EFEK KTIVITA AS KOMU UNIKASII PEMAS SARAN P PADA PRO ODUK OLAHAN O PERTAN NIAN LAP PIS BOG GOR SAN NGKURIA ANG
RE ELITA RE ESA
DEPART TEMEN SAINS S KO OMUNIKA ASI DAN PENGEM P MBANGAN N MASYA ARAKAT F FAKULTA AS EKOLO OGI MAN NUSIA I INSTITUT T PERTA ANIAN BO OGOR BOGO OR 2013 3
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA∗ Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Efektivitas Komunikasi Pemasaran pada Produk Olahan Pertanian Lapis Bogor Sangkuriang” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2013
Relita Resa NIM: I34090100
∗
Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
ABSTRAK Relita Resa. Efektivitas Komunikasi Pemasaran pada Produk Olahan Pertanian Lapis Bogor Sangkuriang. Dibimbing oleh YATRI INDAH KUSUMASTUTI. Komunikasi pemasaran adalah usaha untuk menyampaikan pesan kepada publik, terutama konsumen sasaran, mengenai keberadaan produk di pasar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan komunikasi pemasaran, melihat hubungan antara karakteristik pengunjung dengan penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran, menganalisis hubungan antara penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran dengan efektivitas komunikasi pemasaran, hubungan antara karakteristik pengunjung dengan efektivitas komunikasi pemasaran. Metode yang digunakan accidental sampling dengan pendekatan kuantitatif, didukung pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini menujukan hubungan antara karakteristik pengunjung dengan penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran, hubungan antara penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran dengan efektivitas komunikasi pemasaran dan hubungan antara karakteristik pengunjung dengan efektivitas komunikasi pemasaran. Kata kunci: produk olahan pertanian, komunikasi pemasaran, efektivitas. ABSTRACT RELITA RESA. Effectiveness of Processed Agricultural Products Marketing Communications Lapis Bogor Sangkuriang. Supervised by YATRI INDAH KUSUMASTUTI. Marketing communication is an attempt to convey the message to the public, especially to the targeted consumers, the existence of the product in the market. This study aims to describe the implementation of marketing communications, to analyze the relationship between the characteristics of the visitors to the visitor of the implementation of marketing communications, to analyze the relationship between the assessment of the effectiveness of the implementation of marketing communications marketing communications, and relationship between the characteristics of the visitors to the effectiveness of marketing communications. The quantitative method used in this research is accidental sampling, which supported by qualitative approach. The results of this study addressed the relationship between characteristics of the visitors to the visitor assessment of the implementation of marketing communication is significant in some variables. The relationship between the assessment of the effectiveness of the implementation of marketing communications marketing communications and relationships between the characteristics of the visitors to the effectiveness of marketing are significant in some variables. Key words: processed agricultural effectiveness
products,
marketing
communication,
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN PADA PRODUK OLAHAN PERTANIAN LAPIS BOGOR SANGKURIANG
RELITA RESA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi Nama NIM
: Efektivitas Komunikasi Pemasaran pada Produk Olahan Pertanian Lapis Bogor Sangkuriang : Relita Resa : I34090100
Disetujui oleh
Ir Yatri Indah Kusumastuti, M.Si Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus: ________________
PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini. Karya tulis yang dimulai sejak bulan Januari 2013 ini berjudul Efektivitas Komunikasi Pemasaran Produk Olahan Pertanian Lapis Bogor Sangkuriang. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Ibu Ir. Yatri Indah Kusumastuti, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian karya tulis ini. Kepada Mas Anggara, Mbak Riska, dan Mbak Nanda yang telah memberi izin dan selalu membantu penulis ketika penelitian berlangsung. Penulis juga menyampaikan hormat dan terimakasih kepada orang tua tercinta (alm) Bapak Dedy Ahmad Gunady dan Ibu Yayah Fatimah yang selalu mendoakan dan senantiasa melimpahkan kasih sayangnya kepada penulis, serta Deyanita Audina Gunady dan Devinta Rizkia Gunady adik tersayang yang selalu memberikan motivasi dan senantiasa mendoakan penulis. Tidak lupa juga penulis ucapkan terimakasih kepada Siti Chairunnisa dan Nadia Soraya selaku teman sebimbingan yang selalu menyemangati dan menjadi teman diskusi yang baik. Terimakasih kepada temanteman SKPM 46, senior-senior SKPM 45, adik-adik SKPM 47 terutama Nindya Ayu Wradsari, Agustin, Jajang Somantri, Rangga Husein, Intan Endawaty, Sri Wahyuni, Selvi Anggraeni, Resty Nur Ocktaviana, Adhi Pamungkas yang telah memberi semangat dan dukungan kepada penulis selama proses penulisan karya tulis ini. Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada Triary Casuarina, Ridwan Syofwan, Merisa, Siti Khadijah, Fredy Marojaya, Sonya Dyah Kusuma Dewi, Hadi Sofyan dan Muhammad Ikbal Putera yang selalu menemani dikala suka dan duka dalam penulisan karya tulis ini dan seluruh responden serta semua pihak yang telah membantu dari penulisan studi pustaka sampai akhir penulisan skripsi ini. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Juli 2013 Relita Resa
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Masalah Penelitian
3
Tujuan Penelitian
3
Kegunaan Penelitian
4
TINJAUAN PUSTAKA
5
Komunikasi
5
Komunikasi Pemasaran
6
Bauran Komunikasi Pemasaran
8
Periklanan (Advertising)
8
Promosi Penjualan (Sales Promotion)
9
Hubungan Masyarakat dan Publistitas (Public Relations and Publicity)
9
Pemasaran Langsung dan Pemasaran Interaktif (Direct Marketing)
10
Pemasaran dari Mulut ke Mulut (Word of Mouth)
10
Penjualan Personal (Personal Selling)
10
Efektivitas Komunikasi Pemasaran
11
Media Komunikasi Pemasaran
12
Media Cetak
13
Media Elektronik
13
Media Internet
14
Perilaku Konsumen
14
KERANGKA PEMIKIRAN
17
Hipotesis
18
Definisi Operasional
18
PENDEKATAN LAPANG
23
Metode Penelitian
23
Lokasi dan Waktu
23
Teknik Pemilihan Responden
23
Teknik Pengumpulan Data
24
vi
Teknik Pengolahan Data GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
25 27
Sejarah Singkat Lapis Bogor Sangkuriang
27
Visi dan Misi Lapis Bogor Sangkuriang
28
Struktur Organisasi Lapis Bogor Sangkuriang
28
Produk dan Jasa yang Ditawarkan Lapis Bogor Sangkuriang
28
Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang
29
Penjualan Personal (Personal Selling)
30
Promosi Penjualan (Sales Promotion)
30
Hubungan Masyarakat dan Publisitas (Public Relations and Publicity)
30
Pemasaran Langsung (Direct Marketing)
30
Pemasaran dari Mulut ke Mulut (Words of Mouth)
31
Media Cetak
31
Media Elektronik
31
Media Internet
32
KARAKTERISTIK PENGUNJUNG LAPIS BOGOR SANGKURIANG
33
Usia
33
Jenis Kelamin
34
Status Pekerjaan
34
Tingkat Pendidikan
35
Tingkat Pengeluaran
35
PENILAIAN TERHADAP PELAKSANAAN KOMUNIKASI PEMASARAN LAPIS BOGOR SANGKURIANG
37
Penilaian Pengunjung Mengenai Ragam Media Komunikasi
37
Penilaian Pengunjung Mengenai Kelengkapan Informasi
38
Karakteristik Pesan AIDA
38
Frekuensi Kunjungan Pengunjung
39
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN
41
Aspek Kognitif
41
Aspek Afektif
42
Aspek Konatif
42
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGUNJUNG DENGAN PENILAIAN TERHADAP PELAKSANAAN KOMUNIKASI PEMASARAN LAPIS BOGOR SANGKURIANG Hubungan Antara Karakteristik Pengunjung dengan Penilaian Pengunjung
45
vii
Mengenai Ragam Media Komunikasi
47
Hubungan Antara Karakteristik Pengunjung dengan Penilaian Pengunjung Mengenai Kelengkapan Informasi
51
Hubungan Antara Karakteristik Pengunjung dengan Karakteristik Pesan AIDA
53
Hubungan Antara Karakteristik Pengunjung dengan Frekuensi Kunjungan Pengunjung
56
HUBUNGAN ANTARA PENILAIAN TERHADAP PELAKSANAAN KOMUNIKASI PEMASARAN DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN LAPIS BOGOR SANGKURIANG
59
Penilaian terhadap Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang
59
Hubungan antara Penilaian terhadap Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang pada Aspek Kognitif
61
Hubungan antara Penilaian terhadap Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang pada Aspek Afektif
64
Hubungan antara Penilaian terhadap Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang pada Aspek Konatif
67
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGUNJUNG DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN LAPIS BOGOR SANGKURIANG Efektivitas Komunikasi Pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang
71 71
Hubungan antara Karakteristik Pengunjung dengan Efektivitas Komunikasi Pemasaran pada Aspek Kognitif
72
Hubungan antara Karakteristik Pengunjung dengan Efektivitas Komunikasi Pemasaran pada Aspek Afektif
75
Hubungan antara Karakteristik Pengunjung dengan Efektivitas Komunikasi Pemasaran pada Aspek Konatif PENUTUP
78 81
Kesimpulan
81
Saran
81
DAFTAR PUSTAKA
83
RIWAYAT HIDUP
93
DAFTAR TABEL 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
Perbandingan penggunaan bentuk komunikasi pemasaran 7 Profil kategori media utama 9 Karakteristik demografi dan subbudaya di Indonesia 14 Produk Lapis Bogor Sangkuriang 29 Jumlah dan persentase responden berdasarkan karakteristk pengunjung 33 Jumlah dan persentase responden berdasarkan penilaian pengunjung mengenai ragam media 37 Jumlah dan persentase responden berdasarkan penilaian pengunjung mengenai kelengkapan informasi 38 Jumlah dan persentase responden berdasarkan penilaian terhadap karakteristik pesan AIDA 39 Jumlah dan persentase responden berdasarkan frekuensi kunjungan pengunjung selama satu bulan 40 Jumlah dan persentase responden Lapis Bogor Sangkuriang berdasarkan efektivitas komunikasi pemasaran 41 Jumlah dan persentase responden Lapis Bogor Sangkuriang berdasarkan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif 41 Jumlah dan persentase responden Lapis Bogor Sangkuriang berdasarkan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif 42 Jumlah dan persentase responden Lapis Bogor Sangkuriang berdasarkan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek konatif 43 Jumlah dan presentase karakteristik pengunjung berdasarkan usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, dan tingkat pengeluaran 45 Presentase hubungan antara karakteristik pengunjung dengan penilaian mengenai ragam media komunikasi Lapis Bogor Sangkuriang 48 Nilai signifikansi hubungan antara karakteristik pengunjung dengan penilaian mengenai ragam media komunikasi Lapis Bogor Sangkuriang 50 Presentase hubungan antara karakteristik pengunjung dengan penilaian mengenai kelengkapan informasi Lapis Bogor Sangkuriang 51 Nilai signifikansi hubungan antara karakteristik pengunjung dengan penilaian mengenai kelengkapan informasi Lapis Bogor Sangkuriang 53 Presentase hubungan antara karakteristik pengunjung dengan karakteristik pesan AIDA 54 Nilai signifikansi hubungan antara karakteristik pengunjung dengan karakteristik pesan AIDA 55 Presentase hubungan antara karakteristik pengunjung dengan frekuensi kunjungan pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang 56 Nilai signifikansi karakteristik pengunjung dengan frekuensi kunjungan Lapis Bogor Sangkuriang 57 Jumlah dan persentase penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang 60 Jumlah dan presentase hubungan antara penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif 62 Nilai signifikansi hubungan antara penilaian terhadap pelaksanaan
ix
26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36.
komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif Jumlah dan presentase hubungan antara penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi Lapis Bogor Sangkuriang dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif Nilai signifikansi hubungan antara penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif Jumlah dan presentase hubungan antara penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek konatif Nilai signifikansi hubungan antara penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek konatif Jumlah dan presentase pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang berdasarkan efektivitas komunikasi pemasaran lapis bogor Sangkuriang Jumlah dan presentase hubungan antara karakteristik pengunjung dengan efektivitas komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang pada aspek kognitif Nilai signifikansi hubungan antara karakteristik pengunjung dengan efektivitas komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang pada apek kognitif Jumlah dan presentase hubungan antara karakteristik pengunjung dengan efektivitas komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang pada aspek afektif Nilai signifikansi hubungan antara karakteristik pengunjung dengan Efektivitas komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang pada aspek Afektif Jumlah dan presentase hubungan antara karakteristik pengunjung dengan efektivitas komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang pada aspek konatif Nilai signifikansi hubungan antara karakteristik pengunjung dengan efektivitas komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang pada aspek konatif
63 64 66 67 69 71 73 74 76 77 78 80
DAFTAR GAMBAR 1. 2. 3.
Model komunikasi pemasaran Hubungan antar tiga komponen sikap Kerangka pemikiran penelitian
6 15 17
x
DAFTAR LAMPIRAN
1. 2. 3. 4. 5.
Peta lokasi penelitian (Lapis Bogor Sangkuriang) Jadwal pelaksanaan penelitian Kerangka sampling responden Lapis Bogor Sangkuriang Bentuk pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang Dokumentasi
87 87 88 89 92
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, kekayaan sumber daya alam (SDA) yang melimpah di setiap wilayahnya. Kekayaan SDA Indonesia tidak terlepas dari komoditi unggulannya yaitu di bidang pertanian. Pertanian merupakan sektor penting dalam menunjang perkembangan pembangunan di Indonesia. Perkembangan pertanian di Indonesia perlu di dukung dengan peningkatan kualitas mutu pertanian yang baik. Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam pembangunan perekonomian nasional, yaitu sebagai penyumbang PDB (Produk Domestik Bruto) terbesar. Pada tahun 2008 sektor pertanian menyumbang PDB kurang lebih Rp 716 656.2 miliar, dan pada tahun 2011 sektor pertanian menyumbang kurang lebih sebesar Rp 1 093 466.0 miliar1 (BPS 2012). Pertanian merupakan sektor andalan masyarakat Indonesia, melalui sektor pertanian kebutuhan pokok manusia dapat terpenuhi. Salah satu cara mengembangkan komoditi unggulan di bidang pertanian adalah memanfaatkan dan mengolah hasil pertanian agar bisa diterima masyarakat Indonesia. Pengolahan hasil pertanian merupakan suatu kegiatan mengubah bahan hasil pertanian menjadi beraneka ragam bentuk dan macamnya dengan tujuan untuk memperpanjang daya simpan, dan meningkatkan nilai tambah (Deptan 2012). Sektor pertanian merupakan sektor yang diandalkan dalam penyediaan kebutuhan hidup masyarakat, baik pangan maupun non pangan. Menurut hasil penelitian Winistuti (2011) kebutuhan akan produk pertanian akan terus meningkat selama manusia masih membutuhkan pangan. Seiring dengan bertambahnya populasi penduduk di Indonesia yang terus meningkat setiap tahunnya maka bertambah pula kebutuhan pangan yang mesti tercukupi oleh masyarakat Indonesia. Melihat kekayaan alam yang dimiliki Indonesia, maka setiap wilayah di Indonesia memiliki sumber daya pangan yang dapat mencukupi kebutuhan masyarakat Indonesia. Hal ini menggambarkan bahwa Indonesia tidak terlepas dari sektor pertanian, karena pertanian merupakan aspek penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Banyaknya usaha-usaha baru dalam bidang olahan pertanian memberikan peluang besar yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia. Institut Pertanian Bogor (IPB) adalah salah satu perguruan tinggi yang sudah banyak membina Usaha Kecil Menengah (UKM). UKM binaan dari IPB banyak memberikan manfaat besar bagi masyarakat. Salah satunya melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM). LPPM IPB bekerjasama dengan bebagai macam UKM dalam menghasilkan produk-produk pertanian yang bermanfaat dan memiliki standar mutu yang tinggi. Salah satu UKM binaan LPPM-IPB adalah Lapis Bogor Sangkuriang. Lapis Bogor Sangkuriang berdiri sejak tahun 2011. Dewasa sekarang ini, Lapis Bogor Sangkuriang ingin menggerakan UKM secara mandiri. Maka dari itu Lapis Bogor Sangkuriang sudah tidak menjadi UKM binaan LPPM-IPB. Lapis Bogor Sangkuriang adalah sebuah toko yang menyediakan produk olahan pertanian hasil dari produk UKM yang ada di Kota Bogor. Melihat peluang usaha produk olahan 1
Dapat diunduh dari: http://bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=2&tabel=1&daftar=1&id_subyek=11 ¬ab=14. Diunduh tanggal 6 Mei 2013, pukul 09.22 WIB.
2
pertanian yang menjanjikan dan dapat diterima oleh masyarakat Indonesia Lapis Bogor Sangkuriang bekerja sama dengan beberapa UKM yang ada di kota Bogor. Produk-produk Lapis Bogor Sangkuriang merupakan produk yang mengutamakan kualitas dan mutu produk. Bahan-bahan yang digunakan dalam membuat produk olahan tidak mengandung bahan pengawet yang dapat menimbulkan efek samping terhadap kesehatan, oleh sebab itu diperlukan adanya komunikasi pemasaran yang efektif untuk memperkenalkan produk-produk UKM Lapis Bogor Sangkuriang. Sumarwan (2011) menyebutkan bahwa pengetahuan konsumen adalah semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk dan jasa, serta pengetahuan lainnya yang terkait dengan produk atau jasa tersebut, dan informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen. Persaingan pasar membuat produk olahan pertanian perlu bersaing dengan berbagai jenis produk olahan kemasan yang membanjiri pasar Indonesia. Melihat produk-produk yang dihasilkan masih tergolong baru, diperlukan adanya proses komunikasi pemasaran yang efektif untuk mempromosikan produk-produk Lapis Bogor Sangkuriang. Menurut Kotler (2000) pemasaran didefinisikan sebagai proses yang membentuk hubungan antara produsen dengan individu atau kelompok dalam menyampaikan produk, yaitu barang dan jasa yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan guna mencapai tingkat kepuasan yang lebih tinggi melalui penciptaan produk yang berkualitas. Komunikasi pemasaran merupakan faktor yang dapat menentukan suksesnya proses pemasaran. Menurut Shimp (2003) komunikasi pemasaran merepresentasikan gabungan semua unsur dalam bauran pemasaran merek, yang memfasilitasi terjadinya pertukaran dengan menciptakan suatu arti yang disebarluaskan kepada pelanggan atau kliennya. Kotler dan Keller (2009) menggunakan istilah bauran komunikasi pemasaran (marketing communication mix) untuk aktivitas pemasaran yang berhubungan dengan promosi. Bauran komunikasi pemasaran ini terdiri dari delapan model komunikasi utama, yaitu iklan (advertising), promosi penjualan (sales promotion, acara dan pengalaman (Sponshorship Marketing), hubungan masyarakat dan publisitas (Public Relation and publicity), pemasaran langsung dan pemasaran interaktif (Direct Marketing), pemasaran dari mulut ke mulut (Word of Mouth), dan penjualan personal (Personal Selling). Proses komunikasi pemasaran tidak bisa terlepas dengan penggunaan saluran komunikasi. Saluran komunikasi dapat dibedakan kedalam saluran komunikasi personal dan saluran komunikasi melalui media. Saluran komunikasi mempermudah kegiatan promosi yang akan dilakukan perusahaan. Proses komunikasi pemasaran menggunakan saluran komunikasi personal adalah dengan penjualan tatap muka (personal selling), promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyrakat (public relation) dan pemasaran langsung (direct selling). Adapun, saluran komunikasi melalu media memanfaatkan media massa, media kelompok dan media personal. Media massa terdiri dari media massa elektronik dan media cetak, media kelompok biasanya berupa video presentasi, dan media personal biasanya menggunakan catalog, profil korporat, dan folder. Penggunaan saluran komunikasi yang efektif membuat penyampaian pesan disampaikan produsen dapat diterima oleh konsumen. Menurut Kusumastuti (2009) komunikasi pemasaran dapat dinilai efektif jika tujuan yang dicapai sesuai dengan hasil yang telah didapat. Komunikasi
3
pemasaran memiliki tujuan yaitu, mencapai tiga tahapan perubahan yang ditunjukan konsumen. Tahap pertama adalah perubahan pengetahuan. Pada tahapan perubahan ini, konsumen mengetahui keberadaan suatu produk, untuk apa produk diciptakan, dan untuk siapa produk itu ditunjukan. Tahap kedua adalah tahap perubahan sikap yang ditunjukan oleh khalayak yang ditentukan oleh unsur pengetahuan (cognition), perasaan (affection), dan perilaku (conation). Jika ketiga unsur ini menunjukkan adanya kecenderungan akan perubahan, maka mungkin sekali akan terjadi perubahan sikap. Tahap ketiga yaitu tahap perubahan perilaku, tahapan ini dimaksudkan agar konsumen tidak beralih pada produk lain dan terbiasa menggunakan produk tersebut. Produk Lapis Bogor Sangkuriang merupakan produk unggulan yang dihasilkan dari macam-macam produk olahan pertanian. Berdasarkan uraian di atas, efektivitas komunikasi pemasaran yang dilakukan Lapis Bogor Sangkuriang terhadap sikap pengunjung dirasa relevan untuk dikaji. Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dibangun beberapa masalah penelitian yang dapat dirumuskan oleh pertanyaan-pertanyaan berikut ini: 1. Bagaimana pelaksanaan komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Lapis Bogor Sangkuriang? 2. Bagaimana hubungan antara karakteristik pengunjung dengan penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang? 3. Bagaimana hubungan antara penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran dengan efektivitas komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang? 4. Bagaimana hubungan antara karakteristik pengunjung dengan efektivitas komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang? Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah penelitian di atas, dapat dibangun beberapa tujuan penelitian seperti berikut ini: 1. Menganalisis pelaksanaan komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Lapis Bogor Sangkuriang 2. Menganalisis hubungan antara karakteristik pengunjung dengan penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang. 3. Menganalisis hubungan antara penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran dengan efektivitas komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang. 4. Menganalisis hubungan antara karakteristik pengunjung dengan efektivitas komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang.
4
Kegunaan Penelitian Hasil dari penelitian ini pada akhirnya diharapkan akan bermanfaat bagi beberapa pihak, yakni: 1. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perusahaan dalam menerapkan strategi komunikasi pemasaran yang efektif, sehingga dapat menarik minat konsumen untuk melakukan proses pembelian secara berkelanjutan. 2. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan mengenai efektivitas komunikasi pemasaran dalam merubah sikap pengunjung dan dapat menjadi referensi, khususnya mengenai kajian efektivitas komunikasi pemasaran. 3. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat membuat masyarakat lebih memilih untuk mengonsumsi produk-produk olahan pertanian yang bersifat alami dan tidak menimbulkan efek samping yang dapat merusak kesehatan.
TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Pada dasarnya kegiatan berkomunikasi merupakan kegiatan yang lazim dilakukan oleh setiap manusia dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi merupakan bagian terpenting dalam proses komunikasi pemasaran. Komunikasi mempermudah penyampaian pesan dan pertukaran informasi antara produsen ke konsumen. “… Proses pengiriman, penerimaan, dan pemahaman gagasan atau perasaan dalam bentuk pesan verbal atau nonverbal secara disengaja atau tidak disengaja dengan tujuan mencapai kesamaan makna…” (Kusumastuti 2009) Proses komunikasi melibatkan beberapa unsur didalamnya yaitu, (1) komunikator yang menyampaikan gagasan atau pesan; (2) gagasan dan perasaan yang diubah menjadi pesan yang akan disampaikan; (3) pesan yang disampaikan; (4) komunikan atau penerima pesan; (5) umpan balik pesan Berlo (1995) dalam Kusumastuti 2009. Menurut Berlo dalam Lubis (2010), unsur komunikasi adalah sebagai berikut : a) Sumber, yaitu orang atau sekelompok orang yang sengaja dan memiliki tujuan untuk berkomunikasi. Sumber inilah yang berinisiatif untuk berkomunikasi. Beberapa model komunikasi menyamakan sumber ini dengan encoder, pengirim, sumber informasi, atau komunikator. b) Penerima, yaitu orang atau sekelompok orang pada sisi lain proses komunikasi. Mereka adalah sasaran komunikasi. Penerima mendengar ketika sumber berbicara, atau membaca apa yang ditulis oleh sumber. c) Pesan Sumber harus mempunyai sesuatu yang dikirimkan kepada penerima. Pesan tersebut dapat berupa ide atau tujuan yang dikemukakakan dalam bentuk kode atau kumpulan simbol yang tersusun secara sistematis. d) Saluran komunikasi mencakup tiga pengertian, yaitu moda membuat kode (encoding) dan penerjemah kode (decoding) dari pesan, kendaraan pesan (message vechicle), dan pembawa pesan (message carrier). e) Akibat adalah hasil komunikasi atau respon penerima terhadap pesan yang disampaikan oleh sumber. f) Umpan balik, yaitu respons penerima yang diterima oleh sumber. Menurut Tubbs dan Moss dalam Lubis (2010) mengatakan ada lima tujuan seseorang berkomunikasi, pertama agar komunikan memperoleh pemahaman yang tepat terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator. Kedua, menyenangkan pelaku-pelaku komunikasi. Ketiga, mempngaruhi sikap komunikan. Keempat, memperbaiki hubungan antar manusia. Kelima, mempengaruhi tindakan komunikan ke arah yang diharapkan oleh komunikator.
6
KOMUNIKASI PEMASARAN Komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan/atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal produk yang ditawarkan bersangkutan (Tjiptono 2008). Menurut Kotler (1989) menjelaskan bahwa komunikasi pemasaran adalah suatu proses pengolahan, produksi, dan penyampaian pesan-pesan melalui satu atau lebih saluran kepada kelompok khalayak sasaran, yang dilakukan secara berkesinambungan dan bersifat dua arah dengan tujuan menunjang efektivitas dan efisiensi pemasaran suatu produk. Gagasan
MEDIA PESAN
PENGIRIM
Pemahaman DECODE
Penerima
ENCODE DECODE
FEED-BACK
ENCODE
Response Pemahaman GANGGUAN Gangguan Fisik Masalah Senatik Perbedaan Budaya Ketiadaan Feedback Efek Status
Gambar 1 Model komunikasi pemasaran2 Kotler (2000) mengartikan komunikasi pemasaran merupakan suatu usaha untuk menyampaikan pesan kepada publik terutama konsumen sasaran, mengenai keberadaan suatu produk di pasar. Komunikasi pemasaran adalah aplikasi komunikasi yang bertujuan untuk membantu kegiatan pemasaran suatu perusahaan. Aplikasi itu sangat dipengaruhi oleh berbagai bentuk media yang digunakan, daya tarik pesan, dan frekuensi penyajian (Kennedy dan Soesmanegara 2006). Shimp (2003) menyebutkan, komunikasi pemasaran mempunyai arti sangat luas yang mewakili semua elemen dalam bauran pemasaran (produk, harga, distribusi, dan promosi) yang menjadi fasilitator dalam pertukaran informasi untuk memberi suatu arti kepada konsumen. Kusumastuti (2009) menyebutkan bahwa strategi komunikasi pemasaran bertujuan untuk mencapai tiga tahap perubahan yang ditujukan bagi konsumen, tahap pertama adalah tahap perubahan pengetahuan. Pada perubahan ini konsumen mengetahui keberadaan suatu produk, untuk apa produk itu diciptakan, dan ditujukan pada siapa. Oleh sebab itu pesan yang disampaikan harus 2
Sumber dalam Tjiptono (2008): Model Komunikasi Pemasaran, Yogyakarta 2008, hlm 219.
