HASIL DAN PEMBAHASAN Performa Itik Alabio Jantan Rataan performa itik Alabio jantan selama pemeliharaan (umur 1-10 minggu) disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Performa Itik Alabio Jantan Umur 1-10 Minggu Peubah yang diamati Konsumsi pakan (g/ekor) Bobot badan awal (g/ekor)
K
Perlakuan Pakan*) KB KBC
KBE
6.515±212,11
6.550±212,95
6.605±217,20
6.520±211,03
86,85±24,27
90,07±24,18
84,53±21,45
89,36±26,26
Bobot badan akhir (g/ekor)
1.414,8±32,96
1.393,5±74,61
1.430,3±138,96
1.399,2±19,84
PBB (g/ekor)
1.328±53,13
1.303,5±98,75
1.345,8±159,65
1.309,9±45,98
4,91±0,34
5,05±0,58
4,97±0,75
4,99±0,36
2,85%
1,22%
1,63%
Konversi pakan Selisih konversi pakan perlakuan vs kontrol
Keterangan : *) K=pakan kontrol; KB=pakan kontrol+beluntas 0,5%; KBC = pakan kontrol+beluntas 0,5%+vitamin C 250 mg/kg; KBE = pakan kontrol+beluntas 0,5%+vitamin E 400 IU/kg
Konsumsi Pakan Konsumsi pakan itik alabio dengan penambahan tepung daun beluntas, vitamin C dan vitamin E tidak berbeda dengan kontrol (K). Hal ini disebabkan beluntas yang diberikan jumlahnya sedikit sehingga tidak mempengaruhi palatabilitas pakan, dan nutrien pakan perlakuan-perlakuan tersebut sama, isokaloriisoprotein (Tabel 2 dan 3). Menurut North dan Bell (1990) kandungan energi dalam pakan mempengaruhi konsumsi pakan pada ternak. Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa konsumsi pakan itik Alabio jantan selama pemeliharaan dari umur 1-10 minggu berkisar antara 6.515-6.605 gram/ekor. Gambar 7 menunjukkan bahwa konsumsi pakan semakin meningkat tiap minggu sejalan dengan semakin bertambahnya umur itik. Gunawan (2005) melaporkan bahwa penambahan tepung daun beluntas dalam pakan hingga taraf 1% selama delapan minggu, dari umur 3-10 minggu, menghasilkan rataan konsumsi 19
ransum yang tidak berbeda antara perlakuan, yaitu berkisar antara 4.743,2-4.745,92 gram per ekor. Hasil penelitian Wahyudin (2006) menyatakan bahwa pemberian tepung daun beluntas dalam pakan hingga taraf 2% tidak memberikan pengaruh terhadap konsumsi pakan itik. Pada penelitian Randa (2007) menunjukkan bahwa suplementasi vitamin E 400 IU/kg dan campuran antara 250 mg/kg Vitamin C dan 400 IU/kg vitamin E ke dalam ransum, tidak berpengaruh terhadap konsumsi pakan.
Gambar 7. Grafik Rataan Konsumsi Pakan Per Minggu Bobot Badan Tabel 4 menunjukkan bahwa penambahan tepung daun beluntas, vitamin C dan vitamin E tidak berbeda antar perlakuan terhadap bobot akhir. Berdasarkan sidik ragam, bobot badan itik alabio pada minggu ke 3 sampai minggu ke 5 dengan pemberian pakan campuran tepung daun beluntas dan vitamin C (KBC) nyata lebih rendah (P<0,05) daripada pakan kontrol, tetapi perbedaan ini tidak banyak berarti. Hasil tersebut berbeda dengan penelitian sebelumnya. Hasil penelitian Randa (2007) menunjukkan bahwa, penambahan kombinasi 250 mg/kg vitamin C dan 400 IU/kg vitamin E dalam pakan menghasilkan bobot akhir yang paling tinggi pada itik cihateup jantan dibandingkan dengan pakan kontrol, pakan dengan hanya penambahan 400 IU/kg vitamin E dan pakan dengan kombinasi 20.000 IU/kg vitamin A dan 400 IU/kg vitamin E. Pada penelitian Setiawan (2002) menunjukkan pemberian vitamin C sebanyak 750 ppm dengan cara dilarutkan dengan akuades dan
20
diberikan langsung melalui mulut menghasilkan pertambahan bobot badan ayam broiler yang berbeda sangat nyata (P<0,01) dibandingkan pakan kontrol. Penelitian Ichsan (1991), menunjukkan bahwa penambahan vitamin C 300 ppm menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik daripada kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan 0,5% tepung daun beluntas dan 250 mg/kg vitamin C tidak berdampak buruk bagi bobot badan itik.
