PERSEPSI ANAK TENTANG PERILAKU ALTRUIS ORANG TUA DAN TAKAFUL DIRINYA (STUDI KORELASI DI DUSUN GARANGAN, DESA GARANGAN, KEC. WONOSEGORO, KAB. BOYOLALI TAHUN 2013) SKRIPSI Disusun guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S. Pd. I)
Oleh :
KHABIBAH TRI NURLAILI _______________________________________
NIM : 111 09 124
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2013
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGRI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706 Fax 323706 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
NOTA PEMBIMBING Lampiran Hal
: 4 Eksemplar Salatiga, : Naskah Skripsi Sdri. Khabibah Tri Nurlaili
2013
Kepada : Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga Assalamu’alaikum warohmatullah wabarokatuh. Setelah meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudari : Nama : KHABIBAH TRI NURLAILI NIM
: 11109 124
Judul : PERSEPSI ANAK TENTANG PERILAKU ALTRUIS ORANG TUA DAN
TAKAFUL DIRINYA
DI DUSUN GARANGAN, DESA
GARANGAN, KEC. WONOSEGORO, KAB. BOYOLALI TAHUN 2013. Dengan ini kami mohon kepada Bapak ketua STAIN Salatiga agar skripsi saudari tersebut diatas segera dimunaqosahkan. Demikian nota pembimbing ini kami sampaikan , kemudian atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Wassalamualaikum warohmatullah wabarokatuh.
MOTTO
Pancaran hati, Getaran jiwa, Pancaran naluri dan Terpautnya hati akan menimbulkan rasa ingin berkorban dan menolong orang lain sebagai wujud persaudaraan
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1. Bapakku (Hamrowi) & Ibuku tercinta (Sri Sulasmi) Jazakumullah bi akhsanil jaza’ atas semua yang telah diberikan selama ini, juga untuk setiap do’a yang dengan tulus diberikan, semoga Allah meridhai. 2. Kakakku (Anik, Afkur, Syaiful, dan Agus) dan adikku tersayang ( Lilih), yang selalu memberi motivasi dan inspirasi. 3. Seluruh anggota dan Pengurus HMI Cabang Salatiga, jazakumullah khoiron katsir telah menghadirkan semangat dan menjadi bagian sarana tarbiyah. 4. Seluruh pengurus dan kader LDK-DA STAIN Salatiga, jazakumullah khoiron katsir 5. Bapak Ibu Dosen serta karyawan STAIN Salatiga 6. Seluruh Mahasiswa STAIN Salatiga terutama PAI kelas E tahun 2009 7. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah swt yang memuliakan kita dengan risalah mulia Dinul Haq, sebuah risalah yang memberikan jaminan kemuliaan bagi siapa saja yang mengamalkannya secara kaffah. Sholawat & salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad saw sang pembawa risalah yang mulia ini, sahabat dan orang-orang yang tetap istiqomah menegakkan agama ini. Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam ilmu Tarbiyah STAIN Salatiga. Dengan terselesaikannya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku Ketua STAIN Salatiga yang telah banyak berjasa dan berkenan memberikan persetujuan/pengesahan terhadap skripsi ini. 2. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M. Si. selaku Ketua Program Studi PAI yang telah memberikan banyak bimbingan serta motivasi dalam pengambilan judul skripsi ini. 3. Mufiq, S.Ag, M.Phil. sebagai dosen pembimbing yang dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta telah berkenan meluangkan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas ini. 4.
Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan perpustakaan dan bagian administrasi yang telah banyak membimbing dan membantu dalam penyelesaian skripsi.
5.
Bapak, ibu, adik, dan seluruh keluargaku di rumah yang telah mendo’akan dan membantu dalam bentuk materi untuk membiayai penulis dalam menyelesaikan studi di STAIN Salatiga dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.
6. Bapak kepala Desa Garangan beserta jajarannya yang telah membantu terselesainya skripsi ini 7. Remaja dusun Garangan, desa Garangan, Kec. Wonosegoro, Kab. Boyolali yang telah menjadi responden 8. Seluruh keluarga besar HMI Cabang Salatiga yang selalu menghadirkan semangat dan inspirasi 9. Seluruh keluarga besar LDK-DA STAIN Salatiga 10. Seluruh mahasiswa angkatan 2009 STAIN Salatiga Harapan penulis, semoga amal baik yang telah diberikan mendapatkan balasan kebaikan yang berlipat ganda di sisi Allah SWT dan semoga Allah meridhoi persaudaraan ini. Akhirnya dengan tulisan ini semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dalam menambah khasanah keilmuannya serta dapat mengambil hikmahnya dalam kehidupan sehari-hari. Salatiga, Juni 2013
Penulis
ABSTRAK
Nurlaili, Khabibah, Tri. 2013. Persepsi anak tentang perilaku altruis orang tua dan takaful dirinya (studi korelasi di Dusun Garangan, Desa Garangan, Kec. Wonosegoro, Kab. Boyolali). Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Mufiq, S.Ag, M.Phil.
Kata kunci : Sikap altruis, sikap takaful Altruisme (altruism) adalah sikap rela berkorban untuk kepentingan orang lain tanpa mengharapkan imbalan jasa. Takaful adalah saling menanggung. Dalam takaful, hubungan sosial tidak lagi bersifat transaksional, melainkan hubungan kasih sayang yang sangat indah yang melampaui segala perbedaan, kesenjangan dan kepentingan. Di Dusun Garangan Desa Garangan masyarakatnya sangat unik. Ada yang orang tuanya baik, suka menolong akan tetapi anaknya apatis terhadap orang lain. Namun juga ada sebaliknya, orang tuanya apatis tapi anaknya suka menolong atau peduli dengan orang lain. Maka dari itu peneliti ingin meneliti lebih jauh tentang: Bagaimana perilaku altruis orang tua di Dusun Garangan, Desa Garangan, Kec. Wonosegoro, Kab. Boyolali?. Bagaimana perilaku takaful anak di Dusun Garangan, Desa Garangan, Kec. Wonosegoro, Kab. Boyolali?. Adakah korelasi antara persepsi anak tentang perilaku altruis orang tua dan takaful dirinya di Dusun Garangan, Desa Garangan, Kec. Wonosegoro, Kab. Boyolali? Pengumpulan datanya menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan rancangan studi korelasional. Metode pengumpulan data dengan menggunakan instrumen angket, observasi dan dokumentasi. Setelah dilakukan penelitian secara sistematik di lokasi penelitian dapat diketahui bahwa pada tabel 11, persepsi anak tentang perilaku altruis orang tua yang menunjukkan kategori tinggi ada 16 responden atau 45,71%, yang menunjukkan kategori sedang ada 19 responden atau 54,29% dan yang berada pada kategori rendah ada 0%. Berdasarkan hasil pada tabel 16, perilaku takaful anak yang menunjukkan kategori tinggi ada 26 responden atau 74,29%, yang menunjukkan kategori sedang ada 9 responden atau 25,71% dan yang berada pada kategori rendah ada 0%. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara persepsi anak tentang perilaku altruis orang tua dan takaful dirinya di Dusun Garangan Desa Garangan Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali terlihat dari hasil analisis statistik bahwa rxy hitung (0,348) > rxy tabel (0,334) pada taraf signifikansi 5% dengan N= 35.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................i PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ ii PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................ iv MOTTO ........................................................................................................v PERSEMBAHAN .......................................................................................vi KATA PENGANTAR ...............................................................................vii ABSTRAK ...................................................................................................xi DAFTAR ISI ................................................................................................x DAFTAR TABEL ................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah............................................................................1 B. Rumusan Masalah ....................................................................................6 C. Tujuan Penelitian .....................................................................................6 D. Hipotesis Penelitian .................................................................................6 E. Manfaat Penelitian ...................................................................................7 F. Definisi Operasional .................................................................................8
G. Metode Penelitian .....................................................................................10 1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian .............................................10 2. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................11 3.
Populasi dan sampel .........................................................................11
4. Pengumpulan data............................................................................12 5. Instrumen penelitian.........................................................................13 6. Tehnik analisis data..........................................................................13 H. Sistematika Penulisan Skripsi .................................................................15 BAB II LANDASAN TEORI A. Persepsi Anak .........................................................................................16 B. Perilaku Altruis Orang Tua….. ..............................................................18 1. Pengertian ........................................................................................18 2. Faktor-faktor....................................................................................21 3. Bentuk-bentuk..................................................................................24 4. Ciri-ciri..............................................................................................26 5. Karakteristik manusia.......................................................................27 C. Perilaku Takaful Anak …………………… ..........................................30 D. Hubungan Persepsi Anak Tentang Perilaku Altruis Orang Tua Dan Takaful Dirinya................................................................................38 BAB III PAPARAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran umum Dusun Garangan Desa Garangan Kecamatan Wonosegoro Kabupaten boyolali ...................................................43 1.
Letak geografis.......................................................................43
2.
Monografis ............................................................................44
3.
Struktur pemerintahan............................................................47
B. Penyajian data..................................................................................48 1.
Daftar nama responden...........................................................48
2.
Hasil jawaban angket..............................................................50
BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis pertama......................................................................................55 B. Analisis kedua ........................................................................................76 C. Pembahasan ............................................................................................79 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan..............................................................................................80 B. Saran .......................................................................................................81 C. Penutup ...................................................................................................81 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1. Tabel mata pencaharian penduduk 2. Tabel jumlah penduduk 3. Tabel jumlah sarana dan prasarana 4. Tabel daftar nama responden 5. Tabel jawaban angket persepsi anak tentang perilaku altruis orang tua 6. Tabel jawaban angket perilaku takaful anak 7. Tabel skor angket persepsi anak tentang perilaku altruis orang tua 8. Tabel persepsi anak tentang perilaku altruis orang tua 9. Tabel frekuensi persepsi anak tentang perilaku altruis orang tua 10. Tabel nilai interval persepsi anak tentang perilaku altruis orang tua 11. Tabel berdasarkan hitungan persepsi anak tentang perilaku altruis orang tua 12. Tabel skor angket perilaku takaful anak 13. Tabel perilaku takaful anak 14. Tabel frekuensi perilaku takaful anak 15. Tabel nilai interval perilaku takaful anak 16. Tabel berdasarkan hitungan perilaku takaful anak 17. Tabel pembantu analisis product moment
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar pustaka 2. Riwayat hidup 3. Angket penelitian 4. Nota pembimbing 5. Permohonan izin penelitian 6. Surat keterangan penelitian 7. Daftar SKK 8. Tabel product moment 9. Lembar konsultasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengusahakan yang terbaik bagi anak-anak adalah kewajiban orang tua. Cara yang ditempuh adalah dengan menjaga, mendidik, membimbing dan menemani dengan baik (Rosa, 2011: vii). Menjaga bertujuan agar anak tidak terluka, mendidik bertujuan membentuk anak yang berwibawa dan penuh dengan sopan santun, membimbing bertujuan untuk mengarahkan anak untuk menjadi pribadi yang berkarakter positif, serta menemani bertujuan untuk anak belajar bersosialisasi dengan orang lain. Orang tua adalah pengemudi atau sopir dalam sebuah keluarga dan anak-anak adalah sebagai penumpangnya. Ingin dibawa kemana penumpang disitu ada peran pengemudi. Begitu pula dalam sebuah keluarga, anak ingin diarahkan untuk menjadi seperti apa, itu juga hak prerogratif orang tua. Begitu juga dalam menggunakan metode mendidik anak. Baik mendidik dengan keteladanan, melalui perhatian, melalui kasih sayang, melalui nasihat, melalui curhat, melalui pembiasaan, melalui cerita dan kisah, maupun melalui penghargaan dan hukuman (Amrullah Sarbini, 2012: 44-87 ). Walaupun dalam mendidik anak tidak semudah membalikkan telapak tangan, banyak sekali lika-liku, dinamika kehidupan yang harus ditempuh oleh orang tua. Karena mereka memiliki keinginan maupun idealisme yang berbeda. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan orang tua dalam mendidik anak, maka dari itu orang tua harus menjalin komunikasi yang harmonis
dengan anak, supaya apa di berikan orang tua dengan metode yang digunakan, anak bisa menerimanya dengan baik. Serta orang tua harus kompak dalam mendidiknya. Anak adalah amanat bagi orang tuanya. Mereka bertanggung jawab atas pendidikan, agama, dan akhlak anak-anaknya. Anak yang baik akan menjadi permata hati bagi mereka di dunia dan akhirat (Amrullah, 2012: 50). Sebagaimana firman Allah dalam Q.S.Ath-Thur: 21
Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya. Maksudnya, anak cucu mereka yang beriman itu ditinggikan Allah derajatnya sebagai derajat bapak- bapak mereka, dan dikumpulkan dengan bapak-bapak mereka dalam surga. Anak adalah harapan orang tua maupun juga harapan bangsa. Anaklah yang nantinya akan menjadi tulang punggung orang tua dan bangsa. Maka dari itu anak harus dididik dengan baik, apalagi ketika anak tersebut menginjak usia remaja. Yang mana usia remaja adalah masa yang sangat rentan terhadap virus globalisasi. Orang tua hendaknya memperhatikan betul tingkah laku anak remajanya akan tetapi orang tua tidak boleh otoriter karena di masa itu juga anak mencari jati dirinya.
