J.Tek.Ling
Edisi Khusus
Hal. 215 - 221
Jakarta, Juli 2006
ISSN 1441 – 318X
PERENCANAAN PENGEMBANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN BERBASIS PENGEMBANGAN SEKTOR UNGGULAN DI NUSA TENGGARA TIMUR Hendra Tjahjono Pusat Penerapan Teknologi Lingkungan Deputi Bidang TIEML – BPP Teknologi Abstract In supporting governmental policy in Human Resource Development (SDM) in Indonesia East Area (KTI), hence require to be seen until how far the availability institute education in yielding labour to handle pre-eminent sector, which have yielded big PDRB to pertinent provinsi area. This planning release worthwhile recommendation to development of existing labour and education. Expected, by recommendation yielded can be made as input by local government of Nusa Tenggara Timur in development of education which is attributed to a pre-eminent sector of the area. Keywords : SDM, Prasarana Pendidikan, Unggulan Daerah 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aset yang paling berharga bagi pemerintah pada umumnya dan bagi Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada khususnya. Oleh karena keberadaannya harus senantiasa diperhatikan dan dikembangkan sehingga kualitasnya tetap terpelihara dan ditingkatkan lagi dimasa mendatang. Hal ini sangat penting sebagai modal dasar untuk mengejar ketertingalan pembangunan daerah terhadap pembangunan daerah lain, khususnya daerah di Kawasan Barat Indonesia (KBI). Sebagaimana telah diketahui, bahwa saat ini terjadi kesenjangan yang cukup besar antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) dengan Kawasan Timur Indonesia (KTI), seperti dalam bidang penanaman investasi, pembangunan infrastruktur termasuk Pengembangan SDM lebih banyak dilakukan di KBI daripada di KTI. Kawasan Timur Indonesia memiliki area yang luasnya duapertiga Indonesia dengan populasi yang sangat minim tetapi tersedia sumberdaya alam yang melimpah. Eksploitasi sumberdaya alam tersebut disinyalir sering kurang memberdayakan tenaga kerja lokal.
Alasan klasik yang selalu dimunculkan berkaitan dengan spesifikasi keahlian dan etos kerja yang masih rendah. Di sisi lain lembaga pendidikan lokal seperti perguruan tinggi, sekolah kejuruan dan balai-balai latihan kerja setiap tahunnya telah menghasilkan ratusan bahkan ribuan calon tenaga kerja. Dengan perkataan lain telah terjadi ketidaksepadanan antara lulusan lembaga pendidikan dan pelatihan lokal dengan kebutuhan tenaga kerja. Ketidaksepadanan tersebut minimal diakibatkan oleh dua hal, yaitu:
Ketidaksepadanan antara spesifikasi keahlian karena bidang atau jurusan pendidikan yang ada tidak sesuai dengan kebutuhan pasar, atau
Jurusan yang dimaksudkan sudah ada, tetapi saat dibutuhkan keahlian seperti yang diharapkan dari jurusan tersebut ternyata tidak ada lulusan atau belum ada lulusan dari jurusan tersebut.
Tulisan ini hanya akan mencoba menjawab permasalahan yang pertama yaitu ketidaksepadanan bidang pendidikan dengan spesifikasi yang dibutuhkan oleh pasar dengan wilayahnya adalah NTT, karena daerah ini merupakan salah satu daerah prioritas pengembangan SDM oleh Pemerintah.
Perencanaan Pengembangan … J. Tek Ling. PTL-BPPT. Edisi Khusus 215-221
215
1.2. Gambaran Umum Wilayah NTT
Tamat SD
684.380
Wilayah Provinsi NTT mempunyai luas 47.349,9 km2 yang terdiri 14 Kabupaten, 1 Kota, 180 Kecamatan dan 567 Desa/kelurahan. Kondisi provinsi ini cocok untuk daerah peternakan dan di dominasi oleh penggunaan padang penggembalaan. Untuk PDRB, provinsi NTT sebesar Rp. 5,5 triliun. Bila dilihat dari sektor dominan di wilayah NTT maka ada empat sektor yang dominan, yaitu pertanian, perdagangan, restoran & Hotel, Jasa-jasa, dan bangunan.
Tamat SLTP/Sederajat
171.552
Tamat SMTA Umum
142.726
Dilihat dari aspek penduduk, jumlah penduduk di NTT pada tahun 2001 sebesar 3.888.735 jiwa dengan kepadatan penduduk di NTT yaitu 82 jiwa per kilometer persegi. Dari hasil SUSENAS 2002, jumlah penduduk NTT yang berusia 10 tahun ke atas sebesar 2.939.892 jiwa dimana 63,89 persen diantaranya merupakan angkatan kerja. Berikut tabel angkatan kerja menurut jenis kegiatan. Tabel 1.1. Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kegiatan Kegiatan
NTT
Angkatan Kerja (AK)
1.878.357
•
Bekerja
1.752.252
•
Mencari kerja
Bukan Angkatan Kerja • • •
Sekolah Mengurus Rumah Tangga Lainnya Jumlah
126.136 1.061.505 537.133 365.744 158.628 2.939.892
Sumber : Susenas 2001 (1) dan 2002(2)
Persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas pada tahun 2002 sebesar 78,32 persen diantaranya ber-pendidikan maksimal tamat SD, 21,68 persen sisanya berpendidikan tamat SLTP ke atas. Pada tahun yang sama 85,83 persen penduduk 10 tahun ke atas dapat membaca dan menulis, sedangkan 14,17 persen sisanya buta huruf. Tabel 1.2. Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Tingkat Pendidikan Kegiatan
NTT
Tidak /Blm Pernah Sekolah
231.211
Tidak/Belum Tamat SD
517.706
216
Tamat SMTA Kejuruan
69.168
Universitas
61.644 Jumlah
1.752.252
Sumber : Susenas 2002(2)
1.3. Tujuan Dan Sasaran Tujuan yang hendak dicapai adalah untuk melakukan perencanaan kesesuaian antara jurusan atau bidang pendidikan yang ada dengan sektor unggulan daerah. Sedangkan sasarannya adalah :
a. Teridenifikasinya jenis dan kapasitas bidang pendidikan yang ada di masing-masing daerah. Identifikasi jurusan bidang pendidikan di arahkan untuk jenjang pendidikan Perguruan Tinggi dan Sekolah Kejuruan baik lembaga pendidikan negeri maupun swasta. Setelah diperoleh data jenis dan kapasitas maka dihitung koefisien lokasi untuk masingmasing jurusan yang terkait dengan sektor unggulan.
b. Teridentifikasinya
sektor masing-masing daerah.
unggulan
di
Identifikasi sektor unggulan dilakukan dengan menggunakan dua indikator utama yaitu sumbangan PDRB dan penyerapan tenaga kerja. Dari kedua data tersebut akan dihitung koefisien lokasi dan produktifitas relatif masing-masing sektor.
c. Tersusunnya analisis perbandingan antara sektor unggulan dengan bidang pendidikan yang ada. Analisis perbandingan diarahkan untuk membuat perbandingan antara koefisien lokasi antara jurusan pendidikan dengan sektor unggulan.
d. Tersusunnya rekomendasi. Dari analisa ini diharapkan dapat disusun rekomendasi pengembangan jurusanjurusan yang sesuai dengan kebutuhan pasar.
Tjahjono, H. 2006
2. METODOLOGI Tabel 3.1. Banyaknya Sekolah, Guru dan Murid Menurut Tingkat Pendidikan Provinsi NTT 2001/2002
2.1. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data sekunder, oleh karena itu teknik pengumpulan data yang digunakan adalah perekaman datadata statistik dari instansi terkait. Data yang dikumpulkan adalah kondisi wilayah, jurusan dan daya tampung perguruan tinggi, data PDRB, dan penyerapan tenaga kerja masing-masing sektor. 2.2. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data pada prinsipnya merupakan upaya penyiapan data untuk dianalisis. Pengolahan tersebut meliputi pemasukan data ke komputer dan pengklasifikasian ulang. Analisis data yang dilakukan adalah dengan menggunakan teknik sebagai berikut (3,4) :
a. Koefisien Lokasi (Location Quetion). Koefisien lokasi (LQ) pada dasarnya digunakan untuk mengidentifikasi potensi relatif suatu komoditas terhadap wilayah lainnya. Koefisien lokasi ini juga sering disebut rasio dalam rasio.
