PERSEPSI ANAK TERHADAP PERILAKU KEKERASAN ORANG TUA DI SDN 01 PALEBON SEMARANG Herlinda Johanna¹, Ns. M. Fatkul Mubin, M.Kep, Sp. Jiwa², Ns. Eny Hidayati, M.Kep.³ ¹Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes UNIMUS,
[email protected] ²Dosen Keperawatan Jiwa Fikkes UNIMUS,
[email protected] ³Dosen Keperawatan Jiwa Fikkes UNIMUS,
[email protected] Abstrak Latar Belakang: Jumlah kekerasan dalam rumah tangga terhadap ibu rumah tangga di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan kasus yang diterima dari Kementrian Pemerdayaan perempuan dan Perlindungan anak (KPPPA) tercatat tahun 2009 sebanyak 145.586 kasus KDRT pada ibu rumah tangga. Meningkat lagi tahun 2010 sebanyak 154.250 kasus. Sementara itu memasuki tahun 2011 kasus yang meningkat 169.107 kasus. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui gambaran persepsi anak terhadap perilaku kekerasan orangtua di SDN 01 Palebon Semarang. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas 5 di SDN 01 Palebon yang berjumlah 77 siswa. Sampel sebanyak 44 siswa dengan teknik pengambilan sampel menggunakan proposive random sampling. Hasil Penelitian: Persepsi anak pada gambaran pengetahuan perilaku kekerasan yang paling dipahami kekerasan fisik sebanyak 19 anak (43,2%). Bentuk-bentuk perilaku kekerasan yang dipahami anak pada perilaku kekerasan fisik (menendang) sebanyak 32 anak (72,7%), untuk kekerasan psikis (memaki-maki) sebanyak 32 anak (72,7%), pada kekerasan seksual yaitu (pemaksaan seksual) sebanyak 35 anak (79,5%), dan pada kekerasan sosial, ekonomi untuk (memaksa bekerja) sebanyak 31 anak (70,5%), sedangkan pada penelantaran (acuh tak acuh) sebanyak 32 anak (72,7%). Penyebab perilaku kekerasan adalah pemarah sebanyak 32 anak (73%). Respon dari perilaku kekerasan adalah sedih sebanyak 32 anak (73%). Saran : Pihak Sekolah diharapkan lebih membina komunikasi dengan siswa. Orang Tua diharapkan lebih memperhatikan kebutuhan psikologisnya dengan memberi kasih sayang yang penuh, sehingga anak dapat tumbuh dengan baik, baik secara fisik ataupun psikologisnya . Kata kunci: Persepsi, anak, perilaku kekerasan orang tua. Pustaka: 60 (2000 – 2013 )
1
The Perception of Children About Parent’s Violence Behavior At SDN 01 Palebon Semarang Abstract Background: The number of domestic violence against the housewives in Indonesia has increased from year to year. Based on the cases received from the Ministry of women and child protection Pemerdayaan (KPPPA) was recorded in 2009 as much as DOMESTIC VIOLENCE cases on the 145.586 housewife. Increasing again in 2010 as much as 154.250 case. Meanwhile entered year 2011 which increased case 169.107 case. Objective: To describe children perception of the image of the violent behavior of parents in SDN 01 Palebon Semarang. Methods: This research type is quantitative descriptive approach. The population in the study are all grade 5 students in SDN 01 Palebon totalling 77 students. Sample as many as 44 students with techniques of sampling using random sampling proposive. Results: Perceptions of children on an idea of knowledge to understand the behavior of the most violent physical abuse were 19 children (43.2%). The forms of violent behavior that the child understood the behavior of physical violence (kicking) a total of 32 children (72.7%), For psychological violence (cursing) as many as 32 children (72.7%), Sexual violence is (sexual coercion) of 35 children (79.5%), violence and the social, economic (work force) by 31 children (70.5%), while on neglect (indifferent) as many as 32 children (72.7%). The causes of violent behavior is grumpy as many as 32 children (73%). The response of violent behavior is sadly a total of 32 children (73%). Conclusions: The school is expected to foster more communication with students. Parents are expected to pay more attention to their psychological needs by giving full affection, so that the child can grow properly, both physical and psychological. Keywords: Perception, child, violent behavior of parents. Library: 60 (2000 - 2013)
2
PENDAHULUAN Dalam konteks Indonesia, Soeroso (2010) menjelaskan bahwa penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah tangga dapat digolongkan menjadi dua faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor-faktor di luar diri si pelaku kekerasan. Individu yang tidak memiliki perilaku agresif dapat melakukan tindak kekerasan bila berhadapat dengan situasi yang menimbulkan frustasi, misalnya kesulitan ekonomi yang berkepanjangan atau perselingkuhan yang dilakukan suami atau istri.
Menurut Data World Vision Indonesia menemukan angka 1891 kasus kekerasan selama tahun 2009, padahal pada tahun 2008 hanya 1600 kasus. Kompilasi dari sembilan surat kabar nasional menemukan data 670 kekerasan pada anak selama tahun 2009, sementara tahun 2008 sebanyak 555 kasus. Pengaduan ke KPAI selama tahun 2008 ada 580 kasus dan tahun 2009 ada 595 kasus (Ason, 2010).
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan salah satu jenis kekerasan yang menjadi masalah kesehatan global. Studi dari berbagai negara menunjukkan, angka kejadian KDRT berkisar antara 15-71%. Di Indonesia, kasus kekerasan terhadap perempuan cenderung mengalami peningkatan. Jumlah kasus kekerasan pada tahun 2010 meningkat sekitar 5 kali dibandingkan tahun 2006. KDRT merupakan kasus yang mendominasi dalam kasus kekerasan terhadap perempuan yaitu 96% pada 2010. Dalam catatan tahunan Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan tahun 2011, korban KDRT yang terbanyak adalah perempuan dalam rentang usia produktif yaitu, usia 25-40 tahun (Afandi,2012).
Kekerasan Perempuan dan Anak semakin meningkat setiap tahunnya. Berdasar data yang dipantau Pusat Data dan Informasi Komnas PA sejak Januari hingga Juni 2013, terdapat 1.032 kasus kekerasan yang menimpa anak. Dari jumlah tersebut, sebanyak 535 kasus atau sekitar 52 persen merupakan kasus kekerasan seksual. Selebihnya, kasus kekerasan fisik sebanyak 294 kasus, kekerasan psikis sebanyak 203 kasus (Aji, 2013). 3
METODOLOGI Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode pendekatan deskriptif penilaian deskriptif. Sampel dalam penelitian ini yaitu siswa kelas 5 di SDN 01 Palebon Semarang yangb berjumlah 44 siswa, dengan teknik purposive random sampling atau secara acak. Alat pengumpulan data menggunakan lembar kuesioner berupa check list persepsi anak terhadap perilaku kekerasan orang tua yang telah diuji expert. Proses penelitian berlangsung tanggal 25 Maret 2014. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat.
HASIL Tabel 1
Distribusi responden berdasarkan persepsi anak pada gambaran pengetahuan perilaku kekerasan orang tua
Gambaran Pengetahuan perilaku kekerasan orang tua
Jumlah
Persentase (%)
Kekerasan fisik
19
43,2%
Kekerasan psikis
13
29,5%
Kekerasan seksual
12
27,3%
Jumlah
44
100 %
Tabel 2 Distribusi responden berdasarkan bentuk-bentuk perilaku kekerasan Bentuk-bentuk perilaku kekerasan
Jumlah
Persentase (%)
Menendang
32
72,7 %
Memaki-maki
32
72,7 %
Pemaksaan seksual
35
79,5%
Memaksa bekerja
31
70,5%
Acuh tak acuh
32
72,7%
4
Tabel 3 Distribusi responden berdasarkan persepsi anak pada penyebab perilaku kekerasan ( pemarah) Pemarah
Jumlah
Persentase (%)
Tidak setuju
12
27 %
Setuju
32
73 %
Jumlah
44
100 %
Tabel 4 Distribusi responden berdasarkan persepsi anak pada respon perilaku kekerasan orang tua Sedih
Jumlah
Persentase (%)
Tidak setuju
12
27 %
Setuju
32
73 %
Jumlah
44
100 %
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa persepsi anak terhadap gambaran pengetahuan perilaku kekerasan fisik lebih banyak dari pada kekerasan lainnya yaitu sebanyak 19 anak (43,2 %). Menurut hasil yang didapat, persepsi anak lebih memahami tentang kekerasan fisik, karena di lingkungan sekitar lebih banyak mengenal berbagai macam kekerasan fisik. Dari cara mereka bergaul, mengungkapkan amarahnya kepada temannya atau lawan jenis, dari apa yang mereka amati di lingkungan sekitar baik di lingkungan sekolah ataupun di rumah. Mereka memahami hal tersebut karena perlakuan kekerasan fisik seperti memukul lebih sering mereka amati dari pada perlakuan kekerasan psikis ataupun seksual. Berbagai hal ini terkait dengan semakin maraknya fenomena kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi di lingkungan dan maraknya pemberitaan tentang kekerasan dalam rumah tangga. Hal ini mendorong timbulnya perhatian yang lebih dari masyarakat sehingga mempermudah untuk mempersepsikannya khususnya di kalangan anak sekolah (Ginting, 2008).
5
Bentuk-bentuk perilaku kekerasan dapat terbagi beberapa macam, yaitu : Pada kekerasan fisik sebagian besar menendang diperoleh dengan 32 anak (72,7%). Pada kekerasan psikis diperoleh memaki-maki yang jumlahnya sebagian besar sebanyak 32 anak (72,7%). Pada kekerasan seksual diperoleh pemaksaan seksual nilai terbanyak dengan jumlah 35 anak (79,5%). Sedangkan kekerasan sosial, ekonomi persepsi anak yang menyatakan setuju terhadap memaksa bekerja dan tidak memberi nafkah seimbang yaitu sebanyak 31 anak (70,5%). Untuk penelantaran yang menyatakan setuju pada acuh tak acuh sebagai penelantaran terhadap keluarga sebanyak 32 anak (72,7 %). Menurut hasil penelitian Familier and Work Institute and The Coloradu Tourt Amerika Serikat (1999), dari 200.000 anak pernah dipukul atau dilukai 74.000 anak (37%), dan diserang dengan senjata 32.000 anak (16%) (Azwar, 2005).
Penyebab Orang Tua melakukan perilaku kekerasan yang menyatakan bahwa pemarah adalah salah satu penyebab terjadinya perilaku kekerasan orang tua yaitu sebanyak 32 anak (73 %). Tindak kekerasan terhadap istri dalam rumah tangga terjadi dikarenakan telah diyakini bahwa masyarakat atau budaya yang mendominasi saat ini adalah patriarkhi, dimana laki-laki adalah superior dan perempuan inferior sehingga laki-laki dibenarkan untuk menguasai dan mengontrol perempuan. Hal ini menjadikan perempuan tersubordinasi. Di samping itu, terdapat interpretasi yang keliru terhadap stereotipi jender yang tersosialisasi amat lama dimana perempuan dianggap lemah, sedangkan laki-laki, umumnya lebih kuat (Ichwan, 2010).
Respon dari perilaku kekerasan orang tua sebagian besar diperoleh oleh kategori sedih sebagai respon dari perilaku kekerasan yaitu sebanyak 32 anak (73%). Menurut Irwanto (2002), perkembangan kesehatan mental pada pihak korban kekerasan dalam rumah tangga mengalami perlakuan yang salah pada umumnya lebih lambat dari manusia yang normal, yaitu akan mengalami gangguan kepribadian kesehatan mental yaitu menjadi kurang percaya diri, harga diri rendah, dan selalu menganggap dirinya tidak sempurna sebagai seorang istri yang
6
sakinah dalam melayani suami atau pasangannya. Kemudian koping individu tidak efektif, takut serta tingkat kecemasan yang tinggi. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian mengenai persepsi anak terhadap perilaku kekerasan orang tua di SDN 01 Palebon, Semarang dapat diambil kesimpulan diantaranya Gambaran pengetahuan perilaku kekerasan orang tua terhadap anak, dapat diketahui bahwa persepsi anak terhadap definisi perilaku kekerasan fisik lebih banyak diketahui yaitu sebanyak 19 anak (43,2 %). Bentuk-bentuk perilaku kekerasan dapat terbagi beberapa macam, yaitu : Pada kekerasan fisik sebagian besar menendang diperoleh dengan 32 anak (72,7%). Pada kekerasan psikis diperoleh memaki-maki yang jumlahnya sebagian besar sebanyak 32 anak (72,7%). Pada kekerasan seksual diperoleh pemaksaan seksual nilai terbanyak dengan jumlah 35 anak (79,5%). Sedangkan kekerasan sosial, ekonomi persepsi anak yang menyatakan setuju terhadap memaksa bekerja dan tidak memberi nafkah seimbang yaitu sebanyak 31 anak (70,5%). Untuk penelantaran yang menyatakan setuju pada acuh tak acuh sebagai penelantaran terhadap keluarga sebanyak 32 anak (72,7 %). Penyebab Orang Tua melakukan perilaku kekerasan yang menyatakan bahwa pemarah adalah salah satu penyebab terjadinya perilaku kekerasan orang tua yaitu sebanyak 32 anak (73 %). Respon dari perilaku kekerasan orang tua sebagian besar diperoleh oleh kategori sedih sebagai respon dari perilaku kekerasan yaitu sebanyak 32 anak (73%). Oleh karena itu Orang Tua diharapkan lebih memperhatikan kebutuhan psikologisnya dengan memberikan kasih sayang yang penuh dengan tidak menggunakan perilaku kekerasan, sehingga anak dapat tumbuh dengan baik, baik secara fisik ataupun psikologisnya.
