PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG
MUTIARA SANI A34203015
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG
Skripsi sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
MUTIARA SANI A34203015
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN
MUTIARA SANI. Perencanaan Lanskap Wisata Sejarah dan Budaya Kompleks Candi Gedong Songo, Kabupaten Semarang. Dibimbing oleh NURHAYATI H.S. ARIFIN. Kompleks Candi Gedong Songo yang berlokasi di Kabupaten Semarang, merupakan salah satu karya arsitektur awal pada masa perkembangan agama Hindu, dibuktikan dengan ditemukannya arca-arca Hindu yang terletak di dalam candi. Kompleks Candi Gedong Songo memiliki nilai sejarah dan sumberdaya budaya yang dapat menjadi sumber pengetahuan dan dapat menumbuhkan apresiasi terhadap warisan budaya. Pada saat ini pengembangan kawasan obyek wisata Candi Gedong Songo kurang memanfaatkan sumberdaya budaya dan sejarah kawasan secara optimal, dan cenderung merupakan tempat tujuan wisata yang hanya bersifat rekreatif. Untuk memanfaatkan sumberdaya peninggalan sejarah secara optimal sebagai obyek wisata, perlu disusun suatu pengembangan wisata sejarah, termasuk di dalamnya yaitu perencanaan lanskapnya. Perencanaan lanskap Kompleks Candi Gedong Songo yang dilakukan dalam studi ini merupakan perencanaan yang dapat mengintegrasikan upaya untuk melindungi kawasan sebagai kawasan sejarah dengan upaya pengembangannya sebagai kawasan wisata, agar tetap saling mendukung. Metode yang digunakan dalam studi ini yaitu metode perencanaan kawasan menurut Gold (1980) dengan pendekatan sumberdaya lanskap sejarah dan budaya. Data yang diambil meliputi data aspek sejarah, aspek biofisik, aspek sosial, budaya dan ekonomi, aspek wisata, serta aspek pengelolaan lanskap Kompleks Candi Gedong Songo. Kemudian data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan spasial. Dari hasil analisis, dilakukan sintesis dengan menentukan konsep pengembangan kemudian dibuat suatu rencana lanskap. Berdasarkan pengelolaannya saat ini, pada Kompleks Candi Gedong Songo terdapat tiga jenis area yaitu area rekreasi (dikelola oleh Dinas Pariwisata dan Budaya), area candi (dikelola Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala), dan area hutan (milik Perum PERHUTANI). Sesuai dengan namanya Candi Gedong Songo yang berarti sembilan rumah dewa, di kawasan ini terdapat sembilan candi, tetapi hanya tujuh candi yang dapat dikunjungi; sedangkan dua candi yang lainnya masih dalam tahap penelitian. Permasalahan utama yang ditemukan adalah ancaman terhadap eksistensi candi akibat aktivitas wisata dan pengembangan fasilitas wisata yang tidak terkontrol, belum adanya fasilitas atau sarana interpretasi yang memadai, kondisi fisik lanskap yang rawan erosi atau longsor, serta masalah ekonomi masyarakat disekitar kompleks candi. Untuk melindungi kawasan benda cagar budaya, berdasarkan PP No. 10/1993 maka perlu dilakukan pemintakan atau zonasi ruang yang terdiri dari mintakat inti, mintakat penyangga, dan mintakat pengembangan. Sedangkan untuk pengembangan sebagai kawasan wisata, penerapan zonasi ruang dalam konsep wisata mencakup ruang obyek wisata utama, ruang transisi, ruang fasilitas pelayanan wisata, dan ruang penerima (welcome area). Kedua kepentingan tersebut perlu diintegrasikan sesuai dengan kondisi lanskap yang ada.
Dari hasil integerasi dua kepentingan, yaitu kepentingan pelestarian dan pengembangan wisata maka pembagian ruang yang diterapkan meliputi mintakat inti yang merupakan juga ruang obyek wisata utama, mintakat penyangga yang didalamnya terdapat ruang transisi dan obyek wisata pendukung, dan mintakat pengembangan yang didalamnya terdapat ruang fasilitas pelayanan dan ruang penerima, sedangkan untuk dua candi yang masih dalam tahap penelitian merupakan zona tertutup (restricted area) dan tidak dapat dikunjungi. Dengan zonasi tersebut diharapkan dapat dilakukan pengelolaan pelestarian atau perlindungan candi-candi Gedong Songo sebagai benda cagar budaya, dan pengendalian aktivitas wisata maupun pembangunan fasilitas wisata serta konservasi tanah dan air. Konsep dasar pengembangan lanskap wisata sejarah dan Budaya Kompleks Candi Gedong Songo yaitu menciptakan lanskap wisata sejarah dan budaya untuk mendukung interpretasi tatanan Candi Gedong Songo dan memberikan kenyamanan wisata secara optimal. Untuk mewujudkan konsep dasar tersebut dikembangkan konsep ruang wisata, konsep sirkulasi, konsep interpretasi, konsep fasilitas dan konsep tata hijau. Secara spasial, konsep tersebut diterjemahkan dalam rencana ruang, rencana sirkulasi, rencana interpretasi, rencana fasilitas dan rencana tata hijau. Ruang wisata yang direncanakan terdiri dari ruang obyek wisata utama, mintakat penyangga, ruang fasilitas pelayanan wisata dan ruang penerima (welcome area). Ruang obyek wisata utama (terletak pada mintakat inti) merupakan area candi yang dapat dikunjungi tetapi harus dilindungi secara ketat. Ruang obyek wisata utama meliputi kelompok Candi Gedong I sampai kelompok Candi Gedong VII. Mintakat penyangga berupa ruang terbuka hijau yang mengelilingi mintakat inti yang berfungsi sebagai pembatas atau pelindung mintakat inti, serta konservasi tanah dan air. Untuk aktivitas wisata pada mintakat penyangga terdapat ruang transisi, ruang obyek wisata pendukung dan ruang terbuka hijau. Ruang fasilitas pelayanan wisata (terletak pada mintakat pengembangan), pada ruang ini terdapat fasilitas untuk meningkatkan kenyamanan wisata. Ruang penerima (terletak pada mintakat pengembangan), merupakan ruang yang menyambut kedatangan wisatawan, dan menghubungkan jalur akses dengan kawasan wisata. Rencana sirkulasi berfungsi sebagai penghubung antar ruang wisata dan sebagai jalur interpretasi. Sirkulasi ini terdiri dari tiga rute sesuai jarak atau waktu tempuh dengan pola loop (memutar). Rencana interpretasi ditujukan untuk interpretasi tatanan Candi Gedong Songo, dan lanskapnya, serta kebudayaan setempat yang berkaitan dengan Candi Gedong Songo. Rencana fasilitas bertujuan untuk mendukung interpretasi dan apresiasi obyek sejarah dan budaya serta meningkatkan kenyamanan pengunjung. Rencana tata hijau disesuaikan dengan karakter kawasan, fungsi dan aktivitas pada ruang-ruang yang akan diterapkan. Fungsi tanaman yaitu sebagai penguat identitas, estetika, konservasi tanah dan air, pembatas, peneduh, penyerap polusi dan menambah kesejahteraan penduduk. Untuk menambah kesejahteraan penduduk sekitar, maka pada ruang penyangga ditanam tanaman produksi yaitu gandapura (Gaultheria fragrantissima). Sebagai produk akhir studi ini, komponen-komponen rencana tersebut di atas diintegrasikan dalam bentuk rencana lanskap (lanscape plan).
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL
: PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG
NAMA
: MUTIARA SANI
NRP
: A34203015
PROGRAM STUDI : ARSITEKTUR LANSKAP
Menyetujui, Dosen Pembimbing Skripsi
Dr. Ir. Nurhayati H.S. Arifin, MSc. NIP. 131 578 796
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus:
i
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 17 Februari 1986, sebagai anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Marjito dan Ibu Yuliani. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN Wonorejo II pada tahun 1997. Pada tahun 2000 penulis lulus dari SLTP N 1 Klepu, kemudian pada tahun 2003 penulis menyelesaikan pendidikan dari SMU N 1 Ungaran. Pada tahun 2003 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. Pada tahun 2004 – 2006 menjadi pengurus organisasi Lembaga Sruktural BEM-A LENSA sebagai bendahara. Pada tahun 2005 – 2006 menjadi pengurus organisasi Himaskap sebagai anggota divisi humas dan pada tahun 2006 – 2007 sebagai anggota divisi keprofesian. Pada tahun ajaran 2007 – 2008 dipercaya sebagai Asisten Dosen pada mata kuliah Pelestarian Lanskap Sejarah dan Budaya (semester ganjil) dan pada mata kuliah Teknik Penulisan Ilmiah (semester genap).
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis panjatkan pada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah mengajarkan dan mengajak umatnya ke jalan yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Judul studi ini adalah Perencanaan Lanskap Wisata Sejarah dan Budaya Kompleks Candi Gedong Songo, Kabupaten Semarang. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesarbesarnya kepada : 1.
Dr. Ir Nurhayati H.S. Arifin, MSc. sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh kesabaran.
2.
Dr. Ir. Aris Munandar, MS. sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan.
3.
Dr. Alinda F.M. Zain, MSc. dan Ir. Qodarian Pramukanto, MSi. sebagai dosen penguji skripsi yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis.
4.
Staf Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Provinsi Jawa Tengah; dan seluruh staf
UPTD Kompleks Candi Gedong Songo; Badan
Perencanaan Daerah Kabupaten Semarang; LINMAS kabupaten Semarang serta Dinas Pariwisata dan Kebudayaan atas bantuannya dalam pengambilan data. 5.
Bapak Sumarno dan Bapak Supeno atas bimbingan dan bantuannya dalam pengambilan data.
6.
Yang tersayang Bapak, Ibu, Kak Neng dan Mas Ik atas dukungan, semangat, doa, cinta dan materi yang telah diberikan kepada penulis. Begitu pula dengan keluarga besar Ali Sumarna atas doa dan dukungan yang telah diberikan.
iii
7.
Seluruh staf pengajar khususnya Departemen Arsitektur Lanskap yang telah memberikan ilmu serta bimbingan kepada mahasiswa Arsitektur Lanskap.
8.
Sahabatku
Indah,
Opeh,
Puji
terima
kasih
atas
keceriaan
dan
persahabatannya; Uci, Allin, Hendry, Sano, Rahmi, Shasa, Icut, Tari, Efita atas kerjasama dan saran-sarannya; dan keluarga besar LA ’40 yang tak bisa disebutkan satu demi satu, terima kasih atas segala semangat, keceriaan, bantuan dan masukannya. 9.
Keluarga Saung Ivon yang bersedia hidup bersamaku dan menerimaku apa adanya Reren, Bayu, Desi, Yuyun, Umah, Dewi, Yasmin, Ika, Eka, Susi, dan Indah terima kasih atas persahabatan dan bantuannya. Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu demi satu. Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca yang
memerlukan. Terima kasih.
Bogor, 18 Januari 2008
Penulis
iv
DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vii DAFTAR TABEL ......................................................................................... x BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1 1.2. Tujuan Studi ................................................................................. 2 1.3. Manfaat Studi ............................................................................... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Sejarah dan Budaya ....................................................... 4 2.2. Candi ............................................................................................. 5 2.3. Wisata Sejarah dan Budaya........................................................... 7 2.4. Perencanaan Lanskap Wisata Sejarah dan Budaya....................... 7 BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi............................................................... 10 3.2. Batasan Studi................................................................................. 11 3.3. Metode Studi ................................................................................ 11 3.3.1. Tahap Inventarisasi ............................................................. 11 3.3.2. Tahap Analisis ..................................................................... 11 3.3.3. Tahap Sintesis ..................................................................... 11 3.3.4. Tahap Penentuan Konsep .................................................... 14 3.3.5. Tahap Pembuatan Rencana Lanskap ................................... 14 BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1. Aspek Sejarah ............................................................................... 15 4.1.1. Sejarah Kompleks Candi Gedong Songo............................. 15 4.1.2. Makna dan Fungsi Kompleks Candi Gedong Songo .......... 16 4.1.3. Elemen Candi ...................................................................... 18 4.2. Aspek Fisik .................................................................................. 26 4.2.1. Letak Geografis dan Aksesibilitas ...................................... 26 4.2.2 .Topografi dan Jenis Tanah ................................................... 29 4.2.3. Hidrologi ............................................................................. 32 4.2.4. Iklim .................................................................................... 32
v
4.2.5. Vegetasi dan Satwa ............................................................. 35 4.2.6. Utilitas ................................................................................. 38 4.2.7. Kualitas Visual .................................................................... 39 4.3. Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya ............................................. 40 4.3.1. Keadaan Sosial, Ekonomi dan Pendidikan ......................... 42 4.3.2. Kepercayaan, Budaya dan Kesenian ................................... 43 4.4. Aspek Wisata ............................................................................... 45 4.4.1. Pengunjung .......................................................................... 45 4.4.2. Obyek Wisata dan Atraksi Wisata ...................................... 47 4.4.3. Fasilitas Pendukung Wisata ................................................ 54 4.5 Aspek Pengelolaan Lanskap ......................................................... 68 4.5.1. Pengelola Kompleks Candi Gedong Songo ........................ 68 4.5.2. Sumber Dana ....................................................................... 71 4.5.3. Rencana dan Kebijakan Pengembangan ............................. 72 BAB V KONSEP PENGEMBANGAN 5.1. Pengembangan Wisata ................................................................. 74 5.2. Kebutuhan Ruang Konservasi dan Wisata .................................. 77 5.2.1. Kebutuhan Ruang Konservasi ............................................ 77 5.2.2. Kebutuhan Ruang Wisata .................................................... 79 5.3. Upaya Pelestarian ......................................................................... 80 5.3.1. Upaya Pelestarian BCB ....................................................... 80 5.3.2. Upaya Pelestarian Lanskap Alami ...................................... 81 5.4. Konsep Pengembangan Lanskap .................................................. 83 5.5.1. Konsep Ruang Wisata ........................................................ 83 5.5.2. Konsep Sirkulasi ................................................................. 85 5.5.3. Konsep Interpretasi ............................................................. 86 5.5.4. Konsep Fasilitas .................................................................. 88 5.5.5. Konsep Tata Hijau .............................................................. 89 BAB VI PERENCANAAN LANSKAP 6.1. Rencana Ruang Wisata ............................................................. 90 6.2. Rencana Sirkulasi ...................................................................... 93 6.3. Rencana Interpretasi .................................................................. 96
vi
6.4. Rencana Fasilitas ....................................................................... 97 6.5. Rencana Tata Hijau ................................................................... 109 6.6. Rencana Lanskap ..................................................................... 113 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan ............................................................................... 115 7.2. Saran .......................................................................................... 116 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 117 LAMPIRAN ................................................................................................... 119
vii
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Peta Lokasi Studi ............................................................................ 10 2. Bagan Proses Perencanaan .............................................................. 12 3. Pembagian Tingkatan Candi ............................................................ 17 4. Candi Gedong I ............................................................................... 19 5. Yoni pada Candi Gedong I ............................................................... 20 6. Candi Gedong II .............................................................................. 20 7. Candi Gedong III ............................................................................ 21 8.
Dhurga Mahisasuramardhini ........................................................ 22
9. Agastya ............................................................................................ 22 10. Ganeca ............................................................................................ 22 11. Nandiswara dan Mahakala .............................................................. 22 12. Gajah Njerum .................................................................................. 22 13. Candi Gedong IV ............................................................................ 23 14. Candi Gedong V .............................................................................. 23 15. Pemandangan dari Candi Gedong V ............................................... 24 16. Candi Gedong VI ............................................................................ 24 17. Candi Gedong VII ........................................................................... 25 18. Candi Gedong VIII .......................................................................... 25 19. Candi Gedong IX ............................................................................ 26 20. Peta Akses Menuju Candi .............................................................. 28 21. Peta Topografi ................................................................................. 31 22. Grafik Suhu Udara Rata-Rata per Tahun ....................................... 33 23. Grafik Kelembaban Udara Rata-Rata per Tahun ............................ 34 24. Grafik Curah Hujan Rata-Rata per Tahun ...................................... 35 25. Peta Kualitas Visual ........................................................................ 41 26. Uap Belerang ................................................................................... 49 27. Mata Air Panas ................................................................................ 49 28. Pemandian Air Panas Belerang ....................................................... 50 29. Air Suci Kali Bening ....................................................................... 51
viii
30. Panggung Pagelaran Kesenian Daerah ............................................ 52 31. Panjat Tebing buatan ....................................................................... 53 32. Menara Pandang .............................................................................. 53 33. Area Parkir Bis Pariwisata .............................................................. 54 34. Area Parkir Mobil ........................................................................... 55 35. Area Parkir Kendaraan Roda Dua ................................................... 55 36. Pendopo ........................................................................................... 57 37. Aula dan Tempat Penyimpanan Gamelan ....................................... 58 38. Papan Informasi Pemugaran Candi Gedong Songo ........................ 59 39. Kondisi Jalan di dalam Kompleks ................................................... 60 40. Kios Makanan ................................................................................. 61 41. Kios-kios Liar di Sekitar Candi ...................................................... 62 42. Taman Bermain ............................................................................... 62 43. Area Perkemahan ............................................................................ 64 44. Peta Tapak Saat Ini .......................................................................... 66 45. Peta Analisis .................................................................................... 67 46. Pembagian Ruang Saat Ini .............................................................. 70 47. Kebutuhan Ruang Perlindungan BCB ............................................ 78 48. Kebutuhan Ruang Wisata ................................................................ 79 49. Konsep Ruang ................................................................................. 85 50. Konsep Sirkulasi Pola Loop ............................................................ 86 51. Tingkatan Keutamaan Kedewaan Candi Gedong Songo ................ 87 52. Tatanan Lanskap Candi Gedong Songo .......................................... 88 53. Rencana Ruang ............................................................................... 92 54. Rencana Jalur Wisata ..................................................................... 95 55. Ilustrasi Pintu Masuk ...................................................................... 97 56. Ilustrasi Papan Informasi ............................................................... 101 57. Ilustrasi Papan Interpretasi ............................................................ 101 58. Ilustrasi Museum dan Gedung Audio Visual ................................ 102 59. Ilustrasi Suasana Aula Gamelan .................................................... 103 60. Ilustrasi Pendopo ........................................................................... 103 61. Ilustrasi Suasana Kios Makan ....................................................... 104
ix
62. Ilustrasi Musholla ......................................................................... 105 63. Toilet atau Kamar Mandi ............................................................. 105 64. Ilustrasi Pemandian Air Panas dan Pancuran ................................ 106 65. Ilustrasi Menara Pandang .............................................................. 107 66. Rencana Lanskap .......................................................................... 113 67. Perbesaran Gambar ....................................................................... 114
x
DAFTAR TABEL Halaman 1. Data yang Dikumpulkan ..................................................................... 13 2. Vegetasi pada Kompleks Candi Gedong Songo ................................. 37 3. Jumlah Keluarga Menurut Status Pekerjaan ....................................... 42 4. Jumlah Keluarga Menurut Status Pendidikan ..................................... 43 5. Peningkatan Jumlah Pengunjung Dari Tahun 1999-2006 ................... 45 6. Jumlah Pengunjung Pada Tahun 2006 ................................................ 46 7. Ruang, Aktivitas, dan Fasilitas Saat Ini .............................................. 69 8. Fungsi Kawasan, Potensi, Kendala, dan Solusi .................................. 76 9. Matriks Hubungan Ruang Pelestarian dan Ruang Wisata .................. 84 10. Hubungan Antara Fungsi Tanaman dan Ruang .................................. 89 11. Rencana Fasilitas Bagi Pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo ........................................................ 98 12. Fungsi dan Alternatif Jenis Tanaman .................................................. 109
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1. Kuisioner Pendapat Pengunjung ................................................... 120
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan yang beragam, salah satu faktor pembentuk keragaman kebudayaan di Indonesia adalah adanya interaksi antara penduduk asli dengan pendatang yang masuk ke Indonesia, diantaranya yaitu kebudayaan India (Hindu-Budha). Aspek-aspek kebudayaan dari India kemudian berkembang serta menghasilkan bentuk-bentuk baru kebudayaan Indonesia kuno yang pada akhirnya pencapaian tersebut diakui sebagai hasil kreativitas penduduk Indonesia sendiri (Munandar, 2006). Kebudayaan yang berkembang tersebut kemudian diwujudkan dalam bentuk fisik terutama yang berhubungan dengan agama Hindu dan Buddha yaitu seni arca dan seni bangun. Bangunan yang didirikan yaitu bangunan-bangunan suci yang dibuat sesuai dengan ajaran agama Hindu atau Buddha sebagai bentuk dari pemujaan terhadap dewa dan dewi yang disebut candi. Pembangunan tempattempat suci ini merupakan suatu karya komunal atau masyarakat yang didedikasikan bagi kehidupan agama yang berkembang di wilayah tersebut. Dengan demikian tempat-tempat suci atau candi ini menunjukkan suatu bentuk kebudayaan masyarakat yang berkembang saat itu. Perkembangan arsitektural candi baik yang berlatar belakang agama Hindu maupun Buddha terus mengalami perkembangan dari akhir abad ke-7 sampai abad ke-10. Karya arsitektur awal candi yang masih dapat bertahan hingga saat ini dari masa perkembangan HinduBuddha di Jawa hanya beberapa bangunan, misalnya: Candi Gunung Wukir di Magelang, beberapa candi di dataran tinggi Dieng, candi-candi Gedong Songo di Ambarawa (Jawa Tengah), dan Candi Badut di Malang (Jawa Timur) (Munandar, 2006). Kompleks Candi Gedong Songo merupakan salah satu karya arsitektur awal pada masa perkembangan agama Hindu, dibuktikan dengan ditemukannya arca-arca Hindu yang terletak di dalam candi. Kompleks Candi Gedong Songo ini ditemukan pada tahun 1740 oleh Raffles, kemudian dilakukan pemugaran oleh Dinas Peninggalan sejarah dan purbakala secara bertahap dari tahun 1928-1931 dan tahun 1977-1983 dan menjadi salah satu obyek wisata di Kabupaten
2
Semarang. Kompleks Candi Gedong Songo memiliki nilai sejarah dan sumberdaya budaya yang dapat menjadi sumber
pengetahuan dan dapat
menumbuhkan apresiasi terhadap warisan budaya, sehingga perlu dijaga dan dilestarikan agar masyarakat memiliki apresiasi terhadap kebudayaan dan sejarah masa lampau serta dapat menjadi salah satu obyek wisata sejarah dan budaya yang bernilai ekonomi bagi warga setempat maupun pemerintah daerah. Pada saat ini pengembangan kawasan obyek wisata Candi Gedong Songo kurang memanfaatkan sumberdaya budaya dan sejarah kawasan secara optimal dan cenderung merupakan tempat tujuan wisata yang hanya bersifat rekreatif. Untuk memanfaatkan sumberdaya peninggalan sejarah secara optimal sebagai obyek wisata, perlu disusun suatu pengembangan wisata sejarah, termasuk di dalamnya yaitu perencanaan lanskapnya.
1.2. Tujuan Studi Tujuan studi ini adalah membuat perencanaan lanskap wisata sejarah dan budaya Kompleks Candi Gedong Songo, Kabupaten Semarang untuk mendukung interpretasi tatanan Candi Gedong Songo dan memberikan kenyamanan wisata secara optimal. Melalui perencanaan lanskap ini diharapkan selain dapat melindungi lanskap sejarah dan budaya Kompleks Candi Gedong Songo juga dapat mengoptimalkan aktivitas wisata sejarah dan budaya, sehingga dapat memberikan interpretasi yang dapat meningkatkan apresiasi sejarah dan budaya pada kompleks candi.
1.3. Manfaat Studi Perencanaan lanskap kawasan Candi Gedong Songo diharapkan bermanfaat sebagai: 1. Bahan masukan bagi Pengelola Kompleks Candi Gedong Songo yaitu Balai Peninggalan dan Pelesterian Purbakala Propinsi Jawa Tengah dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Pemda Kabupaten Semarang, serta dinas-dinas
yang
terkait
lainnya
pengembangan kawasan tersebut.
dalam
usaha
pelestarian
dan
3
2. Bahan masukan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya wilayah Desa Candi dan umumnya wilayah Kabupaten Semarang, melalui pengembangan wisata sejarah dan budaya di Kompleks Candi Gedong songo. 3. Memberikan informasi bagi pihak mana saja yang ingin mengetahui hasil penelitian tentang perencanaan lanskap sejarah dan budaya Kompleks Candi Gedong Songo.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Lanskap Sejarah dan Budaya Lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indra manusia. Semakin jelas harmonisasi dan kesatuan antara seluruh elemen-elemennya, makin kuat karakter lanskap tersebut (Simonds, 1983). Sedangkan Eckbo dalam Laurie (1985) mendefinisikan lanskap merupakan bagian dari kawasan lahan yang dibangun ataupun dibentuk oleh manusia, di luar bangunan jalan, utilitas dan sampai alam bebas yang dirancang terutama sebagai ruang tempat tinggal manusia. Menurut Harris dan Dines (1988) lanskap sejarah merupakan lanskap pada masa lalu yang terdiri dari bukti-bukti fisik atas kehadiran manusia di bumi, dimana
peninggalan-peninggalannya
dimasa
sekarang
menghadirkan
kesinambungan antara masa lalu dengan masa sekarang. Kemudian Goodchild (1990) menyatakan suatu lanskap dikatakan bernilai sejarah bila mengandung satu atau lebih alasan berikut: 1. Lanskap tersebut merupakan suatu contoh penting dan harus dihargai dari suatu tipe lanskap atau taman. 2. Mengandung bukti-bukti penting (baik tampak di atas permukaan tanah maupun yang tersembunyi di bawah tanah) yang menarik untuk dikaji dan dipelajari. 3. Terdapat kaitan dengan masyarakat dan peristiwa mas lalu yang penting. 4. Mengandung
nilai-nilai
yang
terkait
dengan
bangunan-bangunan
bersejarah, monumen-monumen atau tapak-tapak bersejarah lainnya. Kawasan bersejarah merupakan lokasi bagi peristiwa bersejarah yang penting dilestarikan untuk memberikan suatu makna bagi peristiwa terdahulu. lingkungan fisiknya, melalui penataan, dapat merupakan suatu yang membantu menghubungkan peristiwa masa lalu tersebut dengan bentukan atau karakter lanskap sekarang, serta menentukan masa depan lanskap bagi generasi yang akan datang (Nurisjah dan Pramukanto, 1995).
