Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
PERFORMA ITIK MA JANTAN UMUR ENAM MINGGU DENGAN SUPLEMENTASI SANTOQUIN DAN VITAMIN E DALAM PAKAN (Performance of Six Weeks Old Male MA Duck with Supplementation of Santoquin and Vitamin E) MAIJON PURBA dan P.P. KETAREN Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002
ABSTRACT An experiment was conducted to evaluate the effectivity of santoquin (Sq) and vitamin E (VE) as feed supplemented to improve performance of male local duck. The experiment was conducted based on a completely randomized design. Two hundred and eighty of day old ducks (dod) were allocated to 10 treatments with 4 replicates and 7 ducks/replicate. The experimental diets were: (RO) basal-diet (RB) without antioxidant (control); (R1) RB+50 ppm santoquin (Sq)+100 IU vitamin E (VE); (R2) RB + 50 ppm Sq+200 IU VE; (R3) RB + 50 ppm Sq + 300 IU VE; (R4) RB + 100 ppm Sq + 100 IU VE; (R5) RB + 100 ppm Sq + 200 IU VE; (R6) RB + 100 ppm Sq + 300 IU VE; (R7) RB + 150 ppm Sq + 100 IU VE; (R8) RB + 150 ppm Sq+200 IU VE; (R9) RB + 150 ppm Sq + 300 IU VE. The ducks were fed ad libitum for 1 – 6 weeks. Parameters observed were: feed consumption, live weight (six weeks), body weight, feed convertion rate (FCR) and mortality were measured in raw and boiled meat. The results showed that Sq and VE supplementation did not significantly effect (P > 0,05) to the all the parameters except mortality. Mortality was not found in this experiment. Key Words: Performance, Santoquin, Vitamin E, Local Duck ABSTRAK Suatu penelitian telah dilakukan untuk mengetahui efektivitas santoquin dan vitamin E sebagai imbuhan pakan pada itik MA jantan umur 6 minggu. Sebanyak 280 ekor itik MA jantan dibagi menjadi 10 perlakuan, dengan 4 ulangan, terdiri dari 7 ekor itik/ulangan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dimana 1 perlakuan dijadikan sebagai kontrol (tanpa antioksidan) sedangkan 9 lainnya merupakan perlakuan dengan suplementasi berbagai level antioksidan. Ke sepuluh jenis perlakuan tersebut adalah sbb.: (RO) Ransum Basal (RB) tanpa antioksidan; (R1) RB + 50 ppm Santoquin (Sq) + 100 IU vitamin E (VE); (R2) RB + 50 ppm Sq + 200 IU VE; (R3) RB + 50 ppm Sq + 300 IU VE; (R4) RB + 100 ppm Sq + 100 IU VE; (R5) RB + 100 ppm Sq + 200 IU VE; (R6) 100 ppm Sq + 300 IU VE; (R7) RB + 150 ppm Sq + 100 IU VE; (R8) 150 ppm Sq + 300 IU VE; dan (R9) RB + 150 ppm Sq + 300 IU VE. Pakan dan air minum diberikan ad libitum. Peubah yang diamati dan diukur adalah konversi ransum, bobot hidup umur enam minggu, pertambahan bobot badan, konversi ransum dan mortalitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi santoquin dan vitamin E dalam pakan tidak nyata (P > 0,05) berpengaruh terhadap konsumsi ransum, bobot hidup, pertambahan bobot badan dan konversi ransum itik pada umur enam minggu. Selama umur enam minggu tidak ada itik yang mati oleh karena itu angka mortalitas 0%. Kata Kunci: Performa, Santoquin, Vitamin E, Itik Lokal
PENDAHULUAN Informasi tentang performa itik lokal jantan hingga saat ini relatif terbatas bila dibandingkan dengan itik betina petelur khususnya ayam pedaging. Hal yang sama juga dikemukakan peneliti lainnya yang
696
menyatakan bahwa informasi tentang performa, produksi maupun kualitas produksi dari genotipe-genotipe itik lokal, masih relatif sedikit, hingga saat ini lebih banyak dibandingkan dengan ayam (LEWIS et al., 1997; CASTELLINI et al., 2002) baik breed lokal dalam tipe petelur maupun pedaging.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
Itik Alabio dan Mojosari merupakan dua jenis itik andalan karena mempunyai produktivitas yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan jenis itik lainnya. Selain dapat menghasilkan produksi telur tinggi, kedua jenis itik tersebut juga sangat berpotensi sebagai penghasil daging khususnya itik jantan. Selama ini keberadaan itik jantan yang ada di tangan masyarakat penanganannya belum optimal, harganya cenderung lebih murah dari itik betina. Harga dod betina dan jantan di tingkat peternak masing-masing sebesar Rp 3000 dan 1200/ekor (WIBOWO et al., 2005). Itik MA (persilangan antara itik Mojosari ♂ x Alabio ♀) merupakan salah satu jenis itik lokal yang telah dikembangkan oleh Balitnak sejak awal 2000 hingga sekarang. PRASETYO dan SUSANTY (2000) melaporkan bahwa performans maupun prestasi produksi yang dihasilkan oleh itik MA lebih unggul bila dibandingkan dengan kedua tetuanya. KETAREN dan PRASETYO (2001) melaporkan bahwa rataan konsumsi dan efisiensi pakan itik MA selama 8 minggu masing-masing sebanyak 4324 g/ekor dan 3,43, relatif baik (efisien) dan pertambahan bobot badan yang dicapai juga cukup tinggi yaitu 1260 g/ekor. Pemeliharaan itik MA jantan memiliki peluang yang cukup besar sebagai penghasil daging untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pemberian pakan sesuai kebutuhan gizi disertai dengan suplementasi antioksidan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan agar itik dapat bertumbuh dengan baik. Selain pertumbuhan yang baik, kualitas daging yang dihasilkan diharapkan dapat terpenuhi sesuai dengan kriteria masyarakat. Diantara beberapa jenis antioksidan, santoquin dan vitamin E merupakan antioksidan yang sesuai untuk ternak termasuk ternak unggas. Penggunaan santoquin dan vitamin E sebagai feed supplement pada ayam broiler telah banyak dilaporkan. Performa dan kualitas daging ayam broiler dengan suplementasi santoquin maupun vitamin E dapat meningkatkan performa bahkan kualitas sensori daging yang dihasilkan juga semakin meningkat (BOU et al., 2006); (GRAY et al., 2007). Suplementasi santoquin (ethoxyquin) selain dapat memproteksi pakan terhadap oksidasi lipid yang dapat mengakibatkan pakan berbau tengik (rancid), juga dapat
meningkatkan performans pada ayam broiler (CABEL et al., 1989). Maksud dan tujuan dari tulisan adalah untuk mengetahui efektifitas suplementasi santoquin dan vitamin E dalam pakan terhadap performa itik MA jantan selama enam minggu. MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di kandang ternak itik Balitnak Ciawi. Materi yang digunakan adalah itik MA jantan yaitu hasil persilangan itik Mojosari♂ dikawinkan dengan itik Alabio♀. Jumlah itik yang dipelihara sebanyak 280 ekor, 252 ekor merupakan itik yang mendapat ransum perlakuan dengan suplementasi antioksidan dan sebanyak 28 ekor itik lainnya dijadikan sebagai kontrol (tanpa suplementasi antioksidan). Itik dipelihara dari sejak umur sehari (dod) hingga 6 minggu. Bahan antioksidan yang digunakan dalam penelitian ini adalah santoquin (ethoxiquin) dan vitamin E (α-tokopherol). Santoquin yang digunakan adalah dalam bentuk cairan (liquid), sedangkan vitamin E dalam bentuk granula. Vitamin E sebelum dicampur dengan pakan perlakuan terlebih dahulu di giling sampai halus untuk memudahkan proses penyerapan oleh itik. Bahan dan komposisi ransum yang diberikan dari umur sehari hingga akhir penelitian adalah sama dengan kandungan EM 3105,32 Kkal/kg dan kandungan protein 18,98%. Bahan dan kebutuhan ransum penelitian mengacu kepada hasil rekomendasi KETAREN (2002) maupun NRC (1994). Bahan baku ransum yang digunakan adalah dedak, jagung kuning, tepung ikan, premiks dan minyak CPO. Bahan-bahan dan komposisi ransum yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1. Ransum diberikan dua kali dalam sehari, air minum ad libitum, bentuk ransum yang diberikan selama penelitian adalah bentuk tepung (mash). Ransum basal tanpa antioksidan diberikan selama satu minggu dan merupakan periode adaptasi itik terhadap pakan. Suplementasi antioksidan sesuai dosis yang ditentukan diberikan pada saat itik berumur 1 hingga 6 minggu. Setiap minggu sisa pakan dari masing-masing perlakuan
697
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
Tabel 1. Bahan, komposisi dan kandungan nutrien pakan perlakuan Bahan pakan
Komposisi pakan perlakuan (%) RO
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
Dedak
40,15
40,15
40,15
40,15
40,15
40,15
40,15
40,15
40,15
40,15
Jagung
31,00
31,00
31,00
31,00
31,00
31,00
31,00
31,00
31,00
31,00
Tepung ikan
23,20
23,20
23,20
23,20
23,20
23,20
23,20
23,20
23,20
23,20
Premix
0,25
0,25
0,25
0,25
0,25
0,25
0,25
