PERGESERAN STRATEGI PENGEMBANGAN BURSA EFEK JAKARTA (BEJ ) : PERTUMBUHAN LIBERAL MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKEADILAN
PIDATO PENGUKUHAN
Diucapkan pada Upacara Peresmian Penerimaan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang, 15 Desember 2005
OLEH : SUGENG WAHYUDI
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2005 1
PERGESERAN STRATEGI PENGEMBANGAN BURSA EFEK JAKARTA (BEJ ) : PERTUMBUHAN LIBERAL MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKEADILAN
Prof. Dr. H. Sugeng Wahyudi, MM.
PIDATO PENGUKUHAN
Diucapkan pada Upacara Peresmian Penerimaan Jabatan Guru Besar dalam ilmu Manajemen Pada Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang, 15 Desember 2004
Diterbitkan Oleh Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang ISBN: 979.704.276.6 2
Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu ialah orang-orang yang berjalan di atas muka bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. (Surat Al Furqon ayat 63 )
Dan orang-orang yang membelanjakan harta, mereka tidak berlebihan, dan tidak pula kikir, dan adalah pembelanjaan itu di tengah-tengah yang demikian. (Surat Alfurqon ayat 67).
Allah Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali–kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang, maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang ? ( Surat Al Mulk ayat 4 )
Sesungguhnya segala amal itu ditinjau dari niatnya dan setiap orang akan diganjar sesuai dengan apa yang dia niatkan. ( Al- Hadis )
3
BismilLaahi al-rakhmaani al-rakhiimi Yang saya hormati : Bapak Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia atau yang mewakili Bapak Gubernur dan Muspida Tingkat I Jawa Tengah atau yang mewakili Bapak Rektor / Ketua Senat Universitas Diponegoro Sekretaris Senat Universitas Diponegoro Seluruh Anggota Dewan Penyantun Universitas Diponegoro Para Anggota Senat dan Dewan Guru Besar Universitas Diponegoro Bapak Gubernur dan Muspida Tingkat I Jawa Tengah atau yang mewakili Para Guru Besar dari Luar Lingkungan Universitas Diponegoro Para Pembantu Rektor Universitas Diponegoro Para Dekan dan Direktur dan Ketua Lembaga di Lingkungan Universitas Diponegoro Para Dosen di Lingkungan Universitas Diponegoro Para tamu undangan, teman sejawat, handai tolan dan hadirin semuanya : Assalamu’alaikum wa rakhamtulLaahi wa barakatuhu Selamat pagi dan salam sejahtera
4
Pertama-tama marilah kita panjatkan syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT, karena limpahan karunia dan rahmat-Nya sehingga kita bisa berkumpul di ruangan yang penuh berkah ini, untuk mengikuti Sidang Senat Terbuka Universitas Diponegoro. Terima kasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada Bapak Rektor / Ketua Senat Universitas Diponegoro, yang telah memberikan
kesempatan
dan
kehormatan
kepada
saya
untuk
menyampaikan pidato pengukuhan saya sebagai Guru Besar Ilmu Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Hadirin yang saya hormati; perkenankanlah saya menyampaikan pidato pengukuhan saya yang berjudul :
PERGESERAN STRATEGI PENGEMBANGAN BURSA EFEK JAKARTA (BEJ) : PERTUMBUHAN LIBERAL MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKEADILAN Peletakan dasar falsafah Ekonomi telah diawali oleh Aristoteles dengan membedakan antara istilah oikonomies (peraturan rumah tangga) dan crematisi ( peraturan tukar menukar hasil rumah tangga). Pemikiran
tentang
falsafah
dasar
ekonomi
tersebut
kemudian
dikembangkan sebagai dasar pemikiran bagi pemikir ekonomi yang lain pada periode berikutnya.. Pada abad ketujuh belas telah muncul seorang tokoh pemikir ekonomi yang mengemukakan konsep tentang upaya memakmurkan suatu bangsa. Adam Smith (1796) mengemukakan bahwa upaya memakmurkan
suatu
bangsa
dapat
dilakukan
dengan
cara 5
meningkatkan nilai. Lebih lanjut dia mengemukakan bahwa cara yang paling baik untuk mewujudkan kemakmuran suatu bangsa yaitu dengan adanya kebebasan dalam hal “ perfect freedom of industry and commerce. Perkembangan berikutnya terjadi pada abad kedelapan belas, konsep tersebut dikembangkan oleh tokoh berikutnya Ricardo (1817) yang merumuskan pengelompokan nilai menjadi dua kelompok yaitu : (1) nilai penggunaan (value in use) dan (2) nilai tukar (value in exchange). Peningkatan nilai tidak hanya terbatas pada peningkatan nilai sumber daya produksi tetapi juga peningkatan nilai atau keunggulan dalam pertukaran. Berkaitan dengan nilai penggunaan dan nilai tukar, falsafah Jawa telah mengungkapkan hubungan diantara kedua nilai tersebut dengan ungkapan falsafah Jawa “ana rego ana rupo”, artinya harga suatu barang merefleksikan aspek kualitas barang tersebut. Pendekatan konsep Syariah juga mengemukakan tolok ukur pasar modal yang Islami. Laporan satgas dari organisasi internasional komisi sekuritas (IOSCO, 2004) mengemukakan ada empat unsur yang dilarang pada konsep syariah yaitu riba, penipuan, judi dan perdagangan barangbarang larangan. Jika tidak terjadi penipuan harga, maka harga jual saham di bursa akan relatif sama dengan nilai fundamental dari saham tersebut Sejalan dengan hal tersebut dilihat dari aspek agama Tuhan YME telah mengajarkan bahwa kualitas manusia itu sepadan dengan amal
6
dan
perbuatan
yang
dilakukannya.
Jika
nilai
amal
dan
perbuatannya baik maka kualitas dirinya oleh Tuhan YME akan dinilai baik. Pertanyaan yang relevan antara konsep nilai dengan keadaan masa kini adalah sudahkah kinerja pada bidang-bidang usaha untuk upaya peningkatan nilai bagi kemakmuran bangsa tersebut hasilnya sudah dapat terdistribusi secara adil kepada masyarakat? Seperti diketahui bahwa suatu investasi pada bidang usaha dapat dikelompokkan sebagai investasi pada real asset atau sektor riil dan investasi pada financial asset atau sektor finansial. Investasi pada pasar modal termasuk bentuk investasi pada financial asset. Bagi produk pasar modal besarnya value in use dicerminkan oleh nilai fundamental dari produk tersebut. Sedangkan besarnya value in exchange diukur dengan besarnya nilai pasar atau nilai jual dari produk tersebut di bursa efek. Berkaitan dengan hal tersebut perlu dikaji lebih lanjut faktor apa yang menjauhkan atau membedakan antara nilai fundamental dengan nilai jualnya. Pemahaman tentang perbedaan di antara kedua nilai tersebut dapat dilihat dari mulai proses kelahiran pertama kali saham tersebut di pasar perdana dan kemudian perkembangannya pada waktu ditransaksikan di pasar sekunder. Pertumbuhan yang berkeadilan adalah pertumbuhan yang berkeseimbangan. Indikasi pertumbuhan yang tidak berkeadilan terlihat dengan adanya pertumbuhan kinerja yang tinggi, tetapi terjadi ketidakseimbangan : (1) keuntungan jangka pendek
dan
jangka
panjang,
(2)
ketidak-seimbangan
distribusi
keuntungan antar lapisan investor, (3) ketidakseimbangan antara 7
permintaan dan penawaran saham pada penawaran umum perdana dan, (4) ketidakseimbangan kontinuitas (Peristiwa Delisting) di Pasar Sekunder. Untuk menuju tercapainya keseimbangan di antara faktor-faktor tersebut, diperlukan strategi pemberdayaan pada berbagai stakeholder yang terkait dengan pengembangan Bursa Efek Jakarta khususnya: (1) pemberdayaan emiten (perusahaan), (2) investor, (3) sistem pendukung & regulasi dan, (4) pemberdayaan information sharing.
Hadirin yang saya hormati Perkembangan pasar modal di Indonesia Pasar modal berperan sebagai suatu media yang menjembatani kepentingan
perusahaan
dan
kepentingan
investor.
Dari
sisi
perusahaan, pasar modal berperan sebagai media untuk mencari alternatif sumber dana. Keberadaan pasar modal memberikan alternatif pendanaan
selain
sistem
perbankan
dalam
memobilisasi
dana
masyarakat. Melalui pasar modal, perusahaan dapat menerbitkan surat berharga yang berupa : surat tanda hutang (obligasi) atau surat tanda kepemilikan (saham) . Dilihat dari kepentingan masyarakat, pengembangan pasar modal menurut Congsheng Wu (2005) bertujuan untuk meningkatkan tabungan masyarakat dan komposisinya serta meningkatkan efisiensi, integrasi dan harmonisasi pada penggunaan modal. Seperti diketahui bahwa
setiap
perusahaan
ataupun
lembaga
yang
sudah
mendeklarasikan Go Publik berarti menjadi milik masyarakat yang 8
diwakili
oleh
para
pemegang
saham.
Hal
tersebut
membawa
konsekuensi bahwa perusahaan senantiasa dituntut memberikan kinerja yang bernilai tidak hanya bagi lembaganya itu sendiri melainkan lebih pada kontribusinya terhadap pemegang saham. Hadirin yang terhormat Perkembangan kinerja Bursa Efek Jakarta Bursa Efek berperan menyelenggarakan dan menyediakan sarana sebagai media pertemuan penjual dan pembeli produk dari pasar modal berupa surat berharga. Secara umum kinerja bursa efek Jakarta terutama tahun 2004 yang diukur dengan perkembangan indeks harga saham gabungan (IHSG) relatif pesat dengan menghasilkan keuntungan pasar (market return) yang relatif tinggi jauh dari keuntungan pasar pada bursa yang lain. Pada tahun 2004 keuntungan pasar di bursa efek Jakarta hampir mencapai 42 % yang relatif merupakan angka keuntungan tertinggi dibandingkan dengan bursa efek lainnya di tingkat global seperti bursa STI di Singapura (12,7%), Hang Seng di Hongkong (8,9%), Nikei di Jepang (6,1%) dan Dow Jones di Amerika (4%). Perkembangan tersebut secara terperinci terluhat pada tabel 1.
9
Tabel 1. Perkembangan Indeks Bursa Global dan Bursa Efek Jakarta Periode awal tahun dan akhir tahun 2004 Bursa
1
Dow Jones (Amerika )
Awal Tahun 10.410
2
Hang Seng(Hong
13.005
14.163
8,9
1.829
2.061
12,7
No
Akhir Tahun 10.829
Kenaikan (%) 4,0
Kong) 3
Strait Times(Singapura )
4
Nikei ( Jepang)
10.825
11.488
6,1
5
London (FTSE)
4.510
4.818
6,8
6
BEJ (Jakarta)
704
1.000
42,0
Sumber : www.jsx.co.id, diolah
10
Urutan persentase kenaikan diantara berbagai bursa dan bursa efek Jakarta
terlihat
secara
nyata
pada
bagan
1.
Bagan 1. Perkembangan Indeks Bursa Global dan Bursa Efek Jakarta Periode awal dan akhir tahun 2004
45,0 40,0 35,0 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 ) ik a er
(A m
Je pa ng )
)
ne
s
ik e
i(
(F TS E
Jo ow
Ko ng )
Lo nd on
N D
g
Se
ng
(H on g
ng ap ur a an H
St
ra it
Ti m
es (S i
BE J
(J
ak ar
ta
)
)
Kenaikan (%)
Investor yang melakukan transaksi perdagangan di BEJ terdiri dari investor domestik maupun investor asing yang berasal dari berbagai mancanegara. Dalam hal aliran kapital dan transaksi perdagangan, pasar modal di Indonesia dapat dikategorikan menganut sistem perdagangan secara liberal. Terdapat kebebasan dalam hal aliran modal masuk dan aliran modal keluar. Demikian pula dalam transaksi perdagangan, semua lapisan investor baik investor domestik maupun investor asing, bebas bertransaksi pada semua jenis saham yang diperdagangkan.
11
Liberalisasi transaksi perdagangan saham Kebijakan dalam hal kebebasan transaksi perdagangan seperti kebijakan memakan buah simalakama. Liberalisasi menurut Christopher (2000) cenderung memaksimumkan efisiensi dalam penggunaan kapital. Liberalisasi, hasil penelitian Yogendra Timilsina ( 2001) meningkatkan pertumbuhan yang berkelanjutan pada bursa efek. Penelitian Peter Blair Henry (2000) pada sebelas negara yang termasuk sebagai emerging market mengungkapkan bahwa liberalisasi perdagangan saham yang dilakukan dengan cara membuka diri terhadap kehadiran investor asing ternyata meningkatkan pertumbuhan investasi, meningkatkan likuditas perdagangan saham dan selanjutnya meningkatkan petumbuhan indeks harga saham gabungan di bursa efek. Sebaliknya hasil penelitian Akiko Kamesaka et al. (2004) mengungkapkan bahwa adanya capital inflow secara berlebihan oleh investor asing ternyata cenderung
menciptakan ketidakstabilan.
