Rahmawati et,al/ HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN
Hubungan antara Efikasi Diri dan Aktualisasi Diri dengan Kecenderungan Menyontek pada Siswa MAN Karanganyar The Correlation between Self-Efficacy and Self-Actualization toward Tendency of Academic Cheating on Students of Man Karanganyar Anisa Rahmawati, Hardjono, Arista Adi Nugroho Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret ABSTRAK Sekolah merupakan tempat mengembangkan potensi yang dimiliki siswa agar dapat meraih prestasi tinggi dengan cara yang benar. Kenyataannya, banyak siswa yang menggunakan cara instan untuk mendapat prestasi tinggi. Salah satunya dengan menyontek. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Hubungan antara efikasi diri dan aktualisasi diri dengan kecenderungan menyontek pada siswa MAN Karanganyar, 2. Hubungan antara efikasi diri dengan kecenderungan menyontek pada siswa MAN Karanganyar, dan 3. Hubungan antara aktualisasi diri dengan kecenderungan menyontek pada siswa MAN Karanganyar. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa MAN Karanganyar. Pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling, dari 30 kelas didapatkan 8 kelas untuk responden penelitian. Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah skala kecenderungan menyontek, skala efikasi diri, dan skala aktualisasi diri. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis pertama adalah analisis regresi dua prediktor, selanjutnya untuk menguji hipotesis kedua dan ketiga digunakan analisis korelasi parsial. Berdasarkan hasil analisis regresi dua prediktor, diperoleh nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,524, p = 0,000 (p < 0,05), dan Fhitung 54,787 > Ftabel 3,027. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara efikasi diri dan aktualisasi diri dengan kecenderungan menyontek pada siswa MAN Karanganyar. Secara parsial menunjukkan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara efikasi diri dengan kecenderungan menyontek pada siswa MAN Karanganyar (r = -0,273) serta terdapat hubungan negatif yang signifikan antara aktualisasi diri dengan kecenderungan menyontek pada siswa MAN Karanganyar (r = -0,179). Nilai R2 = 0,275 atau 27,5%, terdiri atas kontribusi efikasi diri terhadap kecenderungan menyontek sebesar 17,2% dan kontribusi aktualisasi diri terhadap kecenderungan menyontek sebesar 10,3%. Ini berarti masih terdapat 72,5% faktor lain yang mempengaruhi kecenderungan menyontek. Kata kunci: efikasi diri, aktualisasi diri, kecenderungan menyontek, siswa
PENDAHULUAN Di sekolah, siswa dituntut untuk dapat menguasai pelajaran yang diberikan guru sesuai
dengan
tingkat
pendidikannya,
sehingga akan mendapatkan prestasi belajar yang baik. Terlebih lagi dengan adanya batas
Setiap siswa memiliki usaha dan cara yang berbeda untuk mencapai nilai ketuntasan dan meraih prestasi belajar tinggi. Selain belajar tekun di sekolah dan di rumah, ada siswa yang
berusaha
dengan
cara
mengikuti
bimbingan belajar.
minimal nilai ketuntasan yang harus dicapai
Kenyataannya, tidak sedikit siswa yang
siswa, mengharuskannya belajar lebih keras.
menggunakan cara instan untuk mendapatkan
206
Rahmawati et,al/ HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN
prestasi belajar (nilai) yang baik. Salah
tanggal 19 April 2007 di enam kota besar
satunya adalah menyontek. Hurlock (1999)
(Makassar, Surabaya, Yogyakarta, Bandung,
menyatakan, bahwa kebanyakan siswa di
Jakarta, dan Medan) terhadap 480 responden
sekolah
melakukan
dewasa, menunjukkan mayoritas anak didik
kegiatan menyontek dalam menyelesaikan
di bangku sekolah maupun perguruan tinggi
tugas-tugas dan soal tes. Underwood (2006)
(hampir 70%) pernah melakukan kecurangan
mengemukakan, bahwa menyontek sebagai
akademik dalam bentuk menyontek (Suparno,
tindakan tidak jujur yang dilakukan di bawah
2011).
pengawasan
Seorang
menengah
banyak
yang
mencakup
berbagai
siswa
melakukan
tindakan
tindakan yang dilakukan secara individual
menyontek karena beberapa alasan. Wirawan
maupun berkelompok untuk mendapatkan
(dalam
keuntungan yang tidak pantas dalam berbagai
mengungkapkan, bahwa salah satu penyebab
bentuk evaluasi belajar, dapat berupa latihan,
yang berasal dari dalam diri siswa untuk
tes, atau ujian. Ketidakjujuran yang dilakukan
menyontek adalah merasa kurang yakin dan
siswa
kompeten dalam memahami serta memenuhi
tersebut
kekaburan
dalam
akan
mengakibatkan
penilaian
Erwin
dan
Widiastuti,
2009)
keberhasilan
tuntutan akademik yang ada di hadapan
siswa, disebabkan sulit membedakan antara
mereka. Keyakinan diri ini oleh Bandura
siswa yang mendapatkan prestasi tinggi
(dalam Pajares dan Schunk, 2002) disebut
karena
dengan efikasi diri.
menyontek
dengan
siswa
yang
berprestasi tinggi karena kemampuan dan Siswa dengan efikasi diri yang tinggi akan
usaha sendiri.
menciptakan perasaan yang tenang dalam Hasil
penelitian McCabe (2001, dalam
menghadapi tugas yang sulit, meningkatkan
Underwood, 2006) terhadap 4.500 siswa
optimisme, dan menurunkan kecemasan.
SMA menemukan bahwa ada persentase
Tugas yang sulit dianggap sebagai suatu
tinggi dalam perilaku menyontek, 74% siswa
tantangan yang harus dikuasai bukan sebagai
dalam penelitian tersebut melakukan perilaku
ancaman yang harus dihindari, serta akan
menyontek
tetap
saat
ujian,
72%
mengaku
bertahan
menghadapi
kegagalan.
menyontek pada tugas tertulis, 97% mengaku
Sebaliknya, siswa dengan efikasi diri yang
menyalin
pekerjaan
mengaku
mengulangi
rumah,
dan
30%
rendah akan menumbuhkan stres, depresi,
menyontek
saat
dan pandangan sempit dalam memecahkan
tes/ujian.
masalah (Pajares dan Schunk, 2002). Hal
Di Indonesia, masalah menyontek juga sangat
tersebut menunjukkan pentingnya efikasi diri
memprihatinkan. Berdasarkan survei yang
pada siswa. Efikasi diri dapat membuat siswa
dilakukan oleh Litbang Media Group pada
lebih yakin dengan kemampuannya untuk 207
Rahmawati et,al/ HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN
menyelesaikan tugas maupun mengerjakan
Siswa
ujian tanpa meminta bantuan orang lain
mempunyai karakter yang mandiri. Salah
ataupun menyontek. Adanya keyakinan dan
satunya ditunjukkan pada saat ujian/tes.
kemandirian yang dimiliki siswa dalam
Siswa
mengerjakan ujian dapat mengukur sejauh
mengukur seberapa besar potensinya akan
mana kemampuan dirinya, sehingga dapat
bergantung pada kemampuan sendiri daripada
mendorong
meminta
siswa
tersebut
untuk
yang
mengaktualisasikan
yang ingin
bantuan
diri
mengungkapkan
orang
lain
dan
ataupun
mengungkapkan dan mengembangkan lebih
menyontek. Menurut Sukmadinata (2003),
dalam potensi yang dimilikinya.
menyontek mengakibatkan siswa menjadi
Siswa sekolah yang berada pada usia remaja
pribadi yang malas berpikir dan tidak
memiliki kebutuhan untuk mengungkapkan
mandiri. Siswa yang mempunyai kebutuhan
diri yang disebut dengan aktualisasi diri.
akan aktualisasi diri tinggi akan berusaha
Maslow
ada
keras untuk menunjukkan potensi yang
kemungkinan bagi orang-orang muda untuk
dimilikinya dalam bidang akademik dengan
memperlihatkan pertumbuhan yang baik ke
cara yang benar. Dengan kata lain, aktualisasi
arah aktualisasi diri, meskipun orang-orang
diri penting bagi siswa. Adanya kemandirian
muda
yang
berpendapat
tersebut
bahwa
belum
dapat
dimiliki,
siswa
akan
berusaha
mengaktualiasasikan diri dengan sepenuhnya
menyelesaikan tugas dengan kemampuan
(Schultz, 1991). Menurut teori Maslow
sendiri
(dalam Koeswara, 1991), aktualisasi diri ini
mengembangkan potensi yang ada dalam
adalah kebutuhan manusia yang paling tinggi
dirinya.
dan
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
akan
muncul
apabila
kebutuhan
untuk
menunjukkan
serta
sebelumnya telah terpuaskan dengan baik.
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
Bentuk aktualisasi diri setiap orang berbeda
dengan judul: “Hubungan antara Efikasi Diri
sesuai dengan bidangnya masing-masing.
dan Aktualisasi Diri dengan Kecenderungan
Sebagai siswa yang tugasnya adalah belajar,
Menyontek pada Siswa MAN Karanganyar”.
mereka
dapat
mengungkapkan
dan
mengembangkan potensi yang dimilikinya
DASAR TEORI
dengan membuat prestasi yang baik dalam
1. Kecenderungan Menyontek
akademik. Schultz (1991) mengungkapkan, bahwa perkembangan pengaktualisasian diri bergantung pada potensi-potensi dan sumbersumber dari dalam diri.
Sabri
(1993)
mengemukakan,
bahwa
kecenderungan sebagai hasrat yang aktif dan menyuruh untuk bertindak. Adapun menurut Kartono (1996), kecenderungan adalah hasrat
208
Rahmawati et,al/ HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN
atau kesiapan reaktif yang tertuju pada objek
Athanasou
konkret dan selalu muncul berulang-ulang.
Underwood (2006) adalah kecenderungan
Menyontek
mengambil,
menurut
Underwood
(2006)
&
Olasehinde,
memberi,
2002),
atau
dan
menerima
sebagai tindakan tidak jujur yang dilakukan
informasi dari orang lain; kecenderungan
di
menggunakan materi yang terlarang; serta
bawah
pengawasan
yang
mencakup
berbagai tindakan yang dilakukan secara
kecenderungan
individual
seseorang,
maupun
berkelompok
untuk
memanfaatkan
prosedur,
atau
kelemahan
proses
untuk
mendapatkan keuntungan yang tidak pantas
mendapatkan keuntungan.
dalam berbagai bentuk evaluasi belajar yang
Faktor-faktor
dapat berupa latihan, tes, atau ujian. Hal
kecenderungan
serupa juga diungkapkan oleh Rice dan
eksternal, di antaranya: posisi tempat duduk,
Dolgin, menyontek merupakan aktivitas tidak
tingkat kesulitan tes/tugas, bentuk tes/tugas,
jujur baik secara aktif atau pasif yang
pengawasan, lingkungan kelas; dan faktor
dilakukan oleh siswa saat mengerjakan
internal,
ulangan harian dengan cara bekerjasama
sebelumnya mengalami
dengan teman ataupun secara individual
harapan mengalami keberhasilan.
untuk mendapatkan nilai yang baik (dalam
2. Efikasi Diri
Erwin
dan
Athanasou
Widiastuti, dan
mengungkapkan,
2009).
Adapun
Olasehinde
(2002)
menyontek
sebagai
penggunaan atau penyediaan bahan-bahan yang tidak sah atau bantuan dalam tugas akademik
dan/atau
kegiatan
yang
Berdasarkan uraian di atas, kecenderungan menyontek dalam penelitian ini diartikan sebagai kecondongan hati (hasrat) untuk melakukan perbuatan tidak jujur (curang) secara berkelompok maupun individual yang dilakukan oleh siswa terkait dengan tugas akademik, terutama ujian hasil belajar untuk
kecenderungan
Jones
(2001),
menyontek,
seperti:
yaitu
motivasi,
faktor
kemalasan,
kegagalan,
serta
Wade dan Tavris (2007) mengungkapkan, bahwa
efikasi
diri
adalah
keyakinan
seseorang bahwa dirinya mampu meraih hasil yang diinginkan, seperti penguasaan suatu keterampilan baru atau mencapai suatu
Baron
dan
Greenberg
(1990,
dalam
Nawangsari, 2001) menjelaskan, efikasi diri sebagai suatu keyakinan seseorang mengenai kemampuannya untuk melakukan tugas-tugas tertentu yang spesifik. Efikasi diri lebih spesifik dan terbatas daripada kepercayaan diri dan harga diri. Berdasarkan uraian dari beberapa ahli, efikasi
mendapatkan keberhasilan.
menurut
mempengaruhi
tujuan.
membahayakan proses penilaian.
Aspek-aspek
yang
menyontek
Cizek
(dalam
diri dalam penelitian ini dimaknai sebagai keyakinan yang dimiliki individu mengenai
209
Rahmawati et,al/ HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN
kemampuannya melakukan dan mengatur
serta
tujuan;
kebutuhan
privasi
dan
suatu tugas, sehingga dapat meraih hasil yang
independensi, otonom, dan resistansi terhadap
diinginkan.
enkulturasi; apresiasi segar, kreatif, dan
Aspek-aspek efikasi diri menurut Bandura
humoris; terbuka pada pengalaman dan
(1997) serta Stajkovic dan Luthans (1998),
mengalami pengalaman puncak; serta minat
yaitu: tingkat kesulitan tugas (magnitude),
sosial dan hubungan antarpribadi yang erat.
luas bidang perilaku (generality), dan tingkat METODE PENELITIAN
kekuatan individu (strength).
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa
3. Aktualisasi Diri Maslow
(dalam
mendefinisikan
Nasir,
aktualisasi
dkk., diri
2010) sebagai
kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang yang didasarkan pada kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk berkompetensi,
Madrasah Aliyah Negeri Karanganyar kelas X, kelas XI, dan kelas XII yang berjumlah 1170 siswa yang terbagi 30 kelas. Penelitian ini mengambil 25% dari populasi, sehingga didapatkan sampel sebanyak 292 siswa atau kurang lebih sama dengan 8 kelas. Teknik
dan kebutuhan independensi.
pengambilan sampel penelitian dilakukan Adapun Aktualisasi diri menurut Alwisol (2011) adalah keinginan untuk memperoleh kepuasan
dengan
dirinya
sendiri
secara random dengan teknik cluster random sampling.
(self-
fulfillment), untuk menyadari semua potensi dirinya, untuk menjadi apa saja yang dapat dilakukannya, dan untuk menjadi kreatif serta bebas mencapai puncak prestasi potensinya. Dari penjelasan di atas, aktualisasi diri dapat
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian
adalah
skala
yang
berpedoman pada model Likert yang terdiri atas: 1. Skala Kecenderungan Menyontek
dimaknai sebagai keinginan bawaan individu
Skala kecenderungan menyontek berdasarkan
untuk
yang
aspek menyontek yang dikemukakan oleh
dimilikinya dan mencapai prestasi sesuai
Jones (2001), Cizek (dalam Athanasou &
dengan bidangnya masing-masing.
Olasehinde, 2002), dan Underwood (2006),
mengembangkan
potensi
Aspek-aspek aktualisasi diri menurut Maslow (dalam Koeswara, 1991), Rogers (dalam Schultz, 1991), dan Huitt (2007), antara lain: realistik dan menerima kodratnya; spontan, sederhana, dan wajar; fokus pada masalah, demokratis, dan dapat membedakan sarana
yaitu: kecenderungan mengambil, memberi, atau menerima informasi dari orang lain; kecenderungan
menggunakan
terlarang; kecenderungan
materi
memanfaatkan
kelemahan seseorang, prosedur, atau proses untuk mendapatkan keuntungan.
210
Rahmawati et,al/ HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN
2. Skala Efikasi Diri
diri sebesar 0,084, dan untuk aktualisasi
Skala efikasi diri berdasarkan aspek yang
diri sebesar 0,200. Signifikansi untuk
diungkapkan oleh Bandura (1997) serta
seluruh variabel lebih besar dari 0,05,
Stajkovic dan Luthans (1998), yaitu: tingkat
maka dapat disimpulkan bahwa data pada
kesulitan suatu tugas (magnitude), luas
variabel penelitian tersebut berdistribusi
bidang perilaku (generality), dan tingkat
normal.
kekuatan individu (strength).
b.
3. Skala Aktualisasi Diri
Hasil uji linearitas menunjukkan bahwa
Uji Linearitas
hubungan antara efikasi diri dengan Skala aktualisasi diri berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Maslow (dalam Koeswara, 1991), Rogers (dalam Schultz, 1991), dan Huitt
(2007),
meliputi:
realistik
dan
menerima kodratnya; spontan, sederhana, dan wajar; fokus pada masalah, demokratis, dan dapat membedakan sarana serta tujuan; kebutuhan privasi dan independensi, otonom,
kecenderungan menyontek serta hubungan antara
aktualisasi
diri
dengan
kecenderungan menyontek diperoleh nilai signifikansi pada linearity sebesar 0,000. Oleh karena 0,000 < 0,05, maka dapat disimpulkan variabel
bahwa
prediktor
hubungan dengan
antara variabel
kriterium terdapat hubungan yang linear.
dan resistansi terhadap enkulturasi; apresiasi segar, kreatif, dan humoris; terbuka pada
2. Uji Asumsi Klasik
pengalaman dan mengalami pengalaman
a. Uji otokorelasi
puncak; serta minat sosial dan hubungan
Dari hasil analisis diperoleh nilai D-W
antarpribadi yang erat.
(Durbin Watson) sebesar 1,822 terletak diantara -2 sampai +2, berarti bahwa tidak terdapat masalah otokorelasi.
HASIL-HASIL Penghitungan dalam analisis penelitian ini
b. Uji multikolinearitas
dilakukan
komputer
Diperoleh nilai Variance Inflation Factor
program Statistical Product and Service
(VIF) sebesar 2,021. Nilai VIF kurang dari
Solution (SPSS) versi 16.0.
5 dan nilai tolerance tidak kurang dari
1. Uji Asumsi Dasar
0,10, maka dapat dinyatakan bahwa
dengan
bantuan
antarvariabel a. Uji Normalitas Berdasarkan Smirnov,
analisis
menunjukkan
prediktor
terbebas
dari
multikolinearitas. Kolmogorovbahwa
nilai
c. Uji heteroskedastisitas
kecenderungan
Dari uji Park diperoleh nilai thitung sebesar
menyontek sebesar 0,200, untuk efikasi
-0,805 dan -0,786 (ttabel = 1,968178).
signifikansi
untuk
211
Rahmawati et,al/ HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN
Karena –ttabel ≤ thitung ≤ ttabel, maka H0 diterima, artinya pengujian antara Lnei
2
negatif, artinya semakin tinggi aktualisasi diri, maka semakin
dengan LnX1 dan Lnei2 dengan LnX2 tidak
menyontek.
ada gejala heterokedastisitas.
4. Sumbangan
3. Uji Hipotesis
rendah kecenderungan
Relatif
dan
Sumbangan
Efektif
Didapatkan p-value (pada kolom Sig.) 0,000
Sumbangan relatif efikasi diri terhadap
< 0,05, Fhitung 54,787 > Ftabel 3,027. Artinya,
kecenderungan menyontek sebesar 62,63%
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
dan
diterima, yaitu terdapat hubungan yang
terhadap kecenderungan menyontek sebesar
signifikan antara efikasi diri dan aktualisasi
37,37%. Adapun sumbangan efektif efikasi
diri dengan kecenderungan menyontek.
diri
Nilai koefisien korelasi ganda (R) = 0,524,
sebesar
menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang
aktualisasi
sedang antara efikasi diri dan aktualisasi diri
menyontek sebesar 10,3%.
dengan kecenderungan menyontek. Nilai
5. Analisis Deskriptif
koefisien determinasi R2 (R Square) = 0,275
Hasil kategorisasi pada skala kecenderungan
atau
menyontek dapat diketahui bahwa secara
27,5%,
memberikan
berarti
variabel
kontribusi
prediktor
sebanyak
27,5%
sumbangan
terhadap
umum
17,2%, diri
relatif
aktualisasi
kecenderungan dan
responden
menyontek
sumbangan
terhadap
diri
efektif
kecenderungan
memiliki
tingkat
terhadap variabel kriterium, sisanya 72,5%
kecenderungan menyontek rendah dengan
dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain
rerata empirik 72,03, serta pada skala efikasi
yang tidak termasuk dalam penelitian ini.
diri dan aktualisasi diri
Nilai korelasi parsial antara efikasi diri
responden berada pada tingkatan tinggi
dengan kecenderungan menyontek (rx1y),
dengan rerata empirik 117,47 dan 157,86.
secara umum
variabel aktualisasi diri dikendalikan, sebesar -0,273. Arah hubungan yang terjadi adalah negatif, karena nilai r negatif, artinya semakin tinggi efikasi diri, maka semakin rendah kecenderungan menyontek. Adapun
nilai
korelasi
aktualisasi
diri
menyontek
(rx2y),
PEMBAHASAN Analisis
data
yang
menunjukkan, bahwa
telah
dilakukan
terdapat
hubungan
antara efikasi diri dan aktualisasi diri dengan parsial
dengan variabel
antara
kecenderungan menyontek pada siswa MAN
kecenderungan
Karanganyar, yang berarti bahwa hipotesis
efikasi
diri
pertama yang diajukan dalam penelitian ini
dikendalikan, sebesar -0,179. Arah hubungan
diterima. Hal tersebut didasarkan atas hasil,
yang terjadi adalah negatif, karena nilai r
p-value 0,000 < 0,05 dan Fhitung 54,787 > Ftabel 212
Rahmawati et,al/ HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN
3,027 pada tingkat signifikansi 5%. Nilai
maka akan semakin rendah kecenderungan
korelasi (R) = 0,524, menunjukkan bahwa
menyontek.
terjadi hubungan signifikan yang sedang
efikasi
antara efikasi diri dan aktualisasi diri dengan
kecenderungan menyontek. Schunk (dalam
kecenderungan menyontek.
Santrock, 2009) menjelaskan bahwa siswa
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
dengan efikasi diri
yang rendah pada
yang dilakukan Finn dan Frone (dalam
pembelajaran dapat
menghindari banyak
Anderman dkk., 2007), bahwa siswa dengan
tugas belajar, khususnya yang menantang.
efikasi diri yang rendah lebih mungkin untuk
Mereka menganggap bahwa setiap pekerjaan
terlibat
menyontek.
atau tugas terasa sulit, sehingga mereka
menambahkan,
berpandangan sempit menyelesaikan masalah
dalam
Anderman,
dkk.
perilaku (2007)
Sebaliknya,
diri,
maka
semakin
tinggi
tersebut.
mengarahkan siswa untuk memiliki efikasi
menambahkan, efikasi diri yang rendah pada
diri yang lebih rendah juga merupakan
diri siswa akan menimbulkan stres, depresi,
prediktor kecenderungan menyontek. Siswa
mempunyai
sekolah yang berada pada usia remaja juga
bagaimana
memiliki kebutuhan untuk mengungkapkan
masalah.
diri atau aktualisasi diri. Maslow berpendapat
Siswa dengan efikasi diri yang tinggi akan
bahwa ada kemungkinan bagi orang-orang
berusaha keras dan terus tekun, meskipun
muda untuk memperlihatkan pertumbuhan
menemui
yang baik ke arah aktualisasi diri, meskipun
belajarnya. Dengan keyakinan diri yang
orang-orang muda tersebut belum dapat
tinggi, siswa akan percaya pada kemampuan
mengaktualiasasikan diri dengan sepenuhnya
yang dimiliki. Keyakinan diri yang tinggi
(Schultz, 1991).
akan membiasakan siswa untuk bersikap
Nilai korelasi parsial antara efikasi diri
positif terhadap kemampuannya dan tidak
dengan kecenderungan menyontek (rx1y) =
mudah
-0,273 (p-value < 0,05). Berdasarkan hasil
Keyakinan diri yang tinggi turut berperan
perhitungan tersebut, maka hipotesis kedua
dalam penurunan kecenderungan menyontek,
pada penelitian ini diterima, yaitu terdapat
sehingga perilaku menyontek dapat dihindari
hubungan
ketika menyelesaikan tugas atau ujian di
antara
efikasi
diri
dan
rendah
bahwa faktor-faktor yang mungkin akan
signifikan
Pajares
semakin
Schunk
pandangan cara
yang
terbaik
hambatan
terpengaruh
(2002)
memecahkan
dalam
oleh
sempit
aktivitas
orang
lain.
pada
sekolah.
siswa MAN Karanganyar. Arah hubungan
Adapun
yang terjadi adalah negatif, karena nilai r
aktualisasi
negatif, artinya semakin tinggi efikasi diri,
menyontek (rx2y) = -0,179 (p-value < 0,05).
dengan
kecenderungan
menyontek
nilai diri
korelasi dengan
parsial
antara
kecenderungan
213
Rahmawati et,al/ HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN
Berdasarkan
hasil
analisis
cara yang benar. Adanya kemandirian yang
korelasi parsial tersebut, maka hipotesis
dimiliki, siswa akan berusaha menyelesaikan
Hipotesis ketiga pada penelitian ini diterima,
tugas dengan kemampuannya sendiri untuk
yaitu terdapat hubungan signifikan antara
menunjukkan serta mengembangkan potensi
aktualisasi
yang dimilikinya.
diri
perhitungan
dengan
kecenderungan
menyontek pada siswa MAN Karanganyar.
Nilai R Square = 0,275, menunjukkan bahwa
Pola hubungan yang terjadi adalah negatif,
sumbangan pengaruh dari efikasi diri dan
ditandai dengan nilai r negatif. Artinya,
aktualisasi diri secara bersama-sama terhadap
semakin tinggi aktualisasi diri, maka semakin
kecenderungan menyontek pada siswa MAN
rendah
menyontek.
Karanganyar sebesar 27,5%, sisanya sebesar
Sebaliknya, semakin rendah aktualisasi diri,
72,5% dipengaruhi atau dijelaskan oleh
maka
variabel lain yang tidak termasuk dalam
kecenderungan
semakin
tinggi
kecenderungan
menyontek. Vegawati
penelitian ini, seperti: kemalasan, locus of dkk.
(dalam
Irawati,
2008)
control, harga diri, konformitas, kekurangan
mengungkapkan, bahwa menyontek bisa
waktu
belajar,
membantu
terjadi apabila dorongan atau harapan untuk
kesempatan.
meraih prestasi jauh lebih besar dari potensi
Jensen dkk. (2002), bahwa faktor siswa
yang dimiliki. Semakin besar harapan atau
menyontek dipengaruhi oleh kekurangan
prestasi yang diinginkan dan semakin kecil
waktu belajar, melihat siswa lain menyontek,
potensi yang dimiliki, maka semakin besar
membantu teman, dan kesempatan.
kemungkinan menyontek. Siswa tersebut
Hasil
mempunyai keinginan meraih nilai tinggi,
responden memiliki skor kecenderungan
tetapi tidak disertai dengan belajar. Artinya,
menyontek rendah sebanyak 162 siswa
siswa tersebut malas belajar, tetapi ingin
(55,48%), 128 siswa (43,84%) memiliki skor
mendapatkan nilai tinggi. Kemalasan ini akan
kecenderungan
menyebabkan siswa bergantung kepada orang
0,68% lainnya memiliki skor tinggi, dengan
lain dan mendekatkan pada kecenderungan
mean
untuk menyontek. Menurut Sukmadinata
kategorisasi yang didapatkan berbanding
(2003), adanya kerjasama saat ujian di antara
terbalik dengan kenyataan di lapangan yang
para siswa mengakibatkan siswa menjadi
menyebutkan
pribadi yang malas berpikir dan tidak
Karanganyar masih banyak yang menyontek.
mandiri. Siswa yang mempunyai kebutuhan
Hal
akan aktualisasi diri tinggi akan berusaha
menyontek yang banyak dilakukan siswa
keras untuk menunjukkan potensi yang
MAN
Seperti
kategorisasi
empirik
ini
teman,
yang
diungkapkan
menunjukkan
menyontek
sebesar
bahwa
Karanganyar
bahwa
sedang,
72,03.
siswa
dikarenakan
dan
dan
Hasil
MAN
kecenderungan
adalah
keinginan
dimilikinya dalam bidang akademik dengan 214
Rahmawati et,al/ HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN
bertanya
kepada
mengerjakan isyarat
teman
tes,
tertentu,
ketika
sedang
serta
menggunakan
isyarat-
mencapai target yang diharapkan.
lain
menyerah
sampai
Adapun skor aktualisasi diri pada siswa MAN
menyontek.
Hal
Karanganyar juga tergolong tinggi (55,48%)
penelitian
yang
dan sisanya 44,52% responden memiliki
dilakukan seorang siswa SMA favorit di
aktualisasi diri sedang. Siswa dengan skor
Surabaya terhadap teman sekolahnya yang
aktualisasi diri tinggi
menyebutkan bahwa medium yang paling
kebutuhan
banyak digunakan untuk menyontek adalah
aktualisasi diri, yaitu kemandirian (self-
teman (dalam Kushartanti, 2009). Di samping
sufficiency) dan kebenaran (truth). Maslow
itu, misi MAN Karanganyar sendiri adalah
(dalam Koeswara, 1991) menyatakan, bahwa
menyelenggarakan
pendidikan
orang yang mengaktualisasikan diri tidak
pembelajaran
yang
berorientasi
pada
kemandirian
peserta
didik
dalam
yang utama kepada lingkungan dan kepada
mengembangkan kompetensinya. Hal ini
orang lain. Mereka lebih bergantung pada
berarti MAN Karanganyar cukup berhasil
potensi-potensi yang dimilikinya sendiri.
tersebut
keinginan
mudah
untuk
membantu
dan
tidak
siswa
sesuai
menjalankan
dengan
misinya
untuk
dan
yang
menggantungkan
memiliki sumber
mendorong
ke
arah
kepuasaan-kepuasannya
mendidik
siswanya menjadi siswa mandiri dengan penanaman moral keislaman yang tidak
Penelitian ini memiliki beberapa kelebihan di antaranya adalah telah berhasil membuktikan hipotesis yang diajukan peneliti, penelitian ini
dimiliki sekolah lain.
mampu memberikan ilmu baru bagi peneliti Hasil kategorisasi menunjukkan bahwa skor
mengenai variabel yang digunakan, serta
efikasi diri siswa berada dalam kategori
penelitian korelasional dengan menggunakan
tinggi (53,08%), sisanya 46,91% responden
tiga skala psikologi ini merupakan penelitian
mempunyai efikasi diri sedang. Wade dan
perdana
Tavris (2007) berpendapat bahwa individu-
Karanganyar. Di samping itu, penelitian ini
individu yang memiliki efikasi diri tinggi
juga masih mempunyai kelemahan dan
adalah individu yang dapat berprestasi secara
keterbatasan yang harus diperbaiki dalam
cepat pada permasalahan yang dihadapi dan
penelitian pada masa yang akan datang,
tidak
menghadapi
antara lain lama pengambilan data yang
permasalahan. Siswa yang memiliki efikasi
disebabkan pada saat pengambilan data
diri tinggi yakin dengan kemampuannya
penelitian bertepatan dengan ujian akhir
sendiri
permasalahan
semester dan libur akhir semester, sehingga
belajar secara efektif. Selain itu, siswa akan
untuk menentukan jadwal penelitian cukup
selalu berusaha untuk mengerjakan dan
lama, serta jumlah responden masih berada
menjadi
dapat
cemas/panik
menangani
yang
dilakukan
di
MAN
menyelesaikan tugas dan ujian dengan baik 215
Rahmawati et,al/ HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN
dalam
lingkup
kecil.
Untuk
penerapan
diri untuk dapat menghadapi berbagai
penelitian bagi populasi yang lebih luas
tugas secara efektif serta termotivasi
dengan
berbeda
untuk berprestasi secara jujur, sehingga
memerlukan penelitian lebih lanjut dengan
mampu mencegah terjadinya perilaku
menambahkan variabel-variabel lain yang
menyontek. Mempersiapkan diri jauh
belum
ini,
sebelum hari ujian, dapat membuat lebih
misalnya harga diri, konformitas, locus of
percaya diri dalam menghadapi ujian. Di
control,
ukur,
samping itu, membuat sistem belajar
prosedur, serta memperluas ruang lingkup
sendiri yang sesuai dapat meningkatkan
penelitian, sehingga diharapkan penelitian
minat belajar, sehingga potensi yang
selanjutnya dapat menemukan hasil yang
dimiliki
lebih komprehensif.
optimal. Sedangkan bagi siswa dengan
karakteristik
disertakan
yang
dalam
dengan
penelitian
perbaikan
alat
dapat
berkembang
kecenderungan kategori
PENUTUP
1.
dalam
diharapkan
dapat
kejujurannya
dalam
ujian
dengan
tidak
Terdapat hubungan signifikan yang
menyontek, sehingga dapat mengukur
sedang
seberapa jauh kemampuannya sendiri.
antara
menyontek
efikasi
diri
dan
pada
siswa
MAN
Karanganyar.
3.
rendah,
mengerjakan
aktualisasi diri dengan kecenderungan
2.
menyontek
mempertahankan
A. Kesimpulan
secara
Terdapat
hubungan
2. Untuk pihak guru dan sekolah Perlu
memberikan
dukungan
serta
motivasi melalui pembelajaran, sehingga negatif
yang
dapat
membangun
efikasi
diri
dan
signifikan antara efikasi diri dengan
aktualisasi diri pada siswa, serta mampu
kecenderungan menyontek pada siswa
mendorong para siswa untuk berusaha
MAN Karanganyar.
keras dalam menyelesaikan tugas dengan
Terdapat
hubungan
negatif
yang
signifikan
antara
aktualisasi
diri
dengan
kecenderungan
menyontek
pada siswa MAN Karanganyar. B. Saran
baik
dan
keberhasilan
optimistis tanpa
mencapai melakukan
kecurangan, seperti menyontek, yaitu dengan
cara
mengadakan
pelatihan
mengenai efikasi diri dan aktualisasi diri, memperhatikan proses belajar siswa,
1. Untuk siswa Siswa dengan kecenderungan menyontek sedang dan tinggi, diharapkan lebih
serta mengembangkan bentuk penilaian hasil belajar yang adil dan relevan. 3. Untuk peneliti lain
meningkatkan efikasi diri dan aktualisasi 216
Rahmawati et,al/ HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menemukan hasil yang lebih baik dengan perubahan dan penyempurnaan teknik, pemakaian alat ukur, prosedur, serta menambah ruang lingkup penelitian atau menambah variabel lain agar dapat digeneralisasikan dalam konteks yang lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA Alwisol. 2011. Psikologi Kepribadian (Edisi Revisi). Malang: UMM Press. Anderman, L.H., T.M. Freeman, dan C.E. Mueller. 2007. Psychology of Academic Cheating. New York: Academic Press. Athanasou, J. A. dan Olasehinde, O. 2002. Male and Female Differences in SelfReport Cheating. Practical Assessment, Research & Evaluation, 8(5). Bandura, A. 1997. Self Efficacy: The Exercise of Control. New York: W.H. Freeman. Erwin, H. dan Niken Widiastuti. 2009. Hubungan antara Self-Efficacy dengan Mencontek pada Remaja Madya. Akademika Jurnal Pendidikan. Vol.11, No.2. hal. 145-166. Huitt, W. 2004. Maslow’s Hierarchy of Needs. Educational Psychology Interactive. Valdosta, GA: Valdosta State University. Hurlock, E. B. 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Edisi Kelima). Alih Bahasa: Istiwidayanti dan Soedjarwo. Jakarta: Erlangga. Irawati, I. 2008. Budaya Menyontek di Kalangan Pelajar. Internet. www. kabarindonesia.com. Diakses 3 April 2013. Jensen, L. A., J. J. Arnett, S. S. Feldman, dan E. Cauffman. 2002. It’s Wrong, But Everybody Does it: Academic
Dishonesty among High School and College Students. Contemporary Educational Psychology 27, 209-228. Jones, L. R. 2001. Academic Integrity and Academic Dishonesty: A Handbook about Cheating and Plagiarism. Florida: Florida Institute of Technology. Kartono, K. 1996. Psikologi Bandung: Mandar Maju.
Umum.
Koeswara, E. 1991. Teori-teori Kepribadian. Bandung: Eresco. Kushartanti, A. 2009. Perilaku Menyontek Ditinjau dari Kepercayaan Diri. Indigenous Jurnal Ilmiah Psikologi. Vol.11 No.2, 38-46. Madrasah Aliyah Negeri Karanganyar. 2012. Visi, Misi dan Tujuan. Internet. www.mankaranganyar.sch.id. Diakses 3 September 2012. Nasir, A.G., Muhammad Mirza, dan M. N. Ud Din. 2010. A Study of the Identification and Ranking of Selfactualization Needs of the Students of Ages of 14+ to 16+ Year that May Influence Curriculum Development at Secondary Level. International Journal of Academic Research. Vol. 2. No. 6, Part II. Nawangsari, N. A. F. 2001. Pengaruh SelfEfficacy dan Expectancy-Value terhadap Kecemasan Menghadapi Pelajaran Matematika. INSAN Media Psikologi. Vol. 3, No. 2, 75-88. Pajares, F. dan D. H. Schunk. 2002. Self and Self-Belief in Psychology and Education: A Historical Perspective. New York: Academic Press. Sabri, M. A. 1993. Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya. Santrock, J. W. 2009. Psikologi Pendidikan (Edisi Ketiga). Alih Bahasa: Diana Angelica. Jakarta: Salemba Humanika. Schultz, D. 1991. Psikologi Pertumbuhan: Model-Model Kepribadian Sehat. Jogjakarta: Kanisius. 217
Rahmawati et,al/ HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN
Stajkovic, A.D. dan F. Luthans. 1998. SelfEfiicacy and Work Rileted Performance: A Meta-analysis. Psychological Bulletin. Vol.124, No. 2, 240-261. Sukmadinata, N. S. 2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Suparno. 2011. Nyontek, Konsep Diri yang Lemah. Internet. www.harianjoglo semar.com Diakses 29 November 2011. Underwood, J. 2006. Digital Technologies and Dishonesty in Examinations and Tests. Nottingham: the Qualifications and Curriculum Autority. Wade, C. dan Carol Tavris. 2007. Psychology 9th Edition. Alih Bahasa: Padang Mursalin dan Dinastuti. Jakarta: Erlangga.
218