137 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
PERILAKU MENYONTEK SISWA DITINJAU DARI KECENDERUNGAN LOCUS OF CONTROL
Anniez Rachmawati Musslifah Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sahid Surakarta
Abstract
Cheating behavior is one of education phenomena that not only often but also always appearing in the teaching learning process. One of the factor which influence cheating behavior is the tendency of locus of control. The population of the research is Widodaren I senior high school students while the number of sample is 70 students. The sampling technique used cluster random sampling. Data collecting method used locus of control and cheating behavior scale. In analizing data Annava two line was conducted . The result shows that there is a significant differences to students behavior observed from the tendency of locus of control with the value of R2is 0.079 and FA is 5.961 with p=0.016 (p<0.05). Moreover, the result also shows that there is not a significant differences in cheating behavior observed from gender with the value of F is 2.813 and p=0.094 (p>0.05). The result means variable locus of control covers internal aspect can be become predictor to predict or measure cheating behavior.
Keywords : Locus of Control, Cheating behavior, Sexe
138 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
Abstrak Perilaku menyontek atau cheating merupakan salah satu fenomena pendidikan yang sering dan bahkan selalu muncul menyertai aktivitas proses belajar mengajar. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku menyontek adalah kecenderungan locus of control. Populasi adalah siswa-siswi SMAN 1 Widodaren dengan jumlah sampel sebanyak 70 orang. Sampel tersebut diambil dengan teknik cluster random sampling. Metode pengambilan data dengan menggunakan skala locus of control dan skala perilaku menyontek yang kemudian di analisis dengan Annava dua jalur. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan perilaku siswa ditinjau dari kecenderungan locus of control dengan nilai R2 sebesar 0,079 dan FA sebesar 5,961 dengan p=0,016 (p<0,05). Hasil analisis juga menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal perilaku menyontek ditinjau dari perbedaan jenis kelamin dengan nilai F sebesar 2,813 dengan p=0,094 (p>0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel locus of control mencakup aspek-aspek yang ada di dalamnya dapat dijadikan sebagai prediktor untuk memprediksi atau mengukur perilaku menyontek.
Kata kunci : locus of control, perilaku menyontek, dan jenis kelamin.
139 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
mengikuti PENDAHULUAN
tambahan
di
sekolah, membuat kelompok belajar,
Dalam menghadapi tantangan globalisasi,
pelajaran
bangsa
Indonesia
hingga mengikuti kegiatan bimbingan belajar (Rizkia, 2007).
membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan, baik pendidikan formal dan pendidikan non formal. Upaya tersebut dimulai dengan memperbaiki sarana dan prasarana pendidikan, memperbaiki kualitas guru dan memperbaiki sistem pendidikan yang ada.
Selain mengubah cara belajar siswa, di sisi lain target pemerintah di atas juga menimbulkan masalah lain, yaitu menyebabkan banyaknya praktik ketidakjujuran atau kecurangan dalam dunia pendidikan. Sugita mengatakan (Daud,
2007)
modus
operandi
ketidakjujuran dalam dunia pendidikan bisa bermacam-macam, mulai dari mengatur posisi tempat duduk siswa (siswa pintar biasanya diposisikan di
Upaya
konkret
pemerintah
tengah
dan
“bertugas”
Indonesia dalam usaha meningkatkan
kawan-kawan
kualitas pendidikan adalah dengan
pengawas ujian yang sengaja “berbaik
jalan menetapkan nilai minimum yang
hati”
harus diraih oleh para siswa peserta
menyontek, bocornya soal lengkap
ujian nasional. Misalnya saja, nilai
dengan kunci jawabannya sebelum
minimal yang harus diraih oleh para
hari H ujian, sampai dengan ikutnya
peserta ujian nasional tingkat SMA
guru memberikan kunci jawaban saat
adalah
ujian berlangsung.
4,70.
Nilai
minimum
ini
meningkat
0,44
dari
tahun
sebelumnya,
yaitu
4,26.
Upaya
tersebut
mewajibkan
para
siswa
merubah cara belajarnya, mulai dari
di
membantu
membiarkan
Perilaku
sekelilingnya), siswa
menyontek
saling
atau
cheating sendiri merupakan salah satu fenomena pendidikan yang sering dan
140 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
bahkan
selalu
muncul
menyertai
seorang
belajar
mengajar,
Surabaya terhadap teman sekolahnya
namun ironisnya jarang mendapat
dengan sampel 7 % dari seluruh siswa
perhatian yang serius dari praktisi
(lebih dari 1400 siswa). Penelitian
pendidikan
Perilaku
tersebut menyebutkan bahwa, 80 %
menyontek masih dipandang sebagai
dari sampel pernah menyontek (52 %
masalah yang ringan dan ”sepele”,
sering dan 28 % jarang), sedangkan
sehingga perilaku ini sering ditolerir
medium
oleh kebanyakan masyarakat. Menurut
digunakan sebagai sarana menyontek
Alhadza (2005) perilaku menyontek
adalah teman 38 % dan meja tulis 26
atau cheating adalah suatu wujud
%. Uniknya ada 51 % dari siswa yang
perilaku dan ekspresi mental seseorang
menyontek,
ingin
yang merupakan hasil belajar dari
kebiasaan
buruknya
interaksi dengan lingkungannya.
(Widiawan, 1995).
aktivitas
proses
di
Indonesia.
Pernyataan tersebut diperkuat
siswa
SMA
yang
favorit
paling
di
banyak
menghentikan tersebut
Bentuk-bentuk
perilaku
dengan hasil survey Litbang Media
menyontek
Group yang dilakukan pada tanggal 19
(1985), yaitu: menggunakan catatan
April 2007, yang dilakukan di enam
jawaban sewaktu ujian, menyontoh
kota besar di Indonesia (Makassar,
jawaban dari siswa lain, memberikan
Surabaya,
Bandung,
jawaban atau tugas yang telah selesai
yang
kepada teman, dan mengelak dari
Jakarta,
Yogyakarta, dan
Medan),
menyebutkan hampir 70% responden
menurut
Klausmeier
aturan-aturan.
menjawab pernah melakukan praktik Berkaitan
menyontek ketika masih sekolah dan
perilaku
menyontek siswa di atas, Sujana dan
kuliah. (Halida, 2007).
Wulan
hasil
dengan
(Haryono,
menyebutkan
penelitian
mendorong pelajar menyontek antara
dilakukan
sebab
2001),
Data tersebut diperkuat dengan yang
bahwa
dkk,
yang
141 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
lain kecenderungan pusat kendali atau
eksternal cenderung
locus of control, kecemasan yang
bahwa kerja keras, menepati waktu,
dialami, situasi, dan persetujuan teman
bekerja penuh disiplin bukanlah faktor
sebaya.
utama
penyebab
beranggapan
keberhasilan
(Direzkia, 2006). Perilaku
individu
dalam
prespektif psikologi salah satunya
Menurut
Levenson
ditentukan bagaimana individu melihat
(Rahmawati, 2007) aspek-aspek locus
faktor
of control meliputi:
yang
mempengaruhi
kehidupannya atau yang lazim disebut locus of control (pusat kendali). Individu yang dominan dengan locus of control internal mempercayai bahwa kemajuan dalam hidupnya ditentukan
a.
Aspek
I
(Internal),
adalah
keyakinan seseorang bahwa kejadian dalam
hidupnya
ditentukan
oleh
dirinya sendiri.
oleh faktor-faktor dari dalam diri
b.
sendiri. Mereka cenderung senang
keyakinan seseorang bahwa kejadian
bekerja keras, mempunyai cita-cita
dalam hidupnya ditentukan oleh orang
tinggi,
lain yang berkuasa.
ulet,
kemajuan
dan
dirinya
menganggap disebabkan
Aspek P (Powerfull Other), adalah
ia
bertanggung jawab terhadap hasil
c.
kerjanya. Sebaliknya, individu yang
keyakinan seseorang bahwa kejadian
lebih dominan dikendalikan faktor-
dalam hidupnya ditentukan oleh nasib,
faktor
kesempatan dan keberuntungan.
dari
eksternal),
luar
dirinya
mempercayai
(faktor bahwa
keberhasilannya ditentukan oleh halhal di luar dirinya, seperti nasib baik, adanya koneksi, dan bukan karena kerja keras diri sendiri. Individu yang mempunyai
locus
of
Aspek
control
C
(Chance),
adalah
Penelitian Lebedour (Asmiana, 2003) terhadap 25 universitas yang ada di 5 negara (United State, Nederland, Israel,
Palestine,
dan
Taiwan),
menyebutkan bahwa jenis kelamin dan kebudayaan
sangat
mempengaruhi
142 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
tingkat percaya diri individu. Secara
Alat
pengumpul
data.
spesifik penelitian ini menyebutkan
Pengambilan data pada penelitian ini
bahwa perbedaan jenis kelamin akan
dilakukan dengan menggunakan dua
membawa
rasa
buah skala, yaitu skala locus of
percaya diri individu. Selanjutnya,
control, dan skala perilaku menyontek.
perbedaan
pada
penelitian Jhonson (Asmiana, 2003) pada 363 pelajar di 3 sekolah dasar umum dengan 174 wanita dan 189 pria menunjukkan bahwa perbedaan jenis kelamin
mengakibatkan
perbedaan
rasa percaya diri pada pelajar, dan hal tersebut berkorelasi terhadap perilaku
a. Skala
Perilaku
Menyontek.
Perilaku menyontek dalam penelitian ini diungkap dengan menggunakan skala
perilaku
Wibowo
menyontek
(2006)
dimodifikasi
yang
sendiri
oleh
dari telah
penulis.
Skala ini disusun berdasarkan bentuk-
menyonteknya.
bentuk perilaku menyontek menurut Klausmeier
METODE
Menggunakan Subyek penelitian. Penelitian ini dilakukan
di
SMA
Negeri
1
Widodaren. Adapun yang menjadi subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas XI. Teknik sampling dengan cluster
random
sampling,
peneliti
mengambil
populasi
dengan
(1985), catatan
yaitu:
1).
jawaban
sewaktu ujian, 2). mencontoh jawaban dari
siswa
lain,
3)
memberikan
jawaban atau tugas yang telah selesai kepada teman, 4). mengelak dari aturan-aturan.
artinya dari
Skala ini berjumlah 54 aitem
merandom
yang terdiri dari 31 favorable dengan
tersebut
skor yang bergerak dari: sangat sering
dilakukan karena populasi yang luas
(SS)4, sering (S) 3, Kadang (K) 2, dan
dan berbentuk.
Tidak pernah (TP) 1. Selanjutnya, 23
berdasarkan
sample
jalan
kelas.
Hal
aitem unfavorable dengan skor yang bergerak dari: sangat sering (SS) 1,
143 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
sering (S) 2, Kadang (K) 3, dan Tidak
2. Aspek P (Powerfull Other), adalah
pernah (TP) 4.
keyakinan seseorang bahwa kejadian dalam hidupnya ditentukan oleh orang
Semakin diperoleh
tinggi
pada
menyontek
skor
yang
skala
perilaku
menunjukkan
semakin
lain yang berkuasa. 3. Aspek
C
(Chance),
adalah
tinggi perilaku menyontek dilakukan,
keyakinan seseorang bahwa kejadian
demikian pula sebaliknya, semakin
dalam hidupnya ditentukan oleh nasib,
rendah skor yang diperoleh pada skala
kesempatan dan keberuntungan.
perilaku
menyontek
semakin
rendah
menunjukkan pula
perilaku
Skala ini berjumlah 54 yang terdiri dari 16 aitem internal dengan
menyontek dilakukan.
skor yang bergerak dari: sangat sesuai (SS) 4, sesuai (S) 3, tidak sesuai (TS)
b. Skala Locus Of Control
2, sangat tidak sesuai (STS) 1. Kecenderungan
locus
of
control diungkap dengan skala locus of control yang merupakan modifikasi dari skala yang disusun Rahmawati (2007). Skala ini disusun berdasarkan
Selanjutnya
38
aitem
eksternal
memiliki skor yang bergerak dari: sangat sesuai (SS) 1, sesuai (S) 2, tidak sesuai (TS) 3, sangat tidak sesuai (STS) 4.
aspek-aspek kecenderungan locus of control
yang
dikemukakan
oleh
Semakin
tinggi
skor
total
Levenson (Rahmawati, 2007) yang
subjek menunjukkan bahwa semakin
meliputi :
internal
locus
dimilikinya, 1. Aspek
I
(Internal),
adalah
keyakinan seseorang bahwa kejadian dalam
hidupnya
dirinya sendiri.
ditentukan
oleh
of
control
sebaliknya,
yang
semakin
rendah skor total yang diperoleh maka semakin eksternal locus of control yang dimiliki.
144 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
Selanjutnya
skala
ini
diuji
Metode analisis data
cobakan (try out) terlebih dahulu Data yang terkumpul dari 2 skala
sebelum digunakan dalam penelitian. Hasil
analisis
data
menunjukkan
tersebut
dianalisis
dengan
menggunakan rumus korelasi annava
bahwa:
dua
jalur
yang
perhitungannya
1. Skala perilaku menyontek, aitem
menggunakan bantuan komputer SPS
yang valid dalam skala ini dalah 38
(Seri Program Statistik) edisi Sutrisno
dengan
(rbt)
Hadi dan Yuni Pamardiningsih dari
bergerak dari 0,214 sampai 0,953
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,
dengan p<0,05, koofesien reliabilitas
Indonesia, versi IBM/IN, Hak cipta ©
(rtt) sebesar 0,0902.
2005. Hasil analisis menunjukkan
koofesien
validitas
bahwa ada perbedaan yang signifikan 2. Skala locus of control, aitem yang valid dalam skala ini adalah 38 dengan koofesien validitas (rbt) bergerak dari 0,212 sampai 0,640 dengan p<0,05, koofesien
reliabilitas
(rtt)
sebesar
0,877.
perilaku
siswa
ditinjau
dari
kecenderungan locus of control dengan nilai R2 sebesar 0,079 dan FA sebesar 5,961 dengan p=0,016 (p<0,05). Hasil analisis juga menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal
Pengujian
validitas
dan
perilaku
menyontek
ditinjau
dari
reabilitas alat ukur ini menggunakan
perbedaan jenis kelamin dengan nilai F
bantuan komputer SPS (Seri Program
sebesar
Statistik) edisi Sutrisno Hadi dan Yuni
(p>0,05).
Pamardiningsih
menunjukkan.
Penelitian
Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia,
menyebutkan
bahwa
versi IBM/IN, Hak cipta © 2005.
menyontek subjek tergolong sedang
dari
Universitas
2,813
dengan
Hasil
p=0,094
penelitian ini
juga juga
perilaku
yang di tunjukkan oleh rerata hipotetik 95, dan rerata empiric sebesar 92, 843. sedangkan locus of control subjek
145 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
tergolong sedang yang ditunjukkan
prediktor untuk memprediksi atau
dengang rerata hipotetik 95 dan rerata
mengukur perilaku menyontek.
empiric sebesar 111,171. PEMBAHASAN HASIL Perilaku menyontek (cheating) Berdasarkan
hasil
analisis
dengan menggunakan teknik analisis
merupakan perilaku yang tidak asing lagi
dalam
dunia
pendidikan
2
variansi dua jalur diperoleh nilai R
Indonesia. Perilaku ini merupakan
sebesar 0,079 dan FA sebesar 5,961
bagian dari sistem pendidikan yang
dengan p=0,016 atau p<0,05 yang
menuntut
berarti ada perbedaan yang signifikan
mempertimbangkan kemampuan anak
perilaku menyontek siswa ditinjau dari
didik. Berbagai macam model perilaku
kecenderungan locus of control. Hal
mencontek sudah dikenal dari siswa
ini
terdapat
SD, SMP, SMA bahkan mahasiswa.
antara
(Rizkia, 2007; Mujiran, 2007; Daud,
yang
2007; Halida; 2007). Lebih lanjut lagi
berlocus of control internal dengan
Menurut Alhadza (2005) perilaku
siswa
control
menyontek atau cheating merupakan
eksternal. Semakin internal locus of
wujud perilaku dan ekspresi mental
control siswa, maka semakin jarang
seseorang
perilaku
belajar
menunjukkan
perbedaan perilaku
yang
bahwa signifikan
menyontek
yang
berlocus
menyontek
siswa
of
dilakukan,
sebaliknya semakin eksternal locus of
keberhasilan
yang dari
tanpa
merupakan interaksi
hasil dengan
lingkungannya.
control siswa, maka akan semakin sering perilaku menyontek dilakukan. Hal ini berarti variabel locus of control mencakup aspek-aspek yang ada di dalamnya dapat dijadikan sebagai
Penelitian
ini
mencoba
membuktikan hasil beberapa penelitian diatas, dan hasilnya sejalan yakni, ditemukan perilaku mencontek pada subjek penelitian walau dalam kategori yang sedang. Hal tersebut terlihat dari
146 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
rerata empirik sebesar 92,843 dan
keberhasilannya ditentukan oleh hal-
rerata hipotetik sebesar 95.
hal di luar dirinya, seperti nasib baik, adanya koneksi, dan bukan karena
Perilaku dipengaruhi
menyontek
oleh
diantaranya:
yaitu
sendiri
beberapa
faktor
karena
faktor
kerja keras diri sendiri (Direzkia, 2006).
situasional yang meliputi pengaruh
Kecenderungan pusat kendali
teman sebaya dan adanya peluang, soal
atau locus of control sebagai salah satu
yang terlalu buku sentris, kecemasan
penyebab pelajar terdorong melakukan
karena takut gagal, peresepsi yang
perilaku menyontek merupakan cara
salah
malas
pengambilan sikap seseorang yang
belajar, kecenderungan pusat kendali
relatif konstan mengenai anggapan
atau locus of control. (Sujana dan
tentang sejauhmana orang tersebut
Wulan, 2001; Christensen, 2003; Eric,
merasakan adanya suatu hubungan
dkk, 2003; Klausmeier, 1985)
antara
terhadap
fungsi
tes,
usaha-usaha
yang
telah
dilakukan dengan akibat-akibat yang Locus
of
control
dalam
prespektif psikologi merupakan salah satu yang menentukan bagaimana individu
melihat
mempengaruhi
faktor
yang
kehidupannya.
Individu yang dominan dengan locus
diterimanya. Dengan kata lain, pelajar dengan kecenderungan locus of control internal akan jarang atau menolak untuk menyontek dibanding pelajar dengan kecenderungan locus of control eksternal.
of control internal mempercayai bahwa kemajuan dalam hidupnya ditentukan
Sejalan dengan teori diatas,
oleh faktor-faktor dari dalam diri
penelitian ini juga menyebutkan bahwa
sendiri. Sebaliknya, individu yang
perilaku
lebih dominan dikendalikan faktor-
dipengaruhi oleh kecenderungan locus
faktor
(faktor
of control individu. Hal tersebut
bahwa
nampak jelas dalam hasil analisis data
dari
eksternal),
luar
dirinya
mempercayai
menyontek
sangat
147 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
yang menemukan adanya perbedaan
bahwa
ada
perbedaan
perilaku
signifikan antara kecenderungan locus
menyontek berdasarkan jenis kelamin
of control internal dan eksternal Namun di sisi lain, penelitian
terhadap perilaku menyontek dengan nilai R2 sebesar 0,079 dan FA sebesar 5,961 dengan p=0,016 (p≤0,05). Data tersebut diperkuat dengan kategorisasi yang menyebutkan bahwa subjek yang memiliki perilaku menyontek yang rendah cenderung memiliki locus of control internal. Sebaliknya, subjek yang memiliki perilaku menyontek yang tinggi memiliki kecenderungan
ini
sejalan
dengan
survei
yang
dilakukan oleh Maccoby dan Jacklin (Asmiana, 2003) berkaitan dengan perbedaan
jenis
menemukan
kelamin,
bahwa
mereka
laki-laki
dan
perempuan memiliki kesamaan dalam banyak hal, dan sekaligus membantah dugaan masyarakat bahwa laki-laki dan perempuan berbeda sama sekali. Menurut Atkinson (Asmiana, 2003)
locus of control eksternal.
diantara perbedaan yang ditemukan, beberapa perbedaan mungkin berasal
SIMPULAN
dari hasil proses belajar sosial, dan Penelitian
ini
menyebutkan
bahwa tidak ada perbedaan perilaku menyontek ditinjau dari jenis kelamin yang ditunjukkan nilai R2 sebesar 0,037 dan FB sebesar 2,813 dengan
selebhnya
mungkin
mencerminkan
perbedaan yang dipengaruhi secara biologis.
Tetapi
dipengaruhi
faktor
perbedaan
yang
biologis
dapat
diubah dengan proses belajar.
p=0,094 atau p>0,05 yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara
Secara keseluruhan penelitian
perilaku menyontek siswa ditinjau dari
ini juga tidak menemukan perbedaan
jenis
tersebut
antara perilaku menyontek dengan
bersebrangan dengan penelitian yang
kecenderungan locus of control dan
dilakukan
(dalam
jenis kelamin yang ditunjukkan oleh
Asmania, 2003), yang menyebutkan
nilai R2 sebesar 0,004 dan FAB sebesar
kelamin.
oleh
Hasil
Jhonson
148 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
0,319 dengan p=0,581 (p>0,05), yang
Fakultas Psikologi Universitas
berarti tidak ada perbedaan yang
Katolik Soegijapranata.
signifikan antara perilaku menyontek siswa ditinjau dari locus of control dan
Alhadza,
Abdullah
Universitas
jenis kelamin.
Kendari). Sayangnya dalam penelitian
(Rektor
Muhammadiyah 2005.
Menyontek
Masalah
(Cheating)
Di
ini tidak mengungkap spesifikasi
Dunia
perilaku
Pendidikan.Kendari:http://ww
menyontek
subjek.
Padahal, perkembangan teknologi
w.depdiknas.go.id/Jurnal/38/M
media
ketat
ASALAH_MENYONTEK_DI_
persaingan siswa, dan semakin
DUNIA_%20PENDIDIKAN.ht
tinggi standar hasil belajar (UAN)
m
belajar,
pemerintah
semakin
akan
memacu
tumbuhnya fariasi baru perilaku
Asmiana,
Rasa
lain dalam penelitian ini adalah
of
Percaya
Diri
Antara
Mahasiswa Yang Aktif Dengan
sempitnya sampel dan terbatasnya penelitian
(Dept.
Psychology). 2003. Perbedaan
menyontek siswa. Keterbatasan
variabel
Windy
Mahasiswa Yang Tidak Aktif
yang
Dalam
digunakan.
Organisasi
Kemahasiswaan
Di
UMM.
http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?
DAFTAR RUJUKAN
mod=browse&op=read&id=ji Adrian,
M.
A.
2005.
Hubungan
ptumm-gdl-s1-2003-windy-
Religiusitas dengan Perilaku
8811-percaya_di
Mencontek pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Katolik Semarang. diterbitkan).
Soegijapranata Skripsi.
(Tidak
Semarang
:
Coop,
R.
H.,
White,
K.
1974.
Psychological Concepts in the Classroom. New
York :
Narper and Row Publishers.
149 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
Cristensen, H. J. 2001. Why Do Students
Cheat?.
(Cheating)
dalam
Ujian
Ditinjau dari Posisi Tempat
http://www.usask.ca/tlc/bries-
Duduk Pada Siswa-siswi SMK
journal/v1n3-jan-03/v1n3-why-
Negeri 1 Salatiga. . Skripsi
cheat.
(Tidak diterbitkan). Surakarta : Fakultas Psikologi Universitas
Daud, Afrianto. 23 April 2007. Ujian
Muhammadiyah Surakarta.
Nasional dan Ketidakjujuran Itu. Padang : Padang Ekspres.
Monks, F. J., Knoers, A. M. P. dan Haditono,
Direzkia, Yulia (Peneliti Aceh Institut dan
psikolog
Pelayanan
pada
Badan
Kesehatan
Jiwa-
S.
Psikologi
R.
2001.
Perkembangan.
Yogyakarta
:
Gajah
Mada
University Press.
Aceh). 2006. Antara Cheating Dan
White
Ccrimers.
Putri, A. M. A. 2005. Keharmonisan
http://www.acehinstitute.org/o
Keluarga Ditinjau Dari Locus
pini_yulia.htm
Of
Control
Komunikasi Halida, Rizka (Litbang Media Group). 2007.
Mayoritas
Mahasiswa
Siswa-
Menyontek.
http://www.sampoernafoundati
Pasangan.
Internal Seksual Skripsi
diterbitkan).
Dan Pada (Tidak
Surakarta
:
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
on.org/content/view/699/48/lan g,id/
Rahmawati, Wuri. 2007. Hubungan Antara Kualitas Komunikasi
Klausmeier, H. J. 1985. Educational Psychology 5th Ed. New York : Harper & Row Publisher. Mahendrasdewi,
Wenny.
Kecenderungan
Orang Tua-Anak dan Locus Of Control Remaja.
2007.
Menyontek
dengan
Kenakalan
150 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
Yogyakarta : Fakultas Psikologi Rizkia, Dina. 15 April 2007. Apa
Universitas Gadjah Mada.
Kabar Ujian Nasional? . Jakarta: Seputar Indonesia.
Vegawati, D., Dwita, O. P., Noviani, D. R. 20 September 2004.
Sujana, Y. E., Wulan, Ratna. 1994. Hubungan Kendali
Antara dengan
Pusat Intensi
Menyontek. Jurnal Psikologi.
Perilaku Kalangan
Menyontek
di
Mahasiswa.
http://www.pikiranrakyat.com/cetak/0904/20/11 04.htm