i
ANALISIS KONFLIK SUMBER DAYA ALAM DI PEGUNUNGAN KENDENG UTARA, KABUPATEN PATI, PROVINSI JAWA TENGAH (Studi kasus : Rencana pembangunan pabrik semen oleh PT. SMS di Kecamatan Tambakromo dan Kayen)
GANIES OKTAVIANA
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Konflik Sumber Daya Alam di Pegunungan Kendeng Utara, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah (Studi kasus : Rencana pembangunan pabrik semen oleh PT. SMS di Kecamatan Tambakromo dan Kayen) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2015
Ganies Oktaviana NIM. I34100091
iv
v
ABSTRAK GANIES OKTAVIANA. Analisis Konflik Sumber Daya Alam di Pegunungan Kendeng Utara, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah (Studi Kasus : Rencana pembangunan pabrik semen oleh PT. SMS di Kecamatan Tambakromo dan Kayen). Dibimbing oleh ARYA HADI DHARMAWAN. Konflik terkait sumber daya alam (SDA) bukanlah hal yang baru di Indonesia. Sebagian besar konflik yang terjadi dikarenakan perbedaan cara pandang dan kepentingan terhadap SDA. Hal inilah yang tercermin dari konflik SDA Pegunungan Kendeng, Kabupaten Pati. Rencana pendirian pabrik semen PT. SMS yang akan didirikan di Kabupaten Pati menimbulkan banyak pertentangan dari masyarakat. Hal ini dikarenakan SDA yang telah lama menjadi tumpuan hidup masyarakat akan segera dieksploitasi oleh pihak swasta. Kekhawatiran terhadap punahnya SDA Pegunungan Kendeng sangat dirasakan oleh masyarakat penolak pabrik semen, namun hal ini tidak terjadi pada pemerintah daerah dan beberapa pihak yang mendorong terlaksananya pendirian pabrik semen. Perbedaan idealisme antaraktor ini kemudian menjadi faktor utama terjadinya benturan kepentingan tersebut. Alhasil, konflik pun tak dapat dihindari. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi aktor yang terlibat konflik kepentingan terhadap SDA Pegunungan Kendeng dan menganalisis tipologi konflik yang tengah terjadi di Kecamatan Tambakromo dan Kecamatan Kayen. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam (in-depth interview) dengan teknik snowballing dan observasi lapang. Hasil penelitian mengidentifikasi aktor-aktor yang terlibat dalam konflik kepentingan SDA Pegunungan Kendeng kedalam delapan kelompok, yaitu organisasi akar rumput pro pabrik semen, organisasi akar rumput kontra pabrik semen, LSM hijau, LSM lokal, pemerintah, kelompok agama, swasta (PT. SMS), dan akademisi/peneliti. Sementara itu konflik yang terjadi bersifat laten dan berubah secara fluktuatif menjadi manifes akibat adanya intervensi dari aktor lainnya. Kata kunci : konflik, sumber daya alam, aktor, kepentingan, tipologi konflik.
ABSTRACT GANIES OKTAVIANA. A conflict analysis of a natural resources at North Karst Kendeng Mountain, in Pati residence, of the Middle Java Province. (Case study : A Cement factory planning construction by PT. SMS at Tambakromo and Kayen district). Supervised by ARYA HADI DHARMAWAN. A Natural resources conflict is not new things in Indonesia. Most of the conflicts that occur are because of the differences in a perspectives and interests in resource. This matter is reflected on Kendeng Mountains conflict resources in Pati residence. Development planning of cement factory (PT.SMS) to be established in Pati residence is caused many conflicts in society. This is because the natural
vi
resources that have existed become the foundation of the people there will be exploited soon by the private parties. The concern is about the extinction of the resources in Kendeng Mountains strongly rejected by the people in developing the cement factory, but the local government and some parties are supported the development of this cement factory. The differences idealism of each actor becomes the main factor of this problem. As a result, conflicts are inevitable. The purpose of this study is to identify the actors involved the conflict about the SDA Mountains Kendeng and analyze a typology of this conflict which is happening in District Tambakromo and Kayen. The method that is used is qualitative approach through in-depth interviews with a snowballing technique and observation the field. The results of the study is to identify the actors who are involved in the conflict of interest SDA Kendeng Mountains into eight groups, there are grassroot organization (pro with cement factory), grassroot organization (contra with cement factory), NGO’s (green party), NGO’s (local party), government (local and national), religious groups, private (PT. SMS), and academics / researchers. While, the conflict that is happened, has a latent characteristics and change fluctuate become manifest as a result of the intervention of other actors. Keywords : conflict, natural resources, actor, interest, typology of conflict.
vii
ANALISIS KONFLIK SUMBER DAYA ALAM DI PEGUNUNGAN KENDENG UTARA, KABUPATEN PATI, PROVINSI JAWA TENGAH (Studi kasus : Rencana pembangunan pabrik semen oleh PT. SMS di Kecamatan Tambakromo dan Kayen)
GANIES OKTAVIANA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
viii
x
xi
PRAKATA
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan YME atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Konflik Sumber Daya Alam di Pegunungan Kendeng Utara, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah (Studi kasus : Rencana pembangunan pabrik semen oleh PT. SMS di Kecamatan Tambakromo dan Kayen)” dengan baik. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada Bapak Dr Ir Arya Hadi Dharmawan, MSc Agr selaku dosen pembimbing yang telah sangat sabar dalam membimbing serta memberikan motivasi, saran dan masukan kepada penulis selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini dan kepada Bapak Soeryo Adiwibowo, berkat beliau penulis belajar banyak dari lokasi penelitian. Serta untuk yang tidak pernah terlupakan, ucapan terimakasih kepada keluarga baru penulis yaitu keluarga besar Omah Kendeng yang begitu menyenangkan bagi penulis dan kepada seluruh masyarakat Kecamatan Tambakromo, Kecamatan Kayen, dan Kecamatan Sukolilo yang telah menerima dan membantu penulis dalam memberikan informasi untuk keperluan penelitian ini. Rasa terimakasih dan sayang teramat sangat juga penulis sampaikan kepada Ayah Warsono, Ibu Min Juminah, dan Adik Galih Dwicaksono yang selalu memberikan do’a dan semangat kepada penulis. Terakhir, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada keluarga besar Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat yang telah memberikan pengetahuan kepada penulis selama berkuliah di Institut Pertanian Bogor dan kepada keluarga besar Unit Kegiatan Mahasiswa Uni Konservasi Fauna (UKM UKF) yang senantiasa memberikan bantuan, dukungan serta masukan bagi penulis. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Maret 2015 Ganies Oktaviana
xii
xiii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian Definisi Konseptual PENDEKATAN LAPANG Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Pemilihan Informan Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengolahan dan Analisis Data GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Tambakromo Kecamatan Kayen PROYEK BESAR RENCANA PEMBANGUNAN PABRIK SEMEN OLEH PT. SMS Proses masuknya PT. SMS ke Kecamatan Tambakromo dan Kayen Dekripsi Proyek Pembangunan Pabrik Semen PT. SMS Kontestasi Pengelolaan Sumber Daya Alam Pegunungan Kendeng Utara di Tingkat Pemerintah Daerah Ikhtisar AKTOR DAN JEJARING AKTOR Identifikasi Aktor Jaringan Kekuatan Politik dan Relasi Kuasa Antaraktor Ikhtisar PETA KEPENTINGAN TERHADAP SUMBER DAYA ALAM PEGUNUNGAN KENDENG UTARA Kepentingan Para Aktor Peta benturan Kepentingan Aktor Ikhtisar TIPOLOGI KONFLIK, BENTUK-BENTUK, DAN RESOLUSI KONFLIK Tipologi Konflik Sumber Daya Alam Pegunungan Kendeng Utara Bentuk-bentuk Konflik Sumber Daya Alam Pegunungan Kendeng
xiii xv xv xv 1 1 6 8 9 11 11 20 21 21 23 23 23 23 24 24 25 25 25 27 27 30 35 37 39 39 54 59 63 63 73 76 77 77 80
xiv
Utara Resolusi Konflik yang Dilakukan Para Kelompok Kepentingan Ikhtisar SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
84 85 87 89 91 123
xv
DAFTAR TABEL Tabel 1 Daftar lokasi calon kegiatan penambangan beserta jenis lahan yang dipakai untuk penambangan bahan baku Tabel 2 Daftar lokasi lahan yang akan dibebaskan oleh PT. SMS Tabel 3 Daftar nama-nama LSM yang terlibat konflik sumber daya alam Pegunungan Karst Kendeng Utara, Kabupaten Pati Tabel 4 Matriks relasi kuasa dan jaringan aktor Tabel 5 Pemetaan kepentingan kelompok aktor Tabel 6 Benturan kepentingan dari aspek ekonomi, politik, sosial, dan budaya Tabel 7 Tipe konflik kepentingan sumber daya alam Pegunungan Kendeng Utara berdasarkan agressiveness
32 33 47 55 74 75 81
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3 Gambar 4 Gambar 5
Kerangka penelitian Asal mula masuknya PT. SMS ke Kecamatan Tambakromo dan Kecamatan Kayen Gubernur Jawa Tengah berkunjung ke Desa Beketel, Kecamatan Kayen untuk melihat illegal logging Intensitas konflik Konflik berdasarkan dinamika transformasi yang terjadi
20 38 66 78 83
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6
Timeline penelitian Peta lokasi penelitian Panduan wawancara Bukti-bukti pemenfaatan Pegunungan Kendeng Utara Bukti-bukti penolakan terhadap pabrik semen Dokumentasi arsip
92 93 94 96 103 109
xvi
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Karst merupakan lanskap yang terbentuk karena peleburan batuan karbonat, meskipun sama, bentukan ini juga dapat ditemukan di kawasan gunung berapi dan permafrost. Keterlibatan air dalam proses pembubaran batuan karbonat sangat berpengaruh terhadap terbentuknya karst. Lapisan bawah tanah karst yang mengandung air (akuifer pada karst) merupakan hal yang paling penting dibahas dalam pengelolaan karst. Karakteristik bentuk permukaan dari karst antara lain, yaitu polje, sinkhole (doline), swallow, karren, pavement dalam beragam ukuran, dry valleys dan blind valleys. Area di bawah permukaan karst biasa disebut sebagai gua. Namun, banyak dari gua-gua tersebut yang tidak dapat dimasuki oleh manusia karena gua-gua tersebut tidak memiliki pintu masuk atau celah. Saluran karst kadang sulit dipelajari karena heterogenitasnya yang tinggi dan berhubungan dengan aliran tingkat dalam batuan dasar. Karst dapat ditemukan di beberapa wilayah, seperti Eropa, Asia, Amerika Utara, Amerika Selatan, Amerika Tengah, Karibia, Australia, dan Afrika (Beynen 2011). Salah satu karst yang terdapat di wilayah Asia adalah Kawasan Karst Pegunungan Kendeng Utara yang terletak di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Kawasan Karst Pegunungan Kendeng Utara membentang di lima kabupaten, yaitu Kabupaten Kudus, Kabupaten Blora, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Rembang, dan Kabupaten Pati. Secara ekologis, Kawasan Karst Pegunungan Kedeng Utara memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah. Tercatat ada 24 jenis flora yang tumbuh di sana, antara lain Mahoni (Swietenia macrophylia), Jambu Mete (Anacardium occidentale), Randu Kapuk (Ceiba Pentandra), Randu Alas (Salmalia malabarica), dan Kepuh (Sterculia foetida). Sedangkan untuk faunanya, terdapat 45 jenis burung, 11 jenis mamalia, 1 jenis herpetofauna yaitu ular Sanca Kembang (Pyton reticulatus) dan jenis-jenis dari arthropoda serta moluska1. Tumbuhan-tumbuhan yang terdapat di Pegunungan Kendeng Utara memiliki peranan penting dalam mengikat air yang masuk ke dalam pori-pori rekahan Pegunungan Kendeng Utara agar air tidak langsung lolos begitu saja sehingga dapat digunakan oleh masyarakat sekitar kaki Pegunungan Kendeng Utara. Berdasarkan data hasil penelitian, sumber mata air yang terdapat di Pegunungan Kendeng Utara, Kabupaten Pati sebanyak 79 sumber mata air sepanjang tahun2 di Kecamatan Sukolilo (Ismalina 2013) dan 15 sumber mata air sepanjang tahun di Kecamatan Tambakromo3 (Wacana et al 2008). Sementara data lain menemukan sebanyak 200 sumber mata air yang terdapat di Pegunungan Kendeng Utara. Serupa dengan tumbuhan yang terdapat di Pegunungan Kendeng Utara, faunanya pun memberikan peranan penting lainnya seperti kelelawar yang 1 2 3
http://lists.indymedia.org/pipermail/imc-jakartake/2009-February/0223-oy.html (diakses 26 Februari 2014) Sumber mataair sepanjang tahun adalah mataair yang persediaan airnya tidak bergantung pada musim Wacana et al (2008) tentang Kajian Potensi Kawasan Kars Kendeng Utara Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Pati dalam jurnal online DREaM edisi 21.08.2008 oleh LPPM UPN (Veteran) ; http://kruha.org
2
berguna untuk pengontrol hama serta kotoran kelelawar yang dapat dijadikan sebagai pupuk. Masyarakat sekitar Pegunungan Kendeng Utara menganggap Pegunungan Kendeng Utara sebagai sumber daya alam yang sangat memberikan manfaat bagi kehidupan mereka. Seluruh aktivitas sehari-hari masyarakat dapat berjalan dengan optimal karena memanfaatkan sumber daya alam Pegunungan Kendeng Utara. Salah satunya yang dimanfaatkan adalah sumber-sumber mata air sepanjang tahun yang terdapat di Pegunungan Kendeng Utara. Sumber-sumber mata air tersebut tidak pernah mati dan selalu dialiri air sepanjang musim, sehingga menjadi sumber daya yang tak ternilai bagi masyarakat. Sebanyak lebih dari 8.000 KK di sekitar Pegunungan Kendeng Utara, Kabupaten Pati memanfaatkan sumbersumber mata air tersebut untuk mengairi sawah, mandi, memasak, mencuci, dan keperluan sehari-hari lainnya. Kemudahan mengakses dan tercukupinya kebutuhan terhadap air dari sumber mata air Pegunungan Kendeng Utara membuat masyarakat menjadi sangat bergantung dengan sumber daya alam Pegunungan Kendeng Utara. Sebuah hasil penelitian Ismalina (2013) memberikan informasi tentang perhitungan valuasi ekonomi pemanfaatan Pegunungan Kendeng Utara. Hasilnya adalah sumber daya alam Pegunungan Kendeng Utara secara keseluruhan telah memberikan manfaat bagi 91. 688 jiwa di Kecamatan Sukolilo dan 73. 051 jiwa di Kecamatan Kayen. Sumber mata air yang terdapat di Pegunungan Kendeng Utara merupakan sumber pengairan bagi 2.010 ha lahan sawah yang terletak di kaki Pegunungan Kendeng Utara dengan menggunakan irigasi teknis yang terletak di sebelah utara sepanjang sungai Juana II dan Juana I dengan menggunakan sistem pompanisasi. Khusus untuk 79 sumber mata air yang terdapat di Kecamatan Sukolilo, sumber-sumber mata air itu tersebar dari wilayah yang paling tinggi sampai yang paling rendah di Kecamatan Sukolilo. Debit sumber mata air tersebut pun paling kecil 0.06 liter/detik dan paling besar 178 liter/detik. Dari analisis morfologis, 75% wilayah Pati dialiri oleh sumber mata air dari Pegunungan Kendeng Utara. Hasil penelitian tersebut juga mencatat ada sebanyak 1.197 jiwa warga Sedulur Sikep yang menggarap lahan pertanian di wilayah Sukolilo, Baturejo, Gadudero, Kedumulyo dan Kasiyan. Tidak hanya itu, sebanyak 1.473 KK (satu per empat dari total 5.894 KK) bekerja sebagai peternak sapi dan memanfaatkan lahan sawah di Pegunungan Kendeng Utara untuk dijadikan pakan bagi ternak mereka. Pakan bagi ternak didapat dari jerami ketika masa panen dan pakan rumput ketika tidak ada panen. Sementara itu, aktivitas lainnya seperti pembangunan dan penambangan juga dijabarkan dalam penelitian tersebut seperti kegiatan pembangunan pabrik di Desa Kedomulyo, penambangan batu kapur di Desa Sukolilo, Desa Sumbersoko, Desa Gadudero, Desa Kedomulyo, dan Desa Tempo Gunung, serta penambangan tanah liat di lahan pertanian Desa Gadudero, Desa Baturejo, dan Desa Kasihan. Penemuan lainnya adalah terdapat sebanyak 15 gua berair (sungai bawah tanah) dari sebanyak 24 gua yang telah ditemui di Pegunungan Kendeng Utara. Hal ini mengindikasikan bahwa sistem hidrologi tanah di atas gua masih ada dan proses kartisifikasi masih berlangsung di gua-gua tersebut (karakter KARST I). Gua-gua yang terdapat pada Pegunungan Kendeng Utara kerap dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai objek wisata. Sungai bawah tanah yang
3
terbentuk di dalamnya sering menjadi destinasi tempat berenang warga. Tak hanya itu, air terjun yang terdapat di sekitar Pegunungan Kendeng Utara juga menjadi objek wisata unggulan di Kabupaten Pati. Kesakralan Pegunungan Kendeng Utara semakin terpancar dari pemanfaatannya untuk kebutuhan spiritual warga. Kebutuhan ini tampak pada beberapa situs-situs spiritual yang terdapat di beberapa titik sekitar Pegunungan Kendeng Utara. Salah satunya adalah situs spiritual Pikulun Nogorojo yang acapkali didatangi masyarakat, baik dari Pati ataupun luar Pati. Adanya situs-situs ini juga dijadikan sebagai simbol budaya atau adat istiadat yang melekat dalam kehidupan warga Pati. Pegunungan Kendeng Utara juga diyakini oleh masyarakat sebagai benteng penghalang terjadinya bencana alam gempa. Tidak hanya berhenti pada pemanfaatan sumber mata air yang berasal dari Pegunungan Kendeng Utara, masyarakat juga jeli memanfaatkan potensi lainnya yang merupakan potensi utama dari Pegunungan Kendeng Utara, yaitu penambangan batu gamping. Sebagian besar aktivitas penambangan yang dilakukan masyarakat adalah penambangan skala kecil dengan menggunakan alatalat tradisional. Namun ada juga pemodal yang melakukan aktivitas penambangan dengan menggunakan alat berat dan mempekerjakan warga sekitar. Melalui hasil penambangan batu gamping ini, warga akan mendapatkan upah yang bisa dijadikan nafkah bagi keluarga mereka. Jika di telisik dari status perizinan, sebenarnya pekerjaan penambangan batu gamping yang dilakukan warga tersebut adalah kegiatan illegal sehingga dilarang untuk dilakukan. Namun karena pekerjaan tersebut sudah dilakukan sejak lama dan tidak ada tindakan serius dari aparat pemerintah daerah untuk menanganinya, maka illegal mining kini menjadi pekerjaan utama para oknum warga yang masih dilakukan hingga sekarang. Nilai ekonomi dari bebatuan yang tersimpan di Pegunungan Kendeng Utara ternyata juga mengundang minat para investor dari luar Pati. Potensi karst yang terkandung di Pegunungan Kendeng Utara sejak lama telah menjadi sinyal bagi para investor untuk berinvestasi, salah satunya adalah pertambangan batu gamping sebagai bahan baku utama pembuatan semen. Dalam sembilan tahun terakhir, terhitung sudah ada dua investor yang mencoba untuk berinvestasi batu gamping di Pati, yaitu PT. SG di tahun 2006 dan PT. SMS di tahun 2008 hingga saat ini. Kala itu PT. SG gagal berinvestasi dikarenakan cacat perizinan, sehingga pada tahun 2011 PT. SG resmi angkat kaki dari Kabupaten Pati tanpa sempat melakukan proyek pendirian pabrik semen. Mundurnya PT. SG dari Pati ternyata tidak membuat PT. SMS gentar dengan rencananya, meskipun rencana tersebut banyak mendapat pertentangan dari masyarakat Pati. Maka untuk kedua kalinya masyarakat Pati harus berhadapan lagi dengan pabrik semen berskala besar. Semenjak munculnya wacana akan didirikannya pabrik semen oleh PT. SMS, kehidupan masyarakat mulai tidak tenang, terlebih ketika PT. SMS mulai melakukan manuver ke pejabat dan kalangan elit daerah demi menyukseskan rencana pendirian pabrik semen. Kekhawatiran masyarakat ini sangat beralasan karena masyarakat tidak ingin sumber kehidupannya (Pegunungan Kendeng Utara) punah oleh „raksasa pemilik modal‟. Rasa khawatir inilah yang kemudian memaksa masyarakat untuk berbuat lebih jauh demi mempertahankan penghidupan untuk masa depan. Ancaman kerusakan lingkungan serta tergerusnya nilai-nilai sosial-budaya masyarakat nampaknya sudah terbayang dalam benak mereka. Bagi mereka hanya
4
ada dua pilihan, yaitu mati karena berjuang untuk kesejahteraan masa depan atau hidup dalam bayang-bayang kesengsaraan masa depan. Memang, sebagai sumber daya alam, Pegunungan Kendeng Utara memiliki begitu banyaknya nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, baik sosial, budaya, ekonomi, ekologi, bahkan spiritual. Persoalannya adalah ketika nilai-nilai tersebut dipahami secara berbedabeda oleh masing-masing pihak yang berkepentingan terhadap Pegunungan Kendeng Utara. Terlebih lagi, tiap-tiap pihak memiliki caranya tersendiri dalam memandang Pegunungan Kendeng Utara sebagai sumber daya alam. Akibatnya, konflik kepentingan terhadap Pegunungan Kendeng Utara pun tak dapat dihindari. Para pihak yang merasa berkepentingan terhadap Pegunungan Kendeng Utara turut ambil peran dalam konflik. Karst secara de jure, mengacu pada UUD 1945 pasal 33 ayat 3, merupakan sumber daya alam berstatus state property (milik negara). Karst menurut Kementerian Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM) dalam Peraturan Menteri ESDM No 17 tahun 2012 tentang Penetapan Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK) adalah Kawasan Lindung Nasional. Sebagaimana kawasan lindung nasional, kawasan tersebut harus dilindungi dan dilestarikan. Begitu pentingnya kawasan karst, pada tahun 1997 lembaga konservasi dunia, International Union for Conservation of Nature (IUCN) sebelumnya juga telah mengukuhkan kawasan karst sebagai kawasan yang harus dilestarikan4. Berangkat dari pada ketiga jenis kebijakan tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa arah status kepemilikan (property right) Pegunungan Kendeng Utara berkecenderungan kepada kepemilikan negara (state property) yang harus dilindungi dan dilestarikan. Seakan sejalan dengan kesimpulan tersebut, Kementerian Kehutanan memberikan mandat kepada Perhutani Pati untuk mengelola kawasan Pegunungan Kendeng Utara agar dapat dikelola dengan arif dan bijak. Perhutani tidak bekerja sendirian dalam mengelola kawasan Pegunungan Kendeng Utara. Pola pengelolaan berbasis sistem kolaborasi dengan masyarakat sekitar Pegunungan Kendeng Utara sengaja diterapkan oleh Perhutani agar terciptanya harmonsasi antara aparat pemerintah dengan masyarakat. Pola pengelolaan dengan sistem kolaborasi ini memperbolehkan warga untuk turut serta merawat dan mengelola pohon jati yang sengaja ditanam untuk sistem kolaborasi ini. Nantinya, hasil dari panen pohon jati akan dibagi berdasarkan sistem bagi hasil yang telah disepakati bersama. Bagi hasil yang pada awalnya direncanakan dapat memberikan keuntungan bagi Perhutani maupun masyarakat ternyata tidak terlaksana sesuai dengan kesepakatan. Hambatannya karena masa panen pohon jati yang terlalu lama sehingga membuat para pengelola menjadi tidak sabar untuk segera mendapatkan hasil. Akhirnya banyak pohon-pohon jati yang sengaja ditebang warga sebelum masa panen tiba. Akibatnya, hasil yang didapat warga tidak sebanyak hasil penjualan kayu jati yang telah siap panen. Penebangan ini kemudian disebut sebagai kegiatan illegal logging oleh sebagian warga pro lingkungan karena pohon yang ditebang belum memasuki masa panen. Hasil penelitian Ismalina (2013) menemukan fakta bahwa sekarang ini banyak tegalan yang ditanami pohon jati. Akan tetapi hasil yang didapat dari menanam pohon jati sama saja dengan hasil yang didapat dari menanam tanaman musiman (sayuran atau buah-buahan). 4
www.tn-babul.org
5
Meskipun kegiatan illegal logging tersebut dilarang karena melanggar aturan, tetapi kegiatan tersebut dijadikan sebagai mata pencaharian utama bagi sebagian warga di sekitar kaki Pegunungan Kendeng Utara. Berkat kegiatan illegal logging ini, warga dapat menghidupi keluarga mereka, bahkan adapula yang sampai mampu menyekolahkan anak mereka ke tingkat perguruan tinggi. Secara implisit konfik tengah terjadi diantara Perhutani, warga pelaku illegal logging, dan warga pro lingkungan. Konflik ini semakin jelas ketika beberapa warga Pati pro lingkungan melaporkan kegiatan illegal logging yang terjadi di Desa Beketel, Kecamatan Kayen yang dilakukan oleh oknum warga kepada Polres Pati. Laporan tersebut ditanggapi positif oleh pihak pemerintah daerah dan selang beberapa hari setelah pelaporan, pemerintah daerah yang terdiri dari Gubernur Jawa Tengah, Bupati Pati, dan perangkat pemerintah daerah lainnya berkunjung ke Desa Beketel, Kecamatan Kayen untuk melihat langsung hutan yang telah gundul akibat dari aktivitas illegal logging. Kunjungan perangkat pemerintah daerah tersebut juga disambut dengan sangat antusias oleh masyarakat Pati, bahkan banyak juga masyarakat yang berasal dari luar Kabupaten Pati sengaja datang menghadiri kunjungan Gubernur Jawa Tengah saat itu. Konflik terhadap sumber daya alam yang terus bergulir di Kabupaten Pati kini tidak dapat terpisahkan dari kehidupan masyarakat Pati. Terlebih yang paling menarik perhatian massa saat ini yaitu konflik dengan pabrik semen PT. SMS. Seperti telah disinggung sebelumnya, sejak sembilan tahun yang lalu konflik dengan pabrik semen telah terjadi di Kabupaten Pati dengan dua pihak swasta (PT. SG dan PT. SMS). Akan tetapi hingga detik ini belum ada pabrik semen yang berhasil untuk mendirikan pabriknya di Kabupaten Pati, hal ini tidak terlepas dari perjuangan masyarakat bersama aktor-aktor lain yang membantu mereka, seperti LSM dan organisasi akar rumput pro lingkungan ataupun berorientasi ekopopulis. Dinamika yang terjadi di Pati saat ini adalah masyarakat Pati memiliki posisi tawar yang tinggi (khususnya masyarakat sekitar kaki Pegunungan Kendeng Utara) dalam memengaruhi rencana berdirinya pabrik semen (contoh kasus PT. SG). Oleh karena itu, hal ini begitu menarik, karena merujuk dari contoh-contoh kasus konflik sumber daya alam yang pernah terjadi di Indonesia, masyarakat selalu berada pada posisi tak berdaya, termarjinalkan, dan tercerabut dari tempat tinggalnya sendiri. Saat ini pun kekuatan yang dihimpun oleh masyarakat beserta LSM dan organisasi akar rumput pro lingkungan dan ekopopulis telah cukup memberikan pengaruh, yaitu terhambatnya rencana proyek pendirian pabrik semen oleh PT.SMS dari rencana yang dijadwalkan dalam KA AMDAL PT. SMS yaitu di tahun 2014. Peristiwa mundurnya PT. SG mungkin saja dapat terulang kembali pada PT. SMS, akan tetapi peran pejabat daerah, elit lokal, LSM hingga organisasi akar rumput dan masyarakat pendukung pabrik semen tak dapat diacuhkan begitu saja. Hampir bersamaan dengan mundurnya PT. SG mendirikan pabrik semen di Pati, pejabat daerah Provinsi Jawa Tengah maupun Kabupaten Pati menerbitkan kebijakan-kebijakan menyangkut penambangan di sekitar Pegunungan Kendeng Utara. Beberapa dari kebijakan-kebijakan yang telah diterbitkan tersebut diantaranya ada yang kemudian dijadikan sebagai landasan utama bagi PT. SMS mengajukan proyek pendirian pabrik semen di Pati. Tindakan yang dilakukan pemerintah daerah Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Pati ini menurut
6
Alkhudri (2012) merupakan dualisme fungsi terkait kepentingan pemerintah. Bahwasannya, Alkhudri (2012) memiliki pemikiran, negara memiliki dua fungsi sekaligus, baik sebagai aktor pengguna maupun pelindung sumber daya alam. Oleh sebab itu, negara juga sering mengalami konflik kepentingan, sehingga banyak kritik terhadap eksistensi negara. Negara sering mempersulit upaya memecahkan masalah lingkungan, berusaha mengejar pembangunan ekonomi, termasuk berusaha menarik perusahaan multinasional untuk menanamkan modal di wilayahnya yang terkadang mengabaikan aspek perlindungan lingkungan hidup. Etika lingkungan pemerintah yang mengejar pembangunan tersebut disebut sebagai developmentalism atau mengedepankan misi-misi pembangunan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian dan antroposentrik atau mengutamakan kebutuhan manusia dengan tidak mempertimbangkan komponen biotik dan abiotik lainnya (lingkungan). Pada titik klimaks inilah kemudian konflik kepentingan ini menjadi kompleks karena adanya peran-peran dan intervensi dari kalangan elit pemegang kekuasaan. Maka dari itu, konflik kepentingan terhadap sumber daya alam Pegunungan Kendeng Utara penting untuk dikaji lebih dalam untuk mengetahui bagaimana konflik kepentingan yang terjadi terhadap sumber daya alam Pegunungan Kendeng Utara di Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah ?
Perumusan Masalah Pada tanggal 11 Mei 2014, sekitar 20-an warga Desa Brati, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati melakukan aksi tandur papan5 di jalan, sawah, dan lahanlahan sebagai bentuk penolakan terhadap rencana pembangunan pabrik semen oleh PT. SMS. Berbagai macam tulisan penolakan ditulis dalam sebuah papan kayu bekas dengan menggunakan tinta cat berwarna merah, putih, dan hitam. Baik anak-anak, remaja, juga orang dewasa terlibat dalam aksi tersebut. Seorang pria muda memulai orasi dengan kalimat-kalimat penolakan dan menentang kehadiran pabrik semen. Sementara orang-orang disekitarnya saling berteriak menyambut ucapan sang orator. Beberapa wartawan juga diundang untuk meliput aksi yang tengah dilakukan. Gambaran tersebut adalah sedikit cerita tentang aksi-aksi yang dilakukan oleh warga Kecamatan Tambakromo dan Kecamatan Kayen untuk menolak berdirinya pabrik semen oleh PT. SMS. Rencana pendirian pabrik semen oleh PT. SMS telah menjadi polemik yang besar bagi warga Pati, khususnya bagi warga di Kecamatan Tambakromo dan Kayen. Hal ini disebabkan karena lokasi yang menjadi target tapak pabrik semen dan lokasi tambang bahan baku terletak di dua kecamatan tersebut. Lahan warga berupa sawah, ladang, juga pemukiman bakal dikonversi untuk kawasan pabrik semen. Aksi yang dilakukan masyarakat adalah tindakan perlawanan yang merepresentasikan sebuah ketidaksetujuan dan kekecewaan terhadap pemerintah atas rencana pendirian pabrik semen. Meskipun belum ada keputusan mengenai pendirian pabrik semen oleh PT. SMS, akan tetapi prosesi terkait perizinan dan 5
Tanam papan
7
segalanya yang berkaitan masih terus dilakoni PT. SMS, sehingga kekhawatiran yang teramat sangat akan berdirinya pabrik semen di Pati dirasakan penuh oleh masyarakat Pati. Tak dapat dipungkiri bahwa hampir seluruh lini kehidupan masyarakat sekitar kaki Pegunungan Kendeng Utara sangat bergantung pada pemanfaatan kawasan karst ini. Bagi masyarakat Pati, Pegunungan Kendeng Utara adalah nadi kehidupan mereka, semua kehidupan bermulai dari sana. Baik skala kecil maupun skala besar juga bergantung pada nadi ini. Bahkan, demi mempertahankan Pegunungan Kendeng Utara ini, masyarakat rela untuk melakukan perang jika itu dibutuhkan. Berbeda dengan pergerakan pihak lainnya, pihak swasta dalam hal ini PT. SMS melakukan gerakan melalui jalur birokrasi yang mana melibatkan banyak instansi pemerintahan. Keterlibatan pemerintah tentunya berpengaruh pada posisi pemerintah sebagai pemegang kekuasaan dan kewenangan. Hal inilah yang kemudian dicurigai oleh masyarakat, dimana dimunculkannya peraturan daerah yang mengubah fungsi Pegunungan Kendeng Utara dari pertanian dan pariwisata menjadi pertambangan dan agroindustri. Sementara menurut PP No. 26 tahun 2008, Kawasan Karst Pegunungan Kendeng Utara dikategorikan ke dalam kawasan lindung6 yang mana fungsi utamanya adalah melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Kebijakan pengembangan pola ruang Pegunungan Karst juga tercantum di PP tersebut dalam pasal 7 ayat 1. Kebijakan tersebut meliputi pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Kecurigaan-kecurigaan antaraktor terus bermunculan seiring dengan tereskalasinya konflik. Pihak pemerintah daerah juga tampaknya tidak mampu berbuat lebih banyak untuk mengambil keputusan. Hal ini tampak pada alasanalasan yang diutarakan pihak pemerintah daerah bahwa pemda hanya bisa menunggu instruksi dari pemerintah pusat, sedangkan masyarakat menginginkan adanya ketegasan dari pejabat daerah. Padahal, nasib Pegunungan Kendeng Utara berada ditangan „tuan rumah’nya. Dari perspektif pemerintahan, sebenarnya kehadiran PT. SMS memberikan angin segar bagi pembangunan di Pati. Sebagian besar para pejabat masih menganggap bahwa dengan investasi pertambangan ini dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, sehingga dengan adanya investasi dari luar, pemerintah daerah berharap dapat meningkatkan pendapatan daerahnya. Sementara dari perspektif aktor pro lingkungan, Kawasan Karst Pegunungan Kendeng memiliki peran penting dalam ekosistem. Keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya adalah keseimbangan dalam sistem ekologi. Kawasan karst juga merupakan kawasan pelindung bagi sekitarnya. Perubahan fungsi ekologis akan sangat mungkin berdampak pada ekosistem dan tentu saja akan berpengaruh terhadap semua yang terdapat pada Pegunungan Kendeng Utara, seperti hilangnya fungsi Pegunungan Kendeng Utara sebagai kawasan penyangga hidrologi dan mengeringnya sumber-sumber mata air di dalamnya. Apabila kerusakan tersebut terjadi tentunya akan sangat mengganggu aktivitas masyarakat Pati, karena hampir seratus persen keperluan sehari-hari (khususnya penggunaan air) mengandalkan air dari Pegunungan Kendeng Utara.
6
Secara hukum, statusisasi pembagian kawasan karst Pegunungan Kendeng Utara yang spesifik untuk budidaya dan pelestarian (kawasan lindung) belum dilakukan oleh pihak pemerintah daerah Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Pati.
8
Kondisi inilah kemudian yang menyebabkan kontroversi dalam menghadapi proyek rencana pendirian pabrik semen. Tarik menarik kepentingan sudah pasti terjadi, tetapi siapa sajakah aktor-aktor yang terlibat dalam konflik kepentingan terhadap sumber daya alam Pegunungan Kendeng Utara ? adalah hal yang paling penting untuk dianalisis sejak awal untuk mengetahui pelaku konflik. Melalui informasi aktor-aktor yang terlibat konflik maka dapat dipetakan relasi kuasa aktor dan jejaring aktor. Semua pelaku dalam konflik kepentingan ini tak terlepas dari misi perwujudan kepentingannya. Berdasar dari etika lingkungan yang berbeda membawa para aktor kepada perbedaan kepentingan yang beririsan dengan pengelolaan sumber daya alam Pegunungan Kendeng Utara. Sebagai titik bertemunya para aktor, Pegunungan Kendeng Utara nasibnya ditentukan oleh para aktor konflik. Masa depan Pegunungan Kendeng Utara juga dapat terefleksi dari cara bagaimana aktor memaknainya sebagai sumber daya alam dengan potensi yang melimpah. Kontestasi terhadap sumber daya alam Pegunungan Kendeng Utara harus ditelisik lebih jauh tentang apa saja kepentingan para aktor terhadap sumber daya alam Pegunungan Kendeng Utara ? merupakan pertanyaan penting selanjutnya yang harus diungkap dalam penelitian ini. Setiap konflik memiliki karakteristik yang berbeda-beda di masing-masing tempat. Untuk mengetahui bagaimana tipologi konflik yang terjadi terhadap sumber daya alam Pegunungan Kendeng Utara ? digunakan indikator berupa intensitas konflik, kedalaman konflik, keterbukaan konflik, keterlibatan massa, serta keterlibatan gender. Hal ini dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana dinamika konflik yang terjadi. Melalui indikator-indikator tersebut diharapkan dapat cukup mewakili dari kondisi yang sebenarnya dan menjadi gambaran yang mudah dipahami. Dalam setiap konflik yang terjadi akan ada solusi-solusi yang ditawarkan oleh aktor yang yang terlibat. Upaya-upaya yang ditawarkan tersebut dianalisis melalui pertanyaan bagaimana resolusi konflik yang ditawarkan oleh aktor yang terlibat konflik kepentingan terhadap sumber daya alam Pegunungan Kendeng Utara ? Berbekal pada empat pertanyaan kunci tersebut, maka penelitian tentang Analisis Konflik Sumber Daya Alam di Pegunungan Kendeng Utara, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah (Studi kasus : Rencana pendirian pabrik semen oleh PT. SMS di Kecamatan Tambakromo dan Kayen) telah selesai dilaksanakan. Studi kasus ini diharapkan dapat menjadi cerminan bagi seluruh masyarakat yang sedang mengalami peristiwa yang serupa.
