PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR
SKRIPSI
INTAN AISYAH NASUTION H34066065
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR
SKRIPSI
INTAN AISYAH NASUTION H34066065
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN INTAN AISYAH NASUTION. Persepsi dan Sikap Konsumen terhadap Keamanan Pangan Susu Formula dengan Adanya Isu Bakteri Enterobacter sakazakii Di Kecamatan Tanah Sareal Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di Bawah bimbingan FEBRIANTINA DEWI) Makanan atau minuman yang baik adalah makanan atau minuman yang tidak mengandung zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan yang mengkonsumsinya. Jumlah produk instan yang semakin meningkat menyebabkan perubahan gaya hidup masyarakat. Hal ini terjadi pada susu formula dengan adanya beberapa hal seperti kebutuhan kaum ibu dalam pemenuhan gizi anaknya, gencarnya para produsen susu formula dalam mempromosikan produknya, bahkan gaya hidup kaum ibu dalam zaman moderen ini menyebabkan meningkatnya pemberian susu formula bagi anak-anak. Namun harus disadari bahwa makanan atau minuman haruslah mempunyai keamanan dan mutu yang baik agar yang mengkonsumsi mendapatkan manfaat bukan kerugian yang akan timbul. Ada isu yang menyatakan bahwa dalam susu formula terdapat bakteri yang berbahaya yaitu Bakteri Enterobacter sakazakii. Adanya isu ini menimbulkan berbagai perepsi dan sikap terhadap susu formula. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan karakteristik konsumen (orang tua terutama kaum ibu) yang memberikan susu formula bagi anak mereka, (2) mendeskripsikan persepsi konsumen terhadap keamanan pangan dengan adanya isu Enterobacter sakazakii pada susu formula (3) menganalisis hubungan karakteristik konsumen (orang tua terutama kaum ibu) yang memberikan susu formula bagi anak mereka dengan persepsi konsumen terhadap keamanan pangan pada susu formula adanya isu bakteri Enterobacter sakazakii, (4) menganalisis sikap konsumen (orang tua terutama kaum ibu) terhadap merek susu Dancow dan susu SGM dengan adanya isu bakteri Enterobacter sakazakii. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Tanah Sareal Bogor. Waktu penelitian dilakukan selama bulan Februari sampai Juli 2009. Responden penelitian adalah kaum ibu yang memberikan susu Dancow atau susu SGM pada anak-anaknya sebanyak 60 responden. Penelitian menggunakan korelasi Rank Spearman dan Multiatribut Fishbein. Karakteristik konsumen ( orang tua terutama kaum ibu) yang memberikan susu formula dengan merek Dancow dan susu SGM adalah :(1) Usia untuk responden susu Dancow berkisar 30-34 Tahun, (2) Status bekerja yaitu ibu rumah tangga tanpa pekerjaan sambilan, (3) Pengeluaran perbulannya berkisar Rp. 1.000.001-2.500.001, (4) Pendidikan terakhir SLTA. Untuk respoden susu SGM mempunyai karakterisitik sebagai berikut : (1) Usia responden berkisar 25-29 Tahun, (2) Ststus bekerjs yaitu ibu rumah tangga dengan pekerjaan sambilan, (3) Pengeluaran perbulannya berkisar Rp. 1.000.001-2.500.001. (4) Pendidikan terakhir SLTA dan S1. Persepsi konsumen terhadap keamanan pangan pada susu formula dengan isu bakteri Enterobacter sakazakii : Tahap pengenalan pembelian susu formula : Pengenalan kebutuhan, responden susu formula baik merek Dancow dan SGM mengetahui bawa susu formula memiliki berbagai jenis sesuai dengan kebutuhan konsumen. Pengenalan kebutuhan, motivasi terbesar responden susu Dancow untuk membeli karena menginginkan pemberian gizi yang lengkap bagi anak mereka sedangkan untuk responden susu SGM membeli susu formula karena kecocokan anak mereka
terhadap susu SGM. Pencarian informasi : sumber informasi yang di peroleh oleh responden susu Dancow sebagian besar mendapatkannnya dari Dokter atau bidan begitu pula dengan responden susu SGM. Keputusan Pembelian :responden susu Dancow dan SGM melakukan pembelian dipengaruhi oleh keinginan sendiri atau inisiatif sendiri dan pembeliannya secara terencana. Persepsi konsumen : Responden susu Dancow paham terhadap keamanan pangan susu formula begitu pula denga responden susu SGM. Responden susu Dancow dan SGM juga mengetahui adanya isu bakteri Enterobacter sakazakii yang ada pada susu formula.Responden susu Dancow dan SGM mengetahui bahaya yang akan timbul dengan adanya bakteri Enterobacter sakazakii. Responden susu Dancow dan SGM dengan adanya informasi tentang bakteri Enterobacter sakazakii mempunyai persepsi terhadap keamanan pangan dengan adanya isu ini. Responden mempunyai penilaian bahwa mereka berpengaruh dengan adanya isu ini. Namun mereka tetap mengkonsumsi susu Dancow dan SGM, karena mereka belum tahu pasti merek susu apa saja yang telah terkontaminasi bakteri. Selain itu, responden merasa cocok dengan produk yang selama ini mereka berikan pada anak-anaknya. Hubungan karakteristik responden yaitu orang tua terutama kaum ibu dengan persepsi konsumen terhadap keamanan pangan pada susu formula adanya Bakteri Enterobacter sakazakii mempunyai nilai signifikasi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 yang artinya hubunngan ini nyata dan mempunyai nilai rata-rata lebih besar dari pada 0,75 yang mempunyai arti hubungan ini sangat kuat dan searah dimana nilai tersebut bernilai positif. Sikap responden susu Dancow terhadap atribut dari susu Dancow secara keseluruhan memberikan penilaian yang positif sedangkan sikap responden susu Dancow terhadap atribut susu SGM secara keseluruhan bernilai netral. Dan sikap responden susu SGM terhadap atribut susu SGM secara keseluruhan bernilai positif, sedangkan sikap responden susu SGM terhadap atribut susu Dancow secara keseluruhan bernilai netral. Saran yang dapat diberikan oleh penulis kepada beberapa pihak berdasarkan hasil analisis, adalah : (1) Masyarakat khususnya para orang tua terutama para ibu untuk tidak salah dalam mempersepsikan isu ini dan mengambil sikap yang tepat untuk memberikan susu formula yang baik. (2) Para produsen susu formula untuk lebih memperhatikan produknya sebelum di pasarkan kepada masyarakat luas agar tidak merugikan bagi yang mengkonsumsinya. (3) Instansi Pemerintah khususnya Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), agar lebih ketat mengawasi produk yang akan beredar kepada masyarakat luas. Selain itu BPOM lebih berusaha untuk meningkatkan keamanan pangan dan meningkatkan aktifitas pembinaan dan pengawasan keamanan pangan pada produk susu formula.
PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR
INTAN AISYAH NASUTION H34066065
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
Judul Skripsi
: Persepsi Konsumen Terhadap Keamanan Pangan Susu Formula dengan Adanya Isu Bakteri Enterobacter sakazakii di Kecamatan Tanah Sareal Bogor
Nama
: Intan Aisyah Nasution
NIM
: H34066065
Disetujui, Pembimbing
Febriantina Dewi, SE, MSc. NIP. 132 149 312
Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 131 415 082
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Persepsi dan Sikap Konsumen Terhadap Keamanan Pangan Susu Formula dengan Adanya Isu Bakteri Enterobacter sakazakii di Kecamatan Tanah Sareal Bogor” adalah karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Agustus 2009
Intan Aisyah Nasution H34066065
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, pada tanggal 11 Juli 1985 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Haji Ir. Iskandar Nasution dan Ibunda Hajah Hasfinuryanti Hasibuan. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Pengadilan V Bogor pada tahun 1997 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2000 di SLTPN 5 Bogor. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 6 Bogor diselesaikan pada tahun 2003. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Diploma III Agribisnis Peternakan, Departemen Sosial Ekonomi dan Industri peternakan, Fakultas Peternakan. Selepas menempuh program Diploma
III,
penulis
melanjutkan
studi
pada
Program
Sarjana
Agribisnis
Penyelenggaraan Khusus, Institut Pertanian Bogor sejak tahun 2006 hingga tahun 2009.
KATA PENGANTAR
Puji syukur hanya bagi Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persepsi dan Sikap Konsumen Terhadap Keamanan Pangan Susu Formula dengan Adanya Isu Bakteri Enterobacter sakazakii di Kecamatan Tanah Sareal Bogor”. Penulisan ini bertujuan mendeskripsikan karakteristik konsumen, mendeskripsikan persepsi konsumen terhadap isu bakteri pada susu formula, menganalisis hubungan karakteristik dengan persepsi dan menganalisis sikap konsumen. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi oleh penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Agustus 2009 Intan Aisyah Nasution
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Febriantina Dewi, SE, MSc selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen evaluator serta dosen penguji utama pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 3. Ir. Narni Farmayanti, MSc selaku
penguji dari komisis pendidikan yang telah
memberikan saran dan masukan dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini. 4. Juniasti Zalukhu atas kesediaannya menjadi pembahas dalam seminar hasil skripsi yang telah memberikan masukan yang berarti dalam penyempurnaan penyusunan skripsi ini. 5. Para responden di Kota Bogor yang telah memberikan izin kepada penulis untuk pengambilan data dan memberikan informasi yang sangat berguna dalam penelitian ini. 6. Ayah dan Mama tercinta yang selalu mendoakan, memberikan motivasi dan kasih sayang kepada penulis. Abang Ryan dan Adikku Sarah tercinta yang memberikan semangat dan membuat segalanya jadi indah. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik. 7. Mamet, terima kasih atas dukungan, bantuan dan diskusi-diskusinya
dalam
penyempurnaan penulisan skripsi ini. 8. Seluruh Dosen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen yang telah mengajar penulis semasa kuliah sehingga penulis dapat mengerti materi-materi yang telah diberikan dengan baik. 9. Teman-teman seperjuangan dalam bimbingan Tika, Ayla, dan Fifi terima kasih atas semangat, perhatian dan bantuannya dalam penulisan skripsi ini. 10. Seluruh staf sekretariat Ekstensi AGB yang telah membantu penulis.
Semoga ukhuwah kita tetap terjalin dan hanya Allah SWT yang dapat membalas segala amal kebaikan yang telah diberikan, Amin.
Bogor, Agustus 2009 Intan Aisyah Nasution
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................
i
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
ii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
iii
I.
PENDAHULUAN ..............................................................................
1
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6
1 4 6 6 7 7
Latar Belakang .............................................................................. Perumusan Masalah ...................................................................... Tujuan Penelitian .......................................................................... Manfaat Penelitian ........................................................................ Ruang Lingkup.............................................................................. Keterbatasan Penelitian .................................................................
II.
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 8 2.1 Karakteristik dan Nutrisi Susu ...................................................... 8 2.2 Jenis Susu Formula ....................................................................... 9 2.3. Karakteristik Bakteri Enterobacter sakazakii ............................... 12
III.
KERANGKA PEMIKIRAN.............................................................. 19 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ....................................................... 3.1.1 Keamanan Pangan ............................................................. 3.1.2 Persepsi ............................................................................. 3.1.3 Sikap ................................................................................. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ...............................................
IV.
METODE PENELITIAN ................................................................. 30 4.1 4.2 4.3 4.4
V.
19 19 20 25 26
Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... Jenis dan Sumber Data ................................................................. Metode Pengumpulan Data .......................................................... Metode Analisis Data...................................................................
30 30 31 32
PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazaki ......................................................................... 38 5.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian ........................................... 5.2 Karakteristik Responden .............................................................. 5.2.1 Usia .................................................................................... 5.2.2 Status Bekerja .................................................................... 5.2.3 Pengeluaran ........................................................................ 5.2.4 Pendidikan .......................................................................... 5.3 Tahap Proses Keputusan Pembelian Susu Formula .....................
38 38 39 40 41 42 43
5.3.1 Pengenalan Kebutuhan ....................................................... 43 5.3.2 Pencarian Informasi ........................................................... 45 5.3.3 Keputusan Pembelian ......................................................... 46 5.4 Persepsi Responden....................................................................... 48 5.4.1 Persepsi terhadap keamanan Pangan dan Isu Bakteri Enterobacter sakazakii ........................................................ 48 5.4.2 Persepsi terhadap keamanan Pangan Dengan Adanya Isu Bakteri Enterobacter sakazakii Pada Susu Formula .................................. 50 5.5 Hubungan Antara Karakteristik responden dengan Persepsi ........ 52 5.5.1 Hubungan antara Usia dengan Persepsi terhadap Isu Bakteri Enterobacter sakazakii ..................................... 52 5.5.2. Hubungan antara Pendidikan dengan Persepsi terhadap Isu Bakteri Enterobacter sakazakii ..................................................... 54 5.5.3 Hubungan antara Status Bekerja dengan Persepsi terhadap Isu Bakteri Enterobacter sakazakii ...................... 55 5.5.4 Hubungan antara Usia dengan Persepsi terhadap Bahaya Bakteri Enterobacter sakazakii ............................. 57 5.5.5 Hubungan antara Pendidikan dengan Persepsi terhadap Bahaya Bakteri Enterobacter sakazakii ............................. 59 5.5.6 Hubungan antara Status Bekerja dengan Persepsi terhadap Isu Bakteri Enterobacter sakazakii ..................................... 61 5.5.7 Hubungan antara Usia dengan Persepsi Keamanan Pangan terhadap Isu Bakteri Enterobacter sakazakii....................... 63 5.5.8 Hubungan antara Pendidikan dengan Persepsi Keamanan Pangan terhadap Isu Bakteri Enterobacter sakazakii ......... 65 5.5.9 Hubungan antara Status Bekerja dengan Persepsi Keamanan Pangan terhadap Isu Bakteri Enterobacter sakazakii .......... 67 5.6 Sikap Responden Susu formula Dancow dan SGM..................... 69 5.6.1 Sikap Responden Susu Dancow terhadap Susu Dancow dan Susu SGM .................................................................... 70 5.6.2 Sikap Responden Susu SGM terhadap Susu SGM dan Susu Dancow ................................................................ 79 5.6.3 Implikasi Kebijakan ............................................................ 92 VI.
KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 94 6.1 Kesimpulan ................................................................................... 94 6.2. Saran.............................................................................................. 95
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 96 LAMPIRAN..................................................................................................... 100
DAFTAR TABEL No 1.
Halaman Komposisi Susu Berbagai Jenis Mammalia.............................................. 8
2.
Atribut produk susu Dancow dan SGM yang dinilai penting oleh konsumen ..................................................................................................
35
Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Yang Memberikan Susu Formula Dancow dan Susu SGM Pada Anaknya Menurut Sebaran Usia .............................................................................................
39
Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Yang Memberikan Susu Formula Dancow dan Susu SGM Pada Anaknya Menurut Sebaran Status Bekerja ......................................................................................................
40
Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Yang Memberikan Susu Formula Dancow dan Susu SGM Pada Anaknya Menurut Pengeluaran ...............................................................................................
42
Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Yang Memberikan Susu Formula Dancow dan Susu SGM Pada Anaknya Menurut Tingkat Pendidikan.................................................................................................
42
Sebaran Jumlah dan Persentase Yang Mengkonsumsi Susu Formula Dancow dan Susu SGM Menurut Pengetahuan responden terhadap jenis susu formula berdasarkan kelompok usia .................................................
44
Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Yang Memberikan Susu Formula Dancow dan Susu SGM Pada Anaknya Menurut Motivasi ......
45
Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Yang Memberikan Susu Formula Dancow dan Susu SGM Pada Anaknya Menurut Sumber Informasi ....................................................................................................
46
10. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Yang Memberikan Susu Formula Dancow dan Susu SGM Pada Anaknya Menurut Sumber yang Mempengaruhi ................................................................................
47
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
11.
12.
Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Yang Memberikan Susu Formula Dancow dan Susu SGM Pada Anaknya Menurut Cara Memutuskan Pembelian ............................................................................
47
Sebaran Jumlah dan Persentase Tentang Persepsi dengan Pengetahuan yang Dimiliki Responden Terhadap Isu Bakteri Enterobacter sakazakii..............................................................................
46
13.
Sebaran Jumlah dan Persentase Tentang Persepsi dengan Pengetahuan yang Dimiliki Responden Terhadap Bahaya dari Bakteri Enterobacter sakazakii............................................................................... 14. Sebaran Jumlah dan Persentase Tentang Sumber informasi yang Dimiliki Responden Terhadap Keamanan Pangan dengan Isu Bakteri Enterobacter sakazakii Pada Susu Formula ................................. 15.
49
50
Sebaran Jumlah dan Persentase Persepsi dengan Pengetahuan yang Dimiliki Responden Terhadap Keamanan Pangan dengan Adanya Isu Bakteri Enterobacter sakazakii Pada Susu Formula .................................
51
16. Hasil Uji Spearman Usia Responden Susu Dancow dan Persepsi dengan Pengetahuan yang Dimiliki Responden terhadap Isu Bakteri Enterobacter sakazakii .................................................................
52
17. Hasil Uji Spearman Usia Responden Susu SGM dan Persepsi dengan Pengetahuan yang Dimiliki Responden terhadap Isu Bakteri Enterobacter sakazakii .................................................................
53
18. Hasil Uji Spearman Pendidikan Responden Susu Dancow dan Persepsi dengan Pengetahuan yang Dimiliki Responden terhadap Isu Bakteri Enterobacter sakazakii .................................................................
54
19. Hasil Uji Spearman Pendidikan Responden Susu SGM dan Persepsi dengan Pengetahuan yang Dimiliki Responden terhadap Isu Bakteri Enterobacter sakazakii .................................................................
55
20. Hasil Uji Spearman Status Bekerja Responden Susu Dancow dan Persepsi dengan Pengetahuan yang Dimiliki Responden terhadap Isu Bakteri Enterobacter sakazakii .................................................................
56
21. Hasil Uji Spearman Status Bekerja Responden Susu SGM dan Persepsi dengan Pengetahuan yang Dimiliki Responden terhadap Isu Bakteri Enterobacter sakazakii .................................................................
57
22. Hasil Uji Spearman Usia Responden Susu Dancow dan Persepsi dengan Pengetahuan yang Dimiliki Responden Terhadap Bahaya dari Bakteri Enterobacter sakazakii .................................................................
58
23. Hasil Uji Spearman Usia Responden Susu SGM dan Persepsi dengan Pengetahuan yang Dimiliki Responden Terhadap Bahaya dari Bakteri Enterobacter sakazakii .................................................................
59
24. Hasil Uji Spearman Pendidikan Responden Susu Dancow dan Persepsi dengan Pengetahuan yang Dimiliki Responden Terhadap Bahaya dari Bakteri Enterobacter sakazakii .................................................................
60
25. Hasil Uji Spearman Pendidikan Responden Susu SGM dan Persepsi dengan Pengetahuan yang Dimiliki Responden Terhadap Bahaya dari Bakteri Enterobacter sakazakii ................................................................. 26.
27.
28.
61
Hasil Uji Spearman Status Bekerja Responden Susu Dancow dan Persepsi dengan Pengetahuan yang Dimiliki Responden Terhadap Bahaya dari Bakteri Enterobacter sakazakii............................................
62
Hasil Uji Spearman Status Bekerja Responden Susu SGM dan Persepsi dengan Pengetahuan yang Dimiliki Responden Terhadap Bahaya dari Bakteri Enterobacter sakazakii ................................................................
63
Hasil Uji Spearman Usia Responden Susu Dancow dan Persepsi dengan Pengetahuan yang Dimilik Responden Terhadap Keamanan Pangan adanya Isu Bakteri Enterobacter sakazakii .................................
64
29.
Hasil uji Spearman Usia Responden Susu SGM dan Persepsi dengan Pengetahuan yang Dimiliki Responden terhadap Keamanan Pangan dengan adanya Isu Bakteri Enterobacter sakazakii ................................ 65
30.
Hasil uji Spearman Pendidikan responden susu Dancow dan Persepsi dengan Pengetahuan yang Dimiliiki Responden terhadap Keamanan Pangan Adanya Isu Bakteri Enterobacter sakazakii ................................
66
Hasil uji Spearman Pendidikan responden Susu SGM dan Persepsi dengan Pengetahuan yang Dimiliiki Responden terhadap Keamanan Pangan Adanya Isu Bakteri Enterobacter sakazakii ...............................
67
Hasil uji Spearman Status Bekerja responden Susu Dancow dan Persepsi dengan Pengetahuan yang Dimiliiki Responden terhadap Keamanan Pangan adanya Isu Bakteri Enterobacter sakazakii ..................................
68
Hasil uji Spearman Satus Bekerja responden Susu SGM dan Persepsi dengan Pengetahuan yang Dimiliiki Responden terhadap Keamanan Pangan terhadap Isu Bakteri Enterobacter sakazakii ..............................
69
31.
32.
33.
34. Nilai Sikap dan Kategori Sikap Responden Susu Dancow Terhadap Atribut Susu Formula Dancow dan Susu Formula SGM. ..................................... 71 35.
Perhitungan Rata-rata penilaian Kepentingan dan Kinerja Pada Atribut Susu Dancow dan SGM menurut responden susu Dancow ......................
72
36. Nilai Sikap dan Kategori Sikap Responden Susu SGM Terhadap Atribut Susu Formula SGM dan Susu Formula Dancow ......................................
80
37. Perhitungan Rata-rata Penilaian Kepentingan dan Kinerja Pada Atribut Susu Dancow dan SGM menurut responden susu SGM ...........................
81
38. Ringkasan Informasi Mengenai Hasil Analisis .........................................
88
DAFTAR GAMBAR No
Halaman
1.
Proses Terjadinya Persepsi .......................................................................
24
2.
Hubungan Antara Tiga Komponen Sikap .................................................
25
3.
Model Multiatribut Fishbein .....................................................................
26
4.
Kerangka Pemikiran Operasional ............................................................
29
DAFTAR LAMPIRAN No
Halaman
1.
Standar Komposisi Susu Bayi (untuk tiap 100 Kcal) ...............................
100
2.
Kuisioner ...................................................................................................
101
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan makanan dan minuman yang sehat atau bergizi sangatlah penting karena hal itu merupakan kebutuhan dasar bagi manusia untuk menjaga kesehatan, pertumbuhan, pemeliharaan serta meningkatkan derajat kecerdasan terutama bagi anakanak sebagai generasi penerus bangsa. Hal ini harus diperhatikan dengan cermat karena jika memberikan makanan atau minuman yang salah dapat menimbulkan kerugian bagi yang mengkonsumsinya.
Makanan dan minuman yang baik adalah makanan dan
minuman yang dapat dikonsumsi apabila makanan atau minuman tersebut bebas dari zatzat yang berbahaya bagi kesehatan. Namun sebagian besar masyarakat dizaman modern ini lebih menyukai makanan atau minuman yang serba instant. Padahal kita ketahui bahwa makanan atau minuman yang serba instant itu, cenderung merugikan kesehatan bagi yang mengkonsumsinya. Tetapi dengan alasan praktis dan ekonomis konsumen tetap saja mengkonsumsi makanan atau minuman instant tersebut. Sehingga terkadang konsumen mengabaikan kecukupan gizi yang ada pada produk yang akan dikonsumsinya. Hal ini terjadi pada produk susu formula, susu formula saat ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan terutama bagi kaum ibu yang memiliki anak balita. Selain praktis dan jenis serta mereknya yang beragam, susu formula juga menyumbang kontribusi yang sangat penting akan kebutuhan gizi. Tidak dapat dihindari bahwa setiap orang tua, terutama kaum ibu, cenderung menggunakan susu formula untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi anak mereka sebagai penganti ASI. Selain untuk pemenuhan kebutuhan gizi susu formula juga sudah dianggap sebagai gaya hidup. Oleh karena itu, para produsen susu formula berupaya memberikan tampilan yang menarik melalui iklaniklan yang ada dimedia cetak maupun media elektronik. Bahkan para produsen gencar sekali melakukan promosi melalui rumah sakit bersalin yang terkadang mengabaikan kode etik yang telah dipersyaratkan oleh pemerintah. Selain itu, kita juga sering sekali mempertanyakan, apakah penambahan bahan-bahan atau zat-zat tertentu sudah memenuhi keamanan yang dipersyaratkan sesuai dengan undang-undang atau standar yang berlaku.
Dengan keadaan seperti ini (kebutuhan akan pemenuhan gizi,gaya hidup serta kencarnya promosi yang dilakukan para produsen susu formula), banyak kaun ibu memilih menggunakan susu formula daripada memberikan ASI. Hal ini dapat dilihat hanya 40 persen bayi di Indonesia memperoleh ASI eksklusif1. Selain itu, berdasarkan survey demografi kesehatan Indonesia tahun 1997-2002 menunjukkan pemberian ASI (Air Susu Ibu). Kepada bayi 1 jam setelah kelahiran menurun dari 8 persen menjadi 3,7 persen. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) eksklusif selama enam bulan menurun dari 42,2 persen menjadi 39,5 persen.
Sedangkan penggunaan susu formula meningkat tiga kali
lipat dari 10,8 persen menjadi 32,5 persen2. Ditambah lagi, menurut BKKBN, (2006)3 menyebutkan bahwa lebih dari 38,8 persen kaum ibu di Indonesia memberi susu formula untuk bayi usia 6-12 bulan. Dengan adanya data di atas, maka kita dapat melihat bahwa konsumsi susu formula sudah sangat tinggi, sehingga perlu diperhatikan tingkat keamanannya. Pengetahuan tentang susu formula juga sangat penting, karena dengan banyaknya pengetahuan yang kita peroleh dapat menghindari seseorang dari konsumsi pangan yang salah (Suhardjo,1989). Akhir-akhir ini berkembang isu yang beredar di media cetak maupun elektronik bahwa dalam susu formula terdapat bakteri berbahaya yaitu bakteri Enterobacter sakazakki (Es). Hal ini didasarkan dari penelitian yang dilakukan oleh Dr. Sri Estuningsih bersama kawan-kawan yang menyatakan dari penelitian yang dilakukan terhadap susu formula, sebanyak 22,73 % dari 22 sample yang diteliti terkontaminasi bakteri Enterobacter sakazakki.
