KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI PENANGKARAN SEBAGAI BENIH SUMBER DI LAMPUNG Rr. Ernawati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Jl. Z.A. Pagar Alam No. 1ª – Bandar lampung E-mail: ernawati
[email protected]
ABSTRAK
Produktivitas tanaman padi sangat dipengaruhi oleh mutu benih yang ditanam. Penangkaran padi varietas unggul baru (VUB) sebagai benih sumber yang berkelanjutan mendukung upaya peningkatan produksi. Kajian ini dilakukan untuk mengevaluasi keragaan tanaman padi penangkaran varietas unggul baru yang dijadikan benih sumber. Pengkajian dilaksanakan pada lahan sawah di Desa Bumiharjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur pada MT2 (April s/d Agustus) tahun 2012. Bibit muda varietas Inpari 1, Inpari 3, Inpari 4, Inpari 10, dan Inari 13 dari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Sukamandi merupakan benih penjenis atau kelas benih BS, ditangkarkan untuk menghasilkan benih sumber kelas benih dasar (FS). Hasil pengkajian menunjukkan bahwa keragaan diantara varietas unggul baru padi penangkaran yang dikaji bervariasi. Varietas Inpari 1 adalah yang memiliki tinggi tanaman dan produksi hasil gabah kering panen paling rendah dibanding varietas lainnya, keragaan tanaman tertinggi adalah varietas Inpari 13 yaitu rata-rata 112,83 cm sedangkan hasil gabah kering panen per ha terrtinggi ditampilkan oleh varietas Inpari 10 yaitu rata-rata 5.08 ton,dan varietas Inpari 4 menghasilkan persentase calon benih sumber dari hasil penangkaran yang paling tinggi yaitu rata-rata sebesar 71%. Kata Kunci: Keragaan, penangkaran, varietasi unggul baru, benih, sumber
PENDAHULUAN
Cara yang efektif dan efisien untuk menaikkan produksi padi yang berkelanjutan adalah dengan penggunaan varetas unggul baru (VUB). Hingga saat ini sudah banyak varietas unggul baru padi yang sudah dirakit dan dilepas oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, tetapi yang digunakan dan dikembangkan petani masih terbatas. Oleh karena itu perlu upaya intensif untuk mensosialisasikan varietas-varietas unggul baru tersebut. Peran inovasi teknologi varietas unggul baru sangat besar dalam usaha peningkatan produksi padi nasional. Menurut Wirajaswadi (2008), salah satu faktor utama yang menghambat kelancaran adopsi VUB adalah karena kurangnya pengujian dan demonstrasi VUB sehingga petani cenderung mempertahankan varietas yang
29
lama dan yang sekarang populer seperti Ciherang. Varietas Ciherang termasuk VUB yang sudah lama digunakan, rata-rata petani di Lampung sekitar 74% masih menanam padi dengan varietas Ciherang (Ernawati et al, 2011). Dengan banyaknya varietas unggul baru yang dilepas, mulai Inpari 1, sampai dengan Inpari 21, dan lain-lain , maka petani lebih leluasa memilih dan mengembangkan varietas yang disukai sesuai dengan kondisi lingkungan setempat. Sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan produksi pangan beras menuju swasembada berkelanjutan, tidak lepas dari upaya pengembangan sistem perbenihannya sebagai sarana penyedia bahan tanaman/benih bermutu dengan varietas unggul baru dan berkelanjutan. Perbanyakan benih padi dan tanaman pangan pada umumya dimulai dari penyediaan benih penjenis (BS)
oleh balai penelitian komoditas, sebagai sumber
benih bagi perbanyakan benih dasar (FS/BD), dan turunannya seperti benih pokok/SS/BP) dan benih sebar ( Suyamto, 2010). Untuk dapat mengaktualisasikan dan mengembangkan potensi genetik yang dimiliki oleh VUB padi penangkaran sebagai benih sumber, perlu dilakukan evaluasi untuk mengetahui keragaan pertumbuhan dan hasil serta hasil benih yang dijadikan benih sumber yang bermutu dan bersertifikat..
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di lahan sawah irigasi milik Petani di Desa Bumiharjo, Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur pada MT II 2012 (Mei 2012 – September 2012). Kajian penangkaran padi untuk benih sumber terdiri atas 5 varietas padi unggul baru (VUB), yaitu (1) Inpari 1, (2) Inpari 3, (3) Inpari 4, (4) Inpari 10, dan (5) Inpari 13 dengan kelas benih BS dari Balai Besar Penelitian Padi Sukamandi. Tanaman ditanam menggunakan jarak tanam 40cm x (20x10) cm jajar legowo 4:1, 1 tanaman per lubang tanam, Pengolahan tanah dilakukan dengan sempurna yaitu dibajak dengan traktor 1 kali, kemudian digaru dan diratakan.
Pupuk kandang takaran 2 t/ha diberikan
bersamaan pada saat dilakukan garu dan meratakan tanah.. Pemberian pupuk kandang ditujukan untuk meningkatkan kandungan bahan organik tanah, sehingga tanaman diharapkan dapat menyerap pupuk an organik lebih efisien.
Pengairan
dilakukan dengan cara berkala yaitu selama 3 hari setelah tanam petak percobaan
30
tidak diairi. Pada hari keempat petakan diairi sampai tergenang selama 1 hari dan selanjutnya diairi lagi pada hari kelima dan keenam.
Cara pengairan tersebut
dilakukan sampai tanaman padi mencapai stadia primordia bunga (P1).Demikian seharusnya petakan digenangi hingga menjelang 25 hari sebelum panen. Pertanaman dipupuk N dengan pupuk Urea diberikan sebanyak 3 kal pada umur 8 HST, 21HST dan 35 HST, masing-masing 25%, 50% dan 25% dari total pemberian pupuk N. ,. Pemberian pupuk N berdasarkan pembacaan BWD dimonitor sejak 14 hari setelah tanam sampai tanaman memasuki periode bunting (56 HST). Pemberian pupuk SP36 dan KCl dengan takaran 75 kg/ha. Pengendalian gulma dilakukan menggunakan landak atau secara manual dengan tangan sekaligus dengan pelaksanaan roguing sebagai persyaratan pada budidaya padi penangkaran untuk mendapatkan benih bermutu/bersertifikat. Roguing adalah kegiatan membuang rumpun-rumpun tanaman yang ciri-ciri morfologisnya menyimpang dari ciri-ci varietas tanaman yang benihnya diproduksi. Roguing dilakukan 3 kali, yaitu pada stadia vegetatif awal (35 - 45 HST)/ 1 minggu sebelum pemeriksaan I oleh Balai Pengawas dan Sertifikasi Benih (BPSB) sebagai lembaga yang memberi.sertifikat pada benih hasil penangkaran. Rouging kedua yaitu pada fase vegetatif akhir (50 – 60 HST)/ 1 minggu sebelum pemeriksaan kedua oleh BPSB, dan roguing yang ketiga pada awal berbunga (85 – 90 HST)/ 1 bulan menjelang pemeriksaan ketiga (akhir generatif) oleh BPSB Provinsi Lampung. Untuk pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara intensif dengan cara penyemprotan dengan pestisida yang direkomendasikan sesuai hama sasaran pada waktu tanaman mulai ada gejala serangan agar pertanaman terhindar dari serangan hama dan penyakit. Pengamatan dilakukan terhadap parameter agronomis pada fase pertumbuhan vegetatif dan generatif. Pada fase vegetatif pengamatan dilakukan terhadap tinggi tanaman dan jumlah anakan. Pada fase generatif pengamatan terhadap. berat biji 1000 butir, Kadar Air panen, dan berat ubinan hasil panen (Gabah Kering Panen) t/ha, dan hasil gabah kering giling per hektar. (KA 12%), serta persentase hasil benih sumber (benih bermutu/bersertifikat) berdasarkan berat calon benih (hasil panen yang akan dijadikan benih) dibanding berat benih (hasil prosesing menjadi benih/ lulus menjadi benih). Data dari hasil pengamatan diolah menggunakan analisis statistik sederhana, dengan menghitung nilai rata-ratanya.
31
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keragaan Agronomis Hasil rata-rata parameter keragaan agronomis (tinggi tanaman, jumlah anakan produktif,
bobot 1000 butir, Kadar Air panen, berat hasil ubinan (Gabah Kering
Panen),dan berat kering benih (KA 12%) yang diamati bervariasi antar varietas padi penangkaran yang dikaji (Tabel 1). Rata-rata diantara keempat varietas unggul baru padi Inpari 3, Inpari 4, Inpari 10, dan Inpari 13 hampir sama memiliki tinggi tanaman diatas 100 cn dengan jumlah anakan produktif sekitar 16-17 tanaman per rumpun., sedangkan varietas Inpari 1 adalah yang paling rendah. Hal ini sesuai dengan yang dicapai Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (Suprihatno et al., 2011). Namun ratarata bobot 1000 butir hanya varietas Inpari 1 yang sesuai dengan yang dibapai Besar Penelitian Tanaman Padi (Deskripsi Varietas Padi, 2011), sedangkan 4 varietas unggul baru lainnya rata-rata lebih rendah dibanding yang dicapai BB Padi (Suprihatno, et al., 2011). Kondisi ini dikarenakan padi penangkaran ditanam pada bulan Mei-September, dimana saat tersebut kondisi tanaman kekeringan, menurut Kamandalu, et al (2010) kondisi kekeringan pada fase generative dapat berpengaruh terhadap kehampaan gabah dan hasil akhir, sehingga bobot 1000 butir gabah hasil kajian lebih rendah (kecuali Inpari 1) dibanding yang dicapai BB Padi (Suprihatno et al ,2011). Nampaknya varietas Inpari 1 lebih stabil dibanding empat VUB lainnya. Menurut Banziger et al, (2000) kondisi tersebut menunjukkan bahwa tanaman tumbuh normal, kondisi lingkungan tumbuh cukup sesuai dan tidak ada hambatan pertumbuhan bagi Inpari 1, sehingga keragaan tanaman lebih banyak ditampilkan oleh faktor genetik. Tabel 1 menunjukkan bahwa varietas Inpari 1 memiliki tinggi tanaman dan hasil gabah yang paling rendah dibanding keempat varietas unggul baru lainnya. Hal ini mnurut Blum (1988) Tinggi tanaman yang berkorelasi positif terhadap hasil,, dimana alokasi fotosintesis lebih banyak digunakan untuk perkembangan tanaman terutama terhadap produksi hasil. Sebaliknya pada varietas Inpari 13 adalah memiliki tinggi tanaman paling tinggi dibanding varietas lainnya namun hasilnya lebih rendah dibanding varietas Inpari 10, hal ini berarti alokasi fotosintesis varietas Inpari 13 lebih banyak digunakan untuk pertumbuhan vegetatif dibanding untuk produksi hasil. .
32
..
Tabel. 1. Rataan Keragaan Agronomis beberapa varietas unggul baru padi penangkaran benih sumber di Batanghari-Lampung Timur pada MT II 2012.. Keragaan Agronomis
Varietas Unggul Baru Padi Penangkaran Inpari 1 Inpari 3 Inpari 4 Inpari 10 Inpari 13 88.67 102.17 100.03 103.57 112.83
tinggi tanaman (cm) Jumlah Anakan Produktif
15
16
17
16
16
bobot biji 1000 butir (g)
27
23.5
24.1
26.7
24.3
Kadar Air panen (%)
27
21.2
19.6
25.4
18.3
4.24
4.52
4.40
5.08
4.78
3.39
3.62
3.52
3.96
3.83
Berat ubinan hasil panen t/ha(Gabah Kering Panen) Hasil gabah Kering Giling t/ha (KA 12%)
Hasil Benih Sumber Hasil benih sumber yang diproduksi merupakan benih bermutu/bersertifikat dari asal kelas benih BS menjadi FS dengan melalui prosesing, dari calon benih hasil panen (ditimbang) dibanding berat benih (hasil prosesing menjadi benih/ setelah dinyatakan lulus oleh BPSB menjadi benih bermutu/bersertifikat. Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata persentase hasil benih sumber, yang dicapai belum memuaskan karena dibawah 80%.
Tertinggi 71% dicapai oleh varietas Inpari 3, varietas Inpari 1
adalah yang terendah hanya 57%, sedangkan Inpari 10 dan Inpari 13 rata-rata mencapai diatas 60%(Tabel 2). Tabel. 2. Rataan hasil benih sumber beberapa varietas unggul baru padi Penangkaran di Batanghari-Lampung Timur pada MT II 2012. Uraian Benih Sumber
Berat Calon Benih Sumber (kg)
Varietas Unggul Baru Padi Penangkaran Inpari 1 Inpari 3 Inpari 4 Inpari Inpari 10 13 866 710 707 2496 2000
Berat Benih Sumber KA 12%setelah
prosesing
menjadi
kelasFS(kg)
490
505
420
1520
1295
57
71
59
61
65
Persentase jadi benih sumber (%)
33
Proses pengolahan benih sumber yang berasal dari hasil penangkaran padi beberapa varietas unggul baru, ketika baru dipanen masih tercampur dengan kotoran fisik dan benih jelek, sehingga faktor-faktor ini ikut mempengaruhi besarnya persentase benih sumber yang jadi/lulus berdasarkan hasil pemeriksaan dan pengujian sertifikasi oleh BPSB. Faktor lain yang ikut menentukan mutu benih sumber adalah cara panen, pembersihan, dan cara pengeringan gabah (Suyamto, 2010). Kaitannya dengan hasil benih sumber yang lulus uji telah melalui serangkaian pemeriksaan oleh BPSB, sehingga memenuhi stándar dan layak untuk didistribusi sebagai benih sumber kelas benih FS sebagaimana pada (Tabel 2) yang menunjukkan bahwa persentase hasil benih sumber
yang
dihasilkan belum memuaskan karena masih dibawah 80%,
Diantara varietas unggul baru padi penangkaran yang dikaji, tertinggii rata-rata hanya mencapai 71% ditunjukkan oleh varietas Inpari 4, hal ini kemungkinan karena kualitas calon benih hasil panen dari lapang yang kurang baik (banyak yang hampa) sehingga setelah melalui proses pembersihan benih, dan pemilahan (grading) banyak yang tidak memenuhi estándar sebagai benih sumber kelas FS dengan persentasi dibawah 80% (Tabel 2).
KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil kajian ini dapat disimpulkan bahwa keragaan diantara varietas unggul baru padi penangkaran yang dikaji bervariasi.Varietas Inpari 1 adalah yang memiliki tinggi tanaman dan produksi hasil gabah kering panen paling rendah disbanding varietas lainnya, keragaan tanaman tertinggi adalah varietas Inpari 13 yaitu rata-rata 112,83 cm
namun hasil gabah kering panen per ha pada MTII 2012, terrtinggi
ditampilkan oleh varietas Inpari 10 yaitu rata-rata 5.08 ton. Sedangkan varietas Inpari 4 menunjukkan persentase hasil benih sumber dari calon benih padi penangkaran yang paling tinggi yaitu rata-rata sebesar 71%.
Melihat potensi/daya hasil padi yang ditangkarkan telah lulus uji oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih dan memenuhi standar sebagai benih sumber kelas FS atau sebagai benih dasar dari varietas unggul baru padi, hasil ini masih cukup baik untuk digunakan sebagai padi penangkaran untuk kelas benih SS maupun ES..
34
DAFTAR PUSTAKA
Banziger, M., G.O. Edmeales, D. Beck, and M. Bellon. 2000. Breeding for drought and nitrogen stress tolerance in soybeans. From teory to practice. 67 p Blum, A. 1988. Plant breeding for stress environment, CRC Press Inc. Boc Taton, Florida. 223 p Direktur Jenderal Tanaman Pangan. 2009.
Pedoman Pengembangan Sistem dan
Permasalahan Agribisnis. Departemen Pertanian. Jakarta.56p Ernawati,Rr, Masganti, R. Asnawi dan N.Santri, 2011.
Laporan Akhir Tahun 2011
Kegiatan Pengelolaan Unit Pengelola Benih Sumber BPTP Lampung.12 p Kamandalu, Suryawan, dan H.M. Toha. 2010. Produktivitas beberapa varietas unggul baru padi melalui pendekatan pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu. Proseding Seminar Nasional Hasil Penelitian Padi, Balai Besar Peneltian Tanaman Padi-Sukamandi. Buku 2: 539-548 Suprihatno B., A.A. Daradjat, Satoto, Baehaki, S.E., I.P. Wardana, Suwarno, S. Dewi Indrasari, E. Lubis, dan M.J. Mejaya. 2011. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Tanaman Padi. Sukamandi-Jawa Barat. 118p Suyamto, 2010. Pedoman Umum Produksi Benih Sumber Padi.Pusat penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. 30p Wirajaswadi, L. pemilihan
2008.
Mempercepat adopsi varietas baru (VUB) padi melalui
varietas secara partisipatif. Buletin BPTP Nusatenggara Barat. 5p
35