7
menunjukan informasi penting dari produk itu. Tahap kedua adalah tahap perubahan sikap, yang ditentukan oleh tiga unsur yang oleh Schiffman dan Kanuk dalam Kennedy dan Soesmanegara (2006) disebutkan sebagai tricompnent attitude changes yang menunjukan bahwa tahap perubahan sikap ditentukan oleh tiga komponen, yaitu cognition (pengetahuan), affection (perasaan), dan conation (perilaku). Jika ketiga komponen ini menunjukan adanya kecendrungan perubahan, maka mungkin sekali akan terjadi perubahan sikap. Pada tahap ketiga, yaitu tahap perubahan perilaku, dimaksudkan agar konsumen tidak beralih pada produk lain, dan terbiasa menggunakannya. Komunikasi pemasaran mempresentasikan gabungan semua unsur dalam bauran pemasaran merek yang memfasilitasi terjadinya pertukaran dengan menciptakan suatu arti yang disebarluaskan kepada pelanggan atau klien (Shimp 2003). Proses Komunikasi pemasaran merupakan aspek penting karena merupakan faktor penentu kesuksesan suatu produk. Komunikasi pemasaran merupakan media untuk mempersuasikan suatu produk agar dapat dikonsumsi secara terus menerus oleh konsumen. Menurut Kennedy dan Soemanegara (2006) komunikasi pemasaran adalah aplikasi komunikasi yang bertujuan untuk membantu kegiatan pemasaran sebuah perusahaan. Aplikasi itu sangat dipengaruhi oleh berbagai bentuk media yang digunakan, daya tarik pesan, dan frekuensi penyajian. Shimp (2003) menyebutkan bahwa komunikasi pemasaran mempunyai arti sangat luas yang mewakili semua elemen dalam bauran pemasaran (produk, harga, distribusi, dan promosi) yang menjadi fasilitator dalam pertukaran informasi untuk memberi suatu arti kepada konsumen. Tujuan komunikasi dalam komunikasi pemasaran menurut Kusumastuti (2009) adalah sebagai berikut (1) memberi informasi dan membuat konsumen menyadari keberadaan produk yang ditawarkan; (2) mengingatkan konsumen tentang keberadaan produk, konsumen diingatkan bahwa produk yang sejak dulu dikenal masih tetap ada dan hingga saat ini masih tersedia di pasaran; (3) membujuk konsumen untuk melakukan pembelian; (4) menunjukkan perbedaan produk yang ditawarkan oleh suatu perusahaan dengan perusahaan lain; (5) menghantarkan nilai-nilai sosial pada masyarakat. Berdasarkan konsep periklanan, suatu iklan akan menarik bila menampilkan daya tarik tertentu yang sesuai dengan batas-batas nilai moral yang berkembang dalam masyarakat. Tabel 1 Perbandingan penggunaan bentuk komunikasi pemasaran
Bentuk Pemasaran
Komunikasi
Penjualan tatap muka Periklanan di media elektronik Periklanan di media cetak Promosi penjualan Promosi merek dan kemasan Lain-lain
Barang Industri 69.2 0.9 12.5 9.6 4.5 3.3
Sumber: Jon. G. Udel dalam Kusumastuti (2009)
Barang Konsumsi Barang Konsumsi Tahan Tidak Tahan Lama Lama 47.5 38.1 10.6 20.9 16.1 14.8 15.5 15.5 9.5 9.8 0.6 0.9
8
Menurut Kusumastuti (2009) urutan pesan merupakan pesan yang disesuaikan dengan cara berpikir manusia terutama disesuaikan dengan proses penerimaan pesan. Proses tersebut meliputi perhatian, keinginan, dan penerimaan. Formula yang cukup popular dalam urutan penyampaian pesan yakni formula AIDA, sebagai berikut: a. Attention : mengandung daya tarik. b. Interest : mengandung perhatian dan minat. c. Desire : memunculkan keinginan untuk mencoba atau memiliki. d. Action : mengarah tindakan untuk membeli. Bauran Komunikasi Pemasaran Kotler dan Amstrong (2008) mengatakan bahwa bauran promosi (promotion mix) disebut juga bauran komunikasi pemasaran (marketing communication mix). Bauran komunikasi pemasaran merupakan panduan spesifik pemasaran yang terdiri dari perikalanan, promosi, penjualan, hubungan masyarakat, penjualan personal, dan sarana pemasaran langsung yang digunakan perusahaan untuk mengkomunikasikan nilai pelanggan secara persuasif dan membangun hubungan pelanggan. Kotler dan Keller (2009) menggunakan istilah bauran komunikasi pemasaran (marketing communication mix) untuk aktivitas pemasaran yang berhubungan dengan promosi. Bauran komunikasi pemasaran ini terdiri dari delapan model komunikasi utama, yaitu iklan, promosi penjualan, acara dan pengalaman, hubungan masyarakat dan publisitas, pemasaran langsung, pemasaran interaktif, pemasaran dari mulut ke mulut, dan penjualan personal. Periklanan (Advertising) Periklanan merupakan komunikasi komersil dan nonpersonal tentang sebuah organisasi dan produk-produknya yang ditransmisikan ke suatu khalayak target melalui media bersifat missal seperti televisi, radio, koran, majalah, direct mail, pengresponan langsung), reklame luar ruang, atau kendaraan umum (Lee dan Johson, 2007). Periklanan bertujuan untuk memberikan informasi mengenai informasi produk, ciri-ciri. Keunggulan produk, dan lokasi penjualannya. Adapun tujuan lain dari periklanan adalah menjalankan sebuah fungsi persuasif dengan cara membujuk konsumen untuk membeli produk tersebut dan mengubah sikap mereka terhadap suatu produk atau perusahaan. Iklan memiliki tiga karakteristik penting yang memungkinkan tidak terlihat dari segi analisis statis. Pertama, iklan merupakan alat yang relatif murah dimana perusahaan dapat menyampaikan kepada konsumen mengenai keberadaan suatu produk. Kedua, iklan dengan skala besar memungkinkan perusahaan untuk menghasilkan produksi massal dengan biaya yang murah. Ketiga, ikaln membangun identitas merek untuk produk perusahaan tertentu. Semakin baik kualitas dan pemasaran produk tersebut, maka semakin tinggi permintaan konsumen dan semakin besar pemasukan dari iklan (Kusumastuti, 2009).
9
Tabel 2 Profil kategori media utama Media Surat Kabar
Televisi
Radio
Majalah
Direct Mail
Keunggulan Fleksibilitas; tepat waktu; mampu menangkap pasar lokal dengan baik; jangkauan penerimaan yang luas; tingkat kepercayaan tinggi. Informasi bisa dilihat, didengar dan gambar yang bergerak; dan menarik untuk ditonton; perhatian tinggi dan jangkauan yang luas. Mempunyai banyak pendengar; selektivitas geografi dan demografi yang tinggi dan biaya yang rendah. Selektivitas demografi dan geografi yang tinggi; prestise dan kredibilitas; hasil cetakan berkualitas tinggi; berumur panjang; jumlah pembaca yang meneruskan informasi cukup baik. Memiliki selektivitas audiens; tidak ada iklan pesaing dalam media yang sama. Bersifat pribadi.
Keterbatasan Umur informasi pendek; kualitas gambar dan cetakan jelek; sedikit audiens yang meneruskan informasi (small “pass-along” audience) Biaya tinggi; kebingungan yang tinggi; tingkat pemaparan yang cepat berlalu dan audiens kurang mempunyai daya seleksi. Audiens hanya mendengarkan saja; perhatian yang lebih rendah dibandingkan televisi; pemaparan yang cepat berlalu. Waktu tunggu yang lama; waktu sirkulasi terbuang; dan tidak ada jaminan posisi yang lebih baik. Biaya relatif tinggi; dan kesan atau citra surat sampah.
Sumber: Kotler & Fox (1995) dalam Kusumastuti (2009:173)
Promosi Penjualan (Sales Promotion) Kotler dan Amstrong (2008) menyebutkan promosi penjualan (sales promotion) memiliki insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian atan penjualan produk maupun jasa. Alat promosi dalam pemasaran memiliki manfaat yaitu, komunikasi merupakan sarana promosi dalam kegiatan penjualan mendapatkan perhatian dan mengarahkan konsumen kepada produk. Hal tersebut memberikan kontribusi nilai tambah kepada konsumen dan juga dapat secara aktif mengajak konsumen membeli produk yang ditawarkan. Hubungan Masyarakat dan Publistitas (Public Relations and Publicity) Kotler dan Amstrong (2008) mengatakan bahwa hubungan masyarakat (public relation) dapat membangun hubungan baik dengan berbagai kalangan untuk mendapatkan publisitas yang diinginkan, membangun, citra perusahaan yang baik, dan menangani atau menanggapi rumor, berita dan kejadian tidak menyenangkan. Menurut Keller dan Kotler (2009) kegiatan humas adalah kegiatan yang meliputi berbagai program untuk mempromosikan atau melindungi citra perusahaan atau produk individual perusahaan. Public relation dapat menarik perhatian khalayak ramai jika memiliki kredibilitas yang tinggi dan tidak memasukan unsur penjualan, jadi hanya sebagai pemberi informasi. Tjiptono (2008) mengutarakan bahwa publisitas memiliki beberapa perbedaan utama dengan hubungan masyarakat yaitu, kegiatan humas biasanya berupa suatu program yang tidak dibatasi periode waktu, sedangkan publisitas biasanya merupakan strategi promosi yang berjangka pendek. Humas dirancang untuk memberikan informasi positif tentang perusahaan dan biasanya diatur oleh perusahaan, sedangkan publisitas tidak selalu berupa pemberitaan positif tentang
10
perusahaan dan belum tentu sesuai dengan yang diinginkan perusahaan, karena sumber berasal dari luar perusahaan dan tidak dapat diatur perusahaan itu sendiri. Pemasaran Langsung dan Pemasaran Interaktif (Direct Marketing) Pemasaran langsung merupakan hubungan langsung dengan konsumen individual yang ditargetkan secara cermat untuk memperoleh respons segera dan hubungan membangun hubungan pelanggan yang bertahan lama dengan pengguna surat langsung, telepon, televisi respon langsung, e-mail, internet, dan sarana lain untuk berkomunikasi secara langsung dengan konsumen (Kotler dan Amstrong 2008). Pemasaran langsung menurut Tjiptono (2008) merupakan sistem pemasaran yang bersifat interaktif, dapat memanfaatkan satu atau lebih media untuk menjangkau konsumen sehingga dapat menimbulkan respon yang terukur dan atau transaksi di sembarang lokasi. Direct Marketing hanya dapat menjangkau konsumen yang spesifik, namun pesan yang disampaikan dapat disesuaikan dengan karakter respon konsumen yang dituju serta dapat diperbaharui secara cepat pula. Pemasaran dari Mulut ke Mulut (Word of Mouth) Kotler dan Keller (2009) mengatakan bahwa pemasaran dari mulut ke mulut (Word of Mouth) dapat dikatakan efektif untuk bisnis kecil, dimana di dalamnya terdapat hubungan yang lebih pribadi yang dapat dirasakan oleh konsumen. Kesan yang diperoleh konsumen dari produk atau perusahaan tersebut akan mempengaruhi dampak yang akan diperoleh oleh perusahaan. Jika kesan yang diterima oleh konsumen adalah positif maka konsumen tersebut akan menyampaikan informasi-informasi yang bersifat positif tentang produk atau perusahaan tersebut, sehingga perusahaan akan mendapatkan dampak yang menguntungkan, begitupun sebaliknya. Penjualan Personal (Personal Selling) Kotler dan Amstrong (2008) menyebutkan bahwa, penjualan personal atau personal selling merupakan presentasi pribadi oleh waraniaga perusahaan yang bertujuan untuk menghasilkan penjualan dan membangun hubungan pelanggan. Personal selling merupakan alat promosi yang paling efektif pada siklus terakhir siklus pembelian. Hal ini terjadi karena personal selling dapat membuat hubungan interaktif secara dekat, sehingga dapat mengenal konsumen secara lebih dalam dan lebih baik. Tjiptono (2008) mengatakan penjualan personal (personal selling) sebagai bentuk komunikasi langsung (tatap muka) dalam pemasaran yang terjadi antara penjual dan calon pelanggan, dengan tujuan untuk memperkenalkan produk dan membentuk pemahaman calon pelanggan terhadap produk tersebut. Efektivitas Komunikasi Pemasaran Secara umum efektivitas dapat dikatakan sebagai unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan. Efektivitas berasal dari kata efektif yang memiliki pengertian tercapainya keberhasilan yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas selalu dikaitkan antara hubungan hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya telah dicapai. Efektivitas dapat juga diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam proses pencapaian semua
11
tujuan. Secara umum efektivitas merupakan hasil dari pencapaian akhir suatu tujuan. Efektivitas komunikasi menurut Tubbs and Moss (2000) terdapat lima hal yang dijadikan ukuran yaitu : (1) pemahaman, arti pokok pemahaman adalah penerimaan yang cermat atas kandungan pesan seperti yang yang dimaksud oleh pengirim pesan dan dapat dikatakan efektif jika penerima memperoleh pemahaman seperti apa yang dimaksudkan oleh pengirim pesan; (2) kesenangan, komunikasi tidak selalu untuk tujuan tertentu. Adakalanya komunikasi hanya bertujuan untuk bertegur sapa atau membahagiakan satu sama lain; (3) mempengaruhi sikap, tindakan mempengaruhi orang lain sesuai ucapan kita; (4) memperbaiki hubungan, komunikasi yang dilakukan dalam suasana psikologi yang positif sangat mempengaruhi keefektifan komunikasi; (5) tindakan, sesuatu yang dilakukan orang lain sesuai dengan apa yang diharapkan merupakan hal paling sulit dicapai dalam berkomunikasi. Berdasarkan hasil penelitian Amalia (2012), efektivitas komunikasi pemasaran dapat dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu rancangan pesan, ragam media yang digunakan, dan frekuensi penyampaian pesan. Rancangan pesan dapat menggunakan formula AIDA (Attention, Interst, Desire, Action). Ragam media yang digunakan adalah bentuk komunikasi pemasaran yang digunakan untuk mempromosikan produk/perusahaan tersebut, dan frekuensi penyampaian pesan adalah jumlah berapa kali suatu pesan komunikasi pemasaran tersebut diperlihatkan. Adapun hasil penelitian dari Anggraeni (2011) menyebutkan bahwa efektivitas komunikasi pemasaran dapat dipengaruhi oleh karateristik individu yang terdiri dari usia, pekerjaan, pendidikan, pengeluaran dan motivasi. Karateristik individu tersebut dapat mempengaruhi strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh suatu perusahaan. Menurut Effendi (1993) indikator efektivitas dapat diketahui melalui aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan tingkah laku (konatif). Aspek pengetahuan terjadi apabila terdapat perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsikan khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, dan informasi. Kesukaan (Afektif), efek kesukaan timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan disenangi atau dibenci khalayak. Efek ini berhubungan dengan emosi, sikap, atau nilai. Tingkah laku (Konatif), efek tingkah laku merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, dan kebiasaan berprilaku. Kusumastuti (2009) menyebutkan, bahwa terdapat delapan langkah untuk mengembangkan komunikasi pemasaran secara efektif adalah sebagai berikut, 1. Mengidentifikasi audiens yang dituju 2. Menentukan tujuan komunikasi tersebut 3. Merancang pesan 4. Memilih saluran komunikasi 5. Menentukan total anggaran promosi 6. Membuat keputusan atas bauran promosi (Marketting Mix) 7. Mengukur hasil promosi tersebut 8. Mengelola dan mengordinasikan proses komunikasi pemasaran terintegrasi.
12
Media Komunikasi Pemasaran Menurut Tjiptono ( 2008) menyebutkan bahawa media adalah suatu bentuk saluran penyampaian pesan komersial kepada khalayak saluran. Media tersebut dapat berupa surat kabar, majalah, TV, radio, media luar ruang, iklan transit, dan direct mail. Pemilihan setiap pemilihan media promosi digunakan untuk memperkenalkan produk agar konsumen (pembeli) menjadi tahu, paham, menentukan sikap, dan membeli produk yang dihasilkan olh perusahaan. media dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti ciri produk, jenis pesan, pasar sasaran, luas dan jenis distribusi, anggaran, streategi iklan pesaing, serta keunggulan dan kekurangan media itu sendiri. Tjiptono (2008) menyebutkan secara umum media komunikasi pemasaran dapat dikelompokan menjadi media cetak, media elektronik, media luar ruang, dan media lini bawah. Media cetak merupakan media yang statis dan mengutakmakan pesan-pesan dengan kata-kata, gmbar, atau foto, baik dalam hitam putih maupun berwarna. Bentuk-bentuk iklan dalam media cetak biasanya berupa iklan baris, iklan display, suplemen, pariwara, dan iklan layanan masyarakat. Jenis jenis media cetak terdiri atas: surat kabar, majalah, tabloid, brosur, dan selebaran, dan media elektronik. Media teknologi eletronik adalah media dengan memanfaatkan elektroik dan hanya biSA digunakan bila ada jasa transmisi siaran. Bentuk-bentuk iklan dalam media elektronik biasanya berupa sponsorship, iklan partisipasi (disisipkan di tengah-tengah film atau acara, pengumuman acara/film, iklan layanan masyarakat, jingle, dan sandiwara. Jenisjenis media elektronik terdiri atas, televisi dan radio. Media luar ruang kurang lebih sama seperti media iklan (biasanya berukuran besar) yang dipasang di tempat-tempat terbuka seperti pinggir jalan, di pusat keramaian, atau tempattempat khusus lainnya, seperti di dalam bus kota, gedung, pagar gembok, dan sebagainya. Jenis-jenis media ruang meliputi, billboard, baleho, poster, spanduk, umbul-umbul, transit (panel bus), balon raksasa. Media lini bawah merupakan jenis media-media minor yang digunakan untuk mengiklan produk. Kusumastuti (2009) membagi media yang biasa digunakan dalam komunikasi pemasaran menjadi tiga kelompok, yaitu: 1. Media massa, yang terdiri dari media massa elektronik dan media cetak. 2. Media kelompok, yang biasa digunakan pada kegiatan-kegiatan yang melibatkan kelompok tertentu. Bentuk media ini diantaranya adalah video presentasi. 3. Media personal, seperti katalog, profil korporat, dan folder. Pemilihan media promosi yang tepat akan memiliki pengaruh besar pada proses pemasaran yang dilakukan. Melalui media, konsumen dengan mudah mengetahui produk yang akan dijual. Efisiensi penggunaan media dilihat dari sejauh mana media itu dapat menjangkau sasaran secara tepat, frekuensi yang dibutuhkan dan durasi tayang iklan pada media dengan intensitas tinggi. Sejauh ini, pemasangan iklan masih terpaku pada jenis media yang sudah umum semisal media massa elektronik dan media cetak (surat kabar dan majalah) (kusumastuti, 2009).
13
Media Cetak Menurut Tjiptono (2008) media cetak merupakan media statis yang mengutamakan pesan-pesan visual, merupakan media yang terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata-kata, gambar atau fotografi, dalam suatu tata warna serta halaman putih. Jenis –jenis iklan dalam media cetak biasanya berupa iklan baris, iklan display, suplemen, pariwara, dan iklan layanan masyarakat. Jenis jenis media cetak terdiri atas, (1) surat kabar; (2) majalah (3) tabloid; (4) selebaran; (5) brosur. Menurut Arindi (2012) dalam Riyanto (2000). Pengertian iklan media cetak adalah pesan-pesan komersial dari produsen kepada khalayak konsumennya yang disampaikan lewat media cetak. Media cetak berfungsi sebagai perantara dalam menyampaikan suatu pesan atau informasi kepada khalayak. Selain sebagai pemberi informasi media cetak juga berfungsi sebagai penghibur bagi setiap pembaca yang jenuh dan membutuhkan hiburan pada saat waktu luang. Dalam kegiatan komunikasi pemasaran media cetak biasanya digunakan untuk mempromosikan suatu produk dalam bentuk iklan. Iklan media cetak merupakan pesan komersial yang dibuat oleh produsen kepada konsumen. Dewasa sekarang ini penggunaan media cetak dalam mempromosikan suatu produk sudah banyak digunakan oleh para produsen. Penggunaan media cetak dapat mempermudah pesan yang akan disampaikan dari produsen ke konsumen karena bentuk media cetak yang mudah dibawa dan tidak memakan waktu banyak untuk membacanya. Media elektronik Menurut Tjiptono (2008) Media elektronik merupakan media yang memanfaatkan teknologi dan hanya bisa digunakan bila ada jasa transmisi siaran. Bentuk-bentuk media elektronik biasanya berupa sponshorship, iklan partisipasi (iklan yang disisipkan ditengah film atau acara), pengumuman acara/film, iklan layanan masyarakat, jingle, dan sandiwara. Media elektronik termasuk kedalam media yang bergerak dan dinamis karena dapat dilihat mauun didengar. Seiring dengan berkembangnya kemajuan teknologi media elektronik merupakan salah satu media yang paling banyak digemari. Selain menampilkan acara hiburan, media elektronik juga digunakan untuk mempromosikan suatu produk melalui iklan di media elektronik. Televisi merupakan salah satu media elektronik yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia Tjiptono (2008) menyebutkan keunggulan dari televisi, yaitu: (1) bersifat audio, visual, motion; (2) formatnya sangat fleksibel; (3) jangkauan jauh; (4) sangat menarik perhatian; (5) memiliki dampak yang kuat. Adapun kelemahan penggunaan media televisi yaitu, (1) sangat mahal, (2) penayangan cepat; (3) banyak gangguan; (4) khalayak tidak terlalu selektif. Adapun keunggulan media elektronik selain televisi yaitu radio. Radio juga merupakan media elektronik yang sampai saat ini masih digemari, Tjiptono (2008) menyebutkan keunggulan dari radio, yaitu: (1) memiliki khalayak yang terspesialisasi secara geografis dan demografis; (2) pembuatan iklan untuk radio relative murah; (3) dapat mendukung kampanye iklan media lain; (4) fleksibel. Sedangkan Kelemahan media radio yaitu (1) hanya menyajikan suara; (2) iklan di radio biasanya disuarakan dengan cepat; (3) banyaknya stasiun radio di suatu wilayah menyebabkan pengiklan tumpang tindih dalam menjangkau pasar.
14
Media Internet Dewasa sekarang ini, seiring dengan berkembang pesatnya kemajuan teknologi membuat internet semakin banyak diminati oleh khalayak. Keunggulan internet yang dapat digunakan dimanapun dan kapanpun mempermudah akses untuk mencari berbagai macam infomasi apapun melalui internet. Menurut George E. Belch & Michael A. Belch dalam Morissan (2010) internet adalah suatu metode yang mendunia untuk saling tukar menukar informasi dan berkomunikasi melalui computer yang saling terkoneksi. Melihat pengguna internet yang semakin hari semakin bertambah maka semakin banyak pula produsen yang tertarik mempromosikan produknya melalui media internet. Media internet mempemudah promosi yang dilakukan oleh produsen. Menurut Shimp (2003) mengatakan bahwa suatu ribuan pemasar telah beralih ke internet sebagai calon media untuk mempromosikan merek mereka dan melakukan transaksi penjualan. Media promosi menggunakan media internet dapat dilakukan melalui web, dan situs jejaring sosial lainya seperti (facebook & twitter). Perilaku Konsumen Menurut Sumarwan (2004) mengartikan perilaku konsumen sebagai semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal di atas atau kegiatan mengevaluasi. Perilaku konsumen pada hakikatnya merupakan suatu proses untuk memahami “why do consumers do what they do”. Definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan kegiatan mengevaluasi (Sumarwan 2011). Karakteristik konsumen dapat dilihat beradasarkan demografi, psiografi, dan pengalaman konsumen. Karakeristik demografi konsumen memiliki ikatan dengan konsep budaya. Karakteristik demografi dapat dilihat dari faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, agama, suku bangsa, pendapatan, lokasi geografi dan kelas sosial. Tabel 3 Karakteristik Demografi dan Subbudaya di Indonesia No. 1 2 3 4 5 6 7
Karakteristik Demografi Usia Agama Suku bangsa Warga Indonesia keturunan Pendapatan Jenis kelamin Status pernikahan
8
Jenis keluarga
9
Pekerjaan
10
Lokasi geografi
11
Jenis rumah tangga
12
Kelas sosial
Sumber : Sumarwan (2004)
Contoh Subbudaya Anak-anak, remaja, dewasa awal, dewasa lanjut, lansia. Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Budha. Sunda, Jawa, Bali, Batak, Melayu, Dayak, Minahasa, Bugis. Pribumi, Tionghoa, India, Arab. Miskin, menengah, kaya. Laki-laki, wanita. Lajang, menikah, janda, duda. Orang tua tunggal, orang tua lengkap, keluarga dengan satu anak, dua anak. Dosen, guru, buruh, karyawan, dokter, akuntan, montir, pengacara. Jawa, Luar Jawa, Kota, Desa. Rumah Tangga Keluarga, Bukan Rumah Tangga Keluarga (tinggal sendiri, tinggal bersama teman di asrama). Kelas atas, kelas menengah, kelas bawah.
15
Proses pembelian suatu barang atau jasa yang dilakukan oleh konsumen sangat dipengaruhi oleh motivasi dalam dirinya yang memandang bahwa produk tersebut merupakan produk yang dibutuhkan untuk pemenuhan kehidupannya. Proses pengambilan keputusan melalui berbagai proses tahapan. Tahapan proses pengambilan keputusan yang sesuai dengan urutannya yaitu, pengenalan masalah kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Pengenalan masalah kebutuhan disebabkan oleh rangsangan internal atau eksternal konsumen menjadi awal dari proses pertama dalam membeli suatu produk. Setelah itu, konsumen mulai mencari informasi mengenai produk apa yang dapat memenuhi kebutuhannya, proses pencarian informasi dapat dilakukan melalui media berbagai macam media promosi, salah satunya adalah media periklanan. Setelah konsumen memperoleh informasi produk yang akan dibeli, konsumen akan mengevaluasi informasi tersebut dan membentuk penilaian terhadap produk tersebut, kemudian konsumen melakukan evaluasi dan membentuk tujuan untuk membeli produk yang dirasa sesuai dengan kebutuhannya. Proses pembelian juga dipengaruhi oleh perilaku pasca pembelian, hal ini dapat dilihat berdasarkan kepuasan terhadap produk setelah pembelian. Jika konsumen merasa puas maka akan ada kemungkinan untuk membeli produk itu lagi. Tiga komponen sikap ini, jika dilihat dari proses pengambilan keputusan pembelian, memiliki hubungan antar satu sama lain. Komponen Kognitif Kepercayaan terhadap merek
Komponen Afektif Evaluasi merek
Komponen Konatif Maksud untuk membeli
Gambar 2 Hubungan antar Tiga Komponen Sikap Sumber: Setiadi (2003)
Engel, Blackwell, dan Miniard (1994) mengemukakan bahwa sikap menunjukkan apa yang konsumen sukai dan apa yang tidak disukai. Definisi tersebut menggambarkan bahwa Terdapat tiga komponen sikap, yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Kognitif adalah pengetahuan dan persepsi konsumen yang diperoleh melalui pengalaman dengan suatu objek sikap dan informasi dari berbagai sumber. Kognitif juga disebut sebagai pengetahuan dan kepercayaan konsumen. Afektif menggambarkan emosi dan perasaan konsumen, apakah produk tersebut disukai atau tidak disukai oleh konsumen dan apakah produk tersebut baik atau tidak. Konatif menunjukkan tindakan seseorang atau kecenderungan perilaku yang akan dilakukan oleh seorang konsumen.
