EFEK SUPLEMENTASI BETAIN DALAM PAKAN RENDAH METIONIN TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI ITIK MOJOSARI JANTAN Arlinisa Ulya Shabrina1, Eko Widodo2, M. Halim Natsir2 1)Mahasiswa Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang 2)Dosen Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang Jl. Veteran Malang 65145 Indonesia Email :
[email protected]
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan level betain terbaik terhadap penampilan produksi itik Mojosari jantan. Metode penelitian menggunakan metode percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 6 ulangan. Pakan yang digunakan meliputi jagung kuning, pollard, bungkil kedelai, minyak kelapa, tepung ikan lokal, premix, dan kapur. Masing-masing perlakuan dilakukan penambahan betain 0,1 %, 0,2 %, dan 0,3 %. P0: Pakan Basal tanpa penambahan betain, P1: Pakan Basal + 0.1 % betain, P2: Pakan Basal + 0.2 % betain, P3: Pakan Basal + 0.3 % betain. Variabel yang diamati berupa konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konversi pakan, dan Income Over Feed Cost (IOFC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, dan IOFC berbeda nyata (P<0,05) , pengaruh tidak berbeda nyata terhadap konversi pakan (P>0,05). Kata kunci: betain, pakan rendah metionin, penampilan, Mojosari jantan
EFFECTS OF BETAIN SUPPLEMENTATION IN LOW-METHIONINE FEED ON PRODUCTION PERFORMANCES OF MOJOSARI DRAKE Arlinisa Ulya Shabrina1, Eko Widodo2, M. Halim Natsir2 1)Student of Animal Nutrition Department, Animal Husbandry Faculty, University of Brawijaya, Malang. 2)Lecturer of Animal Nutrition Department, Animal Husbandry Faculty, University of Brawijaya, Malang Jl. Veteran Malang 65145 Indonesia Email :
[email protected] ABSTRACT The purpose of this research is to find the use of the level of betaine best against the appearance of the production of Mojosari drake. A method of research using a Random Design J. Nutrisi Ternak Vol. 1, No. 1 : 27-33
27
Experiments Complete ( RAL ) with 4 treatment and test 6. Feed used includes yellow corn , pollard , soybean bungkil , coconut oil , local fish flour , premix , and lime. Each treatment done the addition of betaine 0,1 % , 0,2 %, and 0,3 %. P0: feed basal without additional betaine , P1: feed basal + 0,1 % betaine , P2:feed basal + 0,2 % betaine , P3: feed basal + 0,3 % betaine. Variable observed in feed consumption , the number of body weight , the conversion of feed , and income over feed cost ( iofc ). The results of research shows that the influence of the treatment of feed consumption , the number of body weight , and did not significantly IOFC ( P<0,05 ) , the influence of real is no different to the conversion of feed ( P >0,05 ). Keywords: betain, low-methionine diet, performances, Mojosari drake PENDAHULUAN
Pertumbuhan itik ada hal yang perlu
Latar Belakang
diperhatikan, salah satunya adalah pakan.
Itik merupakan jenis unggas yang diternakkan
untuk
diambil
telur
dan
dagingnya. Seiring permintaan telur maupun daging itik yang cukup tinggi sebagai bahan untuk produk pangan bagi masyarakat, maka perlu diperhatikan pelestarian dan budidaya ternak itik yang lebih baik. Menurut Direktorat
Jenderal
Kesehatan
Hewan
Peternakan 2010-2014
dan (2011)
Pakan adalah segala sesuatu yang berupa bahan pakan organic maupun anorganik yang
Tahun 2010 hanya 2,8 juta, tahun 2011 menjadi 3 juta, tahun 2012 menjadi 3,18 juta, tahun 2013 meningkat menjadi 3,34 juta, dan terus meningkat menjadi 3,5 juta. Ternak itik merupakan komoditas unggas yang mempunyai fungsi cukup penting sebagai penghasil telur dan daging untuk
mendukung
ketersediaan
protein
dicerna
sebagian
maupun
seluruhnya (Anggorodi, 1994). Sebelum memberikan pakan pada ternak, harus memperhatikan kandungan nutrisi setiap bahan pakannya. Beberapa nutrisi tersebut mencangkup protein dan asam amino, vitamin, mineral, dan energi. Protein dan asam amino sangat
menyebutkan bahwa populasi itik dari tahun 2010-2014 terus mengalami peningkatan.
