1
PERSEPSI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP PROGRAM BERITA TV TENTANG ISU BAKTERI E. SAKAZAKII DALAM SUSU FORMULA DAN CITRA IPB (Kasus Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)
Oleh: Yuvita Amalia Pohan I34070108
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
6
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “PERSEPSI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP PROGRAM BERITA TELEVISI TENTANG ISU BAKTERI E. SAKAZAKII DALAM SUSU FORMULA DAN CITRA IPB (KASUS : DESA CIMANGGU I, KECAMATAN CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENARBENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, Juli 2011
Yuvita Amalia Pohan I34070108
2
ABSTRACT YUVITA AMALIA POHAN. The Housewife Perception of Television News Program about E. sakazakii issue in formula milk and IPB Image (Case Cimanggu I Village, Cibungbulang, Bogor) Supervised by: AMIRUDDIN SALEH
This research focused on Housewife Perception of Television News Program about E. sakazakii Issue in Formula Milk and IPB’s Image (Case Cimanggu I Village, Cibungbulang District, Bogor Regency). This research has been conducted by using quantitative and qualitative method at Cimanggu I Village, Cibungbulang District, Bogor Regency on April-May 2011. The Respondents in this research were a housewife who lives in Cimanggu I village and already watched television news program about E. sakazakii issue on formula milk. The total respondents are 46 persons. Respondent was chosen by using judgement sampling. The goal of this research are 1) Knowing housewife perception of television news program about E. sakazakii issue in formula milk. 2) Knowing housewife perception of IPB’s image as a result of E. sakazakii issue in formula milk on television news. 3) Analysing the individual factors, social and environmental influences, television exposure that correlated with a housewife perception of television news program about E. sakazakii issue. 4) Analysing the correlation between a housewife perception of television news program about E. sakazakii issue and a housewife perception of IPB’s image as a result of E. sakazakii issue in formula milk on television news. Based on research result, from individual factors, social and environment influences also television exposure have no tangible connection with a housewife perception of television news program about E. sakazakii issue in formula milk and IPB’s image. There’s also no tangible correlation between a housewife perception of television news program about E. sakazakii issue and a housewife perception of IPB’s image as a result of E. sakazakii issue in formula milk on television news. Key words: perception, exposure, television, E. sakazakii
3
RINGKASAN YUVITA AMALIA POHAN. Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula dan Citra IPB (Kasus Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor). Di bawah bimbingan AMIRUDDIN SALEH. Televisi saat ini merupakan salah satu media massa yang paling efektif dalam menyampaikan informasi di era globalisasi. Televisi memiliki kelebihan di dalam menyampaikan informasi, televisi mampu menyajikan informasi dalam bentuk suara dan gambar yang bergerak, memiliki nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau pemberitaan sangat cepat, sehingga menjadikan televisi memiliki kekuatan menguasai ruang, waktu dan jarak yang menjangkau sasaran massa cukup besar. Melihat fakta tersebut, televisi tentu sangat berpotensi digunakan sebagai media pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk membangun Indonesia sebagai bangsa yang cerdas dan maju. Keefektifan suatu siaran televisi ditentukan berdasarkan diterima atau tidaknya program tersebut oleh khalayak. Pendapat atau opini dari khalayak sangat penting untuk mengevaluasi suatu siaran televisi agar siaran selanjutnya lebih baik. Salah satu program televisi yang menjadi unggulan dari lembaga pertelevisian Indonesia adalah program informasi berupa berita. Berita mengenai susu formula yang tercemar dengan bakteri Enterobacter sakazakii (E. sakazakii) akhir-akhir ini sedang hangat dibicarakan. Kesimpang siuran akan produk susu formula dan makanan yang tercemar Bakteri E. sakazakii tentunya mendatangkan kesan yang berbeda-beda kepada masyarakat yang menonton isu ini pada berita TV, khususnya bagi ibu rumah tangga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii dalam susu formula, Mengetahui persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB akibat program berita televisi tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii dalam susu formula, menganalisis faktor individu, lingkungan sosial dan keterdedahan pada program berita televisi yang berkorelasi dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii dalam susu formula dan untuk mengetahui kemungkinan adanya hubungan nyata antara persepsi ibu rumah tangga terhadp berita televisi tentang isu bakteri E. Sakazakii dalam susu formula dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB. Penelitian ini dilakukan di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama satu bulan yaitu April sampai Mei 2011. Pendekatan yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif yang didukung oleh pendekatan kualitatif. Penelitian kuantitatif menggunakan desain survei yang bersifat deskriptif korelasional sedangkan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam. Populasi dalam penelitian ini meliputi ibu rumah tangga yang tinggal di Desa Cimanggu I (RW 04 dan RW 06) dan telah menonton program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula jumlah populasi sasaran sebanyak 349 jiwa. Analisis statistik inferensia dilakukan dengan uji chi-square, uji koefiesien contingency dan uji korelasi rank Spearman yang diolah dengan program SPSS for Windows versi 17,0. Chi Square dan uji koefisien contingency digunakan
4
untuk menguji hubungan data skala nominal dengan ordinal, sedangkan uji korelasi rank Spearman untuk menguji hubungan data skala ordinal dan dengan data ordinal. Hasil dari penelitian ini adalah persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula termasuk dalam kategori baik atau cenderung setuju dengan total rata-rata sebesar 2.71. Menurut responden isi nilai informasi berita dapat meningkatkan pengetahuan dan tingkat kewaspadaan terhadap pangan yang baik untuk dikonsumsi, begitu pula dengan format acara yang menarik dan mudah dimengerti. Persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB akibat program berita televisi tentang isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula tergolong baik, hal ini dapat terlihat dari total rataan skor yaitu sebesar 2,72 atau mendekati 3. Responden menganggap bahwa hasil penelitian IPB berupa penemuan bakteri E. sakazakii dalam susu formula bermanfaat dan menyadarkan kewaspadaan ibu rumah tangga, selain itu responden juga menganggap bahwa lulusan IPB memiliki kemampuan yang cukup baik baik di bidang pertanian maupun di luar bidang pertanian. Faktor karakteristik individu, lingkungan sosial dan keterdedahan tidak terbukti memiliki hubungan nyata dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula secara keseluruhan. Namun, berdasarkan penelitian terdapat beberapa unsur pada karakteristik individu seperti usia, motif menonton integrasi dan interaksi sosial yang berhubungan nyata dengan nilai informasi program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Selain itu, pada motif menonton (motif informasi) memiliki hubungan nyata baik dengan nilai informasi maupun daya tarik format acara berita. Berdasarkan hasil penelitian juga terdapat beberapa unsur pada keterdedahan yang berhubungan nyata dengan persepsi terhadap berita baik pada nilai informasi berita mapun daya tarik acara berita, yaitu waktu menonton dan program berita yang ditonton. Unsur lama menonton juga memiliki hubungan yang sangat nyata terhadap persepsi berita pada daya tarik format acara Persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula tidak terbukti memiliki hubungan nyata dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB secara keseluruhan. Meskipun demikian terdapat beberapa unsur dalam persepsi terhadap berita televisi seperti nilai informasi dan daya tarik format acara yang memiliki hubungan nyata dengan hasil penelitian IPB berupa penemuan bakteri E. sakazakii dalam susu formula.
5
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh: Nama : Yuvita Amalia Pohan NRP : I34070108 Departemen : Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Judul Skripsi : Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Program Berita TV tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula dan Citra IPB (Kasus Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor). Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Skripsi
Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS NIP 19611113 198811 1 001
Mengetahui, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Ketua
Dr.Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP. 19550630 198103 1 003
Tanggal Lulus:
7
RIWAYAT HIDUP Yuvita Amalia Pohan, lahir di Jakarta pada tanggal 9 Oktober 1988. Penulis merupakan anak ke dua dari dua bersaudara yang terlahir dari pasangan Yusup Pohan dan Siti Hotna. Penulis memulai pendidikannya di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Pondok Bambu 01 Pagi (Jakarta Timur) pada tahun 1995-2001. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Lanjut Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) Pondok Bambu 51 (Jakarta Timur) pada tahun 2001-2004, dan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN 54) Kampung Melayu (Jakarta Timur) pada tahun 20042007. Setelah lulus dari jenjang pendidikan SMA, penulis melanjutkan studinya di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Untuk melengkapi kompetensi yang dimiliki, penulis mengambil program minor Kewirausahaan Agribisnis di Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama penulis menimba ilmu di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif mengikuti beberapa organisasi, unit kegiatan mahasiswa (UKM) serta kegiatan kepanitiaan. Penulis pernah tergabung kedalam UKM Paduan Suara Mahasiswa Agriaswara, dan menjadi sekertaris dalam divisi kesekretariatan Agriaswara periode 2008-2009. Penulis juga aktif di dalam organisasi mahasiswa, yaitu Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (HIMASIERA), yang merupakan himpunan profesi di dalam Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Penulis aktif di dalam organiasai HIMASIERA selama 2 tahun (2008-2010) berturut-turut dalam divisi community develepment (comdev). Penulis juga merupakan asisten praktikum komunikasi kelompok selama satu semester. Selain itu penulis juga aktif mengikuti kegiatan-kegiatan kepanitiaan. Di IPB, penulis pernah menjadi panitia di beberapa event, seperti FOTRANUSA, IPB ART CONTEST, GENUS, dan ketua divisi acara pada kepanitiaan CSR Essential dan Konser Amal Mini ”Kami Peduli, Kamu?”. Selama kuliah penulis pernah mengikuti kegiatan yang mengasah soft skill, seperti IPB Go Field pada tahun 2009, selama satu bulan di Desa Leuwikaret yang merupakan desa binaan Indocement, penulis juga pernah mengikuti kegiatan magang di Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI).
8
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan anugerah-Nya serta kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan sebaik-baiknya. Skripsi yang berjudul “Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Berita TV tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula dan Citra IPB (Kasus Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor) ini mengupas tentang persepsi masayrakat terhadap berita TV dan citra suatu lembaga akibat berita tersebut. Penulis menyadari masih terdapat banyak data serta fakta di lapangan yang masih belum terungkap. Oleh sebab itu, penulis berharap tulisan ini dapat disempurnakan oleh peneliti-peneliti selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh seluruh pihak yang membutuhkan.
Bogor, Juli 2011
Penulis
9
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyadari bahwa Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya dan dengan sabar membimbing penulis, memberikan semangat kepada penulis, dan senantiasa memberikan masukan-masukan yang begitu berarti selama penyusunan studi pustaka ini. 2. Ir. Sutisna Riyanto, MS sebagai dosen penguji utama yang telah bersedia meluangkan waktu pada sidang Skripsi penulis. 3. Ir. Murdianto, Msi sebagai dosen penguji dari Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat yang telah bersedia meluangkan waktu pada sidang Skripsi penulis. 4. Ayahanda Yusuf Pohan dan Ibunda Siti Hotna tercinta sebagai sumber motivasi utama bagi penulis yang senantiasa mendukung penulis baik moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 5. Kakakku tersayang Nova Sulviana Pohan sebagai panutan yang telah memberikan semangat serta dorongan positif bagi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi 6. Sahabat-sahabatku di Departemen Sains KPM 44 yaitu Anggi, Wina, Ira, Vivi, Ma’rifatu, Didi, Vitdes, Chae, Karin, Pia, Dinda, Dimit, Anis, Aul yang selalu memberikan tawa dan canda selama kuliah di IPB serta mendukung dan memotivasi satu sama lain dalam penyelesaian skripsi. 7. Teman-teman VOC (Voice of Communication) Laras, Manda, Dian, Yosh, Bocad, Adji, Hendra, Bagus, dan Gian yang telah memberikan angin segar dalam menyalurkan bakat, minat, dan hobi penulis di tengah kesibukan kehidupan perkuliahan. 8. Teman-teman di HIMASIERA yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengasah softskill penulis. 9. Seluruh teman-teman Sains Komunikasi Pengembangan Masyarakat angkatan 44, 45, 46 yang telah memberikan dorongan positif bagi penulis untuk dalam menulis skripsi. 10. Semua pihak yang telah memberikan dorongan, doa, semangat, bantuan dan kerjasama selama ini. Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca terutama dalam hal memahami lebih jauh tentang media siaran. Bogor, Juli 2011 Penulis
10
DAFTAR ISI Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................... DAFTAR TABEL ................................................................................. DAFTAR GAMBAR ........................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1.1. Latar Belakang………………………………................... 1.2. Rumusan Masalah………………………….................... 1.3. Tujuan Penulisan ……………………............................... 1.4. Kegunaan Penulisan …………………………….............. BAB II TINJAUAN TEORITIS ......................................................... 2.1. Tinjauan Pustaka ............................................................... 2.1.1 Komunikasi Massa ................................................ 2.1.2 Televisi Sebagai Media Informasi ......................... 2.1.3 Siaran Televisi ....................................................... 2.1.3.1 Program Berita Televisi .......................... 2.1.3.2 Tayangan Berita Susu Formula Tercemar Bakteri Sakazakii ................... 2.1.4 Keterdedahan Khalayak pada Siaran Televisi ....... 2.1.5 Persepsi Khalayak ................................................. 2.1.6 Hubungan Media dengan Citra Lembaga ............. 2.2. Kerangka Pemikiran .......................................................... 2.3. Hipotesis Penelitian ........................................................... 2.4. Definisi Operasional .......................................................... BAB III METODE PENELITIAN ..................................................... 3.1. Desain Penelitian ............................................................... 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................ 3.3. Populasi dan Sampel …………………………………….. 3.4. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data …………….. 3.5. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ................................. 3.5.1 Validitas Instrumen …………………………….. 3.5.2 Reliabilitas Instrumen ………………………….. 3.6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ............................... BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................. 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................. 4.1.1 Kondisi Fisik .......................................................... 4.1.2. Kependudukan , Pendidikan dan Mata Pencaharian ............................................................. 4.1.3. Sarana dan Prasarana Desa ..................................... 4.1.4. Kelembagaan Desa ................................................. 4.2. Gambaran Umum Responden ........................................... 4.2.1. Karakteristik Individu ............................................ 4.2.1.1 Usia Responden ....................................... 4.2.1.2 Tingkat Pendidikan .................................. 4.2.1.3 Jenis Pekerjaan Responden ...................... 4.2.1.4 Motif Menonton .......................................
x xii xiii xv 1 1 3 4 4 6 6 6 6 8 9 10 11 14 16 17 20 20 24 24 24 24 25 26 26 28 28 30 30 30 31 32 33 35 35 36 37 38 39
11
4.2.2. Lingkungan Sosial .............................................. 4.2.2.1 Frekuensi Interaksi ................................... 4.2.2.3 Pasangan Interaksi .................................... 4.2.3 Keterdedahan ......................................................... 4.2.3.1 Frekuensi Menonton ................................. 4.2.3.2 Waktu Menonton ..................................... 4.2.3.3 Lama Menonton ....................................... 4.2.3.4 Program Berita ......................................... 4.3 Persepsi Responden ........................................................... 4.3.1 Persepsi bu Rumah Tangga terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula............................................. 4.3.2 Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Citra IPB Akibat Isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula pada Berita TV........................................... 4.4 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Program Berita tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula ................ 4.4.1 Hubungan Karakteristik Individu dengan Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Program Berita tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula ...................................................... 4.4.1.1 Hubungan antara Usia dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula ...................................... 4.4.1.2 Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula .............. 4.4.1.3 Hubungan antara Jenis Pekerjaan dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula............... 4.4.1.4 Hubungan antara Motif Menonton dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula .............. 4.4.2 Hubungan Lingkungan Sosial dengan Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Program Berita tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula ............................................................ 4.4.2.1 Hubungan Frekuensi Interaksi dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula .............................. 4.4.2.2 Hubungan Pasangan Interaksi dengan Persepsi terhadap Program Berita
42 42 44 45 46 47 47 49 50 51 53 55
56
57
58
58
59
60
60
12
Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula .............................. 4.4.3 Hubungan Keterdedahan dengan Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Program Berita tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula........................................................... 4.4.3.1 Hubungan antara Frekuensi Menonton dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula .............. 4.4.3.2 Hubungan antara Waktu Menonton dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula .............. 4.4.3.3 Hubungan antara Lama Menonton dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula .............. 4.4.3.4 Hubungan antara Program Berita dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula .............. 4.5 Hubungan antara Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula dengan Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Citra IPB Akibat Program Berita Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula....................................... 4.5.1 Hubungan antara Nilai Informasi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Baketri E. sakazakii dalam Susu Formula dengan Persepsi terhadap Citra IPB .............................................. 4.5.2 Hubungan antara Daya Tarik Format Acara terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Baketri E. sakazakii dalam Susu Formula dengan Persepsi terhadap Citra IPB .................................. BAB V PENUTUP ………………………………………………….. 5.1. Kesimpulan ........................................................................ 5.2 Saran …………………………………………………….. DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. LAMPIRAN .............................................................................................
61
61
62
62
63
64
65
66
66 68 68 69 71 74
13
DAFTAR TABEL Nomor Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10 Tabel 11 Tabel 12 Tabel 13
Halaman Kategori gratification dan contoh dalam teori uses and gratification......................................................................... Sebaran luas lahan menunrut penggunaannya di Desa Cimanggu I ............................................................... Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Cimanggu I pada tahun 2011 .................................... Sebaran jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Cimanggu 1, tahun 2008 ....................................... Sebaran penduduk menurut jenis mata pencaharian di Desa Cimanggu 1, tahun 2008 .......................................... Jumlah sarana kesehatan dan jumlah tenaga kesehatan di Desa Cimanggu 1, tahun 2008 .......................................... Jumlah jenis permukiman di Desa Cimanggu I, tahun 2008 ................................................................................... Distribusi responden menurut karakteristik individu, tahun 2011 ......................................................................... Pengaruh lingkungan sosial responden penelitian ............. Gambaran responden menurut tingkat keterdedahan responden terhadap berita TV isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula ............................................................ Persepsi responden terhadap berita TV isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB ...................... Korelasi peubah dengan persepsi terhadap berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula ......... Korelasi peubah dengan persepsi terhadap citra IPB akibat berita televisi tentang isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula ............................................................
13 30 31 31 32 32 33 36 43 45 51 56 65
14
DAFTAR GAMBAR Nomor Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3 Gambar 4 Gambar 5 Gambar 6
Gambar 7
Gambar 8
Gambar 9
Gambar 10 Gambar 11 Gambar 12 Gambar 13 Gambar 14 Gambar 15
Halaman Proses pembentukan persepsi berdasarkan model Solomon (Sutisna, 1999) .............................................. Kerangka pemikiran persepsi ibu rumah tangga terhadap berita televisi mengenai isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB …………. Persentase usia responden di Desa Cimanggu I per Bulan April tahun 2011 ............................................... Persentase tingkat pendidikan responden di Desa Cimanggu I per Bulan April tahun 2011 ...................... Persentase jenis pekerjaan responden di Desa Cimanggu I per Bulan April 2011 ................................ Persentase pemenuhan motif informasi dalam menonton tayangan berita E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB di Desa Cimanggu I per Bulan April 2011 .................................................................... Persentase motif identitas personal dalam menonton tayangan berita E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB di Desa Cimanggu I per Bulan April 2011 ... Persentase motif integrasi dan interaksi sosial dalam menonton tayangan berita E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB di Desa Cimanggu I per Bulan April 2011 .................................................................... Persentase motif hiburan sosial dalam menonton tayangan berita E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB di Desa Cimanggu I per Bulan April 2011 .................................................................... Persentase frekuensi interaksi responden dalam membicarakan isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula per Bulan April 2011 ...................................... Interaksi dengan lingkungan sosial yang paling sering dalam membicarakan isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB per Bulan April 2011 ........ Frekuensi responden menonton tayangan berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula per Bulan April 2011 ...................................... Waktu responden menonton tayangan berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula per Bulan April 2011 .................................................... Lama responden menonton tayangan berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula per Bulan April 2011 .................................................... Program berita yang dipilih responden untuk menonton tayangan berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula per Bulan April 2011
15 19 37 38 39
40
40
41
42 44 44 46 47 48 49
15
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
Lampiran 1
Kuesioner Penelitian ........................................................
Lampiran 2
Data penduduk ibu rumah tangga RW 04 dan RW 06 Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor per Bulan Maret 2011 …………………………. Kerangka sampling ibu rumah tangga yang menonton berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula pada RW 04 dan RW 06 ............................. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner ............................. Hasil pengolahan data ......................................................
Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5
75
81 88 90 93
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Televisi saat ini merupakan salah satu media massa yang paling efektif
dalam menyampaikan informasi di era globalisasi. Data menunjukkan bahwa hampir 70% penduduk Indonesia memiliki dan menonton televisi setiap harinya. Hal ini menunjukkan bahwa televisi sangat dekat dengan masyarakat Indonesia, bahkan sudah dianggap sebagai kebutuhan pokok oleh masyarakat Indonesia. Televisi memiliki kelebihan di dalam menyampaikan informasi, televisi mampu menyajikan informasi dalam bentuk suara dan gambar yang bergerak, memiliki nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau pemberitaan sangat cepat, sehingga menjadikan televisi memiliki kekuatan menguasai ruang, waktu dan jarak yang menjangkau sasaran massa cukup besar. Morissan (2010) juga menambahkan bahwa televisi memiliki berbagai kelebihan dibanding media lainnya yang mencakup daya jangkau luas, selektivitas, dan fleksibilitas, fokus perhatian, kreativitas dan efek, prestise serta waktu tertentu. Melihat fakta tersebut,
televisi
tentu
sangat
berpotensial
digunakan
sebagai
media
pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk membangun Indonesia sebagai bangsa yang cerdas dan maju. Disamping seluruh kelebihannya, televisi tentunya juga memiliki kekurangan, seperti isi pesan yang diberikan oleh televisi bersifat sekilas, tidak bisa diulang oleh pemirsa, dan terikat oleh waktu tontonan, selain itu televisi juga relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan media komunikasi massa lain seperti media cetak dan radio. Salah satu program televisi yang menjadi unggulan dari lembaga pertelevisian Indonesia adalah program informasi berupa berita. Akhir-akhir ini berita mengenai susu formula yang tercemar dengan bakteri Enterobacter sakazakii (E. sakazakii) sedang hangat dibicarakan kembali. Awal mula isu bakteri E. sakazakii terdapat di susu formula dan makanan bayi disebabkan oleh penelitian IPB (Estuningsih et al., 2006) dengan judul Potensi Kejadian Meningitis Pada Neonatus Akibat Infeksi Enterobacter sakazakii yang Diisolasi
2
dari Makanan Bayi dan Susu Formula. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 22 susu formula dan 15 sampel makanan bayi (MP-ASI) produksi dalam negeri (lokal) menunjukan hasil sebanyak 22,73% susu formula dan 46,7% makanan bayi (MP-ASI) yang diteliti terkontaminasi E. sakazakii. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh suhu rekonstitusi pada isolate lokal bakteri E. sakazakii yang berguna pada manajemen resiko bakteri ini. Namun, entah bagaimana berita yang justru muncul di tengah masyarakat adalah berita “Penelitian IPB menyatakan bahwa terdapat bakteri E. sakazakii pada susu formula dan makanan bayi.” Tidak bisa dipungkiri bahwa semakin besarnya berita ini di tengah masyarakat adalah berkat peran media massa, khususnya televisi. Pardiman (2011) seorang anggota komisi IX DPR RI dari fraksi Partai Golkar memberikan apresiasi kepada media massa yang terus memberitakan persoalan susu formula tersebut. Ia meminta media terus melaporkannya sampai ada kepastian sehingga masyarakat menjadi tenang. "Kalau diumumkan dan tidak ada yang membeli itu konsekuensi logis. Intelektual jangan mau dibayar untuk melindungi ini, maka sama dengan teroris bidang kesehatan," serunya1.