KERANGKA PEMIKIRAN Proses pemasaran produk Lapis Bogor Sangkuriang yang merupakan produk-produk olahan pertanian membutuhkan komunikasi pemasaran yang efektif dalam memperkenalkan dan memasarkan produk-produk Lapis Bogor Sangkuriang kepada pengunjung. Karakteristik pengunjung, meliputi usia, jenis kelamin, status pekerjaan, tingkat pendidikan, dan tingkat pengeluaran diduga memiliki hubungan dengan pelaksanaan komunikasi pemasaran. Penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran diukur melalui penilaian pengunjung mengenai ragam media komunikasi, penilaian pengunjung mengenai kelengkapan informasi, karakteristik pesan AIDA dan frekuensi kunjungan pengunjung. Penilaian pengunjung tentang ragam media komunikasi dapat dilihat melalui penggunaan media komunikasi. Ragam media komunikasi dibedakan menjadi dua yaitu melalui komunikasi personal dan komunikasi melalui media. Komunikasi personal melalui penjualan tatap muka (personal selling), promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat dan publisitas (public relation and publicity), pemasaran langsung (direct marketing), dan pemasaran dari mulut ke mulut (word of mouth). Adapun komunikasi melalui media menggunakan media promosi yang sering digunakan dalam mempromosikan produk Lapis Bogor Sangkuriang menggunakan media cetak, media elektronik, dan media internet. Kelengkapan infromasi dalam pelaksanaan komunikasi pemasaran sangat erat kaitannya dengan penggunaan sumber informasi dalam proses penyampaian pesan secara persuasi dari produsen ke konsumen. Informasi yang disampaikan harus lengkap, jelas, informatif, dan variatif agar dapat menarik minak konsumen untuk melakukan proses pembelian. komunikasi pemasaran merupakan pertukaran informasi dua arah antara pihak-pihak atau lembaga-lembaga yang terlibat dalam pemasaran. Kelengkapan dan proses penyampaian informasi dalam proses komunikasi pemasaran memiliki kaitan erat dengan karakteristik pesan AIDA (Attention, Interst, Desire, Action). Tujuan komunikasi pemasaran adalah melihat perubahan sikap yang ditunjukan oleh sikap pengunjung yang bisa dilihat melalui komponen kognitif, afektif, dan konatif. Karakteristik Pengunjung • • • • •
Usia Jenis kelamin Status pekerjaan Tingkat pendidikan Tingkat pengeluaran
Penilaian Terhadap Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran • Penilaian pengunjung mengenai ragam media komunikasi • Penilaian pengunjung mengenai kelengkapan informasi • Karakteritik pesan AIDA • Frekuensi kunjungan
Efektivitas Komunikasi Pemasaran • Koginitf • Afektif • Konatif
Gambar 3 Kerangka pemikiran penelitian Keterangan : : Hubungan
18
Karakteristik pengunjung meliputi usia, jenis kelamin, status pekerjaan, tingkat pendidikan, dan tingkat pengeluaran, memiliki hubungan dengan penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran. Penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran ini diukur melalui penilaian pengunjung terhadap ragam media komunikasi, penilaian pengunjung mengenai kelengkapan informasi, karakteristik pesan AIDA, dan frekuensi kunjungan pengunjung ke Lapis Bogor Sangkuriang. Penilaian pengunjung terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran berhubungan dengan efektivitas komunikasi pemasaran. Efektivitas komunikasi pemasaran dapat diukur melalui sejauh mana tujuan komunikasi pemasaran itu tercapai. Tujuan komunikasi pemasaran adalah merubah sikap konsumen yang terdiri dari komponen kognitif, afektif, dan konatif. Karakteristik pengunjung juga dapat berhubungan secara langsung dengan efektivitas komunikasi pemasaran. Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dibangun beberapa hipotesis, sebagai berikut: 1. Diduga terdapat hubungan nyata antara karakterisitik pengunjung dengan penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran 2. Diduga terdapat hubungan nyata antara penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran dengan efektivitas komunikasi pemasaran 3. Diduga terdapat hubungan nyata antara karakteristik pengunjung dengan efektivitas komunikasi pemasaran Definisi Operasional 1.
Rumusan definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Karakteristik pengunjung adalah keadaan spesifik pengunjung yang berkaitan langsung dengan dirinya, dapat diukur dengan: a. Usia adalah lamanya seseorang hidup, terhitung sejak dia dilahirkan hingga saat menjadi responden penelitian yang akan dikategorikan setelah mendapat data dari responden keseluruhan berdasarkan sebaran normal (data emik). Diukur dengan menggunakan skala ordinal. Menurut Havighurst (1950) dalam Mugniesyah 2006 membagi kategori usia yaitu, (1) Dewasa awal berusia 18-29 tahun; (2) Usia pertengahan berusia 3050; (3) Usia tua berusia lebih dari 50 tahun. Dewasa awal : skor 1 Dewasa pertengahan : skor 2 Dewasa tua : skor 3 b. Jenis kelamin adalah perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir, jenis kelamin dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Diukur dengan menggunakan skala nominal. Laki-laki diberi kode : (1) Perempuan diberi kode : (2) c. Status pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh responden sebagai sumber utama yang menghasilkan uang. Diukur dengan menggunakan skala ordinal.
19
Tidak bekerja : skor 1 Bekerja : skor 2 d. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh responden. Diukur dengan menggunakan skala ordinal. Pendidikan formal dapat dibagi menjadi: (1) Pendidikan rendah, 9 tahun (SMP); (2) Pendidikan sedang, 12 tahun (SMA); (3) Pendidikan tinggi, lebih dari 15 tahun (Diploma & Sarjana). Pendidikan rendah : skor 1 Pendidikan sedang : skor 2 Pendidikan tinggi : skor 3 e. Tingkat pengeluaran rata-rata uang (rupiah) yang dikeluarkan dalam setiap bulan. Diukur dengan skala ordinal. Pengeluaran per bulan dapat dikelompokkan menjadi: (1) Pengeluaran rendah Rp 650 000 – Rp 3 550 000; (2) Pengeluaran sedang Rp 3 550 001 – Rp 6 450 000; (3) Pengeluuaran tinggi diatas Rp 6 450 001. Rendah : skor 1 Sedang : skor 2 Tinggi : skor 3 2. Penilaian tentang komunikasi pemasaran adalah penilaian pengunjung mengenai aktivitas pemasaran yang dilakukan mencakup penyebaran informasi, penggunaan ragam media komunikasi dan pelaksanaan komunikasi pemasaran seperti, membujuk, dan mengingatkan pasar sasaran atas produknya agar menerima dan membeli produk yang ditawarkan, dapat diukur dengan: a. Penilaian pengunjung mengenai ragam media komunikasi adalah intensitas pengunjung mengakses dan memperoleh informasi melalui media komunikasi yang digunakan. Ragam media komunikasi dibedakan kedalam komunikasi personal dan komunikasi bermedia. Komunikasi personal melalui Komunikasi personal melalui penjualan tatap muka (personal selling), promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat dan publisitas (public relation and publicity), dan pemasaran dari mulut ke mulut (word of mouth). Adapun komunikasi melalui media menggunakan media promosi yang sering digunakan dalam mempromosikan produk Lapis Bogor Sangkuriang menggunakan media cetak, media elektronik, dan media internet. Diukur dengan skala ordinal. Indikator pengukuran penilaian pengunjung mengenai ragam media komunikasi dibagi kedalam (1) Rendah, 1-3 media; (2) Sedang, 46 media; (3) Tinggi, 6-9 Rendah : skor 1 Sedang : skor 2 Tinggi : skor 3 b. Penilaian pengunjung mengenai kelengkapan informasi adalah kelengkapan informasi yang diterima oleh pengunjung melalui sumber informasi yang digunakan pada saat pelaksanaan komunikasi pemasaran yaitu melalui leaflet, brosur, liputan melalui media televisi, liputan melalui media cetak, website, facebook, twitter, ataupun melalui waraniaga Lapis Bogor Sangkuriang. Diukur dengan skala ordinal.
20
c.
d.
3.
a.
b.
Indikator pengukuran penilaian pengunjung mengenai kelengkapan informasi dibagi kedalam (1) Rendah, 8-11; (2) tinggi,12-16 Rendah : skor 1 Tinggi : skor 2 Karakteristik pesan AIDA Karakteristik pesan adalah unsur-unsur emosi yang yang ada dalam pesan. Karakteristik pesan yang sering digunakan dalam komunikasi pemasaran adalah menggunakan karakteristik formula AIDA, terdiri dari (1) attention adalah unsur dalam pesan yang mampu menarik perhatian konsumen; (2) interest adalah unsur dalam pesan yang mampu menimbulkan minat konsumen; (3) desire adalah unsur dalam pesan yang mampu menimbulkan keinginan untuk membeli produk pada konsumen; (4) action adalah unsur dalam pesan yang mampu membuat konsumen melakukan tindakan nyata untuk membeli produk. Diukur dengan skala ordinal. Kategori karakteristik pesan dapat digolongkan menjadi: Attention : skor 16-19 Interest : skor 20-24 Desire : skor 25-28 Action : skor 29-32 Frekuensi kunjungan pengunjung adalah banyaknya atau tingkat keseringan pengunjung mengunjungi Lapis Bogor Sangkuriang dalam kurun waktu sebulan. Diukur dengan skala ordinal. Berdasarkan rata-rata skor lapang yang diperoleh frekuensi dapat dikelompokkan menjadi: (1) Jarang, dengan frekuensi kunjungan 1–2 kali dalam sebulan; (2) Sering, dengan frekuensi kunjungan 3–4 kali dalam sebulan; (3) Sangat sering, dengan frekuensi kunjungan diatas 5 kali dalam sebulan. dalam sebulan. Jarang : skor 1 Sering : skor 2 Sangat sering : skor 3 Efektivitas komunikasi pemasaran adalah keberhasilan pencapaian tujuan komunikasi pemasaran, dapat dilihat dari perubahan perilaku pengunjung. Efektivitas Komunikasi pemasaran dapat diketahui melalui aspek kognitif, afektif, dan konatif. Aspek kognitif menggunakan pertanyaan terbuka untuk mengetahui tingkat pengetahuan pengunjung terhadap Lapis Bogor Sangkuriang, sedangkan untuk aspek afektif dan konatif digunakan pertanyaan tertutup dengan indikator pengukuran berdasarkan skala Likert dibagi menjadi (1) Sangat Tidak Setuju (STS); (2) Tidak Setuju (TS) (3) Setuju (S), dan (4) Sangat Setuju (SS). Aspek kognitif adalah aspek yang berkenaan dengan tingkat pengetahuan pengunjung, baik mengenai produk ataupun mengenai Lapis Bogor Sangkuriang secara keseluruhan. Aspek kognitif diukur berdasarkan jawaban responden. Diukur dengan skala ordinal. Kategori aspek kognitif digolongkan menjadi: Rendah : skor 30-42 Sedang : skor 43-55 Tinggi : skor 56-70 Aspek afektif adalah sikap suka atau tidak suka yang ditunjukan responden terhadap produk dan kepuasan pada pelaksanaan komunikasi
21
c.
pemasaran yang dilakukan oleh Lapis Bogor Sangkuriang yang ditunjukkan oleh responden, dengan jumlah pertanyaan pada kuesioner sepuluh pertanyaan. Diukur dengan skala ordinal. Berdasarkan data hasil lapang, kategori aspek afektif digolongkan menjadi Rendah : skor 10–19 Sedang : skor 20–29 Tinggi : skor 30–40 Aspek konatif adalah tindakan pengunjung untuk membeli produk, dengan jumlah pertanyaan sepuluh pertanyaan. Diukur dengan skala ordinal. Kategori aspek konatif digolongkan menjadi: Rendah : skor 10-19 Sedang : skor 20–29 Tinggi : skor 30-40
PENDEKATAN LAPANG Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dan didukung dengan data kualitatif untuk memperkaya analisis. Metode kualitatif dilakukan dengan menggunakan wawancara mendalam dengan pihak Lapis Bogor Sangkuriang dan pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang (Lampiran 1). Metode kuantitatif yang digunakan adalah penelitian survei dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengunpul data primer. Menurut (Rianse dan Abdi 2009) teknik analisis kuantitatif bisa disebut juga dengan teknik statistik dan digunakan untuk menganalis data yang berberntuk angka, sedangkan teknik analisis kualitatif adalah dengan menggunakan proses berfikir induktif untuk menguji hipotesis yang dirumuskan sebagai jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti. Singarimbun dan Effendi (1989) mengatakan penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data primer (Lampiran 1). Lokasi dan Waktu Penentuan lokasi untuk penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu Lapis Bogor Sangkuriang (Lampiran 2). Lokasi tersebut dipilih dengan pertimbangan, Lapis Bogor Sangkuriang merupakan UKM yang menjual berbagai macam produk olahan pertanian. Lapis Bogor Sangkuriang menggunakan komunikasi pemasaran untuk memperkenalkan dan memasarkan produk olahan pangan yang sehat dan alami kepada pengunjung. Pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang yang akan dijadikan responden sesuai dengan karakteristik pengunjung yang akan menjadi responden pada penelitian ini. Penelitian ini dilaksanakan dari Febuari 2013 sampai dengan Juni 2013. Kegiatan dalam penelitian ini meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, perbaikan proposal skripsi, pengambilan data lapang, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, uji petik, sidang skripsi, dan perbaikan laporan skripsi (Lampiran 3). Teknik Pemilihan Responden Metode pengambilan data pada penelitian ini adalah Accidental Sampling. Responden yang menjawab pertanyaan adalah pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang. Pengunjung yang dijadikan responden adalah pengunjung yang minimal satu kali telah berkunjung ke Lapis Bogor Sangkuriang dan berusia di atas 15 tahun. Peneliti mengambil sampel dari pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti bila dipandang pengunjung tersebut cocok dengan sumber data. Hal tersebut dikarenakan tidak terdapat data terperinci mengenai jumlah pengunjung yang datang ke Lapis Bogor Sangkuriang karena jumlah pengunjung berbeda setiap harinya. Pemilihan pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang sebagai responden didasarkan karena pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang telah menerima
24
proses komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Lapis Bogor Sangkuriang minimal satu kali. Rianse dan Abdi (2009) yang mengatakan bahwa sampling accidental ialah teknik dimana peneliti memilih sampel secara spontanitas atau siapa saja yang di anggap dapat mewakili populasi berdasarkan kriteria yang telah ditetapkannya, pemilihan teknik ini didasarkan pada pertimbangan tidak adanya data jumlah populasi yang menyebabkan peneliti tidak dapat menyusun sampling frame. Teknik pemilihan responden pada penelitian ini menggunakan teknik sampling. Teknik sampling merupakan suatu teknik atau cara dalam mengambil sampel yang representatif dari populasi (Rianse dan Abdi, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang. Populasi merupakan keseluruhan objek yang diteliti, sedangkan sampel merupakan sebagian dari objek yang diteliti (Suyanto dan Sutinah, 2005). Jumlah responden yang diambil berjumlah 40 orang, berdasarkan pada jumlah minimum pengambilan responden dalam penelitian sosial yaitu 30 orang. Walpole (1992) mengatakan bahwa ukuran minimum sampel yang dapat digunakan sebagai desain penelitian minimum berjumlah 30 responden. Pemilihan sampel diperoleh melalui 10 persen pengunjung yang dianggap sudah cukup mewakili rata-rata pengunjung lapis bogor setiap harinya. Ratarata pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang setiap harinya kurang lebih 400 pengunjung, dapat dilakukan melalui perhitungan sebagai berikut: Responden: 10 /100×400 = 40 responden
Pengunjung yang dijadikan responden adalah pengunjung yang bersedia dijadikan responden penelitian, minimal satu kali telah berkunjung ke Lapis Bogor Sangkuriang dan berusia di atas 15 tahun. Peneliti mengambil sampel dari pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang yang. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu. Pihak Lapis Bogor Sangkuriang tidak memiliki data terperinci mengenai jumlah pengunjung yang datang setiap harinya maka dari itu kerangka sampling pada penelitian ini adalah pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang yang menjadi responden yaitu sebanyak 40 responden yang dipilih sesuai kriteria pada penelitian ini (Lampiran 4). Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini mencakup data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui kuesioner dan hasil wawancara dengan pihak Lapis Bogor Sangkuriang dan pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang. Kuesioner tersebut dimaksudkan sebagai suatu daftar pertanyaan untuk memperoleh data berupa jawaban-jawaban dari para responden serta ditujukan untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian. Selain wawancara terstruktur menggunakan kuesioner, pengumpulan data penelitian ini juga menggunakan wawancara mendalam dengan pihak Lapis Bogor Sangkuriang untuk mengkaji tentang pelaksanaan komunikasi pemasaran, dan tujuan dari komunikasi pemasaran yang dilakukan
25
oleh pihak Lapis Bogor Sangkuriang. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari dokumen perusahaan, serta berbagai literatur yang relevan dengan penelitian ini, yaitu buku, jurnal penelitian, skripsi, dan internet. Data yang telah dikumpulkan nantinya akan diolah dan disimpulkan. Penyimpulan hasil penelitian dilakukan dengan mengambil hasil analisis antar variabel yang konsisten. Seluruh hasil penelitian akan dituliskan dalam rancangan skripsi. Teknik Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan beberapa langkah. Pertama, melakukan pengkodean pada pertanyaan dan pernyataan yang telah diajukan, kemudian memasukkan data ke buku kode atau lembaran data (code sheet). Kedua, membuat tabel frekuensi. Ketiga, mengedit yakni mengoreksi kesalahan-kesalahan yang ditemui setelah membaca Tabel frekuensi baik pada saat mengisi kuesioner, mengkode, maupun memindahkan data dari lembaran kode ke komputer (Singarimbun dan Effendi 1989). Data hasil kuesioner terhadap responden kemudian diolah secara statistik deskriptif dengan menggunakan software Statistic Pelayanan for SocialScience (SPSS) for Windows Version 16.0 dan Microsoft Excel 2007. Statistik deskriptif merupakan statistik yang menggambarkan sekumpulan data secara visual baik dalam bentuk gambar maupun tulisan yang digunakan untuk menggambarkan data berupa Tabel frekuensi dan tabulasi silang (crosstab). Data kuantitatif yang diperoleh dari kuesioner dimasukkan dalam Tabel frekuensi, diuji, kemudian dianalisis secara statistik deskriptif yang meliputi Tabel frekuensi, ukuran pemusatan, dan ukuran penyebaran. Hasil analisis diinterpretasikan untuk memperoleh suatu kesimpulan. Pengujian hubungan antar variabel uji korelasi Chi-Square dilakukan untuk melihat hubungan dua variabel yang salah satu variabelnya nominal, rumus Chi-Square adalah sebagai berikut: ∑ Dimana: fe fo
: Nilai chi-kuadrat : Frekuensi yang diharapkan : Frekuensi yang diperoleh/diamati
Sementara itu, uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk melihat hubungan yang nyata antar variabel dengan data berbentuk ordinal, seperti untuk menentukan hubungan antara kedua variabel (variabel independen dan variabel dependen) yang ada pada penelitian ini, yaitu menguji hubungan antara karakteristik individu (skala ordinal) seperti usia, tingkat pendidikan, dengan penilaian terhadap penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran (skala ordinal). Rumus korelasi Rank Spearman adalah sebagai berikut:
26
Dimana: ρ atau rs : koefisien korelasi spearman rank di : determinan n : jumlah data atau sampel Kaidah pengambilan keputusan tentang hubungan antar variabel dalam uji korelasi Rank Spearman dan Chi-Square adalah melalui nilai signifikansi atau probabilitas atau α yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antar variabel yang diteliti. Signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar α (0,05), artinya hasil penelitian mempunyai kesempatan untuk benar atau tingkat kepercayaan sebesar 95% dan tingkat kesalahan sebesar 5%. Dasar pengambilan keputusan dirumuskan sebagai berikut: a. Jika angka signifikansi hasil penelitian < 0,05, maka H0 ditolak. Jadi hubungan kedua variabel signifikan; dan b. Jika angka signifikansi hasil penelitian > 0,05, maka H0 diterima. Jadi hubungan kedua variabel tidak signifikan. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif, untuk menggambarkan efektivitas komunikasi pemasaran terhadap perubahan sikap pengunjung. Data kuantitatif yang diperoleh dari kuesioner ditabulasi dengan program Microsoft Excel 2007, kemudian dianalisis secara statistik deskriptif. Hasil analisis diinterpretasikan untuk memperoleh suatu kesimpulan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS (Statistical Program for Social Sciences) for Windows version 19.0 untuk mempermudah dalam pengolahan data.
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Lapis Bogor Sangkuriang. Lapis Bogor Sangkuriang merupakan salah satu UKM yang bergerak di bidang produk olahan pertanian, baik pangan maupun nonpangan. Lebih jelasnya gambaran umum mengenai lokasi penelitian dapat dijabarkan menjadi sejarah singkat Lapis Bogor Sangkuriang, visi dan misi Lapis Bogor Sangkuriang, strukur organisasi Lapis Bogor Sangkuriang, produk dan jasa yang ditawarkan, dan pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang. Sejarah Singkat Lapis Bogor Sangkuriang Lapis Bogor Sangkuriang berdiri sejak bulan September 2011. Berdirinya Lapis Bogor Sangkuriang diprakarsai oleh Riska W Romadona yang terinspirasi oleh pembuatan kue lapis Surabaya yang dapat menjadi ciri khas dan dapat dijadikan buah tangan oleh para wisatawan yang berkunjung ke kota Surabaya, dengan modal awal Rp. 500 000,- Riska mencoba merintis usaha kecil-kecilan di rumahnya dengan membuat produk pertamanya yaitu kue talas lapis bogor. Kue talas lapis bogor dibuat dari bahan utama umbi talas yang merupakan komoditi unggulan kota Bogor. Melihat banyaknya umbi talas di kota Bogor menjadikan peluang besar untuk membuat sebuah usaha yang memanfaatkan talas sebagai produk yang bernilai mutu tinggi dan dapat dengan mudah diterima oleh khalayak. Pemilihan nama Lapis Bogor Sangkuriang didasari atas dasar nama tokoh legenda Jawa Barat yaitu, sangkuriang. Filosofi pemberian nama tambahan sangkuriang dibelakang produk lapis bogor agar khalayak dapat mudah mengingat, karena sangkuriang merupakan tokoh yang melegenda dan menjadi ciri khas Jawa Barat. Kisah sangkuriang menginspirasi pemilik Lapis Bogor Sangkuriang, karena ide berdiri lapis bogor satu hari satu malam sama seperti kisah sangkuriang yang membuat Tangkuban Perahu selama satu hari satu malam. Pada awal mulanya produksi Lapis Bogor Sangkuriang hanya memproduksi 100500 box/hari kue lapis bogor, tetapi sekarang produksi kue lapis bogor sudah mencapai 3700 box/hari dengan omset kurang lebih Rp 95 500 000,-/hari untuk keseluruhan penjualan produk Lapis Bogor Sangkuriang. Dahulunya Lapis Bogor Sangkuriang merupakan salah satu UKM binaan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) IPB. Lapis Bogor Sangkuriang bekerjasama dengan LPPM IPB dalam mempromosikan produk yang masih tergolong baru kepada khalayak melalui pameran-pameran yang diadakan. Melalui pameran yang sering diikuti oleh Lapis Bogor Sangkuriang membuat Lapis Bogor Sangkuriang mulai dikenal oleh khalayak. Lapis Bogor Sangkuriang pertama kali membuka outlet di jalan Soleh Iskandar dan menjual tidak hanya kue talas lapis bogor, tetapi mengkreasikan berbagai jenis kue yang terbuat dari tepung talas yaitu, kue brownies talas, kue talas lapis bogor dengan berbagai varian rasa, pie talas, serta berbagai jenis makanan ringan yang terbuat dari talas. Lapis Bogor Sangkuriang bekerjasama dengan berbagai UKM olahan pertanian di kota Bogor yang membuat outlet Lapis Bogor Sangkuriang menjual berbagai macam produk olahan pertanian yang beragam. Produk olahan pertanian yang dijual merupakan produk yang sehat dan alami.
28
Visi dan Misi Lapis Bogor Sangkuriang Visi dari outlet Lapis Bogor Sangkuriang adalah menjadikan produk-produk Lapis Bogor Sangkuriang dapat mencapai semua daerah, dan tersebar luas di seluruh Indonesia. Lapis Bogor Sangkuriang juga memiliki misi yaitu, menjadi perusahaan yang menciptakan produk oleh-oleh khas konten lokal. Struktur Organisasi Lapis Bogor Sangkuriang Direktur
Manager
SGP Profesional
Produksi
Distribusi
Supervisor
Keuangan
Keyzen
Service
Customer
Produk dan Jasa yang Ditawarkan Lapis Bogor Sangkuriang Lapis Bogor Sangkuriang menjadi outlet yang menjual aneka produkproduk olahan pertanian yang sehat, alami, tidak mengandung bahan pengawet dan terjamin mutu dan kualitas produknya. Selain menjual produk-produk olahan pertanian, Lapis Bogor Sangkuriang juga menjual oleh-oleh khas bogor seperti replika tugu kujang, dan souvenir khas bogor lainnya. Lapis Bogor Sangkuriang bermitra dengan Usaha Kecil Menengah (UKM) yang berada di Kota Bogor, sebagai supplier produknya. Menurut Mbak Nanda yang merupakan managerLapis Bogor Sangkuriang mengatakan, tidak sembarang produk UKM yang bisa menjadi produk Lapis Bogor Sangkuriang, produk yang dijual harus produk olahan pertanian baik pangan maupun nonpangan, produk yang dijual diutamakan merupakan produk pertanian organik, setiap produk memiliki keunggulan dan ciri khas yang tidak dijual di tempat lain, adapun rincian produk seperti berikut:
29
Tabel 4 Jenis produk yang ditawarkan Lapis Bogor Sangkuriang Jenis Produk
Makanan
Minuman
-
Macam-Macam Produk Kue lapis bogor Brownies talas Agrisnack Kripik ubi ungu Pangsit talas Kripik buah naga Waroeng chocolate Mie coklat Maicih Rafles pie talas Kripik jambu biji Kripik anggur Liweut kadutz chipitoz
-
Madu herbal plus mutiara tugu Madu kapuk randu Cielo relaxtion syrup Honey kids Madu propolis Healthy noni sari mengkudu Soya coffe the colla Bandrex mix Bajigur mix Green tea Naba tea
Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang Pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang dibedakan kedalam pelaksanaan komunkasi pemasaran secara personal dan bermedia. Pelaksanaan komunikasi personal secara personal meliputi melalui penjualan tatap muka (personal selling), promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat dan publisitas (public relation and publicity), pemasaran langsung (direct marketing), dan pemasaran dari mulut ke mulut (word of mouth). Adapun pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang dilakukan melalui periklanan (advertising), media elektronik, media cetak, dan media internet. Penjualan Personal (Personal Selling) Kegiatan penjualan personal (personal selling) yang dilakukan oleh Lapis Bogor Sangkuriang adalah melalui interaksi dan pertukaran informasi antara waraniaga dengan pengunjung, dan interaksi antara pegawai Lapis Bogor Sangkuriang dengan pengunjung. Aktifitas komunikasi pemasaran yang dilakukan antara waraniaga dengan pengunjung ataupun antara pegawai lapis bogor dengan pengunjung berlangsung secara interaktif, karena pengunjung dapat langsung bertatap muka untuk bertanya ataupun meminta informasi yang lebih lengkap mengenai keunggulan, manfaat, varian produk, dan informasi produk lainnya.
30
Penjelasan yang diberikan oleh waraniaga ataupun pegawai Lapis Bogor Sangkuriang bertujuan untuk membangun citra yang positif. Promosi Penjualan (Sales Promotion) Kegiatan promosi penjualan (sales promotion) yang dilakukan oleh Lapis Bogor Sangkuriang adalah dengan pemberian sampel produk yang bisa dicoba secara gratis oleh pengunjung. Pemberian sampel produk bertujuan untuk mempromosikan produk-produk yang dijual di Lapis Bogor Sangkuriang. Pemberian sampel produk gratis diberikan oleh waraniaga Lapis Bogor Sangkuriang. Waraniaga Lapis Bogor Sangkuriang bertugas menjelaskan keunggulan, manfaat, dan varian produk yang dijual. Produk yang biasanya dijadikan sampel untuk dicoba terlebih dahulu oleh para pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang adalah produk agrisnack dan berbagai macam jenis keripik buah lainya. Hubungan Masyarakat dan Publisitas (Public Relations and Publicity) Hubungan masyarakat dan publisitas (public relation and publicity) yang dilakukan oleh Lapis Bogor Sangkuriang adalah dengan bekerja sama dengan LPPM IPB dalam mempromosikan produknya. Melalui kerjasama dengan LPPM IPB, melalui pameran Lapis Bogor Sangkuriang dapat memperkenalkan produknya yang masih tergolong baru kepada khalayak. Adapun bentuk hubungan masyarakat lainnya yang dilakukan oleh Lapis Bogor Sangkuriang adalah dengan bekerjasama dengan unit usaha kecil yang ada di kota Bogor. Lapis Bogor Sangkuriang bermitra dengan UKM yang bergerak di bidang produk olahan pertanian, sebagai supplier produknya. Lapis Bogor Sangkuriang juga menggunakan strategi promosi terselubung (advertorial promotion), dimana secara tidak langsung media cetak dan media elektronik mempromosikan sendiri produk-produk Lapis Bogor Sangkuriang, tanpa diminta jasanya oleh pihak Lapis Bogor Sangkuriang. Produk-produk Lapis Bogor Sangkuriang mulai dikenal khalayak melalui iklan di media cetak dan media elektronik. Strategi ini diterapkan karena produk Lapis Bogor Sangkuriang mengedepankan produk-produk olahan pertanian yang sehat dan alami. Pemasaran Langsung (Direct Marketing) Kegiatan pemasaran langsung (Direct Marketing) yang dilakukan oleh Lapis Bogor Sangkuriang adalah dengan melalui fasilitas website. Konsumen Lapis Bogor Sangkuriang dapat mengakses website Lapis Bogor Sangkuriang melalui www.LapisBogor.com. Melalui website Lapis Bogor Sangkuriang konsumen dapat mengetahui berbagai macam informasi, baik mengenai outlet, produk yang ditawarkan, ataupun bertanya mengenai Lapis Bogor Sangkuriang. Website Lapis Bogor Sangkuriang dilengkapi dengan fasilitas tanya jawab yang memudahkan konsumen untuk bertanya dan mendapatkan informasi mengenai Lapis Bogor Sangkuriang. Pemasaran dari Mulut ke Mulut (Words of Mouth) Kegiatan pemasaran dari mulut ke mulut (words of mouth) bukan merupakan proses komunikasi yang dilakukan oleh pihak Lapis Bogor Sangkuriang, melainkan oleh khalayak. Konsumen yang telah menerima bentuk
31
pelaksanaan komunikasi pemasaran dan membeli produk Lapis Bogor Sangkuriang biasanya memberikan respon, baik respon positif maupun respon negatif. Respon positif ditunjukan dengan rasa suka terhadap produk dan pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang, konsumen yang suka dengan Lapis Bogor Sangkuriang akan merekomendasikan produk-produk Lapis Bogor Sangkuriang kepada keluarga dan kerabat dekatnya. Proses komunikasi tersebut berlangsung terus menurus dari keluarga dan kerabat meluas lagi ke orang lain. Hal tersebut memberikan keuntungan kepada pihak Lapis Bogor Sangkuriang, karena secara tidak langsung pemasaran dari mulut ke mulut dapat meyakinkan konsumen untuk membeli produk-produk Lapis Bogor Sangkuriang. Media Cetak Lapis Bogor Sangkuriang memiliki strategi promosi melalui pemanfaatan media, seperti melalui media cetak media elektronik, dan media internet. Melalui media cetak Lapis Bogor Sangkuriang dapat dikenal oleh khalayak yang lebih luas. Media cetak yang pernah mempromosikan produk-produk lapis bogor adalah Koran Radar Bogor, Majalah Saji, dan Majalah Resep. Promosi yang dilakukan melalui media cetak berupa liputan mengenai outlet, produk, dan profil pemilik Lapis Bogor Sangkuriang. Menurut pihak Lapis Bogor Sangkuriang, strategi promosi yang dilakukan melalui media cetak merupakan permintaan dari pihak medianya itu sendiri. Lapis Bogor Sangkuriang juga menggunakan leaflet dan brosur yang disediakan di dalam outlet, baliho, spanduk dan banner yang disediakan di depan outlet Lapis Bogor Sangkuriang. Leaflet dan brosur Lapis Bogor Sangkuriang berguna untuk memberikan informasi mengenai lokasi dan produk-produk yang ada di Lapis Bogor Sangkuriang, sedangkan baliho, spanduk, dan banner yang ada di depan outlet Lapis Bogor Sangkuriang bertujuan untuk mempermudah pengunjung untuk mengetahui logo, dan keberadaan outlet Lapis Bogor Sangkuriang. Media Elektronik Media elektronik dapat menjangkau khalayak yang lebih luas dibandingkan dengan melalui media cetak, karena intensitas menonton TV lebih banyak dari pada membaca Koran ataupun majalah. Liputan melalui acara TV dibuat semenarik dan sekreatif mungkin. Melalui berbagai liputan di berbagai program televisi Lapis Bogor Sangkuriang semakin digemari oleh khalayak. Adapun stasiun televisi yang pernah menayangkan liputan Lapis Bogor Sangkuriang yaitu, trans TV dalam program acara bosan jadi pegawai, ala chef, Antv dalam program friends, good food good mood dan stasiun TV lainnya seperti Trans7, TVone dan Kompas TV. Sama halnya seperti liputan melalui media cetak, liputan melalui media elektronik juga bukan Lapis Bogor Sangkuriang yang meminta untuk mengiklankan Lapis Bogor Sangkuriang, melainkan dari pihak program acara televisi tersebut. Hal tersebut memberikan keuntungan untuk pihak Lapis Bogor Sangkuriang dalam mempromosikan produknya.
32
Media Internet Pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang tidak terlepas dari penggunaan media internet dalam mempromosikan dan menginformasikan produknya. Melalui media sosial seperti facebook dan twitter konsumen dapat memperoleh informasi mengenai produk-produk yang ditawarkan oleh Lapis Bogor Sangkuriang, selain itu melalui facebook dan twitter konsumen Lapis Bogor Sangkuriang dapat memesan produk Lapis Bogor Sangkuriang secara online dengan cara mengirim pesan melalui akun Lapis Bogor Sangkuriang via twitter (@LapisBogor) ataupun melalui facebook (@LapisBgr). Selain bisa memesan produk Lapis Bogor Sangkuriang melalui facebook dan twitter konsumen dapat bertanya mengenai produk Lapis Bogor Sangkuriang dan dapat memberikan respon suka atau tidak suka terhadap produk-produk yang ditawarkan oleh Lapis Bogor Sangkuriang.
KARAKTERISTIK PENGUNJUNG LAPIS BOGOR SANGKURIANG Karakteristik pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang yang diamati dalam penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, dan tingkat pengeluaran per bulan. Karakteristik pengunjung secara keseluruhan dapat dilihat dalam Tabel 5. Tabel 5 Jumlah dan persentase responden Lapis Bogor Sangkuriang berdasarkan karakteristik pengunjung Karakteristik Pengunjung
Usia
Kategori Dewasa awal (18 – 29 tahun) Dewasa pertengahan (30 – 50 tahun) Dewasa tua (>50 tahun)
Jenis Kelamin Status Pekerjaan
Tingkat Pendidikan
Tingkat Pengeluaran
Laki-laki Perempuan Bekerja Tidak bekerja Pendidikan rendah, 9 tahun (SMP) Pendidikan sedang, 12 tahun (SMA) Pendidikan tinggi, => 15 tahun (Diploma dan Sarjana) Rendah (Rp 650 000–Rp 3 550 000) Sedang (Rp 3 550 001–Rp 6 450 000) Tinggi (>Rp 6 450 001)
%
Total (%)
24
60.00
100.00
16
40.00
0
0.00
10
25.00
30
75.00
23 17
57.50 42.50
3
7.50
22
55.00
Jumlah
15
100.00
100.00
100.00
37.50
30
75.50
5
12.50
5
12.50
100.00
Usia Usia adalah lamanya seseorang hidup, terhitung sejak dia dilahirkan hingga saat menjadi responden penelitian. Karakteristik pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang, berdasarkan usia yang diamati pada penelitian ini dikelompokkan berdasarkan rentang usia Havighurst. Menurut Havighurst (1950) dalam Mugniesyah (2006) usia dikategorikan menjadi 3 kategori, yaitu dewasa awal (18 sampai 29 tahun), dewasa pertengahan (30 sampai 50 tahun), dan dewasa tua (lebih dari 50 tahun).
34
Berdasarkan hasil data dari 40 responden didapat data yang cenderung heterogen. Tabel 5 menunjukan bahwa mayoritas karakteristik pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang berusia mulai dari 18 tahun sampai dengan 49 tahun. Usia 1830 tahun (masa dewasa awal) cenderung mendominasi, yaitu 60 dari jumlah keseluruhan responden Lapis Bogor Sangkuriang. Adapun 40.00 persen dari jumlah responden secara keseluruhan didominasi oleh usia 30-50 tahun (usia pertengahan). Tidak terdapat responden berusia diatas 50 tahun (usia tua) pada saat pengambilan data berlangsung. Menurut salah seorang pengunjung yang termasuk kedalam karakteristik dewasa awal menyebutkan bahwa berkunjung ke Lapis Bogor Sangkuriang merupakan rutinitas setiap minggunya, karena produk yang dijual mempunyai ciri khas, yaitu bahan-bahan yang dipakai dalam pembuatan produk terbuat dari bahan yang sehat dan alami. Produk-produk yang ditawarkan Lapis Bogor Sangkuriang. Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan pengunjung pada kategori usia, yaitu mayoritas pengunjung termasuk kedalam kategori dewasa awal. Jenis Kelamin Jenis kelamin adalah perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir. Berdasarkan jenis kelaminnya pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang dibedakan menjadi pengunjung laki-laki dan pengunjung perempuan. Berdasarkan data dari 40 responden didapatkan data yang cenderung heterogen. Tabel 5 menunjukan mayoritas pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang didominasi oleh perempuan, Sebanyak 30 responden dari jumlah responden keseluruhan. Presentase jumlah pengunjung perempuan adalah 70.00 persen, sedangkan jumlah pengunjung laki-laki hanya 30 persen. Data ini menunjukkan bahwa kecenderungan pengunjung perempuan lebih banyak dari pada pengunjung laki-laki. Perbedaan jumlah antara pengunjung perempuan dengan pengunjung laki-laki terbilang cukup jauh. Hal tersebut dikarenakan jumlah pengunjung lakilaki cenderung sedikit dan mayoritas laki-laki yang datang ke Lapis Bogor Sangkuriang biasanya hanya mendampingi pasangannya ataupun diminta oleh kerabat dekatnya untuk membeli produk Lapis Bogor Sangkuriang, bukan kemauan dari dalam dirinya sendiri. “...Kebetulan saya sudah dua kali kesini karena disuruh tante saya beli brownies dan lapis bogor, bukan saya yang mau beli kuenya. Kalau ga disuruh sama tante, saya jarang kesini dan kebetulan sedang lewat sini jadi sekalian mampir...” (AGG, 21) Status Pekerjaan Status pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh responden sebagai sumber utama yang menghasilkan uang. Mayoritas pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang merupakan orang-orang yang memiliki pekerjaan. Karakteristik pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang dikategorikan menjadi orang-orang yang bekerja dan tidak bekerja. Tabel 5 menunjukan, berdasarkan data dari 40 responden didapatkan pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang yang bekerja sebanyak 23 orang dengan presentase 57.50 persen. Pengunjung Lapis Bogor
35
Sangkuriang yang bekerja memiliki jenis pekerjaan yang berbeda-beda, ada yang bekerja sebagai pegawai swasta, wiraswasta, Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan jenis pekerjaan lainnya. Adapun jumlah pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang yang tidak bekerja adalah sebanyak 17 orang dengan presentase 42.50 persen. Mayoritas pengunjung yang tidak bekerja merupakan ibu rumah tangga dan pelajar. Pada saat weekday mayoritas pengunjung yang datang ke Lapis Bogor Sangkuriang merupakan ibu-ibu rumah tangga yang menyempatkan diri untuk membeli produk Lapis Bogor Sangkuriang saat anak-anak mereka sedang sekolah dan suaminya sedang bekerja, sedangkan pada waktu weekend mayoritas pengunjungnya adalah para pekerja yang tidak bisa membeli produk lapis bogor pada waktu hari kerja, karena keterbatasan waktu yang mereka miliki. Tingkat Pendidikan Pendidikan menjadi salah satu karakteristik seseorang. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh responden. Tingkat pendidikan dibagi kedalam tiga golongan yaitu pendidikan rendah, sedang, dan tinggi. Menurut Sumarwan (2004) tingkat pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang. Penggolongan pendidikan ini dilihat dari lama tahun responden memperoleh pendidikan formal. Pendidikan rendah adalah mereka yang bersekolah selama 9 tahun, atau berpendidikan terakhir SMP. Pendidikan sedang adalah mereka yang bersekolah selama 12 tahun, atau berpendidikan terakhir SMA. Pendidikan tinggi untuk mereka yang bersekolah selama 15-16 tahun, atau yang berpendidikan terakhir diploma atau sarjana. Berdasarkan data dari 40 responden yang berkunjung ke Lapis Bogor Sangkuriang. Tabel 5 menunjukan mayoritas berpendidikan sedang dan pendidikan tinggi, yaitu 55.00 persen untuk berpendidikan sedang dan 37.50 persen yang berpendidikan tinggi. adapun untuk yang berpendidikan rendah hanya 7.50 persen. Tingkat Pengeluaran Tingkat pengeluaran rata-rata uang (rupiah) yang dikeluarkan dalam setiap bulan. Tingkat pengeluaran digolongkan menjadi rendah, sedang, dan tinggi. Pengeluaran yang tergolong rendah berkisar antara Rp 650 000,-Rp 3 550 000,pengeluaran yang tergolong sedang berkisar antara Rp 3 551 000,-Rp 6 450 000,dan pengeluaran yang tergolong tinggi berkisar diatas Rp 6 450 001,-. Berdasarkan Tabel 5, 75.50 persen mayoritas pengunjung yang berkunjung ke Lapis Bogor Sangkuriang tingkat pengeluarannya rendah. Pengunjung yang pengeluaran sedang dan tinggi hanya 12.50 persen. Tingkat pengeluaran per bulan pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang mayoritas tergolong rendah karena, harga produk yang ditawarkan oleh Lapis Bogor Sangkuriang dapat dijangkau oleh semua kalangan dan produk yang dijual merupakan produk-produk olahan pertanian yang sehat dan alami. Oleh karena itu, pengunjung lapis bogor tidak terlalu mempermasalahkan harga pada setiap produk yang dijual di Lapis Bogor Sangkuriang. Menurut salah satu responden yang berpengeluaran rendah mengatakan, harga produk-produk yang dijual sesuai dengan kualitasnya.
36
“...Menurut saya harga-harga yang dijual udah sesuai ko, soalnya rasanya juga enak, apalagi produk yang dijual juga cirri khas bogor dan banyak macamnya. Bisa jadi oleh-oleh juga buat saudara kalau saya pulang kampung...” (EMH, 41)
PENILAIAN TERHADAP PELAKSANAAN KOMUNIKASI PEMASARAN LAPIS BOGOR SANGKURIANG Komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, memengaruhi/membujuk, dan/atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal produk yang ditawarkan bersangkutan (Tjiptono 2008). Penilaian tentang komunikasi pemasaran adalah penilaian pengunjung mengenai aktivitas pemasaran yang dilakukan mencakup penyebaran informasi, penggunaan ragam media komunikasi dan pelaksanaan komunikasi pemasaran seperti, membujuk, dan mengingatkan pasar sasaran atas produknya agar menerima dan membeli produk yang ditawarkan. Penilaian Pengunjung Mengenai Ragam Media Komunikasi Penilaian pengunjung tentang ragam media komunikasi adalah intensitas pengunjung mengakses dan memperoleh informasi melalui media komunikasi yang digunakan. Media komunikasi dibedakan kedalam komunikasi personal dan komunikasi bermedia. Komunikasi personal melalui komunikasi personal melalui penjualan tatap muka (personal selling), promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat dan publisitas (public relation and publicity), dan pemasaran dari mulut ke mulut (word of mouth). Adapun komunikasi melalui media menggunakan media promosi yang sering digunakan dalam mempromosikan produk Lapis Bogor Sangkuriang menggunakan media cetak, media elektronik, dan media internet. Tabel 6 Jumlah dan persentase responden berdasarkan penilaian pengunjung mengenai ragam media komunikasi Penilaian Pengunjung Mengenai Ragam Media Jumlah Presentase (%) Rendah (1-3 media) 30 75.00 Sedang (4-6 media) 9 22.50 Tinggi (7-9 media) 1 2.5 Total 40 100.00 Pada Tabel 6 dapat terlihat bahwa dari 40 responden memiliki penilaian terhadap ragam media komunikasi yang dilakukan oleh Lapis Bogor Sangkuriang cenderung rendah yaitu, sebanyak 75 persen. Hanya 22.50 persen yang termasuk kedalam kategori sedang dan 2.50 persen kategori tinggi. Hal ini dikarenakan komunikasi pemasaran yang paling banyak digunakan pengunjung untuk mengetahui informasi mengenai produk Lapis Bogor Sangkuriang adalah melalui komunikasi personal seperti, melalui penjualan tatap muka (personal selling), promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat dan publisitas (public relation and publicity), dan pemasaran dari mulut ke mulut (word of mouth). Penggunaan media komunikasi seperti liputan melalui televisi dan media cetak, website, twitter, facebook juga sudah cukup diketahui oleh pengunjung namun informasi yang disampaikan masih dirasa belum cukup lengkap.
38
“... Saya lebih suka dateng langsung ke outlet lapis bogor, kan kalau mau ada yang ditanya gampang langsung nanya ke waraniaganya. Soalnya saya pernah liat liputan Lapis Bogor Sangkuriang di tv kurang lengkap informasinya, varian produk yang dijual juga ga dijelaskan secara keseluruhan....” (RYR, 22) Penilaian Pengunjung Mengenai Kelengkapan Informasi Penilaian pengunjung mengenai kelengkapan informasi adalah kelengkapan informasi yang diterima oleh pengunjung melalui sumber informasi yang digunakan pada saat pelaksanaan komunikasi pemasaran yaitu melalui leaflet, brosur, liputan melalui media televisi, liputan melalui media cetak, website, facebook, twitter, ataupun melalui waraniaga Lapis Bogor Sangkuriang. Tabel 7 Jumlah dan persentase responden berdasarkan penilaian pengunjung mengenai kelengkapan informasi Penilaian Pengunjung Mengenai Kelengkapan Informasi Rendah (Skor 8-11) Tinggi (Skor 12-16) Total
Jumlah
Presentase (%)
33 7 40
82.50 17.50 100.0
Pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang memperoleh informasi baik secara personal ataupun melalui media, mayoritas tergolong rendah dengan presentase 82.50 persen dari 40 responden. Hal tersebut dapat terlihat bahwa lebih banyak pengunjung yang mendapatkan informasi secara langsung melalui waraniaga, dibandingkan melalui media karena terbatasnya waktu dan akses terhadap media. “... Kalau mau tahu produk-produk Lapis Bogor Sangkuriang lebih enak dateng langsung ke outletnya dari pada harus nanya di twitter, belum tentu apa yang ditanya dijawabnya cepat sama adminnya ...” (MRH, 22) Karakteristik Pesan AIDA Karakteristik pesan AIDA Karakteristik pesan adalah unsur-unsur emosi yang yang ada dalam pesan. Karakteristik pesan yang sering digunakan dalam komunikasi pemasaran adalah menggunakan karakteristik formula AIDA, terdiri dari, Awareness adalah unsur dalam pesan yang mampu menarik perhatian konsumen, Interest adalah unsur dalam pesan yang mampu menimbulkan minat konsumen, Desire adalah unsur dalam pesan yang mampu menimbulkan keinginan untuk membeli produk pada konsumen, Action adalah unsur dalam pesan yang mampu membuat konsumen melakukan tindakan nyata untuk membeli produk.
39
Tabel 8 Jumlah dan persentase responden berdasarkan penilaian terhadap rancangan pesan AIDA Rancangan Pesan AIDA Attention (Skor 16-19) Interest (Skor 20-24) Desire (Skor 25-28) Action (Skor 29-32) Total
Jumlah 2
Persentase (%) 5.00
26
65.00
10
25.00
2
5.00
40
100.0
Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa unsur emosi yang terdapat dalam pesan yang disampaikan melalui pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang sudah mencapai unsur Interest (minat), Desire (keinginan) dan action (tindakan). Berdasarkan 40 responden pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang 65.00 persen atau sebanyak 26 orang sudah mencapai tahapan interest. Hal tersebut membuktikan bahwa penyampaian pesan dalam proses komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang sudah dapat menarik minat pengunjung. Sebanyak 25.00 persen sudah mencapai tahapan desire, pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang sudah memiliki keinginan untuk membeli produkproduk yang ditawarkan oleh Lapis Bogor Sangkuriang, namun hanya 5.00 persen yang sudah mencapai tahapan action, melalui pesan yang disampaikan pada proses komunikasi pemasaran mampu membuat pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang melalukan pembelian. Penyampaian pesan atau informasi pada pelaksanaan komunikasi yang dilakukan Lapis Bogor Sangkuriang terbukti dapat membuat pengunjung membeli produk-produk yang ada di Lapis Bogor Sangkuriang. Pesan yang disampaikan berupa informasi produk dan beberapa pesan persuasi yang dibuat untuk menarik perhatian pengunjung dan menimbulkan keinginan pengunjung untuk membeli produk, seperti informasi yang dijelaskan pada liputan di media cetak dan media elektronik, informasi mengenai produk ataupun outlet Lapis Bogor Sangkuriang melalui leaflet dan website, kesesuaian dan desain logo yang dapat menarik minat pengunjung untuk melakukan proses pembelian. Frekuensi Kunjungan Pengunjung Frekuensi kunjungan pengunjung adalah banyaknya atau tingkat keseringan pengunjung mengunjungi Lapis Bogor Sangkuriang dalam kurun waktu sebulan. Frekuensi kunjungan pengunjung ini dapat merepresentasikan tingkat keseringan responden dalam menerima pelaksanaan komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Lapis Bogor Sangkuriang karena semakin sering responden datang mengunjungi Lapis Bogor Sangkuriang maka semakin sering juga mereka menerima pelaksanaan komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Lapis Bogor Sangkuriang
40
Tabel 9 Jumlah dan presentase responden berdasarkan frekuensi kunjungan pengunjung selama satu bulan Frekuensi Kunjungan Pengunjung Jarang (1-2 kali kunjungan) Sering (3-4 kali kunjungan) Sangat sering (=> 5 kali kunjungan) Total
Jumlah 31 5 4 40
Presentase (%) 77.50 12.50 10.00 100.00
Pada Tabel 9 menunjukan bahwa dari 40 responden mayoritas mengunjungi Lapis Bogor Sangkuriang hanya satu atau dua kali dalam waktu satu bulan. Terlihat bahwa 77.50 persen pengunjung termasuk kedalam kategori jarang dalam frekuensi kunjungan pengunjung selama satu bulan. Pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang tidak memiliki jadwal pasti untuk waktu berkunjung. Ada yang berkunjung karena tidak sengaja lewat outlet Lapis Bogor Sangkuriang, dan adapula yang berkunjung hanya untuk mengantarkan temannya untuk membeli produk-produk yang ditawarkan oleh Lapis Bogor Sangkuriang. Adapun penuturan responden adalah sebagai berikut: “... Saya baru pertama kali ke Lapis Bogor Sangkuriang, ini habis pulang ngantor sekalian nganterin temen dan kebetulan lewat aja. Kata temen saya rasanya enak, yaudah saya ikut beli, lumayan buat cemilan anak dirumah ...” (RBN, 49)
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN Efektivitas komunikasi pemasaran adalah keberhasilan pencapaian tujuan komunikasi pemasaran, dapat dilihat dari perubahan perilaku pengunjung. Efektivitas Komunikasi pemasaran dapat diketahui melalui aspek kognitif, afektif, dan konatif. Efektivitas komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang dapat dilihat dalam Tabel 10. Tabel 10 Jumlah dan persentase responden berdasarkan efektivitas komunikasi pemasaran Efektivitas Komunikasi Pemasaran Aspek kognitif
Aspek afektif
Aspek konatif
Kategori Rendah Sedang Tinggi
Jumlah Responden (Orang) 26 11
Total (%)
% 65.00 27.50
3
7.50
Rendah Sedang Tinggi
1 26
2.50 65.00
13
32.50
Rendah Sedang Tinggi
1 29 10
2.50 72.50 25.00
100.00
100.00
100.00
Aspek Kognitif Aspek kognitif adalah aspek yang berkenaan dengan tingkat pengetahuan pengunjung, baik mengenai produk ataupun mengenai Lapis Bogor Sangkuriang secara keseluruhan. Aspek kognitif dapat dilihat melalui pengetahuan pengunjung mengenai Lapis Bogor Sangkuriang, lokasi outlet Lapis Bogor Sangkuriang, dan pengetahuan mengenai produk-produk olahan pertanian Lapis Bogor Sangkuriang. Tabel 11 Jumlah dan persentase pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang berdasarkan efektivitas komunikasi pemasaran, pada aspek kognitif Aspek Kognitif Rendah (skor 30-42) Sedang (skor 43-55) Tinggi (skor 56-70) Total
Jumlah 26 11 3 40
Presentase (%) 65.00 27.50 7.50 100.00
Tabel 11 menunjukan bahwa dari 40 responden mayoritas pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang memiliki pengetahuan yang rendah. Responden yang memiliki pengetahuan rendah adalah sebanyak 65.00 persen, responden yang
42
memiliki pengetahuan sedang sebanyak 27.50 persen, dan responden yang memiliki pengetahuan rendah hanya 7.50 persen. Masih banyak pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang yang belum mengetahui produk-produk olahan pertanian yang ditawarkan oleh lapis bogor, produk yang ditawarkan merupakan produk olahan pertanian yang sehat dan alami, selain itu produk-produk yang dijual juga merupakan produk-produk yang berasal dari Usaha Kecil Menengah (UKM) yang ada di kota Bogor. Aspek Afektif Aspek afektif adalah sikap suka atau tidak suka yang ditunjukan responden terhadap produk dan kepuasan pada pelaksanaan komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Lapis Bogor Sangkuriang yang ditunjukkan oleh responden. Aspek afektif dapat dilihat dari pelaksanaan komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Lapis Bogor Sangkuriang melalui, pelayanan waraniaga Lapis Bogor Sangkuriang, dekorasi outlet, kesesuaian logo, bentuk kemasan, dan fasilitas lain yang menunjang proses komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang. Tabel 12 Jumlah dan persentase responden berdasarkan efektivitas komunikasi pemasaran, pada aspek afektif Aspek Afektif Rendah (skor 10-19) Sedang (skor 20-29) Tinggi (skor 30-40) Total
Jumlah 1 26 13 40
Presentase (%) 2.50 65.00 32.50 100.00
Tabel 12 menunjukan dari 40 responden, mayoritas pengunjung sebanyak 65.00 persen memiliki aspek afektif yang termasuk kategori sedang. Pengunjung yang memiliki aspek afektif yang termasuk kategori tinggi sebesar 32.50 persen, sedangkan untuk kategori rendah hanya 2.50 persen. Hal ini dikarenakan pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang merasa pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang sudah cukup menarik minat dan perhatian pengunjung, baik dari pelayanan waraniaga, bentuk kemasan, dekorasi gerai, ataupun kesesuaian logo yang digunakan. Aspek Konatif Aspek konatif adalah tindakan pengunjung untuk membeli produk yang berkenaan dengan perilaku pengunjung, baik untuk mengunjungi Lapis Bogor Sangkuriang ataupun untuk mencari informasi mengenai produk-produk yang ditawarkan. Aspek konatif yang dimiliki oleh responden pada penelitian ini termasuk pada kategori sedang.
