3
EFEKTIVITAS MEDIA KOMUNIKASI PEMASARAN WISATA SEJARAH DAN BUDAYA OLEH PENGELOLA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG
SITA PUTRI LIAWATY UTARI
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
4
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran Wisata Sejarah dan Budaya oleh Pengelola Kompleks Candi Gedong Songo, Kabupaten Semarang adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau disitasi dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2016
Sita Putri Liawaty Utari NIM: I34110163
5
ABSTRAK
Sita Putri Liawaty Utari. Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran Wisata Sejarah dan Budaya oleh Pengelola Kompleks Candi Gedong Songo, Kabupaten Semarang. Dibimbing oleh Ninuk Purnaningsih. Efektivitas media komunikasi pemasaran adalah keberhasilan pelaksanaan komunikasi pemasaran dengan menggunakan alat media komunikasi pemasaran dalam mencapai tujuan-tujuan komunikasi pemasaran. Tujuan penelitian ini menganalisis karakteristik pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo, menganalisis bentuk media komunikasi pemasaran dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas media komunikasi pemasaran Wisata Candi dilihat dari aspek kognitif, afektif, dan konatif. Dalam penelitian ini unit candi yang diteliti adalah Kompleks Candi Gedong Songo. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan didukung pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan efektivitas media komunikasi pemasaran berada di kategori tinggi dan sedang. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah variabel pendapatan dan frekuensi penerimaan pesan terhadap efektivitas media komunikasi pemasaran, tepatnya pada aspek kognitif, afektif dan konatif. Kata kunci : efektivitas media, komunikasi pemasaran, wisata candi. ABSTRACT
Sita Putri Liawaty Utari. Marketing Communication Media Effectivity of Cultural and Historical Tourism by the Business Manager of Gedong Songo Temple Complex, Semarang. Supervised by Ninuk Purnaningsih. The marketing communication media effectivity is the successful implementation of marketing communication using media tools of marketing communication in achieving the objectives of marketing communications. The purposes of this study are to analyze behavior of visitors in Gedong Songo temple complex, analyze forms of marketing communication media and analyze factors that influence the marketing communication media effectivity temple tourism seen from the aspect of cognitive, affective, and conative. In this study, the investigated temple is Gedong Songo Temple Complex. This study uses a quantitative approach and supported by qualitative approach. The results of this study demonstrate that the marketing communication media effectivity are in high and medium category. The factors affecting are income variable and frequency of messages received on the marketing communication media effectivity, precisely on the cognitive, affective and conative aspect. Keywords: effectiveness of media, marketing communications, temple tours.
6
EFEKTIVITAS MEDIA KOMUNIKASI PEMASARAN WISATA SEJARAH DAN BUDAYA OLEH PENGELOLA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG
SITA PUTRI LIAWATY UTARI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
2
7
Judul Skripsi
Nama NIM
:
: :
Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran Wisata Sejarah dan Budaya oleh Pengelola Kompleks Candi Gedong Songo, Kabupaten Semarang Sita Putri Liawaty Utari I34110163
Disetujui oleh
Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, MSi Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Siti Amanah, MSc. Ketua Departemen
Tanggal lulus :
8
9
PRAKATA
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis diberikan kemudahan dan kelancaran dalam menulis skripsi yang berjudul “EFEKTIVITAS MEDIA KOMUNIKASI PEMASARAN WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG” tepat pada waktunya. Penelitian ini dilakukan dari bulan Juni 2015 hingga Agustus 2016, dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui efektivitas media komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh salah satu tempat wisata sejarah dan budaya di Kabupaten Semarang, Kompleks Candi Gedong Songo. Selama proses penulisan skripsi ini, penulis tentu mendapat banyak bantuan dan dukungan dari pihak-pihak terkait, sehingga pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada: 1. Ibu Dr Ninuk Purnaningsih, MSi selaku pembimbing dalam penulisan skripsi ini atas segala dukungan dan perhatiannya sejak penulisan Studi Pustaka (SP), proposal skripsi, hingga penulisan skripsi. 2. Ibu Hj. Siti Asmanah S.Pdi dan Bapak H. Slamet Asrochan selaku orang tua penulis yang selalu memanjatkan doa dan memberikan dukungan tiada henti sehingga penulis selalu termotivasi untuk melaksanakan seluruh kewajiban pendidikan akademik selama ini. 3. Pihak Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata daerah Kabupaten Semarang selaku pengelola Wisata Kabupaten Semarang dan Pengelola Kompleks Candi Gedong Songo, dan para responden penelitian. 4. Rangga Septyo Wijaya selaku penyemangat tiada henti penulis dalam proses pembuatan skripsi. 5. Teman-teman SKPM 48 atas bantuan moral berupa dukungan selama proses pengerjaan skripsi ini, terutama Miranti, Uca, Sifna, Fikra, Mega, Sheilla, Citra, Rere, Adel, Nindya, Ala, Eksa. 6. Teman-teman sepermainan penulis yang tidak pernah putus mendukung Venny Alawiyah, Ais Puspa Bhuwana, Agustian Fahrudin, Chinthia Ganesha. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak
Bogor, Agustus 2016
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN
iii iv v
PENDAHULUAN Latar Belakang. Rumusan Masalah. Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian
1 1 3 3 3
TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata Jenis Pariwisata Obyek Pariwisata Jenis Obyek Wisata Wisata Budaya dan Sejarah Komunikasi Pemasaran Komunikasi Pemasaran Pariwisata Efektivitas Komunikasi Pemasaran Media Komunikasi Pemasaran Efektivitas Promosi dengan Perilaku Pengunjung Karakteristik Pengunjung Motivasi Pengunjung untuk Berwisata Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran Pariwisata Hasil Penelitian Terkait Kerangka Pemikiran Hipotesis Definisi Operasional
5 5 5 6 6 7 7 8 9 10 14 15 16
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Teknik Pengumpulan Data Teknik Pemilihan Responden dan Informan Teknik Pengolahan dan Analisis Data
23 23 23 24 24
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Sejarah dan Perkembangan Kompleks Candi Gedong Songo Pengelola dan Struktur Organisasi Konsep Wisata dan Fasilitas di Kompleks Candi Gedong Songo Media Komunikasi Pemasaran Kompleks Candi Gedong Songo
27 27 33 34 38
16 17 18 20 20
ii
PROFIL PENGUNJUNG Kompleks Candi Gedong Songo Usia Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Motivasi Frekuensi Wisata
45 45 46 46 47 47 48
BENTUK-BENTUK MEDIA KOMUNIKASI PEMASARAN KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO Keragaman Media. Frekuensi Penerimaan Pesan
51 51 54
EFEKTIVITAS MEDIA KOMUNIKASI PEMASARAN Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran Berdasarkan Aspek Kognitif Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran Berdasarkan Aspek Afektif Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran Berdasarkan Aspek Konatif
55 55 57 58
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS MEDIA KOMUNIKASI PEMASARAN KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran Berdasarkan Aspek Kognitif Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran Berdasarkan Aspek Afektif Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran Berdasarkan Aspek Konatif
61 61 66 70
PENUTUP. Simpulan Saran
75 75 75
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
77 79 93
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Jenis-Jenis Media Iklan serta Keunggulan dan Keterbatasannya
Tabel 2
Populasi dan Sampel Penelitian Pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo Rata-Rata Per-Tahun Jenis-Jenis Wisata dan Fasilitas yang ada di Kawasan Kompleks Candi Gedong Songo Jenis-Jenis Media Komunikasi Pemasaran yang Digunakan Kompleks Candi Gedong Songo Jumlah dan Persentase Pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo Semarang Berdasarkan Karakteristik Pengunjung, 2016 Jumlah dan Persentase Motivasi Pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo Semarang Berdasarkan Urutan Tertinggi Hingga Terendah, 2016 Jumlah dan Persentase Pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo Semarang Menurut Bentuk Media Komunikasi Pemasaran yang Digunakan, 2016 Jumlah dan Persentase Pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo Semarang Berdasarkan Media yang Paling Berpengaruh pada Kedatangan Wisata, 2016 Jumlah dan Persentase Pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo Semarang Berdasarkan Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran pada Aspek Kognitif, 2016 Jumlah dan Persentase Kognitif Pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo Semarang Berdasarkan Masing-Masing Aspek, 2016 Jumlah dan Persentase Pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo Semarang Berdasarkan Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran pada Aspek Afektif, 2016 Jumlah dan Persentase Afektif Pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo Semarang Berdasarkan Masing-Masing Aspek, 2016 Jumlah dan Persentase Pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo Semarang Berdasarkan Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran pada Aspek Konatif, 2016 Jumlah dan Persentase Konatif Pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo Semarang Berdasarkan Masing-Masing Aspek, 2016 Hasil Uji Statistik Regresi Linear Berganda, Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran dalam Aspek Kognitif Arah Pengaruh Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran terhadap Aspek Kognitif Pengunjung Hasil Uji Statistik Regresi Linear Berganda, Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran dalam Aspek Afektif
Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
Tabel 9
Tabel 10
Tabel 11
Tabel 12
Tabel 13
Tabel 14
Tabel 15
Tabel 16
Tabel 17
13 24 37 38 45 48
51
53
55
56
57
57
59
59
62
63
67
iv
Tabel 18
Tabel 19
Tabel 20
Arah Pengaruh Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran terhadap Aspek Afektif 67 Pengunjung Hasil Uji Statistik Regresi Linear Berganda, Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran 71 dalam Aspek Konatif Arah Pengaruh Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas 72 Komunikasi Pemasaran terhadap Aspek Konatif Pengunjung
DAFTAR GAMBAR Gambar 1
Tujuan Komunikasi, Respon Khalayak, dan Proses Pembelian
10
(Tjiptono 2008) Gambar 2
Kerangka Pemikiran
19
Gambar 3
Candi Gedong 1 di Kawasan Kompleks Candi Gedong Songo
29
Gambar 4
Candi Gedong 2 di Kawasan Kompleks Candi Gedong Songo
30
Gambar 5
Candi Gedong 3 di Kawasan Kompleks Candi Gedong Songo
31
Gambar 6
Candi Gedong 4 di Kawasan Kompleks Candi Gedong Songo
32
Gambar 7
Candi Gedong 5 di Kawasan Kompleks Candi Gedong Songo
33
Gambar 8
Bentuk Leaflet Kompleks Candi Gedong Songo
40
Gambar 9
Bentuk Booklet Kompleks Candi Gedong Songo
40
Gambar 10 Halaman Facebook Kawasan Wisata Kompleks Candi Gedong
41
Songo Gambar 11 Halaman Website Kawasan Wisata Kompleks Candi Gedong
41
Songo Gambar 12 Bentuk Billboard Kompleks Candi Gedong Songo
42
Gambar 13 Bentuk Baliho Kompleks Candi Gedong Songo
42
Gambar 14 Bentuk Penunjuk Jalan Kompleks Candi Gedong Songo
42
v
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Hasil Uji Regresi Linear Berganda
81
Lampiran 2
Jadwal Penelitian
84
Lampiran 3
Struktur Organisasi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata
86
Lampiran 4
Dokumentasi
86
Lampiran 5
Catatan Kasus-kasus Pengunjung
89
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Pariwisata merupakan suatu kegiatan perjalanan wisata yang dilakukan manusia dengan motif rekreasi atau liburan. Pariwisata ialah suatu kegiatan rekreasi diluar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain (Damanik dan Weber 2006). Undang-undang No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan mendefinisikan bahwa wisata sebagai kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan diri, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Menurut Pitana dan Gayatri (2005) pariwisata juga merupakan suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat, sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat. Dewasa ini, potensi pariwisata di Indonesia sangatlah besar sehingga menjadi salah satu industri yang merupakan andalan utama dalam menghasilkan devisa negara. Hal tersebut didukung dengan data yang diperoleh dari Pusat Data Informasi Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dan Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyatakan bahwa terjadinya peningkatan jumlah pemasukan perjalanan wisata nusantara sejak tahun 2009 hingga 2013 sebesar 39,13 triliun1. Tingginya minat berwisata dari masyarakat Indonesia, dimanfaatkan sebagian pelaku usaha untuk mengembangkan bisnis usaha jasa wisata. Hal ini menyebabkan perlu adanya inovasi dari berbagai jenis pariwisata yang ada, sehingga dapat mempertahankan keeksistensiannya. Salah satu bentuk wisata di Indonesia adalah wisata sejarah dan budaya yang bertujuan untuk melestarikan sejarah dan budaya yang ada, yaitu wisata sejarah dan budaya kompleks candi Gedong Songo. Kompleks Candi Gedong Songo merupakan sebuah komplek candi yang berada di kaki Gunung Ungaran tepatnya di desa Candi, Kecamatan Bandungan yang berjarak 9km dari Kota Ambarawa dan 12km dari kota Ungaran. Kompleks Candi Gedong Songo termasuk salah satu peninggalan budaya Hindu dari zaman Wangsa Sanjaya pada abad IX yang ditemukan oleh Raffles pada tahun 1804. Keadaan alam Kompleks Candi Gedong Songo diindentik dengan hawa yang sejuk dan pemandangan alamnya yang indah serta dilengkapi pula dengan pemandian air panas, areal perkemahan dan wisata berkuda. Disekitar lokasi wisata juga terdapat penginapan dan hotel. Kompleks Candi Gedong Songo tidak hanya memiliki bangunan candi. Karena terletak di daerah pegunungan, di sekitar kawasan Kompleks Candi Gedong Songo masih banyak dikelilingi kawasan hutan serta perkebunan sayur dan bunga yang membuat Kawasan Kompleks Candi Gedong Songo semakin menarik. Untuk menginformasikan keberadaan tempat wisata agar diketahui oleh calon pengunjung, maka diperlukan peran komunikasi pemasaran. Hal ini 1
http://www.parekraf.go.id/userfiles/file/B_1%20Rekapitulasi%20Wisnus%202009%202013(1).pdf
2
bertujuan untuk mempromosikan potensi pariwisata alam lengkap dengan situssitus peninggalan sejarah dan budaya yang ada di daerah tersebut sebagai daya tarik wisata. Agar dapat menjangkau khalayak, dibutuhkannya suatu media untuk pemasaran wisata Kompleks Candi Gedong Songo. Menurut Kusumastuti (2009) media komunikasi pemasaran terbagi atas tiga; media massa yang terdiri dari media elektronik dan cetak, media kelompok yang biasanya digunakan pada kegiatan-kegiatan yang melibatkan kelompok tertentu, serta media personal yang meliputi katalog, profil korporat, dan folder serta saat ini dapat ditambahkan oleh word of mouth marketing yaitu promosi yang berasal dari saluran komunikasi pribadi. Selama ini, Kompleks Candi Gedong Songo sudah banyak diketahui oleh masyarakat Jawa Tengah, terutama masyarakat sekitar Kabupaten Semarang. Masyarakat banyak mengaku mengetahui Kompleks Candi Gedong Songo secara turun-temurun dari keluarga mereka yang memang tinggal di sekitar Kompleks Candi Gedong Songo. Kompleks Candi Gedong Songo juga masih aktif digunakan sebagai tempat melakukan kegiatan keagamaan Hindu oleh masyarakat setempat. Sehingga rata-rata pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo merupakan masyarakat sekitar Jawa Tengah itu sendiri. Untuk meningkatkan pemasaran Kompleks Candi Gedong Songo, Pengelola juga melakukan komunikasi pemasaran melalui media komunikasi pemasaran, sehingga masyarakat luar kawasan Jawa Tengah juga dapat mengetahui Kompleks Candi Gedong Songo. Pengelola Kompleks Candi Gedong Songo sudah melakukan promosi melalui media penyiaran yang berupa televisi dan radio; media cetak yang berupa Koran, booklet, leaflet; media internet yang berupa website dan facebook; media ruang public yang berupa billboard, baliho dan penunjuk jalan; dan media word of mouth. Komunikasi pemasaran dikatakan efektif jika suatu perusahaan sudah mampu atau berhasil menyampaikan promosinya melalui media-media promosi kepada khalayak. Media promosi ini dapat dikatakan efektif jika wisata Candi Gedong Songo ini sudah mampu atau berhasil menyampaikan promosinya ke pada pengunjung untuk datang ke tempat wisata tersebut. Efektivitas media komunikasi pemasaran dapat dilihat dari perubahan sikap pengunjung yang terdiri dari tiga aspek yaitu: aspek kognitif (pengetahuan), aspek afektif (perasaan), dan aspek konatif (perilaku). Sebagai research diatas, efektivitas media komunikasi pemasaran wisata sejarah dan budaya kompleks Candi Gedong Songo berfokus kepada efektivitas media komunikasi pemasaran dari 3 aspek, yaitu aspek kognitif, afektif dan konatif.
3
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, beberapa rumusan masalah dapat dirangkum menjadi pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana efektivitas media komunikasi pemasaran wisata Candi Gedong Songo? 2. Apa saja faktor yang mempengaruhi efektivitas media komunikasi pemasaran wisata Candi Gedong Songo yang dilihat dari aspek kognitif, afektif dan konatif dari calon pengunjung? Tujuan penelitian Tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1. Menganalisis efektivitas media komunikasi pemasaran wisata Candi Gedong Songo. 2. Menganalisis faktor yang mempengaruhi efektivitas media komunikasi pemasaran wisata Candi Gedong Songo yang dilihat dari aspek kognitif, afektif dan konatif dari calon pengunjung. Kegunaan penelitian Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi beberapa pihak, yakni; 1. Bagi pengelola, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi pengelola untuk pengoptimalan promosi dan pemasaran wisata candi Gedong Songo. 2. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan mengenai efektivitas media komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh suatu pengelola. 3. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai wisata sejarah dan budaya terutama wisata Candi Gedong Songo.
4
5
TINJAUAN PUSTAKA
Pariwisata Pariwisata didefinisikan menurut UU No. 10 Tahun 2009, berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Damanik dan Weber (2006) menyatakan bahwa pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Sebagai suatu aktivitas, pariwisata adalah suatu fenomena pergerakan manusia, barang, dan jasa yang sangat kompleks. Wisata merupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Pendhit (2002) wisata budaya adalah perjalanan yang bertujuan untuk mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat, cara hidup, budaya dan seni atau kegiatan yang bermotif kesejahteraan. Jenis Pariwisata Spillane (1994) menyatakan bahwa motif-motif dalam pariwisata sangat bervariasi dan mempunyai pengaruh yang menentukan pada daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi. Perbedaan motif tersebut tercermin dengan adanya berbagai jenis pariwisata. Walaupun banyak jenis wisata ditentukan menurut motif tujuan perjalanan, namun dapat pula dibedakan adanya beberapa jenis pariwisata khusus, yaitu : 1. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (Pleasure tourism) Pariwisata jenis ini dilakukan oleh orang yang meninggalkan tempat tinggalnya dengan tujuan untuk berlibur, memenuhi keingin-tahuannya, mengendorkan syaraf-syaraf yang tegang, maupun untuk melihat sesuatu yang baru, untuk menikmati keindahan alam, untuk mengetahui hikayat rakyat setempat, untuk mendapatkan ketenangan dan kedamaian di daerah luar kota, atau bahkan sebaliknya untuk menikmati hiburan di kota-kota besar ataupun untuk ikut serta dalam keramaian pusat-pusat wisatawan. 2. Pariwisata untuk rekreasi (Recreation tourism) Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk tujuan beristirahat, memulihkan kondisi jasmani dan rohaninya, maupun untuk menyegarkan keletihan dan kelelahannya. Biasanya mereka akan tinggal selama mungkin di tempat-tempat wisata agar menemukan kenikmatan yang diperlukan. 3. Pariwisata untuk kebudayaan (Cultural tourism). Jenis pariwisata ini ditandai dengan motivasi, seperti ingin belajar di pusat penelitian dan riset, untuk mempelajari adat istiadat dan kelembagaan dari daerah yang berbeda, untuk mengunjungi monumen bersejarah, untuk mengunjungi pusat kesenian, pusat-pusat keagamaan, maupun ikut serta dalam festival-festival seni musik.
6
4. Pariwisata untuk olahraga (Sport tourism) Jenis pariwisata ini bertujuan untuk olahraga. Jenis pariwisata ini dapat dibagi dalam dua kategori : a. Big Sport Events, yaitu pariwisata-pariwisata olahraga besar yang menarik perhatian tidak hanya pada olahragawannya sendiri, tetapi juga ribuan penonton atau penggemarnya. b. Sporting Tourism of the Practitioners, yaitu pariwisata olahraga bagi mereka yang ingin berlatih dan mempraktikan sendiri. Negara yang memiliki banyak fasilitas atau tempat-tempat olahraga seperti ini tentu dapat menarik sejumlah besar penggemar jenis olahraga pariwisata ini. 5. Pariwisata untuk urusan dagang (Bussines tourism) Pariwisata jenis ini menekankan pada pemanfaatan waktu luang oleh pelakunya disela-sela kesibukan bisnis yang sedang dijalani. Biasanya waktu luang tersebut akan dimanfaatkan untuk mengunjungi berbagai obyek wisata yang ada di daerah tujuan. 6. Pariwisata untuk berkonvensi (Convention tourism) Motif pariwisata jenis ini biasanya dilatar belakangi oleh adanya agenda rapat atau konferensi yang biasanya dihadiri oleh banyak orang dari berbagai daerah atau negara yang berbeda, sehingga mengharuskan untuk tinggal beberapa hari di daerah atau negara penyelenggara konferensi tersebut. Obyek Wisata Musanef (1996) menyatakan bahwa obyek wisata adalah tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya wisata yang di bangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan. Obyek dan daya tarik wisata merupakan salah satu unsur pokok dalam pembagunan kepariwisataan seperti akomodasi, resto dan rumah makan, transportasi, industri kerajinan / cinderamata dan usaha jasa pelayanan serta usaha jasa pangan. Jenis Obyek Wisata Dalam Undang-Undang No. 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan pasal 4 menyebutkan bahwa obyek dan daya tarik wisata terdiri dari : 1. Obyek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud keadaan alam, flora dan fauna. 2. Obyek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan sejarah, purbakala, wisata agro, taman rekreasi dan tempat hiburan. Selain itu, pengusahaan obyek dan daya tarik wisata dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu : 1. Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata alam. 2. Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata budaya. 3. Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata minat khusus (Musanef, 1996).
7
Pada dasarnya Obyek Wisata Kompleks Candi Gedong Songo merupakan obyek dan daya tarik wisata hasil karya manusia dimana keberadaan Candi Borobudur sebagai peninggalan purbakala dan menjadi kekayaan budaya yang memiliki potensi untuk dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai penunjang peningkatan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, terutama yang berada disekitarnya. Wisata Budaya dan Sejarah Wisata budaya adalah bepergian bersama-sama dengan tujuan mengenali hasil kebudayaan setempat. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001). Batasan yang lain wisata budaya adalah gerak atau kegiatan wisata yang dirangsang oleh adanya objek-objek wisata yang berwujud hasil-hasil seni budaya setempat, adat istiadat, upacara agarna, tata hidup masyarakat, peninggalan sejarah, hasil seni, kerajinankerajinan rakyat dan sebagainya (Damardjati, 1989) Definisi pariwisata dari dimensi sosial budaya menitikberatkan perhatian pada upaya memenuhi kebutuhan wisatawan dengan berbagai karakteristiknya, seperti definisi yang dikemukakan oleh Mathieson and Wall, 1982 (Gunn, 2002), “Tourism is the temporary movement of people to destinations outside their normal places of work and residence, the activities undertaken during their stay in those destinations, and the facilities created to cater to their needs”. Leiper (1981) mengemukakan bahwa wisata budaya adalah interaksi antara elemen lingkungan fisik, ekonomi, dan sosial budaya serta kerangka pembentuk sejarah, alam, dan budaya. Komunikasi Pemasaran Tjiptono (2008) menyatakan komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang dilakukan untuk menyebarkan informasi, mempengaruhi atau membujuk pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan. Kotler (2002) menyatakan manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan kerja harga, promosi, serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaransasaran individu dan organisasi. Kotler (2002) kembali menjelaskan bahwa pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana pribadi atau organisasi memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran nilai dengan orang lain. Sedangkan menurut Kotler (2000) dikutip oleh Kusumastuti (2009) komunikasi pemasaran sebagai usaha untuk menyampaikan pesan kepada publik, terutama konsumen sasaran, mengenai keberadaan suatu produk di pasar. Komunikasi pemasaran dapat dipahami dengan menguraikan dua unsur pokoknya, yaitu komunikasi dan pemasaran. Komunikasi merupakan proses memaknai yang dilakukan oleh seseorang terhadap informasi, sikap, dan perilaku orang lain yang berbentuk pengetahuan, pembicaraan, gerak-gerik atau sikap, perilaku dan perasaan-perasaan sehingga seseorang membuat reaksi-reaksi terhadap informasi, sikap dan perilaku tersebut berdasarkan pada pengalaman yang pernah dialami (Bungin 2006). Tujuan utama dari komunikasi pemasaran adalah
8
menginformasikan, mempengaruhi, dan membujuk, serta mengingatkan pelanggan sasaran tentang perusahaan dan bauran pemasarannya (Tjiptono 2008). Tujuan komunikasi pemasaran menurut Kusumastuti (2009) adalah: 1) Memberi informasi dan membuat konsumen menyadari keberadaan produk yang ditawarkan; 2) Mengingatkan konsumen tentang keberadaan produk, konsumen diingatkan bahwa produk yang sejak dulu dikenal masih tetap ada dan hingga saat ini masih tersedia di pasaran; 3) Membujuk konsumen untuk melakukan pembelian; 4) Menunjukkan perbedaan produk yang ditawarkan oleh suatu perusahaan dengan perusahaan lain; 5) Menghantarkan nilai-nilai sosial pada masyarakat. Komunikasi pemasaran membantu kegiatan pemasaran suatu perusahaan yang dapat berbentuk penjualan perorangan, iklan, promosi penjualan, perusahaan sponsorship, publisitas, dan komunikasi di tempat pembelian. Komunikasi pemasaran bertujuan untuk memberikan informasi, memperkenalkan suatu produk/jasa untuk menarik perhatian konsumen untuk membeli atau memanfaatkan suatu produk/jasa tersebut (Shimp 2003). Menurut Kotler di terjemahkan oleh Susanto (2001), bauran komunikasi pemasaran (disebut juga bauran promosi) terdiri dari lima kiat utama: 1) Pengiklanan: semua bentuk presentasi nonpersonal dan promosi ide, barang atau jasa oleh sponsor yang ditunjuk dengan mendapat bayaran; 2) Pemasaran langsung: penggunaan surat, telepon, dan alat penghubung nonpersonal lainnya untuk berkomunikasi dengan atau mendapatkan respons dari pelanggan dan calon pelanggan tertentu; 3) Promosi penjualan: insentif jangka pendek untuk mendorong keinginan mencoba atau pembelian produk atau jasa; 4) Hubungan masyarakat dan publisitas: berbagai program yang dirancang untuk mempromosikan dan/atau melindungi citra perusahaan atau produk individualnya; 5) Penjualan personal: interaksi langsung antara satu atau lebih calon pembeli dengan tujuan melakukan penjualan. Dalam kegiatan komunikasi pemasaran mencakup: 1) memasang iklan (beriklan) di media massa (media advertising); 2) pemasaran langsung (direct marketing); 3) promosi penjualan (sales promotion); 4) penjualan personal (personal selling); 5) pemasaran interaktif; dan 6) hubungan masyarakat (public relation) untuk mencapai komunikasi pemasaran yang lebih efektif, (Morissan 2010). Terkait dengan cara-cara memperlakukan kegiatan komunikasi pemasaran, dikenal dengan istilah bauran komunikasi pemasaran (disebut juga dengan bauran promosi) seperti yang dijelaskan oleh Kotler (1995) terdiri dari lima kiat utama yaitu: 1) Pengiklanan; 2) Pemasaran langsung; 3) Promosi penjualan; 4) Hubungan masyarakat dan Publisitas; 5) Penjualan personal. Komunikasi Pemasaran Pariwisata Pemasaran wisata dapat dibatasi sebagai upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan oleh Organisasi Pariwisata Nasional dan/atau badan-badan usaha pariwisata, pada taraf internasional, nasional dan lokal guna memenuhi kepuasan wisatawan baik secara kelompok maupun pribadi masing-masing, dengan maksud meningkatkan pertumbuhan pariwisata. Karena itu, promosi harus berkembang menjadi kebijakan yang berorientasi pada pemasaran dalam arti bahwa permintaan harus menentukan penawaran bukan sebaliknya (Wahab 2003). Disini dapat
9
dijelaskan bahwa permintaan pariwisata seperti daya tarik desa wisata, harga, maupun keramahan penduduk di sekitar desa wisata dapat mempengaruhi penawaran. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi lama wisatawan tinggal, loyalitas wisatawan terhadap desa wisata, dan banyaknya wisatawan yang berkunjung ke desa wisata tersebut. Pariwisata merupakan industri yang sangat kompleks (industri penginapan, industri angkutan, industri cinderamata, dan lain-lain) karena kegiatannya yang beragam sehingga harus bekerjasama untuk menciptakan produknya. Dengan ragamnya yang kompleks tersebut, komunikasi pemasaran pariwisata harus diarahkan pada sekian banyak wisatawan dengan kebutuhan, sikap, selera, harapan, dan pola perilaku yang berbeda di berbagai tempat. Sehingga komunikasi pemasaran yang berdaya guna adalah salah satu teknik yang mampu menerobos keinginan wisatawan. Dalam komunikasi pemasaran ini harus berhasil dalam mengkomunikasikan misinya melalui media yang efektif (Wahab 2003). Ciri-Ciri Promosi Pariwisata: 1. Promosi biasanya dilakukan dengan perantaraan media, seperti: a. Iklan b. Publisitas c. Hubungan masyarakat 2. Promosi meliputi seluruh kegiatan yang direncanakan, yang termasuk di dalamnya penyebaran informasi (periklanan, film, brosur, buku panduan, poster, dan sebagainya). 3. Promosi dilakukan melalui beragam saluran media massa (surat kabar, bioskop, radio, TV, pengiriman surat, dan lain-lain). Kegiatan itu dimaksudkan mengirim berita dan mempengaruhi calon wisatawan agar berminat datang ke suatu daerah tujuan wisata (Wahab 2003). Komunikasi pemasaran pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata juga dilakukan dengan menggunakan media. Seperti melalui iklan, dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata bekerjasama dengan media cetak (surat kabar, brosur, poster, leaflet, booklet), elektronik (TVdan radio), dan media online dalam memberikan informasi kepariwisataan desa wisata. Komunikasi pemasaran melalui media online dilakukan lewat website, serta email dan facebook. Sedangkan komunikasi pemasaran yang menggunakan hubungan masyarakat dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata melalui eventevent kepariwisataan. Tidak mungkin event ini diselenggarakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sendiri tanpa melibatkan partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat merupakan kunci keberhasilan dari pelaksanaan event ini. Efektivitas Komunikasi Pemasaran Nourmaulina (2013) efektivitas komunikasi pemasaran dapat diukur pada aspek kognitif, afektif, dan konatif. Sementara itu, ketiga aspek tersebut merupakan ukuran perubahan sikap konsumen yang diungkapkan oleh Engel dikutip oleh Huriyati (2008) respon atau tanggapan konsumen dapat diukur dari ; 1. Efek kognitif, yaitu membentuk kesadaran informasi tertentu 2. Efek afeksi, yakni memberikan pengaruh untuk melakukan sesuatu, yang diharapkan dalam tahap ini adalah realisasi pembelian
10
3. Efek konatif atau perilaku, yaitu mebentuk pola khalayak menjadi perilaku selanjutnya, yang diharapkan adalah pembelian ulang Tjiptono (2008) mengaitkan antara tujuan komunikasi, respon dan tahapan proses pembelian, sebagai berikut ; Proses Pembelian Tujuan Komunikasi
Respon Khalayak
Informing
Kognitif
Awareness
Persuading
Afektif
Interest Trial Act
Reminding
Konatif
Follow-up
Gambar 1. Tujuan Komunikasi, Respon Khalayak, dan Proses Pembelian (Tjiptono 2008)
Media Komunikasi Pemasaran Morissan (2001) media (medium) adalah kategori umum dari sistem pengiriman pesan yang mencakup beberapa media yaitu media penyiaran (televisi dan radio), media cetak (brosur dan surat kabar), surat, iklan luar ruang, (outdoor advertising), dan media pendukung lainnya. Menurut Ray (1982) dikutip oleh Morissan (2001) promosi adalah koordinasi dari seluruh upaya yang dimulai dari pihak penjual untuk membangun berbagai saluran informasi dan persuasi untuk menjual barang dan jasa atau memperkenalkan suatu gagasan. Morissan (2001) dikutip oleh Wahyuni (2014) iklan media terdiri dari iklan media penyiaran, iklan media cetak, dan iklan media internet. Selain itu media dalam melakukan komunikasi pemasaran harus tetap diperhatikan, karena media penyampai pesan memegang peranan penting dalam proses komunikasi. Media komunikasi pemasaran tersebut terdiri dari surat kabar, brosur, majalah, televisi, radio, media luar ruang, iklan transit, dan direct mail (Tjiptono 2008). Kusumastuti (2009) membagi media yang biasa digunakan dalam komunikasi pemasaran menjadi tiga kelompok, yaitu: 1. Media massa, yang terdiri dari media massa elektronik dan media cetak. 2. Media kelompok, yang biasa digunakan pada kegiatan-kegiatan yang melibatkan kelompok tertentu. Bentuk media ini diantaranya adalah video presentasi. 3. Media personal, seperti katalog, profil korporat, dan folder. Pemilihan media promosi yang tepat akan memiliki pengaruh besar pada proses pemasaran yang dilakukan. Melalui media, konsumen dengan mudah mengetahui produk yang akan dijual. Efisiensi penggunaan media dilihat dari sejauh mana media itu dapat menjangkau sasaran secara tepat, frekuensi yang dibutuhkan dan durasi tayang iklan pada media dengan intensitas tinggi. Sejauh ini, pemasangan iklan masih terpaku pada jenis media yang sudah umum semisal media massa elektronik dan media cetak (surat kabar dan majalah) (Kusumastuti
11
2009). Setiap pemilihan media promosi digunakan untuk memperkenalkan produk agar konsumen (pembeli) menjadi tahu, paham, menentukan sikap, dan membeli produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Media dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti ciri produk, jenis pesan, pasar sasaran, dan jenis distribusi, anggaran, strategi iklan pesaing, serta keunggulan dan kekurangan media itu sendiri. Media Penyiaran Media penyiaran terdiri dari televisi dan radio yang telah menjadi media yang sering digunakan oleh pemasang iklan. Morissan (2001) Media penyiaran merupakan salah satu jenis media yang disukai oleh khalayak baik dari sumber mengenai informasi dan desain pesan yang disampaikan. Televisi merupakan salah satu media elektronik yang sangat digemari oleh masyarakat, keunggulan dari televisi yaitu menggabungkan gambar, suara, dan gerakan; merangsang indera; perhatian tinggi; jangkauan tinggi. Sedangkan keterbatasan dari media elektronik televisi yaitu biaya absolut tinggi; kekacauan tinggi. Selain televisi, penggunaan media elektronik radio sama digemari oleh masyarakat. Keunggulan dari radio yaitu penggunaan masal; pemilihan geografis dan demografis tinggi; biaya rendah. Kotler (2002) keterbatasan dari media elektronik radio yaitu hanya penyajian suara; perhatian lebih rendah daripada televisi; struktur harga tidak standar; paparan bergerak kilat. Media Cetak Riyanto (2000) dikutip oleh Arindi (2012) Media cetak adalah pesanpesan komersial dari produsen kepada khalayak konsumennya yang disampaikan lewat media cetak. Koran dan majalah merupakan media massa cetak yang menjadi alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan tulisan dan gambar. Jenis-jenis iklan media cetak yaitu terdiri dari 1) brosur, 2) majalah, 3) surat kabar dan 4) tabloid. Penggunaan media cetak dapat mempermudah pesan yang akan disampaikan dari produsen ke konsumen karena bentuk media cetak yang mudah dibawa dan tidak memakan waktu banyak untuk membacanya. Keunggulan dari media cetak ini usia penggunaan panjang; penerusan pembacaan baik, terkendali penuh; dapat mendramatisir pesan, ketepatan waktu, jangkauan pasar lokal yang baik, penerimaan luas, tingkat kepercayaan tinggi. Sedangkan keterbatasan media cetak yaitu usia penggunan pendek, mutu reproduksi jelek, perencanaan pembelian iklan panjang; tidak ada jaminan posisi, produksi berlebihan dapat membuat biaya hilang sia-sia (Tjiptono 2008). Media Internet Shimp (2003) menyatakan bahwa suatu ribuan pemasar telah beralih ke internet sebagai calon media untuk mempromosikan merek mereka dan melakukan transaksi penjualan. Media promosi menggunakan media internet dapat dilakukan melalui web, dan situs jejaring sosial lainya seperti (facebook & twitter). Scott (2009) web digunakan untuk menyampaikan pemikiran dan konten informatif melalui situs Web, blog, e-book, white paper, gambar, foto, konten
12
audio, dan video, atau bahkan bentuk lainnya seperti penempatan produk, permainan, dan realitas virtual. Situmorang (2010) menyatakan bahwa seiring waktu maka munculah situs jejaring sosial atau situs pertemanan yang lebih canggih seperti MySpace, Friendster, Facebook dan kemudian Twitter. Internet sebagai sarana berkomunikasi pada mulanya banyak digunakan untuk saling berkirim e-mail dengan menggunakan Yahoo atau Hotmail. Media Ruang Publik Santoso (2011) Alternatif media dengan memanfaatkan media ruang publik, antara lain dapat memanfaatkan: poster dan atau sticker pada body dalam dan luar bis kota, pager rumah, tiang listrik, dan sebagainya, billboard, baleho, poster, spanduk, umbul-umbul, balon raksasa, dan lain-lain. Tjiptono (2008) Media luar ruang, yaitu media iklan (biasanya berukuran besar) yang dipasang ditempat-tempat terbuka seperti di pinggir jalan, di pusat keramaian, atau tempattempat khusus lainnya, seperti di dalam bis kota, gedung, pagar tembok, dan sebagainya. Keunggulan beriklan dengan menggunakan media ruang publik: umumnya relatif murah, kecuali pada baliho dan billboard, sangat mencolok karena ukuran besar, penampilan menarik, luwes, sedikit pesaing, pesan iklan ditayangkan berkali-kali atau terus menerus, kesinambungan dan keberlanjutan yang baik, penempatan yang strategis dapat membuat masyarakat yang lalu lalang terekspos untuk memandangnya. Kelemahan beriklan dengan menggunakan media ruang publik: membahayakan pengemudi, kreativitas agak terbatas, efektif hanya bagi publik yang berkendaraan dengan ruang pandang luas, misalnya kendaraan pribadi seperti sepeda, sepeda motor, dan mobil. Media Word of Mouth Pemasaran yang dilakukan dari mulut ke mulut (word of mouth) atau yang biasa disebut WOM adalah bentuk promosi yang dilakukan oleh konsumen melalui perbincangan dengan konsumen lain, dan tidak ada satupun dari mereka adalah pemasar. Bentuk komunikasi pemasaran ini dapat terjadi karena kesan mendalam konsumen terhadap produk atau perusahaan tertentu sehingga konsumen tersebut ingin menyampaikan informasi yang dia ketahui tentang produk atau perusahaan tersebut kepada orang lain. Komunikasi pemasaran melalui WOM tidak memerlukan biaya yang begitu besar, namun dapat memberikan dampak yang besar bagi perusahaan. Pemasaran Word of Mouth (WOM) ini merupakan bauran komunikasi pemasaran yang paling efektif karena memungkinkan komunikasi pribadi dan mendapat umpan-balik. Menurut Yassiranda (2011) dikutip oleh Amalia (2012) menyatakan bahwa “word of mouth juga termasuk dalam kegiatan media komunikasi pemasaran”. Suparman (1996) Efektifitas komunikasi WOM dikarenakan beberapa aspek yaitu antara lain: 1) pesan-pesan WOM dapat diadaptasi untuk penerima (receiver), 2) pesan-pesan WOM relatif diterima secara reliable dan jujur, 3) sumber-sumber WOM dianggap memiliki pengalaman sehingga mengetahui informasi yang ingin diketahui receiver, dan 4) WOM dapat diterima sebagai pesan yang tidak bias.
13
Tabel 1 Jenis-jenis media iklan serta keunggulan dan keterbatasannya Media Keunggulan Keterbatasan Koran Fleksibilitas, ketepatan Usia penggunan pendek, waktu, jangkauan pasar mutu lokal Reproduksi jelek, audiens ”terusan” kecil yang baik, penerimaan luas, tingkat kepercayaan tinggi Televisi Menggabungkan Biaya absolut tinggi; gambar, kekacauan tinggi suara, dan gerakan; merangsang indera; perhatian tinggi; jangkauan tinggi Surat Langsung Audiens Biaya relatif tinggi, citra (Direct-mail) terpilih;fleksibilitas; surat Sampah tidak ada pesaing iklan dalam media yang sama; personalisasi Radio Penggunaan masaal; Hanya penyajian suara; pemilihan geografis dan perhatian lebih rendah demografis tinggi; biaya daripada televisi; rendah struktur harga tidak standar; paparan bergerak kilat. Majalah Pemilihan geografis dan Perencanaan pembelian demografis tinggi; iklan panjang; sebagian kredibilitas dan gengsi; sirkulasi siasia; tidak ada reproduksi bermutu jaminan posisi tinggi; usia penggunaan panjang; penerusan pembacaan baik Brosur Fleksibilitas; terkendali Produksi berlebihan penuh;dapat dapat membuat biaya mendramatisir pesan hilang sia-sia Internet Pemilihan audiens Media relatif baru tinggi; dengan Kemungkinan interaktif; jumlah pengguna yang biaya relatif rendah rendah dibeberapa Negara Sumber: Kotler (2002)
14
Efektivitas Promosi dengan Perilaku Pengunjung Efektivitas adalah suatu penilaian yang dibuat sehubungan dengan prestasi individu, kelompok dan organisasi sehingga semakin dekat prestasi yang dicapai dengan prestasi yang diharapkan, berarti semakin efektif penilaian terhadap individu, kelompok dan organisasi. Setiap konsumen membutuhkan informasi yang akurat mengenai suatu produk sehingga konsumen tersebut dapat menentukan pilihan yang berujung pada pembelian produk tersebut. Informasi yang diperoleh konsumen dari komunikasi pemasaran memberikan banyak pengetahuan untuk proses perilaku. Informasi yang sudah diterima konsumen dapat membentuk suatu sikap untuk mengambil keputusan guna menentukan produk yang dipilihnya. Konsumen dalam wisata sejarah dan budaya adalah para wisatawan yang mengunjungi suatu tempat wisata sejarah dan budaya. Menurut Kotler dan Amstrong (2008) dikutip oleh Amalia (2012) seseorang senantiasa mempunyai banyak kebutuhan, misalnya kebutuhan biologis dan psikologis. Kebutuhan menjadi motif ketika pada saat kebutuhan itu mencapai tingkat intensitas yang kuat, misalnya konsumen atau pengunjung akan memiliki motivasi yang berbeda untuk memilih bentuk rekreasi apa yang diinginkan. Kunjungan wisatawan ke obyek wisata dipengaruhi oleh berbagai faktor. Setiap orang memiliki tujuan tertentu dalam melakukan kunjungannya, perilaku kunjungan wisatawan ini dipengaruhi oleh faktor yang dapat mengalihkan perhatian, minat, hasrat, keputusan dan tindakan wisatawan. Putri (2011) Perilaku konsumen adalah seluruh kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, atau menghabiskan sebuah produk/jasa. Perilaku konsumen sangat menentukan proses pengambilan keputusan membeli, menghabiskan atau mengambil sesuatu. Konsumen akan menggunakan berbagai kriteria dalam membeli produk atau jasa tertentu, konsumen akan membeli produk yang sesuai dengan kebutuhan, selera, dan kemampuan belinya. Konsumen memiliki karateristik yang dapat mempengaruhi perilaku dalam proses pengambilan keputusan pembelian. Karateristik konsumen terdiri dari pengetahuan dan pengalaman konsumen, kepribadian konsumen, serta karateristik demografi konsumen. Karateristik demografi tersebut dapat dilihat dari faktor-faktor usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, agama, suku, bangsa, pendapatan, jenis keluarga, lokasi geografis, dan kelas sosial (Putri 2011). Perilaku seorang konsumen merupakan gambaran dari sikapnya. Komponen kognitif dari sikap menggambarkan pengetahuan dan persepsi terhadap suatu obyek, komponen afektif menggambarkan perasaan dan emosi seseorang terhadap suatu produk atau merek tertentu, dan komponen konatif menggambarkan kecendrungan dari seseorang untuk melakukan tindakan tertentu berkaitan dengan obyek tertentu. Ketiga komponen kognitif, afektif, dan konatif dapat menjadi dimensi pengukuran dalam perilaku kunjungan wisatawan.
15
Karakteristik Pengunjung Ismayanti (2010) karakteristik wisatawan berdasarkan aspek sosio-ekonomi diklasifikan berdasarkan demografi, yaitu klasifikasi berdasarkan usia, latar belakang pendidikan, pendapatan, jenis kelamin, dan siklus keluarga. Nourmaulina (2013) berbagai karakteristik pengunjung wisata terdiri dari usia, pendidikan, pekerjaan, pengeluaran dan motivasi. Selanjutnya, karakteristik pengunjung dalam mempengaruhi perilaku berkunjung akan memberi petunjuk bagi pelaku usaha jasa wisata dalam mengembangkan usahanya sesuai perilaku dan karakteristik pengunjung yang telah dijelaskan diatas. Berikut akan dijelaskan secara mendetail penjelasan dari karakteristik wisatawan menurut Ismayanti (2010); 1. Usia Sifat wisatawan atau pengunjung erat kaitannya dengan umur karena berdampak pada kegiatan wisata yang dilakukan. Pengelompokan usia wisatawan atau pengunjung dapat dibagi menjadi tujuh generasi diantaranya, kelompok kanak-kanak, remaja, anak muda, dewasa, setengah baya, dan senior. Kebutuhan dan keinginan wisatawan berubah seiring dengan perubahan usia. 2. Jenis kelamin Identitas gender menjadi hal penting dalam melihat karakteristik wisatawan atau pengunjung wisata. Minat wisata antara pria dan wanita kadang kala memiliki kemiripan. Wanita cenderung menyukai kegiatan wisata yang mempelajari peranan wanita dalam kebudayaan dan interaksi dengan masyarakat. Sama dengan halnya wanita, kegiatan wisata dengan tema budaya dan alam menjadi pilihan wisatawan laki-laki. Apapun bentuk kegiatan wisatanya selama sesuai dengan minat, pria tidak berkeberatan. 3. Pendidikan Menurut Ismayanti (2010), latar belakang pendidikan erat kaitannya dengan preferensi dalam pemilihan kegiatan wisata tersendiri. Ia yang berpendidikan rendah biasanya memiliki kemampuan dan pendapatan yang rendah sehingga cenderung mempunyai keterbatasan dalam pemilihan kegiatan wisata. Sedangkan wisatawan yang memiliki pendidikan tinggi cenderung memiliki pendapatan yang lebih tinggi dan mempunyai variasi pilihan wisata. 4. Tingkat pendapatan Penghasilan atau pendapatan adalah faktor penting dalam membentuk permintaan pariwisata wisata. Wisatawan yang berpenghasilan tinggi cenderung memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, dengan jenis pekerjaan yang tetap dan usia tertentu. Maka dapat disimpulkan bahwa pendapatan seseorang secara umum berkaitan dengan pendidikan, pekerjaan dan usia. 5. Motivasi berkunjung Motivasi berkunjung dari wisatawan atau pengunjung bisa berdasarkan atas motif berlibur, atau motif hanya sekedar melepas penat, motif perjalanan study-tour dari sekolah, dan lain sebagainya 6. Frekuensi Berwisata Wahyuni (2014) Jumlah kunjungan juga dapat dijadikan salah satu parameter untuk menilai perilaku kunjungan wisatawan. Frekuensi berwisata suatu pengunjung ke suatu wisata dapat mempengaruhi aspek pengetahuan, perasaan, dan perilaku pengunjung terhadap wisata tersebut.
