Sikap Mendukung Orang Tua Terhadap Kekerasan Fisik pada Anak Balita Oktyah Rochnita1, Mustikasari2 1
Jurusan Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Kampus FIK UI, Depok, 16424, Indonesia 2 Departemen Keperawatan Jiwa, Universitas Indonesia, Kampus FIK UI Depok, 16424, Indonesia Email:
[email protected]
Abstrak Kekerasan fisik pada anak merupakan tindakan melukai fisik anak dengan sengaja. Orang tua umumnya menganggap kekerasan fisik pada anak merupakan hal yang wajar dalam pengasuhan anak. Penelitian ini bertujuan menggambarkan persepsi sikap orang tua yang melakukan kekerasan fisik pada anak yang berusia dibawah 5 tahun (balita). Desain penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif sederhana. Sampel Ibu yang melakukan kekerasan fisik pada anak balita dan memiliki tipe keluarga inti di wilayah Sukabumi Utara Jakarta Barat sebesar 129 responden (total sampling) dan metode pengambilannya dengan metode cluster random sampling. Hasil penelitian didapatkan sebanyak 76 responden (58.9%) sikap orang tua mendukung perilaku kekerasan fisik. Penelitian ini memberikan rekomendasi bagi perawat jiwa dan perawat anak untuk memberikan pencegahan bertambahnya perilaku kekerasan fisik oleh orang tua dengan konseling dan membentuk komunitas orang tua sebagai system pendukung. Kata kunci: anak balita, kekerasan fisik, persepsi, orang tua, sikap
Abstract Physical child abuse is threat and bodily injury action for children by their parents or caregivers. Commonly, parent argued that physical abuse is normal for parenting style. The purpose of this descriptive research was to identify attitude perception’s abusive mother toward physical child abuse for children 0-5 years old. This research use simple descriptive design. 129 physical abusive mothers in Kelurahan Sukabumi Utara Jakarta Barat were being the sample (total sampling). The technique sampling was using cluster random sampling. The result showed that 76 respondents (58.9%) mothers had good attitude toward physical child abuse that means mother agree to used physical abuse for her parenting. This study provided recommendations to pshyciatric nurses and also pediatric nurses to increase the prevention of physical child abuse by their parents or other care giver with provide counseling institutional and parents group for improve their support system. Keywords: attitude, children under five, parent, perception, physical abuse
Pendahuluan Balita merupakan anak dengan memiliki rentang usia 1-5 tahun yang juga merupakan kelompok anak pada masa bayi, toddler dan pra sekolah (Depkes, 2009 & Wong, 2001). Balita memiliki karakteristik berdasarkan tumbuh kembangnya yang terjadi terus menerus. Berdasarkan perkembangan psikologis, anak balita khas dengan sifat temper tantrum yaitu kemandirian anak dalam menolak disiplin yang berasal dari orang tua (Wong, 2001). Orang tua beranggapan bahwa sifat temper tantrum, emosi yang tidak stabil, dan negativisme anak merupakan hal yang
mengganggu orang tua sehingga tidak sedikit orang tua mengatasi masalah ini dengan marah. Selain itu persepsi orang tua yang menganggap bahwa anak mereka merupakan kategori anak yang sulit diatur karena emosi yang berubah-ubah, menangis sepanjang malam, dan tidak mengerti mana hal yang baik dan hal yang buruk mengakibatkan kemarahan serta perilaku menghukum dengan kekerasan umum rentan dilakukan (Olive, 2007 & Wong, 2001). Penelitian ini semakin penting dilakukan karena banyaknya angka kejadian kekerasan fisik yang terjadi pada anak. Berdasarkan laporan pelayanan perlindungan anak di USA
Gambaran persepsi..., Oktyah Rochnita, FIK UI, 2014
(Child Protective Service) dijelaskan bahwa 906.000 dari 2.9 juta kasus yang terlapor ialah masalah kekerasan anak serta pengabaian (Gordon, 2006). Penelitian lain terkait kekerasan anak ini juga dilakukan oleh Bolger and Patterson (2001) menyatakan bahwa 53.84% anak mengalami kekerasan fisik dan sisanya mengalami kekerasan seksual. Pelaku kekerasan fisik ini sebagian besar dilakukan oleh orang tuanya sendiri (Erna, 2012). Crouch & Behl (2001) juga melakukan penelitian kepada 41 orang tua, dan dinyatakan sebanyak 75% (31 orang tua) berpotensi melakukan kekerasan fisik pada anak, dan salah satu penyebabnya adalah stress pada orang tua.
Sementara di Indonesia, Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Budi Sam Law Malau mencatat mulai Januari sampai akhir Juni 2013 terdapat 1032 kasus kekerasan anak terjadi di Indonesia dan diantaranya ada 294 kasus atau 28% adalah kekerasan fisik (Widianto, 2013). Penyebab kekerasan pada anak tidak hanya diakibatkan karena kondisi orang tua sedang merasa tertekan namun orang tua ingin mendidik anaknya menjadi lebih disiplin dan patuh kepada orang tua, dan menurut Komnas PA menyatakan bahwa di Indonesia 60% orang tua menggangap hal ini wajar dilakukan (Dursin, 2005). Anak yang mengalami kekerasan sebagian besar terjadi pada anak yang berusia dibawah 5 tahun (Dursin, 2005). Menurut penelitian lain (Solihin, 2004) juga menyatakan bahwa kasus kekerasan fisik tertinggi terjadi pada anak usia 0-5 tahun (32.3%) dan terendah di usia 13-15 tahun (16.2%). Studi awal peneliti yang dilakukan di Kelurahan Sukabumi Utara Jakarta Barat yaitu pada tahun 2014. Peneliti melakukan studi awal di Jakarta Barat dikarenakan Jakarta Barat menurut Komnas PA dalam Suprapto (2013) merupakan salah satu daerah yang memiliki angka kejadian kekerasan anak cukup tinggi (19.06%). Peneliti melakukan wawancara mengenai cara pengasuhan kepada 5 orang tua yang memiliki anak balita. Peneliti mewawancarai apa yang pernah
dilakukan orang tua jika menghadapi anak yang sulit diatur dan bagaimana pandangan orang tua terhadap tindakan yang telah dilakukan. Hasil wawancara dengan orang tua menyatakan bahwa melakukan kekerasan fisik seperti memukul, mencubit dan menjewer merupakan bentuk kekerasan fisik yang umum dilakukan oleh orang tua. Para orang tua juga mengatakan hal ini dilakukan sebagai bentuk hukuman ketika anak sulit diatur dan mengganggu orang tua. Bahkan orang tua mengaku bahwa mereka mencubit anak hingga lebam (berwarna biru) sehingga anak menjadi menangis, dan tak jarang anak bersembunyi/menarik diri ketika orang tua melakukan hal tersebut. Berdasarkan data yang didapat, maka hal ini akan berdampak lebih lanjut terhadap kondisi psikologis anak. Peneliti juga menyebarkan kuesioner sebanyak 52 kuesioner di wilayah tersebut. Kuesioner yang disebarkan berisi tindakan apa saja yang dilakukan pada anak yang sulit diatur dan juga sikap seperti apa yang diyakini orang tua terhadap kekerasan fisik. Didapatkan data sebanyak 80.8% dari 52 orang tua melakukan kekerasan fisik pada anak. Bentuk kekerasan fisik yang umum dilakukan orang tua tersebut adalah mencubit sebanyak 63.3%, menjewer sebanyak 53.3%, dan memukul sebanyak 36.7%. Berdasarkan hasil tersebut didapatkan sebanyak 53.3% orang tua memiliki tingkat kesesuaian terhadap kekerasan fisik yang tidak baik. Hal ini dimaksudkan bahwa orang tua kurang memahami jenis-jenis perilaku kekerasan fisik. Di lain hal juga sebanyak 53% orang tua memiliki persepsi baik terhadap kekerasan fisik dan juga orang tua mendukung hukuman fisik perlu dilakukan dalam mendidik anak. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana gambaran persepsi sikap orang tua terhadap perilaku kekerasan fisik pada anak balita di wilayah kelurahan Sukabumi Utara Jakarta Barat?