Dengan adanya isu bakteri ini, ternyata mengakibatkan
keresahan terhadap masyarakat terutama para ibu (Rosita, 2008) Luasnya penggunaan susu formula menjadikan berita kontaminasi ini mampu memicu keresahaan massal. Keresahan yang terjadi di masyarakat luas khususnya para ibu timbul karena para ibu menyadari bahwa keamanan pangan sangat penting untuk diketahui, sehingga para ibu khwatir susu formula yang mereka berikan pada anakanaknya tidak aman untuk dikonsumsi dan telah terkontaminasi oleh bakteri Enterobacter sakazakii. Kekhawatiran ini dikarena kurangnya pengetahuan terhadap susu formula 1
http://www.bisnis.com/dukungan untuk Ibu Menyusui. 10 Februari 2009 http://www.sinarharapan.co.id/berita/ Membuat Ibu Merasa Malu Menyusui. 09 Februari 2009 3 http://www.padamunegeri.wordpress.com/Ambang Aman Konsumsi Susu Pengganti ASI. 09 Februari 2009 2
dengan adanya isu bakteri Enterobacter sakazakkii. Informasi yang diberikan atau diberitakan oleh media massa baik cetak maupun elektronik belum sepenuhnya dapat menjawab kekhawatiran para ibu. Bahkan ada yang mengakui sekarang menghadapi kondisi dilematis, hal ini dikarenakan sejak lahir anaknya mendapatkan gizi hanya dari susu formula. Adapula seorang ibu yang memberikan susu dewasa pada anaknya. Selain itu ada juga yang mengganti susu formula dengan memberikan susu kedelai pada anaknya. Penjualan susu dengan merek terkenal juga mendapatkan dampak akibat isu bakteri Enterobacter sakazakii yaitu menurun hingga 20 persen. Kaum ibu tidak hanya resah sampai situ saja, untuk mengetahui kebenaran isu ini kaum ibu yang bergabung dalam Lembaga Peduli Ibu dan Bayi melakukan demo di Bundaran Hotel Indonesia4. Namun untuk mengurangi tingkat keresahan masyarakat khususnya kaum ibu pemerintah melalui Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) melakukan penelitian dengan mengambil sampel sebanyak 96 macam sampel susu formula. Dengan hasil penelitian ini pemerintah melalui BPOM menyatakan bahwa tidak terdapat bakteri Enterobacter sakazakii pada sampel yang di teliti. Tetapi pernyataan pemerintah tidak begitu saja dapat mengurangi keresahan yang terjadi pada masyarakat khususnya kaum ibu. Bahkan ada salah satu konsumen yang memperkarakan masalah ini yaitu Bapak David M.L Tobing, yang berprofesi sebagai pengacara yang sering menangani perkara konsumen ini. Ternyata perkara ini di terima oleh majelis hakim dan perkara ini dimenangkan oleh Bapak David M.L Tobing. Di dalam perkara ini majelis menyatakan bahwa peneliti (IPB) dan pemerintah sebaiknya bekerja sama sehingga tidak terjadi kesalah pahaman. Dengan cara melanjutkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan menggunakan standar penelitian profesional. Hasil dari penelitian tersebut harus diumumkan secara terbuka sehingga masyarakat dapat memilih produk yang baik5. Dengan adanya pernyataan – pernyataan di atas dapat menimbulkan suatu persepsi tersendiri terhadap keamanan pangan dengan isu bakteri Enterobacter sakazakii. Persepsi yang dibentuk seseorang dipengaruhi oleh pikiran dan lingkungan sekitarnya dan secara substansi bisa sangat berbeda dengan realitas, dengan kata lain persepsi tidak
4 5
http://www.radar-bogor.co.id/. Ibu-Ibu Demo. 15 Mei 2009 http://www.hukumonline.com/Konsumen Menangkan Gugatan Susu Formula. 04 Maret 2009
hanya tergantung pada rangsangan fisik tetapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar juga keadaan individu yang bersangkutan. Persepsi memiliki sifat subjektif karena setiap orang akan memandang suatu objek atau situasi dengan cara yang berbeda-beda (Setiadi, 2003). Dalam hal ini, masyarakat dipengaruhi oleh keadaan sekitar yaitu dengan adanya isu bakteri Enterobacter sakazakii. Belum jelasnya berita mengenai merek-merek susu formula yang terkontaminasi bakteri tersebut, maka hal ini dapat menimbulkan berbagai persepsi dalam masyarakat. Adanya informasi yang kurang jelas itu dapat mengubah persepsi masyarakat terutama kaum ibu terhadap susu formula. Dengan timbulnya persepsi yang berbeda – beda yang dibentuk oleh masyarakat hal ini dapat mempengaruhi sikap konsumen terutama kaum ibu untuk menentukan pemilihan susu formula yang akan dikonsumsi oleh anak mereka. Walaupun pemerintah khususnya BPOM dan para peneliti belum juga mengumumkan merek – merek susu yang telah terkontaminasi. Namun telah adanya isu yang menyatakan bahwa susu Dancow, SGM, Bebelac, Bendera dan S26 adalah susu – susu yang telah terkontaminasi bakteri Enterobacter sakazakii6. Ironisnya dari susu – susu tersebut ada dua merek susu yang diproduksi oleh produsen - produsen cukup besar di Indonesia dan dapat dikatakan telah mempunyai pangsa pasar yang baik. Produsen tersebut adalah PT Nestle Indonesia dan PT Sari Husada.
Dari produsen – produsen ini mereka memproduksi banyak susu
formula tetapi ada satu produk dari masing – masing produsen yang menjadi produk unggulan. PT Nestle Indonesia mempunyai merek susu formula unggulan yaitu susu Dancow, karena susu Dancow mempunyai tingkat penjualan mencapai 40 persen di pasaran jika dibandingkan dengan merek – merek lain yang diproduksinya. Begitu juga dengan PT Sari Husada memiliki merek susu formula unggulan yaitu SGM yang penjualannya mencapai 40 persen di pasaran jika dibandingkan merek – merek lain yang diproduksi oleh PT Sari Husada7.
6
Nama P. 2000. Daftar Susu Tercemar Bakteri Sakazakii yang Disebar Lewat SMS dan Email Tak Benar. http://www. Halohalo.co.id . [11 Maret 2009]. 7 http://www.web.bisnis.com/PT Nestle Indonesia - Inovasi Tiada Henti. 16 Maret 2009
1.2. Perumusan Masalah Kasus bakteri Enterobacter sakazakii yang terjadi di Indonesia akan berdampak langsung terhadap kehidupan masyarakat baik dari sisi sosial maupun ekonomi, dengan adanya isu tersebut, akan menimbulkan keresahan di masyarakat karena para ibu khawatir jika memberikan susu formula yang salah. Hal ini dikarenakan tingginya tingkat kesadaran orang tua khususnya para ibu terhadap keamanan pangan bagi anak-anak mereka .8 Seiring dengan semakin meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat, hal ini yang membuat masyarakat semakin menyadari pentingnya keamanan dan mutu pangan yang baik. Selain itu peran media (elektonik maupun cetak) dan aktivitas organisasi perlindungan konsumen semakin membuat masyarakat menyadari bahwa penting sekali keamanan dan mutu pangan yang baik bagi konsumen. Sehingga membuat masyarakat menyadari bahwa biaya yang harus dikeluarkan untuk pengobatan atau biaya rumah sakit yang akan diakibatkan oleh penyakit bawaan dari makanan atau minuman yang dikonsumsi jauh lebih besar bila di bandingkan dengan pengeluaran untuk membeli makanan atau minuman yang aman dan bermutu. Susu formula yang telah terkontaminasi bakteri Enterobacter sakazakii belum juga jelas. Informasi-informasi yang disampaikan melalui media massa baik cetak maupun elektronik, belum juga memberikan informasi seperti yang diharapkan masyarakat. Selain itu, pemerintah belum melakukan tindakan terhadap isu bakteri Enterobacter sakazakii yang terdapat dalam susu formula. Sampai saat ini saja pemerintah belum mengumumkan merek-merek susu formula apa yang telah terkontaminasi bakteri Enterobacter sakazakii. Dampak dari isu bakteri Enterobacter sakazakii pada susu formula secara tidak langsung akan membentuk persepsi terhadap keamanan pangan susu formula dengan isu bakteri Enterobacter sakazakii pada masyarakat khususnya kaum ibu, berbagai macam persepsi akan timbul di dalam masyarakat tentang susu formula. Selain itu, karakteristik dari masyarakat yang mengkonsumsi susu formula juga akan menimbulkan persepsi yang berbeda-beda dari masyarakat, karena karakteristik merupakan bagian dari persepsi 8
http://www. Indonesia-aman.info/Berbahayakah Susu formula. 09 Februari 2009
internal. Sedangkan faktor yang mempengaruhi persepsi dari faktor eksternal yaitu lingkungan sekitar. Sehingga ada kemungkinan banyak masyarakat yang terpengaruh dengan isu ini atau bahkan ada masyarakat yang tidak terpengaruh dengan isu tersebut. Dengan banyaknya persepsi terhadap susu formula dapat menimbulkan sikap yang akan diberikan oleh konsumen terhadap pemilihan susu formula yang terbaik, bagi anak – anak mereka. Adapun merek-merek susu formula yang menguasai pangsa pasar yamg baik yaitu susu Dancow dan SGM. Namun merek – merek susu tersebut di isukan telah terkontaminasi bakteri Enterobacter sakazakii. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimana karakteristik konsumen (orang tua terutama kaum ibu) yang memberikan susu formula bagi anak mereka? 2. Bagaimana persepsi konsumen terhadap keamanan pangan pada susu formula dengan adanya isu bakteri Enterobacter sakazakki? 3. Bagaimana hubungan karakteristik konsumen (orang tua terutama kaum ibu) yang memberikan susu formula bagi anak mereka dengan persepsi konsumen tehadap keamanan pangan pada susu formula adanya isu bakteri Enterobacter sakazakki? 4. Bagaimana sikap konsumen (orang tua terutama kaum ibu) terhadap merek susu Dancow dan SGM dengan adanya isu bakteri Enterobacter sakazakii ?
1.3. Tujuan Penelitian 1.
Mendeskripsikan karakterisitik konsumen (orang tua terutama kaum ibu) yang memberikan susu formula bagi anak mereka.
2.
Mendeskripsikan persepsi konsumen terhadap keamanan pangan dengan adanya isu Enterobacter sakazakki pada susu formula.
3.
Menganalisis hubungan karakteristik konsumen (orang tua terutama kaum ibu) yang memberikan susu formula bagi anak mereka dengan persepsi konsumen tehadap keamanan pangan pada susu formula adanya isu bakteri Enterobacter sakazakki.
4.
Menganalisis sikap konsumen (orang tua terutama kaum ibu) terhadap merek susu Dancow dan SGM dengan adanya isu bakteri Enterobacter sakazakii.
1.4. Manfaat Penelitian Diharapkan penelitian ini berguna sebagai masukan bagi : 1. Sebagai bahan pertimbangan bagi para produsen pangan dalam memperhatikan mutu keamanan pangan dari produk yang diproduksinya. 2. Sebagai bahan sosialisasi kepada pihak-pihak terkait seperti produsen dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), agar lebih ketat mengawasi produk yang akan beredar kepada masyarakat luas. Selain itu BPOm lebih berusaha untuk meningkatkan keamanan pangan pada susu formula. 3. Memberikan informasi persepsi dan sikap konsumen terhadap keamanan pangan dengan adanya isu bakteri Enterobacter sakazakii. 4. Seluruh pihak yang membaca penelitian ini, diharapkan mendapat informasi mengenai manfaat yang terdapat di dalam susu formula dapat menjadi salah satu pertimbangan sebelum memutuskan untuk membeli produk susu formula yang akan di konsumsi.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian terkait hanya pada dua merek susu formula yang mempunyai pangsa pasar yang baik dan diisukan terkontaminasi bakteri Enterobacter sakazakii. Penelitian hanya mencoba untuk menyampaikan informasi yang terkait dengan karakteristik konsumen, persepsi, hubungan antara karakteristik dengan persepsi terhadap susu formula adanya isu bakteri Enterobacter sakazakki. Dan sikap konsumen terhadap dua merek susu yang pangsa pasar cukup baik tetapi di isukan telah terkontaminasi bakteri Enterobacter sakazakii Penelitian ini hanya pada konsumen akhir, pihak produksen tidak dilakukan penelitian karena adanya keterbatasan penelitian. Batasan penelitian ini penting untuk disampaikan, dengan tujuan agar hasil penelitian dapat diterima dan di mengerti sebagai gambaran informasi mengenai persepsi dan hubungan antara karakteristik dan persepsi serta sikap konsumen dalam mengkonsumsi susu formula.
1.6. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki keterbatasan, keterbatasn ini terjadi pada pengukuran persepsi. Persepsi disini tidak adanya indikator yang mendukung penilaian persepsi oleh responden, sehingga persepsi yang ada bersifat subyektif.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Karakteristik dan Nutrisi Susu Susu merupakan makanan yang memiliki kandungan gizi yang tinggi dan lengkap. Secara umum susu adalah hasil sekresi dari kelenjar susu (mamae) ternak mamalia betina yang sedang menyusui anaknya, namun dalam prakteknya susu merupakan hasil sekresi atau laktasi bebas kolostrum yang berasal dari ternak yang sehat (Edelstein diacu dalam Agustina 2007). Kandungan komposisi nutrisi susu sapi jika dibanding dengan jenis susu mamalia lainnya seperti manusia, kambing, domba, kerbau, rusa, unta, dan kuda dapat dilihat dalam Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Susu Berbagai Jenis Mamalia Komposisi Nutrisi (%) Air Lemak Protein Laktosa Manusia 88,30 3,11 1,19 7,18 Sapi 87,25 3,80 3,50 4,80 Kerbau 76,89 12,46 6,03 3,74 Kambing 87,88 3,82 3,21 4,54 Domba 80,82 6,86 6,52 4,91 Rusa 67,20 17,09 9,89 2,82 Unta 87,61 5,38 2,98 3,26 Kuda 90,7 1,20 2,00 5,70 Sumber : Edelstein dalam Agustina,2007 Spesies
Abu 0,21 0,65 0,89 0,55 1,89 1,49 0,70 0,40
Menurut Indiarti (2008), ada beberapa macam susu formula. Secara garis besar dibagi menjadi 2, yaitu susu formula untuk pemula dan susu formula lanjutan. Susu formula untuk pemula diberikan sebagai pengganti ASI. Susu formula ini biasanya dikhususkan untuk bayi – bayi yang tidak memperoleh ASI . Sedangkan susu formula lanjutan biasanya diberikan untuk bayi yang berusianya lebih dari satu tahun. Ibu dapat melihat keterangan – keterangan semacam itu dari pembungkus susu formula yang akan dibeli. Jika salah memilih dapat merugikan bayi anda karena menyebabkan system pencernaan terganggu hingga terjadi diare atau penyakit yang lain. Untuk memilih susu formula jangan hanya melihat kemasan yang menarik tapi ibu harus melihat tanggal kadaluarsa. Selain tanggal kadaluarsa, ibu juga harus memperhatikan berapa lama toleransi kemasan susu formula tersebut dalam keadaan
terbuka, umumnya toleransi adalah satu bulan. Lebih baik lagi jika ibu menyimpan wadah susu tersebut dalam kondisi tertutup rapat dan menempatkannya ditempat yang kering dan sejuk. 2.2. Jenis Susu Formula Menurut Muchtadi (2002), susu bayi dikenal juga dengan sebutan susu formula, karena berasal dari susu sapi yang diformulasi sedemikian rupa sehingga komposisinya mendekati ASI. Susu formula dibagi menjadi tiga golongan yaitu : 1. Susu formula “Adapted” berarti disesuaikan dengan keadaan fisiologis bayi. Susu formula ini dikomposisikan sangat mendekati ASI, sehingga cocok untuk digunakan bagi bayi baru lahir sampai berumur 4 bulan. Formula “Adapted” yang beredar di Indonesia antara lain : Vitalac, Nutrilon, Nan, Bebelac, Dumex sb, dan Enfamil. 2. Susu formula “Complete Starting” susu formula ini susunan zat gizinya lengkap dan dapat diberikan sebagai formula permulaan. Berbeda dengan susu formula “Adapted”, kadar protein susu formula ini lebih tinggi dan rasio antara fraksi – fraksi proteinnya tidak disesuaikan dengan rasio yang terdapat dalam ASI. Demikian pula kadar mineralnya lebih tinggi dibandingkan dengan susu formula “Adapted”. Karena cara pembuatannya lebih mudah dibandingkan dengan fornula “Adapted” maka susu formula “Complete Starting” harganya lebih murah. Untuk menghemat, biasanya bayi diberi susu formula “Adapted” sampai berumur tiga bulan, kemudian dilanjutkan dengan susu formula ini. Susu formula “Complete Starting”
yang beredar di
Indonesia antara lain : SGM 1, Lactogen 1, dan New Camelpo. 3. Susu formula “Follow-Up” dalam susu formula ini adalah lanjutan, yaitu menggantikan susu formula yang sedang digunakan dengan susu formula ini. Susu formula ini diperuntukkan bagi bayi berumur 6 bulan ke atas. Pada umumnya susu formula “Follow-Up” mengandung protein dan mineral yang lebih tinggi dari susu formula sebelunmya. Seperti halnya pada susu formula “Complete Starting”, rasio fraksi proteinnya tidak mengikuti rasio yang terdapat pada ASI. Contoh susu formula “Follow-Up” adalah : Lactogen-2, SGM-2, Chilmil, Promil dan Nutrima. Di samping susu formula bayi yang dapat diberikan pada bayi sehat, produsen susu bayi membuat juga formula-formula khusus untuk diberikan pada bayi (anak kecil)
dengan kelainan metabolisme tertentu, agar bayi atau anak kecil tersebut dapat tetap tumbuh normal, baik fisik maupun kejiwaannya. Susu formula semacam ini dikenal sebagai formula diit atau “special formula”. Dengan sendirinya produk – produk ini tidak dianjurkan untuk diberikan pada bayi sehat, sebab susunan zat – zat gizinya justru menjauhi susunan yang terdapat pada ASI. Formula ini sebaiknya diberikan kepada bayi atas petunjuk dokter. Beberapa contoh formula diit tersebut diutarakan di bawah ini : 1. Formula Prematur untuk pertumbuhan bayi premature yang cepat, diperlukan zat – zat gizi yang lebih banyak, sehingga formula yang dibuat khusus bagi bayi premature berlainan komposisinya dibandingkan dengan formula biasa. Susu untuk bayi premature mengandung lebih banyak protein, kadar beberapa mineralnya (seperti kalsium dan natrium) serta densitas energinya lebih tinggi. Formula khusus premature yang pada saat ini beredar di Indonesia ialah Nenatal dan Enfalac. 2. Formula Rendah Laktosa dan Tanpa Laktosa, jarang sekali ditemukan bayi yang tidak mempunyai enzim laktase (kelainan secara bawaan), yang lebih sering dijumpai adalah keadaan rendahnya aktivitas lactase, misalnya pada bayi premature atau bayi yang terkena infeksi usus. Untuk mengatasi keadaan berkurangnya aktivitas laktase, maka para produsen susu bayi membuat formula dengan kandungan laktosa yang rendah atau tidak mengandung laktosa sama sekali. Adapun merek – merek susu formula demikian yang beredar di Indonesia adalah LLM (Low Lactose Milk) dan Almirol dengan kandungan laktosa sekitar 1%, serta Bebelac FL yang tidak mengandung laktosa sama sekali. 3. Formula dengan Asam Lemak MCT tinggi kemampuan tubuh untuk menyerap asam lemak tergantung dari panjang/pendeknya rantai karbon yang mrmbentuk asam lemak tersebut, serta ada/tidaknya ikatan rangkap. Asam lemak berantai pendek lebih mudah diserap oleh usus, dan adanya ikatan rangkap akan memudahkan penyerapan asam lemak. Demikian pula lemak yang mengandung asam lemak berantai medium (MCT= Medium Chain Triglycerides) lebih mudah diserap oleh usus. Jika bayi (anak kecil) menderita kesulitan dalam menyerap lemak (fat malabsorption), yang dapat di tandai dengan gejala diare dan banyaknya lemak yang ada dalam feses, maka lemak yang diberikan harus yang banyak mengandung MCT. Susu formula yang mengandung asam lemak MCT tinggi antara lain Portogen.
a. Formula Protein Hidrolisat adakalanya oleh suatu penyakit, tubuh tidak dapat mencerna protein yang masuk melalui makanan, sehingga tidak dapat diserap oleh usus, dan dikeluarkan lagi melalui feses. Keadaan ini disebut sebagai “protein maldigestion”, yang mungkin disebabkan karena tidak tersedianya enzim – enzim pencerna protein (tripsin, khimotripsin, peptidase, dan sebagainya) dalam jumlah yang cukup. Dalam keadaan bayi menderita hal semacam itu, harus diberikan susu formula yang mengandung protin yang sudah mengalami hidrolisis terlebih dahulu (protein hidrolisat). Formula seperti itu yang dapat ditemukan di Indonesia adalah Nutramigen. b. Formula Kacang Kedelai, formula ini tidak mengandung laktosa, maka formula ini dapat digunakan bagi bayi yang sedang mengalami penurunan aktivitas lactase, seperti halnya formula rendah atau tanpa laktosa. c. Formula Semi Elementer terdapat dua macam produk yang di pasarkan di Indonesia yaitu Pregestimil dan Pepti-Jonior. Seperti halnya formula – formula diit (yang tergolong khusus ), lebih – lebih dua formula yang disebutkan ini tidak boleh diberikan secara sembarang tanpa petunjuk dari dokter. Untuk menjamin mutu gizi susu bayi, ditetapkan standar mutu untuk masing-masing jenis susu bayi yang harus diikuti oleh setiap produsen makanan bayi dapat di lihat pada Lampiran 1 Persyaratan lainnya yang di stadarisasi adalah sebagai berikut ( Condex Stan. 721981, FAO/WHO diacu dalam Muchtadi, 2002) : 1. Vitamin dan mineral yang ditambahkan harus diseleksi dari the “Advisory Lists of Vitamin and Mineral Salts for Use in foods for infants and children”. 2. Semua bahan yang digunakan harus bersih, bermutu tinggi, aman dan cocok untuk dikonsumsi oleh bayi. Warna, rasa dan baunya harus memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan. 3. Produk dan komponen tidak boleh mengalami perlakuan irradiasi. 4. Bahan tambahan (Aditif) • Bahan Pengental (Thickening Agents) 1. Guar gum : 0,1 g/100 ml 2. Locust bean gum : 0,1g/100 ml
3. Distarch phosphate 4. Acetylated distarch phosphate 5. Phosphated distarch phosphate 6. Hydroxypropyl starch 0,5 mg/100 ml masing – masing atau campuran dalam soybased infant formula atau 2,5 mg/100 ml dalam hydrolyzed protein atau amino acid based infant formula. Carrageenan : 0,03 g/100 ml hanya dalam milk dan soybased infant formula atau 0,1 g/100 ml dalam hydrolyzed protein atau amino acid based infant formula. •
Emulsifier : Lesitin 0,5/00 ml, Mono dan Digliserida : 0,4g/100 ml.
•
Bahan kimia pengatur pH (pH adjusting agents) di batasi penggunaanya oleh “Good Manufakturing Practice” termasuk dalam daftar ini adalah Natrium hidroksida (NaOH), Natrium hydrogen karbonat (NaHCO3), Natrium Karbonat (Na2CO3), Kalium hidroksida (KOH), Kalium hydrogen karbonat (KHCO3), Kalium Hidroksida (Ca(OH)2), Natrium sitrat, Kalium sitrat, L(+) Asam Laktat, Kultur mikroba yang memproduksi L(+) Asam Laktat, dan Asam sitrat.
•
Antioksidan, Konsentrat tokoferol : 1 mg/100 ml, L-askorbil palmitat.
•
Tidak satu pun jenis adiftif boleh terdapat dalam produk sebagai akibat terbawa dari bahan mentah.
•
Residu pestisida tidak boleh terdapat dalam produk, atau bila tidak mungkin dihilangkan, harus dikurangi kadarnya semaksimal mungkin.
•
Produk harus bebas dari residu hormone dan antibiotika serta senyawa yang aktif secara farmakologis.