16
Motivasi Pengunjung untuk Berwisata Wahab dan Sharpley (1994) dikutip oleh Damanik dan Weber (2006) Motivasi merupakan hal yang sangat mendasar dalam studi tentang wisatawan dan pariwisata, karena motivasi merupakan trigger dari proses perjalanan wisata. Seseorang melakukan perjalanan dimotivasi oleh beberapa hal; 1) Physical or physicological motivation, antara lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, bersantai, dan sebagainya, 2) cultural motivation, yaitu keinginan untuk mengetahui budaya, adat, tradisi, dan kesenian daerah lain. Termasuk juga ketertarikan akan berbagai objek tinggalan budaya (monumen bersejarah), 3) social motivation atau interpersonal motivation, seperti mengunjungi teman dan keluarga, menemui mitra kerja, hingga melakukan halhal yang mendatangkan gengsi (nilai prestise), 4) fantasy motivation, yaitu adanya fantasi bahwa didaerah lain seeorang akan bisa lepas dari rutinitas keseharian yang menjemukan, dan eo-enhancement yang memberikan kepuasan psikologis. Disebut juga sebagai status and prestige motivation. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran Pariwisata Efektivitas komunikasi adalah salah satu elemen komunikasi yang menjadi indikator keberhasilan komunikasi. Komunikasi dinilai efektif bila rangsangan yang disampaikan dan dimaksudkan oleh pengirim berkaitan erat dan identik atau sama dengan rangsangan yang diterima dan dipahami oleh penerima. Komunikasi efektif antara unsur sumber dengan penerima pesan disebut juga komunikasi timbal balik. Komunikasi timbal balik ditandai dengan hadirnya umpan balik (feedback) dan dampak (effect) komunikasi yang sesuai dengan tujuan sumber pada penyampaian pesan atau informasi (Tubbs dan Moss 1996). Salah satu langkah yang dapat dilakukan oleh produsen atau pemasar didalam menciptakan dan mengembangkan komunikasi efektif terhadap konsumen, yaitu: memilih media dalam komunikasi pesan. Pemasar dapat memilih dua jenis dari saluran komunikasi yaitu komunikasi personal dan komunikasi nonpersonal. Komunikasi personal melibatkan percakapan antara dua orang atau lebih bisa melalui tatap muka, telepon, surat, dan internet. Komunikasi non personal bisa dilakukan melalui media cetak (koran, majalah, brosur), media siaran (televisi, radio), media ruang publik (billboard, rambu, poster), dan media internet (web, facebook, dan twitter). Suatu media dapat dikatakan efektif apabila menghasilkan efek-efek atau perubahan-perubahan pada perilaku seseorang sebagai yang diharapkan oleh sumber, seperti efek kognitif (pengetahuan), efek afektif (perasaan), dan efek konatif atau tindakan. Efektifnya suatu komunikasi dapat diketahui melalui aspek pengetahuan (kognitif), perasaan (afektif) dan tingkah laku (konatif). Indikator efektivitas komunikasi didasarkan pada tanggapan penerima pesan. Kondisi tersebut dapat terjadi saat pesan yang disampaikan dan dimaksudkan oleh pengirim atau sumber berkaitan erat dengan pesan yang diketahui, dirasakan dan dilakukan oleh penerima yang kemudian disebut tanggapan atau respon. Komunikasi pemasaran dilakukan dengan tujuan untuk membantu kegiatan pemasaran sebuah perusahaan. Komunikasi pemasaran sangat
17
dipengaruhi oleh berbagai bentuk media komunikasi yang digunakan, daya tarik pesan, dan frekuensi penyajian menurut Kennedy dan Soemanegara (2006) dalam Kusumastuti (2009). Kusumastuti (2009) terdapat delapan langkah dalam mengembangkan program komunikasi pemasaran yang efektif, yaitu: 1) mengidentifikasi audiens yang dituju 2) menentukan tujuan komunikasi 3) merancang pesan 4) memilih saluran komunikasi 5) menentukan anggaran promosi 6) membuat keputusan atas bauran promosi 7) mengukur hasil promosi 8) mengelola dan mengkoordinasikan proses komunikasi pemasaran terintegrasi. Berdasarkan hasil penelitian Yassiranda (2011) dan Amalia (2012), efektivitas komunikasi pemasaran dapat dipengaruhi atau berhubungan erat dengan tiga variabel yaitu rancangan pesan, ragam media yang digunakan, dan frekuensi penyampaian pesan. Berdasarkan hasil akhir dari penelitian Amalia (2012) menunjukkan bahwa terdapat hubungan nyata antara dimensi rancangan pesan, ragam media yang digunakan, serta frekuensi penyampaian pesan dengan efektivitas komunikasi pemasaran. Hasil Penelitian Terkait 1. Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran Agrowisata Kuntum Nurseries (Jl Raya Tajur No 291, Bogor). (Wahyuni, 2014) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas media komunikasi pemasaran suatu wisata dan mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi efektivitas media komunikasi pemasaran suatu wisata dilihat dari aspek kognitif, afektif, dan konatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan didukung dengan pendekatan kualitatif dilakukan dengan menggunakan wawancara mendalam dengan pihak pengelola wisata dan pengunjung wisata tersebut. Uji penelitian ini menggunakan uji regresi linear berganda dan ditambah observasi langsung dan wawancara. Media komunikasi pemasaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah media internet, media cetak, media penyiaran, media ruang public dan media word of mouth. Pada penelitian ini, selain ragam media yang digunakan, faktor yang mempengaruhi juga oleh frekuensi penerimaan pesan. Secara keseluruhan, penelitian yang dilakukan sudah dapat melihat efektivitas media komunikasi pemasaran yang ada pada wisata tersebut. 2. Efektivitas Komunikasi Pemasaran Kampung Budaya Sindangbarang di Desa Pasir Eurih, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor. (Fadila, 2015) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas komunikasi pemasaran pada wisata budaya yang berupa kampung budaya, karakteristik pengunjung wisata budaya yang berupa kampung budaya, bentuk komunikasi yang digunakan oleh wisata budaya berupa kampung budaya, dan pengaruh karakteristik pengunjung terhadap efektivitas komunikasi pemasaran. Penelitian ini mengukur efektivitas komunikasi pemasaran dari tiga media; leaflet, media hibrida, dan word of mouth yang terbagi atas aspek kognitif, afektif, dan konatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan didukung dengan pendekatan kualitatif dilakukan dengan menggunakan wawancara mendalam dengan pihak pengelola wisata dan pengunjung wisata tersebut. Uji penelitian ini menggunakan uji regresi linear berganda dan ditambah observasi langsung dan wawancara. Secara
18
keseluruhan, penelitian yang dilakukan sudah dapat melihat efektivitas komunikasi pemasaran yang ada pada wisata budaya tersebut. 3. Potensi Candi Jawi Sebagai Obyek Pariwisata Sejarah di Kabupaten Pasuruan. (Laksana, 2014) Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis potensi yang berada di Candi Jawi untuk dapat dikembangkan sebagai obyek wisata sejarah. Penelitian ini merupakan penelitian wisata sejarah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini memberikan gambaran secara jelas dan sistematis mengenai fenomena yang terkait dengan keberadaan Candi Jawi di Kabupaten Pasuruan untuk mengetahui potensi Candi Jawi sebagai obyek wisata sejarah di Kabupaten Pasuruan. Secara keseluruhan, penelitian yang dilakukan sudah dapat mengkaji dan menganalisis potensi yang berada di Candi Jawi untuk dapat dikembangkan sebagai obyek wisata sejarah. Ketiga penelitian sebelumnya mempunyai topik yang sama yaitu membahas efektivitas komunikasi pemasaran terutama efektivitas media komunikasi pemasaran, yang membedakan pada penelitian Sri Wahyuni dengan penelitian penulis adalah efektivitas media komunikasi pemasaran dilakukan di agrowisata sedangkan penulis di wisata sejarah dan budaya. Pada penelitian Rizki Fadilah dengan penulis yang membedakan adalah efektivitas komunikasi pemasaran dan efektivitas media komunikasi pemasaran. Penulis hanya meneliti efektivitas media yang digunakan obyek wisata. Pada penelitian Rizki Fadila menggunakan unsur AIDA sedangkan penulis tidak menggunakan unsur AIDA. Pada penelitian I Made Puja Laksana sama-sama membahas obyek wisata sejarah yang berupa candi, yang membedakan dengan penelitian penulis adalah membahas tentang potensi wisata, sedangkan penulis membahas tentang efektivitas media komunikasi pemasaran yang ada. Kerangka Pemikiran Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas media komunikasi pemasaran wisata sejarah dan budaya yang dilakukan di Kompleks Candi Gedong Songo, Kabupaten Semarang. Kegiatan untuk memasarkan suatu perusahaan wisata sejarah dan budaya dibutuhkannya suatu komunikasi pemasaran untuk memperkenalkan dan menginformasikan wisata tersebut kepada khalayak. Untuk melihat keefektivitasan media komunikasi pemasaran wisata sejarah dan budaya, terdapat dua variabel yang mempengaruhi yaitu karakteristik pengunjung dan keterdadahan komunikasi pemasaran. Variabel karakteristik pengunjung yang terdiri dari usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, motivasi dan frekuensi berwisata ke tempat wisata tersebut. Sedangkan variabel keterdadahan komunikasi pemasaran berupa bentuk usaha komunikasi pemasaran yang dilakukan pihak pengelola wisata kompleks candi Gedong Songo dalam mempromosikan wisata sejarah dan budayanya yang terdiri dari ragam media yang digunakan dan frekuensi penerimaan pesan. Ragam media yang digunakan wisata kompleks candi Gedong Songo adalah media penyiaran, media cetak, media internet, media ruang publik, media word of mouth, dengan melalui media-media tersebut dapat membantu mempromosikan dan membujuk pengunjung untuk datang ke wisata kompleks candi Gedong Songo.
19
Frekuensi penerimaan pesan yakni banyaknya atau tingkat keseringan pengunjung dalam menerima atau mengakses informasi mengenai wisata kompleks candi Gedong Songo melalui ragam media tersebut. Efektivitas media komunikasi pemasaran dalam penelitian ini dilihat sampai sejauh mana media komunikasi pemasaran dapat mempengaruhi aspek kognitif, afektif, dan konatif pengunjung sesuai dengan kecenderungan untuk melakukan tindakan yang diinginkan. Keefektivitasan media komunikasi pemasaran wisata kompleks candi Gedong Songo yaitu dapat diukur dari perilaku dan sikap pengunjung mengenai tempat wisata yang dipromosikan. Artinya, jika promosi yang dilakukan oleh pihak kompleks candi Gedong Songo melalui media berhasil membujuk, maka khalayak akan memilih keinginan untuk mencari informasi lanjut mengenai wisata sejarah budaya kompleks candi Gedong Songo dan akan berkunjung atau juga melakukan kembali kunjungan. Selanjutnya dalam penelitian ini, kedua variabel yang telah dipaparkan sebelumnya (yaitu karakteristik pengunjung dan keterdadahan komunikasi pemasaran) mempunyai pengaruh dengan efektivitas media komunikasi pemasaran. Karakteristik Pengunjung (X1) • Usia (X1.1) • Jenis Pekerjaan (X1.2) • Tingkat Pendidikan (X1.3) • Tingkat Pendapatan (X1.4) • Motivasi (X1.5) • Frekuensi berwisata (X1.6)
Keterangan : Mempengaruhi
Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran (Y) • Kognitif (Y1) • Afektif (Y2) • Konatif (Y3)
Keterdadahan Komunikasi Pemasaran (X2) • Ragam Media (X2.1) • Frekuensi penerimaan pesan (X2.2)
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran Wisata Sejarah dan Budaya Kompleks Candi Gedong Songo, Kabupaten Semarang
20
Hipotesis Hipotesis penelitian ini disajikan sebagai berikut: 1. Efektivitas media komunikasi pemasaran dari aspek kognitif dipengaruhi oleh karakteristik pengunjung yang berupa usia, pekerjaan, pendidikan, pendapatan, motivasi, frekuensi berwisata dan keterdadahan komunikasi pemasaran yang berupa ragam media yang digunakan dan frekuensi penerimaan pesan. 2. Efektivitas media komunikasi pemasaran dari aspek afektif dipengaruhi oleh karakteristik pengunjung yang berupa usia, pekerjaan, pendidikan, pendapatan, motivasi, frekuensi berwisata dan keterdadahan komunikasi pemasaran yang berupa ragam media yang digunakan dan frekuensi penerimaan pesan. 3. Efektivitas media komunikasi pemasaran dari aspek konatif dipengaruhi oleh karakteristik pengunjung yang berupa usia, pekerjaan, pendidikan, pendapatan, motivasi, frekuensi berwisata dan keterdadahan komunikasi pemasaran yang berupa ragam media yang digunakan dan frekuensi penerimaan pesan. Definisi Operasional Rumusan definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel X1 merupakan karakteristik pengunjung. Karakteristik pengunjung adalah keadaan spesifik pengunjung yang berkaitan langsung dengan dirinya sejak lahir sampai penelitia ini berlangsung, dapat diukur dengan: a. Usia adalah lamanya seseorang hidup, terhitung sejak dia dilahirkan hingga saat menjadi responden penelitian. Usia responden digolongkan dan dikelompokkan berdasarkan data yang didapat di lapang. Jenis data pada variabel ini adalah data interval dalam uji statistik. Berikut merupakan penggolongan kategori usia untuk dituliskan pada tabel frekuensi: 1. Dewasa Awal (17-23 tahun) 2. Dewasa Lanjut (24-30 tahun) 3. Tua (>30 tahun) b. Jenis pekerjaan adalah kegiatan atau kesibukan utama yang dijalankan oleh responden saat ini untuk memperoleh nafkah/pendapatan yang berupa uang. Variabel ini merupakan jenis data nominal. Jenis pekerjaan dibedakan atas: - Bekerja (PNS, Pegawai Swasta, Wiraswasta) - Tidak bekerja (Pelajar dan Ibu Rumah Tangga) c. Tingkat pendapatan adalah rata-rata uang (rupiah) yang didapatkan responden dalam setiap bulan. Tingkat pendapatan digolongkan berdasarkan data yang didapat dilapang dan diukur dengan menggunakan skala interval dalam uji statistik, kemudian digolongkan menjadi: - Rendah (Rp 500.000-Rp 1000.000) - Sedang (Rp 1000.001-Rp 2000.000) - Tinggi (Rp >2000.000)
21
d.
Tingkat Pendidikan adalah jenjang terakhir sekolah formal yang pernah diikuti atau ditempuh oleh responden. Pendidikan responden digolongkan berdasarkan data di lapang. Variable ini diukur dengan menggunakan skala interval dalam uji statistik yang diukur berdasarkan lamanya tahun pendidikan yang ditempuh responden dan dikategorikan sebagai berikut: - Rendah, tamat SD dan SMP - Sedang, tamat SMA - Tinggi, tamat Diploma dan Sarjana e. Motivasi berkunjung adalah dorongan seseorang untuk berkunjung ke kompleks candi Gedong Songo. Pengukuran pada variable ini menggunakan beberapa indikator, yaitu untuk rekreasi, tertarik pada bangunan-bangunan candi, tertarik untuk mengetahui kebudayaan Jawa, tertarik untuk mengetahui situs-situs purbakala peninggalan kerajaan, tertarik untuk mengikuti kegiatan wisata sejarah dan budaya, tertarik pada kegiatan Camping, dan tertarik untuk mengikuti kegiatan yang diselenggarakan dari sekolah/universitas/kantor. Variabel ini diukur dengan skala interval dalam uji statistik, dan untuk analisis deskriptif motivasi digolongkan menjadi: - Rendah (bila responden menjawab 1) - Sedang (bila responden menjawab 2) - Tinggi (bila responden menjawab >3) f. Frekuensi berwisata adalah berapa kali seorang pengunjung mengunjungi suatu tempat wisata dalam kurun waktu tiga bulan terakhir. Variabel ini merupakan jenis data interval saat uji statistik, dan untuk analisis deskriptif variable ini dikategorikan menjadi: - Rendah (skor 1-2) - Sedang (skor 3-5) - Tinggi (skor >5) 2. Variabel X2 merupakan keterdadahan komunikasi pemasaran. Berupa ragam media yang digunakan pihak pengelola dalam mempromosikan wisata serta frekuensi penerimaan pesan yang diperoleh atau diakses oleh responden/pengunjung dalam memperoleh informasi mengenai wisata sejarah dan budaya kompleks candi Gedong Songo. a. Ragam media komunikasi pemasaran yang digunakan adalah berbagai jenis media promosi yang digunakan pihak pemasar untuk memperkenalkan obyek wisata sejarah dan budaya kepada khalayak atau pengunjung. Ragam media yang digunakan diukur dengan banyaknya jumlah bentuk media komunikasi pemasaran yang terpapar dan atau diakses oleh pengunjung (responden), yang berupa media penyiaran, media cetak, media internet, media ruang publik, dan media word of mouth. Variabel ini diukur dengan skala ordinal. Pengukuran indikator dilakukan dengan memberikan dua belas pernyataan yang kemudian dipilih responden sesuai dengan yang dirasakan. Kriteria pengukuran yang digunakan adalah: “Ya” (skor 2) dan “Tidak” (skor 1). Hasil akumulasi jawaban kemudian dikelompokkan menjadi tiga kategori: - Rendah : skor 12 - 18 - Tinggi : skor 19 - 24 b. Frekuensi penerimaan pesan adalah banyaknya atau tingkat keseringan responden menerima masing-masing bentuk media pelaksanaan
22
komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh pengelola dalam kurun waktu satu bulan terakhir. Variable ini merupakan jenis data interval dalam uji statistik, dan untuk analisis deskriptif variable ini digolongkan menjadi: - Rendah : skor 12-19 - Sedang : skor 20-28 - Tinggi : skor 29-36 3. Variabel Y merupakan efektivitas komunikasi pemasaran adalah keberhasilan pelaksanaan komunikasi pemasaran dalam mencapai tujuan-tujuan komunikasi pemasaran. Efektivitas komunikasi pemasaran dapat diketahui melalui perubahan sikap responden dari aspek kognitif, afektif, dan konatif. a. Aspek kognitif adalah tingkat pengenalan, pengetahuan dan persepsi responden mengenai Gedong Songo. Skor yang diberikan Salah=1, Kurang Lengkap=2, Lengkap=3. Variabel ini diukur dengan skala interval. Kategori aspek kognitif dapat digolongkan menjadi: - Rendah jika akumulasi skor 5-7 - Sedang jika akumulasi skor 8-11 - Tinggi jika akumulasi skor 12-15 b. Aspek afektif adalah aspek respon yang berkenaan dengan emosi, keinginan, dan rasa suka yang dimiliki responden mengenai Gedong Songo apakah disukai atau tidak disukai oleh pengunjung dan apakah Gedong Songo baik atau tidak. Skor yang diberikan Tidak=1, Ya=2. Variabel ini diukur dengan skala interval. Kategori aspek afektif digolongkan menjadi: - Rendah jika akumulasi skor 5-7 - Tinggi jika akumulasi skor 8-10 c. Aspek konatif adalah tindakan responden atau kecenderungan perilaku yang akan dilakukan oleh responden dalam mengunjungi Gedong Songo. Skor yang diberikan Tidak=1, Ya=2. Variabel ini diukur dengan skala interval. Kategori aspek konatif dapat digolongkan menjadi: - Rendah jika akumulasi skor 5-7 - Tinggi jika akumulasi 8-10
23
METODE PENELITIAN Pendekatan pada penelitian ini dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan didukung dengan pendekatan kualitatif untuk memperkaya analisis. Pendekatan kualitatif dilakukan dengan menggunakan wawancara mendalam dengan pengelola pihak wisata komplek Candi Gedong Songo dan pengunjung wisata komplek Candi Gedong Songo. Metode kuantitatif yang digunakan adalah penelitian survei dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data primer. Singarimbun dan Effendi (1989) mengatakan penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data primer. Lokasi dan Waktu Penentuan lokasi untuk penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu di Wisata Candi Gedong Songo. Terletak di lereng Gunung Ungaran pada koordinat 110°20’27” BT dan 07°14’3” LS. Lokasi tersebut dipilih dengan pertimbangan, antara lain: 1. Wisata Candi Gedong Songo merupakan salah satu wisata sejarah dan budaya yang ada di Indonesia. 2. Wisata Candi Gedong Songo melakukan komunikasi pemasaran untuk mengenalkan dan mempromosikan kegiatan wisata sejarah dan budaya yang mereka miliki Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni 2015 hingga September 2016. Kegiatan dalam penelitian ini meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, pengambilan data lapang, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, uji petik, sidang skripsi, dan perbaikan laporan skripsi. Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif didapat dengan kuisioner, hal ini dimaksudkan agar peneliti mendapatkan informasi yang relevan dengan tujuan penelitian serta memperoleh informasi dengan reliabilitas dan validitas tinggi (Singarimbun dan Effendi 1989). Data kuantitatif didapat dengan kuisioner, hal ini dimaksudkan agar peneliti mendapatkan informasi yang relevan dengan tujuan penelitian serta memperoleh informasi dengan reliabilitas dan validitas tinggi (Singarimbun dan Effendi 1989). Selain wawancara terstruktur menggunakan kuisioner, data kualitatif didapat dari wawancara mendalam dengan staff pengelola wisata Candi Gedong Songo untuk mengkaji tentang bentuk komunikasi pemasaran, seperti bentuk bauran komunikasi pemasaran dan media apa yang digunakan sebagai media promosi. Data kualitatif lain yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari dokumen perusahaan, serta berbagai literatur yang relevan dengan penelitian ini, yaitu buku, jurnal penelitian, skripsi, thesis, dan internet. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana komunikasi pemasaran yang telah dilakukan oleh pihak pengelola wisata Candi Gedong Songo.
24
Teknik Pemilihan Responden dan Informan Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu. Populasi sasaran dari penelitian ini yaitu pengunjung wisata Candi Gedong Songo. Jumlah responden yang diambil berjumlah 50 responden. Pemilihan sampel responden pada penelitian ini dilakukan dengan teknik accidental sampling, ditunjang cluster sampling yaitu dengan membagi responden berdasarkan pembagian waktu pengambilan data yaitu cluster weekday dan weekend masing-masing sebanyak 25 orang, dengan tujuan agar mengurangi kemungkinan adanya bias dan keseragaman dalam pengambilan data. Tabel 2 Populasi dan Sampel Penelitian Pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo Rata-Rata Per-Tahun No 1 2
Cluster Weekday Senin-Jumat Weekend Sabtu-Minggu
Populasi 350 orang/hari 1750 orang/minggu 900 orang/hari 1800 orang/minggu
Sampel 25 orang 25 Orang
Pada Tabel 2, populasi pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo didapat dari wawancara mendalam pada Ketua Bidang UPTD di Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Semarang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengunjung dewasa di Kompleks Candi Gedong Songo. Jumlah rata-rata pengunjung pada saat weekday adalah 350/hari dan jumlah rata-rata pengunjung pada saat weekend adalah 900/hari. Jumlah responden untuk weekend dan weekday ditentukan secara non-proposional yaitu weekend sebanyak 25 responden dan weekday sebanyak 25 responden. Jumlah responden yang diambil berjumlah 50 responden, berdasarkan pada jumlah minimum pengambilan responden dalam penelitian sosial yaitu 30 orang. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif, untuk menggambarkan efektivitas komunikasi pemasaran terhadap perubahan sikap konsumen. Data kuantitatif yang diperoleh dari kuesioner ditabulasi dengan program Microsoft Excel 2007, kemudian dianalisis secara statistik deskriptif. Hasil analisis diinterpretasikan untuk memperoleh suatu kesimpulan.
25
Data kuantitatif diuji dengan menggunakan uji statistik analisis regresi linear berganda dengan nilai signifikansi sebesar α (0,05). Dengan rumus: Y= a+b1.1X1.1+b1.2X1.2+b1.3X1.3+b1.4X1.4+b1.5X1.5+b1.6X1.6+b2.1X2.1+b2.2X2.2 Keterangan: Y X (1.1,1.2,1.3…) a b (1.1,1.2,1.3…)
: Variabel Terikat (dependent) : Variabel Bebas (independent) : Nilai Konstanta : Nilai Koefisien Regresi
Uji statistik analisis regresi linear berganda menurut Sunyoto (2011) adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengukur pengaruh variabel bebas (x) dan variabel terikat (y), dan dalam pengukuran pengaruh variabel melibatkan lebih dari satu variabel bebas. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer software Statistic Program for Social Science (SPSS) for Windows Version 21.0 untuk mempermudah dalam pengolahan data.
26
27
GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini bertempat di Kompleks Candi Gedong Songo, Sebuah kompleks candi yang berada di kaki Gunung Ungaran tepatnya di dusun Darum desa Candi, Kec. Bandungan Kab. Semarang yang berjarak 9km dari kota Ambarawa dan 12km dari kota Ungaran. Kompleks Candi Gedong Songo merupakan suatu tempat wisata yang menawarkan edukasi budaya dan wisata alam pegunungan. Wisata budaya ini bertujuan untuk mengenalkan sejarah, agama, seni, dan budaya. Sebagian besar pengunjung yang datang ke Kompleks Candi Gedong Songo adalah keluarga, pelajar dan pasangan muda. Sejarah dan Perkembangan Kompleks Candi Gedong Songo Sejarah dan Latar Belakang Kompleks Candi Gedong Songo Kompleks Candi Gedong Songo merupakan kompleks percandian bagi penganut Hindu yang dibangun pada sekitar abad VII M. tepatnya di Desa Darum, Kelurahan Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Propinsi Jawa Tengah. Gedong Songo adalah nama yang diberikan oleh penduduk bagi kompleks tersebut. Berasal dari Bahasa Jawa, Gedong berarti rumah atau bangunan, Songo berarti Sembilan. Artinya Gedong Songo adalah sembilan (kelompok) bangunan. Apakah ini brarti komplesk candi Gedong Songo sejak awal terdiri dari sembilan kelompok atau memiliki arti lain, belum dapat dijawab. Tetapi pada saat ini hanya terdapat lima kompleks bangunan. Kompleks candi ini dibangun berderet dari bawah hingga puncak perbukitan di lereng gunung Ungaran. Hal ini menunjukan karakter Candi Gedong Songo yang sangat spesifik yaitu sebuah perpaduan antara dua religi yang bersifat lokal dan global. Gunung adalah tempat persembahan kepada roh nenek moyang. Kepercayaan ini merupakan tradisi masyarakat lokal pra Hindu. Sedangkan gunung juga merupakan tempat tinggal dewa-dewa menurut tradisi Hindu yang pada saat itu sedang berkembang secara global mempengaruhi hampir separuh dunia. Tradisi lokal yang biasanya terkurangi peranya oleh tradisi global, ternyata keduanya mampu berdiri setara di Gedong Songo. Kesetaraan tersebut ditunjukkan dengan pemberian arti baru pada situs percandian Gedong Songo yaitu sebagai tempat persembahan roh nenek moyang yang telah menjadi dewa dan ritus itu dilakukan dalam candi. Kenyataan ini dapat dikatakan bahwa masyarakat lokal ternyata memiliki ketahanan budaya yang cukup kuat dalam menghadapi budaya global. Candi-candi di kompleks Gedong Songo juga menunjukkan kekhususannya sebagai budaya campuran. Seperti pada candi Gedong 1 yang menunjukkan kecenderungannya kepada Parswadewata. Di india, tradisi Hindu lebih diutamakan kepada Tri Murti yang terdiri dari dewa Brahma, Wishnu, dan Siwa. Tetapi, di Gedong Songo berwujud kepercayaan kepada Parswadewata . Parswadewata di Jawa dapat ditafsirkan sbagai persembahan kepada ruh nenek moyang yang telah bersatu dengan Siwa dan di candi disimbolkan dengan LinggaYoni yang dikawal oleh dewa pengiring yaitu: Durga (istri Siwa), Ganesha (anak Siwa), dan Agastya (seorang resi yang memiliki kemampuan spiritual setara dengan dewa). Ciri kejawaannya ditunjukkan dengan adanya arca Agastya ini yang menunjukkan peran manusia. Hal ini dapat ditafsirkan dengan peran nenek
28
moyang seperti dijelaskan di atas. Sedangkan Parswadewata di india posisi Agastya ditempati oleh Kartikeya, anak Siwa yang berperan sebagai dewa perang. Sedangkan sebagai pengawal Dewa Siwa, dikenal Nandiswara dan Mahakala yang bertugas sebagai penjaga pintu candi Hindu. Nandiswara kadang-kadang dianggap sebagai perwujudan Siwa sendiri atau perwujudan kendaraan Siwa (nandi) dalam bentuk manusia. Mahakala sebagai dewa waktu juga merupakan aspek Siwa dalam bentuk krodha (mengerikan). Ciri khas candi-candi Gedong Songo juga ditunjukkan dengan posisi candi yang berderet dari bawah hingga atas. Posisi demikian mengundang pertanyaan apakah ini dapat dikatakan sebagai hirarkhi kesucian yang berarti bahwa candi yang berada di atas lebih suci dari candi di bawahnya. Atau deretan candi ini dapat dijelaskan sebagai petunjuk adanya suatu prosesi keagamaan yang dilakukan dari candi terbawah hingga teratas. Kedua pertanyaan ini belum dapat dijawab karena belum ditemukan petunjuk-petunjuk yang mengarah kepada salah satu pertanyaan tersebut. Para pendukung budaya masa lalu ini tentu memanfaatkan potensi lingkungan yang tersedia untuk menciptakan sebuah kompleks peribadatan dikawasan perbukitan penuh pepohonan sehingga menimbulkan suasana tenang, berhawa sejuk, bahkan dilengkapi dengan sumber air panas yang mengandung belerang. Suasana hikmat yang tercipta pada tempat ibadah tersebut akan mendukung pelaksanaan ritual yang sempurna. Bangunan peribadatan yang berupa candi-candi dan lingkungan sekitarnya, bukit serta hutannya, merupakan sebuah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dengan demikian pelestarian tidak hanya ditunjukkan kepada candinya tetapi juga lanskap yang perlu dipelihara agar suasana yang dibangun oleh nenek moyang dahulu tidak hilang. Riwayat Penelitian dan Pemugaran Loten, tahun 1740 menemukan Kompleks Candi Gedong Songo. Tahun 1840, Rafles mencatat kompleks tersebut dengan nama Gedong Plote karena hanya ditemukan tujuh kelompok bangunan. Van Braam membuat publikasi pada tahun 1925, Friederich dan Hoopermans membuat tulisan tentang Gedong Songo tahun 1865, tahun 1908 Van Stein Callenfels melakukan penelitian terhadap Kompleks Candi Gedong Songo dan Knebel melakukan inventarisasi temuan pada tahun 1910-1911 Penelitian oleh Dinas Purbakala Belanda baru dilakukan pada tahun 1916. Kemudian, dilanjutkan dengan pemugaran Candi Gedong I tahun 1928/1929 dan Candi Gedong II tahun 1930/1931. Sedangkan pada masa pemerintahan RI pemugaran Candi Gedong III, IV, dan V dilaksanakan oleh SPSP (sekarang Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala) Jawa Tengah pada tahun 1977-1983. Tahun 2009 dilakukan pemugaran terhadap Candi Perwara C1 dan konsolidasi terhadap Candi Perwara C2 di Gedong IV serta pemetaan ulang. Arsitektur candi secara umum dibagi menjadi bagian kaki, tubuh dan atap, demikian pula di Kompleks Candi Gedong Songo. Kaki candi dapat dikenali memalui profilnya yang terdiri dari sisi genta dan pelipit lurus. Pada bagian luar tubuh candi terdapat relung-relung yang dahulu berisi arca Parswadewata, namun sekarang sebagian besar dalam kondisi kosong, demikian pula bilik candi yang dahulu berisi lingga-yoni dan relung di dalam bilik. Relung bagian luar tubuh dihias dengan motifflora dan kadang ada hiasan berupa Kala. Atap candi
29
bertingkat tiga dengan hiasan miniatur candi dan antefix baik polos maupun berhias. Denah candi hampir seluruhnya berbentuk bujur sangkar namun terdapat pula candi dengan denah persegi panjang, sedangkan ukuran candinya sangat bervariasi, lebarnya berkisar antara 4,5m - 9,5m; panjang 4,8m – 9m dengan tinggi yang berbeda pula dari 3m – 8,9m.
