Achmat Mubarok
1
STUDI POLA PENDIDIKAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK DI DUSUN KARANGREJO GEMPOL PASURUAN Achmat Mubarok Universitas Yudharta Pasuruan
[email protected] Abstrak: Orang tua mempunyai peranan dan pengaruh penting terhadap pendidikan anakanaknya, terutama dalam pembentukan akhlak. Setiap orang tua memiliki pola atau cara yang berbeda dalam pembentukan akhlak diantaranya dengan memberikan bekal ilmu agama, pendidikan formal, dan tata krama. Adapun dampak pemberian pola pendidikan orang tua dapat dilihat dari segi perilaku positif dan negatif. Pola pendidikan yang benar dengan cara mengajarkan ilmu agama yang ditanamkan sejak kecil kepada anak sehingga akan memiliki kepribadian yang baik dan terbentuklah akhlakul karimah. Kata kunci: Pola Pendidikan, Pembentukan Kepribadian Pendahuluan Keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama bagi seorang anak, karena dari keluarga seorang anak mulai menerima pendidikan pertama dari orang tuanya. Dengan kasih sayang yang diberikan orang tua, mulai dari memberi nama yang baik, memberi nafkah, mengajari adab dan ilmu, dan berlaku adil diantara anakanaknya. Orang memegang peranan penting dan sangat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya, terutama dalam pendidikan akhlak. Oleh karena itu, orang tua harus menjaga dan mengarahkan dengan arahan yang benar menurut syariat Islam, sehingga anak bisa tumbuh menjadi seseorang yang berakhlak mulia, cerdas, kuat, kreatif, inisiatif, responsitif, beriman kepada
al-Murabbi, Volume 2, Nomor 1, 2016
2
Studi Pola Pendidikan Orang Tua dalam Pembentukan Kepribadian Anak
Rabbnya, dan terdidik dengan adab-adab yang sesuai dengan syariat Islam.1 Pelaksana utama dalam pendidikan dalam keluarga adalah peranan orang tua, tentulah kita sepakat bahwa orang tua memiliki tanggung jawab yang sangat besar dalam menciptakan sebuah lingkungan dan tatanan pendidikan yang baik.2 Agar supaya anak tidak mudah terpengaruh dalam hal-hal yang tidak diinginkan, dan di dalam mendidik seorang anak setiap orang tua memiliki beberapa pola atau cara dalam hal mendidik akhlak. Peran orang tua dalam membentuk karakter anak akan bisa terbentuk menjadi lebih baik, karena di dalam setiap mendidik seorang anak, orangtua mempunyai beberapa tujuan: (1) Membentuk akhlak, dan membentuk perilaku sopan santun anak; (2) Membentuk akidah dan keimanan anak; (3) Membentuk keilmuan dan pengetahuan anak; (4) Membentuk sisi sosial anak; (5) Membangun sisi kejiwaan dan perasaan anak.3 Seseorang yang mempunyai kepribadian yang kuat ia tidak akan mudah terpengaruh, dan di dalam pendidikan pengembangan potensi yang dimiliki anak juga sangat diperlukan dalam rangka untuk meningkatkan kecerdasan serta akhlak yang mulia. Persoalan akhlak ini sama sekali tidak bisa dipandang sebelah mata terkait dengan berhasil atau tidaknya dari proses pendidikan. Seorang anak tidak bisa dikatakan berhasil hanya dari penilaian kecerdasan intelektual semata, namun mengabaikan nilai-nilai yang masuk dalam ukuran akhlak. Setinggi apapun kecerdasan intelektual seseorang, jika akhlaknya buruk, ia pun akan dinilai buruk oleh masyarakat.4 Dari sinilah sesungguhnya keluarga dapat mengambil peran untuk turut serta mensukseskan pendidikan di Indonesia dalam wilayah yang paling kecil, yakni dalam keluarga. Sebagus Abdul Ghalib Ahmad Isa, Adab Al-Mu’amalah fi Al-Islam, (Solo Jawa Tengah: Perpustakaan Nasional RI. 2010), hlm 125-131. 2 Amirah, Mendidik anak di era digital, (Yogyakarta: LaksBang Pressindo, 2010), hlm 3-4. 3 Abu Amr Ahmad Sulaiman, Minhajuth Thiflil Muslim fii Dhau’ Al-kitab wa Assunnah, (Jakarta: Darul Haq, 2002), hlm 5-10. 4 Ibid, hlm 16-17. 1
al-Murabbi, Volume 2, Nomor 1, 2016
Achmat Mubarok
3
apapun pendidikan yang digerakkan oleh negara bila tidak didukung oleh pendidikan dalam keluarga, maka akan sulit mencapai keberhasilan 5 Dan hal yang paling mendasar adalah pendidikan akhlak, karena pendidikan akhlak akan berhasil apabila ditempuh melalui proses pendidikan, latihan, pembinaan, serta perjuangan keras dan sungguh-sungguh.6 Pada kenyataan di lapangan, usaha-usaha pembinaan akhlak melalui berbagai pendidikan dan melalui berbagai macam metode terus dikembangkan, hal ini menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina, dan pembinaan ini ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan Rasulnya, hormat kepada orangtua serta sayang kepada sesama makhluk Tuhan dan seterusnya, dan sebaliknya bahwa anak-anak yang tidak dibina akhlaknya, atau dibiarkan tanpa bimbingan, arahan, dan pendidikan, ternyata menjadi anak yang nakal, mengganggu masyarakat, melakukan berbagai perbuatan tercela dan seterusnya.7 Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan akhlak memang perlu dibina, keadaan pembinaan ini semakin terasa diperlukan terutama pada saat dimana semakin banyak tantangan dan godaan sebagai dampak dari kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan tekhnologi saat ini. Misalnya, orang akan dengan mudah berkomunikasi dengan apapun dan siapapun yang ada di dunia maya ini, yang baik atau yang buruk karena alat telekomunikasi. Peristiwa yang baik atau yang buruk dengan mudah dapat dilihat melalui pesawat televisi, internet, film, buku, tempat-tempat hiburan yang menyuguhkan adegan maksiat juga banyak, demikian pula produk obat-obat terlarang, minuman keras dan pola hidup materialistik dan hedonistik semakin merajalela. Semua ini jelas membutuhkan pembinaan akhlak dalam mendidik anak sehingga mempunyai akhlak yang baik sungguh menjadi dambaan, impian, dan harapan setiap orang tua. Namun Ibid, hlm 17-19. Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2006) hlm 156. 5 6
al-Murabbi, Volume 2, Nomor 1, 2016
4
Studi Pola Pendidikan Orang Tua dalam Pembentukan Kepribadian Anak
tidak banyak orang tua yang menyadari bahwa untuk mewujudkan impian tersebut dibutuhkan syarat-syarat yang harus dipenuhi. Karena anak yang memiliki akhlak baik tidak berasal dari pasar atau jalanan, apalagi mall. Anak yang memiliki akhlak dilahirkan dan dibesarkan dalam rumah yang dihuni oleh hamba-hamba Allah yang shaleh dan shalehah.8 Keshalihan kedua orang tua merupakan teladan yang baik bagi anaknya, orang tua mempunyai pengaruh yang besar bagi kejiwaan anaknya. Apabila kedua orang tua mempunyai kedisiplinan untuk bertakwa kepada Allah dan mengikuti jalan Allah, dan juga terus ada kerjasama antara kedua orang tua untuk menunaikan hal tersebut, maka anak akan ikut tumbuh pula dalam ketaatan dan kepatuhan kepada Allah. Karena sebagian keturunan menyerupai turunannya, sehingga didalam kesalahan orangtua dalam mendidik anak itu sangat berpengaruh besar dalam diri anak. Beberapa kesalahan yang biasanya dilakukan orangtua dalam mendidik anaknya yaitu: (1) kesalahan pertama memaki dan menghina anak; (2) kesalahan kedua melebihkan seorang anak dari yang lain; (3) kesalahan ketiga mendoakan keburukan bagi anak; (4) kesalahan keempat tidak memberi pendidikan kepada anak; (5) kesalahan kelima memanjakan anak; (6) kesalahan keenam tidak menanamkan kedisiplinan; (7) kesalahan ketujuh tidak menanamkan tanggung jawab; (8) kesalahan kedelapan tidak memberi keteladanan cinta; (9) kesalahan kesembilan terbiasa melayani; (10) kesalahan kesepuluh membiarkan membangkang.9 Melihat permasalahan di atas mengenai pandangan tingkah laku pendidikan akhlak di masyarakat yang bervariasi dalam mendidik anak, ada yang baik dan buruk, maka penulis berusaha mencari suatu konsep untuk menemukan pola pendidikan orang tua dalam membentuk akhlak anak. Adapun yang menjadi rumusan permasalahan dalam kajian ini adalah: (1) tentang pola pendidikan, dan penerapan orang tua dalam membentuk kepribadian; (2) tentang Ruqoyah Ridwan, Cara Bahagia Mendidik Anak Menuju Sukses Dunia Akhirat, (Jakarta Timur: Haqiena Media, 2014), hlm 48. 9 Paul Hauck, Mendidik Anak Dengan Berhasil, (Jakarta : Arcan, 1993) hlm 34 8
al-Murabbi, Volume 2, Nomor 1, 2016
Achmat Mubarok
5
dampak dari pola penerapan pendidikan kepribadian orang tua dalam membentuk kepribadian anak. Sikap Orang Tua Sikap orang tua terhadap anak sangat mempengaruhi kepribadian anak. Sikap yang baik yang dapat mendukung pembentukan kepribadian anak antara lain: 1. Penanaman Pekerti Sejak Dini Orang tua dan keluarga adalah penanggung jawab pertama dan utama penanaman sopan santun dan budi pekerti bagi anak. Baru kemudian, proses penanaman akan dilanjutkan oleh guru dan masyarakat. Ketiga unsur ini, menurut Achir, hendaknya bekerja sama secara harmonis. Sopan santun harus ditanamkan pada anak sedini mungkin. Sebab sopan santun dan tata karma adalah perwujudan dari jiwa yang berisi nilai moral. Untuk selanjutnya moral akan turut berkembang dengan yang lain dan akan dijadikan nilai sebagai pedoman dalam perilaku keseharian”. Penanaman nilai baik dan buruk sebaiknya dilakukan perlahanlahan, sesuai dengan tahap pertumbuhan anak, daya tangkap dan serap mentalnya. Ajarkan anak bersyukur setelah memperoleh sesuatu, ajarkan kejujuran, sopan santun, mencintai sesama, memelihara, memperbaiki, dan lainlain.10 2. Mendisiplinkan Anak Dengan penerapan disiplin pada anak sejak dini, akan menumbuhkan pribadi anak yang mandiri. Seorang anak akan belajar berperilaku dengan cara yang diterima masyarakat, dan sebagai hasilnya anak dapat diterima oleh anggota kelompok sosial mereka. Banyak orang tua yang tidak tahu apa yang harus dilakukannya ketika anak mulai melanggar aturan yang telah diterapkan bersama dalam keluarga. Yang terjadi kemudian adalah reaksi emosional yang akhirnya menimbulkan rasa bersalah orang tua. Pendekatan yang bisa digunakan orang tua Harris Clemes, Mengajarkan Disiplin Kepada Anak, (Jakarta: Mitra Utama, 2001) hlm 43. 10
al-Murabbi, Volume 2, Nomor 1, 2016
6
Studi Pola Pendidikan Orang Tua dalam Pembentukan Kepribadian Anak
adalah mengkombinasikan cinta dengan batasan-batasan yang telah disepakati bersama dalam keluarga. Stratton menekankan prinsip disiplin harus dibuat sangat individual, sesuai kebutuhan masing-masing anak dan keluarga.11 3. Menyayangi anak secara wajar Bagi ayah dan ibu yang bekerja sepanjang hari, atau mempunyai aktivitas sosial/organasasi yang berlebihan, kebanyakan menitipkan anaknya kepada ibu pengganti. Itu bisa berarti nenek atau saudara orang tua sendiri atau menggaji perawat/pengasuh anak. Walaupun tidak menemaninya sepanjang hari, sikap dan perilaku orang tua dalam memberikan kasih sayang sebaiknya dilakukan secara wajar. Jangan memanjakan anak sebagai imbalan atas hilangnya waktu bersama anak akibat kesibukan orang tua. Apalagi memanjakan anak karena merasa berdosa, karena meninggalkan anak seharian, menurut Hadis.12 4. Menghindari pemberian label Menghindari pemberian label “malas” pada anak Banyak orang tua yang acapkali memberi cap atau label “malas” kepada anaknya. Sebutan ini dapat merugikan anak sebab membuat anak kurang berusaha karena merasa upaya yang dilakukannya tidak akan diperhatikan. Bahkan anak akan berlaku sebagaimana diharapkan melalui label yang disandangnya itu. Label tersebut akan merusak pembangunan konsep diri anak yang dibentuk sejak masa kecil. Oleh karenanya, para orang tua hendaknya menghindari pemberian label “malas” kepada anaknya. Dengan label itu, anak akan merasa diperlakukan tidak adil menerima cap yang tidak pernah dikehendakinya, menurut Sitepu. Hal penting yang harus dilakukan orang tua justru membangun semangat anak. Hal ini dapat dilakukan melalui kepercayaan yang diberikan pada anak melalui kegiatan yang unik serta
Syafei Sahlan M, Bagaimana Anda mendidik Anak, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2006) hlm 53. 12 Ibid., hlm 54. 11
al-Murabbi, Volume 2, Nomor 1, 2016
Achmat Mubarok
7
mengandung tantangan atau dorongan lainnya. Sehingga anak menjadi individu yang mandiri. 5. Menghukum anak Hukuman yang diberikan orang tua kepada anak adalah hukuman yang dapat mendidik anak, bukan hukuman yang dapat membuat anak menjadi trauma. Asumsi bahwa tiap perilaku salah itu disengaja adalah tidak benar. Anak terkadang tidak mengerti apa yang telah dilakukannya itu perilaku yang benar atau salah. Hukuman juga perlu diberikan kepada anak, sehingga anak akan mengetahui perilaku yang telah dilakukannya itu benar atau salah. Adapun fungsi hukuman adalah: a. Menghalangi, hukuman menghalangi pengulangan tindakan yang tidak diinginkan oleh masyarakat. Bila anak menyadari bahwa tindakan tertentu akan dihukum, mereka bisaanya urung melakukan tindakan tersebut. b. Mendidik, sebelum anak mengerti peraturan, mereka dapat belajar bahwa tindakan tertentu benar dan yang lain salah dengan mendapat hukuman karena melakukan tindakan yang diperbolehkan. c. Motivasi, pengetahuan tentang akibat-akibat tindakan yang salah perlu sebagai motivasi untuk menghindari kesalahan tersebut. Kontribusi Orag Tua dalam Pembentukan Kepribadian Anak. Posisi keluarga mempunyai peranan yang sangat besar dalam mempengaruhi kehidupan dan perilaku anak. Kedudukan dan fungsi keluarga itu bersifat fundamental, karena keluarga merupakan wadah pembentukan watak dan akhlak yang pertama bagi anak.13 Orang tua merupakan orang yang lebih tua atau orang yang dituakan. Namun umumnya di masyarakat pengertian orang tua itu adalah orang yang telah melahirkan kita yaitu Ibu dan Bapak. Muhammad Hudi, Kesalahan dalam Mendidik Anak (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2013). Hlm 23. 13
al-Murabbi, Volume 2, Nomor 1, 2016
8
Studi Pola Pendidikan Orang Tua dalam Pembentukan Kepribadian Anak
Karena orang tua adalah pusat kehidupan rohani anak, maka setiap reaksi emosi anak dan pemikirannya dikemudian adalah hasil dari ajaran orang tuanya tersebut. Sehingga orang tua memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anakanak. 14 Kunci pertama dalam mengarahkan pendidikan dan membentuk mental anak terletak pada peranan orang tua, sehingga baik buruknya budi pekerti itu tergantung kepada budi pekerti orang tuanya Dalam rangka membangun kepribadian anak supaya jadi anak dengan kualitas kepribadian yang bagus, penulis mengajukan konsep agar orang tua sebagai pendidik dalam menanamkan nilai-nilai kepada anaknya sebaiknya berdasarkan ajaran agama Islam agar anak dapat melaksanakan fungsi sosialnya sesuai dengan norma agama, norma hukum, norma kesusilaan dan dengan akhlak yang mulia.15 Dalam keluarga, ayah adalah penanggung jawab dalam perkembangan anak-anaknya, baik secara fisik maupun secara psikis. Tugas ayah adalah memenuhi kebutuhan secara fisik seperti makan, minum, sandang dan sebagainya, ayah juga dituntun agar aktif dalam membina perkembangan pendidikan pada anak. Seorang Anak biasanya memandang ayahnya sebagai orang yang tertinggi prestasinya, sehingga seorang ayah dijadikan sebagai pimpinan yang sangat patut untuk dijadikan cermin bagi anaknya atau dengan kata lain ayah merupakan figur yang terpandai dan berwibawa. Dengan demikian, Setiap perilaku ayah merupakan contoh dorongan bagi anak untuk mengikutinya. 16 Adapun peran ibu dalam mendidikan anak sangat besar, bahkan mendominasi. Pendidikan seorang ibu terhadap anaknya merupakan pendidikan dasar yang tidak dapat diabaikan sama sekali. Baik buruknya pendidikan seorang ibu terhadap anaknya akan berpengaruh besar terhadap perkembangan dan watak
Ibid., hlm 25. Ibid., hlm 26. 16 Muhammad Syakir, Kepada anakku: “Selamatkan Akhlakmu” (Jakarta: Tarbiyatui Aulad fil Islam, 2000), hlm 76. 14 15
al-Murabbi, Volume 2, Nomor 1, 2016
Achmat Mubarok
9
anaknya dikemudian hari. Peranan ibu dalam pendidikan anakanaknya adalah sumber dan pemberi rasa kasih sayang, pen- gasuh dan pemelihara, tempat mencurahkan isi hati, pengatur kehidupan dalam rumah tangga, pendidik dalam segi-segi emosional. 17 Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua sangat mempengaruhi kepribadian anak. Penting bagi orang tua untuk mengetahui bagaimana cara mengasuh anak dengan baik sehingga terbentuklah kepribadian yang baik pula. Kepribadian anak terbentuk dengan melihat dan belajar dari orang-orang disekitar anak. Orang tua perlu menerapkan sikap dan perilaku yang baik demi pembentukan kepribadian anak yang baik. Pola asuh yang baik untuk pembentukan kepribadian anak yang baik.18 Adapun pengasuhan anak perlu disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak. Perkembangan anak dipengaruhi oleh 2 faktor, yakni faktor bawaan dan faktor lingkungan. Faktor bawaan merupakan sifat yang dibawa anak sejak lahir seperti sifat penyabar, pendiam, banyak bicara, cerdas atau tidak cerdas juga keadaan fisik seperti warna kulit, bentuk hidung sampai rambut. Faktor bawaan tersebut merupakan warisan dari sifat Ibu dan Ayah atau pengaruh sewaktu anak berada dalam kandungan, misalnya pengaruh gizi, penyakit dan lain-lain. Faktor bawaan dapat mempercepat atapun mengahambat atau justru melemahkan pengaruh dari luar yang masuk dalam diri anak. Oleh karna itu faktor bawaan memiliki peran yang cukup penting karna faktor tersebut juga bisa dijadikan sebagai acuan perbandingan antara satu anak dengan anak yang lainnya.19 Sementara itu faktor lingkungan merupakan faktor dari luar diri anak yang mempengaruhi proses perkembangan anak yang meliputi suasana dan cara pendidikan dalam suatu lingkungan tertentu, seperti lingkungan rumah atau keluarga dan hal lain seperti sarana prasarana yang tersedia, misalnya alat bermain atau lapangan
Ibid., 79. Ibid., hlm 80. 19 Abdullah Nasih Ulwan, Kamaruddin Sapa BA. Psikologi Kepribadian dan Ulama (Jenepotno: Tamala- tea, E. 2014), hlm 31. 17 18
al-Murabbi, Volume 2, Nomor 1, 2016
10
Studi Pola Pendidikan Orang Tua dalam Pembentukan Kepribadian Anak
bermain. Adapun faktor lingkungan dapat merangsang berkembangnya fungsi tertentu dari dalam diri anak yang dapat menghambat atau mengganggu kelangsungan perkembangan anak.20 Abdulah Nashih Ulwan menyatakan ada lima gaya asuh orang tua. yang pertama adalah gaya asuh orang tua eksesif yang bisa disederhanakan dengan ungkapan, “Awas! Ayah/Ibu bisa jadi marah”. Kedua, gaya asuh orang tua otoriter yang bisa dicontohkan dengan ungkapan, “Lakukan yang Ibu katakan!”. Ketiga adalah gaya asuh orang tua cuek. Orang tua seperti ini dalam pola asuhnya mengisyaratkan, “Lakukan apa yang kau inginkan!”. Keempat, gaya asuh orang tua absen, yakni orang tua yang bertindak seolah mereka tidak ada, hal ini biasanya karena orang tua yang sibuk bekerja. Seolah mereka mengatakan, “Tolong jangan ganggu saya!”. Adapun yang terakhir adalah gaya asuh orang tua pelatih (coach) yang menghadapi anaknya dengan gaya, “ungkapkan keinginan dan pandanganmu!”. 21 Selain pola asuh, sikap juga dapat mempengaruhi kepribadian anak. Ada beberapa sikap baik yang dapat mendukung pembentukan kepribadian anak antara lain: penanaman pekerti sejak dini, pendisiplinan anak sejak dini, menyayangi anak secara wajar dan enghindari pemberian label ”malas” pada anak. Kita harus berhati-hati dalam mendidik anak, Anak-anak biasa belajar cara berinteraksi dengan orang lain dengan mencontoh, berbagi dan menjadi teman baik. Mereka juga mempelajari sikap, nilai, prefensi pribadi dan beberapa kebiasaan dengan mengikuti contoh, termasuk cara mengenali dan menangani emosi mereka. Seorang anak belajar banyak dari perilaku mereka dengan mengamati dan meniru perilaku orang-orang disekitar mereka. Pengaruh keluarga pada perkembangan kepribadian bergantung sampai batas tertentu pada tipe anak. Misalnya, seorang anak yang sehat akan sangat berbeda reaksinya terhadap perlindungan orang tua yang berlebihan dibandingkan dengan 20 21