2.3. Karakteristik Bakteri Enterobacter sakazakii Enterobacter sakazakii pertama kali ditemukan pada tahun 1958 pada 78 kasus bayi dengan infeksi meningitis. Sejauh ini juga dilaporkan beberapa kasus yang serupa pada beberapa negara. Meskipun bakteri ini dapat menginfeksi pada segala usia tetapi resiko terbesar terkena adalah usia bayi. Peningkatan kasus yang besar di laporkan terjadi
di bagian Neonatal Intensive Care Units (NICUs) beberapa rumah sakit di Inggris, Belanda, Amerika dan Canada9. Enterobacter sakazakii adalah suatu kuman jenis gram negatif dari keluarga Enterobacteriaceaae. Organisme ini di kenal sebagai Yellow pigmented Enterobacter cloacae. Pada tahun 1980, bakteri ini diperkenalkan sebagai bakteri jenis baru berdasarkan pada perbedaan analisis hibridasi DNA, reaksi biokimia dan uji kepekaan terhadap antibiotik. Disebut dengan hibridasi DNA menunjukkan Enterobacter sakazakii 53 – 54 % dikaitkan dengan 2 spesies yang berbeda genus yaitu Enterobacter dan Citrobacter10. Enterobacter sakazakii berkerabat dengan dekat dengan Salmonella dalam keluarga Enterobacteriaceae, gran negatif, oksidasi negarif, anaerob fakultatif, batang, tidak bersprora dan akan mati dalam proses pasteurisasi, motile (bergerak aktif), memfermentasi glukosa. Enterobacter sakazakii dapat kita temukan di beberapa lingkungan industri makanan (pabrik susu, coklat, kentang, cereal, dan pasta), lingkungan berair, sediment tanah lembab. Dalam beberapa bahan makanan yang potensi terkontaminasi Enterobacter sakazakii antara lain keju, sosis, daging cincang awetan, sayuran, dan susu bubuk. Serta pernah ditemukan pada beberapa jenis serangga, tikus, rumah sakit, dan organ serta cairan dari makhluk hidup. Faktor yang mendukung pertumbuhan Enterobacter sakazakii yaitu nutrisi (ceceran powder, karbon, nitrogen, sulfur, fosfor, vitamin, dan Trace elemen), air (udara lembab), oksigen (udara), waktu untuk berkembang biak, dan suhu yang sesuai. Susu Infant Milk formula (untuk 0-6 bulan) merupakan media yang potensial bagi infeksi Enterobacter sakazakii pada bayi terutama bagi : Bayi yang baru lahir sampai usia 28 hari, bayi premature, bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLH), bayi dengan gangguan fungsi kekebalan tubuh. Enterobacter sakazakii sangat berbahaya bagi bayi pada kondisi di atas, karena dapat menyebabkan antara lain Miningitis (radang selaput otak), Necrotizing Enteroclitis (radang usus), Sepsis, Bacteremia (peningkatan jumlah bacteri dalam darah), Brain cyst (kista otak). Mikroorganisme yang menghasilkan koloni – koloni kuningan pada TSA (Tryptone Soya Agar), menghasilkan positif, reaksi Tween 80 esterase dan juga
9 10
http://www.kompas.com/Konsumen Menangkan Gugatan Susu Formula. 04 Maret 2009 http://www.kompas.com/Konsumen Menangkan Gugatan Susu Formula. 04 Maret 2009
berbanding lurus dengan identifikasi dengan API 32E (profil biokimia dari Enterobacter sakazakii hamper serupa dengan Enterobacter cloacae kecuali memproduksi pigmen kuning, aktiivitas dan aktivitas Tween 80 esterase, Enterobacter sakazakii di sebut juga sebagai Enterobacter cloacae yang berpigmen kuning 11. Sumber penularan Enterobacter sakazakii berasal dari susu formula bayi (WHO, 2004) berdasarkan hasil penelitian di Negara maju dari 141 sampel susu formula bubuk, 20 diantaranya positif terkontaminasi Enterobacter sakazakii walaupun lavel rendah, berdasarkan standar Codex mengaju pada kontaminasi Escherichia coli (< 3 cfu/g). Dr.drh.Sri Estuningsih staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan IPB dan par a peneliti lainnya antara lain : Drh. Hernomoadi Huminto MVS, Dr.I.Wayan T.Wibawan, dan Dr.Rochman Naim yang melakukan penelitian melalui dua tahap. Tahap pertama, isolasi dan identifikasi Enterobacter Sakazakki dalam 22 sampel susu formula dan 15 sampel makanan bayi. Tahap ke dua, menguji 12 isolat Enterobacter Sakazakki dari isolat yang diujikan terdapat 6 isolat yang menghasilkan enteroksin. Uji selanjutnya adalah menguji isolat tersebut pada kemempuan toksinnya setelah dipanaskan. Terdapat 5 dari 6 isolat tersebut yang masih memiliki kemampuan sitolisis setelah dipanaskan. Selanjutnya Dr.drh.Sri Estuningsih menentukan satu kandidat dari isolat tersebut dan menguji enterotoksin serta bakteri vegetatifnya pada bayi mencit berusia enam hari. Bayi mencit diinfeksi melalui rute oral (cekok mulut) menggunakan sonde lambung khusus dan steril. Setelah tiga hari kemudian dilakukan pengambilan sample organ mancit tersebut. Hasil pengujian enteroksin murni dan enteroksin yang di panaskan dan bakteri mengakibatkan enteritis (peradangan saluran pencernaan), sepsis (infeksi peredaran darah) dan meningitis (infeksi pada lapisan urat saraf tulang belakang dan otak). Pemeriksaan tersebut dilakukan dengan menggunakan Metode Hispatologi menggunakan pewarnaan Hematoksilin Eosin. Penelitian ini menyimpulkan di Indonesia sebanyak 22,73 % dari 22 sampel susu formula dan 40 % dari 15 sampel makanan bayi yang terkontaminasi oleh Enterobacter Sakazakki yang menghasilkan enterotoksin tahan panas dan menyebabkan enteritis, sepsis dan meningitis pada bayi mencit. Dari hasil mengamatan histopatologi yang diperoleh masih dibutuhkan penelitian senada yang lebih mendalam untuk mendukung 11
http://www.id.wikipedia.org/ Pengertian Bakteri Enterobacter Sakazakii. 08 Februari 2009
hasil penelitian tersebut. Sangat penting untuk di pahami bahwa susu formula bayi bukanlah produk steril, sehingga dalam penggunaannnya serta penyimpanannya perlu perhatian khusus untuk menghindari kejadian infeksi karena mengkonsumsi susu tersebut. Dr.drh.Sri Estuningsih
secara pribadi melihat langsung fasilitas salah satu
perusahaan susu formula dan makanan bayi dengan omset terbesar di Indonesia yaitu sebagian besar fasilitas tersebut telah memenuhi standar operasional prosedur perusahaan susu formula dan makanan bayi dan sampai sekarang masih dilakukan upaya untuk mencegah kontaminasi tersebut (Rosita, 2008). Penelitian mengenai persepsi konsumen terhadap suatu produk telah dilakukan banyak peneliti di tempat yang berbeda. Persepsi konsumen merupakan suatu hal yang penting dan berkaitan dengan perilaku konsumen dalam menggunakan suatu produk. Berikut adalah beberapa kajian penelitian mengenai persepsi konsumen yang berkaitan dengan adanya suatu sebab sehingga memberikan suatu persepsi terhadap produk. Adanya penelitian dengan judul hubungan persepsi tentang flu burung dan sikap dalam mengkonsumsi telur dan daging ayam (kasus pada pelanggan restoran KFC cabang MT Haryono Jakarta) oleh Muslim (2006). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik pelanggan KFC, mengetahui persepsi pelanggan tentang flu burung, mengetahui sikap pelanggan, dalam mengkonsumsi telur, daging ayam dan produk olahannya, menentukan derajat hubungan persepsi tentang flu burung dan sikap pelanggan KFC dalam mengkonsumsi telur, daging ayam dan produk olahannya. Data di peroleh melalui wawancara menggunakan kuesioner, data diolah menggunakan program computer SPSS versi 13.0 untuk melakukan uji korelasi RankSpearman (Rs). Hasil dari penelitian ini adalah karakteristik pelanggan KFC dalam penelitian ini mayoritas berusia muda, perempuan, berpendidikan tinggi, berpenghasilan kurang dari 1.000.000 per bulan. Persepsi pelanggan KFC tentang flu burung sudah baik, dan sikap responden adalah tetap mengkonsumsi produk unggas meskipun kini mewabah flu burung. Terdapat hubungan sangat nyata (p<0,01) negative antara tingkat penghasilan dan persepsi tentang pencegahan penularan flu burung. Terdapat hubungan nyata (p<0,05) antara persepsi tentang pencegahan penularan flu burung dan sikap dalam mengkonsumsi produk unggas.
Penelitian mengenai persepsi konsumen dilakukan oleh Hanafiah (2007). Penelitian ini membahas persepsi anggota kelompok ternak terhadap isu flu burung, kelurahan setempat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi kelompok terhadap flu burung, karakteristik anggota kelompok dan hubungan antara faktor internal dan faktor eksternal anggota kelompok dengan persepsi terhadap flu burung. Data yang diperoleh di analisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan diuji dengan menggunakan analisis korelasi rank spearman. Hasil dari penelitian ini menunjukkan persepsi konsumen (kelompok ternak) terhadap flu burung masih memerlukan informasi yang lebih jelas, karena hal ini secara langsung berpengaruh terhadap pemeliharaan hewan-hewan ternak. Penelitian mengenai persepsi konsumen juga dilakukan oleh Indiani (2007) yang membahas persepsi konsumen terhadap merek – merek mi instant. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola konsumsi mi instan pada mahasiswa, dan menganalisis persepsi dan preferensi berdasarkan atribut terhadap merek – merek mi instant serta tingkat persaingan antara merek mi instant yang di teliti. Data yang di peroleh di analisis dengan menggunakan motede MDS (Multidimensional Scaling) di olah menggunakan software SPSS 13.0 for Windows. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa persepsi konsumen terhadap jenis mi instant responden lebih menyukai mie instant goreng dibandingkan mie instant kuah. Persepsi berdasarkan merek dan atribut mi instant goreng menunjukkan respon unggul dari atribut rasa yang enak, jenis rasa paling banyak, kandungan gizi paling lengkap, ketersediaan barang, promosi yang paling menarik, dan merek yang paling di sukai. Persepsi berdasarkan tingkat kesamaan pada mi goreng responden menilai merek mie Sedap dan Super mie memiliki kesamaan, sedangkan Indomie dan Sarimie berada pada kuadran yang terpisah dari merek – merek lain menandakan keduanya dinilai berbeda meskipun Indomie dekat dengan Mie Sedap dan Sarimi cukup dekat dengan Super Mie. Penentuan posisi pasa merek – merek mie instant goreng menunjukan Indomie dan Mie Sedap dapat memposisikan dirinya sebagai mie instant lain. Hal ini ditandai oleh kedua merek tersebut berada dalam satu kuadran dengan hampir seluruh atribut – atribut mie instant yang diteliti.
Penelitian persepsi juga di lakukan oleh Fitri (2007) yang meneliti tentang persepsi orang tua terhadap keamanan pangan jajanan anak sekolah dasar di kota Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi orang tua dan guru terhadap keamanan pangan jajanan anak sekolah sebagai dasar pengembangan strategi untuk memasyarakatkan pengetahuan keamanan pangan bagi orang tua dan guru sehingga orang tua dan guru dapat berkontribusi lebih maksimal terhadap keamanan pangan jajanan di sekolah. Penelitian di lakukan dengan penyebaran kuisioner sebagai alat pengumpulan data pokok. Data yang di peroleh kemudian di olah dengan Microsoft excel dan program SPSS (Crosstabulation). Sedangkan metode analisis yang di gunakan adalah uji chi- square. Hasil dari penelitian Fitri (2007) berdasarkan analisis chi-square, menunjukkan bahwa perbedaan profil responden tidak menjamin perbedaan persepsi. Dalam penelitian juga di katakana bahwa sumber informasi tentang keamanan pangan umumnya diperoleh konsumen dari media elektronik seperti TV dan Radio. Kedua media tersebut merupakan alat komunikasi yang efisien dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat. Ada juga yang melakukan penelitian tentang persepsi dan sikap ibu terhadap klaim gizi dalam iklan susu formula anak usia prasekolah dan hubungannya dengan keputusan pembelian Kurnia (2007). Penelitian inibertujuan mengidentifikasi dan menganalisis kategori klaim iklan berbagai merek susu formula, menganalisis motivasi pembelian susu formula, menganalisis persepsi dan sikap contoh terhadap merek susu formula, menganalisis keputusan pembelian susu formula, menganalisis faktor – faktor yang berhubungan dengan persepsi dan sikap contoh terhadap klaim gizi iklan susu formula serta keputusan pembelian susu formula. Penelitian
ini
menggunakan
kuesioner,
pengolahan
dan
analisis
data
menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS 11,5 For Windows. Analisis awal dilakukan secara statistic deskriptif. Setelah itu dilakuakan analisis inferensia pada beberapa variabel yang dianggap memiliki hubungan dengan menguji uji korelasi Spearman. Untuk variabel yang memiliki respon ordinal dilakukan uji Friedman. Hasil penelitian menunjukan, sebagian besar merek susu formula memiliki klaim yang bersifat objektif atau literal truth. Peraturan perikalanan yang dilanggar oleh iklan tujuh merek susu formula (30,4 persen) adalah PP RI No 69 tahun 1999 tentang label dan
iklan. Motivasi dari pembelian susu adalah untuk kesahatan anak. Terdapat hubungan yang positif antara pendapatan per kapita dengan persepsi. Terdapat hubungan nyata positif antara motivasi pembelian dengan sikap terhadap klaim. Persepsi terhadap klaim berhubungan nyata positif denga tingkat terpengaruhnya klaim gizi. Sementara sikap terhadap klaim berhubungan nyata negative dengan tingkat terpengaruhnya klaim gizi. Terdapat hubungan nyata positif antara sikap terhadap klaim dengan frekuensi pembelian. Terdapat hubungan nyata antara persepsi dan sikap terhadap klaim gizi lama penggunaan merek susu formula. Berdasarkan penelitian tentang persepsi diatas belum ada yang melakukan penelitian tentang persepsi konsumen terhadap keamanan pangan susu formula dengan adanya isu bakteri Enterobacter Sakazakki (ES). Hal ini dikarenakan isu bakteri Enterobacter Sakazakki (ES) terdapat pada susu formula baru terdengar oleh masyarakat luas dipertengahan tahun 2008. Karena isu bakteri Enterobacter Sakazakki (ES) pada susu formula mengakibatkan keresahan pada masyarakat (orang tua terutama kaum ibu) yang memberikann susu formula bagi anak–anak mereka. Maka hal ini yang menjadi dasar ketertarikan untuk melakukan penelitian. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adanya persamaan dalam menggunakan alat analisisnya yaitu analisis korelasi rank spearman. Namun untuk sikap menggunakan analisis Multiatribut Fishbein.
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Keamanan Pangan 1. Sanitasi dan Higiene Dalam berbagai aspek kehidupan, terutama yang ada hubungannya dengan kesehatan, masalah higiene dan sanitas memegang peranan yang amat penting. Berbagai masalah kontaminasi dan infeksi oleh mikroba, mudah diatasi dipecahkan bila masalah higiene dan sanitasi ditingkatkan. Berbagai usaha pabrik pangan untuk menanggulangi masalah pencemaran mikroba telah dilakukan, tetapi sering kurang berhasil seperti yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena pola perilaku para karyawannya tidak tertib serta kurang tercermin akan kewaspadaan terhadap masalah higiene dan sanitasi 2. Prinsip Sanitasi Program sanitasi dijalankan sama sekali bukan untuk mengatasi masalah kotorannya lingkungan atau kotorannya pemrosesan bahan, tetapi untuk menghilangkan kontaminasi dari pangan dan mesin pengolahan pangan serta mencegah terjadinya kontaminasi kembali. Kontaminasi yang mungkin timbul berasal dari pestisida, bahan kimia, insekta,tikus dan partikel-partikel benda asing seperti kayu, metal, pecahan gelas dll, tetapi yang terpenting dari semuanya adalah kontaminasi mikroba. Keberhasilan suatu proses sterilisasi panas tergantung dari jumlah awal mikroorganisme dalam produk pangan pasa saat proses pemanasan (sterilisasi ataupun pasteurisasi) tersebut dimulai, semakin kecil semakin baik. 3. Sumber Kontaminasi Bahan baku mentah, peralatan atau mesin yang berkontak langsung dengan pangan, peralatan untuk sterilisasi panas, air untuk pengolahan pangan, air pendingin kaleng, peralatan atau mesin yang menangani produk akhir. 4. Tahap-tahap Higiene dan Sanitasi Produk untuk melaksanakan higiene dan sanitasi harus disesuaikan dengan jenis dan tipe mesin atau alat pengolahan pangan. Standard yang digunakan adalah :
1. ”Pre rinse” atau langkah awal yaitu : menghilangkan tanah dan sisa makanan mengerok, membilas denngan air, menyedot kotoran dan sebagainya. 2. Pembersihan : menghilangkan tanah dengan cara mekanis atau mencuci dengan lebih efektif. 3. Pembilasan
: membilas tanah dengan pembersih seperti sabun/deterjen dari
permukaan. 4. Pengecekan visual : memastikan dengan indera mata bahwa permukaan alat-alat bersih. 5. Penggunaan desinfektan : untuk membunuh mikroba. 6. Pembersihan akhir : bila diperlukan untuk membilas cairan desinfektan yang padat. 7. ”Drain dry” atau pembilasan kering: desinfektan atau final rinse dikeringkan dari alat-alat tanpa diseka atau dilap. Pemilihan zat kimia umtuk higiene dan sanitasi, beserta kadarnya ditentukan dan disesuaikan dengan perkiraan tingginya derajat pengotoran oleh sisa makanan pada permukaan alat dan mesin pengolahan.( Winarno 2004). Keamanan pangan atau Food safety kini menjadi isu yang sangat populer di dunia. Keamanan pangan diartikan sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologi, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia (UU RI No 7, 1996). Aspek keamanan pangan bila tidak diperhatikan dapat menjadikan pangan berbalik menjadi sumber malapetaka sumber penyakit, bahkan kematian (Sulaeman, 1996). Produk pangan yang mempunyai tingkat keamanan yang baik adalah produk pangan yang bebas dari cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia (Hariyadi, 2007). Keamanan pangan adalah sebuah tanggung jawab yang mengikat kita semua, dari petani hingga konsumen yang menyiapkan makan malam untuk keluarganya. Mengabaikan tanggung jawab ini maka resiko yang kita hadapi adalah keracunan yang dapat menyebabkan kematian, sehingga perguruan tinggi menjadi sangat konsen terhadap masalah ini.
3.1.2 Persepsi Menurut UU Perlindungan Konsumen No 8 tahun 1999 dalam Oksowela (2008), konsumen merupakan sebagai pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik digunakan untuk kepentingan sendiri, keluarga, orang lain dan tidak untuk diperdagangkan. Konsumen memiliki hak penuh dalam menentukan produk yang akan dikonsumsinya. Namun keputusan konsumen ini tentunya akan dipengaruhi oleh pihak pemasar atau pihak-pihak yang memiliki kepentingan khusus terhadap konsumem tersebut. Kotler (2001), mengemukakan bahwa persepsi dihasilkan atau dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal (stimulus) dan faktor internal (individu). Faktor eksternal merupakan karakteristik fisik dari produk seperti ukuran, tekstur dan atribut yang terdapat dalam produk. Pengaruh lingkungan merupakan faktor di luar individu yang akan mempengaruhinya dalam melakukan pengambilan keputusan. Sumber informasi diartikan sebagai karakter penyampaian pesan. Keahlian dan validitas sumber informasi sangat mempengaruhi konsumen, dimana semakin ahli dan terpercaya sumber informasi maka konsumen akan semakin percaya. Menurut Kotler (2001), sumber informasi konsumen dapat di kelompokan menjadi 4 yaitu sumber pribadi yang berasal dari keluarga, teman, tetangga maupun kenalan, sumber komersial yaitu berasal dari iklan, wiraniaga, distributor, kemasan maupun model produk yang di pajang, sumber public yaitu media massa (media cetak atau elektronik) maupun organisasi dan sumber pengalaman yaitu evaluasi dan pemakaian produk. Informasi terbanyak tentang suatu produk yang diterima konsumen secara umum berasal dari sumber-sumber yang didominan oleh pemasar sedangkan informasi yang efektif justru berasal dari sumber-sumber pribadi. Menurut Setiadi (2003), informasi yang didominan pemasar secara umum melaksanakan memberitahu sedangkan sumber pribadi melaksanakan fungsi legitimasi dan atau evaluasi. Keluarga yang merupakan sumber pribadi merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat dan merupakan kelompok acuan primer yang paling berpengaruh dalam keputusan pembelian. Menurut (Engel et al.,1994) konsumsi makanan dalam keluarga sangat ditentukan oleh ibu rumah tangga yang memainkan peran sebagai gate keeper yang bertanggung jawab dalam pemilihan dan persiapan hidangan bagi seluruh keluarga. Sebagai gate keeper, ibu berperan
memberikan inisiatif pemikiran dalam keluarga mengenai pembelian produk dan pengumpulan informasi untuk membantu pengambilan keputusan, khususnya mengenai keputusan pembelian sebagian besar bahan pangan. Media massa adalah alat komunikasi yang dapat menjangkau orang dalam jumlah yang besar. Terdapat dua bentuk media yaitu media cetak seperti majalah, koran, dan buku serta media elektronik seperti radio, televise dan film. Menurut Gift el al. (1975), pada prinsipnya isi dari media kebanyakan membawa iklan atau promosi. Alas an utama dalam penggunaan media massa adalah sebagai sumber informasi, hiburan dan asset social sebagai cara untuk tetap mengetahui apa yang sedang terjadi dan antusiasme social. Media cetak paling utama di gunakan tetapi tidak semata – mata untuk tujuan yang serius guna mendapatkan ilmu pengetahuan atau melatih kecerdasan. Media elektronika di gunakan secara luas tetapi tidak semuannya di gunakan untuk hiburan tetapi juga dapat di gunakan untuk memperoleh berbagai informasi tentang produk. Diantara jenis media periklanan yang ada, televise merupakan media yang efiktif untuk mempeoleh pengaruh terhadap konsumen. Kemampuan televise dalam menyampaikan isi pesan secara serentak yang menggabungkan antara audio, visual dan gerak mampu memikat perhatian khalayak sasaran yang lebih luas sehingga keungulan ini membedakan telivisi dengan media lainnya (Kotler, 2001) Faktor internal merupakan karakteristik seseorang, kemampuan dasar dalam proses penginderaan serta pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya terhadap berbagai atribut atau situasi konsumen yang bersangkutan, motivasi awal dan pengaruh keadaan yang dialami konsumen. Faktor internal terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan kelas social. Faktor internal akan menggambarkan adanya pertukaran nilai, kebutuhan, kebiasaan maupun perilaku yang berbeda antara suatu kelompok konsumen dengan lainnya (Mowen dan Minor, 2002). Pemilihan dan selera konsumen terhadap pangan dan barang lainnya dipengaruhi oleh faktor usia (Kotler, 2001). Menurut Sumarwan (2003), siklus hidup seorang konsumen akan ditentukan oleh usianya. Sejak lahir ke dunia, seorang manusia telah menjadi konsumen dan ia akan terus menjadi konsumen dengan kebutuhan yang berbeda sesuai dengan usiannya. Menurut Gunarsa dan Gunarsa (1991), pendidikan adalah proses yang dilakukan secara sadar, terus menerus, sistematis dan terarah mendorong terjadinya perubahan –
perubahan di dalam individu. Keterlibatan seseorang dalam proses pendidikan atau tingkat pendidikan yang dicapainya akan mempengaruhi dan membentuk cara, pola dan kerangka berfikir, persepsi, pemahaman dan kepribadian. Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi nilai – nilai yang dianutnya, cara berpikir, cara pandang bahkan persepsi terhadap suatu masalah (Sumarwan, 2003). Hardinsyah dan Suharjo (1987) menyatakan bahwa tingkat pendidikan seseorang berhubungan dengan jenis pekerjaan dimana semakin tinggi tingkat pendidikan maka kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan semakin besar. Pekerjaan mempengaruhi barang dan jasa yang dibeli serta pola konsumsi seseorang. Status pekerjaan akan menentukan kelas social dan pendapatan seseorang, namun pendapatan bukanlah satu – satunya variable yang menentukan kelas social seseorang (Sumarwan, 2003). Persepsi konsumen berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang di miliki sebelumnya. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi berkaitan dengan pengetahuan yang lebih tinggi pula (Sediaoetomo, 1999). Pengetahuan yang di miliki seseorang merupakan unsur dari kepribadian dan semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka ia akan semakin berhati – hati dalam membuat keputusan (Setiadi 2003). Pengalaman pembelian atau pemakaian, walaupun tentu saja berhubungan dengan pengetahuan, tidak harus memberikan indikasi yang akurat mengenai beberapa banyak persisnya informasi yang dimiliki konsumen. Pengukuran pengetahuan objektif berusaha menilai isi ingatan yang actual. Sebaliknya pengukuran pengetahuan subjektif meminta orang untuk menunjukkan beberapa banyak pengetahuan yang mereka rasa mereka miliki ( Engel et al.,1994 ). Pengetahuan konsumen akan mempengaruhi keputusan pembelian yaitu semakin banyak pengetahuan yang dimiliki konsumen maka konsumen akan semakin baik dalam mengambil keputusan. Selain itu, pengetahuan tersebut dapat mengakibatkan konsumen akan lebih efiktif dan lebih tepat dalam mengolah informasi serta mampu me-recall informasi dengan lebih baik. Berdasarkan uraian tersebut, terlihat bahwa persepsi berhubungan dengan pembentukan pengetahuan konsumen yang kemudian akan mempengaruhi keputusan pembelian atau konsumsi ( Kotler, 1987).
Seseorang dapat memperoleh pengetahuan melalui media massa maupun pindidikan formal dan non formal (Guhardja, 1979). Pengetahuan juga dapat terbentuk setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap sesuatu obyek tertentu. Menurut Cohen (1981), persepsi merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya rangsangan yang mengenai organ sensori dari seorang individu. Di dalam proses persepsi, seorang individu akan menyusun dan menerjemahkan rangsangan sensori sehingga dikembangkan suatu pengertian sendiri akan dunia di sekitarnya. Rangsangan (stimulus) adalah energi dalam tubuh yang dapat merangsang bagian – bagian tubuh untuk memproduksi suatu efek dalam makhluk hidup itu sendiri. Sedangkan sensasi (sensation) adalah akibat, pengertianatau terjemahan dari rangsangan yang terjadi secara langsung dan cepat menciptakan suatu sikap dan perilaku. Persepsi adalah interprestasi dari sensasi, sehingga persepsi dapat diartikan juga sebagai proses kompleks yang dipilih, disusun dan diterjemahkan oleh individu serta merangsang panca indera untuk menghasilkan gambaran yang mempunyai arti dan saling berhubungan.
Stimulus
Organ Sensori
Persepsi
Sensasi
Pengertian
Sikap dan perilaku
Gambar 1. Proses terjadinya persepsi Perbedaan dalam persepsi akan mempengaruhi perilaku konsumen dalam memilih atau membeli produk karena konsumen akan membeli barang sesuai dengan persepsinya. Pemahaman terhadap persepsi konsumen sangat bermanfaat bagi pemasar karena persepsi konsumen dapat di jadikan dasar dalam melakukan market segmentation. Selain persepsi konsumen, perusahan juga harus mempelajari sikap dan perilaku konsumen. Perusahaan – perusahan sudah tentu berkeinginan untuk menimbulkan perubahan – perubahan dalam perilaku konsumen yang memyebabkan semakin
membaiknya persepsi konsumen terhadap merek – merek tertentu yang dimiliki oleh perusahan tersebut (Engel et al.,1994). Persepsi yang dibentuk seseorang di pengaruhi oleh pikiran dan lingkungan sekitarnya dan secara substansi bisa sangat berbeda dengan realitas, dengan kata lain persepsi tidak hanya tergantung pada rangsangan fisik tetapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar juga keadaan individu yang bersangkutan. Persepsi memiliki sifat subjektif karena setiap orang akan memandang suatu objek atau situasi dengan cara yang berbeda – beda (Setiadi, 2003). Menurut Robbins (2002), factor – factor yang mempengaruhi persepsi di bagi kedalam tiga bagian, yaitu : (1) factor situasi meliputi waktu, keadaan pekerjaan dan keadaan social, (2) factor pengamat sendiri seperti sikap/pendirian, alasan yang mendasari /motivasi, perhatian minat, pengalaman dan harapan serta (3) factor target meliputi sesuatu (kesenangan) yang baru, gerakan dan suara.
3.1.2 Sikap Setiadi (2003) sikap di sebut juga sebagai konsep yang paling khusus dan sangat dibutuhkan dalam psikologis sosial kontemporer. Sikap juga merupakan salah satu konsep yang paling penting di gunakan pemasaran untuk memahami konsumen. Sikap terhadap merek yaitu mempelajari kecenderungan konsumen untuk mengevaluasi merek baik disenangi ataupun tidak di senangi ataupun tidak disenangi secara sengaja secara konsisten. Setiadi (2003) tiga komponen sikap, kepercayaan merek adalah komponen dari sikap, evaluasi merek adalah komponen afektif atau perasaan, dan maksud untuk membeli adalah komponen konatif atau tindakan. Hubungan antara ketiga komponen ini dijelaskan pada gambar di bawah ini.
Gambar 2. hubungan antara tiga komponen sikap Komponen Kognitif Kepercayaan terhadap merek
Komponen Afektif Evaluasi merek
Komponen Konatif Maksud untuk membeli
Hubungan antara tiga komponen itu mengilustrasikan hierarki pengaruh keterlibatan tinggi (high involvement) yaitu kepercayaan merek mempengaruhi maksud untuk membeli. Dari tiga komponen sikap, evaluasi merek adalah pusat dari telaah sikap karena evaluasi merek merupakan ringkasan dari kecenderung konsumen untuk menyenangi atau tidak menyenangi merek tertentu. Evaluasi merek sesuai dengan definisi dari sikap terhadap merek yaitu kecenderungan untuk mengevaluasi merek baik disenangi atau tidak disenangi. Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan merek datang sebelum dan mempengaruhi evaluasi merek, dan evaluasi mereka terutama menentukan prilaku berkehendak. Setiadi (2003) teori Fishbein lebih dapat diaplikasikan dibandingkan dengan teori Rosenberg, karena Fishbein menjelaskan pembentukan sikap sebagai tanggapan atas atribut – atribut. Sedangkan Rosenberg menjelaskan pembentukkan sifat sebagai tangkapan atas nilai – nilai. Atribut bersifat lebih operasional, sedangkan nilai lebih bersifat abstrak dan susah diderivasi ke dalam bentuk yang lebih konkret. Model Fishbein memungkinkan para pemasar mendiagnosa kekuatan dan kelemahan merek produk mereka secara relative dibandingkan dengan merek produk pesaing dengan menentukan bagaimana konsumen mengevaluasi alternatif merek produk pada atribut – atribut penting. Ilustrasi model Fishbein digambarkan pada gambar ini :
Gambar 3. Model Multiatribut Fishbein Evaluasi Atribut Pasta gigi dengan triclosan dan fluoride baik untuk memelihara kesehatan gigi dan gusi
Kepercayaan (bi) Pepsodent mampu memelihara kesehatan gigi karena mengandung triclosan dan fluoride
SIKAP TERHADAP OBJEK (Ao) Saya menyukai Pepsodent karena mampu memelihara gigi dan gusi agar tetap kuat, tetapi Pepsodent kurang memberikan kesegaran mulut dibandingkan dengan pasta gigi lainnya. Walaupun demikian saya tetap mempunyai sikap positif terhadap positif
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Munculnya berita di berbagai media elektronik maupun surat kabar tentang tercemarnya produk susu formula oleh bakteri Enterobacter sakazakii telah banyak membuat perhatian berbagai pihak. Reaksi masyarakat atas peristiwa kontaminasi produk susu formula oleh bakteri Enterobacter sakazakii dapat di maknai sebagai kepedulian masyarakat terhadap mutu dan keamanan produk pangan. Produk pangan yang banyak di konsumsi masyarakat tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai produk yang memenuhi kreteria mutu yaitu Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH)12. Keresahan yang timbul akibat isu bakteri Enterobacter sakazakii juga merupakan akibat informasi yang di berikan belum juga menjawab kekhawatiran masyarakat. Pemerintah yang belum juga mengumumkan merek – merek susu formula menambah keresahan masyarakat terutama kaum ibu yang khawatir memberikan susu formula pada anak – anak mereka. Sehingga hal ini akan menimbulkan berbagai persepsi terhadap keamanan pangan pada masyarakat. Persepsi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berkaitan dengan karakteristik responden seperti tingkat usia,
12
http://www.kompas.com/Konsumen Menangkan Gugatan Susu Formula. 04 Maret 2009
pekerjaan, pengeluaran dan pendidikan. Faktor eksternal responden berasal dari lingkungan sekitar responden yang dapat mempengaruhi persepsinya seperti informasi. Informasi di sini dapat diartikan sebagai pengetahuan konsumen. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan diteliti hubungan antara karakteristik dengan persepsi konsumen (orang tua terutama kaum ibu) terhadap keamanan pangan susu formula dengan adanya isu bakteri Enterobacter sakazakii. Dengan adanya berbagai persepsi terhadap keamanan pangan dari masyarakat khususnya kaun ibu akan membentuk suatu sikap. Di mana sikap ini akan mempengaruhi pemilihan susu formula yang baik bagi anak mereka. Adapun di negera Indonesia memiliki produsen – produsen susu, yang mempunyai merek susu unggulan yaitu Dancow dan SGM, namun ke dua merek ini di isukan telah terkontaminasi bakteri Enterobacter sakazakii. Merek susu formula ini mempunyai pangsa pasar paling besar di bandingkan dengan merek – merek yang lain. Dengan adanya isu bakteri Enterobacter sakazakii apakah konsumen akan memberikan sikap yang lebih berhati – hati terhadap susu formula yang sudah di percaya oleh konsumen. Dengan melihat beberapa atribut – atribut yang penting dalam suatu pemilihan susu formula yang berkwalitas dan bermutu serta sesuai dengan standar mutu yang dipersyaratkan. Adapun atribut – atribut tersebut yang penting menurut (Muchtadi 2002) penambahan nutrisi seperti AA, DHA, Spingomielin dan lain – lain, adanya izin dari DepKes, aroma rasa harus memenuhi standar mutu yang ditetapkan. Selain itu menurut (Indiarti 2008) harus memperhatikan tanggal kadaluarsa, harga, kebutuhan akan susu sesuai umur, kecocokan kondisi anak, adanya keterangan petunjuk penggunaan dan petunjuk penyimpanan. Adapun kerangka pemikiran konseptual secara sistematis dapat dilihat pada Gambar 4.
•
Keresahan masyarakat karena adanya isu bakteri Enterobacter sakazakii dalam susu formula. Kesadaran orang tua terhadap keamanan pangan Lambatnya tindakan pemerintah menangani isu bakteri Enterobacter sakazakii dalam susu formula yang meluas di masyarakt. Sikap konsumen terhadap susu formula dengan merek terkenal (Dancow dan SGM)
• • •
Karakteristik konsumen
Persepsi terhadap keamanam pangan susu formula adanya isu bakteri Enterobacter sakazakii
Analisis Deskriptif
Sikap konsumen
1. 2.
Hubungan karakteristik konsumen (orang tua terutama kaum ibu) dengan pengetahuan dan persepsi terhadap keamanan pangan susu formula adanya isu bakteri Enterobacter sakazakii
•
Harga Kebutuhan akan susu formula sesuai umur anak 3. Kecocokan kondisi anak 4. Kandungan Gizi 5. Penambahan nutrisi seperti AA, DHA, Spingomielin dan lain – lain. 6. Izin Depkes 7. Informasi kadaluarsa 8. Aroma rasa 9. petunjuk penggunaan 10. petunjuk penyimpanan
Analisis korelasi Rank Spearman
Analisis Fishbein
Rekomendasi pemilihan susu formula
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional
IV METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kota Bogor tepatnya di Kecamatan Tanah Sareal. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa karakteristik wilayah tersebut sudah cukup mewakili data yang diperlukan dalam penelitian ini dengan tingkat sosial ekonomi masyarakatnya yang beragam dan jumlah balita yang tinggi , kecamatan tersebut juga merupakan salah satu kecamatan yang mempunyai banyak prestasi diberbagai bidang kesehatan masyarakat diantaranya adalah Kecamatan Tanah Sareal meraih juara satu terbaik Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), juara dua Peningkatan Kualitas Lingkungan Keluarga (PKLK), dan penghargaan pada program terpadu Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluraga Sehat dan Sejahtera (P2WKSS)13. Hal ini dapat diasumsikan bahwa masyarakat Kecamatan Tanah Sareal peduli terhadap kesehatan dan kebersihan lingkungan. Selain itu, para ibu berperan penting baik pada kesehatan keluarganya maupun masyarakat sekitar. Karena penelitian ini untuk mengetahui persepsi konsumen atas keamanan pangan dengan adanya isu-isu yang beredar di media, baik media cetak atau juga media elektronik. Untuk mempermudah penelitian, pengambilan responden dilakukan di Posyandu dan Taman Kanak-kanak Al-Munawar
4.2. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung dengan responden yang
dilakukan dengan bantuan kuisioner. Data ini diperlukan untuk mengetahui
karakteristik konsumen, pengetahuan dan persepsi konsumen terhadap keamanan pangan susu formula dengan adanya isu bakteri Enterobacter Sakazakii
Sedangkan data
sekunder diperoleh dari literatur-literatur dan instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik, Departemen Pertanian, LSI IPB, berbagai situs internet dan bahan pustaka lain yang relevan. 13
http://www.radar-bogor.co.id/Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat Sejahtera. 09 Maret 2009
4.3. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara judgement sampling. Dimana cara penarikan sampel berdasarkan pertimbangan pribadi semata dan sampel yang dipilih dapat mewakili. Penarikan sampel secara judgement ini, setiap responden dapat langsung dipilih di lokasi penelitian asalkan responden tersebut memenuhi kriteria yang ditentukan oleh peneliti dan bersedia untuk mengisi kuesioner . Kriterianya adalah konsumen tersebut yang anaknya mengkonsumsi susu formula, konsumen ini terutama adalah kaum ibu yang bersedia di wawancara. Menurut (Engel et al.,1994) konsumsi makanan dalam keluarga sangat ditentukan oleh ibu rumah tangga yang memainkan peran sebagai gate keeper yang bertanggung jawab dalam pemilihan dan persiapan hidangan bagi seluruh keluarga. Sebagai gate keeper, ibu berperan memberikan inisiatif pemikiran dalam keluarga mengenai pembelian produk dan pengumpulan informasi untuk membantu pengambilan keputusan, khususnya mengenai keputusan pembelian sebagian besar bahan pangan. Selain itu konsumen tersebut memiliki anak yang lebih dari satu orang hal ini dapat diasumsikan bahwa jika anaknya lebih dari satu, ibu tersebut mempunyai pengalaman dalam mengurus anak. Responden ini juga pernah memberikan susu formula baik merek Dancow ataupun SGM pada anaknya. Lokasi pengambilan responden di posyandu Mawar, posyandu ini adalah posyandu yang terbesar di Kecamatan Tanah Sareal, selain itu posyandu ini merupakan posyandu yang paling aktif melakukan kegiatan-kegiatan yang positif untuk warganya. Pengambilan responden tidak hanya dilakukan pada posyandu. Pengambilan responden juga dilakukan di TK Al- Munawar, hal ini dilakuakn karena responden yang ada diposyandu tidak mencukupi. Pengambilan responden di TK Al-Munawar, hal ini dikarenakan banyaknya kaum ibu yang sedang menunggu anaknya bersekolah. Jumlah responden yang diambil adalah 60 orang konsumen yang terdiri dari 30 orang konsumen yang mengkonsumsi susu Dancow dan 30 orang yang mengkonsumsi susu SGM, pemisahan responden dilakukan agar dapat memberikan penilaian terhadap kedua produk, yaitu susu Dancow dan susu SGM dengan lebih spesifik sehingga dapat memberikan hasil yang bervariasi. Responden dipilih 60 orang konsumen, hal ini didasarkan pada penentuan sampel menurut Walpole (1997) yang menyatakan bahwa
jumlah sampel sebanyak 30 orang telah dapat memberikan ragam sampel yang stabil sebagai pendugaan ragam populasi, serta dengan mempertimbangkan keterbatasan yang dimiliki oleh penulis seperti data, waktu dan kemampuan.
4.4 Metode Analisis Data Data dan informasi mengenai karakteristik dan persepsi konsumen terhadap susu formula dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif, digunakan untuk melihat karakteristik konsumen (orang tua) yang memberikan susu formula bagi anak mereka di Tanah Sereal dengan cara mentabulasikan data yang diperoleh. Selain itu untuk mengetahui persepsi harus adanya pengetahuan dan pengalaman yang baik, hal ini dapat diukur berdasarkan informasi yaitu tingkat pengetahuan dikatakana kurang apabila jumlah responden yang mampu menjawab dengan benar adalah kurang dari 60 persen, tingkat pengetahuan dikatakan cukup apabila jumlah responden yang mampu menjawab dengan benar adalah 60 hingga 80 persen dan tingkat pengetahuan dikatakan baik apabila jumlah responden yang mampu menjawab dengan benar adalah lebih dari 80 persen. (Khomsan, 2000). dari seorang konsumen. Sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk melihat bagaimana hubungan antara karakteristik dengan persepsi konsumen yaitu menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Analisis tabulasi deskriptif juga digunakan untuk uji ini. Penggunaan tabulasi deskriptif dimaksudkan untuk mendapatkan karakteristik responden secara deskriptif. Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk mencari hubungan atau menguji signifikansi hipotesis asosiatif apabila masing-masing variabel yang dihubungkan berbentuk ordinal dan sumber data antar variabel tidak harus sama (Sarwono, 2006). Pada penelitian ini, uji korelasi Rank Spearman dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 12 for windows. Korelasi dapat menghasilkan angka positif atau negatif. Apabila korelasi menghasilkan angka positif maka hubungan kedua variabel bersifat searah seperti misalnya apabila satu variabel besar maka variabel lainnya juga besar. Apabila korelasi menghasilkan angka negatif maka hubungan kedua variabel bersifat tidak searah seperti misalnya apabila satu variabel besar maka variabel lainnya kecil. Menurut Sarwono (2006), angka korelasi berkisar antara 0 hingga 1, dengan ketentuan apabila angka
mendekati satu maka hubungan ke dua variabel semakin lemah. Adapun angka sebagai patokan korelasi tersebut adalah sebagai berikut :
a. 0 – 0,25
: Korelasi lemah
b. >0,25 – 0,5 : Korelasi cukup
c. > 0,5 – 0,75
: Korelasi kuat
d. > 0,75 – 1
: Korelasi sangat kuat
Menurut Sarwono (2006), hubungan antara dua variabel dapat dianalisis dengan ketentuan sebagai berikut, yaitu a. Apabila probabilitas < 0,05 maka hubungan kedua variabel nyata b. Apabila probabilitas > 0,05 maka hubungan kedua variabel tidak nyata
Uji rank spearman di tunjukkan dengan rumus berikut ini : n
Rs = 1 -
6∑ di 2 i =1 3
N -N
Keterangan : rs
: Koefisien korelasi rank spearman
N
: Jumlah sampel
di
: Selisih ranking tiap pasangan (ranking X dan Y) Sedangkan untuk mengukur sikap konsumen terhadap merek – merek susu
formula yang terkenal yaitu susu Dancow dan SGM menggunakan Analisis Multiatribut Fishbein. Multiatribut Fishbein adalah menurut Engel dan Blackwell (1994) memberikan hasil yang merupakan suatu gambaran yang berupa sikap, persepsi dan penilaian positif atau negatif dari suatu produk. Penilaian dengan analisis Fishbein ini di ambil dari perhitungan nilai rataan dari masing – masing atribut untuk seluruh responden, lalu di formulasikan kedalam metode Fishbein dan hasilnya berupa nilai Fishbein untuk produk susu formula Dancow dan SGM yang di tampilkan dalam bentuk tabel. Alasan pemilihan model Multiatribut Fishbein adalah karena model ini mampu memberikan informasi tentang persepsi konsumen terhadap produk yang sudah ada, lebih sederhana dalam penggunaan data maupun proses analisisnya. Model sikap Multiatribut Fishbein memeriksa hubungan antara pengetahuan produk yang dimiliki konsumen dan sikap terhadap produk berkenaan dengan ciri atau atribut produk tersebut untuk
membentuk sikap yang menyeluruh terhadap produk. Sikap didefinisikan sebagai evaluasi menyeluruh. Intensitas, dukungan dan kepercayaan adalah sifat penting dari sikap. Secara matematis rumus model Multiatribut Fisbein dapat di tuliskan sebagai berikut. Dimana :
n
Ao = ∑ bi ei i =1
Ao : Sikap keseluruhan konsumen terhadap objek (susu Dancow/ SGM) bi : Kekuatan dan kepercayaan bahwa susu Dancow/SGM memiliki cirri – i ei : Evaluasi konsumen terhadap atribut-i n
: Jumlah atribut yang dimiliki susu Dancow/SGM
i
: Atribut atau cirri Model ini mengemukakan bahwa sikap terhadap objek tertentu misalnya merek
didasarkan pada perangkat kepercayaan yang diringkas mengenai atribut ini. Kekuatan kepercayaan (bi) memberikan gambaran kekuatan kepercayaan konsumen bahwa produk susu Dancow dan SGM memiliiki atribut-atribut yang dianjurkan dalam kuisioner. Dalam penelitian ini akan dinilai kepercayaan konsumen terhadap masing - masing atribut yang terdiri dari harga, kebutuhan akan susu formula sesuai dengan umur, kesesuaian kondisi anak, kandungan gizi, penambahan nutrisi AA, DHA, Spingomielin dan lain – lain, izin Depkes, informasi kadaluarsa, aroma rasa, cara penggunaan, cara penyimpanan. Kekuatan kepercayaan akan diukur dengan skala 5 angka pada kemungkinan yang disadari yang berjajar dari “sangat penting” hingga “sangat tidak penting”. Komponen (ei) menggambarkan evaluasi atribut yang diukur secara khas pada sebuah skala evaluasi yang sama yaitu 5-angka, berikut contoh pengukuran (bi) konsumen terhadap atribut “merek terkenal”, penilaian anda ? Sangat penting : _____ : _____ : _____ : _____ : _____: Sangat tidak penting 5
4
3
2
1
Untuk mengestimasi penilai sikap terhadap susu Dancow dan SGM digunakan indek bi ei dengan mengalihkan setiap skor kepercayaan dengan skor evaluasi yang sesuai, misalkan skor kepercayaan untuk atribut “merek terkenal” adalah 5 dengan evaluasi 3, maka skor sikap akan didapatkan 15 untuk atribut ini. Penilaian sikap konsumen terhadap susu Dancow dan SGM dapat di bandingkan dengan total skor maksimum dari komponen evaluasi yang ada, yaitu dengan mengalihkan skor kepercayaan (bi) yang ideal dengan skor evaluasi (ei) yang sudah ada. Adapun atribut – atribut yang akan dinilai oleh konsumen melaluai analisis fishbein dapat di lihat pada tabel 3. Tabel 2. Atribut produk susu Dancow dan SGM yang dinilai penting oleh konsumen Atribut Dancow Harga Kebutuhan akan susu fornula sesuai umur Kesesuaian kondisi anak Kandungan gizi Penambahan AA,DHA, Spingomielin,DLL Izin Depkes Informasi Kadaluarsa Aroma rasa Petunjuk penggunaan Petunjuk penyimpanan
SGM Harga Kebutuhan akan susu fornula sesuai umur Kesesuaian kondisi anak Kandungan gizi Penambahan AA,DHA, Spingomielin,DLL Izin Depkes Informasi Kadaluarsa Aroma rasa Petunjuk penggunaan Petunjuk penyimpanan
Penentuan atribut di atas dilakukakan dengan terlebih dahulu menggali dari pihak konsumen melalui wawancara dan diskusi, serta berbagai buku - buku yang berkaitan dengan penelitian ini dan literatur – literatur baik dari media cetak maupun elektronik. Sebelum melakukan interprestasi terhadap hasil penelitian konsumen tersebut, terlebih dahulu menentukan rentang skala penilaian. Tentukan juga skor minimum dan skor maksimum penilaian yang mungkin di berikan konsumen (Simamora, 2004). Rumus rentang skala :
Rentang skala = m – n
b Dimana : m : Angka tertinggi dalam pengukuran n
: Angka terendah dalam pengukuran
b : Banyaknya kelas interprestasi yang akan dibentuk Maka besarnya range untuk kategori sikap (Ao) yang merupakan perkalian antara tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaannya adalah :
[(5 * 5) - (1 *1)] = 4,8 5 Sehingga pembagian kelas berdasarkan nilai sikap (Ao) adalah : a. 1 - 5,8
sangat negatif
b. 5,9 - 10,6
negatif
c. 10,7 - 15,4
netral
d. 15,5 - 20,2
positif
e. 20,3 - 25
sangat positif
Untuk nilai sikap secara keseluruhan atau nilai sikap total (Ao total) di peroleh dari
[(25 *10) - (1 *10)] = 48 5 Sehingga diperoleh pembagian kelas sikap total (Ao) total : a. 10 - 58
sangat negatif
b. 59 - 107
negatif
c. 108 - 156
netral
d. 157 - 205
positif
e. 206 - 254
sangat positif
Analisis
Fishbein akan memberikan hasil mengenai sikap konsumen susu
Dancow terhadap susu Dancow dan susu SGM serta konsumen susu SGM terhadap susu SGM dan susu Dancow.
DEFINISI OPERASIONAL
Susu formula adalah susu bubuk dalam kemasan, baik kaleng ataupun dus karton yang
dikonsumsi oleh anak balita. Responden susu formula adalah kaum ibu yang memberikan susu formula baik merek
Dancow maupun SGM untuk anak mereka. Karakteristik responden adalah karakteristik yang dimiliki responden meliputi usia,
status bekerja, pengeluaran dan pendidikan. Status Bekerja adalah status yang dimiliki responden dalam melakukan aktifitas untuk
membantu perekonomian keluargannya. Pengeluaran adalah pengeluaran yang dikeluarkan untuk keperluan rumah tangga dalam
satu bulan. Pendidikan adalah pengetahuan yang didapatkan dalam pendidikan formal. Pengenalan Kebutuhan adalah mengenali kebutuhan yang sesuai dengan keperluaanya. Alasan Pembelian Susu adalah merupakan motivasi dalam melakukan pembelian susu
formula baik susu Dancow maupun SGM. Pencarian Informasi adalah mencari informasi sesuai dengan kebutuhan yang
diperlukan. Keputusan Pembelian adalah keputusan akhir dalam memilih suatu produk yang sesuai
dengan kebutuhan. Persepsi terhadap Keamanan Pangan Susu Formula dengan adanya isu bakteri
adalah tanggapan responden dalam menanggapi isu bakteri tersebut. Sikap Responden adalah suatu penilaian yang diberikan oleh responden dalam
menghadapi suatu masalah yang terjadi.
V PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii
5.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian
Kecamatan Tanah Sareal merupakan salah satu kecamatan yang terbesar di kota Bogor. Kecamatan ini memiliki 11 kelurahan yang terdiri dari 715 RT (Rukun Tetangga) dan 116 RW (Rukun Warga). Kecamatan Tanah Sareal berbatasan dengan Kabupaten Bogor di sebelah utara, Kecamatan Bogor Utara di sebelah timur, Kecamatan Bogor Tengah di sebelah barat dan Kecamatan Bogor Barat di sebelah selatan. Berdasarkan laporan administrasi kependudukan jumlah penduduk Kecamatan Tanah Sareal sampai akhir tahun 2007 adalah 143.189 jiwa, dan jumlah keluarga tercatat sebanyak 33.366 KK dengan rincian warga Asli atau Pribumi laki – laki sebanyak 71.636 jiwa, perempuan sebanyak 69.494 jiwa. Sedangkan warga Negara Indonesia keturunan laki – laki sebanyak 1.006 jiwa, perempuan sebanyak 985 jiwa dan warga Negara Asing laki – laki sebanyak 24 jiwa, perempuan sebanyak 44 jiwa. Sarana pendidikan yang ada di wilayah Kecamatan Tanah Sareal untuk saat ini tergambar dari jumlah sarana pendidikan yang ada mulai dari tingkat taman kanak – kanak sampai perguruan tinggi, sebagai berikut : TK sebanyak 8 unit, SD/MI sebanyak 53 unit, SLTP/MTS sebanyak 23 unit, SLTA/MA sebanyak 13 unit dan Akademik/Perguruan Tinggi sebanyak 4 unit. Untuk sarana peribadatan yaitu Masjid/ Musholah sebanyak 92 unit, gereja sebanyak 4 unit dan Wihara sebanyak 1 unit. Sedangkan untuk fasilitas kesehatan yaitu Rumah Sakit Umum sebanyak 1 unit dan Puskesmas sebanyak 8 unit. 5.2. Karakteristik Responden
Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsumen yang pada saat penelitian mengkonsumsi susu formula dengan merek Dancow ataupun SGM. Memiliki minimal anak lebih dari satu orang dan mengambil beberapa tempat yang ada di kecamatan Tanah sareal seperti posyandu dan TK Al-Munawar. Jumlah responden adalah 60 orang. Karakteristik umum responden dijelaskan oleh variabel usia, pekerjaan,
pengeluaran, pendidikan. Variabel tersebut kemudian akan ditabulasikan berdasarkan persentase dari keseluruhan jumlah responden.
5.2.1. Usia
Profil responden orang tua terutama kaum ibu di bagi kedalam 4 kriteria yaitu usia, status bekerja, pengeluaran dan pendidikan formal yang ditamatkan. Usia di sini di bagi berdasarkan kategori yang di tetapkan oleh BPS pada tahun 2005. Total responden 60 yang terdiri dari 30 responden susu Dancow dan 30 dari susu SGM. Berdasarkan usia, sebaran usia responden susu Dancow atau pun susu SGM yang memiliki persentase tertinggi berkisar usia 30-34 tahun yaitu sebesar 40 persen untuk konsumen susu Dancow sedangkan untuk konsumen susu SGM berkisar usia 25-29 tahun yaitu 33,33 persen. Data usia dapat di lihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden yang Memberikan Susu Formula Dancow dan Susu SGM Pada Anaknya Menurut Sebaran Usia (Tahun) DANCOW Usia (Tahun)
Jumlah (Orang)
SGM
Persentase (%)
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
25-29
8
26,67
10
33,33
30-34
12
40,00
9
30,00
35-39
7
23,33
8
26,67
40-44
2
6,67
2
6,67
45-48
1
3,33
1
3,33
Total
30
100,00
30
100,00
Dari hasil penelitian diketahui konsumen susu Dancow dan susu SGM berusia dewasa awal (20-40 tahun). Tahap usia tersebut merupakan masa paling produktif dalam siklus hidup manusia (Papilia dan Olds 1986).
5.2.2. Status Bekerja
Berdasarkan status bekerja responden susu Dancow dalam penelitian ini adalah Ibu rumah tangga tanpa pekerjaan sambilan sebesar 46,67 persen. Sedangkan sisanya sebesar 40 persen yaitu ibu rumah tangga dengan pekerjaan sambilan dan 13,33 persen adalah ibu rumah tangga dengan pekerjaan penuh diluar rumah. Sedikit berbeda dengan responden susu Dancow responden susu SGM mempunyai persentase tertinggi pada status bekerja yaitu ibu rumah tangga dengan pekerjaan sambilan sebesar 46,67. Sedangkan sisanya sebanyak 33,33 persen yaitu ibu rumah tangga tanpa pekerjaan sambilan dan 20 persen ibu rumah tangga yang bekerja penuh diluar rumah. Data tersebut dapat di lihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Yang Memberikan Susu Formula Dancow dan Susu SGM Pada Anaknya Menurut Sebaran Status Bekerja. DANCOW
SGM
Jumlah(Orang) Persentase (%)
Jumlah(Orang) Persentase (%)
PEKERJAAN Ibu Rumah Tangga tanpa pekerjaan sambilan Ibu Rumah Tangga dengan pekerjaan sambilan Ibu Rumah Tangga dengan pekerjaan penuh TOTAL
14
46,67
10
33,33
12
40,00
14
46,67
4
13,33
6
20,00
30
100,00
30
100,00
Ibu rumah tangga tanpa pekerjaan sambilan umumnya mendedikasikan dirinya untuk berperan sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya dalam rumah tangga. Ibu rumah tangga dengan pekerjaan sambilan dalam penelitian ini berarti selain menjalani perannya sebagai istri dan ibu di keluarga juga memiliki pekerjaan non formal yang menyumbangkan pemasukan untuk keluarga, seperti dengan membuka toko atau kios (berdagang) di rumah atau pasar, menerima jahitan, sampai menjadi pembantu atau tukang cuci pakaian. Sedangkan ibu rumah tangga bekerja di luar rumah secara penuh berarti ibu yang bekerja selama periode tertentu (Term-Time Working), dimana ibu
bekerja penuh waktu selama periode atau waktu tertentu, setelah itu ada waktu istirahatnya untuk beberapa waktu di rumah sebelum kembali bekerja selama periode tertentu. Misalnya menjadi guru di sekolah dan pekerja kantoran (Anonim,2005) Ada perbedaan dalam pembentukan kebiasaan makan bagi anak antara ibu yang bekerja dengan ibu yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga penuh. Ibu yang bekerja berarti sebagaian waktunya akan tersita, sehingga perannya dalam hal mengurus anak terpaksa dikerjakan oleh orang lain (Suhardjo, 1989)
5.2.3. Pengeluaran
Para peneliti seringkali mengalami kesulitan untuk memperoleh data mengenai pendapatan dari responden. Responden merasa tidak nyaman jika harus mengungkapkan pendapatan yang diterimanya dan sebagian merasa bahwa pendapatan adalah hal yang sangat pribadi sehingga sangat sensitif jika diberitahukan kepada orang lain. Untuk mengatasi persoalan diatas, penelitian ini menggunakan metode lain dalam mengukur pendapatan seseorang konsumen, yakni melalui pendekatan pengeluaran sekeluarga perbulan (Sumarwan, 2003) Berdasarkan pengeluaran sekeluarga perbulan yang ditampilkan pada Tabel 5, diketahui bahwa sebagian besar responden susu Dancow memiliki pengeluaran sekeluarga perbulan berkisar Rp 1.000.001 – Rp 2.500.001 sebesar 50 persen begitu juga dengan responden susu SGM memiliki kisaran pengeluaran yang sama dengan responden susu Dancow yaitu sebesar 50 persen. Data ini dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Yang Memberikan Susu Formula Dancow dan Susu SGM Pada Anaknya Menurut Pengeluaran DANCOW Pengeluaran
SGM
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Jumlah (Orang)
5
16,67
5
16,67
15
50,00
15
50,00
Rp. 2.500.001-Rp.5.000.000
9
30,00
8
26,66
> Rp.5.000.001
1
3.33
2
6,67
30
100,00
30
100,00
< 1.000.000 Rp. 1.000.0000-2.500.000
TOTAL
Persentase (%)
5.2.4. Pendidikan
Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar responden susu Dancow yang digunakan pada penelitian ini memiliki pendidikan atau sekolah lanjutan SLTA yaitu sebesar 40 persen sedangkan untuk responden susu SGM yaitu 36,66 persen. Berdasarkan hasil ini, peneliti menilai bahwa kedua kelompok responden dalam penelitian ini telah memiliki pendidikan yang cukup memadai. Sebaran tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini menunjukkan bahwa responden dinilai cukup mampu memahami instruksi yang diberikan melalui kuesioner selama pengambilan data sehingga menunjang pencapaian tujuan penelitian. Data ini dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Yang Memberikan Susu Formula Dancow dan Susu SGM Pada Anaknya Menurut Tingkatan Pendidikan. Pendidikan
DANCOW Jumlah (Orang) Persentase (%)
SGM Jumlah(Orang) Persentase (%)
SD atau sederajat
1
3,33
2
6,67
SLTP
6
20,00
5
16,67
SLTA
12
40,00
11
36,66
DIPLOMA
4
13,33
3
10,00
S1
7
23,34
9
30,00
30
100,00
30
100,00
TOTAL
Menurut Loudon dan Della Bitta (2002), tingkat pendidikan tidak hanya mempengaruhi apa yang di beli oleh konsumen tetapi juga merek yang mereka pilih. Selain itu tingkat pendidikan yang tinggi dapat memberikan pengaruh positif dalam proses pengolahan informasi. Semakin tinggi tingkat pendidikannya, maka konsumen akan lebih responsive dalam mengolah informasi (Sumarwan 2003). 5.3. Tahap Proses Keputusan Pembelian Susu Formula
Pembelian merupakan hasil akhir dari suatu proses yang di lakukan konsumen untuk memenuhi kebutuhannya. Keputusan ini didasari oleh beberapa tahapan yang ada pada umumnya dilalui oleh setiap konsumen sebelum akhirnya membuat keputusan untuk mengkonsumsi suatu produk. Tahapan proses pembelian terdiri dari lima tahapan yang mulai ketika konsumen mengenali permasalahannya, kemudian melakukan pencarian informasi, mengevaluasi alternative yang ada, melakukan keputusan pembelian, dan prilaku setelah pembelian. Namun tidak semua konsumen melakukan melalui seluruh tahapan ini, para konsumen dapat melewati atau membalik beberapa tahapan. Pada penelitian ini responden juga melalui beberapa tahapan proses keputusan sebelum akhirnya memutuskan untuk membeli susu formula. Tahapan yang dilalui responden yaitu : 5.3.1. Pengenalan Kebutuhan
Proses pembelian diawali ketika responden mengenali kebutuhannya yang ditimbulkan oleh rangsangan internal ataupun eksternal, kebutuhan responden untuk memberikan susu formula secara umum. Karena susu formula banyak macam atau jenisnya, masyarakat pada umunya harus cermat dalam memilih susu formula yang sesuai dengan kebutuhannya. Di sini responden susu Dancow dan susu SGM masing – masing memiliki persentase yang sama dalam pengetahuan terhadap
jenis susu formula
berdasarkan kelompok usia sebesar 100 persen. Hal ini dapat di lihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Sebaran Jumlah dan Persentase Yang Mengkonsumsi Susu Formula Dancow dan Susu SGM Menurut Pengetahuan Responden terhadap Jenis Susu formula Berdasarkan Kelompok Usia Pengetahuan terhadap jenis susu formula
DANCOW
SGM
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
30
100,00
30
100,00
Tidak
0
0
0
0
Total
30
100,00
30
100,00
Ya
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Selain mengenali jenis susu formula proses pembelian produk susu formula secara umum di dasari adanya motivasi pembelian yang dipengaruhi oleh keinginan memberi gizi yang lengkap sebesar 56,67 persen untuk responden susu Dancow, diikuti oleh kecocokan susu bagi anak mereka sebesar 23,33 persen selanjutnya motivasi di sini di lengkapi dari saran – saran yang di berikan oleh orang – orang yang dapat di percaya, adapun kebiasaan keluarga dapat memotivasi dalam pembelian dan kesukaan anak terhadap produk. Masing – masing dari persentase dari motivasi ini sebesar 10 persen, 6,67 persen dan 3,33 persen. Sedangkan untuk responden susu SGM berbeda pendapatnya dengan responden susu Dancow. Responden susu SGM di motivasi untuk pembelian susu oleh kecocokan susu bagi anak mereka di lanjutkan untuk memenuhi kebutuhan gizi, menerima saran – saran dari dokter atau bidan bahkan keluarga yang dapat memberikan masukan yang positif selanjutnya di ikuti oleh kebiasaan keluarga atau kerabat dekat. Masing – masing motivasi ini memiliki persentase sebesar 50 persen, 36,66 persen, 6,67 persen, dan sebesar 6,67 persen. Menurut
Solomon
(2002)
motivasi
berhubungan
dengan
proses
yang
menyebabkan seseorang berperilaku seperti yang di lakukan. Motivasi timbul untuk memenuhi kebutuhan yang di rasakan oleh konsumen. Motivasi ini dapat di lihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Yang Memberikan Susu Formula Dancow dan Susu SGM Pada Anaknya Menurut Motivasi. DANCOW Alasan membeli susu formula
Kecocokan susu bagi anak
Jumlah (Orang)
SGM
Persentase (%)
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
7
23,33
15
50,00
17
56,67
11
36,66
Saran dokter/bidan/keluarga
3
10,00
2
6,67
Mengikuti kebiasaan keluarga atau kerabat dekat
2
6,67
2
6,67
kesukaan anak pada susu formula
1
3,33
0
0,00
30
100,00
30
100,00
Memberikan gizi yang lengkap
TOTAL
5.3.2. Pencarian Informasi
Proses ini dapat dilakukan oleh konsumen melalui dua cara yaitu melalui pencarian internal yang tersimpan didalam ingatan berupa pengalaman penggunaan produk susu formula hal ini dikarenakan responden yang menjadi contoh adalah responden yang memiliki anak lebih dari satu hal dapat diasumsikan responden sudah memiliki pengalaman sehingga dapat menanggulangi anaknya. Sedangkan pencarian eksternal dilakukan melalui pengumpulan informasi dari bahan bacaan, saran dari orang yang ahli dalam bidangnya seperti dokter ataupun bidan dan media lainnya. Responden susu Dancow mendapatkan sumber informasi melalui dokter atau bidan mempunyai persentase sebesar 40 persen begitu pula dengan responden susu SGM mempumyai persentase sebesar 50 persen. Data ini dapat di lihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Yang Memberikan Susu Formula Dancow dan Susu SGM Pada Anaknya Menurut Sumber Informasi. DANCOW
SGM
Sumber Informasi Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
12
40,00
15
50,00
Iklan
3
10,00
4
13,33
Teman
5
16,67
3
10,00
Keluarga
6
20,00
6
20,00
Lainnya…
4
13,33
2
6,67
30
100,00
30
100,00
Dokter atau Bidan
TOTAL
5.3.3 Keputusan Pembelian
Kegiatan ini merupakan tujuan dari serangkaian proses yang pada umumnya dilalui oleh konsumen sebelum mengkonsumsi suatu produk atau jasa. Pada tahapan ini konsumen membuat berbagai keputusan tentang pembelian seperti kapan waktu membeli, dimana melakukan pembelian dan bagaimana proses pembayaran dilakukan. Berdasarkan penelitian, sebagian besar responden susu Dancow mempunyai inisiatif sendiri dalam penggunaan atau pembelian susu Dancow yang mempunyai persentase sebesar 60 persen. Begitu pula dengan responden susu SGM mempunyai kesamaan dalam keputusan pembelian yaitu mempunyai inisiatif sendiri yang mempunyai persentase sebesar 70 persen untuk pembelian susu SGM . Hal ini dapat di lihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Yang Memberikan Susu Formula Dancow dan Susu SGM Pada Anaknya Menurut Sumber yang Mempengaruhi Sumber Yang Mempengaruhi Inisiatif sendiri
DANCOW Jumlah (Orang)
SGM
Persentase (%)
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
18
60,00
21
70,00
Iklan
3
10,00
2
6,67
Teman
0
0,00
2
6,67
Keluarga
4
13,33
3
10,00
Lainnya…
5
16,67
2
6,66
30
100,00
30
100,00
TOTAL
Proses keputusan responden untuk membeli susu formula bagi anak mereka sebagian besar dilakukan melalui perencanaan terlebih dahulu, yaitu sebesar 66,67 persen bagi responden susu Dancow dan 73,33 persen susu SGM. Beberapa cara lain yang dilakukan responden dalam memutuskan membeli susu formula dapat di lihat pada Tabel 11. Tabel 11. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Yang Memberikan Susu Formula Dancow dan Susu SGM Pada Anaknya Menurut Cara Memutuskan Pembelian. Cara memutuskan Pembelian Terencana
DANCOW Jumlah (Orang)
SGM
Persentase (%)
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
20
66,67
22
73,33
Tergantung situasi
7
23,33
6
20,00
Tidak pernah terencana
3
10,00
2
6,67
30
100,00
30
100,00
TOTAL
5.4. Persepsi Responden
5.4.1. Persepsi Terhadap Keamanan Pangan dengan Adanya Isu Bakteri Enterobacter sakazakii
Menurut Kotler (2001), persepsi konsumen berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki sebelumnya, dimana semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka semakin baik persepsinya terhadap sesuatu. Pada pertengahan tahun 2008 terdengar bahwa di dalam susu formula ada bakteri Enterobacter sakazakii. Hal ini dapat mempengaruhi persepsi masyarakat secara umum terhadap produk susu formula. Untuk mengetahui apakah responden tahu tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii dapat di lihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Sebaran Jumlah dan Persentase Tentang Persepsi dengan Pengetahuan yang Dimiliki Responden Terhadap Isu Bakteri Enterobacter sakazakii
Isu Bakteri pada susu formula
DANCOW
SGM
Jumlah(Orang)
Persentase (%)
Jumlah(Orang)
2
6,67
3
10,00
Tahu
16
53,33
17
56,67
Biasa
5
16,67
4
13,33
Tidak Tahu
4
13,33
3
10,00
Sangat Tidak Tahu
3
10,00
3
10,00
30
100,00
30
100,00
Sangat Tahu
TOTAL
Persentase (%)
Tabel 12 menunjukkan bahwa responden susu Dancow mengetahui tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii sebesar 53,33 persen dan yang sangat tahu mempunyai persentase sebesar 6,67 sehingga memiliki total nilai sebesar 60 persen sedangkan responden susu SGM sebesar 56,7 dan 10 persen dan mempunyai nilai sebesar 66,7 persen. Berdasarkan teknik yang diuraikan oleh Khomsan (2000), dapat ditarik
kesimpulan bahwa tingkat pengetahuan responden mengenai isu bakteri Enterobacter sakazakii adalah cukup mengetahui terhadap isu ini.
Selain tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii responden juga harus mengetahui apakah bakteri itu berbahaya atau tidak bagi kesehatan, karena kesehatan merupakan aset paling penting dalam kehidupan. Apalagi bagi anak-anak sebagai generasi bangsa. Oleh karena itu kaum ibu harus mengetahui bahaya apa yang terdapat pada makanan ataupun minuman yang akan di konsumsi Untuk itu pada Tabel 13 terdapat data responden terhadap pengetahuan tentang bahaya isu bakteri Enterobacter sakazakii.
Tabel 13. Sebaran Jumlah dan Persentase Tentang Persepsi dengan Pengetahuan yang Dimiliki Responden Terhadap Bahaya dari Bakteri Enterobacter sakazakii
Bahaya tentang bakteri Sangat Tahu
DANCOW Jumlah(Orang)
SGM
Persentase (%)
Jumlah(Orang)
Persentase (%)
1
3,33
2
6,67
Tahu
15
50,00
18
60,00
Biasa
5
16,67
4
13,33
Tidak Tahu
8
26,67
6
20,00
Sangat Tidak Tahu
1
3,33
0
0,00
30
100,00
30
100,00
TOTAL
Tabel 13 menunjukan bahwa responden susu Dancow mengetahui bahaya yang akan timbul dari bakteri Enterobacter sakazakii sebesar 50 persen dan 3,33 persen bagi yang sangat tahu sehingga memiliki total nilai sebesar 53,33 persen sedangkan untuk responden susu SGM sebesar 60 persen dan 6,67 persen sehingga memiliki total nilai sebesar 66,67. Hal ini dapat disimpulkan bahwa para responden cukup mengetahui bahaya apa yang akan ditimbulkan jika susu formula yang mereka konsumsi telah terkontaminasi bakteri Enterobacter sakazakii. Untuk mengetahui berbagai informasi mengenai keamanan pangan terhadap susu formula dengan adanya isu bakteri Enterobacter sakazakii dapat di ketahui melalaui sumber informasi yang akurat. Menurut Kotler (2001), sumber informasi merupakan karakter penyampai pesan sehingga semakin sedikit informasi yang di sampaikan oleh
sumber informasi maka semakin sedikit pula informasi yang di dapatkan. Informasi yang di peroleh oleh responden mengenai keamanan pangan dengan adanya isu bakteri Enterobacter sakazakii bersumber dari beberapa informasi. Hal ini dapat terlihat pada
Tabel 14. Tabel 14. Sebaran Jumlah dan Persentase Tentang Sumber Informasi yang Dimiliki Responden Terhadap Keamanan Pangan dengan Isu Bakteri Enterobacter sakazakii Pada Susu Formula. DANCOW Sumber Informasi
Jumlah(Orang)
SGM
Persentase (%)
Jumlah(Orang) Persentase (%)
Keluarga
2
6,67
2
6,67
Teman
4
13,33
0
0,00
15
50,00
21
70,00
Media Cetak
4
13,33
4
13,33
Lainnya..
5
16,67
3
10,00
TOTAL
30
100,00
30
100,00
Media Elektronik
Menurut Kotler (2001), timbulnya persepsi didukung oleh adanya informasi yang masuk kedalam memori seseorang sehingga sumber informasi menjadi faktor yang sangat penting untuk mempengaruhi konsumen dalam membeli suatu produk. Sumber informasi konsumen dapat dikelompokan menjadi lima kelompok yaitu keluarga, teman, media elektronik, media cetak dan sumber lainnya. Berdasarkan penelitian, dapat diketahui bahwa sebannyak 50 persen responden susu Dancow mendapatkan informasi mengenai keamanan pangan dari media elektronik begitu juga dengan responden susu SGM mendapatkan informasinya melalui media elektronik sebesar 70 persen. Media elektonik digunakan secara luas tetapi tidak semuanya di gunakan untuk hiburan. Media elektonik dapat di gunakan untuk memperoleh beberapa informasi tentang produk. Berdasarkan hasil wawancara, responden lebih memilih media elektonik yaitu televisi sebagai sumber informasi utama. Kemampuan televisi dalam menyampaikan isi pesan secara serentak yang menggabungkan antara audio, visual, dan gerak mampu memikat perhatian khalayak sasaran yang lebih luas sehingga keunggulan ini membedakan televisi dan media lainnya.
5.4.2. Persepsi Terhadap Keamanan Pangan Dengan Adanya Isu Bakteri Enterobacter sakazakii Pada Susu Formula
Dengan adanya sumber informasi seperti ini masyarakat secara umum dapat mengetahui berita-berita mengenai produk-produk apa yang aman dan bermutu untuk di konsumsi. Hal ini dapat mempengaruhi responden terhadap susu formula dengan adanya isu bakteri Enterobacter sakazakii. Data ini ada pada Tabel 15. Tabel 15. Sebaran Jumlah dan Persentase Persepsi dengan Pengetahuan yang Dimiliki Responden Terhadap Keamanan Pangan Adanya Isu Bakteri Enterobacter sakazakii Pada Susu Formula
Persepsi terhadap Keamanan Pangan Terhadap Isu Bakteri
DANCOW Jumlah(Orang)
SGM
Persentase (%)
Jumlah(Orang) Persentase (%)
Sangat Berpengaruh
4
13,33
4
13,33
Berpengaruh
9
30,00
14
46,67
Biasa
8
26,67
8
26,67
Tidak Berpengaruh Sangat Tidak Berpengaruh
9
30,00
3
10,00
0
0,00
1
3,33
30
100,00
30
100,00
TOTAL
Dengan informasi yang diperoleh dari beberapa sumber informasi tentang keamanan pangan terhadap isu bakteri Enterobacter sakazakii pada susu formula ternyata mempengaruhi responden susu Dancow sebesar 30 persen sedangkan untuk susu SGM sebesar 46,67 persen, hal ini di karenakan informasi yang di peroleh mengenai susu formula yang telah terkontaminasi agak kurang akurat diterima oleh para responden. Meskipun demikian para responden dalam penelitian ini masih tetap mengkonsumsi susu Dancow dan susu SGM. Hal ini dikarenakan para responden belum tahu secara pasti merek susu apa yang telah terkontaminasi bakteri, selain itu pemerintah juga khususnya BPOM belum juga mengumumkan merek-merek susu formula yang telah terkontaminasi. Namun mereka tetap mencari informasi sebanyak-banyaknya melalui berbagai media baik elektronik maupun cetak. Ataupun menanyakan informasi mengenai isu ini ke suara
konsumen dan orang-orang yang mempunyai pengetahuan terhadap bakteri ini. Orangorang tersebut seperti bidan dan dokter anak. 5.5. Hubungan Antara Karakteristik Responden dengan Persepsi 5.5.1. Hubungan antara Usia dengan Persepsi terhadap Isu bakteri Enterobacter sakazakii
Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman untuk responden susu Dancow, dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara usia dengan persepsi adanya isu bakteri Enterobacter sakazakii. Nilai signifikasi pada Tabel 16, sebesar 0,000 yang nilainya lebih
kecil dari 0,05 memperlihatkan bahwa hubungan kedua variabel nyata. Selanjutnya berdasarkan hasil perhitungan korelasi, hubungan antara kedua variabel menunjukan angka sebesar 0,869, dimana angka itu menunjukan adanya korelasi yang sangat kuat dan searah.
Tabel 16. Hasil Uji Spearman Usia Responden Susu Dancow dan Persepsi dengan Pengetahuan yang Dimiliki Responden Terhadap Isu Bakteri Enterobacter sakazakii Correlations
Isu bakteri Enterobacter sakazakii
Usia Spearman's rho Usia
Correlation Coefficient
1.000
0,869
.
0,000
30
30
Correlation Coefficient
0,869
1.000
Sig. (2-tailed)
0,000
.
30
30
Sig. (2-tailed) N Isu bakteri Enterobacter sakazakii
N
Usia responden di sini mempunyai kisaran 30-34 Tahun dimana usia ini adalah masa paling produktif dalam siklus hidup manusia. Hal ini berarti semakin usia atau umur bertambah maka semakin bisa mempersepsikan tentang isu bakteri Enterobacter
sakazakii, karena pengetahuan yang akan di dapatkan tentang isu bakteri ini akan lebih
mudah dimengerti oleh responden. Sedangkan untuk responen susu SGM mempunyai nilai signifikasi sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari 0,05 yang mempunyai hubungan nyata antara dua variabel ini. Selanjunya berdasarkan hasil korelasi Spearman menunjukkan nilai sebesar 0,855 yang berarti hubungan tersebut mempunyai hubungan yang sangat kuat antara ke dua variabel yaitu usia dengan persepsi adanya isu bakteri Enterobacter sakazakii. Tabel 17. Hasil Uji Spearman Usia Responden Susu SGM dan Persepsi dengan Pengetahuan yang Dimiliki Responden Terhadap Isu Bakteri Enterobacter sakazakii Correlations Isu bakteri Enterobacter
Usia Spearman's rho Usia
Correlation Coefficient
1.000
0,855
.
0,000
30
30
Correlation Coefficient
0,855
1.000
Sig. (2-tailed)
0,000
.
30
30
Sig. (2-tailed) N Isu bakteri Enterobacter sakazaki
sakazaki
N
Usia responden di sini mempunyai kisaran 25-29 Tahun dimana usia ini adalah masa paling produktif dalam siklus hidup manusia. Hal ini berarti semakin usia atau umur bertambah maka semakin bisa mempersepsikan tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii, karena pengetahuan yang akan di dapatkan tentang isu bakteri ini akan lebih
mudah dimengerti oleh responden.
5.5.2. Hubungan antara Pendidikan dengan Persepsi terhadap Isu Bakteri Enterobacter sakazakii
Hasil pengujian korelasi Spearman responden susu Dancow, menunjukkan bahwa adanya hubungan antara kedua variabel ini dapat di lihat pada Tabel 18 yang mempunyai nilai signifikasi sebesar 0,000 yang bernilai lebih kecil dari 0,05 memperlihatkan bahwa hubungan kedua variabel ini nyata. Selanjutnya, berdasarkan hasil perhitungan korelasi, hubungan antara kedua variabel menunjukkan angka sebesar 0,922, dimana angka ini menunjukkan adanya korelasi yang sangat kuat dan searah.
Tabel 18. Hasil Uji Spearman Pendidikan Responden Susu Dancow dan Persepsi dengan Pengetahuan yang Dimiliki Responden Terhadap Isu Bakteri Enterobacter sakazakii Correlations
Isu bakteri Enterobacter sakazaki
Pendidikan Spearman's rho
Pendidikan
Correlation Coefficient
1.000
0,922
.
0,000
30
30
Correlation Coefficient
0,922
1.000
Sig. (2-tailed)
0,000
.
30
30
Sig. (2-tailed) N Isu bakteri Enterobacter sakazaki
N
Berdasarkan tingkatan pendidikan terakhir responden adalah SMA . peneliti menilai bahwa pendidikan yang didapatkan responden sudah cukup memadai sehingga akan dapat mempersepsikan isu ini dengan baik. Karena pendidikan yang tinggi akan memberikan pengaruh positif dalam pengolah suatu informasi yang didapatkan. Untuk responden susu SGM mempunyai nilai signifikasi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 artinya hubungan antara kedua variabel ini mempunyai hubungan yang nyata. Selanjutnya berdasarkan nilai korelasi Spearman mempunyai nilai korelasi sebesar 0,892 hal ini dapat diartikan bahwa hubungan kedua variabel ini sangat kuat dan searah. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Hasil Uji Spearman Pendidikan Responden Susu SGM dan Persepsi dengan Pengetahuan yang Dimiliki Responden Terhadap Isu Bakteri Enterobacter sakazakii
Correlations Isu bakteri
Enterobacter sakazaki
Pendidikan Spearman's rho
Pendidikan
Correlation Coefficient
1.000
0,892
.
0,000
30
30
Correlation Coefficient
0,892
1.000
Sig. (2-tailed)
0,000
.
30
30
Sig. (2-tailed) N Isu bakteri Enterobacter sakazaki
N
Berdasarkan tingkatan pendidikan terakhir responden adalah SMA . peneliti menilai bahwa pendidikan yang didapatkan responden sudah cukup memadai sehingga akan dapat mempersepsikan isu ini dengan baik. Karena pendidikan yang tinggi akan memberikan pengaruh positif dalam pengolah suatu informasi yang didapatkan . 5.5.3. Hubungan antara Status Bekerja dengan Persepsi terhadap Isu Bakteri Enterobacter sakazakii
Hasil pengujian Spearman responden susu Dancow, menunjukan bahwa kedua variabel ini mempunyai hubungan karena nilai signifikasinya sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 memperlihatkan bahwa hubungan antara kedua variabel nyata. Selanjutnya, berdasarkan hasil perhitungan korelasi, hubungan antara kedua variabel ini menunjukkan angka sebesar 0,823, dimana angka ini menunjukkan adanya korelasi sangat kuat dan searah. Data ini dapat di lihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Hasil Uji Spearman Status Bekerja Responden Susu Dancow dan Persepsi dengan Pengetahuan yang Dimiliki Responden Terhadap Isu Bakteri Enterobacter sakazakii Correlations Isu bakteri
Enterobacter sakazaki
Status Bekerja Spearman's rho Status Bekerja
Correlation Coefficient
1.000
0,823
.
0,000
30
30
Correlation Coefficient
0,823
1.000
Sig. (2-tailed)
0,000
.
30
30
Sig. (2-tailed) N Isu bakteri Enterobacter sakazaki
N
Berdasarkan status bekerja responden susu Dancow adalah ibu rumah tangga tanpa pekerjaan sambilan. Dimana kaum ibu disini tidak melakukan aktifitas diluar rumah untuk menambah perekonomian keluarga. Dilihat dari Tabel 20 bahwa status bekerja ibu dan persepsi terhadap isu memiliki hubungan yang nyata, sangat kuat, searah, karena kaum ibu disini mendapatkan informasi tentang bakteri ini dari media elektronik yaitu televisi. Untuk responden susu SGM mempunyai nilai sugnifikasi yang sama dengan responden susu Dancow sebesar 0,000 yang memiliki nilai kurang dari 0,05 berarti kedua variabel ini memiliki hubungan nyata. Selanjutnya berdasarkan Tabel 21 menyatakan bahwa kedua variabel ini memiliki hubungan yang sangat kuat dan searah karena memiliki nilai korelasi sebesar 0,801.
Tabel 21. Hasil Uji Spearman Status Bekerja Responden Susu SGM dan Persepsi dengan Pengetahuan yang Dimiliki Responden Terhadap Isu Bakteri Enterobacter sakazakii Correlations Isu bakteri
Enterobacter sakazaki
Status Bekerja Spearman's rho Status Bekerja
Correlation Coefficient
1.000
0,801
.
0,000
30
30
Correlation Coefficient
0,801
1.000
Sig. (2-tailed)
0,000
.
30
30
Sig. (2-tailed) N Isu bakteri Enterobacter sakazaki
N
Berdasarkan status bekerja responden susu SGM adalah ibu rumah tangga dengan pekerjaan sambilan. Dimana kaum ibu disini melakukan aktifitas diluar rumah untuk menambah perekonomian keluarga namun tidak penuh beraktivitas diluar rumah. Dilihat dari Tabel 21 bahwa status bekerja ibu dan persepsi terhadap isu memiliki hubungan yang nyata, sangat kuat, searah, karena kaum ibu disini mendapatkan informasi tentang bakteri ini dari media elektronik yaitu televisi selain itu kaum ibu mendapatkan informasi dari berbagai pihak yang dapat dipercaya seperti bidan.
5.5.4. Hubungan antara Usia dengan Persepsi terhadap Bahaya Bakteri Enterobacter sakazakii
Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman untuk responden susu Dancow, dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara usia dengan persepsi adanya bahaya dari bakteri Enterobacter sakazakii. Nilai signifikasi pada Tabel 22, sebesar 0,000 yang nilainya lebih kecil dari 0,05 memperlihatkan bahwa hubungan kedua variabel nyata. Selanjutnya berdasarkan hasil perhitungan korelasi, hubungan antara kedua variabel menunjukan angka sebesar 0,865, dimana angka itu menunjukan adanya korelasi yang sangat kuat dan searah.
Tabel 22. Hasil Uji Spearman Usia Responden Susu Dancow dan Persepsi dengan Pengetahuan yang Dimiliki Responden terhadap Bahaya dari Bakteri Enterobacter sakazakii Correlations Usia Spearman's rho Usia
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Bahaya dari Bakteri Correlation Coefficient Enterobacter Sig. (2-tailed) sakazakii N
Bahaya
1.000
0,865**
.
0,000
30
30
0,865**
1.000
0,000
.
30
30
Usia responden di sini mempunyai kisaran 30-34 Tahun dimana usia ini adalah masa paling produktif dalam siklus hidup manusia. Hal ini berarti semakin usia atau umur bertambah maka semakin bisa mempersepsikan tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii, karena pengetahuan yang akan di dapatkan tentang isu bakteri ini akan lebih
mudah dimengerti oleh Sedangkan untuk responden susu SGM mempunyai nilai signifikasi sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari 0,05 yang mempunyai hubungan nyata antara dua variabel ini. Selanjunya berdasarkan hasil korelasi Spearman menunjukan nilai sebesar 0,836 yang berarti hubungan tersebut mempunyai hubungan yang sangat kuat antara ke dua variabel yaitu usia dengan persepsi bahaya dari bakteri Enterobacter sakazakii. Data ini dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23. Hasil Uji Spearman Usia Responden Susu SGM dan Persepsi dengan Pengetahuan yang Dimiliki Responden Terhadap Bahaya dari Bakteri Enterobacter sakazakii Correlations Usia Spearman's rho
Usia
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Bahaya dari Bakteri Enterobacter sakazakii
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
N
Bahaya
1.000
0,836**
.
0,000
30
30
0,836**
1.000
0,000
.
30
31
. Usia responden di sini mempunyai kisaran 25-29 Tahun dimana usia ini adalah masa paling produktif dalam siklus hidup manusia. Hal ini berarti semakin usia atau umur bertambah maka semakin bisa mempersepsikan tentang bahaya bakteri Enterobacter sakazakii, karena pengetahuan yang akan di dapatkan tentang bahaya bakteri ini akan
lebih mudah dimengerti oleh responden.
5.5.5. Hubungan antara Pendidikan dengan Persepsi terhadap Bahaya Bakteri Enterobacter sakazakii
Hasil pengujian korelasi Spearman responden susu Dancow, menunjukkan bahwa adanya hubungan antara kedua variabel ini dapat di lihat pada Tabel 24 yang mempunyai nilai signifikasi sebesar 0,000 yang bernilai lebih kecil dari 0,05 memperlihatkan bahwa hubungan kedua variabel ini nyata. Selanjutnya, berdasarkan hasil perhitungan korelasi, hubungan antara kedua variabel menunjukkan angka sebesar 0,884, dimana angka ini menunjukkan adanya korelasi yang sangat kuat dan searah.
Tabel 24. Hasil Uji Spearman Pendidikan Responden Susu Dancow dan Persepsi dengan Pengetahuan yang Dimiliki Responden terhadap Bahaya dari Bakteri Enterobacter sakazakii Correlations Pendidikan Spearman's rho Pendidikan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Bahaya dari Bakteri Correlation Coefficient Enterobacter Sig. (2-tailed) sakazakii N
Bahaya
1.000
0,892**
.
0,000
30
30
0,892**
1.000
0,000
.
30
30
Berdasarkan tingkatan pendidikan terakhir responden adalah SMA . peneliti menilai bahwa pendidikan yang didapatkan responden sudah cukup memadai sehingga akan dapat mempersepsikan isu ini dengan baik. Karena pendidikan yang tinggi akan memberikan pengaruh positif dalam pengolah suatu informasi yang didapatkan. Untuk responden susu SGM mempunyai nilai signifikasi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 artinya hubungan antara kedua variabel ini mempunyai hubungan yang nyata. Selanjutnya berdasarkan nilai korelasi Spearman mempunyai nilai korelasi sebesar 0,885 hal ini dapat diartikan bahwa hubungan kedua variabel ini sangat kuat dan searah. Data tersebut dapat di liha pada Tabel 25.
Tabel 25. Hasil Uji Spearman Pendidikan Responden Susu SGM dan Persepsi dengan Pengetahuan yang Dimiliki Responden terhadap Bahaya dari Bakteri Enterobacter sakazakii Correlations Pendidikan Spearman's rho
Pendidikan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Bahaya dari Bakteri Enterobacter sakazakii
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Bahaya
1.000
0,885**
.
.000
30
30
0,885**
1.000
.000
.
30
30
Berdasarkan tingkatan pendidikan terakhir responden adalah SMA . peneliti menilai bahwa pendidikan yang didapatkan responden sudah cukup memadai sehingga akan dapat mempersepsikan isu ini dengan baik. Karena pendidikan yang tinggi akan memberikan pengaruh positif dalam pengolah suatu informasi yang didapatkan selain itu pendidikan yang tinggi menyebabkan seseorang semakin terbuka terhadap hal-hal baru sehingga semakin mudah menerima informasi.
5.5.6. Hubungan antara Status Bekerja dengan Persepsi terhadap Bahaya Bakteri Enterobacter sakazakii
Hasil pengujian Spearman responden susu Dancow, menunjukan bahwa kedua variabel ini mempunyai hubungan karena nilai signifikasinya sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 memperlihatkan bahwa hubungan antara kedua variabel nyata. Selanjutnya, berdasarkan hasil perhitungan korelasi, hubungan antara kedua variabel ini menunjukkan angka sebesar 0,881, dimana angka ini menunjukkan adanya korelasi sangat kuat dan searah. Data ini dapat di lihat pada Tabel 26.
Tabel 26. Hasil Uji Spearman Status Bekerja Responden Susu Dancow dan Persepsi dengan Pengetahuan yang Dimiliki Responden terhadap Bahaya dari Bakteri Enterobacter sakazakii Correlations Pendidikan Spearman's rho
Status Bekerja
Correlation Coefficient
1.000
0,881**
.
.000
30
30
.881**
1.000
.000
.
30
30
Sig. (2-tailed) N Bahaya dari Bakteri Enterobacter sakazakii
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
Bahaya
N
Berdasarkan status bekerja responden susu Dancow adalah ibu rumah tangga tanpa pekerjaan sambilan. Dimana kaum ibu disini tidak melakukan aktifitas diluar rumah untuk menambah perekonomian keluarga. Dilihat dari Tabel 26 bahwa status bekerja ibu dan persepsi terhadap isu memiliki hubungan yang nyata, sangat kuat, searah, karena kaum ibu disini mendapatkan informasi tentang bahaya bakteri ini dari media elektronik yaitu televisi. Untuk responden susu SGM mempunyai nilai sugnifikasi yang sama dengan responden susu Dancow sebesar 0,000 yang memiliki nilai kurang dari 0,05 berarti kedua variabel ini memiliki hubungan nyata. Selanjutnya berdasarkan Tabel 34 menyatakan bahwa kedua variabel ini memiliki hubungan yang sangat kuat dan searah karena memiliki nilai korelasi sebesar 0,783. Data ini dapat dilihat pada Tabel 27.
Tabel 27. Hasil Uji Spearman Status Bekerja Responden Susu Dancow dan Persepsi dengan Pengetahuan yang Dimiliki Responden terhadap Bahaya dari Bakteri Enterobacter sakazakii Correlations status Spearman's rho
Status Bekerja
Correlation Coefficient
1.000
0,783**
.
0,000
30
30
0,783**
1.000
0,000
.
30
30
Sig. (2-tailed) N Bahaya dari Bakteri Enterobacter sakazakii
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
Bahaya
N
Berdasarkan status bekerja responden susu SGM adalah ibu rumah tangga dengan pekerjaan sambilan. Dimana kaum ibu disini melakukan aktifitas diluar rumah untuk menambah perekonomian keluarga namun tidak penuh beraktivitas diluar rumah. Dilihat dari Tabel 27 bahwa status bekerja ibu dan persepsi terhadap bahaya dari bakteri ini memiliki hubungan yang nyata, sangat kuat, searah, karena kaum ibu disini mendapatkan informasi tentang bahaya dari bakteri dari media elektronik yaitu televisi selain itu kaum ibu mendapatkan informasi dari berbagai pihak yang dapat dipercaya seperti bidan . 5.5.7. Hubungan antara Usia dengan Persepsi Keamanan Pangan terhadap Isu Bakteri Enterobacter sakazakii
Hasil pengujian Spearman responden susu Dancow, menunjukan bahwa kedua variabel ini mempunyai hubungan karena nilai signifikasinya sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 memperlihatkan bahwa hubungan antara kedua variabel nyata. Selanjutnya, berdasarkan hasil perhitungan korelasi, hubungan antara kedua variabel ini menunjukkan angka sebesar 0,865. Data ini dapat dilihat pada Tabel 28.
Tabel 28. Hasil Uji Spearman Usia Responden Susu Dancow dan Persepsi dengan Pengetahuan yang Dimilik Responden Terhadap Keamanan Pangan adanya Isu Bakteri Enterobacter sakazakii Correlations
Keamanan Pangan terhadap Isu
Umur Spearman's rho
Usia
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Persepsi Keamanan Correlation Coefficient Pangan terhadap Isu Sig. (2-tailed) Bakteri N Enterobacter sakazakii
1.000
0,865
.
0,000
30
30
0,865
1.000
0,000
.
30
30
Usia responden di sini mempunyai kisaran 30-34 Tahun dimana usia ini adalah masa paling produktif dalam siklus hidup manusia. Hal ini berarti semakin usia atau umur bertambah maka semakin bisa mempersepsikan tentang keamanan pangan dengan adanya isu bakteri Enterobacter sakazakii, karena pengetahuan yang akan di dapatkan tentang isu bakteri ini akan lebih mudah dimengerti oleh responden sehingga akan terpengaruhnya responden terhadap isu ini. Namun mereka tetap mengkonsumsi susu Dancow meskipun susu Dancow diisukan telah terkontaminasi bakteri Enterobacter sakazakii. Responden tetap memberikan susu Dancow karena mereka belum mendapatkan kepastian dari pemerintah khususnya BPOM. Sehingga responden masih menganggap susu ini layak untuk dikonsumsi.
Untuk responden susu SGM mempunyai nilai sugnifikasi yang sama dengan responden susu Dancow sebesar 0,000 yang memiliki nilai kurang dari 0,05 berarti kedua variabel ini memiliki hubungan nyata. Selanjutnya berdasarkan Tabel 29 menyatakan bahwa kedua variabel ini memiliki hubungan yang sangat kuat dan searah karena memiliki nilai korelasi sebesar 0,893.
Tabel 29. Hasil uji Spearman Usia Responden Susu SGM dan Persepsi dengan Pengetahuan yang Dimiliki Responden terhadap Keamanan Pangan dengan Adanya Isu Bakteri Enterobacter sakazakii Correlations usia Spearman's rho usia
Correlation Coefficient
k.Isu
1.000
0,893**
.
0,000
30
30
0,893**
1.000
0,000
.
30
30
Sig. (2-tailed) N Persepsi Keamanan Correlation Coefficient Pangan terhadap Isu Sig. (2-tailed) Bakteri Enterobacter N sakazakii
Usia responden di sini mempunyai kisaran 25-29 Tahun dimana usia ini adalah masa paling produktif dalam siklus hidup manusia. Hal ini berarti semakin usia atau umur bertambah maka semakin bisa mempersepsikan tentang keamanan pangan dengan adanya isu bakteri Enterobacter sakazakii, karena pengetahuan yang akan di dapatkan tentang isu bakteri ini akan lebih mudah dimengerti oleh responden sehingga akan terpengaruhnya responden terhadap isu ini. Namun mereka tetap mengkonsumsi susu SGM meskipun susu SGM diisukan telah terkontaminasi bakteri Enterobacter sakazakii. Responden tetap memberikan susu SGMkarena mereka belum mendapatkan kepastian dari pemerintah khususnya BPOM. Sehingga responden masih menganggap susu ini layak untuk dikonsumsi.
.
5.5.8. Hubungan antara Pendidikan dengan Persepsi Keamanan Pangan terhadap Isu Bakteri Enterobacter sakazakii
Hasil pengujian korelasi Spearman responden susu Dancow, menunjukkan bahwa adanya hubungan antara kedua variabel ini dapat di lihat pada Tabel 30 yang mempunyai nilai signifikasi sebesar 0,000 yang bernilai lebih kecil dari 0,05 memperlihatkan bahwa hubungan kedua variabel ini nyata. Selanjutnya, berdasarkan hasil perhitungan korelasi, hubungan antara kedua variabel menunjukkan angka sebesar 0,884, dimana angka ini menunjukkan adanya korelasi yang sangat kuat dan searah. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka semakin tinggi pula pengetahuan mengenai isu
bakteri Enterobacter sakazakii dan isu ini dapat mempengaruhi persepsi terhadap keamanan pangan. Kondisi ini terjadi karena pendidikan yang lebih tinggi menyebabkan seseorang semakin terbuka terhadap hal-hal baru sehingga semakin mudah menerima informasi. Tabel 30. Hasil uji Spearman Pendidikan responden susu Dancow dan Persepsi dengan Pengetahuan yang Dimiliiki Responden terhadap Keamanan Pangan Adanya Isu Bakteri Enterobacter sakazakii Responden susu dan cowCorrelations
pendidikan Spearman's rho
Pendidikan
Correlation Coefficient
1.000
Sig. (2-tailed) N Persepsi Keamanan Pangan terhadap Isu Bakteri Enterobacter sakazakii
Keamanan Pangan terhadap Isu 0,884 0,000
30
30
Correlation Coefficient
0,884
1.000
Sig. (2-tailed)
0,000
.
30
30
N
Untuk responden susu SGM mempunyai nilai sugnifikasi yang sama dengan responden susu Dancow sebesar 0,000 yang memiliki nilai kurang dari 0,05 berarti kedua variabel ini memiliki hubungan nyata. Selanjutnya berdasarkan Tabel 31 menyatakan bahwa kedua variabel ini memiliki hubungan yang sangat kuat dan searah karena memiliki nilai korelasi sebesar 0,920.
Tabel 31. Hasil uji Spearman Pendidikan responden Susu SGM dan Persepsi dengan Pengetahuan yang Dimiliiki Responden terhadap Keamanan Pangan Adanya Isu Bakteri Enterobacter sakazakii Correlations pendidikan Spearman's rho Pendidikan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Persepsi Keamanan Correlation Coefficient Pangan terhadap Isu Sig. (2-tailed) Bakteri Enterobacter N sakazakii
k.Isu
1.000
0,920**
.
0,000
30
30
0,920**
1.000
0,000
.
30
30
Hal ini berarti semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka semakin tinggi pula pengetahuan mengenai isu bakteri Enterobacter sakazakii dan isu ini dapat mempengaruhi persepsi terhadap keamanan pangan. Kondisi ini terjadi karena pendidikan yang lebih tinggi menyebabkan seseorang semakin terbuka terhadap hal-hal baru sehingga semakin mudah menerima informasi. 5.5.9. Hubungan antara Status Bekerja dengan Persepsi Keamanan Pangan terhadap Isu Bakteri Enterobacter sakazakii
Hasil pengujian Spearman responden susu Dancow, menunjukan bahwa kedua variabel ini mempunyai hubungan karena nilai signifikasinya sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 memperlihatkan bahwa hubungan antara kedua variabel nyata. Selanjutnya, berdasarkan hasil perhitungan korelasi, hubungan antara kedua variabel ini menunjukkan angka sebesar 0,868, dimana angka ini menunjukkan adanya korelasi sangat kuat dan searah. Data ini dapat di lihat pada Tabel 32.
Tabel 32. Hasil uji Spearman Status Bekerja responden Susu Dancow dan Persepsi dengan Pengetahuan yang Dimiliiki Responden terhadap Keamanan Pangan adanya Isu Bakteri Enterobacter sakazakii Correlations
Status Bekerja Spearman's rho Status Bekerja
Correlation Coefficient
1.000
0,868
.
0,000
30
30
Correlation Coefficient
0,868
1.000
Sig. (2-tailed)
0,000
.
30
30
Sig. (2-tailed) N Keamanan Pangan terhadap Isu Bakteri Enterobacter sakazakii
Keamanan Pangan terhadap Isu
N
Berdasarkan status bekerja responden susu Dancow adalah ibu rumah tangga tanpa pekerjaan sambilan. Dimana kaum ibu disini tidak melakukan aktifitas diluar rumah untuk menambah perekonomian keluarga. Dilihat dari Tabel 32 bahwa status bekerja ibu dan persepsi terhadap keamanan pangan terhadap isu bakteri memiliki hubungan yang nyata, sangat kuat, searah,
karena kaum ibu disini mendapatkan
informasi tentang bahaya bakteri ini dari media elektronik yaitu televisi. Untuk responden susu SGM mempunyai nilai sugnifikasi yang sama dengan responden susu Dancow sebesar 0,000 yang memiliki nilai kurang dari 0,05 berarti kedua variabel ini memiliki hubungan nyata. Selanjutnya berdasarkan Tabel 33 menyatakan bahwa kedua variabel ini memiliki hubungan yang sangat kuat dan searah karena memiliki nilai korelasi sebesar 0,788.
Tabel 33. Hasil uji Spearman Satus Bekerja responden Susu SGM dan Persepsi dengan Pengetahuan yang Dimiliiki Responden terhadap Keamanan Pangan terhadap Isu Bakteri Enterobacter sakazakii Correlations
Status Bekerja Spearman's rho Status Bekerja
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Keamanan Pangan Correlation Coefficient terhadap Isu Bakteri Sig. (2-tailed) Enterobacter N sakazakii
Keamanan Pangan terhadap Isu
1.000
0,788
.
0,000
30
30
0,788
1.000
0,000
.
30
30
Berdasarkan status bekerja responden susu SGM adalah ibu rumah tangga dengan pekerjaan sambilan. Dimana kaum ibu disini melakukan aktifitas diluar rumah untuk menambah perekonomian keluarga namun tidak penuh beraktivitas diluar rumah. Dilihat dari Tabel 27 bahwa status bekerja ibu dan persepsi terhadap bahaya dari bakteri ini memiliki hubungan yang nyata, sangat kuat, searah, karena kaum ibu disini mendapatkan informasi tentang bahaya dari bakteri dari media elektronik yaitu televisi selain itu kaum ibu mendapatkan informasi dari berbagai pihak yang dapat dipercaya seperti bidan.
5.6. Sikap Responden Susu formula Dancow dan SGM Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1995) sikap adalah suatu evaluasi
menyeluruh yang memungkinkan orang merespon dengan cara menguntungkan atau tidak mengentungkan, mendukung atau tidak mendukung secara konsisten berkenaan dengan objek atau alternatif yang diberikan. Nilai dari sikap merupakan hasil perkalian antara evaluasi kepentingan (ei) dan evaluasi tingkat kepercayaan (bi). Pada penelitian ini responden susu Dancow dan responden susu SGM akan memberikan penilaian sikapnya terhadap susu Dancow dan susu SGM terhadap keamanan susu formula dengan adanya isu bakteri Enterobacter sakazakii , yang terdiri dari empat kategori, yaitu negatif, netral, positif, dan sangat
positif. Penilaian dilakukan dengan melihat besarnya total nilai sikap dari produk susu formula Dancow dan susu formula SGM yang di berikan oleh responden.
5.6.1 Sikap Responden Susu Dancow Terhadap Susu Dancow dan Susu SGM
Pada tahap ini responden susu formula dengan kedua merek tersebut diminta untuk memberikan penilaiannya terhadap atribut-atribut yang telah disampaikan sebelumnya yang terdapat didalam susu formula baik Dancow maupun SGM dengan melihat keamanan pangan yang dapat melindungi produk tersebut, sehingga dengan demikian dapat diketahui penilaian sikap responden terhadap kinerja dari produk tersebut secara keseluruhan. Penilaian kinerja bertujuan untuk mengetahui tingkat manfaat atau kegunaan yang di rasakan oleh konsumen dengan mengkonsumsi produk tersebut. Hal ini dapat tercapai apabila kinerja produk susu formula baik merk Dancow ataupun SGM sesuai dengan kepentingan responden . Kesesuaian kenerja produk susu formula dengan kepentingan responden kedua merk susu tersebut dapat diketahui melalui penilaian responden terhadap tingkat kepentingan pada atribut yang mempengaruhi kepuasan konsumen terhadap produk yang dikonsumsinya. Informasi tehadap penilaian sikap dapat di lihat pada Tabel 34.
Tabel 34. Nilai Sikap dan Kategori Sikap Responden Susu Dancow Terhadap Atribut Susu Formula Dancow dan Susu Formula SGM
No 1
Atribut
Nilai Sikap (Ao) Susu Susu Dancow SGM
Kategori Sikap Susu Dancow
Susu SGM
14,2
11,8
Netral
Netral
2
Harga Kebutuhan susu formula sesuai umur
17,8
13,3
Positif
Netral
3
Kecocokan akan kondisi anak
18,4
13,5
Positif
Netral
4
19,7
13,6
Positif
Netral
5
Kandungan Gizi Penambahan AA,DHA,Spingomielin DLL
19,4
14,3
Positif
Netral
6
Izin Depkes
20,1
16,7
Positif
Positif
7
Informasi kadaluarsa
19,8
16,8
Positif
Positif
8
Aroma Rasa
17,6
14,4
Positif
Netral
9
Petunjuk Penyajian
18,2
14,6
Positif
Netral
10
Petunjuk Penyimpanan
18,1
15,7
Positif
Positif
183,3
144,7
Positif
Netral
Total
Catatan : Kategori Sikap (Ao) : diperoleh dari rumus RS = m-n/b, sehingga diperoleh rentang skala, Sangat Negatif : 1-5,8; Negatif : 5,9-10,6; Netral : 10,7-15,4; Positif : 15,5-20,2; dan Sangat Positif : 20,3-25. sedangkan untuk Kategori sikap total (Ao total) : rentang skalanya yaitu, Sangat Negatif : 1058; Negatif : 59-107; Netral : 108-156; Positif : 157-205; dan Sangat Positif : 206-254 Pada Tabel 34 dapat diketahui bahwa penilaian sikap responden terhadap atribut susu formula merek Dancow dapat di katakan positif, hal ini terlihat dari nilai total sikap responden, yaitu sebesar 183,3 yang dikategorikan kedalam sikap yang positif. Penilaian skor tertinggi terdapat pada atribut izin Depkes, Informasi kadaluarsa, kandungan gizi, penambahan AA, DHA, Spingomielin dan lain-lain. Hal ini menunjukan bahwa penilaian responden terhadap atribut-atribut tersebut sangat baik. Untuk itu responden mengharapkan bahwa kepercayaan yang di berikaan kepada atribut ini dapat memberikan manfaat bukan sebaliknya. Namun isu mengenai bakteri Enterobacter sakazakii pada susu formula mendapatkan respon yang cukup menggangu tetapi mereka tetap mempercayai produk susu Dancow meskipun susu tersebut di isukan telah terkontaminasi. Sedangkan atribut susu formula dengan merek Dancow yang nilainya
kurang baik dengan skor terendah adalah pada atribut harga. Ternyata harga tidak menjadi atribut yang dianggap penting oleh responden susu Dancow. Untuk responden susu SGM nilai total sikapnya yaitu sebesar 144,7 yang di kategorikan kedalam sikap yang netral. Penilaian skor tertinggi terdapat pada atribut , informasi kadaluarsa, izin Depkes, dan petunjuk penyimpanan. Berdasarkan penilaian yang diberikan oleh responden maka dapat diketahui bahwa penilaian pada atribut-atribut tersebut sangat baik. Responden susu SGM memberikan sikap yang netral terhadap keamanan pangan dengan adanya isu bakteri Enterobacter sakazakii responden susu SGM awalnya terganggu dengan adanya isu tersebut namun mereka tetap mengkonsumsi susu SGM. Sedangkan atribut yang memiliki skor terendah ternyata sama dengan responden susu Dancow yaitu pada atribut harga. Penilaian responden terhadap masingmasing atribut dari susu formula dengan merek Dancow dan SGM akan di bahas satu persatu. Informasi mengenai perhutungan rata-rata penilaian kepentingan dan kinerja susu Dancow dan SGM dapat di lihat pada Tabel 35.
Tabel 35. Perhitungan Rata-rata penilaian Kepentingan dan Kinerja Pada Atribut Susu Dancow dan SGM menurut responden susu Dancow. Evaluasi (ei) No Atribut 1 Harga Kebutuhan susu formula 2 sesuai umur Kecocokan akan kondisi 3 anak 4 Kandungan Gizi Penambahan AA,DHA,Spingomielin 5 DLL 6 Izin Depkes 7 Informasi kadaluarsa 8 Aroma Rasa 9 Petunjuk Penyajian 10 Petunjuk Penyimpanan Total Rata-rata
3,56
Tingkat Kinerja (bi) Susu Susu Dancow SGM 3,97 2,96
Gap Kinerja Susu dancow dan susu SGM 1,01
4,17
4,27
3,40
0,87
4,23 4,40
4,37 4,47
3,47 3,53
0,9 0,94
4,43 4,56 4,56 4,20 4,26 4,27 42,64 4,264
4,43 4,37 4,37 4,20 4,20 4,23 42,88 4,288
3,63 3,70 3,70 3,53 3,70 3,70 35,32 3,532
0,8 0,67 0,67 0,67 0,5 0,53 7,56 0,756
1. Harga Harga susu formula merek Dancow merupakan atribut yang di nilai positif oleh responden atribut ini memiliki nilai kinerja sebesar 3,97 yang artinya responden memberikan penilaian cukup biasa pada harga susu Dancow. Harga yang terdapat pada susu Dancow dianggap terjangkau oleh responden, sehingga kenaikan harga jual tidak menjadi masalah bagi responden, mereka akan tetap membelinya. Hal ini dikarenakan responden mendapatkan manfaat yang di butuhkannya. Sedangkan untuk responden susu SGM juga memiliki nilai yang positif untuk atribut harga dan memiliki nilai kinerja sebesar 2,96 yang artinya responden memberikan penilaian yang kurang baik pada atribut harga. Harga yang terdapat pada susu SGM dianggap terlalu mahal oleh responden sehingga mereka memutuskan tidak memberikan susu SGM pada anak mereka. Terdapat perbedaan jarak harga pada ke dua merek susu Dancow dan susu SGM namun tidak terlalu tinggi. Sehingga di harapkan kepada para pihak produsen untuk menetapkan harga yang bersaing, agar responden ke dua produk susu formula mendapatkan manfaat yang mereka butuhkan. Berdasarkan hasil penilaian kepentingan terhadap atribut susu menunjukkan bahwa atribut harga memiliki tingkat kepentingan cukup penting yaitu sebesar 3,56. Kondisi tersebut menunjukan bahwa harga menjadi pertimbangan yang cukup penting bagi responden susu Dancow dalam membuat keputusan untuk membeli produk susu. Namun mereka sangat perduli dengan kwalitas yang terdapat pada susu formula yaitu aman dan bermutu. Apalagi terdengar bahwa di dalam susu formula terdapat bakteri yang berbahaya bagi kesehatan. Mereka kwatir dengan isu tersebut tetapi mereka berharap bahwa susu formula yang dikonsumsi oleh anak-anak mereka tidak terkontaminasi bakteri tersebut.
2. Kebutuhan akan susu formula Kebutuhan akan susu formula dapat diartikan bahwa dengan kurangnya pemberian ASI pada anak mereka menyebabkan kebutuhan akan susu formula menjadi atribut yang penting. Tetapi mereka mengharapkan bahwa mengkonsumsi susu formula bisa
memberikan
mengkonsumsinya.
manfaat
bukan
malah
memberikan
kerugian
bagi
yang
Menurut hasil penelitian responden mempunyai penilaian yang
cukup baik terhadap atribut kebutuhan akan susu formula dari produk susu Dancow yang
mereka berikan pada anaknya, sehingga penilaian rata-rata kinerja sebesar 4,27 yang artinya produk susu Dancow sudah memenuhi kebutuhan yang mereka butuhkan. Responden susu Dancow juga memberikan penilaian yang cukup baik kepada kinerja atribut kebutuhan akan susu formula dari produk susu SGM yang pernah mereka berikan pada anaknya. Sehingga penilaian rata-rata dari kinerja susu SGM sebesar 3,40 yang artinya susu SGM sudah cukup memperhatikan atribut ini. Dari tabel diketahui bahwa masih terdapat perbedaan jarak kinerja atribut kebutuhan akan susu formula pada produk susu Dancow dan susu SGM walaupun dengan angka yang relatif kecil. Namun diharapkan kepada pihak produsen untuk memberikan produk yang terbaik sesuai yang dibutuhkan oleh para konsumen. Hal ini dikarenakan atribut ini cukup penting dengan nilai kepentingan sebesar 4,17, yang artinya responden memperhatikan kebutuhan susu formula bagi anak mereka.
3. Kecocokan akan kondisi anak Kecocokan akan kondisi anak diartikan bahwa anak tersebut dapat menerima susu formula yang dikonsumsinya, tanpa adanya gangguan pencernaan seperti diare, mual ataupun alergi. Responden susu Dancow mempunyai penilaian kinerja sebesar 4,37 yang di nilai penting, hal ini berarti bahwa kecocokan susu formula pada kondisi anak haruslah diperhatikan. Responden susu Dancow memberikan penilaian yang cukup baik pada atribut kecocokan akan kondisi anak pada produk susu SGM dengan nilai sebesar 3,47, hal ini dapat diartikan bahwa kecocokan akan kondisi anak pada susu SGM dinilai cukup baik oleh responden. Dari tabel diketahui bahwa masih terdapat perbedaan jarak kinerja atribut kecocokan akan kondisi anak pada produk susu Dancow dan susu SGM, walaupun dengan angka yang relatif kecil. Namun diharapkan kepada pihak produsen untuk memberikan produk yang terbaik sesuai kondisi yang diperlukan oleh para konsumen. Hal ini dikarenakan atribut ini cukup penting dengan nilai kepentingan sebesar 4,23, yang artinya responden memperhatikan kecocokan kondisi anak.
4. Kandungan gizi Kandunga
gizi tersebut dapat diartikan bahwa susu formula mempunyai
kandungan gizi yang sama ataupun hampir sama dengan ASI, karena diasumsikan bahwa susu formula dapat menggantikan ASI untuk kebutuhan gizi bagi anak. Kandungan gizi juga pada susu formula harus sesuai dengan manfaat yang dibutuhkan oleh yang mengkonsumsinya. Responden susu Dancow mempunyai penilaian yang baik terhadap atribut kandungan gizi yang terdapat pada susu Dancow yaitu sebesar 4,47, yang artinya responden merasa kandungan gizi pada produk susu Dancow yang mereka konsumsi saat ini sudah sangat baik. Tingkat kinerja dari atribut kandungan gizi pada susu SGM juga dinilai cukup baik oleh respondeb susu Dancow dengan penilaian sebesar 3,53, yang artinya responden memberikan penilaian yang cukup baik pada atribut kandungan gizi pada produk susu SGM. Dari tabel diketahui bahwa masih terdapat perbedaan jarak kinerja atribut kandungan gizi pada produk susu Dancow dan susu SGM, walaupun dengan angka yang relatif kecil. Namun diharapkan kepada pihak produsen untuk memberikan produk yang terbaik diperlukan oleh para konsumen. Hal ini dikarenakan atribut ini cukup penting dengan nilai kepentingan sebesar 4,40, yang artinya responden memperhatikan kandungan gizi yang ditawarkan pada susu formula yang mereka berikan pada anakanaknya.
5. Penambahan AA, DHA, Spingomielin dan lain-lain Penambahan AA, DHA, Spingomielin dan lain-lain diartikan sebagai penambahan kandungan nilai gizi yang terkandung dalam susu formula. Pencantumannya tertera pada kemasan luar produk tersebut. Bahkan penambahan AA, DHA, Spingomielin dan lainlain lebih ditekankan oleh para produsen jika dalam masa promosi produk susu formula baik dalam iklan media cetak ataupun media elektronik. Dalam hal ini penambahan nilai gizi dapat memberikan manfaat bukan menimbulkan kerugian bagi konsumen. Berdasarkan hasil penelitian, atribut penambahan AA, DHA, Spingomielin dan lain-lain pada susu formula dengan merek Dancow respondennya menilai penting sebesar 4,43, yang artinya penambahan kandungan gizi ini memberikan penilaian yang lebih untuk produk susu Dancow.
Sedangkan responden susu Dancow memberikan penilaian yang baik pada produk susu SGM dengan melihat atribut ini, sebesar 3,63. Hal ini dapat diartikan bahwa penambahan AA, DHA, Spingomielin dan lain-lain sudah memberikan manfaat bagi responden tersebut. Dari tabel diketahui bahwa masih terdapat perbedaan jarak kinerja atribut penambahan kandungan gizi pada produk susu Dancow dan susu SGM, walaupun dengan angka yang relatif kecil. Namun diharapkan kepada pihak produsen untuk memberikan produk yang terbaik diperlukan oleh para konsumen. Hal ini dikarenakan atribut ini cukup penting dengan nilai kepentingan sebesar 4,43, yang artinya responden memperhatikan penambahan kandungan gizi yang ditawarkan pada susu formula yang mereka berikan pada anak-anaknya. Mereka mengharapkan penambahan kandungan gizi ini memberikan manfaat yang lebih dari pada susu formula yang lain. 6. Izin Depkes Izin Depkes dapat diartikan bahwa atribut ini merupakan kejelasan izin yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DepKes RI) mengenai kelayakan tentang syarat kesehatan dari suatu produk, baik nilai gizi yang terkadung didalamnya maupun bahan-bahan utama yang terdapat pada produk susu formula tersebut. Kejelasan izin ini biasanya dituliskan pada produk sebagai nomor izin Depkes RI, yang menyatakan bahwa produk tersebut tercatat dalam daftar produk resmi dan telah dinyatakan layak dan aman untuk dikonsumsi. Namun beberapa waktu yang lalu ada isu yang menyatakan di dalam beberapa susu formula telah terkontaminasi bakteri Enterobacter sakazakii, sehingga dapat meresahkan masyarakat secara umum dan kaum
ibu secara khusus. Tetapi mereka tetap mempercayai bahwa jika terdapat label izin ini berarti susu formula aman untuk dikonsumsi. Penilaian tingkat kinerja yang diberikan oleh responeden terhadap atribut ini sebesar 4,37, yang artinya responden merasa bahwa atribut izin Depkes sudah baik dan memberikan manfaat yang besar bagi mereka yang memberiakan susu Dancow bagi anaknya. Begitu juga dengan penilaian tingkat kinerja atribut ini yang diberikan pada produk susu SGM sebesar 3,70 yang artinya responden merasa bahwa kinerja atribut ini sudah baik.
Adanya perbedaan penilaian kinerja terhadap atribut ini menunjukkan bahwa responden memberikan penilaian yang lebih baik terhadap kinerja atribut izin Depkes dari susu Dancow. Penilaian evaluasi kepentingan terhadap atribut ini sangat penting sebesar 4,56 yang artinya bahwa responden merasa penting untuk mengetahui adanya izin dari Depkes terhadap produk susu yaang mereka berikan pada anaknya. Karena responden percaya bahwa dengan adanya izin dari Depkes yang tercantum pada produk susu formula maka mereka merasa aman dalam mengkonsumsi susu formula tersebut. 7. Informasi kadaluarsa Informasi kadaluarsa dapat diartikan sebagai kejelasan adanya pencantuman tanggal batas waktu suatu produk masih dapat dikonsumsi dengan aman oleh konsumen. Kejelasan yang di maksud juga terkait dengan kemudahan membaca, menemukan, dan mengartikan tulisan tanggal kadaluarsa tersebut. Responden susu Dancow menilai atribut informasi kadaluarsa pada susu formula termasuk kedalam kategori yang memiliki kinerja yang cukup baik sebesar 4,47, hal ini menunjukkan bahwa susu Dancow yang ada saat ini telah memberikan informasi kadaluarsa yang baik dan jelas bagi responden. Penilaia yang sama juga diberikan oleh responden terhadap produk susu SGM, atribut informasi kadaluarsa ternasuk kedalam kategori yang memiliki kinerja yang cukup baik sebesar 3,70, hal ini menunjukan bahwa produk susu SGM yang ada saat ini telah memberikan informasi kadaluarsa yang baik dan jelas bagi responden. Dari tabel diketahui bahwa masih terdapat perbedaan jarak kinerja atribut informasi kadaluarsa pada produk susu Dancow dan susu SGM, walaupun dengan angka yang relatif kecil. Namun diharapkan kepada pihak produsen untuk memberikan produk yang terbaik diperlukan oleh para konsumen. Hal ini dikarenakan atribut ini cukup penting dengan nilai kepentingan sebesar 4,56, yang artinya responden memperhatikan informasi kadaluarsa pada produk susu formula.
8. Pilihan Rasa Aroma rasa diartikan sebagai variasi alternatif rasa yang ditawarkan oleh produsen.
Dengan banyaknya alternatif rasa yang ditawarkan oleh produsen maka
konsumen dapat lebih bebas memutuskan pilihan rasa yang mereka sukai, sehingga tidak
bosan dalam pemilihan rasanya. Namun harus cocok dengan kondisi tubuh anak. Responden susu Dancow memberikan penilaian kinerja sebesar 4,2. Hal ini berarti bahwa pilihan rasa cukup baik sedangkan untuk penilaian responden terhadap produk susu SGM sebesar 3,53 yang berarti cukup baik dalam penilaian kinerjanya. Berdasarkan penilaian kepentingan dari atribut ini dianggap cukup penting dengan nilai 4,2 yang berarti berarti penting. Hal ini dapat diartikan bahwa dalam memilih produk susu formula merupakan hal yang penting mempertimbangkan aroma rasa dalam pemilihan produk susu formula. 9. Petunjuk Penyajian Petunjuk penyajian dapat diartikan adanya aturan atau tata cara sebelum menyajikan susu formula. Aturan atau tata cara ini harus diperhatikan dan diikuti sesuai urutan yang biasanya tertera pada kemasan susu formula, hal ini harus diperhatikan agar penyajian susu formula sudah sesuai dengan standar yang dipersyaratkan. Keamanan pangan terhadap susu formula dapat ditingkatkan dengan memperhatikan petunjuk penyajian. Karena bakteri Enterobacter sakazakii yang di isukan selama ini dapat timbul jika konsumen tidak dapat menyajikan susu formula sesuai petunjuk. Penilaian kinerja oleh responden pada atribut ini sebesar 4,2, dapat diartikan bahwa atribut ini penting. Sedangkan penilaian responden untuk produk susu SGM sebesar 3,7, yang dapat diartikan bahwa responden memberikan penilaian yang baik pada petunjuk penyajian yang tertera pada kemasan produk. Dari tabel diketahui bahwa masih terdapat perbedaan jarak kinerja atribut kebutuhan akan susu formula pada produk susu Dancow dan susu SGM walaupun dengan angka yang relatif kecil. Namun diharapkan kepada pihak produsen untuk memberikan produk yang terbaik diperlukan oleh para konsumen. Hal ini dikarenakan atribut ini cukup penting dengan nilai kepentingan sebesar 4,26, yang artinya responden memperhatikan petunjuk penyajia yang ada pada kemasan produk susu formula.
10. Petunjuk Penyimpanan Petunjuk penyimpanan dapat diartikan adanya aturan dalam cara penyimpanan yang baik untuk susu formula. Karena susu formula sangat rentan dengan kontaminasi
bakteri yang merugikan. Oleh karena itu harus ada petunjuk penyimpanan, biasanya petunjuk ini terdapat dalam kemasan. Penilaian kinerja pada atribut ini sebesar 4,23 yang artinya responden memberikan penilaian yang penting pada atribut ini. Penilaian yang sama juga diberikan oleh responden terhadap produk susu SGM, atribut petunjuk penyimpanan termasuk kedalam kategori yang memiliki kinerja cukup baik sebesar 3,70, hal ini menunjukkan bahwa produk susu SGM yang ada pada saat ini memberikan informasi petinjuk penyimpanan yang baik dan jelas bagi responden. Adapun penilaian atribut ini berdasarkan tingkat kepentingan sebesar 4,27, yang artinya responden menginginkan produk susu formula memberikan informasi yang jelas tentang petunjuk penyimpanan susu formula yang sesuai dengan standar yang dipersyaratkan.
5.6.2 Sikap Responden Susu SGM Terhadap Susu SGM dan Susu Dancow
Pada tahapan ini responden susu SGM diminta untuk memberikan penilaiannya terhadap atribut-atribut yang disampaikan sebelumnya yang terdapat pada susu SGM dan susu Dancow, sehingga dengan demikian dapat diketahui penilaian sikap responden terhadap kinerja dari produk tersebut secara keseluruhan. Informasi terhadap penilaian responden terhadap atribut susu SGM dan susu Dancow dapat di lihat pada Tabel 36.
Tabel 36. Nilai Sikap dan Kategori Sikap Responden Susu SGM Terhadap Atribut Susu Formula SGM dan Susu Formula Dancow.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Atribut Harga Kebutuhan susu formula sesuai umur Kecocokan akan kondisi anak Kandungan Gizi Penambahan AA,DHA,Spingomielin DLL Izin Depkes Informasi kadaluarsa Aroma Rasa Petunjuk Penyajian
Nilai Sikap (Ao) Susu Susu SGM Dancow 14,9 13,2
Kategori Sikap Susu SGM Netral
Susu Dancow Netral
18,0
13,7
Positif
Netral
19,3 20,0
13,4 13,9
Positif Positif
Netral Netral
18,7 19,6 19,8 18,7 18,6
14,0 14,3 14,8 12,3 15,0
Positif Positif Positif Positif Positif
Netral Netral Netral Netral Netral Netral
10
Petunjuk Penyimpanan 18,6 14,2 Positif Total 186,2 138,8 Positif Netral Catatan : Kategori Sikap (Ao) : diperoleh dari rumus RS = m-n/b, sehingga diperoleh rentang skala, Sangat Negatif : 1-5,8; Negatif : 5,9-10,6; Netral : 10,7-15,4; Positif : 15,520,2; dan Sangat Positif : 20,3-25. sedangkan untuk Kategori sikap total (Ao total) : rentang skalanya yaitu, Sangat Negatif : 10-58; Negatif : 59-107; Netral : 108-156; Positif : 157-205; dan Sangat Positif : 206-254
Pada Tabel 43 dapat diketahui bahwa penilaian sikap responden terhadap atribut susu formula merek SGM dapat di katakan positif, hal ini terlihat dari nilai total sikap responden, yaitu sebesar 186,2 yang dikategorikan kedalam sikap yang positif. Penilaian skor tertinggi terdapat pada atribut Kandungan gizi, Informasi kadaluarsa, dan izin Depkes. Hal ini menunjukan bahwa penilaian responden terhadap atribut-atribut tersebut sangat baik. Untuk itu responden mengharapkan bahwa kepercayaan yang di berikaan kepada atribut ini dapat memberikan manfaat bukan sebaliknya. Namun isu mengenai bakteri Enterobacter sakazakii pada susu formula mendapatkan respon yang cukup menggangu tetapi mereka tetap mempercayai produk susu SGM meskipun susu tersebut di isukan telah terkontaminasi. Sedangkan atribut susu formula dengan merek SGM yang nilainya kurang baik dengan skor terendah adalah pada atribut harga. Ternyata harga tidak menjadi atribut yang dianggap penting oleh responden susu SGM.
Penilaian sikap responden susu SGM terhadap atribut susu Dancow dapat dikatakan netral, hal ini dapat dilihat dari nilai total sikap, yaitu sebesar 138,8 yang di kategorikan kedalam sikap yang netral. Penilaian skor tertinggi terdapat pada atribut , petunjuk penyajian, Informasi kadaluarsa, dan izin Depkes. Berdasarkan penilaian yang diberikan oleh responden maka dapat diketahui bahwa penilaian pada atribut-atribut tersebut sangat baik. Sedangkan atribut susu Dancow yang dinilaikurang baik dengan skor terendah adalah Aroma rasa, harga dan kecocokan akan kondisi anak. Penilaian responden terhadap masing-masing atribut dari produk susu SGM dan susu Dancow akan di bahas satu persatu berdasarkan kepentingan dan kinerja atributatribut tersebut yang telah dianalisis dan di bandingkan dengan nilai rata-rata keseluruhan atribut. Informasi mengenai perhitungan rata-rata penilaian kepentingan dan kinerja dari produk susu SGM dan susu dancow dapat dilihat pada Tabel 37.
Tabel 37. Perhitungan Rata-rata Penilaian Kepentingan dan Kinerja Pada Atribut Susu Dancow dan SGM menurut responden susu SGM. Evaluasi (ei) No
Atribut
1
Harga Kebutuhan susu formula sesuai umur Kecocokan akan kondisi anak
2 3 4
Tingkat Kinerja (bi) Susu Susu SGM Dancow
Gap Kinerja Susu SGM dan susu Dancow
3,86
3,83
3,33
0,5
4,23
4,27
3,40
0,87
4,30
4,40
3,40
1
4,40
4,47
3,60
0,87
5
Kandungan Gizi Penambahan AA,DHA,Spingomielin DLL
4,33
4,27
3,60
0,67
6
Izin Depkes
4,47
4,37
3,60
0,77
7
Informasi kadaluarsa
4,47
4,40
3,60
0,8
8
Aroma Rasa
4,36
4,23
3,43
0,8
9
Petunjuk Penyajian
4,33
4,27
3,60
0,67
10
Petunjuk Penyimpanan
4,33
4,23
3,60
0,63
Total
43,08
42,84
35,16
7,58
Rata-rata
4,308
4,284
3,516
0,758
1. Harga Harga susu formula merek SGM merupakan atribut yang di nilai positif oleh responden atribut ini memiliki nilai kinerja sebesar 3,83 yang artinya responden memberikan penilaian cukup biasa pada harga susu SGM. Harga yang terdapat pada susu SGM dianggap terjangkau oleh responden, sehingga kenaikan harga jual tidak menjadi masalah bagi responden, mereka akan tetap membelinya. Hal ini dikarenakan responden mendapatkan manfaat yang di butuhkannya. Sedangkan untuk responden susu Dancow juga memiliki nilai yang positif untuk atribut harga dan memiliki nilai kinerja sebesar 3,33 yang artinya responden memberikan penilaian yang cukup baik pada atribut harga. Harga yang terdapat pada susu Dancow dianggap biasa oleh responden Terdapat perbedaan jarak harga pada ke dua merek susu SGM dan susu Dancow namun tidak terlalu tinggi. Sehingga di harapkan kepada para pihak produsen untuk menetapkan harga yang bersaing, agar responden ke dua produk susu formula mendapatkan manfaat yang mereka butuhkan. Berdasarkan hasil penilaian kepentingan terhadap atribut susu menunjukkan bahwa atribut harga memiliki tingkat kepentingan cukup penting yaitu sebesar 3,86. Kondisi tersebut menunjukan bahwa harga menjadi pertimbangan yang cukup penting bagi responden susu SGM dalam membuat keputusan untuk membeli produk susu. Namun mereka sangat perduli dengan kwalitas yang terdapat pada susu formula yaitu aman dan bermutu. Apalagi terdengar bahwa di dalam susu formula terdapat bakteri yang berbahaya bagi kesehatan. Mereka kwatir dengan isu tersebut tetapi mereka berharap bahwa susu formula yang dikonsumsi oleh anak-anak mereka tidak terkontaminasi bakteri tersebut.
2. Kebutuhan akan susu formula Kebutuhan akan susu formula dapat diartikan bahwa dengan kurangnya pemberian ASI pada anak mereka menyebabkan kebutuhan akan susu formula menjadi atribut yang penting. Tetapi mereka mengharapkan bahwa mengkonsumsi susu formula bisa
memberikan
mengkonsumsinya.
manfaat
bukan
malah
memberikan
kerugian
bagi
yang
Menurut hasil penelitian responden mempunyai penilaian yang
cukup baik terhadap atribut kebutuhan akan susu formula dari produk susu SGM yang mereka berikan pada anaknya, sehingga penilaian rata-rata kinerja sebesar 4,27 yang
artinya produk susu SGM sudah memenuhi kebutuhan yang mereka butuhkan. Responden susu SGM juga memberikan penilaian yang cukup baik kepada kinerja atribut kebutuhan akan susu formula dari produk susu Dancow yang pernah mereka berikan pada anaknya. Sehingga penilaian rata-rata dari kinerja susu Dancow sebesar 3,40 yang artinya susu Dancow sudah cukup memperhatikan atribut ini. Dari tabel diketahui bahwa masih terdapat perbedaan jarak kinerja atribut kebutuhan akan susu formula pada produk susu SGM dan susu Dancow walaupun dengan angka yang relatif kecil. Namun diharapkan kepada pihak produsen untuk memberikan produk yang terbaik sesuai yang dibutuhkan oleh para konsumen. Hal ini dikarenakan atribut ini cukup penting dengan nilai kepentingan sebesar 4,23, yang artinya responden memperhatikan kebutuhan susu formula bagi anak mereka.
3. Kecocokan akan kondisi anak Kecocokan akan kondisi anak diartikan bahwa anak tersebut dapat menerima susu formula yang dikonsumsinya, tanpa adanya gangguan pencernaan seperti diare, mual ataupun alergi. Responden susu SGM mempunyai penilaian kinerja sebesar 4,40 yang di nilai penting, hal ini berarti bahwa kecocokan susu formula pada kondisi anak haruslah diperhatikan. Responden susu SGM memberikan penilaian yang cukup baik pada atribut kecocokan akan kondisi anak pada produk susu Dancow dengan nilai sebesar 3,40, hal ini dapat diartikan bahwa kecocokan akan kondisi anak pada susu Dancow dinilai cukup baik oleh responden. Dari tabel diketahui bahwa masih terdapat perbedaan jarak kinerja atribut kebutuhan akan susu formula pada produk susu SGM dan susu Dancow walaupun dengan angka yang relatif kecil. Namun diharapkan kepada pihak produsen untuk memberikan produk yang terbaik sesuai kondisi yang diperlukan oleh para konsumen. Hal ini dikarenakan atribut ini cukup penting dengan nilai kepentingan sebesar 4,30, yang artinya responden memperhatikan kecocokan kondisi anak.
4. Kandungan gizi Kandunga
gizi tersebut dapat diartikan bahwa susu formula mempunyai
kandungan gizi yang sama ataupun hampir sama dengan ASI, karena diasumsikan bahwa
susu formula dapat menggantikan ASI untuk kebutuhan gizi bagi anak. Kandungan gizi juga pada susu formula harus sesuai dengan manfaat yang dibutuhkan oleh yang mengkonsumsinya. Responden susu SGM mempunyai penilaian yang baik terhadap atribut kandungan gizi yang terdapat pada susu SGM yaitu sebesar 4,47, yang artinya responden merasa kandungan gizi pada produk susu SGM yang mereka konsumsi saat ini sudah sangat baik. Tingkat kinerja dari atribut kandungan gizi pada susu Dancow juga dinilai cukup baik oleh responden susu SGM dengan penilaian sebesar 3,60, yang artinya responden memberikan penilaian yang cukup baik pada atribut kandungan gizi pada produk susu SGM. Dari tabel diketahui bahwa masih terdapat perbedaan jarak kinerja atribut kebutuhan akan susu formula pada produk susu SGM dan susu Dancow walaupun dengan angka yang relatif kecil. Namun diharapkan kepada pihak produsen untuk memberikan produk yang terbaik diperlukan oleh para konsumen. Hal ini dikarenakan atribut ini cukup penting dengan nilai kepentingan sebesar 4,40, yang artinya responden memperhatikan kandungan gizi yang ditawarkan pada susu formula yang mereka berikan pada anak-anaknya.
5.
Penambahan AA, DHA, Spingomielin dan lain-lain Penambahan AA, DHA, Spingomielin dan lain-lain diartikan sebagai penambahan
kandungan nilai gizi yang terkandung dalam susu formula. Pencantumannya tertera pada kemasan luar produk tersebut. Bahkan penambahan AA, DHA, Spingomielin dan lainlain lebih ditekankan oleh para produsen jika dalam masa promosi produk susu formula baik dalam iklan media cetak ataupun media elektronik. Dalam hal ini penambahan nilai gizi dapat memberikan manfaat bukan menimbulkan kerugian bagi konsumen. Berdasarkan hasil penelitian, atribut penambahan AA, DHA, Spingomielin dan lain-lain pada susu formula dengan merek SGM respondennya menilai penting sebesar 4,27, yang artinya penambahan kandungan gizi ini memberikan penilaian yang penting untuk produk susu SGM. Sedangkan responden susu SGM memberikan penilaian yang baik pada produk susu Dancow dengan melihat atribut ini, sebesar 3,60. Hal ini dapat diartikan bahwa
penambahan AA, DHA, Spingomielin dan lain-lain sudah memberikan manfaat bagi responden tersebut. Dari tabel diketahui bahwa masih terdapat perbedaan jarak kinerja atribut Penambahan kandungan gizi pada produk susu SGM dan susu Dancow walaupun dengan angka yang relatif kecil. Namun diharapkan kepada pihak produsen untuk memberikan produk yang terbaik diperlukan oleh para konsumen. Hal ini dikarenakan atribut ini cukup penting dengan nilai kepentingan sebesar 4,33, yang artinya responden memperhatikan penambahan kandungan gizi yang ditawarkan pada susu formula yang mereka berikan pada anak-anaknya. Mereka mengharapkan penambahan kandungan gizi ini memberikan manfaat yang lebih dari pada susu formula yang lain. 6.
Izin Depkes Izin Depkes dapat diartikan bahwa atribut ini merupakan kejelasan izin yang
dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DepKes RI) mengenai kelayakan tentang syarat kesehatan dari suatu produk, baik nilai gizi yang terkadung didalamnya maupun bahan-bahan utama yang terdapat pada produk susu formula tersebut. Kejelasan izin ini biasanya dituliskan pada produk sebagai nomor izin Depkes RI, yang menyatakan bahwa produk tersebut tercatat dalam daftar produk resmi dan telah dinyatakan layak dan aman untuk dikonsumsi. Namun beberapa waktu yang lalu ada isu yang menyatakan di dalam beberapa susu formula telah terkontaminasi bakteri Enterobacter sakazakii, sehingga dapat meresahkan masyarakat secara umum dan kaum
ibu secara khusus. Tetapi mereka tetap mempercayai bahwa jika terdapat label izin ini berarti susu formula aman untuk dikonsumsi. Penilaian tingkat kinerja yang diberikan oleh responeden terhadap atribut ini sebesar 4,37, yang artinya responden merasa bahwa atribut izin Depkes sudah baik dan memberikan manfaat yang besar bagi mereka yang memberiakan susu SGM bagi anaknya. Begitu juga dengan penilaian tingkat kinerja atribut ini yang diberikan pada produk susu Dancow sebesar 3,60 yang artinya responden merasa bahwa kinerja atribut ini sudah baik. Adanya perbedaan penilaian kinerja terhadap atribut ini menunjukkan bahwa responden memberikan penilaian yang lebih baik terhadap kinerja atribut dari susu SGM,
sehingga produsen susu Dancow diharapkan mampu meningkatkan kembali kinerja ini pada susu Dancow, karena penilaian evaluasi kepentingan terhadap atribut ini sangat penting sebesar 4,47 yang artinya bahwa responden merasa penting untuk mengetahui adanya izin dari Depkes terhadap produk susu yaang mereka berikan pada anaknya. Karena responden percaya bahwa dengan adanya izin dari Depkes yang tercantum pada produk susu formula maka mereka merasa aman dalam mengkonsumsi susu formula tersebut. 7.
Informasi kadaluarsa Informasi kadaluarsa dapat diartikan sebagai kejelasan adanya pencantuman
tanggal batas waktu suatu produk masih dapat dikonsumsi dengan aman oleh konsumen. Kejelasan yang di maksud juga terkait dengan kemudahan membaca, menemukan, dan mengartikan tulisan tanggal kadaluarsa tersebut. Responden susu SGM menilai atribut informasi kadaluarsa pada susu formula termasuk kedalam kategori yang memiliki kinerja yang cukup baik sebesar 4,40, hal ini menunjukkan bahwa susu SGM yang ada saat ini telah memberikan informasi kadaluarsa yang baik dan jelas bagi responden. Penilaia yang sama juga diberikan oleh responden terhadap produk susu Dancow, atribut informasi kadaluarsa termasuk kedalam kategori yang memiliki kinerja yang cukup baik sebesar 3,60, hal ini menunjukan bahwa produk susu Dancow yang ada saat ini telah memberikan informasi kadaluarsa yang baik dan jelas bagi responden. Dari tabel diketahui bahwa masih terdapat perbedaan jarak kinerja atribut informasi kadaluarsa pada produk susu SGM dan susu Dancow walaupun dengan angka yang relatif kecil. Namun diharapkan kepada pihak produsen untuk memberikan produk yang terbaik diperlukan oleh para konsumen. Hal ini dikarenakan atribut ini cukup penting dengan nilai kepentingan sebesar 4,47, yang artinya responden memperhatikan informasi kadaluarsa pada produk susu formula.
8. Pilihan Rasa Aroma rasa diartikan sebagai variasi alternatif rasa yang ditawarkan oleh produsen.
Dengan banyaknya alternatif rasa yang ditawarkan oleh produsen maka
konsumen dapat lebih bebas memutuskan pilihan rasa yang mereka sukai, sehingga tidak
bosan dalam pemilihan rasanya. Namun harus cocok dengan kondisi tubuh anak. Responden susu SGM memberikan penilaian kinerja sebesar 4,23. Hal ini berarti bahwa pilihan rasa cukup baik sedangkan untuk penilaian responden terhadap produk susu Dancow sebesar 3,43 yang berarti cukup baik dalam penilaian kinerjanya. Berdasarkan penilaian kepentingan dari atribut ini dianggap cukup penting dengan nilai 4,36. Hal ini dapat diartikan bahwa dalam memilih produk susu formula merupakan hal yang penting mempertimbangkan aroma rasa dalam pemilihan produk susu formula. 9. Petunjuk Penyajian Petunjuk penyajian dapat diartikan adanya aturan atau tata cara sebelum menyajikan susu formula. Aturan atau tata cara ini harus diperhatikan dan diikuti sesuai urutan yang biasanya tertera pada kemasan susu formula, hal ini harus diperhatikan agar penyajian susu formula sudah sesuai dengan standar yang dipersyaratkan. Keamanan pangan terhadap susu formula dapat ditingkatkan dengan memperhatikan petunjuk penyajian. Karena bakteri Enterobacter sakazakii yang di isukan selama ini dapat timbul jika konsumen tidak dapat menyajikan susu formula sesuai petunjuk. Penilaian kinerja oleh responden pada atribut ini sebesar 4,27, dapat diartikan bahwa atribut ini penting. Sedangkan penilaian responden untuk produk susu Dancow sebesar 3,60, yang dapat diartikan bahwa responden memberikan penilaian yang baik pada petunjuk penyajian yang tertera pada kemasan produk. Dari tabel diketahui bahwa masih terdapat perbedaan jarak kinerja atribut kebutuhan akan susu formula pada produk susu SGM dan susu Dancow, walaupun dengan angka yang relatif kecil. Namun diharapkan kepada pihak produsen untuk memberikan produk yang terbaik diperlukan oleh para konsumen. Hal ini dikarenakan atribut ini cukup penting dengan nilai kepentingan sebesar 4,33, yang artinya responden memperhatikan petunjuk penyajian yang ada pada kemasan produk susu formula. 10. Petunjuk Penyimpanan Petunjuk penyimpanan dapat diartikan adanya aturan dalam cara penyimpanan yang baik untuk susu formula. Karena susu formula sangat rentan dengan kontaminasi
bakteri yang merugikan. Oleh karena itu harus ada petunjuk penyimpanan, biasanya petunjuk ini terdapat dalam kemasan. Penilaian kinerja pada atribut ini sebesar 4,23 yang artinya responden memberikan penilaian yang penting pada atribut ini. Penilaian yang sama juga diberikan oleh responden terhadap produk susu Dancow, atribut petunjuk penyimpanan termasuk kedalam kategori yang memiliki kinerja cukup baik sebesar 3,60, hal ini menunjukkan bahwa produk susu Dancow yang ada pada saat ini memberikan informasi petunjuk penyimpanan yang baik dan jelas bagi responden. Adapun penilaian atribut ini berdasarkan tingkat kepentingan sebesar 4,33, yang artinya responden menginginkan produk susu formula memberikan informasi yang jelas tentang petunjuk penyimpanan susu formula yang sesuai dengan standar yang dipersyaratkan. Dari hasil analisi dapat diketahui tahapan proses keputusan pembelian susu formula dengan merek Dancow ataupun SGM, persepsi serta hubungan karakteristik dan persepsi dan sikap responden susu Dancow dan SGM. Ringkasan informasi mengenai hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 38. Tabel 38. Ringkasan Informasi Mengenai Hasil Analisis Keterangan
Hasil
Kebijakan
Tahap proses keputusan • Pengenalan kebutuhan pada • Berdasarkan pembelian susu formula responden susu Dancow penelitian produsen dengan merek Dancow
hasil susu
dilakukan dengan mengetahui
formula
berbagai
meningkatkan kwalitas dan
jenis
berdasarkan motivasi
susu
usia
formula
selain
pembelian
keinginan
responden
diharapkan
dapat
itu
kuantitas apalagi akhir-akhir
karena
ini adanya isu yang beredar
untuk
di
lingkungan
masyarakat
memberikan gizi yang lengkap
secara
bagi anak mereka.
mempengaruhi persepsi serta
• Pencarian
informasi
juga
sikap
umum
terhadap
dapat
keamanan
dilakukan dengan mencari tahu
pangan. Persepsi dan sikap di
melalui dokter atau bidan.
sini dapat dinilai positif atau
• Keputusan
negatif
dilakukan
pembelian dengan
keinginan
tergantung
dari
responden
untuk
membeli
karakteristik responden yang
produk ini atau inifiatif sendiri
akan
memberikan
dan proses pembeliannya secara
tanggapannya. Namun dalam
terencana.
penelitian
ini
kedua
Tahap proses keputusan • Pengenalan kebutuhan pada
responden sudah baik dalam
pembelian susu formula
responden susu SGM juga tidak
menyikapi isu yang sedang
dengan merek SGM
terlalu berbeda dengan susu
beredar pertengahan tahun
Dancow
lalu.
dilakukan
dengan
Hubungan
antara
mengetahui berbagai jenis susu
karakteristik dan persepsi pun
formula berdasarkan usia selain
dapat dikatakan signifikan
itu motivasi pembelian karena
dan mempunyai nilai korelasi
kecocokan
yang sangat kuat dan nyata
susu
pada
anak
artinya
mereka. • Pencarian
informasi
juga
banyak
semakin informasi
yang
semakin
baik
dilakukan dengan mencari tahu
diterima
melalui dokter atau bidan
penilaiannya
• Keputusan
masalah ini.
pembelian
dilakukan
dengan
responden
untuk
mereka
terhadap
keinginan • Produsen juga diharapkan membeli
bisa mengatasi isu yang
produk ini atau inifiatif sendiri sedang beredar di masyarakat, dan proses pembeliannya secara agar terencana. Persepsi Bakteri
responden
mempertahankan
tetap loyalitas
• Responden susu Dancow dan untuk tetap mengkonsumsi Enterobacter SGMmempunyai pengrtahuan susu formula tersebut.
terhadap
Isu
sakazakii responden susu yang cukup baik terhadap isu • Pemerintah juga harus cepat dan tanggap terhadap isu ini, Dancow dan responden Bakteri Enterobacter sakazakii karena bahaya yang dapat
SGM Persepsi terhadap bahaya Bakteri
Enterobacter
sakazakii responden susu Dancow dan SGM
• Responden susu Dancow dan timbul akibat bakteri ini SGM mengetahui bahaya yang sangat merugikan. Padahal akan timbul jika susu formula kita tau bahwa anak-anak yang dikonsumsi terkontaminasi merupakan asset bangsa yang Bakteri Enterobacter sakazakii
Informasi
Tentang
Isu
sangat berharga.
• Responden susu Dancow dan • Selain itu produsen bekerja
Bakteri
Enterobacter
sakazakii
Persepsi
terhadap
Keamanan dengan Bakteri
Pangan adanya
susu
SGM
mengetahui
sama
dengan
informasi mengenai keamanan
untuk
pangan beserta isu Bakteri
promosi atau iklan pelayanan
membuat
• Responden susu Dancow dan
terhadap
SGM
dapat
memberikan
isu
bahwa
mereka
Enterobacter
dengan
adanya
persepsi
terpengaruh isu
pemerintah iklan
masyarakat,
menghindari
agar
bakteri
tersebut.
tentang • Untuk lebih aman terhadap
sakazakii responden susu
bakteri yang terdapat pada susu
responden dalam penggunaan
Dancow dan SGM.
formula
atau pemilihan susu formula
terhadap
keamanan
pangan namun responden susu
sebaiknya
Dancow ini memiliki persentase
berkonsultasi kepada orang-
yang
dengan
orang yang dapat dipercaya
tidak
dan ahli dalam bidangnya
terpengaruh dengan adanya isu
sehingga tidak salah dalam
ini terhadap keamanan pangan
memilih prodak yang aman.
seimbang
responden
yang
Korelasi Rank Spearman • Hubungan usia dengan isu • Untuk
responden
lebih
mengetahui
Enterobacter
tentang keamanan pangan
Bakteri
sakazakii mempunyai nilai
dengan adanya isu bakteri
sakazakii
signifikasi sebesar 0,000 serta
ini
responden susu Dancow
nilai korelasi sebesar 0,869
lebih
dan susu SGM
dan 0,855
informasi yang sebanyak-
antara dengan
karakteristik Isu
Enterobacter
bakteri
• Hubungan pendidikan dengan isu
bakteri
Enterobacter
sebaiknya
responden
banyak
mencari
banyaknya
melalui
berbagai media.
sakazakii mempunyai nilai • Produsen susu formula baik signifikasi sebesar 0,000 serta susu Dancow ataupun susu nilai korelasi sebesar 0,922 SGM dan 0,892
harapkan
memperbaiki
• Hubungan dengan
atribut
dapat yang
status
bekerja masih belum dinilai baik oleh
isu
bakteri responden baik susu Dancow
Enterobacter
sakazakii ataupun SGM.
mempunyai nilai signifikasi sebesar
di
0,000
serta
nilai
korelasi sebesar 0,823 dan
0,801. • Dari
hubungan
ini
dapat
disimbulkan bahwa hubungan ini nyata, sangat kuat dan searah. Korelasi Rank Spearman • Hubungan antara
karakteristik
bahaya
usia
dengan
dari
bakteri
dengan Bahaya Bakteri
Enterobacter
Enterobacter
mempunyai nilai signifikasi
sakazakii
sakazakii
responden susu Dancow
sebesar
dan Susu SGM
korelasi sebesar 0,865 dan
0,000
serta
nilai
0,836 • Hubungan pendidikan dengan isu
bakteri
Enterobacter
sakazakii mempunyai nilai signifikasi sebesar 0,000 serta nilai korelasi sebesar 0,892 dan 0,885 • Hubungan dengan
status
bekerja
isu
bakteri
Enterobacter
sakazakii
mempunyai nilai signifikasi sebesar
0,000
serta
nilai
korelasi sebesar 0,881 dan 0,783. • Dari
hubungan
ini
dapat
disimpulkan bahwa hubungan ini nyata, sangat kuat dan searah. Korelasi Rank Spearman • Hubungan antara
karakteristik
usia
dengan
keamanan pangan terhadap
dengan keamanan pangan
Isu
terhadap
sakazakii mempunyai nilai
isu
Bakteri
bakteri
Enterobacter
Enterobacter
sakazakii
signifikasi
sebesar
responden susu Dancow
sertanilai
dan Susu SGM
0,865 dan 0,893
0,000
korelasi
sebesar
• Hubungan pendidikan dengan keamanan pangan terhadap isu
bakteri
Enterobacter
sakazakii mempunyai nilai signifikasi sebesar 0,000 serta nilai korelasi sebesar 0,884 dan 0,920. • Hubungan dengan
status
bekerja
keamanan
pangan
terhadap
isu
bakteri
Enterobacter
sakazakii
mempunyai nilai signifikasi sebesar
0,000
serta
nilai
korelasi sebesar 0,868 dan 0,788. • Dari
hubungan
ini
dapat
disimbulkan bahwa hubungan ini nyata, sangat kuat dan searah. • Sikap responden susu • Responden
susu
Dancow
Dancow terhadap susu
memberikan penilaian yang
Dancow dan SGM
positif terhadap susu Dancow,
• Sikap responden susu SGM
terhadap
SGM dan Dancow
susu
dan penilaian sikap netral terhadap susu SGM. • Responden susu SGM juga memberikan penilaian sikap positif terhadap susu SGM dan penilaian netral pada susu Dancow.
5.6.3. Implikasi Kebijakan
Dengan mengetahui hasil penelitian, maka diharapkan pihak pemerintah mampu mengeluarkan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas gizi dan kesehatan masyarakat untuk dapat mengkonsumsi susu formula yang baik, aman dan bermutu bukan malah yang dapat merugikan bagi yang mengkonsumsinya. Untuk itu kebijakan yang akan dilakukan diantaranya dengan : 1. Pihak pemerintah, sebaiknya melakukan kerja sama dengan para peneliti terdahulu untuk melakuakn penelitian ulang. Jika hasilnya sudah diketahui sebaiknya segera mengumumkan kepada masyarakat. 2. Membuat iklan pelayanan masyarakat melalui berbagai media baik elektronik maupun media cetak seperti iklan cara penyajian ataupun penyimpanan yang baik terhadap susu formula. Hal ini dilakukan agar masyarakta yang awam akan hal ini , Dapat mengikuti tata cara yang baik sesuai standar yang telah ditetapkan. 3. Pemerintah juga harus rutin dalam Pengawasan terhadap produsen-produsen susu formula agar tidak terjadinya penyimpangan yanga dapat merugikan konsumen.
VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
1. Karakteristik konsumen ( orang tua terutama kaum ibu) yang memberikan susu formula dengan merek Dancow dan susu SGM adalah : •
Usia untuk responden susu Dancow berkisar 30-34 Tahun.
•
Status bekerja yaitu ibu rumah tangga tanpa pekerjaan sambilan
•
Pengeluaran perbulannya berkisar Rp. 1.000.001-2.500.001
•
Pendidikan terakhir SLTA
Untuk respoden susu SGM mempunyai karakterisitik sebagai berikut : • Usia responden berkisar 25-29 Tahun •
Ststus bekerjs yaitu ibu rumah tangga dengan pekerjaan sambilan.
•
Pengeluaran perbulannya berkisar Rp. 1.000.001-2.500.001
•
Pendidikan terakhir SLTA dan S1
2. Persepsi konsumen terhadap keamanan pangan pada susu formula dengan isu bakteri Enterobacter sakazakii ?
•
Persepsi konsumen
• Responden susu Dancow dan SGM juga mengetahui adanya isu bakteri Enterobacter sakazakii yang ada pada susu formula.
• Responden susu Dancow dan SGM mengetahui bahaya yang akan timbul dengan adanya bakteri Enterobacter sakazakii • Responden susu Dancow dan SGM dengan adanya informasi tentang bakteri Enterobacter sakazakii mempunyai persepsi terhadap keamanan pangan dengan
adanya isu ini. Responden mempunyai penilaian bahwa mereka terpengaruh dengan adanya isu ini. Namun mereka tetap mengkonsumsi susu Dancow dan SGM, karena mereka belum tahu pasti merek susu apa saja yang telah terkontaminasi bakteri. Selain itu, responden merasa cocok dengan produk yang selama ini mereka berikan pada anak-anaknya. 3. Hubungan karakteristik responden yaitu orang tua terutama kaum ibu dengan persepsi konsumen terhadap keamanan pangan pada susu formula adanya Bakteri Enterobacter sakazakii mempunyai nilai signifikasi sebesar 0,000 yang lebih kecil
dari 0,05 yang artinya hubunngan ini nyata dan mempunyai nilai rata-rata lebih besar dari pada 0,75 ysng mempunyai arti hubungan ini sangat kuat dan searah dimana nilai tersebut bernilai positif. 4. Sikap responden susu Dancow terhadap atribut dari susu Dancow secara keseluruhan memberikan penilaian yang positif sedangkan sikap responden susu Dancow terhadap atribut susu SGM secara keseluruhan bernilai netral. Dan sikap responden susu SGM terhadap atribut susu SGM secara keseluruhan bernilai positif, sedangkan sikap responden susu SGM terhadap atribut susu Dancow secara keseluruhan bernilai netral. 6.2. Saran
Saran yang dapat diberikan oleh penulis kepada beberapa pihak berdasarkan hasil analisis, adalah : 5. Masyarakat khususnya para orang tua terutama para ibu untuk tidak salah dalam mempersepsikan isu ini dan mengambil sikap yang tepat untuk memberikan susu formula yang baik. 6. Para produsen susu formula untuk lebih memperhatikan produknya sebelum di pasarkan kepada masyarakat luas agar tidak merugikan bagi yang mengkonsumsinya. 7. Instansi Pemerintah khususnya Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), agar lebih ketat mengawasi produk yang akan beredar kepada masyarakat luas. Selain itu BPOM lebih berusaha untuk meningkatkan keamanan pangan dan meningkatkan aktifitas pembinaan dan pengawasan keamanan pangan pada produk susu formula. 8. Penulis menyarankan kepada peneliti selanjutnya jika ingin menggambarkan suatu persepsi sebaiknya menggunakan suatu indikator pengukuran sehingga penilaian persepsi tidak subyektif.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, K. R. 2007. Analisis Pola Konsumsi Susu Bubuk, Susu Kental Manis, dan Susu Cair Konsumen Rumah Tangga. Fakultas Peternakan. IPB. Bogor. Anonim. 1996. Undang-undang Nomor 7 Tentang Pangan.
Anonim, 1999. Undang-undang No 8 Tentang Perlindungan Konsumen. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2005. Data usia penduduk. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2006. Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2006. Jakarta : BPS. Cohen, D. 1981. Cunsumer behavior. Random House, Inc. New York. Engel, Blackwell, Miniard. 1994. Perilaku Konsumen. Jilid 1. Edisi keenam. Binarupa Aksara. Jakarta. Fitri, R. 2007. Persepsi Orangtua dan Guru Terhadap Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah Dasar di Kota Bogor. Skripsi. Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor. Gift, H.H., Washbon, M. B dan Harrison, G. G. 1975. Nutritio, Bahavior and Change. Prentice Hall, New Jersey. Guhardja, S. 1979. Pendidikan Gizi. Diktat Departemen Ilmu Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Gunarsa, S dan Gunarsa, Y. S. D. 1991. Psikologi Praktis : Anak Remaja dan Keluarga. BPK Gunung Agung, Jakarta. Hanafiah, K. 2007. Persepsi Anggota Kelompok Tani-Ternak Terhadap Flu Burung. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Industri Peternakan. Fakultas Peternakan. IPB. Bogor. Hardinsyah dan Suhardjo. 1987. Ekonomi Gizi. Diktat Yang Tidak Dipublikasikan. Departemen Ilmu Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hariyadi, P. 2007. Pangan dan Daya Saing Bangsa dalam Upaya Peningkatan Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan Melalui Ilmu dan Teknologi. Seafast Center. IPB. Bogor. Hidayat, I. K. 2007. Persepsi dan Sikap Ibu Terhadap Klaim Gizi dalam Iklan Susu Formula Anak Usia Prasekolah dan Hubungannya dengan Keputusan Pembelian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Indiarti, M.T.2008. Asi, Susu Formula dan Makanan Bayi. Yogyakarta.
Elmatera Publising.
Indiani, D. K. 2007. Analisis Persepsi Konsumen Terhadap Merek – Merek Mi Instat. Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. Khomsan, A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Kotler, P. 1987. Marketing Jilid 2. Herujati Purwoko, Penerjemah. Erlangga, Jakarta. Kotler, P. 2001. Manajemen Pemasaran Di Indonesia. Salemba 4, Jakarta. Muchtadi, D. 2002. Gizi Untuk Bayi. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Muslim, F. 2006. Hubungan Persepsi tentang Flu Burung dan Sikap dalam Mengkonsumsi Telur dan Daging Ayam. Fakultas Peternakan. IPB. Bogor Mohen, J. C dan Minor, M. 2002. Prilaku Konsumen Jilid 1.Ed Ke -5. Erlangga, Jakarta. Oksowela, T. 2008. Persepsi Konsumen Terhadap Tanggal Kadaluwarsa Berdasarkan Faktor Mutu dan Keamanan Pangan Pada Label Kemasan Produk Pangan di Daerah Bogor dan Sekitarnya. Skripsi. Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor. Papilia DG, Olds SW.1986. Human Development. New York: McGraw-Hill Book Company. Robbins, S.P. 2002. Prinsip-Prinsip dan Perilaku Organisasi. Edisi Ke Lima. Erlangga. Jakarta. Rosita, S. 2008. ASI Untuk Kecerdasan Bayi. Ayyana Mangunnegaran. Yogyakarta.
Sediaoetomo. 1999. Ilmu Gizi Jilid 2. Dian Rakyat, Jakarta. Sarwono, J. 2006. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Andi. Yogyakarta. Setiadi, N.J. 2003. Perilaku Konsumen : Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Kencana Media Jakarta. Simamora, B. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Solomon, M.R.2002. Consumer Behavior 5th edition. Prentice Hall, New Jersey. Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Pusat Antar Universitas. IPB. Bogor. Sulaeman, A. 1996. Keamanan Pangan. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor Sumarwan, U. 2003. Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Ghalia Indonesia. Jakarta. Walpole. 1997. Pengantar Statistika. Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
.
Lampiran 1. Standar Komposisi Susu Bayi (untuk tiap 100 Kcal) Komponen
Infant Formula (a)
Adapted Infant Formula (b)
Energi Protein, min Lemak Asam Linoleat Karbohidrat Vitamin Vitamin A Min Vitamin A Max Vitamin D Min Vitamin D Max Vitamin E Min Vitamin K 1 Min Vitamin C Min Vitamin B1 Min Vitamin B2 Min Nikotinamid Min Vitamin B6 Min Asam Folat Min As Pantotenat Min Vitamin B12 Min Biotin Min Choline Min Mineral : Natrium Min Max Kalium Min Max Chlorida Min Max Kalsium (Ca), Min Fospfor (P) Min Magnesium (Mg) Min Besi (Fe) Min Iod (I) Min Tembaga (Cu) Min Seng (Zn), Min Mangan (Mn), Min
1,8 g 3,3 – 6,0 g 300 mg
64-72 Kcal/100 ml 1,8 – 2,8 g 4,0 – 6,0 g 8 – 12 g
250 IU 500 IU 40 IU 80 IU 0,7 IU 4 ug 8 mg 40 ug 60 ug 250 ug 35 ug 4 ug 300 ug 0,15 ug 1,5 ug 7 ug
20 mg 60 mg 80 mg 200 mg 55 mg 150 mg 50 mg 25 mg 6 mg 0,15mg 5 ug 60 ug 0,5 ug 5 ug
Komposisi vitamin sama dengan infant formula
Follow-Up Infant Formula (c) 60-85 Kcal/100ml 3,05 – 5,5 g 3,0 – 6,0 g 300 mg 8 – 12 g 75-150 ug 1-2 ug 0,5 mg Vitamin larut air tidak dispesifikasi
1,0-3,7 mEq/L 1,76 mEq/L 2,0-5,2 mEq/L (Total Na, K dan Cl max. 50 mEq/L) 60 mg 30 mg 6 mg 0,1-0,2 mg 5 ug 30 ug 0,3 ug 5 ug
1,7-4,3 mEq/L 90 mg 60 mg 6 mg 1,0-2,0 mg 5 ug 0,5 ug
Sumber : Codex Stan, ESPGAN Committee on Nutrition dalam Muchtadi, 2002