Gambar 3. Candi Gedong 1 di Kawasan Kompleks Candi Gedong Songo 1. Gedong I Candi Gedong I adalah salah satu candi dalam kompleks Candi Gedong Songo yang berupa 1 bangunan candi utuh. Berada pada ketinggian 1.208 m.dpl, candi ini berbentuk persegi panjang tidak terlalu besar dengan ketinggian sekitar 4-5 meter. Candi Gedong I berdiri diatas sebuah batu atau kaki candi setingi 1 meter yang dihiasi dengan pahatan relief sulur dan pahatan bunga atau Padma di sekelilingnya. Candi ini menghadap ke arah timur lengkap dengan sebuah tangga kecil dan pintu masuknya. Di bagian dalam badan candi terdapat sebuah ruangan sempit. Bagian luar badan candi terlihat polos tanpa hiasan relief. Hanya terdapat pahatan sederhana berbentuk bunga membentuk seperti bingkai yang kosong di tengahnya.
30
Gambar 4. Candi Gedong 2 di Kawasan Kompleks Candi Gedong Songo 2. Gedong II Candi Gedong II juga merupakan 1 buah bangunan candi utuh yang berdiri sendiri di kompleks Candi Gedong Songo ini. Berada pada ketinggian 1.274 m.dpl, candi ini berdiri pada sebuah batu berbentuk bujur sangkar seluas 2,2m2 dan dengan tinggi 1 meter. Bagian atas batu membentuk selasar selebar 0,5m yang mengelilingi candi. Tangga dan pintu masuk Candi Gedong II yang berada di sisi timur menandakan bangunan candi yang menghadap ke arah timur. Pada bagian pintu masuk membentuk sebuah penampil yang menjorok keluar sepanjang 1 meter dengan hiasan Kalamakara yang dipahat di atas pintu masuk. Pada tubuh candi di bagian sisi luar ketiga dinding candi terdapat relung atau ceruk kecil untuk meletakkan arca. Relung ini dihiasi dengan 2 kepala naga di bagian bawahnya dan Kaamakara dibagian atas. Pahatan pola kertas temple terlihat menghiasi bagian luar masing-masing relung. Sedangakan atap bagian atas candi terlihat hanya tinggal reruntuhan saja. Di depan candi ini terdapat sebuah reruntuhan bangunan candi kecil atau bias disebut dengan Candi Perwara yang berfungsi seakan sebagai penjaga.
31
Gambar 5. Candi Gedong 3 di Kawasan Kompleks Candi Gedong Songo 3. Gedong III Candi Gedong III ini merupakan sebuah kelompok candi yang terdiri dari 3 buah candi besar. Berada pada ketinggian 1.297 m.dpl, berdasarkan susunannya terlihat 2 buah candi besar berada dalam satu deret yang menghadap ke timur. Sedangkan 1 buah candi lainnya menghadap ke barat berukuran lebih kecil. 2 candi besar yang menghadap ke timur terlihat seperti candi kembar, hanya saja yang disebelah utara sepertinya adalah candi utama yang mempunyai ukuran lebih besar dan lebih tinggi. Sedangkan candi di sebelahnya meskipun mirip, namun berukuran lebih kecil dan diperkirakan berfungsi sebagai candi perwara. Kedua candi ini mempunyai bentuk yang enyerupai Candi Gedong II. Hanya saja di candi ini di samping pintu masuk terdapat relung yang berisi arca Siwa dengan posisi berdiri dengan sebuah gada panjang di tangan kanannya. Pada dinding candi utama terdapat relung-relung yang berisi arca Ganesha dan Durga bertangan 8. Candi ketiga yang berdiri di depan 2 candi besar diperkirakan dulunya berfungsi sebagai tempat penyimpanan. Candi ini memiliki bentuk yang sangat mirip dengan Candi Semar di Candi Dieng. Bentuknya persegi panjang dengan atap seperti limas an. Candi ini berdiri menghadap ke arah barat dengan bentuk yang sangat sederhana sekali.
32
Gambar 6. Candi Gedong 4 di Kawasan Kompleks Candi Gedong Songo 4. Gedong IV Candi Gedeong IV terdiri dari 1 buah candi utama dan sejumlah bangunan candi yang berupa reruntuhan di sekelilingnya, yang kemungkinan besar adalah sebuah candi perwara. Berada pada ketinggian 1.295 m.dpl, candi utama ini mempunyai bentuk seperti Candi Gedong II dengan batu setingi 1 meter lengkap dengan selasar selebar 0,5 meter mengelilingi. Candi menghadap timur lengkap dengan tangga dan pintu masuknya yang memiliki bilik penampil menjorok sepanjang 1 meter. Bilik penampil di samping pintu masuk terlihat kosong tanpa arca di dalamnya. Di ketiga sisi dinding luar candi juga terdapat bilik penampil dengan relung yang berisi arca yang sudah rusak.
33
Gambar 7. Candi Gedong 5 di Kawasan Kompleks Candi Gedong Songo 5. Gedong V Candi Gedong V mirip dengan Candi Gedong IV yang terdiri dari 1 bangunan candi utama dan sejumlah reruntuhan candi di dekatnya yang diduga adalah sebuah candi perwara. Candi Induk Gedong Songo V dibangun pada ketinggian 1.308 m.dpl, bangunan utaa Candi Gedong IV ini bentuknya juga sangat mirip dengan bangunan Candi Gedong II. Hampir keseluruhan bentuk candi menyerupai Candi Gedong II, hanya saja pada relung dinding luar Candi Gedong V terdapat sebuah Arca Ganesha yang masih tersisa, dengan posisi duduk bersila. Pengelolaan Kompleks Candi Gedong Songo dilaksanakan baik Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah maupun Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Semarang. Pelestarian Benda Cagar Budaya yang berkaitan dengan pemeliharaan candid an lingkungan, pemugaran serta keamanannya ditangani oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah. Pengelola dan Struktur Organsasi Pengelola adalah pihak yang mengelola keberlangsungan suatu obyek. Pada Kompleks Candi Gedong songo ini memiliki 3 pengelola sesuai dengan wilayahnya masing-masing. 65% Pemda (Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata), 20% Perhutani, dan 15% BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya). Pemda mengelola bagian depan kawasan wisata Kompleks Candi Gedong Songo. Seperti, kantor informasi dan pemasaran, tiket dan lain-lain. Pihak BPCB mengelola bagian kawasan candi, dan Perhutani mengelola kawasan hutan yang ada di sekitar kawasan Kompleks Candi Gedong Songo. Struktur organisasi merupakan suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Pada Kompleks Candi Gedong Songo struktur organisasi dipegang langsung oleh pemerintah daerah
34
setempat, yaitu Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Semarang. Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Semarang memiliki kepala dinas. Kepala dinas memiliki tangan kanan yaitu Sekretaris untuk mengurusi bagian internal organisasi dan UPTD obyek wisata untuk memantau dan mengurusi kinerja di lapang. Selain itu juga ada Kelompok Jabatan Funsional. Sekretaris memiliki kaki tangan, Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan untuk mengurusi perencaan dan keuangan di organisasi dan Sub Bagian Umum dan Kepegawaian untuk mengurusi pegawai yang lain. Dalam struktur organisasi terbagi menjadi berbagai berbagai bidang. Bidang Pemuda dan Olahraga, Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata dan Bidang Pemasaran. Pada Bidang Pemuda dan Olahraga memiliki dusa Sub Bagian, yaitu Bagian Pemuda dan Bagian Olahraga. Pada Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata memiliki dua Sub Bagian, yaitu Bagian Daya Tarik Wisata dan Bagian Sarana dan Usaha Jasa Pariwisata. Pada Bidang Pemasaran terbagi juga menjadi dua Sub Bagian, yaitu Bagian Ekonomi Kreatif dan Promosi dan Bagian Kemitraan. Konsep Wisata dan Fasilitas di Kompleks Candi Gedong Songo Kompleks Candi Gedong Songo memiliki 3 konsep, yaitu alam; yang berupa letak wilayah geografis yang baik dan memiliki pemandangan dan suasana yang indah dan sejuk. Kemudian budaya; konsep budaya ini berupa bangunan candi yang menjadi wisata inti di Kompleks Candi Gedong Songo, dan religi; karena bangunan candi juga merupakan bangunan religi, Kompleks Candi Gedong Songo memiliki bangunan candi yang sedikit beda dengan kebanyakan candi, biasanya bangunan candi mewakili agama budha, namun candi Gedong Songo merupakan candi agama hindu. Wisata dan Fasilitas yang terdapat di Komples Candi Gedong Songo menawarkan berbagai macam wisata edukasi mengenai seni, budaya, agama serta hiburan. Antara lain: Macam-Macam Wisata: 1. Wisata Alam Pada wisata ini Kompleks Candi Gedong Songo menawarkan wisata alam yang indah. Karena letak geografis Kompleks Candi Gedong Songo yang tidak seperti letak candi kebanyakan, di dataran rendah, Kompleks Candi Gedong Songo memiliki letak geografis di dataran tinggi. Sehingga Kompleks Candi Gedong Songo memiliki pemandangan alam yang indah, dan hawa sejuk dari hawa dataran tinggi pegunungan. Kompleks Candi Gedong Songo juga memiliki keunggulan memiliki aliran ari yang dingin karena letaknya di daerah pegunungan. Kompleks Candi Gedong Songo memiliki berbagai pemandangan di seputar wilayah Kompleks Candi Gedong Songo, seperti pemandangan hutan, pegunungan, bukit, dan perkebunan sayuran dan bunga yang ditanam oleh penduduk sekitar kawasan. Harga parkir kendaraan dikawasan Kompleks Candi Gedong Songo sebesar Rp 15 000 untuk kendaraan truk/bis, Rp 5000 untuk kendaraan mobil pribadi, dan Rp 3000 untuk kendaraan motor. 2. Wisata Candi Pada wisata ini, wisata candi menjadi wisata inti pada Kompleks Camdi Gedong Songo. karena banyaknya candi pada kawasan lebih dari satu,
35
melainkan 5 banngunan candi sehingga disebut kompleks candi. Pengunjung dapat berwisata candi dengan berjalan mengelilingi kompleks candi yang ada, dari bangunan Candi Gedong Songo 1- Candi Gedong Songo 5, berjalan atau naik kuda melewati jalur pejalan kaki dan jalur kuda yang ada di kawasan Kompleks Candi Gedong Songo. Candi Gedong Songo merupakan candi hindu, pengunjung juga dapat beribadah di kawasan candi. Pada peringatan hari keagamaan hindu, kawasan Candi Gedong Songo biasa dipakai untuk upacara peringatan hari keagamaan hindu. Harga tiket masuk kawasan Kompleks Candi Gedong Songo, pada weekdays sebesar Rp 6000/orang. Sedangkan pada weekend sebesar Rp 7500/orang. Khusus untuk wisatawan asing, harga tiket masuk kawasan sebesar Rp 25 000/orang. 3. Wisata Pemandian Air Panas Pada wisata ini, Kompleks Candi Gedong Songo memiliki pemandian air panas. Karena letak Kompleks Candi Gedong Songo berada pada kawasan pegunungan aktif. Sehingga Kawasan Kompleks Candi Gedong Songo memiliki sumber mata air panas dari belerang gunung yang masih aktif. Pengunujung juga dapat wisata sumber air panas selain adanya pemandian air panas. Harga tiket masuk pemandian air panas sebesar Rp 5000/orang. Kedalaman kolam air panas 1-1.5 meter. 4. Wisata Berkuda Pada wisata ini, Kompleks Candi Gedong Songo memiliki wisata berkuda, untuk membantu pengunjung untuk mengelilingi kawasan Kompleks Candi Gedong Songo. kawasan Kompleks Candi Gedong Songo lumayan luas. Dengan jarak Candi 1-Candi 2; 482 meter, Candi 2-Candi 3; 148 meter, Candi 3-Candi 4; 446 meter, Candi 4 -Candi 5; 60 meter. Pada Kawasan Kompleks Candi Gedong Songo terdapat dua jalur. Jalur pejalan kaki dan jalur wisata berkuda. Harga tiket wisata berkuda untuk wisata desa; wisatawan lokal sebesar Rp 30 000/orang dan wisatawan asing Rp 40 000, untuk wisata berkuda hingga candi 1; wisatawan lokal sebesar Rp 30 000/orang dan wisatawan asing Rp 40 000, untuk wisata berkuda hingga candi 2; wisatawan lokal sebesar Rp 50 000/orang dan wisatawan asing Rp 60 000, untuk wisata berkuda hingga candi 3; wisatawan lokal sebesar Rp 60 000/orang dan wisatawan asing Rp 70 000, untuk wisata berkuda hingga pemandian air panas; wisatawan lokal sebesar Rp 70 000/orang dan wisatawan asing Rp 80 000, dan untuk paket wisata berkuda keseluruh candi; wisatawan lokal sebesar Rp 80 000/orang dan wisatawan asing Rp 100 000. Pengunjung yang memiliki berat badan lebih dari 80kg, harga paket berkuda menjadi Rp 100 000/orang. 5. Wisata Perkemahan Pada wisata ini, Kompleks Candi Gedong Songo memiliki lahan yang disediakan untuk wisata berkemah. Biasanya wisata berkemah digunakan sekolahsekolah atau universitas untuk mengadakan acara sekolah atau kampus. Serta acara kemah-kemah yang dilakukan antar sekolah atau universitas. Harga tiket wisata berkemah ini sebesar Rp 6000/6 hari.
36
Macam-Macam Fasilitas: 1. Pendopo Pada Kompleks Candi Gedong Songo, pihak pengelola memfasilitasi dengan mendirikannya 3 buah pendopo untuk tempat pengunjung bersantai dan berteduh, atau biasanya dipakai para rombongan berkumpul. 2. Panggung Pada Kompleks Candi Gedong Songo, pihak pengelola juga memfasilitasi dengan membuat pangung di kawasan depan Kompleks Candi Gedong Songo dekat dengan pintu masuk kawasan Kompleks Candi Gedong Songo, untuk tempat pementasan tarian-tarian daerah saat ada acara di kawasan candi. 3. Tong Sampah Pada Kompleks Candi Gedong Songo, pihak pengelola juga memfasilitasi dengan menyediakan tong sampah sebagai tempat pembuangan sampah. Sehingga pengunjung tidak dapat membuang sampah sembarangan di kawasan Kompleks Candi Gedong Songo. 60 unit tong sampan dari Pemda, 20 unit tong sampah dari kerjamasa dengan Coca-Cola, dan 25 unit tong sampah dari Hotel Grand Valley. 4. Toilet Pada Kompleks Candi Gedong Songo, pihak pengelola juga memfasilitasi dengan membuat toilet untuk pengunjung yang membutuhkan toilet dikawasan outdoor Kompleks Candi Gedong Songo. 5. Mushola Pada Kompleks Candi Gedong Songo, pihak pengelola juga memfasilitasi dengan membangun mushola untuk pengunjung yang beragama islam beribadah. 6. Jalur Kusi Roda Pada Kompleks Candi Gedong Songo, pihak pengelola juga memfasilitasi dengan membuat jalur kursi roda hingga kawasan candi 1. Untuk mempermudah pengunjung yang memakai kursi roda berwisata, walau hanya hingga kawasan candi 1. 7. Kios untuk Pedagang Pada Kompleks Candi Gedong Songo, pihak pengelola tidak hanya memfasilitasi pengunjung, tapi juga memfasilitasi warga sekitar kawasan untuk berdagang makanan atau oleh-oleh khas kawasan Kompleks candi Gedong Songo. terdapat 30 kios yang disediakan pengelola untuk warga setempat berdagang.
37
Tabel 3 Jenis-Jenis Wisata dan Fasilitas yang ada di Kawasan Kompleks Candi Gedong Songo No 1
Jenis Wisata Wisata Alam
2
Wisata Candi
3
Wisata Pemandian Air Panas Wisata Berkuda
4
5
Wisata Berkemah
Keterangan
No
Harga Parkir Kendaraan: -Truk/Bis (Rp.15000) -Kendaraan Pribadi (Rp.5000) -Motor (Rp.3000)
1
Jenis Fasilitas Pendopo
Harga Tiket Masuk: -Weekdays (Rp.6000) -Weekend (Rp.7500) -Wisatawan Asing (Rp.25000) Harga Tiket Masuk: Per-orang (Rp.5000)
2
Panggung
3
Tong Sampah
Harga Tiket Berkuda: -Wisata Desa Lokal (Rp.30000) Asing (Rp.40000) -Candi 1 Lokal (Rp.30000) Asing (Rp.40000) -Candi 2 Lokal (Rp.50000) Asing (Rp.60000) -Candi 3 Lokal (Rp.60000) Asing (Rp.70000) -Pemandian Air Panas Lokal (Rp.70000) Asing (Rp.80000) -Seluruh Candi Lokal (Rp.80000) Asing (Rp.100000) Harga Tiket Kemah: Per 6 Hari (Rp.6000)
4
Toilet
5
Mushola
6
Jalur Kursi Roda
7
Kios untuk Pedagang
Keterangan Terdapat 3 buah pendopo
Biasa digunakan Untuk Pementasan tarian tradisional dan acara-acara tradisional setempat Terdapat 105 unit tong sampah yang tersebar di seluruh kawasan Terdapat tpilet di kawasan outdoor Kmpleks Candi Gedong Songo
Mushola untuk beribadah umat islam Dibangun dari depan gerbang masuk hingga kawasan candi 1 Terdapat 30 kios pedagang untuk menjual makanan dan cendramata.
38
Media Komunikasi Pemasaran Kompleks Candi Gedong Songo Komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Kompleks Candi Gedong Songo bertujuan untuk menyampaikan informasi mengenai Kompleks Candi Gedong Songo, baik informasi produk wisata, fasilitas, maupun alamat dan kontak yang dapat dihubungi. Jenis-jenis media komunikasi pemasaran ini saling melengkapi informasi satu sama lain dan semuanya tentu bersifat persuasif. Hal ini bertujuan untuk menarik minat calon pengunjung untuk mengunjungi dan menggunakan paket wisata Kompleks Candi Gedong Songo. Media komunikasi pemasaran yang digunakan Kompleks Candi Gedong Songo antara lain, Media Penyiaran, Media Cetak, Media Internet, Media Ruang Publik, dan Media Word of Mouth. Tabel 4 Jenis-Jenis Media Komunikasi Pemasaran yang Digunakan Kompleks Candi Gedong Songo No 1
Jenis Media Media Penyiaran
Bentuk Media -Televisi -Radio
2
Media Cetak
-Koran -Booklet -Leaflet
3
Media Internet
4
Media Ruang Publik
-Website -Facebook -Billboard -Baliho -Penunjuk Jalan
5
Media Word of Mouth
Keterangan -(Net TV, TransTV, Trans7, E News, TA TV, Borobudur TV, dan TV Jogja) -(Radio Lokal) -(Suara Merdeka, Tempo, Sindo, Wawasan, Tribun, dan Muria)
-(Depan Museum Palaga Ambarawa, Depan BNI dekat Kantor Sekretaris Daerah, Perbatasan Tengaran Boyolali) -(Sekitar Kawasan Kompleks Candi Gedong Songo N/A
-Keluarga -Teman Sumber: Wawancara mendalam Ketua Bidang Pemasaran Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Semarang, 2016 Catatan: Tidak diperoleh data tentang kapan dan lamanya waktu dilakukan
39
Media Penyiaran Salah satu media komunikasi pemasaran yang digunakan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata sebagai salah satu pengelola Kompleks Candi Gedong Songo adalah dengan media penyiaran, yaitu melalui televisi dan radio. Penggunakan media promosi ini dilakukan untuk membuat khalayak tertarik dan mau datang mengunjungi Kompleks Candi Gedong Songo. Dengan media radio dan televisi yang memiliki visual suara dan gambar, diharapkan masyarakat dapat lebih tertarik untuk melihat dan informasi yang ingin disampaikan juga dapat diterima dengan baik. Pada media komunikasi pemasaran radio, pihak Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata mempromosikan Wisata Kompleks Candi Gedong Songo melalui radio-radio lokal sekitar wilayah jawa jengah, termasuk radio di wilayah Semarang dan Kabupaten Semarang, sedangkan pada media komunikasi televisi, pihak dinas mempromosikan Wisata Kompleks Candi gedong Songo melalui chanel Net TV, Trans TV, Trans 7, E News, TA TV, Borobudur TV, dan TV Jogja. Media Cetak Media komunikasi pemasaran lain yang digunakan pihak Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata dalam mempromosikan Wisata Kompleks Candi Gedong Songo adalah dengan media cetak, yaitu melalui koran, booklet dan leaflet. Penggunaan media promosi cetak ini dimaksudkan untuk mempromosikan Kompleks Candi Gedong Songo sebagai alat untuk member tahu, mempengaruhi, dan membujuk masyarakat luas agar datang mengunjungi Kompleks Candi Gedong Songo. Dengan media cetak yang berupa koran, booklet, dan leaflet yang memiliki tulisan dan gambar, diharapkan masyarakat tertarik untuk membaca dan mencari tau tentang Wisata Kompleks Candi gedong Songo. Pada media komunikasi pemasaran koran, pihak Dinak Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Semarang sebagai salah satu pengelola Kompleks Candi Gedong Songo melakukan promosi melalui koran Suara Merdeka, Tempo, Sindo, Wawasan, Tribun dan Muria. Sedangkan pada media komunikasi pemasaran booklet, pihak dinas membuat booklet untuk ditaro di kantor-kantor pemerinth dan pengelola Wisata Kompleks Candi Gedong Songo. Pada media komunikasi pemasaran leaflet, pihak dinas membuat untuk disebarkan saat memiliki eventevent tentang pariwisata.
40
Gambar 8. Bentuk Leaflet Kompleks Candi Gedong Songo
Gambar 9. Bentuk Booklet Kompleks Candi Gedong Songo Media Internet Media komunikasi pemasaran internet juga digunakan untuk mempromosikan Wisata Kompleks Candi Gedong Songo, melalui website dan facebook. Penggunaan media promosi cetak ini dimaksudkan untuk mempromosikan Kompleks Candi Gedong Songo sebagai alat untuk memberi tahu, mempengaruhi, dan membujuk masyarakat luas agar datang mengunjungi Kompleks Candi Gedong Songo, dengan media internet ini diharapkan dapat memudahkan khalayak mengakses dan mencari tahu informasi tentang Wisata Kompleks Candi Gedong Songo. karena pada zaman yang modern ini, internet sudah menjadi akses penting dalam kehidupan sehari-hari, terutama melalui media sosial.
41
Gambar 10. Halaman Facebook Kawasan Wisata Kompleks Candi Gedong Songo
Gambar 11. Halaman Website Kawasan Wisata Kompleks Candi Gedong Songo Media Ruang Publik Pihak Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata juga menggunakan media ruang publik sebagai salah satu media komunikasi pemasaran mereka dalam mempromosikan Wisata Kompleks Candi Gedong Songo. Media ruang publik yang digunakan untuk mempromosikan Wisata Kompleks Candi Gedong Songo adalah billboard, baliho, dan penunjuk jalan. Dengan media ruang public yang berupa billboard, baliho, dan penujuk jalan. Dimaksudkan masyarakat mendapatkan promosi yang merata di wilayah-wilayah tertentu yang ditempatkan media tersebut, dan untuk mempermudah pencarian lokasi Wisata Kompleks Candi Gedong Songo dengan adanya penunjuk jalan yang sudah dibuat. Lokasilokasi penempatan billboard dan baliho antara lain depan museum palaga ambarawa, depan BNI dekat kantor sekretaris daerah, perbatasan tengaran boyolali, dan lain-lain. Sedangkan lokasi penunjuk jalan tersebar di jalur-jalur arteri sekitar kawasan menuju Wisata Kompleks Candi Gedong Songo.
