PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : AGUSTUS 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1.
Jatuhnya harga minyak, yang melebihi setengah dari puncak harga sebelumnya, belum menghantam perekonomian Saudi Arabia. Namun, ekonominya jauh lebih terisolasi sekarang daripada saat kemerosotan tahun 1980-an dan 1990-an, ketika harga minyak hanya dibawah $ 10 per barel pada tahun 1998. Meskipun pengeluaran meningkat di tahun-tahun booming minyak tahun 2000-an, Saudi Arabia telah menyimpan dana yang cukup selama ini. Cadangan kas sebagai rasio GDP mencapai hampir 100 persen pada tahun 2014, sedangkan tahun 1980 dan 1990 hampir mencapai 35 persen. Sesuai survei terbaru pengeluaran rumah tangga dan pendapatan, koefisien Gini, ukuran umum dari ketidaksetaraan, berada di 45,9 pada tahun 2013, turun dari 51,3 pada tahun 2007. Saudi Arabia tidak akan terkena krisis fiskal atau krisis mata uang untuk beberapa tahun ke depan. Neraca perekonomian baru-baru ini telah mencatat perbaikan yang luar biasa. Utang publik turun dari 119 persen pada akhir 1990-an menjadi 1,6 persen pada tahun 2014, yang merupakan terendah di dunia. Selama bertahun-tahun, Saudi Arabia mengumpulkan dana yang dapat membantu bertahan ketika harga minyak jatuh. Cadangan devisa lebih dari $ 650 miliar dan berada di kas sektor publik lainnya. Meskipun harga minyak rendah yang berdampak terhadap riyal Saudi, namun pemerintah Saudi menyadari bahwa ini bukan saat yang tepat untuk memikirkan perubahan mata uang. Selain itu, Saudi Arabian Monetary Agency (SAMA) secara finansial mampu mempertahankan mata uang. Dana Moneter Internasional meramalkan bahwa Saudi Arabia akan mengalami defisit anggaran hampir 20 persen untuk tahun 2015. Namun, selama ini bisa diatasi secara sempurna: Dari tahun 1983 sampai tahun 1991, defisit anggaran Kerajaan rata-rata 52 persen, dan di tahun 1991 menjadi rekor tertinggi yaitu 77 persen. Saudi Arabia selalu dapat melewati tahun-tahun nomor fiskal yang berat, dan fundamental ekonominya kuat menghadapi resesi tahun 1980-an dan 1990-an. sektor keuangan Saudi Arabia posisi juga baik untuk iklim perlambatan pertumbuhan.
Non-performing loan rendah, hanya mencapai 1,1 persen dari total kredit pada akhir 2014. Cadangan Bank yang sangat tinggi: Untuk setiap SR1 juta dalam bentuk pinjaman non-performing, ada SR1,8 juta dalam cadangan bank. IMF mencatat dalam laporan terbarunya atas Saudi Arabia, bank akan di bawah tekanan likuiditas yang signifikan hanya dalam penarikan deposito besar - sesuatu yang belum terjadi di periode sebelum penurunan harga minyak. Pembubaran 12 komite menteri dan membentuk Dewan Ekonomi dan Pembangunan untuk menangani bagian dari tanggung jawab mereka, membuat pengambilan keputusan lebih efisien. Kementerian, diwajibkan memiliki Kantor Manajemen Proyek untuk menindaklanjuti proyek dan membuatnya lebih efektif. Proposal pemotongan pengeluaran juga telah dibahas sejak awal musim panas. Sejumlah proyek infrastruktur besar yang sedang berlangsung akan segera diselesaikan, sementara proyek infrastruktur metro Riyadh dan Jeddah, akan diperpanjang. Sedangkan, pembangunan stadion olahraga baru, akan ditunda. Pemerintah sangat menyadari bahwa pelabuhan dan bandara, serta fasilitas infrastruktur lainnya, harus diprivatisasi, dan bergerak ke arah itu. Privatisasi BUMN telah dimulai, dengan penjualan sebagian saham pemerintah di Bank Umum Nasional. Pemerintah fokus pada pengembangan klaster industri di sekitar minyak dan pertambangan, dan usaha patungan di penyulingan, pertambangan, petrokimia, mobil, farmasi, dan perbankan. Sebagai bagian dari upaya berkelanjutan pemerintah terhadap liberalisasi ekonomi, pasar saham Saudi - salah satu yang terbesar di pasar negara berkembang dan salah satu yang paling likuid di wilayah tersebut - dibuka awal tahun 2015 untuk orang asing. Kehadiran investor asing di masa lalu sangat terbatas, karena mereka sebelumnya diizinkan untuk berinvestasi hanya melalui pengaturan equity swap dan berpartisipasi dalam reksa dana atau dana yang diperdagangkan di bursa. Saudi Arabia masih sangat tergantung pada ekspor energi - sekitar 87 persen dari pendapatan berasal dari minyak pada tahun 2014. Meskipun diversifikasi ekspor telah dilakukan. Pendidikan dan peningkatan sumber daya manusia merupakan prasyarat. Bursa tenaga kerja tumbuh sebesar 3,2 persen pada 2014, dengan pekerja non-Saudi tumbuh sebesar 2,2 persen dan pekerja Saudi tumbuh sebesar 4,4 persen. Ini merupakan
langkah
positif
bagi
perekonomian
yang
sebelumnya
hanya
mempekerjakan ekspatriat di sektor swasta selama beberapa dekade. Reformasi pasar tenaga kerja, dan investasi di perumahan yang terjangkau untuk membantu orang-
orang muda dan penduduk kurang mampu memasuki pasar perumahan, merupakan elemen kunci dari agenda kebijakan pemerintah. Pemerintah juga memperkenalkan sejumlah inisiatif yang menargetkan terutama pemuda dan pekerja perempuan, dengan membuka sejumlah sektor untuk bursa tenaga kerja perempuan. Rata-rata warga Saudi, tidak melihat penurunan pendapatan mereka secara drastis karena penurunan harga minyak. Ini merupakan tanggapan bahwa era kelimpahan, surplus fiskal yang tinggi, dan meningkatnya pengeluaran telah berakhir. Ekonominya Saudi Arabia jauh dari kebangkrutan, dan Kerajaan jauh lebih siap untuk mengatasi tantangan dengan penciptaan lapangan kerja, pendidikan, dan diversifikasi di tahun terakhir. Saudi Arabia menghadapi banyak tantangan di tahun-tahun mendatang. 2.
Nilai
ekspor Saudi
Arabia bulan
Agustus 2015 turun 19,01%
sebesar
US$ 3,967 miliar dibanding bulan Agustus 2014, yang mencapai US$ 4,898 miliar. Sedangkan, nilai impor Saudi Arabia bulan Agustus 2015 mencapai US$ 14,472 miliar dibandingkan dengan US$ 16,257 miliar, pada bulan Agustus 2014, turun sebesar US$ 1,785 miliar, atau turun 10,98% dibanding bulan Agustus 2014. 3.
Adapun 5 negara terbesar tujuan ekspor Saudi Arabia bulan Agustus 2015; yang pertama adalah Uni Emirat Arab dengan nilai total mencapai US$ 598 juta (+15,89%); disusul oleh China dengan nilai ekspor mencapai US$ 401 juta (-21,83%). Di posisi ketiga, Singapura dengan nilai US$ 238 juta (-12,18%); kemudian India di urutan keempat dengan nilai ekspor US$ 203 juta (-38,48%), dan kelima adalah Mesir dengan nilai total ekspor mencapai US$ 174 juta (-13,00%).
4.
Sedangkan, 5 besar negara asal impor Saudi Arabia bulan Agustus 2015 adalah China yang mencapai US$ 2,102 miliar (-12,20%); kemudian Amerika Serikat senilai US$ 1,982 miliar (-1,44%); lalu Jerman sebesar US$ 1,019 miliar (-14,51%); Korea Selatan US$ 0,830 miliar (+1,84%), dan impor dari Jepang pada periode ini, sebesar US$ 0,784 miliar (-16,51%).
B. Perkembangan perdagangan bilateral Indonesia dengan Saudi Arabia 1. Total perdagangan Indonesia - Saudi Arabia periode Januari-Juli 2015 mencapai US$ 3.267,96 juta atau turun 28,07% dibanding tahun 2014. Tahun 2015, ekspor Indonesia ke Saudi Arabia sebesar US$ 1.274,09 juta, sedangkan impornya sebesar US$ 1.993,86 juta, sehingga Indonesia defisit sebesar US$ 719,77 juta.
2. Pada tahun 2015 impor migas Indonesia turun 46,94% dari US$ 3.026,94 juta tahun 2014, menjadi US$ 1.605,96 juta tahun 2015. Diluar komoditi migas, neraca perdagangan Indonesia dengan Saudi Arabia terlihat cukup baik. Ekspor non migas Indonesia ke Saudi Arabia pada tahun 2015 tercatat US$ 1.274,09 juta, atau naik 27,15% dibandingkan tahun 2014. Sedangkan, ekspor non migas Saudi Arabia ke Indonesia tercatat US$ 387,90 juta, sehingga surplus bagi Indonesia US$ 886,19 juta. 3. Produk-produk yang diekspor Indonesia ke
Saudi Arabia antara lain: kendaraan
bermotor, plywood, palm oil, kertas, suku cadang kendaraan, ban mobil, bumbu masakan, makanan olahan, dan lain-lain. Sedangkan produk-produk yang diekspor Saudi Arabia ke Indonesia antara lain: produk petrokimia, plastik dan barang dari besi atau baja.
C. Informasi Lainnya 1.
Indonesia berpartisipasi dalam Pameran Saudi Agrofood di Riyadh. KBRI Riyadh bekerjasama dengan KJRI Jeddah telah berpartisipasi dalam pameran Saudi Food yang diselenggarakan tanggal 11 sampai 14 Oktober 2015 di Riyadh International Convention and Exhibition Center (RICEC), Riyadh. Pameran Saudi Agrofood ke 22, diselenggarakan bersamaan dengan pameran Saudi Agriculture ke 34 dan Saudi Pack ke 5, yang diikuti 300 industri profesional dari 26 negara antara lain: China, Jerman, Turki, Afrika Selatan, Saudi Arabia, Kuwait, Korea, India, Belgia, Hongkong, Belanda, Amerika Serikat, Maroko, dan lainnya. Pameran dibuka Menteri Pertanian Saudi Arabia, Eng. Abdulrahman A. Al Fadley tanggal 11 Oktober 2015. Setelah pembukaan acara pameran, Eng. Abdulrahman A. Al Fadley melakukan kunjungan ke beberapa stand pameran. Dalam kesempatan tersebut Beliau menyempatkan diri melihat produk-produk yang dipamerkan dalam stand Indonesia didampingi oleh KUAI KBRI Riyadh. Pada pameran tersebut, Atase Perdagangan KBRI Riyadh dan ITPC - KJRI Jeddah telah menyewa 8 stand, yang diisi 7 perusahaan Indonesia yaitu PT. Ragam Jasa Indah; CV Global Mulyo Mandiri; Kalbe International Pte.,Ltd; PT Sinar Sosro; PT Andalan Pesik International; PT Tiga Pilar Sejahtera dan PT HQ Corpora Putra. Sementara 1 stand, diisi KBRI Riyadh untuk menampilkan beberapa informasi perihal Trade, Tourism and Investment (TTI) berupa brosur, leaflet, banner, dan lainnya termasuk informasi mengenai Trade Expo Indonesia (TEI) 2015.
Selama pameran berlangsung, stand Indonesia ramai didatangi para pengunjung pameran yang merupakan buyer/distributor dari Saudi Arabia dan negara-negara teluk seperti UAE, Bahrain dan Qatar. Pada pameran tersebut, para pengunjung dapat mencicipi secara langsung berbagai jenis produk yang dipamerkan. Sementara PT Andalan Pesik Internasional menampilkan kayu gaharu yang sangat diminati orangorang Timur Tengah (Arab). Para buyer/distributor yang berkunjung ke stand Indonesia
sangat
mengapresiasi
keikutsertaan
pengusaha
Indonesia,
dan
mengharapkan lebih banyak lagi peserta dari Indonesia untuk berpartisipasi pada pameran tersebut di tahun-tahun mendatang. Dari pameran tersebut, dihasilkan total transaksi (trial order) sebesar US$ 662.000 dengan rincian Kalbe International Pte. Ltd senilai US$ 360.000; dan PT Sinar Sosro (US$ 116.500); CV Global Mulyo Mandiri (US$ 136.000); PT Tiga Pilar Sejahtera (US$ 49.500), sementara untuk PT Ragam Jasa Indah dan PT HQ Corpora masih dalam tahap negosiasi harga. Dapat di-informasi-kan bahwa pasar makanan dan minuman halal di Saudi Arabia merupakan pasar terbesar dikawasan GCC, yang mencapai 63% dari total impor negara-negara GCC. Saudi Arabia mengimpor produk makanan dan minuman sekitar US$ 7,61 milyar setiap tahunnya. Impor makanan dan minuman Saudi Arabia dari Indonesia tahun 2014 baru mencapai US$ 448,35 juta, atau naik 10,36 % dibandingkan periode sama tahun 2014. Sementara, pangsa pasar ekspor makanan dan minuman Indonesia di Saudi Arabia baru mencapai 5,89 %, sehingga masih terdapat peluang peningkatan ekspor dari Indonesia. (bth)
Sumber : Laporan ITPC, Jeddah, Saudi Arabia, Oktober 2015