Hal yang harus diperhatikan orang tua dalam mendidik remaja adalah pembentukan dan pengembangan kepribadian. Hal tersebut hanya dapat dilakukan melalui pendidikan baik formal, informal maupun non formal. Pendidikan formal yaitu di sekolah-sekolah maupun universitas. Informal yaitu seperti lembaga-lembaga latihan atau kursus. Serta non formal adalah seperti dalam lingkup keluarga. Dari lembaga non formal itulah, orang tua bertugas membentuk dan mengembangkan kepribadian remaja. Seperti yang dikemukakan Sarlito Wirawan dalam bukunya Amrullah (2012: 3) mendefinisikan remaja sebagai individu yang tengah mengalami perkembangan fisik dan mental. Beliau membatasi usia remaja ini antara 1124 tahun. Masa-masa penuh gejolak, cenderung suka melakukan hal-hal yang dilarang orang tua maupun melanggar hukum. Apalagi bisa dikatakan zaman sekarang ini mendukung sekali untuk remaja melakukan hal negatif. Remaja dapat mengakses apa saja dari internet dengan mudah dan banyak sekali gambar-gambar maupun video-video porno. Kafe-kafe dan tempat-tempat hiburan lainnya juga tersedia di mana-mana. Berhubungan dengan kata remaja, terkadang seseorang memandang sebelah mata. Hal tersebut dikarenakan banyak sekali ditemukan realitas remaja hanya suka berfoya-foya, membangkang dengan orang tua dan sebagainya. Akan tetapi ada juga yang mendengar kata remaja, mereka sangat senang, karena mereka beranggapan bahwa akan ada penerus setelahnya. Remajalah yang nantinya akan menjadi tulang punggung bangsa kita tercinta, dan lain sebagainya.
Segala persoalan yang terjadi pada remaja, disebabkan oleh faktor lingkungan. Baik lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Namun yang paling utama mempengaruhi adalah faktor dari lingkungan keluarga. Karena bagaimanapun keluarga adalah tempat pertama dan utama mereka belajar, di mana gurunya adalah orang tuanya langsung. Apapun yang dilakukan orang tua adalah cerminan remaja. Sikap dan perilaku orang tua harus mencerminkan akhlak yang mulia demi generasi yang mulia pula. Di zaman yang yang serba modern seperti sekarang ini, banyak anggota masyarakat
yang turut menikmati fasilitas hasil dari modernisasi yang
mengakibatkan kurangnya rasa tolong menolong maupun semangat gotongroyong. Di mana orang bekerja sama untuk menyelesaikan perasalahan yang ada dengan sementara waktu meninggalkan kepentingannya pribadi (altruis). Namun realita yang terjadi saat ini sulit sekali menemukan orang ataupun sekelompok orang yang mau berkorban baik tenaga, pikiran, uang maupun yang lainnya tanpa ada iming-iming yang diberikan. Manusia cenderung individualis yang mengarah pada kepentingan pribadi. Padahal dalam kehidupan bermasyarakat, manusia berfungsi sebagai makhluk sosial hendaknya menampakkan pola tingkah laku altruis. Yaitu memusatkan perhatian untuk membantu orang lain dalam kondisi tertentu. Tingkah laku yang seperti ini yang harus diajarkan oleh orang tua kepada anak pada umumnya dan remaja pada khususnya. Namun dewasa ini perilaku altruistik berubah drastis menjadi egoistik yang dulunya mereka tolong-menolong dan bergotong-royong tanpa
mengharap
imbalan,
kalau
sekarang semua
yang dilakukan
harus
menghasilkan uang atau imbalan jasa. Sikap mengutamakan kepentingan orang lain yang manfaatnya begitu besar sekarang sulit dijumpai dalam kehidupan bermasyarakat. Yang dimaksud oleh penulis dalam hal ini adalah perilaku altruistik yang rela berkorban untuk kepentingan orang lain maupun kepentingan bersama tanpa mengharap imbalan, pujian maupun hadiah. Akan tetapi hanya tertuju pada ridho Allah SWT semata demi terwujudnya masyrakat yang adil dan makmur. Jelas dapat diketahui bahwa, perilaku mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingannya pribadi sangat sulit dilakukan di zaman yang modern ini. Hanya orang-orang yang memiliki sikap mulia yang mau berjuang dengan penuh ketegaran hingga harus merasakan pahit getirnya kehidupan. Remaja Dukuh Garangan, Desa Garangan, Kec. Wonosegoro, Kab. Boyolali mayoritas mereka masih duduk di bangku sekolah. Perilaku mereka unik, ada yang baik, sedang dan buruk. Karena orang tua mereka berbeda, cara mendidiknya berbeda serta memiliki idealisme yang berbeda-beda. Maka dari itu peneliti ingin mengkaji permasalahan tersebut secara kritis dan analitis melalui penelitian yang berjudul “PERSEPSI ANAK TENTANG PERILAKU ALTRUIS ORANG TUA DAN TAKAFUL DIRINYA DI DUSUN GARANGAN, DESA GARANGAN, KEC. WONOSEGORO, KAB. BOYOALALI TAHUN 2013”
B. Rumusan Masalah Dari judul di atas peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana perilaku altruis orang tua di Dusun Garangan, Desa Garangan, Kec. Wonosegoro, Kab. Boyolali?
2.
Bagaimana perilaku takaful anak di Dusun Garangan, Desa Garangan, Kec. Wonosegoro, Kab. Boyolali?
3.
Adakah hubungan antara persepsi anak tentang perilaku altruis orang tua dan takaful dirinya di Dusun Garangan, Desa Garangan, Kec. Wonosegoro, Kab. Boyolali?
C. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah di atas maka peneliti merumuskan tujuan sebagai berikut: 1.
Untuk mengetahui bagaimana perilaku altruis orang tua di Dusun Garangan, Desa Garangan, Kec. Wonosegoro, Kab. Boyolali
2.
Untuk mengetahui bagaimana perilaku takaful anak di Dusun Garangan, Desa Garangan, Kec. Wonosegoro, Kab. Boyolali
3.
Untuk mengetahui adakah hubungan antara persepsi anak tentang perilaku altruis orang tua dan takaful dirinya di Dusun Garangan, Desa Garangan, Kec. Wonosegoro, Kab. Boyolali
D. Hipotesis Penelitian Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian (Sugiyono, 2011: 159). Kebenaran dari hipotesis harus dibuktikan dengan data yang terkumpul.
Dari pengertian hipotesis di atas, maka peneliti memberikan hipotesis, bahwasannya “ada hubungan yang signifikan antara persepsi anak tentang perilaku altruis orang tua dan takaful dirinya di Dusun Garangan, Desa Garangan, Kec. Wonosegoro, Kab. Boyolali”. E. Manfaat Penelitian Dengan penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat dan pengaruh yang positif kepada peneliti maupun pihak yang diteliti: 1. Manfaat teoritis Diharapkan dapat membangun dan mengembangkan teori-teori psikologi sosial khususnya pada perilaku altruis dan takaful serta dapat memberikan sumbangan keilmuan bagi pendidikan pada umumnya dan pembentukan perilaku anak pada khususnya. 2. Manfaat prakris a. Bagi pihak peneliti Dapat mengembangkan wawasan dan pengetahuan serta diharapkan dapat memberi bekal peneliti di dunia pendidikan dan masyarakat b. Bagi pihak yang diteliti Memberikan gambaran, pemahaman dan masukan tentang pentingnya perilaku altruis dan takaful dalam kehidupan sehari-hari. c. Bagi masyarakat umum Mendidik masyarakat umum untuk senantiasa mengaplikasikan perilaku altruis dan takaful dalam kehidupan sehari-hari.
F. Definisi Operasional Agar tidak terjadi kesalah pahaman antara penulis dengan pembaca, maka judul penelitian di atas perlu adanya penegasan istilah sebagai berikut: 1. Pengertian Persepsi Persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh pengindraan (Bimo, 2003: 53). Persepsi juga diartikan sebagai pandangan atau pendapat seseorang tentang suatu hal. 2. Perilaku altruis orang tua Perilaku adalah manifestasi hayati dalam berinteraksi dengan lingkungan baik yang nampak maupun yang tidak nampak, dari yang dirasakan sampai yang tidak dirasakan (http://pengertian –sikap-danperilaku-psikologi.html., diakses pada 31 Juli 2013). Perilaku juga dapat diartikan suatu reaksi yang datang dari luar diri seseorang. Altruis adalah orang yang banyak mengutamakan kepentingan orang lain, orang yang mencintai sesama manusia tanpa mengharap imbalan. Altruisme (altruism) adalah kebalikan dari egoisme. Orang yang altruis peduli dan mau membantu meskipun jika tidak ada keuntungan yang ditawarkan atau tidak ada harapan ia akan kembali mendapatkan sesuatu. Altruisme adalah motif untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain tanpa sadar untuk kepentingan seseorang (David, 2012: 187). Sedangkan menurut Dr. Imam Sutomo (2010) altruis adalah tuntutan untuk kesediaan dirinya memperhatikan orang lain.
Adapun indikator dari perilaku altruis adalah sebagai berikut: 1) Rela berkorban 2) Tidak egois 3) Tidak tegaan 4) Tidak sombong 5) Keinginan membantu 6) Empati 7) Peka dan siap bertindak 8) Kasih sayang (Emile Durkheim, 1990: 150-161) Jadi persepsi anak tentang perilaku altruis orang tuanya akan dijadikan cerminan bagi mereka dalam kehidupan sehari-hari. 3. Perilaku takaful anak Takaful adalah saling mencukupi (Tabroni, 2012: 197). Perilaku takaful merupakan puncak tertinggi dalam ukhuwah islamiyah. Adapun indikator dari perilaku takaful adalah sebagai berikut: a. Kasih sayang b. Saling menasehati c. Tolong menolong dalam kebaikan d. Ikhlas e. Saling mendoakan kebaikan f. Senasib sepenanggungan (Tabroni, 2012: 197)
G. Metode Penelitian Metodologi merupakan cara untuk menemukan, menguji dan mengembangkan suatu kebenaran. Penelitian merupakan pemikiran yang luar biasa akan tetapi tetap sistematis dalam memecahkan masalah karena dalam penelitian untuk menguji kebenarannya dengan menggunakan data-data yang valid. Kebenaran dalam penelitian dapat diterima oleh masyarkat apabila hasil penelitian itu dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Oleh karena penulis akan melakukan penelitian dengan metode sebagai berikut: 1. Pendekatan dan rancangan penelitian Penulis menggunakan pendekatan kuntitatif dengan menggunakan rancangan studi korelasional. Karena dalam penelitian ini, peneliti akan mencari hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lain. Dalam penelitian ini, peneliti memiliki dua variabel. Yang pertama perilaku altruis orang tua dan variabel kedua tentang perilaku takaful anak. Adapun rancangan penelitiannya adalah sebagai berikut: a. Melakukan observasi awal terhadap kondisi riil objek penelitian b. Menyiapkan fasilitas pendukung berupa angket c. Melaksanakan penelitian d. Melakukan analisa dan membuat laporan hasil penelitian
2. Lokasi dan waktu penelitian a. Lokasi penelitian Lokasi penelitian ini berada di Dukuh Garangan, Desa Garangan, Kec. Wonosegoro, Kab. Boyolali. b. Waktu penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 3-9 Juni 2013 3. Populasi dan sampel penelitian a. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapakan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011: 80). b. Sampel Sample
adalah
bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2011: 81) Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah seluruh remaja di Dukuh Garangan, Desa Garangan, Kec. Wonosegoro, Kab. Boyolali yang secara keseluruhan ada 35 orang. Batasan usia menurut Sarlito Wirawan dalam bukunya Amrullah (2012: 3), adalah antara 11-24 tahun.
4. Pengumpulan data Untuk
mendaptakan
data
dalam
penelitian
ini,
penulis
menggunakan metode kuesioner atau angket, observasi langsung serta dokumentasi. Adapun rinciannya sebagai berikut: a.
