Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Judul : Pendataan & Pengenalan Jenis Satwa Liar di Pasar Burung Yang Sering diperdagangkan
Agus Haryanta Dwi Nugroho Adhiasto Novi Hardianto
Edisi kedua : Jakarta 2013
Ukuran : 16,5 x 24 cm (71 hal+vi) ISBN 978-602-97868-0-4
Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang All right reserved
Diterbitkan kedua kali oleh : Wildlife Conservation Society-Indonesia Program Atas bantuan dari “SOS GIBON dan LIZ CLAIBORNE AND ART ORTENBERG FOUNDATION.”
Kantor : Jl. Atletik No. 8, Bogor 16161 Indonesia Telp. +62-251-8342-135 / 8306-029, Fax : +62-251-8357-347 www.wcsip.org
KATA PENGANTAR Di tengah upaya perlindungan hutan dan penyelamatan keanekaragaman hayati di Indonesia, kita masih menghadapi kasus-kasus perdagangan illegal dan penyelundupan satwa liar dilindungi di berbagai tempat di tanah air. Upaya penyelamatan maupun penanganan kejahatan satwa liar tersebut dilakukan sebagai amanat dari UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Alam Hayati dan Ekosistemnya. Secara operasional di lapangan dilaksanakan oleh Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) bekerjasama dengan Aparat Penegak Hukum lainnya. Telah banyak hasil dari penanganan perkara kejahatan satwa, namun demikian masih belum mampu mengungkap jaringan peredarannya. Kelemahan utama adalah terbatasnya data dan informasi sehingga penanganan masalah belum dapat secara sistematis dan berdampak luas terhadap penurunan angka kejahatan satwa. Kami menyambut baik terbitnya buku ini, sebagai pegangan Petugas di lapangan dalam rangka menyediakan data dan informasi peredaran satwa liar melalui kegiatan monitoring di pasar burung. Seperti di ketahui, pasar burung merupakan bagian penting dari proses peredaran satwa. Diharapkan data dan informasi yang terkumpul cukup memberikan pertimbangan bagi langkah pengamanan dan pengelolaan satwa liar selanjutnya. Terimakasih kepada Penulis yang telah memberikan pengalamannya, juga kontribusi WCS-IP sehingga buku ini dapat diterbitkan. Semoga buku ini bermanfaat. Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
DARORI
KATA PENGANTAR Atas Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Wildlife Conservation Society-Indonesia Program (WCS-IP) melalui program W IIildlife Crime Unit (WCU) dan Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam-Kementerian Kehutanan Republik Indonesia dapat menerbitkan buku panduan identifikasi jenis satwa liar dan bagian-bagiannya yang sering diperdagangkan, baik secara legal maupun ilegal. Buku ini memuat cara identifikasi jenis sederhana dan mudah dilakukan para petugas lapangan terhadap temuan-temuan perdagangan satwa liar dan bagian-bagiannya yang dapat membantu proses penegakan hukum. Pengenalan satwa liar dan bagian-bagiannya saat ini menjadi komponen yang penting di dalam upaya pemantauan dan penegakan hukum di bidang konservasi. Akan tetapi, kemampuan identifikasi masih menjadi tantangan bagi sebagian penegak hukum di lapangan, sementara buku atau referensi yang berkenaan dengan identifikasi jenis satwa liar dan bagian-bagiannya juga masih sedikit. Buku ini dapat dimanfaatkan para penegak hukum yang memerlukan dasar-dasar ilmiah untuk membuktikan bahwa satwa liar atau bagian-bagiannya yang diperdagangkan tersebut berasal dari satwa dilindungi atau tidak. Buku ini juga bermanfaat bagi para Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dan penyidik kepolisian untuk membuktikan apakah barang bukti yang disita dari para pelaku tindak pidana kejahatan terhadap satwa itu berasal dari satwa dilindungi. Pembuktian ini akan sangat menentukan proses hukum selanjutnya. WCS-IP mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penyusunan dan penerbitan buku ini terutama kepada Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam - Kementerian Kehutanan Republik Indonesia, melalui Pusat Informasi Konservasi Alam (PIKA), WCS-Vietnam, dan para kontributor yang telah menyumbangkan foto yang disajikan di dalamnya. Pencetakan buku ini didukung oleh WORLD BANK-GEF ‘TIGER FUTURES’ PROJECT” dan LIZ CLAIBORNE AND ART ORTENBERG FOUNDATION. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi upaya konservasi satwa liar di Indonesia. Terima kasih Country Director
Dr. Noviar Andayani
Daftar isi Kata Pengantar I
i
Kata Pengantar II
ii
Daftar isi
iii
I.
Pendahuluan
1
II.
Pasar Burung
4
III.
Monitoring Satwa di Pasar Burung
7
IV.
Mengidentifikasi Status Satwa
11
V.
Mengidentifikasi Legalitas Satwa
12
VI.
Jenis Sanksi Kejahatan Satwa
13
VII. Hasil Pendataan
15
VIII. Penutup
16
Lampiran I
17
Lampiran II
24
Lampiran III
36
Lampiran IV
65
Perhiasan dari gading Gajah Sumatera dan gigi taring Harimau Sumatera.
Siamang (Symphalangus syndactylus)
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Interaksi antara manusia dengan satwa telah berlangsung sejak jaman prasejarah. Hal itu dibuktikan dengan adanya ornamen berbagai jenis satwa dengan manusia di beberapa gua purba. Bisa dikatakan keberadaan satwa terkait erat dengan perkembangan budaya manusia, dari pemakaian simbol-simbol satwa untuk upacara sampai dengan penggunaan sebagai menu makanan. Namun demikian, seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, populasi satwa di alam tidak sebanding dengan perburuan dan eksploitasi berlebihan terhadap satwa liar semakin tidak terkendali. Sampai saat ini fakta menunjukkan bahwa lebih dari 80% satwa yang diperdagangkan di berbagai pasar burung di Indonesia berasal dari penangkapan di alam. Kondisi ini dapat memicu fenomena “empty forest syndrome” sebuah hutan tanpa isi karena satwanya telah habis diburu. Upaya pemanfaatan satwa untuk kepentingan manusia tentunya harus diikuti dengan upaya penyelamatan dan perlindungan satwa di habitat alami dan di luar habitat sehingga pemanfaatan terhadap jenis satwa tersebut dapat berkelanjutan. Jenis satwa yang populasinya dalam keadaaan kritis harus sepenuhnya mendapat perlindungan supaya tidak punah di alam. Sebaliknya, satwa yang populasinya di alam masih melimpah juga harus diupayakan pengaturan pemanfaatannya sehingga populasinya tetap stabil dan tidak menuju ke kepunahan.
Bayan ( Eclectus roratus ) 1
Pasar-pasar burung yang menjual beraneka ragam satwa telah menjamur se antero negeri ini, disitulah sebenarnya masa depan kehidupan satwa dipertaruhkan. Namun sayangnya, masih minim sekali informasi yang di dapat kecuali anggapan bahwa memang itulah kebiasaan dan budaya kita, kebiasaan dan budaya memelihara satwa untuk kesenangan, pengobatan, sarana dalam adat istiadat tertentu dan pemanfaatan untuk kepentingan bisnis semata. Belum ada upaya pemantauan secara rutin dan sistematis terhadap perdagangan satwa di pasar burung di Indonesia. Buku ini mencoba memberikan bekal bagi para petugas lapangan, sedikit informasi bagaimana melihat pasar burung tidak sekedar bagian budaya tetapi menyimpan sumber informasi yang harus diketahui antara lain: satwa apa saja yang diperjual belikan, asal usul satwa, tata niaganya dan lain-lain. Semua informasi tersebut sangat berguna bagi langkah menyusun strategi dan rencana aksi bagi upaya perlindungannya. B. Tujuan Penyusunan buku ini bertujuan untuk : 1. Mengumpulkan informasi perdagangan satwa liar di wilayah kerjanya; 2. Menganalisa informasi dan memetakan peredaran satwa liar; 3. Menyusun strategi upaya perlindungan satwa liar.
2
Owa Jawa ( Hylobates moloch )
3
II. PASAR BURUNG Di Indonesia dikenal istilah pasar burung yang menjual berbagai macam jenis burung. Dalam perkembangannya, beberapa pasar burung tidak hanya menjual burung saja, tetapi juga primata, ular, kura-kura, kucing hutan, dan satwa lain. Meskipun demikian, sebutan pasar burung tetap masih melekat. Pasar burung ini menjual satwa pada umumnya dalam keadaan hidup, sebagai contoh: Pasar Burung Pramuka. Selain pasar burung, ada juga pasar hewan. Pasar ini menyediakan berbagai jenis hewan ternak/domestikasi seperti sapi, kambing, kerbau, ayam. Namun kadangkala di pasar hewan juga ada beberapa pedagang musiman yang ikut mendompleng menjual burung. Di Indonesia Timur khususnya Sulawesi, dijumpai istilah pasar tradisional yang menjual berbagai jenis daging hewan ternak atau hewan liar untuk keperluan konsumsi. Berikut ini beberapa informasi singkat yang berkaitan dengan keberadaan pasar burung di Indonesia : A. Tipe Pasar Burung Tidak semua transaksi jual beli satwa dilakukan secara terbuka seperti halnya di pasar burung yang kita kenal selama ini. Pembelian satwa juga dilakukan melalui sistem pemesanan atau melalui kurir tanpa ada bentuk fisik sebuah pasar satwa.
4
Wildlife Conservation Society
Dua kategori tersebut dikenal dengan istilah pasar terbuka dan pasar tertutup. 1.
2.
Pasar Terbuka Adalah pasar burung yang secara visual tampak sebagai pasar tempat bertemu penjual dan pembeli. Ciri khas dari pasar terbuka adalah satwa sengaja dipajang dengan segala daya tariknya untuk menjaring konsumen sebanyak- banyaknya. Transaksi antara pedagang dan pembeli juga dilakukan secara terbuka. Di Indonesia Bagian Barat, satwa yang diperdagangkan masih dalam kondisi hidup dan dijual di dalam sangkar atau kerangkeng. Di Indonesia Bagian Tengah dan Timur, lazim dijumpai pasar tradisional yang memperjualbelikan daging tikus, kelelawar, monyet dan kuskus yang telah dipanggang atau diasap. Pasar Tertutup/Gelap Adalah pasar satwa yang menyediakan satwa untuk diperjualbelikan kepada konsumen, tetapi penawaran dan transaksi dilakukan secara tertutup. Pasar satwa tertutup ini biasanya menawarkan satwa yang tidak boleh diperjualbelikan karena telah dilindungi Undang Undang. Burung Kakatua, Siamang, bahkan Orangutan dapat diperoleh di pasar gelap ini.
B. Intensitas Transaksi di Pasar Burung Seperti layaknya pasar yang kita kenal, pasar burung juga ada yang selalu buka setiap hari, tetapi ada juga yang hanya buka di hari-hari tertentu saja. Pasar hewan besar biasanya selalu buka setiap hari. Volume dan jenis satwa yang diperdagangkan selalu tinggi karena permintaan konsumen selalu ada setiap harinya. Meskipun demikian, ada hari- hari tertentu yang volume perdagangannya mencapai puncaknya, seperti hari Minggu dan hari libur, dimana konsumen memang banyak meluangkan waktunya untuk bertransaksi satwa yang disukainya. Beberapa pasar burung dibuka pada hari-hari tertentu menurut penanggalan yang dirasakan merupakan “hari baik” untuk berjualan, misal : Pon atau Wage. Tetapi ada juga pasar burung yang hanya dibuka pada waktu hari libur atau hari Minggu. Beberapa pasar burung biasanya juga ikut mendompleng pasar hewan besar (sapi, kambing).
Biasanya konsumen mendapatkan satwa yang diinginkannya setelah melalui proses pemesanan. Bahkan pedagang gelap ini mempunyai daftar harga satwa dilindungi berserta harga seperti layaknya daftar menu makanan. Di pasar gelap ini, selain satwa hidup turut dijual pula bagian-bagian tubuh satwa seperti gading, tulang dan kulit harimau, tanduk rusa dan lainnya. Pedagang dan konsumen di pasar tertutup ini biasanya orang-orang tertentu, atau dalam skala besar merupakan suatu sindikat antar negara dengan jaringan dan koneksitas yang luas dan kompleks. Pasar tertutup biasa menggunakan kamuflase pasar terbuka juga. Pedagang memajang satwa tidak dilindungi di pasar burung, namun mereka juga menerima pesanan satwa dilindungi secara sembunyi-sembunyi.
5
Wildlife Conservation Society
C. Pasar Burung Permanen dan Non Permanen Pasar burung permanen mempunyai tempat yang tetap untuk memperjualbelikan satwa. Jumlah kios biasanya lebih dari satu dan terkonsentrasi pada satu area saja. Di beberapa tempat, proses terbentuknya pasar satwa permanen biasanya diawali dari satu kios. Setelah ramai dikunjungi konsumen dan permintaan meningkat, maka akan diikuti dengan pertambahan kios dan pedagang di tempat tersebut. Selain pasar satwa permanen, banyak pula dijumpai pedagang - pedagang satwa keliling yang selalu berpindah - pindah tempat. Keberadaan pasar satwa yang tidak menetap dan selalu berpindah - pindah ini dikarenakan: a. Tidak mempunyai tempat yang permanen. b. Untuk mendapatkan konsumen sebanyak- banyaknya dengan berkeliling ke tempat- tempat strategis yang menarik konsumen. c. Menghindari razia petugas/petugas akan kesulitan mendeteksi keberadaan pedagang. d. Tidak mempunyai modal besar, burung yang dibawa kebanyakan berasal dari pedagang permanen.
6
III. MONITORING SATWA DI PASAR BURUNG A. PERSIAPAN Persiapan - persiapan perlengkapan yang diperlukan dalam melakukan pendataan satwa liar di pasar burung adalah: Buku catatan Alat tulis, contoh : Pensil atau pulpen Alat dokumentasi, contoh : alat perekam (voice recorder), kamera foto digital, dan kamera audio visual (Handycam) Penujuk waktu, contoh : Jam tangan Buku identifikasi satwa, contoh : buku panduan lapangan burung-burung di sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Hal pertama yang disiapkan sebelum kita melakukan monitoring adalah harus mempunyai pengetahuan dasar tentang jenis-jenis satwa yang dijual di pasar hewan. Apabila kita telah menentukan target hewan yang disurvey, maka pelajari dengan seksama satwa terebut. Misalkan target monitoring adalah burung elang, maka kita harus mengetahui dan mengenal jenis-jenis elang yang umum dijumpai. Hal ini akan sangat berguna ketika kita melakukan monitoring di pasar hewan. Kalau kita mengadakan pengamatan di alam, kita akan leluasa mengidentifikasi satwa target, tetapi kondisi ini berbeda dengan apabila kita melakukan pengamatan di pasar hewan. Kita mempunyai keterbatasan waktu, karena apabila kita terlalu lama mengamati suatu jenis satwa liar akan mengundang kecurigaan penjual. Dalam memonitoring pasar burung dapat dilakukan dengan cara menyembunyikan maksud kedatangan kita ke pasar burung atau melakukan perubahan penampilan tubuh (penyamaran) seperti : mengganti gaya berpakaian dan identitas. Bersikap sewajarnya tidak sok pintar atau menggurui pedagang satwa menjadi hal yang penting dalam melakukan monitoring satwa liar dikarenakan tidak semua pedagang di pasar akan senang dengan kehadiran kita, hindari kemungkinan terburuk terusir atau adanya ancaman pada diri kita, minimalkan rasa curiga dan tidak senang pedagang satwa akibat dari mengajukan pertanyaan terlalu mendesak.
Beberapa kali pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa dengan mengaku sebagai pelajar atau mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas atau dalam rangka penelitian akan membuat kita leluasa untuk mengamati lebih detail satwa yang dijual di pasar dan mendapatkan informasi tentang asal usul satwa. Untuk mendapatkan informasi satwa liar perlu ketenangan dan tidak mudah panik dalam mengendalikan situasi, hal ini menjadi kunci sukses kegiatan yang sedang berlangsung. Pendekatan yang bersifat kekeluargaan terhadap perdagang satwa liar dengan cara menguasai bahasa daerah asal pedagang sehingga terjalin komunikasi yang lebih erat menjadi sebuah cara alternatif dalam menggali informasi, dan membina hubungan yang harmonis untuk mendapatkan konsistensi informasi atau data. Bahkan jika kepercayaan sudah terbangun terkadang pedagang satwa mengijinkan kita mengambil dokumentasi secara terbuka.
B. PENDATAAN Data yang perlu dicatat dalam monitoring antara lain: a. Tempat Catat nama pasar hewan, lokasi dan alamat lengkapnya. Deskripsi juga berapa kios yang ada dan jumlah pedagang. b. Waktu Catat kapan kita melakukan monitoring, dan buat jadwal yang rutin kapan kita akan melakukan monitoring. Monitoring dapat dilakukan satu minggu sekali, atau cari hari yang paling banyak pengunjungnya, karena pada hari tersebut biasanya pedagang akan mengeluarkan “barang dagangannya” yang dilindungi atau langka. Biasanya hari yang ramai dalah Sabu dan Minggu. Apabila monitoring dilakukan di hari-hari yang sepi, informasi yang diperoleh tidak akan banyak didapatkan, terutama mengenai jenis satwa yang dijual. Monitoring pasar satwa sebaiknya dilakukan pada saat pasar tersebut mengeluarkan semua stok satwa yang dijual. Untuk pasar burung, biasanya semua satwa (terutama burung) akan dikeluarkan antara pukul 09.00 11.00 WIB, karena di saat itu berbagai jenis burung dikeluarkan dari kios untuk dijemur, dimandikan atau dikasih makan.
7
Wildlife Conservation Society
Satwa Liar
Dilindungi
Appendiks-CITES Non Appendiks-CITES
Tidak Dilindungi
Appendiks-CITES Non Appendiks-CITES
Peralaan elektronik seperti voice recorder, kamera handycam, dan GPS . Meskipun tidak mutlak harus ada tapi sangat membantu dudalam monitoring di pasar. Saat ini peralatan tersebut dijual dengan harga lebih terjangkau.
perlengkapan monitoring Persiapan - persiapan perlengkapan yang diperlukan dalam melakukan monitoring satwa liar di pasar burung adalah : - Buku catatan - Alat tulis, contoh : Pensil atau pulpen - Alat dokumentasi, contoh : alat perekam (voice recorder), kamera foto digital, dan kamera audio visual (Handycam) - Penunjuk waktu, contoh : Jam tangan - Buku identifikasi satwa, contoh : buku panduan lapangan burung-burung di sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan.
buku panduan
Buku panduan pengenalan jenis satwa juga banyak ditemukan di toko-toko buku dan lembaga riset, sehingga memudahkan kita untuk mendapatkannya.
