Beberapa Strategi Investasi Di Bursa Efek Jakarta Syahyunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesan umum terhadap pasar modal adalah bahwa pasar modal yang tercatat di bursa dan pergerakan harga tersebut kadang-kadang menunjukkan pola pergerakan yang tidak dapat dipahami atau sulit dijelaskan. Oleh karena itu adalah wajar jika banyak orang menggambarkan pasar modal sebagai irrasional, kacau dan tidak beraturan. Persepsi yang demikian mendorong banyak pakar keuangan untuk mengamati aktivitas di pasar modal dan hasil kesimpulan mereka menyatakan bahwa sebenarnya pasar modal itu rasional, beraturan dan secara empiris membuktikan bahwa dalam jangka waktu yang cukup lama, investasi di pasar modal bisa memberikan return yang jauh besar dibandingkan alternatif investasi lainnya. Pada dasarnya kegiatan investasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu investasi riil dan investasi finansial. Kedua investasi tersebut mengacu ke masa depan dalam memperhitungkan return on investment (ROI). Seperti diketahui masa depan adalah suatu yang tidak pasti dan ketidakpastian berarti suatu risiko dalam berbagai tingkatan tertentu. Walaupun mengandung risiko masa depan juga menjanjikan sesuatu yang lebih baik dari masa sekarang, sehingga banyak orang mau melakukan investasi. Kunci utama untuk berhasil dalam melakukan investasi di bursa efek adalah berkaitan dengan pemilihan strategi yang tepat agar investasi yang akan dilakukan memberikan hasil yang optimal. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah strategi apa yang harus diambil/diterapkan oleh para pemodal dalam melakukan investasi dananya di bursa Efek Jakarta (BEJ), agar hasil yang diperoleh optimal? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam tulisan ini adalah untuk memberikan penjelasan mengenai berbagai strategi investasi yang dapat digunakan masyarakat pada umumnya dan para investor pada khususnya dalam menginvestasikan dananya di bursa efek. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi para investor, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan pertimbangan dalam melakukan investasi saham di bursa efek. 2. Bagi akedemisien, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan dan pandangan lebih jauh tentang strategi investasi di bursa efek dan akhirnya dapat digunakan untuk membantu dalam menganalisis sekuritas.
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
1
E. Metode Penelitian Penelitian ini hanya bersifat studi literatur (library research), artinya data-data penulis peroleh dengan jalan membaca dan mengutip berbagai literatur yang mendukung tulisan ini. Selanjutnya analisis dilakukan deskriptif (analisis kualitatif), yaitu dengan beberapa contoh penerapan pada situasi mendekati kekuatan dengan secara membuat keadaan sebenarnya kemudian dianalisis berdasarkan kerangka teoritis yang ada.
BAB II PEMBAHASAN A. Risiko dan Ketidakpastian Pemodal ( investor) tidak dapat dipisahkan dengan harapan mendapatkan income di masa yang akan datang. Masa yang akan datang selalu penuh ketidakpastian, sehingga pemodal perlu membuat perkiraan atau prediksi. Untuk dapat membuat prediksi di masa yang akan datang diperlukan pengetahuan tertentu untukmenganalisis data-data ekonomi keuangan masa sekarang dan masa yang akan datang. Atas dasar itu dibuatlah keputusan investasi di mana pendapatan yang belum tentu sesuai dengan apa yang diharapkan, inilah yang menimbulkan risiko bagi pemodal. Pemodal yang akan menanamkan dananya pada saham, obligasi, deposito atau investasi lainnya harus mengetahui risiko yang akan timbul pada investasi tersebut. Dalam melaksanakan investasi, pemodal dihadapkan oleh adanya beberapa risiko antara lain: 1. Risiko finansial, yaitu risiko yang diderita oleh pemodal sebagai akibat dari ketidakmampuan emiten memenuhi kewajiban pembayaran dividen/bunga serta pokok investasi. 2. Risiko pasar, yaitu risiko akibat menurunnya harga pasar secara substansial baik keseluruhan saham maupun saham tertentu akibat perubahan tingkat inflasi ekonomi. Keuangan manajemen perusahaan negara. Perubahan atau kebijaksanaan pemerintah. 3. Risiko psikologis, yaitu risiko bagi pemodal yaitu bertindak secara emosional dalam menghadapi harga saham berdasarkan optimisme dan pesimisme dapat mengakibatkan kenaikan atau penurunan harga saham. Sedangkan menurut R.L Hagin (1979) ada 5 jenis risiko yang dihadapi pemodal dalam menganalisis investasi yaitu: 1. Interest rate risk adalah variasi dalam pendapatan yang disebabkan oleh adanya perubahan dalam tingkat suku bunga pasar. Jenis risiko ini biasanya muncul dalam Investasi menghasilkan current income, yang bunga obligasi dan dividen saham. Nilai relatif dari jenis-jenis pendapatan tersebut akan bervariasi dengan pergerakan yang timbul dalam tingkat suku pasar. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya saham adalah nilai sekarang (present value) dari pendapatan suku dalam seperti dari Bestial bunga nilai sebagai komponen discount rate dalam perhitungan saham dan tingkat suku bunga pasar yang digunakan nilai sekarang saham. Sehingga fluktuasi dalam tingkat suku bunga berjalan akan mempengaruhi pendapatan investasi. 2. Liquidity risk merupakan risiko yang berhubungan dengan menjadi uang kas.
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
2
3. purchasing power risk merupakan risiko yang berhubungan dengan adanya inflasi.Dengan adanya inflasi, maka nilai secara riil akan lebih kecil dibandingkan dengan nilai nominalnya. 4. Business risk merupakan risiko yang berhubungan dengan prospek bisnis dari perusahaan (emiten) yang mengeluarkan saham. Keberhasilan perusahaan tergantung dari kemampuan manajemen untuk mengendalikan perusahaan dalam lingkungan yang terus berubah. Sehingga kalau misalnya perusahaan gagal dalam bisnisnya, pemodal akan ikut merasakan dampaknya. 5. Investment risk merupakan risiko yang berhubungan dinamika permintaan dan penawaran sekuritas, fluktuasi harga sekuritas dan harapannya terhadap prospek perusahaan. B. Determinasi Investasi Setiap keputusan investasi melibatkan lima unsur pokok yang dapat disebut determinasi investasi. Dalam setiap proses pengambilan keputusan investasi, unsur-unsur tersebut akan muncul, apakah secara eksplisit atau implisit. disadari atau tidak, diolah secara sistematis atau tidak. Kelima unsur-unsur tersebut adalah: 1. Kondisi Pemodal (investor) Kondisi pemodal meliputi kondisi keuangannya dan sikap terhadap risiko. Proses psikologis seorang pemodal Dalam mengalokasikan dana yang dimilikinya, pada umumnya mengikuti urut-urutan yang sama. Penghasilan pertama akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan dan rekreasi. Lapisan penghasilan yang berikut diatasnya akan digunakan untuk core investment, yaitu investasi dengan tingkat keamanan yang tinggi dan tingkat keuntungan yang terukur. Seandainya seorang pemodal miliki tingkat pendapatan yang lebih tinggi lagi, baru ia bisa mengarahkan dananya untuk investasi yang lebih agresif, yaitu investasi dengan tingkat risiko yang lebih tinggi dan potensi pendapatan yang lebih tinggi pula. Sikap seseorang terhadap risiko dipengaruhi oleh kondisi keuangan. Apakah seseorang bersifat berani menghadapi risiko (risk seeker), netral (risk neutral) atau menghindari risiko (risk Averter), selain ditentukan oleh umur dan tempramen, juga ditentukan oleh jumlah dana yang ia miliki. 2. Motif Investasi Unsur yang kedua adalah motif investasi. Pemodal pada umumnya memiliki motif investasi yang tidak tunggal. Namun intensitas motif-motif seperti keamanan, pertumbuhan, pendapatan, fasilitas pajak dan spekulasi, berbeda dari pemodal yang satu dengan pemodal yang lain. 3. Media Investasi Media investasi sebagai unsur yang ketiga menyodorkan pilihan antara real assets dan financial assets. Berkembangnya perekonomian, cenderung menggeser objek investasi dari real assets seperti tanah dan emas ke arah financial assets baik di pasar uang maupun di pasar modal. Saham sebagai objek investasi utama di pasar modal memiliki berbagai karakteristik yang memungkinkan seorang pemodal mempunyai pilihan yang tepat. Untuk menyebut sebagian karakteristik tersebut, seorang pemodal dapat memilih blue chips stock, yang merupakan saham dari perusahaan yang besar atau ia lebih memilih growth stocks, yang merupakan saham perusahaan yang berkembang dan tingkat
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
3
pertumbuhan lebih cepat dari trend ekonomi umumnya ditandai oleh pemasaran yang agresit, R & D oriented, Flow back ratio yang tinggi, dividend yield lebih rendah serta price earning ratio yang tinggi. Seorang pemodal yang lebih spekulatif mungkin memilih cylical stocks. Perusahaan yang bergerak di bidang real eatate, automotive, konstruksi dan eletronik pada umumnya berfluktuasi bersama siklus ekonomi. Apabila kondisi perekonomian membaik, maka penampilan perusahaan akan membaik juga dan dengan demikian harga saham diharapkan akan menjadi baik. Sedangkan seorang pemodal yang konvensional mungkin akan memilih defensive stocks, yaitu saham dari perusahaan yang bertahan, atau bahkan seringkali di atas rata-rata pada saat resesi. 4. Model dan teknik Analisis Ada dua potensi keuntungan dari investasi di Bursa Efek, yaitu dividen dan capital gain. Dividen perusahaan sangat berkaitan dengan performance perusahaan, sedangkan capital gain tidak begitu dipengaruhi oleh performance perusahaan. Unsur spekulasi sangat berperan dalam jual-beli saham. Pendapatan dari selisih penjualan saham dapat saja bernilai negatif, jika harga jual saham di bawah harga belinya (capital loss), sedangkan pendapatan dividen tidak bisa negatif. Ada dua cara untuk merealisasikan potensi keuntungan di atas, yaitu: 1) membeli efek yang dalam jangka panjang menunjukkan performance yang lebih baik dari sekian banyak alternatif yang ada di pasar modal. 2) membeli efek pada saat harganya murah dan menjual setelah harganya naik. Kedua cara tersebut di atas sungguh sebuah formulasi yang sederhana, tetapi tak mudah untuk dilaksanakan. Usaha konkrit untuk menerjemahkan formulasi itu ke dalam suatu model analisis yang sistematis, melahirkan dua aliran dalam disiplin securities analysis, yaitu: fundamental analysis dan technical analysis. Fundamental analysis mempunyai anggapan bahwa setiap pemodal adalah makhluk rasional. Karena itu, seorang fundamentalis memcoba mempelajari hubungan antara harga saham dengan kondisi perusahaan. Alasannya adalah bahwa nilai saham mewakili nilai perusahaan, tidak hanya nilai intrinsik suatu saat tetapi juga adalah harapan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan kesejahteraan pemegang saham di masa yang akan datang. Ada berbagai model yang populer dalam fundamental analysis, antara lain: a. Pendekatan Price Earning Ratio (PER). PER dapat dihitung dengan membagi harga saham pada suatu saat dengan Earning per share (EPS) suatu periode tertentu. Harga Saham PER = Expected Earning per share Jadi Apabila EPS suatu perusahaan adalah Rp 1.000,- dan harga sahamnya Rp 20.000,-, maka PER = 20 X. Tidak ada suatu standar yang pasti berapa PER yang wajar bagi suatu saham. Sebagian pemodal mengambil perbandingan dengan PER dari perusahaan sejenis. Pemodal yang konvensional sering menetapkan PER
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
4
maksimum dengan menggunakan angka dari minimum required rate of return (tingkat keuntungan minimal yang diharapkan). Apabila pemodal mempunyai rate of return sebesar 10%, maka PER maksimum adalah 1/10% = 10 X. b. Pendekatan Dividen Yield. Pada pendekatan ini harga saham dihitung dengan cara: Ekspektasi dividen per saham (EDP) Harga Saham = Yield Jadi apabila EDP adalah Rp 150,- dan yield yang di inginkan adalah 5% pertahun, maka: 750 Harga saham = 5% = Rp 15.000,c. Pendekatan Net Assets Value Pendekatan ini menghitung nilai buku suatu saham yang menggambarkan nilai klaim atas fisik perusahaan, dengan formula sebagai berikut: Nilai Assets Nilai Buku = Jumlah Saham Beredar Jadi kalau nilai asset bersih suatu perusahaan adalah Rp 100 milyar, dan jumlah saham yang beredar 25 juta lembar saham. maka nilai buku saham tersebut adalah Rp 4.000,- per lembar saham. Beberapa pialang di Bursa Efek Jakarta memiliki patokan bahwa harga saham maksimum tidak boleh melebihi tiga kali nilai buku. Technical Analysis sebagai aliran yang kedua, menyatakan bahwa pemodal adalah makhluk yang irrasional. Bursa pada dasarnya adalah cerminan mass behavior. Seorang individu yang bergabung kedalam suatu massa, bukan hanya sekedar kehilangan rasionalitasnya tetapi juga seringkali melebur identitas pribadinya kedalam identitas kolektif. Harga saham sebagai komoditas perdagangan, tentu dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran. Pada