Ibid., hlm 31. Ibid., hlm 32. al-Murabbi, Volume 2, Nomor 1, 2016
Achmat Mubarok
11
seorang anak yang sakit dan lemah. Sikap, kebiasaan dan pola perilaku yang dibentuk selama tahun-tahun pertama sangat menentukan seberapa jauh individu-individu berhasil menyesuaikan diri dalam kehidupan ketika mereka bertambah tua. Kenyataan tersebut menyiratkan betapa pentingnya dasar-dasar yang diberikan orang tua pada anaknya pada masa kanak-kanak. Kenyataan yang terjadi pada masa sekarang adalah berkurangnya perhatian orang tua terhadap anaknya karena keduanya sama-sama bekerja. Kurangnya perhatiaan dari orang tua akan mengakibatkan anak mencari perhatian dari luar, baik dilingkungan sekolah dengan teman sebaya ataupun dengan orang tua pada saat mereka di rumah. Anak suka mengganggu temannya ketika bermain, membuat keributan di rumah dan melakukan halhal yang terkadang membuat kesal orang lain. Sedangkan orang tua yang tidak bekerja di luar rumah akan lebih fokus pada pengasuhan anak dan pekerjaan rumah lainnya. Anak sepenuhnya mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari orang tua. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan anak menjadi kurang mandiri, karena terbiasa dengan orang tua. Segala yang dilakukan anak selalu dengan pangawasan orang tua. Oleh karena itu, orang tua yang tidak bekerja sebaiknya juga tidak terlalu over protektif, sehingga anak mampu untuk bersikap mandiri. Latar belakang pendidikan orang tuapun mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan kepribadian anak. Orang tua yang mempunyai latar belakang pendidikan yang tingi akan lebih memperhatikan segala perubahan dan setiap perkembangan yang terjadi pada anaknya. Orang tua yang berpendidikan tinggi umumnya mengetahui bagaimana tingkat perkembangan anak dan bagaimana pengasuhan orang tua yang baik sesuai dengan perkembangan anak khususnya untuk pembentukan kepribadian yang baik bagi anak. Pada umumnya mereka dapat mengajarkan sopan santun kepada orang lain, baik dalam berbicara ataupun dalam hal lain. Berbeda dengan orang tua yang mempunyai latar belakang pendidikan yang rendah. Dalam
al-Murabbi, Volume 2, Nomor 1, 2016
12
Studi Pola Pendidikan Orang Tua dalam Pembentukan Kepribadian Anak
pengasuhan anak umumnya orang tua kurang memperhatikan tingkat perkembangan anak. Keluarga sebagai untit sosial terkecil dalam masyarakat mempunyai peranan yang sangat besar dalam mempengaruhi kehidupan dan perilaku anak. Kedudukan dan fungsi keluarga dalam kehidupan manusia bersifat fundamental karena pada hakikatnya keluarga merupakan wadah pembentukan akhlak. Tempat perkembangan anak semenjak anak dilahirkan sampai proses pertumbuhan dan perkembangannya baik jasmani maupun rohani adalah lingkungan keluarga. Oleh karena itu didalam keluarga orang tua merupakan tempat penanaman pertama akhlak karimah bagi semua anggota keluarga termasuk terhadap anak. Orang tua merupakan lingkungan pertama bagi anak yang sangat berperan penting dalam setiap perkembangan anak khususnya perkembangan kepribadian anak. Oleh karena itu, diperlukan cara yang tepat untuk mengasuh anak sehingga terbentuklah suatu kepribadian anak yang diharapkan oleh orang tua sebagai harapan masa depan. Pola asuh yang baik untuk pembentukan kepribadian anak adalah pola asuh orang tua yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tetap dengan pengawasan dan pengendalian orang tua. Sehingga terbentuklah karakteristik anak yang dapat mengontrol diri, mandiri, mempunyai hubungan yang baik dengan teman, mampu menghadapi stres dan mempunyai minat terhadap hal-hal baru. Pola asuh orang tuapun sangat mempengaruhi setiap kepribadian yang telah terbentuk. Dari urain tersebut di atas, adapun dalam cara pengasuhan orang tua yang bekerja dan orang tua yang tidak bekerja berbeda. Cara pengasuhan orang tua yang mempunyai pendidikan yang tinggi dan orang tua yang mempunyai pendidikan yang rendah, dan juga pola asuh orang tua yang tingkat perekonomian menengah keatas dan orang tua yang perekonomiannya menengah kebawah. Masing-masing pola asuh yang telah diberikan orang tua mempunyai pengaruh yang besar tehadap pembentukan kepribadian anak.