8
Wildlife Conservation Society
Waktu monitoring yang rutin sebaiknya dilakukan pada jam transaksi mencapai puncaknya (antara jam 10.00 - 14.00 WIB) karena diluar jam tersebut, pedagang akan menyimpan kembali beberapa satwa di dalam kios yang tersembunyi. Faktor cuaca juga mempengaruhi pedagang untuk mengeluarkan stok satwa yang dijualnya. Cuaca mendung dan hujan seringkali membuat pedagang tidak mengeluarkan satwa (terutama burung) karena mereka lebih sering memajang satwa di depan dan emperan kios ketimbang di dalam. c. Pengenalan Jenis Satwa Satwa yang diperdagangkan di pasar hewan sangat banyak jenis dan jumlahnya. Kita akan merasa kesulitan untuk melakukan identifikasi. Oleh karena itu kita perlu menetapkan prioritas jenis satwa apa yang akan disurvey. Misalkan untuk jenis satwa dilindungi saja atau dipersempit lagi untuk jenis burung dan mammal saja. Lambat laun kita akan banyak hafal tentang jenis satwa liar yang ada, sehingga kita dapat memperluas target satwa yang akan didata dalam proses monitoring. Apabila memungkinkan, kita juga dapat membuat catatan kecil yang dipunyai jenis satwa yang kita amati. Catatan kecil ini dapat berupa ciri-ciri khas yang satwa yang kita amati atau sketsa sederhana yang mewakili. Misalkan untuk pengamatan burung, kita dapat mencatat tentang warna bulu, kaki sayap, dan kepala, atau bentuk paruh. Ketika memungkinkan untuk melihat buku panduan pengenalan jenis, kita dapat mencocokkan hasil catatan kita dengan buku panduan yang kita miliki. Kunci di dalam monitoring adalah, semakin sering kita melakukan monitoring maka kemampuan kita di dalam mengidentifikasi jenis satwa secara cepat akan semakin terlatih. Ilustrasi yang ada dalam buku panduan identikasi seringkali malah membingungkan dan membuat kita ragu untuk menetapkan jenis tertentu karena tidak seratus persen mirip dengan gambaran satwa asli. Oleh karena itu, jangan terlalu mengandalkan satu macam buku identifikasi satwa saja. Syukur kalau kita mempunyai buku identifikasi satwa yang menampilkan foto asli satwa.
d. Jumlah Satwa Catat jumlah satwa yang dijual atau diperdagangkan. Jenis burung biasanya sangat banyak jumlahnya sehingga untuk menghitungnya dapat memakai alat penghitung/”hand counter”. Supaya tidak mengundang kecurigaan penjual, hand counter dimasukkan ke dalam saku celana sambil kita menghitung secara diam-diam. Apakah satwa yang dijual masih bayi (infant), remaja (juvenile) atau dewasa (adult) dan berapa jumlahnya. e. Harga satwa Harga yang kita catat tidak harus harga pasti, tetapi dapat juga merupakan kisaran atau perkiraan harga. Informasi mengenai harga dapat ditanyakan langsung kepada pedagang. Biasanya harga yang diberikan lebih tinggi daripada harga setelah terjadi kesepakatan harga dengan pembeli. Untuk mengecek harga sebenanya, kita dapat mengamati transaksi yang terjadi antara penjual dan pembeli. Sebagai contoh, seekor Kukang (Nycticebus coucang) rata-rata ditawarkan oleh pedagang seharga 500 ribu – 1 juta rupiah .Tetapi biasanya satwa ini akan dilepas penjual dengan harga antara 200-300 ribu rupiah. Apabila monitoring kita lakukan setiap minggu, harga satwa tidak harus kita tanyakan dalam setiap monitoring yang kita lakukan, karena biasanya fluktuasi harga tidak akan berubah dalam waktu lama. Fluktuasi harga satwa terjadi biasanya karena langkanya pasokan satwa atau tingkat keunikan satwa yang dijual. Pengechekan fluktuasi harga dapat kita lakukan setiap bulan. f. Identitas Pedagang Identitas pedagang penting untuk dicatat, baik kondisi fisik maupun identitas diri (nama, alamat, usia, jenis kelamin, dll). g. Lokasi Penangkapan Satwa Cari informasi dimana satwa liar yang dijual di pasar hewan tersebut ditangkap dengan menanyakan kepada pedagang. Apakah mereka mendapatkan satwa dengan memesan atau di stok oleh orang tertentu. Cari informasi pula apakah mereka mendapatkan satwa itu langsung dari pemburu atau dari penampung. Sebagian besar satwa yang dijual di pasar hewan diambil dari alam, dan bukan merupakan hasil penangkaran. Selain itu, informasi tambahan seperti cara menangkap satwa, peralatan yang dipakai, jalur perburuan, pengiriman dan perdagangan satwa juga sangat penting untuk mendapatkan data pola perburuan yang ada.
9
Wildlife Conservation Society
h. Kondisi Satwa Sebagian besar satwa yang dijual di pasar burung ditempatkan dalam sangkar burung atau dirantai. Ada pula yang diletakkan di kotak kaca atau keranjang-keranjang anyaman bambu yang biasanya sebagai tempat untuk meletakkan anak burung atau ular. Catat bagaiana kondisi satwa tersebut, apakah sakit atau sehat. Catat pula makanan mereka, kondisi sangkarnya, cukup luaskah sangkar yang dipakai, dan informasi lain yang mendukung kondisi satwa tersebut. Untuk menentukan kondisi satwa dalam keadaan sehat atau sakit tidak harus melalui tes kesehatan, tetapi cukup dengan hasil pengamatan visual kita. Satwa yang sehat akan tampil lebih segar, aktif bergerak, tidak lemas, dan energik. Sebaliknya, satwa yang sakit atau stress akan tampak lesu, tidak banyak aktivitas, tidak energik, bahkan terkadang dijumpai luka terbuka di bagian luar tubuh akibat perkelahian dengan sesama penghuni sangkar atau terkena bagian-bagian sangkar yang tajam ketika berusaha mencari jalan keluar. Banyak satwa yang diberi makan tidak sesuai dengan makanan aslinya, misalkan Simpai/leaf monkey (Presbytis sp.) yang sehari harinya memakan daun ternyata diberi makan pisang. Catat jenis makanan yang diberikan oleh pedagang kepada satwa tersebut. Berikut ini 5 prinsip kebebasan satwa yang bisa dijadikan pertimbangan penilaian: 1. Kebebasan dari rasa haus, lapar dan kekurangan gizi dengan menyediakan akses air minum segar dan makanan yang terus menerus untuk menjaga kesehatan dan kekuatannya. 2. Kebebasan dari ketidaknyamanan secara fisik dan cuaca panas dengan menyediakan suatu lingkungan yang sesuai termasuk tempat berlindung dan tempat istirahat yang nyaman. 3. Kebebasan dari rasa sakit, luka dan penyakit melalui pencegahan atau diagnosis cepat dan perawatan rutin. 4. Kebebasan untuk mengekpresikan perilaku secara normal dengan menyediakan ruangan yang cukup luas, fasilitas yang sesuai dan berkelompok. 5. Kebebasan dari rasa takut dan tertekan dengan memastikan kondisi kandang dan merawatnya untuk menghindarkan mereka dari penderitaan mental.
Nuri Kepala Hitam (Lorius lory ) 10
IV. MENGIDENTIFIKASI STATUS SATWA Jenis satwa yang diperdagangkan bisa digolongkan berdasarkan statusnya: dilindungi dan tidak dilindungi. Dari sisi konservasi keduanya sangat penting karena satwa yang saat ini tidak dilindungi, apabila perdagangannya tidak dikendalikan, di masa yang akan datang bisa menjadi terancam punah dan dilindungi. Berdasarkan PP No.7 tahun 1999 (terlampir), terdapat 236 jenis satwa yang dilindungi di Indonesia terdiri dari Mamalia 70 jenis, Aves 93 jenis, Reptilia 31 jenis, Insecta 20 jenis, Anthozoa 1 jenis, Bivalvia 14 jenis, Pisces 7 jenis, serta perlindungan terhadap tumbuhan sejumlah 58 jenis, terdiri dari Palmae 14 jenis, Rafflesiaceae 1 jenis, Orchidaceae 29 jenis, Nephentaceae 1 jenis dan Dipterocapaceae 13 jenis. Perdagangan satwa liar jenis yang dilindungi diatur dalam PP No.8 Tahun 1999 (pasal 11) antara lain: (1) Hasil penangkaran satwa liar yang dilindungi yang dapat digunakan untuk keperluan perdagangan adalah satwa liar generasi kedua dan generasi berikutnya. (2) Generasi kedua dan generasi berikutnya dari hasil penangkaran jenis satwa liar yang dilindungi, dinyatakan sebagai jenis satwa liar yang tidak dilindungi. Pengelompokan satwa selain dengan status dilindungi dan tidak dilindungi di Indonesia, secara internasional diatur melalui perjanjian internasional antar negara yang dikenal dengan Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES)” dengan tingkatan Appendiks, yaitu Appendix I, Appendix II, & Appendix III. Masing-masing Appendix ini mempunyai kriteria-kriteria tertentu yang pada dasarnya mengatur kuota perdagangan satwa, boleh tidaknya satwa diperdagangkan secara komersial, dan batasan-batasan yang wajib ditaati apabila suatu jenis satwa diperdagangkan.
11
V. MENGIDENTIFIKASI LEGALITAS SATWA Dalam kegiatan ini, pada prinsipnya bahwa tiap-tiap perdagangan satwa liar wajib dilengkapi dengan dokumen yang sah. 1. Jenis dilindungi Sesuai PP No.8 Tahun 1999 (pasal 11) bahwa jenis dilindungi generasi kedua dan generasi berikutnya hasil penangkaran dapat diperdagangkan. Ketentuan dalam penangkaran menyebutkan antara lain: penangkar wajib memberi penandaan dan atau sertifikasi atas hasil satwa liar yang ditangkarkan dengan mengetahui BKSDA. Tanpa adanya penandaan dan sertifikat tersebut, bisa dikatakan bahwa satwa yang diperdagangkan bersifat ilegal. Contoh penandaan: pada burung berupa cincin, pada ikan berupa chip. 2. Jenis tidak dilindungi PP No.8 Tahun 1999 (pasal 18) menyebutkan bahwa satwa liar yang dapat diperdagangkan adalah jenis satwa liar yang tidak dilindungi. Satwa liar untuk keperluan perdagangan tersebut dapat diperoleh dari: hasil penangkaran dan penangkapan dari alam. Satwa hasil penangkaran dikenali dari penandaan dan sertifikasi, sedangkan hasil penangkapan dari alam diliput dengan dokumen ijin menangkap yang diterbitkan BKSDA. Pemerintah menetapkan kuota setiap jenis dan jumlah satwa liar yang tidak dilindungi untuk keperluan perdagangan dalam setiap kurun waktu 1 (satu) tahun. 3. Pengiriman Pengiriman atau pengangkutan jenis satwa liar dari satu wilayah habitat ke wilayah habitat lainnya di Indonesia, atau dari dan ke luar wilayah Indonesia, wajib dilengkapi dengan dokumen pengiriman atau pengangkutan Tumbuhan dan Satwa Liar (SATS) dan sertifikat kesehatan satwa dari pejabat yang berwenang. SATS mencantumkan antara lain: a. jenis dan jumlah tumbuhan dan satwa; b. pelabuhan pemberangkatan dan pelabuhan tujuan; c. identitas Orang atau Badan yang mengirim dan menerima tumbuhan dan satwa; d. peruntukan pemanfaatan tumbuhan dan satwa. Demikian halnya dengan satwa yang diimpor dari negara lain, perlu ada kelengkapan dokumen pengiriman/pengangkutan ang bersangkutan.
Jalak Tunggir ( Scissirostrum dubium )
12
VI. JENIS SANKSI KEJAHATAN SATWA Dalam berbagai kasus penyelundupan satwa, pemahaman Petugas sering hanya terfokus pada jenis satwa dilindungi. Sedangkan untuk jenis tidak dilindungi sering diabaikan termasuk dalam proses penegakan hukum. Untuk menambah kualitas perdataan satwa ini ada baiknya mengetahui jenis sanksi hukum bagi pelaku kejahatan satwa khususnya di bidang perdagangan satwa liar sebagaimana diatur dalam UU No. 5 Th. 1990 maupun turunannya yaitu PP No.8 Th. 1999.
No. 1
Jenis Pelanggaran a.
b.
c.
d.
e.
2
Menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup; Menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan mati; Mengeluarkan satwa yang dilindungi dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia; Memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh, atau bagian- bagian lain satwa yang dilindungi atau barang- barang yang dibuat dari bagian-bagian tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia; Mengambil, merusak, memusnahkan, memperniagakan, menyimpan atau memiliki telur dan atau sarang satwa yang dillindungi.
Mengambil tumbuhan liar dan atau satwa liar dari habitat alam tanpa izin
Sanksi pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
denda administrasi sebanyakbanyaknya Rp. 40.000.000,00 (empat puluh juta rupiah) dan atau dihukum tidak diperbolehkan melakukan kegiatan pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar.
Dasar Hukum UU No.5 Thn 1990 pasal 40
PP No. 8/ 1999 pasal 50
13
Wildlife Conservation Society
No.
Jenis Pelanggaran
Sanksi
3
Melakukan penangkaran tumbuhan liar dan atau satwa liar tanpa izin
denda administrasi sebanyak-banyaknya Rp. 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah) dan atau pencabutan izin penangkaran.
4
Melakukan pengiriman atau pengangkutan tumbuhan dan atau satwa liar tanpa dokumen pengiriman atau pengangkutan, atau menyimpang dari syarat - syarat atau tidak memenuhi kewajiban, atau memalsukan dokumen
denda administrasi sebanyak - banyaknya Rp. 250.000.000,00 (duaratus lima puluh juta rupiah) dan atau pencabutan izin usaha yang bersangkutan.
Dasar Hukum PP No. 8/ 1999 pasal 52
PP No. 8/ 1999 pasal 63
Sumpit dari gading gajah
14
VII. HASIL PENDATAAN Sebagai tindak lanjut dari kegiatan pendataan satwa di pasar burung, banyak hal bisa dilakukan antara lain: A. Informasi Kejahatan Dari kegiatan pendataan, sangat mungkin terjadi kita menemukan kasus kejahatan satwa. Hal tersebut harus segera ditindaklanjuti dengan menghubungi Kantor Balai KSDA setempat, Kantor Polisi atau melalui SMS Center Tindak Pidana Kehutanan, Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan di nomor: 081213199199. B. Perbaikan Pengelolaan Fakta dilapangan sebenarnya menunjukkan seberapa jauh efektivitas manajemen di lakukan. Data yang diperoleh Petugas dapat menjadi masukan berharga terhadap implementasi perijinan-perijinan yang dikeluarkan oleh BKSDA maupun Pusat. Sebagai contoh apakah pedagang satwa sudah memiliki ijin peredaran dan perdagangan, ijin apakah masih berlaku, stock satwa apa sesuai dengan data dsb. C. Bahan Koordinasi Data yang diperoleh tidak terbatas dalam wilayah Propinsi tetapi bisa menjangkau beberapa Propinsi sekaligus. Sehubungan dengan wilayah kewenangan maka koordinasi lintas Propinsi sangat diperlukan dalam rangka berbagi informasi dan menyatukan langkah tindak lanjut. D. Bahan Laporan Data-data yang dimiliki oleh masing-masing UPT hendaknya dilaporkan ke Pusat untuk bahan telaahan dan pengambilan kebijakan. E. Data base Jenis data yang dikumpulkan sebaiknya disusun dalam suatu tabel data, dimana apabila dilakukan secara periodik akan menghasilkan data berseri. Lebih baik apabila data dimaksud disimpan dalam suatu data base, untuk memudahkan pembuatan analisa selanjutnya, setidaknya menyediakan data awal bagi pengambilan kebijakan pihak yang berwenang. Terlampir adalah contoh tabel data yang bisa digunakan. F. Peta Peredaran Dari data yang terkumpul, kita bisa menggambarkannya ke dalam bentuk peta. berikut ini contoh jalur perdagangan primata, mammalia dan burung dilindungi yang berasal dari Sumatera bagian selatan ke Jawa.
Sumber: WCU Lampung
15
VIII. PENUTUP Perdagangan satwa yang terjadi di pasar-pasar burung seolah potret bagi ancaman kehidupan satwa di habitatnya. Mengetahui informasi yang lengkap tentang peredaran satwa khususnya di pasar burung akan sangat membantu bagi upaya perlindungannya. Untuk itu tindak lanjut dari hasil monitoring ini menjadi kewajiban bagi para pihak untuk mengambil langkah yang diperlukan. Mudah-mudahan kesamaan tindak para Petugas di lapangan dapat menyatukan langkah dalam mengatasi permasalahan peredaran dan perdagangan satwa secara ilegal di tanah air.
Kukang ( Nycticebus coucang ) 16
Lampiran I
Junai Mas ( Caloenas nicobar )
17
Oleh karena memelihara satwa liar dilindungi adalah suatu tindakan pidana, maka para pemelihara satwa dapat diancam dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) serta dikategorikan sebagai tindak pidana kejahatan
(Pasal 40 ayat (2) UU No. 5 Tahun 1990).
