164 TALENTA PSIKOLOGI Vol. III, No. 2, Agustus 2014
PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI DAN STRATEGI COPING Kartika Solagrasia Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sahid Surakarta E-mail :
[email protected] ABSTRACT Cheating behavior is one of education phenomena that often appearing in the teaching learning process. But the teachers and educator are still continues to confuse because they have not managed to find a method to stop habit cheated of the students. One of the factor which influence cheating behavior is the pressure to got good grades in examinations and will be the best achievement. This study aims to determine the correlation between self confidence with cheating behavior and correlation between coping strategy with cheating behavior in examinations. Measuring instruments were used are Cheating Behavior Scale, Self Confidence Scale and Coping Strategy Scale. The population of the research is Surakarta I Christian senior high school students while the number of sample is 60 people, which is obtained through by cluster random sampling technique. The data analyze technique in this research use the double linier regression analysis with SPSS for Windows Release 16,0. The results of data analysis showed that there was not significant correlation between self confidence with cheating behavior in examinations get obtained ρ value equal to 0,459 > 0,05. Subsequent data analysis showed that there was a significant correlation between coping strategy with cheating behavior in examinations, proofed to be obtain ρ value equal to 0,000 < 0,05. The result means variable coping strategy covers internal aspect can be become predictor to predict or measure cheating behavior. Keyword : cheating behavior, coping strategy, self confidence
165 TALENTA PSIKOLOGI Vol. III, No. 2, Agustus 2014
ABSTRAK
Perilaku menyontek merupakan salah satu fenomena pendidikan yang sering muncul dalam proses belajar mengajar. Namun para guru dan pendidik hingga kini masih terus bingung karena belum berhasil menemukan metode tercanggih untuk menghentikan kebiasaan menyontek anak-anak didik. Salah satu faktor penyebab anak didik melakukan perilaku menyontek adalah adanya tekanan untuk mendapat nilai yang baik dalam ujian dan mencapai prestasi yang terbaik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepercayaan diri dengan perilaku menyontek pada siswa dalam menghadapi ujian dan untuk mengetahui hubungan antara strategi copingdengan perilaku menyontek pada siswa dalam menghadapi ujian. Alat ukur yang digunakan adalah Skala Perilaku Menyontek, Skala Kepercayaan Diri dan Skala Strategi Coping. Populasi adalah siswa-siswi SMA Kristen 1 Surakarta dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang, yang diperoleh melalui teknik cluster random sampling. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier ganda dengan bantuan SPSS for Windows Release 16,0. Hasil analisis data menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kepercayaan diri dengan perilaku menyontek pada siswa dalam menghadapi ujian dengan diperoleh ρ value sebesar 0,459 > 0,05. Analisis data berikutnya menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara strategi coping dengan perilaku menyontek pada siswa dalam menghadapi ujian, dibuktikan dengan ρ value sebesar 0,000 < 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel strategi coping mencakup aspekaspek yang ada di dalamnya dapat dijadikan sebagai prediktor untuk memprediksi atau mengukur perilaku menyontek. Kata kunci: Kepercayaan Diri, Perilaku Menyontek, Strategi Coping
166 TALENTA PSIKOLOGI Vol. III, No. 2, Agustus 2014
bahwa banyak orang atau pun ahli yang
PENDAHULUAN Suryabrata (2010) menyatakan
membicarakan masalah belajar. Menurut
bahwa tidak dapat diragukan lagi sejak
Cronbach (dalam Suryabrata, 2010)
anak manusia yang pertama lahir ke
mengatakan bahwa belajar yang sebaik-
dunia,
baiknya
adalah
pendidikan. Manusia telah berusaha
dalam
mengalami
mendidik
mempergunakan panca inderanya.
telah
dilakukan
anak-anaknya,
usaha-usaha
kendatipun
dengan
mengalami, itu
pelajar
dalam cara yang sangat sederhana.
Membicarakan masalah belajar
Demikian pula semenjak manusia saling
sangat perlu adanya suatu penilaian.
bergaul, telah ada usaha-usaha dari
Sebenarnya
orang-orang yang lebih mampu dalam
pendidikan itu tidak dapat dipisah-
hal-hal tertentu untuk mempengaruhi
pisahkan dari usaha pendidikan itu
orang-orang lain teman bergaul mereka,
sendiri. Penilaian merupakan salah satu
untuk kepentingan kemajuan orang-
aspek yang hakiki dari pada usaha itu
orang bersangkutan. Berdasarkan uraian
sendiri (Suryabrata, 2010). Adapun cara
ini jelaslah kiranya, bahwa masalah
pendidik melakukanpenilaian tersebut
pendidikan adalah masalah setiap orang
yakni ada yang dengan jalan testing,
dari dulu hingga sekarang dan di waktu-
menyuruh melakukan sesuatu tugas
waktu yang akan datang.
tertentu,
Hal senada dikemukakan oleh Havighurst
(dalam
Walgito,
penilaian
ada
yang
hasil-hasil
dengan
jalan
memberikan ulangan, dan lain-lain cara
2010)
lagi. Selanjutnya penilai menentukan
bahwa “Living is learning” dengan
apakah anak didik cukup memenuhi
maksud memberikan gambaran bahwa
syarat-syarat tertentu untuk dimasukkan
belajar merupakan hal yang sangat
ke dalam kategori tertentu sesuai dengan
penting, sehingga tidak mengherankan
hasil-hasil
ujian.
Oleh
karenanya
167 TALENTA PSIKOLOGI Vol. III, No. 2, Agustus 2014
masalah penilaian hasil-hasil pendidikan
kebiasaan
bukanlah masalah baru dan ujian adalah
(Kushartanti, 2009).
cara yang paling umum dilakukan dalam usaha tersebut (Suryabrata, 2010). Setiap
pelajar
Menurut (dalam
tersebut
Dody
Warsiyah,
Hartanto
2013)
bahwa
ingin
menyontek tidak hanya dilakukan oleh
mendapat nilai yang baik dalam ujian
individu pada tingkat Sekolah Dasar
dan sudah tentu berbagai macam cara
(SD)
dilakukan untuk mencapai tujuan itu.
Pascasarjana (S2 dan S3). Berbagai hasil
Masalah
terkait
penelitian yang dilakukan di berbagai
dengan tes atau ujian. Hal ini didukung
perguruan tinggi, baik di dalam maupun
dengan
luar negeri, mengindikasikan bahwa
menyontek
fenomena
pasti
buruknya
selalu
menyontek
di
bahkan
sampai
tingkat
kalangan pelajar. Menurut penelitian
aktivitas
menyontek sudah menjadi
yang pernah dilakukan seorang siswa
budaya dan mewabah di sebagian besar
SMA favorit di Surabaya terhadap
pelajar di dunia.
teman sekolahnya dengan sampel 7%
Pelajar
yang
menyontek
dari seluruh siswa (lebih dari 1400
beranggapan bahwa hasil lebih penting
siswa). Penelitian tersebut menyebutkan
daripada
bahwa,
tanggungjawab sosial sebagai warga
80%
menyontek
dari
(52%
sampel sering dan
pernah 28%
negara
proses
kurang
sehingga
diperhatikan
jarang). Sedangkan medium yang paling
(Chandrawati, 2011). Hal yang sama
banyak
sarana
juga dituliskan oleh Kushartanti (2009)
menyontek adalah teman 38% dan meja
bahwasanya pada guru dan otoritas
tulis 26%. Uniknya ada 51% dari siswa
pendidikan kita sampai hari ini masih
yang menyontek ingin menghentikan
terus bingung karena belum berhasil
digunakan
sebagai
menemukan metode tercanggih untuk
168 TALENTA PSIKOLOGI Vol. III, No. 2, Agustus 2014
menghentikan
kebiasaan
menyontek
anak-anak didik. Bahkan, tak sedikit
keberhasilan akademis atau menghindari kegagalan akademis.
pula yang hanya menganggap perilaku
Menurut Kushartanti,
tidak
Menurut
upaya yang dilakukan seseorang untuk
Amriel (dalam Kushartanti, 2009) jika
mendapatkan keberhasilan dengan cara-
aksi menyontek dilakukan berkali-kali
cara yang tidak jujur. Pada konteks
sampai
pendidikan
akhirnya
serius.
siswa
tidak
lagi
atau
cheating
(dalam
menyontek sebagai kelaziman yang berimplikasi
2009)
Deighton
sekolah,
adalah
beberapa
percaya bahwa dia mampu menuntaskan
perbuatan yang termasuk dalam kategori
pekerjaan
cheating antara lain adalah:
sekolah
dengan
mengandalkan dirinya sendiri. Menurut pendapat Athanasou
a.
Meniru pekerjaan teman.
b.
Bertanya langsung pada teman
dan Olasehinde (dalam Stevany, 2012)
ketika sedang mengerjakan tes atau
menyontek
ujian.
adalah
kegiatan
menggunakan bahan atau materi yang
c.
Membawa catatan pada kertas, pada
tidak diperkenankan atau menggunakan
anggota badan atau pada pakaian
pendampingan
masuk ke ruang ujian.
dalam
tugas-tugas
akademik dan atau kegiatan yang dapat
d.
Menerima dropping jawaban dari
mempengaruhi proses penilaian. Admin
pihak luar, mencuri bocoran soal,
mengutip
(dalam
arisan (saling tukar) mengerjakan
mendefinisikan
tugas ujian di kelas atau tugas
Kushartanti, cheating
pendapat 2009) adalah
Bower
perbuatan
yang
penulisan paper dan take home test.
menggunakan cara-cara yang tidak sah
Klausmeier (dalam Stevany,
atau tidak terhormat yaitu mendapatkan
2012) berpendapat mengenai bentuk perilaku menyontek yaitu:
169 TALENTA PSIKOLOGI Vol. III, No. 2, Agustus 2014
a.
Menggunakan
catatan
jawaban
Kepercayaan diri adalah salah
sewaktu ujian atau tes.
satu aspek kepribadian yang penting
b.
Mencontoh jawaban siswa lain.
pada
c.
Memberikan jawaban yang telah
kepercayaan
diri
selesai pada siswa lain.
menimbulkan
masalah
Mengelak dari peraturan-peraturan
seseorang. Kepercayaan diri merupakan
ujian atau tes, baik yang tertulis
atribut yang paling berharga pada diri
dalam peraturan
seseorang
d.
ujian
maupun
peraturan yang ditetapkan
oleh
guru.
bermasyarakat.
Tanpa
adanya
akan
banyak
pada
dalam
diri
kehidupan
Dikarenakan
dengan
kepercayaan diri, seseorang mampu
Menurut (dalam
seseorang.
Levine
Chandrawati,
dan
2011)
Satz bahwa
mengaktualisasikan
segala
potensi
dirinya (Ghufron dan Risnawati, 2010).
perilaku menyontek disebabkan oleh
Aspek-aspek kepercayaan diri
rendahnya rasa percaya diri. Pelajar
menurut Lauster (dalam Ghufron dan
yang memiliki kepercayaan diri rendah
Risnawati, 2010) adalah sebagai berikut:
akan
a.
menunjukkan
sikap
pesimis
Keyakinan Kemampuan Diri
terhadap kemampuan dirinya sehingga
Keyakinan kemampuan diri adalah
melakukan perilaku menyontek sebagai
sikap positif seseorang tentang
cara menghindari kegagalan.Menurut
dirinya. Ia mampu secara sungguh-
Khairil dan Danim (2010) rasa tidak
sungguh
percaya diri bisa menyebabkan putus
dilakukannya.
sekolah,
menyendiri
dan
bermain
b.
akan
apa
yang
Optimis
sendiri, merasa terasing dari kawan-
Optimis adalah sikap positif yang
kawannya, dan sebagainya.
dimiliki
seseorang
berpandangan
yang
baik
selalu dalam
170 TALENTA PSIKOLOGI Vol. III, No. 2, Agustus 2014
c.
menghadapi segala hal tentang diri
sebagai bentuk dari tuntutan orangtua
dan kemampuannya.
agar sang anak dapat memenuhi harapan
Objektif
orangtua, bukan harapan pelajar itu
Orang
d.
yang
memandang
sendiri (Chandrawati, 2011). Bila antara
permasalahan atau sesuatu sesuai
harapan yang diinginkan dan kenyataan
dengan kebenaran yang semestinya,
yang terjadi tidak sesuai maka akan
bukan menurut kebenaran pribadi
timbul frustasi. Penting untuk dipahami
atau menurut dirinya sendiri.
bahwa frustasi menimbulkan stres atau
Bertanggung jawab
tekanan. Bila tidak dikelola dengan baik
Bertanggung
jawab
adalah
maka stres atau tekanan akan berakibat
kesediaan orang untuk menanggung
merugikan bagi individu (Siswanto,
segala sesuatu yang telah menjadi
2007).
konsekuensinya. e.
Stres yang terjadi perlu segera
Rasionalitas dan realistis Yaitu
analisis
disadari oleh individu dengan cara
terhadap
suatu
menyesuaikan diri pada fakta yang
masalah, sesuatu hal, dan suatu
dialaminya. Stres dapat dialami individu
kejadian
menggunakan
jika kurang tepat dalam menyesuaikan
pemikiran yang dapat diterima oleh
dirinya dengan masalahnya. Sebaliknya
akal dan sesuai dengan kenyataan.
bila individu mampu menggunakan
dengan
Seperti yang telah dituliskan di
cara-cara penyesuaian diri yang sehat
depan bahwasanya setiap pelajar pasti
atau baik atau sesuai, meskipun stres
memiliki
mencapai
atau tekanan tersebut tetap ada maka
prestasi yang terbaik, lulus ujian dengan
individu yang bersangkutan tetaplah
lancar, serta mendapat nilai yang baik
dapat hidup secara sehat (Siswanto,
harapan
ingin
dalam ujian. Namun hal ini hanya
171 TALENTA PSIKOLOGI Vol. III, No. 2, Agustus 2014
2007).
Penyesuaian
diri
dalam
c.
menghadapi stres disebut coping. Masih
menurut
Penerimaan, yaitu situasi
penuh dengan stres dan keadaan ini
Siswanto
memaksa untuk mengatasi masalah
(2007) coping dimaknai sebagai apa yang dilakukan oleh individu untuk
tersebut. d.
Religiusitas, yaitu sikap individu
menguasai situasi yang dinilai sebagai
untuk
suatu tantangan atau ancaman. Atau
menyelesaikan
dengan
secara keagamaan.
kata
bagaimana
lain, reaksi
coping
adalah
orang
ketika
menghadapi stres atau tekanan. Perilaku
coping
yang
maka
dan
masalah-masalah
Berdasarkan diatas,
yang
menenangkan
peneliti
pembahasan mengajukkan
hipotesis yang akan diuji kebenarannya
dimunculkan oleh individu terdapat
yaitu
beberapa aspek didalamnya. Menurut
kepercayaan diri dan strategi coping
Carver,dkk (dalam Hasan, 2010) aspek
pada
yang terdapat dalam strategi coping
menyontek”.
adalah sebagai berikut:
METODE
a.
Subyek penelitian.
Keaktifan diri, yaitu tindakan untuk mencoba
b.
menghilangkan
”Ada
siswa
hubungan
yang
antara
berperilaku
atau
Penelitian ini dilakukan di
mengelabui penyebab stres atau
SMA Kristen 2 Surakarta. Adapun yang
memperbaiki akibatnya dengan cara
menjadi subyek penelitian adalah siswa-
bertindak langsung.
siswi kelas X, XI dan XII. Teknik
Perencanaan,
yaitu
memikirkan
tentang bagaimana mengatasi stres, yaitu dengan membuat strategi untuk menenangkan masalah.
pengambilan sampel dengan Cluster Random Samplingyang artinya peneliti mengambil sampel dari populasi dengan cara merandom berdasarkan kelas. Hal ini dilakukan supaya sampel yang
172 TALENTA PSIKOLOGI Vol. III, No. 2, Agustus 2014
diperoleh
benar-benar
mewakili
3.
Membawa catatan pada kertas, pada
keseluruhan populasi.
anggota badan atau pada pakaian
Alat pengumpul data.
masuk ke ruang ujian.
Pengambilan penelitian
ini
data
dilakukan
pada dengan
menggunakan tiga buah skala, yaitu skala
perilaku
menyontek,
skala
kepercayaan diri dan skala strategi
4.
Menerima dropping jawaban dari pihak luar, mencuri bocoran soal, arisan (saling tukar) mengerjakan tugas ujian di kelas atau tugas penulisan paper dan take home test.
coping. Skala ini diukur menggunakan Skala ini berjumlah 40 aitem Skala Likert yang telah dimodifikasi yang terdiri dari 20 aitem favorable dengan menghilangkan alternatif pilihan dengan skor yang bergerak dari: sangat jawaban netral atau ragu-ragu, agar sesuai (SS) 4, sesuai (S) 3, tidak sesuai subyek
memiliki
kepastian
dalam (TS) 2, dan sangat tidak sesuai (STS) 1.
memberikan jawaban.
Selanjutnya,
a. Skala Perilaku Menyontek Skala
perilaku
menyontek
20
aitem
unfavorable
dengan skor yang bergerak dari: sangat
pada siswa, disusun oleh peneliti dengan
sesuai (SS) 1, sesuai (S) 2, tidak sesuai
mengacu
(TS) 3, dan sangat tidak sesuai (STS) 4.
pada
kategori
perilaku
Semakin tinggi skor perilaku
menyontek yang dikemukakan oleh Deighton (dalam Kushartanti, 2009)
menyontek
maka
semakin
yaitu:
tindakan
menyontek
1.
Meniru pekerjaan teman.
Sebaliknya,
2.
Bertanya langsung pada teman
perilaku
menyontek
ketika sedang mengerjakan tes atau
rendah
pula
ujian.
dilakukan.
semakin
tinggi
dilakukan. rendah
maka
tindakan
skor
semakin
menyontek
173 TALENTA PSIKOLOGI Vol. III, No. 2, Agustus 2014
4.
b. Skala Kepercayaan Diri Skala kepercayaan diri yang
Bertanggung jawab Bertanggung
jawab
adalah
digunakan, disusun sendiri oleh peneliti
kesediaan orang untuk menanggung
berdasarkan pendapat Lauster (dalam
segala sesuatu yang telah menjadi
Ghufron dan Risnawati, 2010) yang
konsekuensinya.
mengklasifikasikan
aspek-aspek
5.
Rasionalitas dan realistis
kepercayaan diri sebagai berikut:
Yaitu
1.
Keyakinan Kemampuan Diri
masalah, sesuatu hal, dan suatu
Keyakinan kemampuan diri adalah
kejadian
sikap positif seseorang tentang
pemikiran yang dapat diterima oleh
dirinya. Ia mampu secara sungguh-
akal dan sesuai dengan kenyataan.
sungguh
2.
akan
yang
terhadap
dengan
suatu
menggunakan
Skala ini berjumlah 50 aitem
dilakukannya.
yang terdiri dari 25 aitem favorable
Optimis
dengan skor yang bergerak dari: sangat
Optimis adalah sikap positif yang
sesuai (SS) 4, sesuai (S) 3, tidak sesuai
dimiliki
selalu
(TS) 2, dan sangat tidak sesuai (STS) 1.
dalam
Selanjutnya,
seseorang
berpandangan
3.
apa
analisis
yang
baik
25
aitem
unfavorable
menghadapi segala hal tentang diri
dengan skor yang bergerak dari: sangat
dan kemampuannya.
sesuai (SS) 1, sesuai (S) 2, tidak sesuai
Objektif
(TS) 3, dan sangat tidak sesuai (STS) 4.
Orang
yang
memandang
Semakin
tinggi
skor
permasalahan atau sesuatu sesuai
kepercayaan diri maka semakin tinggi
dengan kebenaran yang semestinya,
juga
bukan menurut kebenaran pribadi
Sebaliknya,
atau menurut dirinya sendiri.
tingkat
kepercayaan
semakin
rendah
diri. skor
174 TALENTA PSIKOLOGI Vol. III, No. 2, Agustus 2014
kepercayaan diri maka semakin rendah
Skala ini berjumlah 40 aitem
pula tingkat kepercayaan diri.
yang terdiri dari 20 aitem favorable
c. Skala Strategi Coping
dengan skor yang bergerak dari: sangat
Skala strategi coping disusun
sesuai (SS) 4, sesuai (S) 3, tidak sesuai
sendiri oleh peneliti dengan mengacu
(TS) 2, dan sangat tidak sesuai (STS) 1.
pada aspek-aspek strategi coping yang
Selanjutnya,
dikemukakan oleh Carver,dkk (dalam
dengan skor yang bergerak dari: sangat
Hasan, 2010) yaitu:
sesuai (SS) 1, sesuai (S) 2, tidak sesuai
1.
(TS) 3, dan sangat tidak sesuai (STS) 4.
Keaktifan diri, yaitu tindakan untuk mencoba
2.
menghilangkan
4.
aitem
unfavorable
atau
Semakin tinggi skor strategi
mengelabui penyebab stres atau
coping maka semakin tinggi juga tingkat
memperbaiki akibatnya dengan cara
strategi
bertindak langsung.
Sebaliknya,
Perencanaan,
yaitu
memikirkan
coping
tentang bagaimana mengatasi stres,
juga
yaitu dengan membuat strategi
dilakukan.
Penerimaan, yaitu situasi
yang
semakin
dilakukan.
rendah
skor
strategi coping maka semakin rendah
untuk menenangkan masalah. 3.
20
tingkat
strategi
coping
Selanjutnya,
yang
pengumpulan
yang
data dalam penelitian ini adalah dengan
penuh dengan stres dan keadaan ini
menggunakan try out terpakai yaitu satu
memaksa untuk mengatasi masalah
kali
tersebut.
pengujiannya
dibantu
dengan
Religiusitas, yaitu sikap individu
menggunakan
bantuan
komputer
untuk
dan
program SPPS (Statistical Package for
masalah-masalah
Social Sciences) for Windows Release
menenangkan
menyelesaikan secara keagamaan.
pengambilan
data.
Adapun
175 TALENTA PSIKOLOGI Vol. III, No. 2, Agustus 2014
16,0. Hasil analisis data menunjukkan
menggunakan
bahwa:
program SPPS (Statistical Package for
1.
Skala perilaku menyontek, aitem
Social Sciences) for Windows Release
yang
ini
16,0. Hasil perhitungan untuk menguji
dengan
hipotesis diperoleh nilai analisis regresi
koefisien validitas (rbt) berkisar -
linier ganda (R) = 0,000 (𝜌<0,05). Hasil
0,005 sampai 0,795 dan koefisien
tersebut menunjukkan ada hubungan
reliabilitas (rtt) sebesar 0,956.
yang
Skala kepercayaan diri, aitem yang
kepercayaan
diri
valid dalam skala ini berjumlah 41
copingdengan
perilaku
dengan aitem koefisien validitas
Selanjutnya, hasil analisis menunjukkan
(rbt) berkisar 0,031 sampai 0,599
bahwa
dan
signifikan
valid
berjumlah
2.
3.
dalam 35
koefisien
skala
aitem
reliabilitas
(rtt)
bantuan
sangat
tidak
komputer
signifikan
ada
antara
antara
dan
strategi menyontek.
hubungan
yang
kepercayaan
diri
sebesar 0,892.
dengan perilaku menyontek dengan nilai
Skala strategi coping, aitem yang
koefisien regresi (R) sebesar 𝜌 = 0,459
valid dalam skala ini berjumlah 31
(𝜌>0,05). Hasil analisis berikutnya ada
aitem dengan koefisien validitas
hubungan yang signifikan antara strategi
(rbt) berkisar -0,026 sampai 0,675
coping
dengan
dan
dengan
nilai
koefisien
reliabilitas
(rtt)
METODE ANALISIS DATA
Penelitian
Data yang terkumpul dari 3 tersebut
menggunakan berganda
dianalisis rumus
yang
koefisien
menyontek regresi
(R)
sebesar 𝜌 = 0,000 (𝜌<0,05).
sebesar 0,883.
skala
perilaku
menunjukkan
ini bahwa
juga perilaku
dengan
menyontek subyek tergolong rendah
linier
yang ditunjukkan oleh rerata empirik
perhitungannya
(ME) sebesar 74,76 dan rerata hipotetik
regresi
176 TALENTA PSIKOLOGI Vol. III, No. 2, Agustus 2014
(MH) sebesar 87,5. Kepercayaan diri
Sedangkan, hasil analisis regresi linier
pada subjek penelitian tergolong tinggi
berganda antara variabel strategi coping
yang ditunjukkan oleh rerata empirik
dengan variabel perilaku menyontek
(ME) sebesar 127,68 dan rerata hipotetik
diperoleh nilai koefisien regresi (R)
(MH) sebesar 164. Strategi coping pada
sebesar 𝜌 = 0,000 (𝜌<0,05). Hasil
subjek penelitian tergolong tinggi yang
tersebut menunjukkan ada hubungan
ditunjukkan oleh rerata empirik (ME)
yang signifikan antara strategi coping
sebesar 95,83 dan rerata hipotetik (MH)
dengan perilaku menyontek. Hal ini
sebesar 77,5.
berarti variabel strategi copingmencakup
HASIL
aspek-aspek yang ada di dalamnya dapat Berdasarkan
hasil
analisis
digunakan sebagai prediktor (variabel
dengan menggunakan teknik analisis
bebas)
regresi linier berganda antara variabel
mengukur variabel perilaku menyontek.
kepercayaan
PEMBAHASAN
diri
dengan
perilaku
menyontek diperoleh nilai koefisien
untuk
memprediksikan
atau
Menurut Kushartanti (2009)
regresi (R) sebesar 𝜌 = 0,459 (𝜌>0,05).
fenomena
Hasil tersebut menunjukkan tidak ada
dalam kegiatan belajar mengajar di
hubungan
antara
sekolah atau madrasah, tetapi jarang kita
perilaku
dengar masalah menyontek dibahas
menyontek. Hal ini berarti variabel
dalam tingkat atas, cukup diselesaikan
kepercayaan diri mencakup aspek-aspek
oleh guru atau yang paling tinggi pada
yang ada di dalamnya tidak dapat
tingkat pimpinan sekolah atau madrasah
digunakan sebagai prediktor (variabel
itu sendiri.Pernyataan ini sejalan dengan
bebas)
pendapat
yang
kepercayaan
untuk
diri
signifikan dengan
memprediksikan
atau
mengukur variabel perilaku menyontek.
menyontek sering terjadi
Dody
Hartanto
(dalam
Warsiyah, 2013) bahwa menyontek tidak
177 TALENTA PSIKOLOGI Vol. III, No. 2, Agustus 2014
hanya dilakukan oleh individu pada
cara apapun lebih baik daripada
tingkat Sekolah Dasar (SD) bahkan
mendapat nilai buruk dengan hasil
sampai tingkat Pascasarjana (S2 dan
pikiran sendiri, maka pelajar lebih
S3). Berbagai hasil penelitian yang
terfokus pada hasil dengan cara
dilakukan di berbagai perguruan tinggi,
apapun.
baik di dalam maupun luar negeri, mengindikasikan
bahwa
aktivitas
Menurut (dalam
Levine
Chandrawati,
dan
2011)
Satz bahwa
menyontek sudah menjadi budaya dan
perilaku menyontek disebabkan oleh
mewabah di sebagian besar pelajar di
rendahnya rasa percaya diri. Pelajar
dunia.
yang memiliki kepercayaan diri rendah Menurut
Chandrawati,
Susilowati
menunjukkan
sikap
pesimis
terhadap kemampuan dirinya sehingga
menyontek disebabkan beberapa faktor,
melakukan perilaku menyontek sebagai
yaitu:
cara
a.
Merasa lebih tahu dan mampu
Berdasarkan
mencari strategi yang tepat jika
mempengaruhi perilaku menyontek di
perilaku menyonteknya diketahui
kalangan pelajar, terdapat salah satu
orang lain.
faktor utama yang menjadikan pelajar
Merasa berada dalam kondisi yang
menjadi kurang percaya diri
terdesak.
adanya
c.
Pelajar
pelajar
akan
yang
b.
2011)
(dalam
yang
merasa
menghindari
kegagalan.
faktor-faktor
tuntutan
orang
adalah
tua
untuk
soalnya terlalu sulit berpotensi
memperoleh
untuk menyontek.
orang
Lebih berfokus pada hasil daripada
kemampuan
proses. Pelajar yang mempersepsi
mempengaruhi
bahwa mendapat nilai baik dengan
terhadap dirinya. Harapan orangtua yang
tua
nilai
yang
baik.
Pandangan
mengenai
prestasi,
dan
penampilan
cara
pandang
akan anak
178 TALENTA PSIKOLOGI Vol. III, No. 2, Agustus 2014
terlalu tinggi membuat anak cenderung
(𝜌<0,05).
Selanjutnya,
gagal.
hubungan
yang
Bila
antara
harapan
yang
tidak
signifikan
ada antara
diinginkan dan kenyataan yang terjadi
kepercayaan
tidak sesuai maka akan timbul frustasi.
menyontek
Penting untuk dipahami bahwa frustasi
koefisien regresi (R) sebesar 𝜌 = 0,459
menimbulkan stres atau tekanan. Bila
(𝜌>0,05). Hasil tersebut berseberangan
tidak dikelola dengan baik maka stres
dengan penelitian yang dilakukan oleh
atau tekanan akan berakibat merugikan
Kushartanti (2009), yang menyebutkan
bagi individu (Siswanto, 2007).
bahwa ada hubungan negatif yang
diri yang
dengan
perilaku
ditunjukkan
nilai
Sejalan dengan teori diatas,
sangat signifikan antara kepercayaan diri
penelitian ini juga menyebutkan bahwa
dengan perilaku menyontek. Namun
perilaku menyontek dapat dipengaruhi
secara
oleh kecenderungan strategi coping. Hal
adahubungan yang sangat signifikan
tersebut nampak jelas dalam hasil
antara kepercayaan diri dan strategi
analisis data yang menemukan adanya
copingdengan perilaku menyontek yang
hubungan yang signifikan antara strategi
diperoleh nilai analisis regresi linier
coping terhadap perilaku menyontek
ganda (R) = 0,000 (𝜌<0,05).
dengan nilai nilai koefisien regresi (R)
DAFTAR RUJUKAN
sebesar 𝜌 = 0,000 (𝜌<0,05).
Chandrawati, Veronika. 2011. Perilaku Menyontek Pada Pelajar Ditinjau Dari Ketakutan Akan Kegagalan.http://www.novapd f.com. Diakses tanggal 3 Juni 2013. Jam 15.07 WIB.
SIMPULAN Penelitian
ini
menunjukkan
keseluruhan
penelitian
ini
bahwa ada hubungan yang signifikan antara strategi coping dengan perilaku
Ghufron, N.M, Risnawati, R.S. 2011. Teori-Teori Psikologi. Ar-ruzz. Yogyakarta. Indonesia.
menyontek yang diperoleh dari nilai koefisien regresi (R) sebesar 𝜌 = 0,000
Hasan, Nur. 2010. Hubungan Antara Dukungan Sosial dan Strategi Coping pada Penderita Stroke
179 TALENTA PSIKOLOGI Vol. III, No. 2, Agustus 2014
di RSUD Dr Moewardi Surakarta. Skripsi (tidak diterbitkan). Prodi Psikologi. Universitas Sahid Surakarta. Indonesia.
Kegagalan. Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi. Universitas Katolik Soegijaranata Semarang. Indonesia.
Khairil dan Danim. 2010. Psikologi Pendidikan (Dalam Perspekstif Baru). Alfabeta. Bandung. Indonesia.
Suryabrata, Sumadi. 2010. Psikologi Pendidikan. Rajawali Pers. Jakarta. Indonesia. Walgito,
Kushartanti, Anugrahening. 2009. Perilaku Menyontek Ditinjau Dari Kepercayaan Diri. Jurnal Ilmiah Psikologi Indigenous. Vol II No 2 Nopember 2009. No ISSN 0854-2880. Hal 3846. Program Studi Psikologi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Indonesia. Siswanto. 2007. Kesehatan Mental: Konsep, Cakupan dan Perkembangannya. Andi. Yogyakarta. Indonesia. Stevany, M. 2012. Perilaku Menyontek Ditinjau dari Ketakutan akan
Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Andi Offset. Yogyakarta. Indonesia.
Warsiyah. 2013. Perilaku Menyontek Mahasiswa Muslim (Pengaruh Tingkat Keimanan, Prokrastinasi Akademik dan Sikap terhadap Menyontek pada Perilaku Menyontek Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo).http://eprints.waliso ngo.ac.id/31/1/Warsiyah_Tesis_ Sinopsis.pdf. Diakses tanggal 13 Maret 2013. Jam 11.58 WIB.