b. Perhitungan Produktifitas Relatif. Perhitungan produktifitas relatif dihitung dengan perbandingan antara prosentase sektor tertentu terhadap total PDRB dan prosentase penyerap-an tenaga kerja dibanding-kan dengan total tenaga kerja. 3. HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN 3.1. Identifikasi Jenis dan Prasarana Pendidikan
Kapasitas
Tingkat Pendidikan
Sek
Guru
Rata-rata/ Sekolah
Murid
Guru
Sekolah Dasar
4.064 29.303
Murid
641.564
7
158
SMTP Umum
575
8.972
149.337
16
260
SMTA Umum
157
3.834
56.548
24
360
SMTA Kejuruan
53
1.578
20.125
30
380
a. STM
11
523
6.720
47
611
b. SMKK
4
84
1.077
21
269
c. SMEA
23
677
10.431
29
454
d. Lain-lain
15
294
1.897
20
126
Sumber : Diolah dari data Kanwil Depdikbud Provinsi NTT
Untuk perguruan tinggi di wilayah ini baik negeri maupun swasta, daya tampungnya belum memadai karena peminat lebih banyak dibanding daya tampung. Di NTT hanya ada satu perguruan tinggi negeri (PTN Nusa Cendana) dan 22 perguruan tinggi/institute/sekolah tinggi atau lainnya. Daya tampung Universitas Negeri Nusa Cendana berdasarkan pendaftaran UMPTN tahun 1999 untuk bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6.2. Daya Tampung Universitas Nusa Cendana Kelompok IPS di provinsi NTT NO
PROGRAM STUDI
Jumlah Mahasiswa
1.
Ilmu Hukum
90
2.
Ilmu Ekonomi Pembangunan
--
Untuk mempersiapkan SDM yang berkualitas di KTI, terutama di provinsi Nusa Tenggara Timur, yang memiliki sumber daya alam melimpah, harus dibentuk SDM yang sehat, kuat jasmani dan rohani, trampil dan memiliki keahlian yang sepadan dengan kebutuhan setempat, serta tentunya memiliki etos kerja yang tinggi. Untuk itu SDM di NTT harus memiliki syarat pendidikan formal yang memadai minimal tingkat sarjana (S.1).
3.
Ilmu Administrasi
38
4.
Sosiologi
30
5.
Ilmu Pemerintahan
--
6.
Manajemen
--
7.
Akuntasi
--
8.
Pendidikan Panca Sila dan Kewarganegaraan
15
9.
Pendidikan Sejarah
14
Prasarana dan sarana pendidikan harus dipersiapkan dengan memadai, terutama bidang pendidikan tinggi, atau pendidikan program strata I (tingkat sarjana). Tabel berikut dapat dilihat banyaknya sekolah, guru dan murid SD, SLTP dan SMU negeri/swasta.
10.
Pendidikan Geografi
11
11.
Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi
--
12.
Pendidikan Ekonomi
28
13.
Pendidikan Bahasa Inggris
33
Perencanaan Pengembangan … J. Tek Ling. PTL-BPPT. Edisi Khusus 215-221
217
NO
Jumlah Mahasiswa
PROGRAM STUDI
14.
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah
24
15.
Pendidikan Bahsa Jerman
--
16.
Ilmu Administrasi Niaga
44
17.
Antropologi Sosial
--
18.
Bimbingan dan Konseling
--
19.
Ilmu Kesejahteraan Sosial
--
20.
Teknik Perkapalan
--
21.
Teknik Sistem Perkapalan
--
22.
Agronomi
38
23.
Manajemen Hutan
--
24.
Produksi ternak
38
25.
Teknologi hasil Pertanian
--
26.
Ilmu Tanah
30
27.
Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan
30
28. Agrobisnis 29. Manajemen Perairan
Daya
--
30. Ilmu Kelautan
--
31. Teknik Industri
--
32. Teknik Mesin
--
33. Pendidikan Matematika
25
34. Pendidikan Biologi
20
35. Pendidikan Fisika
15
36. Pendidikan Kimia
15
37. Nutrisi dan Makanan Ternak
30
38. Penyuluhan Pertanian
38
39. Pendidikan Teknik Elektro
10
40. Pendidikan Teknik Mesin
15
41. Pendidikan Teknik bangunan
16
42. Budi Daya Hutan
--
43. Teknik Sipil
--
Berdasarkan hasil studi yang telah ada, teridentifikasi bahwa suatu sektor dapat dikatakan Sektor Unggulan apabila produk dari sektor tersebut dapat memenuhi beberapa kriteria : 1.