7
KEPUSTAKAAN Afandi, D. 2012. “ Karakteristik Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga”, Pekanbaru: Fak. Kedokteran Universitas Riau. Alwisol . 2006 . Psikologi Kepribadian. Edisi Revisi. Malang: Umm Press Anantasari . 2006 . Akibat Kekerasan Terhadap Istri Pada Aspek Psikologi, Fisik, Seksual, Ekonomi . Indonesia Health Journal Public : Jakarta Arikunto, S. 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta. Ason, (2010). Pendidikan Kekerasan hasilkan generasi kekerasan. http://www.borneotribune.com/citizen-jurnalism/pendidikan-kekerasanhasilkan-generasi-kekerasan.html. Aziz, A., & Hidayat. (2008). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Salemba Medika: Jakarta. Azrul, A., & Joedo, P. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta:Binurupa Aksara. Azwar, S. 2005. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Budiary. 2008. KDRT: http://liputankita.com diakses 14 Desember 2013. Cummings, E.M., Zahn-Waxler, C. and Radke-Yarrow, M. 1981, 'Young children's responses to expressions of anger and affection by others in the family', Child Development, vol.52, pp.1274-82. Davis, L. and Carlson, B. (1987), 'Observation of spouse abuse: what happens to the children?', Journal of Interpersonal Violence vol.2, no.3, pp.278- 91. deLange, C. (1986), 'The family place children's therapeutic program', Children's Today, pp.12-15 Dharmono, S., & Diatri, H. (2008). Kekerasan Dalam Rumah Tangga: Dampaknya Terhadap Kesehatan Jiwa. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. Effendi, F. (2009) . Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik dalam Keperawatan : Jakarta. Elita, V., dkk. (2010). Persepsi perawat tentang perilaku kekerasan yang dilakukan pasien di Ruang rawat inap Jiwa RSJ Provinsi Riau. Riau: RSJ Provinsi Riau.
8
Fatoni, A. (2010). Tingginya angka kekerasan pada anak. http://www.wikimu.com/news/display news.aspx?id=10185. Gelles, R. J (Eds.). 1993. Current Controversies on Families Violens. New York Park-London-New Delhi. Sage Publication. Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS, BadanPenerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Ginting, P. (2008). Persepsi Remaja Terhadap Perilaku Seksual PraNikah, Jurnal. Ginott, H.G. (2001). Between parents and child. Jakarta : P.T. Gramedia Pustaka Utama. Hanifah, 2007, Permasalahan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dan Alternatif Pemecahannya, Jurnal Hayati, E. N . 2000 . Panduan Untuk Pendamping Perempuan Korban Kekerasan Konseling Berwawasan Gender. Yogyakarta: Rifka Annisa Hughes, H. (1986). Research with children in shelters: implications for clinical services, Children Today, vol.15, no.2, pp.21-5. Ichwan, 2010. Teori lingkaran kekerasan, Blog at wordpress.com (Dikutip tanggal 18 November 2013). Irwanto . 2002 . Psikologi Umum . Jakarta : PT . Gramedia Pustaka Utama Jaffe, P., Wolfe, D., and Wilson, S.K. (1990), Children of Battered Women, Sage Publications, California. Kedaulatan Rakyat. (2009). Selama 2009, Kasus KDRT Peringkat Teratas. Jumat, Desember 2013 Keliat, B.A., dkk. 2012. Proses Keperawatan Jiwa, Edisi 2. Jakarta: EGC. KOMNAS Perempuan, 10 Tahun Reformasi: Kemajuan dan Kemunduran Perjuangan Melawan Kekerasan dan Diskriminasi Berbasis Jender, Jakarta: Komnas Perempuan, 2008. KPPPA, 2012. Data Kasus Kekerasan terhadap perempuan Indonesia. Diakses dari (http://news. Detik. Com/ 2012/ 06/ 15 KPPPA) Tanggal 6 Desember 2013 Latipun. (2010) . Psikologi Konseling . Malang : Universitas Muhamadiyah Malang Press.