43
Tabel 13 Jumlah dan persentase responden berdasarkan efektivitas komunikasi pemasaran, pada aspek konatif Aspek Afektif Rendah (skor 10-19) Sedang (skor 20-29) Tinggi (skor 30-40) Total
Jumlah 1 29 10 40
Presentase (%) 2.50 72.50 25.50 100.00
Tabel 13 menunjukan bahwa dari 40 responden mayoritas pengunjung termasuk kedalam kategori sedang, dengan presentase 72.50 persen. Adapun untuk kategori rendah 2.50 persen dan kategori tinggi 25.00 persen. Hal ini menunjukan bahwa responden yang sudah pernah membeli produk atau sudah menerima pelaksanaan komunikasi pemasaran minimal satu kali telah melakukan tindakan nyata yang sesuai dengan keinginan pihak perusahaan, yaitu dengan melakukan proses pembelian terhadap produk-produk olahan pertanian yang ditawarkan oleh Lapis Bogor Sangkuriang.
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGUNJUNG DENGAN PENILAIAN TERHADAP PELAKSANAAN KOMUNIKASI PEMASARAN LAPIS BOGOR SANGKURIANG Hubungan antara karakteristik pengunjung dengan penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang adalah intensitas pengunjung menerima pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang. Penelitian ingin menguji hubungan antara karakteristik pengunjung dengan penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang. Indikator dari karakteristik pengunjung yaitu, usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, dan tingkat pengeluaran. Indikator dari penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran yaitu, penilaian pengunjung mengenai ragam media komunikasi, penilaian pengunjung mengenai kelengkapan informasi, karakteristik pesan AIDA, dan frekuensi kunjungan pengunjung. Karakteristik Pengunjung Tabel 14 Jumlah dan persentase karakteristik responden berdasarkan usia, kelamin, status pekerjaan, tingkat pendidikan, dan tingkat pengeluaran Item Usia Dewasa awal (18-29 tahun) Dewasa pertengahan (30-50 tahun) Dewasa tua (>50 tahun)
Jumlah (Orang)
Presentase (%)
24 16 0
60.00 40.00 0.00
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
10 30
25.00 75.00
Status Pekerjaan Tinggi (Bekerja) Rendah (Tidak bekerja)
23 17
57.50 42.50
Tingkat Pendidikan Rendah (>SMP) Sedang (>SMA) Tinggi (>Diploma/ Sarjana)
3 22 15
7.50 55.00 37.50
Tingkat Pengeluaran Rendah (Rp 650 000–Rp 3 550 000) Sedang (Rp3 550 001–R p6 450 000) Tinggi (>Rp 6 450 001) Total
30 5 5 40
75.50 12.50 12.50 100.00
Karakteristik pengunjung pada penelitian ini merupakan pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang yang telah menerima pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang. Karakteristik pengunjung dalam penelitian ini meliputi usia yaitu identitas yang menunjukkan lamanya hidup pengunjung sejak lahir
46
sampai penelitian ini berlangsung, jenis kelamin merupakan perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir, status pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh responden sebagai sumber utama yang menghasilkan uang, tingkat pendidikan adalah lamanya pengunjung menempuh pendidikan formal, dan tingkat pengeluaran rata-rata uang (rupiah) yang dikeluarkan dalam setiap bulan. Usia merupakan identitas yang menunjukkan lamanya hidup pengunjung sejak lahir sampai penelitian ini berlangsung. Menurut Kotler (1995) usia merupakan salah satu karakteristik individu yang dapat mempengaruhi sesorang dalam membuat suatu keputusan untuk menerima segala sesuatu sebagai hal yang baru dan dapat mempengaruhi selera seseorang terhadap beberapa barang dan jasa. Kategori usia pada penelitian ini dikelompokan menjadi, kelompok usia dewasa awal, yaitu 18-29 tahun, kelompok usia dewasa pertengahan yaitu 30-50 tahun, dan kelompok dewasa tua yaitu >50 tahun. Sesuai dengan Tabel 14 menunjukan bahwa kategori dewasa awal jumlahnya paling tinggi dibandingkan dengan dewasa pertengahan dengan dewasa tua, dengan presentase 60.00 persen atau sebanyak 24 orang responden Lapis Bogor Sangkuriang. Hal ini dikarenakan produk-produk olahan pertanian Lapis Bogor Sangkuriang merupakan produk masih tergolong baru, membuat mayoritas pengunjung yang termasuk kedalam kelompok usia dewasa awal tertarik untuk mencoba produk-produk yang ditawarkan oleh Lapis Bogor Sangkuriang. Jenis kelamin merupakan perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir. Jenis kelamin termasuk kedalam karakteristik pengunjung karena pada dasarnya terdapat perbedaan kebutuhan dan keinginan biologis dalam pembelian produk dan jasa antara laki-laki dan perempuan. Berdasarkan hasil penelitian lapang jenis kelamin ini dibedakan menjadi pengunjung perempuan dan pengunjung laki-laki. Berdasarkan Tabel 14 menunjukan bahwa pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang yang berjenis kelamin perempuan lebih tinggi dibandingkan pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang yang berjenis kelamin laki-laki, mayoritas pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang adalah perempuan dengan jumlah presentase 75.00 persen atau sebanyak 30 orang. Menurut hasil data di lapang, mayoritas pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang adalah ibu-ibu rumah tangga. Pengunjung laki-laki cenderung sedikit karena sebagian besar pengunjung laki-laki hanya ikut mengantar saja, tidak ikut membeli produk Lapis Bogor Sangkuriang. Status pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh responden sebagai sumber utama yang menghasilkan uang. Kotler (2003) mengatakan, bahwa pekerjaan sesorang akan mempengaruhi pola konsumsinya. Status pekerjaan pada penelitian ini dibagi kedalam dua kategori yaitu bekerja, dan kategori tidak bekerja. Pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang yang bekerja memiliki jenis pekerjaan beraneka ragam, ada yang bekerja sebagai pegawai swasta, wiraswasta, Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan jenis pekerjaan lainnya. Adapun pengunjung yang tidak bekerja merupakan ibu rumah tangga, pelajar, dan mahasiswa. Berdasarkan Tabel 14 pengunjung lapis bogor yang bekerja lebih tinggi dibandingkan pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang yang tidak memiliki pekerjaan, yaitu sebanyak 23 orang dengan presentase 57.50 persen. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden di lapang, mayoritas mereka yang memiliki pekerjaan datang ke Lapis Bogor Sangkuriang jika ada waktu senggang yaitu,
47
pada saat weekend. Pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang yang datang pada saat weekday biasanya datang pada saat jam istirahat atau jam pulang kantor. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh responden. Menurut Sumarwan (2004) tingkat pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang. Tingkat pendidikan dibagi kedalam tiga golongan yaitu pendidikan rendah, sedang, dan tinggi. Penggolongan pendidikan ini dilihat dari lama tahun responden memperoleh pendidikan formal. Pendidikan rendah adalah mereka yang bersekolah selama 9 tahun, atau berpendidikan terakhir SMP. Pendidikan sedang adalah mereka yang bersekolah selama 12 tahun, atau berpendidikan terakhir SMA. Pendidikan tinggi untuk mereka yang bersekolah selama 15-16 tahun, atau yang berpendidikan terakhir diploma atau sarjana. Tabel 14 memnjukan bahwa kategori tingkat pendidikan sedang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pendidikan rendah dan tingkat pendidikan tinggi yaitu sebanyak 22 orang dengan jumlah presentase 55.00 persen. Hal ini dikarenakan pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang sudah cukup memiliki pengetahuan mengenai produk-produk Lapis Bogor Sangkuriang. Berdasarkan hasil wawancara dilapang pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang yang tidak bekerja mengatakan agar harga produkproduk Lapis Bogor Sangkuriang diusahakan jangan naik, sedangkan pengunjung yang sudah memiliki pekerjaan mengatakan harga produk-produk lapis bogor boleh naik, asal sejalan dengan peningkatan kualitas dan mutu produk yang ditingkatkan. Tingkat pengeluaran rata-rata uang (rupiah) yang dikeluarkan dalam setiap bulan. Tingkat pengeluaran termasuk kedalam karakteristik inidividu karena pengeluaran perbulan setiap orangnya berbeda-beda tergantung dengan kebutuhan masing masing. Pada penilitian ini tingkat pengeluaran perbualan adalah pengeluaran untuk sandang, pangan, papan, pembelian produk Lapis Bogor Sangkuriang, dan untuk kebutuhan lainnya. Tingkat pengeluaran digolongkan menjadi rendah, sedang, dan tinggi. Pengeluaran yang tergolong rendah berkisar antara Rp 650 000-Rp 3 550 000 pengeluaran yang tergolong sedang berkisar antara Rp 3 551 000-Rp 6 450 000 dan pengeluaran yang tergolong tinggi berkisar diatas Rp 6 450 001. Berdasarkan Tabel 14 menunjukan bahwa tingkat pengeluaran rendah lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pengeluaran tinggi, dan tingkat pengeluaran rendah. Tingkat pengeluaran rendah sebanyak 30 orang dengan presentase 75.00 persen. Hal itu dikarenakan harga produk yang ditawarkan oleh Lapis Bogor Sangkuriang masih cukup terjangkau oleh semua kalangan, baik kalangan bawah, kalangan mengengah, ataupun kalangan atas. Hubungan antara Karakteristik Pengunjung dengan Penilaian Pengunjung Mengenai Ragam Media Komunikasi Lapis Bogor Sangkuriang Penelitian ini menggunakan uji tabulasi silang atau cross tab untuk mengetahui hubungan antar variabel yang menghubungkan baris dengan kolom yaitu dengan program Statistical Program for Social Sciences (SPSS version 16.0). Adapun untuk menghubungan variabel ordinal dengan ordinal dan uji chi square untuk menghubungan variabel nominal dengan variabel ordinal. Pengolahan data menggunakan program Statistical Program for Social Sciences (SPSS version 16.0). Uji korelasi antara karakteristik pengunjung dengan
48
penilaian pengunjung mengenai ragam media komunikasi Lapis Bogor Sangkuriang dapat dilihat dalam Tabel berikut. Tabel 15 Persentase hubungan antara karakteristik pengunjung dengan penilaian pengungjung mengenai ragam media komunikasi Lapis Bogor Sangkuriang Karakteristik Pengunjung
Dewasa awal (18-29 tahun) Dewasa pertengahan (30-50 tahun) Dewasa tua (>50 tahun)
Ragam Media Komunikasi (%) Rendah Sedang Tinggi 62.50 33.30 4.20 93.80 6.20 0.00 0.00 0.00 0.00
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
100.0 66.70
0.00 30.00
0.00 3.30
Status Pekerjaan
Rendah (Tidak bekerja) Tinggi (Bekerja)
73.90 76.50
26.10 17.60
0.00 5.90
Tingkat Pendidikan
Rendah (>SMP) Sedang (>SMA) Tinggi (>Diploma/ Sarjana)
66.70 72.70 80.00
33.30 27.30 13.30
0.00 0.00 6.70
Tingkat Pengeluaran
Rendah (Rp 650 000–Rp 3 550 000) Sedang (Rp 3 550 001–Rp 6 450 000) Tinggi (>Rp 6 450 001)
66.70
30.00
3.30
100.0
0.00
0.00
100.0
0.00
0.00
Usia
Kategori
Berdasarkan Tabel 15 menunjukan presentase hubungan antara karakteristik pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang dengan penilaian pengunjung mengenai ragam media komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang. Tabel tabulasi silang pada presentase hubungan antara karakteristik pengunjung dengan penilaian pengunjung mengenai ragam media komunikasi menurut karakteristik usia mempunyai jumlah hanya pada kategori dewasa awal dan dewasa pertengahan mayoritas mengetahui ragam media komunikasi yang digunakan Lapis Bogor Sangkuriang untuk memperkenalkan dan mempromosikan produknya cenderung rendah yaitu, 62.50 persen pada kategori dewasa awal, dan 93.80 persen pada usia dewasa pertengahan. Hal ini dikarenakan pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang dengan kategori usia dewasa awal dan dewasa pertengahan cenderung mengetahui produk-produk Lapis Bogor Sangkuriang melalui media komunikasi personal, mayoritas pengunjung mengetahui produkproduk yang ditawarkan melalui pertukaran informasi dari mulut ke mulut atau biasa disebut dengan komunikasi word of mouth, pesan yang disampaikan secara persuasi dan personal antara pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang yang telah menerima pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang. Pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang menilai bahwa komunikasi secara personal lebih efektif dibandingkan dengan menggunakan media karena tidak perlu
49
memerlukan waktu yang lama untuk mengakses media komunikasi yang diinginkan. Tabulasi silang presentase karakteristik pengunjung dengan penilaian pengunjung mengenai ragam media komunikasi menurut kategori jenis kelamin pada Tabel 15 dibedakan menjadi pengunjung laki-laki dan pengunjung perempuan. Mayoritas pengunjung laki-laki dan perempuan mengetahui ragam media komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang cenderung rendah yaitu, 100 persen pada kategori laki-laki dan 66.70 persen untuk kategori jenis kelamin. Hal ini menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pengunjung laki-laki dan pengunjung perempuan. Pengetahuan pengunjung mengenai ragam media komunikasi cenderung rendah karena mayoritas pengunjung mengetahui produk lapis bogor bukan melalui media, melainkan dari kerabat dekat dan berkunjung langsung ke outlet Lapis Bogor Sangkuriang. Berdasarkan Tabel 15, presentase karakteristik pengunjung dengan penilaian pengunjung mengenai ragam media komunikasi menurut kategori status pekerjaan dikategorikan menjadi pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang yang bekerja dan pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang yang tidak bekerja. Pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang yang bekerja dan pengunjung yang tidak memiliki pengetahuan yang rendah yaitu, 73.90 persen untuk pengunjung yang bekerja dan 76.50 untuk pengunjung yang tidak bekerja. Menurut hasil penelitian di lapang, kesibukan, pekerjaan pengunjung, dan aktivitas yang mereka jalani berbeda-beda setiap harinya maka dari itu butuh waktu luang yang cukup banyak untuk sekedar mengakses website, twitter, facebook, menonton liputan lapis bogor, ataupun membaca liputan Lapis Bogor Sangkuriang melalui media cetak. Tabel 15 menunjukan hasil presentase karakteristik pengunjung dengan kategori tingkat pendidikan dengan penilaian pengunjung mengenai ragam media komunikasi cenderung rendah, baik dalam kategori pendidikan rendah yaitu sebesar menurut kategori tingkat pendidikan cenderung rendah baik dalam kategori pendidikan rendah yaitu sebesar 66.70 persen, kategori pendidikan sedang 72.70 persen, dan kategori pendidikan tinggi 80.00 persen. Hal ini membuktikan bahwa belum banyak pengunjung yang mengetahui Lapis Bogor Sangkuriang memiliki website, twitter, dan facebook yang dapat memudahkan pengunjung untuk mencari informasi mengenai produk-produk dan outlet Lapis Bogor Sangkuriang. Tabel 15 menunjukkan pada persentase hubungan antara karakteristik pengunjung dengan penilaian pengunjung mengenai ragam media komunikasi menurut tingkat pengeluaran menunjukan bahwa karakteristik pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang cenderung rendah. Hasil olahan pada Tabel 15 menunjukan pada kategori tingkat pengeluaran rendah 66.70 persen, tingkat pengeluaran sedang 100 persen, dan tingkat pengeluaran tinggi 100 persen. Hal ini dikarenakan mayoritas pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang belum banyak yang mengakses media untuk mencari informasi mengenai produk-produk Lapis Bogor Sangkuriang. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden Lapis Bogor Sangkuriang, mengakses melalui media itu memerlukan biaya yang tiak cukup sedikit, baik itu biaya pulsa handphone ataupun pulsa modem. Maka dari itu lebih banyak pengunjung yang datang ke outlet Lapis Bogor Sangkuriang untuk bertanya langsung kepada waraniaga Lapis Bogor Sangkuriang mengenai informasi yang dibutuhkan.
50
Tabel 16 Nilai signifikansi hubungan antara karakteristik pengunjung dengan penilaian pengunjung mengenai ragam media komunikasi Lapis Bogor Sangkuriang Karekteristik Pengunjung Usia Jenis Kelamin Status Pekerjaan Tingkat Pendidikan Tingkat Pengeluaran
Ragam Media Komunikasi Pemasaran 0.025* 0.033* 0.943 0.642 0.038*
Tabel 16 menunjukan hasil olahan uji hubungan antara karakteristi pengunjung dengan penilaian pengunjung mengenai ragam media komunikasi Lapis Bogor Sangkuriang. Hasil olahan uji hubungan antara karakteristik usia dengan ragam media komunikasi memiliki nilai signifikansi sebesar 0.025, nilai tersebut lebih kecil dari α (0.05). Menurut hasil tersebut dapat diartikan bahwa terdapat hubungan antara usia dengan penilaian pengunjung mengenai ragam media komunikasi Lapis Bogor Sangkuriang. Hal ini dikarenakan semakin rendah usia responden Lapis Bogor Sangkuriang maka semakin tinggi tingkat intensitas mengakses media komunikasi karena responden yang berusia muda (kategori dewasa awal dan dewasa pertengahan) lebih tertarik untuk mencari informasi melalui media komunikasi mengenai produk produk Lapis Bogor Sangkuriang yang masih tergolong baru dipasaran. Berikut adalah penuturan dari salah satu responden : “…Saya lebih sering buka twitter Lapis Bogor Sangkuriang buat cari tahu tentang Lapis Bogor Sangkuriang, sekalian promosiin ke temen juga kalau produknya enak-enak…” (IPA, 22) Hasil olahan uji hubungan antara jenis kelamin dengan penilaian pengunjung mengenai ragam media komunikasi pada Tabel 16 memiliki nilai signifikansi sebesar 0.033, nilai tersebut lebih kecil dari α (0.05). Dapat diartikan bahwa jenis kelamin berhubungan dengan penilaian pengunjung mengenai ragam media komunikasi pemasaran karena mayoritas pengunjung yang sering datang ke otlet Lapis Bogor Sangkuriang berjenis kelamin perempuan membuat pengunjung perempuan lebih banyak mengetahui ragam media komunikasi yang digunakan pada saat pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor untuk mempromosikan dan memperkenalkan produknya dibandingkan dengan mayoritas pengunjung laki-laki yang mengetahui produk produk Lapis Bogor Sangkuriang melalui komunikasi personal, yaitu melalui kerabat dan waraniaga Lapis Bogor Sangkuriang. Uji hubungan antara variabel tingkat pendidikan dengan penilaian pengunjung mengenai ragam media komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang pada Tabel 16 memiliki nilai signifikansi sebesar 0.642, nilai tersebut lebih besar dari α (0.05), artinya tidak terdapat hubungan antara pendidikan dengan penilaian pengunjung mengenai ragam media komunikasi pemasaran. Adapun untuk melihat uji hubungan antara variabel tingkat pengeluaran dengan penilaian pengunjung mengenai ragam media komunikasi pemasaran
51
Lapis Bogor Sangkuriang pada Tabel 16 memiliki nilai signifikansi 0.038, nilai tersebut lebih kecil dari α (0.05). Hal itu menunjukan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengeluaran dengan penilaian pengunjung mengenai ragam media komunikasi Lapis Bogor Sangkuriang karena semakin rendah tingkat pengeluaran responden cenderung lebih memilih komunikasi secara personal untuk mencari tahu produk-produk yang ditawarkan Lapis Bogor Sangkuriang. Berkomunikasi secara personal tidak memerlukan biaya berbeda dengan mengakses media yang memerlukan biaya, sedangkan semakin tinggi tingkat pengeluaran membuat responden cenderung mengakses media karena dengan mengakses media informasi yang didapatkan lebih menarik dibandingkan dengan komunikasi secara personal. Hubungan antara Karakteristik Pengunjung dengan Penilaian Pengunjung Mengenai Kelengkapan Informasi Uji korelasi antara karakteristik pengunjung dengan penilaian pengunjung mengenai kelengkapan informasi dapat dilihat dalam Tabel berikut. Tabel 17 Persentase hubungan antara karakteristik pengunjung dengan penilaian pengunjung mengenai kelengkapan informasi Karakteristik Pengunjung
Dewasa awal (18-29 tahun) Dewasa pertengahan (30-50 tahun) Dewasa tua (>50 tahun)
Kelengkapan Informasi (%) Rendah Tinggi 75.00 25.00 93.80 6.20 0.00 0.00
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
100.0 76.70
0.00 27.30
Status Pekerjaan
Rendah (Tidak bekerja) Tinggi (Bekerja)
82.60 82.40
17.40 17.60
Tingkat Pendidikan
Rendah (>SMP) Sedang (>SMA) Tinggi (>Diploma/ Sarjana)
66.70 81.80 86.70
33.30 18.20 13.30
Tingkat Pengeluaran
Rendah (Rp650 000–Rp3 550 000) Sedang (Rp3 550 001–Rp6 450 000) Tinggi (>Rp6 450 001)
76.70 100.0 100.0
23.30 0.00 0.00
Usia
Kategori
Tabel 17 menunjukan presentase hubungan antara karakteristik pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang dengan penilaian pengunjung mengenai kelengkapan informasi, pada karakteristik usia mempunyai junlah hanya pada karakteristik usia dewasa awal dan karakteristik usia dewasa pertengahan. Presentase karakteristik usia cenderung rendah yaitu, dewasa awal 75 persen dan dewasa pertengahan 93.80 persen. Berdasarkan hasil wawancara dilapang, menurut kategori usia dewasa awal dan usia dewasa pertengahan menyebutkan bahwa informasi yang disampaikan melalui berbagai media yang digunakan
52
masih kurang lengkap. Seperti yang dituturkan oleh salah satu responden berikut ini. “… Saya pernah iseng-iseng buka websitenya Lapis Bogor Sangkuriang. Menurut saya informasi mengenai produkproduknya kurang lengkap, sebaiknya informasi mengenai produknya ditambahkan lagi dan tampilan websitenya diperbaharui agar konsumen lebih tertarik untuk mengakses website Lapis Bogor Sangkuriang…” (DAA, 19) Tabulasi silang presentase karakteristik pengunjung dengan penilaian pengunjung mengenai kelengkapan informasi menurut kategori jenis kelamin cenerung rendah. Pada Tabel 17 presentase pengunjung laki-laki 100 persen dan presentase pengunjung perempuan 76.70 persen. Hal ini dikarenakan pengunjung perempuan dan pengunjung laki-laki memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan informasi namun, mayoritas pengunjung laki-laki dan perempuan jarang mencari tahu produk-produk Lapis Bogor Sangkuriang melalui media. Maka dari itu pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang baik laki-laki maupun sangkuriang merasa informasi mengenai produk masih kurang jelas. Presentase karakteristik pengunjung dengan penilaian pengunjung mengenai kelengkapan informasi menurut kategori status pekerjaan pada Tabel 17 dikategorikan menjadi pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang yang bekerja dan pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang yang tidak bekerja. Presentase pengunjung yang bekerja 82.60 persen dan pengunjung yang tidak bekerja 82.40 persen. Berdasarkan hasil wawancara di lapang pengunjung yang memiliki pekerjaan ataupun yang tidak bekerja menilai bahwa pada saat pengunjung datang ke outlet Lapis Bogor Sangkuriang informasi yang disampaikan waraniaga lapis bogor sudah cukup jelas dan lengkap tanpa harus mencari informasi lainnya melalui berbagai media, baik media elektronik, media cetak, ataupun media internet. Adapun pada Tabel 17 menunjukan hasil presentase karakteristik pengunjung dengan kategori tingkat pendidikan dengan penilaian pengunjung mengenai kelengkapan informasi cenderung rendah. Pada kategori pendidikan rendah 66.70 persen, kategori pendidikan sedang 81.80 persen, dan kategori pendidikan tinggi 86.70 persen. Dapat diartikan bahwa pesan yang diterima pengunjung baik melalui komunikasi personal ataupun bermedia mengenai manfaat, keunggulan, outlet, ataupun jenis dan varian produk masih kurang jelas. Hasil olahan pada Tabel 17 menunjukan hasil presentase karakteristik pengunjung dengan penilaian pengunjung mengenai kelengkapan informasi pada kategori tingkat pengeluaran mayoritas cenderung rendah. Kategori tingkat pengeluaran terbagi kedalam kategori tingkat pengeluaran rendah dengan presentase 76.70 persen, tingkat pengeluaran rendah 100 persen, dan tingkat pengeluaran tinggi 100 persen. Berdasarkan data hasil lapang, tidak memerlukan biaya yang banyak jika ingin mendapatkan informasi langsung saja datang ke outlet Lapis Bogor Sangkuriang. Berikut adalah penuturan dari salah satu responden: “… Saya jarang buka internet lewat hp, apalagi buat cari tahu Lapis Bogor Sangkuriang. Kalau mau tanya-tanya dateng aja langsung, gratis dan lebih praktis…” (DPS, 46)
53
Tabel 18 Nilai signifikansi hubungan antara karakteristik pengunjung dengan penilaian pengunjung mengenai kelengkapan informasi Karekteristik Pengunjung Usia Jenis Kelamin Status Pekerjaan Tingkat Pendidikan Tingkat Pengeluaran
Kelengkapan Informasi 0.133 0.161 0.984 0.488 0.101
Tabel 18 menunjukan hasil olahan uji hubungan antara karakteristik pengunjung dengan penilaian pengunjung mengenai kelengkapan informasi. Hasil olahan uji hubungan antara karakteristik usia dengan kelengkapan informasi memiliki nilai signifikansi sebesar 0.133, nilai tersebut lebih besar dari α (0.05). Dapat diartikan bahwa tidak terdapat hubungan antara usia dengan penilain pengunjung mengenai kelengkapan informasi. Hasil olahan uji hubungan antara jenis kelamin dengan penilaian pengunjung mengenai kelengkapan informasi juga dijelaskan pada Tabel 18 memiliki nilai signifikansi sebesar 0.161, nilai tersebut lebih besar dari α (0.05). Hal ini menunjukan tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan penilaian pengunjung mengenai kelengkapan informasi. Tabel 18 menunjukan hubungan antara status pekerjaan dengan penilaian pengunjung mengenai kelengkapan informasi memiliki nilai signifikan sebesar 0.984, nilai tersebut lebih besar dari α (0.05). Hal ini menunjukan tidak terdapat hubungan antara jenis pekerjaan dengan penilaian pengunjung mengenai kelengkapan informasi. Adapun uji hubungan antara variabel tingkat pendidikan dengan penilaian pengunjung mengenai kelengkapan informasi pada Tabel 18 mempunyai nilai signifikansi sebesar 0.488, nilai tersebut lebih besar dari α (0.05), artinya tidak terdapat hubungan antara pendidikan dengan penilaian pengunjung mengenai kelengkapan informasi. Uji hubungan antara variabel tingkat pengeluaran dengan penilaian pengunjung mengenai kelengkapan informasi pada Tabel 18 memiliki nilai signifikansi 0.101, nilai tersebut lebih besar dari α (0.05). Dapat diartikan bahwa tingkat pengeluaran tidak berhubungan dengan penialaian pengunjung mengenai kelengkapan informasi. Hubungan antara Karakteristik Pengunjung dengan Karakteristik Pesan AIDA Uji korelasi antara karakteristik pengunjung dengan karakteristik pesan AIDA dapat dilihat dalam Tabel berikut.