Produk dari sektor tersebut mempunyai tingkat permintaan pasar yang tinggi baik secara lokal, nasional, dan internasional. 2. Sektor tersebut dapat menjadi faktor penggerak perekonomian wilayah, dalam hal ini wilayah provinsi yang bersangkutan. 3. Sektor tersebut berperan dalam meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.
Sumber : Buku Petunjuk Pendaftaran UMPTN 1999(5)
Untuk menghindari persaingan yang tidak sehat sebagai mahasiswa, maka sudah sewajarnya daya tampung seluruh program studi tersebut pada tahun berikutnya dapat ditambah kapasitasnya, yaitu rata-rata 75 sampai maksimal 100 orang bagi masing-masing program studi.
218
Dalam perencanaan ini Sektor Unggulan pada skala provinsi, diidentifikasikan berdasarkan PDRB menurut lapangan usaha pada tahun 1999. Pendekatan ini dilakukan dengan asumsi bahwa sumbangan setiap sektor terhadap PDRB mencerminkan tingkat produktivitas sektor tersebut di dalam suatu provinsi. Sehingga semakin besar sumbangan suatu sektor usaha pada PDRB menunjukkan bahwa sektor tersebut berpotensi menjadi sektor unggulan. Seperti telah diuraikan terdahulu bahwa semakin besar sumbangan sektor tertentu terhadap PDRB suatu provinsi, maka sektor tersebut berpotensi menjadi sektor unggulan suatu provinsi, sehingga angkatan kerja yang ada perlu diarahkan pada sektor unggulan tersebut agar pencari kerja lokal dapat terserap. Dengan demikian upaya tersebut dapat mengurangi tingkat pengangguran, baik yang disebabkan oleh rendahnya kualitas angkatan kerja yang ada maupun adanya ketidaksesuaian antara kualifikasi pencari kerja dengan kesempatan kerja yang tersedia.
30 Sumber
3.2. Identifikasi Sektor Unggulan
Dalam kaitannya dengan upaya membangun kualitas SDM stempat, maka perlu diidentifikasikan sektor-sektor unggulan yang betul-betul berpotensi dapat meningkatkan pendapatan penduduk setempat yang secara umum indikator tersebut tercermin dari sumbangan sektor tertentu terhadap PDRB. Secara umum Provinsi Nusa Tenggara Timur mempunyai 3 sektor usaha utama yang merupakan penyumbang terbesar terhadap PDRB. Lapangan usaha tersebut adalah : 1. 2.
Sektor Pertanian, Sektor Perdagangan, Hotel,
Tjahjono, H. 2006
Restoran
dan
3.
Sektor Jasa.
Sedangkan untuk lapangan usaha keempat terbesar ditempati oleh sektor Bangunan. Tabel 3.1. PDRB Provinsi NTT Tahun 1999 Berdasarkan Harga Berlaku. No
Lapangan Usaha
PDRB (JutaRp)
%
2.465.27 8
44,05
85.835
1,53
105.367
1,88
40.891
0,73
1.
Pertanian
2.
Pertambangan/Penggalia n
3.
Industri Pengolahan
4.
Listrik, Gas, Air Bersih
5.
Bangunan
434.842
7,77
6.
Perdagangan, Rest. & Htl
983.921
17,58
7.
Pengangkutan dan Kom.
432.573
7,73
8.
Keuangan, Sewa Bangunan & Jasa Usaha
194.830
3,48
9.
Jasa-jasa
853.239
15,25
5.596.776
100
Total Rata-rata
Pertanian
2.
Pertambangan/Penggalian
3.
Industri Pengolahan
4.
Listrik, Gas dan Air bersih
5.
Bangunan
6.
Perdagangan, Restoran dan Hotel
7.
Pengangkutan dan Komunikasi
Jasa-jasa
9.104 167.814 1.689.199
(7)
Tabel 3.3. Sumbangan Sektor Usaha terhadap PDRB per Tenaga Kerja Selama seminggu tahun 1999 No
Lapangan Usaha
NTT 1.156.991 1.681
NTT
1.