Investor asing pada umumnya menikmati keuntungan secara optimal baik sebelum krisis maupun sesudah krisis. Sedangkan investor domestik pada umumnya menikmati keuntungan yang tidak optimal baik sebelum krisis maupun sesudah krisis. Pada Bursa Eek Jakarta, liberalisasi transaksi perdagangan saham telah meningkatkan gairah perdagangan tetapi sekaligus meningkatkan risiko yang ditandai dengan semakin fluktuatifnya return atau tingkat kembalian dalam perdagangan saham. Proporsi transaksi dari investor asing semakin lama semakin meningkat dari 8% pada tahun 2002 menjadi 41% tahun 2004. Seiring dengan meningkatnya 12
proporsi investor asing dalam perdagangan maka nilai transaksi meningkat dari rata-rata per hari 492 miliar rupiah tahun 2002 menjadi rata-rata 1,7 triliun rupiah pada tahun 2004. Dampaknya, kinerja BEJ yang diukur dengan indeks harga saham gabungan tumbuh dengan pesat dari posisi 425 tahun 2002 menjadi posisi 1.000 di tahun 2004.
Tabel 2. Perkembangan Komposisi investor, Volume dan Nilai transaksi serta IHSG No.
Uraian
Tahun
Tahun
Tahun
2002
2003
2004
1
Transaksi Investor Asing
8%
28,1 %
41 %
2
Transaksi Investor Domestik
92 %
71,9%
59 %
3
Volume transaksi harian
698,8
967,1
1.708,6
4
Nilai transaksi ( Miliar Rp)
492,9
518,3
1.024,9
5
IHSG (Akhir Tahun )
424,9
691,9
1.000,2
Sumber: www.jsx.co.id Hubungan antara proporsi transaksi perdagangan investor asing, rata-rata nilai transaksi perdagangan harian dan IHSG berkembang searah. Semakin tinggi proporsi transaksi perdagangan investor asing, maka semakin tinggi nilai perdagangan dan juga semakin tinggi IHSG seperti terlihat pada grafik 1.
13
45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
Poin / Miliar Rp
1200 1000 800 600 400 200 0 2002 Nilai Transaksi
Kebebasan
dalam
2003 Tahun IHSG
Persen
Grafik I. Proporsi Transaksi Inv Asing, Nilai Transaksi dan IHSG
2004 Proporsi Inv Asing
perdagangan
telah
meningkatkan
pertumbuhan pasar melalui transaksi perdagangan yang tinggi, namun demikian kebebasan tersebut cenderung membatasi keadilan. Hal ini tidak sesuai dengan kondisi semangat kebebasan natural dalam produksi dan perdagangan seperti yang sudah disemangatkan oleh tokoh pemikir seperti Adam Smith. Dalam kondisi liberalisasi perdagangan dapat diperkirakan kategori investor
yang mendapatkan distribusi keuntungan terbesar.
Kategori investor yang manakah mendapat bagian banyak, apakah investor besar atau investor kecil, investor institusional ataukah investor individual. Pada kenyataannya, sumberdaya yang dimiliki oleh investor besar jauh lebih kuat dari investor kecil atau sumberdaya yang dimiliki oleh investor institusional jauh lebih kuat dari investor individual. Suatu keinginan pencapaian pertumbuhan yang tinggi dapat ditempuh melalui alternatif liberalisasi dan nonliberalisasi. Pertumbuhan nonliberalisasi 14
dengan cara menutup diri dari investasi asing dapat dilakukan. Namun demikian nonliberalisasi dengan sumberdaya yang terbatas akan menghasilkan pencapaian pertumbuhan yang tidak optimal. Menyikapi perkembangan tersebut saya berpendapat bahwa liberalisasi transaksi perdagangan merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari. Liberalisasi transaksi perdagangan mendekatkan ke arah tujuan meningkatkan pertumbuhan yang optimal pada pasar modal. Namun demikian
disadari
bahwa
liberalisasi
perdagangan
telah
nyata
menjauhkan dari cita-cita keadilan dalam distribusi keuntungan pada semua lapisan investor. Liberalisasi perdagangan merupakan pilihan yang bersifat sementara. Alternatif pengganti perlu dipersiapkan dan pemberdayaan secara menyeluruh sangat diperlukan untuk mensiasati keadaan tersebut.
Perkembangan nilai saham di pasar perdana. Ketika suatu perusahaan mendeklarasikan Go Publik sebagai bentuk kelahirannya di bursa efek, akan dijumpai beberapa alasan yang mendasarinya. Bagi perusahaan, motivasi pertama Go Publik adalah dalam rangka mendapatkan alternatif sumber dana dari masyarakat untuk pengembangan perusahannya. Sedangkan dilihat dari pihak investor, dengan menanamkan investasinya pada pasar modal, maka akan mendapat peluang keuntungan secara lebih baik berupa dividen yang merupakan sebagian dari laba perusahaan serta mendapat keuntungan berupa capital gain yang didapat dari keuntungan transaksi perdagangan saham. 15
Perusahaan yang Go Publik di masyarakat ditandai dengan peristiwa kelahiran pertama di pasar primer melalui peristiwa Initial Public Offering (IPO) atau penawaran umum perdana Hasil penelitian dari Kim.J.B (1993) tentang motivasi perusahaan Go publik menyatakan bahwa para pengusaha menganggap Initial Public Offering atau penawaran
umum
perdana
tersebut
sebagai
upaya
untuk
mengumpulkan dana demi membiayai proyek-proyek investasi mereka. Alasan kedua dengan Go Publik, perusahaan ingin berbagi dengan masyarakat dalam hal keuntungan yang mungkin diperoleh dari usahanya maupun berbagi dalam hal resiko yang akan dihadapi. Ditemukan cukup banyak bukti bahwa initial public offering atau penawaran umum perdana mendatangkan sejumlah besar keuntungan awal (initial return), tidak lama setelah diterbitkan. Ritter (1988) dan peneliti
lain
pernah
melaporkan
kinerja
harga
saham
dapat
direalisasikan hanya beberapa minggu sejak tanggal penawaran perdana hingga saham tersenut dapat ditransaksikan di bursa sekunder. Permasalahan pada penawaran umum perdana, beberapa penelitian menunjukkan bahwa peristiwa penawaran umum perdana bagi perusahaan yang Go Publik lebih merupakan fenomena jangka pendek. Pada paska penawaran umum perdana, tingkat kembalian (return) awal saham yang tercipta dalam jangka pendek terbukti lebih besar dari tingkat kembalian jangka panjang (satu tahun) sesudah penawaran umum perdana. Bahkan banyak dijumpai fenomena perusahaan
yang
melaksanakan
penawaran
umum
perdana
memberikan keuntungan yang tinggi dalam jangka pendek tetapi justru 16
menciptakan keuntungan negatif dalam jangka panjang atau setelah satu tahun. Tabel 3 Return awal rata-rata di negara-negara berkembang dan Indonesia Ukuran Negara
Peneliti
Periode Sampel
Hong
Kinerja (%) Jangka
Jangka
Pendek
Panjang
Dawson
1978 – 1983
21
13,8
–9,3
Malaysia
Dawson
1978 – 1983
21
166,7*
+18,2
Singapura
Dawson
1978 – 1983
39
39,4
–2,7
Malaysia
Dawson
1978 – 1983
21
166,7*
+18,2
Korea
Kim, Krinsky
1985 – 1990
275
79,0*
–
1994 – 1997
78
5,87
-35,51
1997 – 2003
108
51,9
25,6
Kong
dan Lee Indonesia
Indra dan Arum
Indonesia
Sugeng Wahyudi
Sumber : Kim (1993) , Dawson (1987), Indra (2001) , Sugeng Wahyudi (2004). Pada periode 1997 –2003 pertumbuhan Retun Awal Saham di Indonesia tumbuh dengan pesat jika dibandingkan periode sebelumnya tahun 1994-1997, seperti terlihat pada bagan 2. Namun demikian masih
17
terlihat ketidakseimbangan antara Retun Awal Saham jangka pendek dengan Retun Awal Saham jangka panjang. Bagan 2. Return Awal rata-rata di negara berkembang dan Indonesia 200.00 150.00 100.00
Kinerja (%) Jangka Pendek
50.00
Kinerja (%) Jangka Panjang
(2 00 4)
(2 00 1)
In do ne si a
(1 98 7)
In do ne si a
(1 98 7)
M al ay si a
Si ng ap ur a
H
on g
K
on g
-50.00
(1 98 7)
0.00
Ketidakseimbangan keuntungan jangka pendek dan jangka panjang Suatu penelitian yang telah dilakukan oleh Sugeng Wahyudi (2004) mengungkapkan bahwa pada umumnya perusahaan yang Go publik di Indonesia dalam jangka pendek rata-rata menciptakan keuntungan
perdana
yang
menggembirakan
(51,9%).
Meskipun
demikian sesudah memasuki pasar sekunder dalam jangka panjang sekitar 1 tahun, maka tingkat keuntungan tersebut semakin lama justru semakin berkurang (25,56%). Dengan demikian diperlukan suatu pemikiran bagaimana cara menyeimbangan tujuan untuk memperoleh keuntungan jangka pendek dan keuntungan jangka panjang. Diperlukan peningkatan pemberdayaan dari semua pihak yang terkait. Menurut pendapat saya, sejak penawaran umum perdana diperlukan adanya motivasi atau komitmen yang benar baik dari sisi 18
emiten yang menerbitkan saham maupun dari sisi para investor. Sejalan dengan UU RI No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal, dapat dirumuskan bahwa ada tiga pertimbangan lahirnya undang-undang tersebut yaitu pasar modal sebagai sumber pembiayaan bagi dunia usaha yang mempunyai peran strategis dalam pembangunan, wahana investasi yang menguntungkan bagi masyarakat dan tidak terjadi praktik yang merugikan di antara para pelaku pasar. Ketiga dasar pertimbangan tersebut seharusnya selalu mendasari motivasi dan komitmen dari para pelaku pasar. Pencapaian sasaran jangka pendek seharusnya merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan sasaran jangka panjang. Merupakan logika terbalik bila yang terjadi sasaran jangka pendek lebih baik dari pencapaian sasaran jangka panjang. Penetapan sasaran jangka pendek yang benar adalah bila penetapan sasaran tersebut disertai dengan komitmen pencapaian sasaran jangka panjang. Pencapaian sasaran jangka pendek merupakan suatu prestasi. Upaya pencapaian sasaran jangka panjang secara lebih baik dari jangka pendek merupakan suatu tindakan yang terpuji.
Hadirin yang saya hormati Ketidakseimbangan distribusi keuntungan Penelitian Sugeng Wahyudi
(2004) telah dilakukan dengan
periode pengamatan tahun 1997 s.d 2003 pada 108 perusahaan yang mengadakan
penawaran
umum
perdana,
ternyata
tidak
semua
menciptakan keuntungan awal. Dari jumlah tersebut sebanyak 17 19
perusahaan (15,7%) mendatangkan kerugian awal, sebanyak 14 % dengan keuntungan awal nihil dan sebanyak 77 perusahaan (71,3% ) meciptakan keuntungan awal yang positif pada para investor. Dari sebanyak 77 perusahaan yang memberikan peluang keuntungan tidak berarti otomatis para investor di bursa efek dapat menikmati keuntungan tersebut. Fakta berikut ini memberikan suatu gambaran tentang keadaan tersebut. Ketidakmerataan keuntungan dapat dijelaskan dengan teori asimetri informasi atau kepemilikan informasi yang tidak seimbang antara pihak satu dengan pihak lainnya. Penyebaran informasi diterima secara tidak seimbang oleh satu pihak dengan pihak lainnya. Terdapat suatu informasi yang hanya dapat ditangkap dengan baik oleh para investor yang tergolong well informed. Sedangkan pihak lainnya tidak dapat menangkap informasi tersebut. Diantara informasi perusahaan terdapat informasi yang tersembunyai ‘hidden information‘ (Arrow, 1985). Adanya asimetri informasi merupakan syarat bagi efektivitas pengembangan bursa efek. Hasil penelitian empiris oleh Chiraphol N. Chiyachantana
(2004)
mengungkapkan
bahwa
adanya
regulasi
perdagangan akan efektif dalam suatu keadaan terjadi asimetri informasi yang rendah. Dengan perkataan lain regulasi akan efektif bila penyebaran informasi kepada lapisan investor relatif merata. Sejalan dengan pemikiran tersebut, dapat dirumuskan bahwa berbagai macam regulasi yang telah dikeluarkan oleh otoritas bursa pada bursa efek Jakarta akan berjalan optimal bila disertai dengan 20
upaya mengurangi terjadinya asimetri informasi di kalangan para emiten dengan investor maupun investor dengan investor lainnya. Asimetri juga sering terjadi diantara lapisan investor khususnya investor asing dengan investor domestik. Sering terjadi adanya suatu kenyataan dalam transaksi perdagangan, sewaktu investor asing dalam keadaan net selling atau lebih banyak jual sebaliknya investor domestik dalam posisi net buying atau lebih banyak beli. Optimalnya keuntungan dalam keadaan net selling atau net buying tergantung pada posisi siklus dari suatu saham.
