Khofiffah – Mudjiono:
Perkebunan produktif di lereng pegunungan Bayangkan anda tengah berada di lereng pegunungan. Sejauh mata anda memandang, terlihat hamparan perkebunan berbagai komoditas. Mungkin teh di sebelah kanan. Mungkin pula kopi di sebelah kiri. Suasana sejuk pegunungan tidak dapat menutupi hamparan produktifitas perkebunan. Kali ini kita tidak berbicara perkebunan dalam artian perkebunan nyata. Bukan perkebunan teh dengan daun, batang dan akarnya. Kita tengah membicarakan perkebunan sebagai sebuah hasil kepemimpinan pasangan Khafifah dan Mudjiono. Sebuah perkebunan yang produktif di ketinggian lereng pegunungan. Perkebunan yang produktif adalah hasil dari sebuah proses produktif pula. Ada peran-peran yang dimainkan secara efektif. Dalam konteks ini, kita tengah membicarakan dua peran yaitu sinder dan mandor perkebunan. Sinder, yang diperankan oleh Khafifah, bertanggung jawab penuh dari a – z atas produktifitas kebun yang ditanganinya. Mudjiono, Sang Komandan lapangan akan lebih berperan sebagai mandor perkebunan yang memantau dan memastikan seluruh aktivitas berjalan sebagaimana mestinya. Membumikan pandangan jauh ke depan Ibarat sinder, Khafifah lebih memperhatikan tentang rencana strategis sebuah perkebunan. Awalnya memperkirakan segala sesuatu kemungkinan di masa depan, menentukan target yang dapat dicapai dan menetapkan langkah untuk mencapainya. Perhitungan yang cermat. Keberanian mengambil resiko. Penetapan standar yang tinggi. Cara berpikir yang runtut. Ciri-ciri yang dapat dikenakan pada Khafifah yang serupa dengan karakter alami seorang sinder. Dalam pasangan ini, Khafifah akan memposisikan diri sebagai seorang yang berpandangan jauh ke depan. Tidak terbebani dengan masa lalu. Bebas dan berani dalam bertindak sejauh itu masih ada rasionalisasinya. Pandangan
1
jauh ke depan memberi nilai tambah pada pasangan ini. Tapi bagaimanapun pandangan seperti ini perlu dieksekusi dan dioperasionalisasi sesuai dengan keadaan lapangan. Perlu kepekaan orang lapangan dalam membaca situasi dan kondisi yang terus berubah. Sangat mungkin peran ini yang akan dimainkan oleh Mudjiono. Bak seorang mandor, Mudjiono merupakan profil orang yang melakukan segala sesuatu yang sudah menjadi tugas dan kewajiban baginya. Peran mandor memang sepintas “hanya” melaksanakan, tetapi justru dibalik itu semua mandorlah yang menentukan apakah nanti kebunnya panen akbar atau justru gagal panen, karena mandorlah yang bertugas untuk menjaga tatanan yang ada di perkebunan tersebut. Mudjiono peka terhadap keadaan lapangan, isu-isu yang berkembang, perubahan yang terjadi. Kalau Khafifah lebih fokus pada isu strategis, maka Mudjiono akan lebih isu taktis dan teknis. Baginya, bekerja adalah melakukan apa yang ada. Masa depan itu nanti. Sekarang yang penting adalah menyelesaikan tugas. Tahu betul apa yang harus dilakukannya saat ini disini (here and now). Khafifah sebagai seorang sinder memperhatikan bagaimana nasib perkebunan di masa depan. Apa dampak pilihan hari ini terhadap hari esok? Segala sesuatu diputuskan mengacu pada tujuan di masa yang akan datang. Berbeda dengan Mudjiono yang lebih menyukai bersikap praktis. Apa manfaat yang bisa didapatkan saat ini. Perbedaan diantara keduanya ini bisa saling melengkapi tetapi juga memungkinkan perbedaan tarikan dalam menentukan langkah yang akan ditempuh. Apabila
perhatian
terhadap
isu
taktis
dan
teknis
dalam
mengimplementasikan rencana strategis maka sinergitas akan terbentuk. Tetapi apabila sebuah persoalan ditinjau dari dua sisi yang berbeda, strategis dan taktis maka kedua pasangan akan berada pada posisi yang berseberangan. Khafifah bisa
menganggap
pasangannya
terlalu
menyederhanakan
persoalan.
Sebagaimana Mudjiono bisa memandang rekannya sebagai bermimpi yang terlalu jauh.
2
Improvisasi implementasi rencana kerja Pasangan ini mempunyai gaya kerja yang bertolak belakang. Tentu setiap gaya mempunyai kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Khofifah sebagaimana pemikirannya, menyukai gaya kerja yang terencana, terukur, dan mengacu pada indikator keberhasilan yang tinggi. Lebih nyaman sebuah tugas diselesaikan baru menangani tugas yang lain. Lebih tertata tetapi terkadang membutuhkan waktu lama untuk mengantisipasi perkembangan lapangan yang terbaru. Beda lagi dengan gaya sang mandor. Fokus pada lapangan membuatnya lebih menikmati perkembangan lapangan. Semisal memberikan instruksi pada sebuah tim maka setelah itu segera mengalihkan pandangan ke tim yang lain. Pemantauan cepat beralih dari sebuah petak ke petak yang lain dan kembali lagi memantau petak semula. Gesit dalam bergerak. Bahkan bisa menangani beberapa aktivitas sekaligus. Tidak perlu terlebih dahulu menyelesaikan suatu tugas untuk menangani tugas yang lain. Apa yang akan terjadi? Apabila masing-masing memainkan perannya maka perbedaan itu akan menjadi kekuatan. Rencana kerja diselesaikan dengan adanya improvisasi sesuai dengan keadaan lapangan. Tetapi perlu diingat, Khafifah adalah seorang yang mandiri dan rasional. Lebih menyukai berada pada situasi yang personal atau sendiri. Ketika sendiri justru semakin produktif. Kecenderungan ini yang terkadang membuat orang lain merasa diabaikan atau tidak didengarkan. Dalam keadaan seperti ini, Mudjiono yang perlu sering-sering proaktif berkomunikasi dengan Khafifah, baik untuk memberikan masukan atau mendengarkan pemikirannya. Ini sangat memungkinkan karena Mudjiono terbiasa proaktif mengkordinasikan beberapa pasukan atau banyak orang dilapangan. Terjemahan praktis pandangan konseptual Sebagaimana
perannya
sebagai
sinder,
Khafifah
terbiasa
mengkomunikasikan isu-isu strategis, yang bagaimanapun akan banyak menggunakan penjelasan konseptual mengenai keadaan yang akan dicapai.
3
Kehadiran sang sinder dalam lingkungan perkebunan dapat dikatakan sebagai pencetus ide produktif. Diperlukan pertimbangan yang matang antara celah pasar dan sinergisitas dengan alam. Bagi Khofiffah, ide bukan hanya buah pikiran saja, tapi dia juga memikirkan bagaimana timnya dapat mewujudkan ideide tersebut. Dalam lingkaran intelektual, apa yang dikomunikasikannya akan bisa dipahami. Terutama bagi kalangan yang ingin memikirkan sendiri bagaimana mencapai target yang ditetapkan Khafifah. Tetapi pengkomunikasian seperti ini tidak akan menjawab, apa yang harus kita lakukan sekarang? Sebuah pertanyaan yang sangat khas pada kalangan birokrasi dan awam. Pada titik inilah, gaya komunikasi Mudjiono terlihat kekuatannya. Ia lebih menyukai mengkomunikasikan langkah-langkah yang harus dilakukan saat ini. Panduan praktis penyelesaian persoalan yang tengah dihadapi. Ia pun cepat merespon apabila ada pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Kombinasi dua gaya kepemimpinan ini dapat menjadi sinergi apabila Mudjiono dapat menerjemahkan pandangan konseptual Khafifah. Dalam menghadapi perselisihan dengan pihak lain, pasangan ini relatif serupa, bahu-membahu mempertahankan perkebunan mereka. Keduanya cenderung untuk memegang kendali atas situasi yang berkembang. Apabila ada pandangan berbeda dilontarkan maka mereka akan menggunakan kekuatan logika dalam memenangkan perselisihan. Keadaan ini membuat mereka harus mendapat dukungan dari orang-orang yang bisa memenangkan dengan hati. Menang tanpa mengalahkan. Dalam tim, peran sinder dan mandor juga berbeda. Sinder akan lebih terfokus semua pihak mengerti tujuan dan langkah pencapaiannya. Bisa memberikan panjang lebar, disertai dengan data-data pendukung yang meyakinkan. Sementara, Mudjiono lebih berperan sebagai pembentuk semangat tim. Bak komandan perang yang tengah memberikan semangat kepada pasukannya sebelum turun ke medan laga.
4
Menuai produktivitas perkebunan Relasi antara dua tokoh adalah relasi yang saling melengkapi mengingat perbedaan kekuatan yang dimiliki. Kedua belah pihak dituntut menyadari masing-masing berada pada sisi yang berlawanan. Apabila mereka saling melempar tali maka akan dapat terjalin sebuah jembatan tali kerja sama yang kokoh. Kelemahan yang satu diisi oleh kekuatan yang lain. Semakin terintegrasi maka akan semakin kuat. Perpaduan keduanya akan efektif mengelola perkebunan ketika sang sinder mengutarakan gagasannya dengan jelas pada sang mandor, dan mandor menjalankan perkebunan itu dengan berkoordinasi terus dengan sindernya. Pola kerja yang ditawarkan keduanya adalah keruntutan dengan wewenangnya masing-masing, namun bukan berarti keduanya tidak ada relasi. Bagaimanapun juga dia membutuhkan sang mandor untuk mengetahui kondisi di lapangan yang sesungguhnya. Perencanaan strategis yang matang dengan diimbangi kegesitan penanganan persoalan lapangan akan berbuah manis. Panen yang berlimpah. Ketika kebun diserang hama Kerja sama saling melengkapi antara pihak yang bedanya berlawanan mensyaratkan kepercayaan yang sungguh-sungguh kukuh. Kepercayaan menjadi kunci kepedulian, komunikasi, saling mengandalkan dan berbagi tanggung jawab. Kepercayaan antar pihak ini riskan dan sewaktu-waktu bisa terkikis hilang. Terkadang sebuah angin sepoi pun bisa mengusik tumpukan pasir kepercayaan. Aspek kepribadian yang menyatukan sinder dan mandor adalah kerangka pengambilan keputusan, yaitu suatu tujuan yang sama. Mereka berdua bertindak secara rasional, yang ditandai dengan manfaat yang didapatkan dari biaya yang dikeluarkan. Akan tetapi fokus perhatian, interaksi dan pola kerja yang berbeda sehingga terkesan dua orang yang berjalan dijalurnya sendiri untuk mencapai tujuan yang sama.
5
Pada titik ini, mungkin akan hadir hama yang menyerang perkebunan. Hama yang akan membuat kedua belah pihak berhadap-hadapan. Mengingat mereka berada pada posisi yang berbeda dalam perkebunan. Apa yang kita lihat tergantung pada dimana posisi kita berbeda. Penilaian dan perlakuan terhadap hama tersebut bisa berbeda yang berujung pada perselisihan. Dan perkebunan pun terancam gagal panen.
6