gilirannya permintaan dan penawaran merupakan manifestasi dari kondisi psikologis pemodal. Para teknikalis menggugat bahwa kalau harga saham dipengaruhi semata-mata oleh kondisi perusahaan, kenapa harga saham berubah setiap saat padahal kondisi perusahaan dan prospeknya belum tentu berubah. Pada kondisi yang ekstrim seorang pemodal tidak memerlukan informasi mengenai perusahaan. Sepanjang pemodal membeli saham pada saat harganya rendah dan menjual saham pada saat harganya tinggi, maka pemodal tersebut akan memperoleh keuntungan. Salah satu model yang populer pada technical analysis adalah apa yang disebut support level and resistance level. Model ini pada intinya menggambarkan bahwa harga saham selalu akan berfluktuasi naik dan turun. Hal yang pasti adalah naik dan turunnya
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
5
harga ada batasnya (batas atas dan batas bawah). Jika pada periode tertentu harga-harga saham tiba-tiba turun, maka situasi ini akan mendorong para pemegang saham untuk ramal-ramal menjual sahamnya. Akibatnya terjadi over supply yang mengakibatkan downward pressure Dan harga akan terus turun, hingga mencapai suatu titik yang disebut support level. Pada titik ini para pemodal mulai merasa bahwa harga saham sudah cukup rendah untuk dibeli dan akhirnya banyak pemodal yang mulai membeli saham dan situasi mass behaviour akan mendorong terjadinya permintaan yang tinggi, sehingga harga saham akan melonjak sampai pada ressistance level (batas atas). Pada titik ini pemodal yang merasa dapat merealisasikan keuntungannya mulai menjual saham-sahamnya. 5. Strategi Investasi di Bursa efek Kunci utama untuk sukses dalam investasi di bursa efek adalah pemilihan strategi yang tepat agar investasi yang dilakukan memberikan basil yang optimal Beberapa strategi yang dapat digunakan oleh para pemodal dalam melakukan investasi di bursa efek antara lain adalah: a. Beli di pasar perdana, jual begitu masuk pasar sekunder Para pemburu agio di Bursa Efek Jakarta berkeyakinan bahwa harga akan naik begitu suatu emisi saham dicatatkan di bursa. Keyakinan itu bukan saja dilandasi oleh data fundamental yang up to date dan akurat yang dimuat dalam prospektus pada saat emisi, tetapi juga karena underwriter Biasanya tidak akan membiarkan harga jatuh pada minggu pertama pasar sekunder. Harga penawaran merupakan hasil negosiasi emiten dengan penjamin emisi. Jadi harga di pasar perdana pada tahap awal pencatatan saham menyangkut secara langsung reputasi underwriter. Sebagai ilustrasi yang mendukung sepenuhnya keyakinan tersebut adalah dari 5 emisi saham selama periode tahun 1988-1989, selama minggu pertama di bursa mengalami kenaikan harga rata-rata 14,81%. Kenaikan tertinggi dialami oleh saham PT. Delta Djakarta sebesar 140,12%, sedangkan yang terendah adalah saham PT. Jakarta International Hotel sebesar 10,43%. b. Beli dan Simpan Pemodal yang yakin bahwa suatu perusahaan akan berkembang dalam jangka panjang, baik karena perusahaan tersebut berada pada growing sector industry atau karena sifat usaha dan produknya yang strategis, dapat melakukan strategi beli dan simpan. Saham perusahaan IBM pada awal tahun 70-an masih berharga $ 40 di New York Stock Exchange (NYSE). Ekstensifikasi pemakaian komputer sampai akhir pada awal tahun 70-an telah menaikkan saham IBM menjadi $ 600 pada akhir tahun 1973. Di Bursa Efek Jakarta, seorang pemodal yang membeli saham di pasar perdana dan menyimpannya sampai akhir 1988, akan memperoleh laba rata-rata 27% pertahun. Contoh yang lebih ekstrim, pemodal yang membeli saham PT. Richardson Visks Indonesia pada pasar perdana Pebruari 1980 pada harga Rp. 3000,- dan menyimpan 1988, nilai kekayaannya meningkat hampir dua puluh kali lipat dalam kurun waktu sembilan tahun. c. Strategi Berpindah Pemodal yang lebih spekulatif cenderung berpindah dari saham yang satu ke saham yang lain dengan memanfaatkan perbedaan siklus harga individual. Strategi ini