9
Mathias, J., Mertin, P. and Murray, B. (1995). 'The psychological functioning of children from backgrounds of domestic violence', Australian Psychologist, vol.30, no.1 (March). Mulyana . 2000 . Ilmu Perilaku Kesehatan Sari dan Aplikasi . Yayasan PK- 3 Makasar. Mulyana, D. 2007. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya. Murni, A., & Salmah. (2013). Hubungan pengetahuan orang tua dengan persepsi tentang kekerasan pada anak. Jakarta: Kebidanan Poltekes Kemenkes. Notoatmodjo. 2010. Metodologi penelitian kesehatan . Jakarta: PT Rineka Cipta. Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika Nurul, I, I . 2004 . Pornografi dalam Pemberitaan . (Dalam Jurnal Perempuan) . Jakarta : Yayasan Jurnal Perempuan Putri, A. M., & Santoso, A. (2012). Persepsi orangtua tentang kekerasan verbal pada anak. Semarang: FK UNDIP. Rahmat, J. (2009). Psikologi Komunikasi. Bandung. Remaja Rosdakarya. Roffiudin. 2012. Kekerasan Pada Anak di Jawa Tengah Mengerikan. http://www.tempo.co/read/news/2012/01/20/058378656/Kekerasan-pada Anak-di-Jawa-Tengah-Mengerikan. Diunduh 5 Februari Sagala, Sondang. M. W. (2009). Persepsi Masyarakat tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga selama kehamilan di Lingkungan 03 Kelurahan 2 kecamatan Medan Belawan. Medan: Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Sumatra Utara. Saputri, A.H. (2008). Persepsi istri terhadap kekerasan dalam rumah tangga ditinjau dari kecerdasan emosional dan tingkat pendidikan. Semarang: FP UNIKA. Saraswati, R. 2009 . Prempuan dan Penyelesaian Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Jakarta : EGC Sarwono, S.W. 2004. Psikologi remaja. Jakarta : Rajawali Press
10
Soeroso, M.H. (2010). Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dalam Perspektif Yuridis-Viktimologis. Jakarta: Sinar Grafika. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC. 1995 Solihin, L. (2004). Tindakan Kekerasan Pada Anak Dalam Keluarga. Jurnal pendidikan penabur-No.03/Th.III/Desember 2004. Stuart, G.W. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3. Jakarta: EGC. 2009 Sugiyono. (2000). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta. Tempo . (2012) . Kasus KDRT Peringkat Teratas . Rabu 7 Februari : Semarang. Thoha, M. 2003. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. UU No. 23, 2004. Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan. Jakarta: Kementrian Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia. Wahyu, A. 100 Anak Indonesia Korban Kekerasan Seksual Setiap Bulan.2013. (Diakses 25 Oktober 2013) dari file:///E:/Data/100%20Anak%20Indonesia%20Korban%20Kekerasan%2 0Seksual%20Setiap%20 Bulan%20-%20Tribunnews.com.html Walgito, B. (2004). Pengantar psikologi Umum. Jakarta: Penerbit Andi. Wardah, F. 2013. Komnas Perempuan: 60 Persen Korban KDRT Hadapi Kriminalisasi, http://www.voaindonesia.com/content/komnas-perempuan60-persen-korban-kdrt-hadapi-kriminalisasi/1750372.html Winardi. 2002. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Yosep, I. 2008. Keperawatan Jiwa. Jakarta:Reflika Aditama. Yuliani, F. (2008). Pengaruh Partisipasi Masyarakat terhadap Upaya Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Kota Pekanbaru, Jurnal. Zastrow, C., & Bowker, L. (1984). Social Problems: Issues and Solutions, Chicago: Nelson-Hall.
11