bisa
dibutuhkan oleh itik, mulai dari fase starter, grower, dan layer. Kekurangan protein dan asam amino bisa menyebabkan pertumbuhan itik
yang
tidak
maksimal
bahkan
menyebabkan kematian. Sementara fase layer, protein dan asam amino berperan dalam proses pembentukan telur, jika tidak terpenuhi protein dan asam aminonya, pada fase ini akan berkurang.
hewani yang murah dan mudah didapat. J. Nutrisi Ternak Vol. 1, No. 1 : 27-33
28
Kandungan amino
pada
protein
bahan
dan
pakan
asam
biasanya
MATERI DAN METODE Bibit
dijadikan sebagai penentu kualitas pakan.
Bibit
DOD diperoleh dengan
Selain itu untuk mendukung produksi itik
membeli di peternak itik Mojosari yang
Mojosari jantan agar meningkat sebagai
berada di Blitar dengan harga bekisar ± Rp
itik
diberikan
6.000;/ ekor. Penelitian ini membutuhkan
suplemen tambahan dalam pakannya yaitu
144 ekor itik dengan rata-rata bobot badan
metionin. Betain dapat digunakan untuk
awal umur 2 minggu sebesar 174,99 +
menghemat penggunaan metionin pada
2,76 dan koefisien keragaman sebesar 1,57
pakan ternak, sehingga menghemat biaya.
%.
pedaging
maka
harus
Donor gugus yang potensial antara lain betain, metionin, dan kolin. Metionin dan
kolin
Kandang
untuk
fungsi
dalam
tubuh,
kandang itik milik pak Samsul dengan luas
sedangkan betain hanya digunakan sebagai
1 m x 1,5 m x 50 cm /plot. Setiap kandang
donor gugus metil (Metzler-Zebeli et
diisi oleh 6 ekor itik jantan. Bahan
al.,2009; Ratriyanto et al.,2009). Betain
kandang terbuat dari kayu, serta atap
adalah asam amino tersier terbentuk dari
terbuat dari genteng dengan alas terbuat
oksidasi kolin (Kidd et al., 1997 and Wang
dari tanah, dindingnya terbuat dari kayu
et al., 2004). Fungsi betain sebagai donor
yang ditutupi plastik. Kandang dilengkapi
gugus metil menyebabkan betain terlibat
dengan tempat pakan dan minum.
fisiologis
digunakan penting
di
Penelitian
ini
menggunakan
pada metabolisme lemak dan protein di dalam
tubuh,
sehingga
memberikan
Pakan dan Vitamin
perspektif dalam menghasilkan karkas
Penelitian ini menggunakan bahan
dengan tingkat perlemakan yang rendah.
pakan lokal yang dicampur sendiri dengan
Betain berpotensi menurunkan deposisi
bantuan progam penyusunan pakan yang
lemak di dalam tubuh dan meningkatkan
meliputi jagung kuning, pollard, bungkil
sintesis protein, sehingga betain dikatakan
kedelai, minyak kelapa, tepung ikan local
sebagai
dan kapur.
substansi
yang
memodifikasi
karkas. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode percobaan menggunakan Rancangan Acak J. Nutrisi Ternak Vol. 1, No. 1 : 27-33
29
Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 6
Yij = μ + άi + ∑ij
ulangan, dimana setiap ulangan dari tiap
Dimana :
perlakuan menggunakan 6 itik Mojosari
Yij = Hasil pengamatan pada
jantan, sehingga total seluruhnya 144 ekor
perlakuan ke-i dan ulangan
itik Mojosari jantan.