Namun, perlu diingat bahwa isi pesan yang diberikan oleh televisi dapat diinterpretasikan secara berbeda-beda menurut persepsi pemirsa, begitu pula dengan dampak yang ditimbulkan dari informasi yang disajikan oleh televisi. Hal tersebut terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap isi pesan acara televisi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi serta situasi dan kondisi pemirsa pada saat menonton televisi (Sukarelawati, 2009). Kesimpang siuran akan produk susu formula dan makanan yang tercemar Bakteri E. sakazakii tentunya mendatangkan kesan yang berbeda-beda kepada masyarakat yang menonton isu ini pada berita TV, khususnya bagi ibu rumah tangga. Sebagian masyarakat akan cemas dengan isu ini dan berusaha semaksimal mungkin untuk mengetahui perkembangan isu ini dan memperoleh jawaban atas produk pangan yang aman untuk dikonsumsi, namun sebagian masyarakat 1
Jakartapress.com. 2011. “DPR Ancam Kampanyekan IPB Kampus Tak Jujur.” http://jakartapress.com/home/berita/news/DPR-ancam-kampanyekan-IPB-kampus-tak-jujur.html [diakses 17 Februari 2011]
3
mungkin akan menganggap isu ini biasa saja dan tidak menganggap hal yang penting, sebagian lagi mungkin akan berpikir bahwa isu ini adalah salah satu jenis politik untuk mengangkat atau bahkan menjatuhkan pihak tertentu. Berangkat dari hal tersebut, maka perlu kiranya mengetahui bagaimana persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E.sakazakii dalam susu formula dan citra IPB.
1.2
Rumusan Masalah Program-program yang ditayangkan oleh televisi sangat beragam, semakin
banyak program acara televisi yang disuguhkan kepada pemirsa maka akan semakin meningkat pula pilihan pemirsa dalam hal penggunaan media televisi. Beragam alternatif tayangan televisi yang disajikan televisi dapat dipilih oleh masyarakat sesuai keinginannya dengan tujuan memenuhi kebutuhan akan informasi, pendidikan, maupun hiburan. Salah satu program yang banyak disajikan oleh televisi adalah program mengenai informasi, yaitu berita. Jenis berita yang menjadi kunci dari penelitian ini adalah berita mengenai susu formula yang tercemar oleh bakteri E. sakazakii. Seperti yang telah diketahui sebelumnya, berita susu formula yang tercemar oleh bakteri E. sakazakii sedang hangat dibicarakan. Hampir seluruh TV baik swasta maupun pemerintah menyampaikan informasi ini setiap harinya. Banyaknya terpaan berita susu formula yang tercemar bakteri E. sakazakii menimbulkan efek yang bervariasi terhadap individu pemirsanya. Berdasarkan latar belakang dan uraian permasalahan di atas, maka rumusan masalah yang dirumuskan dalam penelitian kali ini adalah: 1.
Apa persepsi ibu rumah tangga terhadap berita TV tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii dalam susu formula ?
2.
Apa persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB akibat program berita televisi tentang isu Bakteri Enterobacter sakazakii dalam susu formula?
3.
Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula?
4
4.
Apakah terdapat hubungan antara persepsi ibu rumah tangga terhadap berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian yang
telah dipaparkan di atas, disusunlah beberapa tujuan penelitian guna menjawab rumusan masalah dan pertanyaan penelitian tersebut, yaitu: 1.
Mengetahui persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii dalam susu formula.
2.
Mengetahui persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB akibat program berita televisi tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii dalam susu formula.
3.
Menganalisis faktor individu, lingkungan sosial dan keterdedahan pada program berita televisi yang berkorelasi dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii dalam susu formula.
4.
Mengetahui kemungkinan adanya hubungan nyata antara persepsi ibu rumah tangga terhadp berita televisi tentang isu bakteri E. Sakazakii dalam susu formula dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB.
1.4
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pembaca
maupun peminat studi yang dijadikan topik tulisan agar menambah informasi sekaligus dapat dijadikan sebagai salah satu bahan bagi penelitian ilmiah terkait dengan masalah peran media siaran, khususnya kepada: 1. Kalangan praktisi dapat bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran dalam menyusun dan merancang program berita televisi yang terpercaya. 2. Bagi masyarakat, memberikan informasi hubungan televisi sebagai media informasi dengan peningkatan pengetahuan masyarakat. 3. Kalangan akademisi dapat menambah khasanah penelitian media siaran, khususnya penelitian mengenai televisi sebagai media informasi, dan untuk
5
literatur selanjutnya bagi akademisi yang ingin mengkaji lebih jauh konsep media siaran dalam pengembangan masyarakat. 4. Kalangan pemerintah dapat bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran dalam pembentukan kebijakan-kebijakan acara televisi.
6
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1 Komunikasi Massa Komunikasi Massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronis sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat (Rakhmat 2005). Bila sistem komunikasi massa diperbandingkan dengan sistem komunikasi interpersonal, secara teknis kita dapat menunjukkan empat tanda pokok dari komunikasi massa (1) bersifat tidak langsung, artinya harus melewati media teknis; (2) bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara peserta-peserta komunikasi (para komunikan); (3) bersifat terbuka, artinya ditujukan pada publik yang tidak terbatas dan anonim; (4) mempunyai publik yang secara geografis tersebar (Neumann 1973 dalam Rakhmat, 2005). Menurut DeVito (1996) pengertian komunikasi massa adalah sejumlah peubah yang terdapat dalam komunikasi massa yaitu: sumber, khalayak, pesan, proses, konteks, dan sarana-sarana dalam komunikasi massa yang paling banyak digunakan seperti radio, televisi, surat kabar, majalah, buku, koran, hasil rekaman audio-kaset dan internet. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, jenis media komunikasi massa yang paling sering digunakan oleh masyarakat adalah televisi. 2.1.2
Televisi Sebagai Media Informasi Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan
dari komunikator kepada khalayak. Media massa sering dibedakan menjadi media massa berbentuk tampak (visual), media massa berbentu dengar (audio) dan media massa berbentuk gabungan tampak dengar (audio visual). Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampain pesan dari sumber kepada khalayak penerima dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio dan televisi (Mulyana, 2008). McQuail (2002) mengungkapkan tentang serangkaian ide dasar mengenai tujuan media dalam masyarakat, yakni informasi, korelasi, kesinambungan,
7
hiburan dan mobilisasi. Nurudin (2009) dalam Buku Pengantar Komunikasi Massa, menyimpulkan beberapa fungsi komunikasi massa dari para ahli komunikasi. Nurudin menyebutkan bahwa fungsi komunikasi massa antara lain adalah informasi, hiburan, persuasi, transmisi budaya, mendorong kohesi sosial, pengawasan, korelasi, pewarisan sosial, melawan kekuasaan dan kekuatan represif dan menggugat hubungan trikotomi. Berbagai bentuk media massa seperti surat kabar, majalah, tabloid, radio, televisi hingga internet mempunyai pengaruh besar dalam pembentukkan opini dan kepercayaan orang. Di antara berbagai media massa yang ada, salah satunya yang paling banyak dimanfaatkan saat ini adalah televisi. Kata “televisi” merupakan gabungan dari bahasa Yunani, yaitu kata tele yang berarti jauh dan visio dari bahasa Latin, yang berarti penglihatan. Sehingga televisi dapat diartikan sebagai telekomunikasi yang dapat dilihat dari jarak jauh. Televisi merupakan sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang. Sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah
cahaya
dan
suara
ke
dalam
gelombang
elektronik
dan
mengkonversinya kembali ke dalam cahaya yang dapat dilihat dan suaranya dapat didengar (Nurfalah, 2007). Televisi memiliki beberapa fungsi sebagai media massa. Beberapa fungsi televisi yang diungkapkan oleh Joseph R. Dominick (Winarso, 2005) tentang lima teori fungsi televisi yaitu di antaranya: (1) Fungsi pengawasan, media mengambil tempat sebagai penjaga dan pengawas. (2) Fungsi penafsiran, fungsi ini berkaitan erat dengan fungsi pengawasan, media massa tidak hanya menyediakan fakta dan data namun juga memberikan informasi mengenai arti kunci penting mengenai kejadian-kejadian itu. (3) Fungsi penghubung, media massa dapat bekerjasama dengan unsur-unsur masyarakat yang berbeda yang tidak secara langsung berhubungan dengan saluran–saluran interpersonal. (4) Fungsi penerusan nilai, media massa menghadirkan gambaran masyarakat kita dan dengan mengamati, mendengarkan, dan membaca, kita memelajari bagaimana orang didorong untuk bertindak dan mengetahui nilai-nilai yang penting. (5) Fungsi hiburan, saat ini hiburan semakin dianggap sebagai kebutuhan manusia,
8
fungsi TV sebagai hiburan sangat dibutuhkan untuk menghilangkan penat seseorang. Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat dikatakan bahwa fungsi utama dari televisi adalah sebagai media informasi. Komponen paling penting untuk mengetahui fungsi informasi ini adalah berita yang disajikan. Fakta-fakta yag dicari wartawan di lapangan kemudian dituangkan dalam tulisan lalu disajikan dalam bentuk audio visual oleh televisi. Jakob (2001) dalam Nurudin (2009) menyebutkan bahwa fungsi televisi dalam menyajikan informasi adalah melaporkan peristiwa di dalam masyarakat yang lebih kompleks dan memberikan makna terhadap peristiwa-peristiwa tersebut. Televisi sebagai media informasi yang di dalamnya memiliki pers seharusnya mengumpulkan sebanyak-banyaknya materi yang diperlukan untuk membuat kejadian dan makna kejadian bersangkutan bisa dipahami oleh publik sebelum informasi ini disebarkan ke publik. Hal ini berarti televisi dengan pers di dalamnya tidak lagi melaporkan sesuatu dengan satu dimensi (dari satu sudut pandang saja), tetapi multidimensi dan mengungkapkan latar belakangnya. Televisi sebagai media informasi harus dapat menyajikan informasi masa lalu, masa kini, aktual dan berperspektif masa depan.
2.1.3 Siaran Televisi
Pengelolaan stasiun penyiaran dituntut untuk memiliki kreativitas seunik
dan semeriah mungkin untuk menghasilkan program yang menarik bagi khalayak. Morissan (2008), menyatakan bahwa jenis program televisi dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya, yaitu: program informasi (berita) dan program hiburan (entertainment). Program informasi kemudian dibagi menjadi dua jenis yaitu berita keras (hard news) yang merupakan laporan berita terkini yang harus segera disiarkan, sedangkan berita lunak (soft news) merupakan kombinasi dari fakta, gossip, dan opini. Sementara program hiburan terbagi atas tiga kelompok besar yaitu musik, drama permainan, dan pertunjukkan. Selain pembagian jenis program televisi di atas, terdapat pula pembagian program berdasarkan sifat faktual atau fiktif. Program faktual meliputi: program berita, dokumenter, dan
reality show. Program yang bersifat fiktif berupa
9
program drama atau komedi. Televisi sebagai salah satu media massa menyajikan acara-acara yang dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu: 1)
Pendidikan, yaitu program acara yang berisi usaha pengembangan manusia yang
ditandai
dengan
bertambahnya
pengetahuan,
keterampilan,
kemampuan, dan perilaku perorangan atau kelompok dimana orang itu berada, 2)
Informasi, yaitu program acara yang berupa pendapat, kritik, atau saran yang bertujuan untuk memberiakn informasi kepada khalayak, sehingga khalayak dapat mengambil keputusan atau bertindak selaras dengan acara kondisi atau situasi tersebut, dan
3)
Hiburan, yaitu program acara yang bersifat menghibur kepada khalayak berupa film, sinetron, kuis, drama, sajian musik.
2.1.3.1 Program Berita Televisi Program berita merupakan program informasi pada Televisi. Program informasi dibagi menjadi dua jenis yaitu berita keras (hard news) dan berita lunak (soft news). Berita keras (hard news) yaitu segala informasi penting dan menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang segera untuk diketahui oleh khalayak. Peran televisi sebagai sumber utama (hard news) bagi masyarakat cenderung terus meningkat. Media penyiaran adalah media yang paling cepat dalam menyiarkan berita ke masyarakat. Berita lunak (soft news) adalah segala informasi yang paling penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam namun tidak bersifat harus segera ditayangkan. Berita lunak (soft news) dapat berbentuk perbincangan (talkshow) (Morrisan, 2007). Menurut Miller dalam Suharto (2006) kemasan berita berisikan fakta atau pendapat tentang suatu yang disajikan dalam bentuk berita langsung dan berita mendalam. Berita langsung adalah uraian fakta yang makna beritanya kuat (penting) menarik dan harus secepatnya dengan minimal mengandung pertanyaan 5W dan 1H serta dimulai dari uraian terpenting kekurang-pentingan. Berita mendalam
adalah
berita
Penjelasannya sebagai berikut:
komprehensif,
interpretatif
dan
investigatif.
10
1. Berita komprehensif adalah uraian secara terperinci tentang peristiwa atau fakta dan atau pendapat yang mengandung nilai berita di dalam suatu sistem sosial tertentu (misalnya sistem nilai). 2. Berita interpretatif adalah uraian fakta atau pendapat yang mengandung nilai berita dengan menempatkan fakta itu sebagai mata rantai dalam konteks permasalahan yang lebih luas, ragam sumber informasi dapat memberikan pendapat menurut interpretasi masing-masing. 3. Berita investigatif adalah uraian fakta dan atau pendapat yang mengandung nilai berita dengan membandingkan antara fakta di permukaan dengan fakta tersembunyi yang diperoleh dengan menyusuri jejak melalui investigasi. 2.1.3.2 Tayangan Berita Susu Formula Tercemar Bakteri Sakazakii Penelitian mengenai susu formula dan makanan bayi yang tercemar Bakteri E. sakazakii, sebenarnya telah dipresentasikan oleh Estuningsih sebagai peneliti pada seminar hasil-hasil penelitian di IPB pada tahun 2007. Hasil penelitian itu juga telah dipresentasikan dalam kapasitasnya sebagai narasumber pada rapat penentuan standar mutu pangan di BPOM pada tahun 2006. Hasil dari penelitian tersebut juga telah dipublikasikan dipublikasikan pada beberapa jurnal internasional seperti Journal of Food Protection Vol. 69 tahun 2006 dan International Journal of Food Microbiology Vol. 116 tahun 2007 dan Vol. 136 tahun 2009. Penelitian yang dilakukan Estuningsih bukanlah penelitian pengawasan sebagaimana kewenangan BPOM, melainkan penelitian isolasi yang bertujuan mempelajari tentang virulensi dan resiko yang ditimbulkan oleh bakteri E. sakazakii, oleh karena itu pihak IPB tidak mengumumkan merek susu formula dan makanan bayi yang tercemar Bakteri E. sakazakii. Munculnya kasus ini di tengah masyarakat membuat masyarakat khususnya ibu rumah tangga khawatir akan susu formula dan makanan bayi yang dikonsumsinya. Peran televisi sebagai media informasi juga turut memperluas kasus ini, masyarakat menuntut pihak IPB untuk mengumumkan merek-merek susu formula dan makanan bayi yang tercenar Bakteri E. sakazakii Tidak hanya berdiam diri, masyarakat bersama kuasa hukumnya melaporkan hal ini ke Mahkamah Agung, dan hasilnya pihak konsumen memenangkan kasus ini, dan
11
menuntut IPB kembali untuk mengumumkan merek susu formula dan makanan bayi yang tercemar Bakteri E. sakazakii. Kemenangan yang diperoleh oleh pihak konsumen untuk mengetahui merek susu formula yang tercemar bakteri E. sakazakii menyebabkan berita ini kembali mencuat. Berita ini bahkan tidak lagi menyorot susu formula yang kabarnya tercemar bakteri E. sakazakii, tapi juga menyorot IPB sebagai institusi yang melakukan penelitian. Menurut masyarakat IPB sebagai pelaku penelitian harus bertanggung jawab untuk mengumumkan merek susu formula yang tercemar bakteri E. sakazakii agar masyarakat dapat lebih waspada dalam memilih susu formula. Banyaknya berita yang beredar membentuk opini masyarakat akan isu ini dan juga citra IPB. Tidak sedikit media yang memojokkan IPB sebagai institut yang tidak jujur, namun tidak sedikit juga media yang mengatakan IPB telah melakukan hal yang benar dengan tidak mengumumkan merek susu formula yang tercemar karena kasus ini harus dipisahkan antara ranah penelitian dengan ranah hukum.
2.1.4
Keterdedahan Khalayak pada Siaran Televisi Keterdedahan khalayak terhadap siaran televisi diartikan sebagai cara atau
bagaimana khalayak mengkonsumsi berbagai program acara yang disuguhkan televisi untuk memenuhi kebutuhan yang belum terpuaskan. Televisi sebagai media massa dianggap mampu memenuhi kebutuhan khalayak, seperti kebutuhan akan informasi, hiburan, maupun sosial budaya. Selanjutnya, khalayak akan memilih berbagai jenis tayangan televisi yang dapat memuaskan kebutuhan pribadinya. Menurut Shore (1980) dalam Khairil (1994) keterdedahan adalah mendengarkan, melihat, membaca, atau secara lebih umum mengalami dengan perhatian minimal pada pesan media. Rodman (2006) dalam Andika (2008) menyebutkan keterdedahan secara singkat dapat diartikan sebagai proses pada seseorang untuk mencari pesan yang dapat membantu mereka menentukan sikap. Vivian (2002) dalam Andika (2008) juga menyebutkan bahwa manusia bebas dalam menentukan media mana yang akan dia pilih. Seseorang akan menggunakan media menurut kesukaannya, proses ini disebut keterdedahan
12
selektif. Seseorang telah melakukan keterdedahan yang selektif bila telah membuat keputusan dalam proses pencarian informasi, menonton televisi dalam mencari informasi maka akan dapat dikatakan telah melakukan keterdedahan yang selektif. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keterdedahan individu terhadap TV. Faktor-faktor tersebut dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor sosiodemografis seseorang berhubungan dengan perilaku berkomunikasi di dalam lingkungannya. Kategori dalam jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya akan menentukan frekuensi dan kebutuhannya berinteraksi dengan sumber-sumber komunikasi baik secara interpersonal maupun dalam menggunakan media massa. McQuail (2002) menyebutkan bahwa terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi seseorang dalam penggunaan media massa yaitu golongan usia dan sosial (penghasilan dan pendidikan). Menurut McQuail kedua faktor tersebut menentukan ketersediaan waktu luang dan dana untuk menggunakan media. Usia mempengaruhi ketersediaan dari isi, kemudian posisi sosial yang diwakili penghasilan, mengatur pola penggunaan media. Pada pola penggunaan media, penghasilan yang lebih tinggi cenderung tidak menonton TV karena pilihan kesenangan non media atau media massa lainnya lebih luas. Pendidikan dan tanggung
jawab
pekerjaan
professional yang lebih tinggi dapat juga
mengakibatkan pilihan isi yang berbeda. Konsep karakteristik sosiodemografis tidak hanya terbatas pada usia, pendidikan dan jenis kelamin, namun juga jumlah anggota keluarga, penghasilan satu keluarga, komposisi usia anggota keluarga dan pendidikan kepala keluarga. Selain faktor demografis juga terdapat faktor lain yang mempengaruhi keterdedahan individu terhadap media informasi, faktor lain tersebut adalah motivasi penggunaan media massa (motif). Motif yang muncul pada diri individu yang menggunakan media massa akan berbeda satu sama lain. Motif-motif menonton televisi yang diidentifikasi dalam penelitian ini berpegang pada asumsi model “Uses and Gratifications” (Chandler, 1994). Motif tersebut antara lain adalah adalah information (kebutuhan akan informasi dari lingkungan sekitar), personal identity (kebutuhan untuk menonjolkan sesuatu yang penting dalam
13
kehidupan seseorang), integration and social interaction (dorongan untuk menggunakan media dalam rangka melanggengkan hubungan dengan individu lain) dan entertainment (kebutuhan untuk melepaskan diri dari ketegangan dan menghibur diri. Untuk lebih jelas mengenai motif menonton dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Kategori gratification dan contoh dalam teori uses and gratification. Gratification Category
Examples
Information (Informasi)
• • •
Personal Identity (Identitas Personal)
• • •
Integration and Social Interactioni (Integrasi dan Interaksi Sosial)
•
• •
Entertainment (Hiburan)
• • •
Belajar, maupun belajar secara otodidak. Meningkatkan kesadaran akan keamanan melalui pengetahuan. Mencari tahu peristiwa yang sedang terjadi di sekeliling, maupun di tingkat nasional maupun global. Mencari model/teladan dalam berperilaku. Mencari penguatan kepribadian. Mendalami sosok orang lain secara lebih mendalam. Mengidentifikasi diri dengan orang lain dan menguatkan rasa saling memiliki. Menghubungkan diri dengan keluarga, kawan maupun masyarakat. Mencari rekan untuk berkomunikasi/bercakap-cakap dan berinteraksi. Melepaskan diri dari permasalahan (eskapisme). Mengistirahatkan tubuh dan pikiran. Mengisi waktu luang.
Sumber: Chandler, 1994 Sosiodemografis, usia, sosial (tingkat pendidikan, pendapatan) dan motif dapat dikatakan sebagai faktor internal yang mempengaruhi keterdedahan individu terhadap TV. Lingkungan sosial juga dapat mempengaruhi keterdedahan individu terhadap TV. Lingkungan sosial yang dapat mempengaruhi keterdedahan seseorang antara lain adalah keluarga, teman dan tetangga. Interaksi individu terhadap keluarga, teman dan tetangga akan mempengaruhi seseorang untuk menonton siaran TV.
14
Pengukuran keterdedahan pada media masa dapat dilihat dari aspek-aspek yang berkatan dengan penggunaan media massa. Menurut Rosengren (1974) dalam Khairil (1994) aspek-aspek keterdedahan media yang umumnya diukur oleh peneliti adalah waktu yang digunakan dalam mengikuti berbagai media, jenis-jenis isi media yang diikuti, berbagai hubungan antara individu yang mengkonsumsi baik dengan isi media, maupun dengan media umumnya. Selanjutnya dapat dikemukakan pula bahwa keterdedahan pada media massa sangat berkaitan dengan perilaku seorang dalam mencari informasi dari berbagai sumber dan jenis media komunikasi yang digunakan di lingkungannya.