Angket atau kuesioner Kuesioner
merupkan
teknik
pengumpulan
data
yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2011: 142) Metode kuesioner ini akan digunakan untuk mendapatkan data tentang perilaku altruis orang tua dan perilaku takaful anak. b. Observasi Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner karena observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam yang lain (Sugiyono, 2011: 144). Dan menurut Sutrisno Hadi dalam bukunya Sugiyono (2011: 144 ) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang penting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tambahan tentang perilaku altruis orang tua dan takaful anak.
Metode ini digunakan untuk mengetahui kondisi keagamaan, pendidikan, ekonomi, sosial dan kebudayaan masyarakat c. Dokumentasi Dokumen merupakan catatan
atau peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2011: 240). Metode ini digunakan untuk melengkapi data tentang kondisi objek penelitian secara umum. Yaitu untuk mendapatkan data tentang kondisi geografis, monografis dan struktur pemerintahan. 5. Instrumen penelitian Instrumen adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2011: 102). Instrumen yang akan digunakan peneliti untuk mengetahui persepsi anak tentang perilaku altruis orang tua dan takaful dirinya dengan daftar pertanyaan dalam angket. Angket akan dirancang dalam 28 pertanyaan yang ditujukan pada anak. 6. Tehnik analisis data a. Analisis awal Analisis awal ini untuk mengetahui perilaku altruis orang tua dan takaful anak. Teknik analisisnya menggunakan teknik prosentase sebagai berikut:
Keterangan: P = prosentase individu dalam golongan F = frekuensi. N = jumlah subjek dalam golongan b. Analisis lanjutan Analisis lanjutan dilakukan dengan menggunakan teknik statistik untuk mencari adakah hubungan antara persepsi anak tentang altruis orang tua dengan takaful dirinya. Teknik analisisnya menggunakan product moment sebagai berikut:
rxy
(X )(Y ) N 2 2 ( X ) 2 ( Y ) 2 X Y N N XY
Keterangan : rxy
: Koefisien korelasi antara X dan Y
XY
: Produk dari X dikali Y
X
: Variabel skor 1
Y
: Variabel skor 2
N
: Jumlah responden (Arikunto, 2006: 274).
H. Sistematika Penulisan Skripsi Skripsi ini disusun dalam lima bab yang secara sistematis penjabarannya sebagai berikut: Bab I, berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi. Bab II, berisi tentang kajian pustaka penjabaran perilaku altruis orang tua dan takaful anak Bab III, membahas tentang gambaran umum lokasi penelitian dan paparan hasil penelitian Bab IV, analisis persepsi anak tentang perilaku altruis orang tua dan takaful dirinya serta menguji hipotesis Bab V, penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Persepsi Anak Istilah adolescence atau remaja berasal kata Latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Dalam Islam, secara etimologi, kalimat remaja berasal dari murahaqoh, kata kerjanya adalah raahaqo yang berarti aliqtirab (dekat). Secara terminologi, berarti mendekati kematanagan secara fisik, akal dan jiwa sosial. Permulaan adolescence tidak berarti telah sempurnanya kematangan, pada usia adolescence, dari 7-10 ada tahuntahun untuk menyempurnakan kematangan (Muh Al-Migwar, 2011: 5556). Ahli psikologi berkebangsaan Belanda, L.C.T.Bigot. Ph. Kohnstam dan B.G. Palland membagi masa kehidupan, sebagai berikut: 1. Masa bayi dan anak-anak: 0-7 a. Masa bayi: 0-1 b. Masa kanak: 1). Masa vital: V 1-2 2). Masa estitis: R 2-7 2. Masa sekolah/ intelektual: 7-13 3. Masa sosial: 13-21 a. Masa pueral
: 13-14
b. Masa pra pubertas c. Masa pubertas
: 15-18
: 14-15
d. Masa adolescence
: 18-21
Dari paparan di atas, tampak bahwa masa pubertas berada dalam usia antara 15-18 tahun, dan masa adolescence (masa remaja) dalam usia antara 18-21 tahun (Simanjuntak, 1984: 51) Remaja yang dikemukakan oleh Sarlito Wirawan dalam bukunya Amrullah (2012: 3) bahwa mendefinisikan remaja sebagai individu yang tengah mengalami perkembangan fisik dan mental. Beliau membatasi usia remaja ini antara 11-24 tahun. Pada masa remaja adalah masa transisi antara masa anak-anak dan orang dewasa. Pada masa transisi ini para remaja berada pada masa independency dan dependency, sehingga jiwanya masih labil, sehingga pada masa ini pula, para remaja sering mengalami berbagai problema, baik problema fisik, psychis maupun sosial (Sahilun, 2002: 6). Hal ini terbukti bahwa, banyak remaja putra putri ke Biro Konsultasi Psikologi, karena mereka merasa menemui jalan buntu dalam mengatasi masalah mereka. Apakah ini berarti bahwa hanya remaja yang tertentu saja yang mengalami persoalan dan mencari bantuan orang ahli? Tidak, sebenarnya lebih banyak atau bahkan boleh dikatakan semua remaja mengalami persoalan baik sederhana maupun rumit” (Singgih, 2007: 8).
B. Perilaku Altruis Orang Tua 1. Pengertian Altruis Altruisme (altruism) adalah kebalikan dari egoisme. Orang yang altruis peduli dan mau membantu meskipun tidak ada keuntungan yang ditawarkan atau tidak ada harapan ia akan kembali mendapatkan sesuatu. Altruisme adalah motif untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain tanpa sadar untuk kepentingan seseorang (David, 2012: 187). Sedangkan menurut Dr. Imam Sutomo (2010) altruis adalah tuntutan untuk kesediaan dirinya memperhatikan orang lain. Altruisme menurut Comte dalam Juhaya (1997: 91) diartikan sebagai menyerahkan diri kepada keseluruhan masyarakat. Bahkan bukan salah satu masyarakat melainkan suku bangsa manusia. Sehubungan dengan altruisme ini Comte menganggap bangsa manusia menjadi semacam pengganti Tuhan. Keilahian ini disebut Le Grand Etre (maha makhluk). Untuk ini Comte mengusulkan untuk mengorganisasikan semacam kebaktian untuk Le Grand Etre itu lengkap dengan imam-imam, santo-santo, pesta-pesta ligurti, dan lainlain. Dogma tentang hal ini adalah cinta kasih sebagai prinsip, tata tertib sebagai dasar, dan kemajuan sebagai tujuan (Juhaya, 1997: 91). Keteraturan masyarakat yang dicari dapat dicapai kalau semua orang dapat menerima altruis sebagai prinsip dalam tindakan mereka. Dalam diri setiap manusia ketika melihat orang lain dalam keadaan susah, rasa empati dan ingin menolong orang tersebut pasti ada, akan
tetapi terkadang mereka menolong hanya untuk mendapatkan imbalan atau balas jasa dari orang yang ditolong tersebut ataupun keluarga yang ditolong. Temuan yang menunjukkan bahwa altruisme memang ada: dengan tergugahnya empati mereka, orang akan membantu meskipun mereka percaya bahwa tidak akan ada satu orangpun yang tahu mengenai perilaku menolong yang mereka lakukan (David, 2012: 207). Sebagai contoh kisah yang di utarakan oleh William Thompson, Claudia Cowan, dan David Rosenhan dalam bukunya David Myers (2012: 192) ada kisah tentang: Ia bisa saja mati dan Anda akan kehilangannya, tidak akan pernah bisa berbicara dengannya lagi. Atau yang lebih buruk, ia bisa saja mati perlahan-lahan. Anda tahu setiap menit bisa saja saat terakhir Anda bersama. Selama berbulan-bulan, Anda harus bersikap ceria untuknya, sementara Anda merasakan kesedihan. Anda harus menyaksikan mati sedikit demi sedikit, sampai bagian terakhir, akhirnya pergi, dan Anda akan sendiri. Pada
cerita
tersebut
di
atas
bahwasannya
seseorang
mengorbankan perasannya yang sedang bersedih pura-pura bahagia karena sedang menunggu temannya yang sakit. Dari kisah tersebut terdapat altruisme yang berakar pada empati, perasaan simpati dan kepedulian akan kesejahteraan orang lain. Manusia pada dasarnya makhluk sosial. Perhatikan hal-hal berikut: Altruisme yang didorong oleh empati: a. Munculnya perilaku yang sensitif. Ketika terdapat empati, bukan hanya pikiran yang diperhitungkan, melainkan keinginan untuk meringankan penderitaan orang lain.
b. Mencegah agresi. Seorang yang merasakan empati terhadap seorang target yang berpotensi agresi dan ia akan memperlihatkan kepada Anda seseorang tidak akan terlalu menyukai serangan c. Meningkatkan kerjasama. Pada eksperimen laboratorium, Batson dan Nadia Ahmad menemukan bahwa orang-orang yang berada dalam potensi konflik lebih dapat memberikan kepercayaan dan kooperatif ketika mereka merasakan empati untuk orang lain d. Meningkatkan
sikap
terhadap
kelompok-kelompok
yang
mendapatkan stigma tertentu (David, 2012: 208) Namun altruisme yang didorong oleh empati juga memiliki kondisikondisi yang diungkapkan kelompok Batson sebagai berikut: a. Dapat
menjadi
sesuatu
yang
berbahaya.
Orang
yang
membahayakan hidup mereka atas nama orang lain terkadang kehilangan hal tersebut. Orang yang berusaha untuk melakukan hal yang baik juga dapat melakukan hal buruk, terkadang dengan secara tidak sadar mempermalukan, atau menurunkan motivasi dari penerimanya b. Empati dapat mengalamatkan segala kebutuhan. Lebih mudah untuk
merasakan
empati
terhadap
individu
yang
sedang
membutuhkan dari pada misalnya untuk bumi yang lingkungannya sedang
terganggu dan mengalami pemanasan global karena
perilaku sebagian dari kita.
c. Empati dapat membakar perasaan. Merasakan sakit yang dirasakan orang lain adalah menyakitkan yang dapat membuat kita berusaha untuk menghindari situai-situasi yang membangkitkan empati kita, atau membuat kita berusaha untuk menghindari pengalaman terbakar atau kelelahan karena rasa iba d. Empati dapat meningkatkan favoritisme, ketidakadilan dan sikap masa bodoh terhadap kebaikan umum yang lebih besar (David, 2012: 208) 2. Faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku Altruis Segala usaha yang dilakukan oleh manusia pada dasarnya adalah karena adanya unsur-unsur mengapa hal tersebut dilakukan. Seperti halnya perilaku altruis itu terjadi karena ada unsur-unsur penyebabnya. Menurut Myers (1999) ada tiga faktor antara lain sebagai berikut: a.
Faktor situasional merupakan faktor yang menggambarkan situasi, suasana hati, pencapaian reward perilaku sebelum dan pengamatan langsung tentang derajat kebutuhan yang ditolong serta beberapa pertimbangan yang akan mengantar dinamika diri sendiri untuk melakukan tindakan altruistik atau tidak seperti desakan waktu.
b.
Faktor interpersonal mencakup jenis kelamin, kesamaan karakteristik, kedekatan hubungan, dan daya tarik antar penolong dan yang ditolong.
c.