ke-j
Tabel 4. Kandungan Zat Makanan Pakan
μ = Nilai rata-rata (mean) harapan
Kandungan nutrisi
άi = Pengaruh perlakuan ke-i
Berdasarkan perhitungan
Berdasrkan analisis Laboratorium 2684
Energi 3004 Metabolis (Kkal/kg) Protein Kasar 18,20 20,93 (%) Serat Kasar 3,91 3,87 (%) Lemak Kasar 7,22 6,18 (%) Abu (%) 11,98 Ca (%) 0,61 P (%) 0,35 Methionin (%) 0,2 Lysin (%) 0,66 Keterangan analisis laboratorium : Berdasarkan 100 % bahan kering *Equivalent dengan 2684 Kkal/kg Energi Metabolis dari perhitungan 70 % Gross Energy (3834,41 Kkal/kg)
∑ij = Pengaruh galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j i = 1, 2, 3, 4 j = 1,2,3,…,6 HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil penelitian pengaruh penambahan suplementasi betain dalam pakan
rendah
terhadap
penampilan produksi selama penelitian disajikan pada Tabel 8. Hasil
Perlakuan pakan yang akan diteliti
metionin
analisis
statistik
menunjukkan bahwa penggunaan betain
adalah :
dalam pakan sebesar 0,1 %, 0,2 %, dan
P0 : Pakan Basal tanpa penambahan betain
0,3% memberikan pengaruh yang tidak
P1 : Pakan Basal + 0.1 % betain
berbeda nyata (P>0,05) terhadap konversi
P2 : Pakan Basal + 0.2 % betain
pakan, tetap memberikan pengaruh yang
P3 : Pakan Basal + 0.3 % betain
berbeda nyata (P<0,05) terhadap konsumsi pakan (g/ekor), pertambahan bobot badan
Analisis Data Data hasil penelitian dicatat dan
(g/ekor), dan Income Over Feed Cost (Rp/ekor).
ditabulasi untuk dilakukan analisis ragam ANOVA dan Rancangan Acak Lengkap. Menurut Hanafiah (2000), model linier yang digunakan untuk Rancangan Acak Lengkap (RAL) adalah :
J. Nutrisi Ternak Vol. 1, No. 1 : 27-33
30
Tabel 8. Pengaruh perlakuan terhadap konsumsi pakan (g/ekor), pertambahan bobot badan (g/ekor), dan IOFC (Rp/ekor) Variabel Perlakuan P0 P1 P2 Konsumsi 4591,33 ±248,5b 4332,50 ±238,2a 4305,17±268,61a Pakan PBB 10765± 23,94a 1103,83± 41,04a 1151±36,27b Konversi 4,27±0,31 3,92±0,14 3,74±0,23 pakan IOFC 3168,35 ±1200,04a 4657,11±103,90b 5597,44±1360,07c
konversi pakan,
P3 4693,00± 223,95b 1207,5±82,71c 3,89±0,20 4180,47±1251,49b
Keterangan : Notasi superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05)
Pengaruh Perlakuan Terhadap
karena
Konsumsi Pakan
daripertambahan bobot badan dikurangi
cara
konversi
pakan
diperoleh
Konsumsi pakan dihitung dengan
dengan konsumsi pakan. Hasil penelitian
jumlah
menunjukkan bahwa pertambahan bobot
pakan
yang
diberikan
dikurangi dengan jumlah pakan yang tersisa.
Hermogenes
menyatakan
bahwa
et
al.
badan cenderung menurun.
(2011)
konsumsi
pakan
Hasil
analisis
menunjukkan
statistik
perlakuan
yang
memberikan
ditentukan dengan cara mengurangi antara
pengaruh yang berbeda nyata disebabkan
jumlah pakan saat pemberian dengan
oleh
pakan yang tersisa. Tabel 8 menunjukkan
palatabilitas
bahwa konsumsi pakan dari terendah
dikonsumsi oleh itik. Perlakuan dengan
sampai
P2
penambahan betain 0,1 %, 0,2 % dan 0,3%
(4305,17+ 268,61 g/ekor), P1 (4332,50 +
mampu meningkatkan nafsu makan itik.