al-Murabbi, Volume 2, Nomor 1, 2016
Achmat Mubarok
13
Pada dasarnya ada dua faktor yang mempengaruhi kepribadian seseorang, yaitu frame of experience (pola yang terbentuk dari pengalaman) dan frame of refference (pola yang terbentuk dari rujukan/ norma-norma). Frame of experience adalah pengalaman yang merupakan hasil interaksi manusia dengan lingkungannya (apa yang didengar, dilihat dan dirasa) dan boleh jadi pengalaman pada masa usia dini (balita sampai remaja) akan membentuk tata nilai yang permanen pada anak manusia. Sementara frame of refference adalah rujukan dari beberapa norma-norma yang telah ada yang dijadikan acuan oleh seorang anak dalam menentukan sikapnya.22 Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kenakalan anak yang diakibatkan oleh pengaruh lingkungan, pertemanan sebaya dan penggunaan waktu luang. Faktor yang paling dominan menjadi penyhebab kenakalan remaja adalah ayah tidak bisa jadi idola dan Ibu tidak ada waktu. Dalam lingkungan rumah, seorang ayah yang diidolakan anak tidak mampu memberikan suri tauladan terhadap anak-anaknya dan seorang ibu yang merupakan pendidik utama dan pertama lebih suka mengejar nafkah di luar rumah dan meninggalkan kewajibanya sebagai seorang Ibu. Dalam lingkungan sekolah, para pendidik lebih cenderung memposisikan dirinya sebagai pengajar yang hanya bertugas sebagai pentransfer pengetahuan dan tidak memberikan contoh yang baik, serta adanya kurikulim pendidikan yang tidak lagi berorientasi pada pembentukan kepribadian/karakter (imtaq) dan hanya berperan sebagai pembekalan ilmu pengetahuan (IPTEK). Metode Berdasarkan pada rumusan permasalahan, maka dalam penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus dengan disain berbentuk funnel. Strategi penelitian ditempuh melalui orientasi teoritik fenomenologis, kehadiran peneliti di lapangan, data primer diperoleh melalui informan kunci, tehnik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Tehnik analisis data http://psikologi-tentang-bimbingan-orang-tua-dalam-membina-akhlak-anakusia-pra-sekolah-di-lingkungan-keluarga/, diakses pada tanggal 10 oktober 2015. 22
al-Murabbi, Volume 2, Nomor 1, 2016
14
Studi Pola Pendidikan Orang Tua dalam Pembentukan Kepribadian Anak
dilakukan melalui reduksi data, penyajian data, dan verivikasi. Pengecekan keabsahan data dilakukan bersama-sama pengumpulan data, dan setelah semua data terkumpul, selanjutnya diterapkan tehnik triangulation, dan peer debriefing. Hasil Temuan dan Pembahasan Pola pendidikan orang tua dalam memebentuk akhlak anak pada dasarnya merupakan cara yang efektif untuk mengetahui faktor keberhasilan orang tua dalam mendidik anak. Orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam proses perkembangan anaknya, jadi pola pendidikan orang tua didasari dengan interaksi antara orang tua dengan anak, di mana orang tua bermaksud menstimulasi anaknya dengan mengubah tingkah laku, pengetahuan, serta nilai-nilai agama yang dianggap paling tepat oleh orang tua. Untuk mengetahui pola-pola dalam membentuk akhlak anak, dapat dilihat berdasarkan cara dan tujuan orang tua dalam mendidik dan membentuk akhlak anaknya. Berdasarkan hasil temuan di lapangan, terdapat tiga macam pola pendidikan orang tua yang diterapkan dalam membentuk akhlak anak untuk menjadi anak soleh atau solehah yang disajikan dalam bentuk diagram gambar berikut: Gambar 1: Pola pendidikan orang tua dalam pembentukan akhlak Pola Pendidikan Orang Tua Tata Krama
Ilmu Agama
Sopan Santun kepada orang tua
Sholat
Menghormati sesama
Membaca Al-Quran Pesantren al-Murabbi, Volume 2, Nomor 1, 2016
Pendidikan Formal
Achmat Mubarok
15
Berdasarkan diagram gambar di atas, dapat didiskripsikan bahwa terdapat tiga pola pendidikan yang diberikan orang tua dalam pembentukan akhlak anak ditinjau dari tujuannya; pertama, melalui pendidikan tatakrama dengan mengajarkan etika sopan santun kepada orang tua dan etika menghormati sesama; kedua, melalui pendidikan ilmu agama dengan mengajarkan anak untuk melaksanakan sholat lima waktu, belajar dan membaca Al-quran melalui taman pendidikan Al-quran, atau memondokkan putraanya ke pesantren; ketiga, dengan menyerahkan pendidikan sepenuhnya kepada mebaga pendidikan formal. Orang tua mempunyai peranan yang pertama dan utama bagi anak-anaknya untuk membawa anak kepada kedewasaan hidup bermasyarakat, maka orang tua harus memberi contoh yang baik karena anak suka melakukan imitasi atau meniru tingkah laku orang tuanya. 23 Hal tersebut dibenarkan oleh Imam al-Ghazali pernah mengibaratkan bahwa orang tua itu seperti cermin bagi anakanaknya. Dalam membentuk akhlak anak, dibutuhkan pola-pola orang tua dalam mendidik anak, diantaranya dengan menanamkan ilmuilmu agama sejak dini seperti halnya orang tua mempunyai cara tersendiri untuk menerapkanya, diantaranya sejak kecil sudah dibekali ilmu agama kedalam diri anak-anaknya dengan melatih sholat berjamaah, membaca al-Qur’an, menghafal doa-doa, mengajari tata cara sopan santun dan memberikan arahan untuk mendalami ilmu agama dengan cara memasukkan anak ke dalam pesantren. 24 Hal tersebut dikuatkan dengan teori dari Abu Amr Ahmad Sulaiman 25 dan hadist Nabi Muhammad SAW, tujuan utama pendidikan adalah membentuk akhlak dan di dalam hadits sesungguhnya menjelaskan, akhlak itu lebih penting karena seluruh ibadah tujuan utamanya adalah memurnikan akhlak.