5
Menurut Tisler dalam Nurisjah dan Pramukanto (1995) mendefinisikan lanskap budaya sebagai suatu kawasan geografis yang menampilkan ekspresi lanskap alami oleh suatu pola kebudayaan tertentu. Lanskap ini memiliki hubungan erat dengan aktivitas manusia, performa budaya dan juga nilai dan tingkat estetika, termasuk kesejarahan yang dimiliki kelompok tersebut. Dinyatakan bahwa kebudayaan merupakan agen atau perantara dalam proses pembentukan lanskap tersebut, kawasan alami atau asli merupakan medium atau wadah pembentukannya, dan lanskap budaya merupakan hasil atau produknya yang dapat dilihat dan dinikmati keberadaannya baik secara fisik maupun psikis. Menurut Shlunger (2001) bahwa lanskap tidak diciptakan melainkan hasil dari aktivitas manusia pada lahan, memanipulasi lingkungan fisik disekitarnya bermukim. Lanskap tersebut merupakan mosaik yang merefleksikan sumber daya alam, budaya, habitat manusia dan interaksi diantaranya. Konservasi nilai budaya menurut Goodchild (1990) yaitu melindungi, memelihara, dan mendayakan sumberdaya kultural sehingga dapat tetap dipertahankan karakter budayanya dan tetap menjadi bagian positif dalam kehidupan budaya masa kini. Menurut Goodchild (1990) lanskap sejarah harus dikonservasi karena : 1. Merupakan bagian integral dan penting dari warisan budaya, berguna untuk menjelaskan/ menentukan keutuhan/ kondisi warisan. 2. Merupakan bukti fisik/ arkeologi dari aspek sejarah dan warisan budaya. 3. Memberikan kontribusi dalam kesinambungan perkembangan kebudayaa dan sebagai bahan edukatif untuk masyarakat umum. 4. Memberi kontribusi pada pengalaman yang ada. 5. Merupakan public amenity yang memiliki nilai sejarah. 6. Sebagai public ameniy yang mempunyai nilai ekonomi, jika diberdayakan untuk wisata.
2.2. Candi Antara abad ke-7 dan abad ke-15 dibangun ratusan bangunan suci yang disebut candi dan berbagai bangunan lainnya. Kata candi secara umum berasal dari kata candikagrha yang berarti tempat candika yaitu dewi kematian dan istri dari Dewa Siwa. Candi berkaitan dengan kematian, pembangunan candi bertujuan
6
untuk
mengagungkan
kematian
raja
atau
ratu.
Secara
harfiah
dapat
diinterpretasikan bahwa candi merupakan bangunan yang digunakan untuk tujuan upacara pemakaman atau bahkan sebuah makam (Miksic, 1999). Menurut Gericka dan Roorda Krom dalam Soekmono (2005), candi pada mulanya berarti suatu tanda peringatan dari batu, baik berupa tumpukan batu-batu belaka maupun berupa sebuah bangunan kecil, yang didirikan di atas tempat penanaman abu jenazah. Namun pada perkembangannya ditemukan adanya patung dewa. Dewa yang diwujudkan sebagai patung ini sekaligus melambangkan raja yang telah mencapai moksa (pencerahan/ bodhi). Sehingga candi memiliki dua fungsi yaitu sebagai bangunan pemakaman sekaligus sebagai kuil tempat pemujaan dewa. Maka pada candi terdapat penggabungan antara penyembahan dewa dan pemujaan roh nenek moyang telah dan menjadi kebudayaan bangsa Indonesia sebelum masuknya agama Hindu maupun Buddha (Soekmono, 2005). Pada awalnya bangunan suci dalam masyarakat Jawa Kuna (candi) tidak didirikan dalam bentuk lengkap, melainkan hanya berupa bangunan batur (soubasement) yang di permukaannya diletakkan objek-objek sakral (Lingga-Yoni dan arca-arca), jadi candi-candi bersifat terbuka dan arca utama kelihatan dari luar (Dumarcay, 1999 dalam Munandar, 2006). Objek sakral itu kemudian dinaungi oleh atap dari bahan yang mudah rusak, seperti ijuk, jalinan rumput ilalang kering, kayu dan bambu. Oleh karena itu bagian atap tidak dapat dijumpai lagi hingga sekarang. Pada sekitar awal abad ke-9 terjadi perombakan besar-besaran terhadap bangunan-bangunan suci demikian, dengan ditambahi dengan dinding, relungrelung, serta struktur atap yang terbuat dari bahan yang tahan lama (batu). Candi dibangun sebagai tempat suci untuk mengagungkan kematian raja yang dipercaya merupakan titisan dewa, dan dianggap sebagai dewa bumi yang mengatur rakyat untuk melindungi kosmik dibawah perintah dewata. Dalam kematian raja telah disatukan kembali dengan dewa pelindung dan menjadi abadi. ketika penobatan ruangan candi, patungnya menjadi objek untuk beribadah (Miksic, 1999). Salah satu fungsi utama dari candi adalah untuk melindungi patung dewa dari gangguan cuaca dan dari orang awam. Dewa dipercaya tidak tinggal dan menempati patung setiap saat. Para Dewa turun melalui panjatan doa dan secara
7
teratur menempatinya. Pada saat ini patung-patung tersebut dapat dilihat oleh orang awam tetapi yang diperbolehkan untuk masuk ruangan candi adalah pendeta-pendeta.
2.3. Wisata Sejarah dan Budaya Wisata
merupakan
kumpulan
aktivitas,
layanan,
industri
yang
menyediakan pengalaman dalam perjalanan/ travel yaitu transportasi, akomodasi, makanan-minuman, toko-toko, hiburan, fasilitas kegiatan dan layanan ramah lain yang tersedia bagi perorangan maupun kelompok yang melakukan perjalanan jauh dari tempat tinggalnya. Menurut Suwantoro (2004), definisi luas pariwisata adalah perjalanan ke suatu tempat lain, bersifat sementara, dilakukan dengan berbagai kepentingan antara lain ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain. Wisata sejarah adalah wisata ke kawasan dan atau bangunan-bangunan yang memiliki nilai sejarah dan nilai-nilai lain yang dianggap penting untuk dilindungi, dikembangkan untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dokumentasi dan kepariwisataan (Anonymous, 2001). Wisata budaya merupakan perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ke tempat lain atau luar negeri untuk mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka, cara hidup mereka, budaya dan seni mereka. Wisata budaya merupakan wisata yang daya tariknya bersumber dari obyek kebudayaan, seperti peninggalan sejarah/ purbakala, museum, atraksi kesenian, peristiwa khusus, obyek lain yang berkaitan dengan obyek wisata budaya. Sedangkan menurut Yoeti (1991) wisata budaya adalah jenis pariwisata dimana motivasi orang-orang untuk melakukan perjalanan dikarenakan adanya daya tarik seni budaya suatu tempat atau daerah.
2.4. Perencanaan Lanskap Wisata Sejarah dan Budaya Perencanaan tapak adalah suatu proses dimana analisis tapak dan persyaratan-persyaratan program untuk maksud kegunaan tapak dibahas bersama didalam proses sintesis yang kreatif. Elemen-elemen dan fasilitas-fasilitas ditempatkan pada tapak sesuai dengan keterkaitan fungsionalnya dan dalam suatu
8
cara yang benar-benar tanggap terhadap karakteristik-karakteristik tapak dan wilayahnya (Laurie, 1985). Selanjutnya Laurie (1985) menyatakan bahwa perencanaan tapak merupakan suatu proses menyediakan atau mengalokasikan kebutuhan manusia dan menghubungkan satu sama lain di dalam maupun di luar tapak. Kegiatan perencanaan ini diawali dengan pemahaman terhadap keadaan awal tapak, manusia sebagai pengguna tapak dengan aktivitasnya, aturan atau kebiasaan dan tujuan yang diinginkan. Perencanaan
memegang
peranan
penting
dalam
pengembangan
kepariwisataan. Tanpa perencanaan, dapat timbul masalah-masalah sosial budaya, terutama di daerah atau tempat dimana terdapat perbedaan tingkat sosialnya antara pendatang dan penduduk setempat (Yoeti, 1991). Menurut Gold (1980) perencanaan laskap dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan, antara lain: 1. Pendekatan sumberdaya, yaitu penentuan tipe-tipe serta alternatif aktivitas berdasarkan pertimbangan kondisi dan situasi sumberdaya. 2. Pendekatan aktivitas, yaitu penentuan tipe-tipe serta alternatif aktivitas berdasarkan seleksi terhadap aktivitas pada masa lalu untuk memberikan kemungkinan apa yang dapat disediakan pada masa yang akan datang. 3. Pendekatan
ekonomi
yaitu
penentuan
jumlah,
tipe
dan
lokasi
kemungkinan-kemungkinan aktivitas berdasarkan pertimbangan ekonomi. 4. Pendekatan
perilaku
yaitu
penentuan
kemungkinan-kemungkinan
aktivitas berdasarkan pertimbangan perilaku manusia. Dalam perencanaan lanskap tahap yang dilakukan setelah penetapan tapak/ lanskap yaitu inventarisasi, analisis, sintesis, pembuatan konsep, lalu perencanaan tapak. Inventarisasi merupakan tahap penumpulan data dan keadaan awal dari tapak melalui survei lapang, wawancara, pengamatan, dan lain-lain. Data yang dikumpulkan meliputi keadaan eksisting iklim, topografi, fisiografi dan hidrologi, tanah, vegetasi, survei kualitas visual dan lain-lain, data sosial seperti kebudayaan, pendidikan dan ekonomi. Analisis merupakan tahap untuk mengetahui masalah, kendala dan potensi yang dimiliki tapak dan kemungkinannya untuk dikembangkan. Pada tahap ini dibuat program pengembangan yang menyeluruh dengan menyusun tujuan, metode, daftar kebutuhan, deskripsi proyek dan hubungan antara komponen tersebut. Sintesis merupakan tahap pemecahan
9
masalah dan pemanfaatan potensi dari suatu tapak yang disesuaikan dengan tujuan perencanaan. setelah dilakukan pemecahan masalah dan pemanfaatan potensi akan diperoleh alternatif-alternatif perencanaan (Gold, 1980). Menurut Nurisjah dan Pramukanto (1995) perencanaan daerah kawasan bersejarah dan bangunan arsitektural harus dilakukan secara menyeluruh dengan mempertimbangkan bagian-bagian lain dari kota atau lokasi dimana obyek tersebut berada, dan juga permasalah fisik, ekonomi dan sosial dari daerah tersebut. Beberapa hal yang penting diperhatikan dalam perencanaan kawasan bersejarah, yaitu: 1. Mempelajari hubungan antara daerah besejarah ini dengan daerah dan lingkungan sekitarnya. 2. Memperhatikan
keharmonisan
antar
daerah
dengan
tapak
yang
direncanakan. 3. Menjadikan obyek menarik. 4. Merencanakan obyek sehingga menghasilkan suatu tapak yang dapat menampilkan masa lalunya. Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata budaya pada hakekatnya adalah usaha pemanfaatan seni budaya bangsa sebagai sasaran wisata. Daya tarik wisata budaya dapat berupa adat yang unik, tata cara kehidupan sosial yang khas, hasilhasil kerajinan tangan sampai pada cerita sejarah itu sendiri yang menarik bagi wisatawan dan juga merupakan sarana pengenalan budaya bangsa.
10
BAB III METODOLOGI
3.1. Tempat dan Waktu Studi Penelitian mengenai perencanaan lanskap ini dilakukan di kawasan bersejarah Komplek Candi Gedong Songo, Desa Candi, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Peta Desa Candi, Kabupaten Semarang sebagai lokasi penelitian dapat pada Gambar 1. Pengamatan kondisi tapak, pengumpulan data dan pengolahannya dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan Juni 2007. Peta Kabupaten Semarang
Peta Jawa Tengah
Kota Semarang
Kabupaten Demak
Kabupaten Temanggung
Keterangan : Kompleks Candi Gedong Songo
Kabupaten Magelang U
Desa Candi Jalan Arteri Jalan Lokal Gambar 1. Peta Lokasi Studi
11
3.2. Metode Studi Pada tahap awal digunakan metode penelusuran sejarah untuk mengetahui sejarah tapak dan kesatuan unit lanskap budaya. Untuk membuat perencanaan lanskap Candi Gedong Songo sebagai kawasan wisata sejarah dan budaya maka digunakan metode proses perencanaan menurut Gold (1980) dengan pendekatan potensi sumberdaya lanskap sejarah dan budaya. Proses perencanaan yang dilakukan melalui tahap inventarisasi, atau pengumpulan data, tahap analisis, tahap sintesis, tahap penentuan konsep dan tahap pembuatan rencana lanskap. Bagan proses perencanaan dapat dilihat pada Gambar 2.
3.2.1. Tahap Inventarisasi Inventarisasi yang dilakukan pada kawasan adalah mencari dan mengumpulkan data aspek sejarah, aspek biofisik, aspek sosial, budaya dan ekonomi, aspek wisata, serta aspek pengelolaan Kompleks Candi Gedong Songo. Pengumpulan data dilakukan dengan cara survei, studi pustaka dan wawancara. Jenis data yang dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel 1.
3.2.2. Tahap Analisis Analisis dilakukan terhadap data yang diperoleh dari tahap inventarisasi. Analisis yang dilakukan baik secara deskriptif maupun spasial ditujukan untuk mempelajari kondisi lanskap dan hubungan aspek-aspek yang dianalisis sehingga dapat diketahui petensi dan kendala atau masalah dalam pengembangan lanskap wisata.
3.2.3. Tahap Sintesis Sintesis merupakan kegiatan mencari alternatif untuk pemecahan masalah dan pengembangan potensi tapak. Hasil yang didapat berupa zonasi ruang yang berorientasi pada upaya konservasi benda cagar budaya (candi) dan lanskapnya serta pengembangan wisata sejarah dan budaya.
12
Tahapan Proses
PERSIAPAN
INVENTARISASI
SINTESIS
KONSEP
. Studi Pustaka
. Analisis aspek sejarah dan kesatuan
. Penentuan konsep dasar
. Orientasi Lapang
lanskap . Analisis fisik . Analisis aspek sosial dan budaya . Analisis pengelolaan/ pengembangan . Analisis aspek wisata
. Pengembangan konsep dasar
Jenis Aktivitas
. Survei/ observasi . Wawancara . Pemotretan . Penelusuran sejarah
Proposal penelitian Hasil
ANALISIS
. Pemecahan masalah & potensi tapak . Zonasi untuk konservasi & wisata . Pengembangan ruang berdasarkan fungsi
. Data aspek sejarah
. Hubungan ruang/ tapak
. Data aspek fisik/ biofisik . Data aspek sosial, ekonomi dan budaya . Data aspek wisata . Data aspek pengelolaan
sejarah & ruang sekitarnya . Potensi & kendala sebagai lanskap wisata . Kondisi tapak sejarah & budaya . Masalah pengelolaan
. Pengembangan wisata . Kebutuhan ruang konservasi dan wisata . Upaya peleatarian
Pengembangan konsep menjadi rencana lanskap
.Konsep Dasar .Konsep Ruang .Konsep Sirkulasi .Konsep Interpretasi .Konsep Fasilitas .Konsep Tata Hijau
Rencana Lanskap
12
Gambar 2. Bagan Proses Perencanaan
PERENCANAAN
13
Tabel 1. Data yang Dikumpulkan No
Jenis Data
1. 1.1
Aspek Sejarah Informasi sejarah mengenai Kompleks Candi Gedong Songo Elemen Candi
1.2
Bentuk Data
Tipe Data
Cara Pengambilan Data
Sumber Data
-Sejarah tapak dan elemen -Makna dan fungsi -Tata letak - jumlah, jenis, kondisi elemen
-Primer -Sekunder
-Studi pustaka -Survei -Wawancara
-BP3 -Dinas Pariwisata dan Kebudayaan -Tapak -UPTD
-Data geografis -Kondisi jaringan sirkulasi
-Primer -Sekunder
-Studi pustaka -Survei
-Kelurahan Desa Candi -Tapak
-Data topografi -Jenis tanah dan pemanfaatan Kualitas dan kondisi hidrologi
-Sekunder
-Studi pustaka -Survei
-BP3 -Tapak
-Primer
-Survei -Wawancara
-Suhu -Curah hujan -Kelembaban suhu Jenis vegetasi dan satwa
-Sekunder
-Studi pustaka -Survei
-BP3 -UPTD -Tapak -BMG -Tapak -Pustaka
-Primer
-Survei -Wawancara
2. 2.1
Aspek Biofisik Letak Geografis dan Aksesibilitas
2.2
Topografi dan Jenis Tanah
2.3
Hidrologi
2.4
Iklim
2.5
Vegetasi dan satwa
2.6
Utilitas
Jenis, kualitas dan kuantitas
- Primer
-Survei -Wawancara
2.7
Kualitas visual
Good dan bad views
- Primer
-Survei
3. 3.1
Aspek Sosial, Budaya dan Ekonomi Sosial, ekonomi , -Keadaan dan pendidikan penduduk dan masyarakat keadaan ekonomi -Keadaan Pendidikan -Interaksi penduduk dengan kawasan Kepercayaan, -Kepercayaan budaya, dan -Aktivitas budaya kesenian -Kesenian
-Primer -Sekunder
-Studi pustaka -Wawancara
-Kelurahan Desa Candi -Kepala Desa Candi -UPTD
-Primer -Sekunder
-Studi pustaka -Wawancara
-Kelurahan Desa Candi -Kepala Desa Candi -UPTD
3.2
-UPTD -BP3 -Tapak -Pustaka -UPTD -BP3 -Tapak -Tapak
14
Tabel 1. (Lanjutan) No
Jenis Data
4. Aspek Wisata 4.1 Pengunjung
4.2 Objek wisata dan Atraksi wisata
Bentuk Data
-Jumlah pengunjung -Kunjungan wisata -Aktivitas pengunjung -Jenis -Kondisi
4.3 Fasilitas pendukung
-Jenis, kualitas dan kuantitas fasilitas -Partisipasi masyarakat 5. Aspek Pengelolaan Lanskap 5.1 Pengelolaan -Pengelola lanskap -Sistem pengelolaan -Sumber dana -Rencana kebijakan
Tipe Data
Cara Pengambilan Data
Sumber Data
-Primer -Sekunder
-Studi pustaka -Wawancara -Survei
-BP3 -UPTD -Tapak
-Primer -Sekunder
-Studi pustaka -Wawancara -Survei -Studi pustaka -Wawancara -Survei
-BP3 -UPTD -Tapak -BP3 -UPTD -Tapak
-Studi pustaka -Wawancara -Survei
-BP3 -UPTD -Tapak - Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
-Primer -Sekunder
-Primer -Sekunder
3.2.4. Tahap Penentuan Konsep Dari hasil sintesis ditentukan suatu konsep dasar pengembangan lanskap yang mengacu pada prinsip pengembangan atau pemanfaatan sebagai lanskap wisata dengan tetap melindungi dan melestarikan benda cagar budaya dan karakter lanskapnya. Konsep dasar tersebut dijabarkan dalam bentuk konsep ruang, konsep sirkulasi, konsep interpretasi, konsep fasilitas, dan konsep tata hijau.
3.2.5. Perencanaan Dari tahap konsep diwujudkan dalam bentuk rencana tata ruang, rencana sirkulasi, rencana fasilitas dan rencana tata hijau. Komponen rencana-rencana tersebut diintegrasikan untuk menghasilkan rencana lanskap (landscape plan).
15
BAB IV DATA DAN ANALISIS
4.1. Aspek Sejarah 4.1.1. Sejarah Kompleks Candi Gedong Songo Kompleks Candi Gedong Songo merupakan salah satu bentuk percandian berlatar belakang agama Hindu yang berkembang pada akhir abad ke-7 di Jawa Tengah. Latar belakang Kompleks Candi Gedong Songo sebagai percandian agama Hindu dapat dilihat dari arca-arca dewa yang terdapat pada relung-relung candi, antara lain arca Ciwa Mahadewa, Ciwa Mahaguru, Ganeca, Dhurga mahisasuramardhini, Nandisswara dan Mahakala yang merupakan dewa-dewa yang terdapat dalam agama Hindu. Hingga saat ini belum diketahui pendiri dan kapan didirikan kompleks percandian ini karena belum ditemukannya prasasti atau data tertulis mengenai Kompleks Candi Gedong Songo. Namun berdasarkan bentuk arsitektur bangunannya terutama dilihat dari bentuk bingkai kaki candi, pendirian Kompleks Candi Gedong Songo diduga semasa dengan pembangunan Candi Dieng (Wonosobo-Banjarnegara) yaitu abad ke-8 pada pemerintahan Dinasti Sanjaya. Kompleks Candi Gedong Songo kemudian ditemukan kembali pada tahun 1740 oleh Raffles. Pada tahun 1804 Raffles memberi nama kompleks ini ”Gedong Pitoe” karena pada saat itu hanya ditemukan tujuh kelompok bangunan. Namun dengan ditemukan dua kelompok bangunan yang lainnya sehingga terdapat sembilan kelompok bangunan lainnya, kemudian disebut Gedong Songo. Gedong (Jawa) berarti rumah, Songo (Jawa) berarti sembilan, sehingga Gedong Songo berarti sembilan rumah atau dapat juga diartikan sebagai sembilan rumah dewa. Setelah ditemukannya kompleks percandian ini kemudian dipublikasikan oleh Van Braam pada tahun 1825. Pada tahun 1865 Friederich dan Hoepermans membuat tulisan mengenai Candi Gedong Songo dan dilanjutkan oleh Van Stein Callenfels pada tahun 1908. Kemudian Knebel melakukan inventarisasi bendabenda yang ada di kompleks tersebut pada tahun 1910-1911 dan diteliti kemudian dicatat kembali oleh Dinas Purbakala pada tahun 1916. Pada tahun 1928-1929 Cadi Gedong I dipugar oleh Dinas Purbakala dan Candi Gedong II dipugar pada
16
tahun 1930-1931. Sedangkan Candi Gedong III, IV, dan V dipugar pada tahun 1977-1983 oleh Proyek Pemugaran dan Pemeliharaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Tengah dengan biaya Pelita.
4.1.2. Makna dan Fungsi Kompleks Candi Gedong Songo Prasasti yang ditemukan di Jawa pada masa awal perkembangan agama Hindu menyebutkan bahwa candi dianggap sebagai gunung. Dalam kepercayaan Hindu-Buddha menganggap bahwa Gunung Meru adalah pusat dari alam semesta yang merupakan axis dunia dan merupakan tempat tinggal dari para dewa. Gunung Meru terdiri dari tingkatan surga yang paling rendah hingga yang tertinggi atau Triloka. Kosmik Gunung merupakan simbol dari jagad raya, candi dan detail arsitekturalnya merupakan bentuk dari simbol Gunung Meru dan alam semesta. Candi merupakan replika dari Gunung Meru yang merepresentasikan Triloka yaitu tiga lapisan dunia pembentuk jagad raya. Dasar candi melambangkan dunia yang tidak abadi yang disebut Bhurloka. Satu tingkat diatasnya yaitu badan candi melambangkan Bhuvarloka atau dunia tempat orangorang suci dan bagian yang dapat digunakan untuk berhubungan dengan para dewa, sebaliknya para dewa menerima penghormatan pada bagian ini. Pada tingkat yang paling tinggi yaitu atap candi melambangkan Svarloka yaitu dunia para dewa. Bentuk arsitektural dari candi didesain untuk menonjolkan makna dari candi sebagai replika dari Gunung Meru. Dasar dari candi didominasi oleh hiasan horisontal. Ukiran pada candi umumnya merupakan bentuk geometrik atau bentuk bunga. Berbeda dengan dasar candi, badan candi didekorasi sedemikian rupa untuk menciptakan atmosfer duniawi yang berbeda. Pembagian tingkatan candi dapat dilihat pada Gambar 3.
17
Svarloka (Dunia para Dewa)
Bhuvarloka (Dunia Orang Suci)
Bhurloka (Dunia yang tidak abadi)
Peripih
Gambar 3. Pembagian Tingkatan Candi (Miksic,1999)
Pada bagian dasar candi, terdapat sumuran candi tempat meletakkan abu jenazah keluarga kerajaan yang disebut peripih. Patung dewa diletakkan di dalam bilik diatas peripih sehingga tempat ini merupakan kediaman dewa untuk sementara. Pada saat pemugaran candi-candi Gedong Songo, tidak ditemukan adanya sumuran atau peripih tempat penyimpanan jenazah. Hal ini menunjukkan bahwa Kompleks Candi Gedong Songo hanya memiliki fungsi utama sebagai tempat suci pemujaan para dewa. Namun pada saat pemugaran di sekitar candi ditemukan adanya abu yang diduga sebagai abu jenazah, sehingga diduga selain memiliki fungsi utama sebagai tempat pemujaan para dewa Kompleks Candi Gedong Songo juga berfungsi sebagai tempat pemakaman (Grapala, 2003).
18
4.1.3. Elemen Candi Pemilihan lokasi pembangunan Kompleks Candi Gedong Songo memiliki kesamaan dengan konsep Mandala dalam agama Hindu. Secara universal Mandala melambangkan alam semesta dan Gunung Meru merupakan poros dari semua benda di alam semesta serta tempat meditasi para dewa yang dikelilingi tujuh cincin pegunungan yang konsentrik dan lautan (Miksic, 1999). Pemilihan pembangunan Kompleks Candi Gedong Songo menunjukkan adanya kesamaan dengan konsep Mandala yaitu candi-candi merupakan simbol dari Gunung Meru yang dikelilingi oleh pegunungan yaitu Gunung Ungaran, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merbabu dan Gunung Merapi serta perairan berupa Rawa Pening. Pembangunan kelompok candi diatur mengelilingi dua sumber mata air yaitu sumber mata air panas dan sumber mata air dingin. Sumber mata air ini berfungsi sebagai tempat penyucian diri sebelum mencapai tingkatan candi yang lebih tinggi. Candi dibangun dari lereng yang paling rendah yaitu candi yang memiliki tingkat kedewaan yang lebih rendah dan kelompok candi yang terkecil, ke lereng yang paling tinggi, yaitu candi yang memiliki tingkat kedewaan yang paling tinggi dan merupakan kelompok candi yang paling besar. Setiap kelompok candi ini dihubungkan oleh sirkulasi di dalam kawasan. Seluruh candi di Kompleks Candi Gedong Songo menghadap ke arah barat, sehingga ketika sembahyang akan menghadap ke arah timur yaitu ke arah matahari terbit. Dalam agama Hindu matahari terbit merupakan lambang kelahiran dan kelahiran merupakan lambang yang dituakan. Dari sembilan kelompok bangunan tersebut, lima kelompok bangunan yaitu Candi Gedong I, II, III, IV, dan V merupakan bangunan candi dan memiliki komponen pembentuk (batu) yang utuh atau mendekati utuh. Penamaan candi berdasarkan pada pemugaran yang dilakukan, Candi Gedong I sampai dengan Candi Gedong V merupakan kelompok candi yang dapat dipugar. Candi Gedong V merupakan candi yang yang paling tinggi dan paling besar, selain itu kelompok candi ini memiliki keutamaan kedewaan yang paling tinggi. Candi Gedong II saat ini merupakan candi utama yang paling baik kondisimya. Sedangkan empat kelompok bangunan yang lainnya hanya berupa pondasi dan reruntuhan
19
bangunan. Candi Gedong VIII terletak ± 300 m dari posisi kelompok Candi IV dan Candi Gedong IX terletak ± 300 m dari posisi kelompok Candi V. Namun pada kedua candi ini belum dilakukan penelitian lebih lanjut sehingga belum diketahui pembangunan kedua kelompok candi ini semasa dengan yang lainnya atau tidak. Kelompok Candi Gedong Songo masing-masing memiliki keistimewaan yaitu: 1. Kelompok I (Candi Gedong I) Kelompok ini terletak paling rendah diantara kelompok yang lain. Kelompok I hanya terdiri dari satu bangunan yang berdenah segi empat berukuran 6 x 6 m2. Pintu candi menghadap ke arah barat dan dihiasi oleh Kala Makara. Badan candi berbentuk bujur sangkar dengan satu penampil yang berfungsi sebagai pintu candi. Pada dinding candi tidak terdapat relung. Atap candi bertingkat-tingkat, tingkat pertama atap terdapat antefik-antefik dengan motif permata dan sebagian telah runtuh. Di dalam candi terdapat Yoni yang berbentuk persegi panjang yang menjadi salah satu keistimewaan candi karena pada umumnya Yoni berbentuk bujur sangkar. Pada dinding bagian dalam bilik candi terdapat relung-relung diduga sebagai tempat arca-arca dewa, namun sekarang relung-relung ini sudah tidak ada isinya. Di halaman terdapat beberapa arca yang telah rusak atau patah, beberapa arca yang dikenal identitasnya antara lain Ganeca, Durgamahisasuramdini dan Nandiswara. Candi Gedong I dapat dilihat pada Gambar 4. dan Yoni dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 4. Candi Gedong I
20
Gambar 5. Yoni pada Candi Gedong I
2. Kelompok II (Candi Gedong II) Kelompok ini terdiri atas dua kelompok bangunan, yaitu satu bangunan induk berhadapan dengan sebuah candi perwara yang telah runtuh. Kelompok ini terletak lebih tinggi dari candi I. Pada dinding candi sisi luar terdapat relungrelung berbentuk kurung kurawal dihiasi Kala Makara dan bunga-bungaan. Atap candi bertingkat dan dilengkapi dengan menara-menara sudut. Di tengah bingkai mahkota di setiap sisi terdapat relung-relung kecil pada antefik dengan hiasan sosok tubuh seorang wanita yang sedang duduk. Di tingkat atap selanjutnya terdapat pula relung kecil pada antefik dengan sosok tubuh laki-laki, sedangkan pada tingkat paling atas terdapat antefik-antefik tanpa ornamen. Candi Gedong II dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Candi Gedong II
21
3. Kelompok III (Candi Gedong III) Kelompok ini terletak di bukit yang lebih tinggi dibandingkan kelompok I dan II. Kelompok candi ini terdiri dari tiga buah bangunan yaitu sebuah candi induk yang menghadap ke barat, sebuah candi apit yang terletak di sebelah kanannya dan sebuah candi perwara yang menghadap ke arah candi induknya (Gambar 7). Kelompok candi III ini memiliki keistimewaan yaitu seluruh relungrelung masih terdapat arca-arca di dalamnya. Relung dinding candi sisi utara berisi arca Dhurga Mahisasuramardhini (Gambar 8), relung selatan berisi arca Agastya (Gambar 9) dan relung timur berisi arca Ganeca (Gambar 10). Pada dinding sebelah kiri-kanan pintu masuk juga terdapat relung yang berisi arca Nandiswara dan Mahakala (Gambar 11). Bilik utama candi saat ini sudah kosong, kemungkinan dahulu berisi arca Ciwa Mahadewa atau dalam bentuk Lingga-Yoni. Bagian atap candi bertingkat dan mempunyai hiasan konstruktif berupa menaramenara sudut dan antefiks seperti pada kelompok II, hanya saja hiasan antefiks pada candi kelompok III ini tidak terdapat pahatan relief tokoh makhluk khayangan. Selain itu pada Candi Gedong III ini terdapat arca Gajah Njerum (jongkok) yang memiliki ukuran 25 cm (Gambar 12) yang terletak pada kaki candi apit sebelah selatan.
Gambar 7. Candi Gedong III
22
Gambar 8. Dhurga Mahisasuramardhini
Gambar 9. Agastya
Gambar 11. Nandiswara dan Mahakala
Gambar 10. Ganeca
Gambar 12. Gajah Njerum
4. Kelompok IV (Candi Gedong IV) Kelompok Candi IV hanya tinggal sebuah candi induk yang menghadap ke arah barat. Di sebelah kanan dan kiri pintu masuk candi terdapat relung-relung yang merupakan tempat arca Mahakala dan Nandiswara. Pada dinding luar candi terdapat relung-relung yang pada saat ini sudah tidak ada arcanya. Dahulu bilik tengah Candi ini berisi arca Mahadewa, relung sebelah timur arca Ganeca, relung sebelah selatan arca Mahaguru dan relung sebelah utara terdapat arca Durgamahisasuramardhini. Candi Gedong IV dapat dilihat pada Gambar 13.
23
Gambar 13. Candi Gedong IV
5. Kelompok V (Candi Gedong V) Kelompok candi V merupakan kelompok candi yang terletak paling tinggi diantara yang lainnya (Gambar 14). Dari candi ini dapat dilihat keseluruhan kompleks Candi Gedong Songo. Di kelompok ini diperkirakan dahulu terdapat banyak bangunan dan sekarang tinggal sebuah bangunan induk saja. Candi induk kelompok V ini mempunyai keunikan yaitu pada bagian dalam kaki candi diisi dengan tanah (pada candi-candi yang lain bagian dalam kaki candi diisi dengan batu). Kemungkinan hal ini dimaksudkan untuk menghemat batu-batu komponen bangunan. Beberapa arca yang lepas saat ini sudah diamankan kemungkinan berasal dari candi kelompok V. Dari kelompok candi V dapat menikmati pemandangan secara menyeluruh dan dapat melihat gunung-gunung lain di sekitarnya (Gambar 15).
Gambar 14. Candi Gedong V
24
Gambar 15. Pemandangan dari Candi Gedong V
6. Kelompok VI dan Kelompok VII Kelompok VI dan VII merupakan kelompok reruntuhan saja yang sudah dibina dengan ditata sedemikian rupa dalam rangka pengamanan dan pelestarian (Gambar 16 dan 17).
Gambar 16. Candi Gedong VI
25
Gambar 17. Candi Gedong VII
7. Kelompok VIII dan Kelompok IX Kelompok candi VIII (Gambar 18) terletak ± 300 m dari kelompok candi IV sedangkan kelompok candi IX (Gambar 19) terletak ± 300 m dari kelompok candi V. Kedua kelompok candi ini belum diketahui pembangunannya semasa atau tidak dengan kelompok candi yang lainnya.
Gambar 18. Candi Gedong VIII
26
Gambar 19. Candi Gedong IX
Saat ini ketertarikan pengunjung terhadap obyek terutama disebabkan karena daya tarik fisik bangunan Kompleks Candi Gedong Songo dan keindahan alamnya. Aktivitas pengunjung pada umumnya melihat candi dari dekat dan melihat arca-arca yang masih ada, duduk-duduk, makan dan minum, menikmati pemandangan sekitar candi serta ritual khusus (semedi) yang dilakukan untuk tujuan tertentu. Pada setiap kelompok candi tidak terdapat media interpretasi sehingga pengunjung tidak mendapatkan informasi mengenai candi secara memadai. Bagi yang memiliki minat khusus biasanya berusaha mendapatkan informasi lebih di UPTD.
4.2. Aspek Fisik 4.2.1. Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara administratif Kompleks Candi Gedong Songo termasuk ke dalam Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang. Lokasinya terletak di Dusun Ndarum, dan termasuk ke dalam wilayah kelurahan Desa Candi yang berbatasan dengan Gunung Ungaran pada sebelah utara, pada sebelah selatan berbatasan dengan Desa Banyukuning dan Desa Jambu, dengan Desa Lanjan dan Desa Jubelan untuk sebelah barat, dan pada sebelah timur berbatasan dengan Desa Kenteng. Secara geografis lokasi Kecamatan Ambarawa terletak pada 110º 19’42” - 110º 26’ 00” BT dan 7º 17’ 30”- 7º 17’ 35” LS (Data Monografi tahun, 2000). Kompleks Candi Gedong Songo dapat ditempuh melalui Ungaran, Ambarawa, dan Semarang. Jika dari Ambarawa Kompleks Candi Gedong Songo
27
dapat ditempuh dengan jarak 12 km, dari Ungaran 24 km dan dari Semarang 29 km. Pada tahun 2002, Kompleks Candi Gedong Songo merupakan salah satu obyek wisata yang termasuk dalam rencana pengembangan kepariwisataan Kabupaten Semarang. Dalam rencana dilakukan pengembangan dan peningkatan jalur jalan yang terdapat di Kompleks Candi Gedong Songo upaya tersebut termasuk dalam pengembangan gerbang-gerbang Kompleks Candi Gedong Songo antara lain Gerbang Ambarawa-Bandungan, Ambarawa-Jimbaran, BawenJimbaran, Kendal - Bandungan dan Ungaran - Bandungan (BAPPEDA, 2002). Peta akses menuju Candi Gedong Songo dapat dilihat pada Gambar 20. Dari Ungaran, Kompleks Candi Gedong Songo dapat dijangkau dengan menggunakan bis umum jurusan Semarang-Sumowono lalu dilanjutkan dengan menggunakan kendaraan roda dua atau ojek. Jika dari Ambarawa dapat dijangkau dengan meggunakan angkutan umum jurusan Ambarawa-Bandungan, diteruskan dengan angkutan umum jurusan Bandungan-Sumowono lalu dilanjutkan dengan menggunakan kendaraan roda dua atau ojek. Kompleks Candi Gedong Songo berlokasi di lereng Gunung Ungaran sehingga jalan yang ditempuh cukup terjal karena kondisi topografinya. Hal ini terkadang menyebabkan para pengendara harus berhenti di tengah jalan dan meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki. Untuk bis-bis pariwisata disediakan parkir tersendiri karena tidak dapat memasuki gerbang utama Kompleks Candi Gedong Songo, dari tempat parkir tersebut wisatawan dapat melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki sejauh ± 500 m. Untuk masuk ke gerbang utama Kompleks Candi Gedong Songo tidak ada angkutan umum kecuali kendaraan roda dua (ojek), untuk itu pengunjung harus membayar sebesar Rp 7000,- sampai Rp 9000,-. Sehingga pada umumnya wisatawan menggunakan kendaraan pribadi baik roda dua maupun roda empat. Pada kompleks disediakan tempat parkir kendaraan roda empat dan roda dua.
LEGENDA Komplek Candi Gedong Songo Desa Candi
DESA GEBUGAN KECAMATAN BERGAS
KECAMATAN BAWEN
DESA MUNDING
KE UNGARAN
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
KECAMATAN AMBARAWA DESA PAKOPEN
JUDUL SKRIPSI :
GEDONG SONGO
PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KAWASAN CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG
DESA SIDOMUKTI
KE KENDAL
DESA KENTENG
DIRENCANAKAN dan DIGAMBAR OLEH :
DARUM DESA BANDUNGAN
MUTIARA SANI
DESA DUREN
A34203015
DESA PONCORUSO JUDUL GAMBAR :
DESA CANDI
PETA AKSES MENUJU CANDI
DOSEN PEMBIMBING :
KE TEMANGGUNG
Dr.Ir.NURHAYATI H.S.ARIFIN, MSc
SUMBER GAMBAR :
DESA JETIS
BAPPEDA
NOMOR GAMBAR :
KE AMBARAWA
U
20
Gambar 20. Peta Akses Menuju Candi Gedong Songo
28
TANPA SKALA
29
4.2.2. Topografi dan Jenis Tanah Kompleks Candi Gedong Songo terletak pada ketinggian ± 1170 - 1320 m dpl dan berlokasi di lereng Gunung Ungaran. Menurut data yang diperoleh dari Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Semarang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) (BAPPEDA, 2002), kawasan ini memiliki kelas lereng dan 0 – 45 %. Kompleks Candi Gedong Songo didominasi oleh kelas kelerengan
>45 % yaitu sangat curam sebesar 39,4 %, sedangkan kelas
kelerengan 25 – 45% yaitu curam sebesar 27,7 %, kelas kelerengan 15 – 25% yaitu agak curam sebesar 21 %, kelas kelerengan 8 – 15% yaitu landai sebesar 7,35 %, serta kelas kelerengan 0-8 % yaitu datar sebesar 4,6 %. Peta topografi dapat dilihat pada Gambar 21. Terdapatnya kelas lereng yang curam (25 - 45 %) dan sangat curam (>45 %) menjadi kendala kawasan ini sebagai kawasan wisata, sehingga perlu adanya upaya konservasi agar tidak terjadi longsor maupun erosi. Namun hal ini juga menjadi potensi tersendiri karena dapat melihat seluruh kawasan pada titik-titik tertentu sehingga dapat disediakan fasilitas berupa menara pandang pada titik yang srategis. Menurut data BAPPEDA Kabupaten Semarang (2002), kawasan ini memiliki tanah dengan jenis litosol dan andosol. Litosol merupakan tanah dangkal dengan tekstur sedang hingga halus diatas hamparan batuan. Tanah litosol terlalu dangkal atau berbatu untuk pertanian. Biasanya horison jenis tanah ini tidak tampak dan berupa batuan atau sejumlah besar laterit yang menutupi permukaan, terkadang tanahnya juga berbatu. Profil tanah biasanya dalam tetapi didominasi oleh kerikil, batu dan batu-batu besar. Untuk menanami tanah jenis litosol dapat dilakukan dengan metode teras iring. Batu-batu besarnya dapat dimanfaatkan sebagai penahan dinding (retaining wall) dan cara ini harus diikuti dengan perlindungan tanah dari erosi karena jenis tanah litosol peka terhadap erosi. Pada umumnya tanah litosol berpotensi sebagai sumber daya alam yaitu sebagai hutan lindung dan sebagai area penangkap air atau water catchment (Young,1976). Andosol dikenal sebagai tanah yang berasal dari abu vulkanik. Tanah andosol memiliki karakteristik yang tebal dan berwarna hitam pada horizon A karena mengandung abu vulkanik dan humus alofan. Tanah andosol memiliki struktur granular yang terbuka, porositas yang tinggi dan biasanya memiliki
30
kerapatan isi yang rendah. Tanah andosol memiliki potensi pertanian yang sangat tinggi dan memiliki kemampuan menyerap air yang tinggi. Kombinasi antara tekstur tanah yang baik, kemampuan menyerap air yang tinggi, drainase yang baik dan unsur hara yang cukup menjadikan tanah ini sangat cocok untuk pertanian (Young,1976). Dari data topografi dan jenis tanah yang peka terhadap erosi, maka perlu adanya penanaman untuk konservasi tanah dan air agar tidak terjadi erosi dan longsor. Pada beberapa titik di dalam kawasan yang mengalami longsor perlu diberi dinding penahan. Selain tanaman konservasi, lahan juga dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian tanaman tahunan sehingga dapat menambah pendapatan warga setempat.
31
Gambar 21. Peta Topografi
32
4.2.3. Hidrologi Pada Kompleks Candi Gedong Songo terdapat dua sumber mata air yaitu mata air panas dan mata air dingin atau biasa. Mata air panas dan mata air dingin ini bersatu pada titik tertentu dan membentuk sungai kecil. Kedua mata air ini dimanfaatkan oleh warga setempat untuk kebutuhan sehari-hari. Selain itu dimanfaatkan juga sebagai sumber air untuk mengairi sarana umum di Kompleks Candi Gedong Songo seperti kios makan, toilet maupun penginapan setempat. Sumber mata air panas belerang berlokasi di lereng antara Candi Gedong III dan Candi Gedong IV. Mata air ini berasal dari letusan Gunung Ungaran yang saat ini sudah tidak aktif lagi. Selain sumber mata air panas juga terdapat uap belerang yang menyembur di sekitar mata air. Lokasi uap belerang terdapat pada beberapa titik namun saat ini yang tersisa terletak di dekat mata air panas. Sumber mata air panas ini disebut oleh penduduk setempat sebagai Kawah Candra Dimuka. Sumber mata air dingin berlokasi di lembah yang terletak di antara Candi Gedong I dan Candi Gedong II. Mata air ini disebut oleh warga setempat sebagai Kali Bening. Sumber mata air ini tidak pernah mengalami kekeringan ketika musim kemarau sehingga sangat bermanfaat bagi masyarakat setempat ketika musim kemarau. Selain itu sumber mata air ini dianggap suci oleh warga setempat. Air ini juga dimanfaatkan sebagai air wudhu dan air minum oleh pengunjung yang berkemah maupun wisatawan. Kedua sumber mata air ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai obyek wisata. Kepercayaan warga setempat tentang Kali Bening yang membawa berkah dan Kawah Candra Dimuka yang dapat menyembuhkan penyakit dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung.
4.2.4. Iklim Iklim merupakan salah satu faktor pembentuk kenyamanan manusia terhadap lingkungan disekitarnya. Kenyamanan mempengaruhi individu untuk melakukan aktivitas. Unsur iklim yang mempengaruhi kenyamanan yaitu suhu udara, lama penyinaran matahari, kelembaban relatif dan pergerakan angin (Brooks, 1988).
33
Berdasarkan rumus Schmidt dan Ferguson, Kecamatan Ambarawa berdasarkan bulan basah dan bulan kering termasuk kedalam tipe iklim C yaitu agak basah (Pamungkas, 2006). Data iklim diperoleh dari Badan Metereologi dan Geofisika tahun 2006 untuk wilayah Kabupaten Semarang - Ungaran. Diperoleh data bahwa suhu udara rata-rata per bulan tahun 2006 adalah berkisar antara 24,3 – 28,3 ºC. Grafik suhu udara dapat dilihat pada Gambar 22.
Suhu Udara (C)
Suhu Udara (C) 30 28 26 24 22 J AN
FEB M AR APR
M EI J UN
J UL
AGS
SEP
OKT NOV
DES
Bulan Suhu Udara
Gambar 22. Grafik Suhu Udara (BMG, 2006)
Dari grafik di atas diperoleh suhu udara rata-rata untuk wilayah Kabupaten Semarang – Ungaran pada tahun 2006 adalah 26,2 ºC. Menurut Laurie (1985), suhu udara ideal bagi kenyamanan manusia adalah antara 10 – 27 ºC, dengan demikian suhu udara untuk wilayah Kabupaten Semarang dapat dikategorikan nyaman. Toleransi manusia terhadap kelembaban udara bervariasi, sehingga kenyamanan
dalam beraktivitas
melibatkan
unsur
iklim yang
lainnya.
Kelembaban relatif udara wilayah Kabupaten Semarang untuk tahun 2006 berkisar antara 74 – 88 %. Grafik kelembaban udara dapat dilihat pada Gambar 23.
34
Kelembaban udara (%)
Kelembaban Udara (%) 90 85 80 75 70 65 J AN
FEB
M AR
APR
M EI
J UN
J UL
AGS
SEP
OKT
NOV
DES
Bulan Kelembaban Udara (%)
Gambar 23. Grafik Kelembaban Udara (BMG, 2006)
Dari data BMG Stasiun Semarang pada tahun 2006 diperoleh rara-rata kelembaban udara pada tahun 2006 yaitu 80 %. Untuk memperoleh nilai kenyamanan dapat menggunakan THI yaitu (Thermal Humidity Index) dengan rumus :
THI = 0,8 T + (RH x T) 500
RH : Kelembaban nisbi udara (%) T : Suhu Udara (ºC)
Dari rumus tersebut maka diperoleh THI sebesar 25,152. Pada umumnya orang tropis merasa tidak nyaman pada THI > 27, dengan demikian untuk wilayah Kabupaten Semarang dapat dikategorikan nyaman karena nilai THI kurang dari 27. Curah hujan merupakan faktor yang penting dalam hidrologi. Untuk wilayah Semarang curah hujan per tahun berkisar antara 1703 – 2597,6 mm/tahun. Grafik curah hujan dapat dilihat pada Gambar 24.
35
Curah Hujan (mm)
Curah Hujan (mm)
600 500 400 300 200 100 0 J AN
FEB
M AR
APR
M EI
J UN
J UL
AGS
SEP
OKT
NOV
DES
Bulan Curah Hujan (mm)
Gambar 24. Grafik Curah Hujan (BMG, 2006)
Grafik curah hujan menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara musim hujan dan musim kemarau untuk wilayah Kabupaten Semarang. Ditunjukkan pada bulan Juli dan September yang tidak mengalami hujan dan pada bulan Februari merupakan bulan dengan curah hujan paling tinggi. Terdapat kekosongan data iklim pada bulan Agustus tahun 2006 karena tidak diperoleh data atau terdapat gangguan teknis dari sumber data BMG Stasiun Semarang.
4.2.5. Vegetasi dan Satwa Kompleks Candi Gedong Songo telah mengalami pemugaran secara bertahap oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3), dahulu disebut sebagai Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Tengah. Pemugaran ini dilakukan dua tahap pada kompleks candi yang berbeda yaitu tahun 1928-1931 dan tahun 1977-1983. Setelah dilakukan pemugaran, pihak Perum Perhutani mengadakan penanaman pinus (Pinus merkusii) dalam upaya untuk menunjang kompleks sebagai kawasan wisata dan menciptakan suhu yang nyaman. Kemudian Perum PERHUTANI juga melakukan penanaman kembali dengan
36
tanaman kaliandra (Calliandra surinamensis) sebagai tanaman konservasi tanah dan air. Pada tahun 1998 di Kompleks Candi Gedong Songo dilakukan pengembangan dan pemanfaatan Kompleks Candi Gedong Songo oleh BP3. Salah satu program yang dilaksanakan yaitu pembuatan taman di sekitar Candi Gedong I dan Candi Gedong II serta di lingkungan sisi selatan Candi Gedong IV. Program pengembangan dan pemanfaatan kompleks Candi Gedong Songo oleh BP3 bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan sehingga terasa suasana yang nyaman dan menambah kualitas estetika. Jenis tanaman yang digunakan adalah tanaman dari habitat setempat. Tanaman tersebut antara lain jenis tanaman perdu, tanaman hias berbunga dan pohon pelindung (Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala, 1998). Taman tersebut saat ini masih terawat dengan baik namun ada beberapa tanaman yang sudah tidak ada lagi. Selain tanaman yang sudah ditanam oleh Perhutani dan BP3, pada Kompleks Candi Gedong Songo juga memiliki tanaman asli yaitu paku (Cyathea capensis) dan gandapura (Gaultheria fragrantissima). Jenis paku ini merupakan salah satu paku yang banyak dicari sedangkan pohon gandapura tumbuh didekat kawah belerang dan harum sehingga dapat menyamarkan bau belerang yang menyengat. Daun dan bunga dari pohon ini juga sering dimanfaatkan dalam farmasi sebagai obat atau minyak wangi. Tumbuhan-tumbuhan ini dapat dijadikan salah satu daya tarik bagi Kompleks Candi Gedong Songo. Sedangkan lahan kosong di kompleks ini dimanfaatkan oleh warga setempat sebagai lahan untuk menanam tanaman pangan lahan kering seperti jagung ( Zea mays). Vegetasi pada Kompleks Candi Gedong Songo dapat dilihat pada Tabel 2. Satwa yang terdapat dikawasan ini yaitu elang jawa (Spirazaetus bartelis) yang merupakan salah satu spesies burung yang langka dan dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan. Selain elang jawa juga terdapat burung yang lainnya seperti sriniti dan jenis serangga seperti kupu-kupu, capung, jangkrik dan lain-lain.
37
Tabel 2. Vegetasi pada Kompleks Candi Gedong Songo No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Lokal Sengon Nangka Beringin Kelengkeng Kayu Manis Jeruk Flamboyan Kerei Payung Mangga Palm Putri
11
Gandapura
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Nama Lokal Bambu Bougenvil Hanjuang Penitian Terang Bulan Kembang Sepatu Lantana Mawar Jagung Paku Pisang
No 1 2 3 4 5
Nama Lokal Angelonica Rumput Gajah Taiwan Beauty Paku Jejer Lumut Hati
Pohon Nama Latin Albizia falcata Artocarpus integra Ficus benjamina Nephellium longanum Cinnamomun burmanii Citrus sp. Delonix regia Filicium decipiens Mangifera indica Veitchia pumila Gaultheria fragrantissima Perdu dan Semak Nama Latin Bambusa sp. Bougenvillea sp. Cordyline terminalis Duranta repens Duranta variegata Hibiscus rosasinensis Lantana camara Rosa sp. Zea mays Cyathea capensis Musa sp. Penutup Tanah Nama Latin Angelonica sp. Axonopus compresus Chupea sp. Nephrolepis exeltata Sphagnum sp.