238,38g/ekor), P0 (4591,33 + 248,53
Penelitian
g/ekor), dan P3 (4693,00 + 223,958
pemberian betain 0,08 % dan 12 % pada
g/ekor).
ayam pedaging oleh Scott et al., 1992 dan
tertinggi
Hasil
analisis
menunjukkan berpengaruh
berturut-turut
statistic
bahwa
terhadap
diantaranya pakan
sebelumnya
(1997)
penambahan
mengenai
menunjukkan
betain
yang
tidak
bahwa member
pengaruh terhadap konsumsi pakan Dalam
terhadap konsumsi pakan. P0 (pakan
vertebrata, betain digunakan oleh berbagai
kontrol) dan P3 dihitung menggunakan
jaringan sebagai osmolyte (Law dan Burg,
analisis statistik lebih tinggi dibandingkan
1991), karena sifat osmotiknya, betain
dengan
mungkin
dan
nyata
Wahju
faktor
(P<0,05)
P1
berbeda
perlakuan
beberapa
P2.
Meningkatnya
memiliki
potensi
untuk
konsumsi pakan dan menurunnya konversi
meningkatkan daya cerna nutrisi tertentu
pakan
(Eklund et al., 2006). Selain itu, betain
mungkin
disebabkan
oleh
menurunnya pertambahan bobot badan, J. Nutrisi Ternak Vol. 1, No. 1 : 27-33
terlibat
dalam
protein
dan
energy 31
metabolisme karena fungsinya sebagai
tertinggi adalah perlakuan P0 (1552,16
gugus donor metil (Eklund et al., 2005).
+24,55 g/ekor), P1(1580,67 + 59,31
Hal
mengakibatkan
g/ekor), P2(1643,00 + 47,51 g/ekor), dan
pengosongan lambung ternak lebih cepat
P3 (1683,67 + 69,91 g/ekor). Pengaruh
dan konsumsi pakan meningkat.
perlakuan terhadap pertambahan bobot
ini
mungkin
Suplementasi
betain
yang
badan
diketahui
lebih
lanjut
dengan
digunakan dalam penelitian ini diberikan
melakukan hasil analisis statistik pengaruh
dalam bentuk serbuk atau butiran-butiran
perlakuan terhadap pertambahan bobot
halus yang dimasukkan dalam pakan
badan. Hasil analisis statistik menunjukkan
campuran. Butiran-butiran halus betain
bahwa perlakuan memberikan pengaruh
memudahkan itik dalam mengkonsumsi
yang sangat berbeda nyata (P<0,01)
pakan.
terhadap pertambahan bobot badan.
Hal
ini
sependapat
dengan
pernyataan Sapoetra (2013) bahwa ukuran dan
kekerasan
mempengaruhi
dari
partikel
keseluruhan
pakan sensori
Hasil analisis yang menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata karena penambahan
danmempunyai dampak terhadap perilaku
betain yang diberikan. Sun, Yang, Yang,
konsumsi
halus
Wang, Jiang and Zhang (2008) dan
menyebabkan penggumpalan bahan seperti
Rafique, Pasha, Khalique dan Mahmud
pasta di paruhnya yang akan menambah
(2000) menunjukkan bahwa suplementas
konsumsi air dan sisa pakan pada tempat
betain untuk menggantikan 25% dari total
minum,
metionin
pakan.
hal
menyebabkan
ini
Partikel
mungkin
diet
tidak
meningkatkan
memberikan
pertumbuhan ayam pedaging. Penelitian
pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05)
Aisjah, Wiradimadja, dan Abun (2007)
terhadap konsumsi pakan. Partikel yang
menunjukkan
kasar
metionin sintetis sebanyak 0,08% dan
dan
pengaruh
yang
seragam
memberikan
0,12%
halus.