54
Tabel 19 Persentase hubungan antara karkteristik pengunjung dengan karakteristik pesan AIDA Karakteristik Pengunjung Usia
Kategori Dewasa awal (18-29 tahun) Dewasa pertengahan (30-50 tahun) Dewasa tua (>50 tahun)
Karakteristik Pesan AIDA (%) Attention Interest Desire Action 8.30 54.20 33.30 4.20 0.00
81.20
12.50
6.20
0.00
0.00
0.00
0.00
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
20.00 0.00
70.00 63.30
10.00 30.00
0.00 6.70
Status Pekerjaan
Rendah (Tidak bekerja) Tinggi (Bekerja)
8.70 0.00
56.50 76.50
26.10 23.50
8.70 0.00
Tingkat Pendidikan
Rendah (>SMP) Sedang (>SMA) Tinggi (>Diploma/ Sarjana)
0.00 9.10 0.00
66.70 63.60 66.70
33.30 18.20 33.30
0.00 9.10 0.00
Tingkat Pengeluaran
Rendah (Rp650 000–Rp3 550 000) Sedang (Rp3 550 001–Rp6 450 000) Tinggi (>Rp6 450 001)
6.70
60.00
26.70
6.70
0.00
80.00
20.00
0.00
0.00
80.00
20.00
0.00
Tabulasi silang pada Tabel 19 menunjukan hasil presentase hubungan antara karakteristik pengunjung dengan karakteristik pesan AIDA. Pada karakteristik usia mempunyai jumlah hanya pada karakteristik usia dewasa awal dan karakteristik usia dewasa pertengahan. Presentase karakteristik usia cenderung sudah sampai tahap interest yaitu, untuk kategori dewasa awal 54.20 dan untuk kategori dewasa pertengahan 81.20. Hal ini menunjukan bahwa pengunjung yang berusia dewasa awal dan dewasa pertengahan sudah memiliki perhatian dan menaruh minat terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Lapis Bogor Sangkuriang. Hasil presentase hubungan antara karakteristik pengunjung pada kategori jenis kelamin dengan karakteristik pesan AIDA pada Tabel 19 menunjukan sudah sampai tahap interest, dengan presentase untuk kategori laki-laki 70 persen dan perempuan 63.30 persen. Dapat diartikan bahwa pesan yang disampaikan melalui liputan Lapis Bogor Sangkuriang di televisi ataupun koran dan majalah bersifat universal, dapat diterima oleh pengunjung laki-laki dan pengunjung perempuan. Pada Tabel 19 dapat dilihat presentase hubungan antara karakteristi pengunjung pada kategori status pekerjaan dengan karakteristik pesan AIDA. Presentase untuk pengunjung yang memiliki pekerjaan 56.50 persen dan 76.50 persen untuk yang tidak bekerja. Mayoritas pengunjung sudah mencapai tahapan interest. Hal ini dikarenakan mayoritas pengunjung yang bekerja maupun tidak
55
bekerja sudah pernah menerima pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang, namun belum banyak yang mengakses website lapis bogor kembali, menonton liputan di televisi lagi, atau membaca kembali liputan di Koran dan majalah mengenai Lapis Bogor Sangkuriang. Adapun untuk presentase hubungan antara karakteristik pengunjung pada kategori tingkat pendidikan dengan karakteristik pesan AIDA sudah mencapai tahap interest. Pada Tabel 19 presentase tingkat pendidikan rendah 66.70 persen, tingkat pendidikan sedang 63.60 persen, dan tingkat pendidikan tinggi 66.70 persen. Hal ini menunjukan bahwa pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang dengan tingkat pendidikan yang rendah, sedang ataupun tinggi sudah bisa merespon balik dan memberikan saran mengenai pelaksanaan Lapis Bogor Sangkuriang, baik melalui liputan, informasi mengenai produk di website Lapis Bogor Sangkuriang, ataupun kesesuaian logo yang ditampilkan pada kemasan produk-produk Lapis Bogor Sangkuriang. Tabel 19 menunjukan presentase hubungan antara karakteristik pengunjung pada kategori tingkat pengeluaran dengan karakteristik pesan AIDA. Presentase untuk kategori tingkat pengeluaran rendah 60.00 persen, tingkat pengeluaran sedang 80.00 persen, dan tingkat pengeluran tinggi 80.00 persen sudah mencapai tahap interst. Pesan yang disampaikan melalui komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang sudah dapat menimbulkan minat pengunjung untuk membeli produk-produk yang ditawarkan oleh Lapis Bogor Sangkuriang, baik untuk kategori tingkat pengeluaran rendah, sedang, ataupun tinggi. Tabel 20 Nilai signifikansi hubungan antara karakteristik pengunjung dengan karakteristik pesan AIDA Karekteristik Pengunjung Usia Jenis Kelamin Status Pekerjaan Tingkat Pendidikan Tingkat Pengeluaran
Karekteristik Pesan AIDA 0.519 0.042* 0.679 0.711 0.614
Tabel 20 menunjukan hasil olahan uji hubungan antara karakteristik pengunjung dengan karakteristik pesan AIDA. Hasil olahan uji hubungan antara karakterisik usia dengan karakteristik pesan AIDA memiliki nilai signifikansi sebesar 0.519, nilai tersebut lebih besar dari α (0.05). Dapat diartikan bahwa tidak terdapat hubungan antara usia dengan karakteristik pesan AIDA. Dalam Tabel 20 menunjukan hasil uji olahan hubungan antara jenis kelamin dengan karakteristik pesan AIDA memiliki nilai signifikansi 0.042, nilai tersebut lebih kecil dari α (0.05). Dapat diartikan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan karakteristik pesan AIDA. Hal ini dikarenakan pengunjung perempuan lebih cepat dan lebih mudah menerima pelaksanaan komunikasi pemasaran yang dilakukan Lapis Bogor Sangkuriang dibandingkan pengunjung laki-laki. Semakin tinggi tingkat intensitas berkunjung maka semakin tinggi dan semakin lengkap informasi yang didapatkan pada saat pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang. Pada dasarnya produk olahan pertanian yang ditawarkan adalah produk makanan dan minuman yang mampu menarik perhatian pengunjung perempuan untuk mendengarkan atau mencari informasi
56
mengenai produk Lapis Bogor Sangkuriang baik melalui media komunikasi ataupun melalui waraniaga Lapis Bogor Sangkuring. Hasil olahan uji karakteristik pengunjung pada kategori status pekerjaan dengan karakteristik pesan AIDA pada Tabel 20 memiliki nilai signifikan sebesar 0.679, nilai tersebut lebih besar dari α (0.05). Dapat diartikan bahwa tidak terdapat hubungan antara jenis pekerjaan dengan karakteristik pesan AIDA. Tabel 20 juga menjelaskan hasil olahan uji karakteristik pengunjung dengan kategori jenis pendidikan dengan karakteristik pesan AIDA mempunyai nilai signifikansi sebesar 0.711, nilai tersebut lebih besar dari α (0.05), artinya tidak terdapat hubungan antara pendidikan karakteristik pesan AIDA. Adapun uji hubungan antara variabel tingkat pengeluaran dengan karakteristik pesan AIDA pada Tabel 20 memiliki nilai signifikansi 0.614, nilai tersebut lebih besar dari α (0.05). Dapat diartikan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pengeluaran dengan karakteristik pesan AIDA. Hubungan antara Karakteristik Pengunjung dengan Frekuesi Kunjungan Pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang Uji korelasi antara karakteristik pengunjung dengan frekuensi kunjungan pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang dapat dilihat dalam Tabel berikut. Tabel 21 Persentase hubungan antara karakteristik pengunjung dengan frekuensi kunjungan pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang Karakteristik Pengunjung
Dewasa awal (18-29 tahun) Dewasa pertengahan (30-50 tahun) Dewasa tua (>50 tahun)
Frekuensi Kunjungan Pengunjung (%) Jarang Sering Sangat Sering 83.30 16.70 0.00 68.80 6.20 25.00 0.00 0.00 0.00
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
70.00 80.00
20.00 10.00
10.00 10.00
Status Pekerjaan
Rendah (Tidak bekerja) Tinggi (Bekerja)
82.60 70.60
8.70 17.60
8.70 11.80
Tingkat Pendidikan
Rendah (>SMP) Sedang (>SMA) Tinggi (>Diploma/ Sarjana)
100.0 77.30 73.30
0.00 9.10 20.00
0.00 13.60 6.70
Tingkat Pengeluaran
Rendah (Rp650 000–Rp3 550 000) Sedang (Rp3 550 001–Rp6 450 000) Tinggi (>Rp6 450 001)
83.30 80.00 40.00
13.30 20.00 00.00
3.30 0.00 60.00
Usia
Kategori
Tabulasi silang pada Tabel 21 menunjukan hasil presentase hubungan antara karakteristik pengunjung dengan frekuensi kunjungan pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang. Pada karakteristik usia mempunyai jumlah hanya pada karakteristik usia dewasa awal dan karakteristik usia dewasa pertengahan. Presentase untuk karakteristik usia dewasa awal 88.30 persen dan untuk kategori dewasa pertengahan 68.80 persen. Frekuensi kunjungan pengunjung pada kategori
57
dewasa awal dan dewasa pertengahan cenderung jarang berkunjung ke Lapis Bogor Sangkuriang dalam jangka waktu satu bulan. Hal ini menunjukan bahwa usia dewasa awal dan usia dewasa pertengahan hanya melakukan kunjungan satu sampai dua kali dalam sebulan. Hasil presentase hubungan antara karakteristik pengunjung pada kategori jenis kelamin dengan frekuensi kunjungan pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang pada Tabel 21 cenderung jarang, dengan presentase untuk pengunjung laki-laki 70.00 persen dan untuk pengunjung perempuan 80.00 persen. Dapat diartikan bahwa pengunjung laki-laki maupun perempuan minimal melakukan kunjungan untuk membeli produk-produk yang ditawarkan Lapis Bogor Sangkuriang satu sampai dua kali kunjungan dalam satu bulan. Pada Tabel 21 dapat terlihat presentase hubungan antara status pekerjaan dengan frekuensi kunjungan pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang memiliki presentase untuk pengunjung yang memiliki pekerjaan 70.60 persen dan pengunjung yang tidak bekerja 82.60 persen. Presentase hubungan antara jenis pekerjaan dengan frekuensi kunjungan pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang cennderung rendah. Hal ini dikarenakan kegiatan pengunjung yang berbeda-beda setiap harinya membuat mayoritas pengunjung yang memiliki pekerjaan ataupun yang tidak bekerja jarang berkunjung ke Lapis Bogor Sangkuriang dalam kurun waktu sebulan. Tabel 21 menunjukan presentase antara karakteristik pengunjung pada kategori tingkat pendidikan dengan frekuensi kunjungan pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang. mayoritas pengunjung dengan kategori tingkat pendidikan rendah, tingkat pendidikan sedang dan tingkat pendidikan tinggi cenderung jarang berkunjung ke Lapis Bogor Sangkuriang dalam kurun waktu sebulan. Presentase untuk kategori tingkat pendidikan rendah 100 persen, kategori tingkat pendidikan sedang 77.30 persen, dan kategori tingkat pendidikan tinggi 73.30 persen. Hal ini menunjukan bahwa pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang sudah mulai merasakan manfaat produk yang ditawarkan Lapis Bogor Sangkuriang membuat pengunjung tidak hanya berkunjung sekali dalam sebulan bahkan dua kali dalam sebulan. Adapun Tabel 21 juga menunjukan presentase hubungan antara karakteristik pengunjung pada kategori tingkat pengeluaran dengan frekuensi kunjungan pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang mayoritas cenderung jarang dengan presentase untuk kategori tingkat pengeluaran rendah 83,30 persen, kategori tingkat pengeluaran sedang 80.00 persen sedangkan untuk kategori tingkat pengeluaran tinggi frekuensi kunjungannya cenderung sangat sering. Hal ini dikarenakan keperluan hidup pengunjung dalam waktu sebulan berbeda-beda membuat tingkat pengeluaran pengunjung untuk mengunjungi Lapis Bogor Sangkuriang dalam waktu sebulan juga berbeda-beda. Tabel 22 Nilai signifikansi hubungan antara karakteristik pengunjung dengan frekuensi kunjungan pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang Karekteristik Pengunjung Usia Jenis Kelamin Status Pekerjaan Tingkat Pendidikan Tingkat Pengeluaran
Frekuensi Kunjungan Pengunjung 0.176 0.726 0.406 0.549 0.046*
58
Tabel 22 menunjukan hasil olahan uji hubungan antara karakteristik pengunjung dengan frekuensi kunjungan pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang dalam waktu sebulan. Hasil olahan uji hubungan antara karakteristik usia dengan frekuensi kunjungan pengunjung memiliki nilai signifikansi sebesar 0.176, nilai tersebut lebih besar dari α (0.05). Dapat diartikan bahwa tidak terdapat hubungan antara karakteristik usia dengan frekuensi kunjungan pengunjung. Hasil uji olahan hubungan antara jenis kelamin dengan frekuensi kunjungan pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang pada Tabel 22 memiliki nilai signifikansi 0.726, nilai tersebut lebih besar dari α (0.05). Hal ini menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan frekuensi kunjungan pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang. Dapat dilihat dalam Tabel 22 hasil uji olahan hubungan antara status pekerjaan dengan frekuensi kunjungan pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang memiliki nilai signifikansi 0.406, nilai tersebut lebih besar dari α (0.05). hal ini menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan antara jenis pekerjaan dengan frekuensi kunjungan pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang. Pada Tabel 22 juga menjelaskan hasil olahan uji karakteristik pengunjung dengan kategori jenis pendidikan dengan frekuensi kunjungan pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang memiliki nilai signifikansi 0.549, nilai tersebut lebih besar dari dari α (0.05), artinya tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan frekuensi kunjungan pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang. Adapun untuk uji hubungan antara variabel tingkat pengeluaran dengan frekuensi kunjungan pengunjung dalam waktu satu bulan pada Tabel 22 memiliki nilai signifikansi 0.046, nilai tersebut lebih kecil dari α (0.05). Dapat diartikan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengeluaran dengan frekuensi kunjungan pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang. Semakin rendah tingkat pengeluaran responden perbulan semakin jarang responden mengunjungi Lapis Bogor Sangkuriang dalam kurun waktu sebulan, berbeda dengan pengunjung yang memiliki tingkat pengeluaran tinggi cenderung sangat sering berkunjung ke outlet Lapis Bogor Sangkuriang karena pendapatan yang didapatkan cukup tinggi membuat pengunjung dengan tingkat pengeluaran tinggi lebih bisa membeli produk-produk Lapis Bogor Sangkuriang dalam jumlah banyak dan bisa leluasa datang lima kali dalam sebulan ataupun lebih. Berikut adalah salah satu penuturan responden pada kategori tingkat pengeluaran rendah: “… Ya kalau lagi ga banyak keperluan saya beli sekali setiap bulan, kalau lagi banyak pengeluaran ya ga beli mbak…” (DNA, 24)
HUBUNGAN ANTARA PENILAIAN TERHADAP PELAKSANAAN KOMUNIKASI PEMASARAN DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN LAPIS BOGOR SANGKURIANG Hubungan antara penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran dengan efektivitas komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang adalah penilaian pengunjung mengenai aktivitas pemasaran yang dilakukan mencakup penyebaran informasi, penggunaan ragam media komunikasi dan pelaksanaan komunikasi pemasaran seperti, membujuk, dan mengingatkan pasar sasaran atas produknya agar menerima dan membeli produk yang ditawarkan. Peneliti ingin menguji hubungan antara penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran dengan efektivitas komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang. indikator dari penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran yaitu, penilaian pengunjung mengenai ragam media komunikasi, penilaian pengunjung mengenai kelengkapan informasi, karakteristik pesan AIDA, dan frekuensi kunjungan pengunjung. Indikator dari efektivitas komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang yaitu, kognitif, afektif, konatif. PENILAIAN TERHADAP PELAKSANAAN KOMUNIKASI PEMASARAN LAPIS BOGOR SANGKURIANG Penilaian tentang komunikasi pemasaran adalah penilaian pengunjung mengenai aktivitas pemasaran yang dilakukan mencakup penyebaran informasi, penggunaan ragam media komunikasi dan pelaksanaan komunikasi pemasaran seperti, membujuk, dan mengingatkan pasar sasaran atas produknya agar menerima dan membeli produk yang ditawarkan. Penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran meliputi penilaian pengunjung mengenai ragam media komunikasi pemasaran yaitu, intensitas pengunjung mengakses dan memperoleh informasi melalui media komunikasi yang digunakan. Penilaian pengunjung mengenai kelengkapan informasi merupakan informasi yang diterima oleh pengunjung melalui sumber informasi yang digunakan pada saat pelaksanaan komunikasi pemasaran. Karakteristik pesan AIDA adalah karakteristik pesan yang sering digunakan dalan proses komunikasi pemasaran meliputi attention, interest, desire, dan action. Adapun untuk frekuensi kunjungan pengunjung adalah banyaknya atau tingkat keseringan pengunjung mengunjungi Lapis Bogor Sangkuriang dalam kurun waktu sebulan.
60
Tabel 23 Jumlah dan persentase penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang Item
Jumlah (Orang)
Presentase (%)
Penilaian Pengunjung Mengenai Ragam Media Komunikasi Rendah (1-3 media) Sedang (4-6 media) Tinggi (7-9 media)
30 9 1
75.00 22.50 2.50
Penilaian Pengunjung Mengenai Kelengkapan Informasi Rendah (skor 8-11) Tinggi (skor 12-16
33 7
82.50 17.50
Karakteristik Pesan AIDA Attention (skor 16-19) Interest (skor 20-24) Desire (skor 25-28) Action (skor 29-32)
2 26 10 2
5.00 65.00 25.00 5.00
Frekuensi Kunjungan Pengunjung Jarang (1-2 kali kunjungan) Sering (3-4 kali kunjungan) Sangat sering (=> 5 kali kunjungan) Total
31 5 4 40
77.50 12.50 10.00 100,00
Penilaian pengunjung mengenai ragam media komunikasi merupakan intensitas pengunjung mengakses dan memperoleh informasi melalui media komunikasi yang digunakan. Media komunikasi dibedakan kedalam komunikasi personal dan komunikasi bermedia. Komunikasi personal melalui Komunikasi personal melalui penjualan tatap muka (personal selling), promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat dan publisitas (public relation and publicity), dan pemasaran dari mulut ke mulut (word of mouth). Kategori penilaian pengunjung mengenai ragam media komunikasi dikelempokan menjadi rendah, sedang, dan tinggi. Rendah untuk pengunjung yang mengetahui 1-3 media komunikasi, sedang untuk pengunjung yang mengetahui 4-6 media komunikasi dan tinggi untuk pengunjung yang mengetahui 7-9 media komunikasi. Pada Tabel 23 menunjukan bahwa 30 orang responden dengan presentase 75.00 persen pengunjung memiliki penilaian yang rendah terhadap ragam media komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang. Hal ini dikarenakan belum banyak pengunjung yang mengetahui bahwa informasi mengenai Lapis Bogor Sangkuriang dapat diakses melalui media promosi yang digunakan oleh Lapis Bogor Sangkuriang. Penilaian pengunjung mengenai kelengkapan informasi adalah penilaian pengunjung mengenai kelengkapan informasi merupakan informasi yang diterima oleh pengunjung melalui sumber informasi yang digunakan pada saat pelaksanaan komunikasi pemasaran yaitu melalui leaflet, brosur, liputan melalui media televisi, liputan melalui media cetak, website, facebook, twitter, ataupun melalui waraniaga Lapis Bogor Sangkuriang. Penilaian pengunjung mengenai kelengkapan informasi dikelompokan menjadi rendah dan tinggi, rendah diberi
61
skor 8-11, dan tinggi diberi skor 12-16. Dalam Tabel 23 mayoritas pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang memiliki penilaian yang rendah terhadap kelengkapan informasi dalam pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang dengan jumlah responden sebanyak 33 orang dan presentase 82,50 persen. Hal ini dikarenakan informasi mengenai produk-produk yang disampaikan pada saat pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang masih dinilai kurang lengkap dan kurang jelas. Karakteristik pesan AIDA adalah karakteristik pesan yang sering digunakan dalan proses komunikasi pemasaran meliputi attention, interest, desire, dan action. 1) Attention adalah unsur dalam pesan yang mampu menarik perhatian konsumen, 2) Interest adalah unsur dalam pesan yang mampu menimbulkan minat konsumen, 3) Desire adalah unsur dalam pesan yang mampu menimbulkan keinginan untuk membeli produk pada konsumen, 4) Action adalah unsur dalam pesan yang mampu membuat konsumen melakukan tindakan nyata untuk membeli produk. Pengkategorian karakteristik pesan AIDA yaitu, Attention memiliki skor 16-19, Interest memiliki skor 20-24, Desire memiliki skor 25-28, dan Action memiliki skor 29-32. Pada Tabel 23 menunjukan bahwa mayoritas pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang yaitu sebanyak 26 persen dengan presentase 65.00 persen baru mencapai tahapan interest. Hal ini dikarenakan pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang sudah dapat menimbulkan minat dan perhatian pengunjung untuk melakukan proses pembelian produk-produk Lapis Bogor Sangkuriang. Adapun untuk frekuensi kunjungan pengunjung adalah banyaknya atau tingkat keseringan pengunjung mengunjungi Lapis Bogor Sangkuriang dalam kurun waktu sebulan. Dalam Tabel 23 dapat terlihat pengkategorian kategori kunjungan pengunjung dibagi menjadi jarang, sering, dan sering sekali. Jarang untuk 1-2 kali kunjungan dalam kurun waktu sebulan, sering untuk 3-4 kali dalam sebulan, dan sangat sering untuk =>5 kali kunjungan dalam kurun waktu sebulan. Mayoritas pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang jarang melakukan kunjungan karena setiap pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang memiliki kegiatan yang berbeda-beda setiap harinya. Hubungan antara Penilaian terhadap Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang dengan Efektivitas Komunikasi Pemasaran Pada Aspek Kognitif Pada penelitian ini menggunakan uji tabulasi silang atau cross tab untuk mengetahui hubungan antar variabel yang menghubungkan baris dengan kolom yaitu dengan program Statistical Program for Social Sciences (SPSS version 16.0). Adapun untuk menghubungan variabel ordinal dengan ordinal dan uji chi square untuk menghubungan variabel nominal dengan variabel ordinal. Pengolahan data menggunakan program Statistical Program for Social Sciences (SPSS version 16.0). Uji korelasi antara penilaian pengunjung terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspen kognitif dapat dilihat dalam Tabel berikut.