Famili Fabaceae Moraceae Moraceae Sapindaceae Lauraceae Rutaceae Fabaceae Sapindaceae Anarcadiaceae Arecaceae Aricaceae Famili Poaceae Nyctaginaceae Agaveceae Verbenaceae Verbenaceae Malvaceae Verbenaceae Rosaceae Graminae Cyatheaceae Musaceae Famili Graminae Lythraceae Oleandraceae Hepaticeae
38
4.2.6. Utilitas Utilitas yang terdapat pada Kompleks Candi Gedong Songo yaitu jaringan listrik dan jaringan telepon. Jaringan listrik dimanfaatkan sebagai sarana penerangan dan sarana lainnya sebagai penunjang fasilitas yang terdapat di kompleks seperti penginapan, rumah makan dan lain-lain. Sedangkan jaringan telepon dimanfaatkan untuk telepon umum di kompleks. Sarana penerangan di Kompleks Candi Gedong Songo berupa lampulampu penerangan pada malam hari. Sarana penerangan ini menunjang adanya kegiatan pada malam hari di kompleks seperti perkemahan dan penjagaan keamanan Kompleks Candi Gedong Songo. Lampu-lampu penerangan ini terdapat di sekitar area rekreasi dan kelomplok Candi Gedong I, sehingga pada malam hari hanya area di sekitar Candi Gedong I yang terang sedangkan kelompok Candi Gedong II, III, IV, V gelap gulita dan tidak dapat dikunjungi pada malam hari. Area perkemahan terdapat di lapangan yang berlokasi di sebelah selatan kelompok Candi Gedong IV. Lapangan ini dimanfaatkan oleh warga setempat sebagai lapangan sepak bola atau acara-acara lainnya. Namun keterbatasan penerangan pada area ini menyebabkan para pegunjung yang ingin berkemah hanya dapat melakukannya di sekitar kelompok Candi Gedong I. Sarana kebersihan di Kompleks Candi Gedong Songo yaitu dengan penyediaan tempat sampah di setiap kelompok candi dan area-area tertentu seperti kios makan. Namun jumlah tempat sampah kurang jika pada hari yang ramai oleh pengunjung sehingga tapak menjadi kotor. Selain itu kesadaran pengunjung untuk menjaga kebersihan juga kurang. Untuk memasuki Kompleks Candi Gedong Songo terdapat peraturan yang sudah ditetapkan oleh pengelola yang menyebutkan bahwa dilarang membawa makanan dan minuman dari luar sehingga kebersihan dapat terjaga, namun pada kenyataannya peraturan ini tidak dipatuhi oleh pengunjung sehingga membuat tapak menjadi kotor oleh sampah-sampah makanan dan minuman yang dibawa oleh pengunjung. Seluruh sampah yang dikumpulkan oleh petugas kebersihan akan dibakar di tempat pembuangan akhir yang sudah disediakan oleh pengelola. Tempat
39
pembakaran ini dirancang sedemikian rupa sehingga seluruh sampah dapat terbakar sempurna.
4.2.7. Kualitas Visual Untuk sampai ke Desa Candi lokasi keberadaan Kompleks Candi Gedong Songo, melalui Desa Bandungan yang pada tahun 2007 sudah menjadi kecamatan. Bandungan merupakan wilayah dataran tinggi yang memiliki potensi keindahan alam yang sangat baik. Bandungan merupakan salah satu tempat wisata alam yang cukup terkenal di wilayah Semarang. Dalam perjalanan menuju Kompleks Candi Gedong Songo, sepanjang jalan pada sisi kanan dan kiri jalan dimanfaatkan oleh penduduk setempat sebagai tempat penjualan tanaman hias sehingga sangat berpotensi sebagai good view. Pada sisi kiri jalan memasuki kompleks wisata akan dibangun Pasar Tanaman Hias Candi Gedong Songo dengan menggunakan tanah kas desa. Selain untuk menampung dan memudahkan penduduk yang berusaha di bidang tanaman hias, pasar ini juga ditujukan untuk menarik pengunjung ke Kompleks Candi Gedong Songo. Sebelum memasuki gerbang utama, ± 300 m dari gerbang terdapat sebuah tempat yang dapat melihat pemandangan Kota Ambarawa dari atas. Dari titik ini dapat dilihat juga Rawa Pening dan gunung-gunung lainnya yang menjadi latar belakangnya. Terkadang pada pagi hari elang jawa muncul dan dari titik ini dapat dilihat elang jawa dari dekat. Agar dapat menikmati good view ini dalam perjalanan menuju Kompleks Candi Gedong Songo maka disarankan untuk menggunakan sarana angkutan yang terbuka sehingga view tidak terhalang dan dapat dinikmati oleh pengunjung. Kompleks Candi Gedong Songo sendiri memiliki pemandangan alam yang indah yang menjadi nilai tambah bagi kompleks ini. Dari kompleks ini dapat dilihat berbagai gunung, selain Gunung Ungaran dapat dilihat juga Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing pada arah barat laut serta Gunung Merapi dan Gunung Merbabu pada sebelah timur. Titik tertinggi di Kompleks Candi Gedong Songo adalah Candi Gedong V. Di dekat Candi Gedong V ini terdapat bukit yang memiliki ketinggian hampir sama dengan Candi Gedong V yang disebut sebagai Bukit Spiral. Di atas bukit ini terdapat bangunan pos jaga yang berukuran 3 x 3 m2
40
yang digunakan untuk istirahat pengunjung untuk menikmati pemandangan Kompleks Candi Gedong Songo secara keseluruhan dan Kota Ambarawa secara keseluruhan. Namun bangunan ini kurang luas untuk menampung banyaknya pengunjung yang singgah untuk menikmati pemandangan. Di dalam Kompleks terdapat kios-kios liar yang tidak tertata. Warna terpalnya yang mencolok merusak karakter lanskap percandian dan menimbulkan kesan kumuh. Dalam perencanaan lanskap ini, potensi good view (pemandangan indah/ unik) akan dimanfaatkan untuk meningkatkan daya tarik kawasan, sedangkan kendala bad view (pemandangan buruk) harus dihilangkan atau dikurangi. Peta kualitas visual dapat dilihat pada Gambar 25.
4.3. Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya Kompleks Candi Gedong Songo termasuk dalam Desa Candi yang terdiri dari sembilan dusun yaitu Kalibendo, Ngonto, Candi, Ngablak, Tarukan, Talun, Nglarangan, Ngipik dan Darum. Desa Candi memiliki luasan lahan ± 472,54 Ha dan didominasi oleh sawah dan ladang sebesar 84,7 % dari total luasan. (Data Monografi Desa Candi, 2000).
View ke Rawa Pening dan Kota Ambarawa
LEGENDA
View ke Gunung Merapi dan Gunung Merbadu
Good views
Bad views
Overlook View ke kios-kios liar sebelum Candi Gedong II
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LASKAP DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
View ke Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing
JUDUL SKRIPSI : PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KAWASAN CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG DIRENCANAKAN dan DIGAMBAR OLEH : MUTIARA SANI
A34203015
JUDUL GAMBAR :
PETA KUALITAS VISUAL View uap kawah, pereng putih dan Gunung Ungaran
DOSEN PEMBIMBING :
Dr.Ir.NURHAYATI H.S.ARIFIN, MSc
View sebelum memasuki gerbang utama
DISETUJUI :
NOMOR GAMBAR :
24 View ke Gunung Ungaran
View ke toilet dan kios liar
0 10
30
50 m
U
41
Gambar 25. Peta Kualitas Visual
SKALA :
42
4.3.1. Keadaan Sosial, Ekonomi dan Pendidikan Jumlah total penduduk Desa Candi sebesar ± 6317 jiwa. Jumlah penduduk yang bekerja sebesar 3019 jiwa dan sebagian besar penduduk Desa Candi bekerja sebagai petani dan buruh tani yaitu sebesar ± 81,5%. Selain sebagai petani dan buruh tani penduduk Desa Candi juga bekerja sebagai pedagang, jasa pengangkutan, peternak, PNS, TNI, dan TKI. Jumlah keluarga menurut status pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Keluarga Menurut Status Pekerjaan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Dusun/RW Kalibendo Ngonto Candi Ngablak Tarukan Talun Nglarangan Ngipik Darum Jumlah
Jumlah Keluarga 169 238 142 96 294 252 104 187 138 1620
Jumlah Keluarga Menurut Status Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja 165 4 234 4 140 2 94 2 288 6 250 2 104 184 3 134 4 1593 27
Sumber: Data Monografi Desa Candi, 2006
Kompleks Candi Gedong Songo tepatnya berlokasi di Dusun Darum dengan jumlah penduduk sebesar ± 138 kepala keluarga atau ± 589 jiwa. Menurut Kepala Desa Candi, Bapak Endri Rishartati sebagian besar mata pencarian penduduk Dusun Darum adalah sebagai penyedia sarana dan prasarana wisata di sekitar Kompleks Candi Gedong Songo. Diantaranya yaitu sebagai pedagang, jasa pengangkutan, penyedia lahan parkir cadangan, jasa penginapan dan jasa persewaan kuda. Penduduk yang bekerja sebagai pedagang makanan di dalam kompleks candi, selain hari libur atau hari libur nasional bekerja sebagai petani. Jumlah keluarga yang terdapat di Desa Candi adalah 1620 keluarga. Dari total jumlah keluarga sebesar 1620 keluarga terdapat 592 keluarga (36,5%) yang tidak tamat sekolah dasar, tamat sekolah dasar dan SLTP sebanyak 659 keluarga (40,7 %) dan tamat SLTA sebanyak 301 keluarga (18,6 %) serta yang tamat
43
perguruan tinggi dan akademi sebanyak 4,2 % atau 68 keluarga. Tabel jumlah keluarga menurut status pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Keluarga Menurut Status Pendidikan Jumlah Keluarga Menurut Status Pendidikan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Dusun/RW Kalibendo Ngonto Candi Ngablak Tarukan Talun Nglarangan Ngipik Darum Jumlah
Tidak Tamat SD 58 88 43 38 126 77 22 83 57 592
Tamat SD-SLTP 61 104 60 33 79 137 55 77 53 659
Tamat SLTA 39 38 32 22 69 32 22 23 24 301
Tamat AK/PT 11 8 7 3 20 6 5 4 4 68
Jumlah 169 238 142 96 294 252 104 187 138 1620
Sumber: Data Monografi Desa Candi, 2006
Desa Candi memiliki sarana pendidikan sampai jenjang SLTP. Sarana pendidikan tersebut berupa empat gedung taman kanak-kanak, tiga gedung sekolah dasar dan satu gedung SLTP terbuka. Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa jumlah keluarga yang tidak tamat sekolah cukup besar. Untuk Dusun Darum terdapat 41,3 % keluarga yang tidak tamat SD dan 38,4 % yang tamat SD-SLTP. Rendahnya pendidikan berkaitan dengan mata pencaharian penduduk Dusun Darum yang mengandalkan obyek wisata Kompleks Candi Gedong Songo sebagai sumber mata pencaharian.
4.3.2. Kepercayaan, Budaya dan Kesenian Penduduk Desa Candi mayoritas beragama Islam, tetapi ada juga yang beragama Kristen, Katolik dan menganut aliran kepercayaan. Kompleks Candi Gedong Songo merupakan tempat yang dianggap suci bagi penduduk Desa Candi walaupun dengan latar belakang agama yang berbeda. Pada hari-hari tertentu ataupun acara-acara tertentu masih dilakukan sesajian pada candi-candi yang ada di Kompleks Candi Gedong Songo. Selain itu pada malam hari di kompleks ini masih sering digunakan untuk melakukan pertapaan atau menyepi untuk mencari
44
ketenangan atau penerangan. Hingga saat ini Kompleks Candi Gedong Songo dipercayai oleh penduduk sekitar memiliki kekuatan untuk membantu memecahkan masalah atau mencari solusi. Bahkan tidak jarang pengunjung dari luar kota melakukan ritual menyepi di Candi Gedong Songo untuk mencari “wangsit” atau pencerahan. Desa Candi memiliki beberapa perkumpulan kebudayaan dan kesenian yaitu dua kelompok paduan suara, satu perkumpulan orkes melayu, lima perkumpulan kesenian daerah, satu perkumpulan keroncong, dua perkumpulan kosidah, dan satu perkumpulan kulintang. Perkumpulan kebudayaan dan kesenian ini sangat berpotensi untuk dikembangkan untuk mendukung keberadaan Kompleks Candi Gedong Songo sebagai salah satu atraksi wisata. Salah satu perkumpulan kesenian daerah yang dimiliki Desa Candi yaitu kesenian Gamelan Pelog Slendro. Sanggar kesenian ini dipimpin oleh Bapak Sarwan di Dusun Ngontho. Selain itu juga terdapat kesenian daerah lainnya berupa kuda lumping yang sering diadakan di Kompleks Candi Gedong Songo sebagai daya tarik pengunjung. Pada tanggal 23 Desember 2006, UPTD Kompleks Candi Gedong Songo mengadakan Pagelaran Tari. Pagelaran ini diadakan atas kerjasama antara pihak Institut Seni Surakarta dan Sanggar gamelan Pelog Slendro Dusun Ngontho. Pagelaran ini bertujuan untuk mengangkat kebudayaan setempat dan sekaligus sebagai sarana promosi Kompleks Candi Gedong Songo. Tarian yang dibawakan oleh mahasiswa dari Institut Seni Surakarta ini menceritakan awal mula berdirinya Kompleks Candi Gedong Songo dipadu dengan legenda masyarakat setempat mengenai terbentuknya Gunung Ungaran. Selain pagelaran tari, pihak UPTD juga mengundang seluruh sanggar kesenian daerah yang ada di sekitar Desa Candi misalnya kuda lumping dari Temanggung dan campur sari dari Desa Sumowono. Pengadaan pagelaran tari meningkatkan jumlah pengunjung pada saat itu sehingga Dinas Pariwisata dan Kebudayaan mamutuskan untuk mengadakan pagelaran ini secara rutin. Untuk itu maka dibutuhkan penari-penari yang dapat mengadakan pagelaran secara rutin. Pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kemudian menindaklanjuti dengan pemberian dana pembinaan sanggar kesenian daerah. Salah satunya dimanfaatkan untuk melatih penari yang akan rutin
45
melakukan pagelaran. Penari-penari berasal dari penduduk setempat sebagian besar merupakan remaja dan guru tari berasal dari Institut Seni Surakarta. Dana pembinaan juga dimanfaatkan untuk sanggar gamelan Pelog Slendro yang nantinya akan bekerjasama dengan penari.
4.4. Aspek Wisata 4.4.1. Pengunjung Pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo terus mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Walaupun saat ini mayoritas pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo merupakan wisatawan domestik namun wisatawan mancanegara juga tidak sedikit yang berkunjung ke kompleks ini. Kompleks Candi Gedong Songo ini mulai dikenal oleh masyarakat umum sebagai tempat wisata sejarah sekaligus tempat wisata yang memiliki pemandangan alam yang indah. Peningkatan jumlah pengunjung dari tahun 1999 sampai tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Peningkatan Jumlah Pengunjung Dari Tahun 1999-2006 No 1 2 3 4 5 6 7 8
Tahun 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
Jumlah Pengunjung (Orang) 38903 47192 78576 76355 88366 98920 108624 131522
Peningkatan (%) 21,3 66,5 2,8 15,7 11,9 9,8 21,1
Sumber: UPTD, 2006
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa peningkatan paling tinggi terjadi pada tahun 2001 kemudian menurun drastis pada tahun 2002. Pada tahun 2005 dibentuk sebuah badan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan yaitu UPTD atau Unit Pelayanan Teknis Dinas dibentuk, unit ini diberi wewenang dan tugas untuk melakukan perencanaan pada kawasan wisata yang di kelola dimana unit ini bertanggung jawab secara langsung untuk menangani pengelolaan obyek wisata seperti Kompleks Candi Gedong Songo. Dengan adanya UPTD maka pengelolaan
46
dapat dilakukan secara langsung. Menurut Bapak Supeno sebagai kepala UPTD, pada tahun 2006 dilakukan berbagai perbaikan fasilitas dan pembangunan beberapa fasilitas seperti tempat penyimpanan gamelan, aula, panggung sendratari, permandian air panas, panjat tebing, dan perbaikan jalan. Dengan adanya perbaikan dan pembangunan ini Kompleks Gedong Songo menjadi lebih ramai didatangi oleh pengunjung, terlihat pada Tabel 5. terjadi peningkatan sebesar 21.08 % dari tahun 2005 ke tahun 2006. Pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo ramai pada hari libur dan hari libur nasional. Pada saat hari-hari biasa pengunjung yang datang sangat sedikit bahkan bisa hanya 40 orang per bulan. Pengunjung yang datang pada umummya merupakan keluarga atau kunjungan karyawisata oleh murid-murid SD, SLTP atau SLTA. Kompleks Candi Gegong Songo ini juga sering dimanfaatkan sebagai area perkemahan oleh pecinta alam maupun siswa sekolah. Tabel 6 menunjukkan jumlah pangunjung domestik dan mancanegara serta pengunjung dengan tujuan kemping pada hari biasa dan hari libur pada tahun 2006.
Tabel 6. Jumlah Pengunjung Pada Tahun 2006 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah
Hari Libur 10455 2370 4055 5156 4624 5055 7770 5854 3666 13610 4050 5500 72165
Domestik Hari Biasa 2328 1659 1931 2653 1155 1159 1501 1182 1085 40 460 215 15368
Kemping 2365 452 972 11306 1330 4950 5920 2931 3587 3142 3148 2917 43020
Asing
Jumlah
41 40 62 67 61 79 127 199 137 64 58 34 969
15189 4521 7020 19182 7170 11243 15318 10166 8475 16856 7716 8666 131522
Sumber: UPTD, 2006
Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa pada jumlah pengunjung pada hari libur jauh lebih tinggi dibandingkan pada saat hari biasa. Tertinggi pada bulan April
47
kemudian Juli, Januari dan Oktober. Pada bulan Juli dan Januari merupakan hari libur sekolah sehingga banyak pengunjung yang datang. Sedangkan pada bulan April dan Oktober merupakan bulan yang banyak memiliki hari libur nasional. Banyaknya jumlah wisatawan asing pada bulan Juli, Agustus dan September diduga berkaitan dengan libur musim panas di negara asal wisatawan tersebut. Adapun aktivitas pengunjung biasanya berupa melihat candi dari dekat, melihat arca, rekreasi, menikmati pemandangan dan berkemah. Aktifitas melihat candi dan arca dilakukan di sekitar area candi-candi Gedong Songo, untuk rekreasi biasanya dilakukan di area rekreasi dan berkemah dilakukan di area hutan, area sekitar candi atau area rekreasi. Pengunjung yang datang dengan minat khusus atau yang melakukan wisata sejarah biasanya murid-murid sekolah dasar atau SLTP yang datang untuk studi tour. Pengunjung ini biasanya mendapatkan pelayanan pemandu wisata dari UPTD atau BP3. Selain itu terdapat juga pengunjung yang datang untuk melakukan ritual ibadah seperti menyepi atau bersemedi. Berdasarkan kuisioner yang dibagikan kepada 40 pengunjung Komlpeks Candi Gedong Songo, diperoleh data bahwa aktivitas yang dilakukan di candi yaitu 45% bermain, 28% memperoleh pengetahuan mengenai candi, 18% fotofoto, dan 20% melakukan aktivitas lainnya. Aktivitas yang dilakukan di sekitar candi yaitu 40% menikmati pemandangan, 23% bekemah, 20% piknik, 20% bermain, 10% berolahraga dan 3% foto-foto. Kesan pengunjung terhadap Kompleks Candi Gedong Songo yaitu sebesar 53% merasa indah, 38% sangat indah dan 10% biasa saja. Sebesar 70% pengunjung merasa tidak mendapatkan pelayanan interpretasi dan 30% mendapatkan pelayanan interpretasi. Sarana interpretasi yang ada menurut pengunjung yaitu guide sebesar 10%, media dalam kawasan sebesar 40% dan leaflet/ brosur sebesar 18%.
4.4.2. Obyek Wisata dan Atraksi Wisata Menurut Suwantoro (2004) sarana wisata dibagi dalam tiga unsur pokok, salah satunya yaitu sarana pokok kepariwisataan. Obyek wisata dan atraksi wisata merupakan bagian dari sarana pokok kepariwisataan. Obyek wisata yaitu keindahan alam (natural amenities), iklim, pemandangan, fauna dan flora yang
48
langka atau aneh (uncommom vegetation), hutan, dan health center seperti sumber air panas belerang dan kolam lumpur; dan ciptaan manusia (man made supply) seperti monumen-monumen, candi, art gallery dan lain-lain. Atraksi wisata merupakan ciptaan manusia seperti kesenian, festival, pesta ritual dan sebagainya. Obyek wisata dan atraksi wisata yang dapat dikunjungi Kompleks Candi Gedong Songo yaitu Kompleks Percandian Gedong Songo, Pemandian air panas belerang, Air suci Kali Bening, dan atraksi wisata berupa Pagelaran Seni Daerah serta atraksi lainnya. Obyek wisata dan atraksi wisata yang dapat dikunjungi antara lain:
1. Kompleks Candi Gedong Songo Kompleks Candi Gedong Songo merupakan salah satu karya arsitektur awal pada masa perkembangan agama Hindu di Jawa Tengah yang masih tertinggal. Pada mulanya candi ini digunakan sebagai tempat peribadatan umat Hindu pada masa itu. Kompleks Candi Gedong Songo memiliki keistimewaankeistimewaan tertentu di setiap kelompok candinya. Kompleks Candi Gedong Songo tediri dari lima kelompok candi yang masih utuh dengan keistimewaan masing-masing. Saat ini Kompleks Candi Gedong Songo berfungsi sebagai salah satu obyek wisata untuk wilayah Kabupaten Semarang. Selain itu candi ini dimanfaatkan sebagai tempat persemedian atau tempat menyepi oleh pengunjung tertentu yang ingin mendapatkan wangsit. Pada hari tertentu seperti Hari Raya Nyepi, Kompleks Candi Gedong Songo merupakan salah satu candi yang dikunjungi untuk melakukan ritual upacara agama oleh pengunjung dari Bali.
2. Pemandian Air Panas Belerang Sumber mata air panas belerang berlokasi di lereng antara Candi Gedong III dan Candi Gedong IV (Gambar 26). Mata air ini berasal dari letusan Gunung Ungaran yang saat ini sudah tidak aktif lagi. Selain sumber mata air panas juga terdapat uap belerang yang menyembur di sekitar mata air. Lokasi uap belerang terdapat pada beberapa titik namun saat ini yang tersisa hanya yang di dekat mata air panas (Gambar 27). Sumber mata air panas ini disebut oleh penduduk setempat sebagai Kawah Candra Dimuka.
49
Gambar 26. Mata Air Panas
Gambar 27. Uap Belerang
Kawah ini diberi nama Kawah Candra Dimuka karena menurut legenda setempat berasal dari kejadian penghimpitan Rahwana dengan menggunakan Gunung Ngungrungan untuk meredam angkara murka Rahwana oleh Rama Wijaya. Rahwana merupakan tokoh raksasa dalam pewayangan dalam adat Jawa yang tidak dapat dibinasakan. Gunung Ngungrungan dalam perubahan katanya banyak disebut sebagai Gunung Ungaran. Sehingga kawah yang muncul dari Gunung Ungaran ini dianggap sebagai nafas Rahwana yang sedang murka dan tidak pernah mati. Legenda ini hingga saat ini dipertahankan sebagai cerita rakyat
50
dan diceritakan kepada pengunjung yang ingin mengetahui asal usul kawah tersebut. Sumber mata air panas belerang ini kemudian digunakan pengunjung untuk mandi dan dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit kulit. Oleh karena itu pihak UPTD pada tahun 2006 melakukan pembangunan pemandian air panas untuk memenuhi kebutuhan pengunjung (Gambar 28). Sebelum dilakukan pembangunan pemandian air panas, lokasi sumber mata air panas ini tidak terawat dan tampak kumuh.
Gambar 28. Pemandian Air Panas Belerang
Pemagaran dan pembangunan pemandian air panas ini menggunakan material bangunan dari besi atau logam, sehingga dalam waktu yang relatif singkat bangunan pagar sudah tampak mengalami korosif karena kandungan belerangnya yang tinggi. Bak pemandian juga sudah tampak mengalami kerusakan karena retak-retak pada keramik lantainya. Selain itu pemilihan warna keramik yang berwarna putih membuat pemandian tampak kotor karena pengaruh belerang dan membuat warnanya menjadi kuning. Namun dengan adanya obyek wisata ini menambah daya tarik pengunjung untuk datang ke kawasan wisata Kompleks Candi Gedong Songo. Pengunjung biasanya akan mampir ke area pemandian ini walau hanya untuk merasakan panas air belerangnya. Terkadang air panas belerang ini dibawa oleh pengunjung pulang sebagai buah tangan.
51
3. Air Suci Kali Bening Sumber mata air dingin atau air suci berlokasi di lereng yang terletak di antara Candi Gedong I dan Candi Gedong II. Mata air ini disebut oleh warga setempat sebagai Kali Bening (Gambar 29). Sumber mata air ini tidak pernah mengalami kekeringan ketika musim kemarau. Sumber mata air ini dianggap suci oleh warga setempat. Air ini juga dimanfaatkan sebagai air wudhu dan air minum oleh pengunjung. Pengunjung biasanya mengambil air Kali Bening karena dianggap membawa berkah.
Gambar 29. Air Suci Kali Bening
Kondisi mata air ini terawat dengan baik dan terjaga. Di dekat mata air Kali Bening ini dibangun sebuah tempat beribadah terbuka seperti gazebo. Tempat ini disebut tempat sembahyang yang dapat digunakan untuk shalat maupun kegiatan ibadah lainnya, misalnya pada saat tertentu tempat ini digunakan juga sebagai tempat bersemedi atau menyepi oleh pengunjung tertentu.
4. Pagelaran Seni Daerah Untuk menarik minat pengunjung, sering diadakan atraksi kesenian daerah setempat di Kompleks Candi Gedong Songo. Kesenian yang sering digelar yaitu kuda lumping dan campur sari. Kesenian daerah ini dahulu dipertunjukkan di suatu area tebuka berupa lapangan terbuka. Saat ini telah dibangun sebuah panggung khusus untuk mengadakan pagelaran kesenian daerah (Gambar 30).
52
Gambar 30. Panggung Pagelaran Kesenian Daerah
Pembangunan panggung ini pada saat itu ditujukan untuk mengadakan pagelaran sendratari yang disutradarai oleh Hernowo Sujendro BK sebagai Kasi Kesenian dan Nilai Tradisional Dispartabud. Sendratari ini merupakan kreasi baru yang digarap dengan dua warna yaitu nuansa sejarah dan legenda. Nuansa sejarah yaitu menceritakan tentang asal muasal pembangunan Kompleks Candi Gedong Songo dan nuansa legenda menceritakan tentang terkuburnya angkara murka Rahwana dihimpit Gunung Ungaran. Pagelaran sendratari ini merupakan pementasan yang didukung oleh puluhan penari dari Institut Seni Indonesia Surakarta (ISI) dan pengrawit.
5. Atraksi lainnya Atraksi lainnya yang terdapat di Kompleks Gedong Songo adalah panjat tebing yang sarananya telah disediakan oleh pengelola berupa tebing buatan (Gambar 31) yang baru dibangun pada tahun 2006. Dengan adanya tebing buatan ini pengunjung yang datang saat ini juga termasuk pangunjung yang ingin melakukan panjat tebing. Namun keberadaan panjat tebing buatan ini mengganggu view ke arah Candi Gedong V karena tingginya panjat tebing buatan ini menghalangi candi tertinggi tersebut. Oleh karena itu, dalam pengembangan kompleks sebagai kawasan wisata sejarah dan budaya panjat tebing ditiadakan karena kurang sesuai dengan jenis aktivitas wisata sejarah dan budaya.