Ruqoyah Ridwan, Op. Cit: hlm 51. HW.1. dengan orangtua yang bernama Bapak Muhadi dan Ibu Sofiyah, tanggal 20 Juni 2015. 25 Abu Amr Ahmad Sulaiman, Op. Cit: hlm 5. 23 24
al-Murabbi, Volume 2, Nomor 1, 2016
16
Studi Pola Pendidikan Orang Tua dalam Pembentukan Kepribadian Anak
Adapun tujuan membentuk akhlak berdasarkan hasil yang diperoleh di lapangan memiliki tujuan supaya anak memiliki kepribadian yang baik, memiliki sopan santun terhadap orangtua, mempunyai pegangan ilmu agama yang kuat, menjadi anak sholeh dan berguna bagi orang lain.26 Hal serupa dipaparkan dalam teori Ruqoyah Ridwan dalam bukunya yaitu cara bahagia mendidik anak menuju sukses dunia akhirat bahwa, agar supaya anak mempunyai bekal ilmu agama dan dapat menjadi anak yang shaleh, karena setiap harapan orang tua ingin mempunyai anak shaleh, sebab jika mereka telah tiada anak shalehlah yang akan mendoakan orang tuanya. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat simpulkan bahwa sejak anak menjadi tanggungjawab kedua orang tuanya, posisi orang tua sebagai panutan untuk anak-anaknya dan mendidik mereka untuk memiliki akhlak yang baik, dengan menanamkan nilai-nilai agama yang kuat, mengajari tata krama terhadap orangtua, guru dan saudara, dan memberikan pendidikan formal. Namun hal itu orang tua tetap membimbing dan mengarahkan kearah yang benar sehingga akhlak anak itu sendiri akan terbentuk sejak kecil, sehingga akan terbawa sampai dia dewasa nanti. Adapun cara yang digunakan orang tua dalam menerapkan pola pendidikan dalam pembenentukan kepribadian anak memiliki lima pola penerapan yaitu: (1) aturan, bebas, terkontrol; (2) aturan, bebas, tanpa terkontrol; (3) aturan, terkontrol; (4) bebas, tanpa terkontrol. Menurut Baumrind 27 pola penerapan pendidikan terhadap anak dilakukan dengan cara: (1) pola pendidikan demokratis yaitu memprioritaskan kepentingan anak tetapi tetap mengendalikan; (2) pola pendidikan otoriter yaitu menerapkan peraturan yang dilakukan orang tua secara sepihak; 3) pola pendidikan permisif yaitu memberikan kebebasan kepada anak tanpa mengendalikannya; 4) pola pendidikan otoritatif yaitu membebaskan tetapi dalam jangkauan pengawasan orang tua. 26 27
HW.1. dengan semua informan, tanggal 20 Juni 2015. Syamsu Yusuf, Op. Cit: hlm 50-51. al-Murabbi, Volume 2, Nomor 1, 2016
Achmat Mubarok
17
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa yang harus dihindari oleh orang tua adalah pola pendidikan yang terlalu berlebihan, karena segala sesuatu yang berlebihan akan menjadi tidak baik. Jika orangtua terlalu ketat atau kaku memberikan peraturan kepada anak sehingga mengekang kebebasannya bisa membuat anak menjadi pemberontak. Jika terlalu memberikan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh anak akan membuat anak menjadi tergantung pada orang tua sehingga tidak bisa membuat keputusan sendiri. Sedangkan jika anak dibiarkan terlalu bebas akan membuatnya tidak tahu aturan. Pola pendidikan harus disesuaikan dengan konteks kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki oleh anak. Oleh karena itu pola pendidikan orang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam memberikan pendidikan akhlak. Adapun dalam proses membentuk akhlak dengan memberikan pola penerapan aktivitas anak seperti sebuah peraturan yang diberikan orang tua baik di dalam maupun di luar rumah, serta memberikan kebebasan dan pengawasan. Sedangkan dampak dari pola pendidikan orang tua dalam membentuk kepribadian anak mempunyai dua dampak kepribadian, yakni: dampak kepribadian lebih baik, dan dampak kepribadian tidak baik. Sehingga dari dampak tersebut orang tua dapat menilai keberhasilan dalam mendidik anak dan sebagai alat intropeksi diri dalam menggunakan pola pendidikan yang diterapkan. Dampak tersebut dapat dilihat dari segi nilai positif dan negatif. Dengan mengetahui hal ini orang tua dapat melakukan pendekatan lagi untuk meningkatkan pola pendidikan dan penerapan yang digunakan, berikut ini gambaran yang menunjukkan dampak dari penerapan pola pendidikan orang tua dalam pembentukan kepribadian.