Metode Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian deskriptif sederhana. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
Gambaran persepsi..., Oktyah Rochnita, FIK UI, 2014
cluster random sampling. Peneliti menetapkan kriteria inklusi penelitian diantaranya yaitu ibu yang memiliki dan mengasuh anak balita (0-59 bulan) dan bertempat tinggal di RW 01-11 Kelurahan Sukabumi Utara, ibu yang melakukan tindakan kekerasan fisik pada anaknya, memiliki struktur keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak, bersedia menjadi responden, dan dalam keadaan sehat jasmani dan rohani. Jumlah sampel didapatkan berdarkan hasil survey peneliti, sehingga sampel yang digunakan adalah total sampel yang berjumlah 129 orang tua yang melakukan kekerasan fisik. Menurut Komisi Etik Riset UI (2013) prinsipprinsip penelitian yang krusial dan harus dilakukan dijelaskan dalam kode etik penelitian Universitas Indonesia yang diantaranya yaitu menghormati harkat dan martabat manusia, menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian, keadilan dan inklusivitas atau keterbukaan, dan memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan dari penelitian ini. Pengukuran penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu karakteristik orang tua dan persepsi sikap orang tua terhadap kekerasan fisik. Kuesioner yang mengukur karakteristik orang tua terdiri dari usia orang tua, tingkat pendidikan terakhir orang tua dan status pekerjaan orang tua. Kuesioner yang berisi persepsi sikap orang tua terhadap kekerasan fisik pada anak menggunakan instrument yang berasal dari penelitian sebelumnya yaitu penelitian Park (1999) yang berjudul Korean Immigrant Mother’s Attitude Toward Child Physical Abuse: An Ecological Perspective. Pengukuran instrument ini menggunakan 4 skala Likert yaitu sangat setuju, setuju, kurang setuju dan tidak setuju. Kuesioner ini mengukur beberapa komponen dan telah dilakukan uji validitas oleh peneliti dari tiap komponen. Komponen-komponen persepsi sikap tersebut terdiri dari tingkat kesesuaian terhadap kekerasan fisik (α: 0,489-0,614, r tabel: 0,367), konflik taktik (α: 0,642-0,939, r tabel: 0,367), keyakinan dalam menggunakan hukuman fisik (α: 0,409-0.816, r tabel: 0,367)
dan persepsi mengenai kekerasan fisik (α: 0,449-0,699, r tabel: 0,367) Pengolahan data untuk karakteristik ibu dan persepsi sikap orang tua menggunakan uji univariat Data kategorik dianalisis dalam bentuk proporsi atau persentase, sedangkan data numerik dianalisis dalam bentuk tendensi sentral (mean, median, modus). Karakteristik ibu berupa usia ibu menggunakan data numerik sedangkan status pekerjaan dan tingkat pendidikan terakhir menggunakan data kategorik. Persepsi sikap orang tua menggunakan data kategorik. Pengukuran persepsi sikap orang tua dilakukan berdasarkan nilai dalam skala Likert, orang tua yang memiliki nilai lebih besar atau sama dengan dari nilai mean total (≥ 66.47) maka memiliki sikap baik (mendukung) perilaku kekerasan fisik sedangkan orang tua yang memiliki nilai < 66.47 memiliki sikap tidak baik (menolak) perilaku kekerasan fisik. Penelitian ini juga menggambarkan komponen dari persepsi sikap orang tua. Penilaian komponen persepsi terhadap kekerasan fisik ialah orang tua memiliki persepsi yang baik terhadap kekerasan fisik jika nilainya lebih besar atau sama dengan nilai median (≥ 6) sedangkan persepsi yang tidak baik jika orang tua memiliki nilai > 6. Komponen tingkat kesesuaian terhadap kekerasan fisik juga diukur jika orang tua memiliki nilai kurang dari nilai mean (< 33.28) maka orang tua memiliki tingkat kesesuaian baik, sedangkan nilai ≥ 33.28 maka tingkat kesesuaian orang tua tidak baik. Komponen keyakinan penggunaan hukuman fisik juga menunjukkan keyakinan yang baik jika nilai orang tua lebih besar atau sama dengan nilai mean (≥ 22.4), dan sebaliknya. Terakhir, komponen konflik taktik yang menggambarkan agresi orang tua dalam menghadapi anak yang nakal memiliki nilai ≥ 4 maka penggunaan perilaku agresi orang tua yang besar/ sering, sedangkan jika bernilai < 4 maka penggunaan perilaku agresi yang terbatas.
