PERFORMAN BEBERAPA GALUR HARAPAN MELON SERTA PROSPEKNYA SEBAGAI CALON VARIETAS UNGGUL BARU
Suharyon, Mayunar, dan Busyra Peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten Peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi ABSTRAK Performan Beberapa Galur Harapan Melon Serta Prospeknya Sebagai Calon Varietas Unggul Baru. Secara teknis sulit merakit varietas melon yang mampu berproduksi tinggi pada semua agroekosistem, karena kondisi lingkungan yang bervariasi. Salah satu cara mendapatkan varietas unggul baru spesifik lokasi adalah melalui uji galur-galur harapan dan varietas yang telah ada. Berdasarkan hal tersebut, telah dilakukan penelitian untuk mengetahui performan beberapa galur harapan melon dilihat dari daya kecambah dan daya tumbuh benih, pertumbuhan tinggi , diameter batang, panjang ruas, panjang dan lebar daun serta bobot buah dan produktivitas. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Kelurahan Pabean, Kecamatan Purwakarta – Cilegon dari bulan Mei sampai dengan Juli 2011 dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Sebagai perlakuan adalah 6 galur dan 1 varietas, yaitu : 411 (G-1), 86H (G-2), 78M (G-3), K8H (G-4), K8M (G-5), NMN (G-6) dan varietas Apollo (V) sebagai pembanding, dimana setiap perlakuan diulang 4 kali. Pupuk dasar yang digunakan adalah pukan sapi 10 ton/ha, Urea 150 kg/ha, SP-36 200 kg/ha dan KCl 200 kg/ha, sedangkan pupuik susulan berupa NPK Mutiara 2-3 g/tanaman, SP-36 2-3 g/tanaman, ZK 2-3 g./tanaman dan KNO3 2-4 g/tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya kecambah dan daya tumbuh benih semua galur melon yang digunakan sangat baik yaitu 77,8-100 %. Kecepatan pertumbuhan tinggi tanaman meningkat tajam setelah umur 15 HST dan mulai menurun setelah umur 30 HST. Tinggi tanaman melon umur 30 HST berkisar antara 126,14-157,12 cm, hasil tertinggi diperoleh pada G-78M dan terendah pada G-411. Panjang daun setiap galur berkisar antara 30,8-33,6 cm; lebar daun 21,623,2 cm; diameter batang 1,08-1,27 cm dan panjang ruas 6,8-8,4 cm. Selanjutnya bobot buah pada G-411 diperoleh 1,05-2,21 kg (rataan 1,63 kg); G-86H 0,83-1,85 kg (rataan 1,33 kg); G-78M 1,15-2,05 kg (rataan 1,50 kg); G-K8H 1,15-180 kg (rataan 1,45 kg); G-K8M 1,30-1,95 kg (rataan 1,61 kg); G-NMN 0,81-2,20 kg (rataan 1,17 kg) dan varietas Apollo sebagai pembanding adalah 0,95-1,85 kg (rataan 1,38 kg). Berdasarkan rataan bobot buah dan beberapa asumsi (populasi tanaman 16.000 batang/ha dan kematian 5%), maka produktivitas setiap hektar lahan untuk G-411 adalah 24,78 ton; G-86H 20,22 ton; G-78M 22,80 ton; G-K8H 22,04 ton; G-K8M 24,07 ton dan G-NMN 17,78 ton; sedangkan varietas Apollo sebagai pembanding adalah 20,98 ton. Dalam hal penjualan, harga dan kualitas melon sangat ditentukan oleh varietas yang ditanam, preferensi konsumen, bobot buah, tingkat kemanisan dan kondisi fisik buah. Berdasarkan karakteristik tanaman, bobot buah dan potensi hasil diperoleh 4 galur berpotensi sebagai varietas unggul baru yaitu G411; G-78M; G-K8H dan G-K8M, namun perlu penelitian lebih lanjut pada beberapa lokasi mengenai stabilitas hasil.
Kata kunci : melon, galur harapan, performan, produktivitas.