18
Kekayaan keanekaragaman hayati di Indonesia sangat tinggi dengan negara yang terdiri dari kepulauan lebih dari 17.000 pulau dengan luasan 198 juta hektar daratan, dimana 120 juta hektar diantaranya merupakan areal hutan (Departemen Kehutanan/FAO) sehingga Indonesia menempati posisi ketiga tertinggi keanekaragaman hayatinya yang didalamnya terdapat hidupanliar. Indonesia tercatat memiliki 10% jenis tumbuhan berbunga dunia (25.000 jenis), 12% jenismamalia dunia (515 jenis, 36% merupakan jenis yang hanya ada diIndonesia), 16% dari jenis reptil dunia, 17% dari jenis burung dunia (1.531 jenis, 20% merupakan jenis hanya ada di Indonesia), dan 20% jenis Ikan dunia. Hutan tropis indonesia menyimpan kekayaan yang luar biasa, pengembangan bioprospektif harus didukung dengan konsep pemanfaat dan pelstarian secara seimbang. Sayang sekali potensi yang ada harus hilang karena kerusakan hutan akibat perambahan, alih fungsi lahan, illegal loging dan perburuan liar
19
Wildlife Conservation Society
Keanekaragaman hayati menjadi penting di Indonesia karena sekitar 12 juta penduduk dari lebih 200 juta penduduknya menggantungkan hidup dari hutan sebagai sumber kehidupan dan mata pencaharian untuk kebutuhan sehari-hari atau perdagangan nasional maupun internasional. Pemanfaatan hidupanliar di masyarakat dapat terlihat dalam berbagai bentuk dan tujuan seperti obat-obatan,perhiasan, alat peraga pendidikan, koleksi, dll. Dengan segala keterbatasan yang ada di Indonesia isu tentang konservasi dan pelestarian hidupanliar masih tertinggal diberbagai tingkatan masyarakat sehingga menimbulkan berbagai macam permasalahan diantaranya dibidang konservasi seperti pengambilan berlebihan dari hutan dan kepunahan jenis. Menghadapi hal tersebut pemerintah Indonesia mendirikan lembaga ditingkat nasional Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA), arena kerusakan hutan dibawah Departemen Kehutanan. Lembaga ini bertanggung jawab terhadap pengelolaan kegiatan-kegiatan perdagangan hidupan liar diseluruh wilayah hukum Indonesia. Maraknya perdagangan hidupanliar dalam berbagai bentuk dalam tingkatan nasional maupun internasional selain mendatangkan keuntungan juga bisa mendatangkan bencana kepunahan jenis dikarenakan ekspoitasi yang berlebihan, untuk permasalahan perdagangan hidupanliar tingkat internasional agar keanekaragaman jenis tidak punah, pemerintah Indonesia pada tanggal 3 Maret 1973 menanda-tangani konvensi mengenai perdagangan internasional flora dan fauna yang terancam punah dalam bahasa inggris diberi nama “Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES)” , perjanjian internasional antar negara ini mulai berlaku untuk perdagangan hidupanliar di Indonesia pada tanggal 1 Juli 1975 dengan salah satu tujuannya untuk menjamin tidak adanya perdagangan hidupanliar yang tidak berkelanjutan sehingga flora dan fauna terancam punah tidak mengalami kepunahan akibat adanya perdagangan internasional. CITES juga dikenal sebagai Konvensi Washington, karena ditandatangani di kota Washington D.C., Amerika Serikat. Konvensi CITES menetapkan sebuah kerangka internasional yang sah dan mekanisme yang umum untuk mencegah perdagangan jenis langka untuk terwujud adanya suatu peraturan perdagangan international yang efektif pada jenis tumbuhan atau satwa dan lainnya. Saat ini CITES beranggotakan lebih dari 160 an negara-negara anggota yang berkomitmen untuk menjalankanya. Seringkali persepsi masyarakat dan pedagang hidupan liar salah mengenai CITES dan berfikir bahwa itu hanya sekedar perjanjian yang menjadi hambatan atau bentuk pelarangan dalam mendapatkan keutungan dalam berdagang , pegawai dan lembaga permerintahan terkait juga terkadang berfikir itu hanya tumpukan kertas tambahan perkerjaan. CITES adalah sebuah alat yang membantu dan berpengaruh untuk tercapainya peraturan yang konsisten dan efektif dalam mengelola hidupanliar agar lestari dan perdagangan yang berkelanjutan yang berwujud kesepakatan antar berbagai negara di dunia untuk memastikan secara internasional eksploitasi flora dan fauna yang terancam punah tidak berlebihan. Cenderawasih Kecil (Paradisaea minor) di Indonesia diburu dan diperdagangkan secara besarbesaran. Saat ini burung yang hanya ada di Papua ini telah dilindungi dengan PP No 7 Tahun 1999 dan UU No 5 Tahun 1990. CITES memasukkan burung ini dalam Appendix II yang artinya Termasuk jenis yang belum terancam punah, dimana perdagangan internasional diperbolehkan tetapi perdagangannya harus dikontrol agar terhindar dari ancaman kepunahan.
Cendrawasih Kecil ( Paradisea minor ) 20
Wildlife Conservation Society
CITES tidak berhubungan dengan seluruh aspek pelestarian hidupan liar dan tidak bertujuan untuk melarang perdagangan hidupan liar, dan tidak melakukan pembatasan untuk negara-negara berkembang jadi hanya berhubungan untuk jenis flora dan fauna tertentu yang masuk kedalam daftar appendiksnya, mengatur perdagangan secara internasional yang ada didalamnya untuk beberapa jenis perdagangannya dibatasi, sehingga negara produsen dan konsumen mempunyai tanggung jawab yang sama dalam melestarikan dan mengelola alam, menciptakan pengertian untuk suatu kerjasama antar negara, dan pengambilan keputusan di tingkat internasional. CITES berkerja dengan menetapkan kerangka kerja peraturan internasional dan mekanisme prosedur umum yang berlaku untuk mencegah perdagangan komersial dalam jenis terancam punah, dan peraturan yang efektif pada perdagangan internasional jenis flora dan fauna yang lainnya. Kerangka kerja dan prosedur umum CITES saat ini digunakan lebih dari 160 negara-negara anggotanya, “Parties”, yang bersidang setiap dua setengan tahun dalam acara yang dikenal dengan bahasa inggris “The Conference of Parties” (COP) yang menghasilkan berbagai resolusi (Resolution) dan keputusan (Decision) untuk memonitor perdagangan sumber daya alam yang dapat di adopsi oleh anggota-anggotanya sebagai panduan untuk menafsirkan pelaksanaan konvensi dalam bentuk instruksi atau peraturan dalam batasan waktu tertentu dimana dalam pelaksanaan konvensi tersebut membutuhkan perturan nasional. CITES adalah suatu alat yang sangat berpengaruh untuk memperoleh peraturan perdagangan internasional hidupan liar dan pemanfaatan yang berkelanjutan Perdagangan yang terjadi diantara negara-negara anggota CITES terbagi menjadi tiga wilayah penggerak yaitu adalah wilayah negaranegara pengekspor utama, wilayah negara-negara pengimpor utama, dan negara-negara yang pengekspor dan juga menjadi pengimpor. Dalam berkerja CITES membentuk beberapa komisi agar lebih efektif yaitu: komisi pengarah (Standing Committee), komisi yang berkerja menangani hewan (Animals Committee), Komisi yang berkerja menangani tumbuhan (Plants Committee), Komisi yang berkerja menangani tata nama jenis hewan dan tumbuhan (Nomenclauture Committee). Adanya komisi-komisi tersebut didasari oleh kebutuhan dan ditentukan pada sidang COP contohnya pada tahun 1998, COP ke-11 di Nairobi, para Parties menghapuskan komisi yang menangani identifikasi (Identification Manual Committee) dengan pengorganisasian kerja sebagai berikut:
160 Parties
Conference of the Parties
Standing Committee Secretariat
UNEP
Animals Committee Plants Committee
Nomenclauture Committee
IUCN WCMC TRAFFIC Others NGOs
21
Wildlife Conservation Society
Dalam pelaksanaan CITES di negara-negara anggotanya, minimal negara tersebut mempunyai perundangan nasional yang merancang suatu otoritas pengelola (Management Authority) dan otorita ilmiah (Scientific Authority), melarang perdagangan specimen-specimen yang mempunyai ketentuan konvensi, menghukum perdagangan tertentu, melakukan adanya penyitaan terhadap specimen illegal yang melanggar ketentuan konvensi. Di Indonesia lembaga yang menjadi otoritas pengelola adalah Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Kementerian Kehutanan bertanggung jawab pada pelaksanaan aspek-aspek administrasi contohnya menyiapkan perundang-undangan yang mengatur, perijinan, membuat laporan fakta perdagangan bualanan dan tahunan, melakukan komunikasi terhadap lembaga terkait dalam pelaksanaan CITES sedangkan untuk lembaga yang menjadi otoritas ilmiah adalah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bertanggung jawab memberikan masukan pada otoritas pengelola tentang “non-detriment findings” berikut dengan aspek-aspek ilmiah pada pelaksanaan dan pemantauan perdagangan di tingkat nasional. Jenis yang termasuk dalam peraturan CITES untuk mengatur perdagangan internasional tentang jenis flora dan Fauna liar dibagi menjadi tiga appendiks yaitu sebagai berikut: - Appendiks I : Termasuk jenis yang terancam punah dimana perdagangan internasional (yang bersifat komersial) secara umum dilarang. Hampir 600 jenis satwa dan 300 jenis tumbuhan yang diatur dalam CITES. - Appendiks II : Termasuk jenis yang belum terancam punah, dimana perdagangan internasional diperbolehkan tetapi perdagangannya harus dikontrol agar terhindar dari ancaman kepunahan. Lebih dari 1.400 jenis satwa dan lebih dari 22.000 jenis tumbuhan. - Appendiks III : Termasuk jenis yang beberapa negara meminta peran dari negara-negara anggota CITES untuk membatu dalam melindungi, dimana perdagangan internasional diperbolehkan tetapi dikontrol secara umum pembatasan perdagangannya lebih ringan dibandingkan appendiks II. Sekitar 270 jenis satwa dan sekitar 30 jenis tumbuhan Konferensi negara-negara anggota (COP) adalah satu-satunya badan yang dapat mengambil keputusan mengenai isi pada daftar appendiks I dan II yang diajukan melalui proposal oleh negara-negara anggotanya untuk mengamandemen appendiks yang didukung oleh 2/3 suara bulat dari negara-negara anggota untuk bisa diadopsi dan di laksanakan.
22
CITES mengatur ekspor, re-ekspor dan impor dari satwa dan tumbuhan baik dalam keadan hidup atau mati serta turunannya untuk jenis yang tercantum dalam daftar appendiks didasari pada suatu sistem perijinan dan sertifikasi apabila telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam COP dengan harapan perdagangan internasional untuk jenis-jenis hidupan liar tidak merusak kelangsungan hidup di alam dan ada pengecualian khusus diantaranya sebagai berikut : untuk milik pribadi dan keluarga, spesimen yang ada sebelum adanya konvensi, spesimen dari perbanyakan secara buatan atau penangkaran, pertukaran ilmu pengetahuan, dan pameran keliling. Mekanisme CITES dalam berkerja didasarkan pada system perijinan dan sertifikasi yang dikeluarkan apabila telah memenuhi ketentuan-ketentuan tertentu dan harus menyertai pada saat jenis atau specimen meninggalkan atau memasuki suatu negara dengan mengunakan bentuk dokumentasi sehingga setiap adanya bentuk perdagangan tercatat di masing-masing negara anggotanya dengan harapan perdagangan dapat termonitor. Ada empat macam tipe dokumen CITES diantaranya sebagai berikut: Surat Ijin Ekspor : Dikeluarkan oleh otoritas pengelola ( Direktorat Jenderal PHKA), yang dilengkapi masukan dari otoritas ilmiah (LIPI) dengan menyatakan permohonan ekspor tidak merusak kelangsungan hidup di alam untuk jenis yang diajukan untuk di ekspor. Selain itu juga otoritas pengelola harus memastikan bahwa jenis tersebut diperoleh dengan cara legal/ sah menurut hukum yang berlaku di negara dan dalam proses pengiriman harus dipersiapkan dengan keadaan meminimalkan reksiko luka, gangguan pada kesehatan atau perlakuaan kejam. Surat Ijin Impor : Dikeluarkan oleh otoritas pengelola yang dilengkapi masukan dari otoritas ilmiah dengan menyatakan permohonan impor tidak merusak kelangsungan hidup di alam untuk jenis yang diajukan untuk di impor. Dokumen ini di terapkan hanya untuk jenis yang terdaftar pada appendiks I dan menggunakan secara teliti pengukuran-pengukuran domestik dari sejumlah negara anggota (contohnya anggota dari negara Uni Eropa) juga membutuhkan dokumen impor untuk jenis yang termasuk dalam daftar appendiks II. Sertifikat Re-ekspor : Dikeluarkan oleh otoritas pengelola, dan harus dipastikan bahwa jenis tersebut yang akan di impor sudah sesuai dengan peraturan konvensi. Sertifikat lain : Dikeluarkan oleh otoritas pengelola untuk kasus-kasus tertentu (Contoh: Jenis yang ditangkarkan, pameran keliling, introduksi laut, dan untuk pertukaran ilmu pengetahuan) Ke empat tipe dokumen tersebut diterbitkan dalam satu lembar dukumen dengan standarisasi pada format, bahasa, terminologi, informasi, masa berlaku, prosedur pengeluaran, dan Ijin pengeluaran.
Wildlife Conservation Society
Manfaat dari adanya CITES yang menggunakan mekanisme prosedur yang umum, dengan cara, peraturan, kebutuhan, otoritas, prosedur, dan dokumen yang serupa untuk di implementasikan di Negara anggotanya adalah: 1. Menjadi peraturan internasional yang efektif dan konsisten pada perdagangan hidupan liar untuk tujuan konservasi dan pemanfaatan yang berkelanjutan. 2. Timbulnya kerjasama internasional dalam bidang perdagangan dan konservasi, perundangan dan penegakan hukum, pengelolaan sumber daya alam, dan pengembangan ilmu konservasi 3. Timbulnya partisipasi sebagai pelaku global dalam mengelola dan melestarikan hidupan liar dalam tingkatan internasional Pelaksanaan konvensi CITES bermitra dan berkolaborasi langsung dengan konvensi lainya antara lain sebagai berikut: 1. Konvensi Keanekaragaman Hayati atau CBD (Convention on Biological Diversity) 2. Konvensi Basel 3. Ramsar 4. Konvensi Species Migrasi (Convention on Migratory Species; yang dikenal dengan CMS) 4. Konvensi Internasional pada Peraturan tentang Paus (International Convention on the Regulation of Whaling) Bentuk kolaborasi dapat terlibat dalam resolusi, keputusan-keputusan konferensi negara-negara anggota (COP), dan kerjasama yang melintasi lingkup kerja yang umum. Misalnya pelatihan bersama bea dan cukai, penegakan hukum, pengengecekan laporan tahunan, harmonisasi peraturan, dsb. Selain berkolaborasi dengan konvensi, CITES juga bermitra dengan organisasi sebagai berikut : World Custom Organization, Interpol, UNEP-World Conservation Monitoring Center, TRAFFIC Network, dan IUCN.
23
Lampiran II
Perdagangan bagian-bagian tubuh satwa liar di Indonesia 1.
Harimau Sumatera (kulit, taring, kuku, kumis, tulang, kantung penis)
Harimau Sumatera adalah harimau terakhir yang di miliki Indonesia, dua kerabatnya sudah punah yaitu Harimau Jawa dan Harimau Bali. Saat ini populasi kucing besar yang dijuluki Raja Rimba ini semakin memprihatinkan, hal ini dipicu oleh hilangnya habitat dan perburuan. Harimau Sumatera diburu secara hidup untuk diperlihara oleh “pecinta satwa” atau diburu untuk diambil bagian-bagian tubuhnya seperti Kulit, Gigi taring, Kumis, kantung penis.
Tetapi jangan salah di pasaran juga terdapat kulit palsu harimau, untuk mengidentifikasi kulit buatan atau kulit binatang lainnya (seperti anjing, beruang, rusa) yang disamarkan sebagai kulit asli memerlukan keahlian tertentu. Perhatikan secara seksama pada warna dan pola pada setiap contoh kulit. Kulit buatan (sintetis atau disamarkan) cenderung memiliki pola yang sama/repetitive dengan sedikit variasi memberikan kesan tampilan yang tidak alami. Kulit yang disamarkan bisa jadi dicelup dan diberi pola menggunakan stensil, jadi hati-hatilah dan lihatlah secara seksama pada rambut tersebut apakah warnanya luntur/hilang ketika anda menggosok/mengusapnya.
Contoh kulit harimau asli
Contoh kulit harimau palsu yang terbuat dari kulit beruang
Banyaknya permintan tersebut maka banyak pula orang-orang berupaya berburu satwa tersebut. Bagian yang paling mahal dari satwa tersebut adalah Kulit, karena biasanya kulit utuh bisa di offset sebagai pajangan dan dibentuk seperti hidupnya. Jika sudah menjadi potongan-potongan kecil biasanya digunakan untuk hal-hal yang bersifat Klenik (jimat dengan jampi-jampi dukun tertentu).
24
Gigi taring beruang dan kucing besar lainnya biasanya diperjualbelikan sebagai liontin, perhiasan dan jimat. Gigi taring karnivora terdiri atas akar besar dan mahkota gigi yang runcing. Perdagangan taring beruang dan kucing besar adalah kegiatan ilegal di Indonesia. Namun, produk alternatif( tiruannya) nya legal untuk diperjualbelikan, sehingga identifikasi yang akurat sangatlah penting.
Wildlife Conservation Society
Bentuk gigi taring palsu harimau yang terbuat dari tulang
Produk-produk alternatif yang dikerjakan dengan sangat halus sangat sulit untuk dibedakan/ diidentifikasi karena produk-produk alternatif ini memiliki penampilan yang sama dengan gigi asli dengan bentuk dan distribusi lapisan email, tulang gigi yang hampir sempurna. Teknik yang paling handal adalah dengan test DNA, jadi jika anda tidak yakin, hubungi lembaga yang terdaftar di bagian akhir buku ini untuk bantuan lebih lanjut. Cara membedakan gigi taring dengan produk alternatif yang terbuat dari plastik Gigi taring plastik dapat diidentifikasi hanya dengan memanaskan jarum pin dengan nyala api dan apabila sudah panas, tusukkan ujung pin itu pada permukaan gigi taring plastik tersebut. Gigi taring, tulang dan gading asli tidak akan meleleh sehingga bisa ditarik kesimpulan jika taring tersebut meleleh maka bisa dipastikan bahwa produk tersebut terbuat dari plastik.