Hasil
Gambaran persepsi..., Oktyah Rochnita, FIK UI, 2014
Hasil penelitian pada tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata usia ibu adalah 33.27 tahun (SD: 6.075, 95% CI: 32.21-34.33) dengan rentang usia ibu minimal dan maksimal yaitu 18 tahun hingga 47 tahun. Tabel 1. Distribusi Rata-Rata Karakteristik Responden Menurut Usia (n= 129 ) Variabel Mean SD Min95% CI Maks Usia 33.27 6.075 18-47 32.2134.33
Pada tabel 2 ini didapatkan hasil bahwa pendidikan terakhir orang tua paling banyak ialah SMA yaitu sebanyak 65.9%. Pendidikan terakhir lainnya yang juga memiliki jumlah yang cukup banyak sebesar 17.1% adalah orang tua dengan pendidikan terakhir SMP. Hal ini dapat disimpulkan bahwa orang tua tersebut memiliki tingkat pendidikan menengah. Hasil status pekerjaan orang tua di Kelurahan Sukabumi Utara adalah tidak bekerja sebanyak 81.4%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa orang tua yang tidak bekerja lebih banyak daripada orang tua yang bekerja. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan Terakhir dan Status Pekerjaan (n=129) Variabel Frekuensi Presentase (%) Tingkat Pendidikan Terakhir SD 7 5.4 SMP 22 17.1 SMA 85 65.9 D3 4 3.1 S1 11 8.5 Status Pekerjaan Tidak Bekerja 105 81.4 Bekerja 24 18.6
Berdasarkan hasil analisis, didapatkan bahwa orang tua yang memiliki persepsi baik terhadap kekerasan fisik lebih banyak yaitu sebesar 100 orang tua (77.5%) daripada orang tua yang memiliki persepsi tidak baik terhadap perilaku kekerasan fisik. Tingkat kesesuaian terhadap kekerasan fisik juga didapatkan hasil bahwa orang tua memiliki tingkat kesesuaian yang tidak baik terhadap kekerasan fisik sebanyak 80 orang (62%). Hasil ini lebih besar jika dibandingkan
dengan tingkat kesesuaiaan orang tua yang baik terhadap kekerasan fisik yaitu sebesar 49 responden (38%). Orang tua yang memiliki keyakinan penggunaan hukuman fisik yang tidak baik pada penelitian ini memiliki hasil yang lebih besar sebanyak 76 orang tua (89%) dan hasil sebaliknya bahwa orang tua yang memiliki keyakinan yang baik terhadap kekerasan fisik memiliki hasil sebanyak 76 orang tua (58.9%). Komponen lain yang meliputi perilaku agresi orang tua yaitu komponen konflik taktik didapatkan hasil bahwa orang tua di Kelurahan Sukabumi Utara menggunakan perilaku agresi fisik yang besar sebesar 73 responden (56.6%) dan sisanya sebanyak 56 responden (43.4%) menggunakan perilaku agresi fisik yang terbatas Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Komponen Persepsi Orang Tua Terhadap Kekerasan Fisik (n=129)
Variabel
F
%
Persepsi orang tua terhadap kekerasan fisik a. Persepsi Baik
100
77.5
29
22.5
b. Persepsi Tidak Baik Tingkat kesesuaian terhadap kekerasan fisik a. Baik b. Tidak Baik Keyakinan terhadap hukuman fisik a. Baik b. Tidak Baik Konflik Taktik a. Penggunaan perilaku agresi fisik yang besar b. Penggunaan perilaku agresi fisik terbatas
49 80
38 62
53 76
41.1 58.9
73
56.6
56
43.4
Sementara itu, hasil persepsi sikap secara keseluruhan didapatkan persepsi sikap orang tua yang melakukan kekerasan fisik pada anak balita bahwa orang tua di Kelurahan Sukabumi Utara ini memiliki sikap yang baik sebanyak 76 (58.9%) dan jumlah yang lebih
Gambaran persepsi..., Oktyah Rochnita, FIK UI, 2014
kecil sebesar 53 (41.1%) orang tua memiliki sikap yang tidak baik terhadap perilaku kekerasan fisik.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Persepsi Sikap Orang Tua yang Melakukan Kekerasan Fisik pada Anak Balita (n= 129) Persepsi Sikap Frekuensi Presentase (%) Orang Tua Sikap Baik 76 58.9 Sikap Tidak 53 41.1 Baik
Pembahasan Karakteristik yang diteliti pada penelitian ini adalah usia, tingkat pendidikan terakhir, dan status pekerjaan ibu. Hasil penelitian ini didapatkan rata-rata usia ibu yang melakukan kekerasan fisik di Kelurahan Sukabumi Utara Jakarta Barat adalah 32.21-34.33 tahun dengan usia yang paling muda ialah 18 tahun dan usia paling tua adalah 47 tahun. Berdasarkan hasil tersebut, ibu yang melakukan kekerasan fisik pada anak balita di wilayah Kelurahan Sukabumi Utara Jakarta Barat ini dapat dikatakan berada pada tahap perkembangan dewasa awal. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian lain yang menyatakan bahwa usia orang tua yang melakukan kekerasan fisik pada anak rata-rata berusia 34.53 tahun dan pada CI 95% usia orang tua tersebut diantara 34 sampai 35 tahun dan masih termasuk dalam usia dewasa awal (Walsh, 2006). Hal ini juga didukung oleh penelitian Haskett, Scott, Grant, Ward, Robinson (2003) yang juga mengidentifikasi orang tua yang melakukan kekerasan fisik ini memiliki ratarata usia dewasa awal (32.9 tahun). Kejadian ini dapat terjadi akibat ketidaksiapan orang tua dalam mengasuh anak yang mengakibatkan stress. Usia yang masih muda dapat meningkatkan stress orang tua dalam menghadapi perilaku anak, stress yang meningkat ini yang dapat menimbulkan orang tua melakukan tindakan kekerasan kepada anak (Crouch & Behl, 2001 & Goldman, 2003).