Hadirin yang saya hormati Analisis lingkungan pasar Analisis
tehnikal
merupakan
pendekatan
yang
umumnya
digunakan pada tahapan analisis lingkungan pasar. Siklus suatu saham dapat dipelajari melalui pendekatan analisis Tehnikal. Menurut Chan, Hugh
(1996)
analisis
tehnikal
merupakan
analisis
siklus
yang
mempelajari pola gerakan harga saham masa lalu dan memprediksi pola gerakan harga pada periode berikutnya. Pada siklus yang terbentuk tergambar level support maupun level resistance. Level support merupakan level atau area bawah atau penopang, di mana pada posisi tersebut kekuatan arus pembelian mampu menahan atau menopang adanya tekanan arus penjualan. Dengan demikian harga saham tertahan untuk tidak turun lagi. Sedangkan level resistance merupakan keadaan yang sebaliknya.
21
Keuntungan yang optimal sering terlihat banyak terdistribusi pada investor asing. Penelitian secara cermat pada bursa efek memberikan suatu gambaran bahwa pada umumnya investor asing dalam keadan net selling ketika posisi resistance. Keadaan net selling atau lebih banyak jual ketika pada posisi resistance atau posisi puncak berarti keputusan menjual saham dalam jumlah relatif besar pada saat posisi harga sedang tinggi. Sebaliknya, pada umumnya investor asing dalam keadan net buying ketika posisi support. Keadaan net buying atau lebih banyak beli ketika pada posisi support atau posisi topang bawah berarti keputusan membeli saham dalam jumlah relatif besar pada saat posisi harga sedang rendah. Dampaknya investor asing dapat mengambil keuntungan yang optimal dari beli pada posisi harga murah dan jual pada posisi harga mahal. Sedangkan investor domestik pada umumnya dalam keadaan keadaan net buying atau lebih banyak beli ketika posisi resistance atau posisi puncak dan dalam keadaan net selling atau lebih banyak jual pada posisi resistance atau posisi harga di puncak. Dengan demikian yang terjadi adalah beli pada harga tinggi dan jual pada harga rendah, sehingga keuntungannya tidak optimal. Gambaran tersebut terlihat pada table 4 maupun grafik 2.
22
Tabel 4. Kinerja Saham menurut Kelompok investor Investor Asing/
Investor Domestik
Institutional Tanggal
IHSG
Resistance/ Support
Net
Net
Nilai
Nilai
Buying/
Nilai
Nilai
Buying/
Beli
Jual
(Net
Beli
Jual
(Net
Selling) 22/3/05
1.152,6
Resistance
31/3/05
1.065,1
10/8/05
1.176,8
29/8/05
994,8
Selling)
1,165
1,301
(136)
1,631
1,497
134
Support
831
763
67
1,257
1,325
(68)
Resistance
461
543
(82)
1.017
935
82
Support
986
573
413
5325
1743
(414)
Sumber: www.jsx.co.id, diolah Menyikapi keadaan tersebut kami berpendapat bahwa posisi siklus naiknya harga saham merupakan sesuatu yang alami akan selalu terjadi di pasar atau bursa efek. Investor yang membekali ilmu dalam berinvestasi akan dapat membaca sinyal sebagai arah pasar secara lebih baik. Dengan demikian, keputusannya tidak akan bertentangan dengan arah dari pasar. Dengan ilmu, keyakinan investor dalam berinvestasi akan menjadi lebih teguh. Dengan ilmu, sikap investor menjadi lebih tenang ketika harga sahamnya sedang berada di posisi bawah, karena menyadari siklusnya sedang berada di bawah, suatu saat silkusnya akan berganti berada di atas. Investor yang berilmu, mampu menerjemahkan ayat atau tanda-tanda kebesaran Ilahi, sesungguhnya sesudah kesukaran akan datang suatu kemudahan.
23
Tabel 2. Keputusan Investor dan Posisi Pasar Resistance Investor Asing Net Selling (Saldo Jual ) Investor Domestic net buying (saldo Beli )
1200
A
IHSG (point)
1150 1100 1050 Support Investor Asing Net buying Investor Domestic net selling
1000
B 950 900 9
12
18
23 26 31 6 Agustus-September 2005
9
14
Hasil penelitian Pierre L. Siklos dan Martin T. B, (2005) mengungkapkan tentang perilaku perdagangan ketika keadaan bursa efek sedang menurun. Investor atau trader yang tergolong sebagai trader umpan balik positif, tidak bersemboyan ”beli saham pada harga murah dan menjual sesudah harga naik“ tetapi ”beli saham pada harga mulai memasuki area positif dan akan menjual saham ketika sampai posisi positif yang optimal“. Sedangkan
yang
tergolong
sebagai
trader
cerdas
yaitu
keputusan mereka membeli seberapa besar atas saham akan ditentukan berdasar pertimbangan prediksi hasil lebih (excess return) di
24
atas pendapatan bunga atas investasi bebas resiko. Bunga SBI merupakan salah satu bentuk bunga atas investasi bebas risiko.
Semakin besar prediksi hasil lebih (excess return) di atas pendapatan bunga, maka mereka akan semakin relatif banyak membeli dan memegang saham. Analisis tehnikal pada hakikatnya adalah menggambarkan behavior finance atau merupakan pencerminan suara pasar. Benarkah suara pasar merupakan suara kebenaran? Penelitian James Surowiecki (2005) mengungkapkan bagaimana kecerdasan yang dikombinasikan dan input suatu kelompok orang dapat menciptakan kesimpulan yang maksimum. Dia mengibaratkan sebagaimana pertunjukan pada TV tentang Who Wants to be a Millionaire. Disampaikan lebih lanjut bahwa suara pasar adalah bentuk lain dari pikiran kolektif yaitu "lebih pandai" dibanding individu yang mengambil bagian pada mereka. Pasar membuang yang lemah, gagasan yang lemah, kebimbangan dalam proses pengambilan keputusan dan juga mampu untuk mengumpulkan informasi yang beragam dari para pelaku pasar ke dalam suara yang benar .Namun demikian suara pasar merupakan suara kebenaran bila suara tersebut netral dari pengaruh leader pada pasar tersebut. Suara pasar yang berasal dari suara kelompok merupakan suara pasar sejati bila suara kelompok merupakan suara dari pertimbangan mandiri dan dengan mekanisme kolektif. Suara pasar yang benar bukan berasal dari suara intuisi dari para pelakunya melainkan suara kecerdasan dari pelaku pasar . Hal ini 25
sejalan
dengan
mengemukakan
penelitian bahwa
Richard intuisi
P. yang
Larrick
(2004)
digunakan
yang untuk
mengkombinasikan pendapat bertentangan atau menyalahi prinsip ratarata.
Penelitian
Forsythe
et
al.
(1992)
juga
mengungkapkan
kemungkinan adanya bias pasar. Polling data dari investor di pasar modal menggambarkan kesamaan judgement yang dapat bias antara faktor psikologis dengan politikal para scientist yang umumnya menggambarkan nilai fundamental. Menyikapi hal tersebut saya berpendapat bahwa kombinasi antara kecerdasan pengambil keputusan dengan suara pasar yang didasarkan pertimbangan mandiri pada mekanisme kolektif, akan dapat menghasilkan keputusan yang optimal.
Hadirin yang berbahagia Ketidakseimbangan Permintaan dan Penawaran Peristiwa penawaran umum perdana pada umumnya diiringi dengan keadaan terjadinya oversubscribed atau undersubcribed. Van Horne (1995) ahli manajemen keuangan memberikan arti istilah oversubcribed sebagai kelebihan permintaan terhadap saham karena permintaan lebih besar dari penawaran. Dengan demikian yang terjadi yaitu tidak semua investor yang telah memesan beli saham akan mendapatkan sejumlah saham sesuai dengan jumlah yang diinginkan. Pada tahun 2004 penawaran umum perdana saham bank BRI, saham bank Mandiri dan PT Adhi Karya sebagai saham yang kelebihan permintaan. Jumlah permintaan terhadap saham bank BRI sebanyak 26
13,6 kalinya penawaran yang tersedia. Akibatnya tidak semua permintaan yang diajukan dapat terpenuhi. Tabel.5. Saham Oversubscribed pada Penawaran Umum Perdana Periode tahun 2003 s/d 2005 No
Saham
Penawar
Perminta
Over
Harga
an (Juta
an (Juta
Subscribed
Perdana
lbr shm)
lbr shm)
(kali)
(Rp)
Harga Hari I Ps Sekunder
Return Awal (%)
1
Bank Mandiri
4.000
28.925
7,23
675,-
850,-
25,9
2
Bank BRI
4.764
65.000
13,6
875,-
950,-
8,6
3
Adhi Karya
441
1.000
2, 3
150,-
170,-
13,3
Sumber: www.jsx.co.id, diolah Dalam kondisi liberalisasi perdagangan pada distribusi saham dapat diperkirakan
kategori investor apa yang mendapatkan bagian
banyak. Kategori investor manakah yang mendapat bagian keuntungan banyak, apakah investor besar atau investor kecil, investor institusional ataukah investor individual. Pada kenyataannya, sumberdaya yang dimiliki oleh investor besar jauh lebih kuat dari investor kecil atau sumber daya yang dimiliki oleh investor institusional jauh lebih kuat dari investor individual. Kebebasan
dalam
perdagangan
telah
nyata
menciptakan
pertumbuhan keuntungan yang tinggi, namun demikian ternyata membatasi keadilan. Hal ini tidak sesuai dengan kondisi semangat kebebasan natural dalam produksi dan perdagangan seperti yang sudah disemangatkan oleh tokoh pemikir seperti Adam Smith,
27
Hadirin yang saya hormati Ketidakseimbangan kontinuitas (Peristiwa Delisting) di Pasar Sekunder Dilihat secara historis, Bursa Efek Jakarta telah lahir di Indonesia sejak zaman pemerintahan Belanda 1912 dan sejak 3 Juni 1952 dikukuhkan melalui Undang-undang no 15 tahun 1952 tentang pasar modal di Indonesia. Perkembangan perusahaan yang Go Publik di pasar modal Indonesia semakin lama semakin bertambah jumlahnya. Namun demikian fakta menunjukkan bahwa tidak semua perusahaan yang sudah Go Publik kemudian tetap exist di Bursa Efek Jakarta. Sebagian di antaranya terkena delisting dan terpaksa keluar dari bursa efek jakarta.