Faktor personal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri subjek yang menolong, mencakup perasaan subjek dan religiusitas subjek
(http://materi kuliyah psikologi “45” makasar.html., diakses 3 Desember 2012). Faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku altruisme
a. Faktor kepribadian
Satow (Sears dkk,1994) mengamati bahwa orang yang mempunyai tingkat kebutuhan yang tinggi untuk diterima secara sosial, lebih cenderung menyumbangkan uang bagi kepentingan amal dari pada orang yang mempunyai tingkat kebutuhan rendah untuk diterima secara sosial.
b. Faktor personal dan situasional
Trivers (Sears dkk,1994). Faktor personal dan situasional sangat mungkin berpengaruh dalam perilaku menolong, seseorang lebih suka menolong orang yang disukainya, memiliki kesamaan dengan dirinya dan membutuhkan pertolongan, faktor–faktor di luar diri suasana hati, pencapaian reward pada perilaku sebelumnya dan pengamatan langsung tentang derajat kebutuhan yang ditolong .
c. Hubungan sosial
Feldman, Tucher (Sears dkk,1994). Dari pengalaman seharisehari kita lebih suka menolong teman dekat atau orang-orang yang
satu kelompok dengan kita dari pada orang asing atau orang-orang yang baru kita temui.
d. Nilai-nilai agama dan moral
London (Sears dkk,1994). Faktor lain yang mempengaruhi seseorang untuk menolong sangat tergantung dari penghayatan terhadap nilai-nilai agama dan moral yang mendorong seseorang dalam melakukan pertolongan .
e. Tanggung jawab
Bickman (Sears dkk,1994). Besarnya tangung jawab, hal ini berkaitan dengan kesadaran dalam diri seseorang bahwa dirinya adalah bagian dari sebuah komunitas masyarakat yang mengharuskan dirinya untuk berkerja sama dengan orang lain.
f. Latar belakang keluarga
Campbell (Sears dkk,1994). Latar belakang keluarga juga sangat berpengaruh dalam terbentuknya perilaku menolong, seorang anak yang dibesarkan dalam sebuah keluarga yang altruistik tinggi, akan mempengaruhi anak–anak untuk berperilaku altruistik seperti yang didapat di keluarga.
g. Suasana hati
Isen, Clark, & Schwartz (Sears dkk,1994). Suasana hati positif (positif mood) dapat mempengaruhi individu dalam
perilaku
menolong
h. Norma timbal balik
Walster, Berscheid (Sears dkk,1994). Norma timbal balik mengharuskan orang melakukan perbuatan menolong atau membantu dikarenakan rasa balas jasa karena pernah di tolong (http://faktoraltruistik.html., diakses pada 7 Juni 2013)
3. Bentuk-Bentuk Perilaku Altruis a. Tidak egois Egoisme adalah suatu motif (yang mungkin mendasari semua perilaku) untuk meningkatkan kesejahteraan dirinya (David, 2012: 190). Tidak egois berarti suatu perilaku yang motifnya tidak untuk meningkatkan
kesejahteraan
dirinya
sendiri
melainkan
untuk
kesejahteraan orang lain. b. Penuh kasih sayang Banyak orang yang bilang kasih sayang dapat menciptakan hubungan yang harmonis, dapat menciptakan kerjasama yang baik diantara sesama manusia. Kasih sayang merupakan metode yang sangat berpengaruh dan efektif dalam mendidik anak. Seperti yang
disampaikan oleh Amirulloh, (2012: 55) bahwa ”manusia adalah budak kasih sayang”. Dengan kata lain kasih sayang dan persahabatan yang tulus mampu menjadikan manusia seperti budak, yang menuruti apa saja kemauan majikannya. c. Rela berkorban Rela berkorban menurut Emile Durkheim, (1990: 153) ialah mengorbankan dirinya untuk emasnya. Maksudnya seseorang rela berkorban demi orang lain. Memberikan waktu, energi, dan uang untuk orang lain tanpa mengharapkan imbalan/ tanpa pamrih d. Empati Menurut
David, (2012: 205) adalah pengalaman yang mewakili
perasaan orang lain. Ketika kita merasakan empati,
kita tidak
berfokus terlalu banyak kepada tekanan yang kita rasakan sendiri, melainkan berfokus kepada mereka yang mengalami penderitaan. Dalam diri manusia empati muncul dengan sendirinya, bahkan terkadang seorang bayi ikut menangis karena mendengar bayi lain menangis. e. Peka dan siap bertindak Ketika melihat orang lain dalam kesulitan ia langsung membantu (sensitif) terhadap permasalahan orang lain. Sebagai contoh kisah yang diutarakan oleh James Sully dalam bukunya Emile Durkheim (1990: 160) ada kisah tentang: Seorang bayi berusia 14 bulan sedang merangkak di lantai. Kakaknya Catherine berusia 6 tahun, yang sedang belajar
merajut topi rupanya mendapat kesulitan, tiba-tiba menangis. Si bayi memandang pada kakaknya dan mulai menggeramgeram sambil menggaruk-garukkan jarinya pada pipinya. Bibi mereka sementara itu meminta Catherine agar menjaga bayi itu dan hal itu hanya membuat tangis Catherine semakin keras. Sementara itu si bayi berhasil merangkak menyebrangi ruangan menghampiri Catherine sambil terus mengucapkan berbagai suara dan membuat gerak-gerik yang eskpresif. Catherine, mendapat perhatian sedemikian besar dari adiknya, memeluk bayi itu dan tersenyum. Langsung bayi itu menepuknepukkan tangannya, mengoceh dengan gembira dan mengusap garis tetesan airmata pada pipi kakaknya. Kisah seorang bayi yang berusaha menghibur kakaknya yang sedang kesulitan dan menangis. f. Tanpa pamrih/ ikhlas Tanpa pamrih/ ikhlas merupakan tindakan menolong orang lain tanpa menginginkan imbalan atau balas jasa dari orang yang dibantu. Seperti pengorbanan seorang ibu untuk anaknya dengan penuh kebahagiaan. Menurut Yunus (2008: 25) ikhlas yaitu melaksanakan suatu amal hanya karena Allah. Ikhlas merupakan roh atau jiwa dari setiap amalan. Ikhlas adalah mengabaikan pandangan manusia dengan senantiasa berkonsentrasi pada Allah (Moh Amin. 2004: 12). 4. Ciri-Ciri Perilaku Altruis Pengalaman setiap manusia mengakibatkan ia dapat mengambil kesimpulan atas hal yang ia lakukan atau apa yang ia perbuat. Seperti halnya tentang perilaku altruis dapat dilihat dengan ciri-ciri sebagai berikut: a. Munculnya spontan b. Tujuannya untuk meringankan beban orang lain
c. Tidak ada paksaan dari luar Namun sepanjang perjalanan hidupnya manusia tersebut memiliki banyak sekali pengalaman yang menjadikannya tangguh dan cerdas. Maka dari itu perilaku altruis terkadang juga mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: a. Tingkat kebutuhan (urgensi) b. Status (harga diri) c. Desakan dari luar yang sifatnya mutlak untuk menolong d. Batasan norma (http://implementasi-teori-altruis.html., diakses 5 Desember 2012) 5. Karakter Manusia Tentang Altruis Menurut Dale F. Hay, Jeniffer Castle, dan Jessica Jewett dalam bukunya Development Through Life, A Handbook For Clinicans, karakter yang ditumbuh kembangkan dalam kehidupan seseorang terdiri atas beberapa dimensi: a. Social sensivity Orang yang berkarakter tidak hanya sekedar peduli, tetapi juga mengulurkan tangan dan memiliki sensitivitas sosial. Jadi orang yang berkarakter selalu mengembangkan simpati dan empati b. Nurturance and care Orang yang berkarakter adalah sosok yang melindungi, menjaga, memberikan perlindungan, dan menjaga hubungan baik dengan orang lain
c. Sharing, cooperation, and fairness Orang yang berkarakter selalu mengembangkan sikap berbagi, bekerja sama, dan adil d. Helping others Orang yang berkarakter adalah pribadi yang suka menolong dan membantu orang lain e. Honesty Orang ynag berkarakter adalah individu yang jujur f. Moral choice Orang yang berkarakter selalu mengedepankan moral dan etika g. Selft control and self monitoring Orang yang berkarakter selalu mengontrol dan intropeksi diri h. Social problem solving and conflict resolution Orang yang berkarakter mampu menyelesaikan masalah dan konflik sosial. Artinya, manusia yang berkarakter adalah manusia yang memiliki sifat-sifat manusiawi. Begitu juga sebaliknya manusia yang tidak berkarakter adalah manusia yang memiliki sifat-sifat kurang manusiawi, seperti senang berkonflik, pemarah, tidak peduli dengan orang lain, dan menghalalkan segala cara (Soemarno, 2009: 63-64). Menjadi orang tua adalah sebuah proses alamiah dan tidak ada seorangpun yang dapat menghindari. Suka tidak suka, mau tidak mau, siap tidak siap, tubuh manusia akan semakin menua dengan disertai berbagai macam perubahan sebagai konsekuensinya (Arum, 2012: 212).
Salah satu konsekuensi yang harus dihadapi oleh orang tua adalah mendidik anak-anaknya agar menjadi sholeh dan solikhah. Orang tua adalah orang yang dianggap cerdik, pandai, dan orang yang dihormati, disegani dan dijadikan sebagai suri tauladan bagi anak- anak mereka. Suatu kemajuan atau perubahan yang membuat kondisi seorang anak lebih memungkinkan untuk meraih potensinya, terjadinya bisa tibatiba begitu saja namun biasanya timbul sebagai hasil rangsangan terusmenerus dari pihak orang tua atau orang dewasa lain yang mempedulikannya, hasilnya bersifat jangka panjang dan mengubah kehidupan anak tersebut (John C. Maxwell, 2012: 5). Maka dari itu bagaimana orang tua itu berperan untuk menjadi tauladan bagi anak-anak remajanya dalam bersosialisasi dengan masyarakat atau orang-orang di sekitarnya. Sudah tentu setiap orang tua membuat program-program yang indah untuk ank-anaknya. Mereka berlomba-lomba memacu anak agar menorehkan prestasi gemilang ataupun berkepribadian menawan. Usahausaha ke arah situ pun segera dirintis dan ditempuh dengan serius. Bahkan, tak sedikit yang rela merogoh kocek lebih dalam buat anak, demi kemajuan anak. Bimbingan demi bimbingan pun dilakukan dengan penuh perhatian dan kasih sayang. Pendek kata, usaha dilakukan tiada henti. Karena anak adalah tumpuan harapan orang tua (Rosa, 2011: 144). Maka dari itu tidak heran ketika orang tua berjuang, bekerja siang malam
untuk mendapatkan uang untuk menyekolahkan ataupun kepentingan anak lainnya. Melihat betapa besarnya harapan orang tua yang ditujukan pada anak-anaknya, maka orang tua harus memuliakan anak dan membuat budipekerti anak-anaknya yang baik.
C. Perilaku Takaful Anak Manusia tidak akan dapat hidup bermasyarakat dengan normal dan tidak akan dapat merealisasikan tujuan-tujuan mereka yang mereka inginkan kecuali jika mereka berinteraksi antar sesama dengan baik dan benar. Interaksi antar anggota masyarakat hanya dapat terwujud jika dalam masyarakat itu terdapat aktivitas sosial dan ekonomi, sehingga mereka dapat saling memenuhi kebutuhan dan memberikan manfaat. Konsep yang ditawarkan adalah dengan kerja sama, solidaritas, tolong menolong dan loyalitas terhadap sesama (Abdul Halim, 2004: 96-98). Untuk menjalankan konsep tersebut maka harus menjalin persaudaraan yang kokoh dalam sebuah masyarakat. Ukhuwah (persaudaraan) yaitu semangat persaudaraan universal diantara sesama manusia yang memiliki keragaman budaya (agama, bahasa, dan adat istiadat), peradaban, suku bangsa, bahasa dan politik. Keragaman itu sudah merupakan keharusan universal dan merupakan hasanah kehidupan manusia yang sangat indah dan menakjubkan. Dalam al-Qur’an dikatakan semangat persaudaraan itu memiliki makna tindakan
positif dan negatif. Makna positif berupa keharusan untuk saling mengenal, saling menghargai, saling menghormati, saling menolong dalam kebajikan dan taqwa, saling mendoakan dan saling belajar. Sebagaimana potongan Q.S Al-Maidah ayat: 2
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. Sedang makna tindakan negatifnya adalah tidak saling mudah merendahkan golongan lain, tidak saling menghina, saling mengejek, mengadu domba, memfitnah, menggunjing, banyak berprasangka, suka mencari-cari kesalahan orang lain dan suka mengumpat (Tabroni, 2012: 184). Sebagaimana dalam firman Allah Q.S Al-Hujurat: 11
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang lakilaki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.
Jangan mencela dirimu sendiri maksudnya ialah mencela antara sesama mukmin karana orang-orang mukmin seperti satu tubuh. Panggilan yang buruk ialah gelar yang tidak disukai oleh orang yang digelari, seperti panggilan kepada orang yang sudah beriman, dengan panggilan seperti: Hai fasik, Hai kafir dan sebagainya. Semangat persaudaran itu memang harus ditekankan pada diri manusia dan remaja pada khususnya demi terwujudnya masyarakat yang adil makmur yang diridhoi oleh Allah SWT. Walaupun demikian semangat persaudaran harus dilakukan secara proporsional dan mengikuti skala prioritas. Prioritas pertama adalah persaudaraan sesama orang beriman (ukhuwah islamiyah).