Penelitian ini juga menghasilkan rata-rata tingkat pendidikan orang tua di wilayah Kelurahan Sukabumi Utara Jakarta Barat tersebut. Mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan terakhir yaitu SMA (65.9%). Orang tua pada penelitian ini sebagian besar memiliki kesadaran dan kemauan yang cukup tinggi dalam meningkatkan status pendidikannya. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Haskett, Scott, Grant, Ward, Robinson (2003) yang melibatkan orang tua yang melakukan kekerasan fisik pada anak untuk diukur perilaku kognitifnya dalam memberikan asuhan. Pada penelitian tersebut juga diidentifikasi karakteristik Ibu, salah satunya adalah tingkat pendidikan Ibu. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar Ibu yang melakukan kekerasan fisik memiliki tingkat pendidikan menengah/sekolah menengah atas (36%). Hasil tersebut semakin rendah seiring dengan semakin tingginya tingkat pendidikan Ibu. Namun pada penelitian lainnya yaitu penelitian McPherson, Lewis, Lynn, Haskett & Behrend (2008) didapatkan hasil yang berbeda bahwa sebagian besar ibu yang melakukan kekerasan fisik tersebut memiliki status pendidikan dibawah sekolah menengah atas. Perbedaan hasil ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang berbeda secara tidak langsung memberikan pengaruh terhadap pola pengasuhan orang tua kepada anak. Pada penelitian ini dinyatakan bahwa ibu yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi juga memiliki potensi untuk melakukan kekerasan fisik. Karakteristik lainnya yang juga diteliti adalah status pekerjaan ibu. Status pekerjaan ini dibagi menjadi dua yaitu bekerja dan tidak bekerja (Nursanti, Djamaludin, Puspitawati, 2011). Pada penelitian ini dihasilkan bahwa Ibu yang melakukan kekerasan fisik mayoritas tidak bekerja sebanyak 81.4%. Hal ini sesuai pada penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa orang tua yang tidak bekerja cenderung setuju untuk melakukan kekerasan fisik pada anak dengan memukul anak (30%) (Qasem, Mustafa, Kazem & Shah., 1998). Orang tua ataupun ibu yang
Gambaran persepsi..., Oktyah Rochnita, FIK UI, 2014
tidak bekerja menjadi salah satu penyebab status ekonomi tidak sesuai dengan kebutuhan keluarga. Penelitian ini menggambarkan persepsi sikap orang tua yang melakukan kekerasan fisik pada anak balita. Berdasarkan hasil uji statistic untuk tiap komponen persepsi sikap orang tua didapatkan bahwa komponen persepsi orang tua terhadap kekerasan adalah baik (77.5%). Orang tua yang memahami perilaku kekerasan ini adalah hal yang baik sehingga orang tua tersebut merasa wajar melakukan kekerasan fisik. Ini terbukti bahwa orang tua pada karakteristik penelitian ini adalah orang tua yang melakukan kekerasan pada anaknya. Hal ini sesuai dengan penelitian Park (1999) yang juga menjelaskan persepsi orang tua terhadap kekerasan fisik ini adalah baik dilakukan orang tua. Bagi penelitian tersebut, orang tua memahami bahwa hukuman fisik bukan termasuk kekerasan fisik sehingga orang tua menerima jika anak dihukum dengan hukuman fisik seperti dipukul, ditampar, dan dicubit karena kenakalannya. Hasil penelitian ini juga sesuai pada penelitian Robertson (2007) yang meneliti persepsi orang tua terhadap kekerasan fisik pada anak yang juga dilihat dari pandangan hukum di Canada dan dinyatakan bahwa orang tua setuju melakukan perilaku tersebut sebagai cara untuk menghukum anak. Orang tua meyakini bahwa hukuman fisik itu normal dilakukan selama dalam batas yang wajar. Batasan yang wajar pada perilaku ini ditentukan dari frekuensi tindakan tersebut. Jika orang tua melakukan hukuman fisik sekali dalam seminggu atau setiap hari maka hal tersebut baru dikatakan melanggar hukum di Canada. Komponen tingkat kesesuaian terhadap kekerasan fisik ini juga menghasilkan tingkat kesesuaian yang tidak baik (62%). Hal ini diartikan bahwa orang tua tidak memahami bentuk-bentuk perilaku kekerasan fisik. Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Park (1999) yang menyatakan orang tua imigran Korea menganggap bahwa sebanyak 34.7% orang tua menganggap memukul