Perusahaan
mengakibatkan
yang
kerugian
terkena
bagi
sangsi
investor
delisting
terutama
ternyata
dalam
hal
pengembalian dana investasinya. Perkembangan kinerja dari perusahaan yang telah Go Publik pada pasar modal di Indonesia dapat dikatakan relatif maju. Sampai tahun 1990 jumlah perusahaan yang tercatat (listing) di bursa efek jakarta sebanyak 34 perusahaan. Pada kurun waktu lima tahun kemudian sampai tahun 1995 naik menjadi 156 perusahaan atau bertambah sebanyak 122 perusahaan. Tahun 1995 sampai 2000 perusahaan yang tercatat menjadi 213 perusahaan atau bertambah 57 perusahaan. Lima tahun terakhir ini perusahaan baru yang tercatat sebanyak 121 sehingga total yang tercatat menjadi 334 perusahaan. Hambatan yang mengiringi perkembangan dalam kurun waktu tersebut yaitu terkenanya sanksi beberapa perusahaan sehingga harus keluar (delisting) dari bursa efek. Dengan demikian sejak tahun 1977 28
dari sejumlah 418 perusahaan yang tercatat akhirnya terdapat sebanyak 84 perusahaan (20%) yang terpaksa harus keluar dari bursa efek. Delisting merupakan kinerja buruk bagi suatu perusahaan, tetapi yang menanggung akibatnya lebih banyak adalah investor. Berbagai macam sebab telah mengantarkan perusahan pada posisi delisting. Kasus Bank Global pada akhir tahun 2004, telah memberikan noda hitam pada perkembangan pasar modal di Indonesia. Oleh sebagian
masyarakat
investor,
Bank
Global
dipercaya
sebagai
perusahaan yang mengelolan investasi Reksa Dana Prudence. Ternyata, Reksa Dana Prudence merupakan Reksa Dana aspal. Terbukti bahwa Bank Global tidak menyalurkan dana dari investor ke Bank Kustodian. Menurut ketentuan, Bank Kustodian merupakan bank yang secara resmi oleh pemerintah ditunjuk sebagai bank pengelola Reksa Dana. Ketidaktahuan sebagian masyarakat investor terhadap ketentuan tersebut, mengakibatkan investor menjadi korban dari kasus reksa dana Prudence. Bank Global selaku induk dari reksa dana prudence pada akhirnya terkena dampak dari kasus reksa dana tersebut dan terkena sanksi delisting dari bursa efek Jakarta. Contoh lain pada perusahaan Manly Utama Finance, merupakan perusahaan yang bergerak di sektor keuangan. Pada saat penawaran umum perdana (23/6/01) sahamnya ditawarkan pada harga Rp 700,- per lembar. Beberapa waktu kemudiaan saat listing di pasar sekunder harganya mencapai Rp 1.025,- berarti menciptakan keuntungan awal yang tinggi sebesar 50 %. Pada saat ini jenis saham tersebut sudah mendapat sanksi dikeluarkan dari bursa (delisting) karena kinerjanya. 29
Fluktuasi harga yang tinggi pada paska penawaran umum perdana sebenarnya telah memberikan sinyal ketidakberesan. Fluktuasi yang tinggi dari harga awal disamping dapat dipandang sebagai keuntungan awal sebenarnya juga dapat dipandang adanya resiko yang tinggi. Semakin tinggi variance keuntungan dari rata-ratanya atau semakin tinggi fluktuasi keuntungan dari rata-rata keuntungannya maka semakin tinggi pula risikonya (Mc Namara, 1998).
Strategi pemberdayaan stakeholder Melihat perkembangan yang terjadi pada Bursa Efek Jakarta tersebut, maka diperlukan pemberdayaan pada unsur stakeholder. Pemberdayaan secara terintegrasi di antara berbagai stakeholder pada pasar modal dapat menggunakan metode pendekatan partisipatif. Konsep
partisipasi
sebagai
suatu
pendekatan
pembangunan
masyarakat sebenarnya sudah muncul pada awal tahun 1980-an. Permasalahannya adalah dalam pelaksanaannya partisipasi hanya sekedar digunakan sebagai label terhadap peran serta masyarakat. Peran
serta
masyatakat
dalam
proses
pengambilan
keputusan
cenderung terbatas hanya pada kehadiran dan persetujuan atas keputusan yang sudah dirancang sebelumnya. Tentang bentuk partisipasi masing-masing referensi memberi tekanan yang berbeda. Bentuk partisipasi berupa keterlibatan dalam proses pembuatan keputusan, dalam pelaksanaan kegiatan, ikut menikmati
hasil
dari
kegiatan
tersebut
dan
ikut
serta
dalam
mengevaluasinya (Laura Bures, 2002.). Menurut referensi lain dari Bank 30
Dunia
(1994)
bentuk
partisipasi
berupa
kemampuan
dalam
mempengaruhi serta membagi wewenang dalam menentukan inisiatifinisiatif, keputusan serta pengalokasian berbagai sumberdaya yang berpengaruh terhadap
pembangunan. Partisipasi (Vernon L. Smith,
2003) tidak hanya sekedar mengumpulkan pendapat secara kualitatif untuk menemukan konsensus. Rasionalitas terbatas pada informasi membatasi kemampuan untuk mengoptimalkan keuntungan. Partisipasi yang dilakukan hanya dengan sekedar membangun konsensus adalah merupakan hal yang salah. Pendekatan strategis dalam penanganan permasalahan yang ada dimulai dengan
perumusan isu strategis. Isu tersebut muncul
karena adanya permasalahan dan kebutuhan yang dihadapi oleh masyarakat yang bilamana tidak ditangani akan berdampak timbulnya kondisi dan situasi yang tidak layak dari aspek sosial ekonomi maupun lingkungan fisik. Suatu isu dinilai sebagai isu strategis bila memenuhi empat kriteria (RTI-Perform USAID, 2003) yaitu : sejalan dengan visi/misi, sifatnya sangat mendesak untuk ditangani, dapat memberikan kebijakan yang lebih baik, atau memenuhi kebutuhan masyarakat banyak. Bertitik tolak dari isu strategis, maka dapat diadakan analisis stakeholder dalam upaya pemberdayaan stakeholder di pasar modal. Pihak yang berkepentingan dan berpengaruh terhadap pengembangan pasar modal dengan tingkatan yang berbeda meliputi investor, perusahaan (emiten), akuntan publik, penjamin emisi, Bapepam, BEJ dan pihak terkait lainnya. Pemetaan stakeholder, berdasarkan seberapa 31
besar pengaruh dan kepentingannya dalam pengembangan pasar modal di Indonesia. Analisis pemetaan stakeholder ditentukan atas dasar pendekatan pengaruh dan kepentingan.
Kepentingan rendah
Pengaruh Rendah
Pengaruh Tinggi
IV Kelompok stakeholder yang paling rendah prioritasnya
III Kelompok yang bermanfaat untuk merumusan atau menjembatani keputusan dan opini II Kelompok stakeholder yang bersikap kritis
I Kelompok Stakeholder yang penting namun barangkali perlu pemberdayaan
Kepentingan Tinggi
Gambar 1. Pemetaan Stakeholder Sumber:PERFORM-RTI-USAID (2004) diolah Hasil pemetaan menunjukkan bahwa investor (stockholder) merupakan
salah
satu
unsur
stakeholder
yang
paling
tinggi
kepentingannya. Investor terbagi dalam kelompok investor institusi, investor individu besar dan investor retail. Investor institusi atau yang mewakili lembaga bisnis tertentu dan investor besar dapat dikenali melalui transaksinya dalam jumlah yang besar. Investor besar dan investor institusi termasuk kategori stakeholder pada kelompok kedua yaitu kepentingannya besar dan kekuatan pengaruhnya besar pula. Investor
kecil
termasuk
stakeholder
kelompok
pertama
yaitu
stakeholder yang kepentingannya tinggi namun kekuatan pengaruhnya 32
rendah. Stakeholder pada kelompok kedua ini yang sangat memerlukan pemberdayaan. Perusahaan atau emiten yang tercatat di bursa efek, dalam pemetaan stakeholder
seharusnya tergolong pada kwadran II yaitu
stakeholder yang pengaruhnya tinggi dan kepentingannya juga tinggi. Namun demikian sebagian di antaranya masuk pada kwadran III yaitu stakeholder
yang pengaruhnya tinggi tetapi kepentingannya masih
rendah. Bagi Perusahaan yang termasuk pada kwadran III inilah yang harus mendapat prioritas dalam pemberdayaan.
Pemberdayaan emiten / perusahaan : pendekatan faktor fundamental. Pemberdayaan perusahaan yang listing di bursa efek perlu dilakukan
dengan
pendekatan
analisis
fundamental
perusahaan.
Analisis fundamental (Sharpe,1995) dikenal sebagai analisis yang mendalam dan menyeluruh tentang kondisi perusahaan. Dengan demikian
analisis
fundamental
atas
saham
perusahaan
berarti
menentukan nilai saham atas dasar kinerja dari perusahannya. Kinerja perusahaan dapat ditentukan dari perkembangan atas nilai buku asetnya, prospek keuntungannya dan propek aliran kas perusahaan. Dalam perkembangannya di bursa efek, nilai fundamental atau nilai intrinsic dari saham tersebut belum tentu sama dengan nilai jual sahamnya. Eugen F Fama (1991) dalam ulasannya tentang efisiensi pasar mengemukakan bahwa suatu pasar tergolong sebagai bentuk kuat bila harga saham di bursa mencerminkan atau merefleksikan nilai fundamental dari saham tersebut. Bila kondisi tersebut belum terpenuhi 33
maka tidak dapat dikatakan sebagai bursa yang kuat melainkan akan tergolong sebagai bursa dalam bentuk lemah atau bentuk setengah kuat. Hasil penelitian Sugeng Wahyudi (2004) membuktikan bahwa emiten perlu untuk diberdayakan. Pemberdayaannya dilakukan melalui penegakan komitmen perusahaan dan assurance perusahaan terhadap masyarakat investor. Upaya pemberdayaan tersebut dalam rangka optimalisasi kenrja perusahaan dan kinerja saham perusahaan di bursa efek. Dilihat
dari
pendekatan
keuangan
keperilakuan
(behavior
finance) pada perusahaan, permasalahan terjadinya kerugian investasi tersebut secara fundamental dapat dijelaskan melalui teori komitmen organisasional.
Luthan’s
(1992)
menyatakan
bahwa
komitmen
organisasional terdiri dari tiga dimensi : (1) Keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi (stakeholder), (2) Kemauan yang besar untuk berusaha bagi organisasi, (3) Kepercayaan kuat dan penerimaan terhadap nilai dan tujuan organisasi. Berkaitan dengan tujuan organisasi perusahaan, tujuan utama dari perusahaan yang Go publik yaitu meningkatkan nilai perusahaan. Komitmen yang tinggi merupakan suatu sinyal tingginya upaya perusahaan dalam peningkatan nilai perusahaan. Terjadinya kerugian investasi di hari pertama pasca penawaran umum perdana di pasar sekunder menggambarkan kurangnya komitmen perusahaan terhadap pasar.
34
Indikator dari faktor komitmennya berupa ; 1.perimbangan antara pengelolaan
rasio
hutang
terhadap
modal
sendiri
(DER)
dan
2.peningkatan nilai perusahaan melalui Price to Book value (Sugeng Wahyudi, 2004). Debt Equity Ratio menggambarkan kebijakan hutang perusahaan.
Perusahaan
dengan
DER
tinggi
berarti
kebijakan
hutangnya tinggi. Sedangkan Price to book value menggambarkan perbandingan antara harga saham dengan nilai bukunya. Semakin tinggi PBV-nya berarti harga sahamnya dinilai baik oleh investor sebanding dengan nilai bukunya.
Para hadirin yang saya hormati Hasil penelitian mengungkapkan bahwa komitmen yang tinggi akan berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja. Upaya peningkatan komitmen mendorong suatu perusahaan mengambil risiko dengan menambah modal melalui hutang. Seberapa besar rasio hutang terhadap modal sendiri merupakan indikator komitmen perusahaan pada pasar. Perimbangan yang optimal antara hutang dengan modal sendiri terungkap pada teori struktur modal. Teori struktur modal bertujuan memberikan landasan berpikir untuk mengetahui struktur modal yang optimal. Suatu struktur modal dikatakan optimal apabila dengan tingkat resiko tertentu dapat memberikan nilai perusahaan yang maksimal. Beberapa teori telah muncul berkaitan dengan kebijakan hutang atau struktur modal yang optimal. Teori
Trade
off
(Brealey
&
Myers,
1991)
menjelaskan
keseimbangan antara keuntungan dan kerugian atas penggunaan 35
hutang. Teori ini menyatakan bahwa struktur modal yang optimal diperoleh pada saat terjadinya keseimbangan antara keuntungan dan cost dari hutang. Model ini secara implisit menyatakan bahwa perusahaan yang tidak menggunakan pinjaman sama sekali atau perusahaan yang menggunakan pembiayaan investasinya dengan pinjaman seluruhnya adalah sama-sama buruk. Keputusan terbaik adalah keputusan yang moderat dengan mempertimbangkan kedua instrumen pembiayaan.. Teori manajemen keuangan berupa teori pecking order
dari
Myers dan Majluf (1984) mengemukakan teori pecking order yang menetapkan suatu preferensi keputusan sumber dana dimana para manajer pertama kali akan cenderung memilih untuk menggunakan laba ditahan, kemudian hutang, dan modal sendiri dari sumber eksternal berupa saham sebagai pilihan terakhir. Menurut Weston dan Copeland (1997)
pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan
mempunyai urut-urutan preferensi dalam memilih sumber pendanaan. Perusahaan-perusahaan yang profitabel umumnya meminjam dalam jumlah yang sedikit. Hal tersebut disebabkan perusahaan memerlukan dana dari sumber eksternal yang sedikit. Perusahaan-perusahaan yang kurang daya profitnya, cenderung mempunyai hutang yang lebih besar karena alasan dana internal yang tidak mencukupi kebutuhan dan karena hutang merupakan sumber eksternal yang disukai. Dana eksternal lebih disukai dalam bentuk hutang daripada modal sendiri karena pertimbangan biaya emisi hutang jangka panjang yang lebih murah dibanding dengan biaya emisi saham . 36
Model struktur modal dalam lingkup balancing theories menurut Myers
(1984)
disebut
sebagai
teori
keseimbangan
yaitu
menyeimbangkan komposisi hutang dan modal sendiri. Teori ini pada intinya menyeimbangkan antara manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat masih besar, hutang akan ditambah, tetapi bila pengorbanan menggunakan hutang sudah lebih besar maka hutang tidak lagi optimal untuk ditambah. Teori utama Mogdilani Miller yang dikemukakan oleh Grinbalt (1998) mennyatakan bahwa tidak ada hubungan antara nilai atau harga pasar dengan struktur modal. Profitabilitas dari perusahaan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan nilai atau harga pasar. Berkaitan dengan teori tersebut, hasil penelitian Sugeng Wahyudi (2005) mengungkapkan bahwa hubungan secara total effect lebih bermakna daripada direct effect. Hasil penelitian direct effect menunjukkan bahwa pengaruh dari struktur modal terhadap harga pasar saham ternyata tidak signifikan. Secara indirect effect dilakukan dalam melihat hubungan antara struktur modal dengan nilai atau harga pasar saham tidak dilakukan secara langsung tetapi melalui return on asset. Kenaikan rasio hutang akan meningkatkan return on asset dan kenaikan return on asset lebih lanjut berpengaruh meningkatkan nilai atau harga pasar saham. Penelitian dengan melihat total effect ternyata lebih baik dari direct effect. Lebih lanjut hasil penelitian Sugeng Wahyudi (2005) yang menghubungkan antara debt to equity ratio (struktur modal) dengan Return on Asset (profitabilitas) menyatakan bahwa semakin tinggi rasio 37
hutang
sampai
batas
tertentu
akan
berpengaruh
signifikan
meningkatkan return on asset, tetapi setelah melampaui titik tertentu semakin tinggi rasio hutang akan menurunkan return on asset. Jadi sampai batas tertentu penggunaan hutang merupakan komitmen positif perusahaan karena meningkatkan return on asset tetapi setelah melampaui
batas
tidak
lagi
merupakan
komitmen
yang
positif
perusahaan. Dapat disimpulkan bahwa kebijakan hutang sebagai bentuk peningkatan komitmen bukan merupakan pilihan yang terbaik sebagai tanggung jawab perusahaan pada pasar. Pilihan alternatif tersebut baru akan bermakna baik ketika kebijakan hutang tersebut dikaitkan dengan terciptanya hasil lebih di atas pengorbanannya. Terciptanya hasil lebih akan berdampak positif terhadap pasar.