2.1.5 Persepsi Khalayak Memahami perilaku orang lain merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia. Memahami perilaku orang lain merupakan proses yang menunjukkan persepsi terhadap sesuatu atau objek untuk memberikan makna. Begitu pun dengan masyarakat yang menonton televisi atau biasa disebut khalayak. Khalayak televisi setiap menonton televisi mempunyai persepsi terhadap acara yang ditontonnya. Acara-acara yang ditayangkan televisi diterima oleh khalayak yang didasari karena adanya persepsi mereka akan tayangan televisi tersebut. Menurut DeVito (1996) persepsi adalah suatu proses dimana kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus (rangsangan) yang mempengaruhi indera kita. Persepsi mempengaruhi stimulus atau pesan yang kita serap dan apa makna yang kita berikan pada mereka ketika mereka mencapai kesadaran. Desidertato (1976) dalam (Rakhmat, 2005) menyebutkan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi proses pembentukan persepsi, yaitu faktor struktural dan faktor fungsional. Faktor struktural berasal sematamata dari sifat rangsangan (stimuli) fisik dan efek-efek syaraf yang ditimbulkannya pada sistem syaraf individu. Secara struktural persepsi ditentukan oleh jenis dan bentuk rangsangan yang diterima, sedangkan faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal lain yang termasuk ke dalam faktor pribadi, jadi yang menentukan persepsi secara fungsional ialah
15
karakteristik orang yang memberi respons terhadap rangsangan tersebut (Rakhmat, 2005). Haris dan Nelson (2008) dalam Sutisna (1999) menjelaskan persepsi muncul melalui proses seleksi, organisasi dan interpretasi stimulus melalui panca indera menjadi gambaran suatu konsep yang memiliki makna. Proses terbentuknya persepsi tidak lepas dari bantuan alat indera sebagai penanggap yang cepat terhadap stimuli dasar seperti cahaya, warna dan suara. Persepsi adalah proses bagaimana stimuli-stimuli tersebut diseleksi, diorganisasikan dan diinterpretasikan (Solomon dalam Sutisna, 1999). Proses pembentukan persepsi digambarkan dalam Gambar 1. Stimulisasi • Penglihatan • Suara • Bau • Rasa • Tekstur
Indera penerima (sensasi)
Perhatian
Intepretasi (pemberian arti)
Tanggapan
Persepsi
Gambar 1. Proses pembentukan persepsi berdasarkan model Solomon (Sutisna, 1999) Proses persepsi dibutuhkan untuk mengetahui sampai sejauh mana minat, persepsi, opini khalayak terhadap tayangan televisi. Persepsi akan tayangan televisi disebabkan oleh peubah yang dibentuk oleh individu akan kemasan dan isi tayangan tersebut. Persepsi yang dihasilkan oleh khalayak setelah menonton televisi juga disebabkan karena adanya faktor-faktor karakteristik yang dimiliki oleh khalayak seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan dan pekerjaan, motif menonton dan lain-lain. Sukarelawati (2009) menjelasan bahwa daya tarik televisi di mata pemirsa bukan pada kotak (bentuk) fisiknya, tetapi pada menu program yang telah disuguhkan oleh televisi secara beragam. Atas alasan itu, televisi menjadi magnet yang menyeret siapa saja hingga televisi dirasakan sebagai kebutuhan. Begitu besar daya pikat televisi sehingga mampu mempengaruhi watak dan karakter bahkan pola hidup (waktu) seseorang (pemirsa). Daya tarik suatu program televisi
16
dapat dilihat dari bobot muatan pesan program berita tersebut serta daya tarik format tayangan berita tersebut. 2.1.6
Hubungan Media dengan Citra Lembaga Citra oleh Rakhmat (2005) didefinisikan sebagai peta anda tentang dunia.
Tanpa citra anda akan selalu berada dalam suasana yang tidak pasti. Citra adalah gambaran tentang realitas dan tidak harus selalu sesuai dengan realitas. Citra adalah dunia menurut persepsi kita. Roberts (1977) sebagaimana dikutip Rakhmat (2005) mengatakan komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang lingkungan dan citra inilah yang mempengaruhi cara kita berperilaku. Citra terbentuk berdasarkan informasi yang kita terima. Media massa bekerja untuk menyampaikan informasi. Untuk khalayak, informasi itu dapat membentuk, mempertahankan atau meredefinisi citra. Media massa datang menyampaikan informasi tentang lingkungan sosial dan politik, televisi menjadi jendela kecil untuk menyaksikan berbagai peristiwa yang jauh dari jangkauan alat indera kita, surat kabar menjadi teropong kecil untuk melihat gejala-gejala yang terjadi waktu ini di seluruh penjuru bumi, buku kadang-kadang bisa menjadi kapsul waktu yang membawa kita ke masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang, film menyajikan pengalaman imajiner yang melintas ruang dan waktu. Realitas yang ditampilkan media adalah realitas yang sudah diseleksi atau biasa disebut tangan kedua (second hand reality). Menurut Philip Kotler (Suwandi, 2009), citra adalah seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki seseorang terhadap suatu obyek. Sutisna (1999) menambahkan bahwa citra adalah total persepsi terhadap suatu obyek yang dibentuk dengan memproses informasi dari berbagai sumber setiap waktu. Citra terbentuk berdasarkan informasi yang kita terima. Media massa bekerja untuk menyampaikan informasi untuk khalayak, informasi itu dapat membentuk, mempertahankan atau mendefinisikan citra. Menurut McLuhan (Rakhmat, 2005) media massa adalah perpanjangan alat indera kita, dengan media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang tidak kita alami secara langsung.
17
Hubungan media dan pers dengan citra lembaga adalah sebagai alat pendukung atau media kerjasama untuk kepentingan proses publikasi dan publisitas berbagai kegiatan dan program kerja atau untuk kelancaran aktivitas komunikasi humas dan pihak publik (Ruslan, 2008 dalam Hastin, 2010). Media kerap sekali dapat menggiring pandangan masyarakat tentang citra suatu lembaga. Media massa dapat memberikan dampak positif dan negatif terhadap citra suatu lembaga. Dampak positif yang dapat ditimbulkan oleh media terhadap citra perusahaan seperti membantu mempromosikan dan meningkatkan pemasaran suatu produk dan jasa, menjalin komunikasi yang berkesinambungan, meningkatkan kepercayaan publik dan meningkatkan citra baik perusahaan. Namun, tidak dapat dipungkiri media juga dapat memberikan citra yang kurang baik terhadap suatu lembaga. Media yang terlalu besar memberikan informasi yang masih simpang siur juga dapat membawa dampak kurang baik terhadap suatu lembaga. Siaran berita menciptakan suatu citra di mata para khalayak mengenai organisasi atau lembaga yang terlibat.
2.2
Kerangka Pemikiran Besarnya kebutuhan masyarakat terhadap informasi menyebabkan
meningkatnya pemanfaatan media massa sebagai media informasi. Salah satu jenis media massa yang paling digemari masyarakat adalah televisi. Televisi menyampaikan informasi dengan cara audio visual sehingga digemari dan mudah dipahami oleh masyarakat. Masyarakat menilai media televisi merupakan sarana mereka untuk dapat mengakses informasi yang terjadi di belahan dunia manapun. Maraknya pemberitaan televisi yang memberitakan bahwa terdapat bakteri E. sakazakii pada susu formula dan makanan bayi menurut penelitian IPB memunculkan kekhawatiran yang luar biasa pada masyarakat, khususnya rumah tangga yang mengkonsumsi susu formula dan makanan bayi untuk anaknya. Reaksi masyarakat atas peristiwa kontaminasi produk susu formula oleh bakteri E. sakazakii dapat dimaknai sebagai kepedulian masyarakat terhadap mutu dan keamanan produk pangan. Produk pangan yang banyak dikonsumsi masyarakat tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai produk yang memenuhi kreteria
18
mutu yaitu Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH)2. Keresahan yang timbul akibat isu bakteri E.sakazakii juga merupakan akibat informasi yang diberikan belum juga menjawab kekhawatiran masyarakat. Keefektivan suatu siaran televisi ditentukan berdasarkan diterima atau tidaknya program tersebut oleh masyarakat. Pendapat atau opini dari khalayak sangat penting untuk mengevaluasi suatu siaran TV agar siaran selanjutnya lebih baik. Untuk melihat sejauh mana persepsi masyarakat terhadap berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam isu ini dapat dilihat oleh faktor internal dan faktor eksternal dan keterdedahan masyarakat terhadap berita TV. Faktor internal dalam penelitian ini dapat dikatakan sebagai karakteristik individu. Indikator karakteristik individu yang berhubungan dengan persepsi masyarakat antara lain adalah usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan motivasi menonton. Sedangkan untuk faktor eksternal dalam penelitian kali ini dapat dikatakan sebagai lingkungan sosial, seperti frekuensi interaksi dan pasangan interaksi (teman, tetangga dan keluarga). Pengukuran keterdedahan pada media masa dapat dilihat dari aspek-aspek yang berkatan dengan penggunaan media massa. Sejalan dengan pernyataan tersebut, dalam penelitian kali ini keterdedahan dapat diukur melalui frekuensi menonton, lama menonton, waktu menonton dan program berita yang ditonton. Persepsi
merupakan
suatu
proses
memilih,
mengorganisir
dan
mengintepretasi informasi yang dikumpulkan oleh pengertian seseorang dengan maksud untuk memahami dunia sekitar. Persepsi masyarakat terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dapat dilihat dari nilai informasi berita serta daya tarik format tayangan berita. Persepsi masyarakat tentang citra IPB terkait dengan isu bakteri E. sakazakii pada susu formula dalam tayangan berita TV dapat dilihat dari pandangan masyarakat terhadap IPB, melalui hasil penelitian IPB dan lulusan IPB. Adapun keterkaitan atara peubah tersebut, tersaji dalam Gambar 2 berikut ini.
2 Kompas. 2009. “Konsumen Menangkan Gugatan Susu Formula.” http://kompas.com/ konsumen-menangkan-gugatan-susu-formula.html [diakses 18 Februari 2011]
19
Karakteristik individu • Usia • Jenis pekerjaan • Tingkat pendidikan • Motif Menonton
Lingkungan sosial • Frekuensi Interaksi • Pasangan Interaksi
Keterdedahan berita TV • Frekuensi menonton • Waktu menonton • Lama menonton • Program berita yang ditonton
Persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. • Nilai informasi berita • Daya tarik format tayangan berita Persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB terkait isu bakteri E. sakazakii pada berita TV • Hasil penelitian IPB • Lulusan IPB
Keterangan : : berhubungan : berhubungan, namun tidak diteliti
Gambar 2. Kerangka pemikiran persepsi ibu rumah tangga terhadap berita televisi mengenai isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB
20
2.3
Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis penelitian adalah
sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap berita televisi tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii dalam susu formula. 2. Terdapat hubungan nyata antara lingkungan sosial dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap berita televisi tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii dalam susu formula. 3. Terdapat hubungan nyata antara keterdedahan berita TV persepsi ibu rumah tangga terhadap berita televisi tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii dalam susu formula. 4. Terdapat hubungan nyata antara persepsi terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dengan persepsi terhadap citra IPB
akibat berita televisi tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii dalam susu formula. 2.4
Definisi Operasional
1. Karakteristik individu adalah kondisi atau keadaan spesifik individu yang berkaitan langsung dengan dirinya. Peubah ini dapat diukur melalui beberapa indikator antara lain usia, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan motif menonton. 1.1. Usia adalah jumlah tahun hidup sejak responden lahir sampai dengan saat dilaksanakan penelitian (dalam satuan tahun), diukur dengan skala rasio, dan dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu muda, dewasa dan tua. a. Usia muda (21 tahun – 28 tahun) b. Usia dewasa (29 tahun – 38 tahun) c. Usia tua (39 tahun – 66 tahun) 1.2. Jenis pekerjaan adalah macam-macam kegiatan yang dilakukan individu untuk mencari nafkah atau mendapatkan pendapatan dalam sejumlah uang pada saat penelitian dilaksanakan, diukur dengan skala nominal.
21
1.3. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh oleh responden pada saat penelitian dilaksanakan, diukur dengan skala rasio dan dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu rendah, sedang dan tinggi. a. Rendah (Tidak bersekolah – Lulus SD) b. Sedang (SMP – SMA) c. Tinggi ( > SMA) 1.4. Motif menonton adalah hal-hal atau faktor yang menyebabkan seseorang tertarik untuk menonton program berita mengenai isu bakteri E. sakazakii pada susu formula. Motif menonton ini dibagi menjadi motif informasi, identitas personal, integritas dan interaksi sosial dan hiburan, dan diukur dengan skala ordinal. 2. Lingkungan sosial adalah kondisi atau situasi yang menggambarkan suasana di sekitar responden. Peubah dapat diukur melalui beberapa indikator antara lain frekuensi interaksi dan pasangan interaksi 2.1. Frekuensi interaksi adalah tingkat keseringan interaksi responden dengan teman, tetangga atau keluarga dalam membicarakan tayangan program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB dalam rentang waktu bulan tiga bulan sebelum penelitian. Interaksi teman diukur dengan skala ordinal
dan dikelompokkan
menjadi tiga kategori, yaitu a. Rendah (6-11) kali b. Sedang (12-13) kali c. Sering (14-20) kali 2.2. Pasangan interaksi adalah seseorang atau beberapa orang yang paling sering berinteraksi dengan responden mengenai program televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB. Pasangan interaksi ini dibedakan menjadi teman, tetangga dan keluarga. 3. Keterdedahan pada berita TV adalah cara atau bagaimana khalayak mengkonsumsi berbagai program acara yang disuguhkan televisi untuk memenuhi kebutuhan yang belum terpuaskan, diukur dengan skala ordinal.
22
Peubah ini dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu frekuensi menonton, lama menonton dan program berita yang ditonton. 3.1. Frekuensi menonton adalah tingkat keseringan responden menonton siaran berita bakteri E. sakazakii pada susu formula, per satu hari dalam satuan kali pada saat tiga bulan sebelum penelitian, diukur dengan skala ordinal, dan dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu: a. Rendah (1 kali) b Sedang (2-3 kali) c. Tinggi (> 3 kali) 3.2. Lama menonton adalah jumlah menit yang dihabiskan responden untuk menonton acara/program berita TV mengenai isu bakteri E. sakazakii pada susu formula per satu hari pada saat tiga bulan sebelum penelitian, diukur dengan skala ordinal, dan dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu: a. Sebentar (3-14 menit) b. Sedang (15-29 menit) c. Lama (30-60 menit) 3.3. Waktu menonton adalah saat dimana individu biasa menonton tayangan berita TV yang paling sering per satu harinya pada saat tiga bulan sebelum penelitian. Waktu menonton ini dibedakan menjadi pagi, siang, sore dan malam hari, diukur dengan skala nominal. 3.4. Program berita yang ditonton adalah jenis channel televisi yang menyiarkan berita yang menyajikan informasi mengenai isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula yang paling sering ditonton oleh masyarakat pada saat tiga bulan sebelum penelitian, diukur dengan skala nominal. 4. Persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula adalah pandangan dan penilaian responden tentang program berita tentang isu bakteri E.sakazakii dalam susu formula meliputi dimensi pemahaman atau pemaknaan dan penafsirannya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu nilai informasi yang mendidik dan menghibur serta daya tarik format tayangan berita, diukur dengan skala
23
ordinal, dan dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu sangat buruk, buruk, baik dan sangat baik. 4.1
Nilai informasi berita merupakan isi pesan yang disampaikan berita apakah mengandung nilai informasi yang mendidik dan sekaligus memberikan penjelasan tertentu pada sesuatu hal dan menghibur (melepaskan diri dari permasalahan, kelelahan dan kepenatan). Nilai informasi yang mendidik dan menghibur dapat dilihat dari menarik atau tidaknya berita tersebut, kesesuaian materi dengan kebutuhan khalayak dan cakupan materi seberapa luas dan dalam mengangkat dan membahas suatu cerita, diukur dengan skala ordinal.
4.2. Daya tarik format tayangan berita adalah kemampuan berita TV untuk menarik minat khalayak untuk menyaksikan tayangan berita terkait dengan isu bakteri E. sakazakii, diukur dengan skala ordinal. 5. Persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB terkait isu bakteri E. sakazakii pada berita TV adalah kesan mengenai IPB sebagai pelaku penelitian yang dibentuk khalayak yang menonton berita TV tercemarnya susu formula dengan bakteri E.sakazakii, diukur dengan skala ordinal dan dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu buruk, cukup dan baik. Citra IPB dapat dilihat dari: 5.1
Hasil Penelitian IPB adalah persepsi masyarakat terhadap perolehan hasil dan manfaat dari penelitian yang dilakukan oleh pihak IPB, yaitu mengenai penelitian penemuan bakteri E. sakazakii dalam susu formula, diukur dengan skala ordinal.
5.2. Lulusan IPB adalah persepsi masyarakat terhadap kemampuan orangorang yang telah selesai mengikuti proses belajar mengajar di IPB dan kemampuan mereka dalam melakukan penelitian.
24
BAB III METODE PENELITIAN 3.1
Desain Penelitian Penelitian ini didesain sebagai penelitian survai dengan tipe eksplanatory
atau confirmatory research. Penelitian explanatory merupakan penelitian penjelasan yang menyoroti hubungan antar peubah-peubah penelitian dan menguji hipotesa yang telah dirumuskan sebelumnya (Singarimbun dan Efendy, 2006). Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan didukung oleh beberapa data kualitatif seperti catatan lapang dan wawancara mendalam antara peneliti dengan responden. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mencari informasi faktual secara detail tentang hal-hal yang sedang
menggejala
dan
mengidentifikasi
masalah-masalah
atau
untuk
mendapatkan justifikasi keadaan dan kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan.
3.2
Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di salah satu desa lingkar Kampus IPB yaitu
Desa Cimanggu I. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2011. Desa Cimanggu I, terdiri dari 3 dusun, 9 RW dan 30 RT. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive, karena desa tersebut secara geografis mudah dijangkau oleh peneliti dan peneliti sudah pernah melakukan kegiatan kuliah kerja profesi (KKP) di desa tersebut sehingga hubungan sosial dengan responden sudah dibangun sebelumnya, dengan demikian peneliti bisa memiliki peluang besar untuk menemukan permasalahan yang dikaji.
3.3
Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian kali ini adalah ibu rumah tangga yang bertempat
tinggal di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat yang berjumlah 2.550 jiwa. Populasi sasaran adalah populasi ibu rumah tangga yang bertempat tinggal di RW 04 dan RW 06, karena pada saat penjajagan, ibu rumah tangga yang berada di RW 04 dan RW 06 banyak yang mengkonsumsi susu formula serta menonton dan mengetahui berita tentang isu
25
bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Jumlah populasi sasaran sebanyak 349 jiwa, dengan jumlah populasi yang menonton program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii sebanyak 82 orang. Metode pengumpulan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara judgement sampling, yaitu cara penarikan sampel berdasarkan pertimbangan pribadi semata dan sampel yang dipilih dapat mewakili. Pada penarikan sampel secara judgement ini, setiap responden dapat langsung dipilih di lokasi penelitian asalkan responden tersebut memenuhi kriteria yang ditentukan oleh peneliti dan bersedia untuk mengisi kuesioner. Kriteria responden pada penelitian kali ini adalah ibu rumah tangga yang mengetahui dan menonton program berita TV mengenai isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Menurut Engel et al.,(1994) dalam Nasution (2009) konsumsi makanan dalam keluarga sangat ditentukan oleh ibu rumah tangga yang memainkan peran sebagai gate keeper yang bertanggung jawab dalam pemilihan dan persiapan hidangan bagi seluruh keluarga. Ibu sebagai seorang gate keeper, berperan dalam mengumpulkan informasi mengenai produk makanan yang aman serta cara menyajikan makanan yang sehat, yang nantinya akan berperan dalam memberikan inisiatif pemikiran dalam keluarga mengenai pembelian dan membantu pengambilan keputusan, khususnya mengenai keputusan pembelian sebagian besar bahan pangan. Jumlah sampel yang diambil adalah 46 orang ibu rumah tangga, hal ini didasarkan pada penentuan sampel menurut Walpole (1997) yang menyatakan bahwa jumlah sampel sebanyak 30 orang telah dapat memberikan ragam sampel yang stabil sebagai pendugaan ragam populasi, serta dengan mempertimbangkan keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti seperti data, waktu dan kemampuan.
3.4
Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada responden, dalam mengisi kuesioner, responden dipandu oleh peneliti. Data sekunder diperoleh melalui dokumentasi dan studi literatur yang berkaitan dengan tujuan penelitian seperti buku, artikel, skripsi, tesis dan
26
karya ilmiah lainnya. Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini, meliputi: 1.
Karakteristik ibu rumah tangga Desa Cimanggu I, meliputi: usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan motivasi menonton.
2.
Lingkungan sosial, meliputi interaksi dengan teman, tetangga dan interaksi dengan keluarga.
3.
Persepsi masyarakat terhadap isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula pada berita TV, meliputi nilai informasi berita dan daya tarik format tayangan berita. Persepsi masyarakat terhadap citra IPB terkait dengan berita bakteri E. sakazakii pada susu formula, meliputi pengetahuan masyarakat akan hasil penelitian IPB dan lulusan IPB Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian kali ini seperti
gambaran umum desa, data kependudukan desa, infrastruktur desa dan lainnya. Metode pengumpulan data yang dilakukan di lapangan adalah wawancara, kuesioner, observasi dan dokumentasi.
3.5
Validitas dan Reliabilitas Instrumen Sebelum kuesioner digunakan sebagai istrumenasi penelitian, kuesioner
telah diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya. Uji tersebut dilakukan pada waktu prasurvei yang dilaksanakan di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. 3.5.1
Validitas Instrumen Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan
data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas instrumen dalam penelitian didapat dengan menyesuaikan pertanyaan-pertanyaan yang dibuat dengan teori-teori yang ada dan pendapat dari ahli serta dengan menggunakan koefisien product moment Pearson. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Singarimbun dan Effendi, 2006).
27
r= N (∑XY) (∑X∑Y) 2– √[N∑X (∑X)2] [N∑Y2 – (∑Y)2] Keterangan: r : nilai koefisien validitas n : jumlah responden X : skor pertanyaan pertama Y : skor total
Pengujian validitas istrumen dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17 for Windows. Kriterianya, instrumen valid apabila nilai korelasi (pearson correlation) adalah positif, dan nilai probabilitas korelasi [sig. 2-tailed] < taraf signifikan (α) sebesar 0,05. Pada penelitian kali ini pertanyaan yang diuji adalah pertanyaan pada bagian motif menonton dan persepsi ibu rumah tangga pada berita televisi dan citra IPB. Pengujian dilakukan kepada 10 responden yang dapat mewakili seluruh sampel. Pertanyaan mengenai motif menonton berjumlah 10 buah, dari 10 pertanyaan tersebut terdapat tujuh pertanyaan yang valid atau mempunyai hasil uji validitas lebih kecil dari rtabel (rα0,05), dan terdapat tiga pertanyaan yang tidak valid, yaitu pada nomor 1, 9, dan 10. Pertanyaan yang tidak valid tersebut dikarenakan jawaban dari responden seragam, oleh karena itu seluruh pertanyaan yang tidak valid tersebut diganti dengan pertanyaan yang lebih beragam. Pengujian dilakukan kepada 10 responden yang dapat mewakili seluruh sampel. Dari 30 pernyataan mengenai persepsi program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB yang diajukan, terdapat lima pertanyaan yang valid atau mempunyai hasil uji validitas lebih kecil dari rtabel (rα0,05), dan terdapat dua puluh lima pertanyaan yang tidak valid, yaitu pertanyaan nomor 2, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 29, 30. Banyaknya jumlah pertanyaan yang tidak valid disebabkan oleh pertanyaan yang sulit dimengerti oleh responden, oleh karena itu seluruh pertanyaan yang tidak valid tersebut sudah diganti dengan pertanyaan yang lebih mudah dimengerti oleh responden. Jumlah pertanyaan mengenai persepsi program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan citra ditambah menjadi 32 pertanyaan.