pertambahan berat badan yang lebih tinggi
Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Bobot Badan Dari hasil penelitian secara lengkap disajikan pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa secara berturut-turut pertambahan bobot badan mulai dari yang terendah sampai
pakan
suplementasi
performans lebih baik daripada partikel
daripada
pada
bahwa
suplementasi
mengakibatkan
metionin
pada
tingkat 0,00% dan 0,04%. Penambahan suplementasi sebesar 0,00 dan 0,04% mengakibatkan pakan yang menderita defisiensi metionin akan mengakibatkan ayam yang mengkonsumsi akan lebih rendah. Hal ini yang menyebabkan pakan
J. Nutrisi Ternak Vol. 1, No. 1 : 27-33
28
yang
mengandung
kebutuhan
metionin
menghasilkan
melebihi
pertambahan
akseptor yang dapat menangkap gugus metil dari betain. Dari hasil penelitian
berat badan yang lebih tinggi daripada
menunjukkan bahwa pertambahan bobot
pakan yang mengandung metionin kurang
badan
dari kebutuhan.
(1683,67 + 69,91) dikarenakan itik pada
Pertambahan
bobot
badan
tertinggi
pada
perlakuan
P3
perlakuan ini mengkonsumsi pakan paling
dipengaruhi oleh konsumsi pakan. Hal ini
tinggi, sehingga pertambahan bobot badan
sesuai dengan pendapat Zahra (1996) yang
juga tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
menyatakan
betain dapat menjadi methyl donor yang
pakan
bahwa
erat
tingkat
konsumsi
hubungannya
dengan
efektif
sebagai
pengganti
methionin.
pertumbuhan, semakin banyak pakan yang
Virtanen dan Rosi (1995) menyimpulkan
dikonsumsi semakin tinggi PBB yang
bahwa suplementasi betain dan metionin
dihasilkan. Pertambahan bobot badan juga
memiliki tingkatan yang sama dalam
dipengaruhi
pertumbuhan.
oleh
faktor
genetik
dan
Menurut
Jull
lingkungan. Faktor genetik yaitu berasal
menyatakan
dari induk, jika induk itik Mojosari
pertumbuhan merupakan faktor penting
mempunyai bobot badan yang tinggi maka
yang
bobot
dimana
badan
yang
dihasilkan
sama.
bahwa
(1982)
mempengaruhi semakin
kecepatan
konversi
rendah
pakan,
pertambahan
Sebaliknya jika bobot badan induk rendah
bobot badan mengakibatkan peningkatan
bobot badan yang dihasilkan juga rendah.
konversi pakan.
Faktor lingkungan seperti seekor ternak
Pertambahan bobot badan yang
tidak akan menunjukan penampilan yang
cepat dipengaruhi oleh konsumsi pakan,
baik
dan
apabila
tidak
dilindungi
oleh
konversi
pakan.
Semakin
baik
lingkungan yang baik dimana ternak hidup
konsumsi pakan yang dihasilkan maka
dipelihara.
semakin baik pertambahan bobot badan,
Penelitian Ratriyanto et al., (2009)
sebaliknya semakin buruk konsumsi pakan
menunjukkan bahwa rendahnya performan
yang dihasilkan maka semakin buruk juga
pertumbuhan pada pakan defisien metionin
bobot badan yang dimiliki. Konsumsi
yang disuplementasi betain diduga karena
pakan
jumlah akseptor gugus metil lebih sedikit
pertambahan bobot badan, semakin kecil
dibandingkan dengan banyaknya donor
konversi
gugus metil. Hal ini disebabkan betain
makasemakin
sebagai donor gugus metil memerlukan
sependapat dengan Anggorodi
mempunyai
pakan kecil
hubungan
yang PBB.