1
ABSTRACT Some Strains Hope Performance Melon and Prospects for New Candidates Superior Variety. Technically difficult to assemble varieties of melons are capable of high production in all agro-ecosystem, due to varying environmental conditions. One way to obtain new varieties for specific location is through the test strains and varieties of hope that has been there. Based on this, has done research to determine the performance of several strains of hope melons seen from the seed sprouts and grows power, high growth, stem diameter, segment length, length and width of leaves and fruit weight and productivity. The experiment was conducted in paddy fields customs village, Subdistrict Purwakarta – Cilegon Regency from May to July 2011 using Random Design Group (RAK). As the treatment is 6 and 1 strains varieties, namely: 411 (G-1), 86H (G-2), 78M (G-3), K8H (G-4), K8M (G-5), NMN (G- 6) and varieties of Apollo (V) as a comparison, where each treatment was repeated 4 times. Basic fertilizers used were cow pile of 10 tons / ha, 150 kg urea / ha, SP-36 200 kg / ha and 200 kg KCl/ha, while the aftershocks of NPK Pearl pupuik 2-3 g/plant, SP-36 2-3 g/plant, ZK 2-3 g/plant and KNO3 2-4 g / plant. The results showed that the germination and growth of all strains of melon seeds that are used very well namely from 77.8 to 100%. Plant height growth rate increased sharply after the age of 15 HST and began to decline after the age of 30 HST. Higher age of 30 HST melon plants ranged from 126.14 to 157.12 cm, the highest result obtained in the G-78M and the lowest in the G411. Leaf length of each strain ranged from 30.8 to 33.6 cm leaf width from 21.6 to 23.2 cm stem diameter from 1.08 to 1.27 cm and 6.8 to 8.4 cm long segments. Furthermore, the weight of fruit on the G-411 gained 1.05 to 2.21 kg (average 1.63 kg); G-86H 0.83 to 1.85 kg (average 1.33 kg); G-78M 1.15 - 2.05 kg (average 1.50 kg); G-K8H 1.15 to 1.80 kg (average 1.45 kg); G-K8M 1.30 to 1.95 kg (average 1.61 kg); G- NMN from 0.81 to 2.20 kg (average 1.17 kg) and varieties of Apollo as a comparison is 0.95 to 1.85 kg (average 1.38 kg). Based on the average weight of fruit and some assumptions (population 16,000 plant stems / ha and mortality 5%), then the productivity of each hectare of land for the G-411 is 24.78 tons; G-86H 20.22 tons, G78M 22.80 tons; G-K8H 22.04 tons; G-K8M 24.07 tons and G-NMN are 17.78 tons, while varieties of Apollo as a comparison is 20.98 tons. In terms of sales, pricing and quality is largely determined by the varieties of melons are grown, consumer preferences, the weight of fruit, sweetness level and physical condition of the fruit. Based on the characteristics of the plant, fruit weight and yield potential obtained four strain of potential new varieties of G-411; G-78M; G-K8M and G-K8H, but need further research in several locations on the stability of the results.
Key Words: melon, threads of hope, performance, productivity. PENDAHULUAN Salah satu komoditas hortikultura yang permintaannya terus meningkat dan memiliki nilai ekonomi tinggi adalah melon (Cucumis melo). Selain memiliki rasa dan aroma yang khas, buah melon juga mengandung banyak gizi yang bermanfaat bagi tubuh manusia. Melon merupakan tanaman buah semusim yang tumbuh merambat, daun menjari dengan lima sudut, warnanya hijau dan permukaan berbulu. Disetiap ketiak daun tumbuh sejumlah sulur sebagai alat merambat, sedangkan bunganya berbentuk lonceng berwarna kuning. Bentuk buah bulat sampai lonjong dengan warna daging buah hijau kekuningan, kuning keputihan dan merah jingga. Bobot buah melon masak tergantung varietas, pada umumnya 0,5-2,5 kg dan bahkan ada yang mencapai 4,0 kg (Setiadi dan Parimin, 2006; Prajnanta, 2008). Melon pada awalnya merupakan buah yang bergengsi dan sangat mahal, namun saat ini sudah bisa dinikmati oleh semua kalangan
2