28
3.5.2
Reliabilitas Instrumen Reliabilitas instrumen adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu
alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel (Singarimbun dan Effendi, 2006). Pengujian ini dilakukan dengan program SPSS for Windows versi 17,0, dengan menggunakan teknik cronbach alpha. Uji kuesioner dilakukan kepada 10 responden, pada pertanyaan motif menonton dan persepsi terhadap berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dan citra IPB. Berdasarkan hasil pengujian pada pertanyaan mengenai motif menonton, nilai reliabilitas yang diperoleh adalah 0,890. Nilai reliabilitas pada hasil pengujian terhadap pertanyaan mengenai persepsi responden terhadap berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB adalah sebesar 0,671. Sesuai kriteria, nilai pada hasil pengujian motif menonton dan persepsi responden sudah lebih besar dari 0,60, maka hasil data hasil angket memiliki tingkat reliabilitas yang baik, atau dengan kata lain data hasil angket dapat dipercaya (Ghozali, 2002).
3.6
Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif, untuk menggambarkan
persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan persepsi ibu rumah tanga terhadap citra IPB terkait isu ini. Data kuantitatif yang diperoleh dari kuesioner ditabulasi, kemudian dianalisis secara statistik deskriptif yang meliputi frekuensi, persentase dan rentang skala. Hasil analisis diinterpretasikan untuk memperoleh suatu kesimpulan. Kemudian, dilanjutkan dengan analisis statistik inferensial, guna menguji dugaan hubungan yang dibangun dalam hipotesis penelitian. Uji statistik yang digunakan adalah rank Spearman, chi-square, serta uji korelasi contingency. Uji korelasi rank Spearman digunakan untuk melihat hubungan yang nyata antar peubah dengan data berbentuk ordinal. Kemudian untuk melihat hubungan antara data nominal dan data ordinal digunakan uji korelas chi-square dan uji korelasi
29
contongency. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS for Windows versi 17.0 untuk mempermudah dalam proses pengolahan data. Selain analisis data kuantitatif, dilakukan pula analisis data kualitatif sebagai pendukung data kuantitatif. Data kualitatif dianalisis dengan mengutip hasil pembicaraan dengan responden atau informan dan disampaikan secara deskriptif untuk mempertajam hasil penelitian. Penyimpulan hasil penelitian dilakukan dengan mengambil hasil analisis antar peubah yang konsisten.
30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1
Kondisi Fisik Desa Cimanggu I terletak di wilayah Kecamatan Cibungbulang,
Kabupaten Bogor, dengan luas wilayah 125 Ha. Desa Cimanggu I terdiri dari 3 Dusun, 9 RW dan 30 RT. Ketiga dusun yang terdapat di Desa Cimanggu I yaitu Dusun Ciareteun yang di dalamnya terdapat RW 1, 2, 3, dan 8. Dusun kedua adalah Dusun Bojong Galeuh yang di dalamnya terdapat RW 9, dan dusun ketiga adalah Dusun Jatake yang di dalamnya terdapat RW 4, 5, 6 dan 7. Dilihat dari letak wilayahnya, Desa Cimanggu I berbatasan dengan Desa Cijujung di sebelah utara, Desa Cibatok I di sebelah selatan, Desa Cimanggu II di sebelah barat, dan Desa Leuweung Kolot di sebelah timur. Desa Cimanggu I dapat dijangkau dengan menggunakan angkutan umum dengan jurusan Leuwiliang dan Jasinga dalam waktu kurang lebih dua puluh menit dari kampus IPB Darmaga. Desa Cimanggu I merupakan desa yang terletak di dataran rendah-sedang. Kondisi tanah yang bergelombang terdiri atas 50% tanah basah dan 50% tanah darat dengan suhu rata-rata 32-350C dengan curah hujan terbanyak 30 hari banyaknya curah hujan 2000-3007 mm per tahunnya. Data penggunaan lahan di Desa Cimanggu 1 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Sebaran luas lahan menurut penggunaannya di Desa Cimanggu 1. Penggunaan Lahan Luas Tanah Sawah Irigasi sederhana Kolam/ Empang Perkebunan Perumahan Perkantoran Pertokoan Kawasan Industri Sarana Pendidikan Tegalan/Tanah Kering Luas Lahan Keseluruhan Sumber : Potensi Desa Cimanggu I, Tahun 2008
Luas (Ha) 22 7 10 15 25 2 12 3 4 20 125
Persentase (%) 18,00 6,00 8,00 12,00 21,00 2,00 10,00 3,00 3,00 17,00 100,0
31
Berdasarkan Tabel 2, dapat terlihat bahwa sebagian besar lahan yang ada di Desa Cimanggu I dimanfaatkan untuk membuat pemukiman warga setempat dikarenakan jumlah warga yang semakin bertambah. Selain digunakan sebagai lahan pemukiman, lahan juga digunakan untuk dijadikan tanah sawah karena sebagian besar warga Desa Cimanggu I bermatapencahariaan di bidang pertanian. 4.1.2 Kependudukan, Pendidikan dan Mata Pencaharian Jumlah penduduk Desa Cimanggu I pada Bulan Maret tahun 2011 adalah 9.597 jiwa, yang terdiri dari 4.881 penduduk laki-laki dan 4.716 penduduk wanita dan 2.550 kepala keluarga. Data selengkapnya mengenai komposisi jumlah penduduk Desa Cimanggu I berdasarkan tingkat usia dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Cimanggu I pada tahun 2011. Jenis Kelamin Jumlah Jumlah penduduk laki-laki 4.881 jiwa Jumlah penduduk perempuan 4.716 jiwa Jumlah penduduk 9.597 jiwa Sumber : Data Kependudukan Desa per Bulan Maret 2011
Persentase (%) 50,86 49,14 100,00
Tingkat pendidikan masyarakat Desa Cimanggu I dapat dikatakan sudah cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari besarnya angka penduduk yang tamat SMA sejumlah 3404 jiwa. Data mengenai jumlah penduduk Desa Cimanggu I berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Sebaran jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Cimanggu 1, tahun 2008 Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Belum Sekolah 1.118 Tidak tamat sekolah 612 Lulus SD/ sederajat 705 Lulus SMP/ Mts 711 Lulus SMA/ SMK 3.404 Lulus Akademi/ Diploma 2.501 Lulus Universitas 647 Jumlah 9.698 Sumber : KF/ Podes Desa Cimanggu I, Tahun 2008
Pertasentase (%) 11,53 6,31 7,27 7,33 35,10 25,79 6,67 100,00
Masyarakat Desa Cimanggu I pada umumnya bekerja pada bidang pertanian, hal ini dikarenakan letak kondisi Desa Cimanggu I yang merupakan daerah yang cocok untuk bertani. Masyarakat Desa Cimanggu I kebanyakan
32
memiliki lahan sendiri, oleh karena itu penduduk yang bekerja sebagai buruh tani tidak terlalu banyak, yaitu 1.018 orang. Data selengkapnya mengenai mata pencaharian pada Desa Cimanggu I dapat dilihat di Tabel 5. Tabel 5. Sebaran penduduk menurut jenis mata pencaharian di Desa Cimanggu 1, tahun 2008 Jenis Mata Pencaharian
Jumlah (Orang)
Petani Buruh Tani Buruh industri/ Swasta Pegawai Negeri Pedagang TNI/Polri Pertukangan Pensiunan/ Purnawirawan Lain-lain Jumlah Sumber : Potensi Desa Cimanggu I, Tahun 2008
4.1.3
715 1.018 2.511 72 1.215 8 10 55 175 5.779
Persentase 12,37 17,62 43,45 1,25 21,02 0,14 0,17 0,95 3,03 100,00
Sarana dan Prasarana Desa Sarana dan prasarana yang terdapat pada Desa Cimanggu I terdiri dari
sarana kesehatan, transportasi, sarana sanitasi, pemukiman dan fasilitas umum lainnya. Sarana kesehatan yang selama ini digunakan oleh masyarakat desa Cimangu I adalah sarana Posyandu, bidan dan poliklinik. Untuk lebih jelasnya jumlah sarana kesehatan dan jumlah tenaga kesehatan di Desa Cimanggu 1 dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Jumlah sarana kesehatan di Desa Cimanggu 1, tahun 2008 Sarana Kesehatan Posyandu Bidan Poliklinik Jumlah Sumber : Potensi Desa Cimanggu I, Tahun 2008
Jumlah(Unit) 7 1 1 9
Desa Cimanggu I belum memiliki sarana kesehatan puskesmas namun biasanya masyarakat banyak yang mengunjungi Puskesmas Cibungbulang sebagai sarana kesehatan selain posyandu, bidan, dan paraji. Puskesmas Cibungbulang memiliki fasilitas center klinik gizi dan klinik sanitasi. Fungsi dari center klinik gizi adalah untuk memberikan konsultasi gizi, pemeriksaanbayi atau balita gizi
33
buruk yang dirujuk dari posyandu. Pada center klinik gizi bayi atau balita yang gizi buruk mendapatkan pemeriksaan berat badan, tinggi badan, serta konsultasi gizi yang diberikan oleh ahli gizi di puskesmas. Selain itu juga, pada klinik gizi anak gizi buruk juga diberikan susu formula, berupa F 75 dan F 100, serta mix mineral yang berguna untuk meningkatkan status gizi balita. Kondisi prasarana dan sarana transportasi dan perhubungan di Desa Cimanggu I dapat dikatakan masih kurang baik, jalan utama desa hingga saat ini masih terisolir dan belum di aspal dan tidak ada angkutan umum yang melintasi Desa Cimanggu I. Sarana transportasi yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Desa Cimanggu I adalah ojek. Jasa ojek yang terdapat di Desa Cimanggu I cukup banyak yaitu 941 unit. Ketersediaan prasarana dan sarana sanitasi di desa ini masih kurang, penduduk masih memanfaatkan kolam (koya) dalam memenuhi kebutuhan sanitasi, 10% jamban kurang sehat, sedangkan tempat
khusus seperti MCK
(Mandi, Cuci, Kakus), MC (Mandi, Cuci) kurang memadai. Hal ini terlihat dari masih adanya lokasi penduduk yang padat tetapi tidak ada sarana sanitasi. Kondisi rumah masyarakat Desa Cimanggu 1 pada umumnya masih tertinggal, masih banyak rumah tidak layak huni dengan beralaskan tanah dan beratapkan rumbia serta dinding dari bilik/pagar bambu, meskipun demikian bangunan tersebut sebagian besar sudah permanen. Data mengenai prasarana dan sarana pemukiman dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini. Tabel 7. Jumlah jenis permukiman di Desa Cimanggu I, tahun 2008 Jenis Pemukiman Permanen Semi permanen Rumah kayu/bilik Jumlah Sumber : Potensi Desa Cimanggu I, Tahun 2008
Jumlah (buah) 1.758 904 324 2.986
4.1.4 Kelembagaan Desa Dalam melaksanakan program-program pemberdayaan masyarakat, dibutuhkan peran aktif dari berbagai pihak, terutama masyarakat agar program pemberdayaan yang dilaksanakan berlangsung secara bottom up. Selain itu, dalam pelaksanaannya diperlukan suatu wadah yang dapat mengorganisir masyarakat sehingga tujuan bersama dapat tercapai. Wadah tersebut adalah lembaga-lembaga
34
yang dapat menampung aspirasi masyarakat dan mampu memberdayaan masyarakat, sehingga masyarakat menjadi sejahtera. Adapun lembaga-lembaga yang terdapat di Desa Cimanggu 1 dapat dijelaskan berikut ini antara lain adalah Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM), Karang Taruna, Kelompok Wanita Tani (KWT) dan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Peran BKM di dalam masyarakat adalah sebagai pengambil keputusan apabila terdapat program-program pemberdayaan masyarakat baik yang bersumber dari swasta maupun dari pemerintah. Anggota-anggota BKM berasal dari tokoh-tokoh masyarakat dan warga Desa Cimanggu 1. Hal ini dilakukan agar lembaga ini mampu meningkatkan partisipatif masyarakat sehingga bersifat bottom up. Karang taruna yang ada di Desa Cimanggu 1 baru berdiri beberapa tahun yang lalu. Para pemuda di Desa Cimanggu yang merupakan anggota karang taruna diberikan pelatihan komputer oleh ketua karang taruna. Namun, saat ini karang taruna yang ada di Desa Cimanggu 1 menjadi pasif karena menurunnya minat para remaja desa untuk mengembangkan karang taruna yang telah ada, padahal karang taruna dapat dijadikan sebagai wadah yang dapat membantu para pemuda dan pemudi di Desa Cimanggu 1 untuk mengembangkan soft skill yang mereka miliki dan berlatih berorganisasi. Desa Cimanggu 1 memiliki dua buah Kelompok Wanita Tani yaitu Kelompok Wanita Tani RW 03 yang diketuai oleh Ibu Eeng dan Kelompok Wanita Tani RW 05 yang diketuai oleh Ibu Nia. Kelompok ini biasanya diberikan pelatihan-pelatihan untuk mengembangkan keterampilan mereka dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Desa Cimanggu I. Salah satu jenis pelatihan yang pernah diberikan kepada kelompok ini adalah pembuatan donat ubi, hal ini dikarenakan komoditas utama di Desa Cimanggu I adalah ubi jalar.
35
Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) merupakan salah satu lembaga yang ada di Desa Cimanggu I. Anggota KSM merupakan tokoh-tokoh masyarakat yang biasanya terlibat dalam proses pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat. Kelompok ini dilibatkan dalam Program Pemberdayaan Nasional Masyarakat (PNPM) yang dicanangkan oleh Pemerintah. Para anggota KSM dilibatkan dalam semua tahap dalam program jangka menengah dan jangka panjang yang ada di dalam PNPM, anggota KSM dilibatkan mulai dari tahap pelaksanaan, perencanaan, pengawasan, hingga evaluasi program.
4.2
Gambaran Umum Responden
4.2.1. Karakteristik Individu Karakteristik individu adalah kondisi atau keadaan spesifik individu yang berkaitan langsung dengan dirinya. Karakteristik individu memiliki sifat yang unik sekaligus spesifik dan tentu saja berbeda antara responden yang satu dengan responden yang lain. Karakteristik individu yang dilihat dalam penelitian ini dibedakan menjadi usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan motif menonton. Distribusi karakteristik individu responden secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 8.
36
Tabel 8. Distribusi responden menurut karakteristik individu, tahun 2011 Karakteristik Individu Usia (tahun) • Muda (21-28 tahun) • Dewasa (29-38 tahun) • Tua (39-66 tahun) Tingkat Pendidikan • Rendah (Tidak bersekolah-SD) • Sedang (SLTP-SLTA) • Tinggi (>SLTA) Jenis Pekerjaan • Tidak Bekerja • Pedagang • Kader • Lainnya (pegawai negeri, pegawai paramedis, guru) Motif Menonton Informasi • Rendah • Tinggi Identitas personal • Rendah • Tinggi Integrasi dan Interaksi sosial • Rendah • Tinggi Hiburan • Rendah • Tinggi
Jumlah (Orang)
swasta,
Persentase (%)
13 21 12
28,26 45,65 26,09
19 15 12
41,30 32,61 26,09
30 7 4 5
65,22 15,22 8,70 10,87
12 34
26,09 73,91
22 24
47,83 52,17
18 28
39,13 60,87
15 31
32,61 67,39
4.2.1.1 Usia Responden Responden dalam penelitian ini adalah penduduk Desa Cimanggu I yang sudah menonton tayangan berita televisi mengenai isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Dalam penelitian ini dilakukan pengkategorian usia responden. Pengkategorian tersebut adalah usia muda, dewasa dan tua. Responden dengan umur 21-28 tahun termasuk responden dengan umur muda. Berdasarkan hasil penelitan didapatkan hasil bahwa 28,26 persen responden termasuk dalam kategori usia muda. Responden yang berumur 29-38 tahun tergolong responden dalam kelompok usia dewasa. Berdasarkan hasil penelitian terdapat 45,65 persen responden yang termasuk kategori usia dewasa. Selanjutnya responden yang berumur 39-66 tahun merupakan responden yang tergolong dalam umur tua, dan berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa sebanyak 26,09 persen responden termasuk dalam kategori responden berumur tua. Jika digambarkan dalam bentuk
37
pie chart, maka pengkategorian responden berdasarkan usia dapat dilihat di Gambar 3. Mayoritas responden berusia dewasa (29-38 tahun) hal ini dikarenakan, responden yang berusia dewasa rata-rata memiliki balita (1-5 tahun), sehingga mereka merasa bahwa informasi mengenai isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula sangat penting. Kemudian, responden yang berusia dewasa juga lebih bersedia untuk diwawancarai oleh peneliti.
Usia 26.09%
28.26%
Ket: muda (21‐28 tahun)
45.65%
dewasa (29‐38 tahun) tua (39‐66)
Gambar 3. Persentase usia responden di Desa Cimanggu I per Bulan April tahun 2011. 4.2.1.2 Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan responden yang dimaksud di sini adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah atau sedang dijalani. Responden dikelompokkan ke dalam tiga golongan tingkat pendidikan, yaitu responden dengan tingkat pendidikan rendah, sedang dan tinggi. Responden dengan jenjang pendidikan formal terakhir sampai dengan SD atau sederajat dikategorikan sebagai responden dengan tingkat pendidikan “rendah”, sedangkan responden dengan jenjang pendidikan formal terakhir antara SLTP sampai dengan SMA dikategorikan sebagai responden dengan tingkat pendidikan sedang. Responden yang memiliki jenjang pendidikan formal yang pernah atau sedang dijalani adalah lanjutan SLTA, dikategorikan sebagai responden dengan tingkat pendidikan tinggi. Terdapat 41,30 persen reponden dengan tingkat pendidikan rendah, 32,61 persen responden dengan tingkat pendidikan sedang dan 26,09 persen responden dengan tingkat pendidikan tinggi. Jika digambarkan dalam bentuk pie chart
38
(Gambar 4), maka persentase tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Tingkat Pendidikan 26.09%
41.30%
32.61%
Ket: rendah (tidak bersekolah‐SD) sedang (SLTP‐SLTA) tinggi (>SLTA)
Gambar 4. Persentase tingkat pendidikan responden di Desa Cimanggu I per Bulan April tahun 2011. Menurut data monografi Desa Cimanggu I, secara keseluruhan tingkat pendidikan penduduk Desa Cimanggu I terbilang sedang (lulusan SMP sampai dengan SMA), namun pada penelitian kali ini didapatkan hasil bahwa rata-rata tingkat pendidikan pada ibu rumah tangga di Desa Cimanggu I adalah rendah. Tingkat pendidikan akhir pada responden kebanyakan adalah lulusan SD, hal ini dikarenakan masih tingginya anggapan bahwa perempuan tidak harus bersekolah tinggi-tinggi, karena kewajiban utama perempuan nantinya adalah mengurus suami dan keluarga. Hal ini dapat dilihat pada salah satu pernyataan responden. “Yaaah... namanya juga orang kampung neng, ngapain mesti sekolah tinggi-tinggi kalo ujung-ujungnya ke dapur juga, yang penting bisa baca,itung,udah cukup neng” (EN, 40 tahun).
4.2.1.3 Jenis Pekerjaan Responden Responden dalam penelitian kali ini adalah 46 ibu rumah tangga yang telah menonton program berita TV mengenai isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula, dari 46 responden tersebut terdapat 30 orang atau 65,22 persen responden tidak bekerja. Responden yang tidak bekerja umumnya adalah ibu rumah tangga. Ibu rumah tangga tersebut biasanya berkegiatan di rumah sambil merawat keluarga dan tidak memiliki penghasilan. Berdasarkan hasil penelitian responden yang bekerja umumnya bekerja sebagai pedagang, kader, pegawai negeri, pegawai swasta, guru honorer serta paramedis. Terdapat 15,22 persen responden yang bekerja sebagai pedagang, 8,70 persen responden yang bekerja
39
sebagai kader dan 10,87 persen responden bekerja sebagai pegawai negeri, pegawai swasta, paramedis dan guru honorer. Jika digambarkan dalam bentuk pie chart (Gambar 5), maka persentase jenis pekerjaan responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Jenis Pekerjaan 8.70%
10.87%
15.22%
Ket: tidak bekerja 65.22%
pedagang kader
Gambar 5. Persentase jenis pekerjaan responden di Desa Cimanggu I per Bulan April 2011.
4.2.1.4 Motif Menonton Motif menonton adalah hal-hal atau faktor yang menyebabkan seseorang tertarik untuk menonton program berita mengenai isu bakteri E. sakazakii pada susu formula. Pada penelitian kali ini motif menonton berdasarkan teori uses and gratification dibedakan menjadi motif informasi, identitas personal, integritas dan interaksi sosial dan hiburan. Untuk memudahkan dalam menganalisis motif menonton pada responden, maka pada setiap motif-motif menonton tersebut lalu dikategorikan kembali menjadi rendah, sedang dan tinggi, Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa ternyata hampir seluruh responden menonton berita ini untuk memenuhi ke-empat motif tersebut. Meskipun berita sarat akan informasi, namun ternyata responden juga menonton berita tidak hanya untuk memenuhi motif informasi, melainkan juga untuk memenuhi kebutuhan identitas personal, integritas dan interaksi sosial dan juga hiburan mereka. Berdasarkan hasil penelitian terdapat 73,91 persen responden memiliki motif informasi tinggi untuk menonton berita tentang bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Hal ini dikarenakan karena responden memang ingin mengetahui perkembangan informasi terkini mengenai isu ini, dan responden sendiri yang
40
mencari berita televisi yang menyiarkan informasi tetang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Berbeda dengan ke 73,91 persen respoden tersebut, terdapat 26,09 persen responden memiliki motif yang rendah dalam menonton berita ini, hal ini dikarenakan responden memang tidak terlalu suka program berita dan responden hanya ikut-ikutan menonton apabila ada keluarga, teman, atau keluarganya yang menonton berita tentang isu bakeri E. sakazakii dalam susu formula. Gambar persentase besarnya motif menonton pada responden dapat dilihat pada Gambar 6.
Motif Informasi 26.09% rendah 73.91%
Ket:
tinggi
Gambar 6. Persentase pemenuhan motif informasi dalam menonton tayangan berita E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB di Desa Cimanggu I per Bulan April 2011. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa sebanyak 52,17 persen responden memiliki motif yang tinggi dalam menonton tayangan berita tentang bakteri E. sakazakii dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan identitas personalnya dan sebanyak 47,83 persen responden memiliki motif yang rendah dalam menonton tayangan berita tentang bakteri E. sakazakii dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan identitas personalnya, seperti yang disajikan dalam Gambar 7.
Motif Identitas Personal 52.17%
47.83%
rendah Ket:
tinggi
Gambar 7. Persentase motif identitas personal dalam menonton tayangan berita E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB di Desa Cimanggu I per Bulan April 2011.
41
Motif ketiga adalah motif integrasi dan interaksi sosial. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data sebesar 60,87 persen responden memiliki motif integrasi dan interaksi sosial tinggi dan terdapat 39,13 persen responden memiliki motif integrasi dan interaksi sosial rendah. Responden menilai bahwa selain untuk mendapatkan informasi dan untuk mendapatkan nilai positif dari narasumber responden juga menonton berita mengenai isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula untuk dapat melanggengkan hubungan dengan orang lain. Salah satu alasan responden menonton berita ini adalah agar menemukan bahan percakapan dengan orang lain. Besarnya persentase mengenai motif integritas dan interaksi sosial dalam menonton tayangan berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula disajikan pada Gambar 8.
Motif Integrasi dan Interaksi Sosial 39.13% 60.87%
Ket: rendah tinggi
Gambar 8. Persentase motif integrasi dan interaksi sosial dalam menonton tayangan berita E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB di Desa Cimanggu I per Bulan April 2011. Selain ketiga motif diatas, responden juga menonton tayangan berita ini untuk mengisi waktu senggang mereka dan juga untuk kesenangan. Sebanyak 67,39 persen responden tergolong dalam motif hiburan tinggi dan 32,61 persen responden lainnya tergolong dalam motif hiburan rendah. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 9. Berdasarkan Tabel 9 juga dapat dilihat bahwa mayoritas responden menonton berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula untuk memenuhi motif informasi mereka. Hal ini dikarenakan responden menganggap bahwa berita merupakan sumber informasi dibandingkan dengan program televisi lainnya, sehingga mereka menonton berita dengan harapan berita tersebut dapat memenuhi kebutuhan informasi mereka.