al-Murabbi, Volume 2, Nomor 1, 2016
18
Studi Pola Pendidikan Orang Tua dalam Pembentukan Kepribadian Anak
Gambar 2: Dampak Pola Penerapan Orang Tua dalam Pembentukan Kepribadian Dampak Pola Penerapan Orang Tua
Positif
Negatif
Rajin Beribadah
Jauh dari agama
Taat Pada Orang tua
Tidak patuh sama orang tua
Jujur Bermanfaat bagi sesama Dalam pola penerapan pendidikan orang tua dalam membentuk kepribadian anak memberikan dampak pengaruh yakni pengaruh positif dan negativee. Pengaruh positif dari penerapan pola pendidikan yang diberikan oleh orang tua dapat dilihat dari tingkah laku anak tersebut, dampak perubahan positif yang dapat terlihat dari tatacara sopan santun terhadap orangtua, mandiri dalam beribadah, berkepribadian baik (jujur), sampai bermanfaat bagi masyarakat. Adapun dampak negatif yang muncul dalam diri seorang anak terlihat dari ibadahnya kurang, terkesan jauh dari agama, serta tidak memiliki sopan santun dan kurang terdidik. Dengan demikian dari dampak pola asuh orang tua terdapat pencapaian hasil yang baik dan buruk karena dipengaruhi dari cara didikan orangtua masing-masing. Amirah dalam bukunya berjudul mendidik anak di era digital kunci sukses keluarga muslim membenarkan bahwa membentuk akhlak anak adalah upaya orangtua di dalam mempersiapkan anaknya agar mampu
al-Murabbi, Volume 2, Nomor 1, 2016
Achmat Mubarok
19
membentengi diri, sehingga mampu membedakan mana yang positif dan mana yang negatif.28 Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkaan bahwa perlu diadakannya perbaikan dan peningkatan, jika anak sudah baik ditingkatkan dan diarahkan sehingga anak menjadi lebih baik lagi, jika anak belum baik diperlukan perubahan disertai arahan dan bimbingan intensif sehingga akan terbentuk menjadi akhlak yang baik pula. Kesimpulan Pola pendidikan orang tua dalam pembentukan kepribadian seorang anak dapat dilakukan dengan memberikan bimbingan tata krama yang baik dalam hidup bermasyarakat sehingga seorang anak akan memiliki etika sopan santun yang baik, baik terhadap orang tua, maupun sesama mahluq Allah SWT. Selain itu orang tua juga bisa meberikan pendidikan ilmu agama seperti membimbing sholat, mengaji atau belajar membaca Al-Quran, memberikan pendidikan formal seperti ke madrasah atau ke pesantren. Pola penerapan pendidikan yang dilakukan orang tua terhadap anak melalui model pemberian aturan, bebas, dan terkontrol; pemberian aturan, bebas, tanpa terkontrol; pemberian aturan, dan terkontrol; bebas, tanpa terkontrol. Dampak dari pola penerapan pendidikan orang tua dalam membentuk kepribadian anak mempunyai dua dampak yakni dampak positif dan negatif. Dampak positif bersumber dari pola penerapan orang tua mempunyai aturan dan terkontrol, dan bebas namun masih terkontrol. sedangkan dampak negatifnya ditimbulkan dari penerapan pola pendidikan orang tua yang yang tanpa memberikan aturan dan bebas tanpa terkontrol. Dampak yany timbul dari segi positif yakni rajin beribadah, taat pada orangtua, jujur, berguna bagi masyarakat, sedangkan dari segi negatifnya yakni anak jauh dari agama dan tidak patuh pada orangtua.
28
Amirah, S,Pd., M.Si., Op. Cit : hlm 51 al-Murabbi, Volume 2, Nomor 1, 2016
20
Studi Pola Pendidikan Orang Tua dalam Pembentukan Kepribadian Anak
Daftar Pustaka Amirah. 2010. Mendidik Anak Diera Digital Kunci Sukses Keluarga Muslim. Yogyakarta: Laksbang Pressindo. Asrori, Ma’ruf. 2009. Akhlaq Bersamasyarakat. Surabaya : Al-Miftah. Dahlan, M., Al Barry. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Gunawan, Heri. 2014. Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Gunawan, Imam. 2014. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hafizh Suwaid, Abdul Muhammad Nur. 2006. Manhaj At- Tarbiyyah An Nabawiyyah lit-Thifl. Solo : Pustaka Arafah. Indah. 2010. Cara Cerdik Mendidik Anak. Jakarta: PT. Java Pustaka Media Utama. Isa’ Ahmad, Ghalib Abduh. 2010. Adab Al- Mu’amalah fi Al-Islam. Solo: Pustaka Arafah. Khalid, Amru. 2007. Berakhlak Seindah Rasulullah. Semarang: Pustaka Nuun. Muhaimin, Akhmad. 2011. Pendidikan yang Membebaskan. Ar-Ruzz Media. Mustaqim, Abdul. 2007. Akhlak Tasawuf Jalan Menuju Revolusi Spiritual. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Nata, Abuddin. 2006. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Paul Hauck. 1993. Mendidik Anak dengan Berhasil. Jakarta: Arcan Ridwan, Ruqoyah. 2014. Cara Bahagia Mendidik Anak. Jakarta Timur: Haqiena Media. Sopiatin Popi, Sahrani Sohari. 2011. Psikologi Belajar Dalam Perspektif Islam. UIN Malang: Anggota IKAPI. Sulaiman Ahmad, Abu Amr. 2002. Minhajuth Thiflil Muslim Fii Dhau’ Al-Kitab Wa As-Sunnah. Jakarta: Darul Haq.
al-Murabbi, Volume 2, Nomor 1, 2016