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
6
mengharuskan pemodal mengikuti gerakan pasar dari dekat setiap saat. Dengan memanfaatkan tecnical information, khususnya pada saham-saham yang aktif, pemodal berpindah dari satu saham yang diperkirakan harganya akan turun ke saham yang diperkirakan harganya akan naik. Di Bursa Efek Jakarta, saham-saham yang aktif adalah saham yang dapat dibeli oleh pemodal asing. Saham yang boleh dibeli oleh pemodal asing adalah saham dari perusahaan yang modal disetornya mayoritas (yaitu 51% atau lebih) dimiliki oleh pemodal Indonesia. d. Pilih Saham yang Tidur Mass media cenderung diskriminatif terhadap saham perusahaan yang tidak aktif, terutama perusahaan kecil. Demikian juga para analis. Kecenderungan ini bisa dimengerti karena saham perusahaan yang tidak aktif, tidak menyangkut minat dan kepentingan orang banyak. Saham yang tidak mendapat perhatian masyarakat pemodal, merupakan saham yang tidur dan cenderung undervalued. Pemodal yang sabar dapat memilih strategi into Kesabaran sangat dibutuhkan di sini karena mungkin diperlukan waktu yang cukup lama sampai masyarakat menyadari adanya potensi keuntungan pada saham tersebut. Di Bursa Efek Jakarta, beberapa saham yang tidak bisa dibeli oleh pemodal asing cenderung menjadi saham yang tidur. Sebagai ilustrasi dapat dikemukakan perbandingan antara saham perusahaan PT. Delta Djakarta dan saham PT. Multi Bintang. Kedua perusahaan tersebut sama-sama bergerak di bidang produksi minuman dan sahamnya sama-sama memiliki nilai nominal Rp. 1000,-. Dari laporan keuangan tiga tahun terakhir kita bisa melihat bahwa PT. Multi Bintang miliki keunggulan dalam banyak hal seperti besarnya laba, laba per saham (EPS) dan dividen Per saham Namun karena saham PT. Delta Djakarta dapat situasi yang terbalik. Pada hari Jum'at tanggal 4 dibeli oleh pemodal asing, catatan harga saham menunjukkan Agustus 1989, saham PT. Delta tercatat Djakarta harga Rp. 9.800,- sedangkan saham PT. Multi Bintang hanya sebesar Rp. 5.000,-. e. Kosentrasi Pada Industri Sebagian pemodal memusatkan perhatiannya pada perkembangan industri tertentu. Mungkin karena ia lebih mengetahui kondisi, mekanisme kerja dari perusahaan yang berada pada industri tersebut, trend industri dan sebagainya. Strategi investasi dengan demikian adalah memilih saham yang terbaik pada industri tersebut, Statistik dari berbagai modal di mancanegara membuktikan bahwa perusahaan besar yang bergerak di bidang utilities seperti ATT. Merupakan perusahaan yang pertumbuhannya Paling stabil. Di Indonesia, sektor industri tekstil, agrobisnis dan jasa keuangan merupakan sektor yang tingkat hanya tahun-tahun terakhir ini. Saham-saham di Bursa Efek Jakarta yang tercatat sama sekali Belum representative mewakili industri. Namun dengan semakin melakukan banyaknya perusahaan yang go public, maka akan semakin banyak instrumen yang dipilih. f. Belilah Pasar Strategi ini mungkin tidak tepat untuk disebut sebagai suatu strategi. Pemodal yang tidak mampu atau tidak sempat melakukan analisis cenderung mempercayakan investasinya pada trend pasar. Seorang pemodal dikatakan melakukan strategi buying the market, apabila ia membagi dananya secara relatif proporsional ke dalam saham-saham yang ada di pasar. Pengertian pasar di sini tidak harus identik dengan seluruh saham yang tercatat, tetapi dapat berupa saham yang tergabung dalam down average atau 500 Standar & Poor dan semacamnya. Strategi seperti ini hasilnya gampang dimonitor. Apabila trend