Dan orang-orang yang Telah menempati kota Madinah dan Telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung (Q.S Al-Hasr: 9) Ikatan persaudaran antara kaum Muhajirin dan Anshor disatukan oleh kekuatan aqidah. Mereka ikhlas semata untuk megharap ridha Allah, dengan senang hati mereka lebih mengutamakan saudaranya dari pada diri sendiri dan keluarganya. Inilah yang menjadi pilar ukhuwah islamiyah,
mereka
rela
bergotong
royong
memuliakan
dan
menghilangkan kesusahan saudaranya seiman. Kedua
persaudaraan
kebangsaan
(ukhuwah
wathaniyah),
sebagaimana dalam firman Allah Q.S. Al-Hujurat: 13
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
Dan yang ketiga adalah persaudaraan sesama manusia (ukhuwah insaniyah / ukhuwah basyaryah ). Sebagaimana firman Allah Q.S AliImron: 103
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk
Ukhuwah islamiyah harus diprioritaskan kepada keluarga dekat dan jauh, tetangga dan handaitolan, bangsa dan seluruh kaum muslim. Artinya tidak dibenarkan membela saudara seiman di tempat yang jauh dengan mengabaikan nasib saudara seiman yang dekat baik karena ikatan darah (keluarga) geografis dan kebangsaan (Tabroni, 2012: 184). Untuk mencapai ukhuwah islamiyah yang dianjurkan oleh al-Qur’an dan asSunah maka manusia harus menjalin hubungan silaturahim. Karena manusia sebagai makhluk sosial. Nilai sosial kemakhlukan seseorang
bisa dilihat dari amaliah shilaturrohmi terhadap sekitarnya. Orang yang mengutamakan kepentingan pribadi (pertimbangan untung rugi) ketika berinteraksi sosial, karakter seperti itu sangat tipis sekali prinsip shilahnya (Fatihuddin, 2010: 91). Ada tiga prinsip dasar menurut Abdul Halim (2004: 114-116) yang ada dalam ukhuwah yaitu: pertama, prinsip kerjasama dalam kebenaran dan ketakwaan serta menolak bekerjasama dalam kejahatan dan pelanggaran hak. Yang kedua, prinsip solidaritas antara sesama muslim. Dan yang ketiga adalah prinsip saling tolong menolong dan loyalitas antara sesama mukmin. Menyambung tali kasih (silaturahim) merupakan upaya manusia untuk membangun persaudaran dan perdamaian sebgaimana dalam firman Allah Q.S.Al-Hujurat: 10
Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. Nilai cinta kasih merupakan sifat utama Tuhan dan menjadi ajaran yang sangat fundamental dalam agama Islam (Tabroni. 2012: 189). Maka dari itu setiap remaja diharapkan mampu membangun silaturahim ataupun ukhuwah islamiyah untuk mereka menjalin hubungan sosial yang sangat harmonis. Faktor utama ukhuwah hilang antar sesama
muslim dikarenakan putusnya hubungan silaturahim. Ikatan persaudaraan sudah rapuh seiring hilangnya kepercayaan terhadap saudara sendiri. Tidak ada ikatan teman yang jujur kecuali ada kepentingan dan tujuan tertentu. Dan satu-satunya jalan untuk mengokohkan ikatan silaturahim antar teman adalah berkunjung ke rumah atau habitat tertentu, serta pengikat tali persahabatan dilakukan dengan tulus dan percaya (Fatihuddin, 2010: 92). Sebelum melaju lebih jauh tentang ukhuwah islamiyah kita kenal dengan istilah ta’aruf, tafahum, ta’awun dan takaful. Antara ta’aruf, tafahum, dan ta’awun (saling mengenal, saling memahami, dan tolong menolong) merupakan satu rangkaian dalam membangun persaudaraan dan perdamaian. Sebelum adanya tafahum, biasanya didahului dengan ta’aruf (saling kenal- mengenal) yang sifatnya elementer seperti nama, asal daerah, keadaan keluarga, dan setelah tafahum perlu dilanjutkan dengan ta’awun. Ta’aruf akan melahirkan kenalan. Setelah ta’aruf kemudian meningkat menjadi tafahum. Tafahum adalah sikap saling pengertian dan saling memahami keadaan orang lain secara komprehensif, khususnya mengerti dan memahami kekurangan dan kelebihan orang lain yang meliputi: sifat, karakter, kebiasaan, hobi dan sebagainya. Dengan adanya sikap tafahum ini, hubungan sosial dapat lebih harmonis, lebih terjaga dari ketegangan dan konflik akibat kesalahpahaman. Kalau ta’aruf melahirkan kenalan, maka tafahum melahirkan sahabat bahkan sahabat karib. Setelah tafahum sungguh
masih ada dua tahap lagi yang penting yaitu ta’awun (saling tolong menolong) dan takaful (saling mencukupi). Dengan ta’awun akan merubah yang lemah menjadi kuat dan yang kuat semakin kokoh. Dalam takaful, hubungan sosial tidak lagi bersifat transaksional, melainkan hubungan kasih sayang yang sangat indah yang melampaui segala perbedaan, kesenjangan dan kepentingan (Tabroni, 2012: 197). Menurut Abdul Halim (2000: 29) ta’awun adalah berbuat kebaikan dan takwa, menjauhi hal-hal yang membahayakan, baik yang membahayakan agama maupun membahayakan urusan di dunia. Ta’awun wajib bagi setiap orang, rumah tangga, kelompok-kelompok, himpunan sosial masyarakat, dan komunitas seluruhnya. Bahkan wajib lagi mengerjakan demi agama dalam berbagai lapangan kerja. Adapun hasil dari proses ukhuwah islamiyah yang dimulai dari ta’aruf, tafahum, ta’awun dan takaful adalah terbentuknya karakter sebagai berikut: a. Saling mencintai dan penuh kasih sayang b. Saling menasehati dalam kebaikkan c. Saling tolong menolong dalam kebaikkan d. Memiliki rasa ikhlas terhadap apa yang diperoleh e. Saling mendoakan dalam kebaikkan dan keselamatan f. Saling memahami antar sesama g. Empati dan simpati
Persaudaraan dalam Islam akan melahirkan perasaan yang tulus dan jujur serta perasaan yang luhur di dalam jiwa (Salman, 2006: 298). Maka dari itu sikap Takaful merupakan puncak tertinggi dari sebuah ukhuwah islamiah yang harus dibangun oleh setiap manusia sebagai salah satu upaya untuk menjaga perdamaian dunia.
D. Hubungan Antara Persepsi Anak Tentang Perilaku Altruis Orang Tua dan Takaful Dirinya Salah satu alasan diutusnya Nabi Muhammad ke muka bumi ini adalah
untuk
menyempurnakan
akhlak
manusia.
Hal
tersebut
mengisyaratkan bahwa manusia telah memiliki potensi perilaku moral, hanya saja masih perlu disempurnakan dengan kehadiran Muhammad. Sebagai utusan Allah, beliau membawa misi penyempurnaan akhlak manusia melalui bimbingan wahyu. Akhlak adalah hiasan manusia di dunia dan akhirat. Ia harus dipelihara agar tetap bercahaya selamalamanya. Islam mengajarkan bahwa setiap anak lahir dalam keadaan fitrah. Untuk menjaga kesuciannya, kedua orang tua harus mengarahkan anaknya pada nilai-nilai keislaman (Abdul, 2005: 103). Manusia adalah makluk yang paling sempurna dibandingkan makhluk-makhluk Allah yang lain seperti
hewan, tumbuhan dan lain
sebagainya karena manusia diberi akal dan pikiran untuk mereka berfikir tentang keangungan-Nya. Manusia diwajibkan untuk belajar, menuntut ilmu karena manusia sebagai kholifah di muka bumi ini atau sebagai wakil
untuk mengolah alam ini dengan sebaik-baiknya. Tapi kenapa manusia yang kerdil malah menjadi sombong dengan segala kekurangannya? Kenapa mereka tidak pernah berfikir betapa kecilnya mereka di mata Allah? Sehingga mereka berdiri gagah dengan kesombonganya. Dalam
kehidupan
bermasyarakat
manusia
harus
mampu
bersosialisasi dengan orang lain. Manusia seharusnya saling menjaga keharmonisan dalam hidup untuk mewujudkan masyarakat yang adil makmur yang diridhoi Allah SWT. Manusia sebagai makhluk sosial, manusia memiliki tanggung jawab untuk membangun dan menjaga hubungan silaturahim yang baik terutama dengan keluarga dan tetanggatangganya. Keluarga yang menjadi tempat atau sarana dalam anak untuk belajar yang paling utama. Anak akan lebih banyak waktunya di rumah dari pada di sekolah. Maka dari itu orang tua menjadi guru nomor satu bagi anak-anak mereka. Keluarga menjadi tempat yang strategis bagi anak untuk membagun akhlak yang baik dari keteladanan yang diberikan orang tuanya. Orang tua menjadi model bagi anak-anaknya, maka dari itu orang tua harus berhati-hati baik dalam ucapan ketika menasehati anak ataupun dari tingkah laku sehari-hari. Orang tua dan anak adalah ikatan darah, ikatan jiwa yang tidak dapat dipisahkan. Anak dalam bersikap tidak akan lari jauh dari orang tuanya. Ikatan antara orang tua dan anak terbentuk melalui emosional, dimana keduanya batinnya sangat kuat. Orang tua mampu merasakan apa
yang dirasakan si anak, begitu sebaliknya banyak sekali dari seorang anak yang bisa merasakan apa yang dirasakan oleh orang tuanya entah itu ketika meraka berada di tempat yang jauh maupun dekat. Orang tua atau sebuah keluarga memiliki fungsi yang sangat penting bagi remja
untuk mendapatkan ketentraman. Apabila dalam
keluarga ada kehangatan, ada keharmonisan itu menjadikan remaja betah tinggal di rumah. Akan tetapi sebaliknya jika di rumah hanya akan membuat remaja emosi negatifnya muncul pasti mereka malas untuk di rumah dan mencari kesenangan di luar rumah. Dan mereka akan mencari perhatian yang lain. Mereka akan lari ke tempat-tempat yang mungkin itu tidak baik bagi masa depan remaja tersebut. Maka dari itu orang tua hendaknya menciptakan iklim yang kondusif di lingkungan keluarga. Tanpa disadari orang tua menjadi panutan bagi anaknya. Orang tua harus membuat budipekerti anak yang baik, sehingga nanti ketika remaja, anak tersebut sudah terbiasa untuk melakukan hal-hal yang baik. Karena siapa yang di masa remajanya sukses baik dari hal intelektual, sosial maupun spiritualnya nanti ketika dewasa hal itu sudah biasa mereka lakukan dan sudah melekat dalam diri remaja tersebut. Tetapi terkadang apa yang dilakukan orang tua malah menjadikan anak tidak shaleh. Ada beberapa kesalahan-kesalahan yang dilakukan para orang tua: 1.
Membiarkan anak melakukan kesalahan
2.
Kurang apresiatif
3.
Selalu melarang anak
4.
Selalu menuntut anak
5.
Selalu mengabulkan permintaan anak
6.
Tidak mampu menjadi teladan bagi anak
7.
Melakukan kekerasan
8.
Tidak memberikan kasih sayang dan perhatian yang cukup
9.
Tidak sepaham antara ayah dan ibu
10. Terlalu berbaik sangka atau berburuk sangka 11. Terlalu memanjakan 12. Mengklaim buruk 13. Pilih kasih 14. Mendoakan buruk terhadap anak 15. Bertengkar dan berbuat hal tidak layak didepan anak 16. Susah memberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahan 17. Lalai pada bacaan, tontonan dan pergaulan anak 18. Membuat anak minder 19. Tidak mendidik anak untuk tanggung jawab 20. Salah mengajarkan disiplin (Ali Hasan, 2011: 65-109) Masa remaja adalah masa paling rumit, tapi bagi orang lain terkadang menjadi paling menyenangkan. Paling rumit ketika remaja tersebut tidak mampu menggunakan masanya dengan baik, karena masa remaja yang akan membentuk karakter seseorang manuju dewasa, ketika remaja tersebut menggunakan masa remajanya dengan baik maka akan
terasa menyenangkan, dan ketika dewasa ia akan santai-santai saja karena karakter sudah terbentuk, mereka mampu menjadi pemimpin, mereka mampu menjadi yang terbaik. Tapi sebaliknya ketika di masa remajanya tidak digunakan sebaik-baiknya, hanya main-main, suka ke sana ke mari, nanti ketika dewasa ia akan resah karena karakter yang terbentuk adalah karater negatif yang hanya suka berfoya-foya. Tugas remaja adalah sebagai agent of change, development dan modernization (Abu Ahmadi, 2009: 147 ). Tugas sebagai agent of change yaitu remaja bertugas membuat perubahan-perubahan dalam masyarakat agar dapat hidup bermartabat. Remaja sebagai agent of development yaitu remaja bertugas sebagai melancarkan pembangunan dalam segala bidang, baik fisik maupun non fisik. Dan remaja sebagai agent of modernization yaitu remaja harus bertindak dan bertugas sebagai pelopor dalam pembaharuan. Dari situlah pentingnya keteladanan orang tua dalam mendidik remajanya.