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka secara umum penelitian mengenai “Analisis Konflik Sumber Daya Alam di Pegunungan Kendeng Utara, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah (Studi kasus : Rencana pendirian pabrik semen oleh PT. SMS di Kecamatan Tambakromo dan Kayen)” bertujuan untuk: Mengidentifikasi aktor-aktor yang terlibat konflik kepentingan terhadap 1. sumber daya alam Pegunungan Kendeng Utara;
9
2. 3. 4.
Mengidentifikasi kepentingan dan pengaruh masing-masing aktor yang terlibat konflik kepentingan terhadap sumber daya alam Pegunungan Kendeng Utara; Menganalisis tipologi konflik kepentingan terhadap sumber daya alam Pegunungan Kendeng Utara; dan Mengidentifikasi resolusi konflik yang ditawarkan aktor pada konflik kepentingan terhadap sumber daya alam Pegunungan Kendeng Utara.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi akademisi, pemangku kebijakan dan masyarakat pada umumya mengenai kajian konflik kepentingan terhadap sumber daya alam yang secara nyata ditemui pada masyarakat. Secara spesifik dan terperinci manfaat yang didapatkan oleh berbagai pihak adalah sebagai berikut: 1. Bagi akademisi Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran dalam penelitian mengenai konflik sumber daya alam. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi literatur bagi akademisi yang ingin mengkaji lebih jauh mengenai studi konflik yang terjadi pada pegunungan karst. 2. Bagi pemangku kebijakan Penelitian ini diharapkan dapat menambah rujukan para pemangku kebijakan dalam membuat kebijakan terkait pengelolaan pegunungan karst dengan pertimbangan dari berbagai macam aspek. 3. Bagi masyarakat Penelitian ini diharapkan mampu memperluas wawasan masyarakat mengenai kasus konflik kepentingan terhadap sumber daya alam khususnya di pegunungan karst dari berbagai macam aspek kehidupan.
10
11
PENDEKATAN TEORETIS Tinjauan Pustaka
Teori Konflik Teori konflik yang muncul pada abad ke 18 dan 19 dapat dimengerti sebagai respon dari lahirnya dual revolution, yaitu demokratisasi dan industrialisasi, sehingga kemunculan sosiologi konflik modern, di Amerika khususnya, merupakan pengikutan atau akibat dari realitas konflik dalam masyarakat Amerika (Mc Quarrie 1995). Sejauh ini, konflik dimaknai sebagai akibat yang ditimbulkan dari perbedaan atau pertentangan yang terjadi diantara para pihak. Konflik juga dimaknai sebagai akibat dari terbatas atau keterbatasannya ‘sesuatu’ sehingga menyebabkan pihak-pihak yang berkepentingan harus berkompetisi untuk mendapatkannya atau menguasainya. Konflik sendiri selalu ada dalam kehidupan bermasyarakat yang memiliki perbedaan kepentingan satu sama lainnya. Sementara itu menurut Wirawan (2010), konflik merupakan salah satu esensi dari kehidupan dan perkembangan manusia yang mempunyai karakteristik yang beragam. Manusia memiliki perbedaan jenis kelamin, strata sosial dan ekonomi, sistem hukum, bangsa, suku, agama, kepercayaan, serta budaya dan tujuan hidup yang berbeda. Perbedaan inilah yang melatarbelakangi terjadinya konflik. Konflik dimaknai sebagai perbedaan persepsi mengenai kepentingan terjadi ketika tidak terlihat adanya alternatif. Selama masih ada perbedaan tersebut, konflik tidak dapat dihindari dan selalu akan terjadi. Konflik dapat terjadi hanya karena salah satu pihak memiliki aspirasi tinggi atau karena alternatif yang bersifat integratif dinilai sulit didapat. Ketika konflik semacam itu terjadi, maka ia akan semakin mendalam bila aspirasi sendiri atau aspirasi pihak lain bersifat kaku dan menetap (Pruit dan Rubin 2004). Konflik dapat menciptakan konsensus dan integrasi. Oleh sebab itu, proses konflik sosial merupakkan kunci adanya struktur sosial. Dahrendrof berpendapat bahwa di dalam setiap asosiasi yang ditandai oleh pertentangan terdapat ketegangan diantara mereka yang ikut dalam struktur kekuasaan dan yang tunduk pada struktur itu (Poloma 2007). Jenis Konflik Konflik banyak jenisnya dan dapat dikelompokkan berdasarkan berbagai kriteria. Sebagai contoh, konflik dapat dikelompokkan berdasarkan latar terjadinya konflik, pihak yang terkait dalam konflik, dan substansi konflik diantaranya adalah konflik personal dan konflik interpersonal, konflik interes (conflict of interest), konflik realitas dan konflik non realitas, konflik destruktif dan konflik konstruktif, dan konflik menurut bidang kehidupan (Wirawan 2010). Wirawan (2010) membedakan jenis konflik berdasarkan posisi pelaku konflik, yaitu:
12
1.
2.
Konflik vertikal Konflik yang terjadi antara elit dan massa (rakyat). Elit yang dimaksud adalah aparat militer, pusat pemerintah ataupun kelompok bisnis. Hal yang menonjol dalam konflik vertikal adalah terjadinya kekerasan yang biasa dilakukan oleh pemerintah terhadap rakyat. Konflik horizontal Konflik terjadi dikalangan massa atau rakyat sendiri, antara individu atau kelompok yang memiliki kedudukan yang relatif sama. Artinya, konflik tersebut terjadi antara individu atau kelompok yang memiliki kedudukan relatif sederajat, tidak ada yang lebih tinggi dan rendah.
Faktor Penyebab Konflik Upreti (2001) menjelaskan bahwa konflik dalam masyarakat juga dipengaruhi oleh konteks sosial (organisasi dan struktur masyarakat), pola interaksi (meningkat atau menurun), cara (antara lain : kekerasan, ketidakcocokan), waktu (spesifik dari periode waktu), kepercayaan terhadap kelompok yang berkonflik dan derajat ketidakcocokan tujuan mereka dan struktur kekuatan. Selain konteks sosial, ketidakjelasan batas-batas wilayah kelola juga kerap kali menjadi faktor yang paling dominan karena masing-masing aktor akan saling mengakuisisi. Seperti yang ditulis oleh Rachman (2013) tentang sebabsebab terjadinya konflik7, diantaranya : a. Pemberian izin/hak/konsesi oleh pejabat publik (Menteri Kehutanan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Kepala Badan Pertanahan Nasional, Gubernur, dan Bupati) yang memasukkan tanah/wilayah kelola/SDA kepunyaan sekelompok rakyat ke dalam konsesi badan-badan usaha raksasa dalam bidang produksi, ekstrasi, maupun konservasi. Penggunaan kekerasan, manipulasi, dan penipuan dalam pengadaan tanah b. skala besar untuk proyek-proyek pembangunan, perusahaan-perusahaan raksasa, dan pemegang konsesi lain dalam bidang produksi, ekstraksi, maupun konservasi. c. Eksklusi sekelompok rakyat pedesaan dari tanah/wilayah kelola/SDA yang dimasukkan dalam konsesi badan usaha raksasa tersebut. d. Perlawanan langsung dari rakyat sehubungan eksklusi tersebut. Faktor-faktor konflik termasuk sumber-sumber konflik juga dijelaskan oleh Tadjudin (2000), antara lain yaitu perbedaan. Perbedaan tersebut bersifat mutlak yang artinya secara obyektif memang berbeda, namun perbedaan tersebut hanya ada pada tingkat persepsi. Pihak lain bisa dipersepsikan memiliki sesuatu yang berbeda dan pihak lain dicurigai sebagai berbeda, meski secara obyektif sama sekali tidak terdapat perbedaan. Menurut Tadjudin (1999) perbedaan tersebut dapat terjadi pada tataran, antara lain : (1) perbedaan persepsi; (2) perbedaan pengetahuan; (3) perbedaan tata nilai; (4) perbedaan kepentingan; dan (5) perbedaan akuan hak kepemilikan (klaim). Penyebab konflik yang ditekankan oleh Fisher et al. (2001) adalah isu-isu utama yang muncul pada waktu menganalisis konflik, yaitu isu kekuasaan, budaya, identitas, gender dan hak. Isu7
Konflik yang dimaksud di dalam jurnal Bhumi Edisi 37, tahun 12, April 2013 adalah konflik agraria
13
isu ini muncul ketika mengamati interaksi antarpihak yang bertikai, yang pada satu kesempatan tertentu akan menjadi latar belakang konflik serta berperan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi secara diam-diam. Sedangkan menurut Wiese dan Becker in Soekamto (2006) yang melatarbelakangi adanya konflik atau pertentangan : a. Perbedaan antara individu-individu Perbedaan pendirian dan perasaan mungkin akan melahirkan bentrokan antara mereka. b. Perbedaan kebudayaan Perbedaan kepribadian dari orang perorangan tergantung pula dari pola-pola kebudayaan yang menjadi latar belakang pembentukan serta perkembangan kepribadian tersebut. c. Perbedaan kepentingan Perbedaan kepentingan antara individu maupun kelompok merupakan sumber lain dari pertentangan. d. Perubahan sosial Perubahan sosial yang berlangsung dengan cepat untuk sementara waktu dapat mengubah nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Sebab-sebab Terjadinya Konflik Perbedaan dan pertentangan yang terjadi diantara aktor biasanya berawal dari hal-hal yang menurut Francis (2006) sebagai berikut : a. Komunikasi Salah pengertian yang berkenaan dengan kalimat, bahasa yang sulit dimengerti dan informasi yang tidak lengkap. b. Struktur Pertarungan kekuasaan antara pemilik kepentingan atau sistem yang bertentangan, persaingan untuk memperebutkan sumber daya yang terbatas, atau saling ketergantungan dua atau lebih kelompok-kelompok kegiatan kerja untuk mencapai tujuan mereka. c. Pribadi Ketidaksesuaian tujuan atau nilai-nilai sosial pribadi dengan perilaku yang diperankan mereka dan perubahan dalam nilai-nilai persepsi. Kondisi Obyektif yang Bisa Menimbulkan Konflik Konflik sering kali merupakan salah satu strategi para pemimpin untuk melakukan perubahan. Jika tidak dapat dilakukan secara damai, perubahan diupayakan dengan menciptakan konflik. Pemimpin menggunakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan konflik untuk menggerakkan perubahan. Akan tetapi, konflik dapat terjadi secara alami karena adanya kondisi obyektif yang dapat menimbulkan terjadinya konflik. Berikut ini adalah kondisi obyektif yang bisa menimbulkan konflik (Wirawan 2010) : a. Tujuan yang berbeda dikemukakan oleh Hocker dan Wilmot. Konflik terjadi karena pihak-pihak yang terlibat konflik mempunyai tujuan yang berbeda. b. Komunikasi yang tidak baik, komunikasi yang tidak baik seringkali menimbulkan konflik dalam organisasi. Faktor komunikasi yang
14
c.
d. e.
menyebabkan konflik misalnya : distorsi, informasi yang tidak tersedia dengan bebas, dan penggunaan bahasa yang tidak dimengerti oleh pihakpihak yang melakukan komunikasi. Beragam karakteristik sosial, konflik di masyarakat sering terjadi karena anggotanya mempunyai karakteristik yang beragam; suku, agama, dan etika lingkungan. Karakteristik ini sering diikuti dengan pola hidup yang eksklusif satu sama lain yang sering menimbulkan konflik. Pribadi orang, dalam hal ini konflik terjadi karena adanya sikap curiga dan berpikiran negatif kepada orang lain, egois, sombong, merasa selalu paling benar, kurang dapat mengendalikan emosinya, dan ingin menang sendiri. Kebutuhan, orang yang memiliki kebutuhan yang berbeda satu sama lain atau mempunyai kebutuhan yang sama mengenai sesuatu yang terbatas jumlahnya. Kebutuhan merupakan pendorong terjadinya perilaku manusia. Jika kebutuhan orang terhambat, maka bisa memicu terjadinya konflik.
Tipe-tipe Konflik Kartikasari (2001) mengatakan, dalam suatu konflik akan digambarkan persoalan-persoalan sikap, perilaku dan situasi yang ada. Tipe-tipe konflik terdiri atas tanpa konflik, konflik laten, konflik terbuka, dan konflik di permukaan, berikut ini penjelasan dari tipe-tipe konflik menurut Kartikasari (2001) : a. Tanpa konflik, setiap kelompok atau masyarakat yang hidup damai itu lebih baik, jika mereka ingin agar keadaan ini terus berlangsung, mereka harus hidup bersemangat dan dinamis, memanfaatkan konflik perilaku dan tujuan, serta mengelola konflik secara kreatif. b. Konflik laten, sifatnya tersembunyi dan perlu diangkat ke permukaan sehingga dapat ditangani secara efektif. c. Konflik terbuka, adalah yang berakar dari semangat nyata, dan memerlukan berbagai tindakan untuk mengatasi akar penyebab dan berbagai efeknya. d. Konflik di permukaan, memiliki akar yang dangkal atau tidak berakar dan muncul hanya karena kesalahpahaman mengenai sasaran, yang dapat diatasi dengan meningkatkan komunikasi. Akibat dari Konflik Implikasi dari konflik dapat berbeda terhadap orang yang berbeda pula, juga berbeda peneliti dengan berbeda teori dan perspektif (Sidaway 1996). Marah, emosi, dan ketidakpercayaan, dapat berperan dalam meningkatkan konflik dalam masyarakat (Grey 1989). Persepsi terhadap realita dari orang yang berbeda dapat mempengaruhi konflik daripada realita itu sendiri, karena orang-orang berkelakukan atas dasar persepsi dan interpretasi mereka. Menurut Wirawan (2010), beberapa akibat yang ditimbulkan oleh pertentangan atau konflik, antara lain : a. Bertambahnya solidaritas/in-group Apabila suatu kelompok bertentangan dengan kelompok lain, solidaritas antara warga-warga kelompok biasanya akan tambah erat. Hancurnya atau retaknya kesatuan kelompok b.
15
c.
d. e.
Hal ini terjadi apabila timbul pertentangan antargolongan dalam suatu kelompok. Adanya perubahan kepribadian individu Ketika terjadi pertentangan, ada beberapa pribadi yang tahan dan tidak tahan terhadapnya. Mereka yang tidak tahan akan mengalami perubahan tekanan yang berujung tekanan mental. Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia Konflik yang berujung pada kekerasan maupun peperangan akan menimbulkan kerugian, baik secara materi maupun jiwa-raga manusia. Akomodasi, dominasi, dan takluknya suatu pihak Konflik merupakan kenyataan yang hidup dalam masyarakat. Konflik bisa terjadi ketika beberapa tujuan dari masyarakat tidak sejalan.
Manajemen Konflik Ketika menghadapi situasi konflik, orang berperilaku tertentu untuk menghadapi lawannya. Perilaku mereka membentuk satu pola atau beberapa pola tertentu. Pola perilaku orang-orang dalam menghadapi situasi konflik disebut sebagai gaya manajemen konflik. Gaya-gaya manajemen konflik diantaranya (Wirawan 2010) : a. Koersi, yaitu suatu bentuk akomodasi yang terjadi melalui pemaksaan kehendak suatu pihak terhadap pihak lain yang lebih lemah. Misalnya, sistem pemerintahan totalitarian. b. Kompromi, yaitu suatu bentuk akomodasi ketika pihak-pihak yang terlibat perselisihan saling mengurangi tuntutan agar tercapai suatu penyelesaian. Misalnya, perjanjian genjatan senjata antara dua negara. c. Arbitrasi, yaitu terjadi apabila pihak-pihak yang berselisih tidak sanggup mencapai kompromi sendiri. Misalnya, penyelesaian pertentangan antara karyawan dan pengusaha dengan serikat buruh, serta Departemen Tenaga Kerja sebagai pihak ketiga. d. Mediasi, seperti arbitrasi namun pihak ketiga hanya penengah atau juru damai. Misalnya, mediasi pemerintah RI untuk mendamaikan fraksi-fraksi yang berselisih di Kamboja. e. Konsiliasi, merupakan upaya mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama. Misalnya, panitia tetap menyelesaikan masalah ketenagakerjaan mengundang perusahaan dan wakil karyawan untuk menyelesaikan pemogokan. f. Toleransi, yaitu bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang resmi. g. Stalemate, terjadi ketika kelompok yang terlibat pertentangan mempunyai kekuatan seimbang. Kemudian keduanya sadar untuk mengakhiri pertentangan. Misalnya, persaingan antara Blok Barat dan Blok Timur. Ajudikasi, yaitu penyelesaian masalah melalui pengadilan. Misalnya, h. persengketaan tanah warisan keluarga yang diselesaikan di pengadilan.
16
Aktor-aktor Kegiatan pengelolaan sumber daya alam tak lepas dari keterlibatan banyak pihak, mulai dari masyarakat (grass root) hingga pada perusahaan (industri kapital). Banyaknya aktor yang terlibat bukan berarti distribusi dalam mendapatkan manfaat sumber daya alam juga turut banyak ataupun merata dengan baik. Oleh karena itu konflik pun muncul dengan melibatkan banyak pihak dari luar, baik untuk mempertahankan kepentingan masing-masing ataupun untuk pendampingan penyelesaian konflik. Aktor-aktor tersebut diantaranya : Masyarakat Lokal Masyarakat lokal adalah aktor yang terlibat langsung dalam setiap kasus konflik sumber daya alam. Kepentingan mereka terhadap sumber daya alam adalah sebagai tempat bermukim dan untuk keberlangsungan hidup. Mereka memanfaatkan sumber daya alam di sekitarnya dengan adat mereka melalui caracara yang sudah turun-temurun dilestarikan. Namun sayangnya, sebagai aktor pemanfaat utama, masyarakat juga sebagai aktor yang paling pertama terkena dampak dari rusaknya sumber daya alam akibat keserakahan para korporat/kapitalis.
Swasta (Private Sector) Swasta adalah aktor yang memiliki modal besar untuk melakukan usaha terhadap sumber daya alam dengan tujuan mengeruk keuntungan, baik skala perusahaan maupun individu. Biasanya para aktor swasta ini memberikan sedikit uang ‘tali asih’ yang diberikan kepada masyarakat sekitar sebagai bentuk kompensasi bagi masyarakat yang sudah memberikan lahannya. Banyak terjadi kasus yang melibatkan pihak swasta dengan masyarakat berakhir dengan konflik akibat dari pengingkaran ‘janji-janji’ pihak swasta kepada masyarakat. Orientasi profit bagi swasta adalah hal yang utama sehingga tak segan-segan swasta akan melakukan berbagai cara, seperti menipu, melakukan kekerasan, melakukan pengusiran, dan hal tak manusiawi lainnya demi tercapainya tujuan tersebut.
Pemerintah/Negara (State) Pemerintah/negara (state) adalah aktor pengambil keputusan juga regulator yang sebenarnya paling berkuasa terhadap negara dan isinya. Kepentingannya terhadap sumber daya alam adalah penetapan terhadap kebijakan pengelolaan sumber daya alam baik untuk kepentingan pembangunan maupun pelestarian (konservasi). Namun ditengah-tengah panasnya konflik, keberadaan negara (state) kemudian dipertanyakan. Sebagai institusi yang seharusnya menyejahterakan kehidupan rakyatnya, keberpihakkan pemerintah/negara (state) menjadi hal yang ditunggu-tunggu, khususnya bagi masyarakat lokal. Sayangnya, negara pun seperti tak memiliki kuasa dalam mengambil keputusan. Negara hanya berpatok pada kebijakan-kebijakan yang telah dibuat, yang disayangkan juga, kebijakan tersebut pun pelaksanaannya disalahgunakan oleh oknum-oknum negara. Tak heran negara pun ternyata berusaha mengeruk pundi-pundi keuntungan dari sumber daya alam dengan dalih pembangunan dan peningkatan perekonomian, ataupun dengan dalih lainnya, yaitu menjaga kelestarian lingkungan, para aparat negara berusaha mati-matian menjaga suatu kawasan dengan tidak mempedulikan
17
manusia di sekitarnya, masyarakat lokal. Oleh karena itu, apapun akar masalah konfliknya, masyarakat lokal tetap dan selalu menjadi aktor yang terkena dampak langsung, karena dalam hal ini negara melupakan bagian dari dirinya, yaitu rakyat. Maka sudah menjadi hal yang lumrah ketika rakyat berontak atas ketidakadilan yang diterima dan kemudian tidak percaya lagi kepada negara.
Kelembagaan Masyarakat Di lain sisi hadir aktor pemberi angin segar bagi masyarakat lokal yang sudah tidak memiliki daya dan upaya. Aktor tersebut adalah LSM ataupun gerakan sosial-gerakan sosial (akar rumput) yang memiliki tujuan bermacammacam, antara lain bertujuan membela keadilan manusia. Akan tetapi, adapula LSM dan organisasi akar rumput yang kepentingannya adalah untuk menjaga kelestarian lingkungan. Beragamnya idealisme dari masing-masing LSM dan organisasi akar rumput akan menimbulkan konflik diantara sesama LSM dan organisasi akar rumput, maka bukan tidak mungkin bila LSM dan organisasi akar rumput dapat membantu ataupun malah menjadi predator bagi masyarakat itu sendiri. Saling bertolak-belakangnya idealisme ini akan seperti bola salju bagi konflik itu sendiri, karena kehadiran masing-masing LSM dan organisasi akar rumput justru tidak memberikan perubahan kearah perbaikan namun malah memperparah keadaan. Hal ini terjadi akibat saling mempertarungkan ego masing-masing LSM dan organisasi akar rumput, sehingga lupa akan tujuan utama, yaitu menyelesaikan konflik itu sendiri. Etika Lingkungan Tiap-tiap aktor yang terlibat dalam konflik sumber daya alam tentunya memiliki etika lingkungan yang berbeda-beda dalam memandang suatu sumber daya alam. Etika lingkungan yang dianut dari suatu aktor menjadi poin penting dalam mengidentifikasi kepentingannya. Terdapat tiga etika lingkungan terhadap sumber daya alam (Keraf 2010). Diantaranya adalah antroposentris, biosentris, dan ekosentris. Antroposentris adalah teori etika lingkungan hidup yang memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta. Manusia dan kepentingannya dianggap yang paling menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam kaitan dengan alam, baik secara langsung atau tidak langsung. Nilai tertinggi adalah manusia dan kepentingannya. Model etika lingkungan biosentrisme menganggap tidak benar bahwa hanya manusia yang mempunyai nilai, karena alam juga mempunyai nilai pada dirinya sendiri lepas dari kepentingan manusia. Ciri utama etika ini adalah biocentric, karena teori ini menganggap setiap kehidupan dan makhluk hidup mempunyai nilai dan berharga pada dirinya sendiri. Teori ini menganggap serius setiap kehidupan dan makhluk hidup di alam semesta. Semua makhluk hidup bernilai pada dirinya sendiri sehingga pantas mendapat pertimbangan dan kepedulian moral. Alam perlu diperlakukan secara moral, terlepas dari apakah ia bernilai bagi manusia atau tidak. Sedangkan teori ekosentrisme merupakan kelanjutan dari teori etika lingkungan hidup biosentrisme, sehingga sering disamakan begitu saja dengan biosentrisme. Meskipun begitu, terdapat perbedaan diantara keduanya, biosentrisme hanya memusatkan etika pada komunitas biotis, pada kehidupan
18
seluruhnya. Sedangkan ekosentrisme justru memusatkan etika pada seluruh komunitas ekologis, baik yang hidup maupun tidak. Secara ekologis, makhluk hidup dan benda-benda abiotis lainnya saling terkait satu sama lain. Oleh karena itu kewajiban moral tidak hanya dibatasi pada makhluk hidup akan tetapi berlaku terhadap semua realitas ekologis. Ekologi Karst Daerah batu kapur di Jawa dan Bali berasal dari berbagai batuan induk namun memiliki kesamaan ciri-ciri fisik. Batu kapur tersebut terkikis menjadi topografi khas dan kedua bentuk utama lansekap karst yang umum di daerah tropis juga terdapat di Jawa dan Bali (Burnham 1984). Hutan-hutan pada batu kapur umumnya memiliki luas bidang dasar pohon yang mirip dengan jenis hutan dataran rendah lainnya. Namun jika terdapat pada lereng yang agak curam dan puncak yang berbatu, kondisi tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan pohon. Dibandingkan dengan hutan pada tanah yang lebih dalam jumlah dan jenis pohon di hutan pada batu kapur umumnya lebih sedikit (Crowther 1982; Proctor et al. 1938a,b), meskipun jumlah jenis tumbuhannya mungkin tidak berbeda dengan jenis hutan lainnya (Whitten, Soeriaatmadja, dan Afiff 1999). Kelangkaan jenis pohon ini mungkin terjadi karena beberapa jenis pohon hutan dataran rendah tidak dapat menyesuaikan dengan tanah yang kadar kalsiumnya tinggi. Perbedaan toleransi pohon terhadap kalsium dan habitat fisik khas batu kapur menyebabkan komposisi hutan tersebut agak berbeda dengan hutan dataran rendah lainnya, sehingga meningkatkan komunitas pohon yang khas. Pada jurang batu kapur yang terjal dengan permukaan batuan yang gundul, tumbuh suatu flora terna yang khas. Jika terjadi musim kemarau yang parah, tingkat toleransi tumbuhan-tumbuhan tersebut dapat terlampaui dan mungkin terpaksa menyelamatkan diri sebagai tumbuhan tahunan; yaitu, harus menyelesaikan siklus hidupnya selama musim hujan sehingga bijinya dapat berkecambah pada akhir musim kemarau berikutnya (Whitten, Soeriaatmadja, dan Afiff 1999). Walaupun sudah diteliti cukup baik, tampaknya tidak ada tumbuhan khusus di Jawa yang hidup di batu kapur (van Steeins 1931; van der Pijl 1933), suatu perbedaan yang sangat mencolok dengan situasi di Semenanjung Malaysia dimana 21% dari flora batu kapur terbatas di habitat ini, umumnya berupa perbukitan menara karst yang terisolasi dan setengahnya bersifat endemik di Semenanjung itu (Chin 1977, 1983). Urgensi dari Kebijakan Pembuatan kebijakan oleh pemerintah bisa jadi bukan hanya untuk membuat negara agar menjadi teratur, akan tetapi karena alasan yang paling fundamental, yaitu karena segala sumber daya yang tersedia adalah terbatas atau dengan kata lain akan habis. Maka kebijakan dibuat agar siapapun dapat mendapatkan manfaat dari sumber daya tersebut atau memperlambat habisnya sumber daya tersebut karena banyaknya kepentingan yang terdapat di penduduk negara. Kebijakan bisa jadi memperlambat terjadinya kepunahan pada sumber daya, tetapi juga bisa menjadi katalis yang mempercepat terjadi kerusakan atau
19
kepunahan terhadap sumber daya. Terlebih, tidak jarang kebijakan yang dibuat ternyata tidak sesuai dengan kondisi dan realita yang sebenarnya. Kadang juga tidak mempertimbangkan aspek lainnya yang berkaitan (semisal aspek sosial dan budaya masyarakat), sehingga menyebabkan kerugian bagi beberapa pihak. Akibat dari kurang cermatnya pemerintah dalam menciptakan kebijakan maka berdampak pada lunturnya rasa percaya (trust) masyarakat kepada pemerintah, hal tersebut biasa terjadi di tingkat masyarakat. Kemungkinannya, masyarakat harus dapat diyakinkan bahwa kebijakan pemerintah bukan semata janji kosong dan bukan sekedar rangkaian pendekatan inkonsisten yang arahnya bergantung pada selera individu pejabat atau anggota kabinet. Kegagalan meyakinkan publik bahwa sistem politik baru sanggup melayani kepentingan masyarakat justru mendorong kerinduan kembali akan sistem otoritarian, yang hanya menguntungkan segelintir elit dan bahkan melemahkan program-program yang telah disusun matang untuk mencapai pertumbuhan, keadilan sosial, dan meredam gejolak sosial. Singkatnya, dengan reformasi konstitusional yang mengarah pada pemisahan kekuasaan yang makin tegas dan pembentukan lembaga-lembaga independen untuk mengawal proses demokrasi dan kepentingan publik, maka Indonesia kini menghadapi tantangan kebijakan paling kritis dalam transisinya. Problemnya sederhana, tapi amat mendasar, yakni : bagaimana demokrasi dapat menyeimbangkan kebutuhan partisipasi dan representasi, hak dan kewajiban warga negara-keduanya karakteristik khas negara demokrasi- melalui mekanisme yang terorganisir dan handal agar tercipta kebijakan efektif, berkualitas dan cepat. Perubahan yang terlalu terpusat pada partisipasi semata dapat mengakibatkan fragmentasi, konflik, dan kebingungan terhadap sistem yang bertele-tele dan lamban memutuskan. Sebaliknya, penekanan pada aspek efisiensi, tanpa mempedulikan konsultasi dan dukungan publik, hanya akan mengulang kesalahan sistem otoriter lama yang terbukti tumbang secara dramatis akibat goncangan nilai tukar tahun 1997/1998. Inilah titik terpenting dari dilema pembuatan kebijakan di semua negara demokrasi. Tidak terkecuali Indonesia. Negara demokrasi lain juga harus mencari cara menyeimbangkan keterwakilan dan efektivitas pengambilan keputusan, hak dan kewajiban warga negara, serta perlindungan hak minoritas dalam sistem yang didominasi preferensi nilai mayoritas. Negara-negara tersebut melakukannya dengan cara perlahan-lahan membangun seperangkat lembaga, aturan, dan konvensi yang mempengaruhi cara pelaksanaan pemilu, hubungan antarlembaga negara, interaksi negara-masyarakat, serta jalannya pemerintahan sehari-hari (Mishra 2005). Terkait dengan kebijakan pengelolaan sumber daya alam, Upreti (2001) memberikan argumen berdasarkan pengalamannya selama dua puluh tahun terlibat dalam pembangunan desa dan nature resource management (NRM), bahwa kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dan strategi mendonor hanya fokus pada pengelolaan dan kontrol sumber daya alam dengan perspektif solusi teknikal daripada arti sesungguhnya dari partisipasi warga. Hal ini yang memunculkan konflik dan gangguan dalam kebijakan di sistem ekologi itu sendiri. Semua tahu, bahwa manusia telah memasuki abad awal ke dua puluh, dimana barang ekonomi dan jasa ekologi berkelanjutan dari nature resource sedang mengalami percepatan.
20
Kerangka Pemikiran Konflik kepentingan yang terjadi diantara aktor adalah bukti adanya kontestasi terhadap pengelolaan sumber daya alam Pegunungan Kendeng Utara. Kejelasan atas siapa pihak yang berkuasa terhadap sumber daya alam Pegunungan Kendeng Utara adalah hal yang harus dirunut untuk mengurai masalah yang tengah terjadi. Akan tetapi, ketergantungan masyarakat lokal terhadap sumber daya alam Pegunungan Kendeng Utara juga harus menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan, khususnya kebijakan terkait pengelolaan sumber daya alam Pegunungan Kendeng Utara. Agar lebih memahami kerangka penelitian ini, dibawah ini terdapat kerangka berpikir yang menggambarkan alur penelitian ini. Pendekatan dinamika aktor dan tipologi konflik digunakan secara lebih spesifik untuk menganalisis konflik kepentingan yang terjadi. Pada pendekatan dinamika aktor yang akan dianalisis antara lain identitas aktor, kepentingan aktor terhadap sumber daya alam Pegunungan Kendeng Utara, etika lingkungan atau perspektif yang digunakan para aktor dalam memaknai Pegunungan Kendeng Utara sebagai sumber daya alam, serta benturan kepentingan yang terjadi berdasarkan empat aspek, yaitu ekonomi, sosial, politik, dan budaya. Sedangkan pada pendekatan tipologi konflik, peneliti menganalisis berdasarkan indikator keterbukaan konflik, kedalaman konflik, keterlibatan massa (gender dan usia), intensitas konflik, serta resolusi konflik yang diusahakan oleh para aktor. Berikut adalah bagan kerangka pemikiran tersebut :
Pengelolaan SDA Kawasan Karst Pegunungan Kendeng Utara
Masyarakat
Kepentingan Relasi Pengaruh (power)
Pemerintah
Kepentingan Relasi Pengaruh (power)
Swasta (Private sector)
Kepentingan Relasi Pengaruh (power)
Konflik kepentingan (conflict of interest)
Keterangan : Garis sebab
Sumber-sumber terjadinya konflik Keterbukaan konflik Intensitas konflik Kedalaman konflik Keterlibatan massa (usia dan gender) Bentuk-bentuk konflik Dinamika transformasi konflik Resolusi konflik yang ditawarkan
Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian
Kelembagaan masyarakat
Kepentingan Relasi Pengaruh (power)
21
Hipotesis Penelitian Konflik sumber daya alam Pegunungan Kendeng Utara terjadi disebabkan karena adanya perbedaan-perbedaan kepentingan dari keempat kelompok kepentingan (masyarakat, pemerintah, swasta, dan kelembagaan masyarakat). Tak hanya itu, pengaruh atau power dan relasi yang dimiliki masing-masing kelompok kepentingan memungkinkan menjadi alat untuk mewujudkan kepentingan mereka. Ketiga unsur dari kelompok kepentingan, yaitu kepentingan, relasi dan pengaruh atau power sangat mempengaruhi dinamika konflik yang tengah terjadi, terlebih, kelompok dengan relasi yang baik dan pengaruh atau power yang kuat akan sangat menentukan kelanjutan dari rencana pendirian pabrik semen PT SMS.
Definisi Konseptual Definisi konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sumber daya alam merupakan kesatuan tanah, air, dan ruang udara termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya yang merupakan hasil proses alamiah baik hayati maupun non hayati, terbarukan dan tidak terbarukan sebagai fungsi ekonomi, sosial, dan lingkungan (Kementerian Lingkungan Hidup 2006). 2. Kawasan karst merupakan Kawasan Cagar Alam Geologi karena memiliki keunikan bentang alam yang termasuk dalam salah satu kriteria Kawasan Lindung Nasional (Peraturan Pemerintah no 26 tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional). 3. Masyarakat menurut Karl Marx adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi. 4. Pemerintah merupakan suatu anggota yang paling umum yang (a) memiliki tanggungjawab tertentu untuk mempertahankan sistem yang mencakupnya dan merupakan bagian darinya serta (b) memonopoli secara praktis mengenai kekuasaan paksaan (Apter 1965). 5. Perusahaan swasta (private sector) merupakan perusahaan nonpemerintah. 6. Kelembagaan masyarakat merupakan lembaga bentukan masyarakat yang didasarkan atas kebutuhan masyarakat. 7. Kepentingan aktor merupakan bagian yang terbenam atau melekat (embedded) pada pelaku konflik. 8. Relasi aktor merupakan hubungan antar pelaku konflik yang memiliki nilai asosiatif dan disosiatif. 9. Pengaruh aktor merupakan merupakan kekuatan pelaku konflik dalam memengaruhi dinamika konfllik 10. Konflik merupakan salah satu esensi dari kehidupan dan perkembangan manusia yang mempunyai karakterstik yang beragam (Wirawan 2010)
22
23
PENDEKATAN LAPANG Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kualitatif. Dilakukan dengan menggunakan metode wawancara mendalam (in-depth interview) terhadap informan yang telah dipilih sesuai kriteria yang dianggap mampu mewakilkan kondisi yang ingin diteliti.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di dua kecamatan, yakni: (1) Kecamatan Tambakromo, dan (2) Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah. Pemilihan kedua lokasi penelitian tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai aspek. Alasan pemilihan lokasi diantaranya adalah: 1. Pada Kecamatan Tambakromo dan Kecamatan Kayen terbentang kawasan Pegunungan Kendeng Utara yang mana status pola tata guna lahannya masih belum jelas ; 2. Kecamatan Tambakromo dan Kayen merupakan lokasi target didirikannya sebuah pabrik semen besar (PT. SMS). Oleh karena itu pemilihan lokasi di dua kecamatan ini diharapkan dapat cukup mewakili dalam pengambilan data ; 3. Gejolak konflik pro dan kontra terhadap pabrik semen PT. SMS di lingkup masyarakat Kecamatan Tambakromo dan Kecamatan Kayen masih berlangsung hingga saat ini ; 4. Konflik yang sedang terjadi di Kecamatan Tambakromo dan Kecamatan Kayen merupakan topik yang sedang aktual dan merupakan contoh nyata dari kontestasi sumber daya alam di Indonesia ; 5. Sebuah penelitian menemukan di Pegunungan Kendeng Utara terdapat sekitar 200 mata air tumpuan hidup masyarakat sekitar dan dikhawatirkan akan mengering jika pabrik semen tetap didirikan ; serta 6. Lokasi penelitian masih memungkinkan untuk dijangkau, sehingga dalam pengambilan data dapat lebih mudah dilakukan. Proses penelitian ini dilaksanakan selama bulan Februari 2014 hingga Februari 2015. Kegiatan penelitian, meliputi : penyusunan proposal penelitian, kolokium, perbaikan proposal, pengambilan data lapangan, pengolahan dan analisis data, penulisan draf skripsi, sidang skripsi, dan perbaikan skripsi.