masyarakat. Bahkan tanaman ini sudah dibudidayakan secara luas di Indonesia termasuk di Cilegon-Banten yang mulai diusahakan pada tahun 2006. Permintaan buah melon terus meningkat dan bahkan kebutuhan dalam negeri belum terpenuhi, karena keterbatasan produksi. Produksi buah melon di Indonesia pada tahun 2004 sebanyak 47.664 ton dengan luas areal tanam 2.287 ha, sedangkan pada tahun 2005 meningkat menjadi 58.440 ton dengan luas penanaman 3.245 ha. Menurut Agromedia (2007) serta Setiadi dan Parimin (2006), jenis buah melon yang ditanam di Indonesia pada umumnya berasal dari Taiwan, Singapura dan Jepang, diantaranya : Autumn Sweet, Golden Prize, Honey Dew, Jade Queen, Sky Rocket, Sakata, Sumo, Emeral Sweet, Red Queen dan Action 434. Selanjutnya Balai Penelitian Buah Solok juga telah menghasilkan beberapa varietas unggul melon, diantaranya : Galuh, Garmelo, Indorif dan Kanaya dengan bobot buah 1,5-2,5 kg (Hilman et al., 2008). Mayunar et al. (2007) melaporkan, bobot buah melon varietas Apollo hasil budidaya di lahan sawah adalah 0,5-2,6 kg (rataan 1,17 kg), varietas Jade Queen 0,8-2,4 kg (rataan 1,39 kg) dan varietas Sumo 1,1-2,7 kg (rataan 1,50 kg). Selanjutnya Anonim (2006), kualitas dan harga buah melon sangat ditentukan tingkat kemanisan dan jenisnya. Peningkatan hasil dan kemanisan buah melon dapat diupayakan melalui pemberian pupuk KNO3 Grand Kristal sebanyak 45 g/tanaman. Pemberian KNO3 sebanyak 45 g/tanaman memberikan berat buah tertinggi dibanding dosis lainnya yaitu 1,69 kg (varietas Action), ketebalan buah 4,3 cm dan tingkat kemanisan 12,67 brix. Tanaman melon memerlukan syarat tertentu untuk bisa tumbuh dan berproduksi optimal. Agar tumbuh baik, tanaman melon membutuhkan tanah yang gembur dan subur dengan pH 6-7, suhu udara 25-30 oC, penyinaran matahari 8-10 jam/hari dan kelembaban 70-80 %. Selain itu, air tanah tidak terlalu dalam karena akar melon hanya mampu menembus pada kedalaman 15-20 cm dan menyebar dengan radius 30-40 cm (Agromedia, 2007). Pada tanah asam perlu pemberian kapur untuk menetralkan pH. Jika pH tanah 5, maka dibutuhkan kapur sebanyak 3 ton/ha untuk meningkatkan pH-nya menjadi 6. Pengapuran dilakukan dalam dua tahap dengan interval waktu dua minggu, dimana masing-masing tahap dengan dosis 1,5 ton/ha. Pada budidaya melon, benih yang digunakan pada umumnya adalah jenis hibrida. Pada tahun 2001-2005, Indonesia mengimpor benih melon berturut-turut sebanyak 6.392 kg; 2.910 kg; 3.698 kg; 2.992 kg dan 1.653 kg (Ranu, 2006). Benih yang diimpor pada umumnya adalah hibrida superior dengan sifat tertentu, sehingga bila ditanam kembali ketahananya terhadap cekaman lingkungan jauh berkurang termasuk penurunan hasil, mutu dan ukuran buah serta ketahanan penyakit layu. Selain itu, penggunaan benih non-hibrida secara terus menerus akan menimbulkan kerawanan genetik akibat munculnya biotipe hama dan strain penyakit baru yang akan melemahkan ketahanan varietas unggul tersebut. Disisi lain, kondisi lingkungan tumbuh bervariasi
3
antar lokasi, sehingga secara teknis sulit merakit varietas yang mampu berproduksi tinggi pada semua agroekosistem. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan varietas unggul baru spesifik lokasi adalah melalui uji galur-galur harapan dan adaptasi varietas yang telah ada. Berdasarkan beberapa hal diatas, maka dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui keragaan komponen hasil dan produktivitas beberapa galur harapan melón serta prospeknya sebagai calon varietas unggul baru yang sesuai dengan agroekosistem lahan sawah dataran rendah.
BAHAN DAN METODE Penelitian keragaman dan performan beberapa galur harapan melon dilaksanakan di Kelurahan Pabean, Kecamatan Purwakarta – Kota Cilegon dari bulan Mei sampai dengan Juli 2011. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), dan sebagai perlakuan adalah galur yaitu : 411 (G-1), 86H (G-2), NMN (G-3), K8H (G-4), K8M (G-5) dan 78M (G-6), sedangkan sebagai pembanding adalah varietas Apollo (V), dimana setiap perlakuan memiliki 4 ulangan. Lahan yang digunakan dibersihkan dari gulma dan benda-benda lainnya, lalu diolah secara sempurna dan dibuat bedengan-bedengan berukuran panjang 10 meter, lebar 110 cm dan tinggi 35 cm. Selanjutnya diberi kapur dolomit sebanyak 150 g/m2 (1,5 ton/ha) dan biarkan selama 7 hari, lalu dicangkul kembali dan diberi pupuk dasar berupa pupuk kandang sebanyak 1 kg/m2 (10 ton/ha), Urea 100 g/m2 (100 kg/ha), SP-36 200 g/m2 (200 kg/ha) dan KCl 200 g/m2 (200 kg/ha). Selanjutnya dilakukan pemasangan mulsa plastik hitam perak (MPHP) dan pembuatan lubang tanam dengan jarak 60 cm x 70 cm. Bersamaan dengan pemasangan mulsa dilakukan penyemaian benih. Sebelum disemai, benih terlebih dahulu direndam dengan air hangat kuku yang dicampur pestisida Dithane M-45 (seed treatment) untuk menghindari serangan penyakit rebah kecambah dan downy mildew. Selanjutnya ditiriskan, lalu diperam diatas kertas koran yang dilapisi tissue, dan setelah berkecambah dipindahkan ke tempat persemaian. Media semai menggunakan tanah dan pupuk organik dengan perbandingan 2:1. Pemeliharaan bibit menggunakan sungkup, dan setiap hari dilakukan penyiraman. Pada saat pembibitan dilakukan pengendalian hama dan penyakit menggunakan Dicarzol 0,5 g/l. Penanaman atau pemindahan bibit dilakukan pada umur 7 hari setelah semai (HSS). Pupuk susulan berupa NPK Mutiara, SP-36 dan ZA diberikan pada umur 5 HST, 10 HST dan 15 HST dengan dosis 2-3 g/tanaman, sedangkan pada umur 20, 25 dan 30 HST berupa NPK Mutiara dan KNO3 dengan dosis 4 g/tanaman. Selanjutnya pada umur 35, 40, 45 dan
4
50 HST, pupuk susulan berupa NPK Mutiara, KNO3 dan ZK dengan dosis 4,5-6,0 g/tanaman, dimana setiap tanaman dikocor sebanyak 200-250 ml/tanaman. Aspek teknis lainnya yang dilakukan selama pemeliharaan adalah mengikat tanaman pada ajir/turus, pemangkasan cabang (rompes) dan pemangkasan pucuk batang utama (topping) setelah ruas ke 25, sedangkan pemeliharaan buah pada ruas ke 11-13 (seleksi 1 buah untuk dipelihara). Buah diikat tali rafia
pada tangkai berbentuk huruf T dengan sistem angka 8,
kemudian dipasang vertikal pada turus horizontal. Selain itu juga dilakukan pengairan serta pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida yang sesuai, baik jenis maupun dosis dan waktunya. Data yang diamati pada setiap perlakuan meliputi data agronomis dan produksi yang meliputi daya kecambah dan daya tumbuh benih, pertumbuhan tinggi, diameter batang, panjang ruas, panjang dan lebar daun, jenis hama dan penyakit, bobot buah, ketebalan daging buah dan tingkat kemanisan buah. Data yang terkumpul di tabulasi dalam bentuk tabek/grafik dan selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Panen dilakukan pada umur 65 HST, dimana buah melon matang memiliki ciri-ciri sebagai berikut : proses pembesaran buah sudah berhenti dan warna mulai berubah, retak pada tangkai buah, garis pemisah antara tangkai dan buah tampak jelas, jaring pada permukaan kulit buah tampak lebih tegas, aroma buah mulai menusuk hidung, buah dapat dipetik dengan mudah dari tangkainya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu komponen utama yang sangat mempengaruhi dalam peningkatan produktivitas dan produksi komoditas pertanian adalah varietas unggul yang mampu beradaptasi pada berbagai lokasi dan agroekosistem. Ketersediaan varietas unggul melon yang mampu beradaptasi pada berbagai lokasi masih sangat terbatas, sehingga perlu pengujian beberapa galur harapan dan varietas unggul yang sudah dihasilkan. Dengan pengujian akan diperoleh galur-galur harapan yang mampu beradaptasi baik pada lokasi yang berbeda dengan mengetahui sifat-sifat unggul yang dimiliki, seperti daya hasil, daya adaptasi dan kesesuaian ekologi. Menurut Delouche dan Potts (1983), terdapat tiga peran penting benih dalam pertanian, yaitu : (1) benih merupakan sarana yang paling efektif dan efisien dalam perbanyakan tanaman, (2) benih yang dibentuk melalui proses seksual berperan dalam pemuliaan dan penyebarluasan varietas unggul, dan (3) benih merupakan sarana efisien sebagai pembawa kimiawi pertanian. Berdasarkan hasil pengamatan, ternyata daya kecambah dan daya tumbuh benih melon sangat beragam pada setiap galur. Daya kecambah dan daya tumbuh tertinggi diperoleh pada galur K8H dan varietas Apollo yaitu 100 % dan terendah pada galur 411 yaitu 90 %; sedangkan
5
daya tumbuh tertinggi diperoleh pada galur 78M dan varietas Apollo yaitu 100 % dan terendah pada galur 411 yaitu 77,8 % (Tabel 1). Secara keseluruhan terlihat bahwa daya kecambah dan daya
tumbuh
galur
sebagian
besar
dubawah
varietas
Apollo
sebagai
pembanding.
Perkecambahan benih lebih cepat pada galur 78M dan K8M, kemudian diikuti K8H, NMN, 411 dan 86H. Selain itu, benih yang cepat tumbuh dipersemaian dan kondisinya sangat baik adalah galur 78M, K8M, K8H dan NMN, selanjutnya galur 411 dan 86H. Khusus galur 411 dan 86H, cangkang biji sulit lepas dari daun lembaga, sehingga perlu dilepas dengan bantuan tangan agar tidak mengganggu pertumbuhan selanjutnya. Hasil lain terlihat bahwa sejumlah bibit gagal muncul ke permukaan tanah, dan yang munculpun pertumbuhannya tidak normal. Hal tersebut diduga akibat serangan penyakit layu fusarium yang disebabkan Fusarium oxysporum, dan bahkan beberapa bibit mengering dan mati. Untuk mencegah penularan pada tanaman yang lain maka dilakukan penyemprotan dengan fungisda Dithane M-45. Menurut Anonim (2009), mutu benih melon yang baik adalah : tingkat kemurnian ≥ 95 %, daya kecambah ≥ 90 % dan vigoritas kecambah tinggi, bebas dari biji gulma dan tidak cacat, benih sehat dan bebas OPT, kemasan benih tidak rusak dan masa berlaku tidak kadaluarsa. Dalam penerapan SOP netted melon dan winter melon, target yang ingin dicapai adalah produksi 18-24 ton/ha, ukuran buah 1,0-1,8 kg, kadar gula 9-12 brix, bentuk dan warna sesuai deskripsi varietas, ukuran buah seragam (toleransi 15 %), bentuk buah seragam (toleransi 5 %) serta tangkai masih utuh, segar dan berbentuk hurup T. Tabel 1. Daya tumbuh dan daya kecambah benih serta pertumbuhan tinggi tanaman melon. Galur dan Varietas
Kualitas Benih (%)
Tinggi Tanaman Menurut Umur (cm)
DK
DT
5 HST
10 HST
15 HST
20 HST
25 HST
30 HST
1. G-411
90
77,8
7,03
8,38
13,94
43,85
88,80
126,14
2. G-86H
93
93,5
7,16
10,32
13,92
44,01
97,79
131,59
3. G-NMN
98
87,7
7,03
9,31
14,53
51,10
98,23
131,59
4. G-K8H
100
94,0
7,73
8,79
13,07
42,92
95,83
132,35
5. G-K8M
96
89,6
8,66
10,49
15,18
56,69
115,63
150,23
6. G-78M
98
100,0
9,57
11,45
17,34
63,98
116,99
157,72
7. V-Apollo
100
100,0
8,22
9,97
15,13
45,39
101,99
138,13
96,4
91,8
7,91
9,82
14,73
49,71
102,18
138,25
Rataan
6
Pertumbuhan tinggi tanaman pada setiap galur juga terlihat sangat beragam. Pertumbuhan tinggi tanaman pada umur 5 HST dan 10 HST relatif seragam yaitu 7,03-9,57 cm (rataan 7,91 cm) dan 8,39-11,45 cm (rataan 9,82 cm) dengan hasil tertinggi diperoleh pada galur 78M dan terendah pada galur 411. Hal yang sama juga terlihat pada umur 15 HST, 20 HST, 25 HST dan 30 HST, dimana pertumbuhan tertinggi diperoleh pada galur 78M yaitu 157,72 cm dan terendah pada galur 411 yaitu 126,14 cm. Secara keseluruhan terlihat bahwa kecepatan pertumbuhan tinggi tanaman melon terjadi setelah umur 15 HST sampai 30 HST dan selanjutnya mulai menurun. Kecepatan pertumbuhan tinggi tanaman melon pada umur 20 HST meningkat cukup tajam dibandingkan dengan umur 15 HST yang mencapai 200-273 %, dimana kecepatan tertinggi diperoleh pada galur K8M dan terendah pada varietas Apollo. Selanjutnya kecepatan pertumbuhan tinggi tanaman umur 25 HST berkisar antara 82,8-123,3 % dibandingkan dengan umur 20 HST, sedangkan pada umur 30 HST kecepatannya mulai menurun dibandingkan dengan umur 25 HST yakni 29,9-42,0 %. Hasil pengamatan jumlah daun pada semua galur setelah 5 HST sebanyak 2 lembar (1 pasang) dan umur 10 HST sebanyak 4-5 lembar. Selanjutnya pada umur 25 HST, jumlah daun pada setiap galur relatif sama yaitu 14-24 lembar dan pada umur 30 HST berkisar antara 16-26 lembar. Karakteristik daun pada setiap galur juga sangat beragam (panjang, lebar, permukaan dan ujung), dimana permukaan daun ada yang kasar (galur 411, NMN dan 78M) dan agak halus (galur K8M, K8H dan 86H). Panjang daun tanaman melon pada setiap galur berkisar antara 30,8-33,6 cm dengan terpanjang pada galur 86H dan terpendek pada galur K8H, sedangkan lebar daun berkisar antara 20,6-23,2 cm dengan terpanjang pada galur NMN dan terpendek pada galur 86H. Diamater batang tanaman melon pada setiap galur berkisar antara 1,08-1,27 cm, dimana diameter terbesar dijumpai pada galur NMN dan terkecil pada galur K8M; sedangkan panjang ruas berkisar antara 6,8-8,4 cm dengan terpanjang pada galur K8M dan terpendek pada galur K8H (Tabel 2).
7
Tabel 2. Keragaan komponen hasil beberapa galur harapan melon di Kelurahan Pabean, Kecamatan Purwakarta – Cilegon. Komponen Hasil
Jenis Galur/Varietas G-411
G-86H
G-NMN
G-K8H
G-K8M
G-78M
V-Apollo
1. Panjang Daun (cm)
31,4
33,6
31,1
30,8
31,9
31,2
31,3
2. Lebar Daun (cm)
23,1
20,6
23,2
21,3
22,9
23,0
22,0
3. Panjang Ruas (cm)
8,1
7,2
7,2
6,9
8,4
7,3
8,5
4. Diameter Batang (cm)
1,15
1,14
1,27
1,16
1,08
1,12
0,97
5. Tebal D. Buah (cm)
3,3
3,3
3,3
3,8
4,1
2,9
3,6
6. Kadar Gula/PTT (brix)
8,2
7,6
7,0
7,4
8,4
8,6
7,6
7. Tekstur Daging Buah
Renyah
Renyah
Renyah
Renyah
Renyah
Renyah
Renyah
8. Warna Daging Buah
Orange
Hijau-
Orange
Hijau-
Orange
Hijau-
Putih-
Putih
Kehijauan
Tidak
Tidak
Tidak
Wangi
Wangi
Wangi
Putih 9. Aroma Buah
Wangi
Tidak
Putih Wangi
Wangi
Wangi
Perbedaam komponen hasil tersebut disebabkan oleh perbedaan sifat dari masing-masing galur, baik pengaruh faktor genetik maupun kondisi lingkungan tempat tumbuh tanaman. Faktor heriditas dan lingkungan dapat mengatur proses di dalam tumbuhan, menentukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selanjutnya sifat genetik tidak akan memperlihatkan sifat yang dibawanya kecuali dengan adanya perantara faktor lingkungan yang sesuai. Sebagai contoh, kekurangan air dapat mempengaruhi atau mengakibatkan tanaman menjadi pendek dan pertumbuhan produktif terhambat (buah tidak normal dan kecil). Interaksi antara genotif dan lingkungan merupakan masalah utama dalam usaha mengembangkan kultivar hasil seleksi, karena ada beberapa genotif menunjukkan reaksi spesifik terhadap lingkungan tertentu. Kemampuan produksi beberapa kultivar berbeda pada setiap lokasi, karena adanya pengaruh interaksi antara genetik dan lingkungan (Harsanti et al., 2003; Baihaki dan Wicaksono, 2005). Setelah penanaman bibit, kegiatan lain yang dilakukan adalah pengikatan tanaman, pemangkasan cabang lateral (rompes), seleksi dan pengikatan buah, pemupukan susulan, pengairan serta pengendalian hama dan penyakit.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
tanaman melon pada umur 50 HST mulai terserang penyakit bercak daun, dimana daun menjadi coklat dan satu persatu mengalami kekeringan dan akhirnya tanaman menjadi mati. Selain bercak daun juga ditemukan penyakit layu bakteri (daun layu satu persatu), dan setelah diamati pada pangkal batang dengan jalan memotong melintang, kelihatan lendir putih kental dan lengket.
8
Penyakit layu bakteri dapat disebabkan perantara kumbang daun atau oteng-oteng (Aulacophora femoralis). Penyakit lain yang dijumpai adalah antaknosa yang disebabkan oleh jamur Colletotricum lagenarium, dimana pada daun terdapat bercak bulat coklat dan lama kelamaan menyatu menjadi besar, lalu berubah menjadi coklat tua sampai hitam. Pencegahan menggunakan fungisida berbahan aktif mankozeb atau karbendazim (Derosal 60 WP dicampur Dithane M-45 dengan perbandingan 1:5). Selanjutnya hama utama yang banyak dijumpai adalah thrips, kutu, kumbang daun serta ulat jengkal dan ulat grayak. Selain komponen hasil diatas, hal utama yang sangat penting dan menentukan tingkat keberhasilan usaha budidaya melon adalah hasil panen (produktivitas dan produksi), dimana setiap galur hasilnya sangat beragam. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa bobot buah melon pada galur 411 berkisar antara 1,05-2,21 kg (rataan 1,63 kg); G-86H 0,83-1,85 kg (rataan 1,33 kg); G-NMN 0,81-2,20 kg (rataan 1,17 kg); G-K8M 1,30-1,95 kg (rataan 1,61 kg); G-K8H 1,15-1,80 kg (rataan 1,45 kg); G-78M 1,15-2,05 kg (rataan 1,50 kg) dan varietas Apollo sebagai pembanding atau kontrol adalah 0,95-1,85 kg (rataan 1,38 kg). Rataan bobot buah melon pada setiap perlakuan dan ulangan secara rinci disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan rataan bobot buah, hasil tertinggi diperoleh pada galur 411 dan kemudian galur K8M, 78M, K8H, 86H dan NMN; sedangkan varietas Apollo sebagai pembanding adalah 1,38 kg. Hasil tersebut menunjukkan bahwa galur harapan melon yang masuk grade A (> 1,40 kg) adalah 411, K8M, 78M dan K8H, sedangkan masuk grade B (1,0-1,3 kg) adalah galur 86H dan NMN. Berdasarkan rataan bobot buah per batang, maka potensi produksi/produktivitas melon pada setiap hektar dapat dihitung dengan asumsi jumlah populasi tanaman 16.000 batang/ha serta yang mati dan tidak berbuah sebanyak 5 %. Dengan asumsi tersebut maka produktivitas setiap hektar lahan untuk G-411 adalah 24,78 ton; G-86H 20,22 ton; G-78M 22,80 ton; G-K8H 22,04 ton; G-K8M 24,47 ton dan G-NMN 17,78 ton; sedangkan varietas Apollo sebagai pembanding adalah 20,98 ton. Dalam penjualan, harga melon sangat ditentukan oleh varietas yang ditanam, preferensi konsumen, ukuran/bobot buah, tingkat kemanisan (brix) dan kondisi fisik (berjaring, tidak berjaring, tidak cacat dan lainnya). Untuk keperluan supermarket, tingkat kemanisan yang diinginkan distributor adalah > 11 brix, sedangkan untuk pasar-pasar tradisional >9 brix. Hasil tersebut memberikan indikasi bahwa semua galur yang diuji memiliki potensi sebagai calon varietas unggul baru, namun perlu penelitian lebih lanjut mengenai tingkat stabilitas hasil dan ketahan terhadap hama dan penyakit.
9
Tabel 3. Keragaam buah beberapa galur harapan melon hasil pengujian di Kel. Pabean, Kecamatan Purwakarta – Cilegon. Parameter Buah
U-1
U-2
U-3
U-4
Rataan
1. Bobot Buah (kg) a. Galur 411 b. Galur 86H c. Galur 78M d. Galur K8H e. Galur K8M f. Galur NMN g. Varietas Apollo
1,60 1,39 1,44 1,38 1,60 1,25 1,36
1,66 1,37 1,52 1,45 1,65 1,14 1,41
1,66 1,29 1,52 1,50 1,60 1,16 1,38
1,61 1,30 1,55 1,49 1,61 1,15 1,39
1,63 1,33 1,50 1,45 1,61 1,17 1,38
2. Panjang Buah (cm) a. Galur 411 b. Galur 86H c. Galur 78M d. Galur K8H e. Galur K8M f. Galur NMN g. Varietas Apollo
13,4 12,9 12,2 13,5 16,7 13,2 14,5
13,4 12,5 12,5 13,5 14,9 12,8 14,4
12,8 13,1 12,5 13,5 15,3 12,9 14,6
12,8 12,6 12,5 13,8 15,1 12,8 14,5
13,1 12,7 12,4 13,6 15,2 12,9 14,5
3. Diameter Buah (cm) a. Galur 411 b. Galur 86H c. Galur 78M d. Galur K8H e. Galur K8M f. Galur NMN g. Varietas Apollo
12,4 11,7 12,7 12,1 12,3 11,3 11,6
12,5 11,5 12,5 12,6 12,2 11,5 11,5
12,8 11,4 12,5 12,3 12,1 11,4 11,7
12,2 11,4 12,8 12,3 12,3 10,9 11,6
12,4 11,5 12,6 12,3 12,2 11,2 11,6
Meldia et al. (2010) melaporkan, bobot buah melon G-86H dan G-78M hasil uji multilokasi di Banyuwangi adalah 2,34 ± 0,53 kg dan 2,05 ± 0,62 kg, sedangkan di Subang adalah 0,574 ± 0,14 kg dan 0,671 ± 0,16 kg. Selanjutnya sebagai pembanding adalah varietas Tropika, di lokasi Banyuwangi bobotnya 2,69 ± 0,07 kg dan di Subang 0,752 ± 0,16 kg. Pengamatan karakteristik G-78M menunjukkan bahwa warna kulit buah kuning hijau, berjaring kasar dan warna daging buah orange, sedangkan G-86H memiliki warna kulit kuning hijau dengan jaring halus serta daging buah berwarna putih . Selanjutnya tingkat kemanisan buah atau Total Soluble Solid (TSS) untuk G-86H adalah 6,4 – 9,6 brix dan G-78M 7,96 – 9,45 brix. Secara keseluruhan diperoleh bahwa bobot buah melon di Banyuwangi lebih besar (2,21 – 2,69 kg) dibanding Subang (0,574 - 0,752 kg), sedangkan tingkat kemanisan buah pada setiap lokasi adalah 7,30 – 9,60 brix dan 5,20 – 7,96 brix. Mayunar et al. (2007) melaporkan, bobot buah melon varietas Apollo yang di budidayakan pada lahan sawah berkisar antara 0,5 – 2,6 kg, varietas Jade Queen 0,8 – 2,4 kg dan varietas Sumo
10
1,1 – 2,7 kg. Selanjutnya hasil penelitian Purnomo (1993) pada varietas Sky Rocket, Galia dan Nun-8007 diperoleh bahwa bunga jantan lebih dulu muncul dibandingkan bunga betina dengan jarak sekitar 6 hari. Jumlah bunga jantan per tanaman berkisar 10-13 dan bunga betina 3-7, sedangkan jumlah buah per tanaman adalah 3-5. Pertumbuhan yang subur diperlihatkan oleh melon varietas Galia dan Nun-8007, namun kedua varietas ini cenderung peka terhadap hama Aphids dan jamur busuk buah. Bobot buah varietas Sky Rocket adalah 0,53 kg; Galia 0,61 kg dan Nun-8007 0,70 kg; sedangkan hasil per tanaman secara berurutan adalah 1,52 kg; 4,16 kg dan 2,19 kg. Selain itu, tingkat kemanisan buah atau padatan total terlarut (TSS = Total Soluble Solid) adalah 14,2 brix; 7,8 brix dan 8,0 brix.
KESIMPULAN DAN SARAN
Daya kecambah dan daya tumbuh benih semua galur melon yang digunakan sangat baik. Daya kecambah benih >90 % dan daya tumbuh >85 % (kecuali G-411 hanya 77,08 %). Pertumbuhan tinggi tanaman melon pada setiap galur masih sangat beragam, namun tingkat kecepatannya relatif sama. Kecepatan pertumbuhan tinggi tanaman melon pada semua galur meningkat tajam setelah umur 15 HST dan mulai menurun setelah umur 30 HST. Pertumbuhan tertinggi tanaman melon pada umur 30 HST diperoleh pada G-78M yaitu 157,72 cm dan terendah pada G-411 yaitu 126,14 cm.
Karakteristik komponen hasil semua galur melon relatif sama, diantaranya panjang dan lebar daun, panjang ruas dan diameter batang, sedangkan bobot buah dan warna daging buah sangat beragam. Daun terpanjang dijumpai pada G-86H yaitu 33,6 cm dan terpendek pada G-K8H yaitu 30,8 cm; sedangkan daun terlebar dan terkecil pada G-NMN (23,2 cm) dan G-86H (20,1 cm). Selanjutnya diameter batang terbesar pada G-NMN 1,27 cm dan terkecil G-K8H 1,08 cm; sedangkan ruas terpanjang dan terpendek pada G-K8M (8,4 cm) dan G-K8H (6,9 cm). Buah melon beraroma wangi adalah G-411; G-NMN dan G-K8H, sedangkan daging buah orange dijumpai pada G-411, G-NMN dan G-K8M.
Keberhasilan usaha budidaya melon ditentukan oleh produktivitas dan produksi, dimana setiap galur hasilnya sangat beragam. Bobot buah melon tertinggi diperoleh pada G-411 yaitu 2,21 kg dan terendah pada G-K8H yaitu 1,85 kg; sedangkan potensi produksi terbesar untuk setiap hektar diperoleh pada G-411 yaitu 24,78 ton dan terendah pada G-NMN yaitu 17,78 ton. Bobot buah dan potensi hasil semua galur melon yang diuji belum optimal, karena daya dukung
11
lingkungan kurang sesuai selama periode generatif. Dengan demikian perlu penelitian lebih lanjut pada beberapa lokasi dan musim tanam, sehingga diperoleh tingkat stabilitas hasil serta ketahanan terhadap hama dan penyakit.
DAFTAR PUSTAKA Agromedia, 2007. Budidaya Melon. Agromedia Pustaka (Cetakan Pertama) : 79 hal. Anonim. 2009. Standar Operating Procedure (SOP) Melon Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Ditjen Hortikultura, Departemen Pertanian. Anonim. 2006. Genjot Kualitas dan Produktivitas Melon dengan Grand K. Majalah Pertanian ABDI TANI, Volume 7 No. 2 (Edisi XXVI, Oktober – Desember 2006) : 9 – 12. Delouche,J.C. and H.C. Potts. 1983. The Importance of Seed In Agriculture and The Need For a Seed Program. Seminar on Improved Rice Seed Production In West Africa. WARDA. Freetown. Sierra Leone. Baihaki, A. Dan N. Wicaksosno. 2005. Interaksi Genotif x Lingkungan, Adaptabilitas dan Stabilitas Hasil dalam Pengembangan Tanaman Varietas Unggul di Indonesia. Jurnal Zuriat, Vol. 16 (1) : 1-8. Harsanti, L., Hambali, dan Mugiono. 2003. Analisis Daya Adaptasi 10 Galur Mutan Padi Sawah di 20 Lokasi Uji Daya Hasil pada Dua Musim. Jurnal Zuriat, Vol. 14 (1) ; 1-7. Hilman, Y. et al. 2008. Katalog Teknologi Unggulan Hortikultura : Tanaman Sayuran, Tanaman Buah, dan Tanaman Hias. Puslitbang Hortikultura, Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian : 95 hal. Mayunar et al., 2007. Teknologi Pengembangan Agribisnis Pertanian Terpadu Lahan Sawah Intensif (Prima Tani) di Kabupaten Serang. Laporan BPTP Banten, Badan Litbang Pertanian : 44 hal. Meldia, Y., Makful, Kuswandi, Hendri, Sahlan dan Harlion. 2010. Uji Multilokasi Calon Varietas Unggul Semangka dan Melon. Balai Penelitian Tanaman Bauah Tropika Solok. Laporan Kemajuan Kegiatan Tahun 2010 : 12 hal. Prajnanta, F. 2008. Melon : Pemeliharaan Secara Intensif dan Kiat Sukses Beragribisnis. Penebar Swadaya, Cetakan IX : 163 hal. Purnomo, S. 1993. Daya Adaftasi Semangka dan Melon di Dataran Rendah Grati. Jurnal Hortikultura, Puslitbang Hortikultura, Vol. 3 (1) : 63-69. Ranu, N.L. 2006. Penataan Sistem Penyediaan Benih Bersertifikat. Makalah Seminar Penataan Sistem Benih Bersertifikat Hortikultura. Puslitbang Hortikultura. Setiadi dan Parimin. 2006. Bertanam Melon (Edisi Revisi). Penebar Swadaya, Cetakan XXI Jakarta : 96 hal.
12
13