dengan
dihasilkan Hal
ini
(1995)
menunjukkan bahwa jumlah konsumsi J. Nutrisi Ternak Vol. 1, No. 1 : 27-33
29
pakan akan menentukan laju pertumbuhan
penelitian ini adalah P0 (2,94 + 0,14)
itik dengan konsumsi yang tinggi akan
pakan kontrol. Penelitian Afria (2013)
menghasilkan pertambahan bobot badan
menunjukkan
yang tinggi. Hal ini tidak sejalan dengan
dengan penambahan betain+metionin 0,14
Rafian (2003) menyatakan bahwa ternak
% yaitu (1,87 + 0,015) dan penambahan
yang
dengan
betain+metionin 0,07 % (1,83 + 0,015)
kandungan zat-zat makanan yang sama
tidak berbeda nyata, hal ini disebabkan
akan memperlihatkan pertambahan bobot
karena penggunaan pakan komersil yang
badan yang hampir sama pula.
cukup
mengkonsumsi
pakan
bahwa
mengandung
konversi
metionin
pakan
sebagai
pakan basal menyebabkan konsumsi pakan Pengaruh Perlakuan Terhadap
relatif sama karena kandungan energy
Konversi Pakan
dalam
Dari hasil penelitian secara lengkap
pakan
mempengaruhi
jumlah
konsumsi pakan.
disajikan pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa
Konversi pakan pada P0 dan P3
secara berturut-turut konversi pakan mulai
yang
dari yang terendah sampai tertinggi adalah
keseimbangan pakan yang dikonsumsi
perlakuan P2 (2,62 + 0,17), P1 (2,74 +
dengan pertambahan bobot badan. Hal ini
0,13), P3 (2,79 + 0,14), dan P0 (2,94 +
sependapat dengan Suprijatna (2005) yang
0,14).
menyatakan bahwa konversi pakan sebagai
Pengaruh
perlakuan
terhadap
masih
tinggi
disebabkan
oleh
konversi pakan diketahui lebih lanjut
tolak ukur untuk menilai seberapa banyak
dengan
pakan yang dikonsumsi itik menjadi
melakukan
analisis
statistic
pengaruh perlakuan terhadap konversi
jaringan tubuh, yang dinyatakan dengan
pakan.
besarnya bobot badan, ini adalah cara yang
Hasil
analisis
memberikan
pengaruh berbeda nyata (P>0,05) terhadap
masih dianggap terbaik. Semakin rendah
konversi pakan.
nilai konversi pakan maka ternak tersebut
Hasil
yang
semakin efisien dalam merubah pakan
nyata
menjadi jaringan tubuh. Faktor-faktor yang
dikarenakan konversi pakan dipengaruhi
mempengaruhi konversi pakan adalah
oleh
kandungan energi yang cukup, kecukupan
menunjukkan
analisis tidak
pertambahan
statistik berbeda
bobot
badan
dan
konsumsi pakan. Semakin kecil angka
zat
makanan
dalam
pakan,
perbandingan antara pertambahan bobot
lingkungan dan kondisi kesehatan.
suhu
badan dengan konsumsi pakan maka semakin baik tingkat konversi pakan. Nilai konversi
pakan
yang
terbaik
J. Nutrisi Ternak Vol. 1, No. 1 : 27-33
pada 30
Pengaruh Perlakuan Terhadap IOFC Dari hasil penelitian secara lengkap
sebesar Rp 4718/kg. Berdasarkan analisis statistik
yang
menunjukkan
bahwa
disajikan pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa
perlakuan P2 memiliki nilai Income Over
penggunaan
pakan
Feed Cost yang tertinggi, nilai Income
memberikan efek positif terhadap nilai
Over Feed Cost cenderung menurun mulai
Income Over Feed Cost. Nilai Income
dari perlakuan
P0 (3168,35 + 1200,04
Over Feed Cost cenderung meningkat
Rp/butir),
(4180,47
dengan
Secara
Rp/butir), P1 (4657,11 + 103,90 Rp/butir),
berturut-turut IOFC dimulai dari yang
dan P2 (5597,44 + 1360,07 Rp/butir). Hal
terendah sampai tertinggi adalah perlakuan
ini
P0 (3168,35 + 1200,04 Rp/butir), P3
bobot badan yang tinggi tidak selalu
(4180,47 + 1251,49 Rp/butir), P1 (4657,11
diikuti dengan nilai ekonomis yang tinggi
+ 103,90 Rp/butir), dan P2 (5597,44 +
pula.
betain
dalam
penambahan
betain.