53
Gambar 31. Panjat Tebing buatan
Selain panjat tebing buatan tersebut juga dibangun menara pandang untuk melihat seluruh Kompleks Candi Gedong Songo. Namun lokasinya berada di daerah yang lebih rendah dari kelompok candi lainnya sehingga kawasan tampak keseluruhan dari bawah. Tinggi dari menara ini adalah lima meter dan terbagi menjadi dua ruangan. Gedung menara pandang berwarna biru dan beratap seng sehingga dari jauh akan sangat terlihat mencolok. Hal ini mengganggu kualitas visual yang ada. Menara pandang dapat dilihat pada Gambar 32.
Gambar 32. Menara Pandang
54
4.4.3. Fasilitas Pendukung Wisata Fasilitas pendukung wisata adalah fasilitas yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan pengunjung baik untuk menikmati atraksi maupun kebutuhan dan keinginan lainnya seperti makan, minum, beribadah, berbelanja dan lain-lain. Fasilitas umum yang tersedia di sekitar area Candi Gedong Songo yaitu area parkir, toilet umum, mushola, tempat sembahyang, taman bermain anak, kios makanan, rumah makan, dan koperasi. 1. Area Parkir Area parkir Kompleks Candi Gedong Songo terdiri dari tiga bagian yaitu area parkir bis, area parkir mobil dan area parkir motor. Area parkir bis terpisah dari area parkir mobil dan motor, lokasinya ± 500 m dari kompleks. Luasannya dapat menampung bis pariwisata sebanyak sepuluh bis. Lokasi parkir yang cukup jauh dan jalan yang cukup terjal membuat pengunjung cukup kelelahan ketika sampai pada gerbang utama Kompleks Candi Gedong Songo. Oleh karena itu perlu adanya kendaraan khusus untuk membantu pengunjung sampai ke tujuan dapat berupa kendaraan roda empat dengan dinding terbuka agar pengunjung dapat menyaksikan pemandangan indah menuju ke kompleks dan akan menjadi suatu keunggulan tersendiri yang dimiliki oleh Kompleks Candi Gedong Songo. Area parkir bis juga dimanfaatkan oleh warga setempat sebagai tempat berjualan tanaman hias. Tanaman hias ini juga sekaligus sebagai daya tarik dan menambah kualitas visual. Namun kondisi aspalnya tidak cukup baik dan sudah mengalami kerusakan. Kondisi area parkir bis dapat dilihat pada Gambar 33.
Gambar 33. Area Parkir Bis Pariwisata
55
Area parkir mobil dan kendaraan roda dua berada di dalam Kompleks Candi Gedong Songo. Area parkir cukup luas, bagian atas (Gambar 34) merupakan tempat parkir mobil dan bagian bawah merupakan tempat parkir kendaraan roda dua (Gambar 35). Area parkir mobil terbuat dari paving dan dalam kondisi yang baik, sedangkan untuk area parkir kendaraan roda dua kondisinya tidak cukup baik karena aspalnya sudah rusak. Namun pada dinding area parkir kendaraan roda dua terdapat ukiran candi hindu yang menyerupai Candi Gedong Songo yang disengaja di ukir untuk menambah daya tarik.
Gambar 34. Area Parkir Mobil
Gambar 35. Area Parkir Kendaraan Roda Dua
Pada hari biasa atau hari kerja pengunjung yang datang ke Kompleks Candi Gedong Songo tidak banyak sehingga area parkir sangat memadai. Namun
56
pada saat hari-hari libur baik hari minggu maupun hari libur nasional pengunjung yang datang sangat banyak dan melebihi kapasitas area parkir. Untuk menangani masalah ini, pengelola telah menyiasatinya dengan melibatkan penduduk setempat untuk menyediakan tempat parkir sementara di rumah penduduk sehingga dapat menjadi matapencaharian sampingan bagi penduduk sekitar kompleks.
2. Tempat Penjualan Tiket Tempat penjualan tiket merupakan tempat untuk membeli tiket bagi pengunjung sekaligus sebagai tempat pusat informasi. Pengunjung dapat memperoleh informasi mengenai Kompeks Candi Gedong Songo disini atau untuk menyewa jasa pemandu wisata. Namun pusat informasi saat ini belum menyediakan atau menyajikan informasi pendahuluan mengenai Kompleks Candi Gedong Songo untuk membantu pengunjung untuk memahami dan mengapresiasi atraksi yang akan disaksikan didalam kompleks. Informasi akan diberikan pada pengunjung yang meminta secara khusus kepada pegawai UPTD misalnya dalam rangka studi tour siswa sekolah atau karya wisata.
3. Koperasi Koperasi di Kompleks Candi Gedong Songo merupakan tempat yang menyediakan berbagai cinderamata khas Candi Gedong Songo seperti pernakpernik, makanan khas, dan kaos buatan warga setempat dan sarana komunikasi yaitu wartel. Cinderamata yang terdapat di koperasi ini merupakan buah tangan khas Desa Candi yang dibuat oleh penduduk setempat. Cinderamata ini berasal dari paguyuban cinderamata yang mengumpulkan barang-barang buatan penduduk setempat kemudian didistribusikan ke pasaran salah satunya yaitu Koperasi
Candi
Gedong
songo.
Namun
koperasi
ini
belum
optimal
pemanfaatannya sehingga jarang pengunjung yang mengetahui keberadaan koperasi dan kurang berminat mengunjungi koperasi.
4. Panggung Pementasan Panggung pementasan ini memiliki luasan 18 x 10 m2. Pada bagian bawah panggung terdapat ruang bawah tanah yang berfungsi sebagai ruang rias dan
57
gudang. Panggung pementasan ini merupakan panggung terbuka dan bernuansa Hindu. Jika berada tepat ditengah panggung maka view akan langsung menghadap ke Candi Gedong I dengan background gunung sehingga karakter panggung menjadi semakin kuat. Panggung ini dimanfaatkan sebagai tempat pementasan kesenian daerah setempat. Dengan adanya panggung ini akan mendukung atraksi wisata yang ditawarkan oleh pengelola.
5. Pendopo Pendopo merupakan bangunan beratap tanpa dinding dan atapnya disangga oleh sejumlah tiang. Pendopo digunakan sebagai tempat pertemuan dan untuk menampung orang banyak. Di Kompleks Candi Gedong Songo pendopo digunakan untuk mengumpulkan massa atau tempat istirahat bagi pengunjung. Kondisi pendopo saat ini cukup baik dan digunakan sebagai tempat berkumpul atau tempat istirahat bagi pengunjung. Pendopo Kompleks Candi Gedong Songo dapat dilihat pada Gambar 36.
Gambar 36. Pendopo
6. Aula dan Tempat Gamelan Aula dan tempat penyimpanan gamelan yang dimiliki oleh kompleks ini merupakan bangunan yang baru dibangun pada tahun 2006. Aula dan tempat penyimpanan gamelan terletak berdampingan. Aula ini cukup luas untuk digunakan sebagai tempat pertunjukan gamelan atau acara lainnya seperti pementasan campur sari atau kesenian daerah lainnya. Sedangkan tempat
58
penyimpanan gamelan berfungsi untuk menyimpan alat saja. Aula dan tempat penyimpanan gamelan dapat dilihat pada Gambar 37.
Gambar 37. Aula dan Tempat Penyimpanan Gamelan
Saat ini aula hanya digunakan pada saat acara-acara tertentu saja dan tidak dimanfaatkan untuk menarik minat pengunjung. Aula ini dapat dimanfaatkan untuk pertunjukan gamelan secara rutin atau setiap hari libur untuk memperkuat karakter tapak. Selain itu pertunjukan gamelan dapat juga menjadi salah satu atraksi yang dapat disajikan untuk menarik pengunjung.
7. Sarana Interpretasi Di dalam Kompleks Candi Gedong Songo sarana interpretasi berupa media dan pemandu wisata. Media yang terdapat di dalam kompleks hanya berupa papan informasi (Gambar 38) yang berisi tentang sejarah pemugaran Candi Gedong Songo. Di setiap candi tidak ditemukan adanya sarana interpretasi baik nama maupun keterangan mengenai keistimewaannya. Hal ini menyebabkan pengunjung tidak memperoleh informasi yang memadai mengenai candi setelah kembali dari berwisata. Pemandu wisata berasal dari Balai Pelestarian Peninggalan dan Purbakala (BP3) yang bertugas untuk menjaga kelestarian dan keamanan Kompleks Candi Gedong Songo. Pemandu wisata ini bertugas pada hari libur dan hari besar nasional atau ketika ada rombongan wisata yang datang. Pada hari biasa pemandu ini akan berkeliling ke seluruh kompleks sehingga akan sulit ditemui. Sarana interpretasi yang kurang menyebabkan pengunjung yang
59
datang ke kompleks hanya sekedar menikmati kemegahan dan keindahan alamnya saja, tetapi kurang mengetahui keistimewaan dan informasi yang memadai mengenai masing-masing obyek wisata.
Gambar 38. Papan Informasi Pemugaran Candi Gedong Songo
Kantor BP3 yang terdapat di Kompleks Gedong Songo memiliki koleksi foto lengkap tentang pemugaran candi dari Candi Gedong I hingga Candi Gedong V namun foto ini tidak dimanfaatkan untuk menambah pengetahuan pengunjung tentang kompleks. Selain itu di dalam kantor juga terdapat miniatur lanskap Kompleks Candi Gedong Songo. Sebaiknya sarana-sarana interpretasi ini dimanfaatkan dengan baik dengan membangun satu bangunan khusus untuk menampilkannya, misalnya dalam bentuk museum atau ruang audio visual atau kedua-duanya. sehingga pengunjung dapat mendapatkan informasi memadai mengenai Kompleks Candi Gedong Songo.
8. Jalur Sirkulasi di dalam Kompleks Jalur sirkulasi di dalam Kompleks Candi Gedong Songo berfungsi sebagai penghubung antar ruang dan menjadi penyatu lanskap. Jalur sirkulasi ini digunakan sebagai sarana peribadatan pada masa lalu. Perkembangan Kompleks Candi Gedong Songo sebagai obyek wisata mengakibatkan terjadinya perubahan jalur sirkulasi di kompleks ini. Pada awalnya jalan masuk dan keluar kompleks percandian berbeda, hal ini diasumsikan serupa dengan tempat-tempat suci agama Hindu lainnya yang menganggap jalur masuk dan keluar berkaitan dengan
60
kesucian dan aliran energi. Energi yang dibawa ketika memasuki tempat suci merupakan energi negatif kemudian menjadi positif ketika keluar dari tempat suci. Jika jalan masuk dan keluar sama maka akan terjadi benturan energi yang dianggap tidak baik dalam agama Hindu. Saat ini jalan masuk dan keluar kompleks menjadi satu untuk mengefektifkan pengawasan selain itu terdapat banyak percabangan jalan. Hal ini menyebabkan terjadinya penumpukan massa pada titik tertentu dan jalur sirkulasi menjadi tidak efektif . Jalur sirkulasi di dalam Kompleks Candi Gedong Songo terbagi menjadi dua yaitu jalur pejalan kaki dan jalur penunggang kuda (Gambar 39). Untuk menikmati atraksi di kompleks ini dapat digunakan sarana kuda yang sudah tersedia. Jalur sirkulasi ini dalam kondisi yang baik karena baru diperbaiki tahun 2006 oleh pihak pengelola, namun pada beberapa titik yang memiliki kelerengan yang curam terjadi longsor. Longsoran ini tidak mengganggu pejalan kaki maupun penunggang kuda namun perlu adanya antisipasi untuk mencegah terjadinya bahaya longsor yang lebih besar. Adanya jalur penunggang kuda dapat memacu terjadinya erosi dan longsor lebih besar, oleh karena itu jalur penunggang kuda direncanakan akan ditempatkan pada satu area khusus.
Gambar 39. Kondisi Jalan di dalam Kompleks
61
9. Kios Makan Kios-kios makan disediakan oleh pengelola untuk memenuhi kebutuhan pengunjung. Luasan per kios adalah 4 x 6 m2 dilokasikan pada satu area di sebelah timur area rekreasi. Kios-kios makan ini dikelola oleh penduduk setempat. Menurut Bapak Supeno sebagai kepala UPTD menyatakan bahwa penduduk yang menjadi pedagang di kios-kios makan tersebut merasa kurang puas karena luasan kios kurang luas (Gambar 40).
Gambar 40. Kios Makanan
Selain kios yang sudah dibangun oleh pengelola pada Kompleks Candi Gedong Songo, terdapat kios-kios liar yang berada sepanjang jalan Candi Gedong I sampai Candi Gedong II. Kios-kios liar ini merupakan bangunan tidak permanen (Gambar 41) yang dibangun oleh warga setempat yang mencari nafkah dengan berjualan. Namun keberadaan kios-kios ini ilegal dan tidak mendapatkan ijin resmi dari pengelola. Bangunan yang terbuat dari terpal-terpal berwarna mencolok seperti oranye dan biru membuat kualitas visual menjadi buruk. Selain itu dengan adanya bangunan-bangunan ini membuat kesakralan candi menjadi tidak tampak karena terhalang oleh terpal yang berwarna mencolok.
62
Gambar 41. Kios-kios Liar di Sekitar Candi
10. Taman Bermain Anak Taman bermain berlokasi berdekatan dengan kios makanan. Pada taman ini disediakan permainan anak-anak seperti ayunan, jungkat-jungkit dan lain sebagainya serta patung-patung hewan seperti gajah, kuda dan macan. Desain fasilitas permainan yang ada saat ini kurang mendukung karakter tapak sebagai lanskap sejarah dan budaya Kompleks Candi Gedong Songo. Perlu dilakukan pemilihan jenis dan fasilitas permainan dengan desain yang sesuai, berpotensi sebagai media pendidikan budaya bagi anak-anak. Taman bermain anak dapat dilihat pada Gambar 42.
Gambar 42. Taman Bermain
63
11. Toilet Terdapat lima toilet umum yang berada di Kompleks Candi Gedong Songo dan terbagi menjadi empat area yaitu sekitar Candi Gedong I dan II serta di sebelah barat laut Candi Gedong V. Toilet ini biasanya digunakan juga oleh pengunjung yang berkemah di Kompleks Candi Gedong Songo. Kondisi toilet umum cukup baik dan terawat tetapi ada satu toilet umum yang tidak dalam kondisi yang baik karena bangunannya terbuat dari kayu sehingga saat ini bangunan ini sudah rapuh dan terlihat tidak terawat. Sumber air toilet berasal dari sumber air panas dan sungai Kali Bening.
12. Mushola dan Tempat Sembahyang Di Kompleks Candi Gedong Songo terdapat mushola dan tempat sembahyang, kondisi tempat-tempat tersebut cukup baik dan dapat menampung pengunjung yang datang. Tempat sembahyang yang terdapat di Kompleks Candi Gedong Songo merupakan bangunan tanpa dinding yang dapat digunakan untuk melakukan ibadah baik yang beragama islam maupun penganut kepercayaan. Berdasarkan keterangan dari Bapak Sumarno sebagai penjaga Candi Gedong Songo tempat beribadah ini atau disebut juga tempat sembahyang yang berarti tempat menghadap ”Yang” atau Yang Maha Kuasa dalam bahasa Jawa merupakan tempat khusus yang dibangun oleh sebuah keluarga untuk melakukan ibadah maupun ritual keagamaan.
13. Terminal Kuda Terminal kuda yang berada di Kompleks Candi Gedong Songo merupakan tempat kuda ditambatkan dan tempat makan sementara karena kuda-kuda akan dibawa oleh pemiliknya masing-masing setelah kompleks wisata ditutup, oleh karena itu terminal kuda ini tidak berukuran luas karena hanya untuk singgah kuda sementara. Kuda-kuda tersebut berasal dari penduduk setempat yang membentuk paguyuban dan bekerjasama dengan pihak pengelola. Dengan adanya kuda-kuda ini dapat membantu wisatawan yang ingin menikmati Kompleks Candi Gedong Songo yang enggan untuk berjalan kaki. Kuda ini disewakan dengan
64
harga Rp. 30.000,- sampai Rp 50.000,- untuk satu kali keliling Kompleks Candi Gedong Songo.
14. Area Perkemahan Salah satu aktivitas pengunjung di Kompleks Candi Gedong Songo adalah berkemah dengan tujuan untuk menikmati keindahan alam kompleks ini. Fasilitas untuk perkemahan kurang memadai terutama sarana penerangan. Jaringan listrik hanya dapat menjangkau hingga Candi gedong I sehingga perkemahan hanya berlangsung di sekitar area Candi Gedong I. Lokasi perkemahan tidak ditetapkan pada satu area sehingga tenda menyebar keseluruh penjuru. Hal ini menimbulkan bad view dan merusak karakter lanskap candi. Pengelola sebenarnya sudah menyediakan area perkemahan yang berlokasi di sebelah selatan Candi Gedong IV. Lapangan ini cukup luas untuk tempat berkemah dalam skala besar maupun kecil dan berdekatan dengan sumber mata air panas. Walaupun demikian, lokasi area perkemahan ini tidak berdekatan dengan fasilitas penunjang lainnya dan tidak ada sarana penerangan pada malam hari. Oleh karena itu perlu adanya penempatan lokasi perkemahan yang berdekatan dengan sarana penerangan dan fasilitas lainnya. Area perkemahan yang berupa lapangan dapat dilihat pada Gambar 43.
Gambar 43. Area Perkemahan
65
Fasilitas pendukung wisata yang disediakan oleh pengelola bertujuan untuk memberdayakan potensi wisata sejarah dan untuk memenuhi kebutuhan pengunjung. Fasilitas tersebut cukup lengkap dan dapat membantu pengunjung maupun penduduk setempat untuk dijadikan lahan mata pencaharian. Namun lokasi fasilitas-fasilitas tersebut masih belum tertata dengan baik sehingga menyebabkan kualitas visual menjadi buruk, untuk itu perlu adanya penataan yang lebih baik. Peta tapak saat ini dapat dilihat pada Gambar 44. dan peta analisis dapat dilihat pada Gambar 45.
LEGENDA
20 19
Batas ruang penyangga Batas lahan milik BP3 Sirkulasi pejalan kaki Sirkulasi kuda Sungai
KE HUTAN
1
Candi Gedong I
2
Candi Gedong II
3
Candi Gedong III
4
Candi Gedong VII
5
Candi Gedong VI
6
Candi Gedong IV
7
Candi Gedong V
8
Sumber Air Panas
9 10
7
TANAH PERHUTANI
LAPANGAN
6 5
KE SUMOWONO
4
18 8
Kali Bening Panggung Pagelaran Seni Daerah
11
Terminal Kuda
12
Tempat Penyimpanan Gamelan
13
Taman Bermain Anak
14
Plaza
15
Kios Makan dan Minum
16
Area Parkir
17
MCK
18
Bukit Spiral
19
Candi Gedong VIII
20
Candi Gedong IX PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LASKAP DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
3
JUDUL SKRIPSI :
PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KAWASAN CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG
2
DIGAMBAR OLEH :
MUTIARA SANI
1
TANAH PERHUTANI
JUDUL GAMBAR :
PETA TAPAK SAAT INI
17
DOSEN PEMBIMBING :
10
12
A34203015
9
11
Dr.Ir.NURHAYATI H.S.ARIFIN, MSc
16 14
13
TANAH PT LANGEN HARJO
15
DISETUJUI :
NOMOR GAMBAR :
44
SKALA : U 0 10
50 m
66
Gambar 44. Peta Tapak Saat Ini
LEGENDA
Kelerengan sangat curam (>45%), terjadi longsor sehingga perlu adanya dinding penahan Kelerengan > 45 % sangat curam, perlu dikonservasi agar tidak terjadi erosi
Batas ruang penyangga Batas lahan milik BP3 Area kios-kios liar Kali Bening
Titik ketinggian yang dapat melihat keseluruhan tapak, berpotensi untuk penempatan menara pandang
Kemiringan Lereng >45% Titik Penumpukan Pengunjung Sirkulasi pejalan kaki
Kelerengan > 45 % sangat curam, ditanami dengan vegetasi konservasi serta bernilai ekonomi
Sirkulasi kuda Good views
Titik terjadinya penumpukan massa pengunjung karena kurangnya penataan sirkulasi
Overlook
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LASKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Jalur sirkulasi utama tidak terlihat dan kurangnya sarana interpretasi mengakibatkan jalur wisata menjadi tidak jelas
JUDUL SKRIPSI :
PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KAWASAN CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG DIGAMBAR OLEH :
MUTIARA SANI
Kios-kios liar mengurangi kualitas visual lanskap dan membuat suasana menjadi terkesan kumuh
Jalur pejalan kaki dan penunggang kuda berlawanan arah sehingga interpretasi tidak sesuai dengan tingkatan keutamaan candi Kali Bening merupakan potensi yang dapat dikembangkan menjadi atraksi Air Suci Kali Bening Jalur berkuda direncanakan pada area tertentu, karena tanah peka terhadap erosi
JUDUL GAMBAR :
ANALISIS DOSEN PEMBIMBING :
Dr.Ir.NURHAYATI H.S.ARIFIN, MSc
DISETUJUI :
NOMOR GAMBAR :
Gambar 45. Peta Analisis
45
SKALA :
0 10
50 m
U
67
Penataan kios di sebelah barat mengakibatkan terjadinya penumpukan pengunjung pada jalur masuk
A34203015
68
4.5. Aspek Pengelolaan Lanskap 4.5.1. Pengelola Kompleks Candi Gedong Songo Kompleks Candi Gedong Songo dikelola oleh tiga pihak yaitu : 1. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Semarang 2. Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Propinsi Jawa Tengah 3. Perum PERHUTANI Dinas Pariwisata dan Kebudayaan merupakan badan yang bertugas dalam mengurus administrasi seluruh obyek wisata yang ada di Kabupaten Semarang, salah satunya yaitu Kompleks Candi Gedong Songo. Pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan membentuk Unit Pelayanan Teknik Dinas (UPTD) untuk mengelola langsung obyek pariwisata setiap wilayah wisata tersebut. UPTD di Candi Gedong Songo memiliki delapan pegawai termasuk kepala UPTD. Kepala UPTD tersebut yaitu Bapak Supeno yang membawahi dua wilayah wisata yaitu Ungaran dan Ambarawa. Area yang dapat dikembangkan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan adalah pada area rekreasi dari gerbang utama sampai batas Candi Gedong I. Pada area ini sepenuhnya dikelola oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan memiliki wewenang untuk merencanakan dan mengelola area ini tetapi tidak keluar dari konsep kompleks sebagai area wisata sejarah dan candi Hindu. Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) mempekerjakan 15 orang untuk bertugas di Kompleks Candi Gedong Songo. Tugas dari pegawai BP3 adalah sebagai pemandu wisata, memelihara dan merawat taman candi, serta menjaga keamanan kompleks. Penjagaan keamanan dilakukan setiap saat, baik pagi maupun malam hari, hal ini dikarenakan dahulu sering terjadi pencurian di Kompleks Candi Gedong Songo. Barang yang dicuri dulu adalah arca-arca maupun batu candi yang belum selesai dibangun. Saat ini pencurian terjadi terhadap penangkal petir candi. Untuk itu pada malam hari pegawai dari BP3 melakukan patroli untuk menjaga kelestarian Kompleks Candi Gedong Songo. Area yang menjadi tanggung jawab dari BP3 adalah area candi dan sekitarnya. Perum PERHUTANI adalah pihak yang bertanggung jawab terhadap vegetasi pada area hutan untuk konservasi. Penanaman ini sudah dilakukan dua
69
kali yaitu pada penanaman pertama menggunakan pinus sebagai tanaman utama dan pada penanaman kedua menggunakan kaliandra sebagai tanaman utama. Pembagian
ruang
Kompleks
Candi
Gedong
Songo
berdasarkan
pengelolanya dapat dilihat pada Gambar 46. dan aktivitas yang dilakukan disetiap ruang dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Ruang, Aktivitas dan Fasilitas saat ini Ruang Area Candi dan sekitarnya (dikelola BP3)
Aktivitas • Mengamati dan menikmati candi dari dekat • Duduk-duduk • Fotografi • Makan dan minum • Menikmati pemandangan • Ritual upacara • Berkemah Hutan disekitar candi • Berjalan – jalan (milik Perum PERHUTANI) • Berjualan • Makan dan minum • Berkemah • Duduk • Menikmati pemandangan • Fotografi Area Rekreasi • Parkir kendaraan (dikelola Dinas Pariwisata • Berbelanja dan Kebudayaan) • Makan dan minum • Menyaksikan pertunjukan • Berkemah • Berendam • Panjat tebing
Fasilitas • Vegetasi • Kios makanan • Gazebo • Kios makan dan minum • Bangku
• Bangku • Kios makan dan minum • Gazebo • Toilet
• • • • • • • •
Area parkir Bangku Toilet Kios Panggung Pendopo Aula gamelan Pemandian air panas • Panjat tebing
70
Gambar 46. Peta Pembagian Ruang Saat Ini
71
4.5.2. Sumber Dana Sumber dana berasal dari APBD atau Anggaran Pendapatan Belanja Daerah. Perencanaan yang dilakukan terhadap Kompleks Candi Gedong Songo akan diajukan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang untuk ditindaklanjuti. Anggaran perencanaan dan pengelolaan akan dimasukkan dalam agenda APBD. Lalu pihak Pemerintah Daerah akan mengeluarkan dana sesuai dengan biaya yang diminta oleh UPTD. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan mengatur administrasi seperti tiket masuk ke kompleks. Tiket Masuk ke Kompleks Candi Gedong Songo pada hari biasa Rp 2100,-, pada hari libur sebesar Rp 2600,- dan jika ada atraksi pada hari tersebut maka tiket masuk sebesar Rp 4000,- sampai Rp 6000,- tergantung dari pertunjukannya. Hasil penjualan tiket ini dimasukkan kedalam kas daerah, yang sudah ditetapkan oleh pemerintah daerah. Sebelum tahun 2007 uang yang harus dimasukkan ke kas daerah sebesar ± Rp 43.000.000,- per tahun lalu memasuki tahun 2007 target dinaikkan menjadi Rp 60.000.000,- per tahun. Karena target yang harus dimasukkan ke kas daerah maka jika ingin mengadakan pagelaran pihak UPTD harus menaikkan harga tiket masuk. Pemerintah daerah tidak menyediakan dana untuk promosi sehingga untuk pengadaan suatu pertunjukan di Kompleks candi Gedong Songo menggunakan dana dari sisa uang tiket yang sudah dinaikkan dikurangi harga tiket biasanya. Sisa uang inilah yang dikelola oleh pengelola untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya. Sehingga sebelum pertunjukkan biasanya menggunakan uang pribadi dari pegawai UPTD, jika target jumlah pengunjung tidak memenuhi uang yang dikeluarkan maka uang pribadi tersebut diganti dilain hari ketika mendapatkan untung. Untuk biaya pemeliharaan taman dibiayai oleh BP3, namun biaya yang dikeluarkan sangat minim sehingga pemeliharaan yang dilakukan kurang optimal. Sedangkan pihak UPTD mengajukan pemeliharaan terhadap fasilitas wisata kepada Pemerintah daerah.