Cara membedakan gigi taring dengan tulang
Produk yang terbuat dari tulang dapat diidentifikasi dengan menggunakan kaca pembesar/loop dengan perbesaran 10x. Bilamana terlihat “Haversian Canal” (guratan atau goresan yang seringnya berwarna gelap) pada permukaan, maka dapat disimpulkan bahwa produk tersebut adalah tulang. Untuk mengidentifikasi apakah tulang itu berasal dari spesies tertentu maka diperlukan tes DNA. Langkah-langkah untuk mengidentifikasi gigi taring 1. Periksalah produk tersebut dengan kaca pembesar - Haversian Canal : Tulang 2. Tusuklah produk tersebut dengan pin yang telah dipanaskan - Meleleh dan berbau plastic : palsu dan terbuat dari plastik 3. Potong sebagian produk tersebut untuk melihat penampangnya - Ada garis Schreger : Gading
25
Wildlife Conservation Society
4.
Jika identifikasi tidak dapat dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik tersebut di atas, maka dapat dilakukan pemindaian dengan sinar X (tersedia di sebagian besar rumah sakit daerah) untuk memastikan apakah gigi tersebut asli atau tidak. Bilamana dijumpai semacam cairan di dalam rongga (pulp chamber) di dalam gigi taring tersebut maka dapat disimpulkan bahwa taring itu adalah asli.
Foto close up Haversian Canal pada tulang
Taring tiruan yang terbuat dari tulang
Tulang dan tengkorak dari berbagai jenis spesies biasanya diperjual belikan untuk hiasan tetapi lebih sering digunakan untuk praktek pengobatan tradisional. Manfaat utamanya terdapat pada balsam tulang dimana bangkai - bangkai atau tulang - tulang direbus selama beberapa hari untuk diambil sarinya. Jika Anda menemukan tulang utuh atau sudah berbentuk balsam biasanya sulit untuk, secara akurat dan terpercaya, mengidentifikasi dari spesies apa tulang - tulang tersebut berasal, (walaupun ada pengecualian, yaitu tulang lengan siamang). Jika ada tengkorak, bisa dilakukan pengujian fitur dari binatang tersebut untuk mengetahui beberapa taxa/tingkatan kelompok makhluk hidup yang lazim kita temui dalam perdagangan. Kami mencoba untuk menghindari penggunaan istilah taxonomi yang sudah pasti untuk menjelaskan tentang tengkorak, jadi kami hanya mendeskripsikan ciri - ciri tengkorak untuk memudahkan pemahaman dan penterjemahan.
26
Perbedaan taring harimau asli dan palsu dibawah sinar X
Wildlife Conservation Society
Tengkorak kucing rata-rata besar, bulat dengan moncong yang pendek dan socket mata yang besar. Mereka memiliki occipital crest yang panjang dan kuat (benolan di bagian belakang tengkorak) dan ridge of bone/tonjolan tulang yang memanjang di tengah tengkorak bagian atas (sagittal crest); ciri yang kedua ini terutama ditemukan pada kucing-kucing besar. Langit-langit mulutnya seringkali sama lebar dengan panjangnya, dengan gigi yang sangat khusus. Taringnya sangat panjang dengan celah/alur di sepanjang taring tersebut. Posterior premolars/taring belakang akan semakin besar dalam bentuk gigi carnassial/ tajam terutama untuk mencabik-cabik daging. Tengkorak kucing besar
PENIS HARIMAU Penis harimau asli sangat langka dan dicari-cari untuk pengobatan tradisional di Asia. Penis binatang-binatang lainnya termasuk rusa, kuda dan sapi seringkali dipalsukan dan dijual sebagai penis harimau. Perdagangan penis harimau baik internasional maupun domestic dilarang keras oleh undang-undang CITES Lampiran I dan hukum Indonesia. Penis harimau memiliki barbs/duri kecil di ujungnya tetapi ini sangat sulit untuk dilihat dengan mata telanjang dan sangat sulit untuk diamati bilamana penis tersebut telah dikeringkan. Penis harimau juga memiliki sebuah tulang kecil dikenal sebagai baculum (kurang lebih 2cm panjangnya) didalam ujung penis. Identifikasi akurat untuk menentukan apakah itu penis harimau asli biasanya menggunakan sebuah X-ray untuk melihat baculum. 2 garis yang terlihat di photo mewakili skala 2cm. Photo Penis harimau yang telah dikeringkan Atas : di bawah sinar X Tengah : hasil fotografi Foto penis harimau asli. Kanan bawah : photo close-up ujung penis memperlihatkan posisi tulang penis yang juga dikenal sebagai baculum
27
Wildlife Conservation Society
Berikut adalah beberapa cara untuk menentukan apakah penis harimau itu asli atau tidak • Penis palsu seringkali diukir/dihias sedemikian rupa sehingga mirip yang aslinya tetapi jika tulang belakang dan barb/durinya terlihat dengan jelas, tidak mungkini penis harimau asli. • Jika produk tersebut mempunyai baculum besar yg terlihat pada x-ray kemungkinan besar produk itu bukan penis harimau (ada anjing lokal yang memiliki baculum besar hingga 10cm panjangnya). Rusa, kuda dan hewan ternak tidak memiliki baculum sama sekali. • Jika penis tersebut panjang (> 8inches) dari ujung ke buah pelir maka penis tersebut bukan berasal dari harimau dan mungkin berasal dari rusa, kuda atau sapi).
2.
GAJAH (Gading dan Gigi)
Istilah ‘gading’ digunakan untuk menjelaskan gigi dan taring mamalia karena keduanya memiliki struktur kimia yang sama. Gading dari berbagai jenis binatang secara komersial diperdagangkan dalam bentuk utuh, potongan-potongan, olahan dan benda-benda hiasan/dekoratif. Perdagangan gading gajah baik domestik maupun internasional adalah kegiatan ilegal tanpa memandang jenis gajah ataupun negara asalnya. Kegiatan ini menjadi penyebab utama penurunan jumlah gajah di Asia. Meskipun gading gajah asia adalah gading yang paling sering diperdagangkan di Indonesia, impor gading gajah dari Afrika juga terjadi. Penentuan jenis spesies melalui analisis DNA atau menggunakan analisis isotop dengan spektrometri massa akan membantu memahami dinamika pola perdagangan. Untuk tujuan penegakan hukum, bisa dilakukan dengan mengkonfirmasi identifikasi karena perdagangan gading gajah sudah merupakan alat bukti yang cukup untuk penangkapan dan penuntutan terhadap pelaku perdagangan Illegal tersebut. Status hukum perdagangan produk alternatif selain gading gajah kurang, sehingga perlu teknik yang tepat serta dapat dipertanggungjawabkan untuk membedakan gading gajah dengan gading-gading yang lainnya.
28
penis harimau palsu.
Beberapa tehnik untuk membedakan gading asli dan tiruan adalah sebagi berikut Langkah langkah untuk mengidentifikasi gading 1.
Periksa produk yang diduga gading gajah tersebut dibawah cahaya ultra - violet dan perhatikan warnanya • Biru kusam: produk gading tiruan • Biru terang/putih: gading gajah atau tulang • Biru terang / putih dengan bercak ungu: gading mammoth
2.
Periksa produk tersebut dengan kaca pembesar dengan 10x perbesaran • Haversian Canal: tulang • Sudut Schreger: gading Proboscidean (ordo gajah) - Sudut lancip schreger: gading mammoth - Sudut tumpul schreger: gading gajah Periksa produk tersebut dengan melihat penampang melintangnya • Tidak ada Garis Schreger, tidak ada Haversian Canal, berbentuk segitiga : babi hutan • Tidak ada Garis schreger, tidak ada Haversian Canal, dijumpai garis konsentris yang jelas pada penampang melintang, berbentuk segitiga atau lonjong: kuda nil
3.
29
Wildlife Conservation Society
Gading gajah mempunyai sudut garis Schreger < 90 derajat.
Gading mammoth mempunyai sudut garis Schreger > 90 derajat.
Tulang mempunyai pori-pori / lubang yang disebut Haversian Canal. Pori-pori ini tidak dijumpai pada gading gajah.
30
Penampang melintang tanduk rusa
Taring kuda nil
3. BADAK (CULA) CULA BADAK Cula badak terutama terdiri dari keratin, zat yang sama yang terdapat dalam rambut dan kuku dari kebanyakan jenis mamalia, dengan timbunan Kalsium dan melanin di bagian inti pusat. Meskipun disebut sebagai ‘tanduk’, cula ini tidak berisi tulang inti seperti tanduk asli yang dimiliki oleh spesies-spesies jenis kerbau. Cula badak dicari untuk digunakan sebagai obat-obatan tradisional di Asia dan dijual dalam bentuk utuh, potongan dan jarang dalam bentuk bubuk. Kelima spesies tersebut dapat dilihat di Lampiran I CITES. Badak putih di Afrika Selatan dan Swaziland secara hukum sah/legal untuk diburu. Namun, tanduk hasil buruan tersebut tidak bisa dijual untuk tujuan komersial dan harus ada dokumen yang jelas untuk membuktikan dari mana cula-cula tersebut berasal. Untuk mengidentifikasi jenis badak diperlukan analisis DNA atau analisis isotop dengan spectrometry massa. Kami menyarankan jika Anda melihat atau memiliki cula badak asli maka sebaiknya anda menghubungi Vietnam Nature Museum untuk bantuan lebih lanjut dalam proses identifikasi (lihat rincian kontak di belakang buku ini). Produk-produk anternatif pengganti cula badak • Tanduk kerbau/sapi • Akar bambu • Resin • Tulang • Serat Keratin yang dipadatkan di bawah tekanan tinggi
Cara membedakan antara cula dengan akar bambu, resin dan produk-produk alternatif dari tulang •
•
Bakarlah sebagian kecil dari produk, yg diduga sebagai cula badak atau tekanlah dengan pin/jarum panas pada permukaaanya dan ciumlah baunya. Jika Anda mencium rambut terbakar (keratin) maka produk itu adalah tanduk (bukan selalu cula badak) dan bukan produk alternatif yang lainnya. Bau ini juga dapat dihasilkan dengan cara menggosokkan cula badak pada asahan yg sering digunakan dalam praktek pengobatan tradisional Cula badak terdiri dari keratin dan anda dapat mengupas serat/sekat ini seperti kayu. Resin atau produk-produk alternatif dari tulang tidak dapat dikupas seperti ini dan tidak memiliki permukaan kasar seperti kayu.
Penampang gigi taring kuda nil
31
Wildlife Conservation Society
Cara membedakan cula badak dengan tanduk sapi/kerbau Cula badak terutama terdiri dari keratin dengan sedikit kalsium pada intinya sedangkan tanduk sapi / kerbau berisi tulang inti yang dikelilingi oleh lapisan keratin. Setelah kering, sarung keratin ini mudah dilepas dari tulang inti, tinggal tanduk berongga dengan ujungnya yang rapat. Para pengrajin tanduk kerbau memotong ujung yang padat ini kemudian membentuk, mewarnai dan menandainya sehingga kelihatan persis seperti cula badak asli. Produk alternatif ini adalah salah satu yang paling sulit untuk diidentifikasi. Kami telah mengumpulkan dan menerapkan berbagai macam teknik dari para ilmuwan dan pedagang satwa liar tentang bagaimana cara membedakan antara tanduk kerbau/sapi dengan cula badak. Namun teknik-teknik ini seringkali sangat subyektif, sangat bergantung pada kebiasaan mengenali salah satu atau kedua produk tersebut dan karena itu tidak cocok untuk digunakan dalam buku ini. Satu-satunya teknik yang akurat untuk membedakan antara cula badak dengan tanduk sapi atau tanduk kerbau adalah Analisis DNA. Karena itu, kami sarankan untuk membawa/menyita produk yang diduga cula badak tersebut dan menghubungi lembaga molekuler Eijkman untuk bantuan identifikasi lebih lanjut (lihat rincian kontak di belakang buku ini).
Tanduk Kerbau
4.
Cula Palsu (tanduk)
Beruang (Empedu, Kulit, Kuku)
Cakar beruang Cakar beruang dari dua jenis spesies yang ada di Vietnam sering dikonsumsi sebagai balsem, steeped dalam alkohol, dijual sebagai piala / perhiasan atau dikonsumsi. Cakar beruang mudah dikenali dan dibedakan dari spesies lain dari warna dan ukurannya. Kedua jenis spesies tersebut memiliki cakar yang relative besar berwarna hitam dan cakar panjang dan berwarna gelap (lebih pendek pada tengkuk Paws/cakar) dan telapak berwarna gelap di bawah.
Cakar beruang asli
32
Wildlife Conservation Society
Kantung empedu dan Empedu Kantung empedu dan/atau Empedu biasanya digunakan sebagai obat tradisional Asia, khususnya kantung dan empedu beruang, ular, harimau dan hewan ternak, babi dan anjing. Kantung empedu adalah organ yang memproduksi empedu. Kantung Empedu biasanya dijual kering, utuh atau berupa bubuk, dan empedu dijual dalam bentuk cair. Menurut hukum yang berlaku saat ini, penjualan, iklan, dan pembelian baik kantung empedu ataupun empedu spesies yang dilindungi adalah kegiatan ilegal di Vietnam jika tidak ada ijin dari pihak yang berwenang. Penjualan kantung dan empedu dari hewan ternak (seperti sapi, babi, kerbau dan anjing) adalah kegiatan legal. Para penjual sering menggunakan empedu hewan ternak untuk menggantikan empedu dari hewan yang langka atau mencampur keduanya.
5. Trenggiling (Sisik, Lidah, daging) Sisik Trenggiling Trenggiling adalah salah satu mamalia yang paling sering diperjualbelikan Indonesia, baik hidup ataupun mati, utuh, bagian-bagian tubuhnya, ataupun hanya sisiknya. Trenggiling adalah hewan yang unik memiliki cakar yang panjang, kepala dan ekor yang memanjang dan mudah dikenali dari binatang lain dengan adanya sisik yang menutupi seluruh tubuh dan ekornya.
Identifikasi asal spesies berdasarkan pengamatan, mencium ataupun mencicipi kantung dan empedu tidak akan menghasilkan pengidentifikasian yang akurat • World Society for the Protection of Animals (WSPA) telah mengembangkan sebuah alat tes sederhana untuk menentukan apakah suatu produk mengandung empedu beruang, hasilnya cepat dan bisa dipertanggungjawabkan. (Kontak WCS untuk keterangan lebih lanjut) • Untuk mengidentifikasi spesies lain, satu-satunya cara yang bisa dipertanggungjawabkan adalah melalui tes DNA.
A
B
Offset trenggiling (Manis Javanica)
C
D
A. Daging tenggiling beku | B. Lidah trenggiling | C. Sisik tenggiling | D. Trenggiling hidup.
33
Wildlife Conservation Society
6.
Rusa (Tanduk, daging)
Tanduk rusa dan tanduk binatang-binatang ternak dijual sebagai trofi dan hiasan. Perlindungan terhadap spesies bertanduk sangat beragam sehingga sangatlah penting untuk melakukan identifikasi yang akurat dalam rangka penuntutan terhadap para pelaku. Rusa Sambar (Cervus unicolor) Jantan dewasa biasanya memiliki tanduk dengan tiga cabang, satu di depan dan dua diujung tanduk utama. Cabang yang ada di tanduk garpu biasanya lebih kecil dibandingkan dengan yang di luar. Cabang yang di luar nampaknya merupakan kelanjutan dari tanduk utama. Pangkal tanduk tebal dan di bagian dasarnya terdapat alur yang dalam dan benjolan yang mengarah ke atas. Kijang merah / umum (Muntiacus muntjak) Pedicel/pangkal tanduknya panjang tetapi tanduknya sendiri kecil (10-15cm) sangat melengkung di ujungnya. Pedicel/pangkal tanduknya tebal dan lurus dengan ujung runcing dimana tanduk tersebut tersambung sampai ke tulang dahi.
Tengkorak dan tanduk Rusa Sambar
Tengkorak dan tanduk Kijang Munjtak
7. Ular (kulit, daging) Untuk mengidentifikasi kulit ular dan kadal palsu, cukup gosokkan koin / kunci searah dengan sisiknya. Jika kulit tersebut asli maka sisiknya akan terangkat, sedangkan bila palsu maka sisik-sisik tersebut tidak akan terangkat.
Kulit Ular Python yang siap untuk di olah menjadi kerajinan tangan
34
Reticulated python (Python reticulatus) • Belang hitam tipis di tengah kepala • Tubuh yang berwarna kekuning-kuningan atau coklat • Empat sisik yang terbenam pada ujung mulut • Tubuh dan ekor - abu-abu gelap dengan pola seperti jaring
Wildlife Conservation Society
Produk jadi yang terbuat dari sisik penyu
8. Penyu (daging, karapas/sisik, telur) Enam Jenis penyu didunia yang hidup saat ini dan lima jenis diantaranya terdapat di perairan Indonesia dan umumnya dieksploitasi untuk perdagangan satwa liar, yaitu untuk daging dan terutama untuk hiasan. Bahan mentah dan produk yang dibuat dari karapas penyu Hawksbill / Penyu sisik (Eretmochelys imbricata) umumnya dikenal sebagai 'bekko' atau 'sisik penyu'. Bekko dapat ditemukan dalam bentuk mentah sebagai scutes atau dibentuk sebagai potongan-potongan perhiasan atau kerajinan. Mengidentifikasi bekko dari bekko palsu Bekko palsu biasanya dibuat dari plastik dan terlihat sangat mirip dengan aslinya. Beberapa produsen bahkan mencampur bekko asli dengan plastik, sehingga sulit diidentifikasi. • Plastik dapat dibedakan dari bekko asli dengan cara mendekatkannya dengan sumber api. Jika produk terbuat dari plastic, maka akan meleleh dan berbau plastic atau susu, jika asli akan berbau seperti rambut terbakar. Menggunakan kaca pembesar dengan perbesaran 10x teliti produk tersebut. Jika produk terbuat dari plastik akan ada gelembung-gelembung kecil udara di dalamnya, sementara jika produk tersebut adalah bekko asli tidak akan ada gelembung-gelembung kecil tersebut. • Di bawah mikroskop bidang bekko asli yang gelap akan muncul sebagai titik-titik kecil penuh warna, sementara produk yang terbuat dari plastic akan terlihat sama warnanya. • Yang paling handal dan akurat untuk metode pengujian bekko atau produk alternatifnya adalah melalui pengujian untuk refractive index (berapa kecepatan cahaya berkurang di dalam media) dan berat jenis (kerapatan Ratio dari suatu substansi dengan kepadatan air) dari produk yang dicurigai. Produk yang di curigai ini dapat dilakukan di Laboratorium di Hanai atau Ho Chi Minh City
35 souvenir dari kropos penyu sisik
Aves / Burung
36
Lampiran III
37
Wildlife Conservation Society
38
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS
: :
ANCAMAN
:
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN
:
STATUS
:
ANCAMAN
:
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS
: :
ANCAMAN
:
Cacatua galerita Kakatua Jambul Kuning Besar Ukuran lebih besar dan dari rasio paruh dengan kepala lebih pendek Cacatua sulphurea, jambul warna kuning. Maluku, Ambon, Kep. Seram, dan Kep. Kai. DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 Perburuan untuk perdagangan dan pemeliharaan.
Probosciger aterrimus Kakatua Raja Kakatua berukuran sangat besar, berjambul hitam yang terangkat tegak, bercak merah di pipi, paruh sangat besar. Di seluruh dataran rendah Papua, Kep. Aru, P. Yapen, P. Sariba, P. Misima, Australia Utara. DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Perburuan besar-besaran untuk diperdagangan dan pemeliharaan
Cacatua goffiniana Kakatua Tanimbar Jambul merah jambu, bagian bawah dan sayap terbang warna merah jambu, lingkar mata biru. Endemik Maluku, Seram, Ambon, Haruku, Saparua. DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Perburuan untuk diperdagangkan 2. Kerusakan habitat alami
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS
: :
ANCAMAN
:
Cacatua sulphurea Kakatua Kecil Jambul Kuning Warna jambul kuning orange, lingkar mata biru, pipi kuning samar. Endemik Sumba DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Perdagangan untuk diperdagangkan. 2. Kerusakan habitat akibat perambahan
Wildlife Conservation Society
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS ANCAMAN
: : :
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS
: :
ANCAMAN
:
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS ANCAMAN
: : :
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS
: :
ANCAMAN
:
Cacatua alba Kakatua Putih Secara keseluruhan warna bulu didominasi oleh warna putih Endemik Maluku, Seram, Ambon, Haruku, Saparua. TIDAK DILINDUNGI 1. Perburuan untuk diperdagangkan 2. Kerusakan habitat alami
Cacatua moluccensis Kakatua Seram Jambul merah jambu, bagian bawah dan sayap terbang warna merah jambu, lingkar mata biru. Endemik Maluku, Seram, Ambon, Haruku, Saparua. DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Perburuan untuk diperdagangkan 2. Kerusakan habitat alami
Sturnus contra Jalak suren Berukuran sedang (24 cm), berwarna hitam dan putih. Dahi, pipi, garis sayap, tunggir, dan perut putih; dada, tenggorokan, dan tubuh bagian atas hitam (coklat pada remaja). Iris kelabu, kulit tanpa bulu di sekitar mata berwarna jingga, paruh merah dengan ujung putih, kaki kuning. Di Sumatera selatan, Jawa, dan Bali. TIDAK DILINDUNGI 1. Perburuan untuk diperdagangkan 2. Kerusakan habitat alami
Pitta guajana Paok Pancawarna berukuran sedang (22 cm), bertubuh gemuk, berwarna keemasan bergaris-garis. Kepala hitam dengan alis lebar kuning mencolok dan khas. Punggung dan sayap coklat dengan garis sayap putih, ekor biru, dagu putih. Ras pada masing-masing pulau memiliki ciri masing-masing. Ras Kalimantan dan Jawa: dada dan sisi lambung bergaris-garis hitam dan kuning, ras Sumatera: bergaris-garis biru dan jingga. Jantan di Jawa: ada garis biru pada dada atas, ras Kalimantan: bercak biru pada dada bawah. Ras Sumatera: perut biru dan tengkuk jingga, garis sayap putih lebih lebar. Betina: lebih suram dan lebih merah. Iris coklat, paruh dan kaki hitam. Sumatera, kalimatan, Jawa dan Bali Haruku, Saparua. DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Perburuan untuk diperdagangkan 2. Kerusakan habitat alami
39
Wildlife Conservation Society
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN
:
STATUS ANCAMAN
: :
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS ANCAMAN
: : :
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS
: :
ANCAMAN
:
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS
: :
ANCAMAN:
40
Copsychus malabaricus Murai Batu / Kucica hutan Burung cacing berukuran agak besar (27 cm), berekor panjang, hitam, putih, dan merah karat. Kepala, leher, dan punggung hitam dengan kilauan biru; sayap dan bulu ekor tengah hitam buram; tungging dan bulu ekor luar putih; perut merah karat jingga. Di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya) dan Kalimantan (termasuk pulau-pulau di sekitarnya) cukup umum terdapat di dataran rendah, sampai ketinggian 1.500 m di beberapa tempat. Di Jawa (termasuk Kangean), burung ini sekarang sudah menjadi langka di hutan dataran rendah akibat penangkapan yang tidak terkendali. Tidak ada di Bali. Bentuk ekor hitam terdapat di P. Kangean, P. Panaitan, dan di beberapa pulau lepas pantai barat Sumatera. TIDAK DILINDUNGI 1. Perburuan untuk diperdagangkan 2. Kerusakan habitat alami Padda oryzivora Gelatik Jawa Satwa berbulu ini mempunyai paruh merah, kepala hitam dengan bercak putih mencolok pada pipi, dada abu-abu, perut merah jambu, ekor bawah hitam, dan ekor putih yang indah Endemik Jawa dan Bali TIDAK DILINDUNGI 1. Jenis ini sering diburu dan diperda- gangkan untuk dipelihara. 2. Kerusakandan berkurangnya habitat
Spilornis cheela Elang Ular Bertotol-totol putih, warna bulu bervariasi coklat gelap dan hitam, dada coklat merah, ekor bergaris putih dan hitam. India, Cina Selatan, Asia Tenggara, dan hutan di Indonesia. DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Jenis Elang ini sering diburu dan diperdagangkan untuk dipelihara. 2. Kerusakandan berkurangnya habitat akibat perambahan dan illegal logging.
Spizaetus bartelsi Elang Jawa Kepala berjambul, bulu sayap dan punggung coklat tua, bulu dada bergaris-garis melintang putih, ekor bergaris garis hitam, tungkai berbulu. endemik di Pulau Jawa. DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Elang ini mengalami penurunan populasi yang tajam akibat perburuan dan perdagangan untuk dipelihara. 2. Kerusakan dan berkurangnya habitat alami
Wildlife Conservation Society
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
Ardea purpurea Cangak Merah Berukuran besar (80 cm), berwarna abu-abu, coklat berangan, dan hitam. Topi hitam dengan jambul menjuntai. Terdapat setrip hitam menurun sepanjang leher yang merah-karat khas. Punggung dan penutup sayap abu-abu, bulu terbang hitam. Bulu lainnya coklat kemerahan. Iris kuning, paruh coklat, kaki coklat kemerahan. Erasia sampai Filipina, Sulawesi, Sunda Besar dan Nusa Tenggara. TIDAK DILINDUNGI 1. Perburuan untuk diperdagangkan 2. Kerusakan habitat alami
PENYEBARAN
:
STATUS ANCAMAN
: :
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN
:
STATUS
:
ANCAMAN
:
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN
:
STATUS
:
ANCAMAN
:
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
Spizaetus cirrhatus Elang Brontok
PENYEBARAN STATUS
: :
ANCAMAN
:
India, Asia Tenggara, Philiphina, Sunda Besar, dan kawasan Wallacea. DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Jenis elang ini sering diburu dan dipedagangkan untuk dipelihara. 2. Kerusakan dan berkurangnya habitat alami akibat perambahan hutan dan illegal logging.
Haliastur indus Elang Bondol Kepala, leher, dada putih dengan coretan hitam, punggung, sayap, dan ekor coklat terang. Elang remaja semua warna coklat. India, Cina Selatan sampai Australia, hampir di seluruh pantai Indonesia. DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 Elang ini sering diburu dan diperdagangkan diperdagangkan untuk dipelihara.
Haliaeetus leucogaster Elang Laut Berukuran besar, kepala leher dan bagian bawah putih, punggung, sayap, dan ekor abu-abu. India, Asia Tenggara, Philiphina, pantai Indonesia sampai Australia. DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Perdagangan & pemeliharaan 2. Defragmentasi habitat
Fase terang : Tubuh atas coklat abu-abu, tubuh bawah putih coret-coret coklat kehitaman, strip mata dan kumis kehitaman, bulu putih kecoklatan sampai ke tungkai kaki. Fase gelap: seluruh tubuh coklat gelap dengan garis hitam pada ujung ekor, kontras dengan bagian ekor lain yang berwarna coklat dan lebih terang, bulu di tungkai kaki coklat gelap.
41
Wildlife Conservation Society
42
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS
: :
ANCAMAN
:
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS ANCAMAN
: : :
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS ANCAMAN
: : :
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS
: :
Ancaman
:
Elanus caeruleus Elang tikus Berukuran kecil (30 cm). Berwarna putih, abu-abu, dan hitam. Berbercak hitam pada bahu, bulu primer hitam panjang khas. Dewasa: mahkota, punggung, sayap pelindung, dan bagian pangkal ekor abu-abu; muka, leher, dan bagian bawah putih. Pada waktu mencari mangsa, suka melayang - layang diam sambil mengepak-ngepakkan sayap. Remaja: sama dengan dewasa, tetapi bercorak warna coklat. Iris merah, paruh hitam dengan sera kuning, kaki kuning Di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Bali DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Perburuan untuk diperdagangkan 2. Kerusakan habitat alami
Ketupa ketupu Beluk Ketupa Berukuran besar, warna dominan coklat, tubuh bawah bercoret, mempunyai cuping telinga yang mencolok, mata kuning. Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali TIDAK DILINDUNGI 1. Perburuan untuk diperdagangkan dan dipelihara. 2. Berkurangnya habitat alami akibat perambahan dan alih fungsi lahan.
Otus lempiji Hingkik Warna abu-abu, coretan di sayap dan dada kecoklatan, mempunyai cuping telinga mencolok, mata warna gelap. Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali TIDAK DILINDUNGI 1. Perburuan untuk diperdagangkan dan dipelihara. 2. Berkurangnya habitat alami akibat perambahan dan alih fungsi lahan.
Leptoptilos javanicus Bangau Tong-tong Berukuran sangat besar, bulu bagian bawah putih; sayap, punggung, dan ekor hitam, paruh besar dan panjang, leher dan tenggorokan merah jambu dengan bulu halus di kepala dan pangkal leher. Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali. DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 Bangau ini sering ditangkap untuk dipelihara.
Wildlife Conservation Society
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS
: :
ANCAMAN
:
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS
: :
ANCAMAN
:
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS
: :
ANCAMAN
:
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN
:
STATUS ANCAMAN
: :
Aceros undulatus (jantan) Julang Jantan : kepala warna krem, bulu halus kemerahan di tengkuk, kantung leher kuning tidak berbulu dengan strip hitam yang khas, warna bulu sayap hitam. Semenanjung Malaysia, Kalimantan, Sumatera, Jawa, Bali. DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Rangkong ini sering diburu untuk diperdagangkan sebagai satwa peliharaan 2. Kerusakan dan berkurangnya habitat alami karena perambahan dan alih fungsi lahan. Aceros undulatus (betina) Julang Betina: Kepala dan leher hitam, kantung leher biru, paruh kecoklat-coklatan, bulu sayap, dada dan punggung hitam, ekor putih. Semenanjung Malaysia, Kalimantan, Sumatera, Jawa, Bali. DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Rangkong ini sering diburu untuk diperdagangkan sebagai satwa peliharaan 2. Kerusakan dan berkurangnya habitat alami karena perambahan dan alih fungsi lahan. 3. Terancam punahnya burung yang berperan penting dalam pemencaran biji-biji tanaman hutan.
Ciconia episcopus Bangau Sandang Lawe Leher seluruhnya berbulu kapas putih, kulit muka abu-abu, paruh abu-abu dengan ujung merah, sayap dan punggung warna hitam. Sulawesi, Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara. DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 Bangau ini sering diburu dan diperdagangkan untuk dipelihara.
Trichoglossus Haematodus Perkici Pelangi Nuri berukuran sedang (24 cm), berwarna-warni. Dewasa: kepala coklat kehitaman dengan coretan abu-abu, kerah leher kuning, punggung hijau, dada dan bawah sayap merah, perut hitam keunguan, paha bergaris hijau-kuning, bagian bawah sayap bergaris kuning (tampak nyata ketika terbang). Iris dan paruh merah, kaki abu-abu. Australia, Kep. Pasifik, P. Irian, Maluku, Nusa Tenggara, dan Bali TIDAK DILINDUNGI 1. Perburuan untuk diperdagangkan 2. Kerusakan habitat alami
43
Bayan Jantan
Bayan Betina
Wildlife Conservation Society
44
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS
: :
ANCAMAN
:
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN
:
STATUS ANCAMAN
: :
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN
:
STATUS
:
ANCAMAN
:
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS
: :
ANCAMAN:
Sturnus melanopterus Jalak putih Bulu seluruhnya warna putih, kecuali sayap dan ekor hitam. Kulit tanpa bulu di sekitar mata warna kuning. Paruh dan kaki kekuningan. Penutup sayap dan punggung pada ras Jawa dan Madura putih, abu-abu gelap pada ras Bali, dan peralihan di ujung Jawa Timur. Pulau Jawa dan Bali DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Populasinya menurun drasis akibat diburu untuk diperdagangkan dan dipelihara. 2. Kerusakan dan berkurangnya habitat alami.
Lorius lory Kasturi Kepala Hitam Berukuran besar, dada merah, paruh kuning, mahkota kepala hitam, sayap hijau, kerah belakang hitam. Di seluruh Pulau Papua dan beberapa pulau di Teluk Cendrawasih. TIDAK DILINDUNGI 1. Burung ini diburu secara besar-besaran untuk diperdagangan dan pemeliharaan.
Paradisaea minor Cendrawasih Kecil Jantan : punggung warna kuning, tanpa bantalan dada yang gelap. Betina: kepala berwarna gelap, bagian bawah putih. Papua; daerah Kepala Burung, Barat Laut, Sepik Ramu, Yapen, Kep. Misool. DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 Jenis ini mengalami penurunan populasi drastis akibat diburu untuk pemeliharaan dan diawetkan Eclectus roratus Bayan Warna bulu jantan dan betina sangat berbeda. Jantan: sebagian besar wana hijau,bulu ketiak merah, tepi sayap biru. Betina: Warna dominan merah, bulu leher dan dada bagian bawah berwarna lembayung (ungu), tepi sayap biru, penutup ekor bawah dan ujung sayap kuning. Maluku, Nusa Tenggara, Pulau Sumba, Pulau Tanimbar. DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Burung ini diburu secara besar-besaran untuk diperdagangkan dan pemeliharaan. 2. Kerusakan dan berkurangnya habitat akibat perambahan.
Wildlife Conservation Society
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS
: :
ANCAMAN
:
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS ANCAMAN
: : :
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN
:
STATUS
:
ANCAMAN
:
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS ANCAMAN
: : :
Leucopsar rothschildi Jalak Bali Mempunyai jambul, Kulit disekitar mata biru, warna bulu putih bersih, kecuali di ujung sayap dan ekor warna hitam. Hanya terdapat di Bali DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Populasi menurun tajam akibat perburuan. 2. Kerusakan dan berkurangnya habitat alami.
Tyto alba Serak Jawa Berukuran besar, warna pucat, bentuk muka berbentuk hati dengan bulu putih pucat. Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali TIDAK DILINDUNGI 1. Perburuan untuk diperdagangkan dan dipelihara. 2. Berkurangnya habitat alami akibat perambahan dan alih fungsi lahan.
Casuarius casuarius Kasuari gelambir ganda Ukuran sangat besar, tidak bisa terbang, bulu hitam mengkilat dan kasar, muka dan leher gundul warna biru, mempunyai gelambir warna merah muda, kepala dihiasi tanduk. Dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu C. Unappendiculatus (Kasuari Gelambir Ctuansgugaarli) u,s C . Bennetti (Kasuari Kerdil), C. (Kasuari Gelambir Ganda) Kawasan Papua, Australia Barat, dan P. Seram. Indonesia mempunyai ketiga jenis kasuari ini. DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 Penduduk lokal memanfaatkan burung ini sebagai sumber protein, tetapi perdagangan untuk dipelihara membuat jenis ini mengalami penurunan populasi.
Lorius garrulus Kesturi ternate Nuri berukuran sedang (30cm), Kedua sayap berwarna hijau dengan warna kuning pada lipatannya Endemik maluku utara TIDAK DILINDUNGI 1. Perburuan untuk diperdagangkan 2. Kerusakan habitat alami
45
Wildlife Conservation Society
46
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN
:
STATUS
:
ANCAMAN
:
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS
: :
ANCAMAN
:
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS
: :
ANCAMAN
:
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN
:
STATUS ANCAMAN
: :
Pelecanus conspicillatus Pelikan Berwarna putih dan hitam, paruh sangat besar dan berkantong untuk menangkap ikan, kulit di sekitar mata kuning. Australia meluas ke Utara dan Papua, Indonesia barat dan Pasifik barat daya. DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 Seringkali burung ini diburu untuk dipelihara.
Argusianus argus Kuau Raja Jantan; bulu tengah ekor sangat panjang, bulu sayap dihiasi pola mata, bulu utama coklat karat. Betina; ekor dan bulu sayap lebih pendek, warna bulu lebih gelap. Kepala gundul warna biru, kaki merah. Malaysia, Sumatera, Kalimantan. DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Perburuan untuk dimakan dan dipelihara. 2. Kerusakan habitat akibat perambahan dan illegal logging
Pavo muticus Merak Hijau Berjambul panjang, bulu hijau mengkilat, mempunyai pola seperti mata di bagian ekor, bulu ekor jantan dapat dikembangkan untuk menarik betina. P. Jawa DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Perburuan untuk diperdagangkan, dipelihara dan diawetkan (diopset). 2. Fragmentasi Habitat
Arborophila javanica Puyuh gonggong Jawa Berukuran sedang (25 cm), ditandai warna suram. Tiga ras dibedakan menurut perbedaan pola kepala. Semuanya mempunyai warna jingga kemerahan dan tanda hitam pada kepala serta warna kehitaman pada kalung leher. Dada, punggung, dan ekor keabuan bergaris-garis hitam. Sayap kecoklatan dengan garis-garis hitam dan bintik-bintik. Tubuh bagian bawah coklat kemerahan. Iris abu-abu, paruh hitam, kaki merah India, Cina, Asia tenggara, Filipina, Kalimantan, Sumatera, Nias, Mentawai, Jawa, dan Bali. TIDAK DILINDUNGI 1. Perburuan untuk diperdagangkan 2. Kerusakan habitat alami
Wildlife Conservation Society
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN
:
STATUS ANCAMAN
: :
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS
: :
ANCAMAN
:
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS
: :
ANCAMAN
:
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN
:
STATUS ANCAMAN
: :
Dendrocygna arcuata Belibis Kembang Berukuran sedang (45 cm), berbulu coklat merah. Kepala atas dan leher belakang coklat gelap, bagian lainnya lebih pucat. Punggung dan ekor coklat, dada coklat berangan. Bulu putih dengan warna hitam pada sisi menonjol dari bawah sayap, tungging dan ekor bawah putih. Iris coklat, paruh hitam, kaki coklat abu-abu. Filipina, Sulawesi, Sunda Besar (Sumatera, kalimantan, Jawa dan Bali), Nusa Tenggara sampai P. Irian bagian selatan, Australia, dan Fiji. TIDAK DILINDUNGI 1. Perburuan untuk diperdagangkan. 2. Kerusakan habitat alami.
Goura cristata Mambruk/Dara Mahkota Mempunyai bulu-bulu mahkota di kepala, mata merah, bulu dominan biru. NTB: Seram, Maluku Selatan DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Burung ini sering diburu dan diperdagangkan untuk dipelihara. 2. Kerusakan dan berkurangnya habitat.
Megalaima armillaris Takur Tohtor Berukuran sedang (20 cm). Seluruh bulu hijau, kecuali garis kuning-jingga yang melintang pada dada, dahi kuning-jingga, dan mahkota bagian belakang biru. Kadang-kadang garis pada dada mengecil menjadi dua bercak bulat. Iris coklat, paruh hitam, kaki biru. Endemik di Jawa dan Bali. DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Perburuan untuk diperdagangkan 2. Kerusakan habitat alami Centropus sinensis Bubut Besar Berukuran besar (52 cm), berekor panjang. Bulu seluruhnya hitam, kecuali sayap, mantel, dan bulu penutup sayap berwarna coklat berangan jelas. Burung di Kangean: tampak coklat pucat dengan sayap merah karat. Iris merah, paruh dan kaki hitam. India, Cina, Asia tenggara, Filipina, Kalimantan, Sumatera, Nias, Mentawai, Jawa, dan Bali. TIDAK DILINDUNGI 1. Perburuan untuk diperdagangkan. 2. Kerusakan habitat alami.
47
Wildlife Conservation Society
48
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN
:
STATUS ANCAMAN
: :
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS ANCAMAN
: : :
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS ANCAMAN
: : :
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS
: :
ANCAMAN
:
Lonchura maja Bondol Haji Bondol agak kecil (11 cm), berwarna coklat, berkepala putih. Mirip L. ferruginosa. Perbedaannya: lebih coklat muda, seluruh kepala dan tenggorokan putih. Burung muda: tubuh bagian atas coklat, tubuh bagian bawah dan muka kuning tua. Iris coklat, paruh kelabu kebiruan, kaki biru pucat. Semenanjung Malaysia, Sumatera, Jawa, Bali, dan Sulawesi. TIDAK DILINDUNGI 1. Perburuan untuk diperdagangkan 2. Kerusakan habitat alami
Pycnonotus aurigater Cucak Kutilang Berukuran sedang (20 cm), bertopi hitam dengan tunggir keputih-putihan dan tungging jingga kuning. Dagu dan kepala atas hitam. Kerah, tunggir, dada, dan perut putih. Sayap hitam, ekor coklat. Iris merah, paruh dan kaki hitam. Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan. TIDAK DILINDUNGI 1. Perburuan untuk diperdagangkan 2. Kerusakan habitat alami
Porphyrio porphyrio Mandar besar Berukuran besar (42 cm). Tubuh pendek gemuk berwarna biru keunguan. Paruh besar padat berwarna merah. Seluruh bulu biru hitam dengan kilatan ungu dan hijau, kecuali bulu penutup ekor bawah yang putih. Perisai dahi merah. Iris, paruh, dan kaki merah di Sumatera, Kalimantan bagian selatan, Jawa, dan Bali. TIDAK DILINDUNGI 1. Perburuan untuk diperdagangkan 2. Kerusakan habitat alami
Bubulcus ibis Kuntul kerbau Berukuran kecil (50 cm), berwarna putih. Pada masa berbiak: putih, dengan kepala, leher, dan dada jingga pupus; iris, kaki, dan kekang merah terang. Pada masa tidak berbiak: putih, kecuali sapuan jingga pada dahi sebagian burung. Dapat dibedakan dari kuntul lainnya karena tubuh lebih tegap, leher lebih pendek, kepala lebih bulat, serta paruh lebih pendek dan tebal. di Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali. DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Perburuan untuk diperdagangkan 2. Kerusakan habitat alami
Wildlife Conservation Society
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
Lanius schach Bentet Kelabu
PENYEBARAN
:
STATUS ANCAMAN
: :
Dari Iran sampai Cina, India, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Filipina, dan Sunda Besar dan Nusa Tenggara sampai P. Irian TIDAK DILINDUNGI 1. Perburuan untuk diperdagangkan 2. Kerusakan habitat alami
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS ANCAMAN
: : :
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS ANCAMAN
: : :
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS ANCAMAN
: : :
Berukuran agak besar (25 cm), berwarna hitam, coklat, dan putih, berekor panjang. Dewasa: dahi, topeng dan ekor hitam, sayap hitam dengan bintik putih, mahkota dan tengkuk kelabu atau kelabu- hitam; punggung, tunggir, dan sisi tubuh coklat kemerahan; dagu, tenggorokan, dada, dan perut tengah putih. Luas warna hitam pada kepala dan punggung bervariasi, bergantung kepada ras, individu, dan umur. Remaja: lebih suram dengan garis pada sisi tubuh dan punggung, kepala dan tengkuk lebih kelabu. Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Chloropsis sonnerati Cica Daun Besar Berukuran besar (22 cm), berwarna hijau terang dengan tenggorokan hitam (jantan) atau kuning (betina). Setrip malar biru, terdapat bintik kebiruan pada bahu, tetapi tidak ada warna biru pada sayap. Betina mempunyai mata kuning. Burung yang belum dewasa mirip burung betina tetapi berwarna lebih kuning. Iris coklat gelap, paruh dan kaki abu-abu kebiruan. di Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali. TIDAK DILINDUNGI 1. Perburuan untuk diperdagangkan 2. Kerusakan habitat alami
Pycnonotus goiavier Merbah Cerukcuk erukuran sedang (20 cm), berwarna coklat dan putih dengan tunggir kuning khas. Mahkota coklat gelap, alis putih, kekang hitam. Tubuh bagian atas coklat. Tenggorokan, dada, dan perut putih dengan coretan coklat pucat pada sisi lambung. Iris coklat, paruh hitam, kaki abu-abu merah muda Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan. TIDAK DILINDUNGI 1. Perburuan untuk diperdagangkan 2. Kerusakan habitat alami
Zosterops flavus Kacamata Jawa erukuran kecil (10 cm), berperut kuning, Tubuh bagian atas kuning-zaitun, tubuh bagian bawah kuning. Perbedaannya dengan Kacamata laut: ukuran lebih kecil, warna lebih terang, dan tanpa bintik hitam pada kekang. Iris coklat, paruh dan kaki kehitaman. Endemik di Kalimantan dan Jawa. TIDAK DILINDUNGI 1. Perburuan untuk diperdagangkan
49
Wildlife Conservation Society
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN
:
STATUS ANCAMAN
: :
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
Dicrurus leucophaeus Srigunting kelabu Berukuran sedang (29 cm), berwarna abu-abu dengan ekor panjang menggarpu dalam. Ras bervariasi dalam kepucatan warna. Ras Kalimantan stigmatops mempunyai bercak keputih - putihan di sekitar mata. Iris jingga, paruh hitam abu-abu, kaki hitam Di Sumatera (termasuk Mentawai dan Simeulue), Kalimantan, Jawa, dan Bali. TIDAK DILINDUNGI 1. Perburuan untuk diperdagangkan 2. Kerusakan habitat alami
Lonchura leucogastroides Bondol Jawa Bondol agak kecil (11 cm), berwarna hitam, coklat, dan putih, bertubuh bulat. Tubuh bagian atas coklat tanpa coretan, muka dan dada atas hitam; sisi perut dan sisi tubuh putih, ekor bawah coklat tua. Perbedaannya dengan Bondol perut-putih: tanpa coretan pucat pada punggung dan sapuan kekuningan pada ekor, pinggiran bersih antara dada hitam dan perut putih, sisi tubuh putih (bukan coklat). Iris coklat, paruh atas gelap, paruh bawah biru, kaki keabuan
50
PENYEBARAN STATUS ANCAMAN
: : :
Sumatera, Jawa, Bali, dan Lombok. Dintroduksi ke Singapura. TIDAK DILINDUNGI 1. Perburuan untuk diperdagangkan 2. Kerusakan habitat alami
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS ANCAMAN
: : :
Pycnonotus bimaculatus Cucak Gunung Berukuran sedang (20 cm), berwarna coklat dan putih. Tungging kuning, kekang dan bintik jingga khas di atas mata. Tubuh bagian atas coklat zaitun, tenggorokan dan dada atas coklat kehitaman. Dada bawah berbintik coklat dan putih, perut putih atau suram. Ras dari Jawa barat mempunyai tutup telinga kekuningan. Iris coklat, paruh dan kaki hitam Sumatera, Jawa, dan Bali (pada ketinggian 800 - 3.000 m.) TIDAK DILINDUNGI 1. Perburuan untuk diperdagangkan
ia
Mamal
51
Wildlife Conservation Society
52
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS
: :
ANCAMAN
:
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS
: :
ANCAMAN
:
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN
:
STATUS
:
ANCAMAN
:
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS
: :
ANCAMAN
:
Pongoi abelii Mawas/Orang Utan Tubuh berukuran besar dengan tubuh berwarna kayu manis, betina memiliki jenggot, jantan berjenggot besar, moncong kurang prognathous dan dari depan menyerupai huruf O. Pipi jantan rata dan dan tertutup rambut yang halus, tengkorak tidak memiliki lekuk antar tulang mata, jika dilihat dengan mikroskop orangutan sumatra memiliki rambut yang lebih tipis dibandingkan dengan orangutan kalimantan. Lebih aboreal (jarang sekali turun ke lantai hutan) semenanjung Malaysia , Sumatera, dan kalimantan DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Perburuan untuk diperdagangkan 2. Kerusakan habitat alami untuk dijadikan perkebunan, dan pertambangan Pongo pygmaeus Orang Utan Kalimantan Rambut kemerahan tua, lebih gelap dibanding Orang Utan Sumatera, jantan mempunyai ëcheek padí (bantalan di pipi), lingkar mata khas merah muda pada bayi. Hidup di pohon-pohon tinggi. Kalimantan, Sabah, Sarwawak. DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Perburuan, perdagangan dan pemeliharaan 2. Defragmentasi habitat
Nycticebus coucang Kukang/Malu-malu Rambut lebat dan halus, warna bervariasi kelabu keputihan, kuning kecoklatan dan kehitaman. Kukang Sumatera mempunyai dua garis menuju ke mata, Kukang jawa hanya mempunyai satu garis di pertengahan dahi. Mempunyai mata yang besar. Mempunyai bantalan lembut di jari-jarinya. Merupakan hewan nokturnal. Semenanjung Malaya, Sumatera, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Perdagangan & pemeliharaan 2. Diekspor untuk dikonsumi dan racikan obat cina
Tarsius spp Tangkasi/Singapuar Ukuran tubuh sangat kecil, telinga tipis dan transparan, mata besar, kepala bulat dan berleher pendek, ekor panjang dengan bagian ujung berambut kasar. Rambut lebat dan pendek, warna coklat kemerahan, bagian perut abu-abu keputihan. Sumatera, Sulawesi dan pulau sekitarnya. DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Satwa ini sering dibunuh karena dianggap hama tanaman perkebunan. 2. Defragmentasi habitat dan perdagangan.
Wildlife Conservation Society
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA Ciri-ciri Fisik
: : :
PENYEBARAN
:
STATUS
:
ANCAMAN
:
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS
: :
ANCAMAN
:
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN
:
STATUS
:
ANCAMAN
:
Hylobates agilis Owa/Ungko Rambut abu-abu, kecoklatan, hingga hitam.Pada yang jantan, rambut di sekitar muka dan pipi serta alias warna putih, sedang warna putih pada betina hanya di alis. Sumatera bagian barat dan Timur, Kalimantan Barat dan Tengah. DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Perburuan untuk diperdagangkan & pemeliharaan 2. Kerusakan habitat alami
Symphalangus syndactylus Siamang Mempunyai kantong suara di leher saat bersuara. Rambut hitam pekat, rambut muka kecoklatan. Sumatera, Semenanjung Malaya. DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Perburuan untuk diperdagangkan & pemeliharaan 2. Kerusakan habitat alami
Hylobates moloch Owa Jawa Rambut tebal, warna kecoklatan sampai keperakan atau kelabu (inset). Kulit muka hitam, alis abu-abu keputihan. Endemik Jawa, di Jawa Barat, Guung Slamet, dan Pegunungan Dieng. DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Berkurangnya habitat alami akibat alih fungsi hutan. 2. Perburuan liar untuk diperdagangkan
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS
: :
ANCAMAN
:
Hylobates klosii Siamang Kerdil Keseluruhan warna hitam, memiliki selaput antara jari kedua dan ketiga, panjang tubuh 450 mm. Berat jantan dan betina dewasa rata-rata 5500 gr. Bersifat monogami Endemik Kepulauan mentawai DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Perburuan untuk konsumsi masyarakat local dan untuk diperdagangkan 2. Kerusakan habitat alami
53
Wildlife Conservation Society
54
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN
:
STATUS ANCAMAN
: :
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN
:
Status Ancaman
: :
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS ANCAMAN
: : :
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS ANCAMAN
: : :
Presbytis melalophos Simpai/Cecah Biasa disebut kera putih. Namun demikian, jenis ini mempunyai variasi warna. Di bagian punggung (dorsal) berwarna merah jingga, kelabu gelap sampai kelabu terang, sedangkan bagian perut (ventral) berwarna putih kekuningan. Mempunyai jambul yang menyerupai mahkota di bagian kepala. IUCN membagi jenis ini menjadi 4 anak jenis berdasarkan warna tubuhnya. Hanya di Pulau Sumatera, mulai dari Sumatera bagian ujung selatan keutara. - P.m.fuscamurina (Semangka) - P.m.melalophos (Bengkulu) P.m.alba (Komering, Palembang dan sekitarnya) - P.m.nobilis (Sekitar Pegunungan Kerinci) - P.m.ferruginea (sekitar Danau Maninjau) P.m.aurata (Cagar Alam Rimbo Pati) Rambut anak simpai yang baru lahir berwarna keputih-putihan. Panjang ekor sekitar satu setengah panjang badan. TIDAK DILINDUNGI 1. Perdagangan & pemeliharaan 2. Defragmentasi habitat Trachypithecus auratus Lutung Budeng Rambut hitam diselingi warna keperakan, bagian perut kelabu pucat. Mempunyai jambul. Anak yang baru lahir berwarna kuning kemerahan tidak berjambul. Jawa Barat, Sumatera, Kalimantan, Bangka, Belitung, Kepulauan Riau. DILINDUNGI 1. Kerusakan habitat akibat penebangan liar dan perambahan hutan. 2. Perburuan liar untuk diperdagangkan
Macaca nigra Kera Hitam Sulawesi/Yaki Rambut hitam kelam, bagian punggung dan paha agak terang. Moncongnya panjang. Mempunyai jambul yang merupakan ciri khas monyet ini. Sulawesi Utara, Tangkoko. DILINDUNGI 1. Perburuan liar untuk dikonsumsi 2. Kerusakan habitat alami akibat penebangan liar dan perambahan hutan
Macaca hecki Monyet Dige Warna rambut hitam kecoklatan, rambut bagian depa sangat hitam dan gelap, bentuk muka lebar dengan jambul tegak. Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara. DILINDUNGI 1. Perburuan liar untuk dikonsumsi 2. Kerusakan hutan akibat perambahan dan penebangan liar.
Wildlife Conservation Society
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS ANCAMAN
: : :
Macaca fascicularis Monyet Ekor Panjang Warna rambut abu-abu sampai kecoklatan, bagian perut keputihan, anakan berambut kehitaman. Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Timor. TIDAK DILINDUNGI 1. Perburuan untuk diperdagangkan, hewan peliharaan, dan percobaan biomedik.
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS ANCAMAN
: : :
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS
: :
ANCAMAN
:
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI-CIRI FISIK
: : :
PENYEBARAN STATUS
: :
ANCAMAN
:
Macaca nemestrina Beruk Ekor pendek seperti ekor babi, rambut coklat sampai coklat kekuningan, rambut di mahkota kepala lebih gelap. Sumatera dan Kalimantan, Sabah, Sarawak. TIDAK DILINDUNGI 1. Perburuan untuk diperdagangkan & pemeliharaan. Di beberapa tempat sering dilatih untuk memetik kelapa.
Hystrix brachyura Landak Raya Rambut seperti jarum berwarna putih dengan garis hitam tipis, rambut jarum di bagian depan lebih pendek warna hitam. Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Perburuan untuk diperdagangkan dan dipelihara. 2. Di beberapa tempat dagingnya sering dikonsumsi.
Panthera tigris sumatrae Harimau Sumatera Kulit loreng dengan garis-garis hitam vertikal. Kulit di pungggung kuning, di perut keputihan. Endemik di Sumatera DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Kerusakan habitat alami akibat perambahan dan penebangan liar. 2. Banyak diburu untuk diambil kulit, tulang, gigi, kumis. 3. Menurunnya populasi hewa mangsa yang menyebabkan harimau kesulitan mencari mangsa.
55
Wildlife Conservation Society
56
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
Catopuma temmincki Kucing Emas Muka menyerupai kucing, terdapat garis-garis putih dan kuning kehitaman di sekitar kumis. Rambut punggung dan kepala bagian atas kuning kecoklatan. Rambut di bagian perut keputihan. Sumatera DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Kerusakan habitat alami akibat perambahan dan penebangan liar.
PENYEBARAN Status
: :
ANCAMAN
:
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI-CIRI FISIK
: : :
PENYEBARAN STATUS
: :
ANCAMAN
:
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS
: :
ANCAMAN
:
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS
: :
ANCAMAN
:
Pardofelis nebulosa Macan Dahan Mempunyai pola bercak-bercak seperti awan di sisi tubuhnya. Warna kecoklatan sampai sangat gelap. Taring atas sangat besar dibandingkan dengan ukuran tengkoraknya. Sumatera, Kalimantan. DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Satwa ini sering diburu untuk dijadikan opsetan atau dipelihara
Pardofelis marmorata Kucing Batu Kecoklatan dengan bercak-bercak hitam mirip pola warna macan dahan Neofelis nebulosa, tetapi bercak bertepi hitam pada sisi-sisi tubuh kurang jelas dan bintik – bintik hitam pada kaki lebih banyak . Bulu halus dan tebal semenanjung Malaysia , Sumatera, dan kalimantan DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Perburuan untuk diperdagangkan 2. Kerusakan habitat alami
Felis bengalensis Kucing Hutan Warna rambut coklat kekuningan. Bintik-bintik hitam di seluruh bagian atas, termasuk ekor. Sumatera , Jawa, Bali, Kalimantan. DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Satwa ini banyak diburu untuk diperdagangkan dan hewan peliharaan
Wildlife Conservation Society
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS
: :
ANCAMAN
:
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS
: :
ANCAMAN
:
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN
:
STATUS
:
ANCAMAN
:
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS
: :
ANCAMAN
:
Panthera pardus Macan Tutul Seluruh badan termasuk kepala dan kaki terdapat totol-totol hitam. Tubuh bagian atas, kepala dan kaki warna kuning kecoklatan. Bagian perut dan kaki sebelah belakang keputihan. Jawa DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Kerusakan habitat akibat perubahan fungsi hutan menjadi lahan pertanian, perkebunan, dan perumahan. 2. Karena eksotik, satwa ini juga diburu untuk diperdagangkan dan dipelihara Arctictis binturong Binturong Warna bulu hitam kasar, moncong meruncing, ekor dapat dipakai untuk memegang. Asia Tenggara, Sumatera, Jawa, Kalimantan. DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Diburu untuk dipelihara. 2. Berkurangnya habitat dan kerusakan hutan
Tragulus napu Napu/Kancil Rambut punggung coklat pucat dengan bercak-bercak gelap, bagian perut dan leher putih dibatasi warna coklat di pangkal leher. Indocina, Thailand, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Philiphina. DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Hewan ini sering diburu untuk dimakan atau dipelihara. 2. Kerusakan dan berkurangnya habitat akibat perambahan hutan.
Muntiacus muntjak Kijang Muntjak Masing-masing tanduk memiliki 2 cabang, tanduk yang panjang melengkung tajam di bagian ujungnya, terdapat sendi pada pangkal tanduk. Warna bulu kemerahan tua, bulu ekor bagian bawah keputihan. Pulau Sumatera, Kalimantan. DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Hewan ini menjadi sasaran perburuan untuk dimakan. 2. Kerusakan dan berkurangnya habitat akibat perambahan liar dan illegal logging.
57
Wildlife Conservation Society
58
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN
:
STATUS
:
ANCAMAN
:
Cervus unicolor Rusa Sambar Ukuran badan jantan lebih besar-besar dibanding betina. Warna rambut coklat kemerahan atau coklat abu-abu. Rambut ekor berwarna gelap. Jantan mempunyai tanduk bercabang, cabang di bagian dalam lebih pendek dari cabang luar. Srilanka, India, Cina Bagian Selatan, Asia Tenggara, Philiphina, Sumatera, Kalimantan. DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Rusa ini banyak diburu untuk dimakan dan dipelihara. Tengkorak kepala beserta tanduk sering diawetkan (diopset). 2. Kerusakan habitat akibat perambahan hutan dan illegal logging.
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS
: :
ANCAMAN
:
Helarctos malayanus Beruang Madu Rambut pendek berwarna hitam kecuali di bagian moncong berwarna abu-abu. Dada dijumpai bintik atau berbentu V dan diatas dagu berwarna putih sampai jingga . Kaki memiliki 5 jari yang sangat kuat Sumatera dan Kalimantan DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Perburuan untuk diperdagangkan baik hidup ataupun bagian-bagian tubuhnya 2. Kerusakan habitat alami
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS
: :
ANCAMAN
:
Tapirus indicus Tapir/Tenuk Warna tubuh dewasa hitam dan putih; bagian kepala hingga kaki depan dan kaki belakang abu-abu kehitaman, pertengahan badan sampai ekor putih. Berkuku ganjil. Merupakan binatang yang aktif di malam hari (nocturnal). Pulau Sumatera DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Kerusakan dan berkurangnya habitat akibat perambahan hutan. 2. Banyak yang terbunuh karena sering terkena jerat rusa, badak, atau harimau
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS
: :
ANCAMAN
:
Capricornis sumatrensis Kambing Gunung Warna rambut kehitaman, rambut di bagian dagu coklat keputihan. Tanduk kompak berwana abu-abu kehitaman bergerigi halus. Hanya dapat dijumpai di Pulau Sumatera DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Kambing ini diburu untuk dimakan, dipelihara, diambil tulang tengkorak, dan tanduk untuk ramuan obat. 2. Kerusakan dan berkurangnya habitat alami akibat perambahan hutan.
Wildlife Conservation Society
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS
: :
ANCAMAN
:
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS
: :
ANCAMAN
:
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS
: :
ANCAMAN
:
Babyrousa babirussa Babirusa Mempunyai sepasang taring yang menembus muka dan melengkung ke atas. Dewasa warna kulit abu-abu gelap dan sedikit bulu. Anakan mempunyai rambut kuning garis-garis hitam. Hanya dapat ditemukan di Pulau Sulawesi. DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Babirusa populasinya menurun drastis karena diburu untuk dimakan. 2. Kerusakan dan berkurangnya habitat akibat perambahan hutan.
Pardoxurus hermaphroditus Musang Luwak Tubuh bagian atas bervariasi dari hijau khaki atau kadang tengguli sampai coklat abu-abu tua, bagian bawah lebih pucat. Wajak, kaki dan ekor kecoklatan tua atau hitam. Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Sulawesi TIDAK DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Perburuan untuk diperdagangkan 2. Kerusakan habitat alami
Callosciurus notatus Tupai/Bajing Kelapa Tubuh bagian atas berbintik halus kecoklatan, garis sisi bungalan dan hitam. Bagian bawah bervariasi dari gelap sampai terang tetapi selalu kemerahan atau jingga , tidak pernah abu-abu Sumatera, Jawa dan Kalimantan TIDAK DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Perburuan untuk diperdagangkan
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS
: :
ANCAMAN
:
Manis javanica Trenggiling Mamalia Khas berwarna kecoklatan, bersisik, dengan cakar panjang pada kaki depan. Kepala dan ekor panjang menipis, menggantung dibawah tubuh ketika berjalan diatas tanah. Ekor melingkari tubuh jika terganggu untuk melindungi tubuh yang tidak bersisik. Sumatera, jawa dan kalimantan DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 3. CITES: Appendix I, IUCN: Beresiko tinggi untuk punah 1. Perburuan untuk konsumsi dan bagian tubuhnya untuk obat tradisional 2. Kerusakan habitat alami hutan.
59
Wildlife Conservation Society
60
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS ANCAMAN
: : :
Pteropus VampIrus Kelelawar/Kalong Besar Jenis kelelwar yang terbesar, punggung hitam dengan corengan abu-abu. Bagian kepala dan leher coklat jingga. Anakan seluruhnya coklat abu-abu kusam. Sumatera, Jawa dan Kalimantan, dan Nusa tenggara TIDAK DILINDUNGI 1. Perburuan untuk konsumsi dan bagian tubuhnya untuk obat tradisional
Reptilia
61
Wildlife Conservation Society
62
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS
: :
ANCAMAN
:
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS ANCAMAN
: : :
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS ANCAMAN
: : :
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS ANCAMAN
: : :
Batagur borneoensis Tuntung, Tuntong laut, Biuku Panjang total 60 cm, keping karapas halus, plastron halus tanpa pola dan bagian luar sedikit melengkung kedalam, antara kepala dan leher (pertengahan dari bagian atas dan bawah rahang mancung), rahang atas bergerigi, hidung lancip/naik, kaki depan dan belakang berwarna abu kehitaman, ekor pendek. Sumatera dan Kalimantan DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Perburuan untuk diperdagangkan 2. Fragmentasi habitat
Cyclemys oldhamii Kura-kura oldham Panjang total 22-25cm, keping plastron berwarna coklat tua hingga hitam dengan susunan garis sempit yang tersebar, Kaki depan memiliki lima cakar dan kaki belakang memiliki empat cakar Jawa, Sumatera dan Kalimantan TIDAK DILINDUNGI 1. Perburuan untuk diperdagangkan
Siebenrockiella crassicollis Kura-kura pipi putih Panjang total 20 cm, keping karapas secara keseluruhan berwarna coklat, tua hingga hitam dan berbentuk datar.Plastron terkadang berwarna hitam seluruhnya atau kecoklatan dan setiap keping memiliki bercak gelap yang tersebar atau tepi keping hitam diantara keping Sumatera, Pulau Bangka, Jawa dan Kalimantan TIDAK DILINDUNGI 1. Perburuan untuk diperdagangkan
Python timorensis Sanca Timor Sisik berwarna kecoklatan, bercak-bercak coklat tua kehitaman dengan tepi tidak beraturan, di bagian punggun, ukuran dewasa tidak pernah mencapai panjang lebih dari 180 cm. Pulau Timor, Flores, Lombien DILINDUNGI 1. Perburuan untuk diperdagangkan
Wildlife Conservation Society
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN
:
STATUS
:
ANCAMAN
:
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN
:
STATUS ANCAMAN
: :
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN
:
STATUS
:
ANCAMAN
:
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN
:
STATUS
:
ANCAMAN
:
Python molurus Sanca Bodo Tubuh berwrna abu – abu hitam dengan corak gambar membentuk kotak tidak beraturan dgn garis tepi berwarna abu - abu , Tubuh bagian ventral berwarna putih, Kepala oval berwarna coklat dengan garis kunig atau abu – abu di pinggirnya, Mata bulat dengan pupil mata elip vertical, Panjangnya ± 4000 mm – 8000 mm (max), 6000 mm (normal) Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sumbawa, hingga sebagian Sulawesi. DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Perburuan untuk diperdagangkan
Phyton reticulatus Sanca Batik Tubuh berwrna abu – abu hitam dengan corak gambar membentuk kotak tidak beraturan dgn garis tepi berwarna abu - abu , Tubuh bagian ventral berwarna putih, Kepala oval berwarna coklat dengan garis kunig atau abu – abu di pinggirnya, Mata bulat dengan pupil mata elip vertical, Panjangnya ± 4000 mm – 8000 mm (max), 6000 mm (normal) Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sumbawa, hingga sebagian Sulawesi. TIDAK DILINDUNGI 1. Perburuan untuk diperdagangkan.
Crocodylus porosus Buaya Muara Warna abu-abu tua, Garisgaris hitam di bagian ekor membentuk belang, sisik di belakang kepala tidak ada atau sangat kecil. Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sumbawa, hingga sebagian Sulawesi. DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Perburuan untuk dipelihara, dan diperdagangkan. Kulit buaya muda dimanfaatkan untuk kerajinan tas, sepatu, ikat pinggang. 2. Kerusakan habitat akibat reklamasi hutan mangrove dan alih fungsi lahan
Tomistoma schlegelii Buaya Sinyulong Moncong sangat sempit hingga meneyerupau sumpit. Tubuh warna hijau tua kehitaman. Ekor belang-belang tetapi tidak membentuk cincin. Sumatera, Kalimantan. Tahun 1975 dilaporkan pemburu buaya dijumpai di P. Panaitan. DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Kerusakan habitat akibat reklamasi hutan mangrove dan alih fungsi lahan. 2. Perburuan untuk diperdagangkan dan dipelihara.
63
Wildlife Conservation Society
64
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS
: :
ANCAMAN
:
Chelonia mydas Penyu Hijau Warna tubuh agak kehijauan. Perisai berbentuk hati dengan tepi rata. Semua sisik kepalanya mempunyai tepi berwarna putih. Ukuran rata-rata tubuh mencpai 100 cm. Perairan tropika, laut seluruh indonesia, dan Papua Nugini. DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 1. Perburuan secara besar - besaran untuk dikonsumsi dagingnya. 2. Kerusakan habitat padang lamun sebagai tempat mencari makan akibat reklamasi pantai, pemukiman tepi pantai, dan pendangkalan akibat erosi daratan
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS
: :
ANCAMAN
:
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN
:
STATUS
:
ANCAMAN
:
Dermochelys coriacea Penyu Belimbing Seluruh tubuh berwarna kehitaman dengan bercak-bercak putih. Tulang-tulang perisai tersusun dalam tujuh baris sehingga membentuk lunas seperti buah belimbing. Perairan tropika, laut seluruh Indonesia, dan Papua Nugini. DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 Telur penyu ini banyak diburu untuk dijadikan makanan. Pengambilan telur yang terus menerus mengakibatkan regenerasi penyu ini terhambat karena hanya 1- 2% dari jumlah telur yang mampu selamat sampai dewasa. Carettochelys insculpta Labi-labi Moncong Babi Seluruh perisai ditutup oleh selapis kulit yang relatif tipis dan berlipatan memanjang. Hidung terletak pada ujung belalai yang pendek. Di Papua. Populasi terbesar ditemukan di Asmat. Hidup sungai - sungai besar. DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 Labi-labi ini diburu secara besar-besaran untuk dipelihara. Beberapa kali penyelundupan labi-labi ke Jepang dan Taiwan berhasil digagalkan di Bandara Soekarno Hatta.
NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA CIRI KHAS
: : :
PENYEBARAN STATUS
: :
ANCAMAN
:
Eretmochelys imbricata Penyu sisik Keping-keping perisai punggung saling menutupi seperti genteng, ujung keping-keping di bagian tepi perisai meruncing tajam, mulut berbentuk seperti paruh. Seluruh perairan Indonesia, Papua Nugini. DILINDUNGI 1. UU No. 5 Thn 1990 2. PP 7 Thn 1999 Penyu sisik diburu untuk diperdagangkan dalam bentuk opsetan penyu. Perisai punggung juga dimanfaatkan untuk cinderamata (gelang, cincin, alat makan, dll)
Lampiran IV
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TANGGAL 27 Januari 1999 tentang JENIS - JENIS TUMBUHAN DAN SATWA YANG DILINDUNGI
Wildlife Conservation Society
Jenis - jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi
No
Nama Ilmiah
I. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70.
MAMALIA (MENYUSUI) Anoa depressicornis Anoa quarlesi Arctictis binturong Arctonyx collaris Babyroussa babyrussa Balaenoptera musculus Balaenoptera physalus Bos sondaicus Capricornis sumatrensis Cervus kuhli; Axis kuhli Cervus spp Cetacea Cuon alpinus Cynocephalus variegatus Cynogale bennetti Cynopithecus niger Dendrolagus spp Dicerorhinus sumatrensis Dolphinidae Dugong dugon Elephas indicus Felis badia Felis bengalensis Felis marmorata Felis planiceps Felis temmincki Felis viverrinus Helarctos malayanus Hylobatidae Hystrix brachyura Iomys horsfieldi Lariscus hosei Lariscus insignis Lutra lutra Lutra Sumatrana Macaca brunescens Macaca maura Macaca pagensis Macaca tonkeana Macrogalidea musschenbroeki Manis javanica Megaptera novaeangliae Muntiacus muntjak Mydaus javanensis Nasalis larvatus Neofelis nebulosa Nesolagus netcsheri Nycticebus coucang Orcaella brevirostris Panthera pardus Panthera tigris sondaica Panthera tigris sumatrae Petaurista elegans Phalanger spp Pongo pygmaeus Presbitys frontata Presbitys rubicunda Presbitys aygula Presbitys potenziani Presbitys thomasi Prionodon linsang Prochidna bruijni Ratufa bicolor Rhinoceros sondaicus Simias concolor Tapirus indicus Tarsius spp Thylogale spp Tragulus spp Ziphiidae
66
Nama Indonesia SATWA Anoa dataran rendah, kerbau pendek Anoa pegunungan Binturong Pulusan Babirusa Paus Biru Paus Bersirip Banteng Kambing Sumatera Rusa Bawean Menjangan, Rusa, Sambar (semua jenis Genus Sambar) Semua jenis dari familia Cetacea Ajag Kubung, Tando, Walangkekes Musang air Monyet Hitam Sulawesi Kanguru pohon (semua jenis dari Famili Dendrologus) Badak Sumatera Lumba-lumba air laut (semua jenis lumba-lumba air laut) Duyung Gajah Kucing Merah Kucing Hutan, Meong Congkok Kuwuk Kucing Dampak Kucing Emas Kucing Bakau Beruang Madu Owa, kera tak berbuntut (semua jenis Familia Hylobatidae) Landak Bajing Terbang Ekor Merah Bajing Tanah Bergaris Bajing Tanah, Tupai Tanah Lutra Lutra sumatrana Monyet Sulawesi Monyet Sulawesi Bokoi, Beruk Mentawai Monyet Jambul Musang Sulawesi Trenggiling, Peusing Paus Bongkok Kijang Muntjak Sigung Kahau, Bekantan Harimau Dahan Kelinci Sumatera Malu-malu Lumba-lumba air tawar, Pesut Macan Kumbang, Macan Tutul Harimau Jawa Harimau Sumatera Cukbo, Bajing terbang Kuskus (semua jenis dari Genus Phalanger) Orang Utan, Mawas Lutung Dahi Putih Lutung Merah, Kelasi Surili Joja, Lutung Mentawai Rungka Musang Congkok Landak Irian, Landak semut Jelarang Badak Jawa Simpai Mentawai Tapir, Cipan, Tenuk Binatang Hantu, Singapuar (semua jenis dari Genus Tarsius) Kanguru tanah (semua jenis dari Genus Thylogale) Kancil, Pelanduk, Napu (semua jenis dari Genus Tragulus) Lumba-lumba air laut (semua jenis dari Familia Ziphiidae)
Wildlife Conservation Society
Jenis - jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi
No II. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. 83. 84. 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94. 95. 96. 97. 98. 99. 100. 101. 102. 103. 104. 105. 106. 107. 108. 109. 110. 111. 112. 113. 114. 115. 116. 117. 118. 119. 120. 121. 122. 123. 124. 125. 126. 127. 128. 129. 130. 138. 139. 140. 141. 142. 143. 144. 145. 146. 147.