42
Ket:
Gambar 9. Persentase motif hiburan dalam menonton tayangan berita E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB di Desa Cimanggu I per Bulan April 2011 4.2.2
Lingkungan sosial Lingkungan sosial adalah kondisi atau situasi yang menggambarkan
suasana di sekitar responden. Karakteristik lingkungan sosial responden diketahui dengan melihat tingkat keseringan responden dalam membicarakan rentang waktu pada saat tiga bulan sebelum penelitian dan pasangan interaksi dalam mebicarakan isu ini. Kategori tingkat keseringan responden dalam membicarakan isu ini dalam berita TV dikategorikan menjadi rendah, sedang dan tinggi, sedangkan pasangan interaksi dalam membicarakan isu ini dikategorikan sebagai teman, tetangga dan keluarga. Distribusi lingkungan sosial responden penelitian secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Lingkungan sosial responden penelitian. Lingkungan sosial Frekuensi Interaksi Rendah (6-11 kali) Sedang (12-13 kali) Tinggi (14-20 kali) Pasangan Interaksi Teman Tetangga Keluarga
Jumlah (orang)
Persesntase (%)
12 24 10
26,09 52,17 21,74
12 14 20
26,09 30,43 43,48
4.2.2.1 Frekuensi Interaksi Responden yang dalam rentang waktu tiga bulan sebelum penelitian membicarakan isu tersebut sebanyak 6-11 kali termasuk dalam kategori frekuensi interaksi “rendah”. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebesar 26,09 persen
43
responden tergolong dalam frekuensi interaksi rendah. Responden yang membicarakan hal ini sebanyak 12-13 kali termasuk dalam kategori frekuensi interaksi sedang, dan berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa sebanyak 52,17 persen responden tergolong dalam frekuensi interaksi sedang. Responden yang membicarakan isu ini sebanyak 14-20 termasuk dalam kategori frekuensi interaksi tinggi, dan berdasarkan hasil penelitian diperoleh data sebanyak 21,74 persen responden tegolong dalam frekuensi interaksi tinggi, seperti yang terlihat dalam Gambar 10. Hal yang paling sering dibicarakan oleh responden mengenai berita televisi tentang isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula adalah mengenai bahaya yang disebabkan oleh bakteri E. sakazakii terhadap kesehatan manusia, selain itu karena berita tidak memberikan informasi mengenai merek susu formula yang tercemar, responden akhirnya menduga-duga merek susu yang tercemar dengan teman, tetangga atau keluarga masing-masing. Berita mengenai isu ini memang sangat sering disiarkan oleh televisi, oleh karena itu responden juga sering membicarakan mengenai kebenaran isu ini dan bertanya-tanya kenapa berita ini menjadi sangat besar, responden juga sering membicarakan mengenai tanggung jawab pemerintah mengenai isu ini dengan teman, tetangga atau keluarga masing-masing. Selain membicarakan berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula, responden juga membicarakan IPB sebagai pihak peneliti. Hal yang paling sering dibicarakan oleh responden tentang IPB sebagai pihak adalah mengenai kebenaran hasil penelitian, banyak responden yang tidak percaya akan kebenaran hasil penelitian ini. Hal ini diikuti dengan adanya responden yang juga membicarakan mengenai kemampuan IPB dalam melakukan penelitian serta tanggung jawabnya terhadap penelitian yang telah dilakukan. Responden meminta IPB mengumumkan merek susu yang tercemar atau setidaknya memberikan konfirmasi tentang isu ini, seperti pernyataan dari salah satu responden berikut. “Saya sih berharap IPB mengumumkan merek susu yang tercemar atau paling tidak kasih tau gitu akhir dari isu ini, apakah sekarang semua susu telah aman dikonsumsi? Sekarang isu ini terus aja diberitain tapi gak ada ujungnya, kita kan jadi was-was” (DD, 32 tahun).
44
Frekuensi Interaksi 21.74% 26.09% 52.17%
rendah (6‐11 kali) Ket: sedang (12‐13 kali) tinggi (14‐20 kali)
Gambar 10. Persentase frekuensi interaksi responden dalam membicarakan isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula per Bulan April 2011. 4.2.2.3 Pasangan Interaksi Berdasarkan penelitian diperoleh data bahwa yang paling sering berinteraksi dengan respoden dalam membicarakan hal ini adalah dengan keluarga, yaitu sebanyak 43,48 persen. Interaksi yang paling sering dilakukan kedua adalah dengan tetangga, yaitu sebanyak 30,43 persen, sedangkan interaksi yang paling sedikit dilakukan adalah dengan teman yaitu sebanyak 26,09 persen, seperti yang tersajikan pada Gambar 11.
Pasangan Interaksi 43.48%
26.09% 30.43%
Ket: teman tetangga keluarga
Gambar 11. Interaksi dengan lingkungan sosial yang paling sering dalam membicarakan isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB per Bulan April 2011. Responden lebih banyak berinteraksi dengan keluarga karena mereka biasa menonton program berita dengan keluarga, dan suka berdiskusi ketika menonton bersama, selain itu keluarga merupakan orang yang terdekat dengan responden, maka interaksi yang paling sering dalam membicarakan hal ini adalah dengan
45
keluarga. Hal ini dapat dilihat dari salah satu pernyataan responden, seperti di bawah ini.
“Saya tau pertama kali mengenai isu ini saja dari keluarga saya yang di Jakarta, makanya saya sering berdisukusi dengan dia. Terus saya suka nonton tivi bareng suami saya, waktu nonton suami saya suka ngingetin supaya hati-hati dalam membeli susu buat anak”(NG, 28).
4.2.3
Keterdedahan Keterdedahan pada berita TV adalah cara atau bagaimana khalayak
mengkonsumsi berbagai program acara yang disuguhkan televisi untuk memenuhi kebutuhan yang belum terpuaskan. Pada penelitian kali ini, besarnya keterdedahan responden pada isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dapat dlihat dari frekuensi menonton, waktu menonton, lama menonton dan program berita yang ditonton responden. Distribusi keterdedahan responden terhadap berita TV isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Gambaran responden menurut tingkat keterdedahannya terhadap berita TV isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Tingkat Keterdedahan Frekuensi menonton Rendah (1 kali) Sedang (2-3 kali) Tinggi (>3 kali) Waktu Menonton Pagi hari Siang hari Sore hari Malam hari Lama Menonton Sebentar (3-14 menit) Sedang (15-29 menit) Lama (30-60 menit) Program Berita yang ditonton RCTI SCTV TPI TRANS TV TRANS 7 TV ONE METRO TV
Jumlah (orang)
Persentase (%)
13 18 15
28,26 39,13 32,61
2 17 17 10
4,35 36,96 36,96 21,74
13 17 16
28,26 36,96 34,78
17 8 4 7 2 4 4
36,96 17,39 8,70 15,22 4,35 8,70 8,70
46
4.2.3.1 Frekuensi Menonton Frekuensi menonton adalah tingkat keseringan responden menonton siaran berita bakteri E. sakazakii pada susu formula, per satu hari dalam satuan kali pada saat tiga bulan sebelum penelitian. Frekuensi menonton pada penelitian kali ini dikategorikan menjadi tiga kategori, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Frekuensi menonton responden dikatakan rendah, apabila responden hanya menonton sebanyak 1 kali, sedang sebanyak 2-3 kali, sedangkan tinggi, apabila responden menonton berita mengenai isu ini lebih dari 3 kali. Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh bahwa kebanyakan responden menonton berita ini sebanyak 2-3 kali (sedang), yaitu sebanyak 39,13 persen. Hal ini disebabkan banyak responden yang menilai bahwa berita tentang isu bakteri E. sakazakii membosankan karena terlalu sering diputar, namun di lain pihak responden juga menantikan informasi terkini mengenai isu tersebut, sehingga meskipun bosan responden tetap menonton berita tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula lebih dari 1 kali. Terdapat 28,26 persen responden yang termasuk dalam kategori frekuensi menonton berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii rendah, sedangkan terdapat 32,61 persen responden yang termasuk dalam kategori frekuensi menonton berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii tinggi, seperti yang tersajikan pada gambar 12.
Frekuensi Menonton 28.26%
32.61%
rendah 39.13%
Ket:
sedang tinggi
Gambar 12. Frekuensi responden menonton tayangan berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula per Bulan April 2011.
47
4.2.3.2 Waktu Menonton Waktu menonton adalah saat dimana individu biasa menonton tayangan berita TV yang paling sering per satu harinya pada saat tiga bulan sebelum penelitian. Waktu menonton ini dibedakan menjadi pagi, siang, sore dan malam hari, diukur dengan skala nominal. Berdasarkan hasil penelitian mayoritas responden menonton pada waktu siang dan sore hari, yaitu masing-masing sebanyak 36,96 persen. Responden yang menonton pada waktu pagi hari adalah sebanyak 4,35 persen dan malam hari sebanyak 21,74 persen. Persentase waktu menonton responden jika digambarakan dalam bentuk piechart terlihat pada Gambar 13 berikut.
Waktu Menonton 21.74%
4.35% Ket: pagi 36.96%
36.96%
siang sore malam
Gambar 13. Waktu responden menonton tayangan berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula per bulan April 2011. Banyak responden yang menonton pada waktu siang dan sore hari karena waktu siang dan sore hari merupakan waktu istirahat mereka. Hal ini dapat dilihat dari salah satu pernyataan responden, seperti berikut.
“Saya mah biasanya nonton siang hari, kalau pagi-pagikan repot, masih sibuk masak buat keluarga, dan nyiapin keperluan anak buat sekolah. Kalo udah beres semua baru deh nonton” (WT, 30 tahun).
4.2.3.3 Lama Menonton Lama menonton adalah jumlah menit yang dihabiskan responden untuk menonton acara/program berita TV mengenai isu bakteri E. sakazakii pada susu formula per satu hari pada saat tiga bulan sebelum penelitian, diukur dengan skala ordinal. Lama menonton ini dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu sebentar, sedang, dan lama. Responden yang menonton berita mengenai isu ini selama 3 s.d
48
14 menit dalam satu hari termasuk ke dalam kategori sebentar, seedangkan responden yang menonton berita mengenai isu ini selama 15 s.d 29 menit dalam satu hari masuk ke dalam kategori sedang dan responden yang menonton berita ini antara 30 s.d 60 menit dalam satu hari masuk ke dalam kategori lama menonton lama. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa kebanyakan responden menonton berita isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dalam waktu sedang, yaitu sebanyak 37 persen. Responden yang menonton berita E. sakazakii dalam susu formula dalam kategori sebentar sebanyak 28 persen, sedangkan responden yang menonton berita E. sakazakii dalam waktu lama sebanyak 34,80 persen. Persentase lama menonton responden jika digambarakan dalam bentuk piechart terlihat pada Gambar 14. Lama menonton ini juga dipengaruhi oleh perilaku menonton responden. Banyak responden yang tidak fokus dalam menonton berita ini, karena beberapa hal, seperti anak yang rewel, atau sambil mengerjakan hal lainnya. Namun, juga terdapat responden yang fokus dalam menonton berita ini, karena responden tersebut memang menyukai berita, dan selalu menyediakan waktu untuk menonton berita.
Lama Menonton 34.78%
Ket:
28.26% sebentar sedang 36.96%
lama
Gambar 14. Lama responden menonton tayangan berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula per Bulan April 2011.
49
4.2.3.4 Program Berita Program berita yang ditonton adalah jenis channel televisi yang menyiarkan berita yang menyajikan informasi mengenai isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula yang paling sering ditonton oleh masyarakat pada saat tiga bulan sebelum penelitian. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas responden menonton program berita pada channel RCTI yaitu sebanyak 36,96 persen. Channel kedua yang sering ditonton responden adalah SCTV yaitu sebanyak 17,39 persen. Channel ketiga yang sering ditonton responden adalah TRANS TV yaitu sebanyak 15,22 persen. Channel TPI, TV ONE dan METRO TV ketiganya memiliki jumlah persentasi yang sama yaitu sebesar 8,70 persen. Channel yang paling sedikit ditonton oleh responden adalah TRANS 7 dengan jumlah persentase sebesar 4,35. Persentase program berita yang ditonton responden jika digambarakan dalam bentuk piechart terlihat pada Gambar 15. Pemilihan channel TV yang ditonton juga dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain seperti sinyal channel yang diterima di Desa Cimanggu I. Banyak responden yang memilih RCTI dan SCTV untuk menonton tayangan berita tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula, karena sinyal channel RCTI dan SCTV sangat bagus di Desa Cimanggu I. Selain sinyal channel, alasan lain yang mempengaruhi pemelihan channel berita adalah channel favorit keluarga, seperti TRANS TV dan TPI, keluarga responden biasa menonton acara kartun atau sinetron pada channel tersebut sebelum program berita dimulai.
Program Berita 8.70% 4.35%
Ket:
8.70%
RCTI 36.96%
SCTV TPI
15.22% 17.39%
TRANS TV TRANS 7
8.70%
TV ONE
Gambar 15. Program berita yang dipilih responden untuk menonton tayangan berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula per Bulan April 2011.
50
4.3
Persepsi Responden Desidertato (1976) dalam (Rakhmat, 2005) menyebutkan bahwa persepsi
adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. DeVito (1996) menyebutkan bahwa persepsi adalah suatu proses dimana kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera kita. Persepsi mempengaruhi stimulus atau pesan yang kita serap dan apa makna yang kita berikan pada mereka ketika mereka mencapai kesadaran. Persepsi dianggap penting dalam komunikasi massa. Pada komunikasi massa persepsi dapat menjadi penghubung antara individu dengan media, melalui persepsi pelaku komunikasi massa dapat mengetahui sampai sejauh mana minat, opini khalayak terhadap tayangan televisi. Persepsi juga dapat menjadi penghubung antara masyarakat dengan citra suatu lembaga, melalui persepsi lembaga dapar mengetahui bagaimana citra lembaga yang terbentuk di tengah masyarakat berdasarkan stimulus-stimulus yang diterima masyarakat, baik stimulus positif maupun stimulus negatif. Pada penelitian kali ini persepsi yang diteliti dibagi menjadi dua kategori yatu persepsi terhadap program berita televisi mengenai isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan persepsi terhadap citra IPB terkait isu ini. Persepsi yang terbentuk dikategorikan menjadi empat kategori yaitu kategori sangat buruk, buruk, baik, dan sangat baik. Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 11.
51
Tabel 11. Persepsi responden terhadap berita TV isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB Persepsi Sangat tidak setuju (STS) Persepsi terhadap berita televisi tentang isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula Nilai Informasi Daya Tarik Format Acara Rataan Total Persepsi terhadap Citra IPB Hasil Penelitian Lulusan IPB Rataan Total Keterangan
2,17 2,17
Persentase (%) Tidak Setuju (S) Setuju (TS)
8,70 28,26
43,48 50,00
Sangat Setuju (SS)
45,65 19,57
Rataan Skor*
2,64 2,86 2,71
4,35 6,52
32,61 19,57
50,00 36,96
13,04 36,96
2,75 2,69 2,72
: * Rataan skor: 1: Sangat Tidak Setuju, 2:Tidak Setuju, 3:Setuju,4:Sangat Setuju
Berdasarkan Tabel 11 terlihat bahwa sebagian besar persepsi responden terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula masuk dalam kategori baik (cenderung setuju dengan total rata-rata sebesar 2.71). Tidak jauh berbeda dengan persepsi terhadap program berita, berdasarkan Tabel 12 juga dapat terlihat bahwa sebagian besar persepsi responden terhadap citra IPB akibat isu ini juga masuk dalam kategori baik (cenderung setuju, dengan total rata-rata sebesar 2,72) 4.3.1
Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula. Persepsi ibu rumah tangga terhadap isu bakteri E. sakazakii dalam susu
formula pada berita TV adalah pandangan dan penilaian responden tentang isu bakteri E.sakazakii pada susu formula dalam tayangan berita TV meliputi dimensi pemahaman atau pemaknaan dan penafsirannya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu nilai informasi serta daya tarik format tayangan berita. Persepsi ibu rumah tangga ini dibedakan menjadi empat kategori yaitu sangat tidak setuju yang dikaterogikan menjadi sangat buruk, tidak setuju yang dikategorikan menjadi buruk, setuju yang dikategorikan menjadi baik dan sangat setuju yang dikategorikan menjadi sangat baik.
52
Persepsi terhadap program berita televisi tentang isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula dikatakan sangat buruk apabila total rataan skor dari seluruh unsur, yaitu nilai informasi dan daya tarik format acara berjumlah sebesar 1 atau mendekati 1. Persepsi terhadap program berita televisi tentang isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula dikatakan buruk apabila total rataan skor dari seluruh unsur, yaitu nilai informasi dan daya tarik format acara berjumlah sebesar 2 atau mendekati 2. Persepsi terhadap program berita televisi tentang isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula dikatakan baik apabila total rataan skor dari seluruh unsur, yaitu nilai informasi dan daya tarik format acara berjumlah sebesar 3 atau mendekati 3. Persepsi terhadap program berita televisi tentang isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula dikatakan sangat baik apabila total rataan skor dari seluruh unsur, yaitu niai informasi dan daya tarik format acara berjumlah sebesar 4 atau mendekati 4. Berdasarkan hasil penelitian mayoritas masyarakat menganggap bahwa nilai informasi dan daya tarik format acara berita televisi mengenai isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula tergolong baik, hal ini dapat terlihat dari total rataan skor yaitu sebesar 2,71, atau mendekati 3. Responden menganggap bahwa berita tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula baik dan bermanfaat. Menurut responden isi nilai informasi berita dapat meningkatkan pengetahuan dan tingkat kewaspadaan terhadap pangan yang baik untuk dikonsumsi. Responden juga menilai bahwa format acara berita sudah baik, terutama apabila yang membawakan berita berpenampilan menarik dan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. Berikut adalah peryataan dari salah seorang responden yang memiliki persepsi bahwa berita televisi mengenai isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula sangat bermanfaat. “Yang namanya berita pasti bernanfaat teh, apalagi berita yang dekat dengan kita, kayak susu ini, kan tiap hari kita konsumsi susu buat anak. Tapi menurut saya berita ini sangat bermanfaat karena dapat memberikan perkembangan informasi kasus ini, yah walaupun merek susunya gak ketahuan, tapi kan dari berita ini kita jadi tahu kalo masih banyak makanan yang gak aman, nambah pengetahuan gitu deh teh”. (IM, 32 tahun)
53
Responden juga menganggap bahwa informasi yang ditayangkan oleh berita televisi merupakan fakta dan tidak direkayasa. Responden menilai bahwa tugas televisi sebagai media informasi sudah terlihat dengan baik. Berikut adalah pernyataan salah seorang responden yang memiliki persepsi bahwa berita isu E. sakazakii baik.
“Menurut saya berita itu fakta mba, saya percaya pihak TV pasti juga bertanggung jawab akan berita yang disiarkan. Untuk isu ini saya juga sudah percaya bahwa kasus ini pasti juga sudah ditangani oleh peneliti, pemerintah dan produsen dengan baik, jadi orangorang TV tinggal menyebarkan informasinya saja mba, jadi menurut saya berita ini baik” (AN, 66 tahun).
Daya tarik format acara juga cukup berpengaruh terhadap persepsi yang dibentuk responden terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Televisi yang menyajikan informasi dalam bentuk audio visual dan dengan pembawa acara yang menarik membuat responden tertarik untuk mengikuti perkembangan isu ini. “Saya kan males baca, lebih suka nonton TV, jadi menurut saya berita TV itu sangat baik dan bermanfaat, nambah pengetahuan dan menarik, apalagi kalau yang bawa acara Putra Nababan. Isu ini sudah dibahas oleh berita dengan baik kok”. (DS, 40).
4.3.2 Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Citra IPB Akibat Isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula pada Berita TV. Persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB adalah persepsi yang terbentuk di tengah masyarakat mengenai citra IPB akibat dari maraknya berita isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Seperti yang telah diketahui sebelumnya, pada tahun 2006, Dr. Ir. Sri Estuningsih dan beberapa staf Fakultas Kedokteran Hewan IPB melakukan penelitian dan menemukan bakteri E. sakazakii dalam 22 merek susu lokal. Hasil penelitian ini rupanya tersebar sampai ke tengah masyarakat dan menimbulkan rasa cemas, hal ini tentunya tidak lepas dari pemberitaan yang dilakukan oleh media televisi. Persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB akibat isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula pada berita televisi dapat dilihat dari dua indikator,
54
yaitu dari seberapa besar persepsi masyarakat terhadap manfaat hasil penelitian ini dan juga seberapa besar persepsi masyarakat terhadap kemampuan lulusan IPB. Persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB dibedakan menjadi empat kategori yaitu sangat tidak setuju yang dikategorikan menjadi sangat buruk, tidak setuju yang dikategorikan menjadi buruk, setuju yang dikategorikan menjadi baik dan sangat setuju yang dikategorikan menjadi baik. Persepsi terhadap program citra IPB akibat berita televisi tentang isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula dikatakan sangat buruk apabila total rataan skor dari seluruh unsur, yaitu hasil penelitian dan lulusan IPB berjumlah sebesar 1 atau mendekati 1. Persepsi terhadap program citra IPB akibat berita televisi tentang isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula dikatakan buruk apabila total rataan skor dari seluruh unsur, yaitu hasil penelitian dan lulusan IPB berjumlah sebesar 2 atau mendekati 2. Persepsi terhadap program citra IPB akibat berita televisi tentang isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula dikatakan baik apabila total rataan skor dari seluruh unsur, yaitu hasil penelitian dan lulusan IPB berjumlah sebesar 3 atau mendekati 3. Persepsi terhadap program citra IPB akibat berita televisi tentang isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula dikatakan sangat baik apabila total rataan skor dari seluruh unsur, yaitu hasil penelitian dan lulusan IPB berjumlah sebesar 4 atau mendekati 4. Berdasarkan hasil penelitian mayoritas masyarakat menganggap bahwa hasil penelitian dan lulusan IPB tergolong baik, hal ini dapat terlihat dari total rataan skor yaitu sebesar 2,72 atau mendekati 3. Responden menganggap bahwa berita citra IPB tetap baik bahkan lebih baik akibat program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula baik dan bermanfaat. Responden menganggap bahwa hasil penelitian IPB berupa penemuan bakteri E. sakazakii dalam susu formula bermanfaat dan menyadarkan kewaspadaan ibu rumah tangga, selain itu responden juga menganggap bahwa lulusan IPB memiliki kemampuan yang cukup baik baik di bidang pertanian maupun di luar bidang pertanian. Berikut pernyataan responden yang memiliki persepsi cukup baik terhadap citra IPB. “Menurut saya IPB sudah cukup baik dalam melakukan penelitian ini, yah masih untung ada yang teliti ini, jadi tau gitu kalo ternyata
55 ada bakteri dalam susu formula, walaupun gak tau juga susu formulanya yang mana” (RN,30).