72
4.5.3. Rencana dan Kebijakan Pengembangan Menurut Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (2002), Kabupaten Semarang memiliki visi dalam pengembangan pariwisata yaitu ”Terwujudnya Kabupaten Semarang sebagai Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang maju, dinamis dan handal, melalui pemanfaatan potensi pariwisata untuk meningkatkan pembangunan ekonomi dan pengembangan wilayah serta kesejahteraan masyarakat dengan tetap memperhatikan konsep pelestarian”. Konsep dasar pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Semarang yaitu : 1.
Pengembangan Keterkaitan kedalam dan keluar (backward dan outward linkages) Konsep dasar ini menekankan bahwa pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Semarang secara spasial direncanakan agar memiliki keterkaitan keluar (outward linkages), yaitu mengembangkan jaringan keterkaitan dengan kabupaten-kabupaten di sekitarnya serta antar propinsi. Untuk pengembangan keterkaitan ke dalam (backward linkages), diharapkan bahwa pengembangan kegiatan
pariwisata
Kabupaten
Semarang
nantinya
akan
muncul
pengembangan sub-sub kawasan unggulan pariwisata yang pada saatnya akan turut mendorong pengembangan sub-sub kawasan di wilayah Kabupaten Semarang maupun wilayah yang lebih luas. 2. Pengembangan Pariwisata Tanpa Batas (borderless-tourism) Pengembangan kegiatan pariwisata atau khususnya pergerakan wisatawan tidak bisa dibatasi hanya pada teritori tertentu saja atau dibatasi secara administratif. Oleh karena itu pengembangan kegiatan kepariwisataan di Kabupaten Semarang harus mempertimbangkan konteks regional dengan mengaitkan produk-produk yang dikembangkan oleh kawasan disekitarnya. 3. Pembangunan kepariwisataan didasarkan pada upaya Preservasi dan Konservasi serta berprinsip pengelolaan berkelanjutan Pengembangan kegiatan pariwisata secara keseluruhan akan bertumpu pada keunikan, kekhasan dan daya tarik sumber daya wisata alam dan budaya. Oleh karena itu agar kelangsungan kegiatan pariwisata dapat terjaga aktivitas maupun manfaatnya bagi pembangunan daerah maupun peningkatan
73
kesejahteraan masyarakat, maka kegiatan pariwisata harus dikelola mengacu pada prinsip-prinsip pelestarian dan berkelanjutan. Untuk mewujudkan misi pengembangan pariwisata di Kabupaten Semarang maka adanya strategi dan rencana pengembangan, salah satunya yaitu strategi dan rencana pengembangan tata ruang dengan mengembangkan kepariwisataan Kabupaten Semarang dalam struktur tata ruang pariwisata terpadu. Kabupaten Semarang memiliki obyek dan daya tarik wisata yang beragam sekaligus memiliki kualitas daya tarik yang handal, yang masing-masing berada pada wilayah dan kondisi geografis, serta akses yang berbeda untuk itu disusun rencana pengembangan yang bersifat sinergis, komplementer dan terpadu diantara obyek-obyek maupun wilayah yang ada. Rencana pengembangan tata ruang pariwisata Kabupaten Semarang dibagi dalam dua tingkat perwilayahan yaitu Wilayah Pengembangan Pariwisata (WPP) dan Kawasan Pengembangan Pariwisata (KPP). Kawasan Pengembangan Pariwisata (KPP), merupakan wilayah struktur pengembangan yang merangkum beberapa obyek ataupun kawasan wisata dalam satu kesatuan pengembangan. Penghimpunan obyek dan daya tarik wisata berdasarkan atas dasar kesamaan arah dan cara pencapaian, efisiensi waktu pencapaian serta kedudukan ODTW yang secara geografis dapat dibentuk dalam satu keterkaitan (linkage). Wilayah Pengembangan Pariwisata (WPP) yaitu tingkat perwilayahan diatas KPP yang merangkum beberapa KPP dalam satu kesatuan WPP. Berdasarkan pada kriteria dalam KPP dan WPP maka wilayah Kabupaten Semarang memiliki empat WPP dan 10 KPP. Kompleks Candi Gedong Songo termasuk dalam WPP-2 dan KPP-C dengan wilayah Kecamatan Ambarawa Utara dan sebagian Kecamatan Jambu. Basis pengembangan produk wisatanya yaitu pengembangan produk wisata yang bertumpu pada wisata budaya peninggalan sejarah dan pengembangan wisata alam petualangan sebagai pendukung.
74
BAB V KONSEP PENGEMBANGAN Pada Bab V ini meskipun berjudul ”Konsep Pengembangan” namun didahului proses sintesis dari hasil analisis, sesuai dengan tahapan proses perencanaan yang diacu dalam studi ini. Sintesis yang disajikan, dikelompokkan menurut potensi pengembangan serta kebutuhan ruang yaitu mencakup pengembangan wisata, kebutuhan ruang konservasi dan wisata, upaya pelestarian benda cagar budaya, upaya pelestarian lanskap alami, dan konsep pengembangan lanskap.
5.1. Pengembangan Wisata Kompleks Candi Gedong Songo dalam rencana pengembangan tata ruang pariwisata Kabupaten Semarang termasuk
dalam wilayah pengembangan
pariwisata 2 (WPP-2) dan kawasan pengembangan pariwisata C (KPP-C) dengan basis pengembangan produk wisata yang bertumpu pada wisata budaya peninggalan sejarah dan pengembangan wisata alam petualangan sebagai pendukung. Sesuai dengan rencana pengembangan tersebut dan potensi sumberdaya sejarah dan budaya yang dimiliki kompleks, pengembangan wisata Kompleks Candi Gedong Songo dalam perencanaan ini akan menekankan pada pengembangan wisata sejarah dan budaya. Jenis wisata yang akan dikembangkan yaitu wisata sejarah dan budaya. Aktivitas wisata sejarah yaitu memahami sejarah Kompleks Candi Gedong Songo, mengamati candi, dan memahami lanskap Kompleks Candi Gedong Songo. Obyek wisata sejarah tersebut yaitu candi-candi Gedong Songo antara lain Candi Gedong I-VII. Untuk membantu interpretasi sejarah Candi Gedong Songo perlu disediakan fasilitas interpretasi yang memadai. Aktivitas wisata budaya yaitu memahami dan mengapresiasi arsitektur candi sebagai cermin budaya masa lampau. Selain itu sampai saat ini masih terdapat aktivitas-aktivitas budaya yang terkait dengan Candi Gedong Songo dan obyek-obyek lain di sekitar Candi Gedong Songo yang dianggap sakral, seperti Air Suci Kali Bening dan Kawah Candra Dimuka. Aktivitas-aktivitas budaya dan
75
obyek-obyek ini merupakan daya tarik dalam wisata budaya. Aktivitas tersebut antara lain bersuci di Air Suci Kali Bening dan berendam air panas Kawah Candra Dimuka. Kali Bening dianggap suci oleh penduduk sekitar dan membawa berkah, sehingga penduduk sekitar memanfaatkan Kali Bening sebagai sumber air minum dan bersuci. Kompleks Candi Gedong Songo memiliki tingkatan kedewaan yang berbeda-beda, semakin tinggi letak candi maka semakin tinggi tingkat kedewaannya. Candi Gedong I, II, III merupakan candi yang masih berhubungan dengan keduniawian sedangkan Candi Gedong VI, VII, IV dan V merupakan candi yang paling dekat dengan dunia dewa (surga). Oleh karena itu untuk menuju tingkatan candi yang lebih tinggi (Candi Gedong VI, VII, IV dan V) perlu dilakukan penyucian diri dahulu dengan berendam air panas Kawah Candra Dimuka. Selain itu cerita terbentuknya Kawah Candra Dimuka masih dipertahankan oleh penduduk sekitar. Kedua tempat ini berpotensi dikembangkan untuk dikembangkan menjadi atraksi wisata. Selain kedua atraksi tersebut aktivitas budaya lainnya yang dapat diperkenalkan yaitu permainan gamelan, menyaksikan kesenian setempat dan pengenalan permainan tradisional. Kebijakan pengembangan wisata di kawasan Candi Gedong Songo sudah tepat, namun implementasi di lapangan masih belum memadai. Jenis aktivitas wisata dan fasilitas yang disediakan pada saat ini tidak sepenuhnya sesuai dengan karakter kawasan. Pelayanan wisata, khususnya untuk tujuan wisata dan budaya juga belum optimal. Pengembangan wisata sejarah dan budaya harus selaras dengan upaya pelestarian obyek sejarah dan budaya, lingkungannya, serta upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar. Jika karakter yang menjadi daya tarik obyek dan lingkungan tetap terjaga, maka aktivitas wisata akan tetap berkelanjutan dan kesejahteraan
masyarakat
sekitar
dapat
ditingkatkan.
Ringkasan
upaya
penyelesaian masalah dan pengembangan potensi kawasan dan dapat dilihat pada Tabel 8.
76
Tabel 8. Fungsi Kawasan, Potensi , Kendala dan Solusi Fungsi Kawasan
Potensi
Pelestarian BCB
• Candi Gedong Songo sebagai BCB dipelihara dan dijaga oleh BP3 • Mempunyai kawasan perlindungan yang cukup luas • Dikelilingi oleh hutan lindung milik Perum PERHUTANI • Kawasan dikelilingi hutan milik Perum PERHUTANI • Termasuk dalam kawasan lindung
• Belum ada pembagian ruang pelestarian dan wisata secara jelas • Belum optimalnya tindakan pelestarian yang terkait dengan pengembangan wisata
• Zonasi ruang yang mendukung pelestarian BCB dan aktivitas wisata • Penyediaan fasilitas interpretasi dan peningkatan kualitas estetik dan kenyamanan
• Rawan erosi dan longsor • Pengisi sebagian ruang penyangga tanaman budidaya semusim
• Hutan dipertahankan • Pengisi ruang penyangga yaitu tanaman produksi tahunan seperti Ganda pura (Gaultheria fragrantissima)
• Terdapat obyek dan atraksi dan potensi alam lainnya yang potensial
• Belum dikembangkan secara optimal
• Jalur/ fasilitas sirkulasi
• Terdapat fasilitas berupa jalan setapak
• akses
• Sudah terdapat akses ke setiap obyek dan atraksi
• Jalur penunggang kuda dapat memacu terjadinya erosi • Jalur wisata utama tidak terlihat
• Pengembangan wisata sejarah dan budaya dengan memanfaatkan obyek/ atraksi secara optimal • Jalur untuk penunggang kuda dilokasikan pada area tertentu
Pelestarian Lanskap Alami
Pengembangan Wisata • Obyek dan atraksi
Kendala
Solusi
• Pembuatan jalur interpretasi sesuai dengan urutan tingkat keutamaan kedewaan
77
Tabel 8. (Lanjutan) Fungsi Kawasan Pengembangan Wisata • Fasilitas
• Pengelolaan
Potensi
Kendala
• Sudah ada fasilitas pelayanan
• Penataan fasilitas tidak teratur • Sarana interpretasi kurang memadai
• Sudah ada pengelola untuk ruang wisata dan konservasi
• Kurang koordinasi antar pengelola • Kerjasama dengan masyarakat sekitar kurang terjalin
Solusi
• Penataan fasilitas sesuai dengan ruang wisata • Penambahan sarana interpretasi dan fasilitas lainnya yang menunjang wisata sejarah dan budaya • Kerjasama antar pengelola dan masyarakat lebih terkoordinasi
5.2. Kebutuhan Ruang Konservasi dan Wisata Kompleks Candi Gedong Songo merupakan Benda Cagar Budaya (BCB) yang harus dilestarikan karena mengandung nilai sejarah dan budaya yang penting. Selain itu kompleks ini memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai kawasan wisata karena nilai sejarah, budaya dan pemandangan alam yang indah yang dimiliki oleh kompleks. Untuk pengembangan kawasan sebagai kawasan wisata perlu adanya penataan ruang untuk perlindungan dan aktivitas wisata. Sehingga pengembangan kompleks sebagai kawasan wisata sejalan dengan konsep pelestarian BCB.
5.2.1. Kebutuhan Ruang Konservasi Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya Bab II pasal 2 dinyatakan bahwa perlindungan benda cagar budaya dan situs bertujuan untuk melestarikan dan memanfaatkannya untuk memajukan kebudayaan nasional Indonesia. Konsep pelestarian sumber budaya menekankan upaya perlindungan dan pemeliharaan benda cagar budaya maupun situs.
78
Untuk perlindungan BCB dan situs perlu adanya kejelasan batas-batas BCB/ situs dengan lingkungannya. Perlindungan BCB diatur oleh UndangUndang Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya yang dipertegas dengan penetapan sistem pemintakatan atau zoning dalam PP No.10/ 1993 Pasal 23 ayat 3. Sistem pemintakatan tersebut terdiri atas tiga mintakat (Gambar 47) yaitu : 1. Mintakat inti atau mintakat cagar budaya, yakni lahan situs. Pada mintakat inti terdapat BCB/ situs atau obyek utama yang paling penting dijaga kelestariannya. Dalam hal ini adalah ruang yang melindungi obyek utama di dalam ruang inti yaitu kelompok-kelompok Candi Gedong Songo. 2. Mintakat penyangga yaitu lahan di sekitar situs yang berfungsi sebagai penyangga bagi kelestarian situs. Dalam hal ini yaitu ruang yang mengelilingi dan menjaga setiap kelompok candi. 3. Mintakat pengembangan yaitu lahan di sekitar mintakat penyangga atau mintakat inti yang dapat dikembangkan untuk difungsikan sebagai sarana sosial, ekonomi, dan budaya yang tidak bertentangan dengan prinsip pelestarian benda cagar budaya dan situsnya. Dalam hal ini yaitu ruang yang dapat dikembangkan untuk zona pendukung pemanfaatan atau wisata
M. Pengembangan M. Penyangga M. Inti
Gambar 47. Kebutuhan Ruang Perlindungan BCB
79
5.2.2. Kebutuhan Ruang Wisata Pemanfaatan benda cagar budaya (BCB) dapat berupa untuk kepentingan agama, sosial, pariwisata, pendidikan, ilmu pengetahuan dan/ atau kebudayaan. Kompleks Candi Gedong Songo berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata, untuk itu perlu adanya pembagian ruang wisata
di dalam
kawasan (Gambar 48). Secara umum kebutuhan ruang sebagai kawasan wisata adalah : 1. Ruang obyek wisata yaitu ruang yang berisikan obyek-obyek wisata. 2. Ruang transisi yaitu ruang yang mengantar pengunjung menuju ruang obyek wisata. 3. Ruang fasilitas pelayanan wisata yaitu ruang yang berisi berbagai fasilitas untuk pelayanan wisata. 4. Welcome area atau ruang penerima yaitu ruang yang menyambut ruang kedatangan wisatawan, biasanya terdapat gerbang masuk dan fasilitas tanda masuknya ke lokasi obyek wisata.
R. Obyek Wisata
R. Transisi R. Fasilitas Pelayanan Wisata Welcome area Gambar 48. Kebutuhan Ruang Wisata
Kompleks Candi Gedong Songo memiliki sembilan kelompok candi yang memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi. Namun dua kelompok candi yaitu Candi Gedong VIII dan Candi Gedong IX belum diteliti secara tuntas. Untuk itu kedua kelompok ini perlu dilindungi dan belum dapat dimanfaatkan sebagai objek wisata. Tapak dimana terdapat Candi Gedong VIII dan IX ini ditetapkan sebagai zona tertutup (restricted area). Pengembangan wisata hanya dilakukan terhadap
80
tapak kelompok candi I – VII, sehingga perencanaan lanskap wisata dilakukan pada tapak tersebut.
5.3. Upaya Pelestarian 5.3.1. Upaya Pelestarian BCB Upaya pelestarian Candi Gedong Songo sebagai BCB harus mengikuti ketentuan UU no 5 tahun 1992 tentang BCB dan peraturan-peraturan turunannya. Tanggung jawab pengelolaan yang utama terhadap Candi Gedong Songo adalah Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3). Pengaturan tata ruang seperti dijelaskan dalam sub bab sebelumnya sangat membantu BP3 dalam mengelola kawasan BCB, khususnya ruang inti dan penyangga. Pada ruang ini kegiatan utama yang dilakukan saat ini adalah memelihara kondisi candi (preservasi) dengan cara melakukan penyemprotan batu candi satu kali setiap tahun agar tidak mudah lapuk dan berlumut serta pemeliharaan taman disekitar candi. Pemeliharaan pada ruang inti ini masih tetap perlu dipertahankan. Bahkan dengan adanya aktivitas wisata, perlu disediakan media interpretasi yang memadai. Dengan adanya media interpretasi, diharapkan pengunjung akan lebih menghargai keberadaan candi dan tidak merusaknya. Hal ini merupakan bagian dari upaya pelestarian. Selain itu dengan adanya aktivitas wisata area atau taman disekitar candi juga perlu ditingkatkan estetikanya, namun harus tetap memperhatikan karakter kawasan percandian. Untuk menjaga keutuhan candi, juga perlu dilakukan tindakan pengawasan atau pengamanan, terutama dari ancaman pencurian bagian-bagian candi. Pengelolaan pada ruang penyangga adalah pemeliharaan ruang tersebut agar tetap dapat berfungsi melindungi keberadaan candi. Ruang ini juga dapat dimanfaatkan sebagai area pendukung wisata, sehingga perlu adanya penataan dan pemeliharaan untuk kenyamanan dan keindahan. Selain itu pada bagian tertentu dapat dimanfaatkan untuk penanaman tanaman produksi (untuk kesejahteraan masyarakat sekitar), namun pemanfaatan ini tidak boleh mengganggu fungsi ruang penyangga dan aktivitas wisata.
81
Upaya pelestarian Candi Gedong Songo ini juga perlu bekerjasama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, masyarakat sekitar, dan Perum PERHUTANI. Dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, diharapkan kerjasama agar aktivitas wisata tidak merusak atau membahayakan keberadaan candi. Demikian pula dengan masyarakat sekitar, diharapkan dapat dilakukan kerjasama agar masyarakat menjaga turut keutuhan candi. Adanya hutan milik Perum PERHUTANI di sekitar candi juga turut melindungi kawasan Candi Gedong Songo.
5.3.2. Upaya Pelestarian Lanskap Alami Kompleks Candi Gedong Songo merupakan kawasan yang berbukit-bukit dengan kelerengan yang beragam dari landai sampai sangat curam. Selain itu jenis tanah yang dimiliki merupakan tanah yang peka terhadap erosi. Hal ini menyebabkan kawasan Candi Gedong Songo rawan akan terjadinya erosi dan dapat mengancam keberadaan lanskap dan kawasan yang kaya akan nilai sejarah dan budaya. Dalam RTRW Kabupaten Semarang (2000), Kompleks Candi Gedong Songo termasuk dalam kawasan lindung. Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan nilai sejarah, serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan yang berkelanjutan. Pada kawasan fungsi lindung, kawasan secara permanen tetap dipertahankan sebagai hutan. Kompleks Candi Gedong Songo dikelilingi oleh hutan pinus milik Perum PERHUTANI. Hutan ini dipertahankan untuk melindungi kawasan yang berfungsi sebagai konservasi tanah dan air. Hutan ini juga berfungsi sebagai penyangga yang melindungi ruang inti candi dari ancaman luar. Selain hutan pinus, ruang penyangga kompleks candi saat ini berupa ruang terbuka dan sebagian lahan dimanfaatkan oleh penduduk sekitar untuk lahan pertanian. Tanaman yang ditanam adalah tanaman budidaya semusim. Untuk proteksi tanah dari erosi akan lebih baik jika menggunakan tanaman yang memiliki perakaran yang kuat dan daun yang lebat (Rahim, 2003). Oleh karena itu, untuk menunjang perekonomian penduduk sekitar dapat digunakan tanaman produksi tahunan,
82
misalnya tanaman gandapura (Gaultheria fragrantissima) yang merupakan tumbuhan asli kawasan ini. Tanaman ini dapat dimanfaatkan daun dan bunganya dalam farmasi. Selain penggunaan vegetasi dalam upaya konservasi tanah, dapat juga digunakan dinding penahan pada area-area yang rawan longsor. Aktivitas wisata yang berlebihan di dalam kompleks juga dapat menyebabkan terjadinya kerusakan atau degradasi dari suatu sumberdaya alam dan lingkungan. Oleh karena itu perlu dilakukan pendugaan nilai daya dukung untuk mengetahui ukuran kemampuan kawasan tersebut. Pendugaan nilai daya dukung berdasarkan pada standar rata-rata individu dalam m2/ orang. Rumus pendugaan nilai daya dukung untuk kawasan wisata menurut Boulon dalam Nurisjah, Pramukanto dan Wibowo (2003) yaitu : DD = A S
T = DD x K
K= N R
Keterangan : DD
= daya dukung (orang)
A
= area yang digunakan (m2)
S
= standar rata-rata individu (m2/ orang)
T
= total pengunjung per hari pada area yang diperkenankan (orang)
K
= koefisien rotasi
N
= jam kunjungan per hari pada area yang diperkenankan
R
= rata-rata waktu kunjungan (jam) Pendugaan nilai daya dukung Kompleks Candi Gedong Songo dilakukan
pada ruang fasilitas pelayanan dan ruang penerima karena merupakan zona yang memiliki aktivitas wisata yang bersifat intensif. Luas ruang tersebut seluas 1,88 ha, standar ruang individu 20 m2 (untuk aktivitas wisata alam), jam kunjungan per hari 9 jam, rata-rata waktu kunjungan 3 jam dan koefisien rotasi 3. Berdasarkan perhitungan diperoleh daya dukung kawasan sebesar 940 orang, dan total pengunjung yang diperkenankan 2820 orang per hari. Selain penghitungan nilai daya dukung pada ruang fasilitas pelayanan dan ruang penerima, dilakukan juga penghitungan nilai daya dukung pada fasilitas sirkulasi (jalan setapak). Standar
83
ruang gerak manusia pada fasilitas sirkulasi adalah 8 m2/ orang dengan panjang jalan setapak ± 2,3 km. Berdasarkan perhitungan diperoleh daya dukung sebesar 575 orang dan total pengunjung 1725 orang / hari. Sehingga diperoleh daya dukung Kompleks Candi Gedong Songo sebesar 4545 orang per hari.
5.4. Konsep Pengembangan Lanskap Konsep dasar yang dikembangkan adalah menciptakan lanskap wisata sejarah dan budaya untuk mendukung interpretasi tatanan Candi Gedong Songo dan memberikan kenyamanan wisata secara optimal. Untuk mewujudkan konsep dasar tersebut dikembangkan konsep ruang wisata, konsep sirkulasi, konsep interpretasi, konsep fasilitas dan konsep tata hijau
5.4.1. Konsep Ruang Wisata Penataan ruang wisata dilakukan untuk efektivitas dan efisiensi kawasan sebagai kawasan wisata sejarah dan budaya serta untuk mengoptimalkan kenyamanan pengunjung dalam beraktivitas. Konsep ruang yang dikembangkan, berdasarkan kebutuhan ruang wisata yang diintegrasikan pada kebutuhan ruang untuk pelestarian Candi Gedong Songo. Dengan demikian diharapkan aktivitas wisata tidak membahayakan kelestarian BCB Candi Gedong Songo dan lingkungannya. Dari proses integrasi ini dihasilkan ruang (Gambar 49) : 1. Ruang obyek wisata utama berupa tapak Candi Gedong I, II, III, IV, V, VI, dan VII yang berada pada mintakat inti. Aktivitas yang dapat dilakukan adalah aktivitas yang bersifat tidak intensif seperti melihat, mengamati, dan mempelajari obyek, merasakan suasana, menginterpretasikan obyek, dapat juga foto (jika diizinkan) serta kegiatan lainnya yang tidak merusak atau mengganggu obyek. 2. Ruang transisi yaitu ruang yang mengantar pengunjung menuju ruang obyek utama. Ruang transisi ini berada pada mintakat penyangga. Aktivitas yang dapat dilakukan yaitu berjalan menuju obyek wisata, menikmati dan mengapresiasi pemandangan, mengambil foto dan istirahat singkat atau terbatas/ pasif seperti melihat, mempelajari, foto, menikmati pemandangan dan istirahat singkat. Ruang obyek wisata pendukung juga
84
terdapat pada mintakat penyangga. Ruang ini berupa potensi alam pada kompleks yang dikembangkan secara terbatas untuk meningkatkan daya tarik kawasan, antara lain Air Suci Kali Bening dan Kawah Candra Dimuka. 3. Ruang
fasilitas
pelayanan
wisata
berupa
ruang
fasilitas
untuk
meningkatkan kegiatan wisata, fasilitas pendukung interpretasi serta fasilitas untuk atraksi pendukung. Ruang ini terdapat pada mintakat pengembangan. Aktivitas yang dapat dilakukan pada ruang ini yaitu aktivitas yang bersifat intensif seperti mendapatkan informasi umum tentang obyek, menikmati atraksi pendukung, aktivitas rekreatif yang sesuai, istirahat, makan, berbelanja, menginap, dan lain-lain. 4. Ruang penerima (welcome area) yaitu ruang yang menyambut ruang kedatangan wisatawan, dan menghubungkan jalur akses dengan kawasan wisata. Ruang ini terdapat pada bagian terluar mintakat pengembangan. Matriks hubungan mintakat pelestarian atau konservasi dengan ruang wisata dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Matriks Hubungan Ruang Pelestarian dengan Ruang Wisata M. Pelestarian R. Wisata R. Obyek Wisata Utama R. Transisi R. Obyek Wisata Pendukung Ruang Terbuka Hijau R. Fasilitas Pelayanan Wisata R. Penerima
M. Inti
M. Penyangga
M. Pengembangan
• • • • • •
85
Mintakat Pelestarian
Ruang Wisata
R. Obyek Wisata Utama
M. Pengembangan M. Penyangga
R. Obyek Wisata Pendukung
M. Inti R. Transisi R. Fasilitas Pelayanan Wisata Welcome area
M. Inti / R. Obyek Wisata Utama
M. Penyangga
R. Obyek Wisata Pendukung
R. Transisi
R. Fasilitas Pelayanan Wisata
M. Pengembangan
R. Penerima/ Welcome area Gambar 49. Konsep Ruang Wisata
5.4.2. Konsep Sirkulasi Konsep sirkulasi yang dikembangkan berfungsi sebagai penghubung antar ruang wisata yang dapat dimanfaatkan sekaligus sebagai jalur interpetasi yang mengikuti urutan tingkat keutamaan kedewaan dan pemanfaatan visual tapak secara optimal. Selain itu sirkulasi yang dikembangkan juga menghubungkan obyek utama dengan atraksi pendukung lainnya seefektif dan seefisien mungkin. Pola sirkulasi wisata merupakan pola loop yang terdiri dari tiga rute sesuai jarak atau waktu tempuh (Gambar 50). Rute I adalah jalur sirkulasi utama yang
86
menghubungkan seluruh candi yaitu Candi Gedong I – VII, serta Air Suci Kali Bening, Kawah Candra Dimuka dan menara pandang pada Bukit Spiral. Rute II adalah jalur sirkulasi yang menghubungkan Candi Gedong I, Air Suci Kali Bening, Candi Gedong II, Candi Gedong III, Kawah Candra Dimuka dan untuk melihat candi serta lanskapnya secara keseluruhan dapat dilihat melalui menara pandang yang terletak di jalan pulang Rute III. Rute III adalah jalur sirkulasi yang menghubungkan Candi Gedong I, Air Suci Kali Bening, Candi Gedong II dan untuk melihat candi serta lanskapnya secara keseluruhan dapat dilihat melalui menara pandang yang terletak di jalan pulang Rute III. Selain ketiga rute tersebut, untuk kenyamanan pengunjung disediakan satu jalur khusus untuk berkuda. Jalur ini hanya melewati Candi Gedong I namun tetap dapat menikmati lanskap candi secara keseluruhan pada stop area.