Terutama
dalam
hal
sosial,
karena
manusia
hidup
bermasyarakat, hidup berdampingan dengan orang lain. Orang tua harus mengajari tentang ikhlas, menolong orang lain, menghormati orang lain, menghargai orang lain dan sebagainya supaya remaja juga mampu melaksanakan hal tersebut untuk masa depan remaja, karena yang akan menjadi tulang punggung orang tua, agama dan bangsa anaknya atau para remaja.
adalah anak-
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
Sebelum penulis membahas laporan hasil penelitian ini, maka terlebih dahulu akan disajikan beberapa data penting hasil observasi di Dusun Garangan Desa Garangan Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali tahun 2013. A. Deskripsi Objek Penelitian 1. Letak Geografis Dusun Garangan merupakan salah satu dusun yang terletak di desa Garangan kecamatan Wonosegoro kabupaten Boyolali. Dengan jarak dari kantor Kelurahan + 1 Km, jarak dengan Kecamatan + 3 Km dan jarak dengan Kabupaten + 33 Km (Sumber: Dokumen Tata Usaha Pemerintahan Dusun Garangan Desa Garangan) a.
b.
Adapun batas wilayah dusun adalah sebagai berikut: 1.
Sebelah utara
: Dusun Losari
2.
Sebelah selatan
: Desa Bandung
3.
Sebelah timur
: Dusun Kebonagung
4.
Sebelah barat
: Dusun Banyu Urip
Luas wilayah Luas wilayah Dusun Garangan + 150 Ha yang terdiri atas: 1.
Pemukiman
: 56 %
2.
Perkebunan
: 35%
3.
Persawahan
:7%
4.
Pemakaman
: 2%
2. Monografis Jumlah penduduk Dusun Garangan + 450 jiwa, terdiri dari 150 Kepala Keluarga yang terbagi dalam 5 RT (Sumber Tata Usaha Pemerintahan Dusun Garangan Desa Garangan Kecamatan Wonosegoro). a.
Mata Pencaharian Mata pencaharian warga masyarakat dusun Garangan desa Garangan kebanyakan adalah petani. Berdasarkan data dari dusun Garangan desa Garangan diperoleh rincian dengan mata pencaharian penduduk sebagai berikut: Tabel 1 Tabel Mata Pencaharian Penduduk No
Pekerjaan
Jumlah
1
Petani
222 orang
2
Pedagang/Wiraswasta
53 orang
3
PNS
9 orang
4
Pertukangan
42 orang
5
Pegawai Swasta
20 orang
6
Buruh
77 orang
7
Lain-lain
27 orang
b. Kondisi Keagamaan Kondisi keagamaan penduduk dusun Garangan tergolong kedalam perkampungan muslim, karena berdasarkan data dari hasil penelitian di lapangan bahwa penduduk dusun Garangan 100% memeluk agama Islam c. Keadaan sosial 1.
Adat istiadat. Penduduk dusun Garangan masih menjunjung tinggi adat istiadat misalnya gotong royong yang masih berjalan dengan baik, peringatan hari ke 7, 40, 100 dan 1000 hari bagi orang yang sudah meninggal untuk mengenangnya dengan membacakan tahlil dan surat Yasin atau biasa disebut dengan peringatan Khaol. Peringatan 7 bulanan bagi ibu hamil,
peringatan hari besar
keagamaan seperti maulid Nabi Muhammad, Isra’ Mi’raj, Nuzulul Qur’an. Selain hari besar keagamaan, kegiatan keagamaan yang lain juga masih berjalan dengan baik, seperti setiap malam jum’at ada kegiatan yasinan di rumah warga, malam minggu kegiatan karang taruna remaja. 2. Keadaan Sosial Pendidikan Masyarakat dusun Garangan dikatakan baik dan peduli terhadap pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari data statistik tingkat pendidikan masyarakat pada tabel berikut:
Tabel 2 Jumlah penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan No
Tingkat Pendidikan
Jumlah
1
Tingkat Perguruan Tinggi
13 orang
2
Tamat SMA
58 orang
3
Tamat SMP
147 orang
4
Tamat SD
97 orang
5
Belum Tamat SD
71 orang
6
Tidak Tamat SD
65 orang
3. Sarana dan Prasarana Adapun jenis sarana dan prasarana yang ada di Dusun Garangan adalah sebagai berikut: Tabel 3 Jumlah Sarana dan Prasarana No
Jenis
Jumlah
1
Masjid
2
2
Muslhola
5
3
TK
1
3.
4
SD
1
5
MI
1
6
Lapangan
2
Struktur Pemerintahan Bagan 1 Struktur Organisasi
KADUS Jamroji
RT 01
RT 02
RT 03
RT 04
RT 05
Wagiman
Paidi
Danuji
Sugiman
Kholik
Masyarakat
Karang Taruna
B. Penyajian Data Setelah
melakukan
penelitian
melalui
penyebaran
angket,
pengumpulan data melalui observasi dan dokumentasi di lapangan, terlebih dahulu disajikan bentuk data guna memperlancar langkah suatu penelitian. Untuk memperoleh data tentang perilaku altruis orang tua dan takaful anak dusun Garangan menggunakan angket, dengan 16 pertanyaan tentang perilaku altruis orang tua dan 12 pertanyaan tentang perilaku takaful anak. Dengan pilihan jawaban a, b, c kepada anak dusun Garangan yang berumur 11-24 tahun. Berikut ini penulis lampirkan data responden dari hasil penelitian di dusun Garangan desa Garangan
kecamatan Wonosegoro kabupaten
Boyolali tahun 2013. 1. Daftar Nama Responden Daftar nama-nama anak dusun Garangan yang telah mengisi angket dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 4 Daftar Nama Responden No
Nama Responden
Umur
1.
Siti Rahmawati
11 Tahun
2.
Agus S
14 Tahun
3.
Bayu Anggara
15 Tahun
4.
Muh Fauzi Subhan
17 Tahun
5.
Nur Muwakhidah
23 Tahun
6.
Nurul Amaliyah
12 Tahun
7.
Zuliana Kartika Dewi
14 Tahun
8.
Muh Ridwan
19 Tahun
9.
Zuniati
15 Tahun
10.
Ananda Alrin Pratama
13 Tahun
11.
Nindya Febriani
18 Tahun
12.
Fitri Rohmawati
12 Tahun
13.
David Rinor Akbar
12 Tahun
14.
Lilik Setiawan
16 Tahun
15.
Pramugia Setiawan
13 Tahun
16.
Muh Adip
21 Tahun
17.
Angga Oka W
18 Tahun
18.
Ma’rifah
14 Tahun
19.
Saiful Aziz
22 Tahun
20.
Ning Jariati
20 Tahun
21.
Luki Rahmawati
24 Tahun
22.
Anggun Fajar Saputra
18 Tahun
23.
Atika Puspita Sari
13 Tahun
24.
Listiyowati
23 Tahun
25.
Agit Kurniawan
16 Tahun
26.
Nova Nugroho
17 Tahun
27.
Rio Adi Saputro
13 Tahun
28.
Deni Nugroho
12 Tahun
29.
Maratus Sholikhah
15 Tahun
30.
Listanto
18 Tahun
31.
Kamaludin
17 Tahun
32.
Muh Ilham
17 Tahun
33.
Wahyu Nugroho
19 Tahun
34.
Muslikhun
21 Tahun
35.
Ardina Damayanti
16 Tahun
2. Hasil Jawaban Angket Pada penelitian ini penulis mengambil dua variabel yang diurai dalam item pertanyaan dalam angket sebagaimana terlampir, hasil jawaban atas opsi pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut: a. Persepsi Anak Tentang Perilaku Altruis Orang Tua Data hasil jawaban angket persepsi anak tentang perilaku altruis orang tua dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5 Jawaban Angkat Persepsi Anak Tentang Perilaku Altruis Oang Tua No
Nama Reaponden
Jawaban Soal
Jumlah
A
B
C
13
1
2
16
10
2
4
16
10
2
4
16
4
7
5
16
9
3
4
16
10
3
3
16
11
1
4
16
8
3
5
16
15
1
0
16
10
3
3
16
12
4
0
16
13
3
0
16
11
3
2
16
4
7
5
16
10
3
3
16
10
4
2
16
9
5
2
16
15
1
0
16
1. Siti Rahmawati 2. Agus S 3. Bayu Anggara 4. Muh Fauzi Subhan 5. Nur Muwakhidah 6. Nurul Amaliyah 7. Zuliana Kartika D 8. Muh Ridwan 9. Zuniati 10. Ananda Alrin P 11. Nindya Febriani 12. Fitri Rohmawati 13. David Rinor Akbar 14. Lilik Setiawan 15. Pramugia Setiawan 16. Muh Adip 17. Angga Oka W 18. Ma’rifah
19. Saiful Aziz 11
5
0
16
10
3
3
16
9
7
0
16
13
2
1
16
9
5
2
16
9
5
2
16
7
6
3
16
5
5
6
16
13
1
2
16
11
4
1
16
9
3
4
16
11
3
2
16
7
4
5
16
14
2
0
16
12
4
0
16
11
4
1
16
8
5
3
16
20. Ning Jariati 21. Lucki Rahmawati 22. Anggun Fajar S 23. Atika Puspita Sari 24. Listiyowati 25. Agit Kurniawan 26. Nova Nugroho 27. Rio Adi Saputro 28. Deni Nugroho 29. Maratus sholikhah 30. Listanto 31. Kamaludin 32. Muh Ilham 33. Wahyu Nugroho 34. Muslikhun 35. Ardina Damayanti
b. Perilaku Takaful Anak Data hasil jawaban angket tentang perilaku takaful anak dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6 Jawaban angket Perilaku Takaful Anak No
Nama Reaponden
1.
Siti Rahmawati
2.
Agus S
3.
Bayu Anggara
4.
Muh Fauzi Subhan
5.
Nur Muwakhidah
6.
Nurul Amaliyah
7.
Zuliana Kartika D
8.
Muh Ridwan
9.