Pertanian
2.13
2.
Pertambangan/Penggalian
3.
Industri Pengolahan
4.
Listrik, Gas dan Air bersih
5.
Bangunan
9.65
6.
Perdagangan, Restoran dan Hotel
9.42
7.
Pengangkutan dan Komunikasi
17.77
8.
Keuangan, Sewa bangunan & jasa Usaha
21.46
9.
Jasa-jasa
51.06 0.59 15.64
5.08
Total
Tabel 3.2. Penduduk Berumur 15 tahun yang Bekerja selama seminggu Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Provinsi NTT Tahun 1999
1.
9.
Sumber : Sakernas 1999
621.864
Disisi lain, lapangan usaha yang dominan belum tentu didukung oleh ketersediaan tenaga kerja yang memadai di sektor tersebut. Misalnya sektor Listrik, Gas dan Air bersih hanya didukung oleh sekitar 1.595 orang tenaga kerja. Jumlah ini relatif rendah bila dibandingkan dengan yang bekerja di sektor lain, seperti sektor Pertanian, Industri Pengolahan dan Perdagangan, dan Restoran & Hotel.
Lapangan Usaha
Keuangan, Sewa bangunan & jasa Usaha
Total
Sumber : Buku Statistik Indonesia, 2000(6)
No
8.
3.31 (8)
Sumber : Buku Statistik Indonesia 1999
Dari tabel di atas terlihat bahwa sektorsektor yang masih membutuh-kan tenaga kerja adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Sektor Pertambangan Sektor Keuangan dan Perbankan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor Bangunan Sektor Perdagangan, restoran dan Hotel Sektor Jasa
3.3. Analisis Kesesuaian Bidang Pendidikan dan Sektor Unggulan Pada Bagian ini akan dilakukan analisis keterkaitan antara ketersediaan lembaga pendidikan dengan sektor yang dominan berdasarkan data-data yang didapat.
178.200 1.595 45.043 104.434 24.337
Perhitungan telah memanfaatkan koefisien lokasi (Location Quetion), sebagaimana yang telah diuraikan di dalam bagian Metodologi, baik terhadap sektor maupun terhadap lembaga pendidikan yang mendukung pengolahan atau penanganan sektor-sektor, jenis lembaga pendidikan yang terkait dengan pengolahan sektor.
Perencanaan Pengembangan … J. Tek Ling. PTL-BPPT. Edisi Khusus 215-221
219
Nilai Location Quetion (LQ) ialah apabila hasil yang ditunjukkan nilainya adalah satu “1”. Jika dari hasil perhitungan terlihat angka LQ di kedua aspek dengan selisih yang tidak besar satu terhadap lainnya dapat diartikan sebagai terjadi “Kecocokan” (Match) antara permintaan (sektor) dengan persediaan (Pendidikan). Jika relatif nilai LQ pendidikan menunjukkan selisih yang relatif besar (0,40 – 1,0) maka diartikan terjadi “Kelebihan” (Over Supply) persediaan lembaga pendidikan. Dan jika angka LQ terhadap lembaga pendidikan tidak muncul, maka terdapat “Kekurangan” (Lack) ketersediaan lembaga pendidikan. Dari Tabel 3.4. mengenai hasil analisis LQ untuk Provinsi NTT terlihat bahwa terdapat empat kecocokan (Match) antara kebutuhan sektor dengan lembaga pendidikan mengenai jurusan-jurusan yang menangani sektor tersebut. Adapun keempat sektor tersebut adalah Bangunan, Pengangkutan dan Komunikasi; Keuangan-Sewa Bangunan & Jasa Usaha, serta Jasa-jasa. Dari keempat hal tersebut, ternyata penyediaan pendidikan bagi keperluan sektor jasa-jasa kesesuaiannya paling “Pas” dengan nilai LQ Sektor sebesar “0,66” dan nilai LQ pendidikan sebesar “0,67”. Hal ini berbeda dengan ketiga sektor lainnya yang nilai LQ pendidikan di bawah atau di atas LQ Sektor. Terhadap hal ini rekomendasikan agar dilakukan peningkatan pendidikan, terutama dalam kualitas. Sedangkan terhadap lima sektor lainnya, terlihat terdapat tiga yang tidak tersedia lembaga pendidikan yang memadai. Dalam hal ini perlu dilakukan penambahan bidang pendidikan. Sebaliknya terdapat dua sektor yang kelebihan penyediaan lembaga pendidikan, adalah sektor Pertanian dan Industri Pengolahan. Terhadap hal ini bisa dilakukan pengalihan tenaga kerja ke luar provinsi yang dapat mengurangi penganguran. Jika memperhatikan empat sektor unggulan, berdasarkan PDRB ter-besar, maka terhadap Sektor Pertanian terjadi kelebihan tenaga kerja, dan untuk mengatasinya dapat ditempuh kebijakan berupa penyaluran tenaga kerja keluar. Sedangkan terhadap tiga sektor unggulan lainnya, yaitu “Bangunan, Perdagangan-Restoran dan Hotel, dan Jasajasa” telah terjadi penyediaan tenaga kerja melalui pendidikan yang ada. Hanya saja kualitasnya perlu lebih ditingkatkan.