dengan tangan bukan merupakan kekerasan pada anak dan juga memukul dengan tongkat kayu juga dianggap bukan merupakan bentuk kekerasan anak (81.9%). Orang tua melakukan hal tersebut dikarenakan tindakan kekerasan ini wajar dan umum dilakukan orang tua dan sudah menjadi kebiasaan orang tua di Korea. Tidak hanya faktor pengetahuan dan banyaknya informasi yang dimiliki orang tua, pemahaman orang tua ini juga dapat berasal dari lingkungan masyarakat. Perilaku kekerasan fisik yang dekat dengan masyarakat akan menyebabkan perubahan pengetahuan orang tua terhadap bentuk-bentuk kekerasan fisik. Sehingga, orang tua akan cenderung menerima perilaku seperti mencubit, memukul, menampar atau bahkan menyiram air panas kepada anak bukan termasuk perilaku kekerasan fisik. Penelitian lainnya yaitu penelitian Walsh (2006) memiliki hasil yang berbeda dengan penelitian ini. Orang tua setuju bahwa menyelupkan anak dengan air panas, menonjok anak, memukul anak dengan tongkat kayu, dan memukul dengan sabuk merupakan kekerasan fisik. Perbedaan tingkat kesesuaian yang terjadi pada penelitian ini dengan penelitian Walsh (2006) dikarenakan orang tua pada penelitian Walsh pernah mengalami hal yang serupa saat masih kecil sehingga pengalaman yang tidak menyenangkan tersebut mengajarkan orang tua bahwa perilaku itu merupakan bentuk kekerasan yang dapat melukai tubuh serta psikologis anak. Hukuman fisik ini erat kaitannya dengan kekerasan fisik karena bentuk yang dilakukan orang tua dalam menghukum anak. Pada penelitian ini juga menggambarkan orang tua dalam meyakini penggunaan hukuman fisik. Hasil yang diperoleh adalah sebanyak 58.9% memiliki keyakinan yang tidak baik terhadap hukuman fisik. Ini artinya bahwa orang tua dalam penelitian ini meyakini bahwa perilaku kekerasan fisik yang dilakukannya bukan merupakan tindakan untuk menghukum anaknya. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Park (1999) yang menyatakan bahwa orang tua
Gambaran persepsi..., Oktyah Rochnita, FIK UI, 2014
tidak setuju penggunaan hukuman fisik dalam pengasuhan anak. Orang tua tersebut meyakini bahwa untuk mengajarkan anak tidak harus menggunakan hukuman fisik karena masih banyak cara yang lain dalam mendidik anak dengan baik. Di lain hal, penelitian Durran, Roes-Krasnor & Broberg (2003) juga meneliti keyakinan ibu terhadap hukuman fisik di Swedia dan Kanada. Berdasarkan hasil didapatkan bahwa sebagian besar orang tua di Kanada memiliki keyakinan yang baik terhadap penggunaan hukuman fisik ini. Pada penelitian tersebut, hukuman fisik yang digunakan orang tua agar anak menjadi jera akan perilakunya sehingga tidak terulang kembali. Namun jika dibandingkan dengan hasil penelitian ini, tidak semua orang tua menyetujui bahwa penggunaan hukuman fisik akan mengakibatkan anak jera dengan perilaku nakalnya akan tetapi orang tua meyakini anak akan menjadi lebih agresif dan semakin berperilaku menyimpang jika orang tua terus menerus menghukum anak dengan tindakan fisik. Komponen selanjutnya adalah konflik taktik yang mengukur perilaku agresi orang tua ketika mengalami masalah dengan anaknya. Penelitian ini menghasilkan 56.6% orang tua memiliki kecenderungan untuk sering melakukan perilaku agresi pada saat orang tua mengalami konflik dengan anaknya dalam satu tahun terakhir. Perilaku agresi yang sering dilakukan ini dapat terjadi karena orang tua merasa kesulitan yang terus menerus dalam menghadapi anaknya. Rasa sulit yang dihadapi orang tua merupakan masalah yang dapat menimbulkan stress dan akhirnya perilaku kekerasan itu dilakukan sebagai strategi orang tua menyelesaikan masalahnya Jika dibandingkan dengan penelitian Park (1999) dan penelitian Bardi & BorgogniniTari (2001) didapatkan hasil yang berbeda bahwa orang tua tersebut menggunakan perilaku agresi fisik yang terbatas dalam menghadapi anak yang sulit diatur. Hal ini terjadi karena orang tua tersebut bukan merupakan orang tua dari keluarga yang melakukan kekerasan, sedangkan pada
penelitian ini orang tua yang diteliti adalah orang tua yang melakukan kekerasan fisik. Selain itu, penyebab lain terjadinya perbedaan hasil ini karena perbedaan strategi tiap orang tua dalam menghadapi masalah dengan anak. Secara keseluruhan, persepsi sikap orang tua yang melakukan kekerasan fisik di wilayah Kelurahan Sukabumi Utara ini sebagian besar memiliki sikap yang baik (58.9%). Orang tua di wilayah ini mendukung kekerasan fisik dilakukan dalam mengasuh anak. Perilaku kekerasan fisik ini sudah menjadi perilaku yang umum dilakukan di wilayah Kelurahan Sukabumi Utara Jakarta Barat sehingga hasil dari persespsi sikap orang tua yang didapatkan juga sebanding dengan perilaku yang telah dilakukannya. Kekerasan fisik ini dilakukan orang tua untuk menanamkan disiplin pada anak. Sikap baik terhadap kekerasan fisik ini juga terjadi pada orang tua imigran Korea dan orang tua yang tinggal di Beijing (Park, 1999 & Dongping, 2008). Sehingga, sikap orang tua terhadap kekerasan fisik ini erat kaitannya dengan budaya yang tertanam pada wilayah masing-masing. Budaya ini diyakini para orang tua sehingga orang tua akan membawa perilaku ini dari masa ke masa.