Gambar 8. Grafik Rataan Bobot Badan Itik Alabio Selama Pemeliharaan Gambar 8 menunjukkan bahwa bobot badan itik alabio tiap perlakuan semakin meningkat tiap minggunya. Bobot badan itik Alabio dengan pemberian pakan KBC Pada minggu ke-3, 4 dan 5 nyata lebih rendah 33; 63,62; 55,55 gram daripada kontrol (K). Bobot badan itik alabio pada minggu ke-4 dengan pemberian pakan KBC juga nyata lebih rendah 43,32 gram daripada pakan KB. Bobot akhir itik alabio pada penelitian ini menunjukkan hasil yang tidak berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan daun beluntas kurang efektif dalam meningkatkan bobot badan. Penyebab kurang efektifnya daun beluntas dalam peningkatan bobot badan itik penelitian diduga karena adanya kandungan tanin. Menurut Widodo (2002), tanin memiliki kemampuan mengikat protein, sehingga dapat menurunkan daya cerna. Tanin tersebut menyebabkan penurunan daya cerna asam-asam amino yang seharusnya dimanfaatkan unggas untuk pertumbuhan dan perkembangan jaringan tubuh. Pemberian pakan yang mengandung tanin 0,33% tidak membahayakan bagi unggas, akan tetapi bila kadar tanin dalam pakan
21
mencapai 0,5% akan menggangu pertumbuhan. Hasil penelitian Rukmiasih et al. (2010), menyatakan bahwa kandungan tanin dalam beluntas kering sebesar 1,88%. Pada penelitian ini, berdasarkan besarnya kandungan tanin tersebut, maka dalam 1 kg pakan dengan taraf penambahan 0,5% tepung daun beluntas mengandung 0,01% tanin. Jumlah konsumsi pakan itik alabio yang mengandung antioksidan berkisar antara 6.515-6.605 gram/ekor selama pemeliharaan. Berdasarkan jumlah konsumsi pakan, taraf pemberian tepung daun beluntas dan kandungan tanin dalam beluntas, maka jumlah tanin yang dikonsumsi itik Alabio selama 9 minggu sebesar 660,5 mg. Hal ini memperlihatkan bahwa kecilnya jumlah tanin yang dikonsumsi oleh itik Alabio berdampak kecil pula terhadap bobot badan. Suplementasi 250 mg/kg vitamin C dan 400 IU/kg vitamin E tidak berpengaruh nyata terhadap bobot badan akhir itik alabio jantan yang diteliti. Hal ini disebabkan kandungan nutrisi pakan tiap perlakuan sama, isokalori-isoprotein. Pertambahan Bobot Badan Pertambahan bobot badan merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam usaha peternakan. Pertambahan bobot badan yang tinggi dihasilkan dari konsumsi pakan yang berkualitas baik. Data pertambahan bobot badan selama pemeliharaan disajikan pada Tabel 4. Respon pertumbuhan ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya kesehatan, pakan dan manajemen. Rataan pertambahan bobot badan selama pemeliharaan berkisar antara 1303,47-1345,75 g/ekor. Berdasarkan hasil sidik ragam, pemberian tapung daun beluntas, vitamin C dan vitamin E tidak berbeda nyata terhadap pertambahan bobot badan. Hal ini disebabkan kandungan beluntas dalam pakan hanya 0,5% sehingga tidak mempengaruhi palatabilitas pakan yang dapat mempengaruhi pertambahan bobot badan selama penelitian. Selain itu, bobot awal dan akhir tidak menunjukkan perbedaan yang nyata tiap perlakuan sehingga pertambahan bobot badan yang dihasilkan pun tidak berbeda. Hasil penelitian Wahyudin (2006), menunjukkan bahwa penambahan tepung daun beluntas sebanyak 1 dan 2% dalam pakan selama 6 minggu menghasilkan pertambahan bobot badan sebesar 746 dan 726 g/ekor (40 dan 60 gram lebih rendah dari pakan kontrol). Hasil penelitian Gunawan (2005) menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan itik lokal umur 1-10 minggu dengan menggunakan pakan 22
mengandung 0,5 dan 1% tepung daun beluntas sebesar 1354 dan 1342 g/ekor (51 dan 63,06 gram lebih rendah dari pakan kontrol). Pertambahan bobot badan itik alabio jantan yang mendapat pakan perlakuan KB dan KBE dengan penambahan 0,5% tepung daun beluntas pada penelitian ini lebih rendah 18,08 dan 24,48 gram dari pakan kontrol, bahkan dengan pakan perlakuan KBC pertambahan bobot badan itik 17,8 gram lebih tinggi pada kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa semakin sedikit persentase pemberian tepung daun beluntas dalam pakan, maka pertambahan bobot badan itik akan lebih baik. Selain itu, penambahan vitamin C dan E dalam pakan perlakuan memberikan respon terhadap pertambahan bobot badan itik Alabio yang diteliti. Konversi Pakan Konversi pakan diperoleh dari banyaknya pakan yang dikonsumsi dibagi pertambahan bobot badan yang dihasilkan. Tabel 2 menunjukkan bahwa konversi pakan itik alabio selama pemeliharaan berkisar antara 4,91-5,05. Berdasarkan data diatas, konversi pakan yang paling kecil adalah itik yang mengkonsumsi pakan kontrol, namun tidak berbeda nyata. Hal ini disebabkan konsumsi pakan itik yang menggunakan pakan kontrol paling sedikit dan menghasilkan pertambahan bobot badan yang paling tinggi. Pemberian tepung daun beluntas, vitamin C dan E tidak mempengaruhi konversi pakan. Gunawan (2005), melaporkan bahwa konversi pakan itik dengan menggunakan tepung daun beluntas pada taraf 1% pada itik lokal selama 10 minggu sebesar 4,17 atau 21,9% lebih besar dari kontrol. Hasil penelitian ini, konversi pakan itik menggunakan tepung daun beluntas dengan taraf 0,5% sebesar 5,05 atau 2,85% lebih besar dari kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa semakin kecil kandungan daun beluntas dalam pakan, maka konversi pakan semakin baik. Penambahan vitamin C dalam pakan yang mengandung 0,5% beluntas (KBC) menghasilkan konversi pakan 1,22% lebih tinggi dari kontrol, sedangkan penambahan vitamin E dalam pakan yang mengandung 0,5% beluntas (KBE) menghasilkan konversi pakan 1,63% lebih tinggi dari kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan vitamin C dan vitamin E mampu menutupi berkurangnya antioksidan asal beluntas sebesar 0,5% terhadap konversi pakan. Iskandar et al. (2001), melaporkan konversi pakan itik lokal jantan yang mendapat pakan dengan kandungan energi 2.500 kkal/kg dan protein 16% 23
adalah 5,54. Dalam penelitian ini kandungan energi dan protein yang digunakan adalah 2340 kkal/kg dan 16,20% menghasilkan konversi pakan antara 4,91-5,05. Hal ini menunjukkan bahwa konversi pakan pada penelitian ini lebih baik.
24