62
Tabel 24 Persentase hubungan antara penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif Penilaian Terhadap Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran Penilaian pengunjung mengenai ragam media komunikasi Penilaian mengenai informasi
pengunjung kelengkapan
Karakteristik pesan AIDA
Frekuensi pengunjung
kunjungan
Rendah
Kognitif (%) Sedang Tinggi
Rendah (1-3 media) Sedang (4-6 media) Tinggi (7-9 media)
3.30 0.00 0.00
70.00 55.60 0.00
26.70 44.40 100.0
Rendah (skor 8-11) Tinggi ( skor 12-16)
3.00 0.00
69.70 42.90
27.30 57.10
Attention (skor 16-19)
50.00
0.00
50.00
Interest (skor 20-24)
0.00
80.80
19.20
Desire (skor 25-28)
0.00
40.00
60.00
Action (skor 29-32)
0.00
50.00
50.00
Jarang (kunjungan 1–2 kali dalam sebulan) Sering (kunjungan 3–4 kali dalam sebulan) Sangat sering (kunjungan => 5 kali dalam sebulan)
3.20
67.70
29.00
0.00
60.00
40.00
0.00
50.00
50.00
Kategori
Tabulasi silang pada Tabel 24 menunjukan hasil presentase hubungan antara penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif. Pada kategori penilaian pengunjung mengenai ragam media komunikasi mempunyai jumlah pada kategori penilaian mengenai ragam media komunikasi rendah, penilaian mengenai ragam media komunikasi sedang, dan penilaian mengenai ragam media komunikasi tinggi. Pada penilian mengenai reagam media komunikasi rendah dan sedang aspek kognitifnya cenderung sedang dengan presentase untuk penilaian mengenai ragam media komunikasi rendah 70.00 persen, dan untuk penilaian mengenai ragam komunikasi sedang 55.60 persen. Adapun persentase untuk kategori penilaian mengenai ragam media komunikasi sedang cenderung tinggi yaitu, 100 persen. Hal ini dikarenakan semakin banyak media komunikasi yang diketahui oleh pengunjung membuat pengetahuan pengunjung mengenai Lapis Bogor Sangkuriang semakin bertambah. Tabel 24 juga menunjukan hasil presentase hubungan antara penilaian terhadap pelaksaan komunikasi pemasaran pada kategori penilaian mengenai kelengkapan informasi dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif. Presentase penilaian pengunjung mengenai kelengkapan kelengkapan informasi untuk kategori rendah kognitifnya cnderung sedang yaitu, 69.70 persen sedangkan untuk penilaian informasi kategori tinggi kognitifnya cenderung tinggi
63
dengan presentase 57.10. Hal ini dikarenakan belum banyak pengunjung yang mendapatkan informasi melalui media komunikasi Lapis Bogor Sangkuriang. Dalam Tabel 24 dapat dilihat hasil presentase hubungan antara penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang pada kategori karakteristik pesan AIDA dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif memiliki empat tahapan yaitu, tahapan attention, kognitifnya cenderung tinggi dengan presentase 50.00 persen, interest kognitifnya cenderung sedang dengan presentase 80.20, desire kognitifnya cenderung tinggi dengan presentase 60.00 persen, dan action cenderung tinggi dengan presentase 50.00 persen. Perbedaan presentase ini dikarenakan pesan yang disampaikan melalui pelaksanaan komunikasi pemasaran mendapatkan respon yang beragam dari pengunjung lapis bogor yang berbeda-beda membuat pengetahuan mengenai informasi lapis bogor juga beragam. Adapun hasil presentase hubungan antara penilaian terhadap pelakasanaan komunikasi pemasaran pada kategori frekuensi kunjungan pengunjung dengan efektivitas komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang pada aspek kognitif dijelaskan dalam Tabel 24. Pada Tabel 22 frekuensi kunjungan pengunjung terbagi kedalam kunjungan jarang (kunjungan 12 kali dalam sebulan) ke Lapis Bogor Sangkuriang dengan presentase 67.70, kunjungan sering (kunjungan 3-4 kali dalam sebulan) dengan presentase 60.00 persen, dan untuk kunjungan sangat sering (kunjungan => 5 kali dalam sebulan). Frekuensi kunjungan pengunjung dengan kategori jarang kunjungan kognitifnya cenderung sedang, frekuensi kunjungan untuk kategori kunjungan sering kognitifnya cenderung sedang, dan frekuensi kunjungan pengunjung untuk kategori sangat sering kognitifnya cenderung tinggi. Hal ini dikarenakan intensitas kunjungan pengunjung yang setiap bulannya berbeda-beda membuat pengetahuan yang diterima pada saat pelaksanaan komunikasi pemasaran juga berbeda. Tabel 25 Nilai signifikansi hubungan antara penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif Penilaian Terhadap Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran Penilaian pengunjung mengenai ragam media komunikasi
Kognitif 0.938
Penilaian pengunjung mengenai kelengkapan informasi
0.787
Karakteristik pesan AIDA Frekuensi kunjungan Pengunjung
0.162 0.219
Tabel 25 menunjukan hasil olahan uji hubungan antara penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif. Hasil olahan uji hubungan antara penilaian pengunjung mengenai ragam media komunikasi dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif memiliki nilai signifikansi sebesar 0.938, nilai tersebut lebih besar dari α (0.05). Hal ini menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan antara penilaian pengunjung mengenai ragam media komunikasi Lapis Bogor Sangkuriang dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif. Hasil uji olahan hubungan antara penilaian pengunjung mengenai kelengkapan informasi dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek
64
kognitif memiliki nilai signifikansi 0.782, nilai tersebut besar dari α (0.05) dapat dilihat pada Tabel 25. Dapat diartikan bahwa tidak terdapat hubungan antara penilaian pengunjung mengenai kelengkapan informasi dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif. Dapat dilihat dalam Tabel 25 hasil uji olahan hubungan antara penilain penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran pada karakteristik pesan AIDA dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif mempunyai nilai signifikansi 0.162, nilai tersebut lebih besar dari α (0.05). Dapat diartikan tidak terdapat hubungan antara karakteristik pesan AIDA dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif. Pada Tabel 25 juga menjelaskan hasil olahan uji penilaian mengenai pelaksanaan komunikasi pemasaran pada kategori frekuensi kunjungan dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif memiliki nilai signifikansi 0.219, nilai tersebut lebih besar dari dari α (0.05), artinya tidak terdapat hubungan anatara frekuensi kunjungan dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif. Hubungan antara Penilaian Pengunjung terhadap Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang dengan Efektivitas Komunikasi Pemasaran Pada Aspek Afektif Uji korelasi antara penilaian pengunjung terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang dengan afektif. Tabel 26 Persentase hubungan antara penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang dengan afektif Penilaian Terhadap Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran Penilaian pengunjung mengenai ragam media komunikasi Penilaian mengenai informasi
pengunjung kelengkapan
Rendah
Afektif (%) Sedang Tinggi
Rendah (1-3 media) Sedang (4-6 media) Tinggi (7-9 media)
66.70 55.60 100.0
23.30 44.40 0.00
10.00 0.00 0.00
Rendah (skor 8-11) Tinggi (skor 12-16)
66.70 57.10
24.20 42.90
9.10 0.00
Attention (skor 16-19)
100.0
0.00
0.00
Interest (skor 20-24)
69.20
26.90
3.80
Desire (skor 25-28)
40.00
40.00
20.00
Action (skor 29-32)
100.0
0.00
0.00
Jarang (kunjungan 1–2 kali dalam sebulan) Sering (kunjungan 3–4 kali dalam sebulan) Sangat sering (kunjungan => 5 kali dalam sebulan)
67.70
32.30
0.00
60.00
0.00
40.00
50.00
25.00
25.00
Kategori
Karakteristik pesan AIDA
Frekuensi pengunjung
kunjungan
65
Tabulasi silang pada Tabel 26 menunjukan hasil presentase hubungan antara penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif. Pada kategori penilaian pengunjung mengenai ragam media komunikasi terbagia kedalam penilaian mengenai ragam media komunikasi rendah, penilaian mengenai ragam media komunikasi sedang, dan penilaian mengenai ragam media komunikasi tinggi. Pada penilaian mengenai ragam media komunikasi dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif cenderung rendah. Presentase untuk penilaian ragam media komunikasi rendah 66.70 persen, penilaian untuk ragam media komunikasi sedang 55.60 persen, dan penilaian untuk ragam media komunikasi tinggi 100 persen. Hal ini dikarenakan mayoritas pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang merasa bahwa Lapis Bogor Sangkuriang belum memanfaatkan media untuk mempromosikan produknya agar dapat diterima oleh khalayak yang lebih luas. Presentase hubungan antara penilaian terhadap pelaksaan komunikasi pemasaran pada kategori penilaian mengenai kelengkapan informasi dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif juga terlihat dalam Tabel 26. Hubungan antara penilaian pengunjung mengenai kelengkapan informasi dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif cenderung rendah. Presentase penilaian pengunjung mengenai kelengkapan kelengkapan informasi untuk kategori rendah yaitu, 66.70 persen dan untuk penilaian pengunjung mengenai kelengkapan informasi pada kategori tinggi 57.10 persen. Berdasarkan hasil lapang, mayoritas pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang merasa sulit mendapatkan informasi melalui waraniaga Lapis Bogor Sangkuriang karena banyaknya pengunjung yang datang ke outlet Lapis Bogor Sangkuriang. Berikut adalah kutipan dengan salah satu responden Lapis Bogor Sangkuriang “… Pengen sih sebenernya nanya lebih lanjut mengenai produkproduk yang dijual, tapi karena pengunjungnya lumayan banyak dan tokonya kurang besar jadi susah kalau mau nanya. Ada baiknya tokonya diperluas dan waraniaganya diperbanyak…” (RIA, 41) Hasil presentase hubungan antara penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang pada kategori karakteristik pesan AIDA dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif juga dapat dilihat pada Tabel 26. Hubungan antara karakteristik pesan AIDA dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif cenderung rendah. Karakteristik pesan AIDA memiliki empat tahapan yaitu, attention, interest, desire, dan action. Presentase untuk tahapan attention 100 persen, tahapan interest 69.20 persen, tahapan desire 40.00 persen, dan untuk tahapan action 100 persen. Hal ini menunjukan bahwa pesan yang disampaikan dalam pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang masih dirasa belum cukup menarik minat pengunjung. Adapun untuk hasil presentase hubungan antara penilaian terhadap pelakasanaan komunikasi pemasaran pada kategori frekuensi kunjungan pengunjung dengan efektivitas komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang pada aspek afektif pada Tabel 26 cenderung rendah. Pada Tabel 26 dijelaskan
66
presentase untuk frekuensi untuk kunjungan pengunjung jarang adalah 67.70 persen, untuk frekuensi kunjungan sering 60.00 persen, dan untuk frekuensi kunjungan sangat sering 50.00 persen. Hal ini dikarenakan banyaknya pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang tidak sebanding dengan besarnya outlet Lapis Bogor Sangkuriang maka dari itu pengunjung perlu memperhatikan waktu kunjungan agar bisa dengan nyaman membeli produk-produk yang ditawarkan oleh Lapis Bogor Sangkuriang. Tabel 27 Nilai signifikansi hubungan antara penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif Penilaian Terhadap Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran Penilaian pengunjung mengenai ragam media komunikasi
Afektif 0.137
Penilaian pengunjung mengenai kelengkapan informasi
0.125
Karakteristik pesan AIDA Frekuensi kunjungan pengunjung
0.029* 0.341
Tabel 27 menunjukan hasil olahan uji hubungan antara penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif. Hasil olahan uji hubungan antara penilaian pengunjung mengenai ragam media komunikasi dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif memiliki nilai signifikansi sebesar 0.137, nilai tersebut lebih besar dari α (0.05). Hal ini menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan antara penilaian pengunjung mengenai ragam media komunikasi Lapis Bogor Sangkuriang dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif. Pada Tabel 27 menunjukan hasil uji olahan hubungan antara penilaian pengunjung mengenai kelengkapan informasi dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif memiliki nilai signifikansi 0.125, nilai tersebut besar dari α (0.05). Dapat diartikan bahwa tidak terdapat hubungan antara penilaian pengunjung mengenai kelengkapan informasi dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif. Hasil uji olahan hubungan antara penilain penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran pada karakteristik pesan AIDA dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif dapat dilihat pada Tabel 27. Hubungan antara karakteristik pesan AIDA dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif memiliki nilai signifikansi 0.029, nilai tersebut lebih kecil dari α (0.05). Dapat diartikan bahwa terdapat hubungan antara karakteristik pesan AIDA dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif karena semakin menarik pesan yang disampaikan pada saat pelaksanaan komunikasi pemasaran baik melalui komunikasi personal ataupun melalui media maka semakin tinggi respon positif yang diterima dan ditunjukan pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang. Pesan persuasi yang disampaikan melalui komunikasi personal maupun menggunakan media dapat mempengaruhi penilaian pengunjung terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang. Salah satu contonya adalah penggunaan logo lapis bogor yang dapat menarik minat konsumen, berikut adalah prnuturan dari salah satu responden:
67
“… Kalau dari warna dan gambar logo udah cukup menarik minat konsumen ko, warna coklat sama hijau udah sesuai sama produk pertanian dan gambar sangkuriang udah pas buat djadiin cirri khas Lapis Bogor Sangkuriang…” (SAI, 22) Adapun pada Tabel 27 dijelaskan hasil olahan uji penilaian mengenai pelaksanaan komunikasi pemasaran pada kategori frekuensi kunjungan dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif memiliki nilai signifikansi 0.341, nilai tersebut lebih besar dari dari α (0.05), artinya tidak terdapat hubungan anatara frekuensi kunjungan dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif . Hubungan antara Penilaian Pengunjung terhadap Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang dengan Efektivitas Komunikasi Pemasaran Pada Aspek Konatif Uji korelasi antara penilaian pengunjung terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek konatif dapat dilihat dalam Tabel berikut Tabel 28 Persentase hubungan antara penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek konatif Penilaian Terhadap Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran Penilaian pengunjung mengenai ragam media komunikasi Penilaian pengunjung mengenai kelengkapan informasi
Karakteristik AIDA
Kategori
Rendah
Konatif (%) Sedang Tinggi
Rendah (1-3 media) Sedang (4-6 media) Tinggi (7-9 media)
3.30 0.00 0.00
76.70 66.70 0.00
20.00 33.30 100.0
Rendah (skor 8-11)
3.00
78.80
18.20
Tinggi ( skor 12-16)
0.00
42.90
57.10
Attention (skor 16-19)
50.00
0.00
50.00
Interest (skor 20-24)
0.00
84.60
15.40
Desire (skor 25-28)
0.00
70.00
30.00
Action (skor 29-32)
0.00
0.00
100.0
Jarang (kunjungan 1–2 kali dalam sebulan) Sering (kunjungan 3–4 kali dalam sebulan) Sangat sering (kunjungan =>5 kali dalam sebulan)
3.20
77.40
19.40
0.00
80.00
20.00
0.00
25.00
75.00
pesan
Frekuensi kunjungan Pengunjung
68
Tabulasi silang pada Tabel 28 menunjukan hasil presentase hubungan antara penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek konatif. Pada kategori penilaian pengunjung mengenai ragam media komunikasi rendah dan sedang konatifnya sedang dengan presentase untuk penilaian mengenai ragam media komunikasi rendah 76.70 persen dan untuk penilaian mengenai ragam media komunikasi sedang 66.70 persen. Adapun untuk penilaian mengenai ragam media komunikasi tinggi konatifnya tinggi dengan presentase 100 persen. Berdasarkan hasil penelitian di lapang mayoritas pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang yang sudah mengakses media komunikasi Lapis Bogor Sangkuriang merasa tertarik dengan pelaksanaan komunikasi Lapis Bogor Sangkuriang. Tabel 28 menunjukan hasil presentase hubungan antara penilaian terhadap pelaksaan komunikasi pemasaran pada kategori penilaian mengenai kelengkapan informasi dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek konatif. Pada kategori penilaian pengunjung mengenai kelengkapan informasi rendah konatifnya sedang dengan presentase 78.80 dan untuk penilaian mengenai kelengkapan informasi tinggi konatifnya juga tinggi dengan presentase 57.10 persen. Hal ini menunjukan informasi yang disampaikan melalui media sudah dapat menarik minat konsumen karena informasi yang disampaikan menggunakan gambar, audio visual yang baik, serta tulisan yang menarik. Tabel 28 juga menunjukan hasil presentase hubungan antara penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang pada kategori karakteristik pesan AIDA dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek konatif. Karakteristik pesan AIDA memiliki empat tahapan yaitu, attention, interest, desire, dan action. Hubungan antara penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran dengan karakteristik pesan AIDA pada tahapan attention konatifnya tinggi dengan presentase 50.00 persen, pada tahapan interest konatifnya sedang dengan presentase 84,60 persen, pada tahapan desire konatifnya sedang dengan presentase 70.00 persen, dan untuk tahapan action konatifnya tinggi 100 persen. Hal ini menunjukan bahwa pesan yang disampaikan dalam kemasan produk-produk Lapis Bogor Sangkuriang sudah mampu menarik minat konsumen. Adapun untuk hasil presentase hubungan antara penilaian terhadap pelakasanaan komunikasi pemasaran pada kategori frekuensi kunjungan pengunjung dengan efektivitas komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang pada aspek konatif pada Tabel 28 dijelaskan bahwa presentase untuk frekuensi kunjungan pengunjung jarang adalah 77.40 persen, untuk frekuensi kunjungan sering 80 persen, dan untuk frekuensi kunjungan sangat sering 75.00 persen. Hal ini menunjukan bahwa pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang sudah cukup baik membuat pengunjung berkunjung kembali ke outlet Lapis Bogor Sangkuriang setiap bulannya.
69
Tabel 29 Nilai signifikansi hubungan antara penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek konatif Penilaian Terhadap Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran Penilaian pengunjung mengenai ragam media komunikasi
Konatif 0.153
Penilaian pengunjung mengenai kelengkapan informasi
0.031*
Karakteristik pesan AIDA Frekuensi kunjungan pengunjung
0.066 0.076
Tabel 29 menunjukan hasil olahan uji hubungan antara penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek konatif. Hasil olahan uji hubungan antara penilaian pengunjung mengenai ragam media komunikasi dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek konatif memiliki nilai signifikansi sebesar 0.153, nilai tersebut lebih besar dari α (0.05). Hal ini menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan antara penilaian pengunjung mengenai ragam media komunikasi Lapis Bogor Sangkuriang dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek konatif. Tabel 29 menunjukan hasil uji olahan hubungan antara penilaian pengunjung mengenai kelengkapan informasi dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek konatif memiliki nilai signifikansi 0.031, nilai tersebut kecil dari α (0.05). Dapat diartikan bahwa terdapat hubungan antara penilaian pengunjung mengenai kelengkapan informasi dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek konatif karena semakin tinggi informasi yang didapatkan melalui komunikasi personal ataupun melalui media yaitu, informasi yang lengkap, audio visual yang baik, gambar yang menarik pada liputan lapis bogor di televisi ataupun di media cetak dapat menarik minat pengunjung. Semakin tinggi informasi yang didapatkan maka semakin tinggi intensitas pengunjung untuk melalukan pembelian produk produk yang ditawarkan Lapis Bogor Sangkuriang secara berkelanjutan. Berikut adalah penuturan dari salah satu responden: “… Pernah liat liputan Lapis Bogor Sangkuriang di acara kuliner. Pemiliknya lagi ngejelasin tentang Lapis Bogor Sangkuriang, di dalam outletnya juga diputerin musik sunda, dan kebetulan saya orang sunda jadi tertarik aja pengen datang ke Lapis Bogor Sangkuriang…” (ENA, 28) Tabel 29 juga menunjukan hasil uji olahan hubungan antara penilain penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran pada karakteristik pesan AIDA dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek konatif. Hubungan antara karakteristik pesan AIDA dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif memiliki nilai signifikansi 0.066, nilai tersebut lebih besar dari α (0.05). Dapat diartikan bahwa tidak terdapat hubungan antara karakteristik pesan AIDA dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek konatif. Adapun pada Tabel 29 dijelaskan hasil olahan uji penilaian mengenai pelaksanaan komunikasi pemasaran pada kategori frekuensi kunjungan dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek konatif memiliki nilai signifikansi
70
0.076, nilai tersebut lebih besar dari dari α (0.05), artinya tidak terdapat hubungan anatara frekuensi kunjungan dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek konatif.
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGUNJUNG DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN LAPIS BOGOR SANGKURIANG Hubungan antara karakteristik pengunjung dengan efektivitas komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang adalah keberhasilan pelaksanaan komunikasi pemasaran dalam mencapai tujuan-tujuan komunikasi pemasaran. Dapat dilihat dari perubahan perilaku pengunjung. Efektivitas komunikasi pemasaran dapat diketahui melalui aspek kognitif, afektif, dan konatif. Peneliti ingin menguji hubungan antara karakteristik pengunjung dengan efektivitas komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang. Indikator dari karakteristik pengunjung yaitu, usia, jenis kelamin, status pekerjaan, tingkat pendidikan, dan tingkat pengeluaran. Indikator dari efektivitas komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang yaitu dapat dilihat melalui aspek kognitif, afektif, dan konatif. EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN LAPIS BOGOR SANGKURIANG Efektivitas komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang adalah keberhasilan pelaksanaan komunikasi pemasaran dalam mencapai tujuan-tujuan komunikasi pemasaran. Dapat dilihat dari perubahan perilaku pengunjung. Efektivitas Komunikasi pemasaran dapat diketahui melalui aspek kognitif, afektif, dan konatif. Aspek kognitif adalah aspek yang berkenaan dengan tingkat pengetahuan pengunjung. Aspek afektif adalah sikap suka atau tidak suka yang ditunjukan responden terhadap produk dan kepuasan pada pelaksanaan komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Lapis Bogor Sangkuriang. Aspek konatif adalah tindakan pengunjung untuk membeli produk. Pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang dapat dikatakan efektif jika dapat menimbulkan dampak pada pengetahuan, sikap, dan tindakan nyata pada pengunjung. Tabel 30 Jumlah dan persentase pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang berdasarkan efektivitas komunikasi pemasaran Efektivitas Komunikasi Pemasaran Aspek kognitif
Aspek afektif
Aspek konatif
Kategori Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi
Jumlah Responden (Orang) 26 11
%
Total (%)
65.00 27.50
3
7.50
1 26
2.50 65.00
13
32.50
1 29 10
2.50 72.50 25.00
100.00
100.00
100.00
72
Aspek kognitif adalah aspek yang berkenaan dengan tingkat pengetahuan pengunjung, baik mengenai produk-produk yang ditawarkan ataupun mengenai Lapis Bogor Sangkuriang secara keseluruhan. Kategori efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif dikelompokan menjadi rendah, sedang, tinggi. Rendah diberi skor 30-42, sedang diberi skor 43-55, dan sedang diberi skor 56-67. Pada Tabel 30 menunjukan bahwa 26 orang responden dengan presentase 65.00 persen kognitifnya rendah. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan pengunjung mengenai produk ataupun mengenai Lapis Bogor Sangkuriang secara keseluruhan. Aspek afektif adalah sikap suka atau tidak suka yang ditunjukan responden terhadap produk produk yang ditawarkan dan kepuasan pada pelaksanaan komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Lapis Bogor Sangkuriang yang ditunjukkan oleh responden. Kategori efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif dikelompokan menjadi rendah, sedang, dan tinggi. Rendah diberi skor 10-19, sedang diberi skor 20-29, dan tinggi diberi skor 30-40. Pada Tabel 30 menunjukan bahwa 26 orang dengan presentase 65.00 persen afektifnya sedang. Hal itu dikarenakan mayoritas pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang sudah bisa menunjukan sikap suka atau tidak suka terhadap produk yang ditawarkan Lapis Bogor Sangkuriang ataupun terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang. Aspek konatif adalah tindakan nyata pengunjung untuk membeli produkproduk yang ditawarkan Lapis Bogor Sangkuriang. Kategori efektivitas komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang pada aspek konatif dikelompokan menjadi rendah, sedang, dan tinggi. Rendah diberi skor 10-19, sedang diberi skor 20-29, dan tinggi diberi skor 30-40. Pada Tabel 27 menunjukan bahwa 30 orang dengan presentase 72.50 konatifnya sedang. Dapat dikatakan bahwa mayoritas pengunjung sudah melakukan tindakan nyata yaitu, melakukan pembelian produk-produk yang ditawarkan Lapis Bogor Sangkuriang. Hubungan antara Karakteristik Pengunjung dengan Efektivitas Komunikasi Pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang Pada Aspek Kognitif Pada penelitian ini menggunakan uji tabulasi silang atau cross tab untuk mengetahui hubungan antar variabel yang menghubungkan baris dengan kolom yaitu dengan program Statistical Program for Social Sciences (SPSS version 16.0). Adapun untuk menghubungan variabel ordinal dengan ordinal dan uji chi square untuk menghubungan variabel nominal dengan variabel ordinal. Pengolahan data menggunakan program Statistical Program for Social Sciences (SPSS version 16.0). Uji korelasi antara karakteristik pengunjung dengan efektititas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif dapat dilihat dalam Tabel berikut
73
Tabel 31 Persentase hubungan antara karakteristik pengunjung dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif Karakteristik Pengunjung
Kategori Dewasa awal (18-29 tahun) Dewasa pertengahan (30-50 tahun) Dewasa tua (>50 tahun)
Rendah 66.70 62.50 0.00
Kognitif (%) Sedang Tinggi 29.20 4.20 25.00 12.50 0.00 0.00
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
100.0 53.30
0.00 36.70
0.00 10.00
Status Pekerjaan
Rendah (Tidak bekerja) Tinggi (Bekerja)
65.20 64.70
26.10 29.40
8.70 5.90
Tingkat Pendidikan
Rendah (>SMP) Sedang (>SMA) Tinggi (>Diploma/ Sarjana)
66.70 72.70 53.30
33.30 22.70 33.30
0.00 4.50 13.30
Tingkat Pengeluaran
Rendah (Rp650 000–Rp3 550 000) Sedang (Rp3 550 001–Rp6 450 000) Tinggi (>Rp6 450 001)
66.70 80.00
26.70 20.00
6.70 0.00
40.00
40.00
20.00
Usia
Tabulasi silang pada Tabel 31 menunjukan hasil presentase hubungan antara karakteristik pengunjung dengan efektivitas komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang pada aspek kognitif. Tabel tabulasi silang pada presentase hubungan antara karakteristik pengunjung pada kategori usia dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif dikelompokan menjadi usia dewasa awal adalah pengunjung yang berusia 18-29 tahun, usia dewasa pertengahan adalah pengunjung yang berusia 30-50 tahun, usia dewasa akhir adalah pengunjung yang berusia diatas 50 tahun. Karakteristik usia mempunyai jumlah hanya pada kategori usia dewasa awal dan kategori usia dewasa pertengahan dengan presentase kognitif yang cenderung rendah, untuk kategori usia dewasa awal denga presentase 66.70 persen, dan untuk kategori usia dewasa pertengahan 62.50 persen. Hal ini menunjukan bahwa untuk semua kategori usia sudah mulai tertarik dan memperhatikan informasi pada saat pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang yang membuat tingkat pengetahuan mengenai produk dan Lapis Bogor Sangkuriang secara keseluruhan juga bertambah. Tabulasi silang presentase karakteristik pengunjung dengan kategori jenis kelamin dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif dalam Tabel 31 dibedakan menjadi pengunjung yang berjenis kelamin laki-laki dan pengunjung yang berjenis kelamin perempuan. Mayoritas pengunjung baik pengunjung laki laki maupun perempuan kognitifnya cenderung rendah dengan presentase untuk pengunjung laki laki 100 persen dan pengunjung perempuan 53.30 persen. Hal ini menunjukan bahwa pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang sudah mengetahui produk-produk yang ditawarkan, namun pengunjung perempuan lebih mengetahui produk-produk yang ditawarkan Lapis Bogor
74
Sangkuriang karena mayoritas pengunjung yang melakukan kunjungan adalah pengunjung perempuan. Berdasarkan Tabel 31, presentase karakteristik pengunjung pada kategori status pekerjaan dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif dibedakan menjadi pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang yang bekerja dan pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang yang tidak bekerja. mayoritas pengunjung yang bekerja maupun tidak bekerja kognitifnya rendah dengan presentase untuk pengunjung yang tidak bekerja adalah 65.20 persen dan untuk pengunjung yang bekerja 64.70 persen. Hal ini dikarenakan aktivitas pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang yang berbeda setiap harinya membuat waktu yang dibutuhkan untuk menerima informasi pada saat pelaksanaan Lapis Bogor Sangkuriang tidak cukup banyak. Tabel 31 juga menunjukan hasil presentase hubungan antara karakteristik pengunjung pada kategori jenis pendidikan dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif. Pada kategori jenis pendidikan dibagi kedalam tingkat pendidikan rendah, tingkat pendidikan sedang, dan tingkat pendidikan tinggi. Pada kategori tingkat pendidikan rendah, sedang, dan tinggi kognitifnya cenderung rendah dengan presentase untuk tingkat pendidikan rendah 66.70 persen, untuk tingkat pendidikan sedang 72.70 persen, dan untuk tingkat pendidikan tinggi 53.30 persen. Hal ini dikarenakan mayoritas pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang hanya sekedar tahu mengenai satu sampai dua produk yang ditawarkan namun tidak mengetahui secara keseluruhan dan tidak mencari informasi kembali mengenai produk-produk yang ditawarkan Lapis Bogor Sangkuriang. Tabel tabulasi silang pada persentase hubungan antara karakteristik pengunjung pada kategori tingkat pengeluaran dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif dibagi kedalam tingkat pengeluaran rendah, tingkat pengeluaran sedang, dan tingkat pengeluaran tinggi. Hasil olahan pada Tabel 31 menunjukan bahwa pada kategori tingkat pengeluaran rendah, tingkat pengeluaran sedang, dan tingkat pengeluaran tinggi kognitifnya rendah dengan presentase 66.70 persen untuk tingkat pengeluarn rendah, 80 persen untuk tingkat pengeluaran sedang, dan 40.00 persen untuk tingkat pengeluaran tinggi. Hal ini dikarenakan kebutuhan pengunjung setiap bulannya berbeda-beda membuat pengunjung belum banyak yang mengakses media untuk memperoleh informasi dan menambah pengetahuan mengenai produk-produk lataupun mengenai Lapis Bogor Sangkuriang secara keseluruhan. Tabel 32 Nilai signifikansi hubungan antara karakteristik pengunjung dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif Karekteristik Pengunjung Usia Jenis Kelamin Status Pekerjaan Tingkat Pendidikan Tingkat Pengeluaran
Kognitif 0.675 0.006* 0.975 0.245 0.550
Tabel 32 menunjukan hasil olahan uji hubungan antara karakteristi pengunjung dengan efektivitas komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang
75
pada aspek kognitif. Hasil olahan uji hubungan antara karakteristik usia dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada apek kognitif memiliki nilai signifikansi sebesar 0.675, nilai tersebut lebih besar dari α (0.05). Menurut hasil yang didapat bahwa tidak terdapat hubungan antara karakteristik pengunjung pada kategori usia dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif. Tabel 32 juga menunjukan hasil olahan uji hubungan antara karakteristik pengunjung pada kategori jenis kelamin dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif memiliki nilai signifikansi sebesar 0.006, nilai tersebut lebih kecil dari α (0.05). Dapat diartikan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif. Hal ini dikarenakan mayoritas pengunjung yang datang ke outlet Lapis Bogor Sangkuriang adalah perempuan maka dari itu pengunjung perempuan lebih banyak mendapatkan informasi mengenai produk ataupun informasi mengenai Lapis Bogor Sangkuriang secara keseluruhan pada saat pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang dibandingkan dengan pengunjung laki-laki. Semakin tinggi intensitas responden perempuan untuk berkunjung ke outlet Lapis Bogor Sangkuriang maka semakin tinggi informasi yang didapatkan mengenai produk produk yang ditawarkan Lapis Bogor Sangkuriang. Berbeda dengan pengunjung laki-laki yang biasanya hanya mendampingi pasangan ataupun diminta oleh kerabat dekatnya. Dalam Tabel 32 menunjukan hubungan antara karakteristik pengunjung pada kategori status pekerjaan dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif mempunyai nilai signifikansi 0.975, nilai tersebut lebih besar dari α (0.05). Dapat diartikan bahwa tidak terdapat hubungan antara jenis pekerjaan dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif. Uji hubungan antara karakteristik pengunjung dengan pada variabel tingkat pendidikan dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif pada Tabel 32 memiliki nilai signifikansi sebesar 0.245, nilai tersebut lebih besar dari α (0.05), artinya tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif. Adapun untuk melihat uji hubungan antara karakteristik pengunjung pada variabel tingkat pengeluaran dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif pada Tabel 32 mempunyai nilai signifikansi 0.550, nilai tersebut lebih besar dari α (0.05). Hal itu menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pengeluaran dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif. Hubungan antara Karekteristik Pengunjung dengan Efektivitas Komunikasi Pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang Pada Aspek Afektif Pada penelitian ini menggunakan uji tabulasi silang atau cross tab untuk mengetahui hubungan antar variabel yang menghubungkan baris dengan kolom yaitu dengan program Statistical Program for Social Sciences (SPSS version 16.0). Adapun untuk menghubungan variabel ordinal dengan ordinal dan uji chi square untuk menghubungan variabel nominal dengan variabel ordinal. Pengolahan data menggunakan program Statistical Program for Social Sciences (SPSS version 16.0). Uji korelasi antara karakteristik pengunjung dengan
76
efektititas komunikasi pemasaran pada aspek afektif dapat dilihat dalam Tabel berikut Tabel 33 Persentase hubungan antara karakteristik pengunjung dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif Karakteristik Pengunjung
Kategori Dewasa awal (18-29 tahun) Dewasa pertengahan (30-50 tahun) Dewasa tua (>50 tahun)
Rendah 4.20 0.00 0.00
Afektif (%) Sedang Tinggi 58.30 37.50 75.00 25.00 0.00 0.00
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
10.00 0.00
70.00 63.30
20.00 36.70
Status Pekerjaan
Rendah (Tidak bekerja) Tinggi (Bekerja)
4.30 0.00
69.60 58.80
26.10 41.20
Tingkat Pendidikan
Rendah (>SMP) Sedang (>SMA) Tinggi (>Diploma/ Sarjana)
0.00 4.50 0.00
100.0 68.20 53.30
0.00 27.30 46.70
Tingkat Pengeluaran
Rendah (Rp650 000–Rp3 550 000) Sedang (Rp3 550 001–Rp6 450 000) Tinggi (>Rp6 450 001)
3.30 0.00
63.30 80.00
33.30 20.00
0.00
60.00
40.00
Usia
Tabulasi silang pada Tabel 33 menunjukan hasil presentase hubungan antara karakteristik pengunjung dengan efektivitas komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang pada aspek afektif. Tabel tabulasi silang pada presentase hubungan antara karakteristik pengunjung pada kategori usia dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif dikelompokan menjadi usia dewasa awal adalah pengunjung yang berusia 18-29 tahun, usia dewasa pertengahan adalah pengunjung yang berusia 30-50 tahun, usia dewasa akhir adalah pengunjung yang berusia diatas 50 tahun. Karakteristik usia mempunyai jumlah hanya pada kategori usia dewasa awal dan kategori usia dewasa pertengahan dengan presentase afektif yang cenderung sedang untuk kategori dewasa awal 58.30 persen dan untuk kategori usia dewasa pertengahan 75.00 persen. Hal ini menunjukan bahwa untuk semua kategori jenis usia sudah tertarik dan memberikan respon suka atau tidak terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang. Dalam Tabel 33 dapat terlihat presentase karakteristik pengunjung dengan kategori jenis kelamin dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif dibedakan menjadi pengunjung laki-laki dan pengunjung perempuan. Pengunjung berjenis kelamin laki-laki dan perempuan cenderung afektifnya sedang dengan presentase untuk pengunjung laki-laki 70.00 persen dan untuk pengunjung perempuan 63.30 persen. Hal ini menunjukan bahwa pengunjung laki-laki dan perempuan sudah mulai memahami, mengerti, dan mau menerima pelaksanaan komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Lapis Bogor Sangkuriang.
77
Berdasarkan Tabel 33, dapat terlihat presentase karakteristik pengunjung pada kategori status pekerjaan dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif dibedakan menjadi pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang yang bekerja dan pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang yang tidak bekerja. Pengunjung yang bekerja dan tidak bekerja afektinya sedang dengan presentase untuk pengunjung yang tidak bekerja adalah 69.60 persen dan untuk kategori pengunjung yang bekerja adalah 58.80 persen. Hal ini dikarenakan pengunjung yang telah melihat profil Lapis Bogor Sangkuriang pada media komunikasi sudah mulai tertarik dengan dengan pelaksanaan komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Lapis Bogor Sangkuriang. Tabel 33 juga menunjukan hasil presentase hubungan antara karakteristik pengunjung pada kategori jenis pendidikan dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif. Pada kategori jenis pendidikan dibagi kedalam tingkat pendidikan rendah, tingkat pendidikan sedang, dan tingkat pendidikan tinggi. Pada kategori jenis pendidikan afektifnya cenderung sedang, dengan presentase untuk tingkat pendidikan rendah 100 persen, untuk tingkat pendidikan sedang 68.20, dan untuk tingkat pendidikan tinggi 53.30. Hal ini dikarenakan pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang baik yang memiliki tingkat pendidikan rendah, pendidikan sedang, dan pendidikan tinggi sudah mulai tertarik untuk mencari informasi mengenai produk yang ditawarkan dan tertarik mengenai manfaat produk yang dijelaskan pada kemasan produk Lapis Bogor Sangkuriang. Tabel 33 menunjukkan persentase hubungan antara karakteristik pengunjung pada kategori tingkat pengeluaran dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif dibagi kedalam tingkat pengeluaran rendah, tingkat pengeluaran sedang, dan tingkat pengeluaran tianggi. Hasil olahan pada Tabel 33 menunjukan bahwa pada kategori tingkat pengeluaran rendah, tingkat pengeluaran sedang, dan tingkat pengeluaran tinggi afektifnya sedang dengan presentase 63.30 untuk tingkat pengeluaran rendah, 80.00 persen untuk tingkat pengeluaran tinggi 60 persen. hal ini dikarenakan mayoritas pengunjung sudah mulai menyukai produk-produk olahan pertanian yang ditawarkan oleh Lapis Bogor Sangkuriang. Tabel 34 Nilai signifikansi hubungan antara karakteristik pengunjung dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif Karekteristik Pengunjung Usia Jenis Kelamin Status Pekerjaan Tingkat Pendidikan Tingkat Pengeluaran
Afektif 0.557 0.171 0.262 0.083 0.973
Tabel 34 menunjukan hasil olahan uji hubungan antara karakteristi pengunjung dengan efektivitas komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang pada aspek afektif. Hasil olahan uji hubungan antara karakteristik usia dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada apek afektif memiliki nilai signifikansi sebesar 0.557, nilai tersebut lebih besar dari α (0.05). Dapat diartikan bahwa tidak terdapat hubungan antara karakteristik usia dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif.
78
Tabel 34 juga menunjukan hasil olahan uji hubungan antara karakteristik pengunjung pada kategori jenis kelamin dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif memiliki nilai signifikansi sebesar 0.171, nilai tersebut lebih besar dari α (0.05). Dapat diartikan bahwa tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif. Dalam Tabel 34 menunjukan hubungan antara karakteristik pengunjung pada kategori status pekerjaan dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif mempunyai nilai signifikansi 0.262, nilai tersebut lebih besar dari α (0.05). Dapat diartikan bahwa tidak terdapat hubungan antara jenis pekerjaan dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif. Uji hubungan antara karakteristik pengunjung dengan pada variabel tingkat pendidikan dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif pada Tabel 34 memiliki nilai signifikansi sebesar 0.083, nilai tersebut lebih besar dari α (0.05), artinya tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif. Adapun untuk melihat uji hubungan antara karakteristik pengunjung pada variabel tingkat pengeluaran dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif pada Tabel 34 mempunyai nilai signifikansi 0.973, nilai tersebut lebih besar dari α (0.05). Hali itu menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pengeluaran dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif. Hubungan Antara Karakteristik Pengunjung dengan Efektivitas Komunikasi Pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang Pada Aspek Konatif Uji korelasi antara karakteristik pengunjung dengan efektititas komunikasi pemasaran pada aspek afektif dapat dilihat dalam Tabel berikut Tabel 35 Persentase hubungan antara karakteristik pengunjung dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek konatif Karakteristik Pengunjung
Kategori Dewasa awal (18-29 tahun) Dewasa pertengahan (30-50 tahun) Dewasa tua (>50 tahun)
Rendah 4.20 0.00 0.00
Konatif (%) Sedang Tinggi 66.70 29.20 81.20 18.80 0.00 0.00
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
10.00 0.00
70.00 73.30
20.00 26.70
Status Pekerjaan
Rendah (Tidak bekerja) Tinggi (Bekerja)
4.30 0.00
73.90 70.60
21.70 29.40
Tingkat Pendidikan
Rendah (>SMP) Sedang (>SMA) Tinggi (>Diploma/ Sarjana)
0.00 4.50 0.00
66.70 72.70 73.30
33.30 22.70 26.70
Tingkat Pengeluaran
Rendah (Rp650 000–Rp3 550 000) Sedang (Rp3 550 001–Rp6 450 000) Tinggi (>Rp6 450 001)
3.30 0.00 0.00
70.00 100.0 60.00
26.70 0.00 40.00
Usia
79
Tabel 35 menunjukan hasil presentase hubungan antara karakteristik pengunjung dengan efektivitas komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang pada aspek konatif. Tabel tabulasi silang pada presentase hubungan antara karakteristik pengunjung pada kategori usia dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek konatif dikelompokan menjadi usia dewasa awal adalah pengunjung yang berusia 18-29 tahun, usia dewasa pertengahan adalah pengunjung yang berusia 30-50 tahun, usia dewasa akhir adalah pengunjung yang berusia diatas 50 tahun. Karakteristik usia mempunyai jumlah hanya pada kategori usia dewasa awal dan kategori usia dewasa pertengahan dengan presentase konatif yang cenderung sedang untuk kategori dewasa awal 66.70 persen, sedangkan untuk kategori dewasa pertengahan 81.20 persen. Hal ini menunjukan bahwa mayoritas pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang sudah mau berkunjung kembali ke outlet Lapis Bogor Sangkuriang. Berdasarkan Tabel 35 dapat terlihat presentase karakteristik pengunjung dengan kategori jenis kelamin dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek konatif dibedakan menjadi pengunjung laki-laki dan pengunjung perempuan. Mayoritas pengunjung laki-laki dan perempuan konatifnya cenderung sedang. Presentase untuk pengunjung laki-laki 70.00 persen dan untuk pengunjung perempuan 73.30 persen. Hal ini menunjukan bahwa produk-produk UKM yang ditawarkan Lapis Bogor Sangkuriang dapat menarik minat pengunjung laki-laki dan pengunjung perempuan. Berdasarkan Tabel 35, presentase karakteristik pengunjung pada kategori status pekerjaan dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif dibedakan menjadi pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang yang bekerja dan pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang yang tidak bekerja. Mayoritas pengunjung baik pengunjung yang bekerja ataupun yang tidak bekerja konatifnya sedang. Presentase untuk pengunjung yang tidak bekerja adalah 73.90 persen dan untuk yang tidak bekerja 70.60 persen. Hal ini dikarenakan pengunjung yang memiliki pekerjaan ataupun tidak memiliki pekerjaan sudah merasakan keunggulan produkproduk Lapis Bogor Sangkuriang. Tabel 35 juga menunjukan hasil presentase hubungan antara karakteristik pengunjung pada kategori jenis pendidikan dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek konatif. Pada kategori jenis pendidikan dibagi kedalam tingkat pendidikan rendah, tingkat pendidikan sedang, dan tingkat pendidikan tinggi. Pada kategori jenis pendidikan konatifnya cenderung sedang, dengan presentase untuk tingkat pendidikan rendah 66.70 persen, tingkat pendidikan sedang 72.70 persen, dan untuk tingkat pendidikan tinggi 73.30 persen. Hal ini dikarenakan mayoritas pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang sudah mampu memberikan saran untuk pelaksanaan komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang. Tabel 35 menunjukkan pada persentase hubungan antara karakteristik pengunjung pada kategori tingkat pengeluaran dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek konatif dibagi kedalam tingkat pengeluaran rendah, tingkat pengeluaran sedang, dan tingkat pengeluaran tinggi. Hasil olahan pada Tabel 35 menunjukan bahwa pada kategori tingkat pengeluaran rendah, tingkat pengeluaran sedang, dan tingkat pengeluaran tinggi konatifnya sedang dengan presentase 70.00 persen untuk tingkat pengeluran rendah, 100 persen untuk tingkat pengeluaran sedang, dan 60.00 persen untuk tingkat pengeluaran tinggi. Hal ini
80
dikarenakan mayoritas pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang membeli 1-2 produk yang ditawarkan oleh Lapis Bogor Sangkuriang. Tabel 36 Nilai signifikansi hubungan antara karakteristik pengunjung dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek konatif Karekteristik Pengunjung Usia Jenis Kelamin Status Pekerjaan Tingkat Pendidikan Tingkat Pengeluaran
Konatif 0.638 0.232 0.467 0.842 0.965
Tabel 36 menunjukan hasil olahan uji hubungan antara karakteristik pengunjung dengan efektivitas komunikasi pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang pada aspek konatif. Hasil olahan uji hubungan antara karakteristik usia dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada apek konatif memiliki nilai signifikansi sebesar 0.638, nilai tersebut lebih besar dari α (0.05). Dapat diartikan bahwa tidak terdapat hubungan antara karakteristik usia dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek konatif. Tabel 36 menunjukan hasil olahan uji hubungan antara karakteristik pengunjung pada kategori jenis kelamin dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek konatif memiliki nilai signifikansi sebesar 0.232, nilai tersebut lebih besar dari α (0.05). Dapat diartikan bahwa tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek konatif. Dalam Tabel 36 menunjukan hubungan antara karakteristik pengunjung pada kategori status pekerjaan dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek konatif mempunyai nilai signifikansi 0.467, nilai tersebut lebih besar dari α (0.05). Dapat diartikan bahwa tidak terdapat hubungan antara jenis pekerjaan dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek konatif. Uji hubungan antara karakteristik pengunjung dengan pada variabel tingkat pendidikan dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek konatif pada Tabel 36 mempunyai nilai signifikansi sebesar 0.842, nilai tersebut lebih besar dari α (0.05), artinya tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek konatif. Adapun untuk melihat uji hubungan antara karakteristik pengunjung pada variabel tingkat pengeluaran dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek konatif pada Tabel 36 mempunyai nilai signifikansi 0.965, nilai tersebut lebih besar dari α (0.05). Hal itu menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pengeluaran dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek konatif karena mayoritas pengunjung, baik yang berpengeluaran rendah, sedang, ataupun tinggi akan tetap membeli produk-produk Lapis Bogor Sangkuriang walaupun harganya naik 10 persen dari harga biasanya. Berikut adalah penuturan dari salah satu responden: “… Kalaupun harganya naik saya akan tetap membeli produkproduk Lapis Bogor Sangkuriang, asal sesuai dengan peningkatan kualitasnya juga…” (EDG, 44)
PENUTUP Kesimpulan Sesuai dengan hasil-hasil penelitian yang telah dijabarkan sebelumnya dapat dibuat beberapa kesimpulan seperti berikut ini: 1. Pelaksanaan komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Lapis Bogor Sangkuriang dilakukan melalui komunikasi personal dan menggunakan media komunikasi, antara lain: mengikuti pameran, leaflet, brosur, banner, pemberian sampel produk gratis untuk pengunjung, liputan melalui media cetak dan media elektronik, pemasaran langsung di outlet, pelaksanaan komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh waraniaga, dan promosi melalui jejaring sosial (website, facebook, dan twitter). 2. Pada hubungan antara karakteristik pengunjung dengan penilaian pengunjung terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran yang memiliki hubungan signifikan hanya terdapat pada variabel: Usia dengan penilaian pengunjung mengenai ragam media komunikasi, Jenis kelamin dengan penilaian pengunjung mengenai ragam media komunikasi, Tingkat pengeluaran dengan penilaian pengunjung mengenai ragam media komunikasi, Jenis kelamin dengan karakteristik pesan AIDA, dan Tingkat pengeluaran dengan frekuensi kunjungan pengunjung. 3. Pada hubungan antara penilaian pengunjung terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran dengan efektivitas komunikasi pemasaran yang memiliki hubungan signifikan hanya terdapat pada variabel: Karakteristik pesan AIDA dengan Afektif, dan Penilaian pengunjung mengenai kelengkapan informasi dengan konatif. 4. Pada hubungan antara karakteristik pengunjung dengan efektivitas komunikasi pemasaran yang memiliki hubungan signifikan hanya terdapat pada variabel jenis kelamin dengan kognitif. Saran Saran yang dapat diberikan sesuai dengan hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah: 1. Berdasarkan hasil hubungan antara penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran dengan efektivitas komunikasi pemasaran dapat terlihat bahwa pelaksanaan komunikasi pemasaran cukup efektif, karena sudah mampu meningkatkan pengetahuan khalayak (kognitif) dan sudah mampu membuat khalayak untuk melakukan tindakan nyata (konatif) yaitu, dengan membeli produk-produk yang ditawarkan Lapis Bogor Sangkuriang. Maka dari itu sebaiknya pihak Lapis Bogor Sangkuriang lebih memaksimalkan penggunaan media komunikasi, baik melalui media cetak, media elektronik ataupun media internet sebagai media promosi karena dapat menjangkau khalayak yang lebih banyak. 2. Peningkatan pelayanan yang dilakukan dengan baik oleh waraniaga lapis bogor sangkuriang, dan dekorasi dibuat senyaman mungkin dapat membangun citra yang positif untuk memperkenalkan produk Lapis Bogor Sangkuriang ke khalayak yang lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Produk Domestik Bruto atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, 2008-2011 (Miliar Rupiah). [Tabel]. [Internet]. [diunduh 6 Mei 201]. Format/Ukuran: Ms.Excel/59KB. Dapat diunduh dari: http://bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=2&Tabel=1&daftar= 1&id_subyek=11¬ab=14 [Deptan]. 2012. pedoman teknis agroindustri hortikultura. [Internet]. [diunduh tanggal 31 Januari 2013]. Dapat diunduh dari: www.deptan.go.id/.../5.2%20pedoman-teknis-agroindustri-horti.pdf Amalia R. 2012. Hubungan efektivitas komunikasi pemasaran agrowisata kebun raya cibodas dengan perilaku pengunjung.[skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Anggraeni VD. 2012. Hubungan pelaksanaan komunikasi pemasaran dengan perilaku pengunjung (Studi Kasus Serambi Botani, Botani Square Bogor). [skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Arindi W. 2012. Efektivitas media komunikasi pemasaran terhadap perilaku konsumen (Kasus: Pemasaran Produk Teh Walini). [skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 51 hal. Effendi. 1993. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya. Engel JF, Blackwell RD, Miniard PW. 1994. Perilaku Konsumen Jilid 1. (Alih bahasa dari bahasa Inggris oleh Buidiyanto FX). Jakarta [ID]: Binarupa Aksara. 422 hlm. [Judul asli Consumer Behaviour]. Kennedy J.E, Soesmanegara R.D. 2006. Marketing Communication : Taktik Strategi. Jakarta [ID] : PT. Bhuana Ilmu Populer. 216 hal. Kotler P. 1983. Manajemen Pemasaran. (Alih bahasa dari Bahasa Inggris oleh Z.D.E Tamimi, R.A.Rivai, R.Sitompul. Jakarta [ID]: Erlangga. Kotler P. 1995. Manajemen Pemasaran Edisi Kedelapan Buku Dua. Jakarta [ID] : Salemba Empat. 908 hal. Kotler P. 2000. Manajeman Pemasaran. Jakarta [ID] : Prenhallindo. 515 hal. Kotler P. 2002. Manajemen Pemasaran. Jilid Satu Edisi Millennium. Jakarta [ID]: PT. Prenhallindo. 736 hal. Kotler P, Amstrong G. 2008: Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jakarta [ID]: Erlangga.
Kotler P, Keller KL. 2009. Manajemen Pemasaran, Edisi Ketiga Belas (Alih bahasa dari Bahasa Inggris oleh Sabran B). Edisi 13. Jilid 2. Jakarta [ID]: Erlangga. 412 hal. [Judul asli: Marketing Management, Thirteenth Edition] Kusumasuti YI. 2009. Komunikasi Bisnis. Bogor [ID]: IPB Press. 201 hal. Lee M, Johson C. 2007. Prinsip-Prinsip Pokok Perilkalanan Dalam Perspektif Global (Alih bahasa dari bahasa Inggris oleh Munandar H, Priatna). Jakarta [ID]: Kencana. 404 hlm. [Judul asli Principles of Advertisinng Of Global Perspective]. Lubis DP. 2010. Pendahuluan. Hubies AVS, editor. Dasar-dasar komunikasi. Bogor [ID]: Sains KPM IPB Press. Morissan. 2010. Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta [ID]: Kencana. 376 hal. Mugniesyah SS. 2006. Modul Kuliah: Materi Bahan Ajar Pendidikan Orang Dewasa.Tidak Diterbitkan. Bogor (ID): Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Rianse U, Abdi. 2009. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi (Teori dan Aplikasi). Bandung [ID]: CV. Alfabeta. 315 hal. Setiadi NJ. 2003. Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Jakarta [ID]: Kencana. 438 hlm. Singarimbun M, Effendi S. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta [ID]: LP3ES. 346 hlm. Shimp T. 2003. Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta [ID]: Erlangga. 650 hal. Sumarwan. 2011. Perilaku Konsumen, Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Jakarta [ID]: Ghalia Indonesia. 367 hal. Sumarwan U. 2004. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Bogor [ID]: Ghalia Indonesia. 368 hal. Suyanto B, Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta [ID]: Kencana prenada media group. 305 hal. Tjiptono. 2008. Strategi Pemasaran. Yogyakarta [ID]: Andi. 588 hal Tubb S, S Moss. 2000. Human Communication : Prinsip-Prinsip Dasar. Terjemahan.Bandung [ID] : PT. Remaja Rosdakarya.
85
Walpole RE. 1992. Pengantar Statistik. Jakarta [ID]: PT. Gramedia Pustaka Utama. 515 hal. Winistuti DR. 2011. Efektivitas komunikasi pemasaran honey madoe di lingkungan kampus IPB Dramaga.[skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.
87
Lampiran 2 Peta Lokasi Penelitian (Lapis Bogor Sangkuriang)
Lampiran 3 Jadwal Pelaksanan Penelitian Kegiatan
Jnri
Feb 1
Penyusunan Proposal Skripsi Kolokium Perbaikan Proposal Skripsi Pengambilan Data Lapang Pengolahan dan Analisis Data Penulisan Draft Skripsi Uji Petik Sidang Skripsi Perbaikan Laporan Skripsi
2
3
Maret 4
1
2
3
April 4
1
2
3
Mei 4
1
2
3
Juni 4
1
2
3
Juli 4
1
2
3
4
88
Lampiran 4 Kerangka sampling responden pengunjung Lapis Bogor Sangkuriang Nama Responden Usia (tahun) Jenis Kelamin No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
RHA MRH ITN TSA FUY RBN RTA ENA MLA SMH SVI IMA RYR DNA ELS NNY DAA HRA SEI AIA YRU NRN TUK AGG AWI IPA RAA RIA EDG EMH EVI MDI DPS HZI ENG ENA NRL SAI SHA RCY
22 22 22 32 19 49 27 26 38 18 17 29 22 24 48 21 19 32 37 30 37 40 19 21 29 22 18 41 44 41 46 41 46 18 18 28 36 22 25 28
Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Laki-laki
89
Lampiran 5 Bentuk Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran Lapis Bogor Sangkuriang Website Lapis Bogor Sangkuriang (www.LapisBogor.com)
Outlet Lapis Bogor Sangkuriang
Logo Lapis Bogor Sangkuriang
Waraniaga Lapis Bogor Sangkuriang
90
Twitter Lapis Bogor Sangkuriang (@LapisBogor)
Facebook Lapis Bogor Sangkuriang (@LapisBgr)
Liputan Mengenai Lapis Bogor Sangkuriang di Media Cetak
91
Contoh Kemasan Produk
Brosur Lapis Bogor Sangkuriang
Artikel Mengenai Lapis Bogor Sangkuriang di Media Online
Banner Lapis Bogor Sangkuriang
92
Lampiran 6 Dokumentasi Pada saat wawancara dengan responden Lapis Bogor Sangkuriang
Produk Chipitoz
Produk bandrex mix dan bajigur mix
Produk Cielo Relaxtion Syrup
Produk Greentea
93
RIWAYAT HIDUP Relita Resa dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1991, dari pasangan Dedy Achmad Gunady (alm) dan Yayah Fatimah. Pendidikan formal yang pernah dijalani adalah SMA Negeri 7 Bogor, tahun 2006-2009. Pada tahun 2009, penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama, Institut Pertanian Bogor melalui jalur UTMI (Undangan Talenta Mandiri IPB) dan pada tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Selain aktif dalam perkuliahan penulis juga aktif dalam beberapa organisasi dan kegiatan kepanitiaan. Penulis aktif sebagai anggota HIMASIERA (Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat). Kegiatan kepanitian yang pernah diikuti penulis sebagai divisi HUMAS dalam Acara Communication Day 2011, divisi DANUS dalam acara Duta Fema pada tahun 2011, divisi TATIB dalam kegiatan Masa Perkenalan Departemen (MPD) Ekspresi 47 dan penulis juga aktif dalam kegiatan diluar kampus sebagai divisi acara dalam acara musik Indahnya Perbedaan tahun 2009.