220
Tabel 3.4. Analisis Kesesuaian Bidang Pendidikan dan Sektor Unggulan Di Provinsi NTT Sektor
Location Hasil Analisis Quetion Sekto Pen- Kesim- Rekomenr didikan pulan dasi Pertanian 0,65 1,01 Over Pengiriman TK keluar Pertambang 1,51 -Lack Penambang an/Penggali an Bid. Pddk an Industri 0,82 1,16 Over Pengiriman Pengolahan TK keluar Listrik, Gas 0,49 -Lack Penambaha dan Air n Bid. Pddk bersih Bangunan 0,78 0,94 Match Peningkatan Kualitas Pddk Perdaganga 0,45 -Lack Penambaha n Restoran n Bid. Pddk dan Hotel Pengangkut 0,60 0,12 Match Peningkatan an dan Kualitas Komunikasi Pddk. Keuangan, 0,47 0,37 Match Peningkatan Sewa Kualitas bangunan & Pddk jasa Usaha Jasa-jasa 0,66 0,67 Match Peningkatan Kualitas Pddk
4. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 4.1. Kesimpulan Dengan melihat hasil analisis, maka dapat disimpulkan :
a. Terdapat empat sektor unggulan yang perlu diperhatikan pengembangan pendidikannya. Keempat sektor tersebut adalah sektor Pertanian, Bangunan, PerdaganganRestoran & Hotel, dan Jasa-jasa.
b. Terhadap keempat sektor ini perhitungan Location Quetion terhadap sektor maupun Pendidikan menghasilkan temuan berupa : untuk sektor pertanian terjadi kelebihan tenaga kerja, untuk sektor sisanya terlihat adanya ketersediaan pendidikan yang cocok.
4.2.
Rekomendasi
Perlu pendidikan
Tjahjono, H. 2006
dilakukan untuk
peningkatan kualitas sektor Bangunan,
Perdagangan-Restoran & Hotel, serta sektor Jasa. Peningkatan kualitas dapat diupayakan dengan perbaikan kurikulum ataupun proses pembelajaran. Sedangkan untuk sektor pertanian yang terjadi kelebihan tenaga kerja bisa dilakukan pemberdayaan untuk keperluan wilayah ini. DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim, Susenas 2001, Biro Pusat Statistik, Jakarta, 2001.
2. Anonim, Susenas 2002, Biro Pusat Statistik, Jakarta, 2002.
3. Warpani, Suwarjoko, Analisis Kota dan Daerah, ITB, Bandung, 1984.
4. Rondinelli, Denis A., Applied Methods of
5. 6. 7. 8.
Regional Analysis : The Spatial Dimmension of Development Policy, Westview Press Inc, Colorado, 1986. Anonim, Buku Petunjuk Pendaftaran UMPTN 1999, Departemen Pendidikan nasional, Jakarta, 1999. Anonim, Statistik Indonesia 2000, Biro Pusat Statistik, Jakarta, 2000. Anonim, Sakernas 1999, Biro Pusat Statistik, Jakarta, 2000. Anonim, Statistik Indonesia 1999, Biro Pusat Statistik, Jakarta, 1999.
Perencanaan Pengembangan … J. Tek Ling. PTL-BPPT. Edisi Khusus 215-221
221