Pemberdayaan investor Pemerintah melalui UU RI No. 8 tahun 1995 menyebutkan bahwa pasar modal mempunyai peran strategis dalam pembangunan nasional sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha dan wahana investasi bagi masyatakat. Lebih lanjut disebutkan agar pasar modal dapat berkembang dibutuhkan landasan hukum yang kukuh untuk menjamin kepastian hukum bagi pihak yang melakukan kegiatan serta melindungi
kepentingan
masyarakat
pemodal
dari
praktik
yang
merugikan. Strategi pengembangan disesuaikan dengan adanya perbedaan karakteristik setiap kelompok dari stakeholder yang telah dianalisis dan 38
diklasifikasikan. Output dari strategi ini adalah munculnya langkah strategis untuk meningkatkan kapasitas kepentingan dan pengaruh stakeholder. Dengan mengacu pada hasil pemetaan di atas pada stakeholder dengan kepentingan tinggi tapi dengan pengaruh rendah, maka strategi yang tepat adalah dengan pemberdayaan. Sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Browe (1995) dan Koberg (1999), investor dikatakan mempunyai pemberdayaan bila memenuhi empat indikator yaitu mampu dalam otoritas, mampu dalam akuntabilitas, mampu patuh pada aturan, dan mampu dalam hal kompetensi.
Sedangkan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pemberdayaan berupa: peningkatan kapabilitas investor, komitmen manajemen, sistem dan fungsi pendukung dan sharing informasi. Peningkatan
kapabilitas
investor
dapat
dilakukan
dengan
mengupayakan pemberdayaan internal dan eksternal. Pemberdayaan internal
berarti
pemberdayaan
sebagai
konsep
motivasional,
merupakan proses untuk meningkatkan rasa memiliki kompetensi bagi anggota organisasi melalui identifikasi mendorong dan menyingkirkan ketidakberdayaan. Rasa memiliki kompetensi merupakan kepercayaan individu akan kemampuan mereka dalam melakukan aktivitasnya dengan
menggunakan
pemberdayaan
eksternal
keahlian menurut
yang
dimiliki.
Thomas
(1990)
Sedangkan merupakan
pemberdayaan yang mengandung pengertian keleluasaan kepada individu untuk bertindak dan sekaligus bertanggung jawab atas tindakannya.
39
Dalam pemberdayaan internal, sebagai salah satu prasyarat bagi investor untuk dapat berhasil dalam investasinya di pasar modal adalah adanya kompetensi. Menurut Lyle & Signe (2001) kompetensi mengandung makna sebagai karakteristik seseorang yang dapat menghasilkan kinerja berdasarkan kriteria tertentu yang unggul dan efektif. Lyle & Signe dalam tulisannya tentang “competence of work” mengemukakan
ada
lima
karakteristik
kompetensi
yaitu
:
(1)pengetahuan (knowledge ), (2) keterampilan (skill), (3) motif, (4) sifat pembawaan (traits) dan (5) konsep diri. Aspek pengetahuan merupakan dasar utama adanya suatu kompetensi. Pengetahuan tentang pasar modal terutama berkaitan dengan aspek hukum atau undang-undang tentang pasar modal, aspek etika, aspek keuangan atau analisis keuangan, aspek perdagangan, dan pengetahuan
tentang
surat
berharga
yang
diperdagangkan.
Pengetahuan tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan formal atau dari pendidikan nonformal dan juga dari pengalaman nyata di lapangan. Investor yang telah mempunyai pengetahuan, belum cukup dikatakan sebagai orang yang berkompetensi. Aspek kedua dari kompetensi berupa keterampilan (skill) yaitu kemampuan menerapkan pengetahuan tersebut sehingga dapat menciptakan kinerja yang optimal. Dilihat dari jenisnya, keterampilan meliputi keterampilan analisis, keterampilan administratif dan keterampilan operasional. Bagi investor, keterampilan analisis sangat dibutuhkan dalam porsi yang lebih besar selain keterampilan administratif dan operasional. Keterampilan analisis diperlukan terutama berkaitan dengan perencanaan investasi, 40
portofolio investasi maupun langkah antisipasi tindakan mengamankan investasi atas terjadinya perubahan lingkungan eksternal maupun internal yang dinamis dan keterampilan dalam pengambilan keputusan. Hadirin yang saya hormati Keuangan Keperilakuan (Behavior finance) Pengetahuan & keterampilan tentang aspek keuangan, aspek perdagangan melalui analisis fundamental & analisis tehnikal serta konsep diri belumlah cukup sebagai bekal berivestasi di pasar modal. Ada beberapa keterbatasan pada analisis rasional tersebut dilihat dari pendekatan keuangan keperilakuan. Pendekatan keuangan perilaku (behavioral finance ) mempunyai pandangan dari sisi yang berbeda dengan pendekatan rasional. Kent Daniel (2001) pada penelitian tentang “Investor Psychology in Capital Markets” mengungkapkan bahwa faktor psikologi mempengaruhi perilaku investor dan harga saham. Lebih lanjut Skiner mengungkapkan bahwa pendekatan psikologi berkaitan dengan feeling, temperamen, dan motivasi dari para investor. Pendekatan tersebut mengungkapkan bahwa investor sebagai pelaku pasar mempunyai feeling, temperamen, dan motivasi yang setiap saat bisa berubah. Suara pasar yang merupakan suara kebenaran dari para pelakunya dapat bersifat bias yang disebut dengan cognitive bias. Terjadinya bias melalui pola heuristics, over confidance, mental accounting, framing, representativeness, conservatism dan disposition effect (Jay R. Ritter, 2003)
. Hasil penelitian Jay R. Ritter ( 2003 )
tersebut mengemukakan bahwa dijumpai beberapa dasar yang 41
menjadikan bias dalam pengambilan keputusan. Heuristics atau rules of thumb merupakan metode yang paling mudah dalam pengambilan keputusan. Namun demikian dijumpai banyak bias dalam keadaan lingkungan yang sangat berubah. Pengambilan keputusan dengan pendekatan rule of thumb, pada umumnya menggunakan tiga macam bentuk yaitu ketersediaan (availability), perwakilan (stereotype) dan penyesuaian (anchoring). Ketersediaan berarti bahwa kejadian yang dialami seseorang akan tersimpan pada ingatan dan dijadikan referensi dalam pengambilan keputusan. Memori tentang kejadian tergantung lamanya kejadian telah berlangsung dan seberapa besar pengaruh dari kejadian tersebut. Kejadian yang sangat berpengaruh akan selalu bertahan dalam memori. Demikian pula kejadian yang belum berlangsung lama masih akan ada dalam memori. Sebagai
contoh,
ketika
saham
Gema
Graha
Sarana
menyelenggarakan penawaran umum perdana, harga perdananya Rp.225,- dan sebulan kemudian harga di pasar sekunder Rp.170,- . Investor lain yang ikut dalam diskusi memberikan pendapatnya, seperti menyalahkan, mengapa membeli saham dengan harga Rp.225,padahal nilai bukunya hanya sebesar Rp.88,-. Dia memberikan argumentasinya bahwa beberapa kali melakukan pembeliaan serupa dengan harga jauh di atas nilai bukunya tapi masih juga untung. Ketika membeli saham Ryan Adibusana di pasar perdana dengan harga Rp.100,- dan sebulan kemudian dijual di pasar sekunder dengan harga
42
Rp.580,-. Investor tersebut bertanya, apakah keputusan saya yang berdasar pengalaman dan kebiasaan itu salah?. Pemberdayaan investor secara partisipatif dapat dilakukan dengan melibatkan
asosiasi investor. Keberadaan asosiasi investor,
yaitu Masyarakat Investor Sekuritas Indonesia (MISI) belum optimal perannya dalam hal pemberdayaan investor. Oleh karena itulah tampaknya diperlukan adanya forum pertemuan di antara berbagai unsur stakeholder
untuk secara bersama merumuskan upaya
pemberdayaan investor terutama investor kecil. Upaya perumusan masalah yang dihadapi dan mengenali kebutuhannya akan lebih efektif terjaring melalui forum tersebut. Selanjutnya diperlukan pula forum koordinasi diantara berbagai unsur stakeholder yaitu asosiasi investor, perusahaan sekuritas, BEJ, Bapepam, wakil rakyat melalui DPR, wakil Pemerintah dan pihak terkait lainnya.
Pemberdayaan sistem pendukung & inkonsistensi regulasi Dalam suatu diskusi pada analisis stakeholder terungkap suatu pertanyaan
mengapa
dapat
terjadi
ada
suatu
peraturan
yang
menciptakan peluang terjadinya inkosistensi. Fakta menunjukkan telah terjadi aksi korporasi suatu jenis saham tertentu pada tanggal 4 Maret 2003 berupa reverse stock (penggabungan kembali saham). Reverse stock 2:1 berarti 2 saham lama menjadi satu saham baru dengan harga baru yang berbeda. Melalui aksi korporasi reverse stock berarti jumlah saham yang beredar menjadi lebih sedikit. Sinyal itu akan ditangkap oleh investor, bahwa dengan jumlah barang yang sedikit maka harganya 43
cenderung naik. Berdasar pengalamannya membeli jenis saham dalam aksi korporasi demikian akan menguntungkan. Fakta menunjukkan keadaan yang lain terjadi ketika pada tanggal 17 Juli 2003 yang berarti masih dalam tahun yang sama, investor itu dibuat terkejut dengan munculnya aksi korporasi baru oleh perusahaan yang sama. Aksi koporasi baru tersebut berupa right issue (penawaran umum terbatas) yang menjadikan jumlah saham yang beredar menjadi lebih banyak. Jelas bahwa aksi ini berdampak berlawanan dengan aksi reverstock pada 17 Juli. Dikatakan penawaran umum saham terbatas (right issue) karena yang berhak membeli saham baru tersebut hanya para investor yang sudah mempunyai saham lama. Permasalahannya adalah para investor khawatir bahwa dengan adanya right issue, maka akan berarti terjadi dilusi (penurunan nilai) atas kepemilikan sahamnya. Kekhawatiran tersebut merupakan sesuatu yang wajar mengingat bahwa dengan right issue, maka jumlah saham yang beredar menjadi lebih banyak sehingga harga turun. Jadi dengan aksi korporasi yang tidak konsisten investor tersebut merasa sebagai pihak yang dirugikan. Pemberdayaan akan sukses dengan adanya pemberdayaan pada sistem pendukung (Brower, 1995). Sistem pendukung merupakan subsistem dalam suatu organisasi secara keseluruhan. Media partisipasi melalui diskusi di antara sekelompok kecil investor, telah melengkapi unsur stakeholder dalam pengembangan bursa efek. Seorang investor yang
tergolong
investor
pola
jangka
pendek
mengungkapkan
permasalahannya. Dia membeli saham International Nickel Indonesia 44
(INCO) pada tanggal 11 Juli 2003 dengan harga Rp.7.300,- karena ada kabar atau isu (istilah investor) bahwa harga saham itu akan digerakkan naik. Tiga hari kemudian harganya naik menjadi Rp.7.750,- dan kemudian dia menjualnya. Tetapi yang terjadi hari-hari berikutnya, harga saham tersebut terus meningkat. Saat mengungkapkan hal itu, terlihat bahwa dia tak dapat menyembunyikan kekecewannya, karena harganya telah mencapai posisi Rp.12.000,-. Dia tidak mau menerima ketika dikatakan sebagai berpola penjudi oleh investor yang tergolong investor lain
yang
berpola
investasi
jangka
panjang
(long
invesment).
Argumentasinya bahwa dia tiga hari kemudian menjual karena sudah untung. Padahal dana investasi yang dimiliki terbatas hanya itu, sehingga untuk keperluan pilihan transaksi pada saham lain maka dia menjualnya. Dari analisis stakeholder tersebut ternyata dapat terungkap bahwa sebenarnya ada permasalahan di kalangan investor berupa keterbatasan dalam dana investasi. Sehingga pemberdayaan investor melalui pengembangan kemampuan dalam pendanaan, layak dijadikan salah satu program pengembangan. Berarti keberadaan lembaga pengembangan dana bagi investor sangat diperlukan sebagai unsur stakeholder dalam pengembangan bursa. Pemberdayaan sistem pendukung berupa regulasi peraturan juga merupakan kunci suksesnya pemberdayaan. Permasalahan keuntungan yang berlebihan pada Perusahaan Manly Utama Finance yang menciptakan keuntungan awal yang tinggi sebesar 50 % pada paska Penawaran Umum Perdana, dilihat dari aspek peraturan bursa 45
memang dimungkinkan. Bursa Efek Jakarta melalui surat edaran SE 009/SE/12/2001 terhitung mulai tanggal 3 Desember 2001 menyatakan bahwa fluktuasi harga saham pada penawaran umum perdana dianggap masih dalam batas toleransi bila fluktuasinya tidak lebih dari 100% harga awal. Maksud dari peraturan tersebut pada dasarnya dalam rangka untuk meningkatkan pertumbuhan bursa meskipun sebenarnya tingginya fluktuasi menunjukkan tingginya risiko.
Pemberdayaan Information Sharing Faktor yang sangat penting yang dibutuhkan dalam kesuksesan pemberdayaan adalah informasi (Brower,1995). Tidak salah bila di pasar modal berlaku pepatah “Information is Money“ . Diskusi partisipatif berkembang ketika beberapa investor yang tergolong investor miskin informasi (uninformed investor) mengungkapkan permasalahannya. Pada tanggal 21 Agustus 2003 dia membeli saham Semen Gresik pada harga Rp.7.050,-. Dia membeli saham itu ketika mendapat informasi bahwa perusahaan Semen Gresik meningkatkan proyeksi penjualannya. Namun demikian dia tidak tahu mengapa target penjualannya naik. Sehari berikutnya harga saham tersebut naik menjadi Rp.7.350,- dan dia menjualnya. Dia sangat kecewa, setelah tahu bahwa pada hari berikutnya lagi sesudah dia jual, harganya naik menjadi Rp.8.000,-. Investor
lain
yang
tergolong
kaya
informsi
(informed
investor)
mengungkapkan bahwa dia masih menahan untuk tidak menjual saham Semen Gresik yang dimilikinya, karena dia tahu banyak informasi tentang Perusahaan Semen Gresik. 46
Estimasi penjualan PT Semen Gresik naik disebabkan oleh meningkatnya
permintaan
atas
produk
semen.
Di
antaranya,
meningkatnya permintaan dari Jasa Marga selaku perusahaan yang menangani proyek jalan Jakarta Outer Ring Road (JOR) yang mulai melanjutkan
kembali
aktivitasnya.
Demikian
pula
meningkatnya
kebutuhan produk semen karena mulai berjalannya proyek SurabayaMadura (Suromadu). Penjualannya naik, maka keuntungan perusahaan naik dan pada gilirannya harga saham cenderung naik Hadirin yang saya hormati Berdasar uraian-uraian tersebut diatas dapat dirumuskan bahwa: *Berinvestasi dengan ilmu adalah investor yang benar, *Berinvestasi berbasis lingkungan pasar adalah investor yang cerdas, *Berinvestasi atas dasar motivasi yang baik adalah investor yang mulia. Bursa Efek Jakarta akan tumbuh dengan berkeadilan bila terisi oleh para investor yang benar, investor yang cerdas dan investor yang mulia.
Kesimpulan dan Implikasi Dalam kurun waktu lima tahun terakhir khususnya tahun 2004 Bursa Efek Jakarta mengalami pertumbuhan kinerja yang sangat tinggi. Liberalisasi transaksi perdagangan yang berkontribusi menciptakan pertumbuhan kinerja yang tinggi, untuk sementara merupakan suatu hal yang
tidak
dapat
dihindari.
Liberalisasi
transaksi
perdagangan
47
mendekatkan pasar modal kearah tujuan meningkatkan pertumbuhan yang optimal . Pertumbuhan yang tinggi diikuti adanya ketidakseimbangan antara kinerja saham jangka pendek dan jangka panjang serta menimbulkan ketidakadilan dalam distribusi keuntungan di antara investor. Kesenjangan antara pertumbuhan dan kedilan tersebut terjadi karena adanya asimetri atau ketidakseimbangan di antara para pelaku pasar yaitu perusahaan, investor, dan otoritas bursa efek. Asimetri pada investor terutama terjadi antara investor institusional atau asing dengan investor individual atau domestik. Investor yang cerdas adalah investor yang berilmu dan dapat membaca sinyal pasar dengan baik. Suara pasar merefleksikan kebenaran bila suara tersebut netral dari pengaruh pihak dominan pada pasar tersebut. Suara pasar yang berasal dari suara kelompok merupakan suara pasar sejati bila suara kelompok merupakan suara dari pertimbangan mandiri pada mekanisme kolektif. Suara pasar tidak selamanya benar ketika terjadi bias pasar. Kunci penciptaan keadilan adalah pemberdayaan pada berbagai macam stakeholder
dengan pendekatan partisipatf. Peningkatan
komitmen perusahaan pada pasar merupakan pemberdayaan utama terhadap perusahaan. Kebijakan hutang sebagai bentuk peningkatan komitmen bukan merupakan pilihan yang terbaik sebagai tanggung jawab perusahaan pada pasar. Pilihan alternatif tersebut baru akan bermakna baik ketika kebijakan hutang tersebut dikaitkan dengan
48
terciptanya hasil lebih diatas pengorbanannya. Terciptanya hasil lebih akan berdampak positif terhadap pasar. Pemberdayaan pada otoritas bursa terutama perlu diarahkan pada kualitas sharing informasi dan peningkatan kualitas sistem pendukung termasuk regulasi yang konsisten. Pemberdayaan kualitas sharing informasi diarahkan untuk mempersempit terjadinya asimetri informasi diantara berbagai macam stakeholder
khususnya antara
investor asing (institusional) dan investor domestik atau investor individual. Pemberdayaan kepada para investor terutama diarahkan pada investor individual atau investor kecil dengan cara meningkatkan kompetensi mereka. Peningkatan kompetensi tidak hanya terbatas aspek pengetahuan dan keterampilan tetapi aspek kognitif sangatlah penting. Implikasinya, peran pengembangan ilmu manajemen keuangan keperilakuan (behavior finance) menjadi sangat penting untuk dapat membaca perilaku investor dan perilaku pasar dan perilaku manajemen perusahaan. Pengembangan pendidikan dan penelitian pada keuangan keperilakuan menjadi sangat penting selain pendidikan dan penelitian pada bidang keuangan yang telah sebelumnya dilakukan. Pendalaman keuangan keperilakuan pada pasar modal khususnya berkaitan dengan investor behavior, market behavior dan managent behavior.
49
Pesan untuk Mahasiswa Izinkanlah saya memberikan pesan kepada para mahasiswa Fakultas Ekonomi UNDIP khususnya Program Studi Manajemen. Saudara merupakan pewaris, penerus, sekaligus tumpuan masa depan bangsa yang akan turut serta secara aktif dalam memperbaiki praktikpraktik manajemen di organisasi sektor publik maupun non-publik. Saudara dituntut memiliki tanggung jawab kepada masyarakat yang lebih besar daripada tanggung jawab kepada klien atau pemberi kerja, oleh sebab itu saudara dituntut memiliki integritas moral tinggi. Oleh karena itu, belajarlah lebih banyak aspek-aspek keuangan keperilakuan sebagai bekal nanti kelak memasuki profesi ahli manajemen
Pesan untuk Dosen Muda Kepada adik-adik staf pengajar yang lebih muda, apa yang telah saya capai dengan modal semangat dan ketekunan ini semoga dapat lebih memacu prestasi saudara untuk lebih tekun mendalami bidang manajemen dan memberikan kontribusi nyata bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang Anda tekuni. Saya percaya dengan semangat yang lebih baik, Anda sekalian akan lebih maju dan berprestasi dari saya. Ketua Senat, Sekretaris Senat, para anggota Senat, serta hadirin yang mulia, kini tiba gilirannya bagi saya untuk bersyukur dan menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam mencapai puncak karier akademik saya.
50
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah, kekuatan, rizki, dan ridho, sekaligus ujian bagi saya, selama saya meniti karier akademik di Universitas Diponegoro, sehingga saya dapat diangkat dan dikukuhkan menjadi Guru Besar pada hari ini. Ucapan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya saya sampaikan kepada Prof. Ir. Eko Budiardjo, MSc selaku
Rektor/Ketua
Senat
Universitas
Diponegoro
dan
pihak
Universitas Diponegoro, yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada saya untuk mencapai jabatan Guru Besar ini. Kepada Yth. Prof.Dr.H. Miyasto, S.U sebagai ketua Peer Group, Prof.dr.H. Soebowo, DSPA sebagai sekretaris Peer Group, dan Prof.Dr. Soejoedi Mangunwihardjo. Prof.Dr.dr. Suharjo Hadisaputro, Sp.PD(KTI), Prof.Drs.
Y
Warella,
Prof.Dr.Sudharsono Hadihardaya,
Prof.Drs.
MPA,Ph.D., MS,
Prof.Dr.
Lachmudin
Prof.Drs.Soedjarwo,
Imam
Ghozali
Sya’rani,
Prof.Ir.Joetata
M.Com,Ph.D,Akt.
sebagai
anggota Peer Group, saya mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan
yang
setinggi-tingginya
atas
asupan
dalam
penyempurnaan pidato pengukuhan ini. Kepada
Almarhum
Prof.Dr.
Soewito,
saya
sekeluarga
menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya, karena di bawah naungan beliau saya dapat bekerja dengan tekun dan penuh motivasi, ketika saya masih menjabat Sekretaris TPSDM FE UNDIP sehingga program ini dapat berjalan sampai sekarang. Begitu juga saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Mujirahardjo S.U selaku mantan Ketua Program ekstensi UNDIP yang telah menjalin kerja sama 51
yang sangat baik sewaktu saya menjabat sebagai Sekretaris Program Ekstensi UNDIP. Ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya saya sampaikan kepada Bapak Prof.Drs.Imam Ghozali M Com.Phd.Akt dan Bapak
Prof.Dr. Miyasto selaku Ketua dan mantan Ketua Program
Doktor Ilmu Ekonomi UNDIP yang tak henti-hentinya beliau selalu mendorong saya untuk segera mengusulkan jabatan Guru Besar. Ucapan yang setulus-tulusnya dan penghargaan yang setinggitingginya, pada hari yang penuh rasa syukur ini, saya sampaikan kepada para pahlawan tanpa tanda jasa, yaitu guru-guru dan dosendosen saya yang tidak dapat saya sebut satu per satu sejak saya bersekolah di SD Sidowayah II Klaten, di SMP Negeri IX Surakarta, di SMA Negeri I Surakarta,
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro,
Universitas Airlangga Surabaya saat saya menempuh program doktor di Program studi Ilmu Ekonomi – Manajemen. Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya saya sampaikan kepada Rekan-rekan senior, rekan-rekan sebaya, maupun adik-adik junior saya, yang telah membantu saya dalam memantapkan dan memperluas pengetahuan dengan diskusi-diskusi yang menarik di bidang ekonomi, manajemen, khususnya keuangan keperilakuan. Demikian juga kepada panitia yang telah membantu terselenggaranya upacara pengukuhan ini, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya. Selanjutnya dengan penuh rasa hormat dan cinta kasih saya mengucapkan terima kasih yang setulustulusnya kepada almarhum bapak saya Achmad Baedowi dan almarhumah ibu Umi Warsiati yang telah berhasil membesarkan dan 52
mendidik anak-anaknya. Saya doakan semoga Bapak dan Ibu mendapat ampunan dari Allah SWT, dan memperoleh tempat yang baik disisi-Nya. Subhanallah, Allahumaghfirli waliwalidayya war hamhuma kama robbayani soghiro. Kepada saudara-saudara saya dan saudarasaudara ipar saya semua, saya ucapkan terima kasih pula atas doa dan dukungan moral yang senantiasa mengiringi saya dalam meniti karier akademik ini. Kepada
Bapak
dan
Ibu
mertua
saya
Alamarhum
dan
Almarhumah Bapak dan Ibu H. Sahlan Basrie. Saya doakan semoga Bapak dan Ibu mendapat ampunan dari Allah SWT, dan memperoleh tempat yang baik disisi-Nya. Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya khusus saya sampaikan kepada Istri tercinta, Siti Novita Erminati, dan anak-anak saya tercinta, Vandy Aulia Abkhari, Vidi Rachman Alma’I dan Riqi Radian Khasani yang telah memberikan doa, banyak berkorban untuk Bapak dan sangat mendukung karier saya. Semoga kita sekeluarga dianugerahi Allah keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Kepada semua pihak yang telah berjasa terhadap saya dalam meniti karier akademik ini, yang karena keterbatasan waktu tidak mungkin saya sebutkan satu per satu, saya juga mengucapkan beribu terima kasih. Yang terhormat Ketua Senat, para anggota Senat, serta para hadirin semuanya. Akhirnya saya sampaikan ucapan terima kasih atas kesediaanya dan kesabarannya mendengarkan pidato ini sampai selesai, disertai 53
permohonan maaf atas segala kekurangan dan perkataan yang barangkali kurang berkenan di hati. Terima kasih. Wassalamu’alaikum wa rakhmatullahi wa barakatuhu.
54
DAFTAR PUSTAKA Akiko Kamesaka et al. (2004),” The Asian Crisis And Investor Behavior ,” School of Management, Aoyama Gakuin University, Tokyo Arrow , Kenneth J (1985) ,” Then Economic of Agency,” in Principle and Agents , J.W Boston : Harvard Business School Press.74-79. Brower,(1995),”Enpowering Teams :What,Why,and how”, Enpowermwnt in Organization, MCB University Press, vol 2,p.13-25. Cheung and Krinsky (1994), “Information Asymmetry and the Underpricing of Initial Public Offerings: Further Empirical Evidence,” Journal of Business Finance and Accounting, July 1994; p 739 – 746. Chan,
M.W.L, Khanthavit, Anya, dan Thomas, Hugh (1996), “Seasonality and Cultural Influences on Four Asian Stock Markets”, Asia Pacific Journal of Management, Vol. 13
Christoper, L, Gilbert (2000),” International Finance Architecture Capital Account Convertibility and poor developing countries, Web: http://www.econ.vu.nl/medewerkers/cgilbert/gei Chiraphol N. Chiyachantana (2004),” The Impact of Regulation Fair Disclosure on Information Asymmetry and Trading: An Intraday Analysis,” The Financial Review 39 Dawson,SM.(1987),” Secondary Stock MarketPerformance Of Initial Public Offering Hongkong,Singapore,and Malaysia ,” Jurnal Of Business Finance and Accounting , Vol.14o Fama, Eugene F. (1991), Efficient Capital Market: ii, Journal of Finance Vol. XLVI; p30. Forsythe et al., (1992),” Anatomy of an Experimental Political Stock Market.” The American Economic Review 55
Horne.Van (1995) ,” Financial Management and Policy,” PrenticeHallInternational,Inc. USA. http://www.google.com/Adam Smith/Aristoteles/Ricardo. Indra Gunawan dan Arum (2001),” Analisis Kinerja Surat Berharga Setelah Penawaran Perdana,” Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol.16, No 2. IOSCO (2004), “Islamic Capital Market Fact Finding Report: Report of The Capital Market Task Force, Securities commission of Malaysia. Modul : Program Dasar Pembangunan Partisipatif (PDPP) , 2003, Perform-USAID, Research Triangle Institute Kent Daniel (2001), “Investor Psychology in Capital Markets: Evidence and Policy Implications,” School of Management, Northwestern University Kim, J.B. Krinsky dan J. Lee (1993), Motivies for Going Public and Underpricing: New Findings From Korea”, Journal of Business Finance and Accounting, 20(2) January 1993, pp. 195–211. Laura Bures and Magui Moreno Torres (2002), Participatory Budgeting, The World Bank Group, 2002. Luthan,F (1995),” Organizational behavior,” seventh edition, Mc Graw Hill Book ;p 31-48 Lyle, Signe Spencer (2001),”Competence of Works : Model for Superior Performance,” John Wiley& Sons Inc. Mayers,S,and N Majluf (1984), Corporate Financing and Invesment Decision , Journal of Financial Economic,13,187-221.
56
Modigliani and Miller, The Cost of Capital , Corporation Finance , and The Teory of Invesment ,” American Economic Review , Juni 1958 , 47, 261-297. Peter Blair Henry, (2000),” Do Stock Market Liberalizations Cause Investment Booms?,” Journal of Financial Economics, Graduate School of Business, Stanford University, Pierre L. Siklos dan Martin T. B ( 2005) ,” Trading Behavior During Stock Market downturns : The Dow, 1915 – 2004,” Department of Economics Wilfrid Laurier University Waterloo, Ontario Canada N2L 3C5 Thomas , K.W (1990), “ Cognitive elements of empowerment : an interpretative model of intrinsic task motivation,” Academic of Management Review,15,4,666-81. Richard P. Larrick,(2004) ,” Intuitions about Combining Opinions: Misappreciation of the Averaging Principle,” Conditional acceptance at Management Science (decision received April, 2004 ) Ritter, Jay R. (1984), “The Host Issue Market of 1980,” Journal of Business, April ;p3-27 Ritter, Jay R. (1991), “The Long Run Performance of Initial Public Offerings,”Journal of Finance, vol. 46; p 3 – 27. Ritter, Jay R. (2003),” Behavioral Finance,” ,” Pacific-Basin Finance Journal Vol. 11, No.4,. Sharpe, William f., Gordon, J. Alexander dan V. Bailey (1995), Invesment, Prentice Hall, New York. Sugeng Wahyudi (2004) ,” Perkembangan dan Prospek Pasar Modal di Indonesia tahun 2005 (Event Study : Pendekatan Management Strategik), Jurnal Bisnis Strategi, Program MM UNDIP. 57
Sugeng Wahyudi (2004),” Pengaruh Rasio Harga nilai Buku dan rasio Hutang Modal Sendiri Terhadap Return,” Jurnal Media Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Ekonomi Undip . Sugeng Wahyudi (2005),” Pengaruh Umur Perusahaan dan Ukuran Perusahaan Sebagai Assurance Terhadap Return Awal Saham,” Jurnal Bisnis dan Akuntansi, STIE Trisakti ) Sugeng Wahyudi (2005),” Apilkasi Metode Single Index Pada Penentuan Portofolio Investasi Tahunan Pada Saham LQ 45 Di BEJ,” Jurnal Bisnis dan Ekonomi – Vol.11 – No.2, Stikubank Semarang). Surowiecki (2005),” The wisdom of Crowds : Why the Many Are Smarter Than the Few,” ,Abacus, The united of America. Robert J. Shiller,(2002) , “From Efficient Market Theory to Behavioral Finance,” Cowles Foundation For Research In Economics , Yale University. Yogendra Timilsina (2001), “ Capital Market Develpoment and Stock price Behavior In Nepal,” Economic Review: Occasional Paper, Number 13 Vernon L Smith (2003), “Constructivist and Ecological Rationality in Economics,” The American Economic Review.
58
DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. Data Pribadi Nama Alamat Tempat / Tgl lahir Agama Pangkat/golongan Istri Unit tugas
: Sugeng Wahyudi : Gombel Permai VIII/211 Semarang : Klaten / 2 September 1951 : Islam : Lektor Kepala / IV a : Siti Novita Erminati : Fakultas Ekonomi Undip Telp, fax: 024 8449211/ 024 8449212 Bidang keahlian : Manajemen strategik : Manajemen keuangan/pasar modal B. Riwayat Pendidikan: . 1 Tahun 1980 lulus FE Undip Semarang. 2 Tahun 1996 Lulus Program MM Undip 3 Tahun 2004 (Maret) lulus program Doktor Unair C. Riwayat kepegawaian dan jabatan Riwayat kepegawaian Pembina (Gol IV a) Riwayat Jabatan: 1.Asisten Ahli Madya 2.Asisten Ahli 3.Lektor Muda 4.Lektor Madya 5.Lektor 6 Lektor Kepala 7.Guru Besar
1 Oktober 2001
1 Juni 1983 1 April 1984 1 Apil 1986 1 Juni 1992 1 Januari 2001 (Inpassing) 1 Mei 2001 1 Juli 2005
59
D. Pengalaman Jabatan 1. Pembantu Direktur bidang kemahasiswaan PAAP FE Undip 1981s/d 1983 2. Sekretaris bidang II Program Diploma II FE Undip 1983s/d 1985 3. Sekretaris Program Diploma III FE Undip 1985 s/d 1987 4 Financial officer LPIU SUDR-ADB Universitas Diponegoro 1992 s/d 1996 5
Sekretaris Program Ekstensi FE Undip 1998 s/d 2000
6
Sekretaris Program Ekstensi FE Undip 2001 s/d 2003
7
Sekretaris Program Doktor Ilmu Ekonomi Undip 2005 s/d
2006
E. Pengalaman lainnya: Team Program Dasar Pembangunan Partisipatif PDPP (20022004), PERFORM-RTI-USAID, Provincial Advisor di Bappeda Propinsi Jawa Tengah.
F. Tanda Penghargaan Satyalencana Karya Satya XX tahun dari Presiden Republik Indonesia tahun 2004.
G.Pengalaman Kepengurusan di Jurnal Ilmiah Anggota editor jurnal “Studi Manajemen & Organisasi “ , Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang. 60
H. Publikasi dalam jurnal ilmiah Terakreditasi 1. Transfer Informasi harga Saham-saham Yang Listing Di Jakarta Stock Exchange dan new York Stock Exchange (Jurnal Bisnis Strategi, Program MM UNDIP) 2. Perkembangan dan Prospek Pasar Modal di Indonesia tahun 2005 (Event Study : Pendekatan Management Strategik) – (Jurnal Bisnis Strategi, Program MM UNDIP) 3. Pengaruh Umur Perusahaan dan Ukuran Perusahaan Sebagai Assurance Terhadap Return Awal Saham (Jurnal Bisnis dan Akuntansi, STIE Trisakti, 2005) 4. Pengaruh Rasio Harga nilai Buku dan rasio Hutang Modal Sendiri Terhadap Return (Jurnal Media Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Ekonomi Undip, 2004) 5. Apilkasi Metode Single Index Pada Penentuan Portofolio Investasi Tahunan Pada Saham LQ 45 Di BEJ (Jurnal Bisnis dan Ekonomi – Vol.11 – No.2 – Maret 2005, Stikubank).
I.Publikasi Ilmiah Populer
: Pengisi tetap kolom “Analisis Pasar Modal” 2001- sekarang pada Harian Suara Merdeka.
1.
Mengamati Perilaku Investor Saham
5 Februari 2001
2.
Momentum Euforia Pasar
Februari 2001
3.
Strategi Ketika Harga Turun
12 Maret 2001
4.
“Sense of Market” Para Spekulan
2 April 2001
5.
Melihat Perkembangan Saham JII
23 April 2001
61
6.
Peluang Keuntungan Saham IPO
21 Mei 2001
7.
Mengamati Peran The Invisible Hand
4 Juni 2001
8.
Saham Pilihan Menuju Window Dressing
25 Juni 2001
9.
Privatisasi Saham BUMN
9 Juli 2001
10.
Resiko Politik dan Peluang Investor
23 Juli 2001
11.
Mengamati Kajian Peristiwa
6 Agustus 2001
12.
Pendekatan Balance Scorecard
3 September 2001
13.
Pemahaman Dimensi waktu, Penting
1 Oktober 2001
14.
Harga Saham sebagai harga Virtual
22 Oktober 2001
15.
Buy Back Naikkan Harga Saham
5 November 2001
16.
Kasus Gresik dan Teori Agency
12 November 2001
17.
Saham Kecil Itu Indah
26 November 2001
18.
Saham Marginal di Pengujung Tahun
10 Desember 2001
19.
Menunggu Datangnya “January Effect”
31 Desember 2001
20.
Mengamati Sinyal Stock Split
14 Januari 2002
21.
Perilaku Saham Warrant
21 Januari 2002
22.
Segmentasi Saham Potensial lapis Bawah
28 Januari 2002
23.
Korelasi Saham Lapis Atas dan Bawah
4 Februari 2002
24.
Refleksi Pola Pikir Nonlinear
18 Februari 2002
25.
Antisipasi Dampak Peristiwa
4 Maret 2002
26.
Enak Naiknya dan Lenggang Turunnya
18 Maret 2002
27.
Mengatasi Kesulitan Likuiditas
25 Maret 2002
28.
Resiko Investasi pada Saham
1 April 2002
29.
Indikator Kepercayaan Nasabah
9 April 2002
30.
Investasi di Reksa Dana
15 April 2002
31.
Good Governance: Perusahaan Sekuritas
22 April 2002
32.
Teori Sinyal dan IHSG
29 April 2002
33.
Investasi Obligasi Menguntungkan?
6 Mei 2002
62
34.
Perencanaan Kunci Keuntungan
13 Mei 2002
35.
Divestasi Indosat dan Anomali
20 Mei 2002
36.
Dampak Suatu Right Issue
27 Mei 2002
37.
Diversivikasi Domestik Go Internasional
3 Juni 2002
38.
Hubungan Kurs Rupiah dan IHSG
10 Juni 2002
39.
Produk Derivatif Pemanis Bursa
17 Juni 2002
40.
Survive Saat IHSG Turun
24 Juni 2002
41.
Distorsi Faktor Non Ekonomi
1 Juli 2002
42.
Peluang Terjadi Abnormal Return
8 Juli 2002
43.
Harga Saham di Indonesia Murah?
15 Juli 2002
44.
Green Shoe, Pegging, Stabilkan Harga
22 Juli 2002
45.
Laporan Keuangan dan Misprice
29 Juli 2002
46.
Investor yang Profesional
5 Agustus 2002
47.
Mengapa Senin Sering Kelabu?
12 Agustus 2002
48.
Makna ujian Kecakapan Profesi
26 Agustus 2002
49.
IPO dan Investor Kecil
19 Agustus 2002
50.
Pengaruh Usia terhadap Kinerja
2 September 2002
51.
Kinerja Keuangan dan Harga Saham
9 September 2002
52.
Reaksi terhadap Bursa Sepi
16September2002
53.
Variabel Dummy dan IHSG
23 September2002
54.
Makna Pembelian Selektif
30 September2002
55.
Sensitivitas Laporan Triwulan
7 Oktober 2002
56.
Peristiwa Perang dan Bearish
14 Oktober 2002
57.
Waspadai Globalisasi Pasar
21 Oktober 2002
58.
Taktik Mencari Saham Baru
4 November 2002
59.
Under Valued dan Over Valued
11 November 2002
60.
Chow Test Saham Astra
18 November 2002
61.
Memilih Saham Peka Dolar
25 November 2002
63
62.
Kesabaran Berbuah Keuntungan
2 Desember 2002
63.
Peluang January Effect
9 Desember 2002
64.
Rezeki dan Window Dressing
16 Desember 2002
65.
Prospek Bursa Tahun 2003
23 Desember 2002
66.
Titik Kritis di Awal Tahun
6 Januari 2003
67.
Amati “Bullish” secara Selektif
13 Januari 2003
68.
Bursa dengan Unsustainable Profit
20 Januari 2003
69.
Keuntungan Investasi Reksadana
27 Januari 2003
70.
Menyikapi Pasar Sedang Bearish
3 Februari 2003
71.
Pendekatan Strategi Kontingensi
17 Februari 2003
72.
Rule of Thumb dari Pemain Alam
24 Februari 2003
73.
Suro dan Pengembangan Bursa
3 Maret 2003
74.
Goyangan Saham Green Shoe
10 Maret 2003
75.
Dikotomi dan Peluang Pasar
17 Maret 2003
76.
Perang dan Harga Saham
24 Maret 2003
77.
Saham Sensitif di Masa Perang
31 Maret 2003
78.
Taktik Trading pada Masa Perang
10 April 2003
79.
Adakah Dansa di Bursa Efek?
14 April 2003
80.
Kewajaran Harga Saham
21 April 2003
81.
Efek Contagion dan Efek Kompetitif
28 April 2003
82.
Investasi Obligasi Menguntungkan ?
6 Mei 2003
83.
Pembagian Dividen dan Harga Saham
12 Mei 2003
84.
Risiko dan Assurance di Bursa Saham
19 Mei 2003
85.
Mewaspadai Taktik Dagang Sapi
26 Mei 2003
86.
Proporsi Kepemilikan dan Return
2 Juni 2003
87.
Pengukuran Return Saham IPO
9 Juni 2003
88.
Peristiwa Bom dan Event Study
5 Mei 2003
89.
Initial Return Saham Pasca-IPO
16 Juni 2003
64
90.
Kompetensi Seorang Investor
23 Juni 2003
91.
Penjamin Emisi dan Keuntungan Perdana
30 Juni 2003
92.
Makna partisipatif di Pasar Modal
7 Juli 2003
93.
Prospektus dan Ramalan Laba
14 Juli 2003
94.
Green Shoe dan Keuntungan Perdana
21 Juli 2003
95.
Mengamankan Keputusan
28 Juli 2003
96.
Data Menjadi Informasi
4 Agustus 2003
97.
Retensi dan Saham Peka Bom
14 Agustus 2003
98.
Analisis Stakeholder Pengembangan Bursa
19 Agustus 2003
99.
Country Risk dan Harga Saham
8 September 2003
100. Strategi FIFO dan Optimisme Pasar
15 September2003
101. Keuntungan yang Abnormal
23 September2003
102. Pasar Modal Syariah
29 September2003
103. Pasar Modal dan Obligasi Syariah
6 Oktober 2003
104. Pasar Modal dan Reksadana Syariah
13 Oktober 2003
105. Menyongsong IPO Saham Bank BRI
22 Oktober 2003
106. Perilaku Investor Pasca IPO BRI
27 Oktober 2003
107. Asimetri Informasi dan Equilibrium
10 November 2003
108. Makna Teori Balancing
8 Desember 2003
109. Kinerja Bursa pada Pergantian Tahun
22 Desember 2003
110. Semangat Idul Fitri dan Kinerja Saham
1 Desember 2003
111. Makna Teori Balancing
8 Desember 2003
112. Harga Saham dan Nilai buku
16 Desember 2003
113. Kinerja Bursa pada Pergantian Tahun
29 Desember 2003
114. Strategi Menyikapi Bursa Tahun 2004
12 Januari 2004
115. Strategi Keunggulan Harga Rendah
19 Januari 2004
116. Peristiwa dan Risky Invesment
26 Januari 2004
117. Isu Strategis SBI dan Flu Burung
9 Februari 2004
65
118. Pemilu, Kurs Rupiah dan Harga Saham
24 Februari 2004
119. Karakteristik Emiten dan Return Saham
8 Maret 2004
120. Sinyal Rasio Harga Nilai Buku dan Return
15 Maret 2004
121. Pengaruh Rasio Hutang Terhadap Kinerja
22 Maret 2004
122. Transformasi Ancaman Menjadi Peluang
29 Maret 2004
123. Rasionalitas Investor dan Efisiensi Pasar
5 April 2004
124. Adakah kekuatan Membayangi Bursa
12 April 2004
125. Harapan Ditengah Kekhawatiran
19 April 2004
126. Stock Split Saham Pelopor Pasar
26 April 2004
127. Saham Pilihan Kelompok LQ 45
4 Mei 2004
128. Pengaruh Bursa Paralel Terhadap BEJ
10 Mei 2004
129. Sinyal Kuning di BEJ
17 Mei 2004
130. Resiko dan Pengembangan Bursa
31 Mei 2004
131. Pola Investor dan Resiko
7 Juni 2004
132. Peristiwa Politik sebagai Laten Variabel
14 Juni 2004
133. Locus of Control dan Kinerja Bursa
21 Juni 2004
134. Level Psikologos Periode Pemilu
28 Juni 2004
135. Prediksi Bursa antara Dua Pemilihan Presiden
12 Juli 2004
136. Holding Period : Perencanaan ,Keyakinan
19 Juli 2004
137. Pilsam dan Keuntungan Bagi Pasar
26 Juli 2004
138. Kebijakan Deviden dan Stock Split
2 Agustus 2004
139. Gurih dan Panas Minyak di Bursa
9 Agustus 2004
140. Kemerdekaan, keadilan dan pemberdayaan
16 Agustus 2004
141. Keadilan Dalam Distribusi Saham
23 Agustus 2004
142. Pengetahuan, pengalaman dan Pemberdayaan 30 Agustus 2004 143. Capital gain, Deviden dan Stock Split
6 September 2004
144. Peristiwa Bom Kuningan
14 September 2004
145. Bursa Pasca Pemilihan Presiden
20 September2004
66
146. Penggerak Pasar Pada Saham Kecil
27 September2004
147. Faktor Independen, Mediating dan Kinerja Bursa 4 Oktober 2004 148. Dua Model Analisis Portofolio Optimal
11 Oktober 2004
149. Kesabaran Membuahkan Keberuntungan
18 Oktober 2004
150. Ujian Pertama Pasar Pasca Pemilu
25 Oktober 2004
151. Bursa Merindukan Persatuan
1 November 2004
152. Pola investasi dan pengembangan
9 November 2004
153. Rasa Syukur dan keunggulan Bursa
22 November 2004
154. Investasi obligasi Pemerintah
29 November 2004
155. Laju Pertumbuhan Pasar
6 Desember 2004
156. Perlu Preventive Action
20 Desember 2004
157. BEJ Paling Menjanjikan Keuntungan
27 Desember 2004
158. Kinerja bursa tahun 2004
03 Januari 2005
159. Hikmah Peristiwa Stunami
10 Januari 2005
160. Karakteristik Investor
17 Januari 2005
161. Pengukuran Keuntungan
31 Januari 2005
162. Mencari Bentuk Harga Keseimbangan
07 Februari 2005
163. Semangat hijrah dan Pengembangan
14 Februari 2005
164. Diantara BEJ dan BES
21 Februari 2005
165. Kegembiraan Pasar
28 Februari 2005
166. Risiko Investasi
06 Maret 2005
167. Kinerja pasar modal dan pasar uang
07 Maret 2005
168. Komitmen Perusahaan
14 Maret 2005
169. Diversifikasi Pasar
21 Maret 2005
170. Bursa Tak suka ketidakpastian
28 Maret 2005
171. APBN dan Kinerja Bursa
04 April 2005
172. Keuntungan dan Risiko
11 April 2005
173. Dampak Makro Ekonomi Global
18 April 2005
67
174. Variabel Lag dan Jangka Waktu
25 April 2005
175. Makro Global dan Nasional
9 Mei 2005
176. Manajemen Error : Kasus Bank Mandiri
16 Mei 2005
177. Analisis Fundamental Makro
23 Mei 2005
178. Analisis Fundamental Industri
30 Mei 2005
179. Papan atas dan Papan Pengembangan
06 Juni 2005
180. Analisis Jakarta Islamic Indek
13 Juni 2005
181. Investasi Asing dan Keuntungan
20 Juni 2005
182. Perilaku Pasar
27 Juni 2005
183. Kurs Mata Uang dan Bursa
04 Juli 2005
184. ESOP,MSOP dan Holding Period
11 Juli 2005
185. Reksa Dana Aspal
18 Juli 2005
186. Psyichology Investor
24 Juli 2005
187. Mewaspadai Harga Minyak
08 agustus 2005
188. Net Selling Ketika support
15 agustus 2005
189. Paritas Tingkat Bunga dan Kinerja Bursa
22 agustus 2005
190. Perilaku Pasar dan diposition Effect
04 September 05
191. Redemtion Reksa dana
12 September 05
192. Keuangan aspek Perilaku
19 September 05
193. Kesiapan Bursa Kenaikan BBM
26 September 05
194. Paska Peristiwa Kenaikan BBM
03 Oktober 2005
195. Motivasi syariah dan Bursa
10 Oktober 2005
196. Sekilas Wajah efisiensi Pasar
17 Oktober 2005
197. Perilaku Ketika Bursa Menurun
24 Oktober 2005
198. Kinerja Bursa; Iinflasi atau Bunga?
14 November 05
199. Pengaruh Lebaran dan Mood Investor
21 November 05
200. Mengamati Strategi Buy Back
28 November 05
68