0,25
0,25
0,25
Minyak sawit
5,40
5,40
5,40
5,40
5,40
5,40
5,40
5,40
5,40
5,40
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
-
50
50
50
100
100
100
150
150
150
(IU/kg)
-
100
200
300
100
200
300
100
200
300
Protein (%)
18,98
18,98
18,98
18,98
18,98
18,98
18,98
18,98
18,98
18,98
EM (Kkal/kg)
3 105
3 105
3 105
3 105
3 105
3 105
3 105
3 105
3 105
3 105
Lemak (%)
14,00
14,00
14,00
14,00
14,00
14,00
14,00
14,00
14,00
14,00
SK (%)
6,75
6,75
6,75
6,75
6,75
6,75
6,75
6,75
6,75
6,75
Metionin (%)
0,54
0,54
0,54
0,54
0,54
0,54
0,54
0,54
0,54
0,54
Lisin (%)
1,33
1,33
1,33
1,33
1,33
1,33
1,33
1,33
1,33
1,33
Ca (%)
1,87
1,87
1,87
1,87
1,87
1,87
1,87
1,87
1,87
1,87
P (%)
1,50
1,50
1,50
1,50
1,50
1,50
1,50
1,50
1,50
1,50
Total - Santoquin (ppm/kg) - Vitamin E
Kandungan nutrien hasil perhitungan
EM: Energi metabolis; SK: Serat kasar; Ca: Kalsium; P: Phosfor
ditimbang untuk mengetahui besaran konsumsi dan konversi ransum itik setiap minggu hingga mencapai umur 6 minggu. Penimbangan bobot badan itik dilakukan setiap minggu untuk memperoleh data pertambahan bobot badan dari umur satu hingga enam minggu dan dilakukan setiap pagi sebelum itik diberi pakan. Mortalitas itik dihitung berdasarkan jumlah itik yang mati selama 10 minggu dibagi dengan itik mula-mula dikalikan 100%. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi stress maupun menambah daya tahan tubuh seluruh dod diberikan vita chick yang dicampur (dilarutkan) dalam air minum. Pemberian vita chick disesuaikan dengan dosis rekomendasi yaitu 5 g vita chick dilarutkan ke dalam air sebanyak 7 liter. Larutan tersebut dituangkan ke setiap tempat minum yang telah disediakan. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menggunakan
698
sebanyak sepuluh jenis perlakuan yang terdiri dari satu perlakuan kontrol dan sembilan perlakuan lainnya dengan suplementasi berbagai level santoquin dan vitamin E. Susunan ransum perlakuan adalah sebagai berikut: R0: Ransum basal tanpa antioksidan (kontrol) R1: Ransum basal + santoquin (50 ppm/kg) + vitamin E (100 IU/kg) R2: Ransum basal + santoquin (50 ppm/kg) + vitamin E (200 IU/kg) R3: Ransum basal + santoquin (50 ppm/kg) + vitamin E (300 IU/kg) R4: Ransum basal + santoquin (100 ppm/kg) + vitamin E (100 IU/kg) R5: Ransum basal + santoquin (100 ppm/kg) + vitamin E (200 IU/kg) R6: Ransum basal + santoquin (100 ppm/kg) + vitamin E (300 IU/kg) R7: Ransum basal + santoquin (150 ppm/kg) + vitamin E (100 IU/kg)
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
R8: Ransum basal + santoquin (150 ppm/kg) + vitamin E (200 IU/kg) R9: Ransum basal + santoquin (150 ppm/kg) + vitamin E (300 IU/kg) Masing-masing perlakuan memiliki empat ulangan, dan setiap ulangan terdiri atas tujuh ekor itik, sehingga total itik yang dipelihara sebanyak 280 ekor. Model matematik RAL menurut STEEL dan TORRIE (1993) sebagai berikut: Yij = μ + αi + βj + εij Yij
:
μ αi αβij
: : :
εijk
:
nilai pengamatan dari perlakuan (ransum) ke-i dalam ulangan (pen) ke-j. rata-rata umum peubah yang diamati pengaruh perlakuan ke i pengaruh acak pada perlakuan ransum ke-i dan ulangan ke-j galat percobaan
Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan menggunakan sidik ragam, dan apabila ada perbedaan diantara pemberian ransum yang diberi antioksidan maupun tanpa suplementasi antioksidan, dilanjutkan dengan uji Duncan menurut prosedur STEEL dan TORRIE (1993). Peubah yang diukur dan diamati untuk mengetahui respons itik dengan suplementasi santoquin dan vitamin E dalam ransum adalah sebagai berikut: 1. Konsumsi ransum. Konsumsi ransum kumulatif diperoleh dengan melakukan penimbangan sisa pakan setiap minggu selama 6 minggu (g/ekor). 2. Pertambahan bobot badan (PBB). Untuk memperoleh data PBB itik ditimbang setiap minggu hingga seluruh itik mencapai umur 6 minggu (g/ekor). 3. Bobot Badan Hidup (BBH). Untuk mengetahui BBH itik, dilakukan penimbangan pada saat itik berumur 6 minggu (g/ekor). 4. Konversi Ransum. Konversi ransum diperoleh dengan menghitung perbandingan antara jumlah ransum yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan selama 6 minggu.