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
7
pasar menunjukkan kenaikan, maka ia akan memperoleh laba pada tingkat rata-rata pasar. Sebaliknya apabila trend pasar menunjukkan penurunan, maka ia akan menderita kerugian, juga pada tingkat rata-rata pasar. g. Mutual Fund/Unit Trust Strategi yang lebih aman bagi pemodal yang belum berpengalaman adalah mempercayakan dananya kepada lembaga profesional yang disebut investment trust. Investment trust akan melakukan diversifikasi investasi untuk mencapai tujuan dari pembentukan dana. Intensitas tujuan dari suatu dana bisa berbeda, namun secara umum setiap usaha pembentukan well diversified portfolio secara eksplisit bertujuan memaksimumkan keuntungan pada tingkat risiko tertentu atau meminimumkan risiko dengan tingkat keuntungan yang relatif stabil. Di Indonesia, satu-satunya investment trust yang beroperasi saat ini adalah PT. Danareksa. PT.Danareksa telah memasarkan tiga jenis sertifikat, yaitu: 1. Unit Pendapatan Unit ini sebagian besar didukung oleh obligasi, karena itu unsur stabilitas pendapatan dan keamanan menjadi motif utama. 2. Unit Umum Jenis ini mencoba mengkombinasikan unsur pendapatan dan pertumbuhan. Didukung oleh saham-saham dan money market instruments, dana ini membayar dividen yang tetap secara berkala, namun pemodal masih bisa mengharapkan potensi pertumbuhan. 3. Unit Saham Jenis ini baru diperkenalkan pertama kali pada akhir Juni 1989 yang lalu. Motif utamanya adalah memaksimumkan pertumbuhan. Karena itu unit saham di dukung oleh saham-saham yang menurut manajer dana (PT. Danareksa) akan mengalami pertumbuhan paling baik. BAB III KESIMPULAN Analisis investasi memang bukan suatu disiplin yang eksak. Dalam menyimak perkembangan suatu perekonomian selalu ada faktor yang uncontrollable dan unpredictable. Tidak ada seorang pemodalpun yang terus menerus memperoleh laba dari suatu mekanisme pasar, tidak terkecuali di Bursa Efek. Pada tahap perkembangan saat ini, gerak pasar sekunder sangat ditentukan oleh animo dan antusiasme pemodal asing. Dalam hubungan ini perlu dicatat bahwa pada saat permulaan masuknya pemodal asing, maka pemodal domestik (dalam negeri) akan memperoleh laba. Namun dana asing yang masuk ke pasar modal adalah dana yang paling volatile. Secepat ia masuk secepat itu pula ia keluar apabila suatu pasar tidak lagi menjanjikan potensi keuntungan. Jardine Flaming sebagai pengelola Indonesia Fund, Banque Indosuez pengelola Malacca Fund, dan Fund-Fund yang lain, tidak henti-hentinya melakukan riset untuk mencari new emerging markets sebagai objek investasi mereka. Perpindahan yang cepat dari satu emerging market ke yang lainnya dapat membuat suatu bursa efek melambung dan yang lainnya akan mengalami collapse. Beberapa negara telah menelan pil pahit dari mekanisme tersebut. Oleh karena itu, pengembangan pasar modal adalah proses edukasi jangka panjang yang menyangkut semua aspek yang terlibat dalam mekanismenya. Dibidang
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
8
analisis efek, kita baru memulai. Ketekunan, kesabaran dan disiplin merupakan sebagian dari syarat-syarat yang diperlukan. REFERENSI Hasan Zein Mahmud, 1989, "Strategi Investasi Di Bursa Efek Jakarta", Manajemen & Usahawan Indonesia. Marzuki Usman, dkk., 1990, ABC Pasar Modal Indonesia, Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia dan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia, Jakarta. Pandji Anoraga dan Ninik Widiyanti, 1992, Pasar Modal : Keberadaan dan Manfaatnya bagi Pembangunan, Edisi Pertama, PT. Rineka Cipta, Jakarta. Suad Husnan, 1993, Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi Pertama, UPP - AMP YKPN, Yogyakarta.
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
9