PERILAKU PENCARIAN INFORMASI ANGGOTA DPR RI DARI KALANGAN ARTIS DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI Skripsi Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Pada Jurusan Ilmu Perpustakaan
Disusun Oleh :
HERI FERDIANSYAH NIM : 106025001050 JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013 M / 1434 H
PERILAKU PENCARIAN INFORMASI ANGGOTA DPR RI DARI KALANGAN ARTIS DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Pada Jurusan Ilmu Perpustakaan
Disusun Oleh :
HERI FERDIANSYAH NIM : 106025001050
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013 M / 1434 H
PERILAKU PENCARTAN INFORMASI ANGGOTA DPR RI DARI KALANGAN ARTIS
DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI Skripsi Diajukan kepada Fakultas Adab dab Humaniora Untuk Memenuhi Syarat-syarat l'Iencapai Gelar Sarjana Strata Satu (Sl) Pada Jurusan Ilmu Perpustakaan
Oleh
Heri Ferdiansyah
NIM : 106025001050
Dibarvah Bimbingrn
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2013
M 17434II
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi vang be{udul PERTLAKU PENCARTAN INFORMASI ANGGOTA DPR RI DARI KALANGAN ARTIS DALAM MEMENUHI
KEBUTUHAN
ORMASI telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN syarif Hidayatulrah Jakarta pada tanggar 25 September 2013. INF
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP) pada Program Studi Ilmu perpustakaan.
Jakafia, 25 September 2013
Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang
Sekretaris
NIP. 19641215 199903 1 00s
Pembimbing
Penguji
I
Penguji
II
Alfida. MLIS NrP. 1971021s 199903 2001
NrP. 19641215 199903
1 005
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan
1.
ini
saya menyatakan bahwa
:
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata
1(S1) di UIN
Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
3.
ini telah saya cantumkan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jika di kemudian hari terbukti bahrva karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syar.if Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, . September 2013
i
Ierdiansyah
PERSEMBAHAN
Untuk Ayahanda dan Ibunda tercinta yang menginginkan anaknya memperoleh pendidikan yang tinggi sehingga tidak seperti mereka, untuk almarhum Bapak Drs. Rizal Saiful-Haq, MA. semoga keinginan beliau akan skripsi ini sudah penulis penuhi dan untuk orang-orang yang mau memajukan Pendidikan Ilmu Perpustakaan Serta untuk orang-orang yang peduli dengan perbaikan kinerja anggota DPR RI.
Think Right, Do Right, better Right.
Because Success is My Right “Sukses Adalah Hak Saya”.
ABSTRAK
HERI FERDIANSYAH PERILAKU PENCARIAN INFORMASI ANGGOTA DPR RI DARI KALANGAN ARTIS DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku pencarian informasinya dan hambatan yang terjadi dalam proses pencarian informasi anggota DPR RI dari kalangan artis. Penelitian menggunakan metode kualitatif dimana data diperoleh melalui kajian pustaka, observasi, dan wawancara yang dilakukan penulis dengan informan yang memahami objek penelitian penulis. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa kebutuhan informasi anggota DPR RI dari kalangan artis adalah informasi tentang sosial budaya, ekonomi, perkembangan politik terkini dan isuisu nasional lainnya. Serta informasi-informasi lainnya yang mendukung fungsifungsi anggota dewan sesuai masing-masing komisinya. Pencarian informasi anggota DPR RI dari kalangan artis ini dilakukan dengan mengandalkan staf ahli masing-masing anggota DPR RI yang berjumlah 2 orang dan 1 orang staf/asisten pribadi. Ada juga yang mengandalkan staf ahli komisi, sedangkan untuk pencarian langsung ke perpustakaan menemukan lebih dari 1 anggota DPR RI dari kalangan artis dan belum ada satupun anggota DPR RI dari kalangan artis yang mencari informasi ke bidang analisis.Tujuan penggunaan informasi anggota DPR RI dari kalangan artis yang berhubungan dengan bahan pertimbangan dalam melaksanakan 3 fungsi DPR (Pengawasan kebijakan pemerintah, bersama-sama pemerintah membuat anggaran dan membuat undang-undang). Penggunaan informasi lebih kepada media elektronik (salah satunya internet), media massa (salah satunya koran), dan literatur (perpustakaan). Hambatan yang dialami para anggota DPR RI dari kalangan artis pada saat melakukan strategi aktivitas pencarian informasi umumnya berhubungan dengan waktu untuk menggali informasi secara mendalam, tapi hal itu dapat diatasi dengan baik melalui pengalaman-pengalaman sebelumnya. Keyword: Perilaku Pencarian Informasi, DPR RI, Artis.
i
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الر حمن الر حيم Alhamdulillah, penulis memuji kepada Allah SWT, meminta pertolongan kepada-Nya, memohon ampunan-Nya dari segala kekhilafan, serta berlindung kepada-Nya dari segala kejahatan. Penulis bersaksi tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan-Nya, semoga shalawat dan salam senantiasa tercurahkan bagi Nabi Muhammad SAW dan keluarganya serta sahabatnya. Dialah (Allah SWT) yang senantiasa memberikan kekuatan dan jalan keluar kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini mengambarkan beberapa perilaku sebagian anggota DPR RI dari kalangan artis dalam memenuhi kebutuhan informasinya dengan 3 (tiga) tugas utamamya: membuat undang – undang, pengawasan terhadap kebijakan pemerintah dan membuat anggaran untuk dijalankan pemerintah. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kata “sempurna”. Oleh karena itu, kritik dan saran akan penulis terima dengan lapang dada demi menambah pengetahuan penulis. Akhirnya, dalam situasi dan kondisi apapun mudah-mudahan penulis tidak terlena dan tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah penulis persembahkan. Terima kasih… Jakarta,
September 2013
Penulis
ii
UCAPAN TERIMA KASIH
Sepenuhnya penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, lewat ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih kepada: 1.
Allah SWT yang dengan kuasa-Nya telah kun fayakun skripsi ini.
2.
Ayahanda tercinta Sarino dan Ibunda tersayang Karni yang selalu mendo’akan penulis dalam menuntut ilmu. Bagi mereka berdua semoga Allah senantiasa melindungi dan meridhoi, baik di dunia sampai di akhirat kelak.
3.
Bapak Dr. H. Abdul Wahid Hasyim, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.
Bapak Almarhum Drs. Rizal Saiful-Haq, MA., selaku mantan Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan materi-materi ilmu perpustakaan dan memilihkan materi skripsi ini.
5.
Bapak Pungki Purnomo, MLIS., selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu penulis.
6.
Bapak Mukmin
Suprayogi, M.Si.,
selaku Sekertaris
Jurusan Ilmu
Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus sebagai pembimbing akademik dan pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis.
iii
7.
Bapak Drs. Poltak Partogi Nainggolan, MA., Selaku Kepala Bidang Pengkajian dan Analisis, dan Dra Anita Ariyati, Selaku Kepala Bidang Perpustakaan yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian.
8.
Para anggota DPR RI beserta staf Ahli, khususnya anggota dewan komisi VIII Fraksi Partai Demokrat Ibu Inggrid Maria Palupi Kansil, S.Sos. serta stafnya Ibu Indira dan anggota dewan Komisi IX Fraksi Partai Persatuan Pembangunan Ibu Dra. Hj. Okky Asokawati, M.Si. serta stafnya Ibu Dita yang telah meluangkan waktunya untuk di wawancara.
9.
Lek anto dan Lek Ikhsan yang telah dengan tulus memberikan dukungan materi dan spiritual.
10. Teman-teman KSR; Ibeh dan angkatan PRG lainnya, Syaiban dan angkatan BGN lainnya, Feri dan angkatan MDL lainnya, Sonan dan angkatan ARF lainnya, Fitri dan angkatan ACS lainnya, Nia dan angkatan CJS, Fadil dan angkatan GCN lainnya serta Vivi dan angkatan LDS lainnya yang selalu mendukung dan membantu penulis. 11. My best friends, Atenk, Gele, Husni, Ramdani, Qwil, Ipoy, Adit, TB, Opie, Ika, Arul, Abidin, Rizki, Rahayu, Winda, dan Meta Ariani Putri, serta temanteman seperjuangan lainnya yang saling memotivasi serta teman-teman IPI semua angkatan yang selalu kompak dalam segala sesuatunya. 12. Rental computer Alicia dan Fotocopy Veron yang telah mencetak dan memperbanyak materi dan skripsi penulis. 13. Seluruh saudara, Dosen dan rekan-rekan penulis serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuannya kepada penulis.
iv
Akhirnya, hanya kepada Allah SWT. jualah penulis serahkan semua. Semoga jasa dan amal baik mereka dicatat sebagai amal shaleh yang bernilai ibadah dan mendapat balasan yang berlipat ganda. Demikian juga semoga dengan selesainya skripsi ini dapat diambil hikmah dan manfaat.Amiin ya Rabbal ‘Alamin
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i KATA PENGANTAR .................................................................................... ii UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................ iii DAFTAR ISI ................................................................................................... vi TABEL ........................................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................ 6 C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian .................................... 7 D. Metode Penelitian .......................................................................... 8 E. Sistematika Penulisan.................................................................... 14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Informasi ....................................................................................... 16 B. Lembaga, Pekerja dan Pengguna Informasi .................................. 20 1. Lembaga Informasi ................................................................... 20 2. Pekerja Informasi...................................................................... 24 3. Pengguna Informasi .................................................................. 25
vi
C. Perilaku Informasi ......................................................................... 28 1. Aktivitas Kebutuhan Informasi ................................................ 33 2. Aktivitas Pencarian Informasi .................................................. 39 3. Hambatan dalam Pencarian Informasi...................................... 46 4. Aktivitas Penggunaan Informasi .............................................. 49 D. Penelitian Sebelumnya ................................................................. 51
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia ............................ 52 1. Sejarah Singkat DPR RI ........................................................... 52 2. Tugas Pokok DPR RI ................................................................ 53 a. Tugas dan Wewenang........................................................... 53 b. Tugas DPR dan Anggota DPR RI ........................................ 55 3. Alat Kelengkapan DPR ............................................................. 56 4. Komisi dan Subkomisi .............................................................. 56 5. Anggota DPR RI dari kalangan Artis ........................................ 60 B. Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi ........................ 62 1. Informasi Umum P3DI ............................................................. 62 a. Sejarah Singkat P3DI ............................................................ 62 b. Visi dan Misi ........................................................................ 63 c. Jenis Pelayanan ..................................................................... 63 d. Yang Berhak Menerima Layanan ......................................... 65 e. Cara Memperoleh Layanan................................................... 66
vii
2. Bidang Pengkajian dan Analisa (PAIS) .................................... 66 a. Bidang Kesejahteraan Sosial ................................................ 66 b. Bidang Politik Dalam Negeri ............................................... 66 c. Bidang Hukum ...................................................................... 68 d. Bidang Hubungan Internasional ........................................... 70 e. Bidang Ekonomi ................................................................... 70 3. Bidang Perpustakaan ................................................................. 71 a. Sejarah Singkat ..................................................................... 71 b. Tugas Pokok dan Fungsi ...................................................... 72 c. Struktur Organisasi ............................................................... 73 d. Koleksi, Pengguna dan Layanan .......................................... 73 e. Peraturan Tata Tertib Perpustakaan DPR RI ........................ 75
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Perilaku Pencarian Informasi Anggota DPR RI dari Kalangan Artis ............................................................................................... 80 1. Aktivitas Kebutuhan Informasi ................................................ 80 2. Aktivitas Pencarian Informasi .................................................. 83 3. Aktivitas Penggunaan Informasi .............................................. 89 a. Bidang Pengkajian dan Analisis ........................................... 91 b. Bidang Perpustakaan ............................................................ 92 4. Hambatan - Hambatan Pencarian Informasi Anggota DPR RI dari Kalangan Artis dan Pekerja Informasi ............................. 94
viii
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 98 B. Saran .............................................................................................. 100
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
1.
Tabel 1. Data anggota DPR RI dari kalangan artis periode 2010-2014 ...... 09
2.
Tabel 2. Information search Process ( Proses Pencarian Information ) ..... 41
3.
Tabel 3. Komisi dan Pasangan Kerjanya ( DPR) ……………………........ 55
4.
Tabel 4. Data anggota DPR RI dari kalangan artis periode 2010-2014 ...... 59
5.
Tabel 5. Informasi yang sedang dibutuhkan .………………………….…. 83
6.
Tabel 6. Tujuan kebutuhan informasi ……………………...………….…. 84
7.
Tabel 7. Pertanyaan apa saja yang muncul dan ingin ditemukan ………... 86
8.
Tabel 8. Perasaan saat menemukan dan tidak menemukan informasi ........ 88
9.
Tabel 9. Lama waktu yang dibutuhkan untuk mencari informasi ...…........ 89
10. Tabel 10. Penggunaan informasi anggota DPR RI dari kalangan artis di P3DI …………………………………………………………….. 90 11. Tabel 11. Saluran dan sumber informasi yang digunakan …………….…... 91 12. Tabel 12. Hambatan dalam pencarian informasi …………...………….…... 93 13. Tabel 13. Hambatan yang membuat berhenti mencari informasi ….….…... 94 14. Tabel 14. Hambatan pencarian informasi dalam ketidaktahuan akan saluran dan sumber informasi …………………….……...………….…... 95
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Surat tugas menjadi pembimbing
Lampiran 2
: Surat izin penelitian
Lampiran 3
: Surat izin wawancara
Lampiran 4
: Surat keterangan mahasiswa
Lampiran 5
: Profil anggota DPR RI dari kalangan artis
Lampiran 6
: Foto wawancara
Lampiran 7
: Struktur organisasi Sekjen (Sekretariat Jenderal) DPR RI
Lampiran 8
: Dokumen dari bidang PAIS (Pengkajian dan Analisis)
Lampiran 9
: Dokumen dari bidang Perpustakaan
Lampiran 10 : Hasil wawancara
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Ribuan, jutaan bahkan lebih dari itu berbagai informasi dalam format laporan, makalah, artikel majalah, buku dan lain-lainnya sudah ada di perpustakaan, pusat arsip, dokumentasi dan informasi serta internet. Berbagai informasi itu “siap” untuk didayagunakan (use) dalam memberikan jasa atau layanan bagi pemakai atau pengguna (user). Informasi tersebut ada yang tersedia secara cuma-cuma maupun harus dibeli. Terjadinya banjir atau ledakan informasi menyebabkan pemakai informasi kesulitan dan kadang dibuat bingung oleh penyedia jasa atau pekerja informasi dalam memilih dan mendapatkan informasi ataupun jasa layanan yang sesuai dengan kebutuhannya. Tidak jarang informasi yang didapatkannya itu hanya sampah dari belantaranya hutan atau banjir informasi. Biasanya pemakai menuntut layanan informasi “siap pakai” yang cepat, tepat, mudah dan murah serta sederhana. Sutarno Ns. mengatakan layanan yang baik adalah yang bisa memenuhi kebutuhan pemakai. Salah satu konsep layanannya adalah mekanismenya cepat, tepat, mudah, murah, sederhana dan berorientasi kepada pemakai. ... Secara singkat adalah menyusun mekanisme tentang bagaimana cara agar pemakai memperoleh apa yg mereka butuhkan.1
1
Sutarno NS., Mengenal Perpustakaan. Cet. 1. (Jakarta: Jala Permata, 2006), h. 34.
1
2
Layanan perpustakaan atau pusat informasi pada era teknologi informasi, didominasi oleh media internet. Meskipun demikian, penulis (peneliti) yakin bahwa masih perlu pemakai menyempatkan diri berkunjung secara fisik ke perpustakaan atau pusat informasi. Walaupun hanya untuk sekedar bertanya, mendapatkan referensi/buku, kebutuhan informasi; pendidikan (education); hiburan (entertainment) dan lainnya. Kepuasan pemakai pusat informasi dapat dijadikan ”barometer” keberhasilan suatu pusat informasi. Sehingga pemakai menjadi bagian yang tak terpisahkan dari suatu sistem informasi. Para ahli informasi berpendapat bahwa pemakai secara tidak langsung adalah tujuan dari sistem informasi. Salah satunya Fleming sebagaimana di kutip Ferdi Hidayat secara tegas mengatakan bahwa pengguna (pemakai) adalah mereka yang menerima manfaat utama dari suatu sistem informasi yang diciptakan. Suatu pusat informasi dibentuk dengan tujuan utama untuk memberikan layanan atas kebutuhan informasi penggunanya. Oleh karena itulah pemahaman mengenai pengguna sangat diperlukan dalam kaitannya dengan proses interaksi yang terjadi di pusat informasi.2 Dalam kondisi ini Pustakawan, Arsiparis, Dokumentalis dan Pengkaji/Peneliti serta ahli informasi lainnya, atau disebut juga pekerja informasi perlu memiliki pengetahuan yang cukup memadai dan dapat saling bekerjasama. Mereka itu sebaiknya memiliki dan memenuhi sejumlah persyaratan dasar, umum dan khusus, antara lain: latar belakang pendidikan, pengalaman, wawasan, kemampuan,
2
Ferdi Hidayat, “Karakter Pengguna Perpustakaan,” artikel diakses pada 29 Desember 2010 dari http://www.fedri-hidayat.co.cc/2009/12/karakter-pengguna-perpustakaan.html
3
keterampilan, kompetensi, dan semangat bekerja atau berusaha, serta mampu bersaing atau berkompetensi secara sehat. Agar mampu memberikan layanan prima kepada pemakai.3 Dalam berinteraksi dan bersinergi dengan pemakai, pekerja informasi perlu mempelajari seluk beluk perilaku pemakainya sebagai wujud dari proses informasi dan sistem informasi. Diharapkan pekerja informasi mengerti perilaku pencarian informasi guna memberikan layanan proses informasi dan sistem informasi yang lebih baik. Sebagaimana pernyataan Chun Wei Choo berikut ini4. “People actively construct the meaning of information through their thoughts, action, and feelings. Since individuals typically use information to solve a problem, perform a task, or increase understanding, the social setting in which the information is encountered determines it’s value and salience. … a fuller understanding of information seeking as social behavior helps us to design better information processes and information systems.”
Agar pekerja informasi berhasil menganalisis perilaku informasi mulai dari kebutuhan, pencarian
dan penggunaan informasi. Sehingga perlu dipikirkan
sebelumnya: siapa pemakai
yang dilayaninya dan apa-apa saja yang menjadi
kebutuhan mereka, dan bagaimana pencarian informasinya serta kapan saatnya informasi itu dibutuhkan? Pustakawan harus dapat mengidentifikasi kebutuhan, keinginan serta cara pemenuhan kebutuhan pemakai, meliputi: jenis-jenis informasi apa yang dibutuhkan, untuk siapa informasi itu disediakan, kapan informasi itu disampaikan, di mana informasi itu didapatkan dan bagaimana cara informasi itu diperoleh atau disajikan. Artinya
3
pekerja
informasi
harus
berpikir
dari
sudut
pandang
pemakai,
Sutarno NS., Mengenal Perpustakaan, Cet. 1. (Jakarta: Jala Permata, 2006), h. 40-42. Choo, Chun Wei. et. all. Web Work: Information Seeking and Knowledge Work on the World Wide Web (London: Kluwer Academic Publisher, 2000), h. 3. 4
4
sehingga memahami apa yang diharapkan pengguna darinya. Ketika pemakai datang ke pusat informasi, mereka berharap pekerja informasi akan mengambil alih tanggung jawab pemenuhan harapannya. Sebagai contoh: ketika seorang pemakai datang untuk mencari informasi “X”, tentu dia menginginkan informasi “X” itu bisa cepat disajikan, mudah memperolehnya, gratis mendapatkannya, sederhana pengunaan dan birokrasinya serta dalam berbagai format pilihan (lengkap) penyajian informasinya. Sehingga informasi yang diinginkannya benar-benar sesuai harapan pemakai. Pemakai tidak perlu mengetahui bagaimana informasi itu dapat tersedia dalam cara dan bentuk yang diinginkan (disediakan), tetapi pemakai biasanya hanya perlu mengetahui bagaimana memperolehnya. Selebihnya pekerja informasilah yang harus berupaya dalam penyediaan informasi. Namun, hal itu berbeda dengan yang terjadi di DPR RI khususnya P3DI. Menurut penulis ada keunikan tersendiri dalam penyediaan informasi yang disajikan oleh pekerja informasi di P3DI. Di Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan informasi (P3DI) ada bagian tersendiri apabila anggota dewan membutuhkan informasi, maka hal itu bisa ditangani oleh ahli teknologi informasi, pustakawan, arsiparis dan dokumentalis serta pengkaji “subject spesialist” beberapa bidang pokok legislator, seperti; politik dalam negeri, hukum, hubungan international, ekonomi dan kesejahteraan sosial. Tentunya hal ini sudah dipikirkan/disesuaikan dengan komisi-komisi yang ada di parlemen. Anggota dewan sebagai “legislator” memiliki tanggung jawab yang cukup besar dalam membuat suatu undang-undang yang harus dijalankan oleh seluruh rakyat Indonesia. Sehingga informasi yang dibutuhkan tentunya bukan informasi yang sembarang; yang hanya mewakili satu pihak, tapi seharusnya mewakili semua
5
pihak dan perkembangan zaman. Begitu beragamnya masalah menuntut untuk dibuatkannya Undang-Undang yang dapat diterima semua khalayak. Keterlibatan artis dalam mencalonkan diri dan terpilih sebagai anggota DPR RI cenderung semakin semarak setelah memasuki masa reformasi, utamanya berdasarkan hasil pemilu 2004.5 Bahkan, harapan yang tinggi atas peranan sebagai vote getter, cenderung lebih kuat dibandingkan sekedar pemahaman hak setiap warga negara untuk memberikan andil tertentu dalam kehidupan politik. Persoalannya, terkait adanya pandangan pesimis dari sejumlah kalangan masyarakat bahwa anggota DPR periode 2009-2014 tidak dapat bekerja maksimal. Apalagi dengan latar belakangnya sebagai artis “public figur” yang lebih mengarah pada pencitraan dan/atau popularitas. Karena kurang memahami dunia politik dan latar belakang yang tidak sesuai dengan kebutuhan untuk menjadi anggota DPR RI. Oleh karena itu, diperlukan ada penelitian tentang perilaku pencarian informasi. Dengan penelitian ini, diharapkan siapapun artis yang akan dicalonkan untuk menjadi DPR RI. Sebaiknya orang-orang yang mempunyai integritas, loyalitas dan sesuai dengan pengkaderan partai politiknya serta mempunyai keilmuan yang mumpuni. Dengan adanya analisis perilaku anggota dewan (DPR RI) sebagai salah satu pemakai pusat informasi, maka diharapkan analisis ini dapat mengetahui perilaku konsumen jasa khususnya anggota DPR RI dari kalangan artis mengenai kebutuhan dan pencarian informasi serta penggunaan informasinya. Sekaligus dapat digunakan dalam evaluasi P3DI dalam memberikan pelayanan.
5
Romli, Lili, ed., Pemilu 2009 dan konsolidasi demokrasi (Jakarta: Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi, Sekretariat Jenderal DPR RI, 2008), h. 84.
6
Dari uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana perilaku informasi khususnya mengenai pencarian informasi yang dilakukan oleh anggota DPR RI dari kalangan artis dalam memenuhi kebutuhan informasi yang berhubungan dengan peningkatan pengetahuan sebagai anggota dewan. Hasil penelitian ini akan dituangkan ke dalam bentuk skripsi dengan judul: “PERILAKU PENCARIAN INFORMASI ANGGOTA DPR RI DARI KALANGAN ARTIS DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Agar dapat terarah dan tidak terlalu meluas. Penulis membatasi masalah pada apa dan bagaimana perilaku pencarian informasi anggota DPR RI dari kalangan artis dalam memenuhi kebutuhan informasi dan mengapa hal tersebut dilakukan, serta hambatan yang terjadi selama proses pencarian informasi di P3DI dalam pemenuhan kebutuhan informasi; di tinjau dari aspek pemakai.
2. Perumusan Masalah Rumusan masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah tentang a. Apa dan Bagaimana perilaku pencarian informasi anggota DPR RI dari kalangan artis, seperti: 1. Apa saja kebutuhan informasinya? 2. Bagaimana strategi pencarian informasinya? 3. Bagaimana cara penggunaan informasinya?
7
b. Bagaimana hambatan yang terjadi selama proses pencarian informasi di P3DI dalam pemenuhan kebutuhan informasi; di tinjau dari aspek pemakai informasi?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi yang sejelasjelasnya mengenai: a. Perilaku pencarian informasi anggota DPR RI dari kalangan artis, seperti kebutuhan, pencarian dan penggunaan informasinya. b. Hambatan yang terjadi selama proses pencarian informasi anggota DPR RI dari kalangan artis dan pekerja informasi di P3DI; khususnya bidang perpustakaan dan bidang pengkajian dan analisis dalam pemenuhan kebutuhan informasi.
2. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah : a. Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman penulis tentang perilaku pencarian informasi khususnya anggota DPR RI dari kalangan artis dilihat dari;
kebutuhannya,
penggunaannya.
pencariannya,
hambatan
pencariannya
dan
8
b. Untuk bahan rujukan pekerja informasi, pusat informasi khususnya P3DI, dan artis-artis selanjutnya yang akan berkecimpung di parlemen/DPR RI, serta pengguna potensial lainnya.
D. Metode Penelitian Dalam uraian ini memuat tentang metode dan langkah-langkah penelitian secara operasional yang menyangkut jenis penelitian, pendekatan penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik analisa data. Penjelasannya adalah sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini peneliti perlu menggunakan jenis penelitian yang disebut metode deskriptif. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Burhan Bungin yang menyatakan bahwa “Format penelitian deskriptif
kualitatif lebih tepat
apabila digunakan untuk meneliti masalah-masalah yang membutuhkan studi mendalam, seperti permasalahan tingkah laku konsumen suatu produk, …” 6 konsumen yang ingin diteliti di sini ialah anggota DPR dari kalangan artis, sedangkan produknya berupa informasi.
6
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu sosial lainnya (Jakarta: Kencana, 2009), h. 69.
9
2. Pendekatan Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan yang disebut pendekatan kualitatif. Pendekatan ini peneliti pergunakan dengan pertimbangan, bahwa peneliti ingin memahami perilaku pencarian informasi (perilaku informasi) dari pemakai khusus. Perilaku informasi merupakan salah satu kajian pemakai dalam penelitian perpustakaan dan informasi. Secara umum bidang ini memiliki 2 paradigma atau pendekatan yaitu pendekatan yang berorientasi kepada sistem dan pendekatan yang berorientasi kepada pengguna, namun penelitian ini lebih mengarah kepada pendekatan yang berorientasi pengguna (paradigma kognitif). Dengan tokoh-tokoh penelitinya seperti: Wilson, 1981; Dervin dan Nilan, 1986; Pannen, 1990; Ford, 1990. Pendekatan ini menempatkan sudut pandang pemakai jasa informasi di perpustakaan maupun di unit informasi lainnya sebagai telaah penelitian.7
3. Populasi & Informan Penelitian ini memiliki jumlah populasi berjumlah ± 16 anggota DPR RI dari kalangan artis periode 2010-20148. Berikut ini nama-namanya, yaitu:
7
Darmono & Yunaldi, “Kajian pemakai informasi: Prospeknya dalam lingkup kepustakawanan di Indonesia,” Vol. 19 No. 1 (1996): h. 28. 8 F. Harianto Santoso, Wajah DPR dan DPD 2009-2014: latar belakang pendidikan dan karier (Jakarta: Kompas, 2010), h. xl.
10
No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Nama
Keanggotaan
Jumlah Suara 70.572 145.159 33.418 101.170 21.672 30.650 122.452 209.044 35.882 42.659 80.681 64.176 60.684 34.674 25.540 17.343
CP. Samiadji Massaid, SE** Partai Demokrat Angelina Sondakh, SE, M.Si Partai Demokrat Ingrid Maria Palupi Kansil, S.Sos Partai Demokrat H. Nurul Komar Partai Demokrat Theresia E.E. Pardede, S.Sos.*** Partai Demokrat Venna Melinda Partai Demokrat Nurul Arifin Partai Golkar Tantowi Yahya Partai Golkar Teti Kadi Partai Golkar TB Dedy Suwandi Gumelar PDI Perjuangan Rieke Dyah Pitaloka PDI Perjuangan Eko Hendro Purnomo, S.Sos PAN Primus Yustisio PAN Jamal Mirdad Partai Gerinda Rachel Mariam Partai Gerinda Dra. Hj. Okky Asokawati, M.Si. PPP * Bilangan pembagi pemilih ** Meninggal dunia pada bulan Februari tahun 2011
Persen BPP* 47,5 74,2 20,3 59,4 11,7 17,3 66,4 130,7 21,1 29,3 43,3 39,9 30,4 19,7 13,7 8,9
***Mengundurkan diri pada tahun 2012 Penulis mencari data perilaku pencarian informasi dari beberapa informan-informan di atas, terhitung dari bulan Maret – April 2012. Dengan pemilihan ini, peneliti berusaha menemukan hal-hal yang bermakna dan baru, sedangkan pada kepala bidang, staf ahli dan sekretaris/asisten anggota dewan adalah informan sekunder yang dapat dimintai pendapat dan informasinya tentang perilaku pencarian informasi anggota dewan itu sekaligus sebagai verifikator atau orang yang dapat dijadikan alat verifikasi dari wawancara dengan informan primer dalam penelitian dan sekaligus sebagai informasi awal tentang siapa saja yg pernah menggunakan perpustakaan dan 5 bidang kajian.
11
Persyaratan seseorang bisa dijadikan informan adalah bersedia sebagai informan. Dari 14 jumlah informan yang sudah ditentukan. Mereka yang berasal dari kalangan artis, peneliti mengambil jumlah informan minimal 2 org dari 14 anggota DPR RI dari kalangan artis yang masih aktif. Dengan asumsi bahwa informasi yang diperoleh dari beberapa informan tersebut mampu menjawab pertanyaan penelitian ini.
4. Teknik Pengumpulan Data Ada tiga teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu 1) Dokumentasi Pengumpulan
informasinya
ini
didapat/dilakukan
dengan
cara
mengumpulkan dan memilah-milah literatur - literatur yang mendukung. 2) Wawancara Pengumpulan
informasi
yang
dilakukan
secara
langsung
antara
pewawancara (interviewer) dengan pemakai informasi (informan). Metode ini digunakan untuk menggali informasi yang berupa pendapat, perasaan, sikap, pandangan, proses berpikir, proses penginderaan yang merupakan tingkah laku dari hal-hal yang tidak bisa ditangkap dengan metode dokumentasi dan observasi. 3) Observasi Teknik ini dilakukan dengan cara mengamati kejadian-kejadian/perilaku yang tampak dengan menyesuaikan fokus dan tujuan penelitian untuk mendapatkan informasi.
12
Prosedur pengumpulan datanya yaitu data di jaring dari informan yang di pilih secara acak berdasarkan petunjuk pustakawan/pengkaji informasi dengan teknik key person dan data dokumentasi serta wawancara untuk mengetahui informan-informan yang tepat. Setelah itu dilakukan wawancara semi terstruktur dengan informan-informan itu. Untuk teknik observasi dilakukan bersama-sama (kolektif) saat metode dokumentasi dan wawancara dilakukan. Secara singkat, teknik pengumpulan data tersebut digambarkan berikut: 1). Dokumentasi 3). Observasi dilakukan secara kolektif 2). Wawancara semi terstruktur
5. Teknik Analisa Data Pada bagian analisis data yang diuraikan peneliti adalah proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip-transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain. Dengan berbagai pertimbangan akhirnya peneliti menggunakan analisa data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Berikut ini penjelasannya: a. Analisa data Menurut Bogdan dan Biklen, analisa data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi satu yang dapat dikelola, mensintesiskan, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa
13
yang dipelajari dan memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain.9 b. Reduksi data Reduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan pada hal yang penting, dicari tema dan polanya serta membuang informasi atau data yang tidak diperlukan penulisan.10 c. Penyajian data (display data) Penyajian data dilakukan secara sistematis dengan mengembangkan hasil yang telah diperoleh. Sehingga dapat terlihat gambaran keseluruhan data untuk diambil kesimpulan. Penyajian data dapat dibuat dalam bentuk grafik, matriks, network atau chart dan tabel. Dalam penelitian ini penyajian data yang digunakan adalah dalam bentuk tabel yang bersifat naratif. d. Penarikan kesimpulan Data yang telah terkumpul dan terangkum yang disajikan dalam bentuk
narasi,
kemudian
penulis
menganalisa
atau
menarik
kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dirumuskan pada tahap awal dan memberikan beberapa saran di BAB selanjutnya.
9
Lexy J. Moleong. Metode penelitian kualitatif: Edisi Revisi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 248. 10 Sugiono. Memahami penelitian kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2005), h. 338.
14
E. Sistematika Penulisan Dalam sistematika penulisan ini akan menguraikan secara sistematis mulai dari Bab I sampai Bab V dengan rincian sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
Bab ini memuat teori – teori yang berasal dari kajian kepustakaan yang berkaitan dengan gambaran mendetil mengenai Informasi dan Perilaku Informasi.
BAB III
PROFIL DPR RI DAN PUSAT PENGKAJIAN PENGOLAHAN DATA & INFORMASI (P3DI)
Pada bab ini akan membahas tentang DPR RI, P3DI dan 2 (dua) bidang dari 4 (empat) bidang yang ada di P3DI yaitu; Bidang Perpustakaan dan Bidang Pengkajian dan Analisa yang diliputi oleh Politik Dalam Negeri, hukum, Hubungan International, Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.
15
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
Bab ini meliputi pembahasan analisis hasil penelitian dari perilaku pencarian informasi anggota DPR RI dari kalangan artis dan hambatan yang dihadapinya dalam memenuhi kebutuhan informasi di P3DI khususnya bidang pengkajian dan analisa dan bidang perpustakaan.
BAB V
PENUTUP
Bab ini terdiri dari beberapa kesimpulan penulis dari hasil penelitian tentang apa saja perilaku pencarian informasi (Information Seeking Behavior) Anggota DPR RI dari kalangan artis periode 2010 – 2014 di P3DI khususnya bidang pengkajian dan analisa dan bidang perpustakaan. Dan ditutup dengan beberapa saran yang Insya Allah membangun untuk kemajuan DPR RI. Sehingga beberapa kesimpulan dan saran ini dapat menjadi pertimbangan serta dapat menambah khazanah perkembangan ilmu pengetahuan khususnya Ilmu Perpustakaan dan Informasi.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini akan diuraikan tentang informasi dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan informasi, diantaranya: lembaga informasi, pekerja informasi, dan pengguna. Untuk lembaga informasi tentunya menggambarkan unit-unit yang berada di P3DI, sedangkan pekerja informasinya juga yang berhubungan dengan unitunit yang menaunginya dan penjelasan mengenai pengguna. Dalam bab ini diuraikan pula mengenai perilaku informasi (information behavior) yang disajikan ke dalam beberapa kegiatan informasi yaitu aktivitas kebutuhan informasi, aktivitas pencarian informasi, hambatan dalam pencarian informasi, serta aktivitas penggunaan informasi.
A. Informasi Sehari-hari manusia hidup berdampingan dengan informasi, baik anak-anak sampai orang tua. Informasi itu lahir dari suatu peristiwa yang buruk/baik, benar/salah, kenyataan/kebohongan, fakta/mitos, penting/tidak penting, lama/baru, dll. Kelahiran informasi itu ada yang sempat terekam atau musnah tak berjejak. Terjadinya ledakan informasi ini bersumber dari informasi yang terekam baik yang diolah maupun dibiarkan begitu saja oleh lembaga informasi dan internet. Namun, apakah informasi itu?
16
17
Seringkali informasi dipandang sebagai “sumber”. kecenderungan ini secara tidak langsung menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang terletak di dokumen, sistem informasi atau “artifacts” benda kecerdasan buatan manusia lainnya. Informasi diasumsikan konstan, tidak berubah. Itu artinya informasi adalah wakil di dalam “artifacts”. Komplitnya informasi bukan sebagai objek, tetapi hasil dari tafsiran subjek. Tafsiran itu melalui gagasan, aksi dan perasaan.1 Informasi menurut Gordon B. Davis dalam Soejono Trimo adalah “data yang telah diproses ke dalam suatu bentuk yang memberikan arti kepada yang menerimanya dan mengandung nilai-nilai yang benar-benar tampak bagi pengambil putusan-putusan pada masa kini maupun yang akan datang,”2 sedangkan menurut George R. Terry “information is meaningful data that conveys usable knowledge.”3 (Informasi adalah data penting yang memberikan pengetahuan yang berguna). Keduaduanya mengartikan informasi itu adalah data. Namun, apakah hanya sebatas itu? Heartsill Young dalam ALA Glossary of Information Science mendefinisikan informasi adalah semua ide, fakta dan karya-karya imajinatif dari hasil pikiran yang telah dikomunikasikan, direkam, diterbitkan dan disebarkan secara formal maupun informal dalam berbagai format.4
1
Chun Wei Choo, et.al. Web work: information seeking and knowledge work on the world Wide Web (London: Kluwer, 2000), h. 3.
2
Soejono Trimo. Dari Dokumentasi ke Sistem Informasi Manajemen (Bandung : Remaja Karya, 1987), h. 2.
3
George R. Terry. Office Management and Control (Illinois : Homewood, 1962), h. 21.
4
Heartsill Young. ALA Glosary of Library and Information Science (Chicago: ALA, 1983), h. 117.
18
Dengan mencermati beberapa pengertian informasi tersebut di atas, maka informasi adalah masukan data (pesan, kabar, keterangan, berita) dengan berbagai bentuk (cahaya, suara, gambar, isyarat, gerak, tulisan.) dari hasil gagasan, aksi dan perasaan yang dikomunikasikan mempunyai arti untuk suatu kepentingan. Informasi ini akan menjadi kearifan manakala diproses melalui berbagai cara dari hasil suatu peristiwa, sebagaimana rangkaian informasi5 berikut: Kearifan
Pengetahuan
Informasi Diproses secara kognisi (akal Pemikiran) _____________________________________________________________ Berdasarkan data
Segmen Data
Simbol
Peristiwa
5
Sulistyo-Basuki, dkk. Perpustakaan dan Informasi dalam konteks budaya (Depok: Departemen Ilmu Perpustakaan dan Informasi, FIB UI, 1993), h. 5.
19
Informasi ini mencakup 4 kategori (symbol) untuk dikomunikasikan yaitu numeric (angka), audio (suara), teks (tulisan) dan citra (gambar) dan[/atau] santir (image).6 Adapula yang menambahkannya dengan Citra/image yang bergerak. Utamanya fungsi informasi adalah “to increase the knowledge or to reduce the uncertainty of the users.”7 Di samping untuk meningkatkan pengetahuan atau pemahaman,
Informasi
juga
dapat
digunakan
untuk
mengurangi
ketidakpastian/ketidaktahuan dari tugas/beban yang dialami makhluk hidup/manusia, bahkan
kadang
menambah
bingung
pemakainya
tanpa
adanya
pembimbing/konsultan-konsultan/penyedia informasi yang akan menyampaikan nilai suatu informasi itu. Informasi mempunyai sedikitnya 10 nilai8 yaitu: 1). Kemudahan dalam memperoleh, 2). sifat luas dan lengkapnya, 3). ketelitian, 4). keluwesan, 5). objektif, 6). kecocokan, 7). ketepatan waktu, 8). kejelasan, 9). bias tidak dibuktikan, dan 10). dapat diukur. Keobjektifan suatu informasi meningkat bila informasi itu tidak bias sehingga dapat dibuktikan, dan yakin kebenarannya dapat diukur. Informasi harus tepat waktu, sesuai dengan maksud penggunanya. Informasi juga harus luas dan lengkap, sehingga pihak-pihak tepat yang menerima dapat dengan mudah memilih yang cocok melalui ketelitian dan keluwesannya. Yang terpenting dalam memberikan suatu Informasi haruslah sejelas-jelasnya, yaitu dapat dimengerti oleh penerimanya. 6
Sulistyo-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), h. 3.
7
Aa Kosasih. Jasa Informasi Pada Perpustakaan. Artikel diakses pada 14 Januari 2011 dari
[email protected] h. 4
8
Aa Kosasih. Jasa Informasi Pada Perpustakaan. Ibid. h. 4
20
Memahami konsep nilai informasi sangat penting bagi dunia perpustakaan (lembaga informasi) sebab dengan memahaminya akan bisa diketahui dengan pasti jenis dan tingkat kebutuhan masyarakat (pemustaka) akan informasi tersebut.9 Dengan ukuran nilai ini dapat dijadikan indikator evaluasi kepuasan pengguna. Dari hasil identifikasi akan terlihat suatu perbandingan apa yang dibutuhkan dengan apa yang diperolehnya. Antara harapan sebelumnya dengan informasi yang dirasakan setelah pemakaian.
B. Lembaga, Pekerja dan Pengguna Informasi Dalam hubungan sosial biasanya ada interaksi antara manusia satu dengan yang lainnya. Interaksi ini terjadi karena adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan dalam suatu lingkungan. Salah satunya interaksi yang terjadi di lembaga informasi antara pekerja informasi dan pengguna informasi. Dalam istilah temu kembali disebut proses interaksi temu kembali antara perantara (lembaga, manusia dan sistem) dengan pengguna. Berikut ini keterangannya: 1. Lembaga/Unit Informasi Dari berbagai literatur dan praktiknya lebih banyak nama yang digunakan untuk lembaga informasi. Namun, sedikitnya ada enam lembaga informasi yang sering digunakan di Indonesia, khususnya P3DI. Untuk mengetahui lebih jelasnya tentang badan/lembaga pengelolaan informasi, berikut ini definisinya:
9
Pawit M. Yusuf. Ilmu informasi, komunikasi, dan kepustakaan (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 351
21
Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, tercetak dan terekam, secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan intelektualitas para penggunanya untuk keperluan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.10 Perpustakaan dibagi lagi, ada perpustakaan umum, perpustakaan keliling, perpustakaan sekolah, perpustakaan perguruan tinggi, dan perpustakaan khusus (seperti, Perpustakaan DPR RI), serta berkembang pula perpustakaan tempat ibadah, perpustakaan komunitas dan perpustakaan pribadi atau keluarga serta taman/rumah baca. Biasanya pekerja informasinya disebut pustakawan. Pada hakikatnya pekerjaan pustakawan ini menyediakan informasi yang terdapat dalam berbagai media, jenis dan bentuk. Oleh karena itu, pustakawan disebut pula sebagai pekerja informasi (information workers). Sebutan lain bagi pustakawan antara lain ahli dokumentasi (documentalist), ahli informasi (information specialists), manajer informasi (information managers), manajer pengetahuan (knowledge managers), pialang informasi (information broker) dan lain sebagainya11. Pusat/depot arsip adalah (1) tempat (gedung, ruangan, tempat penyimpanan) di mana bahan kearsipan disimpan. (2) sebuah organisasi atau bagian dari sebuah organisasi dengan fungsi utama memilih dan mengupayakan agar arsip dapat digunakan. Ada 2 jenis yaitu (a) collecting archives atau arsip pengumpul, merupakan
10
Asrorun Ni’am Sholeh. Perpustakaan jendela peradaban: teks, konteks, dan dinamika pembahasan Undang-undang tentang perpustakaan (Jakarta: eLSAS, 2008), h. 137-138.
11
Rachman Hermawan dan Zulfikar Zen. Etika kepustakawanan : suatu pendekatan terhadap kode etik pustakawan Indonesia (Jakarta: Sagung Seto, 2006), h. 19.
22
sebuah organisasi yang memiliki fungsi utama pengumpulan rekod berbagai jenis organisasi, keluarga, dan perorangan. Arsip pengumpul seringkali dikenal sebagai perpustakaan manuskrip atau depot manuskrip. (b) in-house archives (arsip inggriya), merupakan bagian badan korporasi yang bertugas mengumpulkan arsip badan korporasi. Arsip ing-griya biasanya membatasi materi yang dihasilkan oleh badan induknya atau badan korporasi yang bersangkutan atau badan atau orang lain yang erat kaitannya.12 Biasanya pekerja informasinya disebut arsiparis. Pusat dokumentasi adalah tempat menyimpan dokumen, lazimnya dokumen yang berbentuk bukan buku, untuk dikelola, diberi anotasi dan indeks dengan tujuan utama adalah distribusi. Tugas pusat dokumentasi lainnya ialah mempersiapkan bibliografi.13 Contoh: Pusat Dokumentasi Informasi Ilmiah LIPI, Pusat Dokumentasi P3DI. Biasanya pekerja informasinya disebut dokumentalis Pusat analisa informasi adalah pusat yang mengerjakan indeks, sari karangan atau abstrak, terjemahan, tinjauan literatur (review, sintesa, menilai informasi, menilai data dalam suatu bidang khusus yang diolah menurut tingkat keperluan. Contoh: Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat FEUI, Centre for Strategic and International Studies (CSIS).14 Biasanya pekerja informasinya disebut pengkaji/analisator informasi.
12
Sulistyo-Basuki. Kamus istilah kearsipan (Yogyakarta: Kanisius, 2005), h. 22-23.
13
Sulistyo-Basuki. Materi pokok kerjasama dan jaringan perpustakaan; 1-6, PUST 2256/2SKS (Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud, 1996), h. 4.
14
Sulistyo-Basuki. Materi pokok kerjasama dan jaringan perpustakaan Ibid. h. 4.
23
Pusat informasi adalah suatu pusat yang bertugas memberikan informasi yang diolah dari sumber lain mengenai suatu bidang khusus. Contoh: Pusat Informasi Pertanian, Pusat Informasi Pariwisata, Pusat Informasi Penyakit Menular.15 Biasanya pekerja informasinya disebut spesialis subjek/informasi atau pengamat. Bank data biasanya berkaitan dengan bidang yang luas, seperti: kedokteran, tata kota dan sejenisnya. Bank data menggunakan metode yang sistematis untuk menyarikan data mentah dari kumpulan data serta literatur yang relevan, kemudian disusun dalam berkas berstruktur, sehingga siap untuk menjawab pertanyaan. Contoh: Bank Data Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, berisi data: sekolah, murid, lokasi gedung.16 Biasanya pekerja informasinya disebut ahli informasi. Sesuai dengan perkembangan jaman, maka kepustakawanan pun kemudian melahirkan praktik-praktik baru di bidang informasi. Walaupun nama yang digunakan berbeda-beda (pusat dokumentasi, pusat informasi, clearing house, data bank, pusat data, dsb.), namun pada intinya lembaga-lembaga ini melakukan pekerjaan yang sama.
15
Sulistyo-Basuki. Materi pokok kerjasama dan jaringan perpustakaan Ibid. h. 4.
16
Sulistyo-Basuki. Materi pokok kerjasama dan jaringan perpustakaan Ibid. h. 4.
24
Dalam kaitannya dengan unit informasi ini, Sulistyo-Basuki membedakannya menjadi tiga jenis kegiatan informasi yang berkaitan17 yaitu: 1. Simpan dan penyediaan dokumen primer, dilakukan antara lain oleh arsip, perpustakaan, serta pusat pemberitaan. 2. Deskripsi isi dokumen serta penyebarannya, pemberian kode informasi, beserta sumbernya. Lazim dilakukan oleh dokumentasi. 3. Menjawab pertanyaan dengan memberikan informasi yang tersedia, evaluasi, dan transformasi informasi. Dilakukan oleh pusat informasi. Intinya lembaga informasi adalah suatu sistem terpadu dalam bidang penyedia jasa informasi khusus maupun umum yang bertugas menyimpan, mengolah dan menyediakan serta menyebarluaskan referensi, baik yang berdiri sendiri maupun menjadi bagian badan induknya untuk keperluan masyarakat pemakai.
2. Pekerja/Petugas Informasi Ketersediaan informasi yang sekarang makin banyak dalam segala peristiwa, menuntut lembaga informasi mengelola melalui pekerja informasinya sesuai dengan spesialisasi tugasnya agar bisa ditemukan kembali oleh para penggunanya, misalnya: 1. Bibliografer. 2. Pengindeks. 3. Abstraktor
17
Sulistyo-Basuki. Teknik dan jasa dokumentasi. (Jakarta: Gramedia, 1992), h. 155.
25
Untuk itulah pekerjaan informasi ada sebagai profesi tunggal mengolah dokumen dan informasi, namun sangatlah bermacam-macam ciri-ciri khusus dan kekhasannya
sesuai
dengan
pekerjaannya
masing-masing.
Sulistyo-Basuki
menamakan pekerjaan dalam bidang informasi yang disebut spesialis informasi. Adapun beberapa tugasnya secara umum yakni18: 1. Mengolah dokumen dan informasi, 2. Melayani dan memberikan jasa pada pemakai atau nasabah, 3. Memenuhi kebutuhan, dengan bekerja efisien, dengan pikiran teratur dan metodis serta perasaan berorganisasi dan imaginasi. Intinya setiap spesialis informasi melakukan tugas yang hampir sama dengan tugas pokoknya menyediakan informasi kepada pengguna/pemakai sesuai kebutuhan jenis lembaga informasinya dan/atau lembaga induknya.
3. Pengguna Informasi Sementara itu berbagai istilah sering disebutkan dalam kaitannya dengan pengguna unit informasi, namun tidak menutup kemungkinan istilah ini juga digunakan pada unit informasi lainnya. Adakalanya pengguna sebagai produsen, nasabah sistem informasi, agen, pialang informasi,19 pemakai, pemustaka, anggota, pembaca, konsumen, klien, patron, pelanggan, mitra dan bahkan konsultan. Lebih jelasnya tentang pengguna berikut ini penjabarannya.
18
Sulistyo-Basuki. Teknik dan jasa dokumentasi. Ibid. h. 241.
19
Sulistyo-Basuki. Teknik dan jasa dokumentasi. Ibid. h. 199.
26
1. Anggota, yakni mereka yang telah menjadi anggota unit informasi. Pada masing-masing unit informasi mempunyai aturannya tersendiri siapa saja yang berhak menjadi anggotanya. Sehingga perlu adanya syarat-syarat yang harus dipenuhi apabila ingin menjadi anggota. 2. Pembaca, yakni mereka yang menikmati layanan membaca, Sedangkan Penelusur, yakni mereka yang menikmati layanan penelusuran. Mereka ini baik anggota maupun bukan anggota yang menggunakan layanan dengan cara dibaca/menelusur. 3. Konsumen, yakni menganggap pengguna sebagai konsumen jasa yang telah menggunakan suatu layanan yang tersedia. Dalam hal ini hubungan perpustakaan/unit informasi dengan penggunanya sudah seperti hubungan antara penjual dengan pembeli, sedangkan
konsumen
yang sering
menggunakan suatu layanan yang tersedia disebut pelanggan. 4. Klien, yakni memposisikan pengguna sebagai orang yang harus dilayani haknya (misalnya pemenuhan kebutuhan informasi). Dalam hal ini hubungan unit informasi dengan penggunanya sudah seperti hubungan antara seorang pengacara (ahli hukum) dengan orang yang harus dibela (klien). 5. Patron, yakni lebih kepada orang-orang yang peduli dan ikut menyeponsori perpustakaan/unit informasi, seperti pemerhati, Pembina dan penyantun.20
20
Rachman Hermawan dan Zulfikar Zen. Etika kepustakawanan : suatu pendekatan terhadap kode etik pustakawan Indonesia. (Jakarta: Sagung Seto, 2006), h. 15.
27
Pengguna dalam kaitannya dengan penggunaan unit informasi dibedakan menjadi 2, sebagai berikut: 1. Pengguna potensial (potensial users) ialah pengguna yang ditargetkan, dan seharusnya menjadi pengguna. Jenis pengguna potensial dibedakan lagi, yaitu: a. Pengguna internal (internal users) ialah pengguna potensial atau yang telah menjadi anggota perpustakaan [unit informasi]. b. Pengguna eksternal (eksternal users) ialah pengguna perpustakaan [unit informasi] yang bukan menjadi target layanan. 2. Pengguna aktual (actual users) ialah mereka yang telah menggunakan perpustakaan [unit informasi], baik pengguna aktual aktif maupun pengguna aktual pasif. Berikut ini penjelasannya: a. Pengguna aktual aktif ialah pengguna yang secara teratur (regular) berkunjung dan memanfaatkan perpustakaan [unit informasi]. b. Pengguna aktual pasif ialah pengguna yang menggunakan perpustakaan [unit informasi] ketika ada kebutuhan atau mendapatkan tugas baik dari guru, dosen atau pihak lainnya. 21 Jadi, pengguna memiliki banyak peran tidak hanya menjadi penikmat informasi yang menerima dan/atau menggunakan informasi, tetapi kini di era informasi pengguna terkadang pula sebagai penyedia informasi. Hal ini tergantung dari aktivitas yang sedang ditekuni khususnya pada kegiatan unit informasi. Itulah sebagian peranan manusia sebagai pengguna yang berhubungan dengan informasi. 21
Rachman Hermawan dan Zulfikar Zen. Etika kepustakawanan : suatu pendekatan terhadap kode etik pustakawan Indonesia. Ibid. h. 16-17.
28
Kenapa peneliti tidak menggunakan istilah pemustaka karena dalam penelitian ini peneliti tidak hanya membahas tentang perpustakaan, tapi membahas juga mengenai pusat informasi yang diwakili dengan 5 bidang kajian yang ada di P3DI. Untuk menyamakan persepsi dan dikaitkan dengan pembahasan selanjutnya peneliti akan terus menggunakan istilah pengguna dan bukan pemustaka/pemakai.
C. Perilaku Informasi Perilaku dalam bahasa Inggris disebut dengan behavior yang artinya kelakuan, tindak tanduk, jalan.22 Sedangkan pemaknaan perilaku dalam bahasa Indonesia berasal dari 2 suku kata, peri dan laku; peri yang artinya sekeliling, dekat, melingkup.23 Dan laku artinya perbuatan, tindak tanduk.24 Selama ini ada kata perilaku selalu disingkat menjadi prilaku (tidak menggunakan huruf “e”). Adapula yang mengatakan/menulis peri laku, peri-laku. Sesuai pedoman ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan untuk tetap menggunakan kata “perilaku”. Karena kata “peri” sebagai gabungan kata ditulis serangkai dengan unsur berikutnya “laku”, yang berupa kata dasar25.
22
John M. Echol et al. Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: Gramedia, 1996), h. 80.
23
[Pusat pembinaan dan pengembangan bahasa]. Pedoman umum ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. (Bandung: Pustaka Setia, 1996), h. 91. 24
25
Daryanto. Kamus Bahasa Indonesia lengkap (Surabaya: Apollo, t.t.), h. 384.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan bahasa. Ejaan dalam bahasa Indonesia (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992), h. 13.
29
Menurut Notoatmodjo perilaku yaitu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya yang pada dasarnya dapat diamati melalui sikap dan tindakan. Bloom membedakan menjadi 3 macam bentuk perilaku yaitu cognitive, affektive dan psikomotor. Ahli lain menyebut pengetahuan, sikap dan tindakan. Ki Hajar Dewantoro menyebutnya: cipta, rasa, karsa atau peri akal, peri rasa dan peri tindak.26 Sedangkan, Chun Wei Choo, Brian Detlor dan Don Turnbull membagi menjadi 3, yakni cognitive, affective, dan situasional.27 Domain perilaku yang diklasifikasikan oleh Bloom memiliki pengertian sebagai berikut: 1. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya. 2. Sikap merupakan respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan. 3. Tindakan atau praktek ini merujuk pada perilaku yang diekspresikan dalam bentuk tindakan, yang merupakan bentuk nyata dari pengetahuan dan sikap yang telah dimiliki.28
26
Sukidjo Notoatmodjo. Metodologi pendidikan dan pengajaran (Jakarta: BPKM FKMUI, 1980), h. 9.
27
Chun Wei Choo, et. al. Web work: information seeking and knowledge work on the world wide web (London: Kluwer, 2000), h. 3.
28
Albarracín, Dolores, Blair T. Johnson, & Mark P. Zanna. The Handbook of Attitude ([S.l]: Routledge, 2005), h. 74-78.
30
Selain itu, Skinner dalam David S. Gochman juga memaparkan definisi perilaku sebagai hasil hubungan antara stimulus (rangsangan) dan respon (tanggapan).29 Menurut Branca, Perilaku pada manusia dapat dibedakan antara perilaku yang refleksif dan perilaku yang non-refleksif. 1. Perilaku yang refleksif merupakan perilaku yang terjadi atas reaksi secara spontan terhadap stimulus yang mengenai organisme tersebut, misalnya kedip mata bila kena sinar. 2. Perilaku yang non-refleksif merupakan perilaku yang dikendalikan atau diatur oleh pusat kesadaran atau otak. Proses yang terjadi di dalam otak atau pusat kesadaran ini disebut proses psikologi30 Perilaku yang dibahas pada penelitian ini adalah perilaku psikologi, khususnya perilaku informasi yang dipelajari dalam ilmu perpustakaan dan/atau informasi. Pembahasan mengenai perilaku biasanya selalu berdampingan dengan informasi dan dikaitkan dengan kajian pemakai. Menurut Sulistyo Basuki Kajian pemakai biasanya memiliki 3 tujuan komprehensif yaitu: 1. Analisis kebutuhan 2. Analisis perilaku informasi 3. Analisis motivasi dan sikap
29
David S. Gochman. Handbook of Health Behavior Research: Relevance for Professionals and Issues for the Future ([S.l]: Springer, 1997), h. 89-90.
30
Sarlito Wirawan Sarwono. Pengantar umum psikologi (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h. 56-57.
31
Dijelaskan pula analisis ini menunjukkan bagaimana kebutuhan informasi dipenuhi. Menjelaskan konteks jasa dan produk yang disajikan, menjelaskan kondisi yang harus dihadapi, serta menunjukkan tipe persiapan dan/atau pelatihan untuk pemakai. 31 Perilaku yang dibahas pada penelitian ini adalah perilaku psikologi, khususnya perilaku informasi yang dipelajari dalam ilmu perpustakaan dan/atau informasi. Secara umum metode kajian pemakai untuk pengukuran perilaku merupakan metode psikologi sosial. Alat yang digunakan biasanya adalah kuesioner, wawancara terstruktur, kumpulan data dari catatan unit peminjaman, observasi perilaku, kajian terhadap catatan harian yang berkaitan dengan kegiatan informasi dalam kurun waktu tertentu, analisis dokumen yang dihasilkan oleh pemakai, dokumen administrasi, wawancara tidak terstruktur, kajian kasus komplek, serta uji coba terhadap produk baru.32 Maka perilaku informasi dapat diungkap dengan berbagai metode yang ada, baik secara kuantitatif dan kualitatif, maupun gabungan keduanya. Namun dalam penelitian ini, peneliti lebih memfokuskan pada metode kualitatif. Wilson sebagai salah satu tokoh di bidang perilaku informasi menyajikan beberapa definisi, yaitu:
31
Sulistyo-Basuki. Teknik dan jasa dokumentasi (Jakarta: Gramedia, 1992), h. 204-205.
32
Sulistyo-Basuki. Teknik dan jasa dokumentasi. Ibid. h. 204-205.
32
Perilaku informasi (information behavior) yang merupakan keseluruhan perilaku manusia berkaitan dengan sumber dan saluran informasi, termasuk perilaku pencarian dan penggunaan informasi baik secara aktif maupun secara pasif. Menonton TV dapat dianggap sebagai perilaku informasi, demikian pula komunikasi antar-muka. Perilaku penemuan informasi (information seeking behavior) merupakan upaya untuk menemukan informasi dengan tujuan tertentu sebagai akibat dari adanya kebutuhan untuk memenuhi tujuan tertentu. Perilaku pencarian informasi (information searching behavior) merupakan perilaku di tingkat mikro, berupa perilaku mencari yang ditunjukkan seseorang ketika berinteraksi dengan sistem informasi. Perilaku pengguna informasi (information user behavior) terdiri dari tindakan-tindakan
fisik
maupun
mental
yang
dilakukan
seseorang
ketika
menggabungkan informasi yang ditemukannya dengan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya. 33 Untuk lebih jelasnya berikut ini penjelasan tentang perilaku informasi yang dibagi-bagi menjadi kegiatan-kegiatan informasi yaitu aktivitas kebutuhan informasi, aktivitas pencarian informasi, hambatan dalam pencarian informasi, serta aktivitas penggunaan informasi.
33
Putubuku. “Ragam perilaku informasi,” artikel diakses pada 16 Desember 2010 dari http://iperpin.wordpress.com/tag/pencarian-informasi/
33
1. Aktivitas Kebutuhan Informasi Tidak ada yang tak membutuhkan informasi, termasuk artis yang menjadi anggota DPR. Tentunya kebutuhan saat menjadi artis sangat jauh berbeda dengan kebutuhan anggota DPR. Walaupun sama-sama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat banyak. Menurut Kuhlthau dalam Saraszwave, munculnya kesenjangan dalam diri seseorang tersebut akhirnya mendorong orang untuk mencari informasi guna mengatasi permasalahan yang dihadapinya.34 Kebutuhan merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan perasaan kekurangan atau keinginan sesuatu, atau keinginan perwujudan tindakan tertentu. Istilah kebutuhan hampir sama dengan istilah keinginan, permintaan dan keperluan. -
Kebutuhan apa yang seseorang harus miliki,
-
Keinginan apa yang seseorang ingin miliki,
-
Permintaan apa yang seseorang minta,
-
Keperluan mencakup kebutuhan, keinginan dan tuntutan.35
34
[Saraszwave]. “Pengaruh Five Traits Personality dengan Perilaku Penemuan Informasi Individu,” artikel diakses pada 16 Desember 2010 dari http://saraszwave.wordpress.com/2009/05/09/pengaruhfive-traits-personality-dengan-perilaku-penemuan-informasi-individu/ 35
Yulianah. Kebutuhan informasi pemustaka: Studi kasus di perpustakaan keliling Kota Administrasi (Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Program Studi Ilmu Perpustakaan, 2009), h. 14.
34
Green seperti yang dikutip oleh Laloo, menemukan unsur yang jelas untuk membedakan antara kebutuhan dan keinginan atau tuntutan, yaitu tidak pentingnya kesadaran pribadi akan kebutuhan. Kebanyakan orang seringkali membutuhkan sesuatu tanpa menyadari kebutuhannya itu sendiri. Adanya banyak keinginan dalam benak seseorang/sekelompok orang, tetapi sesungguhnya tidak semua keinginan tersebut merupakan kebutuhan yang menjadi permintaan dan keperluan yang harus dipenuhi.36 Wersig mengajukan suatu teori yang menyatakan bahwa kebutuhan informasi didorong oleh apa yang dinamakan sebagai problematik situation, yaitu suatu situasi yang terjadi pada manusia yang dirasakan tidak memadai untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam hidupnya. Situasi yang tidak memadai ini menyebabkan seseorang merasa harus memperoleh masukan (input) dari sumbersumber di luar dirinya (external resources). Sementara itu, Belkin mengajukan suatu istilah anomalous state of knowledge sebagai penyebab dari terdorongnya orang untuk mencari informasi. Menurut Belkin, jika seseorang datang ke suatu sistem informasi untuk meminta informasi, maka dapat dipastikan bahwa orang tersebut merasa bahwa tingkat pengetahuannya (state of knowledge) tidak cukup untuk menghadapi suatu situasi tertentu pada saat itu. Telah terjadi anomali atau
36
Yulianah. Kebutuhan informasi pemustaka: Studi kasus di perpustakaan keliling Kota Administrasi. Ibid. h. 14.
35
ketidakpastian dalam diri orang tersebut. Untuk menghilangkan anomali ini, orang tersebut mencari informasi yang dapat menghilangkan ketidakpastiannya.37 Stevenson menyebutkan kebutuhan informasi adalah keinginan dari sebuah kelompok pemakaian informasi pada subjek-subjek tertentu.38 Sementara itu, dalam konteks ilmu informasi, kebutuhan informasi diartikan sebagai sesuatu yang lambat laun muncul dari kesadaran yang samar-samar mengenai sesuatu yang hilang dan pada tahap berikutnya menjadi keinginan untuk mengetahui tempat informasi yang akan memberikan kontribusi pada pemahaman akan makna.39 Banyak kebutuhan yang bisa dikemukakan, sebagaimana diusulkan oleh Katz, Gurevitch dan Haas yang dikutip oleh Yusuf, yaitu sebagai berikut: a. Kebutuhan kognitif (cognitive needs), yaitu kebutuhan yang berkaitan erat dengan kebutuhan untuk memperkuat atau menambah informasi, pengetahuan dan pemahaman seseorang akan lingkungannya. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat seseorang untuk memahami dan menguasai lingkungannya. Disamping itu, kebutuhan ini juga dapat memberikan kepuasan atas hasrat keingintahuan dan penyelidikan seseorang.
37
Putu Laxman Pendit. Makna informasi: potensi dan tantangan (Jakarta: Kesaint Blanc, 1992), h. 7576. 38
Janet Stevenson, Dictionary of library and information management (Teddington, Midlesex: Peter Collin, 1997), h. 71.
39
Kuhlthau, Carol C, “Inside the searching process: information seeking from the user’s perspective,” Journal of the American Society for Information Science 42, no. 361-371 (Mei 1993): h. 366.
36
b. Kebutuhan afektif (affective needs), yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan penguatan estetis, hal yang dapat menyenangkan dan pengalamanpengalaman emosional. Berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik, sering dijadikan alat untuk mengejar kesenangan dan hiburan. c. Kebutuhan integrasi personal (personal integrative needs), yaitu kebutuhan
yang sering dikaitkan dengan penguatan kredibilitas,
kepercayaan, stabilitas dan status individu. Kebutuhan-kebutuhan ini berasal dari hasrat seseorang untuk mencari harga diri. d. Kebutuhan integrasi sosial (social integrative needs), yaitu kebutuhan yang dikaitkan dengan penguatan hubungan dengan keluarga, teman dan orang lain di dunia. Kebutuhan ini didasari oleh hasrat seseorang untuk bergabung atau berkelompok dengan orang lain. e. Kebutuhan berkhayal (escapist needs), yaitu kebutuhan individu dikaitkan dengan kebutuhan-kebutuhan untuk melarikan diri, melepaskan diri, melepaskan ketegangan dan hasrat untuk mencari hiburan atau pengalihan (diversion).40 Lebih lanjut Katz, Gurevitch dan Haas juga menemukan dalam penelitiannya bahwa orang yang tingkat pendidikannya tinggi lebih banyak mempunyai kebutuhan dibandingkan dengan orang yang berpendidikan rendah. Ini berarti bahwa orang yang mempunyai tingkat pendidikan relatif tinggi, seperti guru, dosen dan peneliti, misalnya, lebih banyak mempunyai kebutuhan akan 40
Pawit M. Yusuf, Pedoman mencari sumber informasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), h. 3.
37
sesuatu yang bisa memuaskannya, dan lebih banyak mempunyai tujuan yang berkaitan dengan permasalahan kehidupannya daripada orang-orang pada umumnya.41 Sementara itu, Wilson dalam Wijayanti menjelaskan bahwa kebutuhan akan informasi seseorang didorong oleh kebutuhan dasar yang bersifat fisiologis, afektif dan kognitif. Ketiga kategori kebutuhan manusia menurut Wilson dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut: a. Kebutuhan fisiologis meliputi : makan, minum, tempat tinggal dan lain sebagainya. b. Kebutuhan emosional atau afeksi, seperti : kebutuhan untuk mendominasi, kebutuhan untuk mencapai cita-cita. c. Kebutuhan kognitif, seperti : kebutuhan untuk mempelajari keterampilanketerampilan tertentu.42 Kebutuhan informasi seseorang tergantung pada pekerjaan, apa tujuan mereka menggunakan informasi, usia, kecakapan, kedudukan professional dan karakteristik lainnya.43 Senada dengan Atherton, panen juga menyatakan bahwa faktor yang paling umum mempengaruhi kebutuhan informasi adalah pekerjaan
41
Pawit M. Yusuf, Pedoman mencari sumber informasi Ibid. h. 4.
42
Lucky Wijayanti, Perilaku pencarian informasi staf pengajar Fakultas Sastra UI dalam melakukan penelitian (Depok: [Tesis PSIP-PPFSUI], 2001).
43
Pauline Atherton, Handbook for information system and services (Paris: UNESCO, 1977), h. 124.
38
pemakai, termasuk kegiatan profesi, pekerjaan atau subjek yang diamati, kebiasaan dan lingkungan pekerjaan.44 Sementara itu, Chen dan Hernon serta Latham dalam Mangindaan menjelaskan secara lebih rinci, bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi adalah : a. Karakteristik pemakai : pengalaman; usia; latar belakang pendidikan dan cara berpikir, b. Faktor minat seseorang, c. Faktor pekerjaan dan profesi, d. Faktor koleksi, e. Faktor kesukaran dan sistem pelayanan informasi; akses terhadap layanan informasi dan variasi sumber informasi yang ada di lingkungan pemakai informasi.45 Menurut Hanson, kebutuhan informasinya berhubungan dengan kegiatan penting yang harus dilakukannya46 adalah: a. Keeping up to date, yaitu untuk tetap mengikuti perkembangan terbaru dalam bidangnya. b. Retrospective searching, yaitu untuk melakukan penelusuran surut. Ini menunjukkan bahwa ada beberapa kegiatan penting yang perlu dilakukan oleh anggota dewan. Dalam kegiatan yang dilakukan tersebut, anggota dewan membutuhkan informasi dengan kegiatannya sebagai legislatif yang sedang dilakukannya. 44
Paulina Pannen, A study in information seeking and use behaviors of resident students and non resident student in Indonesia tertiary education ([S.l]: [Disertasi the School of Education at Syracuse University], 1990), h. 33.
45
Christina Mangindaan dkk., Perilaku informasi dosen dalam proses penelitian [laporan penelitian], (Jakarta: Universitas Terbuka, 1993), h. 28.
46
C.W. Hanson, Research user’s needs: users. Aslib proceesings, no. 16 (Februari 1964): h. 64-78
39
Kebutuhan informasi menurut Cronin yang dikutip oleh Meyer, dapat dibagi menjadi 3 kategori47, sebagai berikut: 1. Kebutuhan informasi yang diekspresikan adalah kebutuhan informasi yang diutarakan oleh pemakai informasi. 2. Kebutuhan informasi yang tidak diekspresikan adalah kebutuhan informasi yang disadari namun tidak disampaikan oleh pemakai informasi. 3. Kebutuhan informasi yang tidak disadari. Hal yang akan dapat menjadikan seseorang tidak menyadari bahwa dirinya memerlukan informasi adalah karena orang tersebut tidak mengetahui bahwa ada sumber-sumber informasi yang dapat dipergunakan untuk memecahkan persoalan yang orang hadapi atau memang orang tersebut tidak mengetahui ruang lingkup yang sesungguhnya dari persoalan yang dihadapi.
2. Aktivitas Pencarian Informasi Setelah adanya kebutuhan informasi, maka akan muncul permintaan informasi yang diwujudkan dalam proses pencarian informasi. Pencarian informasi merupakan suatu proses dimana seseorang berusaha untuk menemukan informasi untuk memenuhi kebutuhan informasinya. Dalam proses pencarian tersebut, manusia membentuk perilaku pencarian informasi dengan karakteristik tertentu. Perilaku pencarian informasi yang dimaksud disini dapat berupa permintaan informasi melalui orang lain, melalui berbagai sumber dan melalui 47
Hester W. J. Meyer, The nature of information, and the effective use of information in rural development. Information research, 10 (2), (January, 2005): h. 214. Artikel diakses pada 20 Maret 2009 dari http://informationR.net/ir/10-2/paper214.html
40
sistem informasi.48 Pengungkapan perilaku pencarian informasi (oleh informan) dilakukan melalui wawancara yang telah dipersiapkan sebelumnya. Menurut Kuhlthau yang dikutip oleh Hayden perilaku pencarian informasi seseorang (dalam hal ini adalah para anggota DPR RI dari kalangan artis) dimulai ketika dirinya menyadari bahwa informasi itu diperlukan untuk menyelesaikan atau mengatasi suatu masalah49. Menurut Dervin dalam Panen secara umum yang dimaksud dengan perilaku pencarian informasi adalah seseorang yang selalu terus bergerak berdasarkan lintas ruang dan waktu, mencari informasi untuk menjawab segala tantangan yang dihadapi, menentukan fakta, memecahkan masalah, menjawab pertanyaan, atau memahami suatu masalah yang dihadapinya50. Permono menjelaskan kalau dilihat dalam konteks yang lebih luas, maka dalam konteks kajian pemakai khususnya tentang perilaku pencarian informasi, terdapat rangkaian aktivitas yang dimulai dari kebutuhan informasi – pencarian informasi – sampai pada penggunaan informasi.
48
T.D. Wilson, On user studies and information needs. Journal of librarianship, 37 (1), no. 3-15., Artikel diakses pada 20 Maret 2009 dari http://informationr.net/tdw/publ/papers/1981infoneeds.html.
49
Hayden, K. Atx. Information seeking models. Calgary: the University of Calgary, 2000. Artikel diakses pada 20 Maret 2009 dari http://www.ucalgaryca/~ahayden/seeking.html. 50
Pannen, Paulina. A study in information seeking and use behaviors of resident students and non resident student in Indonesia tertiary education. [S.l]: [Disertasi the School of Education at Syracuse University], 1990.
41
Namun, tidak menutup kemungkinan pencarian informasi terlebih dahulu dan/atau penggunaan informasi. Sehingga melahirkan kebutuhan baru dari hasil pencarian informasi dan/atau penggunaan informasi yang terlebih dahulu. Lebih lanjut dijelaskan, bahwa perilaku pencarian informasi dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pendidikan, pengalaman dalam penggunaan produk dan jasa unit informasi, keteraihan unit informasi, kondisi dan waktu yang tersedia, status hirarkis serta posisi sosio-ekonomis, tingkat pergaulan pemakai, persaingan dalam kelompok, sikap terhadap informasi, serta pegalaman masa lalu pemakai.51 Hal senada juga disampaikan oleh Bouazza bahwa faktor yang diperkirakan berpengaruh adalah kualitas informasi, ketersediaan informasi, kemudahan akses, kemudahan pemanfaatan yang berkaitan dengan sistem perpustakaan (unit informasi), termasuk juga faktor dari diri si pencari informasi, seperti : pengalaman, senioritas, tingkat pendidikan, serta orientasi profesi termasuk didalamnya adalah status si pencari informasi.52 Selain itu, dalam pencarian informasi terdapat beberapa kriteria yang digunakan pemakai untuk memilih sumber informasi. Kemudahan dalam memperoleh informasi merupakan salah satu kriteria yang digunakan. Ketersediaan informasi sering lebih penting dari pada ketepatan informasinya. Urutan kriteria yang digunakan untuk memilih sumber informasi adalah
51
K. Atx. Hayden, Information seeking models. Calgary: the University of Calgary, 2000. Artikel diakses pada 20 Maret 2009 dari http://www.ucalgaryca/~ahayden/seeking.html. 52
Abdelmajed Bouazza, Information user studies dalam Allen Kent (Editor) Encyclopedia of library and information science. New York: Marcel Dekker, 1989. h. 155
42
kemudahan perolehannya, keakraban dengan sumber informasi karena sering menggunakan, kualitas tekniknya, relevansi, kedalaman, kemudahan digunakan dan biaya untuk memperolehnya. Berdasarkan efektifitas, efisiensi dan daya guna dari bermacam-macam sumber informasi, pengalaman pribadi dianggap paling efektif, sedangkan pustakawan dan spesialis informasi menempati urutan paling bawah.53 Proses pencarian informasi menurut Kuhlthau diuraikan dalam enam tahap, yaitu mulai dari inisiasi, seleksi, eksplorasi, formulasi, koleksi, hingga presentasi. Tahap inisiasi adalah saat individu menyadari adanya kebutuhan informasi dan muncul keinginan untuk memenuhinya, saat itulah proses pencarian informasi dimulai. Secara lebih ringkas dan rinci, proses pencarian yang dilihat dari sudut pandang kognisi pencari informasi dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 2. INFORMATION SEARCH PROCESS (Proses Pencarian Informasi) Tahap-tahap
Perasaan yang
Pola pikir yang
Tindakan yang
dalam ISP
muncul dalam
muncul pada
biasanya dilaku-
suatu tahap
setiap tahap
kan setiap tahap
umum / samar-
mencari informasi
samar
latar belakang
1. inisiasi
Ketidakpastian
2. seleksi Optimism
53
penuh pertimbangan
berdiskusi, memulai seleksi
Thomas E. Pinneli, “A study in information seeking and use behaviors of resident student and non resident student in Indonesia tertiary education,” (Disertasi S3 the School of Education at Syracuse University, 1990).
43
3. eksplorasi
kebingungan / frustasi
4. formulasi
5. koleksi pengumpulan 6. presentasi
Kejelasan
Keyakinan
--lebih sempit / lebih jelas
mencari informasi yang relevan ---
peningkatan rasa
mencari informasi
tertarik
lebih terfokus
lega, puas, atau
lebih jelas, lebih
kecewa
terfokus
---
Sumber: Kuhlthau “Inside the search process: information seeking from the user’s perspective” dalam Journal of the American Society for Information Science (JASIS) 42 (4) 1991, halaman 367. Tabel kolom terakhir dari aslinya tidak dimasukkan karena tabel tersebut berisi tugas-tugas yang diberikan oleh Kuhltau terhadap responden penelitiannya. Dalam penelitian lainnya Palmer, penelitian tersebut berhasil merumuskan enam model (kelompok) dari si pencari informasi54. Secara lebih terperinci pengelompokkan tersebut diuraikan sebagai berikut: a. Kelompok information overlord. “beroperasi” pada sistem secara intensif dan terkendali serta berusaha menghubungi sejumlah besar sumber informasi, mencari informasi secara aktif, dan menerima informasi dari berbagai sumber. b. Kelompok information entrepreneur, adalah kelompok yang kurang menunjukkan kepercayaan terhadap sumber-sumber formal, meskipun juga berhubungan dengan sistem secara ekstensif, namun kelompok ini kurang terkendali bila dibandingkan dengan kelompok information overlord. 54
Judith Palmer, “Scientist and information: I using cluster analysis to identify information style,” The journal of Documentation, no. 47. (Februari 1991): h. 105-129.
44
c. Kelompok lain adalah kelompok information hunter, yang dalam aktivitasnya menentukan sasaran pencarian lebih sempit, sekaligus merupakan pemburu yang aktif. Pola perilaku pencarian informasi dari kelompok ini dapat dideteksi dengan mudah. d. Kelompok information pragmatist, merupakan kelompok pengkonsumsi informasi yang serba tidak teratur; karena sangat tergantung pada kesempatan yang ada. Kelompok ini tidak memperdulikan pengendalian sehingga pola perilaku pencarian informasi yang dilakukan tidak beraturan. e. Kelompok information plodder, jarang mencari informasi dari sumbersumber formal, tetapi mengandalkan pada pengetahuan dan sumber informasi yang dimilikinya. Mereka tidak pernah memperdulikan sumber informasi yang tersedia serta jarang mencari informasi, sehingga tidak pernah ada pengendalian. f. Kelompok information derelict, dalam aktivitasnya kelompok ini tidak menelusuri satu pun sistem dan tidak menggunakan atau membutuhkan informasi.
45
Savolainen menjelaskan bahwa ada empat tipe dari Kontrol seseorang terhadap hidupnya dan implikasinya dalam hal perilaku pencarian informasi. a. Kontrol hidup yang optimis-kognitif (optimistic-cognitive mastery of life) dikarakteristikan dengan kepercayaan yang kuat akan hasil yang positif terhadap pemecahan masalah. Seseorang percaya bahwa hampir semua masalah dapat dipecahkan dengan memfokuskan kepada analisis mendetil, yang dihasilkan dalam seleksi instrument-instrumen yang paling efektif yang memberikan kontribusi pada pemecahan masalah secara optimal. Karena masalah-masalah dipikirkan secara kognitif, maka pencarian sistematis dari sumber dan saluran yang berbeda adalah hal penting. b. Kontrol hidup yang pesimis-kognitif (pessimistic-cognitive mastery of life) dikarakteristikan berbeda dari hal yang di atas, bahwa pemecahan masalah diletakkan dalam cara yang kurang ambisius. Mereka menerima bahwa semua masalah mungkin tidak dipecahkan secara optimal. Walaupun demikian seseorang yang menganut hal ini sama sistematisnya dalam memecahkan masalah dan dalam pencarian informasi. c. Kontrol hidup yang defensive-afektif (Defensive-affective mastery of life) adalah pandangan yang didasarkan pada sikap optimistis dalam pemecahan suatu masalah; dalam pemecahan masalah dan pencarian masalah faktor afektif mendominasi.
46
d. Kontrol hidup yang pesimis afektif (Pessimistic-affective mastery of life) seseorang tidak bergantung pada kemampuannya dalam memecahkan masalah sehari-harinya, tetapi mengadopsi strategi dalam menghindari usaha sistematis untuk mengimprovisasi situasinya. Pencarian informasi yang sistematis tidak memainkan peran yang penting karena reaksi emosional dan pandangan yang sempit mendominasi perilaku pemecahan masalah. Model yang dikemukakan oleh Ellis55 berikut ini: 1) memulai pencarian (starting). Tahap awal merupakan tahap di mana individu memulai pencarian informasi; 2) menghubungkan (chaining). Individu memformulasikan kebutuhan informasi dengan pemikiran-pemikiran dan pengalaman yang dimiliki; 3) penelusuran semi terarah (browsing).
3. Hambatan dalam Pencarian Informasi Kesulitan dalam menemukan kembali informasi tidak saja timbul sebagai akibat ledakan informasi, tetapi juga diakibatkan oleh berbagai faktor dan keadaan yang lain. Menurut Pauline Atherton ada dua penyebabnya, yaitu jumlah literatur yang diterbitkan bertambah dengan pesat, sehingga timbul kesukaran pemakai untuk memperoleh informasi yang relevan dengan kebutuhannya.
55
Ellis, et al., “A comparison of the information seeking patterns of researchers in the physical and social sciences.” Journal of documentation. Vol. 49, no. 4, (December 1991).
47
Kedua, dewasa ini pendidikan di kebanyakan negara tidak diarahkan untuk mengembangkan kemampuan anak dalam hal membaca sejak dini dan tidak pula menekankan penggunaan literatur sebagai sumber pengetahuan primer.56 Senada dengan pendapat Atherton, F.W. Lancester mengatakan bahwa saat ini semakin meningkat kesulitan dalam menemukan kembali informasi, baik melalui penelusuran retrospektif maupun mutakhir. Kesukaran ini sudah dialami dan disadari oleh berbagai kalangan di berbagai sektor seperti industri swasta, lembaga pemerintah, dan perguruan tinggi.57 Menurut Wojceich Pirog dalam Zul Herman, ada tiga kondisi penyebab timbulnya kesukaran pemakai dalam memperoleh informasi yang mereka butuhkan58, yaitu sebagai berikut. a. Pemakai informasi tidak memahami benar manfaat yang mungkin diperolehnya dari infromasi. b. Pemakai informasi tidak mengenal sumber informasi yang beragam dan kalau pun kenal, mereka kurang memahami cara menggunakannya. c. Pemakai informasi kurang dapat merumuskan dengan baik informasi yang mereka butuhkan.
56
Pauline Atherton, Handbook of information systems and services (Paris: UNESCO, 1977), h. 217.
57
F.W. Lancester, “User education: the next major thrust in information science?” Journal of education for librarianship, vol. 11 no. 1. h. 55 58
Wojciech Pirog, Training of documentation and information users. Unesco Bulletin for Libraries, vol. 24 no. 5. h. 266
48
Dewasa ini sistem komputer bukan lagi hal yang aneh di lingkungan dunia perpustakaan dan informasi. Dengan komputer, dengan hanya menekan tombol, akan terjawablah semua persoalan. Akan tetapi, yang menjadi persoalan, misalnya dalam pekerjaan menelusur informasi melalui komputer ternyata bukan sematamata masalah mesin, tetapi lebih merupakan masalah intelektual. Pemakai atau pencari informasi sebelum berhadapan dengan komputer, perlu lebih dahulu merumuskan dengan baik apa yang diinginkannya. Tanpa melakukan cara demikian, komputer tidak akan banyak bermanfaat.59 Sehingga perlu adanya interaksi antara pustakawan atau staf informasi dengan pemakai. Elizabeth Orna menambahkan60, menurutnya; interaksi antara pustakawan atau staf informasi dengan pemakai dapat melahirkan dua hal pokok, yaitu pemahaman (insight) terhadap kebutuhan informasi pemakai dan inisiatif. a. Pemahaman, yaitu merupakan upaya yang memungkinkan pustakawan atau staf informasi mengenali dan mengkaji kebutuhan informasi pemakai secara lebih mendalam. b. Inisiatif, yaitu upaya untuk mencarikan berbagai cara atau metode yang sesuai agar perpustakaan atau jasa informasi dapat berperan besar memenuhi kebutuhan informasi pemakai.
59
Zul Herman, Program pendidikan pemakai di Pusat Regional Biologi Tropika (Biotrop) dan Pusat Dokumentasi Ilmiah Nasional Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PDIN-LIPI): Sebuah tinjauan (Depok: Jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, 1983), h. 21-22. 60
Elizabeth Orna, “Should we educate our user? Aslib Proceedings,” 30 (April 1978). h. 130-132
49
Inisiatif ini menurut penulis, harus juga timbul dari dalam diri pemakai dalam bertanya dan/atau meminta bantuan pada hal-hal yang tak dimengerti yang menunjang dalam menemukan informasi. Proses interaksi tidak bergerak ke satu arah, tetapi berkesinambungan seperti dilukiskan berikut ini. Pemahaman
inisiatif
Interaksi
4. Aktivitas Penggunaan Informasi Dalam kaitannya tentang aktivitas penggunaan informasi dalam penelitian ini, yang akan ditelaah adalah saluran sumber informasi. Seseorang dalam mencari informasi ternyata memanfaatkan berbagai saluran baik saluran formal maupun yang bersifat tidak formal. Yang termasuk saluran formal adalah perpustakaan dan unit informasi lainnya, sedangkan yang termasuk kelompok tidak formal adalah sejawat dan institusi-institusi selain perpustakaan dan unit informasi yang tidak didesain sebagaimana sumber informasi formal.61
61
Evan G. Edward, Developing library and information center collection. 2nd ed. Littleton: Library Unlimited, 1987. h. 27
50
Demikian pula Bouazza62 menyatakan bahwa dalam pencarian informasi, para ilmuwan biasanya menggunakan dua sumber secara bergantian, yaitu sumber informasi formal dan sumber informasi yang bersifat tidak formal. Dimaksud sumber informasi formal adalah sumber informasi tercetak seperti buku, jurnal, laporan, makalah. Termasuk sumber informasi tidak formal adalah bentuk-bentuk informasi yang tidak tercetak yang didapatkan melalui percakapan dengan sejawat, baik langsung maupun melalui saluran telepon, diskusi kecil, serta hadir dalam seminar, konferensi, dan sejenisnya. Kemungkinan dua saluran dalam pencarian informasi tersebut dilakukan oleh anggota DPR RI dari kalangan artis. Beberapa konsep tentang perilaku pencarian informasi dari aktivitas kebutuhan, pencarian dan penggunaan informasi sebagaimana yang dikemukakan akan dipakai sebagai acuan dalam penelitian ini. Beberapa acuan yang telah ada tidak semua peneliti ukur, akan tetapi acuan yang telah ada hanya digunakan sebagai rujukan. Untuk mengungkap gambaran pola perilaku pencarian informasi para anggota DPR RI dari kalangan artis yang akan disajikan secara deskriptif.
62
Abdelmajed Bouazza, Information user studies dalam Allen Kent (Editor) Encyclopedia of library and information science (New York: Marcel Dekker, 1989), h. 155.
51
D. Penelitian Sebelumnya Kajian perilaku pencarian informasi berawal dari kajian tentang temu kembali informasi yang dimulai pada tahun 1970 sampai saat ini mengalami berbagai perkembangan. Pada mulanya temu kembali informasi menggunakan pendekatan fisik atau kemudian disebut pendekatan tradisional atau kajian yang berorientasi pada sistem (mesin, manusia dan lembaga). Selanjutnya pandangan tentang informasi telah berubah dari pandangan berorientasi fisik ke pandangan yang berorientasi kognitif. Oleh karena itu, maka para peneliti mulai menggunakan pendekatan “user oriented” berorientasi pemakai. Penelitian mengenai kebutuhan dan pencarian informasi pada anggota DPR RI sebenarnya telah dilakukan oleh seseorang peneliti bernama A.H. Arsland tahun 2001. Pada sebuah tesisnya yang berjudul “Studi tentang kebutuhan dan pencarian informasi anggota DPR-RI dalam proses penerbitan suatu undang-undang atas usul inisiatif.” Dan selanjutnya oleh Wawanudin. Pada sebuah skripsinya yang berjudul “Peran Jasa Perpustakaan DPR RI terhadap Pemenuhan Kebutuhan Informasi bagi Pegawai Sekretariat Jenderal DPR RI.”
BAB III GAMBARAN UMUM
A. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA 1. Sejarah Singkat DPR RI
Pada masa penjajahan Belanda, terdapat lembaga semacam parlemen bentukan Penjajah Belanda yang dinamakan Volksraad. Pada tanggal 8 Maret 1942 Belanda mengakhiri masa penjajahan selama 350 tahun di Indonesia. Pergantian penjajahan dari Belanda kepada Jepang mengakibatkan keberadaan Volksraad secara otomatis tidak diakui lagi, dan bangsa Indonesia memasuki masa perjuangan Kemerdekaan.
Sejarah DPR RI dimulai sejak dibentuknya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) oleh Presiden pada tanggal 29 Agustus 1945 (12 hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia) beranggotakan 137 orang di Gedung Kesenian, Pasar Baru Jakarta. Tanggal peresmian KNIP (29 Agustus 1945) dijadikan sebagai TANGGAL dan HARI LAHIR DPR RI. Komite Nasional Pusat ini diakui sebagai cikal bakal badan legislatif di Indonesia Semenjak adanya KNIP itu mulailah berganti nama menjadi DPR RI. Berikut ini perjalanan DPR dari masa ke masa:
52
53
1. Komite Nasional Indonesia Pusat (29 Agustus 1945 - 15 Februari 1950). 2. DPR dan Senat RIS (15 Februari 1950 - 16 Agustus 1950). 3. DPRS (16 Agustus 1950 - 26 Maret 1956). 4. DPR hasil Pemilu I (26 Maret 1956 - 22 Juli 1959). 5. DPR setelah Dekrit Presiden (22 Juli 1959 - 26 Juni 1960). 6. DPR GR (26 Juni 1960 - 15 November. 1965). 7. DPR GR minus (PKI 15 November. 1965 - 19 November. 1966). 8. DPR GR Orde Baru (19 November. 1966 - 28 Oktober 1971). 9. DPR hasil pemilu 2 (28 Oktober 1971 - 01 Oktober 1977). 10. DPR hasil pemilu 3 (01 Oktober 1977 - 01 Oktober 1982). 11. DPR hasil pemilu 4 (01 Oktober 1982 - 01 Oktober 1987). 12. DPR hasil pemilu 5 (01 Oktober 1987 - 01 Oktober 1992). 13. DPR hasil pemilu 6 (01 Oktober 1992 - 01 Oktober 1997). 14. DPR hasil pemilu 7 (01 Oktober 1997 - 01 Oktober 1999). 15. DPR hasil pemilu 8 (01 Oktober 1999 - 01 Oktober 2004). 16. DPR hasil pemilu 9 (01 Oktober 2004 - 01 Oktober 2009). 17. DPR hasil pemilu 10 (01 Oktober 2009 - 01 Oktober 2014).
54
2. Fungsi Pokok DPR RI a. Tugas dan Wewenang Dalam BAB II Pasal 4 Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dirumuskan tugas dan wewenang DPR RI sebagai berikut:
1) DPR mempunyai tugas dan wewenang: a) Bersama-sama dengan presiden membentuk undang-undang; b) Bersama-sama dengan presiden menetapkan anggaran; c) Melaksanakan pengawasan terhadap; (1). Pelaksanaan undang-undang, (2). Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan (3). Kebijakan Pemerintah. d) Membahas hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban keuangan Negara yang diberitahukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan, yang disampaikan dalam Rapat Paripurna DPR, untuk dipergunakan sebagai bahan pengawasan; e) Membahas untuk meratifikasi dan/atau member persetujuan atas pernyataan keadaaan perang, pernyataan perang, serta pembuatan perdamaian dan perjanjian dengan negara lain yang dilakukan oleh Presiden; f) Menampung dan menindak lanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat;
55
g) Melaksanakan hal-hal yang ditugaskan oleh ketetapan-ketetapan Majelis Permusyawaratan Republik Indonesia dan/atau Undangundang kepada DPR
2) Untuk kepentingan pelaksanaan tugas dan wewenang, DPR dapat: a) Mengadakan konsultasi dan koordinasi dengan Lembaga Tinggi Negara lainnya; dan b) Meminta pejabat negara, pejabat pemerintah, atau warga masyarakat untuk memberikan keterangan tentang sesuatu hal yang perlu ditangani demi kepentingan Negara, bangsa, pemerintahan dan pembangunan.
b. Hak DPR dan Hak Anggota DPR RI Untuk melaksanakan wewenang dan tugas sebagaimana dimaksud dalam BAB II Pasal 4, DPR mempunyai Hak: 1) Meminta keterangan kepada Presiden (Hak Interpelasi); 2) Mengadakan penyelidikan (Hak Angket); 3) Mengadakan perubahan atas rancangan undang-undang (Hak Amandemen); 4) Mengajukan pernyataan pendapat; 5) Mengajukan rancangan undang-undang atau usul inisiatif; 6) Mengajukan/menganjurkan seseorang untuk jabatan tertentu jika ditentukan oleh suatu peraturan perundang-undangan;
56
7) Menentukan anggaran DPR; 8) Memanggil seseorang; 9) Mengajukan pertanyaan; 10) Protokoler dan keuangan/administrasi.
3. Alat Kelengkapan DPR RI Sebagai Lembaga Tinggi Negara, DPR dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya mempunyai alat kelengkapan yang sekaligus menjadi unsur penunjang. Alat kelengkapan DPR RI tersebut ialah: a. Pimpinan DPR; b. Badan Musyawarah (BAMUS); c. Komisi dan Subkomisi; d. Badan Urusan Rumah Tangga (BURT); e. Badan Legalisasi; f. Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP); g. Dewan Kehormatan; h. Panitia.
4. Komisi dan Subkomisi
57
Berdasarkan UU tentang DPR RI pasal 7 anggota dewan berjumlah 560 (lima ratus enam puluh) orang. Dari jumlah tersebut seseorang anggota DPR harus menjadi anggota salah satu komisi pada pasal 8 ayat 1. Pada ayat selanjutnya dijelaskan bahwa yang boleh merangkap hanya anggota Badan Musyawarah, berikut ini susunan komisi dan pasangan kerja DPR:
Tabel 3. KOMISI DAN PASANGAN KERJANYA (DPR) Komisi I
Bidang Kerja Pertahanan,Intelijen, Luar Negeri, Komunikasi dan Informasi
Pasangan Kerja 1. Departemen Pertahanan 2. Departemen Luar Negeri 3. Tentara Nasional Indonesia 4. Departemen Komunikasi dan Informatika 5. Dewan Ketahanan Nasional (WANTANNAS) 6. Badan Intelijen Negara (BIN) 7. Lembaga Sandi Negara (LEMSANEG) 8. Lembaga Kantor Berita Nasional ANTARA 9. Lembaga Ketahanan Nasional (LEMHANNAS) 10. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) 11. Televisi Republik Indonesia (TVRI) 12. Radio Republik Indonesia (RRI) 13. Dewan Pers
II
Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah,Aparatur Negara, Agraria dan Komisi Pemilihan Umum (KPU)
1. Departemen Dalam Negeri 2. Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara 3. Menteri Sekretaris Negara 4. Sekretaris Negara 5. Lembaga Administrasi Negara (LAN) 6. Badan Kepegawaian Negara (BKN) 7. Badan Pertanahan Nasional (BPN) 8. Arsip Nasional RI (ANRI) 9. Komisi Pemilihan Umum (KPU)
III
Hukum, Perundang
1. Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia
58
Undangan, Ham dan Keamanan
2. Kejaksaan Agung 3. Kepolisian Negara Republik Indonesia 4. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 5. Komisi Ombudsman Nasional 6. Komisi Hukum Nasional 7. Komisi Nasional HAM (KOMNASHAM) 8. Setjen Mahkamah Agung 9. Setjen Mahkamah Konstitusi 10. Setjen MPR 11. Setjen DPD 12. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) 13. Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) 14. Komisi Yudisial
IV
Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Kelautan, Perikanan dan Pangan,
V
Perhubungan, Pekerjaan Umum,Perumahan Rakyat,Pembangunan Pedesaan dan Kawasan Tertinggal, Badan Meteorologi dan Geofisika, dan Badan Sar Nasional Perdagangan, Perindustrian, Investasi, Koperasi UKM BUMN, Standarisasi Nasional,
1. Departemen Pertanian 2. Departemen Kehutanan 3. Departemen Kelautan 4. Badan Urusan Logistik 5. Dewan Maritim Nasional 1. Departemen Pekerjaan Umum 2. Departemen Perhubungan 3. Menteri Negara Perumahan Rakyat 4. Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal 5. Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG)
VI
1. Departemen Perindustrian 2. Departemen Perdagangan 3. Menteri Negara Koperasi dan Usaha KecilMenengah. 4. Menteri Negara BUMN 5. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) 6. Badan Standarisasi Nasional (BSN) 7. Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) 8. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)
59
VII
Energi Sumber Daya Mineral,Riset dan Teknologi,Lingkungan Hidup,
VIII
Agama, Sosial dan Pemberdayaan Perempuan
IX
Kependudukan, Kesehatan, Tenaga Kerja dan Transmigrasi
X
Pendidikan, Pemuda, Olahraga, Pariwisata, Kesenian, Perfilman, Kebudayaan, dan Perpustakaan
XI
Keuangan,Perencanaan Pembangunan Nasional,Perbankan dan Lembaga Keuangan Bukan Bank
1. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral 2. Menteri Negara Lingkungan Hidup 3. Menteri Negara Riset dan Teknologi 4. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) 5. Dewan Riset Nasional 6. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) 7. Badan Tenaga Nuklir (BATAN) 8. Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETAN) 9. Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL) 10. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) 11. Badan Pengatur Kegiatan Hilir Migas 1. Departemen Agama 2. Departemen Sosial 3. Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan 4. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) 1. Departemen Kesehatan 2. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi 3. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) 4. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) 5. PT. Jamsostek (Persero) 1. Menteri Pendidikan Nasional 2. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata 3. Menteri Negara Pemuda dan Olahraga 4. Perpustakaan Nasional 5. Badan Pengembangan Kebudayaan Pariwisata (BPBUDPAR) 1. Departemen Keuangan 2. Menteri Negara Perencanaan dan Pembangunan/Kepala BAPPENAS 3. Bank Indonesia 4. Lembaga Keuangan Bukan Bank 5. Badan Peengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) 6. Badan Pusat Statistik 7. Setjen BPK RI
60
5. Anggota DPR RI dari kalangan Artis Fenomena artis ke politik, yaitu sebagai legislator di DPR, sudah berkembang sejak masa orde baru, antara lain Rhoma Irama, Sophan Sophian, Rano Karno, Eddy Sud. Para artis yang diajak atau ikut terjun ke politik adalah mayoritas merupakan pemain film, sinetron, penyanyi, musisi dan pelawak.1 Diantara semua artis yang menjadi caleg pada pemilu 2004, akhirnya 6 (enam) orang lolos ke Senayan. Mereka adalah Marrisa Haque. Angelina Sondakh, Deddy Sutomo, Aji Massaid, Dede Yusuf dan Qomar. Meskipun hanya berenam jumlahnya, kehadiran mereka di Senayan semakin mendorong euphoria, baik dikalangan artis maupun pengurus partai politik sendiri bahwa kalangan artis ternyata berkesempatan.2 Hingga akhirnya sekarang pada masa jabatan 2009 Angelina Sondakh, Aji Massaid, Dede Yusuf dan Qomar menjabat kembali menjadi anggota DPR, Berikut ini data anggota DPR RI dari kalangan artis periode 2010-20143, yaitu:
1
Lili Romli, ed., Pemilu 2009 dan konsolidasi demokrasi (Jakarta: Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi, Sekretariat Jenderal DPR RI, 2008), h. 84.
2
Zulfahmi, Selebritas menjadi Caleg: Untung atau rugi bagi partai, Media Indonesia, 12 September 2008. 3
F. Harianto Santoso, Wajah DPR dan DPD 2009-2014: latar belakang pendidikan dan karier (Jakarta: Kompas, 2010), h. xl
61
Tabel 4. Data Anggota DPR RI dari Kalangan Artis Periode 2010-2014 No.
Nama
Keanggotaan
Jumlah Suara
Persen BPP*
1.
CP. Samiadji Massaid, SE**
Partai Demokrat
70.572
47,5
2.
Angelina Sondakh, SE, M.Si.***
Partai Demokrat
145.159
74,2
3.
Ingrid Maria Palupi Kansil, S.Sos
Partai Demokrat
33.418
20,3
4.
H. Nurul Komar
Partai Demokrat
101.170
59,4
5.
Theresia E.E. Pardede, S.Sos.***
Partai Demokrat
21.672
11,7
6.
Venna Melinda
Partai Demokrat
30.650
17,3
7.
Nurul Arifin
Partai Golkar
122.452
66,4
8.
Tantowi Yahya
Partai Golkar
209.044
130,7
9.
Teti Kadi
Partai Golkar
35.882
21,1
10.
TB Dedy Suwandi Gumelar
PDI Perjuangan
42.659
29,3
11.
Rieke Dyah Pitaloka
PDI Perjuangan
80.681
43,3
12.
Eko Hendro Purnomo, S.Sos
PAN
64.176
39,9
13.
Primus Yustisio
PAN
60.684
30,4
14.
Jamal Mirdad
Partai Gerinda
34.674
19,7
15.
Rachel Mariam
Partai Gerinda
25.540
13,7
16.
Dra. Hj. Okky Asokawati, M.Si.
PPP
17.343
8,9
*Bilangan pembagi pemilih **Meninggal Dunia ***Mengundurkan diri
62
B. PUSAT PENGKAJIAN PENGOLAHANAN DATA DAN INFORMASI 1. Informasi Umum P3DI a. Sejarah Singkat P3DI Salah satu tugas Sekretariat Jenderal DPR RI menurut Tata Tertib DPR RI adalah melayani segala kebutuhan DPR RI. Agar DPR dapat melaksanakan wewenang dan tugasnya dengan sebaik-baiknya, yang antara lain pemenuhan kebutuhan anggota dewan terhadap informasi. Berkaitan dengan hal tersebut sejak bulan Agustus tahun 1990, atas prakarsa Ketua MPR/DPR RI periode 1987-1992, Sekretariat Jenderal DPR RI bekerja sama dengan Universitas Indonesia dan the Asia Foundation merintis pembentukan sebuah institusi untuk pemenuhan kebutuhan tersebut, yang tugas pokoknya adalah memenuhi kebutuhan informasi anggota dewan dalam menjalankan tugasnya. Pada akhirnya setelah dilakukan restrukturisasi kelembagaan Sekretariat Jenderal DPR RI yang dilakukan pada tahun 1994, sesuai dengan keppres No. 13/1994, maka institusi itu dibakukan namanya menjadi Pusat Pengkajian dan Pelayanan Informasi. Lalu berubah lagi sekarang menjadi Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi. Oleh karena itu, Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) adalah unsur penunjang pelaksanaan tugas pokok Sekretariat Jenderal yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Sekretariat Jenderal, yang bertugas melaksanakan pengkajian dan analisis serta menyediakan informasi (lihat lampiran 1). P3DI dipimpin oleh seseorang Kepala Pusat.
63
Sebagai sebuah institusi setingkat esselon II yang bertugas melayani kebutuhan informasi, data dan pengkajian permasalahan bagi para anggota dalam menjalankan tugasnya, terbagi dalam lima bidang kajian. Kelima bidang kajian yang diliput tersebut adalah politik dalam negeri, hokum, hubungan internasional, ekonomi dan kesejahteraan social, disamping dikembangkan pula jaringan system informasi yang menggunakan komputer, perpustakaan, dan dokumentasi.
b. Visi dan Misi 1. Visi Menjadi perpustakaan parlemen yang unggul dalam menyediakan sumber informasi untuk mendukung fungsi dan tugas DPR RI
2. Misi Menyediakan akses informasi yang mendukung tugas dan fungsi DPR RI meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan.
c. Jenis Pelayanan Pencarian dan pengumpulan informasi/data yang diperlukan anggota dapat diajukan dalam bentuk pertanyaan tertulis dalam formulir yang disediakan ataupun lewat telepon. Dan untuk keperluan ini P3DI membuat kliping surat kabar dalam dan luar negeri (dikerjakan oleh perpustakaan). Hasil
64
informasi yang diberikan dapat berupa data yang belum diolah ataupun yang sudah diolah dan dianalisa. P3DI juga mengatur pembagian surat kabar/majalah ke ruangan anggota-anggota DPR RI maksimal 3 surat kabar/majalah.
Apabila
ingin
diganti
bisa
langsung
menghubungi
perpustakaan. Apabila anggota dewan menghendaki kejelasan dan pendalaman terhadap suatu masalah tertentu yang berkaitan dengan bidang tugasnya secara terbatas, P3DI dapat mengorganisasikan sebuah lokakarya, seminar, ataupun diskusi yang dapat diajukan oleh Badan, Komisi atau Fraksi. Selain itu P3DI juga melakukan pengumpulan data di lapangan (field research) untuk memperoleh kenyataan yang sesungguhnya dari suatu masalah. Singkatnya, pelayanan yang dapat diberikan oleh P3DI adalah kliping surat kabar yang terdiri dari isu-isu politik dalam negeri, hukum, ekonomi, kesejahteraan sosial, dan hubungan international serta informasi tentang anggota DPR RI. Selain itu juga memberikan analisis isu aktual, analisis/kajian rancangan undang-undang, penyusunan draft akademik, diskusi, seminar dan lokakarya. Disamping itu, P3DI juga menerbitkan buku-buku yang berupa analisis masalah aktual, hasil-hasil penelitian dan majalah ilmiah yang terbit secara berkala yaitu majalah “KAJIAN”.
65
d. Yang Berhak Menerima Layanan Pada prinsipnya, setiap anggota dewan berhak untuk mendapatkan pelayanan dari P3DI , namun terdapat beberapa jenis pelayananyang hanya dapat diberikan jika diminta oleh alat kelengkapan DPR, seperti Badan dan Komisi, serta oleh Fraksi. Layanan yang hanya dapat diminta oleh fraksi dan alat kelengkapan dewan tersebut adalah seminar, lokakarya, penelitian lapangan, penyusunan draft akademik dalam menyusun rancangan undang-undang. Sedangkan pelayanan yang lain, seperti kliping surat kabar, analisis masalah aktual, analisis masalah rancangan undang-undang, dan diskusi, dapat diminta oleh perorangan.
e. Cara Memperoleh Layanan Untuk memperoleh pelayanan dapat dilakukan dengan cara: 1) Membuat surat permintaan (memo) yang ditujukan kepada Kepala Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi, atau Kepala Bidang Kajian dan Analisis (Kabid. PAIS). 2) Langsung menghubungi peneliti secara personal melalui telepon: a) 5756073 untuk bidang Kesejahteraan sosial b) 5756074 untuk bidang Politik Dalam Negeri c) 5755996 untuk bidang Hukum d) 5755997 untuk bidang Hubungan International e) 5755998 untuk bidang Ekonomi
66
3) Datang langsung ke masing-masing bidang di Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi Sekretariat Jenderal DPR RI, Gedung Nusantara I Lantai 2.
2. Bidang Pengkajian dan Analisa a. Bidang Kesejahteraan Sosial Tim kesejahteraan sosial memberikan pelayanan dalam bentuk analisis terhadap berbagai permasalahan social kemasyarakatan, penyediaan data, konsultasi dan diskusi. 1) Pembangunan Sumber Daya Manusia: a) Pendidikan; b) Kebudayaan; c) Agama; d) Pemberdayaan Perempuan; e) Seni dan Budaya; f) Kepemudaan; g) Olahraga; dan h) Pengembangan IPTEK.
67
2) Kependudukan: a) Kependudukan; b) Tenaga Kerja; c) Transmigrasi; d) Pembangunan Pedesaan; dan e) Perkembangan Perkotaan.
3) Kesejahteraan Masyarakat: a) Kesehatan; b) Jaminan sosial; c) Penanganan Masyarakat Terasing; d) Konflik dan Diskriminasi; dan e) Masalah-masalah sosial.
b. Bidang Politik Dalam Negeri Tim peneliti politik dalam negeri memberikan bantuan keahlian dalam melakukan analisis isu aktual, kajian undang-undang, penelitian, dan diskusi dan konsultasi berbagai topik bidang politik dalam negeri, yaitu: 1) Kelembagaan Negara: a) Parlemen; b) Kepresidenan; c) Yudikatif; dan d) Lembaga-lembaga Negara lainnya.
68
2) Kelembagaan Masyarakat: a) Kepartaian; b) Sistem Pemilu; dan c) Lembaga Swadaya Masyarakat/Ormas.
3) Kelembagaan Daerah: a) Pemerintah Daerah; b) DPRD; dan c) Hubungan Pusat dan Daerah.
4) Lain-lain: a) Komunikasi dan Media Massa; b) Militer, Pertahanan dan Keamanan; dan c) Birokrasi Sipil dan Aparatur Negara.
c. Bidang Hukum 1) Tugas Tim Hukum Tim hukum memberikan bantuan keahlian dalam bentuk analisis terhadap berbagai permasalahan sistem hukum dalam pembangunan, baik dalam rangka pembentukan hukum, maupun penegakan hukum.
69
2) Bidang Masalah Hukum yang Ditangani a) Hukum dan Masalah Pemerintah (1). Lembaga-lembaga Negara, (2). Pemerintahan Daerah, (3). Otonomi Daerah, (4). Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, (5). Legislasi, (6). Penegakan Hukum, (7). Hak Asasi Manusia, (8). International.
b) Hukum dan Masalah Ekonomi dan Sosial (1). Perbankan, (2). Investasi, (3). Industri, (4). Perdagangan, (5). Lembaga Keuangan Non Perbankan, (6). Kesehatan, (7). Jaminan Sosial, (8). Ketenagakerjaan, (9). Perlindungan Konsumen, (10). Pasar Modal
70
d. Bidang Hubungan Internasional 1) Fokus Pengkajian Tim HI a) Politik Luar Negeri Indonesia b) Studi Kawasan c) Organisasi International d) Politik dan Keamanan International e) Ekonomi International f) Lingkungan Hidup
e. Bidang Ekonomi 1) Tugas Bidang Ekonomi Tim Ekonomi P3DI bertugas memberikan layanan keahlian dalam bentuk data dan kajian terhadap berbagai permasalahan ekonomi yang dibutuhkan anggota dewan.
2) Bidang-Bidang Kajian a) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), b) Ekonomi Keuangan dan Perbankan, c) Ekonomi Manajemen dan Pembangunan, d) Ekonomi Investasi dan Industry e) Ekonomi Kebijakan Publik
71
3. Bidang Perpustakaan a. Sejarah Singkat Perpustakaan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia mulai berdiri sejak pemerintah Negara Indonesia masih berbentuk Negara Republik Indonesia Serikat (RIS) yang berkedudukan di Yogyakarta, sekitar tahun 1951. Perpustakaan ini merupakan kelanjutan dari “Bibliotheca Volkstraad,” milik Pemerintah
Hindia
Belanda
di
Indonesia,
yang merupakan
koleksi
perpustakaan “Volkstraad.” Dan pada saat Ibu Kota Pemerintah Republik Indonesia pindah ke Jakarta. Perpustakaan di tempatkan di Gedung yang berlokasi di Lapangan Banteng, yang sekarang menjadi Gedung Balai Pustaka. Tahun 1965, perpustakaan pindah ke Gedung DPR RI di Senayan atau Gedung Pemuda. Baru pada tahun 1968 perpustakaan pindah ke Gedung DPR RI di Jalan Gatot Subroto yang berlokasi di basement. Namun perpustakaan ini masih beberapa kali pemindahan lokasi. Tahun 1970 Perpustakaan menempati lantai 2 (dua) Gedung Sekretariat Jenderal DPR RI di Ruang Pustaka Loka. Tahun 1985 perpustakaan menempati ruang Pustaka Loka lantai 1 (satu). Tahun 1997 Perpustakaan menempati Gedung Nusantara I DPR RI lantai 3 (tiga) dan 4 (empat). Sekarang untuk sementara menempati lantai I Gedung Nusantara I.
72
b. Tugas Pokok dan Fungsi Perpustakaan DPR RI merupakan suatu unit yang dikepalai oleh seorang kepala setingkat eselon IIIa, yang bertanggungjawab kepada Kepala Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi (Kapus P3DI). Tugas pokok perpustakaan adalah membantu sekretaris Jenderal DPR RI di bidang penyelenggaraan perpustakaan dalam rangka menunjang pelaksanaan tugas Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Sekretariat Jenderal DPR RI. Untuk melaksanakan tugas pokoknya perpustakaan mempunyai tugas sebagai berikut: 1) Mengumpulkan dan menyusun bahan pustaka yang ada kaitannya dengan tugas DPR RI dan Setjen DPR RI, 2) Memberikan layanan dan mendayagunakan bahan pustaka atau koleksi yang dimiliki, 3) Memelihara bahan pustaka atau koleksi yang dimiliki, 4) Membuat nomor klasifikasi untuk buku dan referensi, 5) Membuat abstrak bahan pustaka, 6) Mengadakan hubungan kerjasama dengan perpustakaan dan instansi lain, 7) Melakukan tata usaha perpustakaan, 8) Tugas-tugas lain yang ditentukan oleh Sekretariat Jenderal DPR RI.
73
c. Struktur Organisasi Berdasarkan keputusan Sekretariat Jenderal DPR RI Nomor 175/Sekjen DPR RI/1994, jo. 1487/Sekjen DPR RI/1997, jo. 411/Sekjen DPR RI/1999, perpustakaan DPR RI terdiri dari: 1) Seksi pengolahan yang mempunyai tugas mengumpulkan atau menyediakan bahan-bahan pustaka serta melakukan tata usaha, dan laporan serta mengolah, memelihara dan menyusun katalog. 2) Seksi pelayanan yang mempunyai tugas memberikan pelayanan, mendayagunakan bahan pustaka atau koleksi yang dimiliki.
d. Koleksi, Pengguna dan Layanan 1) Koleksi Perpustakaan Perpustakaan DPR RI mempunyai koleksi terdiri dari 4 jenis koleksi perpustakaan sebagai berikut: a) Koleksi umum. Koleksi umum terdiri dari koleksi buku-buku yang sebagian besar terdiri atas disiplin ilmu, yaitu ilmu politik, ekonomi, sosial, hukum, administrasi Negara dan lain-lainnya (biasanya ilmu-ilmu yang berhubungan dengan RUU yang sedang dibahas). b) Koleksi referensi. Koleksi referensi terdiri dari peraturan perundang-undangan, kamus, ensiklopedia, peta, profil daerah (anggota), pidato presiden dan lain-lain.
74
c) Koleksi PBB (The United Nations collections) dan buku-buku terbitan World Bank. d) Koleksi terbitan berkala. Koleksi terbitan berkala (koran dan majalah) terdiri dari 24 (dua puluh empat) koran dalam dan luar negeri, koran daerah, kliping koran tentang DPR dan majalah dalam dan luar negeri serta jurnal. e) Koleksi online database. Koleksi online database yang dapat diakses secara intranet terdiri kompas online dapat diakses melalui (http://pik.kompas.co.id), tentang hukum, undang-undang dan peraturan online dapat diakses melalui (http://hold), kliping online (mediatrac) dapat diakses melalui (http://www.mediatrac.net).
2) Pengguna Selain anggota DPR RI dan Pegawai Setjen DPR RI, perpustakaan menerima pengunjung dari luar antara lain, mahasiswa tingkat akhir yang sedang menyelesaikan tugas akhir, para peneliti dari instansi atau lembaga lain dengan syarat menyerahkan kartu identitas dan membawa surat pengantar dari perguruan tinggi atau instansi yang bersangkutan.
75
3) Sistem Pelayanan Sistem pelayanan perpustakaan DPR RI terdiri dari 2 (dua) sistem, yaitu sistem pelayanan terbuka (open access) untuk koleksi umum dan system pelayanan tertutup (closed access) untuk koleksi referensi. Dalam proses penelusuran buku, katalogisasi buku telah terdaftar dalam pangkalan data untuk memudahkan proses pencarian buku. Selain itu petugas perpustakaan akan membantu pengunjung untuk menemukan buku yang dibutuhkan melalui sistem komputerisasi jaringan OPAC.
4) Petugas Pelayanan a) Petugas koleksi umum : Nana dan Aan nomor telp. 5756004 b) Petugas referensi
: Rosidah dan Tenny nomor telp. 5756007
c) Petugas koleksi majalah dan koran : Suwandi nomor telp. 5756007 d) Petugas PBB (The United Nations) dan World Bank (Untuk sementara tidak dapat digunakan).
e. Peraturan Tata Tertib Perpustakaan DPR RI 1) Jam Buka Perpustakaan di buka setiap hari kerja: Senin s.d. Jum’at
: 09.00 – 15.00 WIB
Istirahat
: 12.00 – 13.00 WIB
(Kecuali Jum’at istirahat)
: 11.30 – 13.00 WIB
Sabtu/Minggu/Hari Besar
: Tutup.
76
2) Keanggotaan a) Terdiri dari seluruh anggota DPR RI dan seluruh Pegawai Setjen DPR RI yang berstatus PNS dan CPNS. b) Keanggotaan perpustakaan melekat secara otomatis selama yang bersangkutan masih menjadi anggota dewan atau pegawai Sekjen DPR RI.
3) Peraturan Peminjaman a) Anggota DPR RI dan pegawai Setjen DPR RI berhak meminjam buku sebanyak 4 (empat) buku. b) Jangka waktu peminjaman buku selama 3 (tiga) minggu dan dapat diperpanjang dengan menghubungi petugas. c) Perpanjangan waktu peminjaman dapat diberikan apabila buku yang dimaksud tidak ada yang memesan. d) Buku-buku yang dipandang sangat diperlukan demi kelancaran tugas anggota DPR RI dan Setjen DPR RI, sewaktu-waktu dapat ditarik dari peminjam oleh petugas perpustakaan sebelum waktu peminjaman habis. e) Buku Referensi (bertanda ”R”) hanya boleh dibaca di ruang perpustakaan atau dapat di photo copy.
77
f) Pengguna perpustakaan dari luar (tamu) yang ingin memanfaatkan perpustakaan harus membawa identitas dan surat pengantar dari Perguruan Tinggi atau Instansi yang bersangkutan dengan diberikan fasilitas untuk membaca di dalam perpustakaan, peminjaman hanya dilayani dengan cara mengcopy ke tempat photo copy dengan diantar oleh petugas perpustakaan.
4) Sanksi a) Bagi peminjam yang merusak buku yang dipinjam, kepadanya diwajibkan untuk memperbaiki buku tersebut. b) Bagi peminjam yang menghilangkan buku yang dipinjam dari perpustakaan, kepadanya diwajibkan mengganti buku tersebut dengan buku yang sama atau mengganti dengan buku yang hampir sama dari segi isi dan harga yang berlaku saat ini.
5) Tata Tertib a) Pengunjung perpustakaan tidak diperkenankan membawa tas, map dan jaket ke ruang koleksi. Barang-barang tersebut dapat dititipkan ditempat penitipan melalui petugas perpustakaan. Yang boleh masuk ke ruang koleksi, adalah buku catatan serta alat tulis, dompet serta barang berharga lainnya.
78
b) Selama di dalam ruang koleksi pengunjung diminta supaya: -
Selalu menjaga ketenangan dan ketertiban, sehingga tidak mengganggu pihak lainnya yang sedang membaca.
-
Menjaga kebersihan lingkungan, tidak boleh membuang sampah sembarangan atau mengotori meja, kursi dan sarana lainnya di perpustakaan
-
Tidak boleh membawa makanan, minuman dan merokok di dalam ruang koleksi perpustakaan.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dipaparkan tentang hasil penelitian dan pembahasan mengenai beberapa peran pekerja informasi di P3DI (Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi) dan perilaku pencarian informasi anggota DPR RI dari kalangan artis periode 2009 – 2014 melalui observasi dan wawancara penulis dengan 1 kepala bidang kajian dan analis, 1 staf layanan perpustakaan dan 2 anggota DPR RI yang berlatar belakang artis periode 2009 – 2014 (keduanya bergender perempuan dengan tingkat pendidikan yang berbeda). Observasi ini dilakukan kurang lebih 1 bulan sejak tanggal 25 Januari hingga 25 Februari 2010 yang dilanjutkan dengan wawancara terhadap kepala bidang pengkajian dan analisis yang bernama Poltak Partogi Nainggolan, dan staf pelayanan bidang perpustakaan yang bernama Nana serta diakhiri dengan wawancara terhadap 1 anggota DPR RI Komisi I dengan inisial OA yang dicalonkan oleh Partai Persatuan Pembangunan dengan latar belakangnya sebagai model, presenter, dll. dan 1 anggota DPR RI Komisi VIII dengan inisial IK yang dicalonkan oleh Partai Demokrat dengan latar belakangnya sebagai bintang iklan, bintang sinetron dan presenter.
79
80
A. Perilaku Pencarian Informasi Anggota DPR RI dari Kalangan Artis Dalam penelitian ini akan diketahui perbedaan perilaku pencarian informasi Anggota DPR RI dari kalangan artis, maupun dari kalangan lainnya. Walaupun keduanya sama-sama anggota DPR RI. Namun, peneliti mendapatkan dua informan anggota DPR RI dari kalangan artis bergender wanita yang berbeda tingkat pendidikannya. Berikut hasil wawancara dan observasinya dibagi dalam 3 aktivitas pencarian informasi: 1. Aktivitas Kebutuhan Informasi Sementara itu, Chen dan Hernon serta Latham dalam Mangindaan, menjelaskan secara lebih rinci, bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi adalah : a. Karakteristik pemakai : pengalaman; usia; latar belakang pendidikan dan cara berpikir, b. Faktor minat seseorang, c. Faktor pekerjaan dan profesi, d. Faktor koleksi, e. Faktor kesukaran dan sistem pelayanan informasi; akses terhadap layanan informasi dan variasi sumber informasi yang ada di lingkungan pemakai informasi.1 DPR RI sebagai salah satu lembaga pemerintah membutuhkan informasi pada setiap tingkatan administratif untuk merumuskan rencanarencana dalam penentuan kebijaksanaan serta untuk memecahkan persoalanpersoalan yang timbul.
1
Christina Mangindaan, dkk., Perilaku informasi dosen dalam proses penelitian [laporan penelitian], (Jakarta: Universitas Terbuka, 1993), h. 28.
81
Beberapa komentar informan terkait dengan masalah ini sebagaimana terdapat dalam table 5 (lima) di bawah ini. Tabel 5. Informasi yang sedang dibutuhkan No. Informan
Pernyataan
1
OA
Anggota dewan fungsi-fungsinya 3: dalam hal pengawasan kinerja pemerintah, melakukan pembuatan anggaran bersama pemerintah dan yang ketiga membuat undangundang. Di dalam ketiga fungsi anggota DPR itu tentunya kami membutuhkan informasi. Kalau ditanyakan informasi apa yang sedang saya cari saat ini? sebagai anggota komisi IX yang menangani bidang kesehatan, ketenaga kerjaan, kemudian mengenai juga Obat dan pengawasan Bahan Makanan atau Badan POM, maka yang sedang saya cari itu sebetulnya tertarik dengan proses pembuatan rancangan undang-undang.
2
IK
Saya biasanya membutuhkan segala macam informasi, baik itu sosial budaya, ekonomi, sosial maupun perkembangan politik terkini dan isu-isu nasional lainnya.
Setiap orang cenderung untuk mempunyai kebutuhan-kebutuhan atau keinginan-keinginan yang berlaku dari tahap yang paling dasar sampai pada tingkat kebutuhan yang paling tinggi, namun karena kondisi setiap orang berbeda-beda satu dengan lainnya karena antara lain dipengaruhi oleh kognisinya, maka kebutuhan tersebut pun menjadi beragam. Walaupun berada dalam satu kelompok yang sama. OA yang hanya sampai kepada sebatas mempunyai kebutuhan yang lebih khusus, yakni kebutuhan informasi untuk menjalankan fungsi-fungsi DPR. Kelompok orang seperti ini tampaknya tidak terlalu memperhatikan kebutuhan-kebutuhan yang lebih luas. Karena memang hal seperti itu yang
82
sering dibahas di rapat. Namun, ada juga IK yang tingkat kebutuhannya sudah melewati kebutuhan yang lebih khusus atau kebutuhan yang lebih luas, yakni membutuhkan segala macam informasi sosial budaya, ekonomi, politik dan isu-isu nasional. Selanjutnya kebutuhan informasi seseorang tergantung pada pekerjaan, apa tujuan mereka menggunakan informasi, usia, kecakapan, kedudukan professional dan karakteristik lainnya (Atherton, 1977: 124).2 Senada dengan Atherton, panen (1990: 33) juga menyatakan bahwa faktor yang paling umum mempengaruhi kebutuhan informasi adalah pekerjaan pemakai, termasuk kegiatan profesi, pekerjaan atau subjek yang diamati, kebiasaan dan lingkungan pekerjaan.3 Komentar mereka tentang hal ini dapat dilihat pada tabel 6 (enam) di bawah ini. Tabel 6. Tujuan Kebutuhan informasi No. Informan 1
OA
Pernyataan Tentu informasi itu kita buat sebagai bentuk pengawasan kita terhadap kinerja pemerintah. Jadi untuk bisa kita mengawasi dengan baik, untuk bisa kita melakukan analisa terhadap pekerjaan pemerintah atau eksekutif, maka kita harus bisa mempunyai informasi yang akurat dong. Kita harus mempunyai data-data, kita harus mempunyai statistik-statistik. Sehingga kita bisa mengkounter apa-apa yang sudah atau belum dilakukan oleh pemerintah. Sehingga nanti hasil dari informasi yang kita dapatkan kemudian kita counter dengan eksekutif. Sehingga hasil
2
Pauline Atherton, Handbook for information system and services (Paris: UNESCO, 1977), h. 124.
3
Paulina Pannen, A study in information seeking and use behaviors of resident students and non resident student in Indonesia tertiary education (Disertasi S3 the School of Education at Syracuse University, 1990), h. 33.
83
dari rapat antara legislatif dan eksekutif. Kita bisa mendapatkan rekomendasi untuk kinerja kita selanjutnya. 2
IK
Memperbarui informasi dan digunakan sebagai data base.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasinya yang bervariasi, seorang anggota DPR RI harus selalu berpikir visioner (berpikir jauh ke depan) dalam menjalankan fungsi-fungsinya. Hal ini juga menjadi kesadaran di kalangan artis yang menjadi anggota DPR RI. Dari hasil penelitian tampak bahwa dalam memenuhi tugas mereka harus selalu mempersiapkan data-data untuk dijadikan database dan terus memperbaharui informasi itu. Sehingga apabila fungsi-fungsi DPR berjalan, maka anggota DPR RI dari kalangan artis itu sudah siap berargumen dengan pemerintah.
2. Aktivitas Pencarian Informasi Setelah adanya kebutuhan informasi, maka akan muncul permintaan informasi yang diwujudkan dalam proses pencarian informasi. Pencarian informasi merupakan suatu proses dimana seseorang berusaha untuk menemukan informasi untuk memenuhi kebutuhan informasinya. Dalam proses pencarian tersebut, manusia membentuk perilaku pencarian informasi dengan karakteristik tertentu. Perilaku pencarian informasi yang dimaksud disini dapat berupa permintaan informasi melalui orang lain, melalui berbagai
84
sumber dan melalui sistem informasi.4 Pengungkapan perilaku pencarian informasi (oleh informan) dilakukan melalui wawancara yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pencarian informasi itu ditandai dengan kekurangan informasi (gap information). Setelah timbul kekurangan informasi, maka akan muncul pertanyaan-pertanyan yang diwujudkan dalam proses aktivitas pencarian informasi. Untuk dapat mengetahui pola aktivitas pencarian informasi oleh anggota DPR RI dari kalangan artis dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan dapat dilihat dari komentar mereka sebagaimana tabel 7 (tujuh) berikut ini. Tabel 7. Pertanyaan apa saja yang muncul dan ingin ditemukan No. Informan 1
4
OA
Pernyataan Karena memang saya adalah PANJA/panitia kerja untuk perumusan rancangan undang-undang keperawatan. Jadi ya, memang hal-hal seperti itu yang saya butuhkan informasi-informasi. Hal-hal atau informasi yang terkait seperti itu. Selain itu juga saya tergabung di panja konsorsium asuransi TKI. Karena memang banyak masalah-masalah dikeluhkan oleh para TKI kita yang berada di luar negeri mereka sudah bayar premi, tapi ketika mau mengklaim asuransinya mereka sulit mendapatkannya. Dan kami di komisi IX merasa perlu membuat panja ini. Untuk segera memberikan rekomendasi kepada pemerintah. Jadi hal-hal yang terkait dengan konsorsium TKI, itu juga menjadi informasi yang saya cari juga. Selain itu juga, Saya saat ini juga menjadi panja jamkesmas/Jaminan Kesehatan Masyarakat, nah kenapa ada panja jamkesmas ini. Karena asuransi sosial bagi rakyat Indonesia yang berupa jamkesmas tadi itu nanti tahun 2014 akan berubah bentuk menjadi BPJS (Badan Pemelihara jaminan sosial kesehatan). Nah, peralihan atau
T.D. Wilson, On user studies and information needs. Journal of librarianship, 37 (1), 3-15., Artikel diakses pada 20 Maret 2009 dari http://informationr.net/tdw/publ/papers/1981infoneeds.html
85
transformasi dari jamkesmas ke BPJS inilah, maka komisi IX membuat panja juga. Nah, hal itu yang menjadikan saya membutuhkan informasi terkait dengan panja-panja tadi. 2
IK
Saya terbiasa menggunakan metode : kejadian apa, mengapa bisa terjadi, dimana kejadian tersebut terjadi, alasan-alasan terjadi kejadian, dan akibat yang ditimbulkan.
Dari pendapat IK terlihat bahwa informan sudah mencapai tahap formulasi dalam model pencarian informasi kulhtau yang dikenal dengan ISP (Information Search Process). Pada tahap ini, kepercayaan diri mulai meningkat. Pola pikir mereka menjadi lebih jelas dan terpusat pada masalah yang ditekuninya. Setelah tahap ini interaksi antara pemakai dan sistem informasi menjadi lebih efektif dan efisien. Mereka akan mengumpulkan informasi yang terfokus pada masalah yang dihadapinya. Bedanya antara OA dan IK adalah OA sudah terlihat masalahnya, tapi formulasinya tidak jelas, sedangkan IK belum terlihat masalahnya, tapi formulasinya sudah jelas. Pada pola perilaku aktivitas pencarian informasi tingkat afektif, derajat individu motivasi pribadi dan kepentingan dalam masalah atau topik akan menentukan jumlah energi bahwa ia berinvestasi dalam mencari informasi. Kuhlthau menunjukkan bahwa saat pencarian informasi berlangsung, perasaan awal dari ketidakpastian dan kecemasan jatuh sebagai meningkatnya kepercayaan. Jika sebuah tema yang jelas dikembangkan untuk memfokuskan
86
pencarian, individu mungkin menjadi lebih bermotivasi tinggi dan jika mencari hasil dengan baik, ada perasaan tumbuh kepuasan dan prestasi.5 Wilson juga berpendapat bahwa dalam pandangan yang lebih luas seperti individu akan dirasakan bukan hanya sebagai penggerak untuk mencari informasi untuk tujuan kognitif, tetapi sebagai hidup dan bekerja di setting sosial yang membuat motivasi mereka sendiri untuk mencari informasi untuk membantu memenuhi sebagian besar kebutuhan afektif.6 Perasaan yang muncul ini dapat kita lihat dari hasil wawancara dengan beberapa informan sebagaimana terdapat dalam table 8 (delapan) di bawah ini. Tabel 8. Perasaan saat menemukan dan tidak menemukan informasi No. Informan 1
OA
Pernyataan Saya merasa bersyukur dan saya merasa terkayakan dengan informasi itu. Karena menurut saya tanpa informasi yang baik, tanpa informasi yang banyak, tanpa informasi yang akurat sesuai dengan topik yang akan kita bahas. Maka, pembahasan atau ide yang kita keluarkan atau masukan yang kita keluarkan atau cara kita mengkritisi pemerintah itu tidak akan baik. Kalau memang informasi itu hanya sekedar permukaan saja tanpa saya memahami betul maksud di balik itu maka saya yakin apa yang saya utarakan, yaitu yang saya sampaikan kepada pemerintah. Pemerintah juga, mereka tidak akan mendapatkan pengawasan apa-apa. Jadi kalau misalnya staf ahli memberikan informasi biasanya nggak cuman langsung dikasih terus dibaca sendiri tapi, biasanya setelah itu kita melakukan diskusi. Ya, saya tidak mau kerja, mendingan harus ada dulu,
5
Chun Wei Choo, et al., Web work: information seeking and knowledge work on the world Wide Web (London: Kluwer, 2000), h. 10.
6
Ibid, hal. 3
87
mendingan saya nggak usah datang ke kantor/mendingan nggak usah rapat. Saya nggak/tidak punya apa-apa di backmind saya ini, tidak ada peluru buat saya berbicara, peluru untuk melakukan penyerangan, atau tidak mempunyai informasi untuk mengkritisi pemerintah atau membahas suatu rancangan undang-undang karena saya merasa galau, nggak enak, nggak percaya diri. Mending nggak usah ikut. Kalau saya tidak mendapat informasi tepatnya saya tidak merasa percaya diri. 2
IK
Seperti kebanyakan orang, saya akan merasa gelisah dan merasa ada sesuatu yang salah. Dan ketika saya menemukan jawabannya saya akan merasa sedikit lega dan bersiap mencari jawaban atas pertanyaan berikutnya.
OA berpendapat kalau dia tidak menemukan informasi, dia tidak mau kerja. Bahwa perasaan tidak menemukan informasi berdampak pada mundurnya/turunnya motivasi kerja, sedangkan IK berkomentar bahwa ketika dia menemukan informasi satu dia akan lebih bersemangat lagi untuk mencari informasi lainnya. Untuk OA apabila tidak menemukan informasi. Dia akan merasa tidak percaya diri. Dan IK berpendapat lain, bahwa apabila dia tidak menemukan informasi. Maka, Dia akan merasa gelisah. Adapun waktu yang dibutuhkan untuk mencari informasi dapat dilihat pada table 9 (sembilan) berikut ini. Tabel 9. Lama waktu yang dibutuhkan untuk mencari informasi No. Informan
Pernyataan
1
OA
Karena kita inikan mitranya-kan itu-itu aja kemenkes, kemenakertrans, jamsostek, jadi ya nggak lama waktu untuk memempelajari informasi itu. Karena itu lagi, paling ya beda-beda tipis.
2
IK
Tergantung tingkat kesulitan persoalan yang dihadapi.
88
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di bidang Kajian dan analisa dan bidang perpustakaan. Penulis berpendapat pola perilaku pencarian informasi anggota DPR RI dari kalangan artis mempunyai beberapa karakteristik atau ciri tertentu yang berbeda dengan karakteristik perilaku bidang lain. Beberapa ciri pencarian informasi anggota DPR RI dari kalangan artis antara lain:
Kebanyakan aktivitas anggota DPR RI dari kalangan artis lebih memilih berhubungan dengan bidang perpustakaan daripada bidang kajian dan analisa.
Aktivitasnya di bidang perpustakaan biasanya langsung mencari buku ke rak dan fotokopi koran.
Informasi yang dipilih biasanya tergantung komisinya, RUU dan UU yang dibahas, isu-isu tentang anggota melalui kliping Koran, fungsi-fungsi DPR RI lainnya, seperti pengawasan kinerja pemerintah, dan lain-lain. serta secara umum, baik itu sosial budaya, ekonomi, politik dan isu-isu lainnya.
Pilihan bentuk sumber informasi yang digunakan, seperti buku, Koran dan sumber informasi lainnya.
89
3. Aktivitas Penggunaan Informasi Tabel 10. Penggunaan informasi anggota DPR RI dari kalangan artis di P3DI No. Informan Pernyataan 1
OA
2
Nana
Perpustakaan saya belum pernah selama di DPR ini. Bahkan sampai saat ini saya tidak tahu Perpustakaan disini Karena saya bener-bener link online staf ahli. Memang dimana perpustakaannya? Bu Inggrid (IK) pernah sekali (Perpustakaan DPR RI).
Sebagaimana komentar pada tabel 10 (sepuluh) di atas terlihat aktivitas penggunaan informasi anggota DPR RI dari kalangan artis bahwa antara pengguna OA dan IK dilihat dalam kaitannya dengan penggunaan unit informasi. OA termasuk pengguna potensial dan IK termasuk pengguna aktual. Lebih spesifik lagi OA masih menjadi pengguna potensial internal, sedangkan IK sudah menjadi pengguna aktual aktif. Dalam penelitian ini, saluran dan sumber informasi yang paling diminati dapat dilihat pada komentar di bawah ini. Tabel 11. Saluran dan sumber informasi yang digunakan No. Informan 1
OA
Pernyataan Sebagai anggota dewan itu kan kita difasilitasi mempunyai 3 staf; 2 Tenaga ahli/TA dan 1 aspri/asisten pribadi atau sekretaris. Nah, jadi biasanya memang informasi itu saya dapatkan melalui staf ahli ini atau tenaga ahli ini, nah kadang-kadang juga saya mencarinya melalui internet, juga kadang-kadang saya mencari melalui literatur, tapi bisa dikatakan 70 persen informasi itu saya dapatkan dari internet. Kalau dari Koran itu juga termasuk; eh iya, biasanya baca kompas, media Indonesia, merdeka, tempo. Acara-acara TV juga menjadi informasi juga, di program-
90
program ataupun berita-berita. Yah, program-program yang menjadikan di lembaga informasi di Metro itu ada Dinas kesehatan kerja sama antara Metro dan Departemen Kesehatan atau juga tentang ada yang metro kerja sama dengan JAMSOSTEK. Tentu program-program yang ada kaitannya dengan mitra kerja kita di komisi IX. 2
IK
Media elektronik. (perpustakaan)
Media
massa,
dan
literatur
Berdasarkan komentar di atas dapat pada table 11 (sebelas) diketahui bahwa tingkat penggunaan media elektronik oleh anggota DPR RI dinilai sangat tinggi dibanding media massa. Dari komentar tersebut jelas bahwa seseorang yang membutuhkan dan menggunakan informasinya cenderung ingin memperoleh saluran dan sumber informasi yang seperti internet, yaitu mutakhir, mudah dijangkau, tersedia, cepat dan relevan. perilaku pencarian informasi anggota DPR RI dari kalangan artis di P3DI, maupun dari kalangan lainnya tidaklah berbeda. Karena keduanya sama-sama anggota DPR RI. Namun, untuk bidang pengkajian dan analisis dengan bidang perpustakaan yang berada di bawah P3DI. Ada kaitannya dengan aktivitas penggunan informasi anggota DPR RI dari kalangan artis di masing-masing
bidang
tersebut.
Tentulah
banyak
perbedaan
dalam
menyajikan suatu informasinya. Walaupun keduanya ditujukan untuk pengguna khusus di lingkungan DPR RI. Selengkapnya akan dijelaskan di bawah ini.
91
1. Bidang Pengkajian dan Analisa Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh penulis, diketahui untuk anggota DPR RI yang ingin meminta informasi di bidang Pengkajian dan analisa (PAIS), pertama anggota DPR RI mengirimkan surat/memo ke P3DI lalu disposisi ke PAIS mengenai informasi yang dimintanya, seperti: materi atau bahan sambutan/pidato, permintaan seminar/diskusi, permintaan analisa, kegiatan lainnya (misalnya dialogue session). Berdasarkan dokumen-dokumen di lapangan penulis menemukan orang yang sering meminta informasi itu kebanyakan ketua DPR RI. Seolaholah PAIS itu staf ahlinya ketua DPR RI Padahal bidang pengkajian dan analisis ini sebenarnya untuk semua pengurus dan anggota. Namun, berdasarkan wawancara tidak banyak anggota yang meminta dibuatkan suatu analisa. Tentunya hal ini menjadi catatan penting yang perlu diperhatikan. Mengingat jumlah staf PAIS yang terbatas, sedangkan yang perlu dilayaninya berjumlah 550 anggota. Padahal letaknya cukup strategis, berada di lantai 2 (dua) Gedung Nusantara V. Tepatnya di bawah ruangan anggota DPR RI. Walaupun letaknya cukup strategis, namun letaknya di pojok. Sehingga sulit untuk ditemukan. Berarti tidak hanya anggota DPR RI dari kalangan artis saja yang tidak mencari informasi di bidang pengkajian dan analisis. Ternyata hampir semua anggota DPR RI tidak mencari di bidang pengkajian dan analisis. Hal ini
92
dikarenakan berbagai masalah, mulai dari waktu yang sempit, kurangnya promosi, kurangnya papan petunjuk ruangan, dan lain-lain. Walaupun ada anggota yang meminta informasi biasanya permintaannya tidak wajar atau seharusnya, seperti salah satunya minta dibuatkan buku. Sebagaimana komentar Ketua bidang pengkajian dan analisis ini. “Anggota yang minta dibuatkan buku” Sebaiknya peran bidang pengkajian dan analisis lebih banyak memberikan kajian dan analisis di awal, di tengah dan di akhir pembahasan suatu RUU, perkembangan permasalahan topik RUU dan evaluasi UU. Kajian dan analisis ini bisa melalui makalah, diskusi, seminar dan cara-cara inovatif lainnya. Jadi kajian dan analisis tidak hanya di awal pembahasan RUU. Sebagaimana komentar Ketua bidang pengkajian dan analisis ini. “Biasanya kita bertemu dengan mereka untuk pembahasan/ pengkajian awal mengenai sebuah rancangan undang-undang. P3DI juga adakan itu. Jadi, biasanya kami bertemu mereka. Ketika melakukan pembahasan awal dari sebuah rancangan undang-undang dan mereka, seperti: perpustakaan berjalan buat kami para anggota DPR. Jadi, kita mendapatkan informasi dari mereka, buat informasi awal.”
2. Bidang Perpustakaan Ternyata tidak selalu yang pendidikannya lebih tinggi lebih mencari informasi melalui perpustakaan. Penulis menemukan anggota DPR RI dari kalangan artis yang pendidikannya S1 lebih memilih menggunakan informasinya melalui sumber formal seperti perpustakaan daripada anggota
93
DPR RI dari kalangan artis yang pendidikannya S2 lebih memilih menggunakan I-pad (teknologi smartphone). Hal ini membuktikan bahwa masih perlu anggota DPR RI dari kalangan artis menyempatkan diri berkunjung secara fisik ke perpustakaan. Walaupun hanya untuk meminjam buku dan fotokopi Koran. Jadi, tidak harus selalu menyuruh staf ahli atau staf perpustakaan yang mengambilkan buku. Bahkan, dibuatkan analisanya oleh bidang kajian dan analisa. Sebagaimana komentar salah satu staf layanan bidang perpustakaan ini. “Tantowi minta Kliping. Kalau dia mintanya ini. Dia-kan di komisi 8. Jadi tentang komisi 8 dan sama yang dia ngomong. Misalnya di koran ada yang dia ngomong di kliping. Iya dianterin ke ruangannya.” Untuk perpustakaan DPR RI yang terdiri dari 2 (dua) lantai, yang terdiri lantai 1 (satu) untuk ruang koleksi koran dan ruang baca koran, sedangkan lantai 2 (dua) untuk ruang koleksi buku umum dan referensi, ruang baca dan ruang kerja. Layanan jasa yang menjadi andalan adalah Koran dan kliping. Untuk layanan Koran sampai dengan diwawancarai berjumlah 13 langganan koran. ”kita memang langganan koran kan ada 13 koran.” Layanan koran sendiri perpustakaan memfasilitasi tidak hanya yang di ruangan perpustakaan, tapi juga semua anggota DPR RI mendapat 2 langganan koran dan 1 langganan majalah yang langsung diantar ke ruangannya sesuai pilihannya. ”Koran, surat kabar, majalah anggota. Kalau itu (data langganan) tanya mbak rini. Koran 2 (dua) dan majalah 1 (satu). Tapi, kalau untuk
94
mekanismenya. Kalau yang ganti langganan mekanismenya tanya mbak Rini (bendahara bidang perpustakaan). Tau tunggu satu bulan baru ganti atau hari itu juga ganti nggak tau juga. Kalau dia yang tau di lapangan. Kalau kita yang terima komplain.”
B. Hambatan-Hambatan Pencarian Informasi Anggota DPR RI dari Kalangan Artis dan Pekerja Informasi di P3DI Hampir dapat dipastikan bahwa setiap orang akan mengalami suatu hambatan dalam melakukan pencarian informasi. Setiap orang memiliki hambatan yang sama maupun berbeda. Informasi tersebut mengalami beberapa hambatan untuk didapatkan. Karena berbagai macam faktor. Biasanya ada banyak faktor yang mempengaruhi pencarian informasi, beberapa diantaranya faktor internal maupun eksternal dari pencari dan penyedia informasi. Faktor internal misalnya kemampuan pencari dan penyedia informasi dalam penggunaan teknologi. Faktor eksternalnya misalnya keterbatasan waktu dalam melakukan pencarian informasi. Hambatan menurut Wilson dapat dikategorikan menjadi hambatan individu (personal), lingkungan (environment) dan hubungan antar individu (interpersonal). Berikut ini bebereapa komentar tentang hambatan-hambatan dalam pencarian informasi anggota DPR RI dari kalangan artis.
95
Tabel 12. Hambatan dalam pencarian informasi No. Informan
Pernyataan
1
OA
Hambatan kalau biaya nggak. Cuman hambatan itu-kan Anggota dewan kalau TA-nya itu cuman 2. Kalau di Amerika itu seorang anggota dewan itu TA-nya 7. Begitu, karena memang banyaknya yang harus dia baca, banyak yang harus dicari informasi. Sementara TA 2 ini 1 menangani dewan, 1 menangani tentang pekerjaan. Tentang pekerjaan ini banyak aspek yang dilihat, seperti yang tadi saya katakan tentang kerjasama lintas sektoralnya dan bagian dari TKI dan KEMENAKERTRANS, Upah minimumnya, komponen uji kelayakannya. Jadi memang TA ini harus banyak membaca. Nah untuk 1 rapat biasanya kita ini dikasih agenda rapat itu sehari sebelumnya atau 2 hari sebelumnya artinya mereka mempersiapkan. Jadi kadang-kadang karena waktu sangat pendek atau kadang-kadang dari pemerintahnya sendiri memberikan bahan rapatnya baru sehari sebelumnya. Jadi besok rapat dikasihnya baru siang ini. Artinya kita musti ngebahas yang dia kasih, itukan musti dibahas di TA gitu-kan. TA dibahas baru kemudian dibicarakan dengan saya, didiskusikan dengan saya. Nah, Kadang-kadang datangnya siang, dia juga belum bikin, saya baru dapat e-mail-nya malam. Jadi pagi-pagi baru diskusi kadang-kadang tidak sempet diskusi dah langsung rapat gitu. Kadang-kadang bisa seperti itu. Jadi Kendalanya memang adalah bahan rapat yang diberikan oleh pemerintah itu kadang-kadang sangat dadakan dengan schedule [jadwal] rapat atau kadang-kadang juga schedule yang dibuat oleh sekretariat untuk rapat itu juga kadang dadakan itu juga jadi membuat informasi yang kami/saya dapatkan itu menemui hambatan. Tapi, sekali lagi itu tidak terlalu signifikan begitu. Karena tadi kita sudah mempunyai pengalaman kan dengan rapat-rapat terdahulu.
2
IK
Hambatan : ketidaksediaan waktu yang cukup untuk menggali lebih dalam mengenai hal yang sedang di cari.
Hambatan yang dialami para anggota DPR RI dari kalangan artis pada saat melakukan strategi aktivitas pencarian informasi umumnya berhubungan dengan
96
waktu untuk menggali informasi secara mendalam, tapi hal itu dapat diatasi dengan baik melalui pengalaman-pengalaman sebelumnya. Adapun hambatan yang membuat anggota DPR RI dari kalangan artis berhenti mencari dapat dilihat pada komentar berikut ini. Tabel 13. Hambatan yang membuat berhenti mencari informasi No. Informan
Pernyataan
1
OA
Nggak pernah ya selalu ada saja. Karena ini tinggal TA saya menghubungi saya luar biasa gitu. Ga ada itu yang mentok, selalu ada saja yang bisa di bahas.
2
IK
Rutinitas/kesibukan sehari-hari dan jadwal pekerjaan.
IK berkomentar bahwa ada 2 (dua) hal yang membuatnya berhenti mencari informasi yaitu kesibukan sehari-hari dan jadwal pekerjaan, sedangkan OA menganggap tidak ada satupun yang dapat membuatnya berhenti mencari informasi. Karena hal seperti itu dapat diatasi dengan komunikasi yang intensif antara Tenaga ahli dan anggota DPR RI. Adapun hambatan lainnya yang terjadi biasanya ketidaktahuan akan saluran dan sumber informasi. Berikut ini komentarnya. Tabel 14. Hambatan pencarian informasi pada ketidaktahuan akan saluran dan sumber informasi No. Informan Pernyataan 1
OA
Saya tahulah buka google. Maksudnya teknologi bukan, saya tidak gapteklah. Bahkan saya dulu kan Saya pake IPad, saya kan pernah ke luar negeri. I-Pad kan berat ya. Akhirnya tuch saya beli Samsung/galaxy note tuch. Karena saya pikir kalau ke luar negeri enak bawa galaxy note tuch lebih kecil. Jadi sekali lagi memang teknologi itu memang sangat membantu daripada bawa hardcopy mending bawa galaxy note aja yang ringan.
97
2
IK
Tidak, dengan perkembangan teknologi semuanya menjadi mudah.
Antara OA dan IK menganggap saluran dan sumber informasi itu hanya berasal dari teknologi dan hal itu tidak menjadikanya penghambat. Bahkan, dengan perkembangan teknologi yang ada. Dengan adanya teknologi juga bukan penghambat dan menjadikannya saluran dan sumber informasi utama. Untuk lembaga informasi masih dijadikan saluran dan sumber informasi alternatif. Setelah perkembangan teknologi, seperti google (pencarian data) dan Smartphone (fasilitas internet untuk e-mail, koran digital, dan lain-lain).
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab terakhir ini akan dikemukan kesimpulan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh dari pengumpulan data berdasarkan uraian pada bab sebelumnya. Kesimpulan yang diambil ini juga merupakan jawaban dari permasalahan yang sebelumnya dirumuskan di awal bab skripsi ini. Selain kesimpulan ada juga saran yang kiranya bisa penulis berikan masukan kepada pekerja informasi di P3DI (Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi) dan anggota DPR RI serta pihak-pihak yang terkait lainnya sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan ini. A. Kesimpulan Berdasarkan penjelasan yang diuraikan pada bab 4 (empat), maka temuan tersebut dapat dirumuskan dan diambil beberapa kesimpulan. Kesimpulan yang diambil dalam penelitian ini adalah temuan berdasarkan informan yang dimintai keterangannya dalam penelitian ini. Dalam penelitian kualitatif dengan jumlah informan hanya 4 (empat) orang, maka hasilnya tidak dapat digeneralisasikan. Sehingga keseluruhan populasi disamakan sikapnya sebagaimana keterangan yang disampaikan oleh informan. Di sini lebih mengungkapkan penjabaran dari fenomena yang ada dari masing-masing yang diteliti secara lebih mendalam. Adapun kesimpulan yang diambil dari peneltian ini adalah:
98
99
1. Untuk kebutuhan informasinya, anggota DPR RI dari kalangan artis lebih kepada informasi-informasi, seperti: faktor pekerjaannya yang berhubungan dengan bidang sosial budaya, ekonomi, perkembangan politik terkini dan isuisu nasional lainnya. Serta informasi-informasi lainnya yang mendukung fungsi-fungsi anggota dewan sesuai masing-masing komisinya. 2. Untuk memenuhi kebutuhan informasi, pencarian informasi anggota DPR RI dari kalangan artis ini dilakukan dengan mengandalkan staf ahli masingmasing anggota DPR RI yang berjumlah 2 orang dan 1 orang staf/asisten pribadi. Ada juga yang mengandalkan staf ahli komisi, sedangkan untuk pencarian langsung ke perpustakaan menemukan lebih dari 1 anggota DPR RI dari kalangan artis dan belum ada satupun anggota DPR RI dari kalangan artis yang mencari informasi ke bidang Pengkajian dan analisis. 3. Pada kenyataannya anggota DPR RI dari kalangan artis beberapa masih banyak yang tidak tahu lokasi P3DI khususnya bidang analisis dan pengkajian. Sehingga yang banyak memanfaatkan hanya ketua DPR RI, staf anggota DPR RI, PAMDAL (pengamanan dalam), mahasiswa dan lain-lain. Mereka juga lebih cenderung memanfaatkan lembaga informasi bidang perpustakaan daripada bidang PAIS, sedangkan peran bidang pengkajian dan analisis lebih banyak di awal pembahasan suatu RUU. Tujuan penggunaan informasi yang mereka lakukan dalam memenuhi kebutuhan informasinya adalah untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam melaksanakan 3 fungsi DPR (Pengawasan kebijakan pemerintah, bersama-sama pemerintah membuat
100
anggaran dan membuat undang-undang). Penggunaan informasi masih didominasi informasi digital dan koran. 4. Hambatan utama mereka dalam pencarian informasi adalah waktu yang sempit dalam mencari langsung ke sumber informasi dan staf ahli yang kurang dalam pencarian informasi.
B. Saran Adapun beberapa saran yang dapat penulis berikan adalah: 1. Untuk melengkapi penelitian ini, dirasakan perlu diadakannya penelitian lanjutan seperti perilaku pencarian informasi staf ahli anggota DPR RI, perilaku pencarian informasi pekerja informasi P3DI dan lainnya yang dirasa perlu. 2. P3DI sebaiknya lebih sering mempromosikan bidang-bidang yang ada. Alangkah lebih baiknya juga perpustakaan mengadakan pendidikan pemakai khususnya mengenai pencarian informasi. Agar UU yang dapat disahkan atau dihasilkan jadi lebih banyak (seimbang antara RUU dan UU) dan baik (diterima masyarakat banyak). 3. P3DI sebaiknya lebih berperan aktif lagi “jemput bola” dalam memberikan informasi yang diinginkan anggota DPR RI dan anggota DPR RI lebih sering lagi ke P3DI. Walaupun hanya untuk mengetahui informasi terbaru.
101
4. Sekretariat Jenderal DPR RI sebaiknya menambah jumlah sumber daya manusia khususnya di bagian analisis P3DI dan staf ahli anggota DPR RI. 5. P3DI sebaiknya menambah koleksi yang ada dan menginformasikan buku-buku baru kepada anggota DPR RI serta mengemas informasi yang dimiliki menjadi lebih cepat & mudah dicari.
DAFTAR PUSTAKA
Albarracín, et.al. The Handbook of Attitude. [S.l]: Routledge, 2005. Arsland, A. H. “Studi tentang kebutuhan dan pencarian informasi anggota DPR RI dalam proses penerbitan suatu UU atas usul inisiatif.” Tesis S2 Pascasarjana Program Studi Ilmu Perpustakaan, Informasi dan Kearsipan bidang Ilmu Budaya UI Depok, 2001. Atherton, Pauline. Handbook for information system and services. Paris: UNESCO, 1977. Bouazza, Abdelmajed. Information user studies dalam Allen Kent (Editor) Encyclopedia of library and information science. New York: Marcel Dekker, 1989. Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu sosial lainnya. Jakarta: Kencana, 2009. Choo, Chun Wei. et. all. Web Work: Information Seeking and Knowledge Work on the World Wide Web. London: Kluwer Academic Publisher, 2000. Darmono & Yunaldi. “Kajian pemakai informasi: Prospeknsya dalam lingkup kepustakawanan di Indonesia,” Vol. 19 No. 1 (1996). Echol, John M. et al. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia, 1996. Edward, Evan G. Developing library and information center collection. 2nd ed. Littleton: Library Unlimited, 1987. Ellis, et.al. “A comparison of the information seeking patterns of researchers in the physical and social sciences.” Journal of documentation. Vol.49, no. 4, (December 1991). George R. Terry. Office Manajemen and Control, Illinois: Homewood, 1962. Gochman, David S. Handbook of Health Behavior Research: Relevance for Professionals and Issues for the Future. [S.l]: Springer, 1997. Hanson, C.W. Research user’s needs: users. Aslib proceesings, 16 (2, 1964).
102
103
Hayden, K. Atx. Information seeking models. Calgary: the University of Calgary, 2000. Artikel diakses pada 20 Maret 2009 dari http://www.ucalgaryca/~ahayden/seeking.html. Herman, Zul. Program pendidikan pemakai di Pusat Regional Biologi Tropika (Biotrop) dan Pusat Dokumentasi Ilmiah Nasional Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PDIN-LIPI): Sebuah tinjauan, Depok: Jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, 1983. Hermawan, Rachman dan Zen, Zulfikar. Etika kepustakawanan : suatu pendekatan terhadap kode etik pustakawan Indonesia. Jakarta : Sagung Seto, 2006. Hidayat, Ferdi. Karakter Pengguna Perpustakaan. Artikel diakses pada 29 Desember 2010 dari http://www.fedri-hidayat.co.cc/2009/12/karakterpengguna-perpustakaan.html. Kosasih, Aa. Jasa Informasi Pada Perpustakaan. Artikel diakses pada tanggal 14 Januari 2011 dari http://
[email protected] Kuhlthau, Carol C., “Inside the searching process: information seeking from the user’s perspective.” Journal of the American Society for Information Science, no. 42 (Mei 1993): h. 361-371. Lancester, F.W., “User education: the next major thrust in information science?” Journal of education for librarianship, no. 11 (Januari): h. 55 Moleong, Lexy J. Metode penelitian kualitatif: Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004. Mangindaan, Christina. dkk. Perilaku informasi dosen dalam proses penelitian [laporan penelitian]. Jakarta: Universitas Terbuka, 1993. Meyer, Hester W. J. The nature of information, and the effective use of information in rural development. Information research, 10 (2), (January, 2005). h. 214. Diakses pada tanggal 20 Maret 2009 dari http://informationR.net/ir/10-2/paper214.html Nasuhi, Hamid. Pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis dan disertasi). Jakarta: CEQDA, 2006. Notoatmodjo, Sukidjo. Metodologi pendidikan dan pengajaran, Jakarta: BPKM FKMUI, 1980. Orna, Elizabeth. “Should we educate our user? Aslib Proceedings.” 30 April 1978.
104
Palmer, Judith. Scientist and information: I using cluster analysis to identify information style dalam The journal of Documentation, 47 (2). (1991). Pannen, Paulina. A study in information seeking and use behaviors of resident students and non resident student in Indonesia tertiary education. [S.l]: [Disertasi the School of Education at Syracuse University], 1990. Pendit, Putu Laxman. Makna informasi: potensi dan tantangan. Jakarta: Kesaint Blanc, 1992. Pinneli, Thomas E., A study in information seeking and use behaviors of resident student and non resident student in Indonesia tertiary education. Disertasi S3 the School of Education at Syracuse University, 1990. Pirog, Wojciech. Training of documentation and information users. Unesco Bulletin for Libraries, no. 24(Mei) Pusat Pembinaan dan Pengembangan bahasa. Ejaan dalam bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992. Pusat pembinaan dan pengembangan bahasa. Pedoman umum ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Bandung: Pustaka Setia, 1996. Putubuku, Ragam perilaku informasi, diakses pada tanggal 16 Des. 2010 dari http://iperpin.wordpress.com/tag/pencarian-informasi/ Romli, Lili, ed. Pemilu 2009 dan konsolidasi demokrasi. Jakarta: Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi, Sekretariat Jenderal DPR RI, 2008. Santoso, F. Harianto. Wajah DPR dan DPD 2009-2014: latar belakang pendidikan dan karier. Jakarta: Kompas, 2010. Saraszwave, Pengaruh Five Traits Personality dengan Perilaku Penemuan Informasi Individu , diakses pada tanggal 16 Des. 2010 dari http://saraszwave.wordpress.com/2009/05/09/pengaruh-five-traitspersonality-dengan-perilaku-penemuan-informasi-individu/ Sarwono, Sarlito Wirawan. Pengantar umum psikologi. Jakarta: Bulan Bintang, 1996. Sholeh, Asrorun Ni’am. Perpustakaan jendela peradaban: teks, konteks, dan dinamika pembahasan Undang-undang tentang perpustakaan. Jakarta: eLSAS, 2008.
105
Stevenson, Janet. Dictionary of library and information management, Teddington, Midlesex: Peter Collin, 1997. Sugiono. Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2005. Sulistyo-Basuki. Kamus istilah kearsipan. Yogyakarta: Kanisius, 2005. . Materi pokok kerjasama dan jaringan perpustakaan; 1-6, PUST 2256/2SKS. Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud, 1996. . Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993. . Teknik dan jasa dokumentasi. Jakarta: Gramedia, 1992. Sulistyo-Basuki, dkk. Perpustakaan dan Informasi dalam konteks budaya Depok: Departemen Ilmu Perpustakaan dan Informasi, FIB UI, 1993 Sutarno. Mengenal Perpustakaan. Cet. 1. Jakarta: Jala Permata, 2006. Trimo, Soejono. Dari Dokumentasi ke Sistem Informasi Manajemen. Bandung: Remaja Karya, 1987. Wilson, T.D. On user studies and information needs. Journal of librarianship, 37 (1), no. 3-15., artikel diakses pada tanggal 20 Maret 2009 dari http://informationr.net/tdw/publ/papers/1981infoneeds.html Young, Heartsill. ALA Glosary of Library and Information Science. Chicago: ALA, 1983. Yulianah, Kebutuhan informasi pemustaka: Studi kasus di perpustakaan keliling Kota Administrasi, Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Program Studi Ilmu Perpustakaan, 2009. Yusuf, Pawit M. Ilmu informasi, komunikasi, dan kepustakaan. Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Yusuf, Pawit M. Pedoman mencari sumber informasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995. Wawanudin. “Peran jasa perpustakaan DPR RI terhadap pemenuhan kebutuhan informasi bagi pegawai Sekretariat Jenderal DPR RI.” Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2006.
106
Wijayanti, Lucky. Perilaku pencarian informasi staf pengajar Fakultas Sastra UI dalam melakukan penelitian. Depok: [Tesis PSIP-PPFSUI], 2001. Zulfahmi. Selebritas menjadi Caleg: Untung atau rugi bagi partai, Media Indonesia 12 September 2008.
Lampiran 1 SURAT TUGAS MENJADI PEMBIMBING
107
108
Lampiran 2 SURAT IZIN PENELITIAN
109
Lampiran 3 Nomor : Istimewa Lamp. : 1 berkas Hal. : Izin Wawancara
Jakarta, 11 Juni 2012
Kepada Yth. Ingrid Maria Palupi Kansil, S. Sos. Anggota DPR RI Di tempat Assalamu’alaikum Wr. Wb. Dengan hormat saya sampaikan bahwa: Nama : Heri Ferdiansyah NIM : 106025001050 Alamat : Jln. Lembang II RT 02/RW 07 No. 09 Sudimara Barat, Ciledug, Kota Tangerang – Banten 15151, Telp./HP 02195923280, email :
[email protected] Adalah mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Ilmu Perpustakaan (bukti terlampir) yang sedang menyusun skripsi berjudul “Perilaku Pencarian Informasi Anggota DPR RI dari Kalangan Artis dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi”. Saya memerlukan data untuk penulisan skripsi. Oleh sebab itu, saya mohon Ibu dapat memberikan izin untuk melakukan wawancara atau menjawab pertanyaan yang terlampir (dikirim melalui e-mail). Demikian atas bantuan dan kerjasama Ibu, kami ucapkan terimakasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Mahasiswa,
Heri Ferdiansyah NIM. 106025001050
NB : Mohon dijawab segera melalui SMS ke no. HP diatas, disertai alamat e-mail.
110
Nomor : Istimewa Lamp. : 1 berkas Hal. : Izin Wawancara
Jakarta, 11 Juni 2012
Kepada Yth.
Dra. Hj. Okky Asokawati, M.Si. Anggota DPR RI Di tempat Assalamu’alaikum Wr. Wb. Dengan hormat saya sampaikan bahwa: Nama : Heri Ferdiansyah NIM : 106025001050 Alamat : Jln. Lembang II RT 02/RW 07 No. 09 Sudimara Barat, Ciledug, Kota Tangerang – Banten 15151, Telp./HP 02195923280, email :
[email protected] Adalah mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Ilmu Perpustakaan (bukti terlampir) yang sedang menyusun skripsi berjudul “Perilaku Pencarian Informasi Anggota DPR RI dari Kalangan Artis dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi”. Saya memerlukan data untuk penulisan skripsi. Oleh sebab itu, saya mohon Ibu dapat memberikan izin untuk melakukan wawancara atau menjawab pertanyaan yang terlampir (dikirim melalui e-mail). Demikian atas bantuan dan kerjasama Ibu, kami ucapkan terimakasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Mahasiswa,
Heri Ferdiansyah NIM. 106025001050
NB : Mohon dijawab segera melalui SMS ke no. HP diatas, disertai alamat
e-mail.
111
Lampiran 4
112
Lampiran 5 Nama lengkap
: Okky Asokawati
Tempat, tanggal lahir
: Jakarta, 6 Maret 1961
Agama
: Islam
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat rumah
: Jl. Kemang I D No. 14A Jakarta
Keluarga
: Anak : 2 orang
Komisi
: 9 (Sembilan)
Jabatan di komisi
`: -
Anggota Komisi 9
-
Anggota Panja RUU Keperawatan
-
Anggota Panja Konsorsium asuransi kesehatan
-
Anggota Panja Jamkesmas dan
-
Anggota Regional BKSAP Parlemen)
(Badan
Kerjasama
antar
Pendidikan : -
S-1, Fakultas Psikologi UI, Depok (1988)
-
Program S-2, Fakultas Psikologi UI, Jakarta (sejak 2007)
Perjalanan karier : -
Pengajar dan Pudek III, Fakultas Psikologi Universitas Pancasila, Depok
-
Duta Koperasi Wanita (Kementerian Koperasi) (2008)
-
Trainer pada berbagai Pelatihan Pengembangan Kepribadian
-
Konsultasi Psikologi pada majalah Wanita Prada, Jakarta
-
Kolumnis pada Majalah Muslimah Paras, Cibubur
-
Pimpinan Pusat Konsultasi Psikologi Terapan, Universitas Pancasila, Depok
Pengalaman Organisasi : -
Anggota Ikatan Sarjana Psikologi UI, Jakarta (1994-1995)
-
Public Relation Percasi (1998-1999)
-
Pimpinan Pusat Konsultasi Psikologi Terapan, Fakultas Psikologi Universitas Pancasila (sejak 2006)
Dicalonkan oleh
: Partai Persatuan Pembangunan
Daerah pemilihan
: DKI Jakarta II (Kota Jakarta Pusat + Luar Negeri, Jakarta Selatan
Perolehan Suara
: 17.343 (8,9 persen)
BPP : 195.620
113
Nama lengkap
: Ingrid Maria Palupi Kansil, S.Sos
Tempat, tanggal lahir
: Cianjur, Jawa Barat, 9 November 1973
Agama
: Islam
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat rumah
: Jl. Taman Puncak Mas No. 38 Babakan Madang, Bogor
Keluarga
: Dr. H. Sjarifuddin Hasan, SE, MM, MBA (suami) Anak : 2 orang
Komisi
: 8 (Delapan)
Jabatan di komisi
`: -
Anggota Komisi 8
-
Anggota Panja Madrasah
-
Anggota Panja Kesetaraan dan Keadilan Gender
-
Anggota Jaminan Produk Halal
-
Dan Anggota Badan Legislasi
Pendidikan : -
S-1, Fakultas Ilmu Komunikasi, Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jakarta
Perjalanan karier : -
Sekretaris PT Mawatindo (1997)
-
Sekretaris PT Esprit Group (1998)
-
Marketing Director PT Mesa Apsara
-
Bintang Iklan
-
Bintang Sinetron
-
Presenter Kroscek – Trans TV, Jakarta
-
Presenter Kabar Tokoh – TV One, Jakarta
-
Presenter Diambang Batas – Metro TV, Jakarta
Pengalaman organisasi : -
Sekretaris I Papindo (2003)
-
Ketua Persaudaraan Istri Anggota FPD
-
Ketua Forum Perempuan Seniman Demokrat
Dicalonkan oleh
: Partai Demokrat
Daerah Pemilihan
: Jawa Barat – IV (Sukabumi, Kota Sukabumi)
Perolehan Suara
: 33.418 (20,3 persen) BPP : 164.791
114
Lampiran 6
Gambar 1. Wawancara dengan Okky Asokawati
Gambar 2. Observasi di Perpustakaan DPR RI
115
Lampiran 7 Struktur Organisasi Sekjen (Sekretariat Jenderal) DPR RI
Keterangan: Deputi bidang anggaran dan pengawasan struktur dibawahnya, meliputi: Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN, Biro Pengawasan Legislatif, dan Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi. Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi struktur dibawahnya, meliputi: Bidang Data dan Sarana Informasi, Bidang Pengkajian dan Analisa, Bidang Arsip dan Dokumentasi, dan Bidang Perpustakaan.
116
Lampiran 8 DOKUMEN DARI BIDANG PENGKAJIAN DAN ANALISIS
Lembar disposisi untuk P3DI
117
Memo untuk P3DI
118
Lampiran surat disposisi atau memo
119
Laporan P3DI
120
Laporan P3DI
121
Laporan P3DI
122
Laporan P3DI
123
Laporan P3DI
124
Laporan P3DI
125
Laporan P3DI
126
Laporan P3DI
127
Laporan P3DI
128
Laporan P3DI
129
Laporan P3DI
130
Lampiran 9 DOKUMEN DARI BIDANG PERPUSTAKAAN
Gambar brosur Perpustakaan tampak depan.
Gambar brosur Perpustakaan tampak belakang.
131
Bon Peminjaman
Formulir berlangganan surat kabar/ majalah
132
Daftar langganan Koran anggota Fraksi PDIP
133
Kliping tentang DPR RI.
134
Lampiran 10 Hasil Wawancara
Responden/Informan : Okki Asokawati Jabatan
: Anggota DPR RI dan Anggota Regional BKSAP
Waktu Wawancara
: 14.00 WIB
Hari/Tanggal
: Rabu, 20 Juni 2012
Tempat
: Gedung Nusantarara 1 Lantai 15 Ruang 1512
Keterangan
: R = Informan, P = Peneliti
1. P : Dapatkah anda ceritakan informasi apa yang sedang anda butuhkan? R : Menjawab: Anggota dewan fungsi-fungsinya 3: dalam hal pengawasan kinerja pemerintah, melakukan pembuatan anggaran bersama pemerintah dan yang ketiga membuat undang-undang. Di dalam ketiga fungsi anggota DPR itu tentunya kami membutuhkan informasi. Kalau ditanyakan informasi apa yang sedang saya cari saat ini? sebagai anggota komisi IX yang menangani bidang kesehatan, ketenaga kerjaan, kemudian mengenai juga Obat dan pengawasan Bahan Makanan atau Badan POM, maka yang sedang saya cari itu sebetulnya tertarik dengan proses pembuatan rancangan undang-undang.
2.
P : Apa tujuan dari informasi tersebut? R : Menjawab: Tentu informasi itu kita buat sebagai bentuk pengawasan kita terhadap kinerja pemerintah. Jadi untuk bisa kita mengawasi dengan baik, untuk bisa kita melakukan analisa terhadap pekerjaan pemerintah atau eksekutif, maka kita harus bisa mempunyai informasi yang akurat dong. Kita harus mempunyai data-data, kita harus mempunyai statistikstatistik. Sehingga kita bisa mengkounter apa-apa yang sudah atau belum dilakukan oleh pemerintah. Sehingga nanti hasil dari informasi yang kita dapatkan kemudian kita counter dengan eksekutif. Sehingga hasil dari rapat antara legislatif dan eksekutif. Kita bisa mendapatkan rekomendasi untuk kinerja kita selanjutnya.
3.
P : Selama pencarian informasi berlangsung, pertanyaan-pertanyaan apa saja yang muncul dan ingin ditemukan?
135
R : Menjawab: Karena memang saya adalah PANJA/panitia kerja untuk perumusan rancangan undang-undang keperawatan. Jadi ya, memang hal-hal seperti itu yang saya butuhkan informasi-informasi. Hal-hal atau informasi yang terkait seperti itu. Selain itu juga saya tergabung di panja konsorsium asuransi TKI. Karena memang banyak masalah-masalah dikeluhkan oleh para TKI kita yang berada di luar negeri mereka sudah bayar premi, tapi ketika mau mengklaim asuransinya mereka sulit mendapatkannya. Dan kami di komisi IX merasa perlu membuat panja ini. Untuk segera memberikan rekomendasi kepada pemerintah. Jadi halhal yang terkait dengan konsorsium TKI, itu juga menjadi informasi yang saya cari juga. Selain itu juga, Saya saat ini juga menjadi panja jamkesmas/Jaminan Kesehatan Masyarakat, nah kenapa ada panja jamkesmas ini. Karena asuransi sosial bagi rakyat Indonesia yang berupa jamkesmas tadi itu nanti tahun 2014 akan berubah bentuk menjadi BPJS (Badan Pemelihara jaminan sosial kesehatan). Nah, peralihan atau transformasi dari jamkesmas ke BPJS inilah, maka komisi IX membuat panja juga. Nah, hal itu yang menjadikan saya membutuhkan informasi terkait dengan panja-panja tadi.
4.
P : Apa yang anda rasakan ketika persoalan tersebut muncul dan apa yang anda rasakan setelah anda mendapatkan jawabannya? Gimana perasaan anda kalau tidak mendapatkan jawabannya? R : Menjawab: Saya merasa bersyukur dan saya merasa terkayakan dengan informasi itu. Karena menurut saya tanpa informasi yang baik, tanpa informasi yang banyak, tanpa informasi yang akurat sesuai dengan topik yang akan kita bahas. Maka, pembahasan atau ide yang kita keluarkan atau masukan yang kita keluarkan atau cara kita mengkritisi pemerintah itu tidak akan baik. Kalau memang informasi itu hanya sekedar permukaan saja tanpa saya memahami betul maksud di balik itu maka saya yakin apa yang saya utarakan, yaitu yang saya sampaikan kepada pemerintah. Pemerintah juga, mereka tidak akan mendapatkan pengawasan apa-apa. Jadi kalau misalnya staf ahli memberikan informasi biasanya nggak cuman langsung dikasih terus dibaca sendiri tapi, biasanya setelah itu kita melakukan diskusi. Ya, saya tidak mau kerja, mendingan harus ada dulu, mendingan saya nggak usah datang ke kantor/mendingan nggak usah rapat. Saya nggak/tidak punya apa-apa di back mind saya ini, tidak ada peluru buat saya berbicara, peluru untuk melakukan penyerangan, atau tidak mempunyai informasi untuk mengkritisi pemerintah atau membahas suatu rancangan undang-undang karena saya merasa galau, nggak enak, nggak percaya diri. Mending nggak usah ikut. Kalau saya tidak mendapat informasi tepatnya saya tidak merasa percaya diri.
136
5.
P : Biasanya berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencari informasi? R : Menjawab: Karena kita inikan mitranya-kan itu-itu aja kemenkes, kemenakertrans, jamsostek, jadi ya nggak lama waktu untuk mempelajari informasi itu. Karena itu lagi, paling ya beda-beda tipis.
6.
P : Apakah anda pernah ke Perpustakaan dan Pengkajian dan Analisis? R : Menjawab: Perpustakaan saya belum pernah selama di DPR ini. Bahkan sampai saat ini saya tidak tahu Perpustakaan disini Karena saya bener-bener link online staf ahli. Memang dimana perpustakaannya?
7.
P : Paling suka mencari informasi dengan menggunakan saluran (Formal: perpustakaan, dan Pengkajian dan analisis (PAIS); dan informal: rekan sejawat, tv, koran, radio, dll.) dan sumber informasi apa (tercetak: buku, koran, majalah, jurnal; dan tidak tercetak: seminar, diskusi, konferensi, studi banding.)? R : Menjawab: Sebagai anggota dewan itu kan kita difasilitasi mempunyai 3 staf; 2 Tenaga ahli/TA dan 1 aspri/asisten pribadi atau sekretaris. Nah, jadi biasanya memang informasi itu saya dapatkan melalui staf ahli ini atau tenaga ahli ini, nah kadang-kadang juga saya mencarinya melalui internet, juga kadang-kadang saya mencari melalui literatur, tapi bisa dikatakan 70 persen informasi itu saya dapatkan dari internet. Kalau dari Koran itu juga termasuk; eh iya, biasanya baca kompas, media Indonesia, merdeka, tempo. Acara-acara TV juga menjadi informasi juga, di program-program ataupun berita-berita. Yah, program-program yang menjadikan di lembaga informasi di Metro itu ada Dinas kesehatan kerja sama antara Metro dan Departemen Kesehatan atau juga tentang ada yang metro kerja sama dengan JAMSOSTEK. Tentu program-program yang ada kaitannya dengan mitra kerja kita di komisi IX.
8.
P : Dalam melakukan pencarian tersebut, apakah anda mengalami hambatan, hambatan-hambatan apa yang anda temukan atau alami? R : Menjawab: Hambatan kalau biaya nggak. Cuman hambatan itu-kan Anggota dewan kalau TA-nya itu cuman 2. Kalau di Amerika itu seorang anggota dewan itu TA-nya 7. Begitu, karena memang banyaknya yang harus dia baca, banyak yang harus dicari informasi. Sementara TA 2 ini 1 menangani dewan, 1 menangani tentang pekerjaan. Tentang pekerjaan ini banyak aspek yang dilihat, seperti yang tadi saya katakan tentang kerjasama lintas sektoralnya dan bagian dari TKI dan KEMENAKERTRANS, Upah minimumnya, komponen uji
137
kelayakannya. Jadi memang TA ini harus banyak membaca. Nah untuk 1 rapat biasanya kita ini dikasih agenda rapat itu sehari sebelumnya atau 2 hari sebelumnya artinya mereka mempersiapkan. Jadi kadang-kadang karena waktu sangat pendek atau kadang-kadang dari pemerintahnya sendiri memberikan bahan rapatnya baru sehari sebelumnya. Jadi besok rapat dikasihnya baru siang ini. Artinya kita musti ngebahas yang dia kasih, itukan musti dibahas di TA gitu-kan. TA dibahas baru kemudian dibicarakan dengan saya, didiskusikan dengan saya. Nah, Kadangkadang datangnya siang, dia juga belum bikin, saya baru dapat e-mailnya malam. Jadi pagi-pagi baru diskusi kadang-kadang tidak sempet diskusi dah langsung rapat gitu. Kadang-kadang bisa seperti itu. Jadi Kendalanya memang adalah bahan rapat yang diberikan oleh pemerintah itu kadang-kadang sangat dadakan dengan schedule [jadwal] rapat atau kadang-kadang juga schedule yang dibuat oleh sekretariat untuk rapat itu juga kadang dadakan itu juga jadi membuat informasi yang kami/saya dapatkan itu menemui hambatan. Tapi, sekali lagi itu tidak terlalu signifikan begitu. Karena tadi kita sudah mempunyai pengalaman kan dengan rapat-rapat terdahulu.
9.
P : Apa yang menghambat anda, sehingga berhenti mencari informasi? R : Menjawab: Nggak pernah ya selalu ada saja. Karena ini tinggal TA saya menghubungi saya luar biasa gitu. Ga ada itu yang mentok, selalu ada saja yang bisa di bahas.
10.
P : Apakah ketidaktahuan akan sumber dan saluran informasi menghambat mencari informasi? R : Menjawab: Saya tahulah buka google. Maksudnya teknologi bukan, saya tidak gapteklah. Bahkan saya dulu kan Saya pake I-Pad, saya kan pernah ke luar negeri. I-Pad kan berat ya. Akhirnya tuch saya beli Samsung/galaxy note tuch. Karena saya pikir kalau ke luar negeri enak bawa galaxy note tuch lebih kecil. Jadi sekali lagi memang teknologi itu memang sangat membantu daripada bawa hardcopy mending bawa galaxy note aja yang ringan.
138
Responden/Informan : Ingrid Maria Palupi Kansil, S.Sos Jabatan
: Anggota DPR RI dan Anggota Badan Legislasi
Waktu Wawancara
: 16.35 WIB
Hari/Tanggal
: Senin, 30 Juni 2013
Tempat
: Gedung Nusantarara 1 Lantai 09 Ruang 0917
Keterangan
: R = Informan, P = Peneliti
1. P : Dapatkah anda ceritakan informasi apa yang sedang anda butuhkan? R : Menjawab: Saya biasanya membutuhkan segala macam informasi, baik itu sosial budaya, ekonomi, sosial maupun perkembangan politik terkini dan isu-isu nasional lainnya.
2.
P : Apa tujuan dari informasi tersebut? R : Menjawab: Memperbarui informasi & digunakan sebagai database.
3.
P : Selama pencarian informasi berlangsung, pertanyaan-pertanyaan apa saja yang muncul dan ingin ditemukan? R : Menjawab: Saya terbiasa menggunakan metode : kejadian apa, mengapa bisa terjadi, dimana kejadian tersebut terjadi, alasan-alasan terjadi kejadian, dan akibat yang ditimbulkan.
4.
P : Apa yang anda rasakan ketika persoalan tersebut muncul dan apa yang anda rasakan setelah anda mendapatkan jawabannya? Gimana perasaan anda kalau tidak mendapatkan jawabannya? R : Menjawab: Seperti kebanyakan orang, saya akan merasa gelisah dan merasa ada sesuatu yang salah. Dan ketika saya menemukan jawabannya saya akan merasa sedikit lega dan bersiap mencari jawaban atas pertanyaan berikutnya.
5.
P : Biasanya berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencari informasi? R : Menjawab: Tergantung tingkat kesulitan persoalan yang dihadapi.
139
6.
P : Apakah anda pernah ke Perpustakaan dan Pengkajian dan Analisis? R : Menjawab: Ya
7.
P : Paling suka mencari informasi dengan menggunakan saluran (Formal: perpustakaan, dan Pengkajian dan analisis (PAIS); dan informal: rekan sejawat, tv, koran, radio, dll.) dan sumber informasi apa (tercetak: buku, koran, majalah, jurnal; dan tidak tercetak: seminar, diskusi, konferensi, studi banding.)? R : Menjawab: Media elektronik. Media massa, & literatur (perpustakaan).
8.
P : Dalam melakukan pencarian tersebut, apakah anda mengalami hambatan, hambatan-hambatan apa yang anda temukan atau alami? R : Menjawab: Hambatan : ketidaksediaan waktu yang cukup untuk menggali lebih dalam mengenai hal yang sedang di cari.
9.
P : Apa yang menghambat anda, sehingga berhenti mencari informasi? R : Menjawab: Rutinitas/kesibukan sehari-hari dan jadwal pekerjaan.
10.
P : Apakah ketidaktahuan akan sumber dan saluran informasi menghambat mencari informasi? R : Menjawab: Tidak, dengan perkembangan teknologi semuanya menjadi mudah.