Responden menilai bahwa hasil penelitian IPB berupa penemuan bakteri dalam susu formula sangat bermanfaat dan mengungkapkan fakta mengenai kemanan pangan di Indonesia, selain itu hasil penelitian IPB ini juga meningkatkan pandangan responden terhadap kemampuan IPB dalam melakukan penelitian bahkan di bidang selain pertanian. Selama ini responden menilai IPB hanya dapat mengukir prestasi di bidang pertanian saja, namun dengan adanya berita ini, responden justru semakin mengenal IPB dan memiliki persepsi yang semakin baik terhadap citra IPB. “Justru karena adanya berita ini saya jadi lebih kenal IPB, terus jadi tau ternyata IPB tidak hanya pertanian saja, bahkan bisa untuk kesehatan manusia. Kayak dokter”. (MH, 32.)
4.4
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Program Berita tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula. Faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi ibu rumah tangga
terhadap program berita tentang isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula adalah peubah-peubah yang paling berhubungan nyata dengan persepsi responden. Peubah tersebut adalah karakteristik individu, lingkungan sosial dan keterdedahan. Ketiga peubah ini dianalisis dengan menggunakan uji statistik rank Spearman, chisquare dan korelasi contingency. Uji statistik rank Spearman digunakan untuk melihat seberapa erat hubungan antara peubah berupa data ordinal dengan data ordinal lainnya. Uji chisquare digunakan untuk melihat apakah peubah berupa data nominal dengan nominal saling beketergantungan, sedangkan uji korelasi contingency digunakan untuk menghitung hubungan antar peubah yang datanya nominal dengan nominal. Ketiga pengujian tersebut digunakan untuk melihat derajat hubungan di antara peubah dengan nilai koefisien korelasi adalah: a) Kurang dari 0,20 : Hubungan rendah sekali (lemah sekali) b) 0,20-0,39
: Hubungan rendah tetapi pasti
c) 0,40-0,70
: Hubungan yang cukup berarti
d) 0,71-0,90
: Hubungan yang tinggi (kuat)
56
e) Lebih dari 0,90
: Hubungan sangat tinggi (kuat sekali dan dapat diandalkan)
Secara lengkap korelasi antara karakteristik individu, lingkungan sosial dan keterdedahan dengan persepsi terhadap program berita isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula tersaji dalam Tabel 12. Tabel 12. Korelasi peubah dengan persepsi terhadap berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula Peubah Karakteristik Individu Usia Tingkat Pendidikan Jenis Pekerjaan Motif Menonton Motif Informasi Motif Identitas Personal Motif Integrasi dan Interaksi Sosial Motif Hiburan Lingkungan sosial Frekuensi Interaksi Pasangan interaksi
Koef. Korelasi
rs rs
C
-0,253* 0,156 2,440 0,244
-0,192 0,215 3,768 0,275
rs rs
0,309* 0,119
0,258* 0,147
rs
0,332*
0,185
rs
0,187
0,051
rs
0,073 6,641 0,355
0,000 3,956 0,281
0,167 12,229* 0,458* 0,190 6,621* 0,529*
0,452* 11,036* 0,440* 0,455* 8,177* 0,461*
χ2
χ2
C Keterdedahan Frekuensi Menonton Waktu Menonton Lama Menonton Program Berita
rs
χ2
C rs χ2
C
Ket : * berhubungan nyata pada p < 0,1
4.4.1
Persepsi Berita Televisi Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula Nilai Informasi Daya Tarik Format Acara
rs: koefisien rank spearman, C: contingency,
: χchisquare 2
Hubungan Karakteristik Individu dengan Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula. Hasil penelitian menyatakan bahwa secara keseluruhan, hipotesis pertama
yang berbunyi “terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula”, diterima hanya pada hubungan antara usia dengan persepsi terhadap nilai informasi berita, motif informasi dengan nilai informasi berita serta daya tarik format acara dan motif integrasi dan interaksi sosial terhadap nilai informasi berita tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula.
57
Berdasarkan Tabel 12 menunjukkan bahwa karakteristik individu memiliki hubungan tidak nyata (p>0,1) dengan persepsi terhadap berita TV isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula secara keseluruhan. Meskipun karakteristik individu tidak memiliki korelasi yang nyata dengan persepsi berita televisi isu bakteri E. sakazakii secara keseluruhan, namun dari tabel dapat dilihat bahwa usia, motif menonton informasi dan motif menonton integrasi dan interaksi sosial memiliki hubungan yang cukup berarti dengan program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. 4.4.1.1 Hubungan antara Usia dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula Usia pada penelitian kali ini dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu muda (21-28 tahun), dewasa (29-38 tahun), dan tua (39-66 tahun). Analisis hubungan usia dengan persepsi terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii menggunakan uji korelasi rank Spearman. Berdasarkan Tabel 12, dapat dilihat bahwa usia memiliki hubungan nyata rendah dan negatif dengan persepsi terhadap nilai informasi berita isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula adalah 0,089 dengan nilai korelasi sebesar -0,253. Hal ini berarti semakin tua umur responden maka semakin rendah persepsi responden terhadap nilai informasi berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula, dan semakin muda umur responden maka akan semakin baik persepsi yang dibentuk responden terhadap nilai informasi berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Umumnya yang memiliki perhatian lebih terhadap isu ini adalah responden yang berusia muda yaitu berusia 21 sampai dengan 28 tahun. Hal ini terjadi karena umumnya responden dalam usia tersebut memiliki anak yang masih kecil dan mengkonsumsi susu formula, sehingga banyak responden yang berusia muda memiliki anggapan bahwa berita tentang isu bakteri E. sakazakii sangat bermanfaat, terlebih pada nilai informasinya. Meskipun merek susu yang tercemar tidak diberitakan di televisi, namun responden dengan usia muda beranggapan bahwa berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula sangat bermanfaat karena dapat meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan responden terhadap produk pangan yang beredar di pasaran. Hal ini tidak sesuai dengan hasil
58
penelitian Primianty (2008) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara usia dan persepsi remaja putri terhadap citra perempuan cantik di iklan kosmetik di televisi. 4.4.1.2 Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula Tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini cukup beragam yaitu antara rendah (tidak sekolah-lulus SD), sedang (SMP-SMA) dan tinggi (>SMA) akan tetapi beragamnya tingkat pendidikan responden tidak membuat perbedaan pada responden dalam membentuk persepsi terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Berdasarkan hasil penelitian peubah tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan nyata dengan persepsi berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Hal ini berarti bahwa responden yang berbeda tingkat pendidikannya tidak membuat perbedaan pada saat menilai program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Hal ini sesuai dengan penelitian Perdana (2010) yang mengatakan bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara peubah pendidikan dengan peran iklan televisi layanan masyarakat. 4.4.1.3 Hubungan antara Jenis Pekerjaan dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula Pada penelitian kali ini terdapat responden yang bekerja dan tidak bekerja. Responden yang tidak bekerja umumnya hanya menjadi ibu rumah tangga yang hanya mengurusi anak dan suami tanpa memilik penghasilan, sedangkan responden yang bekerja, memiliki pekerjaan antara lain sebagai pedangang, kader, pegawai negeri, pegawai swasta, paramedis dan guru. Pengolahan data analisis hubungan antara jenis pekerjaan dengan persepsi terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula menggunakan analisis chisquare dan koefisien contingency. Berdasarkan Tabel 12 jenis pekerjaan tidak memiliki hubungan nyata dengan persepsi berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Hal ini berarti bahwa responden yang berbeda jenis
59
pekerjaannya tidak membuat perbedaan pada saat menilai program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. 4.4.1.4 Hubungan antara Motif Menonton dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula Motif menonton pada penelitian kali teridir dari empat motif yait motif informasi, identitas personal, integrasi dan interaksi sosial serta hiburan, yang kemudian pada masing-masing motif menonton dikelompokkan menjadi rendah dan tinggi. Uji statistik pada motif menonton dengan persepsi terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula menggunakan uji korelas rank Spearman. Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa motif menonton secara keseluruhan tidak memiliki hubungan nyata dengan persepsi terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Namun, berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa terdapat hubungan nyata positif dan rendah antara motif informasi dengan persepsi terhadap berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula, baik pada indikator nilai informasi maupun pada indikator daya tarik format acara. Selain itu juga terdapat hubungan nyata positif dan rendah antara motif integrasi dan interaksi sosial dengan persepsi terhadap program berita pada indikator nilai informasi berita. Nilai Sig. (2-tailed) antara motif informasi dengan persepsi nilai informasi berita isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula adalah 0,036 dengan nilai korelasi sebesar 0,309 dan nilai Sig. (2-tailed) antara motif informasi dengan persepsi daya tarik format acara berita isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula adalah 0,083 dengan nilai korelasi 0,258. Hal ini berarti semakin tinggi motif informasi maka semakin tinggi persepsi yang terbentuk pada program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Berdasarkan Tabel 12 juga dapat dilihat bahwa terdapat hubungan nyata positif antara motif integrasi dan interaksi sosial dengan persepsi terhadap nilai informasi berita tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Nilai Sig. (2tailed) antara motif integrasi dan interaksi sosial dengan persepsi nilai informasi berita isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula adalah 0,024 dengan nilai
60
korelasi sebesar 0,332. Hal ini berarti semakin tinggi motif interasi dan interaksi sosial maka semakin tinggi persepsi yang terbentuk pada program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. 4.4.2 Hubungan Lingkungan Sosial dengan Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula Uji statistik pada lingkungan sosial dengan persepsi terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula menggunakan uji korelasi rank Spearman, chisquare dan koefisien contingency. Berdasarkan Tabel 12 dapat terlihat bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara lingkungan sosial dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula, sehingga hipotesis kedua yang berbunyi “terdapat hubungan nyata antara lingkungan sosial dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula”, ditolak. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Perdana (2010), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara karakteristik sosiologis dengan peran iklan televisi layanan masyarakat. Hal ini terjadi karena perbedaan permasalahan yang dikaji dalam penelitian tersebut. 4.4.2.1 Hubungan Frekuensi Interaksi dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula Frekuensi interaksi adalah tingkat keseringan interaksi responden dengan teman, tetangga atau keluarga dalam membicarakan tayangan program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB dalam rentang waktu bulan tiga bulan sebelum penelitian. Frekuensi interaksi diukur dengan skala ordinal dan dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu rendah (611kali), sedang (12-13 kali) dan sering (14-20 kali). Uji statistik yang dilakukan pada indikator frekuensi interaksi dengan persepsi terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula adalah uji korelasi rank Spearman. Berdasarkan Tabel 12 frekuensi interaksi tidak memiliki hubungan nyata dengan persepsi berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Hal ini berarti bahwa responden yang berbeda tingkat intesitas frekuensi
61
interaksinya tidak membuat perbedaan pada saat menilai program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. 4.4.2.2 Hubungan Pasangan Interaksi dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula Pasangan interaksi adalah seseorang atau beberapa orang yang paling sering berinteraksi dengan responden mengenai program televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB. Pasangan interaksi pada peneilitian kali ini dibedakan menjadi teman, tetangga dan keluarga. Uji statistik yang dilakukan pada indikator pasangan interaksi dengan persepsi terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula adalah chisquare dan koefisien contingency. Berdasarkan Tabel 12 pasangan interaksi tidak memiliki hubungan nyata dengan persepsi berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Hal ini berarti bahwa dengan siapapun responden berinteraksi, baik dengan teman, tetangga maupun keluarga, hal tersebut tidak berhubungan atau memiliki pengaruh terhadap perspsi yang dibentuk responden dalam menonton program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. 4.4.3
Hubungan Keterdedahan dengan Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula Hasil penelitian menyatakan bahwa secara keseluruhan, hipotesis ketiga
yang berbunyi “terdapat hubungan nyata antara keterdedahan dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula”, ditolak atau dengan kata lain tidak terdapat hubungan nyata antara keterdedahan dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Berdasarkan Tabel 12 menunjukkan bahwa keterdedahan memiliki hubungan tidak nyata (p>0,1) dengan persepsi terhadap berita TV isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula secara keseluruhan. Meskipun keterdedahan tidak memiliki korelasi yang nyata dengan persepsi berita televisi isu bakteri E. sakazakii secara keseluruhan, namun dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa frekuensi menonton, waktu menonton, lama menonton dan program berita yang ditonton
62
memiliki hubungan yang cukup berarti dengan persepsi terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. 4.4.3.1 Hubungan antara Frekuensi Menonton dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula Frekuensi menonton adalah tingkat keseringan responden menonton siaran berita bakteri E. sakazakii pada susu formula, per satu hari dalam satuan kali pada saat tiga bulan sebelum penelitian. Frekuensi menonton pada penelitian kali ini dikelompokkan menjadi tiga, yaitu rendah (1 kali), sedang (2-3 kali) dan tinggi (>3 kali). Uji statistik yang dilakukan pada indikator frekuensi menonton dengan persepsi terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula adalah uji korelasi rank Spearman. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat hubungan nyata positif cukup berarti antara frekuensi menonton dengan persepsi terhadap daya tarik format acara berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula, dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,002, dan nilai korelasi sebesar 0,452. Hal ini berarti bahwa semakin sering responden menonton berita televisi maka semakin tinggi persepsi yang dibentuk responden terhadap daya tarik format acara berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Responden yang lebih sering menonton program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula umumnya lebih memahami mengenai isi dari isu tersebut, sehingga mereka cenderung lebih memiliki persepsi yang baik terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. 4.4.3.2 Hubungan antara Waktu Menonton dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula Waktu menonton adalah saat dimana individu biasa menonton tayangan berita TV yang paling sering per satu harinya pada saat tiga bulan sebelum penelitian. Waktu menonton ini dibedakan menjadi pagi, siang, sore dan malam hari, diukur dengan skala nominal. Uji statistik yang dilakukan pada indikator waktu menonton dengan persepsi terhadap program berita televisi tentang isu
63
bakteri E. sakazakii dalam susu formula adalah chisquare dan koefisien contingency. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahawa terdapat hubungan nyata positif dan cukup berarti antara waktu menonton dengan persepsi terhadap berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula, baik dalam nilai informasi maupun pada daya tarik format acara, dengan nilai Sig. (2-tailed) masing-masing adalah 0,057 dan 0,087, dan nilai chisquare masing-masing 12,229 dan 11, 036. Nilai koefisien contingency waktu menonton dengan persepsi terhadap nilai informasi maupun pada daya tarik format acara masing-masing sebesar 0,458 dan 0,440. Hal ini berarti bahwa semakin tepat waktu menonton responden maka semakin tinggi persepsi yang dibentuk responden terhadap nilai informasi dan daya tarik format acara berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa banyak responden yang menonton berita ini di waktu luang, yaitu pada waktu siang dan sore hari. Responden yang menonton berita ini dalam waktu luang akan lebih fokus dalam menonton berita ini, dan hal ini tentunya berpengaruh terhadap persepsi yang dibentuk oleh responden. 4.4.3.3 Hubungan antara Lama Menonton dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula Lama menonton adalah jumlah menit yang dihabiskan responden untuk menonton acara/program berita TV mengenai isu bakteri E. sakazakii pada susu formula per satu hari pada saat tiga bulan sebelum penelitian, diukur dengan skala ordinal, dan dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu sebentar (3-14 menit), sedang (15-29 menit) dan lama (30-60 menit). Uji statistik yang digunakan pada indikator lama menonton dengan persepsi terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula adalah uji korelasi rank Spearman. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa terdapat hubungan nyata positif cukup berarti antara lama menonton dengan persepsi terhadap daya tarik format acara berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula, dengan nilai Sig. (2-tailed) yaitu 0,001 dan nilai korelasi 0,455. Hal ini berarti bahwa semakin lama responden menonton maka semakin tinggi persepsi yang
64
dibentuk responden terhadap daya tarik format acara program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Responden yang lebih lama menonton program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula umumnya lebih memahami mengenai isi dari isu tersebut, sehingga mereka cenderung lebih memiliki persepsi yang baik terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. 4.4.3.4 Hubungan antara Program Berita dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula Program berita yang ditonton adalah jenis channel televisi yang menyiarkan berita yang menyajikan informasi mengenai isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula yang paling sering ditonton oleh masyarakat pada saat tiga bulan sebelum penelitian, diukur dengan skala nominal. Uji statistik yang dilakukan pada indikator program berita adalah dengan menggunakan chisquare dan uji koefisien contingency. Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa terdapat hubungan nyata positif dan lemah antara program berita yang ditonton dengan nilai informasi dan format acara berita tentang isu bakteri E. sakazakii. Berdasarkan hasil penelitian, nilai Sig. (2-tailed) pada program berita yang ditonton dengan nilai informasi dan daya tarik format acara adalah 0,057 dan 0,025 dengan nilai chisquare sebesar 6,621 dan 8,177 dan nilai korelasi koefisien contingency sebesar 0,355 dan 0,389. Hal ini berarti semakin tepat program berita televisi yang ditonton maka akan semakin baik persepsi responden terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Banyak responden yang menonton berita ini di RCTI dan SCTV, faktor utama responden memilih menonton berita pada channel ini karena sinyal RCTI dan SCTV paling bagus pada Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Apabila gambar pada RCTI dan SCTV bagus, maka ibu rumah tangga lebih tertarik untuk menonton berita tersebut dan lebih fokus, sehingga persepsi terhadap program berita tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula yang dibentuk oleh responden menjadi lebih baik.
65
4.5
Hubungan antara Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula dengan Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Citra IPB Akibat Program Berita Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula. Hubungan antara persepsi ibu rumah tangga terhadap berita televsi tentang
isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB akibat program berita tersebut adalah peubah-peubah dalam program berita yang paling memiliki korelasi dengan persepsi responden terhadap citra IPB. Peubah tersebut adalah nilai informasi berita dan daya tarik format acara. Kedua peubah ini dianalisis dengan menggunakan uji statistik rank Spearman. Secara lengkap korelasi antara karakteristik individu, lingkungan sosial dan keterdedahan dengan persepsi terhadap program berita isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula tersaji dalam Tabel 13. Tabel 13.
Korelasi peubah dengan persepsi terhadap citra IPB akibat berita televisi tentang isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula
Peubah Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Nilai informasi Daya tarik format acara Ket : * berhubungan pada p < 0,1
Koef. Korelasi
rs rs
Persepsi Citra IPB akibat Berita Televisi Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula Hasil Penelitian Lulusan IPB
0,340* 0,276*
0,192 0,31
rs: koefisien rank spearman
Hasil penelitian menyatakan bahwa secara keseluruhan, hipotesis keempat yang berbunyi “terdapat hubungan nyata antara persepsi ibu rumah tangga terhadap berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB akibat program berita tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula”, ditolak atau dapat dikatakan bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu dengan persepsi terhadap citra IPB akibat program berita tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula.
66
4.5.1
Hubungan antara Nilai Informasi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Baketri E. sakazakii dalam Susu Formula dengan Persepsi terhadap Citra IPB Nilai informasi berita merupakan isi pesan yang disampaikan berita
apakah mengandung nilai informasi yang mendidik dan sekaligus memberikan penjelasan tertentu pada sesuatu hal. Nilai informasi yang mendidik dan menghibur dapat dilihat dari menarik atau tidaknya berita tersebut, kesesuaian materi dengan kebutuhan khalayak dan cakupan materi seberapa luas dan dalam mengangkat dan membahas suatu cerita, diukur dengan skala ordinal. Uji statistik yang digunakan pada indikator nilai infomasi dengan citra IPB adalah uji korelasi rank Spearman. Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa nilai informasi berita memiliki hubungan nyata positif dengan hasil penelitian IPB. Nilai Sig. (2-tailed) pada peubah nilai informasi dengan hasil penelitian IPB adalah 0,021 dengan korelasi rank Spearman sebesar 0,340. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi nilai informasi berita tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula yang diperoleh ibu rumah tangga maka akan semakin baik persepsi ibu rumah tangga terhadap hasil penelitian IPB, yaitu mengenai penelitian penemuan bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Hal ini dapat dilihat dari salah satu pernyataan responden yang bekerja sebagai kader. “Bagi saya penelitian ini sangat bermanfaat, kita para kader jadi harus lebih waspada lagi terhadap susu yang beredar di pasaran, sehingga kita juga bisa memberitahukan informasi yang benar kepada orang lain” (ST, 35 tahun).
4.5.2
Hubungan antara Daya Tarik Format Acara terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Baketri E. sakazakii dalam Susu Formula dengan Persepsi terhadap Citra IPB Daya tarik format tayangan berita adalah kemampuan berita TV untuk
menarik minat khalayak untuk menyaksikan tayangan berita terkait dengan isu bakteri E. sakazakii, diukur dengan skala ordinal. Uji stastistik yang digunakan pada indikator daya tarik format acara dengan persepsi terhadap citra IPB adalah dengan mennggunakan uji korelasi rank Spearman.
67
Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa daya tarik format acara berita televisi tentang isu bakteri E, sakazakii dalam susu formula memiliki hubungan nyata positif dengan hasil penelitian IPB. Nilai Sig. (2-tailed) pada indikator daya tarik format acara dengan hasil penelitian IPB adalah 0,064 dengan nilai korelasi rank Spearman sebesar 0,276. Hal ini berarti bahwa semakin menarik daya tarik format acara berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula maka akan semakin baik persepsi yang dibentuk ibu rumah tangga terhadap hasil penelitian IPB. Hal ini dapat dilihat dari salah satu pernyataan responden. “Bagi saya acara beritanya juga udah bagus makanya saya ngerti tentang isu ini. Yah walaupun hasil penelitiannya seperti merek susu tidak disebutkan tapi kan kita jadi makin waspada”(ST, 35 tahun).
68
BAB V PENUTUP 5.1
Kesimpulan Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian kali ini antara
lain adalah: 1.
Persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula termasuk dalam kategori baik atau cenderung setuju dengan total rata-rata sebesar 2.71. Aspek program yang dipersepsi meliputi nilai informasi dan format acara. Menurut responden isi nilai informasi berita dapat meningkatkan pengetahuan dan tingkat kewaspadaan terhadap pangan yang baik untuk dikonsumsi, begitu pula dengan format acara yang menarik dan mudah dimengerti.
2.
Persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB akibat program berita televisi tentang isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula tergolong baik, hal ini dapat terlihat dari total rataan skor yaitu sebesar 2,72 atau mendekati 3. Aspek citra yang dipersepsi meliputi hasil penelitian dan lulusan IPB. Responden menganggap bahwa hasil penelitian IPB berupa penemuan bakteri E. sakazakii dalam susu formula bermanfaat dan menyadarkan kewaspadaan ibu rumah tangga, selain itu responden juga menganggap bahwa lulusan IPB memiliki kemampuan yang cukup baik baik di bidang pertanian maupun di luar bidang pertanian.
3.
Faktor karakteristik individu, lingkungan sosial dan keterdedahan tidak terbukti memiliki hubungan nyata dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula secara keseluruhan. Namun, berdasarkan penelitian terdapat beberapa unsur pada karakteristik individu seperti usia, motif menonton integrasi dan interaksi sosial yang berhubungan nyata dengan nilai informasi program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Selain itu, pada motif menonton (motif informasi) memiliki hubungan nyata baik dengan nilai informasi maupun daya tarik format
69
acara berita. Berdasarkan hasil penelitian juga terdapat beberapa unsur pada keterdedahan yang berhubungan nyata dengan persepsi terhadap berita baik pada nilai informasi berita mapun daya tarik acara berita, yaitu waktu menonton dan program berita yang ditonton. Unsur lama menonton juga memiliki hubungan yang sangat nyata terhadap persepsi berita pada daya tarik format acara 4.
Persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula tidak terbukti memiliki hubungan nyata dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB secara keseluruhan.. Meskipun demikian terdapat beberapa unsur dalam persepsi terhadap berita televisi seperti nilai informasi dan daya tarik format acara yang memiliki hubungan nyata dengan hasil penelitian IPB berupa penemuan bakteri E. sakazakii dalam susu formula.
5.2 1.
Saran Pihak televisi yang menyiarkan program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula sebaiknya memberikan berita yang jelas kepada masyarakat, selalu terus menginformasikan perkembangan isu ini sampai tuntas, dan jika isi nilai informasinya sama sebaiknya jangan terlalu sering diulang-ulang.
2.
Pihak televisi yang menyiarkan program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula sebaiknya merancang format acara yang lebih
interaktif,
sehingga
khalayak
dapat
bertanya
mengenai
perkembangan isu ini kepada ahli atau narasumber yang dihadirkan oleh program berita. 3.
Pihak pemerintah khususnya Mahkamah Agung (MA) seharusnya bertindak tegas dan konsisten dalam menangani isu ini, karena keputusan untuk mengumumkan atau tidak mengumumkan nama-nama produsen susu formula yang tercemar Bakteri E. sakazakii berada di tangan MA.
4.
Jika kasus ini ingin diproses secara hukum, maka akan lebih baik jika ada pihak yang mengenahi antara pihak IPB dengan Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN)
70
5.
Pihak IPB sebaiknya tetap konsisten untuk tidak mengumumkan merek susu formula yang tercemar bakteri E. sakazakii karena hal tersebut sudah sesuai dengan kode etik penelitian, namun alangkah baiknya IPB melakukan konfirmasi terhadap isu ini, dengan melakukan konferensi pers secara terbuka. Menjelaskan secara rinci tujuan penelitian dan hasil penelitian kepada masyarakat.
71
DAFTAR PUSTAKA
Andika, Jurian. 2008. “Hubungan Keterdedahan Terhadap Media Massa dengan Pengetahuan Tentang Kebijakan Pemerintah Mengenai Flu Burung (Kasus pada Mahasiswa Fakultas Peternakan IPB.” [skripsi]. Bogor: Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Chandler, D. 1994. “Why do people watch television?” http://www.aber.ac.uk/media/functions/ mcs.html. [9 Maret 2011]. DeVito, Joseph A. 1996. Komunikasi Antarmanusia. Jakarta: Professional Books. Estuningsih, et all., 2006. "Potensi kejadian meningitis pada mencit neonatus akibat infeksi Enterobacter sakazakii yang diisolasi dari makanan bayi dan susu formula." Bogor: Institut Pertanian Bogor. Ghozali, Imam. 2002. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Semarang: Universitas Dipenogoro Hastin, Fini. 2010. “Strategi hubungan masyarakat kementrian negara koperasi dan usaha kecil, menengah dalam membangun citra Instansi.” [skripsi]. Bogor: Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia. Hasan, Iqbal M. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian & Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia. Khairil. 1994. “Hubungan Keterdedahan Petani Anggota Kelompencapir pada Siaran Pedesaan dari Radio dan Televisi dengan Pengetahuan Mereka tentang Diversifikasi.” [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Lembaga Pemerintahan Desa Cimanggu I. 2008. Potensi Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor McQuail, Denis. 2002. McQuail’s Reader in Mass Communication Theory. London: SAGE Publications Ltd. Mulyana, Deddy. 2008. Komunikasi Massa. Bandung: Widya Padjajaran Mulyana, Dedi. 2010. “Persepsi Khalayak terhadap Program Acara Televisi Reality Show “Jika Aku Menjadi” di Trans TV (Kasus : Mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Pengikut Mata Kuliah Psikologi Sosial Angkatan 2006, 2007, dan 2008).” [skripsi]. Bogor: Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia.
72
Morissan, MA dkk. 2010. Teori Komunikasi Massa. Bogor: Ghalia Indonesia Nurfalah, Farida. 2007. “Pengaruh Tayangan Sinetron Religius Terhadap Perilaku Beragama Ibu Rumah Tangga Muslimah (Di Desa Kedug Jaya dan Desa Tuk Kecamatan Kedawung Kabupaten Cirebon).” [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Nurudin. 2009. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Perdana, Ryan. 2010. “Peranan Iklan Masyarakat sebagai Media Penyebar Informasi Perubahan Tatacara Pemilu Legislatif dari Mencoblos ke Mencontreng terhadap Pengetahuan Masyarakat Desa Lingkar Kampus IPB (Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor).” [skripsi]. Bogor: Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Primianty. 2008. “Hubungan antara Persepsi Remaja Putri dan Citra Perempuan Cantik dalam Iklan Kosmetik di Televisi dengan Penggunaan Produk Kosmetik oleh Remaja Putri.” [skripsi]. Bogor: Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Sari, Endang. 1993. Audience Research; Pengantar Studi Penelitian terhadap Pembaca, Pendengar dan Pemirsa. Yogyakarta: Andi Offset. Sari, Retty Permata. 2008. “Efektivitas Iklan di Televisi dalam Membenttuk Citra Produk Sosis.” [skripsi]. Bogor: Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Singarimbun, Masri dan Sofian, Effendi. 2006. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES Indonesia. Suharto, Ari. 2006. “Hubungan Pola Menonton Berita Kriminal di Televisi dengan Perilaku Remaja (Kasus SLTPN 175 Jakarta dan SMPN 1 Dramaga Bogor.” [skripsi]. Bogor: Program Studi Komunikasi Pengembagan Masyarakat Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Sukarelawati. 2009. “Persepsi Pemirsa Tentang Tayangan Infotainment di Televisi (Kasus Pemirsa di Bojong Gede, Bogor.” [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Intitut Pertanian Bogor. Sutisna. 1999. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
73
Suwandi, 2009. “Citra Perusahaan (E-book).” http://oeconomicus.files.wordpress.com/2007/07/citraperusahaan.pdf.” [diakses 25 Februari 2011] Walpole. 1997. Pengantar Statistika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Winarso, Heru Puji. 2005. Sosiologi Komunikasi Massa. Jakarta: Prestasi Pustaka.
74
LAMPIRAN
75
Lampiran 1. Kuesioner penelitian PERSEPSI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP BERITA TV TENTANG ISU BAKTERI ENTEROBACTER SAKAZAKII DALAM SUSU FORMULA DAN CITRA IPB (Kasus Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Saya, Yuvita Amalia Pohan, mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) Program Studi Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Sehubungan dengan penelitian yang akan saya lakukan, saya meminta kesediaan Saudara untuk mengisi kuesioner dibawah ini dengan sebaik-baiknya dan sejujur-jujurnya. Kerahasiaan jawaban Saudara akan dijamin dan tidak berkaitan dengan kepentingan lain kecuali untuk penelitian ini. TERIMA KASIH
No. Kuesioner
: ........................................................................
Hari/Tanggal pengisian
: ........................................................................
Nama Responden
: ........................................................................
Alamat (Rt/Rw/Kampung)
: RT……/RW……./ Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor 2011
76 A. 1.
Karakteristik Individu Berapakah usia Anda saat ini? .........................................................................................................................
2.
Apakah pekerjaan Anda saat ini? Lingkari jawaban pilihan Anda 1. Tidak bekerja 5. Pegawai negeri 2. Petani 6. Pegawai swasta 3 Kader 7. Bidan 4. Pedagang 8. Lainnya (sebutkan):
3.
Berapakah pendapatan Anda saat ini? (dalam satuan Rupiah) ..................................................................................................................... Apakah tingkat pendidikan terakhir Anda saat ini? Lingkari jawaban pilihan Anda 1. Tidak bersekolah 6. SLTA/Sederajat 2. Pesantren/seminari 7. Diploma 3. SD tapi tidak lulus 8. Sarjana 4. Lulus SD 9. Lainnya: ............ 5. SLTP/sederajat
4.
5.
Apakah Anda memiliki anak saat ini? Jika Ya, lanjutkan ke nomor berikutnya, jika tidak lanjutkan ke nomor 12 1. Ya 2. Tidak
6.
Berapa jumlah anak yang Anda miliki saat ini? 1. Tidak ada 2. 1-3 orang
3. 3-5 orang 4. > 5 orang
7.
Berapakah usia anak Anda saat ini? ..........................................................................................................................
8.
Apakah anak Anda pernah mengkonsumsi susu formula? Jika Ya lanjut ke nomor berikutnya, Jika tidak ke nomor 12 1. Ya 2. Tidak
9.
Berapakah jumlah anak Anda yang mengkonsumsi susu formula? Lingkari jawaban Anda 1. 1-3 orang 3. > 5 orang 2. 3-5 orang 4. semua anak
10. Apakah Anak Anda masih mengkonsumsi susu formula? 1. Masih 2. Sudah tidak mengkonsumsi 11. Ketika mengetahui terdapat bakteri E. sakazakii pada susu formula, apakah Anda langsung berhenti mengkonsumsi susu formula? 1. Ya, karena..................................................................................................... 2. Tidak, karena................................................................................................ 12. Apakah yang membuat Anda tertarik untuk menonton tayangan berita TV tentang isu bakteri E.sakazakii pada susu formula? 12.1. Untuk mengetahui informasi terkini mengenai isu tersebut. 1. Ya 2. Tidak
77 12.2. Untuk mengetahui bahaya dari bakteri E. sakazakii. 1. Ya 2. Tidak 12.3. Untuk mencari tahu merek-merek susu yang diduga tercemar bakteri 1. Ya 2. Tidak 12.4 Untuk meningkatkan pengetahuan 1. Ya 2. Tidak 12.5. Untuk meningkatkan nilai pribadi. 1. Ya 2. Tidak 12.6. Untuk menjaga diri saya dan orang terdekat 1. Ya 2. Tidak 12.7. Untuk menemukan bahan percakapan dengan orang lain 1. Ya 2. Tidak 12.8 Untuk memberikan keeratan hubungan dengan sesama melalui aktivitas menonton bersama. 1. Ya 2. Tidak 12.9 Untuk mengisi waktu luang 1. Ya 2. Tidak 12.10 Untuk memberikan rasa senang 1. Ya 2. Tidak B.
Lingkungan Sosial
1.
Selain dari berita TV, darimanakah Anda mengetahui isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula? 1. Teman 2. Tetangga 3. Keluarga 4. Lainnya, sebutkan .........................................................................................
2.
Bagaimanakah interaksi teman, tetangga dan keluarga Anda yang berhubungan dengan persepsi Anda terhadap berita TV mengenai isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB? Silanglah (x) jawaban yang Anda pilih! No. 1.
Pernyataan
SS (4) (4)
S (3) (3)
Ketika sedang berkumpul (mengobrol) dengan teman, keluarga atau tetangga apakah pernah membicarakan berita TV mengenai isu bakteri E. sakazakii pada susu formula? 2. Apakah teman, tetangga atau keluarga Anda pernah (4) (3) berdiskusi mengenai tanggung jawab IPB sebagai peneliti? 3. Apakah Anda pernah menonton berita TV mengenai isu (4) (3) bakteri E. sakazakii bersama dengan teman, tetangga atau keluarga Anda? 4. Ketika sedang menonton bersama, apakah terjadi diskusi (4) (3) mengenai berita tersebut? 5. Usai menonton acara bersama apakah terjadi diskusi (4) (3) kembali mengenai tayangan berita isu bakteri E. sakazakii pada susu formula? 6. Usai menonton acara bersama apakah terjadi diskusi kembali (4) (3) mengenai peran IPB sebagai peneliti dalam menangani isu ini? Keterangan 4 Sangat Sering (SS), 3 Sering (S), 2 Jarang (J), 1 Sangat Jarang (STS)
J (2) (2)
SJ (1) (1)
(2)
(1)
(2)
(1)
(2)
(1)
(2)
(1)
(2)
(1)
78 3.
Dengan siapa Anda biasa mengobrol tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula? 1. Teman 2. Tetangga 3. Keluarga 4. Lainnya, sebutkan ........................................................................................
4.
Hal apakah yang biasanya dibicarakan oleh teman, tetangga, atau keluarga Anda mengenai isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula? 1. Bahaya yang disebabkan oleh bakteri E. sakazakii pada kesehatan manusia. 2. Pihak peneliti yang melakukan penelitian. 3. Menduga merek-merek susu formula yang tercemar susu formula. 4. Lainnya, sebutkan ................................................................................
5.
Hal apakah yang biasanya dibicarakan oleh teman, tetangga, atau keluarga Anda mengenai pihak peneliti yang melakukan penelitian penemuan bakteri E. sakazakii dalam susu formula? 1. Kebenaran hasil penelitian 2. Tanggung jawab peneliti 3. Kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian 4. Lainnya, sebutkan .....................................................................................
C.
Keterdedahan Berita TV
1.
Berapa kali Anda menonton tayangan berita TV tentang isu bakteri E.sakazakii dalam susu formula? (dalam sehari). Lingkari jawaban yang Anda pilih 1. 1 kali 2. 2-3 kali 3. > 3 kali 4. Lainnya, sebutkan ........................................................................................
2.
Kapan Anda biasa menonton program berita TV tersebut? Lingkari pilihan jawaban Anda. 1. Pagi hari 2. Siang hari 3. Sore hari 4. Malam hari
3.
Berapa lama Anda menonton tayangan berita tersebut? ............................................................................................................................
4.
Program berita TV apa yang Anda tonton? ...........................................................................................................................
5.
Mengapa Anda memilih untuk menonton berita tersebut? Karena ...............................................................................................................
6.
Apakah menurut Anda pada tayangan berita yang Anda tonton telah memenuhi harapan Anda tentang informasi mengenai peristiwa yang terjadi (isu bakteri E. sakazakii pada susu formula)? 1. Tidak, karena ........................................................................................................................... 2. Ya, mengapa ...........................................................................................................................
79 D.
Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Berita TV Mengenai Isu Bakteri Enterobacter sakazakii dalam Susu Formula dan Citra IPB Bagaimanakah pendapat Anda terhadap berita TV tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula, dan citra IPB terkait berita tersebut? Silanglah (x) jawaban yang Anda pilih! No.
Pernyataan
SS (4) (4)
S (3) (3)
TS (2) (2)
STS (1) (1)
1.
Berita TV tentang isu bakteri E.sakazakii memberikan informasi kepada pemirsanya (khalayak) akan bahaya bakteri E. sakazakii bagi kesehatan manusia.
2.
Berita TV tentang isu bakteri E.sakazakii memberikan informasi mengenai merek susu formula yang diduga tercemar bakteri E. sakazakii.
(4)
(3)
(2)
(1)
3.
Berita TV tentang isu bakteri E.sakazakii memberikan informasi cara mencegah tercemarnya susu formula oleh bakteri E. sakazakii
(4)
(3)
(2)
(1)
4.
Berita TV tentang isu bakteri E.sakazakii meningkatkan pengetahuan akan hak konsumen.
(4)
(3)
(2)
(1)
5.
Berita TV tentang isu bakteri E.sakazakii mengungkap fakta apa adanya bukan hasil rekayasa pihak televisi atau kalangan tertentu.
(4)
(3)
(2)
(1)
6.
Berita TV tentang isu bakteri E.sakazakii memberikan informasi mengenai resiko bayi yang mudah terinfeksi.
(4)
(3)
(2)
(1)
7.
Berita TV tentang isu bakteri E.sakazakii kurang memberikan pemahaman akan mutu keamanan pangan.
(4)
(3)
(2)
(1)
8.
Berita TV tentang isu bakteri E.sakazakii kurang komplit sehingga meninggalkan rasa penasaran dan tidak tenang.
(4)
(3)
(2)
(1)
9.
Berita TV tentang isu bakteri E.sakazakii terlalu sering diulang sehingga menimbulkan rasa bosan bagi pemirsanya.
(4)
(3)
(2)
(1)
10.
Berita TV tentang isu bakteri E. sakazakii terlalu membesarkan masalah yang terjadi tanpa memberikan solusi mengenai isu ini.
(4)
(3)
(2)
(1)
11.
Berita TV tentang isu bakteri E.sakazakii memojokkan IPB yang melakukan penelitian.
(4)
(3)
(2)
(1)
12.
Pembawa acara dalam program berita TV tentang isu bakteri E. sakazakii memiliki wawasan yang luas.
(4)
(3)
(2)
(1)
13.
Pembawa acara dalam program berita TV tentang isu bakteri E. sakazakii menguasi isu ini.
(4)
(3)
(2)
(1)
14.
Pembawa acara dalam program berita TV tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula berpenampilan menarik.
(4)
(3)
(2)
(1)
80 15.
Pembawa acara dalam program berita TV tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.
(4)
(3)
(2)
(1)
16.
Waktu tayang program berita mengenai isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula sesuai.
(4)
(3)
(2)
(1)
17.
Durasi penayangan berita TV tentang isu bakteri E. sakazakii terlalu lama, sehingga membosankan.
(4)
(3)
(2)
(1)
18.
Hasil penelitian IPB berupa penemuan bakteri E. sakazakii dalam susu formula bermanfaat bagi masyarakat, pemerintah dan pihak produsen.
(4)
(3)
(2)
(1)
19.
Hasil penelitian IPB berupa penemuan bakteri E. sakazakii mengungkapkan fakta bahwa masih terdapat produk pangan yang tidak aman untuk dikonsumsi
(4)
(3)
(2)
(1)
20.
Hasil penelitian IPB berupa penemuan bakteri E. sakazakii dalam susu formula memberikan pengetahuan kepada ibu rumah tangga akan potensi penyakit dan bahaya yang ditimbulkan oleh bakteri E. sakazakii.
(4)
(3)
(2)
(1)
21.
Hasil penelitian IPB berupa penemuan bakteri E. sakazakii dalam susu formula tidak dapat dipercaya.
(4)
(3)
(2)
(1)
22.
Hasil penelitian IPB berupa penemuan bakteri E. sakazakii menimbulkan rasa cemas.
(4)
(3)
(2)
(1)
23.
Hasil penelitian IPB berupa penemuan bakteri E. sakazakii merugikan masyarakat sebagai konsumen susu formula
(4)
(3)
(2)
(1)
24.
Hasil penelitian IPB berupa penemuan bakteri E. sakazakii merugikan produsen susu formula.
(4)
(3)
(2)
(1)
25.
IPB merupakan lembaga pendidikan yang kurang terbuka di dalam mengumumkan hasil-hasil penelitiannya.
(4)
(3)
(2)
(1)
26.
IPB kurang bertanggung jawab terhadap penelitianpenelitian yang telah dilakukan.
(4)
(3)
(2)
(1)
27.
Sitem pendidikan di IPB selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
(4)
(3)
(2)
(1)
28.
IPB menghasilkan lulusan yang dapat bersaing di lingkungan global.
(4)
(3)
(2)
(1)
29.
IPB menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan untuk terjun langsung ke masyarakat
(4)
(3)
(2)
(1)
30.
IPB menghasilkan lulusan yang memahami kaidah bermasyarakat.
(4)
(3)
(2)
(1)
31.
IPB kurang memahami kode etik penelitian.
(4)
(3)
(2)
(1)
(4) (3) (2) (1) IPB menghasilkan lulusan yang kurang kompeten di bidang lain, selain bidang pertanian Keterangan 4 Sangat Setuju (SS), 3 Setuju (S), 2 Tidak Setuju (TS), 1 Sangat Tidak Setuju (STS) 32.
81
Lampiran 2. Data penduduk ibu rumah tangga RW 04 dan RW 06 Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor per Bulan Maret 2011 No.
Nama
Usia
RW
No.
Nama
Usia
RW
1.
Aan A
32
04
26.
Reni Herliani
23
04
2.
Titi A
25
04
27.
St.Nuraeni
29
04
3.
Warsih
49
04
28.
Hindun
30
04
4.
Siti Maimunah
26
04
29.
Tinah
33
04
5.
Nina H
25
04
30.
Narti
51
04
6.
Teti
23
04
31.
Badriah
32
04
7.
Euis
27
04
32.
Ara
57
04
8.
Fitri
32
04
33.
Naryati
50
04
9.
Fatimah
36
04
34.
Jumsih
56
04
10.
Neneng
27
04
35.
Fera Arianti
23
04
11.
Neneng N
28
04
36.
Encih
53
04
12.
Euis
46
04
37.
Wati Miswar
67
04
13.
Santi
24
04
38.
Dedeh Kurniasih
40
04
14.
Een
37
04
39.
Sati
51
04
15.
Wati
50
04
40.
Jumina
40
04
16.
Sukaesih
41
04
41.
Ana Atikah
58
04
17.
Nunik
24
04
42.
Karni
56
04
18.
Siti Koriah
34
04
43.
Misna
41
04
19.
Siti Maesaroh
34
04
44.
Encih Sukarsh
21
04
20.
Erni
36
04
45.
Mursini
40
04
21.
Eka Yuliana
41
04
46.
Tin
52
04
22.
Rinawati
32
04
47.
Nengsih
42
04
23.
Yeyen
38
04
48.
Warsih
51
04
24.
Ucup
48
04
49.
Hernawati
28
04
25.
Dini R
20
04
50.
Onah
55
04
82 No
Nama
Usia
RW
No
Nama
Usia
RW
51.
Eva Hasanah
29
04
78.
Nurjanah
26
04
52.
Tuti Alawiah
35
04
79.
Enih S
28
04
53.
Neneng Nurjanah
04
80.
Rina
26
04
36
54.
Riska Andriyani
25
04
81.
Dina Maryono
25
04
55.
Wati
40
04
82.
Mardiyah
39
04
56.
Yunengsih
30
04
83.
Rohmah
24
04
57.
Euis Suminar
31
04
84.
St. Nyai
37
04
58.
Esih Sukaesih
21
04
85.
Nurhayati
46
04
59.
Neni Suherni
32
04
86.
Asmanah
39
04
60.
Murnah
38
04
87.
Dede Rosidah
25
04
61.
Nenah
19
04
88.
Lilis Suryani
38
04
62.
Aisyah
22
04
89.
Prihatini
30
04
63.
Hermawati
26
04
90.
Srimulyani
38
04
64.
Imas
41
04
91.
Rizkika AA
17
04
65.
Marni
39
04
92.
Tati Haryati
36
04
66.
St.Khotimah
29
04
93.
Yusni
40
04
67.
Nari
46
04
94.
Lihayanih
28
04
68.
Ijah
31
04
95.
Yati Rohayati
40
04
69.
Sri Nendah
26
04
96.
Nanah
30
04
70.
Darti Sunarti
34
04
97.
Lusiyanti
33
04
71.
Ikah
43
04
98.
Aisyah
36
04
72.
Eka Yuliani
26
04
99.
Yanti
40
04
73.
Yusnani
32
04
100.
Tuti
28
04
74.
Sunarsih
39
04
101.
Yuyun Maryunah
40
04
75.
Mamah
37
04
102.
Encah
41
04
76.
Enih
41
04
103.
Novi
22
04
83 No.
Nama
Usia
RW
No.
104.
Euis suRYANI
43
04
131.
105
Karni
43
04
106.
St. Masiroh
28
107.
Komala
108.
Nama
Usia
RW
Yayan
45
04
132.
Andriyani
30
04
04
133.
Encah
55
04
38
04
134.
Sumiyah
28
04
Suhaesi
30
04
135.
Nenah
19
04
109.
Encum S
24
04
136.
Ida
27
04
110.
Atikah
35
04
137.
Mimi
24
04
111.
Poinem
50
04
138.
Nia
35
04
112.
St. Komariah
27
04
139.
Tuti
33
04
113.
Neneng AAN
42
04
140.
Anih
30
04
114.
JulAEHA
32
04
141.
Dede SH
37
04
115.
Onih
45
04
142.
Isum
30
04
116.
Ocih
45
04
143.