Zuniati
Jawaban Soal
Jumlah
A
B
C
11
0
1
12
10
1
1
12
12
0
0
12
5
2
5
12
7
5
0
12
7
1
4
12
8
4
0
12
10
0
2
12
10
0
2
12
9
1
2
12
12
0
0
12
12
0
0
12
6
2
4
12
7
1
4
12
9
1
2
12
12
0
0
12
4
6
2
12
12
0
0
12
10. Ananda Alrin P 11. Nindya Febriani 12. Fitri Rohmawati 13. David Rinor Akbar 14. Lilik Setiawan 15. Pramugia Setiawan 16. Muh Adip 17. Angga Oka W 18. Ma’rifah
19. Saiful Aziz 11
1
0
12
8
2
2
12
5
2
5
12
10
1
1
12
6
3
3
12
4
5
3
12
7
4
1
12
11
0
1
12
8
4
0
12
9
2
1
12
6
5
1
12
10
2
0
12
9
3
0
12
9
1
2
12
11
0
1
12
8
3
1
12
12
0
0
12
20. Ning Jariati 21. Luki Rahmawati 22. Anggun Fajar S 23. Atika Puspita Sari 24. Listiyowati 25. Agit Kurniawan 26. Nova Nugroho 27. Rio Adi Saputro 28. Deni Nugroho 29. Maratus sholikhah 30. Listanto 31. Kamaludin 32. Muh Ilham 33. Wahyu Nugroho 34. Muslikhun 35. Ardina Damayanti
BAB IV ANALISIS DATA Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya penulis menganalisis data tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh jawaban-jawaban dari pokok permasalahan sebagaimana yang termuat pada bab-bab sebelumnya. Untuk memudahkan dalam menganalisis, maka ada tahap-tahap untuk menganalisis data tersebut agar berjalan dengan benar sesuai dengan data yang diteliti. Adapun tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut: A. Analisis Pertama Setelah melakukan penggalian data, maka selanjutnya akan melakukan analisis data dari tiap variabel. Adapun analisisnya adalah sebagai berikut: 1. Analisis Persepsi Anak Tentang Perilaku Altruis Orang Tua Untuk mengetahui jawaban-jawaban dari pertanyaan dalam angket yang terdiri dari 16 soal yang masing-masing ada alternatif jawaban dengan bobot sebagai berikut: a. Alternatif jawaban A, memiliki bobot nilai 3 b. Alternatif jawaban B, memiliki bobot nilai 2 c. Alternatif jawaban C, memiliki bobot nilai 1 Dalam mencari nominal yang didasarkan pada jumlah bobot nilai yang diperoleh dari hasil angket untuk persepsi anak tentang perilaku altruis orang tua. Nilai yang diperoleh kemudian diklasifikasikan untuk
mengkriteriakan persepsi anak tentang perilaku altruis
orang tua di
dusun Garangan. Tabel 7 Skor Angket Persepai Anak Tantang Perilaku Altruis Orang Tua NO. Res
Nomor Soal 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15 16
36. 3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
1
3
3
3
1
37. 3
3
3
2
3
3
1
3
3
1
3
1
1
3
3
2
38. 3
3
1
3
1
1
3
3
2
2
3
3
3
3
3
1
39. 3
1
3
2
2
2
2
1
1
2
2
2
3
3
1
1
40. 1
3
3
1
2
1
3
3
2
3
3
3
2
3
3
1
41. 3
3
3
3
3
2
3
2
3
3
1
3
1
2
3
1
42. 3
3
2
3
3
3
1
3
3
1
3
3
3
1
3
1
43. 2
1
1
3
3
2
3
3
1
3
1
1
3
3
3
2
44. 3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
45. 3
3
1
3
3
1
1
3
3
2
3
3
2
2
3
3
46. 3
3
3
3
3
2
3
3
3
2
3
3
2
3
2
3
47. 3
3
3
3
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
2
48. 2
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
1
1
49. 3
1
3
2
1
1
1
2
1
2
2
2
3
3
2
2
50. 3
3
3
1
3
3
3
3
2
2
2
3
1
3
3
1
51. 2
3
3
3
2
3
3
1
3
3
2
3
1
3
3
2
52. 2
3
2
3
3
3
3
2
2
3
1
1
3
3
3
2
53. 3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
54. 2
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
2
55. 3
3
3
1
3
3
3
3
2
3
1
3
2
3
2
1
56. 2
3
3
2
3
3
2
2
3
3
2
3
2
3
3
2
57. 3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
2
3
3
3
1
58. 2
3
3
1
3
3
2
1
3
3
2
3
2
3
3
2
59. 2
2
3
3
1
2
3
3
2
3
3
3
1
3
3
2
60. 2
2
3
1
3
2
3
3
1
3
2
3
3
1
2
2
61. 2
1
2
1
3
2
1
3
2
3
3
2
3
1
1
1
62. 3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
1
3
3
3
3
1
63. 3
3
3
2
3
2
3
2
2
3
3
3
3
3
3
1
64. 3
3
2
1
3
3
3
3
1
3
1
3
1
3
2
2
65. 3
3
3
3
2
3
1
3
2
3
3
3
2
3
3
1
66. 3
3
3
2
2
1
3
3
1
2
1
2
3
1
3
1
67. 3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
2
3
3
3
68. 2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
2
69. 3
3
3
3
2
3
2
3
3
3
2
3
3
2
3
1
70. 3
3
2
3
2
2
3
3
1
3
2
2
3
1
3
1
Tabel 8 Persepsi Anak Tentang Perilaku Altruis Orang Tua No.
Alternatif Jawab Item
Total Nilai Jawaban
Responden
Total Nilai
Tiap Item A
B
C
3
2
1
1 13
1
2
39
2
2
43
10
2
4
30
4
4
38
10
2
4
30
4
4
38
4
7
5
12
14
5
31
9
3
4
27
6
4
37
10
3
3
30
6
3
39
11
1
4
33
2
4
39
8
3
5
24
6
5
35
15
1
0
45
2
0
47
10
3
3
30
6
3
39
12
4
0
36
8
0
44
13
3
0
39
6
0
45
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
13 11
3
2
33
6
2
41
4
7
5
12
14
5
31
10
3
3
30
6
3
39
10
4
2
30
8
2
40
9
5
2
27
10
2
39
15
1
0
45
2
0
47
11
5
0
33
10
0
43
10
3
3
30
6
3
39
9
7
0
27
14
0
41
13
2
1
39
4
1
44
9
5
2
27
10
2
39
9
5
2
27
10
2
39
7
6
3
21
12
3
36
5
5
6
15
10
6
31
13
1
2
39
2
2
43
11
4
1
33
8
1
42
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
29 9
3
4
27
6
4
37
11
3
2
33
6
2
41
7
4
5
21
8
5
34
14
2
0
42
4
0
46
12
4
0
36
8
0
44
11
4
1
33
8
1
42
8
5
3
24
10
3
37
1.059
248
83
1.390
30 31 32 33 34 35 Jumlah
Kemudian untuk mengetahui prosentase dari frekuensi skor persepsi anak tantang perilaku altruis orang tua, peneliti mencarinya dengan menggunakan rumus prosentase. Adapun rumusnya sebagai berikut :
Keterangan : P : Prosentase F : Frekuensi N : Jumlah responden
Tabel 9 Tabel frekuensi Persepsi Anak Tantang Perilaku Altruis Orang Tua Skor
Frekuensi
Prosentase
Komulatif
(%)
Prosent
F.x
16
-
-
-
-
17
-
-
-
-
18
-
-
-
-
19
-
-
-
-
20
-
-
-
-
21
-
-
-
-
22
-
-
-
-
23
-
-
-
-
24
-
-
-
-
25
-
-
-
-
26
-
-
-
-
27
-
-
-
-
28
-
-
-
-
29
-
-
-
-
30
-
-
-
-
31
3
8,571
8,571
93
32
-
-
-
-
33
-
-
-
-
34
1
2,857
11,428
34
35
1
2,857
14,285
35
36
1
2,857
17,142
36
37
3
8,571
25,713
111
38
2
5,714
31,427
76
39
8
22,857
54,284
312
40
1
2,857
57,141
40
41
3
8,571
65,712
123
42
2
5,714
71,426
84
43
3
8,571
79,997
129
44
3
8,571
88,568
132
45
1
2,857
91,425
45
46
1
2,857
94,286
46
47
2
5,714
100
94
JUMLAH
35
100
1.390
Kemudian di hitung nilai mean dan range dengan rumus sebagai berikut : M
∑𝑓 𝑥
=
N M
=
1.390 35
M
=
39,71
Setelah diketahui nilai mean, peneliti membuat nilai kategori dengan cara dan langkah sebagai berikut : i
𝑅
=𝐾
Keterangan : I
: Interval
R
: Range
K
: Jumlah kelas 3 (berdasarkan jumlah multiple choice)
Sedangkan mencari range (R) dengan menggunakan rumus : R
=H–L+1
H
= Jumlah item X Skor tertinggi, a = 3 = 16 X 3 = 48
L
= Jumlah item X skor terendah, c = 1 = 16 X 1 = 16
Jadi,
R
=H–L+1
R
= 48 – 16 + 1
R
= 33
i
=
33 3
i
=
11
Dari hasil diatas dapat diperoleh nilai 11. Sehingga interval yang bisa diambil adalah kelipatan 11, sehingga untuk mengkategorikannya dapat diperoleh interval sebagai berikut :
Tabel 10 Nilai interval Persepsi Anak Tentang Perilaku Altruis Orang Tua No.
Interval
Kategori
Kode
1
40 – 51
Tinggi
A
2
28 – 39
Sedang
B
3
16 – 27
Rendah
C
Tabel 11 Berdasarkan Hitungan Persepsi Anak Tentang Perilaku Altruis Orang Tua NO
Kategori
Kode
Jumlah
Prosentase
1
Tinggi
A
16
45,71
2
Sedang
B
19
54,29
3
Rendah
C
0
0
Hasil di atas menunjukan persepsi anak tentang perilaku altruis orang tua yang menunjukkan kategori tinggi ada 16 responden atau 45,71%, yang menunjukkan kategori sedang ada 19 responden atau 54,29% dan yang berada kategori rendah ada 0%
2. Analisis Perilaku Takaful Anak Untuk mengetahui jawaban-jawaban dari pertanyaan angket yang terdiri dari 12 item pertanyaan yang masing-masing pertanyaan disediakan alternatif dengan rincian bobot sebagai berikut: a. Alternatif jawaban A, memiliki nilai bobot 3 b. Alternatif jawaban B, memiliki nilai bobot 2 c. Alternatif jawaban C, memiliki nilai bobot 1 Dalam mencari nominal yang didasarkan pada jumlah nilai yang diperoleh dari hasil angket perilaku takaful anak, nilai yang diperoleh kemudian diklasifikasikan untuk mengkriteriakan perilaku takaful anak di Dusun Garangan. Tabel 12 Skor Perilaku Takaful Anak NO.
Nomor Soal
Res
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1.
3
3
3
3
3
3
1
3
3
3
3
3
2.
3
3
3
3
2
3
3
1
3
3
3
3
3.
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4.
3
1
3
2
3
2
1
1
1
3
1
3
5.
2
3
3
2
2
3
3
3
2
3
3
2
6.
3
3
1
1
3
2
3
1
3
3
1
3
7.
3
3
2
3
2
3
2
3
3
2
3
3
8.
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
1
1
9.
3
3
3
3
1
3
3
3
1
3
3
3
10.
3
3
1
3
3
3
1
3
3
2
3
3
11.
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
12.
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
13.
2
3
1
2
3
3
3
1
1
3
3
1
14.
3
1
3
3
3
3
1
3
1
3
1
2
15.
3
3
3
1
3
3
3
3
1
2
3
3
16.
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
17.
2
3
2
2
2
3
3
2
2
3
1
1
18.
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
19.
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
20.
3
3
3
1
3
2
3
3
2
3
1
3
21.
2
1
3
1
3
3
2
1
1
3
1
3
22.
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
1
23.
2
2
3
1
3
1
3
1
3
3
2
3
24.
2
2
3
1
1
2
3
3
2
2
1
3
25.
2
2
3
3
3
2
3
3
1
3
2
3
26.
3
3
3
3
3
3
1
3
3
3
3
3
27.
3
3
3
2
2
3
3
2
3
3
2
3
28.
3
3
3
2
3
1
3
3
2
3
3
3
29.
3
3
2
2
3
2
3
3
2
3
1
2
3
30.
3
3
3
3
2
3
3
3
2
3
3
3
31.
3
3
3
2
2
3
3
3
3
2
3
3
32.
3
3
1
3
3
3
2
3
3
3
3
1
33.
3
1
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
34.
3
3
1
3
2
3
2
3
3
3
2
3
35.
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Tabel 13 Perilaku Takaful Anak No.
Alternatif Jawaban
Total Nilai Jawaban
Total
Responden
Item
Tiap Item
Nilai
A
B
C
3
2
1
1 11
0
1
33
0
1
34
10
1
1
30
2
1
33
12
0
0
36
0
0
36
5
2
5
15
4
5
24
7
5
0
21
10
0
31
7
1
4
21
2
4
27
2
3
4
5
6
7 8
4
0
24
8
0
32
10
0
2
30
0
2
32
10
0
2
30
0
2
32
9
1
2
27
2
2
31
12
0
0
36
0
0
36
12
0
0
36
0
0
36
6
2
4
18
4
4
26
7
1
4
21
2
4
27
9
1
2
27
2
2
31
12
0
0
36
0
0
36
4
6
2
12
12
2
26
12
0
0
36
0
0
36
11
1
0
33
2
0
35
8
2
2
24
4
2
30
5
2
5
15
4
5
24
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22 10
1
1
30
2
1
33
6
3
3
18
6
3
27
4
5
3
12
10
3
25
7
4
1
21
8
1
30
11
0
1
33
0
1
34
8
4
0
24
8
0
32
9
2
1
27
4
1
32
6
5
1
18
10
1
29
10
2
0
30
4
0
34
9
3
0
27
6
0
33
9
1
2
27
2
2
31
11
0
1
33
0
1
34
8
3
1
24
6
1
31
12
0
0
36
0
0
36
921
124
51
1.096
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Jumlah
Kemudian untuk mengetahui prosentase dari frekuensi skor perilaku takaful anak, peneliti mencarinya dengan menggunakan rumus prosentase. Adapun rumusnya sebagai berikut :
Keterangan : P : Prosentase F : Frekuensi N : Jumlah responden Tabel 14 Tabel frekuensi Perilaku Takaful Anak Skor
Frekuensi
Prosentase
Komulatif
(%)
Prosent
F.x
12
-
-
-
-
13
-
-
-
-
14
-
-
-
-
15
-
-
-
-
16
-
-
-
-
17
-
-
-
-
18
-
-
-
-
19
-
-
-
-
20
-
-
-
-
21
-
-
-
-
22
-
-
-
-
23
-
-
-
-
24
2
5,714
5,714
48
25
1
2,857
8,571
25
26
2
5,714
14,285
52
27
3
8,571
22,856
81
28
-
-
-
-
29
1
2,857
25,713
29
30
2
5,714
31,427
60
31
5
14,285
45,712
155
32
5
14,285
59,997
160
33
3
8,571
68,568
99
34
4
11,428
79,996
136
35
1
2,857
82,858
35
36
6
17,142
100
216
JUMLAH
35
100
1.096
Kemudian di hitung nilai mean dan range dengan rumus sebagai berikut : M
∑f(x)
=
N M
=
1.096 35
M
=
31,3
Setelah diketahui nilai mean, peneliti membuat nilai kategori dengan cara dan langkah sebagai berikut: i
= R K
Keterangan : I
: Interval
R
: Range
K
: Jumlah kelas 3 (berdasarkan jumlah multiple choice)
Sedangkan mencari range (R) dengan menggunakan rumus : R
=H–L+1
H
= Jumlah item X Skor tertinggi, a = 3 = 12 X 3 = 36
L
= Jumlah item X skor terendah, c = 1 = 12 X 1 = 12
Jadi nilai rangenya adalah: R
=H–L+1
R
= 36 – 12 + 1
R
= 25
i
= R K
i
= 25 3 =
8,3
Dari hasil di atas dapat diperoleh nilai 8,3 dan dibulatkan menjadi 8. Sehingga interval yang bisa diambil adalah kelipatan 8. Untuk mengkategorikannya dapat diperoleh interval sebagai berikut:
Tabel 15 Nilai interval Perilaku Takaful Anak No.
