MARKETING POLITIK CALON ANGGOTA DPR RI LEDIA HANIFA AMALIAH DALAM PEMILIHAN ANGGOTA DPR RI PERIODE 2014-2019 Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Sulastri Damayanti (1110051000192)
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi yang berjudul “Marketing Politik Calon Anggota DPR RI Ledia Hanifa Amaliah dalam Pemilihan Anggota DPR RI Periode 2014-2019” telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 2 Juli 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam. Jakarta, 2 Juli 2014 Dewan Sidang Munaqosyah Ketua merangkap anggota
Sekretaris merangkap anggota
Drs. Jumroni, M. Si
Fita Fathurrokhmah, M. Si
NIP. 19630515 199203 1006
NIP. 19830610 200912 2 001 Anggota
Penguji I
Penguji II
Dr. Armawati Arbi, M. Si
Ade Masturi, MA
NIP. 19650207 199103 2 002
NIP. 197506062007101001
Pembimbing
Dr. Gun Gun Heryanto, M. Si NIP. 197608122005011005
LEMBAR PERNYATAAN
Assalamu’alaikum wr wb. Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah penulis skripsi dengan judul “Marketing Politik Calon Anggota DPR RI Ledia Hanifa Amaliah dalam Pemilihan Anggota DPR RI Periode 2014-2019” dengan ini menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau merupakan hasil orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikianlah pernyataan ini dibuat, diharapkan dapat dipergunakan dengan semestinya. Terima kasih. Wassalamu’alaikum wr wb
Jakarta, 2 Juli 2014 Penulis
Sulastri Damayanti NIM 1110051000192
Sulastri Damayanti 1110051000192 ABSTRAK Marketing Politik Calon Anggota DPR RI Ledia Hanifa Amaliah dalam Pemilihan Anggota DPR RI Periode 2014-2019 Ledia Hanifa Amaliah merupakan politisi perempuan yang berasal dari partai islam. Selama karir politiknya ia telah tiga kali mengikuti pemilihan umum. Keberhasilannya pada tiap pemilu tak terlepas dari marketing politik. Selama menjabat ia menggunakan marketing politik untuk mensosialisasikan kinerjanya sebagai anggota DPR RI periode 2009-2014, sekaligus mensosialiasikan dirinya sebagai caleg incumbent yang maju pada pemilu 2014-2019. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui marketing politik Ledia yang menggunakan pendekatan marketing politik. Dan berusaha menjelaskan faktor pendukung dan penghambat yang didapati Ledia dalam Pemilihan Anggota Legislatif Periode 2014-2019. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian studi kasus. Studi kasus bertujuan untuk memperoleh pemahaman utuh dan terintegrasi mengenai interrelasi berbagai fakta dan dimensi dari kasus tersebut. Pengumpulan data melalui teknik observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Responden yang diwawancarai adalah Ledia Hanifa Amaliah, Yudiyana asisten pribadi Ledia di daerah pemilihan dan Zyrlifera Jamil asisten pribadi Ledia bidang media. Dokumen, gambar dan artikel berasal dari tim sukses Ledia juga dimasukan sebagai data. Marketing politik yang dilakukan Ledia melalui pasar politik, produk politik dan positioning politik (penanaman dan penempatan image). Upaya positioning yang dibangun Ledia dan tim sukses dengan cara menanamkan image kedekatan dengan masyarakat, image kedekatatan hubungan dengan media, dan image kerja nyata. Menggunakan dua saluran komunikasi politik, yakni tatap muka dan media. Saluran tatap muka sering digunakan karena cenderung mengena di hati masyarakat dan bersandar pada anggapan bahwa tidak semua masyarakat bisa mengakses media. Jenis-jenis saluran tatap muka yang dilakukan Ledia seperti: seminar, bank sampah, pelatihan mendongeng, pelatihan pemadam kebakaran, wayang dakwah, silaturahim ke tokoh atau warga dan lain-lain. Saluran media digunakan untuk mensosialisasikan figur dan kinerja Ledia serta untuk mensosialisasikan dirinya sebagai caleg incumbent. Jenis-jenis media yang digunakan seperti media cetak, media elektronik dan media sosial. Semenjak menjadi anggota dewan periode 2009-2014 ia mulai aktif menghidupkan sosial media. Facebook dan twitter ia kelola sendiri sedangkan untuk website dan news letter dikelola oleh tim media. Ledia memanfaatkan media elektronik ketika diminta menjadi narasumber pada acara tersebut. Dan faktor pendukung Ledia pada Pemilihan Anggota Legislatif periode 2014-2019 terdiri dari beberapa faktor, keberhasilan marketing politik, popularitas, jaringan, dan finansial. Adapun faktor penghambatnya adalah black campaign (kampanye gelap) dan money politic.
KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Kuasa, Maha Pengasih, Maha Penyayang dengan segala kemudahan dariNya penulis bisa menyelesaikan pendidikan sampai tingkat Strata satu (S1). Shalawat dan salam tak lupa penulis haturkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, para keluarganya, para sahabatnya dan pengikutnya hingga akhir zaman. Atas do’a dan usaha, dan perjalanan panjang, akhirnya penulis dapat menyelesaikan salah satu tugas penting yang mempertaruhkan segenap keilmuan yang penulis pelajari selama menuntut ilmu di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, walaupun jauh dari kesempurnaan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materiil, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, sebagai Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MAg. Sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Yang telah memberikan nasihat serta arahan kepada penulis. 3. Drs. Rachmat Baihaky, MA. Dan Fita Fathurakhmah, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. 4. Bapak Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya, tenaga dan pikiran untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis. Dan sebagai Dosen Komunikasi Politik yang merupakan ruang lingkup dari skripsi ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Segenap Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan begitu banyak wawasan, ilmu dan pengetahuan kepada penulis.
ii
6. Ibu Artiarini Puspita, M.Psi selaku Dosen Metodologi Penelitian Sosial sekaligus kakak buat penulis yang dengan sabar membimbing dan memberikan masukan-masukan selama penulis melakukan penelitian. 7. Ibu Hj. Ledia Hanifa Amaliah, SSI. MPSI.T., Anggota DPR RI periode 2014-2019 yang juga sebagai Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI periode 2009-2014, yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada penulis untuk melakukan wawancara dan penelitian dalam rangka mengumpulkan data-data untuk penyusunan skripsi ini. 8. Seluruh staff ibu Ledia Hanifa, Pak Yudiyana, Mba Fera, Mba Dewi dan DPD PKS Bandung, yang telah banyak membantu penulis dalam penelitian. 9. Ayahanda Wawan dan Ibunda Entin Suhartini yang telah membesarkan dengan kasih sayang, mendidik, selalu memberikan do’a dan berjuang membanting
tulang
agar
penulis
bisa
menyelesaikan
kuliahnya.
Pengorbanan kalian tak akan pernah penulis lupakan. Semoga keberkahan dan kebaikan senantiasa dilimpahkan kepada kalian serta senantiasa dalam lindungan Allah SWT. 10. Kakakanda Dwi Suhartono yang telah memperjuangkan penulis untuk bisa masuk kuliah dan Adinda Novia Anggraeni yang telah mengalah untuk menunda kuliah supaya penulis bisa menyelesaikan kuliahnya. 11. Keluarga besar Alm. Mumun, sepupu, encang, encing, mamang, keponakan dan semuanya, terima kasih banyak atas supportnya. 12. Seluruh keluarga besar Leadership Student Center (LSC) yang sudah memberikan penulis banyak pelajaran berharga dan kemudahankemudahan dalam menjalani studi. Spesial kepada Kak Endah Mawarti, S.TP yang telah mendorong penulis untuk melanjutkan studi ke jenjang Strata satu (S1), yang sudah menjadi teman diskusi sekaligus guru buat penulis Teh Ainun Nurul Fitriyah, S.TP, yang selalu memberikan support, menemani dan berbagi suka duka Kak Sari Elput, SHI., Kak Sartika Dewi, A.Md., Kak Diah Cahaya Chanifa, S.Pd dan Kak Fitri Apriyani, S.Si., kalian the best sisters ever.
iii
13. Kakak yang berada di sana, terima kasih banyak atas bimbingannya selama ini. Meluangkan waktu untuk berdiskusi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari penulis, meniupkan semangat di kala penulis mulai lemah dan menjadi motivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. 14. Rekan-rekan mahasiswa KPI (F) angkatan 2010, yang telah bersama-sama berbagi ilmu, berdiskusi, bercanda, jalan-jalan dan saling berbagi rasa. Kalian luar biasa dan teristimewa. Untuk teman-teman KKN TEAM 87 Cariu, yang sudah bersama selama sebulan, berbagi suka duka. Dan teman-teman lain yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu. Kebersamaan bersama kalian, tawa canda memecah kejenuhan dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya hanya kepada Allah penulis kembalikan semoga semua yang teah diberikan kepada penulis akan menjadi amal ibadah dan bermanfaat bagi penulis maupun yang lain.
Jakarta, 2 Juli 2014
Sulastri Damayanti
iv
DAFTAR ISI ABSTRAK…………………………………………………………
i
KATA PENGANTAR……………………………………………...
ii
DAFTAR ISI………………………………………………………..
v
DAFTAR TABEL……………………………………………………
viii
DAFTAR DIAGRAM……………………………………………….
ix
DAFTAR GAMBAR……………………………………………….
x
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………..
xi
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang………………………………………………..
1
B. Pembatasan Masalah…………………………………………..
14
C. Perumusan Masalah…………………………………………...
14
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian………………………………
14
E. Metedologi Penelitian………………………………………..…
15
F. Kerangka Penelitian......................................................................
21
G. Tinjauan Pustaka……………………………………………..…
22
H. Sistematika Penulisan……………………………………………
23
BAB II Landasan Teoritis Komunikasi Politik dan Markeeting Politik A. Konseptualisasi Komunikasi Politik…………………………….
v
25
1. Pengertian Komunikasi Politik………………………………
25
2. Komponen Komunikasi Politik…………………………….… 30 3. Saluran Komunikasi Politik…………………………………... 36 B. Marketing Politik……………………………………………….… 38 1. Pengertian Marketing Politik……………………………….… 38 2. Konsep Marketing Politik…………………………………..... 46 a. Pasar Politik……………………………………………… 47 b. Produk Politik……………………………………………. 48 c. Positioning Politik………………………………………..
49
C. Konseptualisasi Anggota Legislatif….............................................. 52 BAB III Profil Ledia Hanifa Amaliah A. Pendidikan………………………………………………………..
62
B. Karir Politik………………………………………………………. 63 BAB IV Temuan dan Analisis Data A. Marketing Politik Ledia Hanifa Amaliah pada Pemilihan Anggota DPR RI……………………………......................................................... 67 1. Pasar Politik……….................................................................. 68 2. Produk Politik……..................................................................
70
3. Positioning Politik……………………………………………
72
a. Saluran Tatap Muka……………………………………… 76 b. Saluran Media……………………………………………. 89 B. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Ledia Hanifa Amaliah.. 100
vi
BAB V Penutup A. Kesimpulan…………………………………………...................… 103 B. Saran-saran…………………………………………………………. 104 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL Table 1 Daftar terpilih anggota dewan perwakilan rakyat pemilihan umum tahun 2009 daerah pemilihan JABAR 1................................................... 9 Tabel 2 Kegiatan tatap muka dan sosialisasi Ledia 14 Maret 2014 – 1 April 2014................................................................................................
80
Tabel 3 Peringkat Kegiatan Tatap Muka Ledia Hanifa 9 Februari – 6 April 2014………………………………………………………………
84
Tabel 4 Penampilan Ledia di radio lokal dan nasional masa pra kampanye Mei 2011 – Januari 2013........................................................................... 93 Tabel 5 Artikel Ledia di harian nasional masa pra kampanye Juni 2011 – Juni 2013.................................................................................................. 93 Tabel 6 Artikel Ledia di majalah masa pra kampanye November 2011 – Desember 2013.................................................................................................. 94 Tabel 7 Penggunaan media massa pada kampanye terbuka 20 Maret 2014 – April 2014...............................................................................................
95
Tabel 8 Pemetaan media berdasarkan jenis media....................................... 99 Tabel 9 Pemetaan media berdasarkan wilayah.............................................. 99
viii
DAFTAR DIAGRAM Kerangka Penelitian……………………………………………………… 21 Lima Pasar dalam Kampanye Politik…………………………………….
47
Model Umum Positioning Politik………………………………………..
51
ix
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Pertunjukan Wayang Dakwah………………………………
85
Gambar 1.2 Ledia bersama KRu dan Dalang Wayang Dakwah…………
85
Gambar 2.1 Sosialisasi Komisi VIII melalui account twitter @lediahanifa 97 Gambar 2.2 Kampanye Politik Ledia Hanifa melalui account twitter @lediahanifa……………………………………………………………..
x
97
DAFTAR LAMPIRAN 1. Surat observasi/riset 2. Profil Ledia Hanifa Amaliah 3. Surat keterangan penelitian 4. Draft wawancara dengan Ledia Hanifa Amaliah 5. Draft wawancara dengan Zyrlifera Jamil 6. Draft wawancara dengan Yudiyana 7. Data KPU 2009 8. Data KPU 2014 9. Brosur kampanye Ledia Hanifa Amaliah
xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menjelang pesta demokrasi besar bangsa Indonesia pada tahun 2014, sedari dini, kesibukan mulai diperlihatkan parpol-parpol peserta pemilu maupun caloncalon yang terlibat dalam pemilihan anggota legislatif. Mereka berlomba-lomba menampilkan yang terbaik dengan bermacam-macam cara untuk memperoleh dukungan dari masyarakat dan mendapat kedudukan serta kekuasaan dalam pemerintahan. Dan disinilah komunikasi politik memainkan peranannya. Pemilihan umum sebagai agenda lima tahunan adalah momen penting untuk menentukan pilihan rakyat yang akan menjadi perwakilannya di pemerintahan yang bertugas membangun bangsa. Dalam undang-undang telah dijelaskan mengenai fungsi pemilihan umum yaitu sebagai sarana untuk memilih Anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota. Pemilu, sesuai ketentuan hukum, harus dilaksanakan menggunakan sistem proporsional dengan daftar calon terbuka.1 Di kebanyakan negara demokrasi, pemilihan umum dianggap lambang sekaligus tolak ukur, dari demokrasi itu. Hasil pemilihan umum yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap mencerminkan dengan agak akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat. Masyarakat bebas menentukan pilihannya sendiri yang 1
Dedi Kurnia Syah Putra, Media dan Politik: Menemukan Relasi Antara Dimensi Simbiosis-Mutualisme Media dan Politik, (Graha Ilmu, Jogjakarta: 2012), ed 1, cet 1, h. 82.
1
2
menurutnya pantas dan layak untuk dijadikan pemimpin serta dapat mewakili aspirasinya. 2 Momentum lima tahunan ini hadir sebagai agenda rutin bangsa Indonesia. Agenda terdekat adalah pemilihan anggota legislatif yang jatuh pada 9 April 2014. Parpol-parpol peserta pemilu telah mengirimkan wakil-wakil mereka dalam pemilihan anggota legislatif periode 2014-2019. Banyaknya calon yang ikut dalam pemilihan anggota legislatif semakin menambah ramai pemilihan anggota legislatif ini. Masyarakat disodorkan berbagai pilihan calon yang akan mereka percayakan untuk mengemban amanah rakyat dengan berbagai latar belakang. Dahulu, persaingan perebutan kekuasaan politik di Indonesia umumnya di dominasi oleh kaum laki-laki. Pada kenyataannya kaum laki-lakilah yang menguasai perpolitikan di Indonesia. Merekalah yang menduduki kekuasaan tinggi dan penting dalam percaturan politik di Indonesia. Hal ini bukan tanpa alasan karena partisipasi politik perempuan di Indonesia saat itu masih sangat rendah dan partisipasi perempuan di Indonesia ibarat barang langka. Ide bahwa politik bukan wilayah bagi perempuan adalah ide yang selalu didengungkan selama berabad-abad. Terminologi publik dan privat yang erat kaitannya dengan konsep jender, peran jender, dan streotipe, telah menciptakan ketidaksetaraan dan ketidakadilan di antara perempuan dan laki-laki. Efek tidak langsung dari ide ini adalah membatasi partisipasi politik perempuan.3
2
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta, PT Gramedia Pustaka utama: 2010), edisi revisi, cet ke 4, h. 461. 3 Ani Widyani Soetjipto, Politik Perempuan Bukan Gerhana-Esai Pilihan 1999-2004, (Jakarta, Kompas: 2005), h. 25-26.
3
Seolah telah mengakar pada kebudayaan manusia, mindset dan juga kerangka pemikiran tentang konsep wanita yang identik dengan hal-hal yang beraroma rumahan, sebagai juru masak, pengasuh anak, atau peran pasif lainnya, lebih ekstrem lagi wanita memandang dirinya sebagai asumsi objek seksualitas, tidak memiliki ruang untuk mengambil keputusan dan tersekat oleh Patriarchy. Hal ini semakin menegaskan ketidaktepatan perempuan jika bergabung dengan politik.4 Akibat yang paling jelas dari situasi politik seperti itu adalah marjinalisasi dan pengucilan perempuan dari kehidupan politik formal. Ini artinya, keberadaan perempuan dalam kehidupan politik formal di banyak tempat memperlihatkan gambaran yang tidak menggembirakan.5 Selama ini, perempuan dalam bingkai politik belum sampai pada tingkat maksimal. Dalam sejarah pemilihan umum (Pemilu), misalnya, anggapan masyarakat Indonesia terhadap pilihan perempuan politik masih sebagai pilihan kedua untuk menduduki posisi dalam politik (jabatan politik). Masyarakat masih mempercayakan pilihan mereka pada kaum laki-laki. Pembuktian asas asumsi ini dapat dilihat dari data yang ada dalam sejarah perpolitikan Indonesia sejak dilakukannya pemilu untuk pertama kalinya pada tahun 1955. Belum lagi asumsi dari wilayah agama, perempuan dianggap tidak memiliki kemampuan untuk berpolitik bahkan secara ekstrem ada beberapa keyakinan kelompok agama tertentu untuk mengharamkan perempuan berpolitik, semisal menjadi pemimpin.6
4
Dedi Kurnia Syah Putra, Media dan Politik-Menemukan Relasi Antara Dimensi Simbiosis-Mutualisme Media dan Politik, (Yogyakarta, Graha Ilmu: 2012), ed 1, cet 1, h. 95. 5 Ani Widyani Soetjipto, Politik Perempuan Bukan Gerhana-Esai Pilihan 1999-2004, (Jakarta, Kompas: 2005), h. 25-26. 6 Dedi Kurnia Syah Putra, Media dan Politik-Menemukan Relasi Antara Dimensi Simbiosis-Mutualisme Media dan Politik, (Yogyakarta, Graha Ilmu: 2012), ed 1, cet 1, H. 97
4
Gambaran umum dari partisipasi perempuan dan politik di Indonesia memperlihatkan representasi yang rendah dalam semua tingkatan pengambilan keputusan, baik ditingkat eksekutif, legislatif, yudikatif, maupun birokrasi pemerintahan, partai politik dan kehidupan publik lainnya. Selain rendahnya representasi atau keterwakilan perempuan dalam kehidupan politik dalam arti jumlah atau kuantitas, maka ada gambaran lain yang melengkapinya yakni persoalan kualitas. Partisipasi politik perempuan, jika memang itu ada, hanya terkesan memainkan peran sekunder. Mereka hanya dilihat sebagai pemanis atau penggembira sebagai cermin rendahnya pengetahuan mereka di bidang politik. Kita bisa mengamati bahwa betapa sedikitnya politisi atau tokoh perempuan yang mempunyai pengetahuan yang luas mengenai berbagai persoalan publik yang dihadapi masyarakat Indonesia. Persoalan sensitivitas atau kepedulian terhadap isu-isu perempuan seperti soal kekerasan negara terhadap perempuan, kesehatan reproduksi, pelecehan seksual, gizi anak dan lainnya yang sejenis, serta pernikahan dan kepedulian pada persoalan tersebut rasa-rasanya memang bukan menjadi agenda utama bagi mereka para penentu kebijakan.7 Alasan lain untuk menjelaskan rendahnya representasi perempuan sebagai calon legislatif adalah apa yang sering dikemukakan sebagai “definisi tentang politik”. Yang sering dianggap tabu, kotor, penuh bahaya dan tidak cocok bagi perempuan. Wilayah ini dirasa kurang tepat bagi perempuan yang selama ini dianggap sebagai kaum yang lemah. Selain itu ada juga pelabelan bahwa 7
Ani Widyani Soetjipto, Politik Perempuan Bukan Gerhana-Esai Pilihan 1999-2004, (Jakarta, Kompas: 2005), h. 22-23.
5
perempuan pada umumnya buta politik, tidak tertarik dengan kehidupan, dan ini semua hanya semakin mematahkan semangat mereka untuk berpartisipasi dalam ranah politik.8 Kondisi demikian tidak lagi terjadi pada masa kini, perempuan sekarang telah memperkuat posisinya sebagai penyeimbang kaum laki-laki. Kaum perempuan mulai menunjukan perannya dalam politik dengan bergelut secara praktik, politik dan juga pewaris emansipasi tentu memaknai emansipasi sebagai hak dan juga kewajiban atas dasar perilaku wanita, bukan berdasar pada asumsi emansipasi liberal. Lebih dari itu, di beberapa negara, wanita menjadi sosok penting bagi politik. Termasuk di Indonesia yang sempat dipimpin oleh seorang wanita, yaitu Megawati Soekarno Putri sang putri Presiden Ir. Soekarno.9 Peningkatan partisipasi politik perempuan pada pemilu kali ini, terlihat dari banyaknya perempuan yang terdaftar sebagai calon anggota legislatif tingkat DPR RI, DPRD Provinsi dan DPRD Kota/Kabupaten. Hal ini, ditanggapi baik oleh Ledia Hanifa Amaliah, yang turut berpartisipasi sebagai calon anggota DPR RI dari daerah pemilihan (Dapil) Jawa Barat (Jabar) I yang meliputi Kota Bandung dan Cimahi. Beliau akan bersaing dengan 83 calon lainnya yang 35 diantaranya merupakan calon legislatif perempuan. Sebenarnya, kedudukan perempuan di Indonesia secara formal cukup kuat karena didukung oleh undang-undang serta peraturan lain yang memberi
8
Susan Blackburn, “The 1999 election in Indonesia; Where were the woman?” kertas kerja yang dipresentasikan dalam lokakarya The Indonesian Election : An Analysis, Monash University, 25 Juni, 1999 dalam Ani Widyani Soetjipto, Politik Perempuan Bukan Gerhana-Esai Pilihan 1999-2004, (Jakarta, Kompas: 2005), h. 34. 9 Dedi Kurnia Syah Putra, Media dan Politik-Menemukan Relasi Antara Dimensi Simbiosis-Mutualisme Media dan Politik, (Yogyakarta, Graha Ilmu: 2012), ed 1, cet 1, h. 95.
6
perlindungan yuridis padanya. Selain itu, Indonesia pun telah meratifikasi dua perjanjian, yaitu Perjanjian mengenai Hak Politik Perempuan (Convention on the Political Rights of Women) dan Perjanjian mengenai Penghapusan Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention on the Political Elimination of All Forms of Discrimination against Women atau CEDAW). Kemudian pada 1993, Indonesia telah menerima Deklarasi Wina yang sangat mendukung kedudukan perempuan. Akhirnya, dalam Undang-Undang Pemilihan Umum 2004 dibuka kesempatan agar perempuan dipertimbangkan menduduki 30% kursi wakil rakyat. Akhirnya sukses terbesar diperoleh ketika Undang-Undang No. 12 tahun 2003 tentang pemilu memberi peluang baru dengan menetapkan dalam Pasal 65 (1): “Setiap Partai Politik Peserta Pemilu dapat mengajukan calon anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota untuk setiap Daerah Pemilihan dengan memerhatikan 10 keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30%.”
Sekalipun dianggap kurang memenuhi aspirasi sebagian besar kaum perempuan, tetapi undang-undang itu memberian kesempatan bagi perempuan untuk berperan aktif dalam politik dan menjadi cambuk bagi perempuan untuk mempersiapkan diri bertarung dalam pemilu-pemilu yang akan datang.11 Dalam meningkatkan partisipasi politik perempuan di Indonesia baik secara kuantitas maupun kualitas, pemerintah dalam hal ini tidak bisa bergerak sendiri. Perlu adanya dukungan dari luar untuk bisa mewujudkannya. Dalam hal ini, partai politik
memiliki
10
peranan
penting
untuk
membantu
pemerintah
dalam
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta, PT Gramedia Pustaka utama: 2010), edisi revisi, cet ke 4, h. 257-259. 11 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta, PT Gramedia Pustaka utama: 2010), edisi revisi, cet ke 4, h. 257-259.
7
meningkatakan partisipasi politik perempuan di Indonesia baik secara kualitas maupun kuantitas. Partai politik adalah salah satu pilar demokrasi dan institusi strategis yang bisa dijadikan alat untuk meningkatkan keterwakilan politik perempuan. Bentuk dukungan partai politik bisa diwujudkan melalui proses internal masing-masing parpol. Proses internal yang dilakukan parpol hendaknya tidak hanya mengedepankan permasalahan kuantitas tetapi juga memerhatikan permasalahan kualitas karena persoalan kualitas bisa menjadi bekal bagi para politisi khususnya politisi perempuan.12 Ledia merupakan salah satu politisi yang lahir dari proses pengkaderan panjang di partainya. Keterlibatannya dalam dunia politik dimulai sejak reformasi 1998 bergulir. Seiring berdirinya Partai Keadilan (PK) yang akhirnya berganti nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Di partainya, ia kerab menduduki posisi-posisi strategis terutama dibidang kewanitaan seperti Staf Deputi Kewanitaan DPW PK Jakarta (1998-1999), Pjs Ketua Deputi Kewanitaan DPW PK DKI Jakarta (1999-2000), Ketua Deputi Pemberdayaan Wanita DPW PKS Jawa Barat (2000-2005), Ketua DPP PKS Bidang Kewanitaan (2005-2010).13 Proses pengkaderan di partainya membuat Ledia masuk sebagai golongan politisi ideolog yang kehadirannya bukan sebagai pendulang suara semata. Politisi ideolog adalah komunikator politik yang menjadi kader ideologi dan representasi nilai-nilai normatif yang diusung oleh individu atau kelompok politik. Biasanya 12
Lena Maryana Mukti, Kelompok Kerja Keterwakilan Perempuan, artikel diakses pada 25 September 2013 dari http://www.komnasperempuan.or.id 13 Bobby Reza Satrian, Profil Ledia Hanifa Amaliah, artikel diakses pada 19 Januari 2014 dari http://m.merdeka.com/profil/indonesia/I/ledia-hanifa-amaliah/
8
berdasarkan sebuah proses kaderisasi yang panjang. Politikus tipe ini adalah orang yang bercita-cita untuk dan atau memegang jabatan pemerintah, tidak peduli apakah mereka dipilih, ditunjuk, atau pejabat karier, dan tidak mengindahkan apakah jabatan itu eksekutif, legislatif atau yudikatif. Yang jelas bagi politisi jenis ini, berpolitik sesuai dengan nafas ideologi yang dia yakini jauh lebih penting dari pada kepentingan pragmatisnya.14 Jika melihat rekam jejak Ledia, perempuan berkacamata ini tergolong aktif. Saat ini ia juga tercatat sebagai anggota Forum Parlemen Indonesia untuk Kependudukan dan Pembangunan (2009-2014). Ia menjabat Ketua Departemen Kebijakan Kesehatan, Kependudukan, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Bidang Kebijakan Publik DPP Partai Keadilan Sejahtera (2010-2015).15 Majunya Ledia dalam pemilu legislatif periode 2014-2019 ini merupakan kali kedua baginya. Periode lalu 2009-2014, ia berhasil menjabat Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI yang membidangi Agama, Sosial dan Pemberdayaan Perempuan. Pada pemilihan anggota DPR RI tahun 2009 Dapil Jabar I, fraksi PKS mendapatkan dua kursi. Suharna Surapranata yang mendapat nomor urut satu, unggul dengan perolehan 36.515 suara sah. Sedangkan, Ledia Hanifa Amaliah yang mendapat nomor urut dua berhasil mengantongi 28.228 suara sah sekaligus menempati posisi kedua perolehan suara dari PKS.16
14
Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar, (Bogor, Ghalia Indonesia: 2013), cet 1. 15 Bobby Reza Satrian, Profil Ledia Hanifa Amaliah, artikel diakses pada 19 Januari 2014 dari http://m.merdeka.com/profil/indonesia/I/ledia-hanifa-amaliah/ 16 Data diambil dari http://mediacenter.kpu.go.id diakses pada tanggal 10 Januari 2014.
9
Peringkat perolehan suara di Dapil Jabar I yang memperebutkan tujuh kursi, Ledia berada di peringkat kelima. Ledia menjadi satu-satunya perwakilan perempuan dari partai islam untuk Dapil Jabar I. TABEL 1 DAFTAR TERPILIH ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT PEMILIHAN UMUM TAHUN 2009 DAERAH PEMILIHAN : JAWA BARAT I No
1 2 3
4 5
6
7
Partai Politik Partai Demokrat Partai Demokrat Partai Keadilan Sejahtera Partai Demokrat Partai Keadilan Sejahtera Partai Golongan Karya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
No. Urut DCT 1
Nama Calon Terpilih
Suara Sah
Peringkat
Prosentase Suara Sah
Agung Budi Santoso, SH H. Daday Hudaya, SH., MH. Drs. H. Suharna Surapranata, MT.
74,870
1
28,05%
47,208
2
17,68%
36,515
3
13,68%
3
Yetti Heryati
29,841
4
11,18%
2
Hj. Ledia Hanifa Amaliah, SSI, MPSI.T
28,228
5
10,57%
1
Dra. Popong Otje Djundjunan
25,260
6
9,46%
1
Drs. H. Setia Permana
24,948
7
9,34%
2 1
Sumber: http://mediacenter.kpu.go.id Torehan yang didapat Ledia pada Pemilu 2009 lalu, menggambarkan bahwa kehadiran Ledia sebagai politisi perempuan dari partai islam telah mendapat penerimaan dari masyarakat. Kepercayaan ini yang menghantarkan Ledia sebagai wakil dari Jabar I yang duduk sebagai wakil rakyat periode 2009-2014.
10
Perjalanan karir politik Ledia sebagai anggota DPR RI periode 2009-2014 diwarnai dengan perombakan komposisi yang dilakukan oleh Fraksi PKS. Selama menjadi anggota DPR RI, Ledia pernah duduk di Komisi IX dan Komisi X. Kali ini ia duduk di Komisi VIII sebagai Wakil Ketua Komisi VIII menggantikan Jazuli Juwaini yang dipindah ke Komisi II menggantikan Rahman Amin.17 Karir Ledia di Komisi VIII diwarnai dengan kritik-kritik yang diajukan kesejumlah pelayanan dan kebijakan seperti belum maksimalnya layanan sistem komputerisasi haji terpadu (siskohat),18 temuan Komisi VIII mengenai pembagian BLSM di Yogya tidak tepat sasaran,19 Undang-undang Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) yang perlu disisir ulang agar menemukan fokusnya sehingga tidak tumpang tindih dengan UU yang telah berlaku20, dan permasalahan lainnya. Selain kritik-kritik yang diajukan, Ledia turut memperjuangkan pengesahan RUU yang memihak pada rakyat seperti RUU JPH (Jaminan Produk Halal). Meskipun lobi untuk RUU JPH batal dikarenakan banyak anggota dan Kapoksi yang tidak hadir, ini tak menyurutkan langkahnya untuk tetap berupaya agar RUU JPH segera disahkan.21 Apa yang telah dilakukan Ledia selama menjabat Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI sedikit banyak memengaruhi upayanya dalam Pemilu kali ini. Sebagai Calon Anggota DPR RI dari petahana, pengalaman dan medan politik yang lebih 17
Iman Firdaus, Ini Arahan Fraksi PKS Buat Ledia Hanifa, artikel diakses pada tanggal 10 Februari 2014 dari www.jurnalparlemen.com 18 Iman Firdaus, Temuan Komisi VIII Pembagian BLSM di Yogya Tidak Tepat Sasaran, artikel diakses pada tanggal 30 Januari 2014 dari www.jurnalparlemen.com 19 Iman Firdaus, Ini Arahan Fraksi PKS Buat Ledia Hanifa, artikel diakses pada tanggal 10 Februari 2014 dari www.jurnalparlemen.com 20 Iman Firdaus, Agar Fokus RUU KKG Perlu Disisir Ulang, artikel diakses pada tanggal 30 Januari 2014 dari www.jurnalparlemen.com 21 Lobi Batal, RUU Jaminan Produk Halal Bakal Molor, artikel diakses pada tanggal 30 Januari 2014 dari www.jurnalparlemen.com
11
dulu ia ketahui menjadi modal besar baginya. Selain itu, pengalaman berpolitik yang cukup lama dengan menduduki jabatan-jabatan strategis di partainya membuat Ledia mantap melaju sebagai anggota DPR RI periode mendatang. Pada pemilu legislatif 2014 ini, Ledia akan bertarung dengan lima calon rekan separtainya untuk merebutkan kursi DPR RI di Dapil Jabar 1. Daftar calon tetap anggota DPR RI Dapil Jabar 1 dari PKS adalah: (1) Asep Saefulloh Danu, (2) Ahmad Kuncaraningrat, (3) Ledia Hanifa Amaliah, (4) Arif Minardi, (5) Achmad Zulkarnain, dan (6) Zirly Nova Jamil.22 Selain menghadapi rekan separtainya, Ledia harus bersaing pula dengan caleg incumbent di dapil Jabar 1. Para pesaingnya diincumbent diantaranya Popong Otje Djundjunan yang merupakan politisi senior dari partai Golkar, Agung Budi Santoso politisi partai Demokrat yang pada pemilu 2009 memperoleh suara terbanyak di Dapil Jabar 1 dan Daday Hudaya politisi senior partai Demokrat yang pada pemilu 2009 memperoleh suara terbanyak kedua di Dapil Jabar 1. Pertarungan Ledia di dapil Jabar I bukanlah perkara ringan. Seperti yang disebutkan beberapa media online dalam pemberitaannya kerap kali menyebutkan dapil Jabar I sebagai dapil “neraka”. Ini merupakan gambaran pertarungan di dapil Jabar 1 sangat sengit. Di dapil Jabar 1 terdapat politisi senior, atlet dan artis terkenal yang turut berlaga dalam pileg 2014.23
22
DCS DPR 2014-3201. JABAR I. pdf. Artikel diakses pada tanggal 31 Desember 2013 dari www.kpu.go.id 23 Artis, Atlet dan Politisi Senior „Perang‟ di Dapil Jabar 1 artikel diakses pada Jum‟at, 11 Juli 2014 dari http://m.news.viva.co.id/news/read/492664-artis--atlet-dan-politisi-senior-perang--di-dapil-jabar-1
12
Ketatnya peta persaingan di Jabar 1 membuat Ledia dan tim suksesnya harus bekerja ekstra keras. Selain persoalan-persoalan di atas, Ledia pun harus berhadapan dengan persoalan nomor urut. Ini menjadi penting dicermati oleh seoarang kandidat yang bersaing karena tak jarang nomor urut menjadi kunci kesuksesan seorang kandidat untuk mendapatkan suara dari para pemilihnya. Jika pada pemilu tahun 2009 lalu, Ledia
mendapat nomor urut dua dan
menempati urutan kedua dalam perolehan suara sah di partainya. Kini pada pemilu 2014, ada pergeseran nomor urut sehingga ia mendapat nomor urut tiga. Pergeseran nomor urut ini merupakan ketetapan partai tempat Ledia berafiliasi. Mencermati kondisi yang demikian, strategi seperti apakah yang sekiranya bisa membantu Ledia Hanifa Amaliah, untuk dapat memenangi pemilu 2014 ini. Mengingat peta persaingan yang semakin ketat, bukan hanya dari rekan-rekan separtainya saja melainkan calon-calon dari partai lain yang turut bertanding dalam pemilu 2014. Persaingan yang semakin ketat menuntut para kandidat berupaya lebih kuat menarik simpati calon pemilih. Para kandidat harus bisa memperkenalkan diri mereka ke publik dan meyakinkan calon pemilih bahwa mereka layak mengemban amanah yang dititipkan masyarakat. Upaya ini bisa terwujud jika diimbangi dengan pemasaran atau marketing kandidat. Selama ini kita mengetahui bahwa marketing merupakan bagian dari ekonomi. Namun seiring kebutuhan politik dan keadaan persaingan yang semakin ketat menuntut marketing turut digunakan pula dalam politik. Marketing yang
13
dimaksud di sini bukanlah marketing atau pemasaran ekonomi melainkan marketing atau pemasaran politik. Pada awalnya pemasaran atau marketing bukanlah bagian dari politik. Karena keduanya merupakan dua disiplin ilmu yang berbeda. Mencermati kebutuhan politik dan keadaan persaingan yang semakin ketat, maka marketing dan politik bersatu menjadi pedoman baru dalam persaingan politik. Dan kini para kandidat mulai ramai menggunakan marketing politik dalam persaingan politik mereka. Saat ini masyarakat semakin cerdas dalam menentukan pilihannya. Rakyat sudah dapat membedakan mana yang gemar memberi janji dan mana yang bekerja nyata. Rakyat sudah tidak ingin lagi digempur dengan janji-janji para wakil rakyat. Ini menjadi tugas penting bagi para kandidat beserta tim suksesnya dalam meramu strategi komunikasi politik yang baik untuk dapat memenangkan hati rakyat sehingga mau memberikan suaranya pada calon tersebut. Menyikapi persaingan sengit di dapil Jabar 1 dan kondisi masyarakat yang semakin cerdas politik membuat Ledia beserta tim suksesnya mengatur strategi untuk dapat memenangkan persaingani ini. Dan marketing politik menjadi pilihan Ledia dan tim suksesnya sejak lima tahun lalu ketika menjabat sebagai anggota DPR RI periode 2009-2014 lalu. Marketing politik seorang politisi dalam persaingan politiknya begitu menarik untuk dicermati, terlebih Ledia adalah politisi perempuan dari partai islam. Oleh sebab itu penulis tertarik meneliti marketing politik Ledia yang kemudian dituangkan dalam judul: “Marketing Politik Calon Anggota DPR RI Ledia Hanifa Amaliah dalam Pemilihan Anggota DPR RI periode 20014-2019”.
14
B. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penelitian ini dibatasi pada : Kegiatan marketing politik yang dilakukan Ledia Hanifa Amaliah dalam pemilihan anggota DPR RI periode 2014-2019. C. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas dapat ditarik rumusan permasalahan sebagai berikut : a. Bagaimana marketing politik yang dijalankan Ledia Hanifa Amaliah dalam menghadapi Pemilihan anggota legislatif periode 2014-2019? b. Apa saja faktor pendukung dan penghambat marketing politik Ledia Hanifa Amaliah dalam menghadapi Pemilihan anggota legislatif periode 2014-2019? D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang ada sebagaimana tersebut di atas, maka tujuan tulisan sebagai berikut : a. Untuk mengetahui marketing politik yang dibangun Ledia Hanifa Amaliah, bersama tim suksesnya dalam pemilihan anggota DPR RI periode 2014-2019. b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan hambatan atau tantangan yang dialami Ledia Hanifa Amaliah, beserta tim suksesnya dalam pemilihan anggota legislatif periode 2014-2019.
15
2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : a. Manfaat Akademis Menerapkan ilmu komunikasi secara teoritis dalam hasil penelitian dan menunjang serta mengembangkan ilmu pengetahuan yang diterapkan di bidang komunikasi politik. b. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi para teoritis, praktisi dan pemikir dalam bidang komunikasi politik, para calon anggota legislatif serta partai politik. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan baru mengenai partisipasi politik perempuan, sehingga tidak ada lagi kekeliruan dalam menyikapi partisipasi politik perempuan baik dalam konteks agama maupun bernegara. E. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah desain kualitatif dimana desain ini dinilai tepat untuk melihat proses dan keutuhan fenomena yang terjadi. Pendekatan kualitatif mencoba menerjemahkan pandangan-pandangan dasar interpretatif dan fenomenologis yang antara lain: (1) realitas sosial adalah sesuatu yang subjektif dan diinterpretasikan, bukan sesuatu yang lepas di luar individu-individu; (2) manusia tidak secara sederhana disimpulkan mengikuti hukum-hukum alam di luar diri,
16
melainkan menciptakan rangkaian makna menjalani hidupnya; (3) ilmu didasarkan pada pengetahuan sehari-hari, bersifat induktif, idiografis dan tidak bebas nilai, serta (4) penelitian bertujuan untuk memahami kehidupan sosial.24 Selain itu, penelitian ini menggunakan tipe penilitian Studi kasus. Studi kasus adalah penelitian yang dilakukan terbatas pada masalah khusus (kasus tertentu). Studi kasus membuat peneliti dapat memperoleh pemahan utuh dan terintegrasi mengenai interrelasi berbagai fakta dan dimensi dari kasus khusus tersebut.25 Studi kasus dapat dibedakan dalam beberapa tipe: 26
Studi kasus intrinsik: penelitian dilakukan karena ketertarikan atau kepedulian pada suatu kasus khusus. Penelitian dilakukan untuk memahami secara utuh kasus tersebut, tanpa harus dimaksudkan untuk menghasilkan
konsep-konsep/teori
ataupun
tanpa
upaya
menggeneralisasi.
Studi kasus instrumental: penelitian pada suatu kasus unik tertentu, dilakukan untuk memahami isu dengan lebih baik, juga untuk mengembangkan, memperhalus teori.
24
S. Sarantoks, Social Research. (Melbourne, MacMillan Education Australia Pty Ltd: 1993) dalam E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia, (Depok, LPSP3 UI: 2005), edisi 3, h.25-26. 25 S. Sarantoks, Social Research. (Melbourne, MacMillan Education Australia Pty Ltd: 1993) dalam E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia, h. 108. 26 S. Sarantoks, Social Research. (Melbourne, MacMillan Education Australia Pty Ltd: 1993) dalam E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia, h. 108.
17
Studi kasus kolektif: suatu studi kasus instrumental yang diperluas sehingga mencakup beberapa kasus. Tujuannya adalah untuk mempelajari
fenomena/populasi/kondisi
umum
dengan
lebih
mendalam. Karena menyangkut kasus majemuk dengan fokus baik di dalam tiap kasus maupun antar kasus, studi kasus ini sering juga disebut studi kasus majemuk, atau studi kasus komparatif. Dalam penelitian kali ini, penulis menggunakan studi kasus instrinsik karena dalam marketing politik Ledia terdapat beberapa keunikan. Pertama, Ledia telah mengikuti tiga kali pemilihan umum. Pada tahun 2004 Ledia menjadi calon anggota DPRD Provinsi pada daerah pemilihan Jabar VI (Depok-Bekasi). Saat itu, pemilu di Indonesia masih menggunakan sistem proporsional tertutup (berdasarkan nomor urut) sehingga Ledia yang saat itu tak mendapat nomor urut satu harus kandas meski perolehan suaranya besar. Tahun 2009 ia terpilih sebagai anggota DPR RI dari Dapil Jabar I (Bandung-Cimahi). Dan tahun 2014 kembali mencalonkan dari Dapil yang sama. Kedua, Ledia merupakan salah satu politisi yang ditunjuk partainya (PKS) untuk menjadi wakil rakyat di Dapil Jabar I. Hal yang perlu kita ketahui, bahwasannya, Ledia bukan berasal dari Dapil Jabar I. Ia lahir dan tinggal di Jakarta. Namun, pada pemilu 2009 lalu ia berhasil mendulang kesuksesan sebagai wakil rakyat dari Jabar I. Ia berhasil meyakini para pemilih di Jabar I untuk memberikan dukungan dan suara mereka kepada Ledia meskipun ia bukan berasal dari daerah yang diwakilinya.
18
Ketiga, dalam hal distribusi dan alokasi kader partai terjadi melalui tahapan yang panjang dalam proses kaderisasi. Setiap wakil rakyat yang maju sebagai calon wakil rakyat bukan atas dasar keinginan pribadi, melainkan perintah dan penunjukan langsung dari Partai. Penunjukan yang dilakukan partai terhadap Ledia, melalui proses pertimbangan dan musyawarah majelis syuro PKS. Sehingga wakil yang ditunjuk benarbenar memiliki kapasitas dan kapabilitas dalam politik, bukan sekedar pendongkrak suara. 2. Tahapan Penelitian Berdasarkan manfaat empiris, bahwa metode pengumpulan data kualitatif yang paling independen terhadap semua metode pengumpulan data dan teknik analisis data adalah metode wawancara mendalam, observasi, dan dokumenter. Dengan penjelasan sebagai berikut: a. Pengumpulan data 1) Wawancara mendalam merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan
19
informan.27 Dalam hal ini, peneliti mewawancarai Ledia Hanifa Amaliah dan Tim Suksesnya. 2) Observasi,
istilah
observasi
diarahkan
pada
kegiatan
memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antara aspek dalam fenomena tersebut.28 Pada observasi ini, peneliti mengamati marketing politik yang dilakukan Ledia Hanifa Amaliah, berserta Tim Suksesnya serta mengamati berbagai kegiatan yang dilakukan oleh Ledia Hanifa Amaliah, beserta Tim Suksesnya. 3) Dokumenter adalah suatu metode pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial. Pada intinya metode dokumenter adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data historis.29 Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data-data dari berbagai sumber yang dapat mendukung penelitian yang sedang dilakukan. b. Pengelolaan Data Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan, peneliti mendapatkan sejumlah data. Data yang diperoleh dalam penelitian kualitatif tidak berbentuk angka, tetapi lebih banyak berupa narasi, deskripsi, cerita, dokumen tertulis dan tidak tertulis (gambar, foto)
27
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya, (Jakarta, Kencana: 2010), ed 1, cet 4, h. 208. 28 E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia, (Depok, LPSP3 UI: 2005), edisi 3, h. 116. 29 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya, h. 121.
20
ataupun bentuk-bentuk non angka lain.30 Data-data tersebut kemudian diolah dan dihubungan dengan berbagai data yang ada sehingga menjadi sebuah kesimpulan yang bermakna. Kesimpulan tersebut diangkat dari fakta-fakta yang ditemukan selama penelitian. Teknik penulisan skripsi ini penulis berpedoman pada buku bimbingan skripsi UIN Jakarta “PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI”, (FITK UIN: Jakarta, 2011) serta terikat dengan peraturan pemakaian bahasa dengan ejaan (EYD). Dengan pengecualian bahasa asing. c. Analisa data Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan, peneliti mendapatkan sejumlah data. Data yang diperoleh dalam penelitian kualitatif tidak berbentuk angka, tetapi lebih banyak berupa narasi, deskripsi, cerita, dokumen tertulis dan tidak tertulis (gambar, foto) ataupun bentuk-bentuk non angka lain.31 Data-data tersebut kemudian diolah dan dihubungan dengan berbagai data yang ada sehingga menjadi sebuah kesimpulan yang bermakna. Kesimpulan tersebut diangkat dari fakta-fakta yang ditemukan selama penelitian. 3. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah Ledia dan tim suksesnya yang berkaitan dengan pembatasan dan perumusan masalah. Adapun objek
30
E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia, (Depok, LPSP3 UI: 2005), edisi 3, h. 143. 31 E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia, (Depok, LPSP3 UI: 2005), edisi 3, h. 143.
21
penelitiannya adalah marketing politik yang digunakan Ledia dan tim suksesnya. F. Kerangka Penelitian Kerangka dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Komunikasi Politik
Marketing Politik
Pasar
Produk
Positioning
Politik
Politik
Politik
Saluran
Saluran
Media
Tatap Muka
Sumber: Bruce I Newman, Handbook of Political Marketing(1999) dan Zulkariem Nasution, Komunikasi Politik Suatu Pengantar (1990)
Komunikasi politik menjadi bahasan utama dalam penelitian ini karena penelitian ini mengangkat tentang bagaimana seorang kandidat mempersiapkan diri dalam pemillihan legislatif. Marketing politik merupakan bagian dari komunikasi politik, sama halnya seperti retorika politik maupun public relations politik. Marketing politik ini digunakan Ledia untuk mensosialisasikan dirinya dalam pemilihan anggota DPR RI periode 2014-2019.
22
Pasar politik, produk politik dan positioning politik merupakan bagian tak terpisahkan dalam marketing politik. Pada bagian-bagian inilah Ledia dan tim suksesnya menganalisa dan meramu strategi marketing politik mereka. Saluran komunikasi politik terdiri dari lima saluran yakni tatap muka, sosial tradisional, masukan (input), output, dan media massa. Ledia dan tim suksesnya menggunakan dua saluran yakni media dan tatap muka. Kedua saluran ini digunakan dalam rangka positioning Ledia sebagai calon anggota DPR RI. G. Tinjauan Pustaka Ada beberapa penelitian sebelumnya yang membahas tentang strategi komunikasi politik, diantaranya: Misliyah menemukan tim sukses Mochtar Muhammad-Rahmat Effendi dalam kampanye Pilkada Walikota Bekasi menggunakan marketing politik melalui saluran media. Media yang digunakan meliputi media cetak dan media elektronik. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis terletak pada proses marketing politik yang dilakukan melalui saluran media. Dan perbedaannya adalah penelitian ini memfokuskan pada agenda setting media dari marketing politik sedangkan penelitian yang dilakukan penulis memfokuskan pada saluran yang digunakan dalam marketing politik.32 Muhammad Rhagyl Indratomo menemukan Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis terdapat pada iklan PKS di media massa yang mana PKS menggunakan saluran media dalam proses marketing politik mereka. Adapun perbedaan penelitian ini adalah mereka hanya mefokuskan pada iklan partai 32
Misliyah, Komunikasi Politik Melalui Media Massa Pasangan Mochtar MuhammadRahmat Effendi (MuRah) dalam Pilkada Walikota Bekasi Periode 2008-201, (Jakarta, FIDKOM UIN: 2010)
23
politik dalam marketing politik mereka sedangkan penelitian yang dilakukan penulis memfokuskan pada saluran yang digunakan dalam marketing politik.33 Shulhan Rumaru menemukan strategi marketing politik Lembaga Konsultan Komunikasi Fastcomm di tengah persaingan lembaga-lembaga konsultan politik lainnya. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah penggunaan proses marketing politik partai islam dan saluran komunikasi politik yang digunakan dalam proses marketing politik. Dan perbedaan penelitian ini adalah peneliti memfokuskan pada Lembaga Konsultan Komunikasi Fastcomm yang menangani marketing politik partai islam sedangkan penulis memfokuskan pada kandidat yang tidak menggunakan jasa konsultan politik.34 H. Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini bersifat teratur dan sistematis, maka dari itu untuk dapat memudahkan dalam memahami isi skripsi ini, peneliti membagi skripsi ini menjadi lima bab, yang pada tiap-tiap bab terbagi dari sub-sub bab. Isi masingmasing bab secara singkat adalah sebagai berikut: BAB 1
latar belakang, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metodologi penelitian, pedoman penelitian serta sistematika penulisan.
BAB 2
Bab ini membahas tentang teori-teori yang digunakan sebagai landasan permasalahan penelitian dalam membahas skripsi ini.
33
Muhammad Rhagyl Indratomo , Analisis Pemanfaatan Iklan Politik di Media Massa: Studi Terhadap Iklan Politik Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pada Pemilu Legislatif 2009, (Jakarta, FIDKOM UIN: 2010) 34 Shulhan Rumaru, Strategi Marketing Politik Lembaga Konsultan Komunikasi Fastcomm dalam Pemenangan Partai Islam di Pemilu Legislatif 2009, (Jakarta, FIDKOM UIN: 201)
24
BAB 3
Bab ini berisi uraian profil Ledia Hanifa Amaliah, dalam pemilihan anggota legislatif periode 2014-2019.
BAB 4
Bab ini membahas tentang isi penelitian secara umum di mana data-data yang telah dikumpulkan dipaparkan oleh peneliti dan menganalisis data yang sudah diperoleh.
BAB 5
Bab ini merupakan bab terakhir dari skripsi yang dibuat oleh peneliti yang membahas tentang hasil keseluruhan penelitian yang menguraikan tentang kesimpulan dari semua uraian yang ada pada bab-bab sebelumnya. Dalam bab ini, peneliti juga akan memberikan kesimpulan dan saran sebagai hasil dari penelitian yang telah dilakukan.
BAB II LANDASAN PEMIKIRAN A. Konseptualisasi Komunikasi Politik 1. Pengertian Komunikasi Politik Komunikasi politik sebagai salah satu bidang kajian komunikasi, selalu menjadi fenomena yang senantiasa aktual untuk didiskusikan, terlebih ditahuntahun politik seperti sekarang ini. Dewasa ini, politik menjadi hal yang ramai dibicarakan. Tak hanya oleh para politisi, akademisi maupun pengamat saja. Kini politik telah merambah ke masyarakat umum yang awam politik. Itulah sebabnya mengapa komunikasi politik begitu penting untuk dikaji. Komunikasi politik telah dikenal sejak Cicero dan Aristoteles. Kemudian berkembang sekitar Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Sebagai suatu bidang kajian ilmiah, komunikasi politik melintasi berbagai disiplin dan dibesarkan secara lintas disiplin. Karena komunikasi politik terlahir dari disiplin ilmu komunikasi dan ilmu politik. 1 Keberadaan komunikasi politik sudah ada sejak manusia berpolitik dan berkomunikasi, tetapi sebagai telaah ilmu, apakah sebagai bagian ilmu politik maupun sebagai bagian ilmu komunikasi, usianya belum begitu lama. Perkembangannya sebagai sebuah subdisiplin berakar dalam revolusi ilmu sosial tujuh puluh tahun yang lalu. Alwi Dahlan menulis bahwa komunikasi politik mulai berkembang dalam bentuk awal dalam kandungan ilmu politik sesudah Perang Dunia I, meskipun belum memakai penamaan tersebut. Hal itu terlihat dari 1
Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia, (Yogyakarta, Graha Ilmu: 2011), edisi II, cet I, h. 11.
25
26
studi mengenai pendapat umum, propaganda, dan perang urat saraf, serta berkembangnya teori media kritis sebagai bagian dari ilmu politik.2 Sebelum kita membahas pengertian komunikasi politik, sebaiknya kita uraikan terminolgy yang melekat dalam konteks komunikasi politik, yakni komunikasi dan politik. Komunikasi berasal dari bahasa Latin „communis‟ atau „common‟ dalam bahasa Inggris yang berarti sama. Berkomunikasi berarti kita sedang berusaha untuk mencapai kesamaan makna, “commonness”. Atau dengan ungkapan yang lain, melalui komunikasi kita mencoba berbagi informasi, gagasan atau sikap kita seringkali mempunyai makna yang berbeda terhadap lambang yang sama. Oleh karena itu, komunikasi seharusnya dipertimbangkan sebagai aktivitas di mana tidak ada tindakan atau ungkapan yang diberi makna secara penuh, kecuali jika diinterpretasikan oleh partisipan komunikasi yang terlibat, demikian pengertian komunikasi yang diberikan Kathleen K. Reardon dalam buku Interpersonal Commmunication, Where Minds Meet (1987). 3 Aristoteles yang hidup empat abad sebelum masehi (385-322SM) dalam bukunya Rethoric membuat definisi komunikasi dengan menekankan “siapa mengatakan apa kepada siapa.” Definisi yang dibuat Aristoteles ini sangat sederhana, tetapi ia telah mengilhami seorang ahli ilmu politik bernama Harold D. Lasswell pada 1948, dengan coba membuat definisi komunikasi yang lebih sempurna dengan menanyakan “SIAPA mengatakan APA, MELALUI apa, KEPADA siapa, dan apa AKIBATNYA.”
2
Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia, h. 11. 3 Syaiful Rohim, Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam dan Aplikasi, (Jakarta, Rineka Cipta: 2009), cet 1, h. 108.
27
Para sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi antarmanusia (human communication) yakni “Komunikasi adalah sautu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antarsesama manusia; (2) melalui pertukaran informasi; (3) untuk membuat sikap dan tingkah laku orang lain; serta (4) berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu.”4 Sedangkan definisi politik, pada umumnya diketahui berasal dari perkataan politicos (menyangkut warga Negara), polites (seorang warga Negara), polis (kota, negara), dan politea (kewargaan) di zaman Yunani Klasik.5 Kemudian berkembang dalam berbagai bentuk bahasa (Inggris), seperti polity, politics, politica, political, dan policy. Selain itu dikenal juga istilah politicos yang berarti kewarganegaraan, yang kemudian berkembang menjadi politer yang bermakna hak-hak warga negara. Sejak zaman Yunani klasik telah dikenal istilah politike techne yang berarti kemahiran politik.6 Eric Louw menyebutkan, politik adalah sebuah proses pengambilan keputusan, sebuah perebutan untuk memperoleh akses pada posisi pengambilan keputusan, dan proses 7 kewenangan untuk menjalankan keputusan-keputusan itu.
Dari definisi yang diungkapkan Eric Louw mengandung sejumlah konsep kenegaraan, yakni: kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision making), kebijaksanaan (policy), dan pembagian atau alokasi sumber daya (resources).8
4
Hafied Cangara, Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan Strategi, (Jakarta, Rajawali Pers: 2009), edisi I, cet II, h. 18-19. 5 Asep Saeful Muhtadi, Komunikasi Politik Indonesia: Dinamika Islam Politik PascaOrde Baru, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya: 2008), cet I, h. 28. 6 Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia, (Yogyakarta, Graha Ilmu: 2011), edisi II, cet I, h. 2. 7 Hafied Cangara, Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan Strategi, (Jakarta, Rajawali Pers: 2009), edisi I, cet II, h. 28. 8 Hafied Cangara, Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan Strategi, h. 28.
28
Selain itu Lasswell merumuskan formula bahwa politik ialah siapa memperoleh apa, kapan, dan bagaimana caranya (who, gets what, when, how). Siapa yang melakukan aktivitas politik, apa yang dicapainya dalam aktivitas itu, serta kapan dan bagaimana cara mencapainya. Aktivitas yang dilakukan oleh manusia dengan maksud mencapai tujuan bersama pada waktu tertentu bisa dilakukan
dengan
cara
memanfaatkan
pengaruh
(influenze),
wewenang
(authority), kekuasaan (power) atau kekuatan (force). Sejalan dengan Lasswell, Dahl menyebutkan bahwa politik itu adalah aturan, kekuasaan, pengaruh, wewenang, dan pemerintahan sebagai cakupan politik.9 Adapaun pembahasan mengenai kajian komunikasi politik pada awalnya berakar pada ilmu politik, meskipun penamaan lebih banyak dikenal dengan istilah propaganda. Ini dimulai pada tahun 1922 dengan penelitian dari Ferdinand Tonnies dan Walter Lippmann yang meneliti tentang opini publik pada masyarakat, kemudian dilanjutkan oleh Bagehot, Maine, Bycre, dan Graha Wallas di Inggris yang menelaah peranan pers dan pembentukan opini publik. Bahkan ketika Harold D. Lasswell menulis disertasi doktor tentang Propaganda Technique in the World War (1927). Praktik propaganda berkembang terutama menjelang Perang Dunia II ketika Nazi Jerman berhasil melakukan ekspansi dengan gemilang di bawah propaganda Dr. Joseph Gobbel.10 Komunikasi politik merupakan persilangan antara ilmu politik dan ilmu komunikasi. Di dalamnya ada proses komunikasi dan proses politik. Pembahasan
9
Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia, (Yogyakarta, Graha Ilmu: 2011), edisi II, cet I, h. 3-4. 10 Hafied Cangara, Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan Strategi, (Jakarta, Rajawali Pers: 2009), edisi I, cet II, h.32.
29
kajian ini berkutat pada proses penyampaian pesan melalui media yang juga bersifat politis. Sama seperti pesan, media dan saluran politik formal seperti negara dan lembaga-lembaga politik lainnya juga memiliki kekuatan politik.11 Kendati komunikasi politik merupakan persilangan komunikasi dan politik, bukan berarti mendefinisikan komunikasi politik cukup dengan menggabungkan dua definisi, “komunikasi” dan “politik”. Ia memiliki konsep tersendiri, meskipun secara sederhana merupakan gabungan dari dua konsep tersebut. Komunikasi politik secara keseluruhan tidak bisa dipahami tanpa menghubungkannya dengan dimensi politik dengan segala aspek dan problematikanya. Kesulitan dalam mendefinisikan komunikasi politik terutama dipengaruhi oleh keragaman sudut pandang terhadap kompleksitas realitas sehari-hari. 12 Ilmuwan komunikasi A. Muis, menjelaskan bahwa istilah komunikasi politik menunjuk pada pesan sebagai objek formalnya sehingga titik berat konsepnya terletak pada komunikasi dan bukan pada politik. Pada hakikatnya komunikasi politik mengandung informasi atau pesan tentang politik. Sedang McNair, menyebutkan bahwa komunikasi politik adalah komunikasi yang diupayakan untuk mencapai tujuan-tujuan politik tertentu. Kemudian Graber, memandang bahwa komunikasi politik adalah proses pembelajaram, penerimaan, dan persetujuan atas kebiasaan-kebiasaan atau aturan-aturan, struktur, dan faktorfaktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupan politik.13
11
Nurani Soyomukti, Komunikasi Politik: Kudeta Politik Media, analisa Komunikasi Rakyat dan Penguasa, (Malang: 2013), cet I, h. 1. 12 Asep Saeful Muhtadi, Komunikasi Politik Indonesia: Dinamika Islam Politik PascaOrde Baru, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya: 2008), cet I, h. 28. 13 Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia, (Yogyakarta, Graha Ilmu: 2011), edisi II, cet I, h.12.
30
Menurut Rush dan Althoff, komunikasi politik adalah transmisi informasi yang relevan secara politis dari satu bagian sistem politik kepada sistem politik yang lain, dan antara sistem sosial dengan sistem politik.14
Adapun Susanto mendefinisikan komunikasi politik sebagai “komunikasi yang diarahkan kepada pencapaian suatu pengaruh sedemikian rupa, sehingga masalah yang dibahas oleh jenis kegiatan komunikasi ini, dapat mengikat semua warganya melalui suatu sanksi yang ditentukan bersama.” Sedangkan dilihat dari kegunaannya, menurut Kantaprawira, komunikasi politik berguna untuk “menghubungkan pikiran politik yang hidup dalam masyarakat, baik pikiran intragolongan, institut, asosiasi, ataupun sektor kehidupan politik masyarakat dengan sektor pemerintahan.”15 2. Komponen Komunikasi Politik Komunikasi terjadi ketika seorang pembicara menyampaikan pembicaraannya kepada khalayak dalam upaya mengubah sikap mereka. Tepatnya, ia mengemukakan tiga unsur dasar proses komunikasi, yaitu pembicara (speaker), pesan (message), dan pendengar (listener). 16 Fokus komunikasi yang ditelaah Aristoteles adalah komunikasi retoris, yang kini lebih dikenal dengan komunikasi publik (public speaking) atau pidato. Pada masa itu, seni berpidato merupakan suatu keterampilan penting yang digunakan di pengadilan dan di majelis legislatur dan pertemuan-pertemuan masyarakat.
14
Asep Saeful Muhtadi, Komunikasi Politik Indonesia: Dinamika Islam Politik PascaOrde Baru, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya: 2008), cet I, h.27. 15 Asep Saeful Muhtadi, Komunikasi Politik Indonesia: Dinamika Islam Politik PascaOrde Baru, h. 30. 16 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya: 2002), cet IV, h. 134-136.
31
Aristoteles menyadari bahwa semua komunikasi publik melibatkan persuasi maka ia tertarik menelaah sarana persuasi yang paling efektif dalam pidato. Salah satu kelemahan model ini adalah bahwa komunikasi dianggap sebagai fenomena yang statis. Seseorang berbicara kepada khalayak, pesan yang disampaikan pembicara berjalan ke khalayak lalu khalayak mendengarkan. Tahaptahap dalam peristiwa itu berurutan alih-alih terjadi secara simultan. Di samping itu, model ini juga berfokus pada komunikasi yang bertujuan (disengaja) yang terjadi ketika seseorang berusaha membujuk orang lain untuk menerima pendapatnya. 17 Meskipun demikian, kita harus bersikap adil untuk tidak menilai suatu model komunikasi komunikasi dengan perspektif kekinian. Kita harus menghargai dan memberi penghormatan kepada Aristoteles yang sudah mengilhami ilmuwan lain untuk mengembangkan model komunikasi yang lebih baru. Pada tahun 1948 ilmuwan politik Harold Lasswell mengemukakan suatu model yang mudah untuk melukiskan suatu tindakan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: 18 Siapa? Mengatakan apa? Dengan saluran apa? Kepada siapa? Dengan akibat apa?
17 18
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, h. 135-136. Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, h. 136.
32
a. Komunikator Politik Komunikator politik dapat dikategorikan sebagai orang yang memberikan atau menyampaikan pesan politik. Pengategorian ini berangkat dari perspektif umum bahwa komunikasi politik adalah proses penyampaian pesan politik dari komunikator politik kepada komunikan politik. Menurut Harun, komunikator politik dikelompokkan menjadi dua status yang berbeda, yaitu dalam infrastruktur dan suprastruktur. Adapaun infrasruktur politik sebagaimana diungkap oleh G. A. Almond dan S. Coleman, dikualifikasikan ke dalam lima kelompok, yakni (1) partai politik/parpol (political party), (2) golongan kepentingan (interst group), (3) golongan penekanan (pressure group), (4) tokoh politik (political figure), dan (5) alat-alat komunikasi politik (political communication tools). Kelima kelompok tersebut memiliki pengaruh yang besar bagi kehidupan politik karena memiliki kemampuan menggerakan masa dan memobilisasi pendapat umum agar berpihak kepada mereka. Kelompok-kelompok infrastruktur tersebut merupakan komunikator-komunikator politik yang selalu berusaha
mengembangkan
pengaruh
untuk
mendapatkan
dukungan
masyarakat pada waktu terjadi pergesaran atau pergantian elit yang berkuasa melalui proses pemilihan.19 Sementara, menurut Schudson sebagaimana dikutip Dedy Djamaluddin Malik (1999: v), Suprastruktur sering juga disebut dengan istilah the governmental political sphere. Pemerintah sebagai suprastruktur dalam 19
Mahi M. Hikmat, Komunikasi Politik: Teori dan Praktik, (Simbiosa Rekatama Media, Bandung : 2010), cet I, h. 42-44.
33
komunikator politik memiliki tugas menyampaikan atau mengkomunikasikan hal-hal yang berkaitan dengan masyarakat dan pemerintaha. Adapun komunikasi yang dilaksanakan oleh pemerintah (suprastruktur) antara lain mencakup: pertama seluruh kebijakan yang menyangkut kepentingan warga; kedua upaya meningkatkan loyalitas dan integrasi nasional; ketiga penerapan aturan dan perundang-undangan untuk menjaga ketertiban dan kehormatan dalam hidup bernegera; keempat mendorong terwujudnya partisipasi masyarakat dalam mencapai tujuan nasional. Lembaga-lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif masuk dalam suprastruktur politi. 20 b. Pesan Politik Pesan sebagai fenomena yang berjalan pada rute perputarannya pada suatu saluran yang menghubungkan dua sumber/penerima atau lebih. Menurut Fisher, suatu pesan ditransformasikan pada titik-titik penyandian dan pengalihan sandi sehingga pesan merupakan pikiran atau ide pada suatu tempat
pada
sistem
jaringan
syaraf
(neurophysiological)
dari
sumber/penerima. Setelah penyandian terjadi dalam suatu situasi tatap muka, ditransformasikan ke dalam rangkaian getaran udara dan sinar-sinar cahaya yang terpantulkan. 21 Dalam proses komunikasi politik pun, pesan politik merupakan komponen terpenting. Mengacu pada definisi komunikasi politik secara umum, pesan politik itu adalah pesan yang dibawa oleh komunikator politik, baik dalam bentuk gagasan, pikiran, ide, perasaan, sikap, maupun perilaku tentang politik 20
Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik di Era Industri Citra, (Jakarta, Lasswell Visitama: 2010), cet I, h. 6-7. 21 Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik di Era Industri Citra, h. 46.
34
yang memengaruhi komunikan politik. Pada dasarnya, menurut Rochajat Harun dan Sumarno, isi pesan komunikasi politik akan terdiri dari: 22 1) Seperangkat norma yang mengatur lalu lintas transformasi pesan-pesan; 2) Panduan dan nilai-nilai idealis yang tertuju pada upaya mempertahankan serta melestarikan sistem nilai yang sedang berlangsung; 3) Sejumlah metode dan cara pendekatan untuk mewujudkan sifat-sifat integratif bagi penghuni sistem; 4) Karakteristik yang menunjukan identitas bangsa; serta 5) Motivasi sebagai dorongan dasar yang memicu pada upaya meningkatkan kualitas hidup bangsa. c. Media Komunikasi massa merupakan sumber utama pesan-pesan politik yang dipertimbangkan orang dalam menyusun perbuatan politik mereka. Namun, ada media lain, dan mereka pun harus diperhatikan dalam usaha apa pun untuk memahami komunikasi politik dan opini publik yang kontemporer. 23 Peran apa yang dimiliki media berita dalam menyajikan bahan mentah bagi warga negara untuk menciptakan citra politik mereka dan menyusun perilaku politik mereka. Jika perbuatan politik kita diturunkan dari makna yang kita berikan kepada objek-objek politik, maka media berita menduduki posisi yang penting dalam proses komunikasi-opini karena kenyataan bahwa kita memperoleh begitu banyak informasi politik, langsung dari siaran berita
22
Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik di Era Industri Citra, h. 46-47. Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2004), cet V, h. 18. 23
35
televisi dan dari surat kabar. Apa yang ditetapkan dan disebarkan sebagai “berita” oleh pers adalah unsur utama dalam penyusunan opini personal.24 d. Komunikan Politik Menurut Effendy, komunikan memiliki fungsi mengawas sandi (decode) pesan dari komunikator sehingga komunikan disebut decoder. Selain itu, komunikan pun dapat memberikan umpan balik (feedback) sebagai tanggapan atas pesan yang disampaikan kepadanya. Feedback itu dapat berbentuk langsung atau seketika (immediate feedback), misalnya dalam komunikasi antarpesona (face to face communication), atau bisa juga tertunda (delayed feedback), misalnya dalam komunikasi bermedia dengan menggunakan media surat kabar atau majalah, sedangkan menggunakan media elektronik seperti televisi dan radio sekarang dapat terjadi immediate feedback karena kecanggihan teknologi informasi. Komunikan secara sederhana dapat diartikan sebagai penerima pesan.25 e. Efek Efek merupakan “akibat” dari “siapa mengatakan apa dengan saluran apa dengan siapa” tidak ditentukan independen dari proses menetapkan “dengan siapa” dalam rumus Lasswell. Singkatnya, akibat tidak ditentukan terpisah dari interpretasi: malahan, akibat adalah tindakan interpretatif sinambung yang diturunkan dari penyusunan opini personal, sosial dan politik.26
24
Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media, h. 18. Mahi M. Hikmat, Komunikasi Politik: Teori dan Praktik, (Simbiosa Rekatama Media, Bandung : 2010), cet I, h. 48. 26 Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2004), cet V, h. 20. 25
36
3. Saluran Komunikasi Politik Saluran komunikasi adalah alat serta sarana yang memudahkan penyampaian pesan. Sebuah pesan bisa disalurkan dan disampaikan dengan baik jika ada saluran yang menghubungkan antara komunikator dan komunikan. Menurut pendapat Kenneth Burke, saluran adalah ciptaan makhluk pemakai lambang untuk melancarkan saling tukar pesan. Saluran komunikasi memang temuan. Akan tetapi, saluran mencakup lebih dari alat, sarana dan mekanisme seperti mesin cetak, radio, telpon atau komputer. Yang harus lebih diutamakan dari semua saluran yang ditemukan ialah manusia itu sendiri, saluran yang paling asasi bagi komunikasi manusia. Seperti yang dilakukan oleh Psikolog George Miller, kita harus “menganggap manusia sebagai saluran komunikasi, dengan masukan yang disediakan oleh rangsangan yang kita berikan dan keluaran yang merupakan tanggapannya terhadap rangsangan itu”. 27 Dengan mengingat bahwa manusia adalah dan juga sumber penerima dalam komunikasi, maka yang pertama-tama kita tekankan ialah saluran manusia bagi komunikasi politik. Namun, kita tidak akan mengabaikan media mekanis, teknik dan sarana yang meningkatkan konstruksi citra manusia melalui saling tukar lambing. Akan tetapi, justru itulah guna alat-alat tersebut, yakni untuk memudahkan, tetapi bukan untuk menjamin ketepatan. Sebaliknya, bila dipikirkan bahwa pada dasarnya manusia, “maka saluran komunikasi itu lebih daripada sekedar titik sambungan, tetapi terdiri atas pengertian bersama tentang siapa dapat
27
Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media, h. 167.
37
berbicara kepada siapa, mengenai apa, dalam keadaan bagaimana, sejauh mana dapatnya dipercaya”.28 Istilah struktur komunikasi oleh Almond dan Powell (1966), juga diartikan sebagai saluran komunikasi, diantaranya adalah: a. Struktur wawanmuka (face-to-face) informal, merupakan saluran yang efektif dalam penyampaian pesan-pesan politik. Saluran wawanmuka memungkinkan komunikator politik dan komunikan politik berada dalam kedekatan jarak dan emosional karena berhadapan secara langsung. Di samping struktur yang formal dalam sebuah organisasi, selalu terdapat struktur informal yang “membayangi”nya. Saluran ini bersifat bebas dalam arti tidak terikat oleh struktur formal, namun tidak semua orang dapat akses ke saluran ini dalam kadar yang sama.29 b. Struktur sosial tradisional, yaitu sebuah saluran komunikasi yang ditentukan oleh posisi sosial pihak yang berkomunikasi (khalayak atau sumber). Artinya pada lapis mana yang bersangkutan berkedudukan, bagaimana peranan dalam masyarakat dan (tentunya akan menentukan pula) akses disusunan sosial masyarakat tersebut.30 c. Struktur masukan (input) politik, yaitu: struktur yang memungkinkan terbentuknya/dihasilkannya input bagi sistem politik yang dimaksud. Yang
28
Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media, h. 167. Misliyah, Komunikasi Politik Melalui Media Massa Pasangan Mochtar MuhammadRahmat Efendi (MuRah) dalam Pilkada Walikota Bekasi Periode 2008-2013, (Jakarta, FIDKOM UIN:2010), h. 34. 30 Zulkariem Nasution, Komunikasi Politik Suatu Pengantar, (Jakarta, Ghalia Indonesia: 1990) h. 57. Dalam Misliyah, Komunikasi Politik Melalui Media Massa Pasangan Mochtar Muhammad-Rahmat Efendi (MuRah) dalam Pilkada Walikota Bekasi Periode 20082013, (Jakarta, FIDKOM UIN:2010), h. 34. 29
38
termasuk struktur input adalah serikat pekerja, kelompok-kelompok kepentingan, dan partai politik.31 d. Struktur output, yaitu: struktur formal dari pemerintah. Struktur pemerintahan, khususnya birokrasi, memungkinkan pemimpin-pemimpin politik mengkomunikasikan petunjuk bagi pelaksanaan peraturanperaturan untuk bermacam-macam pemegang jabatan politik dengan cara yang efisien dan jelas.32 e. Saluran media massa adalah saluran yang penting dalam sebuah komunikasi politik. Media massa selalu mempunyai peranan tertentu dalam menyalurkan pesan, informasi, dan political content di tengah masyarakat. Informasi yang disampaikan oleh media bisa berperan dalam pembentukan opini publik.33 B. Marketing Politik 1. Pengertian Marketing Politik Marketing telah berkembang pesat di kalangan yang lebih luas, tidak hanya di tataran akademisi. Hampir dipastikan bahwa setiap aspek kehidupan tidak terlepas dari aktivitas marketing; mulai dari iklan televisi, di majalah, diskon di supermarket, papan reklame di sepanjang jalan, sampai ke hal yang menyangkut 31
Zulkariem Nasution, Komunikasi Politik Suatu Pengantar, (Jakarta, Ghalia Indonesia: 1990) h. 57. Dalam Misliyah, Komunikasi Politik Melalui Media Massa Pasangan Mochtar Muhammad-Rahmat Efendi (MuRah) dalam Pilkada Walikota Bekasi Periode 20082013, (Jakarta, FIDKOM UIN:2010), h. 59 32 Zulkariem Nasution, Komunikasi Politik Suatu Pengantar, (Jakarta, Ghalia Indonesia: 1990) h. 57. Dalam Misliyah, Komunikasi Politik Melalui Media Massa Pasangan Mochtar Muhammad-Rahmat Efendi (MuRah) dalam Pilkada Walikota Bekasi Periode 20082013, (Jakarta, FIDKOM UIN:2010), h. 60. 33 Zulkariem Nasution, Komunikasi Politik Suatu Pengantar, (Jakarta, Ghalia Indonesia: 1990) h. 57. Dalam Misliyah, Komunikasi Politik Melalui Media Massa Pasangan Mochtar Muhammad-Rahmat Efendi (MuRah) dalam Pilkada Walikota Bekasi Periode 20082013, (Jakarta, FIDKOM UIN:2010), h. 61.
39
komunikasi dan persuasi. Ilmu marketing mengalami perembesan di segala bidang. 34 Istilah pemasaran yang selama ini dikenal dalam bidang ekonomi diterapkan ke dalam bidang politik dengan sebutan, “Pemasaran Politik” atau “Marketing Politik” (political marketing), dipahami sebagai penyebar gagasan-gagasan politik dengan menerapkan prinsip-prinsip pemasaran komersial. Hal itu menunjukan kecenderungan konvergensi antara dunia politik dengan dunia bisnis. Tak dapat dipungkiri bahwa dunia politik dan dunia bisnis, memang semakin sangat dekat, terutama karena banyak aktor politik yang berasal dari dunia bisnis. Kemampuan dan pengalaman para pebisinis melakukan lobi, negoisasi dan pemasaran, dengan mudah mereka aplikasikan dalam komunikasi politik. 35 Pada dasarnya, marketing bertujuan bisnis komersial namun seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, semakin terintegrasinya masyarakat global, serta tuntutan untuk menerapkan prinsip-prinsip demokrasi, maka institusi politik membutuhkan pendekatan alternatif untuk membangun hubungan dengan konstituen. Dalam konteks inilah marketing dibutuhkan dan diasumsikan berguna bagi insitusi politik dan perkembangan politik itu sendiri. 36 Metode dan pendekatan marketing dalam praktik politik saat ini, dapat dirasakan sebagai sebuah keniscayaan seiring dengan semakin tingginya persaingan di ranah politik. Ilmu marketing memegang peranan penting dalam
34
Gun Gun Heryanto dan Shulhan Rumaru, Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar, (Bogor, Ghalia Indonesia: 2013), cet 1. H. 26-27. 35 Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia, (Graha Ilmu, Yogyakarta: 2011), edisi 2, cet 1, h. 145. 36 Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik, (Ciputat, Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2011), cet 1, h. 43.
40
aktivitas yang dilakukan institusi-institusi politik. Namun, ilmu marketing dalam penerapannya di dunia politik tentu mengalami sebuah redefinisi dengan maksud sudah saatnya ilmu marketing diterapkan dalam dunia politik sehingga dikenal dengan marketing politik.37 Agar tidak terjadi bias pemahaman terhadap penerapan metode dan konsep marketing dalam politik, maka diperlukan definisi yang jelas tentang penggunaan metode marketing dalam bidang politik atau yang lebih dikenal dengan marketing politik. Marketing atau pemasaran merupakan sebuah konsep ilmu dalam strategi bisnis yang bertujuan untuk mencapai kepuasaan berkelanjutan bagi stakeholder, seperti yang diungkapkan Ali Hasan. 38 Bagozi melihat bahwa marketing adalah proses yang memungkinkan adanya pertukaran antara dua pihak atau lebih. Artinya, aktivitas marketing akan selalu ditemui dalam proses pertukaran. Dalam pertukaran terdapat proses hubungan yang memungkinkan interaksi, di mana dalam prosesnya, masing-masing pihak ingin memaksimalkan dan menjamin bahwa kepentingannya sendiri akan terpenuhi. Dalam konteks sistem sosial yang luas, marketing dianggap berperan dalam membangun tatanan sosial. Kotler dan Levy berargumen bahwa penggunaan konsep marketing tidak hanya terbatas pada institusi bisnis saja. 39 Menurut Bruce I. Newman, marketing adalah proses memilih costumer, menganalis kebutuhan mereka, dan kemudian mengembangkan inovasi produk,
37
Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar, (Bogor, Ghalia Indonesia: 2013), cet 1, h. 26. 38 Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar, h. 27 39 Firmanzah, Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas, (Jakarta, Yayasan Pustaka Obor Indonesia: 2008) dalam Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar, h. 27
41
advertising, harga dan strategi distribusi dalam basis informasi. Marketing dalam pengertian Bruce bukan dalam pengertian marketing biasa, melainkan produk politik berupa image politik, platform, pesan politik, dan lain-lain yang dikirim ke audiens yang diharapkan menjadi konsumen tepat. Dari semua definisi marketing yang ada, pada tataran tertentu, Estaswara menyukai definisi marketing yang dikeluarkan AMA (American Marketing Assiciation) pada tahun 2004, bahwa marketing adalah fungsi organisasi dan serangkaian proses menciptakan, mengomunikasikannya dan menyampaikan nilai bagi para pelanggan, serta mengelola relasi pelanggan sedemikian rupa sehingga memberikan manfaat bagi organisasi dan para stakeholder-nya. 40 Selain definisi marketing, kita perlu mengetahui definisi politik sebab marketing politik secara mendasar ditopang oleh dua bidang ilmu, yaitu marketing dan politik. Deliar Noer mendefinisikan bahwa politik merupakan aktivitas atau sikap yang berhubungan dengan kekuasaan dan yang bermaksud untuk memengaruhi dengan jalan mengubah atau mempertahankan suatu bentuk susunan masyarakat. Jika berbicara tentang marketing politik, maka kedua kata ini tak lagi terpisahkan. Marketing dan politik adalah satu kesatuan dalam perkembangan disiplin ilmu sosial sehingga perlu definisi yang mengintegrasikan kedua konsep ilmu tersebut secara jelas dalam satu terminologi. Mauser G (1983: 5) mendefinisikan marketing sebagai “influencing mass behavior in competitive situations”. Mauser berupaya menganalogikan marketing politik kepada marketing komersial, meskipun akan ada perbedaan mendasar
40
Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar, h. 27
42
antara marketing politik dengan marketing komersial. Misalnya, marketing politik mengukur kesuksesan tidak dalam term keuntungan, melainkan dalam hasil voting dan efektivitas power.41 Dalam tulisan Bruce I. Newman dan Richard M. Perloff tentang Political Marketing; Theory, Research and Aplication yang dikutip oleh Prisguananto (2008) dari Handbook of Political Communication Research, pemasaran politik didefinisikan sebagai aplikasi prinsip-prinsip pemasaran dalam kampanye politik yang beraneka ragam individu, organisasi, prosedur-prosedur, dan melibatkan analisis, pengembangan, eksekusi dan strategi manajemen kampanye oleh kandidat, partai politik, pemerintah, pelobi, kelompok-kelompok tertentu yang bisa digunakan untuk mengarahkan opini publik terhadap ideologi mereka.42 Dalam studi pemasaran politik disebutkan bahwa pemasaran politik adalah konsep permanen yang harus dilakukan oleh sebuah partai politik atau kontestan dalam membangun kepercayaan dan citra public, seperti yang dituliskan Butler & Collins. Menurut Dean & Croft, membangun kepercayaan dan citra ini hanya bisa dilakukan dalam jangka panjang, tidak hanya pada masa kampanye dan bukan proses instan. Publik akan mencatat dan menyimpan dalam memorinya semua kegiatan politik, wacana politik dan kepedulian kepada masyarakat yang telah dilakukan atau dikerjakan oleh partai politik atau aktor politik secara individual.
41
Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar, h. 28 Hafied Cangara, Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta, Rajawali Pers: 2011), ed 1, cet 3, h. 223. 42
43
Hal itu akan dingat terus oleh publik pada saat akan memberikan suaranya dalam pemilihan umum.43 Dapat dipahami jika sampai saat ini masih terdapat kontroversi dikalangan intelektual
tentang
penerapan
prinsip-prinsip
pemasaran
produk
dalam
komunikasi politik, terutama yang menyangkut etika dan moralitas dalam aplikasi pemasaran politik. Ada kekhawatiran kuat bahwa penggunaan prinsip pemasaran dalam dunia politik tidak ubahnya seperti dunia bisnis kapitalis beserta implikasinya yang sarat dengan manipulasi informasi dan sarat kepentingan, sehingga dapat mereduksi arti berpolitik itu sendiri. Berkembangnya iklan politik melalui media massa (pers, film, radio dan televisi), dikhawatirkan akan semakin menjauhkan masyarakat dari ikatan ideologis sebuah partai dan massanya. Selain itu aplikasi prinsip pemasaran, juga dikhawatirkan akan “meracuni” dunia politik dengan eksploitasi dan manipulasi. 44 Menurut O‟Soughnessy, pada hakikatnya isu politik sangat berbeda dengan produk komersial. Isu politik berkaitan dengan nilai dan ideologi, dan bukan sebuah produk yang diperjualbelikan hanya demi keuntungan semata. Oleh sebab itu penerapan pemasaran dalam politik harus mengacu dan mengadaptasi nilainilai yang ada dalam dunia politik, terutama yang berkaitan dengan ideologi politik. Selain itu kehadiran politik menurut Radcliff dalam sistem sosial
43
Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia, (Graha Ilmu, Yogyakarta: 2011), edisi 2, cet 1, h. 146. 44 Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia, h. 146.
44
ditujukan untuk memperbaiki kondisi kualitas masyarakat suatu komunitas (negara) melalui “kontrak sosial”.45 Meskipun kontroversi tentang kehadiran pemasaran politik terus mencuat, namun para politikus atau aktor politik dan pelaku pemasaran, tetap bergairah menerapkan dan mengembangkan kajian ini. O‟Cass dalam Firmanzah menjelaskan bahwa falsafah “marketing” memberikan arahan tentang cara penerapan (pemasaran) dalam dunia politik. Pemasaran politik dimaksudkan sebagai teknik untuk pencitraan politik sebuah “partai politik” atau seorang “kandidat” dengan memelihara hubungan timbal balik dengan publik agar membentuk citra dan memperoleh dukungan opini publik. Hal itu sejalan dengan kegiatan public relations yang telah dipaparkan dimuka. 46 Sesungguhnya pemasaran politik tidak dimaksudkan untuk “menjual” kandidat atau partai politik kepada rakyat. Bahkan pemasaran politik menjadikan calon pemilih sebagai subjek dan mengajarkan agar kandidat atau partai politik mampu merumuskan secara jelas tentang “produk politik” melalui pengembangan simbol, citra, platform, visi, misi, dan program yang ditawarkan dengan mengacu kepada ideologi politik masing-masing partai politik. Dalam proses pemasaran politik, produk yang bisa dipasarkan adalah partai politik itu sendiri, tanda gambar, ideologi, visi, misi, program dan para kandidat yang akan menduduki jabatan-jabatan politik. Ideologi, visi, misi dan program itu tercakup dalam platform partai (party platform), yang merupakan produk politik yang utama,
45
Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia, h. 146. 46 Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia, h. 147.
45
disamping “rekam jejak” partai politik pada masa lalu dan karakter pribadi aktor politik dan kandidat. Semuanya itu memberikan citra, simbol dan kredibilitas sebuah produk politik (political product).47 Marketing politik harus dipahami secara komprehensif: pertama, marketing politik lebih dari sekedar komunikasi politik. Kedua, marketing politik diaplikasikan dalam seluruh proses organisasi partai politik. Tidak hanya tentang kampanye politik tetapi juga sampai pada tahap bagaimana memformulasikan produk politik melalui pembangunan simbol, image, platform dan program yang ditawarkan. Ketiga, marketing politik menggunakan konsep marketing secara luas, tidak hanya terbatas pada teknik markeitng, namun juga strategi markeitng, dari teknik publikasi, menawarkan ide dan program, dan desain produk sampai ke market intelligent, serta pemrosesan informasi. 48 Keempat, marketing politik banyak melibatkan disiplin ilmu dalam pembahasannya, seperti sosiologi dan psikologi. Mislanya, produk politik merupakan fungsi dari pemahaman sosiologi mengenai simbol dan identitas, sedangkan faktor psikologisnya adalah kedekatan emosional dan karakter seornag pemimpin, sampai ke aspek rasionalitas platform partai. 49 Kelima, konsep marketing politik bisa diterapkan dalam berbagai situasi politik, mulai dari pemilihan umum sampai ke proses lobi di Parlemen. Dengan demikian, marketing politik bukan dimaksudkan untuk „menjual‟ kontestan
47
Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia, h. 147. 48 Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik, (Ciputat, Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2011), cet 1, h. 45. 49 Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik, h. 45.
46
kepada publik, melainkan sebagai teknik untuk memelihara hubungan dengan publik agar tercipta hubungan dau arah yang langgeng.50 2. Konsep Marketing Politik Dalam dunia bisnis, persaingan akan sangat menguntungkan bagi konsumen. Karena persaingan yang sehat akan membuat konsumen terhindar keharusan menjadi pihak yang tertindas dan terdominasi oleh tindakan kapitalis. Karena konsumenlah yang membeli produk dari produsen, dalam sistem persaingan ini produsen akan berusaha memproduksi dan menjual produk dan jasa terbaik bagi konsumen, entah dari sisi harga ataupun kualitasnya. Namun, di sisi lain, persaingan yang sangat tinggi bisa juga merugikan. Hal ini terjadi ketika masingmasing pemain berusaha menghalalkan semua cara (at all cost) guna memenangkan persaingan.51 Aksioma pemasaran lama mengatakan bahwa cara tercepat untuk membunuh suatu produk adalah mengiklannya secara berlebihan. Dengan cara yang sama, strategi pemasaran yang didukung dengan penelitian yang cermat dan direncanakan dengan baik juga akan menemui kegagalan apabila calon pelanggan tidak bisa mengenali keberadaan perusahaan, apa yang ditawarkan kepada mereka, proporsisi nilai dari masing-masing produk dan bagaimana menggunakan produk-produk itu agar bermanfaat. Pelanggan bisa jadi akan mudah tergiur oleh tawaran pesaing, dan tidak akan ada manajemen yang proaktif dan yang mengendalikan identitas perusahaan. Komunikasi pemasaran, dalam bentuk apapun, menjadi hal penting bagi kesuksesan perusahaan.52
Dalam persaingan dibutuhkan konsep dan strategi yang tepat agar dapat memenangkan persaingan. Konsep dan strategi dalam marketing politik terdiri dari: pasar politik, produk politik dan positioning politik.
50
Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik, cet 1, h. 45. Firmanzah, Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di Era Demokrasi, (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia: 2007), edisi I, h. 123-124. 52 Christopher Lovelock, Jochen Wirtz, Jacky Mussry, Pemasaran Jasa: Perspektif Indonesia, (Jakarta, Erlangga: 2010), edisi VII, jilid I, h. 193. 51
47
a. Pasar Politik Strategi pemasaran terletak di jantung keberhasilan pemilu karena pemasaran memaksa kampanye untuk mengumpulkan dalam waktu yang relatif singkat. Kekuatan organisasi yang mampu memobilisasi dukungan dan menghasilkan koalisi memenangkan kelompok yang berbeda dan kadang-kadang bertentangan.53 Kesuksesan strategi pemasaran tidak akan terjadi jika kita tidak mengetahui medan persaingan kita. Kemampuan menerapkan strategi pemasaran baru bisa dilakukan jika kita mengetahui pasar politik yang menjadi target sasaran kita. Hal ini, akan mempermudah upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka marketing politik. Berikut ini, lima pasar yang harus diketahui oleh para kandidat politik. Lima pasar dalam kampanye politik
Sumber: Bruce I Newman, Handbook of Political Marketing(1999) 53
1999), h. 4.
Bruce I Newman, Handbook of Political Marketing, (USA, SAGE Publications:
48
Secara umum, para calon menghadapi lima pasar yang berbeda dalam mengorganisir kampanye politik: 1) Pemilih, yang biasanya memberikan suara di pemilihan umum; 2) aktivis, kelompok kepentingan, dan konstituen yang memegang pengaruh dalam penilaian dan sumbangan (seperti tenaga kerja dan bisnis, organisasi hak sipil, hukum dan advokat); 3) Media, bisa membuat kandidat terlihat, bila tidak terlihat, bisa menjaga kandidat dalam bayang-bayang kampanye; 4) organisasi partai, yang ada disebagian besar (tetapi tidak semua) kabupaten; dan 5) donator dan kontributor keuangan, siapa yang mungkin atau tidak mungkin berada di kabupaten tempat kandidat berada.54 b. Produk Politik Menurut Butler and Collins, Pemasaran politik, sebagaimana pemasaran produk barang dan atau jasa pada umumnya memiliki kekhususan produknya yang ditawarkan pada “pasar politik”. Bentuk-bentuk produk politik yang ditawarkan melalui pemasaran politik meliputi55:
Platform ideologis partai politik atau calon (kandidat) berikut ssejumlah proposal kebijakan yang diusungnya
Pemimpin dan para petinggi partai politik yang dicalonkan ke dalam pemilihan umum baik pemilihan umum presiden maupun kepala daerah;
Anggota partai politik secara umum, terutama dalam pemasaran politik menjelang kampanye politik pemilu legislatif.
54
Bruce I Newman, Handbook of Political Marketing, (USA, SAGE Publications:
1999), h. 4.
55
Solatun Dulah Sayuti, Komunikasi Pemasaran Politik, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya: 2014), cet I, h. 14.
49
Produk politik di atas, merupakan komponen penting yang akan ditawarkan di pasar politik. Dalam pemasarannya, produk pollitik harus memiliki keistimewaan agar produk yang ditawarkan menarik minat konsumen. Salah satu implikasi dari berbagai komponen penawaran adalah komponen yang tidak bisa ditawarkan secara terpisah. Situasi ini menyebabkan perdagangan sangat kompleks-pelaku dari biaya dan keuntungan. Bean (1993) menunjukan hasil pemilu di Australia dan Selandia Baru, prkatisi memerlukaan kewaspadaan dengan fitur kontras dari pemilih tertentu. Sebagai contoh, para pemilih di Selandia Baru, memberikan arti penting yang lebih besar untuk citra pemimpin partai dari pada rekan-rekan mereka di Australia.56 c. Positioning Politik Positioning dalam marketing didefinisikan sebagai semua aktivitas yang dimaksudkan untuk menanamkan kesan dibenak para konsumen agar mereka bisa membedakan produk dan jasa yang dihasilkan oleh organisasi bersangkutan dengan produk atau jasa organisasi lain. Dalam positioning, atribut produk dan jasa yang dihasilkan akan direkam dalam bentuk image yang terdapat dalam sistem kognitif konsumen. Dengan demikian konsumen akan dengan mudah mengidentifikasi sekaligus membedakan produk dan jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dengan produk-produk atau jasa lainnya. Semakin tinggi image yang direkam dalam benak konsumen, semakin mudah pula mereka mengingat image produk dan jasa bersangkutan. Menanamkan dan menempatkan image 56
1999), h. 4.
Bruce I Newman, Handbook of Political Marketing, (USA, SAGE Publications:
50
dalam benak masyarakat tidak hanya terbatas pada produk dan jasa, karena organisasi perusahaan secara keseluruhan juga perlu ditanamkan dalam benak konsumen. Hal-hal seperti kredibelitas dan reputasi dapat digunakan sebagai media untuk melakukan positioning.57 Positioning tidak dapat dibangun dalam jangka pendek dan sesaat. Membangun positioning membutuhkan jangka waktu yang panjang.menempatkan image dan kesan positif dalam benak masyarakat membutuhkan konsistensi dalam jangka waktu yang lama. Hal ini dikarenakan masyarakat luas perlu melakukan proses pembelajaran untuk dapat memahami posisi ideologis yang dianut suatu organisasi politik. Apalagi ditambah dengan kenyataan bahwa para pesaing politik pun melakukan hal yang sama. Artinya mereka harus saling berlomba-lomba untuk menempatkan image positif mereka dalam benak masyarakat luas. Kedua hal tersebut yang membuat proses positioning menjadi suatu proses yang lama. Setiap peristiwa, event, kejadian, dan image selalu direkam dan dicoba untuk diartikan oleh masyarakat. Informasi dan event yang terekam dalam benak masing-masing orang akan memunculkan kesan tertentu yang akan dijadikan “blueprint” untuk mengidentifikasi posisi masing-masing organisasi politik.58 Menurut Lock & Harris, Peranan positioning ini sangat penting dalam marketing politik. Worcester dan Baines menyatakan bahwa partai politik dan kandidat pemilihan umum secara permanen melakukan positioning melalui penciptaan dan penciptaan ulang kebijakan, image serta jasa yang disediakan bagi
57
Firmanzah, Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di Era Demokrasi, (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia: 2007), edisi I, h. 157. 58 Firmanzah, Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di Era Demokrasi, h. 166-167.
51
publik. Positioning ini sangat penting agar tidak tergusur oleh para pesaing yang melakukan hal serupa. Untuk membantu pemilih dalam membedakan suatu kontestan dengan para pesaingnya, positioning mutlak harus dilakukan. Ketepatan membuat positioning dalam hal yang menyangkut image politik, produk politik, pesan politik, dan program kerja akan membantu pula dalam penciptaan identitas politik. Masing-masing aktivitas akan dapat memperkuat identitas yang ingin diciptakan. Kesan positif atau negatif yang akan muncul dalam benak masyarakat sangat tergantung pada seberapa bagus proses positioning ini. Model umum positioning politik
Riset pasar dan isu politik
Proses Penyusunan Pesan Politik
Penyusunan kebijakan
Riset oposisi dan lawan politik
Diseminasi pesan politik
Proses Penyusunan Pesan Politik
Sumber: Firmanzah, Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di Era Demokrasi, (2007).
52
Hal pertama yang harus disiapkan oleh kandidat atau tim sukses dalam menerapkan positioning politik adalah dengan cara mencari tahu pasar dan isu politik yang tengah hangat dibicarakan dalam pasar politik. Selain itu seorang kandidat atau tim sukses juga harus mencari tahu lawan politiknya. Dengan riset tersebut seorang kandidat atau tim sukses akan bisa membaca kebutuhan pasar dan kelemahan lawan. Setelah hasil riset dikumpulkan maka tahapan selanjutnya adalah membuat kebijakan sesuai temuan dari riset tadi. Hasil riset sangat menentukan dalam pembuatan kebijakan yang akan diambil oleh seorang kandidat atau tim sukses. Dan tahapan terakhir yang harus dilakukan seorang kandidat atau tim sukses adalah menyebarkan informasi yang telah dibuat oleh seorang kandidat atau tim sukses tadi. C. Konseptualisasi Anggota Legislatif Badan legislatif atau legislature mencerminkan salah satu fungsi badan itu, yaitu legislate, atau membuat undang-undang. Makna lain yang sering dipakai ialah Assembly yang mengutamakan unsur “berkumpul”(untuk membicarakan masalah-masalah publik). Nama lain lagi adalah Parliament, suatu istilah yang menekankan
unsur
mengutamakan
“bicara”
representasi
(parler) atau
dan
merundingkan.
keterwakilan
sebutan
lain
anggota-anggotanya
dan
dinamakan People‟s Representative Body atau Dewan Perwakilan Rakyat. Akan
53
tetapi apapun perbedaan dalam namanya dapat dipastikan bahwa badan ini merupakan simbol dari rakyat yang berdaulat.59 Menurut teori yang berlaku, rakyatlah yang berdaulat; rakyat yang berdaulat ini mempunyai suatu “kehendak” (yang oleh Rousseau disebut Volonte Generale atau General Will). Karena itu Keputusan-keputusannya, baik yang bersifat kebijakan maupun undang-undang mengikat seluruh masyarakat.60 Badan legislatif di negara-negara demokrasi disusun sedemikian rupa sehingga ia mewakili mayoritas dari rakyat dan pemerintah bertanggung jawab kepadanya. Untuk meminjam perumusan C. F. Strong yang menggabungkan tiga unsur dari suatu negara demokrasi, yaitu, representasi, partisipasi, dan tanggung jawab politik: Demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan yang mayoritas anggota dewasa dari suatu komunitas politik berpartisipasi atas dasar sistem perwakilan yang menjamin bahwa pemerintah akhirnya mempertanggungjawabkan tindakan-tindakannya kepada mayoritas itu (A system of goverment in which the majority).61
1. Masalah perwakilan (Representasi) Biasanya ada dua kategori yang dibedakan. Kategori pertama adalah perwakilan politik (political representantion) dan perwakilan fungsional (functional representantion). Kategori kedua menyangkut peran anggota parlemen sebagai trustee, dan perannya sebagai pengemban “mandat” Perwakilan (representation) adalah konsep bahwa seorang atau suatu kelompok mempunyai kemampuan atau kewajiban untuk bicara dan bertindak atas nama suatu kelompok yang lebih besar. Dewasa ini anggota badan legislatif pada umumnya mewakili 59
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta, PT Gramedia Pustaka utama: 2010), edisi revisi, cet ke 4, h. 316. 60 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 316. 61 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 316.
54
rakyat melalui partai politik. Hal ini dinamakan perwakilan yang bersifat politik (political representation). 62 Sekalipun asas perwakilan politik telah menjadi sangat umum, namun ada beberapa kalangan yang merasa bahwa partai politik dan perwakilan yang berdasarkan kesatuan-kesatuan politik semata-mata, mengabaikan berbagai kepentingan dan kekuatan lain yang ada di dalam masyarakat terutama di bidang ekonomi. Di samping itu ditemukan bahwa di beberapa Negara asas perwakilan politik diragukan kewajarannya dan perlu diganti atau sekurang-kurangnya dilengkapi dengan asas perwakilan fungsional (functional or occupational representation). Dianggap bahwa negara modern dikuasai oleh bermacam-macam kepentingan terutama dibidang ekonomi, yang dalam sistem perwakilan politik kurang diperhatikan dan tidak dilibatkan dalam proses politik. Dicanangkan agar si pemilih mendapat kesempatan memilih dalam golongan ekonomi atau profesi di mana ia bekerja, dan tidak semata-mata menurut golongan politiknya, seperti halnya dalam sistem perwakilan politik. Golongan yang gigih memperjuangkan pandangan ini antara lain Guild Socialists pada awal abad ke-20.63 Bermacam-macam cara telah digunakan untuk mengatasi masalah ini. Misalnya di Irlandia, berdasarkan Undang-Undang Dasar 1937, wakil-wakil golongan fungsional dipilih dan didudukan dalam senat. Di Republik Prancis IV pada tahun 1946 didirikan suatu majelis khusus di luar badan legislatif, yaitu Majelis Ekonomi, yang berhak memperbincangkan rancangan undang-undang 62 63
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.317. Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.318.
55
yang menyangkut soal ekonomi, akan tetapi badan ini tidak mempunyai wewenang untuk mengambil keputusan, dan hanya memainkan peranan sebagai penasihat dari badan legislatif. Di Republik Prancis V Undang-Undang Dasar 1958 menentukan adanya suatu Majelis Ekonnomi yang digantinya; ia tidak memberi nasihat kepada badan legislatif, tetapi kepada pemerintah. Anggotanya ditunjuk oleh pemerintah dari bermacam-macam golongan ekonomi, sosial, profesi, dan bidang keahlian lain.64 Di Italia asas Functional representation diperkenalkan oleh Mussolini pada tahun 1926. Perwakilan didasarkan atas golongan ekonomi, dan untuk keperluan itu dibentuk 22 corporation yang masing-masing mewakili satu industri, misalnya industri tekstil. Setiap corporations mencakup baik golongan pekerja maupun golongan management dalam bidang industri itu. Melalui wakil-wakilnya dalam Council of Corporations yang didirikan pada tahun 1930 dan yang pada tahun1939 menggantikan dewan perwakilan yang ada (badan baru disebut Chamber of Fasces and Corporations dan terdiri atas tokoh-tokoh partai Fasis dan Council of Corporations), Corporations ini memainkan peranan yang penting. Karena itu Italia masa itu dinamakan negara Korporatif (Corporate State). Dengan jatuhnya Mussolini, eksperimen ini juga terhenti. 65 Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dewasa ini perwakilan politik merupakan sistem perwakilan yang dianggap paling wajar. Di samping itu beberapa negara merasa bahwa asas functional or occuptional representation perlu diperhatikan dan sedapat mungkin diakui kepentingannya di samping sistem 64 65
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.317-318. Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.319
56
perwakilan politik, sebagai cara untuk memasukan sifat profesional ke dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan umum. Dalam rangka itu perlu diakui bahwa ada masalah yang sampai sekarang belum terpecahkan yaitu bagaimana menetapkan patokan obyektif mengenai sifat-sifat dari golongan fungsional yang akan diikutsertakan, dan bagaimana menentukan kriteria utnuk mengukur kekuatan golongan fungsional masing-masing. 66 Di Indonesia perwakilan fungsional (Golongan Karya) juga telah dikenal, di samping asas perwkailan politik. Pemilihan umum tahun 1971 diselenggarakan dengan mengikutsertakan baik partai politik maupun fungsional.67 2. Fungsi badan legislatif a. Fungsi legislasi Menentukan kebijakan (policy) dan membuat undang-undang. Untuk itu badan legislatif diberi hak inisiatif, hak untuk mengadakan amandemen terhadap rancangan undang-undang yang disusun oleh pemerintah, dan terutama di bidang budget atau anggaran.68 Menurut teori yang berlaku tugas utama legislatif terletak di bidang perundang-undangan, sekalipun ia tidak mempunyai monopoli di bidang itu. Untuk membahas rancangan undang-undang sering dibentuk panitia-panitia yang berwenang untuk memanggil menteri atau pejabat lainnya untuk dimintai keterangan seperlunya. Di beberapa negara seperti Amerika Serikat dan Prancis panitia legislatif ini sangat berkuasa, tetapi di negara lain seperti Inggris, panitiapanitia ini hanya merupakan panitia teknis saja. Biasanya sidang-sidang panitia 66
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.319 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.319 68 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 322. 67
57
legislatif diadakan secara tertutup, kecuali di Amerika Serikat di mana sidang panitia dapat ditentukan terbuka untuk umum. 69 Akan tetapi dewasa ini telah menjadi gejala umum bahwa titik berat di bidang legislatif telah banyak bergeser ke badan eksekutif. Mayoritas undang-undang dirumuskan dan dipersiapkan oleh badan eksekutif, sedangkan badan legislatif tinggal membahas dan mengamandemennya. Sebagai rumus umum, dikatakan bahwa di kebanyakan negara yang di pantau enctment rate (persentase jumlah rancangan undang-undang yang diterima oleh badan legislatif dibanding dengan jumlah rancangan undang-undang yang berasal dari badan eksekutif) adalah 90%. Negara-negara ini antara lain adalah negeri Belanda, Malaysia, Inggris dan Australia. Selain itu rancangan undang-undang yang dibuat atas inisiatif badan legislatif sedikit jumlahnya dan jarang menyangkut kepentingan umum.70 Keadaan ini tidak mengherankan sebab dalam negara modern badan eksekutif bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyat dan karena itu harus aktif mengatur semua aspek kehidupan masyarakat. Dalam melaksanakan tugas badan eksekutif didukung oleh staf ahli serta sarana-sarana lainnya di masing-masing kementerian, yang memang merupakan syarat mutlak untuk merumuskan rancangan undangundang. Sebaliknya keahlian anggota-anggota badan legislatif lebih terbatas, sekalipun di beberapa negara legislatif dibantu oleh staf administrasi dan ahli research yang berkualitas tinggi. 71 Pada umumnya di bidang keuangan, pengaruh badan legislatif lebih besar daripada di bidang legislasi umum. Rancangan anggaran belanja diajukan ke 69
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.323 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.323 71 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.324 70
58
badan legislatif oleh badan eksekutif, akan tetapi badan legislatif mempunyai hak untuk mengadakan amandemen, dan dalam hal ini menentukan seberapa anggaran pemerintah dapat disetujui. Jadi, badan legislatiflah yang pada akhirnya menentukan berapa dan dengan cara bagaimana uang rakyat dipergunakan. 72 Di negara yang badan eksekutifnya dominan, badan legislatif biasanya tidak akan terlalu banyak mengubah rancangan anggaran belanja. Akan tetapi di negara yang badan legislatifnya kuat, badan itu bisa saja mengadakan banyak perubahan, termasuk mengurangi anggaran yang akan dipergunakan. Congress Amerika Serikat, misalnya, sering mengurangi bantuan ekonomi untuk negara-negara yang sedang berkembang. 73 b. Fungsi kontrol Mengontrol badan eksekutif dalam arti menjaga agar semua tindakan badan eksekutif sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan (scrutiny, oversight). Untuk menyelenggarakan tugas ini, badan perwakilan rakyat diberi hak-hak kontrol khusus. Dengan semakin berkurangnya pengaruh badan legislatif di bidang legislatif, maka peranannya dibidang pengawasan dan kontrol bertambah menonjol. Badan legislatif berkewajiban untuk mengawasi aktivitas badan eksekutif, agar sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkannya. Pengawasan dilakukan melalui sidang panitia-panitia legislatif dan melalui hak-hak kontrol yang khusus, seperti hak bertanya, interpelasi, dan sebagainya.74
72
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.324 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.324 74 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.324. 73
59
1) Pertanyaan parlementer Anggota badan legislatif berhak untuk mengajukan pertanyaan kepada pemerintah mengenai sesuatu masalah. Di Inggris, Australia, dan India kita melihat adanya jam bertanya (question hour), di mana pertanyaan diajukan secara lisan dalam sidang umum dan menteri yang bersangkutan atau kadangkadang perdana menteri sendiri yang menjawabnya secara lisan. Oleh karena segala kegiatannya banyak menarik perhatian media massa, maka badan legislatif dengan mengajukan pertanyaan parlementer dapat menarik perhatian umum terhadap sesuatu peristiwa dan menggorek informasi mengenai kebijakan pemerintah. 75 Di indonesia semua badan legislatif, kecuali badan legislatif gotong royong di zaman Demokrasi Terpimpin, mempunyai hak bertanya. Pertanyaan biasanya diajukan secara tertulis dan dijawab pula secara tertulis oleh departemen yang bersangkutan; pertanyaan parlementer serta jawaban pemerintah tidak banyak efek politiknya. 76 2) Interpelasi Kebanyakan badan legislatif mempunyai hak interpelasi, yaitu hak untuk meminta keterangan kepada pemerintah mengenai kebijakan di sesuatu bidang. Badan eksekutif wajib memberi penjelasan dalam sidang pleno, yang mana dibahas oleh anggota-anggota dan diakhiri dengan pemungutan suara mengenai apakah keterangan pemerintah memuaskan atau tidak. Jika hasil pemungutan suara bersifat negatif, hal ini merupakan tanda peringatan bagi 75 76
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.326 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.326
60
pemerintah bahwa kebijakanya diragukan. Dalam hal terjadi perselisihan antara badan legislatif dan badan eksekutif, interpelasi dapat dijadikan batu loncatan untuk diajukan mosi tidak percaya. 77 Di Indonesia semua badan legislatif, kecuali Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong masa Demokrasi Terpimpin, mempunyai hak interpelasi. Di masa orde baru, hak interpelasi tidak pernah digunakan. Hak ini kembali diguankan di era Reformasi ketika DPR (2004-2009) mengusung interpelasi masalah impor beras dan lumpur Lapindo. Usaha anggota dewan ini akhirnya gagal karena tidak memenuhi kebutuhan. 78 3) Angket (Enquete) Hak angket adalah hak anggota badan legislatif untuk mengadakan penyelidikan sendiri. Untuk keperluan ini dapat dibentuk suatu panitia angket yang melaporkan hasil penyelidikannya kepada anggota badan legislatif lainnya, yang selanjutnya merumuskan pendapatnya mengenai soal ini dengan harapan agar diperhatikan oleh pemerintah.79 Di Indonesia semua badan legislatif, kecuali Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong zaman Demokrasi Terpimpin, mempunyai hak angket. Namun, hak ini tidak pernah digunakan kecuali oleh anggota DPR masa Reformasi (2004-2009) untuk masalah impor beras. 4) Mosi Umumnya dianggap bahwa hak mosi merupakan hak kontrol yang paling ampuh. Jika badan legislatif menerima suatu mosi tidak percaya, maka dalam 77
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.326 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.326 79 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.326. 78
61
sistem parementer kabinet harus mengundurkan diri dan terjadi suatu krisis kabinet. Republik Prancis III (1870-1940) dan IV (1946-1958) terkenal karena banyaknya mosi yang mengguncang kedudukan kabinet. Di Indonesia pada masa sistem parlementer badan legislatif mempunyai hak mosi, tetapi mulai zaman Demokrasi Terpimpin hak ini ditiadakan. Pada masa reformasi, anggota DPR (1999-2004) menggunakan hak mosi ketika melakukan pemakzulan Presiden Abdurrahman Wahid sebagai Presiden tahun 2001. Hal ini memang tidak lazim karena umumnya hak ini digunakan dalam sistem parlementer dan bukan sistem presidensial.80 c. Fungsi Edukatif dan Fungsi Rekrutmen Dewasa ini lebih ditonjolkan peranan edukatifnya. Badan legislatif dianggap sebagai forum kerja sama antara berbagai golongan serta partai dengan pemerintah, di mana beraneka ragam pendapat dibicarakan di muka umum. 81 Melalui media massa (terutama telivisi) masyarakat ramai diajak mengikuti persoalan yang menyangkut kepentingan umum dan menilainya menurut kemampuan masing-masing. Dengan demikian rakyat
dididik
ke arah
kewarganegraaan yang sadar dan bertanggung jawab, dan partisipasi politik dapat dibina. 82 Suatu fungsi lain yang tidak kalah pentingnya ialah sebagai sarana rekrutmen politik. Ia merupakan training ground bagi generasi muda untuk mendapat pengalaman di bidang politik sampai ke tingkat nasional.83
80
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.326. Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.327 82 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.327 83 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.327 81
BAB III Profil Ledia Hanifa Amaliah A. Pendidikan Ledia Hanifa Amaliah, putri dari pasangan Meolina Sekar Asih dan Moechsoen gemar melakukan aktivitas kemasyarakatan sejak SMP (sekolah menengah pertama). Guna menyalurkan keinginannya untuk terjun langsung ke masyarakat, maka ia memutuskan untuk bergabung dengan gerakan Pramuka.1 Kebulatan tekad untuk bergabung dengan gerakan Pramuka telah mendorong Ledia untuk memilih SMP yang memiliki ekstra kulikuler Pramuka bagus. Berbeda dengan anak-anak pada umumnya yang justru memilih SMP-SMP favorit.2
Dan
benar
saja,
keseriusan
Ledia
dalam
Pramuka
telah
menghantarkannya meraih dua penghargaan. Penghargaan Penggalang Garuda Gerakan Pramuka Kwartir Cabang Jakarta Pusat pada tahun 1984 dan Penghargaan Peserta Terbaik Latihan Pengembangan Kepemimpinan Penegak dan Pandega se Kwartir Cabang Jakarta Pusat tahun 1986. 3 Riwayat pendidikan dari kecil hingga S2, Ledia tempuh di Indonesia. Sekolah Dasar Taman Siswa Rawasari menjadi pilihannya untuk menempuh pendidikan SD dan ia tamatkan pada tahun 1981. Lanjut ketahapan berikutnya, Sekolah Menengah Pertama ia tempuh di SMP Negeri 47 dan lulus tahun 1984. SMA Islam Al Azhar menjadi pilihannya untuk menempuh pendidikan berikutnya, dan ia lulus tahun 1987. Jenjang pendidikan yang lebih tinggi ia tempuh di Universitas 1
Surat Terbuka Ledia Hanifa Amaliah, Bandung 9 Maret 2014. Wawancara pribadi dengan Ledia Hanifa Amaliah, Bandung 29 Maret 2014. 3 Surat Terbuka Ledia Hanifa Amaliah, Bandung 9 Maret 2014. 2
62
63
Indonesia, S1 Kimia FMIPA UI (lulus 1993) dan S2 Psikologi Terapan peminatan Intervensi Sosial FPsikologi UI (lulus 2002). B. Karir Politik Ledia Hanifa Amaliah yang lahir di Jakarta, 30 April 1969. Sejak kecil sudah menunjukan ketertarikannya pada dunia politik. Ketika duduk di kelas IV SD, Ledia telah menyelesaikan bacaan autobiografi yang ditulis sang kakek, Rd. H. Hasan Natapermana yang pernah menjabat sebagai anggota Parlemen Pasundan dan mendapat penghargaan sebagai Tokoh Koperasi Jawa Barat.4 Terjun ke dunia politik bukanlah tanpa pemikiran panjang. Ada hal-hal yang menjadi pertimbangan Ledia. “ada banyak hal yang tidak bisa kita lakukan manakala kita tidak terlibat dalam pengambilan kebijakan. Dan pilihannya adalah terlibat dalam politik. Itulah politik praktis dalam konteks itu, bukan sebagai kekuatan di luar tapi kekuatan di dalam.” Ujar Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI.5 Keputusannya untuk bergabung dengan partai politik tak menemui kendala berarti dari keluarga maupun orang terdekatnya. Keluarga mendukung upaya Ledia bergabung dengan partai politik, meskipun dari keluarganya tidak ada yang terlibat dalam partai politik. Dukungan diberikan keluarga karena keluarganya memang terbiasa terlibat dalam aktivitas sosial kemasyarakatan. Pilihannya masuk dalam dunia politik merupakan hasil kesepakatan yang dibangun dirinya dengan dukungan suami. 6 Istri dari Drs. Bachtiar Sunasto, MS Direktur Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri ini pun bersyukur karena
4
Wawancara pribadi dengan Ledia Hanifa Amaliah, Bandung 29 Maret 2014. Wawancara pribadi dengan Ledia Hanifa Amaliah, Bandung 29 Maret 2014. 6 Bobby Reza Satrian, Profil Ledia Hanifa Amaliah, artikel diakses pada 19 Januari 2014 dari http://m.merdeka.com/profil/indonesia/I/ledia-hanifa-amaliah/ 5
64
ketiga putranya telah dewasa sehingga keterlibatannya dalam politik tidak melanggar kodratnya sebagai istri dan ibu bagi Widad Maulana, „Azza Habibullah dan Mi‟raj Shabrin Jamil. 7 Izin terlibat dalam politik yang telah ia kantongi dan pengalaman dari berbagai organisasi tak menjadikannya merasa cukup untuk bekal berpolitik. Pendidikan menjadi hal yang tak luput dari perhatiannya sebagai bekal untuk terjun di panggung politik. Pada tahun 1998 Ledia memutuskan untuk bergabung dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang saat itu masih PK (Partai Keadilan). Menurutnya, partai politik yang saat itu sejalan dengannya dalam visi dan misi nya yakni PK (Partai Keadilan). Hingga kini, 16 tahun sudah keberadaannya bersama PKS. Ia, memutuskan untuk berjuang bersama PK yang kini menjadi PKS. Perjuangannya ia buktikan dengan menjadi Staf Deputi Kewanitaan DPW PK Jakarta (1998-1999), Pjs Ketua Deputi Pemberdayaan Wanita DPW PK DKI Jakarta (1999-2000), Ketua Deputi Pemberdayaan Wanita DPW PKS Jawa Barat (2000-2005), Ketua DPP PKS Bidang Kewanitaan (2005-2010), Staf Bidang Perencanaan DPP PKS (20102013), dan Staf Bidang Kebijakan Publik DPP PKS (2011-2015). 8 Pada tahun 2009-2014 lalu, Ledia maju sebagai anggota DPR RI fraksi PKS dari Daerah Pemilihan Jawa Barat I. Selama lima tahun masa kerja, ia telah terlibat dalam9 :
7
Surat Terbuka Ledia Hanifa Amaliah, Bandung 9 Maret 2014. Bobby Reza Satrian, Profil Ledia Hanifa Amaliah, artikel diakses pada 19 Januari 2014 dari http://m.merdeka.com/profil/indonesia/I/ledia-hanifa-amaliah/ 9 Data diambil dari brosur kampanye Ledia Hanifa Amaliah 8
65
1. Terlibat penyusunan Undang-undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang kini diimplementasikan sebagai jaminan Kesehatan Nasional. 2. Mendorong Kota Bandung dan Kota Cimahi menjadi pilot project penerima Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) di 14 Puskesmas. 3. Mendorong Kota Bandung dan Kota Cimahi termasuk dalam penerima Program Keluarga Harapan bagi Rumah Tangga Sangat Miskin mulai tahun 2013. 4. Mendorong Kota Bandung dan Kota Cimahi, menjadi penerima bantuan KUBE Perkotaan mulai tahun 2013 setelah sebelumnya program KUBE hanya berfokus pada KUBE pedesaan. 5. Mendorong revitalisasi KUA agar petugas KUA mendapat tambahan insentif dan perlindungan hukum. Keberhasilan yang diperolehnya selama ini merupakan buah dari kerja kerasnya selama menjabat anggota DPR RI periode 2009-2014. Sosok perempuan satu cucu ini memang selalu optimis, tak pernah mengeluh dan terbilang Workaholic (gemar bekerja). Selain itu, sosoknya yang begitu supel dan peduli pada kepentingan orang lain, menjadikannya mudah beradaptasi dan bersosialisasi dengan lingkungan luar. Ini pula, yang mendorong masyarakat yang secara terang-terangan menyatakan dukungannya pada Ledia.10 Pada pemilu legislatif kali ini periode 2014-2019, Ledia kembali maju sebagai wakil dari Daerah Pemilihan Jawa Barat I. Sebagai incumbent, ia ingin 10
Maret 2014
Wawancara dengan asisten pribadi Ledia Hanifa Amaliah, Yudiana, Bandung, 14
66
menyampaikan sesuai janji pada pemilu 2009 untuk senantiasa membuka diri menerima aspirasi masyarakat serta melaporkan segala yang telah ia upayakan selaku anggota DPR RI secara terbuka. Berbagai aktivitas sebagai anggota DPR RI 2009-2014 telah ia tuangkan dalam News Letter berkala 4 bulanan dan media lainnya serta telah disebarkan pada 549 titik di kota Bandung dan Cimahi saat kunjungan kerja, reses, serap aspirasi, sosialisasi kebijakan, pelatihan dan pemberdayaan masyarakat. News Letter
juga
dapat
dibuka
di
www.lediahanifa.com.
Itulah
bentuk
pertanggungjawaban yang ia lakukan kepada masyarakat khususnya para pemilihnya pada periode 2009-2014. Bagi Ledia pemilu atau kedudukan sebagai anggota parlemen merupakan bagian dakwahnya. Karenanya ia berharap jika pada periode kali ini 2014-2019 amanah sebagai anggota DPR RI diamanahkan kembali kepadanya ia akan selalu memaknai sebagai amanah dakwah memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakat tanpa membedakan agama, suku, jenis kelamin, dan statu sosial sebagai perwujudan rahmat bagi semesta alam. 11 Harapan besarnya dalam lima tahun ke depan, kemudahan akses masyarakat Kota Bandung dan Cimahi terhadap pendidikan dan kesehatan keluarga, kesejahteraan sosial, serta lingkungan hidup yang berkuallitas semakin terbuka, dirasakan
dan
meningkat.
“Saya
akan
berupaya
mengoptimalkan
dan
mensinergikannya dengan kebijakan pemerintah pusat.” Ujarnya dalam surat terbuka yang ia tulis untuk para pemilih di Bandung dan Cimahi.
11
Surat Terbuka Ledia Hanifa Amaliah, Bandung 9 Maret 2014.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Marketing Politik Ledia Hanifa Amaliah pada Pemilihan Anggota DPR RI Persaingan politik merupakan “kodrat alamiah” yang harus ditempuh untuk mencapai kekuasaan. Karena pemenangnya hanya satu-individu atau kelompoksangat wajar bila masing-masing pihak berlomba-lomba untuk menjadi juara. Kompetisi politik akan berakhir dengan munculnya dukungan luas terhadap perjuangan suatu kelompok politik atau individu.1 Peta persaingan politik yang semakin ketat mendorong Ledia dan tim sukses nya bekerja lebih keras menarik hati para pemilihnya. Pendekatan marketing politik menjadi pilihan Ledia dan tim suksesnya dalam menghadapi persaingan di pemilihan umum. Marketing politik tidak bisa dilakukan melalui proses instan. Ledia menerapkan konsep marketing politik semenjak terpilih sebagai anggota DPR RI periode 2009-2014. Menurut Yudiyana asisten pribadi Ledia di daerah pemilihan, “ibu sudah menjaga dan menjalin hubungan sejak terpilih sebagai anggota DPR RI”. Berikut ini, langkah-langkah marketing politik yang dilakukan Ledia dan tim suksesnya.
1
Firmanzah, Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di Era Demokrasi, (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia: 2007), edisi I, h. 125.
67
68
1. Pasar Politik Hal yang pertama kali dilakukan oleh Ledia ketika ditunjuk untuk kembali maju sebagai anggota legislatif adalah melakukan pemetaan. Pemetaan dilakukan untuk membaca medan persaingan dan memudahkan pencapaian target. Dengan pemetaan di awal maka kerja tim sukses akan lebih terarah. Segmentasi atau pemetaan ini penting dilakukan mengingat institusi politik diharapkan dapat selalu hadir dalam berbagai karakteristik pemilih. Hadir tidaknya suatu institusi politik selalu diartikan sebagai keberadaan fisiknya di tengah-tengah masyarakat, misalnya melalui kunjungan ke daerahdaerah terpencil. Kehadiran yang dimaksud di sini lebih diartikan sejauh mana institusi politik bersangkutan mampu menjawab permasalahan yang dihadapi di masing-masing lapisan masyarakat. Institusi politik dituntut untuk bisa membuat program yang bisa memuaskan segenap lapisan untuk memperoleh dukungan suara sebesaar mungkin. Misalnya, permasalahan kaum profesional akan berbeda dengan permasalahan yang dihadapi petani dan nelayan. Berbeda pula cara institusi politik dalam memperlakukan pendukung tradisional dan massa mengambang. 2 Pemetaan diperlukan dalam pasar politik. Pemetaan membantu para kandidat mencapai sasaran yang tepat dan terarah. Seorang kandidat harus menguasai pasar politik sebelum melakukan pemetaan. Pasar politik meliputi: a. pemilih, b. aktivis, c. media, d. partai politik dan e. kontributor.
2
Firmanzah, Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di Era Demokrasi, (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia: 2007), edisi I, h. 212.
69
a. Pemilih, salah satu elemen yang penting dan harus dipertimbangkan oleh kandidat adalah faktor pemilih. Oleh karena itu baik kandidat maupun tim suksesnya harus memahami perilaku pemilihnya (nilai-nilai, kebutuhan, pandangan dan keinginan pemilih).3 Pemetaan Ledia terlihat pada pemilih perempuan. Ledia mendekati pemilih perempuan dengan cara mengangkat isu-isu yang berkaitan dengan perempuan seperti beberapa kali mengadakan seminar parenting. (Lihat tabel 2 : kegiatan tatap muka dan sosialisasi Ledia). b. Aktivis, konstituen juga bagian penting dari pasar politik. Ledia menjaga konstituennya
dengan
membantu
permasalahan-permasalahan
yang
mengadvokasi dihadapi
atau
membantu
konstituennya
seperti
mendorong kota Bandung dan kota Cimahi menjadi pilot project penerima Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) di 14 Puskesmas.4 c. Media, Tim media Ledia tidak secara khusus melakukan pemetaan terhadap media. Mereka hanya membuat pemetaan secara garis besar yakni media nasional dan media lokal. Dari media nasional dan lokal, dibagi lagi ke dalam media cetak dan elektronik serta pemanfaatan media sosial. Pemetaan tersebut dilakukan karena masyarakat pemilih terdiri dari berbagai jenjang dan berbagai lapisan. Sehingga berbagai jenis media harus digunakan agar bisa menjangkau semua. d. Organisasi politik menjadi salah satu hal penting bagi kesuksesan Ledia. Meski PKS yang menjadi partai afiliasinya tengah ditimpa berbagai badai, 3
Tri Hastuti Nur Rochimah, Pentingnya Memahami Perilaku Politik dalam Political Marketing- Jurnal Komunikator VOLUME 1 NO. 1, (Yogyakarta: 2009), h. 3. 4 Data diolah dari brosur kampanye Ledia Hanifa Amaliah
70
namun ia tetap menggunakan mesin partai untuk membantunya mendulang suara. Ledia memiliki tim di setiap kota, yakni Kota Bandung dan Kota Cimahi. Dan ia juga memiliki tim di setiap kecamatan (DPC PKS). Timtim tersebut merupakan kader-kader, simpatisan dan relawan PKS yang ada di daerah. 5 e. Kontributor dalam pasar politik turut menjadi bagian penting karena aktivitas politik bisa berjalan dengan baik jika ditopang dana yang baik pula. Dalam hal pendanaan kampanye, tim sukses Ledia mengatakan tidak dibantu pihak lain. Pemetaan Ledia dan tim sukses dalam pasar politik terbilang cukup merata. Setiap aspek pasar politik mendapat perhatian khusus seperti pemilih yang dipetakan berdasarkan jenis kelamin, aktivis yang dijaga dengan cara mengadvokasi, media yang dipetakan berdasarkan wilayah, organisasi politik yang berada dari tingkat kota hingga kecamatan, dan kontributor yang menopang jalannya kampanye. 2. Produk Politik Dalam istilah pemasaran kita mengenal, apabila perusahaan telah memutuskan segmen pasar mana yang dimasuki, perusahaan harus memutuskan bagaimana mendiferensiasikan penawaran pasarnya untuk setiap segmen sasaran dan posisi apa yang ingin ditempatinya dalam segmen tersebut. Posisi produk adalah tempat yang diduduki produk relatif terhadap pesaingnya dalam pikiran konsumen. Pemasar ingin mengembangkan posisi 5
April 2014
Wawancara pribadi dengan Yudiyana asisten pribadi di daerah pemilihan, Jakarta, 28
71
pasar unik bagi produk mereka. Jika sebuah produk dianggap sama persis dengan produk lainnya di pasar, konsumen tidak mempunyai alasan untuk membelinya.6 Dalam memasarkan suatu produk, para pemasaran selalu menampilkan keunggulan dari produk tersebut untuk menarik minat konsumen. Pun halnya dengan produk politik. Namun yang menjadi perbedaan adalah produk politik merupakan produk yang tidak nyata (intangible product) dan erat kaitannya dengan sistem nilai. Karakteristik tersebut merupakan tantangan tersendiri dalam memasarkan produk politik. Produk utama dari sebuah institusi politik adalah platform partai yang berisikan konsep, identitas ideologi, dan program kerjanya. Selain itu, apa saja yang telah dilakukan partai politik di masa lalu berkontribusi dalam pembentukan sebuah produk politik. Akhirnya, karakteristik atau ciri seorang pemimpin atau kandidat memberikan citra, simbol, dan kredibilitas sebuah produk politik (political product). 7 Hal yang dibangun oleh Ledia dan tim suksesnya dalam memasarkan produk politik adalah dengan meyakinkan masyarakat tentang platform partai. PKS yang bernafaskan islam menginspirasi tim sukses Ledia untuk membuat wayang dakwah, suatu seni tradisional Jawa Barat yang dipadukan dengan unsur religi yang menjadi nafas PKS.
6
Philip Kotler dan Gary Amstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran, (Jakarta, Erlangga: 2006), h. 61. 7 Firmanzah, Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di Era Demokrasi, (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia: 2007), edisi I, h. 196.
72
Hal berikutnya adalah past record (catatan tentang hal-hal yang dilakukan di masa lampau). Sejumlah prestasi, advokasi dan upaya-upaya yang telah Ledia maupun partainya lakukan ditonjolkan untuk membuktikan kinerjanya. Media massa dan media sosial digunakan tim sukses Ledia untuk mempublish informasi tentang kinerja yang telah Ledia lakukan. Menurut Ledia ini sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban publik. Dan tentunya sebagai upaya kampanye politik.8 Upaya-upaya yang dilakukan Ledia dan tim sukses merupakan rangkaian upaya untuk menciptakan produk politik yang unggul dibandingkan para pesaingnya. Dari upaya-upaya tersebut terbentuklah citra, simbol dan kredibilitas sebuah produk politik. 3. Positioning Politik Setelah dibuat pemetaan, tim melakukan proses selanjutnya yakni diferensiasi dan positioning. Diferensiasi adalah membuat pembeda antara produk yang kita miliki dengan produk lain. Sedangkan, Positioning adalah pengaturan suatu produk untuk menduduki tempat yang jelas, berbeda dan diinginkan, relatif terhadap produk pesaing dalam pikiran konsumen sasaran. 9 Partai politik harus mampu menempatkan produk politik dan image politik dalam benak masyarakat. Pemilih perlu selalu diingatkan mengenai partai politik atau kandidat terkait. Dalam proses ini yang terpenting adalah menciptakan agar image kandidat atau partai politik ada di mana-mana. Dalam
8
Firmanzah, Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di Era Demokrasi, (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia: 2007), edisi I, h. 241-242. 9 Philip Kotler dan Gary Amstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran, (Jakarta, Erlangga: 2006), h. 61.
73
hal ini tidak dilakukan “kejutan-positif, tetapi lebih menekankan kehadiran kandidat dan partai politik di setiap permasalahan dan situasi. Di sini perlu diciptakan kondisi yang menimbulkan dominasi image kandidat atau partai politik. Sehingga image-nya lebih besar dan dominan dibandingkan dengan image pesaing. Inilah yang penting dalam proses penciptaan image dominan. Sebagai hasilnya, pemilih akan mengetahui dengan yakin apakah kandidat atau partai politik bersangkutan selalu hadir di setiap permasalahan yang dihadapi masyarakat. Semakin mereka ada di mana-mana, semakin berpotensi pula akan dipilih. 10 Dalam upaya penanaman produk politik dan image politik, maka Ledia dan tim membuat beberapa hal. Pertama, tim menggunakan saluran tatap muka dan saluran media (dalam hal ini sosial media) untuk menanamkan image kedekatan kepada publik. Kegiatan tatap muka seperti bank sampah, seminar, silaturahim, pelatihan pemadam kebakaran, wayang dakwah, dan lain-lain, Ledia berusaha masuk ke hati masyarakat dengan pendekatanpendekatan personal. Selain itu Ledia memanfaatkan sosial media untuk menjangkau masyarakat yang lebih luas. Melalui account facebook Ledia Hanifa Amaliah dan twitter @lediahanifa, ia bisa berbagi informasi, motivasi dan berkomunikasi dengan biaya yang murah, cepat serta menembus ruang dan waktu. Ledia masuk ke berbagai lapisan masyarakat, berbagai tempat dan berbagai kondisi sehingga dari pendekatan-pendekatan itu masyarakat akan
10
Firmanzah, Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di Era Demokrasi, (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia: 2007), edisi I, h. 241-242.
74
menyimpan
image
Ledia
sebagai
pemimpin
yang
merakyat,
sedia
mendengarkan aspirasi rakyat, dan mau memperjuangkan nasib rakyat. Kedua, tim menanamkan image kedekatan hubungan dengan media. Tim Ledia secara rutin mengirimkan artikel-artikel Ledia ke media dan mengadakan media gathering. Implisit dari sebuah penelitian ditemukan bahwa kita dapat membentuk opini publik melalui informasi yang kita berikan. Ketika kekuatan politik ingin mendiskreditkan image politik lawan, yang perlu dilakukan cukup dengan membanjiri informasi di media massa dengan hal-hal buruk yang dilakukan lawan politik. Begitu juga sebaliknya, ketika ingin membentuk image positif dari publik, cukup dengan membanjiri media massa dengan hal-hal positif dari suatu partai atau kandidat.11 Ketiga, tim menanamkan image kerja nyata dengan rutin membuat news letter tiap empat bulan sekali. Dalam news letter tersebut Ledia menyampaikan laporan kerjanya selama menjabat anggota DPR RI periode 2009-2014. News letter dibagikan saat reses atau bisa diakses di situs www.lediahanifa.com Yang perlu dilakukan dalam kaitan ini adalah menjaga konsistensi image politik. Strategi tebar pesona merupakan salah satu manifestasinya. Menjaga image politik tentunya cenderung membuat seseorang harus bertindak konservatif. Artinya, image politik yang sudah terbentuk cenderung terus dilestarikan dan dijaga keberadaannya. Hal lain yang harus jadi perhatian Ledia dan tim adalah terus menerus menjaga image kepada masyarakat 11
Firmanzah, Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di Era Demokrasi, (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia: 2007), edisi I, h. 29.
75
terkadang justru akan merugikan partai politik. Karena tidak selamanya kita dapat memuaskan kepentingan semua pihak. Ledia dan tim harus lebih hatihati dalam bertindak maupun dalam mengambil keputusan. Jangan sampai tindakan atau keputusan yang dibuat bertentangan dengan image yang selama ini dibangun.12 Tujuan utama dari aktivitas positioning politik adalah untuk menjadikan suatu organisasi dan para tokohnya sebagai pemimpin (leader) dalam benak masyarakat. Menjadi leader hanya akan terwujud apabila benak dan pikiran masyarakat secara luas mempersepsikan image yang positif mengenai suatu partai politik dan kehadirannya benar-benar dirasakan. Dengan begitu, bentukbentuk dukungan tidak diperoleh dari dataran elite politik belaka, melainkan juga sampai ke masyarakat yang paling bawah sekalipun. Menjadi leader berarti lebih menguasai benak masyarakat luas dibandingkan dengan pesaingpesaingnya. Tentunya hal ini tidak akan dapat dilakukan apabila tidak ada aktivitas segmentasi dan positioning politik. 13 Upaya positioning Ledia yang dibangun selama ini melalui image-image positif menghantarkan Ledia sebagai anggota DPR RI periode berikutnya. Pada pemilu legislatif 2014 Ledia mengantongi 30.179 suara pada daerah pemilihan Jawa Barat I. Hasil ini mengokohkan Ledia sebagai satu-satunya wakil politisi perempuan dari PKS.14
12
Firmanzah, Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di Era Demokrasi, (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia: 2007), edisi I, h. 242. 13 Firmanzah, Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di Era Demokrasi, h. 164. 14 Ini wakil Rakyat dari PKS artikel diakses pada 14 Mei 2014 dari http://m.beritasatu.com/nasional/184121-inilah-wakil-rakyat-dari-pks.html
76
Berikut ini saluran-saluran komunikasipolitik yang digunakan Ledia dan tim suksesnya untuk mem-positioning-kan Ledia: a. Saluran Tatap Muka Saluran tatap muka merupakan saluran komunikasi politik yang menjadi pilihan utama para kandidat dalam mendekati para pemilihnya. Saluran ini dinilai dapat menciptakan kedekatan dengan masyarakat. Para kandidat bisa bertemu, berbincang dan melihat secara langsung kondisi masyarakat. Ketika ditunjuk sebagai calon anggota DPR RI periode 2014-2019, salah satu hal yang dilakukan Ledia adalah melakukan sosialisasi. Ledia menyadari pentingnya sosialisasi untuk memperkenalkan dirinya kepada masyarakat sehingga ia rela keliling dari kampung ke kampung untuk bersosialisasi. “Tidak mungkin seseorang akan memilih, orang-orang akan memilih kita jika kita tidak pernah memperkenalkan diri kita pada orang,” ujar Ledia. Sejumlah pertemuan dengan masyarakat kerap dimanfaatkan sebagai momentum untuk mensosialisasikan dirinya sebagai salah satu kandidat. Bahkan untuk mengokohkan basis dukungannya, Ledia dan tim suksesnya gencar menggalang sosialisasi hingga tingkat kelurahan. Dalam hal ini tim sukses memperbanyak kunjungan tatap muka. Karena kunjungan tatap muka itu cenderung lebih mengena di hati masyarakat. Itulah sebabnya tim lebih memperbanyak kunjungan tatap muka daripada memasang iklan di televisi. Untuk mendukung kunjungan tatap muka tersebut tim
77
menciptakan beberapa kegiatan yang lain dari caleg yang lain sehingga lebih diingat lebih mudah masuk ke dalam memori anggota masyarakat.15 Keuntungan terpenting dari tatap muka adalah penanaman image positif bagi Ledia dalam rangka positioning. Kehadirannnya di tengah masyarakat, berdiskusi bersama masyarakat dan mendengarkan aspirasi masyarakat melahirkan image kedekatan antara Ledia dan masyarakat. Posisi ini sangat menguntungkan Ledia, karena dengan begitu ia mendapat dukungan dari berbagai jaringan. Dukungan-dukungan itu datang dari kader, geng motor, LSM dan ustadz atau kiai yang berasal dari eksternal.16 Jaringan-jaringan dan konstituen yang telah mendukungnya, ia jaga dan ia rawat dengan melibatkan mereka dalam tim pemenangan Ledia. Selain itu Ledia dan tim juga memanfaatkan jaringan-jaringan lain yang belum mereka pegang. “Ada beberapa jaringan yang kita belum pernah berinterkasi sebelumnya tapi dengan pemilu kali ini bahkan mereka di haier untuk menyukseskan,” ujar Yudiyana. Kedekatan Ledia dengan konstituen dan jaringan-jaringan yang ada merupakan buah dari upaya selama lima tahun menjumpai berbagai lapisan masyarakat. “Kader dari berbagai jenjang itu sudah sangat mengenal bu Ledia bahkan masyarakat pun sudah banyak yang kenal bu Ledia. Tidak jarang kita di lapangan, masih di perjalanan, ketemu (memanggil) bu Lediaaa. Anak-anak kecil bahkan (memanggil juga) bu Lediaaa” jelas Yudiyana.
April 2014 April 2014
15
Wawancara pribadi dengan Yudiyana asisten pribadi di daerah pemilihan, Jakarta, 28
16
Wawancara pribadi dengan Yudiyana asisten pribadi di daerah pemilihan, Jakarta, 28
78
Sosialisasi yang dilakukan Ledia sudah dilakukan semenjak ia menjabat sebagai anggota DPR RI periode 2009-2014. Selama lima tahun ia mensosialisasikan diri ke masyarakat dengan menunjukkan kinerja selama menjabat sebagai anggota dewan, salah satunya ialah mengadvokasi beberapa program. Berikut program-program yang berhasil diadvokasi17: 1. Mendorong Kota Bandung dan Kota Cimahi menjadi pilot project penerima Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) di 14 Puskesmas. 2. Mendorong Kota Bandung dan Kota Cimahi termasuk dalam penerima Program Keluarga Harapan bagi Rumah Tangga Sangat Miskin mulai tahun 2013. 3. Mendorong Kota Bandung dan Kota Cimahi, menjadi penerima bantuan KUBE Perkotaan mulai tahun 2013 setelah sebelumnya program KUBE hanya berfokus pada KUBE pedesaan. 4. Mendorong revitalisasi KUA agar petugas KUA mendapat tambahan insentif dan perlindungan hukum. Pada kampanye 2014 Ledia lebih banyak menemui kaum perempuan, mulai dari ibu-ibu pengajian, ibu-ibu posyandu, ibu-ibu PKK dan lain sebagainya yang berada di kota Bandung dan kota Cimahi. Jenis-jenis kegiatan tatap muka yang dilakukan pun banyak yang mengarah ke sisi perempuan sehingga pemetaan pemilih Ledia pada pemilu legislatif 2014 jatuh pada kaum perempuan.
17
Data diambil dari brosur kampanye Ledia Hanifa, Bandung, Maret 2014
79
Hal yang cukup disayangkan jika Ledia dan tim suksesnya hanya berfokus ke pemilih perempuan saja. Meski pada kenyataannya Ledia dan tim suksesnya turut pula menjadikan pemilih pemula dan bapak-bapak sebagai sasaran pemilih Ledia, namun ini bukanlah fokus utama mereka. Padahal potensi pemilih pemula dan bapak-bapak cukup besar sehingga jika dimanfaatkan dengan baik tidak menutup kemungkinan suara yang diperoleh Ledia bisa lebih besar. Kreativitas dan inovasi terlihat jelas dalam kampanye Ledia. Ia memang memberikan kebebasan kepada tim suksesnya untuk berkreativitas dalam pileg kali ini. Ide-ide, masukan-masukan semua ditampung dan didiskusikan bersama. Kendati demikian terkait langkah-langkah besar yang harus diambil tim nya, Ledia yang memberikan arahan langsung. Sedangkan teknis di lapangan, tim suksesnya yang mengeksekusi. Dengan demikian terciptalah harmonisasi yang baik dalam proses kreativitas dirinya maupun tim suksesnya. 18 Pemetaan tatap muka sebagai saluran komunikasi politik, diantaranya: 1. Pagelaran wayang dakwah 2. Pelatihan pemadam kebakaran 3. Bank sampah 4. Seminar-seminar 5. Silaturahim
18
Wawancara pribadi dengan Ledia Hanifa Amaliah, Bandung 29 Maret 2014
80
Tabel 2 Kegiatan Tatap Muka dan Sosialisasi Ledia 14 Maret 2014 – 1 April 201419 Tanggal
Kegiatan
Tempat
Peserta
9 Februari
Wayang dakwah
Kelurahan
Masyarakat
Ciumbuleuit
2014
Kecamatan Cidadap 15 Februari
Wayang dakwah
Kelurahan Ledeng
Masyarakat
Kecamatan Cidadap
2014 16 Februari
Wayang dakwah
Kelurahan
Masyarakat
Hegarmanah
2014
Kecamatan Cidadap 22 Februari
Wayang dakwah
Kelurahan Dago
Masyarakat
Kecamatan Coblong
2014 23 Februari
Wayang dakwah
Kelurahan Cipaganti
Masyarakat
Kecamatan Coblong
2014 1 Maret 2014
Wayang dakwah
Kelurahan Lebak
Masyarakat
Siliwangi Kecamatan Coblong 2 Maret 2014
Wayang dakwah
Kelurahan Cigadung
Masyarakat
Kecamatan Cibeunying Kaler 8 Maret 2014
Wayang dakwah
Kelurahan
Masyarakat
Tamansari Kecamatan Bandung Wetan 9 Maret 2014
Wayang dakwah
Kelurahan Kebon
Masyarakat
Pisang Kecamatan
19
Yudiyana, data diolah dari data internal tim sukses Ledia Hanifa Amaliah bidang daerah pemilihan.
81
Sumur Bandung 14 Maret 2014
Silaturahim
Cimahi
Ibu-ibu Majelis Ta’lim
15 Maret 2014
Wayang dakwah
Kelurahan Derwati
Masyarakat
Kecamatan Buah Batu 16 Maret 2014
Wayang dakwah
Kecamatan Cimahi
Masyarakat
Utara 22 Maret 2014
Sarasehan
Universitas Islam
Mahasiswa/I
Perempuan Jawa
Bandung
Universitas
Barat
Islam Bandung
23 Maret 2014
Seminar Parenting
Wayang dakwah
Yayasan Pondok
Orang tua
Iqro
siswa PAUD
Kelurahan
Masyarakat
Ciumbuleuit Kecamatan Cidadap 24 Maret 2014
Senam Bersama
Jl. Sukabumi
Komunitas Senam
Seminar Smart
Jl. Rahayu No. 56
Parent for Smart
Cijambe
Masyarakat
Childern Pelatihan Saksi
Mandalajati
Saksi
Lapangan Tegalega
Kader dan
Pemilu 25 Maret 2014
Kampanye Terbuka
Simpatisan Silaturahim
Jl. Kerkof Cimahi
Masyarakat
Silaturahim
Jl. Cipamokolan,
Masyarakat
Ampera 26 Maret 2014
Seminar “Ibu
Gedung Rabbani Jl.
Kader
82
Mengabdi”
Dipati Ukur
Posyandu Se Kota Bandung
Pelatihan Pemadam
RW 3 Kelurahan
Kebakaran
Sedang Serang
Masyarakat
Kecamatan Coblong 27 Maret 2014
Workshop Bank
Kecamatan
Sampah
Rancasari
Seminar Ketahanan
Komplek Priangan
Keluarga
MTC Soekarno
Masyarakat
Masyarakat
Hatta Silaturahim
RM. Ampera Soetta
Tokoh Masyarakat
28 Maret 2014
29 Maret 2014
Silaturahim
Jl. Mengger
Masyarakat
Pelatihan Pemadam
RW 1 Kelurahan
Masyarakat
Kebakaran
Sadang Serang
Kampanye Rapat
Lapangan Lodaya
Umum Wayang Dakwah
Kader dan Simpatisan
Kelurahan
Masyarakat
Ciumbuleuit Kecamatan Cidadap
30 Maret 2014
Rapat
Jakarta
Wayang dakwah
Kelurahan Ledeng
Masyarakat
Kecamatan Cidadap 31 Maret 2014
1 April 2014
Reuni Akbar
Leuwi Gajah,
Orang tua
Cimahi
siswa PAUD
Seminar Bahasa
Gedung IPHI Jl.
Guru-guru
Sunda
Purwakarta
PAUD
Silaturahim
Jl. Babakan Asih
Masyarakat
Silaturahim
Jl. Babakan Irigasi
Masyarakat
Sarasehan
Kementerian
83
Sosial, Dinas Sosial Provinsi dan Kota dengan Pendamping PKH Se-Kota Bandung dan Cimahi Silaturahim
Jl. Braga
Masyarakat
Silaturahim
RM. Ampera Soetta
Orang tua siswa Dhuafa Binaan Yayasan Infinitum
3 April
Pelatihan Pemadam
RT 4-5 Kelurahan
Kebakaran
Dago Kecamatan
Masyarakat
Coblong 4 April
Pelatihan Pemadam
RT 1-3 RW 8
Kebakaran
Kelurahan Dago Kecamatan Coblong
5 April 2014
Pelatihan Pemadam
RW 10 Kelurahan
Kebakaran
Dago Kecamatan
Masyarakat
Coblong Wayang dakwah
Kelurahan
Masyarakat
Ciumbuleuit Kecamatan Cidadap 6 April 2014
Wayang dakwah
Kelurahan Dago
Masyarakat
Kecamatan Coblong Sumber: data internal tim sukses Ledia Hanifa Amaliah tahun 2014
84
Tabel 3 Peringkat Kegiatan Tatap Muka Ledia Hanifa 9 Februari – 6 April 2014 No
Kegiatan
Jumlah Tatap Muka
1
Wayang Dakwah
16 kali
2
Silaturahim
9 kali
3
Seminar
7 kali
4
Pelatihan Pemadam Kebakaran
5 kali
5
Kampanye Rapat Umum
2 kali
6
Pelatihan Saksi
1 kali
7
Bank Sampah
1 kali
8
Senam
1 kali
Wayang dakwah menjadi saluran tatap muka yang sering digunakan Ledia dan tim suksesnya. Wayang dakwah ini merupakan salah satu bentuk kreativitas tim sukses Ledia dalam menyikapi persiangan pileg kali ini. Menurut perempuan berkacamata ini, “ketika ada yang mengusulkan untuk membuat sesuatu yang baru dan ternyata memungkinkan maka tidak ada salahnya di jalankan dan terbukti hingga saat ini masih dijalankan.”20
20
Wawancara pribadi dengan Ledia Hanifa Amaliah, Bandung 29 Maret 2014
85
Pertunjukan Wayang Dakwah Gambar 1.1
Sumber: account twitter @lediahanifa Ledia bersama Dalang dan Kru Wayang Dakwah Gambar 1.2
Sumber: account twitter @lediahanifa Wayang dakwah menceritakan sosok perempuan berkerudung dan berkacamata. Sosok ini merepresentasikan Ledia hanifa yang berkerudung dan berkacamata. Dalam setiap pagelarannya, sosok ini menyampaikan informasi
86
atau memberikan sosialisasi dari program-program pemerintah khususnya yang berkaitan dengan jabatan Ledia sebagai wakil ketua komisi VIII DPR RI. Sesekali sosok ini mempromosikan diri sebagai caleg yang akan kembali berlaga pada pileg 2014. Selain itu, karena ini merupakan wayang dakwah maka ada pula unsur dakwahnya. 21 Durasi penayangan pagelaran wayang dakwah antara 30 menit sampai 2 jam. Bisa lebih dari itu jika Ledia hadir dalam pagelaran, karena di situ akan ada tanya jawab antara Ledia dan masyarakat yang hadir pada pagelaran wayang dakwah tersebut. Namun jika Ledia tidak dapat hadir, pagelaran akan tetap berjalan karena ada dalang tetap dan tim yang memandu acara tersebut.22 Wayang dakwah sebagai salah satu bentuk saluran komunikasi politik Ledia selama kampaye pun tak lepas dari positioning. Positioning yang dilakukan Ledia dan tim dalam wayang dakwah adalah dengan memunculkan image kedekatan Ledia pada masyarakat yang bisa bertanya secara langsung kepada Ledia mengenai kebijakan atau hal-hal yang berhubungan dengan kewenangannya sebagai anggota DPR RI. Selain itu kedekatan lain yang ditimbulkan dari pagelaran wayang dakwah adalah kedekatan Ledia pada kebudayaan lokal Jawa Barat khususnya Kota Bandung dan Kota Cimahi. Image-image yang dibangun tersebut mengendap ke dalam benak masyarakat dan menjadi identitas dari Ledia, hal itu disebut dengan positioning.
21
Keberhasilan seorang kandidat dalam mem-positioning-kan
Eli Siti Wasilah, Sapa Warga dengan Wayang Dakwah, artikel media dalam harian Galamedia, Bandung, 20 Maret 2014. 22 Eli Siti Wasilah, Sapa Warga dengan Wayang Dakwah, artikel media dalam harian Galamedia, Bandung, 20 Maret 2014.
87
dirinya akan memudahkan masyarakat dalam mengenali calon-calon kandidat bersaing dalam pemilu legislatif 2014. Strategi positioning politik merupakan hal penting yang harus dilakukan organisasi politik karena beberapa hal. Pertama, strategi positioning politik akan membantu calon pemilih dalam menentukan siapa yang akan dipilih. Kejelasan
positioning
politik
akan
memudahkan
pemilih
dalam
mengidentifikasi suatu partai politik, sekaligus membedakannya dengan organisasi politik lainnya. Kedua, positioning politik yang jelas juga membantu anggota partai politik itu sendiri dalam membentuk identitas mereka. Ketiga, positioning yang jelas juga akan membantu penyusunan straegi dalam approach mereka ke masyarakat. Keempat, positioning yang jelas juga akan membantu dalam mengarahkan jenis sumber daya politik apa yang dibutuhkan. 23 Upaya positioning politik yang dilakukan Ledia selama menjabat sebagai anggota dewan periode 2009-2014 melalui saluran tatap muka dengan cara menciptakan image kedekatan dengan masyarakat. Image positif yang terbentuk tadi akan tersimpan dalam benak masyarakat sehingga masyarakat dengan mudah mendiferensiasi Ledia dengan anggota-anggota dewan atau pun calon-calon anggota legislatif lainnya. Image dan positioning yang dibangun merupakan rangkaian dari proses marketing politik. Bukanlah hal yang aneh jika marketing politik menjadi ramai diperbincangkan dan dipakai, terlebih dalam tahun politik. Suatu 23
Firmanzah, Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di Era Demokrasi, (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia: 2007), edisi I, h. 125.
88
keuntungan jika seorang kandidat bisa menggunakan marketing politik dengan baik sedangkan lawan politiknya belum menggunakannya. Adapun tugas penting dari seorang kandidat dan tim sukses adalah jangan pernah merasa puas dan terlena dengan image positif yang selama ini melekat. Image yang terus menerus digunakan bisa saja menjadi kendala bagi kandidat itu sendiri terlebih jika image yang dibuat tak sejalan dengan realita kehidupan kandidat yang imagenya dibuat tadi. Image yang dibuat dalam upaya positioning dalam praktek marketing politik seorang kandidat hendaknya dibuat apa adanya sesuai dengan realitas yang terjadi. Jangan sampai image yang dibangun penuh dengan pencitraan semata yang jauh dari realitas yang sebenarnya. Mengingat bahwa image ini akan di-positioning-kan ke dalam benak khalayak khususnya para pemilih maka bangunlah image yang memang menggambarkan kredibilitas dan reputasinya. Selain hal tersebut di atas, yang perlu menjadi perhatian serius Ledia dan tim suksesnya adalah terkait caleg incumbent. Sebagai caleg incumbent tentunya akan lebih diuntungkan dibandingkan caleg-caleg pemula. Namun yang perlu disadari bahwa sebagai caleg incumbent justru “rentan” melakukan pelanggaran terakait wewenangnya sebagai incumbent. Ini yang turut pula dialami oleh caleg-caleg incumbent lainnya. Mengingat mereka masih menjabat sebagai wakil rakyat, maka jangan sampai dalam kampanyenya melanggar hak-hak rakyat seperti menggunakan fasilitas-fasilitas yang diberikan sebagai wakil rakyat, memanfaatkan jabatan dan lain sebagainya.
89
b. Saluran Media Massa Saluran media massa adalah saluran yang penting dalam sebuah komunikasi politik. Media massa selalu mempunyai peranan tertentu dalam menyalurkan pesan, informasi, dan political content di tengah masyarakat. Serta sangat terkait akan pembentukan opini publik. 24 Dengan kemampuannya untuk menjangkau massa dalam jumlah yang cukup besar, informasi dari media massa akan dapat menembus populasi yang besar pula. Sementara ini penelitian dalam komunikasi, psikologi dan sosiologi menyatakan bahwa cara pandang manusia akan sangat ditentukan oleh jenis dan volume informasi yang mereka terima. Implisit dari penelitianpenelitian ini adalah bahwa kita dapat membentuk opini publik melalui informasi yang kita berikan. Ketika kekuatan politik ingin mendiskreditkan image politik lawan, yang perlu dilakukan sudah cukup dengan membanjiri informasi di media massa dengan hal-hal buruk yang dilakukan lawan politik. Begitu juga sebaliknya, ketika ingin membentuk image positif dari publik, cukup dengan membanjiri media massa dengan hal-hal positif dari suatu partai atau kandidat. 25 Sadar akan peran penting media dalam proses marketing politik maka Ledia dan tim tidak mau menyianyiakan kesempatan ini. Berbagai media mulai dari cetak, elektronik, hingga media sosial mereka gunakan. Media-
24
Misliyah, Komunikasi Politik Melalui Media Massa Pasangan Mochtar MuhammadRahmat Efendi (MuRah) dalam Pilkada Walikota Bekasi Periode 2008-2013, (Jakarta, FIDKOM UIN:2010), h. 34. 25 Firmanzah, Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di Era Demokrasi, (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia: 2007), edisi I, h. 29.
90
media tersebut menjadi sarana Ledia untuk mem-positioning-kan dirinya secara lebih luas. Jika positioning yang dibangun Ledia dan tim sukses melalui saluran tatap muka dianggap lebih tepat karena menyasar secara dekat dan personal ke hati masyarakat maka positioning melalui media dilakukan untuk menyasar lebih banyak orang, yang mampu menembus ruang dan waktu. Positioning yang dilakukan melalui media adalah dengan menanamkan kedekatan hubungan dengan media lokal maupun nasional. Upaya tersebut telah dilakukan sejak lama. Menurut Fera, asisten pribadi Ledia bidang media, “sejak 2009 hingga 2014 sudah nyicil, menjaga hubungan dengan media dengan cara media gathering selalu setiap reses. Kemudian juga secara rutin kalau ada kasus atau ada isu atau ada satu tanggapan yang perlu kita tanggapi, kita kirim release. Kemudian juga dengan ibu bawa news letter, pertanggungjawaban publik itu kan tidak hanya dibagi kepada masyarakat tetapi juga kepada media.” 26 Apa yang dilakukan Ledia dan tim suksesnya dalam rangka mengokohkan posisi Ledia di mata publik. “Jadi dengan nyicil seperti itu ya sudah terbangun brand image bu Ledia. Sudah juga terwakili pertanggungjawaban publiknya. Sudah juga dibangun hubungan kemediaannya. Sehingga boleh dibilang yang dilakukan sebelum kampanye adalah bahan dasar untuk mendorong lebih aktif saja ketika pemilu.” Jelas Fera.
26
April 2014
Wawancara pribadi dengan Zirlyfera Jamil asisten pribadi bidang media, Jakarta 16
91
Meskipun media memiliki peranan yang penting dalam kampanyenya namun Ledia tidak pernah memasang iklan di media massa, baik koran, radio maupun televisi. “saya memanfaatkan media tv itu ketika diminta untuk menjadi misalnya narasumber” tutur Ledia. 27 Hal senada diungkapkan pula oleh asistennya, “untuk akhir-akhir ini kirakira tahun terakhir lah ya sampai mendekati hingga mendekati pemilu ibu justru cukup sering tampil di tv. Bukan karena kita yang minta malah, tapi justru karena permintaan dan undangan dari mereka.” Ujar Fera. Begitu pula yang terjadi di radio maupun koran. Itu semua undangan atau permintaan dari pihak medianya. 28 Penempatan image yang dibentuk tim media Ledia telah menghantarkan Ledia pada positioning yang menguntungkan. Menjaga hubungan baik dengan media yang telah dibangun sejak lama membuat para awak media mengenal sosok Ledia. Para awak media mulai sering meminta Ledia sebagai narasumber atau menjadikannya influencer (referensi komunikasi). inilah brand image yang berhasil dibentuk tim media Ledia. Adapun untuk sosial media dan online, Ledia mengaku semenjak menjadi anggota DPR RI ia rutin menghidupkan news letter rutin tiap empat bulan sekali, website, facebook dan twitter.29 “Sejak awal saya menjadi anggota dewan 2009-2014 saya menghidupkan website, news letter rutin. Artinya ada tidak adanya kampanye harus melaporkan ke masyarakat. Jadi relatif
27 28
Wawancara pribadi dengan Ledia Hanifa Amaliah, Bandung 29 Maret 2014 Wawancara pribadi dengan Zirlyfera Jamil asisten pribadi bidang media, Jakarta 16
April 2014 29
Wawancara pribadi dengan Ledia Hanifa Amaliah, Bandung 29 Maret 2014
92
sebetulnya masyarakat juga sudah banyak tahu tentang apa saja kiprah saya. Itu juga salah satu bahan untuk komunikasi dengan masyarakat. Meskipun anda tidak memilih saya pada saat itu tapi saya sudah melakukan ini ini ini gitu” jelas Ledia. 30 Marketing politik yang dilakukan melalui media selain untuk menjalin kedekatan dengan berbagai media lokal dan nasional, juga diperuntukan sebagai bentuk pertanggungjawaban publik terhadap amanah yang dititipkan kepadanya. Di mana ia bisa melaporkan kinerjanya selama menjabat sebagai anggota DPR RI periode 20014-2019. Image kerja nyata inilah yang digunakan tim media Ledia untuk mem-positioning-kan Ledia. Terkait dengan pengelolaan media, Ledia menyerahkan pengelolaannya pada tim. Namun, ada pula account yang ia kelola sendiri seperti facebook dan twitter. “Jadi kalau misalnya (media sosial) apalagi kayak twitter, twtitter itu kan beliau (Ledia) sendiri yang pegang. Jadi karena beliau sendiri yang pegang jadi ya dia ada info, ada kejadian, ada peristiwa, dia langsung update”papar Fera. Sedangkan untuk konten dari informasi apapun yang dishare ke publik maka itu semua telah melewati proses acc dari Ledia.31 Aktivitas Ledia di media sosial miliknya sangat beragam. Mulai dari menshare informasi dan mensosialisasikan kebijakan terkait posisinya di komisi VIII, berkampanye saat musim kampanye atau sekedar menyapa followernya di twitter. Selain itu, secara kuantitas, media sosial twitter dan
30 31
April 2014
Wawancara pribadi dengan Ledia Hanifa Amaliah, Bandung 29 Maret 2014 Wawancara pribadi dengan Zirlyfera Jamil asisten pribadi bidang media, Jakarta 16
93
facebook menjadi media yang paling sering digunakan karena memiliki tingkat updating yang tinggi. 32 Tabel 4 Penampilan Ledia di Radio Lokal dan Nasional masa Pra Kampanye Mei 2011 - Januari 2013 No
Stasiun Radio Sindo Radio
1
Tanggal, Bulan, Tahun
Keterangan
20 April 2012
Narasumber
Jakarta 2
Lita FM Bandung
27 April 2012
Narasumber
3
Radio Dakta
26 Desember 2012
Narasumber
4
Cosmo FM
Desember 2012
Narasumber
Bandung Sumber: data internal tim sukses Ledia Hanifa Amaliah bidang media Marketing politik yang dibangun Ledia dan tim suksesnya ketika masih menjabat sebagai anggota DPR RI periode 2009-2014. Ledia mengisi acara dibeberapa radio lokal dan nasional sebagai narasumber. Secara tidak langsung, para pendengar sedang diperkenalkan dengan sosok Ledia dan jika intensitasnya tinggi maka bisa jadi mulai terbentuk positioning untuk Ledia. Tabel 5 Artikel Ledia di Harian Nasional masa Pra Kampanye Juni 2011-Juni 2013 No
Media
Tanggal, Bulan, Tahun
Judul Artikel
1
Republika
Juni 2011
Crisis Center TKI
2
Pikiran Rakyat
Juni 2011
Mengukuhkan Keluarga Indonesia
32
April 2014
Wawancara pribadi dengan Zirlyfera Jamil asisten pribadi bidang media, Jakarta 16
94
3
Rakyat Merdeka
Desember 2011
Ibu Berdaya yang Melawan Kemiskinan
4
Republika
April 2012
Perempuan Menuntut Parpol
5
Republika
21 Juli 2012
Mengatasi Problem Pekerja Anak
6
Pikiran Rakyat
22 Juli 2012
Mendidik dalam Menghukum
7
Republika
Agustus 2012
Kompetisi di Dunia Halal
8
Republika
Oktober 2012
Mengkaji Kemampuan Berhaji
9
Pikiran Rakyat
November 2012
Mengevaluasi Kemampuan Berhaji
10
Republika
April 2013
Membentuk Perempuan Berkualitas
11
Pikiran Rakyat
April 2013
Bersama Mengayomi Perempuan
12
Republika
April 2013
Revolusi Penyelenggaraan Haji
13
Republika
Juni 2013
Menyongsong Indonesia Bangkit
Sumber: data internal tim sukses Ledia Hanifa Amaliah bidang media Tabel 6 Artikel Ledia Hanifa di Majalah masa Pra Kampanye November 2011 - Desember 2013 No 1
Media Majalah Gontor
Tanggal, Bulan, Tahun Agustus 2012
Judul Artikel Tentang RUU JPH (Jaminan Produk Halal)
2
Majalah Gontor
April 2013
Tentang RUU KKG
95
3
Majalah Suara
April 2013
Hidayatullah 4
Majalah Sindo
Tentang RUU JPH (Jaminan Produk Halal)
Desember 2013
Weekly
Tentang RUU JPH (Jaminan Produk Halal)
Sumber: data internal tim sukses Ledia Hanifa Amaliah bidang media Biasanya Ledia menulis artikel permasalahan di komisi ataupun menanggapi permasalahan yang sedang ramai diperbincangkan. Setelah artikel dibuat, tim media Ledia mengirimkannya ke media lokal maupun nasional melalui siaran pers. Hal semacam itu memang rutin dilakukan oleh tim media Ledia. Ledia dan tim berusaha menciptakan image kedekatan dengan media sehingga dengan mudah terbentuk positioning untuk Ledia. Hubungan yang sudah terjalin sejak lama dengan media menghasilkan dampak baik bagi Ledia. Menurut Fera, “saya melihatnya tadi karena kita sudah membangun kata saya tadi menyicil brand image dari awal sehingga akhirnya mereka banyak tahu. Oh bu Ledia ini, itu loh yang komisi VIII. Oh itu kan yang bahan anak, perempuan, agama. Oh berarti kalau ada perlu apa-apa mereka ya ke sini. Ya jadi akhirnya karena kita sudah membangun itu orang pakai (red: memanggil Ledia).” 33 Tabel 7 Penggunaan Media Masa pada Kampanye Terbuka 20 Maret 2014 – April 2014 No
Media
Tanggal, Bulan, Tahun
Tema
1
Global TV
20 Maret 2014
Debat Kandidat
2
Metro TV
Maret 2014
Pemilu
33
April 2014
Wawancara pribadi dengan Zirlyfera Jamil asisten pribadi bidang media, Jakarta 16
96
3
TV One
26 Maret 2014
Memahami Jaminan Sosial Nasional
4
O’channel TV
April 2014
Pemilih Pemula
5
Harian Gala
28 Maret 2014
Sapa Warga dengan
Media Bandung
Wayang Dakwah
6
MQ FM Bandung
Februari 2014
Narasumber
7
68H Jakarta
Maret 2014
Narasumber
Sumber: data internal tim sukses Ledia Hanifa Amaliah bidang media Memasuki masa kampanye, Ledia lebih sering terlihat tampil di media elektronik. Kehadirannya bukan karena iklan politik yang secara khusus dibuat oleh Ledia maupun tim sukses tetapi kehadirannya di media elektronik dalam rangka sebagai narasumber yang diundang oleh media. Akhmad Danial (2009) mengutip pendapat Holtz-Bacha dan Kaid bahwa berita merupakan salah satu strategi marketing politik yang bisa dilakukan secara gratis, dalam arti memanfaatkan liputan reguler media terhadap kegiatan partai atau kandidat politik. Namun, aktor politik tak bisa memengaruhi kapan, seberapa panjang, dan bagaimana peristiwa politik itu diliput media. Strategi pemasaran gratis lewat berita politik ini bukan berarti tanpa risiko. Dengan hilangnya intervensi aktor politik terhadap suatu isi liputan berita, maka boleh jadi, partai poltitik atau sang kandidat dapat tersaandung berita negatif, maka departemen komunikasi harus dengan cepat menghitung kerusakan potensial yang diakibatkan dari pemberitaan negatif tersebut. Dalam hal ini, partai politik perlu waspada dengan sirkulasi informasi yang mereka katakan pada media. 34
34
Gun Gun Heryanto dan Shulhan Rumaru, Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar, (Bogor, Ghalia Indonesia: 2013), cet 1. H. 41.
97
Gambar 2.1 Sosialisasi Komisi VIII melalui account twitter @lediahanifa
Gambar 2.2 Kampanye politik Ledia Hanifa melalui account twitter @lediahanifa
Rupanya Ledia dan tim suksesnya benar-benar ingin memanfaatkan media dari segala lini. Pun dengan perkembangan yang tak terbendung dari sosial media. Kecepatan, ketepatan, harga murah dan beragam keuntungan lainnya menjadi pilihan favorit para aleg maupun caleg untuk melakukan marketing politiknya. Selain media-media tersebut di atas, Ledia dan tim suksesnya juga membuat spanduk, sticker, banner dan lain sebagainya. Itu sama seperti tahun yang lalu.
98
Hanya saja kali ini kesadarannya lebih baik. Jadi sticker dicetak tidak terlalu banyak, sedikit saja. Itu dilakukan karna sticker itu akan menjadi sampah yang mengganggu tembok-tembok orang. Kemudian banner juga tahun ini tidak dipasang di pohon sebagaimana kesadaran umum saat ini. Spanduk juga sedikit sekali hanya buat 30 buah spanduk. Kampanye politik lewat media lini bawah (belowline media) hampir digunakan oleh semua partai politik karena cost yang dikeluarkan tak sebesar anggaran belanja iklan di televisi, radio, dan koran. Selain murah, media lini bawah lebih bersifat personal sehingga proses propaganda dan persuasif dari partai politik langsung mengenai sasaran individu.35 Tim sukses Ledia menjadikan kinerja Ledia sebagai caleg incumbent dan keberpihakan Ledia terhadap isu-isu kemasyarakatan sebagai senjata mereka dalam melakukan marketing politik. Tim berhasil menjadikan kredibilitas dan reputasi sebagai positioning Ledia dalam marketing politik. Informasi tentang Ledia yang disampaikan oleh media massa telah membuat kesan dibenak khalayak tentang dirinya. Kesan tersebut melahirkan image bagi Ledia yang tertanam dalam kognitif khalayak. Sehingga khalayak dengan mudah membedakan ciri yang terdapat dalam diri Ledia dengan kandidat yang lain. Hal itu tentu menguntungkan Ledia sebagai caleg. Karena dengan begitu peluang keterpilihannya kembali sebagai anggota DPR RI semakin terbuka lebar. Pemetaan media massa sebagai saluran komunikasi politik pada sektor elektronik dan media cetak nasional serta lokal, diantaranya: 35
Gun Gun Heryanto dan Shulhan Rumaru, Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar, (Bogor, Ghalia Indonesia: 2013), cet 1. H. 42.
99
Tabel 8 Pemetaan Media Berdasarkan Jenis Media36 Media Massa Koran
Majalah
Pikiran
Sindo
Rakyat
Weekly
Republika
Media
Radio
Sosial
Televisi
DAKTA
TV One
Facebook
Gontor
Cosmo
Global TV
Twitter
Rakyat
Suara
MQ FM
Metro TV
Website
Merdeka
Hidayatullah Sindo Radio
O’Channel
News letter
Gala Media
TV Lita FM 68H Jakarta Sumber: data internal tim sukses Ledia Hanifa Amaliah bidang media Tim tidak melakukan pemetaan secara khusus terhadap media-media yang ada apalagi sampai memilah-milahnya. Yang dilakukan tim adalah membaginya ke dalam dua garis besar yakni media yang concern di daerah pemilihan dan media nasional. Sehingga apabila Ledia ingin menjaga hubungan dengan media maka tim akan mengarahkannya kepada media yang concern di daerah pemilihan dan media nasional. Tabel 9 Pemetaan Media berdasarkan Wilayah Media Elektronik Nasional
Lokal
Media Cetak Nasional
Lokal
Global Tv
MQFM
Pikiran Rakyat
Gala Media
TV One
Lita FM
Republika
Gontor
36
Amaliah
Zirlyfera Jamil data diolah dari data internal tim sukses bidang media, Ledia Hanifa
100
Cosmo Radio
Metro TV O’Channel
Rakyat Merdeka
Suara
Sindo Weekly
Hidayatullah
Radio DAKTA Sindo Radio Radio
68H
Jakarta Sumber: data internal tim sukses Ledia Hanifa Amaliah bidang media Tim media Ledia tidak secara khusus melakukan pemetaan terhadap media. Mereka hanya membuat pemetaan secara garis besar yakni media nasional dan media lokal. Dari media nasional dan lokal, dibagi lagi ke dalam media cetak dan elektronik. Dan seperti itulah pemetaan yang dilakukan oleh tim media Ledia. Dengan pemetaan media seperti itu, tim media menjadi lebih fokus untuk menjalin hubungan dengan media cetak dan elektronik yang ada di nasional ataupun lokal. B. Faktor Pendukung dan Penghambat Marketing Politik Ledia Hanifa Pemilihan umum legislatif yang terjadi pada 9 April 2014, mengantarkan Ledia untuk maju kembali sebagai anggota legislatif periode 2014-2019. Ledia menjadi satu-satunya wakil politisi perempuan PKS yang melenggang ke DPR RI dengan mengantongi 30.179 suara.37 Jika melihat kembali perolehan suara Ledia pada pemilu 2009, maka terlihat peningkatan suara yang diperoleh Ledia yang saat itu hanya mengantongi 28.228 suara sah. 38 Keterpilihannya kembali merupakan akumulasi dari strategi kampanye yang matang dan marketing politik yang tepat. 37
Ini wakil Rakyat dari PKS artikel diakses pada 14 Mei 2014 dari http://m.beritasatu.com/nasional/184121-inilah-wakil-rakyat-dari-pks.html 38 Data tersebut diambil pada tanggal 10 Januari 2014 dari http://mediacenter.kpu.go.id
101
Adapaun faktor-faktor pendukung kemenangan Ledia pada pemilu legislatif 2014 adalah: 1. Keberhasilan Ledia dan tim dalam menerapkan marketing politik yang dibangunnya semenjak ia menjabat sebagai anggota legislatif periode 2009-2014. Selama lima tahun ia dan tim menjaga konstituennya dengan baik melalui dua saluran komunikasi politik yakni saluran tatap muka dan saluran media. Penjagaan tersebut rupanya tidak hanya mengena kepada konstituennya saja namun masyarakat luas pada umumnya. 39 2. Ledia memiliki jaringan yang luas. Ini merupakan salah satu buah dari marketing politik yang ia lakukan. Dengan semakin banyaknya jaringan yang ia miliki maka semakin banyak pula dukungan-dukungan yang ia peroleh. Maka tak heran jika ada kelompok-kelompok tertentu yang dengan sukarela dan terang-terangan menyatakan dukungan kepadanya. 40 3. Popularitas yang dimiliki Ledia. Hal tersebut menjadi wajar mengingat kapasitas Ledia sebagai caleg incumbent pada periode 2009-2014. Dan selama ia menjabat sebagai anggota legislatif, ia terjun langsung ke masyarakat untuk mensosialisasikan program-program di komisi VIII. Selain itu ia juga terpilih sebagai salah satu anggota DPR yang menjadi
39
Wawancara pribadi dengan Yudiyana asisten pribadi di daerah pemilihan, Jakarta, 28 April 2014 dan Zirlyfera Jamil asisten pribadi bidang media, Jakarta 16 April 2014. 40 Wawancara pribadi dengan Zirlyfera Jamil asisten pribadi bidang media, Jakarta 16 April 2014.
102
influencers dalam survei yang diselenggarakan Lembaga Riset dan Konsultasi Ovolution Indonesia selama Desember 2010-Januari 2011.41 4. Faktor lainnya adalah Ledia memiliki finansial yang baik untuk menopang kampanyenya. Tentunya hal ini sangat disyukuri oleh tim karena dengan demikian tim memiliki keleluasaan untuk berkreativitas.42 Adapun faktor yang menghambat Ledia pada pemilu legislatif 2014 adalah: 1. Badai yang menimpa PKS sebagai partai afiliasi Ledia menjadikan perjuangannya untuk meraih dukungan terasa cukup berat. Ini menjadi pekerjaan rumah yang cukup sulit bagi Ledia dan tim suksesnya. Ledia dan tim harus berjuang keras mengembalikan kepercayaan publik terhadap partainya dan mau tetap memberikan dukungan kepadanya. 43 2. Money politic yang semakin vulgar dan merajalela. Ini bukan hanya pekerjaan rumah yang harus diselesaikan Ledia dan tim saja, melainkan menjadi pekerjaan bersama politisi-politisi lain yang turut bersaing. Money politic benar-benar menggempur upaya-upaya jujur yang hendak Ledia lakukan. Kerja keras dan kerja nyata yang dibangun Ledia seakan terhapus oleh money politic yang dilakukan oleh politisi-politisi yang hanya berorientasi kekuasaan. 44
41
Syahid Latif dan Ajeng Mustika Triyanti, Survei Soal Kompetensi Anggota DPR, artikel di akses pada 22 Mei 2014 dari http://m.news.viva.co.id/news/read/207970-survei--fraksigolkar-dpr-paling-kompeten 42 Wawancara pribadi dengan Yudiyana asisten pribadi di daerah pemilihan, Jakarta, 28 April 2014 43 Wawancara pribadi dengan Yudiyana asisten pribadi di daerah pemilihan, Jakarta, 28 April 2014 44 Wawancara pribadi dengan Yudiyana asisten pribadi di daerah pemilihan, Jakarta, 28 April 2014
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Kegiatan marketing politik Ledia Hanifa Amaliah menggunakan konsep pasar politik, produk politik dan positioning politik melalui dua saluran komunikasi politik, yakni saluran tatap muka dan saluran media. Upaya positioning yang dibangun Ledia dan tim sukses dengan cara menanamkan image kedekatan dengan masyarakat, image kedekatatan hubungan dengan media, dan image kerja nyata. Ketiga image tadi tercermin melalui kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam saluran tatap muka dan saluran media. Adapun jenis kegiatan dari saluran tatap muka seperti wayang dakwah, seminar, pelatihan pemadam kebakaran, silaturahim dan lain-lain. Sedangkan saluran media menggunakan media cetak, elektronik dan media sosial yang menjangkau tingkat lokal maupun nasional. Positioning ini berdampak pada keterpilihannya kembali sebagai anggota DPR RI dari Daerah pemilihan Jabar I pada pemilu legislatif 2014 dengan memperoleh 30.179 suara. Dan Ledia menjadi satu-satunya wakil politisi perempuan PKS di DPR RI. 2. Kemenangan kembali Ledia dalam pemilu 2014 ini dikarenakan beberapa faktor. Pertama, marketing politik yang dibangun semenjak tahun 20092014. Kedua, Ledia memiliki jaringan yang luas. Ketiga, popularitas Ledia sebagai caleg incumbent. Keempat, Ledia memiliki finansial yang baik dalam menopang kampanyenya sehingga tim memiliki keleluasaan untuk
103
104
berkreativitas. Sedangkan faktor penghambat Ledia adalah, Pertama, badai yang menimpa PKS menjadikan perjuangannya untuk meraih dukungan terasa cukup berat. Kedua, money politic yang menghambat para kandidat yang hendak bersaing secara jujur. B. Saran-saran Adapaun saran-saran dalam penelitian ini adalah: 1. Saran Akademis Kebutuhan akan komunikasi politik yang terus meningkat, diharapkan bisa memunculkan konsentrasi khusus komunikasi politik di setiap universitas.
Sehingga
komunikasi
politik
bisa
terus
dikaji
dan
dikembangkan secara ilmiah. 2. Saran Praktis Ledia dan tim sukses bisa lebih menjaga keindahan lingkungan ketika berkampanye. Jangan sampai banner, spanduk, sticker dan lain sebagainya mengganggu ketertiban umum atau bahkan mengotori lingkungan. Pada pemilu mendatang baik Ledia dan tim sukses hendaknya bisa lebih mengeksplorasi keterlibatan pemilih pemula. Potensi pemilih pemula dan laki-laki cukup besar untuk dimanfaatkan sebagai pendongkrak suara. Dan kemenangan Ledia dalam pemilu legislatif 2014-2019 ini agar disikapi dengan bijak. Menjalankan amanah yang dititipkan masyarakat kepadanya dan mendahulukan kepentingan rakyat dari pada kepentingan pribadi ataupun golongan.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Anwar. Komunikasi Politik: Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia. (Yogyakarta, Graha Ilmu: 2011). edisi II. Cetakan I. Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. (Jakarta, PT Gramedia Pustaka utama: 2010). edisi revisi. Cetakan 4. Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya. (Jakarta, Kencana: 2010). Edisi 1. Cetakan 4. Cangara, Hafied. Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan Strategi. (Jakarta, Rajawali Pers: 2009). edisi I. cetakan II. Dulah Sayuti, Solatun. Komunikasi Pemasaran Politik. (Bandung, PT Remaja Rosdakarya: 2014). Cetakan I. Firmanzah. Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di Era Demokrasi. (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia: 2007). Edisi I. Heryanto, Gun Gun dan Farida, Ade Rina. Komunikasi Politik, (Ciputat, Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2011). Cetakan I. Heryanto, Gun Gun. Komunikasi Politik di Era Industri Citra. (Jakarta, Lasswell Visitama: 2010). Cetakan I. Heryanto, Gun Gun. Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar. (Bogor, Ghalia Indonesia: 2013). Cetakan I.
Kotler, Phillip dan Amstrong, Gary. Prinsip-prinsip Pemasaran. (Jakarta, Erlangga: 2006). Kurnia Syah Putra, Dedi. Media dan Politik: Menemukan Relasi Antara Dimensi Simbiosis-Mutualisme Media dan Politik. (Yogyakarta, Graha Ilmu: 2012).Edisi 1.Cetakan1. Lovelock, Christopher. Wirtz, Jochen. Mussry, Jacky. Pemasaran Jasa: Perspektif Indonesia. (Jakarta, Erlangga: 2010). Edisi VII. Jilid I. M. Hikmat, Mahi. Komunikasi Politik: Teori dan Praktik. (Simbiosa Rekatama Media, Bandung : 2010). Cetakan I. Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya: 2002). Cetakan IV. Newman, Bruce I. Handbook of Political Marketing. (USA, SAGE Publications: 1999). Nimmo, Dan. Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media. (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2004). Cetakan V. Poerwandari, E. Kristi. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia, (Depok, LPSP3 UI: 2005). edisi III. Rohim, Syaiful. Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam dan Aplikasi. (Jakarta, Rineka Cipta: 2009). Cetakan I. Saeful Muhtadi, Asep. Komunikasi Politik Indonesia: Dinamika Islam Politik Pasca-Orde Baru. (Bandung, PT Remaja Rosdakarya: 2008). Cetakan I.
Soyomukti, Nurani. Komunikasi Politik: Kudeta Politik Media, analisa Komunikasi Rakyat dan Penguasa. (Malang: 2013). Cetakan I. Widyani Soetjipto, Ani. Politik Perempuan Bukan Gerhana: Esai Pilihan 19992004. (Jakarta, Kompas: 2005) Artikel Media Lena Maryana Mukti, Kelompok Kerja Keterwakilan Perempuan, artikel diakses pada 25 September 2013 dari http://www.komnasperempuan.or.id Bobby Reza Satrian, Profil Ledia Hanifa Amaliah, artikel diakses pada 19 Januari 2014 dari http://m.merdeka.com 24.JABAR_I.pdf
diakses
pada
tanggal
10
Januari
2014
dari
http://mediacenter.kpu.go.id DCS DPR 2014-3201. JABAR I. pdf. Artikel diakses pada tanggal 31 Desember 2013 dari www.kpu.go.id Ini wakil Rakyat dari PKS artikel diakses pada 14 Mei 2014
dari
http://m.beritasatu.com Latif, Syahid dan Mustika Triyanti, Ajeng, Survei Soal Kompetensi Anggota DPR, artikel di akses pada 22 Mei 2014 dari http://m.news.viva.co.id Jurnal Ilmiah Iman Firdaus, Lobi Batal, RUU Jaminan Produk Halal Bakal Molor, artikel diakses pada tanggal 20 Januari 2014 dari www.jurnalparlemen.com Iman Firdaus, Ini Arahan Fraksi PKS Buat Ledia Hanifa, artikel diakses pada tanggal 10 Februari 2014 dari www.jurnalparlemen.com
Iman Firdaus, Temuan Komisi VIII Pembagian BLSM di Yogya Tidak Tepat Sasaran, artikel diakses pada tanggal 30 Januari
2014 dari
www.jurnalparlemen.com Iman Firdaus, Agar Fokus RUU KKG Perlu Disisir Ulang, artikel diakses pada tanggal 30 Januari 2014 dari www.jurnalparlemen.com Misliyah. Komunikasi Politik Melalui Media Massa Pasangan Mochtar Muhammad-Rahmat Efendi (MuRah) dalam Pilkada Walikota Bekasi Periode 2008-2013. (Jakarta, FIDKOM UIN:2010). Nur Rochimah, Tri Hastuti, Pentingnya Memahami Perilaku Politik dalam Political Marketing-Jurnal Komunikator VOLUME 1 NO. 1. (Yogyakarta: 2009).
PROFIL LEDIA HANIFA AMALIAH
Nama
Hj.
Ledia Hanifa
Amaliah, S.Si.,
M.Psi.T. Nama Panggilan
Ledia
Tempat/Tanggal Lahir
Jakarta, 30 April 1969
Agama
Islam
Alamat
Jl. Cipunegara no 4 Bandung dan Komplek Timah BB71 Depok
Status
Menikah dengan 3 orang anak
Nama Suami
Drs. Bachtiar Sunasto, MS.
Nama anak
-
Widad Maulana
-
‘Azza Habibullah
-
Mi’raj Shabrin Jamil
Nama Orang tua
Moechsoen (ayah) Moelina Sekar Asih (ibu)
Riwayat Pendidikan
Pengalaman Organisasi
-
SD Taman Siswa Rawasari 1981
-
SMP Negeri 47 1984
-
SMA Islam Al Azhar 1986
-
Sarjana S1 Tahun1993
-
Sarjana S2 Tahun 2002
-
Ketua
Bidang
Perempuan
Humas
Parlemen
Kaukus Republik
Indonesia (2009-2014) -
Anggota
Forum
Indonesia
untuk
Parlemen
Kependudukan
dan Pembangunan (2009-2014) -
Staf Bidang Perencanaan DPP Partai Keadilan Sejahtera (20112013)
-
Anggota Majelis Pertimbangan PP Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia
-
Ketua III PP Wanita Persatuan Umat Islam (PUI)
-
Ketua
Divisi
Perempuan
Diklat
Politik
Kaukus Indonesia
(2008-2010) -
Ketua
DPP
Sejahtera
Partai
Bidang
Keadilan Kewanitaan
(2005-2010) -
Ketua
Deputi
Wanita
DPW
Pemberdayaan Partai
Keadilan
Sejahtera Jawa Barat (2000-2005) -
Dosen Pendidikan
Pendidikan Multikultur
Perspektif Global
Anak, dan
Pengalaman Pekerjaan
Dosen dan Trainer
Jabatan dan Kepanitiaan di DPR RI
-
periode 2009-2014
Anggota Komisi IX DPR RI 20092011
-
Anggota Komisi VIII DPR RI 2011-sekarang
-
Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI 2013-sekarang
-
Anggota Panitia Khusus Badan
Penyelenggara
RUU
Jaminan
Sosial 2010-2011 -
Anggota Panitia Kerja (Panja) RUU Jaminan Produk Halal
-
Anggota Panja penyusunan draft RUU Amandemen UU no. 13 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji
-
Anggota Panja RUU Pengelolaan Keuangan Haji
Transkrip Wawancara SD
: Bisa tolong ibu ceritakan awal mula ketertarikan ibu pada politik?
LH
: eee..saya dari kecil yaa dari umur kelas IV SD itu sudah selesai membaca autobiografi ehm kakek saya. Autobiografi itu menceritakan tentang perjalanan perjuangan beliau sampai beliau sudah eh sempat menjadi anggota (apa namanya ) eee..parlemen pasundan terus kemudian menjadi anggota (apa) pengurus koperasi Jawa Barat dan seterusnya lah dari proses itu memotivasi saya untuk terjun ke kemasyarakatan sehinggga saya memilih waktu itu memilih SMP bukan SMP favorit tapi SMP yang pramukanya bagus yang banyak kegiatannya saya bergabung dengan Partai Keadilan tahun 98 terus sampai sekarang
SD
: Saat itu apa pendapat ibu tentang politik? Ketika mulai belajar politik
LH
: Ehh di mulai bergabung dengan partai politik, ehm gini sebelumnya saya bergabung, saya banyak beraktivitas di LSM. Terus kemudian kita melihat bahwa ada banyak hal yang tidak bisa kita lakukan manakala kita tidak terlibat dalam pengambilan kebijakan dan pilihannya adalah terlibat dalam politik. Nah itulah politik praktis dalam konteks itu ya. Artinya bukan bukan sebagai kekuatan (apa namanya) di luar yang bisa mendesakyan tetapi sudah terlibat di dalamnya.
SD
: Lalu kenapa ibu memutuskan untuk gabung dengan PKS bukan di partai lain?
LH
: Pada saat itu saya melihat yang waktu itu masih Partai Keadilan yang apa yang bisa sejalan dengan saya visi dan misinya ya Partai Keadilan sehingga akhirnya memilih di partai keadilan
SD
: Lalu bagaimana tanggapan orang-orang di sekitar ibu mengenai gabungnnya ibu ke partai politik?
LH
: Gak masalah, karena sebenarnya mereka tidak pernah bergabung dengan partai politik tetapi karena aktivitas hampir semuanya juga banyak terlibat dalam aktivitas kemasyarakatan dan juga bisa mengikuti dulu kiprah kakek saya sehingga tidak jadi masalah begitu.
SD
: Lalu ada gak orang-orang yang berkomentar negatif mengenai keterlibatan ibu dengan politik
LH
: Sampai sejauh ini, selama ini gak negatif cuma nanya aja ngapain sih lu paling gitu aja, karena bagi mereka yang ada dalam kepala, politik itu kotor. Sementara dalam kepala saya justru kita yang harus memperbaiki politik itu dengan cara yang bersih.
SD
: Bagaimana awal mula ibu dicalonkan sebagai anggota DPR RI tahun 2009?
LH
: DPR RI ya? sebetulnya saya menjadi calon sejak 2004. 2004 itu dicalonkan di kota Depok untuk DPRD Jawa Barat. Tahun 2009 ke DPR RI dari dapil kota Bandung- kota Cimahi. Nah pada saat itu saya ketua bidang kewanitaan DPP PKS. Jadi ada banyak hal (ee…apa namanya) kemudian yang (di apa di?) didorongkan oleh pimpinan juga supaya kemudian saya maju di situ.
SD
: Lalu bagaiman tanggapan keluarga mengetahui ibu dicalonkan?
LH
: Karena dari 2004 sudah dicalonkan ya, ya sudah mereka juga sudah paham. Artinya yang penting adalah bagaimana kemudian kita Membuat kesepahaman tentang supporting system nya. Supporting system itu apa karena waktu 2004 anak saya masih SMA, SMA dan SMP tapi setelah 2009 itukan tinggal yang kecil yang SMA yang lainnya sudah kuliah. Nah saya yang termasuk orang ya alhamdulillah ya banyak bersyukur pada allah beruntung sekali karena ketika saya terlibat dalam politik anak-anak saya sudah besar sehingga tidak terlau menyulitkan lah ya tidak kita bisa membagi peran bisa membagi tugas
SD
: Hal apa yang pertama kali ibu lakukan saat mendapat kabar bahwa ibu dicalonkan mulai dari 2004?
LH
: yang dilakukan? Pertama adalah saya harus melakukan pemetaan. Kedua, saya harus melakukan sosialisasi, karena tidak mungkin seseorang akan memilih, orang-orang akan memilih kita jika kita tidak pernah memperkenalkan diri kita pada orang. Jadi kita melakukan sosialisasi banyak diberbagai lapisan ya artinya baik majelis taklim, baik juga ibu-ibu PKK atau yang lain gitu berkeliling betul-betul untuk menjumpai mereka gitu.
SD
: Waktu tahun 2004 ibu terpilih di DPRD?
LH
: Enggak Meskipun di tahun 2004 suara saya lebih tinggi dari yang lainnya tetapikan sistemnya pada saat itu masih proporsional tertutup sehingga eee… saat itu masih berdasarkan masih nomor urut tapi memang pada dasarnya saat itu sebetulnya saya tidak siap untuk jadi karena anak-anak sekolah di Surabaya saya tinggal di Depok dan kalo jadikan harus ke Bandung berarti ada tiga rumah nih yang harus dicermati. Terus saya saya saat itu tidak sanggup untuk itu karena anak-anak juga sedang dalam usia perkembangkan mereka yang lumayan lah agak berat untuk didampingi
SD
: Lalu apa yang menjadi pertimbangan ibu untuk mau dicalonkan kembali buat 2014?
LH
: Itu tadi karena kita lihat bahwa sebetulnya banyak hal yang harus dilakukan diantaranya harus disuarakan juga oleh perempuan. Karena pada hal-hal yang sangat spesifik isu perempuan, keluarga dan anak biasanya perempuan lebih jeli, perempuan lebih cermat dan (apa ya?) sensitifitasnya
sangat berbeda. Nah itulah yang kemudian kita dorong supaya bisa terus aja harus adalah perwakilan, diantaranya ketika partai memberikan amanah untuk maju ya bismillah akhirnya saya maju. SD
: Ada gak hal komunikasi politik khusus, pemetaan pemilih
LH
: saya pikir semua orang juga hampir sama kali yaa artinya pasang iklan iklan sendiri juga bukan iklan yang di televisi enggak ya. Artinya saya memanfaatkan media tv itu ketika diminta untuk menjadi misalnya narasumber. Kemudian juga saya menggunakan media radio untuk talkshow atau juga kita pasang iklan di media massa dan yang paling sering dilakukan pada saat ini sosial media. Sejak awal saya menjadi anggota dewan 2009-2014 saya menghidupkan website, news letter rutin. Artinya ada tidak adanya kampanye harus melaporkan ke masyarakat. Jadi relatif sebetulnya masyarakat juga sudah banyak tahu tentang apa saja kiprah saya. Itu juga salah satu bahan untuk komunikasi dengan masyarakat. Meskipun anda tidak memilih saya pada saat itu tapi saya sudah melaukan ini ini ini gitu.
SD
: lalu bagaimana pandangan ibu mengenai dicalonkannya ibu di DPR RI itu untuk mengamnkan kursi PKS di DPR?
LH
: pada dasarnya semua itu menginginkan agar di.. (apa namanya?) dimaksimakan. Kita bukan Cuma berharap mendapat suara yang sama tapi kita berharap menambah jumlah suara. Oleh karenanya memang secara logika politik orang yang sudah pernah menjadi anggota dewan dan dia sudah melakukan katakanlah penjagaan konstituennya selama lima tahun maka itu mempermudah ee… apa mempermudah perolehan diasumsikannya seperti itu paling tidak konstituen asalnya akan terus menyebarkannya lebih luas lagi gitu tinggal bagaimana dia memperluas segmen dari yang selama ini dia pegang.
SD
: apakah ibu turut memberikan saran kepada tim sukses dalam setiap strategi kampanye dan strategi komunikasi persuasifnya?
LH
: (saran dengan siapa?) Oh enggak enggak, dalam hal itu kita diskusi sama-sama. Yang pertama saya memberikan arahan, apa langkah-langkah besar yang kita ambil. Kemudian dalam hal yang detail mereka yang melakukan eksekusinya, bagaimana caranya. Terus kemudian seperti wayang sebetulnya inisiatifnya sebetulnya dari timses, dari salah satu relawan yang kenapa tidak begini saja, hayu gitu hayu, ya udah kita jalankan. Ternyata memungkinkan akhirnya kita perluas. Artinya ini adalah kerja bersama bukan kerja sendiri, tetapi saya tidak punya konsultan kampanye sehingga kita berjalan sesuai pengalaman, sesuai analisis dengan segala kemampuan, cuma kita miliki apa yang bisa kita lakukan.
SD
: apakah ibu optimis memenangkan kembali?
LH
: Setiap orang yang sedang berjuang harus optimis gak boleh ada kata menyerah sebelum ada kita tahu hasil akhir. Jadi sepanjang itu belum selesai, belum sampai final, kita tetep harus yakin bismillah laahaulawalaakuwwataillabillah.
SD
: bagaimana sistem penunjukan calon legislatif di internal PKS?
LH
: kemampuannya, kapasitasnya dia seperti apa, pengalaman dia distructural bagaimana, terus apalagi ya diantaranya itu gitu terus kemampuan skill-skill yang lain-lain juga dipertimbangkan dan itu gak ditetapkan satu orang itu harus musyawarah
SD
: bagaimana perempuan-perempuan di parlemen yang menjadi wakil rakyat hanya sekedar pemenuhan kouta atau memang benar benar kompeten?
LH
: Ya gak, rata ya ada yang kompeten ada yang enggak gitu kan. Jadi mereka punya berbagai hal. Jadi ada yang direkrutnya sebagai berdasarkan basis suara tapi ada yang emang bukan untuk .
SD
: Sejak kapan mba menjadi asisten pribadi bu Ledia bidang media?
ZJ
: Ee...saya menjadi staf ibuuu Ledia dari sejak tahun 2009 jadi ketika ibu menjadi aleg yaa oktober saya sudah ikut beliau. iya Alhamdulillah udah kenal secara personal, sudah kenal dari jaman baheula kalo kata orang
SD
: Bisa tolong mba ceritakan job desc asisten pribadi bidang media?
ZJ
: Karena ini terkait dengan sebenarnya lebih kepada kehumasan yaa jadi.. Gini, kenapa saya bilang kehumasan? karenakan media nanti menjadi salah satu bagian hal-hal yang berkaitan dengan pencitraan, kemudian kebutuhankebutuhan, (kalo kita kadang-kadang kebutuhan logisltik ya) kebutuhankebutuhan hubungan dengan media massa atau kebutuhan dengan organisasi atau dengan sesama personal yang bisa meng endoors kegiatan-kegiatan dan personal bu Ledia itu yang saya kerjakan, termasuk tetapi tidak terbatas (ya elah kalo orang gitu kan ngomongnya). Jadi misalnya gini, kayak kita menyediakan fiding informasi dari bu Ledia. Misalnya, “bu ini ada isu apa?” kan bisa jadi kalo misalnya ibu di komisi VIII kita bisa memberikan masukan isu-isu yang lagi hangat begini yang lagi terbaru begini sehingga nanti ibu bisa aware “oh ada kayak gitu ya fer”, kadang-kadang ibu tau duluan ibu fiding ke saya supaya nanti saya bisa mengolah data-data yang memungkinkan ibu untuk menjawab kadang-kadang misalnya “fer kayak kemarin eee...ada kasus gini-gini coba deh kamu cari dalami”, nanti saya dalami nanti saya bilang “oh iya bu ada kasus gini gini gini arahnya gini gini gini”, “oh kalau gitu kaitannya dengan kebijakan apa? Undang-undang apa?”. Karena di sini juga ada tim hukumnya kan, tenaga ahli bidang hukum nanti saya nanya nih ke pak inyon misalnya “itu apa sih kaitannya?”, nanti saya bilang “bu, ini ini ini”. Saya fiding bahannya Sehingga nanti ibu kalau mau bicara ibu ditanya sudah ada itu dari sisi penyiapan bahan-bahan. Kemudian juga dari sisi release kepada media sering kali ada kasus, bu Ledia butuh untuk bercerita atau bukan bercerita sebenernya lebih pada menanggapi suatu kejadian sebagai ahh anggota legislatif atau misalnya memberikan tanggapan dari kebijakan-kebijakan pemerintah misalnya tiba-tiba kita lihat kok Kemenkes bikin program eee...hari AIDS dengan begini-begini, ya kita menanggapi itu walaupun nanti misalnya, nanti ada tanggapan balik dari Kemenkes “weew itu tuh bukan acara kita, itu private”, “tapi kan kerja sama toh sama situ”, gitu kan. Nah itu untuk release-release media seperti itu saya juga termasuk yang menggalang misalnya media gathering wabilkhusus yang ada di Jakarta. Kalau misalnya di luar kota di dapil ditangani pak yudi dan rekan-rekannya. Atau misalnya kadang-kadang kontak dengan lembagalembaga yang ada di sini. Kalau lagi ada seminar apa, menyiapkan bahanbahannya untuk bisa tampil. Terus tentu saja menjaga tadi eee...supaya semua kegiatan bu Ledia itu terdokumentasi dengan baik. Karena persoalannya kan
di sini kerja aleg itu kan pengawasan, undang-undang, advokasi, gitu kan yaa dan anggaran gitu kan banyak tuh kerjaannya, tetapi tidak semua aleg punya concern atau tim khusus yang mendokumentasikan itu sehingga kalau bahasa kitanya pertanggungjawaban publiknya apa? Karena sebenarnya masyarakat pengen, “kalau saya sudah memilih kamu, saya inginnya kamu kerja tapi mana buktinya kamu kerja?”. Nah karena itulah saya mem back up bu Ledia agar kerja-kerja bu Ledia itu terdokumentasi. Ya foto dikumpulin kemudian kegaitan kan harus dibahasankan meskipun foto ada tapi foto itu menjelaskan apa? Kita buatlah keterangannya, masukin di web jadi kalau orang mau tahu bu Ledia ngapain aja sih? itu ada di web-nya. Kemudian secara rutin setiap kali masa reses yang terjadi empat kali dalam setahun bu Ledia pergi ke dapil dibawa tuh, Kegiatan (ee..apa?) yang masa sidang lalu apa dalam bentuk news letter rutin itu (ee..apa?) pertanggungjawaban publik beliau. Beliau sendiri pegang account twitter-nya sendiri gak dipegang orang lain, kalau orang kan tapi kan kadang-kadang infonya sendiri bisa datang dari mana aja misalnya “ada data ini gak?”, “Ada bu”, ya saya kasih tau terus juga di media sosial lain di fb kita berikan bahan-bahan. (panjang banget ya jawabnya hehehe..) SD
: Bagaimana pemetaan medianya?
ZJ
: Eee...secara khusus sih gak sampe dipilah pilah. Cuma kita bilangnya ini media nasional ini media yang concern di dapil. Kan kalo orang ada nasional dan daerah karena kita orang politisi, otomatis dapil deh yang kita pikirkan. Jadi nasional ada, dapil ada. Dari nasional dan dapil kita bagi lagi mana yang cetaknya mana yang online sehingga otomatis kalau kita mau menggalang hubungan dengan media kita hanya concern di situ aja, nasional dan dapil.
SD
: Tugas apa yang mba jalankan pra kampanye?
ZJ
: Yang seperti tadi sebenernya, pada umumnya jadi sejak 2009-2014 ini lima tahun lebih ini. Ehm, saya boleh bilang tidak sepeti aleg-aleg lain yang kadang-kadang, ehmm, lebih banyak, ehmm muncul menjelang pemilu kalau bu Ledia itu sebenenrnya sudah nyicil gitu ya. Jadi kalau dikatakan pas pemilu lebih agresif aktif iya tapi eee..dari dulu sebenarnya bu Ledia itu dari 2009 sudah nyicil seperti yang saya bilang tadi. Menjaga hubungan dengan media udah, dengan cara apa? Media gathering selaaaluuu setiap reses. Gantiganti tuh, katakanlah kita punya media nasional yang kita masukin disebut media nasional katakanlah 8. Terus media dapil itu katakanlah 3 tapi di dapil sendiri kan ada perwakilan nasional juga ya. Kita jaga setiap reses ada pertemuan dengan mereka. Kemudian juga secara rutin kalau ada kasus atau ada isu atau ada satu tanggapan yang perlu kita tanggapi kita kirim release. Kemudian juga dengan ibu bawa news letter, pertanggungjawaban publik itu kan tidak hanya dibagi kepada masyarakat tetapi juga kepada media. Jadi dengan nyicil seperti itu ya sudah terbangun brand image bu Ledia. sSudah
juga terwakili pertanggungjawaban publiknya. Sudah juga dibangun hubungan kemediaannya. Sehingga boleh dibilang yang dilakukan saat kampanye adalah bahan dasar untuk mendorong lebih eee...aktif saja ketika pemilu. SD
: Apa saja yang mba lakukan selama kampanye berlangsung?
ZJ
: Nah semua yang tadi pra kampanye terus dilakukan. oh ya tadi saya harus tambahin ya. Jadi dulu sebelum kampanye ada juga fiding-fiding bahan artikel. Jadi bu Ledia juga beberapa kali tulis artikel, kita harus siapkan bahan-bahannya. Nah ketika kampanye, itu dilakukan. Berarti plusnya apa? ya hanya tingkat intensitasnya aja yang kita kuatkan. Jadi boleh dibilang tidak terlalu ada yang berbeda kecuali bahwa dia lebih konsisten lebih intensif lebih matang. Kalau yang kemarin gini, kita jeda yaa kalau ini kan semua kita lihat dan sebenarnya kalau lagi kampanye malahan ehm, hubungan medianya itu udah gak lagi (apa ya?) karenakan udah terinput oleh tim sukses jadi kalau kita ngadain acara kayak misalnya ibu bikin wayang dakwah saya sendiri gak terlibat tuh dalam pembuatan wayang dakwah itu karena teman-teman di dapil. Tapi justru kan wayang dakwah itu akan dilihat oleh media karena ibu sudah kenal ehh karna media sudah kenal ibu. Jadi, justru karena ibu sudah dikenal media yang itu adalah hasil dari pra kampanye, ketika memunculkan sesuatu yang baru itu ditangkep gitu. Jadi, ini sebenarnya kita dari cicilancicilan itu. Melakukan sesuatu yang lebih intensif kita kayak orang (eee..apa?) Menanggok ada hasilnya, metik-metikinnya lah.
SD
: Media apa yang paling sering digunakan?
ZJ
: Kalau dari sisi itu sepertinya kita mencoba semua. Ehm, kalau kita bicaranya paling sering, gini loh kalau medsos otomatis kita bisa bilang itu paling sering karena kan dia updating-nya lebih tinggi. Berarti kalau ukurannya kuantitas berarti paling sering medsos. Kayak twitter kan tiap hari pasti ada dong mention-nya ibu, kalau fb ya setidak-tidaknya seminggu sekali pasti ada dong, kalau web itu misalnya gini, kita gak terlalu sering update katakanlah dua minggu atau sebulan sekali sekali karena apa? karena kan kalau sekali update banyak kan? kan kalau yang namanya lagi ng-update foto, ng-update artikel jadikan banyak ya. Nah terus kalau dari sisi media sosial tertinggi secara kuantitas tapi kalau dari sisi release juga kita selalu ngirim setiap bulan pasti ada. Release itu kan biasanya tanggapan kartu ucapan. Terus untuk akhirakhir ini kira-kira tahun terakhir lah ya sampai mendekati hingga mendekati pemilu ibu justru cukup sering tampil di tv. Bukan karena kita yang minta malah, tapi justru karena permintaan dan undangan dari mereka. Kenapa? kalau saya melihatnya tadi karena kita sudah membangun kata saya tadi menyicil brand image dari awal sehingga akhirnya mereka banyak tahu. “Oh bu Ledia ini, itu loh yang komisi VIII. Oh itu kan yang bahan anak,
perempuan, agama”. Oh berarti kalau ada perlu apa-apa mereka ya ke sini. Ya jadi akhirnya karena kita sudah membangun itu orang make. SD
: Kenapa tim banyak menggunakan media sosial untuk kampanye?
ZJ
: Tentu saja kalau media sosial itu cakupannya lebih luas. Dia juga kan, dia juga punya kelebihan-kelebihan dong. Dari segi media massa kan kalau jaman dulu kita hanya membagi kan itu media cetak, elektronik. Media elektronik jangkaunanya lebih luas, media cetak lebih dalam. Tapi kalau sekarang ada kekuatan baru, kekautan medsos. Di mana dia menjangkau segitu banyak orang, updating-nya lebih cepat, jauh lebih murah dan dia sebenarnya menurut kita lebih efektif. Kenapa? karena menyasar personal secara pesonal itu pilihan kita makanya dipake media tersebut.
SD
: Apakah mba yang mengatur isi kampanye yang dimuat di media sosial?
ZJ
: Secara umum bu Ledia itu memberikan idenya sendiri. Jadi kalau saya boleh katakan bu Ledia itu punya ide-ide orisinal ya diberikan kepada kita. Kita akan memolesnya dengan bahasa yang lebih umum, dengan data yang lebih kuat. Tapi ide-ide awal tuh biasanya dari beliau. Ada gini gini gini atau kadang-kadang tapi ini justru lebih sedikit menurut saya, dari kita juga ada ide karena bu Ledia itu sendiri orangnya banyak idenya sih, banyak idenya. Jadi kalau misalnya apalagi kayak twitter, twtitter itu kan beliau sendiri yang pegang. Jadi karena beliau sendiri yang pegang jadi ya dia ada info, ada kejadian, ada peristiwa, dia langsung update. Kalau itu udah maenannya dia. Tapi kalau lain-lain biasanya “ada ide gini” nanti saya poles karna saya harus nyari data kan, saya kuatkan datanya. Atau ketika misalnya ada ide apa dia kasih satu ide sedikit. Nah khusus untuk media sebagian besar memang saya tapi teman-teman yang lain kek misalnya dibidang hukum ya juga bantu kalau itu masalahnya terkait dengan hukum. Atau ketika masalahnya terkait dengan di dapil. Kayak tadi kan ide-ide itu dakwah wayang misalnya ya temen-temen mengupayakan idenya ibu menjadi sesuatu yang bisa diterima publik.
SD
: Apakah yang paling apak/ibu/saudara tonjolkan dalam kampanye di media sosial?
ZJ
: Jadi selama ini kita berfikir masyarakat kita sudah jauh lebih cerdas. Mereka tidak lagi melihat orang itu hanya karena orang ini siapa? anaknya siapa? tapi orang melihat, ini orang bermutu gak sih buat gue gitu kan? Bisa mikirin gue gak sih dengan masalah gue? Atau keluarga gue? Sehingga yang ditonjolkan dalam media sosialnya bu Ledia adalah bagaimana ibu menonjolkan kinerja beliau selama ini sebagai aleg. Karena beliau maju sudah sebagai aleg gitu jadikan kinerjanya untuk mengatakan ini loh, saya sudah melakukan ini dan
itu adalah amanah. Karena itu harus saya pertanggungjawabkan kemudian ditunjukan keberpihakan terhadap isu-isu masyarakat secara umum. Jadi boleh dibilang hampir gak ada tuh eehh yang sifatnya berdiri sendiri. Mislanya “saya Ledia Hanifa karena saya bisa gini loh, tapi saya melakukan ini saya concern tentang ini jadi lebih kepada kerjasama ini kepada hal-hal yang memang harus kita dukung kebenaran, keseimbangan, keadilan, kesejahteraan. Kayak-kayak gitu ya kemudian juga concern kita pada isu-isu yang menjadi kepedulian masyarakat itu yang dimunculkan. SD
: Apakah informasi-informasi yang dishare di media sosial berdasarkan permintaan bu Ledia atau kretivitas penuhh dari tim media sosial?
ZJ
: Gak dalam hal ini kalau bu Ledia selalu (ehh apa?) menyerahkan polesan kepada tim. Tapi sebelum dishare ada acc dari beliau karna beliau itu kan orangnya hati-hati, bertanggung jawab dan dia lihatnya “ini kan bagaimanapun akan jadi pertanggungjawaban diri saya jadi gak boleh ada salah”, karna kan bisa jadi kita semua sih niatnya baik tapi bisa jadi kayaknya penggunaan ini bukan gaya saya, bisa jadi ternyata maknanya menurut saya tidak tepat atau yang saya maksud bukan begini. Jadi nada-nada itu tetep harus dijaga. Meskipun kalau pengalaman saya pribadi sih hampir semua yang kita idekan pada akhirnya oke. Tapi setidak-tidaknya dengan begitu beliau ingin menjadi orang yang mengambil alih tanggung jawab itu. Karena ini bukan, bukan karena tim media saya yang membanggun, kemudian tanggung jawab dia tuh. Enggak, dia tetap bilang “enggak ini tanggung jawab saya”.
SD
: Apa saja faktor pendukung dan penghambat kampanye di media sosial?
ZJ
: Kalau misalnya pendukung, keliatannya kita sudah tahu karna sekarang mainstream-nya memang medsos. Ya terus kemudian kemudahan, kecepatan, harga murah, kemudian hal-hal yang terkait dengan segala sisi positif medsos sudah ketahui bersama. Kalau misalnya penghambat ya kebalikannya, yang bisa menghambat adalah banyaknya tantangan dari orang yang atau dari account (apa?) yang memang secara eee...umum, account-nya negatif. Meskipun tidak secara khusus kepada bu Ledia tapi kalau negatif itu bisa jadi kepada kebijakan. Kebijakannya sih bisa jadi umum misalnya gini “ahh ngomong apaan juga yang namanya anggota dewan sama. Di mana mana kalo udah jadi anggota dewan”. Jelas-jelas account-nya umum tetapi dia akan menjadi penghambat bukan pada bu Ledia tetapi kepada demokrasi secara umum. Ada orang-orang yang melemahkan semangat, ada orang-orang yang memunculkan ketidakpercayaan, ada orang-orang yang mengenaralisir bahwa kalian semua itu sama aja kotor-kotor juga, gak memberikan perubahan apaapa. Kalau misalnya hambatan yang secara frontal dan yang langsung menghambat bu Ledia gak ada. Tadi kalau saya bilang secara umum yang
melemahkan semangat gitu kan yang mencoba untuk ya tidak mensupport lah kegiatan-kegiatan personal kita ada. Sampai saat ini sih gak ada SD
: Apakah mba optimis dengan kerja tim media?
ZJ
: Ya alhamdulillah kita optimis. karena kerja kita bukan kerja serabutan, bukan kerja musiman, bukan kerja kagetan tapi kita kerjanya terencana. dari awal 2009 sudah dirancang kita mau ngapain sih? oh ini nanti saya akan buat sehingga itu yang kita lakukan. Gak ada sesuatu yang baru selama kampanye kecuali penguatan, intensitas, variasi. Tapi kalau yang lainnya, kalau orang bilang kita bakalan kampanye, kita harus bikin ini ini ini, kita harus punya web, udah kok, medsos udah juga, kalau gitu kita harus jalin hubungan dengan media, dari dulu udah. Jadi ibaratnya kita gak pengen gini, muncul kok pas pemilu aja. Jadi alhamdulillah dengan itu kita optimis. Kita akan bisa bilang begini, hasil itu kan kuasa Allah, tapi ikhitar kita apa? jangan sampe kita berharap “Ya Allah, kita pasti dong begini-begini”, ikhtiar kita aja cuman pendek. Jadi sekarang kita merasa kita sudah berusaha, sudah bikin rencana, rencananya udah dijalananin, kadang-kadang meleset ya biasa gitu kan. Misalnya dari sekian banyak yang kita harapkan media datang ngundang yah kok yang datang cuman segini. Saya bilang “ya alhamdulillah berarti kan itu saving kita tabungan kita”. Walaupun ternyata misalnya suatu pertemuan ada yang wartawannya banyak, besok ada yang wartawannya sedikit, gak pa-pa, setidak-tidaknya mereka sudah inget. Ternyata bener mereka inget, kalau mau nanya tentang perempuan bu Ledia, mau tanya anak bu Ledia. saking apa? saking kita tuh “nyiyir” rutin bikin. Dan kayaknya sih liat itungan-itungannya optimisme itu sudah berbuah. Insya Allah keliatannya begitu ikhtiarnya udah kan tinggal doanya.
SD
: Sejak kapan bapak menjadi asisten pribadi bu Ledia di Dapil?
YY
: Dua setengah tahun yang lalu. tahun berapa ya? 2014 dikurang 2,5 tahun (berfikir) 2011 akhir lah yah
SD
: Bisa tolong bapak ceritakan job desc asisten pribadi di Dapil?
YY
: Jadi intinya saya menjembatani keperluan-keperluan bu Ledia dengan dapil sebaliknya keperluan dapil dengan bu Ledia. Keperluan bu Ledia dengan dapil misalkan ibu punya program di pusat, gimana caranya program ini nanti tersebar di dapil. Ibu biasanya pembicaraannya antar pimpinan dari ibu ke mana? ke pimpinan PKS kota Bandung misalkan, hanya kemari urusan teknis-teknisnya saya yang menindaklanjutinya, menyebarkan ke DPC, memberikan penjelasan teknis (ehh apa?) menghunting atau menggiring supaya mereka, program-program itu diserap begitu itu, itu satu. Yang kedua, ibu punya program reses, ibu punya program sosialisasi UU. Nah dalam kerangka itulah ibu membutuhkan bantuan saya gitu untuk mengakses titik mana yang akan dikunjungi segmentasi apa yang akan didatangi, bagaimana kepanitian lokal dan lain sebagainya. Secara umum tugas utamanya ya tadi satu aja sih tadi menjembatani keperluan dari dapil ke ibu, ibu ke dapil. Kalau dapil ada perlu apa-apa, ada kegiatan, ada permohonan bantuan, ada apa, itu juga biasanya lewat saya gitu, saya nanti ajukan ke ibu gitu
SD
: Tugas apa yang bapak jalankan pra kampanye?
YY
: Selama pra kampanye saya lebih pada (ehh apa?) melakukan konsolidasi ya dengan struktur yang ada DPC, DPRa, kemudian tokoh-tokoh masyarakat. Kemudian membuat database bukan membuat ya mengkaji lagi database kita tentang lokasi mana yang pernah kita datangi, tokoh mana yang permah kita kunjungi, dan kemudian kita nanti persiapkan akan kita rawat pada masa kampanye begitu.
SD
: Bagaimana pemetaan pemilih dan strategi yang diterapkan?
YY
: Jadi kalau ibu karena aleg perempuan dan selama ini yang ditemuinya juga (ehh apa?) Kebanyakan perempuan juga yaah ibu-ibu pengajian, ibuibu posyandu begitu ya maka pemilu sekarang ibu lebih banyak membidik mereka. Meski dari segi konten kita tidak menonjolkan sisi perempuannya gitu (jadi apa namanya?). Itu mungkin yg kita alpa dari sisi perempuannya kurang kita eksplor, padahal segmentasi kita banyak di perempuan, kemudian iya banyak di perempuan. Untuk kalangan bapak-bapak ataupun pemilih pemula itu tidak terlalu menjadi fokus perhatian kita.
SD
: Apa saja yang bapak lakukan selama kampanye berlangsung?
YY
: Yang selama kampanye berlangsung? nah berubah nih sedikit berubah kalau dulu jadi asisten saja lebih banyak (eehh?) eksekusi ehh pekerjaan yang diamanatkan bu Ledia begitu kan. Nah kalau sekarang justru saya
jadi semacam (ehh apa ya?) kalau dibilang, salah satu pimpinan timses. Semua prakarsa, semua ide, semua koordinasi, semua evaluasi, semua pemetaan, semua strategi, itu ada di saya dan teman saya satu lagi pak Agus namanya begitu. Saya bersama teman-teman koor dapil nah kemudian melakukan berbagai macam (ehh?) strategi eh apa? strategi dan operasional kampanye gitu. Jadi ehh kalau sebelum-sebelumnya kesibukan ibu banyak di Jakarta-bandulnya ada di sana- kalau saya sekedar supporting saja kalau ibu ada perlu ke dapil kalau dapil ada perlu ke ibu. Nah sekarang gilirannya semuanya ada di dapil ibu, perlu ke dapil dan saya juga perlu ibu begitu, ya jadi tugas-tugas saya taktis ehh..meningkat yang dulunya saya lebih banyak menerima instruksi, giliran saya lebih banyak bahkan memberikan instruksi kepada bu Ledia sendiri begitu. Sampai kemudian saya posisikan ke bu Ledia, “ibu mohon maaf untuk kampanye sekarang ibu akan kami banyak tempatkan seperti wayang, biar kami-kami yang menjadi dalangnya”, begitu mba SD
: Adakah perbedaan kampanye kali ini dengan periode lalu?
YY
: Ehmm sebetulnya karna saya tidak ikutan kampanye yang lalu jadi secara pastinya saya tidak tahu. Cuman berdasarkan inforamsi yang saya dapatkan dari bu Ledia sendiri, tidak jauh berbeda kecuali beberapa penambahan. Jadi tidak jauh berbedanya gini, banyak metode kampanye seperti memberikan surat personal begitu ya, ada 200.000 surat personal yang dikirimkan ke rumah-rumah yang sudah tertera alamantnya begitu ya, berisi sapaan hangat dari bu Ledia dan ajakan untuk memilih, itu dialkasanakan tahun yang lalu. Kemudian seperti biasa, poster, sticker, banner dan lain sebagainya itu sama seperti tahun yang lalu gitu. Hanya kali ini kesadarannya lebih baik ya, jadi stciker kita tidak terlalu cetak banyak, ya sedikit saja karna itu akan menjadi sampah begitu ya mengganggu tembok-tembok orang. Kemudian banner juga tahun ini kita tidak pasang di pohon sebagaimana kesadaran umum saat ini. Spanduk juga sedikit sekali ehh...kita bikin spanduk 30 biji spanduk saja. Ehh..kemudian yang berbeda adalah saat tahun lalu ibu bukan siapa-siapa di Bandung, ibu lebih banyak mengandalkan timnya sendiri untuk ehh..mencapai target suara begitu ya. Tahun ini ibu sebagai incumbent ibu kenal dengan struktur sampai ke berbagai jenjang. Ibu tinggal memanfaatkan jaringan-jaringan yang ehh..pernah ibu temui. Jadi untuk kali ini ibu yang didukung oleh kader, ibu yang didukung oleh jaringan begitu, jaringan yang pernah dikunjungi. Bahkan ibu menggunakan tim jaringan yang sengja dihayer untuk pemenangan. Ada beberapa jaringan yang kita belum pernah berinterkasi sebetulnya sebelumnya tapi dengan pemilu kali ini bahkan mereka di hayer untuk mensukseskan.
SD
: Jenis-jenis kampanye apa saja yang bapak siapkan untuk memenangkan bu Ledia?
YY
: Yang pasti di kami itu uniknya begini, hal logistik itu seluruhnya disediakan oleh bu Ledia. Logistik kampanye itu seperti banner, spanduk, sticker, kaos, nah itu bu Ledia sepenuhnya yang bikin. Ya kami itu lebih kepada event. Nah jadi yang kami siapkan kemarin itu, satu, memperbanyak kunjungan tatap muka karena menurut ehh analisa kami kunjungan tatap muka itu cenderung lebih mengena dihati masyarakat jadi kita setting kunjungan tatap muka. Kemudian yang kedua, kita ciptakan beberapa kegiatan yang lain dari ehh..caleg yang lain. Sehingga lebih diingat lebih mudah masuk ke dalam memori (ehh apa?) Anggota masyarakat. Ya jadi diantaranya tahun ini kita kampanye lewat pagelaran wayang dakwah, kita kampanye lewat simulasi pemadam kebakaran oleh pemadam kebarakarannya langsung, kita kampanye melalui ehh kegiatan bank sampah di mana nanti sampah bisa ditukar dengan sayuran, kita kampanye lagi dengan pelatihan mendongeng ibu-ibu TK di Graha seperti itu mba.
SD
: Apa yang ingin bapak/ibu/saudara tonjolkan dalam kampanye kali ini?
YY
: Ehmm yang saya tonjolkan prestasi-prestasi bu Ledia ya jadi bahwa ibu dinobatkan salah satu dari lima perempuan paling berpengaruh di DPR. Bahwa selama ibu menjadi aleg incumbent ibu mengadvokasi berbagai macam program. Nah itu yang kami selalu kami tonjol-tonjolkan begitu. Adalagi selain secara teknis yang kami tonjolkan tentang pencalegan ibu itu adalah bahwa partai nomor tiga, ibu pun nomor tiga. Kami selalu memberikan pemahaman ke masyarakat, pilih buled, bu Ledia haah dengan angka tiga teracung begitu ya kemudian telunjuk dan ibu jari membentuk huruf O, oke, nah saya bilang pilih yang buled, buled itu lingkaran, nah pilih yang buled itu bu Ledia, emut buled bu Ledia. Nah terus ingatkan dengan angka tiganya, partai nomor tiga, nomor urut tiga. Nah itu yang sering kita tonjolkan.
SD
: Apakah bapak/ibu/saudara yang mengatur strategi dan jenis-jenis kampanye?
YY
: Ehhm pada dasarnya bersama sih. Kita ada rapat secara (ehh apa?) berjenjang. Di situ kita menyaring berbagai macam ide bahkan kadang ide ketemu di tengah jalan gak usah rapat lagi hehehe...
SD
: Apa pesan dan kesan yang ingin bapak sampaikan pada kampanye kali ini?
YY
: Kesan ya? jujur saja saya sebelum jadi tim kampanye bu Ledia, saya bukanlah tim sukses. Jadi melainkan kader biasa yang hanya bisa (apa?) membantu kesuksesan di tingkat DPC kecamatan gitu ya. Tiba-tiba saja saya di..sebetulnya diamanahkan juga ya. Ini yang menarik ya, ibu tuh santai-santai saja menghadapi kampanye slow slow hehehe.. Jadi saya inisisatif sendiri membentuk tim kampanye bahkan ketika terbentuk pun kami sempat gemes gitu ke bu Ledia di mana orang lain sudah fokus ke
kampanyenya ibu masih fokus dengan tugas-tugasnya di DPR. Sampai kami suatu saat pernah menegur, ibu ini tuh ibu mau menang atau tidak? kalau mau menang off road dong, kasih atensi jangan sampai kami ini yang sudah semangat melihat jenderal kami yang santai-santai saja bukan santai-santai saja, cuek-cuek saja, jadi kami juga khawatir semangatnya pudar. Jadi itu yang ngebikin saya berkesan. Pesannya kalau saya sih begini, bahwa PKS sudah 15 tahun ternyata tidak punya handbook handbight gitu ya, catetan kampanye tentang kampanye. Bagaimana pemenangan suara? bagaimana pemenangan tokoh? bagaimana kemudian pengelolaan jejaring? saya tanya ke temen, konon katanya, temen pernah baca buku itu dan saya sendiri tidak. Dan saya pertama kali mendapatkan amanah timses saya bertanya, bu apakah adakah hal-hal atau ada buku atau adakah pelatihan yang bisa saya dapatkan sehingga saya bisa menjadi timses yang baik? ternyata tidak ada. Tapi untuk timses CAD kota itu ada, mereka dikumpulkan. Mereka punya forum, mereka dilatih-latih begitu ya seperti itu. Tapi untuk pusat dianggap sudah bisa. Itu yang bikin seruseruan gitu mba yanti. Pesannya bahwa gini aja sih kemudian hasil perolehan suara PKS tidak sebagus yang kita harapkan ya dan kemudian (apa namanya?) pada akhirnya bu Ledia harus jadi unggul diantara yang lainnya. Tapi sesungguhnya ini bukanlah keunggulan atau kemenangan bu Ledia karena kursi ini diraih oleh akumulasi perjuangan semua caleg, semua pengurus partai, semua kader dan simpatisan yang bekerja siang dan malam gitu. Jadi pesan saya adalah ini sesungguhnya kalau pun dianggap kemenangan, kemengan bersama sebaliknya kalau dianggap ketidakberhasilan, maka ketidakberhasilan kita bersama, bukan kemenangan bu Ledia semata. SD
: Apa saja faktor pendukung dan penghambat pada kampanye kali ini?
YY
: Faktor pendukung tuh, satu, bu Ledia itu karena dari dulu itu sudah sering blusukan jadi sudah mengurat akar, mengakar rumput gitu ya. Jadi kader dari berbagai jenjang itu sudah sangat mengenal bu Ledia bahkan masyarakat pun sudah banyak yang kenal bu Ledia. Tidak jarang kita di lapangan, masih diperjalanan, ketemu (memanggil) bu Lediaaa begitu hehe... anak-anak kecil bahkan (memanggil juga) bu Lediaaa. Luar biasa. ehh kemudian yang kedua, sebagai incumbent tentu punya kemampuan financial yang lebih baik. Saya melihat bu Ledia totalitas dalam hal financial (ehh apa?) tim tidak diberikan patokan atau batasan seperti apa dana yang pasti mereka gunakan. Tapi sok aja, silakan ajukan kalau ada ya ada, kalau gak ada ya gak ada. Satu sisi merepotkan, satu sisi juga (apa namanya?) seru gitu, serunya ya kita bisa berkreativitas sesuai yang kita harapkan. Merepotkannya, saya deg-degan, sampai kapan ibu bisa mensupply dana seperti ini gitu loh. Yang ketiga, ibu etos kerjanya luar biasa, workaholic. Jadi ke kami pun para pasukannya senantiasa bekerja keras pantang mengeluh. Tiap hari kami pulang jam 11 malam jam 12 malam, jarang sekali terucap kata kelu. Bahkan kalaupun kegiatannya tidak sesuai yang kita harapkan jarang kita dengarkan ibu ada kalimat
mengeluh. Jadi workaholic, optimis, positif thinking orangnya, begitu ya. Kemudian tadi jejaringnya yang kuat, ibu punya tim setiap kecamatan satu, ibu punya tim dalam setiap pemilihan kota satu, dan mereka timnya itu dikasih uang operasional gitu. Jadi mereka timnya itu juga cukup solid. Kemudian yang ketiga, ada jaringan yang dilibatkan. Jaringannya dari mulai geng motor, dari geng LSM, ada juga jaringan ustad dan kiai dari eksternal. dan kemudian yang menghambat, tadi satu, ibu tidak memberikan form yang jelas. Kita tuh mau seperti apa? diserahkan ke kita gitu kan. Yang kedua, tidak pernah memberikan platform yang jelas tadi saya bilang, bingung juga kita ngelolanya kayak gimana. Yang ketiga, logistik itu sepenuhnya diatur oleh ibu. Jadi ehh kita (ehh apa ya?) Tidak diberikan kewenangan hal itu. Jadi dari sisi konten apa yang mau ditampilkan? berapa banyaknya? dan lain sebagainya semuanya ibu. Kadang bagi kami di dapil tidak sesuai ini (apa namanya?) bukan bahan ini yang kami butuhkan. Dari sisi eksternal, bu Ledia itu di tempatkan di nomor tiga, sementara di Bandung itu kemarin Cuma punya dua kursi artinya mohon maaf, sebetulnya ibu caleg yang tidak terlalu diharapkan jadi gitu loh. Kemudian bahwa PKS sedang dirundung berbagai macam isu sehingga itu juga turut mengerdilkan PKS. Kemudian yang paling gila sekarang politik uang. Jadi kerja keras kita, kerja blusukan kita, rasanya itu terhapus oleh oleh money politic yang sangat vulgar, yang sangat brutal, begitu ya kira-kira. SD
: Apakah bapak optimis dengan kinerja semua tim untuk memenangkan kembali bu Ledia?
YY
: Optimis dong karena sudah menang kan sudah pasti menang insya Sllah
SD
: Tugas apa yang bapak jalankan pasca kampanye?
YY
: Pasca kampanye kami diminta mensupport struktur, mensupport DPC, yang sedang melakukan pengamanan suara. Bukan dengan cara kita minta suara bu Ledia berapa? (apa namanya?) dan lain sebagainya. Benar-benar mensupport, jadi pada saat hari pemilu juga bu Ledia langsung balik ke Bandung, kan beliau memilih di Depok sana yah. Beliau langsung balik ke Bandung kemudian membawa setumpuk makanan dan kemudian dibagibagikan beberapa titik saksi yang sedang bertugas di posnya masingmasing. Hari keduanya juga demikian, ibu membawakan makanan dibagibagikan ke setiap dapil di kota Bandung. Jadi itu sebagai salah satu bukti support kita, selain juga tim yang kita punya diinstruksikan merapat ke masing-masing struktur bantuin rekap suara dan lain sebagainya gitu. Sampai kemudian tabulasi di tingkat provinsi kita seperti itu.
MODEL E 3.1 DPR
DAFTAR TERPILIH ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT PEMILIHAN UMUM TAHUN 2009 DAERAH PEMILIHAN : JAWA BARAT I NO.
PARTAI POLITIK
NO. URUT DCT
NAMA CALON TERPILIH
SUARA SAH
PERINGKAT SUARA SAH
1
2
3
4
5
6
1
PARTAI KEADILAN SEJAHTERA
1
Drs. H. SUHARNA SURAPRANATA, MT.
36,515
1
2
PARTAI KEADILAN SEJAHTERA
2
HJ. LEDIA HANIFA AMALIAH, SSI, MPSI.T
28,228
2
3
PARTAI GOLONGAN KARYA
1
Dra. POPONG OTJE DJUNDJUNAN
25,260
1
4
PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN
1
Drs. H. SETIA PERMANA
24,948
1
5
PARTAI DEMOKRAT
1
AGUNG BUDI SANTOSO, SH
74,870
1
6
PARTAI DEMOKRAT
2
H. DADAY HUDAYA, SH., MH
47,208
2
7
PARTAI DEMOKRAT
3
YETTI HERYATI
29,841
3
Jakarta, ………...………………………….. 2009 KOMISI PEMILIHAN UMUM Ketua merangkap Anggota
Prof. DR. H.A. Hafiz Anshary, AZ, MA Anggota
Anggota
Dra. Endang Sulastri, M.Si
Sri Nuryanti, S.IP, MA
Prof. DR. Ir. H. Syamsul Bahri, MS
I Gusti Putu Artha, SP, M.Si
Drs. H. Abdul Aziz, MA
Dra. Andi Nurpati, M.Pd
DAFTAR CALON TETAP ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 PROVINSI DAERAH PEMILIHAN 1 PARTAI NasDem
NO
PAS FOTO
NAMA LENGKAP
KABUPATEN/KOTA (TEMPAT TINGGAL CALON) BOGOR
1
D.G. SANDY NAYOAN
NO
PAS FOTO
NAMA LENGKAP
3 PARTAI KEADILAN SEJAHTERA
JENIS KELAMIN (L/P)
KABUPATEN/KOTA (TEMPAT TINGGAL CALON) JAKARTA TIMUR
1
ASEP SAEFULLOH DANU
PAS FOTO
NAMA LENGKAP
JENIS KELAMIN (L/P)
KABUPATEN/KOTA (TEMPAT TINGGAL CALON) KOTA BANDUNG
1
Ir. KETUT SUSTIAWAN
PAS FOTO
NAMA LENGKAP
JENIS KELAMIN (L/P)
KABUPATEN/KOTA (TEMPAT TINGGAL CALON)
2
MIRA ROSANA GNAGEY
P
KOTA BANDUNG
2
H. DUDDY S. SUTANDI, SE
L
KOTA BANDUNG
2
AHMAD KUNCARANINGRAT
L
BANDUNG
2
L
KOTA BANDUNG
3
DR. LINA K.M
P
KOTA BANDUNG
3
SRI NURYANI ERWINSYAH
P
KOTA BANDUNG
3
LEDIA HANIFA AMALIAH, S.SI. M.PSI.T
DEDY DJAMALUDDIN MALIK, M.Si
P
KOTA DEPOK
3
Dr. HARTATI HERMES, MQIH
P
JAKARTA
4
ENNI ERYANI, MBA
P
KOTA BANDUNG
4
DR. IKIN SODIKIN
L
KOTA CIMAHI
4
ARIF MINARDI
L
KOTA CIMAHI
4
Dra. MEIDYA AMORA. I.SIP, M.Si
P
JAKARTA SELATAN
5
YULIANTI SUSILO, MA
P
JAKARTA SELATAN
5
WAHYUDIN
L
KOTA CIMAHI
5
ACHMAD ZULKARNAIN
L
KOTA CIMAHI
5
JUNICO BP SIAHAAN, SE
L
JAKARTA SELATAN
6
H. ACHMAD CHAERUDIN, SE
L
KOTA BANDUNG
6
VINA KUSUMA DEWI
P
BANDUNG
6
ZIRLY NOVA JAMIL
P
KOTA BANDUNG
6
ROBARTO R. TIKOALU, SE
L
JAKARTA SELATAN
7
HADI SUCIPTO ABDUL GHONI
L
KOTA BANDUNG
7
IMBI JUMIATI
P
KOTA BANDUNG
7
LENNY MARLIANI, SH.
P
JAKARTA TIMUR
Jumlah Laki-laki : 4
5 PARTAI GOLONGAN KARYA
NO
PAS FOTO
1
NAMA LENGKAP DR. HAPPY BONE ZULKARNAIN, MS
KABUPATEN/KOTA (TEMPAT TINGGAL CALON) KOTA BANDUNG
1
DR. Ir. H. SODIK MUDJAHID, M. Sc
P
KOTA BANDUNG
2
L
KOTA BANDUNG
Dra. POPONG OTJE DJUNDJUNAN
2
MUHAMAD EGGI HAMZAH, SH, MH
3
Jumlah Laki-laki : 4
6 PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA
7 PARTAI DEMOKRAT
JENIS KELAMIN (L/P)
KABUPATEN/KOTA (TEMPAT TINGGAL CALON) KOTA BANDUNG
1
Ir. YUSNAN SOLIHIN
L
2
3
Dra. V. JENNI RETNO MAMUSUNG
KOTA JAKARTA SELATAN
P
KOTA BANDUNG
NO
PAS FOTO
Jumlah Perempuan : 2 Prosentase Perempuan : 33%
Jumlah Perempuan : 3 Prosentase Perempuan : 43%
JENIS KELAMIN (L/P) L
Jumlah Laki-laki : 4
L
NO
RICKY ACHMAD SOEBAGDJA
Jumlah Perempuan : 4 Prosentase Perempuan : 57%
L
NO
4 PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN
1
Jumlah Laki-laki : 3
L
: JAWA BARAT : JAWA BARAT I
2 PARTAI KEBANGKITAN BANGSA
JENIS KELAMIN (L/P)
MODEL BC 1 DPR RI
NAMA LENGKAP
L
8 PARTAI AMANAT NASIONAL
KABUPATEN/KOTA (TEMPAT TINGGAL CALON) KOTA DEPOK
1
Hj. MARIANA GANDAKUSUMAH
DR. KIKIT WIRIANTI SUGATA, SH
P
BANDUNG
2
3
H. DADAY HUDAYA, SH, MH
L
BEKASI
PAS FOTO
NAMA LENGKAP H. AGUNG BUDI SANTOSO, SH, MM
KOTA BANDUNG
Jumlah Perempuan : 3 Prosentase Perempuan : 43%
JENIS KELAMIN (L/P)
NO
L
L
JENIS KELAMIN (L/P)
KABUPATEN/KOTA (TEMPAT TINGGAL CALON)
DR. Ir. H. JUNIARSO RIDWAN, SH.,MH.M.Si
L
KOTA BANDUNG
3
H. SAEPUDIN, S.Ag, M.Ag
L
BANDUNG
NO
PAS FOTO
NAMA LENGKAP
P
KOTA BANDUNG
4
ATTIE D ANJAR RACJMAN, SH, M.Si
P
KOTA CIMAHI
4
H. NANANG SUDJANA, SH
L
KOTA BANDUNG
4
YETTI HERYATI, SH
P
4
H. ACENG KARIMULLAH, BE, SE
L
JAKARTA SELATAN
5
AAT SAFAAT HODIJAT
L
KOTA BANDUNG
5
DR. BUCKY WIBAWA, S. Pd, M.Si
L
KOTA BANDUNG
5
L
KOTA BANDUNG
5
RIMBA DIRGANTARA DRADJAT
L
KOTA BANDUNG
6
TRISNA SUGANDA, MH
L
KOTA BANDUNG
6
POPPY RAMADHANIE, SH
P
KOTA JAKARTA UTARA
H. SUGIANTO NANGOLAH, SH, MH
KOTA TANGERANG SELATAN
6
Drs. H.M. SANI ALAMSYAH, SH, MBL
L
BOGOR
6
CLARA SINTA
P
KOTA DEPOK
7
DINA WAHYUNINRUM
P
KOTA CIMAHI
7
MARTINI
P
7
DYAH PROBONDARI, SH, M.Kn
P
BEKASI
7
ERI HARYATI SUNDARI
P
BOGOR
Jumlah Laki-laki : 4
Jumlah Perempuan : 3 Prosentase Perempuan : 43%
Jumlah Laki-laki : 4
9 PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN
NO
PAS FOTO
NAMA LENGKAP
KABUPATEN/KOTA (TEMPAT TINGGAL CALON) KOTA CIMAHI
1
MOH. ARIEF S. SUDITOMO, SH, MA
NO
Dr. Ir. H.M. ITOC TOCHIJA, MM
2
H. RAHMAN, SH, MH
L
JAKARTA PUSAT
2
3
DRA. YOHANA SYARIF
P
JAKARTA SELATAN
4
IFACHRIL MADIN, SH
L
5
DRS. H. HILMAN, M. HUM
6 7
PAS FOTO
NAMA LENGKAP
JENIS KELAMIN (L/P)
KABUPATEN/KOTA (TEMPAT TINGGAL CALON)
Jumlah Perempuan : 3 Prosentase Perempuan : 43%
14 PARTAI BULAN BINTANG
NO
PAS FOTO
NAMA LENGKAP
Jumlah Laki-laki : 4
Jumlah Perempuan : 3 Prosentase Perempuan : 43%
15 PARTAI KEADILAN DAN PERSATUAN INDONESIA
JENIS KELAMIN (L/P)
KABUPATEN/KOTA (TEMPAT TINGGAL CALON) KOTA JAKARTA SELATAN
1
RULLY SOEKARTA
PAS FOTO
NAMA LENGKAP
JENIS KELAMIN (L/P)
KABUPATEN/KOTA (TEMPAT TINGGAL CALON)
JAKARTA SELATAN
1
DILIANA ERMANINGTIAS, ST
PATRIA MUTIARA NUSA
P
JAKARTA TIMUR
2
LATIEF AWALUDIN, SH.I, MA
L
KOTA BANDUNG
2
ABIDIN, SH., MH., M.Si
L
KOTA BANDUNG
3
Drs. TIMBUL P. MANURUNG
L
KOTA BANDUNG
3
Ir. BUDI PUTRA
L
3
EKA SANTHIKA PARWITASARI
P
BOGOR
BANDUNG
4
Dr. Hj. NUNUNG AYU SOFIATI, MM
KOTA JAKARTA SELATAN
P
KOTA BANDUNG
4
MUHAMMAD TEGUH
L
BANDUNG
4
Ir. M ILYAS
L
KOTA CIMAHI
L
BANDUNG
5
PEPEN SUPENDI
L
KOTA BANDUNG
5
NURLELA, S.Ag
P
5
OKTAVIA, M.Si
P
KOTA BANDUNG
Hj. MOLLIVIANDRY
P
TANGERANG
6
KRISNA MEGA
L
KOTA DEPOK
6
L
KOTA JAKARTA SELATAN
6
ANINDYO DARMANTO, SH, MH
L
GITA WIDYASANTY, S. IKOM, M. Si
Dr. Ir. H. AKHMAD BAKHTIAR AMIN, M.Sc., M.Si
KOTA JAKARTA UTARA
KOTA JAKARTA TIMUR
P
KOTA CIMAHI
7
PURWITASARI
P
JAKARTA PUSAT
7
Dra. SANTI SUWARTI YATI
P
BOGOR
7
JEANNE T. POEGOEH, SH
P
Jumlah Perempuan : 3 Prosentase Perempuan : 43%
: IDA BUDHIATI, SH., MH.
: Dr. FERRY KURNIA RIZKIYANSYAH, S.IP., M.Si
Jumlah Laki-laki : 4
................................. ...... ................................. ......
Jumlah Perempuan : 3 Prosentase Perempuan : 43%
Jumlah Laki-laki : 4
Ditetapkan Di Jakarta Pada Tanggal 22 Agustus 2013 KOMISI PEMILIHAN UMUM
1. KETUA
: HUSNI KAMIL MANIK
3. ANGGOTA
: SIGIT PAMUNGKAS, S.IP., MA.
6. ANGGOTA
: Drs. HADAR NAFIS GUMAY
P
NO
L
Jumlah Laki-laki : 4
5. ANGGOTA
Jumlah Laki-laki : 4
10 PARTAI HATI NURANI RAKYAT
1
2. ANGGOTA
Jumlah Perempuan : 3 Prosentase Perempuan : 43%
JENIS KELAMIN (L/P) L
KOTA JAKARTA SELATAN
Jumlah Perempuan : 3 Prosentase Perempuan : 43%
................................. ...... ................................. ...... ................................. ......
4. ANGGOTA 7. ANGGOTA
Jumlah Laki-laki : 4
L
KOTA CIMAHI
KOTA JAKARTA TIMUR
Jumlah Perempuan : 3 Prosentase Perempuan : 43%
: ARIEF BUDIMAN, S.S., S.IP., MBA. : JURI ARDIANTORO, M.SI.
................................. ...... ................................. ......