Omay
33
04
117.
Marnah
41
04
144.
Wiwin
35
04
118.
Sacih
58
04
145.
Tati Hartati
35
04
119.
Desi Ratnasari
26
04
146.
Evih
32
04
120.
Mumung
48
04
147.
Iyos Rusni
43
04
121.
Neneh
42
04
148.
Intan Suminar
37
04
122.
Karinah
62
04
149.
Encih
37
04
123.
Yanti
40
04
150.
Yati Sumiati
35
04
124.
Siti Fatimah
45
04
151.
Rostika
37
04
125.
Oon Onayah
42
04
152.
Ida
21
04
126.
Ojah
47
04
153.
Iroh
33
04
127.
Mumung
45
04
154.
Nonih
33
04
128.
Otih/umi
40
04
155.
Julaiha
36
04
129.
Rini Ariyanti
22
04
156.
Eti Haeni
36
04
130.
Nanah
30
04
157.
Darti
27
04
84 No
Nama
Usia
RW
No.
Nama
Usia
RW
158.
Aan Juriah
61
04
184.
St. Maemunah
38
04
159.
Iwan
31
04
185.
elly Rahmayani
25
04
160.
Saharti
60
04
186.
Yati
45
04
161.
Aswati
43
04
187.
Marlinah
29
04
162.
St. Muryani
26
04
188.
Encih
55
04
163.
Icah
48
04
189.
Tarsih
60
04
164.
Yuyun
56
04
190.
St. Juriah
44
04
165.
191.
Nuryati
50
04
166.
H. St. Komariah Sarni
167.
50
04
50
04
192.
Nana
56
04
Erum Dayah
50
04
193.
Nanih
42
04
168.
Popon Nurhayati
49
04
194.
Pipin
51
04
169.
Ismiyah
19
04
195.
Nuryanah
43
04
170.
Umsani
41
04
196.
Hodijah
45
04
171.
Anih
32
04
197.
Sacih
50
04
172.
Rumsini
45
04
198.
Emot
57
04
173.
Nani Suparti
28
04
199.
Maemunag
48
04
174.
Junah
37
04
200.
Tati Sunarti
27
04
175.
Kokom
36
04
201.
Etin Suhartini
39
04
176.
Asiah
28
04
202.
Umi
60
04
177.
Neneng
34
04
203.
Amah
57
04
178.
Imas Wati
35
04
204.
Kasti
70
04
179.
Onah
37
04
205.
Erliani S
42
04
180.
Nining
28
04
206.
Enung
41
04
181.
Dahlia Eka
25
04
207.
Suryani
35
04
182.
Sya'adah
38
04
208.
Arwi
60
04
183.
Fitria M
29
04
209.
Nenih P
32
04
85 No.
Nama
Usia
RW
No.
Nama
Usia
RW
210.
Juanda
48
04
237.
Anis
24
06
211.
Tarsih
53
04
238.
Rosmi
38
06
212.
Entung
67
04
239.
Santi
22
06
213.
Nanih
45
04
240.
Nengsih
22
06
214.
Isnawati
28
04
241.
Sumiati
40
06
215.
Dedeh
48
04
242.
Yulianah
42
06
216.
Emil
68
04
243.
Maya R
27
06
217.
Nuryati
65
04
244.
Saonih
48
06
218.
Fatimah
39
04
245.
Yanti
42
06
219.
Iyam
60
04
246.
Nyai
45
06
220.
Lusnawati
36
06
247.
Yeyet
35
06
221.
Nyai
43
06
248.
Rika
28
06
222.
Eka
22
06
249.
St. Khodijah
32
06
223.
Een
40
06
250.
Hj. Marnah
54
06
224.
Wati
41
06
251.
Ika K
21
06
225.
Lia
25
06
252.
Rohayati
36
06
226.
Warsah
36
06
253.
Nenih
30
06
227.
Warsih
37
06
254.
Suheni
30
06
228.
Iyam
47
06
255.
Nengsih
37
06
229.
Sati
26
06
256.
Dian Astuti
21
06
230.
St.Suminar
57
06
257.
Siti Halimah
22
06
231.
Tini
45
06
258.
Een
40
06
232.
Wulan Sari
21
06
259.
Sanah
43
06
233.
Fitri
24
06
260.
RosmiDh
38
06
234.
Maryani
37
06
261.
Anah
60
06
235.
Aminah
32
06
262.
Enung
57
06
236.
Een
38
06
263.
Rusti
51
06
86 No
Nama
Usia
RW
No
Nama
Usia
RW
264.
Neneng
20
06
300.
Titin
36
06
265
Arsati
41
06
301.
Wawat
39
06
266
Emi
45
06
302.
Neng Lastri
21
06
267
Muhani
41
06
303.
Nesih
27
06
268
Oon
52
06
304
Imas
31
06
269
Ena
42
06
305
Acih
36
06
270
Sumiarti
60
06
306.
Wiwi
27
06
271
Lilis
37
06
307.
Diah
43
06
272
Saminah
53
06
308.
Neni Agustina
29
06
273
Hayatun
49
06
309.
Nami
38
06
274
Arsih
55
06
310.
Enti
35
06
275
Ikah
60
06
311.
Ida Farida
31
06
276
Ati S
42
06
312.
Inah
42
06
277
Aar
60
06
313.
Aas aswati
31
06
278
Aam
37
06
314.
Anita
22
06
279
Nasti
48
06
315.
Linah
25
06
280
Nyai
53
06
316.
Siti rodiah
21
06
281.
Anasih
27
06
317.
Siti Maesaroh
27
06
282.
Juju
44
06
318.
Parti
28
06
283.
Aay
35
06
319.
Yatinah
32
06
284.
Nyai
29
06
320.
Neni oktaviani
27
06
285.
Yanti A
28
06
321.
Elin
27
06
286.
Unarsih
32
06
322.
Asti Sulastri
38
06
287.
Eros
39
06
323.
Asna
37
06
288.
Aisyah
39
06
324.
Erat
44
06
299.
Iis
26
06
325.
Nana
54
06
87 No.
Nama
Usia
RW
326.
Satih
36
06
327.
Aisatun
76
06
328.
Nuhati
55
06
329.
Nacih
46
06
330.
Rosani
70
06
331.
Mamah
70
06
332.
Raflinar
58
06
333.
Nenih
52
06
334.
Titin
47
06
335.
Yati
47
06
336.
Fitri Lestari
19
06
337.
Nana
54
06
338.
Satih
36
06
339.
Aisatun
76
06
340.
Nuhati
55
06
341.
Nacih
46
06
342.
Rosani
70
06
343.
Mamah
70
06
344.
Raflinar
58
06
345.
Nenih
52
06
346.
Titin
47
06
347.
Yati
47
06
348.
Fitri Lestari
19
06
349.
Yeni
24
06
88
Lampiran 3. Kerangka sampling ibu rumah tangga yang menonton berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula pada RW 04 dan RW 06. No 1 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
Nama Aan A Titi A Warsih Siti Maimunah Nina H Teti Oon Ena Sumiarti Lilis Linah Siti Rodiah Siti Maesaroh Parti Yati Yanti Fitri Lestari Yeni Wati Nunik Esih Sukaesih Ijah Sri Nendah Ikah Eka Yuliani
Usia 32 25 49 26 25 23 52 42 66 37 25 21 27 28 47 41 19 24 50 24 21 31 26 43 26
RW 04 04 04 04 04 04 06 06 06 06 06 06 06 06 06 04 06 06 04 04 04 04 04 04 04
No 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50.
Nama Sunarsih Mamah Enih Neneng AAN Onih Ocih Fitria M St. Maemunah Rahmayani Nuryati Nana Pipin Enung Sya'adah Maya R Yanti Yeyet Rika St. Khodijah Warsih Wiwi Neni oktaviani Erat St. Maemunah elly Rahmayani
Usia 39 37 41 42 45 45 29 38 25 50 56 51 41 38 27 42 35 28 32 37 27 27 44 38 25
RW 04 04 04 04 04 04 04 04 04 04 04 04 04 04 06 06 06 06 06 06 06 06 06 04 04
No 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67
Nama Dede SH Isum Omay Wiwin Tati Hartati Evih Intan Suminar Junah Aan Juriah Cucu St. Juriah Maya R Etin Suhartini Amah Juanda Eka Lia
Usia 37 30 33 35 35 32 37 37 61 47 44 27 39 57 48 22 25
RW 04 04 04 04 04 04 04 04 04 04 04 06 04 04 04 06 06
No 80 81 82
Nama Riska Andriyani Eva Hasanah Aisyah
Usia 25 29 22
RW 04 04 04
89 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79
Lusnawati Nyai Yeyen Rinawati Fera Arianti Badriah St.Nuraeni Reni Herliani Siti Maimunah Nina M Titis Euis
36 43 38 32 23 32 29 23 26 25 23 27
06 06 04 04 04 04 04 04 04 04 04 04
Lampiran 4. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner. 1. Pernyataan Karakteristik Individu (Motif Menonton) A. Reliability Statistics Cronbach's Alpha 0,890
N of Items 10
Nilai koefisien reliabilitas (Cronbach’s Alpha) pada pernyataan motif menonton adalah 0,890. Sesuai kriteria, nilai tersebut sudah lebih besar dari 0,60, maka hasil data hasil angket memiliki tingkat reliabilitas yang baik, atau dengan kata lain data hasil angket dapat dipercaya. B. Validitas Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17 for windows. Kriterianya, instrumen valid apabila nilai korelasi (pearson correlation) adalah positif, dan nilai probabilitas korelasi [sig. (2-tailed)] < taraf signifikan (α) sebesar 0,05. Pernyataan P1 P2 p3 p4 p5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.456 .185 10 .902(**) .000 10 .866(**) .001 10 .848(**) .002 10 .728(*) .017 10
Kesimpulan Tidak valid Valid Valid Valid Valid
90 p6 p7 p8 p9 P10 Tp
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.890(**) .001 10 .848(**) .002 10 .848(**) .002 10 .364 .300 10 a . 10 1
Valid Valid Valid Tidak valid Tidak valid
10
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). 2. Pernyataan Persepsi Terhadap Berita TV tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan Citra IPB. A. Reliability Statistics Cronbach's Alpha .671
N of Items 30
Nilai koefisien reliabilitas (Cronbach’s Alpha) pada pernyataan persepsi terhadap berita TV tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula adalah 0,671. Sesuai kriteria, nilai tersebut sudah lebih besar dari 0,60, maka hasil data hasil angket memiliki tingkat reliabilitas yang baik, atau dengan kata lain data hasil angket dapat dipercaya. B. Validitas Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17 for windows. Kriterianya, instrumen valid apabila nilai korelasi (pearson correlation) adalah positif, dan nilai probabilitas korelasi [sig. (2-tailed)] < taraf signifikan (α) sebesar 0,05. Pernyataan P1 P2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.727(*) .017 30 .610 .061 30
Kesimpulan Valid Tidak valid
91 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
.697(*) .025 30 .721(*) .019 30 a . 30 .630 .051 30 .630 .051 30 a . 30 a . 30 -.345 .329 30 -.448 .194 30 -.348 .324 30 -.149 .681 30 a . 30 a . 30 a . 30 .348 .324 30 -.100 .784 30 .398 .255 30 .630 .051 30 .0720(*)
Valid Valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Valid
92
P22 P23 P24 P25 P26 P27 P28 P29 P30 Tp
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
0.19 30 .358 .309 30 .194 .591 30 .413 .236 30 .824(**) .003 30 .585 .076 30 -.358 .309 30 .431 .213 30 .274 .444 30 .250 .487 30 1
Tidak valid Tidak valid Tidak valid Valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid
30
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Lampiran 5. Hasil pengolahan data 1.
Hubungan Karakteristik Individu dengan Persespi terhadap Berita TV tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula. • Usia dengan persepsi terhadap berita (nilai informasi) Correlations
Spearman's rho UsiaSpearman
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
PersepsiTerhadapBerita Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
UsiaSpearman
PersepsiTerha dapBerita
1.000
-.253
.
.089
46
46
-.253
1.000
.089
.
46
46
93
•
Usia dengan persepsi terhadap berita (format acara) Correlations
Spearman's rho
UsiaSpearman
UsiaSpearman
Persepsiterhad apBerita
1.000
-.192
.
.201
46
46
-.192
1.000
.201
.
46
46
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
PersepsiterhadapBerita Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
•
Tingkat pendidikan dengan persepsi terhadap berita (nilai informasi) Correlations TingkatPendidi PersepsiTerha kan dapBerita
Spearman's rho TingkatPendidikan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
PersepsiTerhadapBerita Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
•
1.000
.156
.
.300
46
46
.156
1.000
.300
.
46
46
Tingkat pendidikan dengan persepsi terhadap berita (format acara) Correlations TingkatPendidi Persepsiterhad kan apBerita
Spearman's rho TingkatPendidikan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
PersepsiterhadapBerita Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
•
1.000
.215
.
.151
46
46
.215
1.000
.151
.
46
46
Jenis pekerjaan dengan persepsi terhadap berita (nilai informasi)
JenisPekerjaan * PersepsiTerhadapBerita Crosstabulation Count PersepsiTerhadapBerita buruk JenisPekerjaan
sedang
baik
Total
tidak bekerja
8
13
9
30
pedagang
2
3
2
7
kader
0
3
1
4
2 12
2 21
1 13
5 46
lainnya Total Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2sided)
94 Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
2.440a 3.323 .102
6 6 1
.875 .767 .750
46
a. 9 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.04. Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases
•
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.224
.875
46
Jenis pekerjaan dengan persepsi terhadap berita (format acara)
JenisPekerjaan * PersepsiTerhadapBerita Crosstabulation Count PersepsiTerhadapBerita buruk JenisPekerjaan
sedang
baik
Total
tidak bekerja
8
5
17
30
pedagang
3
1
3
7
kader
2
0
2
4
1 14
2 8
2 24
5 46
lainnya Total Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df
3.768a 3.993 .322
6 6 1
.708 .678 .571
46
a. 9 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .70. Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases
•
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.275
.708
46
Motif informasi dengan persepsi terhadap berita (nilai informasi) Correlations
Spearman's rho MotifMenonton
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
PersepsiTerhadapBerita Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
MotifMenonton
PersepsiTerha dapBerita
1.000
.309*
.
.036
46
46
*
1.000
.309
.036
.
46
46
95
•
Motif informasi dengan persepsi terhadap berita (format acara) Correlations
Spearman's rho
MotifMenonton
MotifMenonton
Persepsiterhad apBerita
1.000
.258
.
.083
46
46
.258
1.000
.083
.
46
46
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
PersepsiterhadapBerita Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
•
Motif identitas pribadi dengan persepsi terhadap berita (nilai informasi) Correlations
Spearman's rho MotifMenonton
Correlation Coefficient
MotifMenonton
PersepsiTerha dapBerita
1.000
.119
.
.431
46
46
.119
1.000
.431
.
46
46
Sig. (2-tailed) N PersepsiTerhadapBerita Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
•
Motif identitas pribadi dengan persepsi terhadap berita (format acara) Correlations
Spearm MotifMenonton an's rho
MotifMenonton
Persepsiterhad apBerita
1.000
.147
.
.329
46
46
Correlation Coefficient
.147
1.000
Sig. (2-tailed)
.329
.
46
46
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
PersepsiterhadapBerita
N
•
Motif integrasi dan interaksi sosial dengan persepsi terhadap berita (nilai informasi) Correlations MotifMenonto PersepsiTerha n dapBerita
Spearman's rho MotifMenonton
Correlation Coefficient
1.000
.332*
96 Sig. (2-tailed) N PersepsiTerhadapBerita Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
.
.024
46
46
.332*
1.000
.024
.
46
46
97
•
Motif integrasi dan interaksi sosial dengan persepsi terhadap berita (format acara) Correlations
Spearman's rho MotifMenonton
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
PersepsiterhadapBerita Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
•
MotifMenonton
Persepsiterhad apBerita
1.000
.185
.
.219
46
46
.185
1.000
.219
.
46
46
Motif hiburan dengan persepsi terhadap berita (nilai informasi) Correlations
Spearman's rho MotifMenonton
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
PersepsiTerhadapBerita Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
•
MotifMenonton
PersepsiTerha dapBerita
1.000
.187
.
.214
46
46
.187
1.000
.214
.
46
46
Motif hiburan dengan persepsi terhadap berita (format acara) Correlations
Spearman's rho MotifMenonton
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
PersepsiterhadapBerita Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
MotifMenonton
Persepsiterhad apBerita
1.000
.051
.
.736
46
46
.051
1.000
.736
.
46
46
98
2.
Lingkungan Sosial dengan Persepsi terhadap Berita TV tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula • Frekuensi interaksi dengan persepsi terhadap berita (nilai informasi) Correlations FrekuensiInter PersepsiTerha aksi dapBerita
Spearman's rho FrekuensiInteraksi
Correlation Coefficient
1.000
.073
.
.629
46
46
.073
1.000
.629
.
46
46
Sig. (2-tailed) N PersepsiTerhadapBerita Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
•
Frekuensi interaksi dengan persepsi terhadap berita (format acara) Correlations FrekuensiInter Persepsiterhad aksi apBerita
Spearman's rho FrekuensiInteraksi
Correlation Coefficient
1.000
.000
Sig. (2-tailed)
.
.996
46
46
.000
1.000
.996
.
46
46
N PersepsiterhadapBerita Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
•
Pasangan interaksi dengan persepsi terhadap berita (nilai informasi) PasanganInteraksi * PersepsiTerhadapBerita Crosstabulation
Count PersepsiTerhadapBerita buruk PasanganInteraksi
sedang
baik
Total
teman
2
9
1
12
tetangga
5
5
4
14
keluarga
5 12
7 21
8 13
20 46
Total
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
df a
6.641 6.888 .862
Asymp. Sig. (2-sided) 4 4 1
.156 .142 .353
46
a. 4 cells (44.4%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.13. Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.355 46
.156
99
•
Pasangan interaksi dengan persepsi terhadap berita (format acara)
PasanganInteraksi * PersepsiTerhadapBerita Crosstabulation Count PersepsiTerhadapBerita buruk PasanganInteraksi
sedang
baik
Total
teman
4
4
4
12
tetangga
4
1
9
14
keluarga
6 14
3 8
11 24
20 46
Total
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df
3.956a 3.921 .436
4 4 1
.412 .417 .509
46
a. 5 cells (55.6%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.09. Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases
3. •
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.281
.412
46
Keterdedahan dengan Persepsi terhadap Berita TV tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula Frekuensi menonton dengan persepsi terhadap berita (nilai informasi) Correlations FrekuensiMenon ton PersepsiTerhadapBerita
Spearman's rho
FrekuensiMeno Correlation nton Coefficient Sig. (2-tailed) N PersepsiTerhad Correlation apBerita Coefficient Sig. (2-tailed) N
1.000
.167
.
.267
46
46
.167
1.000
.267
.
46
46
100
•
Frekuensi menonton dengan persepsi terhadap berita (format acara) Correlations FrekuensiMenont on
Spearman's rho
Frekuens Correlation iMenonto Coefficient n Sig. (2-tailed)
1.000
.452**
.
.002
46
46
.452**
1.000
.002
.
46
46
N Persepsit Correlation erhadap Coefficient Berita Sig. (2-tailed)
PersepsiterhadapBerita
N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
•
Waktu menonton dengan persepsi terhadap berita (nilai informasi) WaktuMenonton * PersepsiTerhadapBerita Crosstabulation
Count PersepsiTerhadapBerita buruk WaktuMenonton
sedang
baik
Total
pagi hari
2
0
0
2
siang hari
2
8
7
17
sore hari
3
10
4
17
5 12
3 21
2 13
10 46
malam hari Total
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
df a
12.229 11.807 .787
Asymp. Sig. (2-sided) 6 6 1
.057 .066 .375
46
a. 10 cells (83.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .52. Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.458 46
.057
101
•
Waktu menonton dengan persepsi terhadap berita (format acara)
WaktuMenonton * PersepsiTerhadapBerita Crosstabulation Count PersepsiTerhadapBerita buruk WaktuMenonton
sedang
baik
Total
pagi hari
2
0
0
2
siang hari
4
3
10
17
sore hari
6
5
6
17
2 14
0 8
8 24
10 46
malam hari Total
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df
11.036a 12.688 1.585
6 6 1
.087 .048 .208
46
a. 7 cells (58.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .35. Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases
•
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.440
.087
46
Lama menonton dengan persepsi terhadap berita (nilai informasi) Correlations PersepsiTerhadap Berita
LamaMenonton Spearman's rho
LamaMen Correlation Coefficient onton Sig. (2-tailed)
1.000
.190
.
.205
46
46
.190
1.000
.205
.
46
46
N PersepsiT Correlation Coefficient erhadapB Sig. (2-tailed) erita N
•
Lama menonton dengan persepsi terhadap berita (format acara) Correlations PersepsiterhadapBe rita
LamaMenonton Spearman's LamaMenon Correlation Coefficient rho ton Sig. (2-tailed) N Persepsiterh Correlation Coefficient adapBerita Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed)
1.000
.455**
.
.001
46
46
.455**
1.000
.001
.
46
46
102
•
Program berita dengan persepsi terhadap berita (nilai informasi)
ProgramBerita * PersepsiTerhadapBerita Crosstabulation Count PersepsiTerhadapBerita buruk ProgramBerita
sedang
baik
Total
RCTI
2
9
7
18
SCTV
3
2
2
7
TRANS TV
1
4
2
7
6 12
6 21
2 13
14 46
LAINNYA Total
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df
6.621a 6.946 3.689
6 6 1
.057 .326 .055
46
a. 9 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.83. Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases
•
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.355
.057
46
Program berita dengan persepsi terhadap berita (format acara)
ProgramBerita * PersepsiTerhadapBerita Crosstabulation Count PersepsiTerhadapBerita buruk ProgramBerita
sedang
baik
Total
RCTI
3
4
11
18
SCTV
2
3
2
7
TRANS TV
3
0
4
7
6 14
1 8
7 24
14 46
LAINNYA Total
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df
8.177a 9.090 1.271
6 6 1
46
a. 9 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.22.
.025 .169 .260
103 Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases
3.
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.389
.025
46
Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula dengan Citra IPB • Nilai informasi dengan hasil penelitian Correlations PersepsiTerha PersepsiTerha dapBerita dapCitraIPB
Spearman's rho PersepsiTerhadapBerita Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N PersepsiTerhadapCitraIP Correlation Coefficient B Sig. (2-tailed)
1.000
.340*
.
.021
46
46
*
1.000
.340
N
.021
.
46
46
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
•
Nilai informasi dengan lulusan IPB Correlations
PersepsiTerha PersepsiTerha dapBerita dapCitraIPB Spearman's rho PersepsiTerhadapBerita
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
PersepsiTerhadapCitraIP Correlation Coefficient B Sig. (2-tailed) N
•
1.000
.192
.
.202
46
46
.192
1.000
.202
.
46
46
Daya tarik format acara dengan hasil penelitian Correlations Persepsiterhad PersepsiTerha apBerita dapCitraIPB
Spearman's rho PersepsiterhadapBerita
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
PersepsiTerhadapCitraIP Correlation Coefficient B Sig. (2-tailed) N
1.000
.276
.
.064
46
46
.276
1.000
.064
.
46
46
104
•
Daya tarik format acara dengan lulusan IPB Correlations Persepsiterhad PersepsiTerha apBerita
Spearman's rho PersepsiterhadapBerita
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
PersepsiTerhadapCitraIP Correlation Coefficient B
Sig. (2-tailed) N
dapCitraIPB
1.000
.031
.
.837
46
46
.031
1.000
.837
.
46
46