Interval
Kategori
Kode
1
30 – 38
Tinggi
A
2
21 – 29
Sedang
B
3
12 – 20
Rendah
C
Tabel 16 Berdasarkan Hitungan Perilaku Takaful Anak No
Kategori
Kode
Jumlah
prosentase
1
Tinggi
A
26
74,29
2
Sedang
B
9
25,71
3
Rendah
C
0
0
Hasil di atas menunjukan perilaku takaful anak yang menunjukkan kategori tinggi ada 26 responden atau 74,29%, yang menunjukkan kategori sedang ada 9 responden atau 25,71% dan yang berada kategori rendah ada 0%
B. Analisis Kedua Mencari nilai korelasi antara persepsi anak tentang perilaku altruis orang tua dan takaful dirinya di dusun Garangan. Dalam analisis kedua ini penulis akan menganalisis hubungan persepsi anak tentang perilaku altruis orang tua dan takaful dirinya yang akan dikorelasikan dalam bentuk tabel koefisien korelasi, dimana persepsi anak tentang perilaku altruis orang tua sebagai variabel X dan perilaku takaful anak sebagai variabel Y. Tabel 17 Tabel Pembantu Analisis Product Moment No
X
Y
X2
Y2
XY
1
43
34
1849
1156
1462
2
38
33
1444
1089
1254
3
38
36
1444
1296
1368
4
31
24
961
576
744
5
37
31
1369
961
1147
6
39
27
1521
729
1053
7
39
32
1521
1024
1248
8
35
32
1225
1024
1120
9
47
32
2209
1024
1504
10
39
31
1521
961
1209
11
44
36
1936
1296
1584
12
45
36
2025
1296
1620
13
41
26
1681
676
1066
14
31
27
961
729
837
15
39
31
1521
961
1209
16
40
36
1600
1296
1440
17
39
26
1521
676
1014
18
47
36
2209
1296
1692
19
43
35
1849
1225
1505
20
39
30
1521
900
1170
21
41
24
1681
576
984
22
44
33
1936
1089
1452
23
39
27
1521
729
1053
24
39
25
1521
625
975
25
36
30
1296
900
1080
26
31
34
961
1156
1054
27
43
32
1849
1024
1376
28
42
32
1764
1024
1344
29
37
29
1369
841
1073
30
41
34
1681
1156
1394
31
34
33
1156
1089
1122
32
46
31
2116
961
1426
33
44
34
1936
1156
1496
34
42
31
1764
961
1302
35
37
36
1369
1296
1332
∑
1.390
1.096
55.808
34.774
43.709
Dari tabel tersebut dapat diketahui keterangan sebagai berikut: N
= 35
∑X
= 1.390
∑Y
= 1.096
∑ X2 = 55.808 ∑ Y2 = 34.774 ∑ X Y = 43.709 Dalam melakukan analisis hubungan antara persepsi anak tentang perilaku altruis orang tua dan takaful dirinya di Dusun Garangan Desa Garangan, penulis menggunakan rumus product moment. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:
rxy
XY
X Y N
2 X 2 X Y 2 Y N N 2
rxy=
43709 – 43526,86 √({55808 –55202,857}{34774 – 34320,5
rxy = 182,14 √{605,14}{453,5429} rxy =
182,14 523,89
rxy =
0,348
C. Pembahasan Setelah data dianalisis dengan menggunakan teknik product moment dan diperoleh rxy hitung sebesar 0,348, kemudian nilai rxy yang telah diketahui tersebut diadakan tes signifikasi, yaitu dikonsultasikan pada r tabel product moment dengan N = 35 pada taraf signifikasi 5% diperoleh nilai 0,334. Dengan ini dapat diketahui bahwa rxy hitung sebesar 0,348 > rxy tabel sebesar 0,334. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif
yang
signifikan antara persepsi anak tentang perilaku altruis orang tua dan takaful dirinya di Dusun Garangan Desa Garangan Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali.
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana telah dijabarkan pada babbab sebelunya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil pada tabel 11, persepsi anak tentang perilaku altruis orang tua yang menunjukkan kategori tinggi ada 16 responden atau 45,71%, yang menunjukkan kategori sedang ada 19 responden atau 54,29% dan yang berada pada kategori rendah ada 0% 2. Berdasarkan hasil pada
tabel 16,
perilaku takaful anak
yang
menunjukkan kategori tinggi ada 26 responden atau 74,29%, yang menunjukkan kategori sedang ada 9 responden atau 25,71% dan yang berada pada kategori rendah ada 0% 3. Dari penelitian yang di analisis secara statistik diperoleh hasil yang menjadi kesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi anak tentang perilaku altruis orang tua dan takaful dirinya. Hal ini terbukti dengan koefisien korelasi product moment dari hasil rxy
hitung
sebesar
0,348 sedangkan rxy tabel 0,334 product moment pada taraf signifikansi 5% = dengan N = 35 Dengan demikian hipotesis yang penulis ajukan diterima, berarti persepsi anak tentang perilaku altruis orang tua ada hubungan yang signifikan
dengan perilaku takaful dirinya disebabkan dari hasil perhitungan data yang diperoleh di lapangan menunjukkan rxy hitung > rxy tabel. B. SARAN Berdasarkan kesimpulan yang telah diperoleh dari hasil penelitian, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut : 1. Kepada seluruh orang tua di Dusun Garangan Desa Garangan Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali harus benar-benar mampu menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya. Karena orang tualah yang akan menjadikan anak-anak mereka akan berakhlak mulia atau sebalikya akan menjadi anak yang berakhlak buruk. 2. Kepada anak-anak di Dusun Garangan untuk selalu menjaga hubungan baik dengan orang lain dan melakukan kegiatan-kegiatan yang bisa mendapatkan manfaat yang baik serta menggali potensi agar tidak terjerumus kedalam hal-hal yang negatif. C. PENUTUP Mengakhiri penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan syukur yang tiada terkira kepada Allah S.W.T yang telah memberikan begitu banyak rahmat dan nikmat kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi tanpa halangan yang berarti dan dapat selesai sesuai target yang telah di cita-citakan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat berharap adanya
saran dan kritik yang
yang membangun dari pembaca sekalian demi
kesempurnaan skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat dijadikan bahan kajian yang lebih lanjut dan dapat membawa manfaat khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya. Serta bagi nusa dan bangsa, khususnya masyarakat Islam.
DAFTAR PUSTAKA Ad-Dahduh, Nashif Salman. 2006. Buku Pintar Muslim: Panduan Menuju Kesempurnaan dan Kesuksesan Hidup. Solo: Pustaka Arafah Ahmadi, Abu. 2009. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineka Cipta Amin, Moh. 2004. 10 Induk Akhlak Terpuji. Jakarta: Kalam Mulia Al-Migwar, Muhammad. 2011. Psikologi Remaja. Bandung: CV Pustaka Setia Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan dan praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta Az-Zhecolani, Ali Hasan. 2011. Kesalahan-Kesalahan Orang Tua Penyebab Anak Tidak Shalih. Jogjakarta: Diva Press Departemen RI. 2005. Al-qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: PT Syamil Cipta Media Durkheim, Emile. 1990. Pendidikan Moral: Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga Fatihuddin. 2010. Dahsyatnya Silaturahmi. Delta Prima Karya Febriani, Arum. 2012. Psikologi Jogjakarta: Pustaka Pelajar
Untuk
Kesejahteraan
Masyarakat.
Gunarso, Singgih. 2007. Psikologi Remaja. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia Halim, Mahmud Abdul Ali. 2004. Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani Hanis, Syam Yunus. 2008. Quantum Iklas. Jogjakarta: Optimus Listiyandari, Rosa. 2011. Parenting Tiada Batas. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Mustaqim, Abdul. 2005. Menjadi Orang Tua Bijak: Solusi Kreatif Menangani Berbagai Masalah Pada Anak. Bandung: Mizan Pustaka Maxwell, C John. 2010. Orang Tua Abad 21: Terobosan Orang Tua di Zaman Sulit. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Myers, G David. 2012. Psikologi sosial jilid 2. Jakarta: Salemba Humanika Nasir, A Sahilun. 2002. Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja. Jakarta: Kalam Mulia Simanjuntak. 1984. Latar Belakang Kenakalan Remaja. Bandung: Alumni
Soedarsono, Soemarno. 2009. Karakter Mengantar Bangsa Dari Gelap Menuju Terang. Jakarta: Media Komputindo S. Praja, Juhaya. 1997. Aliran-Aliran Filsafat dan Etika. Bandung: Yayasan Piara Sugiyono. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif R&D. Bandung: Alfa Beta Sutomo, Imam. 2010. Artikel: Pengembangan Moral Altruistik Dalam Konteks Tantangan Budaya Global. Forum Diskusi Bulanan STAIN Salatiga Syarbini dan Khusaeri. 2012. Kiat-Kiat Islami Mendidik Akhlak Remaja. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Tabroni. 2012. Relasi Kemanusiaan Dalam Keberagamaan: Mengembangkan Etika Sosial Melalui Pendidikan. Bandung: Karya Putra Darwati Walgiti, Bimo. 2003. Psikologi Sosial: Suatu Pengantar. Jogjakarta: Andi Offset http://faktor-altruistik.html.
http://implementasi-teori-altruis.html http://materi kuliyah psikologi “45” makasar.html. http://pengertian –sikap-dan-perilaku-psikologi.html.
Riwayat Hidup Penulis
Lahir di Desa Garangan Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali. Khabibah Tri Nurlaili merupakan anak ke-3 dari 4 bersaudara, dari pasangan Bapak Hamrowi dan Ibu Sri Sulasmi. Riwayat Pendidikannya mulai dari Taman Kanak-Kanak “Darma Wanita” di Desa Bandung, dilanjuntkan ke Sekolah Dasar Negeri (SD N) Bandung lulus tahun 2003, setelah lulus dari Sekolah Dasar Negeri (SD N) Bandung, melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 (SMP N 1) Wonoseoro. Lulus pada tahun 2006. Setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 (SMP N 1) Wonosegoro, melanjutkan sekolah di Madrasah Aliyah Negeri 1 (MAN 1) Boyolali lulus tahun 2009. Dan langsung melanjutkan setudinya ke Perguruan Tinggi Sekolah Tinggi Agam Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Selama di STAIN Salatiga Khabibah
bergelut di Organisasi, baik Intra
maupun Ekstra Kampus. Kegiatan Intra kampus yang pernah diikutinya adalah Lembaga Dakwah Kampus (LDK) “Darul Amal” periode 2010/2011. Sedangkan organisasi Ekstra Kampus yang diikutinya adalah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Salatiga dari tahun 2010 sampai sekarang. Sekripsi yang berjudul “Persepsi Anak tentang perilkau Altruis Orang Tua dan Takaful Dirinya di Dusun Garangan Desa Garangan Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali Tahun 2013 ” adalah karya Khabibah yang disusun guna memenuhi syarat untuk diperolehnya gelar Sarjana dalam ilmu Tarbiyah, yaitu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)