M. Inti / R. Obyek Wisata Utama
M.Penyangga
R. Obyek Wisata Pendukung
R. Transisi
R. Fasilitas Pelayanan Wisata
M. Pengembangan
R. Penerima / Welcome area
Ket : Rute I Jalan Pulang Rute II
Akses Utama
Jalan Pulang Rute III
Gambar 50. Konsep Sirkulasi Pola Loop
5.4.3. Konsep Interpretasi Interpretasi dapat diartikan sebagai gambaran atau persepsi yang ditangkap pengunjung mengenai suatu atraksi atau obyek wisata. Interpretasi ini merupakan suatu perkenalan awal antara pengunjung (daya tarik, keinginan, dan
87
pengetahuan) dengan suatu atraksi atau obyek wisata tersebut (sesuatu untuk dilihat dan dilakukan). Perkenalan ini merupakan kunci dari pengalaman yang dapat diperoleh dan dinikmati oleh pengunjung terhadap obyek atau atraksi secara langsung atau dengan program perjalanan (Gunn, 1997). Oleh karena itu untuk mendukung interpretasi mengenai tatanan Kompleks Candi Gedong Songo beserta lanskapnya maka perlu adanya sarana interpretasi yang memadai. Konsep interpretasi yang dikembangkan pada Kompleks Candi Gedong Songo yaitu untuk interpretasi tatanan Candi Gedong Songo serta lanskapnya. Candi Gedong Songo memiliki tingkat keutamaan kedewaan berbeda-beda, dimana semakin tinggi lokasi candi maka semakin tinggi keutamaan kedewaannya (Gambar 51). Tatanan lanskap Candi Gedong Songo memiliki kesamaan dengan Konsep Mandala dalam agama Hindu. Konsep tersebut menyebutkan bahwa candi merupakan replika dari Gunung Meru yang dikelilingi oleh cincin pegunungan dan lautan. Sama halnya dengan Candi Gedong Songo, secara visual candi-candi Gedong Songo dikelilingi oleh pegunungan (Gunung Ungaran, Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro) serta perairan berupa Rawa Pening (Gambar 52). Selain tatanan dari Candi Gedong Songo dan lanskapnya, terdapat juga kebudayaan setempat yang berhubungan dengan Candi Gedong Songo yaitu penyucian yang dilakukan di Air Suci Kali Bening dan Kawah Candra Dimuka.
V IV Keutamaan Kedewaan
VI VII III II
I
Elevasi Gambar 51. Tingkatan Keutamaan Kedewaan Candi Gedong Songo
88
Keterangan :
2 3
IX
1. Gunung Ungaran 2. Gunung Sumbing 3. Gunung Sindoro 4. Gunung Merapi 5. Gunung Merbabu 6. Rawa Pening
1
V VIII IV
6
4
VI VII
5
I
II
Kelompok Candi I – IX
III
U
Gambar 52. Tatanan Lanskap Candi Gedong Songo
Untuk menginterpretasikan tatanan ini maka perlu adanya fasilitas yang dapat membantu pengunjung untuk dapat menginterpretasikan tatanan candi dan lanskapnya, proses interpretasi akan dilakukan secara terpandu dan mandiri. 5.4.4. Konsep Fasilitas Penyediaan fasilitas dalam perencanaan lanskap wisata Kompleks Candi Gedong Songo bertujuan untuk meningkatkan interpretasi dan apresiasi sejarah dan budaya kompleks serta meningkatkan kenyamanan pengunjung. Fasilitas yang dapat meningkatkan apresiasi dan interpretasi sejarah dan budaya yaitu sarana interpretasi berupa papan informasi, pusat informasi, museum, ruang audio visual, tempat penyimpanan dan aula gamelan, pamflet dan pemandu atau guide. Untuk
meningkatkan
kenyamanan
pengunjung
fasilitas
yang
diakomodasikan yaitu, kios makan, kios souvenir, toilet, pondok wisata, wartel, pos jaga, pos kesehatan, area perkemahan, area parkir, tempat penjualan tiket, tempat beribadah, gazebo, bangku, tempat sampah dan lampu. Penempatan fasilitas disesuaikan dengan fungsi ruang. Pada ruang inti hanya diletakkan fasilitas interpretasi, pada ruang penyangga dapat dibangun fasilitas-fasilitas tidak permanen dan sebagian besar fasilitas pelayanan wisata terdapat pada ruang pengembangan. Desain fasilitas ini disesuaikan juga dengan karakter lanskap Candi Gedong Songo sehingga dapat memperkuat estetik dan karakter lanskap.
89
5.4.5. Konsep Tata Hijau Penataan tanaman disesuaikan dengan fungsi dan aktivitas pada ruangruang yang akan diterapkan. Tanaman yang digunakan adalah tanaman yang memiliki makna religi dalam agama Hindu sehingga dapat menunjang identitas candi. Selain itu digunakan juga tanaman yang memiliki fungsi konservasi tanah dan air serta estetika. Untuk menambah pendapatan penduduk sekitar maka digunakan juga tanaman produksi. Penataan tanaman berfungsi antara lain pembatas, peneduh, penyerap polusi, penguat indentitas, konservasi tanah dan air serta estetika. Hubungan ruang dan tanaman dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Hubungan Antara Fungsi Tanaman dan Ruang Ruang Fungsi Tanaman Penguat identitas Estetika Konservasi tanah dan air Pembatas Peneduh Penyerap polusi Kesejahteraan Masyarakat
Inti Penyangga Obyek Wisata RTH Transisi Utama ● ● ● ● ● ●
● ●
Pengembangan Fasilitas Pelayanan Penerima Wisata ● ● ● ● ● ● ● ● ● ●
●
90
BAB VI PERENCANAAN LANSKAP
6.1. Rencana Ruang Wisata Rencana tata ruang berdasarkan pada konsep ruang wisata yang direncanakan. Pembagian ruang berdasarkan pada fungsi dan aktivitas wisata yaitu : 1. Ruang obyek wisata utama yang terletak pada mintakat pelestarian inti. Pada ruang ini tedapat obyek berupa kelompok Candi Gedong I sampai kelompok Candi Gedong VII, dengan luas area ± 6,1 ha (25,5 %). Aktivitas yang dapat dilakukan pada ruang ini terbatas pada aktivitas wisata sejarah dan budaya meliputi melihat, mengamati, dan mempelajari obyek, merasakan suasana, menginterpretasikan obyek, dapat juga foto, ibadah serta kegiatan lainnya yang tidak merusak atau mengganggu obyek. Pada ruang ini disediakan sarana interpretasi berupa papan informasi yang memuat latar belakang candi dan keisteimewaan masingmasing kelompok candi. 2. Mintakat penyangga berupa ruang terbuka hijau yang mengelilingi ruang inti yang berfungsi sebagai pembatas atau pelindung ruang inti, serta konservasi tanah dan air. Untuk aktivitas wisata, dalam ruang ini terdapat ruang transisi yaitu ruang yang mengantar pengunjung menuju ruang obyek wisata utama. Fasilitas pada ruang ini yaitu berupa jalan di dalam kawasan. Aktivitas yang dapat dilakukan pada ruang ini yaitu berjalan menuju obyek wisata, menikmati dan mengapresiasi pemandangan, mengambil foto dan istirahat singkat. Pada ruang penyangga terdapat juga obyek yang menarik yaitu Air Suci Kali Bening dan Kawah Candra Dimuka. Untuk meningkatkan daya tarik kawasan wisata ini, maka kedua obyek ini dapat dikembangkan secara terbatas. Selain kedua obyek tersebut, pada ruang penyangga terdapat satu titik yang dapat melihat keseluruhan lanskap Candi Gedong Songo yaitu Bukit Spiral. Pada bukit ini dapat dikembangkan juga secara terbatas. Luas yang direncanakan untuk pengembangan terbatas ini yaitu seluas ± 0,36 ha (1,73 %). Sisa
91
ruang penyangga merupakan ruang terbuka hijau yang ditanami tanaman konservasi tanah dan air serta tanaman produksi. Luas ruang penyangga (setelah dikurangi ruang pengembangan terbatas) yaitu seluas ± 15,9 ha (66,5%). 3. Ruang fasilitas pelayanan wisata, terletak pada mintakat pengembangan. Pada ruang ini terdapat fasilitas untuk meningkatkan kenyamanan wisata seperti kios makan, kios cinderamata, taman bermain, pondok wisata, area perkemahan, pendopo, plaza, musholla, toilet, pos kesehatan, pos jaga, tempat tambatan kuda; fasilitas interpretasi sejarah dan budaya seperti pusat informasi, museum, ruang audio visual, dan papan interpretasi; serta fasilitas untuk atraksi pendukung seperti panggung pagelaran kesenian daerah dan aula gamelan. Aktivitas yang dilakukan yaitu mendapatkan informasi umum tentang obyek, aktivitas rekreatif yang sesuai, menikmati atraksi pendukung, istirahat, makan, berbelanja, menginap, dan lain-lain. Luas ruang fasilitas pelayanan yaitu sebesar ± 1,2 ha (5 %). 4. Ruang penerima (welcome area) terletak pada bagian terluar mintakat pengembangan yang menghubungkan jalur akses dengan kawasan wisata. Pada ruang ini terdapat fasilitas gerbang masuk, area parkir, dan tempat penjualan tiket serta tedapat jga ruang operasional atau kantor pengelola. Luas ruang penerima ± 0,78 ha (3,3 %). Tata ruang tersebut diatas dapat dilihat pada Gambar 53. Pengelolaan ruang inti dan ruang penyangga tetap dilelola oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3), sedangkan ruang pengembangan (ruang fasilitas pelayanan wisata dan ruang penerima) dan ruang pengembangan terbatas dikelola oleh UPTD (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan).
92
Gambar 53. Peta Rencana Ruang
93
6.2. Rencana Sirkulasi Konsep sirkulasi yang dikembangkan berfungsi sebagai penghubung antar ruang wisata yang dapat dimanfaatkan sekaligus sebagai jalur interpetasi yang mengikuti urutan tingkat keutamaan kedewaan dan pemanfaatan visual tapak secara optimum. Selain itu sirkulasi yang dikembangkan juga menghubungkan obyek utama dengan atraksi pendukung lainnya seefektif dan seefisien mungkin. Pola sirkulasi wisata merupakan pola loop yang terdiri dari tiga rute sesuai jarak atau waktu tempuh, yaitu: 1. Rute I yaitu jalur ini menghubungkan seluruh candi (Candi Gedong I – VII), Air Suci Kali Bening dan Kawah Candra Dimuka, serta menara pandang untuk visualisasi lanskap. Jarak tempuh rute ini adalah ± 2,3 km, dengan waktu tempuh ± 3 jam. Fasilitas yang tersedia antara lain media intepretasi, pemandian air panas, pancuran, menara pandang pada Bukit Spiral, tempat beribadah, fasilitas pemberhentian sementara, dan toilet. 2. Rute II yaitu jalur sirkulasi yang menghubungkan Candi Gedong I, Air Suci Kali Bening, Candi Gedong II, Candi Gedong III, Kawah Candra Dimuka dan menara pandang. Jarak tempuh rute ini adalah ± 1,2 km, dengan waktu tempuh ± 2 jam. Fasilitas yang tersedia antara lain media interpretasi, pancuran, tempat ibadah, tempat beristirahat sementara, pemandian air panas, menara pandang dan toilet. Rute III adalah jalur alternatif kedua bagi penunjung yang tidak dapat mengelilingi seluruh candi namun dapat menikmati seluruh obyek wisata pendukung. Selain itu pengunjung dapat menikmati kemegahan seluruh candi dan lanskapnya dengan memanfaatkan menara pandang yang berlokasi di jalur pulang Rute III. 3. Rute III yaitu jalur sirkulasi yang menghubungkan Candi I, Air Suci Kali Bening, Candi Gedong II dan menara pandang. Jarak tempuh rute ini adalah ± 761 m, dengan waktu tempuh ± 1,5 jam. Fasilitas yang tersedia antara lain media interpretasi, pancuran, tempat ibadah, tempat beristirahat sementara, menara pandang dan toilet. Rute II adalah jalur pendek sebagai alternatif bagi penunjung yang tidak dapat mengelilingi seluruh candi dan atraksi. Namun pengunjung tetap dapat menikmati kemegahan seluruh
94
candi dan lanskapnya dengan memanfaatkan menara pandang yang berlokasi di jalur pulang Rute III. Bagi pengunjung yang ingin menikmati lanskap candi dengan berkuda disediakan satu rute khusus untuk berkuda. Rute ini hanya melewati Candi Gedong I, berhenti pada stop area berkuda untuk melihat keseluruhan candi, lalu kembali ke tambatan kuda dengan jarak tempuh ± 433 m. Fasilitas yang disediakan pada stop area berupa tempat tambatan kuda, dari titik ini dapat dilihat kemegahan candi secara keseluruhan. Selain itu untuk kenyamanan pengunjung dalam melakukan perjalanan, terdapat tempat beristirahat sementara berupa bangku dan gazebo setiap ± 100 m. Rencana sirkulasi ini bertujuan agar sirkulasi menjadi efektif dan efisien, rencana jalur sirkulasi dapat dilihat pada Gambar 54. Lebar jalan untuk pejalan kaki adalah 2 m untuk standar pergerakan sirkulasi dua orang dan satu orang anak kecil. Untuk berkuda disediakan pada tempat khusus dengan lebar jalan 2 m, untuk satu penunggang kuda dan satu orang pendamping. Struktur sirkulasi menggunakan batu belah. Untuk memisahkan antara jalur pejalan kaki dan penunggang kuda digunakan pembatas berupa tanaman pembatas (semak).
Gambar 54. Rencana Jalur Wisata
95
96
6.3. Rencana Interpretasi Rencana interpretasi berdasarkan pada konsep interpretasi direncanakan yaitu untuk mengetahui tatanan Candi Gedong Songo dan lanskapnya, serta kebudayaan setempat yang berkaitan dengan Candi Gedong Songo. Kebudayaan tersebut berkaitan dengan kegiatan penyucian diri sebelum memasuki candi yang lebih tinggi tingkatan keutamaan kedewaannya. Penyucian ini dilakukan sebelum ke Candi Gedong II dan sebelum ke Candi Gedong IV. Menurut kepercayaan dan kebudayaan setempat Candi Gedong I merupakan candi yang masih berhubungan dengan dunia manusia (Bhurloka), untuk mencapai dunia yang lebih tinggi yaitu dunia orang suci (Bhuvarloka) pada Candi Gedong II dan III maka harus dilakukan ritual penyucian diri terlebih dahulu di Air Suci Kali Bening. Dari Candi Gedong II dan III untuk mencapai dunia para dewa (Svarloka) pada Candi Gedong IV-VII, maka harus dilakukan penyucian diri di Kawah Candra Dimuka. Sarana interpretasi yang direncanakan adalah sarana yang dapat mendukung interpretasi tersebut. Sarana interpretasi tersebut antara lain jalan setapak, museum dan ruang audio visual, panggung kesenian, papan interpretasi, papan informasi, pancuran, pemandian air panas, dan menara pandang yang berlokasi di Bukit Spiral dan jalan pulang Rute III. Penyediaan sarana interpretasi yang direncanakan bertujuan agar proses interpretasi oleh pengunjung dapat dilakukan secara mandiri maupun terpandu. Untuk pengunjung yang berkuda maka proses interpretasi dilakukan secara terpandu oleh pemandu kuda. Jalan setapak berfungsi sebagai jalur interpretasi tatanan Candi Gedong Songo yang mengikuti urutan keutamaan kedewaan beserta lanskap sekitarnya. Jalur interpretasi dimulai dari museum, ruang audio visual dan panggung kesenian untuk mendapatkan interpretasi awal atau pendahuluan, kemudian dilanjutkan ke Candi Gedong I, atraksi Air Suci Kali Bening, Candi Gedong II, Candi Gedong III, Atraksi Pemandian atau Kawah Candra Dimuka, lalu ke Candi Gedong VII, Candi Gedong VI, Candi Gedong IV, ke candi utama yaitu Candi Gedong V lalu diakhiri ke menara pandang untuk meinterpretasikan lanskap candi secara keseluruhan. Untuk Rute I maka menara pandang yang digunakan adalah yang terletak di Bukit Spiral. Sedangkan untuk Rute II dan Rute III, menara pandang yang digunakan adalah yang terletak di jalan pulang Rute III.
97
6.4. Rencana Fasilitas Fasilitas yang disediakan dalam perencanaan lanskap wisata Kompleks Candi Gedong songo berdasarkan pada kebutuhan aktivitas pada ruang wisata masing-masing, yang dapat dilihat pada Tabel 11. Rencana fasilitas akan dijabarkan sebagai berikut : 1. Gerbang dan Pintu Masuk Gerbang masuk berada di ruang penerima yang membatasi ruang di luar dan di dalam tapak. Gerbang masuk ini desesuaikan desainnya dengan arsitektur candi dan akan ditempatkan patung penjaga tokoh dalam agama Hindu untuk memperkuat karakter lanskap. Pintu masuk di dalam ruang penerima sebagai pembatas antara ruang penerima dengan bagian dalam kompleks. Pintu masuk didesain sesuai dengan arsitektur candi dengan dihiasi dengan Kala. Dalam agama Hindu Kala merupakan tokoh yang diciptakan untuk membunuh raksasa. Ilustrasi pintu masuk dapat dilihat pada Gambar 55.
Gambar 55. Ilustrasi Pintu Masuk
98
Tabel 11. Rencana Fasilitas bagi Pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo Mintakat Inti Fungsi
Aktivitas
Fasilitas Ruang Obyek Wisata Utama
Wisata Sejarah
Wisata Budaya
• Pusat informasi • Papan informasi • Papan interpretasi • Gedung audio visual • Museum • Menara pandang Memahami • Gedung audio visual nilai dan • Papan informasi budaya terkait • Papan interpretasi Kompleks • Museum Candi Gedong • Panggung kesenian Songo dan daerah kawasan sekitar • Aula gamelan • Taman bermain • Pancuran • Pemandian air panas Memahami nilai dan sejarah candi, mengamati candi
Ritual ibadah
Mintakat Penyangga
• Gazebo • Papan informasi
√ √
Ruang Transisi
√
Ruang Obyek Wisata Pendukung
√
√ √ √
√
√ √
Mintakat Pengembangan Ruang Fasilitas Pelayanan Wisata
Ruang Penerima
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√
√ √ √ √
√
98
99
Tabel 11. (Lanjutan) Mintakat Inti Fungsi
Aktivitas
Istirahat, makan, minum, membeli cinderamata, ibadah, parkir, mendapatkan informasi umum
Penunjang Wisata Menikmati alam, berendam air panas, fotografi, berkemah Pengelolaan
Fasilitas
• • • • • • • • • • • • • • • • •
Pondok wisata Kios makan dan minum Kios cinderamata Gazebo Papan penunjuk RTH Taman bermain Bangku Musholla Toilet Area parkir Gedung pusat informasi Papan informasi Pemandian air panas Gazebo Bangku Area perkemahan
• Tempat pembuangan sampah akhir • Kantor pengelola
Ruang Obyek Wisata Utama
Mintakat Penyangga
Ruang Transisi
Ruang Obyek Wisata Pendukung
Mintakat Pengembangan Ruang Fasilitas Pelayanan Wisata
Ruang Penerima
√ √ √ √
√ √
√ √ √
√
√
√ √ √ √ √ √ √ √
√
√ √ √ √ √ √ √
√ √ √
√ √ √ √ √ 99
100
2. Area parkir Area parkir terletak pada area penerimaan, didesain untuk dapat menampung kendaraan roda dua dan empat. Area parkir dibagi tiga yaitu untuk menampung mobil, bis dan motor. Tipe parkir yang digunakan adalah tipe 90º dan 60º karena tipe ini menyisakan sedikit ruang yang tidak terpakai sehingga area parkir akan lebih efektif dan efisien. Struktur lantai menggunakan grassblock, sistem perkerasan ini dapat mengurangi erosi dan dapat memaksimalkan penyerapan air ke dalam tanah dan dapat menambah kualitas estetika (Brooks, 1988). Untuk tambatan kuda akan disediakan pada saat akan memasuki Candi Gedong I. Tambatan kuda ini hanya sebagai tempat persing ahan kuda sementara karena perawatan kuda dilakukan oleh pemilik masing-masing di tempat tinggal sendiri. Luasan tambatan kuda dapat menampung 16 kuda.
3. Pusat Informasi dan Tempat Penjualan Tiket Pusat informasi dan tempat penjualan tiket terletak pada gedung yang sama, hal ini bertujuan untuk memudahkan pengunjung dalam mendapatkan informasi mengenai candi. Informasi yang disediakan dapat berupa sejarah Kompleks Candi Gedong Songo dalam bentuk pamflet/ leaflet, jadwal dan informasi mengenai kegiatan atau pagelaran seni yang dapat disaksikan, serta tempat informasi untuk memperoleh guide. Desain gedung pusat informasi dan tempat penjualan tiket didesain sesuai dengan gaya arsitektur tradisional Jawa untuk memperkuat karakter budaya. 4. Papan Informasi Papan informasi berfungsi untuk memberikan informasi umum yang dibutuhkan untuk membantu pengunjung. Papan informasi mengenai peta keseluruhan Kompleks Candi Gedong Songo diletakkan setelah pintu masuk dan papan informasi lainnya dilokasikan sesuai dengan kebutuhan ruang. Papan interpretasi sebagai sarana interpretasi sejarah dan budaya Kompleks Candi Gedong Songo. Papan interpretasi menyajikan tentang latar belakang sejarah dan budaya serta Kompleks candi Gedong Songo dan keterkaitannya dengan lanskap sekitar. Papan interpretasi diletakkan di setiap kelompok candi dan atraksi yang
101
berisikan mengenai keistimewaan dan keterkaitan setiap kelompok candi dan atraksi. Ilustrasi papan informasi dan papan interpretasi dapat dilihat pada Gambar 56 dan Gambar 57.
Gambar 56. Ilustrasi Papan Informasi
Gambar 57. Ilustrasi Papan Interpretasi
5. Kolam Untuk memperkuat karakter candi Hindu maka pada ruang pengembangan (ruang fasilitas pelayanan wisata) setelah pintu masuk dibuat kolam yang berbentuk bunga lotus dengan arca dewa/ dewi dalam agama Hindu pada bagian tengahnya. Bunga lotus merupakan lambang kendaraan para dewa untuk mencapai surga dan juga lambang Mandala dalam agama Hindu. Tanaman air yang digunakan yaitu lotus yang merupakan tanaman yang memiliki makna dalam agama Hindu.
102
6. Museum dan Gedung Audio Visual Museum dan gedung audio visual berfungsi untuk mendapatkan informasi dan gambaran yang lebih detail mengenai kesejarahan dan latar belakang budaya mengenai Kompleks Candi Gedong Songo dan atraksi yang lainnya. Museum dan gedung audio visual terletak pada ruang fasilitas pelayanan sehingga sebelum memasuki kompleks pengunjung sudah mendapatkan gambaran mengenai obyek yang akan dikunjungi. Di dalam museum dan gedung audio visual terdapat miniatur lanskap Kompleks Candi Gedong Songo, miniatur bangunan candi, arca tokoh-tokoh atau dewa-dewi agama Hindu, foto pemugaran Candi Gedong Songo, pemutaran film dokumentasi mengenai Kompleks Candi Gedong Songo dan film pagelaran tari asal muasal terbentuknya Kompleks Candi Gedong Songo, jika tidak ada pagelaran langsung pada saat kunjungan, dan lainlain. Arsitektur bangunan museum dan gedung audio visual didesain sesuai dengan gaya arsitektur tradisional Jawa (Gambar 58).
Gambar 58. Ilustrasi Museum dan Gedung Audio Visual
7. Tempat Penyimpanan dan Permainan Gamelan Tempat penyimpanan dan permainan gamelan terletak pada satu gedung yang didesain untuk mengadakan permainan gamelan sekaligus tempat penyimpanan. Untuk tempat permainan didesain terbuka sehingga pengunjung dapat ikut memainkan gamelan sebagai atraksi penunjang. Tempat penyimpanan dan permainan gamelan ini berlokasi di ruang fasilitas pelayanan wisata berdekatan dengan panggung pagelaran kesenian untuk mempermudah dalam hal pementasan. Selain itu suara dari gamelan yang dimainkan dapat memperkuat
103
karakter budaya kawasan yang berlatar belakang Jawa. Gaya arsitektur gedung ini didesain sesuai dengan arsitektur tradisional jawa.