Nama Ilmiah AVES (BURUNG) Accipitridae Aethopyga exima Aetophyga duyvenbodei Alcedinidae Alcippe pyrrhoptera Anhinga melanogaster Aramidopsis plateni Argusianus argus Bubulcus ibis Bucerotidae Cacatua galerita Cacatua goffini Cacatua moluccensis Cacatua sulphurea Cairina scutulata Caloenas nicobarica Casuarius bennetti Casuarius casuarius Casuarius unappendiculatus Ciconia episcopus Colluricincla megarhyncha sangihirensis Crocias albonotatus Ducula whartoniDucula whartoni Egretta sacra Egretta spp Elanus caerulleus Elanus hypoleucus Eos hystrio Esacus magnirostris Eutrichomyas rowleyi Falconidae Fregeta andrewsi Garrulax rufrifrons Goura spp Gracula religiosa mertensi Gracula religiosa robusta Gracula religiosa venerata Grus spp Himantopus himantopus Ibis cinereus Ibis leucocephala Lorius roratus Leptoptilos javanicus Leucopsar rothschildi Limnodromus semipalmatus Lophozosterops javanica Lophura bulweri Loriculus catamene Loriculus exilis Lorius domicellus Macrocephalon maleo Megalaima armillaris Megalaima corvina Megalaima javensis Megapodiidae Megapodius reintwardtii Meliphagidae Musciscapa ruecki Mycteria cinerea Nectariniidae Pittidae Plegadis falcinellus Polyplectron malacense Probosciger aterrimus Psaltria exilis Pseudibis davisoniIbis Psittrichas fulgidus Ptilonorhynchidae Rhipdura euryura Rhipidura javanica
Nama Indonesia Alap-alap, Elang (semua jenis dari Familia Accipitridae) Jantingan Gunung Burung Madu Sangihe Raja Udang (semua jenis dari Familia Alcedinidae) Brencet Wergan Pecuk Ular Mandar Sulawesi Kuau Kuntul, Bangau Putih Julang, Rangkong (semua jenis familia Bucerotidae) Kakatua Besar Jambul Kuning Kakatua Goffin Kakatua Seram Kakatua Kecil Jambul Kuning Itik liar Junai, Burung Mas, Minata Kasuari kecil Kasuari Kasuari Gelambir Satu, Kasuari Leher Kuning Bangau Hitam. Sandanglawe Burung Shohabe Coklat Burung Matahari Pergam Raja Kuntul Karang Kuntul, Bangau Putih Alap-alap Putih, Alap-alap Tikus Alap-alap putih, Alap-alap Tikus Nuri Sangir Wili-wili, Uar, Bebek laut Seriwang Sangihe Alap-alap, Elang (semua jenis dari familia Falconidae) Burung Gunting, Bintayung Burung Kuda Dara mahkota, Titi, Mambruk (semua jenis genus Goura) Beo Flores Beo Nias Beo Sumbawa Jenjang (semua jenis dari genus Grus) Trulek Lidi, Lilimo Bluwok, Walangkadak Bluwok erwarna Bayan Marabu, Bangau Tongtong Jalak Bali Blekek Asia Burung Kacamata Leher Abu-abu Beleang Ekor Putih Serindit Sangihe Serindit Sulawesi Nori Merah Kepala Hitam Burung Maleo Cangcarang Haruku, Ketuk ketuk Tulung-tumpuk, Bultok Jawa Maleo, Gosong (semua jenis dari Familia Megapodidae) Burung Gosong Sesap, Pengisap Madu (semua jenis familia Megapodidae) Burung Kipas biru Bangau Putih Susu, Bluwok Burung Madu (semua jenis dari familia Nectariidae) Paok, Burung Cacing (semua jenis dari Familia Pittidae) Ibis Hitam, Roko-roko Merak Kerdil Kakatua Raja, Kakatua Hitam Glatik Kecil, Glatik Gunung Hitam Punggung Putih Kasturi Raja, Betet Besar Burung Namdur, Burung Dewata Burung Kipas Perut Putih, Kipas Gunung Burung Kipas
67
Wildlife Conservation Society
No
Nama Indonesia
Nama Ilmiah Rhipdura phoenicura Satchris grammiceps Satchris melanothorax Sterna zimmermanni Sternidae
153. 154. 155. 156. 157. 158. 159. 160. 161. 162. 163.
Burung Kipas Ekor Merah Burung Tepus Dada Putih Burung Tepus Pipi Perak Dara Laut Berjambul Burung Dara Laut (semua jenis dari Familia Sternidae) Jalak putih, Kaleng Putih Sula abbotti Gangsa Batu Muka Biru Gangsa Batu Gangsa Batu Kaki Merah Nuri Sulawesi Ibis Putih, Pelatuk Besi Kasturi Sulawesi Trinil Tutul Kasumba Trulek Ekor Putih
III. 164. 165. 166. 167. 168. 169. 170. 171. 172. 173. 174. 175. 176. 177. 178. 179. 180. 181. 182. 183. 184. 185. 186. 187. 188. 189. 190. 191. 192. 193. 194.
REPTILIA (melata) Tuntong Penyu Tempayan Kura-kura Irian Kura-kura Leher Panjang Penyu Hijau Labi-labi Besar Soa Payung Sanca Hijau Buaya air tawar Irian Buaya Muara Buaya Siam Penyu Belimbing Kura-kura Irian Leher Pendek Penyu Sisik Bunglon Sisir Soa-soa, Biawak Ambon, Biawak pohon Penyu Ridel Penyu Pipih Kura-kura Gading Sanca Bodo Sanca Timor Kadal Panana Senyulong, Buaya Sapit Biawak Kalimantan Biawak Coklat Biawak Maluku Biawak Komodo, Ora Biawak Abu-abu Biawak Hijau Biawak Timor Biawak Togean
Batagur baska Caretta caretta Carettochelys insculpta Chelonia novaeguineae Chelonia mydas Chitra indica Chlamydosaurus kingii Chondrophython viridis Crocodylus novaeguineae Crocodylus porosus Crocodylus siamensis Dermochelys coriacea Elseya novaeguineae Eretmochelys imbricata Gonycephalus dilophus Hydrosaurus amboinensis Lepidochelys olivacea Natator depressa Orlitia borneensis Python molurus Python timorensis Tiliqua gigas Tomistoma schlegelii Varanus borneensis Varanus gouldi Varanus indicus Varanus komodoensis Varanus nebulosus Varanus prasinus Varanus timorensis Varanus togianus
IV. 195. 196. 197. 198. 199. 200. 201. 202. 203. 204. 205. 206. 207. 208. 209. 210. 211. 212. 213. 214.
INSECTA (SERANGGA) Kupu Bidadari Kupu Sayap Burung Peri Kupu sayap Burung Goliat Kupu sayap Burung Surga Kupu Burung Priamus Kupu Burung Rotsil Kupu Burung Titon Kupu Trogon Kupu raja Kupu raja Kupu raja Kupu raja Kupu raja Kupu raja Kupu raja Kupu raja Kupu raja Kupu raja Kupu raja Kupu raja
Cethosia myrina Ornithoptera chimaera Ornithoptera goliath Ornithoptera paradisea Ornithoptera priamus Ornithoptera rotschildi Ornithoptera tithonus Trogonotera brookiana Troides amphrysus Troides andromanche Troides criton Troides haliphorn Troides helena Troides hypolitus Troides meoris Troides miranda Troides plato Troides rhadamantus Troides riedeli Troides vandepolli
148. 149. 150. 151. 152.
68
Sturnus melanopterus Gangsa Batu Aboti Sula dactylatra Sula leucogaster Sula sula Tanygnathus sumatranus Threskiornis aethiopicus Trichoglossus ornatus Tringa guttifer Trogonidae Vanellus macropterus
Wildlife Conservation Society
Jenis - jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi
No V. 215. 216. 217. 218. 219. 220. 221.
Nama Indonesia KELAS PISCES (IKAN) Selusur Maninjau Ikan Raja Laut Belida Jawa, Lopis Jawa (semua jenis dr genus Notopterus) Pari Sentani, Hiu Sentani (semua jenis dari genus Pritis) Wader Gua Peyang Malaya, Tangkelasa Arowana Irian, Peyang Irian, Kaloso
VI. 222.
ANTHOZOA Akar Bahar, Koral Hitam (semua jenis dari Genus Antiphates)
VII. 223. 224. 225. 226. 227. 228. 229. 230. 231. 232. 233. 234. 235. 236.
BIVALVIA Ketam Kelapa Kepala Kambing Triton Terompet Kma Tapak Kuda, Kima Kuku Beruang Kima Cina Nautilus Berongga Ketam Tapak Kuda Kima kunai, Lubang Kima Selatan Kima Raksasa Kima Kecil Kima Sisik, Kima Seruling Troka, Susur Bundar Batu Laga, Siput Hijau
I. 237. 238. 239. 240. 241. 242. 243. 244. 245. 246.
PALME Bunga Bangkai Jangkung Bunga Bangkai Raksasa Bindang, Budang Palem Raja, Indonesia Palem Jawa Pinang merah Kalimantan Pinang merah Bangka Bertan Daun Paying Palem Kipas Sumatera (semua jenis dari Genus Livistona) Palem Sumatera Korma Rawa Manga Pinang Jawa
247. 248. 249. 250. II. 251.
FAMILIA RAFFLESSIACEA Rafflesia, Bunga Padma (semua jenis dari Genus Rafflesia
III. 252. 253. 254. 255. 256. 257. 258. 259. 260. 261. 262. 263. 264. 265. 266. 267. 268. 269.
FAMILIA ORCHIDACEAE Anggrek Kebutan Anggrek Hitam Anggrek Koribas Anggrek Hartinah Anggrek Karawai Anggrek Albert Anggrek Stuberi Anggrek Jamrud Anggrek Karawai Anggrek Larat Anggrek Raksasa Irian Anggrek Tebu Anggrek Ki Aksara Anggrek Kasut Kumis Anggrek Kasut Berbulu Anggrek Kasut Pita Anggrek Bulan Bintang Anggrek Bulan Kalimantan Tengah
Nama Ilmiah Homaloptera gymnogaster Latimeria chalumnae Notopterus spp Pnhs spp Puntius microps Schleropages formosus Schleropages jardini Antiphates spp
Birgus latro Cassis cornuta Charonia tritonis Hippopus hippopus Hippopus porcellanus Nautilus pompillius Tachipleus gigas Tridacna crocea Tridacna derasa Tridacna gigas Tridacna maxima Tridacna squamosa Trochus niloticus Turbo marmoratus TUMBUHAN Amorphophallus decussilvae Amorphophallus titanum Borrassodendron borneensis Caryota no Ceratolobus glaucescens Cystostachys lakka Cystostachys ronda Eugeisona utilis Johanneste ijsmaria altifrons Livistona spp Nenga gajah Phoenix paludosa Pigafatta filaris Pinanga javana Rafflesia spp
Ascocentrum miniatum Coelogyne pandurata Corybas fornicatus Cymbidium hartinahianum Dendrobium catinecloesum Dendrobium d'albertisii Dendrobium lasianthera Dendrobium macrophyllum Dendrobium astrinoglossum Dendrobium phalaenopsis Grammatophyllum papuanum Grammatophylum speciosum Macodes petola chamberlainianum Paphiopedilum glaucophyllum Paphiopedilum praestans Pharaphalaenopsis denevei Pharaphalaenopsis laycockii
69
Wildlife Conservation Society
Jenis - jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi
No
Nama Indonesia
Nama Ilmiah
270. 271. 272. 273. 274. 275. 276. 277. 278. 279. 280.
Anggrek Bulan Kalimantan Barat Anggrek Bulan Ambon Anggrek Bulan Raksasa Anggrek Bulan Sumatera Anggrek Kelip Anggrek Jingga Anggrek Sendok Vanda Mungil Minahasa Vanda Pensil Vanda Mini Vanda Sumatera
Pharaphalaenopsis serpentilingua Phalaenopsis amboinensis Phalaenopsis gigantea Phalaenopsis sumatrana Phalaenopsis violacose Renanthera matutina Spanthoglottis zurea Vanda celebica Vanda hookeriana Vanda pumila Vanda sumatrana
IV. 281.
NEPENTHACEAE Kantong Semar
Nephentes spp
V. 282. 283. 284. 285. 286. 287. 288. 289. 290. 291. 292. 293. 294.
DIPTEROCARPACEAE Tengkawang Tengkawang Tengkawang Tengkawang Tengkawang Tengkawang Tengkawang Tengkawang Tengkawang Tengkawang Tengkawang Tengkawang Tengkawang
Shorea stenopten Shorea stenoptera Shorea gysbersitiana Shorea pinanga Shorea compressa Shorea seminis Shorea martiniana Shorea mexistopteryx Shorea beccariana Shorea micrantha Shorea palembanica Shorea lepidota Shorea singkawang
Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIAT KABINET RI Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan I
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd Lambock V. Nahattands
ttd BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE
70
Wildlife Conservation Society
Kontributor Foto : 1.
WCS : seluruh foto selain yang tercantum nama kontriburor tertera adalah milik WCS-IP (Wildlife Conservation Society – Indonesia dan Vietnam Program) 2. Dwi Nugroho Adhiasto (WCS): Jalak Bali (hal 45), Binturong (hal 57), Lutung Budeng (hal 54), Tarsius (hal 52), Bajing Kelapa (hal 59), Buaya muara (hal 63), 3. Novi Hardianto (WCS): Kakatua Raja ( hal 38), Jalak Putih (hal 44), Belibis Kembang (hal 47), Phyton timorensis (hal 62), Phyton morulus (hal 63) 4. Iwan Londo (WCS): Bondol Haji ( hal 48), cucak kutilang (hal 48), kacamata jawa (hal 49), Srigunting kelabu (hal 50), bondol jawa ( hal 50), cucak gunung (hal 50) 5. James Eaton : Kakatua Jambul Kuning Besar (hal 38), Kakatua Kecil Jambul Kuning (hal 38), Paok pancawarna (hal 39), Beluk ketupa (hal 42), 6. Adi Kristanto : Gelatik jawa (Hal 30), Jalak Suren (hal 38), 7. Giyanto (WCS): Puyuh gonggong (hal 46), Orangutan mawas (hal 52) 8. Akhmad Junaedi (WCS): Tuntong ( hal 62) 9. Wawan OF-UK : Takur tohtor (hal 47) 10. Dedi Istanto : Merbah cerukcuk (hal 49) 11. Dr. Christope Abegg : Siamang kerdil (hal 53) 12. A. formia : Penyu Belimbing (hal 64) Daftar Acuan 1. D.T. Iskandar, Kura-kura & Buaya Indonesia & Papua Nugini, 2. Firman, N. Hardianto., C. Abegg 2004. Studi Awal Populasi Konservasi Satwa Primata di Siberut Utara Sumatera Barat. Makalah Presentasi Ilmiah dalam Pekan Ilmiah Biologi 2004 Himpunan Mahasiswa Biologi Rafflesia Universitas Islam As-Syafi’iyah Tanggal 13 April 2004. Jakarta. 3. Ibnu Maryanto, Anang Setiawan Achmadi, Agus Prijono Kartono, Mamalia Dilindungi Perundang-Undangan Indonesia, LIPI 4. Jatna Supriatna dan Eddy Hendras W, 2000 Panduan lapangan Primata Indonesia 5. Junaidi Payne, Francis, Phillipps, dan Kartikasari, 2000.Panduan Lapangan Mammalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak, dan Brunei Darussalam. 6. Mac Kinnon, 1992 Panduan lapangan pengenalan Burung-Burung di Jawa, Sumatera, dan Bali 7. Mark Auliya, 2007, Buku Panduan Identifikasi Kura-kura di Brunai Darusalam, Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Singapura, dan Timor leste 8. ProFauna Indoonesia 2004, Panduan Sederhana pengenalan jenis satwa liar yang sering diperdagangkan dipasar burung di jawa 9. WCS Vietnam, 2009, An Identification guide to commonly traded wildlife products in Vietnam 10. Beehler, Bruce M., Pratt, Thane K., dan Zimmerman, Dale A. Burung-burung di Kawasan Papua/Bruce M. Beehler, Thane K. Pratt dan Dale A. Zimmerman;ilustrasi oleh Dale A. Zimmerman dan James Coe -Bogor: Puslitbang Biologi-LIPI, 2001. 11. Brian J.Coates dan K. David Bishop. Panduan Lapangan Burung-Burung di KAwasan Wallace. Birdlife International-Indonesia Programme&Dove Publication Pty.Lts. 2000
71
RIWAYAT PENULIS Agus Haryanta Lahir di Magetan (Jatim) pada tanggal 9 September 1960. Menyelesaikan gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan IPB (1980-1984) Jurusan Manajemen Hutan. Melanjutan S2 bidang Ekowisata di Universitas Goettingen Jerman pada tahun 1995-1997. Memulai karirnya sebagai Pegawai Negeri di Taman Nasional Komodo (NTT) selama 11 tahun (1985-1995). Jabatan yang pernah disandangnya antara lain: Kepala Balai KSDA Bali (1999-2002), Kasubdit PWA (2002-2003), Kepala Balai KSDA Kaltim (2003-2005), Kepala Balai KSDA Lampung (2005-2007), Kasubdit Informasi Konservasi Alam (2007-2010).
Dwi Nugroho Adhiasto Lahir di Ambarawa (Jawa Tengah) pada tanggal 22 Agustus 1974. Menyelesaikan gelar Sarjana Biologi pada Fakultas Biologi UGM (1993-1999). Pada tahun 2001-2002 bekerja di Conservation International Indonesia (CII). Pada tahun 2003 - sekarang bekerja di Wildlife Conservation Society - Indonesia Program sebagai Koordinator Wildlife Crimes Unit (WCU) dan Wildlife Response Unit (WRU).
Novi Hardianto Lahir di Jakarta pada tanggal 19 November 1980. Menyelesaikan gelar Sarjana Biologi Universitas Islam As-Syafi’iyah pada Fakultas MIPA Jurusan Biologi (1999-2004). Pada tahun 2003-2005 bekerja di ProFauna Indonesia, 2007-2009 bekerja di LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) untuk Project Community Preparedness. Pada tahun 2009 sampai sekarang bekerja di Wildlife Conservation Society- Indonesia Program sebagai Assisten Koordinator Wildlife Crimes Unit (WCU)