5. Mortalitas. Angka mortalitas diperoleh dengan cara menghitung total itik yang mati selama penelitian (6 minggu) dibagi dengan jumlah itik mula-mula dikali 100%. HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi ransum Konsumsi ransum kumulatif itik MA dengan suplementasi berbagai level santoquin dan vitamin E pada umur enam minggu dicantumkan dalam Tabel 2. Berdasarkan hasil analisa statistik suplementasi santoquin dan vitamin E tidak nyata (P > 0,05) berpengaruh terhadap konsumsi ransum selama umur enam minggu. Hasil penelitian ini memberi indikasi bahwa respon itik untuk mengkonsumsi ransum dengan suplementasi antioksidan maupun ransum tanpa antioksidan pada hakekatnya adalah sama. Hal ini memberi gambaran bahwa suplemetasi santoquin dan vitamin E tidak memberi pengaruh yang negatif terhadap konsumsi ransum selama umur enam minggu. Tabel 2 memperlihatkan bahwa rataan konsumsi ransum kumulatif itik pada umur enam minggu berkisar antara 4886,07 (RO) hingga 5272,86 g/ekor (R6). Rataan konsumsi ransum yang dihasilkan dalam penelitian ini termasuk tinggi. Tingginya konsumsi ransum tersebut diduga berkaitan dengan penggunaan tepung ikan dengan level yang tinggi (23%) memicu itik untuk mengkonsumsi pakan dalam jumlah yang banyak. Itik yang memiliki sifat nafsu makan tinggi menjadikannya sebagai ternak unggas yang baik untuk mendeposisikan lemak pada jaringan tubuh. SAMIK dan SAFITRI (2005) melaporkan bahwa konsumsi pakan kumulatif itik Mojosari jantan yang diberi pakan limbah substitusi 1015% tepung limbah isi rumen terfermentasi selama 3 minggu masing-masing sebesar 3226,1 dan 3213,1 g/ekor. ISKANDAR et al. (2001) melaporkan bahwa konsumsi ransum itik Mojosari jantan dari pengamatan umur 2 sampai 10 minggu dengan pemberian pakan (20% ikan rucah, 80% dedak padi) sebesar 7500 g/ekor.
699
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
Tabel 2. Rataan konsumsi ransum kumulatif itik MA jantan dengan suplementasi santoquin dan vitamin E umur 6 minggu Perlakuan
Level antioksidan
Konsumsi ransum (g/ekor)
Santoquin (ppm/kg)
Vitamin E (IU/kg)
RO (kontrol)
0
0
4886,07a ± 246,58
R1
50
100
5164,29a ± 254,39
R2
50
200
4994,65a ± 209,48
R3
50
300
5035,72a ± 309,83
R4
100
100
5015,00a ± 248,51
R5
100
200
5060,72a ± 175,21
R6
100
300
5272,86a ± 255,10
R7
150
100
5128,93a ± 205,33
R8
150
200
5170,00a ± 184,71
R9
150
300
5225,72a ± 127,38
Huruf superscript yang sama pada setiap kolom menunjukkan tidak berbeda nyata (P > 0,05)
Konsumsi ransum dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satu faktor utama menurut HERNANDEZ et al. (2004) adalah kualitas pakan termasuk kandungan gizi yang terdapat di dalam pakan tersebut. Bahan dan komposisi ransum yang digunakan dengan kandungan protein 19% dan EM 3100 kkal/kg lalu ditambah dengan antioksidan telah memenuhi syarat untuk kebutuhan gizi itik yang diteliti. Kebutuhan gizi untuk itik pedaging umur 0 – 2 minggu 2 – 7 minggu dan umur 2 – 7 minggu, kandungan protein kasar masing-masing 22 dan 16%, sedangkan energi metabolis masing-masing sebesar 2900 dan 3000 kkal/kg (NRC, 1994). LEESON et al. (1996) maupun HERNANDEZ et al. (2004) menyatakan bahwa jumlah konsumsi ternak dengan tingkat protein dan energi metabolisme (EM) yang tinggi cenderung menurun dan sebaliknya meningkat apabila tingkat protein dan EM rendah. FAN et al. (2008) melaporkan bahwa penambahan level Protein dan EM yang tinggi yaitu melebihi 19% (protein) dan EM (>3100 kkal/kg) dapat meningkatkan pertumbuhan itik Pekin dan efisiensi ransum menjadi menurun. Level pemberian pakan dengan kadar protein 18% dan EM kisaran 3008 dan 3030 kkal/kg merupakan level yang baik untuk pertumbuhan itik Pekin. Pertumbuhan optimum dengan pemberian kadar protein (18%) dan EM (3008
700
dan 3030 kkal/kg) tersebut diperoleh pada umur 2 – 6 minggu (FAN et al., 2008). REBOLE et al. (2006) melaporkan bahwa performans ayam pedaging dengan suplementasi vitamin E dengan penggunaan minyak sawit maupun minyak biji bunga matahari semakin meningkat. Konsumsi ransum dengan penambahan vitamin E pada ayam broiler lebih baik dibanding tanpa penambahan vitamin E (REBOLE et al., 2006). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsumsi ransum yang dihasilkan untuk semua perlakuan tidak berbeda nyata. Hal ini kemungkinan besar sangat dipengaruhi oleh jenis, komposisi maupun kandungan nutrien pakan yang sama kecuali level antioksidan yang berbeda. SAHIN et al. (2009) melaporkan bahwa penambahan vitamin E dan C dengan dosis masing-masing 500 mg/kg dapat menurunkan pengaruh stress dengan temperatur tinggi (34oC), bahkan kadar glukosa dan kolesterol dalam serum darah burung puyuh menjadi menurun. Peranan suplementasi antioksidan dalam pakan perlakuan tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap konsumsi ransum, namun peranan kedua jenis antioksidan tersebut lebih mengarah untuk menghambat oksidasi lipid pada daging itik sehingga kualitas sensorinya juga semakin meningkat (BOU et al., 2006) maupun GRAY et al. (2007).