Ilustrasi suasana aktivitas
dapat dilihat pada Gambar 59.
Gambar 59. Ilustrasi Suasana Aula Gamelan
8. Pendopo Pendopo merupakan balai untuk tempat berkumpul. Karena Kompleks Candi Gedong Songo sering dimanfaatkan sebagai wisata massal maka perlu adanya suatu area untuk berkumpul. Selain itu pendopo dapat dimanfaatkan sebagai tempat istirahat pengunjung. Lokasi pendopo pada ruang fasilitas pelayanan wisata berdekatan dengan panggung pagelaran kesenian. Pendopo ini akan didesain dengan gaya arsitektur tradisional Jawa. Ilustrasi pedopo dapat dilihat pada Gambar 60.
Gambar 60. Ilustrasi Pendopo
104
9. Kios Cinderamata, Kios Makan dan Minuman Kios cinderamata, kios makanan dan minuman ditata pada satu lokasi. Lokasi kios-kios ini mengalami perubahan dari lokasi semula agar lebih teratur dan mudah diakses. Lokasi kios ini pada sebelah timur di ruang fasilitas pelayanan wisata sehingga pengunjung yang baru selesai menikmati obyek wisata dapat langsung beristirahat pada area ini. Pada area ini juga terdapat ruang terbuka sebagai area berkumpul, beristirahat dan menikmati pemandangan. Kios makanan dan minuman dibuat terbuka agar dapat menikmati pemandangan sekitar. Untuk kios cinderamata diletakkan di dekat kios makanan dan minuman, sehingga pengunjung dapat melakukan aktivitas belanja, makan dan minum secara bersamaan. Desain kios dan gazebo disesuaikan dengan gaya arsitektur gedung yang lainnya. Ilustrasi suasana kios makan dapat dilihat pada Gambar 61.
Gambar 61. Ilustrasi Suasana Kios Makan
10. Taman Bermain Taman bermain terletak di dekat lokasi kios makanan dan minuman. Taman bermain ini didesain untuk sarana pengenalan dan pendidikan budaya bagi anak-anak, dan dapat digunakan sebagai alternatif bagi pengunjung anak-anak. Dalam taman bermain ini dikenalkan berbagai permainan tradisional Indonesia seperti angklek, bekelan, dhakon atau congklak, gobag sodor, yoyo, gatheng, jaranan, dan lain-lain. Dalam pengenalan permainan tradisional ini pengelola dapat menggunakan warga setempat yang masih anak-anak atau remaja sebagai
105
pemandu permainan. Dengan adanya permainan ini maka anak-anak yang yang berjualan keliling pada lokasi wisata tidak harus berjualan keliling lagi.
11. Musholla dan Toilet Musholla dan toilet merupakan sarana yang penting untuk kenyamanan pengunjung. Musholla terletak pada area kios makanan dan minuman serta area istirahat. Toilet diletakkan pada area istirahat, area kios makanan dan minuman serta ruang penyangga. Desain musholla dan toilet ini disesuaikan dengan keseluruhan karakter tapak. Peletakannya diusahakan tidak merusak lanskap secara visual. Ilustrasi musholla dan toilet/ kamar mandi dapat dilihat pada Gambar 62 dan Gambar 63.
Gambar 62. Ilustrasi Musholla
Gambar 63. Ilustrasi Toilet atau Kamar Mandi
12. Area perkemahan Kompleks Candi Gedong Songo sering dimanfaatkan untuk kegiatan berkemah pada hari-hari tertentu. Pada saat ini area perkemahan tidak dilokasikan pada area tertentu, sehingga tenda perkemahan bertebaran dimana-mana dan membuat kualitas lanskap menjadi buruk. Area perkemahan dilokasikan pada ruang fasilitas pelayanan wisata dan ditata pada area tertentu. Area perkemahan akan dilengkapi fasilitas lainnya untuk kenyamanan seperti kamar mandi, tempat beribadah, tempat api unggun dan lain-lain. Area ini secara visual akan diorientasikan ke arah candi.
Agar tidak terlalu mengganggu lanskap secara
visual maka dalam penataannya digunakan screening, dapat berupa tanaman.
106
13. Pos Keamanan dan Pos Kesehatan Pos keamanan akan dilokasikan pada titik yang rawan akan pencurian misalnya disekitar candi dan pada titik yang dapat melihat kawasan secara keseluruhan serta ruang pengembangan. Pos kesehatan akan dilokasikan pada ruang pengembangan dan penyangga. Karena topografi yang cukup beragam maka pos kesehatan sangat diperlukan untuk kenyamanan para pengunjung. Desain pos keamanan dan kesehatan disesuaikan dengan karakter lanskap secara keseluruhan.
14. Atraksi Pemandian Air Panas Fasilitas yang disediakan pada lokasi ini yaitu tempat pemandian air panas dan ruang terbuka untuk menikmati pemandangan disekitar Kawah Candra Dimuka. Pada ruang terbuka ini dibuat kolam kecil yang ditengahnya terdapat arca Dewa Rama untuk mendukung legenda terbentuknya kawah tersebut. Pada lokasi ini terdapat papan interpretasi mengenai terbentuknya Kawah Candra Dimuka dan fungsi air kawah pada masa lalu. Selain itu juga terdapat pancuranpancuran kecil setinggi 50 cm agar pengunjung dapat merasakan air panas tersebut tanpa harus mandi atau berendam di kolam. Lokasi pemandian air panas ini terletak pada ruang penyangga. Kolam pemandian didesain untuk merendam badan dengan gaya arsitektural yang natural sehingga dapat menyatu dengan lokasi sekitar. Ilustrasi pemandian air panas dan pancuran dapat dilihat pada Gambar 64.
a) Pemandian Air Panas
b) Pancuran
Gambar 64. Ilustrasi Pemandian Air Panas dan Pancuran
107
15. Atraksi Air Suci Kali Bening Fasilitas pada area ini berupa pancuran untuk membasuh muka atau bersuci. Selain itu pada area ini juga disediakan tempat beribadah bagi pengunjung yang ingin melakukan ibadah. Pada lokasi ini juga terdapat papan interpretasi mengenai latar belakang sejarah dan legenda Kali Bening. Desain arsitektur fasilitas dibuat natural sehingga dapat menyatu dengan lanskap.
16. Menara Pandang Menara pandang berlokasi di tempat yang dapat melihat lanskap Candi Gedong Songo secara keseluruhan, titik ini terletak pada Bukit Spiral (ruang penyangga). Pada tempat ini dapat dibangun menara pandang berukuran 5 x 5 meter. Pada menara pandang pengunjung dapat menginterpretasikan lanskap Candi Gedong Songo sebagai Mandala dengan menyediakan media interpretasi. Desain menara disuaikan dengan karakter lanskap secara kesuluruhan sehingga tidak merusak lanskap secara visual. Ilustrasi menara pandang dapat dilihat pada Gambar 65.
Gambar 65. Ilustrasi Menara Pandang
17. Site furniture (Lampu, Bangku, Penunjuk Arah, Tempat Sampah, Gazebo) Site furniture letaknya disesuaikan pada ruang-ruang yang ada. Lampu dan tempat sampah diletakkan di sisi jalur sirkulasi untuk kenyamanan dan keamanan pengunjung. Penunjuk arah diletakkan di setiap area yang dibutuhkan. Bangku
108
dan gazebo terletak di ruang penyangga yang berosientasi visual pada candi. Desain site furniture disesuaikan dengan karakter seluruh tapak.
6.5. Rencana Tata Hijau Rencana tata hijau pada kompleks sesuai konsep tata hijau yaitu penataan tanaman sesuai dengan fungsi dan aktivitas pada ruang-ruang yang akan diterapkan. Pemilihan tanaman adalah tanaman yang memiliki makna religi bagi agama Hindu, selain itu juga digunakan tanaman yang memiliki fungsi konservasi tanah dan air. Fungsi tanaman dan contoh alternatif jenis tanaman dapat dilihat pada Tabel 12. Tanaman yang digunakan pada ruang obyek wisata utama (mintakat inti) yaitu kelompok Candi Gedong I sampai Candi Gedong VII adalah tanaman yang berfungsi sebagai penguat identitas. Tanaman yang digunakan disekitar candi antara lain Kamboja (Plumeria sp.) dan Oleander (Nerium indicum). Tanaman ini ditanam pada bagian yang tidak menghalangi candi. Sebagai pembatas untuk melindungi ruang obyek wisata utama dan untuk menciptakan ruang serta sebagai pembatas antara mintakat penyangga dengan mintakat inti, tanaman yang digunakan adalah tanaman semak yang memiliki percabangan dan tajuk yang rapat, seperti Soka (Ixora javanica) dan Lantana (Lantana camara).
109
Tabel 12. Fungsi dan Alternatif Jenis Tanaman Mintakat Inti No
Fungsi
1.
Penguat Identitas
2.
3.
4.
Estetika
Konservasi Tanah dan Air Pembatas
Alternatif Jenis Tanaman
Ruang Obyek Wisata Utama
• • • • • •
Oleander (Nerium indicum) Lotus (Nelumbium nelumbo) Teratai (Nymphaea lotus) Kamboja (Plumeria sp.) Cempaka (Michelia campaka) Bungur (Lagerstomia speciosa)
√
• • • • • •
Palm putri (Veitchia pumila) Bougenvil (Bougenvillea sp.) Mawar (Rosa sp.) Paku (Cyathea capensis) Taiwan beauty (Chupea sp). Paku jejer (Nephrolepis exeltata)
• Pinus (Pinus merkusii) • Kaliandra (Calliandra sp.) • Rumput • Soka (Ixora javanica) • Lantana (Lantana camara). • Kembang merak (Caesalpinia pulcherrima) • Kaca piring (Gardenia florida)
Mintakat Penyangga Ruang Obyek Ruang Wisata Transisi Pendukung
Mintakat Pengembangan Ruang Fasilitas Pelayanan Wisata
Ruang Penerima
√ √ √ √ √
√ √
√ √
√
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √
√ √
√
√ √ √
√ √ √
√ √
√
√ √
√ √ √
√
√
√
√
√
√
√ √ √
109
110
Tabel 12. (Lanjutan) Mintakat Inti No 5.
6.
7.
Fungsi Peneduh
Penyerap Polusi
Untuk Peningkatan Kesejahteraan
Alternatif Jenis Tanaman • Beringin (Ficus benjamina) • Flamboyan (Delonix regia) • Kelengkeng (Nephellium longanum) • Sengon (Albizia falcata) • Kerei payung (Filicium decipiens)
Ruang Obyek Wisata Utama
Mintakat Penyangga Ruang Obyek Ruang Wisata Transisi Pendukung √ √ √ √ √ √
√ √
• Kembang merak (Caesalpinia pulcherrima) • Asam kranji (Dialum indum) • Gandapura (Gaultheria fragrantissima)
Mintakat Pengembangan Ruang Fasilitas Pelayanan Wisata
Ruang Penerima
√ √ √
√ √
√ √
√ √ √ √
√
√
110
93
Pada mintakat penyangga terdapat ruang transisi dan ruang obyek wisata pendukung. Pada ruang ini akan digunakan tanaman yang memiliki fungsi sebagai penguat identitas dan estetika, seperti Bungur (Lagerstomia speciosa) dan Cempaka (Michelia campaka), serta Palm putri (Veitchia pumila), Bougenvil (Bougenvillea sp.), Mawar (Rosa sp.), dan Paku (Cyathea capensis). Sebagai penyangga ruang inti, pada ruang penyangga digunakan tanaman yang memiliki fungsi sebagai tanaman konservasi tanah dan air, untuk melindungi tanah dari erosi maupun longsor. Tanaman yang digunakan seperti Pinus (Pinus merkusii), Kaliandra (Calliandra sp.) dan rumput. Menurut Arsyad dalam Rahim (2003), vegetasi seperti rumput dan hutan yang rapat dapat memperlambat limpasan dan menghambat pengangkutan partikel tanah. Sebagai pembatas antara ruang penyangga dan pengembangan digunakan tanaman perdu seperti
Kaliandra
(Calliandra sp.) dan Kembang Merak (Caesalpinia pulcherrima). Untuk kenyamanan pengunjung maka pada area ini digunakan tanaman yang berfungsi sebagai peneduh. Tanaman yang digunakan harus memiliki percabangan yang kuat dan perakaran yang tidak dangkal seperti Pinus (Pinus merkusii), Beringin (Ficus Benjamina), dan lain-lain. Sisa ruang penyangga berupa ruang terbuka hijau yang dapat digunakan tanaman dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejehteraan mayarakat sekitar dengan menanam Gandapura (Gaultheria fragrantissima) dengan luasan ruang sebesar ± 4 ha. Ruang pengembangan merupakan ruang fasilitas wisata dan ruang penerima (welcome area). Tanaman yang direncanakan pada ruang ini antara lain berfungsi sebagai penguat identitas dan estetika seperti Lotus (Nelumbium nelumbo), Teratai (Nymphaea lotus), Kenanga (Cananga odorata), Cempaka (Michelia campaka), dan lain-lain. Pada ruang ini tanaman juga berfungsi sebagai pembatas untuk daerah-daerah yang berbahaya untuk keamanan dan kenyamanan pengunjung, tanaman yang digunakan antara lain Lantana (Lantana camara), Kaca piring (Gardenia florida), dan lain-lain. Untuk kenyamanan pengunjung dalam beraktivitas juga digunakan tanaman sebagai peneduh. Untuk tanaman peneduh digunakan tanaman yang percabangan dan perakaran yang kuat, seperti Flamboyan (Delonix regia), Beringin
(Ficus benjamina), Sengon (Albizia
falcata) dan lain-lain. Pada area parkir untuk menyerap polusi digunakan tanaman
94
yang dapat menyerap polusi seperti Kembang Merak (Caesalpinia pulcherrima) dan Asam Kranji (Dialum indum).
6.6. Rencana Lanskap Wisata Sejarah dan Budaya Kompleks Candi Gedong Songo Rencana lanskap merupakan produk akhir, berupa bentuk grafis yang dikembangkan dan dibuat berdasarkan rencana tata ruang, rencana sirkulasi rencana fasilitas dan rencana tata hijau yang telah dijelaskan sebelumnya. Rencana lanskap dan perbesaran gambar ruang pelayanan wisata, ruang Air Suci Kali Bening dan ruang Kawah Candra Dimuka dapat dilihat pada Gambar 66 dan Gambar 67.
113
LEGENDA 1 2
9 8
7
6
12 11
5
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Ruang Penerima (welcome area) Ruang Fasilitas Pelayanan Wisata Candi Gedong I Candi Gedong II Candi Gedong III Candi Gedong VII Candi Gedong VI Candi Gedong IV Candi Gedong V Air Suci Kali Bening Kawah Candra Dimuka Menara Pandang Tanaman Produksi Tanaman Konservasi Papan Interpretasi Jalur Pejalan Kaki Jalur Berkuda Sungai
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR JUDUL SKRIPSI
4 12 10
PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG DIGAMBAR dan DIRENCANAKAN OLEH
MUTIARA SANI
A34203015
JUDUL GAMBAR
3
RENCANA LANSKAP
2 1
DOSEN PEMBIMBING
Dr. Ir. NURHAYATI H.S. ARIFIN, MSc. DISETUJUI
NOMOR GAMBAR
66
SKALA
U o
50 m
114
LEGENDA A.. Ruang Penerimaan dan Ruang Transisi 1 Gerbang Masuk 2 Parkir Motor 3 Parkir Mobil 4 Parkir Bis 5 Toilet 6 Gedung Pusat Informasi 7 Kantor Pengelola 8 Pintu Masuk 9 Plaza 10 Kolam 11 Museum dan Ruang Audio Visual 12 Aula Gamelan 13 Panggung Pagelaran Kesenian 14 Pendopo 15 Pondok Wisata 16 Kios Makan dan Minum 17 Taman Bermain 18 Musholla 19 Tambatan Kuda 20 Area Perkemahan B. Kali Bening 1 Kolam Mata Air Kali Bening 2 Pancuran 3 Tempat Ibadah C. Kawah Candra Dimuka 1 Pemandian Air Panas 2 Uap Belerang 3 Kolam 4 Ruang Terbuka 5 Toilet/ Kamar Mandi 6 Gazebo Papan Interpretasi
2
C 6
B 1
3
A
4
Peta Orientasi
5
5
16 5
C. Kawah Candra Dimuka
20
18
0
19
10
20 m
14
17
JUDUL SKRIPSI PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG
7 13
5 2
8
3
9
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
3
10
DIGAMBAR dan DIRENCANAKAN OLEH
MUTIARA SANI
6 1
A34203015
JUDUL GAMBAR
12
2
PERBESARAN GAMBAR
11 DOSEN PEMBIMBING
15
1
Dr. Ir. NURHAYATI H.S. ARIFIN, MSc.
4 DISETUJUI
A. Ruang Penerima dan Ruang Fasilitas Pelayanan Wisata
NOMOR GAMBAR
B. Kali Bening 0
10
50 m
0
5
10 m
67
U
115
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan Kompleks Candi Gedong Songo di Kabupaten Semarang adalah benda cagar budaya (BCB), merupakan suatu bentuk percandian pada masa awal perkembagan agama Hindu di akhir abad ke-7 yang memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata sejarah dan budaya. Pada saat ini kompleks ini menjadi tujuan wisata yang bersifat rekreatif, walaupun sebenarnya memiliki nilai yang tinggi bagi ilmu pengetahuan dan pengenalan warisan budaya pada masyarakat. Dengan keistimewaan/ keunikan yang dimiliki setiap kelompok candi, obyek wisata penunjang seperti pemandian air panas Kawah Candra Dimuka, atraksi Air Suci Kali Bening, pagelaran seni daerah dan potensi kebudayaan dari warga setempat maka kawasan ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai suatu kawasan wisata sejarah dan budaya. Pengembangan kawasan menjadi kawasan wisata menekankan pada upaya pelestarian obyek sejarah dan budaya, lingkungannya, serta upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar. Saat ini tata ruang wisata tidak sesuai dengan konsep pelestarian BCB, dan pelestarian lanskap alami, serta pengembangan aktivitas wisata dan penyediaan fasilitas yang belum memadai. Untuk tujuan wisata maka dikembangkan konsep dasar perencanaan lanskap Kompleks Candi Gedong Songo yaitu menciptakan lanskap wisata sejarah dan budaya untuk mendukung interpretasi tatanan Candi Gedong Songo dan memberikan kenyamanan wisata secara optimal. Konsep ruang wisata yang dikembangkan berdasarkan pada kebutuhan ruang wisata yang diintegrasikan dengan kebutuhan ruang untuk pelestarian Candi Gedong Songo. Dengan demikian diharapkan aktivitas wisata tidak membahayakan kelestarian BCB Candi Gedong Songo dan lingkungannya. Untuk kebutuhan interpretasi obyek, maka jalur interpretasi obyek mengacu pada urutan tingkat keutamaan kedewaan. Perencanaan lanskap disusun berdasarkan komponen-komponen yang mencakup rencana ruang wisata, rencana sirkulasi, rencana interpretasi, rencana
116
fasilitas dan rencana tata hijau. Hasil akhir dari perencanaan ini adalah rencana lanskap (landscape plan) wisata sejarah dan budaya beserta deskripsinya.
7.2 Saran 1. Perlu adanya studi lebih lanjut mengenai perancangan lanskap sehingga perencanaan dapat diimplementasikan. 2. Untuk mewujudkan tujuan pelestarian maka perlu adanya kerjasama antara pihak terkait, diantaranya yaitu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Propinsi Jawa Tengah, Perum PERHUTANI dan masyarakat sekitar.
117
DAFTAR PUSTAKA Anonymous. 2001. Jakarta. Membangun. http://www.bappedajakarta.go.id/ jktbangun/rtrw.html-43k. 2 Desember 2007. BAPPEDA Kabupaten Semarang. 2002. Rencana Pengembangan Kepariwisataan Kabupaten Semarang. Ungaran : BAPPEDA Kabupaten Semarang. BAPPEDDA Kabupaten Semarang. 2002. Rencana Tata Ruang Wilayah. Ungaran : BAPPEDA Kabupaten Semarang. Brooks, R. G. 1981. Site Planning Environment, Process, and Development. United States : Prentice-Hall, Inc. Data Monografi Desa Candi. 2006. Kabupaten Semarang. Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang. 2002. Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata (RIPP) Kabupaten Semarang. Ungaran : Stuppa Indonesia. Gold, S. M. 1980. Recreation Planing and Design. New York : Mcgraw-Hill Book Company. Goodchild, P. H. 1990. Some Principles for Conservation of Historic Landscape. New York : IoAAS, King’s Manor. Grapala. 2003. Jakarta. Membangun. http://www.grapala.org/ litungaran/.html. 18 Januari 2008. Harris, C. W. and Dines. N. T. 1988. Time Saver Standarts for Landscape Architecture. New York : McGraw Hill Book Inc. Laurie, M. 1985. Pengantar kepada Arsitektur Pertamanan. Bandung : Intermatra. Miksic, J. 1999. Ancient History. Singapore : Archipelago Prees. Munandar, A. A. 2006. http://www.arkeologi.net/index1. 12 Oktober 2006. Nurisjah, S. dan Q. Pramukanto. 1995. Perencanaan Lanskap (Penuntun Praktikum). Program Studi Arsitektur Lanskap, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB (Tidak Dipublikasikan). Bogor. Nurisjah S., Q. Pramukanto, dan S. Wibowo. 2001. Daya Dukung Kawasan dalam Perencanaan Lanskap (Diktat Kuliah). Program Studi Arsitektur Lanskap, Jurusan
Budidaya
Pertanian,
Dipublikasikan). Bogor.
Fakultas
Pertanian,
IPB
(Tidak
118
Pamungkas, S. 2006. Daya Dukung Obyek Wisata Candi Gedong Songo Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial, Jurusan Geografi. Semarang. Prawirodoyo, S. 1996. Metereologi. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Rahim, S. E. 2003. Pengendalian Erosi Tanah dalam rangka Pelestarian Lingkungan Hidup. Jakarta. Shlunger, E. 2001. Historic Cities and Sacred Sites, Cultural Root for Urban Futures. New York : Joan Martin – Brown. Simonds, J. O. 1983. Landscape Architecture: A Manual of Site Planning and Design. USA : McGraw Hill. Suwantoro, G. 2004. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta : ANDI. Soekmono. 2005. Candi: Fungsi dan Pengertiannya. Jakarta : Jendela Pustaka Soepardi, G. 1981. Sifat dan Ciri Tanah 2. Jakarta. Yoeti, O. A. 1991. Pengantar Ilmu Pariwisata. Jakarta : Pradnya Paramita. Young, A. 1976. Tropical Soils And Surveys. New york : Cambridge University Press.
93
LAMPIRAN
120
Lampiran 1. Kuisioner Pendapat Pengunjung IDENTITAS PENGUNJUNG USIA JENIS KELAMIN ASAL PENDIDIKAN
Pekerjaan
: : a. Laki-laki : : a. SD b. SLTP c. SMU : a. Pegawai Negeri b. Pegawai Swasta c. Pelajar d. Mahasiswa e. Tidak Bekerja
b. Perempuan d. S0/D3 e. S1 f. Lainnya.....
PENDAPAT PENGUNJUNG Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap sesuai. 1. Kunjungan ke lokasi: c. < 5 kali a. Pertama kali d. > 5 kali b. < 3 kali 2. Bagi yang menjawab d, berapa frekuensi kunjungan : c. 1 kali/bulan a. 2 kali/tahun b. 3 kali/tahun d. >1 kali/bulan 2. Darimanakah Anda mengetahui keberadaan tempat wisata ini : a. Teman c. Keluarga d. Media elektronik b. Iklan (Brosur) e. Lainnya (..........................) 4. Aktifitas yang Anda lakukan di kawasan ini : Di Candi : a. Memperoleh pengetahuan mengenai Candi b. Bermain c. Foto-foto d. Ibadah e. Lain-lain Di Sekitar Candi : a. Piknik d. Berkemah b. Bermain e. Berolahraga c. Menikmati Pemandangan f. Foto-foto 5. Bagaimana derajat pengalaman mengunjungi kawasan ini : a. Sangat banyak pengalaman baru b. Banyak pengalaman baru c. Sedikit pengalaman baru d. Sangat sedikit pengalaman 6. Bagaimana kesan Anda mengenai kawasan Candi Gedong Songo dan sekitarnya : a Sangat indah d. Jelek b. Indah e. Sangat jelek c. Biasa saja 7. Bagaimana kesan Anda terhadap kenyamanan kawasan ini : a Sangat nyaman c. Tidak nyaman b. Nyaman d. Sangat tidak nyaman
PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG INSTITUT PERTANIAN BOGOR | FAKULTAS PERTANIAN | DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
121
8. Menurut Anda bagaimana kondisi kawasan ini : a. Sangat bersih b. Bersih c. Kotor d. Sangat kotor 9. Menurut Anda Bagaimana kelengkapan fasilitas di kawasan ini : c. Baik a. Cukup baik b. Kurang baik d. Sangat baik 10. Fasilitas pelayanan yang Anda inginkan : a. Tempat parkir f. Tempat istirahat g. Sarana Pendidikan b. Warung makan h. Lain-Lain (....................................) c. Kios cendera mata d. Toilet e. Tempat ibadah 11. Apakah Anda selama berkunjung mendapatkan sarana interpretasi : a. Ya b. Tidak 12. Sarana interpretasi apa yang Anda dapatkan : a. Guide b. Media dalam kawasan c. Leaflet / Brosur 13. Apakah Anda mengetahui sejarah lokasi/ obyek ini sebelum berkunjung : a. Mengetahui b. Kurang/ sedikit mengetahui c. Tidak mengetahui 14. Setelah berkunjung ke Kawasan Candi Gedong Songo apakah pengetahuan yang anda peroleh: a. Sedikit pengetahuan b. Cukup banyak pengetahuan c. Banyak pengetahuan 15. Apakah menurut Anda kawasan ini perlu dilestarikan : b. Tidak perlu b. Perlu c. Sangat perlu 16. Suatu hari apakah Anda bersedia kembali lagi untuk berkunjung : a. Tidak tertarik b. Kemungkinan kembali lagi c. Tertarik untuk kembali d. Belum ada rencana 17. Saran yang Anda berikan untuk pelestarian dan pengembangan lokasi/ obyek ini : .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. ..............................................................................................................................
--TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI ANDA--
PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG INSTITUT PERTANIAN BOGOR | FAKULTAS PERTANIAN | DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP