siswa tidak berangkat tanpa keterangan lebih dari tiga hari dan pelanggaran-pelanggaran lain. Pada SMP PGRI 07 Gemuh, pelanggaran-pelanggaran tersebut menjadi tanggungjawab guru BK dalam penanganannya. Tentu saja dibutuhkan suatu kesabaran dalam menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Dalam pengamatan peneliti, guru BK telah melakukan tindak lanjut penyelesaian masalah-masalah tersebut dengan baik. Salah satu contoh, peneliti menjumpai terdapat siswa kelas IX yang tidak berangkat tanpa keterangan selama 5 (lima) hari, kemudian guru BK mencari informasi kepada teman-temannya, ternyata siswa tersebut mempunyai masalah dengan biaya sekolah. Kemudian guru BK menghadap kepada kepala sekolah perihal anak didik tersebut, intinya guru BK minta agar anak tersebut jangan ditagih masalah keuangan, akhirnya disetujui. Kemudian, guru BK mengadakan kunjungan rumah ke orang tua anak tersebut. Keesokan harinya anak tersebut mau berangkat sekolah dan sampai peneliti menyelesaikan penelitian anak selalu berangkat sekolah bahkan lebih rajin dalam kedatangan ke sekolah. Dalam hal masalah tersebut guru BK telah menyelesaikan masalah tersebut dengan baik. Hasil wawancara yang peneliti lakukan, menurut kepala sekolah semua masalah yang terjadi selama ini di sekolah dan ditangani oleh guru BK, semuanya berakhir dengan baik dan solusi yang diberikan sudah sesuai dengan prosedur layanan. Sedangkan menurut guru bidang studi, semua menyatakan bahwa sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan layanan yang harus diberikan. Sementara siswa mempunyai pendapat yang tidak sama, yaitu sebagian
besar siswa
menyatakan bahwa sudah berjalan dengan baik, namun dua orang siswa mengatakan bahwa ketuntasan menyelesaikan masalah hanya pada mereka yang terlibat pada pelanggaran tata tertib sekolah, sementara untuk masalah diluar itu masih belum berjalan dengan baik. Dari keterangan di atas menunjukkan bahwa dalam hal ketuntasan penyelesaian masalah guru bimbingan dan konseling di SMP PGRI 07 Gemuh Kendal memang telah melakukan dengan baik dan telah sesuai dengan program-program ataupun satuan layanan yang harus diberikan kepada siswa baik yang mempunyai masalah ataupun yang tidak mempunyai masalah. 93
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Tentu saja ada beberapa hal yang masih harus disempurnakan sebagai contoh jumlah personil yang belum sesuai standar layanan bimbingan dan konseling. Jumlah siswa yang ada di SMP PGRI 07 Gemuh mencapai 461 peserta didik. Idealnya personel yang harus ada yaitu 3 (tiga) konselor sementara sekolah baru memiliki 2 (dua) konselor sehingga untuk layanan individual masih belum bisa berjalan dengan maksimal. Bimbingan pada prinsipnya adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku. Diperlukan suatu strategi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang tepat dalam rangka memberikan layanan yang maksimal kepada siswa yang membutuhkan. Strategi tersebut harus mencakup empat komponen program, yaitu: (1) layanan dasar; (2) layanan responsif; (3) perencanaan individual; dan (4) dukungan sistem. Masingmasing empat komponen tersebut mempunyai strategi pelaksanaan yang berbeda disesuiak dengan kondisi yang ada di sekolah. Layanan Bimbingan dan konseling bertujuan membantu peserta didik mencapai perkembangan
potensinya
secara
optimal
sehingga
mampu
mencapai
tugas-tugas
perkembangannya, yang meliputi aspek pribadi sosial, belajar dan karir mencapai peserta didik yang mandiri. Tujuan-tujuan tersebut, peserta didik harus mendapatkan kesempatan untuk: (1) mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas perkem-bangannya, (2) mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya, (3) mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut, (4) memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri (5) menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat, (6) menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya; dan (7) mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara optimal. Pembahasan Penelitian Pada sistem pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling akan terbentuk suatu penafsiran terhadap konselor pada warga sekolah. Semua tindakan yang dilakukan oleh konselor akan terbentuk persepsi yang tidak sama pada warga sekolah dalam hal ini kepala sekolah, guru, dan para siswa. Hal itu akan terjadi manakala masing-masing warga sekolah menafsirkan layanan bimbingan dan konseling dari sudut pandang mereka sendiri sesuai dengan pemahaman yang mereka punyai bukan berdasarkan pada prinsip-prinsip pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Dari hasil observasi dan wawancara selama penelitian, peneliti menjumpai bahwa persepsi yang ada pada kepala sekolah, guru bidang studi dan siswa pada umumnya semua menyatakan baik dan sudah sesuai dengan standar layanan, hanya sedikit perbedaan persepsi yang terjadi pada guru bidang 94
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
studi yaitu tentang penggunaan media IT, perbedaan itu terletak pada cara pandang guru bidang studi tentang kemampuan menggunakan atau mengoperasikan komputer. Semua guru bidang studi menyatakan bahwa guru BK sudah mampu, namun guru TIK mengatakan kemampuan yang semestinya dimiliki oleh guru BK yaitu penguasaan program aplikasi yang khusus digunakan untuk kebutuhan bimbingan dan konseling. Sementara itu pada siswa ada yang mempunyai persepsi bahwa guru hanya menyelesaikan masalah bagi mereka yang melanggar tata tertib sekolah, sementara penyelesaian masalah di luar tata tertib sekolah belum maksimal. Persepsi merupakan proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh individu sehingga merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu karena merupakan aktivitas yang integrated maka seluruh pribadi, seluruh apa yang ada dalam diri individu ikut aktif berperan dalam persepsi itu. Terjadinya perbedaan bagi tiap individu dengan persepsi suatu obyek tergantung pada pengalaman dan pengamatan individu itu sendiri terhadap obyek yang sama apabila antara mereka ada yang sebelumnya telah mempunyai pengalaman tentang obyek tersebut dan yang lainnya belum / tidak memiliki pengalaman obyek itu. Dalam persepsi terkandung komponen kognitif dan juga komponen konatif, yaitu sikap merupakan predisposisi untuk merespons, untuk berperilaku. Ini berarti bahwa sikap berkaitan dengan perilaku, sikap merupakan predisposisi untuk berbuat atau berperilaku. Proses terbentuknya persepsi didahului oleh penginderaan yang dapat diterima oleh diri seseorang secara keseluruhan, kemudian diinterprestasikan oleh seseorang sehingga orang tersebut menyadari tentang apa yang diinderanya itu. Dengan demikian di sekolah SMP PGRI 07 Gemuh Kendal, kepala sekolah mempunyai persepsi yang baik terhadap layanan bimbingan dan konseling, semua guru juga mempunyai persespsi yang baik. Sementara itu sebagian kecil siswa menganggap layanan bimbingan dan konseling benarbenar sangat dirasakan dalam membantu dirinya memaksimakan potensi yang ada pada dirinya, sedangkan sebagian besar siswa menganggap bahwa layanan bimbingan dan konseling hanya menangani siswa-siswa yang mempunyai masalah terkait dengan pelanggaran tata tertib dan pelanggaran disiplin, serta kesalahan dalam bersikap dan bersopan santun, tidak lebih dari itu. Persepsi yang terjadi pada siswa seperti di atas dapat dijadikan indikator bahwa pemahaman siswa terhadap layanan bimbingan dan konseling masing kurang. Konselor dan Guru berkewajiban membantu siswa untuk meningkatkan pemahaman persepsi siswa terahadap layanan bimbingan dan konseling sehingga para siswa dapat benar-benar memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling lebih baik dari sebelumnya. Prosedur-prosedur yang dapat dilakukan, antara lain: 1) Memperjelas tujuan-tujuan layanan bimbingan dan konseling. Siswa akan tahu apa saja yang akan dia dapatkan apabila dia mengetahui tujuan-tujuan atau sasaran yang hendak dicapai 2) Menyampaikan secara rinci jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling. Siswa akan lebih tahu layanan apa yang sesuai dengan permasalahan yang dialaminya. 3) Menciptakan suasana layanan yang menyenangkan 4) Menciptakan suasana hubungan yang hangat dan dinamis antara konselor dan murid 95
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
5) Melengkapi sumber dan peralatan belajar. Dalam layanan bimbingan dan konseling peranan kepala sekolah, guru dan konselor adalah saling membantu, mengisi, dan menunjang. Sebagaimana diketahui, kepala sekolah sebagai pemegang kebijakan, guru sebagai penguasa lapangan dan penggerak kegiatan siswa di dalam kelas, sedangkan konselor sebagai arsitek, penasihat dan penyumbang data, masukan dan pertimbangan bagi ditetapkannya layanan bimbingan dan konseling yang tepat untuk siswa. Layanan bimbingan dan konseling dilaksanakan di bawah tanggung jawab Kepala Sekolah dan seluruh staf. Koordinator bimbingan dan konseling bertanggung jawab dalam menyelenggarakan bimbingan dan konseling secara operasional. Personel lain yang mencakup Wakil Kepala Sekolah, Guru Pembimbing (konselor), guru bidang studi, dan wali kelas memiliki peran dan tugas masing-masing dalam penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling. Bila tujuan pendidikan pada akhirnya adalah pembentukan manusia yang utuh, maka proses pendidikan harus dapat membantu siswa mencapai kematangan emosional dan sosial, sebagai individu dan anggota masyarakat selain mengembangkan kemampuan inteleknya, Bimbingan dan konseling menangani masalah-masalah atau hal-hal di luar bidang garapan pengajaran, tetapi secara tidak langsung menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah itu. Kegiatan ini dilakukan melalui layanan secara khusus terhadap semua siswa agar dapat mengembangkan dan memanfaatkan kemampuannya secara penuh.
KESIMPULAN Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di SMP PGRI 07 Gemuh telah berjalan baik, hal ini dapat dilihat dari adanya program-program layanan bimbingan dan konseling, rencana satuan layanan yang telah direncanakan secara matang dan telah disampaikan kepada kepala sekolah selaku pemangku kebijakan, juga disampaikan kepada guru dan wali kelas selaku mitra dalam proses layanan bimbingan dan konseling dan juga telah disampaikan kepada peserta didik melalui tatap muka di dalam kelas. Performance guru BK dapat dikatakan baik, ramah, mempunyai kedekatan dengan siswa ataupun guru
yang lain. Tindakan-tindakan
yang
diambil dalam menangani permasalahan siswa juga dilakukan dengan sangat baik dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi guru BK sebagai konselor, bahkan terdapat beberapa inovasi yang diambil manakala penyelesaian masalah tidak dapat ditemukan dalam satuan layanan BK. Permasalahan yang pokok pada pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di SMP PGRI 07 Gemuh adalah pada jumlah personil konselor yang masih kurang sesuai
dengan
standar
pelayanan bimbingan dan konseling dan penggunaan media IT dalam layanan bimbingan dan konseling masih sangat lemah. 2. Persepsi warga sekolah terhadap pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di SMP PGRI 07 Gemuh cukup bervariasi, ringkasnya sebagai berikut: 96
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
a. Kepala sekolah Kepala sekolah selaku pimpinan sekolah dan pemangku kebijakan sekolah mempunyai persepsi yang baik terhadap layanan bimbingan dan konseling di SMP PGRI 07 Gemuh. Beliau
sangat
memahami bahwa tujuan sekolah yang telah dirumuskan oleh pengelola
sekolah harus dijalankan secara komprehensif termasuk didalamnya adalah pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Bahkan kepala sekolah sangat mengapresiasi pola layanan bimbingan dan konseling yang ada, menurut beliau layanan bimbingan dan konseling merupakan salah satu pilar utama sekolah dalam mengantarkan siswa untuk mencapai prestasi maksimal
dengan tidak mengesampingkan
pertumbuhan dirinya baik itu bakat, minat
dan potensi lain yang tersimpan pada siswa. b. Guru Bidang Studi Dari sampel jumlah guru yang sebanyak 12 personil, ditemukan bahwa 11 diantaranya mempunyai persepsi yang baik, sementara satu guru persepsinya kurang baik. Dari wawancara yang dilakukan, ditemukan mereka yang mempunyai persepsi baik telah mempunyai pemahaman yang cukup terhadap bimbingan dan konseling. Para guru ini menyadari bahwa tugas sebagai seorang guru saat sekarang ini bukanlah hanya mengajar tetapi juga mendidik. Untuk itu para guru ini sangat diuntungkan dengan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling karena proses pengelolaan siswa menjadi semakin jelas arah dan tujuannya tidak berdasarkan asumsi dari satu dua orang guru. Sementara bagi guru yang kurang baik persepsinya ditemukan bahwa beliau
hanya
mempermasalahkan
pada
penggunaan media IT yang masih lemah, menurut guru TIK, guru BK harus mempunyai program aplikasi yang khusus digunakan untuk kebutuhan BK, dan itu belum dilaksanakan oleh guru BK pada saat ini, untuk hal yang lain beliau mengatakan sudah baik. c. Siswa Dari jumlah siswa sebanyak 461 siswa, sampel yang diambil sebanyak 12 siswa, ditemukan bahwa 10 (sepuluh) diantaranya mempunyai persepsi yang baik, sementara 2 (dua) siswa yang lain mempunyai persepi yang kurang baik. Dari hasil wawancara ditemukan bahwa mereka yang mempunyai persepsi kurang baik adalah mereka yang rata-rata pernah mempunyai masalah terkait dengan pelanggaran tata tertib dan disiplin sekolah dari yang ringan sampai yang cukup berat. Hal ini mengakibatkan pada pikiran mereka bahwa layanan BK hanya berputar pada permasalahan
pelanggaran
tata tertib
dan disiplin sekolah. Sedangkan
bagi siswa yang mempunyai persepsi yang baik, rata-rata mereka hampir tidak pernah mempunyai permasalahan pelanggaran tata tertib dan disiplin sekolah, cenderung dari mereka malah lebih banyak memanfaatkan waktu luang mereka untuk berkonsultasi dengan guru BK mengenai permasalahan apapun.
97
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
DAFTAR PUSTAKA
A. Hellen, 2005, Bimbingan dan konseling, Ciputat: Quantum Teaching. Bimo Walgito, 2001, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta Andi Ofset. Djamarah, S.B., 2000, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya.Usaha Nasional. Irawan Suhartono, 2002, Metode Penelitian Sosial, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Jalaluddin Rakhmat, 2004, Psikologi Komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Lexy Moleong J, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Prayitno dan Amti Erman, 2004, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta Rahman (at all), 2006,
Peran
Strategis
Kapala
Sekolah
dalam
Meningkatkan Mutu
Pendidikan, Jatinangor: Alqaprint. Sardiman, 2001, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta. Rajawali Sarlito Wirawan Sarwono, 1997, Psikologi Remaja, Jakarta : Raja Grafindo Persada. Shafique Ali Khan, 2005, Filsafat Pendidikan Al-Ghazali, Bandung. Pustaka Setia. Singgih D. Gunarso, 2000, Psikologi Remaja, Jakarta : Rineka Cipta. Suharsimi Arikunto, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Sistem Penddikan Nasional, 2005, Surabaya: Media Centre. Wahjosumidjo, 2002, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
98
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING