HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN TINGKAH LAKU MENYONTEK STUDI PADA SISWA SMK NEGERI 1 PALOPO Dyah Utami Sulistianingtyas1, Airin Yustikarini Saleh2 1 2
Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia *Email:
[email protected]
Abstrak Sekolah merupakan sebuah lingkungan sekunder bagi seorang remaja setelah lingkungan keluarga. Siswa memiliki anggapan bahwa dunianya adalah sekolah, tugas sekolah. Gambaran dan penilaian seorang siswa tentang diri sendiri pada saat sekarang akan berpengaruh pada apa yang terjadi di masa mendatang saat pengerjaan tugas sekolah. Konsep diri yang dimiliki oleh siswa dapat memengaruhi tingkah laku siswa untuk menentukan cara untuk menyelesaikan tugas sekolah dan mendapatkan prestasi yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan konsep diri dengan menyontek pada siswa di Sekolah Menengah Kejuruan. Partisipan penelitian ini terdiri dari 93 orang pada siswa yang berada di Sekolah Menengah 1 Palopo. Penelitian ini menggunakan alat ukur TSCS (William H.Fitts), untuk mengukur konsep diri, dan Pattern of Adaptive Learning Scales (PALS, dari Midgley 2000), untuk mengukur tingkah laku menyontek. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan skor yang signifikan antara konsep diri dan tingkah laku menyontek.
(THE CORRELATION BETWEEN SELF-CONCEPT and CHEATING BEHAVIOR of STUDENTS RESEARCH in SMK 1 PALOPO) Abstract
Student’s, the school is the second place after the family environment. Student’s have a the nation that his world is a school, a major task and also school work. Overview and assessment of the student own self in the present will affect what will happen in the future when student’s do schoolwork. Self-concept which is owned by student’s can influence behavior to determine the relationship of self-concept and cheating by students in vocational high school. A sample of 93 students of vocational high school was used to investigated the relathionship between self-concept and cheating attitude. This research using TSCS from William H Fitts, to measure self-concept and Pattern of Adaptive Learning Scales (PALS) from Midgley, to measure the behavior of cheating. The result of this research shows that there is a significant relationship between self-concept and behavior of cheating. Keyword: Self-concept, Cheating, Students
1
Hubungan antara…, Dyah Utami Sulistianingtyas, FPsi UI, 2014
Pendahuluan Pada era perkembangan zaman saat ini, seringkali kita membicarakan mengenai suatu topik yang berhubungan dengan pendidikan. Beberapa hal yang biasa dijadikan sebagai bahan pembicaraan yaitu tentang penjelasan kurikulum pendidikan, pola-pola pembelajaran di sekolah, proses belajar mengajar, pelaksanaan ujian sekolah serta beberapa masalah yang terjadi dalam lingkup pendidikan. Pembahasan ini, akan dispesifikkan mengenai masalah pada lingkup pendidikan yaitu perilaku menyontek yang dilakukan oleh siswa. Hasil survey yang dilakukan oleh Litbang Media Group pada tahun 2007 pada enam kota besar yang ada di Indonesia yaitu Surabaya, Yogyakarta, Makassar, Bandung, Jakarta dan Medan ditemukan bahwa 70% siswa mengaku pernah melakukan praktek menyontek di sekolah (Halida, 2007). Survey tersebut juga dapat diperkuat dengan temuan yang dilakukan oleh Usmedi (2013), terhadap siswa yang menyontek ke sesama teman di Surabaya. Temuan yang diperoleh yaitu 80% siswa pernah melakukan perilaku menyontek, 52% siswa yang sering melakukan perilaku menyontek di sekolah dan 28 % siswa yang jarang melakukannya. Masih pada temuan yang diperoleh Usmedi (2013), mengenai sarana menyontek yang dilakukan oleh siswa yaitu sebanyak 38% melihat hasil pekerjaan teman, juga 26% mencoret-coret meja dan bangku belajar, dan 51% siswa yang menyontek akan tetapi memiliki keinginan untuk dapat menghentikkan kebiasaan buruknya. Anderman, Griesinger & Westerfield (1998) menjelaskan tentang perilaku menyontek yang dilakukan oleh siswa dapat terjadi saat siswa tersebut berada pada tingkat sekolah menengah atas maupun kejuruan saat siswa diberikan tugas dan ujian yang berlangsung disekolah.Perilaku menyontek yang dilakukan oleh siswa masih sering ditemukan saat siswa berada di
tingkat
sekolah
menengah
atas
dan
sekolah
kejuruan
(Haryono,
2001).Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Subkhan (2007), menunjukkan bahwa siswa yang berada pada sekolah menengah kejuruan, memiliki kecenderungan untuk melakukan perilaku menyontek yang diakibatkan oleh tuntutan beban tugas yang banyak diberikan oleh pihak sekolah. 2
Hubungan antara…, Dyah Utami Sulistianingtyas, FPsi UI, 2014
Perilaku menyontek dapat dilakukan oleh siswa yang berada di Sekolah Menengah Umum dan Sekolah Menengah Kejuruan. Menurut Hakim (2005), terdapat perbedaan pendidikan yang ada pada Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan yakni pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), tujuan pendidikannya lebih jelas dan pasti dibanding Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal ini dikarenakan bahwa para siswa di sekolah kejuruan lebih menetapkan tujuan yang lebih jelas dan pasti untuk dapat menjadi seorang individu yang berhasil sesaat setelah lulus, dibandingkan dengan siswa pada sekolah menengah atas yang belum menetapkan tujuan dan cita-cita yang jelas dan terarah (Hakim, 2005). Selanjutnya menurut Nurhidayah (2005), menjelaskan bahwa pembelajaran pada siswa kejuruan lebih dipersiapkan untuk menjadi individu yang unggul dan produktif sehingga mampu bekerja secara langsung saat lulus dari sekolah, sedangkan pada siswa menengah umum belum mempersiapkan untuk menjadi pribadi yang unggul dan produktif sehingga disaat lulus para siswa belum memiliki arah jenjang karir yang jelas. Sekolah menengah kejuruan pemberian tugas, materi serta praktek yang diberikan lebih banyak disesuaikan pada dunia kerja sehingga siswa memiliki bekal dan kemampuan saat lulus dari sekolah, sedangkan pada siswa menengah atas pemberian materi belum disesuaikan pada dunia kerja (Nurhidayah, 2005). Pada penelitian ini, partisipan yang akan digunakan adalah siswa SMK yang termasuk pada tingkatan perkembangan remaja yang berada pada rentang usia 1117 tahun, memiliki tahap perkembangan yang terbagi atas tiga perkembangan yaitu fisik, kognitif, dan psikososial (Fieldman, 2009).Menurut Evans & Herr (1978), menjelaskan tentang definisi pendidikan kejuruan yakni bentuk pendidikan,
kurikulum,
dan
sistem
pengajaran
yang
berfungsi
untuk
mempersiapkan para siswa memiliki kemampuan yang akan dipersiapkan untuk bekerja serta dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang berhubungan dengan tenaga kerja, meningkatkan pilihan pendidikan untuk setiap individu, dan yang terakhir mendorong motivasi seorang siswa untuk belajar dan masuk dunia kerja. Partisipan pada penelitian ini adalah remaja yang berada di sekolah menengah kejuruan di kota palopo. 3
Hubungan antara…, Dyah Utami Sulistianingtyas, FPsi UI, 2014
Perilaku menyontek yang dilakukan oleh siswa, sangat tidak bagus dan dapat merugikan orang lain yang telah memiliki usaha sendiri untuk dapat belajar saat ujian, pengerjaan beberapa tugas dan mendapatkan nilai terbaik di sekolah (Gloeckler & Merit, 2005). Definisi perilaku menyontek menurut Midgley (2000) adalah perilaku yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh hasil yang memuaskan dengan jalan yang tidak baik seperti melihat hasil pekerjaan teman.Definisi selanjutnya menurut Newstead (1996), perilaku menyontek merupakan sebuah perilaku yang bermasalah serta dapat melanggar aturan yang dilakukan oleh para siswa.Alhadza (2007), juga menjelaskan bahwa perilaku menyontek dapat berhubungan dengan aspek moral, dikarenakan hal ini dapat dianggap sebagai perbuatan yang tercela dan oleh masyarakat umum perilaku ini mengarah kepada perilaku ketidakjujuran. Menurut Kohlberg (1969), menjelaskan bahwa perilaku menyontek yang dilakukan oleh seorang individu dapat berhubungan dengan pembentukan moral yang terjadi padanya.Menurut Murdock (2001), siswa yang berada di jenjang menengah, melakukan perilaku menyontek karena takut akan kegagalan terhadap perolehan nilai yang rendah saat pelaksanaan ujian berlangsung. Perilaku menyontek juga dapat dilakukan karena adanya tuntutan orang tua yang menginginkan nilai yang bagus, ketakutan akan kegagalan, dan juga dikarenakan siswa malas untuk belajar (Lipson, 2004). Seorang siswa melakukan perilaku menyontek karena ketakutan akan kegagalan dalam hal akademik (Lipson, 2004). Burns (1993) menjelaskan bahwa seorang siswa yang mampu berhasil dalam hal akademik akan merasa berkompeten dan berarti, begitupun sebaliknya jika seorang siswa tidak mampu dalam hal akademik maka akan merasa tidak berarti, dan tidak berkompeten karena kegagalan mereka memperoleh nilai yang terbaik. Konsep diri merupakan bagian yang penting untuk dapat membentuk sebuah tingkah laku oleh individu dilingkungan sekitar mereka (Burns, 1993).Ia juga berpendapat bahwa konsep diri dan prestasi dalam hal akademik memiliki hubungan yang erat diantara keduanya (Burns, 1993).Konsep diri merupakan bagian yang penting untuk dapat membentuk sebuah tingkah laku oleh individu dilingkungan sekitar mereka (Burns, 1993).Ia juga berpendapat bahwa konsep diri dan prestasi dalam hal akademik memiliki hubungan yang erat diantara keduanya 4
Hubungan antara…, Dyah Utami Sulistianingtyas, FPsi UI, 2014
(Burns, 1993). Hal ini juga sesuai dengan yang diungkapkan oleh Hidajat (2006), yang menjelaskan bahwa konsep diri yang dimiliki oleh siswa dapat dijadikan sebagai prediktor terbaik seseorang untuk mendapatkan prestasi akademik di sekolah, karena konsep diri dapat membentuk suatu tingkah laku siswa saat berada di lingkungan sekolah.Menurut William H Fitts (1965), konsep diri adalah gambaran umum yang dimiliki oleh individu, serta pandangan individu tersebut tentang apa yang dilihat, dirasakan dan dialami.Konsep diri dalam lingkup pendidikan, merupakan hal penting untuk membentuk suatu tingkah laku, termasuk pada tingkah laku menyontek yang dilakukan oleh siswa disekolah (Setyani, 2007).Menurut Soemanto (1998), konsep diri terhadap tingkah laku seorang siswa di dalam kelas dapat berpengaruh pada prestasi yang dimiliki oleh siswa tersebut. Seorang siswa yang memiliki konsep diri positif bisa jadi memiliki kecenderungan untuk melakukan perilaku menyontek di sekolah karena tidak ingin memperoleh nilai yang jelek dibandingkan dengan siswa yang menyontek saat ujian berlangsung. Perilaku menyontek yang akan diteliti merupakan sebuah perilaku yang telah banyak terjadi dan jumlahnya semakin bertambah di ruang lingkup pendidikan Indonesia (Poedjinugroho, 2005). Selain itu perilaku menyontek merupakan sebuah perilaku yang mudah dilakukan dan mendapatkan hasil yang baik untuk mendapatkan tujuannya, oleh sebab itu siswa lebih banyak untuk memilih cara tersebut (Pudjijogjanti, 1985). Menurut Nash & Bushway (1977), dampak perilaku menyontek dapat menyebabkan seorang anak tidak memiliki rasa percaya diri terhadap kemampuan yang dimilikinya, merasa gelisah dan tidak senang saat sedang berada dengan orang lain dan juga dapat berpengaruh pada didikan moral yang dimiliki oleh individu tersebut karena perilaku menyontek merupakan perilaku yang tidak jujur.Subjek yang akan diteliti adalah para siswa yang berada dijenjang pendididkan Sekolah Menengah Kejuruan, yang dapat dikatakan bahwa siswa tersebut harus memiliki kesiapan serta kemampuan yang baik, karena akan mengarah ke dunia kerja (Bachman, 2005). Perbuatan ini harus segera dikurangi terhadap siswa yang melakukannya, untuk dapat membentuk generasi yang unggul dan berprestasi dengan jalan yang jujur (Poedjinugroho, 2005). Banyaknya tuntutan tugas yang diberikan oleh pihak sekolah terhadap para 5
Hubungan antara…, Dyah Utami Sulistianingtyas, FPsi UI, 2014
siswa dapat menyebabkan siswa melakukan perilaku menyontek (Voelkl & Frone, 2004).Selain itu, berdasarkan penulusuran peneliti terhadap penelitian perilaku menyontek yang dilakukan pada siswa SMK masih sangat jarang, sedangkan diketahui bahwa tujuan pembelajaran untuk siswa SMK bersifat spesifik agar memberikan penguasaan terhadap bidang kejuruannya. Jika seorang siswa menyontek saat ujian maka yang akan terjadi siswa tidak dapat mengusai materi pembelajaran di sekolah dan memiliki ketergantungan dengan orang lain, sehingga sesaat setelah siswa tersebut lulus akan menyebabkan dia merasa kesulitan menghadapi lingkungan kerja dan tidak mampu untuk bersaing dengan individu lainnya. Oleh karena itu dibutuhkan adanya hubungan antara konsep diridan perilaku menyontek terhadap siswa SMK. Masalah Penelitian Berdasarkan pada penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka masalah yang dapat dirumuskan yaitu : • Bagaimana hubungan antara konsep diri dan perilaku menyontek yang dilakukan oleh siswa? Tinjauan Teoritis Karakteristik Siswa SMK dan SMA Ada beberapa karakteristik perbedaan antara siswa SMK dan siswa SMA diantaranya; perbedaan pertama, menurut Baszanger & Dodier (2002) menjelaskan bahwa perbedaan yang terjadi terdapat pada perbedaan konteks belajar diantara keduanya. Siswa SMK lebih mengarah kepada konteks belajar yang lebih berfokus untuk melatih dan mengajar para siswa agar memiliki kemampuan dan daya saing yang tinggi, saat lulus dan ingin memperoleh pekerjaan. Sedangkan pada siswa SMA konteks belajar seperti diatas tidak ditemukan, dikarenakan para siswa diberikan pengajaran yang belum mengarah ke lingkup dunia kerja (Baszanger & Dosier, 2000).Perbedaan ketiga menurut Hammersley (2006) menjelaskan bahwa siswa SMK kurikulum dan beban tugas yang diberikan kepada setiap siswanya lebih banyak, dikarenakan para siswa dibiasakan dan dilatih untuk mampu bekerja setelah lulus sehingga saat sekolah 6
Hubungan antara…, Dyah Utami Sulistianingtyas, FPsi UI, 2014
pemberian tugas lebih banyak dilakukan melalui melalui praktek-praktek. Siswa SMA kurikulum dan beban tugas yang diberikan tidak sebanyak beban tugas pada siswa SMK, dikarenakan para siswa hanya diberikan tugas yang mengarah pada penyelesaian soal didalam buku teks dan praktek-prakteknya kurang diaplikasikan disekolah. Konsep Diri Definisi Konsep Diri Konsep diri dapat didefinisikan sebagai bentuk pengamatan yang dilakukan oleh individu terhadap dirinya sendiri, yang terdiri suatu penilaian, kepercayaan, dan keyakinan, serta mengenai siapa diri kita dan gambaran total mengenai diri kita sendiri(Schunk, Pintrich & Meece, 2008). Selain itu menurut Fieldman (2009) definisi dari konsep diri yaitu merupakan gambaran total mengenai diri kita sendiri, apa yang telah kita percayai mengenai siapa diri kita dan mengenai kemampuan-kemampuan yang dimiliki serta sifat-sifat yang dimiliki oleh diri kita sendiri. Gambaran terhadap diri sendiri sudah dimulai saat berada pada masa batita, seorang individu dapat mengembangkan kesadaran diri mereka sendiri. Konsep diri yang terjadi pada tiap individu akan terus berkembang dan secara jelas akan muncul sesuai dengan tahap perkembangan individu yaitu terdiri dari tahap kanak-kanak, remaja dan dewasa (Fieldman, 2009). Beberapa definisi yang ada, pada penelitian ini peneliti akan menggunakan definisi konsep diri menurut William H Fitts (1965) menjelaskan bahwa konsep diri adalah gambaran umum yang dimiliki oleh individu serta pandangan individu tentang apa yang dilihat, dirasakan dan dialami oleh diri kita sendiri. Cara Mengukur Konsep Diri pada Individu Mengukur konsep diri yang dimiliki oleh tiap individu dapat dilakukan dengan menggunakan alat ukur Tennessee Self Concept Scales (TSCS).TSCS merupakan alat ukur konsep diri yang telah dikembangkan oleh William H. Fitts (1965).Pada alat ukur ini terdapat beberapa aspek multidimensional dan terkadang digunakan pada dua macam tujuan diantaranya tujuan konseling, klinis dan 7
Hubungan antara…, Dyah Utami Sulistianingtyas, FPsi UI, 2014
penelitian.Alat ukur ini dapat digunakan untuk melihat gambaran diri secara umum mengenai konsep diri tiap individu. Cara pengisian alat ukur TSCS dapat dilakukan dengan cara individu menentukkan jawaban sesuai dengan gambaran diri mereka sendiri. Pada alat ukur ini terdiri dari 100 item pernyataanyang menunjukkan gambaran diri seorang individu, yang terdiri dari 1 sampai 6 skala diantaranya; skala 1 menunjukkan sama sekali salah, skala 2 menunjukkan sebagian besar salah, skal 3 menunjukkan sebagian salah dan sebagian benar, skala 4 menunjukkan sebagian besar benar, dan terakhir skal 5 menunjukkan benar sepenuhnya. Pada alat ukur TSCS, individu dapat menilai diri mereka sendiri dengan menjawab beberapa item yang tersedia yaitu sebanyak 100 item. Jika seorang individu memiliki total skor yang tinggi maka dapat menunjukkan adanya konsep diri positif yang ada pada individu tersebut, begitupun sebaliknya jika skor yang diperoleh rendah maka menunjukkan adanya konsep diri negatif pada individu. Menyontek Definisi Menyontek Sebelumnya peneliti telah menjelaskan bahwa pada definisi perilaku menyontek tidak ditemukan batasan yang jelas mengenai definisi tersebut. Akan tetapi, dalam hal ini peneliti akan memberikan beberapa definisi berdasarkan beberapa tokoh yang telah melakukan penelitian terhadap perilaku menyontek. Menurut Midgley (2000), menjelaskan mengenai definisi menyontek yaitu perilaku menyontek yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh hasil yang memuaskan dengan jalan yang tidak baik seperti melihat hasil pekerjaan teman. Cara Mengukur Perilaku Menyontek Perilaku menyontek dapat diukur dengan cara, melakukan sebuah diskusi atau survey dengan siswa lainnya didalam kelas mengenai persepsi pada setiap individu mengenai perilaku menyontek (Midgley, 2000). Dapat juga dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada para siswa yang berisikan dengan item-item dari perilaku menyontek (Midgley, 2000). Hal ini dilakukan 8
Hubungan antara…, Dyah Utami Sulistianingtyas, FPsi UI, 2014
untuk melihat kecenderungan terbesar yang akan dilakukan oleh siswa disekolah. Metode Penelitian Partisipan Berdasarkan pada permasalahan penelitian, maka populasi yang akan diteliti yaitu berada pada tahap perkembangan remaja dan pelajar aktif berstatus sekolah menengah kejuruan. Karakteristik Partisipan Pada penelitian ini, populasi yang akan diteliti adalah siswa yang berada di tahap perkembangan remaja. Selain itu, pemilihan partisipan pada penelitian ini adalah siswa yang berada di Sekolah Menengah Kejuruan di Kota Palopo. Variabel Penelitian Pada penelitian ini, terdapat dua variabel penelitian, diantaranya konsep diri dan menyontek. Bagian ini, peneliti akan menjelaskan mengenai definisi konseptual dan definisi operasional pada kedua variabel tersebut. Variabel Konsep Diri pada Alat Ukur TSCS Definisi konseptual pada variabel konsep diri adalah sikap atau gambaran diri sendiri yang dimiliki oleh seorang individu mengenai apa yang dipercayai, apa yang diyakini, mengenai siapa diri kita dan gambaran total mengenai kemampuan dan sifat-sifat yang kita miliki(Schunk, Pintrich & Meece, 2008). Definisi operasional pada variabel ini adalah alat ukur konsep diri yang digunakan telah disusun kedalam dua dimensi pada konsep diri itu sendiri yaitu dimensi konsep diri internal dan eksternal. Dimensi internal terdiri dari komponen identitas diri, perilaku dan penilaian. Lalu dimensi eksternal terdiri dari komponen fisik, moral etis, diri pribadi, diri keluarga, dan diri sosial. Pada penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah TSCS (Tennessee Self Concept Scale) yang telah dikembangkan oleh William H 9
Hubungan antara…, Dyah Utami Sulistianingtyas, FPsi UI, 2014
Fitss, (1993) yaitu semakin tinggi skor total pada alat ukur ini, maka semakin positif konsep diri yang dimiliki oleh individu tersebut. Variabel Menyontek pada Alat Ukur PALS Menurut Midgley (2000) menjelaskan mengenai definisi konseptual dari menyontek adalah tingkah laku memberikan informasi atau menerima informasi dalam sebuah ujian yang termasuk didalamnya adalah kuis dan tes (ujian formatif), mendapatkan jawaban dengan cara yang tidak baik seperti mengambil dan melihat hasil pekerjaan teman, menggunakan beberapa bahan yang tidak sah seperti menggunakan catatan atau menggunakan kunci jawaban, dan tidak mengikuti aturan ujian yang telah ditetapkan sebelumnya. Midgley (2000) menjelaskan definisi operasional dari menyontek adalah skor yang diperoleh dari skala menyontek semakin tinggi, maka semakin sering perilaku menyontek yang akan dilakukan oleh individu tersebut. Teknik Statistika Data yang Digunakan Saat pengumpulan data telah berakhir, lalu kemudian peneliti melakukan pengolahan data secara kuantitatif dengan menggunakan penghitungan statistik yaitu dengan SPSS untuk dapat mengetahui korelasi diantara kedua variabel penelitian. Beberapa teknik statistik yang akan digunakan yaitu: 1.
Statistik deskripstif Menurut Graveter(2007) statistik deskriptif digunakan untuk dapat
menjumlahkan, mengorganisasi serta dapat menyederhanakan data. Teknik statistika yang akan digunakan adalah perhitungan rata-rata dan distribusi frekuensi. 2.
Pearson Correlation Teknik ini digunakan untuk melihat hubungan diantara kedua variabel yang akan diteliti, dengan mengorelasikan skor total dari masing variabel yang diteliti. Perhitungan ini dilakukan untuk melihat korelasi antara PASS
10
Hubungan antara…, Dyah Utami Sulistianingtyas, FPsi UI, 2014
dan TSCS. Korelasi Pearson dapat mengukur tingkat dan arah hubungan linier antara dua variabel (Gravetter,2007). 3.
Independent sample T-test dan two-Way ANOVA T-test digunakan untuk dapat membandingkan mean skor pada variabel continous antara dua kelompok partisipan atau kondisi yang berbeda(Pallant, 2005). Teknik statistika two-way ANOVA digunakan pada between groups, yang dimana dapat membandingkan mean skor pada partisipan atau kondisi berbeda pada tiap kelompok.
Hasil Penelitian Hubungan antara Konsep Diri dan Menyontek Hubungan antara kedua variabel yaitu variabel Konsep Diri dan Menyontek. Dimana pada variabel Konsep Diri yang diukur dengan menggunakan alat ukur PALS (Pattern of Adaptive Learning) dan variabel Konsep diri yang menggunakan alat ukur TSCS diolah dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson. Keterangan lebih detail, berikut peneliti cantumkan bentuk tabel sebagai berikut 4. Variabel 1 5. *
Variabel 2
Korelasi antar
K
variabel
o Konsep Diri
Signifikansi
Perilaku
0,483
0,000
Menyontek Tabel Hubungan antara Konsep Diri dan Menyontek Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa terdapat hubungan yang positif pada variabel konsep diri dan menyontek, maka dapat dijelaskan bahwa konsep diri seseorang dapat berpengaruh atau memiliki hubungan pada tindakan menyontek yang dilakukan oleh orang tersebut. Nilai r yang diperoleh yaitu r =0,483 dapat menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel sedang 11
Hubungan antara…, Dyah Utami Sulistianingtyas, FPsi UI, 2014
(Guilford & Frutcher, 1978). Sedangkan nilai signifikansi yaitu (0,000)<0,01 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel konsep diri dan perilaku menyontek. Jadi dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif (Ha) pada penelitian ini diterima. Gambaran Konsep Diri Ditinjau dari Data Partisipan Berdasarkan tabel dibawah ini mengenai gambaran Konsep Diri ditinjau dari data partisipan, perhitungan ini dilakukan dengan melihat hubungan antara Konsep Diri dengan jenis kelamin dan umur partisipan. Gambaran optimisme dapat dilihat berdasarkan tabel dibawah ini: Data Partisipan
N
Mean
signifikansi
Jenis
Laki-laki
34
210,65
t=-1,379
Kelamin
Perempuan
59
211,44
p=0,828
Umur
16
36
209,03
t=-0,969
17
57
212,49
p=0,335
Tabel Konsep Diri dari Data Partisipan Pada tabel diatas dapat dijelaskan bahwa: 1.
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara konsep diri pada
partisipan yang memiliki jenis kelamin laki-laki (M= 210,65, SD 15,740) dan jenis kelamin perempuan (M=212,44 , SD=17,47). Kemudian mean skor pada partisipan berjenis kelamin perempuan lebih tinggi dari pada partisipan dengan jenis kelamin laki-laki. 2.
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara konsep diri pada
partisipan yang berada diumur 16 tahun (M= 209,03 , SD 14,84) dan partisipan yang berada diumur 17 tahun(M=212,49 , SD=17,89) . Kemudian mean skor partisipan yang berada diumur 17 lebih tinggi daripada partisipan yang berada pada umur 16 tahun.
12
Hubungan antara…, Dyah Utami Sulistianingtyas, FPsi UI, 2014
Gambaran Umum Menyontek Ditinjau dari Data Partisipan Berdasarkan tabel dibawah ini mengenai gambaran Konsep Diri ditinjau dari data partisipan, perhitungan ini dilakukan dengan melihat hubungan antara Konsep Diri dengan jenis kelamin dan umur partisipan. Gambaran menyontek dapat dilihat berdasarkan tabel dibawah ini: Data Partisipan
N
Mean
signifikansi
Jenis
Laki-laki
34
77,88
t=-1,059
Kelamin
Perempuan
59
80,00
p=0,293
Umur
16
36
78,89
t=-0,276
17
57
79,44
p=0,783
Tabel Gambaran Menyontek Dari Partisipan Pada tabel diatas dapat dijelaskan bahwa: 1.
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara perilakumenyontek pada
partisipanyang berjenis kelamin laki-laki dengan (M=
77,88, SD 8,57) dan
partisipan berjenis kelamin perempuan dengan (M=80,00 , SD=9,67) . Kemudian mean skor yang diperoleh oleh partisipan dengan jenis kelamin perempuan lebih tinggi dari pada jenis kelamin laki-laki. 2.
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara perilaku menyontek pada
partisipan denganumur 16 tahun (M= 78,89 , SD 9,42) dan partisipan dengan umur 17 tahun(M=79,44 , SD=9,29) . Kemudian mean skor umur pada partisipan dengan umur 16 tahun lebih tinggi dari pada partisipan dengan umur 17 tahun.
Kesimpulan, Diskusi dan Saran Kesimpulan 13
Hubungan antara…, Dyah Utami Sulistianingtyas, FPsi UI, 2014
Dari hasil pengelahan data dan interpretasi yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri individu terhadap perilaku menyontek yang dilakukan oleh individu tersebut. Hubungan yang ditunjukkan tergolong positif yang artinya bahwa semakin positif konsep diri yang dimiliki oleh individu maka semakin besar kemungkinan individu tersebut melakukan perilaku menyontek di sekolah, begitupun sebaliknya. Diskusi Hasil Penelitian Berdasarkan
hasil
pengolahan
data
kuantitatif
yang
dilakukan
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dan perilaku menyontek. Maksudnya adalah terdapat hubungan positif antara konsep diri dan perilaku menyontek, yakni semakin positif konsep diri yang dimiliki oleh individu maka semakin besar kemungkinan individu tersebut untuk melakukan perilaku menyontek, begitupun sebaliknya. Berdasarkan hasil yang diperoleh oleh peneliti, hal ini sesuai dengan teori dari Soemanto, (1998) menjelaskan bahwa konsep diri terhadap tingkah laku seorang siswa di dalam kelas dapat berpengaruh pada prestasi yang dimiliki oleh siswa tersebut.Soemanto, (1998) juga menjelaskan bahwa biasanya siswa dengan konsep diri yang positif juga memiliki kecenderungan untuk melakukan perilaku menyontek disekolah. Walaupun, siswa yang memiliki konsep diri positif telah belajar untuk ujian, namun ketika ujian berlangsung ternyata sebagian siswa lainnya lebih banyak yang menyontek dibandingkan yang tidak, maka adanya kecenderungan pada diri siswa yang belajar untuk ikut menyontek karena dia tidak ingin mendapatkan nilai yang jelek dibandingkan dengan teman-teman lainnya yang menyontek saat ujian berlangsung (Soemanto, 1998). Hal ini juga sesuai dengan penjelasan dari Adiyanti (2006) bahwa pada dasarnya seorang siswa yang memiliki konsep diri yang positif akan berpengaruh pada tingkah laku yang ditampilkan di sekolah karena siswa tersebut akan menunjukkan tingkah laku yang baik karena dipengaruhi oleh kondisi yang terjadi di sekolah mereka. Menurut Adiyanti(2006) sikap seorang siswa akan berubah 14
Hubungan antara…, Dyah Utami Sulistianingtyas, FPsi UI, 2014
menjadi kurang baik dikalau sebagian siswa lainnya juga menunjukkan perilaku yang tidak baik karena adanya keinginan untuk dapat diterima oleh lingkungan mereka. Peneliti menduga bahwa terdapat perbedaan karakteristik siswa pada SMA Negeri 1 Makassar dan SMK negeri 1 Palopo.Lalu pada faktor kedua yaitu, adanya perbedaan bahasa yang digunakan pada sekolah tersebut.Peneliti menduga bahwa pada SMA Negeri 1 Makassar, penguasaan bahasa yang digunakan lebih banyak dikarenakan setiap harinya mereka lebih banyak dihadapkan pada penjelasan-penjelasan dan tugas yang terdapat pada buku sekolah mereka. Berbeda halnya dengan SMK Negeri 1 Palopo, saat pengambilan data siswa yang ikut pada penelitian ini merupakan siswa yang berada dijurusan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ), peneliti menduga bahwa siswa yang berada jurusan Teknik memiliki penguasaan bahasa yang tidak banyak dikarenakan siswa tersebut lebih banyak mengarah pada hal-hal yang bersifat praktek, selain itu peneliti juga menduga bahwa saat melakukan pengisian pada kuesioner para siswa tersebut kurang memahami beberapa pernyataan yang terdapat pada kuesioner. Walaupun saat
melakukan
pengambilan
data,
peneliti
telah
menjelaskan
dan
memperbolehkan kepada para siswa untuk menanyakan item-item yang kurang dipahami. Hal ini sesuai dengan teori dari Baszanger & Dodier (2002) menjelaskan bahwa pada siswa SMK lebih mengarah pada konteks belajar yang fokus untuk melatih dan mengajar siswanya memiliki kemampuan dan daya saing yang tinggi, saat lulus dan ingin memperoleh pekerjaan. Pada siswa SMA konteks belajar diatas tidak ditemukan dikarenakan para siswa belum mengarah pada lingkup dunia kerja.
Perbedaan hasil yang diperoleh juga sesuai dengan teori dari
Hammersley (2006) menjelaskan bahwa siswa SMK, kurikulum dan beban tugas yang diberikan kepada setiap siswanya lebih banyak, dikarenakan para siswa dibiasakan dan dilatih untuk mampu bekerja setelah lulus sehingga saat sekolah pemberian tugas lebih banyak dilakukan melalui praktek-praktek. Pada siswa SMA kurikulum dan beban tugas yang diberikan tidak sebanyak beban tugas pada 15
Hubungan antara…, Dyah Utami Sulistianingtyas, FPsi UI, 2014
siswa SMK karena tugas hanya mengarah pada penyelesaian soal didalam buku teks dan praktek-prakteknya kurang diaplikasikan (Hammersley, 2006). Soemanto (1998) juga menjelaskan bahwa perbedaan jenis kelamin dapat memengaruhi konsep diri dan menyontek siswa disekolah. Siswa yang memiliki jenis kelamin laki-laki lebih memiliki kecenderungan untuk menyontek saat ujian walaupun siswa tersebut memiliki konsep diri yang positif. Hal ini terjadi karena siswa laki-laki memiliki pemikiran tidak peduli sehingga tidak terlalu memikirkan tentang nilai dan situasi dan kondisi yang ada disekolah. Pada siswa perempuan memiliki kecenderungan untuk lebih peka dan sensitif terhadap perolehan nilai dan situasi dan kondisi sekolah sehingga kemungkinan untuk menyontek saat ujian memiliki peluang yang kecil. Hal ini dapat terjadi pada siswa perempuan yang memiliki konsep diri yang positif maupun negatif. Bolin (2004) juga menjelaskan bahwa siswa laki-laki lebih memiliki kecenderungan untuk terbesar untuk menyontek dibanding dengan siswa perempuan. Hal ini dikarenakan, siswa laki-laki menganggap bahwa beban tugas dan ujian tidak dapat dijadikan beban sehingga keinginan untuk belajar menjadi kurang dan akan menyontek saat ujian. Siswa perempuan, tuntutan dan beban tugas yang diberikan merupakan sebuah beban sehingga siswa perempuan memilih untuk belajar dan tidak menyontek sat ujian (Bolin, 2004). SARAN Saran Metodologis Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat menemukan beberapa saran metodologis yang dapat dijadikan bahan acuan jika ingin melakukan penelitian selanjutnya. Diantaranya : 1.
Melakukan tinjauan kembali terhadap alat ukur yang akan digunakan
2.
Pada penelitian berikutnya, diharapkan dapat mempertimbangkan standard error of measurement. Jika sampel yang digunakan berjumlah banyak maka kemungkinan error yang terjadi akan berkurang.
16
Hubungan antara…, Dyah Utami Sulistianingtyas, FPsi UI, 2014
Saran Praktis Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat memberikan saran praktis yaitu : a. Sebaiknya saat pelaksanaan ujian, pihak sekolah mempertimbangkan mengenai tingkat kesulitan soal yang diberikan kepada siswa, mempertimbangkan manajemen waktu yang diberikan untuk siswa menyelesaikan ujian, serta mempertimbangkan pengawasan ujian dalam kelas. Jika pengawasan yang dilakukan pihak sekolah bagus maka kemungkinan siswa untuk menyontek tidak akan terjadi.
17
Hubungan antara…, Dyah Utami Sulistianingtyas, FPsi UI, 2014
Daftar Pustaka Alhadza, A. (2001). Masalah perilaku menyontek (cheating) di dunia pendidikan.Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Anderman, E. M., Griesinger, T., & Westerfield, G. (1998). Motivation and cheating during early adolescence. Journal of Eductional Psychology, 90. Burns, R. B. (1993). Konsep Diri (Teori pengukuran, Perkembangan, dan Perilaku). Alih bahasa: Eddy. Jakarta: Penerbit Erlangga. Fitts, W., H. (1971). The self concept and self actualiazation. (1ST ED). Western Pychlogycal Service: Los Angeles. Fieldman ,O., P. (2009). Human Development, 10 (2). America: Mc Graw Hill. Gloeckler, G., & Merritt, J. (2005). An Ethics Lesson for MBA Wannabes. Business Week. Haryono, W., Hardjanta, G., dan Eriyani, P. (2001). Perilaku Menyontek Ditinjau dari Persepsi terhadap Intensitas Kompetisi dalam Kelas dan Kebutuhan Berprestasi. Psikodimensia. Kajian Ilmiah Psikologi, 2(1). Hidajat, L., L. (2006). Konsep Diri: Apakah Itu? Ketika Anak Mengalami Kegagalan. Yogyakarta: Kanisius. Kohlberg, L. (1981). Essay in Moral Development. The Philosophy of Moral Development. New York. Lipson, C. (2004). Doing honest work in college: how to prepare citations, avoid plagiarism, and advance academic success. Chicago, IL: University of Chicago Press. Midgley (2000). Manual of Pattern of Adaptive Learning Scales. Michigan: University of Michigan. Murdock, T.B., Hale, N.M., Weber, M.J. (2001). Predictors of Cheating among Early Adolescents: Academic and Social Motivations. The Journal of Educational Psychology, vol.26, pp. 96-115.
18
Hubungan antara…, Dyah Utami Sulistianingtyas, FPsi UI, 2014
Newstead, S. E., Franklyn- Stokes, A., & Armstead, P. (1996). Individual Differences in Student Cheating. Journal of Educational Psychology, 88(2). Hakim, T. (2005). Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara. Halida. (2007). Litbang Media Group; Mayoritas Siswa-Mahasiswa Menyontek. Poedjinoegroho, B. (2005). Biasa Mencontek Melahirkan Koruptor. Jakatra: Kompas. Pudjijogjanti, C. R. (1985). Konsep Diri dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penelitian Unika Atmajaya. Soemanto, W. (1998). Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Setyani, U. (2007). Hubungan Antara Konsep Diri dengan Intensitas Menyontek pada Siswa SMA Negeri 2 Semarang. Semarang: Universitas Diponegoro. Usmedi. (2013). Penerapan Karakter Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kompetensi Fisika Siswa SMK Negeri 1 Padang. Prosiding Semirata. Lampung: Universitas Lampung.
19
Hubungan antara…, Dyah Utami Sulistianingtyas, FPsi UI, 2014