Teknik Pemilihan Informan Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam (bebas dan terstruktur) terhadap informan. Pemilihan informan dilakukan dengan teknik snowballing,
24
artinya memilih informan berdasarkan rujukan dari informan sebelumnya sampai tidak mendapatkan jawaban ataupun informasi yang baru (jawaban jenuh). Informan adalah pihak-pihak yang sengaja dipilih dari keterangan informan sebelumnya terkait keterlibatan mereka dalam konflik. Informan juga dipilih dari berbagai elemen di masyarakat, seperti petani, pedagang, istri dari pejabat desa, guru, pensiunan TNI, tokoh agama, kepala desa dan sebagainya. Hal ini dilakukan secara sengaja sebagai bentuk analisis dari seluruh aktor yang terlibat dan dianggap mampu menginterpretasikan kondisi konflik yang sedang terjadi. Sehingga unit analisis dalam penelitian ini adalah individu informan tersebut.
Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data primer maupun data sekunder. Data primer merupakan data yang di peroleh langsung dari lapangan, baik melalui observasi kondisi dan kegiatan wawancara mendalam (in-depth interview) yang dilakukan pada informan. Wawancara mendalam ini menggunakan instrumen penelitian, antara lain : panduan pertanyaan dan kuesioner (pertanyaan tertutup dan terbuka). Selain itu, peneliti juga menggunakan teknik observasi langsung atau terlibat langsung dalam kegiatan subjek penelitian dan melakkukan jajak pendapat di perkumpulan-perkumpulan warga. Data sekunder merupakan data yang diperoleh baik berupa foto, video, catatan pribadi, catatan resmi, dokumen-dokumen dari pemerintah desa, masyarakat ataupun pihak lainnya yang berkaitan, serta literatur-literatur yang menunjang data ataupun deskripsi kondisi yang berkaitan dengan penelitian. Kedua metode ini dilakukan agar data dan fakta yang digali lebih komprehensif dan tidak berkecenderungan subjektif (Moleong 2008).
Teknik Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data ini dengan metode triangulasi sumber data, yaitu menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Secara teknis, pengolahan data dengan mengelompokkan data yang ditemukan dengan menggunakan kata kunci dan membuat tabel kata kunci untuk dokumentasi transkrip hasil wawancara, catatan harian deskriptif mengenai situasi dan kondisi selama penelitian. dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Word 2010, Notepad, Microsoft Excel 2010, dan Winamp. Pengelompokkan jenis-jenis data dikelompokkan berdasarkan elemen aktor. Setelah data dikelompokkan dan dimasukkan ke dalam tabel, selanjutnya diolah dan dianalisis melalui tiga tahap, yaitu, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Masing-masing proses ini pada intinya bertujuan untuk memilah data yang relevan, menggolongkan untuk diambil kesimpulannya sesuai dengan kepentingan penelitian dan tentunya menjawab rumusan masalah dari penelitian.
25
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Tambakromo Kecamatan Tambakromo terletak di bagian selatan Kabupaten Pati. Bagian selatannya merupakan bagian dari Pegunungan Kapur Utara yang sekaligus menjadi pembatas dengan Kabupaten Grobogan. Di sebelah utara, Kecamatan Tambakromo berbatasan dengan Kecamatan Gabus, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Winong, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Grobogan, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Kayen. Dahulunya kecamatan ini menjadi bagian dari Kawedanan Kayen. Kecamatan Tambakromo memiliki kelurahan atau desa sebanyak 18 kelurahan atau desa, yaitu : Desa Angkatan Kidul, Desa Angkatan Lor, Desa Karangawen, Desa Karangmulyo, Desa Karangwono, Desa Keben, Desa Kedalingan, Desa Larangan, Desa Maitan, Desa Mangunrekso, Desa Mojomulyo, Desa Pakis, Desa Sinomwidodo, Desa Sitirejo, Desa Tambahagung, Desa Tambaharjo, Desa Tambakromo, dan Desa Wukirsari. Luas kecamatan ini adalah 7.247 ha atau sebesar 4,82 % dari luas total Kabupaten Pati. Ketinggian daratan di Kecamatan Tambakromo berkisar antara 0100 mdpl dan 100-500 mdpl (Kabupaten Pati dalam Angka 2006). Pada Kecamatan Tambakromo terdapat akuifer dengan aliran melalui celahan, rekahan dan saluran aliran air tanah melalui zona celahan, rekahan dan saluran pelarutan, dengan debit sumur yang beragam, antara lain mencapai lebih dari 10 l/dt dan beberapa sumber mata air dengan debit air lebih dari 500 l/dt. Selain itu juga terdapat akuifer (bercelah atau sarang) produksi kecil dan daerah air tanah langka dengan debit sumur yang dapat mencapai lebih dari 25 l/dt (Buku Putih Sanitasi Pati 2012). Jumlah penduduk Kecamatan Tambakromo pada tahun 2010 adalah 47,774 jiwa dan proyeksi jumlah penduduk Kecamatan Tambakromo tahun 2015 adalah 49,344 jiwa. Kecamatan Tambakromo memiliki fasilitas untuk menunjang pendidikan, antara lain 32 Sekolah Dasar, 2 Madrasah Ibtidaiyah (MI), 3 Sekolah Menengah Pertama, 3 Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan 1 Madrasah Aliyah (MA). Jumlah keluarga miskin di Kecamatan Tambakromo sebanyak 11.177 KK. Kecamatan Tambakromo dan Kecamatan Kayen termasuk dalam kawasan resapan air yang diperuntukkan sebagai Kawasan Lindung yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya. Terdapat sumber mata air di kecamatan ini, yaitu sumber air Maitan, sumber air Dogo, dan sumber air Pakis.
Kecamatan Kayen Kecamatan Kayen terletak di bagian selatan Kabupaten Pati. Kecamatan ini dilewati oleh jalan penghubung Kabupaten Pati dan Kabupaten Purwodadi. Kecamatan Kayen termasuk wilayah yang dibentangi oleh Pegunungan Kendeng Utara yang membentang melewati Kabupaten Pati bagian selatan, Kabupaten Grobogan bagian utara, Kabupaten Rembang, Kabupaten Blora, Kabupaten
26
Tuban, Kabupaten Bojonegoro bagian utara dan Kabupaten Lamongan bagian barat (http://www.patinews.com/profil-kecamatan-kayen/). Luas kecamatan ini 9.603 ha atau sekitar 6,39 % dari luas Kabupaten Pati. Memiliki jumlah kelurahan atau desa sebanyak 17 desa, yaitu : Desa Beketel, Desa Boloagung, Desa Brati, Desa Durensawit, Desa Jatiroto, Desa Jimbaran, Desa Kayen, Desa Pasuruhan, Desa Pesagi, Desa Purwokerto, Desa Rogomulyo, Desa Slungkep, Desa Srikaton, Desa Sumbersari, Desa Sundoluhur, Desa Talun, dan Desa Trimulyo (Buku Putih Sanitasi Pati 2012). Ketinggian daratan di Kecamatan Kayen beragam dari ketinggian 0-7 mdpl, 7-100 mdpl, dan 100-500 mdpl. Pada Kecamatan Kayen terdapat akuifer dengan aliran melalui celahan, rekahan dan saluran aliran air tanah melalui zona celahan, rekahan dan saluran pelarutan, dengan debit sumur yang beragam, antara lain mencapai lebih dari 10 l/dt dan beberapa sumber mata air dengan debit air lebih dari 500 l/dt. Selain itu juga terdapat akuifer (bercelah atau sarang) produksi kecil dan daerah air tanah langka dengan debit sumur yang dapat mencapai lebih dari 25 l/dt (Buku Putih Sanitasi Pati 2012). Kondisi alam Kecamatan Kayen yang dilewati pegunungan kapur utara, memberikan ruang bagi masyarakat untuk melakukan pertambangan fosfat, batu kapur, pasir dan batu kali, dan lain sebagainya. Pada sektor ini dikelola oleh Dinas Kehutanan (Perhutani), namun banyak juga masyarakat yang menanam pohon Jati, Mahoni, dan yang lainnya untuk mengisi kebun mereka (http://www.patinews.com/profil-kecamatankayen/). Penduduk Kecamatan Kayen terdiri dari penduduk asli dan pendatang, namun sebagian besar adalah penduduk asli kelahiran Kayen. Jumlah penduduk Kecamatan Kayen di tahun 2012 adalah 33.747 penduduk laki-laki dan 30.534 penduduk perempuan, total keseluruhan penduduk Kecamatan Kayen 64.281 (Data agregat penduduk per kecamatan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012). Sementara itu, prediksi jumlah penduduk di tahun 2014 adalah 71,621 penduduk (Buku Putih Sanitasi Pati 2012). Rata-rata mata pencaharian penduduk Kayen adalah sebagai petani. Namun ada juga yang bekerja sebagai pedagang, penyedia jasa, tenaga bangunan, Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan lain sebagainya. Sektor pertanian di Kecamatan Kayen memiliki hasil yang cukup melimpah. Luasnya areal pertanian, cukupnya ketersediaan air irigasi, dan suburnya tanah merupakan beberapa contoh faktor pendukung di sektor ini. Padi, jagung, ubi-ubian, sayur mayur, buah-buahan, dan ikan air tawar adalah beberapa hasil dari sektor pertanian dan perikanan (http://www.patinews.com/profil-kecamatan-kayen/). Sementara itu, di sektor pendidikan, Kecamatan Kayen memiliki 40 Sekolah Dasar (SD) Negeri, 2 Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri, 1 Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri dan beberapa sekolah swasta yang dikelola oleh yayasan seperti Muhammadiyah, Walisongo, dan yang lainnya. Area wisata yang terdapat di Kecamatan Kayen antara lain adalah Gua Pancur, Danau Terpus, Makam Syeh Jangkung, situs cagar budaya Candi Miyono, Pemancingan Talun, Kedung Buyut, Gua Joko Kendat, dan lain sebagainya.
27
PROYEK BESAR RENCANA PEMBANGUNAN PABRIK SEMEN OLEH PT. SMS Proses masuknya PT. SMS ke Kecamatan Tambakromo dan Kayen PT. SMS merupakan anak perusahaan dari PT. IDC. Drama konflik kepentingan terhadap sumber daya alam Pegunungan Kendeng Utara ini bermula pada tahun 2008. Saat itu datanglah sejumlah peneliti yang berasal dari salah satu universitas terkemuka di Jawa Tengah. Para peneliti ini dimintai bantuan jasanya untuk melakukan eksplorasi kawasan di sekitar Kecamatan Tambakromo dan Kecamatan Kayen. Tujuan dari eksplorasi ini bukan sekedar penelitian, tetapi untuk tahap awal dari rencana pendirian pabrik semen PT. SMS. Kehadiran para peneliti ini di lingkungan warga disambut dengan baik, terbukti selama melakukan eksplorasi, para peneliti bertempat tinggal di salah satu rumah warga di Dusun Slening, Desa Larangan, Kecamatan Tambakromo. Selama masa eksplorasi tersebut belum ada pemberitaan mengenai pendirian pabrik semen. Warga juga belum mengetahui jika eksplorasi tersebut adalah untuk rencana pendirian pabrik semen PT.SMS. Tiga tahun berselang setelah kegiatan eksplorasi tersebut, muncullah berita dari PT. SMS yang mengumumkan melalui dua media massa lokal di Pati mengenai rencana kegiatan AMDAL pendirian pabrik semen oleh PT. SMS. Pemberitahuan ini sontak membuat kaget masyarakat, khususnya adalah masyarakat Kecamatan Tambakromo dan Kecamatan Kayen karena dua kecamatan tersebut adalah calon utama yang akan dijadikan lokasi tapak pabrik semen dan kawasan pertambangan. Selain melalui media massa, PT. SMS juga melakukan pemasangan banner dan spanduk pengumuman di kantor kecamatan dan jalan raya. Pada tahun 2010, PT. SMS melakukan sosialisasi pertama kalinya ke lokasi calon tapak pabrik, yaitu Dusun Slening, Desa Larangan, Kecamatan Tambakromo8. Lokasi dusun ini terletak sangat jauh dari jalan raya utama. Akses untuk mencapai dusun ini hanya bisa menggunakan kendaraan pribadi, tidak ada kendaraan umum yang menuju ke sana. Selama menuju dusun ini akan melewati hutan pohon jati dan jalanan batu yang konsisten menanjak. Rencananya, tapak pabrik PT. SMS akan dibangun di daerah tersebut, dikarenakan pemukiman warga yang paling dekat dan pasti akan terkena dampak langsung adalah Dusun Slening, maka dusun ini menjadi yang utama dilakukan sosialisasi. Pihak PT. SMS yang datang saat itu adalah Bapak ALF yang didampingi oleh pejabat daerah anggota Musyawarah Pemimpin Kecamatan (Muspika), yaitu Camat Tambakromo, Danramil, dan Kapolsek. Bapak SRM selaku Kepala Dusun Slening juga turut menyambut sosialisasi ini. Proses sosialisasi ini dilakukan di rumah Ibu JTM (anak dari Bapak SRM) dan dihadiri oleh seluruh warga Dusun Slening. 8
Sejauh ini, upaya sosialisasi yang dilakukan oleh PT. SMS hanya terhadap satu dusun tersebut saja, untuk lokasi-lokasi lainnya belum ada informasi yang menyatakan bahwa PT. SMS pernah melakukan sosialisasi lanjutan. Akan tetapi pada kunjungan pihak PT.SMS ke rumah Bapak GRO (salah satu tokoh kelompok masyarakat SDS), pihak PT. SMS menyatakan bahwa sudah ada 14 desa yang setuju dengan pendirian pabrik semen. Pernyataan tersebut disampaikan langsung oleh Bapak ALF, direktur PT. SMS di rumah Bapak GRO.
28
Beberapa waktu sebelumnya, para warga sudah dihimbau untuk membawa kertas penagihan pajak untuk ditunjukkan kepada pihak PT. SMS. Tujuannya adalah untuk diberikan subsidi dari PT. SMS kepada warga Dusun Slening untuk membayar pajak. Tiap lembar kertas penagihan pajak akan diberikan subsidi sebesar Rp. 30.000,00. Jumlah subsidi yang didapatkan tiap warga tidak sama, karena tergantung dengan jumlah lembar kertas penagihan pajak yang mereka miliki. Subsidi pajak ini pun diterima dengan senang hati oleh warga Dusun Slening. Pada proses sosialisasi tersebut membicarakan mengenai keuntungan adanya pabrik semen serta dampak yang mungkin ditimbulkan dari pabrik semen. Saat itu juga diusulkan tentang relokasi yang lebih baik dilakukan oleh warga Dusun Slening karena lokasinya yang sangat dekat dengan tapak pabrik. PT. SMS Pihak PT. SMS berjanji kepada warga akan memberikan penawaran kompensasi bagi mereka yang bersedia untuk direlokasi ke tempat yang sudah disiapkan. Selama proses sosialisasi itu juga pihak PT. SMS menanyakan persetujuan dari warga Dusun Slening terhadap rencana pendirian pabrik semen PT. SMS, dan kemudian warga menjawab dengan proporsi persetujuan fifty-fifty (50:50). Selang waktu tak begitu lama, pihak PT. SMS berkunjung ke rumah Bapak GRO di Kecamatan Sukolilo. Bapak GRO adalah salah satu tokoh terkenal di kelompok masyarakat adat SDS dan juga sebagai tokoh penolak pabrik semen9. Di rumah Bapak GRO, Bapak ALF, selaku perwakilan dari PT. SMS meminta dukungan dan bantuan untuk kelancaran pendirian pabrik semen PT. SMS. Bapak ALF mengatakan bahwa, segala hal yang berkaitan dengan Pegunungan Kendeng Utara tidak terpisahkan dari Bapak GRO, sehingga penting untuk mendapatkan persetujuan dari Bapak GRO. Kepada Bapak GRO, Bapak ALF juga menyatakan bahwa sudah ada 14 desa yang setuju dengan berdirinya pabrik semen PT. SMS termasuk Dusun Slening dan tinggal menunggu persetujuan dari Bapak GRO. Menanggapi pernyataan dari Bapak ALF setelah pertemuan tersebut, kemudian Bapak GRO datang langsung ke Dusun Slening untuk mengkonfirmasi kebenaran berita dari Bapak ALF. Ternyata kenyataan sebenarnya adalah warga Dusun Slening belum begitu paham dengan untung-rugi dari berdirinya pabrik semen. Mengetahui hal tersebut, Bapak GRO lantas menjelaskan kepada warga Dusun Slening mengenai dampak dari berdirinya pabrik semen terhadap lingkungan dan terhadap kehidupan warga. Setelah mendapatkan penjelasan mengenai untung-rugi dari berdirinya pabrik semen, seluruh warga Dusun Slening memutuskan untuk menolak rencana pendirian pabrik semen oleh PT. SMS di wilayah mereka karena wilayah tersebut adalah wilayah turun menurun dan akan rusak jika pabrik semen berdiri. Akhirnya seluruh warga Dusun Slening menolak berdirinya pabrik semen PT. SMS dan bergabung ke dalam dua kelompok yang terkenal dalam penolakan pabrik semen, yaitu JMPXK dan LKR. Meskipun sinyal penolakan sudah menyebar tak hanya di Dusun Slening saja, pihak PT. SMS masih terus melakukan lobbying kepada pejabat daerah, elit desa, serta tokoh-tokoh masyarakat. Bahkan pihak PT. SMS bersedia memberikan bantuan-bantuan kepada masyarakat seperti uang, hewan ternak, alat-alat pertanian, dan sebagainya sebagai upaya pendekatan kepada warga. Sosialisasi lanjutan juga pernah diadakan oleh PT. SMS dengan dibantu oleh pihak pemerintah daerah. Peserta 9
Bapak GRO memiliki peran penting dalam sejarah mundurnya PT. SG dari Kabupaten Pati sejak tahun 2006
29
sosialisasi yang diundang adalah perwakilan dari kelompok-kelompok pro dan kontra terhadap pabrik semen. Bersitegang antara Bapak GRO dengan pihak PT. SMS dan pejabat daerah dikarenakan perbedaan pendapat saat sosialisasi pun tak dapat dihindari. Di akhir sosialisasi, Bapak GRO menemukan berkas yang berisi tentang persetujuan terhadap rencana pendirian pabrik semen, dimana pada berkas tersebut tertulis nama beliau. Mengetahui keganjilan tersebut, akhirnya berkas itu diambil dan disimpan oleh Bapak GRO sebagai bukti pembohongan. Selanjutnya pada bulan April 2014 pihak PT. SMS juga sempat mengadakan sosialisasi sumur pantau10 yang didampingi oleh pihak Kecamatan Tambakromo dan Kecamatan Kayen. Tujuan dari sosialisasi ini adalah pemberitahuan mengenai titik-titik lokasi sumur bor11 untuk keperluan pendirian pabrik semen dalam rangka proses pembuatan AMDAL. Pelaksanaan sosialisasi ini di masing-masing kantor kecamatan. Akan tetapi pelaksanaan sosialisasi di Kecamatan Kayen dibatalkan karena pihak Kecamatan mengetahui akan adanya demo dari warga di Kantor Kecamatan Kayen terhadap sosialisasi tersebut. Sedangkan sosialisasi di Kecamatan Tambakromo tetap berjalan meskipun beberapa undangan, khususnya para undangan warga yang kontra terhadap pabrik semen memilih untuk walkout ketika sosialisasi sedang berlangsung. Banyaknya aksi protes yang dilakukan warga terhadap rencana pendirian pabrik semen oleh PT. SMS, membuat PT. SMS memutuskan untuk menutup kantor mereka yang berada di pusat Kabupaten Pati untuk menghindari amukan masyarakat. Ditutupnya kantor PT. SMS tidak berarti PT. SMS mundur dari Pati karena hingga detik ini pihak PT. SMS masih terus berupaya agar pabrik semen mereka dapat berdiri di Pati. Sedikit kilas balik, sebelum PT. SMS memasuki Pati, sebenarnya ada pula perusahaan lainnya yang pernah berusaha untuk berinvestasi di Pati namun berakhir dengan kegagalan, yaitu PT. SG. Masuknya PT. SG ke Pati saat itu di tahun 2006 dan secara hukum, resmi mundur dari Pati di tahun 2011 dikarenakan cacat hukum perizinan. Pada saat itu banyak warga yang tidak menginginkan hadirnya pabrik semen tersebut. Puncak penolakan warga terhadap PT. SG terjadi pada Mei 2009, dimana saat itu terjadi peristiwa bentrok besar dan sekaligus penangkapan sembilan warga Pati oleh aparat kepolisian. Maka sejak saat itu, berita mengenai rencana proyek pembangunan pabrik semen PT. SG mulai tak terdengar lagi hingga akhirnya ada pemberitaan bahwa AMDAL yang dibuat oleh tim konsultan AMDAL PT. SG cacat secara hukum. Hingga kini peristiwa besar tersebut masih membekas di benak masyarakat Pati sehingga jika ada perusahaan yang ingin membangun pabrik semen di Pati pasti akan ditolak warga. Rasa traumatik warga menjadikan mereka lebih proaktif terhadap semua kegiatan yang berkaitan dengan Pegunungan Kendeng Utara. Dibalik rasa melindungi yang tinggi terhadap Pegunungan Kendeng Utara, sebenarnya masyarakat juga merasa kecewa dengan pemerintah daerah karena mengeluarkan kebijakan-kebijakan terkait pemanfaatan Pegunungan Kendeng Utara yang dinilai masyarakat tidak relevan, baik dari skup lingkungan, ekonomi, sosial, dan budaya. Menurut masyarakat, hadirnya kebijakan-kebijakan tersebut 10
11
Sumur pantau merupakan bagian dari syarat pembuatan AMDAL PT. SMS. Fungsi sumur pantau ini adalah sebagai indikator kualitas air di sekitar Pegunungan Kendeng. Akan tetapi, sosialisasi sumur pantau ini menimbulkan kontroversi di masyarakat, karena apabila sumur pantau ini berhasil dibuat maka akan sangat mungkin bagi PT. SMS untuk melanjutkan tahap selanjutnya dalam rencana pendirian pabrik semen. Bagian dari rencana pembuatan sumur pantau
30
malah dijadikan „pintu gerbang‟ bagi pabrik semen untuk berinvestasi di Pati. Kebijakan tersebut antara lain adalah Peraturan Daerah Kabupaten Pati nomor 5 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pati tahun 20102030, yang mana dalam perda tersebut, Pemda Pati mengalihfungsikan peruntukkan Kawasan Pegunungan Karst Kendeng Utara dari pertanian dan pariwisata menjadi pertambangan dan industri agro. Alasan dari pemerintah adalah karena Kawasan Pegunungan Karst Kendeng Utara dinilai sesuai untuk kegiatan pertambangan dan industri agro merujuk dari potensi yang dimilikinya. Kala itu, ketika PT. SG masuk ke Pati, Pegunungan Kendeng Utara masih difungsikan untuk kegiatan pertanian dan pariwisata. Setelah perda tersebut diubah, kemudian PT. SMS menggunakannya sebagai salah satu dasar untuk mulai melakukan proses rencana pembangunan pabrik semen. Untuk mendapatkan restu pendirian pabrik semen, PT. SMS melakukan pendekatan-pendekatan kepada masyarakat dan juga tokoh-tokoh masyarakat di Pati. Alasannya karena pihak PT. SMS tidak ingin gagal seperti PT. SG. Dahulu memang PT. SG memulai aksinya melalui pendekatan kepada pejabat-pejabat daerah. Tindakan ini dianggap terlalu frontal maka dari itu protes dari warga pun juga sangat mengemuka. Pergerakan PT. SMS juga sangat fluktuatif sehingga berdampak pada respon masyarakat yang juga turut fluktuatif dalam menanggapi proses-proses rencana pendirian pabrik semen. Hal ini dikarenakan pihak PT. SMS menggunakan strategi yang lebih „halus‟ dibandingkan dengan perusahaan pabrik semen sebelumnya. Alhasil, aksi-aksi protes masyarakat yang kontra akan sangat mengemuka dan meletup-letup ketika ada informasi-informasi, undangan, dan sebagainya yang berkaitan dengan rencana pendirian pabrik semen PT. SMS. Selain dari itu, warga hidup dengan tenang seperti tidak ada masalah. Kronologi peristiwa ini dijelaskan berdasarkan tahun peristiwa pada Gambar 3.
Dekripsi Proyek Pembangunan Pabrik Semen PT. SMS Berdasarkan pada KA-ANDAL PT. SMS tahun 2011, rencana pembangunan, penambangan, dan operasional pabrik semen oleh PT. SMS akan dilakukan di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Tambakromo dan Kecamatan Kayen. Luas lokasi pabrik semen yang berada di Kecamatan Tambakromo adalah ± 180 ha yang terdiri dari ± 143,22 ha untuk tapak pabrik dan buffer zone, ± 20,14 ha untuk akses jalan produksi, dan ± 16,64 ha untuk asrama dan kantor berdasarkan izin lokasi nomor 591/02/2011, yang dikeluarkan oleh Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Pati pada tanggl 18 Mei 2011. Sebelum melakukan kegiatan penambangan, kegiatan konstrusksi, dan kegiatan operasional tersebut, PT. SMS melakukan studi kelayakan lingkungan, yaitu studi kelayakan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). Studi AMDAL dikerjakan setelah melaksanakan studi kelayakan teknis dan ekonomis. Luas total lokasi rencana penambangan bahan baku PT. SMS di dua kecamatan adalah seluas ± 2.688 ha yang mana terletak di kawasan Hutan Produksi Tetap (HP), Hutan Produksi Terbatas (HPT) Tambakromo dan Kayen serta tanah milik masyarakat yang terletak di Dusun Slening, Desa Larangan, Kecamatan Tambakromo dan Dusun Pedak, Desa Brati, Kecamatan Kayen dan
31
lokasi tapak pabrik yang terletak di Kecamatan Tambakromo. Menurut PT. SMS, penetapan lokasi tersebut telah sesuai dengan kebijakan tata ruang Kabupaten Pati, yang tertuang dalam Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 5 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pati Tahun 2010-2030, yang mana penjabarannya adalah sebagai berikut : a. Lokasi penambangan bahan baku semen yang terdiri atas batu gamping ± 2.025 ha dan tanah liat ± 663 ha sudah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pati Nomor 5 tahun 2011 yaitu pada BAB IV tentang Rencana Pola Ruang pada Bagian Ketiga tentang Kawasan Budidaya pada paragraf (6) tentang Kawasan Peruntukkan Pertambangan, pada pasal 59 dan pada ayat (7) tentang potensi bahan tambang batu gamping serta pada ayat (10) tentang potensi bahan tambang tanah liat ; b. Lokasi pabrik semen yang masuk skala industri besar dan menengah yaitu industri agro dan pertambangan di Kecamatan Tambakromo sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pati Nomor 5 tahun 2011 yaitu pada BAB IV tentang Rencana Pola Ruang pada Bagian Ketiga tentang Kawasan Budidaya, paragraf (7) tentang Kawasan Peruntukkan Pertambangan, pasal 62 pada ayat (2) Pengembangan Industri Besar dan Menengah pada ayat (c) yaitu industri agro dan pertambangan. Kegiatan Survei Pendahuluan, Perizinan, Pengadaan Lahan dibutuhkan PT. SMS, dan Sosialisasi/Konsultasi Ke Masyarakat
yang
Sebelum memulai kegiatan pada tahap konstruksi, PT. SMS melakukan kegiatan pada tahap pra konstruksi, antara lain yaitu melakukan survei pendahuluan dan perijinan. Perijinan yang telah diperoleh PT. SMS terkait dengan kegiatan penambangan bahan baku semen dan rencana pembangan pabrik semen adalah izin pinjam pakai kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) dan Hutan Kegiatan Terbatas (HPT) berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor SK.642/Menhut-II/2010 tertanggal 19 Nopember 2010 dan izin lokasi pendirian lokasi pabrik semen PT. SMS dari Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Pati, Nomor 591/02/2011 tertanggal 18 Mei 2011. Secara keseluruhan, proyek rencana pendirian pabrik semen PT. SMS membutuhkan lahan yang sangat luas, yaitu sebesar ± 2.688 ha . Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan jumlah lahan yang dibutuhkan oleh PT. SMS untuk mendirikan pabrik semen, PT. SMS akan menggunakan lahan-lahan yang tersebar di beberapa desa di Kecamatan Tambakromo dan Kecamatan Kayen. Lahan-lahan tersebut terdiri dari sawah tadah hujan, sawah irigasi, semak belukar, tegalan, perkebunan, serta pemukiman warga. Pemetaan terhadap lahan yang akan digunakan oleh PT. SMS untuk lokasi tapak pabrik dan lokasi penambangan bahan baku serta jenis lahannya telah dilakukan pada tahap pra konstruksi pengadaan lahan dan dijabarkan pada Tabel 1.
32
Tabel 1 Daftar lokasi calon kegiatan penambangan beserta jenis lahan yang dipakai untuk penambangan bahan baku Kegiatan Penambangan
Kecamatan Tambakromo
Nama Desa Larangan
Karangawen
Mojomulyo Pakis Wukirsari
Kayen
Maitan Keben Brati Sumbersari Purwokerto
Tapak pabrik
Tambakromo
Tambakromo Mojomulyo
Larangan
Karangawen
Keterangan Penambangan batu kapur Penambangan tanah liat Penambangan batu kapur
Penambangan batu kapur Penambangan batu kapur Penambangan tanah liat Penambangan batu kapur Penambangan batu kapur Penambangan batu kapur Akses jalan produksi Akses jalan produksi Green barrier Perkantoran Lokasi pabrik Green barrier Lokasi pabrik Green barrier Lokasi pabrik
Sumber : KA-ANDAL PT. SMS tahun 2011 yang sudah diolah kembali
Jenis lahan Sawah tadah hujan Semak belukar Perkebunan Sawah tadah hujan Semak belukar Tegalan Perkebunan Perkebunan Tegalan Semak belukar Perkebunan Perkebunan Semak belukar Tegalan Perkebunan Semak belukar Tegalan Semak belukar Perkebunan Perkebunan
Sawah tadah hujan Semak belukar Perkebunan Sawah tadah hujan Semak belukar Tegalan
Oleh karena lahan yang akan digunakan oleh PT. SMS dalam rencana pendirian pabrik semen merupakan lahan milik masyarakat, maka dari itu beberapa lahan direncanakan akan dibebaskan oleh PT. SMS untuk keperluan tapak pabrik. Pembebasan lahan tersebut dilakukan kepada 569 warga pemilik lahan. Jenis lahan yang akan dibebaskan antara lain adalah pemukiman (14.496,971 m2 0,77%), sawah irigasi (675,29 m2 0,036%), sawah tadah hujan
33
(1.614.955,36 m2 85,23%), semak belukar (220.012,51 m2 11,61%) , tegalan (5.438,49 m2 0,287%), dan perkebunan (39.232,44 m2 2,07%). Daftar lokasi lahan yang akan dibebaskan tercantum pada Tabel 2. Tabel 2 Daftar lokasi lahan yang akan dibebaskan oleh PT. SMS Nama Desa Mojomulyo
Jumlah Pemilik 129
Karangawen
151
Larangan
154
Jenis Lahan Pemukiman Sawah irigasi Sawah tadah hujan Semak belukar Tegalan Perkebunan Sawah tadah hujan Perkebunan Pemukiman Sawah tadah hujan Semak belukar Perkebunan
Total 569 Sumber : KA-ANDAL PT. SMS tahun 2011
Proses pembebasan lahan akan dilakukan secara langsung kepada pemilik lahan dengan mengacu pada mekanisme pasar. Sebelum dilakukan pembebasan lahan, terlebih dahulu akan dilakukan inventarisasi lahan dan tanaman diatas lahan tersebut serta kepemilikan lahan juga tanaman. Besar kompensasi yang akan diterima pemilik lahan mengacu pada besarnya nilai lahan dan tanam tumbuh yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah setempat dan terkait serta dilakukan musyawarah antara pemilik lahan dan instansi terkait lainnya. Kegiatan prakonstruksi lainnya yang dilakukan oleh PT. SMS adalah sosialisasi dan konsultasi publik. Kegiatan sosialisasi telah dilakukan melalui media massa lokal, antara lain : pengumuman rencana pendirian pabrik semen di media cetak daerah Jawa Tengah “Suara Merdeka” pada 12 April 2011 dan media cetak daerah “Jawa Pos (Radar Pati)” pada 28 April 2011. Pemasangan pengumuman melalui spanduk dan x-banner juga dilakukan di beberapa tempat. Pengumuman melalui spanduk sebanyak 13 buah dengan ukuran 5 m x 1 m ditempatkan pada jalan-jalan strategis, sedangkan pengumuman melalui x-banner ditempatkan di Kantor Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Pati sebanyak 2 titik, Kantor Kecamatan Tambakromo sebanyak satu titik dan Kantor Kecamatan Kayen sebanyak satu titik, sehingga total x-banner yang disebar sebanyak 5 buah. Sementara itu, sosialisasi secara tatap muka dengan masyarakat diakui PT. SMS pernah dilakukannya beberapa kali. Pada tanggal 1 September 2010, PT. SMS pernah melakukan sosialisasi mengenai rencana pendirian pabrik semen di beberapa tempat, yaitu di Kantor Desa Tambakromo, Kantor Desa Karangawen, Kantor Desa Mojomulyo, dan Kantor Desa Larangan. Sosialisasi selanjutnya dilakukan pada tanggal 5 Februari 2011 bertempat di Hotel Gritari Pati dengan dihadiri masyarakat yang akan terkena dampak, tokoh masyarakat, dan pemerintah daerah. Materi sosialisasi saat itu adalah menguraikan tentang rencana penambangan, rencana pembangunan pabrik, dan rencana operasional pabrik semen dan program coorporate social responsibility (CSR) yang sudah
34
dilaksanakan oleh pabrik semen lainnya yang tergabung dalam grup PT. SMS di wilayah lainnya. Pada tanggal 6 April 2011, PT. SMS kembali melakukan sosialisasi. Bertempat di Pati Hotel dengan di hadiri oleh masyarakat yang akan terkena dampak serta tokoh masyarakat dan membahas mengenai dampak-dampak yang akan ditimbulkan baik negatif maupun positif serta rencana pengelolaan yang akan dilakukan. Selain sosialisasi, kegiatan konsultasi kepada publik juga sempat dilakukan PT. SMS. Tujuannya adalah untuk menampung aspirasi masyarakat dan menjadi bahan masukan untuk pelingkupan dalam pembuatan Studi Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) PT. SMS. Konsultasi publik dilakukan PT. SMS pada tanggal 21 Mei 2011 dan bertempat di Balai Gedung KPRI Kecamatan Tambakromo. Konsultasi ini dilakukan melalui focus group discussion (FGD) dan menghasilkan sebelas poin penting masukan dari masyarakat. Sebelas poin penting masukan langsung dari masyarakat yaitu : 1). perlu kajian mendalam terutama untuk aspek ekonomi, aspek sosial budaya yang saling menguatkan bukan saling melemahkan; 2). perlu dikaji kebutuhan irigasi sawah pada saat sebelum dan sesudah konstruksi pabrik; 3). menjaga kelestarian dan potensi mata air yang ada dan memperhatikan irigasi untuk pertanian; 4). sosialisasi proyek perlu dilakukan terus menerus kepada warga masyarakat, sehingga mendapat informasi yang lengkap terkait rencana proyek; 5). kekhawatiran masyarakat akan gangguan ekosistem dan kehilangan mata pencaharian; 6). kekhawatiran masyarakat berdasarkan hasil study banding, pelaksanaan penambangan tidak diikuti reklamasi dengan baik; 7). perlu kajian penyerapan tenaga kerja setelah pendirian pabrik; 8). kekhawatiran hilangnya aset wisata di wilayah rencana penambangan; 9). perlunya kajian satwa endemik di wilayah rencana penambangan; 10). kajian penolakan terhadap rencana kegiatan pabrik semen oleh PT. SMS oleh sebagian masyarakat Dusun Ngerang, Desa Tambakromo; dan 11). kajian dukungan terhadap rencana kegiatan pabrik semen oleh PT. SMS. Rencana Produksi, Konstruksi, dan Operasional Pabrik Semen PT. SMS Produk semen utama yang akan diproduksi oleh PT. SMS adalah Ordinary Portland Cement (OPC) dan Portland Composite Cement (PCC). Selain itu, PT. SMS juga akan memproduksi semen jenis lain, yaitu semen putih dan semen sumur minyak. Seluruh produk semen yang akan diproduksi direncanakan melebihi spesifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI), American Standart (ASTM), American Petroleum Institute (API) maupun European Standart (EN197). Kapasitas produksi yang direncanakan untuk tahun pertama sampai tahun keempat adalah sebesar 8.000 ton per hari dan pada tahun ke-5 sampai tahun ke-15 direncanakan akan meningkat sebesar dua kali lipat, yaitu 2 x 8.000=16.000 ton per harinya. Pada tahap konstruksi, pabrik semen PT. SMS merencanakan kegiatan a). mobilisasi/demobilisasi tenaga kerja, b). mobilisasi/demobilisasi peralatan dan material, c). pematangan lahan, pembangunan base camp, dan jalan kerja, d). pembangunan sarana dan prasarana tambang, e). pekerjaan sipil dan konstruksi pabrik, f). pemasangan peralatan utama, peralatan penunjang dan mesin-mesin,
35
dan g). uji coba produksi dan commisioning. Kegiatan mobilisasi/demobilisasi tenaga kerja merupakan kegiatan penerimaan dan penyeleksian tenaga kerja yang berasal dari sekitar lokasi rencana kegiatan maupun dari luar lokasi kegiatan. Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah tenaga kerja dalam melaksanakan kegiatan konstruksi dan operasional pabrik. Tenaga kerja untuk kegiatan tahap konstruksi dibutuhkan sebanyak 800 pekerja dengan pekerjaan sebagai tukang gali, tukang batu, tukang kayu, tukang besi, dan mekanik, sedangkan tenaga operasional pabrik membutuhkan tenaga kasar dan tenaga terampil 800 pekerja. Kegiatan mobilisasi/demobilisasi peralatan dan material mencakup pengangkutan alat-alat berat dan material untuk keperluan konstruksi. Perkiraan alat-alat berat yang akan digunakan adalah excavator, dump truck, buldozer, compactor, dan tamping machine/MTT. Pematangan lahan meliputi kegiatan persiapan, pekerjaan pengeprasan, dan pekerjaan pengurugan. Pembangunan base camp dimaksudkan sebagai tempat istirahat bagi tenaga kerja konstruksi, khususnya yang berasal dari luar wilayah. Jalan kerja dibangun untuk keperluan pergerakan kendaraan, angkutan dan masuknya alat-alat berat. Jalan kerja merupakan jalan menuju lokasi pabrik dan akses jalan tambang yang menghubungkan lokasi penambangan (area pemuatan) dan plant site pabrik (crusher). Lebar jalan tambang yang dibangun direncanakan selebar ± 10 meter, sedangkan lebar jalan akses menuju pabrik ± 100 meter. Sarana dan prasarana tambang yang akan dibangun mencakup : 1). jalan tambang untuk menghubungkan lokasi penambangan dengan lokasi limestone crusher, clay crusher dan plant site, 2). pos satpam, 3). kantor tambang sebagai kantor administrasi dan pengawasan pelaksanaan kegiatan penambangan, 4). gudang handak untuk menyimpan bahan-bahan peledak (ANFO, dinamit, dan detonator), 5). limestone crusher, 6). limestone pit, 7). clay crusher, 8). clay pit, 9). belt conveyor sebagai alat pemindahan material dari lokasi penambangan menuju lokasi pabrik. Pada tahap pekerjaan sipil dan konstruksi pabrik, direncanakan akan dibangun pabrik dengan 28 bagian yang berbeda-beda fungsinya. Setelah pekerjaan sipil bangunan pabrik selesai dikerjakan, maka selanjutnya dilaksanakan pemasangan peralatan utama dan peralatan penunjang untuk proses produksi semen, seperti : silo, crusher, grinding mill, rotary kiln, pre heater, clinker, cooler, belt conveyor, dan peralatan penunjang lain. Terakhir dari tahap konstruksi adalah uji coba produksi yang dilakukan untuk mengetahui hasil guna dan daya guna dari mesin-mesin dalam proses produksi. Rencana tahapan terakhir adalah tahap operasi. Perencanaan di tahap operasi pabrik terdiri dari kegiatan penambangan bahan baku dan pengoperasian pabrik.
Kontestasi Pengelolaan Sumber Daya Alam Pegunungan Kendeng Utara di Tingkat Pemerintah Daerah Kontestasi terhadap sumber daya alam Pegunungan Kendeng Utara mencerminkan betapa besar keinginan para pemangku kepentingan untuk memperoleh manfaat dari sumber daya alam tersebut. Rencana pembangunan pabrik semen PT. SMS menurut pemda Pati sangat identik sekali dengan
36
kemajuan karena kemajuan suatu daerah adalah indikator keberhasilan suatu pemerintahan. Nilai-nilai inilah yang kemudian diterapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Pati serta jajarannya ditingkat kecamatan. Impian untuk menjadikan Kabupaten Pati sebagai daerah yang memiliki perekonomian yang meningkat bagi masyarakatnya tercermin dari upaya-upaya pemerintah daerah dalam membantu proses rencana pendirian pabrik semen PT. SMS. Menurut Pemerintah Kabupaten Pati, untuk meningkatkan pendapatan daerah, mengurangi kemiskinan, dan mengurangi pengangguran perlu adanya investasi karena tidak cukup dari pertanian saja. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pati sendiri dibawah Provinsi Jawa Tengah, hanya sekitar 5,8% oleh karena itu Pemda Kabupaten Pati sangat menginginkan investasi dari luar Pati. Kebutuhan akan investasi ini ditunjukkan Pemda Pati pada Peraturan Daerah nomor 8 tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Pati Tahun 2005-2025, khususnya disebutkan pada Bab II poin 2g bahwa Kecamatan Tambakromo, Kecamatan Kayen, dan Kecamatan Sukolilo termasuk dalam wilayah untuk pertambangan. Perda ini adalah sinyal bagi investor untuk bisa berinvestasi di Pati. Perda tersebut juga diperkuat dengan Perda RTRW Kabupaten Pati, Perda No 5 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pati Tahun 2010-2030 pasal 62 (2) yang menyebutkan peruntukkan kawasan industri agro dan pertambangan yang berlokasi di Kecamatan Tayu dengan luas 30 ha, Kecamatan Trangkil dengan luas kurang lebih 24 ha, Kecamatan Margoyoso dengan luas kurang lebih 53 ha, Kecamatan Tambakromo dengan luas kurang lebih 300 ha, Kecamatan Kayen dengan luas kurang lebih 48 ha dan Kecamatan Sukolilo dengan luas kurang lebih 117 ha. Lainnya yang menjadi bukti bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Pati mendukung dan mendorong pembangunan di Pati adalah Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah nomor 6 tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029. Pada pasal 80 poin (g) dan (h) disebutkan bahwa Pegunungan Kendeng, yaitu Kendeng Utara dan Selatan termasuk dalam kawasan pertambangan yang dapat dibudidayakan12. Perda Provinsi ini diterbitkan tepat satu tahun sebelum Perda RTRW Kabupaten Pati tahun 2010-2030 dan Perda RPJPD Kabupaten Pati tahun 2005-2025 terbit dan satu tahun sebelum PT. SG mundur dari Pati. Pembuatan kebijakan-kebijakan ini bisa jadi adalah aspirasi dan harapan dari pemerintah daerah Kabupaten Pati untuk meningkatkan perekonomian daerah dan sebagai satu-satunya jalan yang paling memungkinkan. Adanya rencana pendirian pabrik semen PT. SMS kemudian menjadi gayung bersambut bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Pati. Rencana ini disambut cukup baik oleh pemerintah daerah melalui pertemuan-pertemuan yang dirancang bersama oleh pihak PT. SMS dan pejabat daerah. Akan tetapi kenyataannya, keputusan pemerintah daerah belum sejalan dengan harapan masyarakat yang menentang rencana pendirian pabrik semen. Pada titik ini, antara pemerintah daerah dan masyarakat terdapat pertentangan dan perbedaan sudut pandang dalam memaknai Pegunungan Kendeng Utara sebagai sumber daya alam. Oleh karena itu, rencana pendirian pabrik semen PT. SMS pun belum dapat diputuskan begitu saja mengingat adanya penolakan yang dilakukan oleh masyarakat. Berdasarkan alasan yang diutarakan pihak pemerintah tingkat 12
Dijelaskan pada pasal 67 poin (g)
37
kabupaten dan kecamatan, mereka juga belum bisa memberikan keputusan apapun terkait rencana pendirian pabrik semen PT. SMS, karena Kawasan Karst Pegunugan Kendeng meliputi lima kabupaten, sehingga urusan yang terkait Pegunungan Kendeng Utara akan melibatkan pihak-pihak lainnya dari luar Kabupaten Pati. Setidaknya harus ada urun rembug bersama antara Pemda Provinsi dengan masyarakat untuk menjamin tersampaikannya aspirasi masyarakat Kabupaten Pati.
Ikhtisar Rencana pendirian pabrik semen oleh PT. SMS secara tidak langsung mendapat dukungan dari pihak pemegang kekuasaan, tampak pada kebijakankebijakan yang diterbitkan oleh pemerintah daerah yang merujuk pada perizinan pendirian pabrik semen ini. Tujuan intervensi dari pemerintah ini semata-mata hanya untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi daerahnya, sehingga dengan hadirnya PT. SMS memberikan peluang gayung bersambut dari pemerintah. Gagalnya PT. SMS berinvestasi pada waktu itu seolah-oleh membuat pejabat-pejabat daerah kemudian „belajar‟ dari pengalaman tersebut, sehingga upaya yang dilakukan untuk PT. SMS kali ini adalah melalui kebijakan-kebijakan yang baru dibentuk. Itikad terencana pemerintah ini nampaknya tidak sejalan dengan kehendak rakyatnya. Terbukti dari aksi protes yang dilakukan masyarakat akibat kecewa terhadap kebijakan-kebijakan yang baru dibuat para pemegang kekuasaan. Kebijakan-kebijakan tersebut dinilai tidak pro rakyat karena hanya mementingkan pada nilai-nilai pembangunan. Terlebih pada pembuatannya, unsur aspirasi masyarakat tidak dimasukkan dalam proses pembuatan kebijakankebijakan tersebut. Sebagai pemegang kekuasaan dan wewenang, pemerintah seharusnya sadar serta lebih cerdas dan tepat dalam menentukan kebijakan, karena dalam kebijakan yang dibuat menyangkut hajat hidup orang banyak. Nasib hidup masyarakat Pati yang memanfaatkan Pegunungan Kendeng Utara bergantung pada kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah, sehingga pemerintah tidak bisa begitu saja menentukan sebuah kebijakan tanpa mempertimbangkan nasib dan juga aspirasi warga. Aksi-aksi yang dilakukan masyarakat penolak pabrik semen semata-mata adalah untuk melindungi Pegunungan Kendeng Utara dan kehidupan masyarakat di masa depan. Rakyat juga perlu mengingatkan pemerintah daerah untuk menetapkan status perlindungan secara spesifik terhadap wilayah-wilayah lindung di Pegunungan Kendeng Utara sebagai upaya mendukung kelestarian lingkungan. Terakhir, pemerintah daerah seharusnya mencantumkan pasal-pasal spesifik mengenai sanksi-sanksi atas pelanggaran yang dibuat oleh oknum-oknum yang telah menyebabkan kerusakan lingkungan. Hal tersebut sebagai penanda akan ketegasan dan keseriusan pemerintah daerah dalam mengelola sumber daya alam.
38
2006 PT. SG masuk ke Pati
Keterangan (*) Situasi konflik masih tinggi. Intensitas aksi dan konflik masih sering (ceramah lingkungan, aksi tolak pabrik semen, pertemuanpertemuan dengan pihak pabrik dan pemerintah) Garis penjelasan Urutan peristiwa Poin inti
2014 Sosialisasi sumur pantau Audiensi untuk masyarakat Sidang AMDAL PT. SMS Advokasi dan konsultasi dengan LBH dan para ahli Intensitas aksi mereda PT. SMS masih melalakukan upaya recana pembangunan pabrik semen melalui instansi pemerintahan Pelaporan illegal logging di hutan Pegunungan Kendeng oleh Warga SDS Gubernur Jateng datang ke Kec. Kayen untuk melihat langsung praktek illegal logging
2002 PT. SG merencanakan masuk ke Pati
2008 Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Mei 2009 Peristiwa aksi besar yang berakibat pada penangkapan 9 warga Pati
Istilah lain untuk kawasan karst, yaitu Kawasan Cagar Alam Geologi yang memiliki keunikan bentang alam (Kawasan Lindung Geologi)
2012* Peraturan Menteri ESDM No 17 tahun 2012 tentang Penetapan Kawasan Bentang Alam Karst
2008 Peneliti UGM melakukan eksplorasi kawasan bakal calon pabrik PT. SMS 2013 Audiensi untuk masyarakat Penuntutan pengkajian ulang Perda Kabupaten Aksi Advokasi dan konsultasi ke berbagai LBH dan instansi pemerintahan
Di Permen tersebut menetapkan dan menguatkan bahwa Kawasan Karst termasuk ke dalam Kawasan Lindung Geologi sebagai Kawasan Lindung Nasional
Pada pasal 80 poin (g) dan (h) : Kendeng Utara dan Selatan termasuk dalam kawasan pertambangan yang dapat dibudidayakan
2010* Terbitnya Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang RTRW Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029 Sosialisasi rencana pendirian pabrik semen oleh PT. SMS di Dusun Slening
2011*
1. PT. SG resmi mundur secara hukum dari Pati di karenakan cacat hukum perizinan.
2. Muncul berita rencana kegiatan AMDAL pembangunan pabrik semen PT. SMS.
3. Terbitnya Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 5 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pati Tahun 2010-2030.
4. Terbitnya Perda Nomor 8 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Pati Tahun 2005-2025.
5. Terbitnya UU Nomor 12 Tahun 2011 pasal 7 tentang Jenis, Hierarki, dan Muatan Peraturan Perundang-undangan
Inkonstitusi antara Perda Pati dengan PP, Permen dan UU
Inkonsisten si kebijakan di pasal 60 dan 80
Konflik mulai mereda sejak tahun 2009
39
Sosialisasi melalui dua media massa lokal Pati, banner dan spanduk
Alih fungsi peruntukkan Kawasan Pegunungan Karst Kendeng dari pertanian dan pariwisata menjadi pertambangan dan industri agro.
Bab II poin 2g :Kec.Tambakromo, Kayen, dan Sukolilo termasuk dalam wilayah untuk pertambangan
Urutannya adalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat, UndangUndang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
Gambar 2 Asal mula proses masuknya PT. SMS ke Kecamatan Tambakromo dan Kecamatan Kayen
1
AKTOR DAN JEJARING AKTOR Identifikasi Aktor Identifikasi aktor terhadap pihak-pihak yang berkonflik menjadi suatu hal yang tidak terpisahkan dalam menganalisis konflik sumber daya alam Pegunungan Kendeng Utara. Melalui identifikasi aktor yang berkonflik maka dapat dipetakan aktor-aktor yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung, baik dari elemen masyarakat, organisasi masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), lembaga hukum, pemerintah, ataupun lembaga lainnya. Meskipun aktor-aktor ini ada yang berkontribusi secara langsung dan ada pula yang berkontribusi tidak langsung. Akan tetapi semua memiliki pengaruh dalam konflik. Berikut adalah pemetaan aktor yang telah disederhanakan dalam penyajiannya : Masyarakat Masyarakat yang terlibat dalam konflik ini sebagian besar adalah masyarakat yang tinggal di daerah lokasi tapak pabrik dan penambangan bahan baku semen, yaitu Kecamatan Tambakromo dan Kayen. Kecamatan lainnya ada juga yang turut berpartisipasi, yaitu beberapa warga dari Kecamatan Sukolilo. Aktor dari elemen masyarakat ini pun terbagi atas warga yang pro terhadap pabrik semen, warga yang kontra terhadap pabrik semen, dan juga warga yang netral terhadap pabrik semen. Warga yang pro terhadap pabrik semen adalah mereka yang mendukung dan menginginkan berdirinya pabrik semen oleh PT. SMS di wilayah mereka. Jumlah warga yang pro tidak terlalu tampak, akan tetapi selalu ada dalam suatu lingkup masyarakat meskipun jumlahnya sedikit. Selain dari warga pro yang tinggal di calon lokasi tapak pabrik dan lokasi penambangan bahan baku semen ada pula mereka yang tinggal jauh dari calon lokasi tapak pabrik dan lokasi penambangan bahan baku semen, yaitu mereka yang tinggal di sekitar pusat Kabupaten Pati. Harapan terhadap terbukanya potensi lapangan pekerjaan di pabrik semen menjadi alasan bagi warga pro untuk mendukung berdirinya pabrik semen PT. SMS, karena berdasarkan pemahaman mereka dengan adanya pabrik semen maka orang-orang sekitar akan dipekerjakan oleh pihak pabrik. “...Terkait jumlah, banyak pihak yang pro (pabrik semen) berasal dari luar Kabupaten Pati. Rata-rata semua berasal dari luar Desa Ngerang dan dari luar lokasi tapak pabrik. Warga yang berasal dari dalam tapak pabrik, malah tidak ada yang pro...” –SRS, 28 tahun-
Pihak PT. SMS pernah mengumumkan, bahwa ada 14 desa yang telah mendukung (pro) mereka. Salah satunya adalah desa di sekitar lokasi tapak pabrik. Akan tetapi pemberitaan ini tidak dibenarkan oleh masyarakat sekitar lokasi tapak pabrik. Masyarakat yang tinggal di daerah calon lokasi tapak pabrik sama sekali tidak menyetujui hadirnya pabrik semen karena menurut mereka, tanah yang mereka tinggali saat ini adalah tanah nenek moyang yang tidak dapat diganggu gugat.
40
Sekalipun ada warga yang pro terhadap pabrik semen PT. SMS, mereka tetap akan kalah kekuatan dengan warga yang kontra dengan pabrik semen. Hal ini karena warga yang kontra pabrik semen memiliki kekuatan yang telah terbentuk semenjak rencana pendirian pabrik semen PT. SG. Kebencian terhadap pabrik semen sudah tertanam pada saat penolakan terhadap PT. SG. Ketika hal ini kembali terulang oleh PT. SMS, maka hal yang sama juga dilakukan oleh warga yang kontra. Oleh karena itu, warga yang pro pabrik semen seringkali melakukan langkah-langkah underground bersama pihak pemerintah untuk menghindari amuk massa dari warga yang kontra. “...Yang menolak semen itu ada 10 orang dan diblow up terus, tetapi ketika orang pro baru sedikit berbicara saja sudah diamuk massa, padahal rakyat yang pro hanya ingin menyampaikan aspirasi kepada Gubernur, contohnya kemarin saat Pak Gubernur datang...” –Kepala BLH Pati, PWD-
Manipulasi informasi seringkali juga terjadi dalam konflik, termasuk pada konflik kepentingan ini. Warga sering dikecohkan dengan pemberitaanpemberitaan yang kebenarannya masih perlu untuk diselidiki. Pada fase berkonflik, ada oknum-oknum yang sengaja memanfaatkan keadaan tidak stabil ini dengan menciptakan pemberitaan yang tujuannya untuk menyulut emosi, baik terhadap salah satu pihak atau juga terhadap kedua pihak, pro dan kontra. Tindakan ini sifatnya untuk memperkeruh suasana konflik dan pencapaian tujuan dari oknum pelaku tersebut. “...Setelah rapat, di koran-koran banyak berita yang menyatakan bahwa kepala desa X mendukung adanya pabrik semen dikarenakan hadirnya pabrik semen membuka lapangan pekerjaan. Termasuk juga dengan kepala desa saya, Desa Maitan...” –SKJ, 50 tahun-
Selanjutnya, warga yang kontra adalah mereka yang dengan tegas menolak berdirinya pabrik semen di wilayah mereka. Secara jumlah, dilihat dari antusiasme dan aksi-aksi yang dilakukan, warga kontra memiliki massa yang jauh lebih banyak daripada warga yang pro. Di Kecamatan Kayen sendiri terdapat satu desa13 yang semua warganya menolak berdirinya pabrik semen, begitu juga di salah satu dusun di Desa Larangan, Kecamatan Tambakromo. Dominansi warga kontra pabrik semen begitu kontras di Kecamatan Tambakromo dan Kecamatan Kayen). Ketika melakukan aksi, warga kontra biasanya bergabung dengan warga kontra di daerah lainnya. Hal tersebut dilakukan untuk menghimpun kekuatan sesama warga yang menolak akan adanya pabrik semen. Warga yang kontra selalu proaktif dalam menanggapi setiap agenda terkait berdirinya pabrik semen. Selain bergabung dengan sesama warga kontra, mereka juga bergabung dalam suatu organisasi, LSM ataupun paguyuban yang menolak pabrik semen. Tak hanya proaktif, warga yang kontra juga intens diundang oleh instansi pemerintahan untuk menghadiri agenda-agenda yang terkait dengan pendirian pabrik semen. Salah satunya adalah undangan sosialisasi sumur pantau yang diterima warga kontra ketika penelitian ini masih berlangsung. Undangan tersebut difasilitasi oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Pati. “...Di lingkungan sini (Desa Karangawen) warganya menolak semua, sampai daerah di musholla pinggir jalan sebelah kiri itu warganya menolak juga. Tapi 13
Desa Brati
41
wilayah setelah musholla itu, jarang ada warga yang ikut demo. Kalau di sini, orang yang berdemo sampai menggunakan 3 mobil engkel. Dari Desa Brati, Grasak, Saploso, Rukuk, Gower, Pedak, ada 15 mobil truk engkel. Waktu berdemo di Semarang itu sampai 45 mobil. Belum lagi yang dari Rembang, Blora, Kudus, Grobogan. Ada 5 Kabupaten datang ke Semarang semua...” –GDT, 50 tahun-
Dahulu, karena merupakan awal terjadinya konflik, maka intensitas konflik masih sangat tinggi dan antusiasme masyarakat dalam menanggapi konflik ini masih besar. Terlebih jarak waktu antara peristiwa mundurnya PT. SG dengan masuknya PT. SMS hampir bersamaan, sehingga semangat untuk menolak pabrik semen masih tinggi. Apalagi saat itu pihak PT. SMS sedang gencarnya melakukan lobbying dengan instansi-instansi pemerintahan yang sarat akan amuk massa bila diketahui oleh masyarakat. “...Orang yang berdemo berasal dari mana saja, mereka adalah warga dari daerah yang akan terkena dampak pabrik semen. Sekitar 11 desa yang terlibat, meliputi 3 kecamatan (Sukolilo, Kayen, Tambakromo)...” – SRM, 55 tahun-
Kecamatan Tambakromo dan Kayen adalah lokasi yang direncanakan untuk tapak pabrik semen PT. SMS dan calon lokasi penambangan bahan baku. Sementara Kecamatan Sukolilo adalah wilayah bekas calon tapak pabrik semen yang direncanakan oleh PT. SG. Aksi demo terhadap pabrik semen PT. SMS memang tak dapat dipungkiri ada intervensi dari warga Kecamatan Sukolilo yang sebelumnya pernah memiliki pengalaman dalam mengusir pabrik semen. Usaha yang telah dilakukan warga Sukolilo memang benar secara hukum karena PT. SG dinilai telah cacat hukum dalam pembuatan AMDAL. Selain warga pro dan kontra, warga netral adalah warga yang mengaku tidak memihak dimanapun baik antara pro ataupun kontra. Mereka mengaku memihak untuk kebaikan saja, artinya mereka mendukung segala apapun keputusan asalkan untuk kebaikan warga. Namun berdasarkan pernyataan dari beberapa orang yang mengaku netral, mereka lebih cenderung menginginkan adanya pabrik semen karena menurut mereka dapat membuka lapangan pekerjaan bagi warga sekitar. “...Kalaupun saya diajak pertemuan dengan pabrik semen saya tidak mau, karena saya inginnya netral, pro tidak, kontra tidak. Setiap ada undangan saya tidak pernah diajak. Dulu juga pernah ada LSM yang datang, tapi saya juga tidak bisa memberikan keterangan banyak, hanya sebatas yang saya tahu. Kalau saya sendiri senang ada industri, karena nanti pasti banyak yang kerja. Bukan saya saja, banyak sebetulnya orang yang senang, karena menyerap tenaga kerja. Tapi ya itu dampaknya. Hanya sekelompok orang yang tidak mengerti tadi. Sebenarnya rakyat sini banyak yang senang, karena menyerap tenaga kerja...” –GTT, 53 tahun-
Pencitraan kadang kala dilakukan oleh segelintir orang agar terbebas dari bencana konflik, akan tetapi dibalik pencitraan tersebut mereka tetap mendukung rencana pendirian pabrik semen. Iming-iming kesempatan bekerja memang telah membuat sebagian masyarakat Pati tergiur, termasuk pada orang-orang yang mengaku netral. Pilihan untuk tidak mengambil resiko adalah pilihan ‘cari aman’, artinya meskipun mendukung pabrik semen, warga netral ini masih tetap mendapatkan pengakuan di masyarakat dan tidak terlibat di pihak manapun. Pihak netral ini tahu bahwa jika secara terang-terangan memilih untuk mendukung pabrik semen maka serta merta akan menjadi musuh warga yang kontra pabrik semen.
42
Organisasi Akar Rumput Organisasi akar rumput masyarakat merupakan kelompok-kelompok bentukan masyarakat (grassroot) yang sifatnya suka rela. Dibentuk berdasarkan kesadaran dan kebutuhan anggotanya. Beberapa ada yang terbentuk sebelum dan sesudah adanya isu pabrik semen14 dan bertahan hingga sekarang. Anggota dari kelompok-kelompok ini berasal dari berbagai daerah. Ada kelompok yang anggotanya tidak hanya dari Kabupaten Pati saja, melainkan juga gabungan dari beberapa kabupaten, seperti Rembang, Kudus, Semarang, dan lainnya. Selain itu, ada juga kelompok yang anggotanya berasal dari seluruh warga dalam satu desa. Organisasi akar rumput ini terbagi dalam dua kubu, yaitu kubu pro pabrik semen dan kontra pabrik semen. Berikut adalah kelompok-kelompok tersebut : a.
JMPXK JMPXK adalah salah satu dari banyaknya kelompok masyarakat yang terlibat dalam konflik ini. Kelompok ini terbentuk karena kesadaran dan kebutuhan untuk menjaga dan melestarikan lingkungan. Diinisiatori oleh seorang pria yang dulunya tergabung di SPP (kelompok tani di Pati). Dikarenakan SPP hanya fokus pada masalah-masalah pertanian, maka akhirnya ia memilih untuk membentuk kelompok lain yang fokus terhadap masalah lingkungan. Awalnya, anggota dari JMPXK ini adalah anggota di SPP dan SDS15 juga, akan tetapi lambat laun akhirnya kelompok ini melebarkan sayap ke daerah-daerah lain di Kabupaten Pati, khususnya di wilayah yang akan menjadi calon tapak pabrik dan penambangan bahan baku semen. Langkah yang digunakan kelompok ini dalam pergerakannya adalah dengan mensosialisasikan pengetahuan tentang lingkungan dan dampak dari adanya pabrik semen kepada warga. JMPXK sendiri terbentuk setelah berakhirnya kasus PT. SG di Pati. Sampai saat ini, JMPXK masih proaktif dan responsif menghadapi rencana pembangunan pabrik semen oleh PT. SMS. Dapat dikatakan, JMPXK adalah kelompok pelopor yang selalu menginisiasi warga untuk melakukan aksiaksi menolak berdirinya pabrik semen. Anggota-anggota JMPXK hingga sekarang masih aktif mensosialisasikan dan mengajak warga untuk sadar dan paham mengenai kelestarian lingkungan. JMPXK selalu diundang dan selalu hadir pada setiap kesempatan agenda terkait rencana pendirian pabrik semen. Hal tersebut mereka anggap sebagai bentuk kooperatif dari JMPXK kepada instansi-instansi terkait. Mengenai kecenderungan JMPXK sendiri adalah menolak adanya pabrik semen, sehingga dalam hal ini JMPXK masuk dalam pihak kontra pabrik semen. Di sisi lain, nama JMPXK kerap kali dijadikan sebagai kambing hitam oleh kelompok lain ataupun juga oleh warga yang pro terhadap pabrik semen. Nama dari inisiator JMPXK (Bapak GRO) selalu disalahgunakan oleh anggota dari kelompok lain untuk menghimpun warga agar bersedia mengikuti aksi yang akan dilakukan oleh kelompok tersebut. Peran Bapak GRO memang sangat berpengaruh bagi warga yang kontra pabrik semen. Dapat dikatakan, warga yang kontra pabrik semen hanya akan percaya kepada Bapak GRO dan jaringannya, sehingga banyak oknum-oknum tertentu yang menyalahgunakan penggunaan nama Bapak GRO untuk kepentingannya pribadi. 14 15
Masa isu pabrik semen Gresik dan Indocement (PT. SMS) Kelompok masyarakat adat
43
“...Pernah waktu itu orang-orang LKR akan mengadakan demo, kami (JMPXK) tadinya juga akan melakukan demo tetapi tidak jadi. Tiba-tiba orang dari LKR menghubungi warga yang tergabung dalam JMPXK dan mengajak untuk aksi demo dengan menggunakan nama Bapak GRO dan mengancam akan membakar rumah warga bila tidak ada yang ikut dengan mereka. Mereka sering menggunakan nama Bapak GRO untuk mengajak berkumpul warga ketika akan melakukan pertemuan...” –GRI, 38 tahun-
Bagi warga Pati yang menolak pabrik semen, mereka sangat mempercayai Bapak GRO sebagai panutan mereka dalam bertindak melawan pabrik semen. Oleh karena itu, kesempatan tersebut kemudian dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang bergerak dalam menolak pabrik semen. Akan tetapi, cara-cara yang digunakan tidak elegan dan cukup meresahkan warga. Penggunaan nama Bapak GRO tanpa sepengetahuan pihak yang bersangkutan dapat dikatakan sebagai pencemaran nama baik dan penipuan publik. Pengaruh besar lainnya dari JMPXK terhadap penolakan pabrik semen adalah kedatangan JMPXK di Dusun Slening, Desa Larangan, Kecamatan Tambakromo. “...Warga Dusun Slening tidak ada yang mau direlokasi. Dulu rakyat Dusun Slening itu sudah mau menerima (pabrik semen) karena di Dusun Slening itu hanya pengambilan bahan baku, tapi alangkah baiknya kalau ada yang mau pindah, nanti akan diberi uang kompensasi. Sampai suatu hari orang Dusun Slening didatangi orang yang kontra sekali dengan pabrik semen (JMPXK), akhirnya orang Dusun Slening jadi menolak semua. Pelaku provokasi tersebut berasal dari luar dusun (Sukolilo)...” –GTT, 53 tahun-
Hingga detik ini, warga di Dusun Slening memilih untuk menolak berdirinya pabrik semen. Hal tersebut tidak terlepas dari pengaruh atas informasi yang disebarkan oleh JMPXK ini. Beberapa warga yang mengaku netral juga menganggap bahwa JMPXK adalah alat bagi orang-orang SDS agar warga yang tergabung di JMPXK kemudian masuk ke SDS. Sindiran tersebut memang tidak mengherankan, karena hampir sebagian besar anggota JMPXK adalah warga SDS. Bapak GRO sendiri adalah bagian dari kelompok masyarakat adat SDS dan menyadari bahwa orang-orang masih memiliki pemikiran seperti itu kepada JMPXK. Akan tetapi, pernyataan terkait untuk memperalat tersebut dibantah dan dinyatakan tidak benar oleh pihak JMPXK yang bukan berasal dari SDS. Namun tak bisa dipungkiri juga bahwa pergerakan JMPXK tersebut diawali dari jaringan yang telah terlebih dahulu dimiliki oleh SDS. “Inginnya yang menyuarakan menolak pabrik bukan dari JMPXK, agar tidak ada persepsi tentang provokasi dari JMPXK. Harapannya kegiatan-kegiatan seperti ini dikoordinasi oleh organisasi GMR, tapi ternyata GMR tidak berani. Awalnya yang mem-back-up adalah orang-orang JMPXK, tapi dipertengahan tetap ada persepsi bahwa adanya pemanfaatan dari SDS. Sampai sekarang pun masih banyak larangan agar orang-orang tidak masuk ke SDS ataupun JMPXK.” –Tokoh JMPXK, GRO, 42 tahun-
Antara JMPXK dengan SDS memang tak dapat dilepaskan. Anggota dari keduanya pun saling terkoneksi satu sama lain. Terlebih bahwa asal mula terbentuknya JMPXK adalah dari pengaruh SDS, maka adalah hal yang wajar ketika muncul persepsi bahwa JMPXK adalah alat untuk dijadikan anggota SDS. Persepsi ini kian menguat karena kehadiran SDS masih dianggap sebagai hal yang aneh bagi warga Pati. Perbedaan budaya dan adat istiadat antara warga Pati non SDS dengan kelompok masyarakat adat SDS menimbulkan persepsi sebelah mata terhadap anggota masyarakat adat SDS. Padahal dalam kehidupan sehari-hari, anggota adat SDS memiliki kehidupan yang sama dengan warga pada umumnya.
44
b.
LKR LKR termasuk dalam kelompok masyarakat yang menolak pabrik semen. Kelompok masyarakat ini dibentuk oleh seorang warga mantan anggota kelompok JMPXK, yaitu Bapak YTN. Saat itu Bapak YTN menempati posisi yang cukup penting dan diandalkan di JMPXK, akan tetapi karena suatu hal, akhirnya Bapak YTN tidak lagi tergabung dalam JMPXK. Setelah tidak terlibat di JMPXK lagi, Bapak YTN kemudian membentuk suatu organsasi lainnya yang juga fokus terhadap penolakan pabrik semen dengan nama LKR dan menghimpun warga untuk masuk ke dalamnya. Sejauh ini, LKR masih sejalan dengan organisasi atau paguyuban lainnya dalam menolak berdirinya pabrik semen. Dalam setiap aksi ataupun agenda terkait pabrik semen, LKR cukup aktif untuk mengikutinya. Di setiap aksi, LKR terkenal cukup frontal menyuarakan penolakan pabrik semen dengan cara penggunaan kalimat-kalimat penolakan ataupun kontak fisik terhadap lawan. Sejauh ini, LKR masih termasuk sebagai pihak yang kontra terhadap pabrik semen, namun seiring berjalannya waktu, keberpihakkan dari LKR sendiri kemudian dipertanyakan oleh masyarakat yang mengetahui pergerakan LKR dengan jelas. Terlebih, LKR sendiri memiliki motifmotif tertentu untuk tetap eksis sebagai suatu organisasi. “...Waktu itu LKR berencana menjebloskan kakaknya sendiri, JMPXK. Hampir semua LSM memojokkan JMPXK dengan alasan kalau ada pabrik semen akan sejahtera. Orang LKR suka membocorkan rencana anggota JMPXK yang tinggal di Kayen. Ada perubahan sikap dari seorang perempuan yang dulu awalnya bergabung di JMPXK sekarang bergabung di LKR dan sekarang jadi bersikap keras, tidak lembut lagi seperti dulu. Adanya LKR didukung oleh WLH. Kasarnya, ingin membuat tokoh tolak pabrik semen selain Bapak GRO. Padahal kami tidak merasa kalau GRO sebagai tokoh, karena kami selalu jalan bersama...” –GRI, 38 tahun-
Banyaknya organisasi masyarakat yang fokus pada Pegunungan Kendeng Utara tak ayal menimbulkan konflik horizontal terkait eksistensi mereka di mata masyarakat. Pada LKR, tindakan ingin menjatuhkan JMPXK bisa jadi dikarenakan pada rasa tidak suka terhadap perlakuan tokoh JMPXK terhadap pemimpin LKR ketika masih menjadi bagian dari anggota JMPXK yang menyebabkan Bapak YTN dikeluarkan dari JMPXK sebagai akibat dari perbuatannya sendiri. c.
FRD FRD merupakan paguyuban penolak pabrik semen yang terdiri dari wargawarga di Desa Larangan, Kecamatan Tambakromo. Paguyuban ini terbentuk atas dasar kepentingan yang sama diantara warga Desa Larangan yang menolak pabrik semen. Tujuan dari dibentuknya paguyuban FRD adalah untuk mempermudah koordinasi sesama warga penolak semen di Desa Larangan dengan kelompok penolak semen lainnya di desa lain. Melalui FRD juga diadakan perkumpulan untuk diskusi antar warga. Warga yang turut bergabung dalam FRD hanya dari rukun tetangga tertentu saja, karena di rukun tetangga lainnya ada yang memilih untuk bersikap netral. Pada dasarnya, FRD sama dengan kelompok penolak pabrik semen lainnya, hanya saja lingkup massa dari FRD lebih kecil. “...Kalau di Dusun Slening itu warganya ikut kelompok LKR, kalau warga disini (Desa Larangan) namanya FRD. Kalau warga Desa Brati ikut JMPXK. Di wilayahwilayah sini punya nama-nama sendiri, tapi kalau yang di sini FRDnya ikut JMPXK...”-SJA, 45 tahun-
45
Munculnya paguyuban-paguyuban pada level desa menunjukkan adanya rasa empati yang tinggi dan rasa untuk menghimpun kekuatan di wilayah masingmasing. Nama ini juga sebagai penanda eksistensi mereka, sehingga banyak nama-nama kelompok baru yang muncul di lingkup desa. d.
SDS SDS adalah suatu kelompok masyarakat adat yang tersebar dibeberapa daerah di nusantara, salah satunya adalah bertempat tinggal di Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati dan terpusat di salah satu dusun. Dalam berkehidupan, masyarakat SDS selalu bersinergi dengan lingkungan. Menghargai lingkungan yang memberikan penghidupan bagi mereka adalah prinsip hidup mereka. Hukum timbal balik antara manusia dengan alam begitu kental terasa dalam keseharian masyarakat ini. Masyarakat kelompok ini memegang teguh budaya sopan dan santun. Memiliki prinsip sederhana namun sejahtera. Masyarakat ini sudah ada sejak jaman Belanda menjajah Indonesia dan terkenal dengan budayanya yang selalu melestarikan lingkungan. Bagi mereka, bumi adalah ‘ibu’ yang harus dijaga dengan baik. Sedangkan petani adalah mutiara di dalam lumpur. Sehingga segala hal yang dapat mengancam ‘ibu’ serta merta akan berhadapan dengan kelompok masyarakat ini. Masyarakat ini dinilai berani dan memiliki posisi tawar yang tinggi terhadap penolakan rencana pendirian pabrik semen. Meskipun anggota dari kelompok masyarakat SDS ini tidak sekolah formal seperti warga lainnya, akan tetapi warga kelompok masyarakat ini tidak miskin pengetahuan. Terbukti bahwa hampir sebagian besar gerakan pelestarian lingkungan di Pati dipelopori oleh kelompok masyarakat ini. Hal tersebut membuat citra pelestari lingkungan sudah begitu melekat pada kelompok masyarakat ini. e.
GMR GMR adalah sebuah organisasi tingkat desa yang awalnya dibentuk khusus untuk remaja-remaja Desa Ngerang, Kecamatan Tambakromo. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kapasitas remaja dan mengajak remaja untuk lebih produktif. Seiring waktu, GMR juga turut serta dalam setiap agenda penolakan pabrik semen dan bergabung dengan kelompok tolak pabrik semen lainnya. “...Orang yang paling tua bergerak di sini hanya saya saja, sisanya pemuda sebanyak 50an anggota....” –NGD, 49 tahun, anggota GMR-
Walaupun GMR adalah organisasi pemuda, anggotanya tidak terbatas hanya pada remaja saja, seperti halnya Bapak NGD. Bapak NGD adalah salah seorang anggota GMR yang aktif, khususnya dalam setiap aksi penolakan pabrik semen. Meskipun tidak muda lagi, Bapak NGD masih terus berkontribusi dalam kegiatankegiatan menolak pabrik semen, sedangkan ketua dari GMR sendiri adalah seorang pemuda yang berasal dari Desa Ngerang. “...Selama menolak pabrik, kami selalu sejalan dengan organisasi kontra. Untuk selebihnya, kami menentukan nasib sendiri-sendiri. Untuk yang organisasi pro pabrik semen, kami jelas berseberangan...”-SRS, 28 tahun, ketua GMR-
Agar tetap eksis, GMR memiliki tujuan tersendiri dan mencari jalan lainnya untuk dapat mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, seperti peningkatan kapasitas anggota. Akan tetapi saat ini kondisi organisasi GMR sedang vakum karena
46
ditinggal sementara oleh para pengurusnya yang merantau mencari kerja di luar Kabupaten Pati, sehingga organisasi ini belum bisa bergerak dengan optimal. f.
JMS JMS merupakan organisasi bentukan masyarakat. Organisasi ini diindikasi berpihak pada pabrik semen PT. SMS. Oleh karena itu, organisasi ini tidak sejalan dengan organisasi-organisasi kontra, seperti : GMR, LKR, LKD, dan JMPXK. Pergerakan organisasi ini tidak begitu tampak seperti organisasi-organisasi lain yang sejajar dengannya. Bisa jadi organisasi ini bergerak secara underground seperti yang dilakukan oleh aktor pro pabrik semen lainnya. “...Kalau dengan JMS, GMR berbeda tujuan. Tapi dengan orang-orangnya tidak masalah. Akan tetapi dengan apa yang telah mereka lakukan kami tidak terima...” SRS, 28 tahun, ketua GMR-
Keberpihakkan JMS nampaknya sudah diketahui oleh masyarakat di luar kelompok JMS. Beberapa pengrusakan yang terjadi saat konflik disinyalir merupakan perbuatan oknum JMS, sehingga banyak warga yang tidak simpati dengan kehadiran kelompok ini. Meskipun begitu, eksistensi JMS masih terus ada hingga sekarang. g.
LKD LKD merupakan organisasi yang terbentuk dari kesadaran para pemuda di Pati untuk melindungi Pegunungan Kendeng Utara. Diketuai oleh seorang warga asal Kecamatan Tambakromo, yaitu Bapak BBS (35 tahun). Salah satu tugas utama dari LKD adalah melestarikan lingkungan meskipun dalam pelaksanaannya banyak gangguan yang menghadang. Pada saat berdirinya, LKD dipelopori dan didukung oleh JMPXK. Sejauh ini pergerakan LKD masih sama dengan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok penolak pabrik semen lainnya. Hadirnya LKD bisa jadi adalah sebuah langkah untuk menjaring warga yang masih mencurigai JMPXK agar dapat terlibat juga dalam upaya pelestarian lingkungan di bawah payung LKD. h.
Paguyuban SNM Paguyuban ini merupakan paguyuban yang dibentuk untuk menolak rencana pendirian pabrik semen PT. SMS. Tak hanya sebagai kelompok penolak pabrik semen, kelompok ini juga dijadikan sebagai kelompok pengajian untuk warga Desa Brati. Terdiri atas 190 anggota yang berasal dari warga Desa Brati. Tujuan paguyuban ini adalah menghimpun kekuatan warga penolak semen melalui strategi mengaji. Sebagai kelompok grassroot, paguyuban ini sudah cukup terorganisir dalam pengelolaannya. Agar paguyuban ini tetap eksis, mereka memberlakukan iuran sukarela dan juga arisan yang akan diundi diwaktu-waktu yang telah disepakati. Iuran sukarela tersebut fungsinya adalah sebagai uang operasional anggota untuk keperluan aksi tolak pabrik semen. Melalui pengajian ini juga informasi seputar pabrik semen disebarkan.
47
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lembaga Swadaya Masyarakat atau LSM adalah lembaga formal bentukan masyarakat (grassroot). Sudah seyogyanya LSM berpihak kepada kepentingan dan kesejahteraan masyarakat kebanyakan. Akan sangat disayangkan apabila terdapat LSM yang lebih memilih untuk berpihak kepada selain untuk kesejahteraan masyarakat kebanyakan. Selain itu pula, yang menjadi miris adalah bila LSM lebih mementingkan kepada kepentingan daripada LSM itu sendiri, sehingga kesejahteraan masyarakat kebanyakan pun menjadi nomor kesekian. Perbedaan tujuan dari LSM kemudian lebur menjadi dua tipe, yaitu LSM hijau dan LSM lokal. LSM hijau adalah LSM yang mendukung pada pelestarian lingkungan, baik visi, misi, serta cara pandang terhadap Pegunungan Kendeng Utara. LSM lokal adalah LSM diluar kategori LSM hijau. Di bawah ini merupakan daftar nama-nama LSM yang mungkin hampir selalu diundang dalam setiap agenda terkait rencana pendirian pabrik semen : Tabel 3
Daftar nama-nama LSM yang terlibat konflik sumber daya alam Pegunungan Karst Kendeng Utara , Kabupaten Pati
SHPI KBM APRN KMPR
KPPN KPPP LMPP FMPP
PGSNI LPPX GRD HTM
PMM
PHP
AMPR
Lembaga Swadaya Masyarakat PSSD GMPR PKP GRP APH STP PGL AFG FMPKP LSJ KSP BUT LPPNRI IPI LCKI LPK
SPM BNK GNS HPS
GPRO DTR GGW FKP
KMP KMD AMPR KRH
Sumber : Data primer, dokumentasi peneliti dari surat undangan sosialisasi pabrik semen PT. SMS Daftar nama-nama LSM tersebut didapat dari dokumentasi arsip surat undangan perihal hasil rapat sosialisasi rencana pendirian pabrik semen PT. SMS. Jumlah undangan ada sebanyak 60 undangan dan 43 diantaranya adalah LSM. Dalam pemetaan aktor, keberpihakan LSM-LSM ini tidak dapat dipetakan secara detail dikarenakan oleh keterbatasan waktu penelitian. Kejelasan identitas LSMLSM tersebut hanya dapat dilihat melalui aksi-aksi yang dilakukan para LSM dalam memaknai Pegunungan Kendeng Utara sebagai sumber daya alam. “...Selain organisasi saya, banyak juga yang lainnya. Ada yang didirikan setelah ada wacana tentang pabrik semen, seperti LKD, LKR, JMPXK, itu ketiganya yang kontra dengan pabrik. Sedangkan JMS, RPMI, dan ada sekitar 43 LSM lainnya itu adalah yg pro dengan pabrik semen...” –SRS, 28 tahun, anggota GMR-
Hampir sebagian besar LSM-LSM yang terdapat dalam daftar di atas bukan berasal dari wilayah calon lokasi rencana pendirian pabrik ataupun lokasi penambangan bahan baku. Hal ini bisa jadi adalah faktor mengapa ada LSM yang mendukung rencana pendirian pabrik semen. Pada daftar diatas, sebagian besar LSM berasal dari daerah pusat Kabupaten Pati, bukan dari desa-desa di Kabupaten Pati dan bahkan ada yang berasal dari luar Kabupaten Pati. Hal ini diperkuat oleh pernyataan dari salah satu orang yang intens mengikuti setiap agenda terkait rencana pendirian pabrik semen :
48
“...LSM-LSM itu sering dikondisikan oleh PT. IDC (PT. SMS). Dari 100% LSM, paling tidak sampai 5% yang dapat dipercaya. Waktu itu pernah ada pertemuan, yang mana hampir seluruhnya dibawah PT. IDC (PT. SMS). Pernah waktu itu LKR mau menjebloskan JMPXK. Hampir semua LSM memojokkan JMPXK dengan alasan jika ada pabrik semen maka akan sejahtera. Pernah juga Pak GRO hampir dipukuli oleh LSM-LSM dan pemrakarsa (PT. SMS) karena tidak mau melakukan presentasi saat sosialisasi, karena saat itu Pak GRO hanya mau presentasi jika ada dokumen-dokumen perizinan yang telah di peroleh PT. SMS. Apalagi setelah itu, ada LSM yang menyatakan : Kapasitas Anda siapa ?kamu orang mana ?ini urusan orang Kayen dan Tambakromo...”-GRI, 38 tahun-
Ibu GRI adalah salah satu tokoh penolak pabrik semen yang selalu aktif mengikuti perkembangan rencana pendirian pabrik semen. Bagi beliau, LSMLSM yang ada di Pati sudah disabotase oleh pihak PT. SMS, sehingga LSM-LSM itu banyak yang mendukung rencana pendirian pabrik semen PT. SMS. Beberapa LSM tersebut juga terbentuk setelah konflik dengan PT. SMS ini mencuat, beberapa juga ada yang sengaja dibuat oleh PT. SMS sebagai LSM tandingan dari LSM hijau. Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Lembaga Bantuan Hukum (LBH) adalah aktor-aktor yang terlibat dalam konflik yang bekerja pada tataran hukum, mengkaji dan membantu pihak yang membutuhkan perihal hukum-hukum yang berlaku dan relevan. Independensi dari LBH tersebut adalah membantu siapapun pihak-pihak yang membutuhkan bantuan hukum. Pada kasus konflik ini, LBH-LBH ini telah cukup membantu masyarakat yang kontra dalam hal pencarian dokumen-dokumen perizinan PT. SMS. Selain membantu dalam pencarian dokumen-dokumen perizinan, LBH juga membantu dalam hal advokasi masyarakat yang kontra terhadap pabrik semen. Dua LBH teridentifikasi berasal dari LBH di Jawa Tengah dan satu LBH berasal dari Jakarta. Pemerintah (Daerah dan Pusat) Pemerintah merupakan aktor pemegang kekuasaan dan kewenangan terhadap wilayah yang dikelolanya. Konflik Pegunungan Kendeng Utara tidak pernah terlepas dari campur tangan pemerintah itu sendiri. Pemerintah disini adalah institusi yang membuat kebijakan bagi kemajuan daerahnya melalui berbagai macam program yang telah dirancang. Institusi pemerintahan, baik lingkup daerah sampai pusat pun turut terlibat di dalamnya. Masing-masing memiliki landasan dasar dalam menanggapi adanya rencana pembangunan pabrik semen. Berikut adalah daftar institusi yang terlibat dalam konflik rencana pembangunan pabrik semen : a.
Dusun Dusun adalah tingkat pemerintahan dari elit lokal yang pernah disambangi pihak PT. SMS untuk melakukan sosialisasi. Pada konflik rencana pendirian pabrik semen, aktor yang terlibat mulai dari tingkat dusun. Pada wilayah dusun ini, aktor yang berperan adalah Kepala Dusun dan perangkatnya. Peran Kepala Dusun menjadi begitu penting ketika akan diadakan sosialisasi, seperti yang terjadi di Dusun Slening, Kepala Dusun Slening menjadi penjembatan antara PT. SMS dengan masyarakat sekaligus juga menjadi fasilitator bagi pihak PT. SMS
49
dalam melaksanakan proses sosialisasi tersebut. Kepala Dusun dan beberapa perangkat yang dipilihnya juga intens mengikuti pertemuan-pertemuan yang berhubungan dengan pabrik semen, termasuk saat sosialisasi ke pabrik semen di Bogor. b.
Desa Kepala desa adalah aktor yang paling disoroti selama konflik ini karena kepala desa juga berperan sebagai penjembatan bagi PT. SMS dengan masyarakat, seperti halnya Kepala Desa Larangan yang turut mendampingi pihak PT. SMS saat sosialisasi di Dusun Slening. Selain kepala desa, perangkat desa lainnya juga turut terlibat dalam setiap agenda rencana pendirian pabrik semen. c.
Kecamatan Tambakromo dan Kecamatan Kayen Kecamatan merupakan pemeritahan yang berfungsi sebagai penghubung antara tingkat kabupaten dengan tingkat desa dan merupakan perpanjangan tangan dari Bupati. Terdapat dua kecamatan yang menjadi sorotan utama dari penelitian ini, yaitu Kecamatan Tambakromo dan Kecamatan Kayen karena dua kecamatan ini adalah kecamatan yang menjadi target lokasi pembangunan pabrik semen dan lokasi penambangan bahan baku semen. Meskipun begitu, pihak kecamatan adalah pihak yang gamang, artinya pada levelnya, camat tidak bisa menetapkan keputusan terkait Pegunungan Kendeng Utara. Sebagai instansi dengan posisi gamang, kecamatan juga merupakan salah satu dari objek sasaran protes para warga. Maka tak heran apabila dari pihak kecamatan selalu tidak menunjukkan sikap yang tegas terkait dengan rencana pendirian pabrik semen PT. SMS. Pada konflik rencana pendirian pabrik semen, kedua kecamatan ini menjadi aktor yang juga terlibat dalam setiap agenda. Masing-masing camat dari dua kecamatan ini turut mendampingi PT. SMS ketika melakukan sosialisasi. Seperti yang terjadi di Dusun Slening, Camat Tambakromo senantiasa mendampingi pihak PT. SMS saat sosialisasi. Sejauh ini pihak kedua kecamatan masih memfasilitasi pihak PT. SMS dalam hal sosialisasi terkait rencana pendirian pabrik semen. Diantaranya adalah sosialisasi sumur pantau yang dilakukan di kedua kecamatan. “...Sebelumnya sudah ada sosialisasi dari pabrik, tapi hanya di Dusun Slening saja. Bapak mekanik yang melakukan eksplorasi itu ada yang dari Magetan. Saat melakukan eksplorasi, tinggalnya di rumah saya selama berbulan-bulan. Saat itu eksplorasi dilakukan dimana-mana. Mungkin dari hasil eksplorasi itu juga kemudian ada sosialisasi pabrik semen. Yang ikut sosialisasi itu dari perangkat : kades, camat, Pak ALF (pabrik)...” –SRM, 55 tahun, Kepala Dusun Slening-
Sebagai kepala camat, selaku ‘tuan rumah’ di tempatnya sendiri memang sudah menjadi tugasnya dalam mendampingi setiap tamu yang datang ke wilayahnya. Oleh karena itu, mendampingi pihak PT. SMS dalam bersosialisasi adalah wujud penerimaan yang dilakukan pihak kecamatan terhadap tamu yang bertandang ke wilayahnya. d.
Kabupaten Pati Bupati Pati adalah aktor yang namanya sering disebut-sebut oleh warga. Dari setiap informasi yang didapat, Bupati Pati berperan sangat penting dalam pembuatan dan perubahan peraturan-peraturan mengenai Pegunungan Kendeng Utara. Diantaranya adalah Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang dan Wilayah
50
(Perda RTRW) Kabupaten Pati terkait perubahan fungsi Pegunungan Kendeng Utara dari pertanian dan pariwisata menjadi pertambangan dan industri agro. Sebelum dan setelah pergantian Bupati Pati yang baru, nama-nama Bupati Pati tersebut kerap kali dilibatkan dalam proses rencana pendirian pabrik semen. Hal ini diketahui oleh warga ketika pemilihan Bupati Pati dan terpilihnya salah satu kandidat Bupati. “...Waktu itu ada pertemuan di Gedung DPRD, Pati. Dulu sempat ada fotokopi KTP warga yang disalahgunakan untuk pemilihan Bupati Pati. Semua KTP warga diminta oleh perangkat dan dimintai foto. Kejadian terjadi di tahun 2011. Saat itu masih dipimpin oleh Bupati TSM, sebelum Bapak HYT naik menjabat. Awalnya, fotokopi KTP dan foto itu untuk mendukung Bapak HYT, akan tetapi tiba-tiba saat Bapak HYT sudah menjabat menjadi Bupati, tiba-tiba ada pemberitahuan bahwa sebanyak 90% warga Tambakromo setuju dengan adanya pabrik semen. Ternyata itu dari pengumpulan KTP yang untuk pemilihan mendukung Bapak HYT (Bupati Pati sekarang)...” –GDT, 50 tahun-
Manipulasi dan pembohongan terhadap publik kerap dilakukan oleh oknumoknum yang memanfaatkan momen-momen tertentu. Saat sedang ramainya mengenai pemberitaan pabrik semen oleh PT. SMS, bersamaan pula dengan pemilihan daerah Bupati Kabupaten Pati. Beberapa oknum memanfaatkan momen ini untuk mendapatkan dukungan dengan cara yang tidak disadari oleh masyarakat, hingga akhirnya masyarakat sadar bahwa telah dikelabui oleh oknumoknum yang tidak bertanggung jawab. e.
Provinsi Jawa Tengah Pemerintahan Provinsi Jawa Tengah terlibat dalam konflik ini sebagai institusi yang mengelola lima kabupaten yang dibentangi oleh Kawasan Karst Pegunungan Kendeng. Sebagai pemerintah tingkat Provinsi, Gubernur Jawa Tengah juga turut andil dalam setiap agenda rencana pendirian pabrik semen. Gubernur juga menjadi penjembatan bagi masyarakat dengan PT. SMS. Hal ini terindikasi dari kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemda Provinsi Jateng. Dikeluarkannya kebijakan-kebijakan terkait Pegunungan Kendeng Utara oleh Pemda Provinsi Jateng adalah perwujudan dari apa yang diinginkan oleh Pemda Provinsi Jateng terhadap Pegunungan Kendeng Utara. “...Saya datang ke sini (lokasi penambangan liar) untuk menampung aspirasi warga dan berdialog. Karena sampai sekarang belum ada keputusan apapun dari negara, makanya saya ke sini mengajak berdialog kalian (warga), kalau bisa malah saya ingin mengajak kalian untuk ikut rapat...” –GJP, Gubernur Jawa Tengah-16
Pada kenyataannya, keputusan terkait pendirian pabrik semen PT. SMS di Pati belum ada karena masih proses pengkajian materi. Akan tetapi kebijakan yang telah dikeluarkan oleh Pemda Pati mengindikasikan ke arah pendirian pabrik semen. Oleh karena itu, saat Bapak GJP, Gubernur Jateng datang ke Kecamatan Kayen, warga serta merta menyampaikan aspirasi mereka dengan mengajukan beberapa tuntutan terkait kelestarian Pegunungan Kendeng Utara.
16
Tanggal 09/05/2014, kunjungan Gubernur Jawa Tengah ke Desa Beketel, Kecamatan Kayen dalam rangka menanggapi laporan warga atas adanya illegal logging di hutan. Saat itu, Pak Ganjar (Gubernur Jawa Tengah) ingin melihat langsung hutan yang gundul akibat illegal logging dan kemudian mendengarkan aspirasi warga.
51
f.
Badan Lingkungan Hidup (BLH) Pati Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Pati merupakan lembaga teknis daerah yang bekerja terkait dengan lingkungan. Lembaga ini bekerja berlandaskan pada komitmen para pihak dalam pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya buatan secara berkelanjutan. Salah satu fungsinya adalah pengawasan dan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan. BLH Pati terlibat dalam proses pengagendaan pertemuan dengan PT. SMS, pendampingan bagi PT. SMS, pemantauan sumur pantau, hingga sosialisasi kepada warga. Instansi ini juga disinyalir mendapat sumbangan dana dari PT. SMS untuk dibagi-bagikan kepada warga dalam bentuk sarana produksi pertanian (saprotan). Lembaga ini juga yang mengeluarkan Surat Izin Lingkungan dengan nomor 660.1/4767 tahun 2014 pada tanggal 8 Desember 2014 untuk kegiatan pembangunan pabrik semen dan penambangan batu gamping dan batu lempung di Kabupaten Pati kepada PT. SMS. “Kebijakan Pemda Pati dalam kebijakan pembangunan ditekankan pada 4 pilar, PROGROWTH (pertumbuhan tidak hanya dari sektor agraria pertanian saja, harus ada sektor lain, industri atau jasa), PROJOB (menyediakan lapangan pekerjaan), PROENVIRONMENTAL (berwawasan lingkungan), PROPOOR (berpihak pada orang-orang miskin dan menaikkan pendapatan).” –PWD, Kepala BLH Pati di kantor BLH Pati-
BLH berpijak pada pembangunan kawasan dengan wawasan lingkungan. Termasuk pada rencana pendirian pabrik semen oleh PT. SMS, BLH mencanangkan pendirian pabrik yang berwawasan lingkungan, alasannya adalah, selain pembangunan berjalan, tetapi masih bisa melestarikan lingkungan. g.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Pati BAPPEDA Pati merupakan lembaga teknis daerah yang tugas pokok dan fungsinya adalah melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan pembangunan daerah. Tujuan yang ingin dicapai BAPPEDA adalah terpenuhinya skala dan lingkup kebutuhan masyarakat yang dianggap paling penting dan paling luas jangkauannya, agar alokasi sumber- sumber dapat dilakukan secara ekonomis, efisien dan efektif, mengurangi tingkat resiko dan ketidakpastian, tersusunnya program atau kegiatan yang lebih realistis lainnya yang juga terlibat dalam proses rencana pendirian pabrik semen. Lingkup kerja BAPPEDA adalah penataan ruang, perencanaan pembangunan, dan penyelenggaraan statistik dasar (menyusun data) melalui kerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) Pati. Wilayah kerja BAPPEDA Pati adalah seluruh Kabupaten Pati di 21 kecamatan, dibagi secara adminstratif ke 401 desa dan lima kelurahan. BAPPEDA Pati juga turut andil dalam pembuatan Perda RTRW Kabupaten Pati. h.
Perhutani Pati Perhutani merupakan institusi dibawah Kementerian Kehutanan. Perhutani Pati terlibat dalam konflik ini karena wilayah Pegunungan Kendeng Utara yang akan direncanakan menjadi tapak pabrik termasuk ke dalam kawasan pengelolaan Perhutani. Sehingga dalam setiap agenda yang menyangkut urusan terkait Pegunungan Kendeng Utara, Perhutani selalu mendampingi sesuai dengan kapasitasnya. Perhutani disini tidak memiliki kewenangan dan kekuasaan dalam
52
membuat keputusan, sehingga Perhutani hanya menunggu instruksi dari atasan, yaitu Kementerian Kehutanan. i.
Kementerian Kehutanan Kementerian Kehutanan adalah aktor diatas unit kerja Perhutani. Kementerian Kehutanan juga merupakan salah satu dari beberapa instansi pemerintah yang dapat mengeluarkan surat izin terkait pendirian pabrik semen PT. SMS. Kriteria perizinan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kehutanan adalah segala kasus yang berkaitan dengan kehutanan. Dalam kasus ini, lokasi yang menjadi polemik merupakan bagian dari wilayah kerja Kementerian Kehutanan. j.
Polres Kayen dan Polres Tambakromo Aparat kepolisian adalah aktor yang selalu terlibat secara langsung dan tidak langsung dalam konflik rencana pendirian pabrik semen. Keterlibatan secara langsung mereka adalah pada saat adanya pertemuan-pertemuan yang diadakan terkait rencana pendirian pabrik semen. Sementara keterlibatan tidak langsung mereka adalah pada setiap agenda aksi yang dilakukan oleh warga, aparat kepolisian siap siaga untuk mengamankan keadaan dan tidak jarang juga terjadi konflik kontak fisik antara warga yang melakukan aksi dengan aparat kepolisian. Selain dari aktor-aktor pemerintahan diatas, ada pula aktor-aktor pemerintahan lainnya yang terlibat, diantaranya adalah Musyawarah Pemimpin Kecamatan (Muspika), Musyawarah Pemimpin Daerah (Muspida), Ketua DPRD, Kepala SKPD Kabupaten Pati, Kapolres Kayen, Kapolres Tambakromo, Danramil Kayen, dan Danramil Tambakromo. Akan tetapi, selama proses penelitian ini berlangsung, kehadiran aktor-aktor tersebut tidak nampak secara fisik, namun berdasarkan informasi dari para informan, aktor-aktor tersebut terlibat secara intensif. Centeng atau Orang Bayaran
Dalam konflik ini ada oknum-oknum yang sengaja membayar orang suruhan untuk menjalankan perintah darinya. Orang suruhan ini disebut sebagai centeng yang sengaja dibayar untuk melakukan tindakan anarkis untuk menghadang warga yang melakukan aksi. Selain melakukan penghadangan, centeng bayaran ini juga kerap kali melakukan tindakan pengrusakan di lingkungan warga. Centeng ini tak segan-segan melukai warga untuk membuat warga mundur dari aksinya. “...Centeng itu orang yang berani. Mereka dibayar oleh pabrik semen. Tugasnya mencegat orang-orang yang akan berdemo, menghadang di jalan-jalan. Karena jumlah centeng itu sedikit, jadi aksi demo tetap berjalan. Ada juga yang dilukai oleh mereka (centeng)...” -SRM, 55 tahun“...Pertengkaran terus terjadi. Di Kecamatan Kayen, ada orang yang akan berdemo tetapi dihadang oleh centeng. Tapi warga tetap melanjutkan berdemo. Orang pabrik semen membayar orang, namanya centeng/preman buat menghadang warga yang berdemo. Ada yang dikasih 200 ribu, 250 ribu, 300 ribu, tiap preman tidak sama dibayarnya...” -GDT, 50 tahun-
Aksi yang dilakukan oleh centeng tidak memandang siapapun lawannya. Para centeng hanya tunduk dengan pihak yang memberi mereka uang. Warga pun
53
juga tidak ada yang mengenali siapa centeng tersebut. Bagi warga, centeng tersebut tidak familiar di lingkungan mereka. Aktor Lainnya a.
ASC Yogyakarta - Indonesia ASC merupakan organisasi para pecinta dan peneliti gua. Resmi berdiri pada tahun 1984. Organisasi ini pernah melakukan penelitian di Pegunungan Kendeng Utara dan mengambil data speologi Pegunungan Kendeng Utara. Pada konflik ini, ASC terlibat sebagai pihak yang membantu masyarakat dari segi ilmu pengetahuan. ASC memberikan data-data hasil penelitian terkait Pegunungan Kendeng Utara kepada masyarakat. ASC juga berpartisipasi dalam membantu dan memberikan pendapat dalam setiap agenda diskusi warga terkait pabrik semen. PACA Tambakromo PACA Tambakromo adalah organisasi cabang dari organisasi GP Anshor di Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati. GP anshor sendiri merupakan sebuah organisasi kemasyarakatan pemuda di Indonesia. Organisasi ini berafiliasi dengan organisasi islam Nahdlatul Ulama (NU). GP Anshor pertama kali didirikan pada tanggal 24 April 1934. GP Ansor juga mengelola Barisan Ansor Serbaguna (Banser). Keterlibatan PACA sebagai organisasi islam adalah sebagai pihak yang memberikan pengetahuan mengenai kebaikan (faedah) atau keburukannya (mudhorot) pabrik semen berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadist. PACA Tambakromo kerap kali juga diundang dalam agenda terkait pabrik semen. b.
“...Tanggal 3 Desember 2011 saya diundang oleh Pati, dengan tema peduli lingkungan. Ada narasumber WLH Jogja, JMPXK, PACA, dan, dari akademisi. Dari situ saya tahu rencana pendirian pabrik semen. Di tema tersebut adalah peduli lingkungan, tapi ternyata isi acara tersebut menjelaskan mengenai pendirian pabrik semen. WLH sendiri memaparkan dampak negatif dari pabrik semen, sedangkan dari PACA melihatnya dari dalil-dalil Al-Qur'an dan hadist, kalau lebih banyak mudhoratnya lebih baik tidak...” – BBS, 35 tahun –
Upaya menarik simpati masyarakat Pati dari berbagai macam kalangan dilakukan oleh PT. SMS. Seperti halnya dengan mengundang kelompok agama yang dihormati di Pati. Meskipun begitu, dalam proses menarik simpati ini, pihak PT. SMS sekali lagi melakukan pembohongan publik dengan cara mengadakan kegiatan yang bertema lingkungan. Masyarakat Pati, khususnya di Kecamatan Tambakromo, Kecamatan Kayen, dan Kecamatan Sukolilo begitu terkenal dengan idealisme mereka dalam melestarikan lingkungan (Pegunungan Kendeng Utara). Oleh karena itu, PT. SMS berusaha menggunakan jalur yang disukai oleh masyarakat untuk mendapat simpati masyarakat. Swasta (Private Sector) Swasta atau private sector merupakan aktor raksasa yang memiliki modal besar untuk berinvestasi terhadap sumber daya alam. Pada konflik rencana pendirian pabrik semen di Pati, korporasi yang terlibat adalah PT. SMS sebagai pemrakarsa pendirian pabrik semen IDC. Sumber daya yang diincar adalah karst di Pegunungan Kendeng Utara wilayah Kecamatan Tambakromo dan Kecamatan Kayen. PT. SMS sendiri adalah anak perusahaan dari PT. IDC. Perusahaan ini
54
memiliki rencana untuk menanam modal milyaran rupiah untuk proyek tambang karst di Kecamatan Tambakromo dan Kecamatan Kayen. Sejak tahun 2008, PT. SMS mulai melakukan negosiasi baik kepada pemerintah daerah Pati juga kepada masyarakat untuk dapat mendirikan pabrik semen. Pada tahun 2011, PT. SMS juga mulai membuat AMDAL, akan tetapi sampai sekarang AMDAL tersebut masih ditentang oleh beberapa elemen masyarakat. Sidang AMDAL telah dilakukan pada bulan September 2014 dan menimbulkan respon penolakan keras dari masyarakat. Hingga kemudian, pada tanggal 9 Desember 2014 lembaga Badan Lingkungan Hidup Pati mengeluarkan surat izin pendirian pabrik semen dan penambangan batu gamping dan batu lempung kepada PT. SMS.
Jaringan Kekuatan Politik dan Relasi Kuasa Antaraktor Meskipun sama-sama berjuang untuk memperjuangkan kepentingannya, masing-masing aktor yang terlibat tidak berjalan sendiri-sendiri. Agar tetap eksis dan ‘memenangkan pertarungan’, aktor-aktor ini senantiasa untuk mencari kawan se-visi dan se-misi dengan mereka agar memperoleh dukungan lebih juga untuk memperkuat posisi tawar aktor. Hubungan yang terjalin diantara aktor dibagi menjadi dua jenis, yaitu hubungan asosiatif dan hubungan disosiatif. Hubungan asosiatif (positif) adalah hubungan yang dimiliki sesama aktor atas dasar manfaat yang diterimanya. Artinya, pada aktor-aktor yang memiliki hubungan ini adalah aktor yang saling mendapatkan manfaat dan diuntungkan satu sama lainnya, sehigga hubungan ini dikatakan sebagai hubungan positif. Akibat dari hubungan positif ini adalah saling mendekatkan antaraktor yang diuntungkan bahkan hingga pada beberapa kasus dimungkinkan para aktor yang saling diuntungkan ini akan saling berketergantungan satu sama lainnya, meskipun akhirnya dari hubungan tersebut menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak. Pada titik balik tersebut, transformasi hubungan antaraktor dapat saja terjadi, baik dari hubungan positif menjadi hubungan negatif ataupun sebaliknya. Lain halnya bila dengan hubungan negatif (disosiatif) yang terjadi dibeberapa aktor. Hubungan disosiatif ini adalah hubungan yang memberikan dampak saling menjauhkan bagi aktor yang terlibat dalam lingkaran hubungan ini. Dalam kasus konflik ini, bisa jadi hubungan ini adalah hubungan yang saling menjatuhkan antar aktor. Hubungan ini tercipta karena perbedaan visi dan misi antar sesama aktor yang menyebabkan perbedaan diantara kepentingan mereka, sehingga masing-masing aktor memilih untuk saling mengalahkan aktor lainnya demi tercapainya tujuan mereka. Namun bukan hal yang tidak mungkin apabila dari hubungan yang saling menjauhkan ini kemudian berlanjut menjadi hubungan komplemen, artinya adalah hubungan yang saling melengkapi. Terciptanya hubungan komplemen ini beranjak dari kesadaran akan keterbatasan kemampuan dalam mengelola sumber daya alam, dalam hal ini adalah Pegunungan Kendeng Utara, sehingga dibutuhkan aktor-aktor lain yang turut berpartisipasi dalam pengelolaan Pegunungan Kendeng Utara sekalipun aktor-aktor tersebut berbeda visi dan misi satu sama lain. Hal ini biasa dilakukan oleh instansi pemerintahan.
55
Seringkali, upaya mengkolaborasikan aktor-aktor dalam pengelolaan sumber daya alam menjadi ujung solusi yang ditawarkan. Namun yang menjadi catatannya adalah, bila semua aktor menyetujui dan menyepakati solusi kolaboratif tersebut, sehingga hubungan asosiatif pun akan segera tercipta. Sedangkan jika ada salah satu aktor yang merasa keberatan dan tidak menginginkan upaya kolaboratif tersebut karena dinilai merugikan sebagian pihak, maka hubungan disosiatif pun akan tetap ada diantara aktor bahkan jika tidak ada tindakan lebih lanjut, hubungan disosiatif akan terus berkembang lebih luas dan dalam. Hubungan asosiatif dan disosiatif pada aktor-aktor konflik sumber daya alam Pegunungan Kendeng Utara adalah hal yang cukup kompleks. Beragam macam aktor terlibat di dalamnya, baik berasal dari Kabupaten Pati juga dari luar Kabupaten Pati. Pemetaan hubungan jaringan kekuatan ini kemudian dibagi berdasarkan aras aktor, dimana ada delapan kelompok aktor, yaitu : organisasi akar rumput pro pabrik semen, organisasi akar rumput kontra pabrik semen, LSM hijau, LSM lokal, pemerintah, kelompok agama, swasta (PT. SMS), dan akademisi/peneliti. Sekalipun mendeteksi hubungan antaraktor adalah hal yang cukup subversif, sehingga dalam pengamatannya kadang harus melalui usaha yang lebih jauh juga keterlibatan yang lebih dalam di masing-masing aktor dan konflik itu sendiri, akan tetapi mendeteksi dari apa yang telah, sedang, dan akan dilakukan masing-masing aktor sudah cukup dapat mewakili untuk melihat hubungan yang terjalin sesama aktor. Selain hubungan asosiatif dan disosiatif, aktor konflik juga diidentifikasi berdasarkan relasi kuasa aktor terhadap aktor lain. Dalam hubungan antaraktor tentunya ada aktor-aktor yang saling mendominasi (super-ordinat) dan juga saling menguasai satu sama lainnya. Hubungan ini dapat menunjukkan siapakah sebenarnya yang paling berkuasa dalam konflik sumber daya alam Pegunungan Kendeng Utara ini, dan siapakah aktor yang paling dikuasai Terdapat empat relasi kuasa antaraktor, antara lain super-ordinat, sub-ordinat, menguasai, dan dikuasai. Aktor yang memiliki relasi super-ordinat tidak selalu menguasai aktor subordinat, begitu juga sebaliknya. Pada matriks (Tabel 4), kelompok aktor dibagi menjadi delapan aktor. Pemda Kabupaten Pati memiliki relasi asosiatif kepada LSM lokal, PT. SMS dan organisasi akar rumput pro pabrik semen. Ketiganya merupakan aktor yang mendukung berdirinya pabrik semen PT. SMS. Relasi asosiatif yang terjadi pada Pemda Pati dengan ketiga aktor tersebut tidak selalu menempatkan Pemda Pati pada posisi super-ordinat atau dominan kepada ketiga aktor tersebut. Sebagai contoh, Pemda Pati berada pada posisi sub-ordinat dari PT. SMS. Hal ini dikarenakan pada pada kasus ini, Pemda Pati bersikap sebagai fasilitator dalam setiap agenda sosialisasi yang dibutuhkan oleh PT. SMS. Akan tetapi, Pemda Pati masih memiliki kuasa terkait birokrasi perizinan pendirian pabrik semen PT. SMS. Terkait perizinan, PT. SMS sendiri sebenarnya memiliki andil besar terkait keputusan yang akan dikeluarkan Pemda Pati mengenai izin pendirian pabrik semen mereka. Maka dari itu, kedua aktor ini berada dalam posisi saling menguasai, dimana Pemda Pati menguasai PT. SMS dari sisi birokrasi perizinan, sementara PT. SMS menguasai dari sisi lain terkait keputusan yang akan diambil oleh Pemda Pati.
56
“...Pemerintah sendiri menyiapkan agar proyek semen PT. SMS tidak gagal lagi, bahkan sampai menyuarakan ke dua kecamatan bahwa tidak ada lagi pabrik semen. Kalau pun ada pabrik semen,itu hanya provokator saja. Tapi dilain sisi, pemerintah dan pabrik semen tetap melakukan pertemuan-pertemuan tapi di luar, tidak di dalam desa agar tidak menjadi sorotan masyarakat desa...” – GRO, 42 tahun warga-
Relasi asosiatif Pemda Pati dengan LSM lokal dan organisasi akar rumput pro pabrik semen adalah relasi positif yang terjadi dikarenakan kedua kelompok tersebut mendukung PT. SMS, sehingga acap kali orang-orang dari kelompok aktor tersebut diikutsertakan untuk mengikuti pertemuan-pertemuan terkait agenda pendirian pabrik semen. Relasi disosiatif yang terjadi di Pemda Pati adalah relasi dengan kelompok kontra dengan PT. SMS, yaitu LSM hijau, kelompok agama, akademisi/peneliti, dan organisasi akar rumput kontra pabrik semen. Diantara ke-empat aktor relasi disosiatif Pemda Padi, terdapat tiga relasi yang menepatkan Pemda Pati pada posisi sama kuat, yaitu posisi sama kuat dengan LSM hijau dan akademisi/peneliti. Sementara posisi sub-ordinat Pemda Pati adalah dengan organisasi akar rumput kontra pabrik semen. Pemda Pati berada sub-ordinat dengan organisasi akar rumput kontra pabrik semen karena organisasi akar rumput selalu mendominasi Pemda Pati dalam setiap aksi, khususnya organisasi akar rumput kontra pabrik semen. Bertolak belakang dengan Pemda Pati, LSM hijau dan organisasi akar rumput kontra pabrik semen memiliki relasi disosiatif di semua kelompok yang mendukung pabrik semen, termasuk Pemda Pati itu sendiri. LSM hijau dan organisasi akar rumput kontra pabrik semen memiliki relasi super-ordinat di hampir semua kelompok aktor. Perbedaan dari dua kelompok ini adalah dari asal usul pendukungnya. Jumlah pendukung dari organisasi akar rumput kontra pabrik sangat banyak yang berasal dari Kabupaten Pati dan bahkan dari luar Kabupaten Pati, sehingga membuat organisasi akar rumput kontra pabrik semen ini disegani oleh banyak pihak, termasuk oleh Pemda Pati dan PT. SMS. Berbeda dengan organisasi akar rumput kontra pabrik semen, LSM hijau lebih banyak yang berasal dari luar Kabupaten Pati, sehingga banyak pendukung mereka yang tidak berasal dari Kabupaten Pati meskipun ada juga warga Pati yang turut bergabung menjadi bagian dari LSM hijau. Organisasi akar rumput kontra pabrik semen juga paling dominan (jumlah dan intensitas) dalam setiap aksi-aksi penolakan pendirian pabrik semen dibandingkan dengan LSM hijau. Kelompok agama yang terlibat dalam konflik ini pada dasarnya hanya sebuah kelompok kecil, sehinga posisinya berada sub-ordinat dengan aktor-aktor lainnya. Kelompok agama ini adalah paguyuban pengajian yang menolak berdirinya pabrik semen. Relasi yang dimiliki kelompok agama ini adalah relasi asosiatif dengan aktor-aktor sesama penolak pabrik semen lainnya, seperti LSM hijau, organisasi akar rumput kontra pabrik semen serta dengan beberapa akademisi/peneliti. Relasi disosiatif juga terjadi antara kelompok agama dengan aktor-aktor pendukung pabrik semen. PT. SMS, seperti pemda, LSM lokal, dan organisasi akar rumput pro pabrik semen. Pergerakan kelompok agama penolak pabrik semen ini sama dengan pergerakan kelompok penolak pabrik semen lainnya, karena secara umum anggota dari kelompok agama ini tergabung ke dalam kelompok-kelompok besar penolak pabrik semen, seperti JMPXK dan juga LKR. Sehingga ketika pergerakan atau aksi penolakan berlangsung, otomatis kelompok agama ini akan segera bergabung dengan kelompok penolak pabrik semen yang lebih besar. Meskipun posisi
57
kelompok agama ini sub-ordinat diantara aktor konflik lainnya, akan tetapi kelompok agama ini memiliki eksistensi yang besar di wilayahnya, yaitu di Kecamatan Kayen, terbukti dari pengikutnya hingga sampai ratusan anggota. Tak hanya itu, dengan anggota yang besar membuat kelompok agama ini cukup disegani di wilayahnya dan menjadi sorotan utama, khususnya bagi orang-orang pendukung pabrik semen. Pada relasi lainnya, antara PT. SMS dengan keempat aktor asosiatifnya, PT. SMS juga menguasai keempat aktor tersebut. PT. SMS menguasai peneliti (dan konsultan) karena PT. SMS telah membayar jasa mereka oleh karena itu PT. SMS memiliki kuasa terhadap peneliti (dan konsultan). Hal ini tampak pada hasil AMDAL yang disusun oleh tim eksplorasi, disinyalir bahwa dalam pembuatan AMDAL tersebut, PT. SMS mengintervensi isinya agar dapat diterima dan disetujui untuk mendirikan pabrik semen, karena terdapat keganjilan dari hasil eksplorasi (jumlah mata air yang ditemukan) antara yang dilakukan oleh para peneliti dari PT. SMS dengan penelitian yang dilakukan oleh warga. “...Kemudian ada dari UGM yang melakukan penelitian, yang diminta oleh PT. SMS. Lalu saya waktu itu ada teman yang masuk lingkaran UGM, bilang kalau ada 5 PTyang ikut kerja dengan PT. SMS, diantaranya untuk pengadaan tanah, mulai dari jalan produksi untuk pabrik. Mereka sudah melakukan pemetaan...” –GRO, 42 tahun, warga-
Selain peneliti/akademisi, PT. SMS juga menguasai pemerintah, hal ini dikarenakan pihak pemerintah disinyalir telah menerima bantuan dana dari PT. SMS, sehingga pemerintah terus memfasilitasi proses rencana pembangunan pabrik semen, hal ini juga terbaca dari sikap pemerintah yang tidak tegas menentukan posisi mereka dalam konflik ini. Relasi PT. SMS dengan pemerintah sebenarnya adalah hubungan birokrasi berkaitan dengan urusan perizinan. Hubungan ini bersifat positif karena dari pihak pemerintah sendiri menyambut baik niatan PT. SMS yang akan menginvestasikan saham pabrik semen di Pati dengan memberikan peluang kepada PT. SMS berupa dikeluarkannya beberapa kebijakan terkait Pegunungan Kendeng Utara. Pihak pemerintah daerah juga menjadi fasilitator PT. SMS dalam upaya menyelesaikan segala urusan terkait perizinan. “...Pada prinsipnya mengenai SDA, kami (BLH Pati) mengelola semua. Di sebelah selatan sedang nge-trend ada calon investor yang mengajukan tahap proses AMDAL (PT.SMS). Baru tahap penyempurnaan AMDAL. Kenapa disana ?karena disana tata ruangnya memungkinkan untuk kawasan industri. Di sana sudah ada KAPRI, Kawasan Penggunaan Industri. Untuk yang mengeluarakan RTRW itu (Aturan No 5 tahun 2011 tentang RTRW Pati) adalah BAPPEDA. Kebijakan Pemda dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah perlu adanya investasi, mengurangi kemiskinan perlu adanya investasi, mengurangi pengangguran perlu ada investasi, tidak cukup hanya dari pertanian saja. Jadi kalau tidak ada investasi, ketiganya itu tidak bisa bergerak. Pertumbuhan ekonomi Pati dibawah Provinsi Jawa Tengah, hanya sekitar 5,8%, jadi perlu ada investasi. Investasi ini juga ada kajiannya,, tidak langsung ngadabyah (tanpa aturan). Salah satu investornya itu ya pabrik semen itu...” – Bapak PWD, Kepala BLH Pati, di kantor BLH, Pati“...Kalau dari BAPPEDA sendiri, karena sudah merupakan perencanaan dan sudah final, jadi ya sudah seperti itu. Untuk tindak lanjutnya yaitu pembahasan AMDAL, BAPPEDA turut campur dalam pencermatan. Kalau dalam pencermatan ternyata tidak sesuai dengan RTRW, ya berarti tidak boleh seperti itu harusnya ya sesuai. Final maksudnya adalah sudah menyusun RTRW dan tidak boleh diubah-ubah kembali. Kalau ingin ditinjau dan diubah, tunggu lima tahun lagi...” – Sekretaris BAPPEDA Pati, di kantor BAPPEDA Pati-
58
BLH dan BAPPEDA Pati adalah dua lembaga yang cukup intens terlibat dalam setiap pergerakan PT. SMS. Hal ini dikarenakan dua lembaga ini turut serta mendampingi PT. SMS. Rencana pendirian pabrik semen PT. SMS berkaitan erat dengan lingkungan hidup dan tata ruang wilayah. Kedua poin tersebut secara hukum dikelola oleh dua lembaga pemerintahan ini. “...Pergerakan pabrik (PT.SMS) itu melalui dinas-dinas dengan memberi bantuanbantuan. Sehingga dapat dikatakan bahwa dinas-dinas tersebut mendukung pabrik semen. Kalau PERHUTANI sendiri masih menunggu perintah dari atas (Kemenhut)17. Mereka (PT. SMS dan instansi pendukungnya) menggunakan langkah-langkah dengan mendekati orang-orang yang mudah dipantau, seperti tokoh masyarakat (tomas). Selain itu juga mereka memberikan bantuan melalui BLH, seperti traktor, alat-alat pertanian, sapi, padahal instansi pemerintah itu anggarannya dikit. Tomas-tomas tersebut tahu arti dari diberikan bantuan itu. Untuk sekarang, kami (PERHUTANI) hanya menemani dan menjalankan tugas sesuai dengan kapasitas. Kalau belum ada izin ya tidak boleh...” – HYO, PERHUTANI-
Dikarenakan lokasi yang menjadi calon lokasi tapak pabrik dan penambangan bahan baku termasuk dalam kawasan Perhutani, oleh karena itu dalam kasus ini pihak Perhutani mendampingi PT. SMS sesuai dengan pokok kerja. Untuk urusan lainnya, pihak Perhutani tidak pernah berurusan dengan PT. SMS. Pemaparan dari para informan menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara PT. SMS dengan pemerintah, khususnya pemerintah Kabupaten Pati. Hal ini tidak terlepas dari usaha PT. SMS dalam rencana pendirian pabrik semen. Untuk mewujudkan rencana tersebut maka PT. SMS berusaha menjalin hubungan baik dengan pemerintah sebagai pihak yang mampu memberikan perizinan urusan pendirian pabrik semen. Kegiatan-kegiatan sosialisasi pun dilakukan dengan bantuan pemerintah. Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dan memiliki kekuatan berperan menjadi jembatan bagi PT. SMS untuk dapat berkomunikasi dengan masyarakat. Sebagai contoh, PT. SMS kerap kali mengajak beberapa pejabat desa maupun pemerintah Kabupaten Pati untuk berkunjung ke pabrik semen di wilayah Jawa Barat. Langkah ini dilakukan PT. SMS untuk memperkenalkan perusahaan pabrik semen mereka sekaligus untuk menarik simpati para pemegang kekuasaan. “...Setiap ada survey ke Bogor, saya selalu ditinggal, jadi tidak tahu dampaknya seperti apa. Yang diajak itu saudara kades semua, jadi seperti piknik keluarga. Padahal kan seharusnya setelah dari sana menerangkan ke desa untuk sosialisasi. Survey ke Bogor sempat 2 kali, yang pertama 4 atau 6 orang, yang kedua itu 10 orang semuanya keluarga kades semua. Dananya besar dari PT. SMS untuk orangorang yang mau diajak ke Bogor...” – GTT, 53 tahun, warga Kecamatan Tambakromo-
Selain ‘bekerjasama’ dengan elit lokal, melalui mereka pula, PT. SMS juga berusaha menjalin hubungan baik dengan warga dengan cara memberikan bantuan-bantuan kepada warga. Terkait hal ini, upaya menjalin hubungan baik dengan warga belum benar-benar tercipta, karena sampai detik ini warga masih pada pendirian mereka untuk menolak berdirinya pabrik. Warga yang sudah mahfum dan mengetahui segala macam bentuk bantuan dari pabrik melalui pemerintah serta merta akan menolak bantuan tersebut. “...Pernah waktu sosialisasi itu, warga yang diundang diberikan makanan dan diminta untuk membawa kertas penagihan pajak. Kemudian, warga diberi uang sebanyak Rp. 30.000 per lembar kertas pajak. Kalau bantuan usaha tidak ada, 17
Saat itu Kementerian Kehutanan masih terpisah dengan Kementerian Lingkungan Hidup (2014)
59
kalaupun ada, katanya masyarakat tidak mau menerima. Tapi kalau masyarakat minta, pasti akan diberikan oleh pabrik semen. Pokoknya kalau ada bantuan dari semen, masyarakat tidak mau...” – SRM, 55 tahun, Kepala Dusun S-
Relasi lainnya yaitu aktor yang memiliki hubungan asosiatif dengan PT. SMS adalah LSM lokal dan organisasi pro pabrik semen. LSM lokal dan organisasi pro pabrik semen dengan PT. SMS memiliki hubungan yang saling menguntungkan satu sama lain, baik salah satu mendapat manfaat ataupun juga mendapat dukungan agar tujuan mereka masing-masing tercapai. Hubungan yang terjalin antara PT. SMS dengan LSM lokal dan organisasi pro pabrik semen adalah relasi yang mana tujuannya agar PT. SMS memperoleh dukungan dari LSM lokal dan organisasi pro pabrik semen. Posisi tawar yang dimiliki tersebut kemudian menjadi peluang untuk dapat berhubungan positif satu sama lain. “..LSM-LSM itu sering dikondisikan oleh pabrik. Dari 100% LSM, paling tidak sampai 5% yang dapat dipercaya. Waktu itu pernah ada pertemuan, hampir seluruhnya „dibawah‟ pabrik...” – GRI, 38 tahun“...Yang didirikan setelah ada wacana pabrik yaitu LKD, LKR, JMPXK, itu yang kontra dengan pabrik. Kemudian JMS, RPPMI, dan lainnya ada sekitar 43 LSM yang pro pabrik...” – SRS, 28 tahun-
Organisasi akar rumput kontra pabrik semen yang notabene mendukung kelestarian lingkungan dan menolak dengan keras adanya pabrik semen di Pati memiliki relasi kuasa super-ordinat akan tetapi tidak menguasai PT. SMS. Dibanding dengan organisasi akar rumput kontra pabrik semen, organisasi akar rumput pro pabrik semen memiliki kekuatan yang lebih lemah terhadap PT. SMS. Oleh karena itu, LSM lokal ini memiliki relasi kuasa yang sub-ordinat terhadap PT. SMS. Hal ini dikarenakan banyak LSM lokal yang dibentuk sendiri oleh PT. SMS dan LSM lokal ini juga sudah dikondisikan oleh pihak PT. SMS. Organisasi akar rumput pro pabrik semen memiliki relasi dan posisi yang hampir sama dengan LSM lokal, hal ini dikarenakan kedua kelompok ini sesama pendukung pabrik semen. Beberapa relasi ada yang tidak dapat dideteksi ketika penelitian berlangsung, seperti relasi akademisi/peneliti dengan LSM lokal dan organisasi akar rumput pro pabrik semen. Relasi antar kelompok tersebut tidak muncul di permukaan ketika penelitian ini berlangsung.
Ikhtisar Bab ini menjabarkan tentang pihak-pihak yang teridentifikasi terlibat dalam konflik sumber daya alam Pegunungan Kendeng Utara. Para pelaku dibagi menjadi delapan kelompok berdasarkan aras aktor. Aktor-aktor tersebut antara lain adalah organisasi akar rumput pro pabrik semen, organisasi akar rumput kontra pabrik semen, LSM hijau, LSM lokal, pemerintah, kelompok agama, swasta (PT. SMS), dan akademisi/peneliti. Berdasarkan pemetaan yang dilakukan terhadap kelompok aktor, terdapat hubungan yang sangat kompleks antar satu aktor dengan aktor lainnya. Dibuktikan dengan peran aktor yang dapat memberikan nilai positif ke aktor lain dan sekaligus memberikan nilai negatif kepada aktor lainnya. Banyak faktor yang mempengaruhi para aktor dalam
60
berperan terhadap aktor lainnya, salah satunya yang paling utama adalah visi dan misi aktor. Selain visi dan misi aktor, hubungan profesionalisme pekerjaan juga menjadi faktor pengaruh dalam hubungan asosiatif-disosiatif aktor. Kepentingan yang berbeda juga menyebabkan para aktor saling selektif dalam memilih kawan yang berdampak pada pola relasi kuasa antaraktor. Dominansi relasi kuasa aktor terjadi pada aktor organisasi kontra pabrik semen dan LSM hijau terhadap kelompok agama, pemda, dan bahkan PT.SMS. Sementara itu, PT. SMS mendominasi aktor pada tataran elit lokal (pemda), peneliti, LSM lokal, organisasi pro pabrik semen serta oknum-oknum bayaran mereka yang sengaja dibuat untuk mendukung mereka.
Asosiatif Super-ordinat Disosiatif Super-ordinat Asosiatif Super-ordinat Asosiatif Sama kuat Disosiatif Super-ordinat
Disosiatif Menguasai
Asosiatif Sub-ordinat Menguasai
Disosiatif Sama kuat
Disosiatif Sub-ordinat
Asosiatif Super-ordinat Menguasai
Kelompok Agama
PT. SMS
Akademisi/ Peneliti
Organisasi akar rumput kontra pabrik semen
Organisasi akar rumput pro pabrik semen
Asosiatif Sama kuat
Disosiatif
Asosiatif
Asosiatif Sub-ordinat Dikuasai
Disosiatif
Disosiatif
X
Disosiatif Sama kuat
Asosiatif Super-ordinat
LSM lokal
Asosiatif Sub-ordinat Dikuasai
Disosiatif Sub-ordinat
X
Disosiatif Sama kuat
LSM hijau
Disosiatif
Asosiatif Sub-ordinat
Asosiatif
Disosiatif Sub-ordinat
X
Disosiatif Sub-ordinat
Asosiatif Sub-ordinat
Disosiatif Super-ordinat
X
Kelompok Agama
Pemda
LSM lokal
LSM hijau
Pemda Pati
Aktor
Tabel 4 Matriks relasi kuasa dan jaringan aktor
61
Asosiatif Super-ordinat Menguasai
Disosiatif Sama kuat
Asosiatif Super-ordinat Menguasai
X
Disosiatif
Asosiatif Super-ordinat Menguasai
Disosiatif Sama kuat
Asosiatif Menguasai Super-ordinat
PT. SMS
-Tidak teridentifikasi-
Asosiatif
X
Asosiatif
Disosiatif
-Tidak teridentifikasi-
Asosiatif Sama kuat
Asosiatif Sama kuat
Akademisi/ Peneliti
Disosiatif Super-ordinat
X
Asosiatif
Disosiatif Super-ordinat
Asosiatif Menguasai Super-ordinat
Disosiatif Super-ordinat
Asosiatif Sama kuat
Organisasi akar rumput kontra pabrik semen Disosiatif Super-ordinat
X
Disosiatif
-Tidak teridentifikasi-
Asosiatif Sub-ordinat Dikuasai
Disosiatif
Asosiatif
Disosiatif
Organisasi akar rumput pro pabrik semen Asosiatif Dikuasai
61
62
63
PETA KEPENTINGAN TERHADAP SUMBER DAYA ALAM PEGUNUNGAN KENDENG UTARA Kepentingan Para Aktor Kepentingan dan pengaruh adalah dua hal yang mutlak dianalisis dalam identifikasi aktor yang terlibat konflik rencana pendirian pabrik semen oleh PT. SMS. Melalui analisis kepentingan dan pengaruhnya, maka pemetaan aktor yang pro, kontra maupun netral dapat dipetakan. Kepentingan masing-masing aktor secara lazim ditentukan berdasarkan landasan dasar yang dipegang, atau dengan kata lain adalah etika lingkungan yang dianut oleh masing-masing aktor. Seperti pada pemerintahan, etika lingkungan yang dianut adalah pembangunan wilayah untuk mencapai target program kerja. Sementara etika lingkungan perusahaan adalah pada profit dan pemenuhan permintaan konsumen. Sedangkan masyarakat berpegang pada peningkatan kesejahteraan hidup. Kepentingan itu sendiri sangat beragam tergantung pada kemana arah visi dan misi aktor. Semakin beragamnya aktor dari bermacammacam sektor, maka peluang semakin beragamnya kepentingan pun semakin besar. Oleh karena itu, tak hanya ketiga kepentingan itu saja yang mungkin muncul dalam konflik rencana pendirian pabrik semen oleh PT. SMS ini. Selain kepentingan, pengaruh para aktor juga sangat berperan dalam dinamika konflik. Aktor-aktor yang memiliki pengaruh besar di masyarakat dimungkinkan juga akan berpengaruh pada perkembangan konflik. Berikut ini adalah kepentingan dan pengaruh para aktor dalam konflik rencana pendirian pabrik semen oleh PT. SMS: Kepentingan Masyarakat Masyarakat yang terlibat konflik rencana pendirian pabrik semen oleh PT. SMS telah digolongkan dalam tiga kelompok, pro, kontra, dan netral. Ketiganya memiliki kepentingan, antara lain : a. Masyarakat pro dengan pabrik semen Kelompok masyarakat ini menginginkan adanya pabrik semen. Alasan kepentingan mereka adalah dengan adanya pabrik semen dapat membuka lapangan pekerjaan bagi warga, sehingga warga tidak perlu merantau keluar pulau untuk mencari pekerjaan. Di lingkup masyarakat, warga kelompok ini tidak memberikan pengaruh yang cukup besar dikarenakan jumlah mereka yang sedikit sehingga tidak begitu mempengaruhi. Hanya saja, warga yang pro pabrik semen ini selalu menjadi bulan-bulanan warga yang kontra dengan pabrik semen. Kehadiran warga pro menjadi pengaruh yang berarti ketika ada pertemuanpertemuan terkait agenda pabrik semen. Perbedaan pendapat antara warga pro dengan kontra dalam setiap pertemuan menyebabkan terjadinya keributan antar warga pro dan kontra. Akan tetapi dalam kehidupan bermasyarakat, warga kelompok pro ini tidak menonjolkan diri mengenai keberpihakan mereka terhadap pabrik semen. Sehingga untuk mengetahuinya hanya dapat diketahui melalui wawancara mendalam secara personal kepada masing-masing orang. Dari wawancara mendalam, para informan tersebut menyatakan keinginan mereka untuk adanya pabrik semen, namun
64
mereka tidak berani untuk menyatakan hal seperti itu secara eksplisit kepada masyarakat. Menurut mereka, apabila secara eksplisit berpihak kepada pabrik semen, maka secara otomatis mereka akan menjadi musuh warga kontra dan akan menjadi bulan-bulanan warga kontra. Maka dari itu kehadiran masyarakat yang pro sebenarnya sangat terselubung, namun tetap bergerak disetiap agenda-agenda terkait pabrik semen, baik pertemuan yang mengundang semua pihak ataupun pertemuan ‘khusus’. b.
Masyarakat kontra dengan pabrik semen Masyarakat kontra ini tidak menginginkan adanya pabrik semen. Kepentingan mereka menolak pabrik semen adalah untuk menjaga lingkungan, karena menurut mereka kehadiran pabrik semen akan merusak banyak aspek, tidak hanya lingkungan akan tetapi juga mematikan mata pencaharian bertani warga. Dari semua aksi yang mereka lakukan semata-mata adalah untuk menolak berdirinya pabrik semen di Pati. Pengaruh kelompok masyarakat ini sangat besar dalam setiap agenda rencana pendirian pabrik semen. Beberapa dari kelompok ini sering diundang untuk hadir dalam setiap pertemuan terkait pabrik semen. Hal ini dikarenakan sebagai bentuk demokrasi mendengarkan aspirasi masyarakat. Aksi dari masyarakat kontra kerap kali menggagalkan agenda-agenda terkait proses upaya pendirian pabrik semen. Seperti halnya yang terjadi di Kecamatan Kayen, ketika akan dilakukan sosialisasi sumur pantau oleh Badan Lingkungan Hidup Pati di Kantor Kecamatan Kayen. Sosialisasi tersebut gagal dilaksanakan dikarenakan pada saat itu juga masyarakat kontra atau masyarakat yang tolak pabrik semen dari Desa Brati, Kecamatan Kayen berencana melakukan aksi demo di Kantor Kecamatan Kayen sebagai bentuk protes dan penolakan masyarakat atas sumur pantau tersebut. Jumlah masyarakat yang kontra terbilang cukup banyak, sehingga pengaruhnya dalam setiap perkembangan konflik pun akan selalu signifikan. Terlebih kelompok ini memiliki akses informasi yang luas dan juga loyalitas yang tinggi untuk tetap mempertahankan Pegunungan Kendeng Utara dari eksploitasi PT. SMS dan perusahaan lainnya. Selain menolak PT. SMS, kelompok masyarakat ini juga telah berhasil menggagalkan berdirinya pabrik semen PT. SG di Pati pada tahun 2008. c.
Masyarakat netral dengan pabrik semen Masyarakat pada golongan ini adalah masyarakat yang mengaku mengharapkan semua yang terbaik bagi masyarakat Tambakromo dan Kayen. Tak peduli apakah yang baik itu dengan atau tanpa adanya pabrik semen. Mereka menginginkan kehidupan yang damai tanpa ada konflik. Pengaruh dari kelompok ini juga sangat kecil atau bahkan tidak terlihat sama sekali. Pertama, karena kelompok ini dapat dikatakan sebagai kelompok yang pasif, artinya masyarakat pada kelompok ini tidak berusaha mencari tahu perkembangan mengenai rencana pendirian pabrik semen, sehingga informasi yang didapat pun bukan informasi terkini mengenai pabrik semen. Kedua, karena kepasifan mereka sehingga minim informasi, maka kelompok ini memilih untuk tidak memihak, artinya menjadi netral adalah solusi terbaik bagi mereka agar tidak terlibat atau dilibatkan dimana pun. Akhirnya, harapan menginginkan „yang terbaik bagi Kecamatan Tambakromo dan Kayen’ pun selalu didengungkan, karena mereka tidak tahu dan
65
tidak mengerti harus bagaimana dan berbuat apa. Jadi, tidak ada usaha yang signifikan dari masyarakat kelompok ini terhadap dinamika konflik. Beberapa dari masyarakat ini mengaku bahwa dirinya sama sekali tidak mengerti dan paham dengan kasus konflik yang terjadi : “...Kita itu tidak pernah tahu karena tidak pernah ikut kumpul-kumpul. Saya jarang ngerumpi, jadi tidak pernah tahu. Tapi harapan saya, inginnya di desa ada perusahaan yang tidak meresahkan masyarakat, tapi bisa meningkatkan perekonomian warga. Agar tidak merantau kesana kesini, agar dekat dengan keluarga...” –KRS, 39 tahun-
Akibat dari ketidakberpihakan masyarakat kelompok ini, maka tak jarang kelompok ini pun menjadi sasaran opini oleh kelompok masyarakat yang kontra pabrik semen. Menurut kelompok masyarakat kontra, kelompok masyarakat netral adalah kelompok yang pro pabrik semen, sehingga patut untuk dimusuhi. Alhasil, kelompok netral ini kadang kala mendapat perlakuan sama seperti yang dilakukan masyarakat kelompok kontra pabrik semen kepada kelompok masyarakat pro pabrik semen. Kelompok ini pada dasarnya mungkin tidak begitu paham mengenai keuntungan dan kerugian dari ada atau tidaknya pabrik semen. Mereka tidak pernah melakukan kalkulasi keuntungan dan kerugian yang mereka dapatkan bila ada pabrik semen. Selain itu pula, mereka juga tidak begitu paham mengenai lingkungan. Kepentingan Organisasi Akar Rumput Seperti yang telah disebutkan pada bab sebelumnya mengenai aktor-aktor yang terlibat dalam konflik rencana pendirian pabrik semen oleh PT. SMS, organisasi masyarakat tentunya juga memiliki kepentingan dan pengaruh yang berbeda-beda dalam dinamika konflik ini. Kepentingan dan pengaruh organisasi masyarakat tersebut yaitu : a. JMPXK JMPXK memiliki kepentingan dengan cara menghimpun, mengajak dan menyadarkan orang-orang untuk bersama-sama menolak pabrik semen karena akan merusak lingkungan. Misi utama dari ormas ini pun tidak jauh dari upaya melestarikan lingkungan agar tetap dapat dinikmati sampai ke generasi masa yang akan datang. Sebagai organisasi masyarakat yang berawal dari tingkat lokal, JMPXK memiliki jaringan yang cukup luas. Jaringan tersebut tersebar di beberapa provinsi di Indonesia, bahkan sampai ke luar Indonesia. Peran dari seorang GRO sebagai ikon dan juga inisiator utama JMPXK sepertinya memberi pengaruh atas luasnya jaringan JMPXK. Sebagai seorang SDS, GRO cukup disegani di kelompoknya juga menjadi ikon di SDS. SDS sendiri sering disambangi oleh pihak-pihak luar yang tertarik ingin mengetahui lebih jauh mengenai SDS. Oleh karena itu sudah otomatis GRO memiliki jaringan dari berbagai macam penjuru yang kemudian dijadikan rekanan untuk membantu JMPXK saat ini. “...JMPXK itu dari tahun 2008, hadir karena konflik semen PT. SG. Sebelum ada JMPXK itu kan ada SPP, dulu ketuanya bukan saya, tapi saya yang paling merasa membesarkan SPP. Saya merasa yang paling memiliki SPP. Ketuanya sendiri kurang merespon soal lingkungan, hanya ke pertanian, akhirnya buka wadah lain soal lingkungan. Saya sendiri sebelum ada SPP dan JMPXK itu sudah ada jaringan, karena saya SDS...”.- GRO, 42 tahun-
66
Kepentingan JMPXK di konflik rencana pendirian pabrik semen adalah menolak berdirinya pabrik semen di Pati oleh PT. SMS. Secara spesifik, tuntutan yang diinginkan JMPXK sebenarnya adanya pengkajian kembali pada Peraturan Daerah Kabupaten Pati nomor 5 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pati tahun 2010-2030 yang mengubah fungsi Pegunungan Kendeng Utara dari sektor pertanian dan pariwisata menjadi pertambangan dan industri agro. Menurut JMPXK, Perda tersebut tidak sah karena tidak melibatkan seluruh elemen masyarakat yang ada di Pati dalam proses pembuatannya, sehingga dirasa penting untuk mengkajinya ulang agar tidak adanya pengakomodasian kepentingan sepihak oleh oknum-oknum tertentu. Dengan adanya perubahan terhadap fungsi Pegunungan Kendeng Utara maka hal tersebut menjadi jalan masuk bagi para investor untuk berinvestasi di Pati. Padahal menurut JMPXK, daya dukung lingkungan di Pati tidak mendukung untuk adanya industri besar. Strategi yang dilakukan JMPXK dalam menolak pabrik semen salah satunya terjadi pada tanggal 5 Mei 2014. Orang-orang SDS yang juga anggota JMPXK menghadap Gubernur Jawa Tengah untuk melaporkan penebangan liar yang terjadi di hutan sekitar Pegunungan Kendeng Utara18. Atas dasar pengaduan tersebut, akhirnya pada tanggal 9 Mei 2014, Gubernur Jawa Tengah beserta jajarannya datang ke Desa Beketel, Kecamatan Kayen untuk melihat secara langsung hutan yang mulai gundul akibat penebangan liar. Aksi tersebut sebenarnya merupakan strategi alternatif JMPXK untuk menolak berdirinya pabrik semen dengan cara melindungi hutan yang gundul akibat penebangan.
Gambar 3 Gubernur Jawa Tengah berkunjung ke Desa Beketel, Kecamatan Kayen untuk melihat illegal logging Jika disejajarkan dengan ormas lainnya, JMPXK memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap proyek rencana pendirian pabrik semen. Hal ini terlihat dari pergerakan masyarakat kontra pabrik semen yang hampir selalu dimotori oleh JMPXK, baik dalam setiap pertemuan, aksi demonstrasi, ataupun aksi penolakan dalam bentuk lainnya. Dalam hal ini, masyarakat yang kontra pabrik semen pun 18
Selain Gubernur, JMPXK (SDS) juga melapor ke Polda Jawa Tengah
67
sudah sangat percaya kepada JMPXK itu sendiri, sehingga apapun yang berhubungan dengan JMPXK, mereka akan setuju. Hal tersebut tidak lepas karena jaringan JMPXK yang luas serta hadirnya tokoh GRO ditengah-tengah masyarakat kontra. b.
LKR LKR adalah organisasi yang terbentuk dari beberapa orang yang berasal dari JMPXK dan kemudian membentuk organisasi lainnya dengan nama LKR. LKR memiliki kepentingan yang tidak jauh berbeda dengan organisasi penolak pabrik semen lainnya. Secara umum kepentingan LKR terhadap konflik rencana pendirian pabrik semen oleh PT. SMS adalah menolak berdirinya pabrik semen di Pati karena akan merusak lingkungan. Sejauh ini idealisme LKR masih sejalan dengan ormas-ormas kontra pabrik semen lainnya. Pergerakan LKR sama seperti ormas lainnya yang juga menginginkan eksistensi di lingkup masyarakat seperti yang dimiliki oleh JMPXK. Di lingkup masyarakat, LKR memiliki pengaruh yang mampu menggerakkan massa untuk turut andil dalam setiap kegiatan penolakan pabrik semen. Dibandingkan dengan ormas lainnya, LKR lebih berani dalam menghadapi lawannya dengan menggunakan kontak fisik. "...Kami akan melakukan kekerasan bila proyek ini tetap dilaksanakan. Kami juga memiliki bukti tandatangan lebih banyak kalau dibutuhkan..." -NRS, Koordinator LKR-19 “...Pernah waktu itu orang-orang LKR akan mengadakan demo, kami (JMPXK) tadinya juga akan melakukan demo tetapi tidak jadi. Tiba-tiba orang dari LKR menghubungi warga yang tergabung dalam JMPXK dan mengajak untuk aksi demo dengan menggunakan nama GRO dan mengancam akan membakar rumah warga bila tidak ada yang ikut dengan mereka. Mereka sering menggunakan nama GRO untuk mengajak berkumpul warga ketika akan melakukan pertemuan...” –GRI, 38 tahun-
Sebagai kelompok yang mengaku melindungi Pegunungan Kendeng Utara, kelompok ini dinilai sebagai kelompok garis keras karena berani melakukan aksi secara terang-terangan melalui kontak fisik dengan lawannya. Demi terwujudnya kepentingan mereka dalam mengusir pabrik semen dari Pati, anggota LKR tak segan-segan untuk melakukan tindakan anarkis. Usaha-usaha yang dilakukan kelompok ini tak ayal adalah strategi untuk mendapatkan brand agar tetap eksis di masyarakat. “...Kasarnya, LKR ingin membuat tokoh tolak pabrik semen selain GRO. Padahal kami tidak merasa kalau GRO sebagai tokoh, karena kami selalu jalan bersama...” –GRI, 38 tahun-
Meskipun sejalan dengan kelompok penolak pabrik semen, kelompok ini memiliki alasan dan tujuannya sendiri dalam mendirikan lembaga baru penolak pabrik semen. LKR disebut sebagai pelampiasan akibat rasa kekecewaan dari mantan anggota JMPXK, oleh karena itu, tindakan LKR acapkali terlihat lebih menonjol dari kelompok lainnya.
19
Pernyataannya pada Tribun News Rabu (20/8/2014) pada saat pengumpulan 500 tandatangan penolakan pabrik semen.
68
c.
FRD Kelompok penolak pabrik semen ini tidak berbeda dengan ormas kontra pabrik semen lainnya, kelompok dari gabungan warga Desa Larangan ini juga menolak pabrik semen. Mereka tidak menginginkan adanya pabrik semen karena akan merusak lingkungan. Terbentuknya kelompok ini adalah sebagai simbolis warga yang tolak pabrik semen di Desa Larangan, meskipun dalam lingkup yang lebih luas warga anggota kelompok FRD masuk dalam ormas JMPXK. Sebagai identitas warga penolak pabrik semen, munculnya FRD sedikit banyak telah berpengaruh pada ruang lingkup masyarakat di Desa Larangan, khususnya dalam interaksi antartetangga di Desa Larangan. Interaksi bertetangga antar sesama warga Desa Larangan seketika berubah sejak adanya berita pendirian pabrik semen. Berdasarkan penuturan warga Desa Larangan, terjadi perubahan yang dramatis dari warga yang awalnya saling bertegur sapa, kini saling memusuhi. Kegiatan-kegiatan di masyarakat yang biasanya mengundang seluruh warga, kini hanya warga-warga tertentu saja yang diundang. “ ...Antara tetangga dan saudara saling menunjukkan wajah tidak suka. Tidak ada kerukunan, seperti bermusuhan. Kalau di desa, semua yang pegawai itu dianggap orang pro pabrik semen. Jadi seperangkat desa dianggap pro, padahal kita sendiri yang dianggap pro saja tidak mengerti bagaimana pro bagaimana kontra, karena tidak pernah ada sosialisasi...” –KRS, 39 tahun-
Dampak dari permusuhan ini masih terjadi hingga sekarang meskipun kini intensitasnya sudah berkurang. Warga masih berusaha saling menghormati satu sama lain, sesama warga juga sudah mulai bertegur sapa kembali meskipun hawa pertentangan masih terasa di lingkungan masyarakat tersebut. SDS SDS adalah kelompok masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai kelestarian lingkungan dan berprinsip hidup selaras dengan alam. Secara terangterangan menolak dengan tegas rencana pendirian pabrik semen. Kehadiran kelompok ini membantu JMPXK untuk menyebarluaskan upaya pelestarian lingkungan. Jaringan SDS ada hampir di seluruh pelosok nusantara dan bersedia untuk membantu mereka. Kepentingan dari kelompok ini tak lain adalah menjaga kelestarian lingkungan. Hidup dengan cara-cara yang alami dan memanfaatkan alam secara arif adalah prinsip yang paten dalam diri masyarakat SDS ini. Secara dramatis kelompok ini menolak kehadiran pabrik semen PT. SMS (dan juga pabrik semen PT. SG) dan menjadi pionir serta penggerak para penolak pendirian pabrik semen. Antara alam dan masyarakat kelompok SDS tak dapat dipisahkan satu sama lain, diantara mereka seperti sudah ada ikatan, khususnya dengan alam di Pati (Pegunungan Karst Kendeng Utara). Usaha-usaha kelompok ini dalam melindungi alam antara lain adalah dengan melakukan penanaman pohon di kawasan Pegunungan Karst Kendeng Utara, melaporkan illegal logging yang dilakukan oknum masyarakat di lahan milik Perhutani Pati, pengajaran kepada anak-anak tentang tembang-tembang berlirik ajakan untuk melestarikan lingkungan, serta hidup tidak secara berlebihan.
d.
e.
GMR Kelompok lingkup kecil yang berada di Desa Ngerang ini berkepentingan dalam hal menghimpun remaja-remaja untuk turut menolak pabrik semen, karena
69
mereka sendiri juga tidak menginginkan adanya pabrik semen. Oleh karena itu, organisasi ini turut serta bergabung dengan organisasi lainnya seperti JMPXK. “...Selama menolak pabrik, kami selalu sejalan dengan organisasi kontra. Untuk selebihnya, kami menentukan nasib sendiri-sendiri. Untuk yg organisasi pro, kami jelas berseberangan...”-SRS, 28 tahun, ketua organisasi GMR-
f.
JMS JMS merupakan bagian dari organisasi yang turut serta mendukung berdirinya pabrik semen PT. SMS. Organisasi ini tidak sejalan dengan organisasiorganisasi kontra, seperti : GMR, LKR, LKD, dan JMPXK. Tidak jelas motifnya apa, akan tetapi organisasi ini berada dalam lingkaran pendukung pabrik semen. Tentunya karena keuntungan yang mungkin mereka peroleh sebelum maupun sesudah berdirinya pabrik semen nanti. Bisa jadi organisasi ini bergerak secara underground seperti yang dilakukan oleh aktor pro pabrik semen lainnya. “...Selain GMR, banyak juga gerakan lainnya yang didirikan setelah ada wacana pabrik. Diantaranya, untuk yang kontra ada LKD, LKR, dan JMPXK. Sedangkan yang pro ada JMS, RPPMI. Ada sekitar 43 LSM yang pro...”-SRS, 28 tahun-
g.
LKD Merujuk pada tugas utama dari LKD yaitu melestarikan lingkungan meskipun banyak gangguan yang menghadang. Oleh karena itu kepentingan dari LKD adalah menolak berdirinya pabrik semen yang rencananya akan didirikan oleh PT. SMS. LKD juga mendirikan Posko Kendeng untuk dijadikan pusat informasi seputar pelestarian Pegunungan Kendeng. Termasuk perkembangan terkini atas kondisi lingkungan yang ada, sekaligus proses persiapan pendirian pabrik semen yang dianggap mengancam kelestarian lingkungan. Paguyuban SNM Paguyuban ini merupakan paguyuban yang dibentuk untuk menolak rencana pendirian pabrik semen PT. SMS. Tak hanya sebagai kelompok penolak pabrik semen, kelompok ini juga berfungsi sebagai kelompok pengajian untuk warga Desa Brati. Kepentingan dari kelompok pengajian ini adalah menghimpun warga Desa Brati untuk menolak pabrik semen melalui budaya mengaji yang biasa dilakukan oleh warga. h.
Kepentingan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Hampir seluruh LSM yang terdapat di lampiran lembar undangan tidak dapat dijumpai satu persatu dikarenakan lokasinya yang jauh dan informasi mengenai LSM-LSM tersebut sedikit, sebab, hampir semua LSM tersebut berlokasi di luar Kabupaten Pati. Sehingga bila ingin mengetahui lebih banyak tentang LSM tersebut, hanya dapat dilacak saat ada pertemuan bersama saja. Upaya mencari informasi lebih terkait LSM-LSM tersebut melalui jejaring internet pun tidak membuahkan hasil. Akan tetapi, pernyataan dari seorang pengacara di Pati dapat dijadikan informasi tambahan : “...LSM –LSM yang muncul setelah kehadiran pabrik semen di Pati diantaranya yang kontra ada LKD, LKR, dan JMPXK. Sedangkan yang pro ada JMS, RPPMI. Ada sekitar 43 LSM yang pro...” –SRS, pengacara, 28 tahun-
70
Kepentingan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Kepentingan dari LBH adalah membantu dalam upaya penegakkan hukum yang jelas atas proses-proses yang menyimpang yang telah dilakukan oleh PT. SMS. Upaya yang dilakukan adalah dengan cara membantu JMPXK dalam urusan terkait kebijakan-kebijakan Pegunungan Kendeng Utara melalui jalur hukum untuk melawan pabrik semen serta mendampingi dan menjadi wadah konsultasi JMPXK. Kepentingan Pemerintah (Daerah dan Pusat) Meskipun bekerja dalam jalur yang sama, akan tetapi tiap-tiap instansi pemerintahan ternyata memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Antara lain : a. Dusun Pemimpin dusun tidak memiliki kuasa lebih untuk memutuskan, sehingga dalam konflik ini pihak dusun hanya mengikuti dan menuruti perintah atasan terkait Pegunungan Kendeng Utara serta mendampingi PT. SMS untuk sosialisasi di dusun. Akan tetapi dari pihak dusunnya sendiri menginginkan adanya pabrik semen berdiri agar bisa menyejahterakan warganya. Dikarenakan kondisi konflik yang cukup sensitif, keinginan kadus tersebut kadang termanipulasi oleh sikapnya yag seolah-olah mendukung warga. b.
Desa Pihak aparat desa menginginkan kehadiran pabrik semen untuk mendapatkan keuntungan dari proyek pabrik semen PT. SMS. Hal ini terlihat dari sikap pejabat desa yang terbukti melakukan pertemuan-pertemuan dengan pihak PT. SMS secara sembunyi-sembunyi. Pihak desa juga turut mendampingi PT. SMS untuk sosialisasi. c.
Kecamatan Kayen dan Tambakromo Kecamatan adalah instansi pemerintah yang berada dipertengahan, artinya pada level kecamatan, tidak ada keputusan yang dapat diambil terkait dengan rencana pendirian pabrik semen. Akan tetapi, kecamatan adalah level terdekat dari desa, dusun, dan masyarakat sebagai tempat untuk menyampaikan aspirasi. Namun, sikap kecamatan menunjukkan harapannya terhadap peningkatan pendapatan daerah melalui investasi dari luar, yaitu dari PT. SMS. Pihak kecamatan kerap kali mendampingi PT. SMS untuk kegiatan sosialisasi. d.
Kabupaten Pati Kabupaten adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia setelah provinsi, yang dipimpin oleh seorang bupati. Saat ini Kabupaten Pati dipimpin oleh seorang Bupati HRY. Terkait proyek rencana pendirian pabrik semen PT. SMS, Bupati memberikan peluang kepada PT. SMS melalui kebijakan RTRW Pati 2010-2030 dan RPJPD Pati tahun 2005-2025. Selain itu, Bupati HRY juga memberikan izin kepada PT. SMS untuk mendirikan pabrik semen di Pati melalui surat keputusan Badan Lingkungan Hidup namun tanpa sepengetahuan DPRD. Sikap ini menunjukkan bahwa Kabupaten Pati sebagai instansi yang berpegang pada prinsip-prinsip pembangunan.
71
e.
Provinsi Jawa Tengah Gubernur Provinsi Jawa Tengah menyatakan sendiri saat beliau menghadiri acara di Kecamatan Kayen, bahwa dirinya akan menjadi jembatan dalam konflik Pegunungan Kendeng Utara, karena menurut beliau, belum ada izin apapun terkait pendirian pabrik semen dari pemerintah pusat, artinya PT. SMS saat ini baru mendapat surat izin eksplorasi kawasan untuk keperluan AMDAL. Akan tetapi AMDAL yang telah dibuat pun tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya di Pati. f.
Badan Lingkungan Hidup Pati Sebagai instansi pemerintahan yang bekerja diranah lingkungan hidup, bukan berarti BLH Pati tidak mendukung adanya pembangunan, sebab BLH Pati turut menjalankan peraturan yang telah ditetapkan terkait RTRW Pati dan mendukung adanya investasi dari luar seperti PT. SMS agar dapat meningkatkan pendapatan daerah akan tetapi harus berbasis lingkungan. g.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Pati BAPPEDA merupakan instansi pemerintah daerah tingkat kabupaten yang aman dalam konflik ini, BAPPEDA Pati turut terlibat dalam menciptakan kebijakan terkait RTRW dan menjalankan peraturan yang telah ditetapkan terkait RTRW, khususnya RTRW Pegunungan Kendeng Utara. Perhutani Pati Perhutani memegang peran cukup sentral dalam pengelolaan Pegunungan Kendeng Utara. Beberapa luas kawasan yang masih termasuk kawasan Pegunungan Kendeng Utara merupakan kawasan Perhutani, sehingga pengelolaan dan kontrol terhadap kawasan tersebut dipegang oleh Perhutani. Warga sekitar pun diajak kerjasama oleh Perhutani dalam pengelolaannya dengan pembagian hasil yang telah ditentukan secara sepakat antar pihak. Di luar konteks tersebut, Perhutani tidak berani untuk melakukan hal lebih, karena dari pihak Kementerian Kehutanan belum mengeluarkan izin terkait pendirian pabrik semen bagi PT. SMS. Meskipun kolaborasi dengan warga telah dijalankan oleh Perhutani akan tetapi masih saja ada pemanfaatan Pegunungan Kendeng Utara secara ilegal oleh oknum-oknum, seperti penebangan pohon Jati milik Perhutani dan penambangan batu kapur skala kecil. Terkait kasus konflik Pegunungan Kendeng Utara, Perhutani hanya menjalankan tugas sesuai perintah dari instansi tingkat atas dan tupoksi Perhutani.
h.
Kementerian Kehutanan Kementerian Kehutanan merupakan lembaga teknis pemerintah pusat yang bekerja sama dengan lembaga teknis tingkat daerah. Kementerian Kehutanan merupakan salah satu dari beberapa kementerian yang menjadi tujuan untuk mendapatkan izin terkait rencana pendirian pabrik semen PT. SMS di Pegunungan Kendeng Utara, karena wilayah calon lokasi pabrik semen dan kawasan pertambangannya berada dalam kawasan pengelolaan Kemenhut. Pada konflik ini, Kemenhut telah mengeluarkan surat izin eksplorasi bagi PT. SMS. Secara perizinan, surat izin tersebut hanya memberikan izin kepada PT. SMS untuk melakukan eksplorasi kawasan. i.
72
j.
Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) dan Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida) Muspika dan Muspida merupakan forum duduk sama rendah, berdiri sama tinggi yang dilakukan oleh berbagai kepala-kepala instansi di sebuah daerah. Muspika terdiri dari camat, Danramil, dan Kapolres. Sedangkan Muspida terdiri dari bupati/walikota, Komandan Korem, Kapolres, Kepala Pengadilan Negeri, Kepala Kejaksaan Negeri, dan Ketua DPRD. Muspika dan Muspida Kecamatan Tambakromo dan Kayen terlibat secara langsung dalam konflik ini. Aktor-aktor ini berperan mendampingi dan membantu PT. SMS untuk memperlancar proses rencana pembangunan pabrik semen. Muspika dan Muspida memberikan fasilitas pelayanan kepada PT. SMS dengan cara mengawal setiap agenda PT. SMS. Hal ini terdeteksi dari hasil perbincangan pihak Muspika dengan PT. SMS terkait pembebasan lahan yang sengaja direkam oleh pihak kontra pabrik semen. Kepentingan Kelompok Lainnya a.
ASC ASC adalah kelompok peneliti karst. Kelompok ini juga membantu dalam penelitian geologi tentang karst, menjaga karst untuk wadah penelitian mengembangkan ilmu pengetahuan karena karst adalah bentang alam unik yang memiliki karakteristik berbeda dari bentang alam lainnya. ASC terlibat sebagai pihak yang membantu masyarakat dari segi ilmu pengetahuan. ASC memberikan data-data hasil penelitian yang telah mereka lakukan kepada masyarakat terkait Pegungan Kendeng Utara. ASC juga berpartisipasi dalam membantu dan memberikan pendapat dalam setiap agenda diskusi warga terkait pabrik semen b.
PACA Tambakromo Organisasi para muslim Tambakromo ini disegani oleh masyarakat, atas dasar itulah kelompok ini dilibatkan untuk dimintai pendapatnya tentang baik buruknya rencana pendirian pabrik semen PT. SMS berdasarkan dengan AlQur’an dan Hadist. Kepentingan PT. SMS Pihak PT. SMS berkepentingan untuk mendirikan pabrik semen untuk memenuhi kebutuhan para konsumen. Pabrik yang akan didirikan di Pati direncanakan akan mengeruk bahan baku semen dan lainnya dengan jumlah dua kali lipat dari jumlah ton yang biasanya diambil. Bila produksi yang diharapkan meningkat, maka sumber bahan baku yang dibutuhkan pun ikut meningkat dua kali lipat, artinya pengerukkan lebih dalam dan lebih luas terhadap Pegunungan Kendeng Utara pun akan terjadi.
73
Peta Benturan Kepentingan Aktor Secara ringkas, perbedaan kepentingan tersebut dapat dipetakan berdasarkan empat hal, yaitu : pandangan kelompok aktor terhadap Pegunungan Kendeng Utara, tuntutan kelompok aktor terhadap Pegunungan Kendeng Utara, alasan kelompok aktor untuk mendukung ataupun menolak investasi PT. SMS, dan arena pertarungan ataupun bentuk perjuangan kelompok aktor dalam memanifestasikan tuntutan mereka terhadap Pegunungan Kendeng Utara. Pandangan kelompok aktor terhadap Pegunungan Kendeng Utara merupakan pola pikir, sudut pandang, dan mungkin saja adalah cara aktor memaknai Pegunungan Kendeng Utara. Pandangan terhadap Pegunungan Kendeng Utara juga dapat diteliti dari bagaimana aktor memanfaatkan Pegunungan Kendeng Utara berdasarkan konteks yang dipakai, baik dengan menggunakan nilai-nilai yang berkembang di masyarakat dan norma yang berlaku. Adapun tuntutan terhadap Pegunungan Kendeng Utara adalah harapan, citacita, dan juga keinginan aktor terhadap pegunungan kendeng. Dalam hal ini, tuntutan dapat juga tidak berfokus pada pemanfaatan dari segi ekonomi, akan tetapi pada hal-hal yang lebih ekologis seperti perlindungan sejati terhadap Pegunungan Kendeng Utara yang termasuk bagian dari sistem ekologi dan hidrologi Kabupaten Pati. Sementara alasan menentang atau mendukung investasi PT. SMS adalah hal-hal yang menjadi dasar aktor menentang ataupun mendukung investasi. Sedangkan arena pertarungan adalah cara-cara aktor mewujudkan tuntutan, baik melalui jalur musyawarah sampai pada tindak kekerasan dan hukum.
74
Tabel 5 Pemetaan kepentingan kelompok aktor Aktor Pemerintah
PT. SMS
Organisasi akar rumput (pro dan kontra)
LSM (hijau dan lokal)
Kelompok Agama Akademisi/ peneliti
Pandangan thd SDA PK
Tuntutan thd SDA PK
Alasan menentang/ mendukung thd investasi PT. SMS
• SDA gamping/ karst yang dapat dimanfaatkan dan dikelola • Ladang profit
• Investasi
• Peningkatan pendapatan daerah • Menjalankan visi misi pembangunan • Tekanan dari atas
• Eksploitasi
• Pemenuhan kebutuhan konsumen
• Penyimpan nilai-nilai kehidupan masyarakat • Konservasi • Sumber ekonomi • Sumber penghidupan warga
• Preservasi • Konservasi • Ekonomi
• Sumber penghidupan warga • Wadah ilmu pengetahuan
• Preservasi
• Mematikan kehidupan warga • Prosesnya menyalahi aturan • Kerusakan lingkungan • Berjanji memberikan pekerjaan bagi warga • Sumber penghidupan mati • Kerusakan lingkungan • Kesehatan terganggu • Peluang bekerja di pabrik SMS • Lebih banyak mudharat dari pada manfaat
• Preservasi • Ekonomi
• Eksplorasi • Penelitian
• Peg. Karst Kendeng adalah bentang alam yang unik
Arena pertarungan/ bentuk perjuangan • Audiensi, sosialisasi • Fasilitasi investor
• Eksplorasi, sosialisasi, pemberian bantuan, lobi dan pendekatan • Sosialisasi pelestarian lingkungan • Advokasi • Menjadi calon legislatif • Aksi demo • Advokasi • Aksi demo protes • Pendampingan bagi warga • Sosialisasi melalui pengajian • Memberikan informasi kepada warga
Sementara itu, perbedaan harapan dan keinginan masing-masing aktor tak ayal menimbulkan benturan-benturan terhadap berbagai macam aspek. Antara lain aspek yang begitu penting yaitu : aspek ekonomi, aspek sosial, aspek politik, serta aspek budaya. Akibat dari benturan ini kemudian timbul konflik yang saling merugikan. Berikut adalah ringkasan benturan kepentingan ditinjau dari empat aspek :
75
Tabel 6 Benturan kepentingan dari aspek ekonomi, politik, sosial, dan budaya Aspek Ekonomi
• • • • •
Sosial Politik
• • • • • • • •
Budaya
• •
Benturan kepentingan Ingin mengurangi kemiskinan melalui lapangan pekerjaan dari pabrik PT. SMS akan tetapi tidak ada yang dapat menjamin ketersediaan lapangan pekerjaan bagi warga Pati Kawasan Pegunungan Kendeng Utara dijadikan lahan sawah dan berkebun warga sebagai pekerjaan utama mencari nafkah Pemda menginginkan adanya peningkatan PAD dari investasi PT. SMS mencari keuntungan besar dari pertambangan kapur PT. SMS membutuhkan bahan baku kapur untuk memenuhi kebutuhan konsumennya terhadap semen Pertumbuhan ekonomi Pati dibawah Provinsi Jawa Tengah, hanya 5,8% Rencana pendirian pabrik semen mengubah sistem interaksi antarwarga Rencana pendirian pabrik semen mengusik martabat warga Beberapa instansi pemerintah disinyalir telah menerima bantuan dari PT. SMS Bantuan dari PT. SMS dialihkan untuk bantuan bagi warga Pati Instansi pemerintah seharusnya mempertimbangkan aksi penolakan warga Pihak PT. SMS menggunakan orang bayaran untuk menghadapi kelompok yang kontra dengan PT. SMS Beberapa oknum memanfaatkan situasi konflik untuk mewujudkan kepentingan pribadi Ancaman kerusakan lingkungan dan iklim memungkinkan berdampak pada siklus ritual adat yang dilakukan warga. Situs budaya di sekitar Pegunungan Kendeng sampai saat ini masih dilestarikan sebagai bentuk budaya
Benturan kepentingan yang paling tampak adalah benturan dari aspek-aspek ekonomi, dimana aspek tersebut mencakup hal-hal terkait mata pencaharian warga, seperti bertani, berkebun, illegal logging, pengangguran, hingga merantaunya para pemuda Pati untuk mencari pekerjaan yang lebih baik, di Jakarta atau bahkan di luar pulau, seperti di pertambangan. Kehadiran pabrik semen bukan tidak mungkin mengganggu aktivitas bekerja warga bahkan bisa jadi malah mengubah cara bekerja warga (dari petani menjadi buruh pabrik). Jika terjadi perubahan tersebut, maka hal yang tidak mungkin akan mengubah segala bentuk tradisi dan interaksi sosial antar warga yang selama ini telah menjadi jati diri mereka. Di lain sisi, permintaan yang besar terhadap kebutuhan akan semen di tempat lain di pandang sebagai peluang emas bagi perusahaan, khususnya PT. SMS. Dilematisasi tentunya terjadi di kubu pemerintah, peningkatan pembangunan adalah hal yang mutlak dilakukan dalam menjalankan misi pemerintahan, investasi pun ternyata menjadi salah satu jalan. Memilih untuk tidak berpihak akan tetapi mencoba mengakomodir berbagai pihak bisa jadi merupakan pilihan pemerintah daerah Kabupaten Pati yang selama ini dinilai masih memilih posisi ditengah-tengah dalam kasus ini. Akan tetapi, jadi atau tidaknya pabrik PT. SMS berdiri di Pati adalah keputusan dari pemerintah daerah Kabupaten Pati itu sendiri. Apabila pemerintah daerah Kabupaten Pati masih memilih jalan ‘aman’ terus menerus, lantas tidak menjalankan amanah yang seharusnya dilakukan dan dipilih sebagai pemimpin, maka mungkin dipastikan terjadi hal yang lebih besar dari sekadar konflik yang terjadi saat ini. Di lokasi-lokasi lain sudah ditunjukkan, seperti Papua, Sumatera,
76
Sulawesi dan lainnya, perang dalam arti sebenarnya telah terjadi akibat dari kasus serupa.
Ikhtisar Kepentingan tiap aktor dalam konflik ini pada dasarnya bertentangan satu sama lain. Perbedaan sudut pandang dalam memaknai sumber daya alam menjadi penyebab yang konkrit dalam konflik ini. Sebagai contoh, pemerintah dengan idealisme pembangunan akan terus menjunjung tinggi idealisme tersebut agar wilayah yang dipimpinnya dapat terus maju dan berkembang ke arah pembangunan. Padahal di lain sisi, masyarakat yang dipimpinnya sangat tidak menginginkan hal tersebut. Titik inilah yang seharusnya dapat dicermati oleh para pemegang kekuasaan (pemerintah). Dalam perbedaan ini pemerintah seharusnya lebih peka dan memahami maksud dari apa yang diinginkan oleh masyarakat, sehingga tidak serta merta membuat keputusan secara sepihak. Pemerintah seharusnya juga lebih mampu mendengar dan menjawab aspirasi masyarakatnya. Jangan sampai pemerintah malah menjadi musuh bagi masyarakat yang dipimpinnya. Banyaknya kepentingan terhadap objek yang sama memang tidak dapat dihindari, oleh karena itu masing-masing aktor seharusnya saling mengintegrasikan kepentingannya dengan aspek lainnya. Misalnya, setiap kepentingan tidak mengesampingkan kepentingan lainnya. Akan tetapi, lebih utamakan kepentingan yang sifatnya berjangka panjang yang menyangkut hajat hidup orang kebanyakan. Hal ini penting dilakukan agar tidak adanya pihak yang saling dirugikan satu sama lainnya. Meskipun nampaknya sulit untuk direalisasikan, bukan berarti tidak bisa dicoba. Dalam hal ini harus ada pihak yang bersikap netral memediasi masing-masing aktor dan tidak saling mempengaruhi.
77
TIPOLOGI KONFLIK, BENTUK-BENTUK, DAN RESOLUSI KONFLIK Tipologi Konflik Sumber Daya Alam Pegunungan Kendeng Utara Martinelli dan Almeida (1998) menyatakan bahwa konflik memiliki dua tahapan, antara lain konflik laten/tertutup (kondisi tetap yang relatif diantara kelompok berkonflik yang saling berlainan dan bersaing kepentingan) atau konflik manifest/terbuka (aksi nyata mempengaruhi dari para pembantah terhadap suatu masalah). Konflik sumber daya alam Pegunungan Kendeng Utara dengan pabrik semen bukanlah hal yang baru. Potensi yang dimiliki oleh Pegunungan Kendeng Utara telah menarik banyak investor sejak dulu. Sebelum masuknya PT. SMS ke Pati, PT. SG sudah terlebih dahulu mencoba untuk berinvestasi namun berakhir dengan kegagalan telak karena tidak sesuai prosedur perizinan. Berdasarkan sejarahnya, konflik yang terkait PT. SMS sudah terjadi sejak tahun 2008 ketika tim eksplorasi kawasan datang ke Pati untuk melakukan eksplorasi. Sejak saat itu konflik masih berupa konflik laten yang ditandai dengan belum adanya pergerakan atau tindakan aktor yang muncul ke permukaan, mengemuka dan diketahui oleh banyak massa. Pergerakan yang dilakukan aktor sebatas pada pengintaian secara sembunyi-sembunyi terhadap aktor lainnya yang dicurigai. Fase ini terjadi di kalangan LSM hijau/organisasi akar rumput kontra pabrik semen dengan elit lokal, LSM hijau/organisasi akar rumput kontra pabrik semen dengan PT. SMS, dan LSM hijau/organisasi akar rumput kontra pabrik semen dengan LSM lokal/organisasi akar rumput pro pabrik semen. Salah satu faktor konflik laten ini hanya terjadi di kalangan LSM dan organisasi akar rumput adalah karena berita rencana pendirian pabrik semen PT. SMS saat itu belum dipublikasikan secara resmi oleh pemerintah daerah kepada masyarakat. Maka dari itu peran serta masyarakat dalam fase konflik laten ini belum begitu tampak dikarenakan distribusi informasi yang masih terbatas. Hingga kemudian konflik mulai mencuat menjadi konflik terbuka di masyarakat pada tahun 2010 sampai menjelang tahun 2012. Ditandai dengan adanya berbagai macam aksi penolakan warga, berupa orasi, pertunjukkan seni, penanaman pohon, dan sebagainya. Aksi-aksi penolakan yang dilakukan tak jarang menimbulkan bentrokan fisik hingga menyebabkan luka-luka dan memar, bahkan pernah sampai ada yang dibawa ke rumah sakit. Konflik semakin memanas ketika pihak PT. SMS memberikan informasi tentang rencana pendirian pabrik semen di beberapa media massa lokal Kabupaten Pati pada tahun 2011. Berita yang menggemparkan masyarakat Pati ini kemudian menjadi pemicu konflik babak selanjutnya. Fase konflik berubah kembali menjadi laten sekitar awal tahun 2012 hingga awal tahun 2014. Namun di tahun 2014 juga konflik kembali mengemuka di saat sidang AMDAL PT. SMS pada bulan September 2014. Sidang ini menimbulkan keributan diantara tamu undangan karena tamu undangan tidak setuju dengan hasil sidang AMDAL PT. SMS. Perubahan fase dari konflik laten menjadi konflik manifes terjadi cukup cepat dan signifikan di masyarakat Pati. Perubahan ini tidak terlepas dari perkembangan pergerakan PT. SMS untuk mendirikan pabrik semen serta
78
intervensi yang dilakukan oleh beberapa LSM dan organisasi akar rumput yang menolak pabrik semen. Akan tetapi terdapat fase konflik manifes yang terus menerus terjadi di lingkup masyarakat, yaitu berupa ancaman, sindiran, pengucilan dan sikap acuh tak acuh yang ditampilkan dalam kehidupan sehari-hari antar sesama warga pro dan warga kontra pabrik semen. Perubahan-perubahan interaksi sesama warga sudah terjadi semenjak ada informasi pendirian pabrik semen PT. SG di tahun 2006 yang menyebabkan masyarakat menjadi terpecah dua kubu, kubu pro dan kubu kontra pabrik semen. Intensitas konflik yang terjadi cukup fluktuatif karena mengikuti perubahan fase konflik yang sedang berlangsung. Fluktuasi dari intensitas konflik diamati dari aktivitas-aktivitas yang menimbulkan ketegangan antar aktor. Intensitas konflik berada pada skala tinggi di tahun 2010-2011, seperti adanya aksi-aksi demo warga hingga kemudian intensitas konflik menjadi rendah menjelang tahun 2012. Sampai detik ini, intensitas konflik dapat dikatakan rendah dan memasuki fase konflik laten seiring dengan perkembangan keberlanjutan perizinan pendirian pabrik semen yang kurang transparan. Keterlibatan massa dalam konflik ini terdistribusi di lokasi-lokasi sekitar kawasan calon pabrik semen. Warga yang berasal selain dari Kabupaten Pati juga ada yang melibatkan diri, baik berada di pihak pro maupun kontra, mereka tergabung dalam LSM-LSM yang sebagian besar mendukung pabrik semen PT. SMS.
Gambar 4 Intensitas Konflik Grafik diatas menunjukkan intensitas konflik yang terjadi di kelompok kepentingan terkait rencana pendirian pabrik semen PT. SMS. Hasil intensitas disurvey dari 30 responden terkait dengan intensitas konflik yang dilakukan para pelaku konflik. Konflik yang terjadi pada skala tinggi paling sering dilakukan oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan yang jelas antara pergerakan masyarakat kontra pabrik semen dengan masyarakat pro pabrik semen. Pergerakan konflik dengan intensitas yang cukup tinggi juga dilakukan para LSM, baik LSM hijau maupun LSM lokal.
79
Sementara untuk aktor pemda dan PT. SMS, intensitas konflik yang dilakukan kedua kelompok kepentingan tersebut rendah dibanding dengan masyarakat dan LSM. Pihak pemda dan PT. SMS bergerak secara hukum dalam menanggapi isu yang sedang terjadi, sehingga pergerakannya tidak menunjukkan pergolakan yang besar. Intensitas konflik yang meninggi tersebut terjadi saat memasuki tahun 2010 karena saat itu awal mula PT. SMS mengenalkan diri untuk menjadi investor pabrik semen di Pati. Saat itu pula perubahan fase terjadi dari fase konflik laten menjadi konflik manifes. Tahun selanjutnya konflik manifes dengan intensistas tinggi konsisten terjadi hingga tahun 2011, akan tetapi bergerak menurun intensitasnya menjelang tahun 2012 hingga tahun 2013 dan kemudian menjadi konflik laten sampai pertengahan tahun 2014 dikarenakan informasi rencana pendirian pabrik semen PT. SMS yang kadang kala simpang siur. Meskipun intensitas konflik bergerak menurun namun konflik yang terjadi masih dalam kategori konflik dengan intensitas yang tinggi. Adanya perubahan fase konflik dari tahun 2010 hingga 2014 menimbulkan perubahan pada intensitas konflik karena di rentang tahun tersebut masyarakat kontra pabrik semen masih berkonflik dengan masyarakat pro pabrik semen, hanya saja bentuk berkonfliknya yang berubah, dari masyarakat yang berkonflik secara terang-terangan menjadi konflik secara sembunyi-sembunyi yang kapan saja dapat meledak. Sampai akhirnya konflik pun meledak ketika persidangan AMDAL pada bulan September 2014 dan kembali menjadi konflik terbuka hingga sekarang. “...Demo itu dulu hampir sebulan 3x ada yang 2x. Pernah demo juga di Semarang. Pernah juga di Gedung KPRI, di Gedung Gritary dan di Polsek Pati. Terakhir demo di Gedung Gritary, Pati, tahun 2012...” – GDT, 50 tahun-
Massa yang terlibat konflik tidak hanya kaum pria, namun wanita, anakanak dan remaja turut serta dalam konflik. Wanita biasa ditempatkan dibagian paling depan saat aksi demo sedang berlangsung sedangkan anak-anak diajak mengikuti pertunjukkan seni dengan tema lingkungan dan menolak pabrik semen. Keterlibatan ini tampak dalam setiap aksi-aksi yang terjadi, seperti demo, pertunjukkan seni, pelaporan kepada polisi, audiensi, dan penanaman papan penolakan terhadap pabrik semen. Jumlah massa yang terlibat pun begitu besar dan luas hingga melibatkan warga dari 11 desa dan 3 kecamatan di Pati. Selain itu, warga di luar Kabupaten Pati kadang kala juga terlibat dalam protes penolakan pendirian pabrik semen, seperti dari Rembang, Semarang, Blora, Yogyakarta, hingga Jakarta. Berdasarkan posisi pelaku konflik, konflik ini bersifat vertikal dan horizontal. Konflik vertikal terjadi dengan kalangan pemegang otoritas, yaitu masyarakat dengan pemerintah daerah. Sementara konflik horizontal terjadi diantara aktor yang sejajar, seperti LSM hijau dengan LSM lokal dan warga pro dengan warga kontra. Adapun konflik antar instansi pemerintah tidak tampak pada studi kasus ini karena lembaga pemerintah atau instansi lebih memilih untuk tidak banyak memberikan pernyataan seputar rencana pendirian pabrik semen, alasannya adalah belum adanya keputusan yang pasti dari pihak pemerintah pusat terkait rencana pendirian pabrik semen. Akan tetapi konflik sangat jelas tampak pada elit lokal dengan warga, seperti kepala desa yang di kepung oleh warga karena disinyalir membantu memperlancar proses pendirian pabrik semen dan istri dari kepala desa di Kecamatan Tambakromo yang disandera oleh warga.
80
Bentuk-bentuk Konflik Sumber Daya Alam Pegunungan Kendeng Utara Bentuk-bentuk konflik yang terjadi dalam konflik kepentingan sumber daya alam Pegunungan Kendeng Utara ini berhubungan dengan kedalaman konflik dan aksi-aksi pertentangan yang dilakukan masing-masing aktor. Antara lain dengan adanya isu-isu provokatif yang dilakukan oleh dua kubu, baik aktor pro dan aktor kontra. Secara aras aktor, isu-isu provokatif dilakukan oleh LSM dan organisasi akar rumput kepada warga, baik isu mendukung ataupun menolak kehadiran pabrik semen. Isu-isu provokatif ini dilakukan melalui pertemuan-pertemuan bersama, salah satunya seperti kegiatan pengajian yang rutin dilakukan warga Desa Brati, Kecamatan Kayen. Momen bersama tersebut dimanfaatkan untuk menyebarkan informasi persuasif kepada warga. Tindakan ini dapat dikatakan sebagai bentuk penjaringan kekuatan. Berbeda dengan kalangan pejabat daerah dan elit lokal, mereka tidak melakukan isu-isu provokatif, akan tetapi mereka bermain pada aras kebijakan melalui penetapan atas kebijakan-kebijakan yang telah dikondisikan sesuai dengan kondisi konflik saat itu. Kalangan pejabat daerah dan elit lokal lebih memilih tindakan birokratis dalam menanggapi konflik sumber daya alam Pegunungan Kendeng Utara karena sesuai dengan ranah kerja mereka. Tindakan ini juga sangat memberikan pengaruh yang besar terhadap perizinan pendirian pabrik semen PT. SMS. Terbukti bahwa pada tanggal 9 Desember 2014 lalu pihak BLH Pati telah mengeluarkan surat izin pendirian pabrik semen PT. SMS di Kecamatan Tambakromo dan Kayen. Meskipun pada aras kebijakan ini cukup ampuh ketika diterapkan namun kebijakan yang dibuat sebenarnya berbenturan dengan kondisi faktual Pegunungan Kendeng Utara. “...Kalau dari BAPPEDA sendiri, karena sudah merupakan perencanaan dan sudah final, jadi ya sudah seperti itu. Untuk tindak lanjutnya yaitu pembahasan KA AMDAL, BAPPEDA turut campur dalam pencermatan. Kalau dalam pencermatan ternyata tidak sesuai dengan RTRW, ya berarti tidak boleh seperti itu harusnya ya sesuai. Final maksudnya adalah sudah menyusun RTRW dan tidak boleh diubahubah kembali. Kalau ingin ditinjau dan diubah, tunggu lima tahun lagi...” – Sekretaris BAPPEDA Pati, di kantor BAPPEDA Pati-
Bentuk konflik lainnya yang terjadi adalah berupa pengrusakan sejumlah bangunan. Pengrusakan ini dilakukan oleh pihak ketiga yang merupakan centeng bayaran dari oknum pelaku konflik. Adanya aksi dari pihak ketiga tersebut berpotensi sebagai isu konspiratif untuk menimbulkan konflik horizontal antar aktor yang sejajar. Pihak ketiga juga melakukan pencopotan secara paksa terhadap kertas-kertas berisi tulisan penolakan pabrik semen yang terdapat ditiap dinding rumah warga. Mereka juga melakukan penghadangan terhadap warga yang akan melakukan aksi demonstrasi. Kehadiran centeng ini masih belum jelas dari mana berasal, akan tetapi pihak ketiga ini selalu mendapatkan bayaran dari oknum yang meminta mereka melakukan hal-hal tersebut. “...Saya pernah diikuti oleh seseorang saat sore menjelang malam. Saat siang hari juga pernah diikuti. Pelakunya itu kawan sendiri..”. –SKJ, 50 tahun-
Bentuk konflik lainnya seperti tulisan penolakan lain juga terdapat di jalanjalan desa berupa papan, baliho, spanduk, stiker, hingga penulisan pada aspal jalan dan badan jembatan. Vandalisme terjadi sebagai bentuk pelampiasan warga dari rasa kekecewaan terhadap pemerintah. Aksi-aksi teatrikal kerap kali juga dilakukan warga dengan membacakan puisi, menembang lagu, melakukan teater,
81
dan aksi seni lainnya untuk memprotes pabrik semen. Selain bentuk tulisan, konflik juga diwarnai dengan ancaman dari berbagai pihak. Ancaman ini dilakukan oleh pihak pro dan kontra pabrik. Bentuk ancaman berupa ancaman kematian bagi yang menolak pabrik semen melalui ucapan dan pesan singkat (SMS) juga pernah diterima beberapa warga penolak rencana pendirian pabrik semen. Ada pula bentuk ancaman melalui senjata tajam dan tindakan anarkis seperti menghancurkan kaca jendela rumah dengan melemparkan batu hingga pada pembakaran warung. Lebih ekstrem lagi, pernah terjadi perampokan yang diindikasi sebagai ancaman terhadap anggota organisasi akar rumput kontra pabrik semen yang mengakibatkan terbunuhnya salah satu anggota keluarganya. Berdasarkan pengalaman yang pernah dialami oleh masing-masing aktor, bentuk konflik kemudian diklasifikasikan dalam tipe-tipe konflik yang diurutkan berdasarkan tingkatan kekejaman yang dilakukan. Tabel 7 Tipe konflik kepentingan sumber daya alam Pegunungan Kendeng Utara berdasarkan agressiveness Tipe konflik Tipe 1
Tipe 2
Tipe 3
Tipe 4 Tipe 5
Tindakan Ancaman melalui pesan singkat, ucapan perkataan, senjata tajam, melalui kata-kata dalam tulisan (spanduk, stiker, kaos, baliho, papan dsb) Sikap acuh tak acuh, hubungan tak harmonis, perselisihan, pengucilan Aksi demonstrasi, teatrikal, tembang lagu, berpuisi, menanam pohon, penghancuran bangunan, pengrusakan rumah, penyanderaan, penghadangan, stalking, pertengkaran, pemukulan, pengusiran, spionase Perubahan kebijakan, pembuatan kebijakan, Advokasi, audiensi, manipulasi, pengaduan/pelaporan, suap, memberi masukan
Pelaku Masyarakat, pejabat daerah, elit lokal, centeng, PT. SMS, kalangan LSM dan organisasi akar rumput Sesama masyarakat
Masyarakat, kalangan organisasi akar rumput kontra pabrik semen, kelompok agama, kelompok ekstra Pati, centeng, LSM
Pemerintah daerah Kelompok ekstra Pati, kalangan LSM dan organisasi akar rumput, PT. SMS, pemerintah daerah, masyarakat
Berdasarkan tipe-tipe konflik yang terjadi, aktor konflik yang selalu terlibat dalam setiap tipe bentuk konflik adalah masyarakat, kalangan LSM dan
82
organisasi akar rumput. Terkecuali pada tipe 4, yaitu pada bentuk konflik perubahan kebijakan dan pembuatan kebijakan, masyarakat, kalangan LSM dan organisasi akar rumput sama sekali tidak terlibat karena ketiga aktor ini tidak memiliki power untuk melibatkan diri ke dalam pembuatan kebijakan. Akan tetapi, masyarakat sebenarnya memiliki hak untuk dapat memberikan aspirasi dalam pembuatan kebijakan karena hal tersebut merupakan syarat dalam pembuatan kebijakan dan tercantum dalam Undang-undang nomor 12 tahun 2011. Sedangkan untuk pemerintah hanya bergerak pada konflik tipe 1, 4 dan 5. Tindakan pada tipe 1 seringkali dilakukan oleh para elit lokal kepada masyarakat kontra pabrik semen berupa ancaman dan sindiran bahwa pabrik semen PT. SMS akan tetap berdiri. Tidak hanya itu, tindakan lainnya juga dilakukan pemerintah seperti perubahan dan pembuatan kebijakan yang disengaja untuk menyukseskan recana pendirian pabrik semen PT. SMS, hal ini tercermin dari kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah daerah, khsusnya kebijakan terbaru mengenai surat izin pendirian pabrik semen PT. SMS oleh Badan Lingkungan Hidup Pati pada Desember 2014 lalu. Audiensi juga pernah dilakukan oleh pemerintah daerah (tingkat kecamatan, kabupaten, dan provinsi) dalam upaya memenuhi permintaan masyarakat. Namun audiensi ini hanya sebuah formalitas belaka yang tidak pernah ada proses kelanjutannya. Manipulasi dan menerima uang suap terkait pendirian pabrik semen PT. SMS kerap dilakoni beberapa oknum pemerintah, itulah sebabnya mengapa dalam kasus ini pemerintah daerah sangat mendukung rencana pendirian pabrik semen PT. SMS. Sementara itu tipe konflik berdasarkan dinamika transformasi gerakannya dibagi menjadi empat tipe, yaitu tipe 1 (manifes-dikonstruksi), tipe 2 (latendikonstruksi), tipe 3 (laten-natural), dan tipe 4 (manifes-natural). Tipe 1 menandakan bahwa konflik terjadi secara terbuka dan adanya intervensi, tipe 2 menandakan bahwa konflik terjadi secara tertutup dan diintervensi, tipe 3 menandakan bahwa konflik terjadi secara tertutup dan bersifat alamiah, sedangkan tipe 4 menandakan konflik terjadi secara terbuka dengan adanya intervensi. Berdasarkan kronologis yang terjadi, transformasi pergerakan konflik Pegunungan Kendeng Utara terjadi secara dinamis dan fluktuatif. Dinamika transformasi konflik Pegunungan Kendeng Utara digambarkan dalam bagan dibawah ini :
83
Tipe II
Tipe I
Dikonstruksi
Sejak tahun 2012, keterbukaan konflik kian berubah menjadi konflik tertutup yang dikonstruksi seiring dengan pola pergerakan PT. SMS yang ditutuptutupi oleh beberapa pihak pendukungnya
2
Laten
Setelah ada sosialisasi, di tahun 2010 juga, konflik berubah menjadi manifestdikonstruksi setelah ada intervensi dari kelompok pro-lingkungan kepada masyarakat
Manifest 1 Pada tipe konflik natural-manifest terjadi pada : Kalangan LSM dan organisasi akar rumput pro lingkungan (LSM hijau) melawan PT. SMS dan pemerintah daerah Masyarakat pro melawan masyarakat kontra pabrik semen
Terjadi di awal mula PT. SMS melakukan sosialisasi kepada masyarakat pada tahun 2010 Saat itu masyarakat belum menunjukkan respon penolakan yang berarti, karena masyarakat belum paham dengan keuntungan dan kerugian berdirinya pabrik semen
Tipe III
Natural
Tipe IV
Gambar 5 Konflik berdasarkan dinamika transformasi yang terjadi Dinamika konflik Pegunungan Kendeng Utara mengalami tranformasi yang signifikan. Berawal dari fase konflik laten yang terjadi secara natural tanpa intervensi dari pihak mana pun kemudian berubah menjadi fase konflik manifes yang dikonstruksi akibat dari intervensi pihak-pihak yang berkepentingan. Intervensi terhadap masyarakat tampak dari tindakan yang dilakukan oleh para LSM dan organisasi akar rumput, baik yang pro terhadap pabrik semen maupun yang kontra terhadap pabrik semen. Tipe konflik 3 yang dialami masyarakat terjadi ketika PT. SMS melakukan sosialisasi ke Dusun Slening. Intervensi dari kelompok penolak pabrik semen terhadap warga Dusun Slening saat itu belum ada, sampai akhirnya JMPXK datang secara langsung untuk menemui warga dan memberikan informasi terkait dampak buruk dari pabrik semen. Semenjak kehadiran dari JMPXK ke Dusun Slening, tipe konflik berubah menuju tipe konflik 1, ditandai dengan warga yang mulai melakukan aksi penolakan terhadap pabrik semen. Hingga saat ini seluruh warga Dusun Slening menolak adanya pabrik semen di wilayah mereka. Selama fase tipe 1, banyak pihak yang sengaja melibatkan diri ke dalam konflik Pegunungan Kendeng Utara, seperti LBH, organisasi akar rumput kontra pabrik semen, organisasi pro pabrik semen, LSM hijau, LSM lokal, kelompok agama, para peneliti dan akademisi. Kepentingan dari para aktor tersebut sangat beraneka ragam, seperti LBH, aktor ini sengaja melibatkan diri dengan membantu JMPXK melalui jalur hukum dan advokasi. Sementara dari kalangan LSM ada yang menolak berdirinya pabrik semen karena kesadaran sendiri, adapula yang mendukung pabrik semen karena ada intervensi dari PT. SMS. PT. SMS disinyalir sengaja membuat LSM tandingan terhadap LSM hijau untuk menentang dan menghalau aktivitas LSM hijau. Oleh karena itu, selain intervensi dari LSM hijau kepada masyarakat, adanya intervensi PT. SMS terhadap LSM buatannya (LSM
84
tandingan) membuat aktivitas konflik meningkat dan semakin mengemuka (tipe 1). LSM hijau dan organisasi akar rumput juga melakukan intervensi terhadap kelompok agama yang terdapat di Kecamatan Kayen. Tak hanya itu, untuk memperluas jaringannya, organisasi akar rumput juga membuat kelompokkelompok baru penolak pabrik semen. Aktor-aktor baru ini kerap kali terlibat dalam konflik Pegunungan Kendeng Utara. Intervensi LSM hijau dan organisasi akar rumput terhadap masyarakat sangat kental terlihat dari setiap aksi-aksi yang dilakukan masyarakat dalam menolak pabrik semen, karena LSM hijau dan organisasi akar rumput selalu mempelopori aksi-aksi tersebut. Intervensi ini menjadi dopping dan semangat bagi masyarakat, karena ketika tidak adanya intervensi dari LSM hijau dan organisasi akar rumput, masyarakat tidak melakukan pergerakan besar seperti yang biasa dilakukan ketika ada intervensi dari LSM hijau dan organisasi akar rumput. Dinamika konflik terus berlangsung pada fase konflik manifes yang diintervensi hingga menjelang tahun 2012. Tipe konflik kemudian bergeser menuju tipe 2, yaitu fase konflik laten yang dikonstruksi. PT. SMS dan pemerintah berperan besar dalam membuat perubahan fase konflik menjadi laten, karena PT. SMS dan pemerintah secara bersama melancarkan rencana pendirian pabrik semen dengan strategi yang halus agar tidak ditentang kembali oleh masyarakat, salah satunya adalah melalui jalur penetapan kebijakan.
Resolusi Konflik yang Dilakukan Para Kelompok Kepentingan Selama konflik berlangsung, aktor-aktor menyampaikan tuntutan kepada pemerintah sebagai aktor pemegang otoritas. Menanggapi tuntutan atas warganya, pemerintah kemudian mengajukan usul bagi warganya, khususnya kepada warga yang menolak berdirinya pabrik semen. Usulan pemerintah tersebut adalah menghimbau warga untuk mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan Pegunungan Kendeng Utara sebagai bukti otentik untuk memperkuat alasan dari penolakan terhadap pabrik semen. Bupati Pati juga meminta warga untuk mencari pakar-pakar yang dapat membantu mereka dalam menguatkan alasan-alasan tersebut. Pemerintah daerah juga pernah melakukan audiensi beberapa kali terhadap warga Kecamatan Tambakromo dan Kayen, akan tetapi audiensi ini hanya sampai pada titik mendengar aspirasi warga, hasil audiensi tidak disertai aksi nyata sebagai itikad pemerintah menyelesaikan konflik tersebut. Upaya lainnya yang dilakukan pemerintah daerah adalah forum jajak pendapat yang dipelopori oleh BLH Pati terkait sosialisasi sumur pantau, akan tetapi forum ini tidak berjalan dengan lancar karena warga yang kontra pabrik semen meresponnya dengan aksi demo di Kantor Kecamatan Kayen jika sosialisasi tersebut tetap dilaksanakan. Sementara itu warga yang kontra dengan parbik semen di Kecamatan Tambakromo sempat datang pada forum yang juga diselenggarakan di Kantor Kecamatan Tambakromo. Akan tetapi mereka lebih memilih untuk walkout dan tidak mendengarkan penjelasan menyeluruh dari pihak pemerintah dan juga PT. SMS.
85
Tidak hanya pihak pemerintah, PT. SMS juga pernah melakukan sosialisasi dan jajak pendapat terhadap warga Kecamatan Tambakromo dan Kayen mengenai AMDAL yang diwakilkan oleh tim pembuat AMDAL PT. SMS. Hasil dari jajak pendapat ini ternyata membuat kecewa para undangan yang datang saat itu karena aspirasi yang disampaikan warga kepada PT. SMS tidak direalisasikan, justru malah tetap melanjutkan rencana pendirian pabrik semen PT. SMS. Alhasil warga semakin membenci PT. SMS. Sidang AMDAL pada September 2014 juga tidak membuahkan hasil yang menuju pada pemenuhan aspirasi masyarakat. Upaya-upaya konsolidasi yang telah dilakukan pemerintah tidak pernah berdampak signifikan terhadap konflik. Pada posisinya, pemerintah daerah belum memposisikan diri sebagai penengah, justru pemerintah memposisikan sebagai pihak yang tidak bertanggung jawab terhadap warganya. Pemerintah daerah dinilai tidak mempedulikan aspirasi warga karena hanya mementingkan pembangunan untuk pertumbuhan ekonomi. Sikap pemerintah daerah yang pro pembangunan (developmentalism) telah jelas ditetapkan dalam surat izin pendirian pabrik semen dan penambangan batu gamping dan batu lempung oleh PT. SMS yang dikeluarkan oleh Badan Lingkungan Hidup Pati.
Ikhtisar Konflik sumber daya alam yang tak bisa dihindari telah berdampak besar dalam kehidupan sosial masyarakat. Konflik yang paling intens terjadi adalah dalam rentang waktu tahun 2008-2011, yaitu konflik terjadi secara terbuka. Pada rentang waktu tersebut konflik terjadi begitu hebat karena fase awal rencana pendirian pabrik semen PT. SMS. Saat ini intensitas konflik mulai menurun seiring informasi terkait pendirian pabrik semen yang mulai tidak mengemuka, artinya konflik berada pada tahap konflik laten. Emosi masyarakat memang mudah terpancing apabila berkaitan dengan rencana pendirian pabrik semen, sehingga ketika isu tentang rencana pendirian pabrik semen tersebut sudah tidak terdengar kembali, keadaan bisa tenang. Namun jika isu kembali diangkat akan menimbulkan reaksi yang menegangkan di masyarakat. Meskipun mengetahui masyarakatnya terlibat dalam konflik yang kompleks, pihak pemerintah nampaknya belum menunjukkan tanda-tanda menyelesaikan konflik. Tindakan yang dilakukan oleh pemerintah daerah adalah dengan memihak kepada PT. SMS melalui jalur birokrasi hukum. Oleh karena itu hal ini sangat memancing emosi masyarakat. Masyarakat tak segan-segan untuk melakukan demo dan secara terang-terangan memasang tulisan penolakan terhadap pabrik semen sebagi bentuk kebebasan yang diharapkan oleh masyarakat atas kekecewaannya kepada pemerintah.
86
87
SIMPULAN DAN SARAN Mengacu pada empat tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu (1) mengidentifikasi aktor-aktor yang terlibat konflik kepentingan terhadap sumber daya alam Pegunungan Kendeng Utara, (2) mengidentifikasi kepentingan dan pengaruh masing-masing aktor yang terlibat konflik kepentingan terhadap sumber daya alam Pegunungan Kendeng Utara, (3) menganalisis tipologi konflik kepentingan terhadap sumber daya alam Pegunungan Kendeng Utara, dan (4) mengidentifikasi resolusi konflik yang ditawarkan aktor pada konflik kepentingan terhadap sumber daya alam Pegunungan Kendeng Utara, maka penelitian ini memiliki kesimpulan bahwa aktor-aktor yang terlibat dalam kasus konflik kepentingan terhadap sumber daya alam Pegunungan Kendeng Utara berasal dari banyak sektor dengan kepentingan yang beraneka ragam. Aktor-aktor tersebut kemudian dibagi menjadi delapan kelompok, yaitu : organisasi akar rumput pro pabrik semen, organisasi akar rumput kontra pabrik semen, LSM hijau, LSM lokal, pemerintah, kelompok agama, swasta (PT. SMS), dan akademisi/peneliti. Sementara kepentingan aktor dikelompokkan berdasarkan tuntutan aktor terhadap sumber daya alam Pegunungan Kendeng Utara, yaitu : investasi, eksploitasi, preservasi, konservasi, ekonomi, eksplorasi, dan penelitian. Aktor PT. SMS yang kapitalis dan cenderung antroposentris memiliki tuntutan kepentingan eksploitasi dan ekonomi terhadap Pegunungan Kendeng Utara. Aktor pemerintah daerah dan pusat yang cenderung menganut developmentalism memiliki tuntutan kepentingan terhadap Pegunungan Kendeng Utara berupa investasi dan ekonomi. Aktor akademisi/ peneliti memiliki tuntutan kepentingan preservasi, konservasi, eksplorasi, dan penelitian. LSM hijau, organisasi akar rumput kontra pabrik semen, dan kelompok agama yang menolak pendirian pabrik semen PT. SMS memiliki tuntutan kepentingan preservasi dan konservasi terhadap Pegunungan Kendeng Utara. Sedangkan aktor LSM lokal, organisasi akar rumput pro pabrik semen dan beberapa kelompok pendukung pabrik semen PT. SMS memiliki tuntutan ekonomi semata. Konflik yang terjadi berlangsung secara dinamis dan fluktuatif. Intensitas konflik paling tinggi terjadi pada tiga kelompok kepentingan, yaitu masyarakat, organisasi akar rumput dan LSM. Fase konflik laten dan manifest secara berubah bergantian seiring dengan faktor-faktor yang memengaruhinya, seperti distribusi informasi pendirian pabrik semen PT. SMS, intervensi dari organisasi akar rumput kontra pabrik semen kepada masyarakat dan intervensi PT. SMS terhadap LSM ataupun organisasi buatannya, serta pergerakan PT. SMS dan pemerintah daerah yang sembunyi-sembunyi. Pada masa konflik manifest, pergerakan konflik sudah pada tahap kontak fisik, yaitu tahap dimana para aktor saling melukai, khususnya yang dilakukan oleh oknum centeng terhadap para pendemo. Saat ini pergerakan konflik menurun namun konflik pada tipe agressiveness 1 masih berlangsung, seperti sindiran, ancaman, dan tindakan pengucilan masih dilakukan warga. Konflik yang sedang terjadi di Pati ini seharusnya segera diselesaikan, khususnya pihak pemerintah daerah yang harus bertindak dengan tegas untuk kemakmuran rakyatnya. Pemerintah daerah juga seharusnya paham bahwa rakyatnya telah sadar hukum dan cerdas dalam menanggapi bencana yang akan datang di kemudian hari. Akan tetapi hal ini dihiraukan begitu saja oleh
88
pemerintah. Seperti resolusi yang ditawarkan pemerintah terhadap konflik ini hanya berupa ‘obat penenang’ saja bagi masyarakat, namun tidak ada tindakan selanjutnya yang serius. Sikap pemerintah yang mengacuhkan rakyatnya malah semakin membuat rakyat tidak percaya dengan para pemegang kekuasaan. Terlebih lagi, pemerintah telah mengeluarkan surat izin bagi PT. SMS untuk mendirikan pabrik semen dan penambangan di Pati yang dikeluarkan oleh Badan Lingkungan Hidup Pati. Banyaknya keganjilan yang terjadi dalam konflik ini seharusnya dapat dikaji lebih teliti oleh masyarakat, khususnya pada kebijakan-kebijakan yang menimbulkan kontroversi. Pengajuan judicial review terhadap kebijakankebijakan yang dianggap tidak tepat adalah sah bila itu memang benar terjadi. Pengajuan ini harus disertai dengan bukti-bukti konkrit, seperti berkas-berkas yang dinilai sarat manipulasi serta ditambah dengan inkuiri masyarakat sekitar Pegunungan Kendeng Utara. Bukti lainnya yang juga penting adalah hasil penelitian mengenai Pegunungan Kendeng Utara dan mengenai kehidupan masyarakat sekitarnya dari berbagai macam aspek (sosial, budaya, politik, dan ekonomi) harus ditunjukkan sebagai pembanding terhadap AMDAL pabrik semen PT. SMS. Penelitian lanjutan untuk membantu penyelesaian dalam konflik kepentingan terhadap sumber daya alam Pegunungan Kendeng Utara sangat penting dilakukan mengingat konflik tersebut yang masih berlangsung dan membutuhkan titik terang dalam penyelesaiannya.
89
DAFTAR PUSTAKA Apter David. 1965, Comperative Politics, The Free Press, New York. Burnham C. P. 1984. The forest environtment: soils. Tropical rain forestsof the Far East, ed. T. C. Whitmore, 137-154.Oxford : Clarendon. Chin SC. 1977. The limestone hill flora of Malaya I. Gdns’ Bull. S’pore 36: 165219. _______. 1983. The limestone hill flora of Malaya I. Gdns’ Bull. S’pore 36: 3191. Crowther, J. 1982. Ecological observations in a tropical karst terrain, West Malaysia. I. Variations in topography, soils, and vegetation. J. Biogeog. 11: 65-78. Fisher et al. 2001. Mengelola Konflik: Keterampilan dan strategi untuk bertindak. S.N. Kartika Sari; M.D. Tapilatu; R. Maharani & D.N. Rini (Penterjemah). Terjemahan. Jakarta [ID] : The British Council. Francis D. 2006. Teori Dasar Transformasi Konflik Sosial. Yogyakarta [ID]: Quills. Grey B. 1989. Collaborating: Finding Common Ground in Multiparty Problems. San Francisco: Jossey-Bass Publishers. Kartikasari SN. 2001. Mengelola Konflik. Jakarta [ID]: SMK Grafika Desa Putra. Keraf AS. 2010. Etika lingkungan hidup. Jakarta [ID] : Kompas. 408 hal. Martinelli D. P. and A. P. Almeida (1998). Negotiation, Management, and Systems Thinking. Systemic Practice and Action Research. 11 (3): 319-3. Mishra SC. 2005. Pembuatan kebijakan demokratis dalam konteks yang berubah : bahan latar belakang untuk laporan studi mengenai proses pembuatan kebijakan di Indonesia. UNSFIR. Jakarta. November. Moleong JL.2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. [Perda] Peraturan Daerah.2010.Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah tahun 2009-2029. [Perda] Peraturan Daerah.2011.Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 5 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pati tahun 20102030. [Perda] Peraturan Daerah.2011.Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Pati Tahun 2005-2025. [Permen]Peraturan Menteri.2012.Peraturan Menteri Energi dan Sumber dayaMineral Nomor 17 Tahun 2012 tentang Penetapan Kawasan Bentang Alam Karst. [PP] Peraturan Pemerintah.2008.Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. [UU] Undang-undang.2011.Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. [UUD] Undang-undang Dasar.1945.Undang-undang Dasar 1945 Pasal 33 Ayat 3 tentang Pemanfaatan Sumber Daya Alam. Poloma MM. 2007. Sosiologi Kontemporer. Jakarta [ID]: Raja Grafindo Persada.
90
Proctor J et al. 1983a. Ecological studies in four contrasting lowland rain forests in Gunung Mulu National Park, Sarawak. II. Litterfall, litter standing crop and preliminary observations on herbivory. J. Ecol. 71:237-260. _______. 1983b. Ecological studies in four contrasting lowland rain forests in Gunung Mulu National Park, Sarawak. II. Litterfall, litter standing crop and preliminary observations on herbivory. J. Ecol. 71: 261-283. Pruit DG, Jeffrey Z. Rubin. 2004. Teori Konflik Sosial. Yogyakarta [ID]: Pustaka Pelajar. Ismalina Poppy. 2013. ValuasiEkonomi Kawasan Pegunungan Kendeng. Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada, siap terbit. Rachman NF. 2013. Rantai penjelas konflik-konflik agraria yang kronis, sistemik dan meluas di Indonesia. Jurnal Bhumi. [Internet]. [dikutip 04 Nopember 2013]. (1): 1-14. Dapat diunduh dari : http://www.stpn.ac.id/images/ Data/EJurnal/Jurnal%20Bhumi%20No%2037%20Tah un%2012-203.pdf. Sidaway R. 1996. Outdoor Recreation and Nature Conservation: Conflicts and their Solution. Disertasi tidak dipublikasi. The University of Edinburgh. Soekamto S. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta [ID]: Raja Grafindo Persada. Tadjudin D. 1999. Model Kelembagaan masyarakat dalam pengelolaan hutan Alam Produksi. Jurnal Seri Kajian Komuniti Forestri Seri 3 Tahun 2. Bogor [ID] : Pustaka LATIN. _______. 2000. Manajemen Kolaborasi. Bogor [ID] : Pustaka LATIN. Upreti Bishnu Raj. 2001. Conflict Management in Natural Resources (A Study of Land, Water and Forest Conflicts in Nepal). Wageningen University. [NL] : Wageningen University. van Beyen Philip E.2011. Karst Management. [editor].Florida [US]: University of South Florida. van der Pijl. 1933. De Kalkflora van Padalarang. Trop.Nat. 22 : 86-95. van Steeins. 1931. Schets van de flora van den G. Tjibodas biji Tjiampea. Trop.Nat.20 : 188-191. Wacana et al. 2008. Kajian Potensi Kawasan Kars Kendeng Utara Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Pati. DREaM (edisi) 21.08.2008 oleh LPPM UPN.[Internet]. [diunduh 04 Desember 2014]. Yogyakarta. [ID]. Lembaga Peneliti dan Pengembangan Masyarakat UPN (Veteran). Dapat diunduh dari : http://psmbupn.org/article/kajian-potensi-kawasan-kars-kendeng-utarakabupaten-grobogan-dan-kabupaten-pati.html. Whitten T, Roehayat E Soeriatmadja, dan Suraya A Affif. 1999.Seri Ekologi Indonesia Jilid II : Ekologi Jawa dan Bali. Jakarta [ID] : Prenhallindo. Wirawan. 2010. Konflik dan Manajemen Konflik. Jakarta [ID]: Salemba Humanika.
91
LAMPIRAN
92
Lampiran 1
Timeline penelitian Bulan KEGIATAN Feb Penyusunan proposal penelitian Kolokium Perbaikan proposal Pengambilan data lapang Pengolahan dan analisis data Penulisan draf skripsi Sidang skripsi Perbaikan skripsi
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Aug
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
93
93
Lampiran 2
Peta lokasi penelitian
Kecamatan Tambakromo dan Kecamatan Kayen
94
Lampiran 3 Pedoman Wawancara Mendalam Kepada Aparatur Pemerintah Desa dan/atau Dinas-Dinas Terkait
Hari dan Tanggal Wawancara
:
Lokasi dan Waktu Wawancara :
Nama dan Umur Informan
:
Pekerjaan Informan
:
• Pra-Kehadiran PT Indocement a. Bagaimana sejarah pemanfaatan Pegunungan Karst Gunung Kendeng ? Siapa saja aktor-aktornya? b. Sumber daya alam apa saja yang pada saat itu dimanfaatkan? c. Untuk apa saja sumber daya alam itu dimanfaatkan? d. Apakah sebelum melakukan pemanfaatan ada sosialisasi atau penjelasan khusus kepada masyarakat baik dari pihak swasta ataupun pemerintah? e. Secara umum, apa saja manfaat yang timbul setelah pemanfaatan sumber daya alam tersebut? f. Secara khusus, apa saja manfaat yang muncul setelah pemanfaatan sumber daya alam tersebut khususnya bagi masyarakat Kecamatan Kayen dan Tambakromo ? g. Secara umum, apa saja dampak yang timbul setelah pemanfaatan sumber daya alam di Kecamatan Kayen dan Tambakromo? h. Secara khusus, apa saja dampak yang timbul setelah pemanfaatan sumber daya alam bagi masyarakat sekitar sumebrdaya alam ? i. Bagaimana sejarah awal isyu didirikannya PT. Indocement ? j. Siapa saja yang terlibat dan bertanggung jawab terhadap isyu tersebut ? k. Bagaimana respon masyarakat terhadap isyu tersebut ? l. Adakah sosialisasi terlebih dahulu terkait isyu tersebut ? m. Bagimana bentuk sosialisasi yang diberikan ? n. Apakah sosialisasi tersebut mencakup seluruh warga Kecamatan Kayen dan Tambakromo ? o. Apa saja yang disosialisasikan saat itu ? p. Apakah saat sosialisasi tersebut, perusahaan menyebutkan bentuk tanggung jawab yang akan mereka lakukan ? q. Bagaimana bentuk tanggung jawab perusahaan-perusahaan tersebut ? r. Bagaimana respon masyarakat terhadap bentuk tanggung jawab yang ditawarkan perusahaan ? s. Apakah banyak pihak yang kontra ?siapa saja pihak yang kontra ? t. Aksi apa yang dilakukan pihak yang kontra tersebut ? u. Apakah ada pihak yang pro ?siapa saja pihak yang pro ? v. Aksi apa yang dilakukan pihak yang pro tersebut ? w. Tindakan apa yang diambil dalam menengahi hal tersebut ? x. Sudah sejauh mana proses tersebut dilakukan ? y. Siapa saja yang terlibat dalam proses menengahi tersebut ?
95
z. Apakah konflik telah selesai ? Pedoman Wawancara Mendalam Kepada Tokoh Desa atau Masyarakat Informan Hari dan Tanggal Wawancara
:
Lokasi dan Waktu Wawancara
:
Nama dan Umur Informan
:
Pekerjaan Informan
:
a. Bagaimana awal mula kemunculan konflik di Kecamatan Kayen dan Tambakromo ? b. Siapa saja yang terlibat dan berperan dalam ‘memunculkan’ konflik di Kecamatan Kayen dan Tambakromo ? c. Menurut Anda, bagaimanan seharusnya konflik ini selesai ? d. Menurut Anda, adakah manfaat bila PT. Indocement jadi didirikan ? e. Menurut Anda, adakah kerugian bila PT. Indocement jadi didirikan ? f. Menurut Anda, apakah konflik ini akan selesai ? g. Menurut Anda siapa yang paling bertanggung jawab atas konflik yang terjadi ? h. Apakah konflik yang terjadi di masyarakat mewakilkan tuntutan-tuntutan tertentu? i. Apa saja tuntutan yang diperjuangkan oleh masyarakat Kecamatan Kayen dan Tambakromo ? j. Mengapa menurut Anda tuntutan Anda sangat penting untuk diperjuangkan? k. Siapa saja sasaran aksi dalam memperjuangkan tuntutan tersebut? l. Aksi apa yang dilakukan masyarakat Kecamatan Kayen dan Tambakromo dalam memperjuangkan tuntutannya? Bentuknya apa saja? m. Apakah pernah ada konflik yang menjurus pada kekacauan/kekerasan dengan pihak sasaran-sasaran tersebut? n. Apakah pernah ada kejadian yang menjurus pada konflik dengan pihak diluar dari sasaran-sasaran tersebut? o. Apakah ada pihak lain yang turut membantu masyarakat Kecamatan Kayen dan Tambakromo dalam melakukan aksi? p. Bagaimana kronologi konflik secara runtut yang terjadi pada masyarakat Kecamatan Kayen dan Tambakromo? q. Menurut anda, seberapa penting Pegunungan Karst Gunung Kendeng bagi masyarakat Kecamatan Kayen dan Tambakromo? r. Menurut Anda, apakah masyarakat merupakan korban pengahasutan dari oknum yang memiliki kepentingna tertentu ? s. Menurut Anda, oknum mana yang kira-kira menajdi pengahasut ?
96
Lampiran 4
Bukti pemanfatan sumber daya alam Pegunungan Kendeng Utara
Situs budaya Pikulun Nogorojo, masih dilestarikan oleh warga. Terdapat sungai bawah tanah didalamnya
Tempat pemandian umum di Desa Larangan, Kec. Tambakromo
97
Tempat pemandian umum Sendang Ronggoboyo, Desa Brati, Kec. Kayen
Sendang Watu Jagu, Desa Wukirsari, Kec. Tambakromo
Saluran pipa air dari sumber mata air Pegunungan Kendeng Utara ke rumah warga, Desa Wukirsari, Kec. Tambakromo
98
Pipa saluran air disepanjang jalan menuju rumah-rumah warga, Desa Wukirsari, Kec. Tambakromo
Mesin air yang digunakan untuk menyedot air dari salah satu sumber mata air Pegunungan Kendeng Utara, Desa Wukirsari, Kec. Tambakromo
99
Ladang warga di sekitar Pegunungan Kendeng Utara
Gua Pancur, Desa Jimbaran, Kec. Kayen
100
Persembahan dari warga yang disimpan di situs budaya Pikulun Nogorojo
Sungai dalam Gua Pancur dimanfaatkan untuk lokasi wisata
101
Warga memanfaatkan air di luar Gua Pancur untuk mencuci motor
Air terjun Tadah Udan, Kec. Sukolilo
102
Benda peninggalan sejarah yang terdapat di Pegunungan Kendeng Utara
Beberapa batu dan benda peninggalan sejarah yang ditemukan di dalam Pegunungan Kendeng Utara
103
Lampiran 5 Dokumentasi aksi penolakan warga
Papan penolakan pabrik semen di depan rumah warga
Stiker penolakan pabrik semen di rumah warga
Warga melakukan orasi penolakan pabrik semen di Desa Brati, Kecamtan Kayen
104
Warga penolak pabrik semen dengan ikat kepala bertuliskan menolak pabrik semen
Tulisan menolak pabrik semen di badan jembatan antar desa
105
Tulisan menolak pabrik semen di badan jembatan antardesa
Tulisan menolak pabrik semen di badan jembatan antardesa
Tulisan menolak pabrik semen di badan jembatan
106
Tulisan menolak pabrik semen di badan jembatan
Tulisan menolak pabrik semen di jalan desa
Tulisan menolak pabrik semen di jalan desa
107
Spanduk menolak pabrik semen
Kertas tolak pabrik semen di dinding rumah warga
Kertas tolak pabrik semen di dinding rumah warga
108
Papan tolak pabrik semen siap dipasang
Warga bersiap pasang papan
Remaja Pati membuat spanduk untuk Gubernur Jateng agar bersama-sama menjaga hutan (Malam menjelang kedatangan Gubernur Jateng ke Kecamatan Kayen)
109
Lampiran 6
Dokumentasi arsip
Laporan hasil rapat koordinasi pengeboran sumur pantau PT. SMS wilayah Pegunungan Karst Kendeng Utara (1)
110
Daftar hadir peserta rapat koordinasi sumur pantau PT. SMS (2)
111
Undangan sosialisasi sumur pantau PT. SMS diwilayah Pegunungan Karst Kendeng Utara dari Badan LingkunganHidup Pati
112
Surat hasil rapat koordinasi pendirian pabrik semen PT. SMS (1)
113
Lampiran daftar undangan surat hasil rapat koordinasi pendirian paabrik semen PT. SMS (2)
114
Lampiran daftar undangan surat hasil rapat koordinasi pabrik semen PT. SMS (3)
115
Daftar anggota Paguyuban SNM, kelompok pengajian di Desa Brati (1)
116
Daftar anggota Paguyuban SNM, kelompok pengajian di Desa Brati (2)
117
Daftar anggota Paguyuban SNM, kelompok pengajian di Desa Brati (3)
118
Daftar anggota Paguyuban SNM, kelompok pengajian di Desa Brati (4)
119
Daftar anggota Paguyuban SNM, kelompok pengajian di Desa Brati (5)
120
Berita di koran lokal Pati mengenai pelaporan illegal logging di Pegununngan Kendeng Utara
121
Berita surat keputusan BLH Pati terakit izin eksploitasi pendirian pabrik dan pertambangan kepada PT. SMS
122
Kantor PT. SMS
123
RIWAYAT HIDUP
Ganies Oktaviana dilahirkan di Bekasi pada tanggal 31 Oktober 1992. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak H. Warsono dan Ibu Min Juminah. Penulis memulai jenjang pendidikan formal pertama pada tahun 1997-1998 di Taman Kanak-Kanak Al-Khairiyah (Bekasi). Pada tahun 1998 2004, penulis melanjutkannya ke SD Negeri Kranji 5 di Bekasi, selanjutnya penulis melanjutkan sekolah di SMP Negeri 4 Bekasi pada tahun 2004 - 2007. Kemudian di tahun 2007 - 2010, penulis melanjutkannya ke SMA Islam YPI ‘45’ Bekasi. Pada tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama berkuliah di Institut Pertanian Bogor, penulis juga turut aktif dalam beberapa organisasi kampus.Organisasi yang pernah digeluti penulis diantaranya, UKM Uni Konservasi Fauna (sebagai Ketua Umum periode 2013-2014), Himpunan Profesi Mahasiswa Peminat Ilmu-ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (HIMASIERA) (sebagai Bendahara Umum periode 2012-2013), Komunitas Sanggar Juara (pengurus periode 2011-2012), dan Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia (pengurus cabang wilayah II periode 2011-2013). Selain itu, penulis juga aktif berkontribusi pada berbagai kegiatan di kampus, diantaranya terlibat diberbagai kepanitiaan, diantaranya :CONNEXTION (UKF), OLIMPIADE LINGKUNGAN (UKF), UKF JOIN WITH CHILDREN (UKF), HIMASIERA OLAH TALENTA (HIMASIERA), SANGGAR JUARA FESTIVAL (Komunitas SANGGAR JUARA), SEMINAR DIES NATALIS IPB 50 (FEMA), dan berbagai kepanitiaan lainnya. Saat ini penulis juga terlibat dalam Forum Mahasiswa Konservasi Indonesia, sebagai General Coordinator.