42
Gambar 12. Bentuk Billboard Kompleks Candi Gedong Songo
Gambar 13. Bentuk Baliho Kompleks Candi Gedong Songo
Gambar 14 Bentuk Penunjuk Jalan Kompleks Candi Gedong Songo Media Word of Mouth Media komunikasi pemasaran berikutnya yang ada di Wisata Kompleks Candi Gedong Songo menurut wawancara dan penelitian adalah media Word of Mouth. Pengaruh berita dari mulut ke mulut masuk dalam saluran komunikasi pribadi, yaitu dua atau lebih orang berkomunikasi langsung satu sama lain.
43
Komunukasi dapat dilakukan dengan tatap muka, telepon, bahkan melalui percakapan internet. Pada umumnya, pengunjung yang datang ke Wisata Kompleks Candi Gedong Songo ini mendapatkan informasi dari teman maupun keluarga. Bagian pemasaran Wisata Kompleks Candi Gedong Songo juga mengakui bahwa pengunjung mereka umumnya mengetahui informasi dari teman maupun keluarga yang pernah berkunjung sebelumnya. Selain media komunikasi pemasaran yang disebut diatas, pihak Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata juga melakukan promosi penjualan. Promosi penjualan merupakan kegiatan persuasi langsung Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata untuk memberikan pengetahuan masyarakat keberadaan Kompleks Candi Gedong Songo serta wisata yang ada didalamnya. Salah satu kegiatan promosi penjualan yang dilakukan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata adalah pameran dan road show. Pameran biasa dilakukan apabila ada event-event pariwisata di dalam atau luar daerah Kabupaten Semarang. Seperti pameran Gebyar Wisata Nusantara. Sedangkan road show diselenggarakan dengan menghadiri sekolah-sekolah dan universitas untuk mempromosikan pariwisata di Kabupaten Semarang, sala satunya Kompleks Candi Gedong Songo, dengan target promosi para pelajar dan mahasiswa. Hubungan masyarakat juga dilakukan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata dengan mengadakan fun trip. Fun trip adalah usaha kerjasama pihak Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata dengan beberapa perusahaan travel, baik kerjasama dalam paket wisata. Serta memperkenalkan keberadaan Kompleks Candi Gedong Songo sebagai salah satu wisata yang ada di Kabupaten Semarang yang cukup ternama kepada para perusahaan travel di seputaran wilayah Kabupaten Semarang atau luar wilayah.
44
45
PROFIL PENGUNJUNG KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO Karakteristik pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo diamati dalam penelitian ini meliputi usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, pendapatan per bulan, motivasi berkunjung, dan frekuensi berwisata. Karakteristik pengunjung dalam penelitian ini dibagi menjadi kategori weekday dan kategori weekend. Karakteristik pengunjung secara keseluruhan dapat dilihat dalam Tabel 3. Tabel 5 Jumlah dan persentase pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo Semarang berdasarkan karakteristik pengunjung, 2016 No 1
2
3
4
5
6
Karakteristik Pengunjung Usia (Tahun)
Kategori
Jumlah
%
Dewasa Awal : (16 – 23) Dewasa Lanjut : (24 – 30) Tua : (>30) SD – SMP SMA Diploma – Sarjana
26
52.0
15
30.0
9
18.0
100.00
2 27 21
4.0 54.0 42.0
100.00
Jenis Pekerjaan
Bekerja Tidak Bekerja
37 13
74.0 26.0
100.00
Pendapatan (Rp)
500.000 – 1000.000 1000.001 – 2000.000 >2000.000
16 12 22
32.0 24.0 44.0
100.00
1 2 >3
48 2 0
96.0 4.0 0.0
100.00
1 – 2 Kali 3 – 5 Kali >5 Kali
36 6 8
72.0 12.0 16.0
100.00
Tingkat Pendidikan
Motivasi
Frekuensi Wisata (Tiga Bulan)
Total (%)
Usia Usia adalah lamanya seorang hidup, terhutung sejak dia dilahirkan hinga saat menjadi responden penelitian. Karekteristik pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo, berdasarkan usia yang diamati pada penelitian ini dikelompokkan berdasarkan sebaran normal data di lapang selama penelitian yang lalu dibagi menjadi tiga kategori; usia dewasa awal (17-23 tahun), usia dewasa lanjut (24-30
46
tahun), dan usia tua (30< tahun). Berdasarkan tabel 5, dari jumlah 50 responden mayoritas pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo berasal dari kelompok usia dewasa awal (17-23 tahun) yaitu sebanyak 52.0 persen. Pada kelompok usia dewasa lanjut (24-30 tahun) dan usia tua (>30 tahun) yang masing-masing berjumlah 30.0 persen dan 18.0 persen. Pada kelompok umur ini biasanya berasal dari kalangan orang tua dan karyawan yang membawa keluarga dan temantemannya untuk belajar sejarah dan kebudayaan jawa, melihat candi atau hanya sekedar rekreasi dan menikmati alam yang sangat cocok mereka pilih Kompleks Candi Gedong Songo ini. Pendidikan Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh responden. Sedangkan pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, bertingkat/berjenjang, dimulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi atau yang setaraf dengan itu. Karakteristik pendidikan lalu dikategorikan sesuai data yang didpat dilapang, yaitu SD-SMP (6-9 tahun masa pendidikan), SMA (12 tahun masa pendidikan), dan Diploma-Sarjana (15-16 tahun masa pendidikan). Dilihat dari tabel 5 mayoritas pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo berasal dari tingkat pendidikan SMA (12 tahun masa pendidikan) yang sebesar 54.0 persen. Adapun tingkat pendidikan SD-SMP (6-9 tahun masa pendidikan) sebesar 4.0 persen dan terakhir tingkat Diploma-Sarjana (15-16 tahun masa pendidikan) sebesar 42.0 persen. Hal ini dikarenakan pengunjung rata rata merupakan pelajar dengan teman-temannya yang ingin rekreasi sambil belajar sejarah dan budaya bersama atau pasangan-pasangan pelajar yang ingin rekreasi bersama. Banyak juga dari tingkat diplomas dan sarjana karena merupakan karyawan kantor dan orang tua yang ingin rekreasi bersama teman-teman kantornya dan keluarganya yang memanfaatkan weekend untuk berlibur menikmati alam di Kompleks Candi Gedong Songo. “Saya suka pergi ke Kompleks Candi Gedong Songo karena pemandangan yang indah, suasanya nyaman dan saya juga tertarik untuk mempelajari sejarah dan kebudayaan candi disini.” (MAS, 19) Pekerjaan Pekerjaan adalah kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh responden sebagai sumber utama yang menghasilkan uang. Mayoritas pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo merupakan orang-orang yang memiliki pekerjaan. Tabel 5 menunjukan, berdasarkan data dari 50 responden didapatkan pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo yang bekerja sebanyak 74.0 persen. Pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo yang memiliki jenis pekerjaan rata-rata bekerja sebagai pegawai swasta, pegawai negeri sipil (PNS) dan wiraswasta. Sedangkan pengunjung yang tidak bekerja sebanyak 26.0 persen. Pengunjung yang tidak bekerja merupakan ibu rumah tangga dan pelajar. Dari wawancara yang dilakukan dilapang banyak diantara mereka yang mengatakan bahwa mereka datang ke
47
Kompleks Candi Gedong Songo adalah untuk refreshing melepas kepenatan dari rutinitas mereka. “Saya datang ke Kompleks Candi Gedong Songo karena ajakan temen kantor saya untuk berlibur ke kampung halamannya dan saya diajak untuk rekreasi di Kompleks Candi Gedong Songo ini. Katanya tempatnya enak untuk rekreasi.” (A, 26) Pendapatan Pendapatan adalah rata-rata uang (rupiah) yang didapatkan setiap bulan. Karakteristik pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo berdasarkan jumlah pendapatan per bulan dapat digolongkan menjadi rendah, sedang, dan tinggi. Pendapatan per bulan yang tergolong rendah berada pada rentang pendapatan 5 ratus ribu rupiah–1 juta rupiah; pendapatan per bulan yang tergolong sedang berada pada rentang pendapatan 1 juta 1 rupiah– 2 juta rupiah; dan pendapatan per bulan yang tergolong tinggi berada pada rentang pendapatan lebih dari 2 juta 1 rupiah. Berdasarkan Tabel 5 dari 50 responden 44.0 persen mayoritas pengunjung yang berkunjung ke Kompleks Candi Gedong Songo tingkat pendapatannya tinggi (lebih dari 2juta 1 rupiah). Pengunjung yang pendapatannya rendah (5 ratus ribu rupiah-1 juta rupiah) sebanyak 32.0 persen dan pengunjung yang pendapatannya sedang (1 juta 1 rupiah-2 juta rupiah) sebanyak 24.0 persen. Tingkat pendapatan per bulan pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo mayoritas tergolong tinggi kemudian rendah, karena, rata-rata yang berkunjung merupakan orang tua membawa keluarga dan pelajar yang membawa teman, serta tiket yang ditawarkan Kompleks Candi Gedong Songo tergolong murah dan dapat dijangkau dari segala kalangan. “Harga tiket di Kompleks Candi Gedong Songo terjangkau, jadi enak untuk dijadikan tempat rekreasi. Saya masih pelajar soalnya.” (DS, 16) Motivasi Motivasi adalah dorongan yang membuat seseorang berkunjung ke Kompleks Candi Gedong Songo. Wisata di Kompleks Candi Gedong Songo terbagi menjadi wisata candi untuk mengetahui kebudayaan jawa, mengetahui situs purbakala dan peninggalan sejarah, serta ada fasilitas untuk Camping yang biasanya diadakan para sekolah atau universitas. Motivasi pengunjung pada penelitian ini dibagi menjadi tiga golongan yaitu rendah, sedang dan tinggi. Tabel 5 menunjukkan bahwa mayoritas pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo memiliki motivasi berkunjung yang rendah sebanyak 96.0 persen, kemudian motivasi berkunjung sedang sebanyak 4.0 persen, dan motivasi berkunjung tinggi sebanyak 0.0 persen. Pada saat weekday biasanya Candi Gedong Songo ramai dengan rombongan sekolah dan para pelajar yang datang untuk wisata sejarah dan budaya tentang peninggalan candi atau menikuti acara sekolah, sedangkan pada saat weekend ramai dengan keluarga yang sedang berekreasi santai, menikmati alam dan para pekerja yang menghilangkan kepenatan.
48
Tabel 6 Jumlah dan persentase motivasi pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo Semarang berdasarkan urutan tertinggi hingga terendah, 2016 No 1 2 3 4 5 6 7
Motivasi Rekreasi Tertarik untuk mengetahui situs-situs purbakala peninggalan kerajaan Tertarik pada bangunan-bangunan candi Tertarik untuk mengetahui kebudayaan jawa Tertarik untuk mengikuti kegiatan wisata sejarah dan budaya Mengikuti kegiatan yang diselenggarakan dari sekolah/universitas/kantor Tertarik pada kegiatan camping
Jumlah 34 8
(%) 68.0 16.0
5 5 3
10.0 10.0 6.0
3
6.0
0
0.0
Mayoritas pengunjung melakukan kunjungan ke Kompleks Candi Gedong Songo dengan motivasi untuk rekreasi, tertarik untuk mengetahui situs-situs purbakala peninggalan kerajaan, tertarik pada bangunan-bangunan candi, dan tertarik untuk mengetahui kebudayaan jawa. Motivasi untuk yang lain hanya dimiliki oleh segelintir responden saja, karena pada saat itu penulis melakukan penilitian bertepatan dengan tidak adanya kegiatan camping, dan kebanyakan responden memang hanya ingin rekreasi dan menghilangkan rasa penat menikmati pemandangan dan suasana alam yang indah dan sejuk. “Motivasinya cuma rekreasi aja, abis suasannya enak. Enak buat bawa keluarga dan anak bersantai-santai disini. Sekalian bisa liat candi-candi yang ada.” (AM, 48) Frekuensi Wisata Frekuensi berwisata adalah berapa kali seorang pengunjung mengunjungi Kompleks Candi Gedong Songo dalam kurun waktu tiga bulan terakhir. Wahyuni (2014) Jumlah kunjungan juga dapat dijadikan salah satu parameter untuk menilai perilaku kunjungan wisatawan. Frekuensi Wisata pengunjung pada penelitian ini dibagi menjadi tiga golongan yaitu rendah, sedang dan tinggi. Frekuensi wisata rendah ditunjukkan dengan 1-2 kali pengunjung berwisata selama 3 bulan terakhir, frekuensi wisata sedang ditunjukkan dengan 3-5 kali pengunjung berwisata selama 3 bulan terakhir, dan frekuensi wisata tinggi ditunjukkan dengan lebih dari 5 kali pengunjung berwisata selama 3 bulan terakhir. Tabel 5 menunjukkan bahwa mayoritas pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo memiliki frekuensi berwisata yang rendah sebanyak 72.0 persen, kemudian frekuensi berwisata tinggi sebanyak 16.0 persen, dan frekuensi berwisata sedang sebanyak 12.0 persen. Frekuensi berwisata yang rendah menjadi persentase tertinggi karena kebanyakan pengunjung merupakan orang tua yang memang datang hanya untuk rekreasi dan menghilangkan penat sesekali mendatangi Kompleks Candi Gedong Songo. Kemudian frekuensi berwisata rendah tinggi yang menjadi persentase terbanyak kedua karena selain orang tua dengan
49
keluarganya, pelajar juga cukup banyak yang memang lebih sering frekuensinya untuk berwisata, untuk mengikuti kegiatan sekolah atau hanya untuk rekreasi bersama teman. “Saya cukup sering kesini. Kalo ada waktu luang dan ingin rekreasi saya suka kesini sama temen-temen. Habis lokasinya deket sama rumah saya, pemandangannya juga bagus.” (KF, 19)
50
51
BENTUK-BENTUK MEDIA KOMUNIKASI PEMASARAN KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO Bentuk komunikasi pemasaran merupakan aktivitas pemasaran yang dilakukan oleh suatu perusahaan (dalam hal ini adalah Kompleks Candi Gedong Songo) untuk menyebarkan informasi mengenai keberadaan beserta wisata dan fasilitas yang ditawarkan kepada masyarakat. Komunikasi pemasaran ini bersifat membujuk dan mempengaruhi masyarakat untuk datang berkunjung serta berwisata di Kompleks Candi Gedong Songo. Adapun jenis media komunikasi pemasaran yang digunakan Kompleks Candi Gedong Songo dalam pemasaran objek wisatanya terdiri dari Media Penyiaran berupa Televisi, Radio; Media Cetak berupa Koran, Booklet, Leaflet; Media Internet berupa Website, Facebook; Media Ruang Publik berupa Billboard, Baliho, Penunjuk Jalan; dan Media Word of Mouth (WOM) dari teman atau keluarga. Tabel 7
No
1
Jumlah dan persentase pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo Semarang menurut bentuk media komunikasi pemasaran yang digunakan, 2016 Media Komunikasi Pemasaran Ragam Media
Kategori
Media Word of Mouth
Jumlah Responden (Orang) 61
%
61.0
2
Media Internet
40
40.0
3 4 5
Media Ruang Publik Media Penyiaran Media Cetak
49 24 61
32.6 24.0 61.0
(12 – 19 kali)
39
78.0
(20 – 28 kali) (29 – 36 kali)
10 1
20.0 2.0
6
7 8
Frekuensi Penerimaan Pesan
Keragaman Media Keragaman media adalah jenis media promosi yang digunakan untuk memberikan informasi mengenai produk yang ditawarkan dan keberadaan Kompleks Candi Gedong Songo kepada responden. Berdasarkan hasil yang diperoleh keragaman media yaitu terdiri dari media penyiaran: televisi dan radio; media cetak seperti: koran, booklet, dan leaflet; media internet seperti: website dan facebook; media ruang publik seperti: billboard, baliho, dan penunjuk jalan; dan media word of mouth dari teman dan keluarga. Berdasarkan data yang didapat dilapang, pengunjung mengetahui informasi mengenai Kompleks Candi Gedong Songo melalui media Word of
52
Mouth yang rata-rata mereka ketahui dari teman kemudian keluarga. Hal tersebut disebabkan pengunjung yang berkunjung ke Kompleks Candi Gedong Songo ratarata merupakan pengunjung yang berasal dari daerah sekitar Kompleks Candi Gedong Songo atau pengunjung dari daerah seputar Jawa Tengah. Adapun pengunjung yang berasal dari daerah yang jauh dari Kompleks Candi Gedong Songo, mereka memiliki hubungan keluarga atau memiliki teman yang berasal dari daerah sepuratan Kompleks Candi Gedong Songo atau daerah seputaran Jawa Tengah. Sehinga media Word of Mouth memiliki presentase terbanyak yang didapat di lapang, pengunjung mengetahui informasi mengenai Kompleks Candi Gedong Songo. Berdasarkan hasil data dari 50 responden didapet data pada Tabel 7, dari media komunikasi penyiaran yang terbagi menjadi 5 media menunjukan bahwa mayoritas pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo mendapat informasi melalui media Word of Mouth sebanyak 61.0 persen yang terbagi dua, dari teman dan dari keluarga. Adapun informasi yang didapat dari media internet sebesar 40.0 persen, yang terbagi dari dua, yaitu website dan facebook. Kemudian 32.6 persen pengunjung mendapatkan informasi mengenai Kompleks Candi Gedong Songo dari media ruang publik yang terbagi dari 3, yaitu billboard, baliho, dan penunjuk jalan. Media penyiaran yang terbagi dari 2, yaitu televisi dan radio sebanyak 24.0 perse dan yang paling sedikit didapat oleh media cetak yang terbagi dari 3, yaitu Koran, booklet, dan leaflet sebanyak 12.0 persen. Selain keragaman media yang digunakan, pada penelitian ini juga meneliti mengenai frekuensi penerimaan pesan yang diterima pengunjung dalam mempromosikan Kompleks Candi Gedong Songo. Frekuensi penerimaan pesan yang diterima oleh pengunjung terbagi atas tiga kategori; rendah (skor 12-19), sedang (skor 20-28), dan tinggi (skor 29-36). Seperti data yang ditunjukkan pada tabel diatas, frekuensi yang diterima oleh pengunjung adalah rendah, yaitu sebesar 78.0 persen. Adapun pada kategori sedang dan tinggi masing-masing hanya sebesar 20.0 persen dan 2.0 persen dari total 50 responden. Hal ini dikarenakan banyak pengunjung yang mengetahui Kompleks Candi Gedong Songo melalui media antarpribadi. Tidak banyak pegunjung yang tahu bahwa Kompleks Candi Gedong Songo ini memiliki booklet atau leaflet. Karena rata-rata pengunjung masuk Kompleks Candi Gedong Songo hanya membeli tiket dan tidak bertanya tentang leaflet atau diberikan leaflet saat masuk kedalam wisata Kompleks Candi Gedong Songo. Rata-rata pengunjung juga tidak banyak yang tahu bahwa beberapa stasiun televisi dan radio menyiarkan mengenai Kompleks Candi Gedong Songo dalam salah satu programnya. Pada penelitian ini, dari data yang diperoleh dilapang, yang menjadi penentu kedatangan pengunjung ke Kompleks Candi Gedong Songo, Media yang paling berpengaruh antara lain; Words of Mouth (informasi dari keluarga maupun teman). “…Ya saya tau Kompleks Candi Gedong Songo ini dari dulu. Saya malah kurang memperhatikan website ataupun facebook. Saya sudah tau sejak saja kecil, turun-temurun dari keluarga saya.” (PA, 45)
53
Tabel 8
Jumlah dan persentase pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo Semarang berdasarkan media yang paling berpengaruh pada kedatangan wisata, 2016
No Media yang paling berpengaruh 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Teman Keluarga Penunjuk Jalan Website Facebook Televisi Billboard Baliho Radio Koran Leaflet Boklet
Jumlah responden (orang) 37 24 24 21 19 17 13 12 7 7 7 4
(%)
74.0 48.0 48.0 42.0 38.0 34.0 26.0 24.0 14.0 14.0 14.0 8.0
Berdasarkan hasil data dari 50 responden didapet data pada Tabel 8, menunjukan bahwa mayoritas pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo mendapat informasi melalui media Word of Mouth sebanyak 74.0 persen dari seluruh responden mendapatkan informasi mengenai Kompleks Candi Gedong Songo dari teman dan sebanyak 48.0 persen dari keluarga. Hal tersebut membuktikan bahwa rekomendasi teman atau cerita positif dari keluarga sangat berpengaruh pada keputusan seseorang untuk mengunjungi tempat wisata. Adapun informasi yang didapat dari penunjuk jalan sebesar 48.0 persen, pengunjung cukup terbantu dengan adanya penunjuk jalan yang tersebar di wilayah sekitar Kompleks Candi Gedong Songo untuk mengetahui letak dan keberadaan Kompleks Candi Gedong Songo. Kemudian persentase informasi yang didapat dari media internet berupa website dan facebook sebesar 42.0 persen dan 38.0 persen. Menurut hasil dari 50 responden, rata-rata lebih banyak yang mengetahui keberadaan Kompleks Candi Gedong Songo melalui website dibanding facebok. Informasi yang didapat dari televisi sebanyak 34.0 persen, informasi yang didapat dari billboard dan baliho sebanyak 26.0 dan 24.0 persen. Hal tersebut karena billboard maupun baliho tidak bisa dilihat hanya dengan sepintas, sementara pengunjung umumnya menggunakan kendaraan pribadi dan tidak memungkinkan untuk berhenti, sehingga pengunjung kurang memperhatikan billboard dan baliho. Informasi yang didapat dari radio, koran, dan leaflet masing-masing sebanyak 14.0 persen, dan yang paling sedikit sebanyak 8.0 persen informasi didapat dari booklet. Karena booklet hanya ada di kantor pariwisata kabupaten semarang dan kantor pengelola Kompleks Candi Gedong Songo itu sendiri, apabila ada pengunjung ada yang berkunjung ke kantor pengelola.
54
“Tidak tau tuh kalo ada booklet atau leaflet. Saya setiap datang kesini Cuma beli tiket terus masuk, enga pernah dikasih leaflet ataupun booklet tuh.” (PA, 45) Frekuensi Penerimaan Pesan Frekuensi penerimaan pesan adalah banyaknya atau tingkat keseringan responden dalam menerima/mengakses informasi mengenai Kompleks Candi Gedong Songo. Frekuensi penerimaan pesan ini dapat merepresentasikan tingkat keseringan responden dalam menerima/mengakses pelaksanaan komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Kompleks Candi Gedong Songo. Karena semakin tinggi frekuensi penerimaan pesan responden menerima pelaksanaan komunikasi pemasaran maka semakin sering juga mereka berkunjung ke Kompleks Candi Gedong Songo. Pada Tabel 7 menunjukan bahwa dari 50 responden mayoritas mengunjungi Kompleks Candi Gedong Songo terlihat bahwa 78.0 persen pengunjung termasuk kedalam kategori rendah dalam menerima/mengakses informasi mengenai Kompleks Candi Gedong Songo selama satu bulan. 20.0 persen yaitu pengunjung yang termasuk kategori sedang dalam menerima/mengakses mengenai informasi Kompleks Candi Gedong Songo dan 2.0 persen pengunjung termasuk kategori tinggi dalam menerima/mengakses informasi mengenai Kompleks Candi Gedong Songo. Hal ini dikarenakan, pengunjung kurang perduli pada informasi mengenai Kompleks Candi Gedong Songo melalui kegiatan komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh pihak pengelola, serta kurang rutinnya pelaksanaan kegiatan komunikasi pemasaran. “Saya lumayan sering liat iklan Kompleks Candi Gedong Songo, sudah beberapa kali di televisi. Kalau di radio belum pernah denger tuh kalo ada iklan juga di radio.” (SD, 18)
55
EFEKTIVITAS MEDIA KOMUNIKASI PEMASARAN
Keberhasilan suatu kegiatan komunikasi pemasaran dapat dilihat dari keefektifan pelaksanaannya. Komunikasi pemasaran yang efektif dilakukan agar informasi yang disampaikan dapat tersampaikan dengan baik dari sumber informasi kepada penerima. Efektivitas komunikasi pemasaran yang baik dapat dilihat dari seberapa besar keberhasilan pencapaian tujuan dari komunikasi pemasaran yang diukur melalui tiga aspek; kognitif, afektif, dan konatif. Dalam penelitian ini, aspek kognitif dapat dilihat dari seberapa banyak informasi yang diketahui pengunjung mengenai Kompleks Candi Gedong Songo karena dalam aspek ini merupakan aspek yang berhubungan dengan pengenalan serta pengetahuan pengunjung. Aspek afektif merupakan emosi, keinginan, serta rasa suka pengunjung terhadap paket wisata sejarah dan budaya serta fasilitas yang ditawarkan Kompleks Candi Gedong Songo karena aspek ini berkenaan dengan perasaan. Aspek terakhir yaitu aspek konatif. Aspek konatif merupakan tindakan responden untuk mengunjungi Kompleks Candi Gedong Songo. Pengaruh efektivitas komunikasi pemasaran pada penelitian ini dapat dilihat dari karakteristik pengunjung yang terdiri dari usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan, motivasi, tingkat frekuensi berwisata, ragam media yang digunakan, serta frekuensi penerimaan pesan. Pengujian faktor-faktor efektivitas komunikasi pemasran diuji dengan pengujian regresi linear berganda, dengan memasukan semua variabel pengaruh (faktor internal dan faktor eksternal) dan melihat pengaruhnya ke masing-masing aspek (kognitif, afektif, dan konatif). Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran Berdasarkan Aspek Kognitif Aspek kognitif mengukur seberapa jauh pengetahuan pengunjung mengenai Kampung Budaya Sindangbarang. Pada aspek ini dibagi menjadi tiga kategori; rendah (skor 5-8), sedang (skor 9-12), dan tinggi (skor 13-15). Sebagaimana yang dituliskan pada Tabel 9. Tabel 9 Jumlah dan persentase pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo Semarang berdasarkan efektivitas media komunikasi pemasaran pada aspek kognitif, 2016 Aspek Kognitif Jumlah (%) Rendah 9 18.0 Sedang 40 80.0 Tinggi 1 2.0 Total 50 100.0 Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui persentase secara keseluruhan bahwa presentase terbesar sebesar 80.0 persen pengunjung memiliki aspek kognitif yang sedang. Kemudian sebesar 18.0 persen pengunjung memiliki aspek kognitif yang
56
rendah dan paling sedikit hanya 2.0 persen pengunjung yang memiliki aspek kognitif yang tinggi. Tabel 10 Jumlah dan persentase pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo Semarang berdasarkan pengetahuan tentang beberapa aspek wisata, 2016 No Aspek Objek Kategori Jumlah % Total (%) Responden (Orang) 1 Lokasi Tinggi 4 8.0 Sedang 31 62.0 Rendah 15 30.0 100.0 2 Bentuk Media Komunikasi Tinggi 0 0.0 Pemasaran Sedang 28 56.0 Rendah 22 44.0 100.0 3 Macam-Macam Wisata Tinggi 0 0.0 Sedang 45 90.0 Rendah 5 10.0 100.0 4 Macam-Macam Fasilitas Tinggi 1 2.0 Sedang 33 66.0 Rendah 16 32.0 100.0 5 Macam-Macam Tinggi 2 4.0 Keunggulan Sedang 37 74.0 Rendah 11 22.0 100.0 Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa pada semua aspek kognitif, memiliki persentase sedang. Pada aspek kognitif lokasi, persentase terbesar sebanyak 62.0 persen pengunjung berkategori sedang. Sedangkan kategori tinggi dan rendah memiliki persentase 8.0 dan 30.0 persen. Sebagian besar pengunjung dapat menyebutkan lokasi Kompleks Candi Gedong Songo, namun yang pengunjung tau tidak secara lengkap lokasi Kompleks Candi Gedong Songo. Mereka hanya menyebutkan sebatas yang mereka tau namun tidak keseluruhan. Pada aspek kognitif media komunikasi pemasaran, persentase terbesar sebanyak 56.0 persen pengunjung berkategori sedang. Sedangkan kategori tinggi dan rendah memiliki persentase 0.0 dan 44.0 persen. Sebagian besar pengunjung hanya mengetahui beberapa media komunikasi pemasaran saja, rata-rata media komunikasi pemasaran yang pengujung tau dan sebutkan hanya media komunikasi pemasaran yang mebuat mereka tau tentang Kompleks Candi Gedong Songo. Kemudian pada aspek kognitif wisata, persentase terbesar sebanyak 90.0 persen pengunjung kerkategori sedang. Sedangkan pada aspek kognitif, kategori tingi dan rendah memiliki persentase 0.0 dan 10.0 persen. Pada aspek kognitif fasilitas, persentase terbesar juga berkategori sedang sebesar 66.0 persen. Kategori tinggi dan rendah memiliki persentase sebanyak 2.0 dan 32.0 persen. Pengujung dapat menyebutkan macam-macam wisata dan juga fasilitas namun tidak secara lengkap dan kebanyakan hanya bisa menyebutkan satu jenis saja. Kemudian pada aspek kognitif keunggulan, persentase terbesar juga berkategori sedang sebanyak 74.0 persen. Kategori tinggi dan rendah sebanyak 4.0 dan 22.0 persen. Pengunjung mengaku memang kurang mengetahui dengan lengkap informasi
57
tentang Kompleks Candi Gedong Songo, karena informasi didapat hanya dari teman atau keluarga, tidak menjelaskan secara lengkap tentang informasi seputar Kompleks Candi Gedong Songo. Selain itu, pengunjung tidak mengetahui semua media promosi yang digunakan oleh Kompleks Candi Gedong. Beberapa pengunjung cenderung hanya mengetahui media promosi yang mereka gunakan saja, seperti website dan penunjuk jalan. “Saya tidak tau secara lengkap wisata dan fasilitas apa saja yang ada di Kompleks Candi Gedong Songo, yang saya tau hanya candi, kuda dan pemandian air panas. Saya hanya tau yang saya lihat dan saya dengar dari teman saya saja. Saya belum pernah lihat iklan Kompleks Candi Gedong Songo lainnya.” (JS, 21) Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran Berdasarkan Aspek Afektif Aspek afektif digunakan untuk mengukur emosi, keinginan, dan rasa suka pengunjung kepada Kompleks Candi Gedong Songo. Pada aspek ini dibagi menjadi dua kategori; rendah (skor 5-7) dan tinggi (skor 8-10). Sebagaimana yang dituliskan pada Tabel 11. Tabel 11 Jumlah dan persentase pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo Semarang berdasarkan efektivitas media komunikasi pemasaran pada aspek afektif, 2016 Aspek Afektif Jumlah Persentase (%) Rendah (Skor 5-7) 14 28.0 Tinggi (Skor 8-10) 36 72.0 Total 50 100.0 Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui persentase secara keseluruhan bahwa sebesar 72.0 persen pengunjung memiliki aspek afektif yang tinggi. Sedangkan pengunjung yang memiliki aspek afektif rendah sebanyak 28.0 persen. Tabel 12 Jumlah dan persentase pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo Semarang berdasarkan penilaiannya tentang beberapa aspek wisata, 2016 No Aspek Objek Kategori Jumlah % Total (%) Responden (Orang) 1 Mengetahui Lokasi Tinggi 31 62.0 Rendah 19 38.0 100.0 2 Menyukai Wisata Tinggi 35 70.0 Rendah 15 30.0 100.0 3 Mengikuti Wisata Tinggi 29 58.0 Rendah 21 42.0 100.0 4 Menyukai Fasilitas Tinggi 32 64.0 Rendah 18 36.0 100.0 5 Menyukai Keunggulan Tinggi 39 78.0 Rendah 11 22.0 100.0
58
Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa pada semua aspek afektif, memiliki persentase tinggi. Pada aspek afektif lokasi, persentase terbesar sebanyak 62.0 persen pengunjung berkategori tinggi. Sedangkan kategori rendah memiliki persentase 38.0 persen. Sebagian besar pengunjung tertarik untuk mencari tau dimana letak Kompleks Candi Gedong Songo setelah melihat promosi yang dibuat atau setelah tau tentang Kompleks Candi Gedong Songo dari teman atau keluarga mereka. Pada aspek afektif menyukai wisata, persentase terbesar sebanyak 70.0 persen pengunjung berkategori tinggi. Sedangkan kategori rendah memiliki persentase 30.0 persen. Sebagian besar pengunjung menurut penelitian mengatakan bahwa menyukai dan tertarik terhadap Kompleks Candi Gedong Songo setelah melihat promosi yang dilakukan oleh pihak Kompleks Candi Gedong Songo atau setelah mengetahui tentang Kompleks Candi Gedong Songo dari teman atau keluarga mereka. Kemudian pada aspek afektif mengikuti wisata, persentase terbesar sebanyak 58.0 persen pengunjung kerkategori tinggi. Sedangkan kategori rendah memiliki persentase sebanyak 42.0 persen. Rata-rata pengujung tertarik mengikuti wisata yang ditawarkan oleh Kompleks Candi Gedong Songo setelah mengetahui wisata apa saja yang ada pada promosi Kompleks Candi Gedong Songo oleh pengelola. Pada aspek afektif fasilitas, persentase terbesar juga berkategori tingi sebesar 64.0 persen. Kategori rendah memiliki persentase sebanyak 36.0 persen. Sebagian besar pengujung menyukai fasilitas yang ada di Kompleks Candi Gedong Songo setelah mengetahui macammacam fasilitas yang ada di Kompleks Candi Gedong Songo dari media komunikasi pemasaran yang ada atau mengetahui dari teman atau keluarga mereka. Kemudian pada aspek afektif keunggulan, persentase terbesar juga berkategori tinggi sebanyak 78.0 persen. Sedangkan kategori rendah sebanyak 22.0 persen. Pengunjung mengaku memang tertarik dan menyukai keunggulan yang dimiliki oleh Kompleks Candi Gedong Songo. Setelah melihat alat promosi, kebanyakan pengunjung menyukai wisata dan fasilitas yang ditawarkan. Hal ini karena wisata Kompleks Candi Gedong Songo memiliki pemandangan yang indah dan Kompleks Candi Gedong Songo merupakan tempat yang cocok untuk rekreasi dan liburan. Kompleks Candi Gedong Songo juga didukung oleh fasilitas berupa pendopo tempat pengunjung dapat bersantai dan beristirahat, sehingga pengunjung yang datang merasa nyaman dan senang untuk datang ke Kompleks Candi Gedong Songo. “Saya lihat di facebook banyak yang berkomentar bagus tentang Kompleks Candi Gedong Songo. Makanya saya coba buat kesini. Mumpung lagi liburan ke Jawa Tengah, saya dari Jakarta.” (LP, 26) Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran Berdasarkan Aspek Konatif Aspek konatif merupakan aspek yang berkenaan dengan tindakan seseorang untuk mengunjungi Kompleks Candi Gedong Songo. Pada aspek ini dibagi menjadi dua kategori; rendah (skor 5-7) dan tinggi (skor 8-10). Sebagaimana yang dituliskan pada Tabel 13.
59
Tabel 13 Jumlah dan persentase pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo Semarang berdasarkan efektivitas media komunikasi pemasaran pada aspek konatif, 2016 Aspek Konatif Jumlah Persentase (%) Rendah (Skor 5-7) 8 16.0 Tinggi (Skor 8-10) 42 84.0 Total 50 100.0 Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui persentase secara keseluruhan bahwa tindakan pengunjung untuk mengunjungi Kompleks Candi Gedong Songo termasuk tinggi yaitu sebesar 84.0 persen. Sedangkan pengunjung yang memiliki aspek konatif rendah sebanyak 16.0 persen. Tabel 14 Jumlah dan persentase pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo Semarang berdasarkan tindakan yang akan dilakukan tentang beberapa aspek wisata, 2016 No Aspek Konatif Kategori Jumlah % Total (%) Responden (Orang) 1 Berkunjung Kembali Tinggi 43 86.0 Rendah 7 14.0 100.0 2 Mengikuti wisata lain Tinggi 30 60.0 Rendah 20 40.0 100.0 3 Mengajak Teman Tinggi 42 84.0 Rendah 8 16.0 100.0 4 Mengajak Keluarga Tinggi 42 84.0 Rendah 8 16.0 100.0 5 Memakai Fasilitas lain Tinggi 31 62.0 Rendah 19 38.0 100.0 Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa pada semua aspek konatif, memiliki persentase tinggi. Pada aspek konatif berkunjung kembali, persentase terbesar sebanyak 86.0 persen pengunjung berkategori tinggi. Sedangkan kategori rendah memiliki persentase 14.0 persen. Sebagian besar pengunjung mengatakan kemungkinan akan berkunjung kembali ke Kompleks Candi Gedong Songo di kesempatan selajutnya. Kemudian pada aspek konatif mengikuti wisata, persentase terbesar sebanyak 60.0 persen pengunjung berkategori tinggi. Sedangkan kategori rendah memiliki persentase 40.0 persen. Sebagian besar pengunjung menurut penelitian mengatakan bahwa akan mengikuti wisata yang ada di Kompleks Candi Gedong Songo kembali. Jenis wisata yang sama maupun wisata yang lainnya yang juga ada di Kompleks Candi Gedong Songo. Kemudian pada aspek konatif mengajak teman, persentase terbesar sebanyak 84.0 persen pengunjung kerkategori tinggi. Sedangkan kategori rendah memiliki persentase sebanyak 16.0 persen. Rata-rata pengujung mengatakan akan merekomendasikan dan akan mengajak teman mereka untuk datang ke Kompleks Candi Gedong Songo setelah melihat promosi yang dilakukan pihak Kompleks Candi Gedong Songo. Pada aspek konatif mengajak keluarga, persentase terbesar juga berkategori tingi sebesar 84.0 persen. Kategori rendah memiliki persentase
60
sebanyak 16.0 persen. Rata-rata pengujung mengatakan akan merekomendasikan dan akan mengajak keluarga mereka untuk datang ke Kompleks Candi Gedong Songo setelah melihat promosi yang dilakukan pihak Kompleks Candi Gedong Songo. Kemudian pada aspek konatif memakai fasilitas, persentase terbesar juga berkategori tinggi sebanyak 62.0 persen. Sedangkan kategori rendah sebanyak 38.0 persen. Rata-rata pengunjung mengatakan akan mencoba fasilitas yang ada di Kompleks Candi Gedong Songo setelah melihat promosi yang dilakukan pengelola Kompleks Candi gedong Songo. Fasilitas yang sama seperti yang pernah mereka coba atau fasilitas yang lainnya. Pengunjung tertarik akan menggunakan wisata yang ditawarkan, terutama untuk pelajar dengan teman-temannya atau orangtua yang membawa anakanaknya berwisata.
61
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS MEDIA KOMUNIKASI PEMASARAN KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO
Efektivitas media komunikasi pemasaran adalah keberhasilan pelaksanaan komunikasi pemasaran dengan menggunakan alat media komunikasi pemasaran dalam mencapai tujuan-tujuan komunikasi pemasaran. Suatu kegiatan komunikasi pemasaran diperlukan suatu kegiatan komunikasi pemasaran yang efektif agar informasi yang disampaikan dapat tersampaikan dengan baik kepada masyarakat. Komunikasi dapat dinilai efektif jika pesan yang disampaikan oleh sumber dapat diterima dan dipahami oleh penerima sesuai dengan apa yang dimaksud dengan pengirim. Pengaruh efektivitas komunikasi pemasaran pada penelitian ini dapat dilihat dari karakteristik pengunjung yang terdiri dari usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan, motivasi, tingkat frekuensi berwisata, ragam media yang digunakan, serta frekuensi penerimaan pesan. Pengujian faktor-faktor efektivitas komunikasi pemasran diuji dengan pengujian regresi linear berganda, dengan memasukan semua variabel pengaruh (faktor internal dan faktor eksternal) dan melihat pengaruhnya ke masing-masing aspek (kognitif, afektif, dan konatif).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran Berdasarkan Aspek Kognitif
Aspek kognitif merupakan aspek yang berkenaan dengan aspek pengetahuan responden terhadap Kompleks Candi Gedong Songo, Kabupaten Semarang secara keseluruhan. Pengujian faktor-faktor pengaruh efektivitas media komunikasi pemasaran Kompleks Candi Gedong Songo terhadap aspek kognitif dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Uji statistik yang dilakukan terhadap aspek kognitif yaitu dengan memasukan seluruh variabel independen atau variabel pengaruh seperti: usia; pendidikan; pekerjaan; pendapatan; motivasi; frekuensi berwisata; keragaman media dan frekuensi penerimaan pesan. H0 : Usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan, motivasi, frekuensi wisata, ragam media dan frekuensi penerimaan pesan tidak memiliki pengaruh terhadap efektivitas media komunikasi pemasaran aspek kognitif H1
:
Usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan, motivasi, frekuensi wisata, ragam media dan frekuensi penerimaan pesan memiliki pengaruh terhadap efektivitas media komunikasi pemasaran aspek kognitif
Pengujian faktor-faktor yang mempengaruhi aspek kognitif pengunjung ini kemudian diuji menggunakan software SPSS 21.0 for windows dan diuji dengan uji analisis regresi linier berganda. Hasil pengujian regresi linear berganda menghasilkan persamaan sebagai berikut:
62
Y = 7,787 - 0,162X1.1 + 0,070X1.2 + 0.011X1.3 - 0,342X1.4 - 0.290X1.5 + 0.493X1.6 0.067X2.1 + 0.148X2.2 Persamaan 1 Pengaruh usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan, motivasi, frekuensi berwisata, ragam media yang digunakan dan frekuensi penerimaan pesan terhadap efektivitas media komunikasi pemasaran aspek kognitif Keterangan: Y : Efektivitas aspek kognitif X1.1 : Usia X1.2 : Tingkat pendidikan X1.3 : Pekerjaan X1.4 : Tingkat Pendapatan X1.5 : Motivasi X1.6 : Frekuensi berwisata
X2.1 X2.2
: Ragam media yang digunakan : Frekuensi penerimaan pesan
Nilai konstanta adalah 7,787, yang berarti bahwa jika nilai karakteristik pengunjung dan keterdadahan komunikasi pemasaran bernilai 0, maka nilai skor efektivitas media komunikasi pemasaran aspek kognitif bernilai sebesar 7,787. Berdasarkan hasil dari uji statistik regresi linear berganda, nilai signifikansi yang didapat dari variabel pengaruh (usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan, motivasi, frekuensi berwisata, ragam media yang digunakan, dan frekuensi penerimaan pesan) terhadap variabel terpengaruh (efektivitas media komunikasi pemasaran dalam aspek kognitif) sebagaimana dicantumkan pada Tabel 15 Tabel 15 Hasil uji statistik regresi linear berganda, variabel-variabel yang mempengaruhi efektivitas media komunikasi pemasaran dalam aspek kognitif Variabel Sig Β Collinearity Statistic VIF Tolerance Usia (x1.1) -0.162 0.616 0.561 1.783 Pendidikan (x1.2) 0.070 0.859 0.706 1.417 Pekerjaan (x1.3) 0.011 0.983 0.626 1.599 Pendapatan (x1.4) -0.342 0.289 0.451 2.215 Motivasi(x1.5) -0.290 0.773 0.892 1.121 Frekuensi Berwisata (x1.6) 0.493 0.086 0.766 1.306 Ragam Media(x2.1) -0.067 0.530 0.440 2.273 Frekuensi Penerimaan Pesan (x2.2) 0.148 0.051 0.445 2.248 Colinearity Statistics digunakan untuk uji asumsi klasik multikolinearitas. Uji ini bertujuan untuk menentukan apakah dalam suatu model regresi linear berganda terdapat korelasi antar independent variable. Multikolinearitas tidak diperbolehkan jika terjadi korelasi yang sangat tinggi atau sangat rendah antar variabel bebas. Salah satu cara untuk menguji multikolinearitas adalah dengan
63
melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Multikolinearitas tidak terjadi jika nilai tolerance diantara 0.0-1 dan nilai VIF <10. Pengujian terhadap model regresi juga diperoleh dari nilai R square (R2) sebesar 0.507. Angka tersebut dapat dinterpretasikan bahwa kontribusi pengaruh variabel karakteristik pengunjung dan keterdadahan komunikasi pemasaran terhadap efektivitas media komunikasi pemasaran adalah sebesar 50.7 persen dan sisanya 49.3 persen merupakan kontribusi dari variabel lain. Tabel 16 Arah pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas media komunikasi pemasaran terhadap aspek kognitif pengunjung No. Variabel Pengaruh Arah pengaruh 1. Usia (x1.1) Tidak signifikan mempengaruhi Negatif 2. Pendidikan (x1.2) Tidak signifikan mempengaruhi Positif 3. Pekerjaan (x1.3) Tidak signifikan mempengaruhi Positif 4. Pendapatan (x1.4) Tidak signifikan mempengaruhi Negatif 5. Motivasi(x1.5) Tidak signifikan mempengaruhi Negatif 6. Frekuensi Berwisata Tidak signifikan mempengaruhi Positif (x1.6) 7. Ragam Media(x2.1) Tidak signifikan mempengaruhi Negatif 8. Frekuensi Penerimaan Tidak signifikan mempengaruhi Positif Pesan (x2.2) Usia (X1.1) Variabel usia memiliki arah pengaruh negatif terhadap aspek kognitif pengunjung, yang berarti bahwa semakin tinggi usia pengunjung, aspek pengetahuan pengunjung mengenai Kompleks Candi Gedong Songo menurun. Variabel usia juga tidak berpengaruh signifikan terhadap aspek kognitif pengunjung. Tabel 15 menunjukkan bahwa nilai signifikansi yang dimiliki variabel usia lebih besar dari 0.05, yaitu sebesar 0.616. Nilai tersebut menunjukkan bahwa H1 ditolak. Hal ini didukung pada hasil penelitian Wahyuni (2014) juga disimpulkan bahwa berapapun usia pengunjung tidak memiliki pengaruh terhadap pengetahuan mengenai obyek wisata. Didukung juga oleh pengakuan pengunjung bahwa mereka tidak mengetahui secara lengkap informasi Kompleks Candi Gedong Songo, karena sebagian besar mengetahui informasi mengenai Kompleks Candi Gedong Songo dari cerita teman atau keluarga, sehingga informasi tidak tersampaikan secara lengkap. Tingkat Pendidikan (X1.2) Variabel tingkat pendidikan memiliki arah pengaruh positif terhadap aspek kognitif pengunjung, yang berarti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan pengunjung, aspek pengetahuan pengunjung mengenai Kompleks Candi Gedong Songo meningkat. Namun, jika dilihat nilai signifikansi tingkat pendidikan pada Tabel 16, dapat terlihat bahwa variabel tingkat pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap aspek kognitif pengunjung. Nilai signifikansi tingkat pendidikan sebesar 0.859, lebih besar dari 0.05. Nilai tersebut mengakibatkan H1 ditolak. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada perbedaan antara pengunjung yang berjenjang pendidikan tinggi dengan jenjang pendidikan rendah dalam aspek pengetahuan. Didukung juga oleh hasil penelitian Wahyuni (2014) yang
64
menyatakan apapun pendidikan terakhir pengunjung tidak mempengaruhi tingkat pengetahuan pengunjung terhadap obyek wisata. Pekerjaan (X1.3) Variabel pekerjaan memiliki arah pengaruh positif terhadap aspek kognitif pengunjung, yang berarti bahwa semakin tinggi pekerjaan pengunjung, aspek pengetahuan pengunjung mengenai Kompleks Candi Gedong Songo meningkat. Namun, jika dilihat nilai signifikansi pekerjaan pada Tabel 16, dapat terlihat bahwa variabel pekerjaan tidak berpengaruh signifikan terhadap aspek kognitif pengunjung. Nilai signifikansi pekerjaan sebesar 0.983, lebih besar dari 0.05. Nilai tersebut mengakibatkan H1 ditolak. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada perbedaan antara pengunjung yang memiliki pekerjaan dengan pengunjung yang tidak memiliki pekerjaan dalam aspek pengetahuan. Tingkat Pendapatan (X1.4) Variabel tingkat pendapatan memiliki arah pengaruh negatif terhadap aspek kognitif pengunjung, yang berarti bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan pengunjung, aspek pengetahuan pengunjung mengenai Kompleks Candi Gedong Songo menurun. Variabel tingkat pendapatan juga tidak berpengaruh signifikan terhadap aspek kognitif pengunjung. Tabel 15 menunjukkan bahwa nilai signifikansi yang dimiliki variabel pendapatan lebih besar dari 0.05, yaitu sebesar 0.289. Nilai tersebut mengakibatkan H1 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendapatan pengunjung tidak menjadi faktor penentu dalam aspek pengenalan dan pengetahuan mengenai Kompleks Candi Gedong Songo. Motivasi (X1.5) Variabel motivasi memiliki arah pengaruh negatif terhadap aspek kognitif pengunjung, yang berarti bahwa semakin banyak motivasi berkunjung, aspek pengetahuan pengunjung mengenai Kompleks Candi Gedong Songo menurun. Variabel motivasi juga tidak berpengaruh signifikan terhadap aspek kognitif pengunjung. Tabel 15 menunjukkan bahwa nilai signifikansi yang dimiliki variabel motivasi yaitu sebesar 0.773, lebih besar dari 0.05 sehingga H1 ditolak. Kesimpulan ini menunjukkan bahwa motivasi pengunjung yang umumnya adalah rekreasi (dilihat pada Tabel 7) tidak lantas membuat pengunjung mencari tahu secara detil mengenai Kompleks Candi Gedong Songo. Umumnya, pengunjung mencari tau lokasi Kompleks Candi Gedong Songo melalui teman atau keluarga, serta melihat papan jalan. “Saya kesini mau rekreasi ngilangin penat kerjaan, jadi kurang merhatiin fasilitas yang ada disini. Paling yang saya tau hanya candid dan kuda.” (A, 26) Frekuensi Berwisata (X1.6) Variabel frekuensi berwisata memiliki arah pengaruh positif terhadap aspek kognitif pengunjung, yang berarti bahwa semakin tinggi frekuensi berwisata pengunjung, aspek pengetahuan pengunjung mengenai Kompleks Candi Gedong Songo meningkat. Namun, jika dilihat nilai signifikansi frekuensi berwisata pada
65
Tabel 16, dapat terlihat bahwa variabel frekuensi berwisata tidak berpengaruh signifikan terhadap aspek kognitif pengunjung. Nilai signifikansi frekuensi berwisata sebesar 0.086, lebih besar dari 0.05. Nilai tersebut mengakibatkan H1 ditolak. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada perbedaan antara pengunjung yang frekuensi berwisatanya tinggi dengan pengunjung dengan frekuensi berwisata rendah dalam aspek pengetahuan. Ragam media yang digunakan (X2.1) Variabel ragam media yang digunakan memiliki arah pengaruh negatif terhadap aspek kognitif pengunjung, yang berarti bahwa semakin beragam media yang digunakan pengunjung untuk mendapat informasi, aspek pengetahuan pengunjung mengenai Kompleks Candi Gedong Songo menurun. Nilai signifikansi variabel ini dapat dilihat pada Tabel 16 menunjukkan bahwa variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap aspek kognitif pengunjung. Nilai signifikansi ragam media sebesar 0.530, lebih besar dari 0.05. Nilai tersebut menunjukkan bahwa H1 ditolak. Semakin banyak ragam media yang digunakan, seharusnya aspek kognisi pengunjung semakin bertambah. Namun, kesimpulan dari nilai signifikansi menunjukkan bahwa sebanyak apapun media yang digunakan untuk mengakses informasi mengenai Kompleks Candi Gedong Songo tidak berpengaruh pada aspek pengetahuan dari masing-masing pengunjung. Pengunjung merasa perlu melihat langsung tempat wisata untuk memastikan informasi tentang Kompleks Candi Gedong Songo itu sendiri. Hal ini dikarenakan pengunjung kurang mengetahui keberadaan media-media komunikasi pemasaran tersebut. “Saya kurang tau ragam media pemasarannya. Saya hanya tau dari teman saja, paling pernah liat website dan facebooknya, tapi tidak memperhatikan fasilitasnya apa saja.” (M, 24) Frekuensi penerimaan pesan (X2.2) Variabel frekuensi penerimaan pesan memiliki arah pengaruh positif terhadap aspek kognitif pengunjung, yang berarti bahwa semakin sering pengunjung mengakses media promosi, aspek pengetahuan pengunjung mengenai Kompleks Candi Gedong Songo meningkat. Tabel 15 menunjukkan bahwa nilai signifikansi yang dimiliki variabel ini sebesar 0.051 lebih besar dari 0.05 sehingga H1 ditolak. Hal tersebut memiliki arti bahwa variabel frekuensi penerimaan pesan juga tidak berpengaruh signifikan terhadap aspek kognitif pengunjung. Kesimpulan ini menunjukkan bahwa seberapapun seringnya pengunjung menerima pesan pemasaran Kompleks Candi Gedong Songo, tidak lantas pengunjung banyak mendapatkan informasi lengkap seputar Kompleks Candi Gedon Songo. “Saya suka lihat iklannya di televisi, tapi kurang memperhatikan apa saja yang ada di Kompleks Candi Gedong Songo.” (SD, 18)
66
Faktor-faktor yang mempengaruhi Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran Berdasarkan Aspek Afektif Aspek afektif merupakan pengaruh yang diberikan oleh media komunikasi pemasaran pada emosi, keinginan, dan rasa suka pengunjung. Pada aspek afektif ini mengukur seberapa jauh pengaruh yang diberikan oleh pihak pengelola melalui media komunikasi pemasaran untuk menarik minat pengunjung pada wisata dan fasilitas yang ada. Dalam bagian ini akan dibahas mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi efektivitas media komunikasi pemasaran berdasarkan aspek afektif dengan variabel pengaruh yaitu usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan, motivasi, frekuensi berwisata, ragam media dan frekuensi penerimaan pesan. H0
:
Usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan, motivasi, frekuensi wisata, ragam media dan frekuensi penerimaan pesan tidak memiliki pengaruh terhadap efektivitas media komunikasi pemasaran aspek afektif
H1
:
Usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan, motivasi, frekuensi wisata, ragam media dan frekuensi penerimaan pesan memiliki pengaruh terhadap efektivitas media komunikasi pemasaran aspek afektif
Pengujian faktor-faktor yang mempengaruhi aspek afektif pengunjung ini kemudian diuji menggunakan software SPSS 21.0 for windows dan diuji dengan uji analisis regresi linier berganda. Hasil pengujian regresi linear berganda menghasilkan persamaan sebagai berikut: Y = 4.382 - 0.337X1.1 + 0.674X1.2 + 0.495X1.3 – 0.995X1.4 + 0.172X1.5 +0.191X1.6 + 0.113X2.1 + 0.122X2.2 Persamaan 2 Pengaruh usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan, motivasi, frekuensi berwisata, ragam media yang digunakan dan frekuensi penerimaan pesan terhadap efektivitas media komunikasi pemasaran aspek afektif Keterangan: Y : Efektivitas aspek kognitif X1.1 : Usia X1.2 : Tingkat pendidikan X1.3 : Pekerjaan X1.4 : Tingkat Pendapatan X1.5 : Motivasi X1.6 : Frekuensi berwisata
X2.1 X2.2
: Ragam media yang digunakan : Frekuensi penerimaan pesan
Nilai konstanta adalah 4.382, yang berarti bahwa jika nilai karakteristik pengunjung dan keterdadahan komunikasi pemasaran bernilai 0, maka nilai skor efektivitas media komunikasi pemasaran aspek afektif bernilai sebesar 4.382. Berdasarkan hasil dari uji statistik regresi linear berganda, nilai signifikansi yang didapat dari variabel pengaruh (usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan, motivasi, frekuensi berwisata, ragam media yang digunakan, dan
67
frekuensi penerimaan pesan) terhadap variabel terpengaruh (efektivitas media komunikasi pemasaran dalam aspek kognitif) sebagaimana ditulis pada Tabel 17. Tabel 17 Hasil uji statistik regresi linear berganda, variabel-variabel yang mempengaruhi efektivitas media komunikasi pemasaran dalam aspek afektif Variabel Sig Β Collinearity Statistic VIF Tolerance Usia (x1.1) -0.337 0.422 0.561 1.783 Pendidikan (x1.2) 0.674 0.191 0.706 1.417 Pekerjaan (x1.3) 0.495 0.478 0.626 1.599 Pendapatan (x1.4) -0.995 0.020 0.451 2.215 Motivasi(x1.5) 0.172 0.895 0.892 1.121 Frekuensi Berwisata (x1.6) 0.191 0.601 0.766 1.306 Ragam Media(x2.1) 0.113 0.414 0.440 2.273 Frekuensi Penerimaan Pesan (x2.2) 0.122 0.208 0.445 2.248 Colinearity Statistics digunakan untuk uji asumsi klasik multikolinearitas. Uji ini bertujuan untuk menentukan apakah dalam suatu model regresi linear berganda terdapat korelasi antar independent variable. Multikolinearitas tidak diperbolehkan jika terjadi korelasi yang sangat tinggi atau sangat rendah antar variabel bebas. Salah satu cara untuk menguji multikolinearitas adalah dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Multikolinearitas tidak terjadi jika nilai tolerance diantara 0.0-1 dan nilai VIF <10. Pengujian terhadap model regresi juga diperoleh dari nilai R square (R2) sebesar 0.551. Angka tersebut dapat dinterpretasikan bahwa kontribusi pengaruh variabel karakteristik pengunjung dan keterdadahan komunikasi pemasaran 55.1 persen dan sisanya 44.9 persen merupakan kontribusi dari variabel lain. Tabel 18 Arah pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas media komunikasi pemasaran terhadap aspek afektif pengunjung No. Variabel Pengaruh Arah pengaruh 1. Usia (x1.1) Tidak signifikan mempengaruhi Negatif 2. Pendidikan (x1.2) Tidak signifikan mempengaruhi Positif 3. Pekerjaan (x1.3) Tidak signifikan mempengaruhi Positif 4. Pendapatan (x1.4) Signifikan mempengaruhi Negatif 5. Motivasi(x1.5) Tidak signifikan mempengaruhi Positif 6. Frekuensi Berwisata (x1.6) Tidak signifikan mempengaruhi Positif 7. Ragam Media(x2.1) Tidak signifikan mempengaruhi Positif 8. Frekuensi Penerimaan Tidak signifikan mempengaruhi Positif Pesan (x2.2) Usia (X1.1) Variabel usia memiliki arah pengaruh negatif terhadap aspek afektif pengunjung, yang berarti bahwa semakin tinggi usia pengunjung, aspek perasaan pengunjung mengenai Kompleks Candi Gedong Songo menurun. Hal ini menyebabkan variabel usia tidak berpengaruh signifikan terhadap aspek afektif
68
pengunjung. Tabel 17 menunjukkan bahwa nilai signifikansi yang dimiliki variabel usia lebih besar dari 0.05, yaitu sebesar 0.422. Nilai tersebut menunjukkan bahwa H1 ditolak. Kesimpulan ini menunjukkan bahwa aspek perasaan maupun rasa ketertarikan pengunjung terhadap Komplek Candi Gedong Songo tidak brpengaruh setelah melihat media komunikasi pemasaran yang ditentukan oleh usia tertentu. Tingkat Pendidikan (X1.2) Variabel tingkat pendidikan memiliki arah pengaruh positif terhadap aspek afektif, yang berarti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan pengunjung, aspek perasaan pengunjung mengenai Kompleks Candi Gedong Songo meningkat. Pada variabel ini tidak terjadi pengaruh yang signifikan terhadap aspek afektif pengunjung. Nilai signifikansi tersebut dapat dibuktikan pada Tabel 17 yang menunjukkan nilai signifikansi lebih dari 0.05, yaitu sebesar 0.191 sehingga H1 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan terakhir yang dimiliki pengunjung bukanlah faktor penentu rasa ketertarikan pengunjung terhadap wisata dan fasilitas yang ada. Pendidikan terakhir pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo cukup beragam, yaitu mulai dari SMP, SMA, Diploma, serta S1. Tingkatan pendidikan ini lantas tidak menjadi pembeda antara pengunjung dengan rasa tertariknya pada wisata ini. Pekerjaan (X1.3) Variabel pekerjaan memiliki arah pengaruh positif terhadap aspek afektif, yang berarti bahwa semakin tinggi pekerjaan pengunjung, aspek perasaan pengunjung mengenai Kompleks Candi Gedong Songo meningkat. Pada variabel ini tidak terjadi pengaruh yang signifikan terhadap aspek afektif pengunjung. Nilai signifikansi tersebut dapat dibuktikan pada Tabel 17 yang menunjukkan nilai signifikansi lebih dari 0.05, yaitu sebesar 0.478 sehingga H1 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan yang dimiliki pengunjung bukanlah faktor penentu rasa ketertarikan pengunjung terhadap wisata dan fasilitas yang ada. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada perbedaan antara pengunjung yang memiliki pekerjaan dengan pengunjung yang tidak memiliki dengan rasa tertariknya pada wisata ini. Tingkat pendapatan (X1.4) Variabel tingkat pendapatan memiliki arah pengaruh negatif terhadap aspek afektif, yang berarti bahwa semakin tinggi pendapatan pengunjung, aspek perasaan pengunjung mengenai Kompleks Candi Gedong Songo menurun. Pada variabel ini terjadi pengaruh yang signifikan terhadap aspek afektif pengunjung. Nilai signifikansi tersebut dapat dibuktikan pada Tabel 17 yang menunjukkan kurang dari 0.05, yaitu sebesar 0.020 sehingga H1 diterima. Kesimpulan ini menunjukkan bahwa tingkat pendapatan dapat menjadi faktor penentu dalam aspek perasaan dan ketertarikan pengunjung akan wisata dan fasilitas di Kompleks Candi Gedong Songo. Rasa suka dan ketertarikan pada tempat wisata ini dapat dibedakan berdasarkan tingkat pendapatan rendah, sedang, maupun tinggi.
69
“Saya suka mengajak teman saya untuk rekreasi disini. Saya tau dari teman, harga tiketnya masih bisa dijangkau pelajar seperti saya. Jadi saya tertarik untuk rekreasi dengan teman-teman saya disini.” (A, 18) Motivasi (X1.5) Variabel motivasi memiliki arah pengaruh positif terhadap aspek afektif, yang berarti bahwa semakin tinggi motivasi pengunjung, aspek perasaan pengunjung mengenai Kompleks Candi Gedong Songo meningkat. Variabel motivasi tidak berpengaruh signifikan terhadap aspek afektif pengunjung. Dapat dilihat pada Tabel 17, nilai signifikansi variabel ini lebih dari 0.05, yaitu sebesar 0.895. Nilai tersebut menunjukkan bahwa H1 ditolak. Kesimpulan tersebut menunjukkan bahwa ketertarikan akan Kompleks Candi Gedong Songo bukan didasari oleh motivasi berkunjung setiap individu. Hal ini dapat didasarkan dari rata-rata motivasi pengunjung yang rendah karena pengunjung masih sebatas hanya ingin rekreasi dan melepas penat di Kompleks Candi Gedong Songo. “Saya diajak teman-teman kantor saya kesini untuk rekreasi bersama teman-teman kantor. Ngobrol-ngobrol dan menikmati pemandangan disini. Jadi saya kurang tertarik untuk berkuda.” (A, 26) Frekuensi Berwisata (X1.6) Variabel frekuensi berwisata memiliki arah pengaruh positif terhadap aspek afektif pengunjung, yang berarti bahwa semakin tinggi frekuensi berwisata pengunjung, aspek perasaan pengunjung mengenai Kompleks Candi Gedong Songo meningkat. Namun, jika dilihat nilai signifikansi frekuensi berwisata pada Tabel 18, dapat terlihat bahwa variabel frekuensi berwisata tidak berpengaruh signifikan terhadap aspek afektif pengunjung. Nilai signifikansi frekuensi berwisata sebesar 0.601, lebih besar dari 0.05. Nilai tersebut mengakibatkan H1 ditolak. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada perbedaan antara pengunjung yang frekuensi berwisatanya tinggi dengan pengunjung dengan frekuensi berwisata rendah dalam aspek afektif. Ragam Media yang Digunakan (X2.1) Variabel ragam media yang digunakan memiliki arah pengaruh positif terhadap aspek afektif pengunjung, yang berarti bahwa semakin banyak media yang digunakan pengunjung, aspek perasaan pengunjung mengenai Kompleks Candi Gedong Songo meningkat. Namun, variabel ragam media yang digunakan tidak berpengaruh signifikan terhadap aspek afektif pengunjung. Tabel 17 menunjukkan bahwa nilai signifikansi yang dimiliki variabel ragam media lebih besar dari 0.05, yaitu sebesar 0.414. Nilai tersebut mengakibatkan H1 ditolak. Kesimpulan ini menunjukkan bahwa sebanyak apapun media yang digunakan untuk mengakses informasi mengenai Kompleks Candi Gedong Songo tidak berpengaruh terhadap aspek perasaan dari masing-masing pengunjung. Didukung oleh penelitian Wahyuni (2014) yang menyatakan hal ini dapat dikarenakan
70
penggunaan media komunikasi tersebut masih belum maksimal, sehingga belum mampu menjangkau masyarakat secara luas. “Saya tidak mengetahui kalau Kompleks Candi Gedong Songo membuat iklan di berbagai tempat. Saya hanya tau baliho dan penunjuk jalannya saja.” (W, 25) Frekuensi Penerimaan Pesan (X2.2) Variabel frekuensi penerimaan pesan memiliki arah pengaruh positif terhadap aspek afektif pengunjung, yang berarti bahwa semakin tinggi frekuensi penerimaan pesan, maka aspek afektif pengunjung meningkat. Tabel 17 menunjukkan bahwa nilai signifikansi yang dimiliki variabel ini sebesar 0.208 lebih besar dari 0.05 sehingga H1 ditolak. Kesimpulan ini menunjukkan bahwa seberapapun seringnya pengunjung mengakses dan mendapat media komunikasi pemasaran tidak lantas membuat pengunjung tertarik dan menyukai Kompleks Candi Gedong Songo. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran Berdasarkan Aspek Konatif Aspek konatif merupakan aspek yang berkaitan dengan kecenderungan perilaku pengunjung setelah mengakses atau mendapat media komunikasi pemasaran Kompleks Candi Gedong Songo. Pada aspek konatif ini mengukur seberapa jauh keinginan pengunjung untuk datang, mengikuti wisata, hingga merekomendasikan Kompleks Candi Gedong Songo kepada teman maupun keluarga setelah melihat media komunikasi pemasaran. Dalam bagian ini akan dibahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas media komunikasi pemasaran berdasarkan aspek konatif dengan variabel pengaruh yaitu usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan, motivasi, frekuensi berwisata, ragam media dan frekuensi penerimaan pesan. H0
:
Usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan, motivasi, frekuensi wisata, ragam media dan frekuensi penerimaan pesan tidak memiliki pengaruh terhadap efektivitas media komunikasi pemasaran aspek konatif
H1
:
Usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan, motivasi, frekuensi wisata, ragam media dan frekuensi penerimaan pesan memiliki pengaruh terhadap efektivitas media komunikasi pemasaran aspek konatif
Pengujian faktor-faktor yang mempengaruhi aspek konatif pengunjung ini kemudian diuji menggunakan software SPSS 21.0 for windows dan diuji dengan uji analisis regresi linier berganda. Hasil pengujian regresi linear berganda menghasilkan persamaan sebagai berikut: Y = 9,137 - 0.584X1.1 + 0.390X1.2 +0.461X1.3 – 0.620X1.4 + 0.027X1.5 - 0.232X1.6 - 0.145X2.1 + 0.185X2.2
71
Persamaan 3 Pengaruh usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan, motivasi, frekuensi berwisata, ragam media yang digunakan dan frekuensi penerimaan pesan terhadap efektivitas media komunikasi pemasaran aspek konatif Keterangan: Y : Efektivitas aspek kognitif X1.1 : Usia X1.2 : Tingkat pendidikan X1.3 : Pekerjaan X1.4 : Tingkat Pendapatan X1.5 : Motivasi X1.6 : Frekuensi berwisata
X2.1 X2.2
: Ragam media yang digunakan : Frekuensi penerimaan pesan
Nilai konstanta adalah 9.137, yang berarti bahwa jika nilai karakteristik pengunjung dan keterdadahan komunikasi pemasaran bernilai 0, maka nilai skor efektivitas media komunikasi pemasaran aspek konatif bernilai sebesar 9.137. Berdasarkan hasil dari uji statistik regresi linear berganda, nilai signifikansi yang didapat dari variabel pengaruh (usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan, motivasi, frekuensi berwisata, ragam media yang digunakan, dan frekuensi penerimaan pesan) terhadap variabel terpengaruh (efektivitas media komunikasi pemasaran dalam aspek kognitif). Sebagaimana ditulis pada Tabel 19. Tabel 19 Hasil uji statistik regresi linear berganda, variabel-variabel yang mempengaruhi efektivitas media komunikasi pemasaran dalam aspek konatif Variabel Sig Β Collinearity Statistic VIF Tolerance Usia (x1.1) -0.584 0.102 0.561 1.783 Pendidikan (x1.2) 0.390 0.366 0.706 1.417 Pekerjaan (x1.3) 0.461 0.431 0.626 1.599 Pendapatan (x1.4) -0.620 0.081 0.451 2.215 Motivasi(x1.5) 0.027 0.980 0.892 1.121 Frekuensi Berwisata (x1.6) -0.232 0.451 0.766 1.306 Ragam Media(x2.1) -0.145 0.216 0.440 2.273 Frekuensi Penerimaan Pesan (x2.2) 0.185 0.027 0.445 2.248 Colinearity Statistics digunakan untuk uji asumsi klasik multikolinearitas. Uji ini bertujuan untuk menentukan apakah dalam suatu model regresi linear berganda terdapat korelasi antar independent variable. Multikolinearitas tidak diperbolehkan jika terjadi korelasi yang sangat tinggi atau sangat rendah antar variabel bebas. Salah satu cara untuk menguji multikolinearitas adalah dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Multikolinearitas tidak terjadi jika nilai tolerance diantara 0.0-1 dan nilai VIF <10. Pengujian terhadap model regresi juga diperoleh dari nilai R square (R2) sebesar 0.495. Angka tersebut dapat dinterpretasikan bahwa kontribusi pengaruh variabel karakteristik pengunjung dan keterdadahan komunikasi pemasaran terhadap efektivitas leaflet sebagai media komunikasi pemasaran adalah sebesar 49.5 persen dan sisanya 50.5 persen merupakan kontribusi dari variabel lain.
72
Tabel 20 Arah pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi pemasaran terhadap aspek konatif pengunjung No. Variabel Pengaruh Arah pengaruh 1. Usia (x1.1) Tidak signifikan mempengaruhi Negatif 2. Pendidikan (x1.2) Tidak signifikan mempengaruhi Positif 3. Pekerjaan (x1.3) Tidak signifikan mempengaruhi Positif 4. Pendapatan (x1.4) Tidak signifikan mempengaruhi Negatif 5. Motivasi(x1.5) Tidak signifikan mempengaruhi Positif 6. Frekuensi Berwisata (x1.6) Tidak signifikan mempengaruhi Negatif 7. Ragam Media(x2.1) Tidak signifikan mempengaruhi Negatif 8. Frekuensi Penerimaan Signifikan Mempengaruhi Positif Pesan (x2.2) Usia (X1.1) Variabel usia memiliki arah pengaruh negatif terhadap aspek konatif pengunjung, yang berarti bahwa semakin tinggi usia pengunjung, aspek tindakan yang dilakukan berupa kedatangan kembali menurun. Namun, variabel usia juga tidak berpengaruh signifikan terhadap aspek konatif pengunjung. Tabel 19 menunjukkan bahwa nilai signifikansi yang dimiliki variabel usia lebih besar dari 0.05, yaitu sebesar 0.102. Nilai tersebut menunjukkan bahwa H1 ditolak. Kesimpulan ini menunjukkan bahwa berapapun usia pengunjung tidak mempengaruhi keinginan berkunjung, mengikuti wisata, dan merekomendasikan kembali tempat wisata kepada keluarga dan teman. Didukung oleh penelitian Wahyuni (2014) yang menyatakan variabel usia tidak mempengaruhi perilaku nyata dan tindakan pengunjung obyek wisata. Tingkat Pendidikan (X1.2) Variabel tingkat pendidikan memiliki arah pengaruh positif terhadap aspek konatif, yang berarti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan pengunjung, aspek tindakan untuk kembali dan merekomendasikan tempat wisata pengunjung mengenai Kompleks Candi Gedong Songo meningkat. Pada variabel ini tidak terjadi pengaruh yang signifikan terhadap aspek konatif pengunjung. Nilai signifikansi tersebut dapat dibuktikan pada Tabel 19 yang menunjukkan lebih dari 0.05, yaitu sebesar 0.366 sehingga H1 ditolak. Hal ini dapat disebabkan setelah melihat media komunikasi pemasaran, pengunjung dengan kategori pendidikan terakhir dengan kategori rendah (SD dan SMP), kategori sedang (SMA) maupun tinggi (Diploma dan S1) tidak memiliki perbedaan berarti dalam aspek tindakan. Aspek tindakan dilakukan dengan melakukan kunjungan kembali, hingga merekomendasikan tempat wisata ini kepada keluarga dan teman sebagai suatu tempat wisata yang berbeda dengan konsep wisata lain. Pekerjaan (X1.3) Variabel pekerjaan memiliki arah pengaruh positif terhadap aspek konatif, yang berarti bahwa semakin tinggi pekerjaan pengunjung, aspek tindakan untuk kembali dan merekomendasikan tempat wisata pengunjung mengenai Kompleks Candi Gedong Songo meningkat. Pada variabel ini tidak terjadi pengaruh yang signifikan terhadap aspek konatif pengunjung. Nilai signifikansi tersebut dapat
73
dibuktikan pada Tabel 19 yang menunjukkan lebih dari 0.05, yaitu sebesar 0.431 sehingga H1 ditolak. Hal ini dapat disebabkan setelah melihat media komunikasi pemasaran, pengunjung yang bekerja dan tidak bekerja tidak memiliki perbedaan berarti dalam aspek tindakan. Aspek tindakan dilakukan dengan melakukan kunjungan kembali, hingga merekomendasikan tempat wisata ini kepada keluarga dan teman sebagai suatu tempat wisata yang berbeda dengan konsep wisata lain. Tingkat Pendapatan (X1.4) Variabel tingkat pendapatan memiliki arah pengaruh negatif terhadap aspek konatif pengunjung, yang berarti bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan pengunjung, aspek tindakan pengunjung mengenai Kompleks Candi Gedong Songo menurun. Variabel tingkat pendapatan juga tidak berpengaruh signifikan terhadap aspek konatif pengunjung. Tabel 19 menunjukkan bahwa nilai signifikansi yang dimiliki variabel usia lebih besar dari 0.05, yaitu sebesar 0.081. Nilai tersebut mengakibatan H1 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendapatan pengunjung tidak menjadi faktor penentu dalam aspek tindakan pengunjung. Tindakan berupa kunjungan, mengikuti salah satu kegiatan wisata, hingga merekomendasikan kembali kepada keluarga maupun teman akan dilakukan atas dasar keinginan dari pengunjung, bukan dibedakan berdasarkan pendapatan pengunjung dalam sebulan Motivasi (X1.5) Variabel motivasi memiliki arah pengaruh positif terhadap aspek konatif pengunjung, yang berarti bahwa semakin tinggi motivasi, aspek tindakan pengunjung mengenai Kompleks Candi Gedong Songo meningkat. Variabel motivasi tidak berpengaruh signifikan terhadap aspek konatif pengunjung. Dapat dilihat pada Tabel 19, nilai signifikansi variabel ini lebih dari 0.05, yaitu sebesar 0.980. Nilai tersebut menunjukkan bahwa H1 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa motivasi berkunjung yang berbeda-beda tidak berpengaruh pada efektivitas media komunikasi pemasaran. Kesimpulan tersebut menunjukkan bahwa tindakan untuk kembali dan merekomendasikan tempat wisata Kompleks Candi Gedong Songo bukan didasari oleh motivasi berkunjung setiap individu. Hal ini dapat didasarkan dari rata-rata motivasi pengunjung yang rendah karena pengunjung masih sebatas hanya ingin rekreasi dan melepas penat di Kompleks Candi Gedong Songo. Frekuensi Berwisata (X1.6) Variabel frekuensi berwisata memiliki arah pengaruh negatif terhadap aspek konatif pengunjung, yang berarti bahwa semakin tinggi frekuensi berwisata pengunjung, aspek tindakan pengunjung mengenai Kompleks Candi Gedong Songo menurun. Namun, jika dilihat nilai signifikansi frekuensi berwisata pada Tabel 20, dapat terlihat bahwa variabel frekuensi berwisata tidak berpengaruh signifikan terhadap aspek afektif pengunjung. Nilai signifikansi frekuensi berwisata sebesar 0.451, lebih besar dari 0.05. Nilai tersebut mengakibatkan H1 ditolak. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada perbedaan antara pengunjung yang frekuensi berwisatanya tinggi dengan pengunjung dengan frekuensi berwisata rendah dalam aspek konatif.
74
“Saya baru pertama kali kesini, ternyata tempatnya enak ya. Mungkin nanti saya akan mengajak keluarga saya untuk ikut pergi rekreasi kesini kembali.” (Y, 22) Ragam Media yang Digunakan (X2.1) Variabel ragam media yang digunakan memiliki arah pengaruh negatif terhadap aspek konatif pengunjung, yang berarti bahwa semakin banyak media yang digunakan pengunjung, aspek tindakan langsung ke Kampung Budaya Sindangbarang menurun. Namun, variabel ragam media yang digunakan tidak berpengaruh signifikan terhadap aspek konatif pengunjung. Tabel 19 menunjukkan bahwa nilai signifikansi yang dimiliki variabel usia lebih besar dari 0.05, yaitu sebesar 0.216. Nilai tersebut mengakibatkan H1 ditolak. Kesimpulan ini menunjukkan bahwa sebanyak apapun media yang digunakan untuk mengakses informasi mengenai Kompleks Candi Gedong Songo tidak berpengaruh pada aspek tindakan dari masing-masing pengunjung. Pengunjung lebih banyak mengakses informasi melalui words of mouth. Didukung oleh hasil penelitian Wahyuni (2014) yang menyatakan variabel keragaman media tidak mempengaruhi perilaku nyata dan tindakan pengunjung obyek wisata. “Saya tau Kompleks Candi Gedong Songo dari saudara saya. Mungkin saya akan kembali kesini mengajak teman-teman saya.” (Z, 23) Frekuensi Penerimaan Pesan (X2.2) Variabel frekuensi penerimaan pesan memiliki arah pengaruh positif terhadap aspek konatif pengunjung, yang berarti bahwa semakin sering pengunjung mengakses alat promosi,maka aspek konatif pengunjung meningkat. Tabel 19 menunjukkan bahwa nilai signifikansi yang dimiliki variabel ini sebesar 0.027 lebih kecil dari 0.05 sehingga H1 diterima. Kesimpulan ini menunjukkan bahwa seringnya pengunjung mengakses media komunikasi pemasaran dapat menjadi faktor penentu dalam aspek tindakan berkunjung kembali, mengikuti paket wisata lainnya, hingga merekomendasikan kembali tempat wisata tersebut kepada keluarga maupun teman. Didukung oleh hasil penelitian Wahyuni (2014) yang menyatakan semakin sering pengunjung menerima pesan komunikasi pemasaran, maka pengunjun semakin terdorong untuk mengunjungi obyek wisata. Beberapa pengunjung mendapatkan pesan komunikasi pemasaran tidak hanya sekali, sebagian pengunjung akan mencari informasi yang lengkap sebelum mengunjungi obyek wisata. Sehingga akan mencari informasi melalui beberapa media komunikasi pemasaran. “Saya sering melihat baliho dan billboard tentang Kompleks Candi Gedong Songo setiap saya ingin pergi kerumah sodara saya, sehingga saya penasaran untuk mencari tau dan datang ke Kompleks Candi Gedong Songo ini.” (BA, 23)
75
PENUTUP
Simpulan 1) Efektivitas media komunikasi pemasaran wisata sejarah dan budaya Kompleks Candi Gedong Songo efektif dari aspek kognitif, afektif, dan konatif. Pada aspek kognitif, efektifitas media komunikasi pemasaran wisata sejarah dan budaya Kompleks Candi Gedong Songo termasuk dalam kategori sedang sebesar 80.0 persen. Pada aspek afektif, efektivitas media komunikasi pemasaran wisata sejarah dan budaya Kompleks Candi Gedong Songo termasuk dalam kategori tinggi sebesar 72.0 persen. Pada aspek konatif, efektivitas media komunikasi pemasaran wisata sejarah dan budaya Kompleks Candi Gedong Songo termasuk dalam kategori tinggi sebesar 84.0 persen. 2) Faktor yang mempengaruhi efektivitas media komunikasi pemasaran Kompleks Candi Gedong Songo adalah pendapatan pada aspek afektif dengan nilai signifikan 0.020 dan arah pengaruh negatif dan frekuensi penerimaan pesan pada aspek konatif dengan nilai signifikan 0.027 dan arah pengaruh positif. Pada aspek kognitif, tidak diditemukan faktor yang signifikan berpengaruh terhadap efektivitas media komunikasi pemasaran Kompleks Candi Gedong Songo.
Saran 1) Pihak Kompleks Candi Gedong Songo harus meningkatkan intensifivitas dalam melakukan pemasaran untuk membuat pengunjung semakin puas dan akan memberikan tanggapan yang lebih baik. Apabila pengunjung merasa puas dengan pelayanan yang diberikan, maka pengunjung memungkinkan untuk melakukan rekomendasi kepada orang lain, baik secara tatap muka maupun melalui media sosial pribadi yang dimilikinya. 2) Pihak Kompleks Candi Gedong Songo harus mempertahankan kualitas dan harga wisata di Kompleks Candi Gedong Songo, agar semakin banyak kalangan yang dapat menjangkau untuk berwisata di Kompleks Candi Gedong Songo dengan harga yang bisa dijangkau serta kualitas tempat yang baik. 3) Pihak Kompleks Candi Gedong Songo harus menyesuaikan fasilitas dan kegiatan-kegiatan lain dengan kategori pasaran di kawasan Kompleks Candi Gedong Songo, contonya dengan membuat gerai-gerai kuliner dan bazaar yang diadakan setiap hari libur namun dengan target pasar yang sesuai dengan kategori pengunjung yang datang ke Kompleks Candi Gedong Songo
76
77
DAFTAR PUSTAKA Amalia R. 2012. Hubungan Efektifitas Komunikasi Pemasaran Agrowisata Kebun Raya Cibodas dengan Perilaku Pengunjung. [skripsi]. Bogor [ID] : Institut Pertanian Bogor. Arindi W. 2012.Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran terhadap Perilaku Konsumen (Kasus Pemasaran Produk Teh Walini). [skripsi]. Bogor [ID] : Institut Pertanian Bogor. Bungin B. 2006. Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta [ID]: Kencana. Damanik J, Weber H. 2006. Perencanaan Ekowisata dari Teori ke Aplikasi. Yogyakarta [ID]: ANDI Yogyakarta dan PUSPAR UGM. Damardjati R.S. 1989. Wisata Budaya. Jakarta. Gramedia Pustaka Umum. Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ketiga. Jakarta [ID]: Balai Pustaka. Fadila R. 2015. Efektivitas Komunikasi Pemasaran Kampung Budaya Sindangbarang di Desa Pasir Eurih, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Gunn C.A. 1988. Tourism Planning. Taylor & Franciss. New York Philadelphia London. Hurriyati R. 2008. Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen. Bandung [ID]: CV Alfabeta. Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. Jakarta [ID]: Grasindo. Kotler P. 1995. Managemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian, Edisi 8, Jakarta [ID], Salemba Empat. Kotler P. 2002. Manajemen Pemasaran. Jilid ke-1 Edisi Millennium. Jakarta [ID]: PT. Prenhallindo. Kotler P, Armstrong G. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Ed ke-12. Jakarta [ID]: Erlangga. Kotler P. 2000. Manajemen Pemasaran, PT. Prenhallindo, Jakarta [ID]. Kotler P. terjemahan A.B. Susanto. 2001. Manajemen Pemasaran di Indonesia, Jakarta [ID] : Salemba Empat. Kusumastuti Y.I. 2009. Komunikasi Bisnis. Bogor [ID]: IPB Press. Laksana IMP. 2014. Potensi Candi Jawi Sebagai Obyek Pariwisata Sejarah di Kabupaten Pasuruan.[Skripsi]. Jember [ID]: Universitas Jember. Morrisan M.A. 2010. Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta [ID]: Kencana Prenada Media Group. Musanef. 1996. Manajemen Usaha Pariwisata di Indonesia. Jakarta [ID] : PT Toko Gunung Agung. Nourmaulina A.A.2013. Efektivitas Komunikasi Pemasaran Agrowisata PT. Godong Ijo Asri, Sawangan Depok, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Pendhit N.S. 2002. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta [ID]: PT. Pradnya Paramita. Pitana I.G, Gayatri P.G. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta [ID]: ANDI Yogyakarta. Pusdatin Kemenparekraf dan BPS. 2013. Jumlah pemasukan perjalanan wisata nusantara 2009-2013. [Internet]. [diunduh 2014 Sep 7]. Tersedia pada:
78
http://www.parekraf.go.id/userfiles/file/B_1%20Rekapitulasi%20Wisnus %202009%20-2013(1).pdf. Putri D.A. 2011. Hubungan Komunikasi Pemasaran dengan Perilaku Pengunjung Agrowisata Kebun Raya Bogor. [skripsi]. Bogor [ID] : Institut Pertanian Bogor. Republik Indonesia. 1990. Undang-undang Republik Indonesia No 9 Tahun 1990. Tentang Kepariwisataan. Jakarta. Republik Indonesia. 2009. Undang-undang Republik Indonesia No 10 Tahun 2009. Tentang Kepariwisataan. Jakarta. Santoso T. 2011. Marketing Strategic, Meningkatkan Pangsa Pasar dan Daya Saing. Yogyakarta [ID] : Oryza. Scott D. 2009. The new rules of marketing & pr (jurus jitu menggunakan rilis berita, blog, podcasting, pemasaran viral & media online untuk menjangkau pembeli secara langsung). Jakarta [ID]: Publishing One. Shimp T.A. 2003. Periklanan Promosi Dan Aspek Tambahan Komunikasi Terpadu, edisi ke-5 jilid 1. Jakarta [ID]: Erlangga. Singarimbun M, Effendi S. 1989. Metode penelitian survai. Jakarta [ID]: LP3ES. Situmorang J. 2010. Pemasaran Viral-Viral Marketing. Jurnal Administrasi Bisnis. Nomor 1 Volume 6. [internet]. [dikutip 19 Oktober 2012]. Dapat diunduh dari: http://journal.unpar.ac.id/index.php/JABCebis/article/viewFile/12/12. Spillane J. 1994. Pariwisata Indonesia Siasat Ekonomi dan Rekayasa Kebudayaan. Yogyakarta [ID]. Kanisius Suparman T. 1996. Komunikasi Pemasaran Pariwisata Indonesia di Taiwan. Program Studi Ilmu Komunikasi, Kekhususan Manajemen Komunikasi. Bidang Ilmu Sosial, Program PascaSarjana Universitas Indonesia. Tjiptono F. 2008 Strategi Pemasaran. Ed ke-3. Yogyakarta [ID].: ANDI Yogyakarta. Tubbs S.L, Moss S. 1996. Human Communication. Bandung [ID]: PT. Remaja Rosdakarya. Wahab S. 2003. Manajemen Kepariwisataan. Jakarta [ID]: Pradnya Paramitha. Wahyuni S. 2014. Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran Agrowisata Kuntum Nurseries (Jl Raya Tajur No 291, Bogor). [Skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Yassiranda M. 2011. Strategi Komunikasi Pemasaran Kawasan Ekowisata Berbasis Masyarakat (kasus: Taman Nasional Gunung Halimun Salak). [skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.
79
LAMPIRAN
80
81
Lampiran 1. Hasil Uji Regresi Linear Berganda Hasil Uji Regresi Linear Berganda Aspek Kognitif
Model Summary Model
1
R
R Square
,507a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
,257
,112
1,305
a. Predictors: (Constant), Frekuensi Pesan, Pendapatan, Frekuensi Wisata, Motivasi, Pendidikan, Pekerjaan, Umur, Ragam Media
Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
T
Sig.
Collinearity Statistics
Coefficients B
1
Std. Error
(Constant)
7,787
2,170
Umur
-,162
,321
Pendidikan
,070
Pekerjaan
Beta
Tolerance
VIF
3,588
,001
-,091
-,505
,616
,561
1,783
,391
,029
,178
,859
,706
1,417
,011
,532
,004
,021
,983
,626
1,599
Pendapatan
-,342
,318
-,215
-1,074
,289
,451
2,215
Motivasi
-,290
,997
-,041
-,291
,773
,892
1,121
,493
,280
,271
1,759
,086
,766
1,306
-,067
,106
-,129
-,633
,530
,440
2,273
,148
,074
,406
2,010
,051
,445
2,248
Frekuensi Wisata Ragam Media Frekuensi Pesan a. Dependent Variable: Kognitif
82
Hasil Uji Regresi Linear Berganda Aspek Afektif Model Summary Model
1
R
R Square
,551a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
,304
,168
1,693
a. Predictors: (Constant), Frekuensi Pesan, Pendapatan, Frekuensi Wisata, Motivasi, Pendidikan, Pekerjaan, Umur, Ragam Media
Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
T
Sig.
Collinearity Statistics
Coefficients B
1
Std. Error
(Constant)
4,382
2,816
Umur
-,337
,416
Pendidikan
,674
Pekerjaan
Beta
Tolerance
VIF
1,556
,127
-,141
-,811
,422
,561
1,783
,507
,206
1,328
,191
,706
1,417
,495
,690
,118
,717
,478
,626
1,599
-,995
,413
-,468
-2,412
,020
,451
2,215
Motivasi
,172
1,294
,018
,133
,895
,892
1,121
Frekuensi Wisata
,191
,364
,078
,526
,601
,766
1,306
Ragam Media
,113
,137
,162
,826
,414
,440
2,273
Frekuensi Pesan
,122
,096
,250
1,278
,208
,445
2,248
Pendapatan
a. Dependent Variable: Afektif
83
Hasil Uji Regresi Linear Berganda Aspek Konatif
Model Summary Model
R
R Square
,495a
1
,245
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate ,097
1,424
a. Predictors: (Constant), Frekuensi Pesan, Pendapatan, Frekuensi Wisata, Motivasi, Pendidikan, Pekerjaan, Umur, Ragam Media
Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Collinearity Statistics
Coefficients B
Std. Error
(Constant)
9,137
2,367
Umur
-,584
,350
Pendidikan
,390
Pekerjaan
Beta
Tolerance
VIF
3,859
,000
-,303
-1,670
,102
,561
1,783
,427
,148
,914
,366
,706
1,417
,461
,580
,136
,794
,431
,626
1,599
-,620
,347
-,361
-1,788
,081
,451
2,215
,027
1,088
,004
,025
,980
,892
1,121
Frekuensi Wisata
-,232
,306
-,118
-,760
,451
,766
1,306
Ragam Media
-,145
,115
-,257
-1,256
,216
,440
2,273
,185
,081
,468
2,300
,027
,445
2,248
Pendapatan Motivasi
Frekuensi Pesan a. Dependent Variable: Konatif
84
84
Kegiatan
Penyusun an Proposal Skripsi Kolokiu m Perbaika n Proposal Skripsi Pengamb ilan Data Lapang Pengolah an dan Analisis Data Penulisan Draft Skripsi
Lampiran 2. Jadwal Penelitian Juni Juli Agustus Septemb Oktober Novemb April Mei Juni Juli Agustus Septemb er er er 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
85
UJi Kelayaka n Sidang Skripsi Perbaika n Laporan Skripsi
85
83
86
Lampiran 3. Struktur Organisasi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata
Lampiran 4. Dokumentasi
Wawancara dengan Responden
87
Harga Tarif Wisata Berkuda
Harga Tarif Parkir Kendaraan
Penampilan Tarian Tradisional
Loket Tiket dan Kantor Pengelola
88
Pendopo di Gedong Songo
Kandang Kuda di Gedong Songo
Pintu Masuk Kompleks Candi
Gapura Kawasan Gedong Songo
89
Lampiran 5. Catatan Kasus-kasus Pengunjung Kasus 1. Pendidikan Pengunjung Mempengaruhi Pemilihan Tempat Wisata. MAS (19) merupakan seorang mahasiswa. Ia tinggal masih dikawasan Kabupaten Semarang, tidak begitu jauh dari Kompleks Candi Gedong Songo. Ia bersama teman-temannya memutuskan untuk pergi ke Kompleks Candi Gedong Songo karena direkomendasikan oleh teman kampusnya. Karena ingin rekreasi dan juga mengetahui tentang candi, ia bersama teman-temannya memutuskan untuk pergi berwisata ke Kompleks Candi Gedong Songo. Menurutnya, Kompleks Candi Gedong Songo sangat cocok untuk menjadi tempat rekreasi sekaligus belajar untuk seusianya, di kawasan Kompleks Candi Gedong Songo juga memiliki pemandangan yang bagus dan udara yag sejuk, membuat ia beserta temen-temannya merasa nyaman untuk rekreasi ke Kompleks Candi Gedong Songo. Kasus 2. Pendapatan Pengunjung Berpengaruh terhadap Pemilihan Tempat Wisata. DS (16) merupakan seorang pelajar yang masih duduk dibangku sekolah menengah atas (SMA). Ia pergi ke Kompleks Candi Gedong Songo bersama teman-temannya. Menurut DS, harga tiket masuk Komplek Candi Gedong Songo tergolong murah, yang cocok dengan uang sakunya. Dengan harga tiket yang murah, DS beserta teman-temannya sudah dapat rekreasi dan bermain bersama teman-temannya. Ia mengaku sudah lama mengetahui Kompleks Candi Gedong Songo, karena ia tinggal tidak jauh dari Kompleks Candi Gedong Songo. Ia mengaku cukup sering pergi rekreasi ke KOmpleks Candi Gedong Songo bersama teman-temannya. Kasus 3. Pengaruh Teman di Tempat Kerja dalam Pemilihan Tempat Wisata. A (26) adalah seorang karyawan negeri, yang bekerja di salah satu perusahaan BUMN di Indonesia. A memiliki pendidikan terakhir sebagai sarjana. Ia pergi wisata ke Kompleks Candi Gedong Songo bersama teman-teman kantornya atas rekomendasi salah satu teman kantornya. A kebetulan sedang liburan bersama teman-teman kantornya ke kampung halaman salah satu teman kantornya, dan menurut teman kantornya tersebut, Kompleks Candi Gedong Songo merupakan tempat yang enak dan cocok untuk rekreasi dan bersantai-santai melepas penat. Menurutnya, kalau diberi kesempatan kembali, ia ingin kembali ke Kompleks Candi Gedong Songo mengajak keluarganya. Kasus 4. Suasana dan Tempat yang Nyaman, dapat menjadi Pengaruh Orangtua Memilih Tempat Wisata. AM (48) adalah seorang ayah yang memiliki 3 anak. Ia adalah seorang pagawai swasta dengan penghasilan 6juta per-bulan. Memiliki pendidikan terakhir diploma dan tinggal di kawasan Demak, Jawa Tengah. Mengunjungi Kompleks Candi Gedong Songo bersama keluarganya bermaksud untuk pergi rekreasi dan
90
berwisata. Karena yang ia tau, Kompleks Candi Gedong Songo merupakan salah satu kawasan wisata yang ternama di daerah Kabupaten Seamarang. Menurutnya, Komoleks Candi Gedong Songo memiliki suasanya yang enak, nyaman dan sejuk, sehingga cocok menjadi tempat rekreasi bersama keluarga kecilnya. Kasus 5. Kompleks Candi Gedong Songo Merupakan Tempat yang Sering Menjadi Pilihan Kalangan Pasangan Muda. KF (19) adalah seorang mahasiswa yang berasal dari Bojonegoro, Jawa Timur. Ia pergi ke Kompleks Candi Gedong Songo bersama pasangannya untuk berwisata. Menurutnya, ia dan pasangannya tergolong sering untuk berwisata di Kompleks Candi Gedong Songo walau lokasi tempat ia tinggal dan Kompleks Candi Gedong Songo terbilang jauh. Menurutnya, ia sering berwisata di Kompleks Candi Gedong Songo karena tempat tinggal pasangannya di daerah sekitar Kompleks Candi gedong Songo, dan menurutnya Kompleks Candi Gedong Songo merupakan tempat yang cocok untuk pasangan berwisata dan mengahabiskan waktu bersama, karena pemandangan dan suasananya yang enak dan nyaman. Kasus 6. Pengunjung Kurang Memperhatikan Bentuk Komunikasi Pemasaran yang Ada, WOM Menjadi Alasan Terbesarnya. PA (45) adalah seorang ibu rumah tangga yang bertempat tinggal di sekitar kawasan Kompleks Candi Gedong Songo. Ia pergi rekreasi ke Kompleks Candi Gedong Songo bersama suami dan juga anak-anaknya. Menurutnya, ia sudah lama mengetahui Kompleks Candi Gedong Songo turun-temurun dari keluarganya, karena tempat tinggalnya yang tidak jauh dari Kompleks Candi Gedong Songo. Ia dan suami sama-sama penduduk asli di sekitar Kompleks Candi Gedong Songo yang sedang berwisata ke Kompleks Candi Gedongo Songo. Ia kurang mengetahui dan memperhatikan komunikasi pemasaran yang ada di Kompleks Candi Gedong Songo. Menurutnya Kompleks Candi Gedong Songo salah satu tempat wisata yang enak dan terdekat dari tempat tinggalnya. Kasus 7. Kompleks Candi Gedong Songo Lebih Sering Muncul di Televisi daripada Radio. SD (18) merupakan seorang pelajar yang cukup sering menonton televisi dan mendengar radio. Ia datang ke Kompleks Candi Gedong Songo bersama teman-temannya. Alasan dia pergi ke Kompleks Candi Gedong Songo adalah tertarik untuk mengetahui kebudayaan jawa. Menurutnya, ia lumayan sering melihat Kompleks Candi Gedong Songo di televise, itu mengapa ia ingin pergi ke Kompleks Candi Gedong Songo dan mengajak serta teman-temannya untuk ikut berwisata di Kompleks Candi Gedomg Songo bersamanya.
91
Kasus 8. Pengunjung Banyak Mengetahui Informasi tentang Tempat Wisata dari Cerita Keluarga dan Teman. JS (21) merupakan pemuda dengan tingkat pendidikan terakhir di sekolah menengah atas, dan tidak kuliah dan memiliki pekerjaan. Ia pergi ke Kompleks Candi Gedong Songo dengan temannya untuk rekreasi. Ia mengaku kurang aktif di media social, sehingga kurang mengetahui bentuk-bentuk komunikasi pemasaran ya g dilakukan oleh Kompleks Candi Gedong Songo, namun ia mengetahui Kompleks Candi Gedong Songo dari salah satu temannya. Ia pergi ke Kompleks Candi Gedong Songo selain untuk rekreasi juga ia ingin mandi air hangat di kawasan Kompleks Candi Gedong Songo. Kasus 9. Facebook dapat Berpengaruh terhadap Pemilihan Tempat Wisata. LP (26) seorang pegawai swasta yang berasal dari Jakarta yang sedang liburan bersama teman-temannya. Ia mengaku mengetahui Kompleks Candi Gedong Songo dari Facebook. Ia melihat halaman tentang Kompleks Candi Gedong Songo dan ia mengajak teman-temannya untuk berwisata ke Kompleks Candi Gedong Songo. Menurut LP, rekreasi di Kompleks Candi Gedong Songo menyenangkan. Karena Kompleks Candi Gedong Songo memiliki pemandangan yang bagus serta candi yang indah. Kasus 10. Pengunjung Kurang Memperhatikan Fasilitas yang Ada di Tempat Wisata. M (24) seorang wiraswasta yang sedang berwisata dengan temannya. Menurutnya, ia mengetahui Kompleks Candi Gedong Songo dari temannya dan diajak ke Kompleks Candi Gedong Songo dengan temannya. Ia kurang mengatahui ragam komunikasi apa saja yang digunakan Kompleks Candi Gedong Songo, dan ia kurang mengetahui fasilitas apa saja yang ada di Kompleks Candi Gedong Songo. Menurutnya, ia hanya rekreasi karena diajak oleh teman, tapi menurutnya Kompleks Candi Gedong Songo cukup menarik untuk menjadi tempat wisata bersama teman dan keluarga. Kasus 11. Baliho dan Penunjuk Jalan Menjadi Alasan Pemilihan Tempat Wisata. W (25) seorang pegawai swasta yang memiliki pendidikan terakhir di sekolah menengah atas. Ia pergi ke Kompleks Candi Gedong Songo bersama pasangannya karena ingin rekreasi. Ia mengetahui Kompleks Candi Gedong Songo secara tidak sengaja memalui baliho dan penunjuk jalan, saat ia dan pasangannya sedang melewati kawasan sekitar Kompleks Candi Gedong Songo, dan memutuskan untuk datang ke Kompleks Candi Gedong Songo. Menurutnya, Kompleks Candi Gedong Songo tidak mengecewakan setelah ia datang bersama pasangannya. Tempatnya bagus dan asik untuk bersantai bersama pasangan.
92
Kasus 12. Kompleks Candi Gedong Songo Membuat Ingin Kembali. Y (22) merupakan pegawai swasta yang pergi ke Kompleks Candi Gedong Songo dengan temannya. Ia memiliki pendidikan terakhir di sekolah menengah atas. Ia mengaku tahu Kompleks Candi Gedong Songo dari temannya. Setelah ia datang ke Kompleks Candi Gedong Songo, menurutnya Kompleks Candi Gedong Songo tempat yang enak untuk rekreasi dan dapat mengetahui kebudayaan jawa. Menurutnya, ia akan kembali ke Kompleks Candi Gedong Songo kalau ada kesempatan ia akan mengajak seluruh keluarganya untuk berwisata ke Kompleks Candi Gedong Songo dan berkuda serta mandi air hangat di kawasan Kompleks Candi Gedong Songo. Kasus 13. Kompleks Candi Gedong Songo Cocok Untuk Keluarga. Z (23) adalah seorang pegawai swasta yang sedang liburan ke Jawa Tengah dengan teman-temannya. Ia memiliki pendidikan terakhir di sekolah menengah atas. Ia mengetahui Kompleks Candi Gedong Songo dari temannya. Menurutnya, Kompleks Candi Gedong Songo memiliki suasanya yang enak dan nyaman, sehingga cocok untuk mengajak keluarganya Kasus 14. Baliho dan Billboard Menjadi Media yang Membuat Penasaran BA (23) merupakan pengunjung asal solo yang datang ke Kompleks Candi Gedong Songo karena penasaran setelah melihat baliho dan billboard Kompleks Candi Gedong Songo. Ia pergi berwisata ke Kompleks Candi Gedong Songo dengan teman-temannya. Ia mengaku tertarik untuk datang ke Kompleks Candi Gedong songo karena penasaran setelah melihat baliho dan billboard tentang Kompleks Candi Gedomg Songo. Karena letaknya yang diatas bukit, hawa yang sejuk serta pemandangan yang indah dapat melihat perkebunandan candi-candi dikelilingi hutan. Ia mengaku tertarik untuk datang kembali ke Kompleks Candi Gedong Songo.
93
RIWAYAT HIDUP Sita Putri Liawaty Utari dilahirkan di Bekasi pada tanggal 26 April 1993 dari pasangan Slamet Asrochan dan Siti Asmanah. Pendidikan formal yang pernah dijalani penulis adalah SDI Al-Azhar Syifa Budi Legenda Bekasi periode 1999-2005, SMPI Al-Azhar Syifa Budi Legenda Bekasi periode 2005-2008, dan SMA Negeri 1 Tambun Selatan pada periode 2008-2011. Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai Mahasiswa jurusan Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor melalui jalur BUD. Penulis aktif dalam kegiatan perkuliahan di Institut Pertanian Bogor, Selain itu, pada kegiatan non-akademik penulis juga mengikuti berbagai organisasi tingkat fakultas. Organisasi beserta jabatan yang pernah diikuti penulis antara lain; Anggota BEM FEMA divisi PBOS (2012-2013).