P3
menunjukkan
1360,07 Rp/butir). Pengaruh perlakuan
bahwa
Penelitian
+
1251,49
pertambahan
Afria
(2013)
terhadap IOFC diketahui lebih lanjut
menunjukkan bahwa konsumsi pakan yang
dengan
relatif sama menyebabkan biaya yang
melakukan
analisis
statistic
pengaruh terhadap IOFC. Hasil menunjukkan
dikeluarkan untuk pembelian pakan juga
analisis bahwa
statistic
relatif sama, selain itu nilai efisiensi pakan
perlakuan
juga menentukan biaya pakan, semakin
memberikan perbedaan pengaruh berbeda
tinggi
nilai
efisiensi
pakan
semakin
nyata (P<0,05) terhadap nilai Income Over
menurunkan biaya pakan, sehingga dapat
Feed Cost. Hal ini disebabkan karena nilai
memperoleh keuntungan yang tinggi.
Income Over Feed Cost dipengaruhi oleh
Apabila harga daging itik per
konversi pakan, dimana hasil analisis
kilogram di pasaran tinggi maka juga akan
konsumsi pakan menunjukkan pengaruh
meningkatkan pendapatan hasil harga
yang berbeda nyata sehingga memberikan
pakan
pengaruh
berpengaruh terhadap meningkatnya nilai
yang
berbeda
nyata
juga
terhadap nilai Income Over Feed Cost. Hasil perhitungn nilai Income Over
yang
pada
akhirnya
akan
Income Over Feed Cost, begitu juga sebaliknya apabila harga daging di pasaran
Feed Cost pada lampiran menunjukkan
rendah
bahwa harga pakan perlakuan yang paling
penjualan daging juga akan menurun dan
mahal adalah pada perlakuan P3 yaitu
akan berpengaruh dengan menurunnya
sebesar Rp 4849/kg dan yang paling
nilai Income Over Feed Cost.
murah adalah pada perlakuan
maka
nilai
pendapatan
dari
P0 yaitu
J. Nutrisi Ternak Vol. 1, No. 1 : 27-33
31
Berdasarkan
hasil
perhitungan
Income Over Feed Cost tersebut maka
Production Performance. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang
dapat dilihat bahwa penggunaan betain 0,2 % memberikan nilai Income Over Feed Cost
tertinggi
dibandingkan
dengan
perlakuan lainnya.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penggunaan betain dalam pakan dapat
meningkatkan
konsumsi
pakan,
pertambahan bobot badan dan nilai IOFC, tetapi tidak dapat memperbaiki nilai konversi pakan. Penggunaan betain 0,2 % dalam
pakan
memberikan
hasil
penampilan produksi terbaik.
Saran Disarankan menggunakan betain 0,2 % dalam pakan itik Mojosari jantan rendah metionin dan perlu dilakukan penelitian menggunakan ternak unggas lain.
Anggorodi, H.R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. PT Gramedia. Jakarta. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2011. RencanaStrategis (Renstra) Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 20102014. Jakarta. Eklund, M., E. Bauer, J. Wamatu and R. Mosenthin. 2005. Potential nutritional and physiological functions of betaine in livestock. Nutr. Res. Rev. 18:31-48. Eklund, M., R. Mosenthin, M. Tafaj and J. Wamatu. 2006. Effects of betaine and condensed molasses soluble on nitrogen balance and nutrient digestibility in piglets fed diets deficient in methionine and low in compatible osmolytes. Arch. Anim. Nutr. 60:289-300. Hermogenes, M.P., D. O. Magpantai and R.Q. Paguia. 2011. Laying Performance Of Chicken (Gallus domesticus L.) Fed Diets Supplemented With Capsium Frutescens.
DAFTAR PUSTAKA Abun. 2005. Efek Ransum Mengandung Ampas Umbi Garut Produk Fermentasi oleh Kapang Aspergillus niger Terhadap Imbangan Efisiensi Protein dan Konversi Ransum pada Ayam Broiler. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan Universitas Afria, A. 2013. Effect Of Addition Of Choline Chloride In Feed On Quail (Coturnix coturnix japonica) J. Nutrisi Ternak Vol. 1, No. 1 : 27-33
Kidd, M.T., P.R. Ferket and J.D. Garlich. 1997. Nutritional and osmoregulatory functions of betaine. World’s Poultry Science Journal. 53:125-139. Law, R. O. and M. B. Burg. 1991. The role of organic osmolytes in the regulation of mammalian cell volume. In: Advances of Comparative and Environmental Physiology, Vol. 9. Volume and Osmolality Control in Animal Cells 32
(Ed. R. Gilles, E. K. Hoffmann and L. Bolis). Springer Verlag, New York. pp. 189-225. Metzler-Zebeli, B.U., M. Eklund and R. Mosenthin. 2009. Impact of osmoregulatory and methyl donor functions of betaine on intestinal health and performance in poultry. World’s Poultry Science Journal. 65: 419-441. Rafian, A. 2003. Penampilan Ayam Broiler Dan Komposisi Kimia Karkas Dengan Perlakuan Pembatasan Konsumsi Energi Pada Awal Fase Starter. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Rafique, M., T. N. Pasha, A. Khalique and A. Mahmud .2000. Biological availability of Betain for methionine sparing in Broiler Chickens. Int. J. Agri. Biol. 2(12):165-166. Ratriyanto, A., R. Mosenthin, E. Bauer and M. Eklund. 2009. Metabolic, osmoregulatory and nutritional functions of betaine in monogastric animals. Asian-Australasian Journal of Animal Sciences, 22: 161-1476.
Sun, H., W. R. Yang, Z. B. Yang, Y. Wang, S. Z. Jiang and G. G. Zhang. 2008. Effects of betaine supplementation to methionine deficient diet on growth performance and carcass characteristics o broilers. American J. Anim and Vet. Sci. 3(3):78-84. Tjitjah, A., R. Wiradimaja dan Abun. 2007. Suplementasi Metionin Dalam Ransum Berbasis Lokal Terhadap Imbangan Efisiensi Protein Pada Ayam Pedaging. Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran. Jatinangor Virtanen, E. I. and L. Rosi. 1995. Effect of betaine on methionine requirement of broiler under various environmental conditions. Proceedings Australian Poultry Science Symposium, University o Sydney. 88-98. Wang, Y.Z., Z.R. Xu and J. Feng. 2004. Study on the effect of betaine on meat quality and the mechanism in finishing pigs. Scientia Agric. Sinica, 33: 94-99. http://www.ceps.com.tw/ecjparticle View.aspx?atliid=139551&issueii1 0284&jnliid=1004. Zahra,
Sapoetra, I. K. 2003. Perbaikan Jumlah Konsumsi Dalam Pakan Ayam. Http://ProbiotikSnsro.Blogspot.com/PerbaikanJumlah-Konsumsi-Dalam-Pakan html. Diakses 2 Juni 2014.
T. 1996. Pengaruh Berbagai Tingkat Penggunaan Protein dan Kepadatan Kandang Terhadap Performans Ayam Ras Petelur Pada Fase Produksi. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Andalas. Padang.
Scott, M. L., M. Nesheim, and R. J. Young. 1992. Nutrition of The Chicken. Fifth Ed. Scott, M. L. And Associates. Ithaca. New York.
J. Nutrisi Ternak Vol. 1, No. 1 : 27-33
33