Kesimpulan Karakteristik responden pada penelitian ini terdiri dari usia, tingkat pendidikan dan status pekerjaan. Berdasarkan hasil yang telah didapat, rata-rata usia Ibu yang melakukan kekerasan fisik di wilayah Kelurahan Sukabumi Utara Jakarta Barat adalah 33.27 tahun. Tingkat pendidikan Ibu pada penelitian ini mayoritas adalah tingkat pendidikan menengah (SMA). Status pekerjaan ibu yang melakukan kekerasan fisik ini paling banyak ialah ibu yang tidak bekerja atau merupakan ibu rumah tangga. Persepsi sikap orang tua terhadap kekerasan fisik ini memiliki beberapa komponen. Komponen pertama adalah persepsi orang tua terhadap kekerasan fisik di Kelurahan Sukabumi Utara Jakarta Barat dan sebagian besar orang tua yang melakukan kekerasan fisik di wilayah ini memiliki persepsi yang
Gambaran persepsi..., Oktyah Rochnita, FIK UI, 2014
baik. Hal ini berarti orang tua memahami kekerasan fisik merupakan perilaku yang baik untuk dilakukan orang tua. Komponen kedua ialah tingkat kesesuaian terhadap kekerasan fisik yang didapatkan hasil bahwa ibu yang melakukan kekerasan ini memiliki tingkat kesesuaian yang tidak baik. Hasil itu berarti ibu memandang bahwa perilakunya bukan merupakan kekerasan fisik. Di lain hal, komponen ketiga ialah keyakinan penggunaan hukuman fisik pada anak yang didapatkan hasil bahwa mayoritas ibu menyatakan keyakinan penggunaan hukuman yang tidak baik. Hasil tersebut menjelaskan bahwa orang tua tidak menggunakan kekerasan untuk menghukum anaknya yang nakal melainkan karena hal lain. Komponen terakhir adalah konflik taktik yang merupakan kecenderungan orang tua melakukan kekerasan fisik. Konflik taktik yang banyak terjadi pada ibu di wilayah ini adalah orang tua di Kelurahan Sukabumi Utara Jakarta Barat sering menggunakan agresi fisik kepada anak ketika mengalami masalah dengan anak. Secara keseluruhan, mayoritas Ibu yang melakukan kekerasan fisik di Kelurahan Sukabumi Utara Jakarta Barat memiliki sikap yang baik terhadap kekerasan fisik Ini diartikan bahwa Ibu tersebut mendukung perilaku kekerasan fisik dilakukan dalam mendidik dan mengasuh anak. Persepsi sikap orang tua yang menyetujui tindakan kekerasan fisik ini sebagai hal yang wajar dalam mengasuh anak menjadi bahan evaluasi perawat untuk mengadakan penyuluhan pengasuhan anak yang baik secara rutin. Penyuluhan tersebut dapat dilakukan dengan cara berkolaborasi dengan Posyandu setempat. Hal ini dilakukan agar orang tua memahami kebutuhan anak sesuai usianya sehingga orang tua akan bertindak lebih bijak lagi dalam menyikapi setiap perilaku anak.
Referensi Bean, D. W. (2006). Child, Perpetrator, and Family Factor Associated with Incidents of Child Abuse in McKean
County, Pennsylvania (Doctoral Dissertation, Capella University, 2006). Retrieved from Proquest Digital Dissertations. (UMI Number 3229513) Bolger, K., & Patterson, C. (2001). Pathways from child maltreatment to internalizing problems: Perceptions of control as mediators and moderators. Development and Psychopathology, 13, 913–940. Crouch, J.L. & Behl, L.E. (2001). Relationship among parental beliefs in corporal punishment reported stress, and physical child abuse potential. Child abuse & neglect. 25, 413-419 Depkes RI (2009). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depertemen Republik Indonesia Dursin, R. (2005, Dec 26). Indonesia: 60 Percent Of Parents Say It’s OK To Abuse Children. Retrieved from http://search.proquest.com/saveasdow nloadprogress/17B95C0E55C74BDP Q/false?accountid=17242 Erna. (2012). 2.637 Anak di Jabodetabek Alami Kekerasan. Retrieved October 18,2013 from http://www.beritajakarta.com/2008/id/ berita_detail.asp?nNewsId=52657 Goldman, J., Salus, M.K., Wolcott, D., Kennedy, K.Y. (2003). A Coordinated Response to Child Abuse and Neglect: The Foundation for Practice. Retrieved March 11, 2014, from https://www.childwelfare.gov/pubs/us ermanuals/foundation/foundatione.cfm Gordon, A.M. (2006). The Relationship Between Childhood Sexual, Emotional, and Physical Abuse to Juvenile Deliquency and Adult Criminality (Honour thesis, Master of Sciene at Department of Criminal Justice, 2006) Haskett, M. E., Scott, S.S., Grant, R., Ward, C.S., Robinson, C.(2003) Child related cognitions and affective functioning of physically abusive and comparison parents. Child Abuse & Neglect, 27, 663–686
Gambaran persepsi..., Oktyah Rochnita, FIK UI, 2014
Jenny, C. (2011). Child Abuse and Neglect: Diagnosis, treatment, and Evidence. Canada: Elsevier Saunders Komisi Etik Riset Universitas Indonesia. (2013). Kode etik riset Universitas Indonesia. Jakarta: Badan Penerbit
Gambaran persepsi..., Oktyah Rochnita, FIK UI, 2014
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Nursanti, H., Djamaludin, M.D., & Puspitawati, H. (2011). Kekerasan, Kondisi Keluarga, dan Kesejahteraan Keluarga pada Anak Korban Kekerasan. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 4(2), 130-138 McPherson, A.V., Lewis, K.M., Lynn, A.E., Haskett, M.E., & Behrend, T.S (2008). Predictors of Parenting Stress for Abusive and Nonabusive Mothers. Journal of Children Family Study. DOI 10.1007/s10826-008 Olive, M. F. (2007).Child abuse and Stress disorders. New York: Infobase Publishing Park, M.S. (1999). Korean Immigrant Mother’s Attitude Toward Child Physical Abuse: An Ecological Perspective (Doctoral Dissertation, The University of Texas at Austin, 1999). Retrieved from Proquest Digital Dissertations. (UMI Number: 9947348) Qasem, F.S., Mustafa, A. A., Kazem, N.A.,& Shah, N.M. (1998). Attitudes of Kuwaiti parents toward physical punishment of children. Child Abuse & Neglect, 22, 1189-1202 Robertson, C.A. (2007). Parental Perception of Child Physical Abuse: Assessing Judgments From Legal Perspective (Honours Degree, University of British Columbia Okanagan). Ross, C. N., Blanc, H. M., McNeil, C. B.,Eyberg, S. M., & HembreeKigin, T. L. (1998). Parenting stress in mothers of young children with oppositional defiant disorder and other severe behavior problems. Child Study
Journal, 28, 93–110 Rustina, Y. (2013). Etika Penelitian, Isu Plagiat, dan Informed Consent [Powerpoint slides]. FIK UI Sedlak, A. J., Broadhurst, D. D. (1996). Executive Summary of the Third National Incidence Study of Child Abuse and Neglect, 105-911800 diakses pada 29/03/2014 Pukul 23:51 WIB. Solihin, L. (2004). Tindakan Kekerasan pada Anak dalam Keluarga,. Jurnal Pendidikan Penabur, 2. Tajima EA. (2000). The relative importance of wife abuse as a risk factor for violence against children. Child Abuse and Neglect, 24, 1383-1389 Walsh, S.A.W. (2006). The Relationship of Victim’s Perceptions of Child Physical Abuse and Adult Formed Attitude Toward Physical Forms of Discipline and Perpetrators of Child Physical Abuse (Doctoral dissertation, Sam Houston State University). Retrieved From request Digital Dissertations. (UMI Number: 3250652) Widianto, W. (2013). Ada 1032 Kasus Kekerasan Anak di Semester I Tahun 2013. Retrieved September 4, 2013 from http://www.tribunnews.com/nasiona l/2013/09/04/ada-1032-kasuskekerasan-anak-di-semester-i-tahun2013 Wong, D. L., Hockenberry- Eaton, M., Wilson, D., Winkelstein, M. L., & Schwertz, P. (2001). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong, Ed.6, Vol.1. (Sutarna Agus, Neti Juniarti, Kuncara, terj.). Jakarta: EGC
Gambaran persepsi..., Oktyah Rochnita, FIK UI, 2014