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
Tabel 3. Rataan bobot hidup itik MA jantan dengan suplementasi santoquin dan vitamin E umur 6 minggu. Perlakuan
Level antioksidan
Pertambahan bobot badan (g/ekor)
Santoquin (ppm/kg)
Vitamin E (IU/kg)
RO (kontrol)
0
0
1037,50a ± 35,66
R1
50
100
1084,65a ± 19,11
R2
50
200
1076,79a ± 77,23
R3
50
300
1115,60a ± 49,44
R4
100
100
1076,78a ± 64,25
R5
100
200
1080,30 a ± 69,59
R6
100
300
1126,79a ± 81,73
R7
150
100
1114,29a ± 86,51
R8
150
200
1053,57a ± 33,25
R9
150
300
1103,22a ± 29,74
Huruf superskrip yang sama pada setiap kolom menunjukkan tidak berbeda nyata (P > 0,05)
Bobot hidup umur enam minggu Rataan bobot hidup itik umur enam minggu dengan suplementasi santoquin dan vitamin E dicantumkan dalam Tabel 3. Rataan bobot hidup itik pada umur enam minggu berkisar antara 1037,50 hingga 1126,79 g/ekor. Rataan bobot hidup yang paling rendah ditemukan pada perlakuan RO (tanpa antioksidan), sedangkan yang paling tinggi diperlihatkan pada perlakuan R6 (Tabel 3). Berdasarkan hasil analisa statistik, suplementasi santoquin dan vitamin E dalam pakan tidak nyata (P > 0,05) berpengaruh terhadap rataan bobot hidup itik MA jantan pada umur enam minggu. Hal ini memberi indikasi bahwa respon itik terhadap setiap perlakuan dalam mengkonsumsi maupun mencerna pakan hingga dimanfaatkan untuk mencapai bobot hidup pada umur enam minggu relatif sama. Kandungan gizi yang terkandung di dalam pakan yang diberikan diduga kuat telah memenuhi syarat dan sesuai kebutuhan itik untuk memperoleh bobot hidup yang optimal hingga mencapai umur enam minggu. Hasil ini juga memberikan gambaran bahwa suplementasi kedua jenis antioksidan tidak memberikan pengaruh yang negatif khususnya terhadap pencapaian bobot hidup selama enam minggu. BAKRIE et al. (2005) melaporkan bahwa rataan bobot hidup itik lokal dan itik Alabio
yang diberi ransum komersial selama 6 minggu masing-masing sebesar 828,34 dan 769,61 g/e, lebih rendah dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh perbedaan jenis itik dan komposisi maupun kandungan nutrien dalam pakan yang diberikan. Pertambahan bobot badan Rataan pertambahan bobot hidup (PBH) itik MA jantan dengan suplementasi santoquin dan vitamin E dicantumkan pada Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan bahwa rataan pertambahan bobot badan itik berkisar antara 1002,90 (R0) hingga 1092,59 g/ekor (R6). Berdasarkan hasil analisa statistik suplementasi santoquin dan vitamin E dalam ransum tidak nyata (P > 0,05) berpengaruh terhadap PBH itik selama enam minggu. Hasil penelitian ini memberi indikasi bahwa respon itik terhadap ransum perlakuan dengan suplementasi antioksidan maupun tanpa antioksidan cenderung sama. Tanpa suplementasi santoquin dan vitamin E PBB itik pada umur enam minggu tampak sudah cukup baik. Hal ini memberi gambaran bahwa kandungan nutrien yang ada pada ransum basal telah mencukupi untuk menghasilkan PBH yang tinggi pada itik. Penggunaan tepung ikan
701
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
Tabel 4. Rataan pertambahan bobot badan itik MA jantan dengan suplementasi santoquin dan vitamin E umur 6 minggu Level antioksidan Perlakuan
Pertambahan bobot badan (g/ekor)
Santoquin (ppm/kg)
Vitamin E (IU/kg)
RO (kontrol)
0
0
1002,90a ± 35,74
R1
50
100
1050,35a ± 18,95
R2
50
200
1042,09a ± 76,95
R3
50
300
1080,60a ± 49,47
R4
100
100
1042,13a ± 64,16
R5
100
200
1046,11 a ± 69,72
R6
100
300
1092,59a ± 81,57
R7
150
100
1079,79a ± 86,57
R8
150
200
1019,17a ± 33,26
R9
150
300
1068,82a ± 29,84
Huruf superscript yang sama pada setiap kolom menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05).
dengan level tinggi (23%) dalam pakan diperkirakan semakin melengkapi bahkan meningkatkan kandungan asam-asam amino esensial yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan itik. REBOLE et al. (2006) melaporkan bahwa PBB ayam pedaging dengan penggunaan asam lemak oleat yang berasal dari minyak biji matahari dengan dosis 50 – 100 mg/kg maupun penggunaan minyak sawit diikuti dengan penambahan vitamin E dalam ransum ayam pedaging dapat meningkatkan PBB dari umur 3 – 6minggu. Rataan PBB yang diperoleh dalam penelitian ini tergolong tinggi bila dibandingkan dengan hasil penelitian lainnya. RANDA (2007) melaporkan bahwa rataan PBB itik Cihateup jantan dengan penambahan vitamin E+C umur 10 minggu (1154,69 ± 84,95 g/ekor) lebih rendah dari hasil penelitian yang dilakukan. Perbedaan ini kemungkinan besar disebabkan oleh perbedaan jenis ternak, komposisi maupun nutrien yang terkandung dalam pakan. KETAREN dan PRASETYO (2001) juga melaporkan bahwa rataan PPB itik hasil persilangan Mojosari x Alabio (MA) umur 8 minggu (1260 g/ekor). ISKANDAR et al. (2001) melaporkan rataan PBB itik jantan lokal dengan pemberian 20% ikan rucah + 80% dedak padi pada umur 2 – 10 minggu (1138 g/ekor). Tingginya rataan PPB itik yang dihasilkan dalam penelitian ini memberi
702
indikasi pula bahwa suplementasi santoquin dan vitamin E tidak memberi pengaruh negatif terhadap PBB itik pada umur enam minggu. Gambaran mengenai laju pertumbuhan itik MA selama enam minggu dengan suplementasi santoquin dan vitamin E diperlihatkan dalam Gambar 1. Apabila dilihat pada Gambar 1 tampak bahwa laju pertumbuhan itik dari umur 0 – 1 minggu bergerak lambat, akan tetapi menjelang memasuki umur 2 minggu laju pertumbuhan itik mulai mengalami percepatan. Selanjutnya, pada saat itik memasuki umur 3 minggu laju pertumbuhan itik mengalami laju pertumbuhan yang cepat hingga mencapai umur 6 minggu. Konsumsi protein dan energi yang lebih tinggi akan menghasilkan laju pertumbuhan yang lebih cepat. Pengaruh nutrisi akan lebih besar bila perlakuannya dimulai sejak awal periode pertumbuhan. Jadi pertumbuhan ternak dapat dimanipulasi dengan perlakuan nutrisi yang berbeda (SOEPARNO, 2005). Pertumbuhan yang normal tergantung pada unsur-unsur nutrisi yang diperoleh dari ransum yang diperoleh ternak (DORUP, 2004). Namun, dijelaskan lebih lanjut bahwa pertumbuhan yang normal tidak cukup hanya sebatas ketersediaan bahan-bahan sumber energi (asam amino, lemak dan karbohidrat) atau substrat sebagai hasil sintesis protein (asam amino), tapi juga sangat berpengaruh alur di dalam
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
1200
RO R1
1000
R2 Bobot (g)
800
R3 R4
600
R5
400
R6
200
R7 R8
0 0
1
2
3
4
5
6
R9
Umur (minggu)
Gambar 1. Pola pertumbuhan itik MA jantan umur enam minggu dengan suplementasi santoquin dan vitamin E
regulasi pertumbuhan, sintesis protein oleh adanya interaksi dengan hormon pertumbuhan (growth hormone) atau insulin-like growth factor (IGH) system (DORUP, 2004; SOEPARNO, 2005). Pada ternak yang berumur muda, pertumbuhan yang optimum dan sintesis protein tergantung pada ketersediaan sumber energi dan substrat. Kualitas dan kuantitas nutrisi protein sangat essensial, tetapi mineral spesifik dan mikronutrient seperti K, Mg dan Zn lebih penting lagi. Apabila ke 3 unsur tersebut tidak terpenuhi dapat mengganggu pertumbuhan pada hewan (DORUP, 2004; FAN et al., 2008). FAN et al. (2008) melaporkan bahwa pemberian kandungan EM di atas 2700 kkal/kg selama 6 minggu pada itik Pekin tidak berpengaruh terhadap peningkatan bobot daging bagian paha maupun dada, akan tetapi lemak abdominal menjadi meningkat. Hal yang sama juga dilaporkan peneliti sebelumnya bahwa pemberian ransum level EM yang tinggi pada ayam broiler tidak berpengaruh nyata untuk meningkatkan pertambahan bobot pada
bagian dada maupun dada (LEESON et al., 1996; GHAFFARI et al., 2007). Gambar 1 memperlihatkan bahwa laju pertumbuhan itik MA jantan pada umur enam minggu dengan suplementasi santoquin dan vitamin E menunjukkan pertumbuhan yang cepat, mengikuti pola sigmoid bahkan bobot badan yang dicapai cukup tinggi di atas 1 kg/ekor. Letak garis pertumbuhan itik selama enam minggu juga tampak menempati posisi yang relatif sama. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa respon itik terhadap pakan perlakuan untuk tumbuh relatif sama. Peranan antioksidan dalam pakan tidak tampak dibandingkan dengan pakan kontrol, akan tetapi peranan utama antioksidan akan semakin bermanfaat apabila dihubungkan terhadap menghambat oksidasi lipid yang juga dapat berperanan sebagai penyebab off odor pada daging itik (PURBA et al., 2010). Konversi ransum Rataan konversi ransum itik MA jantan umur enam minggu dengan suplementasi
703
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
Tabel 5. Rataan konversi ransum itik MA jantan dengan suplementasi santoquin dan vitamin E umur 6 minggu Level antioksidan Perlakuan
Konversi ransum
Santoquin (ppm/kg)
Vitamin E (IU/kg)
RO (kontrol)
0
0
4,87a ± 0,27
R1
50
100
4,92a ± 0,21
R2
50
200
4,81a ± 0,39
R3
50
300
4,66a ± 0,15
R4
100
100
4,82a ± 0,23
R5
100
200
4,86 a ± 0,15
R6
100
300
4,84,a ± 0,27
R7
150
100
4,76a ± 0,39
R8
150
200
5,08a ± 0,26
R9
150
300
4,90a ± 0,21
Huruf superskrip yang sama pada setiap kolom menunjukkan tidak berbeda nyata (P > 0,05)
santoquin dan vitamin E dicantumkan dalam Tabel 5. Rataan konversi ransum itik selama enam minggu berkisar antara 4,66 (R3) hingga 5,08 (R8). Berdasarkan hasil analisa statistik suplementasi santoquin dan vitamin E dalam pakan tidak nyata (P > 0,05) berpengaruh terhadap konversi ransum itik selama enam minggu. Rataan konversi ransum ini termasuk tinggi namun hasil ini hampir sama bila dibandingkan dengan hasil penelitian lainnya. ISKANDAR et al. (2001) melaporkan bahwa rataan konversi ransum itik Mojosari jantan sejak pengamatan umur 2 – 10 minggu dengan pemberian 40% ransum komersial dan 60% dedak sebesar 4,76, sedangkan pemberian 20% ikan rucah dan 80% dedak sebesar 6,59. KETAREN (2006) menyatakan bahwa FCR itik serati dengan pemberian polar level 30, 40 dan 50% masing-masing (3,42), (3,39) dan (3,47), sedangkan konsumsi pakan dengan level polar yang sama masing-masing (6059), (6190) dan (6111) g selama 8 minggu. Sementara itu, KETAREN dan PRASETYO (2001) melaporkan bahwa rataan konversi ransum itik MA betina selama 8 minggu sebesar 3,43, lebih rendah dari hasil penelitian yang dilakukan. Hal ini kemungkinan besar adalah pengaruh perbedaan jenis kelamin dan lama pemeliharaan itik. Salah satu kelemahan dalam pemeliharaan itik adalah FCR yang cenderung tinggi bila
704
dibandingkan dengan ayam sehingga sangat berpengaruh terhadap nilai input. LAURIDSEN et al. (1995) melaporkan bahwa suplementasi kombinasi santoquin dan vitamin E dapat memperbaiki efisiensi ransum pada ayam broiler. Buruknya efisiensi penggunaan pakan pada itik petelur maupun pedaging diakibatkan oleh berbagai faktor termasuk (1) faktor genetik/bibit, (2) banyaknya pakan tercecer, (3) kandungan gizi pakan yang tidak sesuai kebutuhan (KETAREN, 2007). Hasil penelitian ini memberi indikasi bahwa suplementasi santoquin dan vitamin E dalam pakan tidak memberi pengaruh yang negatif terhadap konversi ransum itik MA jantan pada umur enam minggu. Mortalitas Selama pengamatan (enam minggu), tidak ada itik yang mati, artinya angka mortalitas itik 0%. Hal ini menggambarkan bahwa itik MA jantan yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kualitas yang baik. Kualitas itik yang baik tersebut disertai dengan pemberian pakan yang sesuai kebutuhan itik dan adanya suplementasi santoquin dan vitamin E semakin melengkapi, memperkaya unsur-unsur nutrien dalam pakan itik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa suplementasi santoquin
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
dan vitamin pada pakan itik mulai umur satu hingga enam minggu sangat sesuai untuk menghambat mortalitas pada itik MA jantan.
FAN, H.P., M. XIE, W.W. WANG, S.S. HOU and W. HUANG. 2008. Effect of dietary energy on growth performance and carcass quality of white growing pekin ducks from two to six weeks of age. Poult. Sci. 87: 1162 – 1164.
KESIMPULAN
GHAFFARI, M., M. SHIVAZAD, M. ZAGHARY dan R. TAHERKHANI. 2007. Effect different level of metabolizable enegy and formulation of diet based on digestible and total amino acid requirements on performance of male broiler. Int. J. Poult. Sci. 6: 276 – 279.
Suplementasi santoquin dan vitamin E dalam pakan tidak nyata berpengaruh terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum, akan tetapi suplementasi kedua jenis antioksidan yang diberikan tidak memberi pengaruh negatif terhadap performa itik MA jantan hingga mencapai umur enam minggu. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada bapak Sumardi, Heri Suryanto FX, Miftah, Aeb Suhandi, Anto, Hamdan, Didin, ibu Elly dan rekan-rekan lainnya di kandang itik Balitnak Ciawi yang turut membantu selama penelitian berlangsung. DAFTAR PUSTAKA BOU, R., S. GRIMPA, F. GUARDIOLA, A.C. BARROETA, and R. CODONY. 2006. Effects of various fat sources, alpha tocopheryl acetate, and ascorbic acid supplements on fatty acid composition and alpha-tocopherol content in raw and vacuum-packed, cooked dark chicken meat. Poult. Sci. 85(8):1472 – 1481. CABEL, M.C., P.W. WALDROUP, W.D. SHERMER and D.F. CALLABOTA. 1989. Effect of ethoxyquin feed preservative and peroxide level on broiler performance. Poult. Sci. (67):1725 – 1730. CASTELLINI, C., C. MUGNAI and A. DAL BOSCO. 2002. Effect of organic production system on broiler carcass and meat quality. Meat Sci. 60: 219 – 225. DORUP, I. 2004. The impact of minerals and micronutrients on growth kontrol. Muscle Development of Livestock Animals Physiology, Genetics and Meat Quality. Ed. By M.F.W. te Pas, M.E. Everts and H.P. Haagsman. CABI Publishing. CAB International Wallingford Oxfordshie OX10 8 DE. UK. P. 125 – 136
HERNANDEZ, F., J. MADRID, V. GARCIA, J. ORENGO and M.D. MEGIAS. 2004. Influence of two plants extracts on broilers performance, digestibility, and digestive organ size. Poult.Sci. 83: 169 – 174. ISKANDAR, S., VANVAN S. NUGROHO, D.M. SUCI dan A.R. SETIOKO. 2001. Adaptasi biologis itik jantan muda lokal terhadap ransum berkadar dedak padi tinggi. Pengembangan Agribisnis Unggas Air sebagai Peluang Usaha Baru. Fakultas Peternakan IPB bekerjasama dengan Balai Penelitian Ternak, Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 118 – 127. KETAREN, P.P. 2006. Optimalisasi pemanfaatan wheat bran untuk produksi daging unggas melalui suplementasi enzim xilanase dan – glukanase: Itik pedaging. Pros. Seminar Nasional Bioteknologi. Cibinong, 15 – 16 Nopember 2006. Puslit Bioteknologi, LIPI, Cibinong. hlm. 325 – 331. KETAREN, P.P dan L.H. PRASETYO. 2001. Pengaruh pemberian pakan terbatas terhadap penampilan itik silang Mojosari x Alabio (MA) umur 8 minggu. Pros. Lokakarya Unggas Air, 6 – 7 Agustus 2001, Auditorium BPT Ciawi. Fakultas Peternakan IPB bekerjasama dengan Balai Penelitian Ternak, Puslitbang Peternakan Bogor. hlm. 105 – 110. KETAREN, P.P. 2007. Peran itik sebagai penghasil telur dan daging nasional. Wartazoa, 17(3): 117 – 127. LAURIDSEN, C., K.JAKOBSEN and T.K. HANSEN. 1995. The influence of of diatery ethoxyquin on the vitamin E status in broilers. Arc Tierernahr. http://www/ ncbi.nlm.nih.gov/sites/entrez?Db=PubMed&c md=showDetailView&TermTes (9 Maret 2007). LEESON, S., L. CASTON and J.D. SUMMERS. 1996. Broiler response to dietary energy. Poult. Sci. 75: 529 – 535.
705
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
LEWIS, P.D., G.C. PERRY, L.J. FARMER and R.L.S. PATTERSON. 1997. Responses of two genotypes of chickens to the diets and stocking densities typical of UK and label rouge production systems. Performance, behaviour and carcass composition. Meat Sci. 45: 501 – 516. LUKMAN, H. 1995. Perbedaan Karakteristik Daging, Karkas dan Sifat Olahannya antara Itik Afkir dan Ayam Petelur Afkir. Tesis. Fakultas Peternakan, Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. NRC. 1994. Nutrient Requirements of Poultry. 9th Revised Ed. National Academy Press, Washington, DC. PRASETYO, L.H dan T. SUSANTI. 2000. Persilangan timbal balik antara itik Alabio dan Mojosari: Periode awal bertelur. JITV 5(4): 210 – 214. PURBA, M., E.B. LACONI, P.P. KETAREN, C.H. WIJAYA dan P.S. HARDJOSWORO. 2010. Kualitas sensori dan komposisi asam lemak daging itik lokal jantan dengan suplementasi santoquin, vitamin E dan C dalam ransum. JITV 15(1): 47 – 55. RANDA, S.Y. 2007. Bau Daging dan Performa Itik Akibat Pengaruh Perbedaan Galur dan Jenis Lemak serta Kombinasi Komposisi Antioksidan (Vitamin A, C, dan E) dalam Pakan. Disertasi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
706
REBOLE, A., M.L RODRIGUEZ,. L.T ORTIZ, C. ALZUETA, C. CENTENO, A. VIVEROS, A. BRENES and I. ARIJA. 2006. Effect of dietary high-oleic acid sunflower seed, palm oil and vitamin E supplementation on broiler performance, fatty acid composition and oxidation susceptibility of meat. British Poult. Sci.; 47(5): 581 – 591. SAMIK, A. dan E. SAFITRI. 2005. Pengaruh substitusi pakan itik komersil dengan isi rumen terfermentasi terhadap performans itik Mojosari jantan. Pros. Lokakarya Unggas Air II. Merebut Peluang Agribisnins melalui Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah Unggas Air. Kerjasama Balai Penelitian Ternak-MIPI dan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. hlm. 230 – 239. SAS.
1997. SAS/STAT Guide for Personal Computers. Ver:6.12 Edit. SAS Institute Inc. Cary, NC.
STEEL, R.G.D and J.H. TORRIE. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Suatu Pendekatan Biometrik. Cetakan ke-3, terjemahan B. Sumantri PT Gramedia, Jakarta. SOEPARNO. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan ke-4, 2005. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.