PERENCANAAN INTERPRETASI KAWASAN WISATA ALAM LERENG PEGUNUNGAN MURIA KABUPATEN KUDUS JAWA TENGAH
EVI HERIYANINGTYAS
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
PERENCANAAN INTERPRETASI KAWASAN WISATA ALAM LERENG PEGUNUNGAN MURIA KABUPATEN KUDUS JAWA TENGAH
Oleh: Evi Heriyaningtyas E34053112
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Perencanaan Interpretasi Kawasan Wisata Alam Lereng Pegunungan Muria Kabupaten Kudus Jawa Tengah” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada Perguruan Tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, September 2009
Evi Heriyaningtyas NRP. E34053112
ABSTRAK
EVI HERIYANINGTYAS. Perencanaan Interpretasi Kawasan Wisata Alam Lereng Pegunungan Muria Kabupaten Kudus Jawa Tengah. Bimbingan Prof. Dr. E.K.S Harini Muntasib, MS dan Eva Rachmawati, S.Hut. Kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria merupakan satu-satunya kawasan wisata alam di Kabupaten Kudus yang memiliki luas 221.3 Ha. Kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria merupakan hutan lindung yang dikelola oleh Perum Perhutani KPH Pati Jawa Tengah. Kawasan wisata alam ini memiliki objek yang spektakuler yaitu air terjun montel, air terjun gonggomino dan sendang air tiga rasa yang menjadikan kawasan ini ramai dikunjungi oleh para wisatawan. Selain itu, adanya peninggalan sejarah Sunan Muria menjadikan kawasan wisata ini memiliki sosial budaya yang unik dibandingkan oleh kawasan wisata lainnya. Pengunjung yang datang dikawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria agar mendapatkan nilai lebih dalam melakukan kunjungannya, maka perlu adanya kegiatan interpretasi alam. Penelitian dilaksanakan di kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kabupaten Kudus Jawa Tengah pada tanggal 23 Mei – 5 Juli 2009. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode survei melalui wawancara, studi pustaka dan pengecekan titik dilapangan berdasarkan objek yang menarik dengan GPS yang diolah menggunakan bantuan software Arc VIEW dan ERDAS. Kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria terdiri dari 13 jalur yang memiliki potensi sumberdaya fisik, biologi dan sosial budaya. Jalur tersebut adalah Buper Kajar – Makam Sunan Muria melalui jalur tangga, Buper Kajar – Makam Sunan Muria melalui jalur lokal, Rejenu – Guo, Rejenu – Argopiloso – Argojembangan, Buper – Petoko, Japan – Rejenu, Rejenu – Ngandong, Desa Japan – Montel, Pos 1 – Rejenu, Pos 2 – Pos 4, Pos 3 – Pos 4 dan Air Tiga Rasa – Gonggomino. Pengunjung kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria didominasi oleh pengunjung yang berjenis kelamin laki-laki (54 %). Sebagian besar pengunjung berusia 15 – 24 tahun (45 %). Pengunjung kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria didominasi oleh pelajar dan mahasiswa. Tujuan sebagian besar pengunjung untuk datang ke kawasan wisata alam adalah menikmati keindahan alam. Pengunjung kawasan lereng Pegunungan Muria mengharapkan adanya fasilitas interpretasi di kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria yaitu papan objek interpretasi, papan arah dan peta jalur interpretasi. Penyusunan perencanaan interpretasi dikawasan lereng Pegunungan Muria adalah rencana satuan, rencana kegiatan dan rencana penugasan. Tema kegiatan interpretasi di kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria adalah “Budaya Muria terpelihara, Alam Lestari”. Lokasi kegiatan interpretasi alam di kawasan lereng Pegunungan Muria berada pada 7 jalur yaitu Rejenu – Argopiloso – Argojembangan, Rejenu – Guo, Buper – Petoko, Japan – Rejenu, Pos 1 – Rejenu, Pos 2 dan Pos 3 – pos 4, Buper – Makam Sunan Muria. Rencana media interpretasi untuk menunjang kegiatan interpretasi di kawasan lereng Pegunungan Muria adalah papan nama objek interpretasi, peta jalur interpretasi, papan petunjuk arah, papan objek interpretasi, pintu gerbang kawasan, papan informasi, papan pesan interpretasi dan pal jarak. Kata kunci: Kawasan Wisata Alam Lereng Pegunungan Muria, Interpretasi, Wisata
ABSTRACT
EVI HERIYANINGTYAS. Interpretation Planning Of Natural Tourism Area In The Slope Of Muria Mountain, Kudus Regency Centeral Java. Supervisor: Prof. Dr. E.K.S Harini Muntasib, MS. and Eva Rachmawati, S.Hut. The slope of Muria Mountain is the only natural tourism area in Kudus Regency which possesses 221.3 Ha of width. The slope of Muria Mountain is part of protected area that managed by Perum Perhutani KPH Pati, Central Java. This natural tourism area has spectacular objects; montel waterfall, gonggomino waterfall and tiga rasa spring. These objects interest the people to visit the area. Despite of the uniqe objects, it also has historical heritage of Sunan (the holy man who spreaded Islam in Java) Muria that makes socio-cultural in this area different to others. In order to get more value during their visitation, the visitors of this area may need natural interpretation. This study was done in the area of Muria slopemontain Kudus Regency Centeral Java on May 23rd – July 5th 2009. The data was collected by survey methode through interview, literature and checking interesting tourism spots using GPS which would be prossesed by using Arc VIEW and ERDAS. The natural tourism of Muria slope-mountain consits of 13 lanes that possess potential phisically , biologically and sosio cultural resources. Those lanes are Buper Kajar – Sunan Muria’s funeral (with stair-lane); Buper Kajar – Sunan Muria’s funeral (with local lane); Rejenu – Guo, Rejenu – Argopiloso – Argojembangan; Buper – Petoko; Japan – Rejenu; Rejenu – Ngandong, Desa Japan – Montel, Pos 1 – Rejenu; Post 2 – Post 4; Post 3 – Post 4 and the Tiga Rasa spring – Gonggomino. The visitors of this natural torism area are dominated by male (54%). Most of visitors are among 15 – 24 years old (45%) and most dominated by students. The visitors’ objective in visiting this area is for enjoying the beautiful view of this area. The visitors are desire to get interpreation facility in this area, like interpretation board, direction board, map of interpretation lanes. The arrangement of interpretation plan in this area is using unit plan, activity plan and management plan. The theme of interpretation activity in this area is “Budaya Muria Terpelihara, Alam Lestari (If the Muria’s Cultural is Mantained Well, the Nature will be in Sustainability)”. The location of nature interpretation in the area of Muria slope-mountain are located at 7 lanes, there are Rejenu – Argopiloso – Argojembangan, Rejenu – Guo, Buper – Sunan Muria’s funeral. The planning of interpretation media to support interpretation activity in this area are name board of object interpretation, the map of interpretation lanes, the direction board, the board of object interpretation, the entrance door of area, board of information, board of interpretation message and the sign of distance. Keywords: The area of natural tourism of Muria slope-mountain, Interpretation, Tourism
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perencanaan Interpretasi Kawasan Wisata Alam Lereng Pegunungan Muria Kabupaten Kudus Jawa Tengah” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berisi tentang perencanaan interpretasi alam di kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus Jawa Tengah. Hasil penelitian ini akan digunakan untuk pengembangan kegiatan wisata khususnya kegiatan interpretasi alam di kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus. Penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak, Ibu dan Adek yang tidak berhenti berdoa dan memberikan semangat serta dukungan kepada penulis. 2. Ibu Prof. Dr. E.K.S Harini Muntasib, MS. dan Ibu Eva Rachmawati, S.Hut selaku dosen pembimbing yang telah mencurahkan waktu dan perhatiannya untuk membimbing penulis. 3. Ir. Muhdin, MS, Ir. Sucahyo Sadiyo, MS dan Ir. T.M. Oemijati, MS. Selaku dosen penguji yang memberikan masukan dan arahannya kepada penulis. 4. Mas Sharif, Mas Tri dan Mas Puji yang selalu membimbing dalam pembuatan peta. 5. Pak Didik, Pak Wiwik, Pak Widodo, Mas Agoes serta semua pihak masyarakat lereng Pegunungan Muria yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dan juga pihak pengelola kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria. 6. Fandy Septian yang selalu menjadi penyemangat dari pembuatan proposal, pengambilan data dilapang dan sampai terselesaikan skripsi ini. 7. Rekan-rekan, kakak-kakak dan adik-adik KSHE, khususnya Ipit, Reni, Arman, Safinah, Nina, Ine, Wulan, Uchie dan Rudi yang selalu berjuang menjadi konservasionis-konservasionis masa depan. 8. Rekan-Rekan “Edelwaiss Atas” Meme, Ina, Trias, Eka, Vani, Veni, Nonop, Mbak Mahar, Nisa, Feni dan Ita yang selalu memberikan inspirasi dan ideidenya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.
Bogor, September 2009
Evi Heriyaningtyas
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Evi Heriyaningtyas dilahirkan di Semarang pada tanggal 22 Agustus 1987, sebagai anak pertama dari dua bersaudara. Tahun 2005 penulis lulus dari SMA N 1 BAE Kudus dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis diterima mayor Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB. Selama kuliah penulis aktif dalam kegiatan organisasi Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) sebagai Kelompok Pemerhati Ekowisata (KPE) dan Biro Kesekretariatan. Selain itu juga aktif sebagai pemandu di Agroedutourism IPB. Selama dibangku kuliah penulis juga aktif mengikuti kompetisi karya tulis. Kejuaran yang pernah penulis dapatkan adalah juara dua Indocement Awards 2008.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ................................................................................................ i DAFTAR TABEL ........................................................................................ iii DAFTAR GAMBAR .................................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. vi I
PENDAHULUAN .................................................................................. 1 1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1 1.2. Tujuan Penelitian ............................................................................. 2 1.3. Manfaat Penelitian............................................................................ 2
II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3 2.1. Wisata Alam Lereng Gunung Muria/Colo ........................................ 3 2.2. Interpretasi ....................................................................................... 3 2.3. Perencanaan Interpretasi................................................................... 8 2.4. SIG (Sistem Informasi Geografi)...................................................... 15 III METODE PENELITIAN ........................................................................ 18 3.1. Lokasi dan Waktu ............................................................................ 18 3.2. Bahan dan Alat................................................................................. 18 3.3. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 20 3.4. Pembuatan Peta Interpretasi.............................................................. 25 3.5. Analisis Data.................................................................................... 26 3.6. Sintesis Data .................................................................................... 26 3.7. Perencanaan Interpretasi................................................................... 27 IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN............................................ 31 4.1. Sejarah dan Dasar Hukum ................................................................ 31 4.2. Keadaan Fisik Kawasan.................................................................... 31 4.3. Aksesibilitas..................................................................................... 34 4.4. Keadaan Fisik dan Biologi................................................................ 35 4.5. Keadaan Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat............................ 36 V HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 38 5.1. Potensi Kawasan Wisata Alam Lereng Pegunungan Muria kudus..... 38 5.2. Karakteristik dan Keinginan Pengunjung.......................................... 79
i
5.3. Persepsi Masyarakat ......................................................................... 87 5.4. Rencana Pengambangan Pengelola................................................... 88 5.5. Perencanaan Interpretasi................................................................... 90 VI KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 106 6.1. Kesimpulan ...................................................................................... 106 6.2. Saran................................................................................................ 107 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 108 LAMPIRAN
ii
DAFTAR TABEL Halaman 1
Kelompok umur pengunjung ................................................................... 21
2
Kriteria kelas kelerengan......................................................................... 24
3
Jenis data yang dikumpulkan................................................................... 27
4 5
Daftar pembagian jalur yang sudah dikembangkan dan jalur yang direncanakan untuk dikembangkan.......................................................... 38 Rute Jalur Buper Kajar – Makam Sunan Muria ....................................... 42
6
Rute jalur Buper – Makam Sunan Muria (jalur tangga) ........................... 42
7
Rute jalur Japan – Rejenu........................................................................ 46
8
Rute Desa Japan – Monthel..................................................................... 50
9
Rute Jalur Rejenu – Puncak Argopiloso .................................................. 53
10 Rute Jalur Puncak Argopiloso – Puncak Argojembangan ........................ 53 11 Rute Jalur Buper – Petoko....................................................................... 58 12 Rute Jalur Pos 1 – Rejenu........................................................................ 61 13 Rute jalur Rejenu – Guo.......................................................................... 64 14 Rute Rejenu – Ngandong ........................................................................ 67 15 Rute Jalur Pos 3 – Pos 4 .......................................................................... 70 16 Rute Jalur Pos 2 – Pos 4 .......................................................................... 71 17 Rute Jalur Sendang Air Tiga Rasa – Gonggomino................................... 74 18 Karakteristik responden pengunjung ....................................................... 80 19 Kebutuhan pengunjung akan pelayanan interpretasi lingkungan, bahasa informasi, fasilitas tambahan, fasilitas penginapan dan makanan.................................................................................................. 84
iii
iv
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Kuesioner untuk pengunjung..................................................... 112 Lampiran 2. Panduan wawancara kepada pihak yang terkait ......................... 115
v
iv
DAFTAR GAMBAR Halaman 1
Bagan alir perencanaan interpretasi menurut Bradley dalam Sharpe (1982). ...... 9
2
Proses perencanaan interpretasi menurut Ham et al. (2005)..................... 13
3
Bagan alir proses penelitian perencanaan interpretasi alam di Kawasan Wisata Alam Lereng Pegunungan Muria Kudus ...................................... 30
4
Peta lokasi penelitian kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus ..................................................................................................... 33
5
Peta potensi jalur interpretasi pada kelas ketinggian di kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus .................................................... 39
6
Peta potensi jalur interpretasi pada kelas penutupan lahan kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus ......................................... 40
7
Peta potensi objek dan daya tarik wisata interpretasi kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus .................................................... 41
8
Peta potensi objek dan daya tarik wisata interpretasi di jalur Buper Kajar – Makam Sunan Muria kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus ........................................................................................... 44
9
Keterangan Peta jalur Buper Kajar – Makam Sunan Muria...................... 45
10 Peta potensi objek dan daya tarik wisata interpretasi di jalur Japan –
Rejenu kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus ............... 48 11 Keterangan peta jalur Japan – Rejenu...................................................... 49 12 Peta potensi objek dan daya tarik wisata interpretasi di jalur Desa Japan
– Monthel kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus .......... 51 13 Keterangan peta jalur Desa Japan – Montel ............................................. 52 14 Peta potensi objek dan daya tarik wisata interpretasi di jalur Rejenu –
Argopiloso – Argojembangan kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus ........................................................................................... 56 15 Keterangan peta jalur Rejenu – Argojembangan – Argopiloso................. 57 16 Peta potensi objek dan daya tarik wisata
interpretasi di jalur Buper
Kajar – Petoko kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus ... 60 17 Keterangan peta jalur Buper Kajar – Petoko............................................ 61 18 Peta potensi objek dan daya tarik wisata interpretasi di jalur Pos 1 -
Rejenu kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus ............... 63
v
19 Keterangan peta jalur Pos 1 – Rejenu ...................................................... 64 20 Peta potensi objek dan daya tarik wisata interpretasi di jalur Rejenu –
Guo kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus ................... 66 21 Keterangan peta jalur Rejenu – Guo ........................................................ 67 22 Peta potensi objek dan daya tarik wisata interpretasi di jalur Rejenu –
Ngandong kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus .......... 69 23 Potensi objek interpretasi di jalur Rejenu – Ngandong............................. 70 24 Peta potensi objek dan daya tarik wisata interpretasi di jalur Pos 2 dan
Pos 3 – Pos 4 kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus ..... 72 25 Keterangan peta jalur Pos 2 dan Pos 3 – Pos 4......................................... 73 26 Peta potensi objek dan daya tarik wisata interpretasi di jalur Sendang
Air Tiga Rasa - Gonggomino kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus ........................................................................................... 75 27 Keterangan peta jalur Sendang air tiga rasa – Gonggomino ..................... 76 28 Peta potensi objek dan daya tarik wisata
interpretasi di jalur Buper
Kajar kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus.................. 77 29 Keterangan peta di dalam kawasan bumi perkemahan kajar .................... 78 30 Rekapitulasi pengunjung kawasan wisata alam lereng Pegunungan
Muria tahun 2008.................................................................................... 79 31 Tujuan Kunjungan .................................................................................. 81 32 Modus Kunjungan................................................................................... 81 33 Objek yang disukai pengunjung .............................................................. 82 34 Hal yang Ingin Diketahui ........................................................................ 82 35 Asal Usul Pengunjung Mendapatkan Informasi ....................................... 83 36 Durasi pengunjung melakukan kunjungan ............................................... 83 37 Grafik pemilihan jalur tiap kelas umur .................................................... 87 38 Peta objek dan daya tarik wisata interpretasi kawasan wisata alam lereng
Pegunungan Muria Kudus ....................................................................... 92 39 Peta perencanaan media interpretasi kawasan wisata alam lereng
Pegunungan Muria Kudus. ...................................................................... 97 40 Peta interpretasi di Jalur Rejenu – Argopiloso ......................................... 105
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pegunungan Muria berada di tiga Kabupaten yaitu Kabupaten Jepara, Pati dan Kudus. Pegunungan Muria terdiri dari Gunung Argojembangan, Gunung Argopiloso, Gunung Puncak 29, Gunung Ringgit, Gunung Kelir, Gunung Gajah Mungkur, Gunung Candi Angin Lor dan Gunung Candi Angin Kidul. Pegunungan Muria ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung berdasarkan surat keputusan Gubernur Jendral Hindia Belanda Nomor 34 tanggal 24 Juni 1916 di Bogor (Widjanarko 2006). Pegunungan Muria mempunyai fungsi utama sebagai penyangga kehidupan flora fauna dan penyedia air bersih untuk Kabupaten Kudus. Selain itu, di kawasan lereng Pegunungan Muria Kudus juga berfungsi sebagai kawasan wisata. Kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus sejak tahun 2006 dikelola oleh pihak swasta, pengelolaan sebelumnya adalah pihak Perhutani KPH Pati. Kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus memiliki luas 221.3 Ha. Wisata alam lereng Pegunungan Muria dikenal sebagai kawasan wisata alam Colo. Kawasan wisata alam ini merupakan tempat rekreasi yang memanfaatkan tempat-tempat terbuka untuk pengunjung dapat bersantai dan menikmati keindahan alam. Keunikan objek wisata alam yang dimiliki kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria adalah sendang air tiga rasa yang memiliki tiga rasa yang khas, rasa pertama seperti asam dan air segar, rasa kedua menyerupai minuman ringan dan rasa ketiga seperti minuman beralkohol. Objek wisata yang lain adalah Air Terjun Monthel yang mempunyai ketingggian ± 50 meter, Air Terjun Gonggomino, Gua Jepang, Makam Sunan Muria dan flora fauna yang menarik. Selain itu, masyarakat lereng Pegunungan Muria memiliki kebudayaan yang masih terkait dengan keberadaan Sunan Muria. Karena alasan tersebut menjadikan kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus sebagai salah satu daerah tujuan wisata alam di Kabupaten Kudus. Kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria banyak dikunjungi oleh para wisatawan yang berasal dari dalam daerah Kabupaten Kudus dan luar Kabupaten Kudus. Pengunjung dalam menikmati setiap objek wisata memerlukan
2
pengetahuan yang lebih dalam melakukan kunjungan di kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria. Pengetahuan tersebut dapat tertuang dengan adanya suatu perencanaan interpretasi alam pada setiap jalur yang memiliki potensi untuk dikembangkan kegiatan interpretasi. Menurut Sharpe (1982) Pengunjung di kawasan wisata alam memerlukan kegiatan interpretasi untuk lebih menikmati aktivitas rekreasinya. Interpretasi merupakan suatu mata rantai komunikasi antara pengunjung dan sumberdaya alam yang ada. Interpretasi bermakna komunikasi guna memperkaya pemahaman mereka dari suatu kebenaran fakta (McArthur 2005). Interpretasi juga memberikan kesempatan kepada pengunujung untuk mendapatkan suatu pengalaman (Carr 2004). Penyusunan
perencanaan
interpretasi
alam
dilaksanakan
dengan
melakukan identifikasi masalah, inventarisasi, verifikasi, analisis, sintesis data dan pengambilan keputusan. Penyusunan perencanaan interpretasi alam di kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria menggunakan bantuan teknologi yaitu Sistem Informasi Geografis. Proses pengolahan data dengan Sistem Informasi Geografis dapat dilakukan proses pemetaan, analisis, pengolahan ataupun pengubahan terhadap data kawasan menurut kondisinya yang terkini secara cepat, mudah dan biaya yang relatif rendah. Penggunaan Sistem Informasi Geografis akan sangat membantu pengelola suatu kawasan konservasi dalam merencanakan kebijakan atau keputusan yang akan diambil berkaitan dengan pengelolaan kawasan tersebut. Berdasarkan alasan tersebut maka penelitian mengenai perencanaan interpretasi alam di kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kabupaten Kudus dilaksanakan dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis. 1.2. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah menyusun perencanaan interpretasi alam di kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus Jawa Tengah. 1.3. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah membantu pengelola dalam upaya mengembangkan kegiatan wisata alam khususnya interpretasi alam di kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus Jawa Tengah.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kawasan Wisata Alam Lereng Gunung Muria Kawasan wisata alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun perairan dengan mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman jenis satwa dan ekosistem (Suwantoro 1997). Kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria terdapat beberapa tempat menarik antara lain Air Terjun Monthel, Makam Sunan Muria, Sumber Air Tiga Rasa (Rejenu) dan Wana Wisata Kajar (Rakhman 2007). Widjanarko (2006) mengatakan bahwa kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria terletak di sebelah utara Kota Kudus dengan jarak tempuh kurang lebih 19 Km dari Kota Kudus. Gunung Muria mempunyai ketinggian 1602 m dpl, sedangkan objek wisata alam lereng Gunung Muria memiliki ketinggian 700 m dpl, sebagian hutan terdiri dari dari hutan-hutan terlindung dan tanaman kopi (Setiyanto 2003). Kawasan Pegunungan Muria tepatnya di Desa Colo, terdapat Makam Sunan Muria (Raden Umar Said). Makam Sunan Muria tepatnya berada di puncak Gunung Muria. Disekitar makam Sunan Muria terdapat objek wisata alam yaitu air terjun monthel, pesangrahan dan buper Kajar (Sukari 2003). 2.2. Interpretasi 2.2.1. Definisi Interpretasi Interpretasi adalah sebagai suatu kegiatan yang mengandung pendidikan, bertujuan untuk mengungkap makna dan hubungan keterkaitan dengan memanfaatkan objek, melalui pengalaman langsung, media ilustrasi atau visual, tidak hanya menyampaikan informasi faktual (Tilden 1957). Interpretasi merupakan suatu bentuk pelayanan kepada pengunjung di suatu taman, hutan dan beberapa tempat rekreasi yang bertujuan agar dapat beristirahat, mendapatkan inspirasi dan mempelajari berbagai sumberdaya alam (Sharpe 1982). Canada (1976)
dalam
Veverka (1998) berpendapat bahwa interpretasi adalah suatu
proses komunikasi yang dirancang untuk mengungkapkan hubungan dan arti dari warisan budaya yang bersifat alami kepada pengunjung. Definisi interpretasi menurut McArthur (2005) berarti gagasan komunikasi dan perasaan dimana dapat membantu orang dalam memperkaya pemahaman dan pengetahuannya di dunia
4
dan hal tersebut mempunyai peranan yang sangat penting. Selain itu tujuan interpretasi menurut McArthur (2005) adalah: 1. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman terhadap isi pesan kepada sasaran pasar. 2. Memberikan inovasi secara cukup dan merangsang pasar untuk melakukan kunjungan. 3. Meningkatkan keuntungan dalam bidang pendapatan ekonomi. 4. Membantu meminimalisasi dampak kunjungan. Interpretasi merupakan proses komunikasi yang lebih spesifik dan lebih dari sekedar memperkenalkan sesuatu (Veverka 1998). Kegiatan interpretasi sangat aktif, santai dan fokus dalam memberikan pengertian keadaan sebenarnya (Domroese dan Sterling 1999). Interpretasi berarti komunikasi yang dipergunakan dalam kegiatan rekreasi dengan bentuk program pendidikan di taman rekreasi (Ham 1992). Interpretasi merupakan bentuk pelayanan kepada pengunjung yang datang ke taman, hutan, tempat yang dilindungi dan kawasan rekreasi, selain pengunjung ingin bersantai atau mencari inspirasi juga mempunyai keinginan untuk mempelajari tentang alam, kebudayaan dan sumberdaya alam berupa proses geologi, satwa, tumbuhan, komunitas ekologi atau sejarah manusia (Muntasib dan Rachmawati 2003). Pahsma (2005) berpendapat bahwa interpretasi dapat menyampaikan aktivitas sejarah, sosial masyarakat suatu kawasan dan pemandangan secara nyata dan terpusat pada unsur-unsur sejarah. Selain itu, interpretasi yang baik apabila dapat memberikan pengetahuan secara lengkap, mampu
memenuhi
keinginan
pengunjung,
canggih
dalam
memberikan
pemahaman suatu tempat dan memiliki kecakapan dalam berkomunikasi. Interpretasi sangat efektif karena memberikan lebih daripada informasi dan pengalaman lebih kepada pengunjung (Wearing & Neil 2000). Keuntungan dari kegiatan interpretasi menurut Beckmann (1991) dalam Wearing dan Neil (2000) adalah: 1. Memberikan keuntungan dalam kegiatan promosi, karena interpretasi merupakan hubungan komunikasi antara masyarakat luas dengan staf pengelola, hal tersebut membuat interpretasi memiliki peranan dalam mewujudkan pengelolaan secara efektif.
5
2. Keuntungan interpretasi dalam kegiatan rekreasi adalah mampu membantu pengunjung dalam kegiatan rekreasinya mendapatkan pengalaman tentang sumberdaya alam yang tersedia, merubah perilaku kunjungan dan memberikan bantuan pengelolaan rekresai secara langsung. 3. Keuntungan interpretasi dalam kegiatan pendidikan adalah memberikan pengalaman secara umum kepada pengunjung dalam meningkatkan pemahaman dan pengetahuannya terhadap lingkungan. 4. Interpretasi sebagai manajemen pengelolaan konservasi karena mengatur kegiatan pengunjung, mengurangi dampak kunjungan dan meningkatkan perlindungan suatu kawasan alam. Dasar dari interpretasi adalah menyampaikan pesan kepada pengunjung untuk mengajak lebih mengetahui, memahami dan dapat melakukan sesuatu sehingga mampu memberikan dampak yang positif (Ham & Weiler 2003). Interpretasi adalah kegiatan komunikasi kepada pengunjung yang bertujuan memudahkan pengunjung untuk memahami suatu akses tertentu (Scottish Museums Council 2003). Interpretasi bermakna komunikasi guna membantu memperkaya pemahaman mereka dari suatu kebenaran fakta (McArthur 2005). Interpretasi menerangkan maksud atau arti suatu fenomena dan penemuan baru untuk dimengerti orang lain (Ham 2002). Interpretasi adalah kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan, bertujuan untuk menyatakan arti tentang kebudayaan dan sumberdaya alam. Oleh karena itu media interpretasi harus meningkatkan pemahaman, pengetahuan dan melindungi tempat bersejarah dan tempat alami. Interpretasi dapat diartikan sebagai proses informasi dan inspirasi (Beck & Cable 1998 dalam Staiff et al. 2002). Weiler dan Davis (1993) dalam Madin dan Fenton (2004) berpendapat bahwa definisi interpretasi adalah aktivitas pendidikan dan hiburan yang bertujuan untuk memberikan wawasan dan hubungan timbal balik antara pengunjung dengan sumberdaya alam tersebut. 2.2.2. Objek Interpretasi Objek interpretasi adalah segala sesuatu yang ada di dalam kawasan yang dipergunakan sebagai objek dalam penyelenggaraan interpretasi (Muntasib & Rachmawati 2003). Program interpretasi dapat berlangsung dengan baik apabila dalam pemilihan dan penggunaan objek interpretasi secara tepat dilaksanakan.
6
Objek interpretasi dapat membantu pengunjung dalam menikmati kunjungannya di suatu kawasan wisata (Sharpe 1982). Objek interpretasi berfungsi mengkonfirmasikan pengunjung untuk mendapatkan informasi cukup, guna menghasilkan kegiatan yang aman, efisien, memperoleh kunjungan yang menyenangkan dan mampu mengurangi dampak kerusakan sumberdaya alam (Ferry 1998). Veverka (1998) menyatakan bahwa objek interpretasi terbagi dalam 3 kelompok yaitu: 1. Area biologis yang terdiri dari danau, sungai, tipe habitat, spesies langka, peristiwa-peristiwa musiman (mekarnya bunga liar, migrasi burung, dll), area demonstrasi potensi/eksisting, area pengelolaan kayu (tipe manajemen). 2. Sumberdaya budaya terdiri dari kabin tua, reruntuhan batuan tua, arena peperangan, tapak peristiwa sejarah dan tapak arkeologi yang sudah tua. 3. Sumberdaya geologis yang terdiri dari batuan yang muncul di permukaan taman fosil dan bentukan geologis. 2.2.3. Jalur Interpretasi Jalur interpretasi adalah jalur khusus yang terdapat objek-objek menarik, yaitu jalur transportasi seperti jalur mobil, sepeda, pejalan kaki dan lain sebagainya. Jalur interpretasi harus memperhatikan urutan rangkaian objek sehingga memberikan pengertian terhadap objek tersebut (Muntasib & Rachmawati 2003). Kriteria jalur interpretasi yang baik menurut Domroese dan Serling (1999) adalah: 1. Jalur tidak terlalu panjang dan memakan waktu 20 menit - 1 jam dengan berjalan kaki termasuk dengan waktu istirahat. 2. Berbentuk lingkaran untuk menghindari pengulangan pemandangan. 3. Memiliki tanda-tanda yang jelas sehingga pengunjung dapat mengikutinya dengan mudah. 4. Bersih dan tidak terdapat peninggalan sampah atau jejak dari pengunjung sebelumnya. 5. Dibangun dengan meminimalisasi dampak erosi dan mempunyai drainase yang baik.
7
6. Terpelihara dengan baik, tidak ada pohon tumbang, vandalisme dan kerusakan karena pengaruh iklim. 7. Dirancang dan dikelola untuk meminimalkan dampak ekologi yaitu dengan membiarkan serasah menjadi humus. Karakteristik jalur yang baik menurut Berkmuller (1981) adalah: 1. Jalur yang baik diarahkan pada pemandangan yang menakjubkan, dapat melihat beberapa daya tarik seperti, air terjun, habitat hewan, gua, sungai, pemukiman tua, pohon dan lain sebagainya. 2. Jalur yang baik apabila nyaman dipergunakan. Jalur tersebut harus tidak licin, curam, berlumpur dan tergenang air. 3. Jalur
yang baik
adalah melindungi pengunjung dari
ketegangan.
Memberikan perhatian secara khusus di beberapa tempat pada jalur dan jangan pernah membuat jalur yang lurus dan jauh. 4. Jalur yang baik juga mampu membuat pengunjung merasa senang. Jalur harus dilengkapi dengan tempat sampah, tanda yang jelas dan petunjuk arah. 5. Jalur yang baik menghindari lokasi yang mungkin membahayakan dan rawan kecelakaan seperti komunitas pohon yang mudah tumbang dan tempat yang dapat mengganggu satwaliar. 2.2.4. Tanda Interpretasi Tanda merupakan suatu komunikasi (Trapp et al. 1994). Tanda interpretasi berbeda dengan tanda penunjuk arah karena tanda interpretasi memuat lebih banyak pesan, tidak boleh terlalu panjang dan dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menarik pengunjung untuk membacanya
(Muntasib &
Rachmawati 2003). Masalah mengenai tanda interpretasi di tempat terbuka adalah jumlah tanda interpretasi yang terus meningkat tetapi sedikit yang berupa media interpretasi, banyak terdapat vandalisme, desain tanda yang kurang menarik karena itu tanda harus selalu diperbarui (McLoughlin 1998). Tanda interpretasi yang baik harus bersifat kokoh dan tebal. Selain itu, tanda yang baik adalah tanda yang tidak menggunakan bahan tipis dan bercahaya karena akan menyulitkan bagi pengendara transpotasi pada malam hari. Hal lain yang paling penting dalam pembuatan adalah menggunakan bahan-bahan yang bersifat tahan lama (Berkmuller 1981).
8
Tanda yang sering dipergunakan dalam suatu program interpretasi terdiri dari dua tipe yaitu tanda interpretasi dan tanda administrasi. Tanda administrasi antara lain pintu masuk, tanda penunjuk arah dan tanda informasi yang salah satu fungsinya adalah untuk menghubungkan pengunjung dengan program interpretasi (Muntasib & Rachmawati 2003).
2.3. Perencanaan Interpretasi Proses perencanaan interpretasi untuk semua sistem dapat dicontohkan dalam membangun perencanaan interpretasi pada suatu kawasan yang memerlukan pertimbangan dan tujuan perencanaan (Veverka 1998). Muntasib (2003) menyatakan bahwa sebuah perencanaan interpretasi dapat mencapai tujuan dengan baik maka perencanaan tersebut haruslah: 1. Mampu dipergunakan oleh semua orang dalam merencanakan fasilitas interpretasi
yang
disediakan
dengan
mengutamakan
keselamatan
pengunjung. 2. Memiliki fasilitas yang efisien dari segi pelayanan, penggunaan, pembiayaan dan dapat membantu perencanaan interpretasi. 3. Dapat mengungkapkan keindahan dan mampu menyediakan suatu paket yang bervariasi tetapi kompak pada sebuah karakteristik yang ada, indah, peka
dan
menimbulkan
bayangan
atau
gambaran
dari
subyek
interpretasinya. 4. Perencanaan interpretasi merupakan suatu proses yang fleksibel, efektif dan dinamis, maka interpretasi yang disampaikan harus terus berkembang sehingga pengunjung dapat lebih tertarik. 5. Mampu mengatasi dampak kerusakan dan kerugian sumberdaya alam budaya dan mempergunakan sumberdaya secara optimal. 6. Mempergunakan partisipasi publik dalam hal pendapat umum atau saransaran
yang
berhubungan
dengan
perencanaan
interpretasi
secara
keseluruhan, karena berfungsi sebagai kritik dan saran dalam penyusunan perencanaan interpretasi.
9
Berikut ini merupakan tahapan perencanaan interpretasi menurut Bradley dalam Sharpe (1982) yaitu: Masukan
Inventarisasi dan Pengumpulan data
Tujuan
Analisis
Sintesis
Rencana
Evaluasi dan Revisi
Implementasi
Umpan balik
Gambar 1 Bagan alir perencanaan interpretasi menurut Bradley dalam Sharpe (1982).
Keterangan dari bagan di atas sebagai berikut: a) Menentukan tujuan Tahap pertama dalam proses perencanaan interpretasi adalah menentukan tujuan. Tujuan dipergunakan sebagai panduan perencanaan interpretasi. Young dalam Sharpe (1982) berpendapat bahwa dalam menentukan tujuan interpretasi harus mencakup: 1. Semua keinginan. 2. Maksud dari semua tujuan. 3. Target yang menggambarkan keseluruhan tujuan dan hasil yang ingin dicapai. 4. Serangkaian kegiatan. Menentukan tujuan dalam proses perencanaan interpretasi harus jelas dan konsisten. b) Inventarisasi/pengumpulan data Sharpe
(1982)
berpendapat
bahwa
tahapan
inventarisasi
adalah
mengidentifikasi sumberdaya alam dan kebudayaan. Kegiatan inventarisasi mencakup fisik, biologi dan lingkungan kebudayaan. Tahapan inventarisasi akan menghasilkan
informasi
yang
berguna
dalam
perencanaan
interpretasi.
Inventarisasi yang baik mampu memberikan informasi yang dapat menunjang kegiatan interpretasi secara efektif. Pada beberapa kondisi dalam proses inventarisasi apabila informasi yang telah didapat tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan dan memiliki kualitas rendah dapat dicegah dengan cara mempergunakan data yang ada, meskipun data tersebut merupakan data yang jauh dari harapan sebenarnya. Selain itu, apabila proses inventarisasi tidak didapatkan
10
data yang bersifat baru, maka keputusan yang dapat diambil adalah tetap mempergunakan data yang ada walaupun data tersebut bersifat lama. c.) Analisis Proses analisis adalah memeriksa dan memberikan penilaian terhadap segala informasi yang berhasil dikumpulkan guna untuk pengembangan perencanaan interpretasi. Selain itu, proses analisis akan mampu menghasilkan interpretasi yang interaktif dengan mempertimbangkan seluruh sistem yang ada. Tahap analisis juga mengidentifikasi segala sesuatu yang berpotensi untuk direncanakan, seperti halnya area yang memiliki keistimewaan tertentu dan menarik (Sharpe 1982). Kesimpulan pada tahap analisis adalah mampu membuat perencanaan interpretasi dengan menggambarkan secara teliti suatu area tertentu. Data dasar harus mampu dikemas dan dideskripsikan, selanjutnya dipilih suatu data yang berpotensi untuk dikembangkan perencanaan interpretasi. d.) Sintesis Sintesis adalah tahap memutuskan pilihan alternatif objek, dengan cara menyeleksi serangkaian alternatif objek yang menarik dan sesuai dengan tujuan interpretasi yang ada (Sharpe 1982). e.) Perencanaan Perencanaan merupakan tahapan yang terakhir dalam proses pemilihan alternatif objek interpretasi. Salah satu poin yang harus dilakukan dalam proses perencanan adalah merevisi dan melengkapi seluruh aspek perencanaan (Sharpe 1982). f.) Implementasi Implementasi merupakan tahapan pemilihan yang dilakukan sebelum mengusulkan suatu program interpretasi. Serangkaian kegiatan implementasi harus dilakukan secara efisien supaya mampu mengatasi segala permasalahan (Sharpe 1982). g.) Evaluasi dan Revisi Evaluasi merupakan tahapan untuk memastikan bahwa rencana telah berjalan sesuai dengan tujuan yang telah dibuat dengan cara memonitoring setiap program. Selain itu, kegiatan evaluasi adalah meninjau kembali dampak fasilitas
11
terhadap sumberdaya dan dampak program yang telah ditentukan terhadap pengguna. Evaluasi dilakukan setelah kegiatan implementasi. Evaluasi juga dilakukan secara periodik pada waktu tertentu. Suatu program dalam kegiatan tertentu dapat dieliminasi apabila menunjukan hasil yang negatif pada suatu kegiatan. Hal penting dalam proses evaluasi adalah mengikutsertakan semua anggota dari tim perencana untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan evaluasi program. Proses evaluasi ini tidak hanya berguna untuk program administrasi saja tetapi dapat menjadi sebuah acuan dalam membangun program dimasa depan (Sharpe 1982). Perencanaan
interpretasi
merupakan
strategi
dalam
implementasi,
mesukseskan tujuan pengelolaan interpretasi dan memudahkan pemahaman antara pengunjung dengan sumberdaya alam. Selain itu, perencanaan interpretasi berarti memberikan peluang kepada pengunjung yang didalam maupun diluar kawasan wisata. Perencanaan interpretasi akan membuat pengunjung mempunyai pengalaman, pengetahuan, pemahaman setelah melakukan kunjungan pada kawasan tertentu (Fall 2000). Perencanaan interpretasi merupakan salah satu bagian dari sebuah studi besar yang meliputi rencana konservasi, penilaian akses, penilaian peninggalan purbakala dan rencana pengembangan pengunjung (Jura Consultants 2006). Perencanaan interpretasi akan membantu identifikasi sumber daya alam yang akan membuat pengunjung tertarik (Great Exscursions 2008). Perencanaan interpretasi merupakan cabang dari rencana konservasi dimana menyediakan keseluruhan kerangka kebijakan konservasi dan manajemen pada lokasi tertentu (Pahsma 2005). Ferry (1998) berpendapat bahwa perencanaan interpretasi akan mampu membantu pengelola dalam: 1. Mengembangkan perencanaan jangka panjang. 2. Memberikan solusi perlindungan sumberdaya alam dan peningkatan kinerja pengelola dengan tidak mengurangi jumlah pengunjung. 3. Memberikan solusi atas masalah sumberdaya alam. 4. Mempergunakan interpretasi secara efektif dan pendidikan menjadi tujuan utama dalam keberhasilan. 5. Memenuhi amanat masyarakat untuk menjaga sumberdaya alam.
12
Ferry (1998) mengatakan bahwa perencanaan interpretasi merupakan suatu proses identifikasi di dalam suatu taman, hutan, kebun binatang, sumberdaya alam dan area rekreasi yang bertujuan untuk merekomendasikan jalan guna menyediakan pengalaman yang lebih kepada pengunjung. Tahapan dalam proses perencanaan interpretasi menurut Ferry (1998) adalah: 1. Mempersiapkan perencanaan dengan cara membaca atau meninjau kembali aturan perundang-undangan, petunjuk rencanaan yang lain, sumberdaya yang utama, informasi dari masyarakat dan mengumpulkan beberapa orang yang ingin bergabung dalam kelompok perencana. 2. Mengidentifikasi
pencapaian
target
dalam
cakupan
perencanaan,
keberhasilan dan persoalan, masukan pengalaman para pengunjung, tema, sumberdaya alam, menanggapi keberhasilan dan mengatasi persoalan. 3. Mengumpulkan informasi tentang perkirakaan kondisi saat ini, masukan informasi dari pengunjung, kebudayaan dan sumberdaya alam, media, program, berbagai aktivitas pengunjung, persoalan, keberhasilan dan beberapa perencanaan lainnya. 4. Menentukan arah terbaik untuk dapat mencapai keberhasilan dan menyediakan media interpretasi kepada pengunjung agar mendapatkan pengalaman, fasilitas interpretasi, kegiatan interpretasi dan hubungan dengan sumberdaya alam. Perencanaan interpretasi bertujuan untuk mengartikan suatu objek kepada pengunjung agar mendapatkan pengalaman, selain itu interpretasi memiliki peran untuk menyampaikan pesan kepada pengunjung agar mereka lebih dalam pengetahuannya tentang warisan alam dan kebudayaan (Fermata 2005). Scottish Museums Council (2003) berpendapat bahwa perencanaan interpretasi yang baik apabila dapat: 1. Memberikan struktur dan petunjuk kepada pengelola untuk sekecil mungkin mempergunakan sumberdaya alam. 2. Menetapkan objek pada setiap jalur. 3. Menjamin kegiatan interpretasi dapat menarik dan diterima oleh para pengunjung. 4. Memberikan dasar secara singkat mengenai pelaksanaan interpretasi.
13
5. Mengidentifikasi terjadinya peluang perubahan dengan proses penilaian dan pengembangan. Isi pokok perencanaan interpretasi adalah teknik menyampaikan pesan dalam menerangkan kebudayaan khusus disuatu tempat (McArthur 2005). Kandungan isi perencanaan interpretasi menurut McArthur (2005) adalah: 1. Indikator keberhasilan. 2. Menjelaskan tentang tujuan interpretasi yang mencakup tema dan pesan interpretasi. 3. Mengidentifikasi mesyarakat yang berkeinginan menggunakan pelayanan teknik interpretasi. 4. Mendeskripsikan usulan teknik interpretasi secara langsung dan teknik interpretasi secara tidak langsung. 5. Bertindak strategi dalam menjalankan perencanaan. 6. Dapat
mengimplementasikan
arah
perencanaan
(mengatur
dan
menyelesaikan). Ham (2002) berpendapat bahwa dalam menyusun perencanaan interpretasi juga memerlukan pendapat pengunjung mengenai kenyamanan, keselamatan dan kemudahan dalam menempuh perjalanan. Proses perencanaan interpretasi menurut Ham et al. (2005) adalah:
Inventarisasi Interpretasi
Mengembangkan Tema
Pencapaian Tujuan Interpretasi
Mengembangkan Sistem Media
Identifikasi Pengunjung
Perencanaan Implementasi
Menentukan Tujuan Hasil
Proses Evaluasi
Gambar 2 Proses perencanaan interpretasi menurut Ham et al. (2005). Keterangan dari bagan di atas adalah: 1. Inventarisasi interpretasi terdiri dari dua komponen yaitu uraian tentang potensi suatu tempat dimana pengunjung akan tertarik pada sesuatu yang ada pada tempat tersebut. Komponen kedua adalah uraian umum tentang pengunjung.
14
2. Pencapaian tujuan interpretasi merupakan proses yang dimulai dengan berfikir tentang tujuan yang ingin dicapai. Terdapat empat kriteria katagori keberhasilan yaitu meningkatnya pengalaman pengunjung, meningkatnya hubungan masyarakat, melindungi kawasan sumberdaya alam dan melindungi pengunjung dari berbagai resiko. 3. Identifikasi pengunjung bertujuan untuk mendapatkan masukan mengenai maksud dari tujuan perencanaan. 4. Menentukan tujuan hasil untuk memutuskan langkah yang akan dipilih menurut tujuan awal perencanaan. 5. Mengembangkan tema merupakan proses menentukan gagasan secara utuh yang dinyatakan dalam satu kalimat atau lebih dan juga dapat berupa hubungan antar kalimat. 6. Tahapan mengembangkan sistem media adalah memilih media yang strategis untuk dapat mesukseskan program interpretasi, karena media merupakan sarana pengetahuan dengan tema tertentu yang diinginkan pengunjung. 7. Perencanaan
implementasi
menjadikan
semua
keputusan
program
interpretasi untuk segera ditindaklanjuti. 8. Proses evaluasi diselenggarakan selama atau setelah implementasi dari suatu program interpretasi terealisasikan. Proses evaluasi penting karena untuk mengatur kemajuan atau keberhasilan program interpretasi, menyediakan umpan balik untuk peningkatan kesinambungan dari suatu program interpretasi, mempertunjukkan keuntungan program interpretasi di sektor pribadi, para manajer bisnis, sektor publik, badan pembiayaan dan stakeholder. Stewart et al. (2001) berpendapat bahwa perencanaan interpretasi sangat efektif dilakukan dalam mengembangkan pariwisata apabila memasukkan unsurunsur sebagai berikut: 1. Mampu menciptakan situasi keuntungan ekonomi secara lokal. 2. Meningkatkan kesadaran berkunjung secara efektif. 3. Lebih mengikutsertakan partisipasi masyarakat lokal. 4. Meningkatkan hubungan kerjasama terhadap penyandang dana.
15
5. Menggunakan sumberdaya secara efektif. 2.4. SIG (Sistem Informasi Geografi) Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah salah satu sistem informasi yang dibahas dalam ilmu komputer yaitu pengintegrasian SIG dan mempresentasikan sistem informasi lainnya. SIG merupakan gabungan dari tiga unsur pokok yaitu sistem, informasi dan geografis (Narwastu & Eri 2007). Narwastu dan Eri (2007) berpendapat bahwa subsistem dalam SIG adalah: 1. Data input: subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan, mempersiapkan data spasial dan atribut dari berbagai sumber dan bertanggung jawab dalam mengkonversi format data-data aslinya ke dalam format yang dapat digunakan oleh SIG. 2. Data output: subsistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian basis data baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy seperti tabel, grafik, peta dan lain-lain. 3. Data managemen: subsistem ini mengorganisasikan data spasial maupun atribut ke dalam sebuah basis data sedemikian rupa sehingga mudah diambil, diupdate dan diedit. 4. Data manipulasi dan analisis: subsistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. Selain itu, subsistem ini juga melakukan manipulasi dan permodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan. SIG merupakan suatu alat yang dapat dipergunakan untuk mengelola (input, manajemen, proses dan output) data spasial atau data yang bereferensi geografis (Nuarsa 2005). Nuarsa (2005) berpendapat bahwa perangkat keras dan sistem operasi yang dibutuhkan dalam software ArcView adalah: 1. Komputer pentium atau yang lebih tinggi dengan mikro prosesor Intel. 2. RAM (Random Access Memory) minimal 32 MB ditambah paling baik 17 MB memori virtual. 3. Ketersediaan ruang hard disk yang cukup. Program dan kebutuhan ruang sekitar 135 MB. 4. Monitor berwarna SVGA dengan kualitas 256 warna atau lebih besar. 5. Mouse dan keyboard standar.
16
6. Digitizer, printer dan plotter bersifat opsional. Digitizer diperlukan apabila melakukan digitasi peta. Printer dan plotter dibutuhkan bila melakukan percetakan. 7. ArcView GIS 3.3 dapat dijalankan pada informasi Windows NT, Windows 95, Windows 98, Windows 98 SE, Windows 2000, Windows Millineium, Windows XP, atau versi Windows yang lebih tinggi. SIG (Sistem Informasi Geografi) adalah sebuah sistem untuk mengelola, menyimpan, memproses, menganalisis dan menayangkan (display) data yang terkait dengan permukaan bumi (Darmawan 2006). Manfaat menggunakan Sistem Informasi Geografi menurut Darmawan (2006) adalah: 1. Dapat mempermudah dalam melihat fenomena kebumian dengan perspektif yang lebih baik. 2. SIG mampu mengakomodasi penyimpanan, pemrosesan, penayangan data spasial digital dan integrasi data beragam mulai dari citra satelit, foto udara, peta bahkan data statistik. 3. SIG akan mampu memproses data dengan cepat dan akurat dalam hal penampilannya. 4. SIG mengakomodasi dinamika data, pemutakhiran data yang akan menjadi lebih mudah. SIG bukan sekedar sebagai alat dalam membuat peta, kelebiahan atau kekurangan SIG yang sebenarnya terletak pada kemampuannya dalam menganalisa suatu data geografis, walaupun produk-produk SIG sering disajikan dalam bentuk peta (Prahasta 2002). Aronoff (1989) dalam Nagara (2005) mengklasifikasikan fungsi analisis dari SIG sebagai berikut: a. Pemeliharaan dan analisis spasial Terdiri dari konversi format, transformasi geometrik, transformasi antara dua proyeksi peta, konflaksi, edge matching, mengedit elemen grafik dan penipisan garis koordinat. b. Pemeliharaan dan analisis dari data atribut Fungsi pengeditan data atribut dan fungsi query atribut. c. Analisis integrasi data spasial dan data atribut
17
Klasifikasi pencarian keterangan, operasi overlay, operasi tetangga dan fungsi konektivitas. d. Format keluaran Peta, label, penentuan tekstur dan jenis garis serta simbol grafik. Maryadi (2003) menyatakan SIG dapat digunakan untuk melakukan zonasi daerah tujuan wisata berdasarkan fungsi kawasan. SIG dapat dipetakan daerahdaerah yang rawan berdasarkan kondisi lingkungannya, yaitu curah hujan, kemiringan lereng dan jenis tanah. Penggabungan informasi ini bertujuan untuk kepentingan
keamanan
wisatawan
maupun
untuk
mencegah
kerusakan
lingkungan. Sehingga walaupun suatu kawasan dijadikan daerah tujuan wisata, tetapi lingkungan tetap terjaga.
III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei – Juli 2009. Lokasi penelitian berada di kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kabupaten Kudus. 3.2. Bahan dan Alat 3.2.1. Bahan yang dipergunakan dalam proses penelitian adalah: 1. Kuesioner 2. Panduan wawancara 3. Peta penutupan lahan, peta jalan, peta sungai dan peta kelerengan) 3.2.2. Adapun alat yang dipergunakan adalah: 1. Alat tulis menulis 2. GPS (Global Positioning System) 3. Kamera 4. Binokuler 5. Meteran dan pita ukur 6. Alat pengukur waktu 7.Buku Panduan lapang (pengenalan jenis mamalia dan burung) 8. Tape recorder 3.3. Teknik Pengumpulan Data Keterangan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdapat pada Tabel 3. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan: 3.3.1. Studi literatur Metode studi literatur bertujuan untuk memperoleh data berupa kondisi umum lokasi, meliputi sejarah kawasan, iklim yang berupa suhu dan curah hujan, tanah, topografi, aksesibilitas, fenomena alam yang menarik, cerita rakyat, situs sejarah dan purbakala, situs budaya, jenis dan nama latin flora fauna, peta kawasan wisata alam lereng Gunung Muria Kudus, peta topografi kawasan penelitian, peta kelerengan, peta bentang alam, peta batas administrasi, peta sungai, peta jalan dan peta penutupan lahan.
19
3.3.2. Wawancara terpandu 1.Pengelola Kawasan Wisata Alam Lereng Pegunungan Muria Kudus (CV Matra Indonesia Crafe) Wawancara kepada CV Matra Indonesia Crafe dimaksudkan untuk mengetahui apa saja rencana pengembangan kawasan wisata, jenis, jumlah dan posisi fasilitas-fasilitas yang ada di dalam kawasan, jenis, jumlah dan posisi sarana dan prasarana, ada tidaknya perencanaan interpretasi, kebijakan pengelolaan, wilayah administrasi, sejarah pengelolaan kawasan dari mulai didirikan, ticketing, rencana kerja (jangka panjang dan jangka pendek) dan data pengunjung satu tahun terakhir. Kegiatan wawancara kepada pengelola juga untuk mengetahui kondisi fisik dan biologi, meliputi jenis, posisi, waktu perjumpaan fauna yang ada dikawasan dan jenis, posisi dan manfaat, keistimewaan flora (akar, buah, biji, bunga, banir, batang, tajuk dan lain sebagainya) yang ada di kawasan wisata alam lereng Gunung Muria. 2.Perum Perhutani KPH Pati Jawa Tengah Wawancara kepada pihak Perhutani KPH Pati Jawa Tengah dikarenakan kawasan Gunung Muria dikelola dibawah Perum Perhutani KPH Pati Jawa Tengah. Adapun data yang bisa didapat dari hasil wawancara adalah status kawasan Pegunungan Muria, batas-batas pengelolaan kawasan, peruntukan kawasan, kondisi fisik kawasan dan kondisi biologi yang berupa jenis dan posisi flora fauna yang ada di kawasan. 3. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kudus Wawancara kepada pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kudus untuk memperoleh data mengenai keterlibatan dalam pengelolaan wisata di kawasan wisata alam lereng Gunung Muria, kondisi fisik kawasan dan kondisi biologi yang berupa jenis dan posisi flora fauna yang ada di kawasan wisata alam lereng Gunung Muria. 4.BAPPEDA (Badan Perencana dan Pembangunan Daerah Kabupaten Kudus)
20
Wawancara
kepada
pihak
BAPPEDA
dimaksudkan
untuk
mengetahui masterplan Pegunungan Muria dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria. Selain itu untuk mendapatkan data batas wilayah administrasi kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria, peta kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus, peta topografi kawasan penelitian, peta kelerengan, peta bentang alam, peta batas administrasi, peta sungai, peta jalan dan peta penutupan lahan. 5.Pengunjung Wawancara kepada pengunjung untuk memperoleh karakteristik pengunjung (umur, pekerjaan, tingkat pendidikan, asal, agama), tujuan datang ke kawasan, latar belakang kunjungan (peneliti atau umum), pola kunjungan (sendiri atau berkelompok), aktivitas yang dilakukan, objek yang menarik menurut
pengunjung, tempat-tempat yang dikunjungi,
sarana dan prasarana yang dibutuhkan pengunjung, fasilitas yang dibutuhkan pengunjung, harapan pengunjung terhadap kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria dan informasi pengunjung mengetahui objek wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus. Kegiatan wawancara dengan pengunjung dilakukan melalui wawancara secara langsung dengan menggunakan panduan kuesioner. Pertama kali yang harus dilakukan dalam pengambilan contoh adalah menentukan strata menurut kelompok umur yaitu anak-anak, remaja, dewasa muda dan dewasa tua, dalam pengambilan responden keempat kelas umur tersebut harus terwakili. Kelompok umur anak-anak yang menjadi responden dimulai dari anak-anak yang berusia 9-14 tahun yang memiliki pendidikan mulai dari kelas 4 SD (Sekolah Dasar) sampai pada kelas 2 SMP (Sekolah Menengah Pertama). Responden untuk kelompok umur remaja dimulai dari responden yang memiliki umur 15-24 tahun yang memiliki pendidikan mulai dari kelas 3 SMP sampai pada pendidikan terakhir sarjana. Responden untuk kelompok umur dewasa muda dimulai dari responden yang memiliki umur 25-50 tahun, sedangkan responden untuk kelompok
21
umur dewasa tua adalah responden yang memiliki umur lebih dari 50 tahun dan masih mampu berkomunikasi dengan baik. Setelah menentukan strata langkah ke-2 yang perlu diperhatikan adalah memilih responden menurut kriteria peneliti yaitu dapat diajak berkomunikasi dan mampu memberikan informasi data yang diperlukan sesuai dengan tujuan perencanaan interpretasi. Jumlah sampel responden pengunjung di kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria menggunakan metode sampling acakan dengan stratifikasi, yaitu mengatur jumlah setiap strata kelompok umur menurut jumlah yang dikehendaki atas kemampuan peneliti (Nasution 2007). Adapun kelompok umur pengunjung, presentase dan jumlah responden setiap strata dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Kelompok umur pengunjung, presentase dan jumlah tiap strata dalam pengambilan sampel responden pengunjung Kelompok umur Proporsi Jumlah sampel pengunjung sampel < 15 tahun 10 % 10 15-24 tahun
45 %
45
25-50 tahun
30 %
30
> 50 tahun
15 %
15
Jumlah
100 %
100
Jadi jumlah sampel responden pengunjung yang diambil peneliti untuk mendapatkan informasi yaitu 100 orang responden. 6. Masyarakat sekitar Wawancara kepada masyarakat dilakukan di Desa Japan, Colo dan Kajar karena kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria termasuk dalam wilayah administrasi ketiga desa tersebut. Wawancara ditujukan kepada masyarakat yang mampu memberikan informasi mengenai topik perencanaan interpretasi kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria. Selain itu, wawancara dapat ditujukan kepada tokoh kunci yaitu Lurah, Camat, tokoh agama dan tokoh adat. Wawancara juga ditujukan kepada masyarakat yang memiliki hubungan dengan kegiatan wisata yaitu masyarakat yang memiliki peran sebagai pemandu, petugas lapangan dan
22
penjual di kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria. Jumlah sampel responden masyarakat yang diambil sebesar 0.01 % dari jumlah kepala keluarga ketiga desa yang ditentukan (Singarimbun 1995). Responden yang diambil untuk mendapatkan informasi dari masyarakat berjumlah 30 kepala keluarga dari 2.892 kepala keluarga. Wawancara terhadap masyarakat bertujuan untuk mengetahui sosial budaya yang ada di kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria dan untuk mendapatkan data tentang karakteristik masyarakat secara keseluruhan yang mencakup mata pencaharian, pendidikan, umur dan jenis kelamin, sejarah kawasan, cerita rakyat, cerita sejarah, fenomena alam yang menarik, kebudayaan masyarakat sekitar berupa kesenian daerah, kerajinan tangan, jenis dan posisi benda peninggalan sejarah dan purbakala, jenis dan posisi situs kebudayaan, legenda kawasan dan mitos kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria. Selain itu wawancara kepada masyarakat juga untuk mengetahui jenis, posisi flora dan jenis, posisi dan waktu perjumpaan fauna yang menarik dan memiliki keunikan tertentu. 3.3.3. Pengamatan langsung di lapangan Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mencocokan data yang didapat dari studi pustaka dan hasil informasi dari kegiatan wawancara dengan fakta yang ada di lapangan. Data yang diambil adalah:
1. Pengamatan fauna Setelah hasil pustaka dan wawancara telah didapat, maka dilakukan verifikasi di lapangan untuk mengetahui potensi fauna di kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria. Verifikasi dilakukan sepanjang jalur yang telah diduga sebagai habitat dan tempat ditemukannya satwa dan sepanjang jalur yang telah didesain pada peta kawasan. Data yang diambil dalam kegiatan ini adalah jenis satwa, posisi perjumpaan satwa pada jalur pengamatan, ciri khas
satwa,
waktu
perjumpaan satwa
dengan
memperhatikan jejak yang ditinggalkan satwa. Apabila dalam proses verifikasi telah ditemukan secara jelas dan benar-benar terdapat fauna
23
yang bisa menjadi objek interpretasi, maka dalam lokasi perjumpaan ditandai dengan titik koordinat GPS. Selain itu, data pendukung yang dapat dilakukan adalah mengambil foto-foto fauna yang menarik untuk dijadikan objek interpretasi. 2. Pengamatan flora Pengamatan untuk flora dilakukan di sepanjang jalur yang telah didesain pada peta kawasan dan pada jalur yang menurut informasi literatur dan wawancara telah terdapat flora yang menarik dan berpotensi dijadikan objek interpretasi. Kegiatan pengamatan flora merupakan kegiatan verifikasi yang bertujuan untuk mendapatkan kebenaran data dari informasi yang telah didapat dengan fakta yang ada di lapangan. Kegiatan ini juga bertujuan untuk mencatat jenis dan mendeskripsikan ciri morfologi flora yang ditemukan di sepanjang jalur pengamatan. Apabila dalam proses verifikasi telah ditemukan terdapat jenis flora yang menarik untuk dijadikan objek interpretasi, maka dilakukan penandaan dengan titik koordinat GPS. Data pendukung yang dapat dilakukan adalah mengambil foto-foto flora yang menarik untuk dijadikan objek interpretasi. 3. Kebudayaan Pengamatan mengenai budaya bertujuan untuk mengetahui sosial budaya masyarakat setempat, adat istiadat, acara-acara adat, bahasa masyarakat setempat, situs kebudayaan, kesenian dan kerajianan yang dimiliki, rumah adat dan cerita-cerita rakyat. Kebudayaaan yang ada dapat diabadikan dalam foto dan menandai lokasi objek dengan titik koordinat GPS lalu dipetakan pada peta kawasan. 4. Fenomena alam yang menarik Pengamatan dilakukan pada sepanjang jalur yang telah didesain pada peta kawasan dan telah diduga terdapat fenomena alam yang menarik. Setelah itu, menandai posisi lokasi terdapatnya fenomena alam yang menarik dengan titik koordinat GPS. Data pendukung yang dapat dipergunakan adalah mengambil foto-foto fenomena alam yang menarik.
24
5. Pengamatan jalur Pengamatan juga
dilakukan
disepanjang jalur
yang
telah
ditentukan, adapun kegiatan yang diamati adalah tingkat kesulitan pada setiap kelas kelerengan. Kegiatan ini bertujuan untuk menetapkan kriteria pemilihan jalur pada tiap kelompok umur sesuai dengan kelas kelerengan dan kondisi jalur yang memungkinkan untuk dipergunakan. Adapun kelas kelerengan lapang terdapat pada Tabel 2. Selain itu mengamati kondisi fisik jalur secara deskriptif, yaitu apakah jalur tersebut berbatu, licin, beraspal dan lain sebagainya. Tabel 2 Kriteria kelas kelerengan No
Kelas Lereng
Lereng
1.
I
0 %-8 % (datar)
2.
II
8%-15 % (landai)
3.
III
15%-25% (agak curam)
4.
IV
25%-45% (curam)
5.
V
45% atau lebih (sangat curam)
3.4. Pembuatan Peta Interpretasi Pembuatan peta interpretasi terdapat beberapa tahapan mulai dari pembuatan peta dasar kawasan sampai pada menumpang tindihkan objek yang berpotensi sebagai objek interpretasi. Tahap awal dalam pembuatan peta adalah mengumpulkan data yang berupa peta rupa bumi kawasan Lereng Pegunungan Muria. Setelah peta rupa bumi didapat maka difokuskan pada kawasan yang akan menjadi objek penelitian yaitu kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria. Peta rupa bumi dipergunakan untuk mendapatkan peta dasar pembuatan peta interpretasi yaitu peta jalan, peta sungai, peta topografi, peta administrasi dan peta hutan lindung. Proses pembuatan peta tersebut adalah menggunakan seperangkat komputer dengan software Arc VIEW 3.3 dan ERDAS 8.4 yang menghasilkan keluaran berupa data digital. Setelah peta hasil digitasi selesai maka diadakan koreksi dan pengisian koordinat UTM (Universal Transverse Mercator) ke dalam peta tersebut.
25
Setelah itu melakukan proses tumpang tindih antara hasil pengolahan peta dasar, peta penutupan lahan yang berupa peta citra dengan data sebaran potensi flora, fauna, objek fenomena alam, situs kebudayaan dan situs sejarah, maka akan menghasilkan peta sebaran potensi objek wisata. Tahapan selanjutnya adalah pembuatan peta potensi objek interpretasi. 3.5. Analisis Data Analisis data dilakukan setelah tahap verifikasi di lapangan selesai dilakukan. Kegiatan analisis adalah mendeskripsikan semua data sumberdaya alam yaitu fisik dan biologi, sosial budaya masyarakat, keinginan pengunjung dan pengembangan pengelola. Langkah selanjutnya memilih beberapa objek yang berpotensi untuk dijadikan objek interpretasi yang dikemas dalam bentuk peta perencanaan objek interpretasi. Kegiatan analisis data juga mendeskripsikan keinginan pengunjung berdasarkan strata umur yang telah ditentukan, kegiatan ini bertujuan untuk membuat alternatif jalur interpretasi berdasarkan kelompok umur pengunjung sesuai dengan keinginan pengunjung dan kemampuan pengelola kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria. Selain itu, kegiatan analisis data juga menguraikan semua sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh pengunjung.
3.6. Sintesis Data Sintesis merupakan tahapan pemilihan jalur sesuai dengan tujuan perencanaan interpretasi. Tahapan pemilihan jalur berdasarkan alternatif objek yang berpotensi untuk dijadikan objek interpretasi yang dikemas dalam bentuk peta perencanaan objek interpretasi. Selain itu, tahap sintesis data juga memilih jalur interpretasi untuk setiap kelompok umur berdasarkan ketertarikan pengunjung terhadap objek, kemampuan setiap kelompok umur pada tingkat kelerengan dan kesulitan jalur berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan. Tahap sintesis data juga memilih sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh pengunjung, adapun luarannya adalah peta perencanaan sarana dan prasarana interpretasi. Pemilihan sarana dan prasarana interpretasi selain berdasarkan keinginan pengunjung juga disesuaikan dengan pengembangan dan kemampuan pengelola kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus.
26
3.7. Perencanaan Interpretasi Perencanaan interpretasi di kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria difokuskan dalam merencanakan peta interpretasi. Perencanaan peta interpretasi disusun sesuai dengan potensi sumberdaya alam, keinginan pengunjung, pengembangan dan kemampuan pengelola kawasan wisata alam lereng Gunung Muria. Peta interpretasi tersebut berupa peta objek interpretasi berdasarkan kelas umur pengunjung dan peta perencanaan sarana dan prasarana interpretasi kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus.
27
Tabel 3 Jenis data yang dikumpulkan No 1.
DATA DATA UTAMA
JENIS DATA a.
b.
Peta a.) Peta dasar (peta kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus, peta topografi, peta jalan, peta sungai dan peta batas administrasi pemerintahan) b.) Peta tematik: batas administrasi kawasan hutan, peta geologi, peta tanah, peta kemiringan lahan (elevasi), peta iklim, peta curah hujan dan peta sebaran flora dan fauna. Potensi 1. Fisik a.) Fenomena alam yang menarik 1. Air terjun (posisi objek) 2. Air tiga rasa (posisi objek) 3. Gua jepang (posisi objek) 4. Pemandangan (posisi objek) 5. Fenomena alam yang menarik lainnya (posisi objek) 2. Biologi a.) Flora 1. Nama lokal 2. Kekhasan dan keunikan 3. Posisi ditemukan flora b.) Fauna 1. Nama lokal 2. Kekhasan fauna 3. Posisi ditemukan fauna
METODE
TEMPAT
Studi literature & pelaksanaan secara langsung di laboratorium
Laboratorium IPB
PPLH
Studi literatur & pelaksanaan laboratorium
Laboratorium IPB
PPLH
Studi literatur, verifikasi sekitar dan pengelola Studi literatur, verifikasi sekitar dan pengelola Studi literatur, verifikasi sekitar dan pengelola Studi literatur, verifikasi sekitar dan pengelola Studi literatur, verifikasi sekitar dan pengelola
secara langsung di
& wawancara kepada masyarakat
Kawasan wisata alam lereng Gunung Muria
& wawancara kepada masyarakat & wawancara kepada masyarakat & wawancara kepada masyarakat & wawancara kepada masyarakat
Wawancara kepada pengelola dan masyarakat, studi literatur Wawancara kepada pengelola dan masyarakat sekitar, studi literatur, verifikasi dan pengamatan sendiri Wawancara kepada pengelola dan masyarakat sekitar, studi literatur, verifikasi dan pengamatan sendiri Wawancara kepada pengelola dan masyarakat, studi literatur Wawancara kepada pengelola dan masyarakat sekitar, studi literatur, verifikasi dan pengamatan sendiri Wawancara kepada pengelola dan masyarakat sekitar, studi literatur, verifikasi dan pengamatan sendiri
Kawasan wisata alam lereng Gunung Muria
28
3. Budaya atau sejarah a.) Situs-situs sejarah dan peninggalan purbakala 1. Jenis peninggalan 2. Posisi ditemukan b.) Situs-situs budaya 1. Jenis situs budaya 2. Posisi ditemukan
c.
d.
e.
2.
DATA PENUNJANG
a.
c.) Pemukiman dan kehidupan penduduk asli baik di dalam kawasan dan di sekitar kawasan 1. Letak pemukiman 2. Kondisi pemukiman d.) Cerita budaya, mitos dan sejarah e.) Jenis cerita budaya, mitos dan sejarah Keinginan pengunjung 1. Latar belakang responden (nama, umur, pendidikan, pekerjaan, asal) 2. Sarana dan prasarana yang dibutuhkan pengunjung a.) Jenis sarana dan prasarana b.) Posisi sarana dan prasarana yang diinginkan 3. Jenis dan posisi fasilitas yang dibutuhkan oleh pengunjung 4. Objek yang dikunjungi 5. Objek yang disenangi dan alasannya Jalur 1. Panjang jalur 2. Peruntukan jalur (buat pejalan kaki, sepeda motor , mobil) Sarana dan prasarana 1. Posisi dan kondisi pal-pal jarak 2. Posisi dan kondisi papan 3. Posisi dan kondisi pal-pal 4. Posisi dan kondisi papan petunjuk arah 5. Posisi dan kondisi papan nama 6. Posisi dan kondisi papan informasi 7. Posisi dan kondisi peta kawasan Kondisi fisik lokasi penelitian 1. Iklim dan curah hujan 2. Sejarah alam (geologi, biologi dan arkeologi)
Wawancara kepada pengelola dan masyarakat sekitar, studi literatur dan verifikasi Wawancara kepada pengelola dan masyarakat sekita, verifikasi dan pengamatan sendiri
Kawasan wisata alam lereng Gunung Muria
Wawancara kepada pengelola dan masyarakat sekitar, studi literatur dan verifikasi Wawancara kepada pengelola dan masyarakat sekita, verifikasi dan pengamatan sendiri Wawancara kepada pengelola dan masyarakat sekitar, studi literatur dan verifikasi Verifikasi dan pengamatan sendiri Verifikasi dan pengamatan sendiri Wawancara kepada pengelola dan masyarakat sekitar Wawancara kepada pengelola dan masyarakat sekitar Kuesioner dan wawancara pengunjung
Kawasan wisata alam lereng Gunung Muria
Kuesioner dan wawancara pengunjung Kuesioner dan wawancara pengunjung Kuesioner dan wawancara pengunjung Kuesioner dan wawancara pengunjung Kuesioner dan wawancara pengunjung Kuesioner dan wawancara pengunjung Wawancara pengelola dan verifikasi Wawancara pengelola dan verifikasi
Kawasan wisata alam lereng Gunung Muria
Wawancara pengelola ,pengamatan lapang & verifikasi Wawancara pengelola ,pengamatan lapang & verifikasi Wawancara pengelola ,pengamatan lapang & verifikasi Wawancara pengelola ,pengamatan lapang & verifikasi Wawancara pengelola ,pengamatan lapang & verifikasi Wawancara pengelola ,pengamatan lapang & verifikasi Wawancara pengelola ,pengamatan lapang & verifikasi
Kawasan wisata alam lereng Gunung Muria
Studi literatur Studi literatur
Kawasan wisata alam lereng Gunung Muria
29
b.
Kondisi biologi 1. Flora a.) Nama latin b.) Cerita sejarah atau mitos c.) Habitat dan penyebaran d.) Manfaat 2.
Fauna a.) Nama latin b.) Tempat dan waktu perjumpaan c.) Habitat dan penyebaran
c.
Keinginan pengunjung 1. Latar belakang (umum atau peneliti dan pola kunjungan) 2. 3.
d.
Tujuan melakukan kunjungan Minat untuk melakukan kunjungan kembali ke kawasan wisata 4. Tanggapan terhadap sarana prasarana dan fasilitas yang telah ada di lokasi wisata 5. Harapan pengunjung terhadap sarana prasarana dan fasilitas kawasan wisata alam lereng Gunung Muria 6. Informasi pengunjung mendatangi kawasan wisata alam lereng Gunung Muria Pengelola kawasan wisata 1. Fasilitas pendukung yang ada a.) Jenis fasilitas yang ada b.) Jumlah c.) Posisi d.) Kegunaan e.) Kondisi saat ini 2. Rencana arah pengembangan (Jangka panjang dan jangka pendek)
studi literatur Wawancara kepada pengelola dan masyarakat Wawancara kepada pengelola dan masyarakat, studi literatur, verifikasi Wawancara kepada pengelola dan masyarakat, studi literatur
Kawasan wisata alam lereng Gunung Muria
studi literatur Wawancara kepada pengelola dan masyarakat, studi literatur, verifikasi Wawancara kepada pengelola dan masyarakat, studi literatur, verifikasi Kuesioner dan wawancara
Kawasan wisata alam lereng Gunung Muria
Kuesioner dan wawancara
Kuesioner dan wawancara Kuesioner dan wawancara Kuesioner dan wawancara
Wawancara & Verifikasi Wawancara & Verifikasi Wawancara & Verifikasi Wawancara & Verifikasi Wawancara & Verifikasi Wawancara & Verifikasi Wawancara
Kawasan wisata alam lereng Gunung Muria
30
Peta Citra
Peta Dasar Kawasan Lereng Pegunungan Muria
Studi Pustaka
Survei Lapangan
Wawancara Digitasi
Masyarakat
Pengelola
Pengunjung
Perbaikan
Pemberian
Penutupan Lahan
Transform
Proyeksi
-
Peta Jalan Peta Sungai Peta Topografi Peta Administrasi Peta Hutan Lindung
Info Potensi Kawasan - Potensi flora&fauna - Potensi fisik - Situs sejarah dan purbakala, situs budaya, legenda dan mitos mengenai kawasan Verifikasi
Data Sebaran Potensi Objek Wisata Pada Titik GPS
Sintesis Data Tumpang Tindih
Perencanaan Sarana dan Prasarana
Peta Sebaran Potensi Objek Wisata
PETA INTERPRETASI
Gambar 3 Bagan alir proses penelitian perencanaan interpretasi alam di Kawasan Wisata Alam Lereng Pegunungan Muria Kudus.
IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Sejarah dan Dasar Hukum Kawasan hutan di Kabupaten Kudus merupakan kawasan Hutan Lindung yang dikelola oleh Perhutani. Kawasan hutan Pegunungan Muria Kabupaten Kudus ditetapkan sebagai Hutan lindung berdasarkan SK. Menhut No. 359 Menhut-II/2004 pada Tanggal 1 Oktober 2004 (Widjanarko 2006). Menurut hasil wawancara Hutan lindung Gunung Muria Kabupaten Kudus termasuk dalam kawasan KPH Pati tepatnya pada RPH (Resort Pemangkuan Hutan) Ternadi. Hutan lindung Pegunungan Muria memiliki luas 2.334,8 Ha, sebagian wilayah Hutan Lindung Pegunungan Muria Kabupaten Kudus diperuntukan sebagai kawasan wisata dengan luas 221.3 Ha. Perhutani yang dibagi mejadi dua peruntukan yaitu KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan) dan KMB (Kesatuan Bisnis Mandiri), dimana kawasan Hutan Lindung yang diperuntukan untuk pariwisata pengelolaanya dibawah KBMWBU (Kesatuan Bisnis Mandiri Wisata Benih dan Usaha). Pada tahun 2006 KBMWBU bermitra dengan perusahaan swasta yaitu CV Matra Indonesia Crafe untuk mengeola kawasan yang telah diperuntukan sebagai kawasan wisata. Nama kawasan wisata lereng Pegunungan Muria berubah menjadi Taman Seni Nasional sejak dikelola oleh CV Matra Indonesia Crafe. 4.2. Keadaan Fisik Kawasan 4.2.1. Letak dan Luas Kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria terletak di Kabupaten Kudus Jawa Tengah. Letak Kabupaten Kudus berada pada ketinggian rata-rata kurang 55 m di atas permukaan air laut. Kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus tepatnya berada di Desa Desa Kajar, Desa Colo dan Desa Japan yang merupakan desa yang berhubungan langsung dengan kawasan Pegunungan Muria dan terletak di Kecamatan Dawe. Kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria memiliki luas 221,3 Ha dan pada ketinggian dari ± 600 sampai ± 1.550 meter di atas permukaan laut, sedangkan luas dari Pegunungan Muria yang
32
merupakan Hutan Lindung di Kabupaten Kudus yaitu 2.377,57 Ha. Kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus memiliki batas wilayah administrasi sebagai berikut: -
Batas sebelah utara
: Desa Rahtawu Kecamatan Gebok Kab. Kudus
-
Batas sebelah selatan : Desa Kuwukan Kecamatan Daw Kab. Kudus
-
Batas sebelah timar
: Desa Plukaran Kecamatan Gembong Kab. Pati
-
Batas sebelah barat
: Desa Ternadi Kecamatan Gebok Kab. Kudus.
33
Sumber: Bappeda Kabupaten Kudus
Gambar 4 Peta lokasi penelitian kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus.
34
4.2.2. Topografi Kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria memiliki ciri fisik berupa wilayah berbukit-bukit sampai lereng terjal, bergelombang berat kasar dicirikan oleh daerah yang berbukit bergunung dengan kemiringan antara 15 – 40 % dan lebih dari 40 % dengan udara sejuk. Kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria terbagi dalam tiga kawasan yaitu kawasan hutan, kawasan perkebunan dan kawasan pertanian (Bapedda Kabupaten Kudus 2007). 4.2.3. Geologi dan Tanah Jenis tanah Gunung Muria berdasarkan peta tanah hijau TWG Dames tahun 1955 terdiri dari andosol dan laktosol coklat dan merah. Komplek Gunung Muria terletak di atas batuan neogen yaitu gamping, batu lempung dan nepal (Bapedda Kabupaten Kudus 2007). 4.2.4. Iklim Kabupaten Kudus memiliki iklim tropis dan temperatur sedang dengan suhu rata-rata 27,5º C, suhu rendah mencapai 17,5ºC dan tertinggi mencapai 29,2º C. Tingkat kelembaban sekitar 76 % dan termasuk angin musim barat dan angin musim timur. Curah hujan rata-rata bervariasi antara 3000-3500 mm/tahun terdapat di daerah sekitar Pegunungan Muria sedangkan di daerah lereng Pegunungan Muria dan dataran lainnya rata-rata 2000-2500 mm/tahun (Bapedda Kabupaten Kudus 2007). 4.2.5. Hidrologi Kawasan Pegunungan Muria merupakan bagian hulu dari sungai-sungai yang mengalir ke daerah pemukiman dan pertanian di daerah hilir, sehingga berperan penting sebagai daerah tangkapan air dan melindungi sistem tata air di kawasan tersebut. Kemiringan lereng Pegunungan Muria ke arah dataran semakin landai, maka kecepatan aliran air tanah di daerah utara yang relatif lebih terjal akan lebih cepat dibandingkan dengan daerah selatan yang bersifat landai. (Bapedda Kabupaten Kudus 2007). 4.3. Aksesibilitas Perjalanan menuju kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kabupaten Kudus dapat dicapai melalui beberapa alternatif, antara lain: 1. Semarang – Kota Kudus, berjarak ± 70 km dengan waktu tempuh ± 2,5 jam
35
2. Kota Pati – Kecamatan Gembong, berjarak ± 15 km dengan waktu tempuh ±1 jam Terdapat dua alternatif cara untuk menuju kekawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus, yaitu: 1. Menggunakan kendaraan umum : a. Dari terminal Kudus ± 16 km naik angkutan umum berwarna kuning coklat jurusan Dawe – Colo, turun di depan kantor pusat informasi kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus. b. Dari kota Pati 20 km naik kendaraan arah ke gembong lalu kearah Colo dan 1 km kearah selatan/dawe (Kudus) sampai kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus. 2. Menggunakan kendaraan pribadi : a. Dari terminal Kudus ke utara sampai ke alun-alun simpang tujuh b. Simpang tujuh ke utara / Jl Sunan Muria sampai perempatan proliman c. Proliman ke utara / Jl Sosrokartono lurus sampai pasar dawe. Pasar dawe ke utara dan ikuti petunjuk arah ke Kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria (Colo). Kondisi jalan menuju lokasi cukup baik dan dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan umum atau pribadi. Setiap desa yang berada di kawasan lereng Pegunungan Muria terdapat jalan setapak yang dapat digunakan sebagai jalur untuk mencapai setiap objek wisata alam, baik secara langsung (jalur tunggal) maupun bertemu dengan jalur lain pada ketinggian/titik tertentu. Jalan setapak tersebut merupakan jalur penduduk setempat dalam mencari kayu bakar dan keperluan lainnya. 4.4. Keadaan Fisik dan Biologi 4.4.1. Keadaan Fisik Sebagian besar Kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kabupaten Kudus merupakan daerah pegunungan dengan bentuk lapang berbukitbukit sampai memiliki jurang dan tebing yang curam. Secara umum semenanjung Pegunungan Muria, tidak lepas dari keadaan geologi komplek Gunung Api Muria. (Bappeda Kabupaten Kudus 2007).
36
4.4.2. Keadaan Biologi Kawasan Pegunungan Muria Kabupaten Kudus terdiri dari tipe ekosistem hutan hujan tropika pegunungan rendah. Apabila digunakan klasifikasi vegetasi hutan Indonesia menurut Van Steenis (Soerianegara dan Indrawan 1982), maka kawasan Pegunungan Muria mempunyai formasi hutan Hujan Pegunungan Pegunungan dengan elevasi 1.000 – 2.400 m dpl. Hutan Hutan Tropika Pegunungan Rendah sebagian besar berupa hutan sekunder dengan jenis tanaman Pinus (Pinus merkusii), Puspa (Schima noronhae), Sengon (Paraserienthes falcataria), Mahoni (Swietenia macrophila) yang merupakan vegetasi yang ditanam oleh Perum Perhutani. Ekosistem ini juga ditumbuhi jenis lain seperti Gentungan (Bischofia javanica), Gambiran (Anodendron moluccanum), Damar (Agathis australis), Jambu alas (Eugenia densiflora), Meranak / Ki riyung (Castanea acuminatissima) dan Cantigi (Demphis acidula) (Widjanarko 2006). Fauna yang ada di lereng Pegunungan Muria antara lain Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), Babi hutan (Sus scrofa), Musang (Paradaxorus hermaphroditus), Kijang (Muntiacus muntjak), Macan tutul (Panthera pardus) dan jenis burung antara lain Kadalan kembang (Phaenicophaeus javanicus), Paok panca warna (Pitta guajana), Rangkong badak , Elang brontok (Spizaetus cirrahatus), Elang jawa (Spizaetus bartelsi), Takur ungkut-ungkut (Megalaima haemacephala), Gelatik batu kelabu (Parus major), Wiwik kelabu (Cacomantis merulinus), Betet kelabu (Lanius schach), Walik kepala-ungu (Ptilinopus porphyreus), Cabe bunga api (Dicaeum igonostigma), Caladi ulam (Dendrocopus macei), Alap-alap kawah (Falco peregrinus), Cipoh cacat (Aegithina tiphia), Pijantung kecil (Arachnothera longirostra), Ayam hutan hijau (Gallus varius), Kekep babi (Artamus leucorhynchus), Srigunting kelabu (Dicrurus leucophaeus) dan Layang-layang loreng (Hirundo striolata) (Widjanarko 2006).
4.5. Keadaan Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Sebagian besar penduduk lereng Pegunungan Muria Kudus merupakan tamatan Sekolah Dasar. Sebagian besar penduduk menganut Agama Islam. Di kawasan sekitar wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus saat ini sudah
37
memiliki fasilitas pendidikan baik negeri dan swasta dari jenjang TK, SD, SMP, SLTA. Selain fasilitas pendidikan masyarakat juga memiliki fasilitas kesehatan antara lain puskesmas. Jenis mata pencaharian sebagian besar masyarakat lereng Pegunungan Muria Kudus adalah petani dan sisanya sebagai pedagang, guru, pegawai swasta dan ibu rumah tangga (Bappeda Kabupaten Kudus 2007). Masyarakat
lereng
Pegunungan
Muria
Kudus
mengambil
dan
memanfaatkan sumberdaya alam hayati untuk dikonsumsi sendiri dan dijual. Masyarakat sekitar kawasan Pegunungan Muria Kudus berupaya mempertahankan hutannya dengan membentuk kelompok penyelamat kelestarian Hutan Muria yang menjaga keberadaan pepohonan dan sumber mata air di kawasan Gunung Muria Kabupaten Kudus.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Kawasan Wisata Alam Lereng Pegunungan Muria Kudus Kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria memiliki 12 jalur yang terbagi dalam jalur yang telah dikembangkan untuk menuju ke objek wisata tertentu dan jalur yang belum dikembangkan tetapi memiliki potensi yang disajikan pada Gambar 5 dan Gambar 6. Tabel 4 Daftar pembagian jalur di kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus No
1.
Jalur
Jarak Tempuh (Lapang) 2.697 m
Waktu Tempuh
Status Jalur
1 jam
3.781 m
1,5 jam
1193 m
2 jam
Sudah dikembangkan Sudah dikembangkan Rencana untuk dikembangkan Rencana untuk dikembangkan Rencana untuk dikembangkan Sudah dikembangkan Sudah dikembangkan Rencana untuk dikembangkan Sudah dikembangkan Sudah dikembangkan Sudah dikembangkan Rencana untuk dikembangkan
3.
Buper Kajar – Makam Sunan Muria (jalur tangga) Buper Kajar – Makam Sunan Muria (jalur jalan lokal) Rejenu – Guo
4.
Rejenu – Argopiloso – Argojembangan
2.800 m
3,5 jam
5.
Buper – Petoko
4.794 m
2 jam
6.
Japan – Rejenu
2.411 m
45 menit
7.
Rejenu - Ngandong
285,5 m
30 menit
8.
Desa Japan - Monthel
956 m
30 menit
9.
Pos 1 – Rejenu
2.500 m
1 jam
10.
Jalur Pos 2 – Pos 4
1.080 m
15 menit
11.
Jalur Pos 3 – Pos 4
1.110 m
15 menit
12.
Jalur Air tiga rasa - Gonggomino
220 m
15 menit
2.
39
Gambar 5 Peta potensi jalur interpretasi pada kelas ketinggian di kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus.
40
Gambar 6 Peta potensi jalur interpretasi pada kelas penutupan lahan kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus.
41
Gambar 7 Peta potensi objek dan daya tarik wisata interpretasi kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus.
42
5.1.1. Potensi Pada Setiap Jalur di Kawasan Lereng Pegunungan Muria 1. Buper Kajar – Makam Sunan Muria Jarak antara bumi perkemahan kajar menuju ke makam Sunan Muria ± 3,78 km. Akses untuk menuju ke Makam Sunan Muria dapat melalui tangga yang diperuntukan bagi para pejalan kaki. Jarak antara bumi perkemahan kajar sampai pada gapura tangga Makam Sunan Muria adalah 1,96 km. Panjang jalur tangga menuju ke Makam Sunan Muria adalah ± 775 m. Kondisi jalur Buper Kajar – Maka Sunan Muria dapat dilihat pada Gambar 8. Tabel 5 Rute jalur Buper Kajar – Makam Sunan Muria
No 1 2 3 4 5 6 7
Rute Buper – Taqim art Taqim Art – portal Portal – Terminal Terminal – Gapura Makam Gampura Makam Sunan Muria – Taman Ria Taman Ria – Pos 1 Pos 1 – Kawasan Makam Sunan Muria
Jarak (m) 100 300 100 50 1.550 900 781
Jarak Akumulasi (m) 100 400 500 550 2.100 3.000 3.781
Ketinggian (m dpl) 550 600 650 650 680 700 850
Tabel 6 Rute jalur Buper – Makam Sunan Muria (jalur tangga) No
Rute
1 2 3 4 5 6
Buper – Taqim art Taqim Art – Portal Portal – Terminal Terminal - Gapura Makam Awal Tangga - Akhir tangga Akhir Tangga - Kawasan Makam Sunan Muria
Jarak (m) 100 1.200 100 50 1.000 450
Jarak Akumulasi (m) 100 1.300 1.400 1.450 2.450 2.900
Ketinggian (m dpl) 550 600 650 650 680 850
Sepanjang jalur tangga menuju Makam Sunan Muria merupakan kios-kios yang menjual cenderamata atau oleh-oleh khas kawasan wisata Pegunungan Muria.
43
a. Ekosistem Ekosistem disepanjang jalur adalah hutan tanaman perhutani yang didominasi oleh tanaman Pinus (Pinus merkusii), kebun kopi, tegalan dan rumah penduduk. b. Objek Flora dan Fauna Flora yang ada disepanjang jalur adalah Pinus (Pinus merkusii), karet kerbau (Ficus elastica), Agathis (Agathis alba) dan Bambu kuning (Bambusa vulgaris). Kebun kopi yang ditanami jenis kopi arabika (Coffea arabica). Jenis flora yang ditanam di tegalan antara lain pisang byar, siem, jangklong (Sterculia foetida) dan tales (Notaphoebe umbelliflora). Disetiap pekarangan rumah penduduk ditanam Jeruk bali (Citrus maxima), Cengkeh (Eugenia aromatoca) dan Delima (Punica granatum). Fauna yang dijumpai di jalur ini adalah burung elang hitam (Intineatus malayensis) pada pukul 10.00-15.30 WIB dan Kijang yang berada di penangkaran penduduk. c. Objek Fisik Objek yang ada disepanjang jalur adalah Bumi perkemahan Kajar, Galeri Taqim Art, Taman Ria, penangkaran rusa dan Makam Sunan Muria. d. Objek Sosial Budaya Masyarakat Di desa Japan setiap tahun mengadakan lomba karawitan dan macapat yang diadakan di kantor kepala Desa Japan. Kebudayaan kupatan biasa dilakukan oleh masyarkat Desa Colo satu tahun sekali di Taman Ria. e. Sarana Prasarana Sarana prasarana yang terdapat disepanjang jalur sebatas sarana prasarana wisata yaitu portal karcis kawasan wisata, tempat parkir bis yang terletak pada titik, masjid Muria, penginapan Graha Muria, papan petunjuk arah dan peta objek wisata.
44
Gambar 8 Peta potensi objek dan daya tarik wisata interpretasi di jalur Buper Kajar – Makam Sunan Muria kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus.
45
1
3
2
4
5
6
7
8
Gambar 9 Keterangan peta jalur Buper Kajar – Makam Sunan Muria. Keterangan: (1) Buper Kajar; (2) Taqim Art; (3) Kondisi jalur; (4) Makam Sunan Muria; (5) Taman Ria; (6) Penangkaran Rusa; (7) Graha Muria; (8) Gapura Makam Sunan Muria.
46
2. Jalur Japan – Rejenu Jalur Japan – Rejenu merupakan akses satu-satunya untuk menuju kawasan Rejenu apabila dilalui dari Desa Japan. Jalur ini merupakan jalur yang diperuntukan untuk sepeda motor dan pejalan kaki. Perjalanan melewati jalur dari Desa Japan menuju ke Rejenu apabila menggunakan kendaraan bermotor dengan kecepatan 40 km/jam dapat ditempuh dalam waktu ± 10 menit. Apabila perjalanan ditempuh dengan berjalan kaki, maka akan menghabiskan waktu ± 30 menit. Penitikan pada jalur Japan menuju Rejenu didapatkan pada posisi yang mewakili kondisi jalur dan keadaan fisik pada jalur, sehingga nantinya akan diperoleh profil jalur dan jarak akumulasi jalur. Titik pertama adalah dari pertigaan Desa Japan, karena jalur ini dimulai dari titik tersebut. Setelah itu, dilanjutkan pada Pos 4 yang merupakan pos karcis yang harus dilalui sebelum masuk kawasan wisata yang sudah dikembangkan jalurnya. Titik ketiga berada pada jembatan yang merupakan kondisi fisik yang terlihat jelas terdapat dijalur tersebut. Titik yang terakhir pada Rejenu yang merupakan kawasan objek akhir dari jalur. Tabel 7 Rute jalur Japan – Rejenu No 1 2 3
Rute Pertigaan Japan-Pos 4 Pos 4-Jembatan Jembatan-Rejenu
Jarak 100 350 1.961
Jarak Akumulasi 100 450 2.411
Ketinggian 700 750 850
a. Ekosistem Ekosistem di sepanjang jalur Japan – Rejenu adalah pekarangan yang ditanami oleh kopi, vanili dan tales. Sebelah barat jalur Japan – Rejenu merupakan aliran anak sungai dan terdapat ekosistem persawaan. b. Objek Flora dan Fauna Sepanjang jalur ini banyak ditumbuhi tanaman Kopi (Coffea arabica), Vanili (Vanilla planifolia), Nanas hutan (Agave cantala), Kapulogo (Amomum cardamomum) dan Sirih hutan (Piper caducibracteum). Flora tersebut menurut masyarakat sekitar dapat berpotensi sebagai obat. Pohon besar yang ada di jalur ini adalah Bregat (Ficus lacor) dan Gentungan (Bischofia javanica) dan Merana (Castanea acuminatissima), Kayu Putih (Eucalypyus deglupa), Delima (Punica
47
granatum) dan Kemiri (Aleurites moluccana). Fauna yang dapat dijumpai di jalur ini adalah jenis burung, yaitu elang hitam (Ictinaetus malayensis) pada pukul 08.00-14.00 WIB, Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), Bregantil decu (Hemiprocne longipennis), Pipit (Lonchura leucogastroides), Cekakak sungai (Todirhamphus chloris), Talangan (Erythrura hyperythra), Tuntang (Megalaima javensis) dan Wiwik (Cacomantis sonneratii). c. Objek Fisik Objek fisik disepanjang jalur adalah sungai dan kebun kopi. d. Sarana Prasarana Sarana prasarana yang ada disepajang jalur Japan – Rejenu sebatas sarana prasarana wisata, yaitu pos masuk dan papan petunjuk arah yang berada di pertigaan jalan antara Monthel dan rejenu Sedangkan sarana prasarana yang terdapat di Rejenu adalah tempat sampah, mushola, warung makan, tempat parkir dan papan petunjuk arah.
48
Gambar 10 Peta potensi objek dan daya tarik wisata interpretasi di jalur Japan – Rejenu kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus.
49
1
6
2
4
7
3
5
7
7
Gambar 11 Keterangan peta jalur Japan – Rejenu: (1) Kebun rebung; (2) Pos 4; (3) Elang hitam; (4) Kebun kopi; (5) Burung Cekakak sungai; (6) Parijoto; (7) Sendang air tiga rasa. 3. Desa Japan – Monthel Jalur Desa Japan – Monthel merupakan jalur yang dahulu menjadi akses untuk menuju objek air terjun Monthel. Panjang jalur Desa Japan - Monthel ± 956 meter dan merupakan jalan setapak. Ekosistem disepanjang jalur Desa Japan menuju Monthel adalah sungai, bambu dan nanas kerang. Jalur Desa Japan – Monthel terlihat pada Gambar 12.
50
Tabel 8 Desa Japan – Monthel
No 1 2 3 4
Rute Start - Batu Kali Batu kali - Blok Bambu Blok Bambu - Blok Nanas Blok Nanas - Monthel
Jarak (m) 300 100 346 210
Jarak Akumulasi (m) 300 400 746 956
Ketinggian (m dpl) 650 680 715 725
Jalur menuju objek air terjun Monthel dari Desa Japan merupakan jalan setapak yang biasa dipergunakan warga sekitar untuk berkebun kopi, rebung dan mengambil kayu rencek dikebun mereka. Jalur Desa Japan – Monthel terlihat jalur relatif datar dan diikuti dengan tanjakan yang berupa tangga yang terbuat dari semen. a. Ekosistem Ekosistem menuju objek wisata air terjun Monthel adalah kebunan kopi, jangklong, ubi dan rebung. Selain itu terdapat aliran sungai kecil disepanjang jalur. Jalur Desa Japan – Monthel terdapat hutan tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria). b. Objek Flora dan Fauna Flora yang terdapat di jalur ini adalah jenis tanaman kebun milik masyarakat yaitu kopi (Coffea arabica), jangklong (Sterculia foetida) dan rebung. Pohon besar yang terdapat pada jalur ini adalah Sengon (Paraserianthes falcataria), Pulai (Alstonia spp), Kayu putih (Eucalypyus deglupa) dan Ulin (Eusideroxylon zwageri). Jenis fauna yang berhasil diidentifikasi yaitu burung kutilang (Pycnonotus aurigaster), Tekukur Biasa (Streptopelia chinensis), Emprit kaji (Lonchura maja) dan Cekakak Sungai (Tordirhampus chloris). c. Objek Fisik Objek fisik disepanjang jalur adalah kebun rebung, sungai dan hutan tanaman. d. Sarana Prasarana Sarana prasarana pada jalur ini adalah shelter dengan kondisi rusak.
51
Gambar 12 Peta potensi objek dan daya tarik wisata interpretasi di jalur Desa Japan – Montel kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus.
52
4
2
3
5
1
6
Gambar 13 Keterangan peta jalur Desa Japan – Monthel: (1) Sungai; (2) Cocor bebek; (3) Nanas kerang; (4) Rumpun Bambu; (5) Kondisi jalur; (6) Air Terjun Monthel.
4. Jalur Rejenu – Argopiloso – Argojembangan Argopiloso dan Argojembangan merupakan salah satu gunung yang berada pada deretan Pegunungan Muria Kabupaten Kudus. Jalur menuju puncak Gunung Argopiloso dapat ditempuh melalui Rejenu, setelah itu perjalanan dapat dilanjutkan ke puncak Gunung Argojembangan (Punguk Sapi). Jalur Rejenu menuju puncak Gunung Argopiloso berada pada ketinggian ± 950 m dpl - ± 1550 m dpl. Jalur dari Puncak Argopiloso menuju ke Puncak Argojembangan dimulai dari ketinggian ± 1.550 m dpl sampai pada ketinggian ± 1.450 m dpl. Jalur menuju puncak Argopiloso dan Argojembangan adalah jalan setapak. Sepanjang jalur Rejenu – Puncak Argopiloso – Puncak Argojembangan akan dapat melihat pemandangan yang berupa deretan Pegunungan Muria. Keterangan jalur Rejenu – Argopiloso – Argojembangan dapat dilihat pada Gambar 14.
53
Tabel 9 Rute Jalur Rejenu – Puncak Argopiloso
No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Rute Rejenu - Petilasan Petilasan - Lapang Lapang - Blok Kalimosodo Blok Kalimosodo - Pring Towo Pring Towo - Blok Kenini Blok Kenini - Puncak Argopiloso
Jarak (m) 240 100 1000 1534 79 53
Jarak Akumulasi (m) 240 340 1340 2874 2953 3006
Ketinggian (m dpl) 950 1105 1150 1300 1405 1550
Jalur menuju puncak Argopiloso mempunyai profil medan yang bervariasi dengan perbandingan yang relatif sama antara segmen jalur yang menajak dan segmen jalur yang menurun, tetapi secara umum medan ini tidak terlalu berat. Tabel 10 Rute Jalur Puncak Argopiloso – Puncak Argojembangan. No 1.
Rute Blok Kenini - Argojembangan
Jarak (m) 1085
Jarak Akumulasi (m) 1085
Ketinggian (m dpl) 1550
Perjalanan ke puncak Argojembangan dari Puncak Argojembangan memiliki profil jalur yang relatif datar dan kondisi jalur turun pada ketinggian 1.350 m dpl.
a. Ekosistem Jalur Rejenu menuju Puncak Argopiloso terdapat tipe hutan sub pegunungan karena sudah berada pada ketinggian diatas 1000 m dpl. Kondisi ekosistem pada jalur Rejenu – Argopiloso adalah pohon-pohon yang rapat dan ekosistem yang cenderung homogen dan terbuka. Kondisi ekosistem jalur Puncak Argopiloso menuju ke Puncak Argojembangan masih berupa tipe hutan sub pegunungan, pada beberapa meter pertama jalur datar. Ekosistem hutan didominasi oleh jenis Merana (Castanea acuminatissima) tepatnya pada HM 16-18 dan juga jenis Pakis Haji (Cycas rumphii) juga tanaman perdu lainnya. Kesamaan ekosistem antara puncak Argopiloso dan Argojembangan adalah didominasi oleh tanaman Centigi (Demphis acidula).
54
a.Objek Flora dan Fauna Jenis flora yang ada di jalur Rejenu – Puncak Argojembangan sangat bervariasi, tetapi sepanjang jalur sampai pada ketinggian 1.114 m dpl didominasi oleh tumbuhan Merana (Castanea acuminatissima). Pada ketinggian 1.300 m dpl didominasim oleh Pakis Haji (Cycas rumphii) dan pada HM 5 - HM 6. Flora yang ditemukan di sepanjang jalur Rejenu – Argopiloso adalah Tanaman Kalimosodo, Pring Towo, Tanaman Kenini (Rubiceae sp) dan di puncak Argopiloso ditumbuhi oleh tanaman Centigi (Demphis acidula). Jenis flora yang ada disepanjang jalur puncak Argopiloso menuju puncak Argojembanga
adalah
tanaman
Kenini,
Pohon
Merana
(Castanea
acuminatissima), Pandan-pandanan (Pandanus amboinensis) dan Pakis haji (Cycas rumphii). Selain itu terdapat blok yang banyak terdapat anggrek Kalante Putih (Calanthe triplicate) tepatnya pada HM 17 sampai HM 20. Fauna pada jalur Rejenu menuju Puncak Argopiloso yang berhasil diidentifikasi adalah jenis burung yaitu suara burung Rangkong Badak (Buceros rhinoceros) pada HM 1 pada ketinggian 1100 m dpl, suara burung plontang pada ketinggian ± 1.400 m dpl yang merupakan burung endemik dan pada HM 13 – HM 14. Jenis burung lainnya adalah Punglor (Pitta guajana), Tuntung (Megalaima javensis), Burung Pelatuk Bawang (Picus vittatus), burung Elang Jawa (Spizaetus bartelsi), burung Bregantil (Hemiprocne longipennis), burung Truncuk (Pycnonotus goiavier), burung Joan (Ptilinopus melanospila). Selain itu telah ditemukan beberapa jejak mamalia antara lain jejak kotoran Musang (Paradaxorus hermaphroditus) pada HM 1 – HM 3, jejak babi hutan (Sus scrofa) dan jejak Macan tutul (Panthera pardus) sudah berumur kurang lebih 1 minggu tetapi masih terlihat dengan jelas berada HM 13. Fauna yang tercatat pada Jalur Puncak Argopiloso – Puncak Argojembangan adalah Burung Hantu (Phodilus badius) pada HM 14, Walik kembang (Ptilinopus melanospila), Bondol-Hujau dada Merah (Erythrura hyperythra) dan Merbah Cerukcuk (Pycnonotus goiavier). Pada jalur ini ditemukan jejak kotoran macan tutul dan jejak Kijang (Muntiacus muntjak) tepatnya pada HM 31.
55
b. Objek Fisik Objek fisik yang terdapat disepanjang jalur menuju Puncak Argopiloso dan Argojembangan adalah petilasan pada ketinggian 1.105 m dpl dan tepatnya berada pada HM 3, Puncak Argopiloso pada ketinggian 1.550 m dpl dan tepatnya berada pada HM 13 dan puncak Argojembangan tepatnya terletak pada HM 21. c. Sarana Prasarana Jalur Rejenu – Argopiloso – Argojembangan belum terdapat sarana prasarana wisata dan interpretasi.
56
Gambar 14 Peta potensi objek dan daya tarik wisata interpretasi di jalur Rejenu – Argopiloso – Argojembangan kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus.
57
6
11
1
2
7
12
8
3
10
9
5
13
4
Gambar 15 Keterangan peta di jalur Rejenu – Argojembangan – Argopiloso: (1) Puncak Argopiloso; (2) Burung Hantu; (3) Ekosistem Merana; (4) Anggrek putih; (5) Pakis Haji; (6) Puncak Argojembangan; (7) Kotoran musang; (8) Petilasan; (9) Kalimosodo; (10) Burung elang; (11) Tanaman Centigi; (12) Jejak Macan tutul; (13) Pring Towo.
58
5. Jalur Buper – Petoko Perjalanan dari Buper Kajar menuju Petoko memiliki jarak tempuhnya ± 3 km. Tipe jalur merupakan jalan setapak dengan jarak ± 100 m menurun, pada jarak ± 250 terdapat jalur menyusuri sungai, setelah itu akan dimulai kembali jalur yang merupakan jalan setapak. Tabel 11 Rute Jalur Buper – Petoko
No
Rute
1 2 3 4 5 6 7 8
Buper – Anak sungai Anak sungai – Kebun Kebun – Telogo Rejo Telogo Rejo – Kebun Tales Kebun Tales – Pertigaan Ternadi Pertigaan ternadi – Pemandangan indah Pemandangan indah – Pertigaan petoko Pertigaan petoko – Akhir perjalanan
Jarak (m) 100 250 1600 500 100 300 285 1659
Jarak Akumulasi (m) 100 350 1950 2450 2550 2850 3135 4794
Ketinggian (m dpl) 550 500 550 600 650 700 600 750
a. Ekosistem Jalur Buper – Petoko memiliki beberapa tipe ekosistem, yaitu ekosistem kebun kopi (Coffea arabica), Tales (Notaphoebe umbelliflora) dan labu siem. Pada jalur ini terdapat hutan tanaman yang didominasi dengan tumbuhan Sengon (Paraserianthes falcataria) pada HM 6 sampai HM 9. Selain itu jalur ini juga terdapat ekosistem sungai dengan panjang jalur ± 250 meter, tepatnya pada HM 4 sampai HM 6. Jalur Buper Petoko ini berada pada ketinggian ± 550 m dpl sampai ± 752 m dpl. b. Objek Flora dan Fauna Karena pada jalur Buper Kajar – Petoko didominasi dengan ekosistem kebun, maka jenis flora yang ada adalah tanaman Tales (Notaphoebe umbelliflora), Jangklong (Sterculia foetida) dan Kopi (Coffea arabica). Jenis pohon yang ada di jalur Buper – Petoko adalah Pinus (Pinus merkusii), Jambu alas (Eugenia densiflora), Sengon (Paraserianthes falcataria) dan Merana (Castanea acuminatissima). Jalur ini terdapat tanaman Parijoto (Medinella speciosa) pada HM 37.
59
Fauna yang dijumpai pada jalur menuju Petoko dari Buper Kajar adalah Kutilang (Pycnonotus aurigaster), Alap-alap (Falco sp), Prenjak (Prinia familiaris), Elang hitam dan, Elang Jawa dijumpai dengan jelas pada HM 34 dan pukul 10.00 WIB. c. Objek Fisik Objek fisik yang terdapat di jalur Buper Kajar – Petoko adalah Telogo Rejo yang berada pada HM 20. d. Sarana Prasarana Jalur Buper – Petoko belum terdapat sarana prasarana wisata dan interpretasi.
60
Gambar 16 Peta potensi objek dan daya tarik wisata interpretasi di jalur Buper Kajar – Petoko kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus.
61
5
6
8
9
4
10
1
7
3
2
Gambar 17 Keterangan peta di jalur Buper Kajar - Petoko: (1) Hutan tanaman Pinus; (2) Sungai; (3) Hutan tanaman Sengon; (4) Telogo Rejo; (5) Kebun tales; (6) Longsor; (7) Elang hitam; (8) Pemandangan indah (9) Kondisi jalur; (10) Watu Kuto. 6. Jalur Pos 1 – Rejenu Jalur Pos 1 – Rejenu merupakan alternatif yang dipergunkan pengunjung untuk menuju ke kawasan Rejenu. Kondisi fisik jalur yang merupakan jalan berbatu yang ditata rapi dengan jarak ± 500 m dan jalan setapak. Panjang jalur antara Pos 1 sampai ke Rejenu ± 1.562 m. Tabel 12 Rute Jalur Pos 1 – Rejenu No 1. 2. 3.
Rute Pos 4-Kuncen Kuncen – Jembatan Jembatan – Kali
Jarak (m) 50 700 740
Jarak akumulasi (m) 1000 1700 2440
Ketinggian (m dpl) 780 800 820
62
4.
Kali – Jalan Setapak
60
2500
750
a. Ekosistem Ekosistem disepanjang jalur menuju Rejenu dari Pos 1 adalah kebun kopi dan ekosistem hutan sekunder yang didominasi oleh pohon Merana (Castanea acuminatissima) dan Sengon (Paraserianthes falcataria) pada ketinggian 800 m dpl. b. Objek Flora dan Fauna Flora pada jalur Pos 1 – Rejenu adalah kopi (Coffea arabica), tepatnya pada HM 4, jenis pohon besar yaitu Merana (Castanea acuminatissima), Sengon (Paraserianthes falcaria) dan Karet merah (Urceola maingayi) terdapat disepanjang HM 5 sampai HM 9. Jenis flora yang dapat berpotensi sebagai bahan pembuat obat adalah Tekokak (Solonaum Torvum), Wilodo Ijo (Ficus fistulosa), Tapak dara (Catharathus rosea), Kemiri (Aleurites moluccana), Kemumu (Piper battle), Waru depung (Acer niveum) dan jenis rumput-rumputan. Fauna yang berhasil diidentifikasi di sepanjang jalur ini adalah Monyet ekor panjang (Macaca fasciculalis) yang dapat dijumpai pada pukul 10.00 – 16.00 WIB dan tepatnya berada pada HM 6 sampai HM 7, burung Pipit (Lonchura leucogastroides), Trucuk (Pycnonotus goiavier), Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster). c. Objek Fisik Objek fisik di sepanjang jalur Pos 1 – Rejenu adalah hutan tanaman Pinus, hutan tanaman sengon, sungai, Telogo Rejo, kebun tales dan Watu Kuto. d. Objek Sosial Budaya Jalur Pos 1 – Rejenu terdapat suatu tempat yang biasa dipergunakan warga untuk merayakan upacara wiwit kopi setiap tahun pada saat mendekati panen kopi tepatnya berada pada HM 4. e. Sarana Prasaran Sarana prasarana di jalur Pos 1 – Rejenu adalah Pos 1 pintu masuk dan papan petunjuk arah.
63
Gambar 18 Peta potensi objek dan daya tarik wisata interpretasi di jalur Pos 1 – Rejenu kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus.
64
1
2
5
8
4
7
6
3
Gambar 19 Keterangan peta di jalur Pos 1 – Rejenu: (a) Pos 1; (2) Kondisi jalan batu; (3) Kebun kopi; (4) Monyet ekor panjang; (5) Bukit kuncen; (6) Kebun Rebung; (7) Kondisi jalan setapak kopi; (8) Papan petunjuk arah 7. Jalur Rejenu – Guo Jarak tempuh dari Rejenu menuju Guo adalah
1.193 meter dan dapat
ditempuh dengan waktu 1,5 jam perjalanan. Ketinggian jalur Rejenu – Guo antara 920 m dpl – 950 m dpl. Tabel 13 Rute jalur Rejenu – Guo No 1. 2. 3. 4.
Rute Rejenu – Anak sungai Anak sungai – Hutan palem Hutan Palem – Teyeng Hutan palem – Gua jepang
Jarak 20 1.000 173 100
Jarak Akumulasi 20 1.020 1.193 1.293
Ketinggian (m dpl) 920 900 930 950
a. Ekosistem Ekosistem jalur Rejenu – Guo memiliki formasi hutan termasuk dalam zona hutan hujan bawah karena ketinggiannya di bawah 1.000 m dpl. Hutan hujan bawah didominasi oleh pohon Merana (Castanea acuminatissima), Bregat (Ficus
65
lacor), Palem (Pinanga javana), Glagah (Miscanthus japonicus), Pakis Haji (Cycas rumphii). Pada jalur Rejenu – Guo terdapat ekosistem perairan sungai yang disekitarnya banyak tanaman Kembang Pacar atau Pacar Banyu (Lawsonia inermis). b. Objek Flora dan Fauna Flora yang ditemukan di sepanjang jalur Rejenu – Guo adalah pacar air (Lawsonia inermis), Palem (Pinanga javana), Glagah (Miscanthus japonicus), Pakis Haji (Cycas rumphii), Bregat (Ficus lacor), Merana (Castanea acuminatissima, Jambu alas (Eugenia densiflora) dan jenis paku-pakuan dan rumput-rumputan lainnya. Fauna yang tercatat adalah burung alap-alap (Falco sp),
Kutilang
(Pycnonotus aurigaster), Tengkek (Todirhamphus chloris), Trucuk (Pycnonotus goiavier), Wiwik (Cacomantis sonneratii) dan didalam guanya sendiri terdapat Codot
(Cynopterus
brachyotis).
Jejak
kotoran
musang
(Paradaxorus
hermaphroditus) dan jejak kijang. Sepanjang perairan pada HM 7 ditemukan ular piton (Phython reticulatus). Menurut masyarakat pada HM 8 sering ditemukan babi hutan (Sus scrofa). c. Objek Fisik Objek fisik pada jalur ini adalah Gua, teyeng, karang pada HM 9 sampai HM 10 dan Mata Air Gua pada HM 11. d. Sarana Prasarana Jalur Rejenu –Guo belum terdapat sarana prasarana wisata dan interpretasi.
66
Gambar 20 Peta potensi objek dan daya tarik wisata interpretasi di jalur Rejenu – Guo kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus.
67
8
6
3
4
10
9
13
5
2
1
7
11
12
Gambar 21 Keteragan peta di jalur Rejenu – Guo: (1) Palem (2) Glagah; (3) Ular Phiton; (4) Karang; (5) Teyeng; (6) Gua Jepang; (7) Gua cor-coran, (8) Mata air gua, (9) Kotoran Musang, (10) Jejak kijang, (11) Pakis Haji, (12) Batu Muria; (13) Sungai. 8. Jalur Rejenu – Ngandong Akses jalur Rejenu – Ngandong adalah jalan setapak. Panjang jalur Rejenu – Ngandong ± 285,5 meter dengan waktu tempuh perjalanan ± 30 menit. Tabel 14 Rute Rejenu – Ngandong
No 1 2 3 4
Rute Start Air Tiga Rasa – Pertigaan Pertigaan – Belokan Belokan - Mata Air Ngandong Mata Air Ngandong – Akhir Pengamatan
Jarak (m) 50 m 50 m 30 m 155,5 m
Jarak Akumulasi (m) 50 100 130 285,5
Ketinggian (m dpl) 925 930 940 950
68
a. Ekosistem Ekosistem menuju ngandong merupakan tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah yang masih banyak ditumbuhi oleh pohon-pohon besar. Ekosistem flora yang mendominasi adalah pohon Merana (Castanea acuminatissima) dan Palem (Pinanga javana). b. Objek Flora dan Fauna Flora pada jalur Rejenu – Ngandong
adalah palem (Pinanga javana),
tanaman Andong (Rhodamnia cinerea), jenis paku-pakuan dan Bregat (Ficus lacor) dan Merana (Castanea acuminatissima). Fauna yang dijumpai sepanjang jalur adalah Elang ular bido (Spilornis cheela) waktu perjumpaannya pada pukul 09.00 – 16.00 WIB, Joan (Ptilinopus melanospila) pada waktu 10.00-14.00 WIB, Emprit kaji (Lonchura maja) pada pada waktu 10.00-15.00 WIB, Bregantil Decu (Hemiprocne longipennis) pada pada waktu 10.00-15.00 WIB, Cucak Kutilang (Pycnonotus aurigaster) waktu perjumpaan pada pukul 07.00-16.00 WIB, Tuntang (Megalaima javensis) dan Trucuk (Pycnonotus goiavier) pada waktu perjumpaan pada pukul 08.00-15.00 WIB, Pelatuk bawang (Picus vittatus) waktu perjumpaan pada pukul 08.00-15.00 WIB, Punglor (Pitta guajana) waktu perjumpaan pada pukul 09.00-15.00 WIB, Talangan (Erythrura hyperythra) waktu perjumpaan pada pukul 09.00-15.00 WIB. Selain itu, juga ditemukan jejak kotoran dan kaki musang (Paradoxurus hermaphroditus). c. Objek Fisik Objek fisik di jalur Rejenu – Ngandong adalah sendang Ngandong tepatnya pada HM 2. d. Sarana Prasarana Sarana prasarana yang ada pada jalur ini adalah papan petunjuk arah yang menerangkan arah menuju ke objek sendang ngandong.
69
Gambar 22 Peta potensi objek dan daya tarik wisata interpretasi di jalur Rejenu – Ngandong kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus.
70
3
1a
2a
1b
2b
5
2c
1c
2d
2e
6
4
Gambar 23 Keterangan peta di jalur Rejenu – Ngandong: (1a,b,c) Sendang air tiga rasa; (2a,b,c,d,e) Sendang ngandong; (3) Burung Elang Hitam; (4) Tanaman Andong; (5) Jejak Musang; (6) Jejak kotoran Musang. 9. Jalur Pos 2 dan 3 – Pos 4 Jarak antara pos 3 menuju air terjun Monthel ± 640 m. Jarak antara pos 3 menuju pos 4 ± 1.100 m dan jarak antara pos 2 menuju ke objek air terjun Monthel ± 620 m. Jarak antara pos 2 sampai pos 4 ± 1.080 m. Kondisi fisik disepanjang jalur antar pos adalah batu yang tersusun rapi. Tabel 15 Rute Jalur Pos 3 – Pos 4
No 1 2 3 4
Rute Pos 3 - Jembatan kecil Jembatan kecil - Pertigaan jalur Pertigaan jalur - Air Terjun Monthel Air Terjun Monthel - Pos 4
Jarak (m) 20 50
Jarak akumulasi (m) 20 70
Ketinggian (m dpl) 755 756
400 640
470 1.110
745 758
71
Tabel 16 Rute Jalur Pos 2 – Pos 4 No
Rute
1 2 3 4
Pos 2 - Belokan Belokan - Pertigaan jalur Pertigaan jalur - Air Terjun Monthel Air Terjun Monthel - Pos 4
Jarak (m) 15 25 400 640
Jarak akumulasi (m) 15 40 440 1080
Ketinggian (m dpl) 759 756 745 758
a. Ekosistem Ekosistem di sepanjang jalur adalah hutan sekunder, terlihat dari tipe hutan yang sudah pernah mengalami kerusakan akibat penjarahan kayu dan kebakaran. Ekosistem didominasi oleh pohon Karet Kerbau (Ficus elastica), Mahoni (Swietenia mahagony) dan Agathis (Agathis alba). b. Objek Flora dan Fauna Flora yang dapat ditemukan disepanjang jalur ini adalah Kemiri (Aleurites moluccana), Karet Kerbau (Ficus elastica), Sedap malam (Polianthes tuberosa) dan Telo racun (Tacca leontopetaloides), Mahoni (Swietenia mahogany) dan Sengon (Paraserianthes falcataria). Selain itu terdapat jenis rumput-rumputan dan tumbuhan pendek yaitu, kumis kucing (Orthosiphon aristatus) dan sambung darah (Excoecaria cochinchi). Jenis fauna yang dapat dijumpai dijalur ini adalah burung Trucuk (Pycnonotus goiavier) dapat dijumpai pada pukul 08.00-16.00 WIB, Kutilang (Pycnonotus aurigaster) dijumpai pada pukul 07.00-16.00 WIB, Elang Ular bido (Spilornis cheela) dijumpai pada pukul 14.30 WIB dan pipit (Lonchura leucogastroides) pada pukul 07.00-16.00 WIB. Selain itu terdapat penangkaran Kijang (Muntiacus munjak) milik masyarakat sekitar yang bejumlah 8 ekor. c. Obek Fisik Pada jalur ini terdapat objek fisik yaitu air terjun monthel yang berada pada pada HM 7. d. Sarana Prasarana Sarana prasarana yang terdapat pada jalur ini yaitu pos pintu masuk, papan petunjuk arah, 15 tempat sampah yang berada pada setiap beberapa meter pada jalur dan 2 buah kamar mandi.
72
Gambar 24 Peta potensi objek dan daya tarik wisata interpretasi di jalur Pos 2 dan Pos 3 – Pos 4 kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus.
73
2
7
3
5
6
8
4
1
Gambar 25 Keterangan peta di jalur Pos 2 dan Pos 3 – Pos 4: (1) Kijang; (2) pos 2 ; (3) Pos 3; (4) jalan setapak; (5) Jalan batu menuju Monthel; (6) Air terjun monthel; (7) Telo racun; (8) Burung Elang hitam.
10. Jalur Sendang Air Tiga Rasa – Gonggomino Jalur sendang Air Tiga Rasa – Gonggomino terdapat di kawasan Rejenu, jalur ini memiliki panjang ± 227 m dan memiliki tanggi rata-rata 920 m dpl – 1000 m dpl. Jalur sendang air tiga rasa – gonggomino merupakan jalan setapak dan waktu tempuh untuk menuju ke Gonggomino ± 15 menit.
74
Tabel 17 Rute Jalur Sendang Air Tiga Rasa - Gonggomino No 1. 2. 3. 4. 5.
Rute Air 3 rasa - Pohon Merana 1 Pohon Merana 1 - Pohon Merana 2 Pohon Merana 2 - Sungai Sungai - Kebun Siem Kebun Siem - Air Terjun Gonggomino
Jarak (m) 50 80 30 60 27
Jarak Akumulasi (m) 50 130 160 220 247
Ketinggian (m dpl) 920 930 950 985 1000
a. Ekosistem Ekosistem sepanjang jalur menuju gonggomino adalah hutan hujan dataran rendah karena memiliki ketinggian di bawah 1.000 m dpl dan didominasi oleh pohon Merana (Castanea acuminatissima). Selain itu pada jalur ini terdapat kebun siem dan sungai. b. Objek Flora dan Fauna Flora yang ada disepanjang jalur adalah pohon Merana (Castanea acuminatissima), Wilodo Ijo (Ficus fistulosa), Kemadoh (Melastoma cendidium), Ganggang dan Bregat (Ficus lacor). Fauna yang ada di sepanjang jalur adalah burung Bekingking dan Trucuk (Pycnonotus goiavier). c. Objek Fisik Objek fisik jalur Air Tiga Rasa – Gonggomino adalah sungai dan air terjun Gonggomino. d. Sarana Prasarana Pada jalur Air Tiga Rasa – Gonggomino belum terdapat sarana prasarana wisata dan interpretasi.
75
Gambar 26 Peta potensi objek dan daya tarik wisata interpretasi di jalur Sendang Air Tiga Rasa - Gonggomino kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus.
76
2
1
3
Gambar 27 Keterangan peta di jalur Sendang air tiga rasa – Gonggomino: (1) Air terjun gonggomino; (2) Kebun siem; (3 ) Pohon Bregat. 11. Jalur di dalam Kawasan Bumi Perkemahan Kajar Bumi perkemahan kajar terdapat jalur untuk menuju ke fenomena alam yaitu batu muria. Akses untuk menuju batu muria berupa jalan setapak dengan panjang jalur 654 meter, dengan waktu tempuh 15 menit. a. Ekosistem Jenis ekosistem di bumi perkemahan Kajar adalah hutan tanaman Pinus (Pinus Merkusii). b. Flora dan Fauna Flora yang ada di bumi perkemahan kajar adalah Pohon Pinus (Pinus merkusii), Karet kerbau (Ficus elastica), Agatis (Agathis alba), Mahoni (Swietenia mahagoni) dan jenis rumput-rumputan. Fauna yang dapat dijumpai di bumi perkemahan adalah burung Kutilang (Pycnonotus aurigaster), Elang ular bido (Spilornis cheela), Tengkek (Todirhamphus chloris) dan Pipit (Lonchura leucogastroides). c. Objek Objek yang terdapat di bumi perkemahan kajar adalah batu muria. d. Sarana Prasarana Sarana prasarana yang ada di kawasan bumi perkemahan Kajar adalah pos masuk, kantor, kamar mandi, mushola, dan tempat parkir.
77
Gambar 28 Peta potensi objek dan daya tarik wisata interpretasi di jalur Buper Kajar kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus.
78
5
6
4
3
2
1
Gambar 29 Keterangan peta di dalam kawasan bumi perkemahan kajar: (1) Jalan menuju ke batu muria; (2) Kondisi fisik jalur ; (3) Kegiatan berkemah; (4) Burung Elang ular bido; (5) Tegakan hutan pinus; (6) batu muria.
5.2. Karakteristik dan Keinginan Pengunjung Pengunjung merupakan pihak yang mendapatkan pelayanan dalam kegiatan interpretasi. Oleh karena itu, karakteristik dan keinginan pengunjung termasuk kebutuhan mereka terhadap kegiatan interpretasi perlu diidentifikasi. Pengunjung kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria sangat beragam dan jumlah kunjungan mulai tahun 2008 dari bulan kebulan berfluktuasi. 5.2.1. Data Pengunjung Kawasan Wisata Alam Lereng Pengunungan Muria Tahun 2008 Kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria mulai tahun 2008 pengelolaan diserahkan pada pihak swasta yang awalnya dikelola oleh pihak Perhutani. Pada Gambar 30 akan terlihat pengunjung ramai pada bulan Oktober, karena pada bulan ini merupakan bulan liburan sekolah dan pengunjung sedikit pada saat bulan September karena pada bulan ini merupakan bulan puasa pada
79
tahun 2008. Rata-rata pengunjung kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria setiap tahunnya lebih dari 8500 orang pengunjung.
1200
Jumlah
1000 800 600 400 Jumlah Pengunjung
200 0 ri ua br Fe
M
et ar
A
pr
il
M
ei
Ju
ni
Ju
li A
gu
st u
s
r r r er be be be ob m em em kt te s v p e O o D Se N
Bulan
Gambar 30 Rekapitulasi pengunjung kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria tahun 2008.
5.2.2. Karakteristik Pengunjung Karakteristik responden pengunjung didominasi oleh responden yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah (54 %) , sedangkan untuk responden dengan jenis kelamin perempuan berjumlah (46 %). Menurut asal responden sebagian besar pengunjung berasal dari dalam kota Kudus yaitu 66 %, sedangkan untuk pengunjung diluar kota kudus berjumlah 34 %. Responden mayoritas mempunyai tingkat pendidikan setara SMA (Sekolah Menengah Atas) (48 % ), sedangkan yang berpendidikan SMP (Sekolah Menengah Pertama) (14 %). Pengunjung yang masih duduk di SD (Sekolah Dasar) (10 %). Pengunjung yang memiliki pendidikan diploma dan sarjana masing-masing adalah 9 % dan 19 %. Berdasarkan jenis pekerjaan, mayoritas responden bekerja sebagai wiraswasta dan pelajar atau mahasiswa, masing-masing 31 % dan 28 %, sedangkan sisanya bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan tidak bekerja yang masingmasing 24 % dan 17 %.
80
Tabel 18 Karakteristik responden pengunjung No 1.
2.
3.
4.
5.
Karakteristik Jenis kelamin a. Perempuan b. Laki-laki Asal a. Luar kota Kudus b. Dalam kota Kudus Tingkat Pendidikan terakhir a. SD (Sekolah Dasar) b. SMP (Sekolah Menengah Pertama) c. SMA (Sekolah Menengah Atas) d. Diploma e. Sarjana (S1) Pekerjaan a. Pelajar/mahasiswa b. wiraswasta c. PNS d. Tidak bekerja Kelompok Umur a. KU 1 (<15 tahun) b. KU 2 (15-24 tahun) c. KU 3 (25-50 tahun) d. KU 4 (> 50 tahun)
Persentase (%) 46 54 34 66 10 14 48 9 19 28 31 24 17 10 45 30 15
5.2.3. Pola Kunjungan dan Tujuan Kunjungan Mayoritas pengunjung datang bersama keluarga (60%), 25 orang responden datang bersama teman dan ada 7 orang responden datang bersama kelompok suatu organisasi. Rata-rata responden datang bersama 6 hingga 7 orang teman. Tujuan kunjungan adalah berekreasi dengan datang menikmati air terjun Monthel (83 %) disusul dengan berkunjung ke air tiga rasa (76%) dan menikmati keindahan alam secara menyeluruh (75%). Tujuan yang lainnya adalah berkemah (20%) dan berziarah (26 %). Sebagian besar pengunjung melakukan kunjungan untuk sekedar berpiknik bersama keluarga dan teman untuk mengisi hari libur dan melepaskan kepenatan akibat rutinitas sehari-hari.
81
20% 76% 75%
Be rkem a h Me nikm a ti Ke indaha n Ala m Me nikm a ti Air te rjun M o nte l Be rziara h Be rkunjung ke Air Tiga R a s a
26%
83%
Gambar 31 Tujuan Kunjungan.
25%
Ke lua rga Ke lompok Or ga nisa si
0%
S e ndiri 60%
Te ma n
15%
Gambar 32 Modus Kunjungan. 5.2.4. Objek yang Disukai di Kawasan Wisata Alam dan Keingintahuan Terhadap Objek-Objek kawasan Wisata Alam Lereng Pegunungan Muria Kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria memiliki beberapa objek wisata yang dapat dinikmati oleh pengunjung. Mayoritas responden pengunjung yang berjumlah 86 orang memilih objak air terrjun Monthel, disusul dengan Objek Air Tiga Rasa (82 %), kemudian diikuti oleh objek makam Sunan Muria (51 %) dan sisanya memilih bumi perkemahan Kajar dan Gua Jepang, dimana masing-masing memiliki nilai 41 % dan 8 %. Mayoritas pengunujung lebih memilih Air Terjun Monthel, Air Tiga Rasa dan Makam Sunan Muria karena akses menuju objek wisata ini terbilang mudah dan dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan bermontor untuk dapat langsung menuju objek wisata. Pengunjung yang datang dikawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria akan mendapatkan pengetahuan lebih setelah adanya pelayanan interpretasi alam. Pengunjung yang memiliki keinginan untuk mengetahui tentang flora dan fauna
82
maka ingintahuannya ini terjawab dengan adanya interpretasi flora dan fauna yang ada di kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria. Keingintahuan pengunjung juga dapat memberikan gambaran dan masukan dalam pembuatan perencanaan interpretasi alam.
B um i P e rkem a han Ka ja r Air Te rjun M o nte l
41%
51%
Gua J e pang Air Tiga Ra s a
86%
82%
M akam Sunan M uria
8%
Gambar 33 Objek yang disukai pengunjung
56 % 6 3%
Ketertarikan terhad ap flo ra Ketertarikan terhad ap fauna Cerita rakyat s etemp at
38 %
Gambar 34 Hal yang Ingin Diketahui 5.2.5. Sumber Informasi Mengenai Kawasan Wisata dan Lama Waktu Kunjungan Pengunjung kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria mengetahui informasi mengenai kawasan wisata sebagian besar berasal dari keluarga. Informasi lain juga mereka dapatkan dari berbagai media, antara lain dari radio, majalah, brosur, guide book dan teman. Menurut pengamatan peneliti, pola kedatangan para pengunjung adalah berkelompok bersama teman, sehingga kesan yang baik dan pengalaman yang diperoleh oleh pengunjung akan sangat mempengaruhi calon pengunjung selanjutnya. Pengunjung menginginkan adanya pelayanan interpretasi berupa peta jalur interprertasi karena untuk memudahkan dalam mereka melakukan kegiatan wisata alam.
83
Sebagian besar pengunjung wisata alam lereng Pegunungan Muria melakukan kunjungan kurang dar 12 jam (82 %), hal ini dikarenakan sebagian besar asal responden pengunjung dari kota Kudus. Responden yang menjawab lebih dari 24 jam berjumlah 18 orang responden, karena berasal dari luar daerah kota Kudus dan tujuan utama berkunjung di kawasan wisata ini adalah berziarah Makam Sunan Muria. 2%
4%
1% 34%
Teman Televis i Keluarga Guide Bo o k Majalah Radio
51% 8%
Gambar 35 Asal Usul Pengunjung Mendapatkan Informasi
18%
0% Kur a ng da r i 12 J a m 12-24 J a m Le bih da ri 24 J a m
82%
Gambar 36 Durasi pengunjung melakukan kunjungan
5.2.6. Fasilitas yang Diperlukan Pengunjung dalam Kegiatan Interpretasi Perencanaan interpretasi lingkungan dalam kegiatan wisata memerlukan data mengenai fasilitas-fasilitas pendukung kegiatan interpretasi. Tujuan dari data tersebut adalah untuk dapat mengetahui kebutuhan pengunjung akan kegiatan interpretasi. Pengunjung lebih dari 50 % responden menyatakan bahwa mereka memerlukan fasilitas pendukung interpretasi berupa papan petunjuk arah, pusat informasi, papan nama, papan cerita objek dan peta objek kawasan. Sebagian
84
besar responden pengunjung yang berasal dari dalam Kabupaten Kudus tidak memerlukan pemandu wisata karena sebagian besar dari mereka telah mengetahui jalur menuju setiap objek wisata. Pengunjung beranggapan bahwa fasilitas pendukung interpretasi berupa buku panduan wisata atau booklet dan leaflet merupakan pelengkap untuk lebih menikmati objek yang ada, karena sebagian dari mereka sudah mengetahui jenis dan cerita sebagian objek yang ada. Pengunjung kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria sebagian besar lebih memilih
peta
interpretasi
sebagai
media
untuk
mengantarkan
mereka
mengunjungi objek wisata alam yang ada. Pengunjung berhasil diwawancarai juga mengingkan beberapa fasilitas lain seperti tempat sampah agar lingkungan sekitar menjadi bersih dan tetap asri. Selain tempat sampah, pengunjung juga menginginkan fasilitas berupa toko kerajinan, tempat duduk, kamar mandi/wc, tempat beristirahat/shelter dan rumah makan/warung yang menyediakan masakan setempat maupun makanan khas Kudus. Pengunjung menginginkan adanya fasilitas menara pengamatan untuk dapat mengamati burung-burung yang ada di kawasan ini. Berdasarkan keinginan pengunjung mengenai tempat menginap, lebih dari 50 % responden pengunjung lebih menyukai tempat menginap berupa homestay, alasan dari sebagian besar mereka adalah ingin mempelajari sebagian kecil dari kehidupan desa, misalnya mereka ingin belajar cara membuat kopi sendiri dan merasakan masakan desa. Tabe 19 Kebutuhan pengunjung akan pelayanan interpretasi lingkungan, bahasa informasi, fasilitas tambahan, fasilitas penginapan dan makanan No Jenis Kebutuhan Jumlah Responden Presentase yang menjawab (%) (Orang) 1. Fasilitas pendukung interpretasi yang diperlukan a. Papan petunjuk arah 86 86 % b.Pusat Informasi 65 65 % c. Papan nama 72 72 % d.Papan cerita objek 81 81 % e. Peta jalur interpretasi 84 84 % f. Pemandu wisata 6 6% g.Buku panduan 24 24 % h.Leflet 32 32 %
85
2.
3.
4.
Fasilitas tambahan a. Shelter b.Pal jarak c. Menara pengamatan d.Tempat parkir e. Tempat Sampah f. Toko souvenir g.Kamar mandi/wc h.Tempat duduk Tempat menginap a. Homestay b.Hotel c. Tenda d.Villa Jenis makanan a. Makanan setempat b.Makanan khas Kudus c. Bekal d.Fastfood e. Seafood
63 37 31 84 79 62 83 71
63 % 37 % 31 % 84 % 79 % 62 % 83 % 71 %
52 16 11 21
52 % 16 % 11 % 21 %
56 31 13 0 0
56 % 31 % 13 % 0 0
5.2.7. Pemilihan Jalur oleh Pengunjung Pengunjung yang datang di kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria berasal dari berbagai kelas umur, mulai dari kelas umur anak-anak sampai dewasa tua. Setiap pengunjung dalam menentukan jalur pastinya akan berbedabeda satu sama lain, tergantung dari minat dan tujuan mereka berkunjung. Oleh karena itu, untuk mempermudah menentukan jalur yang biasa dipilih oleh pengunjung, maka dilakukan identifikasi pemilihan jalur berdasarkan kelas umur pengunjung. Alasan penentuan jalur berdasarkan kelas umur pengunjung adalah sebagai dasar dalam menyusun perencanaan interpretasi alam pada setiap jalur yang sudah ditetapkan pengelola sebagai jalur wisata dan jalur yang memiliki potensi untuk dijadikan sebagai jalur wisata alam. 1. Kelas Umur Kurang dari 15 Tahun (Anak – Anak) Objek bumi perkemahan kajar di kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria sering dikunjungi anak-anak sekolah dasar untuk berkemah. Responden untuk kelas umur kurang dari 15 tahun yang berhasil diwawancarai berjumlah 10 orang, dari hasil wawancara sebagian besar memilih jalur Air Terjun Monthel – Air Tiga Rasa (50 %). Kemudian disusul oleh jalur Bumi Perkemahan Kajar – Air Terjun Monthel – Air Tiga Rasa (30
86
%), setelah itu mereka menyukai jalur Makam Sunan Muria- Air Tiga Rasa Air terjun Monthel (atau 20 %). 2. Kelas Umur antara 15-24 tahun (Remaja) Wawancara dilakukan kepada 45 orang responden dengan kelas umur remaja, sebagian besar dari mereka memilih jalur Air Terjun Monthel – Air Tiga Rasa (53,3 %). Lalu disusul oleh pemilihan jalur Makam Sunan Muria – Air terjun Monthel (20 %) dan sisinya pada jalur Makam Sunan Muria – Air Terjun Monthel – Air Tiga Rasa (15,6 %), jalur Bumi Perkemahan Kajar – Air Terjun Monthel – Air Tiga Rasa (6,7 %) dan jalur Bumi Perkemahan Kajar – Makam Sunan Muria (4,5 %). 3. Kelas Umur 25-50 Tahun (Dewasa Muda) Wawancara kepada kelas umur dewasa muda berjumlah 30 orang responden. Sebagian besar responden pengunjung memilih jalur Air Terjun Monthel – Air Tiga Rasa (43,3 %), lalu disusul dengan jalur Makam Sunan Muria – Air Terjun Monthel (36,7 %) dan sisanya adalah jalur Makam Sunan Muria – Air Tiga Rasa (6,7 %), Jalur Makam Sunan Muria – Air Terjun Monthel – Air Tiga Rasa (6,7 %) dan Jalur Bumi Perkemahan Kajar – Air Terjun Monthel – Air Tiga Rasa (6,7 %). 4. Kelas Umur Lebih dari 50 Tahun (Dewasa Tua) Pengambilan sampel responden pada kelas umur Dewasa Tua berjumlah 15 orang responden. Sebagian besar responden memilih jalur Makam Sunan Muria – Air terjun Monthel (46,7 %) karena tujuan utama mereka adalah untuk berziarah ke Makam Sunan Muria. Kemudian diikuti oleh pemilihan jalur Air Terjun Monthel – Air Tiga Rasa (33,3 %) dan sisanya pada jalur Makam Sunan Muria – Air Terjun Monthel – Air Tiga Rasa (20 %).
87
30 B um i P e rke ma ha n Ka ja r - Air Te rjun M o nte l - Air Tiga R a s a
25
B um i P e rke ma ha n Ka ja r - M a kam Suna n M uria
Range
20 Air Te rjun M o nte l - Air Tiga R a s a
15
M a ka m Suna n M uria - Air Te rjun M o nte l
10
M a ka m Suna n M uria - Air Tiga R a s a M a ka m Suna n M uria - Air Te rjun M o nte l - Air Tiga R a s a
5 0 KU 1 (>15 Ta hun)
KU 2 (15-24 Ta hun)
KU 3 (25-50 Ta hun)
KU 4 (< 50 Ta hun)
Kelas Umur
Gambar 37 Grafik pemilihan jalur tiap kelas umur. 5.3. Persepsi Masyarakat 5.3.1. Kesiapan Masyarakat Masyarakat lereng Pegunungan Muria yang terlibat secara langsung dengan kegiatan wisata alam berasal dari tiga desa, yaitu Desa Kajar, Desa Colo dan Desa Japan. Masyarakat lereng Pegunungan Muria sebagian besar terlibat dalam kegiatan wisata alam, keterlibatan tersebut terlihat dari banyak masyarakat yang menjadi pegawai di kawasan Taman Seni Nasional, berjualan cendaramata, pedagang asongan dan membuka warung makan. Alasan tersebut menjadi salah satu bukti bahwa masyarakat lereng Pegunungan Muria siap ikut serta dalam meningkatkan wisata alam di lereng Pegunungan Muria. Hasil wawancara kepada 30 orang responden masyarakat, bahwa 100 % dari mereka sangat berantusias sekali apabila kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria dikembangkan menjadi kawasan wisata yang memiliki kegiatan interpretasi alam karena mereka berminat untuk dapat ikut serta dalam kegiatan interpretasi alam. Mereka siap untuk menjadi pemandu interpretasi apabila telah mendapatkan pelatihan terlebih dahulu dari pihak pengelola. Kegiatan interpretasi yang ada dikawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria juga dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga hutan dan sumberdaya alam yang ada didalamnya. 5.3.2. Keuntungan Masyarakat Kegiatan wisata di lereng Pegunungan Muria secara umum mendapatkan dukungan dari masyarakat setempat, hal ini tercermin dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa 100 % dari responden yang diwawancarai menyatakan senang
88
dengan adanya kegiatan wisata alam lereng Pegunungan Muria.Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa kegiatan wisata selama ini memberikan banyak keuntungan bagi masyarakat setempat. Keuntungan yang didapatkan masyarakat karena adanya kegiatan wisata alam adalah ketersedianya peluang usaha bagi mereka. Perencaaan kegiatan interpretasi yang diadakan di kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria akan memberikan keuntungan lebih kepada masyarakat sekitar. Masyarakat akan mendapatkan lapangan pekerjaan baru, misalnya menjadi pemandu interpretasi. Masyarakat dapat menjual sumberdaya alamnya dengan melalui suatu cerita atau pengetahuan lokal yang mereka miliki. Masyarakat lereng Pegunungan Muria juga bisa menjual budaya mereka, yang dapat dituangkan dalam suatu kesenian, cerita rakyat dan mitos. Selain itu, masyarakat dapat menjual cerita situs-situs sejarah yang ada di kawasan lereng Pegunungan Muria. Sehingga semua sumberdaya alam dan sosial budaya dapat menjadi bahan masyarakat lereng Pegunungan Muria dalam menghasilkan suatu produk kegiatan interpretasi. Selain itu, keuntungan yang didapatkan masyarakat dengan adanya kegiatan interpretasi di kawasan lereng Pegunungan Muria adalah pengetahuan tentang alam khususnya kawasan Pegunungan Muria Kudus.
5.4. Rencana Pengembangan Pengelola Kawasan wisata alam lereng Pegununga Muria Kabupaten Kudus yang saat ini dikelola oleh pihak swasta dan diberi nama Taman Seni Nasional memiliki visi mewujudkan pelestarian, pengembangan dan pemanfaatan hutan lindung di semenanjung Muria secara berbudaya. Misi pengelola kawasan adalah pengembalian hutan lindung di seluruh kawasan Pegunungan Muria tanpa merugikan kehidupan masyarakat di sekitar hutan dan mengembangkan budaya masyarakat diseluruh Pegunungan Muria. Arah pengembangan pengelolan kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria adalah mengembangkan kegiatan wisata religius, kegiatan wisata budaya dan kegiatan wisata alam. Dasar dari arah pengembangan pengelolaan tersebut adalah untuk memanfaatkan fungsi hutan secara optimal dengan tetap mempertahankan aspek konservasi dan tetap menjaga kelestarian kebudayaan
89
masyarakat disekitar hutan. Klasifikasi arah pengembangan pengelolan kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria adalah: 5.4.1. Mengembangkan kegiatan wisata alam Pengelola memiliki rencana untuk mengembangkan kegiatan lintas alam atau hiking. Secara garis besar kegiatan tersebut adalah menyusuri hutan dan sungai yang masih alami dengan hawa pegunungan yang sejuk yang nantinya menjadikan petualangan menjadi lebih menarik. Selain itu sambil berwisata pengunjung dapat mempelajari flora dan fauna yang akan dijumpai sepanjang perjalanan. Pengelola berencana untuk membuat arboretum yang ditujukan kepada para pengunjung yang ingin menambah wawasan mengenai berbagai jenis pohon dan mempelajari bentuk batang, susunan daun dan manfaatnya. Pengelola juga memiliki rencana untuk memanfaatkan lahan kosong di bawah tegakan pohon utama sebagai area menanam berbagai tanaman herbal yang khas asli Pegunungan Muria. Kegiatan tersebut juga sebagai pendukung program penghijauan dan untuk melestarikan berbagai jenis tanaman obat asli indonesia. Selain itu dalam wisata alam juga diselipkan wisata pendidikan yang bertemakan alam, sehingga dapat menambah wawasan para pengunjung. Pada kegiatan pendidikan ini, semua pengunjung baik dari akademisi maupun umum terlibat secara langsung untuk
praktek lapangan. Kegiatan wisata alam lereng
Pegunungan Muria yang direncanakan oleh pengelola memiliki tujuan agar pengunjung dapat mempelajari keseluruhan mengenai hutan dan lebih khususnya dapat mempelajari flora fauna yang ada dan tata air. 5.4.2. Kegiatan wisata kebun Kawasan lereng Pegunungan Muria sebagian besar berupa kebun kopi dan pertaniannya maka pengelola merencanakan suatu kegiatan wisata petanian disekitar hutan atau Agroforestry merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha agro (pertanian) forestry (hutan) sebagai objek wisata. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menambah pengetahuan dan pengalaman pengunjung dibidang pertanian. Pesan yang ingin disampaikan pengelola kepada pengunjung dari kegiatan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan kosong adalah dengan menjaga hutan agar tetap lestari
90
masyarakat sekitar juga dapat meningkat kesejahteraanya dengan berkebun disekitar kawasan hutan. 5.4.3. Kegiatan wisata budaya Terdapatnya makam salah satu Wali Songo yaitu Sunan Muria (Raden Umar Said), kawasan ini setiap hari rame didatangi pengunjung dengan alasan tersebut pengelola merencanakan untuk membuat kegiatan wisata budaya. Selain makam Sunan Muria di kawasam Lereng Pegunungan Muria terdapat Makam Syeh Sadzali terletak di sebelah timur laut makam Sunan Muria, Makam Syeh seorang pedagang dari Persia yang kaya raya, Beliau datang ke tanah Jawa untuk berdagang dan menyiarkan agam Islam. Makam Syeh tepatnya berada di kawasan Rejenu dan banyak pengunjung berziarah di makam Syeh Sadzali. Selain itu pengelola bermaksud untuk menggerakkan masyarakat desa Colo, Japan dan Kajar untuk menggali kembali potensi budaya nenek moyang. Pengelola bermaksud menjadikan budaya wiwit kopi, kupatan dan bukaluwur menjadi salah satu agenda dalam kegiatan wisata budaya lereng Pegunungan Muria. 5.4.4. Kegiatan wisata mematung Jalur menuju kawasan wisata lereng Pegunungan Wisata alam akan melewati Galery Taqim Art, digaleri tersebut banyak terdapat lukisan-lukisan ataupun patung-patung hasil karya seniman asal kudus. Pengelola berencana untuk dapat bekerjasama dengan Taqim Art untuk membuat suatu kegiatan wisata mematung. Pengunjung kawasan lereng Pegunungan Muria bisa menyaksikan secara langsung pembuatan aneka jenis kerajinan keramik, patung dan kerajinankerajinan khas muria lainnya.
5.5. Perencanaan Interpretasi Kawasan Wisata Alam Lereng Pegunungan Muria Kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria merupakan satu-satunya kawasan wisata alam di Kabupaten Kudus. Tujuan perencanaan interpretasi di kawasan lereng Pegunungan Muria mengacu pada Ferry (1998) yaitu mampu membantu pengelola dalam mengembangkan perencanaan jangka panjang, memeberikan solusi perlindungan sumberdaya alam dan peningkatan kinerja
91
pengelola dengan tidak mengurangi jumlah pengunjung dan memberikan solusi atas masalah sumberdaya alam. Lokasi kegiatan interprteasi di kawasan lereng Pegunungan Muria terletak pada 7 jalur yang menggambarkan kondisi fisik dan biologi kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus. Ketujuh jalur tersebut adalah Buper – Petoko, Buper – Makam Sunan Muria, Pos 1 – Rejenu, Japan – Rejenu, Pos 2 dan Pos 3 – Pos 4, Rejenu – Guo, Rejenu – Argopiloso – Argojembangan. Tema kegiatan interpretasi di kawasan lereng Pegunungan muria adalah ”Budaya Muria Terpelihara, Alam Lestari”.
92
Gambar 38 Peta objek dan daya tarik wisata interpretasi kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus.
93
5.5.1. Rencana satuan interpretasi Rencana satuan interpretasi ditujukan kepada seluruh kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria. a. Lokasi interpretasi Lokasi kegiatan interpretasi berada pada jalur Buper – Petoko, Buper – Makam Sunan Muria, Pos 1 – Rejenu, Japan – Rejenu, Pos 2 dan Pos 3 – Pos 4, Rejenu – Guo, Rejenu – Argopiloso – Argojembangan. Jalur ini dipilih berdasarkan kondisi fisik kawasan yang dapat dilalui sebagian besar pengunjung dan juga memiliki potensi sumberdaya alam yang menggambarkan kondisi fisik, biologi dan sosial budaya kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus. 1. Jalur Buper – Petoko Perencanaan jalan setapak pada jalur Buper – Petoko adalah kombinasi dari jalan lurus dengan sedikit berbelok-belok. Panjang jalur lurus kurang lebih 800 meter yang merupakan jalur setapak yang terbuat dari tanah dan akan dilanjutkan pada jalur yang bervarisasi antara jalur lurus dengan jalur yang berbelok-belok. Jalur ini diperuntukan untuk kelas umur 15-24 tahun dan kelas umur 25-50 tahun. Objek interpretasi di jalur ini adalah hutan tanaman sengon, sungai, telogo rejo dan kebun tales. 2. Jalur Buper – Makam Sunan Muria Kondisi jalur Buper – Makam Sunan Muria adalah jalan lokal dan jalan tangga. Perencanaan pada jalur ini adalah tetap membiarkan jalan pada kondisi sebelumnya yaitu jalan beraspal dan jalan tanggga. Jalur ini diperuntukan untuk semua kelas umur. Objek interpretasi pada jalur ini adalah buper kajar, Taqim art, taman ria dan penangkaran rusa. 3. Jalur Pos 1 – Rejenu Perencanaan kondisi fisik jalan dari jalur Pos 1 menuju Rejenu adalah jalan setapak dari susunan batu yang tertata rapi. Pada jalur ini kondisinya relatif lurus sampai jarak 400 meter dan akan menemukan jalur yang sedikit berbelok dengan jarak 100 meter, lalu jalur akan kembali lurus dengan jarak 400 meter dan berbelok kembali melewati jembatan dengan jarak 100 meter, lalu akan dilanjutkan kembali pada jalur lurus sampai objek Rejenu dengan jarak 500 meter. Jalur ini diperuntukan untuk semua kelas umur. Objek
94
interpretasi pada jalar ini adalah kebun kopi, bukit kuncen, Monyet ekor panjang dan kebun rebung. 4. Jalur Japan – Rejenu Jalur menuju Rejenu dari Japan memiliki kondisi jalur yang relatif lurus dengan kondisi fisik jalur yang telah bersemen. Perencanaan pada jalur ini adalah memperbaiki kondisi jalan yang sudah rusak. Jalur ini diperuntukan untuk semua kelas umur. Objek interpretasi yang ada di jalur ini adalah jenis burung yang ada disepanjang jalur. 5. Jalur Pos 2 dan Pos 3 – Pos 4 Jalur Pos 2 dan Pos 3 sampai pada Pos 4 merupakan jalur yang sudah dikembangkan pengelola menjadi jalur wisata. Perencanaan jalur interpretasi pada jalur ini adalah bervariasi antara jalur yang lurus dan jalur yang berbelok yang nantinya mengantarkan pengunjung ke objek wisata yang spektakuler yaitu air terjun Monthel. Merencanakan pembangunan kondisi fisik jalur dengan batu yang tersusun rapi membuat kesan yang alami dan memberikan kenyamanan pengunjuung pada jalur ini. Jalur ini diperuntukan untuk semua kelas umur. Objek interpretasi pada jalur ini adalah air terjun Monthel. 6. Jalur Rejenu – Guo Jalur Rejenu – Guo yang sebagian besar didominasi oleh jalur sungai memberikan kesan tersendiri bagi pengunjung yang melalui jalur ini, karena kondisi jalur yang bervariasi antara jalur lurus dan sedikit berbelok-belok. Perencanaan kondisi fisik pada jalur adalah jalan setapak yang terbuat dari tanah tetapi jalur lebih diperjelas dengan melakukan perawatan dengan cara melakukan pembersihan jalur dari ilalang yang tumbuh secara liar. Jalur ini diperuntukan untuk kelas umur 15-24 tahun dan kelas umur 25-50 tahun. Objek interpretasi pada jalur ini adalah Gua jepang, teyeng, karang, Gua corcoran dan sungai. 7. Jalur Rejenu – Argopiloso – Argojembangan Jalur Rejenu – Argopiloso – Argojembangan merupakan jalur untuk menuju puncak. Perencanaan jalur yang dibuat adalah jalan setapak yang tidak membangun ataupun memindahkan sumberdaya alam yang ada dijalur ini. Pengelolaan jalur dapat dengan pembersihan sepanjang jalur dari ilalang-
95
ilalang yang tumbuh. Jalur ini diperuntukan untuk kelas umur 15-24 tahun dan KU 25-50 tahun. b. Media interpretasi Seorang perencana interpretasi menurut Ferry (1998) juga harus merencanakan media interpretasi untuk mencapai keberhasilan dalam menyampaikan pesan kepada pengunjung. Kuantitas dan kualitas sumberdaya yang ada akan membantu pembuatan media interpretasi, melainkan tidak dari bahan material pembuatan media tersebut. Kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria merupakan kawasan wisata alam yang memiliki formasi ekosistem hutan, kebun dan taman maka media interpretasi yang sesuai adalah media yang mampu menghubungkan secara langsung antara pengunjung dengan sumberdaya alam yang ada. Selain itu menurut analisis keinginan pengunjung sebagian besar pengunjung tidak memerlukan media interpretasi berupa pelayanan petugas atau pemandu interpretasi. Hal ini dikarenakan pengunjung kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria melakukan kunjungan bersama teman atau saudara yang sudah terlebih dahulu mengetahui kondisi kawasan wisata alam ini. Pengunjung lebih memilih media interpretasi dalam bentuk papan nama objek interpretasi, papan himbauan interpretasi dan papan informasi interpretasi yang berupa peta interpretasi. Kegiatan interpretasi di kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria lebih kepada jalur pemanduan sendiri atau self guided trails . Perencanaan media interpretasi untuk kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria berdasarkan kondisi fisik alam dan keinginan pengunjung maka direncanakan media berupa papan petunjuk arah, papan nama dan papan informasi interpretasi. Papan petunjuk arah terutama perlu dipasang pada awal jalur dan pertigaan atau perempatan pada jalur. Papan petunjuk arah bertujuan agar dapat mengarahkan pengunjung pada jalur interpretasi yang diikuti. Papan nama dipasang pada tempat-tempat tertentu yang berpotensi menjadi objek interpretasi, yaitu air terjun, sungai, mata air dan pada lokasi tumbuhan tertentu untuk menjelaskan nama, nama daerah, nama ilmiah, keistimewaan dan manfaat tumbuhan yang bersangkutan. Papan informasi interpretasi alam
96
dapat ditempatkan pada awal jalur maupun lokasi-lokasi tertentu untuk memberikan informasi yang berkaitan dengan interpretasi seperti nama jalur, peta jalur, waktu tempuh dan materi interpretasi alam pada masing-masing jalur. Papan informasi interpretasi dapat ditempatkan di setiap pos yang telah ada. Visitor
center
merupakan
tempat
yang
menerangkan
secara
keseluruhan keadaan sumberdaya fisik dan biologi kawasan wisata alam dan juga keadaan sosial budaya masyarakat sekitar. Menurut Ferry (1998) fungsi dari Visitor center adalah membatu pengunjung dalam menikmati kunjungan di suatu area sumberdaya. Selain itu didalam Visitor center terdapat sejarah kawasan, tema dari suatu kawasan dan menekankan pada elemen cerita yang terbaik di kawasan tersebut. Visitor center harus menyediakan beberapa lokasi untuk kelas pendidikan lingkungan, tempat beristirahat, tempat orang sakit dan informasi. Oleh serena itu Visitor center di kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria, bertujuan untuk mengubah alam pikiran pengunjung kepada suasana alam lingkungan kawasan yang dikunjungi. Posisi perencanaan Visitor center alam dapat ditempatkan di kawasan bumi perkemahan Kajar dan Rejenu karena kedua kawasan ini mewakili ekosistem hutan yang berbeda. Visitor center harus menyajikan materi mengenai kondisi dan segala sesuatu yang ada dalam kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria dan termasuk segala sesuatu kegiatan interpretasi alam. Materi yang perlu disajikan dalam Visitor center adalah peta kawasan lereng Pegunungan Muria, peta lokasi sarana prasarana di kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria kudus, peta jalur interpretasi alam lereng Pegunungan Muria Kudus, maket kawasan lereng Pegunungan Muria, panil sejarah kawasan lereng Pegunungan Muria, panil foto-foto potensi kawasan lereng Pegunungan Muria Kudus, panil foto-foto kegiatan yang ada di kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria, panil tata tertib pengunjung, puataka, brosur mengenai kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria, brosur mengenai kegiatan interpretasi alam di kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria dan buku panduan kegiatan interpretasi alam di kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria.
97
Gambar 46 Peta perencanaan media interpretasi kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus.
98
5.5.2. Rencana kegiatan Rencana kegiatan interpretasi untuk kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria harus mampu membantu pengelola dalam mengembangkan perencanaan jangka panjang, memberikan solusi perlindungan sumberdaya alam dan meningkatkan kinerja pengelola dengan tidak mengurangi jumlah pengunjung dan mampu memberikan solusi atas masalah sumberdaya alam yang sedang terjadi di kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria. Tema dari kegiatan interpretasi kawasan wisata alam Lereng Pegunungan Muria yang menekankan pada kondisi sosial budaya masyarakat sekitar, sumberdaya alam fisik dan biologi, maka kegiatan yang direncanakan adalah: a. Memunculkan kembali kebudayaan, cerita rakyat dan mitos yang ada di kawasan lereng Pegunungan Muria Kudus Masyarakat lereng Pegunungan Muria Kudus memiliki kebudayaan, mitos dan cerita rakyat yang menarik untuk dikembangkan menjadi bahan kegiatan interpretasi. Pengelola dapat melakukan eksplorasi kembali terhadap kebudayaan, cerita rakyat, mitos dan cerita sejarah masyarakat lereng Pegunungan Muria Kudus. Eksplorasi dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan para pemuka adat atau tokoh masyarakat yang memahami benar mengenai kebudayaan, cerita rakyat dan mitos kawasan lereng Pegunungan Muria. Kebudayaan yang masih melekat pada masyarakat lereng Pegunungan Muria sampai saat ini adalah hormatnya masyarakat sekitar terhadap Sunan Muria, hal ini terlihat dari masyarakat masih melakukan ritual keagamaan yang dilakukan Sunan Muria. Sebagian besar cerita rakyat dan mitos di kawasan lereng Pegunungan Muria berhubungan dengan keberadaan Sunan Muria. Oleh karena itu eksplorasi kembali nilai budaya masyarakat akan menambah bahan dalam pembuatan kegiatan interpretasi di kawasan lereng Pegunungan Muria. b. Mendokumentasikan semua kegiatan yang berhubungan dengan sosial budaya masyarakat lereng Pegunungan Muria Mendokumentasikan kegiatan social budaya masyarakat dimaksudkan untuk mengabadikan setiap acara yang diadakan. Masyarakat lereng Pegunungan Muria masih melakukan beberapa upacara kebudayaan yaitu wiwit kopi, kupatan, guyang cekatak dan buka luwur.
99
c. Mengidentifikasi kembali tumbuhan yang berpotensi menjadi bahan pembuatan obat Kawasan lereng Pegunungan Muria Kudus memiliki jenis tumbuhan yang berpotensi untuk obat. Masyarakat lereng Pegunungan Muria masih melakukan kearifan tradisional dengan memanfaatkan jenis tumbuh-tumbuhan tertentu untuk menjadikan bahan dasar pembuatan obat tertentu. Kegiatan penggalian kembali jenis tanaman obat dan khasiatnya akan menjadi bahan tambahan dalam mengembangkan kegiatan interpretasi di kawasan lereng Pegunungan Muria Kudus. d. Merealisasikan rencana pembuatan arboretum dan jenis tanaman yang akan ditanam di arboretum tersebut Pengelola kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria merencanakan membuat arboretum tumbuhan obat dan arboretum tanaman kehutanan khas Pegunungan
Muria.
Kegiatan
yang
dapat
dilakukan
pengelola
adalah
membudidayakan hasil dari penggalian tumbuhan obat. Pencarian bibit pohon dan tanaman yang khas Pegunungan Muria dapat dilakukan dengan cara eksplorasi didalam hutan dan mengambil bagian tertentu yang dapat dibudidayakan atau ditanam di arboretum nantinya. Keterangan mengenai jenis tanaman dan pohon yang khas Pegunungan Muria dapat diperoleh dari wawancara terhadap masyarakat sekitar dan peninjauan pustaka pada penelitian mengenai jenis tumbuhan asli kawasan Pegunungan Muria Kudus. e. Merencanakan program interpretasi unggulan untuk kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus Berdasarkan tema utama kawasan lereng Pegunungan Muria yang mengangkat kebudayaan sebagai dasar pelestarian sumberdaya alam di kawasan Pegunungan Muria, maka pengelola dapat merencanakan satu program unggulan yang dapat ditawarkan kepada pengunjung kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria. Tujuan dari pembuatan program utama di kawasan lereng Pegunungan Muria Kudus adalah menjelaskan kondisi dan potensi sumberdaya alam dan budaya yang dimiliki kawasan lereng Pegunungan Muria sehingga pengunjung dalam melakukan perjalanan wisata akan memperoleh pengetahuan yang lebih.
100
Tahapan pembuatan program unggulan di kawasan lereng Pegunungan Muria Kudus dapat mengacu pada enam tahapan pembuatan program menurut Domroese dan Sterling (1999) yaitu menentukan topik dari program, mengangkat sumberdaya alam yang menjadi unggulan, mengidentifikasi sasaran program, memikirkan bagaimana pengunjung dapat sampai pada sasaran hasil yang dituju, menetapkan harga program dan merencanakan evaluasi terhadap program tersebut. Contoh dari bentuk program unggulan adalah mengenal flora fauna khas Pegunungan Muria dan kearifan tradisional masyarakat lereng Pegunungan Muria. f. Melakukan kegiatan pelatihan kepada para pekerja kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria mengenai kegiatan interpretasi alam Pelatihan bagi para pekerja kawasan lereng Pegunungan Muria dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Sebagian pegawai kawasan lereng Pegunungan Muria merupakan masyarakat asli lereng Pegunungan Muria sehingga secara langsung mereka lebih mengetahui keadaan sosial budaya masyarakat sekitar dan sumberdaya alam yang ada di kawasan. Pengetahuan tersebut dapat sampai pada pengunjung dengan jelas apabila dalam melakukan komunikasi dan menyampaikan pesan dapat diterima dengan mudah oleh pengunjung, maka dari itu adanya pelatihan kepada para pekerja kegiatan interpretasi sangat dianjurkan. Materi pelatihan interpretasi dapat berupa cara berkomunikasi dengan pengunjung, sumberdaya alam flora dan fauna kawasan lereng Pegunungan Muria, ekologi kawasan Pegunungan Muria dan psikologi pendidikan. 5.5.3. Rencana penugasan Organisasi tenaga kerja di kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria belum ada yang berhubungan dengan kegiatan interpretasi alam. Oleh karena itu tahap awal untuk melakukan kegiatan interpretasi di kawasan lereng Pegunungan Muria harus dibuat suatu organisasi khusus kegiatan interpretasi alam. Unsur – unsur pokok yang harus ada adalah pemimpin interprertasi, perencana interpretasi dan pelaksana interpretasi yang disebut dengan pemandu wisata alam. Tugas dari pemimpin interpretasi adalah bertanggung jawab atas semua kegiatan interpretasi yang ada di kawasan lereng Pegunungan Muria. Tugas dari perencana interpretasi adalah merencanakan segala bentuk kegiatan dan media interpretasi yang akan direalisasikan di kawasan lereng
101
Pegunungan Muria. Tugas dari pemandu interpretasi adalah selalu berkomunikasi kepada pengunjung dan membantu pengunjung dapat memahami dari kegiatan interpretasi di kawasan lereng Pegunungan Muria Kudus. Seorang pemandu interpretasi harus selalu menarik perhatian dari pengunjung yang didampingi, memberikan pengalaman yang menyenangkan dalam perjalanan, membuat pengunjung merasa senang, menguasai siapa sasaran yang akan didampingi karena harus mengetahui bahasa atau selera sesuai usia pengunjung, bahasa atau pesan yang ingin disampaikan harus mencakup kepentingan semua pengunjung yang didampingi, memperhatikan jumlah dan latar belakang pengunjung yang didampingi dan memiliki pengetahuan luas, baik yang terkait dengan kawasan wisata dan pengetahuan umum lainnya. Pemimpin kegiatan interpretasi alam lereng Pegunungan Muria sebaiknya memiliki pendidikan setingkat dengan sarjana atau memiliki pengalaman mengenai kegiatan interpretasi alam. Kondisi ekosistem kawasan lereng Pegunungan Muria yang merupakan hutan, kebun, taman dan memiliki formasi berbukit-bukit
masih
memiliki keanekaragaman
jenis
burung,
memiliki
keanekaragaman jenis tumbuhan yang berpotensi obat, kebudayaan masyarakat yang khas, maka perencana interpretasi sebaiknya merupakan tim yang terdiri dari ahli interpretasi, arsitekturlansekap, ahli burung, ahli geologi dan botani, ahli kebudayaan lereng Pegunungan Muria dan nara sumber lainnya. 5.5.4. Contoh Program Interpretasi di Kawasan Wisata Alam Lereng Pegunungan Muria Kudus Contoh program interpretasi di Pegunungan Muria pada jalur Rejenu – Argopiloso. Program interpretasi akan dimulai pada HM 1 tepat di halaman Rejenu, sampai berakhir di HM 17 yaitu puncak Argojembangan. Waktu tempuh untuk mengikuti program ini adalah 2,5 jam perjalanan. Program interpretasi ini disusun berdasarkan atas terpilihnya objek-objek yang menarik di sepanjang jalur. Topik pogram interpretasi pada jalur Rejenu – Argopiloso adalah “Menjelajah Hutan Hujan Pegunungan Muria Kudus”. Program interpretasi pada jalur Rejenu – Argopiloso adalah (1). Bird watching, (2). Pengenalan Tumbuhan (3). Pengenalan satwa Mamalia di Pegunungan Muria Kudus, (4) Pemandangan semenanjung Pegunungan Muria.
102
A. Bird Watching Program interpretasi Bird Watching mulai berjalan dari HM 1.Program ini dapat dilaksanakan pada pagi hari dan sore hari. Pagi hari program ini dimulai pada pukul 06.30 WIB – 09.30 WIB dan sore hari pada pukul 15.00 WIB – 18.00 WIB. Alat yang dipergunakan untuk mengikuti program ini adalah binokuler, kamera dan kompas/GPS. Pada program interpretasi Bird Watching pengunjung bisa mengamati burung-burung yang ada di Pegunungan Muria, seperti burung Rangkong Badak (Buceros rhinoceros) pada ketinggian 1100 m dpl, Jenis burung lainnya adalah Punglor (Pitta guajana), Tuntung (Megalaima javensis), Burung Pelatuk Bawang (Picus vittatus), burung Elang Jawa (Spizaetus bartelsi), burung Bregantil (Hemiprocne longipennis), burung Truncuk (Pycnonotus goiavier), burung Joan (Ptilinopus melanospila). Pada kegiatan Bird Watching hendaknya pengunjung dalam mengamati burung tidak mengeluarkan suara yang terlalu keras dan tidak memakai pakaian yang terlalu mencolok karena untuk menghindari burung terbang atau menghilang dari pengamatan. Pada HM 13 – HM 17 terdengar suara burung plontang yang merupakan burung endemik Pegunungan Muria Kudus pada ketinggian ± 1400 m dpl. Pada HM 14 sering ditemukan sarang burung yang berada disemak-semak antara pepohonan. B. Pengenalan Tumbuhan Program interpretasi Pengenalan Tumbuhan bisa dilakukan setiap saat tidak ada waktu khusus. Alat yang dipergunakan pada program ini adalah kompas, alat pengukur tinggi pohon, binokuler dan kamera. Pohon-pohon yang ada di Pegunungan Muria Kudus memiliki kekhasan tersendiri seperti memiliki tajuk yang lebat dan memiliki banir yang panjang dan tidak sedikit pohon yang akarnya muncul dipermukaan tanah. Jenis pohon yang mendominasi adalah Merana, hampir ditemui di sepanjang jalur. Sesampainya di HM 7 akan melalui jalur yang datar dan mulai terdapat jenis vegetasi tanaman Centigi (Demphis acidula), tanaman ini merupakan jenis tanaman perdu yang memilki ciri fisik adalah pohon kurang lebih memiliki tinggi 5 meter, memiliki morfologi daun yang menyirip dan kecil-kecil, tepi daun berwarna merah dan memiliki buah bulat dan berwarna hijau. Vegetasi lain yang mendominasi HM 7 sampai HM 10 adalah pohon Merana dan Pakis haji. Jalur akan mulai menanjak lagi setelah sesampainya pada
103
Hm 11, jenis vegetasi di sepanjang jalur pada HM 11 didominasi oleh Pakis haji dan pisang hutan dan jenis bambu. Pada HM 12 dan HM 13 mulai terdapat jenis tumbuhan kenini. Vegetasi menuju ke HM 13 akan banyak ditemukan rerumpunan bambu yang khas Pegunungan Muria, bambu tersebut disebut masyarakat sekitar Pring Towo. Keunikan dari bambu tersebut adalah terdapat air didalam bambu tersebut dan air tersebut dapat berkhasiat menyembuhkan segala macam penyakit. Apabila air didalam bambu tersebut tidak dipergunakan maka dapat membentuk kristal dalam tubuh bambu tersebut dan nantinya dapat dipergunakan untuk mengobati luka luar. C. Pengenalan satwa mamalia di Pegunungan Muria Kudus Program interpretasi Pengenalan Satwa Mamalia yang masih ada sampai saat ini di Pegunungan Muria dapat dilaksanakan pada waktu pagi dan sore hari.Pelaksanaan dipagi hari dapat dimulai pada pukul 07.00 WIB – 09.30 WIB, sedangkan pelaksanaan pada sore hari dimulai pada pukul 15.00 WIB – 18.00 WIB. Alat yang diperlukan pada program ini adalah binokuler, kompas dan kamera. Pada jalur ini merupakan habitat mamalia besar yaitu Babi hutan (Sus scrofa) karena telah ditemukan bekas kubangan dan jejak kaki babi hutan pada beberapa titik di jalur ini. Selain babi hutan pada jalur ini juga jalur bagi macan tutul (Panthera pardus) karena terdapat jejak macan tutul. Terdapatnya jejak macan tutul dan babi hutan menandakan bahwa hutan Pegunungan Muria merupakan habitat mamalia besar tersebut yang keberadaannya sudah jarang ditemukan tetapi masih ada di dalam hutan. D. Pemandangan Semenanjung Pegunungan Muria Kudus Program interpretasi Pemandangan Semenanjung Pegunungan Muria Kudus dilaksanakan pada pagi sampai sore hari, mulai pada pukul 07.00 WIB – 16.00 WIB. Alat yang diperlukan pada program ini adalah binokuler dan kamera. Pemandangan ini dapat dinikmati diatas puncak Gunung Argopiloso yaitu terdapat pada HM 17. Gunung Argopiloso memiliki ketinggian 1.568 mdpl. Di puncak Argopiloso dapat melihat pemandangan yang sangat spektakuler yaitu semenanjung Pegunungan Muria dari timur sampai barat. Ditempat ini merupakan view point yang sangat menakjubkan dan tidak jarang burung elang sering melakukan monuver di antara tebing-tebing tersebut. Pemandangan Pegunungan
104
yang dapat dilihat adalah Gunung Argojembangan, Gunung Puncak 29, Gunung Ringgit, Gunung Kelir, Gunung Gajah Mungkur, Gunung Candi Angin Lor dan Gunung Candi Angin Kidul. Dipuncak Gunung Argopiloso didominasi oleh tumbuhan Centigi (Demphis acidula). Disamping itu pada waktu matahari akan terbenam dapat disaksikan cahaya sinar kuning kemilauan yang menembus dan membiaskan keindahan alam Pegunungan Muria yang berbukit-bukit. Waktu yang diperlukan dalam menyampaikan program interpretasi berdasarkan hasil pengamatan dilapang selama penelitian adalah pada pagi, siang dan sore hari. Berdasarkan pengamatan satwa mamalia di jalur ini tidak setiap saat satwa dapat ditemukan. Tetapi untuk jenis burung dapat dengan mudah ditemukan. Program ini tetap dapat dilaksanakan kapanpun karena interperter dapat menjelaskan garis besar habitat dari satwa yang ada di Pegunungan Muria.
105
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. KESIMPULAN 1. Kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria memiliki 12 jalur dan 9 objek fisik potensial untuk dijadikan objek interpretasi yaitu Bumi Perkemahan Kajar, Telogo Rejo, Air Terjun Montel, Air terjun Gonggomino, Sendang Ngandong, Sendang Air Tiga Rasa, Gua Jepang, Puncak Argojembangan dan Puncak Argopiloso. Selain itu kawasan Pegunungan
Muria
juga
memiliki
potensi
flora
yang
dapat
dikembangkan menjadi objek interpretasi melalui kegiatan interpretasi di jalur yang berpotensi sebagai tumbuhan obat. Jenis flora yang dapat dijadikan objek interpretasi adalah Parijoto, Bregat dan Merana. Jenis fauna yang dapat dijadikan objek interpretasi adalah Monyet ekor panjang, Macan tutul, Kijang, Rangkong badak dan Plontang. 2. Pengunjung kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria sebagian besar adalah laki-laki (54 %) dan didominasi oleh pengunjung yang berusia 15-24 tahun (45 %). Sebagian besar pengunjung berstatus sebagai wiraswasta (31 %). Tujuan pengunjung datang ke kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria adalah menikmati keindahan alam (75 %). Pengunjung sebagian besar memerlukan pelayanan dan fasilitas interpretasi terutama papan interpretasi yang berupa papan objek interpretasi (81 %), papan arah objek (86 %) dan peta jalur objek interpretasi (84 %). 3. Perencanaan interpretasi alam di kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria meliputi rencana satuan, rencana kegiatan dan rencana penugasan. Tema dari kegiatan interprteasi alam di kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria adalah
“Budaya Muria
Terpelihara, Alam Lestari”. 4. Lokasi kegiatan interpretasi alam di kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria berada pada tujuh jalur utama yaitu jalur Rejenu – Argopiloso – Argojembangan, Rejenu – Guo, Buper – Petoko, Japan –
107
Rejenu, Pos 1 – Rejenu, Pos 2 dan Pos 3 – pos 4, Buper – Makam Sunan Muria. 5. Perencanaan media interpretasi ditujukan untuk menunjang kegiatan interpretasi alam pada kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria. Media interpretasi yang direncanakan antara lain papan interpretasi, peta jalur interpretasi, papan petunjuk arah, papan nama objek dengan tidak merubah bentang alam dan dikondisikan dalam keadaan sealami mungkin.
6.2. SARAN 1. Kegiatan interpretasi alam pada jalur yang telah direncanakan perlu dievaluasi secara teratur dalam kurun waktu tertentu, agar kegiatan interpretasi dapat selalu berkembang menurut kondisi jalur itu sendiri. 2. Jalur-jalur yang telah diteliti hendaknya segera dikembangkan sehingga dapat bermanfaat bagi pengunjung, masyarakat dan pengelola kawasan wisata lereng Pegunungan Muria Kabupaten Kudus.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Kudus. 2007. Paket Pekerjaan Penyusunan Masterplan Gunung Muria dan RTBL Colo Kabupaten Kudus. CV Rekayasa Jati Mandiri. Semarang. Berkmuller, K. 1981. Guidelines and Techniques For Environmental Intepretation. Published with the Support of the Netherlands Foundation for International Nature Protection (Van Tienhoven Foundation) and International Union for Conservation of Nature Resources. USA. Carr, A. 2004. Mountain Places, Cultural Spaces: The Interpretation of Culturally Significant Landscapes. Journal of Sustainable Tourism 12(5): 432-459. Darmawan, A. 2006. Sekilas Tentang Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System). Melalui Publikasi Internet pada http://www. Populer Ilmu Komputer.com. Diakses pada tanggal 2 Januari 2009. Domroese, M.C. & E.J. Sterling. 1999. Interpreting Biodiversity: A Manual for Environmental Educators in the Tropics. Center for Biodiversity and Conservation, American Museum of Natural History. New York, USA. Fall. 2000. Comprehensive Interpretive Planning. National Park Service. Department Of The Interior. Fermata. 2005. Lumber Heritage Region’s Interpretive Plan. The Pennsy Vania DCRN Heritage Parks Program. Ferry, H. 1998. Planning For Interpretation and Visitor Experience. West Virginia. Great Exscursions. 2008. Interpretation Plan/Planing. Melalui Publikasi Internet pada http://www.greatexcursions.com/cat.php/cID/21/t/Interpretation Plan. Diakses pada tangal 1 Maret 2008. Ham, S.H. 1992. Environmental Interpretation a Practical Guide For People With Big Ideas and Small Budgets. Golden, Colorado, USA: Falcrum Publishing. Ham, S.H. 2002. Meaning Making The Premise and Promise Of Interpretation. University of Idaho, USA. Melalui Publikasi Internet pada http://www.cnrhome.uidaho.edu/documents/Ham_Scotland%20Keynote%2 0(2002).pdf?pid=70588&doc=1. Diakses pada tanggal 7 Februari 2009. Ham, S.H. & B. Weiler. 2003. Interpretation is Persuasive When Themes are Compelling. Interpret Scotland Issue 8. Melalui Publikasi Internet pada http://www. Interpretscotland.org.uk. Diakses pada tanggal 7 Februari 2009.
109
Ham, S.H., A. Housego & B. Weiler. 2005. Tasmanian Thematic Interpretation Planning Manual. Compulsory Education and Training. Heny, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid IV. Badan Litbang Departemen Kehutanan. Jura Consultants. 2006. Heron Corn Mill Interpretation Plan. Campbell & Co in Consultation. Beetham Cumbria. MacKinnon, J., K. Philipps dan B Van Balen. 1988. Seri Panduan Lapangan Burung-Burung Di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Biologi. LIPI. Bogor. Madin, E.M.P. & D.M. Feton. 2004. Environmental Interpretation in the Great Barrir Reef Marine Park: An Assessment of Programme Effectiveness. Journal of Sustainable Tourism 12 (2):121-137. McArthur, S. 2005. Interpretation Plan For The Conservation and Adaptive re-use Of the North Head Quarantine Station. Mawland Construction Pty Ltd for .Australia. McLoughlin, L. 1998. New Field: Applying Visitor Research and Evaluation to Outdoor Interpretation. Graduate School of the Environment. Macquarie University. Muntasib, E.K.S.H. 2003. Interpretasi Wisata Alam. Laboratorium Rekrasi Alam Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Muntasib, E.K.S.H. & E. Rachmawati. 2003. Teknik Intepretasi Lingkungan. Studio Rekreasi Alam. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nawangsari, D. 2004. Peran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Dalam Mengembangkan Kepariwisataan Kabupaten Kudus.[Skripsi]. Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Yogyakarta. Narwastu, A. & E. Prasetyo. 2007. Perancangan Sistem Informasi Geografis Daerah Banjir Di DKI Jakarta dengan Menggunakan Arc View. Proseeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil); Jakarta, 21-22 Agustus 2007. Jakarta: Universitas Gunadarma. hlm 1-10. Nasution, S. 2007. Metode Research Penelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara. Nuarsa, I.W. 2005. Belajar Sendiri Menganalisis Data Spasial dengan ArcView GIS 3.3 untuk Pemula. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Pahsma. 2005. Interpretation Plan. The Australian Convict Experience.
110
Rakhman, F.A.N. 2007. Pengaruh Pengembangan Objek Wisata Colo Terhadap Minat Kunjungan Wisatawan Di Kabupaten Kudus. [Skripsi]. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pariwisata Indonesia. Semarang. Sastrapradja, S., E.A. Widjaja., S. Prawiroatmodjo. & S. Soenarko. 1980. Beberapa Jenis Bambu. Bogor: Lembaga Biologi Nasional-LIPI. Sastrapradja, S. & J.J. Afriastini. 1985. Kerabat Paku. Bogor: Lembaga Biologi Nasional-LIPI. Scottish Museums Concil. 2003. Factsheet Introduction to Interpretive Planning. Torphichen Street Adinburgh. Melalui Publikasi Internet pada http://www.scottishmuseums.org.uk. Diakses pada tangal 1 Maret 2008. Setiyanto, E. 2003. Dampak Objek Wisata Alam Colo Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Kudus, Jawa Tengah. [Laporan Penelitian]. Sekolah Tinggi Pariwisata Yogyakarta.Yogyakarta. Sharpe, G.W. 1982. Interpreting the Environment (2nd edition). John Willey & Sons, Inc. Singarimbun, M. & S. Effendi. 1995. Metode Penelitian Survai. PT Pustaka Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial. Jakarta. Suwantoro, G. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: ANDIYogyakarta. Sukari. 2003. Makam Sunan Muria Pengaruhnya Terhadap Pariwisata dan Masyarakat Sekitarnya. Yogyakarta. Staiff, R., R. Bushell & P. Kennedy. 2002. Interpretation in National Parks: Some Critical Questions. Journal of Sustainable Tourism 10 (2):97-113. Stewart, E.J., M.H. Glen, K. Daly & D.O. Sullivan. 2001. To Centralise or Disperse-A Question for Interpretation: A Case Study of Interpretive Planning in the Brecks. Journal of Sustainable Tourism 9 (4): 342-355. Tilden, F. 1957. Interpreting Our Heritage. The University Of North Corolina Press. New York. Trapp, S.M., M. Gross & R. Zimmarman. 1994. Signs, Trails and Wayside Exhibits Connecting People and Place (2nd edition). University Of Wisconsistevens Point. Veverka, J.A. 1998. Interpretative Master Planning. Published and distributed by Acorn Naturalists. Tustin, California. Widjanarko, M., M. Indaryani & F. Indryani. 2004. Review Tata Kelola Kawasan Muria Berbasis Sumberdaya Lokal Menuju Demokrasi Pengelolaan
111
Sumberdaya Alam yang Lestari. PKLH-Muria Research Center, Universitas Muria Kudus. Widjanarko, M. 2006. Fenomena Perilaku Perubahan Sosial: Studi Kasus Pada Masyarakat Di Kawasan Gunung Muria, Kabupaten Kudus. [Laporan Penelitian]. Program Studi Psikologi Universitas Muria Kudus. Kudus. Wearing, S., J. Neil. 2000. Ecotourism Impacts, Potentials and Possibilities. Composition by Genesis Typesetting, Laser Quay. Great Britain.
LAMPIRAN
112
Lampiran 1. Kuesioner untuk pengunjung
KUESIONER UNTUK PENGUNJUNG Peneliti: Evi Heriyaningtyas/E34053112 Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB Selamat Pagi/Siang/Sore Sebelumnya kami memohon maaf apabila mengganggu aktivitas rekreasi Bapak/Ibu/Saudara/i dengan adanya pengisian kuisioner ini. Tujuan penyebaran kuisioner ini adalah untuk mengumpulkan data dari pengunjung yang akan digunakan untuk menyusun perencanaan kawasan interpretasi di Kawasan Wisata Alam Lereng Gunung Muria. Penelitian ini dilakukan untuk menyusun skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Institut Pertanian Bogor. Data yang kami peroleh akan kami perlakukan secara rahasia. Demikian, kami ucapkan terimakasih atas perhatian dan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i Identitas responden No. Responden : Tanggal : Nama : Jenis kelamin : Asal : Pendidikan terakhir : Pekerjaan : Umur : Petunjuk: silangkan (x) pada jawaban yang paling sesuai menurut Anda, boleh lebih dari satu jawaban 1. Objek mana yang menurut Anda menarik di kawasan wisata alam lereng Gunung Muria ini? a. Bumi Perkemahan Kajar b. Air Terjun Montel c. Gua Jepang d. Air Tiga Rasa e. Makam Sunan Muria f. Lain-lain, sebutkan............................................................................................................ 2. Jalur mana yang Anda sukai/pilih untuk mencapai objek tersebut? a. Jalur dari Desa Japan b. Jalur dari Desa Colo c. Jalur dari Desa Kajar d. Lain-lainya, sebutkan...................................................................................................... 3. Menurut Anda, sarana dan prasarana seperti apa yang Anda harapkan di kawasan wisata alam lereng Gunung Muria? a. Papan arah, dimana letaknya............................................................................................. b. Papan nama, dimana letaknya........................................................................................... c. Papan cerita objek, dimana letaknya................................................................................. d. Shelter, dimana letaknya.................................................................................................... e. Pal jarak, dimana letaknya................................................................................................. f. Peta objek kawasan, dimana letaknya............................................................................... g. Pusat informasi, dimana letaknya...................................................................................... h. Pemandu wisata i. Buku panduan j. Menara pengamatan k. Lain-lain, sebutkan dan dimana letaknya...........................................................................
113
4. Apakah Anda tertarik dengan tumbuh-tumbuhan yang ada di kawasan wisata alam lereng Gunung Muria ini? a. Ya b. Tidak 5. Apabila Anda tertarik, apa yang ingin Anda ketahui dari tumbuh-tumbuhan yang terdapat di kawasan wisata alam lereng Gunung Muria? a. Nama lokal dan nama latin b. Ciri khas c. Tempat hidup d. Manfaat e. Lain-lain, sebutkan......................................................................................................... 6. Apakah Anda tertarik dengan satwa yang terdapat di kawasan wisata alam lereng Gunung Muria? a. Ya b. Tidak 7. Apabila Anda tertarik dengan satwa, apa yang ingin Anda ketahui lebih banyak lagi? a. Nama lokal dan nama latin b. Ciri khas c. Habitat d. Perilaku e. Waktu, tempat bertemu dan cara melihat f. Lain-lain, sebutkan....................................................................................................... 8. Apa tujuan Anda berkunjung ke kawasan wisata alam lereng Gunung Muria? a. Kemping/berkemah b. Menikmati keindahan alam c. Menikmati tumbuhan atau satwa d. Menikmati air terjun e. Berziarah f. Berkunjung ke Air Tiga Rasa g. Lain-lain, sebutkan.............................................................................................................. Petunjuk: Untuk pertanyaan nomor 9 sampai dengan 17, pilihlah jawaban yang menurut Anda paling tepat. 9. Jalur mana yang paling Anda pilih pada saat Anda melakukan kunjungan di kawasan wisata alam ini? a. Bumi Perkemahan Kajar-Air Terjun Montel-Air Tiga Rasa b. Bumi Perkemahan Kajar-Makam Sunan Muria c. Air Terjun Montel-Air Tiga Rasa d. Makam Sunan Muria-Air Terjun Montel e. Makam Sunan Muria-Air Tiga Rasa f. Makam Sunan Muria-Air Terjun Montel-Air Tiga Rasa 10. Apakah Anda mengetahui jalur baru di kawasan wisata alam ini? a. Ya, dimana............................................................................................................................ b. Tidak 11. Kondisi jalur seperti apa yang Anda inginkan di kawasan ini? a.Berbatu yang disusun dengan rapi b.Beraspal c.Alami d.Becek e.Lain-lainya, sebutkan........................................................................................
114
12. Apakah Anda tertaik menggunakan jasa pemanduan pada saat berkunjung di kawasan wisata alam lereng Gunung Muria? a. Ya b. Tidak 13. Bentuk program seperti apa yang Anda inginkan pada setiap jalur? a. Wisata yang menggunakan pemanduan pada setiap jalur objek b. Pemandu yang ada ditempat objek saja c. Papan informasi d. Lainnya, sebutkan........................................................................................ 14. Anda berkunjung dikawasan wisata alam lereng Gunung Muria bersama siapa? a. Keluarga b. Kelompok organisasi/sekolah c. Sendiri d. Teman 15. Dari mana Anda mendapatkan informasi mengenai kawasan wisata alam lereng Gunung Muria? a. Sendiri b. Keluarga/Teman c. Promosi dari pengelola d. Media (Internet, koran/majalah, radio dan televisi) e. Lainnya, sebutkan............................................................................................................ 16. Berapa lamakah kunjungan Anda ke kawasan wisata ini? a. Kurang dari 12 jam b. 12-24 jam c. Lebih dari 24 jam 17. Harapan dan saran Anda untuk meningkatkan layanan kepada pengunjung kawasan wisata alam lereng Gunung Muria ....................................................................................................................................................... ......................................................................................................................................................
-TERIMA KASIH-
115
Lampiran 2. Panduan wawancara kepada pihak yang terkait
A. Badan Perencanaan Daerah (Bappeda Kabupaten Kudus) 1. Bagaimana masterplan gunung Muria dan Rencana Tata Bangun dan Lingkungan (RTBL) kawasan wisata alam lereng Gunung Muria?. 2. Batas dan kawasan administrasi kawasan wisata alam lereng Gunung Muria. 3. Bagaimana pendapat apabila kawasan wisata alam lereng gunung muria lebih dikembangkan dalam perencanaan interpretasi wisata alam?. 4. Apakah telah terdapat peta kawasan wisata di wisata alam lereng Gunung Muria?. B. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kudus 1. Batas-batas pengelolaan kawasan wisata alam lereng Gunung Muria yang dibawah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kudus. 2. Objek daya tarik yang terdapat di kawasan wisata alam lereng Gunung Muria (Flora, Fauna, situs sejarah, situs kebudayaan dan Fenomena alam yang menarik) dan posisinya. 3. Mitos, legenda dan cerita rakyat yang ada di kawasan wisata alam lereng Gunung Muria. 4. Bagaimana pola kunjungan dan preferensi kunjungan?. 5. Data pengunjung 5 tahun terakhir. 6. Bagaimana pendapat apabila kawasan wisata alam lereng Gunung Muria dikembangkan dengan melalui pengembangan interpretasi alam?. C. Perum Perhutani 1. Status kawasan Gunung Muria. 2. Batas-batas kawasan pemanfaatan wisata. 3. Objek daya tarik yang dapat dikembangkan di kawasan wisata alam lereng Gunung Muria (Flora, Fauna, situs sejarah, situs kebudayaan dan Fenomena alam yang menarik) dan posisinya. 4. Mitos, legenda dan cerita rakyat yang ada di kawasan wisata alam lereng Gunung Muria.
116
5. Bagaimana kondisi kelestarian fungsi hutan lindung Gunung Muria di Kabupaten Kudus saat ini?. 6. Bagaimana pendapat apabila hutan lindung Gunung muria, tepatnya di lereng
Gunung
Muria
dikembangkan
wisatanya
dengan
melalui
pengembangan interpretasi alam?. D. Pihak Pengelola Kawasan Wisata Alam Lereng Gunung Muria 1. Objek daya tarik yang berpotensi dikembangkan sebagai objek interpretasi di kawasan wisata alam lereng Gunung Muria (Flora, Fauna, situs sejarah, situs kebudayaan dan Fenomena alam yang menarik) dan posisinya. 2. Mitos, legenda dan cerita rakyat yang ada di kawasan wisata alam lereng Gunung Muria. 3. Bagaimana pengelolaan kawasan wisata alam lereng Gunung Muria yang telah/sedang/akan dilakukan?. 4. Sistem pengelolaan ticketing. 5. Data pengunjung (minimal 5 tahun terakhir). 6. Apakah ada rencana interpretasi wisata alam lereng Gunung Muria yang telah ditetapkan?. 7. Apa saja kebijakan pengelolaan wisata alam lereng Gunung Muria?. 8. Sejarah kawasan wisata alam lereng Gunung Muria dari mulai didirikan. 9. Pemantapan dan keamanan kawasan wisata alam lereng Gunung Muria. 10. Rencana kerja (jangka panjang dan jangka pendek). E. Masyarakat Sekitar Kawasan Wisata Alam Lereng Gunung Muria 1. Karakteristik masyarakat secara keseluruhan yang mencakup mata pencaharian, jenis kelamin, pendidikan dan umur. 2. Objek daya tarik yang berpotensi dikembangkan di kawasan wisata alam lereng Gunung Muria (Flora, Fauna, situs sejarah, situs kebudayaan dan Fenomena alam yang menarik) dan posisinya. 3. Mitos, legenda dan cerita rakyat yang ada di kawasan wisata alam lereng Gunung Muria. 4. Partisipasi masyarakat di dalam kawasan wisata alam lereng Gunung Muria.
117